Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

60

description

Majalah ini merupakan media komunikasi diantara pemangku kepentingan dan dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian. Diterbitkan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) bekerjasama dengan Ditjen Cipta Karya Kementerian PU. Terdapat dua versi yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Transcript of Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Page 1: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005
Page 2: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan

Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Cipta Karya

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,

DEPKESDirektur Perkotaan dan Perdesaan

Wilayah Timur, Dep. Pekerjaan UmumDirektur Bina Sumber Daya Alam dan

Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRIDirektur Penataan Ruang dan

Lingkungan Hidup, DEPDAGRI

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Ismail, Johan Susmono,

Indar Parawansa, Bambang Purwanto

Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,Essy Asiah, Mujiyanto

Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

Produksi:Machrudin

Sirkulasi/Distribusi:Meiza Aprizya,Agus Syuhada, Metzy S.Oc

Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

Telp. (021) 31904113http://www.ampl.or.id

e-mail: [email protected]@ampl.or.id

[email protected]

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

dengan air minum dan penyehatan lingkungan danbelum pernah dipublikasikan. Panjang naskah

tak dibatasi. Sertakan identitas diri.Redaksi berhak mengeditnya.

Silahkan kirim ke alamat di atas.

cover : RUDI KOSASIH

Dari Redaksi 1

Suara Anda 2

Laporan Utama

Kredit Mikro Sanitasi Bagi Si Kecil 3

Pembelajaran Kredit Mikro Mancanegara 9

Pengalaman Kredit Jamban Keluarga di Yogyakarta 11

Wawasan

Jamban Sehat Posyandu Kuat 12

Penanganan Sampah Melalui Eco-Cycle Society 14

Partisipasi Masyarakat dalam Mendukung Proyek Penyediaan

Sarana Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman 15

Kebersihan adalah Investasi 18

Penyediaan Air Bersih: Tantangan Kini dan Akan Datang 20

Implementasi Konsep Capacity Building dalam Perusahaan Daerah

Air Minum 22

Banjir dan Longsor di Musim Hujan Kekeringan di Musim Kemarau 25

Teropong

Sekali Coba, Langsung Hasilnya 28

Gotong Royong Bangun Jamban 29

Maunya WC Closet Saja 30

Membangun Jamban Sederhana 31

Reportase

Ketika Kaum Elit Mulai Melek Lingkungan 32

Wawancara

Pemberdayaan Masyarakat Lewat Posyandu 34

Info Situs 37

Info Buku 38

Info CD 39

Seputar AMPL 40

Seputar WASPOLA 46

Pustaka AMPL 54

Klinik IATPI 55

Agenda 56

Page 3: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

1PercikJuli 2005

Pembaca, ada kabar gembira darimeja redaksi Percik. Makin harikepedulian para pemangku ke-

pentingan terhadap majalah ini makinmeningkat. Ini bisa dilihat dari animomasyarakat untuk memperoleh Percik.Kiriman surat dan email selalu kami teri-ma. Isinya, mereka ingin mendapatkanmajalah yang terbit pertama kali padatahun 2003 ini. Jangan heran bila rubrikSuara Anda berisi seputar permintaanPercik.

Selain itu, beberapa pembaca menya-takan menjadikan isi majalah ini sebagaireferensi. Mereka mengaku terus me-nunggu kapan Percik terbit. Kenyataanini tentu menyenangkan kami yang adadi dapur redaksi. Ini berarti tekad kamiuntuk menjadikan majalah ini sebagaireferensi bidang air minum dan penye-hatan lingkungan, semoga tercapai.

Pembaca, tahun ini adalah tahunekonomi mikro. Edisi ini Percik hadirdengan laporan utama mengenaipembiayaan mikro (microfinance)khusus bidang sanitasi, lebih khusus lagiuntuk pembangunan jamban/WC. Kamimenganggap ini penting karena selamaini pembiayaan mikro tampaknya kurangdiarahkan ke sana. Padahal sektor sani-tasi tak bisa diabaikan begitu saja karenamenyangkut kesehatan kita sehari-hari.Secara fakta, banyak pendudukIndonesia yang tidak memiliki jam-ban/WC. Mereka membuang hajat disembarang tempat. Ada yang di sungai,kebun, dan sawah. Hanya saja memangsaat ini belum ada bentuk baku modelpembiayaan mikro bagi mereka. Kamiberharap tulisan ini menjadi wacana danakhirnya memacu para pemangkukepentingan untuk memperhatikanmereka yang tidak memiliki jamban sertamengucurkan sedikit dana bagi mereka.

Untuk beberapa kalangan, pemba-ngunan jamban sebenarnya tak terken-dala dana tapi hanya faktor kemauan dankepahaman. Ini terbukti pada uji cobaCommunity-Led Total Sanitation (CLTS)

di Kabupaten Lumajang yang kamitampilkan dalam rubrik Teropong.Awalnya orang sangat pesimis dengancara ini. Pertanyaan yang seringmenggelitik mereka adalah apakahmungkin menggerakkan masyarakattanpa ada intervensi pendanaan samasekali? Hasilnya di luar dugaan. Dalamwaktu singkat warga dusun memilikijamban tanpa ada bantuan dana sepeserpun. Yang diperlukan cuma pemicuan(trigger). Tentu ada kiat untuk me-ngubahnya dan itu bisa dipelajari dan di-terapkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.

Pembaca, rubrik Wawancara padaedisi ini agar berbeda dengan sebelum-nya. Biasanya selalu tampil 'orangpusat' dan topiknya terkait isi laporanutama. Kali ini kami tampilkan 'orangdaerah' yang akan berbicara soal dae-rah. Ada berbagai pengalaman menarikyang bisa dijadikan pelajaran oleh

pusat maupun daerah lainnya. Misalnyadaerah ini memiliki program LumajangSehat 2007 melalui Gerbang Mas.Untuk mencapai itu, Posyandu menjadipusat kegiatan, tidak hanya dalampelayanan tapi pemberdayaan masyara-kat secara umum.

Kami juga menampilkan reportasesekelompok masyarakat yang peduli de-ngan lingkungan. Mereka bukan kalang-an menengah ke bawah tapi justrukalangan atas yang bermukim di Jakarta.Upaya mereka tentu sangat menarikuntuk diamati.

Pembaca, apa yang kami sajikantentu belum sempurna. Kritik danmasukan senantiasa kami nantikan.Apalagi sejak semula kami telah bertekadmenjadikan majalah ini sebagai mediatukar informasi antarpemangku kepen-tingan sektor air minum dan penyehatanlingkungan. Umpan balik Anda selalukami tunggu. Selamat membaca.

A R I R E D A K S ID

Wartawan Percik Mujiyanto dan Andre K (pertama dan kedua dari kiri) bersama sanitariandan para penggerak CLTS di Desa Kertowono, Lumajang, Jawa Timur.

FOTO:ISMU

Page 4: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

U A R A A N D AS

2 PercikJuli 2005

BerlanggananSaya sangat tertarik pada isi majalah

Percik (Media Informasi Air Minum danPenyehatan Lingkungan). Saya berharapdapat berlangganan majalah tersebutguna peningkatan pengetahuan daninformasi yang berkaitan dengan penge-lolaan lingkungan hidup. Selain itu sayaberharap dapat memperoleh CD Inter-aktif AMPL.

Bagaimana saya bisa berlanggananmengingat saya berada di luar Jakarta?Dan bolehkah saya mengirimkan ma-kalah atau redaksi yang berkaitan denganpermasalahan lingkungan di daerah saya,Kabupaten Batang?

Ir. Wisnu SuryotomoPemerhati Lingkungan Hidup

Jl. Ahmad Yani Gang 28 (Tengger) No. 41Kauman Kabupaten Batang, Jawa Tengah

Majalah Percik diedarkan secaracuma-cuma. Anda tinggal mengajukanpermohonan berlangganan ke kantorredaksi. Insyaallah kami akan mengi-rimkan Percik ke alamat Anda. Se-dangkan mengenai makalah/artikel,Percik terbuka bagi siapa saja asalkantema tulisan masih seputar air minumdan penyehatan lingkungan. Kami tung-gu artikel Anda. (Redaksi)

Butuh Produk Pokja Setelah membaca Percik edisi Agus-

tus 2004, kami menilai pentingya infor-masi mengenai air minum dan penye-hatan lingkungan yang merupakan kebu-tuhan dasar bagi pengelolaan lingkunganhidup. Informasi tersebut sangat dibu-tuhkan sebagai bahan referensi, pengem-bangan wawasan dan penguasaan ilmupengetahuan dan teknologi di bidanglingkungan hidup.

Dokumentasi dan rangkuman berba-gai informasi dan berita-berita pentingdalam bentuk newsletter, CD dan Klipingyang dilakukan Pokja AMPL merupakansalah satu alat yang efektif untuk sosiali-

sasi masalah air minum dan penyehatanlingkungan pada berbagai pihak.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, kami membutuhkan informasidimaksud dan kami mohon kesediaanPokja AMPL untuk mengirimkan rangku-man informasi dalam bentuk newsletter,CD, kliping sekaligus juga mengharapkanterbitan majalah setiap edisinya.

Kami sangat mendukung atas gagas-an dan ide saudara di dalam penyebarlu-asan informasi tentang air minum danpenyehatan lingkungan melalui mediamajalah, dan kami harapkan kerja sama-nya di masa mendatang.

Ir. H. Isrin AgoesKepala Bappedalda Propinsi

Sumatera Barat

Kami telah mengirimkan apa yangAnda butuhkan. Terima kasih atas per-hatian dan dukungannya. (Redaksi)

Bantuan ReferensiSaya saat ini diberi amanah menjabat

sebagai ketua Jurusan Teknik Lingkung-an, Fakultas Teknik Universitas Andalas,Padang, Sumatera Barat. Untuk pengem-bangan perpustakaan jurusan, kamimembutuhkan banyak referensi-referen-si, terutama yang berkaitan dengan per-aturan-peraturan, petunjuk teknis, jur-nal, standar-standar dan sebagainya, dibidang teknik lingkungan (air bersih, airbuangan, buangan padat, sanitasi ling-kungan, pengelolaan udara, dan kesehat-an lingkungan). Bisakah Pokja AMPLmembantu merealisasikannya? InsyaAllah referensi-referensi tersebut sangatberguna bagi mahasiswa dalam menyele-saikan tugas-tugas kuliahnya.

Denny Helard, MT.Jurusan Teknik Lingkungan

Fakultas TeknikUniversitas Andalas

Kampus Limau Manis,Padang-25163

Kami akan membantu Anda sejauh apayang Anda harapkan tersedia pada kami.Namun demikian, kami akan membantumenginformasikan kepada instansi terkaituntuk membantu. (Redaksi)

Minta PercikSaya mahasiswa semester 8 di IPB.

Saya tertarik membaca majalah Percikkarena informasinya. Mohon kiranyasaya bisa mendapatkan majalah tersebut.Saya mendapat informasi dari internet,bahwa majalah tersebut gratis. Kalaupuntidak dapat secara hard copy, mohonkiranya saya bisa mendapatkan soft copy-nya. Semoga Percik semakin jaya danditerima masyarakat.

Slamet PurwantoJln. Raya Darmaga Gg Bara I No.184B,

Kelurahan Babakan RT 01/03 Darmaga, BogorBarat 16680

Percik akan segera kami kirimkanke tempat Anda. (Redaksi)

Koleksi PercikKami memperoleh Percik pada saat

Seminar TTG Pengolahan Limbah Cair diYogyakarta (24-25 Agustus 2004) danDialog Nasional Persampahan di Jakarta (4Juni 2005). Isinya ternyata sangat-sangatmembantu kami dalam menjalankan tugas-tugas dinas. Untuk itu kami berharap bisamemperoleh semua terbitan Percik dariedisi awal hingga sekarang. Saya baru men-goleksi tujuh edisi yakni Agustus 2003,Oktober 2003, Februari 2004, Juni 2004,Agustus 2004, Oktober 2004, dan Desem-ber 2004. Berapa kontribusi saya?

Roesmani, STKepala Seksi Penyehatan Lingkungan

Permukiman Dinas KIMTARU Propinsi Jawa Tengah

Anda telah memiliki semua terbitanPercik, kecuali yang terbit tahun 2005.Kami segera mengirimkannya secaracuma-cuma. (Redaksi)

Page 5: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Desa yang terletak di Ke-camatan Ngemplak, Ka-bupaten Sleman, DIY iniberubah berkat adanyabantuan dari Bank Dunia

yang difasilitasi oleh LSM [e] Founda-tion. Nilainya tak terlalu besar hanya Rp.15,3 juta. Namun bantuan itu mampumenggerakkan masyarakat untuk meng-ubah hidupnya untuk mewujudkanlingkungan yang sehat.

Hibah Bank Dunia itu kemudian dija-dikan dana bergulir yang bisa dipinjamwarga untuk membangun atau memper-baiki jamban keluarga. Program itu di-beri nama "Kredit Jamban Sehat". Besarpinjaman bagi setiap KK ditetapkan

mulai Rp 750 ribu sampai Rp 1,275 juta.Pengembaliannya dilakukan dengan ang-suran selama 10-24 bulan. Pinjaman itujuga dikenakan bunga 1,5 persen per bu-lan dan pengelola memberikan sanksitertentu kepada peminjam yang tidakmenepati waktu angsuran. Sanksi itu be-rupa denda sebesar 5 persen dari bungapinjaman.

Dana yang dipinjam tidak boleh digu-nakan untuk keperluan lain, kecualimembangun atau memperbaiki jambansehat. Kriteria jamban sehat adalah ter-tutup, tetapi memiliki ventilasi udara,tidak berbau, berlantai dan memilikisaluran air, jarak tangki septik minimal10 meter dari sumur, dan di jamban itu

A P O R A N U T A M A

Kredit Mikro Sanitasi

Bagi Si Kecil

L

Warga Umbulmartani bolehsedikit lega. Kebiasaanbuang air besar (BAB)

di sungai-biasa disebutWC panjang-dan di kebun

kosong mulaiberkurang drastis.

Ini karena warga mulaimemiliki jamban keluargakendati sangat sederhana

awal tahun ini.

3PercikJuli 2005

KARIKATUR: WWW.RUDIKOZ.COM

Page 6: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

tersedia air. Pada Agustus 2002 hibah Bank Dunia

bisa digunakan membangun atau mem-perbaiki 12 jamban keluarga. PadaFebruari 2005 jumlahnya melonjak men-jadi 40 jamban keluarga.

Lurah Desa Umbulmartani AtokTriyudianta, menjelaskan diperkirakanmasih ada sekitar 30 persen warganyayang belum memiliki jamban sehat.Kalau dana yang digunakan untuk mem-bantu warga hanya berasal dari BankDunia, dibutuhkan waktu lebih dari 10tahun untuk mewujudkan jamban sehatdi desanya. Akhirnya, desa mencari ban-tuan ke PT Ford Motor Indonesia (FMI)yang mempunyai dana hibah dalam upa-ya melestarikan lingkungan.

FMI memberikan hibah sekitar Rp 41juta yang penyerahannya dilakukansecara bertahap mulai Mei 2004. SampaiFebruari 2005, jumlah bantuan yangsudah disalurkan mencapai Rp 20,7 juta.Dengan adanya hibah baru ini, jumlahpinjaman kepada warga bisa ditingkatkanmenjadi maksimal Rp 1,5 juta per KK.Dengan dana tersebut, pada Mei 2004sudah ada tambahan 11 jamban sehat dansampai Februari 2005, jumlahnya ber-tambah lagi menjadi 15 jamban sehat. Se-lain membangun jamban, sebagian bungapinjaman dana bergulir juga digunakanmeningkatkan gizi balita melalui pro-gram pemberian makanan tambahan da-lam kegiatan pos pelayanan terpadu(posyandu).

"Kalau program pembuatan jambansehat dan perbaikan gizi balita bisa terusbergulir, kami memiliki angan-anganUmbulmartani menjadi sehat, Yogyakar-ta sehat, dan Indonesia pun sehat," ujarHeny Kusharyati, penggerak PKK Um-bulmartani yang juga istri Atok Triyu-dianta.

Kondisi IndonesiaApa yang terjadi di Umbulmartani

setidaknya bisa menggambarkan-kendatitidak sepenuhnya-kondisi sanitasi dasar

di kawasan perkotaan dan perdesaan diIndonesia. Sampai dengan tahun 2002,penduduk Indonesia yang mempunyaiakses terhadap sarana sanitasi dasar yangmemadai yaitu jamban yang dilengkapicubluk atau tangki septik, baru mencapai63,5 persen. Proporsi di perdesaan relatiflebih rendah, hanya berkisar 52,2 persen,sementara di perkotaan telah mencapai77,5 persen.

Angka tersebut hanya menunjukkanproporsi yang tersedia tetapi tanpa mem-bedakan kualitasnya. Karenanya data diatas ditengarai belum menunjukkan kon-disi yang sebenarnya. Kondisi nyatamungkin lebih buruk dari itu. Diper-kirakan banyak sarana sanitasi dasaryang ada saat ini sudah tidak dapat diper-gunakan lagi dan kurang memenuhi per-syaratan kesehatan dan lingkungan.Sebagai ilustrasi di daerah perkotaanlokasi tangki septik hanya berjarakkurang 10 meter dari lokasi sumber air.

Diperkirakan 73 persen rumah tanggaperkotaan mempunyai sanitasi setempat(on-site sanitation), sebagian besar da-lam bentuk septik tank yang tidak ber-fungsi baik. Sementara di lain pihak, sis-tem pembuangan air limbah tidak cukup

memadai, termasuk tidak tersedia cukupbanyak instalasi pengolah limbah tinja.Kondisi ini merupakan salah satu sumberpencemaran lingkungan, baik terhadapair tanah maupun sungai yang meru-pakan sumber utama air baku PDAM.

Kondisi GlobalSidang Umum PBB pada September

2000 menetapkan Millennium Develop-ment Goals (MDGs) sebagai target bagikomunitas global untuk mengurangikemiskinan dan meningkatkan kesehatandan kesejahteraan seluruh penduduk.Dua tahun berikutnya, dalam the WorldSummit on Sustainable Development diJohannesburg, PBB menegaskan kembaliMDGs dan menambahkan target khusustentang sanitasi dan higinitas.

Data tahun 2000 menunjukkan 2,4milyar manusia tak memiliki akses yangbaik ke sanitasi. Sebanyak 81 persen diantaranya berada di desa. Selain itu 1,1milyar manusia tak memiliki akses kesumber air. Sebanyak 86 persen beradadi desa. Kedua kelompok ini tergolongmasyarakat miskin yang tersebar diperdesaan dan perkotaan. Kondisi akseske air minum dan sanitasi yang buruk ini

A P O R A N U T A M AL

4 PercikJuli 2005

Warga memanfaatkan sungai seperti ini untuk buang air.

FOTO: MUJIYANTO

Page 7: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

menyebabkan munculnya berbagai pe-nyakit, seperti diare. Tercatat ada 250juta orang terserang penyakit yang ter-bawa air setiap tahun, 10 juta di anta-ranya meninggal dunia. Fakta di lapang-an menunjukkan akses terhadap layanansanitasi di desa lebih buruk dibandingkandi perkotaan. Di samping itu sebanyak930 juta manusia hidup di daerah kumuhdan populasi di perkotaan terus bertam-bah.

Pada tahun 2015 jumlah pendudukdunia diperkirakan 7 miliar. Sebagianbesar pertambahan penduduk terjadi dinegara berkembang. Peningkatan ituakan menambah jumlah penduduk yangbelum mempunyai akses terhadap sani-tasi yang memadai menjadi 3,4 miliarpada tahun 2015. WHO memperkirakansetiap tahun sebanyak 150 juta tambahanpenduduk yang harus mendapatkanakses terhadap sanitasi.

Terpenuhikah target tersebut? Inipertanyaan sekaligus tantangan yangharus dijawab. Soalnya diakui atau tidakmembangun sarana sanitasi yang mema-dai memang tidak mudah. Ada beberapafaktor yang menjadi kendala. Di anta-ranya masalah budaya, dana, dan keti-dakpedulian. Warga masyarakat di ba-nyak negara miskin dan berkembangmemiliki kebiasaan buang air besar disungai, kebun, sawah, dan tempat terbu-ka lainnya tanpa merasa itu suatu tin-dakan yang salah. Ada pula yang tak maumembangun jamban/WC karena tidakmemiliki cukup uang. Sebagian lain tidakpeduli terhadap masalah sanitasi danmenganggap ini bukan urusannya tetapiurusan pemerintah.

