Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6 Oktober 2004

56

description

Majalah ini merupakan media komunikasi diantara pemangku kepentingan dan dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian. Diterbitkan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) bekerjasama dengan Ditjen Cipta Karya Kementerian PU. Terdapat dua versi yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Transcript of Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6 Oktober 2004

Page 1: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004
Page 2: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Dari Redaksi 1Suara Anda 2Laporan Utama

Air Minum Masih Jadi Impian 3Filosofi Air Minum Dorong Perbaikan PDAM 7Sekilas Kondisi Air Minum dan Sanitasi Indonesia 8Menilik MDGs Air Minum 10Peringkat Cakupan Layanan Air Minum Per Kabupaten/Kota Tahun 2002 11

WawasanBatam: Air Mengalir Lewat Kios 13Air di Australia dan Pembangunan Berkelanjutan 15Sekali Lagi tentang Privatisasi 17Penanganan Kebocoran di PDAM Makassar 20Strategi Peningkatan Kesadaran Masyarakat 21

TeropongThe Real Air Minum 24Dirut PDAM Kota Bogor: Bisa Dikembangkan Lebih Luas 25

ReportasePedagang Air, Antara Dibutuhkan dan Disayangkan 26

WawancaraKetua Umum Perpamsi: Perlu Badan Pengelola Air 28

Info Buku 31Info Situs 32Info CD 33Seputar WASPOLA

Perbaikan Draft Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Lembaga 34Fasilitasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah 35

Seputar AMPLHari Monitoring Air Sedunia 37Menangani Kebocoran Perlu Komitmen 38Seminar Hari Habitat Dunia 2004 39Lokakarya NAP Air Minum, Air Limbah, dan Persampahan 39Pemaparan Konsep CLTS 40Lokakarya Nasional Sumber Air Domestik 41Diseminasi Petunjuk Teknis Pembangunan Prasarana dan Sarana KawasanAgropolitan dan Penyehatan Lingkungan Permukiman di Wilayah Barat 41Konsolidasi Interim Proyek WSLIC 2 42Sosialisai Manual Pengelolaan Sarana AMPL Tingkat Desa 43Handwashing: Soap Saves Lives! 43Kunjungan Monitoring WSLIC 2 ke Kab. Belitung 44Seminar Nasional Sosialisasi UU No. 8 Tahun 2004 45SANIMAS Balong Asri, Mojokerto Terawat 46Pertemuan Tim Koordinasi Propinsi dan Kabupaten Proyek WSLIC 2 46Peresmian Proyek WSLIC 2 di Kab. Kediri 47Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Proyek Pro Air 47Lokakarya Penyempurnaan Proposal Program Pembangunan Sanitasi Indonesia 48Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja WASPOLA Tahun 2005 48

KunjunganWSLIC 2 Ubah Desa Pakel Jadi Desa Sehat 49

Pustaka AMPL 50Agenda 51Glossary 52

Media Informasi Air Minum danPenyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum dan

Penyehatan Lingkungan

Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Tata Perkotaan dan

Perdesaan, DEPKIMPRASWIL

Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,

DEPKESDirektur Perkotaan dan PerdesaanWilayah Timur, DEPKIMPRASWIL

Direktur Bina Sumber Daya Alam danTeknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

Direktur Penataan Ruang danLingkungan Hidup, DEPDAGRI

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Hartoyo, Johan Susmono,

Indar Parawansa, Poedjastanto

Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,Essy Asiah, Mujiyanto

Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

Produksi:Machrudin

Sirkulasi/Distribusi:Anggie Rifki

Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

Telp. (021) 31904113e-mail: [email protected]

[email protected]@bappenas.go.id

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitandengan air minum dan penyehatan

lingkungan dan belum pernahdipublikasikan. Panjang naskah tak

dibatasi. Sertakan identitas diri.Redaksi berhak mengeditnya.

Silahkan kirim ke alamat di atas.

foto cover: www.firstmilesolution.com

Page 3: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Pembaca, Percik kembali menya-pa Anda. Dua bulan rasanya begi-tu lama. Kami berharap edisi ini

akan mengobati rasa rindu Anda.Kalau edisi sebelumnya, Percik

mengangkat isu sampah, kali ini kamimembahas air minum. Mengapa? Karenaini masalah yang sangat penting. Airminum adalah kebutuhan dasar manusia.Bahkan posisinya tidak bisa digantikandengan yang lain. Apakah kita sudahmenyadari hal ini? Sayangnya perhatianterhadap air minum belum seperti yangdiharapkan.

Hampir semua daerah di Indonesiasudah memiliki Perusahaan Daerah AirMinum (PDAM), tapi hampir semua jugatidak memberikan layanan sebagaimananama yang disandangnya yakni perusa-haan yang menghasilkan air minum.Yang terjadi, PDAM baru melayani kon-sumennya dengan air bersih.

Tentu ini sebuah tantangan baru bagiPDAM. Mengingat sebagian besar PDAMmasih menanggung beban utang.Jumlahnya pun cukup besar. Sebagianyang lain masih berkutat dengan per-soalan inefisiensi dan mismanajemen. Disisi lain, tuntutan terhadap pelayananyang optimal tak bisa dibendung lagiapalagi Indonesia telah menyepakatikomitmen yang dicanangkan olehpemimpin dunia pada JohannesburgSummit 2002 sebagai manifestasi dariMillennium Development Goals (MDGs).

Di sana dinyatakan bahwa pada tahun2015, separuh dari penduduk dunia yangsaat ini belum mendapatkan akses ter-hadap air minum (safe drinking water)harus telah mendapatkan akses tersebut.Selanjutnya pada tahun 2025, seluruhpenduduk dunia harus telah menda-patkan akses terhadap air minum.

Tentu untuk mencapai hal itu harusterjadi perubahan paradigma dari airbersih menjadi air minum. Perubahanfilosofi inilah, yang menurut DirekturPermukiman dan Perumahan Bappenas,Basah Hernowo, akan memberikan

dampak yang signifikan tidak hanya bagiPDAM tetapi juga kepada masyarakatpelanggan air minum.

Lalu bagaimana dengan PDAMsendiri untuk memenuhi tuntutan itu,Percik mengadakan wawancara denganKetua Umum Persatuan Perusahaan AirMinum Seluruh Indonesia (Perpamsi)Ridwan Syahputra Musagani. Berbagaihal menyangkut PDAM terungkapdarinya, termasuk gagasannya agar airminum bisa memperoleh subsidi sebagai-mana bahan bakar.

Tak kalah menariknya, pengalamanPDAM Tirta Pakuan, Kota Bogor, yangtelah berhasil mengembangkan layananair minum dalam arti sebenarnya. Airproduknya telah memenuhi kualitas yangditetapkan untuk diminum. Hanya sajamemang masih dalam skala kecil. Ken-dati begitu, ini adalah cikal bakal untukmemenuhi tuntutan masyarakat yang

terus berkembang saat ini.Pembaca, rubrik wawasan kali ini

mungkin tak seperti biasanya. Ada satutulisan yang cukup panjang mengenaiStrategi Peningkatan Kesadaran Masya-rakat. Isinya cukup menarik berkaitandengan bagaimana menggerakkan kesa-daran masyarakat dari berbagai sudutpandang dan oleh berbagai kalangan ter-hadap konservasi air.

Perlu kami informasikan, kegiatanKelompok Kerja AMPL cukup banyak dankami tampung di rubrik Seputar AMPL.Informasi lainnya, lomba penulisan ten-tang penyelenggaran air minum danpenyehatan lingkungan telah memasukitahap penilaian. Pada November inipemenang akan diumumkan.

Akhirnya kami berharap Percik akanterus menjadi salah satu referensi Andadi bidang air minum dan penyehatanlingkungan. Wassalam.

A R I R E D A K S ID

Segenap Redaksi Majalah Percik mengucapkanSelamat Idul Fitri 1425 H

“Mohon Maaf Lahir dan Batin”

1PercikOktober 2004

KARIKATUR:RUDI KOSASIH

Page 4: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Ingin Dapat Percik

Sebelumnya saya memperkenalkandiri, nama saya Kesit Kanigoro. Saya be-kerja di sebuah NGO (World VisionInternational) di Jakarta. Saya mengeta-hui majalah ini dari teman yang meng-ikuti pertemuan dengan beberapa lemba-ga sekitar bulan September lalu. Ketikasaya membaca isinya ternyata bagussekali dan amat membantu saya untukmenambah wawasan saya tentang sani-tasi. Saya kebetulan baru mendapatkantugas untuk menangani hal ini, jadi sayaharus belajar banyak tentang sanitasi danair minum.

Untuk itu saya perlu informasi ba-gaimana mendapatkan majalah ini. Sayasudah mencoba akses ke internet me-mang ada dalam situs AMPL, tapi sayakesulitan untuk men-download-nya. Dimanakah saya bisa mendapatkan cetakanmajalah ini atau CD-nya. Atas bantuan-nya kami ucapkan terima kasih.

Kesit KanigoroJakarta

Percik bisa didapatkan di kantorPokja AMPL atau sekretariat redaksiPercik di Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Ja-karta Pusat, setiap hari kerja. Anda bisadatang langsung atau menghubungikami melalui telepon.(Redaksi)

Ingin Dapat CD dan Buku

Dalam rangka pengembangan Per-pustakaan Jurusan Teknik LingkunganFakultas Teknik Universitas DiponegoroSemarang untuk peningkatan wawasanpara mahasiswa bersama ini kami memo-hon kepada bapak/ibu Ketua KelompokKerja Air Minum dan Penyehatan Ling-kungan untuk dapat mengirimkan kepa-da kami beberapa CD dan buku sebagaiberikut:

1. Reducing Energy Cost ini Munici-pal Water Supplay Operations

2.Water Supply and Sanitation forSmall Towns and Multivillage Schemes,

Proceeding International Conference.3. Pedoman Pengelolaan Persampah-

an Perkotaan bagi Pelaksana, Depar-temen Permukiman dan Prasarana Wila-yah, Direktorat Jenderal Tata Perkotaandan Tata Perdesaan, 2003.

4. Pedoman Pengelolaan Persam-pahan Perkotaan bagi Eksekutif danLegislatif Pemerintah Kota/Kabupaten,Departemen Permukiman dan PrasaranaWilayah, Direktorat Jenderal Tata Per-kotaan dan Tata Perdesaan, 2003

5. Pedoman Penyusunan Standar Pe-layanan Bidang Air Minum, DepartemenPermukiman dan Prasarana Wilayah,Direktorat Jenderal Tata Perkotaan danTata Perdesaan, 2003.

6. Pedoman Penanggulangan LimbahCair Domestik, Direktorat Jenderal TataPerkotaan dan Tata Perdesaan, 2003.

Atas bantuan, kerja sama serta perha-tian Bapak/Ibu demi kepentingan maha-siswa kami atas nama jurusan, kamimengucapkan banyak terima kasih.

Ir. Syafrudin CES, MT.NIP. 131 764 877

Jurusan Teknik LingkunganAn. Dekan Fakultas Teknik UNDIP

Semarang

Kami akan membantu sesuai dengankemampuan dan ketersediaan CD ataubuku yang ada. (Redaksi)

Tema yang Aktual

Terima kasih kami ucapkan ataskiriman Percik edisi Juni ke kantor kami,sebagai media pertukaran informasibidang AMPL. Kami nilai isi media terse-but sudah cukup variatif, dari laporanutama, wawasan, reportase, dan rubrik-rubrik lain. Untuk penyempurnaan, kamimenyarankan agar pada penerbitan-pe-nerbitan selanjutnya, tema yang diangkatmerujuk pada isu-isu yang akan atausedang menjadi persoalan kita bersamaseperti kekeringan saat ini dan mungkinmasalah banjir lagi pada bulan-bulanmendatang, dikaitkan dengan pengelo-laan AMPL pada keadaan tersebut.

[email protected] Subang

Terima kasih atas sarannya. Kamiakan berusaha terus memperbaiki isimajalah Percik. Berbagai masukan da-ri para stakeholder, bagi kami sangatberharga demi kemajuan majalah ini.Bahkan kami amat senang jika para sta-keholder di seantero Nusantara bisamenuliskan hal-hal aktual yang terjadidi wilayahnya masing-masing, terma-suk berbagai pengalaman menyangkutAMPL, untuk kemudian kami muatdi Percik. (Redaksi)

U A R A A N D ASP E R C I K A RT U N

2 PercikOktober 2004

KARIKATUR:RUDI KOSASIH

Page 5: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Air adalah kehidupan. Kali-mat itu begitu dalam mak-nanya, tapi sebagian besar

orang/pengambil keputusan (pe-merintah) tidak menyadarinya.Buktinya, air minum belum masukdalam daftar kebutuhan pokokmanusia. Yang umum disebutsebagai kebutuhan pokok adalahmakanan, pakaian, dan perumah-an. Lebih spesifik lagi, khalayaksering menyebut sembako (sembi-lan bahan pokok) sebagai kebu-tuhan dasar yang harus dipenuhi.Terus di mana posisi air minum?

Padahal kalau kita mau ber-pikir sejenak, betapa air mi-num/bersih peranannya tak bisatergantikan. Kalau kita tak mem-punyai beras, kita bisa makansingkong atau jagung atau lainnya.Tak punya minyak goreng, kitabisa memasak tanpa minyak go-reng. Tapi kalau tidak ada air, apayang bisa kita lakukan dengansembako yang ada? Jadi barangteronggok yang tak berguna.

Memang saat ini kita bisa men-jumpai air di mana-mana. Tapiapakah air itu memenuhi syarat secarakualitas untuk diminum/dimasak? Nantidulu. Jika kita sembarangan menggu-nakan air, alih-alih bisa sehat, justrusebaliknya bisa mendatangkan penyakit.Dr. John Snow, epidemologis, pada tahun1855 menemukan bahwa penyakit koleramenyebar bersama air yang rusak. Adaketerkaitan erat antara sumber air mi-num yang tercemar dan berjangkitnyawabah kolera di Inggris saat itu. Padatahun 1880-an, Louis Pasteur mengem-bangkan teori the germ theory of diseaseyang menjelaskan penularan penyakitdari mikroba melalui media air. Studi

Bank Dunia (1992) mengungkapkanbahwa penyakit diare yang berasal dariair yang tidak layak minum telah menye-babkan kemaitan lebih dari 3 juta pen-duduk per tahun, jumlah terbesarnyaanak-anak. Ini semua menunjukkan beta-pa pentingnya air minum bagi kesehatandan kehidupan. Air minum adalah kebu-tuhan dasar manusia.

Usaha untuk memenuhi kebutuhanair minum di Indonesia termasuk meme-nuhi target MDGs tidak terlepas dari kip-rah Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM). Bahkan untuk daerah perko-taan, PDAM merupakan tulang punggung

pelayanan air minum. Untuk itu,laporan utama kali ini akan ba-nyak menyoroti kinerja PDAM.

Latar Belakang PendirianPDAM

Keberadaan PDAM merupa-kan cerminan pelaksanaan pasal5 ayat 4 UU No. 5 tahun 1962tentang Perusahaan Daerahyang berbunyi "Cabang-cabangproduksi yang penting bagidaerah dan yang menguasaihajat hidup orang banyak didaerah yang bersangkutan di-usahakan oleh perusahaan dae-rah yang modalnya untuk selu-ruhnya merupakan kekayaandaerah yang dipisahkan".

Jumlah PDAMBerdasar data terakhir yang

tertera dalam dokumen Per-pamsi Direktori 2000, makajumlah PDAM telah mencapai290 perusahaan. Selain itu, saatini tercatat 6 perusahaan swastayang telah beroperasi, yaitu PTPalyja dan PT. Thames Water

Jaya yang mendapatkan konsesi dariPAM Jaya; PT. Tirta Artha Mulia di Baliyang merupakan patungan swasta de-ngan PDAM Kabupaten Badung mem-berikan pelayanan di kawasan Nusa DuaBali; PT. Aditia Tirta Batam, perusahaanpatungan swasta Indonesia denganBiwater dari Inggris, mendapatkan kon-sesi untuk melayani seluruh pulau Batamdari PT. Otorita Batam; PT. Dream diAmbon, merupakan perusahaan pa-tungan antara PDAM Ambon denganperusahaan DRENTE dari Belandauntuk melayani sebagian wilayah kotaAmbon.

A P O R A N U T A M A

Air MinumMasih Jadi Impian

L

FOTO: OSWAR MUNGKASA

3PercikOktober 2004

Page 6: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Cakupan Pelayanan PDAMPelayanan air minum di kawasan

perkotaan umumnya ditangani olehPDAM, berbeda dengan kawasan perde-saan yang lebih banyak ditangani olehorganisasi masyarakat setempat yangberagam bentuknya. Tak heran tingkatpelayanan air minum PDAM di perdesaanhanya mencapai sekitar 5 persen, semen-tara di perkotaan telah menjangkau 51,7persen (BPS, 2000). Jumlah pendudukyang terlayani sebesar 56,6 juta jiwa, de-ngan jumlah sambungan rumah sebanyak4,748 juta unit dan hidran umumsebanyak 85.700 unit.

Walaupun demikian, baru sekitar20,3 persen PDAM yang cakupanpelayanannya di atas 25 persen, semen-tara hanya 8,6 persen cakupan pelayanandi atas 50 persen, selebihnya sekitar 79,7persen baru melayani dibawah 25 persen.

Masalah dan KendalaKontribusi pelayanan air minum

PDAM tidak dapat dipungkiri cukup sig-nifikan, walaupun sebenarnya kualitas airyang dihasilkan masih jauh dari yangdiharapkan. Bahkan masih sering PDAMdiplesetkan sebagai Perusahaan DaerahAir Mandi.

Usaha PDAM untuk meningkatkan

kualitas air yang dihasilkan banyak ter-kendala oleh ketersediaan sumber airbaku, baik kuantitas maupun kualitas.Walaupun ketersediaan air Indonesiamencakup sekitar 6 persen persediaan airdunia atau sekitar 21 persen persediaanair Asia Pasifik (KLH, 2003), namun daritahun ke tahun kelangkaan air makinmengemuka. Secara nasional, ketersedi-aan air masih mencukupi, tetapi jikadirinci per wilayah maka akan terlihatbahwa wilayah Jawa-Bali dan Nusa Teng-

gara mengalami defisit ketersediaan airterutama di musim kemarau.

Kecenderungan konsumsi air mening-kat tajam sementara ketersediaan air ba-ku yang memadai semakin terbatas.Semakin langkanya air baku salah satu-nya disebabkan oleh pengelolaan air lim-bah yang tidak terkendali disampingkurangnya usaha konservasi sumber air.Berdasar data Departemen PekerjaanUmum, sekitar 56,15 persen KK mem-buang langsung limbahnya ke sungai.Sementara sungai merupakan sumber airbaku PDAM. Lebih dari 60 persen kapa-sitas produksi mempergunakan sungaisebagai air bakunya. Penggunaan sungaisebagai sumber air baku bahkan menca-pai 95 persen di Kalimantan. Sumber airtanah hanya dipergunakan oleh sekitar 35persen PDAM kecil.

Tingkat kehilangan air secara nasionalmencapai 32,18 persen, yang sangatbervariasi diantara PDAM yang ada.Sebagai misal, PDAM Medan yang hanya20 persen dibanding PAM DKI Jaya yangmencapai 44 persen. Tingkat kehilanganair yang masih sedemikian besar sangatmengurangi penerimaan dari PDAM.Akibat selanjutnya kemampuan perusa-haan untuk berkembang menjadi sema-kin terbatas.

Tinjauan PDAM berdasar jumlahpelanggan menunjukkan masih banyakPDAM yang beroperasi dibawah skalaekonomi yang memadai (sekitar 10.000pelanggan). Hanya 14 PDAM denganjumlah pelanggan diatas 50.000, semen-tara tercatat sekitar 168 PDAM dengan

A P O R A N U T A M AL

4 PercikOktober 2004

PDAMdengan air siap minum

Berdasar data terakhir,di Indonesia paling tidak

terdapat 4 PDAM yang telahmemproduksi air siap minum yaituPDAM Buleleng, PDAM Kota Malang,PDAM Medan, dan PDAM Kota Bogor.

Namun cakupan pelayanannyamasih sangat terbatas.

A ir Minum (drinking water) ada-lah air yang melalui proses peng-

olahan atau tanpa proses pengolahanmemenuhi syarat kesehatan dandapat langsung diminum. (KeputusanMenkes No. 907 Tahun 2002)

Air Bersih (clean water) adalahair yang digunakan untuk keperluansehari-hari yang kualitasnya meme-nuhi syarat kesehatan dan dapatdiminum apabila telah dimasak Pe-ngertian air bersih dalam terminologiakademis adalah air yang dihasilkandari rekayasa terhadap air kotor yangberasal dari tubuh manusia dan bi-natang serta berasal dari suatu ke-giatan ekonomi agar layak disalurkankembali sebagai air permukaan.

Terminologi Air Minum

Page 7: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

jumlah pelanggan masing-masing di-bawah 10.000 pelanggan. Kondisi jumlahpelanggan yang demikian kecilnya tidakmemungkinkan bagi PDAM yang ber-sangkutan untuk beroperasi secaraefisien. Dapat dipastikan bahwa pemerin-tah daerah setiap tahun harus memberisubsidi yang besar pada PDAM tersebut.

Berdasar kondisi keuangan PDAM,maka (i) hanya 18 persen PDAM memilikiprofitabilitas positif; (ii) 22 persen PDAMmempunyai ekuitas negatif; (iii) 44persen PDAM tarifnya lebih kecil daribiaya operasi dan pemeliharaan; (iv)hanya 10 persen PDAM dengan kondisikeuangan sehat. Hutang PDAM sendirisecara keseluruhan telah menembusangka paling tidak Rp. 5 Triliun, denganjumlah hutang pokok sebesar Rp. 3Triliun. Hanya sekitar 89 PDAM yangbebas dari hutang.

Prinsip yang mengedepankan air mi-num sebagai kebutuhan dasar manusiamenjadikan PDAM dibebani tugas sosialoleh pemerintah daerah. Akibatnya tarifditetapkan lebih banyak mempertim-bangkan faktor sosial dan politik diban-ding pertimbangan teknis dan keuangan.Pemasukan menjadi negatif karena hargajual menjadi lebih rendah dari biaya pro-duksi, sehingga tarif yang ada tidak per-nah mencerminkan prinsip cost recovery(pemulihan biaya).

Di satu pihak tarif yang ditetapkantidak dapat menutupi ongkos produksi,namun usulan kenaikan tarif selalu men-dapat tantangan baik dari masyarakatmaupun legislatif. Sepertinya penolakanini lebih disebabkan oleh ketidak-mengertian masyarakat maupun legislatifsaja. Hal ini dapat dijelaskan dari (i) rata-rata pengeluaran masyarakat untuk airminum masih rendah sekitar 2 persen;(ii) konsumsi air minum yang merupakankebutuhan dasar menjadikan tidak sensi-tif terhadap perubahan tarif.

Dapat disimpulkan kondisi PDAMyang masih memprihatinkan disebabkanoleh beberapa hal yaitu (i) campur tangan

birokrasi dan politisi dalam pengelolaanPDAM; (ii) peraturan perundang-un-dangan yang tidak sesuai lagi; (iii) makinsulitnya mendapatkan dan makin mahal-nya biaya pengolahan air baku; (iv) jum-lah pelanggan yang tidak mencapai skalausaha yang ekonomis; (v) masih tingginyatingkat kebocoran; (vi) tarif air yang tidakdapat menutup biaya produksi; (vii)kurangnya sosialisasi pada pelanggan danlegislatif tentang struktur tarif yang

seharusnya; (viii) kemampuan teknis danmanajerial yang masih rendah.

Akumulasi kendala dan masalah yangada menjadikan usaha PDAM memberipelayanan yang baik pada masyarakatmenjadi terkendala. Jangan lagi ber-mimpi untuk mendapatkan layanan beru-pa produk air siap minum.

Kebijakan ke DepanMenentukan kebijakan air minum

tidaklah mudah. Mengapa? Karena sektorini melibatkan banyak pihak denganberbagai kepentingan. Dan sebagaimanadiketahui, ego sektoral begitu kental da-lam struktur pemerintahan di Indonesia.

Pada saat ini kebijakan nasionalPembangunan Air Minum Berbasis Lem-baga yang merupakan payung kebijakanpengelolaan PDAM masih dalam tarafpenyelesaian bahkan menjadi salah satubagian dari program 100 hari KabinetIndonesia Bersatu.

Namun dalam buku InfrastrukturIndonesia yang diluncurkan Bappenastahun 2003, dapat ditemui beberapakebijakan yang relevan yaitu (i) perlu adapenataan kembali (deregulasi) peraturan

A P O R A N U T A M AL

Pada saat ini kebijakannasional Pembangunan

Air Minum BerbasisLembaga yang merupakan

payung kebijakanpengelolaan PDAM masihdalam taraf penyelesaian

bahkan menjadi salahsatu bagian dari

program 100 hariKabinet Indonesia Bersatu.

FOTO: OSWAR MUNGKASA

5PercikOktober 2004

Page 8: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

perundang-undangan di bidang air mi-num. Dalam hal ini perlu ada upaya per-baikan peraturan perundang-undanganbaik yang terkait dengan aspek teknis,kelembagaan, pembiayaan, kerja samadengan swasta atau masyarakat, standarkesehatan air minum dan tarif. Selain ituperlu ada peningkatan partisipasi duniausaha dan masyarakat dalam pemba-ngunan dan pengelolaan air minummelalui penciptaan iklim usaha yang kon-dusif; (ii) tak kalah pentingnya adalahpeningkatan perlindungan sumber airdan kualitas lingkungan. Perlindungansumber air baku perlu melibatkan lintassektoral dan wilayah administrasi de-ngan membentuk water board authorityyang beranggotakan pihak-pihak berke-pentingan. Langkah ini harus didukungoleh program konservasi alam, lingkung-an hidup, dan sumber daya air agarkehandalan ketersediaan air baku bisadipertahankan. Di sisi pemakaian, pe-ngelolaan dan penggunaan air baku harusberprinsip pada optimasi dan efisiensi

yang berbasis pada watershed; (iii) secarakhusus tentang restrukturisasi pengelo-laan PDAM maka perlu dilakukan pe-ngelompokan (regrouping) institusi-ins-titusi yang membangun dan mengelolaair minum dalam satu wadah institusiregional. Fungsi regulator dan operatorharus dipisahkan secara tegas agar PDAMbisa profesional dalam bekerja dan terbe-bas dari intervensi politik dan birokrasi.Mengenai tarif, perlu ada restrukturisasiberdasarkan prinsip pengembalian biayainvestasi dan operasi (cost recovery),

penyetaraan sosial (social equity), keber-lanjutan pelayanan air minum, pember-lakuan biaya konservasi sumber air (con-servation cost) dan mempertimbangkanair sebagai benda ekonomi. Di sampingitu, efisiensi perlu dilakukan terhadappengelolaan PDAM melalui penurunankebocoran teknis dan administratif.Menyangkut investasi, perlu dipikirkanuntuk mengembangkan alternatif pembi-ayaan bagi pembangunan dan pengelo-laan air minum melalui penerbitanmunicipal bonds yang dijamin olehpemerintah daerah atau melalui pen-jualan sebagian saham PDAM kepadamasyarakat dan swasta; (iv) kebijakanlainnya yakni reformasi dan peningkatanpenyediaan dan pembangunan air minummelalui pengembangan pola pembiayaanbersama (cost sharing) antartingkatanpemerintah; (v) yang tak boleh keting-galan adalah penyusunan rencana tindakdan rencana investasi di bidang airminum untuk mencapai sasaran pela-yanan air minum bagi 50 persen pen-duduk Indonesia yang saat ini belummempunyai akses terhadap air minumsesuai target. MDGs.

Melihat kendala yang demikianbanyak, maka mampukah PDAM mewu-judkan mimpi kita untuk mendapatkanair minum dalam pengertian yang sebe-narnya. Sepertinya untuk sementara airminum masih jadi impian kita semua.Atau dengan bahasa gaulnya "air siapminum…mimpi kali ye?"…..

(OM dan MJ)

A P O R A N U T A M AL

6 PercikOktober 2004

M enurut Badan PengendalianLingkungan Hidup Daerah

(BPLHD) Jawa Barat, sungaiCisadane, Ciliwung, Cileungsi,Citarum, dan Cimanuk telah terce-

mar bakteri coli pada tingkat yangsudah sangatt mengkhawatirkan. Airsungai tersebut sudah tidak layaklagi jadi sumber air minum.

Sumber: Kompas, 8 Juli 2003

Sungai Besar di Jawa Barat Tidak Layaksebagai Bahan Baku Air Minum

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Page 9: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Air minum termasuk kebutuhandasar manusia. Dan ini sudahada sejak jaman Belanda dulu.

Namun ketika kita memasuki Pelita I danII, saat kita sedang gencar membangunsarana dan prasarana air minum, pan-dangan terhadap air minum ini bergeserkarena kita terlalu mementingkan fi-siknya. Benar, secara fisik kita mampumencapai target yang diharapkan, tapisecara manajemen kita tidak mampumempertahankan kualitas air sebagai airminum. Saat itulah terjadi switch dari airminum menjadi air bersih. Padahal kalaukita lihat ke belakang, sebenarnya perbe-daan costing-nya antara air bersih dan airminum itu tidak terlalu signifikan. Be-danya mungkin hanya pada manajemen,bagaimana menjaga kualitas air minumhingga sampai ke pengguna (user), misal-nya menjaga tekanan dan tak ada kebo-coran.

Sebenarnya dengan filosofi air minumini semua dituntut well performance baikPDAM-nya termasuk penggunanya. Mi-salnya kalau ada kenaikan tarif, ya me-mang harganya harus sebesar itu. Ban-dingkan dengan sekarang dengan kondisi'bersih', kadang-kadang isinya cacing,kotoran dan sebagainya, maka orangakan malas untuk menerima kenaikantarif karena mutu airnya rendah. Cobakalau kualitasnya bisa dibandingkan de-ngan air kemasan yang mahal itu, orangtak akan sulit menerima kenaikan tarif.Oleh karena itu, yang perlu ditekankanbahwa kualitas air itu menjadi tujuanakhir dari pelayanan air minum.

Kalau kita bandingkan dengan Ame-rika, yang dimaksud dengan clean waterdi sana adalah air dari satu produk yangwajar masuk ke badan air. Jadi air itu takboleh ada polutan lagi. Sedangkan airminum (safe drinking water) adalahkandungan kontaminan maksimum yang

diperbolehkan ada di air untuk tetapmenjaga manusia aman/sehat. Jadi yangsatu masuk ke badan air, yang satumasuk ke badan manusia.

Dengan standar yang jelas PDAMtidak bisa main-main lagi. Kebocoranyang sekarang masih 35 persen mau tidakmau harus ditekan karena masyarakatakan menuntut. ''Ini Anda jual kepadasaya air minum, kok tidak bisa diminum''.Dengan adanya pengawasan dari penggu-na, PDAM akan memiliki kinerja yangbaik. Kalau sekarang kan tidak ada yangcounter.

Jadi perubahan filosofi ini sangatpenting. Mengapa? Karena sekarang kitamenghadapi masalah dilema manajemendi PDAM. Menko yang lama sudah me-ngeluarkan strategi penyehatan PDAM,tidak jalan karena demikian banyakkepentingan yang terlibat di dalamnya.

