Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan...

56

description

 

Transcript of Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan...

Page 1: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta
Page 2: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan

Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Cipta Karya

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,

DEPKESDirektur Perkotaan dan Perdesaan

Wilayah Timur, Dep. Pekerjaan UmumDirektur Bina Sumber Daya Alam dan

Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRIDirektur Penataan Ruang dan

Lingkungan Hidup, DEPDAGRI

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Ismail, Johan Susmono,

Indar Parawansa, Bambang Purwanto

Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,Essy Asiah, Mujiyanto

Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

Produksi:Machrudin

Sirkulasi/Distribusi:Meiza Aprizya,Agus Syuhada, Metzy S.Oc

Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113http://www.ampl.or.id

e-mail: [email protected]@ampl.or.id

[email protected]

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

dengan air minum dan penyehatan lingkungandan belum pernah dipublikasikan.

Panjang naskah tak dibatasi.Sertakan identitas diri.

Redaksi berhak mengeditnya.Silahkan kirim ke alamat di atas.

Dari Redaksi 1

Suara Anda 2

Laporan Utama

Penyelenggaraan AMPL, Menunggu Kontribusi Swasta 3

Apa Itu Tanggung Jawab Sosial Perusahaan? 4

Swasta Peduli, Sudah Mulai 6

Wawancara

Ketua CFCD, Thendri Supriatno

Bersinergi Memberdayakan Masyarakat 7

Reportase

Green City Green Community

Maunya Ngajak Peduli Sampah 9

Wawasan

Pengelolaan Sampah Regional, Siapa Takut? 15

Megumi Air Minum dari Sumber tak Terbatas 18

Air, Antara Asas Kelestarian dan Tuntutan Kemakmuran di Tengah

Kelangkaan dan Kebutuhan Antara Hak Monopoli Generasi

Sekarang dan Warisan untuk Generasi Mendatang 20

Studi

Studi Analisis Pelayanan AMPL di Kabupaten di Era Desentralisasi

Teropong

Sanitasi untuk Masyarakat (SANIMAS)

Antara Harapan dan Kenyataan 25

Seputar WASPOLA 28

Seputar AMPL 32

Inovasi

Pompa Air Tanpa Motor 41

Lembaga

Balai Pelatihan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan

Permukiman Bekasi Ingin Bangkit di Tengah Kelesuan 42

Info Buku 43

Info CD 44

Info Situs 45

Klinik IATPI 46

Agenda 47

Pustaka AMPL 48

Page 3: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

DARI REDAKSI

Percik Oktober 2005 1

Pembaca, waktu begitu cepat ber-lalu. Tanpa terasa, Percik su-dah berusia dua tahun. Majalah

ini terbit edisi perdana pada Agustus2003 dengan mengangkat laporan uta-ma tentang Kebijakan Nasional Pem-bangunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan. Saat itu, perwajahan-nya sangat sederhana. Isinyapun tak terlalu banyak.Rubriknya hanya laporanutama, wawancara,opini, kunjungan,cermin, info buku,info situs, dan ra-gam.

Dari waktuke waktu, kamiterus berbe-nah. Padaedisi keduadan ketiga,p e r u b a h a nkembali ter-jadi, baik darisisi wajahmaupun ru-brikasi. Percikmulai mencaribentuk yang di-harapkan. Barulahpada edisi keempat,seiring pengembanganorganisasi, Percik me-nemukan bentuknya hinggasaat ini. Tentu di sana-sini adasedikit modifikasi tapi tak terlalu sig-nifikan.

Kami sangat bergembira, dalam usiabelum begitu lama, Percik telah mulaiada di hati pembaca, terutama merekayang bergerak dan terkait bidang airminum dan penyehatan lingkungan,baik yang berada di birokrasi (pusat dandaerah), kalangan perguruan tinggi,LSM, dan masyarakat umum. Palingtidak ini bisa dilihat dari surat dantulisan/artikel serta email yang masukke meja redaksi. Ini bisa terjadi berkatusaha dari seluruh anggota Pokja AMPLyang bertindak sebagai “marketing“

Percik dalam setiap acara yang diha-dirinya yang terkait dengan AMPL. Se-lain memang Percik dibagikan secaracuma-cuma ke seluruh Pemda di Indo-nesia.

Pembaca, kini Percik menapakilangkah baru memasuki tahun ketiga.Kami menyadari banyak hal yang belumdilakukan untuk membenahi majalahtersegmen ini. Banyak hal yang masihharus kita pikirkan bersama. Termasuksampai kapan majalah ini bisa berta-han, mengingat hingga saat ini Percikhadir atas dukungan penuh dana ang-garan pemerintah sehingga bisa diba-gikan secara gratis. Bukan suatu yangtidak mungkin, anggaran itu dihen-

tikan. Dari sisi pemberdayaan pembaca,tampaknya pembagian secara cuma-cuma kurang pas karena Percik selaluberusaha menyampaikan pesan pember-dayaan masyarakat. Jangan-jangan dis-tribusi seperti ini malah tidak mendidik.Itu semua sedang kami antisipasi dan pi-kirkan. Barangkali para pembaca pun

mempunyai gagasan yang brilian agarPercik bisa berkelanjutan dengan

adanya partisipasi para pemba-ca semua.

Yang pasti, kami te-rus berbenah untuk

menyampaikan yangterbaik bagi Anda.Kali ini kami tampilagak sedikit bedadari sisi disain.Semoga perubah-an itu makin mem-buat mata kitalebih fokus mem-bacanya. Di sam-ping itu, kami juga

menambah rubrikyaitu inovasi, studi,

dan lembaga. Kamimenilai ada hal mena-

rik yang bisa dipetik darirubrik baru tersebut. Be-

berapa rubrik baru lainnyajuga sedang kami persiapkan

untuk edisi-edisi berikutnya. Inisemata-mata demi penyebarluasan

informasi kepada para pemangku ke-pentingan di bidang AMPL. Ternyata,rubrik-rubrik yang ada belum mampumenampung persoalan-persoalan danperkembangan baru yang sedang berkem-bang di tengah-tengah kita.

Perubahan tidak boleh berhenti demimencapai kebaikan. Oleh karena itu, Per-cik tetap menantikan masukan dan kritik-an serta dukungan Anda. Tanpa Anda, ma-jalah ini tak ada apa-apanya. Mari kita ber-sama-sama memajukannya sehingga ke-hadiran Percik mampu memberikan kon-tribusi yang positif bagi sektor air minumdan penyehatan lingkungan di Indonesia.Wassalam.

Page 4: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Usul Rubrik BaruTerima kasih atas kiriman majalah

Percik edisi Juli 2005. Percik memangtelah menyajikan informasi yang sangatberguna bagi masyarakat pembacanya.Kami mengusulkan agar redaksi me-nambah rubrik baru yaitu laporan daer-ah, seni dan budaya (cerpen, ulasan,dan puisi), dan sayembara penulisandalam rangka ulang tahun Percik. Kamitak tahu persis apakah ketiga item itupernah dimunculkan. Kami siap mem-bantu dan menjadi koresponden jikadiperlukan.

Sulaiman Pirawan

Jl. Danau Sentarum Gg. H. Nawawi 68

Kel. Sui Bangkong, Pontianak 78116

Terima kasih atas masukannya.Untuk rubrik daerah sejauh inimemang belum ada, namun kamisenantiasa memuat kegiatan dankeberhasilan/kegagalan di daerahmelalui rubrik-rubrik yang ada. Me-ngenai seni dan budaya, tampaknyakami belum bisa memenuhinya meng-ingat Percik sementara ini mende-dikasikan diri khusus di bidang airminum dan penyehatan lingkungansaja. Sayembara penulisan cukupmenarik, dan Pokja AMPL pernahmenyelenggarakan itu pada tahunlalu. Umpan baliknya cukup bagus.(Redaksi)

Isi RelevanSaya mahasiswa tugas belajar di

Institut Teknologi Bandung (ITB). Sayasangat tertarik setelah membacaMajalah Percik edisi Juli 2005 di per-pustakaan kampus. Informasi yangdimuat sangat relevan dengan kuliah-kuliah yang saya dapatkan yakni yangberhubungan dengan pembangunanperdesaan, lebih khusus lagi mata kuli-ah Worskhop, di mana kami di lapang-an banyak menemukan permasalahanseperti yang diulas majalah ini sebagaicontoh buruknya sanitasi, sumber airyang tercemar oleh limbah domestik,

dan limbah buangan pabrik. Percikdapat menjadi bahan literatur yang sa-ngat berarti untuk mengetahui masalahterkait di daerah lain.

Oleh karena itu, saya sangat berharapbisa mendapatkan Majalah Percik dariedisi awal hingga yang terbaru danberlangganan. Jika hard copynya tidaktersedia, soft copy juga tidak mengapa.Semoga Percik tetap eksis.

Arfianto Ahmad

Jurusan Manajemen Pembangunan Perdesaan

Departemen Arsitektur ITB

Gedung Labtex IX B

Jl. Ganesa 10, Bandung

Percik memang ingin menjadisarana tukar informasi mengenai airminum dan kesehatan lingkungan. Kamisangat bergembira bila Anda mendap-atkan manfaat dari majalah ini.Permintaan Anda akan segera dipenuhibagian distribusi kami. (Redaksi)

Informasi Air PayauKami telah mendapatkan Percik

edisi Mei 2005. Semoga Percik semakinberkualitas dan menjadi media sharingpemerhati permasalahan air minumdan penyehatan lingkungan.

Kami sampaikan bahwa di daerahkami, Pati, terutama Pati Selatan yangmeliputi 8 kecamatan, 72 desa, dan163.381 jiwa mengalami kekuranganair bersih. Air yang ada terasa asin(payau) dan memiliki kapur tinggi. Airtersebut tidak layak untuk dikonsumsisebagai air minum dan memasak.Sementara ini penduduk setempatmemenuhi kebutuhan air minum danmemasak ini dari desa lain atau mem-beli dari penjual air.

Melalui media ini, kami ingin me-nimba ilmu/pengalaman lapangan ke-pada stakeholder dalam upaya peng-olahan air payau tersebut sehinggamenjadi layak dikonsumsi bagi ma-syarakat dengan teknologi tepat gunadan biayanya terjangkau masyarakatkelas menengah ke bawah. SemogaPercik bisa menjadi fasilitator harapan

masyarakat Pati Selatan.Ir. Budi Waluyo

Kasubdin Cipta Karya

Diskimpras Kab. Pati

Jawa Tengah

Semoga pemuatan ini bisa menjadijalan bagi stakeholder lain yang ber-kompeten di bidangnya untuk mem-bantu menyelesaikan permasalahanAnda. Redaksi

Mendapatkan PercikSaya salah seorang pegiat dari lem-

baga yang bergerak di lingkungan hidupdi Yogyakarta. Saya tertarik untukmemilikinya untuk menambah referen-si lembaga kami.

Tri Apriyadi

Yayasan DAMAR

Karanggayam CT VIII / 26 A, Depok, Sleman

Yogyakarta 55281.

Surat sejenis datang dari Yudhi Kris-tian Jl. Sadang Subur 1/48, Sadang SariRT 2/14, Sadang Serang, Bandung40134; Ida Sukmawati Jl. Akar WangiII/17 Kompleks Pertanian Atsiri Permai,Citayam, Depok; Arie Istandar, USAEPIndonesia, Plaza DM, 18th Floor, Ste1807, Jl. Jend Sudirman Kav 25, Jakarta12920; Dinas Lingkungan Hidup, Ke-bersihan, dan Pertamanan, Kota Sawah-lunto, Jl. Lubang Tembok, Kel. Saringan.Kec. Lembah Segar, Kota Sawah Lunto,Sumatera Barat; Robert Ainslie, JohnHopkins University-Centre of Communi-cation, Gd. Tifa Lt. 5, Jl. Kuningan Barat26 Jakarta; Kami akan kirim.

Selain menerima surat masukandan permintaan di atas, kami jugamenerima surat balasan yang berisiucapan terima kasih dan informasibahwa Percik sudah diterima. Parapengirim tersebut yaitu Deputi BidangPengendalian Pencemaran Ling-kungan, Meneg LH, Sekretariat Dae-rah Kabupaten Batang Hari, danPDAM Kota Semarang. Dan banyaksurat lain serupa. Redaksi.

SUARA ANDA

Percik Oktober 2005 2

Page 5: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

LAPORAN UTAMA

Percik Oktober 2005 3

Lima tahun lalu, tepat bulanSeptember, Sidang UmumPBB menetapkan Millen-nium Development Goals(MDGs) sebagai target ba-

gi komunitas global untuk mengurangikemiskinan dan meningkatkan kesehat-an dan kesejahteraan seluruh pendu-duk. Dua tahun berikutnya, dalam theWorld Summit on Sustainable Develop-

ment di Johannesburg, PBB menegas-kan kembali MDGs dan menambahkantarget khusus tentang sanitasi dan higi-nitas.

Kondisi umat manusia di dunia,khususnya di negara berkembang danmiskin, tak beranjak naik seiring kema-juan negara-negara maju. Data tahun2000 menunjukkan 2,4 milyar manusiatak memiliki akses yang baik ke sanitasi.

Sebanyak 81 persen di antaranya beradadi desa. Selain itu 1,1 milyar manusia takmemiliki akses ke sumber air. Sebanyak86 persen berada di desa. Tak heran, inimemunculkan berbagai penyakit, seper-ti diare dan sebagainya.

Pada tahun 2015 jumlah pendudukdunia diperkirakan 7 milyar. Sebagianbesar pertambahan penduduk terjadi dinegara berkembang. Peningkatan ituakan menambah jumlah penduduk yangbelum mempunyai akses terhadap sani-tasi yang memadai menjadi 3,4 miliarpada tahun 2015. WHO memperkirakansetiap tahun sebanyak 150 juta tamba-han penduduk yang harus mendapatkanakses terhadap sanitasi.

Keadaan Indonesia pun tak jauhberbeda. Data tahun 2002 menunjuk-kan bahwa penduduk Indonesia yangmempunyai akses terhadap sarana san-itasi dasar yang memadai yaitu jambanyang dilengkapi cubluk atau tangki sep-tik, baru mencapai 63,5 persen. Propor-si di perdesaan relatif lebih rendah, ha-nya berkisar 52,2 persen, sementara diperkotaan telah mencapai 77,5 persen.

Angka tersebut hanya menunjukkanproporsi yang tersedia tetapi tanpa mem-bedakan kualitasnya. Karenanya data diatas ditengarai belum menunjukkan kon-disi yang sebenarnya. Kondisi nyatamungkin lebih buruk dari itu. Diperkira-kan banyak sarana sanitasi dasar yang adasaat ini sudah tidak dapat dipergunakan la-gi dan kurang memenuhi persyaratan ke-sehatan dan lingkungan.

Bila keadaan ini dikaitkan dengantarget MDGs yang harus dicapai Indo-nesia, tampaknya sangat berat. Apalagi

Penyelenggaraan AMPL,Menunggu

Kontribusi SwastaParadigma pembangunan telah berubah. Tidak lagi bertumpu

pada pertumbuhan ekonomi, tapi pembangunan berkelanjutan.Kalangan industri pun mengubah landasan berpikirnya.

Tidak lagi berorientasi profit semata, tapi peduli terhadaplingkungan, baik alam maupun sosial ekonomi.Sudahkah mereka menyentuh sektor air minum

dan penyehatan lingkungan?

Page 6: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

bila seluruh pembiayaannya dibeban-kan kepada pemerintah-yang sebenar-nya menjadi tugasnya melayani rakyat-karena pemerintah mengaku tak memi-liki cukup dana untuk pembangunan.Belum lagi sektor air minum dan sani-tasi memang kurang memperoleh per-hatian dari para pembuat kebijakan ter-masuk para wakil rakyat.

Kontribusi SwastaParadigma baru muncul dalam pro-

ses pembangunan, khususnya di negaraberkembang, bahwa semua pihak harusikut andil dan peduli dalam pemba-ngunan. Negara, kalau bisa, hanya men-jadi fasilitator. Negara pun menggan-deng sektor swasta dan masyarakat. Disisi masyarakat, muncul program pem-berdayaan agar mereka mampu mem-bangun sendiri komunitasnya dan taklagi bergantung sepenuhnya kepada pe-merintah.

Sementara sektor swasta, sebelum-nya tak ingin terjun langsung ke masya-rakat. Ini wajar karena mereka merasatelah memberikan pajak dan pungutan-pungutan lain kepada negara sehingganegaralah yang seharusnya menjalan-kan pembangunan di tengah-tengahmasyarakat. Namun akhirnya swastapun mau tidak mau harus terlibat, soal-nya ternyata kepentingannya berbeda.Apa yang diharapkan perusahaanswasta belum tentu sama dengan pro-gram pemerintah. Maka pada tahun1970-an, terjadi perubahan paradigmabisnis. Mereka tak sekadar memikirkanprofit (single bottom line), tetapi peduliterhadap lingkungan baik alam maupunsosial ekonomi. Paradigma berubah da-ri shareholders responsibility menjadistakeholders responsibility.

Kenyataan ini mendorong dunia in-dustri mengkaji kembali visi dan misiperusahaan. Maka para CEO perusaha-an meletakkan tanggung jawab sosialperusahaan (corporate social responsi-bility/CSR) dan kelanjutan pertumbuh-an perusahaan sebagai bagian dariGood Corporate Governance. Benih ke-

sadaran ini muncul dalam KTT Bumi diRio de Janeiro, Brasil tahun 1992.

Kini dalam lingkungan global yangberubah, reputasi dan citra perusahaantak sekadar dilihat dari sisi profit tapimenyangkut (1) kemampuan finansial,(2) mutu produk dan pelayanan, (3)fokus pada pelanggan, (4) keunggulandan kepekaan SDM, (5) reliability, (6)inovasi, (7) tanggung jawab lingkungan,(8) tanggung jawab sosial, dan (9) pene-gakan Good Corporate Governance(GCG). Upaya yang bisa dilakukanuntuk mencapai itu yaitu (1) adil (fair)kepada seluruh stakeholders (tidak ha-nya kepada shareholders); (2) Proaktifdan berperan sebagai agent of changedalam pembeberdayaan masyarakat di

daerah operasi; (3) Efisien, berhati-hatidalam pengeluaran biaya yang sia-siaterutama untuk penyelesaian masalahyang timbul dengan fokus pada stake-holder di sekitar daerah operasi.

Lalu apa yang bisa dilakukan oleh per-usahaan? Perusahaan bisa menyeleng-garakan program pengembangan ma-syarakat (Community Development/-CD); dan Program Pengembangan Hu-bungan/Relasi dengan publik (Relati-ons Development/RD). dengan sasaran(1) Pemberdayaan SDM lokal (pelajar,pemuda dan mahasiswa termasuk di da-lamnya); (2) Pemberdayaan EkonomiMasyarakat sekitar daerah operasi; (3)Pembangunan fasilitas sosial/umum,(4) Pengembangan kesehatan masyara-

LAPORAN UTAMA

Percik Oktober 2005 4

C orporate Social Responsibility(CSR) adalah sinonim dari GoodCorporate Citizhenship (GCC),

yang memiliki makna pemahaman dan pe-ngelolaan suatu pengaruh yang lebih luasdari perusahaan kepada masyarakat untukkeuntungan perusahaan dan masyarakatsecara keseluruhan (Marsden and Andriof,Warwick Business Scholl UK, 2001).Sementara dalam Indonesia Business Link,CSR disebut sebagai pembuatan keputusanbisnis yang berhubungan kepada pelak-sanaan etika bisnis yang tidak semata-mata dimotivasi oleh marketing, relasipublik (PR), atau keuntungan komersiallainnya.

CSR dipandang mampu memberikankeunggulan kompetitif bagi perusahaandan membantu perusahaan dalam mem-perbaiki performa keuangannya dan aksespada modal, meningkatkan brand image(citra perusahaan) dan penjualan, meme-lihara kualitas kekuatan kerja, memper-baiki pembuatan keputusan pada isu-isukritis, menangani risiko secara lebih efi-

sien, dan mengurangi biaya jangka pan-jang.

Dalam program CSR ini perusahaan bi-sa berkontribusi langsung kepada masya-rakat dalam mengurangi kemiskinan, kese-taraan, akses, partisipasi, perdamaian dankeamanan, serta perlindungan terhadaplingkungan. Perusahaan yang mengem-bangkan model bisnis baru tersebut akanmenjadi the business leaders of the 21century (Mark M. Brown, UNDP in Businessand Poverty; Bridging The Gap, 2002).

Dari sana muncul istilah corporate phi-lanthropy yakni bagaimana perusahaanbesar dan kecil dan beragam sektor me-ngeluarkan kontribusi tunai untuk berbagaimasalah sosial, ekonomi, dan lainnya seba-gai bagian dari keseluruhan strategi corpo-rate citizenship.

Banyak manfaat yagn bisa diambil dariprogram CSR ini antara lain meningkatkanbrand image, pengurangan kemiskinan,meniadakan konflik, kelestarian lingkung-an, investasi sosial, dan pembangunan ber-kelanjutan. (MJ)

Apa itu Tanggung JawabSosial Perusahaan?

Page 7: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

kat, (5) Sosbud, dan lain-lain.Pada sisi ini sebenarnya perusahaan

dapat menjadi bagian penting dalammemacu pembangunan air minum danpenyehatan lingkungan. Tak dipungkiri,kondisi sarana dan prasarana airminum dan penyehatan lingkunganmasih jauh dari harapan. Maka peluangkalangan industri untuk memperolehnilai tambah dari masyarakat sangatterbuka lebar. Apalagi, pemerintahtelah memiliki kebijakan nasional pem-bangunan AMPL yang substansinyaadalah bagaimana memberdayakanmasyarakat. Dengan sinergi antarapemerintah dan kalangan industri, baikswasta maupun BUMN, target pencapa-ian air minum dan penyehatan ling-kungan akan bisa didekati.

Era OtonomiPemerintah daerah pun sebenarnya

memiliki peluang yang besar untuk bisamemacu pemberdayaan masyarakat dibidang air minum dan penyehatanlingkungan. Pemda bisa menyusun pro-gram bersama dengan kalangan indus-tri. Hanya saja perlu ada perubahanparadigma dari aparat pemda. Perusa-haan sekarang tak bisa hanya sekadardimintai uang untuk membantu pro-gram pemberdayaan. Perusahaan harusdilibatkan secara langsung.

Seperti dikemukakan Ketua Cor-porate Forum for Community De-velopment (CFCD) Thendri Supriatno,perusahaan menyambut gembira bilaada kerja sama dengan pemda. Per-usahaan-perusahaan yang tergabungdalam forum tersebut berharap pemdabisa bertindak sebagai fasilitator danregulator yang memungkinkan berlang-sungnya proses pemberdayaan masya-rakat secara sukses.

Pemda juga perlu tahu bahwa ka-langan industri akan sulit apabila di-mintai dana untuk alokasi charity. Me-reka sudah menyadari pemberian hadi-ah ini akan menimbulkan ketergantung-an dan tidak mendidik. Mereka pun ta-hu sarana dan prasarana akan dipeli-

hara (berkelanjutan) bila masyarakatdilibatkan secara langsung mulai dariproses perencanaan, pelaksanaan, eva-luasi, dan pemeliharaan.

Satu lagi peluang yang harus diam-bil pemerintah daerah dari perusahaanadalah spirit wirausaha dan organisasiyang baik. Kalangan industri memilikisumber daya manusia yang mempunyaikeahlian.yang bisa dimanfaatkan misal-nya dalam mengentaskan kemiskinandan menggerakkan roda ekonomi rak-

yat. Mereka tentu lebih kompeten di la-pangan dibandingkan dengan aparatpemda yang biasa mengurus birokrasi.

PenutupAkhirnya bagaimanapun perusa-

haan ingin eksis di tengah-tengah ma-syarakat. Yang diperlukan sekarangadalah bagaimana menjalin komunikasiyang baik antara pemerintah dan ka-langan industri. Mereka memiliki socialinvestment. Bagaimana sekarang danaitu bisa dimanfaatkan secara tepat bagipembangunan yang melibatkan tigapihak-pemerintah, swasta, dan masya-rakat-secara bersama-sama. Pola seper-ti ini diharapkan bisa menguntungkanketiganya. Perusahaan bisa kondusifdalam berbinis, tanpa ada friksi denganmasyarakat, pemerintah bisa men-jalankan program-programnya danmendapatkan nilai tambah dari perusa-haan, sedangkan masyarakat terangkatkesejahteraannya. Lebih dari itu targetpembangunan, khususnya bidang airminum dan penyehatan lingkungan,tercapai. (MJ)

LAPORAN UTAMA

Percik Oktober 2005 5

Pemerintah daerah punsebenarnya memilikipeluang yang besaruntuk bisa memacu

pemberdayaan masyarakatdi bidang air minum danpenyahatan lingkungan.Pemda bisa menyusun

program bersama dengankalangan industri.

FOTO:POKJA AMPL

Page 8: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Upaya pihak swasta peduli ter-hadap masyarakat sekitarnya,termasuk masalah air minum

dan penyehatan lingkungan sebenarnyasudah mulai tumbuh. Hanya saja, mung-kin karena skalanya kecil dan belum melu-as, gemanya kurang begitu terasa.

Sebut saja PT Unilever Indonesia Tbk,yang memiliki program Corporate SocialResponsibility (CSR) melalui YayasanUnilever Peduli. Yayasan tersebut berge-rak di empat program yakni lingkungan,UKM, pengembangan kesehatan, dan pro-gram bantuan kemanusiaan.

Environment Program Manager, PTUnilever Indonesia Tbk, Silvi Tirawaty,menjelaskan di bidang lingkungan saatini pihaknya sedang menggarap sam-pah. ''Kami sangat peduli dengan kon-disi sungai Brantas khususnya yangmelintas di Surabaya yang tercemar.Hampir 60 persennya oleh limbahdomestik (rumah tangga),'' katanya.

Perusahaan itu berusaha member-dayakan rumah tangga untuk pedulisampah. Pada tahap awal, yayasan itumencoba menetapkan daerah binaandi RW 3 Kelurahan Jambangan, KotaSurabaya. Beberapa orang warga dire-krut sebagai kader lingkungan. Me-reka ini adalah orang-orang yangmemiliki kepedulian terhadap ling-kungan. Pada calon kader kemudiandilatih selama tiga hari dengan materipelatihan mengenai sampah, penghi-jauan, sanitasi, dan pembekalan diri.Istri walikota pun dilibatkan untukmelantik para kader.

Dalam melaksanakan kegiatannya,yayasan tersebut bekerja sama dengan se-buah universitas di Surabaya. Perguruantinggi ini menyumbangkan pengetahuan-nya mengenai komposter unit yang terbu-at dari drum-drum bekas yang bisa digu-nakan untuk mengolah sampah secaraalami di tingkat rumah tangga.

Para kader ini dalam satu bulandiharapkan mampu mengajak tetangga-

tetangga di sekitarnya. Bersama denganitu, para kader secara sukarela mulaimemperlakukan sampahnya sejak dirumah. Hasilnya, lumayan bagus. Lam-bat laun laju pencemaran mulai menu-run dan warga mulai mengikuti apayang dilakukan para kader lingkungan.Selama proses itu, Unilever bertindaksebagai pendamping.

''Awal 2005, program ini bergulir ke5 RW (25 RT),'' kata Silvi. Penularankeberhasilan salah satunya dilakukandengan road show kader-kader tersebutke RW lain. Proses ini menghasilkan 70kader baru sehingga total kader ling-kungan ada 120 orang.

Dalam rangka dinamisasi dan keber-langsungan program tersebut, lanjut Sil-vi, ada lomba antar RT menyangkut sam-pah dan sanitasi. Kegiatan ini berhasilmemicu warga untuk menjadikan dae-rahnya bersih dan sehat. Selain itu, wargapun mulai dapat menikmati hasil pemi-lihan sampah rumah tangganya. Sampahanorganik bisa dijual. Pada proses ini,Unilever, menghubungkan warga denganperusahaan daur ulang. Uang hasil pen-jualan sampah anorganik dibelikan ta-naman obat keluarga.

Guna menggemakan kepedulian ma-syarakat terhadap sampah secara lebihluas, lanjut Silvi, pihaknya bekerja samadengan koran terbesar di Jawa Timurmengadakan kampanye lingkungan de-ngan tajuk 'Surabaya Green and Clean'serta lomba lingkungan se-kota Surabaya.Kampanye ini dimuat selama tiga bulanberturut-turut di koran tersebut. Darilomba ini terpilih delapan nominator yangkemudian berhak mendapatkan programUnilever berikutnya.

Saat ini, kata Silvi, pihaknya memili-ki 14 kelurahan binaan (51 RT) denganwarga sekitar 11 ribu jiwa. ''Kalau initerus bergulir, maka akan mengurangibeban sampah Kali Brantas,'' paparnya.

Selain program itu, yayasan tersebutjuga berkolaborasi dengan LSM setempat

untuk membentuk forum kerja sama un-tuk meningkatkan kepedulian masyarakatterhadap lingkungan. Dinas Kesehatansetempat bertindak sebagai fasilitator.

Di luar yayasan, Unilever memilikiprogram yang berkait dengan brand.Misalnya Lifebouy mempunyai programpenurunan diare, peningkatan kese-hatan melalui pembangunan MCK diBandung, Makassar, dan Yogyakarta.Kegiatan ini bekerja sama dengan dinasterkait dan LSM. Pepsodent punya pro-gram sikat gigi dua kali sehari untukmencegah penyakit gigi yang masihtinggi di Indonesia. ''Fokusnya memangkesehatan yakni Integrated HealthPromotion Program,'' jelas Silvi.

Program peduli sampah juga dilak-sanakan oleh Jaringan Delta-FemaleRadio (JDFI). Perusahaan ini melun-curkan program Green City GreenCommunity (GCGC) di Jakarta.

Program tersebut dilaksanakan beker-ja sama dengan Dinas Kebersihan DKI Ja-karta, InSWA (Asosiasi Persampahan In-donesia), Kementerian Lingkungan Hidup(KLH), Yayasan Kirai (LSM yang membi-na lapak/pemulung di Jakarta), Carrefo-ur, dan Unilever (produsen Lifebouy). Se-lengkapnya baca Reportase.

PT Merck Tbk, sebuah perusahaanobat, memiliki program kampanye be-bas anemia. Perusahaan itu bekerja sa-ma dengan pemerintah daerah Yog-yakarta dalam program Yogya Sehat2005. Perusaaan itu mendidik masya-rakat untuk memakan makanan yangmemiliki zat besi dan wajib dikonsumsi.Kampanye ini dilakukan mengingat pre-valensi anemia di Indonesia terhitungmasih tinggi.

Itu adalah sebagian kecil contohperusahaan yang mulai peduli terhadapmasyarakat di bidang air minum danpenyehatan lingkungan. Perusahaan-perusahaan lain yang tidak disebut disini bukan berarti tidak melakukan halyang sama. (MJ)

LAPORAN UTAMA

Percik Oktober 2005 6

Swasta Peduli, Sudah Mulai

Page 9: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

B isa Anda jelaskan perbedaanantara Corporate Social Res-

ponsibility (CSR) dan CommunityDevelopment (CD)?