Oleh karena itu, dalam kondisi seper-ti sekarang-dengan kemampuan ke-uangan pemerintah dan masyarakat yangterbatas-target MDGs baru akan tercapaipada tahun 2025. Tanpa kemauan politisdan komitmen nyata, target tersebuttidak akan tercapai. Tantangan Indonesiayaitu bagaimana agar keberhasilan mem-promosikan target air minum dan sani-

tasi di tingkat internasional dapat jugamenjangkau dan menyebar di seluruhpemangku kepentingan (stakeholders) diIndonesia dengan kemampuan pembi-ayaan yang terbatas seperti saat ini.

Pembiayaan MikroTantangan pembiayaan telah mem-

bayangi pembangunan sanitasi di dunia.Saat ini pembiayaan yang dikeluarkanuntuk pengolahan air limbah di duniamencapai 14 juta dolar Amerika pertahun. Sementara masih dibutuhkantambahan sebesar 56 juta dolar Amerikajika target MDGs ingin dicapai.

Di sisi lain, laju pertumbuhan pen-duduk tak sebanding dengan laju pertam-bahan sanitasi dasar berupa jamban.Terjadi kesenjangan antara keduanya.Oleh karena itu, perlu ada upaya pen-dekatan baru yang memungkinkan pe-ningkatan laju pertambahan sarana sani-

tasi dasar, paling tidak mendekati lajupertumbuhan penduduk.

Model pembiayaan lama seperti sub-sidi dan hibah untuk memperluas cakup-an layanan sanitasi oleh beberapa kalang-an dinilai tak tepat lagi untuk kondisi saatini. Selain karena keterbatasan danapemerintah, kelompok 'antisubsidi' me-mandang subsidi bermasalah pada tigahal yakni (i) Desain untuk subsidi sulit,karena subsidi membutuhkan data-datamasyarakat mengenai kemampuan dankemauan masyarakat untuk membayar,mekanisme paling sesuai untuk menya-lurkan, merumuskan keuntungan sosialdan manfaat kesehatan bagi masyarakat;(ii) Penyaluran subsidi banyak tantang-annya; dan (iii) Subsidi cenderung ter-henti dan tidak berkelanjutan. Namundemikian, subsidi memang tak bisa diha-puskan sama sekali di sektor ini. Yangmungkin dilakukan yaitu meminimalkan-nya karena sektor ini merupakan bagiandari kewajiban pemerintah menyejahte-rakan rakyat.

Muncullah berbagai terobosan untukbisa mengembangkan pembiayaan bagisarana sanitasi dasar ini. Salah satunyadengan model pembiayaan mikro (micro-finance). Langkah ini dianggap sebagaiujung tombak dalam pengentasan kemis-kinan dan telah mendapat pengakuan se-cara internasional. Pengakuan tersebuttercermin dalam keputusan SidangMajelis Umum PBB ke-53 (tahun 1998)yang menetapkan tahun 2005 sebagaiTahun Kredit Mikro Internasional. Di-lanjutkan dengan Launching Internati-onal Year of Microcredit 2005, di MarkasBesar PBB, New York, oleh Sekjen PBBKofi Annan, 18 November 2004.

Pencanangan tersebut diharapkanakan dapat mendorong program pember-dayaan keuangan mikro dan usaha mikroyang berkelanjutan, dalam rangka pe-ningkatan kesejahteraan masyarakat danpengentasan kemiskinan. Saat itu SekjenPBB menyerukan agar seluruh pemerin-tah, lembaga keuangan, dan lembaga

A P O R A N U T A M AL

1,8 juta orang meninggal setiaptahun karena penyakit diare-terma-suk kolera; 90 persen di antaranyaanak-anak di bawah 5 tahun, ter-banyak di negara-negara berkem-bang.88 persen dari penyakit diare itudisebabkan penggunaan air minumyang tak terlindungi, sanitasi dankebersihan yang tak layak.Penyediaan air minum yangmemenuhi syarat bisa mengurangitingkat kematian akibat diaresebanyak 21 persenPeningkatan sanitasi mengurangikematian akibat diare sebesar 37,5persenMencuci tangan pada waktu dibu-tuhkan dapat mengurangi kasusdiare lebih dari 35 persenPerbaikan kualitas air minum seper-ti memberikan disinfektan bisamengurangi episode diare 45persen.

Diaredi Dunia

5PercikJuli 2005

Page 8: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

donor memanfaatkan pengetahuan danpengalamannya dalam bidang kreditmikro untuk lebih menjangkau kaummiskin.

Dalam peluncuran itu, para pem-bicara sepakat bahwa microfinance me-rupakan salah satu inovasi yang palingberhasil dalam pembangunan sosialekonomi serta memiliki konstribusi yangpenting dalam pencapaian MillenniumDevelopment Goals (MDGs). Untuk men-capai tujuan tersebut telah teridentifikasiberbagai hal yang perlu dilakukan antaralain pelatihan dan peningkatan kapasitas,promosi kredit mikro, keterlibatan sektorswasta, serta penyempurnaan peraturanperundangan sehingga dapat mendukungpengembangan sektor keuangan mikro.

Di Indonesia, Presiden Susilo Bam-bang Yudhoyono telah mencanangkanTahun Keuangan Mikro Indonesia 2005pada 26 Februari 2005 lalu. Langkah inidinilai positif terhadap peranan Lem-baga Keuangan Mikro (LKM) atau micro-finance, sebagai unsur penting dalammembantu pengembangan usaha mikro,kecil, dan menengah.

Memang disadari bukan cara yangmudah membiayai sanitasi bagi ma-syarakat berpenghasilan rendah/miskin.Ini sangat berbeda dengan penyeleng-garaan air bersih/minum yang lebihmudah karena air adalah kebutuhandasar sekaligus bisa menjadi sumber pen-dapatan jika digunakan untuk kegiatanproduktif misalnya mencuci pakaian danmengairi tanaman. Penyelenggaraan sa-nitasi lebih sulit karena hasilnya tidaksegera terlihat secara langsung. Takheran bila banyak literatur pembiayaanair bersih/minum dan sanitasi mem-fokuskan pada air minumnya, dan hanyasedikit menyinggung pembiayaan sani-tasi bagi rumah tangga.

Beberapa contoh pembiayaan sanitasimenunjukkan keberhasilan. Beberapamodel telah dipraktekkan di beberapa ne-gara seperti di Lesotho, Honduras, Gha-na, Afrika Selatan, India, dan Pakistan.

Indonesia sendiri pernah mencobanyapada tahun 1993 yang dilaksanakan olehYayasan Dian Desa di Yogyakarta.Pengalaman WaterAid di Nafadji sejak2001 bekerja sama dengan LSM lokalJIGI dengan membangun sarana air dansanitasi, menunjukkan penyaluran kreditkhusus sanitasi mampu mengurangiprevalensi penyakit yang berhubungandengan polusi air dan memperbaiki kua-litas air minum.

Hanya saja keberhasilan setiapproyek tersebut tidak dapat diterapkansecara universal. Tapi ada pembelajaranyang bisa diambil dari sana dan kemudi-an diterapkan sesuai dengan kondisi dankemampuan yang ada. Yang terpentingadalah adanya kepedulian dan pemecah-an bagi pembiayaan sanitasi.

Kunci SuksesLayanan pembiayaan bagi masya-

rakat miskin-sebagai peminjam dan pe-nabung skala kecil-kurang memperolehperhatian dari pihak perbankan. Aksesmasyarakat miskin terhadap layanan itutergolong rendah. Hal ini menghambatmereka untuk meningkatkan efisiensi,produktivitas, dan partisipasi dalam

kehidupan. Padahal dari berbagai fakta dilapangan, termasuk di negara-negaraAfrika dan Asia, masyarakat miskin yangmendapat fasilitas pembiayaan mikrodan tabungan dapat membayar pinjamankredit mereka dengan baik.

Hal ini bisa dicapai dengan mende-sain metodologi peminjaman, produkpinjaman yang inovatif, menyederha-nakan prosedur peminjaman, mengada-kan kontak langsung secara regular de-ngan klien, dan menerapkan suku bungapasar-bagi yang menginginkan. Dan per-lu diingat bahwa kredit tidak dimaksud-kan untuk mempercepat keberhasilanpembangunan sarana sanitasi. Kredithanyalah salah satu investasi bagi rumahtangga yang mungkin bagi masyarakatuntuk membelanjakan pendapatannyayang terbatas bagi sanitasi.

Beberapa aturan umum dalam pem-biyaan mikro dapat diterapkan di sektorair minum dan sanitasi, yaitu:

Riset terhadap kebutuhan lokal, yaknibagaimana memahami secara menye-luruh kemampuan peminjam besertasistem keuangan dan akuntansi yanglayak diterapkanBunga pinjaman-kalau ada-harus di-

A P O R A N U T A M AL

6 PercikJuli 2005

Cubluk terbuka banyak dimiliki warga desa

FOTO: RHEIDDA P

Page 9: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

dasarkan pada perhitungan biaya ad-ministrasi, biaya pekerja, dan biayabunga. Selain itu terdapat toleransiterhadap kredit macet, dan biaya re-covery harus dipertimbangkan kare-na menentukan keberlanjutan pembi-ayaan mikro.Tujuan dari organisasi mikro kreditharus didefinisikan dengan jelas. Bilakredit tersebut hanya menjadisampingan maka ini bisa berbahayabagi penerapan kredit secara ketat.Administrasi pinjaman dan penagih-an harus sederhanaKarena kebutuhan sarana sanitasi

masih belum dianggap sebagai kebu-tuhan dasar, pemilihan pembiayaan bagimasyarakat kecil untuk membangun sa-rana sanitasinya harus dikaitkan denganhal-hal produktif yang bisa dilakukanoleh mereka. Dengan demikian diharap-kan ada jaminan keberlangsungan pe-ngembalian kredit, di samping terba-ngunnya sarana sanitasi yang diharap-kan. Sebagai contoh, masyarakat miskindiberikan kredit untuk mata pencahari-annya seperti membuka warung klon-tong, membeli sepeda motor untuk usahaojek, beternak, bertani, atau yang lain-nya. Pembangunan jamban bisa disisih-kan dari pembayaran kredit dengan caramenabungnya.

Pada tahun 1990-an pernah dicobasistem dana bergulir untuk pembangun-an jamban. Waktu itu cara ini diharapkandapat mengurangi kredit macet. Kreditdisalurkan melalui kelompok berang-gotakan 5-9 orang. Kelompok ini ber-tanggung jawab untuk setiap pinjamanyang dilakukan oleh anggotanya. Denganadanya pengorganisasian seperti ini ma-ka apabila ada anggota yang tidak bisamembayar, kelompok harus memberitalangan. Kalau kelompok tak mampumenalangi, kelompok bisa menekan ang-gotanya yang tak bisa membayar. Danayang sudah dikembalikan kemudian di-gulirkan kembali kepada anggota atau ke-pada kelompok lainnya secara berkesi-

nambungan. Bahkan dana yang terkum-pul bisa digunakan bagi kebutuhan lain-nya di luar sanitasi jika sarana tersebuttelah dimiliki oleh masyarakat. Kelompokarisan, posyandu, RT, atau sejenisnyamemungkinkan menerapkan mekanismeini. Namun model dana bergulir ini dini-lai banyak kalangan telah gagal. Sangatsedikit yang berhasil. Makanya gaungnyatelah hilang ditelan kegagalan.

Memang program pemberdayaan ma-syarakat kecil ini tidak mudah, apalagi ji-ka dikaitkan dengan uang. Mekanismepenyaluran dan pengawasan harus jelas.Bagi penerima harus ada kriteria yangjelas pula. Syarat pokoknya yaitu memili-

ki kemampuan dan kemauan untuk me-ngembalikan pinjaman. Adanya kemauanini amat penting, mengingat jika bahan-bahan pembuatan sarana sanitasi sepertijamban ini diberikan secara cuma-cuma-padahal mereka tak ada keinginan untukmembayarnya-bisa jadi barang itu akandijual untuk membayar kebutuhan yanglain.

Dari sisi pemberi kredit, pinjamanharus diarahkan kepada banyak sasaran.Pinjman yang hanya diberikan untuk satusasaran khusus hanya akan memperbesarbiaya penyediaan pinjaman. Contohpembiayaan mikro yang paling sukses didunia adalah produk pinjaman KU-PEDES milik BRI yang mempunyai ba-nyak sasaran.

Biaya pengembalian pada proyek sa-nitasi adalah hal yang memungkinkan,dan kredit merupakan salah satu carayang dapat digunakan untuk mencapaitujuan. Cara ini cukup fleksibel dan dapatdikombinasikan dengan subsidi atau hi-bah dan kontribusi kepemilikan. Programkredit paling baik digunakan sebagai

A P O R A N U T A M AL

Karena kebutuhan saranasanitasi masih belum dianggap

sebagai kebutuhan dasar,pemilihan pembiayaan bagi

masyarakat kecil untuk mem-bangun sarana sanitasinya

harus dikaitkan dengan hal-halproduktif yang bisa dilakukan

oleh mereka.

7PercikJuli 2005

Meski miskin warga bisa membangun jamban yang memenuhi syarat.

FOTO: RHEIDDA P

Page 10: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

bagian dari strategi sanitasi berdasarkanpendekatan tanggap kebutuhan (demanddriven approach).

Pertanyaannya kemudian, bagaimanajika masyarakat tidak butuh sarana itu?Jawabannya, harus diciptakan kebutuh-an. Misalnya dengan memunculkan ke-pedulian terhadap kesehatan lingkungan,atau adanya tekanan dari tetangga ataukomunitas untuk membangun saranasanitasi yang sehat. Selain itu, kepedulianbisa didorong dengan layanan kredityang dilaksanakan dengan baik sehinggamekanisme itu menggerakkan masya-rakat untuk menggunakan dana itu bagipembangunan sanitasinya.

Perlu diperhatikan, penyedia fasilitaskredit harus memberikan pilihan-pilihanbagi rumah tangga sehingga mereka bisamenentukan pilihan yang sesuai. Pilihan pa-da masyarakat berpenghasilan rendah se-ring bervariasi. Misalnya beberapa rumahtangga memilih jamban paling murah, danyang lainnya justru mau membayar untukmembangun jamban yang lengkap.

Di samping itu pertimbangan lainyang harus diperhatikan adalah pembe-rian kredit bagi masyarakat miskin harusdidukung ketersediaan bahan bagi saranasanitasi. Artinya ada barang-barang sara-na sanitasi di pasar lokal. Juga tersediavariasi model yang bisa dipilih olehmasyarakat. Dan yang tak kalah penting,teknologinya mampu dikuasai oleh ma-syarakat. Jadi pembiayaan mikro tidakberdiri sendiri tapi didukung oleh elemenlain.

Untuk meringankan beban kreditmasyarakat miskin, mekanisme penya-luran kredit pun bisa diatur sedemikianrupa sehingga mengurangi biaya inves-tasi. Dengan fasilitas kredit nasabah/kli-en dapat membeli perlengkapan sanitasisecara borongan. Cara ini memungkin-kan pemasok dapat memberikan potong-an harga.

Sedangkan di pihak pemberi pinjam-an, pemanfaatan pihak perantara in-formal yang sudah ada akan dapat me-

nekan biaya penyediaan pinjaman. Halini karena para perantara tersebut sudahmemahami karakter peminjam.

Skala WaktuPembangunan sarana sanitasi bagi

masyarakat miskin harus memperha-tikan skala waktu yang realistis. Programakan gagal apabila semata-mata untukmemperluas cakupan layanan kreditdalam waktu singkat tanpa diiringi de-ngan peningkatan komitmen masyarakatuntuk melunasi pinjaman dan meng-gulirkannya kembali untuk peminjambaru.

Hubungan antara lembaga penyediapinjaman dengan nasabah/peminjamharus dilihat sebagai hubungan jangkapanjang. Hubungan perkreditan ini se-baiknya tidak dikelola sebagai transaksi"sekali pakai" (one-off transaction) yangdiarahkan hanya untuk satu sasaran.Bagian dari peningkatan kualitas kreditadalah upaya pengembangan keper-cayaan dan keyakinan antara penyediakredit dengan nasabah. Hal ini dapat di-peroleh dengan hubungan yang berlang-sung dalam jangka panjang.

Lembaga penyedia pembiayaan dapatmemberikan dukungan dengan mening-katkan posisi tawar masyarakat miskin

terhadap kontraktor/penyedia saranasanitasi. Sehingga hak-hak masyarakatmiskin dan kualitas sarana sanitasi untukmereka tetap terjaga dengan baik.

PenutupPembangunan sarana sanitasi sangat

penting. Ini tidak hanya memberikankeuntungan bagi rumah tangga yangmemilikinya, tapi jauh dari itu untukmasyarakat secara lebih luas. Sanitasiyang baik akan mengurangi penyebaranpenyakit secara signifikan.

Keterbatasan sumber daya-terutamadana-seharusnya tidak dijadikan alasanuntuk mengabaikan sektor ini. Dan se-jatinya masih banyak alternatif jalan yangbisa ditempuh guna memperbaiki kondisisanitasi ini. Hanya saja memang butuhkepedulian, kesungguhan, dan waktu.

Segala bentuk dana yang dikucurkanuntuk peningkatan sanitasi tidak akanmembuahkan hasil apabila tidak diiringidengan perubahan perilaku masyarakatberkaitan dengan sanitasi. Layak dipertim-bangkan juga untuk menggabungkan kreditsanitasi dengan bentuk-bentuk kredit lainyang lebih menguntungkan seperti programkredit untuk usaha mikro dan layananpenyediaan air, sehingga dapat dibangunmekanisme subsidi silang. (MJ)

A P O R A N U T A M AL

8 PercikJuli 2005

Jamban yang bersih dan sehat menjadi dambaan setiap orang.

FOTO: ANDRE K

Page 11: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

A P O R A N U T A M AL

9PercikJuli 2005

Setiap negara memilikikarakteristik tersendiri dalam

membangun sarana sanitasi.Pengalaman satu negara bisa men-

jadi pelajaran bagi negara lain,meskipun penerapannya tak

sepenuhnya harus sama.Berikut pembelajaran yang bisa

diambil dari beberapa negaramengenai kredit mikro:

Lesotho

P royek di Lesotho dimulai pada tahun1980 sebagai bagian dari proyek

pengembangan perkotaan. Program inimenyediakan kredit bagi rumah tanggakhususnya untuk pembangunan jamban.Program itu didorong oleh kebutuhanjamban rumah tangga. Untuk menerimakredit, rumah tangga harus menggalilubang jamban terlebih dahulu danmemiliki tabungan sebesar 30-40 persendari total kebutuhan dana. Jumlah pin-jaman yang diberikan 50-300 dolar Ame-rika. Dana itu berasal dari pemerintahLesotho tapi dikelola oleh Lesotho Bankyang telah memiliki kredibilitas yangbaik dalam menangani pinjaman.

Pada tahun 1990, 600 pinjaman telahdisetujui dari 4.500 pemohon. Sebanyak282 jamban telah dibangun dan 81 per-sen peminjam telah melunasi pinjaman-nya. Dari 1.000 jamban yang telah diba-ngun di wilayah yang ditargetkan, 80persen di antaranya dibangun melaluiinisiatif masyarakat sendiri. Ini bisa ter-jadi karena adanya program promosi danketersediaan pilihan sanitasi. Berda-sarkan laporan yang ditulis UNDP padatahun 1994, kunci keberhasilan proyekini antara lain:

Desain jamban yang murah danestetisKecilnya subsidi dan hibah secaralangsung untuk rumah tangga

Program bersifat menyeluruh yaknipromosi jamban, kesehatan, danpendidikan kebersihanProyek terintegrasi dengan strukturpemerintahanKoordinasi yang kuat dalam kebi-jakan dan perencanaan di antara de-partemen yang terlibat dalam pro-mosi peningkatan sanitasi

Melihat skema kreditnya sendiri,pembayaran pinjaman dengan bunga di-maksudkan untuk memastikan bahwarumah tangga bertanggung jawab penuhterhadap penyediaan fasilitas sanitasi.Biaya administrasi pinjaman tergolongtinggi dan biaya tambahan untuk pro-mosi dan pengelolaan tidak dibebankankepada peminjam sehingga keberlanjut-an jangka panjang proyek ini diper-tanyakan. Oleh karena itu proyek iniberhasil dalam promosi sanitasi tetapitidak menciptakan institusi pembiayaanmikro yang berkesinambungan.

