Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April...

download Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

of 60

Transcript of Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April...

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    1/60

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    2/60

    Dari Redaksi 1

    Suara Anda 2

    Laporan Utama

    Penyedia Air Skala Kecil

    Setetes Air di Padang Gersang 3

    Pelayanan Air Minum di kota Ho Chi Minh

    Memperhatikan Provider Kecil 7

    ReportaseSMU 34 Jakarta, Juara UKS Tingkat Nasional

    Sekolah Sehat, Tak Semata Ada UKS 9

    Pelayanan Air Minum di Kota Ho Chi Minh

    Memperhatikan Provider Kecil 7

    Teropong

    Pokja AMPL Propinsi Banten Berbekal Semangat dan Komitmen 11

    Kisah

    Sumber Air Hilang, Kocoran Jarang 13

    Wawancara

    Direktur Pendanaan Luar Negeri Multilateral Bappenas,Delthy S.Simatupang, SH : Persiapan Proyek Jadi Penentu 15

    Seputar AMPL 18

    Seputar WASPOLA 22

    Abstrak

    Pemberdayaan Masyarakat dalam Penyediaan Air Bersih di Pedesaan 24

    Inovasi

    Instalasi Penjernih Air (IPA) Air Mandiri 26

    Wawasan

    Air Untuk Penduduk Miskin Jakarta 27

    Kebijakan Infrastruktur Air Bersih dan Kemiskinan 30Makna Kelembagaan AMPL Bagi Keberlanjutan Sarana 33

    Menjadikan PDAM Lebih Mandiri, Transparan dan Profesional 36

    Info Buku 46

    Info CD 47

    Info Situs 47

    Klinik IATPI 50

    Agenda 51

    Pustaka AMPL 52

    Majalah Percik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id

    Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

    Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum

    dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL)

    Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Cipta Karya

    DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

    Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

    BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,

    DEPKESDirektur Pengembangan Air Minum,

    Dep. Pekerjaan UmumDirektur Pengembangan Penyehatan

    Lingkungan Permukiman,Dep. Pekerjaan Umum

    Direktur Bina Sumber Daya Alam danTeknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

    Direktur Penataan Ruang danLingkungan Hidup, DEPDAGRI

    Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

    Dewan Redaksi:Ismail, Johan Susmono,

    Indar Parawansa, Bambang Purwanto

    Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

    Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,Essy Asiah, Mujiyanto

    Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

    Produksi:Machrudin

    Sirkulasi/Distribusi: Agus Syuhada

    Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

    Telp./Faks.: (021) 31904113http://www.ampl.or.id

    e-mail: [email protected]@ampl.or.id

    [email protected]

    Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

    dengan air minum dan penyehatan lingkungandan belum pernah dipublikasikan.Panjang naskah tak dibatasi.

    Sertakan identitas diri.Redaksi berhak mengeditnya.

    Silahkan kirim ke alamat di atas.

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    3/60

    Pembaca, selamat berjumpa lagidengan Percik edisi pertama di

    tahun 2006. Sejak akhir tahunlalu, Percik baru bisa menyapa Andakembali, pembaca setia di seanteronusantara. Kami akan selalu hadir diruang baca Anda, kendati dengan jad-

    wal yang agak maju mundur. Bagai-mana situasi air minum dan penyehatanlingkungan di lingkungan Anda? Lebih

    baik atau tambah buruk dibandingkantahun lalu?

    Secara umum, kita masih menghadapipersoalan layanan. Belum semua ma-

    syarakat terlayani secara memadai. Inipekerjaan rumah yang hingga kini belumterselesaikan. Di sisi lain, pihak yang kitaharapkan mampu memenuhi tuntutan itumasih menghadapi banyak persoalan.

    Walhasil, semuanya seolah berlangsungsesuai dengan hukum pasar.

    Masyarakat harus memenuhi kebu-tuhan air dari sumber alternatif. Satu diantara sumber alternatif itu yaitu pe-nyedia air skala kecil. Kendati denganharga lebih mahal dari PDAM dan mutu

    yang tak terkontrol, masyarakat tetapsaja membeli air dari mereka. Air ada-lah kebutuhan dasar yang tidak bisa ter-gantikan.

    Secara ekonomi, proses yang ber-langsung itu wajar. Ada permintaan(demand ), ada pemenuhan ( supply ).Hanya saja, bila dilihat dari karakterpembeli air dari penyedia air skala kecil

    yang kebanyakan golongan miskin, ten-tu ini kurang menguntungkan dalamproses pengentasan kemiskinan. Kaummiskin harus membayar lebih mahal.

    Kapan mereka bisa meningkatkan kese- jahteraannya kalau penghasilannya di- belanjakan untuk kebutuhan dasar yangseharusnya bisa didapat dengan hargamurah?

    Di sisi lain, banyak persoalan yangdihadapi untuk menjangkau kalanganini. Pihak perusahaan BUMD atau swas-ta ada keengganan melayaninya karena

    beberapa alasan misalnya mereka ting-gal di daerah ilegal dan tidak mampu

    membayar biaya penyambungan di mu-ka. Makanya perlu ada terobosan kebi-

    jakan dan pemikiran bagaimana bisamemberikan layanan air yang murah

    bagi mereka. Penyedia air skala kecil bi-sa menjadi jembatan. Namun merekaperlu pembinaan. Kerja sama denganpenyedia air skala besar masih me-mungkinkan. Inilah yang kami cobaangkat dalam laporan utama edisi ini.

    Pembaca, masih berkaitan denganpenyelenggaraan air minum dan penye-hatan lingkungan, kami mencoba me-ngetengahkan wawancara dengan Di-rektur Pembiayaan Luar Negeri Mul-tilateral. Ini penting untuk memberikan

    gambaran di mana posisi kita me-nyangkut utang luar negeri dan sejauhmana kita harus pandai-pandai menge-lola keuangan yang didapat dari utangtersebut. Jangan sampai kita malahmembebani rakyat dengan tambahanutang sementara hasilnya tidak ada atautidak optimal.

    Pada edisi ini, kami juga menam-pilkan rubrik-rubrik baru yakni per-aturan dan abstrak. Rubrik peraturan

    memuat peraturan yang baru diterbit-kan oleh pemerintah. Kami berharap inisebagai sosialisasi. Sedangkan rubrik abstrak memuat abstraksi hasil diserta-si, tesis, atau penelitian lainnya. Kami

    berharap sajian ini mampu mencerah-kan dan menambah pengetahuan Anda.

    Pada rubrik Reportase, Anda bisamelihat bagaimana SMU 34 Jakartamampu meraih Juara Usaha KesehatanSekolah (UKS) Tingkat Nasional tahun2005. Bayangkan kalau setiap sekolahmelaksanakan program tersebut, dam-paknya pasti luar biasa. Sedang di ru-

    brik Kisah, kami mengetengahkan nasibproyek WSLIC 2 yang rusak akibat ter-

    kena bencana. Ini bisa menjadi pelajar-an dan pemikiran, bagaimana mena-ngani kasus sarana yang telah diserah-kan kepada masyarakat tapi mengha-dapi masalah.

    Akhirnya, kami berharap Percik te-tap menjadi referensi Anda di bidang airminum dan penyehatan lingkungan.Kami selalu menunggu umpan balik da-ri Anda berupa tulisan atau lainnya.Wassalam .

    DARI REDAKSI

    Percik April 2006 1

    FOTO:POKJAAMPL

    Pameran: Sekretariat Pokja AMPL dan WASPOLA mengikuti Pameran ICE-FTUI Maret lalu

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    4/60

    WSLIC 2 vs CLTS

    Kalau kita melihat dua program ter-sebut memang keduanya berbeda. Tapicoba kita lihat apa yang melatarbela-kangi program itu sehingga adanya per-

    bedaan itu bisa menjadi suatu yang sa-ling berguna.

    WSLIC 2 merupakan program sara-na air bersih dan sanitasi untuk masya-rakat yang berpenghasilan rendah khu-susnya di daerah perdesaan. Programini dijalankan dengan pola pendekatan

    pemberdayaan masyarakat secara aktif dalam pengambilan keputusan, peren-canaan, pelaksanaan kegiatan, peng-operasian dan pemeliharaan. Semuanyadilaksanakan oleh masyarakat. Empatkomponen pokoknya yaitu peningkatankapasitas kelembagaan dan masyara-kat; peningkatan program kesehatandan sanitasi; pengembangan sarana air

    bersih dan penyehatan lingkungan per-mukiman; dan komponen manajemenproyek. Program ini dibiayai dana hibahBank Dunia, AusAID, pemerintah Indo-nesia, dan masyarakat penerima proyek melalui kontribusi incash dan inkind .

    CLTS (sanitasi total atas prakarsamasyarakat) merupakan program sani-tasi yang menitikberatkan pada penya-daran masyarakat akan pentingnya

    jamban/kakus dalam aspek kesehatanpribadi dan penyehatan lingkungan. Pe-laksanaannya memperhatikan pemeta-an, transect , alur kontaminasi, dan si-mulasi. Program ini disampaikan kepa-da masyarakat dengan mengacu kepada

    pemahaman dan bahasa mereka. Peranperempuan di sini penting karena mere-ka lebih punya rasa malu.

    Kalau kita mau mencermati keduaprogram tersebut, sebetulnya tidak perlu ada pertentangan. Justru kedu-anya bisa dikombinasikan dalam satupaket yang menguntungkan karenakedua program tersebut sama-sama

    menggunakan pendekatan tanggap

    kebutuhan. Sebagai contoh, dalampenyusunan struktur Tim KerjaMasyarakat (TKM) dalam WSLIC 2,selain ada ketua dan wakil ketua, ben-dahara, sekretaris, tim teknis, tim kese-hatan, perlu kiranya ada orang khusus

    yang menangani CLTS. Bisa saja diamenjadi bagian dari tim kesehatan yangkita beri nama 'Koordinator Sanitasi'.Tugasnya mendata yang BAB sem-

    barangan/di tempat terbuka dan men-catat hasil perubahan perilaku tanpa

    subsidi maupun bantuan dana apapun.Tentu dalam hal ini kepada masyarakatdijelaskan bahwa pembangunan jam-

    ban/kakus tidak identik dengan tangkiseptik.

    Itu sudah dan sedang kami lakukandi Ponorogo untuk WSLIC 2 tahun2006. Kendati belum mendapat pelatih-an CLTS dan hanya belajar dari pandu-an, ternyata program ini pun bisadilakukan dan masyarakat menyambutdengan tangan terbuka.

    Bambang Apriyanto, STPMC Kabupaten Ponorogo

    Percik Tak Sampai

    Saya mewakili Subdin Teknik Pe-nyehatan Lingkungan Dinas CiptakaryaKabupaten Cianjur, memberitahukan

    bahwa selama ini pengiriman majalah Percik tidak pernah sampai ke subdin yang berkaitan langsung dengan penye-diaan air bersih (minum) dan penye-

    hatan lingkungan. Karena itu untuk menghindari kesalahan disposisi danmengingat pentingnya majalah tersebutsebagai sarana komunikasi dan mediainformasi menyangkut bidang peker-

    jaan kami, maka kami mohon untuk pengiriman majalah Percik ke KepalaDinas Kimpraswil Kab. Cianjur diala-matkan sebagai berikut:

    Dinas Cipta Karya Kab. Cianjur

    cq. Subdin Teknik Penyehatan Ling-kunganJl. Prof. Moch. Yamin No. 131CIANJUR 43213

    Titih Titisari([email protected])

    Setiap kali terbit, kami mengi-rimkan satu eksemplar untuk dinasterkait. Menurut catatan kami, dinas

    Anda sudah masuk dalam daftar.

    Namun kalau Anda membutuhkan,kami akan kirimkan sesuai alamat di atas. Terima kasih.

    Info SANIMAS

    Saya dan teman-teman tertarik de-ngan program SANIMAS yang saat inidikembangkan. Kami pun berencanamembuat semacam Community Sewe-rage Course . Kami berpikir apa yangkami rencanakan ini juga sejalan de-ngan program SANIMAS. Mungkin se-kiranya Bapak/Ibu bisa memberikan in-fo dan konsep teknis tentang Pelaksana-an SANIMAS dan sekiranya bisa mem-

    berikan soft copy dan juga ProsidingSeminar Nasional SANIMAS di Bali2004. Selain itu, bagaimana caranyamenjalin kerja sama dengan WASPOLA.Terima kasih atas bantuannnya.

    Nurul IchsanTeknik Lingkungan UNDIP

    Untuk informasi pelaksanaan SANI- MAS secara lengkap, termasuk prosidingseminar, Anda bisa menghubungi

    BORDA, Jl. Kaliurang Km. 6, Yogyakarta 55283 Telp. 0274 888273. Sedangkan un-tuk kerja sama dengan WASPOLA, sila-kan hubungi Jl. Cianjur No. 4, Menteng,

    Jakarta Pusat. Telp. 021 3142046.