CSR itu jauh lebih luas dari commu-nity development karena CD itu hanyasatu aspek dari CSR. Perusahaan yangmelaksanakan CD itu dalam rangkamenjalankan tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR). Tapi CSR bukanhanya itu, bagaimana dia tidak menjualproduk yang berbahaya, tidak mengo-tori lingkungan.

Siapa saja sasaran CSR?Kita memiliki kepentingan bagai-

mana kita koeksis dengan masyarakatsekitar yang dekat dengan kita. Dalamdunia perminyakan kita ada ring I, II,dan III. Kalau ring I saja tidak bisa ter-cipta harmoni, jangan bicara ring II danIII. Ring I itu kabupaten di manaperusahaan berada. Ring II kabupatensekitar. Ring III sampai dengan propin-si. Artinya, andai sebuah perusahaanmemiliki usaha di situ maka harusmempertimbangkan ketiga ring tadi.

Apa pentingnya CSR bagi per-usahaan?

Banyak sekali contoh di dunia bis-nis, CSR itu menguntungkan bagiperusahaan. Itu yang kita sebut sebagaisocial investment. Bayangkan kalauanda membuat produk yang berbahaya,

kemudian bisa dituntut di pengadilan,berapa biayanya? Belum lagi harusditutup dan menghadapi tuntutan pu-blik. Saat ini kesadaran akan hak-haksipil masyarakat semakin baik. Dalamkonteks Indonesia, di era otonomi dae-rah, dengan adanya HAM dan edukasipublik, reformasi hukum, ini menye-babkan kesadaran rakyat akan hak-haknya semakin tinggi. Bukan waktu-nya lagi perusahaan membohongi, me-nipu, dan melakukan bisnis yang tidaketis. Itu sudah masa lalu. Pilihannya, iniada environment yang sudah berubah.Kalau kita tidak berubah akan digilaskarena paradigmanya sudah berubah.Atas dasar pemikiran-pemikrian sema-cam itu kita membentuk diri dalam Cor-porate Forum for Community Deve-lopment (CFCD).

Berapa sebenarnya anggaranperusahaan yang dialokasikan un-tuk program ini?

Di BUMN ada yang namanya PKBL1,5-2 persen sesuai dengan SK 236. Diperusahaan swasta sangat bervariasikarena ketentuan tidak ada. MisalnyaMedco Energi menyisihkan 2 persenuntuk kondisi normal. Ketika tsunamibisa sampai Rp. 18 milyar.

Apa yang didapat perusahaandari pelaksanaan program CSR?

Sebenarnya banyak. Niat antara per-usahaan yang satu dan yang lain berbe-da-beda. Tapi manfaat yang bisa kitaperoleh adalah kita bisa koeksis denganmasyarakat sehingga menciptakan kon-disi kondusif untuk berbisnis. Saya per-nah dihujat kalau begitu niatnya tidak

WAWANCARA

Percik Oktober 2005 7

Ketua CFCD, Thendri SupriatnoBersinergi Memberdayakan

MasyarakatMungkin belum banyak yang tahu bahwa ada sebuah forum perusahaan di

Indonesia yang mendedikasikan diri bagi pemberdayaan masyarakat. Forum itunamanya Corporate Forum for Community Development (CFCD). Berdiri 24September 2004, forum ini beranggotakan perusahaan besar (tambang, minyak dangas, perkebunan, baja, pupuk, konsultan, kehutanan, kertas, makanan, telekomu-nikasi, dan lintas sektor). Forum ini memiliki visi tanggung jawab sosial perusahaandalam upaya pemberdayaan masyarakat dan kelanjutan pertumbuhan perusahaan.Misinya menjadi pusat jejaring kerja multistakeholder dan pusat pembelajaranCSR/CD yang terkemuka.

Forum ini memiliki potensi besar untuk melangkah bersama pemerintah baikpusat maupun daerah dalam program pemberdayaan masyarakat. Untuk mengetahuiapa itu tanggung jawab sosial perusahaan/Community Social Responsibility (CSR),Percik berbincang dengan Ketua CFCD Thendri Supriatno di Jakarta, akhir Septemberlalu. Berikut petikannya:

FOTO:MUJIYANTO

Page 10: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

tulus? Perusahaan sah-sah saja menda-patkan koeksistensi dengan masya-rakat. Ada juga yang lebih tinggi yaknimendapatkan ridlo Allah. Apa yangdikeluarkan dianggap sebagai zakat.Kita kan ambil dari bumi, maka harusdikembalikan lagi kepada masyarakat.Ada yang semata-mata supaya jangandiganggu. Motivasi beragam. Manfaatminimal perusahaan aman. Image yangbaik. Itu implikasi bukan tujuan. Kalauperusahaan memiliki image yang baikdan tidak memiliki friksi dengan ma-syarakat, sebagai perusahaan publik,kira-kira investor akan mau kan? Tentumereka tak mau berinvestasi ke perusa-haan yang penuh risiko. Jadi tujuanlainnya meningkatkan kepercayaaninvestor, khususnya perusahaan publik.Bagi yang non publik, itu kan juga untukmengamankan shareholder valuenya.

Apa dampak bila perusahaantidak melaksanakan CSR?

Kalau perusahaan tidak melakukan-nya banyak kasus membuktikan perusa-haan itu menderita kerugian. Contoh,sebuah perusahaan kertas yang takperlu saya sebut, dia mengalami ma-salah terus menerus dan berapa ratusratus juta dolar yang harus dikeluarkan.Coba kalau AMDAL-nya dilakukan de-ngan baik, jangan buang limbah semba-rangan. Mungkin dia hanya mengeluar-kan 10 juta dolar.

Apa kendala program CSR ini?Belum semua perusahaan melak-

sanakan. Yang melaksanakan, sebagianmasih basa basi dan belum melihatmanfaat. Ada orang yang melaksanakanCD misalnya hanya sekadar untuk cor-porate image building saja. Ini semuakarena faktor kesadaran dan pema-haman. Pemahaman apa itu CSR masihberagam antarperusahaan.

Sejauh mana upaya menyiner-gikan program CSR dengan pro-gram pemerintah?

Belum sempurna, tetapi gerakan ke

arah itu sudah mulai kelihatan. Minimalsudah banyak pemerintah daerah yangketemu dengan kita. Yang paling bagussekarang adalah bagaimana kepaladaerah, gubernur, memberikan perha-tian kepada program ini. Tentu merekaingin menciptakan situasi yang kon-dusif bagi dunia bisnis di daerahnyasehingga tidak ada friksi denganmasyarakat. Dampaknya PAD bisa naik.Niat pemerintah seperti ini bagus. Pajaksupaya naik. Niat berikutnya adalahingin bersama-sama membangun ma-syarakatnya karena gubernur sadarbahwa tidak mungkin melaksanakannyasendiri karena keterbatasan anggaran.Oleh karena itu mari kita bekerja sama,mana yang paling efektif.

Dengan adanya pandanganyang masih belum benar dari be-berapa perusahaan tentang CSR,apa yang dilakukan untuk melu-ruskannya?

Dengan adanya pemahaman yangberbeda-beda itu, maka saya bersamarekan-rekan dari perusahaan lain yangsedang kursus CD di UI membentukkelompok. Dan itulah CFCD. Dari situkita mengadakan pelatihan dari seder-hana hingga bagaimana menyelesaikanpersolaan conflict resolution bagi peru-sahaan. Selanjutnya kita berbagi penga-laman.

Bagaimana Anda melihat pe-mahaman pemerintah daerah ter-hadap community development?

Pemerintah daerah memiliki karak-ter yang beragam. Ada daerah tertentuyang aparatnya kurang disiplin ataukurang pemahaman. Apa itu CD atauCSR. Kadang mereka datang ke perusa-haan hanya meminta dana CD untukdikelola. Itu bukan corporate CD dantak akan tercapai tujuannya. Masya-rakat harus tahu bahwa kegiatan ini darikorporat. Bukan riya. Tapi ini bentukkepedulian kita. Kalau pemerintah, yamemang seharusnya harus begitu kare-na kita sudah membayar pajak dan

sebagainya. Jadi masih ada perbedaanpemahaman seperti ini. Tapi sepertiRiau, gubernurnya sangat sadar akangerakan CFCD ini dan sangat men-dukung. Tim dari propinsi dan CFCDsudah duduk bersama untuk melak-sanakan program pengentasan kemis-kinan dan sebagainya. Hasilnya me-mang belum terlihat sekarang. Upaya kearah sana sudah mulai. Makanya sayasering mengimbau kepada kawan-kawan, mungkin pemda itu tidak memi-liki budget untuk mengirimkan utusan-nya mengikuti pelatihan tentang CSR,sponsori dong. Kita berharap ada pema-haman yang semakin meluas sehinggaaparat paham dan bahasanya menjadisama. Beberapa daerah sudah pernahikut pelatihan dan menyatakan sebe-narnya tidak terlalu berbeda kecualisumber anggarannya. CFCD menganutkonsep tripartite. Bagaimana bekerjasecara sinergi antara perusahaan, pe-merintah, dan masyarakat.

Bagaimana menyinergikan de-ngan masyarakat langsung?

Kalau boleh jujur, masyarakat itubanyak yang salah didikan. Kadang inikarena korporatnya yang keliru karenamemberi ikan, charity. Ini yang kitasebut sebagai Santa Claus Syndrome.Akhirnya terjadi back fire karena salahdalam mendidik masyarakat. Juga ba-nyak orang yang tidak bertanggung ja-wab, bromocorah. Sering karena pro-gramnya charity, maka ini diman-faatkan oleh orang yang menyebut di-rinya tokoh masyarakat. Selain itu, cha-rity bisa menimbulkan ketergantungan.Maka masyarakat harus dilibatkan sejakperencanaan.

Harapan Anda terhadap peme-rintah agar program CSR itu suk-ses?

Harus ada perubahan mindset. Beri-kan kondisi yang kondusif, aturan yangbaik, sebagai regulator yang fair. Pe-merintah harus mengedukasi publik ber-sama-sama dengan kita. (mujiyanto)

WAWANCARA

Percik Oktober 2005 8

Page 11: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Seorang ibu setengah bayamemarkir mobilnya tepat disebuah tenda bertuliskan 'Green

City, Green Community'. Tumpukankoran dikeluarkan dari mobilnya. Pe-tugas tenda pun membantu. Seikat de-mi seikat koran itu ditimbang dengantimbangan gantung yang dikaitkan padasebuah batang pohon.

''Masih seperti dulu kan vouch-ernya?'' tanya ibu itu.

''Wah, sudah berubah Bu. Sejak 13Juli, voucher dinaikkan menjadi 50 kg.Jadi tidak 10 kg lagi,'' kata penjaga.

''Kalau gitu, nggak jadi deh.Mendingan dijual ke tukang loak saja,''kata ibu.

Akhirnya semua tumpukan koranyang sudah ditimbang tersebut di-naikkan ke mobil kembali. Ibu itu punpergi dengan mobilnya yang terlihatmasih mulus.

Sikap ibu ini mungkin mewakiliwarga Jakarta. Semua dinilai denganuang/materi kendati ini demi kepen-tingan bersama. ''Indikasi peduli masihjauh dari harapan. Yang nyata justruindikasi bisnis,'' kata Anom yangmemantau program 'Green City, GreenCommunity' (GCGC) di Carrefour Le-bak Bulus, tempat peristiwa itu terjadi.

Apa yang terjadi itu tentu berten-tangan dengan harapan yang diinginkanoleh para penggagas program ini. Pro-gram yang dipelopori oleh JaringanDelta Female Indonesia (JDFI)-sebuahperusahaan jaringan radio-berharapGCGC bisa meningkatkan kepedulianmasyarakat, khususnya kalangan me-nengah atas, terhadap sampah. Apalagisampah di Jakarta ini setiap hari ada 7ribu ton. ''Kita berharap program inimenjadi snow bowling effect bagi duniapersampahan di Indonesia, khususnya

di Jakarta,'' kata Udjang Nugraha, cor-porate secretary JDFI, di Jakarta awalAgustus lalu.

GCGC muncul sebagai bentukkepedulian pengelola radio itu terhadapjumlah sampah yang terus meningkatdan manajemen sampah yang belumjuga benar. Lebih dari itu, kepedulianmasyarakat untuk memilah sampahsejak dari rumah tangga juga belummuncul. Apa yang terjadi ini masih jauhdibandingkan dengan kondisi di luarnegeri. ''Masalah ini merupakan ma-salah kompleks yang melibatkan banyaksektor. Kami juga ingin ini bisa teratasi,maka kami mencoba mengambil perandalam kampanye sekaligus mengajakpihak-pihak yang berkepentingan terli-bat,'' jelas Udjang.

Pihak yang terlibat dalam programini antara lain JDFI, Dinas KebersihanDKI Jakarta, InSWA (Asosiasi Persam-

pahan Indonesia), Kementerian Ling-kungan Hidup (KLH), Yayasan Kirai(LSM yang membina lapak/pemulungdi Jakarta), Carrefour, dan Unilever(produsen Lifebouy).

Ada dua kegiatan utama programini. Pertama, off air dengan mengajakmasyarakat berpartisipasi langsungmengumpulkan sampah anorganik ditempat-tempat yang telah ditentukan.Kedua, on air, berupa talk show tentangpersampahan dengan menghadirkannarasumber yang kompeten di bidangini.

Program yang dimulai sejak 16 Juni2005 ini menyediakan bak sampah diCarrefour yang ada di Jakarta (LebakBulus, MT Haryono, Duta Merlin,Cempaka Putih, Puri Mall, danMegamall Pluit). Di dekat bak sampahitu, GCGC membangun sebuah tendaberukuran 2 x 2 m2 di areal parkir yang

REPORTASE

Percik Oktober 2005 9

Green City Green CommunityMaunya Ngajak Peduli Sampah

FOTO:MUJIYANTO

Page 12: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

dijaga oleh dua orang penjaga. Pene-rimaan sampah berlangsung pada hariRabu dan Sabtu pukul 10.00-16.00.Sore harinya sampah itu diangkut olehmobil Dinas Kebersihan DKI untukdibawa ke lapak/pemulung. Jadi sam-pah itu tidak dibawa ke TPA (TempatPembuangan Akhir) tapi dimanfaatkanoleh lapak/pemulung. ''Ini merupakanupaya reduce sejak awal,'' kata Anom.

Pada awal program, masyarakatyang membuang sampah setara 10 kilo-gram memperoleh insentif berupavoucher belanja Carrefour senilai Rp. 10ribu dan tiga buah sabun Lifebouy.Ternyata sejak program ini diluncurkanjumlah sampah yang dikumpulkanterus meningkat. Puncaknya terjadipada 9 Juli 2005 dengan total sampah6,815 ton dari 101 anggota masyarakat.Rata-rata sampah per hari mencapai3,732 ton. Sampah paling banyak beru-pa kertas.

Namun jumlah itu kemudian menu-run. Ini gara-gara pada 13 Juli adaperubahan plafon perolehan voucheryang semula 10 kg sampah menjadi 50kg sampah. Jumlah sampah yangterkumpul setelah tanggal itu rata-rata1,767 kg. Partisipan pun menurun darirata-rata 53 orang menjadi 34 orang.

Peningkatan plafon ini menurutUdjang dimaksudkan untuk mengukurkualitas kesadaran masyarakat. Apakahmereka membuang sampah ke bak sam-pah GCGC itu memang atas dasarkepedulian atau ada faktor lain.

Berdasarkan evaluasi, diakui atautidak, kesadaran kalangan menengahatas di Jakarta terhadap sampah masihrendah. Yang muncul justru indikasibisnis lebih kuat. Fakta yang ditemukanoleh Anom bisa menjelaskan hal itu.

Beberapa kali ditemukan orang-orang yang nakal untuk mengelabuhitimbangan. Anom menceritakan adayang memasukkan botol air kemasandengan isi air penuh, membungkus batudengan kain bekas, dan memasukkanblok mesin ke tengah-tengah sampah.''Ini tidak masuk akal,'' katanya.

Secara kasar, karakter partisipanadalah kalangan menengah atas bermo-bil dan mereka mengetahui program inidari siaran radio JDFI. Ada sebagiankecil partisipan yang memang patutdicontoh yakni mereka tidak maumenerima voucher dan memang senga-ja datang untuk membuang sampahtanpa imbalan. Mereka, kata Anom,sangat sedikit dan berasal dari kalanganmahasiswa.

Oleh karena itu, ia berpendapat darisisi membangun kepedulian, programini masih belum mampu, tapi dari sisisasaran sudah tepat. Menurutnya, fak-tor pendidikan sangat menentukankepedulian.

Penanggung jawab GCGC RoesdanSjah Alam Pradana menilai ada halpositif yang lahir dari kegiatan ini yaknikerja sama antarpihak-pihak yang terli-bat. ''Awalnya kerja sama sulit sekali.Kini komunikasi berlangsung intensifdan lancar,'' paparnya. Selain itu,kepedulian orang-orang yang terlibatdalam program ini pun meningkat.

Yang pasti, kegiatan yang semuladirencanakan berlangsung hanya tigabulan, kini diperpanjang hingga akhirtahun. Ini tidak lain dari para sponsoryang menilai program ini perlu terusdilanjutkan demi untuk meningkatkankepedulian masyarakat terhadap sam-pah. Dan, yang tak kalah penting, pro-gram ini telah memberikan citra yangpositif bagi pihak-pihak yang terlibatkhususnya pada sponsor. (mujiyanto)

REPORTASE

Percik Oktober 2005 10

Berdasarkan evaluasi,diakui atau tidak,

kesadaran kalanganmenengah atas

di Jakarta terhadapsampah masih rendah.

Yang muncul justruindikasi bisnis

lebih kuat.

FOTO:MUJIYANTO

Page 13: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

WAWASAN

Percik Oktober 2005 11

Kelurahan Dembe I adalah salahsatu permukiman di tepi jalanyang menyusuri danau Lim-

boto. Sekilas desa ini sama saja dengandesa-desa lainnya. Penduduk yang ra-mah, dengan kohesivitas sosial yangtinggi dan religius, tanggap terhadaporang asing yang datang memerlukanbantuan. Didesa ini ada bangunan mas-jid yang mencirikan agama yang dianutpenduduknya dan ada juga sekolahMuhammadiyah yang oleh sementarapeneliti diidentikkan dengan Islammodern.

Gubernur Gorontalo, Ir Hi. FadelMuhammad, disertai kepala BAPPEDAdan pejabat pejabat dari empat Ka-bupaten dan Kota, pada tanggal 18Agustus 2005 membawa rombonganBAPPENAS (kelompok kerja AMPLpusat) ke desa ini. Dia bermaksudmenunjukkan kepada semua pesertaRoad Show yang tidak kurang dari 30orang, bahwa Gorontalo memiliki mo-del pembangunan AMPL yang selarasdengan Kebijakan Nasional. Gubernurmengatakan bahwa :"… Dembe akan di-jadikan model pembangunan di BidangAir Minum Berbasis Masyarakat untukseluruh desa di Gorontalo". Bagaimana-kah cerita lengkap mengenai hal itu,tulisan hasil penilaian menggunakanmetode historic time lines ini, akanmemaparkannya.

Dulu sulit air bersihDi tengah masalah pembangunan

AMPL yang dihadapi Gorontalo, danjuga daerah daerah lain di Indonesia,Desa Dembe mencuat dengan berbagaikeunikan dan kelebihannya, meskipundi daerah lain ada pula yang sekualitasDembe. Dembe sangat mandiri dalamarti mampu memecahkan masalahpemenuhan kebutuhan air dan mampu

mengelola sarana dengan baik di te-ngah puluhan sarana proyek pemba-ngunan AMPL pada masa lalu (diba-ngun pemerintah pada tahun 1995/6dengan dana APBN) yang kini sudahmenjadi monumen.

Pada masa lalu Dembe juga terbelitmasalah pemenuhan kebutuhan air.Sebelum tahun 1999, masyarakatDembe menggunakan air sumur untukmemenuhi kebutuhan hidup seharihari, meskipun kualitas airnya sangatburuk. Penelitian dari aspek bakteriolo-gis yang dilakukan Dinas Kesehatansetempat menyatakan air-air sumur diDesa Dembe tidak memenuhi syaratkesehatan. Air sumur penduduk sudahtercampur (terintrusi) air Danau Lim-boto yang kotor, berwarna keruhkekuningan, berbau, dan mengandungbakteri yang membahayakan kesehatan.Konon, menurut peserta diskusi, pen-duduk Dembe dahulu terjangkit sakitkulit gatal-gatal, dan banyak kejangkit-an penyakit muntaber, jenis penyakityang merebaknya terkait erat dengankualitas dan kuantitas air (water bornedisease). Sementara penduduk yang

tinggal sedikit di atas, di lereng-lerenggunung mengalami kesulitan menggalisumur, sebab airnya sangat dalam, lebihdari 30 m.

Berangkat dari keprihatinan meng-hadapi kondisi nyata yang seperti itu,Umar Latif yang aktif sebagai sekretarisLKMD (waktu itu) dan organisasi Mu-hammadiyah, berdiskusi dengan te-man-temannya mengidentifikasi masa-lah dan mencari jalan keluar. Lahirlahgagasan untuk mencari sumber airbersih, yang nyatanya memang tidaksulit. Sekitar 2,5 km dari masjid di kam-pungnya ada sumber air di GunungBatu Didia. Debitnya cukup besar.Namun Umar tidak bisa mengungkap-kan debitnya. Dia hanya mengatakanbahwa suara gemericik air yang jatuhke batu-batu sudah terdengar dari jarak50 m.

Pada tahun 1998 dia dan temantemannya mengintensifkan pertemuanuntuk membuat perencanaan. Peren-canaan ini melibatkan semua kompo-nen masyarakat antara lain: dari unsurpemerintah desa, tokoh masyarakat,tokoh agama, tokoh pemuda, pedagang,unsur nelayan Danau Limboto, dan jugadari tokoh wanita. Akhirnya dicapailahkesepakatan untuk membangun saranaair bersih dengan menyalurkan airmelalui buluh bambu.

Dengan modal 650 batang bambusumbangan Ja'far Sulaiman, pendudukbekerja membangun perpipaan bambusampai ke kaki benteng (BentengOtanaha). Di sini dibangun bak penam-pung yang sampai sekarang masih ada.Sarana air pipa bambu ini pada tahun1998 sudah berfungsi dan dipergunakanoleh 150 KK.

Pembangunan dengan buluh bambuhanya tahap awal dari rencana lainnya.Ini hanya untuk menunjukkan bahwa

Tipe Ideal Pembangunan AMPL BerbasisMasyarakat Ada Di Tepi Danau Limboto

Oleh: Alma Arief *)

Penelitian dari aspekbakteriologis yang dilakukanDinas Kesehatan setempatmenyatakan air-air sumur

di Desa Dembe tidakmemenuhi syarat

kesehatan.

Page 14: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

mereka sudah berbuat, dan mempunyaipotensi yang layak untuk membangunsarana air minum perpipaan yang lebihberkualitas dan mampu menjangkaulayanan yang lebih luas. Dalam perte-muan-pertemuan selanjutnya dipu-tuskan untuk mengajukan ProposalPembangunan Sarana Air Bersih keWalikota. Proposal tersebut diajukanpada tahun 2000 dan disetujui tahun2001. Desa tersebut memperoleh bantu-an pembangunan sarana perpipaansenilai Rp. 200 juta.

Tahap OperasionalPembangunan sarana air dilakukan

oleh kontraktor, sedangkan masyarakatmembantu tenaga membawa material.Yang ikut bekerja di beri upah setengahyaitu Rp 20.000, sedangkan setengahlainnya sebagai wujud partisipasi. Padabulan Agustus tahun 2002 kegiatanpembangunan dimulai dan selesai padabulan Oktober 2002. Sarana air bersihini diresmikan oleh Walikota dan KetuaDPRD pada bulan Januari 2003.

Sarana air perpipaan ini kini mela-yani sambungan rumah tangga seba-nyak 188 KK untuk sambungan rumahatau 2.850 jiwa plus pemakai hidran.Namun karena banyak KK yang belummendapatkan layanan maka dibuathidran-hidran umum untuk layanan so-sial, antara lain untuk masyarakat pra-sejahtera, fasilitas masjid, dan sekolah.

Selama 23 bulan, penduduk mem-peroleh layanan air dengan gratis. Na-mun di sisi lain disadari bahwa saranaair minum memerlukan perawatan darikerusakan, sehingga bila memakaitanpa dipungut biaya maka suatu keti-ka sarana akan mengalami kerusakandan tidak berfungsi. Agar bisa melaku-kan pengelolaan sarana dengan baikmaka dibentuk Badan Pengelola Air Mi-num (BPAM) oleh masyarakat melaluirapat yang dihadiri semua komponenmasyarakat, kemudian diberi pelatihanoleh PDAM. Pelatihan yang diberikankepada lima pengurus BPAM Dembetersebut mengenai administrasi (tiga

orang) dan teknis (dua orang).Menyadari bahwa sarana akan tidak

berkelanjutan bila tidak ada iuran makaBPAM (Badan Pengelola Air Minum)yang diketuai Umar Latif, mengundangseluruh pemakai sarana untuk rapat.Dalam rapat yang dilakukan berkali-kalidan dilaksanakan di masjid dan kelu-rahan, diputuskan bahwa setiap pelang-gan, termasuk layanan sosial, dikenaibiaya pemakaian sarana air yang di-sesuaikan dengan jumlah pemakaianair. Karenanya di setiap sambungan

rumah tangga dan layanan sosial akandipasang meteran. Tarif yang ditetap-kan adalah Rp. 800/m3 untuk sam-bungan rumah tangga, dan Rp. 500/m3untuk layanan sosial (prasejahtera,masjid, sekolah, dll). Tarif tersebut se-paruh dari tarif PDAM.

Dalam rapat-rapat tersebut banyaksuara yang pro dan kontra, tetapi ma-yoritas menyetujuinya. Yang kontraberdalih bahwa sarana air minum terse-but sumbangan dari Walikota untuk ke-lompok prasejahtera. Menurut UmarLatif yang kini menjadi ketua PemudaMuhammadiyah Dembe, yang tidak se-tuju dan berdalih seperti itu, justruorang-orang yang secara ekonomi ber-penghasilan relatif tinggi (menengah keatas untuk tingkat desa). Mengheran-kan memang.

Pengembangan dan Perawatan Kini masih banyak penduduk Dem-

be yang belum mendapatkan layananair bersih dari sarana yang dibangun.Mereka banyak yang meminta untukmemperoleh sambungan, namun harusbenar-benar dipertimbangkan dari as-pek kapasitasnya. Selama ini, yang be-

WAWASAN

Percik Oktober 2005 12

Kini masih banyakpenduduk Dembe yang belum

mendapatkan layananair bersih dari sarana yangdibangun. Mereka banyak

yang meminta untukmemperoleh sambungan,namun harus benar-benar

dipertimbangkan dari aspekkapasitasnya.

FOTO:OSWAR MUNGKASA

Page 15: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

lum memperoleh sambungan bisa me-makai hidran umum, atau menyam-bung ke tetangga dengan selang danmemberikan kontribusi untuk iuran bu-lanan. Ada seorang pelanggan yangmembayar sampai Rp 70.000. dan keti-ka ditanya oleh Umar Latief, dia menje-laskan bahwa :" … tetangganya di be-lakang rumah ikut menyambung kerumah...".

Ketika ditanya berapa banyak yangbelum mendapat sambungan rumahtangga, dan bagaimana memperoleh la-yanan air, Latif memberikan rincian se-bagai berikut: di kelurahan ada 7 ling-kungan. Yang belum mendapat sam-bungan rumah tangga adalahLingkungan II 153 KK, mereka menda-pat satu hidran. Lingkungan III ada 9KK mereka mendapatkan satu hidrandengan penampung drum, lingkungan Iada 15 KK dibuatkan satu hidran. Untukmasyarakat lain yang belum menda-patkan, utamanya dari kelompok prase-jahtera, mereka bisa meminta sam-bungan ke tetangganya atau memakai

hidran umum. Prinsipnya, yang kayamembantu yang miskin. Saat ini, adabanyak yang meminta sambungan sesu-dah mengetahui manfaatnya, namunbelum bisa melayani. Paling-palingakan ada tambahan sambungan untuktiga orang.

Untuk meminta sambungan rumahtangga, sesuai peraturan yang telahditetapkan bersama, dipungut biaya:uang sambungan sebesar Rp. 480.000,dengan uang muka Rp. 150.000, se-

dangkan sisanya dicicil selama 10 kalibayaran. Untuk memasang meterandan aksesoris lainnya, karena harganyamahal, pengelola bekerja sama denganPDAM, dan dibayar secara mencicil.

Permasalahan dan pemecahanKarena banyak yang meminta sam-

bungan baru, Latief berpikir untukmemperluas jaringan dengan memba-ngun sarana baru dengan sumber airyang lain. Tetapi ini masih dalam pe-mikiran, sebab biayanya sangat mahal.Sampai saat ini, uang pembayaran airmasih untuk mencicil pembayaran pe-masangan meteran air.

Para pengurus BPAM itu tidak diga-ji, mereka bekerja suka rela. Mereka ba-ru diberi upah pada saat melakukan pe-kerjaan seperti memperbaiki kerusak-an, dan itu pun tidak seberapa. Kalauada yang rusak, mereka beramai-ramaimembetulkannya, dan itu sering terjadi.Untuk melakukan itu, yang memakanwaktu dari pagi sampai sore, hanyadikasih uang rokok. Untuk anak-anakmuda (hadir dalam diskusi 5 orang) di-beri Rp. 20.000, sedangkan pengurusBPAM Rp. 60.000.

Masalah yang dihadapi selama iniselain kerusakan teknis dan lingkungan,juga masalah yang bersifat sosial. Se-dangkan masalah yang terkait dengankelembagaan dan iuran pemakaian sa-rana tidak begitu menonjol.

Dari aspek teknis kerusakan yangterjadi menyangkut dua hal yaitu kebo-coran pipa disebabkan karena tekananair yang terlalu besar dan berpindah-pindahnya mata air. Ditanya apakah ti-dak dibangun bak pelepas tekan atau di-pasang klep otomatik pelepas tekan,Latief menjelaskan bahwa pihaknya me-mang tidak membangun bak pelepas te-kan dan juga tidak ada pentil otomatis(menurut istilahnya). Sedangkan me-ngenai berpindah pindahnya sumber air(mata air) juga sering terjadi. Bila terja-di yang seperti itu mereka beramai-ra-mai menanggulanginya, meluaskan bak

WAWASAN

Percik Oktober 2005 13

Masalah yang dihadapiselama ini selain

kerusakan teknis danlingkungan, juga masalah

yang bersifat sosial.Sedangkan masalah yang

terkait dengan kelembagaan dan iuranpemakaian sarana tidak

begitu menonjol.

FOTO:POKJA AMPL

Page 16: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

penangkap. Sering terjadi mata air ber-pindah di luar bak penangkap.

