Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air...
-
Upload
oswar-mungkasa -
Category
Documents
-
view
230 -
download
1
Transcript of Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air...
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
1/66
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
2/66
Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun CTPS
adalah cara super murah dan eekti untuk
mengurangi risiko penularan berbagai
penyakit, termasuk diare, fu burung, ISPA,
Hepatitis A dan cacingan
Foto: dok. Forkami
Percik edisi khusus PPSP 2010-2014 ini didukung oleh
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
3/66
DARI REDAKSIUntuk kesekian kalinya PERCIK diterbitkan dalam edisi khusus. Kali ini, kami mencoba
mengupas tuntas tentang program pembangunan sanitasi yang tengah dilaksanakan
Pemerintah di sejumlah daerah di Indonesia. Program tersebut adalan Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman atau lebih sering disingkat sebagai PPSP.
Seperti halnya edisi khusus lainnya, PERCIK menampilkan berbagai sisi dari topik utamanya.
Baik dari sisi perencanaan, latar belakang, target, sasaran, cerita lapangan, hingga pendapat
para pemangku kepentingan. Penerbitan edisi khusus ini dibantu oleh DHV B.V, MLD dan
Haskoning.
Wacana tentang percepatan pembangunan sanitasi pertama kali bergulir secara resmi
saat pembukaan Konerensi Sanitasi Nasional oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 8 Desember 2009. Kemudian, wacana ini diterjemahkan dan disepakati sebagaiprogram Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP oleh Tim Pengarah
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi. Rancangan PPSP sendiri dirumuskan oleh Tim Teknis
Pembangunan Sanitasi dan selanjutnya disepakati untuk dilaksanakan oleh 4 Kementerian:
Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalam
Negeri.
Satu hal yang membedakan PPSP dari program sanitasi sebelumnya adalah menjadikan
perencanaan pembangunan yang lebih mendalam sebagai pilar yang amat penting.
Sejumlah 330 Pemerintah Kabupaten dan Kota didorong untuk menyusun suatu
perencanaan strategis dalam pembangunan sanitasinya. Perencanaan strategis yang
dikenal sebagai Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota SSK ini harus disusun sendiri oleh
pemerintahnya dengan prinsip-prinsip:bersiat multisektor; komprehensi dan mencakup
seluruh kota; berdasarkan data yang valid melalui pemetaan kondisi sanitasi; serta
merupakan penggabungan antara pendekatan top-down dan bottom-up.
Namun demikian, PPSP bukan hanya tentang perencanaan yang strategis dalam
pembangunan sanitasi. Setelah pemerintah daerah memiliki rencana strategis,
Pemerintah pusat akan memasilitasi penterjemahan dari rencana strategis menjadi
berupa Memorandum Program agar dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dengan
mempertimbangkan prioritas yang disepakati oleh pemerintah setempat.
Mendorong sejumlah ratusan kabupaten/kota untuk menyusun SSK tentulah bukan
pekerjaan mudah. Salah satu strategi yang digunakan adalah dengan mengadopsi
pembelajaran di masa lalu yang mendorong pemerintah daerah untuk membentuk orum
koordinasi yang terdiri dari seluruh pemangku kepentingan terkait. Forum koordinasi ini
lebih dikenal sebagai Kelompok Kerja Pokja AMPL dan di sebagian daerah dikenal pula
sebagai Pokja Sanitasi.
Berbagai akta, wawancara, dan pembelajaran yang kami coba tampilkan dalam PERCIK
edisi khusus ini diharapkan dapat melengkapi inormasi PPSP di atas. Bagaimana kebijakan
yang disepakati di tingkat pusat, bagaimana pemerintah daerah dan provinsi menyikapi
pengarus utamaan pembangunan sanitasi, serta tak ketinggalan seluk beluk peran para
asilitator yang bertugas mengawal pelaksanaan PPSP di lapangan.
Akhir kata, semoga pembaca memperoleh inormasi yang lengkap dan lugas tentang PPSP
melalui PERCIK edisi kali ini. Lebih dari itu, kami berharap agar berbagai inormasi yang kami
tampilkan dapat memperkuat komitmen kita bersama untuk membangun sanitasi yang
lebih baik bagi masyarakat. redaksi/Oswar Mungkasa
DA
RIREDAKS
I
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
4/66
Pembangunan sanitasi dengan paradigma baru diharapkanmampu mengejar ketertinggalan sektor ini dibanding sektorlainnya.
04Terobosan PembangunanSanitasi Indonesia
Diterbitkan oleh Kelompok
Kerja Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan
Pokja AMPL bekerja sama
dengan TTPS, DHV B.V, MLD,
Haskoning
Penanggung Jawab
Nugroho Tri UtomoPemimpin Redaksi
Oswar Mungkasa
Tim Penyusun Edisi
khusus kali ini
Andre Kuncoroyekti
Alwis Rustam
Bachtaruddin Gunawan
Dhanang Tri W.
Eko Budi H.
Fanny Putri
Hony Irawan
Iman Utomo
Mujiyanto,
Nissa Cita
Nur Aisyah
Yudi Wahyudi
Design/ilustrator:
PT Qipra Galang Kualita
Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Li ngkungan
Alamat Redaksi:
Jl RP Soeroso No.50 Menteng, Jakarta
Pusat 10350 Telp./Fax 021-3190 4113
Sumber foto
Dok. TTPS, Dok ISSDP, Dok Qipra
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
5/66
14
40
42
46
48
17
20
Sanitasi Baik,AnggaranKesehatan Turun
Pembangunan SanitasiHarus Komprehensi
Mereka BicaraSanitasi
Usaha DaerahMengangkat IsuSanitasi
Ketika AngkaBerbicara Banyak
PenguatanKelembagaanSanitasi
MengintegrasikanSanitasi ke ProgramEksekutif
Payakumbuh adalah satu
dari sedikit kota di Indonesiayang serius menangani isu-isusanitasi. Belum genap tiga tahun,Pemkot Payakumbuh berhasilmelaksanakan sejumlah programsanitasi dan memberi dampakpositi pada masyarakat.
Cerita sukses dari Blitar dimanaPemkot tidak menemui kesulitanketika memasilitasi danmereplikasi terbentuknya Pokjahingga ke tingkat kecamatan dankelurahan.
Kepiawaian Kelompok KerjaPokja Sanitasi Kota Tegal, JawaTengah, bisa menjadi contohbetapa sanitasi bisa menembuseksekuti dan legislati.
30
28
32
Tantangan Kita,Menjaga KomitmenBersama
Sanitasi Harus TerusDibicarakan danKonkret
PembangunanSanitasi HarusDipercepat
Kementerian Kesehatanmerupakan salah satu institusiyang memiliki peranan pentingdalam hal upaya advokasi, edukasidan pemberdayaan bagi aspek
komunikasi kebijakan penyehatanlingkungan, termasuk sektorsanitasi.
Kementerian Pekerjaan Umumsebagai salah satu instansi yangberperan dalam menyediakaninrastruktur bagi masyarakattak ingin mengulang kesalahanmasa lalu yang hanya memikirkantarget fsiknya saja tanpamemperhitungkan aktor lainnya.
Setiap hari diperkirakan sebanyak
14.000 ton tinja dan 176.000m3urine terbuang ke badan air,tanah, danau dan pantai yangmenyebabkan 75 persen sungaitercemar berat dan 70 persenair tanah di perkotaan tercemarbakteri tinja.
>>
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
6/66
Laporan Utama
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
7/66
5majalah perciknovember 2010
Buruknya kondisi sanitasi baca Ketika Angka Bicara Banyak bukan saja disebabkan terbatasnya
akses penduduk dan kualitas asilitas sanitasi, tetapi juga masih rendahnya kesadaran dan
pemahaman masyarakat tentang isu-isu sanitasi dan kesehatan.
Tentu kondisi tersebut tak bisa dibiarkan. Perlu ada lompatan pembangunan sanitasi. Caranya,
sanitasi harus menjadi salah satu prioritas pembangunan. Hal itu membutuhkan komitmen
dan dukungan semua pihak di semua level terutama para penentu kebijakan. Nah, Program
Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP menjadi jembatan untuk
mewujudkan impian pembangunan sanitasi yang lebih baik ke depan.
Pembangunan sanitasi dengan paradigma barudiharapkan mampu mengejar ketertinggalan sektor ini
dibanding sektor lainnya.
TEROBOSAN PEMBANGUNAN
SANITASI NASIONAL
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP
Foto:Dok.
TTPS
Duduk Bersama: Menteri KesehatanEndang Rahayu Sedyaningsih, MenteriPerencanaan Pembangunan NasionalArmida S. Alisjahbana, dan MenteriPekerjaan Umum Djoko Kirmantodalam Konerensi Sanitasi Nasional IIyang bertema Mempercepat Pem-bangunan Sanitasi untuk MemenuhiPelayanan Dasar Rakyat di Jakarta,Desember 2009.
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
8/66
6 majalah percik november 2010
Laporan Utama
Kebijakan pembangunan sanitasi
era sebelumnya tak layak lagi
dipertahankan. Potret buram
harus segera dihilangkan. Kegagalan
demi kegagalan menjadi bahan
pembelajaran. Pembangunan sanitasibutuh terobosan dan lompatan. Semua
itu hanya bisa terwujud bila sanitasi
telah menjadi prioritas pembangunan
dan urusan bersama: pemerintah pusat,
pemerintah daerah, swasta, negara
donor, dan masyarakat.
Berdasarkan pembelajaran sebelumnya,
pembangunan sanitasi sukses bila ada
perencanaan dan strategi yang tepat.
Bukan sekadar persoalan anggaran.
Perencanaan dan strategi tersebut
mencakup seluruh aspek sanitasi
ditambah koordinasi dan sinergiantarpihak-pihak yang berkepentingan.
Komitmen, strategi, koordinasi, dan
sinergi menjadi penggerak lahirnya
lompatan pembangunan sanitasi. Inilah
paradigma baru pembangunan sanitasi.
TERUJIParadigma baru pembangunan sanitasi
ini telah teruji. Ini dibuktikan dengan
keberhasilan enam kota percontohan
yang mengikuti program pembangunan
sanitasi melalui Indonesia Sanitation
Sector Development Program ISSDP pada
tahun 2006 hingga 2008. Denpasar, Blitar,
Surakarta, Banjarmasin, Payakumbuh, dan
Jambi menjadi laboratorium pertama
penyusunan strategi sanitasi kota.
Perencanaan pembangunan sanitasi
kota jangka menengah ini kemudian
disebut sebagai Strategi Sanitasi Kota
SSK. SSK menjadi acuan pembangunan
sanitasi kabupaten/kota selama lima
PembangunanTangki SeptikKomunal
Foto:Dok.
TTPS
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
9/66
7majalah perciknovember 2010
tahun ke depan bagi pemerintah
kabupaten/kota. SSK mengikatpara pemangku kepentingan untuk
melaksanakannya.
Dalam paradigma baru ini posisi
pemerintah pusat tidak lagi berada
di depan. Pemerintah pusat
hanya berungsi memasilitasi.
Seluruh perencanaan sepenuhnya
dilaksanakan oleh pemerintah
kabupaten/kota.
Sukses dengan laboratorium
pertama, model pembangunan
sanitasi dilanjutkan dengan
ISSDP tahap II 2007-2009. Enam
kota baru menjadi peserta yakni
Tegal, Pekalongan, Batu, Malang,
Bukittinggi, dan Kediri. Berbagai
kekurangan sebelumnya dievaluasi
dan dimatangkan pada tahap ini.
