Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5 Agustus...

56

description

Majalah ini merupakan media komunikasi diantara pemangku kepentingan dan dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian. Diterbitkan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) bekerjasama dengan Ditjen Cipta Karya Kementerian PU. Terdapat dua versi yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Transcript of Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5 Agustus...

Page 1: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004
Page 2: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Media Informasi Air Minum danPenyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum dan

Penyehatan Lingkungan

Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Tata Perkotaan dan

Perdesaan, DEPKIMPRASWIL

Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,

DEPKESDirektur Perkotaan dan PerdesaanWilayah Timur, DEPKIMPRASWIL

Direktur Bina Sumber Daya Alam danTeknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

Direktur Penataan Ruang danLingkungan Hidup, DEPDAGRI

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Hartoyo, Johan Susmono,

Indar Parawansa, Poedjastanto

Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,Essy Asiah, Mujiyanto

Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

Produksi:Machrudin

Sirkulasi/Distribusi:Anggie Rifki

Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

Telp. (021) 31904113e-mail: [email protected]

[email protected]@bappenas.go.id

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitandengan air minum dan penyehatan

lingkungan dan belum pernahdipublikasikan. Panjang naskah tak

dibatasi. Sertakan identitas diri.Redaksi berhak mengeditnya.

Silahkan kirim ke alamat di atas.

foto cover: MUJIYANTO/PERCIK

Dari Redaksi 1Suara Anda 2Laporan Utama 3

Sampah Masih Jadi ‘Sampah’ 3Seputar Sampah 6Upaya Mengurangi Emisi Metan dari TPA 8Belajarlah Sampah ke Negeri Cina 9Program Bangun Praja, Memacu Daerah Peduli Lingkungan 11

Wawancara‘Penanganan Sampah Jelek, Tingkat Kesehatan Rendah’ 13

WawasanSampah Sebagai Sumber Energi, Tantangan BagiDunia Persampahan Indonesia Masa Depan 16Pre-Studi Masalah Sampah, Kasus Kota Surabaya 18Pengelolaan Sampah di Makassar 20Pengelolaan Program Air Minum dan Penyehatan Lingkungandan Tantangan ke Depan 22Masalah AMPL di Kabupaten Kebumen 23Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Kota Tangerang 25Sampah Membawa Berkah di Desa Temesi, Kabupaten Gianyar, Bali 27

ReportaseKiprah Ny. Bambang ‘’Sampah’’ Wahono,Kelola Sampah, Hijaukan Banjarsari 29

RagamRagam Teknologi Pengolahan Sampah 32Kapsul Sampah, Model Penyimpanan Sampah Jangka Panjang 34

TeropongPerusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung 35

Info Buku 37Info CD 38Info Situs 39Kunjungan

Diseminasi Program WASPOLA di Propinsi Gorontalo 40Pringga Jurang Keruntuhan Bulan 41

Seputar WASPOLAPelaksanaan Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah 42Lokakarya Kelompok Kerja WASPOLA 44Pertemuan Tim Pengarah WASPOLA 45

Seputar AMPLOrientasi MPA/PHAST 46Pokja AMPL Ikuti Nusantara Water 2004 47Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Proyek ProAir 47Seminar Teknologi Tepat Guna Pengolahan Limbah Cair 48Persiapan Proyek ProAir di Kabupaten Alor 49

Pustaka AMPL 50Agenda 51Glosari 52

Page 3: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Pembaca, Percik mulai mena-paki babak baru yakni bagai-mana Percik mulai menjang-

kau para pemangku kepentingan airminum dan penyehatan lingkungandi seluruh Tanah Air. Percik telahmenyebar dari Sabang sampai Me-rauke meski dalam jumlah yang ter-batas.

Alhamdulillah, berbagai kala-ngan menyambut hangat kehadiranPercik. Ini dibuktikan dengan ba-nyaknya tanggapan yang datangkepada kami. Bahkan ada beberapakalangan yang berharap bisa ber-langganan Percik kendati harusmembayar –padahal Percik meru-pakan majalah gratis. Ini tentu halyang membahagiakan kami.

Beberapa waktu lalu kami meng-ikuti Nusantara Water 2004 di Ja-karta Convention Center bersamadengan Program WASPOLA dan Ke-lompok Kerja Air Minum dan Pe-nyehatan Lingkungan (Pokja AMPL)sebagai induk kami. Langkah itumerupakan upaya kami untuk ma-kin mendekatkan Percik ke tengah-tengah pemangku kepentinganAMPL. Kami akan terus berupayaagar majalah ini makin eksis danmenjadi rujukan, referensi, dan wa-dah komunikasi bagi pihak-pihakterkait di bidang ini.

Pembaca, pada edisi ini, Percikhadir dengan laporan utama menge-nai sampah. Mengapa ini diangkat?Sampah merupakan suatu hal yangmasih menjadi persoalan di negeriini. Isu penyehatan lingkungan takpernah lepas dari sampah. Semuaorang tahu itu, tapi tak semua orangmemiliki kepedulian terhadap ma-salah yang satu ini. Ibarat peribaha-sa, ‘’Anjing menggonggong, kafilahtetap berlalu’’, sampah tak pernahkunjung usai penanganannya meskibanyak pihak berbicara kebersihandan kesehatan.

Persoalan sampah sebenarnyabukan sekadar persoalan teknis.Teknologi apa yang cocok dan bera-pa dana yang dibutuhkan. SekjenDepartemen Permukiman dan Pra-sarana Wilayah, Budiman Arief,menjelaskan itu. Kuncinya, pena-nganan sampah harus merupakanlangkah yang sistemik. Lebih dariitu, menarik kiranya pandanganM. Gempur Adnan, Deputi MenteriNegara Lingkungan Hidup BidangPeningkatan Kapasitas PengelolaanLingkungan Hidup Kewilayahanbahwa itu semua tergantung komit-men semua pihak. Tanpa ada komit-men, jangan diharap persoalan sam-pah akan tuntas. Dana hanyalahmasalah nomor kesekian.

Percik kali ini juga banyakmemuat artikel-artikel sampah daripara praktisi dan pegiat sampah.Kami berharap dengan banyaknyaartikel yang sesuai dengan laporan

utama, pengetahuan kita mengenaisampah semakin bertambah luas.

Yang tak kalah menarik, adareportase mengenai peran perempu-an dalam mengelola sampah sejakdari hulu. Berkat keuletannya itu,kampungnya yang berada di jantungkota Jakarta, berubah hijau danasri. Bahkan kini kampung tersebutmenjadi salah satu tujuan wisatalingkungan. Banyak orang, baik daridalam dan luar negeri, yang belajardari perempuan tersebut. Dan ber-kat usahanya itu pula ia menyabetberbagai penghargaan.

Seperti biasanya, Percik tetapmenampilkan rubrik-rubrik rutinlainnya. Kami berharap ada ma-sukan dan kritik dari para pembacademi perbaikan majalah ini ke de-pan.

Akhirnya kami berharap Percikberguna bagi Anda, para pembaca.Salam.

A R I R E D A K S ID

1 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

LESEHANSalah satu kekhasan dari Kelompok Kerja AMPL Pusat adalah lesehan dalam beberapa lokakarya.

FOTO: OM

Page 4: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

MDGs Kurang Greget

Kami ucapkan selamat atas terbitnyamedia informasi Percik. Izinkanlahkami menyarankan agar MillenniumDevelopment Goals (MDGs) disosialisa-sikan terlebih dahulu ke daerah supayagregetnya atau gaungnya sampai ke teli-nga masyarakat sehingga masyarakatsendiri terinspirasi dan memiliki tang-gung jawab moral untuk mewujudkantarget MDGs.

Natalia SilitongaKantor Bupati Toba Samosir

Bagian Perekonomian-Kasubbag KimpraswilJl. Pagar Batu No. 1 Balige

Sumatera Utara

Saran Anda sangat sesuai denganharapan kami. Para pemangku kepen-tingan soal ini kini sedang berupaya

melakukan sosialisasi. Kami pun ikutandil dalam masalah ini dengan memu-atnya pada Percik edisi 3 yang lalu.Apa yang kami lakukan memang belumapa-apa tanpa ada gerakan sosialisasiyang tersistem dari para pemangku ke-pentingan MDGs itu sendiri. (Redaksi)

Membantu Stakeholderdi Daerah

Adanya media informasi air minumdan penyehatan lingkungan (Percik)akan sangat membantu kami dalam me-laksanakan interaksi dengan pemangkukepentingan (stakeholder) di bidang airminum agar tercipta suatu kerja samapara pemangku kepentingan denganprogram seksi penyehatan air danpengamanan limbah di Dinas Kese-

hatan Kabupaten Musi Rawas, Prop.Sumatera Selatan, menuju IndonesiaSehat 2010.

Drs. H. Syamsul Anwar, MF, MMKepala Dinas KesehatanKabupaten Musi Rawas

Kami sangat senang bila para pembacabisa mengambil manfaat dari Percik. Ma-jalah ini memang diterbitkan untuk menyo-sialisasikan berbagai kebijakan dan pro-gram air minum dan penyehatan lingkung-an sekaligus menjadi ajang para pemangkukepentingan untuk saling berbagi penga-laman dan berkomunikasi. (Redaksi)

Kami menerima ucapan selamat danterima kasih dari berbagai pihak yangtidak bisa kami sebut satu per satu atasterbit dan dikirimnya Percik.

(Redaksi)

U A R A A N D AS

2 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL) bekerja sama dengan DepartemenPermukiman dan Prasarana Wilayah (Dep. KIMPRASWIL)Menyelenggarakan Lomba Karya TulisAir Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)

TEMA :PENYELENGGARAAN AIR MINUM DANPENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

SUB TEMA :1) Pemberdayaan Masyarakat dalam

Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

2) Pendanaan Berbasis Masyarakat dalam Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

3) Kelembagaan Pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan berbasis masyarakat

4) Peran Wanita dalam Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

PERSYARATAN1. Peserta Lomba : Masyarakat Umum2. Panjang tulisan 10-15 halaman folio; 1,5 spasi

dan ditulis dalam bahasa Indonesia.Naskah digandakan 5 (lima) kali.

3. Tulisan belum pernah dipublikasikan4. Peserta melampirkan foto copy identitas.5. Karya Tulis diserahkan ke Panitia Lomba

Paling Lambat tanggal 28 Oktober 20046. Pemenang Karya Tulis akan Diumumkan

tanggal 28 November 20047. Hadiah:

Pemenang 1 Rp. 5.000.000Pemenang 2 Rp. 3.000.000Pemenang 3 Rp. 1.500.000

Keterangan lebih lanjut silakan hubungiPanitia Lomba Karya TulisJl Cianjur No. 4 Menteng,Jakarta PusatTelp. (021) 31904113

L O M B A K A RYA T U L I S

Page 5: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Mungkin bagi sebagian orangselembar kertas, atau setaslimbah rumah tangga tak

jadi masalah. Tapi begitu kertas danlimbah rumah tangga itu berkumpuldengan sampah sejenis dari banyakorang, persoalan akan timbul, apalagidi perkotaan yang lahannya terbatas.Dan faktanya menunjukkan potensitimbulan sampah terus meningkatseiring dengan pertambahan jumlahpenduduk.

Timbulan sampahTidak tersedia data berapa persisnya

jumlah timbulan sampah di Indonesia.Namun berdasar hasil perhitunganBappenas sebagaimana tercantum dalamBuku Infrastruktur Indonesia, padatahun 1995 perkiraan timbulan sampahdi Indonesia mencapai 22,5 juta ton, danmeningkat lebih dua kali lipat pada tahun2020 menjadi 53,7 juta ton. Sementara dikota besar di Indonesia diperkirakan tim-bulan sampah per kapita berkisar antara

600 – 830 gram per hari. Sebagai ilustrasi betapa besarnya tim-

bulan sampah yang dihasilkan, databeberapa kota besar di Indonesia dapatmenjadi rujukan. Kota Jakarta setiaphari menghasilkan timbulan sampahsebesar 6,2 ribu ton, Kota Bandung sebe-sar 2,1 ribu ton, Kota Surabaya sebesar1,7 ribu ton, dan Kota Makassar 0,8 ributon (Damanhuri, 2002). Jumlah tersebutmembutuhkan upaya yang tidak sedikitdalam penanganannya.

Berdasarkan data tersebut diperki-rakan kebutuhan lahan untuk TPA diIndonesia pada tahun 1995 yaitu seluas675 ha, dan meningkat menjadi 1.610 hapada tahun 2020. Kondisi ini akan men-jadi masalah besar dengan memper-hatikan semakin terbatasnya lahankosong khususnya di perkotaan. Salahsatu contoh terkini adalah kesulitanpemerintah DKI Jakarta dalam menyedi-

3 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Kita tidak pernah lepas dari sampah. Setiap hari ada sajasampah yang harus kita buang. Entah di kantor,

di rumah, di manapun kita berada. Tidak heran ketikakita tidak mengelola dengan baik maka sampah

akan dengan mudah kita temui bertebarandi sekitar kita.

A P O R A N U T A M AL

SAMPAHMasih Jadi ‘Sampah’

SAMPAHMasih Jadi ‘Sampah’

FOTO: MUJIYANTO

Page 6: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

akan lahan untuk pengolahansampah setelah TPA BantarGebang tidak dapat dipergunakanlagi.

Penanganan SampahMenurut data BPS, pada

tahun 2001 timbulan sampahyang diangkut hanya mencapai18,03 persen, sementara selebih-nya ditimbun 10,46 persen, dibu-at kompos 3,51 persen, dibakar43,76 persen, dan lainnya(dibuang ke sungai, pekarangankosong dan lainnya) 24,24persen. Terlihat bahwa sampah yangdiangkut masih sangat sedikit, demikianpula sampah yang diproses menjadi kom-pos, sementara yang dibakar dan dibuangke tempat yang tidak seharusnya bahkanmasih mencapai 68 persen. Kondisi inimenunjukkan masih besarnya potensisampah menjadi sumber pencemaranbaik udara, maupun air termasuk menja-di pemicu timbulnya penyakit. Di dae-rah perkotaan sekalipun, sampah yangdibakar dan dibuang sembarangan masihmencapai 50,76 persen. Proporsi sampahyang ditimbun sendiri masih cukup besarmencapai 10,46 persen. Sampah sepertiplastik dan sejenisnya relatif sulit diuraisehingga penanganan sampah dengancara menimbun menjadi kurang tepat.Pengomposan juga belum populer dimasyarakat.

Sebagian besar Tempat PengolahanAkhir (TPA) sampah direncanakan meng-gunakan sistem sanitary landfill. Namundalam perjalanan waktu, akhirnya seba-gian besar TPA tersebut akhirnya meng-gunakan sistem open dumping (70persen) dan hanya sebagian kecil yangtetap menggunakan sistem controlledlandfill dan sanitary landfill (30 persen).Beberapa kota yang menerapkan con-trolled landfill di antaranya Jakarta,Bandung, Semarang, Surabaya, Padang,Malang, Yogyakarta, Pontianak, Balik-papan, Banjarmasin, dan Denpasar.

Penyebab rendahnya penerapan sis-tem sanitary landfill di Indonesia, antaralain, rendahnya disiplin pengelola dalammenerapkan prosedur teknis, terbatasnyaanggaran untuk operasi dan pemeli-haraan, sulitnya mendapatkan tanahpenutup, terbatasnya ketersediaan alatberat, rendahnya kualitas sumber dayamanusia, dan belum terorganisasikannyapemulung di lokasi TPA sebagai bagianterpadu sistem sanitary landfill.

Karakteristik SampahKarakteristik sampah perkotaan

berbeda dengan sampah perdesaan.Secara umum, sampah perkotaan diIndonesia memiliki komposisi 80 persensampah organik, dan selebihnya sampahnon-organik. Sampah non organik terse-but separuhnya merupakan sampah plas-tik.

Isu UtamaCakupan pelayanan pengelolaan per-

sampahan yang masih rendah khususnyadi perkotaan dapat berdampak padameningkatnya wabah penyakit menularseperti tipus, kolera, muntaber, disentri,pes, leptospirosis, salmonelosis, demamgigitan tikus. Selain juga sampah yangdibuang ke sungai dan saluran pembu-angan berpotensi menimbulkan banjir.

Prinsip pengurangan timbulan sam-pah pada dasarnya telah dikenal dan

mulai dilakukan walaupun masihdalam skala kecil dan sebagianbesar dilakukan oleh pemulung.Pengomposan pun sudah dila-kukan namun dalam jumlah yangsangat terbatas.

Sementara itu TPA yang adatidak dikelola dengan baik. Masihterjadi pembakaran sampahuntuk mengurangi timbunansampah, dan tidak terkelolanyagas metan yang dihasilkan olehtimbunan sampah. Sementaradalam Kyoto Protocol yang sudahdiratifikasi oleh pemerintah

Indonesia, pengurangan gas metan men-jadi salah satu persyaratan. Masalah lain-nya yang timbul akibat pengelolaan TPAyang tidak sesuai persyaratan diantaranya timbulnya bau, menurunnyakualitas air akibat pembuangan sampahke sungai, merembesnya air lindi dariTPA ke air tanah dangkal dan air per-mukaan, pencemaran udara serta mere-baknya dioxin yang bersifat karsinogen.

Kesadaran masyarakat akan kebersih-an sudah baik tetapi terbatas hanya padalingkungan halaman rumah saja. Rumahmemang bebas dari sampah tetapi sam-pah tersebut dibuang tidak pada tempat-nya seperti selokan, sungai, dan bahkanhalaman kosong milik tetangga. Feno-mena NIMBY (Not In My Backyard) sa-ngat terasa di sini.

Hal ini juga didorong oleh belumtersedianya pelayanan persampahanyang memadai.

Jika dibandingkan dengan kesediaanmembayar pelayanan air minum makakesediaan membayar pengelolaan sam-pah relatif lebih rendah. Ini terjadi kare-na masyarakat tidak mengetahui sebe-narnya seperti apa pengelolaan sampahitu berlangsung.

Rendahnya tingkat pengorbananmasyarakat untuk memberikan kon-tribusinya berbanding terbalik denganjumlah timbulan sampah. Kebutuhanlahan untuk lokasi TPA meningkat. Perlu

A P O R A N U T A M AL

4 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Penanganan Sampah (%)

0102030405060

Diangkut Ditimbun DibuatKompos

Dibakar Lainnya

pers

en

Perkotaan Perdesaan Total

Page 7: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

dicari alternatif pengolahan sampah yangtidak memerlukan lahan yang luas.

Di sisi lain, saat ini belum tersediakebijakan nasional persampahan yangdapat menjadi payung pengelolaan per-sampahan oleh seluruh pemangkukepentingan. Peraturan-peraturan yangada ‘tercecer’ di daerah atau instansi sek-toral. Wajar bila hingga kini belum terwu-jud sistem kelembagaan, koordinasi danintegrasi pengelolaan sampah.

Dimulainya era otonomi daerah men-jadikan pengelolaan sampah menjadikewenangan pemerintah daerah. Namundi lain pihak, masih banyak pemerintahdaerah yang menganggap persampahanbukan prioritas. Ini terlihat dari minim-nya alokasi anggaran ke sektor ini.

Kebijakan ke DepanPenyelesaian persampahan mau tidak

mau harus dilakukan secara sistemik danterintegrasi dengan melibatkan seluruhpemangku kepentingan. Apalagi pada2025 telah dicanangkan sebagai tahunzero waste (bebas sampah) dunia.Beberapa langkah yang bisa diambildalam rangka menuju ke arah itu yakni:

1. Mengurangi volume timbulan sam-pah dengan menggunakan konsep 3R(reduce, reuse, dan recycle).

Metode ini perlu disosialisa-sikan ke tengah-tengah masya-rakat agar mereka mau menggu-nakan kembali dan mendaurulang sampahnya. Tentu langkahini perlu dibarengi penyadaranakan pentingnya memilah sam-pah di rumah tangga sehinggamemudahkan pengolahan padatahap berikutnya. Konsep 3Rakan makin efektif jika didukungperaturan perundang-undanganyang memberikan penghargaandan hukuman (reward and pu-nishment) kepada semua pe-mangku kepentingan yang ter-kait, apakah itu pemulung, ma-

syarakat, dan lainnya. Selain itu, peman-faatan sampah sebagai sumber energi(wasre to energy) layak untuk diper-hatikan mengingat hingga kini belum adapihak yang mempraktekkan langkah inidi Indonesia. Bila sampah telah terman-faatkan sejak dari hulu maka sistem sani-tary landfill tidak memerlukan lahanyang luas dengan biaya besar. Sanitarylandfill hanya digunakan untuk mengo-lah residu dari hasil pembakaran insine-rator.

2. Peningkatan peran masyarakatdan dunia usaha

Langkah mengurangi timbulan sam-pah tidak akan efektif tanpa peran aktifmasyarakat. Merekalah penghasil utamasampah dan mereka pula yang merasakandampak negatifnya bila sampah takdikelola dengan baik. Kuncinya adalahpeningkatan kesadaran dan tanggungjawab dalam pengelolaan sampah.Masyarakat bisa berperan sebagai a) pe-ngelola (mengurangi timbulan sampah darisumber); b) pengawas (mengawasi tahapanpengelolaan agar berjalan dengan benar); c)pemanfaat (memanfaatkan sampah secaraindividu, kelompok, atau kerja sama dengandunia usaha); d) pengolah (mengoperasikandan memelihara sarana dan prasarana peng-olah sampah); e) penyedia biaya pengelo-

laan (lihat diagram.)

3. Peningkatan peran antarpemerin-tah daerah dalam pengelolaan sampah

Persoalan sampah pada dasarnyabukan persoalan individual kota tapi per-soalan regional. Polusi udara, air, dantanah berdampak pada wilayah yang luasmelintasi batas administratif. Oleh kare-na itu penentuan lokasi TPA yang selamaini berdasarkan wilayah administratif men-jadi tidak relevan. Di masa mendatang kon-sep TPA regional dan terpusat (regionalsolid waste management) perlu dikem-bangkan sebagai upaya bersama dalammengatasi kesulitan lahan TPA.

4. Pengembangan teknologi baruKemampuan pelayanan persampahan

tergantung pada pilihan teknologi yangtersedia. Penggunaan teknologi yangtepat akan mengoptimalkan pengelolaanpersampahan. Oleh karena itu, penggu-naan teknologi baru bisa menjadi alter-natif peningkatan kemampuan pengelo-laan persampahan khususnya di kotabesar.

5. Peningkatan kampanye perilakuhidup bersih dan sehat

Pengelolaan sampah tak akan berhasiltanpa ada kesadaran masyarakat bahwa

lingkungan sehat juga merupakankebutuhan pokok mereka. Peningkat-an kesadaran ini harus dilakukansecara terus menerus kepada seluruhlapisan masyarakat. Program edukasidi bidang kesehatan perlu ditanam-kan sejak dini kepada siswa sekolah.

Akhirnya, meningkatkan kepe-dulian semua pemangku kepenting-an (stakeholder) di bidang persam-pahan tak bisa ditawar-tawar lagi.Seberapa canggih teknologi, uangbanyak, sumber daya bagus, tapitidak ada perhatian serius dari pe-mangku kepentingan, maka persoal-an sampah akan tetap menjadi ‘sam-pah’. OM/MJ

A P O R A N U T A M A L

5 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Page 8: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Apa itu sampah?Sampah adalah suatu bahan yang ter-

buang atau dibuang dari sumber hasil ak-tifitas manusia maupun alam yang belummemiliki nilai ekonomis

Bagaimana pengklasifikasiansampah?

Sampah dapat diklasifikasikan ber-dasar sumbernya yaitu (i) sampahdomestik yang terdiri dari sampah rumahtangga, bongkaran bangunan, sanitasidan sampah jalanan. Secara umum sam-pah jenis ini berasal dari perumahan dankompleks perdagangan (ii) sampahberbahaya seperti sampah industri dansampah rumah sakit yang kemungkinanmengandung racun. Beberapa sampahrumah tangga juga termasuk sampahberbahaya seperti baterai, semir sepatu-cat, botol obat; (iii) sampah medis

Sampah dapat diklasifikasikan ber-dasar bentuknya yaitu (i) sampah anorga-nik/kering seperti logam, besi, kaleng, bo-tol yang tidak dapat mengalami pembu-sukan secara alami; (ii) sampah or-ganik/basah seperti sampah dapur, res-toran, sisa makanan yang dapat mengala-mi pembusukan secara alami; (iii) sam-pah berbahaya seperti baterai, jarum sun-tik bekas.

Sampah dapat diklasifikasikanberdasar kemampuan sampah untuk di-hancurkan yaitu (i) biodegradable yaitusampah yang dapat mengalami pembu-sukan alami termasuk sampah organikseperti sampah dapur, sayuran, buah,bunga, daun dan kertas; (ii) nonbio-degradable yang terdiri dari sampah da-ur ulang seperti plastik, kertas, gelas;sampah beracun seperti obat, cat, bate-rai, semir sepatu; sampah medis sepertijarum suntik.

Berapakah waktu yang dibutuhkanuntuk menghancurkan sampah?

Lama waktu yang dibutuhkan untukmenghancurkan sampah sangat beragam

tergantung pada jenis sampah. Padaumumnya sampah organik dapat dihan-curkan dalam jangka waktu singkat, se-mentara sampah seperti plastik bahkandiperkirakan baru akan hancur setelah 1juta tahun.

Bagaimana langkah penguranganproduksi sampah domestik?

Produksi sampah dapat dikurangi.

Prinsipnya adalah pengurangan sampahtersebut harus dilakukan sedekat mung-kin dengan sumbernya. Dalam kaitan de-ngan pengurangan sampah, maka kita te-lah mengenal prinsip 3R (Reduce, Reuse,Recycle) yang kemudian berkembangmenjadi 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Re-fuse). Perbedaan mendasar dari prinsip3R dan 4R terletak pada penambahanprinsip Refuse (kadang disebut jugareplace) yang memfokuskan pada peng-gunaan barang yang lebih tahan lamadibanding barang sekali pakai.

Keuntungan penerapan prinsip 4R diantaranya adalah mengurangi efek rumahkaca, mengurangi polusi udara dan air,menghemat energi, konservasi sumberdaya, mengurangi kebutuhan lahan untukTPA, menciptakan lapangan kerja, danmendorong penciptaan teknologi hijau.

Jenis sampah sangat bergantung padabudaya masyarakat. Pada masyarakatmodern khususnya di kota besar penggu-naan sampah plastik sangat dominan.Sebagai ilustrasi, sebagian besar sampahdomestik berasal dari kantong plastik(kresek) belanja rumah tangga, atau sty-rofoam untuk wadah makanan. Semen-tara sampah plastik merupakan ancamanterbesar bagi lingkungan karena waktuhancurnya mencapai 1 juta tahun (mung-kin sudah keburu kiamat sebelum sam-

A P O R A N U T A M A

Seputar SampahL

6 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Sampah organik (tumbuhan, buah dan sejenisnya)

1-2 minggu

Kertas 10-30 hari Baju katun 2-5 bulan Kayu 10-15 tahun wool 1 tahun Alumunium, kaleng, dan sejenisnya

100-500 tahun

Kantong plastik 1 juta tahun? Botol gelas Tidak diketahui

1. Refuse. Menggunakan barang yang lebih tahan lama dari pada barang sekali pakai.

2. Reduce. Mengurangi timbulan sampah.

3. Reuse. Menggunakan barang yang bisa dipergunakan kembali.

4. Recycle. Menggunakan

4R (Refuse, Reuse, Recycle, Reduce)

1. Refuse. Menggunakan barang yang lebih tahan lama dari pada barang sekali pakai.

2. Reduce. Mengurangi timbulansampah.

3. Reuse. Menggunakan barang yang bisa dipergunakan kembali.

4. Recycle. Menggunakan barang yangbisa didaur ulang.

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Wool

Page 9: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

pah plastik tersebut hancur). Kondisi inimenyadarkan kita akan semakin pen-tingnya penerapan prinsip 4R dalammengurangi timbulan sampah. Jadi ge-rakan mengurangi timbulan sampahharus dimulai dari sumbernya yaiturumah tangga itu sendiri. Oleh karenanyapenerapan prinsip ini sangat tergantungpada kesadaran masyarakat.

Bagaimana cara pengolahansampah?

Terdapat paling tidak lima cara yangdikenal secara umum dalam pengolahansampah yaitu

(i). Open dumps. Open dumps me-ngacu pada cara pembuangan sampahpada area terbuka tanpa dilakukan prosesapapun.

(ii). Landfills. Landfills adalah lokasipembuangan sampah yang relatif lebihbaik dari open dumping. Sampah yangada ditutup dengan tanah kemudiandipadatkan. Setelah lokasi penuh makalokasi landfill akan ditutup tanah tebaldan kemudian lokasi tersebut biasanyadijadikan tempat parkir.