Masalah sosial yang timbul pada da-sarnya bisa ditanggulangi. Beberapa ke-jadian antara lain menyangkut penolak-an untuk membayar (disampaikan padawaktu rapat namun pada akhirnya bisamenerima), dan sikap seorang pelang-gan yang menolak pemasangan meter-an. Ada seorang pelanggan, yang meno-lak dipasang meteran dengan meme-cahkan meteran air yang dipasang. De-ngan kesepakatan bulat pengurusBPAM menutup (mematikan) layananair ke rumahnya, sehingga berhari-haritidak memperoleh layanan air bersih.Akhirnya orang tersebut yang adalahpegawai negeri sipil, datang ke pengu-rus BPAM meminta maaf sambil mena-ngis. Pengurus memaafkan dan mem-buka kembali layanan air ke rumahnya.

Tindakan tegas yang dilakukan pe-ngurus BPAM Dembe terhadap pe-langgaran aturan yang telah disepa-kati bersama, adalah suatu keharusansebab apabila tidak demikian akanberakibat pada rusaknya aturan danmeluas pada ketidakpatuhan untukmembayar iuran, memakai air se-maunya, dan sebagainya. Berbagai ka-sus seperti di Talumelito, Lonuo (ke-duanya di Gorontalo), dan Banyu Mu-dal (di Kebumen), menunjukkan bah-wa kegagalan fungsi layanan dan sa-rana justru berawal dari pelanggaranaturan yang tidak dengan tegas diam-bil tindakan oleh pengurusnya.

Desa Lonuo dan Talumelito, padaevaluasi tahun 1998 oleh lembagaPenelitian Universitas Indonesia danBank Dunia, merupakan dua dariempat desa terbaik dalam mengelolasarana. Hal ini didasari oleh kondisipembukuan keuangan sangat rapi,kepengurusan air (UPS dan KPS) ber-fungsi baik.

Di kedua desa ini sarananya kinitidak berfungsi lagi, karena berawal daripelanggaran aturan seperti tapping,memakai air untuk keperluan yangtidak semestinya (kolam), dan lain-lain,

sehingga yang di bagian hilir tidak keba-gian air dan tak mau membayar. Hal itudiikuti yang lainnya sehingga sistemiuran menjadi rusak.

Sejauh menyangkut aspek kelem-bagaan' sampai saat ini masih berfungsidengan baik. Kelembagaan yang diberinama Badan Pengelola Air Minum, ter-diri atas lima orang pengurus hariandan tujuh pengurus pelaksana. Iuransampai saat ini bisa berjalan denganlancar dan tercatat secara rapi dalampembukuan di kantor BPAM. KantorBPAM ini dahulunya adalah gudangmilik kelurahan Dembe I.

Pembelajaran (Lesson Learned)Ada beberapa pembelajaran yang

bisa dipetik dari Pembangunan AMPLdi kelurahan Dembe:

Masyarakat dan pemerintah telahmenerapkan prinsip pendekatantanggap kebutuhanPartisipasi masyarakat dalam semuaproses sejak pencetusan ide, peren-canaan, membuat pilot project,mengajukan proposal, pembangun-an dan pengelolaan sarana.Orang kaya tidak menjamin akan

kooperatif dengan sistem pemba-yaran dan orang miskin tidak berar-ti tidak mampu membayar.Pengadministrasian kegiatan secararapi termasuk pembukuan ke-uangan. Tindakan tegas pengurus BPAMterhadap pelanggar aturan merupa-kan keharusan sebab bila tidak akan menjadi preseden bagi pelanggaran-pelanggaran lainnya.Hal yang bersifat teknis danlingkungan hendaknya diantisipasidari awal, dan dibuat model-modelfisik penanggulangannya dalam sis-tem yang dibangun, seperti berpin-dahnya mata air, klep dan bakpelepas tekan, dan sebagainya. Regenerasi pengurus harus dila-kukan dan penegakan aturan harusdiwariskan. BPAM kini sudah meli-batkan generasi muda (lima orangtamatan SMA) untuk diikutsertakandalam kepengurusan.

WAWASAN

Percik Oktober 2005 14

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

*)-Aktif dalam Kegiatan Water and

Sanitation Policy and Action Planning

Project di Gorontalo

-Peneliti di Pusat Sains

dan Teknologi-UI

FOTO:POKJA AMPL

Page 17: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Sepanjang hidup manusia, per-masalahan sampah akan terusmenguntit. Permasalahan sam-

pah sebenarnya merupakan bagian darikonsekuensi hidup karena setiap aktifi-tas manusia pasti menghasilkan buang-an atau sampah. Longsornya gunungsampah di TPA Leuwigajah yang me-ngubur lebih dari 140 penduduk hinggatewas sungguh merupakan peristiwapaling menyedihkan sepanjang sejarahpengelolaan sampah kota. Tidak hanyaterjadi di Bandung, pengelolaan sam-pah di berbagai daerah juga dalamkeadaan kritis.

Seperti yang diberitakan KompasJatim tanggal 14 Juli 2005 bahwa pe-ngelolaan sampah domestik Sidoarjodalam kondisi kritis. Saat ini TempatPembuangan Akhir (TPA) TambakKalisogo yang beroperasi sejak 2002sudah melebihi kapasitas. Ketinggiansampah telah mencapai 7 meter atausekitar 70.000 meter kubik. Padahaltinggi pagar TPA hanya sekitar 4 meter.Itu pun hanya sekitar 60 persen sampahyang diangkut ke TPA di Sidoarjo.Volume sampah Sidoarjo yang menca-pai 3.677 meter kubik per hari, hanyasekitar 2.200 meter kubik sampah yangdikumpulkan dan diangkut ke TPA diDesa Tambak Kalisogo dan DesaBarengkrajang yang masing-masingseluas 2 hektar.

Kondisi pengelolaan sampah di TPABenowo Surabaya juga cukupmengkhawatirkan. Lahan seluas 26hektar yang direncanakan berumur 16tahun dengan ketinggian sampah 20meter itu diperkirakan hanya bertahantujuh tahun atau sampai 2008. MenurutData Dinas Kebersihan Kota Surabaya,volume sampah rata-rata yang dibuangke TPA Benowo sekitar 6.000 meter

kubik. Dengan tumpukan 6.000 meter

kubik sampah setiap hari, ketinggiansampah dapat mencapai 2,3 cm. Dalamwaktu sebulan tinggi tumpukan sampahbisa mencapai 69 cm atau 8,28 metersetiap tahun. Dengan rata-ratapenyusutan 25 persen dalam setahuntinggi sampah bisa mencapai 6,21meter. Artinya dalam 16 tahun tinggisampah bisa mencapai 99,6 meter.Padahal, menurut mantan Ketua TimKonsultan Pembangunan TPA Benowodari Institut Teknologi SepuluhNovember Surabaya Wahyono Hadi,TPA Benowo didesain untuk 16 tahunpenggunaan tinggi bukit sampah mak-simun 32 meter (Kompas edisi Jatim 15Maret 2005).

Menanggapi carut-marut per-masalahan sampah, langkah-langkahyang diambil Pemkab Sidoarjo hampirsama dengan yang diambil PemkotSurabaya, yakni dengan menambah luasTPA. Seperti yang diutarakan olehKepala Dinas Kebersihan danPertamanan Sidoarjo, Hariadi Purwan-toro, Pemkab Sidoarjo sudah menyiap-kan lahan pengganti TPA seluas 2 hek-tar di Desa Kupang, Kecamatan Jabon(Kompas Jatim tanggal 14 Juli 2005).

Pemkot Surabaya juga tidak maukalah dengan Pemkab Sidoarjo.Rencananya Pemkot Surabaya akanmemperluas TPA Benowo dari 26 hek-tar menjadi 140 hektar. Terus, sampaikapan pemerintah daerah akanmelakukan penggusuran guna menam-pung sampah masyarakat kotaSurabaya? Apakah tidak ada cara lain

WAWASAN

Percik Oktober 2005 15

Pengelolaan Sampah Regional,Siapa Takut?

Oleh: Muhamad Zainal Arifin*)

FOTO:POKJA AMPL

Page 18: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

yang lebih strategis dan lebih elegandalam menyelesaikan permasalahansampah?

Permasalahan sampah sebenarnyatidak hanya terkait dengan TPA saja.Sistem manajemen sampah merupakansistem yang terkait dengan banyakpihak. Mulai dari penghasil sampah,pengelola, pembuat peraturan, sektorinformal, pemulung, maupun masya-rakat yang terkena dampak pengelolaansampah tersebut. Tentu saja, penyelesa-iannya pun membutuhkan keterlibatansemua pihak yang terkait dan jugamenggunakan beragam pendekatan.

Selain itu sampah juga terkait de-ngan banyak aspek, mulai dari aspekpolitik, sosial, ekonomi, budaya,maupun lingkungan. Kita juga harusmengakui bahwa sampah di berbagaidaerah tidak diolah secara tuntas,cukup dengan aksi kumpul, angkut,buang, asal hilang dari pandanganmata. Carut marut pengelolaan sampahjuga merupakan akibat dari akumulasiberbagai langkah destruktif yang selamaini terjadi, mulai dari kegagalan pilihanteknis, keteledoran kerja, kesalahpa-haman manajemen kota, hingga keti-dakpedulian semua pihak terhadap per-masalahan sampah kota.

Oleh karena itu dalam menanganipermasalahan sampah seperti yang ter-jadi di Surabaya, Sidoarjo ataupun kota-kota yang lain, satu-satunya cara yaknidengan menggunakan pendekatanregional atau kewilayahan. Adanyaotonomi daerah tidak harus membuatdaerah satu cuek atau tidak mau tahuterhadap permasalahan daerah lain.Berbagai daerah juga harus peduli ter-hadap permasalahan yang menjadi per-masalahan bersama, seperti sampah.

Pengelolaan sampah pada dasarnyatidak mengenal batas administratifpemerintahan, bahkan sektor ataupundepartemen. Tanpa adanya kerja samadi antara kota-kabupaten-provinsi yangsebenarnya saling tergantung dan mem-pengaruhi tersebut, permasalahan sam-pah akan menjadi makin kompleks sei-

ring bertambahnya jumlah penduduk.Di samping itu biaya operasional pe-ngelolaan sampah akan menjadi lebihterjangkau dan ekonomis bila ditang-gung bersama.

Untuk mendukung pengelolaansampah yang menggunakan pendekatanregional, ada beberapa langkah yangharus dilakukan. Pertama, pihak legis-latif perlu membentuk Undang-undangPengelolaan Sampah sebagai payunghukum. Dengan adanya payung hukum,maka diharapkan pengeloaan sampahakan menggunakan pendekatan yangmenyeluruh. Jika aspek perundang-

undangan yang menjadi payung hukumini tidak segera dibentuk, dikhawatir-kan penyelesaian sampah kembali di-tangani dengan pendekatan parsial danreaktif.

Di samping itu ketiadaan payunghukum secara nasional juga memicukonflik kepentingan pengelolaan sam-pah antara dua daerah atau lebih. Ditingkat regional seperti kawasan Ja-karta, Bogor, Depok, Tangerang dan Be-kasi (Jabodetabek) saat ini sedangdikembangkan kerja sama pengelolaansampah. Dengan adanya pembentukanJabodetabek Waste Management Cor-poration (JWMC) dimulai era baru ker-ja sama melalui pendekatan regional dibidang persampahan. Dengan muncul-nya trend seperti JWMC, perlu adakebijakan nasional yang dapat me-mayungi kepentingan lintas kabupa-ten/kota maupun lintas provinsi dalamkonteks kerja sama di bidang pengelo-laan sampah.

Langkah kedua, yakni membentukbadan atau institusi yang memiliki oto-ritas secara nasional berkaitan denganpengelolaan sampah dan bertanggungjawab langsung kepada presiden. Untuk

WAWASAN

Percik Oktober 2005 16

Adanya otonomi daerahtidak harus membuat daerah

satu cuek atau tidak mautahu terhadap permasalahandaerah lain. Berbagai daerahjuga harus peduli terhadappermasalahan yang menjadi

permasalahan bersama,seperti sampah.

FOTO:POKJA AMPL

Page 19: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

menyatukan segala visi dan misi darisemua pihak terkait, maka pembentu-kan Badan Nasional Pengelolaan Sam-pah merupakan kebutuhan yang men-desak.

Diharapkan keberadaan Badan inimenjadi policy maker terhadap segalasesuatu yang berkaitan dengan sampah.Tugas dari badan ini yakni melakukankoordinasi dengan mengintegrasikankepentingan berbagai sektor, wilayah,instansi, masyarakat dan para pemilikkepentingan dalam bidang persampah-an. Diharapkan badan nasional ini da-pat merumuskan kebijakan dan strategipengelolaan sampah yang lebih terinte-grasi di Indonesia.

Di negara lain pembentukan badannasional yang mengurus masalah pe-ngelolaan sampah sudah dilakukan se-jak dulu. Di Filipina sudah dibentuk Ko-misi Nasional Pengelolaan Sampahyang dibentuk oleh Kantor Kepresiden-an. Komisi ini terdiri 14 orang anggotadari pemerintah dan 3 orang anggotadari sektor swasta yang diketuai olehMenteri Lingkungan Hidup dan SumberDaya Alam. Di Kanada juga sudahdibentuk Federal Committee on Environ-mental Management System (FCEMS)yang salah satu tugasnya membuatkebijakan manajemen sampah.

Selanjutnya langkah ketiga, yaknimelakukan privatisasi pengelolaan sam-pah. Sudah menjadi rahasia umumkalau ternyata pemerintah tidak becusdalam menangani permasalahan sam-pah. Padahal kalau ditinjau dari segibisnis, pengelolaan sampah sebenarnyamerupakan bisnis yang cukup menjan-jikan. Dari kasus sampah DKI sebagaicontoh, volume sampah yang dihasilkanibu kota adalah 6.000 ton/hari, dan di-buang ke TPA sampah Bantar Gebang,Bekasi yang luasnya 108 ha. Selain men-jadi masalah, lautan sampah tersebutjuga menjadi lautan rezeki bagi para pe-mulung, dan sekarang ini menjadi lahanusaha yang menjanjikan bagi perusa-haan pengolahan sampah. Keuntunganyang akan diperoleh PT Wira Guna Sa-

rana (WGS) dengan kapasitas produksi2.000 ton sampah/hari dengan biayapengolahan Rp 53.000,00/ton atausama dengan Rp 106 juta/hari.

Karena itulah supaya sampah didaerah-daerah tidak menjadi barangyang mubazir dan hanya mengaki-batkan bencana, maka kita perlu me-mikirkan konsep pengelolaan sampahterpadu. Sistem pengelolaan sampahharus lebih efektif, efisien, dapat dian-dalkan dan menggunakan teknologiyang ramah lingkungan. Dalam sistemtersebut harus dapat melayani seluruhpenduduk dan memberikan peluangpihak swasta untuk berpartisipasi aktif.Pemberdayaan masyarakat untuk dapatmemilah, mana sampah yang organikdan mana sampah yang anorganik jugamenjadi kunci strategis dalam pengelo-laan sampah terpadu.

Dalam sistem pengelolaan sampah ter-padu yang membutuhkan teknologi ting-kat tinggi, keberadaan swasta memang sa-ngat diperlukan. Ada berbagai alasan yangmelatarbelakangi mengapa peran swastaperlu ditonjolkan dalam pengelolaan sam-pah. Pertama, organisasi pemerintah di-anggap terlalu gemuk sehingga menjadisangat lamban dalam menangani langsungpermasalahan sampah. Kedua, privatisasidapat mengembalikan tugas pemerintahyang sebenarnya sebagai pengendali ne-gara bukan sebagai pelaksana. Ketiga, pri-vatisasi akan memberikan manfaat bagikonsumen atau stakeholder karena swastamemiliki mekanisme insentif. Keempat,

privatisasi merangsang kompetensi yangakan menuju pada efisiensi. Kelima, priva-tisasi akan membantu pemerintah untukmembangun infrastruktur.

Keterlibatan sektor swasta dalampengelolaan sampah dipercaya akan da-pat lebih menciptakan efisiensi daripa-da pemerintah, karena sektor swasta le-bih menggunakan acuan bisnis dalampengelolaan dan dapat memfokuskanpenyelesaian kinerja buruk dan rendah-nya produktifitas. Banyak negara telahmelakukan privatisasi terhadap pe-ngelolaan sampah. Keterlibatan sektorswasta dalam pengelolaan dan pembi-ayaan telah menciptakan kinerja yanglebih baik dalam sektor pengelolaansampah. Contohnya di Monterrey salahsatu daerah di Meksiko telah berhasilmengubah lautan sampah menjadiberkah. Di Monterrey, lembaga Sime-prodeso berhasil mengelola sampahsampai bisa memproduksi energi listrikuntuk menerangi sepertiga peneranganjalan. Dengan investasi 11 juta dollar AS,keuntungan bisa dua juta dollar AS pertahun (Kompas, 18 Mei 2005).

Sebenarnya Dinas Kebersihan Surabayatelah melakukan privatisasi atau swastani-sasi parsial terhadap pengelolaan sampahantara lain memberikan tender kepadaswasta untuk melakukan proyek penyapuansebesar Rp 4,1 milyar dan juga pengangkut-an sampah. Namun, lagi-lagi langkah yangdiambil Dinas Kebersihan hanya sekadarmengimplementasikan falsafah 3 M yaknimengumpulkan, mengangkut, membuang,sampah. Mereka masih saja menggunakanparadigma "asalkan sampah hilang daripandangan mata", maka permasalahansampah dianggap sudah selesai.

Kita berharap dengan adanya pe-ngelolaan sampah yang menggunakanpendekatan regional, maka pada masayang akan datang Indonesia akan terbe-bas dari permasalahan sampah. Akhirkata, pengelolaan sampah regional,siapa takut?!

WAWASAN

Percik Oktober 2005 17

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas AirlanggaPemenang I Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia

(PPRI) LIPI 2003

Banyak negara telahmelakukan privatisasi ter-

hadap pengelolaan sampah.Keterlibatan sektor swasta

dalam pengelolaan danpembiayaan telah

menciptakan kinerja yanglebih baik dalam sektor

pengelolaansampah.

Page 20: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

WAWASAN

Percik September 2005 18

Kabupaten Jembrana salah satukabupaten di Bali yang terletak dibagian ujung barat Pulau Bali,

tidaklah seperti Kabupaten lainnya yangada di bagian tengah dan timur yangmemiliki pariwisata sebagai sumber utamapendapatan daerahnya. Perbedaan yangcukup menonjol ini disebabkan sebagaibagian wilayah Bali, Jembrana kurangmemiliki nuansa budaya Bali yang menjadidaya tarik pariwisata.

Kehidupan ekonomi masyarakatbanyak mengandalkan hasil-hasil per-tanian dalam arti luas, namun tidakcukup kuat memiliki kemampuan untukmengembangkan wilayahnya. Hambat-an pengembangan sektor pertanian jugasudah dirasakan karena makin merosot-nya kualitas lingkungan pertanianseperti berkurangnya debit air danrusaknya hutan-hutan serta alih fungsilahan pertanian yang kurang terkendali.Meskipun Kabupaten Jembrana memili-ki kandungan potensi air tanah palingbesar di Bali, namun pemanfaatanuntuk pertanian tidak efisien.

Sebagai kabupaten yang palingmiskin di Bali, maka Pemkab Jembranatelah berupaya mengambil berbagai te-robosan dengan memperhatikan potensiyang ada. Secara umum beberapa tero-bosan kebijakan yang diambil olehPemkab Jembrana dalam era otonomidaerah ini berwawasan jangka panjangke depan. Di antaranya adalah Megumi.Mengingat Kabupaten Jembrana tidakmemiliki sumber-sumber mata air per-mukaan yang permanen seperti kabu-paten lainnya, salah satu alternatifadalah pemanfaatan air laut yang meru-pakan potensi yang tak habis-habisnya.

Terobosan KebijakanDi tengah-tengah maraknya bisnis

air minum dengan memanfaatkan sum-ber-sumber air yang ada oleh orang-orang bermodal, maka Megumi justrulahir sebagai satu-satunya produk airminum yang berwawasan lingkunganmeskipun belum populer ditinjau darisegi kepentingan bisnis akibat fanatismeatau kebiasaan konsumsi air minummasyarakat selama ini yang bersumberdari mata air. Masyarakat Bali memilikikepercayaan kuat bahwa laut memilikifungsi terkait dengan upacara agama se-bagai penyucian universal. Menghadapimasyarakat yang belum terbiasa dengansumber air yang luar biasa dan kesanmasyarakat yang dari segi bisnis kurangmenguntungkan ini bukan hambatanbagi Pemkab Jembrana untuk terus me-lakukan berbagai upaya mengembang-kan peluang dan kajian bisnis Megumi.

Pengolahan air laut menjadi air ta-war atau air minum merupakan rintisansatu-satunya di Indonesia. Denganmenggunakan teknologi DAIUGYN dariJepang, air laut dari samudera Indone-sia diproses melalui sistim OZONISASIsehingga menghasilkan produk airminum yang sesungguhnya cukup layakdan aman dikonsumsi oleh siapa sajakarena bebas bahan kimia berbahaya.Proses ozonisasi mempunyai daya pem-bunuh bakteri yang sangat besar danmenghilangkan senyawa Fe dan Mg.Berdasarkan hasil uji laboratorium yangdilakukan oleh PT Sucofindo, air Me-gumi ternyata memiliki nilai gizi tinggidengan kandungan lebih dari 20 unsurmineral dengan kadar rata-rata masih dibawah ambang batas yang disyaratkanuntuk air minum, unsur yang sangatdiperlukan oleh tubuh untuk menjagakesehatan.

Pengambilan dari sumber air lautdalam lebih dari 300 meter di bawahpermukaan, menurut beberapa hasilpenelitian di Jepang dan Pusat RisetTeknologi Kelautan Dep. Kelautan danPerikanan, potensi air lautnya mengan-dung unsur mineral paling lengkapseperti yang ada dalam tubuh manusia.Sedangkan air minum biasa atau kon-vensional mengandung tidak lebih dari3-5 unsur mineral. Megumi yangdihasilkan melalui mesin water treat-ment modern yang menggunakan peranozon (O³) dalam proses produksinyasangat penting untuk menghasilkan sis-tem yang efektif dan efisien sehinggasangat alami. Dengan demikian Megumimerupakan terobosan selangkah lebihmaju didalam implementasi hasil risetkelautan di Indonesia. Hal ini berbedajauh dengan proses pemurnian air kon-vensional yang dikenal selama ini ter-masuk mesin air minum isi ulang.

"Megumi" dalam bahasa Bali kuranglebih berarti bertempat tinggal mencaripenghidupan. "Megumi" dalam bahasaJepang juga kurang lebih memiliki artianugerah dari Tuhan. Jadi Megumi di-produksi di Jembrana Bali denganmenggunakan teknologi tinggi dari Je-pang. Hal ini menandakan adanya hu-bungan kerja sama yang baik antara duakota yaitu Jembrana di Bali dan Oka-hama di Jepang sebagai kota kembar.

Prospek MegumiLahirnya Megumi yang masih harus

dikenalkan kepada masyarakat luas,dapat dipandang dari dua segi pentingyaitu :

1. Dari segi bisnis, untuk jangka pen-dek, Megumi dengan nilai investasi yangrelatif cukup besar (+ Rp.7 M) dan kan-dungan teknologi yang tinggi, belum

MegumiAir Minum dari Sumber tak Terbatas

Oleh: I Nyoman Karnatha *)

Page 21: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

menguntungkan karena masih dalamproses upaya menembus hambatan per-saingan sebagai produk baru, penentu-an sales point dan posisi produk sertatantangan kebiasaan masyarakat meng-gunakan air dari sumber mata air yangagak sulit diubah. Namun untuk jangkapanjang, Megumi dengan sumber bahanbaku tak terbatas dan murah sangatmemungkinkan dikelola secara bisnis.Di samping itu keunggulan mengkon-sumsi air dari sumber air laut dalamsecara cukup dan rutin dapat menetral-isasi zat-zat berbahaya dalam tubuhsehingga mengurangi risiko kanker,memperpaiki metabolisme dan keta-hanan tubuh terhadap penyakit.

2. Dari segi program strategis, Me-gumi tidak bisa dilihat hanya dari inves-tasinya yang cukup besar, tetapi darisegi kepentingan yang lebih luas yaitudari segi penyelamatan lingkungan kedepan. Megumi memiliki prospek kedepan yang cukup baik, khususnya yangterkait dengan solusi masalah air yangmakin sulit diatasi dan memerlukanbiaya besar. Meskipun banyak para ahlikita mengemukakan bahwa sumber-sumber air di daratan masih surpluscukup tinggi, kenyataan masih terjadikontroversial dengan kekeringan. Bah-kan PDAM juga sebagai pengelola airminum secara umum sering menemuimasalah atau mengalami kerugian se-hingga beban bagi daerah. Hal ini jugadapat dilihat di lapangan mengenaikompleknya masalah yang terkait de-ngan air dan khususnya di Kab. Jem-brana antara lain:

Kurang lebih dalam dekade terakhirini debit air untuk irigasi partaniansudah berkurang dengan pesat se-hingga mempengaruhi produktivitas,alih fungsi lahan (9 persen/tahun)dan mengancam pertanian masa de-pan secara luas. Eksploitasi besar-be-saran terhadap sumber air, telah me-nimbulkan banyak konflik kepenting-an terutama dengan sektor pertaniankhususnya subak-subak di Bali.Menurunnya ketahanan air akibat

meningkatnya areal kritis dan peng-gundulan lahan hutan (9.500 Ha hu-tan rusak atau 23 persen).Pemanfaatan total air tanah dan seba-gian kecil air hujan. Pemanfaatan airtanah yang berlebihan akibat berkem-bangnya penduduk dan kegiatanpembangunan dapat merangsang in-strusi air laut sehingga dapat meng-ancam biota didarat.Terus meningkatnya luas areal tertu-tup (permukiman dan bangunan sa-rana prasarana) sehingga memper-sempit ruang hijau/terbuka sebagaidaerah serapan air hujan.Makin mengglobalnya kerusakanlingkungan sehingga pengaruhnyaterdapat di mana-mana dan mening-katnya pencemaran oleh masyarakatdan dunia usaha yang mengakibatkanpenurunan kualitas lingkungan hiduputamanya air. Menurunnya kualitasdan kuantitas air dalam jangka pen-dek dan seterusnya lebih banyakmenguntungkan pengusaha, tetapidalam jangka panjang menyengsara-kan masyarakat luas.Permasalahan-permasalahan tersebutbukannya berkurang dengan berkem-bangnya IPTEK dan kesadaran manusiadimuka bumi ini, tetapi malahan cen-derung meningkat. Upaya dan tekadyang ada selama ini baik dari pemerin-tah maupun masyarakat dan duniausaha untuk mengatasinya belum adatanda-tanda kesungguhan atau keber-hasilan. Hal ini berpengaruh terhadapkeberadaan sumber air didarat.

Apabila kondisi demikian terus berlan-jut, maka air Megumi diharapkan mampumemberi substitusi penting ketika penggu-naan air secara konvensional sepertisekarang ini sangat sulit didapat. Bahkansaat ini air konsumsi masyarakat sudahdirasakan biayanya makin mahal dan per-saingan mencari sumber-sumber airmakin ketat. Sedangkan kebutuhan airterus meningkat dan untuk memperta-hankan kehidupan, air yang cukup harustetap tersedia karena 70 persen dari tubuhterdiri dari air. Makin terbatasnya sumber-

sumber air konvensional, maka air lauttidak hanya dikenal rasanya asin untukmembuat garam, tetapi akan menjadisalah satu sumber air bersih atau airminum seperti Megumi.

Setelah melalui uji coba produksiselama kurang lebih 1 tahun, Megumiyang awalnya diserahkan pengelolaan-nya kepada koperasi ternyata mengala-mi berbagai kelemahan. Untuk menda-patkan pengelolaan yang lebih baik danprofesional baik mengenai produksi, ke-uangan maupun pemasaran, maka saatini Megumi diambilalihkan manaje-mennya kepada Perusahaan DaerahKabupaten Jembrana. Namun kendala-kendala seperti permodalan, sumberdaya manusia dan sarana peralatanyang kurang memadai masih juga di-hadapi oleh manajemen yang baru.

PenutupMegumi bisa menjadi alternatif me-

ngatasi krisis air. Megumi memiliki ke-unggulan sumber bahan baku tak terba-tas dari air laut dan manfaatnya untukair minum. Namun Megumi bukan sa-tu-satunya solusi untuk mengatasi ma-salah air karena masih mengandung ke-terbatasan-keterbatasan dalam halsumber-sumber pendukung produksi-nya di samping kendala kebiasaan ma-syarakat menggunakan air bersih sela-ma ini. Oleh karena itu upaya atau solu-si melalui program pemeliharaan danrehabilitasi kelestarian lingkungan ma-sih merupakan alternatif terbaik karenamemiliki implikasi sangat luas dan sem-purna. Sampai saat ini upaya seperti initerlalu banyak tantangannya baik darisegi biaya, pendidikan, moral dan ke-pentingan jangka pendek individu ataukelompok tertentu sehingga perlu dicip-takan komitmen yang setinggi-ting-ginya yang harus dipatuhi oleh semuamanusia hidup. Pendidikan mengenaihal ini harus diterapkan sedini mungkinsepanjang zaman dengan tidak menge-nal batasan umur dan status.

WAWASAN

Percik Oktober 2005 19

*) Penulis adalah Pejabat Fungsional PerencanaMadya pada Bappeda Kabupaten Jembrana.

Page 22: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

"Hanya dengan meningkatkan

10 persen efisiensi penggunaan

air di seluruh dunia, kita akan dapat

menghemat air yang cukup untuk

memasok semua air keperluan hu-

nian di seluruh kawasan dunia"

Sandra Postel

(Worldwatch Institute)

Air merupakan elemen yang pa-ling melimpah di bumi, yangmeliputi 70 persen permukaan-

nya dan berjumlah kira-kira 1,4 ribujuta kilometer kubik. Apabila dituangmerata di seluruh permukaan bumi iniakan terbentuk lapisan dengan keda-laman rata-rata 3 kilometer. Dari jum-lah tersebut hanya sebagian kecil sajayang benar-benar dimanfaatkan, yaitukira-kira hanya 0,003 persen. Karenasebagian besar air, kira-kira 97 persen,ada dalam samudera atau laut, yangkadar garamnya terlalu tinggi untukkeperluan hidup manusia, dan 3 persensisanya yang ada, hampir semuanya,kira-kira 87 persen, tersimpan dalamlapisan kutub atau sangat dalam dibawah tanah. Masalah terbesar menge-nai persediaan air berkembang bukanhanya dari masalah kelangkaan airdibanding dengan jumlah penduduk,melainkan kekeliruan menentukankebijakan tentang air, dan baru menya-dari masalah-masalah tersebut lamasetelah akibat yang tak dikehendakimenjadi kenyataan (Middleton, tt).