Pemerintah provinsi dilibatkan
lebih akti. Dokumen SSK disusun
lebih sederhana dan mudah
dipahami.
Banyak pihak mulai melihat
keberhasilan terobosan ini.
Sejumlah kota mereplikasikan
pendekatan baru tersebut.Kota-kota itu diasilitasi oleh
mitra pemerintah di antaranya
Enviromental Service Program ESP.
PPSPKeberhasilan kota-kota ISSDP
menyusun SSK menjadi landasan
bagi pengembangan sanitasi
di seluruh Indonesia. Tim Teknis
Pembangunan Sanitasi TTPS
kemudian mempromosikan SSK ini
sebagai cetak biru pembangunan
sanitasi komprehensi di kawasan
perkotaan.
Sebagai implementasinya,
pemerintah kemudian
meluncurkan Program Nasional
Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman PPSP pada saat
Konerensi Sanitasi Nasional ke-2 di
Jakarta awal Desember 2009.
PPSP pada dasarnya adalah sebuah
roadmap pembangunan sanitasi
di Indonesia. Roadmap ini akan
diterapkan secara bertahap di
330 kabupaten/kota di seluruh
Indonesia mulai 2010 hingga 2014.
Daerah tersebut dinilai rawanmasalah sanitasi.
Di samping untuk mengejar
ketertinggalan dari sektor-
sektor lain, roadmap sanitasi
juga dimaksudkan untuk
mendukung upaya Pemerintah
Indonesia memenuhi tujuan-
tujuan Millennium Development
Goals MDGs. Khususnya yang
terkait dengan Butir 7 Target
ke-10 MDG, yakni mengurangi
hingga setengahnya jumlah
penduduk yang tidak punya akses
berkelanjutan pada air yang aman
diminum dan sanitasi yang layak
pada tahun 2015. Target ini bisa
dipenuhi secara kuantiti, tetapi
secara kualitati layanan yang
tersedia masih belum memadai.
PPSP atau roadmap sanitasi
Rombongan Petinggi: WakilPresiden RI Boediono mem-
buka KSN II di Istana WakilPresiden, Desember 2009.
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
10/66
8 majalah percik november 2010
EHRA adalah sebuah survei partisipatif
di tingkat kota yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi sarana dan prasaranasanitasi, kesehatan/higienitas, serta perilaku
masyarakat yang dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan program sanitasi dan
advokasi di tingkat kota hingga kelurahan.
Studi EHRA di antaranya untuk mengetahui:
1. Sumber air (minum, cuci, mandi,
kelangkaan air)
2. Perilaku cuci tangan pakai sabun
3. Pembuangan sampah (cara utama,
frekuensi pengangkutan, pemilahan)
4. Jamban dan perilaku buang air besar
(BAB); Pembuangan kotoran anak
5. Kondisi jalan dan drainase sertapengalaman banjir
Metode EHRA mencakup kegiatan seperti:
pengumpulan data, sampling, dan analisis.
Data dikumpulkan dengan wawancara
dan pengamatan/observasi. Sedangkan
respondennya adalah ibu (perempuan
menikah atau janda) berusia antara 18 60
tahun. Pemilihan ibu berdasarkan urutan/
tabel prioritas sebagai berikut: (1) kepala
rumah tangga (orang tua tunggal/janda);
(2) istri kepala rumah tangga, (3) anak
rumah tangga, dan (4) adik/kakak kepala
rumah tangga.Di tingkat kabupaten/kota, data
primer yang dikumpulkan riset EHRA
dimanfaatkan sebagai salah satu bahan
penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota.
Selain untuk merencanakan program
pengembangan sanitasi di kota, data EHRA
pun dimanfaatkan sebagai tolak ukur
keberhasilan program sanitasi di tingkat
kota.
EHRA
STRATEGI SANITASI KOTA SSK
Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan
rencana pembangunan sanitasi jangka
menengah kabupaten/kota yang bersifat
komprehensif dan terintegrasi. Di dalamnya
terkandung visi, misi, tujuan, dan sasaran
pembangunan sanitasi, zona dan
sistem layanan sanitasi, isu-isu strategis
dalam pengelolaan sanitasi, strategi
pembangunan sanitasi, serta program dan
kegiatan jangka menengah dan tahunan.
SSK berguna sebagai acuan pembagian
peran antarpelaku pembangunan sanitasi
sekaligus sebagai kendali bagi realisasi
pembangunan sanitasi yang berbasis
kinerja. Keberadaan SSK menjadi gambaran
kebutuhan pendanaan sanitasi tahunan
dan jangka menengah.
Penyusunan SSK menggunakan prinsip
kerja skala kota dan multisektor; dari, oleh
dan untuk Pokja; sinkronisasi perencanaan
top-down dan bottom-up; dan
berdasarkan data empiris.
Sebelum SSK tersusun, kabupaten/kota
harus terlebih dahulu memiliki gambaran
karakteristik dan kondisi sanitasi, serta
prioritas/arah pengembangan kabupaten/
kota dan masyarakat. Gambaran nyata
kondisi sanitasi ini dituangkan dalam Buku
Putih Sanitasi.
merupakan muara berbagai aktivitas
terkait pembangunan sektor sanitasiyang berlangsung beberapa tahun
terakhir. Dimulai dengan Konerensi
Sanitasi Nasional, November 2007,
yang merintis kesepakatan langkah-
langkah penting pembangunan
sanitasi seiring pencapaian MDGs,
penyelenggaraan International Year
of Sanitation, 2008, yang mampu
meningkatkan kesadaran dan
komitmen pemerintah pusat dan
daerah, dan Konvensi Strategi Sanitasi
Perkotaan, April 2009, yang berhasil
mengidentikasi isu-isu terkait
sektor sanitasi dan memperkenalkanpendekatan strategi sanitasi kota
yang lebih praktis.
PPSP diarahkan pada upaya
memenuhi tiga sasaran, yakni:
Menghentikan perilaku buang air
besar sembarangan BABS pada
tahun 2014 di perkotaan dan
perdesaan.
Pengurangan timbunan sampah
dari sumbernya dan penanganan
sampah yang ramah lingkungan
Pengurangan genangan di 100
kabupaten/kota seluas 22.500hektar.
Berikut adalah ringkasan roadmap
PPSP Tabel 1
Laporan Utama
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
11/66
9majalah perciknovember 2010
PROGRAM KERJA
PPSP diiplementasikan dengan
mendorong pemerintah daerah
menyusun SSK kabupaten/kota
mereka masing-masing. Hanya
dengan SSK yang komprehensi,
berskala kota, menggabungkan
pendekatan top-down dan bottom-
up, berdasarkan data aktual,
pembangunan sektor sanitasi
yang berkelanjutan bisa dijamin.SSK diharapkan menjadi cetak biru
perencanaan pembangunan sektor
sanitasi di kabupaten/kota.
Perencanaan program PPSP
berlangsung sejak September 2009.
Ini diawali dengan membangun aspek
PPSP merupakan program yang melibatkan
semua jenjang pemerintahan. Jalinan kerja
sama antarjenjang pemerintah menjadi
kunci keberhasilan program ini. Secara
implementasi, program ini berlangsung
di tingkat kabupaten/kota. Namun
pemerintah provinsi pun memiliki peran
yang tak kalah penting.
Pemerintah provinsi mengemban
tanggung jawab sebagai berikut:
1. Mengawal pelaksanaan PPSP di kota-
kota pada tahun 2010 dalam:
- Memastikan tersusunnya SSK secara
tepat waktu dan sesuai standar;
memastikan prosesnya berjalan
lancar; dan mengevaluasi prosesnya.
- Mengemban tanggung jawab
menyelesaikan kelengkapan pokja
(di provinsi dan kabupaten/kota);
dan mengadvokasi kabupaten/
kota untuk segera melengkapi/
menyiapkan kelengkapan pokja jika
masih ada yang belum lengkap.- Mengawal penyelesaian Draft Buku
Putih hingga waktu yang disepakati.
- Mengawal penyusunan Draft SSK
yang harus diselesaikan pada waktu
yang ditentukan.
2. Menyiapkan kabupaten/kota yang akan
diikutsertakan dalam program PPSP
tahun berikutnya.
- Provinsi memastikan kabupaten/
kota yang akan bergabung dalam
PPSP yakni kabupaten/kota yangmenunjukkan komitmennya dengan
jelas melalui diterbitkannya SK
Walikota, terbentuknya kelembagaan
Pokja, tersedianya rencana kerja, dan
anggaran.
3. Khusus bagi provinsi yang sebelumnya
sudah terlibat dalam mendampingi
kabupaten/kota dalam menyusun
SSK, provinsi bertanggung jawab
memberikan bimbingan pada
kabupaten/kota dalam penyusunan
Memorandum Program.
Selain tanggung jawab di atas,
sebagaimana pemerintah pusat,
pemerintah provinsi memiliki tanggung
jawab menyusun roadmap PPSP di tingkat
provinsi. Roadmap ini menjadi acuan bagi
pembangunan sanitasi di tingkat provinsi.
PERAN PROVINSI
Tabel 1:Tahapan PPSP 2010 - 2014
Tahapan Jumlah Kabupaten/Kota Sasaran Peran danTanggungjawab2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kampanye, Edukasi, Advokasi danPendampingan
41 49 62 72 82 (100)Pusat, Provonsi danDonor
Pengembangan Kelembagaan danPeraturan
41 49 62 72 82 (100) Pusat, Provinsi
Penyusunan Rencana StrategisSSK
24 41 49 62 72 82 Kabupaten/Kota
Penyusunan MemorandumProgram
3 21 35 45 56 65 Pusat
Implementasi akumulasi dandalam proses
- 3 24 59 104 160Pusat, Provinsi,Kabupaten/Kota
Pemantauan, Pembimbingan,Evaluasi dan Pembinaan 24 41 49 62 72 82 Pusat, Provinsi
(100) dalam tanda kurung menunjukan 100 kota sasaran berikutnya diluar 330 kota target PPSP.
Hanya dengan SSKyang komprehensi,
berskala kota,menggabungkanpendekatan top-down dan bottom-
up, berdasarkan dataaktual, pembangunansektor sanitasi yangberkelanjutan bisa
dijamin
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
12/66
10 majalah percik november 2010
politis, karena program ini merupakan
satu kesatuan dalam rumusan kebijakan
dan strategi pembangunan sanitasi
sebagaimana tercantum dalam RPJMN;
aspek administratifyakni bagaimana
PPSP menjadi prioritas daerah; dan
aspek pendanaan yaitu bagaimanaPPSP mendapatkan dukungan dana
pemerintah pusat, daerah, dan sumber-
sumber lain.
Tahap berikutnya, 2010 2014,
berupa pelaksanaan program
PPSP seperti penyusunan SSK,
pemantauan, bimbingan, dan
evaluasi, penyusunan memorandum
program, dan implementasi. Sebelum
itu TTPS menjaring kabupaten/kota
yang memenuhi persyaratan dan
menunjukkan komitmennya untuk
membangun sanitasinya.
Hingga 2014, sasaran PPSP adalah 330
kota/perkotaan rawan kondisi sanitasi.
Sebanyak 24 kota di antaranya sudah
memiliki SSK. Berikut adalah komposisi
kota dengan kondisi rawan sanitasi:
Tahun 2010 41 kabupaten/kota yang
menyusun SSK. Bersamaan dengan
itu pemerintah menyiapkan 49kabupaten/kota lainnya yang akan
mengikuti program ini pada 2011.