Honduras

Sebuah yayasan dibentuk di Hondu-ras. Yayasan itu bernama Yayasan Kope-rasi Perumahan (Co-operative HousingFoundation/CHF). Program ini merupa-kan strategi nasional untuk menyediakanpinjaman bagi pembangunan perumahandi Tegucigalpa, ibukota Honduras. Padatahun 1993, program permukiman me-ngeluarkan sekitar 4 juta dolar Amerikakepada LSM setempat untuk dipinjam-kan kepada 4 ribu keluarga.

Sanitasi diidentifikasi sebagai cerukpasar (niche market) dan hibah UNICEFsebesar 350 ribu dolar Amerika disedi-akan untuk melanjutkan program danabergulir bagi pengembangan sanitasi. Tu-juan dari program ini adalah mening-katkan kemampuan LSM sehingga me-reka dapat mengembangkan kredit me-reka yang berasal dari pemerintah danakhirnya dari sektor perbankan swasta.

Pembelajaran Kredit MikroM a n c a n e g a r a

Salah satu jamban milik warga Honduras

FOTO: WWW.QTAWWA.ORG

Page 12: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Maksudnya, mereka harus mampu mem-pertahankan track record-nya dan me-ngembalikan pinjaman secara sukses.

Persetujuan pinjaman dibuat secaralangsung oleh LSM. Tidak ada jaminanyang dibutuhkan meskipun latar bela-kang peminjam sangat sedikit diketahui.Pendamping penandatangan/saksi digu-nakan sebagai garansi pembayaran. Ben-tuk pinjaman berlaku selama tiga tahundan dibayarkan setiap bulan. Pinjamandikenakan bunga sebesar 15 persen, yangterhitung lebih rendah dibandingkansumber kredit informal lainnya. LSMberhasil menarik kembali uang pinjamanitu sebesar 95 persen pada tahun perta-ma. Beberapa pengembangan terusdilakukan sesuai dengan rencana.

Keberhasilan dari skema ini dapat di-kaitkan dengan banyaknya pilihan yangmencakup jenis perbaikan yang akandilakukan, masa pinjaman dan kualitasdari perbaikan yang ditawarkan oleh

pemberi pinjaman. Peminjam dapatmengatur paket pinjaman sesuai dengankebutuhan mereka.

Dengan adanya fleksibilitas dari per-syaratan pinjaman, peminjam dan pem-beri pinjaman dapat menguji sistem pin-jaman dengan risiko yang rendah bagimereka berdua. Terkadang pinjamanskala kecil dan jangka pendek yang digu-

nakan untuk penyediaan sarana sanitasidapat dilunasi lebih awal sehingga dapatdigantikan dengan pinjaman jangka pan-jang yang lebih besar untuk peningkatankualitas rumah.

Penyediaan saran-saran teknis yang da-pat diandalkan dan bantuan pendampingandalam negosiasi kontrak-kontrak konstruk-si merupakan faktor kunci untuk menarikminat calon peminjam yang berencanameningkatkan kualitas sarana sanitasi yangsudah mereka miliki.

Rumah tangga dengan pendapatan ren-dah sering tidak memiliki informasi yangdibutuhkan untuk membuat keputusanberkaitan dengan syarat-syarat teknis fasili-tas sanitasi. Fungsi utama dari loan officeradalah mengawasi kualitas konstruksi danmenggunakan keahliannya untuk meno-lak tuntutan pembayaran yang tidaksesuai dengan kontrak guna menjagaagar kontrak tetap dipatuhi.

India

Sulabh adalah sebuah LSM di Indiayang memperkerjakan 20 ribu orang.Orang-orang itu disiapkan untuk masukke pasar jamban di wilayah miskin perko-taan. Sebanyak 500 ribu rumah tanggamemperoleh keuntungan akses kepadakredit melalui mekanisme formal daninformal. LSM itu kemudian menyiapkanagen yang memasarkan pinjaman danmengumpulkannya dari para pembelidengan persyaratan yang fleksibel.Sulabs merancang target penerimaanrata-rata dari para kolektor ini, tetapitidak membebani mereka dengan bukucatatan formal. Meskipun Sulabs telahmenerima hibah, luasnya program jam-ban menunjukkan bahwa dari sisikeuangan bisa berjalan dan menjangkaukaum miskin. Ketidaktransparansiandari persyaratan pinjaman mungkinmenggambarkan penggunaan yangnyata sistem informal yang didasarkanpada diskriminasi harga dan catatanminimum yang ada. (MJ)

A P O R A N U T A M AL

10 PercikJuli 2005

Luasnyaprogram jamban

menunjukkan bahwadari sisi keuangan

bisa berjalandan menjangkau kaum

miskin.

WC umum yang ada di sebuah wilayah di India.

FOTO: COMMONORGARDEN.BLOGS.COM

Page 13: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Yogyakarta Urban terdiri atasKotamadya Yogyakarta ditambahbeberapa kelurahan di Sleman

dan Bantul. Sepintas lalu kita melihatkota tersebut cukup indah. Bahkan be-berapa sanitasi yang dimiliki wargacukup bagus. Namun di balik itu ter-nyata masih banyak dijumpai keluargayang sama sekali tidak mempunyai WCkeluarga. Mereka ini biasa buang air be-sar di sungai, sawah, atau selokan padawaktu matahari belum terbit atau sete-lah matahari terbenam. Aktivitas ituterkadang berbarengan dengan mencu-ci pakaian atau mandi.

Berdasarkan hasil studi, dari seluruhkeluarga di wilayah Yogyakarta Urban se-banyak 79 persen mempunyai WC priba-di dan sisanya 21 persen tidak mempu-nyai (kira-kira adalah 31.500 keluarga).Dari mereka yang tidak punya WC, 5,34persen buang air besar di WC umumyangdibuat pemerintah (3,09 persen), WCumum milik pribadi (0,99 persen), dantetangga yang baik hati (1,26 persen)--,sebanyak 14,53 persen di kali, 0,49 per-sen di kolam/blumbang, dan 0,64 persendi tempat lain seperti kebun, pekarangan,dan sebagainya.

Jumlah hajat yang langsung di buangke alam sangat besar. Bila setiap hari ma-nusia buang hajat 0,2 kg, maka akan ada31,5 ton per hari yang dibuang langsungke alam atau 945 ton per bulan (kira-kira250 truk penuh-hajat).

Beberapa alasan mendasari mengapawarga tidak membangun jamban/WCpribadi:

Alasan utama:Kesulitan investasi awalTidak ada tempat

Alasan lain:Belum mapanBegini sudah cukupLain-lain

Berdasarkan kondisi tersebut makadicari jalan pemecahannya. Ada tigagagasan pokok yang dapat dikem-bangkan:

Kredit lunak untuk pengadaan sa-

rana sanitasi keluarga (revolvingfunds). Program ini ditujukan bagimereka yang mengalami kesulitaninvestasi awal untuk membangunsarana sanitasi tapi memiliki lahanPelayanan WC umum yng dikelolasecara swasta (pengguna harusmembayar). Ini khusus bagi merekayang tidak ada tempat untuk mem-bangun sarana keluarga secara pri-badiPenyuluhan yang terencana dankonsisten sehubungan dengan aspekkesehatan lingkungan

Program Sanitasi BergulirUntuk mengatasi kendala investasi

awal perlu ada kredit lunak (soft loan)atau dana berputar yang tepat kondisimasyarakat sasaran. Memang agak sulitmemperoleh dana ini karena sanitasikeluarga masuk dalam kategori barangkonsumtif dan pinjaman yang tersedia bi-asanya untuk kegiatan produktif; kekha-watiran bahwa si miskin tidak mau mem-bayar; dan sebagainya. Itu hipotesis yangmuncul. Perlu ada pembuktian. Dengandukungan dana kecil dari SDC, YayasanDian Desa (YDD) melakukan uji cobapada tahun 1995 - 1996. Pola yang dite-rapkan adalah:

Pemberian kredit lunak denganbunga sebesar 8 persen per tahundengan jangka waktu pengembalianselama 30 bulan.Pemberian dukungan teknis di loka-si dan biaya untuk bantuan teknistersebut tidak dibebankan kepadamasyarakat sasaran.Disain untuk underground con-struction (seperti ukuran dan perle-

takan tangki septik) ditetapkanoleh YDD, sehingga sarana yangdibuat benar-benar berfungsi se-suai tujuan. Sedangkan bentuk dandisain upperground construction(misalnya dinding, model toilet)diserahkan sepenuhnya kepada ke-inginan yang bersangkutan.

Pada uji coba ini peminjam berjumlah150 keluarga yang tersebar di dusunPotorono, Tegalmanding dan Con-dongcatur. Kredit per jamban/WC sebe-sar Rp. 350.000-Rp. 400.000. Dalamkurun waktu dua tahun hasilnya cukupmenggembirakan yaitu:

Total hanya 4,8 persen dan mere-ka yang tidak mengembalikan jus-tru perangkat di kampung ber-sangkutan. Lunas tepat waktu 87persen, dan sisanya pembayaranmundur.Dari pengamatan terlihat bahwaperawatan dari sarana jauh lebihbaik dibandingkan perawatan sara-na umum yang dibangun secara cu-ma-cuma oleh pemerintah.

Adapun motivasi masyarakat maumembangun jamban/WC melalui kreditini antara lain:

Ekonomi (memungkinkan untukbuka indekos, warung, usaha lain)StatusLain-lain (tetapi motivasi mengenaikesehatan, lingkungan, biasanya be-lum mereka pahami).

Kesulitan dan problem yang timbuldalam pelaksanaan program tersebutbermacam-macam. Kendati sulit, lebihbaik dimulai daripada tidak sama se-kali.

(Prianti Utami/MJ)

A P O R A N U T A M A

Pengalaman Kredit Jamban Keluarga di Yogyakarta

L

Alasan warga tidak memiliki jamban/WC menurut wilayah (%)Alasan

Kesulitan Investasi awalTidak ada tempatBelum mapanBegini saja cukupLain-lain

Yogyakarta1737231112

Sleman571041514

Bantul38853514

11PercikJuli 2005

Page 14: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Di wilayah perdesaan masalahjamban masih merupakan per-masalahan yang pelik dan belum

seluruhnya dapat diatasi. Tingginya ang-ka pertumbuhan penduduk dan rendah-nya pendapatan masyarakat menyebab-kan semakin rumitnya permasalahan pe-nyediaan jamban.

Di samping itu, ada faktor yang me-nyebabkan masyarakat tidak atau belummempunyai jamban, di antaranya:

Ketidaktahuan masyarakat akanproses pembangunan yang terjadi,karena ada anggapan bahwa semuaurusan sanitasi merupakan urusanpemerintah. Masalah budaya, bagi masyarakatyang kebetulan tinggal di pinggiransungai, saluran irigasi dan kebun,membuang hajat cukup di sungai, sa-luran dan kebun. Selain tidak me-ngeluarkan dana juga ada rasa kepuas-an tersendiri, walaupun mereka harusberjalan 500-1.500 meter dari rumah.Masalah dana, untuk mendapatkandana tunai untuk membuat jambandirasakan sangat sulit, selain belumadanya budaya menabung, peng-hasilan sehari-hari habis untuk biayahidup.

Selain permasalahan jamban, masa-lah pelayanan kesehatan bagi anak-anakjuga cukup memprihatinkan. Lembagalokal kaum perempuan seperti Pos Pela-yanan Terpadu (Posyandu) di tingkat du-sun juga sebagian besar tidak berfungsisecara optimal. Padahal peran lembagaPosyandu adalah :

Memelihara dan meningkatkan kese-hatan dalam rangka mewujudkan ke-tahanan dan kesejahteraan keluargaMeningkatkan kegotongroyonganmasyarakatSebagai tempat untuk saling mem-peroleh dan memberikan berbagaiinformasi

Sedangkan pelayanan yang dapat di-lakukan antara lain: pelayanan gizi, kese-hatan ibu dan anak, keluarga berencana(KB), imunisasi, dan penanggulanganpenyakit diare dan ISPA. Kegiatan tam-bahan Posyandu lainnya seperti men-dorong pembangunan sarana air minumdan jamban keluarga dan perbaikan ling-kungan permukiman; memonitor per-kembangan anak termasuk bayi KeluargaBalita (BKB); penanggulangan penyakitmenular setempat; dan Usaha KesehatanGizi Masyarakat Desa ( UKGMD).

Sayangnya dari sekian banyak pela-yanan dan kegiatan tersebut sebagian be-sar tidak berjalan, walaupun ada hanyasebatas penimbangan balita dan pembe-rian vitamin, karena kurangnya saranapenunjang dan terbatasnya dana.

Ketidakberdayaan masyarakat dalammenyediakan sarana jamban dan lemahnyaperan lembaga lokal Posyandu dalam mem-beri pelayanan kesehatan ke masyarakatakan berdampak buruk. Oleh karena ituperlu dicari jalan untuk memberdayakanmasyarakat dan lembaga lokal di bidangtersebut. Salah satu satunya adalah mem-buat program kegiatan bersama masya-rakat dengan pola dana bergulir. Programdisiapkan dalam tahapan yang sistematis,di mana sejak awal masyarakat terlibat didalamnya, sehingga keberlanjutan serta

kemandirian program dapat dicapai

Upaya dan HasilAwal pengembangan kredit jamban di

DIY dilahirkan oleh Yayasan Dian Desapada akhir tahun 1993. Pola yang dipakai,masyarakat diberi dana pinjaman untukmembuat jamban, kemudian dana tersebutdiangsur selama 12 bulan dengan jasabunga pengembalian sebesar 1 persen per-bulan. Selama 4 tahun berjalan terbangun400 unit jamban dari modal awal 146 unityang tersebar di wilayah Potorono, Umbul-martani dan Condongcatur.

Tahun 2002, [e] Foundation bekerjasama dengan Badan Koordinasi PromosiKesehatan dan PKK desa Umbulmartanimengembangkan konsep CommunityBased Development yang dipadukan de-ngan konsep Community Action Plan(CAP) dalam rangka membangun sumberdaya manusia untuk penyediaan jambandan penguatan Posyandu secara mandiri.

Karena program ini dinilai cukup ber-manfaat maka awal tahun 2003 Ford MotorConservation & Environmental Grant jugamemberikan bantuan tambahan dana untukmemperluas cakupan kegiatan.

Inti dari program ini sederhana, ma-syarakat diberi dana pinjaman untukmembangun jamban dengan masa ang-suran selama 24 bulan. Peminjam dike-nai jasa bunga sebesar 1, 5 persen per bu-lan. Dari bunga pengembalian ini dibe-rikan kembali (subsidi) ke Posyandu se-besar 0,7 persen. Untuk biaya Admi-nistrasi pengelola sebesar 0,3 persen. Si-sanya 0,5 persen untuk penambahan mo-dal jamban bergulir.

Sejak tahun 2002 hingga 2004 hasilyang telah dicapai sebagai berikut: (lihattabel di halaman sebelah)

Pelajaran yang Dapat DipetikDari kegiatan yang sudah dan sedang

berjalan, berbagai pengalaman dan pela-

A W A S A N

Jamban Sehat Posyandu Kuat(sebuah cerita dari Sleman)

W

12 PercikJuli 2005

Oleh: Momon Hermansyah*

Ketidakberdayaanmasyarakat dalam

menyediakanjamban dan lemahnyaperan lembaga lokal

Posyandu akan berdampakburuk.

Page 15: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

jaran dapat di petik di antaranya:Terjadinya hubungan kerja sama(kemitraan) secara transparan antarasemua pihak yang terlibat dalamkegiatan program Ada peningkatan dan keterlibatansecara langsung peran kaum perem-puan yang tergabung dalam lembagalokal, PKK, Posyandu, dalam pem-bangunan bidang kesehatan, khusus-nya lingkungan permukiman sehat.Meringankan biaya investasi pem-bangunan atau dengan kata lain de-ngan jumlah dana tertentu (terbatas),jangkauan program lebih luas, karenadari uang pengembalian angsuranpinjaman, kemudian dipinjamkankembali ke masyarakat untuk mem-bangun jamban, kemudian sebagianjasa bunga diberikan atau disubsi-dikan kepada Posyandu untuk me-nunjang kegiatan kesehatan.

KesimpulanUntuk mencapai hal-hal yang tersebut

di atas diperlukan sikap dasar untuk mem-percayai rakyat kecil serta menghargaikemampuan mereka. Kepercayaan danpenghargaan yang bersumber pada kenya-taan bahwa orang miskin itu bukan "thehave not", mereka adalah "the have tittle".Kalau yang kecil-kecil itu dihimpun akanmenjadi kekuatan yang dapat dipakai untukmengatasi permasalahannya sendiri.

Pada titik saat rakyat mampu menye-lesaikan masalahnya sendiri dan me-ngembangkan kehidupan yang serasi danberkesinambungan partisipasi masyarakatdalam pembangunan menjadi nyata. Peme-rintah tidak perlu mengurus dan mengaturhal-hal yang sudah dapat diurus dan diaturoleh rakyat.

Inilah prinsip pembangunan yang se-benarnya. Pertanyaan sekarang mau danberanikah kita mengembangkannya?

A W A S A NW

LEMBAGA MITRA

BKPK, [e] Foundation,PKK desa Umbul-martani

Ford Motor Com-pany, [e] Founda-tion, PKK desaUmbulmartani

NILAI PINJAMAN MODALAWAL

12 Unit jamban@ Rp 1.250.000

15 Unit jamban@ Rp 1.500.000

JAMBANYG TERBANGUNS/D THN 2004

41 Unit jamban,ada penambahan29 unit jamban

28 unit jamban,ada penambahan11 unit jamban.

SUBSIDI UNTUK BANTUANPOSYANDU S/D THN 2004

51 Posyandu dengan ban-tuan dana @ Rp 50.000.Dana ini dimanfaatkanuntuk penambahan PMTdan pembelian peralatan.

10 Posyandu dengan ban-tuan dana @ Rp 75.000.Dana ini dimanfaatkanuntuk penambahan PMTdan pembelian peralatan.

*) Kepala Divisi Kendali Mutu pada AssosiasiKonsultan Pembangunan Permukiman Indonesia

Cab. DIY dan Staf pada Badan KoordinasiPromosi Kesehatan - Dinas Kesehatan DIY

Angsuran

PerguliranDana

Monitor &Evaluasi

KONSEP PENGEMBANGAN JAMBAN BERGULIR & POSYANDU

1. Pembangunandan

pengembanganjambanbergulir

2. PenguatanPosyandu

lewat subsidibunga

pengembalianangsuran

13PercikJuli 2005

Dulangandanaawal

sebagai“EntryPoint”

[e] FoundationPKK

bekerjasamadengan Kepala

Dusunmenyeleksi

anggotaPeminjam danAdmisnistrasi

Kredit

Kelompok Sasaranpeminjam dana

pembuatan jambandan

Posyandu

Page 16: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Model-model pengelolaansampah cukup banyak.Masing-masing memi-

liki karakter tersendiri. Ada satumodel perencanaan pengelolaansampah regional yang patut ditiruoleh pengelola sampah di Indo-nesia. Model ini berkembang cu-kup baik di Swedia.

Model perencanaan sampahregional ini dikembangkan olehSYSAV, sebuah perusahaan jasapelayanan pengelolaan sampahperkotaan milik sembilan peme-rintah kota di selatan Swedia. Per-usahaan ini melayani 500.000penduduk. Setiap pemerintah ko-ta bertanggung jawab terhadappengumpulan dan pengangkutansampah dari rumah tangga danindustri. SYSAV bertanggung ja-wab terhadap pengolahan dan pe-nanganan sampah selanjutnya.

Model itu disebut sebagai Eco-cycle society yakni konsep pena-nganan sampah regional yang me-rupakan siklus tertutup, sehinggadiharapkan tidak ada energi yang terbu-ang ke alam. Filosofi konsep ini adalahmengurangi produksi sampah denganmeningkatkan kegiatan reuse, recycling,dan recovery.

Dari gambar di atas dapat dilihat bah-wa sampah yang dihasilkan dapat :

digunakan kembali sebagai produkyang sama seperti semula atau pro-duk baru (contoh: botol bekas dapatdigunakan kembali);didaur ulang sebagai bahan baku(contoh : sampah kertas)dipakai sebagai bahan bakar untukmenghasilkan energi, sehingga dapatmengurangi bahan bakar fosil yangtidak dapat diperbaharui;distabilkan secara biologis melalui

proses pengomposan atau digestidan dikembalikan ke alam;diamankan di tempat pembuanganakhir dengan proteksi lingkunganjangka panjang.