(iii). Sanitary landfills. Berbeda de-ngan landfills maka sanitary landfillsmenggunakan material yang kedap airsehingga rembesan air dari sampah tidakakan mencemari lingkungan sekitar.

Biaya sanitary landfills relatif jauh lebihmahal.

(iv). Insinerator. Pada cara pengolah-an menggunakan insinerator, dilakukanpembakaran sampah dengan terlebihdahulu memisahkan sampah daur ulang.Sampah yang tidak dapat didaur ulangkemudian dibakar. Biasanya proses pem-

bakaran sampah dilakukan sebagai alter-natif terakhir atau lebih difokuskan padapenanganan sampah medis.

(v). Pengomposan. Pengomposanadalah proses biologi yang memung-kinkan organisme kecil mengubah sam-pah organik menjadi pupuk.

Sampai seberapa jauh tanggungjawab produsen?

Jika rumah tangga diberi peran untukmengurangi timbulan sampah melaluiprinsip 4R, maka produsen seharusnyajuga diberi tanggungjawab yang jelas.Produsen dapat membantu rumah tanggadalam menerapkan prinsip 4R tersebut.Salah satunya melalui EPR (ExtendedProducer Responsibility/PerluasanTanggung jawab Produsen) yang meru-pakan usaha mendorong produsen untukmenggunakan kembali produk dankemasan yang diproduksinya. Pemberianinsentif bagi produsen menjadi suatukeniscayaan. OM

7 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Fakta Sampah di Amerika SerikatTahun 2001 produksi sampah mencapai 229 juta ton atau sekitar 4,4 pon

per orang per hari. Meningkat hampir dua kali produksi sampah tahun 1960.Sekitar 30 persen sampah didaur ulang, 15 persen dibakar, dan 56 persen

dibuang ke TPAPada tahun 1999, daur ulang dan pengomposan mengurangi 64 juta ton

sampah yang seharusnya dikirim ke TPA. Sekarang ini proses daur ulangdilakukan terhadap 30 persen produksi sampah. Persentase ini meningkat duakali lipat dibandingkan kondisi 15 tahun yang lalu

Daur ulang baterai mencapai 94 persen, kertas 42 persen, botol plastik 40persen, kaleng minuman ringan dan bir 55 persen

Jumlah TPA berkurang dari 8.000 lokasi pada 1998 menjadi 1.858 lokasipada 2001 dengan kapasitas yang relatif sama.

Amerika Serikat merupakan negara maju penghasil sampah terbesar didunia yaitu 4,4 pon sampah per kapita per hari, disusul Kanada 3,75 pon danBelanda 3 pon. Jerman dan Swedia merupakan negara maju dengan produksisampah terendah.

Amerika Serikat merupakan negara maju dengan proporsi daur ulangterbesar yakni 24 persen, disusul Swiss 23 persen, dan Jepang 20 persen.

Fakta Sampah Negara Lain

A P O R A N U T A M AL

FOTO: MUJIYANTO

Page 10: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

TPA merupakan sumber terbesaremisi metan di Amerika Serikatbahkan mungkin juga di Indo-

nesia. Padahal sebenarnya emisi metandari TPA dapat menjadi salah satu sum-ber energi yang potensial. LFG (LandfillGas) dihasilkan ketika sampah dihan-curkan di TPA. Gas ini terdiri dari 50persen metan (CH4), komponen utamagas alam, dan sisanya CO2. Sebagai ilus-trasi per Desember 2003, terdapat 360proyek energi berbasis LFG di AmerikaSerikat dan sekitar 600 TPA yang poten-sial untuk proyek sejenis.

Beberapa keuntungan dari penggu-naan energi LFG adalah (i) akan mengu-rangi bau; (ii) mencegah gas metan ter-lepas ke atmosfir dan mempengaruhiiklim global. Diperkirakan proyek LFGakan mencegah sekitar 60-90 persenmetan yang dihasilkan dari proses diTPA, tergantung pada jenis teknologiyang dipergunakan. Metan tersebutdiproses menjadi air dan CO2 ketika gasdiubah menjadi listrik. Untuk sekitar

4 megawatt listrik setara dengan me-nanam 60 ribu are hutan setahun ataumengurangi emisi CO2 dari 45 ribu mobilsetahun. Energi yang dihasilkan jugadapat menggantikan penggunaan batubara dari 1.000 kereta api atau penggu-naan 500 ribu barel minyak; (iii) mengu-rangi polusi udara dengan mengurangipenggunaan bahan bakar yang tidak ter-

barukan seperti batu bara, gas alam danminyak; (iv) menciptakan lapangan kerja,penghasilan dan penghematan biaya.

Program penggunaan LFG di AmerikaSerikat telah secara signifikan mengu-rangi emisi metan sebesar 14 juta m3 tonsetara karbon (MMTCE). Keuntunganreduksi gas rumah kaca setara denganpenanaman 18 juta are hutan atau me-ngurangi emisi tahunan dari 13 jutamobil. Sementara 600 TPA yangberpotensi menghasilkan listrik dari gasmetan, ternyata berdasar perhitungandapat menghasilkan listrik bagi 1 jutarumah.

Terdapat beberapa pilihan prosesLFG menjadi energi, di antaranya berupa(i) pembangkit listrik, (ii) penggunaanlangsung untuk menggantikan bentukbahan bakar yang ada seperti gas alam,batu bara, bensin; (iii) cogeneration,merupakan kombinasi panas dan tenaga(Combined Heat and Power/CHP) yangmenghasilkan listrik dan energi panas.

Terlepas dari berbagai keuntunganmengubah LFG menjadi energi tetapiternyata dalam prosesnya menghasilkanemisi NOx yang dapat merusak ozon danmembentuk kabut asap. OM

A P O R A N U T A M A

Upaya Mengurangi

Emisi Metan dari TPA

L

8 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

M ungkin kita kurang menyadari

bahwa sampah dapat mempe-

ngaruhi iklim melalui emisi gas rumah

kaca dengan berbagai cara.

Bagaimana kaitan sampah dan

perubahan iklim?

Pertama. Penghancuran sampah di

TPA menghasilkan gas metan, yang ber-

potensi 21 kali lebih kuat dari gas CO2

dalam menyumbang efek rumah kaca.

Kedua. Insinerator menghasilkan

CO2. Sebagai tambahan, kendaraan

yang mengangkut sampah juga mem-

produksi CO2.

Bagaimana strategi pengelolaan

sampah mengurangi emisi gas

rumah kaca?

Pengurangan timbulan sampah

organik yang diolah di TPA akan me-

ngurangi gas metan yang dihasilkan

dalam proses penghancuran sampah

tersebut.

Pengurangan timbulan sampah

yang diolah insinerator akan mengu-

rangi emisi gas rumah kaca.

Barang yang dapat di daur ulang

biasanya menggunakan lebih sedikit

energi dalam proses pengolahannya

sehingga dapat mengurangi emisi.

Sampah dan Perubahan Iklim

FOTO: FANI WEDAHUDITAMA

Page 11: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Pesta Olimpiade di Athena barusaja usai, Negara tirai bambuChina akan menyambut pesta

Olimpiade berikutnya tahun 2008 di Bei-jing. Menjelang Olimpiade 2008 terse-but, Cina mulai sibuk berbenah diri mulaidari penataan infrastruktur kota sampaimasalah kebersihan kota. Ini tampak se-kali di ibukota Cina, Beijing. Kendati se-cara hitungan masih lama, pembenahanperkotaan dan pembangunan infrastruk-tur sudah mulai dilakukan. Maklum, me-reka tak ingin kota berpenduduk 16 jutajiwa itu mengecewakan para atlet, ofisial,dan penggembira yang datang dari selu-ruh penjuru dunia.

Dalam rangka event Olimpiade ini,Pemerintah Cina telah mengeluarkan ke-bijakan khusus untuk meningkatkan ku-alitas lingkungan perkotaan termasuk pe-ningkatan sistem pengelolaan persam-pahan. Khusus Kota Beijing, PemerintahKota setempat memformulasikan sebuahkebijakan persampahan yakni (i)meningkatkan pelayanan 98 % pada2007; (ii) daur ulang dan kompos 30 %pada tahun 2007; (3) pemisahan sampahdi sumber sampai dengan 50 % padatahun 2007; (iv) tahun 2007 pengelolaanlokasi landfill harus sesuai dengan ke-tentuan standar lingkungan; dan (v) pe-ngembangan teknologi pengolahan le-chate terus dilakukan untuk mencapaistandar efluent yang dipersyaratkan.

Kondisi Pengelolaan PersampahanAspek TeknisPenanganan persampahan di Beijing

pada dasarnya tidak berbeda jauh dengandi Indonesia. Ini karena komposisi dankarakteristik sampah yang hampir sama.Pola penanganan sampah dari sumbersampai TPA hampir sama, termasuk ti-dak dilakukan proses pemilahan sampahdi sumber. Hanya saja, Beijing denganjumlah sampah 9000 ton per hari (seba-

gai perbandingan Jakarta menghasilkansampah 6.000 ton/hari) memiliki pe-layanan yang yang jauh lebih baik, ter-utama bila ditinjau dari sudah tingginyacakupan pelayanan (90%) maupun kuali-tas pelayanannya. Meskipun tidak dila-kukan pemisahan sampah di sumber,namun transfer station yang ada kota itumemiliki fasilitas pemisahan sampah,sehingga sampah yang dibuang ke TPAhanya residu. Selanjutnya sampah or-ganik dimanfaatkan sebagai bahan bakukompos (diproses di instalasi komposskala kota, kapasitas 200–400 ton/hari)dan daur ulang.

Sistem pengumpulan dan pengang-kutan sampah juga hampir sama denganyang dilakukan di Indonesia, sepertimenggunakan gerobak sepeda dan truk(compactor truck). Namun kualitas danefisiensi pengangkutan sampahnya sa-ngat baik karena setiap radius 8 km di-lengkapi dengan transfer station.

Metode pembuangan akhir sampahdilakukan dengan sistem sanitary land-fill yang sudah cukup memadai. Tabel dibawah ini menggambarkan jumlah land-fill, luas dan kapasitas.

Tabel 1. Lokasi Landfill di Beijing

Fasilitas landfill tersebut meliputilapisan dasar kedap air, jaringan pe-ngumpul leachate, kolam penampunganleachate, pengolahan leachate (oxidationditch), saluran drainase keliling landfilldan drainase setiap lapisan, pengumpul-an gas (saat ini hanya dibakar melaluiflare), jalan operasi dan keliling landfill,buffer zone, jembatan timbang, alat

berat, mobil tangki air, penutupan tanah(harian), perkantoran, fasilitas olah raga,dan stok tanah penutup.

Kendati fasilitas cukup lengkap, namunhasil proses pengolahan leachate masihbelum sesuai dengan standar effluent yangberlaku untuk kota Beijing. Tabel berikutmenggambarkan proses dan kualitas efflu-ent dari beberapa landfill yang ada di Beijingdan standar effluent China dan Beijing:

Tabel 2.Hasil proses pengolahan leachate

A P O R A N U T A M A

Belajarlah Sampahke Negeri Cina

L

9 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

No Lokasi Landfill Luas (Ha) Kapasitas (ton/hari)

1 Beishinshu landfill 33,7 1000

2 Liulitun landfill 46,5 1500

3 Asuwei landfill 60 2000

4 Anding landfill 21,6 700

Parameter kualitas efluent leachate

Landfills

Tipe Proses Pengolahan

Leachate COD BOD Amonia

Beishinshu Diangkut ke sewerage treatment plant

- - -

Liulitun Oxidition Ditch 324 22,9 17 Asuwei Oxidation Ditch 787 126 24 Pilot Test RO Membrane

Filtrasi dengan reverse osmosis 3 - 17 - 1,2 – 15

Pemilahan sampah melalui ban berjalan.

FOTO: ENDANG SETYANINGRUM

Page 12: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Tabel 3.Standar efluent China dan Beijing

Penutupan tanah akhir dilakukandengan menggunakan tanah lempung,geo textile, bentonite dan tanah lempung/top soil. Pemanfaatan lahan pasca ope-rasi sebagai lahan terbuka hijau.

Aspek Manajemen Pengelolaan sampah di Beijing dila-

kukan oleh “Dinas Persampahan” (BSW-AD). Lembaga ini memperoleh alokasidana (dana investasi maupun O/M) ber-asal dari dana Pemerintah kota Beijingdan kontriibusi dari masyarakat berupatarif.

Tarif ditentukan berdasarkan jumlahanggota keluarga. Untuk keluarga lebihdari tiga orang, setiap orang harus mem-bayar tarif 3 RMB per bulan (atau setaradengan Rp.3000/orang/bulan). Sedang-kan untuk keluarga yang kurang dari tigaorang tarifnya 2 RMB/orang per bulan(Rp. 2000/orang/bulan). Peran sertamasyarakat kota Beijing sangat tinggi, na-mun peran swasta dalam pengelolaansampah masih sangat terbatas.

PembelajaranAspek Teknis

Peningkatan pelayanan hampir 100 %pada tahun 2007 menunjukkan komit-men Pemerintah sangat tinggi. Kondisiseperti ini diperlukan untuk kota-kotametropolitan seperti Jakarta Meskipun program 3R belum dilak-sanakan di Beijing, namun prosespemilahan yang dilakukan di transferstation sudah cukup memadai. Kota-kota besar/metropolitan di Indonesiadapat mengembangkan sistem serupadengan membuat transfer station yang

dilengkapi dengan proses pemilahanHal lain yang menarik adalah dalamrangka Olimpiade 2008, pemisahansampah di sumber ditargetkan 50 %pada tahun 2007. Untuk penerapan diIndonesia program 3R harus mulaiserius dilaksanakanProses pengangkutan sangat efisienkarena setiap radius 8 km memilikitransfer station, di Indonesia transferstation diperlukan untuk jarak ke TPA> 25 kmProses composting dengan kapasitasbesar (200-400 ton/hari) cukupmemadai (kualitas kompos baik dandigunakan oleh petani). Untuk pene-rapan di Indonesia, composting skalabesar dapat dilakukan tanpa harusmenerapkan prinsip benefit system darisegi ekonomi Pembuangan akhir yang dilakukan de-ngan sistem sanitary landfill sangatmemadai ditinjau dari ketersediaanfasilitas dan kehandalan operasional.Untuk penerapan di Indonesia perlukemauan dan kerja keras dalam me-ningkatkan kualitas landfillPenerapan standar kualitas effluent yanglebih ketat di Beijing telah memacu pe-ngembangan teknologi pengolahan lea-chate seperti RO (reverse osmosis) se-mata-mata demi pengamanan kualitaslingkungan terutama sumber-sumber air

Pembakaran sampah denganinsinerator tidak dilakukan diBeijing, karena selain karakter-istik sampah yang tidak layakbakar juga masih menunggu ka-jian kelayakan. Di Indonesia,banyak ditawarkan insineratorkecil yang tidak ramah ling-kungan dan pada umumnya ha-nya menyelesaikan “masalah”dengan “masalah”

Aspek ManajemenPemerintah kota Beijing memi-liki komitmen yang tinggi dalammeningkatkan kualitas landfill

(saat ini dalam kondisi sangat baik, ke-cuali masalah effluent) Adanya kesungguhan dan sikap profesio-nal dari petugas di lapangan merupakanmodal yang menentukan keberhasilanprogram kebersihan di Beijing. Di Indo-nesia, SDM yang ditempatkan sebagai“orang kebersihan” pada umumnya mera-sa sebagai “terpinggirkan”Retribusi pengelolaan sampah dengan sis-tem insentif bagi keluarga kecil, di Indone-sia sistem insentif dapat dikembangkanberdasarkan pengurangan volume sampahPenerapan peraturan sudah cukup me-madai, sementara di Indonesia buangsampah sembarangan sah-sah saja, le-bih takut kena tilang lampu merah atauThree In One atau sabuk pengamanTingkat kesadaran masyarakat sudahsangat tinggi dalam bidang kebersihan.Di Indonesia perlu kesungguhan untukmembangun kesadaran masyarakat,bahkan mungkin perlu dikenalkan me-lalui pendidikan formal sejak dini

Pelajaran-pelajaran di atas bisa diambiloleh para pengambil kebijakan di Indonesia.Apa salahnya kita belajar persampahan keCina, negara tirai bambu yang kualitaskebersihan kotanya tidak kalah dengannegara Eropa maupun Jepang?

Endang Setyaningrum, Staf DirektoratPerkotaan, Ditjen TPTP, Depkimpraswil dan

anggota Pokja AMPL

A P O R A N U T A M AL

10 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

COD < 300 < 60

BOD < 150 < 20

Amonia < 25 < 25

Salah satu TPA di Beijing.

FOTO: ENDANG SETYANINGRUM

Page 13: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Tak ada Adipura, kebersihan pundiabaikan. Kepedulian pemerin-tah daerah yang dulu begitu ber-

semangat berlomba menjaga kebersihandan keindahan kota tak begitu tampaklagi utamanya setelah tahun 1998.

Kota-kota yang dulunya memilikinilai kebersihan cukup tinggi, mendadakmenurun drastis pada evaluasi tahun2003. Ini terjadi di hampir semua kota diIndonesia baik kota metropolitan, besar,sedang, dan kecil, seperti tergambardalam tabel 1.

Kenyataan ini menunjukkan bahwamasalah lingkungan hidup cenderungmeningkat di berbagai daerah di tanahair. Ada yang terjadi secara alami, tapitak sedikit yang disebabkan oleh ulahmanusia, seiring dengan meningkatnyalaju pertumbuhan penduduk dan me-ningkatnya permintaan ruang dan sum-ber daya alam. Kerusakan lingkunganmakin diperparah oleh rendahnya ke-kuatan politik yang memiliki sense ofenvironment.

Oleh karena itu, perlu ada peningkat-an kapasitas pengelolaan lingkungan hi-dup. Modelnya tentu tak lagi sentralistik,

tapi desentralisasi. Setiap daerah bisamendayagunakan seluruh kemampuan-nya dan memobilisasi dukungan dari se-genap segmen masyarakat untuk bersa-ma-sama menyadari urgensi dari penye-lamatan kerusakan lingkungan hidup di da-erah masing-masing, dan menyusun ren-cana yang konkrit untuk pelestarianlingkungan. Hanya saja, untuk bisa mewu-judkan pengelolaan dan pelestarian hidupyang efektif perlu kepemerintahan yangbaik (good governance). Dari sinilah kemu-dian muncul paradigma baru yaitu good en-vironmental governance yang diterje-mahkan sebagai Tata Praja Lingkungan.

Inilah yang mendasari lahirnya Pro-gram Bangun Praja, sebuah program dariKementerian Lingkungan Hidup yangbertujuan mendorong kemampuanpemerintah daerah untuk melaksanakankepemerintahan yang baik di bidanglingkungan hidup sekaligus untuk me-ningkatkan kinerja pemerintah. Programini juga didukung oleh Program WargaMadani yang bertujuan memberdayakanmasyarakat.

Program Bangun Praja dimulai padatahun 2002. Pencanangannya dilaksana-

kan bertepatan dengan peringatan HariLingkungan Hidup pada 5 Juni 2002 diDenpasar, Bali.

Deputi Menteri Lingkungan HidupBidang Peningkatan Kapasitas Pengelola-an Lingkungan Hidup Kewilayahan, MGempur Adnan menjelaskan inti TataPraja Lingkungan adalah penguatan sis-tem koordinasi sehingga pemerintah bisamendapatkan respon yang tepat untukpenyelesaian masalah-masalah lingkung-an yang mendesak. Penguatan sistem inimeliputi mekanisme yang dapat menja-min semua pihak yang berkepentinganmenyampaikan suaranya secara demo-kratis, menjamin adanya prosedur yangtransparan dan adil dalam perencanaandan pelaksanaan rencana, serta adanyastandar dan kriteria untuk menilai pelak-sanaan yang adil dan transparan.

Beberapa unsur penentu dalamProgram Bangun Praja agar Tata PrajaLingkungan tercapai yaitu:1. Motivasi kepala daerah2. Kompetensi dan komitmen pimpinan

efektivitas institusi (kelembagaan)3. Kapasitas dan kemampuan sumber

daya manusia

A P O R A N U T A M A

P r o g r a m B a n g u n P r a j a

Memacu DaerahPeduli Lingkungan

L

11 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM BANGUN PRAJA

Page 14: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

4. Adanya kebijakan yang mendukung5. Adanya sistem pertanggungjawaban

yang jelas7. Ketersediaan dana

Kegiatan program ini tahun 2002-2003 difokuskan pada monitoring danevaluasi isu-isu lingkungan perkotaanatau daerah urban meliputi: pengelolaansampah, pengelolaan ruang terbukahijau, pengelolaan fasilitas publik, danpengendalian pencemaran air. Padatahun ini, jumlah yang ikut 59 kota.Setiap daerah didata melalui kuisionerdan pengamatan langsung di lapangan.

Komponen yang dievaluasi yaitu manaje-men, daya tangkap, institusi, hasil (fisik),dan inovasi. Data itu kemudian disimpanpada data base dan diperbaharui setiapada evaluasi setiap tahun. Kebijakan danprogram peningkatan kapasitas daerahdisusun berdasarkan data yang ada.

Pada tahun kedua (Juni 2003-Mei2004) jumlah peserta Program BangunPraja bertambah menjadi 133 kota. Darijumlah tersebut, 31 kota masuk nominasisebagai kota terbersih yang akan mem-peroleh penghargaan Adipura. Penghar-gaan ini terdiri atas Anugerah Adipurabagi kota-kota yang nilai kinerjanya

melewati batas yang ditentukan, danPiagam Adipura bagi kota-kota yang ki-nerjanya mendekati nilai batas yangditentukan. Pada 7 Juni lalu, 15 kotamenerima Anugerah Adipura, dan 10 ko-ta meraih Penghargaan Adipura. Pe-nyerahan penghargaan itu dilakukan olehpresiden di Istana Negara.

Program ini tak berhenti sampai disini. Program ini akan terus berlanjut,tentu dengan berbagai penyesuaian baikdalam pemantauan dan evaluasi, sertakelembagaannya. Tujuannya, terwujud-nya tata praja lingkungan. (MJ)

A P O R A N U T A M AL

12 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

S emua orang sebenarnya tahu ba-gaimana mengatasi masalah sam-

pah. Orang juga tahu hambatan-hambat-annya, seperti kendala teknis, dana, per-alatan, dan SDM. Tetapi mengapa ma-salah ini tak pernah terselesaikan? Bebe-rapa daerah yang dibantu juga tetap takbisa menyelesaikan masalah ini.

Lalu apa sebenarnya kata kunci daripermsalahan sampah itu? Kita sampaipada kesimpulan bahwa itu semua ter-gantung komitmen pemerintah daerah.Punya nggak pemerintah daerah danmasyarakat komitmen untuk mengatasisampah? Kalau mereka punya komitmen,sebenarnya uang itu tak jadi masalah.Sampah bisa bersih kalau pemerintah dae-rah punya komitmen. Kalau tidak adakomitmen, diberikan apapun maka takakan bisa berbuat banyak.

Masalah uang itu sebenarnya ada.Hanya masalahnya dialokasikan ke arahyang betul.

Melalui program ini, kita ingin me-naikkan komitmen pemerintah daerah.

Biar kalau daerah itu kotor, pemerintah-nya malu. Kita mendorong agar masalahsampah dan kota bersih menjadi isu.Kalau isu ini tidak diangkat maka peme-rintah daerah akan tenang-tenang saja.Saat ini kita terus berupaya mengangkatisu sampah ke level pengambil keputus-an di daerah sampai ke pusat. Kita ber-harap muncul komitmen daerah dan na-sional. Coba kalau presiden teriak, gu-bernur teriak, kita bisa mengatasi hal itu.

Program ini bersifat sukarela. Adadua hal dalam program ini yakni perta-ma mendorong daerah membuat kota-nya bersih dan teduh (clean and greencity). Kedua adalah capacity building.Kita mendorong daerah meningkatkankapasitasnya dalam bidang lingkungankhususnya perkotaan. Kita memberikanworkshop, pelatihan, studi banding dansebagainya yang berkaitan dengan caramengelola kota.

Visinya untuk sementara sampahdulu, perbaikan fasilitas publik, dan ru-ang terbuka hijau. Kita batasi tiga dulu,

karena masalah di daerah sudah kacau.Kalau semuanya, mereka tidak akan bi-sa-bisa.

Sebenarnya program ini hampirsama dengan program Adipura dulu.Hanya saja berbeda, mekanismenya. Pa-da bangun praja ada peningkatan kapa-sitas, tapi tidak pada Adipura. Sistemevaluasinya juga berbeda. Kalau Adipurasekali setahun, Bangun Praja tiga kalisetahun. Semuanya transparan. Jadi se-tiap kota mengetahui perkembangan ko-tanya setiap ada pemantauan dan evalu-asi. Kota lain pun bisa tahu. Masyarakatpun juga tahu melalui media massa kare-na kita berusaha mengeksposnya.

Memang kita belum bisa berharapkota-kota yang memperoleh pengharga-an itu benar-benar bersih. Semuanyamasih kotor. Tapi kalau kita menunggu,sampai kapan mereka sampai pada nilaitertentu bersih? Ini kan butuh waktu.

Kita berharap, dalam 5 tahun kedepan lahir 50 kota yang bersih diIndonesia. (MJ)

M. Gempur Adnan, Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang PeningkatanKapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kewilayahan

“Kuncinya, Komitmen Pemerintah Daerah”

Page 15: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Mengatasi persoalan sampahbukan hal mudah. Terbukti,hingga kini masalah persam-

pahan di Indonesia tidak kunjung usai.Banyak faktor yang mempengaruhi danfaktor-faktor itu saling terkait satu samalain. Oleh karena itu, pengelolaan sam-pah merupakan sebuah sistem sehinggapenanganannya memerlukan sinergisemua pemangku kepentingan.

Begitu intisari perbincangan PERCIKdengan Sekjen Departemen Permukimandan Prasarana Wilayah, Budiman Arief,di kantornya beberapa waktu lalu.Berikut petikannya:

Bagaimana kondisi pengelolaansampah di Indonesia saat ini?

Secara umum, pengelolaan sampah,terutama sampah kota, masih kurang.Walaupun dulu pernah cukup baik padawaktu ada program Adipura pada tahun1986-1996, karena waktu itu dibantudengan reward (penghargaan) bagi kota-kota yang bisa menjaga kebersihan.Setelah itu kondisinya menurun. Danbaru saja ada lagi program Bangun Prajasejak 2002. Tapi gaungnya belum sepertiAdipura karena pesertanya terbatas.

Mengapa kondisinya menurun?Apakah karena tidak ada rewardatau ada faktor lain?

Memang reward tidak ada. Yangkedua karena ada krisis. Penanganansampah tak lagi menjadi prioritas.Pemerintah lebih banyak memperhatikansoal kemiskinan dan segala macamnya.Akhirnya penanganan sampah agak ter-tinggal. Perhatian pemerintah kota/ka-bupaten pun menurun. Saya kira ada fak-

tor saling mempengaruhi. Tidak adareward maka perhatian berkurang.Padahal pengelolaan sampah itu meru-pakan layanan masyarakat yang sangatmendasar. Sampah terkait dengan kese-hatan. Kota yang tidak menangani sam-pah dengan baik, bisa dipastikan tingkatkesehatannya pun tidak baik sebab sam-pah merupakan salah satu vektor penya-kit.

Bagaimana dengan faktor dana?Kalau kita lihat pengelolaan sampah

secara umum, dan ini sudah kita sam-paikan ke seluruh pemerintah kota/kabu-paten, bahwa ada lima aspek dominandalam pengelolaan sampah. Antara aspeksatu dan yang lain saling terkait. Kalaumau berhasil, maka kelima aspek ituharus diwujudkan. Pertama, aspek insti-tusi. Kedua, aspek pembiayaan. Ketiga,

aspek teknis. Keempat, aspek hukum.Dan kelima, aspek peran serta masyara-kat.

Mungkin banyak yang menganggapbahwa sampah ini hanya soal teknis,padahal tidak. Semua harus saling men-dukung. Sebagai contoh aspek kelemba-gaan. Kalau di kota bentuk/derajat insti-tusi itu kelewat rendah maka ini kan su-sah. Seorang kepala seksi/sub seksi akansulit bertemu walikota karena tingkatnyaterlalu jauh. Makanya dulu ada kesepa-katan, kalau kota besar/metropolitanmaka pengelola sampah harus dinas. Ka-lau kota sedang bisa subdinas. Jadi ja-ngan kelewat rendah.

