Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering...

56

description

 

Transcript of Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering...

Page 1: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir
Page 2: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Dari Redaksi 1

Suara Anda 2

Laporan Utama

Habis Kering, Datanglah Banjir 3

'Panen Hujan' ala Gunung Kidul 9

Wawancara

Dirjen Bangda: Anggarkan Air Bersih untuk Desa! 10

Teropong

Simalakama Bantar Gebang 13

Review Master Plan Pengelolaan Sampah DKI Jakarta 15

Wawasan

Pembangunan Air Minum dan Kemiskinan 18

Strategi Menciptakan Sistem Laporan PDAM 21

Dari Plato ke Kebijakan AMPL-BM 23

Kegagalan HIPAM di Desa Bleberan 29

Kisah

Pemulung Anak dari Bantar Gebang 31

Reportase

Pengomposan Komunal, Alternatif Penanganan Sampah Perumahan 33

Inovasi

Tempat Kencing Tanpa Air Penyiram 35

Abstrak

Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi

dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta 36

Peraturan

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) 37

Pojok ISSDP

Choice Model 38

Seputar PLAN INDONESIA

Plan Indonesia dalam Program Air dan Sanitasi Lingkungan 41

Info Buku 42

Info Situs 43

Info CD 44

Seputar WASPOLA 45

Seputar AMPL 48

Pustaka AMPL 50

Agenda 51

Klinik IATPI 52

Majalah Percik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id

Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL)

Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Cipta Karya

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,

DEPKESDirektur Pengembangan Air Minum,

Dep. Pekerjaan UmumDirektur Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman,Dep. Pekerjaan Umum

Direktur Bina Sumber Daya Alam danTeknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

Direktur Penataan Ruang danLingkungan Hidup, DEPDAGRI

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Supriyanto, Johan Susmono,

Indar Parawansa, Bambang Purwanto

Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,Essy Asiah, Mujiyanto

Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

Produksi:Machrudin

Sirkulasi/Distribusi:Agus Syuhada

Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113http://www.ampl.or.id

e-mail: [email protected]@ampl.or.id

[email protected]

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

dengan air minum dan penyehatan lingkungandan belum pernah dipublikasikan.

Panjang naskah tak dibatasi.Sertakan identitas diri.

Redaksi berhak mengeditnya.Silahkan kirim ke alamat di atas.

Page 3: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Waktu terus berlalu. Alham-dulillah kita masih bertemudengan hari bahagia, Idul

Fitri. Di hari kemenangan ini, awakPercik dan seluruh staf sekretariatKelompok Kerja Air Minum dan Pe-nyehatan Lingkungan (AMPL) me-nyampaikan Selamat Idul Fitri 1427H, Mohon Maaf Lahir dan Batin,Minal Aidin wal Faizin. Semoga kitasemua kembali menjadi orang yangbersih dari dosa dan menjaga kesu-cian itu pada hari-hari berikutnya.

Pembaca, keprihatinan terus me-nerpa negeri ini. Kekeringan cukuplama kita rasakan terutama di Jawadan Nusa Tenggara. Akses masyarakatterhadap air minum yang memangmasih rendah makin menurun. Me-reka mengonsumsi air untuk minumapa adanya. Ketersediaan menjadipersoalan. Mereka tak bisa mencarialternatif lain. Sementara pemerintahdaerah sendiri tampak tak mampumemenuhi kebutuhan warganya. Per-usahaan Daerah Air Minum (PDAM)yang menjadi tulang punggung penye-diaan air minum di daerah, mengha-dapi persoalan sendiri: kurang pa-sokan untuk pelanggannya. Makanya,boro-boro untuk membantu warga

gratis lagi, PDAM sibuk memperta-hankan diri.

Dalam waktu yang tak lama kita akanmenghadapi musim hujan. Tentu iniberkah. Tapi bagi sebagian wilayah, mi-salnya, kota besar seperti Jakarta, hujanbisa menjadi petaka. Air hujan yangdiharapkan kedatangannya, akan meng-genangi kota. Lagi-lagi masyarakat takbisa menghindar. Ungkapan yang seringmuncul: 'Ini sudah biasa'.

Akankah kita terus menganggapsemuanya biasa? Sejatinya kekeringan,kebanjiran bisa dihindari kalau kita mau.Keduanya bukan merupakan fenomenaalam yang datang tiba-tiba. Semuanyabisa diprediksikan. Pertanyaan kenapaitu terus terulang terjadi? Perhatian kearah sana masih kurang. Mungkin pro-gram yang memihak ke penanggulangankeduanya kurang populer. ItulahIndonesia.

Pembaca, selain membahas topikutama mengenai kekeringan dankebanjiran, Percik mengadakan wa-wancara dengan Dirjen Bina Pemba-ngunan Daerah, Departemen DalamNegeri, untuk mengetahui bagaimanakondisi pembangunan di daerah dankaitannya dengan penyediaan air mi-num dan penyehatan lingkungan. Di

rubrik Teropong, kami mengetengah-kan TPA Bantar Gebang yang padaawal September lalu gunungan sam-pahnya longsor sehingga menimbul-kan korban jiwa. Dan masih terkaitdengan kondisi di sana, di rubrik Ki-sah, kami muat tentang pemulunganak yang menggantungkan hidupnyadi TPA terbesar di Indonesia tersebut.

Tak ketinggalan, di rubrik Repor-tase, kami mengangkat kerja samaantara Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) dan masyarakat pinggiran kotadalam mengelola sampah secara man-diri sehingga tidak membebani TPA.Model-model seperti ini bisa dila-kukan di mana saja, tentu dengan adakeluwesan pemikiran di dalamnya.

Pembaca, berbagai masalah AMPLtampaknya terus bergulir silih berganti.Setiap saat muncul isu baru. Dan kamimerasakan permasalahan ini masihbelum mendapatkan perhatian serius.Padahal dampak buruk AMPL ber-pengaruh langsung terhadap kondisimanusia-manusia Indonesia. Kita ber-harap, ada hal baru muncul di masa-masa mendatang yang bisa meng-hasilkan perbaikan. Bersama kita bisa,menjadikan AMPL lebih diperhatikan.Wassalam.

DARI REDAKSI

Percik Oktober 2006 1

SelamatHari RayaIdul Fitri1427 H

Mohon MaafLahir

dan Bathin

M E N G U C A P K A N

KARIKATUR:RUDI KOZ

Page 4: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Pompa Air Tanpa MotorSaya berkeinginan untuk menda-

patkan informasi mengenai pompa airtanpa motor (PATM) seperti di Goron-talo, yang saya lihat di situs AMPL. Mo-hon kiranya redaksi dapat membantusaya mengenai:

1. Apa saja langkah-langkah yang ha-rus saya tempuh untuk mendapat-kan pemasangan alat tersebut?

2. Apakah mungkin daerah saya bisamendapatkan bantuan dana daripemerintah dalam pemasangan alatPATM tersebut seperti di Goron-talo?Saya ingin jika mungkin alat terse-

but dapat dipasang di daerah saya diPropinsi Nusa Tenggara Timur. Hal inikarena saya melihat fungsi dan kegu-naan alat ini mungkin dapat membantudaerah saya yang kesulitan air bersih.

Leonardo FoEnaleSurabaya

Untuk mengetahui lebih jauh me-ngenai informasi tentang pompa airtanpa mesin, silakan Anda meng-hubungi PT. Tirta Anugerah Nusanta-ra yang beralamat di Hotel MahadriaLt. 4 Jl. Ki Mas Jong No. 12 SerangBanten. Telp. 0254-220270/220268up. Ade Purnama (Dirut). Sedangkansoal bantuan dana, Anda bisa ber-hubungan dengan instansi terkait dipemerintah daerah setempat. (Redak-si)

Masukan dan SaranMenindaklanjuti surat dari Direk-

tur Permukiman dan Perumahan No.5411/Dt.6.3/09/2006 tanggal 04 Sep-tember 2006 perihal Media InformasiAir Minum dan Penyehatan Lingkung-an, maka kami memberikan masukandan saran sebagai berikut.

a) Penampilan maupun penataan su-dah lumayan bagus

b) Artikel masalah penyehatan ling-kungan sudah cukup banyak

c) Artikel tentang air minum dira-sakan masih kurang padahal na-manya Media Informasi AirMinum

d) Buang ruang/rubrik suara ling-kungan, limbah, dan air minum;berisi surat pembaca dan tanggap-an redaksi/pakar

e) Rubrik lingkungan, limbah, danair minum di negara tetanggayang patut dicontoh.

Demikian masukan dan saran kami,terima kasih atas perhatiannya.

Ir. Agus Sutyoso, MSiDirektur Utama PDAM Kota Semarang

Jl. Kelud Raya Semarang

Kami sangat berterima kasih atassaran dan masukan Anda. Semuamasukan dan saran akan kami per-timbangkan. Semoga Percik ke depanbertambah baik dan sesuai dengankeinginan para pembacanya. Selainitu kami juga mengundang Andauntuk mengisi/ mengirimkan tulisanyang sesuai dengan kapasitas Anda.Kami berharap sumbangan pemikiranAnda dapat menjadi pelajaran bagipembaca lainnya. (Redaksi)

Indonesia TerbelakangBeberapa waktu lalu, Bank Pem-

bangunan Asia (ADB) bekerja samadengan Perserikatan Bangsa Bangsa(PBB) mengeluarkan laporan menge-nai program pengurangan jumlahkemiskinan di beberapa negara AsiaPasifik yang diumumkan di Manila.Laporan itu mengetengahkan kinerjabeberapa negara dalam program terse-but.

Negara yang tergolong paling majumemberantas kemiskinan, yakni Chi-na, Malaysia, Thailand, Palau, Viet-nam, Armenia, Azerbaijan, dan Kir-gistan. Selain itu, negara yang ter-golong mengalami penurunan niatpada pengurangan kemiskinan adalahFiji, Kazakstan, Samoa, danUzbekistan. Kelompok berikut tergo-long harus berjuang lebih keras, yakniIndia, Afganistan, dan Nepal. Ke-lompok terakhir yaitu negara yang ter-golong terbelakang dalam pengurang-an kemiskinan. Negara itu adalahBanglades, Indonesia, Laos, Mongolia,Myanmar, Pakistan, Papua Nugini, danFilipina.

Penilaian ADB itu tampaknya cocokdengan kondisi yang ada. Jumlahorang miskin terlihat tak berkurangjustru bertambah. Pengemis dan gelan-dangan makin banyak. Busung lapardan penyakit akibat kesulitan ekonomitak berkurang. Pertanyaannya seka-rang, mana janji-janji pemerintah un-tuk mengentaskan kemiskinan itu?Pertanyaan yang sama patut pula di-sampaikan kepada partai-partaipolitik dan wakil rakyat. Mana janji-janjimu dulu mau menyejahterakanrakyat? Jangan hanya pejabat,birokrat, dan wakil rakyat saja yangsejahtera, sementara rakyat tambahmelarat.

Meddy ChandraCiputat, Tangerang

SUARA ANDA

Percik Oktober 2006 2

Page 5: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Berita kekeringan hampir setiaphari menghiasi media massa ce-tak dan elektronik akhir-akhir

ini. Begitu sulitnya masyarakat me-menuhi kebutuhan air untuk kehidupanmereka sehari-hari, bahkan untuk mi-num sekalipun. Mereka rela berjalanberkilo-kilo meter hanya untuk mencariseteguk air buat minum dan memasak.Itupun belum tentu kualitasnya meme-nuhi syarat. Jumlahnya pun sangat ter-batas karena harus berbagi dengan war-

ga lainnya. Jangan ditanya soal air un-tuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus,mungkin tak ada.

Kondisi ini hampir terjadi di seluruhwilayah Pulau Jawa. Sejauh mata me-mandang, wilayah di pinggiran jalurutama Pulau Jawa terlihat kering keron-tang. Daun-daun dahan berguguran.Hutan jati bak tiang-tiang pancang.Rumput-rumput meranggas. Sebagianterlihat bekas terbakar. Tanah-tanahpertanian retak-retak. Lahan-lahan per-

Percik Oktober 2006 3

Habis Kering,Datanglah Banjir

Habis Kering,Datanglah Banjir

Kondisi lingkungandi Indonesia terdegradasi

cukup parah.Suatu saat kekeringan

datang, di saat lain banjirmelanda.

Padahal kejadian itu seha-rusnya bisa diprediksikan.

Akankah ini terusterulang?

LAPORAN UTAMA

FOTO:MUJIYANTO

S u m b e r D a y a A i r d i J a w a

Page 6: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

tanian tak bisa dimanfaatkan. Panenpun tak datang.

Kekeringan tidak hanya melanda wi-layah di luar kota. Di beberapa kota punair sulit didapatkan. Bahkan di Jakarta,beberapa saat warga sempat mengeluh.Air bersih tak mengalir. Pasokan air kedua perusahaan swasta di Jakarta ku-rang. Akibatnya, distribusi air ke pe-langgan terganggu. Warga tak bisa ber-buat banyak. Untungnya mereka masihbisa membeli air isi ulang/kemasan/airkeliling untuk kebutuhan vitalnya ken-dati dengan harga yang lebih mahal. Ta-pi bagaimana nasib mereka yang miskindan jauh dari jangkauan air bersih?

Ibarat peribahasa 'sudah jatuh ter-timpa tangga', kondisi kekeringan itusebentar lagi akan disambut dengan da-tangnya musim hujan. Bagi sebagianorang, kedatangan berkah dari langit inipatut disambut gembira karena tanah-tanah akan kembali terairi. Namun bagisebagian yang lain, hujan adalah ben-cana. Banjir akan segera tiba. Derita ke-kurangan air akan berganti menjadi de-rita karena banjir.

Ironisme ini pun hampir tiap tahunterjadi. Sayangnya, tindakan untukmengantisipasinya tak terlihat. Belumada upaya bersama yang signifikan danmelibatkan semua stakeholder. Wal-hasil, kekeringan dan kebanjiran seolahmenjadi sebuah rutinitas yang harusditerima oleh rakyat jelata.

Kekeringan TahunanKekeringan yang melanda wilayah

Jawa sebenarnya bukan sesuatu yangdatang dengan tiba-tiba. Artinya, jauh-jauh hari keadaan itu bisa diprediksi.Perhitungan analisa neraca air atau ke-seimbangan air yang membandingkanantara kebutuhan dan ketersediaan airyang dilakukan oleh DirektoratPengairan dan Irigasi Bappenas pada2005, menunjukkan bahwa berdasar-kan data tahun 2003, sekitar 77 persenwilayah di luar Jabodetabek mengalamidefisit air antara satu sampai delapan

Percik Oktober 2006 4

LAPORAN UTAMA

No.

I.1

23

4

56II.1

2

345

6

7

8910III.12

3

4IV.1

23

45

6

78

9101112V.12

34

5

6

Kabupaten / Kota

J A W A B A R A TKuningan

CirebonMajalengka

Indramayu

Kota BandungKota CirebonJ A W A T E N G A HMagelang

Klaten

SukoharjoKaranganyarSragen

Blora

Pekalongan

Kota SemarangKota PekalonganTemanggungD I Y O G YA K A R TABantulGunung Kidul

Sleman

Kota YogyakartaJ A W A T I M U RPonorogo

SidoarjoMadiun & Kota Madiun

MagetanNgawi

Bojonegoro

TubanLamongan

BangkalanPamekasanSumenepSampangJ A B O D E T A B E KDKI JakartaBogor & Depok & Kota Bogor

Tangerang & Kota TangerangBekasi & Kota Bekasi

Serang & Kota Cilegon

Karawang & Purwakarta

Wilayah Sungai

CimanukCintanduyCimanukCimanukCintanduyCitarumCimanukCitarumCimanuk

Progo-Opak-OyoJratun SelunaSerayuProgo-Opak-OyoBengawan SoloBengawan SoloBengawan SoloJratun SelunaBengawan SoloJratun SelunaBengawan SoloPemali-ComalSerayuJratun SelunaPemali-ComalJratun Seluna

Progo-Opak-OyoProgo-Opak-OyoBengawan SoloProgo-Opak-OyoBengawan SoloProgo-Opak-Oyo

K. BrantasBengawan SoloK. BrantasK. BrantasBengawan SoloBengawan SoloJratun SelunaBengawan SoloK. BrantasBengawan SoloBengawan SoloK. BrantasBengawan SoloMaduraMaduraMaduraMadura

Ciliwung-CisadaneCiujung-ClimanCisadea-CikuninganCitarumCiliwung-CisadaneCiliwung-CisadaneCiliwung-CisadaneCitarumCiujung-CilimanCiliwung-CisadaneCitarum

Jumlah Bulan Defisit2003 2005 2010 2015 2020 2025

6 6 6 6 6 7

6 6 7 7 7 77 7 7 7 6 6

7 7 7 7 7 7

6 6 7 10 11 125 5 5 5 5 6

7 7 7 7 7 7

8 8 8 8 8 8

6 6 6 6 6 67 7 7 7 7 77 7 7 7 7 7

6 6 6 7 7 7

6 6 6 6 6 6

6 6 6 6 6 66 6 6 6 6 75 5 5 5 5 6

7 7 7 7 7 76 6 6 6 6 6

7 7 7 7 7 7

6 6 6 5 5 5

6 6 6 6 6 6

6 6 6 6 6 68 8 8 8 8 8

7 7 7 7 7 77 7 7 7 7 7

6 6 6 6 6 6

6 6 6 6 6 67 7 7 7 7 7

8 8 8 8 8 86 6 6 6 6 67 7 7 7 7 75 6 7 7 7 7

N/A N/A N/A N/A N/A N/AN/A N/A N/A N/A N/A N/A

N/A N/A N/A N/A N/A N/AN/A N/A N/A N/A N/A N/A

N/A N/A N/A N/A N/A N/A

N/A N/A N/A N/A N/A N/A

87.3 %12.7 %

100.0 %93.6 %6.4 %

37.9 % 62.1 %

100.0 %100.0 %

96.9 %0.4 %2.6 %2.0 %

98.0 %100.0 %100.0 %25.9 %74.1 %44.7 %55.3 %99.8 %0.2 %

100.0 %100.0 %41.0 %

100.0 %86.9 %13.1 %98.3 %1.7 %

100.0 %

2.7 %97.3 %

100.0 %12.6 %87.4 %

100.0 %0.1 %

99.9 %0.9 %

99.1 %100.0 %

2.4 %97.6 %

100.0 %100.0 %100.0 %100.0 %

100.0 %2.9 %0.2 %9.4 %

87.4 %100.0 %64.5 %35.5 %90.2 %9.8 %

100.0 %

Defisit Maksimum (m³/det)2003 2005 2010 2015 2020 2025

-9.71 -9.81 -10.13 -10.52 -10.96 -11.46

-26.75 -27.27 -28.68 -30.23 -31.94 -33.85-14.47 -14.15 -13.42 -12.77 -12.18 -11.64

-48.99 -48.13 -46.11 -44.33 -42.80 -41.59

-1.94 -2.16 -2.76 -3.40 -4.09 -4.86-0.61 -0.63 -0.69 -0.74 -0.81 -0.88

-25.72 -25.85 -26.20 -26.59 -27.05 -27.57

-32.57 -32.58 -32.63 -32.71 -32.83 -32.99

-16.68 -16.66 -16.64 -16.67 -16.75 -16.91-18.52 -18.44 -18.27 -18.14 -18.04 -17.97-20.64 -20.77 -21.17 -21.66 -22.27 -23.03

-12.92 -12.94 -13.00 -13.07 -13.14 -13.22

-11.45 -11.48 -11.56 -11.67 -11.80 -11.94

-2.40 -2.58 -3.20 -4.05 -5.20 -6.76-1.07 -1.10 -1.18 -1.27 -1.38 -1.51-19.09 -19.13 -19.25 -19.37 -19.51 -19.66

-16.33 -16.37 -14.67 -16.63 -16.82 -17.07-5.49 -5.48 -5.47 -5.45 -5.44 -5.42

-21.89 -21.95 -22.13 -22.34 -22.57 -22.84

-0.85 -0.83 -0.79 -0.75 -0.70 -0.66

-28.93 -28.77 -28.41 -28.07 -27.76 -27.50

-15.53 -15.82 -16.78 -18.19 -20.16 -22.89-28.34 -28.25 -28.02 -27.79 -27.57 -27.35

-32.62 -32.87 -33.52 -34.19 -34.87 -35.56-42.28 -43.77 -47.73 -52.03 -56.69 -61.77

-25.46 -25.51 -25.68 -25.89 -26.16 -26.51

-26.87 -26.46 -25.47 -24.54 -23.65 -22.82-56.23 -55.62 -54.20 -52.95 -51.90 -51.09

-12.08 -12.11 -12.23 -12.38 -12.58 -12.81-13.07 -13.04 -12.98 -12.94 -12.90 -12.88-16.52 -16.35 -15.95 -15.57 -15.21 -14.88-10.42 -10.77 -11.81 -13.13 -14.80 -16.90

-0.2 -1.5 -4.9 -8.7 -13.1 -18.0-2.0 -2.6 -4.5 -7.1 -10.5 -15.0

-3.9 -4.5 -6.6 -9.2 -12.7 -17.3- - - - - -3.2

- - - -0.9 -4.0 -8.3

- - - - - -2.2

N/A: data tidak tersedia

Tabel 1.Kabupaten/Kota di Pulau Jawa yang mengalami Defisit Tinggi

Sumber: Hasil Analisis Dit. Pengairan & Irigasi, Bappenas

Page 7: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

bulan. Sedangkan di wilayah Jabodeta-bek hanya 50 persen yang defisit.

Angka itu didapatkan dengan mem-perhitungkan faktor ketersediaan airdari daerah aliran sungai (yang merupa-kan ketersediaan air permukaan) dankebutuhan air dari tiap daerah (meliputikebutuhan air untuk domestik, perkota-an, industri, perikanan, peternakan danirigasi).

Data neraca air tahun 2003 menun-jukkan total kebutuhan air di Pulau Ja-wa dan Bali sebesar 38,4 miliar meterkubik pada musim kemarau. Kebutuhanitu dapat dipenuhi sekitar 25,3 miliarkubik atau sekitar 66 persen. Defisit inidiperkirakan akan semakin tinggi padatahun 2020 mengingat jumlah pendu-duk bertambah dan aktivitas perekono-mian meningkat.

Secara umum kondisi kekeringan inidisebabkan tiga faktor yakni perubahaniklim global seperti hujan dan keke-ringan terjadi di luar bulan-bulan bia-sanya disertai perubahan iklim lainnya,faktor lingkungan, dan manajemen daninfrastruktur sumber daya air. Secarakhusus, penyebab kekeringan di luarfaktor iklim global antara lain:

Kerusakan catchment area sehinggamengancam keberlanjutan daya du-kung sumber daya air; Penurunan kinerja infrastruktursumber daya air; Eksploitasi air tanah yang berlebi-han mengakibatkan penurunan mu-ka air tanah, land subsidence, danintrusi air laut; Rendahnya kualitas pengelolaanhidrologi; Kondisi neraca air diklasifikasikan

menjadi empat yaitu normal, defisitrendah, defisit sedang, dan defisit ting-gi. Kondisi normal menunjukkan tidakterjadi defisit sepanjang tahun. Jikajumlah bulan defisit mencapai tigabulan maka ini diklasifikasikan sebagaidefisit rendah. Empat hingga enambulan defisit diklasifikasikan menjadidefisit sedang. Dan lebih dari enam

Percik Oktober 2006 5

Gambar 1Proyeksi Neraca Air Kabupaten/Kota

di Jawa dan Madura

Sumber : Hasil Analisis

= Normal

= Tidak Defisit

= Defisit Rendah

= Defisit Sedang

LAPORAN UTAMA

1.

2.

3.

4.

Page 8: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

bulan defisit diklasifikasikan sebagai defisittinggi. Tabel 1 menunjukkan daerah de-ngan defisit tinggi.

Jika kondisi ini dibiarkan, artinyatanpa ada intervensi infrastruktur, di-perkirakan kondisi neraca air defisit iniakan meningkat. Beberapa kabupa-ten/kota pada tahun 2010 diperkirakanakan mengalami defisit yang semakinmembesar, antara lain Kabupaten Ngawidi wilayah sungai (WS) Bengawan Solo danKota Surabaya di WS Brantas. Proyeksikondisi neraca air di Jawa dan Maduraditunjukkan pada gambar 1.

Kondisi neraca air yang defisit akanberpengaruh terhadap ketersediaan air.Yang paling terkena dampak kekeringanini yaitu pertanian, industri, perkotaan, airminum, dan lainnya. Namun dari sektor-sektor itu air minum mendapat prioritaspenanganan karena menyangkut kebu-tuhan vital manusia. Tabel 2 menunjukkandaerah yang mengalami defisit air minumdan prediksi hingga tahun 2025.

Kondisi Air TanahKendati mengalami kekeringan, Pulau

Jawa sebenarnya masih menyimpanpotensi air tanah. Ini karena Pulau Jawamemiliki cekungan air tanah. Paling tidakada 80 cekungan yang tersebar sepanjangJawa dan Madura. Air tanah yang adabelum semuanya termanfaatkan. Kalaupun ada yang sudah dimanfaatkan sepertidi kota-kota besar, cara pemanfaatannyapun tak terkendali. Akibatnya munculmasalah baru seperti penurunan muka airtanah (Bandung, Jakarta, dan Semarang),penurunan kualitas air tanah (Bandungdan Semarang), penyebaran air payau/asin (Jakarta dan Semarang), dan pe-nurunan muka tanah (Bandung, Jakarta,dan Semarang).

Potensi air tanah yang ada cukup be-sar. Tabel 3 s/d 8 menunjukkan potensi airtanah berdasarkan wilayah administrasi.

Banjir MengancamBulan-bulan ini hujan diperkirakan

akan turun. Guyuran hujan akanmenghidupkan kembali tanah-tanahyang kering. Roda ekonomi akanberputar kembali setelah berhenti be-berapa saat, khususnya di sektor per-

tanian. Namun bagi beberapa daerah,hujan dikhawatirkan akan menyebab-kan banjir. Kekhawatiran ini munculterutama di daerah yang biasa menga-lami banjir secara periodik alias lang-ganan.

Faktor penyebab terjadinya banjirberbeda-beda di setiap wilayah. Be-berapa penyebab utama terjadinya ban-jir antara lain pendangkalan/agradasidasar sungai (sedimentasi), luapan airsungai melalui tanggul, saluran draina-se kurang baik, efek backwater, danpintu pengendali banjir tak berfungsi.

Hampir semua aliran sungai di Jawamembawa sedimen dalam jumlah besardari hulu dan mengikis lahan di sepan-jang daerah aliran sampai ke muara.Akibatnya muncul endapat di daerahmuara. Sedimentasi tersebut menye-babkan kapasitas tampungan sungai men-jadi berkurang. Di samping itu, penam-bangan pasir terjadi di sungai-sangat besarsehingga pada beberapa tempat menga-lami degradasi dasar sungai.

Debit air yang besar akibatnya takbisa ditampung oleh badan-badan air didaerah pantai/muara. Air kemudianmengalir ke samping melewati tanggulsehingga menggenangi lahan pertaniandan daerah-daerah yang relatif datar.Tanggul-tanggul sungai di hulu dapatmengurangi banjir yang terjadi di dae-rah hulu, tetapi justru menyebabkanbertambah luasnya area yang terkenabanjir di daerah hilir. Kondisi itubertambah buruk ketika saluran drai-nase tidak berfungsi dengan baik. Be-lum lagi ada efek backwater yang terja-di di bagian hulu karena perubahanarus air di bagian hilir. Arus air yangberbalik ini -- karena pertemuan antaraanak sungai dan sungai utama, pemben-dungan, dan penyempitan -- akan me-nyebabkan banjir tak dapat dihindari.

Banjir juga terjadi karena area tang-kapan air (catchment area) lenyap.Penggundulan hutan dan pola tanamyang salah ikut andil di dalamnya.Akibat tidak ada catchment area, air

Percik Oktober 2006 6

LAPORAN UTAMA

Tabel 2Kabupaten/Kota di Pulau Jawa yang mengalami Defisit Air Minum

No.

I.1

23

4

56II.1

2

3

4III.12

3IV.1234V.1

2

Kabupaten / Kota

JAWA BARATKuningan

CirebonMajalengka

Indramayu

Kota BandungKota CirebonJAWA TENGAHMagelang

Klaten

Sragen

Kota SemarangDI YOGYAKARTABantulSleman

Kota YogyakartaJAWA TIMURBangkalanPamekasanSumenepSampangJABODETABEKBogor & Depok & Kota Bogor

Tangerang & Kota Tangerang

Wilayah Sungai

CimanukCintanduyCimanukCimanukCintanduyCitarumCimanukCitarumCimanuk

Progo-Opak-OyoJratun SelunaSerayuProgo-Opak-OyoBengawan SoloJratun SelunaBengawan SoloJratun Seluna

Progo-Opak-OyoProgo-Opak-OyoBengawan SoloProgo-Opak-Oyo

MaduraMaduraMaduraMadura

Ciujung-ClimanCisadea-CikuninganCitarumCiliwung-CisadaneCiliwung-Cisadane

87.3 %12.7 %

100.0 %93.6 %6.4 %

37.9 % 62.1 %

100.0 %100.0 %

96.9 %0.4 %2.6 %2.0 %

98.0 %25.9 %74.1 %

100.0 %

100.0 %98.3 %1.7 %

100.0 %

100.0 %100.0 %100.0 %100.0 %

2.9 %0.2 %9.4 %

87.4 %100.0 %

Defisit Maksimum (m³/det)2003 2005 2010 2015 2020 2025

-0.51 -0.54 -0.64 -0.74 -0.85 -0.96

-1.67 -1.75 -1.98 -2.22 -2.49 -2.78-0.47 -0.50 -0.55 -0.61 -0.67 -0.73

-0.17 -0.23 -0.39 -0.57 -0.75 -0.95

- - - - -0.27 -0.78-0.38 -0.40 -0.44 -0.48 -0.53 -0.58

- - -0.09 -0.35 -0.63 -0.94

-1.43 -1.42 -1.39 -1.36 -1.33 -1.30

- - - - -0.30 -0.83

- - -0.11 -0.55 -1.06 -1.63

-0.08 -0.11 -0.18 -0.26 -0.34 -0.43- - -0.05 -0.19 -0.35 -0.52

-0.52 -0.51 -0.47 -0.44 -0.41 -0.38

-0.54 -0.56 -0.64 -0.72 -0.81 -0.90-0.47 -0.50 -0.56 -0.62 -0.69 -0.77-0.69 -0.70 -0.75 -0.81 -0.86 -0.92-0.24 -0.28 -0.38 -0.49 -0.61 -0.75

- - - - - -2.6

- - - - -0.2 -3.5

Sumber: Hasil Analisis Dit. Pengairan & Irigasi, Bappenas

Page 9: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Percik Oktober 2006 7

Tabel 3.Potensi Air Tanah di Propinsi Banten

Tabel 4.Potensi Air Tanah di Propinsi DKI Jakarta

LAPORAN UTAMA

123456

PandeglangLebakTangerangSerangKota TangerangKota Cilegon

Potensi Air Tanah

35,2710,9514,3120,02

3,211,73

1.112,34345,40451,23631,35101,09

54,65

(m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

12345

Jakarta SelatanJakarta TimurJakarta PusatJakarta BaratJakarta Utara

Potensi Air Tanah

2,853,530,972,312,51

89,95111,3630,7572,7779,28

(m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

1234567891011121314151617181920212223242526272829303132333435

CilacapBanyumasPurbalinggaBanjarnegaraKebumenPurworejoWonosoboMagelangBoyolaliKlatenSukoharjoWonogiriKaranganyarSragenGroboganBloraRembangPatiKudusJeparaDemakSemarangTemanggungKendalBatangPekalonganPemalangTegalBrebesKota MagelangKota SurakartaKota SalatigaKota SemarangKota PekalonganKota Tegal

Potensi Air Tanah

4,187,705,099,603,941,857,00

17,787,777,215,19

11,068,967,12

10,871,233,35

10,454,59

10,3612,07

7,7012,91

9,1410,7111,179,566,257,940,160,930,404,641,040,21

131,75242,94160,41302,72124,18

58,21220,69560,79245,06227,35163,76348,72282,55224,62342,69

38,67105,64329,50144,86326,67380,72242,80407,06288,19337,67352,16301,48197,20250,40

5,1429,4412,64

146,2332,95

6,68

(m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

12345678910111213141516171819202122

BogorSukabumiCianjurBandungGarutTasikmalayaCiamisKuninganCirebonMajalengkaSumedangIndramayuSubangPurwakartaKarawangBekasiKota BogorKota SukabumiKota BandungKota CirebonKota BekasiKota Depok

Potensi Air Tanah

35,5932,8026,9548,0448,4824,4628,7812,4210,8724,7928,0023,2022,43

8,0520,2515,31

2,781,042,560,333,793,95

1.122,291.034,35

849,961.514,951.528,81

771,38907,64391,62342,94781,67883,07731,53707,25253,83638,68482,66

87,7232,8280,7610,48

119,63124,70

(m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

Tabel 5.Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Barat

Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

Tabel 6.Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Tengah

Tabel 7.Potensi Air Tanah di Propinsi DIY

12345

KulonprogoBantulGunungkidulSlemanKota Yogyakarta

Potensi Air Tanah

1,895,309,449,890,62

59,75167,08297,79311,8819,41

(m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

Page 10: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

dengan mudah mengalir ke sungai.Kondisi ini makin diperparah denganpenebingan sungai dan karakter sungaiyang curam sehingga air mengalir begi-tu deras menuju hilir. Padahal dayatampung hilir, seperti Jakarta, Sema-rang, dan kota-kota besar tak memadai.Banjir tak dapat ditolak.