Berdasarkan filosofi eko-siklus terse-but, maka SYSAV membangun berbagaifasilitas penanganan sampah regional,antara lain:

Fasilitas pembakaran sampah (wasteto energy plant) di MalmöSekitar 25 ton sampah dikonversimenjadi energi panas setiap jam.Instalasi ini terhubung dengan insta-lasi penghasil panas di Malmö danBurlöv, dan menghasilkan 600 GWhpanas per tahun.

Integrated Landfill Spillepeng'sdi MalmöDilengkapi dengan berbagaifasilitas untuk proteksi terhadaplingkungan, seperti fasilitaspemilahan, pengomposan, daur-ulang, produksi gas-bio, danpengolahan lindi. Selain itu, lo-kasi landfill lama seluas ± 50 hasaat ini digunakan untuk arearekreasi bagi masyarakat umum.

Pusat daur ulang sampah rumahtanggaPusat daur ulang ini berjumlahsembilan unit, masing-masingpengelola kota memiliki satuunit. Pusat daur-ulang ini hanyamenerima sampah yang dapatdidaur ulang, mulai dari kertas,botol, elektronik, perkakas ru-mah tangga, dan juga hazardouswaste (B3) yang berasal darirumah tangga seperti batubaterei, lampu neon, dll.

Lund Transfer StationBerfungsi untuk mencapai efisiensipengangkutan dari sumber sampah kelokasi pengolahan atau pembuanganakhir.Model sejenis seharusnya bisa dite-

rapkan di Indonesia. Apalagi ada proyekWJEMP (Western Java EnvironmentalManagement Project) bantuan BankDunia yang salah satu programnya ada-lah membentuk Jabodetabek Waste Ma-nagement Corporation (JWMC), yanghingga kini belum berjalan.

A W A S A N

Penanganan Sampah MelaluiEco-Cycle Society

W

14 PercikJuli 2005

a.

b.

c.

d.

e.

Sumberdaya Alam

Pembuangan Akhir

Produk

Bahan Baku

Residu

Oleh: Yuni Erni Agustin*)

*)Balai Pelatihan Air Bersih dan

Penyehatan Lingkungan PermukimanDepartemen Pekerjaan Umum,

Anggota Pokja AMPL

Page 17: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Pada masa pemerintahan orde ba-ru banyak dibangun fasilitas-fasi-litas untuk masyarakat menengah

ke bawah di seluruh pelosok tanah air.Mulai dari penyediaan air minum, MCK,pompa tangan, jalan, persampahan, danlain-lain. Tetapi sampai saat ini hampirsemua fasilitas tersebut tidak dapat di-manfaatkan. Bahkan fasilitas-fasilitasdan bangunan yang dibangun oleh DirjenCipta Karya, khususnya untuk penyedia-an air minum dan penyehatan lingkung-an, dikenal dengan sebutan "MonumenCipta Karya" karena tak lagi berfungsi.Banyak dana yang telah dikeluarkan. Se-bagian besar dana berasal dari pinjamanluar negeri. Hal yang sama terjadi padaproyek fisik yang dilaksanakan oleh LSM.Kegagalan proyek atau program tersebutdisebabkan oleh kegunaan yang tidaktepat (teknologi tidak sesuai) dan tidakada partisipasi masyarakat

Untuk pelaksanaan proyek-proyekatau program-program penyediaan airminum dan penyehatan lingkungan per-mukiman ke depan harus mempertim-bangkan partisipasi aktif masyarakat.

Peran Serta MasyarakatPeran serta masyarakat yaitu peli-

batan masyarakat dalam proses peren-canaan, konstruksi dan pengoperasianproyek. Ini termasuk melibatkan masya-rakat dalam:

Menentukan tujuan proyekPengumpulan sumber daya Mendapatkan keuntungan pro-yekMenilai apakah proyek mencapaitujuannyaMengelola kelanjutan proyekdengan swadaya masyarakat

Peran serta masyarakat tidak terjadidengan sendirinya, karena masyarakat

belum pernah merencanakan suatu pro-yek. Kadang-kadang tidak ada kesadarandari masyarakat itu sendiri. Air minumyang mereka minum sehari-hari ke-banyakan tidak memenuhi syarat. De-mikian juga dengan fasilitas-fasilitas ke-sehatan lainnya yang digunakan sehari-hari.

Oleh karena itu masyarakat perlu di-beri motivasi dan dorongan untuk dapatberperan aktif pada setiap proyek yangdisediakan untuk mereka. Mereka akanturut bertanggung jawab karena merasamemiliki. Dalam hal ini peran fasilitatorsangat penting. Fasilitator menjadi peng-hubung antara pemberi proyek dan ma-syarakat. Fasilitator bertugas menerje-mahkan maksud dan tujuan pemberi pro-yek kepada masyarakat dan sebaliknyamenyampaikan aspirasi masyarakat ke-pada pemberi proyek.

Kita juga dapat melihat bagaimanasuksesnya pembangunan dan pengope-rasian Tangki AG di Kota Malang yang di-prakarsai oleh Agus Gunarto. Hanya di-butuhkan satu orang motivator untukmengajak masyarakat berpartisipasi da-lam pembangunan fasilitas penyehatanlingkungan permukiman. Karena didu-kung penuh oleh masyarakat setempatmaka Tangki AG dapat bertahan hinggasekarang.

Prioritas PelayananTidak semua daerah mendapat bantu-

an proyek penyediaan air minum danpenyehatan lingkungan permukiman.Hanya daerah-daerah tertentu yang akan

diberi bantuan. Untuk itu perlu diten-tukan prioritas pemberian pelayanandalam bentuk bantuan proyek. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:

Membuat dan menggunakan krite-ria objektif untuk menentukanmasyarakat yang diprioritaskan.Yang perlu diperhatikan yakni data,informasi dan masukan tentangkondisi daerah dan kondisi masya-rakat sehingga kriteria yang diha-silkan bersifat objektif dan akurat.Berkoordinasi dengan pemerintahdan LSM-LSM lainnya untuk pemi-lihan daerah atau masyarakat. Halini dimaksudkan agar tidak terjaditumpang tindih bantuan untukdaerah dan proyek yang sama.Merekrut dan melatih fasilitatorproyek untuk membantu dalampendidikan masyarakat dan prosespartisipasi. Dalam merekrut fasili-tator juga perlu diperhatikan trackrecord atau pengalaman dari calonfasilitator tersebut.

Prioritas diberikan sesuai dengan pe-milihan yang lebih dipentingkan. Makaperlu ada kriterianya, misalkan kelompokmiskin, kelompok perdesaan ataupun la-innya yang lebih butuh saat itu. Contoh :

Daerah miskin di mana penghasilansangat sedikitDaerah di mana fasilitas membu-tuhkan perbaikanDaerah di mana terdapat pening-katan penyakitDaerah di mana sulit terdapat airdan sarana kesehatanDaerah di mana masyarakatnyamempunyai kebiasaan buruk terha-dap kesehatan

Untuk daerah yang masyarakatnyaberpenghasilan menengah ke atas biasa-nya kesadaran akan kesehatan ling-

A W A S A N

Partisipasi Masyarakat dalam MendukungProyek Penyediaan Sarana Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan Permukiman

W

Oleh: Erik Armundito*)

Juara III Lomba Karya Tulis IlmiahPenyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan

Lingkungan, karyawan swasta di Jakarta.

15PercikJuli 2005

Page 18: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

kungan sudah tinggi. Untuk keperluanfasilitas penyediaan air minum dan pe-nyehatan lingkungan permukiman mere-ka tidak ragu mengeluarkan dana untukmembangun fasilitas pribadi maupunfasilitas untuk bersama. Mereka juga su-dah mulai meninggalkan kebiasaan-ke-biasaan buruk yang dapat mengganggukesehatan.

Mendorong Peran SertaBila hasil suatu proyek penyediaan air

minum dan penyehatan lingkungan per-mukiman kurang baik, tidak tepatsasaran atau tidak dapat berlanjut, perludiketahui sebab-sebabnya. Ada beberapasebab yang perlu diperhatikan di an-taranya: (i) Perbedaan pandangan antaramasyarakat dan pembuat rencana ter-hadap fasilitas yang akan dibangun; (ii)Titik berat pada bantuan dan bukanpemakaian fasilitas yang berkesinam-bungan; (iii) Bantuan penunjang yangefektif pada masyarakat sering kurang,terutama sesudah proyek selesai.

Agar dapat berpartisipasi aktif perludiketahui hal-hal apa yang dapat menjadipemicunya. Biasanya kebutuhan dankeadaan yang mendesak akan mendorongmasyarakat berperan serta dalam berba-gai proyek bantuan. Misalkan kebutuhanakan air minum. Air minum merupakankebutuhan pokok manusia yang sangatpenting dan diperlukan setiap hari. Ma-syarakat sangat mengharapkan kemudah-an mengakses sumber air minum danmudah timbul kesadaran untuk memban-tu setiap usaha dalam membangun fasili-tas-fasilitas air minum.

Demikian juga terhadap fasilitas-fasili-tas penyehatan lingkungan permukiman.Misalkan dengan terjadinya wabah pe-nyakit menular karena kebiasaan yang bu-ruk dari masyarakat, kebutuhan akan fa-silitas-fasilitas kesehatan menjadi sangatmendesak. Kondisi-kondisi seperti itu perludiperhatikan bagi perencana proyek-proyek bantuan untuk masyarakat.

Kelangsungan Proyek dan FasilitasDesa atau kampung telah menyedia-

kan perbaikan kesehatan lingkungan. Airuntuk minum, mandi, mencuci, kakusmaupun perbaikan rumah telah dilak-sanakan. Tetapi bagaimanakah pemakai-annya? Apakah memuaskan penduduk?Dapatkah mereka mengelola selanjutnya?Maka penting kiranya memastikan ke-langsungan tujuan proyek. Apakah ber-henti setelah fasilitas fisik dibangun ataudapat dimanfaatkan secara berkesinam-bungan dan dapat dijadikan contoh bagidaerah lainnya.

Setelah proyek selesai dan keperluanuntuk laporan serta publikasi selesaibiasanya fasilitas fisik diserahkan lang-sung kepada masyarakat untuk dikelola.Pemanfaatan dan pengelolaan fasilitas-fasilitas tersebut sering timbul masalahmulai dari lembaga yang akan mena-ngani, biaya operasional, cara peng-operasian alat, sampai kebutuhan akansuku cadang alat.

Dari awal masyarakat harus dili-batkan dalam pembentukan lembaga atauoganisasi yang akan mengelola fasilitas-

fasilitas tersebut. Apakah diserahkankepada perangkat kelurahan, karangtaruna, RT setempat, atau dibentuk lem-baga baru khusus untuk mengelola. Iniuntuk menumbuhkan rasa tanggungjawab bersama. Setelah lembaga pengelo-la terbentuk, masyarakat juga harus dili-batkan untuk menanggung biaya opera-sional. Kesadaran dan rasa tanggungjawab yang telah tumbuh akan memper-mudah menarik iuran dari masyarakat.

Sebelum fasilitas fisik selesai dibangunmasyarakat perlu diberi pengetahuan cara-cara untuk mengoperasikan alat-alat yangdigunakan seperti pompa tangan, pompalistrik, tangki septik, jamban, dan lain-lain.Nantinya masyarakat bisa langsung meng-operasikan fasilitas itu.

Peranan fasilitator dalam menen-tukan prioritas adalah membantu mem-pertemukan kesenjangan yang ada antarapenduduk dan pembuat rencana. Pe-kerjaannya adalah membawa masyarakatke arah perencanaan proyek karenakeberhasilan sangat tergantung banyakpada efektivitas pekerjaan sebagai part-ner yang akan kerja sama.

A W A S A NW

16 PercikJuli 2005

FOTO: RHEIDDA P

Page 19: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Untuk alat-alat yang digunakan seca-ra terus menerus tentu akan menjadi ber-kurang kinerjanya dan harus diganti sukucadangnya. Kemudahan untuk menda-patkan suku cadang alat-alat tersebutperlu diperhatikan.

Pemilihan FasilitatorPerencana proyek biasanya berbicara

dengan masyarakat lewat pemimpinsetempat (lokal) yang dianggap mewakilimasyarakat. Fasilitator pria maupun wa-nita dapat bekerja dengan pria maupunwanita secara individual maupun dalamkelompok sesuai dengan tugas mem-bawanya ke arah proses perencanaan.

Pemilihan fasilitator dapat dilakukansecara terbuka seperti membuka lowong-an di surat kabar ataupun secara tertutupdengan merekrutnya langsung. Ataupundapat meminta referensi dari tokoh ma-syarakat setempat, perangkat pemerintahsetempat dan LSM setempat. Fasilitatordapat diambil dari masyarakat setempatatau di dekatnya. Intinya mereka harusmengetahui situasi daerah itu, dan dapatditerima oleh masyarakat. Untuk daerahdimana masyarakatnya sangat religiusfasilitator dapat diambil dari tokohagama, guru agama, ustad, atau remajamasjid. Untuk masyarakat yang fanatikterhadap salah satu partai politik tertentumaka fasilitator dapat diambil dari fung-sionaris partai. Untuk daerah lain yangdominan akan ciri tertentu fasilitatornyaharus disesuaikan.

Fasilitator harus dapat menjadi pen-dengar yang baik dalam masyarakat danmendorong masyarakat untuk mau mem-berikan pendapat. Pengalaman yangmatang dan perilaku yang baik dari fasili-tator akan sangat menguntungkan dalammenyukseskan proyek-proyek bantuan dibidang penyediaan air minum dan penye-hatan lingkungan permukiman.

Daftar Potensi OrganisasiKesuksesan proyek-proyek bantuan

penyediaan air minum dan penyehatan

lingkungan permukiman perlu ditunjangoleh organisasi yang ada di daerah terse-but. Kemungkinan keterkaitan organisasidengan proyek adalah sebagai mitra yangaktif dan kerja sama dalam proyek, baikdalam pendanaan maupun bantuan mo-ral. Sebaliknya, organisasi itu bisa seba-gai penentang.

Oleh karena itu, sebelum memulaiproyek bantuan perlu didata terlebihdahulu keberadaan organisasi-organisasiyang ada di daerah tempat proyek bantu-an akan berlangsung maupun daerah se-kitarnya. Dengan mengenal organisasiyang ada di daerah dengan baik dapatmenjadi potensi yang besar dalam mem-bantu terlaksananya proyek.

Yang diharapkan dapat dilakukandari organisasi-organisasi yang menjadimitra dalam kerja sama antara lain (i)menyiapkan pekerjaan untuk panitia se-tempat (menginterview, promosi proyek,mencari dana, dsb); (ii) menyediakandana untuk publisitas, konsultan, dsb;(iii) membolehkan pemakaian namaorganisasinya sebagai sponsor, mengiku-ti satu atau lebih dari program untukproyek; (iv) membuat pengumuman yangjelas tentang proyek dalam pertemuan-pertemuan atau surat selebaran danmenyebarkan bahan pendidikan kepadaanggota; (v) mengadakan diskusi dalampertemuan tentang proyek; (vi) mengor-ganisasi anggotanya untuk berpartisipasiaktif dalam proyek-proyek bantuan.

Sedangkan yang dilakukan organisa-si-organisasi yang menjadi penentang an-

tara lain: (i) menentang proyek denganmengorganisasi oposisi dalam forum danperdebatan yang dapat menghambat ter-laksananya proyek-proyek bantuan dan(ii) memprovokasi masyarakat untukmenolak proyek-proyek bantuan. Sikapyang harus diambil terhadap organisasi-organisasi penentang tersebut adalahmengakomodasi aspirasi apa yang disam-paikan. Oposisi yang jujur dapat diman-faatkan untuk mengadakan uji coba pro-posal. Penolakan dapat untuk menge-tahui kelemahan dalam perencanaan,pendekatan maupun pelaksanaan.

Apabila ada organisasi yang tidaksetuju bukan berarti mereka benar-benarmenolak. Kemungkinan sebelumnya te-lah dilaksanakan proyek-proyek bantuansejenis yang tidak tepat sasaran dan tidakdapat berlanjut. Sumber daya yang telahdikeluarkan masyarakat sia-sia. Hal iniakan menjadi masukan yang sangat baikuntuk memperbaiki kelemahan-kelemah-an yang ada. Tinggal bagaimana carapendekatan kepada organisasi-organisasipenentang untuk diyakinkan akan ber-manfaatnya proyek-proyek bantuan yangakan dilaksanakan dan tidak akan meng-ulangi kesalahan-kesalahan yang pernahada.

Penutup Dari pembahasan diatas dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa keberhasilanproyek-proyek bantuan di daerah, khu-susnya proyek-proyek penyediaan air mi-num dan penyehatan lingkungan permu-kiman, sangat ditentukan oleh partisipasiaktif dan dukungan masyarakat setem-pat. Demikian juga masalah-masalahkhusus yang menjadi ciri daerah atau ma-syarakat setempat. Walaupun proyek-proyek bantuan ditujukan terhadap ma-syarakat sendiri, pemanfaatan dan pe-ngelolaan secara berkesinambungan jugaperlu partisipasi masyarakat. Perlu adakoordinasi antara pemberi bantuan, pe-merintah, aparat kelurahan, masyarakatdan organisasi yang ada.

A W A S A NW

Apabila ada organisasi yangtidak setuju bukan berarti

mereka benar-benar menolak.Kemungkinan sebelumnya telah

dilaksanakan proyek-proyekbantuan sejenis yang tidak

tepat sasaran dan tidak dapatberlanjut.

17PercikJuli 2005

Page 20: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Seringkali kita mendengar slogan" Kebersihan adalah Investasi ".Kalimat ini bersifat persuasif

bagi masyarakat untuk tetap menjaga ke-bersihan lingkungannya, yang umumnyadikaitkan erat dengan bidang persampah-an. Namun sejauh ini, belum pernah di-formulasikan secara jelas, kualitas keber-sihan semacam apa yang diharapkan ter-jadi untuk mendorong suatu investasi,seberapa besar nilai investasi yang mung-kin timbul dalam satuan mata uang yangdapat terbentuk akibat suatu parameterkebersihan, atau justru seberapa besar in-vestasi sosial yang sebenarnya terbentukdalam masyarakat akibat adanya keber-sihan ?

Parameter Kualitas KebersihanMungkin tidak terlalu jelas dan mu-

dah untuk dipahami, kualitas kebersihanmacam apa yang diharapkan muncul da-lam suatu penataan lingkungan perkota-an. Jumlah tempat sampah rumah yangtersedia, jumlah tempat sampah di tepijalan, frekuensi pengumpulan dan peng-angkutan sampah, keterkumpulan danketerangkutan sampah, hingga kebersih-an sungai yang melalui suatu kawasanmerupakan sebagian parameter yang da-pat diukur untuk melakukan kuantifikasidari tingkat kebersihan.

Namun, setiap kawasan atau kota,juga memiliki batasan tertentu dalam sis-tem penanganan sampah yang mendu-kung kebersihan. Batasan utama haruslahdidasarkan atas ketersediaan dana untukpenanganan sistem persampahannya. Se-jauh masyarakat mampu dan mau untukmembayar retribusi sampah sesuai de-ngan kualitas kebersihan yang diingin-kan, menjadi tugas pemerintah untukmemformulasikan kuantifikasi kebersih-an yang diinginkan oleh masyarakat ter-sebut. Hal ini dapat diukur dengan mem-buat suatu perhitungan keadaan ideal,mengenai berapa jumlah dana yang dibu-tuhkan untuk melakukan investasi sistem

penanganan sampah yang diinginkan. Ke-tersediaan dana yang ada harus menjaditolok ukur, seberapa besar kualitas keber-sihan yang diinginkan, ditinjau dari kon-disi 100 persen ideal. Jumlah tempatsampah yang harus disediakan harus di-sesuaikan, frekuensi pengumpulan danpengangkutan sampah dikurangi berda-sarkan keterbayaran masyarakat, keter-kumpulan dan keterangkutan sampahdisesuaikan dengan jumlah petugas gero-bak atau truk sampah yang mampu diba-yar oleh masyarakat, hingga kualitas ke-bersihan sungai yang dapat dijaga agar te-tap baik berdasarkan uang yang dapat di-bayarkan oleh masyarakat. Mungkin kitadapat mengatakan bahwa Kota A lebihbersih daripada Kota B. Yang menjadisuatu pertanyaan adalah, seberapa besartingkat keterbayaran masyarakat untukmenghasilkan kualitas kebersihan yangserupa? Keterbayaran yang berbeda, di-sertai dengan keterbatasan anggaranpemerintah setempat untuk melakukansubsidi, serta kemauan masyarakat untukmenerima kualitas kebersihan yang di-

berikan sebagai suatu jasa dari pemerin-tah, merupakan hal yang sifatnya relatifpada setiap kota. Simplifikasi yang mung-kin dilakukan adalah asumsi bahwa setiapkota memiliki daya bayar yang sama baikdari segi masyarakat mapun pemerintah,serta masyarakat memiliki selera yang sa-ma dalam menghasilkan suatu kualitaskebersihan.