Pembiayaan juga jangan terlalu ren-dah. APBD untuk sampah jangan terlalukecil. Susah. Walaupun sebetulnya, kalaunanti dikelola dengan bagus, sampah bisamenghasilkan retribusi meskipun tidak

A W A N C A R A

Budiman Arief, Sekjen Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah

‘’Penanganan Sampah Jelek,Tingkat Kesehatan Rendah’’

W

13 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: MUJIYANTO

Page 16: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

100 persen. Paling tidak 70 persen bisadidapatkan dari retribusi. Jadi subsidihanya 30 persen saja. Tapi kalau aspekpembiayaan tidak dibenahi dan retribusitidak ditarik dengan baik, maka akanmembuang uang saja.

Dari aspek hukum, peraturan harusdibenahi. Perdanya bagaimana, supayajelas. Kalau orang membuang sampahsembarangan didiamkan, wah susah.Sampah itu kan berasal dari manusia,maka hukumnya harus ditegakkan.

Dari aspek teknis juga janganseenaknya. Ada hitungan-hitungannya.Sistemnya bagaimana, waktu meng-angkutnya bagaimana, waktu di TPA-nyabagaimana. Terus dari aspek peran sertamasyarakat, itu satu hal yang sangat pen-ting. Kalau masyarakat tidak mendukungmaka biaya menjadi mahal. Oleh karenaitu peran masyarakat harus selalu di-tingkatkan. Kelima itu saling terkait.

Jadi tidak ada yang dominan?Ya. Tapi sebetulnya ada dananya dulu.

Kalau tidak ada ya gimana? Tapi duit sajabukan jaminan.

Apa yang telah dilakukan peme-rintah selama ini dalam menanganisampah ini?

Tugas Depkimpraswil adalah membu-at pedoman-pedoman. Kita sudah banyakmenghasilkan pedoman mengenai pe-ngelolaan sampah yang betul. Tapi tidakhanya itu. Kita juga memberikan stimu-lan. Kita berikan kepada pemerintahdaerah yang memang ingin mengatasimasalah ini. Kalau tidak ingin, kita tidakmemberikannya karena itu buang-buanguang saja. Jadi kita akan berikan kepadayang benar-benar ada upaya. Kekuranganmereka kita bantu. Ini juga sebagaireward.

Berapa banyak pemda yangmendapatkan stimulan ini?

Sejak 2001, sudah cukup banyak pem-da yang mendapatkannya. Kita juga

membantu kota-kota yang baru terben-tuk, misalnya untuk modal awal kitaberikan mobil pengangkut sampah. Kalauselanjutnya bagus, kita tambah lagi.

Apa rencana pemerintah ke de-pan?

Saya rasa kita akan tetap meneruskanapa yang sudah dilaksanakan. Pengelola-an TPA akan kita perbaiki lagi. Maunyapemda, mereka ingin menerapkan sani-tary landfill, tapi faktanya hanya opendumping saja. Ini yang menyebabkanbanyak protes. Mestinya open dumpingini sudah ditinggalkan. Meskipun kitabelum bisa menuju sanitary landfill pe-nuh. Kita akan memberikan bantuan ke-pada pemda yang kesulitan dalam pena-nganan TPA.

Bagaimana penanganan terha-dap masyarakat?

Semua pemda harus memberikan pe-ngertian kepada masyarakat mengenaipengelolaan sampah. Sebagai contoh, adawarga yang merasa sudah membayarkepada tukang sampah tapi ada tagihanlagi dari dinas kebersihan. Kalau sepertiini masyarakat bisa bingung. Mestinyadiberikan pengertian bahwa pengelolaansampah dari sisi teknis itu ada yangmengumpulkan, ada yang mengangkut,dan ada yang mengolah di akhir. Kalaumembayar ke RT/RW itu hanya me-ngumpulkan saja. Itupun sebenarnyahanya 30 persen dari seluruh proses tek-nis. Kadang-kadang yang diambil RT/RWitu terlalu besar sehingga dinas tidakkebagian. Makanya masyarakat harusdiberi pengertian sejelas-jelasnya sehing-ga mereka terbuka dan mengetahui de-ngan jelas bagaimana mengelola sampahdengan betul.

Pandangan Anda terhadap kesa-daran masyarakat dalam hal sam-pah?

Saya kira masyarakat belum mema-hami secara utuh betapa pentingnya pe-

ngelolaan sampah itu. Bagi masyarakatdesa mungkin sampah tak jadi masalahkarena tanahnya luas, tapi tidak denganmasyarakat kota. Mereka tak bisa lagimengelola sampah secara individual, tapiharus kolektif. Hanya saja persoalannya,kebanyakan masyarakat kota kan berasaldari desa. Jadi kelakuannya masih kela-kuan desa. Ini kan susah. Dan kalausudah masuk kota tidak ada sistempelayanan yang tidak bayar.

Bagaimana keterkaitan langkahpemerintah dalam penanganansampah dengan MDGs?

Saya kira salah satu tujuan dari MDGsadalah perbaikan pelayanan sanitasi.Sekarang kita sedang menyusun NationalAction Plan. Kita harus menerjemahkanMDGs itu untuk Indonesia. TujuanMDGs itu bisa dianggap cukup kuanti-tatif, tapi juga kualitatif. Bisa saja sampahitu habis, tapi kalau diangkutnya seming-gu sekali atau dua minggu sekali, secarakualitatif itu jelek. Karena sampah harusdiangkut paling lambat tiga hari sekalisupaya tidak busuk. Jadi tingkat pe-layanan bisa kita anggap kuantitatif dankualitatif.

Bisakah target MDGs dalammasalah sanitasi khususnya sam-pah tercapai pada 2015?

Kalau kita seperti negara maju dengansanitary landfill, saya kira kita belumbisa. Hanya saja kita bisa menerjemahkanbagaimana penanganan secara kualitatif.Yang penting ada peningkatan lebih baikdari sebelumnya. Makanya NationalAction Plan perlu ada kesepakatan de-ngan departemen-departemen terkait dandaerah, bagaimana mencapai targetMDGs.

Bagaimana Anda melihat keter-kaitan otonomi daerah dan pena-nganan sampah?

Sebenarnya dari dulu pengelolaansampah ini menjadi tugas dari pemerin-

A W A N C A R AW

14 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Page 17: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

tah kota/kabupaten karena ada UU 22,PP 25, tapi dulu ada PP 18 tahun 1953yang menyatakan bahwa pengelolaansampah itu menjadi tugas pemerintahkota/kabupaten. Itu mestinya tugas yangmelekat di pemerintah daerah.

Jadi adanya perubahan ke arahotonomi daerah beberapa tahun la-lu tak berpengaruh terhadap tugaspengelolaan sampah?

Sebetulnya tidak. Hanya saja kita ber-harap daerah menjadi lebih baik dalammenangani sampah ini. Yang dulu belumbegitu tegas, sekarang sudah lebih tegaslagi.

Bagaimana dengan penanganansampah lintas daerah yang banyakmenimbulkan pergesekan sepertikasus Bantar Gebang dan Bojong?

Memang masalah muncul di kota met-ropolitan. Kalau kota kecil dan sedang,mereka bisa menyelesaikan karena masihcukup lahan yang tersedia. Di kota besarseperti Jakarta, penanganan menjadi su-lit. Makanya sebaiknya sanitary landfillitu dibangun secara bersama-sama de-ngan daerah lainnya. Insinerator saya ki-ra terlalu mahal baik dari sisi investasimaupun operasional. Makanya kita harushati-hati dalam menilai aspek teknis. Ka-lau income per kapita kita 5.000 dolar AS,bisa kita memikirkan insinerator.

Bagaimana pandangan Anda ter-hadap perhatian pemerintah da-erah terhadap sampah?

Saya kira masih kurang. MengapaAdipura itu diadakan? Karena dulu diang-gap pengelolaan sampah akan baik jikaada perhatian yang cukup baik. Saya kirainvestasi sampah tak cukup besar diban-dingkan dengan membuat jalan dan airminum. Kalau pemda ada perhatian seha-rusnya pengelolaan sampah itu bisa ber-langsung dengan baik.

Bagaimana alokasi anggaran pe-merintah pusat dalam menangani

sampah ini?Seperti saya jelaskan, pemerintah

hanya memberikan stimulan saja. Depar-temen ini hanya membina infrastrukturdasar yakni air minum, limbah, sampah,drainase, dan jalan. Kita tak hanya me-ngeluarkan pedoman saja tapi juga stimu-lan. Ini juga supaya ada perhatian daerah.

Maksudnya apakah anggaranyang ada sudah cukup?

Kurang. Masih terlalu kecil. Dan me-mang infrastruktur itu masih dianggapkurang.

Adakah negara yang mendekatiIndonesia yang bisa dijadikan con-toh dalam penanganan sampah?

Saya kira perlu studi banding dengannegara lain yang kondisinya mirip denganIndonesia. Tidak ke negara-negara majuseperti Jepang, Australia. Itu terlalu jauh.Yang dekat-dekat kita. Misalnya kita bisastudi banding ke Kuching (Malaysia). Kitasudah lakukan.

Dari apa yang Anda uraikan, pe-nanganan sampah ini sepertinyaharus menggunakan pendekataninstitusi?

Menurut saya begini, institusi itu kan

jelas penanggungjawabnya. Memang ha-rus ada institusinya, tapi masyarakat te-tap ikut dalam sistem yang jelas. Bisa sajaRT/RW atau kelompok masyarakat bisasaja ditugaskan dalam pengumpulan.Institusi yang bertanggung jawab secarakeseluruhan bisa bertugas mengambildari TPS ke TPA. Jadi institusi yang me-nangani harus jelas dan tingkatnya cukupmemadai.

Harapan Anda ke depan terha-dap kota-kota kita?

Kebersihan dan kerapian harus kita

wujudkan. Kalau keindahan barangkaliitu suatu yang lux. Kebersihan adalahpangkal. Kalau mau membenahi yanglain, kebersihan harus didahulukan. Bu-pati dan Walikota perlu memberikan per-hatian yang lebih soal ini. Kalau perlu adareward, saya kira juga tak masalah.

Bagaimana bentuk kerja samanya?Sampah itu kan dibilang nimby (not

in my back yard), pokoknya jangan ditempat saya dech. Yang kena dampakharus memperoleh kompensasi yangmemadai sehingga merasa ada manfaat-nya. Dan teknik penanganan masyarakatpun harus betul. (mujiyanto)

A W A N C A R AW

15 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Page 18: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Beberapa teknologi pemusnahansampah telah dicoba untuk dite-rapkan di Indonesia. Teknologi

yang paling umum diterapkan adalahlahan urug saniter, yang dikembangkandi beberapa kota besar di Indonesia.Sesungguhnya lahan urug saniter terse-but merupakan suatu reaktor biologisuntuk mendegradasi sampah secara an-aerobik. Salah satu produk yang diharap-kan dari degradasi anaerobik tersebutadalah gas metana (CH4) yang memilikinilai kalor cukup tinggi. Ini bisa menjadisumber energi yang signifikan.

Kompos Belum DimanfaatkanKompos dari sampah kota di Indo-

nesia tidak berhasil dipasarkan denganbaik kepada masyarakat. Para petani,pengelola perkebunan dan pertamananbelum tertarik menggunakannya. Ini bisajadi karena kompos relatif tidak membe-rikan nutrisi tambahan bagi tanah dan ta-naman, serta tidak memberikan dampakyang langsung bagi peningkatan produksitanaman. Selain itu, kompos tidak dituju-kan untuk berperan seperti layaknya pu-puk kimia. Kompos lebih berperan untukmemperbaiki tekstur tanah dan mening-katkan cadangan air pada tanah, sehing-ga penyerapan air oleh tanaman akan le-bih baik. Di sisi lain, pemerintah kurangmenggalakkan gerakan pemanfaatankompos. Produksi kompos dari beberapainstalasi pengomposan sampah tidak op-timum, dan akhirnya berhenti beroperasiakibat ketiadaan pelanggan tetap danberkesinambungan.

Sumber EnergiPerlu konsep baru untuk menangani

sampah perkotaan. Sebagai alternatif,sampah bisa diubah menjadi suatu ma-teri baru yang memiliki nilai jual lebihdan dibutuhkan oleh masyarakat. Iniadalah energi. Mengapa? Karena Indo-nesia mulai mengalami krisis energi.BBM mulai langka, sumber minyak bumiyang terbatas, harga minyak mentah du-nia semakin mahal. Perlu dicari sumberenergi baru yang terbarukan dan membe-rikan dampak negatif yang lebih kecil ter-hadap lingkungan. Di sinilah sumberenergi dari sampah bisa menjadi alterna-tif sumber energi baru, sekaligus menjadisarana pemusnahan sampah secara si-

multan. Dengan demikian diharapkanpemanfaatan bahan bakar fosil dapat di-tekan, serta mereduksi tingkat eksploitasibahan bakar fosil dari perut bumi.

Teknologi Yang TersediaKompos pada dasarnya melakukan

konversi energi. Namun energi yang adaterlepas dalam bentuk materi yang me-miliki nilai kalor yang lebih rendah. Halini disebabkan proses pengomposan se-cara aerobik akan melepas materi organikpadatan lain yang lebih sederhana, sertagas CO2 yang tidak siap untuk dimanfaat-kan energinya secara langsung. Tersediabeberapa proses lain yang dapat meng-konversi energi yang tersimpan di dalamsampah menjadi suatu materi baru. Pro-ses itu antara lain yaitu:

A W A S A N

Sampah Sebagai Sumber Energi :

Tantangan Bagi DuniaPersampahan Indonesia

Masa Depan

W

16 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Sandhi Eko Bramono *)

FOTO: FANY WEDAHUDITAMA

Page 19: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Proses AnaerobikProses ini akan melepas energi yang

tersimpan dalam gas CH4 ( metana ) yangmemiliki nilai kalor tinggi yang akan ter-bentuk. Lahan urug saniter, sesungguh-nya merupakan reaktor anaerobik dalamkapasitas yang besar. Beberapa tekniktelah dilakukan untuk meningkatkan pro-duksi gas metana yang terbentuk.Resirkulasi air lindi merupakan salah sa-tu teknik yang diterapkan untuk me-ningkatkan produksi gas metana, selainuntuk mempercepat degradasi sampahitu sendiri. Akan tetapi, reaktor anaerobikyang direncanakan secara khusus dengankapasitas yang lebih kecil, dapat lebihmudah untuk dimonitor dan dikontroldalam kinetika pembentukan gas metanadengan lebih baik ketimbang pada lahanurug saniter. Residu yang terbentuk dapatdimanfaatkan untuk kompos, yang se-belumnya telah diambil sebagian ener-ginya menjadi gas metana, ketimbangproses aerobik pada pengomposan yanghanya akan menghasilkan kompos saja.Jika tahapan proses anaerobik ini dihen-tikan hanya pada tahapan fermentasisaja, yaitu tahapan sebelum pemben-

tukan gas metana, maka dapat dihasilkanalkohol yang memiliki nilai kalor tinggi.Penggunaan alkohol ataupun derivatnyasebagai sumber bahan bakar alternatifdari sampah dapat dipertimbangkan juga.

Proses Gasifikasi dan PirolisisKedua proses ini membutuhkan ener-

gi tambahan untuk menaikkan tempe-ratur hingga 600 oC yang dilakukan de-ngan oksigen substoikiometrik atau tanpakehadiran oksigen sama sekali. Prosespirolisis akan menghasilkan padatan(char) dan cairan (tar) yang memiliki nilaikalor tinggi. Produk ini dapat diman-faatkan sebagai biodiesel (salah satubahan bakar pengganti atau aditif solar)yang sedang marak digunakan dewasa ini.

Sedangkan gasifikasi, akan mengha-silkan gas yang memiliki nilai kalor tinggi.Pemanfaatannya sebagai sumber energialternatif dapat dipertimbangkan pula.

Proses InsinerasiProses ini lebih mahal ketimbang dua

proses di atas. Sampah dengan kadar airterendah sekalipun hanya dapat mengha-silkan temperatur alami sekitar 200 oC.

Sementara temperatur kerja pada proses

ini adalah pada rentang 600 - 800 oC,

yang bertujuan untuk mereduksi pem-

bentukan senyawa karsinogenik dioksin

dan furan. Riset pada beberapa buah

insinerator di Amerika Serikat masih

belum menunjukkan hasil yang memu-

askan dalam mereduksi pembentukan ke-

dua senyawa ini, meskipun proses dija-

lankan pada temperatur jauh di atas 600

- 800 oC. Proses ini akan menghasilkan

panas yang cukup tinggi sehingga bisa di-

gunakan sebagai sumber energi pem-

bangkit tenaga uap. Tenaga uap itu dapat

dikonversi menjadi energi listrik.

Rentang Energi Yang Dihasilkan

Sebagai suatu proses yang meng-

hasilkan energi, jumlah input energi dan

output energi harus dihitung dalam suatu

neraca massa dan energi. Energi yang di-

masukkan ke dalam suatu proses diha-

rapkan seminimum mungkin, mengingat

output dari proses yang diharapkan ada-

lah energi pula, sehingga total energi yang

dihasilkan dari proses dapat dihitung. Ji-

ka terlalu banyak energi yang harus di-

tambahkan ke dalam proses, maka proses

tidak efisien.

Selain itu, masih perlu dikaji rentang

energi yang dapat dimanfaatkan, karena

setiap output dari suatu proses memiliki

rentang pemakaian. Dalam hal ini, efi-

siensi pemanfaatan energi dengan jumlah

energi tertentu yang dihasilkan dari suatu

volume sampah harus dipertimbangkan.

Harus disadari bahwa setiap proses me-

miliki jangkauan pemanfaatan dalam se-

tiap produk yang dihasilkan. Dengan de-

mikian pemanfaatannya bisa dilakukan

secara tepat dan efisien.

*) Penulis adalah mahasiswa

pascasarjana pada UNSW, Australia.

A W A S A NW

17 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: FANY WEDAHUDITAMA

Page 20: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Perkembangan penduduk selainmembutuhkan ruang/lahan, pe-nyediaan prasarana dan sarana

kota yang memadai, juga menghasilkansampah (Tchobanoglous, 1977: 4). Sesuaiaturannya, sampah harus ditangani de-ngan cara ditampung pada tempat pem-buangan sementara (TPS), kemudian di-angkut ke tempat pembuangan akhir(TPA) dan disortir antara sampah keringdan sampah basah. Barulah sampah dio-lah dengan berbagai macam teknologi,antara lain sanitary landfill, composting,pembakaran dengan incenerator, tekno-logi ATAD (autogenous ThermophilicAerobic Digestion) dan sebagainya.

Namun di lapangan proses tersebuttidak berjalan sesuai dengan perenca-naan fasilitas kesehatan lingkungan yangtelah dilakukan oleh pemerintah kota(Chiara, 1982: 6). Akibatnya, sampah me-nimbulkan persoalan yang sangat kom-pleks, tidak hanya di daerah tapi ditingkat nasional.

Sampah dan Kota SurabayaPengumpulan, pembuangan dan

pengolahan sampah dalam wilayahperkotaan menjadi tanggung jawab pe-merintah kota (UU No. 22 Pasal 11, ayat2; Cointreau, 1982: 4), khususnya dinaskebersihan. Tapi Pemerintah Kota Su-rabaya tak lagi mampu menangani sam-pah. Banyak kendala yang dihadapi se-perti pengadaan lahan untuk TPA, pem-biayaan pengelolaan sampah yang sangatbesar dan kegiatan rutin pembangunanyang sudah cukup banyak. Untuk me-mecahkan persoalan tersebut pemkotSurabaya menggandeng pihak swasta.Hanya saja kerja sama ini terbatas padajual beli, sahingga pemkot sebenarnyabelum memiliki pengalaman kerja samadalam pengelolaan sampah secara me-nyeluruh.

Komposisi dan Teknologi Peng-olahan Sampah

Pada dasarnya, suatu teknologi peng-olahan sampah yang akan diterapkan ha-rus dapat mengatasi masalah yang timbulatau minimal dapat mengurangi bobotdari masalah yang telah timbul (Ryding,1994: 71). Dalam menentukan teknologipengolahan sampah yang akan diterap-kan, maka hal tersebut sangat bergan-tung kepada jenis sampah yang di-hasilkan (Cointreau, 1982: iv).

Keterkaitan antara jenis sampah yangdihasilkan dan teknologi yang diterap-kan, menyebabkan perbedaan penerapanteknologi pengolahan sampah di negaraindustri dan negara berkembang. Dinegara berkembang kepadatan sampahdiperkirakan 2-3 kali lebih tinggi diban-dingkan kepadatan sampah di negara in-dustri. Komposisi sampah juga sebagianbesar organik dengan porsi terbesarberasal dari tanaman, dan diperkirakantiga kali lebih tinggi. Oleh karena jenissampah seperti yang disebutkan di atas,maka di negara berkembang salah satusistem pengolahan yang umum adalah

open dumping dan sanitary landfill.Ada beberapa macam teknologi peng-

olahan akhir sampah (Moenir, 1983: 33)yaitu:

Masing-masing teknologi di atasmempunyai kelebihan dan kelemahan.Oleh karena itu perlu pengkajian menge-nai tiap-tiap teknologi tersebut agar tidakterjadi kesalahan yang dapat mengaki-batkan kegagalan penanganan sampah.

Pemindahan dan pengangkutan sam-pah juga berperan dalam menentukankeberhasilan teknologi pengolahan sam-pah yang dipilih. Jadwal pengangkutansangat bergantung pada kapasitas pengo-lahan sampah di TPA, karena jika over-load maka akan menyebabkan pengolah-an terganggu.

Simpul PersoalanBerdasarkan uraian mengenai ling-

kup makro masalah sampah Kota Sura-baya, maka rumusan persoalan sampahKota Surabaya adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan Pemerintah Kota Su-rabaya dalam penanganan sampah, baikdalam hal teknis, biaya, sumber daya ma-nusia, pengetahuan dan yang paling uta-ma, yaitu perencanaan penanganan sam-pah yang komprehensif dan terpadu;

2. Sistem pengelolaan sampah yang ti-dak berjalan dengan baik, mulai dari sistempengangkutan, penyebaran dan penggu-naan TPS, fasilitas TPA, Fasilitas penunjangTPA, sistem pengolahan sampah dan sistemtreatment limbah cair sampah;

A W A S A N

Pre-Studi Masalah SampahKasus Studi: Kota Surabaya

W

18 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Klasifikasi Musim Hujan Musim Kemarau • Paper • Textil • Organic • Wood/grass • Plastic • Leather/rubber • Metal (Ferrous) • Metal (Non Ferrous) • Glass • Stone ceramic • Bones • Others

13.54 1.85

52.93 19.15

7.7 0.45 0.82 0.08 1.12 1.61 0.62 0.13

4.37 2.03

55.59 15.72 7.51 0.03 0.74 0.16 0.68 4.46 0.74 0.07

TOTAL 100 100

Fany Wedahuditama *)

1.2. 3.

4.

5.6.

Metode open dumping Metode sanitary landfill Metode pengepakan sampah (balingmethod)Metode pembakaran (incineration/-thermal converter)Metode komposMetode ATAD (Autogenous Thermo-philic Aerobic Digestion)

Sumber: JICA Study, 1992

Page 21: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

3. Teknologi pengolahan sampah yangsangat mahal;

4. Kelangkaan lahan untuk fasilitasTPA, karena jika benar-benar harus di-pindahkan maka perlu lahan yang luas.Selain itu produksi sampah tidak akan te-tap pada angka + 8.000 m3 per hari, kare-na tingginya laju peningkatan penduduk;

5. Terbatasnya atau kurangnya pe-ngalaman dan pengetahuan pemerintahkota mengenai kerja sama dengan pihakswasta maupun dengan pemerintah kotalain dalam penanganan sampah.

Rekomendasi StudiMengacu pada uraian dalam studi ini,

maka rekomedasi yang diberikan dimak-sudkan sebagai arahan bagi PemerintahKota Surabaya dalam rangka menanganimasalah sampah.

1. Kerjasama antara Pemerintah Ko-ta Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Cepat atau lambat, jika setiap pemerintahkota dituntut untuk semakin sigap dalammelayani publik, maka harus terjadi kerjasama antara pemerintah kota. Suatu kota

tidak dapat berdiri sendiri, tetapi suatukota hidup karena adanya kota-kota laindi sekelilingnya. Kerja sama itu taksebatas masalah sampah tapi masalahlainnya.

2. Kerjasama dengan pihak swastadalam proses pengangkutan, pengolah-an sampah. Kata-kata bahwa pemerintahkota sudah bukan berperan sebagai fasili-tator tetapi sebagai enabler seharusnyamenjadi dasar dari kerja sama denganpihak swasta. Pada dasarnya adanya per-saingan di antara pihak swasta untukmenjadi rekanan pemerintah kota dalampenyelenggaraan layanan publik dapatmenekan harga layanan.

3. Penggunaan lahan milik pemerin-tah propinsi

Keterbatasan lahan yang dimiliki olehpemerintah kota selalu menjadi kendala,terutama dalam hal untuk dijadikan se-bagai TPA. Hal tersebut dikarenakan ma-sih dibutuhkannya lahan tersebut untukfungsi yang lebih memberikan nilai tam-bah pada perekonomian kota. Ke-terbatasan ini tak boleh jadi penghalang.

Pemerintah kota berhak memintabantuan kepada pemerintah propinsi baikdalam hal dana, lahan atau bantuan lain-nya demi penyelenggaraan layanan publikyang sebaik-baiknya.

4. Teknologi pengolahan sampahyang tepat bagi kota Surabaya dalamjangka waktu 10 tahun ke depan.

Dengan menumpuknya sampah yangterdapat pada TPA di kota Surabaya,maka perlu ada pemusnahan sampah se-cara cepat. Paling tidak, dalam kurunwaktu setahun, volume sampah yang ma-suk ke TPS dan TPA harus dapat diku-rangi sampai 30 persen dari total volumesampah kurang lebih 8.000 m3 per hari.

Teknologi pengolahan sampah yangdapat mengurangi volume sampah de-ngan cepat adalah teknologi incenera-tor/thermal converter. Selain itu, tekno-logi ini dapat juga menghasilkan produksampingan berupa tenaga listrik.

Berkaitan dengan biaya teknologi peng-olahan sampah, seperti yang kita ketahui,hampir semua teknologi pengolahan sam-pah memerlukan biaya investasi yang tinggi.Hal ini karena tidak pernah dipertim-bangkannya faktor kandungan/potensi lo-kal. Menurut pengamatan selama ini, tek-nologi pembakaran ini mempunyai prinsipyang hampir sama dengan teknologi pem-bangkit listrik dengan bahan bakar batubara. Untuk membangun sebuah mesinpembakaran dengan bahan bakar sampahmenurut pakar-pakar dari ITB bukanlah halyang tidak mungkin. Hampir seluruh kom-ponen untuk membuat mesin tersebut terse-dia di Indonesia. Hanya beberapa komponensaja yang perlu diimpor dari negara lain.Pembuatan mesin dengan kandungan lokalyang besar tentu saja akan menekan biayainvestasi alat/teknologi pengolahan, dan haltersebut merupakan kesempatan bagi Pe-merintah Kota untuk menuntaskan masalahsampah.

*) Penulis adalah alumni Magister

Teknik Lingkungan ITB

A W A S A NW

19 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: FANY WEDAHUDITAMA

Page 22: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Sampah selalu menjadi bagian ke-hidupan sehari-hari. Dalam setiapkegiatan, sampah selalu menjadi

salah satu hasilnya, sebaik atau serapiapapun kegiatan itu. Sayang banyakorang yang belum peduli terhadap hal ini.

Di sebagian besar rumah tangga –uta-manya perkotaan—penanganan sampahdibebankan kepada pembantu rumahtangga. Walhasil, persoalan sampah su-dah dianggap selesai manakala sampahitu dibersihkan dan dimasukkan ke tongsampah. Ini jelas pandangan yang perludiluruskan.

Kini sampah menjadi masalah yangbesar bagi kota-kota besar di Indonesiaseperti Jakarta, Surabaya, termasuk Ma-kassar. Di beberapa kota, masalah sam-pah kota melibatkan kota lain, tetanggamereka, akibat kekurangan lahan untukdijadikan Tempat Pembuangan Akhir(TPA) sampah.

Tulisan ini mencoba mengupas per-masalahan sampah di Kota Makassar, sa-lah satu kota metropolitan di Indonesia.Kota Makassar berpenduduk ± 1,5 jutaorang. Luas 175,77 km persegi. Kota initerus berkembang seiring pembangunandaerah Makassar sebagai pusat pemba-ngunan di wilayah Indonesia Timur.