Tapi kalau sekarang kita tembak bahwaPDAM harus melayani pengguna dengankualitas air minum, pasti semua akancare (peduli). Dengan seperti ini PDAMakan evaluasi misalnya pipanya banyakyang bocor, administrasi tidak beressehingga akan bekerja sama denganpemerintah pusat untuk melakukan pem-binaan. Apakah misalnya pemerintahpusat bisa memfasilitasi untuk menda-patkan budget atau memperbaiki sistem-nya.

Dari situ pemerintah pusat juga bisamenuntut PDAM agar memiliki perfor-mance dan manajemen yang baik. Peme-rintah juga akan berbicara dengan pemi-liknya yaitu pemerintah daerah. Olehkarena itu, ini sebenarnya salah satuupaya kita untuk memecahkan masalahpelayanan air minum kepada masyarakatyang dilakukan oleh PDAM. (MJ)

A P O R A N U T A M A

Basah Hernowo, Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas

''Filosofi Air Minum DorongPerbaikan PDAM''

L

FOTO: OSWAR MUNGKASA

7PercikOktober 2004

Page 10: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Laporan Pembangunan ManusiaTahun 2004 yang dikeluarkanbersama oleh Bappenas, BPS dan

UNDP mengetengahkan beberapa faktamenarik terkait dengan air minum dansanitasi. Dengan mengutip data BPS yangterdapat dalam buku tersebut, maka kon-disi air minum dan sanitasi di setiap ka-bupaten/kota dan propinsi dapat diper-bandingkan.

Tujuan yang ditetapkan dalam MDGtelah menjadi kesepakatan bersama. Sa-lah satunya menyangkut air minum dansanitasi dasar yaitu target 10 yang menya-takan bahwa separuh dari proporsi pen-duduk yang belum mendapatkan aksesterhadap air minum dan sanitasi harustelah dapat terpenuhi pada tahun 2015.Sebagaimana kita maklumi bahwa targetair minum Indonesia pada tahun 2015 se-suai dengan MDG adalah 70 persen, se-mentara target sanitasi 63,5 persen.

Namun yang kurang disadari bahwatarget tersebut berskala nasional yang ar-tinya merupakan angka rata-rata nasio-nal, sementara pengelolaan air minumdan sanitasi telah menjadi kewenanganpemerintah kabupaten/kota. Seharusnyaperhatian lebih diarahkan pada kondisiair minum dan sanitasi di kabupa-ten/kota. Sebagai ilustrasi, walaupun In-donesia memenuhi target tersebut tetapijika dilihat lebih rinci lagi maka akan di-temukan masih banyaknya kabupa-ten/kota dengan kondisi air minum dansanitasi yang jauh dari memadai.

Secara teoritis maupun empiris ter-nyata peningkatan kualitas dan keterse-diaan air minum dan sanitasi dapat me-ningkatkan kesejahteraan pendudukyang berarti juga mengurangi tingkat ke-miskinan. Tulisan ini mencoba memberigambaran kondisi pelayanan air minumdan sanitasi dikaitkan dengan tingkat ke-miskinan di kabupaten/kota.

Tentunya metode yang dipergunakan

sangat sederhana tapi paling tidak dapatmenggambarkan kondisi daerah. Metodeyang dipergunakan adalah dengan meng-klasifikasikan kondisi kabupaten/kotamaupun propinsi dalam empat kuadranseperti yang tertera di atas.

Berdasar pada pengklasifikasian ter-sebut, maka dapat ditetapkan urutan pri-oritas penanganan yaitu prioritas I, pri-oritas II, prioritas III, dan prioritas IV.Daerah yang perlu untuk mendapatkanperhatian serius dalam penanganan airminum dan sanitasi adalah daerah de-ngan prioritas I.

Berdasarkan pada pengklasifikasiandi atas, maka secara umum dapat di-hasilkan beberapa prioritas penangananbaik untuk air minum, sanitasi maupungabungan air minum dan sanitasi di pro-pinsi maupun kabupaten/kota.

Terdapat 13 propinsi yang perlu men-

dapat perhatian serius terkait dengankondisi air minum dan sanitasi tetapiyang prioritas utama hanya delapan yaituNAD, Sumsel, Bengkulu, NTB, NTT,Sulteng, Gorontalo dan Papua. Sementaraterdapat empat propinsi yang kondisi air mi-numnya perlu segera dibenahi tetapi prio-ritas utama perlu diberikan pada PropinsiLampung. Kondisi sanitasi yang mempri-hatinkan terdapat pada 6 propinsi denganprioritas utama pada empat propinsi yaituJateng, Jatim, Sultra, dan Maluku.

Propinsi yang tidak termasuk dalamprioritas utama dalam penanganan airminum dan sanitasi mencapai delapanpropinsi. Sementara yang tidak menjadiprioritas utama dalam penanganan airminum adalah Sumbar, Jateng, Jatim.Selain itu, penanganan sanitasi diLampung, Riau, Jambi dan Jabar belumperlu menjadi prioritas utama.

A P O R A N U T A M A

Sekilas Kondisi Air Minumdan Sanitasi Indonesia

L

8 PercikOktober 2004

Kondisi air minum/sanitasi di bawahrata-rata IndonesiaTingkat kemiskinandi atas rata-rataIndonesia

PRIORITAS IKondisi air minum/sanitasi di atasrata-rata IndonesiaTingkat kemiskinan di atas rata-rataIndonesia

PRIORITAS III

Kondisi air minum/sanitasi di bawahrata-rata IndonesiaTingkat kemiskinandi bawah rata-rataIndonesia

PRIORITAS IIKondisi air minum/sanitasi di atasrata-rata IndonesiaTingkat kemiskinandi bawah rata-rataIndonesia

PRIORITAS IV

Ting

kat K

emis

kina

n

Di a

tas

rata

-rat

aTi

ngka

t Kem

iski

nan

D

i baw

ah ra

ta-r

ata

Kondisi air minum/sanitasidi atas rata-rata

Kondisi air minum/sanitasidi bawah rata-rata

Page 11: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Lebih rinci lagi, kondisi kabupatendan kota juga dapat diklasifikasikan de-ngan menggunakan metode ini. Hasilnyadapat dilihat pada tabel berikut.

Berdasar tabel di atas, terlihat bahwakabupaten/kota yang perlu mendapatperhatian relatif berimbang dengan kabu-paten/kota yang relatif baik kondisi airminum dan sanitasinya. Secara umum,kabupaten/kota yang perlu mendapat pri-oritas utama dalam penanganan airminum dan sanitasi adalah sebanyak 87kabupaten/kota. Sementara kabupaten/-kota yang perlu mendapat prioritas utama

dalam penanganan air minum saja sebanyak28 kabupaten/kota, dan penanganan sani-tasi saja sebanyak 26 kabupaten/ kota.

Tentunya pemeringkatan menurutprioritas seperti yang dilakukan di atastidak perlu diterjemahkan secara harfiahdalam arti bahwa ketika daerah tidakmasuk dalam prioritas utama maka dae-rah tersebut tidak perlu melakukan pem-bangunan di sektor air minum dan sani-tasi. Gambaran di atas hanya ingin mem-

beri ilustrasi lebih rinci tentang kondisiair minum dan sanitasi Indonesia dantidak hanya pada skala rata-rata nasionalsehingga akan terlihat betapa kondisi kitasangat beragam. Diharapkan ini akanmemberi masukan bagi langkah penca-paian target MDG di masa depan.

Hasil selengkapnya dari kondisi airminum dan sanitasi per kabupaten/kotadapat diakses pada situs AMPLwww.ampl.or.id (OM)

A P O R A N U T A M AL

PRIORITAS PENANGANANAIR MINUM PROPINSI

LampungRiau, Jambi,Jabar.

Jateng, Jatim,Sumbar.

PRIORITAS PENANGANANSANITASI PROPINSI

Jateng, Jatim,Sultra, Maluku

Sumbar, Malut Riau, Jambi,Jabar

Lampung

PRIORITAS PENANGANANAIR MINUM DAN SANITASI PROPINSI

NAD, Sumsel,Bengkulu, NTB,NTT, Sulteng,Gorontalo,Papua

DIY

Babel, Banten,Kalbar, Kalteng,Sulsel

Sumut, DKIJakarta,Bali, Kalsel,Kaltim, Sulut

PRIORITAS PENANGANAN AIR MINUMDAN SANITASI KABUPATEN/KOTA

PRIORITASI II III IV

Air Minum dan Sanitasi 87 37 27 79Air Minum 28 40 31 15Sanitasi 26 15 18 40Total 141 92 76 134

Sumber: Indonesia Human Development Report 2004

Keterangan: * = Propinsi yang mengalami pemekaran

** = Propinsi baru hasil pemekaran*** = propinsi berubah nama

DKI JakartaDI Yogyakarta

Kalimantan TimurRiau

LampungSumatera Utara

Jawa Barat*Sulawesi Utara

JambiBali

Kalimantan SelatanINDONESIA

Sumatera Selatan*NTT

Banten**Kalimantan Tengah

Jawa TengahJawa Timur

Maluku Utara**Bengkulu

Sumatera BaratNangroe Aceh

Kalimantan BaratSulawesi Tenggara

Sulawesi SelatanBangka Belitung**

MalukuSulawesi Tengah

Gorontalo**Papua***

NTB

BaliDKI Jakarta

Sulawesi UtaraJawa Timur

Kalimantan TimurDI YogyakartaJawa Tengah

Sulawesi TenggaraKalimantan Selatan

Sumatera UtaraSumatera BaratMaluku Utara**

Maluku*INDONESIA

BengkuluSulawesi Selatan

LampungNTT

JambiNangroe Aceh

Bangka Belitung**NTB

Sumatera Selatan*Jawa Barat*

Sulawesi TengahBanten**

RiauPapua***

GorontaloKalimantan Tengah

Kalimantan Barat

PRO

PINS

I

PRO

PINS

I

Rumah Tangga yang Mempunyai Akses Sanitasiper Propinsi Tahun 2002

Rumah Tangga yang Mempunyai Akses AirMinum per Propinsi Tahun 2002

9PercikOktober 2004

Page 12: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Mengapa MDGs penting?MDGs merupakan kesepakatan pe-

mimpin dunia untuk bersama-sama me-nanggulangi masalah yang dihadapi olehsebagian besar negara berkembang di du-nia seperti kemiskinan, buta huruf, kela-paran, tingginya angka kematian bayi, ke-kurangan pendidikan, kekurangan air mi-num dan sanitasi, serta degradasi ling-kungan.

Masalah tersebut tak dapat terselesai-kan tanpa adanya bantuan dan kerjasamadari seluruh negara di dunia. Kesadaranini yang mendasari dideklarasikannyaMDGs yang diharapkan dapat menjadi alatpemersatu seluruh negara di dunia dalammemerangi masalah mendasar manusia.

Tujuan dan Target Air Minum dalamMDGs

Dari 8 tujuan dan 18 target MDGs,maka air minum bersama sanitasi terkaitlangsung dengan Tujuan 7 yaitu Pengelola-an Lingkungan Hidup yang Berkelanjutandan Target 10 yakni mengurangi separuh,pada tahun 2015, dari proporsi pendudukyang tidak memiliki akses terhadap air mi-num dan sanitasi dasar.

Indikator apa yang dipergunakandalam menghitung pencapaian ki-nerja target MDGs?

Setiap negara diberi keluwesan untukmenentukan sendiri indikator yang diper-gunakan dalam mencapai target yang dite-tapkan. Di Indonesia sesuai dengan yangtercantum dalam dokumen Indonesia:Progress Report on the ‘Millenium Deve-lopment Goals' yang diluncurkan Februari2004, maka indikator yang dipergunakanadalah proporsi penduduk yang mempu-nyai akses terhadap sumber air yangmemadai.

Terdapat dua kondisi yang dianggapmasuk dalam kategori sumber air yangmemadai yaitu (i) air perpipaan; (ii) sum-ber air terlindungi yang berjarak palingsedikit 10 meter dari lokasi pengumpulantinja (cubluk, septic tank dan sejenisnya).Sehingga sumber air yang memadai terma-

suk air perpipaan, air pompa, air dari su-mur terlindungi atau sumber air terlin-dungi atau air hujan.

Bagaimana Cara menghitung targetMDG?

Pertama kali perlu disepakati jumlahproporsi penduduk yang mempunyai akseskepada sumber air yang memadai padatahun 1990, yaitu sekitar 40 persen.Kemudian proporsi penduduk selebihnyayaitu 60 persen merupakan proporsi pen-duduk yang belum mempunyai akses ter-hadap sumber air yang memadai. Sehing-ga pada tahun 2015, proporsi pendudukyang harus mendapat akses adalah sebesar30 persen (setengah dari 60 persen). Ber-arti penduduk yang punya akses 40 persen(1990) ditambahkan dengan tambahanproporsi penduduk yang harus mempu-nyai akses sebesar 30 persen (2015), se-hingga keseluruhan proporsi pendudukyang harus mempunyai akses pada tahun2015 menjadi 70 persen. Sebenarnya caramenghitungnya sederhana.

Bagaimana Kondisi kita dalam men-capai tujuan pembangunan mileni-um (MDGs) pada tahun 2015?

Secara nasional pada saat ini (2002)sekitar 50 persen penduduk mempunyaiakses kepada sumber air yang memadai.Masih dibutuhkan tambahan sekitar 20persen penduduk yang perlu disediakanakses pada tahun 2015.

Berdasar perkiraan kasar, sebagaima-na tercantum dalam buku InfrastrukturIndonesia (Bappenas), maka kebutuhaninvestasi per tahun untuk mencapai targettersebut adalah sekitar 4-5 Triliun. Semen-tara ketersediaan dana setiap tahun hanyamencapai sekitar 600 M sampai 1 Triliun.Dibutuhkan sumber dana lain untuk me-menuhi kebutuhan tersebut seperti danakontribusi masyarakat, swasta, hibah danpinjaman luar negeri.

Namun yang perlu lebih mendapatperhatian adalah bahwa sebenarnya tang-gungjawab pengelolaan air minum telahdiserahkan ke pemerintah daerah sesuaidengan amanat undang-undang yang ada.Sehingga untuk mencapai target MDGs,keterlibatan pemerintah daerah menjadikeniscayaan.

Jika menyimak lebih jauh kondisicakupan pelayanan air minum di masing-masing kabupaten/kota, maka akan dida-pati masih banyak daerah yang cakupanpelayanannya masih jauh tertinggal.Misalnya masih terdapat sekitar 45 kabu-paten/kota dengan cakupan pelayanandibawah 35 persen.

Ketika secara nasional kita dapatmencapai target 70 persen pada tahun2015, maka bagaimana dengan kemung-kinan masih banyaknya kabupaten/kotayang masih tertinggal. Sebaiknya penca-paian target 70 persen tersebut sejauhmungkin juga memperhatikan kondisi darimasing-masing kabupaten/kota. Sehinggapada tahun 2015, ketika target tersebuttercapai secara nasional maka sekaligusjuga jumlah kabupaten/kota yang masihtertinggal sudah jauh berkurang. Ini sesuaidengan semangat kebersamaan dariMDGs. (OM)

A P O R A N U T A M A

Menilik MDGs Air MinumL

10 PercikOktober 2004

Tanpa disadari terjadi beberapa kesalahka-prahan dalam menyikapi MDGs, diantara-

nya (i) MDGs diterjemahkan hanya sekedar se-kumpulan target yang harus dipenuhi. Sebe-narnya target yang ditetapkan dalam MDGsharus dipandang sebagai suatu cara untukmenggalang kesepakatan diantara seluruhpemimpin dunia untuk menyelesaikan per-masalahan mendasar negara berkembang.Disini yang dipentingkan adalah semangatnya.Bagaimana agar permasalahan yang ada men-jadi perhatian kita semua. Kebersamaan menja-di kuncinya; (ii) Target air minum dan sanitasidasar dalam MDGs menggunakan proporsi dansama sekali tidak mencantumkan angka abso-lut. Hal ini untuk menghindari perdebatan ten-tang perkiraan penduduk pada tahun 2015; (iii)Tahun yang dipergunakan sebagai tahun dasaradalah tahun 1990. Dokumen National ActionPlan Air Bersih masih menggunakan tahun da-sar 2000; (iv) Definisi air minum bukanlah defi-nisi sebagaimana yang tercantum dalam Kepu-tusan Menkes No. 907 Tahun 2002, tetapi seti-ap negara diberi keleluasaan untuk mendefinisi-kan secara lebih luwes. Seperti yang dijelaskansebelumnya, semangat kebersamaan menyele-saikan masalah lebih dikedepankan. (OM)

Salah Kaprah tentang MDGs

Page 13: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

A P O R A N U T A M ALPeringkat Cakupan Layanan Air Minum Per Kabupaten/Kota Tahun 2002

No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

121 Lampung Tengah 59.3122 Kota Probolinggo 59.3123 Kota Gorontalo 59.3124 Kendal 59.0125 Madiun 58.9126 Tuban 58.9127 Purworejo 58.6128 Luwu 58.6129 Kota Mojokerto 58.4130 Mojokerto 58.2131 Gowa 58.2132 Nias 58.0133 Pesisir Selatan 58.0134 Bungo 58.0135 Jombang 57.8136 Bantul 57.7137 Sleman 57.6138 Kota Kediri 57.6139 Sumedang 57.4140 Probolinggo 57.1141 Tapin 56.9142 Pasir 56.8143 Muna 56.8144 Kota Yogyakarta 56.7145 Banggai 56.5146 Tana Toraja 56.5147 Halmahera Pusat 56.5148 Bengkayang 56.4149 Kota Bekasi 56.1150 Deli Serdang 56.0151 Bolaang Mongondow 56.0152 Pangkajene Kepulauan 55.8153 Bengkulu Utara 55.7154 Kota Banjar Baru 55.7155 Jakarta Timur 55.4156 Kota Mataram 55.4157 Alor 55.2158 Kota Binjai 54.9159 Boyolali 54.3160 Dompu 54.3161 Cilacap 54.0162 Sumbawa 54.0163 Pandeglang 53.9164 Kota Depok 53.8165 Lampung Selatan 53.5166 Kota Bogor 53.5167 Jember 53.5168 Buton 53.5169 Enrekang 53.3170 Pinrang 53.1171 Ende 53.0172 Poso 52.9173 Tenggamus 52.8174 Maluku Tenggara Barat 52.6175 Aceh Tengah 52.4176 Sanghite Talaud 52.4177 Sinjai 52.1178 Labuhan Batu 52.0179 Maros 52.0180 Simeuleu 51.8

No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

61 Karanganyar 68,662 Tabanan 68,563 Ngawi 68,264 Langkat 68,165 Kota Sabang 67,766 Nganjuk 67,667 Kota Bandung 67,368 Timur Tengah Utara 66,969 Ponorogo 66,770 Kota Denpasar 66,771 Lamongan 66,672 Kota Bandar Lampung 66,173 Gunung Kidul 66,074 Kota Padang 65,975 Lampung Timur 65,876 Muaro Jambi 65,677 Karangasem 65,678 Tabalong 65,679 Kota Pangkalpinang 65,380 Kota Surakarta 65,381 Lumajang 65,382 Kota Sukabumi 65,083 Tulungagung 64,884 Magelang 64,785 Kota Pare-Pare 64,686 Gresik 64,187 Malang 63,688 Pacitan 63,489 Kendari 63,490 Bekasi 63,191 Kupang 63,192 Pamekasan 62,993 Kota Cilegon 62,694 Minahasa 62,495 Aceh Tenggara 62,396 Banggai Kepulauan 62,197 Solok 62,098 Wonogiri 62,099 Temanggung 61,8

100 Kota Malang 61,8101 Lima Puluh Kota 61,6102 Bangli 61,6103 Maluku Tengah 61,6104 Trenggalek 61,5105 Asahan 61,3106 Karo 61,3107 Kerinci 61,3108 Jembrana 60,7109 Pasaman 60,5110 Sragen 60,4111 Purwakarta 60,3112 Bengkulu 60,2113 Rejang Lebong 60,1114 Blitar 60,1115 Sukoharjo 60,0116 Tanah Datar 59,9117 Kediri 59,9118 Sumenep 59,8119 Banyumas 59,5120 Siak 59,3

No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

1 Kota Surabaya 98,22 Jakarta Utara 97,73 Kota Banjarmasin 95,44 Kota Pematang Siantar 94,65 Kota Solok 94,36 Kota Balikpapan 93,07 Kota Sibolga 92,48 Kota Ujung Pandang 92,09 Kota Banda Aceh 90,7

10 Kota Jayapura 90,511 Kota Tegal 89,312 Kota Salatiga 88,613 Magetan 88,114 Kota Bontang 86,915 Kota Buleleng 85,916 Kota Magelang 85,417 Jakarta Pusat 85,318 Gianyar 84,719 Kota Samarinda 84,320 Kota Tanjung Balai 84,121 Kota Padang Panjang 83,422 Jakarta Barat 82,923 Kota Pasuruan 82,324 Kota Bukit Tinggi 81,725 Rembang 80,926 Kota Kupang 80,227 Kota Semarang 79,828 Kota Medan 79,729 Kota Manado 79,030 Kota Sorong 79,031 Kota Bitung 78,232 Kota Payakumbuh 78,133 Ngada 78,134 Kota Cirebon 77,935 Kota Ternate 77,936 Kota Kendari 77,737 Pati 76,938 Sumba Timur 76,439 Kulon Progo 76,340 Sidoarjo 76,041 Kota Ambon 75,542 Kota Baru 74,643 Kota Madiun 74,344 Klungkung 74,145 Kota Batam 73,446 Batanghari 73,047 Kota Sawah Lunto 72,848 Kota Palembang 72,749 Wonosobo 72,450 Bangkalan 72,251 Semarang 71,652 Kota Jambi 70,853 Badung 70,754 Sampang 70,455 Grobogan 70,056 Aceh Utara 69,957 Purbalingga 69,958 Soppeng 69,659 Jepara 69,060 Blora 68,8

11PercikOktober 2004

Page 14: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

A P O R A N U T A M AL

12 PercikOktober 2004

No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

301 Kota Dumai 32,6302 Aceh Selatan 32,4303 Aceh Barat 32,4304 Serang 31,7305 Way Kanan 30,9306 Ketapang 30,7307 Bulungan 30,6308 Mimika 30,6309 Aceh Besar 30,5310 Toba Samosir 30,1311 Jeneponto 29,6312 Bengkalis 29,2313 Aceh Singkil 29,1314 Puncak Jaya 29,1315 Tapanuli Selatan 28,5316 Mandailing Natal 28,1317 Lampung Barat 27,9318 Rokan Hulu 27,8319 Barito Kuala 27,4320 Kapuas 26,9321 Tanjung Jabung Barat 26,8322 Kutai Barat 26,0323 Boalemo 25,9324 Biak Numfor 25,2325 Sintang 24,7326 Barito Utara 23,6327 Sanggau 22,1328 Merauke 21,1329 Kapuas Hulu 19,6330 Landak 19,4331 Selayar 19,2332 Kota Pontianak 14,5333 Sambas 13,5334 Manokwari 13,3335 Kepulauan Mentawai 11,8336 Yapen Maropen 10,4337 Malinau 9,1338 Pontianak 7,7339 Nabire 7,6340 Indragiri Hilir 4,3341 Tanjung Jabung Timur 1,1

INDONESIA 55,2

No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

241 Kotawaringin Barat 43,4242 Bulukumba 43,2243 Cirebon 43,0244 Toli-Toli 43,0245 Paniai 42,9246 Polewali Mamasa 42,8247 Indramayu 42,5248 Sorong 42,2249 Soralangun 42,1250 Cianjur 42,1251 Padang Pariaman 42,0252 Bondowoso 42,0253 Mamuju 42,0254 Lombok Timur 41,9255 Berau 41,9256 Jakarta Selatan 41,8257 Situbondo 41,8258 Subang 41,7259 Sumba Barat 41,3260 Lahat 41,1261 Musi Banyuasin 41,0262 Dairi 40,8263 Garut 40,8264 Pekalongan 40,8265 Hulu Sungai Tengah 40,7266 Natuna 40,4267 Manggarai 40,3268 Buoi 40,3269 Batang 40,2270 Kota Palangkaraya 40,2271 Tapanuli Tengah 40,1272 Kuningan 40,0273 Buru 39,8274 Jayapura 39,7275 Aceh Timur 39,4276 Kepulauan Riau 39,4277 Maluku Utara 39,3278 Sawah Lunto / Sijunjung 39,0279 Kuantan Sengingi 38,9280 Rokan Hilir 38,8281 Bandung 38,8282 Banjar 38,8283 Muara Enim (Liot) 38,6284 Barru 38,6285 Jayawijaya 38,4286 Indragiri Hulu 38,3287 Timur Tengah Selatan 38,1288 Ogan Komering Hilir 37,7289 Donggala 37,7290 Kota Tarakan 36,5291 Tasikmalaya 36,4292 Gorontalo 36,2293 Kota Palu 36,0294 Bantaeng 35,9295 Kotawaringin Timur 35,7296 Takalar 35,1297 Nunukan 35,0298 Lebak 34,8299 Karawang 34,6300 Barito Selatan 32,8

No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

181 Demak 51,8182 Tebo 51,3183 Kota Metro 51,3184 Majalengka 51,2185 Pidie 50,9186 Wajo 50,6187 Klaten 50,5188 Simalungun 50,3189 Banjarnegara 50,3190 Kolaka 50,3191 Bima 50,2192 Kutai 50,2193 Kutai Timur 50,2194 Sindenreng Rappang 50,1195 Kampar 49,9196 Tulang Bawang 49,9197 Sukabumi 49,9198 Tanah Laut 49,9199 Bangka 49,6200 Pemalang 49,6201 Kota Tebing Tinggi 49,4202 Lampung Utara 49,3203 Kudus 49,3204 Lombok Tengah 49,3205 Merangin 49,0206 Brebes 48,7207 Bojonegoro 48,5208 Tangerang 48,5209 Hulu Sungai Utara 48,4210 Maluku Tenggara 48,4211 Morowali 48,3212 Kota Pekalongan 47,9213 Tapanuli Utara 47,7214 Pelalawan 47,7215 Luwu Utara 47,7216 Hulu Sungai Selatan 47,5217 Pasuruan 47,3218 Banyuwangi 47,2219 Agam 47,0220 Tegal 46,8221 Sikka 46,5222 Fak Fak 46,5223 Belitung 46,3224 Lembata 46,3225 Flores Timur 46,3226 Bone 46,1227 Kebumen 45,9228 Bireuen 45,6229 Kota Tangerang 45,2230 Ciamis 44,9231 Ogan Komering Ulu 44,8232 Kota Blitar 44,8233 Lombok Barat 44,6234 Musi Rawas 44,1235 Bogor 44,1236 Majene 44,1237 Bengkulu Selatan 43,9238 Kota Pekan Baru 43,8239 Karimun 43,6240 Belu 43,6

Sumber:Laporan Pembangunan Manusia 2004,Bappenas -- BPS -- UNDP

Page 15: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Di Batam, urusan air bukan urus-an gampang. Pulau di sebelahtimur Sumatera ini tak cukup

punya sumber air tawar alami. Tak adasungai yang bisa dijadikan sumber air ta-war dan air tanah untuk memenuhi kebu-tuhan 600 ribu penduduknya.

Kondisi alam seperti itulah yang men-dorong Otorita Batam untuk membuatenam situ buatan untuk menadah air hu-jan. Air hujan itu lalu diolah untuk me-menuhi kebutuhan air warga Batam. Airdanau itu diolah PT. Adhya Tirta Batam(ATB) menjadi air baku untuk air minum.Sejak 1995, perusahaan ini memiliki kon-sensi pengelolaan air minum selama 25tahun. PT. ATB yang merupakan per-kongsian antara perusahaan asing dariInggris, Cascal, dan perusahaan lokal,Bangun Cipta Kontraktor serta SyabataCemerlang mengalirkan air ke rumah-rumah penduduk.

Namun tak semua penduduk menda-pat jatah air. Peraturan setempat mela-rang ATB mengalirkan air ke rumah-ru-mah yang ada di kawasan ilegal yangdikenal dengan sebutan ruli alias rumahliar. Persoalanpun muncul. Pasalnya takkurang dari 80 ribu warga yang menem-pati ruli sama-sama membutuhkan airseperti warga yang lain. Sebenarnya pen-duduk ruli berusaha mendapatkan airlewat penampungan air hujan serta mem-beli air dari lori (truk penjual air).Sayangnya kualitas air yang mereka belitak bisa digunakan untuk minum. Karenakebanyakan lori mendapatkan air dariselokan. Akibatnya, munculah aksi-aksipencurian air. Warga kawasan ruli, ke-mudian membuat sambungan-sambung-an liar ataupun merusak pipa untuk men-dapatkan air.

Aksi ini cukup merugikan ATB, kare-na jumlah air yang hilang (non revenuewater/NRW) bisa mencapai lebih dari 30persen. Ongkos produksi air tak bisaditutupi oleh pembayaran langganan air

gara-gara air yang hilang. Sementara itu,aksi pencurian ini juga potensial meru-gikan para pelanggan. Bayangkan kalauseandainya, ongkos produksi yang hilangitu harus dibebankan ke pelanggan. Se-lain itu, kualitas dan tekanan air yangsampai ke rumah pelanggan pun menu-run karena kebocoran pipa.

Pengawasan terhadap jaringan pipaair bersih pun tak gampang dilakukan.Luasnya jaringan pipa yang mencakupseluruh Pulau Batam mempersulit penga-wasan. Usaha-usaha pengawasan ternya-ta tak mengurangi jumlah air yang hilang.Seperti permainan kucing-kucingan. Ke-bocoran pipa di satu titik dapat diatasi,muncul kebocoran di titik lain.

Menyikapi hal ini, ATB bersama de-ngan Otorita Batam mencoba mencarijalan keluar. Kepentingan bisnis untukmengurangi NRW bukan satu-satunyapertimbangan. Ikut dipertimbangkanjuga kebutuhan air bersih warga ruli.Meski mereka tinggal di daerah illegal,mereka juga ikut menyumbang pertum-buhan ekonomi di Batam. Mereka yangkebanyakan bekerja sebagai buruh, sat-pam, tukang ojek ternyata punya penda-patan dan daya beli yang cukup tinggi.

Pendapatan rata-rata penduduk ruliberkisar antara Rp. 600 ribu rupiah hing-ga Rp 1,5 juta.

ATB dan Otorita pun harus memerasotak. Di satu sisi dia harus bisa melayanikebutuhan air warga ruli -- karena me-mang hanya inilah cara jitu memberantasaksi pencurian air-- di sisi lain ada per-aturan yang melarang buat mengalirkanair ke kawasan ruli. Akhirnya, ATB danOtoritas Batam memutuskan memba-ngun kios-kios air di dekat kawasan ruli.Untuk tahap pertama dibuat delapan kiosair. Kios-kios ini diserahkan kepadapihak tertentu untuk dikelola. Tentu sajatak sembarangan pihak bisa mengelola.Setidaknya ada dua syarat untuk bisamengelola kios air. Pertama, institusinyaharus berbadan hukum, seperti koperasiatau CV, sehingga institusi itu bisa jadipelanggan legal ATB. Kedua, pengelolaini harus mendapat dukungan dari pen-duduk ruli sekitarnya. Orang-orang yangmengelolanya pun ditunjuk oleh wargaruli. Tujuannya untuk mengurangi kon-flik di masa datang serta memastikanbahwa penduduk ruli membeli air darikios itu.