Tahun berikutnya, pemerintah
menyiapkan kota lainnya. Demikian
seterusnya. Pada 2014 nanti
diharapkan ada 330 kabupaten/kota
yang melaksanakan program ini.
IMPLEMENTASI
Implementasi PPSP berlangsung
dalam satu siklus penuh yang terbagi
dalam enam tahap, yakni:
Kampanye, Edukasi, Advokasi dan
Pendampingan; Pengembangan Kelembagaan dan
Peraturan;
Penyusunan Rencana Strategis
SSK;
Penyiapan Memorandum Program;
MEMORANDUM PROGRAM
Memorandum Program merupakan
sebuah dokumen pemrograman dan
perencanaan berkala dan bisa diterima
secara hukum. Memorandum Program
ini penting guna mempertajam Rencana
Program dan Investsi Jangka Menengah
(RPIJM) khususnya sektor sanitasi.
Di dalamnya tertuang berbagai
informasi antara lain desain dan
spesifikasi infrastruktur, manajemen dan
operasi fasilitas, isu terkait masyarakat,
pembiayaan dan komitmen pendanaan.
Memorandum Program ini menjadi dasar
alokasi dana dan patokan untuk memulai
konstruksi dan tindakan non teknis terkait.
Prioritas investasi dalam Memorandum
Program didasarkan pada Strategi Sanitasi
Kota (SSK) dengan tetap mengacu pada
RPIJM yang sudah ada. Memorandum
Program akan menjadi landasan kuat
untuk mengajukan anggaran kepada DPR,
DPRD Provinsi dan kabupaten/kota.
Sebelum ada Memorandum Program harus
ada komitmen pendanaan yang kuat
untuk pelaksanaan studi dan/atau desain
teknis rinci tambahan yang diperlukan;
serta komitmen pendanaan yang kuat
dan persetujuan resmi untuk pelaksanaan
intervensi struktural dan non struktural.
Saat ini pemerintah pusat sedang
menyusun apa saja yang harus
dicantumkan dalam Memorandum
program, bagaimana cara penyusunannya,status hukum dan operasionalnya serta
beberapa hal yang perlu mendapat
kesepakatan.
Persampahan
Drainase
Air Limbah
63
1957
87 80
16
8
Kota-kota denganPermasalahan
Sanitasi
Laporan Utama
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
13/66
11majalah perciknovember 2010
Pelaksanaan/implementasi;
Pemantauan, Pembimbingan,Evaluasi, dan Pembinaan.
Pada tahap pertama, pemerintah
pusat dan provinsi menggelar
kampanye, edukasi, dan advokasi
kepada pemerintah kabupaten/
kota. Tahap selanjutnya, pemerintah
pusat dan provinsi menyiapkan
pengembangan kelembagaan dan
peraturan. Ini penting, tanpa payung
hukum dan kelembagaan yang tepat,
program ini akan gagal.
Di tahap ketiga, kelompokkerja sanitasi yang dibentuk di
kabupaten/kota menyusun rencana
Strategi Sanitasi Kota SSK. Proses
penyusunan SSK ini sepenuhnya
ada di tangan Pokja dan tidak
boleh dialihkan ke pihak ketiga.
Untuk proses ini, pemerintah
pusat menyediakan asilitator yang
senantiasa berada di daerah.
Pada tahap keempat, pemerintah
kabupaten/kota melalui pokja sanitasi
menyusun Memorandum Program.
Pemerintah pusat memasilitasiproses ini sekaligus memberikan
bantuan teknis menyangkut kegiatan
pembangunan yang memerlukan
dokumen pelengkap.
Pada tahap kelima, semua pemangku
kepentingan di pusat, provinsi,
dan kabupaten/kota serta donor
secara bersama-sama melaksanakan
rencana yang tertuang dalam
Memorandum Program. Dan pada
tahap terakhir, pemerintah pusat dan
provinsi melaksanakan pemantauan,
pembimbingan, evaluasi, dan
pembinaan secara terus menerus.
ORGANISASIProgram yang besar dan
berkesinambungan itu butuh
pengorganisasian yang mantap. Di
bawah supervisi Tim Pengarah, TTPS
membentukProject Management
Unit/PMU dan tiga Project
Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (T TPS)
adalah wadah adhoc inter-Kementerian
yang bertugas mengoordinasikan
kegiatan-kegiatan pembangunan sanitasi
serta merumuskan arah kebijakan strategi
pembangunan sanitasi nasional .
TTPS beranggotakan perwakilan dari
Bappenas, Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Negara Perumahan Rakyat,
Kementerian Keuangan, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Kesehatan,Kementerian Pekerjaan Umum dan
Kementrian Lingkungan Hidup.
Dalam Program PPSP, T TPS bertugas
mengoordinasikan Program Management
Unit (PMU) PPSP. PMU itu sendiri
merupakan unit pengelola program yang
terdiri dari beberapa sektor dan instansi.
PMU bertugas melakukan sinkronisasi
dan koordinasi pembangunan sanitasi,
baik dalam perencanaan, pemrograman
maupun koordinasi. Rincian tugas PMU
PPSP yakni:
a. merencanakan, mengendalikan dan
mengoordinasikan pelaksanaanprogram;
b. mengupayakan solusi dari isu strategis/
permasalahan yang dihadapi;
c. mengelola data dan informasi terkait
dengan PPSP;
d. mengembangkan sistem informasi
PPSP;
e. berkoordinasi dengan donor pada
tingkat implementasi pelaksanaan
program PPSP;
f. berkomunikasi lintas departemen;
g. memfasilitasi pengembangan Aliansi
Kabupaten Kota Peduli Sanitasi
(AKKOPSI);
h. melaporkan secara berkala
perkembangan hasil pelaksanaan
tugas dan pencapaian hasil kepada Tim
Pengarah;
i. melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Tim Pengarah;
Guna mendukung pelaksanaan PPSPbaik di pusat maupun di daerah, Urban
Sanitation Development Program
(USDP)/Program Pembangunan Sanitasi
Perkotaan memberikan bantuan teknis.
Program ini dibentuk atas kerja sama
antara Pemerintah Indonesia dan
Pemerintah Belanda.
USDP melakukan dua pendekatan yakni:
1) panduan umum dan dukungan untuk
PMU, PIU dan para konsultan, dengan
fokus pada pembangunan kapasitas
dan pelatihan serta alih pengetahuan,
keterampilan, keahlian, dan pengalaman
dari program ISSDP sebelumnya; 2)
panduan khusus dan dukungan bagipemerintah daerah serta para konsultan
mereka terhadap enam tahapan PPSP.
Para konsultan USDP memfokuskan
tugasnya pada pemberian panduan dan
dukungan, pembangunan kapasitas
dan pelatihan, serta penyusunan dan
pendokumentasian metodologi, sistem
dan prosedur baru, sebagai pendukung
implementasi PPSP.
TTPS, PMU, DAN USDP
Lokakarya: Pemangku kepentingan berdiskusimembicarakan persoalan sanitasi guna menyusun
strategi pembangunan sanitasi.
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
14/66
12 majalah percik november 2010
Implementation Unit/PIU. Sebagai
PMU, TTPS bertanggung jawabmengoordinasikan pengelolaan,
perencanaan, dan pemrograman
PPSP.
PIU Advokasiberkedudukan
di Kementerian Kesehatan
bertanggung jawab
mengoordinasikan kegiatan
peningkatan kepedulian, kesadaran,
dan penyiapan masyarakat.
PIU Teknisberkedudukan
di Kementerian Pekerjaan
Umumbertanggung jawab
untuk pelaksanaan kegiatan teknisdalam penyiapan rencana strategis,
penyiapan memorandum proyek,
dan pelaksanaan pembangunan.
Sedangkan PIU Kelembagaan
berkedudukan di Kementerian
Dalam Negeribertanggung jawab
menangani kegiatan pemberdayaan
pemerintah daerah dan kesiapan
asilitasi.
Struktur organisasi program PPSP
tertera dalam bagan berikut:
MAU GABUNG PPSP?
Tidak sulit bergabung dengan Program
PPSP. Asalkan kabupaten/kota memenuhi
lima kriteria berikut.
1. Adanya komitmen kuat dari eksekutif,
yaitu pimpinan daerah untuk
menyusun SSK, membentuk dan
mendukung pendanaan Pokja.
2. Cakupan sanitasi yang masih rendah
(% jumlah penduduk)
3. Angka kesakitan akibat sanitasi
buruk (kasus/10.000 penduduk)
4. Kepadatan penduduk (penduduk/
km2)
5. Persentasi penduduk miskin
(terhadap penduduk perkotaan yangdiusulkan)
Selain itu kabupaten/kota harus
memenuhi empat kriteria tambahan yakni:
1. Kesiapan kabupaten/kota untuk
membentuk Pokja
2. Kemampuan keuangan daerah yang
rendah (% PAD terhadap APBD)
3. Fungsi strategis perkotaan yang
diusulkan (PKN, PKW)
4. Diutamakan kabupaten/kota yang
menghadiri lokakarya penjaringan
minat pada 1-3 September 2009.
Bila kabupaten/kota memenuhi
persyaratan tersebut, pemerintah
kabupaten/kota bisa mengikuti proses
penjaringan di pusat. Namun sebelumnya
provinsilah yang menyeleksi kabupaten/
kota mana yang berpeluang mengikuti
penjaringan itu.
Laporan Utama
DrainasenaseraiD
PMU TTPS
PIU ADVOKASI
PIU TEKNIK
PIUKELEMBAGAAN
TTPS
s TTPS Pokja Bidang
Advokasi &Kesehatan
s TTPS Pokja Bidang
Pemberdayaan
dan Kerjasama
Masyarakat
s TTPS Pokja Bidang
Teknis
s TTPS Pokja Bidang
Monitoring dan
evaluasi Monev
s TTPS Pokja Bidang
Kelembagaan
s TTPS Pokja Bidang
Pendanaan
s Perencanaans Pemogramans Koordinasi
s Peningkatankesadaran
s Keterlibatanmasyarakat
s Peyusunan SSKs Penyusunan
Rencana Investasis Pelaksanaan dan
monev
s PembentukanPokja
s Peningkatankapasitas
s Pelatihans Pengkaderan
fasilitator
Peran:
t "EWPLBTJEBO
LPNVOJLBTJt ,BNQBOZFEBOQSPNPTJ
t 1FOZJBQBONBTZBSBLBU
EBOQFSBOTFSUB
NBTZBSBLBU
Peran:
t 1FOHFNCBOHBO
QFEPNBOQFOFNQBUBO
GBTJMJUBUPSt 1FOEBNQJOHBO
QFOZVTVOBO44,
t 1FOZJBQBOproject
memo
t 1FOHBUVSBO
QFMBLTBOBBONPOFW
Peran:
t 1FOHFNCBOHBOLFMFNCBHBBO
t 1FOHFNCBOHBO
QFOHBUVSBO
t 1FOHFNCBOHBO
NFLBOJTNFQFOEBOBBO
t 1FMBUJIBOQPLKBt 1FMBUJIBOGBTJMJUBUPS
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
15/66
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
16/66
14 majalah percik november 2010
Kisah Sukses
Sanitasi adalah kebutuhan dasar
masyarakat. Kondisi sanitasi yang
buruk berdampak pada rendahnya
derajat kesehatan masyarakat sehingga
muncul berbagai penyakit yang berbasissanitasi.
Sebaliknya sanitasi yang baik akan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Lebih jauh lagi,
kesejahteraan masyarakat akan ikut meningkat.
