Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi...

56

description

 

Transcript of Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi...

Page 1: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007
Page 2: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Dari Redaksi 1

Suara Anda 2

Laporan Utama

Mengapa Perlu Diadakan KSN? 3

Wawancara

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas

Dr. Ir. Dedy Supriadi Priatna, M.Sc 8

Peraturan

PP No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Kabupaten/Kota 11

Wawasan

Sanitasi sebagai Tanggung Jawab Bersama 13

Jelang Konferensi Perubahan Iklim 15

Perspektif Pengelolaan Jejaring AMPL 19

Pembelajaran Pengembangan Sarana Air Bersih dan Jamban Keluarga 22

Tamu Kita

H. Bambang Murtiyoso, S.Kar., M.Hum Peluang Isu AMPL

di Cerita Pewayangan 26

Reportase

Belajar dari Desa Tanjung Tiga 28

Mengelola Air Dua Kelurahan 30

Cermin

Pembangunan AMPL di Kabupaten Boalemo 32

Seputar WASPOLA 33

Seputar AMPL 41

Program

Program Cinta Air 45

Abstraksi

Penurunan Kadar Deterjen dengan Tanah Lempung 47

Klinik IATPI 48

Info CD 49

Info Buku 50

Info Situs 51

Pustaka AMPL 52

Agenda

Majalah Percik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id

Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL)

Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Cipta Karya

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

BAPPENASDirektur Penyehatan Lingkungan,

DEPKESDirektur Pengembangan Air Minum,

Dep. Pekerjaan UmumDirektur Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman,Dep. Pekerjaan Umum

Direktur Bina Sumber Daya Alam danTeknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

Direktur Penataan Ruang danLingkungan Hidup, DEPDAGRI

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Zaenal Nampira,Indar Parawansa,

Bambang Purwanto

Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rheidda Pramudhy,Raymond Marpaung, Bowo Leksono

Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

Produksi:Machrudin

Sirkulasi/Distribusi:Agus Syuhada

Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113http://www.ampl.or.id

e-mail: [email protected]@ampl.or.id

[email protected]

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

dengan air minum dan penyehatan lingkungandan belum pernah dipublikasikan.

Panjang naskah tak dibatasi.Sertakan identitas diri.

Redaksi berhak mengeditnya.Silahkan kirim ke alamat di atas.

Page 3: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Indonesia sebagai negara beriklim tropis dikaruniai duamusim. Kemarau dan penghujan. Kedua musim ini terjadisepanjang tahun. Sebagai sebuah karunia, perlu kiranya

disyukuri bersama.Namun ironinya, kerap kedua musim ini membawa ben-

cana. Dimusim kemarau terjadi kekeringan. Air seperti lenyapdari permukaan bumi. Orang-orang kelimpungan mencarisumber mata air.

Pun dimusim penghujan, banjir melanda. Air bah terusmengintai, bisa datang kapan saja, setiap saat. Dan Jakartaadalah salah satu daerah yang tak mampu lepas dari persoalanbanjir.

Banjir juga terjadi diberbagai daerah di Indonesia yangmempunyai predikat langganan banjir. Biasanya musimpenghujan disertai angin kencang dan tanah longsor.Fenomena alam yang kerap tak sedikit memakan korban jiwa.

Semua itu terjadi, mungkin karena kita benar-benar kurangmenyadari bagaimana semestinya kita bersyukur. Manusiatidak berusaha menjaga sumber mata air untuk menghadapimusim kemarau dan tidak menjaga kelestarian alam dalammenghadapi musim penghujan.

Sepertinya, air menjadi sumber bencana. Walaupun sebe-narnya bukan karena air yang menjadi penyebabnya, semata-mata karena ulah manusianya. Setelah mengalami masa kema-rau cukup panjang yang menyebabkan kekeringan dimana-mana, November adalah bulan dimana musim penghujan tiba.Musibah banjir, tanah longsor, serta angin ribut mengancamkita semua.

Selain air baku, yang selalu dicari dikala kekeringan dandikala banjir, kebutuhan dasar manusia lainnya adalah sani-tasi. Ketersediaan air baku yang sudah baik, tak menjaminadanya sanitasi yang baik, pun demikian sebaliknya.

Pembangunan sektor sanitasi yang berwujud pengelolaanair limbah rumah tangga, termasuk penanganan tinja, meru-pakan upaya yang memerlukan dukungan berbagai pihak,mulai dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

Untuk itulah digelar sebuah Konferensi Sanitasi Nasional(KSN) 2007. Peristiwa besar ini menjadi bahasan laporanutama majalah Percik edisi XX ini. Konferensi tingkat nasionalini digelar pada 19-21 November 2007 di Jakarta denganmengusung tema "Mobilitasi Sumber Daya untuk PercepatanPembangunan Sanitasi".

Konferensi Sanitasi Nasional 2007 diadakan sebagai salahsatu upaya pemerintah untuk membangun komitmen dan ker-jasama semua pihak dalam rangka pembangunan sektor sani-tasi.

Sanitasi di mata para pengambil keputusan diharapkandapat makin mendapat prioritas. KSN 2007 ini merupakanlangkah persiapan Indonesia dalam menyambut InternationalYear of Sanitation 2008.

Pada edisi kali ini, Percik menghadirkan wawancara de-ngan Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Dr. Ir.Dedy Supriadi Priatna, M.Sc seputar KSN 2007. Ia mene-

gaskan, masalah sanitasi memang sudah menjadi perhatianpemerintah, namun belum menjadi prioritas.

Faktanya, masih terbatas perhatian pada pembangunansanitasi saat pengalokasian anggaran. Rata-rata anggaran sa-nitasi untuk kabupaten dan kota di Indonesia berkisar antara0,5 - 1,5 persen APBD.

Sementara kebutuhan masyarakat akan sanitasi jelas takdapat ditunda-tunda lagi. Diperlukan program yang menuntuninisiatif dan kemandirian masyarakat. Program Sanitasi TotalBerbasis Masyarakat (STBM) atau yang asalnya dikenal sebagaiCLTS (Community Lead Total Sanitation) dan Sanimas(Sanitasi Masyarakat) adalah program-program yang dinilaiberhasil dalam membawa masyarakat kepada perbaikan sani-tasi keluarga.

Tampaknya, kita semua perlu belajar dari keberhasilanKabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Salah satu desa dikabupaten tersebut, yaitu Desa Tanjung Tiga, masyarakatnyaberhasil membangun jamban keluarga tanpa subsidi. Bahasanini terdapat pada rubrik Reportase.

Tidak kalah menariknya dan merupakan hal baru, bahwaisu AMPL (air minum dan penyehatan lingkungan) diusung keatas panggung wayang kulit. Hal ini tercetus pada acara"Sarasehan Dalang Jawa Tengah 2007" yang digelar KomdaPepadi (Komisariat Daerah Persatuan Pedalangan Indonesia)Provinsi Jawa Tengah, 27 Oktober 2007, di Semarang. Tulisanini terangkum dalam rubrik Seputar WASPOLA.

H. Bambang Murtiyoso, S.Kar., M.Hum, selaku pengamatsekaligus pelaku jagat pewayangan menjadi Tamu Kita edisiini. Diyakini lewat dunia pewayangan isu AMPL sedikit banyakakan mampu tersosialisasikan.

Kami menyadari, apa yang kami sajikan dalam majalah inimasih jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran sangatkami butuhkan demi perkembangannya. Dan semoga media inimenjadi sumber referensi dan informasi yang berguna bagi kita

DARI REDAKSI

1PercikOktober 2007

Akibat pendangkalan Sungai Ciliwung, air meluap di musim penghujan.Foto: Bowo Leksono.

Page 4: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Minta kirimanPercik edisi lalu

Salam Sejahtera,Saya ucapkan terima kasih banyak

kepada majalah Percik, Insya Allah akansangat bermanfaat. Saya pun sebetulnyasudah menyimpan majalah Percik yangsaya dapat dari beberapa pertemuan diJakarta yaitu di Tarkim ataupunBappenas. Akan tetapi baru saja sayapamerkan dalam Pameran Masyarakat,ternyata banyak yang minta. Kalau punmemungkinkan, saya mau minta edisi-edisi yang telah lalu.

Terima kasih.

Ria Ismaria, MT

Yang terhormat Ibu Ria Ismaria, MTKami juga berterima kasih Ibu

berkesempatan menyebarkan informasiyang terdapat dalam majalah Percik.Insya Allah kami usahakan untukmengirim majalah Percik edisi-edisisebelumnya. Mohon kirimkan pula ala-mat Ibu kepada kami.

Redaksi.

Kirim artikel untuk Percik

Assalamu'alaikum Wr. Wb.Sempat saya membaca majalah

Percik ini di Perpustakaan Daerah.Cukup bagus untuk referensi di bidang-nya. Seperti biasa, setiap kali saya mem-buka sebuah majalah, salah satu hal yangmenarik bagi saya adalah artikel-artikel-nya. Menarik untuk dibaca, dipelajari,dan ikut menulisnya. Pertanyaannya,bagaimana kriteria artikel yang bisadimuat di Percik?

Demikian,Wassalam.

Astrid MeutiaSemarang

Assalamu'alaikum Wr. Wb.Ibu Astrid, terima kasih banyak atas

perhatiannya.Untuk kriteria artikel yang termuat

di Percik seperti aturan artikel dimajalah lain pada umumnya. Penulisantidak terlalu akademis, artinya yangmudah dimengerti khalayak. Minimaluntuk dua halaman atau 8.000 karakterdan tentu dengan bahasan yang sesuai

substansi majalah. Lebih baik lagi biladilengkapi foto-foto untuk ilustrasi.Artikel bisa dikirim via pos atau emaildilengkapi no rekening yang dimiliki.Akan ada imbalan setiap artikel yangdimuat.

Redaksi.

Tak tepat waktu

Salam kenal,Boleh dibilang, saya termasuk pemba-

ca setia Percik sejak awal kemunculanmajalah seputar AMPL ini. Banyak yangbisa diperoleh darinya. Tapi kenapaakhir-akhir ini kiriman tidak tepatwaktu?

BintangPerum Islamic, Tangerang

Bapak Bintang,Terima kasih banyak atas perhatian-

nya. Sebelumnya kami mohon maafyang sebesar-besarnya atas keterlam-batan kiriman Percik beberapa edisiterakhir. Ada beberapa kendala teknispada bagian percetakan. Semoga kedepan bisa kembali lancar seperti sediakala.

Redaksi

Sampai kapan?

Salam,Tidak banyak majalah yang mengu-

pas khusus air bersih dan penyehatanlingkungan. Padahal cukup banyak yangbisa dipetik dari majalah ini. Terus akansampai kapan majalah ini bertahan?

Naniek PangestutiBogor

Ibu Naniek,Terima kasih sekali tanggapannya.

Kami merasa senang dan banggamajalah ini bisa berguna bagi pemba-canya. Dan semoga majalah ini akandapat lama bertahan.

Redaksi.

SUARA ANDA

2 PercikOktober 2007

P e r c i k k a r t u n

rudiKOZ 2007

Karikatur: Rudi Kosasih

Page 5: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Inisiatif penyelenggaraan Konferensi Sanitasi Nasional(KSN) 2007 berawal dari kekhawatiran para stakeholderterhadap kondisi sanitasi di Indonesia, terutama dikaitkan

target pencapaian MDG 2015.Meskipun menurut data statistik tahun 2006 cakupan

layanan sanitasi untuk air limbah sudah cukup tinggi, yaitu69,34 persen, namun data ini tidak menjelaskan kualitas fasili-tas sanitasi tersebut, apakah masih berfungsi baik, apakah digu-nakan sesuai peruntukannya, apakah sesuai standar kesehatanmaupun teknis yang telah ditetapkan dan sebagainya.

Sehingga cakupan layanan sesungguhnya kemungkinanbesar masih rendah. Hal ini dapat diindikasikan masihbanyaknya kejadian wabah penyakit yang terkait kualitas sani-tasi yang buruk. Permasalahan serupa terjadi pula pada layanansanitasi lainnya, yaitu persampahan dan drainase yang cakup-annya masih jauh dari kebutuhan.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjawab tantanganini. Meskipun telah ada upaya dalam pembangunan sanitasi,namun dampak yang dihasilkan selama ini masih belummemadai. Mengingat besarnya kebutuhan layanan sanitasi danterbatasnya sumber daya yang dimiliki pemerintah, diperlukanupaya bersama antara pemerintah dengan mitra-mitra pem-bangunan yang ada (masyarakat, swasta, LSM, dan lembagadonor).

Menyadari hal tersebut, pemerintah bersama stakeholderterkait merasa perlu mengambil langkah penting sebagai upayamempercepat kinerja pembangunan sanitasi. Langkah pentingini diwujudkan melalui penyelenggaraan Konferensi SanitasiNasional 2007.

Melalui kegiatan ini, diharapkan terjadi pertukaran infor-masi, pembuatan komitmen, dan kerjasama antara stakeholderterkait yang pada akhirnya dapat disusun suatu langkah strate-gis dan sinergis untuk pembangunan sanitasi di Indonesia.

Mobilitasi Sumber Daya untuk Percepatan Pemba-ngunan Sanitasi

Judul di atas merupakan tema besar yang diangkat dalamKSN. Tema ini muncul dari proses panjang melalui berbagaidiskusi dan pertemuan yang melibatkan seluruh komponenKelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja

AMPL).Setelah melalui pembahasan Tim Pengarah Pembangunan

Air Minum dan Sanitasi, maka disepakati bahwa dengan'Mobilisasi Sumber Daya untuk Percepatan PembangunanSanitasi' akan mendorong proses yang terjadi selama KSN men-jadi upaya perbaikan jalannya pembangunan sanitasi diIndonesia.

Terkait tema di atas, Pokja AMPL dan tim konsultanIndonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP)menyepakati bahwa isu-isu yang perlu diangkat pada konferen-si adalah kampanye sosial, pendanaan, pelibatan stakeholder,

LAPORAN UTAMA

3PercikOktober 2007

MENGAPA PERLUDIADAKAN KSN?

Pilihan Teknologi dalam Pembangunan Sanitasi. Foto: ISSDP

Page 6: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

pilihan teknologi, dan kelembagaan.Isu-isu inilah yang dinilai selama ini

menjadi permasalahan aktual dalampembangunan sanitasi di Indonesia.Untuk itu, tema-tema yang dibahasdalam diskusi-diskusi selama KSNdidasarkan pada isu-isu tersebut. Padaakhirnya diharapkan akan diperolehkeluaran-keluaran yang dapat ditindak-lanjuti para pengambil kebijakan dalamrangka perbaikan kondisi sanitasi.

Strategi pendanaan pembangunansanitasi

Pada era otonomi daerah enam tahunterakhir ini, pembangunan sanitasi sudahmenjadi urusan wajib daerah. Belanjamodal yang telah dikeluarkan daerahuntuk sanitasi dalam kurun waktu terse-but masih rendah, yaitu sekitar 1 persendari total APBD. Sementara itu perkem-bangan kota terus menuntut tersedianyaprasarana sanitasi yang lebih memadai.Dengan demikian diperlukan belanjainvestasi daerah yang lebih besar untukpembangunan sanitasi sesuai tuntutanperkembangan kota.

Persoalan umum yang dihadapi dae-rah (pemerintah kota) adalah terbatasnyakemampuan fiskal untuk dapat mendanaisemua kebutuhan, termasuk kebutuhanpembangunan sanitasi. Untuk itu diper-lukan terobosan pemikiran untuk menyi-asati sumber-sumber pendanaan yangpotensial bagi pembangunan sanitasiperkotaan pada masa mendatang.

Berdasarkan perundangan dan per-aturan yang berlaku, sebenarnya di-mungkinkan kerjasama pendanaan sani-tasi dengan tingkatan pemerintahan diatasnya, yaitu pemerintah provinsimelalui APBD-nya dan pemerintah pusatmelalui APBN.

Lebih dari itu, penyediaan saranasanitasi dapat juga berasal dari masya-rakat maupun swasta. Ada juga sumberlain pendanaan sanitasi, yaitu melaluisistem pembiayaan atau pinjaman.

Dengan menjadikan 'Strategi Pen-danaan Pembangunan Sanitasi' sebagaitema diskusi kelompok dalam konferensidiharapkan muncul pemikiran-pemi-kiran segar untuk menggali sumber-sum-

ber dana yang potensial bagi pembangun-an sanitasi sehingga dapat memberikanwawasan tentang sumber-sumber danabagi investasi sanitasi sesuai tuntutanperkembangan kota. Lebih jauh, daridiskusi ini diharapkan akan munculkeluaran berupa model keuangan yangbisa dikembangkan bagi perencanaanpembangunan sanitasi di Indonesia.

Pilihan teknologi dalam pemba-ngunan sanitasi

Penyediaan fasilitas layanan sanitasitidak berarti langsung mengatasi per-masalahan yang ada. Kualitas tangki sep-tik yang tidak memadai, pemanfaatansaluran drainase untuk saluran air lim-bah dan pembuangan sampah, penggu-naan prasarana persampahan yang tidaksesuai prosedur dengan kapasitas yangtidak memadai merupakan sebagian per-masalahan sanitasi di Indonesia.

Sanitasi bukan lagi masalah pribadi,tapi telah menjadi masalah bersama,yaitu pemerintah (pusat dan daerah),

LSM, swasta, dan masyarakat. Saat inidiperlukan pemberdayaan melalui pen-dampingan dan fasilitasi agar terbentukpeningkatan partisipasi dan keterlibatanseluruh stakeholder, terutama masya-rakat dalam suatu perencanaan, operasi,serta pemeliharaan sarana dan prasaranasanitasi.

Karena itu, pemerintah daerah seba-gai penyelenggara harus mampu melak-sanakan pengembangan sanitasi berda-sarkan pemahaman tanggap kebutuhanmelalui perubahan paradigma dari sup-ply driven menjadi demand driven.

Pilihan teknologi penanganan sani-tasi sangat beragam, dari yang sederhanahingga yang paling rumit dan canggih,konvensional atau inkonvensional.Antara pilihan teknologi dengan investasiterdapat keterkaitan erat dengan kemam-puan sumber daya terutama dana danSDM serta tingkat sosial ekonomimasyarakat.

Sumber daya yang rendah menye-babkan kecenderungan pengembangan

LAPORAN UTAMA

4 PercikOktober 2007

Kampanye Sosial dalam Pembangunan Sanitasi. Foto: ISSDP

Page 7: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

sanitasinya lebih ke sistem on-site, dankemudian seiring dengan adanya pe-ningkatan sumber daya maka pengem-bangan teknologi mengarah kepada sis-tem off-site.

Melalui pertukaran informasi danpengetahuan dalam diskusi 'PilihanTeknologi dalam Pembangunan Sanitasi'diharapkan adanya pemahaman langkah-langkah konkrit dalam pemanfaatansumber daya yang bisa dimobilisasi.Diskusi ini juga diharapkan dapat meng-hasilkan masukan untuk pengembangankebijakan nasional dalam pemanfaatanteknologi tepat guna bagi pengembangansanitasi.

Kemudian dapat memberikan arahanbagi pemanfaatan opsi teknologi dalamperencanaan kota untuk sektor sanitasi(RPJMD, RKPD dan APBD) dalamkerangka meningkatkan akses layanansanitasi yang berkelanjutan bagimasyarakat.

Pengembangan kelembagaan untukpembangunan sanitasi

Pembangunan sanitasi di Indonesiabersifat lintas sektor yang melibatkanBappenas, Departemen PekerjaanUmum, Departemen Kesehatan, Ke-menterian Negara Lingkungan Hidup,Departemen Dalam Negeri, DepartemenKeuangan, dan Departemen Perin-dustrian di tingkat pusat.

Sedangkan di tingkat daerah terdapatperbedaan mengenai lembaga yangbertanggung jawab terhadap pemba-ngunan dan pengembangan sanitasi aki-bat tidak adanya standar struktur lemba-ga pemerintah daerah. Hal ini tentu sajamemerlukan koordinasi yang baik kare-na dalam pengadaan layanan sanitasiakan menyangkut pengadaan infrastruk-tur, pengawasan buangan yangdihasilkan, dampak kesehatan dan sosialbagi masyarakat, bahkan dapat menyen-tuh aspek bisnis yang dapat dihasilkan.

Mengingat paparan di atas, tentu sajadiperlukan suatu kejelasan peran dantanggung jawab masing-masing instansi,pengembangan koordinasi antara instan-si, penguatan kelembagaan, dankeputusan yang tegas dari pimpinan

daerah. Untuk mengkoordinasikanberbagai instansi pemerintah yang terkaitdalam pengadaan layanan sanitasi telahdibentuk Pokja AMPL di tingkat pusatdan daerah.

Pembentukan Pokja ini diharapkanakan mendorong penyediaan layanansanitasi yang sinergis. PembentukanPokja ini juga harus diikuti komitmenyang kuat dari masing-masing departe-men atau dinas untuk menjalankan kepu-tusan-keputusan yang disepakati.

Berkaitan dengan perlunya pengem-bangan kelembagaan dalam pembangu-nan sanitasi, perlu dipertimbangkanpemisahan peran antara regulator danoperator dalam penyediaan layanan sani-tasi. Fungsi regulator akan tetap melekatpada departemen atau dinas terkait.

Sedangkan untuk menjalankan fungsioperator diperlukan suatu lembaga yangtepat untuk menjalankan layanan sani-tasi yang lebih efektif, efisien, dan pro-duktif bagi masyarakat.

Untuk menjawab berbagai tantanganterkait isu kelembagaan ini, akandilakukan diskusi kelompok dalam KSNdengan lingkup bahasan sebagai berikut :

Kampanye Sosial dalam Pemba-ngunan Sanitasi

Penggunaan sungai sebagai tempatbuang air besar, pembuangan sampahrumah tangga, bahkan sebagai sumberair untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari merupakan pemandangan biasa diberbagai kota di Indonesia. Ditambahlagi perilaku lainnya seperti membuangsampah sembarangan di jalan atau fasili-tas umum menunjukkan betapa masihrendahnya kesadaran masyarakat akanpentingnya sanitasi, terutama di kalang-an masyarakat berpenghasilan rendah.

Untuk menumbuhkembangkan peri-laku hidup bersih dan sehat di kalanganmasyarakat tentu memerlukan strategikampanye sosial yang tepat agar berjalanefektif, tidak hanya berupa slogan-sloganyang dipasang di tempat-tempat umum.

Langkah awal yang perlu dilakukanadalah dengan memberikan pemahamanyang jelas bagi para pengambil keputusantentang pentingnya kampanye sosialdalam pembangunan sanitasi. Untukmelaksanakan suatu kampanye sosial ter-hadap masyarakat umum dan stake-holder yang efektif, diperlukan prinsip-

LAPORAN UTAMA

5PercikOktober 2007

Misi pemerintah dalam memberikan layanankepada masyarakatJenis-jenis pelayanan sanitasi yang menjaditanggung jawab pemerintah daerahFungsi dan kedudukan pemerintah daerahdalam pengelolaan sanitasi.Kebutuhan pemisahan regulator dan operatorpengelolaan layanan sanitasiKomitmen politis yang dibutuhkan untukmenjalankan pemisahan regulator dan opera-tor pengelolaan sanitasi.Kesimpulan dan rekomendasi.

Bentuk operator layanan umum ideal.Bentuk hubungan operator layanan umumdengan pemerintah daerah.Standar layanan operator layanan umumdalam mengelola layanan kepada ma-syarakat.Penetapan tarif dan retribusi yang dikenakanuntuk pengelolaan layanan umum.Best practice pengelolaan keuangan operatorlayanan umum.Pertanggungjawaban operator kepadapemerintah daerah terhadap layanan yangdikelola.Best practice mekanisme kontrol pemerintahdaerah dan masyarakat terhadap kinerjaoperator layanan umum.Kesimpulan dan rekomendasi.

UU Nomor 32Tahun 2004P e r a t u r a nPemer i n tahNomor 16 Ta-hun 2005Peraturan Pe-merintah No-mor 23 Tahun2005

Pemisahan regu-lator dan opera-tor dalam penge-lolaan dan pe-ngembangan sa-nitasi di daerah

Efektifitas kiner-ja operator pe-ngelola layananumum

Peraturan Pe-m e r i n t a hNomor 16 Ta-hun 2005Peraturan Pe-merintah No-mor 23 Tahun2005

1.

No. Sub Tema Ruang Lingkup Rujukan

2.

Page 8: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

prinsip serta faktor-faktor yang menen-tukan keberhasilan atau kegagalan suatukampanye sosial.

Untuk itu, dalam rangkaian kegiatanKonferensi Sanitasi Nasional, akandiadakan diskusi kelompok bertema'Kampanye Sosial dalam PengembanganSanitasi'. Melalui diskusi ini akandilakukan pertukaran pengalaman daripemerintah daerah, lembaga swadayamasyarakat, dan pemerintah negara lainyang telah berhasil melaksanakan pe-ngelolaan sanitasi, terutama berkaitankampanye sosial untuk meningkatkankesadaran dan perubahan perilaku.

Diskusi kelompok tersebut jugabertujuan menghasilkan peran-peranyang diharapkan dari pemerintah pusatdan partisipasi dari media massa sertamasyarakat dalam pengelolaan sanitasi.Pada akhirnya program diskusi inidiharapkan dapat menciptakan suatuwacana publik yang pada gilirannyadiharapkan pula dapat mencapai solusipermasalahan.

Pelibatan stakeholder dalam per-cepatan pembangunan sanitasi

Pengembangan pengelolaan sanitasiseyogyanya merupakan salah satu priori-tas pemerintah dalam menciptakanlingkungan permukiman yang sehat.Bahkan sangat erat kaitannya denganupaya peningkatan kualitas kehidupanmanusia dalam rangka mendorongindeks pembangunan manusia.

Namun di sisi lain, berbagai kendalaberupa keterbatasan pemahaman, ke-terbatasan prioritas, keterbatasan pen-danaan dari pihak pemerintah menjadipenyebab rendahnya kinerja pengem-bangan sektor sanitasi di Indonesia.

Beberapa indikasi yang menunjukkanbahwa kinerja sektor sanitasi saat inimasih rendah terlihat antara lain:

Tingginya angka sakit dan kematianyang disebabkan penyakit yangbersarang di air kotor (waterbornedeseases);Cakupan akses pelayanan persam-pahan dan air limbah yang sangatrendah;Tingginya keluhan masyarakat me-

ngenai kebersihan karena lemahnyapenanganan dan pengelolaan sani-tasi;Belum jelas dan lemahnya kualitaslembaga pengelola sanitasi.

Tantangan yang dihadapi dalampengembangan sanitasi adalah bagai-mana melakukan penanganan secaralebih baik sehingga diperoleh:

Peningkatan kualitas dan cakupanpelayanan sanitasi (persampahandan air limbah);Penurunan angka sakit dan kema-tian yang disebabkan waterbornediseases terutama bayi dan anak-anak;Pemenuhan sasaran MilleniumDevelopment Goals (MDG) olehpemerintah dimana untuk dapatmelayani separuh dari populasi pen-duduk yang belum mendapatkanakses sanitasi dasar sampai tahun2015;Terciptanya lingkungan hidup yangbersih, sehat, nyaman dan harmo-nis.

Untuk menghadapi tantangan inidiperlukan kebijakan dan strategi berupaterobosan yaitu dengan melibatkan par-tisipasi masyarakat, lembaga masyarakat,pihak swasta, dan lembaga donor. Untuk

mendukung hal tersebut, perlu dilakukanupaya meningkatkan pemahaman danpengetahuan serta persamaan persepsitentang pengembangan dan pengelolaansanitasi oleh para stakeholder baik pihakpemerintah, maupun masyarakat danswasta.