Seperti yang terjadi di Indonesia,semenjak memasuki awal tahun 2003ada ancaman kekurangan air, tidak saja

di wilayah perkotaan yang sarat akanperumahan/pemukiman, perkantoran,dan pertokoan, tetapi juga menjadiwabah di wilayah pedesaan yang justruakrab dengan kawasan sungai danhutan. Tidaklah heran bila curah hujanIndonesia, yang rata-rata berjumlah2,779 mm per tahun, sangat ditunggu-tunggu di kala musim kemarau, tapimenjadi terbalik, yaitu musuh bebuyut-an yang sangat dibenci di kala musimpenghujan.

Kenapa semakin hari sumber airbersih bangsa ini semakin berkurang?

Meskipun penambahan investasi dalamsektor ini sangat sering menguras APBNatau APBD, namun usaha tersebut se-ringkali tidak disertai dengan perubah-an. Oleh sebab itu maka prioritas utamayang harus dilakukan adalah mengaturcara pemanfaatan yang paling bijak ter-hadap investasi besar yang telah dila-kukan negara demi ketersediaan air ba-gi masyarakat setiap tahunnya.

Deskripsi Riil dan AktualKetersediaan air sebagai bagian dari

potensi wilayah fisik yang semakin lamasemakin mengkhawatirkan akibat ru-saknya hutan oleh sebab non-alamiahdan oleh sebab-sebab teknis yang sa-ngat manusiawi, menyebabkan kema-rau panjang dari pertengahan hingga

WAWASAN

Percik Oktober 2005 20

AirAntara Asas Kelestarian dan Tuntutan Kemakmuran

di Tengah Kelangkaan dan KebutuhanAntara Hak Monopoli Generasi Sekarang dan

Warisan untuk Generasi MendatangI Gede Arya Sunantara*)

Mahasiswa MPRK - UGM Yogyakarta.

Juara HarapanLomba Karya Tulis Ilmiah Penyelenggaraan

Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

FOTO:INTERNET

Page 23: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

menjelang akhir tahun 2004 ini benar-benar terasa oleh sebagian besar masya-rakat, khususnya yang berdiam di PulauJawa.

Sesungguhnya temuan tentang pe-nurunan kuantitas dan kualitas air se-bagai bagian dari semakin memburuk-nya kondisi lingkungan hidup sepertitersebut di atas sudah menjadi "temuanglobal" di akhir-akhir dasawarsa tujuhpuluhan, berbarengan dengan isu glo-bal warming, ozone depletion, penu-runan kualitas udara, tekanan dari me-lonjaknya jumlah penduduk bumi danpeningkatan radioaktivitas lingkungan(Alimi, 1995). Namun bagi Indonesia ditahun-tahun tersebut dampaknya be-lum begitu terasa. Kini hanya dalamjangka waktu kurang dari dua puluh ta-hun keadaannya sudah benar-benarberubah, di tengah semakin meningkat-nya kebutuhan masyarakat Indonesiaakan energi, bahan sintetik dan lahan,masalah kualitas dan kuantitas air jugamenjadi masalah penting bagi sebagianbesar masyarakat Indonesia.

Ketika pengelolaan air minum di ne-gara ini masih berbasis dan menjunjungtinggi doktrin common property, makasumber daya alam Indonesia, khusus-nya air akan diperlakukan laksana hartatak bertuan sehingga setiap orang bisaleluasa (open access) melakukan oku-pasi dan eksploitasi, karena biasanya airdisalurkan dengan gratis atau dengantarif yang banyak disubsidi. Maka kecilsekali dorongan niat untuk mengguna-kan air secara efisien, dan retribusinya.Jika ada, tidak akan mencukupi untukpemeliharaan yang layak. Maka hasil-nya ialah penggunaan yang sangat tidakefisien. Padahal jika komponen bangsaini mau membuka mata dan telinganya,doktrin common property ini sudahsejak lama menuai kritik tajam, teruta-ma oleh Francis T. Christy. Menurutnyadoktrin common property memilikiempat akibat buruk jika dipakai sebagaidasar kebijakan pengelolaan sumberdaya alam, khususnya air yakni : 1)Mengakibatkan pemborosan sumber

daya alam secara fisik; 2)Mengakibatkan terjadinya inefisiensisecara ekonomi; 3) Mengakibatkankemiskinan; dan 4) Mengakibatkan ter-jadinya konflik antara pengguna sum-ber daya alam tersebut.

Berangkat dari itu semua makauntuk menjaga pencemaran ling-kungan, terutama gangguan terhadappotensi air tanah, maka sudahselayaknyalah air ditempatkan sebagaiaset/kekayaan bangsa, sehingga peng-gunaan air lebih diperhitungkan, baiksecara teknis (eksplorasi daneksploitasinya serta pengolahannyaharus diatur), dan non teknis (diaturjuga pajak dan retribusinya jika penggu-naan air lebih banyak dikomersiilkan,termasuk di dalamnya menghormatihukum adat/penerapan kembali kearif-an tradisional dalam mengelola sumberdaya air).

Air: Natural vs Human vs Finan-cial Capital

Di tengah mulai munculnyakesadaran akan pentingnya pember-dayaan masyarakat akan pengelolaanair dan penyehatan lingkungan saat ini,rakyat sebagai elemen utama pelaksanakeinginan tersebut masih belum

sepenuhnya terbebas dari ikatan "caraberfikir institusionalis" warisan ordebaru, apalagi pemerintahnya, yangmasih dihadapkan pada kesulitan-kesulitan "kerentanan institusi". Olehkarena itulah rakyat dan pemerintahdalam memandang konsep sumber dayaalam, khususnya air masih berpijak ataskeyakinan bahwa hubungan eksploitatifterhadap alam adalah suatu yang wajardan bisa diterima. Dari itu semua makaketergantungan perekonomian bangsaini sangat tinggi terhadap alam,walaupun tanpa disertai dengan opti-misme (apalagi kemampuan) untukmenjaga keseimbangan ekologi melaluipenerapan pelaksanaan prinsip-prinsipmanajemen ilmiah. Dengan kata lainhakekat pengelolaan sumber daya alam,khususnya air di negara ini adalah de-ngan melakukan manipulasi terhadapkarakter alam dalam rangka pemuasankebutuhan manusia. Ringkasnya, alamdikonsepsikan memiliki kesediaan dankepasrahan untuk diatur, atau dalamistilah Raymond Murphy, alam diper-lakukan sebagaimana plastik yangmudah dilebur dan dibentuk sesuaidengan kehendak kita (Murphy, 1994).Implikasinya kemudian adalah ter-jadinya keengganan untuk mengadopsi

WAWASAN

Percik Oktober 2005 21

FOTO:INTERNET

Page 24: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

prinsip kehati-hatian (precautionaryprinciple) dalam memanajemen alam(Riordan & Cameron, 1994).

Konsep sumber daya air haruslahbenar-benar dicermati karena apabilamengarahkan perhatian pada air hanyasebagai komponen lingkungan yangmemiliki nilai ekonomi saja tidak akanmemperoleh pemahaman yang kompre-hensif, karena air juga merupakan kom-ponen alam yang bisa dipandang tidakmemiliki nilai ekonomi, dimana kedu-anya memiliki peran penting dalammempertahankan produktifitas sumberdaya air itu sendiri secara keseluruhan.

Bias ekonomi ini perlu diketahuisedari awal, agar keterkaitan antara airyang memiliki nilai ekonomi dengan airyang dipandang tidak memiliki nilaiekonomi (tapi memiliki nilai ekologis,politis, sosial, budaya, dan agama) bisadipahami secara jelas. Dengan diper-hatikannya air sebagai segmen alamyang tidak, atau kurang bernilai ekono-mi akan memberikan warning --peringatan dan tanggapan dini (earlywarning system dan early responsesystem) -- pada dimensi-dimensi kon-flik dalam pengelolaan air, baik yangbersifat internal maupun yang bersifatinterlokalitas.

Kecenderungan untuk melihat airsemata-mata sebagai aset ekonomitidak harus dilakukan denganmengkonversi dan mengkonsumsi airsecara berlebihan dan membabi-buta.Karena perbedaan pemahaman tentangnilai ekonomi air, dan bagaimana nilaiekonomi tersebut dimanfaatkan memi-liki implikasi sosial yang berbeda.Terfokusnya perhatian pada konsepsumber daya air yang memiliki nilaiekonomi berpangkal pada pemahamanbahwa air yang ada di bumi ini adalahsuatu bentuk kapital (natural capital),sehingga dapat digunakan sebesar-besarnya untuk pembangunan / prosesekonomi (financial capital), yang kemu-dian bisa dikonversi ke dalam bentukkapital-kapital lain (human capital)(Usman dan Santoso, 1999).

Dari cara pandang inilah rakyatbersama-sama dengan pemerintah (daripusat hingga desa) telah merusak sum-ber daya alam di negeri ini. Ditambahlagi dengan minimnya (kalau tidak maudibilang tidak punya) parameter-parameter pengelolaan sumber dayaalam dari instansi-instansi terkait.Berdasarkan uraian di atas sesungguh-nya seluruh masyarakat Indonesia telahdibohongi oleh kesuksesan pembangu-nan selama ini, karena sebagian besardidapat dari "perusakan" alam, dariambisi penguasaan terhadap sumberdaya alam, akibat dari konseptualisasiyang keliru dengan melihat alam seba-gai "sebentuk" kapital.

Air: Fungsi Hutan vs Cara Pan-dang Salah Kaprah

Menurut fungsinya, secara ekstrimhutan negeri ini dikelompokkan ke da-lam tiga fungsi, yaitu : 1) HutanProduksi, 2) Hutan Lindung, serta 3)Hutan Suaka Alam/Margasatwa. Dariberbagai ketentuan yang mengaturfungsi hutan tersebut, baik (UUPK, SKMenteri, Dirjen, dan lainnya) terdapatpendefinisian yang salah kaprah dan

sangat fatal akibat cara pandang masya-rakat terhadap hutan. Kesalahan yangpaling fatal adalah pada bagaimanamasyarakat mendefinisikan hutan pro-duksi, yang mana dikatakan sebagai hu-tan yang mengemban fungsi pokokmenghasilkan produksi kayu. Akibatkesalahan ini kemudian banyak masya-rakat yang salah kaprah juga dalammengelola hutan, padahal satu prinsippenting yang mereka kurang pahamiialah bahwasanya produk jasa yangdihasilkan hutan tidak hanya kayu ataurotan saja, melainkan lebih luas lagiyaitu sebagai penopang proses produksiair (Warsito, 1999). Pada prinsipnyapengelolaan hutan produksi (apapunproduk yang dihasilkan dan akan diam-bil nantinya) harus mendapatkan hasilyang lestari dan maksimum (sustainedand maximum yield) (Marsono danSulthoni, 1999).

Kesalahan dalam pengelolaan hutanini selain akan berdampak jangka pen-dek juga akibatnya bisa dirasakan dikemudian hari, seperti yang terjadi saatini, Indonesia sedang mengalami kesu-litan air pada setiap datangnya musimkemarau tapi terus disertai dengan laju

WAWASAN

Percik Oktober 2005 22

FOTO:INTERNET

Page 25: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

peningkatan kerusakan hutan. Ibaratbuah simalakama antara kebutuhanmenjaga hutan dengan ketersediaan airsama-sama rumitnya.

Oleh karena itulah perlu diper-hatikan dan ditegaskan kembali bahwasumber daya hutan adalah penyanggasumber daya air, walaupun sifatnyamerupakan milik publik (public goods),akan tetapi jauh lebih baik jika peman-faatannya menggunakan alur pemikirandemi keberlangsungan manfaatnya, ter-utama untuk masyarakat secara keselu-ruhan. Fungsi renewable hutan tidakmutlak dilaksanakan apabila kerusakanyang dialaminya mulai merembet kepa-da komponen lain seperti sumber dayaair yang ada di dalamnya. Pendeknya,generasi sekarang sudah mulai merasa-kan warisan generasi sebelumnya yangtelah merusak hutan dengan semena-mena, dalam bentuk menipisnya cada-ngan air, seperti yang dirasakan saat ini.

Air: Aset Rakyat vs Aset Pemerin-tah

Arah pemanfaatan sumber daya airseyogyanya ditujukan pada penggunaansumber daya yang dapat diperbaharui(sumber daya biotis), apalagi sumber da-ya air merupakan suatu sumber dayaalam yang selalu bergerak, melintasi ba-tas-batas teritorial, dan batas-batas kebi-jakan, sehingga diperlukan pengaturanlintas daerah dan lintas masyarakat. Yangmenjadi pertanyaan selanjutnya ialahseberapa siap rakyat berpikir tanpa selalumenuntut untuk mendapatkan remune-rasi apalagi harus menekan alasan-alasanyang sifatnya ideologis-politis?

Pemusnahan secara perlahan-lahannamun sangat pasti terhadap sumberdan potensi air ini harus dipikirkan me-miliki implikasi lanjutan, ketika rakyattidak sanggup menempatkan air sebagaiaset untuk dirinya dan anak cucunya ke-lak, sustainabilitas yang menjadi sub-stansi dari pengelolaan air akan beradapada posisi perjudian besar. Nasib ge-nerasi mendatang yang kekurangan airbukan saja di daerah dimana dia berasal

tapi juga di daerah-daerah lain sekitardaerah tempat tinggalnya, bahkan ke-tersediaan air secara global akan menja-di taruhannya, demikian pula akibat-akibatnya yang bersifat trans-daerah,bahkan trans-nasional (Lay, 1999).

Argumen di atas mengungkapkanbahwa masyarakat dalam mengelolasumber daya air masih berpatokan padaderivasi keuntungan-keuntungan jang-ka pendek, padahal dalam jangka pan-jang kesalahan-kesalahan tersebut akandibayar dengan amat sangat mahal. Ka-renanya bagaimana agar kebutuhanjangka panjang akan ketersediaan sertaketercukupan air dan kebutuhan jangkapendek akan eksploitasi sumber dayaalam yang saling bertabrakan ini bisa"berdamai". Karena jika tidak makaakan terjadi pemusnahan masa depanrakyat oleh rakyat itu sendiri atau mini-mal akan menciptakan arena konflik ba-ru di sekitar kehidupannya, konflik darirakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Solusi AnalitikPengelolaan sumber daya air beserta

segala persoalannya seperti yang telahdiuraikan di atas pada prinsipnya akanselalu menghasilkan dualisme realokasi,yaitu keuntungan dan kerugian, tentusaja dalam hubungan antara pemerin-tah, swasta dan masyarakat secara kese-luruhan sebagai pemakai air. Kerugianyang dimaksud disini ialah bagian airyang hilang karena kebocoran terlalubesar. Perbaikan pada efisiensi dalampengoperasian dan pemulihan (penge-lolaan) sumber daya air jauh lebih baik

dan kemungkinan besar akan membe-rikan hasil yang lebih banyak apabilaberkaitan langsung dengan masalah-masalah pemeliharaan (rendahnya niatuntuk konservasi dan pemulihan sum-ber air). Memang ada beberapa pe-ningkatan yang cukup nyata terutamadalam layanan penyediaan air kepadaorang-orang miskin (rakyat kebanyak-an), tetapi pencapaian tersebut apabiladipandang dari segi lingkungan, tidaksedramatik seperti yang diharapkan.Selain masalah kebocoran, pengelolaan(pengoperasian, pemulihan sampai de-ngan masalah pemeliharaan) seperti di-sebut di atas, masalah kemerosotanmutu air yang diakibatkan oleh pence-maran limbah industri dan limbahperkotaan yang tidak diolah, serta aki-bat dari pengotoran berat sisa-sisa darilahan pertanian, juga merupakan ma-salah yang harus segera ditanggulangi.

Oleh sebab itu semua, maka masalahair--beserta segala embel-embel yangmenyertainya terutama penurunan ku-antitas dan kualitas air yang sudah mulaidirasakan di negara ini, walaupun belumterlalu parah--adalah bukan hanya karenatidak cukupnya persediaan air, tapi lebihbanyak karena air yang ada itu tidakdikelola secara layak atau tidak dibagikansecara merata. Penyia-nyiaan sumber airsemacam ini tidak terbatas hanya padanegara-negara berkembang sepertiIndonesia, eksploitasi yang berlebihan ter-hadap sumber-sumber air juga meru-pakan masalah yang serius di banyakdaerah di Amerika Serikat.

Cara menolong berkurangnya kuali-tas dan kuantitas air di bumi nusantaraini adalah dengan pencegahan, bukandengan penyembuhan. Air (kualitas dankuantitasnya) apabila dikelola denganmanajemen yang tepat maka ia meru-pakan komoditas yang mengagumkanmurahnya. Sekarang, tinggal bagaima-na semua dari kita, seluruh rakyat In-donesia bersama seluruh masyarakatinternasional baik negara berkembangmaupun negara maju, konsekuen mene-gakkan konsensus itu. Semoga…

WAWASAN

Percik Oktober 2005 23

Pemusnahan secaraperlahan namun pastiterhadap sumber danpotensi air memiliki

implikasi lanjutan, ketikarakyat tidak sanggup

menempatkan air sebagaiaset dirinya dan

anak cucunya kelak.

Page 26: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Sumatera Barat terletak di bagianBarat Sumatera yang dikenaldengan sebutan Ranah Minang.

Daerah ini luasnya 42,2 ribu km2 de-ngan jumlah penduduk 4.454.185 jiwa,tersebar di 12 kabupaten dan tujuh kota.Kendati cukup luas dan memiliki sum-ber daya alam yang banyak namunpemanfaatannya terbatas. Dari luasanyang ada hanya sekitar 25 persen sajayang bisa dimanfaatkan sedangkansisanya terdiri dari lembah, bukit,gunung dan danau. Pada tahun 2002,PDRB perkapita tercatat sebesar Rp6,65 juta pertahun

Sampai saat ini baru 58,6 persenpenduduk Sumatera Barat yang menda-pat akses air minum melalui sistem per-pipaan, sumur gali, sumur pompa ta-ngan, penampungan air hujan dan pe-nampungan mata air. Dari jumlah terse-but hanya 16 persen yang terlayani olehPDAM atau 136.621 satuan sambunganrumah tangga. PDAM memberlakukantarif yang sama kepada pelanggannya.

Sementara itu penduduk yangmemiliki dan memanfaatkan jambankeluarga sebagai salah satu tolok ukurlayanan sanitasi hanya sekitar 524.076kepala keluaraga (KK) atau sekitar50,72 persen dari total keluarga,bahkan di desa angkanya jauh lebih ren-dah jika dibanding dengan di kota. Dikota warga biasanya memakai jambandengan sistem tangki septik sedangkandi desa lebih banyak memakai sistemcemplung.

Jadi hampir separuh pendudukSumbar belum mendapatkan kemudah-an layanan air minum. Angka pelayanandi atas boleh jadi sekarang malah lebihrendah dari pada itu, melihat begitubanyak sarana AMPL yang sudah diba-ngun tidak berfungsi lagi. Apalagi angkaitu diambil dari data cakupan layanan

yang biasanya dihitung berdasarkandisain proyek. Sedangkan di sektorpenyehatan lingkungan, khususnyasampah dan drainase belum menda-patkan perhatian yang semestinya.Persoalan sampah masih dianggap per-soalan teknis semata yang dapat di-tangani oleh dinas teknis.

Hasil diskusi dari berberapa kalilokakarya yang dilakukan oleh PokjaAMPL Sumatera Barat terungkapberberapa permasalahan yang dirasa-kan dalam layanan air minum dan pe-nyehatan lingkungan di Sumatera Baratantara lain:

Cakupan rendah dan layanan airminum belum merataPelaksanaan pembangunan AMPLselama ini belum efektif, efisien, danberkelanjutanUpaya pelestarian lingkungan dankesadaran masyarakat terhadapPHBS masih rendahKoordinasi antarsektor dan programdalam pembangunan AMPL lemahKemampuan lembaga pengelola sa-rana di tingkat perdesaan lemah

Jika dikaitkan dengan pencapaiantarget MDG, bahwa setengah dari pen-duduk yang belum mendapat layananAMPL dapat terlayani dengan kualitasmemadai dan berkelanjutan maka tar-get minimal yang harus dipenuhi olehSumbar adalah 80 persen atau3.932.426 jiwa dengan proyeksi pen-duduk Sumbar tahun 2015 sebanyak4.915.533 jiwa. Sedangkan target untukpenyehatan lingkungan 75 persen atau3.686.491 jiwa.

Memanfaatkan Potensi NagariPemerintahan Nagari sebagai peme-

rintahan terendah di Sumatera Baratdinilai sebagai pemerintahan yangdemokratis yang lahir dari bentukanmasyarakat sendiri bukan merupakanrekayasa elit penguasa. Sistem ini me-ngakui tiga kuasa yang menjadi peng-gerak utama pemerintahan Nagariyakni kedaulatan rakyat, parlemen, danpemerintahan Nagari.

Kebijakan Nasional PembangunanAMPL Berbasis Masyarakat yang ber-orientasi pada keberlanjutan dan peng-gunaan efektif sangat sejalan denganpemerintahan Nagari dimana kedua-duanya berupaya melakukan perubahanyang berorientasi memberikan ruangkebebasan dan akses kepada rakyat baikuntuk ambil bagian dalam kegiatanmaupun melakukan kontrol. Jadi per-ubahan kebijakan bermakna mengubah,memperbaiki atau mengadakan.

Berdasarkan pengalaman, kebijakantidaklah merupakan ujung melainkanpangkal, kegiatan yang mendukung massarakyat tidak dengan sendirinya akan men-jadi langkah perbaikan hidup rakyat bilatidak dikawal dalam pelaksanaanya. Untukitu dibutuhkan kesadaran kritis massarakyat, dan kapasitas untuk mengaktual-isasikan kesadaran. Pembaharuan kebi-jakan pada dasarnya memuat resistensibagi emansipasi rakyat dan sebuah kore-lasi mendasar atas masa lalu dan pikiranmendasar untuk membangun masa depan.

Dengan demikian dalam kaitanKebijakan Nasional Pembangunan AMPLdi daerah dapat meletakkan institusiNagari sebagai jawaban atas adanyaperubahan mandasar pola pembangunanselama ini (top down) menjadi pemba-ngunan yang berorientasi memberikanruang kebebasan dan akses pada rakyat,baik untuk ambil bagian dalam kegiatanataupun dalam kontrol.

WAWASAN

Percik Oktober 2005 24

Kondisi Air Minum dan PenyehatanLingkungan di Sumatera Barat

Oleh: Syarifuddin *)

*) Konsultan Waspola untuk Sumbar

Page 27: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Studi analisis pelayanan AMPL(Air Minum dan PenyehatanLingkungan) di Kabupaten pasca

desentralisasi dilakukan untuk menge-tahui bagaimana isu-isu pembangunanAMPL dipersepsi dan ditangani olehpemerintah kabupaten. Pertanyaan inipenting untuk dijawab, karena setelahKebijakan Nasional AMPL BerbasisMasyarakat berhasil dirumuskan, harussegera ditemukan atau dirumuskan pulaapa saja perangkat implementasi yangharus tersedia bagi terciptanya pem-bangunan AMPL yang berkelanjutan.Perangkat implementasi ini akan dinilaidalam 3 komponen: regulasi daerah,mekanisme perencanaan dan pengang-garan daerah, dan kelembagaan daerah.

Kebijakan Nasional AMPL BerbasisMasyarakat merupakan kebijakan yangberupaya untuk meningkatkan pelayan-an AMPL yang mencakup pelayanan airminum, jamban, drainase, pengelolaansampah dan limbah; dengan mengubahparadigma pemerintah dalam menye-lenggarakan pembangunan AMPL.Paradigma pemerintah dalam menye-lenggarakan pembangunan AMPL hen-dak digeser ke arah yang lebih responsifterhadap kebutuhan masyarakat, lebihmemberi ruang partisipasi, lebih akun-tabel, lebih memihak masyarakatmiskin, lebih mendorong peran aktifperempuan, dan memberdayakan ma-syarakat untuk berpartisipasi dalampembangunan AMPL, termasuk berda-ya untuk berkontribusi dalam penda-naan pembangunan AMPL sesuai de-ngan kemampuan dan prinsip keadilan.Semua ini dituangkan ke dalam 11 prin-sip kebijakan AMPL yang mencakupprinsip untuk memperlakukan air seba-gai benda sosial dan benda ekonomi,prinsip pendekatan tanggap kebutuhan,

prinsip berwawasan lingkungan, prinsipmendorong hidup bersih dan sehat, prin-sip berpihak pada masyarakat miskin,prinsip mendorong peran aktif perem-puan, prinsip mengelola AMPL secaraakuntabel, prinsip peran pemerintahsebagai fasilitator, prinsip mendorongperan aktif masyarakat, prinsip memberilayanan secara optimal dan tepat sasaran,serta prinsip pemulihan biaya.

Lokasi StudiStudi analisis AMPL di kabupaten

pasca desentralisasi dilaksanakan padatiga karakteristik wilayah yaitu: perta-ma, empat kabupaten yang pernahmenjadi lokasi uji coba kebijakan na-sional AMPL berbasis masyarakat yakniMusi Banyu Asin, Solok, Subang, danSumba Timur; kedua, tiga kabupatenyang pernah dan masih menjadi lokasiprogram P2TPD/Program Pembaharu-an Tata Pemerintahan Daerah yakniBandung, Lamongan, Takalar; ketiga,tiga kabupaten yang tidak menjadi

lokasi uji coba kebijakan nasionalAMPL maupun P2TPD (Kuningan,Lumajang, Sikka). Kabupaten yang me-miliki karakteristik istimewa adalah Ka-bupaten Solok, karena kabupaten inimenjadi lokasi uji coba kebijakan na-sional AMPL berbasis masyarakat se-kaligus lokasi P2TPD.

Ruang Lingkup StudiPada ketiga karakteristik wilayah ini

dikaji seberapa besar regulasi, mekanis-me perencanaan dan penganggaran,serta mekanisme kelembagaan berpo-tensi untuk mendukung prinsip-prinsipkebijakan nasional AMPL bebasis ma-syarakat. Ketiga aspek itu dipilih karenaketiga aspek itu merupakan perangkatimplementasi kebijakan, termasuk bagikebijakan nasional AMPL berbasis ma-syarakat. Tetapi, karena prinsip-prinsipkebijakan nasional AMPL ini universal,maka potensi dukungan regulasi, meka-nisme perencanaan dan penganggaran,serta mekanisme kelembagaan terha-

STUDI

Percik Oktober 2005

Studi Analisis Pelayanan AMPLdi Kabupaten di Era Desentralisasi*)

FOTO: ISTIMEWA

Page 28: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

dap prinsip-prinsip ini tetap dapat di-kaji.

MetodologiDaya dukung terhadap prinsip kebi-

jakan nasional AMPL berbasis ma-syarakat dilihat dari dua aspek penting.Pertama, apakah regulasi, mekanismeperencanaan dan penganggaran, sertamekanisme kelembagaan daerah meng-akomodasi prinsip-prinsip kebijakannasional AMPL. Kedua, apakah regu-lasi, mekanisme perencanaan dan pen-ganggaran, serta mekanisme kelemba-gaan daerah mampu mengantisipasikonsekuensi logis dari penerapan kebi-jakan nasional AMPL berbasis masyara-kat di daerah. Untuk itu, kesebelas prin-sip kebijakan nasional AMPL dalam ka-jian ini akan diorganisasikan ke dalamkerangka analisis kebijakan dari Wei-mer dan Vining (1989).

Studi analisis pelayanan AMPLmencakup studi dokumen dan wawan-cara mendalam terhadap stakeholderAMPL di daerah. Dokumen yang dikajidalam studi ini adalah dokumen regu-lasi daerah dan dokumen perencanaanjangka menengah dan tahunan daerah.Stakeholder yang diwawancarai men-cakup pengambil keputusan di lembagapemberi layanan AMPL di daerah(Dinas Kimpraswil dan Dinas Kesehat-an), lembaga-lembaga pendukung la-yanan AMPL di daerah (Dinas Ling-kungan Hidup, Dinas PemberdayaanMasyarakat, Dinas Kehutanan, DinasPertanian), lembaga eksekutif lainnyayang berperan dalam pengelolaan pem-bangunan dan pemerintahan (Bappeda,Bagian Keuangan Sekretariat Daerah,dan Bagian Hukum SekretariatDaerah); serta lembaga pengelolaAMPL berbasis masyarakat.

TemuanTemuan studi memperlihatkan bahwa

permasalahan AMPL di ketiga karak-teristik wilayah studi relatif sama. Ma-salah AMPL yang mereka hadapi adalah:

Cakupan air bersih perpipaan relatifrendah, kecuali di Kabupaten MusiBanyu Asin. Di luar layanan perpi-paan, warga masih mengkonsumsi airyang kualitasnya tidak sepenuhnyaterjamin. Cakupan air minum non-perpipaan bervariasi. Di semua ka-rakteristik wilayah ditemukan kabu-paten yang memiliki cakupan air mi-num yang tinggi, yaitu di Subang, La-mongan, dan Lumajang. Cakupan jamban, drainase, sampah,dan SPAL relatif rendahLayanan AMPL di kota dan desa tidakmerata. Layanan lebih terkonsentrasidi perkotaanSemua karakteristik wilayah studimerupakan kabupaten yang mayori-tas warganya bermata pencahariansebagai petani. Kondisi ini memun-culkan potensi konflik pemanfaatanair untuk keperluan rumah tanggadan pertanian. Konflik yang mulaimuncul di permukaan terjadi di dae-rah-daerah yang kesulitan air sepertidi Sikka dan Sumba Timur. Di SumbaTimur, potensi konflik juga terjadidengan pemanfaatan air untuk sektorpeternakan. Saat ini konflik berupaperusakan sarana baru terjadi antarawarga dengan PDAM dan saranapipanisasi air dari program bantuandi daerah. Di semua karakteristik wilayah studi,investasi untuk pembangunan pra-sarana air masih dinilai sangat mahal.Pelayanan PDAM maupun program-program pemberdayaan sampai saatini masih terbatas di daerah-daerahyang masih memiliki sumber air, yangbisa dikelola dengan nilai investasiyang tidak terlalu tinggi. Daerah-daerah yang tidak memiliki sumberair dan memerlukan biaya investasitinggi relatif belum tersentuh olehlayanan AMPL. Kekecualian terjadi diKabupaten Lumajang. PemerintahKabupaten Lumajang tetap mengu-payakan pembangunan prasarana airdi lokasi yang tidak memiliki sumber

air dan memerlukan biaya sangattinggi. Sampai saat ini, biaya opera-sional dari pembangunan prasaranaini masih ditanggung oleh pemerin-tah.Daerah mengalami degradasi ling-kungan, terutama berkurangnya arealhutan, yang mempengaruhi keterse-diaan sumber air di daerah. Prevalensi penyakit berbasis ling-kungan seperti diare, malaria, danISPA masih tinggi.Perilaku hidup bersih dan sehatbelum membudaya di banyak kelom-pok masyarakat. Masih cukup banyakwarga yang tidak menggunakan jam-ban, tidak mencuci tangan dengansabun, dan tidak menunjukkan peri-laku lainnya yang menunjukkan peri-laku hidup bersih dan sehat.