Jumlah penderita penyakit akan turun. Pemerintah
kabupaten/kota bisa menghemat anggaran di bidang
kesehatan.
Kota Payakumbuh, Sumatera Barat membuktikan
hal itu. Kota Payakumbuh termasuk sedikit kota di
Indonesia yang serius menangani sanitasi perkotaan.
Sanitasi telah menjadi landasan pembangunan kota.
Tak sampai tiga tahun, sejumlah program sanitasi
menunjukkan keberhasilan dan berdampak langsung
kepada masyarakat.
Peningkatan investasi di sektor sanitasi berkorelasi
positi dengan penghematan anggaran kesehatan.
KOTA PAYAKUMBUH Banyak para pengam bil kebijakan didaerah m enganggap san itasi sebagai
isu tidak p enting. Ini dibuktikan dengan
alokasi anggaran y ang jum lahnya
m inim . Sebagai dam pakny a, sanitasi
tertinggal dibandingka n dengan sektor
lainnya.
ya
is
g
.
.
g
Sanitasi Baik,AnggaranKesehatan
Turun
er
muani
01
Bicara Sanitasi: Walikota Paya-kumbuh Josrizal Zain memapar-
kan pembangunan sanitasi didaerahnya kepada wartawan.
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
17/66
15majalah perciknovember 2010
Tabel 2. Dukungan Dana Sanitasi Rupiah
TAHUN APBD SANITASI
2006 179.815.993.000 3.414.000.000
2007 266.368.938.398 7.893.000.000
2008 311.883.378.842 11.881.572.900
2009 350.956.000.000 18.659.000.000
Data anggaran Kota Payakumbuh
menunjukkan, ada peningkatanpenghematan anggaran kesehatan
dari tahun ke tahun setelah program
sanitasi berjalan Tabel 1. Dengan
investasi sanitasi, masyarakat jadi
lebih sehat. Anggaran bisa digunakan
untuk kegiatan yang lain, kata Kepala
Dinas Kesehatan Payakumbuh dr
Merry Yuliesday MARS.
Mulai 2006, perhatian Pemkot
Payakumbuh terhadap sanitasi
tergolong cukup besar. Alokasi
anggaran sanitasi meningkat
setiap tahunnya Tabel 2. Kenaikananggaran itu secara signikan
menurunkan jumlah penyakit yang
berbasis sanitasi. Tabel 3
Pemerintah Kota Payakumbuh secara
serius membenahi WC/jamban, air
bersih, dan sampah. Tak tanggung-
tanggung investasi sanitasi mencapai
Rp 274 ribu per jiwa per tahun. Ini
jauh dibandingkan dengan anggaran
rata-rata secara nasional yang masih
Rp 400 per jiwa per tahun.
BERAWAL DARI KOMITMENKeberhasilan Kota Payakumbuh tidak
datang begitu saja. Semua bermula
dari kesadaran pimpinan kota yang
didukung penuh para pejabat,
legislati, dan masyarakat.
Walikota Payakumbuh Capt
Josrizal Zain menyebutkan, sanitasi
merupakan kebutuhan pokok dan
pelayanan dasar pemerintah kepada
masyarakat. Mestinya ini diutamakan,
bukan diabaikan seperti selama
ini, katanya. Fakta di lapangan
menunjukkan, kebutuhan masyarakatberkisar mengenai air bersih,
penanganan jamban, drainase, dan
sampah.
Sebagai kota yang tergabung dalam
program ISSP tahap I, kata Jos,
Payakumbuh sangat terbantu dengan
program tersebut. Pembangunan
sanitasi menjadi lebih terarah dan
terukur penanganannya.
Kota Payakumbuh berhasil
menyusun SSK Strategi Sanitasi
Kota. Menurutnya, SSK sangat
komprehensi, terpadu, memiliki
indikator yang jelas, dan
pemetaannya jelas untuk menangani
masalah sanitasi. SSK jauh ke depan,
sudah bisa memotret Payakumbuh
ini, inilah apa adanya, tidak ditutup-
tutupi. Mungkin daerah-daerah
lain ada yang malu menyampaikan
kondisinya, tapi kita sampaikan apa
adanya, katanya.
Berdasarkan SSK itu, program sanitasi
dimulai dari enam kelurahan. Tiga
kelurahan di pusat kota dan tiga
kelurahan di pinggir kota. Masyarakat
Tabel 3.Penyakit Berbasis Sanitasi
JENIS PENYAKIT 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) 2007 (%)
ISPA 36,8 39,5 30,8 30,2
Inf. Peny. Cerna 8,3 7,3 8,2 1,8
Infeksi Kulit 9,5 8,1 7,2 8,2
Diare 4,8 3,4 3,2 3,1
Total 59,4 58,3 49,4 43,3
a
, .
J
i
s
Ta
TABEL 1. ANGGARAN JAMINAN KESEHATAN KOTA (JAMKESKO)
TAHUNPESERTA
(orang
KUNJUNGAN
(kali
ALOKASI
(rupiah
REALISASI
(rupiah
2006 67.434 49.340 3.500.000.000 622.773.121
2007 67.434 57.667 1.368.400.000 810.634.476
2008 66.681 63.670 1.511.768.000 1.492.497.650
2009 67.381 36.148 1.761.038.404 1.162.804.050
TOTAL 8.141.206.404 4.088.709.297
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
18/66
16 majalah percik november 2010
Kisah Sukses
diasilitasi untuk pembuatan WC
secara komunal, penanganansampah, dan penyediaan air bersih.
Sementara itu, pemkot mendorong
masyarakat yang biasa menggunakan
tabek atau kolam ikan, sungai dan
parak ladang sebagai tempat
buang air besar agar membuat WC
sendiri. Bermodal cetakan yang
dipinjamkan Dinas Kesehatan, warga
bergotong-royong mencetak kloset
leher angsa. Program jambanisasi
ini menjadikan tiga kelurahan dikecamatan Payakumbuh Selatan
sudah dicanangkan bebas buang air
sembarangan. Jumlah kelurahan ini
terus bertambah tahun ini.
Selain itu, pemkot mengeluarkan
kebijakan untuk menambah jumlah
WC di sekolah. Rasio WC sekolah dan
murid yang biasanya 1: 500, kini di
SD sudah 1: 30. Sedangkan di SLTP 1:
40-50 dan SLTA 1: 50. Payakumbuh
bertekad akan terus meningkatkanjumlah WC sekolah hingga semuanya
1: 30.
Memang belum semua masalah
sanitasi tertangani. Pemkot
Payakumbuh masih harus berjuang
keras membangun Tempat
Pembuangan Akhir TPA sampah.
Tahun ini TPA yang dikelola secara
bersama dengan beberapa
pemerintah daerah di sekitarnya
akan segera beroperasi. Di atas tanah
seluas 17,5 hektar itu, TPA ini akan
memproses sampah dengan sistemyang benar.
Namun bukan berarti masalah
sampah dibiarkan sebelum TPA
beroperasi. Sejak tiga tahun yang lalu
pengolahan sampah organik berjalan.
Sampah-sampah organik dari pasar
diolah menjadi pupuk organik.
Hasilnya digunakan sebagai pupuk
taman kota. Sampah per kelurahan
juga diolah di masing-masing
kelurahan.
Sekarang Payakumbuh bahkankekurangan sampah untuk diolah.
Ke depan, kami berencana akan
menjadikan sampah sebagai
pendapatan asli daerah PAD kota
dengan mengolahnya menjadi
pupuk, jadi kami menciptakan
ancaman menjadi peluang
oppurtunity, ujar Josrizal.
Yang pasti, program sanitasi
sangat bermanaat bagi kehidupan
masyarakat dan pemerintah
daerah. Sanitasi bisa meningkatkan
kesejahteraan rakyat, katanya.
sel
ma
Na
sa
be
pe
Sa
i
Ha
a
ju
ke
Ske
Ke
m
pe
de
pu
n
o
a
sa
m
da
ke
Peran Ibu-ibu: Kaum ibu terlibatlangsung dalam penyusunanstrategi sanitasi kota.
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
19/66
17majalah perciknovember 2010
02
Partisipasi masyarakat Kota Blitar dalam pembangunan sektor sanitasi
cukup tinggi. Terbukti, Kota Blitar mampu menjadi salah satu daerah
yang terdepan dalam menghasilkan kebijakan sanitasi berbasis
partisipasi masyarakat. Kini telah muncul kesadaran pola hidup bersih
dan sehat PHBS. Kota ini menjadi sasaran studi banding pemerintah
kabupaten/kota lain dalam penguatan kelembagaan.
Masuknya Kota Blitar dalam Program Pengembangan Sektor Sanitasi
Indonesia ISSDP tahap I menjadikan kapasitas kelembagaan
sanitasi kian kuat. Pokja sanitasi kota berhasil meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat miskin melalui pembangunan sanitasi
perkotaan.
Dalam rangka itu pokja kota membuat kebijakan dasar yakni:
Mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pelaksanaan
pembangunan daerah.
Melembagakan pembangunan sanitasi dalam manajemen
pembangunan daerah.
Menyinergikan pelaksanaannya dengan penerapan Gerakan
Perang Melawan Kemiskinan GPMK Kota Blitar.
Memperluas cakupan program, pelaku, sasaran dan wilayah
pembangunan sanitasi
KOTA BLITAR
PenguatanKelembagaan
Sanitasidi Kecamatan
dan Kelurahan
Kumpul Lurah: Sebelum terbentuk pokjasankelurahan, Pokjasan Kota Blitar menggandeng
aparat kecamatan dan kelurahan untuk membahasstrategi sanitasi kota.
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
20/66
18 majalah percik november 2010
Tahun 2008, pokja telah
melaksanakan implementasi Renstra
Sanitasi pada keluarga miskin di
sembilan kelurahan terutama
dua kelurahan yang merupakan
daerah merah risiko tinggi denganmelibatkan 20 KSM. Wujudnya
pembangunan jamban keluarga
dengan pola individual 178 unit,
dengan pola komunal atau Sanimas
1 unit ; pengadaan air minum melalui
pembangunan sumur pompa/gali
71 unit; pembangunan drainase
lingkungan 5 unit dengan panjang
keseluruhan mencapai 947 meter;
dan pengelolaan sampah dengan
pola komposter 112 unit.
Pada tahun berikutnya,
implementasinya berupa
pembangunan jamban keluarga
90 unit, IPAL komunal 1 unit dan
drainase lingkungan empat unit, serta
kegiatan Pemetaan Sanitasi di tingkat
kelurahan.
Keberadaan pokja sanitasi kota dinilai
mampu mendorong keberpihakan
pemerintah kota terhadap
penanganan program sanitasi,
tidak saja sebatas penambahan
alokasi anggaran tetapi juga telah
melembaga dalam bentuk sistem
pengelolaan sanitasi kota. Ada
peningkatan kesadaran bahwasanitasi menjadi tanggung jawab
bersama sehingga masyarakat akti
melibatkan diri dalam penanganan
program sejak dari tahap
perencanaan hingga monitoring dan
evaluasi.
Selain itu, peran dan wewenang
pokja sanitasi dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi
program sanitasi kota terus menguat
sehingga memungkinkan terjadinya
integrasi dan koordinasi program
sanitasi di tingkat kota, kecamatan
dan kelurahan sesuai dengan arahan
Renstra Sanitasi.