Pengelolaan Sampah oleh DinasKebersihan dan Keindahan

Penanganan sampah di KotamadyaMakassar mencakup tiga tahap kegiatanyaitu pengumpulan, pengangkutan darisumber sampah atau TPS/kontainer dilokasi pembuangan sementara, danpembuangan/penimbunan sampah dilokasi pembuangan akhir.

Tahap pengumpulan terdiri atasdua cara yaitu:

Sistem pengoperasian pengangkutansampah terbagi dalam dua waktu kegiat-an: pelayanan operasi pagi hingga siangdan pelayanan operasi sore hingga ma-lam. Wilayah pelayanan dibagi dalam tigakategori yaitu: wilayah inti, wilayah pe-nunjang inti, dan wilayah pengembang-an.

Selain sampah yang dihasilkan olehperumahan dan daerah komersial, DinasKebersihan dan Keindahan juga meng-angkut hasil pembersihan jalan dan se-lokan sesuai dengan pembagian wilayahkerja rutin.

Sumber dana Dinas Kebersihan danKeindahan berasal dari APBD Tk. I,APBD Tk. II dan restribusi yang berasaldari restribusi kebersihan dan restribusi

septik tank.Sumber daya operasional Dinas Ke-

bersihan dan Keindahan Kotamadya DatiII Makassar 135 orang pengemudi dan225 orang pengangkut sampah. Kotama-dya Makassar hingga saat ini telah meng-gunakan tujuh TPA yaitu : TPA Karuwisi,TPA Sappabulo, TPA Andi Tonro, TPAPanampu, TPA Kantisang, TPA TanjungBunga, dan TPA Tamangapa. Semua TPAtelah ditutup kecuali TPA Tamangapa.Perubahan TPA dilakukan akibat per-tumbuhan produksi sampah kota yangsemakin tahun semakin bertambah. TPAyang telah ditutup masih menggunakansistem open dumping.

TPA Tamangapa menggunakan Meto-de Semi Sanitary Landfill. Metode ini di-lakukan untuk mengadaptasi metode Sa-nitary Landfill dengan metode OpenDumping. Hal ini dilakukan untuk pene-rapan pada daerah yang tidak mempu-nyai dana yang cukup untuk menerapkanmetode Sanitary Landfill.

Di TPA Tamangapa, sampah dipisaholeh para pemulung untuk dijual padapara tengkulak kemudian disalurkan kepabrik-pabrik yang memerlukan. Peng-hasilan mereka cukup baik untuk me-menuhi kebutuhan. Selain pemulung, diTPA Tamangapa terdapat sapi yang dapatmengurangi jumlah sampah basah yangakan ditimbun.

A W A S A N

Pengelolaan Sampahdi Makassar

W

20 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Nirman Niswan, ST. *)

Kondisi Pengelolaan Sampah Di Kotamadya Makassar

Luas Layanan 175,77 km

Jumlah penduduk daerah layanan 1.300.000 jiwa

Perkiraan Timbunan 3.535,20 m3

- Domestik 1.576,60 m3

- Komersial 1772,7 m3

Volume yang tertangani 2996,67 m3

Tingkat pelayanan 84,8 % Sumber : Dinas Kebersihan Kotamadya Ujung Pandang 1998

Individual System (door to door) baik

menggunakan gerobak atau alatpengangkut lain seperti alat angkutjauh (kendaraan pengangkut sam-pah) yang dilakukan oleh Dinas Ke-bersihan dan Keindahan atau pihakswasta.Comunal System yaitu pengangkutansampah dari lokasi penampungan(TPS) yang diangkut oleh armadapengangkutan sampah Dinas Ke-bersihan dan Keindahan.

Sumber: Dinas Kebersihan Kotamadya Ujung Pandang 1998

Page 23: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

PermasalahanMetode Semi Sanitary Landfill mem-

butuhkan tanah penutup dalam jumlahyang cukup besar. Hal ini jelas menam-bah biaya operasional pengelolaan sam-pah, apalagi kalau tanah yang dibutuhkanjauh dari lokasi TPA. Untuk TPATamangapa, tanah penutup dapat diper-oleh pada daerah sekitar TPA.

Selain itu, metode ini juga perlu penga-wasan yang ketat dalam pemasangan pipauntuk mengalirkan biogas yang dihasilkantimbunan sampah. Biogas ini baru berhen-ti setelah penimbunan berkisar 50 tahunanbahkan lebih. Jika biogas ini tidak disa-lurkan dapat mengakibatkan ledakan yangakan menghamburkan timbunan sampah.Perpipaan biogas TPA Tamangapa dilaku-kan setelah timbunan terbentuk selama se-tahun lebih. Hal ini patut disayangkan ka-rena pada perencanaan awal pipa biogastelah dirancang.

Air hujan yang jatuh pada daerah tim-bunan sampah juga menimbulkanmasalah jika tidak tertangani denganbaik. Di TPA Tamangapa proses pengo-lahan menggunakan proses fotosintesiskarena merupakan sistem yang relatifmudah dan murah. Lindi (Leachate) yangdihasilkan oleh timbunan sampah dapatmerusak air tanah jika dasar timbunantidak kedap air. Bahkan dapat merusakair permukaan seperti sungai.

Untuk lingkungan sekitarnya perlu puladiperhatikan faktor bau dan angin berhem-bus sehingga tidak mempengaruhi pemu-kiman sekitarnya. Berdasarkan standarpemilihan daerah TPA, sebenarnya tidakdibenarkan adanya pemukiman di sekitarTPA tetapi penduduk biasanya malahmembangun semakin dekat dengan TPAterutama para pemulung.

Sampah Mereka Sampah Kita Masalah-masalah yang timbul sebe-

narnya dapat direduksi dengan menerap-kan sistem pengelolaan yang terpaduantara masyarakat dan pemerintah kota.Selama ini masalah sampah hanya menja-

di bagian pelengkap dalam strukturmasyarakat dan pemerintahan. Seharus-nya masalah sampah ini diberi perhatianyang cukup dari kedua belah pihak. Sebabluas lahan kota dan anggaran yang ter-batas memerlukan alternatif pengolahan.

Seperti diketahui, pengelolaan sam-pah sebenarnya terdiri atas pengumpulansampah, pengangkutan sampah, danpengolahan sampah yaitu penimbunansampah sebagai salah satu cara. Pengum-pulan bisa ditangani oleh masyarakat. Ca-ra terbaik dalam pengumpulan ini adalahdengan pemilahan sampah sehinggadalam tahap selanjutnya pengolahanlebih mudah dan efisien. Namun inimemerlukan pemahaman yang tinggi darimasyarakat dan pelaksana di lapangan.Pada tahap ini pula kita dapat menerap-kan metode “Zero Waste” yaitu mengu-rangi sampah hingga tidak ada lagi yangdapat diolah dengan penimbunan.

Penerapan aturan tentang sampah yangmasih sedikit membuat masyarakat tidakmenganggap penting masalah ini. Seperticontoh di Jakarta, dengan penuhnya TPABantar Gebang membuat pemerintah kotasulit menyalurkan sampahnya. Walaupunakhirnya masalah selesai tetapi sampai ka-pan lagi TPA selanjutnya akan penuh? Pe-merintah pasti akan mencari lahan baru lagi.Sedangkan lahan bekas TPA hanya dapat di-gunakan kembali sebagai lahan produktif se-

telah puluhan tahun. Sampah bisa juga dibu-ang di lahan bekas galian tambang, tapi tiapkota tidak selalu mempunyai penambangan.Jadi betapa beruntunnya masalah jika tidakdipikirkan secara serius.

Pola pikir masyarakat harus diubahdengan memandang sampah masyarakatlain merupakan sampah mereka juga.Maksudnya sampah menjadi tanggungjawab bersama. Karena jika sampah itusemakin hari semakin tinggi produksinyabisa dibayangkan kota besar sepertiJakarta dan Makassar khususnya akanmenjadi timbunan sampah.

Untuk saat ini, tentu kita hanya dapatmengharapkan pengelolaan sampah yangmenjadi tanggung jawab pemerintah untukdikelola dengan baik. Karena seperti pence-maran lainnya dampak yang ditimbulkanakan terlihat atau dirasakan setelah ber-tahun-tahun. Sementara sumber pencemar-an sudah tidak dapat dideteksi lagi.

Sebenarnya aturan mengenai ling-kungan di negara ini sudah cukup. Yangkurang adalah penerapan dan hukumanterhadap pelanggaran. Oleh karena itutanggung jawab kita semua untuk mem-perbaikinya.

*)Penulis adalah Alumni Teknik Lingkungan ITB.Tulisan disarikan dari Tesis Penulis“Rencana Pengembangan Kapasitas

Layanan TPA Tamangapa, Makassar”

A W A S A NW

21 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: ISTIMEWA

Page 24: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Rachel Carson telah mengisyarat-kan, manusia perlu disadarkanbahwa lingkungan akan rusak

parah karena ulahnya, sekalipun tindak-an itu dianggap produktif bagi manusia;(Majalah Silent Spring, 1963). Kondisilingkungan hidup sangat mempengaruhiperikehidupan dan kesejahteraan manu-sia serta makhluk hidup lainnya. Makh-luk hidup, baik manusia, hewan ataupuntumbuh-tumbuhan tidak akan mampubertahan hidup tanpa lingkungan hidupyang baik, lebih-lebih tanpa air.

Air memegang peranan pentingdalam kehidupan. Saat ini sumber airyang ada dan dapat diambil langsungmanfaatnya yakni air hujan, mata air, airtanah, waduk embung situ-situ dan su-ngai. Namun kondisinya kini tak seim-bang lagi antara kebutuhan dan keterse-diannya. Gangguan keseimbangan ituterjadi akibat a) pertumbuhan pendudukyang sangat pesat, khususnya di daerahperkotaan; b) merebaknya berbagaiindustri yang mengubah peruntukanlahan dan sekaligus memanfaatkan airyang cukup besar; c) meningkatnya pene-bangan hutan liar, kebakaran hutan danpenambangan bahan galian di hutanyang tidak dibarengi dengan upaya kon-servasi dan rehabilitasi hutan dan lahan;serta d) terjadinya pencemaran air akibatlimbah industri, intrusi air laut dan lim-bah penambangan tanpa izin (PETI).

Program AMPL di Era OtonomiDaerah

Program Air Minum dan PenyehatanLingkungan (AMPL) bertujuan untukmeningkatkan derajat kesehatan masya-rakat berpenghasilan rendah di perdesa-an dan pinggiran perkotaan dengan pen-dekatan berbasis masyarakat. Caranya

melalui penyediaan air yang lebih mudahterjangkau, murah, dan berkualitas sertapenyediaan sarana sanitasi (dasar) yanglebih sesuai dengan kondisi setempatserta dibarengi dengan upaya perbaikanperilaku hidup bersih dan sehat.

Pengalaman di lapangan selama duatahun terakhir menunjukkan bahwa pro-gram AMPL yang didanai dari Bank Du-nia dan AusAID tersebut cukup berhasil.Ini karena metode yang diterapkan se-suai dengan prinsip-prinsip otonomidaerah, yaitu pembangunan sarana danprasarana air bersih dimulai dari bawahberdasarkan prakarsa sendiri, menam-pung dan memperhatikan aspirasi ma-syarakat serta dengan memperhatikankeragaman daerah. Tidak ada pemak-saan, keseragaman, instruksi dan mobil-isasi masyarakat. Semua dikelola melaluiupaya pemberdayaan masyarakat.

Sesuai peran dan fungsinya, pemerin-tah pusat dan propinsi akan bertindaksebagai fasilitator, sedang pemerintahkabupaten/kota diharapkan mampumengkoordinasikan dan memadukanpembangunan di daerah serta member-dayakan masyarakatnya. Untuk itu hal-hal yang perlu diperhatikan oleh berbagaipihak, dari tingkat pusat hingga daerahdalam menyukseskan program/proyektersebut antara lain:

Ada kebijakan, baik nasional, regionalmaupun lokal. Artinya pemerintahpusat dan daerah perlu menyiapkanperaturan perundangan, pedoman,standar dan lainnya yang memberikanarahan agar program/proyek AMPLdapat terlaksana dengan baik, benar,

transparan, dan berkelanjutan.Masyarakat. Artinya masyarakat perlumemiliki kesiapan, kemauan, dan ke-mampuan untuk berpartisipasi dalamprogram/proyek ini. Sumber daya alam. Potensi sumberda-ya alam, khususnya air dapat memberi-kan kontribusi positif bagi pengem-bangan ekonomi dan kesejahteraanmasyarakat sehingga harus dikeloladengan baik dan benar.

Tantangan ke Depan Keberhasilan program AMPL yang di-

koordinasikan oleh Kelompok KerjaAMPL cukup menggembirakan. Tak he-ran bila banyak daerah berminat ikut ser-ta dalam proyek-proyek ini. Namun adakendala teknis yang menghalangi.

Menyadari kondisi tersebut, tugasyang harus diemban instansi terkait yangtergabung di dalam Pokja AMPL adalaha) Mampu menyusun kebijakan umumyang dapat dijadikan landasan pemangkukepentingan (stakeholder) untuk berpar-tisipasi dalam penyediaan air minum danpenyehatan lingkungan yang berbasismasyarakat; b) Mampu meyakinkan ja-jaran pemerintah daerah dan stakeholderlainnya bahwa program ini merupakansalah satu upaya meningkatkan kesejah-teraan rakyat; c) Mampu meyakinkannegara donor, NGO dan pihak ke-3 lain-nya untuk berpartisipasi; dan d) Mampumemfasilitasi pengembangan jaringankerja di tingkat pelaksanaan (kab/kota)dengan mendorong pelibatan instansiterkait serta LSM yang memiliki komit-men terhadap AMPL.

*)Staf Ditjen Bangda, Depdagri

dan anggota Pokja AMPL

A W A S A N

Pengelolaan Program Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

dan Tantangan ke Depan

W

22 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus

S. Budi Susilo *)

1.

2.

3.

Page 25: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Kabupaten Kebumen mempunyaikekhasan di bidang pembangun-an air minum dan penyehatan

lingkungan (AMPL). Program rinci bi-dang AMPL tercantum di dalam Renstra2000 s/d 2005 (menyatu dalam PERDANo 18 thn 2002). Pemda setempat punsangat tanggap terhadap gagasan Ke-lompok Kerja WASPOLA untuk mendi-seminasi dan mengoperasionalisasikanKebijakan Nasional AMPL. Bahkan pem-da bersedia memberikan kontribusi fi-nansial bagi pelaksanaan kegiatan ter-sebut.

Pemda mengalokasikan dana untukpembangunan AMPL bukan hanya dariDAK tetapi juga anggaran reguler tahun-an, dan itu sudah terlaksana. Tahun ang-garan 2005 mendatang, tak kurang limadesa mendapat alokasi dana AMPL ma-sing-masing sebesar Rp 100 juta. Usulanini merupakan aspirasi masyarakat yangdigali melalui mekanisme Jaring Asma-ra (jaring aspirasi masyarakat), yaknimekanisme jemput bola dengan mem-bentuk task force yang khusus untuk ke-perluan tersebut. Selain program yang di-susun melalui jaring asmara, programAMPL juga berasal dari usulan dinas(sektor). Dinas Pekerjaan Umum, padatahun anggaran 2005 mengalokasikandana untuk pembangunan AMPL sebesarRp 120 juta untuk tujuh desa.

Selama ini, berbagai sarana yangdibangun cukup terpelihara. SaranaAMPL yang dibangun pada pertengahan1980 dan 1990-an, masih berfungsi mes-kipun mulai ada tanda-tanda kerusakan.

Dari tabel di atas dapat ditarik pe-ngertian bahwa sarana AMPL di Kabu-paten Kebumen cukup terpelihara (bacaberkelanjutan). Namun, di balik data

data tersebut sesungguhnya tersembunyimasalah yang rumit. Kebumen yang me-miliki sumber air berlimpah—meskipununtuk memanfaatkannya memerlukanteknologi khusus— pada musim kemaraumengalami kesulitan air secara serius.Pada musim kemarau pemda selalumengerahkan armada tanki air bersih,membeli air bersih di PDAM dan mem-bagikan secara gratis ke desa-desa yangmengalami kesulitan air. Paling tidak 80desa selalu mengalami kekeringan danmemerlukan droping air bersih.

Masalah LingkunganMasalah kelangkaan air di musim ke-

marau terjadi karena penebangan hutan diwilayah resapan air milik Perhutani.Konon penebangan hutan heterogen dandiganti dengan tanaman pinus (homogen)menjadi sebab berkurangnya debit air danlongsor. Contohnya bak penampung air didesa Adiwarno ambrol terbawa longsor,menurunnya debit air Waduk Sempor-–sumber air di Kabupaten Kebumen.

Meskipun aparat pemerintah tidak me-nunjuk secara pasti bahwa kekeringan ituterjadi karena alih fungsi hutan, peristiwakelangkaan air itu memang terjadi setelahadanya berbagai perubahan tersebut.

KelembagaanMasyarakat ikut serta dalam pemba-

ngunan sarana AMPL, khususnya dalam

teknologi perpipaan. Di desa Banyumu-dal, sebagai contoh, masyarakat juga di-pungut kontribusi hingga Rp 100 ribu/-orang. Peraturan juga dibuat rinci me-nyangkut beberapa aspek seperti: carapermintaan sambungan RT, ketentuanbesarnya biaya, denda keterlambatanmembayar, besarnya iuran, organisasipengelola dan pemakai air.

Awalnya masyarakat di sekitar mataair di Desa Banyumudal tak menghadapimasalah sebelum ada pembangunanjaringan perpipaan untuk tiga dusun dibagian hilir. Setelah ada pembangunanitu, justru warga tak memperoleh airpada musim kemarau. Akhirnya merekamerusak broncaptering untuk mendapat-kan air kembali. Akibatnya, suplai air ketiga dusun tersebut menjadi tidak mera-ta. Berawal dari peristiwa ini, sistemiuran yang tadinya dibakukan menjadiberhenti. Pengelola pun tak mau mena-nganinya lagi.

Teknologi Teknologi untuk menanggulangi ma-

salah AMPL, pada umumnya yakni sis-tem perpipaan, baik perpipaan gravitasimaupun sistem pompa (genset). Bebe-rapa desa menggunakan teknologi sumurgali (SGL), sumur bor, dan penampunganair hujan (PAH). Teknologi sumur galidan PAH kelembagaannya tidak ter-bentuk dan berfungsi. Teknologi PAH sa-

A W A S A N

Masalah AMPLdi Kabupaten Kebumen

W

23 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

SARANA AMPL DI KEBUMEN

Jenis Teknologi Jumlah Desa Kondisi baik Kelembagaan berfungsi

Perpipaan gravitasi 9 6 6Perpipaan 19 8 6PSA 11 10 10Sumur gali 4 1 -Sumur bor 3 3 3PAH 1 - -SGL & PAH 1 - -Campuran 6 6 5

Alma Arief 1) dan Budiono 2)

Page 26: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

at ini tidak dipakai karena ukurannyayang kecil sehingga air yang tertampungcepat habis. Sarana air minum denganteknologi sumur bor juga terdapat dibeberapa desa, satu di antaranya di-bangun di tempat pelelangan ikan (TPI).

Mengenai pilihan teknologi, masyara-kat terlibat sejak perencanaan kegiatan.Masyarakat juga memberikan kontribusidalam bentuk uang tunai, tenaga, danmaterial. Sebagai contoh, masyarakatDesa Pakuran mengumpulkan dana se-cara swadaya untuk menutupi kekurang-an biaya pembangunan bak penampung,pembelian genset, dan pipa. Saat itupemerintah membantu dana sebesar Rp34 juta sedangkan kebutuhannya men-capai Rp 50 juta. Karena teknologi ini ter-bilang baru bagi warga Pakuran, makawarga pun dilatih bagaimana mengo-perasikan dan memelihara genset danmengelola perpipaan. Biaya operasi gen-set ditanggung bersama oleh warga.

Di Desa Tugu, Kecamatan Buayan,masyarakat menyewa mobil untuk meng-angkut air dari sumber air di lembah kedesa mereka yang letaknya di datarantinggi. Langkah itu diambil warga meng-ingat pasokan air dari pemerintah hanyaseminggu sekali.

Pada musim kemarau, wilayah Kabu-paten Kebumen pada umumnya mengha-dapi masalah air karena sumber airnyamenyusut tajam atau kering. Untuk me-nanggulangi masalah ini, pemerintahmemberikan pasokan air gratis kepadamasyarakat di 80 desa. Pemerintah mem-beli air tersebut dari PDAM.

Sosial BudayaMasyarakat di Kebumen sangat koo-

peratif dan memiliki kemandirian yangtinggi. Mereka mudah diorganisasikan un-tuk memecahkan masalahnya dan tidakkeberatan untuk berkontribusi baik uang,material maupun tenaga. Oleh karena itu,pada dasarnya masyarakat Kebumen sangatkondusif untuk melaksanakan pembangun-an AMPL secara mandiri, dan tampaknya initelah terkemas di propinsi Jawa Tengahsecara umum. Bukan hanya di Kebumen,

hal yang sama juga ditemukan di Banyu-mas, dan di Semarang. Pembangunan sa-rana AMPL, sesungguhnya tidak perlu sam-pai ke rumah tangga dengan sistem kranrumah tangga. Banyak anggota masyarakatyang secara sendiri-sendiri membeli selangyang sangat panjang sampai ratusan meter.Di Desa Klesem, bahkan ada yang me-masang selang sampai ke sumber air denganpanjang selang mencapai 2.500 meterdengan perkiraan biaya Rp 1,5 juta.

Apabila masyarakat sudah menilai airsebagai benda berharga, yang diindika-sikan dengan kesediaan mereka menge-luarkan biaya sampai begitu besar, makamereka akan mudah untuk secara ber-sama-sama diorganisasikan untuk me-mecahkan masalah. Ini pada akhirnyaakan menyangkut masalah pengorganisa-sian dan/atau pengembangan kelemba-gaan, termasuk pendekatan yang menge-na di hati masyarakat.

Aspek FinansialDari diskusi dengan staf camat di

kantor BAPPEDA, bisa diperoleh penger-tian bahwa kesediaan untuk membayariuran bulanan bukan ditentukan olehkaya atau miskinnya seseorang. DiKecamatan Ayah, bahkan ada desa yangpenduduknya relatif miskin dibanding-kan desa lain, namun mereka mau mem-bayar iuran dengan teratur.

Dari tabel di atas (mekipun belum dila-

kukan kajian secara teliti) juga tampak bah-wa kelembagaan pengelola air berpengaruhterhadap fungsi sarana. Keberfungsian ke-lembagaan akan berkorelasi positif terha-dap pengumpulan iuran bulanan.

PenutupKebumen memiliki sumber air ber-

limpah, namun masih banyak pendu-duknya yang belum bisa memperoleh la-yanan air bersih (minum). Ini terjadi aki-bat faktor kesulitan alamiah dan kecende-rungan perubahan lingkungan yang terja-di pada akhir-akhir ini.

Secara sosial budaya, masyarakat Ke-bumen sangat kooperatif dan mau mem-berikan kontribusi baik tenaga, uang,material, bagi pembangunan saranaAMPL. Hal itu tentunya sangat menun-jang bagi pengembangan kelembagaanmaupun pengorganisasian sumberdayayang ada untuk memecahkan masalahsecara bersama-sama.

Di Kebumen, banyak sumber airyang berpotensi untuk dikembangkan le-bih lanjut. Namun karena kondisi alam-nya di beberapa tempat memang cukupsulit penanganannya, maka diperlukanjenis pilihan teknologi tertentu. Masa-lahnya adalah jenis teknologi yang sepertiapakah yang tepat untuk diterapkan danterjangkau oleh masyarakat.

1. Konsultan WASPOLA

2. Staf Bidang Sosial Budaya BAPPEDA Kebumen

A W A S A NW

24 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: ALMA ARIEF

Page 27: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Kota Tangerang mulai berdiri ta-hun 1993 dengan luas wilayah177 km2 —termasuk Bandara

Soekarno- Hatta. Kota ini tergolong cepatperkembangannya. Pertumbuhan pen-duduknya 4,9 % per tahun. Tahun inipenduduknya berjumlah 1,4 juta jiwa.

Kota Tangerang merupakan salah sa-tu kota penyangga ibukota Jakarta. Di wi-layah tersebut banyak pekerja kantor diJakarta bertempat tinggal. Industri-in-dustri manufaktur pun tumbuh pesatsehingga banyak menyerap tenaga buruh.

Perkembangan jumlah pendudukyang cepat mau tidak mau mengharuskanadanya penyediaan prasarana dan saranaperkotaan yaitu listrik, telepon, penge-lolaan persampahan, air minum, dan airlimbah rumah tangganya. Tidak sepertihalnya listrik, telepon, dan pengelolaansampah, pelayanan air minum dan airlimbah domestik di kota tersebut masihtergolong rendah.

Dipandang dari aspek lingkungan, airbuangan domestik yang diterima olehlingkungan di kota tersebut yakni 1,4 jutajiwa x 100 liter/jiwa atau sekitar 140.000m3/hari. Alam akan terlalu berat me-nanggung beban pencemaran ini jika ti-dak ada campur tangan manusia untukmengelolanya. Oleh karena itu perlu upa-ya-upaya bijak untuk membantu alammengolah air limbah domestik, baik se-cara individual, komunal, maupun skalakota.

Salah satu upaya Pemko Tangeranguntuk membantu alam menetralisir pen-cemaran air limbah domestik tersebutadalah dengan membangun InstalasiPengolahan Air Limbah (IPAL) di Tanah

Tinggi dan Kolam Oksidasi di 8 Lokasidan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja(IPLT) di Kelurahan Karawaci.

Kondisi KiniSecara ringkas beberapa aspek penge-

lolaan prasarana dan sarana air limbahdomestik kota Tangerang dapat dijelas-kan sebagai berikut:

1. Aspek Teknis.Pada saat ini Kota Tangerang memiliki

dua macam sistem pengelolaan air limbahdomestik yaitu a) Sistem On Site (setempat)yaitu sistem layanan dengan penyedotanlimbah tinja di tangki septik (septic tank)milik warga/masyarakat yang selanjutnyadiolah di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja(IPLT) yang terdapat di daerah Karawaci.Adapun sistem yang ada yaitu;

Tangki septik 205.572 unit ( 61 %)WC Umum 111.624 unit ( 33 % )Saluran/Kali/Lahan Terbuka 21.360 KK ( 6 % ).

b). Sistem Off Site (terpusat) yaitu sis-tem pengolahan air limbah domestikyang menggunakan jaringan perpipaan diKelurahan Babakan dan Sukasari Tange-rang yang merupakan satu-satunya IPALType Carrousel di Indonesia.

IPAL ini mulai dibangun tahun 1982 ,diuji coba tahun 1985, dan mulai dikelola1992. Konsultan dari Belanda DHV Cons.Eng. dan Has Koning bertindak sebagaiperencana IPAL Tanah Tinggi. IPAL itumerupakan bantuan pemerintah Belandadan mempunyai cakupan pelayanan3.000 sambungan rumah atau ekivalen15.000 jiwa melayani Kelurahan Sukasaridan Babakan.

Selain IPAL Tanah Tinggi, Kota Ta-ngerang juga mempunyai prasarana dansarana pengolahan air limbah domestiklainnya yang terdiri atas kolam oksidasisebanyak delapan unit dengan total luassebesar 44,5 hektar terdapat di PerumnasI, melayani 7.932 sambungan rumah atauekivalen 31.728 jiwa.

A W A S A N

Sistem PengolahanAir Limbah Rumah Tangga

di Kota Tangerang

W

25 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Bambang Purwanto *)

FOTO: BAMBANG PURWANTO

Page 28: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Aspek Teknologia) Sistem Terpusat ( Offsite System)

di IPAL Tanah Tinggi melayani KelurahanSukasari dan Babakan; seluruh limbahrumah tangga baik yang berasal dari ka-mar mandi, kakus maupun dapur dipro-ses menjadi satu secara alamiah terpadudengan sistim Carrousel yang pengaliran-nya sebagian menggunakan perpompaan.

b). Sistem Setempat (Onsite system)melayani rumah tangga yang masih be-lum terjangkau oleh sistem terpusat, yaitudengan menyedot lumpur tinja dari septiktank di setiap rumah yang selanjutnyadiolah di IPLT Karawaci.