Berdasarkan data Departemen Pe-kerjaan Umum, banjir di Pulau Jawa se-bagian besar terjadi di wilayah pantai

utara dan pantai sela-tan, wilayah cekungan,serta kota-kota besar.Pada tahun 2002, ter-jadi 72 kejadian banjiryang menggenangi se-kitar 81,9 ribu hektarwilayah permukimandan pertanian. Jumlahini meningkat menjadi104 kejadian padatahun 2003 yang me-nggenangi sekitar 91,1ribu hektar. Sebaranwilayah rawan banjir diPulau Jawa dapat dili-hat pada Gambar 2.

Sistem pengenda-lian bahaya banjir me-lalui pendekatan infra-struktur telah berlang-sung lama. Lihat sajaada North Java FloodControl Project danSouth Java Flood Con-trol Project di JawaTengah, Citarum Flood

Control Project di Bandung Selatan,Ciliwung Cisadane River Flood ControlProject dan pembangunan Banjir KanalTimur (BKT) di Jakarta, juga ada pro-yek pengembangan perkotaan sepertiBandung Urban Development Project(BUDP) dan Surabaya Urban Deve-lopment Project (SUDP). Namun, lajupembangunan infrastruktur pengendalibanjir yang membutuhkan biaya besartersebut tidak mampu mengantisipasi

magnitude (besaran) dan frekuensibanjir yang terjadi. 'Musim banjir' punselalu datang.

Tantangan ke DepanKebutuhan air untuk rumah tangga,

perkotaan, industri, dan pertanian se-makin hari semakin meningkat seiringpertambahan penduduk dan peningkat-an aktifitas perekonomian. Di sisi laintelah terjadi perubahan tata guna lahanyang menyebabkan perubahan perilakuhidrologis sehingga mempengaruhi polaketersediaan air. Kondisi ini semakindiperparah oleh menurunnya daya du-kung lingkungan akibat kerusakancatchment area. Bisa diduga, kekering-an dan kebanjiran akan silih bergantidatang. Tidak itu saja, beberapa kabu-paten/kota bahkan telah menyalakanlampu merah untuk memenuhi kebu-tuhan warganya.

Mau tidak mau, penanganan kabu-paten/kota yang telah mengalami krisispenyediaan air minum melalui inter-vensi infrastruktur dan kegiatan terkait,harus mendapat prioritas. Selain itu,perlu penyesuaian kembali alokasi airantarjenis kebutuhan, khususnya untukirigasi di Pulau Jawa. Tentu ini bukanhal yang mudah. Perlu ada kajian men-dalam. Lebih dari itu, penanganan sum-ber daya air di Jawa memerlukan siner-gi dan integrasi.

Direktorat Pengairan dan IrigasiBappenas, mengusulkan program pe-ngelolaan sumber daya air di Pulau Ja-wa berdasarkan prioritas penanganan

Percik Oktober 2006 8

Tabel 8Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Timur

Gambar 2. Lokasi Rawan Banjir di Pulau Jawa

LAPORAN UTAMA

12345678910111213141516171819202122232425262728293031323334353637

PacitanPonorogoTrenggalekTulungagungBlitarKediriMalangLumajangJemberBanyuwangiBondowosoSitubondoProbolinggoPasuruanSidoarjoMojokertoJombangNganjukMadiunMagetanNgawiBojonegoroTubanLamonganGresikBangkalanSampangPamekasanSumenepKota KediriKota BlitarKota MalangKota ProbolinggoKota PasuruanKota MojokertoKota MadiunKota Surabaya

Potensi Air Tanah

2,0813,37

0,3410,0014,6018,8737,3534,5353,7852,0932,8137,1126,4219,53

8,3711,4312,0614,4214,01

9,1413,99

8,0910,1710,12

7,416,064,903,666,140,840,450,900,760,520,220,393,63

65,71421,73

10,70315,34460,27595,20

1.178,001.088,801.695,891.642,601.034,751.170,37

833,08615,85264,09360,32380,47454,63441,68288,28441,29254,97320,71319,06233,58191,21154,55115,55193,59

26,4414,2028,5223,8716,43

6,8012,23

114,39

(m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

Page 11: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

segera (jangka pendek), jangka mene-ngah, dan jangka panjang.

Penanganan jangka pendek yangperlu segera dilakukan yaitu:

1. Rehabilitasi lahan dan konservasisumber daya air, antara lain melalui: (a)reboisasi lahan kritis yang melibatkanmasyarakat melalui penanaman tana-man produktif; (b) penurunan laju sedi-mentasi melalui rehabilitasi dan stabili-sasi tebing sungai; (c) mengurangi peri-ode genangan untuk meningkatkanefisiensi penggunaan air irigasi; dan (d)pengelolaan banjir (flood management)yang terintegrasi dengan rehabilitasilahan.

2. Upaya penyadaran masyarakattentang penanggulangan banjir dankekeringan, antara lain melalui: (a)penyadaran masyarakat tentang pe-nanggulangan banjir dan kekeringan;(b) peningkatan kesiagaan masyarakatmenghadapi banjir dan kekeringan; (c)kampanye hemat air; (d) pengembang-an sistem peringatan dini banjir; (e)Pengembangan institusi pengelola sum-ber daya air; (f) peningkatan sumberdaya manusia dalam pengelolaan sum-ber daya air; (g) penanganan konflik pe-manfaatan air melalui peningkatan ma-najemen sumber daya air; (h) pence-gahan alih fungsi lahan melalui pembe-rian insentif dan sertifikasi; serta (i)peningkatan peran lembaga rehabilitasilahan dan konservasi air.

3. Intervensi infrastruktur pada lo-kasi-lokasi mendesak dan prioritas, me-lalui: (a) Pembangunan waduk, em-bung, dan lumbung air pada daerah de-fisit air dan rawan banjir; dan (b) Pe-netapan daerah rawan banjir dan penyi-apan fasilitasnya.

Prioritas menengah diperlukanuntuk menjaga kesinambungan pro-gram-program pada prioritas segera,antara lain:

Peningkatan efisiensi penggunaanair pada daerah yang berpotensidefisit air tinggi antara lain melaluirehabilitasi jaringan irigasi danalokasi air yang efisien;

Pengendalian dan penataan penam-bangan Galian C di badan sungai; Pengembangan industri hasil hutandan pertanian di tingkat lokal; Pengembangan rencana rehabilitasilahan berbasis teknologi informasi; Peningkatan fasilitasi desain infra-struktur sederhana tingkat lokal;dan Penyusunan basis data dan infor-masi banjir dan kekeringan di PulauJawa termasuk konsep pengelolaandata yang berkelanjutan.Prioritas jangka panjang mencakup

perencanaan penanganan banjir dankekeringan secara berkelanjutan, antaralain:

Perumusan kebijakan dan strategiimplementasi strategi makro secaraterintegrasi yang bersifat lintas sek-tor dan lintas wilayah; Penyusunan skenario pembiayaandari berbagai sumber yang dalamjangka panjang menitikberatkanpada sumber-sumber dana langsungdari masyarakat; dan Pengembangan operasi dan pemeli-haraan infrastruktur berbasis ma-syarakat. Program itu akan berjalan dengan

baik bila didukung komitmen yang kuatdari semua stakeholder. Kalau tidak,kondisi Indonesia akan bertambahburuk. Sekarang terserah kita. MJ

Percik Oktober 2006 9

D esa Bunder, Kecamatan Patok,Kabupaten Gunung Kidul, DIY

tergolong daerah kering. Lahan didaerah ini hampir sepanjang tahunhanya ditanami singkong. Namun se-jak desa itu menjadi lokasi proyekpercontohan pengembangan teknolo-gi panen hujan dan aliran permuka-an, lahan singkong itu telah menjadilahan padi.

Teknologi yang diterapkan cu-kup sederhana yakni menampungair hujan dan aliran permukaan (airyang mengalir di permukaan tanah)pada jaringan hidrologi di sebuahpenampungan dengan ukuran pan-jang 20 meter, lebar 5 meter, dankedalaman sekitar 3 meter. Wadukkecil ini mampu menampung aliranpermukaan kurang lebih 300 meterkubik.

Air ini dipergunakan untuk ber-bagai keperluan. Di desa ini, air ituterutama untuk mengairi sawah. Airini tidak hanya tersedia pada musimhujan, tapi juga di musim kering

sehingga persoalan bercocok tanamberbagai jenis tanaman tersele-saikan.

Teknik penampungan air ini selainmengumpulkan air juga berfungsimenurunkan kecepatan aliran per-mukaan, mengurangi volume air yangmengalir, dan menyimpannya untukkeperluan musim kemarau.

Teknologi penampung air hujandan aliran permukaan seperti ini ide-al diterapkan di kawasan Puncak mi-salnya, guna menahan laju aliran danmengurangi volume air yang meng-alir. Usaha lahan kering di berbagaidaerah yang memiliki defisit air punbisa dibantu dengan model ini. Lagipula dananya tak sebesar memba-ngun waduk/bendungan.

Waduk kecil ini bisa dibuat ribuandi sepanjang Kali Ciliwung dan kali-kali lainnya mulai dari hulu hinggahilir. Bila ini dilakukan, dampaknyaakan luar biasa. Produksi pertanianakan naik. Kekeringan dan kebanjir-an sekaligus teratasi. MJ

'Panen Hujan'ala Gunung Kidul

LAPORAN UTAMA

1.

2.

3.

4.

5.

6.

1.

2.

3.

Page 12: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

B agaimana kondisi pembangun-an daerah secara umum?

Visi pembangunan daerah sekarangitu merupakan bagian dari paradigmanasional. Paradigma pembangunan na-sional ini adalah dengan lahirnya UUPemerintahan Daerah No. 32, maka se-bagian besar kewenangan pemerintahpusat sudah diberikan ke daerah. Makadaerah mendapatkan kesempatan ber-peran lebih besar terutama untuk mela-kukan pembangunan yang tujuannyamenyejahterakan rakyat dan membe-rikan pelayanan yang terbaik. Karenaitu inisiatif, kreasi memang harus tum-buh di daerah. Makanya istilah pemba-ngunan daerah kita ubah paradigmanyamenjadi daerah membangun. Daerahmembangun lebih bersifat mereka sen-dirilah yang memikirkan apa yang akandirencanakan, dibutuhkan, dan dilaksa-nakan sampai dibangun oleh daerahsendiri dengan caranya sendiri dalamupaya menyejahterakan rakyatnya. Ituinti dari paradigma sekarang ini.

Apakah daerah sudah meng-

ikuti paradigma ini?Seyogyanya ya. Sebagian besar dae-

rah itu sudah bermain sesuai itu. Me-reka sudah mengurus dirinya dengansangat optimal. Semuanya sudah tahu.UU No. 32 ini kan baru tahun 2004.Tapi sebenarnya lebih awal UU No 22tahun 1999 telah memberikan kewe-nangan itu. Sejak terjadi perubahan re-formasi pemerintahan dari UU 574 keUU 22 itu sebenarnya penyambungansaja. Jadi UU 22 itu sudah berlangsungtujuh tahun bahwa kewenangan selu-ruhnya diberikan kepada daerah kecualikewenangan yang bersifat mutlak daripemerintah pusat. Daerah sudah ber-main itu sekarang. Masalahnya adalahpencapaian dari daerah ini perlu digi-ring satu visi dan misi yang membangunvisi dan misi kabinet Indonesia Bersatu.Dia sebenarnya merupakan subsistempembangunan nasional. Ini yang menu-rut hemat saya masih perlu didorong.

Apa persoalannya sehinggadaerah belum berjalan searah de-ngan pusat?

Itu ada hubungannya dengan ke-mampuan daerah membaca visi nasio-nal dan visi propinsi. Mestinya visinasional turun menjadi visi propinsi.Visi propinsi kemudian turun menjadivisi kabupaten/kota. Sehingga kalau se-luruh visi ini mencapai sasarannya, ma-ka kita berharap akan terbangun visipropinsi dan nasional. Nah, sebagianbesar daerah belum bisa mengait-kait-kan antara propinsi dan nasional. Aki-batnya, kadang-kadang sudah banyakyang dilakukan oleh daerah itu, tapisecara tidak langsung belum mendu-kung visi propinsi dan nasional. Karenaalasan misalnya saya kan otonom. Ya.Kamu otonom dalam bingkai Negarakesatuan. Pencapaian tujuan daerah itudalam rangka mencapai tujuan nasio-nal. Sistem seperti itu yang harus di-tumbuhkembangkan.

Artinya daerah masih memilikiegositas tersendiri?

Ya. Dengan alasan otonom dan sum-ber daya, perkembangan sosial politikkemasyarakatan, dan dengan alasan visidan misi daerah sekarang ini amat di-tentukan oleh visi dan misi bupati se-suai dengan hasil pilkada. Karena visidan misi bupati itulah yang menjadiRPJMD. Tidak semua bupati yang ter-pilih bisa memahami secara utuh apayang menjadi sumber daya kabupaten.Pendekatannya lebih banyak padabagaimana you memilih saya. Tetapipemahaman terhadap kabupaten/kotasecara detil lemah karena mereka lebihbanyak outsider, orang dari luar. Na-mun, itu pada saat awal, seperti ini bisadipahami. Pada masa-masa yang akandatang, calon bupati itu harus tahu per-sis daerahnya sehingga bisa menum-buhkembangkan daerah. Bayangkan

WAWANCARA

Percik Oktober 2006 10

Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Depdagri, H Syamsul Arief Rivai:

Anggarkan Air Bersih untuk Desa!Sejak era otonomi daerah, geliat pembangunan seolah berpin-

dah ke daerah. Dengan sumber daya yang dimilikinya, daerahberlomba membangun daerahnya. Terkadang, begitu asyiknyamereka dengan daerahnya, pemerintah daerah lupa menyesuaikanvisi dan misi pembangunannya dengan visi dan misi pembangunannasional. Akibatnya, seolah-olah pembangunan di daerah berjalanmaunya pemda sendiri.

Dampak dari perilaku tersebut yakni pembangunan yang tidakterarah secara nasional. Sektor-sektor yang seharusnya menjadi pri-oritas bersama diabaikan hanya gara-gara itu tidak berdampaklangsung bagi pendapatan daerah. Kondisi ini tidak menguntungkan masyarakat, sebaliknya hanya menjadiambisi para kepala daerah. Sektor air minum dan penyehatan lingkungan pun jadi korban. Apresiasi pemerin-tah daerah terhadap bidang ini masih kurang. Bagaimana sebenarnya ini bisa terjadi? Untuk menjawabnya,Percik mewawancarai Dirjen Bina Pembangunan Daerah. Berikut petikannya.

FOTO:MUJIYANTO

Page 13: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

sekarang orang Jakarta jadi bupati Tu-lungagung, apa yang dia tahu di sanakecuali dari dokumen, angka dan seba-gainya. Itu tidak cukup kalau dia tidaktahu kondisi sosial kemasyarakatan. La-hirlah visinya. Rakyat memilih dan diamemenangkannya. Itulah yang kemudi-an menjadi RPJMD. Apakah itu cocok,belum tahu kita. Apakah dia juga me-neliti visi propinsi sebelumnya? Belumtentu, sehingga tidak nyambung.

Seharusnya visi dan misi dae-rah itu seperti apa agar memilikikesinambungan?

Pertama haruslah merupakan ba-gian dari visi dan misi nasional. Walau-pun ada spesifikasi sesuai kondisi dae-rah masing-masing. Katakanlah kalaudaerah itu pantai, maka visinya daerahpantai. Tapi kalau visi ini ditarik pastimendukung visi nasional mengurangikemiskinan. Kalau dulu ada yang nama-nya sistem perencanaan pembangunannasional. Sebenarnya ini bisa dijadikanmekanisme. Kita kan ada rakorbang.Dimulai dari tingkat desa dulu, bottomup, kemudian ke kecamatan, terus kekabupaten, propinsi. Mestinya memba-ngun visi harus belajar dari mekanismeini. Baru bisa nyambung.

Bagaimana upaya Bangdamembina daerah menuju ke arahyang diharapkan?

Kita sekarang lagi mempersiapkanrancangan peraturan pemerintah ten-tang perencanaan pembangunan dae-rah. Kita harapkan secara bottom upsemua harus terkait. Mulai dari rencanapembangunan tingkat perdesaan, keca-matan, kabupaten/kota, propinsi, sam-pai ke tingkat nasional. Bolehlah tiapdesa punya visi. Tapi ada kegiatan didesa yang merupakan bagian daritujuan kecamatan dan seterusnya. Nahitu kita susun. Mendahului itu sudahkita membuat surat edaran menteridalam negeri. Kebutuhan daerah akanperencanaan itu harus lahir, kalau

menunggu PP lama, maka kita menge-luarkan surat edaran Mendagri tentangpenyusunan RPJMP daerah. Jadi visidan misi bupati itu harus diikat denganperaturan daerah supaya jangan diajanji-janji pada kampanye satu ataudua, tapi setelah jadi lupa janjinya. Iniagar rakyat bisa memiliki mekanismekalau bupati melanggar janjinya. Rakyatbisa bilang 'bupati melanggar Perda'.

Jadi selama ini belum adaikatan yang bersifat hierarki?

Belum. Di dalam peraturan pe-merintah itulah kita harapkan. Dan itumaunya undang-undang No. 32.

Apakah itu tidak membatasiruang gerak dari daerah?

Tidak. Karena begini, yang dipilihdaerah berupa visi dan misi itu adalahdasar penyusunan kebijakan. Diamenyusun visi dan misi berdasarkandata, tidak berdasarkan khayalan. Ha-rus hasil penelitian. Jadi tidak akanmungkin membatasi kalau memiliki da-ta dan pengetahuan yang cukup menge-nai daerahnya.

Kita beralih ke sektor AMPL.Bagaimana pandangan Anda ter-hadap kepedulian daerah terha-

dap hal ini?Kesadaran rakyat di daerah terha-

dap air bersih itu yang perlu diting-katkan. Kita punya program AMPL yangmemberikan perhatian khusus terhadapkebutuhan air bersih. Bahkan tahun2015, 80 persen penduduk di duniaharus mengonsumsi air bersih. Perso-alannya sekarang, di daerah rakyat asalminum. Pokoknya air itu karena keli-hatan jernih dianggap bersih. Padahalbelum tentu sehat. Nah makanya perluditumbuhkan kesadaran akan penting-nya air yang bersih dan sehat. Yang ke-dua, yang di kota agak lumayan karenaada PDAM. Masalahnya, PDAM itudikelola secara tidak profesional se-hingga 80 persen PDAM itu merugi. Itubagaimana? Tetapi air bersih itu meru-pakan suatu yang sangat vital karena disitulah sumber energi sekaligus bisamenjadi sumber penyakit kalau kitatidak jaga. Apalagi musim kering se-karang ini di mana-mana orang mene-riakkan kebutuhan air. Bagaimana pe-merintah daerah menyiapkan itu. Sayamelihat di RAPBD, daerah terlalu per-caya PDAM. Padahal PDAM kan hanyadi ibukota kabupaten. Yang namanyakecamatan itu tidak terurus. Makanyakita di Bangda ini bekerja sama denganCare dan WASPOLA untuk memenuhi

WAWANCARA

Percik Oktober 2006 11

FOTO:DPR.GO.ID

DPR harus menyesuaikan visi daerah dengan visi nasional.

Page 14: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

kebutuhan air bersih itu. Pendudukyang tinggal di luar ibukota kabupatenitu jauh lebih banyak. Mereka memper-oleh air dari sungai atau sumur, yangmereka semua tidak memiliki pengeta-huan. Misalnya asin-asin sedikit minumaja. Dia tidak tahu dalam jangka pan-jang berbahaya bagi kesehatan.

Kalau kesadaran pemerintahdaerahnya sendiri?

Umumnya daerah itu sadar kalau airbersih itu perlu. Karena itu mereka gan-tungkan harapannya pada PDAM.Cuma jangkauan PDAM itu hanya dikota. Mestinya di APBD itu ada anggar-an untuk air bersih di kecamatan, airbersih di desa, dan pusat-pusat konsen-trasi penduduk. Inilah yang merupakanbagian dari bantuan asing yang masukke kita yang membantu masyarakatperdesaan.

Tapi kebanyakan daerah hanyamenganggarkan sangat kecil dibidang ini, berarti belum priori-tas?

Ya, bukan prioritas. Prioritas itu jus-tru fisik, infrastruktur. Seolah-olah airdapat sendiri lah. Memang merekaminum, buktinya tidak ada yang matikehausan, tapi apakah air yangdiminum itu layak. Itu yang tidak dike-tahui.

Adakah upaya pemerintah pu-sat agar daerah memberi prioritasuntuk sektor ini?

Usaha kita adalah menjaring kerjasama dengan negara-negara donorkarena bicara soal air minum ini ong-kosnya mahal, tetapi menyentuh ba-nyak orang. Kita dengan Bappenas, PU,Kesehatan, ada program WASPOLA danWSLIC bersama-sama mendorong me-nyediakan air bersih. Tapi ini terbatassifat dan lokasinya. Kita berharap dae-rah lain yang melihat itu kemudianmengikuti pemikiran itu. Menurut saya,kesadaran akan kepentingan air bersih

itu oleh banyak pemda kurang diper-hatikan. Usaha kita memberi contoh.WSLIC itu adalah proyek contoh bagai-mana mengelola air bersih dan penye-hatan lingkungan.

Berarti daerah masih memilikikendala keterbatasan dana?

Iya.

Bisakah daerah didorong un-tuk mandiri?

Begini. Ini masalah persepsi. Bahwaair minum seolah-olah mudah dipero-leh oleh rakyat. Tahu nggak. Daerah itusudah pinter juga lho minum air ke-masan. Bahkan ada bupati membuat airkemasan itu karena dia tahu air itu tidakcukup. Ada istri bupati yang ngurus ini,bikin pabrik. Tapi bukan itu solusinya.Karena rakyat itu daya belinya rendah,air minum dan air untuk keperluanrumah tangga itu jumlah yang dibu-tuhkan terus menerus dan banyak,sehingga solusinya bukan dengan airkemasan. Penyelesaiannya harus de-ngan menemukan sumber air dan se-kaligus menjadikan air itu menjadi airyang layak pakai. Itu bisa masuk melaluiprogram dan harus didukung olehAPBD.

Apakah kita perlu regulasiuntuk menjaga lingkungan kita?

Itu pasti. Karena air ada hubungan-nya lingkungan terutama hutan, maka se-karang ini kencang sekali rambu-rambu-nya. Bukan lagi perlu, sekarang sudah main.Terutama untuk pembabatan hutan, itusudah kencang kita larang. Di lain pihak,kebutuhan akan kayu tinggi sekali. Dankita tidak menyiapkan semacam alternatif,kalau bukan kayu apa? Sekarang saya diBangda sedang memikirkan menyusunkebijakan bahwa jangan lagi pakai kayu.Solusinya adalah kalau untuk kepentinganpembangunan fisik maka dengan bajaringan. Saya gubernur di Sulawesi Barat,dan itu sudah mulai berlaku di sana. Tidakada lagi bangunan yang menggunakankayu. Harus pakai baja ringan. Padahal disana banyak kayu. Kalau mau ambil ting-gal potong, tapi itu mengganggu ringan.Harus ada kebijakan. Kalau tidak orangakan tetap butuh kayu meskipun dilarang,maka lahirlah illegal logging. Sementarakalau baja ringan belum banyak rakyatyang familiar dengan itu. Padahal itusekaligus antigempa dan antirayap. Makadalam rangka penyelamatan air, salah satuupayanya adalah perlindungan hutan.Hutan memiliki pengaruh yang sangatbesar dalam siklus hidrologi. MJ

WAWANCARA

Percik Oktober 2006 12

FOTO:DPR.GO.ID

Penebangan hutan tak terkendali mengganggu kelestarian sumber air.

Page 15: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Tragedi sampah terus menggela-yuti dunia persampahan Indo-nesia. Tahun lalu, puluhan

orang meninggal akibat tertimbun sam-pah di Tempat Pembuangan Akhir(TPA) Leuawigajah yang longsor. Tepat8 September dinihari lalu, giliran trage-di itu menimpa para pemulung yang se-dang mengais rezeki di TPA Bantar Ge-bang, Bekasi. Lima orang meninggal du-nia dan beberapa orang terluka.

Kedua tragedi itu berbeda modus-nya. Di Leuwigajah, hamparan sampahlongsor dan menimpa permukimanpenduduk yang lokasinya lebih rendahdari TPA itu (TPA berada di bukit). Se-dangkan di Bantar Gebang, sampahmengubur para pemulung yang beradadi gundukan sampah yang tingginyamencapai hampir 20 meter.

Beberapa kalangan menuding pe-ngelola TPA Bantar Gebang, PT PatriotBangkit Bekasi (PBB). Perusahaan yangdikontrak oleh Pemda DKI itu dianggaptidak profesional dalam menanganisampah di areal seluas 108 hektar terse-but. Perusahaan itu dianggap menga-baikan Prosedur Standar Operasi (SOP)yang telah ditetapkan. Seharusnya sam-pah dikelola dengan sistem sanitarylandfill, tapi fakta di lapangan menun-jukkan perusahaan itu menggunakansistem open dumping. Sedangkan Gu-bernur DKI Jakarta, Sutiyoso, justrumenyalahkan para pemulung yang di-anggap telah memasuki daerah ber-bahaya di zone pembuangan sampahitu. Kecam-mengencam pun terus ber-langsung. Hingga saat ini belum ada so-lusi yang tepat untuk menanganinya.

Lepas dari itu, TPA Bantar Gebangyang terbagi dalam lima zone ini me-

mang telah syarat beban. Berdasarkanperjanjian sebelumnya, TPA yang mulaiberoperasi tahun 1992 itu seharusnyaditutup pada Desember 2003. Namunrencana itu tak terjadi. PenggunaanTPA itu diperpanjang atas kesimpulandan rekomendasi konsultan indepen-den. Evaluasi Pemantauan oleh konsul-tan independen-kerja sama Dinas Ke-bersihan DKI Jakarta, Pusat PenelitianSumberdaya Manusia dan LingkunganHidup Universitas Indonesia dan PusatStudi Pembangunan dan LingkunganUniversitas Islam "45" Bekasi-menyata-kan, ''Dengan asumsi volume yang ma-suk di TPA Bantar Gebang sesuai de-ngan kondisi tahun 2003 (20.000m3/hari) serta berkurang karena diba-ngunnya TPA di tempat lain sertamengacu pada data Dinas Kebersihantahun 2003 (14.000 m3/hari); di manapengurangan volume sampah di TPA ju-

ga terjadi karena proses penguraiansampah dan juga karena pemadatan (50persen) serta direduksi oleh pemulung(10 persen). Berdasarkan ketinggiansampah pada tahun 2003 untuk variasiketinggian perencanaan sebesar 12 dan15 meter, maka TPA Bantar Gebang ma-sih memiliki kapasitas penampunganuntuk 417-1.015 hari."

Di sisi lain, Dinas Kebersihan DKIJakarta pun tak bisa melepas begitu sajaTPA tersebut. Pasalnya DKI belum me-miliki TPA alternatif. Rencana DKImembangun Tempat PembuanganSampah Terpadu (TPST) Bojong, Keca-matan Kalapanunggal, Kabupaten Bo-gor yang menerapkan teknologi tinggipun kandas karena penolakan oleh ma-syarakat. Mau tidak mau, TPA BantarGebang masih jadi tumpuan. DKI tentutak ingin terjadi tragedi sampah sepertidi Kota Bandung karena ketiadaan TPA.

TEROPONG

Percik Oktober 2006 13

SimalakamaBANTAR GEBANG

FOTO:BAGONG S

Pemulung berebut sampah di sekitar alat berat.

Page 16: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Sempat tersiar kabar, TPA itu akandiperluas. Ada tanah seluas 2,3 hektardi TPA tersebut yang bisa digunakan.Namun rencana itu terganjal. Banyakmakelar yang bergentayangan sehinggaharga tanah menjadi sangat mahal danjauh dari harga NJOP (nilai jual objekpajak). Kalaupun TPA ini dimekarkan,kapasitasnya tetap tidak mencukupi un-tuk menampung sampah yang datangsetiap hari 6.000 ton ke areal itu.

Pusat Pengkajian dan Pengembang-an Teknologi Lingkungan BPPT pernahmelakukan penelitian mengenai ke-mungkinan rehabilitasi TPA Bantar Ge-bang tahun 2004. Berdasarkan kajian,TPA tersebut masih dapat direhabilitasisehingga dapat digunakan menjadi TPAyang ramah lingkungan dan dapat digu-nakan secara berulang atau terusmenerus. Sedangkan kandungan bahanorganik yang ada di bawah tumpukansampah di TPA dapat ditambang dandigunakan untuk reklamasi lahan kritisatau bekas pertambangan.

Hingga saat ini belum ada tindakanyang konkret untuk menangani TPABantar Gebang. Semua berjalan sepertibiasa saja, kendati korban jiwa telah ja-tuh. ''Ini semua terjadi karena TPA Ban-tar Gebang menjadi ajang untuk men-cari uang. Semua saling berebut untukmencari uang di sini,'' kata Bagong Su-yoto, Ketua Koalisi LSM untuk Per-sampahan Nasional. Ia menceritakan,ada bau politik di TPA terbesar ini. Par-tai-partai besar yang ikut menentukankeberlangsungannya. Belum lagi, pre-manisme pun tak kalah ganasnya.

Bagong yang pernah menjadi Koor-dinator Pokja Penanganan TPA BantarGebang ini mengungkapkan praktek po-litik uang ini pulalah yang menjadikanpengelolaan TPA tidak beres. ''Manaje-men fee yang kini besarnya 120 riburupiah per ton, diperas sana peras sini.Pokoknya semua minta jatah. Akibat-nya, uang yang seharusnya digunakanuntuk mengelola persampahan ini habisuntuk kegiatan non teknis. Operasi TPA

ini sangat sarat dengan premanismedan KKN,'' jelasnya.