Sebagai salah satu langkah untukmenjawab tantangan di atas, perludilakukan upaya membangun jaringankomunikasi dan kemitraan antarpe-mangku kepentingan. Jaringan ini dapatmeliputi bidang air minum dan sanitasiyang diharapkan dapat memicu sertamemacu peningkatan kondisi sanitasi diIndonesia.

Upaya ini juga diharapkan dapatmenumbuhkembangkan langkah-lang-kah yang berorientasi solusi dan pengem-bangan kerjasama antara masyarakatmadani, sektor pemerintah, swasta,media, perguruan tinggi, LSM danpemerintah daerah.

Untuk merumuskan langkah-langkahkonkrit dalam pemanfaatan sumber dayayang bisa dimobilisasi dalam bentuk par-tisipasi berbagai fihak, akan dilakukandiskusi dengan tema 'Pelibatan Stake-holder dalam Percepatan PembangunanSanitasi' sebagai salah satu rangkaiankegiatan selama konferensi. Tim ISSDP

LAPORAN UTAMA

6 PercikOktober 2007

Pengembangan kelembagaan untuk pembangunan sanitasi. Foto: ISSDP

Page 9: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

LAPORAN UTAMA

7PercikOktober 2007

Untuk penyelenggaraan kegiatannasional ini, dibentuklah suatukepanitiaan yang bertugas seba-

gai pelaksana seluruh rangkaian kegiatanKonferensi Sanitasi Nasional 2007.Kepanitiaan ini merupakan salah satubentuk kerjasama Kelompok Kerja AirMinum dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL) yang beranggotakanunsur-unsur dari Bappenas, DepartemenDalam Negeri, Departemen PekerjaanUmum, Departemen Kesehatan, Kemen-terian Negara Lingkungan Hidup, danDepartemen Perindustrian.

Untuk memudahkan persiapan danpelaksanaan konferensi ini, kepanitiaandibagi dalam lima bidang, yaitu bidangprotokoler dan undangan, bidang materipembahasan, bidang kampanye danadvokasi, bidang kunjungan lapangan,serta bidang dokumentasi dan pro-ceeding. Seluruh anggota panitia yangtergabung dalam masing-masing bidangtelah mulai bekerja sesuai tugas masing-masing.

Bidang protokoler dan undangan

telah menyusun daftar undangan dansurat-surat yang diperlukan untuk penye-lenggaraan kegiatan ini. Bidang ini jugayang bertanggung jawab agar kegiatannasional ini dihadiri para pemimpinnasional dan daerah sebagai salah satuindikator perhatian para pengambil kepu-tusan terhadap sektor sanitasi.

Bidang materi pembahasan meru-pakan dapur dari konferensi ini yangbertanggung jawab terhadap desain acaradan materi-materi yang akan dibahasserta didiskusikan selama kegiatanberlangsung. Keluaran-keluaran sebagaihasil selama konferensi sangat bergan-tung dari racikan awal tim ini.

Salah satu parameter keberhasilandari Konferensi Sanitasi Nasional adalahmeningkatnya profil sanitasi di Indo-nesia. Di sinilah peran bidang kampanyedan advokasi. Selain menginformasikanpenyelenggaraan KSN, tim ini juga harusmemberikan pemahaman yang benar danmenarik perhatian mengenai sanitasiagar masyarakat serta para pengambilkeputusan lebih memahami dan menya-

darinya.Untuk menjalankan peran tersebut,

tim ini telah mengadakan beberapa ke-giatan, yaitu penyelenggaraan empat kalikonferensi pers dan dua kali acara talk-show di dua stasiun TV nasional. Selainitu juga dilakukan kampanye dan advo-kasi melalui media cetak dengan memun-culkan isu-isu sanitasi. Upaya-upaya inidiharapkan dapat menggugah masya-rakat luas dan para pemangku kepenting-an.

Membaca suatu kisah sukses darisuatu pengelolaan layanan sanitasi ten-tunya akan lebih bermanfaat bila disertaipeninjauan langsung ke lapangan. Ada-nya bidang kunjungan lapangan dalamkepanitiaan konferensi akan memfasili-tasi keingintahuan peserta KSN untuklangsung melihat dan menggali informasifaktual dari lokasi-lokasi pengelolaanlayanan sanitasi.

Melalui kegiatan ini diharapkanmunculnya inspirasi dan tentu saja seba-gai contoh nyata bagi para stakeholderbahwa sesungguhnya 'sanitasi dapatdikelola dengan baik' dan memberikanmanfaat bagi masyarakat.

Sebesar dan sepenting apapun suatukegiatan akan sia-sia bila tidak terdoku-mentasikan dengan baik. Kegiatan terse-but mungkin hanya akan diingat olehpeserta yang hadir, tidak menjadi peristi-wa yang harus diketahui dan dipelajarioleh masyarakat luas.

Akan lebih berarti lagi bila peristiwatersebut dilengkapi laporan yang sistem-atik sehingga orang-orang akan mudahmempelajari hasil-hasil dari peristiwatersebut. Di sinilah peran bidang doku-mentasi dan proceeding. Bagaimanamenjadikan kegiatan Konferensi SanitasiNasional dan keluaran-keluarannya men-jadi salah satu referensi dalam pemba-ngunan sektor sanitasi.

Tim ISSDP

Timdi belakang konferensi

Tim di belakang KSN. Foto: ISSDP

Page 10: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

B iasanya tema atau materi kon-ferensi adalah sesuatu yang

luar biasa atau yang sedang "in".Mengapa diselenggarakan konfe-rensi sanitasi?

Sebenarnya, tema konferensi sanitasiini adalah tema yang luar biasa karenakualitas layanan sanitasi merupakan fak-tor yang sangat mempengaruhi kese-jahteraan masyarakat. Selain itu,Indonesia juga merupakan salah satunegara yang berkomitmen terhadapMillenium Development Goals (MDG),dimana salah satu targetnya adalahpenyediaan layanan sanitasi yang amandan layak bagi masyarakat. Salah satu isupenting dalam sanitasi adalah pencapai-an target MDG ini.

Berdasarkan laporan A Future WithinReach dan Laporan MDGs Asia-Pasifiktahun 2006 yang dirilis UNDP, Indonesia

termasuk dalam negara-negara yangmengalami kemunduran dalam upayapencapaian target MDG. Laporan terse-but menempatkan Indonesia dalam kate-gori terbawah bersama Banglades, Laos,Mongolia, Myanmar, Pakistan, PapuaNugini dan Filipina. Tantangan Indo-nesia untuk mencapai target pada tujuannomor 7 yaitu mengurangi separuh padatahun 2015 dari proporsi penduduk yangtidak memiliki akses terhadap air minumdan sanitasi dasar, sangatlah berat.

Untuk mengejar target MDG inimemerlukan keterlibatan semua stake-holder pembangunan mulai dari peme-rintah, swasta, masyarakat, lembagadonor, LSM dan perguruan tinggi. Untukitu, diperlukan sebuah forum KonferensiSanitasi Nasional, yang mempertemukanseluruh stakeholder pembangunan sani-tasi. Melalui forum ini, diharapkan terja-

di pertukaran informasi, pembuatankomitmen dan kerjasama antara stake-holder terkait.

Seperti apa perhatian dunia ter-hadap sanitasi?

Secara global, perhatian masyarakatinternasional terhadap sanitasi semakinmeningkat. Berbagai konferensi sanitasitelah diselenggarakan beberapa negarabaik secara nasional maupun regional.Puncak perhatian dunia internasional initerlihat dari pencanangan tahun 2008 se-bagai "International Year of Sanitation"oleh PBB. Pencanangan tersebut dilatar-belakangi keprihatinan masyarakat inter-nasional terhadap masih lambatnyaupaya-upaya peningkatan kualitas dankuantitas layanan sanitasi secara globaldan bahwa diperlukan komitmen dan tin-dakan nyata oleh seluruh negara,masyarakat sipil, organisasi-organisasinon-pemerintah, serta lembaga-lembagainternasional lainnya.

Bagaimana dengan Indonesia?Di Indonesia, upaya-upaya pe-

ningkatan kualitas dan cakupan layanansanitasi sudah mulai dilakukan. Selainmengembangkan berbagai pendekatanpembangunan sanitasi, berbagai kegiatanyang pada intinya adalah advokasi untuksanitasi juga sudah mulai dilakukan.Konferensi Sanitasi Nasional (KSN) 2007ini juga merupakan bagian dari upaya-upaya tersebut. Selain itu juga untukmempersiapkan dukungan Indonesia ter-hadap "International Year of Sanitation2008".

WAWANCARA

8 PercikOktober 2007

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Dr. Ir. Dedy Supriadi Priatna, M.Sc

Sudah Mendapat Perhatian,Namun Belum Menjadi

PrioritasBuruknya penanganan sanitasi di Indo-

nesia akibat masih adanya anggapan bahwamasalah sanitasi sepenuhnya tanggung ja-wab masing-masing rumah tangga, dimanapermasalahan dianggap selesai jika sebuahrumah tangga sudah menyediakan fasilitassanitasi yang baik. Padahal dalam kesehari-annya, baik pemerintah, masyarakat, mau-pun pihak lain turut andil dalam menye-babkan buruknya sanitasi di lingkungan se-kitar.

Untuk itu perlu diadakan konferensiyang khusus menyangkut sektor sanitasi.Bagaimana kondisi riil sanitasi di Indonesiasaat ini dan keterkaitannya dengan penyelenggaraan Konferensi SanitasiNasional (KSN) 2007? Berikut petikan wawancara bersama Deputi BidangSarana dan Prasarana Bappenas Dr. Ir. Dedy Supriadi Priatna, M.Sc.

Page 11: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Sampai dimana pemahamanmasyarakat dan pengambil kebi-jakan dalam masalah sanitasi ini?

Secara umum, kebanyakan masya-rakat masih menganggap kualitaslayanan sanitasi merupakan urusan pri-badi yang tidak terlalu penting. Masihada masyarakat yang tidak memiliki jam-ban di rumah atau buang air besar sem-barangan. Mereka belum melihat bahwaburuknya perilaku terkait sanitasi olehsalah satu anggota masyarakat, juga akanmempengaruhi kualitas kesehatanmasyarakat lainnya. Berbagai kasuswabah diare yang pernah terjadi, misal-nya wabah diare di Kecamatan Sepatan,Kabupaten Tangerang beberapa waktuyang lalu merupakan cerminan dari halini.

Sedangkan untuk para pengambilkeputusan, suatu fakta bahwa pema-haman tentang pentingnya pembangun-an sanitasi juga masih perlu ditingkatkandi sana-sini. Hal ini tercermin dari masihterbatasnya perhatian yang diberikankepada pembangunan sanitasi pada saatpengalokasian anggaran. Rata-rataanggaran sanitasi untuk kabupaten dankota di Indonesia berkisar antara 0,5 - 1,5persen APBD.

Apa yang harus dilakukanmasyarakat dan pengambil keputu-san dalam masalah sanitasi?

Masyarakat sebagai penggunalayanan sanitasi harus bersedia terlibatdalam seluruh proses pembangunan.Masyarakat harus bersedia menyam-paikan aspirasi dan kebutuhannya karenainformasi ini sangat diperlukan untukmengembangkan dan merancangkegiatan-kegiatan pembangunan sanitasiyang sesuai kebutuhan masyarakat.Masyarakat juga diharapkan terlibat aktifdalam tahap konstruksi sarana sanitasidan pengelolaan sarana terbangun terse-but secara berkelanjutan.

Apa saja akibat yang ditim-bulkan dari masalah sanitasi?

Sanitasi yang tidak dikelola denganbaik akan menimbulkan kerugian secaramaterial ataupun non material. Secara

material, kerugian yang mungkin munculadalah hilangnya opportunity cost akibatpenyakit yang diderita masyarakat akibatsanitasi, terutama berkaitan dengankesempatan kerja.

Pada pekerja yang mendapatkan upahsecara harian, ketidakhadiran di tempatkerja karena menderita penyakit tersebutdapat mengurangi pendapatan yangdidapatkan orang tersebut. Pada anaksekolah, dapat mengurangi waktu seko-lah akibat sakit.

Kondisi diatas juga menimbulkankerugian lain berupa munculnya addi-tional cost (pengeluaran tambahan) bagimasyarakat untuk berobat ke dokter.Studi menyebutkan bahwa tingkatpenyakit akibat kondisi sanitasi yangburuk di Indonesia sudah sangat tinggi.Penyakit tifus mencapai 800 kasus per100.000 penduduk. Angka ini meru-pakan yang tertinggi di seluruh Asia.Adapun penyakit diare mencapai 300kasus per 1000 penduduk.

Kerugian lain yang diderita terkaitdengan pencemaran sumber air per-mukaan akibat material organik yangsebagian besar merupakan sisa danampas makanan yang tidak tercerna.Kandungan BOD yang tinggi tersebut

mengakibatkan air mengeluarkan bau taksedap dan berwarna hitam. Implikasinyaadalah meningkatnya biaya pengolahanair untuk air minum.

Yang paling merugikan adalahrusaknya citra bangsa Indonesia. Selainkota-kotanya dianggap kotor, bangsaIndonesia juga dianggap tidak memen-tingkan pola hidup yang sehat. Secarakeseluruhan, berdasar pada studi ADBkerugian ekonomi yang dideritaIndonesia terkait kondisi sanitasi yangburuk diperkirakan mencapai Rp 42,3triliun per tahun atau sekitar 2 persendari GDP.

Sebenarnya pemerintah sadaratau tidak terhadap masalah ini?

Sebenarnya pemerintah sudah sadarakan hal ini. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah, pasal 13 dan 14menyatakan bahwa penyediaan layanansanitasi adalah tanggung jawab pemerin-tah daerah. Namun pada kenyataannyaalokasi penganggaran untuk sanitasimasih rendah. Jadi sebenarnya masalahini sudah menjadi perhatian pemerintahakan tetapi belum menjadi prioritas.

WAWANCARA

9PercikOktober 2007

Foto: ISSDP

Page 12: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Bagaimana langkah-langkah meyakinkan orangbahwa sanitasi itu penting?

Pada dasarnya tidak ada orang yang menyukai masalah.Berdasarkan kenyataan tersebut, maka ketika melakukan pro-mosi sanitasi kepada masyarakat hal pertama yang diinfor-masikan adalah kerugian atau permasalahan yang mungkin tim-bul ketika sanitasi tidak ditangani dengan baik.

Seperti halnya terhadap masyarakat, informasi mengenaikerugian tersebut juga diinformasikan secara mendetail kepadapara pengambil keputusan, baik pemerintah maupun lembagalegislatif sehingga mereka dapat menyadari pentingnya sanitasi.

Langkah berikutnya adalah mengaitkan pembangunan sani-tasi terhadap isu-isu pembangunan lainnya. Berdasarkan pe-ngalaman dari proyek sanitasi yang telah dilaksanakan, baik didalam maupun luar negeri, didapatkan lesson learned bahwapeningkatan akses terhadap sanitasi berkorelasi positif terhadappeningkatan ekonomi masyarakat.

Perwujudan riilnya, bagaimana?Upaya advokasi untuk itu sudah dilakukan melalui berbagai

program pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan,terutama yang berbasis masyarakat seperti Sanitasi olehMasyarakat (Sanimas), Water and Santitation for Low IncomeCommunities (WSLIC), Community-Led Total Sanitation(CLTS), Pro Air dan lain-lain. Dalam pelaksanaan program-pro-gram ini, komponen advokasi dan penyiapan masyarakat untukmembangun kesadaran dan kebutuhan terhadap layanan sani-tasi yang lebih baik dilakukan sebelum kegiatan-kegiatan kon-struksi fisik dimulai.

Siapa saja pihak yang bisa diajak kerjasama untukmenyelesaikan permasalahan sanitasi di Indonesia?

Pihak pertama yang diajak kerjasama adalah masyarakat.Dikarenakan buruknya penanganan sanitasi dapat berpengaruhlangsung terhadap kehidupan pribadi masyarakat maka upayamengatasi permasalahan tersebut perlu melibatkan masyarakatsecara menyeluruh.

Pihak lain adalah pemerintah, baik di tingkat pusat maupundaerah. Pemerintah sebagai fasilitator, perlu lebih mempriori-taskan penanganan sanitasi untuk meningkatkan aksesibilitasmasyarakat terhadap fasilitasi sanitasi dasar dan penguranganpencemaran lingkungan. Namun demikian, peran pemerintahtidak dapat terlepas dari campur tangan lembaga legislatif ditingkat pusat maupun daerah, terutama dalam penentuanalokasi anggaran pembangunan. Hal ini berarti bahwa anggotaDPR/DPRD perlu dilibatkan dalam menyelesaikan permasala-han sanitasi di Indonesia.

Pihak lain diluar pemerintahan dapat juga dilibatkan secaraaktif dalam upaya penanganan sanitasi. LSM, sebagai lembagayang dekat dengan msyarakat dapat menjadi mitra pemerintahdalam memfasilitasi masyarakat untuk mengadopsi pendekatanpada program sanitasi. Selain itu, dunia bisnis dapat dilibatkanpada penyediaan prasarana dan sarana sehingga mendekatkan

akses masyarakat terhadap fasilitas sanitasai. ProgramCommunity Social Responsibility (CSR) yang dikembangkanpihak swasta pun menunjukkan bahwa swasta dapat dilibatkandalam peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi.

Dunia pers juga dapat diikutsertakan dalam program sani-tasi. Upaya pemberian informasi melalui media pers (terdiridari cetak, televisi maupun radio) dinilai efektif untukmeningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnyapenanganan sanitasi.

Kegiatan dan program apa saja yang hendak dilun-curkan di KSN 2007?

Konferensi Sanitasi Nasional yang akan diselenggarakanselama tiga hari meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut;

Full-day seminarUntuk membahas aspek pendukung penanganan permasala-

han sanitasi serta merumuskan rencana aksi terkait upaya yanglebih terintegrasi untuk menangani permasalahan sanitasi diIndonesia.

Kunjungan lapanganPada lokasi-lokasi sekitar Jakarta yang telah berhasil men-

gatasi permasalahan sanitasi skala lingkungan, baik masalah airlimbah maupun persampahan.

Expo sanitasiIni merupakan kegiatan pendukung, menampilkan berbagai

inovasi dan teknik lingkungan, LSM, dan sektor swasta sebagaiforum pelatihan dan pertukaran informasi dalam bidang komu-nikasi, teknologi, serta best practices dalam program sanitasi.

Selain itu akan dideklarasikan komitmen seluruh stake-holder untuk melakukan upaya-upaya percepatan pemenuhankebutuhan masyarakat terhadap layanan sanitasi yang layakserta ajakan kepada stakeholder lainnya untuk bergabung dalamupaya-upaya percepatan ini. Bowo Leksono

WAWANCARA

10 PercikOktober 2007

Foto: ISSDP

Page 13: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Peraturan pemerintah (PP) adalahsebuah produk hukum yang lebihbersifat teknis yaitu peraturan

yang dibuat untuk melaksanakan un-dang-undang (UU) atau peraturan hu-kum di atasnya. Setelah sebuah UU diun-dangkan, tidak serta-merta bisa dilak-sanakan karena menunggu peraturanpelaksananya.

Salah satu peraturan pelaksana yangditunggu cukup lama adalah PeraturanPemerintah No. 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan antaraPemerintah, Pemerintahan DaerahProvinsi, dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota.

Peraturan Pemerintah ini untuk me-laksanakan ketentuan pasal dalam UUNo. 32 Tahun 2004 tentang Pemerin-tahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 2007tentang Penanaman Modal. Sebelum ter-bitnya PP No. 38/2007 ini, penyeleng-garaan kewenangan pemerintahan dae-rah mengacu pada PP No. 25 Tahun 2000yang substansinya diatur oleh UU No. 22Tahun 1999.

Selama dua tahun lebih, sejak diun-dangkannya UU No. 32 Tahun 2004 yangsecara substansi berisi tentang otonomidaerah, pemerintah daerah tidak dapatmelaksanakan fungsi pemerintahan seba-gaimana mestinya. Terjadi tumpangtindih pelaksanaan urusan pemerintahanserta tidak berjalannya koordinasi antaraprovinsi dan kabupaten/kota.

Dengan terbitnya PP ini, pemerintahtentu berharap pemerintah daerah dapatmeningkatkan kinerjanya terutama

dalam melayani masyarakat. Tinggal per-soalan yang kemudian muncul, apakahPP ini sudah menjawab kebutuhanpemerintah daerah dalam berotonomi?

Pelaksanaan otonomi daerahPada dasarnya, otonomi daerah di-

berlakukan untuk mempermudah penye-lenggaraan urusan pemerintahan yangterlalu luas dan banyak yang sebelumterbitnya UU otonomi daerah, tersen-

tralisasi di pemerintah pusat. Sementaraasas desentralisasi seperti tidak mampumengatasinya.

Bermacam urusan menyangkutkehidupan masyarakat itu harus didis-tribusikan agar membawa hasil optimalbagi kepentingan pemerintahan danmasyarakat. Karena itu asas desentral-isasi penuh (otonomi daerah) diber-lakukan yaitu dengan menyerahkan seba-gian kewenangan yang dimiliki pemerin-

PERATURAN

11PercikOktober 2007

PPeerraattuurraann PPeemmeerriinnttaahh NNoommoorr 3388 TTaahhuunn 22000077tteennttaanngg PPeemmbbaaggiiaann UUrruussaann PPeemmeerriinnttaahhaannaannttaarraa PPeemmeerriinnttaahh,, PPeemmeerriinnttaahhaann DDaaeerraahh

PPrroovviinnssii,, ddaann PPeemmeerriinnttaahhaann DDaaeerraahhKKaabbuuppaatteenn//KKoottaa

Foto: WASPOLA

Page 14: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

tah pusat pada pemerintah daerah.Pada prakteknya selama ini, desentralisasi cenderung bersi-

fat administratif. Semua urusan pemerintahan yang diterimapemerintah daerah adalah bagian dari tugas pemerintah pusatyang harus dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan.

Pelaksanaan bermacam urusan tersebut sudah ditentukansesuai norma, standar, prosedur dan kriteria yang ada.Pemerintah daerah tinggal melaksanakan berdasarkan ketentu-an yang sudah ditetapkan. Begitu juga dengan pembiayaan,sarana dan prasarana, serta kepegawaian. Semuanya sudahdisediakan oleh pemerintah pusat. Ini jadi semacam tugas rutinbagi pemerintah daerah.

Dampak terbitnya PPDengan diterbitkannya PP yang baru ini, jelas membawa

dampak bagi daerah dalam melaksanakan kewenangannyasebagai daerah otonom. Dampak berupa hal-hal yangmeringankan dengan adanya kepastian hukum itu maupun yangmemberatkan. Semua ini karena masing-masing daerah mem-punyai karakter yang berbeda.

Adanya PP ini juga berarti adanya kepastian bagi pemerin-tah daerah untuk melaksanakan kewenangan yang dimilikinya.

Kewenangan yang dimaksudkan adalah hak dan kewajibanpemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintahan demiterwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Pada pasal 2 ayat (4) PP No. 38/2007 ini dijelaskan ada 31urusan (bidang) yang dibagi antara pemerintah pusat dan dae-rah. Pembagian urusan yang diserahkan pemerintah pusatmasih dalam proses persiapan di daerah, sebab pelaksanaanurusan pemerintahan tersebut harus dituangkan terlebih duludalam peraturan menteri/kepala lembaga pemerintahan nondepartemen yang membidangi urusan yang bersangkutan, di-samping peraturan daerah masing-masing.

Pengaturan bidang AMPLDari 31 urusan (bidang) tersebut, beberapa diantaranya

berkenaan dengan air minum dan penyehatan lingkungan(AMPL). Bidang-bidang yang terkait seperti kesehatan,perumahan, penataan ruang, lingkungan hidup, pemberdayaanperempuan dan perlindungan anak, pemberdayaan masyarakatdesa, kehutanan serta energi dan sumberdaya mineral.

Sementara untuk pemerintah daerah (provinsi, kabupa-ten/kota), diserahi kewenangan membuat peraturan perun-dang-undangan yang sudah barang tentu disesuaikan dengankondisi daerah berupa pemberian rekomendasi teknis untukizin pengeboran, izin penggalian dan izin penurapan mata airpada cekungan air tanah pada wilayah provinsi, kabu-paten/kota. Disamping kewenangan penetapan wilayah konser-vasi air tanah, penetapan nilai perolehan air tanah pada cekung-an air tanah, pengelolaan data dan informasi berkenaan denganair tanah.

Daerah juga diberi kewenangan menetapkan potensi airtanah serta neraca sumber daya dan cadangan mineral sertapelaksanaan inventarisasi geologi dan sumber daya mineral danair tanah.

Untuk bidang lingkungan hidup terdiri dari sub bidang pe-ngendalian dampak lingkungan dan konservasi sumber dayaalam (SDA). Pada sub bidang pengendalian dampak lingkungan,pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air,daerah memiliki kewenangan yang sangat luas. Mulai dari pe-ngelolaan, penetapan kelas air pada sumber air, pemantauankualitas air, pengendalian pencemaran air, pengawasan dansebagainya.

Pada bagian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL), penilaian AMDAL bagi jenis usaha dan/atau kegiatanyang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup didaerah, sesuai dengan standar, norma, dan prosedur yang dite-tapkan pemerintah.

Sementara daerah diserahi urusan pengawasan terhadappelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidupbagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapiAMDAL.

Keluasan kewenangan daerah juga terdapat pada sub bidangkonservasi SDA keanekaragaman hayati, disamping penegakanhukum bidang lingkungan. Bowo Leksono

PERATURAN

12 PercikOktober 2007

Foto: WASPOLA

Page 15: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Persoalan penyediaan sanitasi yangbaik bagi masyarakat sudah tidakbisa ditunda. Masalah sanitasi

sudah tidak bisa dianggap lagi masalahindividu di mana pihak pemerintah lepastangan.

Sebab masalah sanitasi berkorelasipositif dengan timbulnya berbagaipenyakit semacam diare, ispa (infeksisaluran pernapasan atas), demamberdarah, dan tuberkulosis. Angka kema-tian dari penyakit ini sungguh mence-ngangkan.

Di dunia, minimnya akses air bersihserta buruknya sanitasi dan perilakutidak sehat berkontribusi terhadap kema-tian 1,8 juta orang per tahun karena

diare. Sebanyak 90 persen angka kema-tian akibat diare terjadi pada anak dibawah umur lima tahun (balita).

Untuk Indonesia, menurut SurveiDemografi tahun 2003, sekitar 19 persenatau 100.000 anak balita meninggalkarena diare. Pada tahun 2006, tercatat423 per 1.000 anak balita terserang diaresatu hingga dua kali dalam setahun.

Padahal, menurut Badan KesehatanDunia (WHO), 94 persen kasus diaredapat dicegah dengan meningkatkanakses air bersih, sanitasi, perilaku higien-is, dan pengolahan air minum skalarumah tangga.

Hingga separuh perjalanan programTujuan Pembangunan Milenium pada

tahun 2015, kondisi air bersih dan sani-tasi di Indonesia masih buruk. LaporanProgram Pembangunan PBB (UNDP)mengenai status pencapaian TujuanPembangunan Manusia atau MDG diIndonesia mengalami kemunduran. Padatahun 2015, MDG mencanangkan 69persen penduduk Indonesia dapat meng-akses air minum yang layak dan 72,5persen memperoleh layanan sanitasiyang memadai. Faktanya, hanya 58persen penduduk yang memiliki akses kesumber air minum dan sekitar 65 persenmengakses sarana sanitasi memadai.