Aspek KeuanganUntuk sistem setempat telah dilaku-

kan kerjasama dengan pihak swasta (PTPola Inti Konsultama) mulai September2002 dengan kewajiban pembayaran kePemda Tahun I sebesar Rp. 40 juta, Ta-hun II sebesar Rp. 50 juta, Tahun III se-besar Rp. 100 juta, Tahun III sebesar Rp.150 juta, Tahun IV sebesar Rp. 130 jutadan Tahun V sebesar Rp. 150 juta. TotalRp. 470 juta untuk kontrak selama 5tahun.

Masyarakat yang menggunakan jasa pe-nyedotan dikenai biaya sebesar Rp. 70.000untuk sekali penyedotan, sedangkan penge-lola IPLT memungut biaya Rp. 5 – Rp 10ribu untuk setiap truk tinja yang membuanglumpur tinja di IPLT Karawaci.

Karyawan pengelola IPLT seluruhnyaberjumlah 30 orang termasuk supir dantenaga pengelola IPLT dengan penghasil-an rata-rata berkisar Rp. 600.000/kar-yawan/bulan. Armada truk tinja adatujuh.

IPLT Karawaci selain berfungsi seba-gai pengolah lumpur tinja curahan mobiltinja juga melayani sekitar 60 sambunganrumah yang langsung menyalurkan bu-angan limbah domestiknya ke IPLT se-hingga secara tidak langsung IPLT terse-but berlaku pula sebagai IPAL.

Sedangkan pengelolaan sistem off site(terpusat) masih disubsidi oleh Pemko

Tangerang sebesar Rp. 56 juta per tahun.Belum ada pungutan untuk biaya operasidan pemeliharaan dari masyarakat.

Tantangan, Hambatan, dan PeluangTantangan yang dihadapi yakni kebu-

tuhan masyarakat untuk mendapatkanpelayanan air limbah baik secara offsitesystem (terpusat) maupun melalui pela-yanan onsite system (setempat) untukmelindungi pencemaran lingkungan khu-susnya pencemaran badan air. Adapunhambatan yang ada yaitu keterlambatanpihak pengelola untuk menyosialisasikanpengelolaan IPAL Tanah Tinggi sehinggasampai saat ini retribusi/iuran masyara-kat pelanggan belum dapat ditarik. Se-dangkan peluang yang memungkinkanyakni banyak warga yang belum terlayanipengelolaan air limbah domestik, lagipulakapasitas IPAL maupun IPLT masih bisadikembangkan di masa mendatang.

Kesimpulan dan SaranPengolahan limbah dengan menggu-

nakan sistem IPAL Tanah Tinggi cukupefektif untuk menangani pencemaranlingkungan oleh limbah rumah tangga(kamar mandi, kakus, dan dapur), namunmasih perlu ditingkatkan cakupan pe-

layanannya.Biaya investasi IPAL cukup tinggi

sehingga diperlukan alokasi anggarankhusus dari Pemko Tangerang untuk me-ngembangan IPAL di kawasan lain di Ko-ta Tangerang guna meningkatkan pela-yanan pengelolaan air limbah domestikbagi penduduk.

Biaya Operasi & Pemeliharaan (O&P)IPAL cukup tinggi dikarenakan penggu-naan listrik PLN secara penuh. Perlu se-gera diupayakan pembayaran retribusisambungan rumah bagi pelanggan di Ke-lurahan Babakan dan Sukasari guna me-nutup biaya O&P tersebut agar IPAL da-pat dioperasikan secara optimal dan ber-kesinambungan.

Perlu disusun organisasi pengelola se-cara profesional dan permanen, bisa da-lam bentuk Unit Pengelola Teknis Daerah(UPTD) atau bentuk lainnya (kerjasamadengan pihak ketiga/swasta)

Perlu ada sosialisasi bagi seluruh war-ga tentang pembangunan dan pengelola-an prasarana dan sarana air limbah do-mestik, serta menyangkut seluruh aspekteknis, lingkungan, keuangan, dan kelem-bangaannya.

*)Staf Dirjen TPTP,

Depkimpraswil

A W A S A NW

26 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: BAMBANG PURWANTO

Page 29: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Sampah membawa berkah? Mung-kin sebagian besar orang pahamarti dan nilai lebih dari sampah.

Namun hanya segelintir orang yang pe-duli dan betul-betul memanfaatkan sam-pah semaksimal mungkin.

Sampah dan TPA (Tempat Pembu-angan Akhir), tampaknya sudah akrab ditelinga dan benak sebagian besar masya-rakat kota besar. Hampir di semua kota,terdengar keluhan masyarakat yang ting-gal di sekitar TPA. Di beberapa kota ma-lah sempat terjadi bentrokan fisik dan pe-nutupan sementara. TPA di Desa Temesijuga tidak terkecuali.

TPA Temesi, terletak di Desa Temesi,di Kabupaten Gianyar, Bali, sudah ber-operasi sejak tahun 1993. Di tanah seluas5 Ha ini, semua sampah dari Kota Gi-anyar, Ubud, Sukawati, Tampak Siring,dan wilayah sekitarnya, ditimbun.Awalnya lokasi TPA Temesi berupa lahanyang cukup landai. Sampah yang ditim-bun selama bertahun-tahun, meratakanpermukaan lahan TPA. Sayangnya sela-ma bertahun-tahun pula, sebagaimanahalnya praktek penimbunan sampahopen dumping di TPA-TPA kota lainnya,menebar bau tak sedap dan mening-katkan jumlah lalat sampai denganradius 2 km. Saat musim hujan, truk-truksampah Dinas Kebersihan dan Perta-manan Kabupaten Gianyar pun engganmasuk ke TPA karena kemungkinanbesar truk mereka amblas terbenam ditumpukan sampah. Akibatnya kadang asroda patah atau timbul kerusakan fatallainnya.

Sampah dari kawasan Ubud dan seki-tarnya pun berakhir di Banjar Intaran,Desa Pejeng, Tampak Siring, karena per-mintaan masyarakat untuk mengurug

atau menimbun bantaran sungai kecilyang makin tergerus erosi. Selama 6tahun, sampah kawasan tersebut ditim-bun di desa ini. Akhirnya, kesehatanlingkungan masyarakat terancam. Airtanah dan udara di sekitar tercemar,menebar bau, dan tidak sehat.

Sejak tahun 2001, Bali Fokus menga-jak berbagai pihak untuk menyikapi halini dan mencari solusi yang mengun-tungkan bagi semua. Dimulai dari ide re-plikasi fasilitas pemilahan sampah pari-wisata di Jimbaran, muncul gagasanuntuk membangun fasilitas serupa diTPA Temesi untuk menangani sampahkota Gianyar. Melalui persiapan dan pe-rencanaan yang matang, dengan sosial-isasi dan pendekatan yang mengedepan-kan partisipasi masyarakat maka diba-

ngun Fasilitas Pemilahan Sampah (FPS)yang berlokasi di TPA Temesi.

Fasilitas pemilahan sampah seluas400 m2 ini mungkin merupakan yangpertama di Indonesia, dibangun sejakakhir Maret 2004 dan diresmikan peng-operasiannya oleh Bupati Gianyar pada25 Juni 2004 yang lalu. Pembiayaan kon-struksi fasilitas ini berupa in-kind materi-al dari USAID/OTI senilai Rp. 380 juta,Swiss Development Cooperation senilaiRp. 110 juta, kontribusi dari Rotary ClubBali Ubud serta RC Hamburg dan RCAtlanta sejumlah Rp. 60 juta, dari BaliFokus-BORDA network sejumlahRp. 50 juta, dengan total biaya konstruk-si mencapai Rp. 600 juta. Pemakaianlahan, sewa atau beli, tidak diper-hitungkan karena menggunakan lahanTPA milik Pemerintah KabupatenGianyar.

Target dari pelayanan fasilitas iniadalah 30% sampah dikelola DinasKebersihan dan Pertamanan KabupatenGianyar atau kurang-lebih 80 m3/hariatau 20 truk/hari (total sampah KotaGianyar dan sekitarnya adalah sekitar260 m3/hari). Tujuan dari dibangunnyafasilitas ini adalah memilah sampah danmeningkatkan nilai manfaat dan potensidaur ulang sampah sebagai alternatifinsinerator.

Inisiatif Temesi ini mungkin meru-pakan proyek pengelolaan sampah kotayang pertama di Indonesia yang mene-rapkan sinergi positif antar berbagaipihak:

- Rotary Club Bali Ubud (RCBU), me-lalui Community Service Program,berperan sebagai koordinator pengga-langan dana (USAID/OTI, Rotary ClubInternational, SDC, dan lain-lain).

A W A S A N

Sampah Membawa Berkahdi Desa Temesi, Kabupaten

Gianyar, Bali

W

27 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Yuyun Ismawati danNoka Destalina

100 % sampah masuk ke fasilitas 10 ton/hari atau 40 m³/hari

50% Fraksi Organik

5 ton/hari 30% Sampah

An-organik 3 ton/hari

20% residu

2 ton/hari

25% kompos 2,5 ton/hari (10 m³/hari)

25% pakan ternak 2,5 ton/hari (10 m³/hari)

Minimasi dan pemilahan sampahdi Fasilitas Pemilahan Sampah Temesi,

Gianyar – Bali.

(Sumber: Laporan Studi Kelayakan Fasilitas Temesi

BaliFokus, Juli 2004)

Page 30: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

A W A S A NW

28 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

- Bali Fokus-BORDA, lewat ProgramPengelolaan Sampah, berperan sebagaipenyedia bantuan teknis, pemberda-yaan masyarakat dan pendamping ma-najemen operasional selama 5 tahun kedepan,- Pemkab Gianyar dalam hal ini DinasKebersihan dan Pertamanan Kabupa-ten Gianyar berperan sebagai ‘pemasok’sampah dan penyedia lahan, - Badan Pengelola Sampah Desa Te-mesi, berperan sebagai pengelola fasili-tas bersama Bali Fokus (joint operationmanagement).

Dalam tahap persiapan dan pelaksa-naan konstruksi fasilitas, proyek ini me-libatkan masyarakat secara aktif melaluipertemuan-pertemuan rutin dan diskusidi lapangan. Bali Fokus memfasilitasipembentukan Badan Pengelola Sampahdi Desa Temesi yang akan bertanggungjawab terhadap operasional FPS Temesiini dalam jangka panjang. Selain mem-berdayakan masyarakat di tingkat mana-jemen, fasilitas ini juga membuka la-pangan pekerjaan baru bagi 60 orang kar-yawan, yang berasal dari masyarakatwarga Desa Temesi. Desa Temesi terdiriatas tiga Banjar, yaitu Banjar Peteluan,Banjar Pegesangan, dan Banjar Temesidengan jumlah penduduk + 650 KK.

Pada tahap awal operasi FPS Temesisampai dengan awal tahun 2005, pengo-lahan dilaksanakan hanya setengah kapa-sitas yang direncanakan, yaitu sekitar 40m3 sampah per harinya. Hal ini dimak-sudkan sebagai tahap pembiasaan danpembelajaran bagi keseluruhan kompo-nen operasional fasilitas. Sebuah BadanPengelola dibentuk bersama untuk mem-fasilitasi pengelolaan fasilitas dan meng-atur manajemen operasional. Bali Fokusbertindak sebagai pendamping untuk 5tahun ke depan dan membantu mewujud-kan keseluruhan sistem yang berkelan-jutan.

Manfaat dan keuntungan dari inisiatifTemesi ini antara lain:

- Ada alternatif pengelolaan limbah pa-

dat/sampah tanpa menggunakan inci-nerator yang realistis dan layak untukdikembangkan di tiap daerah.- Aplikasi teknologi ramah lingkunganuntuk penanganan limbah tersedia ditingkat lokal.- Penanganan sampah yang melibatkan

multipihak dapat diimplementasikandengan koordinasi dan sinergi yangbaik.- Masalah TPA yang berdampak kepadamasyarakat dapat dicarikan solusi yangsama-sama menguntungkan (win-winsolution). Dengan adanya FPS Temesi,

mekanisme monitoringpengelolaan TPA oleh ma-syarakat dan kompen-sasinya lebih terstruktur.- Kompos organik yangdihasilkan didukung ke-bijakan dan program per-tanian organik di wilayahKabupaten Gianyar.- Pakan ternak yang di-hasilkan dijual kepadapeternak sapi dan sangatmembantu peternak da-lam penyediaan pakandan diversifikasi pakanternak, terutama saat mu-sim kemarau.- Kreativitas masyarakatdengan pembuatan ba-rang kerajinan dari sam-pah/barang daur ulangyang bernilai ekonomisdapat dikembangkan.- Membuka lapangan pe-kerjaan baru untuk60-100 orang.- Produk yang dihasilkan:barang lapak, kompos or-ganik dan pakan ternak,dapat menjamin keber-lanjutan fasilitas.

No. Kebutuhan Lahan/Area Luas (m2) 1. Receiving area atau ruang penerimaan sampah 50 2. Belt Conveyer (BC) atau ban berjalan 50 3. Area penampungan sementara sampah an-organik 150 4. Area penampungan residu sampah Lahan TPA

5. Area penyimpanan sampah an-organik sebelum dijual ke bandar lapak 250

6. Area pengomposan 400 7. Area pembuatan pakan ternak 200 Total luas area 1,100

No. Kebutuhan Lahan/Area Luas (m2)

DiagramAlur proses pemilahan di fasilitas Temesi.

Fasilitas Temesi ini beroperasi dari pukul06.30 s/d 16.30 WITA dengan merekrut 60 orang

karyawan yang bekerja dalam 2 shift.Semua berasal dari Desa Temesi.

Tabel Kebutuhan Lahan

RESIDUALRESIDUALRESIDUAL

RUANG PENERIMAAN

PEMILAHAN SAMPAHANORGANIK DI BELT

CONVEYOR

PEMILAHAN RESIDUALDI BELT CONVEYOR

PAKANTERNAK

KOMPOSORGANIK

INSTALASIPENGOLAHAN AIR LIMBAH

SANITARY LANDFILL

SAMPAH ORGANIKDIPOTONG/

DICINCANG DI MESINPENCACAH

PABRIKDAUR

ULANG

RECYCABLES(GELAS, PLAS-TIK, KERTAS,

KARDUS,KALENG, DLL)

TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TEMESI

Page 31: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Angin berhembus semilir. Daun-daun tanaman melambai-lambai.Warna-warni bunga menyembul

dari rimbun dedaunan. Pot-pot bungaberbaris di sisi jalan yang sekaligus ber-fungsi sebagai halaman. Itulah gambaransekilas lorong-lorong di Kampung Ban-jarsari, Kelurahan Cilandak Barat, Ke-camatan Cilandak, Jakarta Selatan.

Kondisi Banjarsari sangat bertolakbelakang dengan kondisi wilayah Jakartapada umumnya. Biasanya orang selaluberpikir bahwa Jakarta itu panas, ger-sang, kotor, dan tak tertata rapi. Maka,tak heran potret Banjarsari bisa menjadiminiatur wilayah Jakarta di masa menda-tang yang sejuk, hijau, dan memperhati-kan lingkungan.

Perubahan Banjarsari, RW berpendu-duk sekitar 1.500 jiwa atau 218 kepala ke-luarga, yang terletak di bilangan Fatma-wati itu tak lepas dari tangan dingin Ny.

Harini Bambang Wahono dan suaminya.Nenek yang tahun ini berusia 73 tahuntersebut tak henti-hentinya menggugahkesadaran warga Banjarsari untuk peduliterhadap lingkungan. Satu di antaranyabagaimana mengelola sampah rumahtangga.

‘’Sejak saya pindah ke sini (Banjar-sari), saya selalu mengimpikan daerah inimenjadi hijau seperti kampung saya dulu.Apa bisa ya?’’ kata Ny. Bambang suatu so-re di sudut rumahnya yang kini menjaditempat pelatihan berbagai ketrampilanpengelolaan lingkungan hidup.

Kebetulan, saat ia dan suami datangke Banjarsari tahun 1982, Bambang di-tunjuk sebagai Ketua RT. Dari sinilah Ny.Bambang mulai merintis pendekatan ke-pada masyarakat. ‘’Saya mencoba mende-kati satu-satu orang-orang di sini. Waktuitu ada 12 orang yang buta huruf. Merekasaya ajari baca dan tulis. Lama-lama kita

menjadi akrab dan muncul kedekatan,’’kata dia yang mengaku lulusan SekolahGuru Atas (SGA).

Dari kedekatan itu, Ny. Bambangmenyodorkan kepada mereka tanamanobat keluarga (Toga) untuk ditanam ditempatnya masing-masing. Kemudiansuatu saat, ketrampilan bercocok tanamToga itu diperlombakan. Yang palingsubur mendapatkan hadiah. ‘’Semuahadiah saya ambil dari kocek sayasendiri,’’ jelas perempuan yang terlihattrengginas itu.

Pendekatan kepada masyarakat taksebatas itu. Ia dan beberapa ibu-ibumembentuk arisan RT. Arisan itu taksekadar untuk mengumpulkan uang danmenariknya, tapi lebih dari itu untukmempererat persaudaraan. Ny. Bambangberprinsip, orang akan diikuti kalausudah mendapatkan simpati dari oranglain. Dan, simpati bisa dibangun denganpersaudaraan yang erat.

Kiprahnya bertambah banyak ketikasang suami menjadi Ketua RW dan ia ter-pilih sebagai Ketua PKK RW. Posisinyatak disia-siakan. Ia berusaha menerap-kan Program 10 Pokok PKK, khususnyayang ke-9 yakni kelestarian lingkunganhidup. Warga 8 RT yang dibawahkannyadibina secara bertahap. Ada pasang, adasurut. Ada tantangan dan kendala. Tapiitu tak membuat perempuan yang sangatmendambakan lingkungan asri ini patahsemangat. Ia mengadakan lomba ling-kungan antar RT di wilayahnya. Sambut-an masyarakatpun mulai tumbuh.

Perempuan yang tergolong aktif inikemudian membentuk Kelompok TaniDahlia pada tahun 1992. Kelompok Tanitersebut memperoleh bantuan tanamandari dinas pertanian. Wajah Banjarsari

E P O R T A S E

Kiprah Ny. Bambang ‘’Sampah’’ Wahono

Kelola Sampah,Hijaukan Banjarsari

R

29 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: MUJIYANTO

Page 32: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

pun mulai berubah. Selanjutnya ia menja-di pengurus PKK kelurahan, dan keca-matan. Ia tak kenal lelah mengubah Ban-jarsari menjadi hijau, rimbun, dan asri.

Peran aktif Ny. Bambang terhadaplingkungan ini ternyata mendapat sorotanUNESCO, badan dunia di bawah PBByang mengurusi pendidikan. Pada tahun1996 badan tersebut menawarkan pelati-han baginya dalam pengelolaan sampah.‘’Saya sangat senang banget,’’ ujarnya ter-senyum. Dari pelatihan ini, ia memper-oleh sertifikat sebagai trainer UNESCO dibidang pengelolaan sampah.

Warga kemudian diajarinya bagaima-na menjadikan sampah rumah tanggabernilai dan tidak mencemari lingkungan.Ia menjadikan salah sudut rumahnyayang sederhana di Jl. Banjarsari XIV No.4a sebagai ruang kelas. Lahirlah kader-kader sampah di Banjarsari. Sampahmulai dikelola oleh setiap rumah tanggasejak dari hulu. Tong-tong sampah dibuatdi depan rumah warga. Ada tiga tongsampah dengan warna berbeda. Merahuntuk sampah plastik, kuning untuk sam-pah botol dan kaleng, dan hijau untuksampah organik. Sampah dari tong warnamerah dan kuning boleh diambil olehpemulung dan tukang sampah yang sudahdibina –jumlahnya 20 orang. Sedangkansampah organik diolah masing-masing–kalau mampu—menjadi kompos. Bagiyang tak mampu melakukannya, sampahorganik tersebut diolah bersama di RTatau RW. Hasil kompos ini kemudiandipakai sendiri warga sebagai pupuktanaman atau dijual. ‘’Permintaan kom-pos banyak. Kita masih kewalahan meme-nuhinya,’’ kata Ny. Bambang. Pembelinyaadalah para pengunjung.

Apa yang dicapai Banjarsari membuatbanyak kelompok masyarakat dari berba-gai kalangan dan wilayah belajar di tem-pat itu silih berganti. Seiring dengan itu,kesadaran masyarakat Banjarsari ter-hadap lingkungan terus tumbuh. Hasil-nya, Banjarsari menyabet juara nasionallomba penghijauan dan konservasi alam

pada tahun 2000. Dan, sang pelopor, Ny.Bambang memperoleh Kalpataru padatahun itu untuk kategori penyelamatlingkungan.

Prestasi Banjarsari ini menjadikankampung tersebut dipilih oleh DinasPariwisata Jakarta Selatan sebagai DesaTujuan Wisata. Kesempatan ini pun di-sambut warga dengan berbagai ragamkreatifitas. Kini di sana ada taman di atasatap yang bisa dikunjungi wisatawan

secara bebas, ada green corner yang khu-sus mengajarkan/menyediakan makananyang serba organik dan daur ulangmakanan, ada corner lansia, ada cornerlautan, dan ada corner pendidikan. Lo-kasinya di rumah-rumah warga. Tak he-ran banyak wisatawan datang ke tempattersebut, termasuk wisatawan mancane-gara. Ada yang studi banding, ada yangmemang khusus untuk belajar.

Tahun ini Banjarsari terpilih sebagaiRW terbaik se-DKI Jakarta. Karenanya,Ny. Bambang bersama para kadernya—30ibu dan 25 anak peduli sampah— mem-peroleh tugas untuk membina daerah laindi Jakarta. Ia juga aktif diundang sebagaipembicara di berbagai seminar. Jadilah iakini mendapat julukan baru: ‘’Ny.Bambang Sampah.’’

Kendati, keberhasilan demi keber-hasilan telah diraih Banjarsari, bukanberarti daerah itu bebas sama sekali daripermasalahan sampah. Ny. Bambangmengungkapkan masih sekitar 60-70persen warga yang sadar. ‘’Sisanya masihbelum. Kalau soal kebersihan sih sudah100 persen,’’ katanya. Selain itu, yang saatini agak sulit ditangani yaitu adanyaorang luar (bukan warga Banjarsari) yangmembuang sampah di daerah tersebut

E P O R T A S ER

30 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Sampah di DKI Jakartasetiap harinya

sekitar 6 ribu ton.Hampir setengahnya

adalah sampah rumahtangga. Kalau

seluruh masyarakatmenanganinya secara sadar,

maka persoalan sampah di DKI tinggal 50 persen

saja dan tak serumitseperti sekarang.

FOTO: MUJIYANTO

Page 33: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

secara sembarangan. ‘’Saya terkadangsedih dan jengkel,’’ ucapnya.

Sampah dan KesadaranPenanganan sampah, menurut Ny.

Bambang merupakan upaya yang sistem-atik. Masalah sampah tak akan tuntasmanakala hanya ditangani oleh pemerin-tah saja. ‘’Masyarakat yang membuatsampah, tapi kenapa masyarakat tak ikutserta menanganinya?’’ katanya. Oleh ka-rena itu, pemberdayaan masyarakat akanpentingnya pengelolaan sampah dari hulumenjadi hal yang tak bisa ditawar.

Hanya saja memberdayakan masyara-kat bukanlah hal yang mudah. Butuhwaktu panjang, karena hal ini menyang-kut perubahan pola pikir, perilaku, dankebiasaan. ‘’Di sini kita butuh kerja kerasdan tak kenal putus asa. Kalau ada yangnggak suka dengan apa yang kita sam-paikan, itu hak dia,’’ kata Ny. Bambang.

Sebagian besar orang, lanjutnya, saat

ini masih belum mau tahu akibat pem-buangan sampah sembarangan. ‘’Orangtak pernah mikir sampah itu akan jalan kemana,’’ katanya. Sampah-sampah yangtak teruraikan akan mengotori sungai danlaut. Akibatnya bisa terjadi banjir danpencemaran. ‘’Maka tiap sumber sampahharus diselesaikan,’’ tegasnya.

Ia mencontohkan, sampah di DKIJakarta setiap harinya sekitar 6 ribu ton.Hampir setengahnya adalah sampahrumah tangga. Kalau seluruh masyarakat

menanganinya secara sadar, maka per-soalan sampah di DKI tinggal 50 persensaja dan tak serumit seperti sekarang.

Masyarakat bisa memerankan diriseperti mengolah sampah organik menja-di kompos, mendaur ulang makanan/sisamakanan, dan mengurangi penggunaankantong plastik. Ada empat prinsip dasaryang digunakan yakni reduce (mengu-rani), reuse (menggunakan kembali),recycle (mendaur ulang), dan replant(menanam lagi). ‘’Bayangkan kalau seti-ap rumah tangga mampu menghematpenggunaan kantong plastik 10 buah perbulan, kita sudah bias mengurangi pence-maran darat dan laut,’’ kata Ny. Bambang.

Maka sangat wajar bila Ny. Bambangkini masih punya impian yang belum ter-wujud yakni bagaimana menyadarkanmasyarakat untuk peduli terhadap sam-pah. Karena tanpa adanya kesadaranbersama, permasalahan sampah akantetap sulit dipecahkan. (mujiyanto)

E P O R T A S ER

31 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

N amanya Udin. Umurnya sekitar35 tahun. Pekerjaannya seba-

gai tukang sampah. Setiap hari iamengangkut sampah dari warga diBanjarsari. Ada 30-40 warga yangmenjadi langganannya. ‘’Saya men-dapat imbalan 30 ribu per rumah,’’katanya sambil tersipu.

Udin sudah menjalani profesi inisejak tahun 1994. Ia mengontrak se-buah rumah di daerah tersebut. Se-tiap hari ia menarik gerobak sam-pah. Gerobak itu terdiri atas ge-robak dan karung besar yang digantungkandi belakang gerobak. Karung besar tersebutberfungsi sebagai tempat menampung ben-

da-benda non organik seperti plastik, botol,dan kaleng, serta kertas. Sampah di karungbesar ini tidak dibuang di tempat pembu-

angan sampah (TPS) setempat, tapidikumpulkannya untuk dijual. ‘’Luma-yan, buat nambah penghasilan,’’ kata-nya di salah satu sudut jalan di Ban-jarsari.

Udin menceritakan memang belumsemua warga Banjarsari memisahkansampah-sampah yang dibuangnya. Pa-dahal ia berharap semua warga telahmemisahkan sampahnya sejak awal.‘’Kalau sudah dipisahkan kan gampangngambilnya, nggak usah misah-misahinlagi,’’ tuturnya. Ketika ditanya menga-

pa warga masih bersikap seperti itu, ia men-jawab, ‘’Katanya ribet (sulit—red).’’

Tukang Sampah Udin

‘’Banyak yang masih ribet’’

Masyarakat bisamemerankan diri seperti

mengolah sampahorganik menjadi kompos,

mendaur ulangsisa makanan, dan

mengurangi penggunaankantong plastik.

FOTO: MUJIYANTO

Page 34: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Teknologi pengolahan sampahperkotaan merupakan satu faktorpenting yang turut menentukan

keberhasilan pengelolaan. Pada dasarnyaterdapat tiga teknologi pengolahan sam-pah dasar yang digunakan oleh berbagailembaga pengelola persampahan, yaitupengolahan dengan cara pembakaran(incenerator), secara kimiawi (pengom-posan), dan penimbunan (landfill bury-ing). Tiap teknologi pengolahan tersebutmempunyai dampak yang berlainan danbiaya penanganan dampak yang berbeda.

Teknologi pengolahan sampah manayang dipilih, tergantung pada tingkat per-masalahan sampah di wilayah yangbersangkutan, komposisi sampah, tim-bulan sampah yang dihasilkan tiap ha-rinya, risiko teknis, anggaran yang terse-dia dan lain-lain. Pemilihan teknologipengolahan yang tidak sesuai denganbeberapa faktor tersebut dapat menam-bah permasalahan.

Salah satu indikator dalam pemilihanteknologi pengolahan sampah adalahteknologi yang ramah lingkungan danmempunyai keefektifan yang cukup ting-gi. Selain itu, suatu teknologi tersebutharus dapat mengatasi masalah yang tim-bul atau minimal dapat mengurangibobot dari masalah yang telah timbul(Ryding, 1994: 71).

Ada beberapa macam teknologi peng-olahan akhir sampah (Moenir, 1983: 33)yaitu:

Dari teknologi pengolahan di atas,metode open dumping –yang kini banyakdipakai di kota-kota Indonesia— sebenar-nya sudah tidak layak digunakan karenaketerbatasan lahan di perkotaan. Selainitu metode tersebut tidak efektif untuk

A G A M

Ragam TeknologiPengolahan Sampah

R

32 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Metode open dumping Pada metode ini, sampah dibuang

pada daerah berbentuk lembah, di-timbun secara terbuka tanpa meng-alami proses pemadatan dan tanpaditutup oleh lapisan tanah, demikianseterusnya sampai lembah tersebutmenjadi rata dengan daerah di seki-tarnya.