Menurutnya, penunjukan PT PBBpun tak lepas dari unsur itu. Perusa-haan ini seharusnya habis masa kon-traknya Juli 2006. Eh ternyata diper-panjang lagi dua kali enam bulan.Padahal sejauh ini PT PBB kualifikasi-nya belum diketahui. Modalnya pun takjelas, punya atau tidak. PBB juga tidakmenggunakan teknologi tinggi apapun.Dan kalau bicara SDM-nya, tak adayang tahu, apakah perusahaan itu me-miliki para ahli di bidang persampahan.Bagong heran mengapa perusahaan se-perti ini ditunjuk untuk mengelola TPABantar Gebang. ''Apakah DKI tidak me-miliki partner yang lebih baik?'' katanyaseraya menambahkan telah terjadi KKNdalam penunjukan tersebut.

Selain itu, lanjutnya, sampai seka-rang tidak ada perjanjian tripartit yangmelibatkan Pemda DKI, Pemkot Bekasi,dan pihak swasta. Yang ada hanya per-janjian antara DKI dan Kota Bekasi saja.Mata rantai yang tidak jelas ini pulalahyang menyebabkan pengelolaan sam-pah di Bantar Gebang menjadi sepertisekarang.

Bagong mengusulkan, sudah saat-nya DKI meminta dukungan pemerin-tah pusat seperti BPPT, Departemen Pe-kerjaan Umum, Kementerian Lingkung-an Hidup, dan Bappenas untuk ikutmembantu TPA Bantar Gebang. Menu-

rutnya, perlu ada minning (pengerukan)di TPA ini yang hasilnya bisa digunakanuntuk pupuk tanaman keras misalnya.

Untuk jangka panjang, ia menya-rankan DKI harus menerapkan prinsip3 R (reduce, reuse, dan recycle) sejak disumber sampah. Selain itu pengom-posan pun bisa dilakukan di sumber-sumber sampah. Ini penting mengingat44,63 persen sampah DKI merupakansampah organik. ''Kalau ini berjalan,maka TPA hanya tinggal menerimasisanya. Dan itu tinggal sedikit,'' kataBagong.

Pada kesempatan lain Kepala DinasKebersihan DKI Jakarta, Rama Budimenyatakan persoalan penanganansampah tidak hanya masalah teknis be-laka. Justru masalah non teknis yang le-bih besar. Pihaknya sendiri telah mem-pertimbangkan umur teknis TPA BantarGebang yang hampir habis. Maka DKItelah mengkaji ulang Master Plan Penge-lolaan Sampah Padat yang disusun olehJICA tahun 1987. Dari hasil kajian yangselesai tahun 2005 itu diperoleh ren-cana aksi Pengelolaan Sampah DKIJakarta 10 tahun ke depan (2005-2015).

Action plan itu telah disesuaikandengan berbagai aspek sesuai perkem-bangan permasalahan sampah yangberkembang baik aspek institusi, hu-kum, dan financial. Pendekatan danstrategi itu antara lain mengurangi danmemanfaatkan sampah sebanyakmungkin di sumber sebelum dibuang keTPA; pemilahan; pembangunan fasilitaspengolah sampah di berbagai lokasi danzonasi penanganan sampah; aplikasiteknologi tinggi; penanganan sampahB3 secara khusus; membuka peluangkerja sama regional dan swasta; danperubahan paradigma masyarakat bah-wa sampah bisa menjadi sumber dayayang ekonomis. Strategi ini memasuk-kan konsep desentralisasi dan penggu-naan teknologi tinggi serta kerja samaregional. Kalau ini berjalan, beban TPABantar Gebang bisa berkurang. Perta-nyaannya, kapan? MJ

TEROPONG

Percik Oktober 2006 14

Pusat Pengkajian danPengembangan TeknologiLingkungan BPPT pernah

melakukan penelitian mengenaikemungkinan rehabilitasi

TPA Bantar Gebang tahun 2004.Berdasarkan kajian, TPA tersebut

masih dapat direhabilitasisehingga dapat digunakanmenjadi TPA yang ramah

lingkungan.

Page 17: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Tragedi sampah longsor tempatpembuangan akhir (TPA) Ban-tar Gebang milik DKI Jakarta

pada Jumat, 8 September 2006 mene-lan 5 jiwa dan 3 luka-luka merupakanindikasi buruknya pengelolaan sampah.Selama dua bulan terakhir terjadi empatkali sampah longsor di TPA itu. Namunpengelola tidak belajar dari sejarah hi-tam tersebut. Kebiasaan masa lalu terusberlangsung.

Tidak mudah mengubah suatu sis-tem dan kultur yang telah berjalan pu-luhan tahun dalam pengelolaan sampahdi DKI Jakarta dan Indonesia pada umum-nya. Pendekatan yang ditempuh DKImenekankan pada top-down policy, ha-nya pemerintah yang mengurusi sam-pah dengan manajemen tertutup. Pen-dekatan masa lalu tersebut menimbul-kan berbagai masalah.

Basis pengelolaan sampah di Jakar-ta adalah master plan 1987-2005 yangdisusun JICA, yang meliputi (1) pe-ngumpulan (colletion) seperti: pelayan-an door to door, sistem LPS (gerobaksampah), penyapuan (street sweeper);(2) pengangkutan (SPA besar 2 buah,SPA kecil 13 buah); (3) Pengangkutandengan kontainer dan kompaktor; (4)Pembuangan akhir (disposal site) dibelahan timur di TPA Bantar Gebangdan belahan Barat di Ciangir, Tange-rang. Sayangnya sampai sekarang calonTPA Ciangir tidak bisa dioperasikan ka-rena penolakan warga.

Sistem kumpul - angkut - buang me-rupakan sistem konvensional, yang ha-nya memindahkan masalah. SampahJakarta dibuang ke TPA Bantar Gebangdan terus menggunung. Dari 5 zonaTPA Bantar Gebang, pada Juli 2006 se-muanya sudah penuh, yang semestinyaTPA ditutup pada akhir Desember 2003

lalu. Lebih dari 27.966 m³ atau 6.000ton/hari sampah dibuang ke TPA Ban-tar Gebang, terdiri dari 55,37% sampahorganik dan 44,63% non-organik. Sam-pah itu dihasilkan oleh lebih 10 jutapenduduk Jakarta.

Setelah Ciangir gagal, untuk meng-atasi kejenuhan TPA Bantar Gebang,Pemda DKI Jakarta membangun TPSTBojong Kalapanunggal-Bogor, dirintisawal 2001. Namun, TPST Bojong dito-lak warga sekitar. Berbagai alasan peno-lakan muncul mulai dari mulai keboho-ngan publik hingga penempatannya ti-dak sesuai dengan tata ruang (RTRW).Sementara itu pihak pengelola, menya-takan TPST tersebut menggunakan tek-nologi pengolah sampah (balla press)paling modern di Indonesia, yang dapat

menyerap 1.500 ton/hari sampah dariJakarta.

Sekarang ini TPA Bantar Gebangmenjadi satu-satunya tumpuan DKI Ja-karta, paling tidak untuk 2-3 tahun kedepan. Masalahnya, TPA Bantar Ge-bang dikelola tanpa memperhatikanstandar baku (teknis), akibatnya me-nimbulkan pencemaran lingkungan(udara, tanah dan air). Seperti leachetyang tak tertampung oleh IPAS meng-alir hingga 15 km melewati Kali Asem,Kali Pedurenan, Perumahan Regency,Dukuh Zamrud/Kota Legenda, DutaHarapan, dan seterusnya. Leachet itutelah mencemari sawah-sawah petaniakibatnya produktivitas padi turundrastis setiap tahun. Pencemaran itubertambah ketika TPA Sumur Batu mu-lai dioperasikan pada Juni 2003, di-mana pengelolaannya lebih buruk lagi.

Pencemaran air tersebut berpenga-

TEROPONG

Percik Oktober 2006

Review Master PlanPengelolaan Sampah DKI Jakarta

GRAFIK TIMBULAN SAMPAH DI DKI JAKARTA TAHUN 2005(6.000 ton/Hari)

Pemukiman

Pasar

Sekolah

Perkantoran

Industri

Lain-lain

Pemukiman3.178 (52.97%)

Pasar 240 (4%)

Sekolah 319 (5.32%)

Perkantoran1.641 (27.35%)

Industri538 (8.97%)

Lain-lain84 (1.4%)

Jakarta Pusat : 5.280 m3

Jakarta Utara : 4.408 m3

Jakarta Barat : 6.000 m3

Jakarta Selatan : 6.218 m3

Jakarta Timur : 6.060 m3

Jumlah : 27.966 m3

1. Organik : 55,37 %

2. An Organik. : 44,63 %

2.1. Kertas : 20,57 %

2.2. Plastik : 13,25 %

2.3. Kayu : 0,07 %

2.4. Kain/Trkstil : 0,61 %

2.5. Karet/Kulit Tiruan : 0,19 %

2.6. Logam/Metal : 1,06 %

2.7. Gelas/Kaca : 1,91 %

2.8. Sampah Bongkaran : 0,81 %

2.9. Sampah B3 : 1,52 %

2.10 Lain-lain (batu,pasir,dll) : 4,65 %

KOMPOSISI SAMPAH

VOLUME SAMPAH :

Sumber : WJEMP 2005

Oleh: Bagong Suyoto*

15

Timbunan Sampah di DKI Jakarta tahun 2005(6.000 ton/hari)

Page 18: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

ruh langsung pada kualitas air sumurpenduduk, yang kini tidak layak minum.Penduduk hanya mengandalkan airmineral dan sumur artesis. Sayangnyaoperasi sumur artesis tidak menjangkauseluruh penduduk sekitar TPA, yaituCikiwul, Ciketing Udik, dan Sumur Ba-tu, Kec. Bantar Gebang, dan Desa Ta-man Rahaya, Kec. Setu. Air sumur war-ga sudah tercemar tinja (e-coli) dan lo-gam berat. Pada umumnya sampahyang dibuang ke TPA bercampur-baurantara organik, non-organik dan sampahyang mengandung bahan berbahayadan beracun (B3) skala rumah tangga.Yang lebih sengsara adalah pemulung,mereka menggunakan air minum dankeperluan sehari-hari dengan air se-adanya dan tercemar.

Persoalan lain tentu berdampak pa-da kesehatan masyarakat. Berbagai pe-nyakit menyerang seperti ISPA, alergikulit, radang paru-paru, asma, anemia,dan lain-lain. Gangguan kesehatan itudisebabkan oleh asap dari pembakaransampah, tebaran debu sampah, bau bu-suk yang terbawa angin dan sebagainya.

Masalah lainnya akibat pengelolaanTPA yang buruk adalah semakin be-sarnya konflik sosial (vertikal dan hori-zontal), praktek KKN, premanisme danvandalisme. Berbagai kepentingan

muncul di sini mulai dari Pemda DKI,Pemkot Bakasi, DPRD, Parpol, Ormas,LSM, pelapak, pemulung, hingga wargayang tinggal di sekitar TPA. Hal inisemakin tampak dan panas ketika MoUpemanfaatan TPA Bantar Gebang akanberakhir tiap tahun. Sampah padaakhirnya terjerembab dalam aras poli-tik, inilah yang dipahami sampah seba-gai komoditas politik. Pengelolaan sam-pah yang buruk akan menjadi gudangpemerasan, apalagi TPA itu di tempatorang lain.

Review Master PlanUntuk mengatasi berbagai perma-

salahan yang menyelimuti pengelolaansampah Jakarta maka dilakukan reviewmaster plan 1987. Review 10 tahun kedepan (2005-2015) yang dimaksudadalah Solid Waste Management forJakarta: Master Plan Review and Pro-gram Development, bagian dariWestern Java Enviromental Mana-gement Project (WJEMP - IBRD Loan4612-IND/IDA Credit 3519-IND). Ba-gian yang sangat penting dari WJEMPadalah Jabodetabek Waste Manage-ment Corporation (JWMC), yaitu pem-bentukan TPA Regional, direncanakandi Nambo, Bogor. Belajar dari penga-laman pengelolaan sampah selama ini

maka DKI perlu mengubah paradig-manya, menuju era baru pengelolaansampah.

Sebagai ibukota negara, metropoli-tan Jakarta dibebani oleh berbagaimasalah seperti pertambahan pen-duduk dan urbanisasi, perkembanganaktivitas ekonomi dan pembangunanmodern. Sementara perilaku masyara-kat yang semakin konsumtif sulit di-tekan, termasuk pemakaian kantong/-pembukus dari plastik yang tidak ra-mah lingkungan. Semua berimplikasipada timbulan dan komposisi sampahyang terus bertambah besar. Berpijakdari pengalaman masa lalu dan per-soalan yang mengikutinya, maka penge-lolaan sampah di Jakarta sudah wak-tunya mengandalkan teknologi canggihyang ramah lingkungan.

Pendekatan dan strategi berdasar-kan review master plan, yaitu tidak ter-pusat, ramah lingkungan, multi tekno-logi, tata regulator/operator, peranswasta dan masyarakat, pilah sampah/3R (reduce, reuse, dan recycle), kerja sa-ma regional, pay as you throw. Sasaranprogram untuk jangka pendek, menen-gah dan panjang adalah (1) pengelolaansampah yang efektif, efesien, ramahlingkungan dengan menggunakan tek-nologi modern; (2) tercapainya sinergiPemda, swasta dan masyarakat; (3) ter-wujudnya sampah sebagai sumber daya.Sumber dana APBD, kemitraan, APL-2(World Bank), grant dan peluang CDM.

Pemprop DKI akan membangun 4TPST di wilayah indoor, yaitu Duri Ko-sambi-Jakbar, Marunda-Jakut, Puloge-bang-Jaktim, dan Ragunan-Jaksel. Pa-da intinya sampah akan dikelola mulaidari sumber (pemilahan), diangkut keSPA, dan disalurkan ke TPST. Sampahakan diolah menjadi kompos dan mate-rial yang berguna, daur ulang, dan jugaakan diubah menjadi listrik (waste toenergi). Pemprop DKI sudah melaku-kan penjajakan dan MoU dengan se-jumlah perusahaan baik domestik mau-pun luar negeri. Dari luar negeri dapatdisebut Kepple-Seghers, Singapura, dan

TEROPONG

Percik Oktober 2006

FOTO: BAGONG S

16

Page 19: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

perusahan Kanada. Dalam laporan Potential Project

Porfolio for Clean Development Mecha-nism in India and Indonesia (Maret2006) ada dua tempat yang mendapatdukungan dari Kanada, yaitu waste toenergy melalui insinerasi (Dinas Keber-sihan DKI) di Duri Kosambi, JakartaBarat dan mechanical composting andmanual sorting oleh Wira Gulfindo Sa-rana di Jakarta Utara--dua proyek pen-gelolaan sampah yang (akan) mendapatfasilitas CDM. Sedang di TPA BantarGebang, sebuah perusahaan dari Je-pang (Kajima) akan mengolah sampahjuga menjadi listrik. Belakangan kalang-an GTZ German dan Bali Fokus sedangmenyusun studi kemungkiman berapabesar proyek tersebut dapat difasilitasiCDM. Mereka telah melakukan kunjung-an ke Bantar Gebang pada bulan April2006 didampingi Kementerian Ling-kungan Hidup, Bappenas, dan KoalisiLSM untuk Persampahan Nasional.

Kunci UtamaBerdasarkan pengalaman, secanggih

apa pun teknologi yang diterapkan un-tuk mengolah sampah, tidak akan ber-hasil tanpa adanya dukungan/partisipa-si masyarakat. Masyarakat, termasukmereka yang tinggal di pinggiranTPA/TPST, kaum perempuan, pemu-lung dan sekor informal selayak diajakmenyusun desain pengelolaan sampah,implementasi, monitoring dan review(berkala).

Master plan akan dapat dilaksa-nakan dengan sukses bila mengadopsidan mengeloborasi Rekomendasi Se-miloka Pembahasan Rencana Aksi Pe-ngelolaan Sampah Jakarta 2005-2015di Hotel Millenium Jakarta, 23 No-pember 2005. Semiloka tersebut meru-pakan kerja sama Koalisi LSM untukPersampahan Nasional dan DinasKebersihan DKI. Tiga butir rekomen-dasi adalah: (1) Melakukan Review To-tal terhadap pelibatan berbagai stake-holder dalam pengelolaan sampah di

Jakarta, juga pemberdayaan masyara-kat dalam pengelolaan sampah, (2) Me-lakukan kaji ulang terhadap pemilihanlokasi tempat pembuangan akhir/ tem-pat pengolahan sampah terpadu (TPA-/TPST) yang berdekatan dengan permu-kiman penduduk, dan (3) Menyediakanberbagai alternatif dan kaji ulang peng-gunaan teknologi pengolahan sampahdi Jakarta. Hendaknya menekankanteknologi yang ramah lingkungan, tidakmenimbulkan pemborosan sumberalam dan sumber dana, melindungi ke-sehatan, dan dapat mendorong pening-katan kesejahteraan masyarakat.

Upaya ini dibarengi adanya pemi-sahan antara regulator, operator, danpengawas. Tentu semuanya itu harustertuang dalam klausul-klausul UU Per-sampahan, selanjutnya diturunkan da-lam PP dan Perda.

Sejauh ini kita belum memiliki UUPersampahan, informasi yang diterimapenulis, bahwa RUU Pengelolaan Sam-pah masih diharmonisasi di Departe-men Hukum dan HAM. Saat ini RUU itubelum masuk program legislasi nasional(Prolegnas). Demi kepentingan bersa-

ma selayaknya pembahasan itu diperce-pat dan segera dikeluarkan amanat pre-siden (Ampres) guna dimasukkan da-lam Prolegnas dan segera diagenda diDPR RI. Banyak kalangan menunggulahirnya RUU tersebut.

Berbagai persoalan sampah sepertikasus TPA Bantar Gebang, TPST Bo-jong, TPA Leuwigajah, kasus Bandunglautan sampah telah menciptakan stig-ma buruk dan merupakan bagian seja-rah hitam pengelolaan sampah di Indo-nesia. Kementerian Lingkungan Hidupmenduga, apa yang dialami Bandungakan terulang di kota-kota lain. Jika su-atu hari TPA Bantar Gebang ditutuptotal, sementara Jakarta belum siapdengan implementasi master plan makabahayanya akan lebih dahsyat beberapakali lipat dibanding kasus sampah Ban-dung. Karena timbulan sampah Jakartajauh lebih banyak dibanding Bandung.DKI harus mengambil langkah-langkahcepat, konkrit, terencana dan kompre-hensif untuk mengantisipasinya.

*) Ketua Koalisi LSMUntuk Persampahan Nasional,

Ketua Dewan Daerah WALHI Jakarta

TEROPONG

Percik Oktober 2006 17

FOTO: BAGONG S

Page 20: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Abad ke-21 dimulai dengan se-buah kondisi pembangunanmanusia yang mendasar yang

belum tertanggulangi, yaitu akses kepa-da layanan air minum, khususnya bagipenduduk miskin di daerah kumuh per-kotaan. Sementara akses ke air minummerupakan sumber daya atau modal da-sar bagi keberlangsungan hidup. Akseske air minum merupakan salah satukomponen dalam klasifikasi kemiskinan(Howard, 2004). Kegagalan dalam pe-nyediaan air membawa dampak ke se-mua kelompok. Akan tetapi, yang palingbesar dampaknya adalah terhadap pen-duduk miskin kota sehingga mereka se-makin tidak mampu keluar dari sikluskemiskinan.

Beberapa faktor ditengarai menjadipenyebab minimnya akses air minum,khususnya bagi penduduk miskin, yaitusebagai berikut.

Lahan yang ditempati bukan meru-pakan miliknya yang sah.Pada daerah perkotaan, penyedia la-yanan air minum tidak melayani dae-rah permukiman liar, dengan pertim-bangan akan memberi legitimasi danalasan bagi penduduk untuk terusmenempati lokasi tersebut. Walau-pun kebijakan nasional menyatakanbahwa air minum diperuntukkan bagisemua orang, dalam prakteknya halini tidak akan terjadi pada pendudukdi permukiman liar. Kemampuan penduduk miskin sa-ngat terbatas untuk membayar bia-ya sambungan sekaligus di depan. Keterbatasan kemampuan untukmembayar biaya sambungan itu akanberakibat bahwa penduduk miskin ti-dak akan pernah memperoleh layan-an air perpipaan. Harga satuan airperpipaan jauh lebih rendah dari air

yang dijajakan keliling, tetapi biayasambungan air perpipaan mahal(McIntosh, A. C, 2003).Ketika tanggung jawab penyediaanair minum dialihkan ke swasta, ke-pentingan penduduk miskin bukanmenjadi perhatian. Perusahaan penyedia layanan air mi-num swasta tidak tertarik melayanipenduduk miskin sebab pendudukmiskin berkonsumsi rendah, merekatidak mampu membayar biaya pema-sangan sekaligus di depan. Di sam-ping itu, mereka sering berlokasi dikawasan permukiman liar.Bagi sebagian besar pengambil ke-putusan, penduduk miskin dianggaptidak mampu dan/atau tidak maumembayar. Penduduk miskin dianggap tidakmampu untuk membayar. Walaupun

demikian, pada saat tertentu sepertimenjelang pemilihan umum, pendu-duk miskin perkotaan memperolehperhatian berupa janji perbaikan ling-kungan dan penyediaan air gratis.Lokasi tempat tinggal jauh dari ja-ringan perpipaan. Ketika penduduk berlokasi di ka-wasan kumuh, atau berjarak jauh darijaringan perpipaan, akses air minummenjadi berkurang.

Kekurangan air dan sanitasi ber-dampak pada kemiskinan melalui em-pat dimensi, yaitu (i) kesehatan, (ii)pendidikan, (iii) jender, dan (iv) penda-patan dan konsumsi (Bosch, Hom-mann, Sadoff dan Travers, 2000). Halitu selengkapnya dapat dilihat padaGambar 1.

Ketika penduduk miskin tidak mem-peroleh akses air minum, pendudukmiskin khususnya di perkotaan me-nanggung konsekuensinya, di antaranya

WAWASAN

Percik Oktober 2006

Pembangunan Air Minumdan Kemiskinan

Oleh: Oswar Mungkasa*

Kesehatan

Pendidikan

Pendapatan/ Konsumsi

- Penyakit terkait air dan sanitasi - Malnutrisi karena diare - Berkurangnya usia harapan hidup

- Tingkat kehadiran berkurang karena sakit, atau antri air

- Tingginya proporsi pengeluaran untuk air

- Berkurangnya potensi penda- patan karena sakit, berkurangnya kesempatan kerja yang memerlukan ketersediaan air.

Dimensi Kemiskinan

Dampak Utama

Kekura-ngan Air Minum dan Sanitasi

Gambar 1.PENGARUH KETERSEDIAAN AIR MINUM

TERHADAP BERAGAM DIMENSI KEMISKINAN

Sumber: Bosch dkk (2000)

a.

b.

c.

d.

e.

18

Page 21: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

berupa (Johnstone dan Wood, 1999) (i)meningkatnya biaya bagi yang tidakmemperoleh akses, (ii) berkurangnyakonsumsi air, dan (iii) bertambahnyabeban kesehatan dan timbulnya biayaekonomi karena hilangnya produktivi-tas. Satu persatu akan dijelaskan beri-kut ini.

Meningkatnya biaya bagi yang tidakmemperoleh akses. Ketika penduduk tidak memperolehakses, mereka mencari alternatif lainyang lebih mahal. Masyarakat miskinmembeli 5-30 liter air per kapita/harimelalui "perantara" seperti pemilikrumah, kios air, dan penjaja kelilingdengan harga yang jauh lebih mahal.Penduduk menghabiskan dana seki-tar 10-40 persen dari pendapatan un-tuk air minum dan mungkin memba-yar 10-100 kali tarif rata-rata (Black,1996). Sementara itu, RT pelanggan air per-pipaan umumnya hanya mengeluar-kan kurang dari 2 persen (Satter-

waithe, 1998). Hal itu selengkapnya da-pat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.Sebagai perbandingan, di negara maju,pengeluaran air berkisar pada 0,5 sam-pai 2 persen dari pendapatan rata-rata(1,3 persen di Jerman dan Belanda, 1,2persen di Perancis). Air minum diang-gap mahal jika pengeluaran melampaui

3 persen dari pendapatan rata-ratapenduduk (Water Academy, 2004). Berkurangnya konsumsi air. Semakin besar biaya, waktu dan usa-ha yang dibutuhkan bagi konsumsiair, air yang dikonsumsi penduduk

miskin kemungkinan semakin jauhdari kebutuhan minimal. Bertambahnya beban kesehatan dantimbulnya biaya ekonomi karena hi-langnya produktivitas. Kekurangan akses ke air minum ber-kaitan ke penyakit baik yang langsungmaupun yang tidak langsung. Banyak penduduk miskin terjangkitpenyakit disebabkan oleh kurang la-yaknya air yang dikonsumsi. Akibat-nya, sebagian besar pendapatan habisuntuk penanggulangan kesehatan se-hingga tidak cukup tersedia dana un-tuk kegiatan produktif. Selain itu,penduduk yang menderita sakit diareatau yang merawat keluarga yang sa-kit tidak akan dapat bekerja, yangberarti hilangnya produktivitas. (Sur-jadi, 2003)

Karakteristik pasar air minum di an-tara komunitas miskin menunjukkanhal-hal sebagai berikut. (i) Kinerja pe-nyedia air minum yang rendah lebihmenyengsarakan penduduk miskin di-bandingkan yang kaya. Penduduk mis-kin biasanya tergantung pada gaji hari-an sehingga waktu yang terbuang untukmemperoleh air akan mengurangi ke-sempatan memperoleh penghasilan. (ii)Penduduk miskin membayar lebih be-

sar untuk air minum. Meskipun terda-pat persepsi bahwa penduduk miskin ti-dak mampu membayar, kenyataannyamereka membayar lebih besar daripadapenduduk kaya, seperti membeli airdari penjaja keliling dengan harga yang

WAWASAN

Percik Oktober 2006 19

Tabel 1PERBANDINGAN HARGA AIR MINUM PENJAJA KELILING DAN PERPIPAAN

Kota

AbidjanBandungDhakaHo Chi Minh, VietnamIstanbulJakartaKampalaKarachiLagosLimaManilaNairobiOnitsha, NigeriaPort-au-Prince, HaitiSurabaya

Rasio harga air penjajakeliling terhadap

perpipaan

5:162:1

12:1 - 25:119:110:1

14:1 - 20:14:1 - 9:1

28:1 - 83:14:1 - 10:1

17:113:1

7:1 - 11:135 :1 - 300:17:1 - 100:120:1 - 60:1

Sumber Data

World Bank, 1998ADB, 1993

World Bank, 1998ADB, 1993

World Bank, 1998Crane, 1994

World Bank, 1998World Bank, 1998World Bank, 1998World Bank, 1998

David dan Ionesco, 1998World Bank, 1998

Whittington dkk, 1991World Bank, 1998World Bank, 1998

Sumber: Diolah dari World Bank, 1998 dan Satterwaithe, 1998

Lokasi

Onitsha, NigeriaManila, FilipinaAddis Abeba, EthiopiaPort-au-Prince, HaitiKhartoum, Sudan

ProporsiPengeluaran/Pendapatan

18 persen8,2 persen9 persen3,2 - 10,6 persen16,5 - 55,6 persen

Sumber

Whittington dkk, 1991David dan Inocencio, 1998Bahl dan Lihn, 1992Fass, 1998Cairneross dan Kinner, 1992

Sumber: Satterwaithe, 1998

Tabel 2.PROPORSI PENGELUARAN AIR MINUM RUMAH TANGGA MISKIN PERKOTAAN

a.

b.

c.

Page 22: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

lebih mahal. (iii) Penyedia alternatifmerupakan jalan keluar bagi pendu-duk miskin untuk mendapatkan layan-an. Tingginya kebutuhan air yang tidakterlayani oleh penyedia air perpipaanmemungkinkan penyedia skala kecilmengembangkan inovasi, seperti kiosair, penjaja keliling, jaringan indepen-den, dan lain-lain. (iv) Ketersediaandana tunai merupakan isu dalam men-dapatkan layanan air minum. Pendu-duk miskin cenderung membayar tidakteratur dan dalam jumlah kecil sesuaidengan ketersediaan dana mereka. (v)Pemilikan lahan merupakan kendalamendapatkan layanan (Kariuki, 2000).

Program pembangunan air minumdapat menanggulangi kemiskinan me-lalui 2 cara, yaitu (i) mengurangi biayalayanan dasar, dan (ii) mengurangibeberapa risiko penyebab menurunnyakondisi kesehatan masyarakat yangdapat menurunkan tingkat kesejahtera-an masyarakat (Cain, 1998). Namun,aspek pertama yang terkait langsungdengan kondisi ekonomi yang sering di-kemukakan adalah berupa peningkatanpendapatan yang dapat digunakan un-tuk keperluan selain air minum. Kaitanini dijelaskan secara nyata melaluiilustrasi berupa peningkatan penda-

patan penduduk miskin setelah pen-duduk miskin tersebut beralih darimengonsumsi air yang dibeli dari pen-jual keliling ke air perpipaan.

Ketika pemerintah maupun swastaberkeinginan memberikan layanan airminum pada penduduk miskin, faktoryang menjadi kepedulian pendudukmiskin perlu mendapat perhatian.Terdapat tiga hal yang menjadi kepedu-lian utama dari penduduk miskin.Ketiga hal tersebut akan diuraikanberikut ini.

Harga air. Rumah tangga miskin lebih tertarikpada harga air yang rendah danpenerapan skema subsidi silang. Ekspansi sistem distribusi. Rumah tangga miskin akan lebihmemberi perhatian pada besarnyabiaya sambungan dan cara pemba-yaran biaya sambungan (sekali ba-yar vs dicicil). Tingkat layanan (kualitas air, lamalayanan, sistem penagihan dan la-innya). Rumah tangga miskin cen-derung membayar tagihan dalamjumlah kecil dengan frekuensi yanglebih sering. Selain itu, penyedia air minum ha-

rus memperhatikan beberapa hal, yaitu(i) desain penyediaan air minum harustetap mempertahankan sasaran me-ningkatkan taraf kehidupan pendudukmiskin, (ii) menghindari asumsi bahwamelayani penduduk miskin berisikotinggi dan tingkat pengembalian ren-dah, (iii) memberikan kebijakan danpengaturan yang jelas, (iv) mempersi-apkan beragam pilihan akses air minumbagi penduduk miskin, dengan catatanbahwa penyedia air minum alternatifmungkin lebih sesuai dengan pendudukmiskin, dan (v) memberikan subsidi kependuduk miskin melalui tarif yang se-ring tidak berhasil. Penduduk miskinsebagian memperoleh air dari tempatumum bahkan penyedia skala kecil, se-mentara subsidi silang lebih mengarahpada sambungan rumah. Akibatnya,subsidi terhadap harga menguntungkanpenduduk kaya daripada pendudukmiskin. Harga air yang murah tanpa di-dukung oleh akses air minum ke pendu-duk miskin hanya akan menguntungkanpedagang dan bukan penduduk miskin(McIntosch, 2003), (vi) perlu ditingkat-kan keterlibatan penduduk miskin se-hingga keinginan mereka dapat tersam-paikan (Kariuki, 2000).

*Anggota Pokja AMPL Pusat

WAWASAN

Percik Oktober 2006 20

(i)

(ii)

(iii)

Program pembangunanair minum dapat

menanggulangi kemiskinanmelalui 2 cara, yaitu(i) mengurangi biayalayanan dasar, dan

(ii) mengurangi beberaparisiko penyebab menurun-

nya kondisi kesehatanmasyarakat yang dapat

menurunkan tingkatkesejahteraan masyarakat.