Kini hanya 10 kota memiliki fasilitasair limbah terpusat, 62,29 persen pen-duduk kota dan 24,37 persen di desamembuang tinja ke jamban dengan tang-ki septik. Tahun 2004, 41,25 persen pen-duduk di kota dan 1,49 persen di desasampahnya diangkut petugas. Rumahtangga dengan drainase lancar 57,18persen. Hal itu menyebabkan sering adakejadian luar biasa penyakit, seperti diaredan sering terjadi banjir.

Hampir 80 persen rumah tangga diperkotaan menggunakan tangki septikuntuk menampung tinja manusia.Namun, penggunaan tangki septik terse-but jauh dari syarat memenuhi standarkesehatan. Akibatnya ratusan juta pen-duduk berada di bawah ancaman diareakibat bakteri E coli yang mengontami-nasi sumber air bersih.

Data Departemen Kesehatan menun-jukkan, diare menjadi penyakit pem-bunuh kedua bayi di bawah lima tahunatau balita di Indonesia, setelah radangparu atau pneumonia. Kualitas airminum buruk menyebabkan 300 kasusdiare per 1.000 penduduk.

WAWASAN

13PercikOktober 2007

SSaanniittaassiisebagai Tanggung Jawab Bersama

Oleh: Dilla Prameswari*

Foto: ISSDP

Page 16: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Sanitasi buruk dituding sebagaipenyebab banyaknya kontaminasi bakteriE coli dalam air bersih yang dikonsumsimasyarakat. Bakteri E coli meng-indikasikan adanya pencemaran tinjamanusia. Kontaminasi terjadi pada airtanah yang banyak disedot penduduk diperkotaan, dan sungai yang menjadisumber air baku di PDAM pun tercemarbakteri ini.

Di Jakarta, hasil penelitian BadanPengelolaan Lingkungan Hidup Daerah(BPLHD) Provinsi DKI Jakarta menun-jukkan, 80 persen sampel air tanah dari75 kelurahan memiliki kadar E coli danfecal coli melebihi ambang batas. Sebesar78 persen sungai di Jakarta telah terce-mar berat bakteri E coli.

Belum prioritasSementara itu, masalah sanitasi

belum dijadikan prioritas pembangunanoleh para pengambil keputusan. Hal itutampak dari alokasi anggaran yangminim. Tak heran, sanitasi di Indonesiasampai sekarang masih terhitung buruk.

Tahun 2002, anggaran sanitasi hanya1,8 persen dari Anggaran Pendapatandan Belanja Negara (APBN), sementararata-rata APBD provinsi 3,3 persen danAPBD kabupaten/kota 5,7 persen.

Pemerintah masih menganggap sanitasiadalah tanggung jawab individu, bukaninvestasi publik.

Upaya meningkatkan anggaran sani-tasi di departemen, misalnya PekerjaanUmum (PU), ternyata dipotong untukprioritas lain. Pemerintahkabupaten/kota masih memprioritaskanpembangunan jalan, air bersih, baru soallimbah dan sampah.

Langkah preventifSesungguhnya pewujudan tersedi-

anya sanitasi yang memadai beserta peri-laku hidup sehat masyarakat merupa-kan langkah-langkah preventif terha-dap ancaman berbagai penyakit. Lang-kah preventif ini ternyata lebih efektifmenjauhkan dari penderitaan si sakitjuga dari segi biaya yang dikeluarkanpihak pemerintah untuk anggaran ke-sehatan.

Sebagaimana dikatakan KepalaSubdirektorat Penyehatan Air DepkesZainal Nampira (Kompas, 22/6/07),kematian bayi juga akan menurun tigasampai empat persen jika akses airminum naik 10 persen. Sementara itu,peningkatan anggaran kesehatan 10persen hanya menurunkan angka kemat-ian bayi hingga 1,5 persen. Artinya, tin-dakan preventif dengan carameningkatkan kualitas lingkunganadalah jalan yang paling tepat daripadamenunggu jatuhnya korban.

Daripada anggaran tersedot mem-bangun rumah sakit, penyediaan obat-obatan, penyediaan dokter dan perawat,lebih tepat mengurangi angka timbulnyapenyakit dengan membangun sarana airbersih, tangki septik yang baik, dan giziyang mencukupi. Ini bukan berartimenampik perangkat kesehatan tersebutmelainkan mengubah cara berpikir kitamengenai makna sehat itu sendiri.

*Mahasiswi Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik UNDIP Semarang

WAWASAN

14 PercikOktober 2007

Foto: Reski DD

Foto: Istimewa

Page 17: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Dalam waktu dekat Indonesiaakan tercatat dalam sejarahsebagai salah satu tuan rumah

kegiatan Konferensi Perubahan Iklim.Tulisan ini berusaha untuk memberikansedikit gambaran tentang pentingnya isuperubahan iklim dan kaitannya denganair minum dan penyehatan lingkungan.

Pentingnya Konferensi PerubahanIklim

Betapa pentingnya konferensi inidapat terlihat dari tamu penting yangakan hadir diantaranya peraih penghar-gaan Nobel Perdamaian 2007 Al Gore,Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon,dan Perdana Menteri Australia yangbaru, Kevin Rudd. Kehadiran mereka dan12.000 peserta dari 189 negara didorongoleh kenyataan yang sedang dihadapioleh seluruh dunia berupa peningkatantemperatur bumi. Data menunjukkandalam 100 tahun terakhir temperaturglobal meningkat 0,7 derajat Celcius, dandiperkirakan akan meningkat lebih dari 3derajat Celcius pada tahun 2100 jikatidak terjadi perubahan laju produksi dankonsumsi. Kondisi ini akan mempe-ngaruhi iklim dunia dengan konsekuensiyang beragam mulai dari peningkatanpermukaan laut yang mengakibatkantenggelamnya banyak daratan, pulaubahkan negara kepulauan di Pasifik danAtlantik; terancamnya ketahanan pangankarena tidak menentunya iklim; pe-ningkatan jumlah penderita penyakitterkait air dan masih banyak lainnya(Selengkapnya pada Boks DampakPemanasan Global)

WAWASAN

15PercikOktober 2007

JELANG KONFERENSIPERUBAHAN IKLIM

Denpasar, 3-14 Desember 2007

Kadar CO2 di atmosfer 200 tahun lalu sekitar 280 ppm (part per million), dan saatini telah mencapai 383 ppm. Jika kondisi ini terus berlangsung, menurut TimFlannery dalam bukunya We are the Weather Makers (2006), kadar CO2 akan men-capai 560 ppm. Apa yang terjadi?. Temperatur udara akan dapat meningkat sampai4,5 derajat Celcius. Air laut naik sampai 90 cm. Negara maju yang penduduknya hanya 15 persen dari populasi dunia menyumbanghampir separuh emisi gas rumah kaca dunia (khususnya CO2) di atmosfer bumi.Sebagai gambaran, jejak kaki (emisi CO2 yang dihasilkan dari gaya hidup) 19 jutapenduduk New York memiliki jejak kaki lebih dalam dibandingkan 766 juta orangdi 50 negara kurang berkembang.Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel onClimate Change/IPCC) yang melibatkan sekitar 2.500 ahli dan 800 penulis ilmiahmengkonfirmasi terjadinya pengurangan jumlah es dan salju di permukaan bumi.Pada belahan bumi utara, tutupan es pada musim semi berkurang sekitar 2 persenper dekade sejak 1966. Pada wilayah Arktik, sejak tahun 1978 tutupan es berku-rang 2,7 persen per dekade.

Fakta Penting

Pabrik-pabrik besar turut menyumbang karbondioksida penyebab pemanasan global. Foto: www_8thfire_net.

Page 18: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Faktor Penyebab Pemanasan global (global warming) terjadi karena

menumpuknya gas polutan yang disebut gas rumah kaca yangmerupakan selubung gas alami yang pada konsentrasi tertentuberfungsi menjaga bumi tetap hangat dan nyaman dihuni. Gasrumah kaca diantaranya adalah karbondioksida (CO2), dini-troksida (N2O), metana (CH4), sulfur heksafluorida (Sf6) danperfluorokarbon (PFCs). Namun meningkatnya konsentrasi gasCO2 merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan globalyang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil padakegiatan industri, transportasi, pembakaran hutan dan peru-bahan tata guna lahan.

Kondisi ini diperparah oleh penipisan lapisan ozon (O3) diatmosfer sebagai akibat penggunaan aerosol yang berlebihan.Semakin tipis ozon maka semakin leluasa radiasi gelombangpendek matahari memasuki bumi. Akibatnya terjadi efek rumahkaca. Suhu bumi meningkat, mencairkan gunung es di keduakutub, sehingga menaikkan permukaan laut dan mengubah polaiklim dunia.

Perjuangan Panjang Adalah Svante Arrhennius, ilmuwan Swedia, yang pertama

kali melontarkan kekhawatiran terjadinya pemanasan global(global warning) pada tahun 1894. Pada intinya ia menyatakanbahwa CO2 merupakan unsur terpenting yang mengendalikansuhu bumi. Kenaikan konsentrasi CO2 mengakibatkan kenaikansuhu bumi. Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan akanmenjadi sumber peningkatan CO2 yang berdampak padakenaikan suhu bumi.

Kekhawatiran ini belum mendapat sambutan sampai kemu-dian Sidang Umum Persatuan Bangsa-Bangsa memprakarsaipembentukan Intergovernmental Negotiating Committee(INC) yang bertugas menegosiasikan draft materi konvensiperubahan iklim. Hasilnya kemudian diajukan ke KonperensiPBB untuk Lingkungan dan Pembangunan (Konperensi TingkatTinggi Bumi/Earth Summit) di Rio de Janeiro tahun 1992, dandisepakati menjadi Konvensi Kerangka Kerja PBB tentangPerubahan Iklim.

Dimulai pada tahun 1995 untuk pertama kalinya digelarKonperensi para Pihak (Conference of the Parties/COP) diBerlin. Seterusnya konperensi digelar setiap tahun dan padaakhirnya Indonesia mendapat giliran menyelenggarakanKonperensi para Pihak ke-13 Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim (United Nation FrameworkConvention on Climate Change/UNFCCC) dan sekaligus jugaPertemuan para Pihak tentang Protokol Kyoto (Meeting ofParties on Kyoto Protocol/MOP) ke-3 di Nusa Dua, Bali Tanggal13-14 Desember 2007.

Protokol KyotoDiantara rangkaian konperensi tersebut, Konperensi Kyoto

pada tahun 1997 melahirkan dokumen paling penting yaituProtokol Kyoto. Dalam dokumen tersebut tercantum secara jelas

arahan nyata bagi pelaksanaan Konferensi Perubahan Iklim.Target reduksi emisi gas rumah kaca ditetapkan sebesar 5,2%hingga 2012. Selain itu, diperkenalkan pula praktek bisnis baruyakni transaksi emisi gas rumah kaca atau disebut carbon tra-ding. Negara maju yang tidak mampu memenuhi kewajibannyadapat membeli kredit karbon dari negara lain. Kredit karbonadalah nilai uang dari jumlah emisi karbon yang berhasil diku-rangi. Indonesia menandatangani protokol ini pada tahun 1998dan meratifikasinya tahun 2004.

Tercatat 3 (tiga) jurus nyata dalam protokol Kyoto untukmenekan gas rumah kaca yaitu (i) perdagangan emisi (emissions

WAWASAN

16 PercikOktober 2007

a. Perubahan IklimPeningkatan temperatur bumiCurah hujan yang lebih lebat.Terjadi peningkatan curah hujan 2-3 persen per tahun danmusim hujan yang lebih singkat di Indonesia, yang dapatmeningkatkan resiko banjir.Sahara dan gurun makin kering. Gelombang panas bahkanmakin sering terjadiMusim dingin yang lebih dingin

b. Pertanian dan kehutananMengubah pola presipitasi, penguapan, air limpasan, dankelembaban tanah. Peningkatan suhu, musim hujan yangpendek, dan curah hujan meningkat menjadi penyebabnya.Resiko terjadinya ledakan hama dan penyakit tanamanTerancamnya ketahanan panganMenurunnya produktivitas dan tingkat produksi sebagai aki-bat terganggunya siklus air karena perubahan pola hujandan meningkatnya frekuensi anomali cuaca ekstrim. DataBappenas (2004), produktivitas pertanian Indonesia diperki-rakan menurun dengan nilai setara 6 miliar dolar AS pertahun.Kebakaran hutan. Udara kering, terik matahari dan tiupanangin mengakibatkan kebakaran hutan.

c. Kelautan Naiknya permukaan air laut rata-rata dunia, yang diperki-rakan sekitar 0,77 mm per tahun selama periode 1991-2004.Kenaikan permukaan laut di Indonesia akan berdampak padapenciutan lahan pertanian subur di sepanjang pantai. Pemanasan air laut yang memengaruhi keanekaragaman ha-yati laut

d. PenyakitPeningkatan jumlah penyakit terkait air dan dibawa melaluivektor. Pemanasan global akan mengacaukan iklim yang salah satudampaknya adalah banjir. Ketika banjir, beberapa penyakitakan merebak seperti diare, leptospirosis. Perubahan iklim membuat nyamuk demam berdarah danmalaria lebih berbahaya. Siklus hidupnya menjadi lebih pen-dek. Populasinya lebih mudah meledak.

e. SatwaPerubahan habitat. Hilangnya daerah pesisir berakibat padakeanekaragaman hayati serta migrasi penduduk.Penurunan populasi amfibi secara global

f. Krisis air tawarLapisan es di kutub dan puncak pegunungan meleleh,sehingga siklus musim berubah drastis, dan dunia akan men-galami krisis air tawar.

Dampak Pemanasan Global

Page 19: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

trading). Dimaksudkan sebagai transaksiantara pihak yang berhasil menekanemisi karbon dengan pihak lain yang takbisa memenuhi kewajiban serupa.Mekanisme ini berlaku di antara negaraindustri maju. Jadi negara maju yangtidak dapat memenuhi target pengu-rangan emisi dapat terbebas dari kewa-jibannya dengan membayar negara majulainnya yang bisa memangkas emisi kar-bonnya dalam jumlah yang setara; (ii)kerjasama antarpihak (joint implementa-tion). Negara maju yang tidak dapatmemenuhi target pengurangan emisidapat bekerja sama dengan pihak laindalam sebuah proyek industri yangmenekan emisi karbon; (iii) mekanismepembangunan bersih (clean developmentmechanism/CDM). Peluang kerjasamaantara negara berkembang yang tidakdibebani pengurangan emisi karbon de-ngan negara maju yang dikenai kewa-jiban menurunkan emisi karbon.

Strategi PenangananSecara umum terdapat 2 (dua) strate-

gi penanganan pemanasan global yangdisepakati dalam Konvensi KerangkaKerja Perserikatan Bangsa-Bangsa me-ngenai Perubahan Iklim (UNFCCC), yaitu(i) mitigasi yang meliputi pencarian carauntuk menahan laju emisi gas rumahkaca; (ii) adaptasi berupa cara mengatasidampak perubahan iklim dengan mela-kukan langkah penyesuaian yang tepatdan bertindak untuk mengurangi berba-gai efek negatifnya atau memanfaatkanefek positipnya.

Panel Antarpemerintah atas Perubah-an Iklim (IPCC) menawarkan rekomen-dasi mitigasi yang dinilai efektif menu-runkan emisi. Di sektor energi, mengu-rangi subsidi bahan bakar fosil, menetap-kan pajak karbon untuk bahan bakarfosil, mewajibkan energi terbarukan dandiberi insentif subsidi. Di sektor trans-portasi, mengurangi penggunaan bahanbakar fosil dan menggantikan denganbiofuel dan transportasi tidak bermotor.Memperbanyak transportasi massal.

Dalam Protokol Kyoto telah diperke-nalkan 3 skema mitigasi yaitu perdagang-an emisi, kerjasama antarpihak, danmekanisme pembangunan bersih. Selan-jutnya saat ini mulai diperkenalkan ske-ma terbaru yaitu pengurangan emisi darideforestasi dan degradasi lahan. Skemaini menawarkan penghutanan kembaliatau pencegahan perusakan hutan(deforestation) sebagai salah satu caramengatasi pemanasan global.

Mendulang Dana dari PengelolaanSampah

Tanpa disadari, sebenarnya tumpuk-an sampah dapat mengeluarkan emisi gasrumah kaca terutama CO2 dan metana.Sebagai gambaran, sampah kota Ban-dung menghasilkan 300.000 ton CO2 pertahun (LPPM ITB). Sementara sampahyang ada tersebut dapat dibakar sebagaibahan baku pembangkit listrik sehinggaemisi gas buang jadi nol. Inilah yang ke-mudian menjadi peluang untuk menda-patkan dana melalui skema CDM.Jumlah emisi CO2 yang dikurangi dapat

ditukar dengan sejumlah dana. Jika satuton dihargai USD 10 maka nilai tukaremisi CO2 sampah Bandung adalah sebe-sar Rp. 27 miliar setahun.

Pengurangan emisi gas metana me-lalui pembakaran gas metana juga dapatdikonversi menjadi uang melalui skemaCDM. Cara yang dapat dilakukan adalahdengan melakukan fermentasi alamiahyaitu dengan memadatkan sampah. Gasmetana yang dihasilkan kemudian di-bakar. Pembakaran metana memangmenghasilkan gas karbon. Namun me-tana mempunyai daya rusak 23 kali lebihbesar dari gas karbon. Sehingga nilai 1kubik gas metana adalah sebanding de-ngan 23 kubik gas karbon. Artinya pem-bakaran 1 kubik gas metana akan mengu-rangi emisi gas karbon sebesar 22 kubik.Pengurangan emisi gas karbon ini yangdapat ditukar dengan sertifikat reduksiemisi (Certified Reduction Emissi-on/CER), yang kemudian dijual kepadanegara maju. Dengan membeli sertifikatini maka negara maju tersebut dianggaptelah mengurangi emisinya setara dengannilai CER tersebut.

Tentu saja sampai saat ini masih ter-dapat kontroversi dibalik pemanfaatansampah sebagai bahan baku listrik.Dalam prosesnya, ternyata dihasilkandioksin dan gas asam dari proses pem-bakaran sampah. Keduanya sangat ber-bahaya bagi kesehatan dan lingkungan.Namun, penelitian menunjukkan bahwadioksin hanya dihasilkan ketika pem-bakaran dibawah 800 derajat Celcius. Se-mentara gas asam dapat dihindari de-ngan pengoperasian reaktor circulatingfluidized bed (RCB).

Bagaimana Kondisi Indonesia?Menurut Global Fluid Dynamic dan

Goddart International Space Study,diperkirakan suhu udara di Indonesiaakan meningkat 2 hingga 4,2 derajatCelcius sampai tahun 2050-2070.

Walaupun demikian, pada saat inimulai terlihat beberapa fenomena yangmenunjukkan terjadinya imbas pema-nasan global di Indonesia. Diantaranya(i) makin menipisnya salju yang dulumenyelimuti puncak Pegunungan Jaya-

WAWASAN

17PercikOktober 2007

a. Jangan membakar sampah di pekarangan rumah. Asapnya mengeluarkan gas CO2dan dioksin.

b. Praktekkan prinsip 3 R (kurangi, gunakan kembali, daur ulang/reduce, reuse, danrecycle) sehingga jumlah timbulan sampah menjadi berkurang.

c. Jangan menggunakan tas plastik. Didunia, dari 500 milyar tas plastik yang digu-nakan, hanya 3% yang didaur ulang. Gunakanlah tas dari kertas atau material yanggampang didaur ulang.

d. Tisu dan kertas bekas jangan dibuang. Langkah ini dapat mengurangi penebanganpohon untuk keperluan pembuatan kertas dan tisu. Setiap ton kertas yang didaurulang akan menyelamatkan 19 pohon (Sumber:Gatra).

Tips AMPL Mengurangi Emisi Gas

Page 20: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

wijaya, Papua, (ii) temperatur udarabeberapa kota seperti Jakarta, Medan,Denpasar mulai meningkat pada kisaran0,2 sampai 3 derajat Celcius, (iii) curahhujan yang lebih banyak sementaramusim kemarau lebih panjang, (iv) seki-tar 20 pulau kecil telah tenggelam karenakenaikan permukaan air laut yang sekitar0,5 sentimeter per tahun, (v) krisis airmulai terjadi. Aliran air hujan ke DaerahAliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Baratsebagai akibat meningkatnya temperaturdan perubahan tata guna lahan.

Dalam jangka panjang Indonesiaakan menghadapi beberapa kondisi yangkritis diantaranya Indonesia memiliki ga-ris pantai yang sangat panjang, yang ren-tan terhadap dampak kenaikan permu-kaan air laut. Ratusan pulau di Nusantaradikhawatirkan akan tenggelam. Keka-cauan iklim berdampak pada perubahanmusim sehingga ancaman kelaparan aki-bat kegagalan panen juga makin nyata.

Ketergantungan bahan bakar fosil diIndonesia makin meningkat. Menurutprediksi Badan Energi Internasional(2007), ketergantungan Indonesia padabahan bakar fosil meningkat dari 69%(2002) menjadi 82% (2006). Upaya pe-ngembangan sumber energi ramah ling-kungan masih terkendala dan miniminsentif.

Di perkotaan, timbulan sampahsemakin meningkat yang berpeluangmeningkatkan emisi gas karbon dan gasmetan akibat kurang terkelolanya tempatpengolahan akhir (TPA) sampah. SeluruhTPA masih mempraktekkan sistem opendumping. Praktek 3 R yang dapat ber-potensi mengurangi timbulan sampahmasih belum mendapat perhatian seriuspemerintah daerah.

Ketidakkonsistenan langkah peme-rintah Indonesia, baik antara pusat-dae-rah maupun pusat-pusat. Sebagai ilus-trasi, perubahan iklim perlu diadaptasidengan salah satunya merubah polatanam seperti diversifikasi produksidiantaranya dengan mengurangi keter-gantungan pada sistem bertani sawahyang selain boros air juga menyumbangpada penambahan emisi gas metana. Di-lain pihak, pemerintah mengalokasikandana untuk perluasan sawah termasukdengan menebang hutan.

Isu perubahan iklim masih dilihat hanyasebagai isu lingkungan. Akibatnya usahaadaptasi yang dilakukan masih berat padaaspek lingkungan saja. Sementara pema-nasan global terkait juga dengan isu ekono-mi. Upaya mengarusutamakan pemanasanglobal dalam pembangunan nasional belumterlihat hasilnya.

Kemampuan pendanaan Indonesiamasih rendah tetapi upaya untuk meng-gunakan peluang mendapatkan dana dariskema mekanisme pembangunan bersih(CDM) juga belum digarap. Potensi CDMIndonesia mencapai USD 81,5 juta sam-pai USD 126 juta namun sampai saat inibaru sembilan proyek CDM Indonesiayang telah terdaftar di Badan EksekutifCDM. OM dari berbagai sumber

WAWASAN

18 PercikOktober 2007

Emisi karbon di AS 20,01 ton per kapita per tahun, Australia 19,36, Kanada 18,4,Jepang 9,37, Cina, 3,6, Brasil 1,83, Indonesia 1,4 (sebagian terbesar berasal darikebakaran hutan), India 1,02 dan Bangladesh 0,27. Hasil penelitian Wetlands International and Defl Hydraulics (2007) Belanda, menem-patkan Indonesia sebagai penyumbang ketiga terbesar emisi gas CO2 setelah AmerikaSerikat (6.300 MtCO2e) dan Cina (5.000 MtCO2e). Sementara Indonesia menyumbangsekitar 3.000 MtCO2e Indonesia menyumbang sepertiga dari 20% emisi global yang berasal dari deforestasi.Sumber Emisi Tahunan Gas Rumah Kaca di Indonesia

Deforestasi dan konversi lahan yang menyumbang sekitar 85% dari total emisi tahu-nan rumah kaca. Penggundulan hutan, degradasi lahan gambut dan kebakaranhutan menjadi penyumbang terbesar. Sektor energi (industri, pembangkit lietrik, transportasi) yang menyumbang sekitar10%. Walaupun nilainya jauh lebih kecil tetapi menunjukkan pertumbuhan yang sig-nifikan.Pertanian, sebagian besar dari produksi padi yang menyumbang 4%Persampahan, yang meskipun kecil sebesar 1% tetapi menjadi penghasil emisiterbesar keenam di sektor sampah dunia.

Emisi Karbon Indonesia

Lapisan es di kutub mencair sebagai akibat meningkatnya perubahan iklim dunia.Foto: www_rcom_marum_de

Page 21: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Kebutuhan air minum dan penyehatan lingkungan(AMPL) merupakan kebutuhan yang mendasar dan vitalbagi kehidupan seluruh manusia. Air dikatakan sebagai

sumber kehidupan, tiada kehidupan tanpa air. Oleh karenanyaketersediaan dan kesinambungan sumber daya air menjadi isuyang relevan dan strategis dalam konteks pemenuhan kebu-tuhan masyarakat saat ini dan mendatang.

Isu pencapaian target Millenium Development Goals (MDG)tahun 2015, mengurangi separuh penduduk yang belum men-dapat akses air minum dan sanitasi sering menjadi bahandiskusi, seminar dan sejenisnya. Namun adakah upaya tero-bosan yang inovatif dan mampu mengeliminir hambatan untukmewujudkan program sinergis dalam proses pencapaian kiner-ja sektor air di Indonesia?

Tentunya menjadi perhatian dan tanggung jawab kitabersama. Sebagai upaya mencari solusi, penting rasanya perandan konsep Pengelolaan Jejaring dalam membantumeningkatkan kinerja sektor AMPL.

Sektor air minum dan penyehatan lingkungan merupakanbagian dari agenda pembangunan nasional menuju IndonesiaSehat 2010. Berbagai program yang bersifat fisik dan non fisiktelah digulirkan. Berbagai promosi, kampanye publik juga aktifdilaksanakan berbagai kalangan termasuk keterlibatanLembaga Swadaya Masyarakat.

Kebijakan pembangunan AMPL berbasis masyarakat dankelembagaan telah digulirkan pemerintah beberapa tahun ter-akhir, melalui Waspola yang dikoordinasikan Bappenas.Pendekatan substansi yang digunakan adalah pelibatanmasyarakat pengguna dalam proses pengambilan keputusanyang berbasis pada kebutuhan (demand driven)

Beberapa masalah (isu) mendasar pembangunan AMPL diIndonesia, antara lain investasi pembangunan prasarana dansarana AMPL kurang efektif dan efisien, persepsi masyarakatbahwa air sebagai benda sosial, keterbatasan pemerintah dalamimplementasi, pembangunan infrastruktur AMPL belum menja-di perhatian dan prioritas dan aspek lainnya yang ikut andilmenjadi kendala peningkatan kinerja pelayanan. Beranjak dariisu strategis tersebut, upaya mencari solusi alternatif dan ino-vatif menjadi bahasan yang penting bagi pemerintah danpemangku kepentingan AMPL.

Keterlibatan pemangku kepentingan merupakan suatukeniscayaan dalam mewujudkan amanat yang lebih operasional

dengan memberikan ruang selebar-lebarnya untuk memperolehakses data dan informasi AMPL yang menjadi basis penge-tahuan untuk mampu berkontribusi dan berpartisipasibersama-sama unsur pemerintah dalam menentukan arah pro-ses penyusunan kebijakan secara transparan, akuntabel danefektif.