    SUARA ANDA

    Percik April 20062

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    5/60

    LAPORAN UTAMA

    Percik April 2006 3

    Penyedia Air Skala Kecil

    SETETES A IRDIP ADANGGERSANG

    Lebih dari 100 juta orang Indonesia belum memiliki

    akses air minum dan penyehatan lingkungan.

    Sesuai dengan Millennium Development Goals ,

    tahun 2015 nanti Indonesia harus mampu

    mengurangi setengah dari angka tersebut.

    Mampukah itu diwujudkan?

    Dengan apa target itu bisa dikejar?

    Adakah al terna ti f pelayanan yang la in?

    A ir tak bisa dipandangsebagai benda sosialsemata. Air pun me-miliki nilai ekonomi.

    Kedua nilai tersebuttak bisa dipisahkan. Memperlakukanair hanya sebagai benda ekonomiakan mengakibatkan hilangnya fung-si sosial dari air dan mengabaikankebutuhan penduduk miskin. Dalamkaitan ini pemerintah dituntut untuk meningkatkan jangkauan pelayanandan kualitas air minum ke seluruhlapisan masyarakat karena air adalahhak dasar. Ini tantangan yang belum

    FOTO: MUJIYANTO

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    6/60

    bisa terjawab hingga kini, tidak hanya bagi Indonesia tapi juga negara-negara

    lain.Pengalaman di beberapa negara me-

    nunjukkan bahwa pengelolaan oleh pe-merintah cenderung menerapkan hargarendah sehingga tidak mampu mem-pertahankan kualitas layanan jaringan

    yang ada, apalagi meningkatkan jang-kauan pelayanan. Meskipun harga ren-dah dikatakan bermanfaat bagi pen-duduk miskin tapi kenyataannya tidak semua penduduk miskin terlayani.Mereka tetap saja harus mencari sum-

    ber alternatif dengan harga air yang jauh lebih mahal.Kondisi ini kemudian memunculkan

    gagasan keterlibatan swasta dalam pe-nyediaan air minum. Di sisi lain me-mang air telah menjadi 'emas biru' yangsangat menggiurkan bagi kalanganswasta untuk mengeruk keuntungan.Investasi swasta masuk ke sektor inidalam skala besar. Akhirnya ada duamodel pengelolaan air skala besar ini.

    Ada yang oleh perusahaan negara danswasta.

    Pengelolaan oleh perusahaan ini berlangsung beberapa dekade. Sayanghasilnya belum memuaskan. Banyak anggota masyarakat yang belum ter-layani, terutama kalangan miskin. Adakendala struktur tarif dan bentuk pengelolaan. Beberapa alasan masya-rakat tidak terjangkau layanan air mi-num dari perusahaan yaitu (i) biayasambungan terlalu tinggi dan pemba-

    yaran sekaligus di depan menghalangipenduduk miskin untuk berlangganan;

    (ii) air yang tersedia tidak selamanyamencukupi kebutuhan dan prioritasutama yang tidak mendapat layananadalah penduduk miskin; (iii) strukturtarif dan rendahnya konsumsi air pen-duduk miskin mengakibatkan perusa-haan air minum tidak tertarik melayanipenduduk miskin; (iv) jika penduduk

    bertempat tinggal di permukiman liarmaka mereka tidak akan mendapatlayanan publik.

    Di sisi lain, perusahaan air minumsering minim pengetahuan terhadappenduduk miskin sehingga (i) tingkatlayanan sering tidak sesuai kebutuhan,dan lebih mengutamakan standar teknis

    yang sering tidak terjangkau; (ii) sistempembayaran tepat waktu tidak sesuaidengan bentuk penerimaan penduduk miskin yang tidak teratur; (iii) tidak ter-

    jadi komunikasi yang baik antaraperusahaan air minum dan penduduk miskin.

    Dalam kondisi seperti ini muncullahkemudian penyedia air minum skalakecil ( Small Scale Water Provider ). Me-reka hadir memenuhi kebutuhan pen-duduk miskin terutama di perkotaan

    yang belum terjangkau jaringan perusa-haan air skala besar atau sudah ter-

    jangkau tapi aliran airnya tidak kon-tinyu. Usaha ini berpotensi melayanipenduduk miskin dengan biaya inves-tasi yang relatif rendah.

    Berdasar tinjauan terhadap bebera-pa studi empiris, maka penyedia airminum skala kecil dapat dikelom-pokkan dalam beberapa kategori yaitu:

    Penyedia yang mempunyai hubunganpermanen dengan perusahaan air mi-num, yang mendistribusikan air me-lalui kios atau hidran. Beberapa con-toh adalah kios air di Nairobi (Kenya),Lilongwe (Malawi), Batam (Indone-sia); hidran umum dikelola oleh ko-

    munitas di Dakar (Senegal), Mopti(Mali), Dhaka (Bangladesh); dan

    hidran umum dikelola oleh asosiasikomunitas skala kecil di Segou (Mali).Masyarakat yang menjual air perpipa-an ke komunitas yang belum terlayaniair perpipaan. Beberapa contoh ada-lah sistem air minum dibangun ma-syarakat Buenos Aires (Argentina);sistem air minum dibangun oleh wi-ra usaha di Guatemala City (Guate-mala) dan pusat penjualan air minumhasil pemurnian air sungai menggu-nakan sinar matahari di Manila (Phi-

    lipina); truk tangki air, gerobak air yang diambil dari air perpipaan pada waktu dan tempat di mana perusa-haan air minum tidak dapat melayani.Contohnya di Dakar (senegal), Port-au-Prince (Haiti), Jakarta (Indone-sia).Sistem air minum skala komunitas diDhulikel (Nepal) ( Snell, 1998 dan

    McIntosch, 2003 ).Usaha skala kecil ini memiliki ka-

    rakteristik khas yakni inisiatif individu,fleksibel, mudah mengadaptasi pasardalam konteks pengaturan keuangan,dan pilihan teknis. Selain itu, usaha ter-sebut memiliki efisiensi operasi dalamhal (i) pemulihan biaya, (ii) tidak terda-pat kebocoran air; (iii) tidak mem-

    butuhkan subsidi publik, dan pinjaman.Berdasar studi " Small Scale Water

    Providers " yang didanai ADB, dite-mukan bahwa pelayanan air minumskala komunitas mempunyai beberapakarakteristik yaitu (i) Strategi teknisdan manajemen yang fleksibel. Ham-

    batan investasi dan biaya operasi dita-ngani dengan memilih jenis teknologi

    yang sesuai dengan kondisi masyarakat.Masyarakat yang dilayani sebagian be-sar merupakan pekerja harian sehinggapenagihan dilakukan tidak sebulan se-kali tetapi lebih sering sesuai dengankemampuan masyarakat; (ii) Perusaha-an air minum menjadi patokan pela-

    yanan. Pelayanan skala kecil mengang-gap perusahaan air minum sebagai pe-

    LAPORAN UTAMA

    Percik April 20064

    a.

    b.

    c.

    FOTO: MUJIYANTO

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    7/60

    saing sehingga kualitas pelayanan di-usahakan setingkat; (iii) Kurang dihar-gai oleh pemerintah daerah dan perusa-

    haan air minum. Kebutuhan investasisulit terpenuhi karena dianggap usahailegal, tidak menguntungkan, dan aset-nya tidak dapat dinilai. Akibatnya akseskredit terbatas dan berbunga tinggi se-hingga resiko investasi menjadi tinggi;(iv) Keterkaitan erat antara keabsahandan tingkat pelayanan

    Bentuk pelayanan usaha ini berma-cam-macam. Ada yang menggunakan ge-robak dorong, saluran pipa ke rumah (ter-minal air), truk tangki air, kios air, dan

    sebagainya. Khusus kios air minum, adaalasan mengapa usaha ini marak terutamadi kota, yakni (i) memungkinkan penggu-na membeli dalam jumlah dan waktu yangsesuai kemampuan mereka; (ii) memung-kinkan biaya modal rendah per rumahtangga yang terlayani; (iii) memung-kinkan tingkat pemulihan biaya ( cost recovery ) perusahaan air minum lebih

    baik karena penyedia air minum skalakecil membayar sesuai dengan yang diper-gunakannya.

    Lebih dari itu penyedia air skala kecildapat berkembang sesuai dengan situasi

    yang ada. Beberapa kasus menunjukkanusaha dengan gerobak dorong bisa menja-di truk tangki air bahkan menjadi sam-

    bungan pipa bawah tanah ke rumah.Namun di Indonesia belum ada penyediaair skala kecil yang berubah menjadiperusahaan besar.

    Oleh karena itu, keberadaan penye-dia air skala kecil ini mampu men-dorong pencapaian MDGs tahun 2015.Mereka layak dimasukkan dalam strate-

    gi investasi air minum karena usahanyamampu mempercepat peningkatan ca-kupan layanan. Hanya saja perlu adaperhatian khusus kepada mereka ter-utama dalam hal kendala tarif yang re-latif mahal dan kurangnya dana inves-tasi serta aspek legalitas.

    Kondisi IndonesiaPenyedia air skala kecil bisa dijum-

    pai di kota-kota di Indonesia. Namun

    hingga saat ini belum ada data yanglengkap tentang usaha tersebut baik dari sisi jumlah maupun tingkat cakup-

    an layanannya. Ini bisa dipahami kare-na usaha tersebut umumnya tidak ter-catat alias illegal dari sisi hukum.

    Gambaran umum usaha kecil ini bisa dilihat dari hasil survai yang dilak-sanakan oleh Puslitbang PermukimanDep. PU dan Hydroconsell, di lima kota(Bandung, Subang, Jakarta, Palembang,Makassar). Usaha ini mampu mem-

    berikan kontribusi sekitar 2 persen ter-hadap cakupan pelayanan.

    a. Sistem Distribusi dan Tipe La- yananSistem distribusi penyedia air skala

    kecil memiliki ciri khas tersendiri. Ada yang menggunakan sistem distribusi bertingkat, tapi ada yang langsung ke

    konsumen.Pengelola pelayanan air minum

    skala kecil ini hampir semuanyaswasta dengan pola mandiri. Merekaada yang berasal dari yayasan, kelom-pok swadaya masyarakat, atau indi-

    vidual. Pola mandir i ini terl ihat darisistem manajemennya yang tak ter-gantung pihak manapun. Semuanyadiurus sendiri. Untung dan rugi di-tanggung sendiri. Sedangkan hubung-an dengan distributor-seperti peda-

    gang keliling-hanya sebatas penyedia.(Lihat Tabel)

    LAPORAN UTAMA

    Percik April 2006 5

    NO

    1

    2

    3

    4

    5

    JENISLAYANAN

    Sambungan rumah tangga

    Jaringan pipa dan armada(pangkalan) air

    Truk tangki air

    Gerobak dorong

    Air minum isi ulang

    TIPEPELAYANAN

    pelayanan kontinyu/giliransuplai air mencukupi kebu-tuhan sehari-harisumber air permukaan/sumurbor

    melayani pembelian air denganmenggunakan mobil tangkiyang datang ke lokasipangkalan

    pelayanan berdasarkan peme-sananpelayanan minimum 4 meterkubikjangkauan pelayanan dalamdan luar kota

    pelayanan berdasar pesanan

    atau dari pintu ke pintupelayanan untuk penjual ecer-anjangkauan pelayanan perko-taan kurang lebih 1 RTjerigen yang dipakai kapasitas20 liter

    pengolahan air baku sampaikualitas air minumpembelian berdasarkanpesanan atau beli di tempat

    TIPEAREAPELAYANAN

    perumahan padatperumahan dengan status sosialekonomi menengahdalam jangkauan perpipaan 40 KKpenyambungan berdasarkan perhi-tungan skala ekonomi

    Truk tangki

    perumahan yang punya reservoirbawah tanah dengan jalan lebihdari 6 mindustriperkantoranniagadepo-depo air isi ulang

    perumahan dengan kualitas air

    sumur tidak dapat bisa diminumperumahan yang relatif datar danmudah ditempuh dengan gerobakdorongmasyarakat membeli air hanyauntuk keperluan minum dan masak

    penjualan berdasarkan pesananjangkauan layanan 1-2 km (perhi-tungan jarak tempuh, pengantarandengan motor, pengambilan sendirijarak 200 meter)

    Tipe Layanan dan Daerah Layanan Air Minum Swasta

    --

    -

    --

    --

    -

    ----

    -

    -

    -

    --

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    8/60

    b. Harga/Tarif AirSesuai karakternya, penyedia air

    minum skala kecil memiliki cara ma-sing-masing dalam menentukan har-ga/tarif air yang dijualnya. Ini tergan-tung pada sumber air baku dari manamereka mengambilnya, jarak jangkauke pelanggan, dan fasilitas yang digu-nakan. Secara umum, penyedia airminum skala kecil menetapkan har-ga/tarif jauh lebih mahal dibandingkanharga air penyedia jasa formal dalamhal ini PDAM. Perbandingan harga air

    bisa dilihat dalam tabel berikut:

    Masyarakat tak bisa berkutik meng-hadapi harga tersebut. Ini terjadi karenaair adalah kebutuhan dasar sehinggaharus dipenuhi meskipun dengan harga

    yang mencekik. Kata 'terpaksa' menjadi jawaban satu-satunya, karena tidak adaalternatif lainnya.

    c. LegalitasPemerintah telah mengeluarkan

    Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005tentang Pengembangan Sistem Penye-diaan Air Minum. Secara umum ketentuanitu mengatur sistem penyediaan airminum (SPAM), perlindungan air baku,penyelenggaraan, wewenang dan tang-gung jawab, badan pendukung pengem-

    bangan SPAM, pembiayaan dan tarif, pem- binaan dan pengawasan, dan sanksi

    administratif. Dari pasal-pasal yang ada didalamnya, tidak ada yang terkait langsung

    dengan penyedia air skala kecil.Pada pasal 10 PP tersebut misalnya,

    tertulis ''Unit distribusi wajib mem- berikan kepastian kuantitas, kualitas,dan kontinuitas pengaliran'' (ayat 2),dan pada ayat berikutnya ''Jaminanpengaliran 24 jam''. Selain itu padapasal 6 ada ketentuan air minum yangdihasilkan SPAM harus memenuhisyarat kualitas (ayat 1), dan air minum

    yang tidak memenuhi syarat kualitasdilarang didistribusikan ke masyarakat.