AnalisisDaerah memiliki regulasi, mekanismeperencanaan dan penganggaran sertamekanisme kelembagaan yang ber-variasi dalam mengelola pembangu-nan AMPL. Hampir semua daerah belum memili-ki regulasi khusus yang mengatur soalpengelolaan AMPL. Namun sudahada daerah yang mempunyai regulasiyang secara tidak langsung men-dukung pengelolaan AMPL. Misalnya,dengan menyerahkan kewenanganpengelolaan layanan AMPL ke tingkatpemerintahan paling bawah yang pa-ling dekat dengan masyarakat. Regu-lasi lain yang mendukung adalah re-gulasi yang menyerahkan kewenang-an pengelolaan keuangan ke desa ser-ta mekanisme penyaluran dana aloka-si desa. Regulasi-regulasi semacamini potensial untuk menciptakan me-kanisme pembangunan yang diputus-kan dan dirumuskan secara partisipa-tif di tingkat desa. Regulasi-regulasi semacam ini relatiflebih banyak muncul di Kabupatenyang menjadi lokasi uji coba kebi-jakan nasional AMPL berbasis ma-

STUDI

Percik Oktober 2005

Page 29: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

syarakat sekaligus lokasi P2TPD. Dae-rah berikutnya yang memiliki cukupbanyak substansi regulasi semacamini adalah kabupaten yang menjadi ujicoba kebijakan nasional AMPL berba-sis masyarakat dan terakhir daerahyang tidak menjadi lokasi uji cobakebijakan nasional AMPL berbasismasyarakat maupun lokasi P2TPD.Tidak ada regulasi daerah yangmampu mengatur agar pihak swastadan masyarakat mendistribusikanbiaya dan manfaat layanan AMPLsecara merata kepada penggunalayanan. Selain itu, tidak ada regulasidaerah yang mengatur perilaku peranpemerintah sebagai fasilitator danmenyediakan sistem sanksi bagipenyelewengan dari peran ini. Di beberapa daerah, kualitas partisi-pasi di tingkat desa dan kecamatanseringkali masih buruk. Hal ini kare-na perencanaan di tingkatan inididominasi oleh unsur pemerintahdesa dan kecamatan. Kabupaten yangcukup baik mengakomodasi partisi-pasi warga sampai ke tingkat keca-matan adalah kabupaten Solok. Di-berlakukannya Surat Edaran BersamaMenteri Negara Perencanaan Pemba-ngunan/Kepala Bappenas dan Men-teri Dalam Negeri No. 0295/M.PPN-/1/2005. 050/166/SJ perihal Petun-juk Teknis Pelaksanaan MusrenbangTahun 2005, memungkinkan partisi-pasi warga diperluas sampai ketingkat kota.Terlihat dua pola yang umum dalammekanisme kelembagaan di semuadaerah:

Pemerintah masih diberi peranyang dominan dalam penyelengga-raan layanan AMPL. Instansi pemerintah belum siapdalam konsep dan pelaksanaanpembangunan dengan model pem-berdayaan. Program bantuan dariPusat yang menggunakan pen-dekatan pemberdayaan selaludipersepsi sebagai program yang

berjalan lamban, memberatkananggaran, dan sulit untuk di-sesuaikan dengan mekanisme pe-rencanaan dan penganggaran ta-hunan.

Semua daerah yang dikaji memilikiRenstra yang menggariskan program-program perlindungan dan pemba-ngunan lingkungan hidup. Akantetapi, semua regulasi ini diterbitkanterpisah oleh instansi yang berbeda,sehingga belum terfokus pada upayaperlindungan lingkungan dalam pem-bangunan AMPL. Di semua daerahbelum ada regulasi yang bisa membu-at daerah dapat mengontrol perilakuswasta atau masyarakat yang terlibatdalam pengelolaan AMPL agar turutserta mengelola dan menjaga ling-kungan. Keberpihakan pada masyarakat mis-kin dan peningkatan peran serta pe-rempuan belum menjadi kepedulianregulasi di semua daerah. Kabupatenyang menjadi lokasi P2TPD barumenggagas pemihakan pada masya-rakat miskin melalui produk sema-cam Rencana Strategis Penanggu-langan Kemiskinan. Dari sisi dukungan mekanisme peren-canaan dan penganggaran, mekanis-me di semua daerah tidak memung-kinkan dilakukannya seleksi ber-dasarkan disain program. DokumenLAKIP (Laporan Akuntabilitas Ki-nerja Instansi Pemerintah) juga tidakmemungkinkan pihak-pihak yangberwenang untuk mengevaluasi danmemverifikasi wawasan terhadaplingkungan, keberpihakan pada ma-syarakat miskin, dan pelibatan peranserta perempuan dalam program-pro-gram AMPL daerah. Meski demikian,akuntabilitas anggaran mulai diu-payakan oleh daerah. Hal ini tertuangdalam berbagai regulasi mengenaipengelolaan anggaran.Di sisi mekanisme kelembagaan, se-ringkali terjadi tumpang tindih danketidakjelasan mengenai instansi

mana yang berwenang untuk memeli-hara sumber air. Prinsip mendorong Pola Hidup Ber-sih Dan Sehat (PHBS) diadopsi olehdaerah dalam bentuk regulasi Renstrayang mengamanatkan agar semuadaerah menjalankan program-pro-gram penyehatan lingkungan, terma-suk mendorong PHBS. Prinsip pendekatan tanggap kebu-tuhan dan pelayanan optimal sertatepat sasaran dimaksudkan untukmengatasi rendahnya efektivitaspembangunan AMPL yang disebab-kan oleh tidak sesuainya pembangun-an AMPL dengan kebutuhan warga.Regulasi daerah yang mendukungkedua prinsip ini di antaranya adalahregulasi di kabupaten Solok yangmenyerahkan kewenangan pengelo-laan layanan AMPL ke tingkat peme-rintahan paling bawah yang palingdekat dengan masyarakat, yaitu kepemerintahan nagari. Secara umum mekanisme peren-canaan dan penganggaran belumsepenuhnya menjamin diresponnyakebutuhan warga. PembangunanAMPL adalah pembangunan sektoralyang biasanya diagendakan olehDinas-dinas daerah.Dengan kehadiran Surat Edaran Ber-sama Menteri Negara PerencanaanPembangunan/Kepala Bappenas danMenteri Dalam Negeri No. 0295/M.-PPN/1/2005. 050/166/SJ perihalPetunjuk Teknis Pelaksanaan Mus-renbang Tahun 2005, mekanismeseperti di Solok potensial untuk melu-as. Karena dalam SEB ini, digelarforum khusus bertajuk Forum SKPD(Satuan Kerja Perangkat Daerah) ditingkat kecamatan.Regulasi daerah pada umumnya telahmengatur sistem tarif untuk pela-yanan air minum dan persampahan.Sistem tarif yang digunakan juga su-dah diatur berjenjang sesuai dengantingkat sosial ekonomi masyarakatserta dimaksudkan sebagai mekanis-

STUDI

Percik Oktober 2005

Page 30: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

me subsidi silang. Dari sisi meka-nisme perencanaan dan penganggar-an, hampir semua daerah yang ditelitijuga mengembangkan dana stimulanyang dimaksudkan untuk mendorongmasyarakat berkontribusi dalam pen-danaan pembangunan. Akan tetapi,mekanisme ini belum mengacu padaprinsip pemulihan biaya.Kelemahan daya dukung regulasidaerah yang menghambat adopsi ke-seluruhan prinsip kebijakan nasionalAMPL berbasis masyarakat adalahmasih didominasinya mekanismeperumusan regulasi oleh eksekutifdan legislatif.

Rekomendasi1. Dari segi argumentasi atau sub-

stansi kebijakan, tampaknya rasionali-tas kebijakan yang paling memicu kon-troversi adalah prinsip air sebagaibenda sosial dan benda ekonomi sertaprinsip pemulihan biaya. Untuk itu,substansi kebijakan nasional AMPLberbasis masyarakat diharapkan dapat:

Dilengkapi dengan argumen menge-nai hak warga negara terhadap AMPLdan tanggung jawab negara dalampemenuhan hak tersebut.Menyertakan berbagai prasyarat yangharus dipenuhi pemerintah bila pili-han pemenuhan hak warga atasAMPL ini diputuskan akan dipenuhisecara langsung oleh organ-organpemerintah, diserahkan kepada swas-ta, atau diserahkan kepada masya-rakat.Menyertakan mekanisme partisipasiyang dapat ditempuh warga dalampengelolaan AMPL di tingkat desa, ditingkat kota, dan di tingkat nasional.

2. Sosialisasi kebijakan nasionalAMPL berbasis masyarakat diharapkandapat dilakukan melalui penguatankerangka implementasi kebijakan didaerah.

3. Penguatan regulasi daerah dapatdilakukan dengan mendorong muncul-nya regulasi mengenai:

Hak yang setara bagi setiap individu

untuk mendapatkan air yang layaksecara kesehatan.Peran pemerintah untuk menjamindan memenuhi hak individu atas airsebagai hak dasar.Peran pemerintah untuk menjamindan memenuhi hak rakyat (secarakomunal) atas sumber-sumber air.Menjamin perlindungan sumber dayaair.Mencegah kerusakan lingkungan.Mekanisme penyelesaian konflik pe-nguasaan air dan agraria secarakeseluruhan.Mencegah eksploitasi air yang masifoleh industri.Menjamin diinternalisasikannya bi-aya pengelolaan lingkungan oleh in-dustri yang memanfaatkan sumberdaya air.Mekanisme penyusunan regulasidaerah yang tranparan, partisipatif,dan akuntabel.

4. Penguatan mekanisme peren-canaan dan penganggaran daerah dapatdilakukan dengan mendorong terprak-tekkannya mekanisme perencanaan danpenganggaran yang:

Mengakomodasi partisipasi masyara-kat, terutama masyarakat miskin dan

melibatkan perempuanMengembangkan sistem representasiwarga yang mewakili semua kelom-pok warga, dan terlembaga menjadisemacam deliberative forumMengembangkan sistem pengawalanusulan warga sampai ke tingkatpengambilan keputusan terkait pro-gram dan alokasi anggaran Membuka informasi perencanaan danpenganggaran agar dapat diakses olehseluruh kelompok warga Merancang prosedur akuntabilitasyang dapat diakses dan dikontrol olehwarga secara luas.

5. Penguatan mekanisme kelemba-gaan dapat dilakukan melalui upaya:

Membentuk atau memperkuat timAMPL daerah, dengan melibatkanstakeholder yang lebih luas.Mengembangkan kemampuan lemba-ga daerah. Mengembangkan mekanisme koordi-nasi kelembagaan dalam membangunAMPL, dengan menggunakan pen-dekatan lintas sektoral.Memperkuat pemerintahan desa. Memperkuat organisasi masyarakatsipil lokal.

STUDI

Percik Oktober 2005

a.

b.

c.

b.

c.

d.

e.f.

g.

h.

i.

b.

c.

d.

e.

a.

b.

c.

d.e.

a.

a.

*) Merupakan salah satu kegiatanWASPOLA tahun 2005

FOTO: INTERNET

Page 31: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Tak bisa dipungkiri kondisi per-kotaan saat ini cukup mempri-hatinkan, terutama di kawasan

berpenduduk miskin. Sarana dan prasa-rana sanitasi tidak tersedia. Kalau punada kondisinya tidak mencukupi atautidak layak. Tak heran bila sering mun-cul epidemi penyakit perut di wilayahtersebut.

Penyakit ini selain menurunkan de-rajat kesehatan masyarakat, juga me-nimbulkan kerugian ekonomi yangcukup tinggi. Berdasarkan data tahun1997, kerugian ekonomi akibat penyakitsetara dengan 4,4 persen PDP atau 47trilyun rupiah. Ini berarti setiap rumahtangga rugi Rp. 120 ribu per bulan.

Sistem pembuangan limbah tinja di-anggap sebagai salah satu biang perso-alan kesehatan di kawasan tersebut.Berdasarkan data BPS tahun 2002, ru-mah tangga perkotaan yang memilikitangki septik baru mencapai 63,07 per-sen. Sisanya masih buang tinja di ko-lam, sawah, sungai/danau, lubang ta-nah, pantai/lapangan dan tempat lain-nya.

Program Sanitasi untuk Masyarakat(SANIMAS) berusaha untuk berperandalam menyediakan sarana sanitasitersebut dengan pendekatan yang tang-gap kebutuhan (berbasis masyarakat).Masyarakat sendiri yang menentukanpilihan teknologi sarana berdasarkanragam pilihan teknologi yang ada.Selain itu masyarakat bertanggungjawab dalam pembangunan fisik saranadan pengelolaan dana yang bersumberdari swadaya (tunai dan bahan), peme-rintah pusat dan daerah (porsi terbe-sar), SANIMAS (AusAid) dan LSM(BORDA) dalam beberapa kasus.Diharapkan, model seperti ini bisa men-jadi pilihan pemerintah daerah dalam

strategi pembangunan sanitasi kedepan.

Saat ini SANIMAS masih dalamproses uji coba di tujuh kota yakniDenpasar, Pamekasan, Mojokerto, Sido-arjo, Kediri, Blitar, dan Pasuruan. Kotaitu terpilih dalam proses seleksi ber-dasarkan syarat (i) menyediakan ang-garan pendamping; (ii) menentukansektor penanggung jawab kegiatan; dan(iii) memilih dan menempatkan duafasilitator pendamping setempat. Sam-pai pertengahan tahun ini, semua sa-rana sudah selesai tahap konstruksi dansudah beroperasi.

Tak MulusTerpilihnya kota-kota tersebut tak

menjadikan SANIMAS mulus diker-jakan. Contoh menarik terjadi di Pame-kasan, Madura. Menjelang hari H pele-takan batu pertama proyek tersebut pa-da pertengahan 2003, warga meno-

laknya. Achmad Syaifudin, staf BapedaPamekasan, menjelaskan penolakan initerjadi karena warga yang rumahnyaberdampingan dengan lokasi pemba-ngunan sarana ini khawatir dengan bauyang akan ditimbulkan dan ada pera-saan tidak enak karena bangunan MCKkomunal itu berada tepat di depanrumah. Akhirnya, proyek ini gagaldibangun.

Sebagai gantinya Pemda setempatkemudian mengalihkan dana APBDyang sudah dianggarkan untuk pemba-ngunan MCK Plus Plus ke dua pesan-tren yakni Pondok Pesantren MambaulUlum, Bata Bata dan Pondok PesantrenDarul Ulum, Banyuanyar, Palengaan.Pesantren dipilih karena kondisi saranasanitasi di pesantren pada umumnyasangat buruk. WC yang ada tidak me-menuhi syarat. Sebagian santri buangair di sungai. Tangki septik disalurkanke sungai dan digelontor pada saat

TEROPONG

Percik Oktober 2005 25

Sanitasi untuk Masyarakat (SANIMAS)Antara Harapan dan Kenyataan

FOTO:ANDRE

Page 32: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

musim hujan. Saat kemarau, air bersihsulit didapatkan.

Berbeda dengan di Pamekasan, diSidoarjo ketidakmulusan terjadi ketikasarana sanitasi sudah beroperasi. Pro-yek SANIMAS berupa MCK ini didanaioleh masyarakat lokal, APBD, AusAID,dan Bank Dunia. Proyek itu terletak diRT 21 RW V, Kapasan, Kelurahan Si-dokare, Kecamatan Sidoarjo.

Proyek ini dilatarbelakangi olehkondisi sanitasi yang amat buruk di lo-kasi tersebut. Sebanyak 80 persen war-ganya tidak mempunyai jamban. Ma-syarakat menggunakan sungai sebagaisarana membuang air utama. Merekamembangun tangga di tepian sungai.Padahal secara periodik sungai itumeluap hingga ketinggian 1 meter.

Pembangunan sarana MCK yangdimulai 15 Agustus 2003 dan mulai ber-operasi pada 15 Desember 2003, padaawalnya mampu mengubah kebiasaanmasyarakat buang air di sungai. Merekamulai menggunakan sarana tersebutdengan membayar biaya pemakaian se-besar Rp. 200 sekali pakai. Sementarawaktu tangga-tangga tempat nangkring-biasa disebut helicopter-mulai hilang.Namun, kebiasaan itu tak berkelanjut-an. Awal tahun ini mereka kembali kesungai. Helikopter mulai bermunculan.

Surur Wahyudi dari BORDA menje-laskan kenyataan ini terjadi karena se-jak awal pembangunan di lokasi ini ter-lalu dipaksakan oleh pemerintah daerahsetempat, padahal masyarakat belumsiap. Selain itu, saat ini sedang terjadiperubahan kepengurusan RT/RW yangmempengaruhi pengelolaan sarana ter-sebut. Lagi pula, lanjutnya, sejak awalternyata sarana ini belum diresmikan.''Kenapanya, kita tidak tahu,'' katanya.

SuksesSelain dua kasus tersebut, hampir

semua proyek SANIMAS terbilang suk-ses. Kesuksesan ini bisa dilihat teruta-ma dari sisi keberlanjutan sarana danpengelolaannya.

Di Pamekasan, rupanya pemda se-

tempat belajar dari kegagalan SANI-MAS tahap I. Pada proyek SANIMAS ta-hap II, pemda tak lagi memfokuskanpembangunan sarana MCK di perkota-an tapi beralih ke pesantren. Mengingatberdasarkan survei rasio sarana danpemakai 1: 200-300. Bisa dibayangkanbagaimana antrenya. Ini jauh lebihburuk dibandingkan kondisi di masya-rakat, yang rata-rata punya jamban.

Berdasarkan seleksi dipilihkan duadua pesantren yang menjadi lokasiSANIMAS yakni Pondok PesantrenMiftahul Qulub (MQ), Kelurahan Po-langan, Kecamatan Galis, dan PondokPesantren Sumber Bungur (SB), Kelu-rahan Pakong, Kecamatan Pakong.Konstruksi dimulai pada November2004. Pelaksananya BEST Surabaya.Sarana tersebut masing-masing mulaiberoperasi Maret dan April 2005.

Pimpinan Ponpes MQ, KH AbdulManan menyatakan sangat bersyukurpesantrennya terpilih sebagai lokasiproyek SANIMAS. ''Sekarang santriwatitak perlu antre lagi. Dulu kalau ada yangsakit perut bingung,'' katanya.

Sebelumnya di pesantren itu ada350 santri perempuan dengan jamban 2buah. Lima jamban lainnya tak ber-fungsi. Untuk mandi dan cuci merekamenggunakan kolam bersama. ''Kitaterkendala biaya. Santri membayar sa-ngat murah. Tak cukup untuk memba-ngun sarana MCK,'' jelas Manan.

Secara total MCK yang terdiri atas 6WC dan 2 kamar mandi di Ponpes MQmenelan biaya 154 juta. Pesantren sen-diri memberikan swadaya sebesar 23juta dengan perincian in cash Rp. 5 jutadan sisanya inkind. Lainnya dari Pemdadan BORDA. Untuk operasionalisasi,santri tidak ditarik bayaran. Hanya adapengelola beranggotakan 16 santri yangbertugas mengatur piket kebersihan,kontrol air, dan pengawasan terhadapperaturan yang ditetapkan seperti tidakboleh memakai sandal dan mencucibaju di kamar mandi.

Di Ponpes Sumber Bungur, saranaMCK dengan enam toilet dan dua show-er ini mampu melayani sekitar 300santri putra. Dulunya santri sebanyakitu hanya dilayani sebuah toilet.Akibatnya, banyak santri yang buang airdan mencuci ke sumber air yangjaraknya sekitar 10 menit perjalanan.''Adanya SANIMAS ini mempercepataktivitas belajar, menjaga kebersihandan kesehatan,'' kata Ketua Ponpes SB,KH Ahmad Madani.

Keberadaan sarana MCK ini jugadimanfaatkan oleh masyarakat seki-tarnya, termasuk murid sekolah Aliyahyang terletak tidak jauh dari Ponpesyang berdiri pada tahun 1925 itu. BerkatMCK ini pula, Aliyah tersebut memper-oleh akreditasi B, lebih baik darisebelumnya. Selain itu air buangan dariMCK dimanfaatkan oleh petani di seki-tarnya untuk menyiram tanaman.

Biaya konstruksi mencapai Rp. 157juta. Nilai ini lebih mahal dibanding diPonpes MQ, karena di sini atapnyadicor. Rencananya di atas MCK akandibangun kantor dan klinik santri.Dalam proyek ini, Ponpes SB mem-berikan swadaya sebesar Rp. 24 jutadengan rincian in cash Rp. 5,5 juta dansisanya inkind. Operasionalisasi setiaphari dilakukan oleh para santri dengankoordinator Abdul Hamid, orang keper-cayaan pimpinan Ponpes. Penggunadari luar tak dipungut bayaran. Danaoperasional ditanggung sepenuhnyaoleh pesantren.

TEROPONG

Percik Oktober 2005 26

Pembangunan sarana MCK yangdimulai 15 Agustus 2003 dan

mulai beroperasi pada 15Desember 2003, pada awalnyamampu mengubah kebiasaan

masyarakat buang airdi sungai. Mereka mulai

menggunakan saranatersebut dengan membayarbiaya pemakaian sebesar

Rp. 200 sekali pakai.

Page 33: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Proyek SANIMAS juga menjangkauKampung Karang Kletak, KelurahanMandaran Rejo, Kecamatan Bugul Kidul,Kota Pasuruan. Proyek ini mulai konstruk-si pada Desember 2004 dan beroperasiApril 2005. Bentuk sarana berupa enamtoilet dan dua kamar mandi. Berbeda de-ngan sarana SANIMAS sejenis, di tempatini juga dibangun taman dan rumah penja-ga. ''Ini pembelajaran dari beberapa yangsudah kita bangun dan memang hasilnyalebih bagus kalau ada rumah jaga,'' kataSurur .

Sarana SANIMAS ini melayani pen-duduk setempat yang terdiri atas 246KK atau 762 jiwa. Sebelumnya sudahada fasilitas sanitasi, termasuk yangmilik swasta, tapi tidak mencukupikebutuhan. Sebagian penduduk memi-lih buang air di tambak di pinggir kam-pung. Sarana ini dibangun dengan danasebesar 272 juta.

Asfan, penjaga sarana SANIMAS inimenjelaskan, sejak beroperasi rata-rataada pemasukan sebesar Rp. 30 ribu perhari. Hasil ini dibagi rata antara penjagadan kelompok swadaya masyarakatsetempat sebagai pengelola. ''Sayangnyabelum semua tertarik ke sini (toilet).Tetap saja ada yang berak di tambak.Katanya kalau berak di WC tak bisakeluar,'' katanya sambil menunjukorang yang lagi jongkok di tambak, takjauh dari lokasi SANIMAS.

Tak jauh dari Mandaran, ada proyekSANIMAS yang lebih dulu dilaksanakan,yakni di Kelurahan Bakalan, KecamatanBugul Kidul. Sarana yang dibangun berupasistem komunal. Sebelumnya di RW 2 inihanya tujuh KK dari 97 KK yang memilikijamban. Lainnya buang air di sungai. Me-nurut Hasyim, sekretaris Kelompok Swa-daya Masyarakat (KSM), pembangunansistem ini awalnya mendapat hambatandari seorang warga yang bekerja di dinaskesehatan. ''Ternyata dia baru ngaku tin-dakan itu dilakukan karena dia tidak diajakmenjadi panitia,'' kata Hasyim.

Konstruksi pembangunan dimulaipada Agustus 2003 dan mulai berope-rasi pada Desember 2003. Guna pem-

bangunan sarana ini setiap KK dikenaiiuran pertama sebesar Rp. 75 ribu yangbisa dibayar dua kali. Dana keseluruhanmencapai Rp. 238 juta. Untuk biayaoperasional, setiap pelanggan dikenaiiuran sebsar Rp. 2.200/KK. ''Tiga bulanpertama berjalan lancar, setelah itumandeg sampai sekarang,'' kataHasyim. Namun demikian, pengelolamasih memiliki kas sebesar Rp. 3 juta.

Di Kota Mojokerto, proyek SANI-MAS berlokasi di Balongcok, KelurahanBalongsari, Kecamatan Magersari, dandi Kelurahan Miji, Kecamatan PrajuritKulon. Yang pertama merupakan SANI-MAS tahap I dan yang kedua tahap II.Kedua sarana MCK ini dibangun didaerah padat penduduk. Sebagian besarwarga tak memiliki jamban dan mem-buang air di sungai atau selokan. Dapatdibayangkan bau tak sedap selalu terci-um di lokasi tersebut sebelumnya.

''Kita senang sekali,'' kata Ny Sofi,bendahara KSM Miji Serasi yang me-ngelola sarana SANIMAS tersebut. Se-tiap bulan, KSM ini menerapkan iurankepada warga pengguna. Pemasukansetiap bulan rata-rata Rp. 180 ribu, yangberasal dari setiap KK Rp 6 ribu. Selainitu, pengelola juga membuat kotak sum-bangan. Pengguna WC dikenai Rp. 200dan kamar mandi Rp 300. Rata-rataterisi Rp 8-10 ribu per hari. Dana yangterkumpul melebihi kebutuhan opera-sional. Rata-rata kebutuhan listrikhanya 50 ribu per bulan dan penjagaRp. 200 ribu. ''Selama beroperasi tiga

bulan, sejak April, kami memiliki saldoRp. 900 ribu,'' kata Ny. Sofi gembira. Iajuga menceritakan, sejak April pula 'KaliBokong'-sebutan kali tempat buang airdi wilayah itu-ditutup.

Sedangkan SANIMAS Balonngcokyang beroperasi sejak April 2004, kon-disinya masih lumayan bagus. Sebuahkotak sumbangan diletakkan di bagiandepan dekat pintu masuk. Hingga 11Mei 2005, saldo yang terkumpulberjumlah Rp. 1.163.085. WargaBaloncok secara rutin membayar iuranbulanan. Jumlahnya Rp 150-180 ribuper bulan. Sedangkan dana dari kotaksumbangan rata-rata Rp. 50-80 ribu.Biaya operasi terdiri atas uang listrikrata-rata Rp. 70 ribu dan penjaga Rp.200 ribu.

Sementara itu di Kota Sidoarjo,MCK Plus dibangun di Dusun Bungur,Kelurahan Madaeng, Kecamatan Waru.Letaknya sekitar 100 meter dari termi-nal Bungur Asih. Sarana ini dibangunmulai November 2004 dan beroperasiApril 2005. Sarananya berupa lima toi-let dan tiga shower. Biaya operasi meng-andalkan iuran dari pengguna yaknianak Rp. 300 dan dewasa Rp. 500.

Sanyoto, penjaga MCK, menjelaskanbulan pertama operasi dana yangterkumpul sebesar Rp. 830 ribu danbulan kedua sebesar Rp. 900 ribu.Perolehan itu dipergunakan untukmembayar operator sebesar Rp. 350ribu dan air serta listrik sebesar Rp. 100ribu. Sisanya sebagai saldo KSM.Menurutnya, pemakai kebanyakanorang yang lalu lalang di daerah terse-but dan para penghuni kost-kostan.''Karena orang sini kebanyakan sudahpunya jamban,'' katanya.

Begitulah beberapa sarana SANI-MAS di beberapa daerah yang sempatdikunjungi Percik. Ada yang sukses tapiada yang bermasalah. Yang pasti,banyak pembelajaran yang bisa diambildari program SANIMAS tersebut. Tiapdaerah memiliki karakter tersendirisehingga penentuan strategi harus dise-suaikan dengan kondisi. mujiyanto

TEROPONG

Percik Oktober 2005 27

Proyek SANIMAS jugamenjangkau Kampung

Karang Kletak, KelurahanMandaran Rejo, KecamatanBugul Kidul, Kota Pasuruan.Proyek ini mulai konstruksi

pada Desember 2004dan beroperasi

April 2005.

Page 34: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Setelah uji coba Community -LedTotal Sanitation (CLTS) dilaku-kan di Kabupaten Lumajang dan

berhasil mengubah kondisi masyarakat,uji coba serupa dilaksanakan di tigakabupaten yakni Kabupaten MuaroJambi (Jambi), Muara Enim (SumateraSelatan), dan Bogor (Jawa Barat)

Pelatihan tersebut bertujuan mema-hamkan tentang prinsip dasar pen-dekatan yang dikembangkan dalamCLTS, mendorong peserta untuk secaraspontan menjadi fasilitator CLTS didesanya, mengubah perilaku masyara-kat untuk tidak membuang hajat sem-barangan, dan menyusun rencana kerjadusun untuk menindaklanjuti pelatihanini.

Pelatihan CLTS di KabupatenMuaro Jambi berlangsung pada 4 - 7Juli 2005. Kegiatan ini diikuti oleh 40peserta yang berasal dari Dinas Ke-sehatan Propinsi Jambi, Dinas Kese-hatan Kabupaten, DPMU ProyekCWSH, guru, Sanitarian, PMD Keca-matan, Tim PKK, Kepala Puskesmas,Kepala Desa dan tokoh masyarakat.Fasilitator pelatihan ini berasal dariPokja AMPL, WASPOLA, dan tim kerjadaerah. Praktek pelatihan dilakukan diempat lokasi, yaitu Dusun Setiti danDusun Suka Menanti di Desa MuaroPijoan, Dusun I dan II di desa MendaloLaut.

Pada saat yang bersamaan, pelatih-an berlangsung di Kabupaten MuaraEnim. Acara diikuti oleh 42 pesertayang berasal dari tim Dinas KesehatanMuara enim, Dinas Kesehatan Propinsi,Sanitarian, PMD Kecamatan, KepalaPuskesmas, CPMU WSLIC, DPMUWSLIC, tim Konsultan WSLIC, timCWSH Proyek, Pokja AMPL. Fasilitatorpelatihan adalah Pokja AMPL, konsul-tan CLTS, WASPOLA dan tim WSLIC

Muara Enim. Lokasi praktek berada diempat lokasi yakni: Dusun Palai DesaSempalai Sebedang, Desa Babat, DesaIbul, dan Desa Tanjung Bunut.

Sementara itu, pelatihan CLTS diKabupaten Bogor berlangsung pada 18-25 Juli 2005, dihadiri oleh 40 pesertadari Pokja AMPL (Depkes), DinkesBogor, Dinkes Cirebon, Dinas PUBogor, Dinas PU Propinsi Jawa Barat,DPMU dan tim konsultan WSLICBogor, konsultan pemberdayaan WSLIC

Ciamis, konsultan pemberdayaanpropinsi WSLIC, Sanitarian danPuskesmas, WASPOLA dan WSP-EAP.Lokasi praktek di Desa Cimande, Ci-mande Ilir, Dusun Sengked dan DusunLaladon di Desa Sukaresmi.

Secara umum pelatihan ini menda-pat tanggapan positif dari peserta danmasyarakat yang menjadi lokasi ujicoba. Di Muara Enim, masyarakat diDesa Babat, Ibul, Tanjung Bunut telahterpicu untuk memulai perubahan peri-laku dari kebiasaan BAB sembarangmenjadi pengguna WC yang sehat. DiBogor, 21 keluarga menyatakan segeraakan membangun jamban.