Kios air yang dibuat dari kontainer

A W A S A N

BATAM: Air Mengalir Lewat Kios W

Oleh: Tri Dewi Virgiyanti *)

FOTO: ISTIMEWA

13PercikOktober 2004

Page 16: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

bekas ini dihubungkan ke jaringan airbersih ATB. Kios ini dilengkapi meteranair serta keran pengatur. Kios ini jugabersifat portable, mudah dipindahkan ketempat lain jika diperlukan.

Antara pengelola dan ATB dibuatlahperjanjian-perjanjian yang mengikat an-tara kedua belah pihak. Isinya antara lainpihak pengelola harus memelihara kiosair dan melakukan pembayaran ke ATB.Pihak pengelola juga yang mengaturpendistribusian air ke penduduk setem-pat. Hanya warga sekitar yang mendaftaryang dapat membeli air dari kios.Tujuannya untuk menghindari penjualanair ke penjual komersial seperti lori.

Berkaitan soal harga, kios-kios air itudikenakan tarif terendah oleh ATB.Namun, pihak pengelola berhak menjualair di atas harga dari ATB. Meskipun begi-tu, pihak kios tak bisa memasang tarifsemena-mena. Pasalnya harga air yangdijual harus disepakati antara pengeloladan warga. Sayangnya karena yang men-jadi patokan harga adalah harga air loriyang memang mahal, maka harga air yangdijual dari kios ini cukup tinggi jikadibandingkan harga air dari ATB. Kondisidemikian memungkinkan pendistribu-sian keuntungan yang agak tidak berim-bang, karena pengelola bisa mendapatkankeuntungan yang cukup tinggi dari pen-jualan air ini. Omset penjualan merekaper bulan berkisar antara 9-25 juta rupi-ah. Harga air dari ATB hanya Rp. 3.000per meter kubik. Setelah dijual kepadapenduduk, harga bisa mencapai Rp.12.500-Rp. 25.000 per meter kubik. Rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk airberkisar antara Rp. 150 ribu-Rp. 250 ribuper bulan.

Oleh karena itu, pengadaan kios air inimasih perlu kajian lebih mendalam,apakah benar-benar menguntungkan bagiATB maupun masyarakat, baik masya-rakat ruli atau masyarakat pelanggan ATBlainnya. Karena seiring dengan pemba-ngunan kios air ini juga bermunculanprotes dari masyarakat pelanggan air ATB

yang merasa dirugikan dengan adanyakios air ini. Terutama soal tarif terendahyang dikenakan pada kios air. Selain itumuncul juga tudingan bahwa keberadaankios air malah mengukuhkan keberadaanruli di Batam yang selama ini memangsulit diberantas.

Meski demikian, warga kawasan ruliumumnya menyambut baik keberadaankios-kios air itu. Warga senang karenabisa dapat air bersih yang mudah danlebih murah. Selain itu kesehatan serta

kenyamanan hidup para penghuni rulipun meningkat. Keluhan penyakit kulitserta penyakit pencernaan kini jauhberkurang.

Tentu saja masih banyak hal yangperlu terus dipantau dalam pelaksanaankios air agar di kemudian hari keberadaankios air ini secara kontinu dan berkelan-jutan bisa memberikan akses air bersihyang layak bagi seluruh warga dan peker-jaan rumah pihak otorita untuk membe-rantas ruli dapat dicapai.

Mungkin keberadaan kios air dankeuntungan yang diperoleh dari pen-jualan air ini dapat mulai dipergunakanuntuk memberdayakan masyarakat ruliuntuk tinggal secara legal dan me-ningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.Jika memang kios air ini nantinya terbuk-ti sukses, daerah perkotaan lain di In-donesia yang mengalami hal yang samadalam memberikan akses air kepada pen-duduk ilegalnya atau daerah kumuh dapatbelajar dari Batam.

*)

Staf Direktorat Permukiman danPerumahan Bappenas, dan

anggota Pokja AMPL

A W A S A NW

14 PercikOktober 2004

Pengadaan kios air inimasih perlu kajian lebih

mendalam, apakahbenar-benar mengun-

tungkan bagi ATBmaupun masyarakat,baik masyarakat ruli

atau masyarakatpelanggan ATB lainnya.

FOTO: ISTIMEWA

Page 17: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Air merupakan topik pembicaraanyang tak pernah lekang dimakanwaktu. Ini karena air merupakan

kebutuhan vital setiap orang yang takbisa tergantikan. Tiap-tiap negara memi-liki pengalaman dalam pengelolaan air.Ada yang berhasil, ada yang gagal. Salahsatu negara yang dianggap cukup berhasildalam pengelolaan air adalah Australia,negara tetangga kita.

Ada sejumlah perbedaan dalam pe-ngelolaan air minum antara Australia danIndonesia. Pertama dalam distribusi airminum. Seperti juga di negara-negaramaju lain, mendapatkan air minum diAustralia sangatlah mudah. Fasilitas airminum domestik dapat dipastikan beru-pa potable water, atau air yang bisa lang-sung diminum dari kran. Begitu pulafasilitas-fasilitas umum seperti di taman,sekolah, kantor dan tempat-tempatumum lainnya tidak akan lepas darikemudahan untuk mendapatkan airminum. Kran-kran umum yang tersebar,semuanya bisa digunakan untuk minum.Hal inilah yang menjadi sebab utama,orang-orang di sana termasuk turis danpelajar internasional selalu membawabotol minuman ke manapun pergi. Botol-botol minuman inilah yang kemudianbisa diisi ulang dari kran-kran umumtersebut.

Dilihat dari segi lingkungan, tentu inisangat baik karena dengan demikianmakin sedikit botol minuman yang akandibuang ke lingkungan. Ini berarti pulaberkurangnya beban untuk mengolahbuangan padat yang biasa dilakukan olehmasyarakat ataupun pemerintah daerahsetempat. Sedangkan dilihat dari sudutpandang customer, ini berarti adanyapenghematan yang signifikan untukmembeli air minum. Seperti yang telahdimaklumi bersama, biaya yang harusdikeluarkan untuk membeli air minumtidaklah kecil. Bahkan, bisa dikatakan

untuk volume yang sama, harga airminum lebih mahal dari bensin.

Walaupun demikian, tentu saja tidakdipungkiri bahwa pembangunan instalasipengolahan air minum, jaringan dis-tribusi dan pemeliharaan untuk terca-painya potable water di Indonesia mem-butuhkan dana yang besar. Memang,sepertinya bangsa kita masih harusbermimpi panjang hingga terealisasinyaair langsung minum dari kran. Danaterbesar yang harus dialokasikan tentu-nya pada jaringan distribusi perpipaandan pemeliharaan, karena sebetulnyauntuk instalasi pengolahan hampirsemua PDAM dan perusahaan air minumdi Indonesia telah memenuhi standarbaku mutu air minum yang ditetapkanDepkes maupun WHO. Contoh palingdekat, pernah satu waktu salah satu pro-gram televisi Indonesia menampilkanprofil perusahaan air minum di PulauBatam, PT. Adhya Tirta Batam. Diperli-hatkan dalam acara tersebut, beberapakaryawan meminum air dari kran hasilinstalasi pengolahan air minum. Namun,dapat dipastikan tidak ada seorang punyang berani meminum air dari kran ru-mahnya, terutama rumah yang berlokasijauh dari tempat pengolahan air minum.Sebab, makin jauh lokasi rumah berartipula makin besar kemungkinan air mi-num yang sampai ke kran rumah telahmelalui jaringan pipa yang lebih panjang,dimana kualitas pipa banyak berkarat.

Perbedaan signifikan kedua adalahadanya water restriction, pada saat-saattertentu di hampir seluruh wilayah Aus-tralia. Ketika menghadapi musim kema-rau yang panjang, ditandai dengan menu-runnya muka air waduk sebagai sumberutama air bersih, pemerintah nasionaldan daerah memberlakukan pembatasan

penggunaan air. Pembatasan ini sifatnyamengikat dan ditunjang oleh berbagaiinstrumen pendukung yang dapat dian-dalkan. Instrumen pendukung yangdimaksud salah satunya ialah upaya con-trolling dan penegakan hukum. Sebagaicontoh, salah satu bentuk water restric-tion yakni larangan penggunaan air darikran untuk mencuci mobil dan menyirampekarangan di siang hari. Ketika peratur-an ini ditetapkan, pada saat yang ber-samaan diterjunkan pula petugas yangmengontrol penggunaan air di siang hari.Jika saja ditemukan ada pelanggaran,petugas tidak segan-segan memberikandenda kepada yang bersangkutan di tem-pat kejadian sesuai ketentuan yangberlaku. Tidak dikenal adanya istilah'kompromi' atau tawar menawar ketikapelanggaran terjadi. Begitu pula denganmedia, ketika water restriction ditetap-kan, media televisi, radio, surat kabar danmedia-media cetak lainnya memberikansosialisasi kepada masyarakat luas. Tidakada alasan bagi pelanggar untuk me-ngatakan tidak tahu aturan yang sedangberlaku. Pada tahap tertentu, kesadaranakan pentingnya fungsi air di kalanganmasyarakat, pemerintah dan aktor lain-nya di Australia sudah tinggi, terutamajika pembandingnya Indonesia. Lalu apayang menjadi dasar tindak kesadaran ini?

Penulis mengamati, yang menjadidasar munculnya kesadaran akan pen-tingnya sumber air ini adalah konsep sus-tainable development, pembangunanberkelanjutan. Pemerintah federal Aus-tralia menjabarkan konsep pembangun-an berkelanjutan ini dalam lima pilaratau lima prinsip. Prinsip pertama dike-nal dengan nama precautionary princi-ple. Prinsip ini menekankan, jika suatukegiatan diduga akan berdampak ling-kungan, maka harus dilakukan upaya-upaya segera untuk mencegah timbulnyadampak tersebut tanpa harus menunggu

A W A S A N

Air di Australia danPembangunan Berkelanjutan

W

Iwan Juwana*)

15PercikOktober 2004

Page 18: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

adanya kepastian ilmiah atau scientificcertainty. Dalam pengelolaan air misal-nya, jika diketahui bahwa sumber airutama adalah waduk dan kondisi waduksemakin menurun, maka salah satu upayapencegahan yang dilakukan adalah de-ngan water restriction terhadap kegiat-an-kegiatan yang banyak menggunakanair. Hal ini perlu dilakukan sekalipun be-lum ada penelitian khusus yang menje-laskan hubungan langsung antara menyi-ram pekarangan dengan turunnya mukaair waduk.

Prinsip kedua ialah intragenerationalequity, atau dengan kata lain kesetaraanintragenerasi. Maksudnya perlu sekaliditanamkan kesadaran bahwa selain kitapribadi yang membutuhkan air misalnya,ada sekitar 6 milyar manusia lain yangjuga membutuhkan air. Jika perilakumenghambur-hamburkan air untuk ke-pentingan yang sekunder bahkan tersierdibiarkan, jelas akan mempengaruhiketersediaan air untuk 6 milyar manusialain tersebut. Penanaman kesadaran danempati terhadap sesama akan sangatmempengaruhi seseorang dalam meman-faatkan air minum.

Prinsip ketiga ialah intergenerationalequity, atau bisa disebut dengan kese-taraan antargenerasi. Telah sering disebutdalam konferensi, seminar dan diskusiilmiah bahwa paradigma lingkungan yangharus ditanamkan: lingkungan itu bukan-lah warisan dari nenek moyang namunmerupakan titipan dari anak cucu, ge-nerasi mendatang. Dalam penggunaaanair, tidaklah dibenarkan untuk memenuhikebutuhan generasi saat ini saja, tapi pulaharus diperhatikan bagaimana nasib ge-nerasi mendatang. Dalam konsep pemba-ngunan berkelanjutan, generasi men-datang harus mendapatkan sumber dayaalam yang minimal sama dengan yangdiperoleh generasi mendatang. Tidaklahmerupakan tindakan yang bijaksana jikamewariskan kondisi lingkungan yanglebih buruk dari sekarang.

Keempat, prinsip biodiversity conser-

vation, konservasi keanekaragaman ha-yati. Berkenaan dengan pengelolaan sum-ber air, perlu diingat pula bahwa air tidakhanya dibutuhkan spesies bernama ma-nusia, namun pada saat bersamaan jugamerupakan unsur vital bagi kelangsunganhidup flora dan fauna.

Prinsip terakhir ialah environmentaleconomic internalization, internalisasinilai-nilai ekonomi lingkungan. Selamaini banyak sekali kasus dimana ketika kitamembeli suatu produk, dampak lingkung-an yang disebabkan oleh aktivitas produk-si barang tersebut tidak diperhitungkandalam harga barang. Misalnya, ketika kitamembeli sebuah kendaraan, polusi yangdihasilkan oleh kendaraan tersebut tidak

termasuk dalam harga mobil. Hargamobil hanya ditentukan oleh sukucadang, tenaga ahli, tenaga mekanik danmarketing serta variable-variabel lain,namun tidak memperhitungkan variabeldampak lingkungan. Contoh lain, ketikakita membeli air minum kemasan botol,harga air tidak menghitung kerusakanpada sumber air, tidak pula memperhi-tungkan flora dan fauna yang terganggudengan adanya pengambilan sumber airtersebut.

Nah, dengan prinsip-prinsip yang di-susun oleh berbagai elemen masyarakatdan juga diterapkan secara sistematisdengan pengawasan yang ketat sejauh initelah memberikan dampak yang sig-nifikan bagi peningkatan kualitas ling-kungan di Australia. Bagaimana denganIndonesia?

*) Penulis adalah lulusanEnvironmental Management Program,

University of New South Wales, Australia.Saat ini tercatat sebagai dosen tetap di

Jurusan Teknik LingkunganInstitut Teknologi Nasional, Bandung.

A W A S A NW

16 PercikOktober 2004

Dalam penggunaaan air,tidaklah dibenarkan untuk

memenuhi kebutuhangenerasi saat ini saja, tapiharus diperhatikan nasib

generasi mendatang.

FOTO: WWW.CSIRO.AU

Page 19: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Dalam literatur awal ekonomi pem-bangunan, ekonom melihat ne-gara sebagai pelaku yang baik dan

pemersatu, dengan tujuan tindakannyaselalu bersifat sosial. Pemerintah dipandangmempunyai kemampuan mendapatkaninformasi dan dilengkapi dengan penge-tahuan dan instrumen kebijakan yangmemadai, dapat mencampuri pasar untukmembenahi kegagalan pasar dan mening-katkan pertumbuhan ekonomi.

Pandangan tersebut dinodai oleh ke-nyataan bahwa campur tangan pemerin-tah (baik di negara maju maupun negaraberkembang) sering malah berakibat bu-ruk. Tentu saja, kegagalan pemerintahpada kebanyakan kasus menunjukkan ha-sil yang lebih buruk dari kegagalan pasar.Hal ini menjadikan campur tangan pe-merintah khususnya dalam bentuk ba-nyaknya Badan Usaha Milik Negara/Da-erah (BUMN/D) pada berbagai bidangusaha kemudian dianggap berdampaknegatip bagi perekonomian nasional.Kondisi ini kemudian menyuburkan pan-dangan agar pemerintah mengurangicampur tangannya dalam perekonomianmelalui BUMN/D. Akhirnya privatisasiBUMN/D dilihat sebagai salah satu carayang efektif mengurangi campur tangantersebut. Walaupun kemudian ternyataalasan privatisasi tidak melulu karenaadanya campur tangan pemerintah.Namun pada akhirnya privatisasi telahmenjadi suatu gejala yang umum dima-napun di dunia saat ini.

Walaupun demikian perlu disadaribahwa privatisasi tidak selamanya lebihbaik. Privatisasi bukan Panacea (obatbagi semua penyakit). Banyak buktiempiris yang menunjukkan itu. Sehinggasebenarnya pilihan privatisasi atau tidakterpulang kembali kepada tujuan daripendirian sebuah perusahaan yang me-layani kepentingan publik. Sepanjang pi-lihan tersebut baik untuk publik makamenjadi tidak relevan lagi dikotomi swas-ta atau pemerintah.

Namun pertanyaan yang lebih validadalah pada saat kapan privatisasi me-

nunjukkan kinerja yang lebih baik, danbagaimana menciptakan kondisi terse-but, serta prasyarat apa saja yang harusterpenuhi. Tulisan ini berusaha mema-parkan jawaban dari pertanyaan tersebutdari berbagai sumber, yang dimulai de-ngan memberi pemahaman tentang pri-vatisasi, baik definisi, manfaat, kendala,pengalaman negara lain, dan prasyaratkeberhasilan privatisasi. Versi lengkapdari tulisan ini dapat dilihat padanewsletter AMPL edisi 26 Nopember2004 atau di situs AMPL www.ampl.or.id

Beberapa Bukti Empiris tentang Ki-nerja BUMN

Riset oleh Savas (1974, 1977) dan Ste-vens (1978) di Amerika Serikat, Hamer diJerman, Hartley dan Huby di Inggris me-nunjukkan hasil yang sama bahwa biayaproduksi sektor publik lebih besar, ber-kisar rata-rata 20-40 persen dari sektorswasta. Di Inggris, biaya sektor publiklebih besar 30 persen, di Amerika Serikatlebih besar 40 persen, di Jermanmendekati angka 50 persen. Ketiga pe-nelitian tersebut bermuara pada kesim-pulan bahwa efsiensi sektor swasta lebihbaik dari sektor publik (Pirie, 1988).

Ayub dan Hegstad dalam majalahResearch Observer Volume 2 No. 1 Janu-ari 1987 melakukan penelitian terhadap500 perusahaan besar yang bukanperusahaan AS. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa tidak satupun perusahaanpemerintah yang menunjukkan kinerjalebih baik dari perusahaan swasta (Si-marmata, 1991). Perusahaan Boardmandan Vining yang melakukan penelitianterhadap 500 perusahaan terbesar yangberada di luar AS dan bukan monopolis,menunjukkan kesimpulan yang samaswasta lebih unggul dari BUMN dilihatdari segi laba dan efisiensi. Bagaimana di sektor air minum dansanitasi?

Pada studi yang membandingkan ki-

nerja 50 perusahaan penyedia air minumdi negara berkembang Asia dan Pasifikditemukan bahwa perusahaan swastalebih efisien (Estache, 1999).

Di negara maju, dengan asumsibahwa perusahaan pemerintah relatiflebih efisien maka diharapkan keterli-batan swasta menjadi kurang signifikan.Namun, kenyataan menunjukkan seba-liknya. Ahli ekonomi Trent Universitymeneliti 3 studi di AS sejak tahun 1970an.Studi pertama terhadap 112 penyedia airmenunjukkan bahwa produktifitas per-usahaan pemerintah hanya 60 persendari perusahaan swasta. Ketika sebuahperusahaan pemerintah menjadi perusa-haan swasta, output per pegawai me-ningkat 25 persen, dan sebaliknya ketikaperusahaan swasta menjadi perusahaanpublik maka output per pegawai menu-run 40 persen. Studi kedua terhadap 143penyedia air minum, ditemukan bahwabiaya lebih besar 15 persen pada perusa-haan pemerintah. Studi ketiga menun-jukkan bahwa perusahaan pemerintahlebih mahal 20 persen (Brubaker, 2001).

The Reason Foundation telah beru-langkali menemukan perusahaan swastadi AS lebih efisien dari perusahaanpemerintah. Sebuah studi tahun 1992menyimpulkan bahwa pelayanan yangdipihak ketigakan dapat mengurangibiaya operasi sampai 50 persen. Salahsatu contohnya adalah pengolahan airlimbah di New Orleans dan New York.Selain itu, dalam suatu studi yang mem-bandingkan kinerja 10 perusahaanpemerintah negara bagian California de-ngan tiga perusahaan swasta terbesar diCalifornia, The Reason Foundation me-nemukan bahwa biaya operasi rata-ratasetiap sambungan per tahun perusahaanswasta lebih rendah, perusahaan peme-rintah menggunakan pegawai lebihbanyak, dan menghabiskan tiga kali lebihbanyak biaya operasi untuk gaji. Se-lanjutnya, perusahaan pemerintah meng-habiskan dua kali lipat biaya pemeli-haraan untuk menghasilkan jumlah pro-duksi yang sama (Brubaker, 2001)

A W A S A N

Sekali Lagi tentang PrivatisasiW

Oleh: Oswar Mungkasa*)

Tulisan Pertama dari Dua Tulisan

17PercikOktober 2004

Page 20: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Bukti di atas pada kenyataannya tidakdengan otomatis mengarah pada kesim-pulan sektor swasta lebih efisien dari sek-tor publik. Beberapa hasil penelitianempiris membuktikan sebaliknya. Misal-nya penelitian oleh Caus dan Christensen(1980) membandingkan perusahaan KACanadian National (BUMN) dan Cana-dian Pacific (swasta). Kinerja EfisiensiProduksi (Productive Efficiency Perfor-mance) dari kedua perusahaan tersebuttidak berbeda secara signifikan.

Hasil studi literatur Siahaan (2000)yang dikemukakan dalam disertasinyamenunjukkan bahwa kesimpulan BUMNmempunyai tingkat biaya yang lebih ting-gi dibanding swasta masih sangat kabur,karena perbandingan dilakukan antaraBUMN monopoli dan swasta yang ber-saing mendapatkan proyek (Stevens 1978,Savas 1974, 1977, dan Ahebrand 1973).Karenanya beberapa peneliti (Meyer1975, Pescutrice dan Trapani, 1980 dalambidang listrik; Teeples dan Glyer, 1987dalam bidang penyediaan air) memban-dingkan antara BUMN dan swasta yangsama-sama monopolis, dan hasilnyamenunjukkan bahwa perbedaan biayaantara keduanya sangat kecil bahkankadang terbalik. Namun yang kurangdicermati bahwa BUMN tersebut diban-dingkan dengan swasta monopolis yangmengalami regulasi (misal penentuanharga), sehingga implikasi 'propertyrights' (kepemilikan) terhadap swastatersebut sama kaburnya.

Alkinsen dan Halvosen (1986) meng-hitung 'cost efficiency' (efisiensi biaya)untuk sampel 30 monopolis BUMN dan123 monopolis swasta yang bergerakdalam pembangkitan listrik, menun-jukkan tidak terdapat perbedaan sig-nifikan kecuali bahwa tingkat biaya kedu-anya lebih tinggi dari seharusnya.

Dalam sektor air minum pun berlakuhal yang sama. Perbandingan antaraperusahaan air minum milik pemerintahdi Swedia dan swasta di Inggris untukukuran perusahaan yang sama menun-

jukkan bahwa biaya penyedia air minumswasta lebih besar. Kontrak manajemendi Puerto Rico, Trinidad, dan Budapestmenunjukkan bahwa keterlibatan swastatidak membawa perubahan berarti (PSI,2000). Di Perancis, perbandingan antaraperusahaan yang dikelola swasta danpemerintah menunjukkan bahwa perusa-haan swasta menerapkan tarif yang 13persen lebih tinggi (Hall, 2001).

Pada survei menyeluruh terhadap 24studi yang membandingkan kinerjaperusahaan swasta dan publik dalambidang infrastruktur 30 tahun terakhir,ternyata separuh dari studi menunjukkanbahwa kinerja perusahaan swasta secaranyata lebih baik dari perusahaan publik,tujuh studi tidak menunjukkan perbe-daan yang nyata, tetapi terdapat limastudi yang menyatakan perusahaan pub-lik lebih baik dari perusahaan swasta(Shirley, 2000).

Hal yang menarik lainnya, bahwaperusahaan 'mixed-enterprise' (kerja-sama dengan BUMN) ternyata tidak lebihunggul terhadap BUMN. Namun peneli-tian Jones (1992) di Malaysia membantahhal tersebut. BUMN yang diprivatisasisecara parsial tidak kalah dengan BUMNyang diprivatisasi total. Jika mendasaripada kepemilikan, maka hasil penelitianVikers dan Yarrow (1988), Boardman danVinning (1989) menyatakan bahwa pe-ngaruh kepemilikan badan usaha bukanmerupakan hal yang dominan diban-dingkan dengan pengaruh keadaan kom-petisi dan regulasi yang harus dihadapiperusahaan (Siahaan, 2000).

Sementara disertasi Siahaan (2000)tentang efisiensi teknik BUMN diIndonesia menunjukkan bahwa (i) BUMNkurang efisien dibanding swasta; (ii)BUMN skala usaha besar dan bergerakpada pasar domestik relatif kurang efisiendibanding swasta dengan karakteristikyang sama; (iii) perbedaan efisiensi padaBUMN dan swasta dengan skala usahakecil tidak signifikan.

Berdasar beberapa hasil survei per-

bandingan kinerja perusahaan swasta danBUMN serta dampak privatisasi BUMNpada berbagai negara, ternyata hasilnyamenunjukkan bahwa (i) kinerja perusa-haan swasta bisa lebih efisien dari BUMNdan sebaliknya; (ii) perubahan pemerin-tahan tidak berdampak pada kinerjaperusahaan (swasta dan BUMN); (iii) pri-vatisasi dapat meningkatkan pertum-buhan produktifitas tenaga kerja dan totalfaktor, dan sebaliknya tidak mempunyaipengaruh yang signifikan; (iv) perubahankepemilikan berdampak kecil; (v) BUMNdengan pasar kompetitif lebih baik kiner-janya (Pollitt, 1999)

Beberapa kesimpulan penelitian diatas mengarahkan kita pada kenyataanbahwa (i) efisiensi bukan hanya didomi-nasi sektor swasta saja, namun secarakeseluruhan efisiensi perusahaan swastamasih lebih baik dari perusahaan peme-rintah; (ii) sulit untuk melakukan per-bandingan antara BUMN dan swastakarena keduanya tidak berada pada 'play-ing field' yang setara; (iii) kinerja suatuperusahaan baik BUMN maupun swastasangat tergantung pada karakteristikperekonomian dimana usaha tersebutberada, terutama karakteristik kompetisidan karakteristik regulasi yang berlaku.

DefinisiPada awalnya privatisasi biasanya

merujuk pada pengalihan pemilikan dankendali dari publik ke sektor swastakhususnya penjualan aset. Ini mencakuppengalihan sebagian atau seluruhnya,yang berarti mengurangi peran pemerin-tah dan meningkatkan peran sektorswasta, dalam kegiatan atau pemilikanasset (Savas, 1987).

Berjalannya waktu membuat privati-sasi tidak selalu dikaitkan dengan pen-jualan. Konsepnya telah diperluas men-cakup perubahan struktural yang lebihluas yaitu mencakup satu atau lebih kom-binasi dari pengalihan peranan pemerin-tah pada swasta dalam hal pemilikan,pembiayaan, pelaksanaan produksi,

A W A S A NW

18 PercikOktober 2004

Page 21: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Dikatakan juga bahwa privatisasi seba-gai proses memperkenalkan disiplin keku-atan pasar (Ramandham, 1989), termasukkonsep 'marketisasi' yang mendorongpenghilangan monopoli atau penguranganlangsung dan tidak langsung hambatankeluar-masuk pasar (PBB, 1989).

Cara pandang lain adalah bahwa privati-sasi memungkinkan BUMN dan pihakswasta mempunyai kesempatan dan peri-laku yang sama. Lebih jelasnya Mar'ie(1996) menyatakan bahwa privatisasi tidaksekedar menjual aset BUMN pada swastatetapi (i) memberikan kesempatan swastamenjadi pemain utama dalam bidang bis-nis; (ii) menjadikan BUMN bertingkahlakusebagai suatu 'entrepreneur'; (iii) BUMNbisa bertingkahlaku sebagai swasta.

Definisi dan pengertian privatisasiakan sangat beragam sebagaimana dije-laskan terdahulu tetapi secara umumtetap dapat dirangkum sebagai berikut (i)Perubahan bentuk usaha dari "perusa-haan negara" menjadi perusahaan ber-bentuk perseroan terbatas; (ii) Pelepasansebagian (besar/kecil) atau seluruhsaham dari suatu perusahaan yang dimili-ki negara kepada swasta, baik melalui'private placement' maupun 'public offer-ing'; (iii) Pelepasan hak atau aset miliknegara atau perusahaan yang saham-sahamnya dimiliki negara pada swasta,baik pelepasan untuk selamanya (antaralain melalui jual beli, hibah atau tukarguling) maupun pelepasan untuk semen-tara waktu (termasuk dengan cara BuildOperate Transfer); (iv) Pemberian ke-sempatan pada swasta untuk menggelutibidang usaha tertentu yang sebelumnyamerupakan monopoli pemerintah; (v)Membuat usaha patungan atau kerjasamadalam bentuk lain dengan memanfaatkanaset pemerintah; (vi) Membuka danmeningkatkan adanya persaingan sehatdalam dunia usaha (Soebagjo, 1996).

Konsep PrivatisasiAlasan dan Tujuan Privatisasi

Berdasarkan hasil survei pada bebera-

pa negara tentang alasan privatisasi,maka terdapat 5 (lima) alasan terbesaryaitu: (i) mengembangkan ekonomi pasaratau meningkatkan efisiensi bisnis; (ii)mengurangi beban aktifitas negara; (iii)mengurangi hutang negara atau menutupdefisit anggaran; (iv) mendapatkan danauntuk tujuan lain; (v) memperluas pasarmodal dalam negeri. Khusus negaraberkembang terdapat beberapa alasankhusus seperti (i) mendapatkan peluangusaha dengan dunia internasional, yangdiharapkan mendorong masuknya modalasing dan sekaligus alih teknologi; (ii)membuka kesempatan kerja sebagai kon-sekuensi masuknya modal asing dan ber-kembangnya dunia usaha; (iii) mendapat-kan pengetahuan majerial dan menggan-tikan birokrat pengelola BUMN dengantenaga profesional (Sumarlin, 1996).

Gouri (1991) mengklasifikasikanalasan privatisasi dalam 4 (empat) kelom-pok yaitu (i) tekanan finansial, sepertidefisit anggaran, neraca pembayaran; (ii)tekanan ekonomi, berupa ketidakefisien-an BUMN; (iii) tekanan non-ekonomis,berupa pemerataan pendapatan, mening-katkan motivasi manajer; (iv) tekananeksternal misalnya tekanan dari lembagadonor seperti IMF, Bank Dunia, BankPembangunan Asia (Siahaan, 2000)

Metode Privatisasi Berdasar pengalaman privatisasi di

Inggris, maka menurut Pirie (1988)metode privatisasi dapat dikelompokkansecara garis besar menjadi:

Transfer kepemilikan berupa (a) pen-jualan total pada swasta langsung danmelalui pasar modal; (b) penjualansebagian pada publik, karyawan, ataujoint venture. Transfer kepemilikandapat dilakukan melalui lelang, nego-tiated sale (harga dan syarat transaksidisetujui bersama dalam negosiasilangsung), tender Transfer kendali manajemen berupa(a) transfer sebagian, terdiri dari pe-misahan manajemen dengan kepemi-likan, joint venture, perubahan man-ajemen total; (b) sub kontrak manaje-men, pemerintah menyewa swastauntuk mengelola BUMN; (c) leasing,swasta menyewa hak pengelolaan daripemerintah; (d) Build-Own-Operate-and-Transfer (BOO dan BOT). Biayapembangunan dari swasta, kemudiandiberi hak pengelolaan untuk jangkawaktu panjang, dan setelah akhir kon-trak aset dikembalikan pada negaraKebebasan pasar. Manajemen BUMNdibebaskan dari kendali pemerintahdengan pemberian otonomi lebihbesar, kebebasan menentukan harga,kebijakan investasi, pembiayaan, danrekrutmen tenaga kerja.Dalam sektor air minum dan sanitasi

hanya sekitar 6 pilihan yang paling seringterpilih yaitu kontrak jasa (service con-tract), kontrak manajemen (managementcontract), sewa (lease), Build-operate-transfer (BOT), konsesi (concession), danpelepasan (divestiture). Dalam praktiknya,pilihan privatisasi sering merupakan kom-binasi dari pilihan yang tersedia. MisalnyaBOT untuk penyediaan air dikombinasikandengan kontrak manajemen untuk operasisistem distribusi. (Bersambung)

*) Staf Direktorat Permukimandan Perumahan Bappenas

Anggota Pokja AMPL

A W A S A NW

(i)

(ii)

(iii)

Kinerja suatu perusahaanbaik BUMN maupun

swasta sangat tergantungpada karakteristik

perekonomian dimanausaha tersebut berada,terutama karakteristik

kompetisi dankarakteristik regulasi

yang berlaku.