    Jelas kedua pasal ini akan sulit diterap-kan bagi penyedia air skala kecil.Perlu diakui, bahwa pasal-pasal

    dalam peraturan itu baru mengaturpenyelenggara SPAM skala besar. Pasal1 (9) menyebutkan yang disebut penye-lenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, ko-perasi, badan swasta, dan/atau kelom-pok masyarakat yang melakukan pe-ngembangan sistem penyediaan air mi-num. Aturan itu tak menyinggung samasekali penyedia air skala kecil.

    Memang, keberadaan penyedia airskala kecil bisa saja dimasukkan dalam

    golongan swasta atau kelompok ma-syarakat. Hanya saja itu menyangkutkelembagaannya. Tapi aktivitasnya se-cara umum tak ada payungnya.

    Oleh karena itu, ada pemikiran agarpenyedia air skala kecil ini memperolehtempat dalam sistem penyediaan airminum. Aspek perizinan/kontrak perludipikirkan oleh pemerintah daerahsebagai regulator sehingga penyedia airskala kecil ini memperoleh kesempatan

    yang setara. Pengalaman internasional

    menunjukkan bahwa penyedia air skalakecil yang beroperasi secara legal dapatmemberikan pelayanan yang kontinyudengan kualitas setara dengan penyedia

    jasa formal dan tarif yang lebih rendahdibandingkan dengan penyedia air skalakecil yang beroperasi secara ilegal.

    Yang pasti, keberadaan penyedia airskala kecil saat ini mampu menutupcelah yang belum ditutup oleh perusa-haan air minum skala besar. Aktivitasmereka ibarat 'setetes air di padang ger-sang'. (MJ)

    LAPORAN UTAMA

    Percik April 20066

    NO

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    PENJUALAIR

    PDAM

    TerminalAir Kecil

    TerminalAir Curah

    SumurPompaListrik

    Air Mineral

    Isi UlangAir MineralBersegel

    JUAL/M 3(R P)

    4.250

    17.500-15.000

    10.000-15.000

    20.000/bulan(40KK)=2.222/m3

    184.210

    447.368 Sistem Distribusi Pelayanan Air Minum Usaha Kecil

    TIPOLOGI SUPPLYERDISTRIBUTOR

    TKT 1DISTRIBUTOR

    TKT 2 KONSUMEN

    GEROBAKDORONG

    TRUKTANGKI

    PEMIPAAN

    Pengolahan airPDAM

    PompaSumur Dalam

    Gerobak dorong

    Truk Tangkik

    Pemipaan

    Terminal Kecil Pedagang airgerobak

    Depot isi ulangAir mineral

    Rumah Tangga

    Komplek Perkantoran

    Industri

    Rumah Tangga

    Rumah Tangga

    Terminal CurahPDAM

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    9/60

    Ho Chi Minh City adalah kotaterbesar di Republik Sosialis

    Vietnam, lebih besar dari Ha-noi yang merupakan ibukota negara.Pada tahun 2004 penduduk Ho ChiMinh City berjumlah 6,1 juta orang de-ngan luas area 2.094 km2, sedangkanHanoi berpenduduk 2.9 juta dengan lu-as area 921 km2. Seperti umumnya ma-

    salah kota-kota besar di negara berkem- bang, Ho Chi Minh City menghadapikesulitan dalam menyediakan infrstruk-tur dasar bagi masyarakatnya termasuk penyediaan air minum.

    Dalam sektor air minum kesulitan yang dihadapi adalah: (i) kekuranganair karena kebutuhan domestik danindustri naik dengan cepat sejalan de-ngan pertumbuhan ekonomi, (ii) tinggi-nya angka kehilangan air ( non-revenuewater ), dan (iii) terbatasnya dana pe-merintah untuk meningkatkan pelayan-an air minum sesuai dengan permin-taan dan kebutuhan masyarakat. Fak-tor-faktor tersebut membuat pelayananpublik di sektor air minum yang dila-kukan oleh perusahaan pemerintah ber-nama Saigon Water Supply Corpora-tion (SAWACO, sebelumnya bernama

    Ho Chi Minh City Water Company ) ma-sih di bawah target yang ingin dicapai.

    Dalam rencana induk ( master plan )2001-2005 pemerintah kota Ho ChiMinh menargetkan 90 persen pendu-

    duk akan mempunyai akses air minum,namun sampai akhir tahun 2001 cakup-an layanan SAWACO baru sekitar 50persen dengan tingkat kebocoran ham-pir mencapai 40 persen. Kondisi inimembuat pemerintah kota Ho Chi Minhmenyadari bahwa dengan hanya meng-andalkan SAWACO akan sulit bagimereka untuk bisa mencapai targettersebut. Oleh karena itu pada De-sember 2001 pemerintah kota Ho Chi

    Minh memutuskan untuk mengem- bangkan kerangka kebijakan dalamrangka meningkatkan peran swasta ter-masuk penyedia layanan air minum-skala kecil ( small scale water provi-ders ) sebagai mitra perusahaan air mi-num kota (SAWACO) untuk mengejartarget yang telah ditetapkan.

    Socialization ProgramKemauan politik pemerintah kotaHo Chi Minh untuk memberikan aksesair minum kepada seluruh masyarakat-nya dituangkan ke dalam sebuah ke-rangka kebijakan yang lebih dikenal se-

    bagai " Socialization Program ", pro-gram untuk meningkatkan keterlibatanperusahaan swasta lokal untuk berin-

    vestasi dalam sektor air minum. Pro-gram ini dituangkan dalam kerangkaperaturan yang dikembangkan olehpemerintah kota Ho Chi Minh denganperusahaan air minum kota (SAWACO)di tahun 2002. Peraturan itu sendiritelah disahkan dan dicanangkan oleh

    People's Committee of Ho Chi Minh City

    (lembaga eksekutif) pada bulan Agustus2003. Diawali dengan uji coba dengansalah satu penyedia jasa lokal skala kecil( Hiep An Co. Ltd ), untuk kemudian di-terapkan secara luas.

    Selain untuk menciptakan iklim yang menarik bagi perusahaan swastaagar mereka mau berinvestasi di sektorair minum, peraturan mengenai pro-

    gram investasi ini ( socialization pro-gram ) juga dikembangkan untuk (i)meningkatkan produksi air minum, (ii)meningkatkan kualitas dan cakupanlayanan terutama di area yang belumterlayani oleh perusahaan air minumkota, dan (iii) menurunkan angka kebo-coran melalui perbaikan jaringan dis-tribusi terutama di area dengan tingkatkebocoran tinggi. Untuk mencapaitujuan tersebut peraturan ini mena-

    warkan enam skema kerjasama, yaitu:Skema 1 : Investasi sistem lengkap,

    investor menginvestasikan dananya un-tuk membangun sistem lengkap darimulai unit produksi hingga ke jaringandistribusi dan sambungan rumah. In-

    LAPORAN UTAMA

    Percik April 2006 7

    Pelayanan Air Minum di Kota Ho Chi Minh

    Memperhatikan Provider Kecil

    Penyedia jasa skala kecil ( the Hiep An Co. Ltd ) yang menjadi mitra SAWACOdan area yang dilayaninya.

    FOTO: LINA DAMAYANTI

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    10/60

    vestasi ini dilakukan di area yang belumada jaringan distribusi perusahaan airminum kota.

    Skema 2 : Investasi unit produksi,investor menginvestasikan dananya un-tuk membangun unit produksi. Produk-si air minumnya dijual seluruhnya keperusahaan air minum kota. Investasiini dilakukan di area yang telah terdapat

    jaringan distribusi SAWACO namunselalu kekurangan air dan tekanannyarendah.

    Skema 3 : Investasi perbaikan ja-ringan, investor menggunakan dananyauntuk memperbaiki dan meningkatkan

    kondisi seluruh sistem jaringan dis-tribusi di area tertentu. Investasi ini di-lakukan di area yang telah terdapat ja-ringan distribusi SAWACO yang memi-liki angka kebocoran tinggi.

    Skema 4 : Investasi pengangkutanair minum, investor menggunakan da-nanya untuk menyediakan layanan diarea terpencil dengan mendatangkansejumlah air dari perusahaan air minumkota. Biaya pengangkutan/transportasisebagian disubsidi oleh SAWACO.

    Skema 5 : Investasi peningkatan ki-nerja unit produksi, investor menggu-nakan dananya untuk memperbaiki danmeningkatkan kinerja unit produksi.Keuntungan dari penjualan produksi airminum yang berhasil ditingkatkan diba-gi bersama antara perusahaan air mi-num kota dan investor.

    Skema 6 : Investasi jaringan distri- busi, investor menggunakan dananyauntuk membangun jaringan distribusi

    baru dan mendistribusikan air dari me-ter induk milik SAWACO.

    Sampai saat ini hampir semuaskema kerja sama tersebut telah dimi-nati oleh investor kecuali skema 6, ada

    yang telah berjalan dan beberapa masihdalam proses negosiasi atau kontrak.Selain skema kerja sama peraturantersebut juga memuat hal-hal lainseperti prosedur kerja sama/berinves-tasi, hak dan kewajiban investor, danmekanisme serah terima di akhir peri-ode kontrak atau pada saat area pe-

    layanan telah disentuh oleh jaringanperusahaan air minum kota. Hal lain

    yang menarik buat investor untuk

    berinvestasi adalah insentif yangditawarkan, mulai dari kemudahanuntuk mendapatkan hak guna lahan,pengurangan pajak baik untuk tanahmaupun pendapatan ( tax exemption ),

    bahkan untuk barang atau peralatan yang diimpor investor tidak dikenakanpajak bea masuk. Namun penyedialayanan air minum skala kecil jugadiharuskan untuk memenuhi standarpelayanan perusahaan air minum kota,

    baik standar teknis maupun kualitas air,

    untuk itu pemerintah kota Ho Chi Minhmewajibkan SAWACO untuk mem- berikan dampingan teknis bagi parapenyedia jasa skala kecil tersebut.

    Manfaat dari upaya inovatif tersebuttidak hanya dirasakan oleh para penye-dia jasa layanan air minum skala kecildan masyarakat yang dilayani, namun

    juga oleh pemerintah kota Ho Chi Minhdan perusahaan air minum kota. Selainmembantu meningkatkan akses air

    minum bagi masyarakat, program ini juga memacu SAWACO untuk mening-katkan kinerja dalam memberikan pe-

    layanaan publik. Saat ini cakupan layan-an mereka mulai bergerak naik, menu-rut SAWACO saat ini masyarakat yangtelah terlayani oleh sistem perpipaanmencapai 74 persen. Dan sejak tahun2005 SAWACO telah berhasil menda-patkan keuntungan.

    Pelayanan terhadap MasyarakatMiskin

    Pada umumnya penyedia jasa skalakecil memberikan pelayanan di area

    yang belum terjangkau oleh penyedia jasa formal, dan biasanya sebagian besar adalah masyarakat miskin. Di HoChi Minh City pelayanan kepada masya-rakat miskin tidak hanya dilakukan olehpenyedia layanan air minum skala keciltetapi juga penyedia jasa publik sepertiSAWACO, termasuk bagi masyarakatmiskin yang tinggal di area ilegal atau ti-dak memiliki hak guna lahan ( illegal settlement ). Kebijakan ini baru diambiloleh pemerintah kota Ho Chi Minh,sebelumnya penyedia jasa publik tidak dibenarkan untuk melayani masyarakat

    yang tinggal di area ilegal.Kebijakan ini diambil dengan per-

    timbangan bahwa air minum meru-pakan kebutuhan dasar bagi semuaorang termasuk masyarakat miskin dantidak memiliki hak guna lahan. Namunmenurut Deputi Direktur KantorTransportasi Kota & Pekerjaan Umumpenyediaan kebutuhan dasar ini tidak

    berarti melegalkan penggunaan lahan, jika pemerintah kota berencana meng-

    gunakan lahan tersebut masyarakat yang tidak mempunyai hak guna lahantetap harus pindah dari area tersebut.