Kerancuan dan kesulitan ini dapat di-pecahkan dengan membuat kondisi idealuntuk sistem penanganan sampah yangbaik dan membuat klasifikasi kualitas ke-bersihan kota berdasarkan tingkat keter-bayaran tadi. Dengan hal tersebut, kita ti-dak dapat menyalahkan bahwa Kota A le-bih bersih daripada Kota B. Hal ini mung-kin diakibatkan oleh daya bayar masyara-kat Kota B yang lebih rendah daripadamasyarakat Kota A. Selain itu, masyara-kat Kota B juga tidak perlu untuk merasairi dengan kualitas kebersihan di Kota A,karena masyarakat Kota B sudah merasacukup nyaman dengan kualitas kebersih-an di kotanya. Oleh karenanya, kuanti-fikasi kualitas kebersihan kota perlu un-tuk ditetapkan sehingga dapat menjadipatokan standar yang diinginkan. Di lainpihak, pemerintah pusat juga harus me-netapkan pagu biaya minimum sistem pe-

A W A S A N

Kebersihan adalah InvestasiW

18 PercikJuli 2005

Oleh : Sandhi Eko Bramono,S.T., MEnvEngSc.*)

FOTO: POKJA

Page 21: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

nanganan sampah di setiap kota di Indo-nesia, yang dapat memberikan standarminimum kualitas kesehatan masyarakatdan lingkungan, yang saniter dan higie-nis.

Masuknya InvestasiDi lain pihak, masuknya investasi dari

luar yang dapat menggerakkan roda per-ekonomian suatu daerah atau kota, jugadapat ditentukan oleh kualitas kebersih-an setempat. Kota dengan letak yangstrategis, memiliki pelabuhan udara danlaut yang memadai, memiliki kemudahandalam aksesibilitas transportasi, sertatersedianya pelayanan jasa yang baik,dapat dipengaruhi pula oleh tingkat ke-bersihan kota tersebut. Akibat sistem pe-nanganan sampah yang buruk, bukanlahhal yang mustahil, kota dengan fasilitaslengkap tak akan diminati investor.

Sebaliknya, kota yang memiliki pe-nanganan sampah yang baik, kualitassungai terjaga dan bersih, keterkumpulandan keterangkutan 100 persen sampahtercapai setiap hari, tidak terletak di ka-wasan yang strategis, tidak memiliki pe-labuhan udara dan laut yang memadai, ti-dak memiliki kemudahan dalam aksesibi-litas transportasi, serta tidak tersedianyapelayanan jasa yang baik, juga belumtentu akan memberikan keinginan in-vestor untuk masuk.

Dalam hal ini, diperlukan suatu anali-sis biaya yang akurat, untuk menentukantingkat biaya investasi serta biaya peng-operasian-pemeliharaan-perawatan sis-tem persampahan yang dibutuhkan un-tuk menjamin investor dapat berinvestasidi sana. Setiap kota tidak membutuhkanbiaya yang sama karena setiap kota ada-lah spesifik sesuai dengan karakteristik-nya masing-masing. Tidak perlu mengha-rapkan kualitas kebersihan di Kota C sa-ma dengan Kota D. Dengan biaya yangspesifik dan berbeda pada kedua kota ter-sebut, kota harus tetap mampu untukmemberikan investasi yang diharapkanuntuk terjadi di kota tersebut, dan tidak

terjadi di kota lain. Hal ini juga akhirnyaakan meringankan masyarakat selakuprodusen sampah dalam membayar retri-busi sampah, serta meringankan peme-rintah setempat dalam memberikan sub-sidi untuk sistem penanganan sampah.

Investasi SosialTingkat kebersihan pada setiap kota

tentu akan memberikan dampak terha-dap kualitas kesehatan dan lingkunganmasyarakat sekitar. Pemerintah harusdapat menghitung, berapa investasi so-sial yang terjadi dalam masyarakat akibatpenanganan sistem persampahan yangbaik. Sebagai permisalan, dengan adanyasistem penanganan sampah yang baikmaka akan terjadi reduksi epidemi pe-nyakit yang diakibatkan oleh lalat dantikus sebagai vektornya, akan terjadi re-duksi epidemi penyakit Infeksi SaluranPernafasan bagian Atas (ISPA), akan tim-bul sarana-sarana rekreasi masyarakat,akan timbul usaha-usaha dagang ma-syarakat, bahkan timbul pembelajarandan kesadaran masyarakat akan nikmatdan pentingnya suatu kondisi lingkunganyang bersih. Hal - hal ini merupakan pa-rameter yang dapat dikuantifikasikan da-lam suatu satuan nilai mata uang. Uangyang semula digunakan untuk membayarbiaya pemeriksaan kesehatan akibat pe-nyakit yang ditimbulkan oleh sampah,akan tersubstitusi sebagai biaya untukmembeli makanan dengan tingkat giziyang lebih baik. Friksi sosial akibat pe-nanganan sampah yang buruk, sepertiyang terjadi di TPST ( Tempat Pengolah-an Sampah Terpadu ) Bojong di Jakarta,

serta peristiwa longsornya IPS ( InstalasiPengolahan Sampah ) Leuwigajah di Ban-dung, tidak akan terjadi lagi. Hal inimengakibatkan masyarakat tidak perlumembayar biaya sosial yang diakibatkanoleh kerusuhan atau bencana akan sam-pah.

Batasan InvestasiSeberapa besar biaya yang harus dise-

diakan oleh masyarakat dan pemerintahuntuk mensubsidi sistem penanganansampah yang baik, sangat ditentukanoleh tiga faktor, yaitu daya bayar masya-rakat, daya subsidi pemerintah, serta ke-inginan masyarakat untuk memperolehkualitas kebersihan yang diinginkan. Pe-merintah haruslah menetapkan, standarminimum biaya sistem penanganan sam-pah yang akan memberikan minimalisasidampak negatif terhadap kualitas kese-hatan masyarakat sekitar dan lingkung-annya. Setiap pemerintah daerah tentu-nya telah menetapkan tingkat kebersihanyang diinginkan di wilayahnya, denganmempertimbangkan tiga faktor di atas.

Oleh karenanya, pemerintah pusatharus memberikan batasan minimumbiaya serta kualitas kebersihan minimumyang akan diterapkan di daerah. Patokanyang paling mudah dan mendasar yaituberapa biaya investasi maupun biayapengoperasian-pemeliharaan-perawatansistem penanganan sampah yang akandirancang sehingga mampu memberikanstandar minimum kualitas kesehatanmasyarakat dan lingkungan, yang saniterdan higienis. Dengan demikian, slogan"Kebersihan adalah Investasi", dapat ter-fomulasikan dan terjabarkan dengan le-bih baik serta lebih terukur.

A W A S A NW

Masuknya investasi dariluar yang dapat meng-

gerakkan roda per-ekonomian suatu daerah

atau kota, juga dapatditentukan oleh kualitaskebersihan setempat.

*) Penulis adalah alumnus programpascasarjana School of Civil and Environmental

Engineering, UNSW, Australia;anggota InSWA ( Indonesian Solid Waste

Association ) dan anggota IATPI,saat ini bekerja sebagai UNDP Technical

Consultant for Waste Management in Malukuand North Maluku Recovery

Programme.

19PercikJuli 2005

Page 22: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Air bersih merupakan kebutuhandasar manusia yang harus di-penuhi. Di sisi lain, ketersediaan-

nya makin berkurang karena degradasiekosistem. Kuantitas dan kualitas sum-berdaya air di Indonesia kondisinya se-makin hari semakin memprihatinkan.Tidak heran bila krisis air mulai melandadaerah-daerah seperti Pulau Jawa, Bali,Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Se-latan, dan daerah-daerah padat pemba-ngunan lainnya, terutama pada musimkemarau.

Ketersediaan air bersih dirasakan se-makin langka, bahkan di beberapa kotaair bersih diperjualbelikan secara komer-sial. Undang-undang Nomor 7 tahun2004 tentang Sumber Daya Air (UU SDA)menegaskan bahwa komersialitas air di-batasi hanya sebagai balas jasa atas upayapengolahan air hingga layak pakai. Per-usahaan-perusahaan air minum milik pe-merintah tampaknya patuh dan konse-kuen terhadap pelaksanaan UU SDAtersebut. Bagaimana halnya dengan ma-syarakat umum? Air minum kemasanyang diproduksi swasta diperjualbelikandi tempat-tempat umum. Adakah tolokukur harga yang pantas sebagai balas jasapengolahan air baku hingga menjadi airbersih dan/atau air minum?

Tantangan Penyediaan Air BersihPenanganan krisis air bersih di daerah-

daerah padat pembangunan harus dimulaidengan perubahan sikap mental masyara-kat dalam memanfaatkan lingkungan hi-dup di sekitarnya. Perlu kesadaran masya-rakat akan pentingnya memelihara keseim-bangan antara lingkungan alamiah danlingkungan hidup manusia. Hutomo men-sinyalir ada yang keliru dalam kebijakantata ruang di Indonesia, terutama tata ru-ang di daerah-daerah padat pembangunan.Persoalan kepatutan (cocok, selaras) dankepatuhan terhadap tata ruang belummelembaga di masyarakat.

Hutomo mencatat potensi sumberda-ya air di Indonesia tahun 2005 diperki-rakan 15.000 m3/kapita/tahun, melebihirata-rata potensi pasokan dunia yanghanya sebesar 8.000 m3/kapita/tahun.Namun demikian, potensi pasokan sum-berdaya air tersebut cenderung menurun.Potensi pasokan air di Jawa, contohnya,pada tahun 1930 diperhitungkan 4.700m3/kapita/tahun, pada saat ini potensitersebut hanya tinggal sepertiganya atausebesar 1.500 m3/kapita/tahun. Daripotensi tersebut 35 persen di antaranyalayak dan ekonomis untuk dikelola.Dengan potensi aktual yang hanya sebe-sar 400 m3/kapita/tahun, maka pen-duduk di Pulau Jawa harus berhematdalam pemanfaatan sumberdaya airnya.Potensi tersebut jauh di bawah angkastandar minimum Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) yaitu 1.100 m3/kapita/tahun.

Berdasarkan standard PBB tersebutdan dengan proyeksi penduduk Indone-sia pada tahun 2015 yang mencapai 248,2juta orang, potensi sumberdaya air yangperlu dipersiapkan pada tahun 2015adalah 273,0 milyar m3. Sementara itu,permintaan air bersih Indonesia 2000-2015 tumbuh rata-rata sebesar 6,7 persenper tahun. Dengan asumsi 50 persen po-tensi sumberdaya air layak dan ekonomisdikelola, pada tahun 2015 setidaknya ada136,5 milyar m3 air baku. Sedangkan de-ngan pertumbuhan permintaan rata-rata6,7 persen/tahun, kebutuhan air bersihtahun 2015 (dengan asumsi 400 liter/ ka-pita/hari) diperkirakan mencapai 61,3milyar m3.

Selain untuk air bersih, potensi sum-berdaya air juga dimanfaatkan sebagai airbaku untuk pertanian dan berbagai usahamasyarakat lainnya. Di Nusa TenggaraBarat (NTB), 62,5 persen air baku digu-

nakan untuk kepentingan pertanian.Apabila secara nasional 60 persen saja airbaku dimanfaatkan untuk pertanian dankegiatan usaha lainnya, maka air bakuyang tersisa untuk air bersih hanya sebe-sar 54,6 milyar m3. Dalam hal ini, mam-pukah kita melindungi dan menyiapkanpotensi sumberdaya air sehingga per-mintaan air bersih tahun 2015 tersebutdapat terpenuhi?

Saat ini, kebutuhan air bersih ma-syarakat perkotaan dan perdesaan diIndonesia 70 persen di antaranya dipe-nuhi melalui pemanfaatan air tanah. Re-potnya, 90 persen kebutuhan air untukindustri dipasok dengan memanfaatkanair tanah pula. Pemanfaatan air tanahyang tinggi merusak lingkungan hidup,dan menunjukkan tidak efektifnya pela-yanan lembaga pemasok air di Indonesia.Oleh karena itu, pengelola harus mem-perhatikan fungsi sosial, lingkunganhidup, dan ekonomi dari sumberdaya air.

Di era otonomi daerah kini, pemdaperlu meningkatkan kerja sama antardaerah dalam menyikapi pengelolaansumber daya air yang menjadi hajat ber-sama. Tanpa kesadaran bersama akanarti penting fungsi hutan (sebagai peng-atur tata air, pengendali erosi, pelindungplasma nutfah dan kekayaan hayati lain-nya, dan penyedia oksigen) bukan tidakmungkin potensi sumberdaya air darisuatu DAS akan mengalami gangguan.Kebijakan penataan ruang hendaknyamengakomodasi pengembangan DASterpadu dengan memperhatikan berba-gai kepentingan.

Tantangannya adalah bagaimanamemenuhi kebutuhan penyediaan airbaku secara berkelanjutan. Jargon-jar-gon seperti terpadu, holistik, kompre-hensif, dan terintegrasi di sekitarpenyediaan air baku berpatokan padapendekatan "one river, one plan, andone management system" harus diwu-judkan.

A W A S A N

Penyediaan Air Bersih:Tantangan Kini dan Akan Datang

W

20 PercikJuli 2005

Oleh: Herry Suhermanto

Page 23: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Alternatif Teknologi Teknologi merupakan elemen yang

menentukan dalam penyediaan air bersihyang memenuhi standar kesehatan. Dr.Bismo yang melaksanakan programRKDM tahun I, 2004-2005 mengajipengembangan teknologi penyediaan airbersih berdasarkan beberapa pen-dekatan, yakni melalui pemanfaatanteknologi membran, teknologi ozon, danteknologi zeolit.

Perihal teknologi yang ditawarkan,Bismo menguraikan penelitiannya ter-hadap zeolit alam klinoptilolit. Jeniszeolit yang pertama ditemukan di alamadalah stilbit pada tahun 1756 yangdimanfaatkan sebagai penyaring mole-kular. Saat ini telah ditemukan sekitar 45jenis zeolit alam, dan rekayasa sintetismenghasilkan lebih dari 150 jenis turun-annya.

Bentuk mikronya yang berongga ber-manfaat sebagai penyaring, penyerap, pe-nukar ion, dan katalis molekular. Zeolitini bermanfaat langsung untuk mengatasilimbah cair dan untuk pengolahan airhingga menjadi air bersih dan air minum.Potensi zeolit alam klinoptilolit di Indo-nesia cukup besar, bahkan di Lampungtersedia dengan tingkat kemurnian lebihdari 75 persen.

Teknologi mem-bran merupakanbentuk lain dariupaya penyaringandan difusi serapansuatu fluida. Tek-nologi ini lebih ung-

gul dibandingkan teknik evaporasi dandestilasi karena perubahan fase tidakdiperlukan (panas laten tidak terbentuk).Ia bahkan mampu melakukan proses lan-jutan (endogenized) seperti pemekatan,fraksionasi, dan pemurnian produk.Teknologi ini diaplikasi sejak tahap peng-olahan primer hingga ke tahap peng-olahan lanjut air, seperti nanofiltrasi danpenyisihan ion (desalinasi air laut).

Seperti halnya teknologi membran,

teknologi ozon mem-punyai kemampuan te-rap yang cukup luas.Ozon sendiri me-rupakan senyawa O3

yang tidak stabil, berumur singkat (5-30menit), dan harus dibuat insitu. Manfaatozonpun cukup bervariasi diantaranyadapat membersihkan polutan dalam airdan udara, dapat menyisihkan warna,dan dapat membunuh bakteri (proseslysis), virus, dan protozoa.

Penerapan teknologi yang tepat gunadi suatu daerah tergantung kepada ke-siapan pemerintah daerah dalam penge-lolaan air (penyediaan kuantitas dankualitas air baku) termasuk penyediaanjaringan infrastruktur pendukungnya.

Secara teknis, Bismo merekomenda-sikan teknologi ozon, dengan kataliszeolit alam, karena sebagai disinfektancara ini enam kali lebih kuat dari padamenggunakan Chlor selain menghasilkansedikit residu. Di samping itu, teknologiini tidak memerlukan energi yang terlalubesar, dapat dimodifikasi dan dibuat diIndonesia. Kelemahan dari penggunaanteknologi ozon diantaranya adalah perlu-nya dukungan kualitas SDM yang cukuptinggi, penanganan yang hati-hati, daninvestasi yang relatif tinggi.

Pemenuhan Kebutuhan Air BersihBerdasarkan uraian di atas, potensi

sumber daya air tidak lagi dapat meme-nuhi kebutuhan. Tantangan 2015 terse-but sebenarnya sudah mulai dirasakansaat ini dengan masih rendahnya tingkatkemampuan penyediaan air bersih untukmasyarakat yang hanya menjangkau 30persen penduduk.

Persoalannya bertumpu pada keter-batasan kemampuan manajerial pengelo-la air dan keterbatasan pengadaan airbaku. Penanganannya tidak bisa disele-saikan secara sektor air bersih saja,namun diperlukan pendekatan kompre-hensif dan terpadu didukung oleh inovasiteknik pengolahan air yang tepat guna.

Teknologi tepat guna dengan kandunganlokal diperlukan bagi penyediaan air didaerah yang belum terjangkau jaringanpelayanan air bersih. Upaya pemenuhankebutuhan air bersih hendaknya dilihatdari sisi permintaan (kebutuhan) dan pe-nyediaan (pasokan). Pasokan air versi Pe-kerjaan Umum (PU) berpegang padaprinsip "warung jamu," yang merupakansingkatan dari waktu, ruang, jumlah, danmutu.

Dari sisi permintaan, upaya diorien-tasikan kepada pengurangan pemanfaat-an air yang sia-sia, atau diarahkan kepa-da pemanfaatan air yang efisien dan efek-tif. Melalui pendekatan demand man-agement dilakukan penghematan airpada sumbernya-termasuk perlindungankawasan di sekitar mata air--penghe-matan air pada jaringan distribusinya,dan penghematan air oleh penggunanya-penggunaan kran, toilet, dan air marjinal(water recycle).

Kesimpulan dan RekomendasiMasyarakat umumnya menanti

langkah praktis dan operasional dari apa-ratur dalam upaya penyediaan air bersih.Pemanfaatan air tanah memang meru-pakan langkah yang praktis, namun bukanmerupakan penyelesaian terbaik. Dalammemanfaatkan air tanah ini perlu dipertim-bangkan dampak lingkungannya. Semen-tara penyediaan air baku melalui air per-mukaan perlu mempertimbangkan tatananruang yang dapat mengamankan rechargedarea suatu DAS.

Tata ruang diharapkan dapat menjadikunci penyelesaian bagi persoalan penye-diaan air baku untuk mengatasi krisis airbersih. Tata ruang yang telah mendapatlegitimasi publik perlu diperkuat melaluikomitmen sosial dari masyarakat itusendiri, terutama dalam mengembalikanfungsi hutan sebagai pelindung DAS.Untuk itu diperlukan upaya-upaya yangdapat mendorong pengamanan DASsehingga air baku tersedia secara berke-lanjutan.

A W A S A NW

*) Bekerja di Bappenas

21PercikJuli 2005

Page 24: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Pemberlakuan Undang-undangOtonomi Daerah Nomor 22 /1999dan Nomor 25/1999 dimaksud-

kan untuk mempercepat akses pemba-ngunan di daerah. Setiap daerah padaprinsipnya dapat menentukan strukturorganisasi pemerintahan dan memilikiotoritas untuk mengelola sumber dayamanusia. Sistem penyaluran dana daripemerintah pusat ke daerah juga meng-alami perubahan yang mendasar danlebih transparan, yaitu apa yang dikenaldengan Dana Alokasi Umum (DAU).Setiap Pemda dapat menentukan alokasipengeluaran dana sesuai dengan kebu-tuhan dan prioritasnya.