Kendati begitu, di beberapa desa,pemicuan tidak segera memberikandampak langsung. Berdasarkan penga-laman lapangan, pada dasarnya masya-rakat memerlukan jamban, tetapi kare-na faktor kemiskinan dan mitos, makakesanggupan membangun tidak dinya-takan secara tegas. Mitos yang berkem-bang di masyarakat adalah bahwa mem-bangun jamban itu mahal dan harus in-dah/cantik agar tahan lama. AK/MJ

SEPUTAR WASPOLA

Percik Oktober 2005 28

Pelatihan CLTS di Muaro Jambi,Muara Enim, dan Bogor

Prinsip dasar pendekatanyang dikembangkan

dalam CLTS, mendorongpeserta untuk secara spontan

menjadi fasilitator CLTSdi desanya, mengubah peri-laku masyarakat untuk tidak

membuang hajatsembarangan, dan menyusunrencana kerja dusun untukmenindaklanjuti pelatihan.

FOTO:POKJA AMPL

Page 35: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Dalam rangka memperoleh gam-baran kegiatan penyebarluasankebijakan nasional pemba-

ngunan AMPL berbasis masyarakat dipropinsi dan kabupaten peserta pro-gram, WASPOLA menggelar serangka-ian pertemuan koordinasi. Untuk wi-layah timur, koordinasi dilaksanakan diMakassar pada 28-29 Agustus 2005,sedangkan untuk wilayah barat koordi-nasi berlangsung di Bandung pada 31Agustus-1 September 2005.

Pertemuan koordinasi itu jugadimaksudkan untuk mempertajampersepsi peserta tentang pentingnyadata AMPL sebagai bahan perencanaanprogram AMPL khususnya berkaitandengan sasaran MDG.

Pertemuan MakassarPertemuan koordinasi dihadiri oleh

21 peserta. Mereka berasal dari PokjaAMPL Pusat dan Tim WASPOLA (6orang), Propinsi Sulawesi Selatan (4orang dari Kabupaten Selayar, Pangkepdan Takalar), Propinsi Gorontalo (5orang dari Kabupaten Pohuwato, Bone-bolango dan Gorontalo), Propinsi NTB(4 orang dari Kabupaten Lombok Barat,Kabupaten Lombok Timur dan Kabupa-ten Sumbawa), dan Propinsi SulawesiTenggara (2 orang).

Pengantar acara disampaikan olehOswar Mungkasa (Pokja AMPL Pusat),serta Rani Nurhadi dari AusAID. Oswarmenyoroti beberapa isu penting khu-susnya yang berkaitan dengan penca-paian target MDG yaitu kejelasan statuskondisi data cakupan AMPL saat ini.Berdasarkan pengalaman selama inidata AMPL yang tersedia belum akuratmenunjukkan keadaan cakupan AMPLyang sebenarnya.

Khusus mengenai pendanaan, Rani

Nurhadi, mengatakan AusAID men-dukung pendanaan WASPOLA sejakawal sampai saat ini. Dari hasil evaluasiAusAID, WASPOLA telah mencapaioutput yang diharapkan denganindikasi yaitu telah tersusunnya kebi-jakan nasional AMPL berbasis masya-rakat dan telah disebarluaskannya kebi-jakan ini ke tujuh propinsi. Pada saat inijuga sedang dikembangkannya kebi-jakan nasional AMPL berbasis institusi.Hal ini mengindikasikan bahwa WASPO-LA telah mampu menyumbang usahamenjamin keberlanjutan pembangunanAMPL berbasis masyarakat di Indonesia.

Dari pertemuan tersebut dihasilkanbeberapa rekomendasi yaitu untuk Pok-ja AMPL Pusat dan Pokja AMP Pro-pinsi. Rekomendasi tersebut berupa:

A. Pokja PusatPokja Nasional memfasilitasi tim pro-pinsi untuk mengembangkan langkahkonkret dalam operasionalisasi kebi-jakan antara lain (i) Pertemuan koor-dinasi dengan pokja propinsi dalammomentum road show, (ii) Pokjapusat secara periodik meminta pro-pinsi untuk menyampaikan progresskegiatan pelaksanaan kebijakan Memelihara jaringan pokja pusat,propinsi dan kabupaten Pertemuan koordinasi selanjutnya perludipertimbangkan untuk menyertakanunsur/elemen lain dari daerah.

B. Pokja PropinsiMengoperasionalkan Rencana KerjaTahunan yang disepakati khususnyadalam penyiapan dataMemanfaatkan momentum kegiatandi tingkat kabupaten

Pertemuan BandungPertemuan koordinasi dihadiri oleh

34 orang dari Pokja AMPL Pusat,WASPOLA, Propinsi Banten (2 orangdari Propinsi dan masing-masing satuorang dari Kab. Pandeglang, Lebak, danKota Tangerang), Sumatera Barat (2dari propinsi, dan masing-masing satudari Kota Padang, Kab. Tanah Datar danSijunjung), Bangka Belitung (2 daripropinsi, dan masing-masing satu dariKota Pangkal Pinang, Kab. BangkaBarat, dan bangka Selatan) dan PropinsiJawa Tengah (2 orang dari propinsi danmasing-masing satu orang dari Kab.Grobogan, Pekalongan, dan Kebumen).

Pembukaan dilakukan oleh OswarMungkasa (Pokja AMPL Pusat). Ia me-nyampaikan tiga hal penting yang inginditangani Pokja AMPL selama tahun2006 yaitu perbaikan dan penyediaandata AMPL, perbaikan strategi komu-nikasi, dan perbaikan jaringan antarpelaku AMPL. Selanjutnya acara diisidengan sambutan oleh Sofyan Iskandardari WASPOLA. Ia menjelaskan peranWASPOLA sebagai pendukung kegiat-an-kegiatan Pokja AMPL dan strategioperasionalisasi Kebijakan AMPL tahun2005 melalui tangan Propinsi yangdidasarkan pengalaman operasional-isasi tahun 2003 dan 2004.

Pada pertemuan ini Rewang Budiyatnadari Pokja AMPL memaparkan tentangdana stimulan bagi daerah. Menurutnya,sudah ada kepastian persetujuan anggarandari departemen keuangan untuk kegiatanpendanaan kegiatan AMPL di daerah. Na-mun itu terbentur oleh peraturan pemerin-tah tentang tidak bolehnya pemerintahpusat memberikan dana stimulan kepadadaerah (langsung) kecuali untuk kegiatandarurat. Oleh karena itu, lanjutnya, perludicarikan jalan keluar agar dana stimulanyang pernah direncanakan tetap dapatdiberikan kepada kota/kabupaten. (MJ)

SEPUTAR WASPOLA

Percik Oktober 2005 29

Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan KebijakanNasional Pembangunan AMPL di Daerah

1.

2.

3.

1.

2.

Page 36: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Bangka Belitung,27-29 Juli 2005

Road show di propinsi baru inidiawali dengan acara talk show di radioSonora (lokal) pada pukul 19.00-21.00(27/7). Talk show ini menampilkanKetua Bappeda Bangka Belitung, Amri,yang membahas permasalahan AMPLdi Babel, Nugroho Tri Utomo dari PokjaAMPL membahas mengenai latar be-lakang kebijakan nasional pembangun-an AMPL berbasis masyarakat, danSofyan Iskandar dari WASPOLA mem-bahas tentang WASPOLA itu sendiri.Selama acara ada dua penanggap daripendengar. Pertama, perlunya perlin-dungan lingkungan bagi Babel karenadegradasi lingkungan sangat jelas.Kedua, bagaimana menyinergikanantara kepentingan ekonomi danlingkungan.

Sementara itu, pertemuan para pe-mangku kepentingan berlangsung pada28 Juli 2005. Pertemuan dibuka olehWakil Gubernur Babel. Peserta berjum-lah 40 orang yang berasal dari perwaki-lan dinas propinsi terkait, kabupa-ten/kota, anggota legislatif, dan pers.Wakil Gubernur dalam sambutannyamenguraikan kondisi lingkungan Babelyang makin menurun. Ia sepakat de-ngan kebijakan nasional yang ada. Ha-nya ia meminta ada surat keputusan da-ri pusat sebagaimana yang diinginkanoleh Bappeda.

Road show diakhiri dengan kun-

jungan lapangan ke tiga lokasi yaituTPA Parit Enam, intake PDAM yang takberfungsi dan area perlindungan Ko-long Kacang Pedang. Ketiga lokasi inimengalami masalah AMPL. Semuapeserta mendiskusikan dengan ketuaBappeda solusi permasalahan tersebut.

Hal penting yang diperoleh dariroad show tersebut yaitu pembuat kebi-jakan di daerah mendukung penuhimplementasi kebijakan dan memilikikepedulian terhadap AMPL, dan strate-gi pelaksanaannya telah diserahkan kekabupaten/kota untuk menyusunnya.

Nusa Tenggara Barat,11-12 Agustus 2005

Road show diisi dengan pertemuanpara pemangku kepentingan terkaitAMPL di NTB, audiensi dengan gu-bernur, dan pertemuan dengan PokjaAMPL Lombok Barat. Utusan dari pusatyang hadir dalam acara tersebut yaituEndang Setyaningrum (Pokja AMPL)Rick Pollard (WSP-EAP), Rani Nurhadi(AusAID), Subari dan Nur Apritmandari WASPOLA.

Selama proses diskusi dengan pokjaAMPL pusat, sekretaris daerah danpokja AMPL kabupaten, terdapat bebe-rapa hal penting yang mengemuka:

Kebijakan nasional telah diadopsi dikabupaten Lombok Barat. Pada tahun2005 Lombok Barat menyempurnakandraft rencana strategis AMPL yang telahdihasilkan pada tahun 2004 dan pada

tahun ini mengalokasikan dana sebesarRp.2 Miliar untuk kegiatan fisik AMPLdalam bentuk stimulan.Fasilitasi pelaksanaan kebijakan padatahun 2005 akan menambah kabu-paten baru meliputi Lombok Timurdan Sumbawa. Untuk itu tim kabu-paten juga talah mengalokasikandana untuk operasional tim.Sampai saat ini di NTB terdapat per-masalahan pelaksanaan pembangun-an AMPL yang berkelanjutan antaralain:

Belum tersedianya data yang akuratuntuk mendukung perencanaanpembangunan AMPL.Menurunnya kualitas lingkungan,yang berakibat hilangnya mata airdari 700 buah menjadi 250 buah.

Disadari oleh Sekda bahwa masihbanyak sarana AMPL yang dibangunyang tidak berkelanjutan, hal inimemerlukan penanganan bersama.Harapan kedepan dalam proyek pem-bangunan AMPL berlu diberikanmuatan ekonomi.

Gorontalo,18 Agustus 2005

Road show Kebijakan NasionalAMPL di Gorontalo dihadiri oleh PokjaAMPL, WASPOLA dan WSP-EAP.Agenda road show ini antara lain ada-lah pertemuan dengan Gubernur dan

SEPUTAR WASPOLA

Percik Oktober 2005

Road Show Kebijakan NasionalPembangunan AMPL di Daerah

Dalam rangka operasionalisasi kebijakan nasional pembangunan air minum dan penye-hatan lingkungan (AMPL) berbasis masyarakat, WASPOLA bersama Pokja AMPL meng-

adakan serangkaian road show. Acara ini bertujuan untuk mempresentasikan operasio-nalisasi kebijakan kepada para pemangku kepentingan. Dengan kegiatan ini diharapkanpara pemangku kepentingan khususnya pengambil kebijakan memberikan dukungan yanglebih guna mempercepat proses pengembangan rencana strategis daerah dalam pemba-ngunan AMPL yang berkelanjutan.

FOTO:POKJA AMPL

30

Page 37: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

seluruh pimpinan daerah kabupaten,kunjungan lapangan serta talk show diTVRI Gorontalo.

Pertemuan dihadiri oleh 25 orangyang terdiri dari pejabat terkait tingkatpropinsi dan pimpinan daerah kabupa-ten. Pertemuan diawali dengan laporanpelaksanaan kebijakan di Gorontalooleh Kepala Bappeda dan dilanjutkandengan sambutan Gubernur, Fadel Mu-hamad, mengenai situasi pembangunanAMPL di Gorontalo. Selanjutnya dilaku-kan presentasi Kebijakan AMPL olehOswar Mungkasa (Pokja AMPL) yangdiakhiri dengan diskusi serta penutup-an oleh kepala Bappeda Propinsi.

Beberapa hal penting yang dicatatdari pertemuan itu adalah:

CARE International Indonesia sedangmengembangkan pembangunan AMPL,berbasis masyarakat di 61 desa (padatahap awal) bersama dengan pernerin-tah daerah. Dukungan dana untuk ke-giatan fisik berjumlah USD 192.769(sekitar 1,9 Milliar rupiah).Alokasi dana untuk sektor AMPL,tahun 2005 adalah sebesar 13,3 Miliarrupiah yang bersumber dana APBNdan APBD.Permasalahan utama dalam sektorsanitasi adalah rendahnya kesadaranmasyarakat dalam PHBS. Hal iniditunjukkan oleh banyaknya saranajamban yang dibangun namun tidakdigunakan, dengan berbagai alasantermasuk akibat tidak berfungsinyakelembagaan yang dibentuk. Jugaoleh faktor lain, yaitu kurang tepatnyaperencanaan dan rendahnya pelibat-an masyarakat dalam proses pem-bangunan.

Sementara itu kunjungan lapangandilaksanakan ke PDAM Kota Gorontalo,Desa Dembe 1 dan salah satu desa yangmengembangkan teknologi hydraulicram untuk mengairi ladang jagung yangsaat ini menjadi sektor unggulan diPropinsi Gorontalo. Inisiatif penyediaanair bersih di Desa Dembe dilakukanoleh masyarakat, tahun 2002. Setelahsistem berfungsi, pada tahun 2002

masyarakat membentuk Badan PengelolaAir Bersih (BPAB), membangun 75 kranumum dan mengajukan bantuan kepadaPemda serta kerjasama dengan PDAM.Tahun 2003 sarana air bersih dan BPABdiresmikan oleh walikota dan mendapatbimbingan teknis dari PDAM. Sampaitahun 2005, BPAB ini yang dipimpin olehUmar Latif, telah membangun 188 kranumum, total pelanggan 2800 KK dan debitproduksi 12 L/detik. Harga air saat iniadalah Rp. 4800/m3.

Acara road show diakhiri dengan talkshow yang ditayangkan oleh di TVRIGorontalo dengan narasumber Minami(Kepala Bappeda Propinsi), OswarMungkasa (Pokja AMPL), Sofyan Iskandar(WASPOLA). Beberapa hal didiskusikanpada acara ini meliputi: kondisi pemba-ngunan AMPL di Gorontalo, latar belakangdisusunnya Kebijakan Nasional Pemba-ngunan AMPL Berbasis Masyarakat.

Banten,28-29 Agustus 2005

Road show berlangsung di kantorSekda Propinsi Banten. Pertemuan inidibuka oleh Ketua Bappeda Banten. Pe-serta pertemuan sebanyak 13 orang dariPokja AMPL Banten dan 5 orang dariPokja AMPL Pusat dan WASPOLA.

Beberapa isu yang dapat diidenti-fikasi dalam road show ini adalah seba-gai berikut:

Dalam rangka mencapai target MDG,Propinsi Banten menargetkan cakupanlayanan air minum menjadi 74 persendan 73 persen untuk layanan pe-nyehatan lingkungan. Namun kendalautama yang dihadapi adalah kurangnyaperan aktif masyarakat dan tidak efi-siennya investasi di sektor AMPL.Pelaksanaan Kebijakan NasionalAMPL Berbasis Masyarakat di Pro-pinsi Banten dimulai dari Kab. Lebakdan saat ini akan dilanjutkan di Kab.Pandeglang dan Kota Tangerang.Masalah yang teridentifikasi :

Perlunya mengembangkan programsektor AMPL yang terintegrasi de-ngan pengembangan ekonomi rakyat.

Sebagian besar sekolah dasar diBanten belum memiliki fasilitas sa-nitasi.Perlu mulai dilakukan sosialisasimengenai pentingnya air dan sani-tasi kepada anak-anak usia sekolah. Lemahnya sistem basis data AMPLdi Propinsi Banten. Perlu dilakukanpengorganisasian data dan pening-katan koordinasi antar instansi ditingkat pusat, propinsi hingga kabu-paten. Upaya-upaya pemeliharaan kesehat-an dan pencegahan penyakit di Ban-ten kurang menjadi prioritas diban-dingkan dengan upaya-upaya peng-obatan/penanggulangan penyakit.

Jawa Tengah,21-22 September 2005

Lokakarya Operasionalisasi dan Si-nergi pembangunan air minum dan pe-nyehatan lingkungan (AMPL) berbasismasyarakat di propinsi Jawa Tengahdiikuti oleh 51 orang, berasal dari PokjaAMPL Propinsi Jawa Tengah, PokjaAMPL Kabupaten Kebumen, KabupatenGrobogan, Kabupaten Pekalongan,Pokja AMPL Pusat, dan WASPOLA. Ke-giatan ini dibuka oleh Kabid Fispra Bap-peda Jawa Tengah.

Kegiatan diisi dengan pemaparanoleh Direktur Permukiman dan Peru-mahan Bappenas, Basah Hernowo. Iamenguraikan kondisi AMPL dan targetyang harus dicapai sesuai denganMDGs. Menurutnya, pada masa laluAMPL dipandang hanya masalah tek-nis, pemerintah sebagai penyedia se-hingga bila ada kebutuhan langsung di-penuhi dan dianggap sudah selesai per-soalannya.

Ke depan, lanjutnya, pemba-ngunan AMPL perlu dilakukan secaraberkelanjutan, dengan kriteria pela-yanan efisien dan reliable terusmenerus, dengan cakupan membesar,kontinuitas, kualitas dan kuantitasyang baik, serta biaya yang terjangkau.

(MJ/AK)

SEPUTAR WASPOLA

Percik Oktober 2005 31

1.

2.

3.

Page 38: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Second Southeast Asia WaterForum (SSAWF) lahir dari suatuinisiatif global terhadap penting-

nya penataan integral pengelolaan sum-ber daya air. Gagasan ini diawali di Chi-ang Mai, Thailand, 17-21 Nopember2003. First Southeast Asia Water Fo-rum, FSAWF, menyepakati beberapaagenda, di antaranya : (i) mendorongpartisipasi semua pihak pada pengelola-an sumber daya air, (ii) mengembang-kan kebijakan dan regulasi, (iii) mem-perhatikan aspek ekonomi, sosial danbudaya dalam pengembangan mekanis-me pendanaan, (iv) membangun danmemperkuat kapasitas kinerja IWRM(integrated water resources manage-ment), (v) inisiasi proses aplikasiIWRM, (vi) meningkatkan kerja samainstitusi pemerintah dan non-pemerin-tah, swasta untuk mengurangi dampaknegatif yang disebabkan oleh bencanaair, dan sejenisnya (vii) melanjutkanupaya koordinasi regional dalam penge-lolaan SWS (satuan wilayah sungai),(viii) identifikasi cara untuk meningkat-kan sistem irigasi pertanian melalui pe-ngelolaan terdesentralisasi dan (ix) me-lakukan pertemuan regional dua tahun-an dalam rangka edukasi dan transferinformasi antara praktisi sumber dayaair dan stakeholder yang lebih luas.

Kalau pada FSWAF, isu air minumdan sanitasi belum diangkat sebagai isukhusus, sebaliknya pada SSAWF. Padaacara yang diselenggarakan di Bali, 29Agustus-3 September 2005, peran danpartisipasi publik juga menjadi isu pen-ting, sehingga panitia mengambil tema"better water management throughpublic participation".

Departemen Pekerjaan Umum (DPU),

Kemitraan Air Indonesia (KAI) bersamaGlobal Water Partnership (GWP) men-jadi aktor utama penyelenggaraanSSAWF ini, yang menuangkan tiga isusebagai sub-tema kegiatan, yaitu:

Advancing national water agendasManaging water resources in riverbasinsManaging water resources in gro-wing cities

SSAWF dibuka oleh Menteri Peker-jaan Umum Indonesia, Djoko Kirmanto.Acara dihadiri oleh 11 negara ASEANdan delegasi dari beberapa negara lain(Jepang, Australia, Inggris, Belanda,China, Srilanka, dan sebagainya). Padasambutannya, Menteri juga menyorotikondisi Indonesia dalam pencapaianMDGs, "The MDG objective of serving60 percent of population by 2015 appe-ars too ambitious for Indonesia". Me-nurutnya, Indonesia tetap berkomitmenuntuk mencapainya dengan telah dan te-rus akan menyiapkan perangkat kebijakanuntuk dapat mendorong pencapaian itu,diantaranya UU 7/2004, PP 16/2005,

National Action Plan (NAP), pembinaanPDAM dan sebagainya.

Agenda Nasional dalam Konstela-si MDGs

Menurut data ADB, di kawasanAsia-Pasifik, saat ini ada 700 juta pen-duduk tidak mendapat akses air minumdan 2 milyar penduduk hidup tanpa sa-nitasi yan memadai, data ini sesuai de-ngan laporan Bank Dunia. PadaSSAWF, persoalan ini dapat diteropongmelalui (i) pentingnya reformasi sektorair, (ii) peningkatan ketahanan airuntuk kelompok miskin menuju targetMDGs, dan (iii) penerapan rencana dan

SEPUTAR AMPL

Percik Oktober 2005 32

Second Southeast Asia Water Forum (SSAWF)

Komitmen Regional, Pengelolaan AirMelalui Partisipasi Publik

1.2.

3.

Dirjen Cipta Karya, Agus Widjanarkomenyampaikan keynotes pada salah satu

sesi (atas), delegasi Indonesia pada persiapanMinisterial Declaration (bawah).

FOTO-FOTO:DORMARINGAN H.S

Page 39: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

proses pengelolaan sumber air yang ter-integrasi.

Ketidakberfungsian berbagai saranabangunan air, kegagalan pengelolaan,rendahnya partisipasi masyarakat, in-efisiensi pendanaan dan berbagai ceritasejenisnya, mendorong inisiasi globaldan regional (Asia Tenggara) pada arahpembangunan yang mengedepankan re-formasi kebijakan pemerintah.

Arriens Wouter, dari ADB, dalampresentasinya "Why we need nationalwater sector reform?", menyatakan se-tidaknya diperlukan (i) penegasan as-pek legal pengelolaan air; yang menga-rah pada pengaturan kepentingan di eradesentralisasi, hak atas dan kompetisipengguna, formulasi kerangka hukum,kebijakan dan strategi, (ii) keterlibatanberbagai pihak dalam pengelolaan air;melalui peningkatan peran swasta, par-tisipasi masyarakat, dan media massa,(iii) meningkatkan nilai ekonomi air;melalui reformasi tarif dan kerangka ke-bijakan, rasionalisasi subsidi, katalisasiinvestasi dan (iv) pengembangan me-kanisme koordinasi; melalui pengem-bagan badan pengelola di semua level.

Dalam konteks pencapaian targetMDG, kawasan Asia-Pasifik dianggapmemiliki kemajuan yang signifikan. Du-ta Besar MDG, Erna Witoelar, mencatatbeberapa harapan dan tantangan: (a)sejak tahun 1990 jumlah penduduk ber-pendapatan miskin menurun signifikandari 23 persen menjadi 16 persen, (b)target pendidikan dasar diyakini terca-pai tetapi dibutuhkan upaya lebih, (c)Malaysia, Thailand, Indonesia dan Phi-lipina menunjukkan kemajuan dalam pro-gram pengentasan kemiskinan, (d) diper-lukan upaya yang lebih keras untuk pe-ningkatan sumber daya manusia di Laos,Myanmar dan Kamboja, (e) tetapi masihada gejala kurang gizi dan kelaparan, (f)kemajuan penanganan HIV/AIDS telahterlihat di Thailand an Kamboja, (g) ham-batan perdagangan yang dihadapi ASEANmasih tinggi dan memerlukan pemba-ngunan ekonomi yang terintegrasi.

Dalam konteks pencapain MDGs

itulah maka agenda nasional dalam pe-ngelolaan air harus dilakukan secara si-nergis dan berkelanjutan, yang didasarioleh kemajuan pemerintah. "A majorfactor to disparities in water accessbetween rich and poor nation is lack ofpolitical will," kata Erna lebih lanjut.

Pengelolaan Air TerintegrasiPentingnya pengelolaan air yang ter-

integrasi dan berkelanjutan sudahkerap kali disuarakan. Pada SSAWF ini,pengalaman dan pembelajaran atasimplementasi pengelolaan sumber dayaair yang terintegrasi (IWRM, IntegratedWater Resources Management) di dela-pan negara Asia Tenggara dipresen-tasikan. Pengalaman dari delapan negaraitu telah menunjukkan bahwa melalui pe-libatan berbagai pemangku kepentingan(stakeholder), kemauan berbagi ide danpengalaman, pengembangan strategi yangbottom-up, penerapan IRWM di lapangandan termasuk memasukkan sektor airdalam pengembangan strategi pemba-ngunan, maka konsensus berbagai pihakuntuk rencana pengelolaan air yang ter-baik dapat dicapai.

Selain itu, SSAWF mencatat bahwapengembangan jaringan dan kemitraanmerupakan hal penting diperhatikan.Pada konteks pengelolaan jaringansumber daya air, NARBO (Network ofAsian River Basin Organization) telaheksis dan mendorong penerapan pengelo-laan air yang berkelanjutan. IWRM diberbagai negara masih menghadapi berba-gai tantangan, diantaranya hambatan biro-krasi, kapabilitas staf rendah, tumpang tin-dih organisasi dengan mandat yang tidakjelas, lemahnya kualitas data dan infor-masi, lemahnya penerapan pemulihanbiaya dan akuntabilitas keuangan.

Sisi lain dari IWRM yang juga perlumendapat perhatian adalah bagaimanaIWRM memiliki pengaruh dan berhu-bungan dengan (i) isu-isu ekosistemdan mata pencarian, (ii) penurunandampak negatif dari daya rusak air, ban-jir, genangan dan bancara alam lainnya,dan (iii) isu hulu-hilir (upstream-down-

stream) dalam implementasi keterse-diaan dan kelayakan utilitas air. Dalamkerangka keberlanjutan pengelolaan, ma-ka pada SSWAF ini direkomendasikanpentingnya suatu mekanisme dan tatapengaturan kelembagaan yang menekan-kan (i) pengelolaan air yang lintas wilayahuntuk air permukaan, air tanah, dsb (ii)lintas kepentingan/penggunaan untukperkotaan, pertanian, perikanan danlingkungan dan (iii) lintas juridiksi, an-tara pemerintah daerah, pusat dan re-gional. Tantangan memang berat tapibukan berarti tidak bisa diwujudkan.

Pengelolaan air di perkotaan,tanggung jawab siapa?

Sejak tahun 2002, kawasan AsiaTenggara telah mulai memfokuskan pe-ngelolaan air yang lebih berorientasi pa-da menjawab kebutuhan peningkatanpenggunaan. Perkembangan kawasanperkotaan menimbulkan masalah yanglebih kompleks dan peningkatan keter-libatan berbagai pihak, termasuk swas-ta. Pada SSAWF ini, hal ini disorot dari:(i) pengembangan kapasitas untuk pe-nyediaan air perkotaan, (ii) memba-ngun pelayanan air yang lebih kredibel,(iii) inovasi pengelolaan sanitasi dan airlimbah, (iv) pemberdayaan masyarakatdalam reformasi pelayanan air dan (v)skema pendanaan air.

Pengalaman dari Phnom Penh Wa-ter Supply Authority (PPWSA) Kam-boja, adalah contoh menarik dari pe-ngeloaan air di perkotaan. DirekturPPSWA (sejenis PDAM, di Indonesia)menjelaskan bagaimana PPSWA meng-alami perubahan baik secara kelemba-gaan, personil dan keuangan. Melaluiprogram revitalisasinya, PPSWA telahberhasil menurunkan kebocoran airdari 44 persen menjadi 10 persen, me-ningkatkan akses pelayanan sampai 97persen, dan efisiensi penagihan sampai98 persen. Kunci suksesnya, menurutdirekturnya Ek Sonn Chan, adalah ada-nya ownership, dukungan eksternal,serta regulasi dan penegakan hukum(law enforcement).

SEPUTAR AMPL

Percik Oktober 2005 33

Page 40: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Dalam pengelolaan air dan isu perko-taan, SSAWF menyoroti bagaimana ben-tuk keterlibatan masyarakat dan isu pen-danaan. Keterlibatan masyarakat dibahassecara khusus pada hari ke-4, 1 Sep-tember dalam sesi empowerment civilsociety for water service reform, yangmendiskusikan (i) bagaimana mem-fasilitasi pelibatan publik yang lebih luas,(ii) instrumen yang diperlukan untukpenguatan keterlibatan publik, (iii) ba-gaimana menciptakan lingkungan/iklimyang memadai dalam keterlibatan publik.Dalam sesi ini, UU no 7/2004 jadi contohmenarik untuk dibahas.

Isu lain pada tema ini adalah ten-tang pendanaan sektor AMPL (water fi-nancing) di perkotaan. Selain presenta-si konsep dan perspektif lembaga do-nor, tema ini mengangkat alternatifpendanaan sektor AMPL relasi pengunahulu-hilir. Alternatif pendanaan yangdisampaikan antara lain tentang for-mula harga dasar air (base water pri-cing, BWP) dan insentif /desinsentifmodel (IDM). BWP, yang merupakanperbandingan biaya konservasi danvolume penggunaan air, dapat digu-nakan sebagai instrumen dan indika-tor untuk evaluasi perlindungan danupaya sumber daya air. SedangkanIDM, yang memformulasikan sumberdan pengunaan di daerah hulu-hilir,dapat diterapkan untuk alokasi pem-bagian pajak (tax sharing) antarapropinsi dan kabupaten dalam satuanwilayah sungai (SWS).

Pada sesi penutupan, yang bertema"catching up, keeping up with gro-wing cities" dilakukan dialog antar pe-laku AMPL untuk mendapatkan pem-belajaran dari pengelolaan AMPL danmencari solusi lebih baik atas tantang-an implementasi AMPL perkotaan, ter-masuk sektor pendanaan, kelemba-gaan, pelibatan swasta, pelayanankaum miskin, isu subsidi dan efisiensi."Balancing people's capacity to payand ensuring efficient service, is thispossible?" adalah pertanyaan pentingyang harus dijawab bersama.

Tindak lanjut SSAWF dan Dekla-rasi Menteri

SSAWF berakhir tanggal 3 Sep-tember, komitmen negara Asia Tengga-ra dituangkan dalam rencana tindaklanjut (action plan) bersama yaitu:1. Air untuk pembangunan berkelan-jutan

Mendorong tercapainya kesepahatamkontribusi air terhadap sektor lain,misalnya penyediaan air minum do-mestik dan industri, irigasi dan drai-nase, energi, pengendalian banjir, na-vigasi dan rekreasi, ke dalam pengem-bangan sosial ekonomi lokal secaranasional dan regional, dan pemerin-tah menyediakan investasi (seti-daknya level minimum) untuk pe-layanan dan infrastruktur yang me-nunjang keberlanjutan pembangunansosial ekonomi.Mempromosikan konservasi ling-kungan dan kerangka aksi kepadapengambilan keputusan, parlemen,politikus dan mengimplementasikandalam proyek terkait dengan air,Mendorong dan mendukung inisiatifpemerintah daerah untuk pengelola-an air yang efisien dan berkelanjutan,khususnya terhadap eksploitasi airtanah.