FOTO: MUJIYANTO

Page 23: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Bahwa setiap organisasi baik ber-bentuk perusahaan, pemerintahmaupun organisasi swadaya

masyarakat (LSM) membutuhkan suatulaporan. Laporan merupakan media in-formasi bagi internal organisasi mau-pun stakeholder yang digunakan untukmengetahui dan memahami semua ak-tivitas organisasi pada kurun waktu ter-tentu apakah dilaksanakan sesuai de-ngan rencana, target. Begitu juga hal-nya dengan PDAM sebagai badan usahamilik daerah, membutuhkan laporanyang digunakan untuk kepentingananalisa, pengendalian, pengambilan ke-putusan dan juga sebagai bentuk akun-tabilitas.

Pendahuluan Merujuk pada PP No 16 Tahun 2005

bahwa PDAM sebagai salah satu penye-lenggara pelayanan air minum, dinya-takan pada pasal 6, ayat e bahwa dalammenjalankan tugas dan tanggung jawabberkewajiban membuat laporan penye-lenggaraan secara transparan, akunta-bel dan bertanggung jawab sesuai de-ngan prinsip tata pengusahaan yangbaik.

Kalau kita pahami makna dari pasaltersebut, terkandung maksud bahwa se-tiap kegiatan penyelenggaraan pelayananair minum, PDAM berkewajiban meme-domani prinsip tata pengusahaan yangbaik atau sering dikenal dengan istilahGood Corporate Governance (GCG).

Kita mengenal enam prinsip GCG,meliputi aspek Transparansi, Akunta-bilitas, Keadilan, Integritas, Kemandiri-an dan Partisipasi. Dua prinsip yangpertama merupakan aspek yang ber-kaitan erat dan berkontribusi yangsignifikan terhadap proses pembuatanlaporan manajemen yang baik.

Dinamika yang sedang berkembangdalam pelayanan air minum menunjuk-kan masyarakat pengguna dan stake-holder makin kritis dan cerdas dalammerespon kinerja pelayanan PDAM.Hal ini didorong oleh lahirnya Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air (SDA) dan ter-bentuknya BPPSPAM (Badan Pen-dukung Pengembangan Sistem Penye-diaan Air Minum) sesuai dengan KEP-MENPU No.294 Tahun 2005.

Adanya isu perubahan lingkungan danmerespon dinamika perubahan yang se-dang berkembang pada sektor air minum,terutama menghadapi isu transparansi danakuntabilitas penyampaian informasi pe-layanan kepada masyarakat (publik), sudahsaatnya manajemen PDAM memperha-tikan tersedianya sistem pelaporan yangtransparan, efisien, efektif dan akuntabel.

Peran dan Fungsi LaporanSesuai dengan pedoman akuntansi

PDAM - Menteri Negara Otonomi Dae-rah tahun 2000, sebuah laporan harusmemenuhi kriteria sebagai berikut.

a. LengkapLaporan harus menyajikan infor-masi yang lengkap mengenai hasilkegiatan periode berjalan yang di-

sajikan secara komparatif denganperiode yang lalu dan dengan angkaproyeksi/ anggaran. Penjelasan dariinformasi tambahan yang dipan-dang perlu harus disertakan untukmenghindari adanya penafsiranyang menyesatkan.b. InformatifLaporan harus menyajikan informa-si yang mudah dipahami olehpemakai.c. RelevanLaporan harus berisi informasi pen-ting yang dengan tepat dapat meme-nuhi kebutuhan manajemen.d. AkuratLaporan harus menyajikan infor-masi yang diandalkan kecermatan-nya.e. Tepat waktuLaporan harus disiapkan/disajikantepat pada waktu yang diperlukanatau segera setelah berakhirnyaperiode pelaporan.

Jika dikaitkan peran dan fungsilaporan dengan unsur GCG, idealnyasebuah laporan minimal mengandungunsur Transparansi dan Akuntabilitas.Pengertian transparansi dalam penye-lenggaraan PDAM adalah keterbukaandalam menyampaikan materi informasiyang relevan dalam proses pengambil-an keputusan manajemen kepada ma-syarakat, pemilik dan stakeholder.

Laporan yang disampaikan PDAMmemenuhi prinsip akuntabilitas, de-ngan pengertian adanya kejelasan fung-si pelaksanaan dan pertanggungjawa-ban unsur manajemen atas pengelolaanperusahaan agar dapat terlaksana seca-ra efektif.

Kewajiban untuk menyampaikanlaporan bagi penyelenggara pelayanan

WAWASAN

Percik Oktober 2006 21

Strategi Menciptakan Sistem Laporan PDAMBerfokus Transparansi dan Akuntabilitas Kinerja

Oleh: Abdul Gani*

Laporan yang baik antara lainmenyajikan data/ informasi yang

memiliki format dan strukturlaporan yang sistematis, mudahdipahami dan dianalisa sebagai

dasar dalam pengambilankeputusan manajemen.

Page 24: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

air minum (PDAM) merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari Tugas Po-kok dan Fungsi (TUPOKSI), yang biasa-nya tercantum pada Susunan Orga-nisasi dan Tata Laksana.

Penyampaian Laporan PDAM ber-fungsi sebagai pertanggungjawabanmanajemen atas pengelolaan dan pen-capaian kinerja perusahaan pada kurunwaktu tertentu kepada pemilik dansebagai informasi kinerja pelayanan ke-pada publik dan stakeholder. Agar lapo-ran yang dibuat dapat dipahami danberperan sebagai media komunikasiyang efektif, memerlukan tindakan stra-tegis dari setiap jenjang manajemen

Strategi Menciptakan Sistem Pe-laporan

Kondisi eksisting sistem pelaporanPDAM sebenarnya sudah diatur dan me-medomani Sistem Akuntansi PDAM ber-dasarkan KEPMENOTDA Nomor 8 Tahun2000. Namun demikian, pada dasarnyafungsi laporan tidak hanya digunakan se-bagai unsur pertanggungjawaban pelaksa-naan kegiatan perusahaan, tetapi diguna-kan juga sebagai alat manajemen untukmenilai, menganalisa dan mengevaluasiindikator kinerja keberhasilan.

Permasalahan umum yang dihadapioleh PDAM di Indonesia antara lainlaporan yang ada tidak sistematis, tidakakurat dan tidak tepat waktu penyam-paiannya, sehingga berpengaruh padakecepatan manajemen dalam prosespengambilan keputusan.

Untuk menilai apakah kondisi eksis-ting laporan manajemen PDAM sudahefektif, di bawah ini disajikan rangkaianpertanyaan/kuesioner, antara lain ;

Apakah sumber laporan dari tiapunit kerja/divisi saat ini sudah me-miliki format baku/standar? Apakah laporan bulanan yang diteri-ma direksi tepat waktu?Apakah materi laporan yang di-sajikan sudah akurat, sistematis danmudah dianalisa oleh direksi untukproses pengambilan keputusan ?

Laporan yang disampaikan dari tiapdivisi memedomani TUPOKSI, Visi,Misi dan Tujuan Strategis Perusa-haan ?Apakah setiap jenjang manajemensecara konsisten membuat laporansesuai dengan wewenang dan uraiantugas masing-masing? Apakah dari materi laporan yangada, direksi dapat menilai keberha-silan tiap divisi melalui indikator ki-nerja yang tersedia?Rangkaian pertanyaan di atas dapat

membantu PDAM untuk menilai apa-kah sistem pelaporan yang ada saat inimemerlukan perbaikan/perubahan. Ji-ka berdasarkan jawaban pertanyaan diatas, ternyata dinilai sistem pelaporanmasih memerlukan perbaikan, makatindakan strategis yang dilakukan an-tara lain melakukan studi identifikasisistem pelaporan berbasis kinerja

Untuk memudahkan gambaranumum pelaksanaan studi, di bawah inidisajikan Diagram Alir (Road Map) se-perti berikut:

Kesimpulan Peran dan fungsi strategis laporanbagi PDAM antara lain untukmenginformasikan pelaksanaantugas dan tanggung jawab kepadapemilik dan stakeholder secaratransparan dan akuntabel Untuk menciptakan laporan yangakurat, sistematis dan tepat wak-tu dibutuhkan kerangka acuandasar atau Sistem dan Prosedur(SOP). Sistem laporan yang terstruktur,sistematis, akurat dan mencer-minkan akuntabilitas setiap ting-katan organisasi merupakan faktorpendukung dalam membantu ma-najemen dalam pengambilan ke-putusan. Proses pelaksanaan studi identi-fikasi untuk menciptakan standa-risasi laporan PDAM mensyarat-kan dibentuknya Tim InternalPDAM yang dibantu oleh tenagaahli (fasilitator).

*) Tim BMS Pusat - PERPAMSI

WAWASAN

Percik Oktober 2006 22

ROAD MAP STUDI SISTEM LAPORAN PDAM

Bentuk Tim Kerja ManagementAssist/Fasilitator

Referensi/Dok :Struktur Org.SOPLaporan DivisiLaporan Mgt

Tentukan SasaranStrategis (Objective)

Review & AnalisaKebutuhan Laporan

Identifikasi &Analisis Masalah

O R G A N I S A S ITupoksi, Visi & Misi

S I S T E MSOP & Equipment

S D MKnowledge & Skill

Hasil Kajian & SolusiKerangka Acuan Kerja

F O R M A T K E R A N G K A A C U A N S I S T E M L A P O R A NLaporan Divisi / Bagian, Direktur Bidang & Laporan Manajemen

Page 25: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Kapankah manusia mulai meng-hadapi isu lingkungan, dan ka-pankah manusia di planet bumi

ini mulai menyadari hadirnya isu yangpenanggulangannya harus diselesaikansecara bersama? Dua pertanyaan inimemiliki keterkaitan linear, terutamayang berkenaan dengan tumbuhnya ke-sadaran global melalui proses belajaryang nyatanya memerlukan rentangwaktu sangat panjang. Tulisan ini men-coba merentang benang merah tumbuh-nya kesadaran global, action programyang dicanangkan bersama dan melihatposisi Indonesia dalam mewujudkan ga-gasan masa depan bersama?

Kapan isu mulai terdokumentasi?Isu lingkungan dalam skala lokal

sudah mulai terdokumentasi sejak jauhsebelum tahun masehi. Plato sudahmenuliskan mengenai kerusakan ling-kungan yang terjadi di Attica. Dalamtulisannya Plato mengungkapkan bah-

wa tanah hanya tinggal kerangka yangsudah kehilangan kesuburannya, sudahtidak lagi bisa menyimpan air hujanyang langsung mengalir di atas tanahgundul menuju ke laut (Wall D., 1994).Degradasi lingkungan di Greece, Meso-potamia, Egypt, disebabkan berbagaihal yaitu: penebangan hutan untuk la-han pertanian guna memenuhi kebu-tuhan pangan penduduk kota, untukmembangun piramid dan kuil, sertauntuk membuat perlengkapan perang.

Kepedulian terhadap masalah ling-kungan di tingkat lokal, tampaknya jugaterjadi di tempat lain, ribuan tahun se-sudah era Plato. Polusi di kota Londonpada akhir abad 17 dan awal abad 18sudah dituliskan oleh John Evelyn.Menanggapi polusi udara oleh asap in-dustri yang mengandung sulfur, John

Evelyn mengusulkan untuk membuataturan yang membatasi para pencemarlingkungan dan menganjurkan pendu-duk untuk melakukan penghijauan.Engels menggambarkan mengenai kon-disi permukiman kumuh yang didiamikelas pekerja di Salford dan kumuhnyapermukiman para pekerja, sanitasi yangsangat buruk, kualitas bangunan yangtidak lebih dari kandang sapi denganatap yang bocor, dan lain-lainnya. Se-lain degradasi lingkungan, kualitas per-mukiman dan polusi udara pada masalalu juga para pendahulu sudah memba-has perlindungan binatang. Sommer-ville, pada akhir abad 17 telah menu-liskan mengenai ancaman musnahnyabinatang tertentu karena dibantai untukmemenuhi kenikmatan hidup. Sedang-kan Salt pada tahun 1880 menge-mukakan ide mengenai gerakan mem-bela hak-hak binatang. Bagaimanapun,kesadaran di tingkat lokal tersebutbelum mengarah pada kajian yangbersifat sistemik dan holistik seba-gaimana kajian masalah lingkunganpada saat ini, tetapi lepas satu dari lain-nya.

Kajian ilmu ekonomi mulai menam-pakkan kesalingterkaitan tersebut. Mal-thus, sebagai contoh, mengemukakanketerkaitan antara pertumbuhan pen-duduk dan tingkat pemenuhan kebu-tuhan hidup. Namun begitu, di ka-langan ilmuwan ekonomi terjadi perbe-daan pandangan yang tajam. AdamSmith dalam :"An inquiry into the Na-ture and Cause of the Wealth ofNations." mengemukakan bahwa pasarbebas akan mampu mengantar padaterwujudnya kesejahteraan umum dankeuntungan-keuntungan individu. Pa-

WAWASAN

Percik Oktober 2006 23

Dari Platoke Kebijakan AMPL-BM

Oleh: Alma Ariefdan Dormaringan Saragih*

FOTO: KURNIA RATNA DEWI

Page 26: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

sar akan mengatur dirinya sendirimelalui mekanisme invisible hand, danmemiliki kekuatan untuk menciptakanefisiensi, masa depan yang aman, damaidan setara, atau dengan kata lain ter-wujudnya kesejahteraan untuk semua.Sementara Alfred Marshal, ilmuwanekonomi Neoklasik, menyatakan bahwalingkungan (daya dukungnya) tidakmenjadi kepedulian ilmu ekonomi. Ter-lebih lagi, manusia mempunyai kemam-puan menciptakan teknologi untuk me-nanggulangi kelangkaan sumber daya.Mekanisme pasar dan kemampuanmenciptakan teknologi inilah yang akanmengatur kestabilan stok kebutuhanmanusia, sehingga tak perlu berbagaipembatasan. Bila sumber daya langkaharga akan naik, konsumsi akan menu-run sehingga memberi kesempatan pe-mulihan, sedangkan bila menyangkutsumber daya tak terbaharui, diyakinimanusia akan mampu menemukan al-ternatifnya.

Namun asumsi-asumsi itu justrumengantarkan para ilmuwan di bela-kang hari mempertimbangkan aspeklingkungan dalam melaksanakan pem-bangunan. Pada masa lalu manusia su-dah menerapkan prinsip keberlanjutan.Nelayan, pekebun, dan sebagainya, se-lalu memanen sesuai dengan tingkatkemampuan untuk pemulihan. Dalamrangka mempertahankan keseimbang-an pertumbuhan sumber daya denganhasil yang dipanen, nelayan selalumemberi kesempatan bagi ikan-ikanuntuk tumbuh kembali sehingga sum-ber daya tidak akan punah, dan suplai-nya dapat berlangsung terus. Masalahlingkungan telah muncul ke permukaankarena eksploitasi berlebih, untuk kon-sumsi manusia, untuk kepuasan manu-sia yang tidak berbatas. Produksi ba-rang dan jasa tidak semata-mata untukkebutuhan hidup tetapi terlebih dari itu,untuk kenikmatan hidup yang terus-menerus bertambah dan beragam. Ma-nusia kini sudah tidak bisa terpisahkandari kosmetik, aksesori, furnitur, AC,transportasi mewah, dan sebagainya.

Menjadi Isu GlobalSampai dengan awal abad 20, tulis-

an mengenai masalah lingkungan masihsangat lemah, tidak memiliki kekuatanpolitik. Sesudah perang dunia kedua, il-muwan mulai menumbuhkan kesadar-an akan bahaya masalah lingkunganyang mengancam keberlanjutan planetbumi dan mengangkat masalah tersebutpada tingkat global. Tidak bisa diingkariperan pemberitaan media sangat besardalam mempromosikan hal itu. Koran,majalah, jurnal, pada tahun 1960-anmulai mengangkat isu sebagai berita,editorial, dan surat untuk editor. Be-berapa ilmuwan mengaitkan tumbuh-nya kesadaran dengan publikasi bukuberjudul "Silent Spring" karya RachelCarson pada 1962. Di dalam bukunya,Carson mengungkapkan bahwa eksis-tensi makhluk hidup termasuk manu-sia, sangat terancam karena penggu-naan senyawa kimia pestisida sepertiherbisida, insektisida , dan sebagainyayang oleh Carson disebut "biocide".

Bukan suatu kebetulan bahwa di-akhir tahun 1960-an berbagai lembaganonpemerintah di negara maju berdiridan mengibarkan bendera lingkungan,berhadapan dengan pemerintah yangakan mengeluarkan kebijakan yangantilingkungan. Kepedulian tersebutterus meningkat sejalan dengan ma-salah lingkungan global yang juga se-makin nyata dan berpuncak pada dilak-sanakan Konferensi Stockholm padabulan Juni 1972, yang dihadiri 113 utus-an negara termasuk Indonesia.

Konferensi yang dilaksanakan olehUnited Nations Conference on HumanEnvironment telah menginisiasi kesa-daran global mengenai masalah ling-kungan. Dalam konferensi ini dihasil-kan kesepakatan Stockholm (StockholmConvention), di mana semua pesertaberjanji menanggulangi masalah ling-kungan dari perspektif global. Semuabangsa sampai pada pemahaman bahwadunia saat ini sedang menghadapi ma-salah lingkungan yang hanya bisa dipe-cahkan dengan bekerja sama. Salah satu

hasil nyata dari konferensi ini adalahdibentuknya UNEP dan juga kemente-rian lingkungan hidup di negara-negarapeserta. Belakangan hari tema "thinkglobally, act locally" menjadi sangatpopular, menginspirasi LSM lokal un-tuk menjadi sangat vokal dan dalam ba-nyak hal berhadap-hadapan dengan pe-merintah.

Setelah Konferensi Stockholm ber-bagai pertemuan internasional dilaksa-nakan, meskipun satu dengan lainnyabanyak yang tak terkait, namun diakuibahwa Konferensi Stockholm telah me-numbuhkan kesadaran global dan ber-pengaruh sangat kuat pada setiap kon-ferensi internasional.

Debat Isu Global dan Pembangun-an Berkelanjutan

Tidak berselang lama setelah dilak-sanakannya Konferensi Stockholm (2-6Juni 1972 dan 5 Juni ditetapkan sebagaihari lingkungan hidup sedunia), duniadiguncang dengan diterbitkannya se-buah buku berjudul "The Limit ToGrowth". Buku yang ditulis oleh ilmu-wan-ilmuwan terkemuka dunia yangmenyebut dirinya the Club of Rome,mengemukakan prediksinya bahwaplanet bumi ini akan kolaps, dan ben-cana besar ini akan terjadi karena per-tumbuhan penduduk yang tak terken-dali, ekspansi industri ke seluruh mukabumi, stok sumber daya alam yang su-dah aus, perusakan lingkungan, danmenyusutnya cadangan pangan. Mere-ka yang tergabung dalam the Club ofRome oleh ilmuwan lain disebut "NeoMalthusian".

Konflik kemudian muncul di tingkatglobal antara keinginan sebagian darimereka di negara-negara Barat dan parateknokrat penyusun kebijakan pemba-ngunan. Konflik tersebut menjadi isusentral dalam forum pertemuan inter-nasional. Kebutuhan untuk melaksana-kan pembangunan di negara-negaramiskin di dunia ketiga bukanlah priori-tas apabila akan menjadikan bumi ko-laps. Konflik ini tampak sangat jelas di

WAWASAN

Percik Oktober 2006 24

Page 27: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

"World Population Conference in 1974"dan terus berlanjut menjadi pokokperdebatan pada tahun 1980-an.Pemecahan dari debat berkepanjanganini adalah lahirnya gagasan mengenaipembangunan yang berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan difor-malkan oleh World Commission on En-vironment and Development atau "Ko-misi Brundlantland" yang dibentuk olehmajelis umum PBB sebagai hasil reso-lusi yang dikeluarkan pada tahun 1983.Komisi yang diketuai Perdana MenteriNorwegia tersebut menghasilkan lapo-ran berjudul Our Common Future atauBruntland Report. Dari sinilah konseppembangunan berkelanjutan diperke-nalkan kepada seluruh bangsa di dunia.Beberapa pesan dari pelaksanaan pem-bangunan berkelanjutan di antaranyaadalah:

Mengurangi kemiskinan di duniaketigaMengurangi konsumsi sumber da-ya dan produksi limbah di negaramajuKerja sama global dalam menang-gulangi masalah lingkungan

Sebuah peristiwa monumental dise-lenggarakan empat tahun sesudah di-terbitkannya buku Our Common Futurepada tahun 1987, yaitu konferensi pun-

cak bumi yang dilaksanakan di Rio DeJainero pada bulan Juni 1992. Konfe-rensi ini dihadiri 197 negara dan ribuanpejabat senior pemerintah, pejabatPBB, organisasi-organisasi internasion-al, dan NGO. Konferensi ini mengha-silkan dokumen yang disebut Agenda21 yang berisi rencana tindak mengenaipembangunan berkelanjutan. Gagasansederhana dari pembangunan berkelan-jutan adalah mengintegrasikan tujuankegiatan ekonomi dengan lingkungandalam rangka mengurangi kemiskinandan pada saat yang sama memperbaikikualitas lingkungan.

Meskipun dukungan politik sangatkuat akan tetapi gagasan pembangunanberkelanjutan masih tetap mengandungkontroversi. Sementara ilmuwan ling-kungan, gagasan pembangunan berke-lanjutan dituduh sebagai upaya me-redam isu dan tumbuhnya kesadaranlingkungan yang sudah mulai mengglo-bal. Beberapa ahli ekologi ada di pihakini. Semakin kuatnya gerakan lingkung-an dengan berbagai nama seperti: "En-vironmental movements", "conserva-tionist Movements" atau "Green Move-ments" dicoba untuk diakomodasi olehpara teknokrat yang paling bertanggungjawab terhadap program/kebijakanpembangunan. Para ilmuwan itu me-

ngatakan bahwa gagasan pembangun-an berkelanjutan hanyalah upaya mem-pertahankan kedudukan manusia untuktetap mendominasi alam (Anthro-pocentric), dan memantapkan kedu-dukannya sebagai master atau managerbukan sebagai bagian integral dari alamraya ini. Dengan memegang filosofi se-perti itu, manusia bisa mengeksploitasialam dengan tanpa rasa bersalah. Tu-juan akhirnya adalah mendapatkan ke-untungan ekonomi yang sebesarnya danpeningkatan taraf hidup manusia, pada-hal dalam jangka panjang apabila eks-ploitasi terus dilakukan dan meningkat,bencana alam sudah pasti akan terjadi.Sebagai misal, perhitungan akan da-tangnya pemanasan global dan peru-bahan cuaca merupakan perkiraan de-ngan ketepatan yang tinggi, lebih mu-dah dari meramalkan akan datangnyahujan. Eksploitasi hutan secara sembro-no, tanpa pemulihan, tanpa konservasi,akan mengakibatkan banjir dan longsordi mana-mana sementara pada musimkemarau akan terjadi kekeringan pan-jang. Dalam jangka panjang akan terja-di proses penggurunan.

Pada kubu yang lain berdiri paraahli ekonomi yang berpandangan bah-wa tidak ada alasan untuk secara khususmemperhitungkan aspek lingkungandalam kegiatan ekonomi. Mereka ber-alasan bahwa posisi spesies manusiasebagai master itu merupakan kenya-taan yang tak terbantah. Penganutmahzab pasar bebas tetap pada keya-kinannya bahwa pasar bebas denganmekanisme invisible hand-nya akanmampu dengan sendirinya menanggu-langi kelangkaan atau punahnya sum-ber daya. Seiring dengan langkanyasumber daya, harga akan meningkatdan permintaan akan dengan sendi-rinya menurun, manusia akan berhematdengan sendirinya. Dengan naiknyaharga, maka manusia akan berupayamencari alternatif sumber daya peng-ganti.

Tidak terlalu sulit untuk melihat

WAWASAN

Percik Oktober 2006 25

FOTO: SEMARANG.GO.ID

Page 28: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

bahwa pada akhirnya akan terjadi pro-ses keseimbangan antara penganut kon-servasionis yang ekstreem di satu sisidan penganut ekonomi pasar bebaspada pihak lainnya. Terinspirasi daridua kubu ekstrim, belakangan munculdisiplin ilmu baru yaitu ilmu ekonomilingkungan, yang mencoba memasuk-kan biaya eksternal yang dibebankankepada lingkungan menjadi biaya in-ternal.

Perbedaan pendapat masih terusberlanjut, terutama ketika merekaberdiskusi mengenai konsep keberlan-jutan yang menyangkut capital stock.Bagi para ahli ekonomi keberlanjutanberarti mempertahankan stok modal,paling tidak jumlahnya tetap ataubahkan meningkat. Di sini kapital di-artikan sebagai human-made capital.Sedangkan bagi ahli ekologi yang dise-but kapital itu, sumber daya alam. Bagiahli ekologi keberlanjutan itu berartisumber daya alam jumlahnya tetap,tidak berkurang, sedangkan bagi peng-anut ekonomi pasar bebas baik sumberdaya terbaharui maupun tak terbaharuiboleh digunakan untuk memenuhi danmeningkatkan kesejahteraan manusia.Bagi beberapa penganut konservasio-nis ekstreme mewujudkan kesejahtera-an dengan cara mengorbankan sumberdaya alam tak dapat disebut sebagai ke-majuan. Pendapatan yang didapat daripembangunan ekonomi namun meng-akibatkan kerusakan lingkungan tak bi-sa disebut pendapatan. Pembangunanekonomi yang berakibat pada timbulnyadegradasi lingkungan atau mengon-sumsi modal sumber daya alam tanpapemulihan tak bisa disebut pemba-ngunan ekonomi berkelanjutan.

Sebagaimana dimaklumi, sumberdaya alam yang terbaharui pun jugamengalami keausan. Dalam rangkamencegah kerusakan, manusia me-ngembangkan jenis kapital baru yangdisebut "cultivated natural capital",yaitu campuran antara man-made capi-tal dan natural capital. Jenis kapital inisangat strategis untuk meningkatkan

kesejahteraan manusia. Beberapa con-toh adalah: penanaman tanaman hu-tan (penghutanan), budidaya perikan-an, budidaya binatang ternak, danrekayasa genetika, yang secara dramatisbisa meningkatkan kapasitas untukmemenuhi kebutuhan manusia. Ini bisamengurangi tekanan kerusakan ter-hadap lingkungan.

Debat panas tersebut mengungkap-kan bahwa pembangunan ekonomiharus sejalan dengan pembangunanyang keberlanjutan. Pembangunanyang berkelanjutan adalah pembangun-an jangka panjang yang berlangsungterus menerus yang dilaksanakan de-ngan tanpa menimbulkan dampaknegatif terhadap lingkungan. Pelaksa-naannya juga tidak diperkenankanmenimbulkan kerusakan pada stoksumberdaya alam sehingga generasimendatang bisa memenuhi kebutuhan-nya. Pembangunan akan memerlukanstok kapital dan juga kapital sumberdaya alam atau lingkungan. Kapitalbuatan seperti bangunan, jalan, mesindan lainnya, dan social capital sepertiinstitusi, organisasi, budaya, dan seba-gainya.

Debat antara dua kubu ekstrim tetapbelum berhenti juga. Kaum konseva-sionis ekstrim menekankan bahwa per-

tumbuhan ekonomi harus dihentikan,dan tak ada lagi usaha untuk mengubahkondisi kegiatan ekonomi subsisten.Kapital buatan manusia tak akan bisamenggantikan kapital alam yang sangatesensial bagi sistem keberlangsungankehidupan.

Action Program di Bidang Permu-kiman

Think Globally Act Locally meru-pakan motto yang lahir kemudian yangmenautkan antara isu global di bidanglingkungan dan upaya konkrit di tingkatlokal untuk menanggulanginya. Renca-na untuk melakukan tindakan konkritdi tingkat lokal tersebut telah menjadikomitmen semua bangsa di dunia danmulai mencuat pada konferensi puncakbumi yang salah satunya menghasilkandokumen rencana tindak yang disebut"Agenda 21". Di dalam Agenda 21 dise-butkan mengenai: upaya mengurangikemiskinan, mengubah pola konsumsi,melindungi dan mempromosikan kese-hatan manusia, melawan deforestrasi,melawan proses penggurunan dan keke-ringan, pembangunan pertanian danperdesaan yang berkelanjutan, konser-vasi keanekaragaman hayati, perlin-dungan dan pengelolaan air tawar, pe-ngelolaan limbah beracun berbahaya,

WAWASAN

Percik Oktober 2006 26

FOTO: ISTIMEWA

Page 29: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

pengelolaan sampah padat, pemba-ngunan permukiman manusia yang ber-kelanjutan. Khusus yang berkenaan de-ngan pembangunan permukiman, dise-butkan di dalam Agenda 21 sebagaiberikut:

Memfasilitasi air bersih, sanitasi,dan pengelolaan sampahPerbaikan permukiman kumuhperkotaan dan permukiman infor-malMempromosikan transpor publikdan menyediakan pedestrian danjalan bagi sepedaMendukung pengembangan ekono-mi sektor informal dalam rangkamengurangi kemiskinanMeningkatkan kondisi kehidupan dipedesaan dalam rangka mengurangimigrasi ke kotadllPembangunan berkelanjutan secara

nyata mencakup semua aspek kehidup-an manusia termasuk permukimannya.Bagi negara berkembang, pembangun-an permukiman yang berkelanjutanberarti suatu upaya untuk meningkat-kan kualitas hidup kelompok masyara-kat miskin, yang sebagian besar masihtinggal di permukiman yang tidak layak.

Di Caracas, Venezuela, 1/3 pendudukkotanya masih hidup di permukimankumuh "Ranchos", di Ankara ½ daripenduduknya tinggal di permukimankumuh "Gecekondu", di Lusaka dan diManila 1/3 penduduknya tinggal di per-mukiman kumuh. Di Indonesia, perma-salahannya lebih rumit. Selain tingginyapersentase penduduk perkotaan yangtinggal di permukiman kumuh, masalahyang sangat serius adalah lebih dari 100juta penduduk, utamanya pendudukmiskin di perdesaan, masih belummemiliki akses terhadap air bersih danpenyehatan lingkungan.

Keberpihakan kepada masyarakatmiskin, termasuk dalam melaksanakanpembangunan AMPL, telah secara nya-ta menjadi kepedulian pemerintah, danhal ini paralel dengan kesepakatan in-ternasional baik yang tertuang dalamdokumen Agenda 21 maupun MDGs.Di dalam millennium developmentgoals ada 8 butir isu yang menjadi kepe-dulian semua bangsa dalam melaksana-kan pembangunan, yang salah satunyaadalah penurunan tingkat kemiskinan.Isu kemiskinan yang sesungguhnya su-dah mulai menjadi perhatian sejakkonferensi Stockholm, di mana negara

berkembang dengan di pelopori Indo-nesia (waktu itu Emil Salim) mengemu-kakan bahwa masalah lingkungan di ne-gara berkembang berakar pada kemis-kinan, karena itu peningkatan penda-patan dan kesejahteraan merupakanprioritas utama pembangunan.

Lebih tepat apabila dikatakan bahwapembangunan yang dilaksanakan pe-merintah sejalan dengan agenda pem-bangunan bangsa-bangsa yang dimotoriPBB, sebab sudah sejak awalnya me-mang berorientasi untuk memecahkanmasalah kemiskinan dan peduli terha-dap kelestarian lingkungan. Namunyang menjadi pertanyaan adalah apabi-la pembangunan ekonomi, tak dapat diingkari, telah mampu meningkatkan ta-raf hidup masyarakat yang bisa diketa-hui dari "human development index"dari waktu ke waktu, bagaimana halnyadengan pemerataan hasil pembangun-an, pembangunan infrastruktur untukkelompok masyarakat miskin, pengem-bangan dan jaminan pendidikan untukkelompok masyarakat miskin, stabilitasstok sumberdaya alam, dan sebagainya?