19PercikOktober 2004

Page 22: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Kebocoran atau kadang disebutkehilangan air merupakan per-masalahan yang umumnya diala-

mi oleh PDAM di Indonesia. Secara rata-rata nasional tingkat kebocoran menca-pai angka sekitar 30 persen. Sementaratingkat kebocoran air di PDAM Makassarmencapai 46 persen (Juli 2004). Yangmenarik, kebocoran teknis disebut kebo-coran air, sementara kebocoran non tek-nis disebut sebagai kehilangan air.

Walaupun belum terdapat kesepa-katan pengkategorian kebocoran airnamun PDAM Kota Makassar mengklasi-fikasikan penyebab kebocoran air sebagaiberikut:

(i) Teknis berupa penyebab alamiah,akibat pemasangan baru, buka tutup,pencucian pipa, pakai sendiri, bantuan,meter bermasalah, pelanggan liar.

(ii) Non teknis berupa 'pembacaan ja-rak jauh'; salah 'entri' data, dan perse-kongkolan.

Kehilangan air teknis mencapai 27%dan non teknis 19%.

Kehilangan airsecara alamiah ter-utama disebabkanoleh kondisi pipayang sudah sangattua. Tower yang adasudah berusia 80tahun, bahkan ba-nyak pipa yang ter-tanam sedalam3 meter. Akibatnyabanyak kebocoranyang sulit terdetek-si. Pada tahun 2004berhasil dideteksi3.212 titik bocor.

Penyebab lain-nya yang cukup sig-nifikan adalah me-ter bermasalah.Berdasar data Juli 2004, proporsi meterbermasalah mencapai 5.884 unit (5% daritotal meter). Proporsi terbesar yakniberbentuk meter mati, meter buram danmeter rusak. Sedangkan masalah lainnyaberupa meter hilang, meter tidak normal,meter tertimbun, meter terbalik, meterterendam, dan meter lepas. Sambunganillegal atau pelanggan liar yang berhasilditemukan sepanjang tahun 2004 hanya19 sambungan.

Kehilangan air non teknis banyakdisebabkan oleh faktor kualitas danintegritas karyawan, di antaranya ber-bentuk penetapan besarnya pemakaianair pelanggan dengan cara menebaktanpa melakukan pengecekan langsung.Selain itu, pada banyak kasus petugasbersepakat dengan pengontrak rumahuntuk hanya membayar sebagian kecildari tagihan. Akhirnya sisa tagihan ter-paksa dibebankan pada pemilik rumah.Selain itu, tidak dilakukannya verifikasiterhadap data tagihan yang di 'entri' olehkaryawan sehingga mengakibatkan jum-

lah tagihan yang tidak sesuai dengan kon-disi sebenarnya.

Menghadapi kondisi ini PDAM KotaMakassar merencanakan untuk melaku-kan beberapa langkah penanganan. Da-lam jangka pendek langkah tersebutantara lain (i) percepatan penanganankebocoran; (ii) penyerahan pada pihakketiga untuk penggantian meter ber-masalah; (iii) aktif melakukan penyegel-an sambungan liar; (iv) meningkatkankualitas petugas teknik; (v) mening-katkan pengawasan; (vi) meningkatkanrapat monitoring. Penanganan jangkamenengah berupa (i) penekanan kehi-langan air; (ii) pembenahan jaringansecara setempat; (iii) pembenahan zonapelayanan. Penanganan jangka panjangberupa (i) pengembangan unit pena-nganan kehilangan air; (ii) reinvestasi ja-ringan dan meter air pola zonisasi. (OM)

(Berdasarkan hasil kunjungan kerja danpertemuan PDAM Metropolitan

di Makassar)

A W A S A N

Penanganan Kebocorandi PDAM Makassar

W

20 PercikOktober 2004

Kapasitas terpasang 2.340 l/detik, pro-duksi air 2.147 l/detik, konsumsi rata-rata 1.138 l/detikPanjang pipa distribusi 2.861 kmmeningkat 6,4% dibanding tahun 2000.Cakupan pelayanan mencapai 71,46%(838 ribu jiwa) meningkat 39% diban-ding tahun 2000Total pelanggan aktif 121.128 Rasio karyawan/pelanggan 1:182Pelanggan non komersil 93,55% dankomersil 6,45%Pendapatan air 72,95% non komersildan 27,05% komersilEfisiensi penagihan 92,86%, mening-kat dibanding 62,32% tahun 2000Tarif berjalan rata-rata Rp.2.256/m3,dari Rp.2.750/m3 yang disetujui.

Fakta SingkatPDAM Makassar (2004)

Hasil Pengukuran Kehilangan AirZona Uji Coba Sub Z17 Blok 2

Tanggal 16 - 17 September 2004

Total Aliran Masuk 297 m3 100 %

Pemakaian Air (297 pelanggan) 163 m3 55,1 %

Kehilangan Air 133 m3 44,9 %

Aliran Malam Minimum (AMM)

atau kehilangan

air fisik (3,36 m3/jam) 80 m3 27,1 %

Kehilangan air non fisik 53 m3 17,8 %

Tekanan rata-rata 0,26 Atm

Sumber: Litbang PDAM Makassar

Page 23: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Pendahuluan

Dalam upaya penyusunan kerang-ka kerja yang baik dalam penyu-sunan strategi pengembangan

atau peningkatan Kepedulian KonservasiAir (KKA), pertama-tama Pemerintah de-ngan komitmen penuh dianjurkan me-nyusun suatu strategi nasional untukkonservasi air. Beberapa pemerintahan diwilayah Asia dan Pasifik telah melaku-kannya.

Sebagai contoh, Pemerintah Filipinatelah membentuk sebuah Komisi Na-sional untuk Konservasi dan PengelolaanKebutuhan Air (National Committee onWater Conservation and Demand Mana-gement). pada tahun anggaran 1995 yangmenggambarkan perhatian presiden ne-gara tersebut terhadap konservasi air. Tu-gas yang diberikan kepada Komisi terse-but mencakup hal-hal sebagai berikut: (1)Penyiapan suatu rancangan konservasiair nasional; (2) Pelaksanaan kampanyenasional untuk menciptakan kepedulianterhadap konservasi air; (3) Mendorongpartisipasi aktif dari pihak swasta dalamkegiatan konservasi air ; dan (4) Mengga-lang dana untuk kampanye. Tugas ini te-lah dipelajari dan dikembangkan oleh li-ma Sub-Komisi yang juga melakukanpemantauan terhadap umpan balik daripara stakeholders. Komisi ini kemudianmulai membuat sebuah rancangan kon-servasi air nasional.

Pemerintah Indonesia juga beberapawaktu yang lalu telah melakukan kajianuntuk menyusun strategi konservasi air-nya berdasarkan hasil survei lintas sek-toral yang telah dilakukan terhadap 134Daerah Aliran Sungai (DAS) denganmembandingkan parameter-parameterseperti ketersediaan sumber air, penggu-naan air, hidrologi, tata guna tanah dankeadaan sosial ekonomi. Dalam kajiantersebut sebanyak 41 DAS di antaranyaperlu mendapat prioritas pertama untuk

konservasi sumber air, karena kondisinyasangat kritis. Lokasi DAS tersebut seba-gian besar berada di sekitar kota-kotabesar seperti Jakarta, Bandung, danSurabaya.

Melalui Pasal 14 Ayat (h) UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air telahdiamanatkan juga tugas Pemerintahuntuk membentuk Dewan Sumber DayaAir Nasional, Dewan Sumber Daya AirWilayah Sungai lintas propinsi, danDewan Sumber Daya Air Wilayah SungaiStrategis Nasional, untuk pengaturanpengelolaan SDA. Selanjutnya dalamBAB III, diamanatkan secara khusus ten-tang 'Konservasi SDA' dengan segalastrategi pelaksanaannya, namun saat inimasih menunggu pelaksanaannya yangakan diatur lebih lanjut melalui Per-aturan Pemerintah.

Di Republik Islam Iran, pemerintahtelah menugaskan Organisasi Pengelo-laan Sumber Daya Air (Water ResourcesManagement Organization) untuk me-laksanakan beberapa kebijakan konser-vasi air yang penting antara lain pening-katan kesadaran masyarakat, pengenalanpemanfaatan kembali air limbah dan im-

buhan air tanah, pengawasan pembuang-an air limbah, pembentukan daerah per-lindungan air, dan pembentukan kelom-pok-kelompok pemakai air maupun per-usahaan pengelolaan dan pemeliharaanair.

Pemerintah Republik Demokrasi Rak-yat Laos telah membentuk sebuah KomisiKoordinasi Sumber Daya Air (WaterResources Coordination Committee) pa-da tahun 1999 untuk kegiatan pemakaianair nasional. Prioritas yang dilakukanmencakup program pendidikan masya-rakat tentang pentingnya air sebagai sa-lah satu sumber daya alam, dengan targetawal kegiatan ini ditujukan kepada parastaf yang bekerja di sektor pengairan.

Pemerintah Republik Taiwan melaluipidato Presiden Chen Sui-Bian padasalah satu peresmian seminar interna-sional tentang Pengairan dan irigasi padatanggal 11 November 2003, menyam-paikan komitmen politis untuk men-dukung pembangunan sumber daya airdan irigasi berkelanjutan dengan meng-ambil langkah-langkah : (1) Persuasi ker-jasama Asosiasi Irigasi dan unit pemakaiair; (2) Komitmen membangun tiga ben-dungan besar untuk promosi wisata air &suplai air baku dalam waktu lima tahun;(3) Inisiatif menyiapkan - mendorong Re-visi UU-SDA-Irigasi Taiwan untuk pem-berdayaan Asosiasi Irigasi; (4) Komitmenbesar-besaran: a) meningkatkan infra-struktur Irigasi; b) Beutifikasi saluran iri-gasi dan drainase; dan c) Revitalisasi dae-rah-daerah pertanian di kawasan perde-saan Taiwan.

Sebelas Langkah StrategisDari berbagai pengalaman penyeleng-

garaan kampanye kepedulian konservasiair di Kawasan Asia Pasifik yang dikoor-dinasikan oleh UN-ESCAP, disimpulkansementara sebuah strategi untuk pe-nyiapan program peningkatan kesadaran

A W A S A N

Strategi Peningkatan Kesadaran Masyarakat(Dengan Rujukan Khusus Terhadap: "Kampanye Kepedulian Masyarakat mengenai

Konservasi Air di Kawasan Asia Pasifik" - Di bawah Koordinasi UN-ESCAP)

W

Tulisan Pertama dari Dua Tulisan

Oleh: A. Hafied A. Gany, PhD*)

21PercikOktober 2004

Page 24: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

masyarakat yang terdiri atas 11langkah kerja yang perlu dise-suaikan dengan institusi spesifik,keadaan sosial dan sosial ekonomiserta budaya yang berkembang daridaerah/negara yang jadi sasaran.Kesebelas langkah itu yaitu :

Langkah Pertama: MembentukKomisi Pengelola

Keahlian yang Diperlukandan Struktur UmumPengelolaan peningkatan KKA

memerlukan keahlian tambahanselain keahlian yang biasanya dibu-tuhkan dalam proyek sumber airatau suplai air bersih. Komisi Pengelolaharus melibatkan tenaga-tenaga dengankeahlian dan pengalaman dalam sosial-isasi, hubungan masyarakat, pendidikan,media dan komunikasi. Suatu hal yangmenguntungkan, jika beberapa keahliandalam sosialisasi umum dan media telahditerapkan pada bidang-bidang fungsio-nal yang terkait seperti pengelolaanlingkungan, kesehatan masyarakat danirigasi. Komisi (sesuai dengan kondisisetempat) dapat diberi kekuasaan apakahsebagai suatu Komisi Penasehat atausebagai Badan Pengelola.

(a) Komisi Penasehat: Bentuk Komisiini sangat tepat jika sebuah kementerianatau departemen pemerintah bertindaksebagai sponsor utama dan bertanggungjawab penuh untuk mencapai tujuan pro-gram, menyediakan dana dan mengaturpengeluaran. Masing-masing anggotaKomisi Penasehat memberikan pandang-an dan berbagai pengalaman dari organi-sasi yang mereka wakili. Agar supaya Ko-misi tidak menjadi terlalu luas, dian-jurkan agar jumlah anggota dibatasi sam-pai 12 orang.

(b) Badan Pengelola. Jika diberi ke-kuasaan sebagai sebuah badan, anggota-anggota Komisi mempunyai tanggungjawab pribadi maupun bersama dalampencapaian tujuan dan untuk pengelolaankeuangan. Hal ini merupakan pendekatan

yang lebih efisien dan efektif untukbiayanya, namun perlu mendapat keper-cayaan dari penyandang dana. Secara per-orangan anggota Badan Pengelola dapatdiberi tanggungjawab untuk menyam-paikan komponen khusus dari strategipeningkatan KKA. Berdasarkan pengala-man, Badan Pengelola baru dapatberfungsi dengan efektif jika berang-gotakan 6-10 orang.

2. Tujuan, Maksud dan Acuan KerjaBentuk struktur apapun atau bentuk

komisi yang digunakan, tujuan dan mak-sud komisi harus ditetapkan secara jelas,dan acuan kerja yang pasti harus dibuatuntuk menentukan tanggung jawabnya.Pemisahan tanggung jawab yang jelasdiperlukan dalam pelaksanaan harianarah strategi program. Pendekatan 2(dua) tingkat dapat diterapkan di manaKomisi Pengelola akan bertanggungjawab terhadap strategi dan arah programsecara keseluruhan, dan Tim Proyek akanmelapor kepada Komisi Pengelola.

Langkah Kedua: Identifikasi ParaPihak Terkait

Keberhasilan pengembangan KKAdapat ditingkatkan dengan menggalangkemitraan dengan para pihak pemangkukepentingan yang memiliki tujuan yangsama dan saling melengkapi. Pertama-

tama tugas utama KomisiPelaksana adalah menentukanstakeholders KKA. Dalam kaitanini, stakeholders adalah merekayang mempunyai keinginan un-tuk menjadi mitra kerja dalampengembangan KKA (termasukmereka yang pada saat inisedang menderita karena tidakmemiliki kepedulian terhadapkonservasi), maupun memilikikelompok sasaran yang menerimapesan KKA. Untuk itu, pertama-tama, Komisi perlu melakukan se-leksi terhadap semua calon stake-holder.

Langkah Ketiga: Analisis MasalahKebijakan

Tugas Komisi Pengelola selanjutnyaadalah mengkaji secara rinci masalahkebijaksanaan yang harus dicapai olehpengembangan strategi KKA. Kerangkaacuan yang ditetapkan Komisi perlu ditin-jau kembali untuk mendapatkan per-masalahan inti yang perlu disampaikansecara langsung, atau dikomunikasikan.Masalah kebijakan tersebut dapat men-cakup antara lain: (i) Alasan kekuranganair lokal dan musiman; (ii) Kekuatan dankelemahan institusi dalam pengelolaansumber air dan sektor suplai air bersih;(iii) Tingkat pelayanan, khususnya kepa-da masyarakat yang kurang mampu danbesarnya komitmen politis menyediakanair kepada semua lapisan masyarakat; (iv)Tingkat kepedulian saat ini dalam berba-gai tingkatan masyarakat mengenai biayapelayanan secara keseluruhan; dan (v)Bentuk tarif yang ada maupun tentangkesanggupan dan keinginan masyarakatuntuk membayar, baik dengan pertim-bangan ekonomi maupun sosial lainnya.

Langkah Keempat: Kajian FaktorLokal/ Setempat

Membuat Analisis Tentang Kea-daan LokalKeadaan setempat perlu diperhitung-

A W A S A NW

22 PercikOktober 2004

1.

FOTO: ISTIMEWA

1.

Page 25: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

kan dalam rangka pengembangan KKA.Selanjutnya diperlukan pengkajian danpemahaman keadaan setempat di manastrategi pengembangan KKA akan diren-canakan dan dilaksanakan. Bidang-bi-dang khusus turut menentukan keadaansetempat adalah: politik, sosial, kesehat-an masyarakat, lingkungan, perkem-bangan ekonomi, jender, kebudayaan, ge-ografi, perubahan iklim, koordinasi. Un-tuk analisis, berbagai cara biasa dila-kukan, namun yang paling banyak dila-kukan adalah dengan pendekatan untukmenentukan kondisi atau mengetahuikondisi lokal dengan melakukan analisisSWOT (kekuatan, kelemahan, kesem-patan dan bahaya) dalam bentuk pemba-hasan kelompok. Belakangan ini mulaibanyak dilakukan pembahasan kelompokmelalui pendekatan "Multi StakeholderProcess" (MSP) sebagai bagian dari dialogyang dikenal dengan "Dialogue on WaterFoof and Environment" (DWFE).

Bekerja dengan Kerangka KerjaResmiKerangka kerja resmi yang tepat akan

memberikan suatu keadaan lokal yanglebih khusus. Beban yang makin mening-kat terhadap sumber-sumber air menye-babkan perlunya disusun peraturan per-undang-undangan secara nasional mau-pun daerah supaya tercipta pengelolaanyang efisien, dan alokasi air yang seim-bang. Jika kerangka kerja resmi yang ma-sih lemah, maka salah satu tugas strategiadalah meningkatkan pemberlakuan un-dang-udang konservasi air.

Undang-undang baru di beberapanegara termasuk UU No. 7 /1994 tentangSumber Daya air di Indonesia, mencakupkebutuhan akan pengembangan sumberdaya air yang berkelanjutan. Denganundang-undang ini akan memberikanpenekanan khusus dalam upaya memper-kuat pengembangan KKA. Di beberapanegara juga terdapat undang-undang,standar perpipaan dan peraturan-per-aturan daerah lainnya yang memerin-

tahkan penggunaan peralatan air yangefisien di bangunan pribadi.

Langkah Kelima: Identifikasi Ke-lompok Sasaran

Identifikasi kelompok sasaran utamayang akan diberi informasi dan diyakin-kan mengenai manfaat pengembanganKKA merupakan langkah pertama. Me-reka selanjutnya akan mengenalkan KKAtersebut kepada masyarakat umum.Pesan-pesan KKA harus disesuaikan dandisampaikan kepada setiap kelompokdengan cara yang sesuai karakteristiknyamasing-masing. Kelompok sasaran utamaadalah: (i) Pembuat kebijakan; (ii) Parapakar sumber daya air; (iii) Para pakarsanitasi dan suplai air bersih; (iv) BadanPemerintah dan para pemuka masya-rakat; (v) Organisasi non pemerin-tah/LSM ; (vi) Guru dan pendidik ; (vii)Para medis; (viii) Media massa; (ix) Artisdan pekerja seni; dan (x) Para pemukaagama

1. Pembuat KebijakanTugas paling utama bagi Komisi

Pelaksana adalah mendapatkan dukungandan bimbingan yang luas dari para pembuatkebijakan. Para menteri dan politisi, pejabattinggi negara, pembuat rancangan ekonomidan pembangunan, dan pembuat keputusandalam bidang pengairan adalah merekayang termasuk kelompok pembuat kebi-jakan negara untuk strategi KKA. Cara-carauntuk mendapatkan dukungan merekadapat meliputi hal-hal sebagai berikut: (i)Para politisi akan mendapat dukunganpemilih jika terlihat bahwa mereka sangatmenyadari akan pentingnya konservasi airsebagai usaha untuk meningkatkan kehidu-pan sosial dan mengurangi kemiskinan ; (ii)Sejak pembuat keputusan mempengaruhisetiap orang maka masalah air akan menja-di suatu pengikat yang penting, untuk mem-bentuk aliansi antara pemerintah dan rak-yatnya; (iii) Para pengelola air akanmenyadari bahwa peningkatan KKA meru-pakan unsur penting untuk mengem-

bangkan pengelolaan sumber daya air ter-padu ; (iv) KKA juga akan membantumeningkatkan tanggung jawab pribadidalam pembangunan sosial.

2. Para Pakar Sumber Daya AirPengertian dan dukungan yang dibe-

rikan oleh mereka yang bekerja dibagiansumber daya air di lembaga atau departe-men pemerintah sangat diperlukan agarstrategi pengembangan KKA dapatberhasil, dengan memahami pendekatandua jalur dalam konservasi air:

Konservasi sumber daya air, melaluipenyimpanan air dalam bendungan, pe-ngaturan sungai, pengelolaan terpaduantara DPS dan akuifer dan alokasi air yangefisien merupakan prioritas setiap negara.Hal ini sangat penting untuk negara yangbersama-sama memiliki satu sungai yangmelintasi batas-batas negara tersebut.

Konservasi suplai air bersih, melaluikegiatan dan pemeliharaan sistem suplai airdan distribusi air masyarakat maupunpemakaian air secara lebih efisien oleh kon-sumen. Pesan konservasi sangat pentinguntuk dapat disampaikan kepada pejabatpengelola DAS, khsususnya kepada pe-ngelola yang DASnya melintasi batas-batasadministrasi pemerintahan negara, ataupemerintahan Daerah Otonom.

Para Pakar Sanitasi dan Suplaiair bersihKelompok sasaran yang lain adalah

para pakar sanitasi dan suplai air bersih,para pakar senior yang bekerja dalamperusahaan air. Selain para pengelola danperencana yang menjadi sasaran, staf nonteknis perlu dipilih, misalnya yang mere-ka yang bekerja sebagai humas akanmemegang peran penting dalam penyam-paian pesan KKA kepada kelompok kon-sumen air. (Bersambung)

*) Widya Iswara UtamaDepartemen Kimpraswil

A W A S A NW

1.

3.

2.

23PercikOktober 2004

Page 26: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Namanya Perusahaan Daerah AirMinum, tapi kenapa airnya takbisa diminum langsung? Itu

pertanyaan yang sering muncul di tengahmasyarakat. Tapi itu dulu. Saat ini bebe-rapa PDAM telah bisa memenuhi fungsi-nya sebagai penyedia air minum (potablewater) sesuai dengan namanya PD 'AirMinum'.

Salah satunya adalah PDAM TirtaPakuan, Kota Bogor. Hampir setahun iniPDAM tersebut telah memiliki zona pe-layanan di mana airnya bisa langsung di-minum. Zona itu diberi nama Zona AirMinum Prima (ZAMP). Tak beda dengandistribusi air minum (baca: air bersih) la-innya, sistem distribusi airnya pun samapersis dengan sedikit modifikasi. Hanyasaja, mutu airnya telah memenuhi stan-dar mutu air minum sebagaimana diaturdalam Keputusan Menteri Kesehatan No.907/Menkes/SK/VII/2002.

ZAMP berada di perumahan Pakuan,Tajur, Bogor. Ada 400 pelanggan di sana.Tapi mereka bukanlah pelanggan baruketika ada ZAMP. Jaringan distribusitelah ada di zona ini sejak tahun 1993.Modifikasi yang dilakukan antara lainpenambahan wash out (pipa penguras),gate valve untuk mengisolasi bila adagangguan jaringan, dan alat khusus mo-nitoring sisa Chlor.

Direktur Teknik PDAM Tirta PakuanIr. Syaban Maulana, Dipl. SE, menje-laskan ada tiga aspek yang harusdipenuhi dalam pembangunan ZAMP,yakni aspek teknis, manajemen, dansosial-komunikasi. Aspek teknis antaralain (i) memiliki jaringan pipa yangmemenuhi syarat; (ii) pengaliran 24 jam;(iii) adanya alternatif suplai; (iv) tekanancukup dan kebocoran rendah; (v) usiapipa relatif baru; (vi) peta dan jaringanselalu di-up date dan jelas; (vii) suplai airmencukupi; (viii) kualitas memenuhisyarat air minum; (ix) pengaliran dapat

diisolasi; (x) adanya program perbaikandan emergency; dan (xi) SOP (StandardOperational Procedure).

Sedangkan aspek manajemennyayaitu (i) kinerja, kemampuan perusa-haan, visi dan misi, dan kualitas SDMperusahaan; (ii) Tiga K meliputi kuanti-tas, kualitas, dan kontinuitas; (iii) Fullcost recovery yakni pengembalian inves-tasi, kemampuan konsumen bayar lebih,kesesuaian dengan tarif pelayanan, keter-jangkuan biaya operasional dan pemeli-haraan, dan menghasilkan keuntunganbagi perusahaan dan konsumen; (iv)aspek legal yakni tidak ada hambatanhukum di wilayah tersebut.

Aspek sosial dan komunikasi terdiriatas internal seperti SOP pelayanan, adaservice point, hubungan yang baik de-ngan stakeholder dan media, dan aspekeksternal berupa tingkat pendapatanyang baik, penggunaan air yang cukuptinggi, pengaduan yang rendah, pen-didikan memadai, mendukung inovasiyang dilakukan PDAM, dan adanya forumpelanggan.

''Dengan kriteria itu, kita pilihperumahan Pakuan ini sebagai ZAMP,''

kata Syaban yang sering dipanggil Adeini. Terlebih lagi perumahan itu meru-pakan bagian hilir dari sistem jaringanPDAM Tirta Pakuan. ''Kalau di hilir sajakondisinya siap minum, tentu di hulujuga bagus,'' katanya.

Meski hampir setahun proyek ini ber-jalan, deklarasi ZAMP baru dilang-sungkan Agustus lalu. Ini terkait denganjaminan kualitas yang diharapkan.PDAM tak ingin di tengah jalan airminum itu bermasalah sehingga tak bisamemenuhi standar mutu yang ditetap-kan. Monitoring dilakukan terus menerussetiap hari di laboratorium milik PDAM.Hasilnya, air itu memang benar-benar airsiap minum.

Kendati siap minum, ternyata tidakmudah mengubah kebiasaan masyarakatuntuk langsung minum air tersebut darikran. Banyak masyarakat masih enggan.Berdasarkan survei oleh PDAM TirtaPakuan, mereka tak mengkhawatirkanmasalah kualitas dan tarif, tapi begitupertanyaan kesiapan mereka untukmeminumnya, para responden menjawabmasih pikir-pikir. Karenanya PDAM TirtaPakuan terus melakukan sosialisasimelalui berbagai acara seperti arisan danmengundang walikota dan tokoh-tokohmasyarakat untuk meminum air di zonatersebut.

Keberadaan ZAMP sebenarnya sangatmenguntungkan masyarakat. Tarif permeter kubiknya tak jauh berbeda dengantarif air bersih yang biasa. Misalnya seti-ap rumah tangga menggunakan 25 meterkubik air maka tagihan per bulannya Rp.47.000/bulan. Sedangkan harga untukair minum di ZAMP sebesar Rp.56.400/bulan. Harga air minum ini jugajauh lebih murah dibandingkan denganair kemasan. Untuk satu galon (19 liter)air kemasan harganya Rp. 8.500, sedang-kan air ZAMP hanya Rp. 43. Wow.

(mujiyanto)

E R O P O N G

Zona Air Minum Prima (ZAMP) PDAM Kota Bogor

The Real Air Minum

T

24 PercikOktober 2004

FOTO: PDAM KOTA BOGOR

Page 27: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

B i s a Anda jelaskan awal mulapembangunan Zona Air Mi-

num Prima (ZAMP) ini?Kita ditunjuk oleh Perpamsi (Per-

satuan Perusahaan Air Minum SeluruhIndonesia) yang bekerja sama denganUSAID. Ada tiga kota yang ditunjuk yakniPDAM Kota Medan, PDAM Kota Malang,dan PDAM Kota Bogor. Kita dituntutmewujudkan pelayanan air minum dalamarti sebenarnya, siap minum. Maka kitamengembangkan wilayah atau zona yangmemenuhi syarat baik teknis, mana-jemen, dan sosial-komunikasi. Perpamsidan USAID memberikan bantuan berupaalat monitoring melalui proyek sertifikasidan pelatihan untuk perbaikan jaringanperpipaan (CATNIP). Nantinya melaluiproyek ini akan didapatkan sebuah polayang bisa dikembangkan oleh PDAM diseluruh Indonesia, sehingga kelak semuaPDAM bisa melayani konsumen denganmutu air minum. Mengapa PDAM Kota Bogor yangdipilih?

Yang bisa menjawab itu Perpamsi.Yang jelas secara manajemen kita me-menuhi kriteria yang ditetapkan. Untukdiketahui, kita merupakan salah satu daribeberapa PDAM yang memiliki kinerjacukup baik. Dan yang pasti memang kitasiap karena sebenarnya kita sudah mem-produksi air sesuai baku mutu yang dite-tapkan untuk diminum. Hanya kitabelum pernah mendeklarasikannya.Sejauh mana tanggapan masya-rakat dengan adanya proyek ini?

Positif. Masyarakat menyambut gem-bira. Itu bisa kita lihat dari survei yang ki-ta lakukan. Namun dari sisi penggunaan,mereka masih belum berani meminum-nya langsung. Mungkin ini karena imageair PAM selama ini. Tapi kita mencoba te-rus berusaha meyakinkan mereka. Saatlaunching Agustus lalu, kita mengundangWalikota Bogor untuk langsung memi-num air tersebut di hadapan masyarakat.Air langsung dari kran. Tak ada rekayasa.Kita juga ajak para tokoh untuk menik-

mati air minum tersebut.Harapan kita masyarakattak khawatir lagi. Sebab,kami menjamin bahwamemang air itu layak mi-num. Tak ada komplain sa-ma sekali?

Ada yaitu bau kaporit.Ya kita jelaskan bahwaChlor itu berfungsi untukmencegah munculnya ku-man dan bakteri. Tapi tetap aman untukdikonsumsi. Jadi kalau masyarakat merasaada 'bau kaporit', justru ini menunjukkanbahwa air mereka telah melalui pembasmi-an kuman sehingga aman diminum dandigunakan. Bila ada yang terganggu de-ngan aroma chlor tersebut, kita jelaskancara mengatasinya. Yaitu dengan menam-pung air itu dalam gelas bersih dan steril.Biarkan beberapa saat maka gas chlor akanmenguap dan 'bau kaporit ' akan berku-rang. Sejauh ini pelanggan kita sudah bisamengerti. Sejauh ini adakah kebocoran da-lam jaringan pipa air minum ini?