Salah satu alternatif solusi yang telah digagas dan disepakatipara pemangku kepentingan adalah mewujudkan suatu wadahinformasi, komunikasi dan pengetahuan praktis, yang dikenaldengan sebutan Jejaring AMPL (Water and SanitationNetworking).

WAWASAN

19PercikOktober 2007

PERSPEKTIF PENGELOLAANJEJARING AMPL

Oleh Abdul Gani *

Aktivitas pengelolaan sampah di TPA.Foto: Bowo Leksono.

Page 22: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Mengenal konsep jejaringJejaring (network) merupakan kon-

sep yang sederhana, terdiri dari dua halsimpul (node) dan keterkaitan (link)antarsimpul. Dalam sebuah jejaringsosial, fokus pada orang, kelompok, danorganisasi.

Beragam definisi jejaring.Diantaranya diartikan sebagai sebuahkelompok dengan tujuan membangunkerjasama yang sekaligus merupakanbagian dari kehidupan kita. Beberapapraktisi membagi jejaring menjadi 3 ka-tegori, yaitu jejaring sosial, kelompokpraktisi (community of partice) danjejaring formal.

Namun dalam konteks tulisan inibahasan jejaring dibatasi dalam tataranjejaring formal. Jejaring formal didefi-nisikan sebagai kelompok antarhubung-an dari beberapa individu, institusi atauorganisasi yang dibentuk sesuai disaindan kebutuhan.

Dikatakan jejaring formal apabilajejaring tersebut memiliki misi, tujuandan mekanisme hubungan antaranggotayang dinyatakan secara tertulis danmemiliki program kerja yang bersifatpermanen. Keanggotaan jejaring formalbiasanya memiliki visi, misi dan tujuansama dan akan melaksanakan kesepa-katan suatu kegiatan bersama, seperti

pertemuan regular. Berdasarkan pengalaman Cap Net

(Capacity building network on watersector), dinyatakan ada beberapa elemenpenting dalam membentuk sebuahjaringan, antara lain sebuah jejaringseharusnya tidak saling berkompetisitetapi masing-masing anggota salingbelajar dan melengkapi serta memperku-at dan mengembangkan diri.

Jejaring dapat membawa manfaatketerampilan, pengetahuan bersama apa-bila terjadi saling berbagi (sharing)diantara individu anggotanya. Jejaringdapat menyediakan "focal point" untukpertukaran dengan komunitas interna-sional dalam akses sumber pengetahuandan sumber daya internasional. Terbukadan inklusif sehingga jejaring dapatmeningkatkan komitmen, kepemilikan,kepemimpinan melalui partisipasi dandesentralisasi.

Manfaat apa yang bisa diperoleh?Jejaring akan berkesinambungan

apabila anggota memperoleh manfaat,antara lain saling belajar satu sama lain(learning process), saling memperolehakses data dan informasi, adanya kese-taraan antaranggota (equality), pe-nguatan kemampuan anggota, memba-ngun sinergi dan menjalin kemitraan

yang sejajar, serta sebagai wadah salingmengasah dan bertukar ide untuk solusiinovatif.

Membangun konsep jejaring (net-work development)

Seperti halnya memulai suatukegiatan apapun diperlukan suatu ren-cana yang matang dan dasar pemikiranyang mampu dicerna secara logis danjelas oleh para pihak. Begitu juga denganmembentuk jejaring.

Menurut paper A Management Guidefor Formal Network-GTZ, langkah yangperlu dipertimbangkan dalam memba-ngun jejaring, adalah bahwa pemben-tukan jejaring merupakan suatu kebu-tuhan konkrit bukan suatu keinginan,sebaiknya lakukan analisa kebutuhan(need assessment), temukan kebutuhanyang spesifik, bentuk tim inti yang memi-liki komitmen dan loyalitas tinggi, men-cari dukungan dan dapatkan dari pe-mangku kepentingan utama dan peng-ambil keputusan, dapatkan kecukupansumber daya untuk memulai (star up)kegiatan jejaring, promosikan dan caridukungan untuk ketersediaan dana yangcukup, serta menyiapkan konsep usulankegiatan (concept paper)

Bagaimana menyiapkan proposaljejaring?

Setelah konsep jejaring disepakatidan dibentuk dengan identitas serta prin-sip jejaring yang konkrit, maka upayabesar berikutnya adalah bagaimanamembuat gagasan/program dalam ben-tuk proposal yang sistematik dan efektif.

Ada beberapa elemen penting yangperlu menjadi pertimbangan kita dalammembuat proposal jejaring, antara lainproposal sebaiknya pendek, berisikanaspek informasi yang relevan denganjejaring dan usahakan tidak lebih dari 10halaman. Buat resume eksekutif dalambentuk "logical framework sheet".Cantumkan konsep network secara ter-struktur, sistematis dan komprehensif.Bentuk tim terbaik, untuk mempersiap-kan proposal, usahakan ganjil dan tidaklebih dari 5 orang.

Materi proposal minimal mencan-

WAWASAN

20 PercikOktober 2007

Suasana pertemuan Jejaring AMPL beberapa waktu lalu di Jakarta.Foto: Bowo Leksono.

Page 23: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

tumkan aspek organisasi, sumber daya, sistem pengelolaan,pembiayaan, periode waktu dan analisa resiko dan hasil.Menentukan mitra yang berpeluang merespon proposal jeja-ring.

Faktor keberhasilanFaktor keberhasilan dengan cara menjalankan fungsi mana-

jemen jejaring secara konsisten, transparan dan akuntabilitas.Disertai rasa memiliki (ownership) dan kompetensi memadaisesama anggota jejaring. Terbuka, inklusif, dan multidisiplinlebih mendorong keberhasilan. Desentralisasi operasional,komitmen dan komunikasi intensif

Respon terhadap kebutuhan aktual dan efektifitaspemenuhan permintaan anggota. Penguatan mitra jejaring danwujudkan keunikan kapasitas jejaring dalam mencapai tujuan-nya. Memiliki struktur yang dinamis dan tidak biokratis.

Menciptakan kesinambungan Jejaring AMPLKita semua patut bersyukur dan berbahagia bahwa pada 8

Oktober 2007, bertempat di Hotel Sari Pasific telah disepakatidan dideklarasikan sebuah Jejaring Air Minum dan PenyehatanLingkungan yang merupakan perwujudan dari sebuah wacanadan gagasan yang kemudian dirintis oleh beberapa institusi danlembaga yang memiliki kepedulian dan komitmen menjadikanwadah jejaring sebagai sarana komponen masyarakat ikut andildalam proses pengambilan keputusan/kebijakan pembangunansektor AMPL.

Bagaimana rencana selanjutnya agar Jejaring AMPL dapatberkesinambungan dan berkontribusi dalam membantu danmendorong peningkatan kinerja? Ada beberapa aspek yangperlu kita perhatikan, sebagai berikut;

Operasionalisasi sekretariat jejaring.Sebagai pusat kegiatan dan administarator jejaring sudah

mulai direncanakan bagaimana sistem operasi dan prosedurdalam menjalankan kegiatan atau program yang telah disepa-kati sesama anggota. Tentukan personal yang mampu mengko-munikasikan dan menindaklanjuti hasil kesepakatan darianggota jejaring. Formalkan uraian tugas dan tanggung jawabdari petugas sekretariat dan anggarkan dana sekretariat mini-mal untuk semester pertama.

Penguatan anggota jejaring, pelihara, pertahankan dantingkatkan kualitas dan kuantitas anggota jejaring melaluikegiatan yang reguler, terprogram dan saling memberikan man-faat secara aktual.

Mulailah kegiatan yang berkontribusi langsung terhadappencapaian tujuan strategis jejaring. Ciptakan forum diskusidengan topik yang diminati anggota jejaring dan mendapatdukungan pemangku kepentingan, distribusikan news letterjejaring, fasilitasi kegiatan lokakarya, seminar, kursus dankegiatan sejenisnya untuk meningkatkan kompetensi paraanggota.

Pengelolaan dan pengembangan organisasiMulailah dengan memilih personal kunci untuk posisi tim

pengarah, tim pelaksana sebagai inspirator dan penggerak,susun proposal rencana strategis jejaring dan rencana opera-sional yang akan diimplementasikan. Dapatkan segera du-kungan politis dan finansial untuk menggulirkan pelaksanaanprogram jejaring. Ciptakan mekanisme dan aturan main jejaringdengan tetap memperhatikan visi, misi dan sejarah pemben-tukan jejaring (piagam kesepakatan).

Proses pembelajaran dan kemitraanSemua personal di sekretariat dan anggota jejaring perlu

melakukan proses pembelajaran terhadap pengalaman organi-sasi jejaring di level nasional, regional maupun internasional.Hal ini penting agar proses kesinambungan jejaring AMPL bisaterwujud. Selanjutnya mulailah mencari peluang melakukankerjasama program jejaring dengan institusi, lembaga baik dariunsur pemerinta, swasta maupun LSM.

Lakukan evaluasi dan monitoringKeberadaan dan perkembangan Jejaring AMPL juga akan

ditentukan melalui alat analisis monitoring dan evaluasi yangditujukan mengukur perkembangan kinerja jalannya organisasijejaring. Jejaring AMPL sebaiknya memiliki alat ukur (tools)yang berupa indikator kinerja yang bermanfaat digunakan seba-gai upaya perbaikan program jejaring di masa datang.

Konsisten terhadap jaminan kualitasImplementasi kegiatan dan program kerja jejaring AMPL

diupayakan merujuk pada konsep jaminan kualitas (qualityassurance). Penyediaan dan penyebarluasan data dan informasiair minum dan sanitasi misalnya bagi kepentingan publik, telahdipastikan melalui proses verifikasi dan validasi dengan men-ciptakan standar mutu jejaring AMPL. Kita harus bisa memas-tikan bahwa data yang disajikan valid dan tidak bertentangandengan sumber data dari sumber yang dikeluarkan pihak lain-nya.

Bahan rujukan (referensi):Cap -Net, Guide to Project Proposal Development, Network for

Capacity building, 2005CK Net -INA, Kumpulan Materi Presentasi, IHE Indonesia, 2007

David J. Skyrme, Knowledge Networking: CollaborativeEnterprise Plant Tree publisher, 1999

Michael Glueck, A Management Guide for Formal Network, NewDelhi -GTZ, 2006

Rick Davies, Network Perspectives in The Evaluation ofDevelopment Intervention, Monev Consultant, Cambridge UK, 2003

*Performane Management & Benchmarking Specialist IHEIndonesia

Email: [email protected]

WAWASAN

21PercikOktober 2007

Page 24: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Sejak 1980-an proyek-proyek penyediaan sarana air bersihdan sanitasi (SABS) bagi masyarakat sudah dilaksanakandi berbagai penjuru dunia. Dengan metodologi yang vari-

atif (konvensional dan partisipatif), para pihak dan pemerhatimulai dari kalangan Pemerintahan, Perguruan Tinggi, dan LSM(lokal, regional, nasional), serta lembaga-lembaga internasionaljuga telah melakukan kegiatan-kegiatan survei, studi/peneliti-an, ujicoba, monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan saranaair bersih tersebut.

Secara umum indikasi hasilnya ternyata hampir sama,semua menunjukkan bahwa pelayanan SABS yang buruk selamaini telah mengakibatkan kerugian, baik secara ekonomi maupundengan merosotnya kualitas hidup masyarakat. Ironisnya justru

yang paling banyak menanggung beban adalah kelompok mar-ginal alias masyarakat miskin, kaum perempuan dan anak-anak.

Coba bayangkan, suatu desa dengan status miskin dan ter-tinggal, kemudian dilanda krisis air bersih. Bisa dipastikan rodaperekonomiannya akan mengalami gangguan. Minimal ada duapersoalan yang harus dihadapi masyarakat, yaitu 1) tingkat pro-duktifitas menurun karena mesti ada separoh waktu yang dikor-bankan untuk kegiatan mencari air, atau 2) mereka harus relamengorbankan sebagian pendapatan untuk membeli air padapedagang.

Persoalan itu bisa semakin luas, misalnya jika masyarakatsudah tidak ber-PHBS lagi karena ketersediaan air terbatas.Biaya bagi perawatan kesehatan keluarga meningkat, yang bisajadi itu akibat mengkonsumsi air yang kotor, atau karenamasalah lingkungan. Artinya beban yang harus ditanggungmasyarakat atas kedua persoalan tadi semakin berat. Apalagifakta menunjukkan kondisi ketersediaan sumber air bersih kinisemakin langka, sementara jumlah penduduk terus bertambah.

Desa Dasan GeriaSalah satu desa tertinggal yang juga mengalami kasus di atas

adalah Desa Dasan Geria, Kecamatan Lingsar, KabupatenLombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Desa disekitar kawasan hutan ini sebenarnya tidak terlalu jauh dariMataram, mungkin hanya sekitar 9 km ke arah tenggara, pusatibukota provinsi NTB.

Selain dilanda persoalan ekonomi akibat krisis moneterdiakhir tahun 1990-an, masyarakat di desa ini juga cukup lamamengalami kesulitan air bersih. Untuk berbagai keperluansehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak dan minum punmasyarakat harus menggunakan air sungai. Padahal sudahmenjadi rahasia umum bahwa seiring waktu dan pertumbuhanpenduduk, kuantitas dan kualitas air sungai sulit dipertang-gungjawabkan.

WAWASAN

22 PercikOktober 2007

Pembelajaran PengembanganSarana Air Bersih dan JambanKeluarga di Desa Dasan Geria

(Program Bantuan Sosial Kementerian Negara

Pembangunan Daerah Tertinggal)Oleh Ir. Wiji J, Santoso

Foto: Istimewa

Page 25: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Jika untuk kebutuhan domestik saja air masih sulit diper-oleh, bagaimana ketersediaan air untuk sanitasi. Masyarakattentu lebih memilih cara-cara termudah. Awalnya mereka(terutama kaum perempuan) masih malu dan sembunyi-sem-bunyi BAB di sungai atau kebun. Tetapi lambat laun merekaakan terbiasa BAB di sembarang tempat seperti di sungai ping-gir jalan meskipun ada yang melihat.

Sejarah pembangunan SAB dan pemeliharaan olehmasyarakat

Di Desa Dasan Geria pada era tahun 1990-an, masyarakatuntuk pertama kalinya mendapat bantuan SAB dari pemerintah.Saat itu di Dasan Geria selatan yang bertopografi landai danposisinya cukup rendah mendapat bantuan sumur gali.Sementara Dasan Geria utara yang bertopografi sedikitbergelombang dan cukup tinggi dibangunkan penampung danperpipaan yang sumbernya dari air sungai. Kondisi bak penam-pung tersebut sekarang rusak berat dan airnya sudah tidak layakuntuk dikonsumsi.

Ditahun 2004 yang lalu masyarakat kembali mendapat ban-tuan SAB dari Dinas Kesehatan Lombok Barat melalui proyekWSLIC-2. Sarana yang dibangun perpipaan (sistem gravitasi)dan sumbernya dari hulu sungai di dalam hutan. Selain itu,proyek ini juga memberikan bantuan stimulan untuk jambanbergulir.

Program Bansos KPDTDiakhir tahun 2006, Mitra Samya (Lembaga Studi

Partisipasi dan Demokrasi) melakukan pembinaan LembagaKesehatan Masyarakat di Desa Dasan Geria. Maksud dari pro-gram yang didukung bantuan sosial (Bansos) KPDT(Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal) iniuntuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan BadanPengelola SABS dalam manajemen kesehatan lingkungan.Disamping menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam ber-PHBS, program ini juga ditunjang pengembangan sarana fisik.Pendekatannya secara partisipatif dengan basis masyarakatmiskin dan kaum perempuan sebagai target utama dalam aksesdan kontrolnya.

Semangat itulah yang kemudian menjadi dasar dari prakarsapeningkatkan status kesehatan, produktifitas dan kualitas hidupmasyarakat. Sasaran utamanya meliputi 1) peningkatan perilakukesehatan dan pelayanan kesehatan, 2) upaya peningkatanpelayanan kesehatan dan penyediaan SAB yang aman, mudahuntuk diakses dan hemat biaya 3) pengembangan keberlanjutandan efektivitas pengelolaan melalui pemberdayaan masyarakat.

Program Bansos KPDT untuk SAB dan jamban keluarga inihanya dilakukan di dua lokasi, yaitu Kabupaten Lombok BaratNTB dan Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Secara umumtujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kese-hatan masyarakat melalui upaya penguatan kelembagaan, pe-ningkatan PHBS dan pengembangan SABS.

Sasaran utamanya pada masyarakat miskin dan kaum

perempuan di perdesaan daerah tertinggal. Hasil-hasil yangdiharapkan antara lain 1) adanya kontribusi masyarakat dalamkegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan SABS, 2) adanya pe-ningkatan kualitas lingkungan dan perubahan perilakumasyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

Pencapaian tujuan tersebut akan diindikasikan dari pe-ningkatan cakupan pengguna air bersih yang memenuhi keten-tuan/syarat kesehatan, meningkatnya kualitas air bersih, penye-hatan lingkungan, dan terbentuknya kader aktif di desa yangbertugas mengelola SABS secara berkesinambungan.

Skema Program Bansos KPDT

WAWASAN

23PercikOktober 2007

Deputi Bidang Pembinaan

Lembaga Sosial dan Budaya KPDT

Bappeda Propinsi

NTB

Bupati/ Pemda Kabupaten

Lombok Barat

Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat (Kasi PKA-PL)

Lembaga Swadaya Masyarakat (Mitra

Samya)

Badan Pengelola SABS, Pemdes, Masyarakat

Dasan Geria

Foto: Istimewa

Page 26: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Pelaksanaan program Program Bansos KPDT ini dilak-

sanakan secara partisipatif bersamamasyarakat melalui proses pember-dayaan dan pendampingan. Persiapandilakukan sejak Desember 2006 hinggaJanuari 2007 dengan kegiatan sosialisasi,identifikasi kondisi umum wilayah, dansurvei teknis.

Kegiatan sosialisasi sangat pentingyaitu untuk menjelaskan tentang pro-gram, maksud, tujuan dan berbagaiprasyarat yang harus menjadi kontribusicalon penerima manfaat. Sosialisasidilakukan mulai dari tingkat aparatpemerintah desa, para kader, tokoh,pemuka masyarakat, dan ditingkat ma-syarakat langsung.

Proses konstruksiKonstruksi dimulai setelah berbagai

persiapan teknis dan non teknis sudahselesai. Pekerjaan diawali penggaliantanah, merapikan bak penampung, insta-lasi perpipaan, dan konstruksi tugu kranserta pemasangan water meter.Walaupun tidak semulus rencananya,semua pekerjaan dalam tahapan iniberhasil diselesaikan. Proses konstruksihanya sempat terhambat karena kendalahujan dan ketepatan dengan agendaPilkades.

Hujan lebat menjadi hambatan kare-na tukang ahli tidak bisa bekerja.Beberapa galian bahkan tertimbun lagiakibat erosi. Hambatan terparah yaitudari agenda Pilkades. Dalam situasi desayang kurang kondusif, para tukang tidakberani bekerja. Ketegangan bahkanmemuncak ketika penyampaian visi misicalon Kades, karena ada salah satu kandi-dat yang mengancam menjarah bahandan material Bansos KPDT jika kegiatantidak dihentikan.

Hasil kegiatanKini hampir setahun masyarakat

Dasan Geria menikmati pelayanan saranaair bersih dan sanitasi dari hasil pengem-bangan melalui program Bansos KPDT.Sarana air bersih yang dibangun berupaperpipaan yang terkoneksi satu sama laindengan 20 unit kran umum (KU) dan 20

unit sambungan rumah (SR). Untuk pe-ningkatan efisiensi dan efektifitaspemakaian air bersih, semua saranadilengkapi stop kran dan water meter.

Penempatan tugu kran tersebar ditiga zona (dua wilayah dusun), yaituDasan Geria selatan dan Dasan Geriautara. Pertimbangan penempatan tugukran ini disesuaikan dengan ketersediaansumur gali, sumur pompa, bak penam-pungan, dan yang terpenting sebaran KKpengguna. Di Dusun Geria selatan adatujuh tugu kran umum yang dibangun,sedangkan di Geria Utara ada 13 tugukran umum.

Di wilayah Dusun Geria selatan jugaterdapat satu zona pengembangan yanglokasinya sangat terpencil dan berada dipuncak bukit, yaitu wilayahPenyangkaran. Di perkampungan ini pro-gram telah membangun tiga unit tugukran dan masyarakat secara swadaya jugaberhasil membangun 1 unit kran umum.

Setiap tugu kran dipasangkan duamata kran dan tempat mencuci seluas2x2 m. Sarana ini telah dirancang untukpelayanan sekitar 10-15 KK secarabergantian. Sementara pemasangan SR(sambungan rumah) memang sengajadisiapkan bagi KK yang minta dan tentubiaya pemakaian air yang dikenakan bagi

mereka lebih mahal daripada penggunaKU.

Untuk penyehatan lingkungan, pro-gram Bansos KPDT juga meyalurkanbantuan stimulan jamban keluarga.Paket ini berupa 2 zak semen dan 1 closetuntuk setiap KK yang terdaftar sebagaicalon penerima. Sekitar 95 KK telah ter-catat sebagai penerima bantuan tersebutdan mereka diprioritaskan dari keluargamiskin yang sudah siap membangun WCtetapi masih kekurangan bahan.

Dalam penyaluran stimulan jambanitu, Samsudin (Ketua BP-SABS) bersamarekan-rekan mewajibkan setiap KK calonpenerima untuk membuat lubang tankiseptik terlebih dahulu sebelum mengam-bil paket bantuan. Prasyarat ini telahmenjadi kesepakatan bersama seba-gaimana hasil pembahasan dalam rapatpersiapan ditingkat desa.

Manfaat SABS Bansos KPDTSetelah pelaksanaan program Bansos

KPDT, persoalan terbatasnya pelayananair bersih bagi masyarakat Dasan Geriakini mulai teratasi. Para warga yang se-mula harus pergi ke bak-bak penampungatau sungai yang jauh, kini bisa mengam-bil air dekat rumah. Selain lebih dekat,kualitas airnya juga jauh lebih bersih dan

WAWASAN

24 PercikOktober 2007

Foto: Istimewa

Page 27: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

segar karena sumbernya dari dalam hutan. Masyarakat pun sekarang merasa lebih aman karena mereka

tidak perlu cemas ketika yang mengambil air adalah para ibu,manula atau anak-anak. Kegiatan mengambil air bisa lebihmudah, yaitu di kran-kran umum yang ada di sekitar rumah.Mereka tidak perlu lagi pergi ke tempat yang jauh atau ke su-ngai.

Sekarang dengan adanya kran umum dan SR dari BansosKPDT plus water meternya, diharapkan pemakaian air bisalebih efektif dan efisien. Mudah-mudahan distribusi air tidaklagi hanya sampai di Geria Utara, tetapi juga bisa sampai kewilayah Geria Selatan dan sekitarnya.

Selain beberapa contoh diatas, manfaat dari adanya saranaBansos KPDT di Desa Dasan Geria juga langsung dirasakanmasyarakat ketika perayakan Hari Raya Maulid NabiMuhammad SAW. Seperti tradisi masyarakat KabupatenLombok Barat umumnya, perayaan hari raya ini pun selalu di-selenggarakan warga desa dengan sangat meriah. Keberadaankran-kran umum dan sambungan rumah tentu sangat memu-dahkan dalam memperoleh air bersih baik untuk kegiatanmemasak, minum, mandi, mencuci, dll.

Di dalam kegiatan pesta keagamaan tersebut masyarakatdesa tidak lagi menggunakan air sungai. Kenyamanan dan kese-hatan makanan yang dihidangkan bagi para tamu juga menjadijauh lebih terjamin. Tidak ada lagi perasaan sungkan ketikamenerima tamu karena kalau sewaktu-waktu ada yang minta airatau ingin BAB mereka sudah mempunyai WC keluarga yangsebagian juga diperoleh masyarakat dari dukungan programBansos KPDT ini.

Sebagai tindakan evaluasi program, pada April 2007 tepat-nya di minggu II, sebanyak tiga orang wakil InspektoratJenderal Deputi Bidang Pembinaan Lembaga Sosial dan Budaya

KPDT telah datang ke Dasan Geria untuk melakukan supervisi.Mereka berdialog langsung dengan aparat pemerintah desa,para tokoh, badan pengelola dan masyarakat.

Intinya hasil dari dialog tersebut, masyarakat sangatbersyukur telah mendapatkan bantuan air bersih dan sanitasi.Sebaliknya para pihak yang dalam hal ini Pemda/Dikes LombokBarat, Pemdes, dan Mitra Samya juga berharap agar manfaatsarana yang sudah dibangun dengan susah payah tersebut bisaterpelihara secara berkesinambungan. Karena itu masyarakatdan badan pengelola dihimbau untuk bekerjasama dalam opera-sional dan pemeliharaannya.

Catatan pembelajaranBeberapa pembelajaran penting yang berhasil dipetik dalam

pelaksanaan program Bansos KPDT di Desa Dasan Geria antaralain identifikasi peluang hambatan sejak proses persiapan hing-ga pelaksanaan konstruksi sarana memudahkan dalammelakukan antisipasi terhadap berbagai dampak negatif.Hasilnya masyarakat konsisten dan tetap berkonsolidasi dengantim kerja dalam mendukung pelaksanaan program.

Tidak mudah melaksanakan program yang partisipatif di-saat warga menyelenggarakan agenda Pilkades. Acara itumemang sempat menghambat pelaksanaan program BansosKPDT, tetapi keputusan masyarakat untuk tetap melaksanakankegiatan adalah nilai tertinggi yang mesti dikedepankan.Artinya diperlukan kesabaran yang tinggi dalam bekerjasama,berkoordinasi, dan masing-masing pihak harus bersediamemisahkan kepentingan pribadi dengan kepentinganmasyarakat.

Pengembangan SAB Bansos KPDT mampu meningkatkanefisiensi dan efektifitas penggunaan air bersih. Setelah sam-bungan ilegal dirapikan, setiap sarana dilengkapi water meterdan stop kran, ketersediaan air di bak distribusi meningkat.Masyarakat tidak lagi berani ceroboh membiarkan stop kranterus terbuka karena sesuai aturan mereka harus membayarpemakaian air.

Ternyata pengembangan SABS Bansos KPDT bisa mem-perindah tatanan wilayah desa. Buktinya bak-bak penampunganair yang banyak terletak di pinggir jalan, kini sudah rapi.Aktivitas warga mengambil air tidak lagi dilakukan di sanamelainkan sudah ke masing-masing kran umum di sekitarrumah mereka.

Pemerintah desa bisa mengatur operasional dan pemanfa-taan sarana air bersih. Untuk kesinambungan pelayanan diper-lukan suatu pengaturan oleh Badan Pengelola yang ditetapkanmelalui musyawarah dan mufakat dengan pihak pemerintahdesa.

Aspek legalitas, seperti dengan penerbitan SK Kepala Desaakan sangat menunjang terhadap kinerja Badan Pengelola.Posisi kepala desa sebagai Badan Penasehat baik secara lang-sung maupun tidak juga bisa mempermudah peran pemerintahdesa untuk mengatur operasional/pemeliharaan SABS olehmasyarakat.