    Agar pelayanan air minum terjangkauoleh masyarakat berpenghasilan rendahpenyedia jasa publik memberlakukan

    blok tarif atau tarif progresif, blok pemakaian terendah dikenakan tarif di

    bawah biaya produksi. (lina damayanti)

    Laporan dari kunjungan ke Vietnam

    LAPORAN UTAMA

    Percik April 20068

    P eople's Committee adalah lembagaeksekutif yang memegang peranan sen-tral di Republik Sosialis Vietnam. Lembagaini terdapat di semua tingkat pemerintah-an dari mulai pemerintah pusat sampai de-ngan pemerintahan terendah atau ward (setara dengan desa/kelurahan di Indo-nesia).

    People's Committeedipilih oleh People'sCouncil (lembaga legislatif), sedangkan

    People's Council dipilih langsung olehmasyarakat melalui pemilihan. StrukturPeople's Committee di Ho Chi Minh City ter-diri dari 1 ketua, 4 wakil ketua, dan 7 ang-gota yang merupakan representasi dari lem-baga-lembaga pemerintah kota seperti ke-polisian, militer, dan seluruh departemenyang ada di tingkat kota (setara dengandinas). Biasanya yang duduk dalam ke-anggotaan People's Committee adalah pim-pinan dari lembaga-lembaga tersebut.

    Ho Chi Minh City People's Committee

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    11/60

    A ngin semilir menyambut tamu

    yang datang ke sekolah itu. Se- buah pohon besar mengayun-

    ayunkan daunnya. Tepat di pintu ger- bang sekolah, sebuah taman air ber-tingkat menyembulkan suara gemericik.Tanaman nan hijau menghiasi setiapsudut. Nuansa itu semakin serasi de-ngan warna cat tembok sekolah yang

    berwarna hijau muda. Demikian pulalapangan olah raga pun berwarna sama.

    Di sudut-sudut sekolah terpampangperingatan untuk senantiasa menjagakebersihan. Ada peringatan untuk tidak mencoba narkoba, larangan merokok dilingkungan sekolah, serta waspada ter-hadap nyamuk demam berdarah.Tempat sampah terpasang di depanruang kelas. Ada untuk sampah organik dan sampah anorganik. Di dinding luartergantung pot bunga. Tanaman itumenjulurkan dahannya ke bawah.Setiap ruang kelas dilengkapi denganair conditioner (AC). Wastafel ter-pasang di dalam ruang tersebut. Khususdi ruang kelas percontohan, wastafelada dua.

    Di sekolah yang memiliki luas tanah

    8.747 meter persegi itu, tak ada ruang yang telantar. Di belakang bangunansekolah bertingkat tiga ini, siswamenanam tanaman obat keluarga(Toga). Di sudut yang lain, siswa meme-lihara burung dalam sangkar raksasa.

    Ada juga rumah daur ulang sampah, un-tuk memproses bahan-bahan yang bisadidaur ulang menjadi sesuatu yang ber-manfaat.

    Itulah kondisi Sekolah Menengah

    Umum (SMU) Negeri 34 Jakarta. Seko-lah yang berdiri sejak 13 September1978 tersebut memang memiliki misimeningkatkan partisipasi siswanya da-lam program sekolah berwawasan ling-kungan. Tujuan menjadi sekolah yang

    berwawasan lingkungan tampaknya te-lah menjadi kenyataan.

    Kondisi itu semakin mantap dengan

    keberhasilan sekolah tersebut sebagai juara Program Usaha Kesehatan Se-kolah (UKS) tingkat nasional tahun2005. Tak heran bila kini sekolah terse-

    but menjadi referensi sekolah lain di In-donesia dalam program UKS dan pro-gram lingkungan.

    Tak SekejapMewujudkan sekolah yang sehat ti-

    daklah gampang. Butuh waktu dan ke-

    seriusan. Tahun 2000 lalu, sekolah iniselesai direnovasi. Semangat kepala se-kolah dan para guru mewujudkan visidan misinya tergolong luar biasa. Jadi-lah sekolah ini salah satu dari sekolahterbaik di Jakarta.

    Imbas dari semua itu, UKS yang bagisebagian sekolah dirasa kurang pentingatau malah ada yang tidak peduli sama

    sekali, mendapat perhatian yang sangatmemadai. ''Dulu UKS menyatu denganpalang merah remaja (PMR) denganmemanfaatkan sebuah ruang kecil,'' kataSeptina Wibarini, SPd, guru sekaliguskoordinator UKS SMU 34.

    Namun seiring kebutuhan, UKSakhirnya harus diwujudkan secara man-diri. ''Kalau upacara selalu ada yangpingsan. Makanya kita berpikir menga-pa kita tidak menyediakan ruang khu-

    REPORTASE

    Percik April 2006 9

    SMU 34 Jakarta, Juara UKS Tingkat Nasional

    Sekolah Sehat,Tak Semata Ada UKS

    FOTO:MUJIYANTO

    Asri: Suasana sekolah selalu asri dan bersih.

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    12/60

    sus bagi kesehatan siswa,'' kenangnya.Dari situlah mulai dirintis program UKS

    dengan memanfaatkan ruang di pojok sekolah.

    Pada tahap awal, ruang ini hanya di-isi satu set meja dan satu tempat tidur.Itu pun dengan kondisi sederhana. De-ngan dorongan dan modal pihak se-kolah bekerja sama dengan instansi ter-kait seperti dinas kesehatan, dinas pen-didikan nasional, dan puskesmas seko-lah berhasil mengembangkan UKS ini.Instansi terkait ini membantu obat-obatan, lemari, dan tempat tidur. Jadi-

    lah UKS ini memiliki fasilitas yang lu-mayan lengkap. Saat ini ada empat tem-pat tidur tetap dan satu tempat tidur da-rurat serta satu kursi pasien gigi. Ada

    juga lemari obat dan perangkat penyu-luhan kesehatan lainnya. UKS SMU inimenempati ruangan 6 x 8 meter perse-gi. ''UKS yang baik memiliki minimalempat tempat tidur pasien untuk seribusiswa, ada dokter, dan ada klinik gigi,''

    jelas Septina.

    AktivitasUKS ini buka setiap hari kerja. Seti-

    ap jam istirahat ada siswa yang piket.Mereka ini adalah anggota Kader Ke-sehatan Remaja (KKR). Mereka bertu-gas melayani siswa kalau ada yang ingin

    berobat atau membantu dokter yang ke- betulan sedang praktek. Memang setiapSenin hingga Kamis, ada dokter yangpraktek yakni dokter gigi dan dokterumum secara bergantian. ''AnggotaKKR ini bisa langsung memberikan obatringan kepada teman-temannya yang

    membutuhkan. Kalau ada dokter, mere-ka bertugas sebagai layaknya perawat

    yang membantu dokter,'' kata Septina.Setiap tahun kelompok kerja UKS

    sekolah ini merekrut kader baru. Rata-rata setiap tahun atau per angkatan adasekitar 30 siswa yang menjadi anggotaKKR. Mereka dibina khusus mengenaipenanggulangan kecelakaan ringan, pe-ngetahuan umum tentang seks, narko-

    ba, dan AIDS. Pembinaan ini melibat-

    kan instansi terkait dan lembaga swada- ya masyarakat. Sewaktu-waktu anggotaKKR ini ikut terlibat dalam program pe-nyuluhan di puskesmas. ''Mereka ini

    adalah kader inti kesehatan sekolah,''tandas Septina.Mengenai keberadaan dokter, guru

    biologi ini menjelaskan, mereka berasaldari orang tua siswa. ''Mereka secara su-karela berpraktek di sini. Khusus doktergigi, prakteknya sesuai perjanjian,'' kata-nya sambil menjelaskan dokter ini digaetketika ada rapat orang tua siswa bila adapenerimaan murid baru. Sedangkan me-ngenai obat-obatan beresep, sekolah me-lalui komite sekolah telah menganggar-kan khusus setiap tahun.

    Setiap hari Jumat UKS dan kader-nya memelopori program pemberantas-an sarang nyamuk (PSN) di sekolah. Ke-giatan ini melibatkan seluruh siswa se-lama setengah jam. Kader UKS menjaditim kesehatan jika siswa SMU 34 meng-adakan kegiatan di luar seperti pertan-dingan olah raga dan lainnya.

    PengaruhSeptina menjelaskan keberadaan

    UKS membantu meningkatkan pema-

    haman siswa terhadap kesehatan dan yang terkait dengan bidang tersebut. Se- bagai contoh soal AIDS. Program-pro-gram yang dirancang UKS menyebab-kan siswa tak lagi buta soal penyakit

    berbahaya tersebut. Selain itu, siswa ju-ga bisa berkonseling langsung dengandokter di sekolah bila mengidap suatupenyakit. ''Yang pasti mereka lebih careterhadap hidup sehat. Dan tak kalahpentingnya, mereka gampang nyari

    obat kalau sedang sakit, gratis lagi,''katanya sambil tersenyum.

    Keberadaan UKS mau tidak mau men-dorong insan akademika sekolah turutmenyukseskan program tersebut. ''Ham-pir setiap mata pelajaran diharuskan me-ngaitkannya dengan kesehatan,'' jelasguru yang sejak awal merintis UKS seko-lah itu. Sementara anggota KKR menjadiagen perubahan bagi rekan-rekannyasesama siswa untuk hidup sehat.

    Prasarana dan sarana sekolah pundikondisikan mendukung program ter-sebut. Saat ini ada 36 MCK khusus sis-

    wa di sekolah yang terdiri atas 24 ruangkelas itu. Belum lagi ada MCK khususguru, di masjid, dan di ruang serba gu-na. Perawatan saluran air juga menjadiperhatian, termasuk pengelolaan sam-pah sekolah. ''Jadi kesehatan sekolah ti-dak semata-mata UKS,'' tandas Septina.

    TantanganMempertahankan lebih sulit daripa-

    da meraih. Ungkapan ini pun berlaku bagi UKS SMU 34. Kaderisasi anggotaKKR menjadi masalah. Bukan pada per-soalan mendapatkan sukarelawan yangsudi menangani UKS tapi bagaimanamenumbuhkan semangat seperti ketikasekolah tersebut meraih juara tahun la-lu. ''Semangat mereka berbeda denganpendahulunya. Barangkali karena ku-rang ditempa ya,'' kata Septina serayamengungkapkan anak didiknya yangmenjadi generasi awal UKS berkiprahmemiliki semangat yang luar biasa.

    Di samping mempertahankan kon-disi UKS yang cukup baik tersebut, ke-

    lompok kerja UKS sekolah itu masihmemiliki obsesi yang belum tercapai.Mereka ingin membangun klinik untuk umum. Klinik ini nantinya khususnya

    bagi kalangan keluarga miskin dengan biaya murah. Obsesi ini sebagai wujudkepedulian sekolah terhadap masyara-kat sekitar. ''Itu yang kita impikan,'' kataSeptina sembari tak bisa memastikankapan impian itu terwujud. Semoga ber-hasil. (MJ)

    REPORTASE

    Percik April 200610

    UKS buka setiaphari kerja. Setiap jam

    istirahat ada siswa yangpiket. Mereka ini adalahanggota Kader Kesehatan

    Remaja (KKR).

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    13/60

    Tak ada anggaran, program tak

    jalan. Ini mitos yang umumdihadapi kalangan birokrasi di

    Indonesia. Seolah-olah uang yang men- jadi penentu. Tak bisakah mitos inidilawan dan hilangkan? Jawabnya: bisa.

    Kelompok Kerja (Pokja) Air Minumdan Penyehatan Lingkungan (AMPL)

    Propinsi Banten menjadi salah satu yang bisa membuktikan hal itu. Tahun2003, Pokja ini dibentuk. Tak ada dana.Tak ada surat keputusan (SK) pemben-tukan. Namun pokja itu bisa berjalanhingga ada SK Gubernur dua tahunkemudian (2005).

    Kelahiran Pokja AMPL Bantendipicu oleh kegiatan Pokja Nasional dan

    WASPOLA di Yogyakarta tahun 2003.Peserta dari Banten kemudian mem-

    bentuk Pokja Propinsi. Di sisi lain,komitmen pemerintah daerah sendirimendukung upaya itu karena cakupanpelayanan air minum dan penyehatanlingkungan di propinsi baru ini tergo-long masih rendah. Cakupan air bersih64,35 persen dan sanitasi dasar 53,64dari penduduk yang berjumlah8.939.946 jiwa. Pemicu lainnya yakniintensitas kunjungan yang dilakukanoleh anggota Pokja Nasional.