REPLIKASIMelihat keberhasilan pokja dan
partisipasi masyarakat, kelembagaan
sanitasi ini pun direplikasi. Pemkot
Blitar memasilitasi terbentuknya
kelompok kerja sanitasi yang
terstruktur dari tingkat daerah hingga
kelurahan. Hal ini dimaksudkan
untuk melembagakan partisipasi
masyarakat melalui komunitas-
komunitas masyarakat, serta
membuat pembangunan sektor
sanitasi menjadi sistematis,
terencana, terpadu, terintegrasi, danberkelanjutan.
Dibentuklah pokja sanitasi kecamatan
dan kelurahan. Pada 3 November
2009 lalu, Walikota Blitar Djarot
Saiul Hidayat melantik pokja-pokja
tersebut.
Pokja sanitasi kecamatan merupakan
wadah koordinasi yang bersiat
non struktural bagi pembangunan
dan pengelolaan sanitasi di wilayah
kecamatan. Pokja bertanggung
jawab kepada Ketua Pokjasan Kota.Pokjasan kecamatan diketuai oleh
camat. Dalam melaksanakan tugasnya
ia dibantu Seksi Pembangunan
Sekretaris Pokjasan Kecamatan,
Bidang Perencanaan, Bidang
Sosialisasi dan Advokasi, dan Bidang
Monitoring dan Evaluasi dengan
komposisi masing-masing bidang
satu orang koordinator dan satu
orang anggota yang diambil dari
masyarakat.
Pokjasan kecamatan berungsi antara
lain:
1. Mengoordinasikan perencanaan
pembangunan sanitasi di wilayah
kecamatan;
2. Mengoordinasikan proses
penumbuhkembangan
kesadaran dan kemampuan
masyarakat, organisasi masyarakat
di tingkat kecamatan, dan
PartisipasiWarga: Pelibatanmasyarakat dalammenyusun strategisanitasi di desanya.
Kisah Sukses
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
21/66
19majalah perciknovember 2010
aparat pemerintah di wilayah
kecamatan untuk terlibat danmengarustamakan pembangunan
sanitasi;
3. Mengoordinasikan kegiatan
penyiapan dan pelaksanaan
kegiatan monitoring dan evaluasi
sanitasi di wilayah kecamatan;
4. Mengoordinasikan, membina
dan memasilitasi pokja sanitasi
kelurahan se-kecamatan
untuk menjalankan tugas
pengkoordinasian sanitasi.
Tugas pokok pokjasan kecamatan
adalah mengoordinasikan, dan
memasilitasi pelaksanaan kegiatan
dalam perwujudan pengelolaan
sanitasi di tingkat kecamatan.
Di bawah pokjasan kecamatan
ada pokjasan kelurahan. Pokja
ini merupakan wadah koordinasi
yang bersiat non struktural bagi
pembangunan dan pengelolaan
sanitasi di wilayah kelurahan. Pokjasan
kelurahan bertanggung jawab
kepada Ketua Pokjasan Kecamatan.
Pokjasan kelurahan diketuai oleh
Lurah. Ia dibantu Seksi PembangunanSekretaris Pokjasan Kelurahan,
Bidang Perencanaan, Bidang
Sosialisasi dan Advokasi, dan Bidang
Monitoring dan Evaluasi dengan
komposisi masing-masing bidang
satu orang koordinator dan satu
orang anggota yang diambil dari
masyarakat.
Fungsi pokjasan kelurahan adalah:
1. Merencanakan dan melaksanakan
kegiatan pembangunan sanitasi di
tingkat kelurahan;
2. Menumbuhkembangkan
kesadaran dan kemampuan
masyarakat untuk terlibat dalam
pembangunan sanitasi;
3. Melakukan kegiatan monitoring
dan evaluasi sanitasi di wilayah
kelurahan;
4. Melaporkan hasilnya kepada
pokja sanitasi kecamatan dengan
tembusan Pokja Sanitasi Kota Blitar
Tugas pokok pokjasan kelurahan
adalah mengoordinasikan, dan
memasilitasi pelaksanaan kegiatan
dalam perwujudan pengelolaansanitasi di tingkat kelurahan.
Pembentukan kelembagaan ini
diserahkan sepenuhnya ke tingkat
kecamatan dan kelurahan. Pokja kota
hanya memberikan batasan-batasan.
Anggota pokjasan yang mewakili
unsur masyarakat dipilih sendiri.
Penetapan keanggotaan pokjasan
kecamatan dilakukan oleh pokja kota
dengan surat keputusan. Demikian
pula halnya di tingkat kelurahan,
penetapannya dilakukan oleh pokja
di atasnya.
Pokjasan kecamatan dan kelurahan
tersebut bekerja berdasarkan
acuan SSK. Namun mereka dapat
mengusulkan program baru dalam
Musyawarah Rencana Pembangunan
Musrenbang. Dengan model
pokja berjenjang ini perencanaan,
monitoring dan evaluasi menjadi
lebih baik.
Sehat PangkalHemat!
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
22/66
20 majalah percik november 2010
Sanitasi belum menjadi prioritas pembangunan di
daerah. Banyak aktor yang mempengaruhinya. Di
antaranya komitmen para pengambil kebijakan dan
kalangan legislati. Bisa jadi hal itu muncul karena
ketidakpahaman mereka terhadap masalah ini.
Namun kondisi seperti itu semestinya tidak
menghalangi para stakeholdersanitasi untuk membuat
terobosan agar sanitasi memperoleh perhatian yang
lebih. Kepiawaian Kelompok Kerja Pokja Sanitasi Kota
Tegal, Jawa Tengah, bisa menjadi contoh betapa sanitasi
bisa menembus eksekuti dan legislati.
Kebetulan waktu itu Kota Tegal mengikuti Indonesia
Sanitation Sector Development Program ISSDP.
Terbentuknya Pokja menjadi sarana menyinergikan
seluruh kegiatan sanitasi di kota tersebut. Keterpaduan
antar SKPD dan dinas dalam membangun sanitasi ini
menjadi amunisi pembangunan sanitasi.03
KOTA TEGAL
MengintegrasikanSanitasi
ke ProgramEksekuti
Kisah Sukses
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
23/66
21majalah perciknovember 2010
Nah, begitu ada pergantian
walikota, pokja tak menyia-nyiakan
kesempatan tersebut. Menurut Ketua
Pokja Sanitasi Tegal Eko Setiawan,
pokja memasukkan program sanitasi
ini ke dalam program walikota Tegal
yang baru.
Saat itu walikota mencanangkan
program Tegal Sehat 2010.
Prioritas pembangunan bidang
kesehatan ini diwujudkan dalam
misi kedua Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah RPJMD
Tahun 2009 - 2014. Program inimenekankan pada perubahan pola
pikir masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat PHBS,
hidup dalam lingkungan bersih dan
sehat, mandiri dalam memecahkan
masalah kesehatan di lingkungannya
dan mampu menjangkau pelayanan
kesehatan bermutu secara adil dan
merata.
Program ini seiring dengan tujuan
pembangunan sanitasi yang telah
tertuang dalam Strategi Sanitasi Kota
SSK Kota Tegal yang telah disusunsebelumnya. Memang tidak secara
spesik menyebut program sanitasi,
tapi kami masuk program kesehatan,
kata Eko Setiawan menjelaskan.
Dari empat aspek program tersebut,
dua di antaranyayakni PHBS
dan lingkungan hidupadalah
masalah sanitasi. Pokja tidak hanya
memasukkannya dalam program
besar, tapi terus mengawal program
ini hingga terimplementasi.
Dalam prosesnya, para anggota Pokja
yang tak lain adalah para stakeholder
sanitasi ini ikut menyosialisasikanprogram sanitasi dalam Musrenbang,
rapat tata ruang, dan lainnya. Kita
pesan kepada teman-teman pokja
yang ikut dalam tim sosialiasi
program walikota ke masyarakat,
jelasnya.
Proses ini menimbulkan sinergitas
antara program walikota dan program
yang telah ada sebelumnya dalam
SSK. Di satu sisi, walikota mempunyai
kebijakan, sementara di sisi lain
para stakeholdersanitasi bekerja
bersama masyarakat. Jadi semuanyanyambung, kata Eko.
Ia menjelaskan, program sanitasi
sebenarnya sudah ada dalam
pembangunan di daerah. Hanya saja,
keberadaannya tersebar di berbagai
instansi. Kadang-kadang, program
yang sama berada di banyak SKPD/
dinas. Karena itu, menurutnya,
yang diperlukan adalah bagaimana
menyinergikan program sanitasi ini.
Sinergitas yang baik dan disertai
implementasi yang tepat ternyatamembawa dampak yang baik.
Kalangan legislati di Tegal begitu
melihat banyak sarana dan
prasarana yang dibangun secara
terencana dan tepat, mereka sangat
mendukungnya. Bahkan banyak di
antara mereka meminta program
sejenis diimplementasikan di wilayah
pemilihan mereka. Mereka berani
mengusulkan anggaran sanitasi bagi
konstituen mereka.
Malah ada di satu daerah di
Tegal, justru anggota Dewan
Saat itu walikota mencanangkan program Tegal Sehat 2010.Prioritas pembangunan bidang kesehatan ini diwujudkandalam misi kedua Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah RPJMD Tahun 2009 - 2014
Turun Lapangan: Kepaladaerah meninjau salahsatu asilitas pengompo-san di Kota Tegal.
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
24/66
22 majalah percik november 2010
yang menggerakkan masyarakat
untuk mengumpulkan dana
guna membebaskan lahan bagi
pembangunan sarana sanitasi. Justru
masyarakat yang memberi, bukan
hanya meminta, tandas Eko.
Pola pendekatan tidak langsung ini
pun menjadikan program sanitasi
mulai dilirik oleh kalangan dewan.
Mereka tak lagi alergi dengan sanitasi
karena telah melihat hasilnya di
lapangan. Program sanitasi dinilai
menyentuh kehidupan rakyat secara
langsung. Bersamaan dengan itu
pokja terus memberikan advokasi
kepada mereka tentang sanitasi.
Kepahaman dan komitmen
pengambil kebijakan dan kalangan
legislati, dibarengi dengan kerja keras
pokja sanitasi akan meningkatkan
kepedulian daerah terhadap
pembangunan sanitasi. Bila ini telah
muncul, pembangunan sanitasi akan
berlangsung lebih cepat.
n advokasi
Pilah-pilihSampah
Ketua PokjaSanitasi KotaTegal EkoSetiawan
Success Story
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
25/66
23majalah perciknovember 2010
Dibanding desa lainnya di kota Denpasar, Bali, desa
Pemecutan Kaja tergolong tertinggal. Di tengah kemajuan
kota, desa ini masih harus berurusan dengan masalah
sanitasi.
Ketika warga desa lainnya sudah tersambung dengan
DSDP Denpasar Sewerage Development Project, warga
Pemecutan Kaja harus rela menjadi penonton. Topogra
desa tak memungkinkan warganya tersambung dengan
proyek pembuangan air limbah terpusat tersebut.
Lokasinya lebih tinggi. Sedangkan DSDP menggunakan
sistem gravitasi untuk mengalirkan limbah dari masyarakat
ke sewerage.
Padahal dari sisi prioritas, seharusnya desa yang berada di
kecamatan Denpasar Utara ini mendapat prioritas utama.
Betapa tidak, sebanyak 62 persen limbah domestik dari
desa ini masih dibuang ke saluran drainase dan sungai.
Limbah padatnya, berupa tinja, dibuang secara setempat
dengan tangki septik. Namun sebagian besar tangki septik
tersebut tidak memenuhi standar. Ada juga warga yang
masih buang air besar di sungai. Di sisi lain, warga justru
banyak menggunakan sumur dangkal untuk mencukupi
kebutuhan air minumnya.