2. Implementasi IWRMImplemenasi IWRM yang progresif

melalui pendekatan "learning by doing"dan "best practice"; mendorong penca-paian target IWRM melalui kerjasamateknis dan pendanaan antar negara;mempromosikan penguatan kapasitasuntuk monitoring dan pengawasan;mendorong dan mempromosikan pe-mahaman hulu-hilir untuk mengatasikonflik dan meningkatkan pemahamanpara pihak terhadap pentingnya riverbasin organization (RBO).

3. Air minum dan penyehatan ling-kungan

Mendorong implementasi programuntuk meningkatkan kualitas air danperluasan akses air minum dan sa-

rana sanitasi di kota dan desa, denganmengutakan pendekatan pro-poorMeningkatkan pendanaan dan instru-men pemerintah untuk pencapaianMDGs dalam sektor AMPL melaluipengembanan skema: inovasi penda-naan, desentralisasi, pendekatanberbasis masyarakat (community-based approach), keterlibatan sektorswasta (PSP), kemitraan publik-swasta (PPP), dorongan penyedia ska-la kecil (small-scale provider) dan ke-lompok masyarakat, regulasi, pe-ngembangan acuan (benchmarking),monitoring dan informasi,Mendorong dan mengupayakan jami-nan kualitas dan kuantitas air bakuuntuk standar pelayanan AMPL,Mengembangkan acuan jelas terha-dap perubahan peran pemerintah pu-sat dan daerah, lembaga pelaksana,sektor swasta dan pemangku kepen-tingan lainnya dalam pengelolaanAMPL yang baik,Mengembangkan acuan yang jelasterhadap dampak penyediaan AMPLterhadap pemerintah daerah, nasio-nal dengan strategi dan tujuan pe-ngentasan kemiskinanMendorong pembangan instrumenterhadap pendekatan "voice of user",dalam upaya mengurangi inefisiensidan penyediaan AMPL di perkotaandan perdesaan,Menyiapkan acuan untuk mencipta-kan strategi pengelolaan AMPL danstrategi manajemen supply-demandmelalui setting tarif, cross dan subsi-di langsung, kampanye kepeduliandan pendidikan),Mempromosikan berbagai inisiatifuntuk menghadapi persoalan penye-diaan AMPL di kawasan perkotaandan pinggiran,Mengembangkan acuan pelaksanaanuntuk perlindungan sumber air per-mukaan dan air tanah dari pence-maran dan ekploitasi yang berlebihanMempromosikan pembangunan sis-tem sanitasi berkelanjutan yang mi-nim dan hemat air, akrab lingkungan

SEPUTAR AMPL

Percik Oktober 2005 34

Page 41: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

dan cost effective. Da-lam hal ini pendekatandesentralisasi sanitasidapat merupakan alter-natif yang efektif me-lalui pengembangankerangka kebijakan,institusi dan penerima-an publik.

4. Pengelolaan air untukpangan dan lingkungan

Mendorong dan mem-promosikan inovasipendanaan untuk ske-ma irigasi yang efisientermasuk pertanianskala kecil dan berbasismasyarakat, operasidan pemeliharaan iri-gasi yang partisipatifuntuk petani dan ke-lompok pemakai airMengembangkan acuan untuk pengu-atan sinergi dan mengurangi kon-tradiksi kebijakan dan implementasiantara sektor pertanian dan ling-kungan dan mempromosikan berba-gai inisiatif penyediaan air untuk pro-duksi pangan di daerah minim dankering air.Mendorong ketersediaan kebijakanyang efektif untuk pengelolaan airtanah untuk pangan.

5. Ketahanan airMengembangkan dan melakukanstrategi tingkat lokal terhadap isuperubahan iklim,Melaksanakan program penguatankapasitas dan dukungan pendanaanpengembangan teknologi masa da-tang untuk early warning system,risk management, pengurangandampak, dan sebagainyaMendorong pengembangan strategiyang sejalan dengan pengelolaan kon-flik dan mempromosikan etika penge-lolaan air lokal dan solidaritas peng-gunaan dalam menciptakan goodwater governance

Pada pertemuan ini, delagasi darimasing-masing negara telah mendisku-sikan konsep Deklarasi Menteri, se-AsiaTenggara. Tanggal 2 September, materiini dibahas oleh perwakilan dari negaraIndonesia, Malaysia, Singapura, BruneiDarussalam, Kamboja, Laos, Myanmar,Philipina, Thailand, Vietnam.

Pameran WASPOLA-POKJA AMPLdi SSAWF

Bersamaan dengan konferensi ini,WASPOLA-Pokja AMPL mengadakanpameran bersama dengan pihak lain.Ada 11 kavling pameran yang diberikan

kepada:Nippon Koei, JakartaJICA (Japan InternationalCooperation Agency),Jakarta and TokyoBlack and Vieth, ConsultantAgency, JakartaWASPOLA-Pokja AMPL,JakartaGrundfos, Pump Manufactu-re, JakartaADB (Asian DevelopmentBank), ManilaCaprari, Pump Manufac-ture, JakartaMekong River Commission(MRC), CambodiaIUCN, world conservationorganization, ThailandKemitraan Air Indonesia(KAI), water organization,Jakarta

BORDA, non-government organiza-tion, Bali.

Kavling WASPOLA-Pokja AMPLdikunjungi lebih dari 200 pengunjung,yang berasal dari Indonesia dan negaralain, seperti: Philipina, Vietnam, Kamboja,Malaysia, Thailand, Laos, China, Jepang,Sri Lanka, Jerman, Belanda, Inggris,Australia dan lembaga internsional (WHO,Unicef, AusAID, USAID, ICRAF, WorldBank, ADB, dsb).

Beberapa tanggapan dan masukandari pengunjung terhadap WASPOLA-Pokja AMPL adalah:

Air minum dan sanitasi, harus menja-di bagian yang integral dari pengelo-laan sumber daya airLangkah dan upaya Indonesia, yangtelah menyusun Kebijakan NasionalAMPL Berbasis Masyarakat, meru-pakan langkah penting dalam rangkapeningkatan layanan AMPLPenampilan berbagai issu dan pesandalam bentuk karikatur dan kartun,merupakan ide kreatif untuk me-nyampaikan pesan tentang persoal-an air dan pemberdayaan masya-rakat, tanpa menyinggung.

Dormaringan H. Saragih

SEPUTAR AMPL

Percik Oktober 2005 35

WASPOLA-Pokja AMPL Booth

0

50

100

150

200

250

Ags29 Ags30 Ags31 1-Sep 2-Sep

Duration

Nu

mb

er

of

vis

ito

r

VisitorCummulative

PENGUNJUNG STAND PAMERANWASPOLA-POKJA AMPL

Pengunjung harian

Kumulatif

Ju

mla

h P

en

gu

nju

ng

Pengunjung pameran dari berbagai negara tengahmeminta informasi seputar Kebijakan Nasional

di stand Pokja AMPL-WASPOLA.

Page 42: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Dalam rangka berbagi penga-laman pelaksanaan pende-katan partisipatif dalam pro-

yek AMPL antar-LSM, Ditjen Pemba-ngunan Daerah Depdagri menyeleng-garakan lokakarya OperasionalisasiKebijakan Nasional AMPL Berbasis Ma-syarakat dengan LSM terkait di Sura-baya, 5-7 September 2005.

Lokakarya ini bertujuan (i) memper-oleh kesamaan pandangan dalam upayasinergi LSM dan pemerintah dalampenerapan prinsip-prinsip pembangun-an AMPL yang berkelanjutan; (ii) ber-bagi pengalaman dengan LSM dalammempromosikan pendekatan pemba-ngunan AMPL berbasis masyarakat se-bagai upaya awal menciptakan kemitra-an sinergis dalam operasionalisasi kebi-jakan di daerah; dan (iii) memperolehkesepakatan langkah-langkah opera-sional paska lokakarya dalam upayakemitraan sinergis dalam mewujudkankeberlanjutan pembangunan AMPL

Lokakarya tersebut diikuti oleh 84peserta yang berasal dari 17 LSM ber-skala internasional, nasional, dan lokal.Acara dibuka oleh Direktur LingkunganHidup dan Penataan Ruang DitjenBangda, Prof. Dr. Cahyana Ahmad Ja-yadi.

Lokakarya ini menghasilkan kesa-maan pandang antar peserta mengenaipentingnya penerapan pokok-pokokKebijakan Nasional AMPL Berbasis Ma-syarakat dalam rangka keberlanjutanpembangunan. Selain itu pengalamanpengalaman spesifik dari 17 LSM dalampelaksanaan pembangunan air minumdan sanitasi/penyehatan lingkunganterpetakan.

Peserta lokakarya menyepakati ren-

cana tindak untuk terselenggaranyaforum komunikasi LSM pelaku pem-bangunan AMPL. Secara spesifik ma-sukan-masukan yang kemudian dise-pakati menjadi rencana tindak lanjutdari lokakarya ini adalah sebagaiberikut:

membentuk jaringan kerja AMPLmelakukan pertemuan secara priodik

melakukan dialog tematik mengenai isu AMPLmembuka dialog dengan kalanganswasta

Sebagai tindak lanjut dalam jangkapendek akan dilakukan pertemuan lanjut-an pada minggu ke dua Oktober 2005untuk menyusun dan menyepakati agendalanjutan dimana dalam pertemuan inisebagai sebagai tuan rumahnya adalah IRIdan Pokja Nasional AMPL. MJ

SEPUTAR AMPL

Percik Oktober 2005 36

Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan NasionalPembangunan AMPL Berbasis Masyarakat

dengan LSM Terkait

Diskusi:Peserta lokakarya sedang

mendiskusikan permasalahan AMPLdan merumuskan agenda daerah

ke depan.

FOTO:POKJA AMPL

Page 43: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

D irektorat Jenderal PMD Depda-gri menyelenggarakan orientasipemberdayaan masyarakat den-

gan metode MPA/PHAST bagi tim tek-nis propinsi dan kabupaten lokasiCWSH di Padang, 22-27 Agustus 2005.Kegiatan ini diikuti oleh Staf DinasKesehatan, PMD, PU dari PemerintahPropinsi dan Pemerintah Kabupatenlokasi proyek CWSH dari Jambi danBengkulu.

Kegiatan ini bertujuan untuk mem-bekali Tim Teknis Propinsi maupun TimTeknis Kabupaten mengenai salah satumetode partisipatif yang diterapkanpada proyek CWSH sehingga lebihmampu untuk memahami kebutuhanmasyarakat. Acara dibuka olehSekditjen PMD Drs. K. Paimbonan, MSidan dilanjutkan dengan presentasi olehDirektur Permukiman dan PerumahanBappenas, Basah Hernowo mengenai

penerapan MPA/PHAST pada proyekCWSH dan kaitannya dengan KebijakanNasional Pembangunan AMPL BerbasisMasyarakat.

Basah menjelaskan, penyusunandokumen Kebijakan Nasional Pem-bangunan AMPL Berbasis Masyarakatdidasarkan pada kenyataan pelayananyang sering tidak berkelanjutan (unsus-tained services). Selain itu, kebutuhanmasyarakat terhadap air minum danpenyehatan lingkungan semakin me-ningkat seiring dengan pertumbuhan pen-duduk, di lain pihak kemampuan peme-rintah -- khususnya pendanaan -- sangatterbatas untuk membiayai pembangunanair minum dan penyehatan lingkungan.Oleh karena itu perlu suatu upaya untukmenutupi hal itu sekaligus membangunAMPL dengan basis masyarakat.

Dalam kebijakan tersebut, lanjut-nya, masyarakat menempati posisi yang

sangat penting. Masyarakat menjadisubjek pembangunan, karena masya-rakat lebih mengetahui masalah, kebu-tuhan mereka dan potensi yang dimilikiuntuk mengatasi permasalahan yangmereka hadapi. Salah satu piranti(tools) untuk menerapkan pendekatanpartisipatif pada pembangunan AMPLadalah MPA/PHAST (methodology ofparticipatory assessment/participato-ry hygiene and sanitation transforma-tion). MPA ini dapat digunakan untukmelakukan assessment dalam prosesperencanaan, pelaksanaan, monitoringdan evaluasi. Menurut Basah, salahsatu kunci keberhasilan metode iniadalah adanya kontribusi masyarakatdan keterlibatan aktif masyarakat padaseluruh tahapan kegiatan pembangun-an sehingga timbul rasa memiliki yangpada akhirnya hasil pembangunan akanberkelanjutan dapat tercapai. MJ

SEPUTAR AMPL

Percik September 2005 37

Orientasi Pemberdayaan Masyarakat bagi TimTeknis Propinsi dan Kabupaten Lokasi CWSH

D irektorat Jenderal Cipta Karya me-nyelenggarakan Lokakarya Opera-

sionalisasi Kebijakan Nasional Pemba-ngunan AMPL Berbasis Masyarakat diDaerah dilaksanakan pada 2 - 4 Agustus2005, di Puncak, Bogor. Lokakarya inidiikuti 45 peserta dari LSM, PerguruanTinggi dan Bappeda Propinsi (Goron-talo, NTB, Sumatera Barat, Banten, Ja-wa Tengah, Sulawesi Selatan, BangkaBelitung) serta tim Pokja AMPL Pusatdan WASPOLA.

Lokakarya yang dibuka oleh olehDirektur Permukiman dan PerumahanBappenas, Ir. Basah Hernowo, MA itubertujuan untuk memahami prinsip danstrategi pelaksanaan kebijakan nasional

AMPL berbasis masyarakat, pembela-jaran operasionalisasi kebijakan, per-tukaran informais dan pengalamandalam pelaksanaan kebijakan AMPLberbasis masyarakat serta pengenalan

draft Kebijakan Nasional AMPLBerbasis Lembaga.

Selama lokakarya, isu yang pentingberkembang yaitu perlunya upaya-upaya penguatan jaringan kerja samaseluruh pemangku kepentingan sektorAMPL dalam operasionalisasi Kebijak-an Nasional AMPL Berbasis Masya-rakat. LSM, sebagai salah satu mitradalam pembangunan AMPL, sangatberperan penting dalam pengembangandialog dengan masyarakat mengenaiisu-isu AMPL. Selain itu, pelaksanaanoperasionalisasi kebijakan nasionalAMPL juga perlu disinergikan denganprogram-program yang sudah ada didaerah. GT/MJ

Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan NasionalPembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah

FOTO: POKJA AMPL

Page 44: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

D alam rangka peringatan HariHabitat, Direktorat Jenderal Cipta

karya mengadakan Diskusi NasionalSanitasi, 6 Juli 2005 di Jakarta. Diskusiini mengetengahkan beberapa temabidang sanitasi, meliputi rancangankebijakan pembangunan sanitasi diIndonesia, pola edukasi dalam memper-cepat pengembangan sanitasi, inovasiteknik dalam pengembangan sanitasiserta perlindungan sumber-sumber air,pola pendanaan serta tarif/retribusibagi pengembangan sanitasi dan pe-ranan masyarakat dan dunia usahadalam pengembangan sanitasi diIndonesia.

Diskusi dibuka oleh Direktur Jen-deral Cipta Karya Departemen Peker-jaan Umum, Ir. Agus Widjanarko, MIP.Hadir sebagai narasumber adalah Ir.Basah Hernowo, MA (Dirketur Permu-kiman dan Perumahan Bappenas), Prof.

DR. Ir. Sulistioweni, Dipl.SE, (Uni-versitas Indonesia), Prof. DR. Ir. EnriDamanhuri (Institut Teknologi Ban-dung), Abimanyu, BE (Forkalim/PDAMSolo), dan Surur Wahyudi (BORDA).

Dalam diskusi tersebut terungkapbahwa tantangan terbesar pembangun-an sanitasi di Indonesia adalah pener-jemahan kebijakan ke dalam strategidan langkah yang nyata dan bagaimanakebijakan mengenai sanitasi dapat

mengakomodasi peran aktif seluruhpemangku kepentingan yang ada.Kesadaran masyarakat mengenai sani-tasi merupakan faktor yang sangatmempengaruhi. Oleh karena itu, kam-panye peningkatan kesadaran ma-syarakat harus terus digiatkan. Salahsatu upaya yang perlu ditempuh yaknimelalui pendidikan baik formal mau-pun informal.

Hal lain yang muncul di antaranyaprinsip cost recovery sangat sulit diterap-kan dalam pengelolaan air limbah. Ini tan-tangan tersendiri yang harus segeraditanggapi. Inovasi-inovasi teknologidalam pengelolaan sanitasi sudah banyaktersedia, namun ada pertanyaan yangharus diperhatikan yaitu bagaimanamemilih alternatif teknologi yang sesuaidengan kapasitas masyarakat dalam peng-adopsian dan pengelolaan teknologi terse-but. (AK/MJ)

D irektorat Jenderal PembangunanMasyarakat dan Desa (PMD) Dep-

dagri, 27-30 Juli lalu menyelenggarakanlokakarya pengenalan metode partisi-pasi masyarakat di lokasi pascabencanauntuk Propinsi Aceh dan Sumatera Uta-ra di Medan, Sumatera Utara.

Lokakarya diikuti oleh 55 pesertadari Tim Teknis Propinsi NanggroeAceh Darusalam dan Sumatera Utara,dan perwakilan 7 kabupaten lokasi ben-cana yang berada di kedua propinsi itu.Lokakarya ini bertujuan mengenalkanMethodology for Participatory Ap-proach (MPA)/Participatory Hygieneand Sanitation (PHAST) sebagai salahsatu alat untuk implementasi pemba-ngunan AMPL berbasis masyarakat,meningkatkan pemahaman peserta ter-hadap Kebijakan Nasional Pembangun-

an AMPL berbasis masyarakat, danmembantu peserta dalam menyusunrencana kerja Program CWSH, baiktingkat propinsi maupun tingkat kabu-paten.

Acara dibuka oleh Sekditjen PMDDrs. K. Paimbonan, MSi. Ia menekan-kan perlunya pemberdayaan masyara-kat memperoleh perhatian dalam eraotonomi daerah saat ini. Menurutnya,tanpa memberdayakan masyarakat ma-ka program akan gagal dan tidak ber-kelanjutan. Peserta juga memperolehpemaparan tentang kebijakan nasionalpembangunan air minum dan pe-nyehatan lingkungan yang berbasis ma-syarakat yang disampaikan oleh Di-rektur Permukiman dan PerdesaanBAPPENAS Ir. Basah Hernowo, MA.

Metode MPA/PHAST dikenal seba-

gai cara untuk meningkatkan peran ma-syarakat dalam kegiatan identifikasianalisis dan pemecahan masalah. Ke-ikutsertaan masyarakat menciptakanrasa memiliki, membangun rasa perca-ya diri dan menumbuhkan rasa tang-gungjawab sehingga terjadi proses pem-bangunan sarana air minum dan penye-hatan lingkungan berkelanjutan.

Setelah mendapatkan gambaran se-cara lengkap tentang metodologi dantools yang digunakan MPA-PHAST,perserta secara langsung melakukansimulasi terhadap beberapa metodeMPA-PHAST.

Selanjutnya masing-masing propin-si dan kabupaten melakukan kegiatanpenyusunan rencana kegiatan yangakan dilaksanakan di masing-masingkabupaten dan propinsi. AK/MJ

SEPUTAR AMPL

Percik Oktober 2005 38

Diskusi Nasional Sanitasi

Pengenalan Metode Partisipasi Masyarakat diLokasi Pasca Bencana

FOTO:POKJA AMPL

Page 45: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Persatuan Perusahaan Air MinumSeluruh Indonesia (Perpamsi)bekerja sama dengan USAID,

USAEP, dan The Asia Foundation, 21September lalu menyelenggarakanLokakarya Informasi Berbasis Kinerjabagi PDAM yang Berorientasi Stake-holder di Jakarta. Lokakarya ini bertu-juan menyusun strategi penyampaianinformasi kepada publik dan pemerin-tah sehingga bisa menaikkan kredibili-tas perusahaan.

Lokakarya ini diisi presentasi olehAndi Fefta (Universitas Brawijaya-Ad-ministrasi Publik), Abdul Gani (Per-pamsi), dan Syafril Jamarin (DirutPDAM Kota Pontianak). Dari presentasidan diskusi terungkap beberapa ken-dala PDAM selama ini dalam menyam-paikan informasi indikator yaitu (i)

indikator yang sebenarnya diperlukanoleh stakeholder, tidak dilaporkan, (ii)indikator-indikator berasal dari berma-cam lembaga, (iii) indikator hand off (ti-dak bisa ditangkap maksudnya).

Selain itu, permasalahan data ten-tang subsidi masyarakat kecil atas ki-nerja PDAM pun muncul. Muncul per-tanyaan apakah subsidi harga yangdikenakan kepada masyarakat itu dibawah harga jual, harga BEP, atau har-ga HPP. Pertanyaan lainnya, menyang-kut biaya tidak langsung lebih besar daribiaya langsung faktor produksi. Sertabiaya lain-lain (di luar produksi) yangterkadang lebih dari 10 persen. Kenya-taan ini menimbulkan ungkapan bahwamasyarakat mensubsidi PDAM atasbiaya ketidakefisienan pemakaian/alo-kasi budget.

PDAM Kota Pontianak menjadi sa-lah satu PDAM yang berhasil menerap-kan manajemen strategi komunikasidan sistem penyampaian informasi kestakeholder. Sebagai hasilnya seluruhstakeholder (Pemda, DPRD, pelanggan,rekanan, Perpamsi, dll) berkomitmenkuat untuk memajukan PDAM yang kinimemiliki 60 ribu sambungan rumah ini.Selama sembilan bulan terakhir PDAMtersebut melakukan reformasi besar-besaran. Hasilnya, UFW (unaccountedfor water) turun dari 51,4 persen men-jadi 37,8 persen dengan hanya per-baikan manajemen internal, tanpainvestasi. Reformasi tersebut jugamenaikkan profit dari Rp. 46 juta men-jadi sekitar Rp. 2 milyar. Dan selamaproses perombakan itu tidak adakeributan yang berarti. (GUS/MJ)

F ORKAMI bekerja sama denganUSAID/USAEP, Asia Foundation,

PT. PAM Lyonnaise Jaya mengadakanpendidikan pelanggan PAM, 10 Sep-tember lalu. Kegiatan ini berlangsung diKantor Kecamatan Tanah Abang. Turutterlibat dalam acara kantor kecamatan,Dinas Kesehatan Propinsi, KomitePelanggan Air Minum (KPAM) JakartaPusat dan YLKI. Acara ini diikuti oleh65 pelanggan PAM di Kec. TanahAbang.

Koordinator FORKAMI Job Su-pangkat mengungkapkan, masih ba-nyak pelanggan PAM tidak mengetahuikaporit dan fungsinya dalam pengolah-an air, bahkan ada pelanggan yang me-ngaitkan kaporit dengan abate! Banyakpelanggan yang mengkhawatirkan

kaporit dapat mengganggu kesehatan. Kegiatan ini bertujuan untuk me-

ningkatkan pengetahuan pelangganPAM mengenai aspek-aspek kualitas airminum, meningkatkan perubahan pri-laku kritis terhadap kualitas air minumyang diterima, dan mendorong penye-dia air minum untuk meningkatkankualitas air hasil produksinya

Acara pendidikan pelanggan iniberbentuk diskusi kelompok yangberlangsung secara interaktif. Setelahpresentasi dari narasumber, peserta dis-kusi dibagi ke dalam kelompok-kelom-pok diskusi yang dibantu seorang fasili-tator dan narasumber. Di kelompok ini-lah tanya jawab berlangsung secaralebih mendalam.

Berbagai topik kualitas air diberikan

oleh narasumber seperti: Apa yang di-sebut bakteri Koli tinja dan mengapabakteri jenis ini diperiksa, pengertianpH, apa yang menyebabkan kekeruhanpada air keran pelanggan, mengapa airkeran berbau, dsb. Di samping topiktersebut, diberikan juga materi menge-nai apa yang menjadi hak pelanggandalam hal kualitas air PAM dan institusiyang bertanggungjawab dalam pe-ngawasan kualitas air.

Pelanggan juga diberi kesempatanuntuk melakukan analisa kualitas airdengan contoh air yang dibawa darirumah masing-masing. Parameter yangdiperiksa adalah parameter dasar airminum namun dapat digunakan sebagaipetunjuk awal kualitas air secara keselu-ruhan. (MJ)

SEPUTAR AMPL

Percik Oktober 2005 39

Lokakarya Informasi Berbasis Kinerja bagiPDAM yang Berorientasi Stakeholder

Pendidikan Pelanggan PAMMengenai Kualitas Air di Kecamatan Tanah Abang

Page 46: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Sedikitnya 80 orang siswa SMP Negeri115 dan SMP Perguruan Rakyat 2

Jakarta Selatan turun ke sungai Ciliwunguntuk melakukan analisa kualitas air,Agustus lalu. Sebagaimana layaknyapeneliti sesungguhnya, mereka denganserius melakukan pengukuran tingkatkeasamaan air (pH), kadar oksigen ter-larut, tingkat kekeruhan, temperatur airserta keberadaan binatang kecil (macroin-vertebrata) sebagai indikator keadaankualitas air sungai dengan menggunakanwater test kit yang disediakan.

Kegiatan ini merupakan salah saturangkaian kegiatan peningkatan kesa-daran mengenai aspek kualitas air danperlindungan sumber air yang diberinama Program Monitoring Kualitas AirIndonesia 2005 yang diselenggarakanFORKAMI (Forum Komunikasi Pengelo-laan Kualitas Air Minum Indonesia).Kegiatan ini juga disponsori oleh BadanKerja sama Lingkungan Amerika Serikatuntuk Asia (USAEP) dan Asia Foundation.

Koordinator FORKAMI, Job Su-pangkat mengatakan melalui kegiatan inipihaknya berkeinginan dapat me-mercikkan kesadaran bersama akan pen-

tingnya usaha perlindungan sumber airdan kemudian secara bersama bekerjauntuk meningkatkan ketersedian maupunkualitas dari sumber air, demi kehidupankita kini, dan generasi selanjutnya.

Para peserta dan masyarakat sekitarlokasi menerima penjelasan sekaligusberkesempatan langsung untuk melaku-kan analisa parameter kualitas air de-

ngan alat-alat yang telah disediakanoleh panitia. Siswa dibagi dalam kelom-pok-kelompok kecil yang masing-mas-ing dibimbing sukarelawan dariFORKAMI. Berdasarkan hasil peng-ukuran, siswa kedua SMP itu, menyim-pulkan kondisi kualitas air sungaiCiliwung berada dalam keadaan terce-mar. Data yang diperoleh, pH air beradapada kisaran 7-8, dengan tingkatkekeruhan rata-rata 80 JTU (JacksonTurbidity Unit), jumlah oksigen terlarutrata-rata 2-2-4 mg/l, keberadaan ragammakroinvertabrata (binatang kecil)yang sangat sedikit menunjukkanbahwa air sungai Ciliwung tidak mampulagi mendukung banyak kehidupanmahluk air yang artinya mutu air SungaiCiliwung buruk/ tercemar.

Selain kegiatan di sungai, pesertajuga diajak melihat instalasi pengolahanair di Pejompongan untuk mendapat-kan gambaran pengolahan air dari airbaku sampai menjadi air yang siap di-alirkan ke pipa-pipa pelanggan. (MJ)

SEPUTAR AMPL

Percik Oktober 2005

Monitoring Kualitas AirSungai Ciliwung

FOTO-FOTO:FORKAMI

40

Page 47: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Mungkin Anda sudah pernahmendengar tentang pompahidran. Pompa ini mampu

mengalirkan air tanpa bantuan mesinpemompa. Daya penggeraknya adalahtekanan dinamik yang ditimbulkan olehgaya air yang meluncur dari suatu ke-tinggian. Tekanan air itu kemudian di-ubah sebagai tenaga pendorong meng-angkat air ke tempat sasaran yang lebihtinggi.

Prinsip-prinsip tersebut pun ada da-lam Pompa Air Tanpa Motor (PATM)karya Ade R Purnama dari Bandung, Ja-wa Barat. Hanya saja dia telah mela-kukan serangkaian uji coba yang menja-dikan modifikasinya tersebut layak un-tuk diaplikasikan di lapangan dengankemampuan yang lebih tinggi diban-dingkan dengan pompa hidran biasa.Bahkan temuan Ade telah mendapatkanhak paten pada tahun 1996.

KeunggulanPATM tergolong unik karena me-

manfaatkan kekuatan alamiah berupatekanan atau gaya air. Wajar bila alat inidikatakan hemat karena tidak perlumenggunakan motor penggerak dantidak memerlukan bahan bakar/tenagalistrik. Biaya perawatan pun kecil.

Alat ini mampu bekerja terus me-nerus, 24 jam, dan mampu mengalirkanair sampai ketinggian ratusan meterdari sumber air. Tidak perlu ada opera-sionalisasi yang rumit, karena alat telahbekerja secara otomatis.

Sistem KerjaPompa ini memiliki tiga bagian uta-

ma yakni:Sumber air; dapat berupa danau, alir-an sungai, kolam, atau bendungankecil dengan debit paling sedikit 20lt/detik/unit PATMUnit pompa; dipasang antara 18 dan

24 meter dari sumber air denganposisi minimal 2 meter dan maksimal5 meter permukaan air serta dihu-bungkan dengan pipa penghubungberukuran 6 inci (tipe menengah)Jaringan pipa pengeluaran dan pipapenghantar; dapat dipasang sepan-jang puluhan kilometer apabila ke-tinggian antara sumber air dan dae-rah sasaran diukur tidak lebih dari1.000 meter (QD).

Sistem kerja PATM diawali denganaliran air dari sumber melalui pipapemasukan atau pipa penghubung kekatup limbah. Gaya tekan air yang ma-suk ke dalam pompa akan mendorongkatup pompa (katup limbah) ke atassehingga tertutup dan menghentikanaliran air dalam pipa pemasukan.Penghentian aliran air secara tiba-tibaini akan menghasilkan tekanan tinggidalam pompa. Tekanan tinggi akanmengatasi tekanan dalam ruang udarapada katup penghantar sehingga airdari sumber mengalir lagi dari pipapenghubung. Perputaran ini berlang-sung berulang-ulang dengan frekuensi

yang sangat cepat sehingga air mengalirmelalui pipa pemasukan dan pengeluar-an secara kontinyu.

Pada dasarnya prinsip kerja PATMmerupakan proses pengubahan energikinetik 'gaya gerak' air menjadi tekanandinamik sehingga menimbulkan mo-mentum atau 'pukulan air' yang berke-kuatan tinggi dalam pipa saluran. Te-kanan ini mengakibatkan katup pompadan katup penghantar dalam tabungpompa terbuka dan tertutup secarabergantian.

Tekanan dinamik diteruskan untukmenghasilkan daya tekan dalam pipapemasukan sehingga memaksa air naikke pipa pengeluaran dan didorong kepipa penghantar. Jadi prinsip kerjaPATM yaitu melipatgandakan kekuatangaya dorong air.