    Makanya meski tanpa dana, kegiat-an berjalan. Ketiadaan anggaran khusus

    bagi Pokja itu akibat persoalan adminis-

    trasi pemerintahan. Ada persyaratan bahwa anggaran harus jelas perun-tukannya dan harus memiliki nomorrekening tersendiri. Padahal, ini belum

    bisa dipenuhi karena SK pembentukan-nya pun belum turun.

    Sejak dibentuk, pokja yang berang-gotakan perwakilan dari Bapeda, BPM,Bapedal, Dinas Kesehatan, Dinas Pen-didikan, dan Dinas Pekerjaan Umumtersebut melaksanakan rapat koordinasi

    rutin bulanan. Biasanya di awal bulan.Kadang-kadang ada penambahan rapatdalam sebulan, tergantung situasi dankepentingan. Seluruh kegiatan pokja

    baik berupa rapat maupun kegiatan diluar, pendanaannya dibebankan kepadainstansi-instansi yang terlibat di dalam-nya secara bergilir. Dengan kata lain,

    instansi terkait menyubsidi Pokja.Keberlangsungan pokja tanpa SK itutak lepas dari kepedulian Ketua Pokja,

    yang juga menjabat sebagai KepalaBapeda, saat itu Ir. H. Hilman Nitia-midjaya. Dia-satu-satunya eselon satu--terlibat secara aktif. Selain itu faktorGubernur, dan Sekretaris Daerah Pro-pinsi Banten tak bisa dikesampingkan.Ketiga pejabat ini tak segan bertindak sebagai pengundang dalam berbagaikegiatan Pokja. Walhasil semangat dankomitmen para pejabat ini menularkepada para anggota Pokja.

    Aktivitas Pokja AMPL Banten inisangat menonjol dibandingkan yanglain. Dari 20-an Pokja yang ada di sana,mungkin hanya Pokja AMPL yangmemiliki paling banyak kegiatan de-ngan frekuensi yang rutin dan terus me-nerus. Apa yang dilakukan oleh Pokjaini akhirnya menjadi 'trade mark' yang

    bisa memicu sektor lain dan juga kabu-paten kota yang ada di Propinsi Bantenuntuk melakukan hal serupa.

    Tahun 2005, Pokja mendapat legalitasdengan keluarnya SK Gubernur BantenNo. 618/Kep.173-Huk/2005 tanggal 2 Mei2005 tentang pembentukan Pokja AMPLBanten. Pokja ini beranggotakan 20 peja-

    bat yang terdiri atas 10 orang eselon IV,tujuh orang eselon III, dua orang eselon II,dan satu orang eselon I. Instansi yang ter-libat yakni Bapeda, Bapedal, BPM, DinasKesehatan, Dinas Pendidikan, dan DinasPU. Semenjak itu, Pokja memiliki

    anggaran operasional tersendiri. Tahun2005, anggaran diletakkan di BPM sebe-sar Rp. 127.500.000. Tahun 2006,anggaran meningkat menjadi Rp. 215 juta

    yang diletakkan di BPM, Bapeda, danDinkes.

    Sosialisasi

    Proses sosialisasi memegang pe-ranan penting dalam keberhasilan pro-gram, tak terkecuali sektor AMPL. Sosi-alisasi diarahkan kepada seluruh stake-holder termasuk kalangan wakil rakyat.Selama ini, proses tersebut telah dilak-sanakan kendati masih bersifat indivi-dual. Kendati begitu hasilnya sudahlumayan. Ketua Pokja AMPL Prop.Banten yang baru Ir. Harmin Lanjuminmenyatakan dukungan DPRD cukup

    besar. Menurutnya, Dewan menyatakan bersedia menganggarkan anggaran bagisektor ini dengan syarat ada kegiatanriil di lapangan yang langsung menyen-tuh masyarakat bawah.

    Di kalangan birokrasi, LSM, danperguruan tinggi, keberadaan Pokja puncukup dikenal. Ini bisa terjadi karenamereka sering dilibatkan dalam kegiat-an Pokja AMPL. Pemerintah kabupa-ten/kota di wilayah propinsi tersebut

    juga cukup mengenal pokja ini. Bahkankini tiga pemda tingkat II dari enam

    yang ada telah menerima kebijakan

    nasional AMPL berbasis masyarakat.Ketiga pemda tingkat II itu yaitu Ka-

    bupaten Lebak, Pandeglang, dan KotaTangerang. Sedangkan Kabupaten Se-rang, Tangerang, dan Kota Cilegonditargetkan akan menyusul tahun ini.

    HambatanSebagai Pokja yang baru dengan

    model pendekatan yang baru, wajar bilaPokja tersebut menghadapi kenda-

    TEROPONG

    Percik April 2006 11

    Pokja AMPL Propinsi BantenBerbekal Semangat dan Komitmen

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    14/60

    la/hambatan dalam pelaksanaan pro-gram kerjanya. Berdasarkan inven-

    tarisasi, hambatan itu antara lain:Ketersediaan data cakupan air mi-num dan sanitasi yang masih belum

    valid dan perlu penyempurnaanPerhatian pemerintah terhadappembangunan sektor AMPL belummenjadi prioritas sehingga berimpli-kasi terhadap ketersediaan dana

    yang terbatasPemahaman masyarakat terhadaparti pentingnya perilaku hidup ber-sih dan sehat (PHBS) masih perlu

    ditingkatkan Aktivitas yang dilakukan oleh dae-rah melalui konsultan pendampingdari WASPOLA masih pada tatarankebijakan belum menyentuh padaimplementasiBelum ada kerja sama yang konkretantara pemerintah daerah, LSM, danmasyarakat dalam pembangunan AMPL

    Saat ini, khususnya wakil rakyat dipropinsi tersebut, sangat menunggu

    implementasi kebijakan yang ada.Mereka menilai waktu untuk diseminasidan sosialisasi terlalu lama. Mereka

    berharap segera ada proyek nyata ditengah-tengah masyarakat. Dengandemikian, dewan nantinya bisa memu-tuskan anggaran bagi sektor tersebut.

    Kegiatan PokjaSelama tahun 2005, Pokja AMPL

    Banten berhasil memfasilitasi pemben-tukan Pokja AMPL Kabupaten Lebak,

    Pandeglang, dan Kota Tangerang.Seluruh rencana kerja 2005 terlaksanakecuali satu kegiatan yakni DialogPublik, yang baru akan dilaksanakanawal tahun ini. Pokja juga mengadakanpelatihan dan pembinaan CLTS di tigadesa yakni Desa Parigi, Kertasana, danRahayu di Kabupaten Pandeglang.Selain itu Pokja memfasilitasi sosialisasi

    program Pamsimas dan SANIMAS.Tahun ini Pokja AMPL Banten

    akan melaksanakan 15 kegiatan, antaralain road show ke kabupaten/kota

    yang belum mengikuti program sekali-gus sosialisasi kebijakan AMPL ke dae-rah tersebut; dialog publik dengan ka-

    bupaten/kota; finalisasi draft renstra AMPL agar definitif dan dapat diter- bitkan SK Gubernur; rapat koordinasirutin tingkat propinsi, kabupaten, danpusat; audiensi dengan PokjaNasional, WASPOLA, dan lembaganegara donor; mengikuti pelatihan

    yang diadakan Pokjanas; menye-lenggarakan lokakarya tingkat nasio-nal, propinsi, dan kabupaten; me-nyempurnakan data AMPL; pendam-pingan dan kunjungan kerja kekabupaten/kota; sinkronisasi pro-gram/kegiatan Pokja AMPL tahun2007; serta monitoring dan evaluasikegiatan AMPL.

    TEROPONG

    Percik April 200612

    Ir. Harmin Lanjumin, Ketua Pokja AMPL Prop. Banten

    Pokja AMPL Banten telah dua tahun lebih. Sekarangyang diharapkan implementasinya seperti apa? Kitasudah menganggarkan di Dinkes, BPM, tinggal kita menge-masnya sehingga jadi apa. Dari sisi kesiapan, PokjaPropinsi sebenarnya sudah siap, tinggal sekarang PokjaKab/kota harus lebih siap lagi karena mereka yang lang-sung berhubungan dengan masyarakat.

    Dukungan terhadap sektor ini sudah ada dari dewan. Hanya saja dewansebenarnya menunggu implementasinya. Jangan sampai anggaran hanya digu-nakan untuk rapat-rapat saja. Jadi tidak banyak menunggu waktu denganmengedepankan pemberdayaan saja. Kan AMPL ini sudah 2 tahun, merekamau lihat hasilnya di lapangan. Mereka tidak melihat renstranya. Kalau hasil-nya jelas, mereka akan menambah anggaran. Itu komitmen mereka. Janganterlalu lama proses sosialisasinya. Saya kira dampak pembangunan sektorAMPL sangat luar biasa dalam masyarakat, terutama di bidang kesehatan.

    Ir. H. Nuryanto, MM,anggota Pokja AMPL Banten

    Awalnya dulu sempat pusing, bagaimana membentukpokja tapi tidak ada dana. Tapi setelah dipicu, pikiranitu tak muncul. Kita langsung action kendati tanpa danadan SK. Makanya cara yang sama saya gunakan memicukabupaten/kota. Saya selalu katakan, ''Jangan terlalu pu-sing mikir uang.'' Ternyata kita bisa bergerak meskipun

    tanpa anggaran. Kini Pokja AMPL dijadikan model oleh instansi dan Pokja lain-nya. Malah beberapa utusan negara donor berkunjung ke Pokja AMPL Bantenuntuk melihat keberadaan kita yang dinilainya berhasil.

    Keberadaan Pokja mampu menghilangkan ego sektoral karena Pokja ikutterlibat dalam kegiatan. Artinya Pokja ikut mengontrol. Bahkan sekaranginstansi terkait malah minta dikontrol oleh Pokja. Instansi terkait tak tersing-gung kalau kita berikan masukan.

    Kita berharap ke depan Pokja akan semakin maju karena mantan KetuaPokja, Pak Ir. H. Nitiamidjaya, MM kini menjadi sekretaris daerah. Semogaperhatian terhadap sektor AMPL juga semakin meningkat. Menurut saya,masyarakat Banten ini tidak akan maju kalau setiap hari mereka minum airyang tidak layak.

    Saprudin, anggota Pokja dari BPM

    Sebenarnya sudah ada model pemberdayaan sebelum adanya PokjaAMPL. Hanya saja sifatnya sektoral dan tersebar. Dengan adanya Pokja makakegiatan menjadi terarah. Ada kesepakatan dan pertemuan untuk menen-tukan arah pembangunan AMPL bersama-sama.

    Rustiantoko, anggota Pokja AMPL dari BapedalDulu ada proyek air bersih dan penyehatan lingkungan (ABPL). Setiap sek-

    tor punya program sendiri-sendiri. Sekarang instansi terkait bisa berjalanbersama-sama dengan acuan data yang sama. Artinya semuanya terlibatdalam satu titik. Pokja menjamin keberhasilan dan kebersamaan, serta ke-berlanjutan. (MJ)

    K ATA M E R E K A

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    15/60

    W arga tak pernah mendugasumber air itu akan hilang.Entah sudah berpuluh-pu-

    luh tahun mereka hidup di kaki Gunung Anjasmoro, tak pernah merasakan KaliSekopek kering. Karenanya ketika adaproyek WSLIC 2 tahun 2003, air ini

    menjadi salah satu sumber air dari tigasumber air-lainnya sumber Luh danBenda Putih-bagi warga Desa Banaran,Kec. Kandangan, Kab. Kediri, JawaTimur.

    Hingga suatu pagi 24 Januari 2006, banjir bandang melanda wilayah Kan-dangan dan sekitarnya yang berada dilereng Gunung Anjasmoro. Sungai Me-dowo-begitu warga menyebutnya-yangmenjadi induk sungai Sekopek meluap.Bukan hanya air, banjir itu membawamaterial kayu, lumpur, dan batu. Air

    bah yang menelan enam orang tewasdan belasan rumah hancur di Desa Me-dowo-letaknya 1 km dari Desa Banaran-membuat hulu sungai Sekopek yang

    berada di Sungai Medowo tertutup batu. Aliran air yang tak pernah berhentimengalir dari sungai yang cukup besaritu tak lagi singgah di sungai Sekopek.Hulu sungai Sekopek itu kini tinggaltumpukan batu-batu besar yang tak lagi

    bisa disingkirkan.Sungai Sekopek menjadi monumen

    sungai. Kali tak berair. Warga RW 1 Du-sun Putuk, Desa Banaran yang biasamengandalkan sumber air ini hanya

    bisa pasrah. Dua hari aliran air kerumah-rumah mati. Hadi Suwito, Kepa-la Dusun Banaran, yang sekaligus KetuaHIPAM (Himpunan Pemakai Air Mi-num) Margorukun, menjelaskan kon-disi itu memaksa para pengurus HIPAMdan warga mencari akal agar air kemba-li mengalir ke rumah-rumah. Sebagai

    alternatif darurat, warga mengalirkanaliran sungai kecil ke sebuah bak pe-nampungan yang pernah dibangun se-cara swadaya-sebelum banjir sudah tak difungsikan. ''Yang penting kita ada airdululah,'' katanya.