Metode sanitary landfill Pada metode ini sampah dibuang

ke daerah parit, daerah cekungan ataudaerah lereng, kemudian ditimbundengan lapisan tanah dan dipadatkan.Metode ini mempunyai tiga macamcara yaitu metode area, metodetrench dan metode depression.

Metode pengepakan sampah (balingmethod)

Di sini sampah dalam berbagaijenis diolah pada instalasi, dengancara sampah itu ditekan dengan keku-atan + 2000 psi, sehingga terbentuksuatu balok padat dengan ukuran ter-tentu yang selanjutnya dapat diman-faatkan sebagai bahan penimbun(terutama sampah dengan bahananorganik). Balok-balok itu baik un-tuk digunakan sebagai penimbun ja-lan ataupun sebagai penimbun daerahlembah yang terkontrol.

Metode pembakaran (incineration)Pada metode ini, sampah dibakar

dengan alat pembakar. Metode iniakan menghasilkan sisa pembakarandan gas lain. Berat dan volume dari

sisa pembakaran lebih kecil dari beratdan volume sampah semula.

Metode komposKompos adalah hasil pemecahan

biokimia dari zat organik dalam sam-pah, yang dapat mempengaruhi ka-rakteristik tanah. Proses pemecahankompos dilakukan oleh mikroorgan-isme dan mikroflora pada temperaturyang sama dengan temperatur sam-pah tersebut.

Metoda ATAD (Autogenous Thermo-philic Aerobic Digestion)

Teknologi ini menggunakan bak-teri aerobik yang responsif pada suhutertentu untuk memproses sampahorganik menjadi bahan pupuk dalambentuk pellet (padat) dan cair. Tekno-logi ini sebenarnya digunakan untukpengolahan air limbah.

FOTO: MUJIYANTO

Page 35: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

skala perkotaan. Metode pengomposanmerupakan cara paling murah denganrisiko teknis yang rendah tetapi membu-tuhkan waktu yang lama. Di lain pihakvolume sampah terus meningkat setiapharinya, sehingga perlu perhitungan yangtepat jika akan mengadopsi teknologitersebut. Sedangkan untuk metodeATAD, hanya dibutuhkan waktu yangsingkat untuk menguraikan sampah de-ngan risiko yang rendah, tetapi biaya in-vestasinya sangat tinggi.

Salah dalam memilih teknologi bisamenyebabkan risiko teknis seperti ke-rusakan alat yang digunakan karena over-load sehingga proses pengolahan berhen-ti dan kemudian sampah menumpuk di-mana-mana (Ryding, 1994: 287). Selan-jutnya akibat berhentinya proses peng-olahan tersebut, sistem pengolahan kem-bali menjadi open dumping, hal ini sa-ngat tidak diharapkan untuk terjadi kare-na hal ini berarti mulai dari awal lagi.

Secara umum, resiko teknis seringkali

disebabkan oleh keinginan swasta danpemerintah untuk menerapkan teknologiyang paling mutakhir yang memiliki seja-rah pengoperasian yang kurang memadai(Cointraeu, 1982). Masalah-masalah yangtidak diperkirakan sebelumnya seringkalimuncul pada saat suatu teknologi diper-kenalkan ke suatu negara atau wilayahuntuk pertama kali karena adanya masa-lah-masalah spesifik dengan daerah ter-sebut yang belum ditangani sebelumnya(Ryding, 1994: 187). Risiko teknis ini ha-rus dialokasikan kepada pihak swasta.

Di bawah ini adalah tabel yang menun-jukkan kelebihan dan kelemahan teknologipengolahan sampah serta risiko teknisnya.

Pada tabel di bawah, jelas sekali opendumping adalah teknologi pengolahansampah dengan tingkatan yang palingrendah dan akan mungkin diterapkanpada kerja sama antara pemerintah kotadengan swasta. Untuk sanitary landfill,keuntungannya adalah biaya investasicukup rendah, akan tetapi mempunyai

potensi dampak yang buruk seperti tim-bulnya gas metana dan ada kecenderung-an berubah menjadi open dumping. Se-dangkan pada teknologi pengepakansampah, biaya yang harus diinvestasikancukup tinggi, dan biaya pemeliharaan danoperasional juga mahal. Selain itu jugateknologi tersebut tidak menjelaskan me-ngenai pembuangan cairan yang dihasil-kan oleh pengepakan sampah.

Teknologi pembakaran sampah dapatmembakar habis sampah, akan tetapi biayamesin yang tinggi, biaya operasional danpemeliharaan juga tinggi. Selain itu teknolo-gi tersebut menimbulkan pencemaran uda-ra. Teknologi kompos dan ATAD, merupa-kan teknologi yang paling menguntungkanjika diterapkan dalam kerjasama. Perbedaanantara keduanya menyangkut waktu dan bi-aya investasi. Jika pada kompos dibutuhkanwaktu yang cukup lama dalam mengubahsampah menjadi kompos, pada ATAD wak-tunya lebih singkat karena adanya bantuanbakteri aerobik. Sedangkan untuk biaya

investasi, teknologi ATADmerupakan teknologi yangmembutuhkan biaya inves-tasi yang besar sekali, selainitu ATAD belum pernah dite-rapkan di Indonesia.

Secara keseluruhan, ri-siko teknis pada tiap tek-nologi pengolahan sampahdapat diminimalkan mela-lui penerapan teknologi-teknologi yang terbukti ba-ik, seperti teknologi kom-pos dan ATAD, yang dipa-sok dan didukung oleh per-usahaan-perusahaan yangmemiliki reputasi. Sejarahkinerja dan pemecahanmasalah yang baik meru-pakan faktor penting da-lam memilih pemasok tek-nologi. Turut sertanya pe-masok sebagai calon mitramerupakan faktor pengu-rang risiko teknis. FW

A G A MR

33 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

KELEBIHAN, KELEMAHAN SERTA RESIKO TEKNIS TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH Jenis Teknologi Mekanisme Pengolahan Kelebihan Kelemahan Resiko teknis

Open Dumping Sampah dibuang pada daerah lembah atau cekungan tanpa ada pengolahan lebih lanjut

Tidak membutuhkan biaya pengolahan sampah

Sampah menumpuk dan tidak terurai sebagaimana mestinya

Menyebabkan sampah terus menumpuk dan polusi udara, air dan tanah

Sanitary landfill Pada metoda ini sampah dibuang ke daerah parit, daerah cekungan atau daerah lereng, kemudian ditimbun dengan lapisan tanah dan dipadatkan. Metoda ini mempunyai tiga macam cara yaitu metoda area, metoda trench dan metoda depression.

- Merupakan cara yang paling murah - Investasi rendah - Tidak ada pemisahan sampah

- Memerlukan tanah yang luas, sehingga untuk kota besar tidak memungkinkan

- Pengoperasian hrs sesuai dengan standar - Menimbulkan gas metana yang berbahaya

Jika tidak ada perawatan secara periodik akan berubah menjadi open dumping

Pengepakan (Balling method)

Berbagai jenis sampah dikumpulkan dan ditekan dengan kekuatan + 2000psi sehingga menyerupai balok

Sampah dapat digunakan sebagai penimbun jalan atau penimbun lembah daerah terkontrol

- Biaya investasi cukup mahal - Jika tidak digunakan sebagai penimbun akan

menyebabkan penumpukan sampah (walaupun sudah dilakukan pengepakan)

Cairan sampah (leachete) yang keluar pada saat pengepakan dapat menimbulkan pencemaran air tanah

Incineration Sampah dibakar pada suhu yang sangat tinggi Sampah terbakar habis - Biaya investasi yang sangat mahal - Penggunaan mesin yang sesuai standar (tidak

boleh melebihi kapasitas) - Sampah yang mengandung cairan dapat

menyebabkan kerusakan mesin - Suhu minimal agar sampah dapat terbakar habis

seringkali tidak dapat dicapai sehingga pembakaran menghasilkan pencemaran

Pengolahan sampah dengan cara ini menimbulkan polusi udara yang tinggi

Kompos Kompos adalah hasil pemecahan biokimia dari zat organik dalam sampah, yang dapat mempengaruhi karakteristik tanah. Proses pemecahan kompos disebabkan oleh mikroorganisme dan tipe mikroflora pada temperatur yang sama dengan temperatur sampah tersebut

Merupakan pengolahan sampah yang bersifat zero waste dan menghasilkan pupuk kompos

Memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi kompos

Karena butuh waktu yang lama, ada kemungkinan terjadi antrian sampah, hal ini menyebabkan polusi

ATAD (Autogenous Thermophilic Aerobic Digestion)

Teknologi ATAD (autogeneous thermophilic aerobic digestion) menggunakan bakteri aerobik yang responsif pada suhu tertentu untuk memproses sampah organik menjadi pupuk dalam bentuk pellet (padat) dan cair. Teknologi ini sebenarnya adalah untuk pengolahan air limbah

Merupakan pengolahan sampah yang bersifat zero waste sekaligus mengolah air limbah

Investasi yang dilakukan cukup tinggi dan perlu ada uji coba dahulu karena belum pernah dilakukan di Indonesia

Belum diketahui

Sumber: hasil olahan dari Moenir, 1983: 33

Page 36: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Penanganan sampah tradisionalsering kali membawa banyak ma-salah berupa polusi tanah, air,

dan udara; kerugian sumber daya pentingyang terus menerus; standar kehidupanyang buruk dan penurunan nilai-nilaiproperti yang dekat lokasi sampah; danpeningkatan biaya karena pertumbuhanvolume sampah.

Berbagai upaya dilakukan di seluruhdunia untuk menangani masalah sampahini. Industri daur ulang pun dikembang-kan. Namun hasilnya belum memuaskan.Kini ada sebuah terobosan baru dalamteknologi penyimpanan sampah yaknikapsul sampah atau dikenal sebagai bal-bal sampah. Pengemasan sampah ini ko-non memberikan nilai efisiensi dan kea-manan yang lebih baik.

Teknologi ini memungkinkan sampahbisa disimpan dalam waktu yang lama-bi-sa tahunan— tanpa menganggu lingkung-an di sekitarnya. Lebih dari itu jenis pe-nanganan sampah ini memperbaiki ling-kungan sekitar dan lebih bisa diterimaoleh penduduk sekitar.

Dengan teknologi ini sampah bisa di-simpan sampai ada pembakar sampah(insinerator), pabrik kompos, atau sani-tary landfill yang berteknologi dibangun.Bila instalasi pengelohan sampah sudahsiap, kapsul sampah tersebut tinggal

diproses dengan mudah sekaligus meng-optimalkan pengolahan akhir. Selain itukapsul sampah itu bisa disuplai sepan-jang waktu tanpa tergantung cuaca, danhanya membutuhkan tempat penyim-panan yang murah.

Proses PengemasanSampah-sampah rumah tangga di-

kumpulkan dan dimasukkan ke dalamkantung plastik film berbentuk kapsul-/bulat dan kedap udara. Bahan pem-bungkus ini dibuat dari jenis plastik poly-thene bekas klorin sehingga dapat didaurulang dan bisa dibakar dalam insinerator.Setelah itu sampah dipres dengan tekan-an tertentu sehingga bisa menghilangkankantong-kantong udara di dalamkemasan tersebut yang memungkinkanproses biologis –aerob maupun anae-rob—terhenti. Dengan demikian tidakterjadi risiko pembakaran spontan danpembentukan gas. Proses pengemasanini berlangsung hanya 3-4 menit.Kemasan itu tinggal disimpan di tempatterbuka atau tertutup dan bisa ditumpuk.Bila pengolahan siap, kapsul tinggaldibuka dengan cara yang mudah. MJ

A G A M

Kapsul SampahModel Penyimpanan Sampah Jangka Panjang

R

34 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Sampah pun bisa jadi duit. Tidakpercaya? Para pemulung sudah

membuktikan. Mereka bisa hidup darisampah ini, meskipun sampah yang di-kaisnya sangat terbatas. Pemerintahdaerah pun telah mengambil retribusikepada penduduk yang membuangsampah. Ini artinya sampah telahmenjadi sumber uang.

Kini ada sebuah terobosan lainyang dilakukan oleh sebuah lem-baga swadaya masyarakat(LSM) di Tangerang. LSM inimemberikan layananpengambilans a m p a hke rumah-r u m a hd e n g a n

menggunakan sepeda motor. Untuksatu kantong kresek sampah ukuransedang atau sekitar 1,5 kg sampahdikenakan biaya Rp. 400.

Layanan ini diberikan setiap hariSenin-Sabtu pukul 06.00-17.00 WIB.Motor beroda tiga akan mendatangirumah tangga yang telah meneleponkantor LSM tersebut. (MJ)

Bisnis Jemput Sampah, Mengapa Tidak?

FOTO: ISTIMEWA

Siap untuk pemulihanSampah hanya ditutupi denganplastik film, mudah membukacelah. Tanpa kabel baja untukmengikat. Tidak butuh banyakmaterial sampah untuk dibakar

di insinerator

Bersih dan tanpa bauTidak ada masalahdengan penyimpanandi luar ruang sepanjangtahun dan bertahun-tahun

Kecil dan berbentuk bundarSampah bentuk bulat butuhruang simpan kecil dan trans-portasinya rasional. Tidak adasudut yang mudah pecahselama penanganan.

Tidak ada udaradi bagian dalamSampah tidak membusuk.Tidak ada resiko gas yangterbentuk dan pembakaranspontan

Lingkungan yang harmonisPlastik jaring dan plastik filmlapisan luar dibuat dari jenisplastik polythene yang dapatdidaur ulang.

Tertutup secara keseluruhanKandungan energi sampah terpeli-hara. Kotoran sampah dan kebocorandapat dicegah secara efektif.

Tak dikenalBentuk penutup plastikputihnya tidak menarikperhatian burung-burung

Page 37: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Inilah salah satu dari beberapa Per-usahaan Daerah (PD) Kebersihanyang tersisa di Indonesia. Beberapa

kota yang dulunya memiliki perusahaansejenis telah mengubah pengelolaankebersihan kotanya dari perusahaandaerah ke dinas.

PD Kebersihan Bandung tergolongcukup berumur. Perusahaan ini dibentukpada tahun 1985 melalui Peraturan Dae-rah No. 02 Tahun 1985. Pembentukan PDini difasilitasi oleh Direktorat JenderalCipta Karya, Departemen PU (kini Kim-praswil) melalui Proyek PengembanganKota Bandung atau Bandung Urban De-velopment Project (BUDP).

Perusahaan ini bertanggung jawabmelestarikan lingkungan hidup dan se-cara khusus memelihara serta mening-katkan kebersihan kota dalam arti seluas-luasnya, sebagai usaha menjamin terwu-judnya kota yang rapi, bersih, dan sehat.Berdasarkan SK Walikota, PD Kebersih-an juga diberi tugas merumuskan ke-bijakan, melaksanakan pengelolaan sam-pah, meneliti dan mengembangkan carapengelolaan sampah kota.

Operasi perusahaan ini mencakupwilayah seluas 16.29 hektar dengan pen-duduk sekitar 2,2 juta jiwa yang berada di26 kecamatan (139 kelurahan). Volumetimbulan sampah di kota ini 6.500-7.500meter kubik per hari. Namun, perusa-haan ini baru bisa melayani sekitar 65persen.

Sistem pengelolaan sampah meli-batkan masyarakat, dalam hal iniRT/RW. Pengurus RT/RW diberi kewe-nangan untuk menetapkan tarif kebersih-an masing-masing guna membiayaioperasionalisasi kebersihan rumah tang-ga (sumber sampah ) hingga ke tempatpembuangan sementara (TPS). Setelahitu, sampah menjadi tanggung jawab PDKebersihan.

Perlakuan terhadap sampah jalan,pasar, dan komersial/fasilitas umum

agak berbeda dengan sampah rumahtangga. PD Kebersihan langsung bertang-gung jawab atasnya. Perusahaan mela-kukan penyapuan, pengumpulan, danpewadahan. Untuk kebutuhan kegiatanini, PD Kebersihan memiliki 617 penyapujalan, dan 235 penyapu pasar. Perkiraantimbulan sampah dapat dilihat di tabelberikut:

Sampah-sampah tersebut kemudiandibuang di Tempat Pembuangan Akhir(TPA). Ada dua TPA yakni TPA Leuwi-gajah (17,5 Ha) dan TPA Jelekong (9,7Ha). Sampah kemudian diperlakukanmenggunakan sistem open dumping.

Tarif layanan kebersihan ditetapkan olehwalikota. Besarnya sesuai skala sumber sam-pah. Tarif jasa kebersihan sesuai SK WalikotaNo 644 Tahun 2002 (Lihat tabel).

Dengan tarif tersebut, setiap tahunPD kebersihan rata-rata memperolehpendapatan sekitar Rp. 17 milyar. Pen-dapatan ini diperoleh dari masyarakatdan jasa kebersihan dari pemerintahdaerah. Angka ini masih jauh dari kebu-

tuhan operasional perusahaan. Tak he-ran bila per tahunnya, perusahaan de-ngan karyawan 1.642 orang ini terusmerugi. Tahun 2002 lalu, perusahaan inimenderita kerugian 3,8 milyar lebih.

Direktur Utama PD Kebersihan KotaBandung Awan Gumelar mengakui halitu. Namun, menurutnya, bagi APBDskala kota, ada efisiensi yang cukupbesar. Ia mengungkapkan hingga 16tahun ini, APBD Kota Bandung barumengalokasikan dana sebesar Rp. 34 mil-yar atau rata-rata sebesar Rp. 2,1milyar/tahun. Angka itu masih jauh di-bandingkan dengan anggaran kebersihankota-kota lainnya di Indonesia sepertiDKI Jakarta (Rp. 373 milyar/tahun),Surabaya (51 milyar/tahun), Semarang(Rp. 27 milyar/tahun), dan Yogyakarta(Rp. 8 milyar/tahun).

Kendati anggaran kebersihan kota tergo-long kecil, peran serta masyarakat cukupbesar. Tahun 2003 lalu, retribusi masya-rakat sebesar Rp. 13 milyar atau 72 persendari total pendapatan. Sedangkan dariAPBD hanya Rp. 5 milyar. Angka penda-patan dari retribusi ini jauh lebih tinggi darikota-kota besar lainnya di Indonesia.

Kondisi keuangan yang demikiantentu mengganggu gerak perusahaan.Berbagai upaya kini sedang dilakukanuntuk meningkatkan kinerja perusahaandengan peningkatan sumber daya manu-sia dan penyadaran masyarakat. (MJ)

E R O P O N G

Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung

Bertahan di Tengah Keterbatasan

T

35 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Kelas Daya PTL (Rp) PL (Rp) Sosial (Rp)

I >6600 7.500/bln 20.000/bln 7.500/blnII >3600-6600 6.000/bln 17.500/bln 6.000/blnIII >2200-3600 5.000/bln 15.000/bln 5.000/blnIV >1300-2200 4.000/bln 10.000/bln 4.000/blnV > 900-1300 3.000/bln 7.500/bln 3.000/blnVI 450 2.000/bln 5.000/bln 2.000/bln

Non Komersial Rp. 12.500/hari; Komersial Rp. 15.000/hari;Angkutan kota Rp. 500/hari; Bus Rp. 1.000/hari

No. Sumber Timbulan Sampah Volume (m3/hari)1. Permukiman 3.9782. Pasar 6133. Jalan 4494. Industri 7875. Usaha/Komersial 3126. Fasilitas umum 361

TARIF LAYANAN RUMAH TINGGAL DAN SOSIAL

(Watt) PengambilanTak Langsung

PengambilanLangsung

Page 38: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

B isa Anda jelaskan latar belakangpembentukan PD Kebersihan?

PD Kebersihan dibentuk dengan Per-da No. 2 tahun 1985, yang diperbaharuidengan Perda 15 tahun 1993 (berkaitandengan modal), terakhir Perda 27 tahun2001. Sekarang sudah 19 tahun. Asalnyadari dinas kebersihan kota. Mengapa di-bentuk PD? Supaya penanganan keber-sihan di kota Bandung lebih optimal. Du-lu dinas kebersihan dinilai kurang memi-liki kapasitas untuk mengembangkan pe-layanan. Selain itu dengan berbentuk PD,akan mempercepat rekrutmen pegawaidan penyediaan sarana dan prasarana.Yang lebih penting, ini untuk kepenting-an legalitas dan kepercayaan bagi pembe-ri pinjaman.

Apakah tidak berbenturan ke-pentingan dengan pelayanan?

Saya kira tidak ada. Kita sama de-ngan PT Kereta Api atau Damri. Merekakan juga mencari untung dari pelayananyang diberikan.

Bagaimana kinerja perusahaanyang Anda pimpin sekarang?

Kinerja kita alhamdulillah, walaupunserba kekurangan dan terbatas kita masihmampu berjalan memberikan pelayanankepada masyarakat. Memang sejak awalkita kekurangan sarana dan prasarana.Ke depan kita berharap ada perbaikan.

Sejauh mana tingkat pelayanan PDKebersihan kepada masyarakat?

Kita sekarang baru mampu melayanisekitar 65 persen dari sampah yang ada.Itu tadi karena kita masih banyak keter-batasan.

Bagaimana hubungan PD Keber-sihan dengan instansi struktural?

Kita koordinasi saja. Dengan camatkita bertemu 3 bulan sekali. Jadi sifatnyakami mohon bantuan, karena kami bu-

kan atasan dia. Koordinasi kan boleh-bo-leh saja. Jadi hubungannya kemitraaansaja. Bukan atasan bukan bawahan. Kitabekerjasa sama dengan dinas taman da-lam menentukan titik-titik tempat sam-pah. Yang penting adalah bagaimana visiwalikota Bandung tercapai. Saya kira kitaharus pandai bagaimana memperlakukansebuah perusahaan tapi tetap terikat de-ngan pemerintahan. Memang sangat laindengan perusahaan swasta. Aktivitas danaction-nya berbeda dengan strukturpemerintahan karena memiliki otoritastersendiri.

Apa upaya Anda untuk mening-katkan kinerja?

Ke depan kita ingin menjadi entrepre-neur. Kita akan memberdayakan aset-aset kita. Kita akan membentuk anak-anak perusahaan. Saat ini belum bisakarena kita masih serba kekurangan. Gajijuga masih terbatas. Tapi alhamdulillahetos kerja masih tinggi. Selain itu, kitaingin meningkatkan kemampuan opera-sional seperti meningkatkan cakupanpelayanan dari 65 persen menjadi 80persen, memperbaiki kualitas SDM, danmengintroduksi teknologi pengolahansampah melalui kerja sama. Pokoknyakita berharap bisa menerapkan corporategovernance bagi perusahaan.

Bagaimana dengan masalah ke-uangan?

Kita akan memaksimalkan realisasihasil penagihan jasa dari seluruh potensiyang ada dan memaksimalkan pemba-yaran jasa pelayanan umum dari APBD.Kita juga mengusulkan kepada Pemkotuntuk memplot subsidi kebersihan bagimasyarakat dalam APBD. Sebab kitaperlu dana yang cukup untuk memberi-kan layanan yang minimal. Kita jugamengusulkan ada restrukturisasi permo-dalan perusahaan yang sudah negatif ke-pada Pemkot. Kalau bisa Pemkot meng-ambil alih sebagian atau seluruh utangperusahaan dan memasukkan sebagai pe-nyertaan modal. Di sisi lain kita terpaksaharus melakukan efisiensi.

Apa sebenarnya yang bisa men-dorong kebersihan suatu kota?

Kalau kita ingin maju ke depan, perta-ma rakyat harus sadar kebersihan denganikut mengelola sampah di lingkungannyamasing-masing. Prinsip 3R (reduce, re-use, recycle) harus diterapkan. Itulahyang kami sosialisasikan kepada masya-rakat. Kita berharap ada komitmen, kalautidak kan susah.

Terobosan apa saja yang Andaambil agar pengelolaan sampah le-bih baik?

Kita tahun ini bekerja sama denganKLH untuk menangani pengomposandan pihak ketiga.

Adakah rencana untuk membu-at Bandung bersih?

Saat ini ada renstra walikota No. 36tahun 2004. Isinya Bandung bersih, mak-mur, taat, bersahabat. Bersihnya me-nyangkut sampah. Kita tahun 2008 harusbersih. Sampah harus dikelola dengan ba-ik. Dengan 3R sebenarnya sudah cukup.Tahun 2005 harus ada perubahan meski-pun dalam kondisi terbatas. (MJ)

E R O P O N G

Awan Gumelar, Direktur Utama PD Kebersihan Kota Bandung

“Rakyat Sadar Kebersihan Dulu”

T

36 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: MUJIYANTO

Page 39: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Laporan ini diluncurkan bersama-sama oleh Bappenas, BPS, danUNDP Indonesia. Jika laporan

Tahun 2001 difokuskan pada ‘mengapa’,maka pada laporan tahun 2004 me-ngedepankan ‘bagaimana’ dan ‘berapabesar’.

Dalam semangat inilah maka pesanyang ingin disampaikan adalah bahwaIndonesia memerlukan investasi sumberdaya manusia yang lebih besar tidakhanya untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia tetapi juga sebagai dasar penca-paian pertumbuhan ekonomi dan untukmemastikan kesinambungan demokrasidalam jangka panjang.

Laporan ini menekankan bahwa dimasa yang akan datang, pendapatankaum miskin kelihatannya tidak akanmeningkat dengan pesat. Ini berarti bah-wa pemerintah harus mengeluarkan ang-garan yang lebih banyak untuk menyedi-akan pelayanan-pelayanan publik. Per-tanyaannya apakah mungkin dengan

kondisi keuangan negara seperti saat ini,Indonesia mampu menyediakan lebihbanyak anggaran untuk pelayanan publikyang mencapai angka 3-6 persen dariPDB. Laporan ini kemudian mengesti-masi berapa banyak biaya yang dibu-tuhkan, dan menunjukkan bahwa jumlahtersebut masih berada dalam bataskemampuan Indonesia.

Secara umum, laporan ini juga meng-ungkapkan kondisi pembangunan ma-nusia (human development) di Indo-nesia. Beberapa data yang terekam misal-nya Indeks Pembangunan Manusia/Hu-man Development Index (IPM/HDI)yang menurun antara tahun 1996 dan1999, terlihat meningkat pada tahun2002. Peningkatan ini dipengaruhi salahsatunya oleh penurunan angka kematianbayi dan tingkat kemiskinan. Walaupundemikian secara keseluruhan pening-katan tersebut belum menggembirakan.

Selain HDI, terdapat beberapa indi-kator lain yang digunakan dalam laporanini yaitu Gender-related Development In-dex (GDI), dan Human Poverty Index(HPI-1). (OM)

Tangan-tangan manusia lambat ta-pi pasti telah mengubah iklimdunia. Ini dipicu oleh penggunaan

bahan bakar fosil (BBF) dan kegiatan alihguna lahan. Tindakan tersebut meng-hasilkan gas-gas seperti karbondioksida,metana, nitrous oksida yang memilikisifat seperti kaca yaitu meneruskancahaya matahari (radiasi gelombang pen-dek) tapi menyerap dan memantulkanradiasi gelombang panjang atau radiasibalik yang dipancarkan bumi. Akibatnyasuhu atmosfer meningkat sehingga terja-di pemanasan global dan perubahaniklim.

Yang memiliki kontribusi besar ter-hadap pemanasan itu tentu negara-negara maju. Untuk mengurangi lajupemanasan tersebut, sebuah pertemuanyang dihadiri lebih dari 10.000 delegasisepakat untuk mengeluarkan protokol–yang kemudian disebut Protokol Kyoto.

Protokol itu disusun untuk mengatur tar-get kuantitatif dan waktu penurunanemisi bagi negara maju.

Keberadaan protokol ini sangat pen-ting untuk dipahami oleh semua pihak,apakah itu masyarakat, pejabat pemerin-

tah, anggota legislatif, lembaga swadayamasyarakat, dunia bisnis, dan politisi.Pemahaman terhadap protokol itu bisamembuka wawasan mengapa terjadiberbagai bencana di muka bumi ini.