Sampai saat ini kita belum menerimakomplain. Kalau untuk Kota Bogor secaraumum tingkat kebocoran memang seki-tar 30 persen. Jaringan pipa distribusi dizona ini telah kita perbaiki sejak tahun 2003lalu. Jaringan ini dilengkapi dengan washout dan gate valve. Juga ada alat monitoringsisa chlor dalam air. Jadi kalaupun ada ke-bocoran kita mudah memantau dan menga-tasi. Tempat yang bocor bisa kita isolasi. Se-jauh ini tidak ada kebocoran. Mudah-mu-dahan ini bisa berlangsung terus. Tapi kamisiap 24 jam bila ada kebocoran. Kan kita pu-nya SOP dan petugas jaga 24 jam. Makanyakita berharap ada dukungan pelanggan se-perti memberikan informasi hal-hal pentingtentang kondisi air dan jaringan kepada pe-tugas di lapangan atau langsung ke kantorkita. Berapa investasi yang dibutuhkanuntuk mengembangkan ZAMP?

Sekitar Rp. 200 juta. USAID melalui

Perpamsi membantu alatmonitoring senilai kuranglebih Rp. 60 juta. Sisanyakita sendiri.Dari dana tersebut, alo-kasi mana yang palingbesar?

Monitoring. Baik itu mo-nitoring pipa distribusi, ma-upun peralatan monitoringkualitas air. Belum lagi kitaharus melatih SDM labora-

torium kita dan melakukan sertifikasi.Kita juga harus menyusun SOP. Mo-nitoring ini terus menerus sampaisekarang. Nggak pernah berhenti. Ber-sama itu kita lakukan sosialisasi kepadamasyarakat.Sanggupkah PDAM-PDAM dalamkondisi sekarang membuat proyeksejenis?

Saya kira itu tergantung kinerjaPDAM masing-masing. Saya kira tidaksemua bisa, karena yang sehat masihsedikit. Barangkali yang sedikit ini yangbisa. Soalnya kan butuh investasi.Sementara PDAM-PDAM sekarang seba-gian besar masih harus menanggungbeban utang. Ini kendalanya.Apakah ada rencana PDAM TirtaPakuan mengembangkan zona ini?

Tentu. Kita sekarang sedang mendis-kusikannya. ZAMP sekarang berada dikawasan elite dimana persoalan tarif takterlalu dipedulikan. Kota mencoba me-mikirkan bagaimana jika zona ini beradadi kawasan menengah ke bawah. Harap-an kita, ZAMP bisa masuk ke sana karenadengan adanya ZAMP berarti bisa me-ngurangi biaya masak air. Ini kan potensi.Artinya proyek ini bisa diperluasmenjadi skala lebih besar?

Ya. Mengapa tidak. Toh sebenarnyatak banyak perubahan jaringan. Sedikitmodifikasi. Dan ada investasi. Kan bisajuga kita bekerja sama dengan swasta. DiTangerang sudah ada. Jadi air bakunyadari PDAM, tapi yang membangunjaringan dan sebagainya swasta. (MJ)

E R O P O N G

Dirut PDAM Tirta Pakuan Drs. Helmi Soetikno, MM, MBA.

''Bisa Dikembangkan Lebih Luas''

T

25PercikOktober 2004

FOTO: MUJIYANTO

Page 28: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Banyak orang yang belum me-nyadari bahwa air minum meru-pakan kebutuhan dasar manusia.

Saking dasarnya, kebutuhan air minumtak bisa tergantikan. Maka tak heran,usaha dan uang dikeluarkan untuk men-dapatkannya. Bahkan harga tak lagi men-jadi pembatas bila kondisinya mengha-ruskan.

Masyarakat di sekitar Pelabuhan Tan-jung Priok misalnya. Mereka harus relamerogoh kocek seribu rupiah untukmemperoleh sepikul air -terdiri atas duajerigen yang berukuran masing-masingsekitar 35 liter. ''Lha kalau nggak beli, da-ri mana lagi kita dapat air. Nggak mung-kin kita minum air sumur. Asin,'' kataOnih, ibu lima anak yang tinggal di ka-wasan Rawa Cabe, Cilincing, JakartaUtara.

Onih sebenarnya adalah pelangganPAM (Perusahaan Air Minum) Jaya.

Namun ia mengaku sudah setahun ini airtak mengocor sedikitpun ke rumahnya,kendati ia harus membayar uang abone-men Rp. 10.400 per bulan. ''Tapi empatbulan ini sudah nggak saya bayar.Biarin,'' paparnya. Ia mengatakan taktakut bila PAM memutus saluran air kerumahnya. ''Biarin aja. Wong airnya ka-gak ngalir,'' kata wanita asli Betawi ini.

Nasib serupa dialami oleh Kasmani.Bapak tiga anak ini mengaku sudahempat bulan ini tak mendapatkan air dariPAM. ''Setetes pun tak keluar,'' katanyaseraya mengatakan bahwa hal serupajuga dialami sebagian besar warga di RT-nya. ''Herannya, di beberapa rumah seki-tar sini air PAM tetap ngocor. Ini kananeh. Kita udah lapor, tetap saja tak adatindakannya,'' jelasnya.

Baik Onih maupun Kasmani tiap hariharus mendorong gerobak berisi jerigen.Gerobak Kasmani berisi delapan jerigen.

Onih enam. Keduanya membeli air kepa-da Ny. Muamanah, tetangganya. Onihmengaku rata-rata menghabiskan tujuhpikul air (14 jerigen=Rp. 7 ribu) untukkebutuhan keluarganya sedangkan Kas-mani lima pikul. Keduanya menyatakansebenarnya mahal membeli air seperti inidibandingkan berlanggganan PAM.

Ny. Muamanah, sang pedagang, takmengaku berapa uang yang diraupnya se-tiap hari termasuk mengapa air di ru-mahnya tetap mengocor padahal te-tangganya mati semua. ''Saya cuma mem-bantu saja, kasihan kalau mereka tak adaair,'' katanya. Tapi dari balik dindingrumahnya terdengar suara jet pump. Takjelas apakah itu untuk menyedot airPAM. Yang pasti tak mungkin untukmenyedot air tanah karena airnya asin.

Di kawasan ini dan sekitarnya, modelbeli air ke rumah sangat jarang. Justruyang banyak yakni para pedagang airyang mendatangi rumah-rumah pen-duduk. Mereka mendorong gerobakberisi jerigen. Kadang isinya sampai 20jerigen.

Sugeng, pedagang air di kawasan Ra-wa Badak mampu menjajakan rata-rata200 jerigen (100 pikul) air per hari. Perpikul (2 jerigen) harganya seribu rupiah.Sementara ia membeli air dari 'hidranumum' -begitu ia menyebut-per limapikul harganya seribu rupiah. Oleh kare-na itu setiap hari, ia rata-rata bisa mera-up uang sebanyak Rp. 80 ribu. ''Tapi itukalau air lancar. Kadang-kadang air mati,kita nggak bisa apa-apa,'' kata Sugeng de-ngan logat Jawanya yang medok. Denganpenghasilan seperti itu, ia bisa bertahanhingga 20 tahun menjadi pedagang air.''Saya sudah punya langganan. Yah,nggak jauh-jauh dari sini. Paling jauh

E P O R T A S E

Potret Kecil Pelayanan Air di Kawasan Padat Pedagang Air,

Antara Dibutuhkan dan Disayangkan

R

26 PercikOktober 2004

FOTO: MUJIYANTO

Page 29: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

200 meter. Umumnya rumah tangga. Adajuga yang punya PAM tapi nggak ngalirairnya,'' katanya sambil memasukkanselang air ke jerigen.

Pengalaman serupa diungkapkan Zae-nal Mubarok. Pria setengah baya ini ber-profesi seperti ini sejak 20 tahun lalu. Iasetiap hari harus mendorong gerobak ber-isi 12 jerigen air yang disewa dari maji-kannya. ''Sewa gerobak ini Rp. 2.000 perhari,'' jelasnya. Selain menyewa gerobaksang majikan, ia bersama empat teman-nya sekaligus tidur di rumah sang ma-jikan tersebut. Ia mengaku telah memiliki30 pelanggan tetap. Menurutnya, rata-ra-ta pelanggannya bukan pelanggan PAM.Banyak di antara mereka adalah pengon-trak. Kebutuhan air per hari bervariasi,ada yang dua pikul, ada yang sampai limapikul. ''Tergantung orang yang tinggal disitu,'' paparnya seraya menjelaskan setiap1,5 bulan sekali ia pulang kampungnya diTasikmalaya untuk libur dua minggu.Seperti halnya Sugeng, Zaenal juga takterlalu jauh menjajakan airnya.

Para pedagang air itu mengambil airdari hidran umum. Sebagian hidran itumemang ada papan namanya: HidranUmum Percontohan. Tapi bagaimanaasal-usul hidran itu ada di tengah-tengahkawasan padat penduduk ini, seorang lu-rah di kawasan tersebut yang dihubungimengaku tidak tahu menahu. Menurut-nya, hidran itu sudah ada sejak lama.

Mungkin sebagian orang membayang-kan yang namanya hidran umum itu se-perti sebuah bangunan yang di sekeliling-nya ada kran-kran air. Hidran umum dikawasan ini sangat berbeda. Hidranumum hanya sebuah bangunan tertutup.Di dalamnya ada bak penampung yang di-tanam di bawah permukaan tanah. Lu-asnya bervariasi. Di atas penutup bak pe-nampung itu teronggok sebuah jet pumpuntuk mengalirkan air. Bukan ke warga,tapi ke para pedagang melalui selang. Ko-non hidran itu kini bukan lagi milikumum tapi milik perorangan.

Karno, salah satu penjaga hidranumum, mengaku hidrannya selain diper-untukkan bagi para pedagang air juga ba-gi masyarakat sekitarnya. Di situ diba-ngun MCK. Tapi diakuinya bahwa kon-tribusi warga masyarakat ini jauh lebihkecil dibandingkan para pedagang. Setiaphari ia memperoleh pendapatan rata-rataRp. 60-70 ribu rupiah. ''Kalau dapat,langsung saya setor ke bos,'' katanya. Iatak mengetahui berapa meter kubik pe-makaian air ini per bulan dan berapauang yang disetorkan ke PAM. ''Itu bosyang tahu,'' jelas pria yang telah empattahun menjaga hidran tersebut. Yangpasti, ia menyatakan air di hidran umumyang dijaganya merupakan air resmi dariPAM karena ada meterannya.

Berdasarkan penelusuran Percik dilapangan, tidak semua hidran itu legal.Percik menemukan hidran yang 'bodong'.Ternyata hidran itu langsung mengambilair dari pipa di pinggir jalan. Tanpa me-teran. Air langsung mengocor ke bak seca-ra terus menerus. Untuk mengelabui, se-buah seng ditutupkan pada sebuah selok-an yang diperkirakan dulunya merupakantempat meteran. Selang ke bak penam-pung ternyata hanya numpang lewat sajadi bawah seng tersebut. Pedagang airyang berada di situ pun mengatakan ada

meteran di bawah seng itu. Airnya meng-alir cukup deras. Padahal tak sampai 100meter dari hidran itu, air PAM warga takmengalir sama sekali. Adakah kemungkin-an semua air PAM jatuh kepada para pe-ngelola hidran seperti ini? Tak ada yang ta-hu dan perlu penelurusan lebih mendalam.

Terlepas dari kenyataan itu, kebu-tuhan air minum bagi warga di kawasanpadat penduduk sekitar PelabuhanTanjung Priok tak bisa ditawar tawar lagi.Mereka rela memberikan kontribusi besaruntuk memperolehnya. Hanya saja, kon-tribusi itu kini yang menikmati baru parapedagang air minum dan para pemilikhidran. Bukannya pedagang air minumtidak boleh, karena memang merekadibutuhkan oleh masyarakat utamanyayang tidak memiliki sambungan PAM.Tapi yang perlu dipikirkan apakah selamaini seluruh pelanggan PAM yang ada diwilayah tersebut telah dapat terlayanidengan benar? Jangan sampai air minumyang seharusnya diperuntukkan bagimereka, dihentikan di tengah jalan olehorang-orang yang tidak bertanggungjawab demi kepentingan pribadi dan bis-nis semata dengan memanfaatkan ke-beradaan para pedagang air. Kalau ini be-nar, ini sungguh disayangkan. Air adalahmilik kita bersama. (MJ)

E P O R T A S ER

FOTO: MUJIYANTO

27PercikOktober 2004

Page 30: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Air bersih, khususnya air mi-num, merupakan kebutuhan dasarmanusia. Namun penanganan se-lama ini terkesan kurang serius.Belum ada institusi yang bisa men-jadi payung besar dalam penge-lolaan air bersih, khususnya airminum. Mengapa? Ternyata pena-nganan air bersih itu tidak hanyabagaimana mengolah air yang su-dah ada tapi juga bagaimana agarsumber air baku bisa lestari danberkelanjutan. Dan ini tak mung-kin hanya dibebankan pengelola-annya kepada Perusahaan DaerahAir Minum (PDAM). Begitu seba-gian pendapat Ketua UmumPersatuan Perusahaan Air MinumSeluruh Indonesia (Perpamsi), Ir.H. Ridwan Syahputra Musaganisaat wawancara dengan Percikbeberapa waktu lalu di Jakarta.Berikut petikannya:

S ejauh mana pelayanan PDAMkepada masyarakat hingga saat

ini?Secara nasional, kemampuan kita da-

lam melayani masyarakat rata-rata barumencapai 20 persen. Sebanyak 80 persenlainnya belum bisa dilayani oleh PDAMseluruh Indonesia. Kalau dibandingkandengan kebutuhan publik lainnya, kitajelas jauh tertinggal. Banyak faktor yangmenyebabkan itu terjadi. Cukup kompre-hensif persoalan dan cara pemecahannya.Maka masalah ini harus ditangani secaraserius di masa yang akan datang.

Apa kendalanya?Yang paling bertanggung jawab ter-

hadap pelayanan air minum kepadamasyarakat adalah institusi PDAM. Tapiada faktor yang sangat mempengaruhisehingga PDAM kurang mampu mem-berikan pelayanan lebih baik sepertitelkom dan sebagainya. Ini disebabkan

beberapa asumsi yaitu pertama, dari sisieksternal, kapital (modal) yang ada sa-ngat sulit untuk melakukan recovery ter-hadap persoalan-persoalan yang harusdilakukan. Misalnya saja untuk daerahyang cakupan pelayanannya 25-30 per-sen, untuk menaikkan cakupan sekianpersen bukan hal yang mudah. Butuhmodal yang sangat besar. Katakanlahuntuk meningkatkan 1 liter per detik sajakita butuh dana Rp. 50-75 juta. Kalau 100liter per detik berarti minimal butuh Rp.5 milyar. Itu belum termasuk jaringan.Oleh karena itu sebenarnya banyak halyang belum dilihat oleh banyak pihakdibanding dengan komitmen bangsa kitabahwa air bersih adalah kebutuhanutama dalam hidup sehari-hari. Sa-yangnya masih belum banyak dibica-rakan oleh konsumen atau stakeholder.Ini menyulitkan bagi PDAM.

Di sisi lain, tanpa mengungkit masalalu yang memang cukup pahit itu, PDAMmasih menghadapi masalah pinjaman.Sebanyak 168 PDAM mengalami masalahini, yang memang sangat sulit diatasiuntuk mengembalikan pinjaman itu. Iniperlu perhatian banyak pihak demi kelan-caran pembayaran utang-utang tersebut.

Bagaimana langkah PDAM me-ngatasi masalah-masalah itu?

Telah berbagai upaya dilakukan olehPerpamsi dan teman-teman PDAM lain-nya, tapi belum mendapat keseriusandari departemen keuangan. Direktorat-nya belum memproses masalah pinjamanPDAM, padahal secara prinsip masalahini telah mendapat persetujuan DPRmelalui Komisi IX untuk menyelesaikan-nya. Yang aneh, departemen keuangankelihatannya sangat sulit memberikanjalan keluar terhadap persoalan ini. Kitasekarang punya utang 5,3 trilyun, selu-ruhnya. Mengapa BLBI yang jumlahnya144 trilyun itu mudah-mudah sajamenyelesaikannya, kenapa PDAM sulit?Kita setuju semua aset bangsa harus dise-lamatkan. Tapi seharusnya kebijakan pe-merintah harus benar-benar dapat dira-sakan oleh masyarakat, khususnya me-nyangkut kebutuhan pokok masyarakat.Air bersih adalah kebutuhan utama bagikehidupan kita. Kelihatannya ada sege-lintir orang di Depkeu yang kurang me-mahami persoalan ini. Kami tidak mintadimanjakan, kami juga tak minta untukpengampunan, tapi ini kondisi eksistingkita sekarang bagaimana kita mem-berikan pelayanan kepada masyarakat.

Anggaran pemerintah bagi airbersih seperti apa?

Pemerintah belum memberikan alo-kasi anggaran yang layak bagi air bersih.Tahun lalu hanya 300 milyar. Tapi kalaukita ingin mencapai target dalam MDGs,kita membutuhkan kurang lebih 50 trili-un. Katakanlah sekarang tinggal 10 ta-hun, berarti dana yang harus turun Rp. 5triliun. Sekarang cuma 300 milyar, inibagaimana? Tapi kita bisa mengerti. Adapotensi lain yakni pinjaman. Itu bisa di-tinjau dan dibicarakan karena itu me-nyangkut air bersih. Kami melihat pena-nganan pinjaman PDAM oleh Depkeusangat kaku, konservatif, dan tradisional.

A W A N C A R A

Ketua Umum Perpamsi, Ir. H. Ridwan Syahputra Musagani

''Perlu Badan Pengelola Air''

W

28 PercikOktober 2004

FOTO: ISTIMEWA

Page 31: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Mereka tidak melihat suatu saat pela-yanan PDAM bisa drop dalam melayaniair bersih di suatu daerah. Kalau itu terja-di, itu dosa siapa? Kita sebenarnya sudahmenyampaikan beberapa solusi kepadaDirjen di departemen keuangan dan oke.Tapi jajaran di bawahnya mementahkan-nya. Jelas kami sangat kecewa.

Bagaimana dengan tarif?Ini adalah kendala kami yang ketiga.

Banyak yang mengatakan bahwa PDAMini tidak dikelola secara profesionalsehingga terus merugi padahal perusa-haan ini melakukan monopoli. Itu oke.Kami memang monopoli dalam artiperusahaan milik daerah yang bertugasmemberikan layanan air bersih kepadamasyarakat secukupnya. Ini fungsi sosialyakni bagaimana memberikan layanansecara merata dan adil. Layanan tidakhanya diberikan kepada kelompok-kelompok yang mampu. Katakanlahharga dasarnya atau harga break eventpoint sekian, kita tetap memberikanharga di bawah itu. Itu yang kita sebutsebagai harga subsidi. Sedangkan bagikalangan bisnis kita memberikan hargaprogresif sehingga dari situ kita memper-oleh keuntungan. Persoalan sekarangadalah bagaimana dengan kekuatan dankekuasaan PDAM dalam menjalankanprofesionalisasi terhadap penetapan tarifmisalnya. Nggak ada. Begitu tarif dina-ikkan, masyarakat pada ramai. Stake-holder pada tidak setuju. Oke, terus kitabertanya bagaimana harga subsidi itu?Misalnya untuk daerah A, biaya produksiuntuk 1 liter per detik Rp 2,5 rupiah atauRp 3. Karena ada kelompok masyarakatyang masih harus dibantu dengan mem-bayar Rp 1 rupiah per liter, di sini kanharus ada subsidi. Oleh siapa? OlehPDAM. Padahal PDAM dalam kondisi takpunya modal, investasi, punya pinjamandan sebagainya. Jadi PDAM itu ibaratorang miskin yang berlagak seperti orangkaya. Anehnya semua orang menutup ma-ta terhadap ini. Bagaimana kita bisa ma-ju? Jelas ini tidak adil. BLBI, pupuk dan

lainnya memperoleh kebijakan pemerin-tah, mengapa PDAM tidak? Soal harga,kenapa kita tidak diperlakukan sepertiPertamina, ada subsidi BBM? Kenapauangnya tidak dari pemerintah? Harus-nya subsidinya dari pemerintah seperti diBangkok, Thailand. Ini jelas ada arogansidari pihak-pihak yang tidak mau ada per-baikan air bersih. Saya sangat tidak setu-ju bila dikatakan bahwa apa yang dialamiPDAM sekarang ini akibat ketidakprofe-sionalan PDAM. Kita mestinya justrubersyukur PDAM masih bisa memberikanpelayanan yang baik dalam kondisi yangdemikian.

Artinya PDAM butuh kebijakanpemerintah?

Kita butuh kebijakan yang serius danjujur. Kita harus friendly dan menjunjungprinsip keterusterangan. Jangan mem-berikan pendapat-pendapat yang justrumenimbulkan distorsi dan kesimpulanyang menghasilkan rumusan yang keliru.Kami dengar lima tahun lalu ada formatmetoda penyehatan PDAM dengan 6 for-mula. Ini nggak bisa dilakukan kalausemuanya belum stabil. Mengubah PDAMmenjadi PT, bukan itu dasar permasalah-annya. Sekarang seharusnya kebijakanterhadap PDAM itu diperlakukan sama

dengan bisnis yang lainnya. Contoh mi-salnya Pertamina ada harga subsidi, lhaPDAM mana?

Kendala lainnya?Masalah keempat, kondisi air baku.

Kondisi air baku sekarang tidak samadengan 20 tahun lalu. Banyak air sungaisekarang tak bisa digunakan lagi sebagaisumber air baku. Ini tanggung jawabsiapa? Dalam kondisi empat faktor itudibiarkan, sementara kemampuan pela-yanan sekarang seperti tercekik, kemudi-an sumber air yang akan diproduksimakin habis, itu salah siapa? Apa kelema-han manajemen saja? Nggak bisa dong.Kita harus fair dalam hal ini. Kalau kitabelum bisa membuka mata dan pikirandengan baik mengenai persoalan airbersih secara nasional maka jangan heranpada 2015 kita menjadi bangsa yang tidakmampu mengelola sumberdaya alamuntuk kepentingan rakyat.

Faktor kelima, mungkin yang mengu-rus air bersih di negara kita ini tidak ada.Makanya adanya UU SDA itu bagus,meski ada kelemahan-kelemahannya.Tapi sedikit lebih maju terhadap bagai-mana pengembangan PDAM-PDAM yangselama ini mengelola air bersih. Jadi ja-ngan sampai ada orang atau institusi yangmengatakan bisa mengelola air bersihtanpa PDAM. Tidak mungkin. Kalau maudiganti, ganti saja namanya. Tapi barang-barang yang ada sekarang itu barang-barang PDAM. Selama ini tidak ada yangmengurus air bersih. Yang ada hanya ditingkat pusat yakni di Kimpraswil, itunamanya subdit air bersih. Kalau beginibagaimana? Dengan adanya UU yangbaru telah diamanahkan untuk dibentukbadan pengelola air. Dengan adanyabadan pengelola air bersih ini maka airbersih akan muncul di permukaan danmenjadi pembicaraan di tingkat departe-men dan rapat-rapat kabinet. Kalau adabadan ini maka ada semacam sugestimoral bahwa perhatian pemerintah ter-hadap penyelenggaraan pelayanan airbersih secara nasional akan meningkat.

A W A N C A R AW

Kalau kita belum bisamembuka mata

dan pikiran dengan baikmengenai persoalan

air bersih secaranasional makajangan heran

pada 2015 kita menjadibangsa yang tidakmampu mengelola

sumberdaya alam untukkepentingan rakyat.

29PercikOktober 2004

Page 32: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Badan ini kita harapkan membicarakanseluruh aspek yang menjadi masalahutama air bersih di Indonesia. Mulaimasalah pinjaman, keuangan, air bakudan lain-lain.

Apa yang menyebabkan PDAMbisa bertahan?

Semangat. Kita mengoptimalkan apayang ada supaya bisa berjalan. Banyakdaerah dengan kondisi yang terbatas bisaberkembang. Tapi banyak daerah yangjustru drop. Oleh karena itu PDAM,Perpamsi, Badan pengelola air nasional,nanti harus menjadi satu ikatan yang sa-ngat rekat demi proses percepatan pem-bangunan air bersih nasional sesuai MDGkita.

Berarti secara internal sulit bagiPDAM berkembang?

Faktor internal sangat dipengaruhifaktor eksternal. Ini seperti tekanan,bahkan invasi ke dalam. Makanya gantimanajemen 5-10 kali manajemen ya begi-tu juga. Kalau kita bicara PDAM milikdaerah, apakah kemudian pemerintahpusat lepas tanggung jawab begitu saja?Padahal bicara air bersih adalah bicarakepentingan negara.

Bagaimana dengan target 2015?Saya setuju kita harus mencapai itu.

Tahun 2002 lalu presiden Mega telahmenyepakati konvensi Johannerburg ter-hadap komitmen negara di dunia ini ter-hadap cakupan pelayanan air minummenjadi 80 persen bagi masyarakat pada2015. Kalau target itu tercapai, bisa sajabadan pengelola air bersih itu tak perlulagi.

Apakah Target MDG bisa terca-pai pada 2015 dengan kondisi se-karang?

Saya kira bisa. Karena kita hanyabutuh Rp. 50 trilyun sampai tahun terse-but untuk melengkapi instalasi kita. Jaditiap tahun kita butuh Rp. 5 trilyun. Sayakira pemerintah bisa kok. Buktinya untuk

memaafkan BLBI saja pemerintah maumengeluarkan 15 trilyun tahun lalu.Kenapa kita tidak?

Harapan Anda terhadap peme-rintahan baru?

Kalau nanti kabinet dilantik, kamiminta anggota kabinet yang terkait de-ngan air bersih, apapun namanya, segeramembentuk badan tersebut. Janganditunda-tunda lagi. Dalam pembentukan-nya kami minta faktor-faktor terhadapperumusannya tetap memperhatikaninstitusi-institusi yang selama ini berke-cimpung di bidang air bersih. Karenamerekalah yang mengenal implementasipelayanan air bersih. Mari kita lepaskanego sektoral masing-masing. Tak mung-kin PDAM-PDAM ditinggalkan begitusaja. Marilah kita bersama-sama bersatudemi suksesnya MDG 2015.

Kapan kira-kira seluruh ma-syarakat bisa terlayani air minum?

Jadi 10 tahun lagi kita bisa, jika semuainstitusi berjalan bersama-sama. Se-karang kita berharap ada positif thinkingterhadap pengelolaan air bersih.

Apa PDAM sudah siap bila kei-nginannya dikabulkan pemerintah?

Siap. Sebab banyak orang gagal kare-na tidak memahami persoalannya. KalauPDAM sangat memahami betul apa per-soalannya.

Strategi PDAM apakah sudahsesuai dengan MDG?

MDG itu kan ada muatan baru. Yangnamanya muatan itu kan harus di-sesuaikan dengan mobilnya. Kenapa kitaharus siapkan mobil yang besar, semen-tara muatannya tak ada atau sangat sedi-kit? Tapi kita sangat memahami kitaharus bagaimana.

Dukungan apa yang diharapkanPDAM dari masyarakat?

Masyarakat sebenarnya adalah subyekdan obyek. Mereka bisa menentukanpelayanan PDAM dalam bentuk kon-tribusi tarif. Tapi makin tahun kecukupankemampuan PDAM makin berkurang.Kondisi ini bisa mengakibatkan keper-cayaan masyarakat makin berkurang.Oleh karena itu faktor utama masyarakatharus percaya. Mereka bisa menerima airsecara cukup dan kualitas air yang baikdan pasti jika kuantitas, kualitas, dankontinuitas terjaga. Kalau itu berjalan,masyarakat tak ada masalah untuk mem-bayar sesuatu. (mujiyanto)

A W A N C A R AW

30 PercikOktober 2004

FOTO: ISTIMEWA

Page 33: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Jakarta dapat dipastikan menjadilangganan banjir setiap tahun.Apakah skala banjirnya kecil, atau

besar seperti yang terjadi pada awaltahun 2002. Berbagai upaya dilakukanuntuk mengatasinya, tapi hasilnya belummemuaskan. Ini karena banjir merupa-kan masalah yang sangat kompleks sam-pai sulit ditelusuri kembali kesalahan-ke-salahan apa yang telah dilakukan di masalalu dan siapa yang bertanggung jawab.

Perhatian terhadap banjir tak konstan.Pada saat banjir tiba, semua pemangku ke-pentingan seolah ingin berusaha mena-ngani persoalan ini. Namun di saat banjirreda, kepedulian itu seakan luntur. Inijelas tidak setara dengan pengorbanan danpenderitaan para korban banjir. Di sisi la-in, banyak orang membuat perkiraan-

perkiraan yang terkadang jauh dari ke-nyataan, misalnya banjir tahun depan takakan sebesar tahun ini dan sebagainya.Tiba-tiba orang kaget begitu air bah da-tang jauh lebih besar dari yang diduga. Se-mua hanya bisa terbengong.

Buku ini mencoba mengajak pembaca

untuk memperluas dan mendalami ma-salah banjir yang lebih tepat disebutmasalah tata air wilayah Jakarta dan se-kitarnya, mencakup kawasan seluas lebihdari 6.000 kilometer persegi. Menurutpenulisnya, persoalan ini tak bisa hanyadiatasi oleh satu atau dua instansi teknis.Banyak instansi harus terlibat dan dili-batkan. Selain itu, penanganan masalahini butuh banyak langkah dan harus didu-kung oleh masyarakat secara aktif agarpenanganannya berkelanjutan.

Berbagai data historis dan dokumen ke-bijakan disajikan secara menarik. Termasukpula di dalamnya ditampilkan peta tata airJabotabek dari berbagai kurun waktu. Adapula pendapat-pendapat para ahli tata airBelanda tentang pengelolaan sungai diBatavia. (MJ)

Di awal abad ke-21, dunia beradapada titik kritis dalam manaje-men air. Menurut laporan De-

wan Air Dunia untuk Abad 21 (2000), airbaku yang bisa diperbaharui tak akan bi-sa mencukupi kebutuhan industri, pen-duduk, dan pertanian pada tahun 2020.Ini karena makin banyak air yang terpo-lusi, pertumbuhan penduduk, urbanisasi,dan salah manajemen. Banyak negara te-lah menghadapi krisis air, terutama di wi-layah kering dan semi kering. Pengelolaair generasi baru dengan cara pandangbaru sangat dibutuhkan pada abad ini.Mereka diharapkan dapat mengembang-

kan dan menerapkan cara kerja dan kebi-jakan yang inovatif. Singkatnya, pengelo-laan air pada abad 21 harus berubah.

Pengelolaan air ke depan dalam skalaglobal, regional, dan lokal memerlukankepedulian bersama antara profesional,pembuat keputusan, dan publik secaraumum. Ini dikarenakan ada kecenderunganyang menunjukkan bahwa kelangkaan airakan terus berlangsung dan mengancam 50persen dari penduduk dunia termasuk ge-nerasi mendatang. Selain itu kesalahanpengelolaan air yang terus berlangsungakan mengakibatkan menurunnya kualitasair baik secara lokal maupun regional.

Banyak pemerintahan, lembaga interna-sional, dan para ahli telah memulai untukmemusatkan perhatian bagaimana untukmerancang agenda baru dalam bidang pe-ngelolaan air, mengingat saat ini kepedulianterhadap krisis air sangat kurang.