    Sumber air ini debitnya kecil. Untuk itu warga membendung sungai itu de-ngan kantong pasir. Puluhan kantongpasir dijajar secara gotong royong. Ke-mudian intake sumber dari Kali Seko-

    pek dicopot dan dipindahkan ke sumberini. Hasilnya lumayan. Air kembalimengalir. Namun warga harus bersabar.

    Air mengalir secara bergil ir. Itupunkotor dan agak berbau. ''Padahal duluair Sekopek sangat jernih,'' kata Hadi.

    Dulunya instalasi WSLIC 2 yangtelah diserahkan tahun 2005 itu mela-

    yani 313 kepala keluarga atau 1.800 jiwa yang berada pada satu dusun atau 17RT. Selain sumber air hilang, sebuah

    bak penampung utama berkapasitas 7meter kubik pun kini tak berfungsi.

    Hadi menjelaskan warganya hinggasaat ini belum memiliki alternatif lainuntuk menggantikan sumber air Seko-pek. Namun demikian, menurutnya, ji-ka ada alternatif yang layak, warganyasiap untuk memberikan kontribusi.''Warga tak ada masalah untuk me-ngumpulkan uang lagi. Mereka sudahpercaya dengan pengurus,'' tandas

    Hadi.Hendra, CF yang pernah mendam-

    pingi proyek WSLIC 2 di desa tersebut berpendapat ada dua alternatif yang bisa dipilih warga yakni memperta-hankan sumber air darurat sekarangatau mengambil air langsung melaluipipa ke Sungai Medowo. Kelemahan al-ternatif pertama yakni air mengandunglumpur, debit sangat kecil, dan seringkering di musim kemarau. Namun di

    KISAH

    Percik April 2006

    Sumber Air Hilang,Kocoran JarangFOTO:MUJIYANTO

    Kering: Sumber air sungai Sekopek kering kerontang.

    13

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    16/60

    sisi biaya lebih murah. Alternatif keduakelemahannya butuh dana yang cukup

    besar karena perlu pipa yang pan- jangnya lebih dari 1.200 meter. Hanyasaja sumber airnya mengalir sepanjangtahun. ''Kalau menurut saya, alternatif kedua lebih layak, tapi itu terserah

    warga dan dana yang ada,'' kata Hendra.Berdasarkan perkiraan hitungan

    Hendra, kebutuhan pipa sekitar Rp. 25

    juta. Itu belum termasuk biaya pema-sangan dan pondasi bagi intake. ''Iniperkiraan kasar. Kita belum memper-timbangkan faktor keamanan terhadappipa dan sebagainya,'' katanya serayamenambahkan dulu ada kasus pencuri-an pipa di lokasi sumber air tersebut.Padahal lokasi pipa yang hilang tidak terlalu jauh dengan desa.

    Hadi Suwito mengaku belum ber-

    pikir sejauh itu. Pihaknya juga belumtahu ke mana akan mencari dana pen-damping seperti yang pernah didapat-

    kannya dari proyek WSLIC 2. Sejak ben-cana memang warga belum pernah

    berkumpul secara serius untuk mem- bicarakan masa depan sumber air mere-ka. Apa yang dilakukan baru sebatasupaya tanggap darurat terhadap instala-si yang rusak. ''Warga sih bisa berkon-tribusi, tapi tentu kan tidak semuanyadibebankan kepada warga,'' katanya.

    Iuran warga sebesar Rp. 1.500 perKK per bulan yang selama ini dikum-pulkan telah habis untuk biaya pemeli-

    haraan. Itu pun para pengurus HIPAMtidak dibayar. Kini sejak air tak lagi lan-car, warga pun enggan membayar, ke-cuali warga yang mendapatkan air darisumber air Bendo Putih (51 KK) danLuh (50 KK) yang pasokan airnya tetaplancar.

    Nasib instalasi air di Banaran berbe-da dengan di Desa Medowo di atasnya.Di Medowo seluruh instalasi air dari

    WSLIC 2 rusak total. Akibatnya, pemdaKabupaten Kediri mengucurkan danauntuk perbaikan sarana permukimantermasuk air bersih. Sementara Banar-an yang hanya terkena efek bencana, lu-put dari perhatian. (MJ)

    KISAH

    Percik April 2006

    D esa Banaran terletak di kakipegunungan Anjasmoro. Topo-grafinya berupa lereng. Posisi-nya ada di bagian timur laut Ka-bupaten Kediri. Wilayahnya berba-tasan dengan Kabupaten Jombang.Penduduk desa ini berjumlah lebihkurang 2.200 jiwa. Masyarakatnyahidup dari pertanian dan berkebun.

    Air menjadi masalah utama wargadesa tersebut. Dulu warga meman-faatkan air sungai kecil yang melintasdi areal Perum Perhutani sebagai sum-ber air minum. Air ini dikelola secaraswadaya dan sederhana oleh masya-rakat. Sebagian kecil warga yangtinggalnya di bagian bawah bisa men-dapatkan air dari sumur gali.

    Ketika proyek WSLIC 2 masuk tahun2003, masyarakat menyambut secaraantusias.

    Masyarakat langsung memberikan

    kontribusi yang dipersyaratkan untukmemperoleh proyek tersebut. Saat itutiap warga bersedia membayar danaincash .

    Dengan proses MPA/PHAST wargamenentukan sendiri apa yang akandibangunnya. Ada tiga opsi yang mun-cul yakni air minum perpipaan dengansistem gravitasi sumur gali, dan sumurpompa. Alternatif kedua sulit dipenuhikarena ternyata kedalaman sumber airbervariasi. Ada yang mencapai 50meter. Sedangkan alternatif ketiga tak

    dipilih karena biaya pemeliharaantinggi. Akhirnya dipilih alternatif per-tama.

    Warga mengalirkan tiga sumberyang ada di sekitar desa. Semua sum-ber air itu berada di tanah Perum Per-hutani. Masing-masing sumber air itudiperuntukkan untuk warga yang ber-beda sesuai dengan jarak dan letak ru-mah warga, serta kapasitas sumber airyang ada.

    Oleh karena itu dana incash yangdikumpulkan pun berbeda. Untuk war-ga yang mendapatkan air dari BendoPutih iurannya Rp. 20.000, Luh Rp.18.000, dan Sungai Sekopek Rp.26.000.

    Sebelum ada bencana semuanyaberjalan lancar. Iuran warga cukup ba-ik. Hingga datangnya bencana itu, ko-coran air tak lagi lancar. (MJ)

    SelintasBanaran

    FOTO:MUJIYANTO

    Darurat: Warga membuat bendungan darurat untuk menampung air.

    14

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    17/60

    Mungkinkah kita tidak mengandalkan pinjamanluar negeri dalam pem-

    bangunan sektor air minum danpenyehatan lingkungan?

    Bisa saja kita tidak menggantungkanpada pinjaman luar negeri sepanjang

    APBN kita mendukung untuk itu. Na-mun sektor air minum dan penyehatanlingkungan ini kan sudah masuk dalamprogram dunia dalam MDGs. Kalau kitalihat, untuk mencapai target MDG 2015,kalau hanya mengandalkan kepada ru-

    piah (APBN) kita akan jauh ketinggalan.Sementara investasi untuk sektor air

    bersih saja, kita butuh dana yang sangat berat. Pak Basah pernah mengungkap-kan untuk sampai di air bersih-bukanair minum-kita butuh Rp. 15 trilyun.Sampai saat ini APBN tidak bisa untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Olehkarena itu kalau kita hanya mengandal-kan APBN, mungkin pencapaian targetMDGs akan teralisasi jauh lebih lama.

    Mungkin bisa jadi sampai 2030. Jadipinjaman luar negeri merupakan salahsatu sumber pembiayaan untuk mem-percepat pencapaian MDGs di sektorini. Saya kira pinjaman luar negeriuntuk sektor ini masih diperlukan.

    Lalu apakah ada jaminan jikamenggunakan utang luar negeritarget tercapai?

    Paling tidak kita mulai mendekatikondisi yang diharapkan pada tahun2015.

    Bagaimana trend pembiyaansektor ini ke depan?

    Kalau APBN membaik, saya kirapembiayaan akan kita isi dari APBN danPHLN. Ini pilihan yang paling masuk akal. Hanya saja komposisi akan ber-ubah. Kalau APBN makin membaik,tentu porsinya akan makin baik pula.Kita mengharapkan porsi PHLN-nyaakan turun. Ini tentu saja berlaku

    semua sektor. Sepanjang sektor AMPLini masih menjadi prioritas pemerintahmaka sektor ini harus tetap dibiayai darikedua sumber tersebut.

    Selama ini dari mana saja sum- ber pinjaman itu berasal?

    Sumber pembiyaan itu bisa kita bagi

    menjadi tiga. Pertama, dari negara-ne-gara bilateral. Kedua, dari multilateral agencies (ADB, Bank Dunia, masyara-kat Eropa dsb). Dan ketiga komersial.Sedangkan jenis pinjaman paling tidak

    bisa dibagi dalam tiga yakni hibah, pin- jaman lunak, pinjaman komersial, dan yang di antara pinjaman lunak dan ko-mersial yang disebut sebagai mix credit .

    Bagaimana karakteristik pin- jaman tersebut?

    Karakteristik pinjaman satu dan yang lain berbeda. Pinjaman bilateralumumnya pinjaman lunak yang memi-liki tenggang pembayaran 25-40 tahundengan suku bunga antara 0,75-2,5persen. Biasanya ada grace period (ma-sa tenggang) 5-7 tahun dan tidak ada feelainnya. Yang bisa membedakan antar-pinjaman itu adalah sifatnya yakni ada

    yang tied ada yang untied . Tied berartidalam pengadaan barang dan jasa harusdatang dari negara pemberi pinjaman.Untied , pengadaan barang dan jasa bisa

    melalui international competition. Wa-laupun di dalamnya ada pengecualianmisalnya seperti Jepang yakni peng-adaan barangnya dibagi yaitu 30 persenharus barang Jepang dan sisanya bisainternational competition . Kalau yangmultilateral biasanya general untied .

    Mana yang lebih murah antara yang bilateral dan multilateral?

    Ada dua pendapat berdasarkan

    WAWANCARA

    Percik April 2006 15

    Direktur Pendanaan Luar Negeri Multilateral Bappenas, Delthy S. Simatupang, SH.

    Persiapan Proyek Jadi PenentuAnggaran pemerintah be-

    lum mampu mencukupi kebu-tuhan pembangunan. Mau ti-dak mau pemerintah memin-

    jam kepada kreditor asing.Sampai Desember 2005, utangpemerintah Indonesia kepadakreditor asing berjumlah61,048 milyar dolar. Jumlahitu merupakan 45 persen dari

    Produk Domestik Bruto (PDB).Pemerintah berencanaakan menurunkan stok utangtersebut. Caranya dengan pe-lunasan atas pinjaman yangtelah selesai digunakan,clearance atas pinjamanyang sedang berjalan, dan berhati-hati atas peng-usulan pinjaman baru. Di sisi lain, pemerintahakan berusaha meningkatkan pertumbuhan PDBmelalui peningkatan investasi dan perbaikan fun-damental ekonomi dan menjaga stabilitas ekono-mi makro. Harapannya pada tahun 2009, utangluar negeri ini hanya tinggal 31,8 persen dariPDB.

    Saat ini Bappenas juga se-dang menyusun strategi pinjamanpemerintah (Government Borro-wing Strategy ) untuk membenahimanajemen pengelolaan pinjam-an luar negeri. Secara makrostrategi itu berisi peta kebutuhandan rencana pemanfaatan pin-

    jaman luar negeri tahun 2006-2009. Secara mikro, pengetatan

    penilaian usulan proyek melaluitiga screening deviceyaitu fokusprioritas, kriteria kegiatan dankesiapan proyek, serta pening-katan kualitas monitoring dan

    evaluasi pelaksanaan. Nantinya hanya usulan pro-yek yang betul-betul siap dan sesuai prioritasyang akan mendapatkan pembiayaan luar negeri.Yang tidak siap minggir.