Proses jalannya pemerintahan didaerah beralih menganut asas desen-tralisasi di hampir semua sektor pemba-ngunan kecuali politik, keamanan danpendidikan nasional. Secara praktis pro-ses desentralisasi mengandung maksudmemberikan tanggung jawab kepadaPemda untuk meningkatkan dan me-nyempurnakan fungsi pelayanan publikdengan cara merespons kebutuhan lokal,melibatkan partisipasi masyarakat dalampengambilan keputusan dan memper-pendek jenjang birokrasi dalam melak-sanakan pelayanan.

Dalam konteks pembangunan infra-struktur air minum, telah terjadi per-ubahan paradigma dalam pengelolaanpenyediaan air minum. Untuk hal terse-but, pendekatan yang komprehensifmesti dilakukan agar pengelolaan pe-layanan air minum semakin berkualitasdan mampu memenuhi harapan masya-rakat dan stakeholder di masa datang se-cara efektif dan efisien. Pendekatankomprehensif dimaksud, tidak lain ada-lah penerapan konsep Capacity Building(pengembangan kapasitas) organisasi da-lam upaya meningkatkan kinerja pela-

yanan, terutama bagi Perusahaan DaerahAir Minum (PDAM)

Sekilas Konsep "Capacity Building" Konsep Capacity Building menurut

GTZ (German Technical Cooperation)dalam bukunya "Capacity BuildingNeeds Assessments in the Regions- Pro-cess Guideline" 2002, diartikan suatuproses yang meningkatkan kemampuandari orang-orang, organisasi atau sistemuntuk mempertemukan manfaat dan sa-saran suatu organisasi.

Selanjutnya secara detail CapacityBuilding dapat didefinisikan sebagai su-atu proses untuk meningkatkan kemam-puan dari individu, kelompok, organisasiatau masyarakat untuk ; (i) menganalisalingkungannya, (ii) identifikasi masalah,kebutuhan, wacana dan kesempatan, (iii)formulasi strategi untuk mengenalimasalah, wacana, dan kebutuhan danpeluang yang relevan, (iv) disain rencanatindakan dan (v) penggunaan sumber-daya secara efektif dan berkesinam-

bungan untuk diterapkan, dimonitor dandievalusi terhadap rencana tindakan.

Menurut konsep dan kajian dalamsimposium UNDP (1991), bahwa Capa-city Building terdiri atas empat kompo-nen :

Penguatan Lingkungan (policy andlegal framework)Pengembangan Institusi (institution-al development)Pengembangan SDM (human resour-ces development)Pengaturan dan kesinambungan ke-uangan (arranging for the sustain-able funding)

Implementasi Pendekatan CapacityBuilding

A. Aspek Penguatan Lingkungan Berdasarkan pengamatan dan kondisi

objektif Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) di Indonesia saat ini, makalangkah awal yang perlu diperhatikandalam pengembangan kapasitas PDAM,ada tiga hal pokok:

Meninjau ulang seluruh perangkathukum (legal framework) mulai dariUndang-undang, Peraturan Pemerin-tah, Peraturan Menteri, KeputusanMenteri, Instruksi Presiden maupunPeraturan Daerah yang masih dipedo-mani saat ini, apakah masih relevanterhadap tuntutan perubahan ling-kungan yang sedang dan akan terjadidi masa datang. Produk yang diharap-kan antara lain UU BUMD, iklim yangkondusif, dan peraturan pelaksanaanUU SDA.Melakukan evaluasi dan penilaianterhadap perangkat kebijakan pe-merintah (government policy) yangdiberlakukan apakah mampu men-dorong peningkatan kinerja PDAM.

Oleh: Abdul Gani*)

22 PercikJuli 2005

A W A S A NWImplementasi Konsep Capacity

Building dalam Perusahaan DaerahAir Minum

1.

2.

3.

4.

1.

2.

Dalam kontekspembangunan infrastruktur

air minum, telah terjadiperubahan paradigma pe-ngelolaan penyediaan air

minum. Untuk hal tersebut,pendekatan komprehensifmesti dilakukan agar pen-

gelolaan pelayanan airminum makin berkualitas.

Page 25: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Unsur eksekutif (pemerintah pusat)dan legislatif (DPR-RI) saling beker-jasama secara proaktif dengan meli-batkan komponen masyarakat ter-hadap penyusunan draft peraturanpelaksanaan dari Undang-undangNomor 7 tahun 2004 tentang SumberDaya Air. Hal ini penting karenaberimplikasi terhadap pengembangankapasitas infrastruktur air minum dansanitasi pada umumnya.

Berbagai produk hukum yangberhubungan dengan "Sistem PenyediaanAir Minum" sudah saatnya untuk dikajiulang sesuai dengan paradigma barupelayanan air minum saat ini, terutama i)Tata Cara Kerjasama BUMD denganPihak Ketiga (Permendagri No. 4/1999),ii) Mekanisme Pelaksanaan PinjamanDaerah (PP Nomor 107/2000), iii) Pe-doman Tarif Air Minum (PermendagriNomor 2/1998), iv) Pedoman PenilaianKinerja PDAM (Permendagri No. 4/1999)dan produk hukum lainnya yang dinilaisudah perlu dilakukan perubahan/pe-nyempurnaan, agar secara operasionalmanajemen PDAM mampu menjawabharapan pelanggan (customer expecta-tion) dan harapan stakeholder (stake-holder expectation).

B. Aspek Pengembangan InstitusiUntuk mencapai sasaran mengem-

bangkan paradigma baru pelayanan airminum yang berkualitas, yang palingmendasar adalah "manajemen" mencip-takan nilai (value creation) terhadap seti-ap produk layanan yang akan diberikankepada masyarakat. Hal itu dapat dicapaiantara lain melalui proses "pembelajaranorganisasi/learning organization". Stra-tegi pengembangan kapasitas PDAM(PDAM's capacity building) semestinyadilakukan dengan pendekatan multidi-mensi, meliputi pemahaman terhadap (i)Visi dan misi, (ii) Strategi, (iii) BudayaKerja, (iv) Sumber Daya Informasi, (v)SDM, (vi) Keuangan, dan (vii) Kepemim-

pinan Kolaboratif . Strategi organisasi yang tidak kalah

pentingnya untuk dilakukan manajemenPDAM adalah model interaksi secaraintensif yang didukung data/informasiyang akurat, dijadikan modal dasar untukberkomunikasi dengan stakeholder danpelanggan dengan memperhatikan kebu-tuhan masing-masing pihak. Hal dimak-sud bisa dilakukan melalui berbagai salu-ran komunikasi baik formal maupun in-formal. Dengan strategi komunikasi yangdemikian, diharapkan PDAM mampumenangkap harapan pelanggan (custo-mer expectation) dan merefleksikan da-lam kegiatan operasional sehari-hari.

Dukungan penguatan institusi bidanginfrastruktur air minum, seperti DewanSumber Daya Air (amanat UU-SDA) yangdalam operasionalnya mampu melakukanapa yang dikenal dengan "Water Resour-ces Management", salah satunya dapatmemberikan peluang terhadap keaman-an dan kesinambungan pasokan air bakubagi PDAM. Anggota dewan tersebut se-baiknya melibatkan semua komponen,baik eksekutif, legislatif, yudikatif mau-pun representasi masyarakat dalam me-nyelesaikan dan menangani masalah air.

Mekanisme koordinasi secara formaldalam pemgembangan sistem penyediaanair minum di daerah khususnya, menjadiisu penting untuk diperhatikan oleh seti-ap kepala daerah. Sebagai contoh, penyu-sunan "Corporate Plan PDAM" yang su-dah ada hendaknya mengacu pada "Mas-ter Plan Penyediaan Air Minum di Ting-kat Propinsi/Kota/Kabupaten" .

C. Aspek Pengembangan SDM Untuk menciptakan personil PDAM

yang berkualitas dan profesional yangmampu menghadapi tantangan masadepan yang relatif kompleks dan dinamis,maka paradigma lama dalam pembinaandan pengembangan SDM yang bernuansabirokratis, sebagai contoh penilaianprestasi pegawai melalui penilaian DP3(Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan)sudah tidak sesuai lagi dan segera harusdipertimbangkan dengan sistem penilai-an pegawai yang berbasis prestasi kerjayang memenuhi kriteria yang jelas, dapatdiukur dan objektif (Performance Ap-praisal System).

Sedangkan untuk mendapatkan ke-pemimpinan PDAM masa depan yanghandal dan memiliki jiwa kewirausahaan,

A W A S A NW

3.

23PercikJuli 2005

FOTO: ISTIMEWA

Page 26: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

tidak lain model pengangkatan dan pem-berhentian Direksi PDAM tidak lagisekedar ditentukan oleh Kepala Daerahmaupun pihak DPRD, tetapi dasarpemilihan manajemen PDAM sudahsemestinya menerapkan sistem "Fit andProper Test". Tipe kepemimpinan yangdapat membawa perubahan PDAMadalah tipe kepemimpinan yang tidak"birokratif", namun bersifat kolaboratif,inovatif dan mampu merespon danmemahami perubahan lingkungan yangakan berpengaruh terhadap kesinam-bungan PDAM.

Pembinaan pegawai PDAM masadepan tidak bersifat instruksional tetapibersifat pemberdayaan (empowerment)dan format penyelesaian pekerjaan ber-fokus pada "Team Work Building" tidaksekadar mengandalkan kemampuan indi-vidual. Perubahan lingkungan eksternalmaupun internal PDAM dalam 5 - 10 ta-hun relatif akan lebih cepat dan sulituntuk diprediksi.

D. Aspek Kesinambungan Keuang-an dan OperasionalPembangunan dan pengembangan

infrastruktur air minum tidak terlepasdari aspek kesinambungan dukunganmanajemen sumber daya keuangan (fi-nancial resources management). Men-cermati struktur keuangan daerah pascadiberlakukannya kebijakan otonomi dae-rah, dapat disimpulkan bahwa sumberdana dari pemerintah pusat untukpelayanan air minum semakin langka.PDAM sudah saatnya diberikan kewe-nangan dan dukungan penuh dalam me-ngelola perusahaan dengan berbagaiperangkat kebijakan/peraturan daerah,khususnya yang berkaitan dengan me-kanisme pengelolaan sumber daya ke-uangan.

Peningkatan kinerja dan kesinam-bungan usaha PDAM, sangat ditentukanoleh kebijakan tentang tarif air minum.Mekanisme pemberlakuan dan penetapantarif air yang belum didasarkan atassemangat kewirausahaan dan meng-abaikan prinsip-prinsip ekonomi perusa-haan, akan mengakibatkan kinerja pe-layanan yang diberikan PDAM tidak akanmampu menjawab harapan pelanggandan tuntutan perubahan lingkunganperusahaan. Untuk itu diperlukan refor-

masi kebijakan penetapan tarif air yangsecara dinamis mampu meresponkecepatan perubahan lingkungan ekster-nal dan internal PDAM, agar manajemenoperasional dapat berjalan dengan lancardan dapat mencapai sasaran yangdiinginkan oleh stakeholder secara opti-mal.

Di samping masalah kebijakan tarifair, masih ada beberapa faktor yang perludiperhatikan dalam mempertahankandan meningkatkan sumber daya keuang-an PDAM, antara lain ;

Perangkat hukum/kebijakan peme-rintah daerah yang mengatur sistemdan prosedur tentang investasi dalamsistem penyediaan air minum.Ketentuan yang mengatur tentangpajak/retribusi air permukaan (airbaku).Ketentutan yang mengatur tentangkontribusi PDAM terhadap PAD.Pedoman pelaksanaan pengelolaanasset PDAM.Perangkat kebijakan pemerintah dae-

rah (local government policy) yang ber-sentuhan dengan pengembangan kapasi-tas sumber daya keuangan PDAM diha-rapkan dapat sinergi dengan sasaranyang telah digariskan pada "CorporatePlan PDAM" dalam pengembangan pe-layanan air minum yang berorientasi pa-da konsep "Full Cost Recovery".

Untuk memperkuat dan meningkatkankinerja keuangan PDAM, menjalin kerja-sama dengan pihak swasta (private publicpartnership) perlu aturan main yang jelas,transparan dan akuntabel. Untuk itu sis-tem dan pola kemitraan PDAM denganswasta perlu didorong dengan perangkatkebijakan pemerintah pusat dan daerahyang tidak tumpang tindih dan mem-berikan peluang masuknya investasi dalamsektor air minum.

A W A S A NW

24 PercikJuli 2005

i)Team Leader SistemBenchmarking-PERPAMSI

ii) Consultant PT. IHE(Infrastruktur Hidro & Ekologi,

Indonesia)

Page 27: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Pemerintah Indonesia sudah berte-kad menurunkan jumlah pendu-duk yang belum memiliki akses ke

sarana air minum menjadi separuh dariposisi saat ini. Tekad ini merupakanupaya mewujudkan salah satu kesepakat-an internasional (Johanessburg summit,2002) yang tertuang dalam MillenniumDevelopment Goals. Untuk memberikanarahan pada pencapaian sasaran, pe-merintah menyusun kebijakan nasionaldengan tujuan umum meningkatkan ke-sejahteraan melalui pembangunan bi-dang air minum dan penyehatan ling-kungan, sedangkan tujuan khususnyamewujudkan keberlanjutan dan efektifi-tas sarana yang dibangun.

Pada saat ini Kebijakan Air Minumdan Penyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat (AMPL-BM) sudah diopera-sionalisasikan di tujuh propinsi dan tujuhkabupaten, termasuk Propinsi Jawa Te-ngah dan Kabupaten Kebumen. Artikelini lebih memfokuskan pada analisis per-masalahan di Propinsi Jawa Tengah, na-mun keberlakuannya juga untuk yang la-innya.

Kondisi KiniDi seluruh Indonesia pada saat ini ada

lebih dari 100 juta penduduk yang belummemiliki akses air bersih, yang berartihampir 5 kali penduduk Malaysia atauAustralia. Dari penduduk yang belummemperoleh akses air bersih, sebagianbesar berada di perdesaan baik di Jawamaupun luar Jawa.

Secara umum tingkat kesejahteraanmasyarakat yang belum memiliki aksesair bersih buruk. Gejala ini paralel de-ngan jenis penyakit yang secara umumdiidap masyarakat yang mengalami ke-sulitan air bersih, seperti diare, penyakitkulit, infeksi saluran pernapasan bagianatas, dan sebagainya.

Pemerintah sudah melakukan berba-gai program untuk mengintervensi ke-sulitan akses air bersih. Investasi untukitu-- di luar dana hibah melalui lembagainternasional--tentu sangat besar, dan di-lakukan melalui berbagai departemen se-perti Depdagri, Depkes, dan Dep. Peker-jaan Umum. Akan tetapi, berbagai saranayang dibangun baik dengan sistem per-pipaan gravitasi, sistem pompa, sumurgali, sumur bor, penampungan air hujan,dan sebagainya, banyak yang tidak berke-lanjutan. Angkanya tercatat 64 persendan ini termasuk tinggi.

Kendala Keberlanjutan Ada berbagai faktor yang mempe-

ngaruhi keberlanjutan sarana. Yang pa-ling menonjol adalah berfungsi atautidaknya lembaga pengelola sarana air,dan ada tidak iuran untuk pemeliharaan,pengembangan, dan perbaikan kerusak-an besar. Secara umum, pemakai saranahanya melakukan iuran untuk pemeli-haraan atau kerusakan ringan, atau bah-kan tidak melakukannya karena kelem-bagaan pengelola tidak berfungsi. Untukmelakukan iuran sampai tingkat pengem-bangan apalagi pemulihan biaya inves-tasi, sangat kurang.

Keberlanjutan sarana pada dasarnyaditentukan oleh lima variabel besar. In-teraksi antara kelima variabel tersebut di-konseptualisasikan ke dalam pentagonalkeberlanjutan layanan dan sarana airminum. Pada masing-masing sudut pen-tagon adalah variabel penentu keberlan-jutan sedangkan di pusatnya adalahkeberlanjutan pembangunan air minum.Kelima variabel tersebut, selain kelemba-gaan dan keuangan (iuran), adalahlingkungan, sosial-budaya, dan teknologi.

Kelima variabel tersebut dalam berbagaikajian tidak selalu tampak secaraserentak sebagai variabel yang menen-tukan keberlanjutan, tetapi sifatnyakasus per kasus. Di Jawa Tengah, faktorlingkungan cukup dominan dan bahkanmenjadi fokus pemecahan masalahmenurunnya kapasitas sumber dan per-mukaan air tanah. Di Kabupaten SumbaTimur masalah sosial budaya yangberpangkal pada sistem kasta yang sa-ngat ketat menjadi variabel utama tidakberlanjutnya sarana air minum. Se-dangkan variabel teknologi, utamanyakemudahan untuk mengoperasikan dankesesuaian dengan kondisi lingkungan,juga menjadi variabel yang berpengaruhyang bisa ditemui di mana-mana .

Faktor LingkunganDi Jawa Tengah pada umumnya, va-

riabel lingkungan sangat menonjol. Halitu tampak dari hasil lokakarya akhir--melibatkan stakeholders--setelah mela-kukan diseminasi dan operasionalisasiKebijakan Nasional Pembangunan AirMinum dan Penyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat (AMPL-BM) sela-ma enam bulan. Di Jawa Tengah, uta-manya di Kabupaten Kebumen, salahsatu isu strategis yang juga merupakanprioritas utama adalah degradasilingkungan di daerah tangkapan danresapan air yang mengakibatkan menu-runnya permukaan dan kapasitas sumberair. Program strategis yang diajukanpeserta lokakarya untuk menanggulangimasalah adalah melaksanakan GerakanNasional Rehabilitasi Lingkungan Hidupdengan lebih mengkhususkan padapenghijauan hutan-hutan yang gundul.

Pengaruh lingkungan-- baca kerusak-an ekosistem di wilayah tangkapan air--sangat nyata dan mudah dipahami orangawam. Waduk Sempor di Kebumen,

A W A S A N

Banjir dan Longsor di Musim HujanKekeringan di Musim Kemarau

(Dilema Program Air Minum untuk Masyarakat Perdesaan)

W

Oleh: Alma Arief *)

25PercikJuli 2005

Page 28: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

sebagai contoh, proses pendangkalannyasangat cepat karena air yang masuk wa-duk membawa sejumlah besar materialsedimen. Sarana air, berupa bak penam-pung ambrol terbawa longsor. Selain itu,sumber-sumber air mengalami keke-ringan di musim kemarau, padahal padamasa lalu hal seperti itu tidak pernah ter-jadi.

Informasi dari Bappeda dan jugadinas PU Kab. Kebumen mengungkap-kan bahwa jumlah desa yang mengalamikekeringan selalu bertambah. Tahun2004 mencapai 84 desa, bertambah em-pat desa dibanding tahun lalu yaitu 80desa. Sedangkan sepuluh tahun yang lalubaru 70 desa yang mengalami kekeringandi musim kemarau. Yang tidak kurangmengerikan adalah setiap musim hujan,banjir dan longsor terjadi di mana-mana,karena butir air hujan langsung jatuhmenghantam tanah, menjadi run off,kurang meresap ke dalam tanah.

Fenomena kerusakan wilayah tang-kapan air terjadi di beberapa kabupatendi Jawa Tengah. Kerusakan terjadi kare-na dua sebab utama, yaitu penebanganhutan di lereng-lereng gunung yang mes-tinya sudah menjadi hutan lindung untukkonservasi sumberdaya air dan lahan, danpenggantian hutan heterogen menjadi

hutan homogen dengan tanaman pinus. Untuk mendapatkan uang dalam jum-

lah lebih banyak dan cepat, Perhutanimembabat hutan yang semula heterogen,menggantinya menjadi hutan tanamanindustri dengan tanaman tunggal "pi-nus". Sudah menjadi karakter pohon pi-nus yang daunnya runcing, tidak mampumenahan air hujan. Butir-butir air dariangkasa lolos langsung menghantam bu-mi dan airpun langsung menjadi run off,sebab tanah di sekitar tanaman pinus ku-rang meresapkan air. Meskipun tanamanpinus lebih bernilai ekonomi, dampaknyasangat mengorbankan ekosistem danmasyarakat yang tinggal di perdesaan.

Di Kebumen pernah dilakukan studimengenai hal itu yang dilakukan di em-pat desa dengan menggunakan metodeanalisis kecenderungan. Dari hasil studidi Desa Ginandong, Glontor, Kajoran,dan Kabakalan, terungkap bahwa peng-gantian tanaman hutan heterogen menja-di hutan pinus, memang berpengaruh pa-da mengeringnya sumber air di desa-desasekitar.