Buku yang merupakan kumpulantulisan dari para ahli air generasi barudari berbagai belahan dunia ini mem-berikan banyak hal baru tentang pengelo-laan air dari sudut pandang yang sangatberagam. Bahasan yang ada antara lainmanajemen air hujan dan air permu-kaan, daur ulang dan penggunaan kem-bali, hak air, akses air lintas batas, dankeuangan dalam pengelolaan air. Parapenulisnya menawarkan perspektif baruyang sangat penting untuk digunakan;pengelolaan dan konservasi air tawar,baik secara kualitas dan kuantitas, untukpenduduk, pertanian, dan sektor indus-tri; dan bagaimana untuk membangunparadigma baru yang dapat diterapkandalam pengelolaan air di masa men-datang. (MJ)

N F O B U K U

Mengubah Paradigma Berpikir dalamPengelolaan Air

Judul:Membenahi Tata Air JabotabekSeratus Tahun dari Bandjir

Kanaal hingga Ciliwung Floodway

Penulis: A.R. SoehoedPenerbit: Djambatan

Tebal: x + 238 halaman

I

Judul:

Rethinking Water Management.Innovative Approachesto Contemporary Issues

Editor: Caroline M. Figueres, Cecilia Tortajada,and Johan Rockstrom

Penerbit: Earthscan Publication Ltd., LondonTebal: xiii + 242 halaman

Mendalami Masalah Banjir di Jabotabek

31PercikOktober 2004

Page 34: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

N F O S I T U S

Air Permukaan dan Air MinumI

32 PercikOktober 2004

www.epa.gov/safewater/

Situs milik Badan PerlindunganLingkungan (Environmental Pro-tection Agency) Amerika Serikat

ini menyajikan banyak hal mengenai airminum dan air permukaan. Di dalamnyaada berbagai menu seperti kualitas airminum di negara-negara bagian lengkapdengan petanya, perlindungan terhadapsumber air, standar air minum, sistem airminum masyarakat, dan pengendalianpengeboran air tanah.

Yang menarik, situs ini menyediakanmenu khusus yang berkaitan dengananak-anak. Namanya Drinking WaterKids' Stuff. Di dalamnya ada game/per-mainan bagi anak-anak yang mengarah-kan kepada pengetahuan terhadap sepu-tar air. Ada pula tentang air yang amanuntuk dikonsumsi anak-anak yangdilengkapi dengan standarnya. Padabagian ini ada juga materi untuk programpembelajaran bagi anak-anak di kelasyang dilengkapi dengan panduan, poster-poster, dan teknik percobaan denganmemperhatikan strata umur anak.

www.cyber-nook.com/water

A nda ingin tahu tentang air minumtapi tidak tahu harus bertanya ke

mana? Begitulah pengantar situs yangberlatar belakang biru ini bila dibuka.

Situs Drinking Water Resources ini me-mang dibangun khusus menyediakanberbagai informasi mengenai keamanandan kualitas air minum.

Isi situs ini antara lain kontaminan(bahan pencemar) yang ada di dalam airminum dan bagaimana perlakuannyaagar kontaminan itu tidak masuk ke da-lam tubuh melalui air minum. Selain itu,pengelola situs ini mengajak pengun-jungnya memilih cara pemurnian airminum apa yang terbaik bagi tubuh,apakah filtrasi (penyaringan), destilasi,air kemasan, dan sebagainya.

Situs ini bisa dibilang cukup lengkapkarena dilengkapi pula dengan link kesitus pemerintah, organisasi lingkungan,kelompok industri air dan fasilitasnya,universitas yang melakukan penelitian dibidang ini, dan media publikasi.

www.who.int/water_sanitation_ health/dwq/en/

S itus milik Badan Kesehatan Dunia(WHO) ini menyediakan informasi

mengenai kualitas air minum berkaitdengan kesehatan. Air minum yangterkontaminasi berperan menimbulkanpenyakit di negara sedang berkembangdan miskin di seluruh dunia. Melaluisitus ini WHO memberikan panduankualitas air minum, informasi tentangbahan kimia berbahaya dalam airminum, berbagai penyakit yang dise-babkan air minum yang tercemar, dan

bahan-bahan pelatihan bagi upaya mem-peroleh kualitas air yang standar.

www.wateraid.org.uk/

W aterAid adalah sebuah lembagaswadaya masyarakat (LSM) inter-

nasional yang bergerak secara khusus dibidang air minum domestik, sanitasi, danpendidikan kesehatan kepada masyara-kat miskin di dunia. Begitu masuk ke si-tus ini, pengunjung disuguhi peta dunia.Pengunjung bisa mengetahui apa sajayang telah, sedang, dan akan dikerjakanLSM ini di suatu negara.

www.iwahq.org.uk/

S itus ini milik asosiasi air internasi-onal. Organisasi ini merupakan ja-

ringan global para profesional dari berba-gai bidang yang terkait dengan air. Ang-gotanya banyak tersebar di Asia Pasifik.Situs ini memberikan informasi kegiatanasosiasi ini dan publikasi-publikasi yangtelah diterbitkan. Termasuk pula di da-lamnya ada pernyataan John Briscoe saatberbicara pada kongres IWA di Marra-kech bahwa pertumbuhan ekonomiberkelanjutan merupakan dasar untukmengurangi kemiskinan dan meningkat-kan layanan air dan sanitasi.

SITUS-SITUS TERKAIT DENGAN AIR MINUM:

Federasi Air Dunia:www.wef.org

Air Dunia (The World's Water): www.worldwater.org

World Water Assesment Programme: www.unesco.org/water/wwap

Forum Kerjasama Air Dunia:www.gwpforum.org

Seputar Air Minum

Kualitas Air Minum

LSM Air Internasional

Asosiasi Air Internasional

Page 35: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Pemerintah di seluruh dunia se-dang berupaya untuk menjadikansektor swasta sebagai bagian re-

formasi dengan tujuan untuk memun-culkan efisiensi dalam layanan, menarikinvestasi, dan mengurangi beban keuang-an di sektor publik.

Perlu ada jaminan keuntungan bagikaum miskin dari reformasi tersebut.Selain itu peraturan dan tarif perlu dide-sain secara hati-hati. Pengalaman me-nunjukkan bahwa kesuksesan reformasibagi kaum miskin ditentukan oleh ma-suknya pemasok alternatif, kerja samaantara pengguna dan pemasok alternatif,mekanisme regulasi yang menjamin per-baikan layanan bagi kelompok-kelompokkecil, dan skema subsidi yang menar-getkan rumah tangga miskin. Yang pen-ting adalah proses yang dilalui senantiasadapat dipertanggungjawabkan.

Mengapa reformasi ke arah itu harusmemperhatikan kalangan miskin? Sebabkebanyakan mereka adalah para penggu-na layanan publik dan yang menikmatisistem subsidi. Dalam rangka partisipasiswasta untuk membawa keuntungan

besar bagi kalangan miskin maka parapembuat kebijakan harus berhati-hatidalam menentukan desain kontrak danperaturan kelembagaan dan organisasi.

Kepentingan pemerintah untuk mela-kukan reformasi yang memihak kalanganmiskin. Kualitas dan cakupan dari layan-an listrik, air, sanitasi, telekomunikasi,dan transportasi memiliki pengaruh yangbesar dalam standar kehidupan dan per-tumbuhan ekonomi-faktor yang mem-pengaruhi stabilitas politik. Layanan airdan sanitasi juga memiliki pengaruhlangsung terhadap kesehatan.

CD ini menyediakan petunjuk ke-ikutsertaan sektor swasta dalam penye-diaan infrastruktur dan pengentasankemiskinan. Ada berbagai pengetahuanmengenai bagaimana reformasi dantransaksi dapat didesain dan diimple-mentasikan. (MJ)

Salah satu dampak negatif dari ur-banisasi perkotaan adalah masalahsanitasi terutama di permukiman

padat penduduk. Minimnya air bersih,sanitasi yang tidak memadai, sampahberserakan menjadi pemandangan seha-ri-hari di tempat tersebut.

Keadaan ini mengakibatkan kualitaskesehatan di permukiman padat pen-duduk menjadi buruk. Mereka pun telahberusaha memperbaiki kondisi ini. Tapikarena keterbatasan mereka, usaha initak membuahkan hasil. Karenanya tanpabantuan pihak luar terutama pemerintahdaerah maka sulit bagi mereka mening-katkan kondisi sanitasinya.

Bina Ekonomi Sosial Terpadu (BEST)yang bergerak di Tangerang dan Sura-baya berusaha memberikan alternatifpemecahan dengan pendekatan partisi-patif. Oleh karenanya, untuk memba-ngun sanitasi diperlukan musyawarahterlebih dahulu dengan masyarakat. Ben-tuknya pertemuan warga. Warga difasili-tasi untuk berdiskusi tentang pemecahanmasalah berdasarkan pengalaman ataupilihan-pilihan yang bisa diterapkan.Setelah ada kesepakatan barulah diba-

ngun WC, kamar mandi, tempat cuci,serta sarana air bersih. Bangunan inidisebut MCK Plus Plus Plus. Diberi namaitu karena MCK ini didesain denganmengkombinasikan sarana mandi, cuci,kakus, dan sistem pengolah dewats yaitusistem pengolah limbah rumah tanggadengan sistem biologis.

Keuntungan sistem ini antara lainbiaya operasional rendah, tidak menggu-

nakan peralatan berteknologi tinggi, dandapat menurunkan kadar air limbah 70-90 persen,sehingga air limbah yang kelu-ar dari MCK Plus Plus Plus sudahmemenuhi syarat baku mutu lingkungan.Selain itu, tidak mencemari air tanahkarena desain konstruksi kedap air danudara, dapat menghasilkan gas bio untukkeperluan rumah tangga. Waktu pengu-rasan lumpur atau tinja relatif lama yakni2-3 tahun. Karenanya teknologi ini sa-ngat cocok diterapkan di wilayah padatpenduduk.

Partisipasi masyarakat tidak hanyaketika membangun tapi juga ketika MCKitu beroperasi. Yang jelas, pembangunansarana sanitasi ini berdampak positifpada masyarakat sekitar yakni pening-katan kebersihan dan keindahan ling-kungan, mendorong perbaikan kampungdan sarana publik lainnya.

Itulah sekelumit keberhasilan BESTdalam mendampingi masyarakat perko-taan mengatasi permasalahan sanita-sinya. CD ini bisa menjadi bahanperbandingan bagi para pemangkukepentingan di bidang penyehatan ling-kungan. (MJ)

N F O C D

Infrastruktur Swasta Bagi Kalangan Miskin

MCK Plus-Plus-Plus

I

33PercikOktober 2004

Page 36: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Kegiatan formulasi KebijakanNasional Pembangunan AMPLBerbasis Lembaga terus berlang-

sung hingga saat ini. Diharapkan penyu-sunan kebijakan berbasis lembaga inidapat diselesaikan pada akhir tahun2004. Konsep rumusan, nantinya akandibicarakan dalam rapat tim pengarah(PCC-Project Coordinating Commitee).Proses penyelesaian ini merupakanmomentum yang penting karena diha-rapkan akan memberikan konsistensidan kepastian bagi kerangka kebijakandalam sektor AMPL secara menyeluruh.

Untuk mencapai tujuan tersebut,Kelompok Kerja WASPOLA membentukempat tim kerja yakni, Tim Air Minum,Tim Air Limbah, Tim Persampahan, danTim Drainase. Tim kerja tersebut meru-pakan tim inti dalam formulasi kebijakanberbasis lembaga. Tim tersebut didukungoleh beberapa sub tim yakni lingkungan,pembiayaan, kelembagaan, dan sosial.Tim bertanggung jawab dalam prosesperbaikan dokumen kebijakan yang telahada (draft 1) dan memperdalam aspekpenyehatan lingkungan sehingga kebi-jakan yang tersusun, tidak didominasioleh sektor Air Minum.

Pelaksanaan Kegiatan Tim telah melakukan rapat dan

diskusi secara rutin. Masing-masing timmelakukan pengembangan isu dan kebi-jakan sektor secara spesifik dalam timsektor, setelah itu hasilnya dipresentasi-kan di rapat pleno tim kerja. Lokakaryapengembangan dokumen kebijakan draft2 telah dilakukan di Bogor tanggal 1-2September 2004. Lokakarya ini dihadirioleh tim Pokja WASPOLA, perwakilanpenyedia jasa AMPL (diantaranya:PDAM, PDAL, PD Kebersihan, Palyja)dari beberapa daerah, pemerintah dae-rah, lembaga swadaya masyarakat, per-guruan tinggi, asosiasi profesi, swasta,

dan donor. Hasilnya lokakarya dijadikanmasukan penting dalam penyusunankebijakan yang saat ini sedang dalamperumusan dan penulisan.

Kegiatan Periode MendatangSaat ini, proses penulisan dokumen

kebijakan sedang dilakukan. Konsepkebijakan (Draft 2) diperkirakan selesaipada awal bulan Oktober 2004, untukkemudian didistribusikan ke kelompokkerja dan pelaku sektor lain yang terlibatuntuk mendapatkan masukan lebih lan-jut. Setelah itu akan dilakukan perbaikandokumen untuk selanjutnya dibahasdalam lokakarya berikutnya yang diren-canakan pada awal Desember 2004.Proses ini juga melibatkan tim kerjamelalui rapat pembahasan yang ren-cananya akan dilakukan secara berkala.

Lokakarya kedua akan lebih mem-fokuskan pada formulasi strategi pelak-sanaan kebijakan dan me-review rumus-an kebijakan umum dan kebijakan sektor

dalam dokumen kebijakan konsep kedua(draft 2). Kegiatan ini akan melibatkanpara pelaku sektor dari berbagai ka-langan.

Diharapkan melalui kerja keras se-mua pihak Kebijakan Nasional AMPLBerbasis Lembaga, dapat diselesaikanpada akhir 2004. (DHS)

E P U T A R W A S P O L A

Perbaikan Draft Kebijakan NasionalAMPL Berbasis Lembaga

S

34 PercikOktober 2004

FOTO-FOTO: DORMARINGAN HS

Page 37: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Fasilitasi operasionalisasi pelaksa-naan Kebijakan Nasional AMPLBerbasis Masyarakat (KEBIJAK-

AN) yang sampai saat ini, tujuannya un-tuk membantu daerah dalam pengem-bangan kerangka kebijakan daerah danrencana kerja sektor AMPL. Kegiatanyang telah dilaksanakan mencakup:

Kaji ulang (review) kebijakan nasio-nal AMPL berbasis masyarakat didaerahIdentifikasi isu dan permasalahanAMPL daerahKajian terhadap faktor keberlanjutanpembangunan AMPL di daerahDialog-dialog kebijakan dalam rangkamenumbuhkan kepedulian berbagaipihak terhadap upaya mengatasi per-masalahan AMPL.Penyusunan rencana daerah sektorAMPLSampai saat ini, seluruh propinsi dan

kabupaten, lokasi fasilitasi, telah melaku-kan kaji ulang pokok-pokok KEBIJAKANdengan melibatkan stakeholder luas, me-lalui forum lokakarya daerah, dan meru-muskan kesamaan persepsi, tantanganserta upaya yang perlu dilaksanakan dae-rah. Dilakukan juga kunjungan lapanganke lokasi proyek yang dianggap berhasilmaupun gagal, untuk mempelajari faktorpenyebabnya dan mengambil pelajaran(lesson learned) atasnya sebagai suatukajian faktor keberlanjutan.

Lokakarya I di Daerah dan Penca-paian

Lokakarya di propinsi maupun di ka-bupaten telah dilaksanakan antara tang-gal 2-25 September. Hasil penting yangtelah dicapai adalah adadnya kesamaanpersepsi mengenai KEBIJAKAN antarpemangku kepentingan (stakeholder) didaerah, khususnya peserta lokakarya.

Di tingkat propinsi, diskusi dan loka-karya menghasilkan kesepakatan rencanasosialiasi/diseminasi KEBIJAKAN ke ka-

bupaten lain dengan stakeholder yang le-bih luas, sedangkan pada lokakarya kabu-paten difokuskan pada identifikasi per-masalahan/isu AMPL

Beberapa keluaran penting darilokakarya I di daerah adalah sebagaiberikut:

E P U T A R W A S P O L A

Fasilitasi Kebijakan Nasional AMPLBerbasis Masyarakat Di Daerah

S

LOKAKARYA I PROPINSI KABUPATEN

Catatan dari pelaksanaan lokakaryadi daerah pada bulan September adalahsebagai berikut:

Adanya keinginan propinsi untukmengundang seluruh kabupaten. Halini terjadi di Jawa Tengah dan Sula-wesi Selatan. Di Sulawesi Selatan dan Jawa Te-ngah, faktor keberlanjutan pemba-ngunan AMPL dijadikan isu bersama.Rendahnya peran serta masyarakatdan kecenderungan penurunan kua-litas lingkungan dan debit air meru-pakan salah satu faktor dari gagalnyakeberlanjutan proyek AMPL.

Keberagaman pemahaman terhadappelaksanaan kebijakan AMPL berba-sis masyarakat. Tujuan fasilitasi operasionalisasi KE-BIJAKAN untuk membantu daerahdalam mengembangkan kebijakandan rencana kerja sektor AMPL telahdipahami secara jelas. Pelibatan media massa dalam disem-inasi KEBIJAKAN, dinilai positif danmemperlancar proses. Di BangkaBelitung, Jawa Tengah dan Gorontalomedia terlibat aktif dalam penye-baran hasil-hasil lokakarya ke ka-langan luas.

Kesamaan persepsi terhadap pokok-pokokKEBIJAKANDaftar isu dan permasalahan keberlanjutanpembangunan AMPLKesadaran terhadap pentingnya upaya meng-atasi permasalahan pelayanan AMPLMasukan terhadap fungsi dan peran kelompokkerjaPemahaman peran propinsi dalam fasilitasioperasionalisasi pelaksanaan kebijakan didaerah pada tahun 2005 dan selanjutnya Komitmen untuk melakukan kegiatan operasio-nalisasi kebijakan, dan akan dicantumkan da-lam RAPBD tahun 2005 (rincian kegiatan perludibahas lebih lanjut).Rencana sosialisasi/diseminasi KEBIJAKAN danpemetaan permasalahan pembangunan AMPLke kabupaten lainnya. Diantaranya:

Propinsi Sumbar akan melakukannya di tigakabupaten, yaitu : Kabupaten Pesisir Sela-tan, Pasaman dan Sijunjung Di Propinsi Bangka Belitung akan dilakukanke semua kabupatenBanten ke semua kabupatenJawa Tengah ke semua kabupaten, yang di-bagi menjadi 3 cluster berdasarkan wilayahbadan koordinasi lintas.Sulawesi ke semua kabupaten (secara ber-tahap)NTB ke semua kabupatenGorontalo ke semua kabupaten

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Kesamaan persepsi terhadap pokok-pokokKEBIJAKAN dan beberapa pilihan prioritassesuai kondisi daerah.Kesadaran akan pentingnya dilakukanupaya khusus untuk mengatasi permasalah-an pelayanan AMPLMasukan terhadap tugas, fungsi dan perankelompok kerjaPemahaman stakeholder terhadap prosesfasilitasi untuk pengembangan rencana dankebijakan di bidang AMPL. Pemahaman daerah akan pentingnya ren-cana yang jelas dan menyeluruh pemba-ngunan sektor AMPLRencana kajian lapangan untuk memperta-jam isu dan permasalahan faktor keberlan-jutan AMPLRencana dialog kebijakan untuk memper-oleh masukan dan rekomendasi pelak-sanaan pembangunan AMPL berkelanjutan.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

35PercikOktober 2004

Page 38: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Alokasi Dana Daerah Alokasi dana daerah tidak seperti yang

diharapkan. Pada beberapa daerah terjadirevisi dari DPRD terhadap usulan danayang diajukan, dengan pertimbanganwaktu pengusulan. Tetapi secara umumkegiatan tetap berlangsung. Di JawaTengah dan Sulawesi Selatan, NTB danBanten, dana pendamping untuk fasilitasiKEBIJAKAN disalurkan melalui sektor.Sedangkan propinsi yang mengalokasikandana pendamping yaitu Gorontalo, Bang-ka Belitung dan Sumatera Barat.

Beberapa Isu PentingDari serangkaian pertemuan koordi-

nasi dan pelaksanaan lokakarya beberapaisu penting yang berhasil dicatat sebagaiberikut:

Adanya komitmen yang lebih jelasdari daerah untuk melanjutkan ke-giatan pelaksanaan kebijakan padatahun 2005. Propinsi NTB, JawaTengah, dan Sulawesi Selatan menga-gendakan kegiatan khusus untuk dise-minasi kebijakan kepada semua kabu-paten guna mempertajam gambaranpermasalahan AMPL di daerah sertamemperluas target pemangku ke-pentingan dalam sosialisasi kebijakan. Adanya pemikiran di Jawa Tengah

untuk melakukan diseminasi kebi-jakan khusus untuk anggota DPRD.Hal ini dirasa penting karena prosespelaksanaan kebijakan dan penye-lenggaraan pembangunan AMPL

berbasis masyarakat tidak terlepasdengan peran DPRD khususnya da-lam proses persetujuan perencanaandan anggaran pembangunan.Perlunya kesamaan persepsi menge-nai peran pusat, propinsi, dan kabu-paten dalam pelaksanaan kebijakan.Pemerintah daerah mengharapkanada dukungan alokasi dana dalamfasilitasi pelaksanaan kebijakan. Informasi tentang kejelasana pelak-sanaan lanjutan operasionalisasiKebijakan dan bantuan teknis padatahun 2005. Diharapkan informasitersebut sudah diperoleh sebelum bu-lan Desember 2004, sehingga mem-berikan kesempatan daerah me-lakukan persiapan khususnya untukalokasi dana. Dukungan minimal yangdiperlukan berupa pemberian infor-masi resmi tentang rencana pelak-sanaan kebijakan tahun 2005, sertagambaran besaran biaya yang perludipersiapkan oleh daerah. (DHS)

E P U T A R W A S P O L AS

36 PercikOktober 2004

Sedangkan lokakarya II dan III di kabupaten dan lokakarya II di propinsi diren-canakan akan berlangsung sampai dengan akhir November dengan keluaran yangdiharapkan sebagai berikut:

Kegiatan Propinsi Kabupaten

Lokakarya II

Lokakarya III

Strategi yang disepakatidalam pelaksanaan fasili-tasi operasionalisasi kebi-jakan di tingkat kabupatenoleh PropinsiRencana kerja fasilitasi ke-bijakan di kabupaten.

-

1.

2.

Daftar permasalahan dan isupembangunan AMPL berdasarkanhasil kajian lapanganKesepakatan prioritas permasa-lahan yang perlu ditangani dae-rah dalam rangka keberlanjutanpembangunan AMPL

1.

2.

Rumusan tujuan pembangunanAMPL daerahRumusan program strategis da-lam pembangunan AMPL daerahRumusan kebijakan dan strategidaerah dalam pembangunanAMPL yang berkelanjutanRencana Kerja Daerah jangkamenengah dan pendek.

1.

2.

3.

4.

FOTO: DORMARINGAN HS

Page 39: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Serangkaian acara peringatan HariMonitoring Air Sedunia (WorldWater Monitoring Day), 18 Okto-

ber, berlangsung di Jakarta. Peringatanini digagas dan dilaksanakan oleh ForumKomunikasi Pengelolaan Kualitas Air Mi-num Indonesia (FORKAMI) bekerja sa-ma dengan PT Thames PAM Jaya (TPJ).

Peringatan ini berlangsung dua kali.Pertama pada 26 September 2004, ber-langsung di Danau Cibubur dan dihadirimasyarakat sekitar serta siswa-siswaSLTP 147 Cibubur. Kedua pada 3 Oktober2004, berlangsung di Instalasi Pengolah-an Air Buaran PT Thames PAM Jaya, Ja-karta Timur. Hadir pada acara itu ma-syarakat sekitar Kalimalang dan 45 sis-wa-siswi SLTP 252 Jakarta Timur. Kegi-atan ini bertujuan untuk menyebarluas-kan kesadaran akan pentingnya usahaperlindungan sumber air pada masyara-kat luas dan generasi muda.

Dr. Hening Darpito, salah satu ketuabidang FORKAMI, di Cibubur menyata-kan air kini menjadi sumber daya yangterbatas karena untuk memulihkan ke-tersediaan dan kualitasnya butuh biayadan usaha yang besar. Untuk itu, usahaperlindungan sumber air harus dilakukanoleh semua orang dimulai dari anak-anak, masyarakat, profesional yang ber-gerak dibidang air, pihak swasta, LSM,dan pemerintah.

Drs. Abdullah Muthalib, MM, KetuaUmum FORKAMI, di Kalimalang berha-rap acara seperti ini dapat memercikkankesadaran bersama akan pentingnya usa-ha perlindungan sumber air dan kemudi-an secara bersama bekerja untuk me-ningkatkan ketersedian maupun kualitasdari sumber air, demi kehidupan kita ki-ni, dan generasi selanjutnya.

Rhamses Simanjuntak, External Re-lations and Communication Director

TPJ mengatakan, TPJ merasa bangga be-kerja sama dengan Forum KomunikasiPengelolaan Kualitas Air Minum Indone-sia (FORKAMI) dan selalu siap memban-tu FORKAMI dalam menyosialisasikanaspek-aspek pengelolaan kualitas airkepada masyarakat luas dengan harapanagar upaya tersebut dapat sedikit demisedikit mengubah perilaku masyarakatdalam mengelola dan memelihara sum-ber daya air. Sejak awal, katanya, TPJmemiliki komitmen untuk terus bekerjadalam upaya pendidikan masyarakat,tentunya dengan harapan agar di masamendatang sumber daya alam kita dapatdiperbaiki sehingga mampu membantumanusia meningkatkan kualitas hidupnya.''Hari Monitoring Air Sedunia dapat men-jadi langkah pertama bagi generasi mudauntuk ambil bagian dalam usaha per-lindungan sumber daya air," ungkapnya.

Kegiatan peringatan ini berupa pe-

mutaran film tentang konservasi air, pe-nulisan spanduk berisi pesan/ide konser-vasi air serta petisi dari anak-anak ten-tang air. Masyarakat dan siswa juga di-beri kesempatan untuk melakukan 'tour'ke Instalasi Pengolahan Air Buaran yangdikelola PT. TPJ. Di sana masyarakat dansiswa diberi penjelasan mengenai prosespengolahan air dari air baku sampai siapdidistribusikan ke pelanggan.

Keikutsertaan para peserta dalamacara ini juga berarti bahwa mereka turutbergabung bersama dengan ribuan suka-relawan lain di seluruh dunia yang meng-analisa kualitas sumber air di sekitarmereka. Hasil dari analisa ini akan dila-porkan pada organisasi World Moni-toring Day dan dapat dilihat di websitewww.worldwatermonitoringday.orgsetelah tanggal 18 Desember 2004 yangakan datang. (MJ)

E P U T A R A M P LS

37PercikOktober 2004

Hari Monitoring Air SeduniaDiperingati Melalui Pendidikan

Kualitas dan Konservasi Air FOTO: FORKAMI

Page 40: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Direktorat Metropolitan DitjenTPTP Departemen Kimpraswilbekerja sama dengan PDAM

Makassar memfasilitasi pertemuanPDAM kota metropolitan pada 21-23Oktober 2004. Pertemuan tersebut mem-bahas permasalahan kebocoran PDAM.Hadir dalam pertemuan itu DirekturPermukiman dan Perumahan, Bappenas,Basah Hernowo, serta perwakilan daridelapan PDAM yaitu Kabupaten Tange-rang, Kabupaten Bekasi/Kota Bekasi,Kota Bogor, Kota Palembang, Kota Ban-dung, Kota Semarang, Kota Denpasar,dan Kota Makassar sebagai tuan rumah.

Basah Hernowo menjelaskan Kebijak-an Nasional Pembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan (AMPL) BerbasisMasyarakat dan Konsep Kebijakan Na-sional Pembangunan AMPL Berbasis Lem-baga. Sedangkan Direktur PDAM KotaMakassar H. Ridwan Syahputra Musaganimenjelaskan permasalahan kebocoran diPDAM Kota Makassar.

Untuk mengatasi masalah kebocorantersebut maka pihak PDAM Kota Makas-sar telah melakukan langkah penang-gulangan. Diantaranya membentuk UnitPenanggulangan Kehilangan Air (UPTKA).

Dari diskusi yang terjadi selama per-temuan tersebut, mengemuka beberapaisu yaitu (i) belum disepakati formulasiuntuk menghitung kebocoran, dan insti-tusi yang bertanggung jawab membuatformulasi tersebut; (ii) beberapa peker-jaan diserahkan kepada pihak ketigaseperti pembacaan meter, dan entri data.Menjadi pertanyaan adalah sejauh manaefektifitas penyerahan pekerjaan kepadapihak ketiga. Berdasar pengalamanPDAM Kota Semarang, pembacaan meteroleh petugas PDAM lebih efektif dengansyarat ada insentif dan hukuman yangjelas; (iii) secara teknis terdapat biassebesar sekitar 5 persen karena pemba-caan meter tidak serempak antara meterinduk dan meter pelanggan; (iv) usia

meter air berpengaruh terhadap keaku-ratan. Pengalaman PDAM Kota Bogormenunjukkan bahwa meter yang berusiadi atas 5 tahun ternyata sekitar 45 persensudah tidak berfungsi baik. PDAM Bekasimelakukan penggantian meter air yangberusia 5 tahun ke atas dan berdampakpada pengurangan angka kebocoransebesar 10 persen; (v) banyaknya jenismeteran yang dipergunakan juga menyu-litkan dalam melakukan pemeliharaan;(vi) penanggulangan kebocoran air dibu-tuhkan komitmen yang kuat dari direksidan badan pengawas. Hal ini dikare-nakan besarnya biaya yang harus dise-diakan. Pengalaman PDAM Kota Tange-rang menunjukkan bahwa untuk setiapzone (300 KK) dibutuhkan tenaga kerjasebanyak sembilan orang. PDAM Bekasimembentuk unit non struktural berang-gotakan 100 orang. Hal ini untuk memas-tikan tidak terjadi kebocoran. PDAMBekasi mengemukakan bahwa komitmentersebut diimplementasikan dalam ben-tuk pertemuan rutin setiap minggu untukmembahas masalah tersebut. Diharapkanakan timbul 'gerakan' penanggulangankebocoran.

PDAM Kota Palembang menggalangkomitmen dari internal PDAM melaluikegiatan apel pagi. Penekanannya adalahsetiap pengurangan kebocoran 1 persenakan meningkatkan pendapatan sebesarRp. 130 juta. Sehingga pengurangankebocoran sebesar 5 persen akan menya-mai pengeluaran gaji PDAM Kota Pa-lembang. Peningkatan pendapatan daripengurangan kebocoran diinvestasikankembali pada lokasi tersebut. Selain itu,berdasar proporsi pendapatan, peneri-maan dari pelanggan komersil (hotel,pelabuhan dan lainnya) mencapai 30 per-sen jauh lebih besar dibanding pangsanyayang hanya 10 persen. Untuk itu, pelang-gan komersil menjadi prioritas utamapembenahan. Sebagai ilustrasi, meteranair di salah satu hotel besar ditengaraisudah tidak layak lagi. Kemudian dila-kukan kalibrasi, dan hasilnya jumlahpendapatan meningkat. Pendapatan inikemudian digunakan untuk menanganikebocoran pada segmen pelanggan ru-mah tangga. Kepada pelanggan yang me-nunggak lama diberikan insentif berupapengurangan jumlah tagihan. Pihak RTjuga diajak bekerja sama.