    Untuk mengetahui seluk beluk utang luarnegeri dan kaitannya dengan strategi baru terse-but. Percik mewawancarai Direktur PendanaanLuar Negeri Multilateral Bappenas, Delthy S.Simatupang, SH. Berikut petikannya:

    FOTO: MUJIYANTO

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    18/60

    pengalaman pelaksana proyek. Yangkonvensional bilateral, dari sisi cost of borrowing -nya, lebih murah. Tetapi da-

    lam cost of project -nya jauh lebih mahalkarena sifat pinjamannya tied . Sebalik-nya yang ICB ( International competi-tive bidding ), cost of borrowing -nyatinggi, tapi harga proyeknya relatif lebihmurah karena prosesnya tender, inter-national competitive bidding . Kalau

    yang bilateral sifatnya LCB, limited competitive bidding , hanya ditenderkandi negara pemberi pinjaman. Bisadibayangkan apa yang terjadi kalau per-usahaan-perusahaan di negara tersebut

    mengatur harga sehingga muncul harga yang lebih tinggi karena tender yangdiatur. Harganya tidak akan sekompeti-tif yang ICB. Kita tinggal pilih.

    Sejauh mana keterlibatanpengusul/pemilik proyek dalammenentukan harga proyek dalamproses persiapan?

    Kalau menurut saya yang pentingowner estimate harus kuat. Ini yangharus diperhatikan oleh pemilik proyek.Dalam menentukan satuan harga mere-ka harus tahu betul. Selama ini penga-laman menunjukkan owner estimate(satuan harga) lebih banyak dikerjakanoleh technical assistance (TA) dari luar.Harganya jadi lebih mahal. Oleh karenaitu, untuk menghindari harga yangmahal itu pemerintah harus menyedia-kan uang untuk preparation of the pro-

    ject. Kenapa project mahal? Karena biasanya kita mendapatkan harga dariPPTA atau TA dari pemberi pinjaman.Jelas ini akan membuat size dari proyek

    itu lebih besar. Ini terkait dengan port- folio mereka meminjamkan. Logis saja.Konsultan itu dibayar oleh mereka

    bukan oleh pemerintah dalam bentuk technical assistant kepada kita. Wajar

    bila ownership mereka ada di negarapemberi pinjaman, bukan di pemerin-tah. Oleh karena itu desainnya menjadilebih mahal. Kesulitannya sekarangpemerintah tidak menyediakan danauntuk persiapan. Walaupun ada tapi

    tidak cukup sehingga persiapan lebih banyak dilakukan oleh konsultan asing.

    Kalau ini tidak diperbaiki, maka

    ownership -nya akan sangat berkurang.Jika ini berlangsung sejak di desainawal, bagaimana nanti kalau masuk pada tahap negosiasi. Saya banyak me-nemukan pada tahap negosiasi ini, yang

    banyak bicara itu adalah pihak do-nornya atau konsultannya. Ini menun-

    jukkan onwnership -nya itu kecil. Bagai-mana proyek akan berjalan baik kalaumisalkan masalah ownership ini mun-cul sejak di desain.

    Jadi proyek-proyek itu tidak berjalan dengan baik karena fak-tor ownership tersebut?

    Ownership -nya tidak besar karenasemuanya depend on (tergantung) ke-pada si konsultan. Penguasaan terhadapproyek bisa kita pertanyakan.

    Artinya persiapan proyek men- jadi sangat krusial?

    Persiapan proyek ini sangat penting.Kita di Bappenas akan sangat ketat da-lam melakukan persiapan proyek darimulai persiapan, negosiasi, hingga mo-nitoring. Artinya kita harus mulai me-miliki kualitas sejak ide proyek itu di-sampaikan. Ini yang kita sebut sebagaiquality at entry . Ini nanti ada di buku

    biru. Jadi semuanya nanti sudah terse-leksi dari sisi prioritas nasional, anggar-an, dan kesesuaian dengan RPJM. Wak-tu proyek itu masuk dalam buku biru

    berarti proyek ini siap dibiayai pinjam-an luar negeri. Setelah itu usulan proyek ini akan bertanding lagi dalam peng-

    usulan kita ke negara donor. Baru nantikita akan lihat lagi seleksi prioritas an-tarsektor. Dalam tahap pengusulansampai tahap negosiasi, ini yang palingkritis. Ini akan kita cermati betul. Kitaakan terapkan apa yang namanya readi-ness criteria itu.

    Kenapa harus ketat dalamreadiness criteria ?

    Karena kalau semua kriteria ini

    dipenuhi maka akan mengurangi per-masalahan dalam pelaksanaan proyek.Kita sudah mengevaluasi selama 10 ta-

    hun terakhir ini, mengapa proyek-pro- yek tidak tepat waktu, ada perpanjang-an, proyek tidak jalan dan sebagainya.Kita temukan misalnya masalah penye-diaan lahan, penyediaan dana pen-damping, hal-hal kecil lainnya sepertiPMU atau PMG yang seharusnya sudahterbentuk dari awal. Kita ingin perma-salahan itu di depan sudah clear semua.Selama ini masalah-masalah itu tidak clear . Dulu kita berani berangkat ne-gosiasi dengan membawa beban yang ti-

    dak clear ini. Akibatnya, begitu kita tan-da tangani negosiasi, proyek tidak jalan.Konsekuensi, kita harus membayar apa

    yang namanya unnecessary commit-ment charge . Ini berarti kerugian buatnegara. Proyek juga waktunya akanlebih panjang. Ini cost juga. Dan man-faatnya sudah berubah. Misalnya kitaingin membangun air minum untuk suatu kota. Harusnya selesai 2008,tahu-tahu menjadi 2012. Ini kan tidak sesuai rencana. Dan cakupan layanan-nya pun bisa jadi menjadi kecil karenapertambahan jumlah penduduk. Selamaini kita tidak memperhatikan ini dancenderung main-main. Buat kreditor,mereka tidak peduli. Dengan ditanda-tanganinya pinjaman itu, mereka sudahdapat 1 persen. Bank adalah bank, mes-kipun namanya development bank . Ti-dak ada yang namanya free of charge .Makanya kita saat ini sangat teliti dalammasalah readiness criteria itu.

    Berarti ada perubahan para-

    digma dalam kaitan persiapanproyek ini?

    Pengalaman dulu, waktu kita maunegosiasi, mereka (kreditor) menentu-kan kriteria seperti ini-seperti ini. Tapiitu bukan kriteria negosiasi tapi setelahnegosiasi. Apa yang terjadi? Setelah ne-gosiasi kita tidak bisa memenuhi itu. Se-karang kita balik, kita tidak akan ne-gosiasi sebelum persyaratan dipenuhi.Mereka sempat shock karena tidak ada

    WAWANCARA

    Percik April 200616

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    19/60

    satupun yang siap maju untuk negosi-asi. Dari sisi pemberi pinjaman, mar-ket -nya hilang. Akhirnya semua turun

    portfolio nya. Bank dunia turun. Ba- yankan dari 1,2 milyar tinggal 100-200 juta dolar. ADB bahkan pernah nol. Se-karang, proyek yang melakukan per-siapan lebih baik, pelaksanaannya pun

    baik. Oleh karena itu baik itu pemerin-tah daerah maupun departemen, readi-ness ini harus diperhatikan.

    Bagaimana mengefektifkandan mengefisienkan penggunaanpinjaman luar negeri?

    Project preparation menjadi sangatpenting. Sekarang ini Bappenas sedangmenyusun borrowing strategy (strategipinjaman). Isinya mengatur mengenai ke-mampuan kita meminjam dan proyek-proyek yang dibiayai dari pinjaman luarnegeri itu harus merupakan turunan dariproyek-proyek yang ada di RPJM. Tidak lagi proyek itu berdiri sendiri. Kita

    berharap ke depan, dengan strategi ini bisamenurunkan pinjaman pemerintah yangpada tahun 2009 itu menjadi 31,8 persen.Nantinya stok utang itu bisa terkontrol.Dengan demikian nanti kita bisa menga-lokasikan berapa besaran utang untuk masing-masing sektor prioritas sehinggasetiap sektor itu ada pagunya. Dengankapasitas meminjam yang ditentukanmaka pemberi pinjaman akan berkom-petisi untuk membiayai proyek-proyek tersebut. Contohnya, kapasitas kita me-minjam per tahun 2,5 milyar dolar.Dengankreditornya yang banyak, angka yang di-tawarkan mungkin tiga kali lipat lebih be-sar. Tapi kita hanya meminjam terbatas itu

    sehingga mereka akan berkompetisi mem- biayai proyek-proyek itu. Dengan demiki-an persiapan proyek akan betul-betul ba-gus dan prioritas. Di samping itu kita jugapunya disiplin terhadap anggaran pinjam-an luar negeri. Tidak bisa sekarang setiapdepartemen mau pinjam sesuai kebutuh-annya. Mungkin kalau 2,5 milyar dolar ka-lau dilihat dari usulan PU, mungkin untuk PU doang. Sekarang itu harus dibagi. Jadiini betul-betul untuk proyek yang siap dan

    mendapat skala prioritas. Dan ini tidak ha-nya untuk proyek yang memiliki cost re-covery , tapi juga proyek-proyek sosial. Ini

    belum pernah terjadi sebelumnya.

    Apakah dengan adanya project preparation tidak akan memper-lambat proyek di lapangan?

    Sebetulnya tidak harus memperlam- bat. Sebaliknya kalau persiapan proyek lebih baik maka akan mempercepat pe-laksanaan proyek. Selama ini persiapanproyek buruk sehingga pelaksanaan men-

    jadi terhambat. Oleh karena itu, waktu per-siapan proyek harus lebih panjang.

    Apa tantangan ke depan dalamsektor AMPL ini dikaitkan denganpembiayaan luar negeri?

    Bidang AMPL memiliki tantangantersendiri. Ini berkaitan dengan diber-lakukannya UU no. 33 tentang desen-tralisasi. Artinya dengan undang-un-dang ini masalah AMPL itu sudahdidesentralisasikan sehingga menjaditanggung jawab pemerintah daerah. Se-harusnya intervensi pemerintah pusatsudah tidak ada. Tapi yang terjadi, ke-

    mampuan pemerintah daerah masihterbatas. Akhirnya pemerintah pusatmasih mau melakukan intervensi didaerah. Kalau pendanaan itu dari APBNtidak masalah. Tapi kalau pendanaan

    berasal dari utang luar negeri, itu tim- bul masalah. Seharusnya pendanaan itumenjadi pinjaman daerah. Untuk dae-rah meminjam, ada kriterianya. Salahsatunya diukur dari kapasitas fiskalmereka. Banyak daerah yang tidak me-

    menuhi kapasitas fiskal tersebut. Itu ar-tinya daerah tidak boleh pinjam, pa-dahal air minum adalah kebutuhan da-

    sar. Ini menjadi dilema. Di sisi lain, un-tuk daerah yang mampu, karena sudahdesentralisasi, mereka meminjam lewatpusat. Itu yang namanya onlanding . Ini

    juga persoalan karena mereka umum-nya tidak mau. Mereka hanya mau danaitu dipakai untuk proyek yang cost reco-very sehingga bisa membayar utangnya.Sementara air minum da penyehatanlingkungan, apalagi untuk masyarakatmiskin, termasuk non cost recovery . Pe-merintah daerah tidak akan mengambil

    untuk itu.

    Bagaimana cara untuk meng-atasi ini?

    Saat ini departemen keuangan se-dang menggodok KMK 35 untuk dire-

    visi. Juga ada revisi Permenkeu untuk on granting , pemberian hibah. Mudah-mudahan ini bisa memberikan kon-tribusi untuk menyelesaikan masalahpinjaman daerah.

    Apakah kita tidak mungkinmengharapkan dana hibah?

    Hibah itu selalu ada. Tetapi jumlah-nya tidak besar sehingga tidak bisa kitaharapkan sebagai sumber pembiayaanpembangunan. Jumlahnya tidak signifi-kan. Hibah yang diberikan kepada kita-pun lebih banyak menyangkut prepara-tion , dalam rangka proyek. Malah kitakatakan itu sebagai foreder nya. Jadikadang-kadang perlu hati-hati dalammenerima hibah-hibah seperti itu kare-na di belakangnya biasa akan ada loan .

    Ini penting untuk diketahui dan dian-tisipasi. Kalau namanya PPTA ( Project

    Preparation Technical Assistance ), di belakangnya pasti ada loan -nya. Kecualidari ADB ada yang namanya IDTA, yangsifatnya lebih lunak. Tidak jadipun tidak apa-apa. Makanya departemen dan dae-rah perlu hati-hati di dalam menerimatawaran-tawaran hibah. Karena PPTA sifatnya mengikat, meskipun tidak dise-

    butkan di dalamnya mengikat. (MJ)

    WAWANCARA

    Percik April 2006 17

    KRITERIAKESIAPANPROYEK:Organisasi proyekRencana pembiayaan dan penyediaan danapendampingPenyiapan dokumen pengadaan barang danjasa pada tahun pertamaRencana pembebasan tanah dan peminda-han penduduk (untuk proyek fisik)Indikator pencapaian proyek sebagai dasarpelaksanaan monitoring dan evaluasiPetunjuk pelaksanaan operasional proyek

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    20/60

    Usaha pelayanan air minumskala kecil menjadi suatu yangtak terelakkan. Ini karena ada

    kebutuhan yang mendesak di masya-rakat, di sisi lain perusahaan daerah airminum belum mampu menjangkauseluruh lapisan masyarakat. Sejauhmana peran mereka dalam penyeleng-garaan air minum, sebuah lokakarya

    bertajuk Pelayanan Air Minum SkalaKecil di Jakarta Utara diadakan 23 Fe- bruari lalu di Jakarta.