Tak heran bila kemudian desa ini dipilih sebagai desa
percontohan pengembangan sanitasi masyarakat terpadu
Santimadu. Melalui program ini masyarakat didorong
untuk bisa membuang air besar/air limbah dengan sistem
off site.
DESA PEMECUTAN KAJA,KOTA DENPASAR
HarapanBaruBerkat
Santimadu
04
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
26/66
24 majalah percik november 2010
Tidak itu saja, program ini meliputi
sampah, drainase, air minum, perilaku
hidup bersih PHBS, dan bisnis
sanitasi. Semua dilaksanakan secara
terpadu dan melibatkan seluruh
pihak-pihak terkait. Santimadu
diokuskan kepada banjar-banjar
yang paling kumuh dan paling siap
masyarakatnya.
Desa ini memiliki 13 banjar/dusun.
Penduduknya tahun 2008 berjumlah
32.000 jiwa, dengan pertumbuhan
penduduk desa sebesar 3,3 persen
per tahun. Berdasarkan catatan
kelompok kerja Pokja Sanitasi Desa
Pemecutan Kaja, ada empat banjar
yang kondisinya terburuk yakni
Banjar Semilajati, Mekar Manis, Tulang
Ampiang, dan Merthayasa.
Bagaimana tidak buruk, setiap
tahun banjar ini mengalami banjir.
Genangan air meliputi wilayah seluas
2-5 hektar dengan ketinggian air 10
cm hingga 100 cm. Rukun tetangga
di banjar ini juga tidak memiliki
sampah sendiri. Warga di banjar ini
hampir semuanya memiliki tangki
septik untuk buang air besar. Namun
tidak semuanya memenuhi syaratkesehatan. Sebagian kecil, sekitar lima
persen BAB-nya di sungai.
Dengan Santimadu, kondisi itu ingin
diubah. Fasilitasi Pokja Kota Denpasar
kepada masyarakat setempat yang
dikenal cukup erat dalam membina
kerja sama dalam banjar, lahirlah
Pokja Sanitasi Desa Pemecutan
Kaja. Mereka pun menyusun visi
dan misi. Visinya yakni Mewujudkan
desa Pemecutan Kaja sebagai desa
berwawasan budaya yang bersih,
sehat, nyaman, harmonis dalamkeseimbangan secara berkelanjutan.
Misinya yakni 1 mewujudkan
penyediaan air minum yang dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat
secara kualitas, secara kuantitas
dan kontinyuitas sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2005 dan target MDGs; 2
Mewujudkan pengelolaan air limbah
secara berkelanjutan dan terjangkau;
3 Mewujudkan pengelolaan
persampahan yang mandiri dan
berkelanjutan; 4 Mewujudkan
pengelolaan drainase secara
Dengan santimadu, kondisi itu ingin diubah. Fasilitasi PokjaKota Denpasar kepada masyarakat setempat yang dikenal cukup eratdalam membina kerja sama dalam banjar, lahirlah Pokja Sanitasi DesaPemecutan Kaja.
PemetaanPartisipati: WargaPemecutan Kajaberpartisipasimemetakan kondisisanitasi mereka.
Success Story
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
27/66
25majalah perciknovember 2010
terintegrasi dan berkelanjutan.
Pokja yang terdiri atas warga
masyarakat ini menyusun porgram
kerja seperti terlihat di tabel 1.
Program itu kemudian dijabarkan
lebih rinci termasuk jumlah
investasinya serta darimana investasi
itu berasal. Pokja Santimadu berhasil
membagi beban investasi ini mulai
dari pemerintah pusat, provinsi, kota,
swasta, hingga warga.
Mulai 2009, Santimadu ini berjalan.
Memang dana menjadi kendala.
Namun berkat kesungguhan semuapihak mulai dari Pokja Sanitasi desa,
kota, hingga ke provinsi, hambatan
ini bisa diatasi. Program itu pun
dikaitkan dengan proyek-proyek
yang ada seperti P2KP Program
Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan. Sinergi ini membuat
beban yang sebelumnya terasa berat
menjadi lebih ringan.
Awalnya memang tidak mudah
menggerakkan seluruh masyarakat.
Masih ada pola pikir yang belum
sama dengan program Santimadu.
Berkat sosialisasi yang terus menerus,
akhirnya masyarakat bisa menerimadan mau berpartisipasi di dalamnya.
Warga di Banjar Mekar Manis
misalnya, mereka sangat senang
dengan adanya Santimadu ini.
Mengapa? Karena di banjar yang
padat penduduk ini tidak mungkin
lagi membangun tangki septik di
rumah. Permukimannya sangat padat.
Kini saranatangki septikkomunal di
Mekar Manis sudah mencapai 100
persen. Di Banjar Merthayasa, sistem
komunal malah telah beroperasi.Sayangnya belum bisa beroperasi
secara penuh karena terkendala listrik.
Sedikit demi sedikit kesadaran warga
Desa Pemecutan Kaja untuk hidup
bersih dan sehat mulai tumbuh.
Tingkat kesehatan masyarakat mulai
membaik. Mereka tak perlu lagi
tertinggal dari kawasan lainnya hanya
karena masalah sanitasi. Persoalan
sanitasi bisa diatasi bila semua ikut
berpartisipasi. Santimadu bisa jadi
bukti.
Tabel 1. Program Kerja POKJA
No TARGET Tahun2008Tahun2009
Tahun2010
1.
.2
3.
4.
Air Buangan
Pembuatan IPAL sistem setempatPembuatan Sistem setempat Individu.
Persampahan
Menyediakan pelayanan prasarana dan sarana
persampahan dilakukan melalui prosespewadahan, pengumpulan, pemindahan, danpengangkutan.Membuat sistem TPST
Air bersih
Pembuatan sumur air tanah dangkalOptimalisasi kapasitas produksiDistribusi:Peningkatan dan perbaikan jaringan distribusidan peningkatan kualitas dan kuantitas dancakupan pelayanan dan adanya kerja samadengan daerah lain PDAM
Drainase
Pengerukan, Normalisasi, perbaikan salurandemensi dari hulu hingga ke hilir saluran
ESTIMASI KEBUTUHAN SANITASI 2009- 2010
NO PROGRAM UNIT VolBIAYA
(Rp jt)
Sumber Dana (Rp Juta)
Kota Prov Pusat Swasta Masy
1 Sub Total Drainase 1,276 644 348 0 145 139
2 Sub Total Persampahan 898 389 146 43 160 160
3 Sub Total Air Limbah 4,571 2,020 250 500 1,500 301
4 Sub Total Air Bersih 216 100 60 40 0 16
T o t a l 6,961 3,153 804 583 1,805 616
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
28/66
26 majalah percik november 2010
Kota Batu, Jawa Timur, tak lagi sejuk. Kualitas lingkungan kota
menurun sedikit demi sedikit. Kabut yang biasa menyelimuti kota
ini di pagi hari sangat jauh berkurang. Hutan lindung rusak, mata air
pun banyak yang mati. Lahan-lahan basah berubah menjadi lahan
kering.
Sebagai kota wisata, kenyataan itu memprihatinkan banyakpihak. Dunia pendidikan di kota itu juga ikut berperan mencegah
kerusakan lingkungan lebih parah, yakni dengan mendidik anak-
anak sekolah untuk lebih peduli lingkungan.
Muncullah kesepakatan di kalangan para pendidik setempat untuk
menyusun kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup PLH. Awalnya
kurikulum ini dicantolkan ke mata pelajaran. Setelah 2006 turun
Permendiknas No.22 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP yang mewajibkan ada kurikulum monolitik di daerah, PLH
digarap serius sebagai kurikulum yang berdiri sendiri. Modulnya
disesuaikan dengan potensi kekayaan alam dan budaya Kota Batu,
dengan prinsip pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
PLH diajarkan mulai jenjang SD sampai SMA. Kurikulum PLH di SD
bersiat basic. Isinya lebih banyak ditekankan pada penanaman
05KOTA BATU
MerintisPendidikan
LingkunganHidup
di Sekolah
Muncullah kesepakatan di kalanganpara pendidik setempat untuk menyusunkurikulum Pendidikan Lingkungan HidupPLH
Success Story
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
29/66
27majalah perciknovember 2010
pemahaman mental building,
sedangkan di SMP lebih bersiat
analitis lingkungan hidup. Pada SMA,
selain analisis, juga diajarkan tindakan
jika ada perusakan lingkungan hidup.
Kurikulum ini menempatkan siswa
sebagai agen pengubah masyarakat
di sekitarnya.
Kini, sudah 85 SD, 27 SMP, 11 SMA,
dan 10 SMK yang menerapkannya. Di
TK dan SLB sekolah luar biasa pundiberikan materi PLH, jelas Kepala
Dinas Pendidikan Kota Batu, Mistin.
Ditambahkan Mistin, kurikulum yang
tergolong unik ini mampu menjawab
kekinian, membumi, mudah dicerna,
dan tidak terlalu ilmiah. Metode
penyampaiannya dibuat mudah
dan menarik, antara lain dengan
mengajak siswa kunjungan lapangan,
bermain, dan simulasi.
PENINGKATAN KAPASITAS GURU
Keberadaan kurikulum PLH ini
belum didukung sumber daya
guru yang memadai. Karenanya,
diadakan workshop bagi para guru
dari berbagai latar belakang. Mereka
memperoleh pembekalan tentang
kurikulum muatan lokal pendidikan
lingkungan hidup Kota Batu,
greenning school, sekolah adiwiyata,
sekolah sebagai agen pembaharuan
dalam kelestarian lingkungan, serta
pengembangan keproesionalan guru
PLH melalui Lesson Studydi gugus
Kelompok Kerja Guru KKG.
Sejauh ini, sekolah-sekolah sudah
mulai merasakan keberadaan dan
manaat kurikulum PLH ini. SMP PGRI
2 Batu misalnya. Siswa berbagi tugas
membersihkan sekolahnya. Ada yang
menyapu lantai, menyiram tanaman,
dan menyapu halaman. Sampah-
sampah yang terkumpul mereka
pilah antara yang basah dan kering,
lalu dibuang ke bak sampah yang
berbeda pula.
Untuk mengenal dampak negati
pembuangan air limbah ke sungai
misalnya, siswa diajak ke sungai
dan memperhatikan akibat limbah
tersebut pada biota sungai dan
pertanian/perkebunan.
MembiasakanCuci TanganPakai Sabun
Sejak Dini
JUDUL MODUL LINGKUNGAN
HIDUP BAGI SD/MI
1. Pelahap Karbondioksida
2. Air
3. Merawat Diri
4. Cuci Tangan Pakai Sabun
5. Sampah Jadi Berkah
6. Anggrek Pesona Kota Batu
7. Toga di Sekitar Kita
8. Penyebaran Kuman
9. Diare
10. Zat Aditif
11. Reuse, Reduce, Recycle
12. Kembali ke Alam
13. Hemat Energi14. daRlinG (Sadar Lingkungan)
15. Nyamuk Si Mediator
16. Composting
17. Back to Nature
18. Makanan Sehat
19. Makanan Bergizi
20. Drainase dan Sanitasi
21. Lingkungan Bersih
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
30/66
28 majalah percik november 2010
Mengapa kita perlu melakukanpercepatan pembangunan
sanitasi?