Selain membicarakan kebocoran,peserta berkesempatan meninjau salahsatu cabang PDAM Kota Makassar.Pembukaan cabang tersebut dimaksud-kan untuk 'menjemput bola' sehinggadiharapkan jumlah tunggakan dapatdikurangi dan kualitas pelayanan dapatditingkatkan. Cabang tersebut melayanibeberapa zona layanan. Bentuk pela-yanan yang disediakan mirip dengankantor pelayanan PLN, seperti keluhanpelanggan, pembayaran tagihan danlainnya.

Rombongan peserta pertemuan sem-pat bertemu dengan wakil Walikota Ma-kassar, Herry Iskandar, yang menegas-kan komitmennya untuk mengurangi ke-bocoran yang terjadi di PDAM Kota Ma-kassar. (OM)

E P U T A R A M P L

Pertemuan PDAM Metropolitan di Kota Makassar

Menangani Kebocoran Perlu Komitmen

S

38 PercikOktober 2004

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Page 41: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Dalam rangka memperingati HariHabitat Dunia 2004, Pemerin-tah Indonesia menyelenggara-

kan Seminar Hari Habitat di Yogyakarta,4 Oktober 2004. Seminar ini diikuti olehakademisi, praktisi, baik dari perguruantinggi, aparat pemerintah maupun lem-baga swadaya masyarakat.

Seminar mengambil tema "Pening-katan Kesetaraan Pembangunan AntaraKawasan Perdesaan dan Perkotaan me-lalui Pembangunan Kota-Kota Sekunder"dengan tiga isu utama, yaitu lingkunganhidup, pembangunan sosial ekonomi,dan pengelolaan kota sekunder.

Makalah yang dipresentasikan antaralain Dukungan Internasional terhadapPengembangan Perkotaan dan Perdesaandi Masa Depan; Permukiman dan Ma-najemen Lingkungan; PembangunanSosial, Ekonomi serta Pengentasan Ke-miskinan; Hubungan Kota-Desa: KasusYogyakarta; Governance & International

Cooperation; Good Governance & Infor-mation Technology; Peran MasyarakatPeduli Perumahan dan PermukimanIndonesia (MP3I) dalam MenerapkanGood Governance; Penyediaan Air Mi-num Berbasis Masyarakat (PAM/BM);dan Hasil Pra-Seminar dan Kajian Aka-demis (Student Workshop) di Bandung

Dari seminar itu terungkap bahwaupaya mewujudkan good governanceuntuk menyeimbangkan dan menyeta-rakan pembangunan perkotaan dan perde-saan harus dimulai di tingkat nasional.Selain itu dalam rangka mencari keseim-bangan, kesetaraan dan keadilan pengem-bangan perkotaan dan perdesaan perludikaji kembali apakah layak untukmengembangkan gagasan wadah koordi-nasi yang selama ini sudah dipikirkan dandisepakati agar mencakup pengembangan'perkotaan dan perdesaan'. Perlu ada refor-masi hukum dan perundang-undanganyang bisa memberikan landasan yang kuat

bagi pelembagaan fungsi dan tugaspengembangan perkotaan dan perdesaandalam wadah kementerian dan wadahkoordinasi antarinstansi Pusat.

Kepedulian masyarakat pada penye-lenggaraan perumahan penting karenaadanya tuntutan penyelenggaraan peru-mahan dan permukiman yang layak se-cara berkelanjutan yang harus memenuhikelayakan teknis, ekologis, sosial danekonomi, disamping rasa aman, berke-adilan dan kesejahteraan.

Peningkatan kepedulian masyarakatdalam pembangunan perumahan per-mukiman diwujudkan melalui pemben-tukan MP3I (Masyarakat Peduli Peru-mahan dan Permukiman Indonesia) se-bagai wadah kepedulian masyarakat,yang beranggotakan pemangku kepen-tingan di pemerintah pusat dan daerah,dunia usaha, perbankan, para profesi-onal, perguruan tinggi dan lembagamasyarakat. (ML)

Lokakarya National Ac-tion Plan (NAP) airminum, air limbah,

dan persampahan berlang-sung 13 Oktober 2004 diJakarta. Kegiatan ini bertu-juan untuk menyempurnakanNAP air minum, air limbahdan persampahan agar bisaditerima oleh semua pemang-ku kepentingan. Acara inidihadiri sekitar 80 orang dariberbagai instansi dan anggotamasyarakat.

Lokakarya ini dibuka oleh DirekturJenderal Tata Perkotaan dan Tata Perde-saan, Departemen Kimpraswil, DR. Ir.Patana Rantetoding, MSc. Ia berharapNAP ini nantinya benar-benar bisa diteri-ma semua pemangku kepentingan. Ia ti-

dak ingin apa yang terjadi pada masa laluterhadap pembangunan prasarana dansarana air minum dan penyehatan ling-kungan terulang lagi. Semua pemangkukepentingan harus ikut andil sehinggaprasarana dan sarana bisa berkelanjutan.

Acara inti lokakaryatersebut adalah presen-tasi dari kelompok airminum, air limbah, danpersampahan dengan di-moderatori oleh DirekturPerumahan dan Permu-kiman, Bappenas BasahHernowo. Lokakarya me-nampung berbagai ma-sukan dari para pe-mangku kepentingan se-bagaimana yang diharap-kan. Acara kemudian di-

tutup oleh Direktur Bina Teknik, DitjenTata perkotaan dan Tata Perdesaan, Ir.Bambang Goeritno, MSc, MPA. Ia me-nekankan pentingnya NAP ini bisa di-terapkan dan diadopsi oleh pemerintahdaerah. (FW)

E P U T A R A M P L

Seminar Hari Habitat Dunia 2004

Lokakarya National Action Plan (NAP)Air Minum, Air Limbah dan Persampahan

S

FOTO: OSWAR MUNGKASA

39PercikOktober 2004

Page 42: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Lokakarya pemaparan konsepCommunity Led Total Sanitation(CLTS) berlangsung di Bappenas,

15 September lalu. Acara utama men-dengarkan pemaparan Kamal Kar, pakaryang menguasai konsep tersebut.

Lokakarya ini dibuka oleh DirekturPermukiman dan Perumahan Bappenas,Basah Hernowo. Menurutnya, keberha-silan CLTS di berbagai negara patutuntuk dipelajari oleh Indonesia dalamrangka mencapai target MDG. Sambutanlainnya disampaikan Nilanjana dari BankDunia. Ia mengatakan pembangunankesehatan di Indonesia lebih banyakmenekankan fisik. Pola ini mesti diubah.Konsep CLTS bisa menjadi pilihan.

Dalam presentasinya Kamal Kar men-jelaskan konsep CLTS yang memiliki tigatujuan yakni (i) Mengubah perilaku danmeningkatkan kesadaran masyarakatmengenai kesehatan; (ii) Memberda-yakan masyarakat; (iii) Mengurangitingkat buang air besar (BAB) di daerahterbuka.

Dalam penerapannya, katanya, CLTSternyata mampu mengubah perilaku danmeningkatkan kesadaran masyarakat da-lam waktu yang cukup singkat dibanding-kan dengan konsep lainnya. Proses awaldidahului dengan identifikasi kondisi danfakta mengenai tingkat kesehatan (ter-utama pola BAB di daerah terbuka) yangada di desa bersangkutan. Kemudian ma-syarakat diajak untuk berdiskusi menge-nai kondisi dan fakta tersebut. Pada saatberdiskusi itulah masyarakat dihadapkansecara langsung dengan persoalan. Pro-ses ini mempunyai sasaran agar ma-syarakat mulai sadar bahwa ternyataselama ini mereka tidak hidup bersih dansehat. Selanjutnya adalah masyarakatmulai menanyakan bagaimana agar kon-disi yang ada dapat diubah. Berarti padaproses awal CLTS, proses perubahan peri-laku dan peningkatan kesadaran benar-benar datang dari bawah dan dalam waktu

yang cukup singkat.Kesadaran masyarakat tersebut se-

lanjutnya ditindaklanjuti dengan mem-berikan informasi sederhana mengenaihal-hal yang dapat dilakukan masyarakatuntuk mengatasi kondisi kesehatan didaerahnya. Informasi yang diberikanberkenaan dengan pembuatan toilet-toi-let "darurat". Sasaran yang diharapkanpada tahap ini yaitu masyarakat membu-at desain toiletnya sendiri. Dari beberapapenerapan di berbagai negara, ternyatapada tahap ini masyarakat dengan antu-sias melakukan pembangunan toiletmereka sendiri. Pembangunan tersebut

benar-benar dibiayai oleh masyarakattanpa ada subsidi dari pihak luar.

Walaupun toilet yang dibangun meru-pakan toilet yang sangat sederhana,tetapi hal yang penting adalah bahwa saatini toilet seperti itulah yang mereka bu-tuhkan dan mampu membangunnya.Dari proses ini, sebenarnya tujuan keduadan ketiga telah tercapai. Hal positif lain-nya dari konsep CLTS yaitu masyarakatmulai memberlakukan sanksi terhadapsesamanya jika ternyata masih ada yangmelakukan BAB di daerah terbuka danmengawasi warga yang belum memiliki.

Dalam konteks Indonesia, konsep inibisa diterapkan karena Indonesia memi-liki beberapa kesamaan dengan negaralain yang telah terlebih dahulu menerap-kan konsep tersebut. Kelebihan masya-rakat Indonesia adalah mempunyai ting-kat kepedulian yang cukup tinggi, sehing-ga akan lebih mudah untuk menerapkan-nya.

Namun tidak semua konsep bisa dite-rapkan mentah-mentah. Penyesuaian de-ngan kondisi alam dan masyarakat tetapdiperlukan. (FW)

E P U T A R A M P L

Pemaparan KonsepCommunity Led Total Sanitation (CLTS)

S

40 PercikOktober 2004

CLTS ternyata mampumengubah perilaku danmeningkatkan kesadaranmasyarakat dalam waktu

yang cukup singkatdibandingkan dengan

konsep lainnya.

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Page 43: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Lokakarya nasional konservasisumber air domestik berlangsung13 Oktober lalu di gedung Ditjen

Bina Pembangunan Daerah, Depdagri,Kalibata, Jakarta Selatan. Kegiatan inidimaksudkan untuk merumuskan berba-gai pembelajaran mengenai pengelolaansumber air skala domestik sebagai ma-sukan kegiatan pembangunan air minumdan penyehatan lingkungan. Lokakaryaini dihadiri 30 orang.

Acara dibuka oleh Direktur JendralBina Pembangunan Daerah, Depdagri. Iamenekankan pentingnya konservasi sum-ber air dikaitkan dengan kelangkaan airdan kontradiksi kepemilikan sumber airdengan batas wilayah administrasi.

Lokakarya ini menampilkan tiga pem-bicara dari Depkimpraswil, KementerianLingkungan Hidup, dan Pemda Kab. Lu-majang. Dr. Hafied Gany (Kimpraswil) me-nyampaikan makalah mengenai perspektifkonservasi sumber daya air skala kecil da-lam konteks kelangkaan, hak guna dan pe-ngelolaan. Ia menjelaskan mengenai hakguna, hak pakai dan hak guna usaha air.Selain itu masalah pengelolaan air lintas

wilayah dan pendekatan secara terpaduuntuk konservasi sumber air skala keciljuga diberikan dengan porsi yang cukup.

Edy Nugroho Santoso (KLH) mem-presentasikan pengelolaan kualitas airdan pengendalian pencemaran air. Se-

dangkan Pemda Lumajang yang didam-pingi tim koordinasi WSLIC 2 menjelas-kan pengalaman daerah tersebut dalammengelola sumber air. Misalnya polapenggunaan bersama sumber air olehbeberapa desa. (FW)

E P U T A R A M P L

Lokakarya NasionalKonservasi Sumber Air Domestik

S

Direktorat Perkotaan dan Perde-saan Wilayah Barat Ditjen Per-kotaan dan Perdesaan Departe-

men Kimpraswil menyelenggarakan dise-minasi petunjuk teknis dengan mengun-dang dinas terkait se-Pulau Sumaterapada tanggal 6-7 Oktober 2004 di Jakar-ta. Diseminasi dibuka secara resmi olehDirektur Kotdes Wilayah Barat. Kegiatanini dimaksudkan untuk menyebarluaskanbeberapa petunjuk teknis seperti Natio-nal Action Plan Air Limbah dan Per-

sampahan, Pedoman Pengelolaan AirLimbah, Persampahan dan Drainase;serta Petunjuk Teknis Pembangunan danPengelolaan Prasarana Kimpraswil untukmenunjang Agropolitan.

Pada kesempatan tersebut DirekturPermukiman dan Perumahan, Bappenas,Basah Hernowo menjelaskan KebijakanNasional Pembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan. Beberapa peng-giat AMPL seperti Harini BambangWahono, Anton Sudjarwo (Dian Desa),

Hamzah Harun Al Rasyid (Best) berke-sempatan menularkan pengalamannyadalam pengelolaan prasarana dan saranaperkotaan/perdesaan berbasis masya-rakat.

Pada akhir acara, peserta berkunjungke Banjar Sari (Jakarta Selatan) untukmelihat langsung pengelolaan sampahswadaya masyarakat yang diprakarsaioleh Ibu Bambang (Reportase kegiatanIbu Bambang pernah dimuat pada Percikedisi Agustus 2004). (OM)

Diseminasi Petunjuk Teknis Pembangunan Prasaranadan Sarana Kawasan Agropolitan dan Penyehatan

Lingkungan Permukiman di Wilayah Barat

FOTO: OSWAR MUNGKASA

41PercikOktober 2004

Page 44: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Pertemuan penyusunan ProjectManagement Report (PMR) ber-langsung di Mataram 25-29 Agus-

tus 2004. Acara ini dihadiri oleh seluruhdaerah yang mendapat alokasi danaWSLIC 2 yang mencakup 7 propinsi dan34 kabupaten. Pertemuan dibuka denganresmi oleh Wakil Kepala Dinas KesehatanPropinsi NTB.

Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi,Depkes, Hening Darpito menjelaskan ke-majuan pelaksanaan Proyek WSLIC 2.Pencapaian pelaksanaan WSLIC 2 secaranasional telah mencapai 27,38 persen. Iniartinya masih berada di bawah target na-sional sebesar 40 persen. Daerah denganpencapaian di atas target yakni PropinsiJawa Timur (50 persen) dan NTB (42persen). Pencapaian Propinsi SumateraBarat (31 persen), Bangka Belitung (26persen) dan Sumatera Selatan (24 per-sen) masih berada di bawah target. Pro-pinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatanmasih dalam tahap penyusunan RencanaKerja Masyarakat (RKM).

Berdasarkan kinerja proyek hasilaudit tahun 2003 seluruh aspek pelak-sanaan proyek memperoleh penilaianwajar. Sebagian terbesar (80 persen)temuan merupakan akibat kelalaian Dis-trict Project Management Unit (DPMU),konsultan dan CFT. Di lain pihak, temuanakibat kelalaian Tim Kerja Masyarakat(TKM) dan masyarakat hanya mencapai20 persen dari keseluruhan temuan.

Selain itu berdasar hasil supervisi, ki-nerja proyek diberi status satisfactorydengan rekomendasi perbaikan padakomponen 2 (kesehatan dan perubahanperilaku), pengadaan, dan implementasiManagement Information System(MIS)/Monitoring dan Evaluasi (Monev).

Beberapa masalah utama yang diha-dapi yaitu (i) pelaksanaan kegiatan la-pangan di tingkat masyarakat baru dimu-lai per April 2002 pada lima propinsi se-mentara dua propinsi lainnya baru dimu-

lai pada September 2004; (ii) pendekatanproyek yang berbasis partisipasi masya-rakat yang merupakan pendekatan barumembutuhkan proses pembelajaran yangmemerlukan waktu relatif lebih lama; (iii)beban kerja tidak seimbang dengan ke-tersediaan fasilitator masyarakat. Salahsatu penyebabnya adalah menyebarnyalokasi desa sasaran.

Pada kesempatan yang sama DirekturPermukiman dan Perumahan, Bappenas,Basah Hernowo menjelaskan PencapaianMillenium Development Goals (MDG).Pencapaian target MDG memerlukanusaha dan kerja keras. Salah satu bentukusaha ke arah pencapaian target MDGadalah reformasi kebijakan pembangun-an nasional air minum dan penyehatanlingkungan melalui proyek WASPOLA(Water Supply and Sanitation PolicyFormulation and Action Planning).Produk reformasi kebijakan salah satu-nya berupa Kebijakan Nasional Pem-bangunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan (AMPL) Berbasis Masyara-kat. Kebijakan tersebut telah disepakatioleh enam eselon satu dari berbagai de-partemen terkait. Akhir tahun ini akan di-selesaikan Kebijakan Nasional Pemba-ngunan AMPL Berbasis Lembaga.

Pelaksanaan pembangunan AMPL diIndonesia selanjutnya akan mengadopsikebijakan yang tercantum dalam keduadokumen tersebut. Proyek WSLIC 2 me-rupakan salah satu proyek yang telah me-ngadopsi kebijakan tersebut. Perubahanparadigma yang diperkenalkan dalam ke-bijakan tersebut diharapkan dapat me-ningkatkan keberlanjutan, dan efektifitashasil pembangunan AMPL.

Selain reformasi kebijakan, beberapalangkah penting yang telah dilakukanoleh pemerintah Indonesia dalam usahamencapai target MDG di bidang AMPLadalah (i) penyusunan laporan MDG In-donesia oleh Bappenas dan UNICEF; (ii)penyusunan indikasi rencana tindak pen-

capaian MDG bidang AMPL oleh PokjaAMPL; (iii) perumusan National ActionPlan bidang air minum, air limbah, danpersampahan oleh Departemen PekerjaanUmum; (iv) sosialisasi MDG melalui mediainformasi AMPL 'Percik', situs AMPL(www.ampl.or.id), pamflet dan buklet olehPokja AMPL; (v) penyusunan data baseAMPL oleh Pokja AMPL.

Sementara itu, Taufik Hanafi dari Di-rektorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat,Bappenas menjelaskan Kebijakan Peren-canaan dan Penganggaran PembangunanKesehatan. Menurutnya, sistem pengang-garan pembangunan di Indonesia telahberubah. Hal tersebut dimulai dengan ber-lakunya UU No. 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara. UU tersebut membawaperubahan mendasar dalam APBN yaitu (i)rencana anggaran mencakup prakiraankebutuhan anggaran tahun berikutnya; (ii)anggaran diklasifikasikan menurut fung-si/sub fungsi; (iii) sistem anggaran terpadu(unified budget); (iv) penyusunan anggaranberbasis kinerja.

Terkait dengan pembangunan bidangkesehatan, Indonesia merupakan negaradengan rasio pembiayaan kesehatan perkapita terendah di Asia Tenggara. Tidakmengherankan derajat kesehatan dan gizimasyarakat kita relatif rendah dibanding-kan dengan negara Asia Tenggara lain-nya.

Pembiayaan pembangunan kesehatanmenunjukkan kecenderungan meningkatsetelah mengalami penurunan pada ta-hun 2002. Pada tahun 2005, proporsianggaran pembangunan kesehatan telahmencapai angka sekitar 8,9 persen daritotal anggaran pembangunan. Dilain pi-hak, proporsi pinjaman luar negeri ter-hadap anggaran pembangunan sektor ke-sehatan cenderung menurun. Pada saatini, proporsinya hanya sebesar 21,7 per-sen dari anggaran pembangunan sektorkesehatan. (OM)

E P U T A R A M P L

Penyusunan Project Management Report (PMR)

Konsolidasi Interim Proyek WSLIC 2

S

42 PercikOktober 2004

Page 45: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Dalam rangka meningkatkan ke-mampuan pengelolaan saranaAMPL di tingkat desa, Direk-

torat Sumber Daya Alam dan TeknologiTepat Guna, Ditjen PemberdayaanMasyarakat dan Desa, Depdagri melak-sanakan kegiatan Sosialisasi ManualPengelolaan Sarana Air Minum danPenyehatan Lingkungan Tingkat Desadi Surabaya pada tanggal 6-9 Oktober2004.

Acara ini merupakan salah satukegiatan Pokja AMPL. Peserta berasaldari instansi Bappeda, DinasKesehatan, dan Badan PemberdayaanMasyarakat di tingkat Kabupaten padaPropinsi Sumatera Barat dan PropinsiJawa Timur yang melaksanakan proyekWSLIC 2.

Sosialisasi dibuka secara resmi olehSyamsul Bachri (Direktur SDA dan Tek-

nologi Tepat Guna Ditjen PMD Depda-gri). Ia menekankan bahwa pembangu-nan berbasis masyarakat sudah meru-pakan suatu keniscayaan. Pada kesem-patan yang sama, Pokja AMPL menje-laskan Kebijakan Pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat

Pada sesi diskusi beberapa isumuncul di antaranya (i) kebijakanpembangunan AMPL berbasis ma-syarakat hanya terfokus padabagian hilir saja, sementara kebi-jakan air baku belum secaraeksplisit tercantum dalam kebi-jakan tersebut. Oleh karena ituperlu segera ditetapkan suatu kebi-jakan yang bersifat menyeluruhmulai dari hulu sampai hilir; (ii)perlunya melibatkan instansi lainseperti departemen pendidikannasional, dan departemen ke-

hutanan; (iii) manual yang disosi-alisasikan hanya menyangkut aspekaspek adminsitrasi dan keuangan,sehingga sebaiknya dilengkapi denganaspek teknis, sosial, dan lingkunganagar keberlanjutan sarana AMPL menja-di terjamin. (OM)

E P U T A R A M P L

Sosialisasi Manual Pengelolaan SaranaAir Minum dan Penyehatan Lingkungan

(AMPL) Tingkat Desa

Sedikit sekali orang yang mencucitangan. Dari mereka yang seha-rusnya mencuci tangan, hanya

sekitar 20 persen yang melakukan.Pernyataan ini disampaikan oleh ValCurtis PhD (London School of TropicalMedicine) pada lokakarya bertemaGlobal Practices Forum Health in YourHands: Critical Importance of HygieneImprovement for Health, Water and Sa-nitation Program in Indonesia yangdilaksanakan di Bappenas pada 8September 2004.

Pertemuan tersebut dibuka olehSuyono Dikun (Deputi Sarana dan

Prasarana Bappenas) dan dihadiri sekitar60 orang dari berbagai kalangan.Menurut Val, motivasi orang mencucitangan pun beragam di antaranya (i) sta-tus-Manusia berkeinginan untuk dapatditerima dalam lingkungan sosialnya; (ii)nurture-Keinginan menjaga dan melin-dungi anak; (iii) Terhindar dari penyakit-Keinginan menghindari obyek terkonta-minasi atau berbau agar tidak terjangkitpenyakit.

Apakah yang harus dilakukan olehIndonesia?. Menurut pandangan ValCurtis, Indonesia harus (i) menetapkanpenanggungjawab program; (ii) mene-mukenali motivasi dan perilaku ma-syarakat; (iii) membangun kemitraan;(iv) merancang rencana kerja; (v)mengembangkan pendekatan berbasismasyarakat; (vi) melakukan kampanyepublik dengan menetapkan institusi yangbertanggungjawab melaksanakannya.

Negara yang telah ikut serta dalamprogram ini adalah Ghana, Peru, Senegal,Nepal, Afrika Selatan, Madagaskar danberikutnya Indonesia. (OM)

Lokakarya Global Practices Forum Health in Your Hands:Critical Importance of Hygiene Improvement for Health,

Water and Sanitation Program in Indonesia.

Handwashing: Soap Saves Lives!

S

43PercikOktober 2004

Hasil PengamatanRata-rata hanya 2 persen ibu yang men-cuci tangan setelah membantu member-

sihkan anaknya.

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Page 46: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Proyek dimulai pada tahun 2001,dan direncanakan proyek akan di-laksanakan di 28 desa secara ber-

tahap. Tetapi kegiatan baru mulai di-laksanakan pada tahun 2002 di limadesa. Selanjutnya pada tahun 2003-2004dilaksanakan di 12 desa. Rencananyapada tahun 2005 nanti proyek akan di-laksanakan di 11 desa yang tersisa.

Penetapan desa yang akan dikunjungididasarkan data aksesibilitas sarana airminum dan penyehatan lingkungan padamasing-masing desa. Data tersebut di-kumpulkan melalui program sistem in-formasi yang telah disediakan oleh PMU.Tetapi ternyata pada hari pertama belumtersedia data dimaksud, sehingga disepa-kati untuk meninjau salah satu desa yangditunjuk oleh DPMU yaitu Desa KacangBotor, Kecamatan Badau. Pada hari ke-dua data telah tersedia dan disepakati un-tuk meninjau desa dengan tingkat akse-sibilitas sarana air minum dan penye-hatan lingkungan relatif rendah untukketiga kategori kesejahteraan (kaya,menengah, miskin). Untuk itu terpilihDesa Terong, Kecamatan Sijuk.

Dalam diskusi mengemuka beberapaisu di antaranya (i) plafond sebaiknyatidak dipatok pada angka Rp. 200 juta.Kondisi di lapangan menunjukkan jum-lah penduduk dan kondisi akses terhadapair minum dan penyehatan lingkunganberagam; (ii) jika memang tidak dapat

melebihi patokan tersebut maka sebaik-nya dimungkinkan melaksanakan proyekWSLIC 2 dalam 2 tahun berturut-turutpada satu desa; (iii) manajemen sisteminformasi belum dapat diterapkan se-hingga belum tersedia data yang me-madai.

PembelajaranBeberapa pembelajaran yang bisa

dipetik dari kunjungan ke desa WSLIC 2di Kabupaten Belitung yaitu:

Masyarakat menyepakati bahwa iuranmerupakan nyawa bagi keberlanjutansarana yang telah dibangun. Namundemikian belum terlihat adanya usahauntuk memungut iuran tersebut.Sebagian masyarakat masih engganmemenuhi kesepakatan pembayaraniuran. Penyediaan sarana cuci tangan di seko-lah ternyata masih belum sesuai de-ngan yang seharusnya. Sarana yangtersedia berupa baskom kecil tanpagayung sehingga murid SD mencucitangan langsung di baskom tersebut.Keadaan ini dapat menyebabkanpenyebaran penyakit lebih mudahbahkan dibanding ketika mereka tidakmencuci tangan. Praktek cuci tanganseharusnya mengikuti petunjuk dariCFT. Bisa jadi belum tersedia CFT yangkompeten.

E P U T A R A M P L

Kunjungan Monitoring WSLIC 2ke Kabupaten Belitung

Propinsi Bangka Belitung

S

44 PercikOktober 2004

Tanggal 26-30 September 2004 Bank Dunia melaksanakan monitoringpelaksanaan proyek WSLIC 2 di propinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan,

Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan NTB. Terkait dengan monitoring WSLIC 2 tersebut,

kelompok kerja AMPL bersama dengan instansi terkaitseperti Departemen Pendidikan Nasional berkesempatan mengikuti

kegiatan tersebut. Tulisan berikut merupakan laporanhasil perjalanan mengikuti kegiatan monitoring di Kabupaten Belitung,

Propinsi Bangka Belitung pada tanggal 28-30 September 2004.

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Page 47: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Guru SD terlihat tidak berinisiatif men-dorong penerapan prinsip PHBS. Halini terlihat dari tidak terpeliharanyasarana WC yang dibangun. Keterlibatanmereka termasuk kepala sekolah dalamproses ini kurang optimal. Pengetahuantentang PHBS sudah memadai namunmotivasi perlu lebih disentuh. Fungsi TKM ke depan perlu diperjelas.Investasi sumber daya manusia yangtelah dialokasikan ke TKM tidak akanoptimal ketika TKM hanya menjadipengelola sarana pasca konstruksi. Se-baiknya TKM dilebur ke dalam Lem-baga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)misalnya sebagai unit Air Minum danPenyehatan Lingkungan sehingga fung-sinya tidak hanya menangani WSLIC 2saja tetapi menyeluruh menyangkutmasalah Air Minum dan PenyehatanLingkungan di desa bersangkutan.Biaya sarana seperti jamban terlalu ma-hal sehingga peningkatan akses menja-di terkendala. Disamping itu, jamban

merupakan barang privat sehinggapemberian jamban senilai Rp. 1,6 jutaterlalu besar. Jika kontribusi masya-rakat 20 persen maka sekitar Rp. 1,3juta dihibahkan kepada setiap KK yangmendapat jamban. Kemudian nilai jam-ban sebesar tersebut tidak akan terga-pai oleh penduduk miskin. Hal ini terli-hat di lokasi dimana penerima jambanadalah penduduk yang dikategorikanmenengah sementara masih banyakpenduduk miskin yang memerlukan-nya. Disarankan nilai jamban tidakmelebihi Rp. 200 ribu dan bentuknyasederhana saja yang penting sesuaidengan standar kesehatan minimum.Pembangunan jamban mengarah kepa-da 'salah sasaran'Pada salah satu desa, separuh dari pengu-rus TKM mendapat jamban atau sumurgali bahkan terdapat ketua TKM yangmendapat jamban sekaligus sumur gali.Walaupun tidak terdapat aturan yangmenghalangi pengurus TKM sekaligus

sebagai penerima manfaat, tetapi ber-dasar pengamatan, terlihat bahwa merekabukan termasuk penduduk miskin yangseharusnya mendapat prioritas. Penduduk kaya dan menengah masihbanyak yang menjadi penerima manfaat,sementara pada saat yang sama masihbanyak penduduk miskin yang belummendapat layanan. Perlu segera dilaku-kan evaluasi seberapa besar porsi peneri-ma manfaat yang berasal dari pendudukkaya dan menengah. Berdasar penga-matan kami, kondisi ini terjadi di hampirseluruh daerah tidak hanya di KabupatenBelitung Propinsi Bangka Belitung.Terkait dengan itu, perlu ditetapkan pro-porsi yang masih dapat ditolerir karenamengarahkan semua sarana ke pen-duduk miskin juga tidak akan mungkin.Ketua TKM yang sekaligus juga KetuaBPD tidak akan baik dampaknya karenafungsi BPD adalah untuk pengawasansementara TKM adalah pelaksana. Fung-si pengawasan akan terabaikan. (OM)

E P U T A R A M P LS

45PercikOktober 2004

Sebuah seminar diselenggarakanoleh Direktorat Jenderal SumberDaya Air (Departemen Permukim-

an dan Prasarana Wilayah) dan Direk-torat Pengairan dan Irigasi (Bappenas)dalam rangka sosialisasi Undang-UndangNomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Da-ya Air. Seminar ini berlangsung di Yog-yakarta, 5 Oktober 2004. Seminar ter-sebut dibuka oleh Deputi Bidang Saranadan Prasarana Bappenas Suyono Dikundan dihadiri oleh pemerintah pusat, pro-pinsi, kabupaten/kota, LSM serta P3A(Persatuan Petani Pemakai Air).

Dari seminar itu terungkap, pengelo-laan air dengan pendekatan budaya diya-kini telah muncul sejak awal manusia di-ciptakan karena air merupakan kebutuh-an dasar manusia dan perannya tidak ter-gantikan. Namun kini budaya, yang dicer-minkan melalui perilaku masyarakat,budaya transedensi mulai tumbuh dan

berkembang sehingga cenderung meng-akibatkan dominasi perilaku eksploitatif.Hal tersebut juga didorong oleh berkem-bangnya teknologi baru.