Dari itu semua, yang perlu dicermatiadalah bidang lingkungan, dalam satudekade belakangan ini tampaknya jus-tru mengalami kemunduran diban-dingkan beberapa dekade lalu. Justrukarena itu dalam peringatan hari ling-kungan hidup tahun 2006, ada keingin-an yang sangat kuat untuk memain-streamkan kembali isu lingkungan. Ke-mauan untuk merevitalisasi AMDALmenjadi salah satu fokus peringatan, se-lain pendidikan lingkungan. Bangkitkembalinya kepedulian terhadap ling-kungan hidup tentunya terpicu oleh am-buradulnya urusan lingkungan (kitaambil saja femomena banjir bandangdan longsor di musim hujan dan keke-ringan panjang di musim kemarau yangterjadi akhir-akhir ini di seluruh penju-ru negeri, dan juga ketegangan masya-rakat di sekitar lokasi industri dipicu pe-ngelolaan limbah yang tidak memadai).Hal itu bisa jadi karena lemahnya pene-gakan hukum, dan bisa pula karena

WAWASAN

Percik Oktober 2006 27

1.

2.

3.

4.

5.

6.

FOTO: SEMARANG.GO.ID

Page 30: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

melemahnya kepedulian kalangan me-dia massa karena semuanya sedang ter-fokus pada euforia politik, sehingga as-pek lain yang tidak terkait, namun tidakkurang penting, justru terabaikan. Me-dia massa sekarang ini jarang yang se-cara kontinyu memuat artikel mengenailingkungan atau menjadikannya sebagaihead line, editorial, surat pembaca dansebagainya. Bila ada, itu sifatnya hanyamerespon peristiwa bencana lingkung-an yang sedang terjadi, bukan sebagaikepedulian yang terus menerus danmemberikan porsi kolom secara khusus.

Amburadulnya lingkungan hidup,karena penebangan hutan secara liar,pembalakan (illegal logging), homoge-nisasi hutan (hutan heterogen digantitanaman industri), yang telah meng-akibatkan kerusakan ekosistem wilayahtangkapan air, dalam jangka panjang ju-ga akan berpengaruh pada stok air, baikair permukaan maupun air tanah, yangmerupakan kebutuhan pokok manusia.Masalahnya menjadi lebih rumit, sebabsumber daya air baik permukaan mau-pun tanah dangkal-utamanya setelahsampai diperkotaan-telah tercemar lim-bah industri dan rumah tangga se-hingga penggunaan untuk kebutuhanhidup memerlukan biaya tinggi karenaharus melalui pengolahan. Sedangkanair permukaan yang tercemar, utama-nya sungai, setelah sampai ke laut ikutikutan mencemari air laut, sehinggabiota yang ada di permukaan, di dalam,dan di dasar laut -- Phyto plankton, zooplankton dan bentos -- yang merupakansalah satu komponen utama penyusunfood chain, menjadi pembawa cemaranyang ikut dikonsumsi predator di atas-nya. Konsekuensinya, ikan-ikan yangdikonsumsi manusia mengandung ce-maran. Apabila ikan-ikan yang telahmengandung polutan dikonsumsi ma-nusia maka akan menjadi sebab kejang-kitan berbagai penyakit, tergantung je-nis cemarannya. Bila jenis cemarannyamengandung merkuri dalam kadar ter-tentu maka akan kejangkitan penyakitminamata yang sangat mengerikan

karena menyerang susunan syaraf pu-sat. Sedangkan bila jenis cemarannyalogam berat Cadmium (Cd) maka pe-nyakit yang ditimbulkannya adalah pe-nyakit Itai-itai, jenis penyakit yang me-nyebabkan tulang sangat rapuh.

Tak Mudah Urus AirPlato pernah berbicara mengenai air

dan mengaitkan dengan penggundulanhutan di Attica. Di Indonesia, kepeduli-an terhadap pemenuhan kebutuhan airsesuai yang diamanatkan dalam berba-gai peraturan pemerintah, Agenda 21,dan MDGs, kian menguat. Bagaimana-pun, air tidak bisa dipandang secaralepas tanpa melihat keterkaitannya de-

ngan keutuhan ekosistem secara keselu-ruhan.

Upaya memenuhi kebutuhan 100 jutapenduduk yang kini belum memiliki aksesterhadapnya memang merupakan suatupekerjaan yang bukan main rumit danberat. Akan tetapi upaya tersebut akanmenjadi jauh lebih berat, dan bahkan bisamenjadi sia-sia apabila tidak mengaitkandengan keutuhan ekosistem yang mem-pengaruhi keberlanjutan stok air. Bukanhanya menyangkut konservasi daerahtangkapan air, penghutanan kembali dae-rah-daerah yang sudah telanjur gundul,tetapi juga penanggulangan pencemaranair permukaan dan air tanah yang terce-mar oleh limbah rumah tangga dan lim-bah industri

Semuanya bisa terlaksana dan ter-tanggulangi apabila pendekatan dilaku-kan secara sistemik, holistik dan inte-gratif. Pelibatan semua pihak yang ter-kait dan peduli, merupakan keharusan.Kalangan media massa sebagai mediakampanye dan kekuatan penekan, ka-langan pendidik dan iulmuwan, pene-gak hukum, LSM, politisi, dan sebagai-nya. Dan, yang tidak kurang pentingadalah penggalian sumber dana untukmelakukan semua kegiatan holistiktersebut dan pengembangan jaringankerja sama global.

*Konsultan WASPOLA

WAWASAN

Percik Oktober 2006 28

Amburadulnya lingkunganhidup, karena penebangan

hutan secara liar, pembalakan(illegal logging), homogenisasihutan, yang telah mengakibat-

kan kerusakan ekosistemwilayah tangkapan air, dalam

jangka panjang juga akanberpengaruh pada stok air, baik

air permukaan maupun airtanah, yang merupakan

kebutuhan pokok manusia.

FOTO: MUJIYANTO

Page 31: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Di awal era Orde Baru, sekitartahun 1975, Desa Bleberanmemperoleh proyek air bersih.

Proyek tersebut masuk berdasarkan pe-nunjukan langsung dari pemerintahpropinsi (Dinas PU). Sebelumnya ma-syarakat memperoleh air dari sumurdan sungai.

Air diambil dari mata air yang bera-da di Dusun Cakar Ayam salah satudusun dari delapan dusun yang ada diBleberan selain Losari, Bangon, Tegal-sari, Legundi, Bleber, Sempu danKanigoro. Sumber air tersebut berupamata air yang cukup potensial, karenakualitas airnya cukup bersih dan debitairnya besar, yaitu 40 liter/detik.Sumber mata air ini ditutup de-ngan beton agar terjaga kebersih-annya. Dulunya mata air ini digu-nakan untuk mengaliri sawah se-luas 4,5 hektar-3,4 hektar di anta-ranya tanah bengkok.

Pada awalnya semua tahappembangunan/pemasangan pipaberasal dari pemerintah sedang-kan warga tidak ikut dalampemasangan pipa. Jaringan perpi-paan yang dipasang pada tahun1975 berupa pipa besi untuk pipainduknya (d = 6 dim), sementarauntuk pipa yang mengalir kerumah-rumah menggunakan pipaPVC. Selain itu ada pembangunan pe-mandian umum sebanyak tiga buah,letaknya di Dusun Bangon yang dipe-runtukkan bagi warga yang tidakmampu membiayai penyambungan pi-pa ke rumahnya.

Cakupan LayananDusun yang terlayani oleh proyek ini

adalah Cakar Ayam, Bangon, Losari,dan Sumber Agung (termasuk desalain). Sedangkan Dusun Legundi, Kani-goro, dan Tegalsari tidak mendapatkanpasokan air karena letaknya di atas ma-ta air, padahal air itu dialirkan secaragravitasi.

Pengaliran air berawal dari DusunCakar Ayam, turun ke Bangon, kemudi-an ke Losari dan ke Sumber Agung. Du-sun Cakar Ayam bisa terlayani 90 per-sen, sedangkan di Dusun Bangon wargayang dapat dilayani hanya pada satu sisijalan karena di sisi jalan yang lainnya

warga banyak yang memakai sumur.Untuk Dusun Losari, warga yang terla-yani hanya yang berada di dekat pipa in-duk saja. Dusun Sumber Agung tidakdapat terlayani secara penuh tetapi ha-nya pada awal proyek saja karena keter-batasan debit air. Layanan ini berlang-sung di awal proyek.

Dengan berjalannya waktu, pe-

layanan air bersih makin lama makinberkurang. Ini akibat terjadinya banjiryang mengakibatkan pipa yang menujuke Dusun Sumber Agung putus. Akhir-nya jumlah warga yang mendapatkanfasilitas air bersih dari HIPAM (Him-punan Pemakai Air Minum) tinggal 13persen atau 144 KK (44 KK di Losari, 40KK di Bangon, dan 40 KK di CakarAyam). Itu pun dengan kondisi aliranyang tidak lancar.

Pengelolaan HIPAMPengelolaan air bersih di desa ini di-

laksanakan oleh pengurus yang terdiriatas ketua, sekretaris, bendahara, bagi-an teknis dan bagian penarikan. Pem-

bentukan pengurus dilakukansecara musyawarah yang peser-tanya meliputi kepala dusun,RT, aparat kelurahan, dan to-koh masyarakat. Kepengurusanterakhir periode 2000-seka-rang diketuai oleh sekretarisdesa. Karena ada konflik de-ngan kepala desa, kepengurus-an ini tak berfungsi.

Konflik itu pula yang me-nyebabkan pengelolaan ke-uangan yang sebelumnya ada ditangan bendahara (2000-2003), berpindah ke tangan ke-pala desa. Pada periode 2000-

2003, jumlah uang yang disetorkan daritiga dusun Rp. 90.000/bulan. Saat inijumlahnya meningkat. Dari Cakar Ayamdan Bangon saja bisa menyetorkan uangsebesar Rp. 110 .000 per bulan. Uangitu digunakan untuk membayar petugaspenagihan sebesar Rp. 30.000, yangawalnya hanya Rp. 5.000.

Pada awalnya konsumen HIPAM ti-

WAWASAN

Percik Oktober 2006 29

Kegagalan HIPAMdi Desa Bleberan, Kecamatan Jatirejo,

Kabupaten MojokertoOleh: Agnes Tuti Rumiati, MSc

Dr.Ir. Eddy Soedjono, MSc *

FOTO: AGUS TR

Sarana air bersih tak terawat

Page 32: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

dak dikenakan iuran tiap bulan, namunkarena terjadi kerusakan pemandianumum dan beberapa pipa maka sekitartahun 1980-an dilakukan penarikaniuran setiap bulannya. Pada tahun 1997mulai dipasang meter air dan ditetap-kan harga air adalah sebesar Rp.50/m3.Mulai tahun 2003 Dusun Cakar Ayam ju-ga diwajibkan membayar iuran tiap bu-lannya. Besarnya iuran yang dibayar ber-variasi jumlahnya, Rp. 1.000-Rp. 3.000tergantung jumlah keluarga, penggunaanpompa air, serta besarnya debit pemakai-an tiap-tiap konsumen.

Uang iuran juga digunakan untukpemeliharaan pipa yang dilakukan olehbagian teknis. Petugas ini mengontrolpipa setiap tiga hari untuk mengetahuiadanya kebocoran atau tersumbatnyapipa serta mengatur debit air.

Keterbatasan dana membuat pe-meliharaan pipa tidak maksimal danseadanya (misalnya penyambungan pi-pa bocor dengan ban bekas). Kondisi pi-pa sudah kurang memenuhi syarat. Ba-nyak pipa yang bocor dan putus. Pipa dihulu sering tersumbat. Padahal tidakada air valve sehingga untuk mengelu-arkan udara dan mengurangi tekanan,pipa dilubangi atau digergaji di tempat-tempat tertentu.

Pengembangan program pertamakali dilakukan pada tahun 1990 denganmemasang meter air di setiap rumahkonsumen HIPAM. Program ini diulanglagi tahun 1997. Ini dimaksudkan agarpemakaian air terkontrol. Sayangnyabanyak warga yang tak mau dan takmampu memasang meter air. Akibatnyaiuran pun tak jalan. Mereka ini memilihmenggali sumur. Meter air hanya ber-jalan 1-3 tahun.

GagalMengapa warga enggan berpartisi-

pasi dalam HIPAM ini? Menurut penu-turan warga, daerah pelayanannya tidakmerata ke seluruh warga, semakin haridebit yang keluar semakin kecil, bahkankadang mati, banyak pipa yang rusak

dan tidak diperbaiki dan kepengurusanyang tidak terorganisasi dengan baiktermasuk dalam transparansi pengelo-laan dana.

Kenyataan itu bisa terjadi karenaorganisasi HIPAM itu sendiri tidak di-persiapkan dengan baik sejak awal dantidak ada aturan main yang jelas terha-dap pengelolaannya. Kepengurusan ti-dak memiliki kemampuan teknis danmanajemen yang dibutuhkan. Ini bisadirasakan setelah organisasi itu berjalancukup lama. Bahkan pengelola ini puntidak mampu menghitung debit air danmerencanakan pola distribusinya seca-ra tepat termasuk bagaimana pemeliha-raan sarana dan prasarananya.

Faktor lain yang menyebabkan ke-gagalan yakni manajemen keuangan.Jumlah iuran dan biaya pasang baru ti-dak sesuai dengan besarnya biaya ope-rasional termasuk honorarium petugas.Hal ini menyebabkan petugas kurangprofesional pada saat menangani per-soalan teknis. Terkadang petugas harusmerogoh kocek sendiri untuk perbaikanpipa bocor. Sedangkan biaya perawatantidak ada. Kondisi ini semakin ambura-dul ketika manajemen keuangan diam-bil alih oleh kepala desa.

Penyebab lain yang tak bisa diabai-kan yakni pengurangan debit air yangkemungkinan disebabkan oleh peng-gundulan hutan. Dari tahun ke tahundebit air yang mengalir semakin menge-cil. Ini ditengarai akibat penebanganliar di sekitar sumber air. Di sampingitu, ada warga yang menggunakan pom-pa air untuk menyedot air langsung da-ri pipa dan ada kebocoran di pipa akibatulah warga.

RekomendasiKondisi sistem penyediaan air di

Bleberan masih mungkin dipertahan-kan. Hanya saja perlu ada perbaikanmanajemen. Debit air 40 liter/detikyang ada saat ini diperkirakan mampumelayani 10 ribu KK atau 40.000 jiwa.Ini jauh lebih besar dari jumlah KK di

Bleberan yang hanya 980 KK atau 3.460jiwa. Beberapa pembenahan yang harusdilakukan diantaranya:

1. Evaluasi sistem perpipaan yang ada.Selanjutnya perlu dikaji kemungkin-an pengembangan agar dapat mem-perluas cakupan layanan.

2.Penetapan aturan main pemakaianair seperti misalnya semua pe-langgan harus memasang meter air,tidak boleh memotong saluran danmenyedot air langsung dari pipamenggunakan pompa listrik. Aturanmain juga meliputi hak dan ke-wajiban pengguna air (termasukiuran bulanan untuk biaya penggu-naan air)

3. Peningkatan kualitas SDM pengelo-la, seperti misalnya peningkatankemampuan teknis pemeliharaan,penyambungan pipa, distribusi airdan sebagainya.

4.Penyempurnaan manajemen ke-uangan. Jumlah iuran untuk pasangbaru dan bulanan perlu ditinjaukembali, apakah sudah sesuai de-ngan biaya operasional yang dibu-tuhkan. Secara sederhana dapat di-hitung cost and benefit-nya se-hingga tidak sampai rugi dan bah-kan dapat digunakan untuk pe-ngembangan. Pengelolaan keuangandi dalam manajemen HIPAM sendi-ri perlu dilakukan pembenahan.Alokasi dana untuk gaji pengelola,perawatan infrastruktur dan alokasiuntuk pengembangan perlu dipikir-kan dengan cermat.

5. Perlu sosialisasi kepada warga ten-tang pengelolaan air karena kesadar-an warga adalah kunci utama agarpengelolaan air dapat dilakukan de-ngan sebaik-baiknya. Toleransi antar-warga sangat penting karena air sa-ngat dibutuhkan semua warga.

*) Dosen Institut Teknologi10 Nopember Surabaya (ITS)

tergabung dalam Unit PengkajianPengembangan Potensi Daerah

(UP3D-LPPM-ITS)

WAWASAN

Percik Oktober 2006 30

Page 33: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Matahari baru keluar dari per-aduannya. Otong, murid ke-las 2 madrasah ini sudah siap

dengan peralatannya. Sebuah keranjangbambu yang di sampingnya diikatkantali siap menemaninya. Hamparan sam-pah di Bantar Gebang telah menanti.

Ia sempat bercanda dulu denganadiknya, Oman yang berumur enam ta-hun. Sekitar pukul 07.00, ia berangkat.Ia tidak sendiri tapi dengan kakaknyaEmbi (14 tahun) dan juga Oman. Otongdan Embi ditugaskan oleh orang tuanyauntuk mengasuh Oman. Jadilah merekabertiga bekerja sambil bermain.

Sebelumnya Otong bukanlah pe-ngais sampah Bantar Gebang. Hanyakondisilah yang memaksanya menjadipemulung. Suatu ketika ibunya harusmelahirkan adiknya dengan operasicesar. Itu butuh biaya besar yaitu Rp. 7juta. Keluarga dengan enam anak ini takmemiliki uang sebanyak itu. Satu-satu-nya jalan adalah menjual hartanyayakni sebuah sepeda motor. Kendaraanroda dua ini laku dijual sebesar Rp. 8juta. Biaya operasi pun tertutupi. Uangsisa Rp. 1 juta kemudian dijadikan uangmuka untuk mengambil kredit motorbaru. Yang jadi persoalan kemudian,mereka harus mencicil uang kredit bu-lanan sebesar Rp. 460 ribu. Maka jadi-lah seluruh keluarga harus membantingtulang untuk mengejar uang setoran itu.

Kakak Otong tertua bekerja di tokomaterial di Bekasi. Tapi gajinya pas-pasan. Kakak perempuan lainnya mem-bantu ibunya berjualan sayur-sayurandi pasar. Hasil mereka tak bisa meme-nuhi seluruh kebutuhan rumah tangga.Imbasnya, Otong pun harus rela menja-di pemulung, pekerjaan yang tidak per-

lu keahlian dan kebetulan rumah dekatdengan Bantar Gebang.

Di TPA Bantar Gebang, Otong me-ngais sampah plastik dan lainnya yanglaku dijual. Ia pun berpacu dengan parapemulung lain yang kebanyakan remajadan dewasa. Setelah keranjang penuh,Otong membawa sampah tersebut kepinggir TPA. Di sana 'bahan' uang itudionggokkan. Ia pun kembali mengaissampah lagi hingga waktunya tiba. Sam-pah plastik itu nantinya dimasukkan kedalam karung dan kemudian dibawapulang.

Kalau hari sekolah, Otong pulangpukul 12.00. Sesampai di rumah, ia se-gera mandi dan makan siang. Setelahitu ia menuju ke sekolahnya di Blok Ka-um, Kelurahan Sumur Batu. Di sekolahsemiformal inilah Otong belajar layak-nya anak-anak seusianya. Hanya sajasekolah ini tidak mengeluarkan ijazahatau sertifikat sehingga lulusannya ti-dak bisa melanjutkan ke jenjang sekolahyang lebih tinggi.

Bila hari libur, Otong bersama adikdan kakaknya berangkat ke TPA pukul07.00 WIB pagi dan pulang pukul 15.00WIB atau 16.00 WIB. Mereka tak perlupulang tengah hari karena biasanya ibumereka mengirimkan makan siang keTPA. Namun seringkali anak-anak initidak makan siang sebab tidak dikiriminasi. Mereka hanya bisa minum yangmereka bawa dari rumah.

Otong menceritakan, pernah suatusaat ia bersama kakak dan adiknya me-nunggu kiriman nasi ibunya. Tapi nasiyang ditunggu-tunggu tak kunjung da-tang. Padahal perut sudah keroncongandan tak dapat ditahan. Akhirnya Otongmemutuskan pulang ke rumah, sekitarpukul 14.00 WIB. Sampai di rumahOtong bertanya pada ibunya, ''Kenapatidak dikirim nasi.'' Ibunya dengan en-teng menjawab, ''Kenapa kamu pulangsebelum pukul tiga sore.'' Otong hanyabisa terheran-heran.

Kerasnya kehidupan di Bantar Ge-bang memberi pelajaran bagi anak-anak

KISAH

Percik Oktober 2006 31

PEMULUNG ANAKdari Bantar Gebang

FOTO: BAGONG S

Otong sedang mengais sampah di Bantar Gebang

Page 34: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

ini untuk mencari akal agar bisa tetapmakan. Mereka biasanya selain mencariplastik juga mencari benda-benda yangbisa langsung ditukar dengan uang se-cara gampang. Barang yang mudahditukar itu antara lain sendok dan kranyang terbuat dari kuningan. ''Satu sen-dok dapat ditukar dengan es di Pak Bu-le,'' kata Otong menyebut penjual es dipinggir TPA. Tiga buah sendok bisa di-jual Rp 2.000, kran kuningan Rp500/buah.

Suatu hari Otong sangat senang ka-rena mendapat uang Rp 10.000 yangtercecer di antara tumpukan sampah.Saat itu ia sedang mengorek sampah.Tampak uang kertas Rp 10.000 me-nyembul dari barang-barang kotor itu.Hatinya sangat girang.

Setiap minggu Otong memperoleh25-30 kg sampah campuran. Hargasampah gabrugan-istilah sampah cam-puran-rata-rata Rp 500-700/kg. Se-tidaknya Otong mengantongi uang Rp17.500-Rp. 21.000 per minggu. Tapisampah ini tidak dijual mingguan tapisetiap bulan sekali. Sampah tersebut di-jual ke Bos Harun. Uang hasil penjualanlangsung dipegang ibunya. Masing-masing dari mereka bertiga dijatah Rp10.000 untuk jajan dan biaya pendi-dikan di madrasah.

Tahun ajaran baru 2006 lalu, Otongyang sudah berumur 12 tahun masuk keSDN Sumur Batu II. Karena usianyayang dianggap terlalu tua, ia sering di-olok-olok teman-temannya. Namun iatak berkecil hati, yang penting dapatbersekolah.

Nasib Otong bisa bersekolah lebihbaik dibandingkan Jumbo yang kiniberumur 13 tahun. Sudah beberapa ta-hun ini ia drop out dari pendidikan da-sar. Ibunya seorang janda miskin yangsetiap hari berjualan nasi di pinggirTPA. Belum lama ini warung yang ber-modal hanya dua ratus ribu rupiah itubangkrut karena modalnya digunakanibunya untuk berobat ke rumah sakit.Setelah itu ibunya terjerat rentenir-bank keliling-untuk melanjutkan usaha-

nya. Pinjam Rp. 200 ribu, ia harus me-ngembalikan Rp. 12.000 tiap hari sela-ma sebulan.

Kondisi ini mendorong Jumbo men-ceburkan dirinya mengorek sampah diTPA. Ia menjalankan pekerja ini layak-nya orang tua. Setiap hari, berangkatpagi, pulang tengah hari dan berangkatlagi ke bulok-sebutan untuk TPA -- pu-lang sore hari dengan menjinjing keran-jang sampah. Setelah sampah menum-puk 2-3 kwintal disortir, dipilah-pilahkemudian dimasukan ke dalam karung-karung yang telah disediakan. Biasanyasampah dipilah menjadi plastik mainan,LD, ember, beling, kaleng, atau logam.Kadang-kadang jika malas, Jumbomembiarkan sampah itu campur adukapa adanya. Setiap minggu Jumbo

menimbang atau menjual barangnyapada bos/lapak terdekat. Ia rata-ratamendapatkan uang Rp 50.000-Rp60.000 per minggu. Sebagian besaruang ini diserahkan kepada ibunya.

Banyak anak sebaya Otong, Embi,Jumbo bekerja membantu mencarinafkah untuk mencukupi kebutuhankeluarga. Ratusan pemulung cilik me-ngais sampah di TPA Bantar Gebangdan Sumur Batu. Hingga kini belum adastudi mendalam, data yang valid, bera-pa jumlah pemulung anak di sini danapa alasannya? Peluang pemulung anakuntuk berkembang menjadi terganggu,karena hidupnya berada dalam tekanankeluarga yang miskin. Mereka harusbekerja sedemikian rupa. Uangnya un-tuk keluarga. MJ/BS

KISAH

Percik Oktober 2006 32

T idak banyaklembaga yang

peduli pada kon-disi anak-anakyang terpinggirkanini. Satu yang ter-jun di tengah bautak sedap iniadalah TimRelawan TPABantar Gebangdengan pen-didikan TunasMuslim-nya. Tim ini menampunganak-anak yang tidak tersentuhpendidikan formal umum maupunagama. Lebih dari 60 anak ditam-pung di pendidikan Tunas MuslimIII, belum termasuk Tunas MuslimI yang berada di Ciketing Udikdan II di Blok Abah BewokKelurahan Sumur Batu.

Relawan ini kebanyakan orang-orang setempat. Lihatlah AndiAlim (37 th) dan Rudi Samanhudi(35 th) pengasuh TM III yang pen-duduk asli Sumur Batu. Dengan

keterbatasanyang adamereka men-jalankan visidan misinya.Makanya saatini pendidikanTM membu-tuhkan berba-gai dukunganmulai daripendanaanhingga buku-

buku pengajian seperti Tajwid,Fiqih, Juz Amah, Kamus BahasaArab, dan bacaan-bacaan Islamilainnya.

"Bila dibiarkan nasib anak-anakitu akan sangat menyedihkan.Siapa yang harus bertanggungjawab terhadap pendidik anak-anak pemulung dan yang miskinitu?" ujar Andi. Mereka berharapdapat mengangkat harkat danmartabat anak-anak tersebut,termasuk kalau bisa keluarganya.

MJ/BS

Kiprah Relawan Peduli PendidikanFOTO: BAGONG S

Page 35: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Pertambahan penduduk di perko-taan memunculkan permasalah-an baru. Lahan yang tersedia ti-

dak memiliki daya dukung yang me-madai bagi peningkatan jumlah pendu-duk. Di sisi lain setiap kepala keluargamemproduksi sampah. Barang ini tentuharus dibuang di tempat yang layak,yang tidak mengganggu kesehatan, ke-indahan, dan kenyamanan. Maka, mautidak mau masalah ini perlu pena-nganan yang segera.

Kondisi seperti itu dihadapi olehwarga Perumahan Mustika Tigaraksa,Kabupaten Tangerang, Banten, yangdihuni 1.687 kepala keluarga. Merekaberada di delapan RW dan 45 RT.

Awalnya pengembang menyediakantempat pembuangan sampah sementaradi salah satu sudut perumahan. Sedikitdemi sedikit sampah menumpuk. Sekaliwaktu dibakar. Tak ada persoalan yangberarti. Namun seiring pertumbuhanrumah baru dan pertambahan warga,tumpukan sampah itu mulai menjadipersoalan. Sampah makin menggu-nung. Belum lagi, warga mulai tak disi-plin membuang sampah. Sampah asaldilempar begitu saja. Tidak dibuangtepat di areal yang disediakan. Walhasilsampah berserakan. Bau tak sedap punmuncul. Padahal tak jauh dari tempatpembuangan sampah itu ada fasilitasibadah, berupa masjid. Bisa dibayang-kan bagaimana kondisinya.

Para pengurus RW dan RT memangpernah berinisiatif bekerja sama denganDinas Kebersihan setempat. Merekameminta Dinas Kebersihan meng-angkut sampah tersebut. Kompensa-sinya, warga membayar Rp. 150 ribuuntuk sekali angkut. Sayangnya keda-tangan truk pengangkut itu tidak perio-dik seperti yang diharapkan. Akhirnyasampah tetap menjadi masalah.

Kerja Sama dengan LSMKenyataan itu mau tidak mau meng-

haruskan para pengurus RW setempatmencari jalan keluar. Imam Sutopo,salah satu ketua RW yang mengkoordi-nasikan RW-RW lain saat itu, menje-laskan pihaknya mencoba menghu-bungi Bina Ekonomi Sumberdaya Ter-padu (BEST) Tangerang yang kantornyatidak terlalu jauh dari perumahan itu.Dia berharap LSM itu bisa membantumemecahkan problem sampahnya. Ga-yung pun bersambut karena LSM inimemang memiliki pengalaman danfokus di bidang persampahan dan sani-tasi.

BEST kemudian mengadakan surveikondisi kawasan. Setelah itu LSM inimengadakan presentasi mengenai pe-ngelolaan sampah yang memungkinkandi perumahan itu di hadapan para ketuaRW dan RT serta tokoh-tokoh masya-rakat. ''Ini adalah upaya penjajakan se-kaligus untuk melihat respon masya-rakat terhadap proposal yang kamitawarkan,'' kata Lubis, aktivis BEST.

BEST menawarkan fasilitas dan sis-tem pengelolaan sampah. BEST siap

mengelola sampah setiap keluarga de-ngan cara mengambilnya ke rumah seti-ap hari. Sebagai kompensasi setiap KKdikenai biaya pengelolaan sebesar Rp 10ribu/KK/bulan. Dari sisi model penge-lolaan, masyarakat memberikan responpositif. Tapi masyarakat masih ke-beratan dengan angka nominal yang di-tawarkan BEST. ''Angka itu terlalu ting-gi, karena masyarakat memiliki bebaniuran yang lain,'' kata Imam yang kinitak lagi menjadi RW.

Pembicaraan tak berhenti. Negosiasiberlanjut. Selama proses berlangsung,ada yang sempat menawar setengahdari angka tersebut dengan kompensasipengambilan sampah dua minggusekali. Ada yang menawar denganangka lainnya dengan kompensasi yanglain pula. Akhirnya, BEST mengajukanpenawaran Rp 4 ribu per KK dengankompensasi penyediaan lokasi, sanksi,jatah waktu angkut, dan peraturan lain-nya. Setelah digodok, disepakati iuranwarga sebesar Rp 3.700 per KK.

Semua RT sepakat dengan kerjasama itu kecuali satu RT yang menolakyakni RT 3/RW 7. Alasannya, merekaakan membangun sistem pengelolaansampah sendiri yakni dengan insinera-tor. Kendati dalam pelaksanaannyaasap dari insineratornya mencemari RT1 dan 2 dari RW itu, pengurus RT takpeduli. Kerja sama itu masih berlang-sung hingga kini.

Sistem PengelolaanPengelolaan ini menggunakan sis-

tem jemput langsung ke rumah. BESTmenggunakan armada berupa motorroda tiga-motor yang belakangnyadilengkapi bak. Motor ini berkeliling kerumah-rumah warga seminggu dua kaliuntuk mengambil sampah. Warga ting-gal meletakkan sampahnya di depan

REPORTASE

Percik Oktober 2006 33

Pengomposan KomunalAlternatif Penanganan Sampah Perumahan

Awalnya pengembang menyediakantempat pembuangan sampah

sementara di salah satusudut perumahan. Sedikit demi

sedikit sampah menumpuk.Sekali waktu dibakar.

Tak ada persoalan yang berarti.Namun seiring pertumbuhan rumah

baru dan pertambahan warga,tumpukan sampah itu

mulai menjadi persoalan.

Page 36: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

pintu gerbang rumahnya. Sampah inikemudian dikumpulkan di satu lokasiyang telah disepakati.

Sesuai kesepakatan, petugas BESThanya akan mengambil sampah dapur.Mereka tidak berkewajiban meng-angkut sampah berupa puing ataudahan sisa tebangan pohon. Namunmereka bisa diminta untuk mengurusisampah itu dengan negosiasi harga ter-lebih dahulu di lapangan.