    Acara ini dihadiri oleh wakil peme-rintah pusat dari instansi terkait(Bappenas, PU, Depdagri, BPPSPAM),dinas terkait Prop. DKI Jakarta, keca-matan dan kelurahan di Jakarta Utara,operator air minum (PAM Jaya, TPJ,dan Badan Regulator), Puslitbang Per-mukiman PU, Hydroconseil Consul-tant , LSM, WASPOLA, serta Pokja

    AMPL. Lokakarya ini dibuka oleh Di-rektur Perumahan dan PermukimanBappenas, Basah Hernowo.

    Ia mengemukakan keterbatasan ak-ses pada prasarana air minum yang me-madai dan aman masih menjadi isu

    yang belum terpecahkan. Menurutnya,masih ada masyarakat yang belum ter-layani oleh penyedia jasa formal dan se-

    bagian besar adalah masyarakat miskin.Golongan masyarakat inilah, lanjutnya,

    yang menjadi pelanggan dari "pelayan-an air minum skala kecil ( Small Scale

    Water Providers /SSWPs)". Oleh karenaitu perlu dipikirkan seperti apa peranSSWPs di masa yang akan datang.

    Lokakarya diisi dengan presentasidalam dua sesi. Sesi pertama tentanghasil studi jasa air minum skala kecil.Sesi kedua tentang peran SSWPs dalamsistem penyediaan air minum.

    Dari presentasi itu didapatkan beberapa hal penting sebagai berikut:

    Hasil studi di lima kota (Bandung,

    Subang, Jakarta Utara, Palembang,dan Makassar), ditemukan bahwapelayanan air minum skala kecilmemberikan kontribusi sekitar 2persen terhadap cakupan pelayanan.Namun studi ini juga menemukanadanya potensi kedua sebesar 8 per-sen dari golongan masyarakat yangmendapatkan air dari sumber alter-

    natif selain SSWPs misalnya sumurumum, sungai, dan air hujan. Ada berbagai tipe pelayanan SSWPs yang secara umum digolongkan kedalam tiga tipe yaitu (i) perpipaandengan sambungan rumah, (ii) truk tangki air, dan (iii) gerobak dorong.Selain itu juga terdapat variasi polalayanan di setiap kota, yang paling

    bervariasi kota Bandung dengan dela-pan pola layanan sedangkan yang

    variasinya sedikit yakni Makassardengan tiga pola layanan. Variasi inidinilai terkait dengan ketersediaan air

    baku, semakin terbatas air baku yangtersedia semakin sedikit pola layanan

    yang dapat dikembangkan.Untuk tingkat keberlanjutan pela-

    yanan SSWPs, studi ini menemukan bahwa tipe pelayanan dengan perpi-paan menduduki peringkat tertinggidiikuti dengan terminal air dan mobiltanki, sedangkan gerobak dorongmenempati peringkat terendah.Penelitian di Jakarta Utara menun-

    jukkan bahwa baru 50 persen pen-duduk Jakarta Utara yang terlayanioleh penyedia jasa formal, sisanyamenggantungkan pada sumber laintermasuk SSWPs.

    Ada empat pola layanan SSWPs diJakarta Utara yaitu (i) pedagang airgerobak, (ii) pedagang air truk tangki,(iii) pedagang air terminal kecil, dan(iv) IKK dengan sistem perpipaan.Namun yang paling banyak dite-

    mukan adalah pedagang air kelilingdengan gerobak.Untuk kasus Jakarta Utara, padaumumnya SSWPs sangat menggan-tungkan sumber air dari penyedia

    jasa formal. Namun sampai saat inihak penjualan kembali air ke wilayah

    yang belum terlayani penyedia jasaformal atau permukiman ilegal

    belum diatur oleh pemerintah. Selainitu, belum terdapat pengaturan usahalayanan air minum skala kecil olehpemerintah menyangkut perizinan,

    batas wilayah, kualitas, dan standarharga.Pengalaman internasional menun-

    jukkan bahwa SSWPs yang beroperasisecara 'legal' dapat memberikanpelayanan yang kontinyu dengankualitas setara dengan penyedia jasaformal dan tarif yang lebih rendahdibandingkan dengan SSWPs yangperoperasi secara 'ilegal'.Untuk pengembangan institusi peng-aturan SSWPs di Indonesia dire-komendasikan beberapa hal termasuk perencanaan dan pengaturan perlumengikutsertakan SSWPs, kontrak formal/perizinan kepada " key "SSWPs dengan waktu kontrak ter-

    batas sampai penyedia jasa formalmampu melayani.

    Berdasarkan hasil diskusi, alurpembahasan mengarah pada men-

    jadikan SSWPs sebagai mitra penyedia jasa formal dalam memperluas layan-an, namun bukan sebagai solusi per-manen tetapi sebagai solusi alternatif sampai penyedia jasa formal mampumelayani area tersebut. Layanan pe-nyedia jasa formal tetap merupakanalternatif terbaik karena dinilai dapatmemberikan layanan yang lebih baik dan terjangkau dibandingkan denganlayanan SSWPs. (MJ)

    SEPUTAR AMPL

    Percik April 200618

    Lokakarya Pelayanan Air Minum Skala Kecildi Jakarta Utara

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    21/60

    G una menyebarluaskan alternatif pengolahan air dengan teknologi yang mudah dan murah di ting-kat masyarakat, Forum Komunikasi Pe-ngelolaan Kualitas Air Minum Indo-nesia (FORKAMI) dan Environmental

    Services Program (ESP) USAID menye-lenggarakan seminar Pengolahan Air diTingkat Pengguna di Jakarta, 27 Febru-ari 2005.

    Acara ini dibuka oleh Ketua UmumFORKAMI, Abdullah Mutholib. Menu-

    rutnya, masyarakat masih kurang me-nyadari bahwa air yang digunakannya belumlah aman dan sehat untuk digu-nakan sebagai air minum. Di sisi lainkebijakan air minum mengarah pada airperpipaan dan belum pada pengolahanair sampai pada tingkat pengguna. ''Ma-

    ka perlu cara lain yang lebih mudah un-tuk memperoleh air yang sehat danaman,'' katanya.

    Ini menilai langkah ini penting se- bab jangkauan layanan PDAM masihrendah sekitar 23 persen. Di luar itumasyarakat menggunakan air permuka-an atau air sumur sebagai sumber airminum. Proses pengolahan oleh masya-rakat terkadang kurang higienis sehing-ga masih terus dijumpai penyebaran pe-nyakit diare karena air.

    Seminar ini menghadirkan tiga na-rasumber yakni dari Aman Tirta denganprogram Air Rahmat, Yayasan Dian De-sa dengan Solar Water Disinfectan (SO-DIS) dan PUR, dan BPLHD DKI Jakartadengan saringan keramik Plered. AirRahmat yaitu produk pemurni air mi-

    num dengan kandungan 1,25 persen so-dium hypochlorite . Bahan ini tinggal di-campurkan ke air mentah sesuai dosis.

    Air langsung siap diminum. SODIS yak-ni menjemur air mentah dalam wadahtransparan selama beberapa jam agarpanas yang dihasilkan bersinergi de-ngan ultraviolet membunuh bakteri da-lam air. Pemanasan selama 4-5 jam pa-da suhu yang mencapai 50 derajatmampu membunuh bakteri E. coli yangada dalam air tersebut. Sedangkan PUR

    merupakan penjernih air yang mampumembuat air bersih dan siap dikonsum-si. Sementara keramik Plered yang di-lapisi koloid perak berdasarkan pene-litian mampu menghilangkan bakterisehingga air yang disaring layak minum.

    (MJ)

    SEPUTAR AMPL

    Percik April 2006 19

    Seminar Pengolahan Air di Tingkat Pengguna

    T ahun ini pemerintah mencanangkanprogram nasional di bidang air mi-num dan penyehatan lingkungan. Programtersebut diberi nama Penyediaan AirMinum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat(PAMSIMAS). Sebagai persiapan programini, sebuah lokakarya diadakan di Jakarta18-19 Januari 2006. Lokakarya ini bertu-

    juan untuk menciptakan model penyeleng-garaan air minum dan sanitasi yang berba-sis masyarakat. Dengan model tersebutnantinya program ini bisa direplikasi se-cara luas bagi kegiatan sejenis di seluruhIndonesia.

    Kegiatan ini diikuti oleh utusan dari15 propinsi yang terdiri atas wakilBAPPEDA dan Dinas PU. Acara dibukaoleh Direktur Jenderal Cipta Karya, De-partemen Pekerjaan Umum, Ir. Agoes

    Widjanarko, MIP. Ia memberikan gam- baran umum program PAMSIMAS sertasasaran yang diharapkan dari dilaksa-nakannya Lokakarya I PAMSIMAS ini.

    Lokakarya diisi oleh presentasi pema-kalah yang berasal dari Bappenas, CPMU

    WSLIC II, DJCK, dan Bappeda Lumajang.Presentasi pertama berjudul ''Nilai Stra-tegis Proyek PAMSIMAS dalam Pen-capaian Tujuan Air Minum dan Sanitasi'',oleh Direktur Perumahan dan Permu-kiman Bappenas, Basah Hernowo, BAP-PENAS. Makalah berikutnya disampaikanoleh D Wan Alkhadri dan Zaenal I.Nampira dari CPMU WSLIC II, mengenaiPengalaman Pengelolaan WSLIC 2. Padahari kedua, Direktur Bina Program DJCK,Djoko Murjanto, menyampaikan penje-lasan mengenai Program Nasional Pe-nyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

    Masyarakat (PAMSIMAS).Lokakarya ini menghasilkan beberapa

    masukan dan kesepakatan, di antaranya:Perlu adanya koordinasi, kejelasanmekanisme pelaporan, sistem peren-canaan dan manajemen terpadudalam rangka monitoring dan evalua-si program di daerah.Perlu ada ada penyuluhan dan kerjakeras dari pemerintah propinsi untuk sosialisasi program khususnya bagi

    masyarakat tertinggal.Pemilihan kabupaten/kota yang da-pat berpartisipasi dalam programPAMSIMAS akan menggunakan dataBPS, kecuali Propinsi Sulawesi Barat

    yang belum memiliki data BPS. Data yang akan digunakan yakni data ka- bupaten/kota tertinggal.Perlu tambahan kriteria pemilihandengan pernyataan kesanggupanmembayar biaya operasi, pengelola-an, dan iuran dari masyarakat.Hasil lokakarya ditindaklanjuti de-ngan diadakannya lokarya serupa di

    tingkat propinsi untuk memilih kabu-paten/kota yang dapat mengikuti pro-gram PAMSIMAS sesuai dengan jad-

    wal indikatif lokakarya propinsi.Lokakarya II Program Nasional PAM-SIMAS dengan mengundang Kabupa-ten/Kota terpilih akan diadakan pada1 Maret 2006.Perlu ada pertemuan rutin minimumtiga bulan sekali untuk membicara-kan data. (Mat)

    Lokakarya I PAMSIMAS

  • 7/31/2019 Penyedia Air Skala Kecil. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi April 2006.

    22/60

    Tanggal 22 Maret lalu Hari AirDunia ( World Water Day ) dipe-ringati. Kali ini temanya, 'Air

    dan Budaya' ( Water and Culture ). Temaini menggambarkan kenyataan bahwa

    banyak cara dalam melihat, mengguna-kan, dan memanfaatkan air sebagai bu-daya masyarakat di seluruh dunia. Air

    juga memiliki nilai kesucian dan menja-di bagian penting dalam kehidupan ber-agama yang digunakan di berbagai ritu-al dan upacara. Selain itu, air menjadiinspirasi seni baik itu seni musik, lukis,

    tulis, dan perfilman. Air juga bagianpenting dari proses ilmu pengetahuan.Setiap wilayah di dunia memiliki caratersendiri untuk memperlakukan danmengelola air. Masing-masing daerah/-

    wilayah sangat mengenal peran air ter-sebut sebagai kunci kehidupan manu-sia. Tak heran bila secara kultural ma-

    nusia telah berupaya menjaga air terse- but dalam budayanya masing-masing.Hari Air Dunia ini dicetuskan tahun

    1992 dalam United Nations Conferenceon Environment and Development

    (UNCED) atau Earth Summit di Rio deJaneiro, Brasil. Setiap tahun tema yangdiangkat berbeda-beda.