WAWASAN

25PercikOktober 2007

Foto: Istimewa

Page 28: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Penampilannya sederhana, namun tak mengurangi kesaha-jaannya. Mengenakan kopiah Timur Tengah dan kemejabatik, laki-laki berjenggot putih ini mengundang perha-

tian puluhan pelaku seni tradisi dalam sebuah acara sarasehandalang di Semarang, Jawa Tengah, 27 Oktober 2007 lalu.

H. Bambang Murtiyoso, S.Kar., M.Hum, selaku pengamatsekaligus pelaku jagat pewayangan, memiliki keunikantersendiri. Dia adalah pemikir dan pembaharu model dan ceri-ta-cerita dunia pewayangan.

Diusianya yang lebih dari 60 tahun, Bambang masih tetaptampil enerjik. Di depan publik, ia selalu berpolah mengundangtawa. Di sela-sela sarasehan itu, Percik menyambangi sambilberbincang secuil dunia pewayangan.

Menurut Bambang, cerita pewayangan tak akan pernahmati, akan terus ada. "Selama dunia ini masih ada dan selamakesenian wayang ini masih ada, ya tak akan habis dalangmemainkan wayang," ujar dosen ISI (Institut Seni Indonesia)Surakarta ini.

Artinya, lanjut Bambang, cerita jenis dan model apapun bisadiangkat dalam cerita wayang. Tinggal, katanya, bagaimana carakita mengemasnya semenarik mungkin agar penonton tidakbosan dan bisa menerima. "Itu persoalan kreativitas para dalangdan pembuat cerita wayang".

Ia mengatakan hakekat cerita pewayangan itu juga diambildari hakekat hidup manusia juga. Artinya apa yang dialamimanusia jelas menarik untuk dijadikan cerita wayang. Termasukisu AMPL (air minum dan penyehatan lingkungan) sangatmungkin disisipkan atau bahkan menjadi cerita utama melaluimedia kesenian rakyat ini.

Apalagi, kata Bambang, air minum dan lingkungan meru-pakan persoalan dasar manusia. Jadi, sangat berpeluang untukdiangkat ke panggung wayang. "Siapa sih orang yang tidakmembutuhkan air dan siapa orang yang tak ingin lingkungannyasehat," ungkap pelaku seni tradisi ini.

Tak melawan pakemCerita dalam jagat pakeliran khususnya untuk wayang kulit,

menurut aturan (pakem), mengacu pada cerita eposMahabarata. Siapa saja yang mengangkat cerita di luar itudianggap keluar dari pakem.

"Ya kalau semua dalang memainkan wayang secara pakem,wayang tidak akan berkembang dan akan ditinggalkanmasyarakatnya," tutur Bambang. Menurutnya, pakem itu hanyauntuk pegangan dalang, hanya sebuah alat bantu. Jadi sah sajabila pakem ditinggalkan, yang penting tidak terlalu keluar.

Namun, kata Bambang, tidak mudah juga mengemas ceritawayang kontemporer.

"Butuh kreativitas dan wawasan luas dari para dalang. Ini

TAMU KITA

26PercikOktober 2007

Peluang Isu AMPLdi Cerita Pewayangan

H. Bambang Murtiyoso, S.Kar., M.Hum

Foto: Bowo Leksono

Page 29: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

persoalan kemasan agar masyarakat tidak bosan," katanya.Masyarakat atau penonton wayang jelas mempunyai

kemampuan menangkap dan mencerna yang berbeda. Apalagidi zaman modern ini. Media wayang yang dianggap kuno ber-saing dengan media-media modern seperti televisi. Bilapelakunya tidak kreatif, akan tergeser dan pasti ditinggalkan.

Namun bila para pelaku seni tradisi kreatif, kata Bambang,ini akan menjadi pola. Masyarakat, khususnya kaum muda,akan tetap mencintai seni wayang. "Terkadang dalang dalammengemas pesan masyarakat tidak kreatif dan tidak cerdas, jadiasal pertunjukannya ramai saja," tuturnya.

Wayang kreatifKecenderungan dalang sekarang, menurut Bambang, tidak

menggarap sanggit (lakon) dengan baik. Pun yang terjadi padairingan (musik dan lagu-lagunya). Hal ini karena keter-pengaruhan zaman.

Nantinya, tidak hanya cerita atau pesan-pesan yang berkait-an dengan AMPL yang mungkin masuk di cerita pewayangan.Tema lain pun bisa disisipkan. Lagi-lagi, ini tergantung krea-tivitas para dalang dan pelaku dunia pakeliran. Bagaimanamengemasnya menjadi cerita wayang yang kreatif.

Wayang kulit atau jenis wayang lain di Indonesia, menurutBambang, adalah sarana atau media pencerahan bagimasyarakat. Ia mencontohkan, sudah berlangsung lama, mediawayang dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pem-bangunan.

"Di zaman Orde Baru, wayang sangat efektif untuk itu.Bahkan percaturan politik pun bisa masuk dalam ceritapewayangan," tutur pencetus wayang Sandosa (wayang berba-hasa Indonesia). Namun, kata Bambang, semua itu harus dis-esuaikan dengan lingkungan dimana pertunjukan wayang itudigelar.

Sebenarnya, lanjut Bambang, ada cerita-cerita wayang yangmenurut pakem mengangkat isu lingkungan. Seperti cerita"Pendowo Matirta" yang jelas mengangkat tentang pentingnyamata air. Terus "Babat Wonokromo" yang bercerita tentangkerusakan hutan. Atau cerita "Romo Tambak" tentang isu se-putar lingkungan laut.

Semua cerita-cerita yang sudah ada itu, kata Bambang, bisamenjadi aktual bila para dalang mengemasnya secara baik."Kalau dalangnya malas belajar dan membaca ya kemampuanintelektualnya rendah, wayang jadi tidak berkembang," ujarnya.

Paling tepat, menurut Bambang, isu AMPL dalam pertun-jukkan wayang dihembuskan saat babak atau bagian Goro-goroatau Limbukan. Bagian inilah yang dirasa efektif untuk mema-sukkan pesan-pesan pada masyarakat. Tokoh-tokoh wayangyang muncul di babak ini adalah tokoh-tokoh wayang yangmewakili masyarakat kelas bawah. "Dalang bisa menyam-paikannya dengan bahasa yang populer sehingga mudah dicer-na penonton".

Bentuk dan model dari perkembangan wayang kreatif,menurut Bambang, sudah cukup banyak. Seperti, pakeliranSandosa, wayang Ukur, wayang Suket, wayang multimedia,wayang Kampung.

"Sangat tepat dan berpeluang besar bila isu AMPL dikemaske dalam cerita wayang kreatif. Ini satu lagi terobosan baru,"ungkap Bambang mengakhiri. Bowo Leksono

TAMU KITA

27PercikOktober 2007

Foto: Bowo Leksono

Foto: Bowo Leksono

Page 30: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Prestasi tak hanya digapai karenasebuah kemenangan dalam per-lombaan atau pertandingan. Pres-

tasi bisa juga diukir dari perubahan ke-biasaan buruk menjadi kebiasaan yangpatut untuk ditiru.

Desa Tanjung Tiga nyaris tak punyaapa-apa yang bisa diandalkan. Lebihkarena masyarakatnya yang sebagianbesar berprofesi sebagai petani karetyang mempunyai kebun sendiri. Laintidak.

Namun desa yang masuk KecamatanLembak, Kabupaten Muara Enim,Sumatera Selatan ini, memiliki satuprestasi yang patut dibanggakan.Masyarakatnya berhasil terbebas daribuang air besar (BAB) sembarangan.

Dengan metode pendekatan CLTS(Community Led Total Sanitation), desa

yang usianya baru satu tahun telahberhasil 100 persen membangun jambankeluarga dalam jangka waktu dua pekandari satu bulan target waktu yangdiberikan pada tahun 2006.

CLTS adalah sebuah pendekatandalam usaha merubah perilaku dan pem-bangunan sarana sanitasi perdesaan de-ngan menempatkan masyarakat sebagaipelaku utama. Selain itu, CLTS memicumasyarakat untuk menyadari bahwamasalah sanitasi merupakan tanggungjawab mereka sehingga hanya akan sele-sai dengan kesadaran dan usaha merekasendiri, tidak ada hubungan dengan sub-sidi.Faktor keberhasilan

Keberhasilan menerapkan metodeCLTS, bukanlah semata-mata karenasudah terbangunnya jamban dalam seti-

ap rumah tangga. Jadi bukan didasarkanpada indikator jumlah jamban yangberhasil dibangun melainkan perubahankebiasaan masyarakat untuk tidak buangair besar di tempat terbuka. Ini pula yangmenjadi target dari CLTS.

Di Muara Enim, tepatnya diKecamatan Lembak, muncul tokoh fasili-tator P. Agustine Siahaan, seorang doktergigi yang juga sebagai kepala Puskesmasdi Kecamatan Lembak. Semangat dankegigihan drg. Agustine inilah yangmemicu keberhasilan seluruh desa diKecamatan Lembak terbebas dari BABsembarangan.

Dengan mengerahkan seluruh stafPuskesmas, turun ke desa-desa memben-tuk tim penggerak perubahan danmelakukan pelatihan dan sosialisasisecara terus-menerus. Di setiap desa di-pilih satu natural leader, tokoh pengge-rak yang dipercaya masyarakat untukmemimpin dengan dukungan penuhkepala desa dan perangkatnya.

Awalnya hanya mengambil tiga desauntuk percontohan, dalam perjalanan-nya, drg. Agustine berpikir untuk totalmenjalankan metode ini. Kesehatanlingkungan adalah faktor mendasardalam peri kehidupan manusia.Dukungan dan bantuan perangkat desaserta peran bidan desa yang tersebarhampir di setiap desa sebagai kepan-jangan tangan Puskesmas, turut menjadifaktor pemicu keberhasilan.

Akhirnya, secara bertahap setiap desadengan sendirinya menginginkan tersen-tuh metode CLTS melihat keberhasilandesa lainnya. Tak terkecuali Desa Tan-jung Tiga yang dinilai mempunyai karak-teristik dan semangat kuat dalammerubah perilaku hidup bersih.

Peran natural leader cukup menen-tukan. Peran ini tidak hanya dibutuhkantingkat kecerdasan yang cukup, namunbenar-benar tokoh yang dipercaya danmenjadi panutan masyarakat. Dan diDesa Tanjung Tiga, Nusyirwan Imron,terpilih secara aklamasi menjadi panutanmasyarakat menuju hidup sehat danlingkungan bersih.

Pun dengan peran yang diemban parabidan desa. Pelaku bidang kesehatan

REPORTASE

BELAJARDARI DESA

TANJUNG TIGA

28 PercikOktober 2007

Sebuah papan peringatan yang berdiri di perbatasan desa di Kabupaten Muara Enim.Foto: Bowo Leksono.

Page 31: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

yang sangat dibutuhkan di pelosok daerah ini menjadi ujungtombak keberhasilan metode CLTS, yang melakukan monitordan memotivasi secara langsung pada masyarakat.

Lewat dukungan penuh Kepala Desa Tanjung Tiga Arisundan segenap perangkat desa serta Badan Perwakilan Desa(BPD), masyarakat semakin terpacu membangun jamban dirumah masing-masing. Apalagi sebelum masuk metode CLTSsudah ada dasar kesadaran masyarakat untuk merubah kebi-asaan buang air besar di sembarang tempat.

Dibentuk timDalam menggerakkan metode CLTS, masyarakat Desa

Tanjung Tiga melalui fasilitator membentuk tim yang berjumlahenam tim. Satu tim berjumlah 10 hingga 15 orang. Empat timdari masyarakat dan dua tim dari perangkat desa dan anggotaBPD. Tujuan tim khusus untuk membantu membangun jambanbagi masyarakat yang tidak mampu baik secara fisik maupunekonomi seperti orang jompo dan janda tua.

Masing-masing tim bersaing dan berlomba membangun jam-ban anggota tim mereka. Sehingga terpicu oleh kawan-kawansendiri. Dan yang dikedepankan adalah prinsip gotong-royong.Sehabis menyadap karet, disiang hari, masyarakat bersama-samamembangun jamban hingga sore hari. Hasilnya hanya dalam duapekan seluruh jamban yang berjumlah 107 berhasil dibangun dariwaktu satu bulan yang ditargetkan. Dan saat ini sudah terbangun168 unit jamban untuk 217 kepala keluarga.

Tanpa subsidiCLTS bukanlah proyek apalagi proyek bagi-bagi anggaran

seperti yang terjadi pada masa lampau. CLTS adalah sebuahmetode pendekatan untuk diterapkan karena proyek di masalalu yang mengalami kegagalan yang mengajari masyarakatuntuk selalu bergantung pada bantuan Pemerintah Pusat.

Tidak banyak protes memang dari masyarakat Desa TanjungTiga saat mengetahui metode ini tanpa subsidi. Mereka justru

menyambut antusias untuk merubah pola hidup bersih dansehat. Kendala klasik persoalan dana dipecahkan dengan men-cari donatur untuk menyediakan material bangunan danmasyarakat yang kurang mampu membayarnya dengan carakredit. Sehingga pembangunan jamban bisa cepat selesai de-ngan hasil yang maksimal.

Untuk model atau bentuk jamban pun, masyarakat sendiriyang menentukan. Sesuai kemampuan masing-masing anggotamasyarakat. Melalui musyawarah desa, masyarakat TanjungTiga sepakat membangun jamban permanen untuk bagianbawah dengan model leher angsa dengan dinding dan atapsesuai kemampuan.

Masalah berikutnyaPersoalan sanitasi tidak bisa berdiri sendiri. Sanitasi sangat

berhubungan erat dengan kebutuhan air bersih. Percuma bilabangunan jamban mewah tanpa ada akses air bersih, tentumasyarakat akan tetap buang air besar sembarang tempat. Ataupaling tidak di tempat dimana terdapat sumber mata air.

Inilah yang dialami masyarakat Desa Tanjung Tiga. Semakinlama kondisinya menjadi ironis. Disatu sisi mereka dibanggakankarena keberhasilan memiliki jamban 100 persen. Namun,kebutuhan air bersih terus mengancam.

Kebersihan menanggulangi masalah sanitasi di desa iniawalnya teratasi dengan adanya proyek WSLIC-2. Ada 10 sumurbor yang dibangun di pojok-pojok desa. Untuk mengaliri airhingga rumah-rumah warga memerlukan tenaga listrik semen-tara ini memakai tenaga jenset. Sementara aliran listrik belumjuga menyentuh Desa Tanjung Tiga meskipun jaringan sudahlama terpasang.

Sangat mungkin, masyarakat akan kembali ke perilakuhidup tidak sehat. Buang air besar sembarang tempat dimanamereka dekat dengan kebutuhan sumber air. Disinilah perha-tian dan peran pemerintah dibutuhkan. Bagaimana pemerintahdalam memberi penghargaan pada masyarakatnya yang telahberprestasi. Bowo Leksono

REPORTASE

29PercikOktober 2007

Foto: Bowo Leksono.

Foto: Bowo Leksono.

Page 32: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Di musim kemarau, warga di duakelurahan di Kecamatan KedungKandang, Kota Malang yaitu

Kelurahan Kedung Kandang danLesanpuro sungguh sangat menderita.Seperti halnya daerah-daerah kering lain-nya di negeri ini.

Setiap musim kemarau tiba, wargasibuk mendatangi sungai yang jaraknya 3kilometer untuk memenuhi kebutuhanair. Tidak ada sumber mata air yangmengaliri kedua kelurahan khususnya diRW 05 Kelurahan Kedung Kandang danRW 05 Kelurahan Lesanpuro. Ditambahletak geografis yang berada di atas bukit.Sulit rasanya warga memiliki sumursendiri.

Potret mengenaskan ini terjadi padatahun-tahun sebelum 1990-an. Karenasetelah itu, datang bantuan tanki PDAMyang setiap hari menjajakan air denganharga per kubiknya Rp 13 ribu. Truk

pembawa air itu bisa bolak-balik 10 kalibahkan terkadang hingga pukul 12malam.

Namun kemudian, pada sekitar tahun1999 pihak PDAM memutuskan operasitruk tanki hanya sampai pukul 4 sore.Waktu pengiriman air semakin terbatas,artinya kebutuhan air bersih wargaberkurang.

Akhirnya, warga bersama pihak kelu-rahan meminta bantuan pemerintahdaerah untuk dibangunkan sumur bor.Pada 2001, sumur bor dikabulkan.Selama setengah tahun, sumur yangdigali di atas tanah hibah dari salah satuwarga Kelurahan Kedung Kandang iniselesai, sekaligus pembangunan tandon-tandon dan pipanisasi dengan total danasebesar Rp. 300 juta.

Awal 2002, warga kedua RW di keduakelurahan sudah dapat menikmati airbersih yang mengalir di rumah sendiri.

Untuk Kelurahan Lesanpuro terpasangpipa sepanjang 4.000 meter sementaraKedung Kandang sejauh 3.000 meter.

Segera disusun pengurus di masing-masing RW yang terdiri dari tokoh-tokohmasyarakat yang dipercaya warga denganfasilitator dari kelurahan dan pemerintahkota. Pengurus air ini menyusun tata ter-tib dan pembukuan. Sampai saat ini, pe-ngelola air dinamakan HIPAM (Himpun-an Pengelolaan Air Minum).

Pengaturan teknis penyaluran airmengacu pada PDAM, namun persoalantarif dan biaya sambungan rumah (SR)lebih murah dibanding PDAM. Untuksetiap meter kubiknya, warga dikenakanbeban Rp 1.500. Setiap penyambunganrumah dikenakan biaya antara Rp 500ribu hingga Rp 750 ribu.

Daftar tungguSaat ini, HIPAM telah memiliki 370

REPORTASE

30 PercikOktober 2007

MENGELOLA AIRDUA KELURAHAN

Foto: Bowo Leksono

Page 33: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

sambungan rumah untuk mengairi 1.200 kepala keluarga yangtersebar di kedua RW tersebut. Masih 30 persen lagi yangmasuk daftar tunggu untuk mengakses air bersih. Namun, pe-ngurus sepakat untuk sementara tidak menambah pelanggan.

"Kesepakatan ini karena persediaan air terbatas. Dimusimkemarau, sumur tidak bisa dihidupkan selama 24 jam," tuturLasuri, Ketua HIPAM dari RW 05 Kelurahan Kedung Kandang.

Namun, tambah Lasuri, bukan berarti warga yang belummemiliki sambungan air tidak dapat mengakses air bersih.Selama ini mereka mengakses dari tetangga yang sudah lebihdulu terpasang. "Kami sedang membangun satu sumur bor lagi,tapi belum selesai karena biaya yang masih kurang," katanya.

Menurut Ramli, wakil sekretaris HIPAM Kedung Kandang,sumur bor kedua baru sedalam 51 meter sementara sumur borpertama untuk bisa diakses sedalam 173 meter. "Kami masihterus menunggu bantuan dari PU Pusat yang sudah kami ajukansejak tahun 2006," ungkapnya.

Bersyukur, dalam mengelola HIPAM, pengurus tidak banyakmenemukan kendala. Warga dengan latar belakang ekonomidan pendidikan yang rendah namun mempunyai kesadaranyang tinggi didasari rasa kebersamaan, memperkecil persoalanyang ada. Semua persoalan akan dapat diatasi denganmusyawarah, seperti halnya tunggakan pembayaran rekening.

Dengan air yang sudah hadir di rumah, warga kedua kelu-rahan yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petaniladang, beberapa diantaranya mempunyai kreatifitas untukmenambah penghasilan keluarga. Industri seperti tahu dantempe pun berdiri.

Pendapatan per bulanSetiap bulan, pengurus HIPAM mampu mengumpulkan

dana sebesar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta untuk pendapatankotor. Pendapatan ini akan digunakan untuk perbaikankerusakan alat, listrik, honor pengurus, dan kebutuhan lain

yang sifatnya mendadak."Pengeluaran terbesar tiap bulan itu untuk listrik yang men-

capai Rp 2 juta. Kalau honor pengurus cuma kisaran Rp 40 ribusampai Rp 60 ribu sehingga pendapatan bersih tiap bulan dalamkisaran Rp 1,5 juta," ujar Lasuri.

Sampai sekarang, HIPAM mampu mengumpulkan danalebih dari Rp 100 juta. "Beberapa waktu lalu sempat banyakterkuras untuk keperluan perbaikan alat yang habis sampai Rp20 juta," kata Lasuri.

Pengurus HIPAM juga tidak menutup mata dengan danasegar yang berhasil dikumpulkan. Pengurus kerap membantuhal yang berbau sosial seperti pembangunan mushola, jembat-an, korban bencana, dan zakat. Namun, pengurus belum meng-investasi dana. "Kami belum berani menanggung resiko.Sementara uang disimpan di bank dan diasuransikan," tuturLasuri.

Pengurus mempunyai manajemen terbuka. Warga bolehmengetahui pemasukan dan pengeluaran dana dari pengelolaanair. Setiap tiga bulan sekali, kedua pengurus HIPAM dikeduakelurahan mengadakan pertemuan rutin secara bergantian, di-samping pertemuan yang tidak terjadwal.

Untuk kepengurusan dirancang ada pergantian setiap tigatahun sekali. Namun sampai sekarang warga masihmenginginkan pengurus lama tetap menjabat. "Kami tetapmempersiapkan regenerasi kepengurusan bila suatu saat dibu-tuhkan dengan jalan mengirimkan perwakilan untuk mengikutipelatihan-pelatihan dan studi banding ke daerah lain," ungkapLasuri.

Bagi pengurus HIPAM, turut mengelola kebutuhan airbersih untuk warga adalah sebuah perjuangan walaupun denganhonor yang kecil. Bowo Leksono

REPORTASE

31PercikOktober 2007

Pengurus HIPAM sedang bermusyawarah di salah satu rumah warga.Foto: Bowo Leksono

Sarana instalasi air bersih untuk mengalirkan di dua kelurahan.Foto: Bowo Leksono

Page 34: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Menduduki sebuah jabatan bukanlah satu kebanggaan.Selain amanat, seorang pejabat atau pemimpin mem-punyai tanggung jawab bersar terhadap masyarakat-

nya. Tanggung jawab memimpin masyarakat dan membawakesejahteraan yang sesungguhnya.

Tidaklah mudah mendapatkan pemimpin yang demikian diera ini. Kepentingan pribadi dan golongan kerap masih diuta-makan pemimpin kita dibanding kepentingan seluruhmasyarakat.

Kepentingan masyarakat yang menyangkut hajat hidup sa-ngatlah kompleks. Faktor ekonomi penyebab kemiskinan men-jadi masalah utama. Ini berpengaruh pada tingkat kesehatanyang memprihatinkan. Sangat perlu pendekatan dan kebijakandari para pengambil keputusan.

Gencarnya otonomi daerah dan merebaknya pemekaranwilayah, melahirkan raja-raja kecil yang dianggap sebagiankalangan justru menghambat pembangunan. Disisi lain, ang-gapan ini akan terpatahkan bila memang para pemimpin itumembuktikan bahwa dirinya peduli terhadap masyarakat kecil.

Salah satu daerah di Provinsi Gorontalo, yaitu KabupatenBoalemo, masyarakatnya patut bersyukur karena memilikipemimpin yang dekat dengan mereka. "Salah satu kebiasaan kamisetiap akhir bulan adalah tidur di salah satu rumah penduduk ter-miskin di desanya," kata Bupati Boalemo, IR Iwan Bokings, MM saatdisambangi Percik di kantornya beberapa waktu lalu.

Saat kegiatan bulanan di desa, bupati beserta jajarannyamengajari masyarakat hidup bersih. Praktis fasilitas sepertiMCK pun diperbaiki dan dibangun sebelum kedatangan parapemimpin tingkat kabupaten. "Sejak awal memerintah, kebi-

asaan tidur di desa terus berlanjut," ujar Bupati yang sudahmenjabat dua kali ini.

Bantuan untuk sanitasiKenyataan, pola hidup bersih masih belum diterapkan

kebanyakan masyarakat Boalemo. Dari pantauan Percik di beberapasudut kota Boalemo, masih banyak masyarakat yang memanfaatkansungai dengan air yang kurang bersih untuk kegiatan MCK.

Boalemo, kabupaten yang baru berdiri 12 Oktober 1999 initerus menata diri, membangun bermacam fasilitas yangberhubungan dengan air minum dan penyehatan lingkungan(AMPL) untuk kepentingan masyarakat.

Keseriusan para pemimpin Boalemo dalam menyejahte-rakan masyarakat inilah yang memudahkan mereka mendapatberbagai bantuan untuk pembangunan AMPL. Menurut datadari Bappeda Boalemo, tahun anggaran 2006/2007 terdapat 14desa yang mendapat bantuan untuk pembangunan sanitasimasyarakat. "Setiap desa medapat bantuan sebesar Rp 22 juta,"kata Kasubdit Fispra Bappeda Boalemo, Ir Subandrio Umar.

Bantuan berupa dana bergulir ini berasal dari asing yaitudari SIDA (Swedish International Development Agency). Untuktahun anggaran 2007/2008 meningkat menjadi 20 desa denganjumlah rupiah yang sama dengan tahun anggaran sebelumnyauntuk setiap desa.

Akses air bersihUntuk kebutuhan air bersih, sebagian besar masyarakat

mengaksesnya dari mata air yang dikelola secara mandiri. Cumasekitar 10 persen masyarakat yang mengakses air bersih dariPDAM. Itu saja hanya di tiga kecamatan kota.

"Memang tidak banyak masyarakat yang mendapatkan airbersih dari PDAM. Sebagian besar dari mata air yang dikelolasendiri oleh masyarakat. Ini salah satu kebijakan untukmenghindari profit," tutur Subandrio.

Ada 34 titik mata air yang mengairi masyarakat di tujuhkecamatan yang terdapat di Kabupaten Boalemo. Masyarakatdesa di mana mata air mengalir, membentuk Badan PelaksanaAir Minum (BPAM) sebagai badan pengelolanya yang mengelo-la air bersih dengan mengadopsi sistem PDAM. Setiap titik mataair untuk memenuhi kebutuhan beberapa desa.

Sebagai dana pemeliharaan, disamping iuran anggotamasyarakat yang mengakses, juga terdapat bantuan asing danpemerintah daerah. Diharapkan bantuan ini bisa untuk mem-bangun sarana dan menjamin keberlanjutan pemeliharaankebutuhan air bersih di Kabupaten Boalemo. Bowo Leksono

CERMIN

PEMBANGUNAN AMPLDI KABUPATEN BOALEMO

32 PercikOktober 2007

Bupati Boalemo, Iwan Bokings, bersama jajarannya saatmengunjungi warga miskin. Foto: Humas Pemkab Boalemo.

Page 35: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Hingga saat ini pembangunan airminum dan penyehatanlingkungan (AMPL) masih

kurang mendapat perhatian dari berbagaipengambil keputusan dan pemangkukepentingan secara luas.

Dukungan dari pemerintah pusat dandaerah masih belum signifikan untukmembuat AMPL menjadi prioritas, di sisilain masyarakat masih memiliki keter-batasan akses untuk terlibat dalam pro-ses perencanaan dan pelaksanaan pem-bangunan AMPL.

Beberapa hal ini yang mengemukapada sosialisasi Konferensi SanitasiNasional (KSN) 2007 di Kota Gorontalo.

Sosialisasi yang sekaligus menjaringkebutuhan daerah terhadap KSNdilakukan WASPOLA dan KelompokKerja AMPL Nasional (Pokja AMPL)pada 20 September 2007.