Buku ini menguraikan secara gam-blang tentang protokol tersebut termasukperjalanan pembuatannya yang berliku-liku dan penuh kontroversi. Penulisnyajuga menjelaskan apa yang bisa dila-kukan oleh negara berkembang—terma-suk Indonesia— yang ikut meratifikasiprotokol ini. Ada satu mekanisme Kyotoyang bisa diterapkan yakni MekanismePembangunan Bersih (Clean Develop-ment Mechanism/CDM). Ratifikasi Pro-tokol Kyoto akan mendorong pemerintahdan masyarakat untuk mempersiapkandiri dalam menyiapkan kelembagaanyang terkait dengan protokol tersebutmelalui proyek-proyek CDM. MJ

N F O B U K UI

37 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Laporan PembangunanManusia Indonesia 2004

JudulIndonesia Human Development

Report 2004The Economics of Democracy

Financing Human Developmentin Indonesia

PenerbitBadan Pusat Statistik (BPS) –

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) –

United Nation for Development Program (UNDP)

Tebal :xii + 205 hal

Judul:Protokol

KyotoImplementasinyaTerhadap Negara

BerkembangPenulis :

Daniel Murdiyarso

Pembangunan Bersih

Penerbit :Penerbit Buku Kompas

Tebal:xx + 200 halaman

Page 40: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Wa t e rS u p p l yand Sa-

nitation PolicyFormulation andAction Planning(WASPOLA) ta-hap I telah selesaid i l a k s a n a k a n .

Program berjangka lima tahun tersebutmemfokuskan kegiatan pada penyusunankebijakan, peningkatan pelayanan danproses pembelajaran serta komunikasi.Fokus utama program yakni memfasili-tasi penyediaan air minum dan penye-hatan lingkungan permukiman skalakecil dan menengah.

WASPOLA merupakan program kerjasama antara pemerintah Indonesia dalamhal ini Badan Perencanaan Pembangun-an Nasional (Bappenas), AustralianAgency for International Development(AusAID), dan World Bank/Water andSanitation Program for East Asia andthe Pacific (WSP-EAP).

Bisa jadi banyak orang yang belumtahu ada program ini. Padahal programtersebut telah berlangsung sejak 1998dan memfasilitasi pemerintah Indonesiadalam penyusunan Kebijakan NasionalPembangunan Air Minum dan Penyehat-an Lingkungan Berbasis Masyarakat.

CD ini ingin menjelaskan dan mema-parkan apa saja yang telah dilakukan oleh

WASPOLA selama ini kepada masyara-kat. Isi CD meliputi: (i) proses penyusun-an Kebijakan Nasional Pembangunan AirMinum dan Penyehatan Lingkungan Ber-basis Masyarakat; (ii) proses awal penyu-sunan Kebijakan Nasional PembangunanAir Minum dan Penyehatan LingkunganBerbasis Lembaga; (iii) kegiatan lo-kakarya; (iv) uji coba dan studi kasus; (v)publikasi; dan (vi) manajemen proyek.

CD ini dibagikan secara gratis kepadamasyarakat. Bila Anda berminat mendapat-kannya, silahkan hubungi sekretariat WAS-POLA Jl. Cianjur No. 4 Menteng, JakartaPusat, telepon 021-3142046. (MJ)

Sejak 2003 lalu, Kelompok KerjaAir Minum dan Penyehatan Ling-kungan (Pokja AMPL) melun-

curkan situs www.ampl.or.id. Isinya me-liputi berita-berita penting dan artikelseputar air minum dan penyehatan ling-kungan yang dimuat oleh media massanasional, kebijakan nasional, pilihanteknologi, pustaka, data, agenda kegiat-an, dan informasi terbaru seputar AMPL.Di dalamnya juga ada newsletter yanghadir setiap pekan.

Tahun itu juga Pokja AMPL mener-bitkan Majalah PERCIK. Majalah yangmemposisikan diri sebagai media infor-masi air minum dan penyehatan ling-kungan ini hingga Juni 2004 telah terbit

empat edisi. Majalah ini dibagikan secaracuma-cuma kepada pihak terkait di selu-ruh Indonesia.

Pokja mendokumentasikan apa yangada di website dalam bentuk kliping. Adakliping berita dan kliping artikel yangdimuat dari Agustus 2003 hingga Juli2004, ada juga kliping newsletter.

CD interaktif AMPL ini memuat itusemua dari mulai situs (off line), kliping(berita dan artikel), berita mingguan(newsletter), kebijakan nasional pem-bangunan AMPL berbasis masyarakat,majalah Percik semua edisi, dan publi-kasi AMPL. Dengan kemasan ke dalamCD, penyebarluasan informasi diharap-kan lebih mudah, murah, dan efisien. CDini bisa diperoleh di sekretariat PokjaAMPL Jl. Cianjur No. 4 Menteng, JakartaPusat, telepon 021-31904113. MJ

N F O C DI

38 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

EPA telah meluncurkan sebuah CDberjudul ‘’A Collection of SolidWaste Resources’’. CD ini berisi

lebih dari 300 publikasi mengenai limbahberbahaya dan limbah yang aman.Dokumen di dalamnya bisa dicari, datadisusun berdasarkan topik menurutabjad, dan beberapa di antaranya dalam

bahasa Spanyol.Publikasi ini meliputi banyak topik,

termasuk daur ulang (recycle) dan pakaiulang (reuse), manajemen limbah berba-haya, composing, dan penggunaan bahanbakar motor. CD ini sengaja diperun-tukkan bagi banyak kalangan, terutamapara remaja. Sampul CD ini didesain oleh

pemenang kontes anak usia 7-12 tahun.Topik-topik yang ada pada CD ini

antara lain: Perubahan Iklim danLimbah, Minyak dan Gas, ManajemenSampah di Perkotaan, PencegahanPolusi, Manajemen Limbah Berbahaya,Pendidikan Lingkungan, Landfilling, danKomposing. MJ

Koleksi Sumber Informasi tentang Sampah

Publikasi dan Komunikasi WASPOLA

C D I n t e r a k t i f A M P L

Page 41: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Barangkali ini merupakan satu-satunya situs di Indonesia yangmendedikasikan diri khusus sek-

tor sampah. Situs ini cukup sederhana.Hanya ada beberapa menu yakni profil,kegiatan, galeri, dan link.

Situs ini merupakan sarana komuni-kasi Jaringan Pengelolaan Sampah Na-sional (Jala-Sampah) atau ‘’Garbage Net-work’’ yang terdiri atas 29 lembaga swa-daya masyarakat (LSM) dari 25 kotabesar di Indonesia yang peduli pada pe-ngelolaan sampah.

Jala-sampah merupakan bagian dariGlobal Anti-Incinerator of Alliance/Glo-bal Alliance for Incinerator Alternatives.

Tak heran bila dalam satu artikelnya –pa-da menu kegiatan—memuat tulisanberjudul ‘’Proyek Waste to Energy, Pro-yek Eksploitasi terhadap Sumber DayaAlam Publik, karya Gopal Krishna, yangisinya bahwa insinerator memunculkanemisi zat-zat beracun. Tulisan lainnyajuga cukup menarik di antaranya PeranPendidikan Lingkungan Hidup dalam Pe-nanganan Sampah, dan PengembanganBahan Plastik Biodegradable BerbahanBaku Pati Tropis. Yang menarik lagi un-tuk diamati, situs ini juga memuat hargabarang lapak dari mulai bekas botol airkemasan, botol kaca, besi, tembaga, ker-tas sampai plastik.

Sampah dan PerlindunganLingkungan

http://www.epa.gov/epaoswer/osw/cdos

wpub.htm

S ampah bukanlah masalah sederhana.Banyak hal yang terkait dengan per-

soalan ini. Situs milik Badan Perlin-dungan Lingkungan (EnvironmentalProtection Agency/EPA) Amerika Serikatini memuat berbagai permasalahan danpemecahan sampah secara cukup leng-kap. Mulai dari sampah rumah tanggahingga sampah industri dengan beragambentuknya. Ada pula bentuk kerjasama

yang mungkin dilakukan serta apa sajaprogram sampah yang ada.

http://www.iswa.org/

S itus ini milik asosiasi sampah interna-sional/International Solid Waste Asso-

ciation (ISWA) yang memiliki 1.100 anggotadari 70 negara. Isinya cukup lengkap, darimulai definisi sampah hingga kebijakan danrencana tindak tiap negara-negara di dunia.Di dalamnya juga ada artikel dan berita-beri-ta penting soal sampah. Pada 17-21 Oktobernanti lembaga independen ini akan meng-adakan kongres di Roma, Italia.

N F O S I T U S

Jaringan Pengelolaan Sampah Nasional

I

39 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Asosiasi Sampah Internasional (ISWA)

Sistem Sampah Regionaldi Spokane

http://www.solidwaste.org/

S itus ini memuat banyak hal menge-

nai sampah di antaranya sampah

sebagai sumber energi, transfer stations,

komposing, sampah berbahaya, mengu-

rangi sampah, pembelajaran sampah,

dan daur ulang. Sistem pengelolaan yang

ada memang khusus yang dilakukan di

Spokane, satu kota di Amerika Serikat.

www.jala-sampah.or.id

Page 42: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Diseminasi program WASPOLAdilaksanakan di Propinsi Go-rontalo 7 Juli lalu. Upaya ini di-

maksudkan untuk memberikan masukanbagi daerah untuk membuat rencanastrategi pembangunan daerah untuk ma-sa mendatang mengingat cakupan pen-duduk yang mendapatkan pelayanan airminum rata–rata masih rendah yaitu dibawah 50 persen.

Acara yang berlangsung di Kantor Ba-peda Propinsi Gorontalo ini dibuka olehKetua Bappeda Propinsi. Instansi tingkatpropinsi yang hadir antara lain berasaldari Bappeda, Dinas Kesehatan, PDAM,Kantor PMD, Dinas Sosial, Kantor Ling-kungan Hidup, LSM, Perguruan Tinggidan anggota DPRD Propinsi yang ter-pilih. Pemaparan program WASPOLA di-sampaikan oleh Rheidda Pramudhy dariKelompok Kerja Air Minum dan Penye-hatan Lingkungan (AMPL).

Selain pemaparan KebijaksanaanPembangunan AMPL berbasis masyara-kat dan kegiatan WASPOLA, acara jugadiisi dengan diskusi kelompok yangmembahas potret AMPL sebelum dan se-sudah terbentuknya propinsi tersebut,serta penyusunan rencana tidak lanjutoleh peserta.

Permasalahan yang berhubungandengan sarana air minum dan penyehat-an lingkungan di propinsi yang terbagiatas tiga kabupaten yakni Kotamadya Go-rontalo, Kabupaten Gorontalo dan Ka-bupaten Boalemo yakni:

Proses diseminasi ini juga meng-hasilkan rencana tindak lanjut dan

kesepakatan pembentukan Tim KerjaAMPL Tingkat Propinsi. Bappeda pro-pinsi ditunjuk sebagai ketua dan ang-gotanya terdiri atas instansi terkait. Un-tuk mendukung kegiatan, tim kerja ter-sebut telah mengajukan dana dari ang-garan belanja tahunan (ABT) propinsi pa-da tahun anggaran 2004 dan 2005, untukmendampingi kegiatan WASPOLA didaerah. (Rheidda Pramudhy)

U N J U N G A NK

40 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Belum meratanya pembangunanAMPLPelaksanaan pembangunan AMPL ti-dak sesuai dengan keinginan masya-rakat

Keterbatasan pelayanan PDAM ter-utama di perkotaanTingginya pencemaran air olehlimbah mercuri dari pertambanganemasBelum dimanfaatkannya sum-ber–sumber air dari embung–em-bungSering terjadi kejadian luar biasa(KLB) diare yang disebabkan olehperilaku masyarakat yang tidaksehat.Pemerintah daerah masih ber-orientasi pada pendapatan aslidaerah (PAD) daripada pelayanankepada masyarakat mengenai ke-tersediaan air minum yang men-cukupi.

Diseminasi ProgramWASPOLA

di Propinsi Gorontalo

Acara juga diisidengan diskusi

kelompok yang mem-bahas potret AMPL,serta penyusunan

rencana tidak lanjutoleh peserta.

FOTO: RHEIDDA PRAMUDHY

Page 43: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

‘’Seperti bulan turun ke pangku-an,’’ begitu ungkapan wargaDesa Pringga Jurang, Keca-

matan Montong Gading, KabupatenLombok Timur, Nusa Tenggara Barat,menanggapi keberadaan proyek WSLIC 2di desanya. Mereka telah begitu lama me-nantikan sarana air minum.

Tingkat pendapatan masyarakat se-tempat tergolong rendah. Hampir 73 per-sen warganya tergolong miskin. Tak he-ran bila warga desa yang berjarak 12 kmdari ibukota Lombok Timur itu rendahdalam perilaku hiudp bersih dan sehat.Sebanyak 85 persen penduduk buang airbesar di sembarang tempat, 93 persenbuang sampah sembarangan, 95 persentidak cuci tangan setelah buang air besar,dan 61 persen minum air belum dima-suk.Wajar bila kejadian luar biasa diaremenimpa desa ini beberapa kali.

Berkat proyek WSLIC 2, kini desa itumemiliki sarana pelayanan air minumdan penyehatan lingkungan. Perpipaansistem gravitasi mampu melayani 887 ji-wa. Proyek tersebut juga membangun

jamban sekolah sebanyak empat unit.Murid-murid sekolah di sana juga telahmampu mendapatkan air minum denganmetode SODIS. Khusus jamban keluarga,pembangunannya dilaksanakan secara

bergulir. Biaya pembangunan saranaAMPL di desa itu sebesar 200 juta, 20persennya merupakan kontribusi ma-syarakat.

Sarana AMPL tersebut dikelola olehHimpunan Penduduk Pemakai Air Mi-num (HIPPAM). Di tiap bak umum, pe-ngelolaannya di bawah Kelompok Pe-makai Air (Pokmair). Iuran yang di-pungut sebesar Rp. 1.000/KK/bulan. Na-mun pemungutan iuran itu belum se-penuhnya dilaksanakan karena alasanmereka baru saja mengeluarkan danayang besar sebagai kontribusi WSLIC 2.

Berdasarkan peninjauan di lapangan,salah satu kran di bak umum rusak. Ke-rusakan tidak hanya di lokasi tersebut ta-pi juga di lokasi WSLIC 2, RWSS, danproyek sejenis lainnya. Keadaan ini di-duga disebabkan sulitnya mendapatkankran pengganti atau perlu biaya besar un-tuk menggantinya dibandingkan nilaikran itu sendiri. (OM)

U N J U N G A NK

41 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

P eralatan yang diperlukan hanyaberupa botol transparan –bisa juga

bekas botol air kemasan—berukuran 1,5liter atau lebih kecil. Botol kemudiandicat hitam separuh badannya. Isi de-ngan air sampai penuh dan tutup.Setelah itu botol berisi air itu dijemur ditempat terbuka dengan badan berwarnahitam di bagian bawah. Penjemuranberlangsung selama 4-5 jam bila cuacacerah, 6-7 jam bila cuaca mendung, dan2 hari berturut-turut bila hari hujan di-selingi cuaca cerah. Air yang telah disi-nari tersebut langsung siap diminum.

SODISMembuat Air Sehat dengan Sinar Matahari

Pringga JurangKeruntuhan Bulan

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Page 44: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Fasilitasi Kebijakan Nasional AirMinum dan Penyehatan Ling-kungan (AMPL) berbasis masya-

rakat berlangsung di tujuh propinsi dantujuh kabupaten sejak pertengahan Juni2004. Daerah-daerah tersebut dipilihberdasarkan surat minat dan komitmendaerah sebagai tindak lanjut lokakaryanasional 10-12 Maret 2004 di Yogyakarta.

Sampai dengan Juli 2004, kegiatanyang dilaksanakan di daerah antara lain:mobilisasi fasilitator ke daerah, koordi-nasi persiapan pelaksanaan kebijakan didaerah, dan presentasi umum pemaparanprogram setiap propinsi dan kabupaten.Kegiatan tersebut difasilitasi oleh tujuhfasilitator yang ditempatkan di daerah.Mereka didukung dan dikoordinasikanoleh sekretariat WASPOLA dan Kelom-pok Kerja AMPL di Jakarta.

KoordinasiPersiapan pelaksanaan kebijakan di

daerah didahului koordinasi dengan pim-pinan dan instansi terkait di daerah—Ba-ppeda, Dinas Kesehatan, Dinas Kimpras-wil/Kimtaru, Dinas/Badan Pemberda-yaan Masyarakat— guna memperkenal-kan dan memperjelas rencana program.Secara umum semua daerah memberikandukungan positif terhadap program danmenyiapkan prasarana kerja fasilitator.Seluruh fasilitator berkantor di Bappedakabupaten kecuali di Kabupaten LombakBarat—berkantor di Dinas Kimtaru (PU).

Selain dukungan di atas, pemerintahdaerah juga mengalokasikan dana untukmendukung pelaksanaan kegiatan. Ha-nya saja, bagi sebagian besar daerah, alo-kasi tersebut masih dalam bentuk pem-bahasan/usulan dalam Anggaran BelanjaTahunan (ABT). Daerah yang telahmengalokasikan dana yakni Kabupaten

Kebumen, Kabupaten Sijunjung, Kabu-paten Gorontalo, Kabupaten BangkaSelatan, dan Kabupaten Lombok Barat.

Pemetaan StakeholderUntuk memperoleh gambaran siapa

saja yang berpotensi ikut serta dalam pe-laksanaan program kebijakan di daerah,fasilitator mengidentifikasi dinas terkaitdan pihak lain yang peduli terhadapAMPL khususnya dari kalangan LSM.Identifikasi itu menghasilkan nama-na-ma yang diikutsertakan dalam TOT MPAdan Pelaksanaan Kebijakan yang dise-lenggarakan oleh Kelompok Kerja AMPLdi Cisarua, Bogor, 13-16 Juli 2004.

Pengumpulan Data AMPLFasilitator dan pemangku kepenting-

an (stakeholder) di daerah telah me-ngumpulkan data sarana air minum danpenyehatan lingkungan. Data tersebutmenjadi bahan pembahasan pada loka-karya daerah dalam pengembangan ren-cana kerja pembangunan AMPL. Semua

daerah menyadari permasalahan menge-nai kelengkapan data. Oleh karena itu,penyiapan data memerlukan waktu yangcukup.

Paparan ProgramAgenda pemaparan program meli-

puti: (i) gambaran umum program pe-nyusunan kebijakan; (ii) pokok-pokokkebijakan nasional AMPL berbasis ma-syarakat; (iii) proses fasilitasi pelaksa-naan kebijakan di daerah; (iv) diskusi danklarifikasi; dan (v) kesepakatan rencanakegiatan jangka pendek.

Secara umum semua daerah membe-rikan respon positif terhadap rencana ke-giatan dan memahami keberlanjutanAMPL sebagai isu penting yang perlumendapatkan penanganan. Agenda jang-ka pendek yang disepakati antara lain pe-nyiapan kelompok kerja, penetapan calonpeserta yang dikirim ke TOT MPA danPelaksanaan Kebijakan.

Hal lain yang perlu ditindaklanjutioleh fasilitator antara lain:

E P U T A R W A S P O L A

Pelaksanaan Kebijakan NasionalAMPL Berbasis Masyarakat

di Daerah

S

42 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: ALMA ARIEF

Page 45: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Orientasi TOT MPA dan Pelaksana-an Kebijakan

Semua daerah mengirimkan peserta,bahkan Banten menambah satu orangdan Gorontalo menambah dua orang.Sebanyak dua orang dari Babel danBangka Selatan tidak hadir karena alasankesulitan transportasi.

Secara umum, seluruh peserta antu-sias mengikuti pelatihan. Mereka juga te-lah membuat rencana kerja pelaksanaankebijakan yang akan dibicarakan lebihlanjut di daerah masing-masing. Ber-dasarkan evaluasi, 80 persen peserta me-nyatakan sangat puas dan puas, 2 orangmenyatakan kurang efektif dan terlalubanyak teori, sisanya menyatakan biasa-biasa saja.

Beberapa Temuan PentingBerdasarkan hasil koordinasi dan ke-

giatan sampai dengan Juli 2004, beberapahal yang perlu ditindaklanjuti dan diantisi-pasi oleh Pokja AMPL pusat yakni:

Rencana Kegiatan DaerahRencana kegiatan daerah secara

umum diarahkan dalam rangka pelak-sanaan kebijakan, dengan langkahkegiatan:

PropinsiLokakarya pemahaman kebijakan nasi-onal AMPL berbasis masyarakat dansosialisasi/promosi kebijakan kepadapemangku kebijakan secara luas.Monitoring/supervisi dan pembela-jaran proses pelaksanaan kebijakan didaerah pilot.Lokakarya pengembangan strategifasilitasi pelaksanaan kebijakan dilan-jutkan dengan penyusunan kebi-jakan/rencana kerja propinsi.Pelaksanaan kebijakan/rencana kerjadaerah pasca fasilitasi. Sekr. WASPOLA

E P U T A R W A S P O L AS

43 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Adanya harapan program ini di-lengkapi dengan proyek fisik. Pema-haman ini berdasarkan kebiasaanbahwa setiap program yang berasaldari pusat selalu identik denganproyek fisik.Ketidakhadiran unsur DPRD. Pada-hal mereka memegang perananpenting dalam mendukung dan me-nindaklanjuti pelaksanaan kegiatanAMPL.Alokasi dana yang belum jelas daribeberapa daerah seperti Jawa Te-ngah, Sumatera Barat, NTB, Goron-talo, dan Sulawesi Selatan.

Ada perubahan staf/kontak person didaerah.Ada perbedaan kepentingan di ting-kat instansi daerah akibat ketidak-tepatan menetapkan personil yangdikirim ke lokakarya di Yogyakarta.

Komitmen alokasi anggaran. Meskisecara formal daerah menyatakan si-ap untuk mengalokasikan dana un-tuk pelaksanaan program, perkem-bangan di lapangan menunjukkansebagian besar masih dalam perju-angan untuk meyakinkan pihakDPRD setempat. Hal yang perlu di-pertimbangkan ke depan adalahwaktu konfirmasi kegiatan yanglebih awal.Respon positif propinsi dalam pelak-sanaan kebijakan:

Propinsi Jawa Tengah akanmengundang 14 kabupaten seba-gai langkah sosialisasi.Propinsi Sumatera Barat meng-undang kabupaten lainnya itu Pa-saman dan Pesisir Selatan padapresentasi pertama. Kedua dae-rah tersebut berminat ikut sertapada periode 2005Propinsi Sulawesi Selatan telahmenjadwalkan melakukan so-sialisasi pada seluruh kabupaten.Propinsi Babel dan Jawa Tengahmempertanyakan kabupaten ter-pilih dan mengharapkan ada pe-luang bagi kabupaten lainnya.

Ada kebutuhan pelatihan lanjutanMPA disertai praktek lapangandan pelatihan penyusunan renstraAMPL.Antusiasme daerah lain mengikutiacara TOT MPA dan pelaksanaankebijakan.

1.

2.

3.

4.

Lokakarya pemahaman kebijakannasional AMPL berbasis masyarakatdan sosialisasi/promosi kebijakankepada pemangku kebijakan secaraluas.Pemetaan isu/permasalahan AMPLdaerah melalui lokakarya II dilanjut-kan dengan kajian permasalahan dankajian keberlanjutan pembangunanAMPL serta pertemuan kelompokkerja untuk membahas hasil kajianuntuk menetapkan prioritas kegiat-an.Lokakarya pengembangan kerangkakebijakan daerah bidang AMPL di-lanjutkan dengan penyusunan kebi-jakan/rencana kerja daerah.Pelaksanaan kebijakan/rencana ker-ja daerah pascafasilitasi.

1.

2.

3.

4.

Secara umum,seluruh peserta

antusias mengikutipelatihan. Mereka

juga telah membuatrencana kerja pelak-

sanaan kebijakanyang akan dibicara-

kan di daerahmasing-masing. Kabupaten

-

-

-

-

-

-

Page 46: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Untuk mengevaluasi pelaksanaanprogram kerja WASPOLA 2004dan sekaligus merasionalisasi-

kan sisa kegiatan yang belum terlaksana,Kelompok Kerja WASPOLA mengadakanlokakarya tiga hari, 6-8 Juli 2004 di Ho-tel Novus, Puncak, Jawa Barat. Loka-karya ini juga bertujuan untuk memasuk-kan Millennium Development Goals(MDGs) dalam rencana kegiatan WAS-POLA.

Lokakarya diikuti sebagian anggotaPokja itu dan dibuka oleh Direktur Pe-rumahan dan Permukiman, Bappenas,Basah Hernowo. Dalam pembukaannyaia menekankan pentingnya penyelesaianDokumen Kebijakan Nasional Pemba-ngunan Air Minum dan Penyehatan Ling-kungan (AMPL) Berbasis Lembaga diakhir tahun 2004. Selain dianggap seba-gai momentum yang tepat, finalisasi do-kumen ini juga akan menghilangkan ang-gapan bahwa WASPOLA identik denganpendekatan berbasis masyarakat.

Ia mempertegas hal-hal yang perlu dila-kukan yakni (i) menyepakati struktur dankerangka kebijakan AMPL, (ii) menyiapkanrencana kerja umum WASPOLA-2 sampaidengan Desember 2004, (iii) koordinasidengan kegiatan Pokja AMPL, (iv) meru-muskan kegiatan untuk pengelolaan datayang terkoordinasi, (v) menentukan topikuntuk uji coba maupun studi kasus yangberhubungan dengan kebijakan.

Lokakarya ini diisi presentasi menge-nai Project Design Document (PDD) olehOswar Mungkasa dari Direktorat Pe-rumahan dan Permukiman, Bappenas. Iamenjelaskan bahwa proses penyusunanPDD melibatkan semua pihak dalam ke-mitraan yaitu Pemerintah Indonesia,AusAID, dan WSP-EAP. Ia memaparkanpula tujuan dan perbandingan komponenWASPOLA 2 dan WASPOLA 1.

Review program kerja WASPOLA2004 dipimpin oleh Sofyan Iskandar,

koordinator proyek WASPOLA. Menu-rutnya, sebagian program kerja sudahterlaksana, sebagian dalam proses, danada yang belum terlaksana. Peserta lo-kakarya menilai program kerja tersebutterlalu optimistis, karena relatif banyak-nya item kegiatan dibanding dengan per-sonel kelompok kerja maupun sekretariatWASPOLA, dan program dilaksanakanbertepatan dengan proses pergantianpemerintahan. Oleh karena itu pesertamengusulkan adanya rasionalisasi berda-sarkan analisa secara mendalam dan pen-jadwalan ulang program kerja. Akhirnya

muncul kesepakatan untuk merevisiProgram Kerja 2004.

Sementara itu berkenaan denganMDGs, lokakarya menyepakati beberapahal di antaranya (i) Baseline data yangakan dipergunakan adalah data SUSE-NAS dari BPS; (ii) Ruang lingkup sektoradalah Air Minum dan Penyehatan Ling-kungan yang terdiri atas Air limbah danSampah; (iii) Target MDGs sektor AMPLmenyesuaikan dengan laporan kemajuanPemerintah Indonesia dalam pencapaianMDGs. Selain itu, disepakati pula pro-gram kerja MDGs untuk tahun 2004. OM

E P U T A R W A S P O L AS

44 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

WASPOLA-1 WASPOLA-2 1. Perubahan Kebijakan 1. Pelaksanaan Kebijakan 2. Peningkatan Pelayanan 2. Perubahan Kebijakan 3. Pembelajaran & Komunikasi 3. Manajemen Pengetahuan (Informasi) 4. Pengelolaan proyek 4. Koordinasi & Pengelolaan proyek

LokakaryaKelompok Kerja WASPOLA

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Page 47: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

P ertemuan Tim Pengarah(Central Project Commit-

tee/CPC) WASPOLA 2 berlang-sung pada 11 Agustus 2004 diHotel Four Season, Jakarta.Pertemuan tersebut dihadirioleh Suyono Dikun (Deputi Sa-rana dan Prasarana Bappenas),Leila Komala (Deputi SumberDaya Manusia dan KebudayaanBappenas), Robin Davis danZabeta Moutafis (Kedubes Aus-tralia), serta para pejabat dariinstansi terkait.

Pertemuan diisi dengan pe-nandatanganan MemorandumSubsidiary Agreement (MSA)antara Pemerintah Indonesiayang diwakili oleh Deputi Sara-na dan Prasarana Bappenas dan Peme-rintah Australia; penyerahan hasilWASPOLA 1 kepada Bappenas selakuexecuting agency, serta penjelasan ke-

majuan pekerjaan WASPOLA 2 periode Ja-nuari-Juni 2004 dan rencana kerjaWASPOLA 2 periode Juli-Desember 2004.

Tim Pengarah terdiri atas pejabat ese-

lon 1 instansi terkaitseperti Bappenas, Dep-dagri, Depkeu, Depkes,Depkimpraswil, danwakil dari pemerintahAustralia, Bank Dunia.Tim Pengarah ini ber-temu setiap 6 bulan.