Di desa lain, yaitu Desa Kalireja, Ke-camatan Karanggayam, dampaknya lebihmengenaskan karena menyangkut peng-hidupan masyarakat. Kini bila musim ke-marau Desa Kalireja menjadi kering ke-

rontang. Pada masa lalu pancuran yangmenjadi sumber air penduduk bisa me-ngucurkan air sebesar gelas, sedangkansaat ini sudah menyusut sangat tajam,tinggal sebesar ballpoint (sumber infor-masi: kepala desa dan peninjauan lang-sung). Menyusutnya air ternyata ber-samaan dengan rusaknya ekosistem DesaKalireja.

Pada masa lalu Desa Kalireja bisapanen padi dua kali, sekarang hanya satukali. Tanaman tembakau yang tumbuhsubur di tanah yang relatif kurang air,sekarang meskipun masih tumbuh, kua-litasnya sangat buruk sehingga harganyasangat murah. Selain itu, pada musimkemarau penduduk juga mengalamikesulitan mendapatkan rumput untukternaknya. Untuk mendapatkan rumputbagi sapinya, penduduk menjual kam-bing, dan bersama-sama mereka menye-wa truk untuk mencari rumput ke Ka-bupaten Cilacap. Yang tak kalah penting,lima belas tahun yang lalu di dekat pan-curan juga ada selokan yang cukup deras.Di bagian hulu, dekat selokan itu, terda-pat kolam ikan. Sekarang semuanya su-dah punah. Selokan tak lagi mengalir, ko-lam ikan berubah kering kerontang men-jadi kolam daun kering. Kini, setiap mu-sim kemarau penduduk Desa Kalireja se-lalu memperoleh kiriman air bersih se-minggu sekali sebanyak tujuh tangki.

Upaya penanggulangan telah dilaku-kan dan cukup membantu, utamanya dimusim penghujan. Proyek dari Depkesi.e. Water Supply and Sanitation for LowIncome Community (WSSLIC), telahmembangun sumur-sumur di desa ini,dan kini telah terbangun sebanyak 40 su-mur. Akan tetapi di musim kemarausumur-sumur tersebut kering.

Mengapa AMPL-BM?.Apabila kita abaikan pertimbangan

normatif, apakah itu produk hukum na-sional maupun kesepakatan internasio-nal, pembangunan bidang air minum danpenyehatan lingkungan berbasis

A W A S A NW

05 PercikJuli 2005

FOTO: SUTOTO

Page 29: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

masyarakat sangat relevan untuk dilak-sanakan. Selain kaitannya dengan keber-lanjutan sarana dan kegunaan efektif,pembangunan sarana air minum berbasismasyarakat secara nyata mampu me-ningkatkan kesejahteraaan.

Pembangunan AMPL berbasis masya-rakat, menempatkan masyarakat padaposisi sentral dalam proses pembangun-an. Dalam pendekatan ini masyarakatberperan sebagai pengambil keputusansejak perencanaan, pembangunan, pe-mantauan dan pemeliharaan sarana. Pe-nempatan masyarakat dalam posisi ini,mempunyai pengaruh pada aspek psiko-logis yang luar biasa, di mana merekaakan merasa memiliki semua proses dansarana yang dibangunnya. Konsekuensi-nya, mereka juga akan ikut mendukungsepenuh hati dengan apa yang dimilikinyabaik tenaga maupun materi (uang).

Pembangunan AMPL berbasis masya-rakat menempatkan masyarakat dalamposisi sama, tanpa membedakan kaya-miskin, laki-perempuan, afiliasi politik,suku, dan sebagainya. Semuanya dalamposisi setara sehingga bisa terhindarkandari penyimpangan sehingga orang mis-kinpun akan mempunyai akses terhadapsarana. Di masa lalu, masyarakat miskinyang mestinya menjadi fokus program,malah terabaikan.

Bila berbicara aspek manfaat saranabagi kaum miskin maka akan sangatberagam. Sejauh mengikuti evaluasi sejak1988, baik di Jawa maupun luar Jawa(Gorontalo, Larantuka, Sikka, Ende, Lam-pung), manfaat sarana jauh lebih besardibandingkan risiko yang timbul. Di Go-rontalo, sebagai misal, Desa Lonuo dalamwaktu sekejap bisa meningkatkan kese-jahteraan masyarakatnya. Jenis penyakityang disebut tiba berangkat--karenaorang yang kejangkitan pasti mati kare-nanya--hilang sama sekali. Penduduk, ka-rena mempunyai banyak waktu luang,bisa mempunyai pekerjaan tambahanmerajut songket khas Gorontalo. Pendu-duk mempunyai penghasilan tambahan.

Di Ende, di desa Wonda, yang pendu-duknya pernah kejangkitan sakit kolerasehingga menyebabkan matinya puluhanjiwa, dan mengidap penyakit melodi-- isti-lah setempat untuk sakit kulit karena se-lalu menggaruk perut dan pinggang se-perti sedang memainkan gitar--setelahmembangun sarana air bersih (perpipaansistem gravitasi), berbagai jenis penyakit(water born disease) tersebut hilang de-ngan sendirinya. Masih banyak contohlain keterkaitan antara ketersediaan airdengan kesehatan.

Keterkaitan dengan meningkatnya ke-sejahteraan, utamanya pendapatan ma-syarakat pun nyata. Di Kabupaten SikkaNTT, ada sebuah desa yang menjadipemasok sayur mayur untuk Maumeresetelah penduduknya memperoleh kemu-dahan akses air bersih, karena mereka bi-sa bertanam sayur mayur. Juga, merekamenjadi bisa membangun rumah tembokkarena air tersedia untuk membuat batadan meramu semen. Begitu juga untukpenduduk yang berbasis nelayan, sepertimisalnya di Desa Nglawe di Pacitan. Ne-layan-nelayan desa itu sekarang sudahmenggunakan teknologi yang relatif cang-gih, dan juga transportasi ke desa denganmobil untuk mengangkut hasil perikanan,desa menjadi ramai. Sebuah gejala yangtak pernah ada pada waktu lalu sebab

waktunya habis dipergunakan untukmendapatkan air. Di Desa Nglawe inidahulu penduduknya juga kudisan,sekarang kulitnya bersih dan bersinar.

Penutup Pembangunan bidang air minum dan

penyehatan lingkungan berbasis masya-rakat di berbagai wilayah khususnya JawaTengah, lebih khusus lagi Kebumen,menghadapi kendala lingkungan yang se-rius. Penggundulan hutan karena pene-bangan liar dan juga penggantian hutanheterogen menjadi hutan pinus oleh Per-hutani, telah menjadi faktor utama ru-saknya ekosistem wilayah tangkapan air.

Pada sisi yang lain, pembangunan bi-dang air minum dan penyehatan ling-kungan mempunyai kemampuan untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat,utamanya kelompok masyarakat miskindi pedesaan. Apabila kendala rusaknyaekosistem di wilayah tangkapan air tidakditanggulangi, sementara perusakan tetapberjalan terus, pembangunan AMPL bisamenjadi sia-sia.

A W A S A NW

*) Aktif dalam kegiatan Water Supplyand Sanitation Policy and Action Planning

Project (WASPOLA) di Kab Kebumendan Propinsi Jawa Tengah.

- Peneliti di Pusat PenelitianSains dan Teknologi-UI

27PercikJuli 2005

FOTO: SUTOTO

Page 30: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Konsep Community-Led TotalSanitation (CLTS) tergolong ba-ru di Indonesia. Konsep ini 'di-

impor' dari India dan Bangladesh yangtelah terlebih dahulu melaksanakan,setelah beberapa wakil Indonesia me-ngunjungi dua negara tersebut padaakhir 2004.

CLTS memiliki tiga tujuan yakni (i)mengubah perilaku dan meningkatkankesadaran masyarakat mengenai kese-hatan; (ii) memberdayakan masyarakat;(iii) mengurangi tingkat buang air besar(BAB) di daerah terbuka. Berdasarkanpengalaman di dua negara itu, CLTSmampu mengubah perilaku dan me-ningkatkan kesadaran masyarakat dalamwaktu yang cukup singkat dibandingkandengan konsep lainnya.

Secara ringkas prosesnya diawali de-ngan identifikasi kondisi dan fakta menge-nai tingkat kesehatan (terutama pola BAB didaerah terbuka) yang ada di desa lokasi pro-gram. Kemudian masyarakat diajak untukberdiskusi mengenai kondisi dan fakta terse-but dikaitkan dengan kesehatan, keindahan,atau lainnya. Saat itu masyarakat dihadap-kan secara langsung dengan persoalan. Pro-ses ini mempunyai sasaran agar masyarakatmulai sadar bahwa ternyata selama ini mere-ka tidak hidup bersih dan sehat dan bertanyabagaimana mengubah kondisi mereka.Kesadaran masyarakat tersebut selanjutnyaditindaklanjuti dengan memberikan infor-masi sederhana mengenai hal-hal yang dapat

dilakukan masyarakat untukmengatasi kondisi kesehatandi daerahnya.

Konsep ini cukup baguskarena pemicuan tidak me-merlukan intervensi dana sa-ma sekali. Hanya saja, konsepini perlu diuji di lapanganmengingat kondisi budayaIndia dan Bangladesh diban-dingkan masyarakat Indone-sia tak bisa disamakan begitusaja. Dalam rangka itu, PokjaAir Minum dan PenyehatanLingkungan (AMPL) bersama WASPOLAmengujinya di Kabupaten Lumajang.Sebagai rangkaian uji coba itu, ada pelatihanbagi tim inti pendekatan CLTS yang berasaldari pusat, daerah, dan masyarakat diLumajang pada 2-5 Mei 2005. Tak tang-gung-tanggung, pelatihnya Kamal Kar, pa-kar CLTS dari Bangladesh.

Ada empat desa yang dipilih sebagailokasi uji coba yakni Kenongo, Tanggung,Kertowono, dan Kali Semut. Menurut fasili-tator CLTS Kabupaten Lumajang, BudiPurwanto, pemilihan desa ini didasarkanatas pertimbangan antara lain kondisi sosialbudaya masyarakat dan ada tidaknya proyekWSSLIC. ''Kita ingin tahu bagaimana CLTSditerapkan dalam kondisi yang beragamitu,'' kata Budi yang pernah ikut serta meli-hat langsung penerapan CLTS di India danBangladesh.

Di awal pelaksanaan, banyak pihak, baik

di pusat maupun di daerah, yang pesimismodel ini dilaksanakan dengan sukses. Tapiwaktu kemudian berbicara lain. Dalamwaktu sebulan, hasil dapat dilihat. Desalokasi uji coba berubah. Bahkan ada yang100 persen memiliki jamban.

Hariyanto, sanitarian di Puskesmas,Kec. Gucialit, mengaku pendekatan inicukup bagus. ''Pemerintah nggak mungkinbisa membangun jamban sebanyak inidalam waktu singkat,'' kata sanitarian yangsetiap hari berkeliling ke desa-desa. OlehKarena itu, ia mengaku akan menerapkanpendekatan CLTS itu ke tujuh desa WSSLICyang menjadi tanggung jawabnya. ''Desa-desa ini akan saya CLTS-kan semua,''katanya meyakinkan.

Kunci penerapan CLTS ini adalah keber-adaan natural leader/penggerak yangmumpuni sehingga bisa memicu dan menja-ga semangat masyarakatnya, adanya penga-wasan terus menerus kepada masyarakat,dan insentif-misalnya berupa kebanggaan-bagi masyarakat yang terpicu.

Memang dari sisi pemicuan agarmasyarakat memiliki jamban, pendekatanini cukup sukses. Tentu pendekatan ini tidakditujukan Cuma Lubang Tahi Saja, meng-ingat masih banyak hal yang terkait dengankesehatan lingkungan. Barangkali pen-dekatan CLTS bisa diaplikasikan untuk hal-hal lain, tidak hanya jamban. Mungkin perludicoba. (MJ)

E R O P O N G

Uji Coba CLTS di Kab. Lumajang, Jatim

Sekali Coba, Langsung Hasilnya

T

28 PercikJuli 2005

Perlu diingat bahwa apa yang telah dicapai melalui pendekatan CLTS ini bukan meru-pakan hasil akhir dari upaya perlindungan kesehatan masyarakat dan lingkungan

secara keseluruhan. Kebanyakan jamban sederhana berupa lubang galian yang ditutupdengan anyaman bambu atau semen. Dinding lubang galian tersebut tidak dilapisi de-ngan lapisan kedap air (misalnya semen), sehingga cairan tinja dapat merembes kedalam tanah yang selanjutnya akan mencemari air tanah. Oleh karena itu, pemicuanyang telah dilakukan melalui pendekatan CLTS perlu ditindaklanjuti dengan upaya-upayauntuk mencegah pencemaran air permukaan dan air tanah seperti pengolahan lumpurtinja serta promosi penggunaan fasilitas jamban yang layak secara teknis, kesehatan danlingkungan. Khususnya di Kecamatan Gucialit, Kab. Lumajang, hal ini sangat pentingkarena kecamatan tersebut berada di dataran tinggi yang merupakan daerah tangkapanair. (AK)

FOTO: ISTIMEWA

Page 31: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Dusun Margodadi berjarak sekitar10 km arah selatan kota Lu-majang. Penduduknya berjum-

lah 105 kepala keluarga (KK). Dusun inisekaligus merupakan pusat Desa Keno-ngo. Hanya 30 persen keluarga yang me-miliki jamban yang memenuhi persya-ratan. Sisanya menggunakan cubluk se-derhana yakni berupa lubang berdiame-ter sekitar 1 meter yang di atasnya diberidua batang pohon--untuk nangkring--,buang air di kebun, dan sungai.

Warga dusun sebagian besar hidupdari bertani kopi, sengon, dan buruh per-kebunan. Kondisi rumah mereka sepintascukup bagus. Sebagian besar bangunanterbuat dari tembok. Hanya sedikit yangdibangun dari bambu. Rumah tertatarapi di sepanjang jalan dusun yang dias-pal. Tapi siapa sangka mereka tak memi-liki jamban.

Ny. Suparti, natural leader CLTS Du-sun Margodadi, yang juga istri KepalaDesa, menjelaskan kondisi ini terjadi ka-rena tingkat pendidikan masyarakat yangrendah. ''Sebenarnya mereka mempunyailahan dan uang. Tapi taraf berpikirnyakurang,'' katanya di Balai Desa Kenongo.

Awal Mei lalu dusun ini menjadi salahsatu lokasi praktek bagi para pesertapelatihan CLTS yang berlangsung diLumajang. Warga pun dikumpulkan.Mereka diajak bersama-sama membahaskondisi sanitasi di dusun tersebut terma-suk membuat peta keluarga dan kepemi-likan jambannya. Pemicuan berlangsung.Maka muncullah tokoh informal dankepengurusan CLTS di Desa Kenongo.Mereka adalah Ny. Suparti sebagai ketua,kemudian wakil ketua Joko Winarno,sekretaris Ny. Nurul Latifah (bidandesa), bendahara Ny. Suwarni, pengawasSatuk dan pengurus PKK Desa.

Merekalah, terutama yang ibu-ibu,yang kemudian bergerak ke seluruh war-ga dusun. ''Kami berkunjung dari rumahke rumah,'' kata Ny. Suparti yang di-

dampingi Ny. Nurul dan Ny Suwarni. Sa-sarannya pun tak dipilih-pilih. Siapa yangada di rumah, dialah yang dipicu. ''Se-muanya saya anggap sebagai keluargasendiri. Yang penting kita tujuannya ba-ik,'' jelasnya.

Istri kepala desa ini mengaku lebihmenekankan masalah kesehatan dalammemicu warganya untuk membangunjamban. Misalnya tentang proses penye-baran penyakit dan kaitan dengan kepe-milikan jamban. ''Saya selalu bilang kepa-da warga bahwa sakit itu mahal. Biar takmahal maka kita perlu jamban untukmenghindari penyebaran penyakit,'' kataNy. Suparti yang suka dipanggil BuInggih (Bu Kepala Desa). Tak lupa disam-paikan pula alternatif model jamban yangmemenuhi syarat kesehatan.

Langkah pemicuan tidak hanya meli-batkan pengurus CLTS tapi juga didukungoleh perangkat desa. Selain ke rumah-rumah, proses pemicuan diadakan padaacara pengajian setiap pekan, Posyandu, dandi sekolah dasar. Upaya itu berhasil.

Masyarakat antusias untuk memba-ngun jamban dengan pilihan masing-masing. Sekitar 60 persen warga memba-ngun jamban baru. Sisanya memperbaikiyang lama. Menurut Ny. Suparti, yang

juga guru sekolah dasar ini, selisih palingcepat antara waktu pemicuan dan pem-bangunan yaitu dua hari. Guna men-dukung pembangunan ini tim CLTS desapun turun tangan. Caranya denganmengumpulkan kopi dari masyarakat se-banyak satu kaleng. Uang hasil penjualandibelikan semen seharga Rp. 23 ribu.Semen dan uang sisa itu dikembalikankepada warga untuk membangun jam-bannya. Beberapa warga dibantu pasir.''Intinya kita harus kerja sama, kalausendiri-sendiri berat,'' jelasnya. Beberapawarga pun membangun secara bergotongroyong, baik bahan maupun pengerjaan.

Dalam waktu satu bulan-dari target 6bulan-100 persen warga telah memiliki jam-ban. Ada yang kloset, sistem kering (pakaisiram), dan cubluk tertutup. Harganya ber-variasi mulai dari Rp. 60 ribu (perbaikan),Rp. 125 ribu (bangun baru), hingga 250 ribu.

Keberhasilan ini ternyata didengardusun sebelahnya. Warga dusun tersebutpun berharap proses serupa berlangsungdi dusunnya. ''Kini kita bertekad, satudesa memiliki jamban semuanya,'' kataSugito, Kepala Desa Kenongo, yangdiamini istrinya. Para pengurusCLTS mengaku yakin tekad ini bisa ter-wujud. (MJ/AK)

E R O P O N G

Dusun Margodadi, Desa Kenongo, Kec. Gucialit

Gotong Royong Bangun Jamban

T

29PercikJuli 2005

Kepala Desa Kenongo (paling kanan), Ny. Suparti (paling kiri),dan penggerak CLTS Desa Kenongo.

FOTO: MUJIYANTO

Page 32: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Dusun Ploso letaknya agak jauhdari Kota Lumajang. Jaraknyasekitar 15 km arah barat daya

kota. Penduduknya berjumlah 133 kepalakeluarga (KK). Sebanyak 50 keluargayang memiliki jamban, sedangkan 73keluarga tak punya. Mereka yang takmempunyai jamban ini sebagian besarmembuat hajat di sungai, selokan.Lainnya di kebun dan sawah.

Secara ekonomi kondisi warga lebihbaik dibandingkan dengan Dusun Margo-dadi. Mata pencaharian warga bertani,pembuat genting, dan buruh. Pabrik-pabrik genting berjajar di sepanjang jalanaspal yang membelah dusun. Sebagianbesar rumah terbuat dari tembok.

Menurut Drs Masduki, yang kini me-melopori pembangunan jamban di dusuntersebut, faktor kebiasaan warga menjadikendala. Warga merasa nyaman mem-buang hajat di saluran air dan terbuktiselama ini aman-aman saja. ''Merekaselalu bilang dari dulu juga sehat-sehatsaja,'' kata guru sekolah dasar tersebut.

Awal Mei 2005, delapan orang utusandusun ini mengaikuti pelatihan Commu-nity-Led Total Sanitation (CLTS) di KotaLumajang. Mereka itulah yang akhirnyaterpicu dan menjadi penggerak di dusuntersebut. Sebagian dari mereka yang tidakmemilliki jamban sebelumnya, langsungmembangunnya. Mereka kemudian me-ngumpulkan warga untuk dipicu agarmemiliki jamban sendiri. Warga pun an-tusias mengikuti kegiatan. Mereka pun bi-sa memetakan siapa-siapa yang memilikijamban dan tidak. Tokoh penggerak ge-rakan membangun jamban ini, selainMasduki, adalah Laseri (Ketua RT), Ny.Ummi (tokoh agama), dan Umar (anggotaLKMD).

Sejak itulah mereka bergerak sesuaidengan kapasitas masing-masing. Ny.Ummi aktif menyampaikan pentingnya

warga membuang hajat di jamban padaacara pengajian ibu-ibu. Sedangkan Mas-duki bersama Umar berkunjung dari ru-mah ke rumah. ''Memang dari dulu sayasuka kegiatan sosial seperti ini,'' kataMasduki yang kini masih aktif sebagaianggota Badan Perwakilan Desa (BPD).