Kunjungan dipimpin Nugroho TriUtomo dari Direktorat Permukiman danPerumahan, Bappenas bersama Dor-maringan Saragih (Knowledge Mana-gement Coordinator WASPOLA), Hu-seyin Pasaribu (Local Goverment Sup-port Specialist), dan didampingi NastainGasbah (Local Facilitator) serta warta-wan dari media elektronik.

Kunjungan tim bertemu WakilGubernur Provinsi Gorontalo Ir. Gusnar

Ismael MM, Plh Kepala Bappeda ProvinsiGorontalo Sujarno, Kepala Bappeda KotaGorontalo Ir. Ismael Madjid. MTP dananggota Pokja AMPL Daerah.

Law enforcement masih rendahSelain prioritas rendah juga masih

sarat konflik kepentingan. "Cakupan airbersih sudah mencapai 70 persen, tetapikami punya masalah dengan lokasi sum-ber air yang berada di luar wilayah kamiyaitu Kabupaten Bone Bolango" kataIsmael Madjid saat membuka lokakarya"Finalisasi Rencana Strategis AMPL"yang diselenggarakan Pokja AMPL KotaGorontalo di Kantor Bappeda.

Kondisi ini masih diperburuk rendah-nya pengelolaan data sektor AMPL danbanyaknya sarana sanitasi yang tidakberfungsi. Hal ini memerlukan keserius-an dari pengambil keputusan agar kon-disi AMPL dapat diperbaiki. Pendekatanpembangunan harus dirubah dari pen-dekatan supply-driven menjadi demand-driven.

"Dulu sudah ada komitmen tujuhmenteri, tapi tidak ada realisasinya danlaw enforcement terhadap pelanggarjuga tidak jalan" kata Syarifuddin dariDinas Lingkungan Hidup Kota Gorontaloyang juga anggota Pokja AMPL KotaGorontalo.

Selain itu, lanjut Syarifuddin, kebi-jakan perlu didukung komitmen pene-gakan hukum. "Banyak developerperumahan dalam perencanaannyamembangun sarana sanitasi tapi tidakdijalankan, tidak ada tindakan" katanya.

Hal senada diungkapkan Deston,Lurah Dembe I. Menurutnya, tidak adaPerda (peraturan daerah) yang meng-haruskan bangunan dilengkapi sarana

SEPUTAR WASPOLA

33PercikOktober 2007

Sosialisasi Konferensi Sanitasi Nasional(KSN) 2007

GGOORROONNTTAALLOO DDUUKKUUNNGG KKSSNN

Sosialisasi persiapan KSN pada lokakarya Renstra AMPL di Kota Gorontalo. Foto: Dormaringan.

Page 36: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

sanitasi yang baik. "Saya juga susahmenindak pelanggar, apa dasarnya" tegasDeston.

Seluruh kegusaran itu ditanggapi IsmailMadjid yang menekankan bahwa komit-men Pemerintah Kota Gorontalo terhadappembangunan sanitasi dan AMPL padaumumnya sudah mulai tampak.

Diharapkan pada lokakarya Renstratersebut, para pemangku kepentingan inidapat mengusulkan program yangkonkrit untuk perbaikan sanitasi. "Kitasebaiknya mengusulkan kegiatan AMPLdengan jelas, semua pihak dapat menge-tahuinya. Harus mengedepankan trans-paransi penganggaran" kata IsmailMadjid lebih lanjut.

Antusias daerah menghadiri KSN2007

Untuk percepatan pembangunan sa-nitasi, pemerintah harus memiliki komit-men yang jelas dan berpihak kepadamasyarakat. Hal ini akan menjadi isupenting di KSN 2007. Kegiatan ini men-dapat perhatian dari pemerintah daerah,khususnya Provinsi Gorontalo.

Terlihat dari antusiasme daerah padasaat audiensi tim KSN bersama WakilGubernur Gorontalo. "Kami akan mem-blok tanggal itu agar menjadi agendagubernur. Kami akan menyampaikanstrategi dan penanganan sanitasi yang

kami lakukan di sini" kata WakilGubernur Gusnar Ismail.

Provinsi Gorontalo bersama ProvinsiBanten, lanjut Gusnar, direncanakanmemaparkan strategi dan kebijakandaerah dalam pembangunan sanitasi didaerah. "Kami memiliki best practicesdan pembelajaran atas hasil pembangun-an sanitasi. Ini patut disampaikan padakalangan luas" katanya.

Hal senada dijelaskan Sujarno, PlhKepala Bappeda Provinsi, yang pada saatyang sama melaporkan perkembangan

kegiatan implementasi kebijakan yangdifasilitasi WASPOLA kepada WakilGubernur. "Bagaimana progres dari limakabupaten yang sudah difasilitasi WASPO-LA, pembelajarannnya dapat kita sam-paikan pada KSN" kata Wakil Gubernur.

KSN 2007 yang rencananya dibukaPresiden Republik Indonesia akanberlangsung 19-21 November 2007.Konferensi ini merupakan bagian agendaglobal yang dilangsungkan dalam rangkapengembangan komitmen global untuksanitasi.

Negara di kawasan Asia Timur akanbertemu di Jepang pada Desember 2007untuk mendiskusikan langkah-langkahstrategis dalam percepatan sanitasidalam pertemuan EASAN (The East AsiaSanitation Conference). Rencana perte-muan tersebut untuk menyongsong"International Year of Sanitation 2008"yang dicanangkan PBB.

Sementara KSN ini merupakan salahsatu upaya Pemerintah dalam memba-ngun komitmen dan kerjasama semuapihak di sektor sanitasi. Melalui KSNdiharapkan profil sanitasi dimata parapengambil keputusan dapat meningkat.KSN akan dihadiri pelaku sektor AMPL,pemerintah daerah, LSM, lembaga inter-nasional di Indonesia, masyarakat danundangan dari negara sahabat.

dormaringan saragih/AP/NTU

SEPUTAR WASPOLA

34 PercikOktober 2007

Audiensi Pokja AMPL dengan Ka Bappeda Kota Gorontalo. Foto: Istimewa.

Saluran pembuangan Sanimas di Kelurahan Kayu Bulan, Kota Gorontalo.Foto: Istimewa.

Page 37: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Wayang kulit, sebagai sebuahkesenian rakyat, sudah dike-nal jauh sebelum bangsa In-

donesia ada, tepatnya sejak zaman Ma-japahit. Cerita yang diusung dalamkesenian ini mendasarkan pada ceritaepos Mahabarata.

Setelah kehancuran kerajaan-kera-jaan Hindu-Budha, dunia pakeliran inidipergunakan para Walisongo sebagaimedia penyebaran agama Islam. Dengantetap mendasarkan pada cerita besarMahabarata, sembilan wali (pemimpinIslam) yang dimotori Sunan Kalijaga,memasukkan filosofi-filosofi Islam kedalam substansi cerita wayang kulit.

Hasilnya, kesenian rakyat ini dirasaefektif sebagai media sosialisasi berbagaibidang kehidupan manusia. Seperti padamasa Orde Baru, yang gencar menggem-bar-gemborkan program pembangunan.Bahkan kerap, pergelaran wayang kulitdijadikan ajang kampanye partai politik.

Merupakan hal baru, bahwa isu-isuAMPL (air minum dan penyehatan ling-kungan) diusung ke atas panggungwayang kulit. Hal ini tercetus pada acara"Sarasehan Dalang Jawa Tengah 2007"yang digelar Komda Pepadi (KomisariatDaerah Persatuan Pedalangan Indonesia)Provinsi Jawa Tengah pada Sabtu, 27Oktober 2007, di Semarang.

Ide awal isu AMPLAwalnya, melalui Susilo Adi, S.E.,

M.Si, yang duduk di Pokja AMPLProvinsi Jawa Tengah yang juga menja-bat sekretaris II Komda Pepadi ProvinsiJawa Tengah, berkeyakinan isu AMPLcukup menarik untuk ditawarkan sebagaimateri cerita pewayangan.

"Kesadaran masyarakat akan pen-tingnya AMPL belum menyeluruh. Kamimeyakini, lewat dunia pewayangan ini isu

AMPL sedikit banyak akan mampu ter-sosialisasikan," ungkap Susilo Adi.

Pada kesempatan itu, salah satu kon-sultan WASPOLA, Bambang Pujiatmokomemberikan pemaparan seputar isuAMPL. "Permasalahan AMPL ini bukanmenjadi urusan pribadi, tapi perlu penye-lesaian secara bersama. Melalui tokohkesenian seperti dalang ini, diharapkanmampu mempengaruhi kesadaran ma-syarakat," tuturnya.

Dihadapan puluhan pelaku jagatpakeliran, Bambang mempertanyakan,kemungkinan permasalahan keseharianmasyarakat untuk dimasukkan pada ceri-ta wayang. Seperti bagaimana masya-rakat yang berebut air atau atau per-soalan tingginya angka kematian bayiakibat lingkungan yang tidak sehat.

Menurut Bambang, kesenian rakyatseperti wayang kulit ini merupakan keku-atan yang dapat digunakan sebagai sa-rana kampanye publik. "Para dalang ataupelaku kesenian rakyat tentu akan lebihmengena dalam menyampaikan pesandengan pendekatan cerita yang bermuat-an kearifan lokal," ujarnya.

Dalam sarasehan tersebut, sepertinyaisu AMPL belum dianggap sesuatu yangmenarik. Para pelaku kesenian masihperlu banyak referensi sehingga per-soalan-persoalan penting kehidupanmasyarakat banyak diserap untuk dima-sukkan dalam cerita pewayangan.

Bambang mengharapkan melaluikesenian rakyat wayang kulit, menjadisalah satu media penting bagi penyam-paian informasi AMPL sehingga akan

SEPUTAR WASPOLA

35PercikOktober 2007

Isu AMPLdi Jagat Pakeliran

Pemaparan seputar isu AMPL pada Sarasehan Dalang Jawa Tengah 2007 di Semarang.Foto: Bowo Leksono.

Page 38: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

meningkatkan kesadaran dan pencerah-an yang sekaligus mendorong terjadinyatindakan atau aksi dalam penyelesaianpermasalahan AMPL.

Kreativitas seorang dalangPada dasarnya, semua bidang perike-

hidupan manusia sangat mungkindiangkat di media kesenian apapun.Karena tidak ada cerita yang lebihmenarik dibanding mengangkat isuhumanisme.

Sudah tepat bila isu AMPL menghiasicerita-cerita jagat pewayangan. Persoal-annya, tinggal bagaimana cara penge-masan. Karena tidak semua jenis ceritapewayangan bisa menarik masyarakatpenggemarnya bila tidak dikemas secarabaik.

Seorang pemerhati dalang, Prof. Dr.Jazuli, yang juga menjadi salah satu pem-bicara pada sarasehan pedalangan terse-but, mengatakan sangat mungkin ceritaapapun diangkat pada pergelaran wayangkulit. "Tergantung kreativitas paradalang. Bagaimana mereka tak sekedarmencari sesuap nasi, tapi ada tafsir yangterus mengalir dan disesuaikan dengan

persoalan masyarakat lokal," tuturnya.Menurut Jazuli, seorang dalang tidak

akan laku di masyarakat bila tak memilikikreativitas. Kreativitas ini, katanya,didasari pada media ekspresi dan pesan-pesan moral yang ada pada cerita."Jangan sampai seniman itu berkaryahanya sebagai aspek mencari rezeki seba-gai satu-satunya tujuan," ujarnya.

Jazuli memaparkan banyak cara un-tuk menjadi dalang yang kreatif sehinggatetap digemari masyarakat dan tidak ke-tinggalan zaman. Disamping kerja kerasyang luar biasa, seorang dalang juga sa-ngat perlu wawasan yang luas.

"Caranya bermacam-macam. Bisadengan cara berkolaborasi dengan jenis

kesenian lain agar fungsi kesenianwayang tak hanya sebagai media hiburannamun mampu sebagai tuntunan yangmencerahkan masyarakat. Ini meru-pakan kiat dan strategi seorang dalang,"kata Jazuli.

Tidak berbeda jauh dengan pem-bicara lain, H. Bambang Murtiyoso,S.Kar, M.Hum. Menurutnya, kebanyakandalang kurang menggarap sisi ceritalakon wayang (sanggit). "Jelas ini karenailmu dan pengetahuan tentang hidup iniyang kurang. Padahal banyak materi yangbisa diambil dari kehidupan ini," ujardosen ISI (Institut Seni Indonesia)Surakarta ini.

Menurut Bambang, jagat pakeliransaat ini banyak mengumbar "guyonan"terlebih dari sisi iringan musik dan tem-bangnya. "Ditakutkan jagat pewayanganakan jauh sebagai wahana pencerahanbatin manusia," katanya.

Relevansi isu AMPLKetua Umum Komda Pepadi Provinsi

Jawa Tengah, Supadi, menegaskanbahwa sangat relevan memasukkan temaAMPL ke dalam cerita kesenian wayangkulit. Hal ini, lanjutnya, karena padahakekatnya kesenian wayang kulit haruspada posisi netral. "Artinya, ceritaapapun sepanjang untuk kemaslahatansangat mungkin ditampilkan".

Supadi beranggapan, isu lingkunganakan selalu menjadi aktual karena per-masalahan lingkungan seperti tak pernahhenti dihadapi masyarakat. "Dalang yangkreatif, misal dengan menggunakanbahasa yang nge-pop, akan mampu mem-bawa tema ini secara menarik," tuturnya.

Menurut Supadi, memasukkan isuAMPL merupakan peluang yang cukupbesar. Tidak hanya bagi kepentinganmasyarakat berkenaan persoalan itu,namun bagi pelaku kesenian wayang kulitsendiri sehingga menambah perbenda-haraan cerita wayang.

Supadi optimis, tema apapun akandapat dibawa ke jagat pakeliran, tak ter-kecuali tema AMPL. Hanya mungkin perluwacana dan wawasan para dalang berke-naan dengan isu AMPL. Bowo Leksono

SEPUTAR WASPOLA

36 PercikOktober 2007

Persoalannya, tinggalbagaimana cara pengemasan.

Karena tidak semua jenis ceritapewayangan bisa menarik

masyarakat penggemarnya bilatidak dikemas secara baik.

Suasana Sarasehan Dalang jawa Tengah. Foto: Bowo Leksono.

Page 39: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Berbagai aturan hukum yang mengatur tentang aset atauyang lazim disebut sebagai barang, utamanyamenyangkut barang milik pemerintah, telah dikeluarkan

dan telah dinyatakan berlaku. Terbaru adalah PeraturanPemerintah (PP) No. 06/2006 tentang Pengelolaan BarangMilik Negara/Daerah yang merupakan penjabaran atas UU No.1Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

PP itu kemudian dijabarkan lebih jauh dengan PermendagriNo. 17/2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang MilikDaerah sebagai pengganti Permendagri No. 152/2004 tentangPedoman Pengelolaan Barang Daerah. PP tersebut jugadijabarkan dalam Permendagri No. 04/2007 tentang PedomanPengelolaan Kekayaan Desa.

Umumnya aturan itu menjelaskan definisi barang miliknegara, barang milik daerah dan kekayaan desa, bagaimanabarang tersebut diperoleh, bagaimana dimanfaatkan, siapa sajapihak-pihaknya, bagaimana proses pencatatan, penilaian, pen-galihan dan penghapusan, dan lain sebagainya.

Eksistensi aturan tersebut menjadi angin segar terhadap sta-tus kepemilikan barang yang dibiayai oleh dana pemerintahkhususnya. Namun sedikit menjadi krusial bila dihubungkandengan sarana dan prasarana air minum dan penyehatanlingkungan berbasis masyarakat (AMPL-BM), yang notabenebiaya pembangunannya merupakan atau dapat berupa kon-tribusi dari berbagai sumber, baik pemerintah (pusat), pemerin-tah daerah, pemerintah desa, bantuan donor, swadaya dangotong royong masyarakat.

Lalu siapakah yang kemudian menjadi pemilik aset saranadan parasarana AMPL-BM selanjutnya? Ketegasan kepemilikanini menjadi penting, karena diyakini akan berpengaruh lang-sung terhadap derajat keberlanjutan dan kemanfaatan daripenggunaan sarana dan prasarana AMPL-BM tersebut.

Pertanyaan inilah yang kemudian coba dijawab atau seti-daknya diinventarisasi pada lokakarya kajian hukum untuk pe-ngelolaan sarana AMPL-BM yang diselenggarakan Pokja AMPLPusat dalam hal ini melalui Depdagri bekerjasama denganWASPOLA 6 - 8 September 2007 di Denpasar, Bali.

Melihat fakta lapanganSetelah dioperasionalisasikan Kebijakan Nasional

Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat, selanjutnya disebut Kebijakan, Pemerintah (pusat),Pemerintah Daerah (provinsi, kabupaten dan kota), lembaga

donor, maupun LSM, baik sendiri-sendiri maupun bersamasama, telah banyak melaksanakan proyek-proyek pembangunansarana dan prasarana AMPL-BM yang mengadopsi prinsipKebijakan tersebut.

Umumnya pada tahap pascaproyek, status kepemilikansarana dan prasarana yang telah dibangun umumnya masihbelum jelas milik siapa. Ketidakjelasan kepemilikan ini diaki-batkan sumber pembiayaan yang umumnya beragam, yangbukan dari satu sumber saja, misalnya masyarakat pengguna. Dibeberapa pengalaman, ketidakjelasan kepemilikan berpengaruh(juga) terhadap manajemen pengelolaan aset secara lebih lanjut.

Disisi lain pelaku pembangunan yang berkompeten dan ter-libat dalam proyek-proyek tersebut juga belum (sepenuhnya)memahami makna dan pentingnya penetapan status aset seba-gaimana regulasi yang telah ada. Artinya penegasan status asetini masih dianggap belum penting dan belum memiliki artistrategis bagi keberlanjutan dan kemanfaatan aset yang diba-ngun dalam jangka panjang.

SEPUTAR WASPOLA

37PercikOktober 2007

Menyoal KepemilikanSarana AMPL

Oleh Purnomo* dan Dormaringan**

Lokakarya Kajian Hukum untuk pengelolaan sarana AMPLBerbasis Masyarakat di Denpasar Bali, 6-8 September 2007.

Foto: WASPOLA

Page 40: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Efek nyata atas ketidakjelasan statuskepemilikan aset tersebut adalah kega-mangan kewenangan yang dimiliki insti-tusi pengelola aset AMPL-BM ini. Artinyaapakah kewenangan yang dimilikiKelompok/Unit Pengelola Sarana danPrasarana (KPS/UPS, dan lain-lain)masih sesuai dengan maksud pengaturanregulasi aset ataukah sudah menyimpangatau bahkan sudah berlawanan secarahukum.

Kenyataan ini disinyalir juga berim-plikasi pada rendahnya investasi pem-bangunan sarana dan prasarana AMPLBM baik yang berada di tingkat nasionalmaupun di tingkat daerah, baik yangdidukung pemerintah, swasta, donormapun masyarakat sendiri. Sementaradisisi lainnya kita sangat membutuhkanpemenuhan akses dan cakupan pela-yanan.

Aset manajemen dalam AMPL,mengapa perlu?

Basah Hernowo, pada presentasinyamenyatakan pengelolaan aset belummembudaya di kalangan birokrat danoperator air bersih. Padahal komitmenpengelolaan aset memerlukan terjadinyakesinambungan dari pengadaan, pen-catatan, pemeliharaan hingga penggan-tian. "Aset manajemen merupakan siklustertutup yang tidak putus. Kita dapatmemulainya dari yang kecil untuk menu-ju atau meraih yang besar" katanya.

Dalam siklusnya aset manajemenmencakup sistem perencanaan aset,review aset stock, pembentukan dan peng-adaan aset baru, akuntansi operasi danpemeliharaan aset, monitoring kinerjadan kondisi aset, kajian rehabilitasi, per-baikan, dan penggantian, rasionalisasiatau pelepasan aset, audit tata cara,prosedur, dan sistem dalam pengelolaanaset, dan identifikasi meminimalkan lifecycle costing of new assets.

Dalam konteks inilah pengelolaanaset adalah hal yang sangat penting.Karena aset manajemen mendorongproses manajemen yang berorientasipada i) fokus kepada pelanggan (penggu-na), ii) berorientasi pada sistem, iii)pelayanan terus menerus (kontinuitas),

iv) jangka panjang (keberlanjutan), v)mudah diakses (bermanfaat), vi) fleksi-bilitas.

"Dengan aset manajemen, kita akantahu mana jualan yang laku dan manayang tidak akan laku. Mana yang potensimenguntungkan jangka pendek dan jang-ka panjang, serta mana saja yang potensimerugikan dalam jangka pendek maupunjangka panjang" ujar Basah.

Aset manajemen di tingkat desa,bagaimana bisa?

Menyoal aset manajemen, orangkerap hanya fokus pada tatanan korpo-rasi. Bagaimana dengan pelayanan AMPLdi desa. Padahal dalam banyak hal, kon-disinya jauh lebih komplek dibandingkorporasi. Baik dari sisi pendanaan,kelembagaan, kapasitas pengelolaan danarea layanan dan termasuk kepemilikan.

Sayang lembaga ini lemah secarahukum. Pendekatan lain yang setaraadalah Koperasi. Koperasi mekanis-menya jelas, aturan mainnya jelas dandalam kegiatan organisasinya ditegaskanada yang mengurus aset manajemen.Selain itu kelembagaan model BUMDes(Badan Usaha Milik Desa) dengan dasar

hukum Perdes (Peraturan Desa) meru-pakan alternatif, pendirian dengan aktenotaris dapat mendorong penegasanbahwa aset sarana dan prasarana itumenjadi milik desa yang mengelola jugadisebutkan disitu. Semuanya adalah pi-lihan yang penting bisa diterima olehsuatu kondisi dan situasi hukum yangdibutuhkan.

Bila persoalan itu dapat diurai dariaspek lembaga, bagaimana dengan kapa-sitas pengelolanya. Parsadaan Girsangmemberikan pandangan yang kompre-hensif dan rasional. Dalam pandangan-nya, desa sebagai unit terendah dalamsistem pemerintahan diberi hak me-ngelola kekayaan sesuai PP No. 72/2005terutama dalam hak mengurus danmengatur dalam rangka implementasidemokratisasi, percepatan pelayanan,percepatan proses peningkatan kese-jahteraan masyarakat. Keuangan Desayang memadai (baik dari APBN, APBD,ADD, dan sebagainya) menjadi peluang.Disinilah AMPL BM bisa diatur dan dibi-ayai (termasuk soal asetnya).

Aset AMPL BM bisa berasal darikekayaan asli desa, diberi atau diperolehdari APBDesa, serta diperoleh dari lain-

SEPUTAR WASPOLA

38 PercikOktober 2007

Foto: Istimewa

Page 41: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

nya yang sah dan tidak mengikat. Jika dalam suatu situasiAMPL BM butuh tanah, walaupun hasil swadaya masyarakatdan gotong royong, artinya sudah menjadi milik desa karenahakekat swadaya agar masyarakat mau membantu membiayaipembangunan desa.

Persoalannya hampir semua aset belum ada penegasan itumilik siapa? Termasuk yang di tingkat kecamatan,kabupaten/kota. Untuk melihat siapa pemiliknya, itu dilihatmenjadi urusan siapa dan sumber pembiayaannya dari mana?Praktiknya karena tidak jelas dalam penyerahannya kadangmasing-masing tidak mencatat itu sebagai aset/kekayaan.

Alternatif pengelolaannya adalah 1) dikelola PemerintahDesa dengan mendayagunakan aset desa dan sumber keuangandesa, 2) dikelola masyarakat desa dengan pola swadayamasyarakat dan gotong royong.

Dalam konteks pengelolaan aset AMPL, diberikan beberapaalternatif antara lain, 1) prasarana AMPL menjadi aset desa, 2)pengelolaan prasarana AMPL oleh Pemerintah Desa, 3) pemeli-haraan prasarana AMPL oleh masyarakat yang pembiayaannyadari APBDesa, 4) perbaikan dalam skala besar dapat didanaiAPBD setelah ada usulan dari Pemerintah Desa, 5) pembinaandan pengawasan pengelolaan prasarana AMPL oleh PemerintahDaerah.

Tinjauan kritis lain disampaikan oleh Arsan (BAKD), yangmengkajinya berdasarkan keberadaan desa. Dimana eksistensidesa diakui sebagai otonomi asli dengan pembentukan pemerin-tahan desa. Untuk itu terhadap aset/kekayaan milik desa, inven-tarisasinya terpisah dengan Barang Milik Pemerintah Pusatmaupun Daerah dan dilakukan oleh aparat Pemerintah Desaberdasarkan Kepmendagri No. 152/2004.

Rekomendasi lokakaryaLokakarya dua hari telah memberikan kontribusi positif

untuk mengkaji lebih jauh peluang pengelolaan aset AMPL yanglebih teratur sekaligus mengidentifikasi potensi timbulnyaberbagai resiko dikemudian hari. Gary D. Swisher, Team Leader

WASPOLA menekankan hal itu pada pidato penutupanlokakarya.

Setidaknya rekomendasi dari lokakarya ini antara lain:Lembaga pengelolaan AMPL-BM di tingkat desa bisa

berbentuk, UPS, Yayasan, Koperasi, KPP, LPM, dan lain-lain.Sebaiknya lembaga pengelolaa AMPL-BM ditingkat desa masukkedalam struktur/ kelembagaan desa yang sudah tersedia. Dantidak terus independen bahkan terpisah dengan struktur peme-rintah desa.

Untuk memperkuat kelembagaan desa dalam pengelolaanaset AMPL-BM diperlukan bimbingan teknis dan pelatihan.Pengelolaan kepengurusan aset sarana dan prasarana AMPL-BM harus melibatkan unsur perempuan minimal 30 persen, ter-masuk posisi pengurus inti.

Pendapatan dari pengelolaan sarana AMPL-BM digunakanuntuk perawatan dan pengembangan yang ditegaskan dalamPeraturan Desa. Peraturan Desa ini diusulkan agar memperolehketegasan dalam Peraturan Daerah sebagai payung hukumdalam pengelolaan aset sarana dan prasarana AMPL-BM.

Diperlukan pedoman kepemilikan aset sarana dan prasaranaAMPL-BM. Ditindaklanjuti dengan sosialisasi tentang pengelo-laan dan kepemilikan aset. Dalam pengelolaan aset, pelibatanPemdes dan lembaga kemasyarakatan desa, sebaiknya diatursecara tegas dan jelas.

Selain itu, diperlukan pedoman inventarisasi (pendataan)aset dan sumber pembiayaan (nilainya) termasuk mekanismeserahterima aset.

Rencana tindak lanjutTemuan berbagai permasalahan yang sekaligus menjadi

peluang dalam lokakarya ini menjadi isu menarik yang perludikaji lebih jauh. Disadari bahwa persoalan yang ada memangbelum sepenuhnya mampu terjawab dengan ketersediaan atur-an perundang-undangan yang telah ada sehingga masih dibu-tuhkan suatu pengembangan regulasi yang memadai dalamtataran operasional. Untuk itu Pokja AMPL Pusat bersamaWASPOLA memandang penting untuk melakukan kajianhukum lanjutan secara lebih integratif dengan melibatkan pihakterkait yang lebih luas.

Lebih jauh lagi, ketersediaan regulasi ke depan juga harusmampu menjawab dan pengelolaan aset (milik pemerintah)yang tidak bersifat social capital dan jaminan asuransi.Keduanya masih belum mendapat porsi pengaturan yangmemadai sebagaimana aturan yang pernah diberlakukansebelumnya yang saat ini sudah dinyatakan tidak berlaku.