Fokus kegiatanWASPOLA 2 sampaidengan Desember2004 meliputi penye-lesaian Kebijakan Na-sional PembangunanAir Minum dan Pe-nyehatan LingkunganBerbasis Lembaga, danImplementasi Kebi-jakan Nasional Pemba-

ngunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan Berbasis Masyarakat di tujuhpropinsi dan tujuh kabupaten. (OM)

L okakarya penyusunan Kebijakan Na-sional Pembangunan Air Minum dan

Penyehatan Lingkungan Berbasis Institusiberlangsung 1-2 September lalu di Bogor,Jawa Barat. Lokakarya ini merupakanpelaksanaan rencana kerja WASPOLA 2guna menyempurnakan kebijakan terse-but. Lokakarya serupa akan diselengga-rakan secara berseri.

Sekitar 60 peserta yang berasal dariberbagai kalangan seperti pemerintah pu-sat, pemerintah daerah, PDAM, asosiasi(PERPAMSI, FORKAMI), swasta (PT.Palyja, PT. Wira Gulfindo Sarana), per-guruan tinggi, LSM dan lembaga donor(Bank Dunia) hadir dalam lokakarya itu.

Proses lokakarya menggunakan

pendekatan partisipatif sehingga setiappeserta merupakan narasumber yangberharga dalam proses penyempurnaankebijakan. Diskusi berlangsung santaitanpa mengabai-kan keseriusan.

Pada akhir lo-kakarya, pesertam e n y e p a k a t ibeberapa masuk-an dan perbaikanterhadap ran-cangan kebijakanyang ada. Hasiltersebut nanti-nya akan diako-m o d a s i k a n

dalam rancangan terdahulu. Lokakaryaberikutnya direncanakan akan dilak-sanakan pada minggu I Oktober 2004.

(OM)

E P U T A R W A S P O L A

Pertemuan Tim Pengarah WASPOLA

Lokakarya Penyusunan Kebijakan NasionalPembangunan Air Minum dan Penyehatan

Lingkungan Berbasis Institusi

S

45 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: DORMARINGAN S.

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Penyerahan secara simbolis hasil WASPOLA I dari Richard Pollard (BankDunia) kepada Suyono Dikun (Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas).

Page 48: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Dengan telah disepakatinya Kebi-jakan Nasional PembangunanAir Minum dan Penyehatan

Lingkungan Berbasis Masyarakat olehpemangku kepentingan tingkat nasional,maka dipandang perlu untuk mulai me-lakukan operasionalisasi kebijakan terse-but di daerah.

Pada tahun 2004, pelaksanaan ope-rasionalisasi baru dapat dilaksanakan pa-da 7 propinsi dan 7 kabupaten terpilihyaitu Kabupaten Sawahlunto Sijunjungdan Propinsi Sumatera Barat; KabupatenBangka Selatan dan Propinsi BangkaBelitung; Kabupaten Lebak dan PropinsiBanten; Kabupaten Kebumen dan Pro-pinsi Jawa Tengah; Kabupaten LombokBarat dan Propinsi NTB; KabupatenPangkep dan Propinsi Sulawesi Selatan;Kabupaten Gorontalo dan Propinsi Go-rontalo.

Salah satu langkah pendukung pe-laksanaan operasionalisasi kebijakan ter-sebut adalah menyiapkan pembentukanKelompok Kerja AMPL di daerah danditindaklanjuti dengan peningkatankapasitas anggota pokja AMPL. Sebagaitahap awal maka dipandang pentinguntuk memperkenalkan MPA sebagaisalah satu alat pendukung utama baikdalam pelaksanaan pembangunan AMPLmaupun penyusunan kebijakan nasionalselama ini.

Kegiatan orientasi MPA/PHASTtersebut dilaksanakan oleh Ditjen PMDDepdagri sebagai salah satu anggotaPokja AMPL Pusat di Hotel Parama,Cisarua, Bogor pada tanggal 12-16 Juli2004. Pesertanya 70 orang yang terdiriatas anggota pokja dari beragam institusiyaitu Kantor/Badan Pemberdayaan Ma-syarakat Desa; Badan Perencanaan Pem-bangunan Daerah (Bappeda); Dinas Per-mukiman dan Prasarana Wilayah; DinasKesehatan; Dinas Pendidikan Nasional;

Badan Pengendalian Dampak Lingkung-an Daerah (Bapedalda).

Secara umum orientasi dimaksudkanagar anggota pokja AMPL daerah dapatmemahami kebijakan nasional pemba-ngunan AMPL berbasis masyarakat,memahami dasar-dasar MPA/PHAST,memahami dasar-dasar fasilitasi; menge-tahui proses penyusunan kebijakanberbasis pendekatan partisipatif. Selainitu, diharapkan pertemuan ini dapatmembantu peserta menyusun rencanakerja Pokja AMPL daerah.

Pertemuan dibuka secara resmi olehDrs. K. Paembonan Msi (Sekditjen PMD,Depdagri). Ia menekankan pentingnyamemahami pendekatan pembangunanberbasis masyarakat agar pembangunanAMPL dapat berjalan efektif sehinggakeluaran, dampak, dan manfaatnya men-jadi optimal. Hal ini sejalan dengan UUNo. 22 Tahun 1999 tentang Pemerin-tahan Daerah yang menegaskan bahwa"hal-hal mendasar dalam undang-un-dang ini adalah mendorong untuk mem-berdayakan masyarakat, menumbuhkanprakarsa dan kreativitas, serta mening-katkan peran serta masyarakat". Pem-berdayaan masyarakat dan otonomidaerah memiliki hubungan timbal balik.

Basah Hernowo (Direktur Permukim-an dan Perumahan Bappenas) saat pre-sentasi mengenai WASPOLA menje-laskan tentang kondisi air minum dansanitasi di Indonesia yang mempri-hatinkan. Akses terhadap air minum barumencapai 50 persen sementara sanitasiwalaupun telah mencapai angka 63,5persen tapi ditengarai bahwa kualitassarana sanitasi dasar yang ada masih ren-dah. Bahkan dari angka 63,5 persen ter-sebut, diperkirakan banyak yang sudahtidak berfungsi. Salah satu indikasinyaadalah tingginya pencemaran air tanah dikota besar, bahkan untuk Jakarta menca-

pai 84 persen.WASPOLA merupakan proyek hibah

Pemerintah Australia yang dikelola olehWSP-EAP Bank Dunia yang tujuannya inginmeningkatkan kondisi AMPL di Indonesiamelalui reformasi kebijakan AMPL. WAS-POLA tahap 1 telah diselesaikan pada tahun2003, dengan salah satu keluaran utamaadalah Kebijakan Nasional PembangunanAir Minum dan Penyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat. Selanjutnya telah dise-pakati kelanjutan WASPOLA tahap 1, dimu-lai per 30 Juni 2004 sampai Desember2008. WASPOLA tahap 2 difokuskan padaimplementasi kebijakan AMPL berbasis ma-syarakat, dan melanjutkan reformasi ke-bijakan AMPL dengan fokus pada KebijakanNasional AMPL berbasis lembaga.

Kebijakan Nasional Pembangunan AirMinum dan Penyehatan Lingkungan Ber-basis Masyarakat terdiri atas 11 kebijakanumum yaitu (i) Air merupakan benda sosialdan benda ekonomi; (ii) Pilihan yang di-informasikan sebagai dasar pendekatantanggap kebutuhan; (iii) pembangunan ber-wawasan lingkungan; (iv) pendidikan pe-rilaku hidup bersih dan sehat (PHBS); (v)keberpihakan pada masyarakat miskin; (vi)peran perempuan dalam pengambilankeputusan; (vii) akuntabilitas proses pem-bangunan; (viii) peran pemerintah sebagaifasilitator; (ix) peran aktif masyarakat; (x)pelayanan optimal dan tepat sasaran; (xi)penerapan prinsip pemulihan biaya.

Basah Hernowo juga menjelaskansecara ringkas tentang MillenniumDevelopment Goals untuk sektor air mi-num dan sanitasi yaitu pada tahun 2015,mengurangi proporsi penduduk yangtidak memiliki akses terhadap air minumdan sanitasi dasar. Kesepakatan ini telahditandatangani oleh sekitar 193 pemim-pin dunia. Bagaimana strategi mencapaitarget tersebut masih sedang disusunoleh Pokja AMPL pusat.

E P U T A R A M P L

Orientasi Methodology for ParticipatoryAssessment (MPA)/PHAST

S

46 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

bagi Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Daerah

Page 49: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Kelompok Kerja Air Minumdan Penyehatan Lingkung-an (Pokja AMPL) dan

WASPOLA ikut ambil bagian da-lam Nusantara Water 2004 di Ja-karta Convention Center, 19-20Agustus 2004. Stand ini mema-merkan poster, buku, leaflet, danberbagai produk Pokja dan WAS-POLA.

Poster yang ditampilkan anta-ra lain ‘’100 juta orang Indonesiabelum memperoleh akses air mi-num dan sanitasi’’, ‘’KebijakanNasional Pembangunan Air Mi-num dan Penyehatan Lingkungan Berba-sis Masyarakat’’, ‘’Perilaku Hidup Bersihdan Sehat”, dan poster WSLIC serta SA-NIMAS. Pokja dan WASPOLA juga mem-bagikan buku Kebijakan Nasional AMPLBerbasis Masyarakat, Majalah Percik,dan sejumlah leaflet secara gratis kepada

pengunjung.Lebih dari 200 pengunjung mengun-

jungi stand pameran berwarna biru abu-abu tersebut. Sebagian di antaranyamengaku terkesan dengan apa yang se-dang dilakukan oleh Pokja dan WASPO-LA. Bahkan ada pengunjung yang bermi-

nat untuk menjadi daerah pe-laksanaan Kebijakan NasionalAir Minum dan PenyehatanLingkungan Berbasis Masya-rakat yang kini sedang ber-langsung. Pengunjung yanglain ada yang berminat untukberlangganan Majalah Percik–media informasi air minumdan penyehatan lingkunganproduk Pokja AMPL—kendatiharus membayar.

Pameran tersebut diikutioleh 40 peserta dari kalanganpemerintah, PDAM, swasta,

perguruan tinggi, dan organisasi profesi.Nusantara Water juga diisi dengan semi-nar dan konferensi. Acara ini diselengga-rakan oleh PERPAMSI (Persatuan Peru-sahaan Air Minum Seluruh Indonesia).

(MJ)

E P U T A R A M P L

Pokja AMPL Ikuti PameranN u s a n t a r a W a t e r 2 0 0 4

Pertemuan perencanaan dan eva-luasi proyek ProAir berlangsungdi Denpasar 28-29 Agustus 2004.

Pertemuan itu dimaksudkan untuk me-nyusun rencana kegiatan tahun 2005 se-kaligus mengevaluasi pelaksanaan pro-yek ProAir tahun 2004. Acara ini dihadiriTim Teknis Pusat dan Tim Teknis Daerahserta konsultan. Hadir pula KfW ReviewMission yang menyampaikan temuandan rekomendasinya. Hasil pertemuantersebut dibahas dalam pertemuan anta-ra KfW dan Pemerintah Indonesia di Ja-karta, 6 September 2004.

Pemerintah daerah mengungkapkanbeberapa kendala yang dihadapi, antaralain (i) pelaksanaan pemilu; (ii) pihak le-gislatif belum memahami sepenuhnyapendekatan partisipasi masyarakat; (iii)tahapan pelaksanaan terlalu panjang; (iv)

dana pendamping yang disediakan peme-rintah daerah tidak terserap sehinggamempengaruhi kinerja pemerintah dae-rah. Kendati begitu, Pemda Timor Te-ngah Selatan sepakat dengan KfW bahwadana investasi tidak terpengaruh oleh ta-hun anggaran. Namun Pemda Sumba Ba-rat menyatakan bahwa pihak auditormengharuskan dana tersebut dikembali-kan ke kas daerah jika tidak dapat dicair-kan.

Temuan dan Rekomendasi KfWMission Review

Misi tersebut mengemukakan bebera-pa temuan yakni (i) penundaan pelak-sanaan ProAir disebabkan salah perhi-tungan kebutuhan waktu yang dibutuh-kan untuk persiapan proyek, keraguandari berbagai pihak, kesulitan memobili-

sasi kontribusi non investasi dari pemda;(ii) tidak banyak lokasi yang bisa meng-gunakan sistem gravitasi karena jauh darisumber air sehingga biaya investasi men-jadi besar; (iii) konsultan berkualitastidak tersedia dalam jumlah yang me-madai; (iv) pedoman umum belum dise-lesaikan; (vi) pengumpulan dana kon-tribusi tersendat karena rendahnya ke-mampuan keuangan masyarakat.

Rekomendasi yang disampaikan yak-ni (i) pelaksanaan proyek ProAir padadua kabupaten yaitu Ende dan Alor baruakan dimulai pada pertengahan tahun2005; (ii) percepatan penyelesaian pedo-man umum; (iii) perlu sosialisasi kepadapihak legislative di daerah; (iv) pelak-sanaan tender harus mengikuti peraturanyang ditetapkan oleh donor. (OM)

Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Proyek ProAir

S

47 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

FOTO: DORMARINGAN S.

Page 50: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Pusat Teknologi Limbah (Pustek-lim) bekerjasama dengan JICA,JBIC, WSP-EAP Bank Dunia, dan

Kelompok Kerja AMPL 24-25 Agustuslalu menyelenggarakan Seminar ‘Tek-nologi Tepat Guna Pengolahan LimbahCair: Saatnya untuk Melangkah’ di Yog-yakarta. Seminar ini bertujuan untuk ber-bagi perkembangan teknologi yang ber-kaitan dengan pengolahan limbah cairdan berbagi informasi pola kerja antarpe-merintah.

Seminar dihadiri oleh sekitar 200peserta yang berasal dari berbagai ka-langan mulai dari birokrat, praktisi, per-guruan tinggi, konsultan, lembaga donor,maupun LSM.

Direktur Permukiman dan Perumah-an, Bappenas, Basah Hernowo, meng-ungkapkan kondisi pengelolaan air lim-bah di Indonesia. Menurutnya, (i) sani-tasi belum menjadi prioritas baik peme-rintah, legislatif, maupun swasta. Ini ter-lihat dari alokasi dana pemerintah, dalamkurun waktu 1992-2002, hanya Rp. 1,5milyar dibanding alokasi air minum yangmencapai Rp. 2 triliun; (ii) kesadaranmasyarakat masih rendah. Masyarakatmenggunakan prinsip NYMBI (not in mybackyard) dalam perilaku penangananair limbah; (iii) pengelolaan air limbahbelum terkoordinasi dengan baik; (iv)cakupan pelayanan sanitasi belum me-madai (74%) dan cakupan pelayanan sis-tem pengolahan air limbah masih sangatrendah (2%); (v) biaya penanganan airlimbah semakin meningkat dengan se-makin tercemarnya air permukaan; (vi)tantangan ke depan adalah mencapai tar-get Millenium Development Goals(MDGs) dan reformasi kebijakan nasio-nal. Ia juga menyampaikan beberapa so-lusi, di antaranya penerapan prinsipgood governance, dan prinsip ‘polluterpays’, mengembangkan kemitraan de-ngan swasta, mengembangkan mekanis-

me pendanaan, kepedulian masyarakat,memadukan penanganan air minum dansanitasi/air limbah, Sesuai dengan temaseminar, semua solusi tersebut harusdilaksanakan sekarang. Dibutuhkan aksidan bukan lagi sekadar rencana.

Seminar ini menghadirkan beberapapemakalah dengan topik-topik menarik.Dr. Tjandra Setiadi (ITB) menyampaikan

makalah berjudul Produksi Plastik Biode-gradable dari Limbah Cair, S. Uemura(Asisten Profesor Kiazarazu Institute ofTechnology, Jepang) dengan KinerjaDownflow Hanging Sponge (DHS) Bio-tower di Karnak, India, dan Prof. Dr. AzisDjajadiningrat (ITB) dengan makalahPengolahan Limbah Tanpa Bahan Kimia.

(OM)

E P U T A R A M P L

Seminar Teknologi Tepat GunaPengolahan Limbah Cair

S

48 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Pembukaan Seminar

Program Pengembangan Pusat Tek-nologi Limbah (Pusteklim) adalah

suatu program kerjasama Yayasan Di-an Desa dengan Asian People's Ex-change (APEX-Jepang) dengan du-kungan dari JICA Partnership Program(JPP).

Tujuan utama program ini adalahmeningkatkan kondisi lingkungan

hidup Indonesia. Sasarannya adalah (i)

pengadaan prasarana dan sarana da-

sar penanganan limbah; (ii) pengem-

bangan teknologi tepat guna dan uji

coba; (iii) pengembangan SDM; (iv)

pengembangan jaringan. Program di-

mulai tahun 2001 dan berakhir pada

tahun 2004.

Sekilas PUSTEKLIM

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Page 51: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

Rapat persiapan proyek ProAirtingkat propinsi berlangsung dikantor GTZ di Mataram, Nusa

Tenggara Barat 12 Agustus lalu. Perte-muan ini bertujuan untuk mengetahuipersiapan pelaksanaan proyek tersebut dikabupaten baru yaitu Kabupaten Alordan Kabupaten Ande, dan pelaksanaanProyek ProAir untuk kabupaten lama yai-tu Kabupaten Timur Tengah Selatan(TTS), Sumba Barat dan Sumba Timur.

Beberapa hal yang terungkap padapertemuan itu antara lain bantuan ProAirberasal dari bantuan investasi dari KfWdan non investasi dari GTZ. Rencanabantuan investasi untuk Kabupaten En-de dan Alor sebesar Rp 18 milyar untukbantuan konstruksi. Dana tersebut sudahtersedia. Dana GTZ dalam rangka mem-persiapkan masyarakat belum jelas. Me-nurut informasi, pihak GTZ mengalamiproblem keuangan. Dengan adanya per-soalan tersebut, proyek ProAir ke-mungkinan tak bisa dilaksanakan secaraserentak. Kabupaten Ende dipilih terle-bih dahulu, dengan pertimbangan:

Komitmen pemerintah daerah untukmelaksanakan proyek ProAir lebihbaik.Banyak sumber air yang tersediaSecara geografi kondisi lapangan dantransportasi lebih mudah dan kemu-dahan transportasi Tersedia laboratorium pemeriksaankualitas airTersedia fasilitator persiapan masya-rakat yang sudah terlatih dari ProyekGTZ- PROMISE.Sementara itu, pelaksanaan proyek

untuk Kabupaten TTS, Sumba Barat danSumba Timur pada tahun 2004 sampaitahap tender. Konstruksi diharapkanpada bulan Oktober. Ada permasalahandi Kabupaten Sumba Timur yakni tenagafasilitator yang tidak full time karena

mereka direkrut dari pegawai Pemda.Kemajuan pesat terjadi di KabupatenTTS. Di kabupaten ini tersedia tenagafasilitor dengan fasilitas kendaraan rodadua. Kondisi ini memungkinkan Ka-bupaten TTS bisa melaksanakan kon-struksi bersama-sama dengan KabupatenSumba Barat dan Sumba Timur, masing-masing di tiga lokasi.

Rapat ProAir juga berlangsung diKabupaten Alor bertempat di kantorBappeda setempat, 14 Agustus 2004.Rapat ini dipimpin oleh ketua Bappedadan dihadiri oleh instansi terkait di da-

erah yakni Dinas Kimpraswil, KantorPMD, dan Dinas Kesehatan.

Cakupan rata–rata penduduk yangsudah mendapatkan akses layanan airbersih sebesar 60%. Tahun ini pemda se-tempat mengalokasi anggaran untuk ke-giatan pembangunan sarana air bersihsebesar Rp 1,4 milyar terutama untukpembuatan sumur bor, dengan rata–ratakedalaman muka air tanah 70 m.

Terdapat dua kegiatan proyek dari GTZyaitu Proyek Promise bertujuan untukpeningkatan pendapatan penduduk pede-saan dan Proyek Siskes dalam rangkapeningkatan kesehatan masyarakat, ke duaproyek tersebut masih berjalan.

Proyek bantuan pembangunan airbersih lainnya yakni WSSLIC 2. Namunsarana yang dibangun tak berfungsi lagikarena lembaga pengelola di tingkat desatak berfungsi. Ini akibat masyarakat ti-dak mau berdisiplin untuk membayariuran bulanan. Berdasarkan evaluasi ma-syarakat akan lebih taat apabila lembagatersebut di bawah struktur pemerintahdesa. (Rheidda Pramudy)

E P U T A R A M P L

Persiapan Proyek ProAirdi Kabupaten Alor

S

49 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

1.

2.3.

4.

5.

Bantuan ProAirberasal dari

bantuan investasidari KfW dannon investasi

dari GTZ.

FOTO: ISTIMEWA

Page 52: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

STUDIWastewater Treatment in LatinAmerica. Old and New Option Penulis: Emmanuel Idelovitch

& Klas Ringskog

Penerbit: World Bank Washington

Subsidy of Self-Respect? Participatory Total CommunitySanitation in Bangladesh.

PROSIDINGAsset Management For HydraulicInfrastructure. Towards sustain-ability in Flood Protection,Irrigation, and Dam. Directorat forWater Resources and Irrigation,national Development PlanningAgency/Bappenas.

PANDUANPedoman Pengelolaan Air LimbahPerkotaan. Untuk Ekseskutif danLegislatif PemerintahKabupaten/Kota. DirektoratJenderal Tata Perkotaan danPerdesaan. Depkimpraswil.

U S T A K A A M P LP

50 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

B U K U U M U MWater for Urban Areas.Challenges and Prospective.Editor: Juha I. Uitto & Asit K. BiswasPenerbit: United Nations University Press

Rubbish! The Archeology of Garbage.Penulis: William Rathje & Cullen MurphyPenerbit: The University of Arizona Press

Profil Daerah Kabupaten dan KotaPenulis: Tim Litbang KompasPenerbit: Penerbit Buku Kompas

Politik Air Penguasaan Asing Melalui UtangPenulis: P. Raja Siregar, dkkPenerbit: WALHI & KAU

Melestarikan Sumber Daya AirDengan Teknologi Rawa BuatanPenulis: Maulida KhiatuddinPenerbit: Gadjah Mada University Press

Mengolah Air LimbahSupaya Tidak Mencemari Orang LainPenulis: Ir. S. HindarkoPenerbit: Esha

MAJALAH

Kota-KotaMajalah Populer Perkotaan.Edisi 1, 2004

Air MinumMajalah yang ditertbitkan olehPerpamsi. Edisi 101, Maret 2004

Sinergi Desa KotaMajalah Pembangunan Perdesaandan Perkotaan. Edisi perdana,Januari 2004.

Penulis: Kamar KarPenerbit: Institute of DevelopmentStudies, Brighton, England

Page 53: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

G E N D AA

51 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Tgl Bulan Kegiatan2 Agustus Rapat Persiapan Nusantara Water 2004 dan Penyebarluasan Informasi tentang Kebijakan Nasional

Pembangunan AMPL3 Agustus Rapat Sub Tim Air Minum – Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga

Rapat Sub Tim Air Limbah – Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga4 Agustus Rapat Pre-Project Coordinating Committee (PCC) WASPOLA

Rapat Rutin Pokja AMPL5 Agustus Rapat Rutin Pokja AMPL

Rapat Sub Tim Sampah – Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga6 Agustus Rapat Persiapan Pengambilan Sampel Air PDAM9 Agustus Rapat Rutin Pokja AMPL – Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga10 Agustus Rapat Sub Tim Sampah – Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga

Pertemuan Koordinasi ProAir10-11 Agustus Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Sumbar11 Agustus Rapat PCC WASPOLA

Kick off Meeting ADB, Appraisal Mission Proyek CWSH11-12 Agustus Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Pangkep12-14 Agustus Advokasi ProAir pada Pemerintah Daerah Kab. Alor 13 Agustus Rapat Rutin Pokja AMPL16 Agustus Rapat Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga18 Agustus Rapat Tim Koordinasi Perencanaan Kebijakan Nasional Penanggulangan Banjir 19 Agustus Water Sanitation Discussion Forum – Using Wind Power for Water Supply and Irrigation19-20 Agustus Ekshibisi Nusantara Water 2004 24 Agustus Rapat Perbaikan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga

Rapat Persiapan Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi ProAir di Denpasar24-25 Agustus Seminar Internasional – Teknologi Tepat Guna Pengolahan Limbah Cair, Pusteklim

Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Bangka Belitung26-27 Agustus Pertemuan Koordinasi ProAir di Bali

Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Jawa Tengah Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. GorontaloLokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Lebak

30 Agustus Rapat Presentasi Kemajuan Kerja WASPOLA30-31 Agustus Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Gorontalo1-2 September Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga2-3 September Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Bangka Selatan 6 September Wrap-up Meeting misi review KfW mengenai ProAir

Rapat Pokja AMPL mengenai Dana Hibah Sanitasi dari BelandaRapat Pokja AMPL - Diskusi mengenai Peningkatan Hygiene di Indonesia

6-7 September Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. SijunjungLokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. KebumenLokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Gorontalo

8 September Lokakarya dengan tema – Global Practices Forum Health in Your Hands : Critical Importance of Hygiene Improvement for Health, Water and Sanitation Program in Indonesia

15 September Pertemuan Tim Pengarah WSLIC2Workshop on Community Led Total Sanitation Rapat WASPOLA – tentang kemajuan kerja WASPOLA

15-16 September Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Banten16 September Rapat Rutin Pokja AMPL17-18 September Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Sulawesi Selatan 21 September Rapat Rutin Pokja AMPL22 September Kick of Meeting – Misi Supervisi WSLIC222 September- 8 Oktober Misi Supervisi WSLIC24 Oktober Peringatan Hari Habitat di Yogyakarta

Page 54: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004

- Aerasi : penambahan zat asam ke dalam air limbah.

- Aerator : peralatan untuk menambah zat asam ke dalam air limbah.

- Akuifer : lapisan pasir di bawah tanah yang mengandung air.

- Back Water : aliran tidak sejajar muka airnya dengan dasar pipa, biasanya ada pembendungan disebelah hilir aliran.

- Bakteri Anaerobic : bakteri yang hidup dalam suasana tanpa zat asam.

- Black Water : air limbah yang berasal dari kakus, berbentuk tinja manusia.

- Capacity Building : meningkatkan kapasitas suatu lembaga dengan pelatihan, dan lain-lain.

- Community Based : program yang melibatkan masyarakat.

- Effluent : limpahan keluar air limbah yang sudah diolah dalam Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).

- Grey Water : air limbah yang berasal dari kamar mandi, bak cuci, dapur (tidak mengandung tinja).

- Hygienic : bersih, sehat dan tidak mengganggu kesehatan.

- In-let : aliran masuk.

- Kesadahan : air mengandung bi-karbonat tinggi, sehingga tidak sanggup membilas sabun yang dioles pada badan kita.

- Koagulan : bahan kimia untuk menggumpalkan butiran suspensi, supaya mengendap.

- Kolam Sedimentasi : kolam untuk mengendapkan lumpur dari air limbah.

- Kolam Stabilisasi : kolam untuk melakukan stabilisasi air limbah supaya tidak berbau.

- Manhole : lubang pemeriksaan pipa atau bangunan lain.

- Off-Site : pengolahan air limbah dilakukan di luar (“off”) kawasan pemukiman warga.

- On-Site : pengolahan air limbah dilakukan di dalam (“on”) kawasan pemukiman warga.

- Permeabilitas : daya resap air pada lapisan tanah, misalnya dinyatakan dalam cm/hari.

- Purifikasi : memurnikan kembali air limbah terhadap pengaruh pencemaran.

- Real Demand Survey : survey tentang kebutuhan nyata dari penduduk.

- Sanitary Land-fill : mengurug sampah dengan tanah/lumpur, agar tidak mencemari lingkungan.

- Sewerage : jaringan perpipaan untuk menampung air limbah dengan dilengkapi instalasi pengolahan.

- Sumur Rembesan : sumuran berdinding rembes air untuk meresapkan air limbah ke dalam lapisan tanah dalam.

- Tangki Imhoff : tangki yang ditemukan oleh Imhoff (nama orang), untuk mencerna lumpur air limbah.

- Truk Tinja : truk yang dilengkapi dengan tangki dan pompa untuk menyedot lumpur tinja dari tangki septik

di rumah penduduk.

(Disarikan dari Buku Mengolah Air Limbah, Supaya Tidak Mencemari Orang Lain, karya: Ir. S. Hindarko)

L O S A R IG

A

B

CEGHIKMOPRS

T

52 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

Page 55: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004
Page 56: Sampah Masih Tetap Jadi Sampah. Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 5  Agustus 2004