Tindakan itu diperkirakan akan mem-perbesar gap antara supply dan demanddi bidang sumber daya air. Kebutuhanair, baik kuantitas maupun kualitas, akanterus meningkat sejalan dengan pertam-bahan jumlah penduduk dan meningkat-nya kualitas konsumsi masyarakat. Akantetapi dari sisi supply, ketersediaan airsecara kuantitas semakin langka akibatterdegradasinya sumber-sumber air dankualitas air semakin memburuk akibatpencemaran. Selain itu, upaya pemerin-tah dalam meningkatkan kapasitas sup-ply tidak signifikan mengingat semakinterbatasnya dana investasi pemerintahdan juga semakin kompleksnya per-masalahan pembangunan pengairan.

Perlu ditempuh berbagai upaya yang

didukung oleh ketersediaan modal dalampengelolaan sumber daya air. Dikarenakansaat ini modal dana (monetary resources)semakin terbatas dan penyerapan tenagakerja sektor formal rendah maka perludikembangkan modal sosial.

Indonesia secara historis mempunyaipotensi modal sosial yang kuat yang ter-cermin dengan adanya: pola komunikasi:interaksi dan intensif; pola transaksi:non-monetary dan monetary, tingkatresiko besar; broad-based participationdan sekaligus broad-based control; me-ngedepankan keseimbangan dan kehar-monisan; mobilisasi sumberdaya: reso-urce-based approach, mengutamakanpenggunaan sumber daya yang dimilikisecara internal; bersifat konservatif; danjangkauan umumnya terbatas pada ko-munitas tertentu. Untuk mengantisipasipermasalahan tersebut maka diperlukanupaya revitalisasi modal sosial. (ML)

Seminar Nasional Sosialisasi UU No. 8 Tahun 2004

Page 48: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Pertemuan Tim Koordinasi Pro-pinsi (TKP) dan Kabupaten (TKK)Proyek WSLIC 2 Tahun 2004 ber-

langsung di Pasuruan, 11-14 Oktober2004. Acara ini dibuka oleh HeningDarpito (Direktur Penyehatan Air danSanitasi Depkes). Pertemuan tersebutdihadiri oleh sekitar 85 orang pesertayang berasal dari 7 propinsi dan 34 kabu-paten yang mendapatkan alokasi WSLIC2. Peserta merupakan wakil dari TKP danTKK yang berasal dari Dinas KesehatanPropinsi dan Kabupaten, Bappeda Pro-pinsi dan Kabupaten. Pertemuan ini ber-

tujuan mengkoordinasikan TKK dan TKPagar pelaksanaan WSLIC 2 dapat diper-cepat melalui penguatan TKK dan TKP.

Pada kesempatan tersebut TaufikHanafi (Direktorat Kesehatan dan GiziMasyarakat Bappenas) menjelaskan ten-tang kebijakan sektor kesehatan. Se-dangkan Oswar Mungkasa dari Direk-torat Permukiman dan PerumahanBappenas menguraikan tentang Mille-nium Development Goals (MDG) khusus-nya yang terkait dengan air minum dansanitasi.

Beberapa fakta yang terungkap pada

pertemuan itu antara lain cakupanpelayanan air minum Indonesia di AsiaTenggara ternyata lebih rendah dariVietnam, sementara cakupan untuk sani-tasi hanya sedikit lebih baik dariVietnam, Laos dan Kamboja.

Jika dibandingkan kondisi cakupanpelayanan air minum di antara propinsiyang mendapatkan WSLIC 2, hanyapropinsi Jawa Timur dan Sumatera Baratyang cakupan pelayanannya berada diatas rata-rata nasional. Sementara hanyaJawa Barat yang cakupan sanitasinya diatas rata-rata nasional. (OM)

E P U T A R A M P L

Di sela-sela acara Sosialisasi Ma-nual Pengelolaan Sarana AMPLdi Surabaya tanggal 7 Oktober

2004, Pokja AMPL meluangkan waktumendatangi lokasi SANIMAS di Balon-cok, Kecamatan Balongsari, Kota Mojo-kerto. Pada kunjungan tersebut, PokjaAMPL didampingi oleh BEST Surabayasebagai pelaksana SANIMAS di daerahtersebut.

Kunjungan mendadak ini dimaksud-kan untuk melihat bagaimana kondisisarana yang dibangun setelah 5 bulanberoperasi. Sarana itu berupa MCKumum yang dibangun di atas IPAL. Sa-rana tersebut melayani pelanggan 60 KK,ditambah layanan perorangan rata-ratasekitar 10 orang per hari. MCK umumterdiri dari 4 jamban, 2 kamar mandi,

dan 3 kran air untuk mencu-ci. Jamban yang diper-gunakan hanya 3 unit. Se-mentara 1 unit hanya di-fungsikan sebagai cadangansaja.

Fakta di lapangan me-nunjukkan bahwa kondisiMCK masih sangat baik. Halini dapat terjadi karenapetugas membersihkan sa-rana dua kali sehari.

Selain itu, perilakumasyarakat telah berubah.Sebelumnya banyak dite-mukan anak kecil yangmembuang hajat di selokandepan rumah dan pendudukdewasa membuang hajat di

sawah atau lahan ko-song kemudian tinja-nya ditampung dalamkantong plastik lalu di-buang (flying toilet).Kini perilaku itu takada lagi.

Sementara itu, Ke-lompok Kerja Air Mi-num dan PenyehatanLingkungan (PokjaAMPL) selama dua ha-ri (29-30 Oktober2004) meninjau lang-sung proyek Sanitasi

untuk Masyarakat (SANIMAS) di Pro-pinsi Bali (Kota Denpasar) dan PropinsiJawa Timur (Kediri, Pasuruan, Blitar,Mojokerto, Sidoarjo, dan Pamekasan).

Temuan menarik di lapangan antaralain penyiapan masyarakat memegangperanan dalam keberlanjutan proyek,masuknya pihak ketiga sebagai pemasokbisa mengurangi akses langsung merekake pasar, kepemilikan lahan proyekperlu mendapatkan legalitas dari pe-merintah daerah, dan proyek SANIMASbisa direplikasikan oleh Pemda melaluipendekatan partisipatif kepada ma-syarakat. (OM)

SANIMAS Balong Asri, Mojokerto Terawat

S

46 PercikOktober 2004

Pertemuan Tim Koordinasi Propinsidan Kabupaten Proyek WSLIC 2 Tahun 2004

FOTO: OSWAR MUNGKASA

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Page 49: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Menteri Kesehatan Ahmad Suju-di 14 September lalu meresmi-kan sejumlah proyek WSLIC 2

di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Pe-resmian itu dipusatkan di Desa Siman,Kecamatan Kepung. Hadir dalam peres-mian itu antara lain Tim KoordinasiPusat, Tim Koordinasi Propinsi, TimKoordinasi Kabupaten, DPRD KabupatenKediri, anggota TKM, CPMU, DPMU,konsultan maupun tim fasilitator.

Di Kabupaten Kediri ada delapan desayang memperoleh proyek WSLIC yakniDesa Siman (Kec. Kepung), Desa Bana-ran, Bukur, Jerukgulung, Medowo, Mlan-cu (Kec. Kandangan), Desa Manggis (Kec.Puncu), dan Desa Surat (Kec. Mojo).Proyek ini menelan dana sebesar Rp. 1,7milyar yang berasal dari dana PLN (70persen), GOI (10 persen), kontribusimasyarakat (20 persen), dan pengem-bangan masyarakat.

Peresmian itu ditandai dengan penye-rahan aset secara simbolis disertai penye-rahan bibit tanaman kepada masyarakat.Hal ini mencerminkan bahwa proyekWSLIC2, khususnya di Kabupaten Kedirisangat peduli pada pelestarian lingkung-an untuk menjamin ketersediaan air bakuuntuk air minum.

Usai peresmian itu Tim KoordinasiPusat yang didampingi oleh CPMU,DPMU, konsultan, fasilitator dan TKMmengunjungi Desa Mlancu, Kec. Kan-dangan. Sumber air di desa ini tertimpabencana longsor sehingga sistem perpi-paan yang telah dibangun -dan dibiayaisebagian- oleh masyarakat tidak dapatberfungsi. Kejadian longsor ini terulanglagi setelah bronkapter (bangunan pe-nangkap air) diperbaiki. Hasil pengamat-an di lapangan, sistem perpipaan sudahdapat berfungsi, air dapat mengalir kemasyarakat, hanya saja kondisi ini sangat

rentan terhadap longsor terutama padamusim penghujan. Bencana ini terjadiakibat pembabatan hutan di sekitar sum-ber air.

Menanggapi hal tersebut, DirekturPermukiman dan Perumahan, Bappenas,Basah Hernowo, menyarankan agar dise-diakan dana untuk mengantisipasi kon-disi akibat disaster (bencana), terutamabencana alam. Hal ini mengingat keterse-diaan prasarana dan sarana yang sangatmendesak bagi masyarakat serta mem-pertimbangkan aspek sosial, yaitu karenamasyarakat telah banyak berkontribusidemi tersedianya air bersih bagi mereka.Selain itu juga perlu kerja sama denganpihak-pihak lain yang terkait denganpelestarian sumber daya alam maupunkehutanan dalam rangka menja-min ketersediaan air baku bagi ma-syarakat. (ML)

E P U T A R A M P L

Peresmian Proyek WSLIC 2di Kabupaten Kediri

P ertemuan perencanaan dan evaluasiProyek ProAir berlangsung di Den-

pasar, 25 Agustus 2004 lalu. Pertemuanitu dihadiri instansi terkait dari pusatmaupun daerah yang mendapatkanproyek ini.

Dari pertemuan itu terungkap bahwapelaksanaan ProAir di Propinsi NTT ter-lambat. Hal ini dibuktikan dengan belumadanya pelaksanaan konstruksi padahalproyek telah dimulai sejak tahun 2002yang lalu. Penyebab keterlambatan ituyakni ada penyesuaian terhadap meka-nisme penyaluran dana dan penyiapanmasyarakat yang memerlukan waktu.

Pemerintah daerah menyampaikanbahwa kemampuan mereka untuk me-nyediakan dana pendamping sangat ter-batas. Oleh sebab itu, mereka mengha-rapkan pemerintah pusat dapat membe-rikan bantuan dana, khususnya bagi

daerah yang kapasitas keuangannya ren-dah. Menanggapi hal tersebut DirekturPermukiman dan Perumahan menyata-kan bahwa Pemerintah Pusat tidak dapatlagi memberikan dana bantuan sepertiyang diharapkan.

Berdasarkan hasil audit BPKP, Peme-rintah Sumba Timur mengusulkan agardibuat Surat Edaran dari Menteri Keu-angan yang terkait dengan sisa danaAPBD yang tidak digunakan agar dikem-balikan kepada negara. Selama ini pe-ngembalian dana sulit dilaksanakan me-ngingat dana tersebut telah bercampurdengan dana dari KfW pada rekening ber-sama.

Pemda menyatakan bahwa masyara-kat merasa kesulitan untuk mengum-pulkan dana kontribusi sebesar 4 persen,sehingga memerlukan waktu yang lamauntuk mendapatkan dana tersebut. Pem-

da mengusulkan untuk menurunkan nilaikontribusi in-cash tersebut dan menye-diakan subsidi bagi masyarakat. Hal initidak disetujui oleh konsultan karenanilai 4 persen merupakan hasil studi daribeberapa negara yang menyatakan bahwanilai tersebut adalah angka minimal yangdapat diberikan oleh masyarakat agarrasa kepemilikan terhadap prasarana dansarana dapat tumbuh sehingga keberlan-jutannya dapat tercapai.

Saat ini pedoman umum telah di-susun oleh Departemen Kesehatan. Na-mun berdasarkan diskusi masih diperlu-kan sedikit perbaikan.

Sementara itu penyiapan kegiatan diKabupaten Alor dan Ende akan dilaksa-nakan pada pertengahan tahun 2005karena keterbatasan tenaga konsultanuntuk melaksanakan seluruh kegiatansecara bersamaan. (ML)

Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Proyek Pro Air

S

47PercikOktober 2004

Page 50: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Kelompok Kerja Air Minum danPenyehatan Lingkungan (PokjaAMPL), 18 Oktober 2004 lalu

menyelenggarakan Lokakarya Penyem-purnaan Proposal Program Pemba-ngunan Sanitasi Indonesia di Jakarta.Lokakarya ini dimaksudkan untuk me-nyempurnakan proposal yang ren-cananya akan dibiayai oleh PemerintahBelanda. Lokakarya ini dihadiri olehberbagai instansi pemerintahan lintassektor (Pokja AMPL), WSP-EAP, danWASPOLA. Jumlah peserta yang meng-ikuti lokakarya ini kurang lebih 40 orang.

Program hibah Belanda ini dikenaldengan nama Indonesia Sanitation SectorDevelopment Program (ISSDP) atauProgram Pembangunan Sektor SanitasiIndonesia. Proposal yang diajukan dimak-sudkan untuk menyokong pemerintah In-donesia dalam mengembangkan danmengimplementasikan Program Pemba-ngunan Sektor Sanitasi Indonesia dalamrangka memantapkan strategi institusi,

meningkatkan kapasitas dan kerangkainvestasi sektor sanitasi.

Proposal ini difokuskan pada empatkomponen utama, yaitu (i) Pengem-bangan kebijakan, strategi, dan kerangkakoordinasi; (ii) Kampanye penyadaranpublik; (iii) Pengembangan model danimplementasinya pada kota besar denganfokus daerah miskin; (iv) Pengembanganprogram pemantauan terpadu yang akanmenginformasikan tindakan, kebijakandan kemajuan pencapaian sanitasi terma-suk MDGs.

Janelle Plumer (WSP-EAP) menje-laskan mengenai rasionalisasi proposal dankomponen proposal secara umum. Semen-tara Oswar Mungkasa (Bappenas) mene-rangkan dua isu penting yakni mengenaiketerkaitan WASPOLA dengan ISSDP dandetil masing-masing komponen. Pen-jelasan Djoko Wartono (Ditjen PPM-PL,Depkes) tentang alternatif mekanismependanaan menutup acara presentasi.

Selama lokakarya banyak tanggapan

yang muncul di antaranya mengenai per-lunya komponen persiapan seleksi lokasi;perlunya exit strategi yang matang;indikator ekonomi; dan kampanye formalmelalui pendidikan. Dari diskusi tersebutdisepakati ada delapan kota yang akanmenjadi pilot project dengan rincianempat kota yang telah memiliki sistemsewerage dan empat kota yang belummempunyai sistem sewerage.

Pada kesempatan membuka lokakar-ya, Direktur Permukiman dan Peru-mahan Bappenas, Basah Hernowo me-maparkan kondisi dan tantangan sani-tasi di Indonesia. Menurutnya, sektorsanitasi sangat tertinggal jauh diban-dingkan dengan negara berkembanglainnya. Untuk itu perlu ada perhatiankhusus terhadap sektor ini. Ia meng-ingatkan agar bantuan Belanda tersebutsinergi dengan kebijakan yang telah di-susun, karena bantuan itu ditujukanuntuk menyusun platform nasional sek-tor sanitasi di Indonesia. (FW)

Se k r e t a r i a t W A S P O L A bersa-ma dengan Pokja AMPL menye-lenggarakan Lokakarya Penyu-

sunan Rencana Kerja WASPOLA tahun2005 di Jakarta, 19-20 Oktober 2004.Acara ini dihadiri sekitar 40 peserta.

Lokakarya dimaksudkan untuk me-nyusun rencana kerja tahun 2005 danmemasukkan berbagai kegiatan tahun2004 yang belum terlaksana ke dalamrencana tersebut.

Acara ini dibuka oleh Kasubdit Sa-nitasi Lingkungan, Bappenas, Oswar

Mungkasa. Ia menjelaskan apa yang telahdicapai oleh WASPOLA tahun ini dankendala-kendala yang dihadapi serta beber-apa hal yang belum terlaksana. Menu-rutnya, kegiatan tahun depan lebih memfo-kuskan pada diseminasi kebijakan nasionalpembangunan AMPL berbasis lembaga danberbasis masyarakat dalam satu paket.

Lokakarya ini diisi dengan diskusiyang terbagi dalam tiga kelompok yakni

Komponen pelaksanaan kebijakanberbasis masyarakat di daerahKomponen Reformasi Kebijakan

Komponen Manajemen Pengetahuan(knowledge management)Diskusi berjalan dengan cukup aktif.

Bahkan sempat muncul rasa pesimistis loka-karya ini akan menghasilkan rencana kerja.Namun kekhawatiran itu tak terbukti. Padahari kedua, rencana kerja tersusun kendatimasih per komponen. Hasil rumusan ituakan didiskusikan lagi lebih lanjut olehPokja AMPL dan WASPOLA. Acara diakhiridengan kesepakatan untuk menyatukanmasing-masing komponen dalam satu ren-cana kerja yang terpadu. (FW)

Lokakarya Penyusunan Rencana KerjaWASPOLA Tahun 2005

E P U T A R A M P L

Lokakarya Penyempurnaan ProposalProgram Pembangunan Sanitasi Indonesia

S

48 PercikOktober 2004

1.

2.

3.

Page 51: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Ketika Pokja AMPL berkun-jung ke Desa Pakel, Ke-camatan Guci Alit, Ka-

bupaten Lumajang, Jawa Timur,ada pemandangan menarik disana. Desa itu terlihat bersih danresik sehingga tidak heran desatersebut menjadi salah satu peme-nang lomba desa sehat. Apakahmungkin proyek seperti WSLIC 2yang telah mengubah desa terse-but?

Desa tersebut terletak sekitar15 kilometer dari ibukota kabupa-ten atau sekitar 40 menit per-jalanan darat. Terletak di kakiGunung Tengger sehingga udara terasasejuk dan nyaman. Penduduk desa itu 50persen beragama Islam dan sisanyaberagama Hindu. Sebagian besar pen-duduknya tidak tamat SD dan bahkan ba-nyak yang tidak dapat berbahasa Indo-nesia. Jumlah penduduk desa yang terla-yani oleh proyek WSLIC 2 mencapai 300KK, dan masih terdapat sekitar 75 KKmiskin yang belum terlayani.

Walaupun proporsi penduduk yangberagama Islam dan Hindu sama, hal initidak menjadi kendala bagi pelaksanaanpembangunan desa. Keharmonisan hu-bungan antara kedua pemeluk agama initercermin dari semboyan IHIPA MA-NUNGGAL yang berarti Islam Hindu Pa-da Manunggal. Semboyan ini terpasangpada beberapa tempat strategis.

Sebelum pembangunan sarana olehProyek WSLIC 2, penduduk harus meng-ambil air sejauh 1 km dan membutuhkanwaktu 2 jam untuk 4 jerigen air.Ketersediaan air memungkinkan masya-rakat mempunyai waktu yang lebih luanguntuk, misalnya, mengunjungi posyandu.Kegiatan posyandu menjadi lebih ramai.

Masyarakat telah menyepakati bebe-rapa hal yakni (i) pengelolaan saranayang dibangun diserahkan kepada sebu-

ah lembaga yang dibentuk masyarakatdan diberi nama GALAK SABER SIAN-TAN MAS yang merupakan singkatan da-ri Lembaga Pengelola Keuangan SaranaAir Bersih, Sanitasi, Kebersihan dan Ke-sehatan Masyarakat. Iuran pemanfaatanair digabung dengan iuran dana sehat.Besarnya iuran air Rp. 1.000 dan dana se-hat Rp. 1.000 per KK per bulan; (ii) pene-tapan prosedur penanganan konflik danmasalah terkait dengan AMPL. Sebagaiilustrasi, ketika terjadi pencurian air disalah satu desa maka masyarakat mela-porkan ke pihak berwajib. Kemudianyang bersangkutan dihukum menggantikerugian. (iii) Sumber air hanya terdapatpada dua lokasi dengan debit air di-perkirakan 2 liter/detik, sementara peng-guna air tersebar di lebih dari dua keca-matan. Masyarakat kemudian melakukanmusyawarah untuk menetapkan tata carapemanfaatan sumber air tersebut. Dise-pakati bahwa desa lokasi sumber airmendapat kompensasi dalam bentukpembangunan hidran umum. Selain itupengguna air dipersyaratkan untuk me-nanam pohon untuk keperluan konser-vasi.

Hal yang paling menarik, sebelumproyek dilaksanakan jumlah jamban yang

memenuhi persyaratan hanya 13unit tetapi setelah proyek dimulaimaka jumlah jamban tersebutmeningkat tajam menjadi 155 unit.Sebagian besar penambahan jam-ban tersebut dibiayai sendiri olehmasyarakat. Berbeda denganlokasi lain dimana program jam-ban bergulir jarang yang berhasil,di desa ini jumlah jamban bergulirtelah bertambah dari 24 unit men-jadi 31 unit hanya dalam waktu 6bulan. Keberhasilan ini ditunjangoleh pilihan jamban yang diperke-nalkan relatif murah hanya sebesarRp. 130 ribu sehingga terjangkau

oleh masyarakat. Pemicu lainnya, pelak-sanaan lomba desa sehat yang mema-sukkan pemilikan jamban sebagai salahsatu kriteria.

Terlepas dari keberhasilan prosespengklasifikasian kesejahteraan pen-duduk dengan menggunakan metodeMPA/PHAST, berdasar pengamatan,pengkategorian ini sendiri cenderungtidak mencerminkan kondisi yang sebe-narnya. Sebagai ilustrasi, salah satu pen-duduk desa mengaku masuk dalam kate-gori sedang (tidak kaya, tidak miskinkatanya). Tetapi berdasar hasil peman-tauan langsung di lapangan, dengan jum-lah ternak kambing 21 ekor, dan rumahpermanen yang dimilikinya, selayaknyayang bersangkutan masuk kategori kaya.Perlu dipikirkan untuk juga melakukanklarifikasi terhadap hasil kategori kese-jahteraan yang dilakukan penduduk.

Walaupun demikian, wajah desa yangmenjadi lebih asri, jumlah jamban yangsemakin banyak, air minum yang sema-kin mudah didapat, kondisi sekolah yangtelah dilengkapi dengan jamban sekolahdan sarana cuci tangan, merupakan jejakyang nyata dari proyek WSLIC 2 di DesaPakel, Kecamatan Guci Alit, KabupatenLumajang. (OM)

U N J U N G A NK

49PercikOktober 2004

WSLIC 2 Ubah Desa PakelJadi Desa Sehat

FOTO: OSWAR MUNGKASA

Page 52: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

B U K U U M U MBergulat Melawan Sampah. Dinas Kebersihan danPertamanan Kota Depok.

Daur Ulang. Tony Hare. PT. Rosda JayaputraJakarta.

Water and Poverty: The Themes. A Collectionof thematic Papaers. ADB Water AwarenessProgram.

The Impact of Water on the Poor. Summaryof an Impact Evaluation Study of Slected ADB

Water Supply and Sanitation Projects. ADB Water AwarenessProgram.

Bringing Water to the Poor. Selected ADB Case Studies. ADB WaterAwareness Program.

Municipalities & Community Participation A Sourcebook for Capacity Building.Janelle Plummer. Earthscan Publication Ltd,

London

C D

Company Profile PDAM KotaMakassar.

PDAM Solo Selayang Pandang

Pengolahan Air Limbah. UPTPAL Banjarmasin.

U S T A K A A M P LP

50 PercikOktober 2004

P E D O M A NManual PengelolaanSarana Air Minum danPenyehatan LingkunganTingkat Desa. DirektoratJenderal PemberdayaanMasyarakat dan Desa,Departemen DalamNegeri RepublikIndonesia. 2004

P E R A T U R A NUndang-Undang danPeraturan-Peraturandi BidangPerumahan danPemukiman. Drs.Marsono. PenerbitDjambatan.

M A J A L A HSINERGI desa kotaEdisi Kedua 2004

AIR MINUMEdisi Oktober 2004

Warta Proyek WSLIC II.Edisi 3 Tahun 2004

K A M U SKamus Istilah dan Singkatan Asing TeknikPenyehatan dan Lingkungan.Penerbit Universitas Trisakti.

Page 53: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

Tanggal Bulan Kegiatan1 Oktober Rapat Pokja AMPL: Pembahasan Penyusunan Materi Talkshow

Rapat Pokja AMPL: Pembahasan Proses Perbaikan Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Lembaga-Hasil Lokakarya Bogor.

4 Oktober Hari Habitat Dunia di Yogyakarta5-12 Oktober Pelatihan Teknis ProAir6-7 Oktober Pelaksanaan dialog kebijakan membahas isu strategis dibidang AMPL di Kab. Kebumen

Desiminasi Pedoman Air Limbah, Drainase dan Persampahan Perkotaan dan Sosialisasi Pengembangan Kawasan Desa Pusat Pertumbuhan di Wilayah Barat

6-9 Oktober Sosialisasi Manual Pengelolaan Sarana AMPL di Tingkat Desa7 Oktober Pembahasan Tata Cara Perhitungan Tarif Air Minum8 Oktober Rapat Rutin Pokja AMPL11 Oktober Wrap Up Meeting Misi-Supervisi WSLIC 2

Rapat Pokja AMPL: Pembahasan NAP Air Limbah12 Oktober Lokakarya Konservasi Sumber Air Domestik12-13 Oktober Lokakarya ke II Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Pangkep 13 Oktober Lokakarya “National Action Plan Air Minum, Air Limbah dan Persampahan”14 Oktober Persiapan Lokakarya Pembahasan ISSDP (Indonesia Sanitation Sector Development Program)19-20 Oktober Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja WASPOLA 200521 Oktober Pengembangan Jaringan Komunikasi WASPOLA dengan NGO22 Oktober Rapat Rutin Pokja AMPL25 Oktober Rapat Pembahasan Draft RRP dan Draft Loan Agreement CWSH25-26 Oktober Workshop Mid Term Review dan Technical Audit Proyek WSLIC 226-27 Oktober Lokakarya ke II Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Bangka Selatan 27 Oktober Rapat Rutin Pokja AMPL28 Oktober Rapat Penjelasan Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) AMPL 29 Oktober Rapat Sinkronisasi Kebijakan Sektor AMPL29-30 Oktober Monitoring proyek SANIMAS1 November Pertemuan Pra Negosiasi Proyek CWSH4 November Rapat Pembahasan Lap. Antara Penyusunan Modul Sistem Pengolahan Air Limbah Skala Kecil dan

Penyusunan Data Base AB-PLRapat Tim PersampahanDialog Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL di Prop. Jawa Tengah

5 November Rapat Sinkronisasi Kebijakan Sektor AMPLDialog Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL di Kab. Lombok Barat

6 November Dialog Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL di Prop. NTB dan di Prop. Bangka Belitung9 November Negosiasi Proyek CWSH9-10 November Pembahasan Juknis WSLIC 2Minggu IV November Lokakarya II Pembangunan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Kab. Lombok Barat24 November Rapat Persiapan Kunjungan CLTS ke Bangladesh25 November Dialog Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL di Kab. Kebumen24-25 November Lokakarya II Pembangunan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Sijunjung dan

di Kab. Gorontalo24-27 November Diseminasi kebijakan oleh propinsi ke kabupaten, di Prop. Sulawesi Selatan25-26 November Diseminasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL dan Jumpa Pers di Jakarta26-27 November Diseminasi kebijakan oleh propinsi ke kabupaten, di Prop. Sumatera Barat29 November-7 Desember Kunjungan CLTS ke Bangladesh30 November Lokakarya Strategi KomunikasiMinggu V November Kajian keberlanjutan pembangunan AMPL di Kab. Sijunjung

G E N D AA

51PercikOktober 2004

Page 54: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004

L O S S A R YG

52 PercikOktober 2004

ACP (Asbestos Cement Pipe) Pipa semen asbes--Jenis material pipa terbuat dari serat asbes dan semen. Direkomendasikan hanya untuk perpipaan drainase atau air limbahdomestik. Mempunyai jenis sambungan spigot-socket yang dipasang searah alirannya.

ALOS (Agregate Level of Services) Tingkat pelayanan agregatif-Suatu pendekatan estimasi jumlah sarana sanitasi suatu daerah yang akan dilayani.

AquaduckDisebut juga jembatan air atau talang air-Bangunan yang berfungsi menyeberangkan air dari suatu tempat ke tempat lain yang dipisahkan oleh suatubadan air atau badan jalan yang mempunyai elevasi lebih rendah dibandingkan dasar saluran air tersebut.

Aqua privies (Kakus rendam)Salah satu jenis kakus dengan tangki septik yang sederhana. Mempunyai satu ruang (kompartemen) sehingga lumpur tinja serta air bekas bilasannyaterkumpul dan berproses dalam satu ruang.

Aquifer (Akifer)Formasi geologis lulus air yang menyimpan air di bawah tanah, berfungsi mengisi kembali sistem air tanah yang telah berubah. Misalnya akibatdieksploitasi dan dikonsumsi.

Artesian Well (Sumur Artesis)Sumber air yang mempunyai potensi tekanan hidrolis yang cukup untuk dapat memuncratkan airnya ke permukaan bumi. Potensi tekanan tersebutberasal dari beban lapisan-lapisan tanah di atasnya.

Backflow (Aliran Balik)Berbaliknya aliran (air) akibat adanya hambatan di muka aliran tersebut. Misalnya akibat pembendungan atau penutupan aliran secara mendadakatau terhentinya sumber tekanan air seperti matinya pompa.

Barns sewageAir limbah yang berasal dari kotoran hewan yang sudah stabil.

Bedding (Selimut beton)Strukur beton yang menyelimuti batangan pipa yang ditanam di dalam tanah untuk tujuan perlindungan atau penyokongan.

Bentonite claySejenis tanah lempung yang digunakan sebagai material penolong proses pengolahan air. Dapat meningkatkan kepadatan partikel dan berat rata-ratasuspensi pencemar air sehingga memudahkan untuk diikat koagulan. Ia juga mempunyai daya serap terhadap senyawa-senyawa organik.

BOD (Biochemical Oxygen Demand)Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mengoksidasi hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat organik yang tersuspensidi dalam air.

COD (Chemical Oxygen Demand)Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik. Besarnya menggambarkan tingkat pencemaran oleh bahan-bahan organik yangsecara alami dapat teroksidasi oleh proses mikrobiologis.

Cleanwater (Air bersih)Air yang memenuhi persyaratan kualitas untuk dikonsumsi (diminum) setelah dimasak terlebih dahulu.

Clear well (Tangki air bersih)Salah satu unit bangunan di dalam IPA (instalasi pengolahan air bersih) yang berfungsi sebagai penampung/wadah sementara (reservoar) air hasilpengolahan. Pada beberapa instalasi, unit ini juga berfungsi sebagai tempat pembubuhan desinfektan.

Dead end (distribution) SystemDisebut juga Tree System-Salah satu sistem/metode peletakan jaringan pipa distribusi air bersih dengan pola bercabang-cabang sehingga dapatditentukan hirarki perpipaan tersebut, mulai dari pipa primer, bercabang menjadi pipa sekunder, kemudian tertier dan seterusnya.

Disposal (Pembuangan)Pembuangan limbah (padat/cair) ke suatu tempat/lokasi yang dianggap aman terhadap lingkungan.

Drain (System)Jaringan pipa, saluran dan semua kelengkapannya yang berfungsi untuk pengeringan bangunan atau halaman.

DWF (Dry Weather Flow)Debit gabungan limbah domestik dan limbah industri (tanpa air hujan)

Dikutip dari Kamus Istilah dan Singkatan Asing Teknik Penyehatan dan Lingkungan. Penerbit Universitas Trisakti.

Page 55: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004
Page 56: Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 6  Oktober 2004