Hal lain yang perlu dikaji ke depan adalah aspek tuntutanganti rugi yang hanya diatur dalam regulasi terhadap barangmilik negara/daerah, sedangkan terhadap kekayaan desa tidakmemberikan porsi yang tegas dalam pengaturannya.

* Local Government Specialist di WASPOLA, yang memfokuskan diripada pengembangan regulasi dan kajian hukum ([email protected])

** Knowledge Management Coordinator untuk WASPOLA([email protected])

SEPUTAR WASPOLA

39PercikOktober 2007

Foto: Bowo Leksono

Page 42: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Pembentukan Jejaring Air Minumdan Penyehatan Lingkungan(AMPL) berangkat dari kepri-

hatinan beberapa pihak yang menyadariisu AMPL selama ini masih menjadi aruspinggiran sehingga belum menjadi per-hatian dan komitmen para pengambilkeputusan.

Dari hasil study review pembiayaanAMPL 2003-2005, anggaran pemba-ngunan AMPL hanya 0,01 persen sampaidengan 1,37 persen dari belanja APBD.Maka tidak mengherankan sampai saatini lebih dari 100 juta pendudukIndonesia yang tersebar di 30 ribu desatidak memiliki akses air minum.

Cakupan layanan air minum barumencapai sekitar 58 persen dan masihbanyak masyarakat miskin yang belumterlayani. Cakupan sanitasi baru sekitar69.34 persen, angka tersebut lebihbanyak diperkotaan, selebihnya di perde-saan belum terlayani (data Susenas,2006).

Rendahnya kinerja disektor AMPLdan banyaknya permasalahan yang mun-cul, antara lain disebabkan sampai saatini isu AMPL belum menjadi arus utamakebijakan pembangunan sehingga belummenjadi perhatian dan komitmen daripara pengambil keputusan ditingkatpemerintah nasional maupun daerah.

Disisi lain kebijakan pemerintahdalam penanganan disektor ini masihbelum terpadu. Banyak program seringtumpang tindih, para pemangkukepentingan yang peduli terhadap AMPLmasih berjalan sendiri-sendiri, semen-tara ditingkat masyarakat kesadaran ter-hadap perilaku hidup bersih dan sehatmasih rendah.

Dibutuhkan koordinasi dan integrasiyang lebih strategis dari berbagaipemangku kepentingan untuk salingberkoordinasi dan membangun kekuatan

bersama yang lebih besar. Untuk itudibutuhkan suatu jaringan yang dapatmengomunikasikan kebutuhan dankepentingan dari berbagai pihak sehing-ga setiap pihak mampu mempunyaiwadah berkontribusi dan saling bersiner-gi, mempercepat pencapaian tujuanbersama dalam pembangunan AMPL.

Untuk itu pada 8 Oktober 2007, 40 lem-baga yang terdiri dari pemerintah, lembagainternational, LSM, proyek terkait, perguru-an tinggi, PDAM, badan regulator dan asosi-asi profesi menyatakan kesepakatan ber-sama membentuk Jejaring AMPL yang ter-buka dan independen.

Ke depan Jejaring ini berperan seba-gai mediator dalam mensinergikanpotensi berbagai pemangku kepentingan,penyebar informasi, teknologi, metodolo-gi dan praktik-praktik terbaik AMPL,baik nasional maupun internasional.

Untuk mengemban fungsi tersebutmaka program kegiatan yang menjadifokus Jejaring adalah membangun pusatsumber informasi, sharing kapasitasantaranggota Jejaring dan pihak di luaryang terkait, mengembangkan kemitraandan kerjasama berbagai pihak untukmembangun dukungan, mengem-bangkan kebijakan, pola pendanaan,strategi kampanye dan kajian solusidibidang AMPL.

Adapun tim pengarah yang terbentukterdiri dari sembilan lembaga yangmewakili berbagai pihak yaitu pemerin-tah, LSM, donor, perguruan tinggi,perusahaan, manajemen tim proyek/pro-gram dibidang AMPL sebagai berikutPokja AMPL, Air Kita-EuropromocapIWAT, Plan International, JAS/GTZ,Universitas Trisakti, PDAM Kota Bogor,IHE, ISSDP dan WASPOLA. WH

SEPUTAR WASPOLA

40 PercikOktober 2007 33Percik

Oktober 2007

40 Institusi Sepakat MembangunJejaring AMPL Indonesia

Suasana buka puasa bersama seusai pertemuan jejaring AMPL Indonesia.Foto: Bowo Leksono

Page 43: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Sanitasi masih terusmenjadi salah satu bi-dang yang dikesamping-

kan oleh pengambil kebijakan,baik tingkat pusat maupundaerah. Parahnya, walau mediamassa menginformasikan sa-nitasi namun masih sedikitsehingga pengetahuan masya-rakat sangat kurang.

Akibatnya berpengaruh pa-da kurangnya kesadaran ma-syarakat terhadap pentingnyasanitasi bagi kesehatan. Ba-nyak kasus seperti diare danmerebaknya flu burung adalahsatu bukti buruknya kondisisanitasi di Indonesia.

Siapa yang salah dalam halini? Melihat kebutuhan masyarakat yang mendesak akan sani-tasi sekarang ini, tidak penting lagi mencari siapa yang salahdalam hal ini. Karena lebih konkrit semua pihak segera bergerakmelakukan sesuatu daripada saling menyalahkan.

"Omong kosong harus ada political will untuk urusan sani-tasi sekarang ini. Kita sulit mengharapkan itu. Karena itu, yang

penting kita terus melakukansesuatu untuk sanitasi," tuturpakar lingkungan hidup Prof.Dr. Emil Salim saat "DiskusiMenuju Konferensi SanitasiNasional 2007", Rabu (3/10) diJakarta.

Mantan Menteri NegaraLingkungan Hidup ini menga-takan, beberapa departemenyang berkompeten dalambidang sanitasi harus segeramembuat sketsa plan sampaitingkat RT dan RW denganmelibatkan local informalleaders. "Terbukti, bencanabanjir yang bergerak bukanpemerintah dulu, tapi paralocal informal leaders ini,"ujarnya.

Diharapkan dari KSN 2007 yang sedianya hendak digelarpada 19-21 November 2007 yang melibatkan seluruh stake-holders akan meningkatkan kesadaran, khususnya bagi parapengambil keputusan tentang pentingnya penanganan sanitasi.

BW

SEPUTAR AMPL

41PercikOktober 2007

Diskusi Menuju Konferensi Sanitasi Nasional (KSN) 2007

"Terus Melakukan Sesuatu untuk Sanitasi"

D i musim kemarau, kekeringan. Dimusim penghujan, banjir. Ironi.

Itulah Indonesia. Banyak hutan di negeriini dan banyak pula yang rusak.Kerusakan hutan inilah penyebab mala-petaka kekeringan dan banjir.

"Banyak hutan ditebang tanpamemakai ilmu dan perhitungan," ucapMenteri Kehutanan RI MS. Kaban saatacara pencanangan budaya menanambibit pilihan di setiap lingkungan masjiddi Gelora Bung Karno Senayan Jakarta,18 September 2007 lalu.

Acara yang digagas Badan KerjasamaMajelis Taklim Masjid Dewan MasjidIndonesia (BKMM-DMI) ini sekaliguspembukaan lahan produktif untuk kaum

dhu'afa. Dihadiri ribuan ibu-ibu majelistaklim dari seluruh Indonesia. Dalamkesempatan ini hadir pula mantanMenteri Agama RI yang juga KetuaUmum Dewan Masjid Indonesia (DMI)KH Tarmizi Taher.

MS Kaban menyerukan masjid adalahtempat pembinaan umat, karena itumasjid harus menjadi tempat yang sejuk,damai dan suasana yang nyaman. "Salahsatu caranya adalah dengan mengajakumat membudayakan menanam pohon.Karena itu bagian dari ibadah," tuturnya.

Lebih lanjut, MS Kaban mengajakseluruh umat untuk mendukung gerakanmenanam pohon sejalan GerakanIndonesia Menanam yang dicanangkan

Presiden RI pada April 2006 silam."Indonesia memiliki bermacam jenistanaman yang mengandung nilai ekono-mi, nilai keindahan, dan nilai ling-kungan," katanya.

Untuk itu, menteri kehutanan menga-jak seluruh umat untuk bersama-samamenghijaukan kembali bumi Indonesiadengan menanam pohon di sekitarmasjid. "Kalau lingkungan kita banyaktanaman, kita tidak kekurangan air dantidak akan banjir karena fungsi pohon itumenahan air".

Dalam kesempatan itu, menteri mem-bagikan bibit-bibit pohon pilihan kepadaperwakilan majelis taklim dari seluruhIndonesia. BW

Budaya Menanam di Lingkungan Masjid

Emil Salim

Page 44: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Sebagai rangkaian kegiatan ker-jasama Pemerintah Indonesia danUNICEF dalam penyediaan air

minum dan penyehatan lingkungan diIndonesia Timur (NTB, NTT, Sulsel,Maluku, Papua dan Papua Barat) yangdidanai oleh Pemerintah Belanda danSwedia, dilaksanakan Road Show secarabertahap di enam propinsi tersebut.Road show berlangsung pertama kali diProvinsi Maluku (17-18 September2007), menyusul Provinsi SulawesiSelatan (20 September 2007), NTT (24-25 September 2007), Papua (1 Oktober2007), Papua Barat (3 Oktober 2007),dan NTB (3-4 Oktober 2007)

Road show ini bertujuan menjelaskankegiatan kerjasama kepada kabupatenyang termasuk dalam daftar panjang(long list) untuk kemudian menyepakatidaftar pendek (short list) kabupaten yangakan menerima bantuan program ini.Proses penetapan dilaksanakan menggu-nakan metode partisipatif. Selain itu,road show juga dimaksudkan sebagaiajang mendiseminasikan kebijakannasional AMPL berbasis masyarakatsekaligus mendapatkan masukan bagipembangunan AMPL di masa datang.

Road show dilaksanakan oleh Pe-merintah Provinsi (Pokja AMPL Provinsi)bekerjasama dengan Pemerintah Pusat(Pokja AMPL Nasional) dan UNICEF.

Kerjasama ini akan terdiri dari 3 (ti-ga) komponen yaitu penyediaan airminum dan sanitasi di perdesaan pada 25kabupaten, peningkatan sanitasi sekolahdi 180 sekolah dasar, dan penangananAMPL di daerah kumuh perkotaan di 5ibukota provinsi.

Untuk memastikan keberlanjutankegiatan ini, dipersyaratkan bahwaprovinsi/kabupaten mitra kerja menyiap-

kan dana kontribusi untuk membentukdan mengelola pokja AMPL provin-si/kabupaten/kota, membiayai salah satukegiatan lokakarya/pelatihan, dan mere-plikasi kegiatan pada minimal 1 desa.

Beberapa isu yang mengemuka dalamproses ini diantaranya perlunya memper-hatikan kekhasan masing-masingwilayah seperti Provinsi Maluku denganpulau-pulaunya, pendekatan bersifat par-tisipatif, penguatan kelembagaan dipemerintahan dan masyarakat, mening-katkan kualitas monitoring dan evaluasi,kesulitan transportasi mengakibatkanmahalnya investasi per kapita.

Minat peserta kabupaten untuk men-jadi mitra kerja program ini cukup besar,ditandai adanya kabupaten yang menga-jukan minat mengikuti program ini de-ngan menggunakan dana APBD. Sepertidi Papua Barat, yaitu Kabupaten

Manokwari dan Fak-FakPada akhir road show disepakati jum-

lah kabupaten yang menjadi mitra kerjasebanyak 25 kabupaten yaitu (i) ProvinsiMaluku adalah Seram Bagian Barat,Buru, Maluku Tenggara, MalukuTenggara Barat, (ii) Provinsi SulawesiSelatan adalah Luwu Utara, Selayar,Takalar, Soppeng, dan Barru; (iii)Provinsi Papua adalah Jayapura, Jaya-wijaya, Puncak Wijaya, Biak Numfor; (iv)Provinsi Papua Barat adalah Sorong, So-rong Selatan, Teluk Bintuni, dan RajaAmpat, (v) Provinsi NTT adalah Bellu,Rote Ndao, Sumba Timur, Timor TengahSelatan, (vi) Provinsi NTB adalah Lom-bok Barat, Lombok Tengah, Sumbawadan Bima. Sementara untuk komponenkumuh perkotaan akan dilaksanakan diMakassar, Mataram, Kupang, Ambondan Jayapura. GR/RDD/WASPOLA

SEPUTAR AMPL

42 PercikOktober 2007

Road Show Program Water andEnvironmental Sanitation

(WES) UNICEF

Para peserta Road Show program Water and Environmental Sanitation (WES) - UNICEF.Foto: Dorman

Page 45: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Kemiskinan adalah masalah utamabagi negara-negara berkembang,termasuk Indonesia. Setiap hari,

50 ribu orang meninggal akibat daripemiskinan dan kesenjangan yang semakinlebar antara masyarakat kaya dan miskin.

Tepat pada tahun 2000, para pe-mimpin dunia dari 189 negara telahberkomitmen berupa rencana global untukmengurangi kemiskinan hingga separuhpada tahun 2015. Komitmen ini dikenalsebagai Tujuan Pembangunan Milenium(MDGs).

Untuk itu perlu adanya kampanyeberupa himbauan partisipasi dalammelawan pemiskinan dan mendukungtujuan pembangunan millennium. Tepatpada Hari Penghapusan KemiskinanSedunia, 17 Oktober 2007 lalu, digelarkampanye "Bangkit dan SuarakanMelawan Pemiskinan dan PemenuhanTujuan Pembangunan Milenium".

Semua pihak diajak mengetahui danberpartisipasi memberi dukungan se-banyak-banyaknya dalam waktu 24 jamsaja, yang menjadi pemecahan rekor duniaatas jumlah dukungan mengakhirikemiskinan dan pencapaian MDGs(Millenium Development Goals). Jumlahdukungan yang semakin banyak menun-jukkan besarnya dukungan kita bagi penca-paian tujuan tersebut.

Kampanye ini adalah kesempatan unikuntuk dapat menyalurkan aspirasi dengansatu suara, satu tujuan, dalam satu hari.Dan dari semua itu, aksi konkritmasyarakat dan pemerintah menjadi halpaling utama.

Bangkit dan Suarakan merupakaninisiatif bersama berbagai unsur ma-syarakat, perguruan tinggi, media massa,lembaga swadaya masyarakat, organisasikeagamaan, perusahaan swasta, pemerin-tah daerah, dan sebagainya. BW

SEPUTAR AMPL

43PercikOktober 2007

KAMPANYE MELAWAN PEMISKINAN

Persoalan sampah di negeri iniseperti tak kunjung usai. Olehkarena itu perlu segera disahkan

RUU Persampahan. Namun, RUU inimasih banyak yang perlu disempurnakan,seperti perlunya standar pelayanan mini-mum dalam pengelolaan sampah.

Selain itu juga tentang kewajiban danhak masyarakat dalam memilah sampahdi sumber, membayar retribusi bagimasyarakat, dan hak pendidikan bagimasyarakat dalam pengelolaan sampah.

Setidaknya itulah yang terkuak padaworkshop bertajuk "Penguatan Kelem-bagaan Pengelolaan Sampah di Jakarta",Kamis (25/10) di Kantor BPPT Jakarta.Workshop ini hasil kerjasama antara JIP-SYLFF, Dana Mitra Lingkungan, DinasKebersihan DKI Jakarta, dan BPPT.

Selain itu, workshop ini mengungkapdari sisi kelembagaan yaitu perlu ada

pengaturan agar pihak yang menanganisampah lebih fokus. Saat ini dinas pe-ngelola sampah masih tergabung dalamdinas yang membidangi urusan lainnya.Kejelasan peran operator dan siapa sajajuga perlu diatur secara jelas.

Mengenai mekanisme kontrol anggar-an, diperlukan adanya transpasaransipengelolaan keuangan persampahan.Selain itu perlu dilibatkan juga peranmasyarakat dalam manajemen anggarantadi. Dan tak kalah pentingnya perludipertimbangkan kembali proporsio-nalisasi anggaran untuk kebersihandibanding keperluan lainnya.

Dalam kontrol anggaran diperlukanjuga adanya sistem pengawasan denganadanya lembaga kontrol, spesifikasianggaran sampah, sosialisasi anggarankepada masyarakat, dan sosialisasi hasilaudit ke masyarakat.

Mengenai public campaign memper-timbangkan perlunya kerjasama antaradinas pengelola kebersihan danmasyarakat. Peningkatan kesadaranmasyarakat melalui pendidikan jugadianggap penting dalam kampanye pe-ngelolaan sampah di masyarakat. Se-dangkan langkah lainnya dapat dilakukanmelalui optimalisasi media yang adaseperti situs atau lainnya dari dinaspengelola kebersihan sendiri sebagaipusat informasi bagi masyarakat.

Bahasan lain yaitu kerjasama vertikaldan horizontal yang mengarisbawahimasih lemahnya komunikasi antarpihakterkait sehingga perlu ditingkatkan.Tidak heran jika akhirnya koordinasikegiatan dari berbagai institusi pun ma-sih tumpang tindih dan berjalan sendiri-sendiri sehingga perlu dibenahi untukefektivitas pengelolaan sampah. FN

Workshop "Penguatan KelembagaanPengelolaan Sampah di Jakarta"

Foto: Bowo Leksono.

Page 46: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Kebutuhan akan airbaku (bersih) selalumenjadi persoalan

komplek, terutama di wilayahperkotaan. Padatnya pendudukmengakibatkan wilayah hunianyang semakin sempit. Sehinggapersoalan sosial pun tak tere-lakkan. Persoalan air danlingkungan bersih selalu siapmenghadang.

FORKAMI (Forum Komu-nikasi Pengelolaan Kualitas AirMinum Indonesia) baru-baruini, dimulai awal November2007, mengadakan pelatihankepemimpinan pada empatlingkungan RW yaitu RW 02,04, 10, dan 12 di Kelurahan CipinangMelayu, Jakarta Timur.

Kegiatan pendampingan ini dalamrangka peningkatan kesadaran masya-rakat akan air (Community LeadershipIn Awareness Raising On Water/CLEARWATER). Kerap kali FORKAMI meng-adakan kegiatan pendampingan terhadapmasyarakat seperti ini. "Tujuan kegiatanini meningkatkan kepedulian dankesadaran masyarakat dalam hal konser-vasi air," tutur koordinator internalFORKAMI Anggie Rifki.

Prioritas penyelesaian masalahMeskipun setiap wilayah RW mem-

punyai kompleksitas masalah yang relatifsama, namun masing-masing meng-inginkan penyelesaian masalah lingkung-an yang disesuaikan dengan prioritas.

Bagi RW 02, memperindah kantorRW dianggap paling penting. Disampingmerupakan tempat umum, sekaligus bisadijadikan program percontohan keber-sihan lingkungan rumah bagi masya-rakat.

Karena itu, para wakil warga meng-inginkan di sekeliling kantor RW di-

adakan penanaman pohon serta mem-perindah lingkungan setempat, baik itutanaman hiasan maupun tanaman TOGA(tanaman obat keluarga).

Untuk RW 04 membuat tong sam-pah dan sosialisasi biopori. Nantinya,penempatan tong sampah akan di-lakukan di wilayah RT 09 karena RT 09adalah wilayah yang tidak terkena ban-jir langganan Jakarta sehingga wargatidak merasa takut akan kehilangantong sampah. Di sisi lain, banjir sebe-narnya bisa diatasi dan dicegah sedikitdemi sedikit salah satunya denganmembuat lubang-lubang biopori dilingkungan rumah.

Sementara warga RW 10, berupa so-sialisasi warga tentang kebersihan ling-kungan, pembuatan tempat sampah un-tuk tiap rumah, pengadaan gerobak sam-pah, dan menunjuk petugas pengangkut-nya.

Berbeda dengan RW 12 yang berenca-na membuat pengolahan air mengan-dung besi untuk menghasilkan air bersihtanpa lagi zat besi atau berupa penya-ringan/filter air yang mengandung zatbesi.

Menciptakan pemimpinlingkungan

Awalnya, beberapa wargasempat curiga terhadap pro-gram dari FORKAMI ini de-ngan menggunakan kata "ke-pemimpinan". Menurut Ang-gie, kepemimpinan yang di-maksud adalah warga yangmempunyai kepedulian danaktif terhadap nasib ling-kungan sekitar. "Tidak hanyaitu, program ini juga mem-butuhkan wakil-wakil wargayang mempunyai inisiatif danmau bekerja," tuturnya.

Partisipasi peserta dalamkeseluruhan sesi pelatihan sa-

ngat menggembirakan. Ini satu langkahawal yang baik. Para peserta sangat aktif danantusias karena dapat terlibat sebagaibagian dari solusi permasalahan lingkungandi wilayahnya. Karena itu, kapabilitas peser-ta dinilai sangat baik untuk dapat menjadipemimpin di wilayah masing-masing.

Anggie mengatakan, secara keseluruh-an program awal FORKAMI ini dinilai ber-hasil dalam membentuk komitmen pesertakegiatan dan menarik minat peserta untukterlibat secara aktif dalam programPelatihan Kepemimpinan dalam RangkaKepemimpinan Masyarakat akan Air.

Menurut kesepakatan FORKAMI ber-sama warga, untuk setiap satu RW akanmendapatkan dana stimulan sebesar Rp 1juta. "Ini memang dana yang kecil, na-mun diharapkan warga disetiap RWmampu menggalang dana swadaya yangakan lebih mendukung program ling-kungan mereka," ungkap Anggie.

Secara keseluruhan, target programdari FORKAMI ini bahwa warga dapatmelakukan pengolahan air secara man-diri sehingga kesadaran akan kualitas airuntuk memenuhi kehidupan sehari-harimenjadi meningkat. BW

SEPUTAR AMPL

44 PercikOktober 2007

Melatih WargaMenjadi Pemimpin Lingkungan

Pelatihan kepemimpinan dalam rangka peningkatan kesadaranmasyarakat akan air. Foto: FORKAMI

Page 47: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Pemberdayaan masyarakat bukan semata tanggung jawabpemerintah. Bagaimana pun kemampuan pemerintah ter-batas, tapi bukan berarti lepas sama sekali dari perannya

terutama sebagai fasilitator dan penentu kebijakan.Salah satunya dengan menelorkan kebijakan adanya CSR

(corporate social responsibility) yang akhir-akhir ini cukupmarak. Tanggung jawab pihak swasta inilah yang diharapkanmampu membantu pemerintah dalam memberdayakanmasyarakat.

Banyak sekali bidang kehidupan di masyarakat yang masihmembutuhkan bantuan pihak swasta. Seperti bidang air minumdan penyehatan lingkungan (AMPL) yang belum sepenuhnyamendapat perhatian banyak pihak.

Sebuah program bernama "Cinta Air" secara pelan-pelan di-terapkan pada masyarakat bawah dengan tujuan jangka panjangmewujudkan lingkungan yang bersih dan masyarakat yangsehat dalam arti yang sesungguhnya.

Cinta Air adalah program kerjasama antara Coca-ColaSystem di Indonesia, USAID/Indonesia dan masyarakat untukmemastikan perbaikan kualitas air dan sanitasi bagi 25 ribupenduduk di Bekasi, Jawa Barat.

Cinta Air merupakan bagian dari Community WatershedPartnership Program (CWPP), program kemitraan global untukperlindungan air berbasis masyarakat, yaitu sebuah aliansistrategis antara USAID dan The Coca-Cola Company (TCCC)yang memfokuskan pada ketersediaan air bagi gakin (keluargamiskin).

Desain program ini menggambarkan hubungan vitalantara area hutan di hulu dan volume air bersih di hilir. Selainitu, program ini juga mendukung pemanfaatan teknologipemurnian air untuk memberantas penyakit yang disebabkanburuknya kualitas air.

"Karena perusahaan kami bergerak dengan bahan baku air,sudah sepantasnya kami peduli terhadap ketersediaan air baku,"tutur Triyono Prijosoesilo, Deputy Chief Executive OperatingCommittee PT Coca Cola Indonesia kepada Percik.

Implementasi Cinta AirProgram Cinta Air diluncurkan secara resmi pada Maret

2006 lalu, bertepatan perayaan Hari Air Sedunia 2006.Implementasi program terbagi menjadi dua yaitu, pember-dayaan komunitas Kampung Wangkal di Desa Kalijaya dan SDNSukadanau Bekasi, serta pemberdayaan murid dan guru melaluiGo Green School di empat SMA di Bekasi yaitu, SMAN 2, SMAN6, SMA YPI 45, dan SMA Al-Azhar 4 Kemang Pratama.

Kegiatan program ini berkutat pada isu air baku. Siapa pundapat melakukan berbagai kegiatan dalam usaha pelestarian airuntuk kepentingan bersama. Seperti hemat air, menanampohon, pembuatan sumur resapan, tidak membuang sampahsembarangan karena dapat menyebabkan pencemaran, dansebagainya. Peran dan partisipasi masyarakat sangat berartidalam pelestarian lingkungan.

Triyono mengatakan, program Cinta Air memberikan pem-bekalan pada masyarakat dan siswa sekolah yang secara mandiritelah mampu melakukan perbaikan kondisi lingkungan."Program ini akan berlangsung selama dua tahun," katanya.

Bermacam kegiatanProgram Cinta Air telah melakukan bermacam kegiatan,

beberapa diantaranya adalah perbaikan sanitasi dan pe-ningkatan kualitas hidup. Diantaranya melalui kegiatan edukasisiswa di Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat.

Untuk dua sekolah di Desa Sukadanau yaitu SDN Sukadanau01 dan 02, tim Cinta Air membangun sarana cuci tangan.Fasilitas ini memberikan manfaat bagi 1.294 murid dan 31 gurudari kedua sekolah.

Ada pelatihan berbasis masyarakat di Kampung Wangkal.Pelatihan ini mengadopsi metode PHAST (ParticipatoryHygiene and Sanitation Transformation), metode penyuluhanyang dikembangkan Departemen Kesehatan RI.

PROGRAM

45PercikOktober 2007

PROGRAMCINTA AIR

Salah satu kegiatan program Cinta Air adalah perbaikansumur dangkal milik warga. Foto: Istimewa

Page 48: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Di samping itu, ada kegiatan berupaperbaikan sumur dangkal dan pembu-atan saluran pembangunan air kotor.Masyarakat di Kampung Wangkal awal-nya menggunakan sumur dangkal seba-gai sumber air mereka yang tidakmemenuhi syarat air untuk konsumsi.

Untuk melindungi sumur-sumur darikontaminasi permukaan tanah, terutamaketika banjir di musim hujan, dilakukanpeningkatan kualitas air tanah. Tim CintaAir telah mendampingi masyarakat mem-perbaiki 22 sumur dengan membangundinding sumur, membuat pelataran disekitar sumur dan membuat saluranpembuangan air kotor sederhana sehing-ga mengurangi kontaminasi pada airsumur.

Kegiatan lain berupa bersih dan sehatmasyarakat kampung Wangkal, lombakampung bersih, sehat dan hijau, sertapembangunan sarana MCK untuk umum.

Dalam meningkatkan kesadaran danpartisipasi masyarakat, Cinta Air menga-jak kelompok masyarakat mengem-bangkan media kampanye bersih dansehat dengan media poster, jingle lagudan Lenong Betawi.