Awalnya sampah warga yang ter-kumpul kemudian diangkut truk keTPS. Namun sistem ini menghadapikendala alam. Seringkali truk sampahkejeblos karena kondisi tanah di wila-yah itu yang belum stabil. Akhirnya sis-tem tersebut dikembangkan menjadipengelolaan sampah di tempat denganmenggunakan fasilitas yang diberinama Material Row Fasilities (MRF).

Tentang MRFMRF berbentuk bangunan dengan

luas 18 x 27 meter persegi. Bangunan itumenggunakan kerangka baja dan atapseng. Sekelilingnya dibangun tembok

setinggi dua meter dan dilengkapi de-ngan pintu gerbang. Bangunan yangdidanai oleh BORDA itu berfungsi seba-gai tempat pengumpulan sampah war-ga, pemilahan sampah antara yang or-ganik dan non organik, pengolahansampah organik menjadi kompos, pe-nyimpanan kompos,dan penyimpananbahan non organik yang akan dijual.Fasilitas ini dilengkapi dengan rumahjaga bagi karyawan. Operasionalisasifasilitas tersebut berasal dari iuran bu-lanan warga.

MRF dioperasikan oleh lima orangpekerja yang bekerja antara pukul 8.00-16.00 tiap hari. Mereka terdiri ataskoordinator dan empat karyawan.Mereka digaji oleh BEST. Karyawan inibertugas sebagian berkeliling mengam-bil sampah, sisanya mengolah sampahyang sudah terkumpul.

Sampah yang baru datang dima-sukkan ke dalam keranjang-keranjangbambu. Sampah kemudian dipilah.Sampah plastik dan non organik lainnyaseperti botol, kaleng, dan sebagainyadipisahkan. Sampah ini nantinya diber-

sihkan dan dikumpulkan. Setiap bulanada pembeli yang datang untuk membe-linya. Hasilnya untuk tambahan gajikaryawan. Sedangkan sampah organikdibuat kompos.

Pengomposan dilakukan dengan ca-ra memasukkan sampah ke dalam ce-takan berupa wadah yang terbuat darikayu dengan ukuran 1 x 1 x 1 m3. Tidakada perlakukan khusus terhadap tim-bunan sampah ini kecuali dibolak-baliksaja. Kompos ini siap 'dipanen' dalamwaktu 40 hari. Sebelum dijual komposini diayak dan dikemas.

Semua sampah yang masuk ke MRFbernilai ekonomis dan tidak ada yangterbuang. Selain itu dengan fasilitas ini,sampah tidak terlihat sebagai bendayang jorok dan bau, tapi terkelola de-ngan baik untuk menghasilkan sesuatuyang baru yang bisa dimanfaatkan.

Tanggapan WargaSecara umum warga menyatakan

sangat terbantu dengan sistem pengelo-laan sampah yang baru tersebut. ''Inisangat meringankan. Kita nggak usahlagi repot-repot buang sampah kelapangan (fasum),'' kata Nuryati, salahsatu warga. Mereka juga mengaku de-ngan sistem ini kebersihan lebih ter-jamin karena tidak ada lagi tumpukansampah yang menggunung yang me-nimbulkan bau tak sedap dan banyaklalat. ''Kebersihan jadi bagus,'' kata IbuEni warga lainnya.

Kedua warga ini mengaku besarnyakontribusi yang diberikan tidak terlalumahal. ''Ya, itu termasuk sedang,'' kataIbu Eni. Kontribusi ini lebih besar di-bandingkan iuran RT yang besarnya Rp.3 ribu, dan lebih kecil dibandingkaniuran mushala yang Rp. 10 ribu.

Kontribusi warga cukup besar, men-capai 90 persen. Kini warga yang ru-mahnya dekat dengan fasilitas MRF puntak lagi menggantungkan sampahnyadiambil petugas. Mereka datang sendirimembawa sampahnya. Walhasil sam-pah di perumahan itu tertangani sekali-gus jadi uang. MJ

REPORTASE

Percik Oktober 2006 34

FOTO: BORDA

Page 37: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Sudah menjadi kebiasaan kita,kalau buang air kecil alias ken-cing memerlukan air untuk me-

nyiramnya. Jika tidak disiram, ruanganakan berbau tidak sedap. Di sini air ber-fungsi untuk menetralisasi bau amoni-ak yang dikeluarkan oleh air kencing.Jika ruangan masih tetap bau, untukmenghilangkannya kita biasanya mem-berikan pengharum ruangan.

Bayangkan berapa air dan pengha-rum ruangan yang dibutuhkan per harihanya untuk menyiramdan menghilangkan bautak sedap dari air ken-cing. Kenyataan ini me-macu sebuah perusaha-an Amerika Serikat,Falcon Water Technolo-gies mencari terobosanbaru untuk mengatasihal itu. Melalui serang-kaian percobaan, per-usahaan itu mengenal-kan sebuah teknologiyang disebut WaterlessUrinal yakni tempatbuang air kecil tanpa ha-rus menyiramnya de-ngan air.

Konsep tempat bu-ang air kecil tanpa air inisangat sederhana. Me-nurut Klaus Reichardt,penemu teknologi ini,alat ini berbentuk huruf S. Ketika orangkencing, urin akan masuk ke cartridge(penyaring urin). Cartridge inilah yangberfungsi menggantikan air penyiram.Urin kemudian akan turun ke bagiancartridge, melalui tikungan, kemudianmenumpahkan ke pusat cartridge hing-ga turun ke pipa akhir. Cartridge ter-buat dari bahan cairan semacam alko-

hol dan minyak sehingga harus digantidalam beberapa pemakaian.

Teknologi ini menggunakan prinsip be-rat jenis. Ketika urin -- yang berat jenisnyalebih berat dari minyak -- masuk ke dalamcartridge, otomatis urin akan tenggelam dibawah minyak. Minyak inilah yang melin-dungi agar urin tidak mengambang danlangsung turun ke pipa tanpa mengeluar-kan bau. Sayangnya perusahaan tersebuttidak menjelaskan minyak jenis apa yangdigunakan sebagai filter air kencing ini.

Menurut pihak perusahaan, water-less urinal bisa menggantikan tempatbuang air kecil konvensional yang seka-rang ada. Negara yang sudah mencobamenggunakannya adalah India, yaknikamar mandi Taj Mahal. Hal yang samadicoba di sebuah sekolah dasar di kotaCalifornia.

Teknologi ini, oleh penemunya diya-

kini mampu menghemat energi dan air.Bahkan, kecanggihan waterless urinaltelah memenangkan penghargaan ting-kat dunia the 2006 Award for DesignExcellence Platinum Award. Alasannya,produk ini diklaim telah menghemat airsebanyak 40 ribu gallon per tahun! Ka-renanya, gedung hijau konsulat Ame-rika juga telah menggunakan konstruk-si baru dari produk ini.

Direktur Pemasaran Falcon Wa-terFree Technologies Randall Goble

menyatakan cara kerja tek-nologi ini jelas mendukungperindustrian. Menurut-nya, jika kita mampumenghemat penggunaanair sebanyak sepuluh per-sen, pasti 200 milyar galonair akan kita hemat pertahunnya.

Namun bukan berartitemuan itu bisa mulusdipasarkan. Temuan itumendapat tentangan. "Kamimenentang penemuan tem-pat kencing tanpa air ini. Pa-salnya, ada kemundurankesehatan jika mengguna-kannya," ujar Mike Arndt,direktur perkumpulan per-pipaan dan sanitasi diAmerika. Menurutnya, me-mang ada penghematandengan konservasi air,

tetapi ada efek negatifnya di balik itu. Sebaliknya, Chuck Gerba, ilmuwan

lingkungan Universitas Arizona di bi-dang ilmu mikrobiologi tidak menolaktemuan itu. Menurutnya, waterless uri-nal sudah cukup teruji kesehatan sani-tasinya. Dengan demikian diharapkanbau kamar mandi di tempat umum bisateratasi. Siapa mau mencoba? MJ

INOVASI

Percik Oktober 2006 35

Tempat Buang Air KecilTanpa Air Penyiram

Page 38: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Pemerintah belum mampu me-nyediakan prasarana dan saranapelayanan publik yang mema-

dai, di antaranya, dalam bentuk pela-yanan kebutuhan air minum. Pemenuh-an kebutuhan air minum penduduk me-lalui air minum perpipaan khususnyapenduduk miskin perkotaan, ditengaraidapat mengurangi beban pengeluaranair minum, beban pengeluaran bagi bia-ya pengobatan akibat penggunaan airminum yang tidak layak, dan mengu-rangi jumlah hari nonproduktif. Kondisiini akan mendorong peningkatan pro-duktivitas dan tabungan rumah tanggamiskin yang mengarah pada meningkat-nya pendapatan per kapita dan memba-iknya kesenjangan pendapatan, yangakhirnya berdampak pada peningkatankondisi perekonomian secara keselu-ruhan.

Investasi air minum, baik secara te-oritis maupun secara empiris, terbuktimendorong terjadinya pertumbuhanekonomi. Sementara itu, pemenuhankebutuhan air minum penduduk perko-taan, khususnya penduduk miskin, da-pat meningkatkan kesejahteraan pen-duduk yang berdampak pada perbaikandistribusi pendapatan. Kombinasi dariinvestasi air minum dan pemenuhan ke-butuhan air minum penduduk miskinperkotaan akan menghasilkan pertum-buhan pro-poor, yaitu pertumbuhanekonomi yang dapat mengurangi ke-senjangan pendapatan dan kemiskinan.Dikaitkan dengan kondisi DKI Jakarta,investasi air minum yang bersifat propoor merupakan suatu keniscayaan, de-ngan berbagai pertimbangan di an-taranya (i) tingkat urbanisasi yang ma-sih tinggi, dan (ii) proporsi penduduk

yang belum mendapat akses air minumperpipaan masih cukup tinggi.

Oleh karena itu, pertanyaan yangmengemuka adalah (i) apakah investasiair minum perpipaan di DKI Jakartatelah memicu pertumbuhan ekonomiyang bersifat pro-poor, (ii) apakahinvestasi air minum nonperpipaan diDKI Jakarta memicu pertumbuhanekonomi pro-poor; (iii) apakah subsidipemerintah dalam penyediaan airminum di DKI Jakarta memicu pertum-buhan ekonomi pro-poor.

Untuk menjawab pertanyaan terse-but, disertasi ini menggunakan modelkomputasi keseimbangan umum (Com-putable General Equilibrium/CGE) ataudisingkat model CGE. Model CGEadalah suatu sistem persamaan simul-tan tak-linier yang menyimulasikan pe-rilaku optimal dari semua konsumen danprodusen yang ada di dalam suatu per-ekonomian. Tiga skenario simulasi dite-rapkan dalam studi ini dengan meng-gunakan data SNSE DKI Jakarta Tahun2000 untuk mengetahui skenario pem-bangunan air minum yang dapat meng-arah pada pertumbuhan pro-poor, yaitu(i) simulasi investasi berupa pening-katan investasi air minum perpipaandan air minum nonperpipaan, (ii) simu-lasi subsidi berupa penyediaan subsidiair minum bagi rumah tangga miskinyang bersumber dari peningkatan pajakair minum perpipaan maupun pemerin-tah pusat, (iii) simulasi investasi dansubsidi berupa peningkatan investasiair minum perpipaan yang disertaipenyediaan subsidi air minum bagirumah tangga miskin, baik dari pe-ningkatan pajak air minum perpipaanmaupun pemerintah pusat.

Hasil simulasi menunjukkan bahwapeningkatan investasi air minum di DKIJakarta berdampak pada pertumbuhanekonomi tetapi tidak berpengaruh padapengurangan kesenjangan, yang berartipembangunan air minum di DKI Jakar-ta belum bersifat pro poor. Selain itu,agar terjadi pertumbuhan pro poor,investasi air minum perpipaan sebaik-nya disertai dengan penyediaan subsididari pemerintah pusat. Semakin besarnilai investasi, semakin besar subsidiyang perlu diberikan.

Beberapa rekomendasi penting, ya-itu (i) pemerintah daerah sebaiknyamenjadikan akses air minum bagi pen-duduk miskin sebagai salah satu targetdan indikator keberhasilan pembangun-an DKI Jakarta, (ii) penyediaan subsidibagi rumah tangga miskin masih diper-lukan jika proporsi rumah tanggamiskin yang belum mendapat akses airminum perpipaan masih relatif besar.Sumber dana subsidi yang potensil diantaranya adalah dana Corporate SocialResponsibility (CSR) dari perusahaan (iii)mengembangkan program pembangunanair minum berbasis masyarakat, (iv) airminum nonperpipaan masih dapat menja-di alternatif sumber air minum jika dila-kukan pembenahan aspek regulasi, penye-diaan sumber dana investasi, dan pening-katan jumlah sumber air seperti kranumum sehingga harga air minum nonper-pipaan menjadi terjangkau, dan (v) pem-benahan kendala akses bagi rumah tanggamiskin seperti biaya pemasangan yang ter-jangkau.

ABSTRAK

Percik Oktober 2006 36

Dampak Investasi Air Minum TerhadapPertumbuhan Ekonomi dan Distribusi

Pendapatan di DKI Jakarta

Disertasi Oswar Mungkasa, Program Studi Ilmu Ekonomi Program

Pascasarjana Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia, 2006

Page 39: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Kota-kota di Indonesia masih se-dikit yang memiliki instalasipengolahan lumpur tinja (IPLT).

Penyebabnya adalah belum ada kesa-daran yang baik dari para pejabat da-erah untuk memperhatikan dengan se-rius sektor yang kotor ini. Padahal ke-beradaan sarana ini bisa berpengaruhsignifikan terhadap kesehatan masya-rakat secara umum.

Malang sebagai kota sedang telahmelangkah selangkah di depan. Kota initelah memiliki IPLT. Untuk melestari-kan sarana ini, Pemkot setempat menyi-apkan perangkat aturan. Maka dikelu-arkanlah Perda No. 10 Tahun 2001 ten-tang IPLT. Ini dimaksudkan agar ma-syarakat turut serta berpartisipasi dalammembantu pembiayaan pemeliharaanair kotor dan tinja karena ternyata danayang dibutuhkan sangat besar. Selainuntuk pembiayaan, dana digunakanuntuk penambahan jaringan danpenanganan masalah lingkungan hidup.

Perda itu mengatur soal tata carapenggunaan instalasi pengolahan lum-pur tinja, retribusi, ketentuan pidana,sanksi, dan pengawasan. Perda ini ter-diri atas tujuh bab dan 11 pasal.

Perda itu menyebutkan bahwa wajibretribusi yang memanfaatkan IPLT wa-jib membayar retribusi. Yang dimaksudwajib retribusi adalah orang pribadiatau badan hukum yang menurut per-aturan perundang-undangan retribusidaerah diwajibkan untuk melakukanpembayaran retribusi daerah, termasukpemungut atau pemotong retribusitertentu.

Air kotor atau lumpur tinja yangakan diproses di IPLT diangkut daritempat penampungannya denganmenggunakan truk tangki khusus yangmemenuhi persyaratan baik yang di-kelola oleh pemerintah Kota Malangatau oleh pihak swasta. IPLT ini hanyaboleh digunakan sesuai dengan fung-sinya sebagai pengolahan air kotor danlumpur tinja. Pelayanan, penelitian, danpenarikan distribusi atas air kotor danlumpur tinja, limbah cair rumah tanggayang akan diproses di IPLT dilakukanoleh Dinas Kebersihan.

Perda ini mengatur soal retribusi.Retribusi dikenakan kepada wajib retri-busi. Pemungutan retribusi dilakukandengan cara menggunakan karcis padasaat mobil tangki pengangkut lumpurtinja memasuki areal IPLT untuk di-

proses lebih sempurna. Besarnya retri-busi ditetapkan sebesar Rp. 6.000 permeter kubik.

Mengenai ketentuan pidana, perdaini menyebutkan setiap orang ataubadan hukum yang melakukan usahayang berhubungan dengan air kotor danlumpur tinja dilarang membuang airkotor lumpur tinja dimaksud selainpada IPLT yang disediakan Pemda.Wajib retribusi yang tidak melaksa-nakan kewajibannya sehingga meru-gikan keuangan daerah diancam ku-rungan paling lama 3 (tiga) bulan ataudenda paling banyak 10 kali jumlah re-tribusi terutang. Sanksi juga akan dike-nakan kepada pengangkut air kotor ataulumpur tinja yang mengalami kebocor-an di perjalanan.

Untuk mengawasi pelaksanaan per-aturan daerah ini, Pemkot menyerah-kan tugas tersebut kepada polisi, pa-mong praja, Dinas Kebersihan, dan Ba-pedalda sesuai dengan bidang dan tugasmasing-masing.

Keberadaan Perda ini menjadi pa-yung hukum bagi upaya perlindungansumber air dari bahaya pencemaran,baik oleh bahan kimia, biologis, radioaktif, dan bahan pencemar lainnya sertaupaya-upaya agar air tetap tersedia da-lam jumlah yang cukup secara berkesinam-bungan. Perda ini juga untuk mencegahpencemaran air. Air kotor (limbah) ru-mah tangga bisa menyebabkan penu-runan kualitas air sampai ke tingkattertentu yang mengakibatkan air tidakberfungsi lagi sesuai dengan perun-tukannya.

PERATURAN

Percik Oktober 2006 37

Peraturan Daerah Kota Malang No. 10 Tahun 2001 tentang

Instalasi PengolahanLumpur Tinja (IPLT)

Keberadaan Perda ini menjadipayung hukum bagi upaya

perlindungan sumber air daribahaya pencemaran, baik oleh

bahan kimia, biologis, radioaktif, dan bahan pencemar

lainnya serta upaya-upaya agarair tetap tersedia dalam yang

cukup secaraberkesinambungan. Perda ini

juga untuk mencegahpencemaran air.

Page 40: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Choice modelling (model pilihan)adalah suatu metode yang se-ring digunakan dalam studi-

studi marketing untuk mengetahui pre-ferensi kemampuan membayar kon-sumen atas beberapa jenis produk yangditawarkan. Dalam studi ini, metode inidimodifikasi sedemikian hingga dapatdigunakan untuk barang-barang danjasa yang bersifat publik, seperti halnyafasilitas dan pelayanan sanitasi.

Pelaksanaan metode ini dilakukandengan cara menambahkan ModulModel Pilihan pada perangkat survei(kuesioner). Pada modul tersebut,responden diberi penjelasan mengenaibeberapa alternatif fasilitas pengelolaanair buangan untuk memperbaiki kondisisanitasi mereka. Tawaran yang dibe-rikan meliputi 3 alternatif, yaitu sistemjaringan pipa air limbah perkotaan, sis-tem komunal dengan menggunakan"small-bore sewer", dan MCK plus.Ketiga alternatif diberikan dengan spe-sifikasi teknis yang memenuhi standarkesehatan dan lingkungan. Respondendapat membandingkan ketiga alternatiftersebut satu sama lainnya maupun ter-hadap jenis pelayanan sanitasi yangmereka miliki sekarang (status quo).Untuk ke 3 alternatif tersebut, respon-den juga diberikan alternatif-alternatifdalam kaitan dengan kontribusi modalbagi keperluan konstruksi, kontribusitenaga untuk membantu selama kon-struksi, dan besarnya pembayaran perhari atau per bulan yang harus merekalakukan untuk menjamin keberlang-sungan operasi dan pemeliharaan fasili-tas-fasilitas tersebut. Dengan mem-berikan beberapa contoh kombinasimengenai fasilitas pengelolaan air bu-angan, kontribusi yang diharapkan, danbesarnya biaya O&M, maka dapatdipelajari pola pilihan setiap respondenyang selanjutnya dapat digunakan

untuk memperkirakan urutan jenisfasilitas yang paling disukai dan be-sarnya kemampuan membayar masya-rakat untuk itu.

Analisa yang dilakukan atas data-data yang diperoleh dari penerapanModel Pilihan tersebut menghasilkanpola pilihan atas fasilitas-fasilitas MCKPlus, sistem komunal, dan jaringan airlimbah perkotaan yang berbeda-bedauntuk setiap kota yang disurvei, sepertidapat dilihat pada tabel berikut:

Responden pada umumnya merasabahwa ketiga alternatif yang ditawarkanmerupakan perbaikan dari fasilitas sa-nitasi yang mereka miliki saat ini, seper-ti digambarkan oleh pola pilihan padakota-kota Jambi, Denpasar, Payakum-buh, Surabaya, dan Surakarta. Semen-tara responden di Bandung dan Ban-jarmasin tidak menyukai sistem komu-nal dan menganggap bahwa fasilitassanitasi yang mereka miliki saat inisudah lebih baik dari sistem komunalyang ditawarkan. Sebaliknya untukresponden di kota Blitar, mereka meni-lai dari ketiga alternatif yang dita-warkan tersebut, hanya sistem komunalyang merupakan peningkatan dari fasi-litas sanitasi yang mereka miliki se-karang. Mereka lebih memilih untuktetap dengan kondisi mereka sekarangdaripada beralih ke sistem jaringan lim-bah perkotaan ataupun MCK Plus.

Mengenai urutan alternatif yangdipilih, mulai dari yang paling disukaisampai dengan yang tidak disukai, tam-

pak bahwa hanya Denpasar yang memi-liki urutan pilihan yang sesuai denganapa yang dianjurkan oleh literatur. Ja-ringan limbah perkotaan menempatiurutan pertama sebagai sistem yang pa-ling diminati oleh responden di kota ini,disusul oleh sistem komunal dan selan-jutnya MCK Plus. Urutan ini sesuai de-ngan urutan kualitas pelayanan yangdiberikan oleh ketiga alternatif sistemtersebut. Jaringan limbah perkotaanmemiliki kemampuan pelayanan sani-

tasi yang tertinggi karena bukan hanyaair buangan dialirkan menjauhi rumahtangga sehingga rumah tangga terbebasdari risiko penyakit dan estetika yangburuk akibat kontak dengan air bu-angan, namun air buangan juga diolahpada suatu instalasi pengolah air lim-bah (IPAL) terpusat yang aman sehing-ga tidak mencemari lingkungan. Sistemkomunal pada dasarnya sama denganjaringan limbah perkotaan hanya skala-nya jauh lebih kecil, yaitu hanyamelayani beberapa puluh sampai bebe-rapa ratus rumah saja. Sistem ini jugadilengkapi dengan IPAL yang aman,walaupun secara teknis biasanya spesi-fikasinya tidak secanggih IPAL terpusat.Pada tahap pengembangannya, bebera-pa sistem komunal dapat digabungkanke sistem jaringan air limbah yang lebihluas, sehingga sistem komunal inibanyak diterapkan sebagai solusi se-mentara sebelum dapat dikonversimenjadi jaringan air limbah perkotaan.MCK Plus merupakan MCK yang

POJOK ISSDP

Percik Oktober 2006 38

Choice Model

Pilihan IVSistem KomunalSistem KomunalJaringan Limbah Status QuoStatus QuoStatus QuoStatus QuoStatus QuoStatus Quo

Pilihan IIIStatus QuoStatus QuoMCK PlusMCK PlusMCK PlusMCK PlusJaringan Limbah Sistem KomunalMCK Plus

Pilihan IIMCK PlusJaringan Limbah Status QuoJaringan LimbahSistem KomunalJaringan Limbah MCK PlusJaringan Limbah Jaringan Limbah

Pilihan IJaringan LimbahMCK PlusSistem KomunalSistem Komunal Jaringan Limbah Sistem KomunalSistem KomunalMCK PlusSistem Komunal

KotaBandungBanjarmasinBlitarJambiDenpasarPayakumbuhSurabayaSurakartaGabungan 8 Kota

Page 41: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

dilengkapi dengan IPAL. Dengan pe-ngelolaan yang baik, sistem ini cukupaman bagi lingkungan dan kesehatandan cukup nyaman digunakan walau-pun sifat pelayanan yang diberikan bu-kanlah sambungan rumah.

Secara umum, sistem komunal me-rupakan sistem yang paling banyak di-sukai, yaitu sebagai pilihan pertamadari 4 kota yang terlibat dalam surveiini, yaitu Blitar, Jambi, Payakumbuh,dan Surabaya. Cukup menarik untukdiamati bahwa selagi sistem komu-nal ini merupakan pilihan yang palingdisukai di 4 dari 8 kota yang disurvei,responden di 2 kota yang lain, yaituBandung dan Banjarmasin, justru tidakmenghendaki sistem komunal sama se-kali dan menganggap bahwa sistem inilebih buruk dari fasilitas sanitasi mere-ka sekarang. Jaringan limbah sebagaipilihan pertama dipilih oleh respondendi kota Bandung dan Denpasar, se-mentara responden di kota Banjarmasindan Surakarta lebih memilih MCK plussebagai pilihan pertama. Yang juga me-narik adalah fakta bahwa hanya 1 kota,yaitu Blitar yang respondennya meng-anggap bahwa MCK Plus merupakan pi-lihan yang lebih buruk dari sarana sani-tasi mereka sekarang. Hal ini konsistendengan kondisi responden yang padaumumnya miskin dengan akses ke sa-rana sanitasi pribadi yang umumnyaburuk sehingga dalam kesehariannya-pun sebagian dari mereka memilihuntuk menggunakan MCK umum. Halini umum terjadi pada masyarakat pen-datang dan pengontrak dengan fasilitassanitasi pada lokasi kontrakan yangsangat terbatas.

Pola pilihan seperti tersebut di atasmerupakan agregat dari pola pilihan ditingkat rumah tangga pada lokasisurvei. Walaupun pada pelaksanan sur-vei ini responden telah dijelaskan me-ngenai karakteristik ketiga alternatifyang ditawarkan tersebut, pengetahuandan pengalaman responden atas ketigaalternatif tersebut tampak jelas mewar-

nai pola pilihan mereka. Dari 8 kotayang disurvei, hanya Denpasar danBandung yang respondennya menem-patkan jaringan air limbah perkotaansebagai pilihan pertama. Pada kenya-taannya, sebenarnya ada 3 kota yangsaat ini telah memiliki jaringan air lim-bah terpusat, yaitu Bandung, Denpasar,dan Surakarta. Jaringan air limbah diDenpasar saat ini sedang dalam tahappembangunan dan dapat dikatakansebagian besar penduduk Denpasartahu mengenai hal ini. Kota Bandungtelah memiliki jaringan air limbah sejaklama, walaupun cakupannya masih ter-batas, tetapi telah cukup dikenali olehwarganya. Sementara untuk Surakarta,cakupan jaringan air limbahnya masihsangat terbatas dan kebetulan tidak adayang berdekatan dengan lokasi sam-pling pada studi ini. Pengalaman lang-sung berhubungan dengan jaringan airlimbah perkotaan tampaknya memangberpengaruh pada pilihan responden.Responden di Surakarta hanya menem-patkan jaringan air limbah sebagai pi-lihan kedua, setelah MCK Plus.

Pengalaman dan pengetahuan me-ngenai sistem yang ditawarkan ini pulayang menyebabkan sistem komunalmerupakan sistem yang paling banyakdipilih, mengingat sistem ini palingbanyak digunakan (melalui programSANIMAS) dengan tingkat keberha-silan yang cukup baik. Masyarakattampaknya cukup diyakinkan bahwasistem ini dapat berhasil dengan baikdan pada kenyataannya cukup mudah

direalisasikan. Masyarakat Blitar sudahsangat mengenal sistem komunal, se-hingga buat mereka tampaknya sistemyang diharapkanpun hanya sistem ko-munal; terbukti dari pola pilihan yangmenempatkan jaringan air limbah danMCK Plus di bawah sarana sanitasi me-reka sekarang (status quo). Kasus yangsenada tampaknya juga menjelaskanmengapa MCK Plus merupakan pilihanpertama di Surakarta. Pada lokasi-lo-kasi survei di kota ini, MCK umum yangada pada umumnya dalam kondisi yangcukup baik, masyarakat sudah terbiasadengan MCK, dan sebagian besar res-ponden merupakan warga pendatangyang tinggal di rumah kontrakan yangtentunya tidak memiliki kewenanganuntuk menentukan jenis fasilitas ditem-pat mereka mengontrak sehingga alter-natif yang membutuhkan sambunganrumah jadi tidak terlalu menarik.

Pola pilihan yang berhasil digali da-ri studi ini juga mengindikasikan priori-tas pemecahan permasalahan di ling-kungan sendiri terlebih dahulu. Sebe-lum ditanya mengenai pilihan alternatifyang diinginkan, responden telah dije-laskan terlebih dahulu bahwa kelebihandari sistem jaringan limbah perkotaanadalah permasalahan lingkungan yanglebih luas pada skala kota dapat lebihbaik ditangani. Fakta bahwa sistemkomunal tetap lebih banyak diminatidari jaringan air limbah perkotaan se-dikit banyak mengindikasikan bahwabuat para responden yang penting ada-lah memecahkan masalah di tingkatmereka sendiri dahulu. Sekalipun studiini tidak mengelaborasi lebih jauhalasan-alasan di balik pilihan respon-den, gejala ini konsisten dengan kecen-derungan dari penduduk yang berpen-dapatan rendah untuk hanya pedulipada masalah-masalah mendesak yanglangsung mereka hadapi. Bagi mereka,masalah lingkungan yang lebih luasmasih merupakan hal yang terlalu"mewah" dibandingkan dengan tuntut-an masalah hidup mereka yang sangat

POJOK ISSDP

Percik Oktober 2006 39

Kota Bandung telahmemiliki jaringan

air limbah sejak lama,walaupun cakupannya

masih terbatas,tetapi telah cukup

dikenali oleh warganya.

Page 42: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

didominasi oleh masalah keseharian,dengan pola pendapatan yang juga ha-rian, ditambah lagi dengan tidak adanyajaminan pekerjaan yang menerus danstabil.

Selain pola pilihan, studi ini juga meng-ukur keinginan masyarakat miskin di 8kota yang disurvei untuk membayar dalamupaya peningkatan sarana sanitasi mereka.Tingkat keinginanan membayar (willing-ness to pay) ini tentunya sejalan dengantingkat preferensi mereka terhadap alter-natif yang ditawarkan. Yang diukur padastudi ini adalah berapa banyak respondenmau membayar setiap bulannya untukberalih dari sarana sanitasi yang merekamiliki sekarang ke salah satu dari ketiga al-ternatif yang ditawarkan tersebut. Dengandemikian, untuk alternatif-alternatif yangmereka anggap tidak lebih baik dari kon-disi status quo mereka, perkiraan ke-mauan membayar mereka menjadi nega-tif, atau dengan kata lain mereka tidakingin beralih ke alternatif yang dita-

warkan tersebut. Secara ringkas kondisikemauan membayar per bulan perrumah tangga untuk ketiga alternatifyang ditawarkan pada 8 kota yang di-survei dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik di atas menunjukkan bahwamasyarakat miskin pada lokasi yangdisurvei memiliki keinginan membayaruntuk salah satu alternatif yangditawarkan antara Rp.4.700 sampaiRp. 67.000 per rumah tangga perbulan. Yang terendah adalah untuk pi-lihan jaringan air limbah di Banjar-masin, dan yang tertinggi adalah untuksistem komunal di Payakumbuh. Ke-inginan membayar untuk MCK Plusberkisar antara Rp. 8.300 per KK perbulan (di Bandung) sampai dengan Rp.53.000 per KK per bulan (di Su-rabaya). Untuk sistem komunal, ke-inginan membayar per KK per bulanberkisar antara Rp. 28.400 (diSurakarta) sampai dengan Rp. 67.000(di Payakumbuh). Sedangkan untuk

jaringan limbah perkotaan, yang teren-dah adalah Rp. 4.700 per KK per bulan(di Banjarmasin) dan yang tertinggiadalah Rp. 54.000 per KK per bulandi Payakumbuh).