Sumber airPATM ini membutuhkan air yang

cukup yakni minimal 20 liter/detik.Guna menjaga keberlangsungan pasok-an air ke pipa pemasukan, air perludikumpulkan dalam bendungan. (MJ)

INOVASI

Percik Oktober 2005 41

Pompa Air Tanpa Motor

1.

2.

3.

FOTO: ISTIMEWA

Page 48: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Tak banyak yang tahu diBekasi ternyata ada Ba-lai Pelatihan Air Bersih

dan Penyehatan LingkunganPermukiman yang memilikiprasarana dan sarana yang cu-kup representatif dalam me-ningkatkan kapasitas sumber-daya manusia bidang air bersihdan penyehatan lingkungan per-mukiman (pengelolaan sampah,air limbah rumah tangga dandrainase perkotaan) di pusatdan daerah. Belum banyakinstansi/lembaga yang meman-faatkannya. Padahal balai initelah berdiri sejak 1990-an.

Balai yang dikenal dengan nama TCBekasi merupakan hibah PemerintahJepang untuk Pemerintah Indonesiadalam hal ini Departemen PekerjaanUmum melalui grant aid program JTA-150. Berdiri di atas tanah seluas 11.000m2, di belahan timur kota Bekasi,keberadaan bali ini sebenarnya sangatstrategis dalam menunjang programpeningkatan kapasitas sumber dayamanusia, khususnya dalam ikut me-ningkatkan pembangunan sektor airbersih dan penyehatan lingkungan per-mukiman di era otonomi daerah se-karang ini.

Balai pelatihan ini memiliki pra-sarana dan sarana penunjang kegiatanpelatihan bidang air bersih dan penye-hatan lingkungan permukiman meliputilaboratorium kualitas air bersih dan airlimbah, workshop/bengkel kerja untukinstalasi pengolahan air bersih (IPA),mekanikal dan elektrikal, perpipaan,persampahan dan air limbah. Selainsebagai penunjang kegiatan pelatihan,laboratorium dan workshop menerimajasa pelayanan untuk masyarakat

umum dan swasta serta institusi terkaitlainnya.

Melalui Keputusan Menteri Ke-uangan Nomor 470/KMK.06/2003,status Balai Pelatihan Air Bersih danPenyehatan Lingkungan Permukimanberubah menjadi unit swadana sebagaipengelola PNBP (Penerimaan NegaraBukan Pajak). Balai ini bertugas me-ngembangkan kurikulum dan melaksa-nakan uji coba pelatihan teknis opera-sional bidang air bersih dan penyehatanlingkungan permukiman serta pelatihanlainnya dan diseminasi bahan pelatih-an.

Guna mendukung fungsi dan tugas-nya, balai ini memiliki 53 pegawai de-ngan komposisi satu orang berpen-didikan S-3, satu orang S-2, 10 orang S-1, enam orang D3/Sarjana Muda, D2satu orang, 15 orang lulusan setingkatSLTA, dua orang lulusan SMP dan limaorang lulusan SD. Beberapa diantara-nya masih melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Tenaga itu di-bantu lima tenaga widyaswara dengankomposisi tingkat pendidikan, yaitu sa-tu orang S-3, dua orang S-2, satu orang

S-1, dan satu orang sarjanamuda.

Kini balai itu berusahalebih profesional. Caranya de-ngan mengubah nama men-jadi Balai Pembinaan Pe-ngembangan Air Minum danPenyehatan Lingkungan. Ber-samaan dengan itu balai initerus berbenah diri.

PeranPeningkatan akses masya-

rakat, khususnya masyarakatmiskin terhadap prasarana/-sarana air bersih dan penye-

hatan lingkungan telah menjadi ge-rakan internasional. Melalui MilleniumDevelopment Goals (MDGs) yang di-canangkan PBB pada tahun 2000, telahdisepakati bahwa pada tahun 2015 se-paruh dari penduduk dunia yang saatini belum mendapatkan akses terhadapair minum (safe drinking water) harustelah mendapatkan akses tersebut. Se-mentara terkait dengan sanitasi, makapada tahun 2015 separuh dari pen-duduk dunia yang belum mendapatkanfasilitas sanitasi harus terpenuhi.

Tentu tugas pemerintah tersebutsangat berat. Pemerintah daerah harusmendidik aparat dan masyarakatnyauntuk bisa mengejar target tersebut. Disinilah peran dari Balai Pelatihan AirBersih dan Penyehatan Lingkunganuntuk meningkatkan SDM bidang airminum dan penyehatan lingkungandari seluruh Indonesia. Apalagi biladilihat dari sisi pengalaman, balai inicukup berpengalaman bekerja samadengan pemda maupun swasta dalammenghasilkan SDM yang handal dibidang AMPL.

(MJ)

LEMBAGA

Percik Oktober 2005 42

Balai Pelatihan Air Bersih dan Penyehatan LingkunganPermukiman Bekasi

Ingin Bangkit di Tengah Kelesuan

Gedung dan workshop milikBPAB-PLP, Bekasi

FOTO: ISTIMEWA

Page 49: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

P ersepsi tentang kondisi daruratberbeda-beda antarorang atau or-

ganisasi. Akibat perbedan itu pelaksa-naan penanganan kondisi darurat punbermacam-macam. Ada yang melihat-nya sebagai upaya jangka pendek, tapiada juga jangka panjang.

Buku ini mencoba menyamakanpersepsi itu dengan mendefinisikanbahwa kondisi darurat digunakan untukmenggambarkan suatu krisis yang terja-di ketika sebuah komunitas mengalamikesulitan yang parah dalam mengha-dapi bencana. Bantuan dari luar diper-lukan, kadang-kadang berlangsungbeberapa bulan bahkan beberapa tahun.

Yang menarik, buku ini disusununtuk menangani berbagai kondisidarurat, khususnya menyangkut airbersih, dalam berbagai bentuk bencana

baik itu yang terjadi karena faktor alammaupun manusia, situasi aman ataukacau, daerah terjangkau atau terpencil.Ini penting karena setiap kondisi memi-liki karakteristik penanganan yangberbeda pula.

Buku ini banyak menampilkan ba-gan-bagan disertai dengan check list ke-giatan dalam setiap tahapnya. Secara

umum, penanganan kondisi darurat ituada tiga tahap yaitu (i) pengumpulaninformasi dan analisis; (ii) pemilihan(seleksi) sumber air maupun prosespengolahan air yang menjamin keber-langsungan suplai; (iii) pelaksanaan.

Buku ini menjelaskan pula karakter-istik tanah dan air dalam berbagai level.Termasuk pula bagaimana membuatpemetaan untuk penyaluran air agarsampai kepada pihak-pihak yang mem-butuhkan hingga pengukuran kualitasair. Buku ini dilengkapi pula denganinformasi pendukung seperti jenis-jenismakhluk hidup yang tidak toleran, mo-derat, dan toleran terhadap polusi, danberbagai jenis peralatan yang digu-nakan untuk pengukuran dan pengola-han air. Tidak salah jika ini memangsebuah buku petunjuk praktis. (MJ)

S elama ini ada anggapan bahwa airlimbah dan ekskreta adalah benda

yang tidak berguna. Anggapan ini men-jadikan limbah dan ekskreta dibiarkanbegitu saja, paling-paling dicarikantempat pembuangannya. Padahal kalaudilihat lebih jauh, air limbah masih bisadimanfaatkan.

Secara tidak sadar sebenarnya banyakorang di berbagai negara telah meman-faatkan air limbah dan ekskreta, khusus-nya kotoran manusia. Ribuan tahun orangAsia telah memanfaatkan tinja manusiadan hewan untuk memupuk kolam budi-daya air, terutama untuk budidaya ikanmas dan mujair. Air limbah juga telahdimanfaatkan untuk pengairan tanamanterutama di daerah kering baik di negeraindustri maupun negara sedang berkem-bang.

Hanya saja yang diperlukan saat ini,bagaimana agar air limbah dan ekskreta

itu aman bagi kesehatan masyarakat. Fak-tor lingkungan, kesehatan, sosial budayamenjadi pertimbangan pemanfaatannya.

Buku yang ditulis oleh dua pakarInggris ini menjelaskan secara rinci per-masalahan ini, mulai dari sejarah dankeuntungan pemanfaatan kembali lim-bah beserta contoh kebiasaan yangdilakukan di berbagai belahan dunia,faktor kesehatan masyarakat termasukpengertian praktis epidemiologi ter-

baru, perlindungan dan perbaikanlingkungan melalui pemanfaatan lim-bah serta tindakan pengendalian yangdapat dilaksanakan dan tepat bagi per-lindungan kesehatan masyarakat, dankelembagaan, hukum, serta keuanganbagi perencanaan proyek dan pelak-sanaannya.

Buku ini sebenarnya secara khususditujukan kepada para ahli senior dalamberbagai sektor yang berkaitan denganpemanfaatan kembali limbah dalamrangka mencegah penyebaran penyakitmenular sekaligus mengoptimalkanpelestarian sumberdaya dan pendauru-langan limbah. Fokusnya pada pengen-dalian penularan mikrobiologi danbukan pada penghindaran gangguankesehatan oleh pencemar kimiawi.Namun tidak ada salahnya, kita yangpeduli lingkungan ikut pula memba-canya. (MJ)

INFO BUKU

Percik September 2005 43

Memanfaatkan Limbah Manusia

Penanganan Darurat untuk Air Bersih

JUDUL:PEMANFAATAN AIR

LIMBAH DAN EKSKRETA.PATOKAN UNTUKPERLINDUNGAN

KESEHATAN MASYARAKAT.PENULIS :

DUNCAN MARA DAN

SANDI CAIRNCROSS

PENERBIT: PENERBIT ITB BANDUNG,PENERBIT UNIVERSITAS

UDAYANA

TEBAL: XX + 229 HALAMAN

JUDUL:EMERGENCY WATER

SOURCES. GUIDELINESFOR SELECTION AND

TREATMENTPENULIS:

SARAH HOUSE AND BOB REED

PENERBIT:WATER, ENGINEERING AND

DEVELOPMENT CENTRE.LOUGHBOROUGH UNIVERSITY UK

TEBAL: XV + 302

Page 50: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Kasus Teluk Buyat mencuat kepermukaan tahun lalu. Berbagai

polemik pun muncul. Ada yang mem-bela warga, ada yang membela perusa-haan tambang PT Newmont MinahasaRaya. Saat itu Menteri Kesehatan Ach-mad Sujudi menegaskan bahwa telahterjadi pencemaran merkuri di telukyang terletak di Kabupaten Minahasa,Sulawesi Utara.

VCD ini tidak membahas perten-tangan tersebut, tapi menampilkan pe-ngakuan masyarakat setempat berkai-tan dengan peristiwa yang merekaalami. Pengakuan itu menyangkut tigahal yakni hilangnya nener, hilangnyaikan, dan munculnya penyakit aneh.

Menurut pengakuan masyarakat,pembuangan limbah penambangan(tailing) emas itu telah menyebabkanpendapatan mereka yang menggan-

tungkan diri di laut menurun drastis. Inikarena nener mulai langka, demikianpula ikan-ikan sulit didapatkan.

Selain itu VCD yang diproduksi olehWalhi ini menampilkan penyakit yangdiderita oleh masyarakat. Banyak di an-tara mereka menderita gatal-gatal. Ben-jolan ditemukan di beberapa warga. Adayang di leher, payudara, betis, perge-langan, pantat, dan kepala. Satu di an-tara yang memberi kesaksian meninggal7 Februari 2004 karena tumor payuda-ra. Selain pada manusia, benjolan seje-nis ditemukan pada ikan. Ketika cairanitu dibuka, keluar cairan kental berwar-na hitam dan lender berwarna kuningkeemasan. (MJ)

P royek-proyek multisektor terus ber-kembang sebagai mekanisme ja-

ringan pendanaan bagi masyarakat.Hasil menunjukkan bahwa investasi airdan sanitasi perkotaan mengalami per-ubahan yang serius dalam perbincangankeberlanjutan dan efektivitas pening-katan pelayanan.

Ada empat hal yang menjadi perma-salahan dalam pelaksanaan proyek yai-tu (i) ketidaktepatan desain dan sistemoperasionalisasi, (ii) ketidakcukupanstaf dan fasilitas, (iii) kemampuan ad-ministrasi kaum miskin, (iv) ketidak-cukupan biaya pemulihan dan opera-sionalisasi. Dalam rangka inilah pedo-man ini disusun.

Pedoman yang dikeluarkan olehRural Water Supply and Sanitation(RWSS) ini berisikan antara lain prin-sip-prinsip dasar penanganan air mi-num dan penyehatan lingkungan

(AMPL), penilaian umum, isu-isu pen-ting, dan RWSS dalam proyek, danperangkat praktis lainnya.

RWSS merupakan program BankDunia bekerja sama dengan Bank-Ne-therland Water Partnership. Programini meliputi penyediaan air minum bagikomunitas perkotaan khususnya untuk

keperluan rumah tangga (minum, ma-kan, memasak, mandi dan sebagainya),secara berkesinambungan dengan su-plai air berkualitas tinggi.

Prinsip-prinsip RWSS antara lainmempromosikan pendekatan tanggapkebutuhan; mempromosikan reformasiinstitusi sebagai dasar aturan yang jelasbagi para pemangku kepentingan; men-dukung asosiasi pengguna air dalamperencanaan, pelaksanaan, dan manaje-men sarana; mengintegrasikan airminum, dan pendidikan sanitasi; mem-promosikan investasi pengguna dalamsanitasi; mengarahkan tujuan ke kaummiskin; dan mendukung manajemenlingkungan berbasis masyarakat.

CD ini memberikan gambaran se-cara rinci langkah demi langkah. Kare-nanya, isi CD cocok untuk ditelaah olehmereka yang terkait dengan proyek-proyek AMPL. (MJ)

INFO CD

Percik Oktober 2005 44

Kesaksian Warga Buyat

Pedoman bagi Proyek Multisektor

Page 51: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

Tanggung Jawab SosialPerusahaan (CSR)

http://www.eldis.org/csr/

P erusahaan, LSM, dan media memi-liki pandangan yang berbeda me-

ngenai pembangunan dan aturan yangterkait dengan Corporate SocialResponsibility (tanggung jawab sosialperusahaan). Perbedaan itu terjadidalam definisi dan konsepnya. Sebuahsurvei yang diadakan terhadap 500perusahaan, eksekutif senior pada LSM,dan para jurnalis menunjukkan bahwaada perbedaan terminologi dan dasarasumsi yang menyebabkan pemahamanyang berbeda antara masing-masingkalangan. Meskipun definisinya berbe-da, survei itu menunjukkan bahwa parapemangku kepentingan sepakat untukbergerak ke depan dalam pembangunaninternasional.

Situs ini memuat CSR cukuplengkap. Selain definisi, situs tersebutmemuat pula tiga skenario ke depandalam CSR, berbagai konferensimenyangkut CSR baik di tingkat duniamaupun di tingkat Asia, pembelajaranprogram CSR dari beberapa negara, ter-masuk bagaimana model-model bisnisyang bisa memberikan keuntungan baikbagi perusahaan maupun masyarakat.

Situs ini cukup tepat bagi merekayang sedang menggerakkan roda bisnisdan juga para pengambil keputusan un-

tuk bisa menyelaraskan langkah dalammembangun masyarakat secara bersa-ma-sama. Isu CSR telah menjadi isu in-ternasional dan merupakan bagian pen-ting dalam mencapai target MillenniumDevelopment Goals (MDGs). (MJ)

Kurangi Sampahdari Sumbernya

http://www.moea.state.mn.us/campaign/

I f not you, who? Kalau bukan Anda,siapa lagi? Sampah tidak hanya men-

jadi persoalan negara berkembang tapijuga negara maju seperti Amerika.Berbagai upaya dilakukan untuk me-ngurangi jumlah sampah. Salah satunyadilakukan oleh negara bagian Minne-sota. Mereka melakukan kampanye me-ngurangi sampah sejak dari sumbernyamelalui situs ini.

Situs ini memberikan gambaran danpelajaran kepada masyarakat bagai-mana cara mengurangi sampah. ''Ba-nyak jalan bagi Anda untuk mengurangisampah, melindungi diri Anda dariwaktu dan uang, dan menjadikan bumibagus pada saat yang sama,'' begituajakannya. Dan itu bisa dilakukan keti-ka Anda berbelanja, bekerja, dan ber-main.

Sebagai petunjuknya, situs ini men-jelaskan dalam hal apa saja sampah bisadikurangi. Misalnya mengenai pemakai-an kertas, perilaku di kantor dan di

kebun, ketika berbelanja, ketika di ru-mah, di sekolah, saat liburan, dan peng-omposan. Semuanya ditampilkan de-ngan aneka gambar dan ilustrasi yangmenarik.

Pemerintah setempat mengingatkanpenggunaan kertas telah menjadi salahsatu sumber sampah terbesar. Setiaptahun orang Amerika menggunakan10.000 lembar kertas per tahun atausetara dengan membangun dinding ker-tas setinggi 12 kaki yang membentangdari New York hingga San Fransisco.

Sampah danKesadaran Lingkungan

http://www.learner.org/exhibits/garbage/intro.html

W arga Amerika menghasilkan 4 po-unds (2 kg) sampah per hari. Ini

menjadi persoalan besar bagi lingkungan.Pertumbuhan sampah ini lebih cepatdibandingkan kemampuan alam meng-hancurkannya. Maka, mau tidak mauharus ada jalan untuk menghambat lajupertumbuhan sampah itu.

Keberhasilan pengurangan sampah,menurut situs ini, tergantung pada pema-haman masyarakat.

Oleh karena itu, setiap individu harusikut serta memelihara lingkungan demimasa depan generasi penerus. Dan hal itubisa dilakukan di rumah, di sekolah, ditempat kerja, dan di manapun dengancara mengurangi produksi sampah. MJ

INFO SITUS

Percik September 2005 45

Page 52: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

KLINIK

Percik Oktober 2005 46

RUMAHRAMAH LINGKUNGAN

Tanya:Adakah tips-tips agar rumah kita ter-

masuk yang ramah lingkungan?Adi, Pasar Minggu

Jawab :Rumah yang ramah lingkungan

perlu didukung oleh setiap anggotakeluarga/penghuni rumah yang secarasadar ikut dan ambil bagian dalamkegiatan lingkungan di rumahnya.Menjaga kebersihan dan menghijaukansetiap sudut halaman perlu diperta-hankan agar tercipta rumah yang sehat.

Berikut tips-tips yang bisa diterap-kan di rumah/lingkungan masing-ma-sing:

Halaman rumah jangan seluruhnyadiberi pengerasan/semen, sebaiknyadiberi ruang bagi air hujan untukmeresap ke dalam tanah. Ada baiknyadibuat resapan di sekitar rumah se-hingga air dari talang dan luar rumahdapat masuk ke resapan ini. Menampung air yang sudah dipakaiuntuk menyiram tanaman atau fungsilain. Misalnya, menggunakan airbekas merebus sayuran, air cucianberas, air cucian sayur, teh basi, danair bekas aquarium untuk menyiramtanaman. Juga air bekas wudhu bisadigunakan untuk mencuci sepedaatau lainnya. Menyediakan tanah dalam karungdan sedikit pasir, yang sewaktu-waktudiperlukan untuk membuat komposatau sebagai media tanaman yangsudah tersedia. Perbandingan untukmembuat media tanaman umumnyaadalah: 2 bagian tanah, 1 bagian pasirdan 1 bagian kompos, lalu dicampurmenjadi satu. Mempunyai komposter (alat pembuatkompos) dari ember/kaleng/wadahapapun yang sudah tidak dipakai,

kemudian diberi lubang di bawahnyauntuk membuat kompos skala rumahtangga dari sampah dapur yangdihasilkan. Atau karung beras dariplastik yang dilubangi untuk membu-at kompos dari sampah kebun.

AERASIDIPERPANJANG

Tanya:Apa keuntungan dan kerugian proses

aerasi diperpanjang (extended aeration)pada proses pengolahan air limbah?

Puput, BekasiJawab :

Proses aerasi diperpanjang (extend-ed aeration) merupakan suatu modifi-kasi dari proses lumpur aktif denganwaktu kontak yang lebih panjang dankonsumsi oksidator yang lebih tinggi.

Keuntungan penggunaan prosesaerasi diperpanjang adalah :

Proses oksidasi yang dihasilkan akanjauh lebih sempurna ketimbang pro-ses oksidasi pada proses lumpur aktifbiasa (sebagian besar dioksidasi men-jadi gas CO2), sehingga reduksi kan-dungan senyawa organik lebih tinggi."Lumpur yang dihasilkan sangat sedi-kit, karena proses oksidasi yang relatifsempurna, dengan efisiensi konversimateri organik menjadi gas CO2 yangcukup baik. Dalam hal ini biaya inves-tasi maupun biaya pengoperasian-pemeliharaan-perawatan unit peng-olahan lumpur menjadi sangat kecil.

Kerugian penggunaan proses aerasidiperpanjang adalah :

Dengan waktu detensi yang cukuptinggi (sekitar 12 - 24 jam), maka vol-ume tangki aerasi yang dibutuhkanakan lebih besar.Konsumsi massa oksidator (umum-nya digunakan udara atau oksigen)tiap satuan massa Biochemical Oxy-gen Demand (BOD) yang disisihkan,

akan lebih tinggi ketimbang proseslumpur aktif biasa.

PENAMBAHANSENYAWA KLOR

Tanya:Apa keuntungan dan kerugian penggu-

naan senyawa klor di awal proses peng-olahan air minum (pre-klorinasi)?

Ina, Jakarta

Jawab :Proses pre-klorinasi merupakan

proses pembubuhan senyawa klor (ter-masuk kaporit) pada awal proses pengo-lahan (umumnya bersamaan denganpembubuhan koagulan ).

Keuntungan penggunaan prosespre-klorinasi adalah :

Pada air dengan dominasi karak-teristik keruh (suspended solid), pre-klorinasi akan memperkuat ikatan padaflok yang terjadi pada unit flokulasi,sehingga menghasilkan flok dengandensitas lebih tinggi, dan semakinmudah diendapkan pada unit sedimen-tasi.

Pada air dengan dominasi karak-teristik warna (true colour), pre-klori-nasi akan mengoksidasi senyawaorganik yang terdapat pada air bakutersebut, sehingga proses flokulasi akanberjalan lebih sempurna. Hal ini akansangat mempermudah proses sedimen-tasi dengan efisiensi yang lebih tinggi.

Kerugian penggunaan proses pre-klorinasi adalah pembentukan senyawaTri Halo Methane (THM) yang diaki-batkan oleh ikatan senyawa organikdengan senyawa klor.

Hingga saat ini masih dilakukanpenelitian dampak konsumsi THM yangterkandung dalam air minum, yangdiduga besifat karsinogenik (senyawapencetus kanker). Contoh senyawaTHM adalah CHCl3.

Pertanyaan dapat disampaikan melalui redaksi Majalah Percik.Kontributor: Lina Damayanti ([email protected]),

Dini Trisyanti ([email protected]), Sandhi Eko Bramono.

Majalah Percik bekerja sama dengan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia, membuka rubrik Klinik.Rubrik ini berisi tanya jawab tentang air minum dan penyehatan lingkungan.

Page 53: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

AGENDA

Percik Oktober 2005 47

Tanggal Bulan Kegiatan

4-7 Juli Pelatihan CLTS di Kab. Muara Enim dan Kab. Muaro Jambi 11-14 Juli Pelatihan CLTS di Kab. Bogor27-29 Juli Roadshow Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Bangka Belitung2-4 Agustus Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di daerah3-5 Agustus Regional Ministerial Meeting on MDGs in Asia & The Pacific: The Way Forward 20158-13 Agustus Orientasi Pemberdayaan Masyarakat dengan Metode MPA/PHAST bagi

tim teknis Kabupaten dan Propinsi Lokasi CWSH di Surabaya11-12 Agustus Roadshow Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Nusa Tenggara Barat12 Agustus Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi ProAir di Bali18 Agustus Roadshow Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Gorontalo22 Agustus Orientasi Pemberdayaan Masyarakat dengan Metode MPA/PHAST bagi tim teknis

Kabupaten dan Propinsi Lokasi CWSH di Padang28-29 Agustus Roadshow Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Banten

Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat di Makassar

1-2 September Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat di Bandung

5-7 September Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan AMPL bagi NGO Mitra di Surabaya7 September Roadshow Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Jawa Tengah9 September Rapat Koordinasi Pokja AMPL dan WASPOLA

Pemantapan Pelaksanaan Program AMPL Propinsi Banten13-15 September Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL

Berbasis Masyarakat di Bangka Belitung14 September Rapat Koordinasi WASPOLA Working Group15 September Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat

di Sulawesi SelatanRoadshow Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di PandeglangDiskusi Draft Pedoman Strategi Komunikasi dan Informasi Pelayanan Berbasis Kinerja bagi PDAM

16 September Diskusi Konsep Studi Verifikasi Data AMPL19-24 September Lokakarya Diseminasi Kebijakan Nasional bagi Tim Teknis CWSH di Puncak, Bogor19 September Presentasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Lembaga di Departemen Kesehatan21-22 September Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Jawa Tengah21 September Roadshow Kebijakan Nasional AMPL di Tangerang

Lokakarya Strategi Komunikasi dan Informasi Pelayanan BerbasisKinerja bagi PDAM dan Berorientasi Stakeholder

27-29 September Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Gorontalo28-30 September Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL

Berbasis Masyarakat di Sulawesi Selatan29-30 September Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Banten3 Oktober Peringatan Hari Habitat Sedunia 2005, tema: MDG and The City6 Oktober Pertemuan Penjelasan Water and Sanitation Program (WASAP)-Dutch Trust Fund.7 Oktober Presentasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL di Kantor Ditjen PMD, Depdagri13-16 Oktober Lokakarya Sosialisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL di lokasi WSLIC-2 di Padang20-23 Oktober Lokakarya Sosialisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL di lokasi WSLIC-2 di Surabaya

Page 54: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

L A P O R A N

INFRASTRUCTURE DEVELOPMENTIN INDONESIA

Penerbit: Kementerian KoordinatorBidang Perekonomian, 2005

ANNUAL ECONOMIC REPORTDECEMBER 2004

Penerbit: Kementerian KoordinatorBidang Perekonomian, 2005

STATUS LINGKUNGAN HIDUPINDONESIA 2003

Penerbit: Kementerian LingkunganHidup, 2004

HUMAN DEVELOPMENT REPORT 2003Penerbit: UNDP, 2003

PUSTAKA AMPL

Percik Oktober 2005 48

B U K U U M U M

MAKING SERVICES WORK FOR POOR PEOPLEPenerbit: World Bank, 2004

WATER AND CULTURAL DIVERSITYPenerbit: Centre Franco-Japonais Alliance

Francaise d'Osaka, 2003

NEW DESIGN FOR WATER AND SANITATION TRANSACTIONPenerbit: Public-Private Infrastructure Advisory Facility

(PPIAF) and WSP, 2002

SANITATION PROMOTIONPenerbit: WHO, 1998

ENVIRONMENT AND ECONOMIC IN PROJECT PREPARATIONPenerbit: ADB, 1999

P R O S I D I N G

Diseminasi Kebijakan Nasional Air Minum dan PenyehatanLingkungan Berbasis Masyarakat di Jakarta

Penerbit: Departemen Dalam Negeri, 2004

Diseminasi Kebijakan Nasional Air Minum dan PenyehatanLingkungan Berbasis Masyarakat di Makassar

Penerbit: Departemen Dalam Negeri, 2004

M A J A L A H

Jurnal Berdaya, Nopember 2004Media Informasi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Penerbit: Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Depdagri. Buletin Perkotaan dan Perdesaan, Januari 2005

Penerbit: Direktorat Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Dep. PULATAR, Vol. II No.04ADB Review, Vol. 37, April 2005.

Penerbit: ADB

FLOW, tabloid

P A N D U A N

Panduan dan Petunjuk PraktisPengelolaan Drainase Perkotaan.

Penerbit: Departemen Permukimandan Prasana Wilayah, 2003

Handbook for Integrating PovertyImpact Assesment in the Analysisof Project

Penerbit: Asian Development Bank,2001

Page 55: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta

GLOSSARY

Junction manholeSalah satu jenis lubang inspeksi/pemeriksaan yang dibangun di setiap percabangan jaringan air limbah atau drainase.

Kraus process activated sludgeModifikasi dari proses pengolahan aerasi yang melibatkan lumpur aktif untuk pengolahan air limbah dengan kandungan nitro-gen yang rendah.

Lagoon (Laguna)Bak dangkal (1,2-1,8 m) dan kedap air dengan luas yang mampu menampung air limbah atau lumpur yang akan diolah secaraanaerobic atau fakultatif dengan waktu detensi 1-6 bulan tanpa atau dengan konstruksi pengokoh.

Lamp holeSalah satu jenis lubang inspeksi sederhana pada jaringan air kotor berupa lubang vertikal sedalam 22,5 cm, dilengkapi penu-tup yang dibangun dengan cara membuat percabangan T pada suatu posisi tertentu jaringan. Dalam operasionalnya, sebuahlampu akan diturunkan ke dalam lubang sehingga kondisi saluran air kotor tersebut (tersumbat atau tidak) akan terdeteksidengan cara memantau pantulan cahaya lampu itu dari lubang inspeksi pada lokasi di hilir atau di hulunya.

Land disposalCara pembuangan lumpur akhir (hasil olahan air limbah) dengan menimbunnya pada suatu areal terbuka.

Landfill (Penimbunan)Pembuangan sampah dengan cara menimbun/menumpuknya di atas tanah suatu lahan.

Land TreatmentSalah satu metode pengolahan alami (natural treatment). Pengolahan limbah secara alami oleh tanah yang ada di suatulahan dengan memanfaatkan pori tanah sebagai filter serta tumbuh-tumbuhan yang ada.

Lateral sewerPipa air limbah yang hanya menerima dan menyalurkan air limbah dari jaringan (air limbah) rumah tangga.

Latrine (Jamban)Disebut juga kakus, sarana sanitasi yang sangat sederhana terdiri atas pelat jongkok dan lubang sumuran sebagai tangki septiknya.

LC50 (Lethal Concentration)Konsentrasi zat kimia di udara atau di air yang diperkirakan dapat menyebabkan kematian 50 persen binatang hidup yangdiuji/berada di dalam udara/air tersebut.

LD50 (Lethal Dose)Perhitungan dosis (gram pencemar per kilogram berat badan) yang dapat menyebabkan kematian 50 persen dari populasimakhluk hidup yang dijadikan percobaan.

Leachfield (Bidang Resapan)Lahan dengan tanah berpori atau lahan yang diperbaiki dengan material yang bisa membentuk pori-pori (pasir, kerikil, ijuk)atau lahan yang digemburkan sebagai tempat meresapkan air bekas atau hasil olahan air limbah.

LeachateLimbah cair yang berasal dari tempat pengumpulan/penimbunan/pembuangan sampah.

Dikutip dari Kamus Istilah & Singkatan Asing Teknik Penyehatan dan Lingkungan. Penerbit: Universitas Trisakti.

Page 56: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2005 Tema Penyelenggaraan AMPL Menunggu Kontribusi Swasta