Sebanyak 26 wanita dan kaderdiikutkan dalam pelatihan pembuatankompos. Pelatihan dilakukan dengan

pemilahan sampah (organik dan non-organik), praktek dan metode pembuatankompos.

Program Go Green School (GGS) yangbertujuan mengenalkan konsep SekolahHijau yaitu sekolah yang memilikikesadaran lingkungan dan terwujudmelalui perilaku seluruh warga belajarsekolah yang ramah lingkungan.

Program ini diantaranya safari CintaAir, pelatihan dan kegiatan bagi siswa Go

Green School, Water Testing Day, danJambore Cinta Air, serta KlinikPembuatan Film (movie making clinic)bagi siswa Go Green School danKampung Wangkal.

Untuk klinik pembuatan film ini timCinta Air menggelar pelatihan pembu-atan film yang dilaksanakan secaraserentak di SMA YPI 45 dan DesaKalijaya. Sekitar 40 siswa GGS dan 25muda-mudi Kampung Wangkal ikut sertadalam pelatihan ini.

Tim Cinta Air bekerjasama denganpengajar-pengajar dari Yayasan SainsEstetika dan Teknologi (SET) pimpinansutradara kondang Garin Nugroho. Parapeserta diajari membuat video doku-menter tentang air, keseharian dankebersihan di sekitar mereka.

Sementera kampanye publikdilakukan untuk menstimulasi, memper-luas dan memperdalam pemahamandalam hal perlindungan sumber air,kualitas air, serta mendorong perubahanperilaku untuk perbaikan kesehatan dankebersihan.

Kampanye publik ini berupa kegiatantalkshow radio, kunjungan ke media,peringatan Hari Air Sedunia, safe waterdan promosi Air RahMat, dan bantuanuntuk bencana banjir. Disamping partisi-pasi dalam Gerakan Nasional CuciTangan Pakai Sabun (CTPS). BW

PROGRAM

46 PercikOktober 2007

Pelatihan pembuatan film untuk siswa-siswi SMA dan para pemuda kampung.Foto: Istimewa

Lomba menghias tong sampah bagi siswa-siswi Sekolah Dasar.Foto: Bowo Leksono.

Page 49: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Tanah lempung mempunyai kan-dungan mineral tanah yang berma-cam-macam. Salah satu jenis mi-

neral tersebut adalah haloisit. Jenis mi-neral tanah ini telah diteliti kemampuan-nya dalam membantu menurunkan kadarpencemar berupa deterjen yang mem-punyai bahan aktif alkilbenzena sulfonat.

Hasil penelitian menyatakan bahwatelah terjadi penurunan kadar deterjendalam air setelah melalui kontak dengantanah lempung. Besarnya penurunankadar deterjen berkisar 30 hingga 70persen, tergantung derajat keasamanlarutan deterjen, di mana makin asamsuatu larutan, penurunan kadarnyamakin besar.

Lamanya waktu kontak yang diper-lukan agar terjadi penurunan kadardeterjen adalah sekitar 24 jam.Penurunan tersebut berlangsung melaluiproses yang disebut adsorpsi, yaitu reak-si suatu bahan pencemar (deterjen) de-ngan permukaan bahan padatan (tanahlempung).

Penerapan hasil penelitian ini adalahpada pembuangan limbah rumah tangga.Air limbah dari rumah tangga, khususnyayang berasal dari proses pencucian pa-kaian menggunakan deterjen, dapatdibuang langsung ke permukaan tanahdan akan meresap.

Selama proses peresapan ke dalamtanah, limbah deterjen ini akan mengala-mi kontak dengan permukaan mineraltanah lempung. Dengan terjadinya kon-tak ini, maka proses adsorpsi akan terjadidan kadar deterjen akan turun.

Jenis tanah yang dapat dipakai seba-gai lahan pembuangan ini bukan domi-nan tanah lempung, tetapi campuranberbagai ukuran butiran tanah. Hal inidimaksudkan untuk memperoleh pori-

pori tanah agar tanah mampu meresap-kan air limbah dengan kecepatan yangcukup.

Setelah mengalami kontak, air limbahyang telah meresap ke dalam tanah akanmencapai air tanah. Air limbah ini tidakakan mencemari air tanah karena kadarpencemarnya telah terkurangi.

Pemanfaatan tanah sebagai mediapengolahan air limbah dikenal dengan

pengolahan secara alamiah. Pengolahansecara alamiah diharapkan dapat lebihdikembangkan karena pengolahan jenisini relatif lebih ekonomis dengan tujuanmemanfaatkan potensi alam setempat.

Telah banyak dilakukan penelitianyang memanfaatkan tanah sebagai bahanpengadsorpsi terhadap beberapa polutan,baik bahan organik maupun anorganik.Potensi alam yang dimiliki tanah antaralain potensi berlangsungnya proses fisik,fisik-kimiawi, dan biologis. Proses-prosestersebut mempunyai kemungkinan yangsangat besar dalam hal penurunan kadarbahan pencemar yang dibawa oleh airlimbah.

Disarikan dari tesis Ali Masduqi berjudul"Kinetika Adsorpsi Deterjen LAS

(Alkilbenzena Sulfonat Linier) pada TanahLempung dengan Sistem Batch"

pada Fakultas Teknik Lingkungan ITB,Bandung, 2000.

ABSTRAKSI

47PercikOktober 2007

Penurunan Kadar Deterjendengan Tanah Lempung

Telah banyak dilakukanpenelitian yang memanfaatkan

tanah sebagai bahanpengadsorpsi terhadap bebera-pa polutan, baik bahan organik

maupun anorganik.

Air limbah rumah tangga yang berkadar deterjen tinggi, mampu diserap oleh tanah lempung.Foto: Bowo Leksono

Page 50: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Tanya :Mengapa pengolahan air limbah umumnya menggunakan

proses biologi, sementara pengolahan air minum umumnyamenggunakan proses fisika-kimia? Bukankah pengolahan fisi-ka-kimia bisa lebih cepat dalam mengolah air limbah?

Astari, Bengkulu

Jawab :Pengolahan fisika-kimia memang membutuhkan waktu yang

relatif singkat, namun biaya pengolahannya lebih mahal. Selainitu, proses pengendaliannya juga lebih mudah ketimbang prosesbiologi. Dalam pengolahan air minum, air harus diolah secaracepat, dalam kuantitas yang tinggi, serta kualitas yang tinggi,karena berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia (basicneed). Walaupun harga air meningkat, namun masyarakat tetapmembutuhkannya. Pada pengolahan air limbah, masyarakatakan merasa terbebani secara psikologis, jika harus membayarair limbah dengan biaya yang mahal. Hal ini akan mengaki-batkan turunnya keinginanan masyarakat untuk membayar(willingness to pay) air limbah tersebut, jika diolah secara fisi-ka-kimia, karena biaya pengolahannya mahal. Untuk me-nyikapinya, maka teknologi yang dipilih harus yang mampu

bekerja efektif (kinerja tinggi), harganya terjangkau (lebihmurah), dan masyarakat memiliki kemauan untuk membayar,dimana proses biologi adalah proses yang paling sesuai untukmencapai hal tersebut.

RETRIBUSI SAMPAH

Tanya :Mengapa pembayaran pungutan retribusi sampah dilakukan

dua kali, yaitu pungutan di rumah (oleh petugas gerobak sam-pah) dan pungutan saat membayar retribusi listrik?

Daeng Mangiri, Donggala

Jawab :Pungutan retribusi sampah dilakukan oleh pihak yang

menangani pada tiap sistem persampahan setempat(pengumpulan-pengangkutan-pengolahan sampah). Retribusiyang dibayarkan pada petugas gerobak sampah ditujukan untukpembiayaan sistem pengumpulan sampah yang dilakukan olehpetugas gerobak sampah (dari tempat sampah ke TempatPenampungan Sementara/TPS sampah). Sementara retribusiyang dibayarkan pada saat membayar retribusi listrik, ditujukanuntuk membayar sistem pengangkutan-pengolahan sampah(dari TPS sampah ke Instalasi Pengolahan Sampah/IPS, hinggapengolahan sampah tersebut di IPS).

MANFAAT KAPORITTanya :

Apa manfaat penggunaan kaporit pada kolam renang?Amankah air kolam renang jika terminum?

Ardiyanto, Brebes

Jawab :Air kolam renang diberikan zat desinfektan untuk mengi-

naktifasi mikroorganisme patogen yang hidup dalam air. Hal iniberkenaan dengan aspek sanitasi dan higiene, karena banyak zatorganik (misalnya yang berasal dari kotoran pada tubuh manu-sia, keringat, urine, dan lain-lain) dapat menjadi sumbermakanan (nutrisi) untuk berbagai mikroorganisme patogen. Halini dilakukan dengan pembubuhan kalsium hipoklorit Ca(ClO)2atau kaporit sebanyak 8-10 mg /l, yang dikenal sebagai prosessuperklorinasi. Dengan penggunaan dosis tinggi semacam ini,maka inaktifasi mikroorganisme patogen menjadi efektif.Biarpun begitu, air kolam renang tidak sehat untuk diminum,karena kandungan senyawa klor yang cukup tinggi yang justrubersifat iritatif bagi tubuh.

KLINIK IATPI

48 PercikOktober 2007

Pertanyaan dapat disampaikan melalui redaksi Majalah PercikKontributor: Sandhi Eko Bramono ([email protected]), Lina Damayanti ([email protected])

Foto:Istimewa

Majalah Percik bekerja sama dengan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan Lingkungan Indonesia, membuka rubrik Klinik.Rubrik ini berisi tanya jawab tentang air minum dan penyehatan lingkungan.

Page 51: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Sebuah perubahan perilaku hidupbersih dan sehat (PHBS) sangat berartibagi masyarakat. Namun kerap tak ter-dukung kesadaran komunal. Akibatnya,berbagai sumber penyakit pun me-nyerang.

Kemiskinan selalu menjadi penye-bab kondisi kesehatan masyarakat yangrendah. Bukan berarti penyelesaiannyaterletak disitu. Lagi-lagi kesadaranmasyarakat yang akan menyelesaikansendiri persoalan kesehatan itu.

Sebuah video dokumenter bejudul"Arti Sebuah Perubahan" berupa pem-belajaran perilaku hidup sehat danbersih mengangkat secara gamblangkondisi ketakberdayaan masyarakat dalam perilaku hidupbersih dan sehat.

Tayangan audiovisual berdurasi 30 menit ini mengambilobyek di Dusun Banyu Urip, Desa Surat, Kecamatan Mojo,Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Diawali kondisi kelangkaan

akses air bersih sehingga berpengaruhpada kehidupan mereka.

Kebiasaan buang air besar (BAB) ditempat terbuka menjadi pemicudatangnya penyakit diare. Ini satucatatan rendahnya penggunaan jambankeluarga. Dari sekitar 20 rumah tangga,hanya sekitar tiga rumah yang memilikijamban sehat. Sisanya, dengan bebasnamun penuh perasaan was-was BAB dikebun atau pekarangan rumah.

Program WSLIC 2 (Second Waterand Sanitation for Low IncomeCommunities) menjembatani dan men-dukung sarana perubahan perilakuhidup sehat masyarakat. Kemudian

diperkuat program CLTS (Community Led Total Sanitation).Video yang dibuat Direktorat Penyehatan Lingkungan

Departemen Kesehatan RI ini menjadi salah satu dokumenbahwa ukuran keberhasilan hidup sehat tidak terletak padabanyaknya sarana fisik tapi pada perubahan perilaku. BW

INFO CD

Arti Sebuah Perubahan

Entah sampai kapan persoalan sam-pah akan terselesaikan. Atau memangsudah seharusnya kita tidak menjadikansampah sebagai persoalan, tapi kewa-jiban kita sebagai makhluk ciptaan Tuhanuntuk mengolahnya.

Bila kita meyakini bahwa "kebersihanadalah sebagian dari iman" tentu sampahbukan lagi persoalan karena hidup bersihmenjadi landasan bagi kita. Artinyadimana dan kemanapun kita akan mem-perhatikan kebersihan lingkungan.

Tak usah berbicara sungai-sungaikotor yang menghiasi wilayah perkotaan.Jauh di kampung pun, tak jarang dite-mukan aliran sungai yang menghitamdan dipenuhi sampah. Bantaran sungaidan sudut-sudut jembatan menjadi tem-pat bersemayam sampah masyarakat.

Memprihatinkan memang. Seti-daknya inilah gambaran nyata hasilbidikan kamera seorang pelajar SMUyang terkemas menjadi sebuah karya filmdokumenter. Dalam film bertajuk "Bumi

Khayalan" berdurasi tujuh menit iniobyek yang diambil adalah lingkungantak jauh dari pembuat film itu tinggal.

"Banyak hal di sekeliling kita yangbisa kita angkat menjadi sebuah karyafilm. Tidak perlu jauh-jauh, tinggalbagaimana kepekaan kita terhadaplingkungan," tutur Nanki Nirmanto, sang

pembuat film.Pada bagian isi film, ditampilkan

wawancara warga yang hidup di sekitarbantaran sungai. Menurut mereka, sela-ma ini tidak terjamah fasilitas pem-buangan sampah seperti yang ada diwilayah perkotaan. Untuk itulah, denganseenaknya warga membuang sampah disungai.

Tak hanya persoalan sampah wargayang dibidik, pabrik-pabrik yangmerangsek ke wilayah kampung punmenjadi obyek film ini. Mereka denganseenaknya membuang limbah pabrik kesaluran vital yang melewati persawahandan perkampungan warga. Sungguh,bumi yang bersih dan sehat hanya menja-di khayalan.

Film produksi Bozz Community yangdibuat dengan semangat independen inimasuk sebagai finalis Festival Film Do-kumenter (FFD) 2007 di Yogyakarta yangdiselenggarakan Komunitas Dokumen-ter. BW

Bumi Khayalan

49PercikOktober 2007

Page 52: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

Kebersihan lingkungan masih menjadi polemik dimasyarakat. Masih terjadi saling tuduh, siapa yang harus

bertanggung jawab dalam hal ini. Pemerintah atau masyarakatsendiri, karena antara ruang publik dan ruang privat salingbersinggungan.

Buku setebal 52 halaman ini memaparkan bagaimana lim-bah yang melimpah dan dapat diperoleh dengan cuma-cumabila diolah sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Penulis mencontohkan hasil olahan limbah got dapat berupabatako, konblok, paving blok, dan pupuk atau kompos.

Buku yang cukup ringkas ini tidak hanya membahas teknispemanfaatan limbah tapi juga peluang pasar produk dari limbahtersebut. Tidak hanya itu, buku ini dilengkapi bahasan menge-nai bagaimana pembiayaan dan perhitungan keuntungan dalammemanfaatkan produk limbah.

Demikian penulis merasa perlu berbagi pengalaman danpengetahuan tentang penanganan sampah dan limbah, khusus-nya limbah got. Jika masyarakat dan pemerintah saling bekerjasama maka akan tercipta lingkungan yang bersih dan lapanganusaha baru.

Diharapkan buku ini dapat menjadi pedoman dalam mengu-bah pandangan masyarakat terhadap limbah. Bagaimana keber-sihan lingkungan yang dianggap tidak menghasilkan keuntung-an secara materi harus diubah menjadi sesuatu yang mengun-tungkan.

Jadikan sampah atau kotoran got bukan sebagai masalahtapi menjadi tanggung jawab kita yang justru berpeluang usaha.Siapapun bisa menjadi pengusaha dari hal-hal yang semuladianggap sumber masalah. Anda mau mencoba? BW

I ndonesia adalah salah satu negara penandatangan DeklarasiMilenium sebagai suatu kesepakatan pencapaian target MDG

(Millennium Development Goals) di tahun 2015. Secara prinsipIndonesia mengakui apa yang terkandung dalam deklarasitersebut.

Buku setebal 92 halaman ini diterbitkan dengan tujuanmelakukan reposisi pencapaian target MDG dan rencana tindakpercepatan target MDG. Namun pada kenyataannya, Indonesiamasih jauh dari capaian yang ideal.

PBB mencatat dalam Laporan Pembangunan Manusia tahun2005, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia hanya 0,697.Angka ini menempatkan Indonesia diurutan 110 dari 177 negaradalam pencapaian pembangunan manusia. Posisi Indonesiaberada jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia,Thailand, Filipina dan Vietnam.

Buku ini juga memberikan gambaran mengenai upaya pen-capaian sebagian target MDG di Indonesia, khususnya masalahpeningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh, pe-ningkatan akses air minum dan sanitasi, serta penanggulangankemiskinan melalui dukungan pengembangan infrastrukturperkotaan.

Di tahun 2015, proporsi penduduk yang tidak memiliki aksesair minum yang aman dan fasilitas sanitasi layak sudah harusberkurang. Namun tampaknya sejak tahun 2000, karena tingkat

pertumbuhan tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhanpenduduk, peningkatan akses belum signifikan.

Pemerintah tampaknya terus bergerak, walau terasa pelan.Sebenarnya dibutuhkan banyak pihak seperti swasta dan pihaklain untuk sama-sama bergerak mengatasi kebutuhan mendasarini.

Secara umum, pencapaian sasaran-sasaran MDG yangterkait infrastruktur perkotaan, permukiman, air minum, dansanitasi di Indonesia belum sepenuhnya menggembirakan.Pemerintah sebagai penanggung jawab kesejahteraan rakyatharus mempunyai kemampuan mewadahi proses politik danpengambil keputusan dalam mencapai kesejahteraan. BW

INFO BUKU

50 PercikOktober 2007

Berbagi Pengalaman Mengolah Sampah

Sebuah Gambaran Pencapaian Target MDG

JUDUL

PENGOLAHAN LIMBAH GOT

SEBAGAI PELUANG USAHA

Penulis:Mutawakil, S.E

Penerbit:Jakarta, Penebar Swadaya, 2006

Tebal:vi + 52 halaman

JUDULPERMUKIMAN, AIR MINUM

DAN SANITASIPenulis:

Mulya Amri, Ade Tanesia, Adi Abidin,Rohman Yuliawan, Biduk Rokhmani

Penerbit:Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum

RI, 2005Tebal: 92 halaman

Page 53: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

SANITATION CONNECTIONwww.sanicon.net

Sanitation Connection merupakansebuah jaringan berbasis web tentang

seluruh aspek sanitasi lingkungan. Situsini merupakan sumber informasi yangsangat lengkap tentang sanitasi baikaspek teknologi, institusi maupun pem-biayaan dari seluruh dunia.

Informasi yang tersedia didukungberbagai lembaga internasional yangmengelola dan menyediakan data yangberkesesuaian dengan spesialisasinyamasing-masing. Dihubungkan pula de-ngan berbagai situs yang masih satubidang.

Beberapa tema penting yang tersediaadalah pembiayaan dan pemulihan biaya,promosi sanitasi, sanitasi sekolah, penge-lolaan sampah, pengelolaan air limbahbiaya rendah dan drainase.

ECOLOGICAL SANITATIONhttp://www.ecosan.org/

I ni merupakan salah satu situs yangmemfokuskan materinya pada sani-

tasi ekologis. Situs ini dikembangkanoleh International Water Association(IWA). Menyediakan materi untukmenyelesaikan persoalan-persoalan sani-tasi di masyarakat.

Mempublikasikan berbagai kegiatanyang dilakukan IWA di seluruh dunia.Informasi penting seputar air bersih danjuga lembaga-lembaga yang masihberhubungan dengan bidang yang sama.

PUSAT PENELITIAN danPENGEMBANGAN EKOLOGI

dan STATUS KESEHATAN (P3ESK)http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id

Pusat Penelitian dan PengembanganEkologi dan Status Kesehatan selan-

jutnya disebut P3ESK adalah salah satuunit pusat di lingkungan BadanPenelitian dan Pengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan RI.

Nama Puslitbang Ekologi dan StatusKesehatan (P3ESK) berawal dari berkem-bangnya pengertian ekologi kesehatansebagai salah satu cabang dari ekologi.Ekologi ialah cabang biologi yang mem-pelajari hubungan antara organisme danlingkungannya, baik yang hidup maupunmati, juga disebut bionomik. Ekologi jugadikenal sebagai cabang sosiologi yangmenyangkut penduduk, lingkungannya,penyebarannya dan pola budaya yang ter-bentuk karena keadaan ini.

Melalui situs ini diharapkan seluruhdata dan informasi baik profil sumber

daya; program penelitian dan pengem-bangan ekologi kesehatan dibidanglingkungan fisik kimia kesehatan, sosialbudaya kesehatan, lingkungan biologikesehatan, dan indikator dan status kese-hatan; hasil penelitian bidang ekologi danstatus kesehatan; kerjasama litbangekologi dan status kesehatan denganstakeholders terkait, dan informasi lain-nya dapat disebarluaskan dan diman-faatkan stakeholders secara cepat danakurat.

SANITASI UNTUK MASYARAKATDI INDONESIA

http://www.indo.ausaid.gov.au

Situs ini berisi tentang bentuk ker-jasama di berbagai bidang antara

Pemerintah Australia dan Indonesia.Antara lain proyek Sanitasi untukMasyarakat (SANIMAS) yaitu programsanitasi berbasis masyarakat.

Kedua negara telah menjadi mitrapembangunan selama bertahun-tahundan memiliki hubungan kuat yang telahdijalin semenjak tahun 1950-an. Melalui

AusAID, program bantuan luar negeriPemerintah Australia di Indonesia akanmengalokasikan estimasi dana BantuanPembangunan Resmi sejumlah A$458juta (Rp 3,4 triliun) untuk tahun 2007-2008. BW

INFO S ITUS

51PercikOktober 2007

Page 54: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

L A P O R A NEVALUATION OF SMALL-SCALEPROVIDERS OF WATER SUPPLY

AND SANITATION SER-VICES IN PERUPenerbit: WSP WorldBank, Peru, 2007

WATER QUALITY ASSESS-MENT (WQA) STUDY OFKNOWLEDGE ATTITUDE,AND PRACTICE (KAP)MPA-PHAST COMMUNITYLED TOTAL SANITATIONPenerbit: Dinas KesehatanPemerintah KabupatenSukabumi, Sukabumi,2007

M A K A L A H

PEMANTAUAN DAN KONSER-VASI AIR TANAHPenerbit: DepartemenEnergi dan Sumber DayaMineral Dirjen MineralBatu Bara dan Panas Bumi,Jakarta

A PERFORMANCE INDEXFOR ASSESSING URBANWATER SYSTEMS: AFUZZY INFERENCEAPPROACHPenerbit: AWWAJournal, 2006

P E R A T U R A N

PERATURAN PEMERINTAHREPUBLIK INDONESIANOMOR 82 TAHUN 2001TENTANG PENGELOLAANKUALITAS AIR DAN PE-NGENDALIAN PENCE-MARAN AIR

PERATURAN MENTERI PUNOMOR 294 TAHUN 2005TENTANG PENGEMBANG-AN SISTEM PENYEDIAANAIR MINUM

B U K UMENGOLAH AIR LIMBAHPenerbit: ESHA(Seri Lingkungan Hidup),Jakarta, 2003

HANDBOOK OF WATERECONOMIC: PRINCIPLESAND PRACTICEPenerbit: John Wiley &Sons Ltd, 2003

WATER SUPPLY SYSTEMSECURITYPenerbit: McGraw-Hill,2004

M A J A L A HAIR MINUMEdisi 144, September 2007

BULETIN CIPTA KARYAEdisi V, September 2007

NIRMALAEdisi Juni 2007

SUARA BUMIEdisi 8, Agustus 2007

PERCIK YUNIOREDISI 3, Agustus 2007

PERCIKEdisi 19, Agustus 2007

PERCIK(EnglishVersion)Edisi 19, Agustus2007

PUSTAKA AMPL

52 PercikOktober 2007

Page 55: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007

AGENDA

W A K T U K E G I A T A N06 September 2007 Seminar Air dan Kelestarian Lingkungan di Jakarta diselenggarakan oleh Kemitraan Air Indonesia (KAI)

dan Global Water Partnership (GWP)

6-8 September 2007 Sosialisasi Hukum dan Perundangan Terkait Kebijakan Nasional AMPL di Denpasar, Bali diselenggarakan

oleh Ditjen PMD Depdagri bekerja sama dengan Pokja AMPL Pusat & WASPOLA

10 September 2007 Workshop Rencana Strategis Sanitasi Kota Padang di Padang, Sumatera Barat diselenggarakan oleh

Pokja AMPL Sumatera Barat

11-12 September 2007 Workshop Penyusunan Renstra AMPL-BM di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan diselenggarakan oleh

Pokja AMPL Jeneponto

12 September 2007 Rapat Koordinasi Pelaksanaan CLTS di Indonesia dan Rencana Kajian CLTS oleh Akademika di Jakarta,

diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal PP & PL Depkes

16-25 September 2007 Pelatihan Resources Agency Proyek TSSM (The Total Sanitation and Sanitation Marketing) Indonesia

di Pasuruan, Jawa Timur diselenggarakan oleh TSSM

19 September 2007 Pertemuan Pembahasan Kegiatan Indonesia Sanitation Sector Development program (ISSDP) Komponen

WASAP-D di Jakarta diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen PU

20 September 2007 Lokakarya Finalisasi Rencana Strategis Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat

di Gorontalo diselenggarakan oleh WASPOLA dan Pokja AMPL Gorontalo

20 September 2007 Lokakarya Program AMPL Tingkat Provinsi di Makassar, diselenggarakan oleh Pokja AMPL bekerjasama

dengan Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan

25 September 2007 Pertemuan Water Dialogues di Jakarta diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Water Dialogues Indonesia

02 Oktober 2007 Lokakarya Program Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kerjasama Pemerintah RI-UNICEF

di Jayapura, Papua diselenggarakan oleh Pokja AMPL, UNICEF dan Pemerintah Provinsi Papua

02 Oktober 2007 Raker Penyusunan Program Peningkatan Pelayanan Air Minum dan Sanitasi Menuju Kota yang Aman dan

Nyaman di Surakarta diselenggarakan oleh Dirjen Cipta Karya Departemen PU

2-3 Oktober 2007 Lokakarya Penyusunan Renstra Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat

di Bone Bolango, Gorontalo diselenggarakan oleh WASPOLA dan Pokja AMPL Bone Bolango

04 Oktober 2007 Lokakarya Program Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kerjasama Pemerintah RI-UNICEF

di Manokwari, Papua diselenggarakan oleh Pokja AMPL,UNICEF dan Pemerintah Provinsi Papua Barat

08 Oktober 2007 Workshop Terbatas SANWAG Tentang Strategi Komunikasi dan Desain Kampanye Sanitasi di Jakarta

diselenggarakan oleh Ditjen PP&PL Departemen Kesehatan

23-24 Oktober 2007 Lokakarya Finalisasi Renstra Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Kabupaten

Wajo diselenggarakan oleh WASPOLA dan Pokja AMPL Wajo

25 Oktober 2007 Workshop Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Sampah di Jakarta diselenggarakan oleh Joint Initiatives

Program (JIP) Indonesia

27 Oktober 2007 Sarasehan Dalang se-Jawa Tengah di Semarang, Jawa Tengah, diselenggarakan oleh Komisariat Daerah

Persatuan Pedalangan Indonesia (KOMDA PEPADI) Jawa Tengah

30 Oktober 2007 Lokakarya Finalisasi Renstra Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat

di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan diselenggarakan oleh WASPOLA dan Pokja AMPL Kabupaten Gowa

Page 56: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2007 Tema Konperensi Sanitasi Nasional 2007