Pertama, kesehatan masyarakat
sudah sangat terganggu. Setiap hari
diperkirakan sebanyak 14.000 ton
tinja dan 176.000 m3 urine terbuang
ke badan air, tanah, danau dan
pantai yang menyebabkan 75 persen
sungai tercemar berat dan 70 persen
air tanah di perkotaan tercemar
bakteri tinja. Akibatnya insiden
diare tinggi, yaitu mencapai 411 per
1.000 penduduk Survei Morbiditas
Diare Kemkes, 2010 dan juga
meningkatnya biaya pengolahan
air sehingga masyarakat harus
membayar rata-rata 25% lebih mahal
untuk mendapatkan air minum
perpipaan. Buruknya kondisi sanitasi
turut berkontribusi pada rendahnya
kualitas hidup yang ditunjukkan
dengan Indeks Pembangunan
Manusia IPM Indonesia, yaitu
hanya menempati urutan 111 dari182 negara berkembang Human
Development Report, UNDP, 2009.
Kedua, akses sanitasi penduduk
Indonesia masih sangat rendah.
Hingga tahun 2009, baru 51,2 persen
penduduk Indonesia yang memiliki
akses terhadap asilitas sanitasi
yang layak. Sementara itu, 70 juta
penduduk masih melakukan praktik
Buang Air Besar Sembarangan
BABS. Saat ini 98% Tempat
Pemrosesan Akhir TPA juga masih
dioperasikan secara open dumping.
Selain itu, terdapat 174 kab/kota
38% yang memiliki risiko sangat
tinggi terhadap banjir Rencana Aksi
Nasional,Pengurangan Ris iko Bencana
2010-2012.
Dampaknya adalah potensi kerugian
ekonomi sebesar 58 triliun rupiah
per tahun Hasil Studi Bank Dunia,
2007. Dampak lainnya tentu sajakejadian luar biasa berbagai penyakit
dan kematian balita yang tinggi.
Dua penyebab utama kematian
anak balita adalah penyakit yang
menyebar melalui kotoran dan
lewat perantaraan air seperti kolera,
tius, diare. Ini terkait penggunaan
sumber air minum yang tidak layak,
sanitasi yang buruk, dan rendahnya
kesadaran masyarakat tentang PHBS.
Ketiga, belum komprehensinya
program pembangunan sanitasi
yang ada. Pembangunan sanitasi
belum terintegrasi, masih berjalan
sendiri-sendiri. Peningkatan
anggaran pun tidak menjamin
berhasilnya pembangunan yang
berkelanjutan jika tidak ada
koordinasi dan sinergi antar pelaku
pembangunan. Inilah alasan kita
untuk melakukan percepatan
pembangunan sanitasi.
DR. IR. DEDY S. PRIATNA, MSC.DEPUTI BIDANG SARANA DAN PRASARANA, BAPPENAS
Harus
Dipercepat
Pembangunan Sanitasi
Percepatan pem bang unan san itasi m utlak dilakukan m elihat kondisi sanitasi di Indon esia
saat ini. Percepata n itu but uh sinergi semua stakeholder yan g terlibat di dalam nya . Seperti
apa w ujud percepatan pemban gunan sanitasi ini, kam i m ewaw ancarai Deputi Bidang
Saran a dan Prasaran a, Bappenas, Dr. Ir. Dedy S. Priatna, MSc. Berikut petikann ya .
Obrolan
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
31/66
29majalah perciknovember 2010
Di manakah posisi ProgramPPSP dalam konteks kebijakan
pembangunan sanitasi nasional?
RPJMN 2010-2014 secara eksplisit
telah mencantumkan target
pencapaian pembangunan sanitasi
secara terukur yang merupakan
penuangan dari target PPSP.
Kita berharap pada tahun 2014
nanti sudah tidak ada lagi yang
buang air besar sembarangan
BABS, pengelolaan persampahan
perkotaan meningkat, dan luas
genangan drainase di kawasanstrategis perkotaan menurun.
Target-target tersebut berat
diwujudkan jika tidak ada upaya
yang sinergi dan komprehensi
serta mengikat seluruh pemangku
kepentingan, baik di tingkat pusat
maupun di daerah. Untuk itu
diperlukan program yang melibatkan
para pemangku kepentingan dengan
pandangan dan pemahaman yang
sama serta langkah yang disepakati
untuk dilaksanakan bersama.
Nah untuk mencapai itu, semua
pihak harus bersinergi. PPSP
diharapkan menjadi payung
besar untuk seluruh kegiatan
pembangunan sanitasi di Indonesia
sehingga kegiatan-kegiatan yang
ada saling melengkapi dan tidak
tumpang tindih.
Apa yang menjadi kekhasan
dalam Program PPSP ini
dan bagaimana koordinasi
dilakukan?
Ada dua hal. Pertama, program PPSP
memberikan dukungan kepada
daerah kabupaten/kota untuk
mempercepat peningkatan kualitas
sanitasi yang dimulai dari upaya
perbaikan kualitas perencanaan
sanitasi. Oleh karena itu, PPSP
mendorong pemerintah kabupaten/
kota untuk menyusun strategi
pembangunan sektor sanitasi skala
kabupaten/kota yang komprehensidan koordinati yang disebut sebagai
Strategi Santasi Kabupaten/kota
SSK.
Lebih jauh, SSK merupakan
portoolio pendanaan bagi
pemerintah kabupaten/kota untuk
melakukan optimalisasi pendanaan
dari APBD tingkat I dan tingkat
II dan APBN serta akses terhadap
sumber-sumber pendanaan non-
pemerintah donor, swasta, danmasyarakat.
Kedua, PPSP merupakan program
kolaborati antara pemerintah
daerah bersama dengan pemerintah
pusat. Keseluruhan proses dan
tahapan dalam PPSP bermuara pada
peningkatan kapasitas pemerintah
daerah dalam pembangunan
sanitasi.
Dalam pelaksanaannya, pengelolaan
PPSP di tingkat pusat dilakukan
oleh Program Management Unit
PMU yang berada dibawah
koordinasi Bappenas dan 3 Program
Implementation UnitPIU, yaitu:
Bidang Teknis di Kementerian
Pekerjaan Umum, Bidang Advokasi di
Kementerian Kesehatan, dan Bidang
Kelembagaan di Kementerian Dalam
Negeri. PMU dan PIU tersebutlah
yang melakukan ungsi koordinasi
baik itu koordinasi antar lintaskementerian yang terlibat, maupun
koordinasi antar pusat dengan
daerah.
Sebagai program yang
dilakukan secara lintas sektoral
dan terintegrasi, bagaimana
kontribusi sumber daya dan
pembiayaan setiap instansi?
Masing-masing kementerian
penanggung jawab PMU dan
PIU bertanggung jawab untuk
menyediakan sumber daya baik
berupa dukungan dana maupunpersonel yang dialokasikan
melalui anggaran masing-masing
kementerian.
Bagaimana rencana Program
PPSP ke depan dalam mengejar
target-target yang telah
ditetapkan?
Secara umum, target-target
PPSP dicapai sesuai dengan
peta jalan roadmap yang
sudah ditetapkan. Ada enam
tahapan yakni, per tama, TahapanKampanye, Edukasi, Advokasi dan
Pendampingan; kedua, Tahapan
Pengembangan Kelembagaan
dan Peraturan; ketiga, Tahapan
Penyusunan Rencana Strategis;
keempat, Tahapan Penyusunan
Memorandum program; kelima,
Tahapan Implementasi; dan
keenam, Tahapan Pemantauan,
Pembimbingan, Evaluasi dan
Pembinaan.
Ke depan, untuk lebih memastikan
pencapaian target PPSP dan
perluasan daerah dampingan, saat
ini sedang diupayakan peningkatan
dukungan dari lembaga-lembaga
donor, kalangan swasta, dan
masyarakat. Hal ini terutama
diarahkan untuk mendukung
implementasi dari SSK yang telah
disusun oleh pemerintah daerah.
KITA BERHARAP PADATAHUN 2014 NANTI
SUDAH TIDAK ADALAGI YANG BUANG AIRBESAR SEMBARANGAN(BABS), PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN PERKOTAANMENINGKAT, DAN LUASGENANGAN DRAINASE
DI KAWASAN STRATEGISPERKOTAAN MENURUN.
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
32/66
30 majalah percik november 2010
Ir. BUDI YUWONO, Dipl. SEDIRJEN CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Sebenarnya bagaimana Program
Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP)
2010-2014?
Sanitasi itu kan ketinggalan. Bukan
sarana siknya semata tapi persepsi
pemda, persepsi masyarakat.
Kehadiran PPSP ini untuk mengajak
mereka menyusun SSK. Dengan
begitu mereka diajak berpikir
mengenai bagaimana grand design
sanitasi kota ke depan. Karena
sanitasi itu beragam, ada yang
sangat sederhana, menengah
dan sangat complicatedsesuai
dengan besaran kota. Dengan
variasi itu, SSK membuat pemda
beserta masyarakatnya terlibat
langsung sejak awal. Ini yang dulu
tidak dilakukan. Mereka langsung
disuruh bikin IPLT misalnya. Ternyata
kebutuhan, transportasi, mungkin
WC-nya malah belum ada. Jadi
sekarang dengan SSK mereka
bisa berpikir, apa yang mau saya
bangun? Apa cubluk, apa septic
tank. Kontrolnya melalui apa? Perlu
komunal atau menghidupkan IPLT
kembali. Makanya saya senang
dengan PPSP, pendekatannya
memang mengubah, mendorong
mindsetmengenai bagaimana
suatu kota menjalankan sanitasi. Ini
memang harus telaten. Pertemuan
dari orum ke orum, terus ada
komunikasi. Itu semua supaya
orang bicara tentang sanitasi. Dari di
pinggir jadi ke tengah.
Dalam CSS (City Sanitation
Summit) Bukittinggi, sinergi
lintas sektor sangat ditekankan.
Pandangan Anda?
Saya sangat setuju. Lintas sektor
itu sangat bagus. Karena kita
membangun sik tanpa ukuran-
ukurannya itu akan menjadi tidak
jelas. PU membangun sik, Kemkes
nanti mengajari mengunakan,
menyosialisasikannya bahkan
mengukur tingkat pemanaatannya
Pem bangunan sanitasi tidak bisa hanya m engandalkan instansi teknis. Butuh sinergi
dengan instansi lainnya. Sinergi yang baik akan menghasilkan output pembangunan
yan g baik.
Kementerian Pekerjaan Umum sebagai salah satu instansi yang berperan dalam
menyediakan infrastruktur bagi masyarakat tak ingin mengulang kesalahan masa lalu
yan g ha nya m em ikirkan ta rg et fisiknya saja tanpa memperhitungkan faktor lainnya.
Bagaim ana peran Kem enterian in i dalam progr am PPSP, berikut w aw ancara kam i
dengan Budi Yuwono, Dirjen Cipta Karya, yang memfasilitasi Unit Pelaksana Program
(atau sering juga disebut PIU Program Implementation Unit) Teknis program PPSP.
Dibicarakan
dan Konkret
Sanitasi Harus Terus
ID
S
Obrolan
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
33/66
31majalah perciknovember 2010
atau outcome-nya. Itulah tugasbersama kita. Ini gunanya
pertemuan-pertemuan lintas sektor,
kita bisa saling belajar.
Tapi khusus yang masalah lintas
sektor tadi, itu bukan hanya
problemnya daerah. Di pusat
juga harus menyadari bahwa kita
perlu ada sinergi arah kerja sama
lintas sektor ini. Saya rasa PPSP
menyatukan langkah kita bergerak
bersama. Mudah-mudahan kalau
pusat bergerak bersama begini terus,
daerah juga bisa melihat itu.