Perkiraan keinginan membayartersebut di atas cukup menggambarkanrealitas yang ada. Pengalaman denganprogram SANIMAS selama ini menun-jukkan bahwa masyarakat pengguna ra-ta-rata mengeluarkan antara Rp.15.000 sampai Rp. 35.000 per KKper bulan untuk fasilitas MCK Plus.Sementara untuk sistem komunal SA-NIMAS, selama ini setiap keluarga yangtersambung pada sistem tersebut mem-bayar antara Rp. 20.000 sampai de-ngan Rp. 45.000 setiap bulannya.Perkiraan keinginan membayar terse-but menunjukkan bahwa sistem SANI-MAS yang selama ini digunakan sebagaialternatif penanganan permasalahansanitasi di daerah (miskin) perkotaancukup menjanjikan untuk juga diterap-kan pada kota-kota lain di Indonesia.

Mengenai keinginan untuk memba-yar fasilitas jaringan limbah perkotaanyang rata-rata pada kisaran Rp 30.000sampai Rp. 40.000 per KK per bulan,jumlah ini juga menunjukkan potensiyang cukup baik walaupun belum cukupuntuk menjamin pembiayaan sistemjaringan air limbah yang berdasarkanliteratur membutuhkan rata-rata Rp.50.000 sampai Rp. 100.000 per KK perbulan. Walaupun demikian, angka te-muan ini tetap menjanjikan.Kom-binasinya dengan subsidi pemerintah,pola subsidi silang pada pentarifanpelayanan air limbah, dan pengaturanyang ketat dan konsisten yang mewa-jibkan masyarakat berpenghasilanmenengah - tinggi untuk tersam-bung ke sarana limbah perkotaan,diyakini dapat membuka jalan bagirealisasi pembangunan sistemjaringan air limbah perkotaan, yanguntuk sebagian besar kota-kota besardi Indonesia mau tidak mau harusdilaksanakan di masa-masa men-datang.

POJOK ISSDP

Percik Oktober 2006 40

mckplus

mckplus

mckplus

mckplus

mckplus

mckplus

mckplus

komunal

komunal

komunal

komunal

komunal

komunal

sewer

sewersewersewer

sewersewer

sewer

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Band

ung

Banj

arm

asin

Blita

r

Jam

bi

Denp

asar

Paya

kum

buh

Sura

baya

Sura

karta

Lokasi Studi

Kein

gina

n Un

tuk

Mem

baya

r (ri

buan

Rp.

)

Grafik: Keinginan Membayar Sarana Sanitasi per Bulan per Keluarga

Page 43: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Dalam kurun waktu 2004-2005,Plan Indonesia melakukan upa-ya signifikan di sektor Penye-

diaan Air Bersih dan Sanitasi Ling-kungan. Plan memobilisasi sumber da-ya guna meningkatkan sanitasi lingkung-an dan penanganan masalah air bersihdi antaranya dengan membangun fasili-tas air bersih bagi masyarakat di 80desa terpencil terutama untuk merekayang menemui kesulitan dalam mem-peroleh air yang aman untuk dikonsum-si. Proyek air dan sanitasi lingkunganini telah memberi manfaat setidaknyabagi 15.000 keluarga di Indonesia.

Pada Oktober 2005, Plan Indonesiamenandatangani Nota Kesepakatan de-ngan Bappenas sebagai landasan resmi ban-tuan Plan kepada Pemerintah Indonesiadalam mengimplementasikan program airminum dan sanitasi lingkungan. Lo-kakarya terkait telah diselenggarakan dandihadiri pejabat Bappenas, DepartemenPekerjaan Umum, Departemen Kese-hatan, dan Departemen Dalam Negeri,yang memberi masukan bagi pembuatanrencana aksi bersama antara PemerintahIndonesia dan Plan.

Saat ini kegiatan lain yang terkaitdengan pemeliharaan kesehatan jugatelah dikembangkan di 12 kantor pro-gram Plan dan telah menambah penge-tahuan masyarakat akan dampak darikurangnya kebersihan sehingga me-ningkatkan pengetahuan akan perilakuhidup sehat. Hal ini dilakukan melalui:(a) Pelatihan atas 500 sukarelawan/gu-ru yang akan mempromosikan pemeli-haraan kesehatan; (b) Mendidik ibu ha-mil dan kader; (c) Mendidik anak usiasekolah.

Pendidikan pemeliharaan kesehatanjuga telah menjangkau 50 Pusat Aditu-ka (Asuh Dini Tumbuh Kembang Anak),

di mana disediakan air bersih dan MCKbagi anak. Selain itu, pendidikan peme-liharaan kesehatan menjadi prioritasbagi siswa sekolah, yang akan menjang-kau keluarga dan masyarakat sekitarmereka. Kebersihan sekolah dan pendi-dikan pemeliharaan kesehatan diperla-kukan sebagai komponen kunci dariprogram "FRESH" (Focusing Resourceon Effective School Health) yang dite-rapkan di 70 sekolah dan melibatkan3.500 anak. Penggunaan sumber airdan fasilitasi kebersihan serta promosikebersihan merupakan komponen uta-ma pendekatan ini.

Program FRESH yang dicanangkanpada tahun 2000 oleh WHO memilikitujuan untuk mendorong pembuatankebijakan dalam hal kesehatan sekolah,pemberian pelayanan kesehatan di se-kolah, pendidikan kesehatan berbasisketerampilan, dan akses untuk menggu-nakan fasilitas pemeliharaan kesehatanyang memadai. Demikian halnya, Planmendukung pula pengembangan jalurpenyebaran informasi tentang perilakuyang sehat: dari anak-ke anak-ke orang-tua-ke masyarakat. Para pelajar di seko-lah memegang peranan penting dalammeningkatkan kesehatan sekolah.

SEPUTAR PLAN INDONESIA

Percik Oktober 2006 41

Plan Indonesia dalam Program Airdan Sanitasi Lingkungan

A bdullah, 43, tidak dapat menyem-bunyikan kegembiraannya ketikamelihat anak berwudhu di kran air

di depan rumahnya, sebelum pergi sholatdi siang hari itu. Menurut Abdullah, se-belum proyek perpipaan yang didukungoleh Plan, sangatlah sulit untuk menda-patkan air.

"Seperti orang lain di desa, saya, istri,dan anak saya dulu harus mengambil air dimata air, yang jaraknya sekitar tiga kilo-meter di waktu subuh. Kami mandi dan sa-rapan di sana. Tapi sekarang, semuanyasudah benar-benar berubah," kata Ab-dullah, Februari lalu

Di Desa Daha, Kabupaten Dompu, NusaTenggara Barat, tempat Abdullah tinggal,tercatat lebih dari 300 rumah sudah terhu-bungkan dengan pipa air. Angka tersebutbakal meningkat sejalan dengan rencanakomite pengguna air bersama Plan untukmemperluas cakupan ke beberapa desalain.

Proyek perpipaan ini dibangun padaMei 2005. Masyarakat setempat bergo-tong-royong menggali lubang dan mele-takkan pipa, sementara Plan menyediakanbahan lain, seperti semen dan ahli teknis-nya. Melalui proyek ini, masyarakat ber-hasil membangun tempat penampunganair yang disalurkan dari mata air dan

dialirkan ke beberapa tempat yang mudahdijangkau penduduk. Masyarakat telahmembentuk komite pengguna air untukperawatan sarana. Setiap keluarga dike-nakan biaya 1.000 rupiah (10 sents) setiapbulan.

Untuk Dusun Tenga dan Madawa diDesa Daha, Plan merasa perlu merealisa-sikan harapan akan proyek saluran air itu.Dari banyak organisasi yang datang kedesa ini, hanya Plan yang dengan cepatmenanggapi kebutuhan ini.

"Namun, hal itu tidaklah mudah.Plan mengajukan sejumlah syarat yangharus diikuti, di antaranya kesediaankami memberi kontribusi. Proyek terse-but harus melibatkan anggota ma-syarakat termasuk anak mulai dari pe-rencanaan, desain, hingga perawatan-nya,'' tambah Abdullah.

Menurutnya, instalasi pipa hanyamemakan waktu empat hari. Pekerjaan itulebih cepat tiga hari dari rencana. "Karenakebutuhan air sudah sangat mendesak,kami bekerja lebih cepat dan menge-rahkan seluruh tenaga,’’ kata Abdullah. Ki-ni beberapa anak suka mandi tiga kali se-hari. "Kini kami punya waktu lebih untukberkebun." Dan satu hal, mereka memilikipengalaman dalam perencanaan hinggaperawatan. (Plan)

"Kini Kami Lebih Mudah Mendapat Air"

Page 44: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Kekeringan bisa dianggap sebagai mu-sibah, tapi bisa jadi berkah bila di-

kelola dengan baik. Penulis buku ini meng-ajukan dua filosofi sederhana agar keke-ringan menjadi suatu berkah yakni perta-ma, bagaimana menyimpan kelebihan airmusim hujan dan mendistribusikannya pa-da musim kemarau. Kedua, memilih komo-ditas secara horizontal maupun vertikal yangsesuai dengan tingkat ketersediaan air.

Untuk menyimpan air di musim hujandan mendistribusikannya pada musim ke-marau sangat sederhana. Dengan menggu-nakan citra satelit dan foto udara yang ska-lanya proporsional, maka lokasi, jumlah,dan dimensi penampungan air dapat dipe-takan. Sudah ada pilot proyek untuk me-nentukan kriteria lokasi seperti jenis tanah,lereng, batuan/bahan induk yang dikerja-kan sejak tahun 2000.

Pemilihan komoditas yang tepat dapatmeminimalisasi risiko kekeringan dan me-ningkatkan pendapatan usaha tani. Secara

vertikal pemilihan komoditas dapat dila-kukan dengan mengganti jenis, misalnyadari padi ke palawija. Sedangkan secarahorizontal, pemilihan diarahkan terhadapbeberapa varietas padi mana yang pera-karannya dalam, atau berumur genjah.

Selain itu, kekeringan dapat juga ditekandengan pengembangan channel reservoiryang berfungsi menampung aliran per-mukaan dan hujan serta meningkatkan pro-duktivitas lahan. Secara konsep, channelreservoir merupakan pengembangan darisistem sawah dengan teras bertingkat yang

sejak lama diketahui sangat ideal dalammenampung, menyimpan, dan mendis-tribusikan air di alam. Channel ini dibangundengan membendung aliran air di alur su-ngai sehingga air yang mengalir dicegat un-tuk mengisi reservoir maupun mengalir kesamping untuk mengisi cadangan air tanah.

Ada tiga manfaat channel reservoir.Pertama, menampung sebagian besar vo-lume air hujan dan aliran permukaan se-hingga dapat menekan risiko banjir hilirkarena volume air yang mengalir ke hilirrendah. Kedua, menurunkan kecepatanaliran permukaan, laju erosi dan sedimen-tasi sehingga waktu air menuju hilir akanlebih lama dengan tingkat sedimentasiyang rendah. Ketiga, peningkatan cadang-an air tanah pada musim hujan akan mem-berikan persediaan air yang memadai dimusim kemarau. Lebih ideal lagi apabilachannel reservoir dibangun secara ber-tingkat yang lazim dikenal sebagai channelreservoir linear in cascade. MJ

A da anggapan selama ini bahwa pe-ngelolaan limbah rumah tangga, khu-

susnya tinja, merupakan tanggung jawabrumah tangga itu sendiri. Asalkan setiaprumah memiliki jamban, penangananjamban dianggap sudah memadai. Namunberbagai data menunjukkan bahwa angkapenderita diare masih sangat banyak danair bawah tanah tercemar. Hasil penelitianmengungkap itu terjadi bermula dari tinja.Ini menjadi salah satu problem perkotaanhingga kini.

Di sisi lain, pemerintah hanya menga-lokasikan sekitar 820 juta dolar AS untuksektor sanitasi dalam 30 tahun terakhir.Artinya, setiap penduduk Indonesia hanyakebagian Rp. 200. Ini tentu sangat sedikitdari jumlah ideal Rp. 47.000 per tahunnya.Maka tidak heran banyak masalah yangmuncul. Bahkan data menunjukkan 100ribu anak mati karena diare.

Yang mengkhawatirkan, Indonesia be-lum memiliki regulasi tentang tangki sep-

tik. Tangki penampung tinja ini bolehdibangun di mana saja. Konon di Jakartaada 100 ribu tangki septik. Selain itu tidakada aturan yang mengharuskan setiaprumah tangga secara rutin menyedot tang-ki septik tersebut. Celakanya lagi tidak adapihak yang merasa berkepentingan untukmemerika kondisi tangki septik di wilayah-nya.

Kenyataan itu jelas berbeda denganperkembangan di kota-kota lain di dunia.

Di sana pengelolaan limbah rumah tanggamulai menggunakan sewerage system.Sistem ini pernah diterapkan di Bandung,Cirebon, Solo, dan Yogyakarta pada zamanBelanda, tapi justru ditinggalkan setelahmerdeka. Model seperti ini sekarang ada di10 kota yakni Balikpapan, Banjarmasin,Bandung, Jakarta, Medan, Prapat, Sura-karta, Tangerang, dan Yogyakarta. Sayang-nya kinerjanya tak memuaskan dan cakup-an layanannya hanya 10 persen pendudukkota.

Karena itu, pembenahan perlu segeradilakukan. Kota dan kabupaten harus me-nempatkan urusan ini sebagai kewajiban.Menurut organisasi kesehatan dunia(WHO) tiap 1 dolar investasi di bidang sa-nitasi akan memberikan keuntungan eko-nomi sama dengan delapan dolar AS. Un-tuk bisa mewujudkan itu Pemkot danPemkab harus menggandeng semua pihakterkait dan masyarakat. Dan itu harus di-mulai dari sekarang! MJ

INFO BUKU

Percik Oktober 2006 42

Channel Reservoir, Atasi Banjir dan Kekeringan

Buang Air, Bukan Lagi Urusan Pribadi

Judul:KUMPULAN PEMIKIRAN:

BANJIR DAN KEKERINGAN-PENYEBAB, ANTISIPASI,

DAN SOLUSINYAPenulis: Gatot Irianto

Penerbit : CV Universal Pustaka Media, 2003 Tebal: xiii + 135 halaman

Judul:SANITASI PERKOTAAN:

POTRET, HARAPAN, DANPELUANG. INI BUKAN LAGI

URUSAN PRIBADIPenulis: Tim Bappenas, WSP-EAP

Bank Dunia, AKADEMIKA,PT Waseco Tirta, dan BaliFokus

Penerbit: Bappenas dan WSP-EAP Bank DuniaTahun Terbit: 2006

Tebal: iv + 31 halaman

Page 45: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

INFO SITUS

Percik Oktober 2006 43

Penggunaan Kembali (Reuse)http://www.ciwmb.ca.gov/reuse/

P enggunaan kembali (reuse) didefi-nisikan sebagai menggunakan se-

suatu di luar kegunaan awalnya tanpamelakukan proses pengubahan struktursecara signifikan pada sesuatu tersebut.Penggunaan kembali merupakan sebu-ah ide sederhana, bisa menghematuang, energi, sumber daya dan ruangTPA, serta sangat bisa dilakukan olehsiapa saja.

Penggunaan kembali merupakan ta-hap kedua dari proses bertingkat me-ngurangi sampah yakni reduce, reuse,dan recycle merupakan program pen-ting untuk mengurangi sampahsebelum sampai ke tempat pembuanganakhir (TPA). Di negara bagian CaliforniaAS, mengurangi sampah ini telah dipro-gramkan dalam peraturan pemerintahsetempat.

Banyak keuntungan yang diperolehdengan menggunakan kembali material.Salah satu di antaranya adalah mencip-takan lapangan kerja baru. MenurutInstitute for Local Self-Reliaance, adapotensi besar untuk menciptakan la-pangan kerja baru melalui upaya meng-gunakan kembali. ''Seandainya sete-ngah dari 25,5 juta ton benda yang ta-han lama seperti furnitur, pakaian, danpermesinan sekarang yang tidak terpa-kai di AS digunakan kembali, lebih dari110 ribu pekerjaan baru akan muncul.''

Situs milik Dewan Pengelola Sam-pah Terpadu ini memberikan gambaran

berbagai hal mengenai penggunaankembali. Di dalamnya juga ada pro-gram-program yang dilakukan dan ban-tuan yang diberikan oleh dewan itu da-lam rangka mengurangi sampah.

Penampung dan PenyalurAlat Elektronik Bekas

http://www.recycles.org/index.htm

M ungkin belum ada lembaga swa-daya masyarakat (LSM) yang ber-

gerak khusus di bidang daur ulang danpenggunaan kembali komputer bekas.Namun di luar negeri, lembaga sepertiini cukup banyak karena memang ting-kat penggunaan barang di negara-nega-ra maju tidak seperti di Indonesia yangmenunggu sampai rusak. Di sana ba-rang yang sudah habis masa pakainyabiasanya dibuang alias diafkir.

Recycle.org mencoba menampungkomputer-komputer bekas tersebut ke-mudian menyalurkannya kepada mere-ka yang membutuhkan. Dan untuk ke-perluan itu, semua layanan diberikansecara cuma-cuma. Mereka yang butuhpun tinggal mengontak LSM ini tentudengan identitas dan autentifikasi yangjelas.

Melalui layanan ini, LSM ini menco-ba mengurangi sampah komputer danalat elektronik dibuang sia-sia, padahalteknologi yang ada di dalamnya masihbisa dimanfaatkan dan memiliki nilaiproduktivitas. Anda tertarik untuk men-donasikan barang elektronik bekas An-da, atau justru Anda membutuhkannya?Coba buka situs ini.

Penggunaan Kembalivs Daur Ulang

http://www.care2.com/channels/solu-tions/home/106

B anyak orang yang tidak bisa mem-bedakan antara penggunaan kem-

bali dan daur ulang. Padahal keduanyamemiliki perbedaan yang nyata. Peng-gunaan kembali tak memerlukan prosesproduksi kembali untuk menggunakan-nya, sedangkan daur ulang merupakanupaya untuk menciptakan produk barudari benda/barang yang sudah tidakterpakai. Penggunaan kembali memper-tahankan kegunaan barang lebih lama.

Mengapa penggunaan kembali sa-ngat penting? Sebab pada saat yangbersamaan ada tuntutan untuk mengu-rangi sampah. Penggunaan kembalijuga mempertahankan kualitas barangagar tetap bernilai ekonomis. Karena-nya, sebenarnya penggunaan kembalilebih efektif dibandingkan dengan daurulang. Alasannya, penggunaan kembalimenjadikan barang tak menjadi sam-pah, mengurangi dari sumber, menghe-mat energi karena tak ada proses pro-duksi untuk membentuk ke jenis baranglain, dan sebagainya.

Selain membahas panjang lebar ten-tang penggunaan kembali, situs ini punmenyediakan banyak artikel tentang ke-sehatan khususnya menyangkut pena-nganan persampahan. Ada pula pro-gram-program terkait bidang persam-pahan yang dikelola oleh berbagaiorganisasi dan univertitas. MJ

Page 46: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Nama WASPOLA mungkin sudahsering Anda dengar. Berbicarakebijakan nasional AMPL tak lepas

dari WASPOLA. WASPOLA atau WaterSupply and Sanitation Policy Formulationand Action Planning, memang proyekyang dibentuk untuk melahirkan kebijakannasional AMPL. Proyek kerja samaBappenas, AusAid, dan Bank Dunia initelah berlangsung beberapa tahun.

Selain menyusun kebijakan, proyek inimelakukan uji coba penerapan kebijakanini di daerah. Dalam kaitan itu, sekretariatWASPOLA mengeluarkan CD tentangkegiatan mereka pada tahun ini periodeJanuari-Juni 2006. CD berlabel WASPO-LA Publication ini berisikan empat kom-ponen yakni policy implementation, poli-cy reform, management knowledge, danproject management and coordination.

Komponen satu berisikan implemen-tasi kebijakan nasional AMPL berbasismasyarakat di tingkat propinsi/kabupaten.Laporan kegiatan yang dimuat antara lain

implementasi di NTB, Sumatera Barat,Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Gorontalo,dan Banten serta Bangka-Belitung yangdiselenggarakan antara bulan Januari-Februari. Laporan itu disertai pula laporanakhirnya yang disusun pada Maret-April.Selain itu, ada laporan mengenai rencanastrategis pembangunan AMPL yang di-susun oleh beberapa kabupaten yakni

kabupaten Bangka Selatan, Bangka Barat,Solok, Sawahlunto Sijunjung, Kebumendan Pangkajane.

Di komponen mengenai Policy Reform,ada laporan hasil studi tur ke Ho Chi Min,Vietnam . Studi itu memotret kondisi penye-dia air skala kecil di kota tersebut. Laporanlainnya, berisi hasil studi tur ke Australiaberkenaan dengan kebijakan Australia dibidang AMPL berbasis lembaga.

Sedangkan komponen ketiga berisikandokumen kebijakan antara lain prosidingberbagai lokakarya, pengembangan strate-gi komunikasi, Sanimas Outcome Monito-ring Study (SOMS), pelatihan seperti fasi-litasi, sinergi komunikasi, MPA-PHAST,CLTS dan sebagainya. Di komponen ter-akhir, CD ini memuat tentang laporan bu-lanan WASPOLA dari Januari hingga Julidan laporan dalam bahasa Inggris Januari-April 2006. Ada juga laporan mengenailaporan tahun lalu Juli-Desember 2005serta rencana WASPOLA tahun 2006 yangdikeluarkan pada April 2006. MJ

P embangunan adalah sebuah keharus-an. Namun tak jarang pembangunan

membawa korban. Hal ini terjadi bilamereka yang bergerak di dalamnyamengabaikan aspek-aspek yang seharus-nya menjadi pijakan. Ketika hanya keun-tungan yang menjadi target utama, manu-sia di sekelilingnya tak jarang harus relamenanggung beban penderitaan.

Video CD produksi Wahana Ling-kungan Hidup Indonesia (WALHI) inimengangkat tema tentang pencemaranterhadap aliran sungai. Padahal air terse-but merupakan sumber utama bagimasyarakat di sekitarnya untuk keperluanhidup sehari-hari. Pabrik kertas ditudingtelah mencemari air sungai. Memangsepintas lalu perusahaan itu dilengkapisarana pengolah limbah. Namun fakta

menunjukkan limbah yang dibuang kesungai belum memenuhi baku mutu yangditetapkan sehingga justru menjadi pence-mar.

Film berdurasi 30 menit ini memper-lihatkan betapa banyak warga yangmenderita berbagai penyakit sebagaidampak menggunakan air sungai yang ter-cemar. Selain itu ditampilkan bahwapencemaran itu tak hanya menimpamanusia tapi juga makhluk hidup lainnya.Alam mengalami kerusakan secara ekolo-gis yang sangat dahsyat. Kondisi seperti initak bisa diperbaiki dengan cepat tapi butuhwaktu yang panjang. Dampak kerusakan-nya pun akan berlangsung lama.

VCD ini sangat tepat diputar dalamrangka pendidikan lingkungan. Diha-rapkan dengan melihat tayangan yang ada,orang akan tergerak untuk berperilakupeduli terhadap lingkungan dan akhirnyaikut menjaga kelestarian lingkungan terse-but. MJ

INFO CD

Percik Oktober 2006 44

Publikasi WASPOLA

Hancurnya Mata Rantai Kehidupan

Page 47: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Sepotong SenyumDari Pekalongan

" Wah ….setelah sekian lama sulitair, akhirnya kita punya PDAM Desasendiri!" demikian kata salah seorangwarga Desa Kesesi, Njagung pada saatpertemuan warga malam itu denganPokja AMPL Kabupaten Pekalongan.Hasilnya membuahkan kesepakatankerja sama membangun sarana air mi-num dengan membentuk kelembagaanpengelolaan air minum dari warga se-tempat. Setiap keluarga rela membayarRp. 500.000 rupiah untuk sambunganrumah, sementara pemerintah mem-bantu dari sisi bangunan penangkap air.Desa Kesesi adalah salah satu dari se-kian ratus desa di 19 kecamatan di Ka-bupaten Pekalongan, Jawa Tengahyang tengah melaksanakan programDAK ( Dana Alokasi Khusus) Air Bersih.

Slamet, Budi dan Umar yang sudahmulai bisa tersenyum melihat hasil ker-ja keras mereka. Tiga orang ini adalahchampion pokja AMPL yang menyadaribahwa "kalau proyek dilaksanakan ha-nya sesuai dengan petunjuk dari pusatmaka dipastikan sarana tersebut pastibernasib seperti proyek-proyek sebe-lumnya". Sebaliknya untuk menjadikanproyek ini berkelanjutan harus ada upa-ya serius walaupun disadari hal tersebuttidak mudah. Terpicu dengan kesadaranini mereka bertiga didukung oleh ang-gota pokja lainnya menggagas penggu-naan dana pendamping DAK akan di-alokasikan untuk penyiapan masyara-kat sekaligus untuk diseminasi kebija-kan pada desa-desa calon penerima pro-yek DAK Air Bersih.

Pengalaman itu merupakan contohkeberhasilan memaknai kebijakan na-

sional di tingkat lokal. Mereka tidak se-mata-mata mengikuti petunjuk proyekdari atas, namun juga dengan keberani-an untuk berpikir kritis dan kontekstualdisesuaikan dengan kebutuhan masya-rakat setempat. Tentu saja, andai DanaAlokasi Khusus sebesar Rp.1,3 milyaryang disalurkan APBN untuk Pekalong-an dibiarkan begitu saja digunanakanuntuk memperbaiki sarana dan peralat-an teknis PDAM, nilai kemanfaatannyatidak akan signifikan bagi masyarakatperdesaan yang justru selama ini belumpernah merasakan air bersih mengalirdi rumahnya.

Refleksi dari fasilitator Cerita sukses dari Pekalongan tidak-

lah sama dengan di daerah lain. Ini ter-ungkap dalam Lokakarya Operasionali-sasi Kebijakan di empat Kabupaten

selama bulan September 2006. Misal-nya di Kabupaten Purbalingga, Jawa Te-ngah, data yang terekam dari lapanganmenunjukkan angka kenaikan yang sa-ngat signifikan pada pola kerusakanberbagai sarana sistem Air Minum danPenyehatan Lingkungan yang telah di-bangun pemerintah. Eskalasi kerusak-an selama 15 tahun terakhir mencapaiangka kumulatif sebesar 77 persen darikeseluruhan sarana yang tersedia. Arti-nya, kini masyarakat pengguna jasaAMPL sudah tidak bisa lagi memanfaat-kan sarana yang hanya tersisa 23 per-sen. Ini menunjukkan Pemda setempatbelum memiliki konsep tentang AMPL.

Evaluasi yang mencuat dalam lo-kakarya di Kabupaten Wajo juga tak ku-rang memprihatinkan. Data yang ter-ungkap menyebutkan terdapat sekitar50 persen jumlah wilayah kecamatan di

SEPUTAR WASPOLA

Percik Oktober 2006 45

Memaknai Kebijakan Nasionaldi Tingkat Lokal

FOTO: WIWIT HERIS

Page 48: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

kabupaten tersebut yang tidak memper-oleh layanan AMPL yang semestinya.Masyarakat kekurangan air untuk ber-bagai kebutuhan sehari-hari jika musimkemarau tiba. Padahal jika sumber ca-dangan air baku berupa Danau Tempedi wilayah tersebut bisa dialirkan, tentuhal semacam itu tak terjadi lagi.

Demikian juga di Kabupaten Bimadan Dompu, sumber utama persoalanAMPL yakni makin berkurangnya jum-lah sumber air baku dari tahun ke tahundi dua wilayah tersebut, akibat berbagaihal, di antaranya penebangan hutanyang tidak bertanggung jawab serta hal-hal lain berkaitan dengan penataan danpenggunaan ruang wilayah yang tidakterencana secara strategis. Juga ada"penyakit kronis" lain yaitu lambannyabirokrasi dan ketiadaan koordinasiantarpihak, yang secara langsung ber-pengaruh pada minimnya data akuratyang tersedia baik tentang pemetaan,jumlah penduduk dan masyarakat yangpotensial membutuhkan dan menjadipengguna jasa AMPL.

Fakta dan data itu menjadi pemicubagi semua pihak yang terlibat dalamAMPL. Ini pijakan bagi tim WASPOLAuntuk meneruskan langkah ke depan.Inti dari pendampingan WASPOLA pa-da tahun ini adalah meningkatkan ka-pasitas daerah sehingga mereka dapatmenyusun perencanan sesuai dengankebijakan nasional AMPL. Salah satuindikatornya yakni daerah "beranimenawar suatu program" dengan katalain daerah mempunyai keberanianuntuk membuat terobosan mengadap-tasi kebijakan dari pusat disesuaikandengan situasi, kondisi dan kebutuhandi wilayahnya masing-masing

Meneruskan roadshow dan loka-karya di daerah

Proses pendampingan implementasikebijakan di lapangan menunjukkanbahwa roadshow kepada pimpinan dae-rah dan anggota dewan merupakan carajitu untuk lebih cepat mendapatkan du-kungan politis. Pada bulan September

ini, pengalaman roadshow di Purba-lingga menunjukkan keberhasilan. Pe-merintah kabupaten memberikan du-kungan dengan penyiapan anggaranmelalui instruksi Bupati No. 546.2/4 Ta-hun 2006 untuk gerakan pembangunansumur resapan, penerapan Jaminan Pe-layanan Kesehatan Masyarakat danhal-hal yang berkaitan dengan AMPL.Roadshow yang lain juga telah dilaku-kan di Kabupaten Wajo, Bima, danDompu yang semuanya berlanjut de-ngan Lokakarya Operasionalisasi Kebi-jakan Daerah. Sedangkan Propinsi NTT,Kabupaten Brebes, Pemalang serta Pro-pinsi Banten telah dilaksanakan padabulan sebelumnya. Pokja AMPL Pro-pinsi Banten juga menyatakan bahwaroadshow yang mereka selenggarakancukup sukses. Sebanyak 17 kabupatenlainnya dijadwalkan akan melaksana-kan roadshow di tahun ini.

Menguatkan kapasitas daerah de-ngan MPA-PHAST

MPA (Methodology for Participato-ry Assessment) adalah salah satu pen-

dekatan yang terus dikembangkanWASPOLA untuk melibatkan masyara-kat dalam efektifitas perencanaan danpembangunan sehingga mereka ikutserta dalam pengambilan keputusan.Penerapan MPA-PHAST ini antara laindilakukan oleh proyek WSLIC-2 di be-berapa propinsi di Indonesia. Padatanggal 29 Agustus- 1 September 2006diadakan pelatihan MPA-PHAST di duaregional yaitu Pujut, Lombok Tengahuntuk lima propinsi di Indonesia timurdiikuti 33 orang peserta dari region In-donesia Timur. Selama workshop peser-ta mempraktekkan secara langsung ber-sama warga di dua desa di Lombok Te-ngah. Kebanyakan peserta berkomen-tar bahwa pelatihan ini sangat meng-asyikkan dan penting untuk mengubahcara berpikir pemerintah daerah ten-tang pendekatan berbasis masyarakat,sayangnya waktunya terlalu singkat.Lokakarya yang sama kemudian juga di-adakan oleh PMD Depdagri di Se-marang tanggal 19-22 September dandiikuti oleh 32 peserta dari regionIndonesia barat.

SEPUTAR WASPOLA

Percik Oktober 2006 46

FOTO: WIWIT HERIS

Page 49: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Membekali pelaksana daerah de-ngan pelatihan dasar fasilitasi

Pada bulan Juli dan Agustus 2006diselenggarakan Pelatihan Ketram-pilan Fasilitasi sebanyak dua angkatandalam rangka penguatan kapasitas pok-ja. Pelatihan angkatan pertama dise-lenggarakan oleh PMD Depdagri di Yog-yakarta dengan 32 peserta, sedangkanangkatan ke-2 diselenggarakan WAS-POLA di Bali dengan 33 orang pesertadari berbagai propinsi. Latihan ini di-pandang penting oleh peserta, karenaketrampilan fasilitasi merupakan faktoryang mendasar bagi para pelaksana ke-bijakan untuk mengubah sikap yang le-bih kondusif, sekaligus mampu mengu-asai metode yang partisipatif sebagai ti-tik tolak pendekatan yang berbasis ma-syarakat. Beberapa kabupaten menyata-kan minatnya untuk melakukan pelatih-an tersebut di wilayahnya sendiri antaralain Kabupaten Pandeglang.

Mengangkat isu hulu hilir untukmenyelamatkan ketersediaan airbaku

Ketersediaan sumber daya air bakuyang memenuhi standar menjadi halyang sangat mendesak untuk kebutuhanpelayanan air minum. Sementara keter-batasan daerah pada kepemilikan sum-ber daya air baku belum sejalan denganotonomi daerah yang secara adminis-tratif membagi wewenang wilayah teta-pi belum pada kepemilikan sumber da-ya air baku. Hal tersebut sudah di-perkirakan akan memicu konflik antar-pihak berkepentingan maupun kelom-pok pengguna antardaerah. Perlu dicarimodel-model pengelolaan air bakuyang efektif sehingga dapat menjaminpenyediaan air minum yang berkelan-jutan. Idealnya, ada model yang bisamenggambarkan keterlibatan semua pi-hak, sistem jasa lingkungan yang adildan menyejahterakan semua termasukdalam hal ini masyarakat.

Lokakarya hulu hilir pertama telahdiselenggarakan pada bulan Agustus

2006 di di Padang Sumatera Barat de-ngan mengambil tema "OptimalisasiKeterlibatan Stakeholder Daerah dalamPengelolaan Sumber Daya Air Baku Lin-tas Wilayah". Lokakarya serupa jugaakan dilakukan di di Propinsi Jawa Te-ngah dan Nusa Tenggara Barat. Rin-tisan model yang didapat tersebut akandibahas secara lebih mendalam lagi ditingkat nasional, sehingga dapat mem-berikan banyak masukan guna perbaik-an kebijakan secara terus menerus.

Pertemuan koordinasi nasionalPertemuan koordinasi nasional di

tahun ini yang difasilitasi oleh DirjenBangda Depdagri berlangsung dengansangat intensif dan partisipatif. Seluruhpropinsi, kabupaten dan kota damping-an WASPOLA dari tahun 2003-2006hadir dan telah menghasilkan kesepa-katan-kesepakatan penting dalam pe-laksanaan kebijakan. Tercatat empatdaerah dampingan tahun 2004 telahmenyelesaikan penyusunan rencanastrategis pembangunan AMPL dan telahditindaklanjuti dalam program secaraoperasional. Sementara sebanyak dela-pan daerah dampingan tahun 2005 se-dang dalam proses penyelesaian. Dalampertemuan tersebut peserta mendapat-kan materi mengenai "Strategi Ko-munikasi untuk Mendukung Pemba-ngunan AMPL BM di Daerah" dan di-lanjutkan dengan diskusi kelompok.Dan di akhir workshop mereka mem-

presentasikan perencanaan kegiatan dipropinsi masing-masing dengan me-masukkan aspek komunikasi di dalam-nya.

Strategi komunikasi untuk men-dukung implementasi kebijakan

Sampai dengan September 2006sudah tercatat 49 kabupaten yangdifasilitasi tim WASPOLA. Jumlah yangsedemikian banyak tersebut membu-tuhkan terobosan-terobosan strategiuntuk mempercepat proses adopsi danimplementasi kebijakan di lapangan.Dari hasil penjajakan tim komunikasiWASPOLA beberapa waktu lalu di ting-kat pusat maupun daerah, ditemukanbeberapa hambatan yang dialami dalamfasilitasi kebijakan antara lain disebab-kan pemahaman yang kurang kompre-hensif dari pengambil keputusan me-nyebabkan lemahnya dukungan, se-mentara penguasaan skill di bidang ad-vokasi masih kurang dan medianyapunsangat kurang. Di sisi lain lain perhatianpublik rendah karena isu AMPL jarangdiusung di mass media. Hambatan lainadalah adanya ego sektoral antardinasterkait, yang berpengaruh terhadap ren-dahnya motivasi daerah terhadap pe-nyusunan renstra pembangunan AMPL.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, tim WASPOLA telah menyusunenam Strategi Komunikasi dan telah di-sempurnakan berdasar masukan dariPokja AMPL dan pihak terkait lainnya.Strategi komunikasi yang dimaksudadalah suatu metode intervensi komu-nikasi terhadap beberapa elemen kunciimplementasi kebijakan sehingga men-jadi program yang berkelanjutan. Me-lalui lokakarya Internal Pokja AMPL pa-da tanggal 28 September 2006 telah di-sepakati peran dan tanggung jawabpendanaan yang akan dimasukkan da-lam anggaran Pokja AMPL 2007. Do-kumen ini akan menjadi panduan untukpelaksanaan strategi komunikasi kedepan dan akan didistribusikan. (Wi-

wit Heris)

SEPUTAR WASPOLA

Percik Oktober 2006 47

Ditemukan beberapahambatan yang dialami

dalam fasilitasikebijakan antara lain

disebabkanpemahaman yang kurang

komprehensif daripengambil keputusan.

Page 50: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

C ommunity Water Services and He-alth Project (CWSHP) mengada-

kan pelatihan Promosi Kesehatan di Su-rabaya tanggal 20 - 24 September 2006.Pelatihan ini bertujuan untuk koordina-si program antara CWSH dan ProgramDesa Siaga dari Promosi Kesehatanmengingat ada pendekatan yang samaantara keduanya.

Pelatihan ini diikuti oleh petugasKesehatan Lingkungan dan PromosiKesehatan dari empat propinsi dan 20kabupaten yaitu Propinsi KalimantanBarat (5 kabupaten), Kalimantan Te-ngah (7 kabupaten), Bengkulu (3 kabu-paten), Jambi (5 kabupaten). Pelatihanini dibuka oleh Direktur PenyehatanLingkungan Ditjen PP & PL Departe-men Kesehatan RI. Ia mengharapkanpara peserta pelatihan mampu menyu-

sun suatu pendekatan program secaraterpadu antara Program PenyehatanLingkungan dan Promosi Kesehatanserta Usaha Kesehatan Sekolah.

Materi yang dibahas antara lain pe-ngenalan proyek CWSH, Kebijakan Na-sional Pembangunan Sarana AMPLBerbasis Masyarakat, Kebijakan Nasio-

nal dan Strategi Pengembangan Pro-gram Promosi Kesehatan, Pengorgani-sasian Usaha Kesehatan Sekolah, KlinikSanitasi, CLTS sebagai Salah Satu Pe-nanganan Alternatif Sanitasi, MPA-PHAST, Komunikasi dan Pengembang-an Mediam, serta Refleksi Diri.

Pelatihan ini menghasilkan kesepa-katan TUPOKSI sesuai dengan bidangprogramnya. Program tersebut meliputiempat hal yakni pemberdayaan, PHBS(Pola Hidup Bersih dan Sehat), promosikesehatan, dan usaha kesehatan sekolah(UKS). Selain lahir kesepakatan, pelatih-an itu menghasilkan beberapa reko-mendasi di antaranya perlu pelibatan De-partemen Pendidikan Nasional dan UKSdalam program, perlu ada situs khusus dibidang ini, dan pelatihan sanitarianpuskesmas. Mahmud Yunus/MJ

SEPUTAR AMPL

Percik Oktober 2006 48

Pelatihan Promosi Kesehatan CWSH

D irektorat Jenderal PemberdayaanMasyarakat (PMD) Departemen

Dalam Negeri (Depdagri), 19-23 Sep-tember 2006 mengadakan kegiatan ori-entasi Methodology for ParticipatoryAssessment-Participatory of Hygieneand Sanitation Transformation (MPA-PHAST) di Semarang.

Orientasi MPA-PHAST ini bertujuanmeningkatkan pemahaman dan ke-mampuan fasilitasi individu-individuyang berkecimpung dalam sektor airminum dan penyehatan lingkunganmengenai penerapan metode MPA-PHAST. Dengan kemampuan ini di-harapkan peserta bisa meningkatkanefektifitas proses perencanaan, monito-ring, dan evaluasi terhadap kegiatanpembangunan sektor air minum dan pe-nyehatan lingkungan.

Kegiatan orientasi ini dibuka oleh

Togap Siagian (Kasie Prasarana dan Sa-rana Permukiman Direktorat JenderalPMD DepDagri) yang mewakili DirjenPMD DepDagri, dan Oswar Mungkasa(Kasubdit. Permukiman dan PerumahanBappenas), serta Gary D Swisher (WAS-POLA Leader). Orientasi ini difasilitasioleh Amin Robianto dan Herry Setyadidari Citra Darani Jakarta dan Nur Khamiddari Meda Parahita Lumajang.

Metodologi dalam MPA-PHAST me-liputi beberapa tahapan yaitu tahap per-siapan, perencanaan, implementasi danmonev yang tiap tahapannya saling ber-pengaruh satu sama lain dan terbagiatas tujuh variabel yaitu: variabel kesi-nambungan efektifitas, variabel efektifi-tas penggunaan, variabel ketanggapanprogram terhadap kebutuhan masya-rakat, variabel partisipasi dalam penge-lolaan, variabel partisipasi masyarakat

melalui pemberdayaan, variabel du-kungan kelembagaaan dan variabel ke-bijakan.

Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 36peserta selain diisi materi berupa ke-rangka MPA-PHAST diikuti dengan pe-ngenalan aspek-aspek apa saja yang me-mengaruhi kesinambungan pemba-ngunan AMPL serta praktek lapanganmenggunakan piranti MPA-PHAST. Pe-serta dibagi menjadi tiga kelompok dandikirim ketiga desa yang berbeda yaituDesa Gondoriyo, Desa Genting danDesa Bedono. Ketiga desa tersebut bera-da di wilayah Ambarawa, tepatnyamasuk ke dalam Kecamatan Jambu,Kabupaten Semarang.

Setelah melakukan praktek la-pangan para peserta merasakan bahwaternyata tidak mudah berhadapan de-ngan masyarakat. rie

Orientasi Methodology For Participatory Assessment-ParticipatoryHygiene And Sanitation Transformation (MPA-PHAST)

Page 51: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

"H ari genee masih boros air?? …Please dech!!" Begitu slogan yang

pembuka yang disampaikan kepadasiswa SMU Dharma Praja Denpasar pa-da acara Sosialisasi Kepedulian SistemPenyediaan Air Minum (SPAM) BagiSiswa Pelajar SMU 2006, 22 September2006 lalu. Acara ini merupakan hasilkerja sama Direktorat PengembanganAir Minum Departemen PekerjaanUmum dan PDAM Kota Denpasar. Ke-giatan ini bertujuan memberi penjelas-an tentang Sistem Penyediaan Air Mi-num (SPAM) dan menanamkan kesa-daran atas pentingnya kelestarian sum-ber daya air.

Dua sekolah menjadi sasaran pro-gram ini yakni SMU Dharma Praja danSMUN 8 Denpasar. Sebanyak 55 siswaSMU Dharma Praja dan 90 siswaSMUN 8 Denpasar mengikuti programini dengan antusias. Siswa melakukanpengukuran kualitas air sungai yang ter-

letak di dekat sekolahnya. Berdasarkan hasil pengukuran de-

ngan menggunakan peralatan yang khu-sus untuk pendidikan, siswa SMU Dhar-ma Praja menyimpulkan kondisi kuali-tas air sungai Badung berada dalam ke-adaan normal. Data yang diperoleh, pHair berada pada kisaran 8 dengan ting-kat kekeruhan diatas 100 JTU (JacksonTurbidity Unit), jumlah oksigen terlarutrata-rata 4 mg/l. Dengan kondisi seper-ti ini, Sungai Badung berada dalam kon-disi sedang, namun untuk parameterkekeruhan sudah berada pada kondisiburuk. Sedangkan analisa Tukad Ayungyang dilakukan oleh siswa SMUN 8mengindikasikan sungai tersebut masihlayak digunakan sebagai sumber air ba-ku. Sungai Tukad Ayung masih diguna-kan sebagai sumber air baku olehPDAM Denpasar di IPA Blusung.

Siswa juga diajak berkeliling melihatsumber air baku serta pengolahannya di

instalasi pengolahan air Blusung PDAMKota Denpasar. Sebelumnya mereka jugadiperkenalkan dengan kebijakan-kebi-jakan pemerintah yang berkaitan denganair minum yaitu PP 16/ 2005 tentang Pe-ngembangan Sistem Penyediaan Air Mi-num dan KEPMENKES 907/ MENKES/2002 tentang Syarat-syarat dan Peng-awasan Kualitas Air Minum. Diharapkansetelah mengikuti kegiatan ini mereka bisamenjadi duta SPAM yang sadar akan pen-tingnya air sehingga mampu mengajak ke-rabat dan teman terdekatnya untuk men-sosialisasikan bagaimana kita harus ber-perilaku terhadap air.

Mereka juga distimulasi untukmembuat usulan program kreatif yangberkaitan dengan usaha kampanye airdengan bentuk apapun. Dalam kesem-patan ini pula, Radio CDBS Bali yangturut serta dalam acara ini, bersediamenjadi media remaja peduli lingkung-an khususnya masalah air. MJ

SEPUTAR AMPL

Percik Oktober 2006 49

Sosialisasi Kepedulian SPAM bagi Siswa

M enghadapi kompleksitas perma-salahan bidang air minum dan

sanitasi yang harus disampaikan kepa-da pemerintah, masyarakat dan mediaoleh humas dari institusi-institusi yangterkait di sektor air minum dan sanitasi,Water and Sanitation Network atauJaringan Air dan Sanitasi bekerja samadengan Forum Komunikasi Air MinumIndonesia (FORKAMI) mengadakanWorkshop MOVE (Moderation and Vi-sualization of Group Event) di Yogya-karta, 4-7 September 2006. MOVE ada-lah panduan internasional untuk paraPR dan pendidikan dewasa dalam me-ningkatkan keahlian moderasi dan vi-sualisasi.

Workshop ini bertujuan mem-

berikan keahlian moderasi dan visuali-sasi yang sangat dibutuhkan oleh prak-tisi PR suatu institusi untuk me-rangkum suatu permasalahan ataukendala yang ada saat ini di bidang airminum dan sanitasi untuk kemudianditindaklanjuti kepada pemerintah,masyarakat dan media dalam kemasanyang baik sehingga isu kritis yang sebe-narnya dapat tersampaikan denganjelas.

Kegiatan ini diikuti oleh tiga puluhpeserta dari POKJA AMPL, BadanRegulator, PDAM Kota Bogor, PDAMKabupaten Bogor dan Yayasan Satu-nama. Workshop ini dibuka oleh Drs.Abdullah Muthalib, MM dan dimo-derasi oleh Manfred Oepen dari Water

and Sanitation Network dan FransTugiman dari Yayasan Satunama.

Metode MOVE telah diujicobakan dibanyak negara termasuk Indonesia. Me-tode ini direkomendasikan oleh GTZ,USAID, World Bank, dan banyak orga-nisasi dunia lainnya. MOVE menggu-nakan prinsip kerja sama dan partisi-pasi, visualisasi, dan evaluasi dan orien-tasi pada masalah.

Manfred Oepen dan Frans Tugimanmengajarkan bahwa untuk menjadi seo-rang moderator MOVE, seseorangharuslah mampu memimpin audiencetanpa harus mendominasi. Merekaharus bisa menghargai tiap gagasan danpengalaman yang dilontarkan olehaudience. rie

Workshop Moderation And Visualization ForGroup Event (MOVE)

Page 52: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

f

B U K U U M U MNATIONAL PROFILES ON CHILDRENS HEALTH ANDTHE ENVIRONEMENT: ASSESSING READINESS FORIMPROVING ENVIRONMENTAL HEALTH PROTECTIONAND CHEMICAL SAFETY FOR CHILDREN. Penerbit: World Health Organization

EKO HIDRAULIK PEMBANGUNAN SUNGAI:MENANGGULANGI BANJIR DAN KERUSAKAN LINGKUNGANWILAYAH SUNGAI. (EDISI 2). Penulis: Maryono, Agus. YogyakartaPenerbit: Program Magister Pascasarjana, UGM, 2005

PICTURE BOOK THE GOOD & THE BADINFRASTRUCTURE : ROAD & BRIDGE (VOL.1).Penulis: Hartmann, Ekart & Unger, Heinz. Penerbit: World Bank, Jakarta, 2006

PERATURAN PERUNDANGANKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA NOMOR 518/KMK.01/2005TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE PENGELOLAANRISIKO ATAS PENYEDIAAN INFRASTRUKTURINDONESIA.Penulis: Departemen Keuangan.Penerbit: Departemen Keuangan,Jakarta, 2005

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGANBADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR.Penulis: Badan Pendukung Pengembangan SistemPenyediaan Air Minum, DPU, Jakarta 2005

WATERS ACT 1920 (ACT 418) & WATER SUPPLY (FEDERALTERRITORY OF KUALA LUMPUR) ACT 1998 (ACT 581)". Penulis: International Law Book Services, 2001Penerbit: International Law Book Services, Malaysia

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 48 TAHUN1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN (DECREE OF THE STATEMINISTER OF ENVIRONMENT NUMBER: KEP-48/MENLH/11/1996REGARDING NOISE LEVEL STANDARD)Penerbit: Indonesia. Menteri Negara Lingkungan Hidup

L A P O R A N P R O Y E KLAPORAN PELAKSANAAN PELATIHAN TEKNIS SANIMAS,SURABAYA 4 - 14 JULI 2006 TA 2006".Jakarta, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pembinaan danPengendalian Prasarana dan Sarana Dasar Pedesaan, 2006

LAPORAN AKHIR PEKERJAAN KAJIAN EKONOMI DAMPAK INVESTASISEKTOR AIR TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA.

Penerbit: Dirjen Cipta Karya, DPU, Jakarta, 2006

LAPORAN PELATIHAN KETRAMPILAN DASAR FASILITASI: DALAMRANGKA IMPLEMANTASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASISMASYARAKAT. Penerbit: Dirjen PMD Departemen Dalam Negeri Indonesia,

Jakarta, 2006

P E D O M A NDAFTAR STANDAR BIDANG KONSTRUKSI DAN BANGUNAN SIPIL: STANDARNASIONAL INDONESIA (SNI), PEDOMAN TEKNIS DAN PETUNJUKTEKNIS.Penerbit: Departemen Pekerjaan Umum,Badan Penelitian Dan Pengembangan, Jakarta, 2004.

PEDOMAN/PETUNJUK TEKNIK DAN MANUAL, EDISIPERTAMA, DESEMBER 2002: BAGIAN: 6 (VOL. II & III)AIR MINUM PERKOTAAN (SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUMPERKOTAAN).Penerbit: Departemen Kimpraswil,Badan Penelitian Dan Pengembangan, Jakarta, 2002.

PEDOMAN/PETUNJUK TEKNIK DAN MANUAL, EDISIPERTAMA, DESEMBER 2002: BAGIAN: 5 (VOL. I)AIR MINUM PERDESAAN (SISTEM PENYEDIAAN AIRMINUM PERDESAAN).Penerbit: Departemen Kimpraswil,Badan Penelitian Dan Pengembangan, Jakarta, 2002.

PEDOMAN/PETUNJUK TEKNIK DAN MANUAL, EDISIPERTAMA, DESEMBER 2002: BAGIAN: 6 (VOL. I) AIR MINUMPERKOTAAN (SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERKOTAAN). Penerbit: Badan Penelitian Dan Pengembangan, DepartemenKimpraswil, Jakarta, 2002

M A J A L A HACCESSEdisi 8 Juli/Agustus 2006. Australian CommunityDevelopment and Civil Society StrengtheningScheme.

JOURNAL ISU - ISU GLOBAL USA:MELINDUNGI LINGKUNGAN30 TAHUN KEMAJUAN AMERIKA SERIKAT.Washington, D.C. eJournal USA. 2005

BULETIN CIPTA KARYANo. 08/Tahun IV/2006.

PUSTAKA AMPL

Percik Oktober 2006 50

Page 53: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

TA N G G A L BU L A N KE G I ATA N

30 Agustus-1 September Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Pembangunan AMPL-BM di Bandung

28 Agustus-1 September Pelatihan MPA PHAST di Mataram

01 September Pertemuan Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM di Lombok di NTB

30 Agustus-1 September Rakor Kebijakan Nasional AMPL-BM di Makassar

01 September ISSDP Inception Report Pre-Workshop di Jakarta

4-7 September Lokakarya Moderation and Visualization of Group Event-MOVE (FORKAMI) di Yogyakarta

4-6 September Pelatihan Teknis WSS Untuk Propinsi Jabar, Sulsel dan Sulbar (WSLIC) di Surabaya

04 September Rapat Project WASPOLA2 & Sustainable Exit Strategy di Jakarta

5-7 September Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM di Makassar

06 September Presentasi "Innovative Decision Making for a Sustainable Management of Water" (DIMSUM)

di Jakarta

07 September Pelatihan Pengelolaan Data AMPL / SUSENAS 2006 di Jakarta

08 September Workshop Inception Report ISSDP di Jakarta

9-13 September Lokakarya ProAir Sumba Barat, Sumba Timur dan NTT di Kupang

14 September Sosialisasi Renstra di Solok

18 September Workshop AMPL-BM di Dompu

19-23 September Orientasi MPA-PHAST di Semarang

19-21 September Workshop Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM di Bima

19 September Roadshow dan Workshop Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM di Purbalingga

20-23 September Pelatihan Promosi Kesehatan CWSH di Surabaya

19-20 September Sosialisasi Renstra Kebijakan Nasional AMPL-BM di Banten

21 September Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM di Wajo

21 September Rapat Pembangunan Sarana Air Bersih (ProAir) di Sumba Barat

28 September Rapat Strategi Komunikasi WASPOLA2 di Jakarta

29 September Rakor Kegiatan AMPL di Jakarta

30 September Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM dan Roadshow di NTT

2-4 Oktober Lokakarya Instrumen Pengelolaan Sumber Daya Air di Jakarta

2-7 Oktober Uji Coba Lapangan Data SUSENAS di Palembang, Semarang, Minahasa, Kupang,

Lombok Barat dan Ternate

03 Oktober Seminar Akses dan Peran Masyarakat Lokal Dalam Penyediaan Air Minum di Jakarta

06 Oktober Pertemuan Regional Initiative on Environment and Health di Jakarta

9-13 Oktober Lokakarya Renstra Pembangunan AMPL-BM di Bukit Tinggi Sumatera Barat

11 Oktober Persiapan TOT Regional dan Petemuan Nasional Scaling Up CLTS di Jakarta

12 Oktober Roadshow dan Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM di Kupang

12 Oktober Pertemuan Strategy Paper "Financing Piped Water Service" di Jakarta

13 Oktober Rapat ProAir di Jakarta

16 Oktober Pertemuan Percepatan Pembentukan dan Pendirian BPAL di Bali

17 Oktober Persiapan Apraisal Western Java Environmental Management Project (WJEMP) di Jakarta

17 Oktober Pertemuan Kebijakan Subsidi dan Public Service Obligation di Jakarta

18 Oktober Rapat Uji Coba Kuesioner BPS di Jakarta

19 Oktober Koordinasi Rencana Kerja WASPOLA dan POKJA AMPL di Jakarta

19 Oktober Koordinasi Jaringan Komunikasi AMPL di Jakarta

AGENDA

Percik Oktober 2006 51

Page 54: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Tanya:Saya mau mencari tahu teknologi

atau cara yang bisa dilakukan terhadapwilayah atau daerah dengan kondisi ter-letak berdekatan dengan Tempat Pem-buangan Akhir (TPA) sampah dalamjarak 10 m agar air bersihnya dapat terlin-dungi dari akibat pencemaran tersebut?Yang kedua, bagaimana caranya apabiladaerah rumah warga yang berdekatandengan pantai tersebut memiliki air ber-sih yang asin dan teknologi tepat guna ba-gi daerah seperti itu apa? Sebelum dan se-sudahnya saya ucapkam banyak terimakasih

chris tinto<[email protected]>

Jawab:Untuk kawasan-kawasan yang ke-

mungkinan tercemar (seperti di sekitarTPA), harus diakui, akan mengalamikesulitan akses terhadap air bersih, ji-ka sumbernya adalah air tanah. Perlin-dungan tanah dan air tanah yangmemadai untuk kontsruksi TPA, sudahseharusnya dilakukan untuk mencegahpencemaran tanah dan air tanah. Iniadalah upaya preventif.

Namun jika hal ini tidak memung-kinkan untuk dilakukan, tentu saja ha-rus dilakukan upaya akses terhadap airbersih dari sumber yang lainnya (mi-salnya dengan sistem perpipaan yangberasal dari IPA (Instalasi PengolahanAir) yang sumbernya bukan air tanahdi sekitar TPA.

Tapi jika memaksakan diri untukmengonsumsi air tanah dan jika terda-

pat pencemaran air tanah, maka tanahdan air tanah tersebut harus diremedi-asi dulu sebelumnya. Ini merupakansuatu teknik yang sangat mahal, kare-na di Amerika, untuk membersihkansuatu tempat yang tercemar oleh land-fill, bisa menghabiskan biaya sekitarUS$ 125 juta/lokasi. Ini adalah tin-dakan kuratif.

Teknologi yang umumnya digunakanadalah dengan Passive Reactive Barriers.Teknologi ini menggunakan semacamtembok penghalang dalam aliran air ta-nah. Tembok tersebut dilapisi dengan se-macam chelator dan oksidator untukmengikat dan mengoksidasi senyawa-senyawa toksik dalam air lindi sampah.Oleh karenanya, upaya preventif lebih ba-ik ketimbang upaya kuratif. Atau kita ha-rus kembali menggunakan air yang tidakdisuplai dari air tanah sekitar misalnyadengan sistem perpipaan dengan sumberair yang diambil dari daerah lain yangtidak tercemar.

Untuk pertanyaan kedua, air tanahdi sekitar pantai sangat mungkin untukterintrusi air laut.

Hal ini dapat dipecahkan denganupaya preventif, yakni dengan melaku-kan penyedotan air tanah dalam lajualir (debit) yang telah ditetapkan (tidakberlebihan). Karena jika terlalu tinggi(berlebihan), maka intrusi air lautakan terjadi, dan air akan berasa asin(ada masukan air laut).

Jika memaksakan diri untuk meng-gunakan air tanah, ada teknologi yangbisa digunakan pada saat ini misalnyadengan teknologi Reverse Osmosis.Teknologi ini menggunakan prinsipmenggunakan membran berpori kecil,dengan tekanan tinggi, untuk dapatmenolak senyawa garam - garam yangterlarut/solution. Hanya saja biayaproduksi airnya juga cukup mahal(sekitar US$ 2/m3).

Sebagai perbandingan, air permu-kaan rata-rata di Indonesia diolah se-kitar US$ 0.25/m3.

Jika tidak mau menggunakan ini,terpaksa harus mengambil air dengansistem perpipaan yang disuplai darisumber lain di luar pantai.

Kalau memang hal ini masih tidakmemungkinkan, pemerintah dapatmendorong pemanfaatan teknologi ROdengan menerapkan subsidi pada ka-wasan-kawasan ini agar biaya investasimaupun biaya pengoperasian-pemeli-haraan-perawatannya (akhirnya untukmenghitung biaya produksi / m3 air)terjangkau. Intinya adalah teknologiyang dipilih selain andal, harus jugaterjangkau (technically achievable andeconomically affordable). Sandhi

Percik Oktober 2006 52

Melindungi Sumber AirSekitar TPA

KLINIK IATPI

Majalah Percik bekerja sama dengan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia, membuka rubrik Klinik.Rubrik ini berisi tanya jawab tentang air minum dan penyehatan lingkungan.

Pertanyaan dapat disampaikan melalui redaksi Majalah PercikKontributor: Sandhi Eko Bramono ([email protected])

Lina Damayanti ([email protected])

Air tanah di sekitar pantai sangatmungkin untuk terintrusi air laut.Hal ini dapat dipecahkan denganupaya preventif, yakni dengan

melakukan penyedotan air tanahdalam laju alir (debit) yang telah

ditetapkan (tidak berlebihan).

Page 55: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir

Piezometric head lineDisebut juga Hydraulic grade line-Garis potensi tekanan hidrolis (aliran) air pada saluran terbuka. Dalam prakteknya dapat

dikatakan sebagai garis permukaan aliran.

Pit latrine (Jamban cemplung)Salah satu jenis kakus dengan pelat jongkok di atas lobang bor berdiameter 20-30 cm dan berkedalaman 3-6 meter ver-

tikal ke dalam tanah (tetapi tidak boleh melewati level air tanah). Dibangun dengan struktur atas berupa pelat beton di-tambah pelindung struktur nonpermanen. Lobang kakus ditimbun hingga penuh dengan tanah jika sudah terisi tinja hinggasetinggi 60 cm, sebelum pindah ke lobang yang baru.

Pit privySalah satu jenis kakus dengan pelat jongkok di atas lobang (cubluk) seluas 1,25 m2 dan kedalaman lebih kurang 1,5 m.

Sekeliling lobang diselubungi dengan kayu. Dilengkapi dengan ventilasi untuk mengeluarkan gas yang terbentuk. Lobangcubluk harus diusahakan tidak menampung air pembilas.

Plain aerationProses aerasi terhadap air limbah yang akan diolah tanpa melibatkan lumpur aktif. Dengan adanya gelembung udara me-

nerpa limbah, diharapkan terjadi proses koagulasi antara koloid dengan material berlemak lainnya. Biasanya dilakukan diawal pengolahan sebagai proses pre-aerasi.

Plain chlorinationPengolahan air baku dari sumber air permukaan yang berkualitas fisis dan kimiawi (relatif) cukup baik (misalnya mata air,

artesis dsb) sehingga yang diperlukan hanya proses khlorinisasi (disinfeksi) saja.

Plain concrete pipeBuis beton tanpa tulangan-Pipa beton tanpa pembesian yang biasanya diaplikasikan untuk pipa berdiameter tidak lebih

dari 24 inchi, serta yang akan menerima pembebanan tidak terlalu besar.

Plain sedimentationUnit pengolahan air berupa bak pengendap (sedimentasi) yang hanya mengandalkan gaya gravitasi terhadap zat-zat

(kotoran) yang berukuran besar di dalam air yang akan diolah (tanpa bantuan plat/tabung pengendap). Biasanya digunakansebagai bak pengendap pendahuluan (Pre-sedimentation).

Plant (Instalasi)Satu kesatuan sistem terdiri atas unit-unit yang bekerja saling menunjang dan bertujuan untuk memproses/menghasilkan

sesuatu.

Plant layout (Tata letak instalasi)Pola tata letak (susunan) unit-unit/komponen-komponen suatu instalasi (pengolahan) pada sebidang/seareal/sekawasan

lahan rencana lokasi.

Plate settler (Plat pengendap)Plat yang dipasang pada unit sedimentasi dengan posisi tertentu yang bertujuan antara lain untuk mengurangi turbulen-

si aliran air yang akan diolah dalam rangka memaksimalkan kemampuan pengendapan unit pengolah tersebut.

Plug-flowSalah satu model aliran dalam bangunan (pengolahan) air berbentuk lonjong, di mana perbandingan panjang tabung de-

ngan lebarnya sangat besar. Aliran air olahan masuk dan keluar dari bagian yang sama. Pada aliran ini besaran yang sangatberpengaruh adalah waktu detensinya.

KOSAKATA

Dikutip dari Kamus Istilah dan Singkatan Asing Teknik Penyehatan dan LingkunganPenerbit: Universitas Trisakti

Page 56: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006. Tema Habis Kering Datanglah Banjir