Kita punya pengalaman, ini
juga menyangkut sanitasi yakni
Pamsimas. Idenya sama, lintas sektor.
Sebelum diadakan pemilihan lokasi
sebelum dibangun, harus dilakukan
penyuluhan tentang pentingnya
kesehatan. Yang dibangun di desa
A, yang disuluh kesehatan desa B.
Padahal tujuannya penyuluhan untuk
mengerti, bagaimana pentingnya
hidup sehat, baru dibangun. Itu pun
juga nggakjalan-red. Itu sampai
World Bank pernah marah.
Apa yang mesti dibenahi agar
PPSP berhasil?
PU biasanya ingin cepat, target
oriented. Kami menyadari bahwa
PPSP dengan berbagai pendekatan
sangat bottom-up. Itu penting tapi
harus ingat target kita. Kita harus
ngomong banyak tapi cepat dan
cepat bergeraknya. SSK jangan
melangit. Strategi-strategi itu kalau
tidak membumi, akhirnya nanti
mengawang-awang. Kita harapkan
teman-teman PU itu nantinya
bisa mengisi warna ini. Harus ada
program yang konkret.
Saya ambil contoh Payakumbuh ya.
Di sana saya lihat sendiri di desa-
desa dibagi toilet-toilet. Konkret itu.
Terus, Solo itu kita membantu sistem
terpusat, mestinya yang komunal
juga jalan. Istilahnya serengan. Yang
seperti itu juga dikembangkan terus.Itu kan sudah bukan urusan kita
lagi. Harusnya serengan-serengan itu
dibentuk oleh walikota. Bagaimana
PU mendorong itu jadi konkret.
Tantangan ke depan PPSP
menurut Anda apa?
Sebetulnya namanya sudah pas ya,
strategi - sanitasi - kota. Strategi itu
pasti ada langkah, angka, dan biaya.
Kita ngomong yang terstruktur dan
rasional. Jangan di tingkat bupati
aja. Strategi itu harus disetujui oleh
DPR hingga DPRD. Dan rapatkanlah
dengan mereka itu. Makanya kita
selalu ngajakketua DPRD ngomongdulu kan. Kita berharap ada
perubahan mindsetDPRD tentang
sanitasi. Tadinya prioritasnya di
bawah supaya dinaikkan.
Bagaimana peran PU dalam
hal mendorong komitmen
pendanaan?
PU telah mengusulkan peningkatan
budgetdan didukung Bappenas dan
DPR pusat. Dengan itu peran kita
menjadi lebih konkret. Kita mulai
mendorong, ngomong, tapi juga
punya peluru. Anggaran Rp 14 triliun
selama 5 tahun untuk sanitasi, air
limbah, sampah dan drainase adalah
salah satu wujud komitmen pusat di
bidang ini. Belum ditambah DAK. Itu
semua APBN yang harus ditaruh di
daerah.
Sebagai PIU Teknis, apa harapan
Anda supaya sinergi ini berhasil?
Harapan saya sebetulnya kitajuga dibantu. Misalnya oleh dinas
kesehatan. Bagaimana mengukur
indeks kesehatan. Ada nggakkorelasi
positi yang bisa diwujudkan. Biar
kita ngomong bareng. Misalnya
Payakumbuh, dengan mengeluarkan
duit sekian, indeks kesehatan naik. Itu
sangat mudah dipahami oleh DPRD.
Kalau bisa disusun oleh Bappeda.
DPRD kalau memberikan biaya
pembangunan jalan, terasa mulus
tapi kalau memberikan kepada
pembangunan sanitasi, apa yang
bisa dirasakan? Itu lebih susah diukur.Nah, ini yang kelihatannya kurang.
Harapan saya, dinas-dinas kesehatan
bisa memberikan kontribusi. Air
bagus, sanitasi bagus, itu mestinya
angka kematian bayi turun, angka
kematian ibu melahirkan turun.
Jadi sudah harus melihat
dampaknya secara
kualitas?
Saya rasa sudah harus
dimulai. Kita nggakbisa
terus menghitung persentase
pelayanan. Tapi kalau jalan, dengandibangunnya jalan Padaleunyi,
akhirnya tercoversekian ribu orang.
Sekian ribu orang terangkut setiap
hari. Surabaya dengan dibangunnya
airportbaru, estimasinya dari 6 juta
penumpang, naik jadi 15 juta. Fakta
kan seperti itu. Dengan dibangunnya
sanitasi, angka kematian bayi turun,
ini turun. Kita menjadi lebih sehat.
Tersedia dana Rp 14 Triliun untuk
2010- 2014, tantangannya apa?
Tantangannya adalah penyusunan
program yang baik. Saya minta
teman-teman PU menyusun
program yang baik. Karena mulainya
bagaimana menyadarkan orang
tentang perlunya sanitasi. Dana yang
ada kita manaatkan secara benar
dan tepat.
SANITASI ITU KANKETINGGALAN. BUKAN
SARANA FISIKNYA SEMATATAPI PERSEPSI PEMDA,
PERSEPSI MASYARAKAT.KEHADIRAN PPSP INI
UNTUK MENGAJAK MEREKAMENYUSUN SSK.
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
34/66
32 majalah percik november 2010
Pemerintah tengah melakukan
terobosan dalam percepatan
pembangunan sanitasi melalui
Program PPSP, sejauh mana
program ini mampu mengatasi
persoalan kesehatan atau angka
kesakitan yang terkait dengan
rendahnya akses sanitasi?
Pada Kabinet Indonesia Bersatu
II, sesuai arahan Presiden, kini
pemerintah diharapkan untuk
concerndengan upaya promoti
dan preventi demi optimalisasi
pembangunan berkesinambungan.
Terkait sanitasi, bukan hanya
persoalan air limbah domestik
waste water, persampahan solid
waste dan drainase lingkungan
drainage system) saja. Persoalan
ini berkaitan dengan upaya
pembangunan manusia. Karena
itu sangat berkontribusi pada
pencapaian MDGs Millennium
Development Goals dan IPM
Indeks Pembangunan Manusia.
Dengan kata lain, bila kita mampu
mangatasi persoalan ini secara baik
maka ini akan berdampak luas dan
akan berdampak pada perbaikan
kesehatan, produktivitas dan
kesejahteraan masyarakat.
Bagaimana sebetulnya posisi
Indonesia saat ini?
Kita sudah melakukan banyak hal,
namun kita masih perlu percepatan
pembangunan sanitasi yang
terintegrasi. Contohnya persoalan
limbah domestik tinja, laporan
Pembangunan Manusia 2006
terbitan Program Pembangunan
PBB UNDP menyatakan hampir
separuh penduduk di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia
belum memiliki akses terhadap
sanitasi yang layak. Laporan Asian
Development Bank menyebutkan
pencemaran air di Indonesia
berpotensi menimbulkan kerugian
45 triliun rupiah lebih per tahun atau
2,2 persen GDP negara. Sementara
Upaya pembangunan dan penyediaan layanan sanitasi membutuhkan aspek advokasi
dan upaya komunikasi. Penyadaran publik, misalnya, untuk perubahan perilaku hidup
bersih dan sehat membutuhkan kampanye dan mobilisasi sosial yang strategis dan
terencana.
Kementerian Kesehatan merupakan salah satu institusi yang memiliki peranan
pen ting dalam ha l upay a ad vokasi, edukas i dan pem berd ayaa n ba gi aspek kom unikasi
kebijakan penyehatan lingkun gan, termasuk sektor sanitasi. Berikut ini waw ancara kam idengan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkun ga n, yan g m em fasili ta si Un it Pelaksana Progra m (atau ser ing ju ga d isebu t PIU
Program Im plem entation Unit) Advokasi dan Pemberdayaan program PPSP.
Menjaga
Komitmen Bersama
Tantangan Kita,
Obrolan
PROF. DR. TJANDRA YOGA ADITAMA,DIRJEN P2PL, KEMENTERIAN KESEHATAN
-
7/31/2019 Terobosan Pembangunan Sanitasi Nasional. PERCIK Edisi Khusus Nopember 2010. Media Informasi Air Minum dan
35/66
33majalah perciknovember 2010
posisi Indonesia, persentase cakupanpelayanan sanitasinya berada di
urutan keenam. Contohnya bila
setiap orang tiap hari membuang
tinja 125250 gram di perkotaan
Indonesia. Asumsikan penduduk
perkotaan sekitar 100 juta orang,
maka akan dihasilkan 25.000 ton
tinja per hari. Jika tidak ditangani,
masalah volume, mikroba, materi
organik, nutrien, dan telur cacing
4 komponen dalam tinja harus
dihadapi. Tidak mengherankan, 70
persen air tanah di perkotaan telah
tercemar bakteri tinja yang parah.
Bagaimana dengan dampak
ekonomi?
Berdasarkan studi Economic Impacts
of Sanitation in Southeast Asiatahun
2007 dari Water and Sanitation
Program WSP Bank Dunia, Indonesia
kehilangan lebih dari Rp. 58 triliun
atau sebanding dengan Rp. 265.000
per orang setiap tahun akibat
sanitasi buruk. Selain itu lebih dari
94 juta orang 43 persen dari jumlah
penduduk belum mempunyai
jamban dan hanya 2 persen darijaringan air limbah perkotaan yang
diolah. Akibatnya diperkirakan ada
sekitar 121.100 kasus diare yang
memakan korban lebih dari 50.000
jiwa setiap tahun. Biaya kesehatan
mencapai 131.000 rupiah per
orang atau 31 triliun rupiah secara
nasional setiap tahunnya. Selain itu,
pembuangan tinja atau sampah
yang masuk ke badan-badan air,
menyebabkan kerugian sebesar
63.000 rupiah per orang atau 14
triliun rupiah secara nasional.
Sejauh mana efektivitas kerja
sama lintas sektor dalam
Program PPSP ini dapat
terlaksana?
Secara nasional, program PPSP
merupakan suatu terobosan. Di saat
yang sama, otonomi daerah juga
menekankan pentingnya pemerintah
kabupaten/kota agar semakin peka
dan lebih strategis dalam melihatpersoalan penyehatan lingkungan
mereka. Program PPSP dapat eekti
terlaksana bila ada keterpaduan lintas
sektoral kementerian/kedinasan
dalam perumusan hal-hal strategis
bersama dalam perencanaan
daerah. Sejalan dengan itu Program
PPSP memungkinkan keserasian
dan koordinasi lebih baik antara
kabupaten/kota, provinsi dan pusat.
Sebagai UPP (Unit Pelaksana
Program) atau kadang disebut
PIU (Program Implementation
Unit) Advokasi dan
Pemberdayaan dari Program
PPSP ini, apa saja peranKementerian Kesehatan?
Peran dan ungsi Kementerian
Kesehatan ada dalam setiap
tahapan program PPSP. 1 advokasi,
komunikasi dan pemberdayaan;
2 pengembangan kelembagaan
dan peraturan; 3 penyusunan
rencana strategis terpadu; 4
penyusunan memorandum program;
5 implementasi optimalisasi
ketersediaan prasarana dan
sarana sesuai kebutuhan; dan 6
pemantauan, pembimbingan dan
evaluasi. Kementerian Kesehatan
lebih banyak memasilitasi tahap
pertama program PPSP, yakni
kegiatan yang terkait dengan
kampanye, edukasi, advokasi
dan pendampingan. Direktorat
Pengendalian Penyaki