Masduki mengakui agak berat meng-ajak warganya memiliki jamban. Wargatelanjur tahu bahwa program CLTS milikBank Dunia. ''Mereka selalu bilang, 'Adauangnya nggak?'. Yang namanya BankDunia kok nggak bantu uang. Bank kantempatnya uang?'' ujarnya. Oleh karenaitu, proses pemicuan ini perlu waktu dankesabaran.

Kondisi ini tak membuat putus asapara penggerak CLTS tersebut. Merekamenjelaskan bahwa kotoran yang di-buang ke tempat terbuka bisa kembali kerumah bahkan ke atas meja makan. ''Apakotoran sampean nggak pulang lagi lewatlalat dan sapi?'' begitu Masduki selalumendorong warga. Sedangkan soal per-mintaan bantuan dana dari warga, iasenantiasa mengatakan, ''WC iki kankanggo sampean dhewe, lha kok nunggu

pemerintah (WC ini untuk kalian sendirikok menunggu pemerintah),'' katanya.

Memang kepedulian warga berbeda-beda. Ada yang sekali dipicu langsungmembangun jamban. Tapi ada pula yangagak membandel. ''Ya kita paranin terusPak,'' katanya seraya menambahkan adayang sampai empat kali didatangi. ''Se-kalian biar sungkan kalau sering dida-tangi.'' Rata-rata warga dusun baru mem-bangun setelah satu minggu proses pe-nyadaran.

Muhammad Ali, warga dusun, menga-takan sebenarnya warga mau memba-ngun jamban. ''Namun orang di sininggak mau membangun WC yang asal-asalan. Mendingan langsung yang bagus.Kalau cubluk sebenarnya bisa. Daripadamembuat yang sederhanan, sekalian yangcloset kan nggak usah dua kali memba-ngun,'' kata satpam sebuah perusahaanini. Selain itu, faktor tukang juga menjadikendala.

Para penggerak ini pun mendorongtokoh-tokoh masyarakat yang belumpunya jamban untuk memberi contoh.Kepala dusun dan ketua RT pun terpicu.Dalam sebulan dari 73 keluarga yangbelum memiliki jamban, tinggal 29 kelu-arga yang belum membangun jambansendiri. Mereka ini kebanyakan tinggal didekat sungai dan termasuk keluargamiskin. Masduki dan kawan-kawan yakinmereka bisa berubah dalam waktu dekat.''Yang penting kita openi (pelihara) saja.''Ia dan penggerak di Ploso akan berupayamencari jalan agar semua warganyamemiliki jamban.

Hampir semua jamban baru meru-pakan WC closet. Harga bangunannyasekitar Rp. 250 ribu. Pembangunannyamurni swadaya setiap keluarga dantidak melalui gotong royong. ''Sekaranggotong royong hampir pudar,'' kataMasduki. (MJ/AK)

E R O P O N G

Dusun Ploso, Desa Tanggung, Kec. Padang

Maunya WC Closet Saja

T

30 PercikJuli 2005

Masduki menunjukkan selokan yang seringmenjadi tempat buang air besar warga.

FOTO: MUJIYANTO

Page 33: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Dusun Sidomakmur le-taknya di pegunungan.Jaraknya cukup jauh.

Sekitar 1 jam perjalanan dariKota Lumajang. Kendaraan rodaempat biasa tak bisa menjangkaudusun ini. Perlu kendaraan gar-dan ganda (Hartop) untuk men-capai dusun ini karena jalannyatanah dan menanjak.

Dusun Sidomakmur terbagidalam dua RW yakni RW 1 danRW 2. Masing-masing disebutPoli 1 dan Poli 2. Poli 1 ada 120kepala keluarga (KK) dan Poli 2memiliki 123 KK. Penduduknyahidup dari berkebun kopi, beter-nak, bertani, dan buruh perke-bunan. Tingkat ekonominya cukup bagus.Ini bisa dilihat dari bentuk rumahnyayang sebagian besar dari tembok denganlantai keramik. Sebagian rumah memilikitempat jemur kopi terbuat dari lantaiplester.

Dusun ini sebelumnya sulit air.Penduduk harus mengambil air denganberjalan kaki sejauh 1 jam perjalanan.Namun saat ini kesulitan itu sudah ter-atasi dengan adanya proyek WSSLIC.Semua warga mendapatkan akses airmelalui perpipaan.

Berdasarkan data yang ada, kepemi-likan jamban sebelum ada CLTS sebagaiberikut:

Sebagian besar jamban hanya meru-pakan lubang berdiameter sekitar satumeter yang di atasnya dipasang duabatang pohon melintang atau anyamanbambu sederhana. Sedangkan yang tidakpunya, mereka biasa membuang hajat dikebun atau selokan.

Kondisi jamban itu berubah setelahada pelatihan di dusun tersebut pada 16Mei 2005. Saat itu warga dikumpulkandan dilakukan pemicuan oleh fasilitatorCLTS dari Dinas Kesehatan KabupatenLumajang. Maka muncullah tokoh infor-mal untuk pembangunan jamban. Merekaadalah Mujiono (anggota BPD), Prayit(Kepala Dusun), Sumardi, dan Pak Cip.

Menurut Mujiono, dalam sebulansemua keluarga telah memiliki jambantertutup. Namun tidak semua memba-ngun baru. Sebagian hanya memperbaikiyang lama (terbuka). Mereka tidakmengecor tutup jambannya, tapi me-nyempurnakan tutupnya dengan tutupdari anyaman bambu yang sangat rapatdan berlapis sehingga tidak timbul bau.

Faktor utama keengganan wargamembuat jamban yang layak, kata Mu-jiono, yaitu pengetahuan. ''Sebelumnyamereka selalu bilang, 'aku buang air di si-tu (jamban terbuka atau kali) tak pernahsakit','' kata Mujiono.

Ia dan tim CLTS dusun memicu wargadengan pentingnya kesehatan dan kein-dahan. ''Misalnya kita tanya, bagus manaWC terbuka atau tertutup?'' katanya. Timjuga menjelaskan bagaimana hubungan

jamban terbuka dengan penye-baran penyakit serta bagaimanamembuat jamban agar meme-nuhi syarat kesehatan.

Awalnya memang sulit bisamengajak semua warga dusun.Ada yang keras kepala. ''Adayang sampai dua kali saya da-tangi, tapi tetap ndablek (ban-del). Akhirnya kita pakai orangketiga yakni saudaranya untukmengubah pendiriannya dan ber-hasil,'' ungkap Mujiono. Selain itu,ada pula yang berpandangan bahwaCLTS ini adalah proyek sehinggamereka mengharapkan adanyadana bantuan. ''Saya bilang, sam-pean kerja cari makan nggak disub-

sidi, kenapa buang air minta disubsidi,'' kataMujiono lagi.

Salah satu kunci sukses pemicuan,menurut Mujiono, yakni adanya kunjunganpasca pemicuan. ''Kalau tidak kita kunjungi,bisa berpengaruh terhadap yang lain. Yanglain jadi malas karena dianggap tidak adaperhatian,'' tuturnya. Warga yang terpicubiasanya berjanji dalam waktu tertentu akanmenyelesaikan jambannya.

Yang menarik, proses pemicuan CLTSini berbenturan dengan proyek jambanbergulir WSSLIC. Selama 2003-2004,WSSLIC menargetkan pembangunan 24jamban. Faktanya hanya sembilan orangyang mengambilnya. Dengan adanyaCLTS ini, mau tidak mau program jambanbergulir di dusun tersebut terhenti.Warga tak tertarik lagi untuk pinjam danauntuk jambannya.

Program CLTS ini membuat warga Poligembira. Mari yang mengaku berumur lebihdari 100 tahun menyatakan pekarangannyatak bau lagi dan tak banyak lalat.

''Sekarang lebih enak,'' katanya yangmemiliki jamban cubluk tertutup denganlantai semen ini. Ia mengaku suatu saatakan membangun jamban yang lebih baikberupa closet. (MJ/AK)

E R O P O N GTDusun Sidomakmur, Desa Kertowono, Kec. Gucialit

Membangun Jamban Sederhana

Jenis jamban RW 1 RW 2 Tertutup Terbuka Tidak punya

16 74 30

13 94 16

31PercikJuli 2005

Mujiono bersama warga melihat salah satu jambanyang baru selesai dibangun.

FOTO: ANDRE K

Page 34: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Irama hidup di Jakarta mengha-ruskan warganya giat bekerja danmempergunakan waktu sebaik-ba-

iknya untuk memenuhi kebutuhan hidup.Berangkat pagi, pulang malam. Dari ru-mah ke kantor atau relasi. Itu yang terja-di hampir setiap hari. Boro-boro me-mikirkan lingkungan, memikirkan dirisendiri pun mungkin tak sempat lagi.

Sikap seperti itu juga menghinggapirutinitas warga RT 003, 004, dan 008RW 03 Kelurahan Melawai. Mereka yangtermasuk kalangan elit ibukota ini,mungkin tak saling peduli denganlingkungan sekitarnya. Apakah itulingkungan sosial, maupun lingkunganalam. Mereka sangat sibuk. Sebuah arealtaman yang seharusnya asri di tengah-tengah permukiman mereka, hanya men-jadi tempat pembuangan sampah puing-puing bangunan. Onggokan puing meng-gunung di beberapa sudut areal yangluasnya sekitar 780 meter persegi itu.

Tapi itu dulu, sebelum tahun 2000.Setelah itu, suasana mulai berubah.Sedikit demi sedikit puing-puing mulaidiangkut. Sampah-sampah di tamanmulai mendapat perhatian. Ini tidak lainkarena ada satu warga baru di kawasantersebut yang menjadi 'provokator' untukmenjadikan taman itu berfungsi seba-gaimana mestinya. ''Teman-temanmenyayangkan kenapa taman kok jaditempat sampah,'' kata WiyonoPontjowinoto mengenang.

Ia bersama-sama dengan beberapawarga yang memiliki kepedulian kemudi-an berusaha mengumpulkan warga.Langkah ini tidak mudah. ''Tapi yang adadi benak kita yang penting kumpul duludech,'' katanya. Upaya ini didukungKetua RT 003 dan OO4. Hasilnya wargamenyetujui pembangunan portal dan

gardu jaga. Pilihan ini diambil karenalangsung berkaitan dengan kepentinganpara penghuni kawasan tersebut. Setelahitu warga diajak berkumpul dalam acara17 Agustusan, pemilihan umum 2004,dan halal bi halal. Acara ini terus ber-kembang. Warga pun sering berkumpul.Paling tidak dua kali dalam setahun.

Ternyata acara ini pun menum-buhkan minat warga untukmeningkatkan frekuensi pertemuan.Maka dirancang sebuah pertemuan rutin.Atas usulan warga pertemuan itu diberinama 'Sabar' alias Sarapan Bareng.''Paling tidak kita berkumpul setiap duabulan sekali,'' kata Wiyono. Warga salingbahu membahu menyediakan segalakeperluan untuk acara itu. Semuanyabisa dibereskan. Padahal sekali perte-muan/kegiatan bisa menelan dana seki-

tar Rp. 10 juta rupiah. Dan yang terpen-ting, seluruh kegiatan berpusat di taman.

Taman yang dulunya tak punya nama,akhirnya diberi nama Taman Sega. Segasingkatan dari Segi Tiga-karena bentuk-nya memang segitiga-dan juga bisa ber-makna taman bermain anak-anak. ''Kamiingin merevitalisasi taman ini sesuaifungsi taman,'' kata Wiyono, yang beker-ja di Departemen Pekerjaan Umum ini.

Diharapkan taman itu nantinya men-jadi tempat bermain anak-anak, saranaolah raga warga, tempat istirahat, tempatpertemuan, serta sebagai sarana pelesta-rian sumber daya air. Sebuah desain ta-pak telah dibuat untuk itu. Dan renca-nanya, taman ini akan menjadi sebuahcontoh taman yang dibangun dan dipe-lihara oleh masyarakat (CommunityBased). Tapi itu semua baru angan-

E P O R T A S E

Cerita dari Jantung Ibukota

Ketika Kaum Elit MulaiMelek Lingkungan

R

32 PercikJuli 2005

FOTO: MUJIYANTO

Page 35: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

angan.Yang jelas, upaya ke arah itu terus

berlangsung. Beberapa warga mulaimenanam bunga dan tanaman buah ditaman tersebut sekaligus memeliharanyasetiap hari.

Pertemuan-pertemuan warga dalamacara 'Sabar' pun tak sekadar kumpul-kumpul. Mereka mulai ingin ada yangbisa memberikan hal baru bagi kehi-dupan lingkungan. Diundanglah orang-orang yang kompeten di bidangnya.''Warga intelek harus bisa menjadi con-toh dalam menjaga lingkungan. Bukanhanya orang yang tinggal di tempatkumuh saja yang harus peduli terhadaplingkungan,'' kata Wiyono.

Pada pertemuan Sabar ke-3, 8Januari 2005, warga mengundang RinaAgustin Indriani dari DepartemenPekerjaan Umum untuk menyampaikanmateri tentang ''Sumur Resapan AirHujan: Mencegah Krisis Air Bersih diKota Metropolitan.'' Warga yang datangcukup banyak dan sangat antusiasmendengarkan ceramah tersebut.Beberapa yang hadir berasal dari luar RTpenyelenggara.

Dari ceramah singkat yang diselingimakan bubur ayam itu dan ngopi, wargabaru tahu kalau sumur resapan itu cukupmudah dibuat dan tidak perlu biaya yangterlalu mahal. Paling satu sumur resapanbutuh Rp. 750 ribu rupiah. ''Warga sepa-kat untuk membangun sumur resapan ditanam sebagai percontohan.

Pada acara Sabar 19 Februari 2005,dan 18 Juni 2005 giliran Ny. Bambang'Sampah' Wahono yang diundang. Nenekyang sudah bertahun-tahun bergulatdengan dunia persampahan ini menyam-paikan materi tentang daur ulang sam-pah. Tema ini dipilih karena warga meng-hadapi masalah ini setiap hari. Tempatpembuangan sampah pun makin sulitdidapatkan. Apa yang dijelaskan Ny.Bambang, menarik minat warga. Merekapun sepakat membuat tempat daur ulangsampah di Taman Sega.

Sembari sumur resapan dibangun ditaman, ada warga yang sudah mencobamembuat di rumah. Ada juga warga yangmulai membuat tempat sampah antik,yang bisa dipergunakan bersama bila adaacara-acara di rumah warga. ''Kalau yangbicara pakar, warga biasanya gampangpercaya,'' tambah Wiyono.

Kini berbagai upaya terus dilakukanwarga untuk mewujudkan taman yangdiidamkan. Mereka membuat proposalkepada Pemda DKI dan pihak swastaagar bisa membantu. Di dalam proposal,warga berharap taman ini nantinyadirencanakan sendiri oleh warga (com-munity design) dan dibiayai donaturswasta. Pembangunannya dilaksanakandan dibiayai secara bertahap oleh warga,pemda, dan swasta. Sedangkan peman-faatan, pengendalian pemanfaatan danpemeliharaan dikoordinasikan olehpemda dan warga. Todal biaya yang dibu-tuhkan mencapai Rp. 150 juta untuk tigatahap.

Dinas Pertamanan dan Keindahan

DKI sendiri secara lisan telah siap mem-bantu secara inkind seperti tanaman,kursi, dan pagar. Warga pun telahmengumpulkan dana. Jumlahnya yangterkumpul Rp. 2 juta.

Ketua RT 003/03 Farida Arifin me-ngaku sangat senang dengan kepedulianwarga. ''Kami ingin menjadikan kawasankami lebih nyaman,'' katanya. Namun iamengakui butuh waktu untuk mengopti-malkan kepedulian warganya. Iamenyadari hampir semua warganya ter-golong kalangan sibuk. ''Yang pentingkita kasih contoh dulu,'' lanjut Farida.

Ia percaya bahwa bila semua pihakikut andil, akan terwujud taman yangbisa dibanggakan warga DKI, yangmampu menjadi contoh bagi pendayagu-naan ruang terbuka hijau kota secaraberkelanjutan.

Upaya kalangan elit ini sejatinya bisadilaksanakan pula oleh kalangan lainnyatanpa melihat strata sosial. Hanya sajamemang diperlukan adanya motivatordan fasilitator ke arah itu. (MJ)

E P O R T A S ER

Kawasan Elit di Jakarta Selatan

Taman Sega diapit oleh Jl.Panglima Polim II, Jl. Wija-

ya XIV, Jl. Wijaya V, dan Jl.Wijaya XVI. Daerah ini masukwilayah Kelurahan Melawai,Jakarta Selatan. Letaknya tidakjauh dari pusat bisnis Blok M.

Kawasan ini merupakandaerah hunian yang setara de-ngan kawasan Menteng di Ja-karta Pusat. Bangunan rumah-nya besar-besar. Kebanyakanpenghuninya adalah para profesional,pejabat, mantan pejabat pemerintah.Tercatat beberapa nama yang cukup terke-nal bermukim di sini seperti Agum Gumelar,

Marsekal Chappy Hakim (mantan KSAU),dan Komjen. Pol. Sujitno Landung. Adajuga beberapa direktur bank dan para pe-ngusaha. (MJ)

33PercikJuli 2005

Page 36: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

B isa Anda jelaskan kondisi kese-hatan di Kabupaten Lumajang

secara umum?Kondisi kesehatan cukup memadai,

dalam arti kasus yang sedang trendseperti gizi buruk bisa kita kendalikan.Artinya, memang masih ada gizi buruktapi tidak sampai pada komplikasimarasmus kuarsiorkor. Kita sudah ta-ngani itu dengan titik sentral Posyandu.Dengan posyandu kita bergerak, terma-suk sanitasi dan pemberantasan penyakitmenular. Dalam rangka itulah maka sejak10 Januari tahun 2005, ada ide dariBapak Bupati untuk membuat Posyandusebagai pusat pendidikan, kesehatanmasyarakat. Ide ini berawal ketika beliaumembaca buku 'Orang Miskin tidakBoleh Sakit'. Ide itu kemudian kitatangkap lintas sektoral dan lalu diadakankoordinasi ke Bapekab. Maka tercetuslahprogram Gerbang Mas, gerakan mem-bangun masyarakat sehat. Bapak Bupatimenghendaki kita mencapai LumajangSehat 2007. Dalam arti untuk mencapaiIndonesia Sehat 2010 termasuk Luma-jang Sehat 2010, itu sudah jelas arahnyasejak 2007. Gerbang Mas ini kemudiandicanangkan oleh gubernur pada 3 Ma-ret. Sebelum Presiden dan Mendagrimeminta kita mengaktifkan Posyandu,ternyata Lumajang telah mendahului. Se-jak itu kita kemudian melaksanakan

langkah-langkah Gerbang Mas.

Apa itu Gerbang Mas?Prinsipnya Gerbang Mas itu akan

menjadi pusat kegiatan dari, pertama, pe-layanan kesehatan yang selama ini sudahberjalan; kedua, pusat PHBS (PerilakuHidup Bersih dan Sehat); ketiga, pusatmenggerakkan masyarakat untuk meme-lihara lingkungannya; keempat, pusatuntuk meningkatkan pendidikan masya-rakat baik itu melalui PADU (PendidikanAnak Dini Usia) atau KF (KeaksaraanFungsional); kelima, peningkatan ekono-mi produktif; dan terakhir, pusat pembi-naan mental keluarga. Sasarannya jelassasaran Posyandu yaitu sekitar 150 KK.Mengapa kita melakukan kegiatan ini?Karena ini sebenarnya merupakan revi-talisasi Posyandu yaitu mengoptimalkanfungsi Posyandu, berupa fungsi pember-dayaan, fungsi pendidikan, dan fungsipelayanan. Selama ini Posyandu lebihterfokus pada fungsi pelayanan sehinggasekarang kita ratakan.

Apa saja kegiatannya?Yang pertama adalah pelatihan. Be-

rupa pelatihan terhadap Posyandu yangdiikuti oleh kader-kader Posyandu, to-koh-tokoh masyarakat, dan tokoh-tokohdi sekitar Posyandu. Setelah pelatihan,mereka akan melakukan pendataan

untuk mengetahui data dasar. Kemudiandata itu dipetakan. Setelah itu merekamenganalisa apa saja masalah yang ada.Kemudian diadakan rembug masyarakatuntuk menentukan gerakan-gerakan apasaja yang dilakukan serta intervensi apayang perlu dilaksanakan. Langkah inidilakukan per tiga bulan. Bila ada kese-pakatan maka gerakan dimulai. Kegiatanini pada tahun ini kita ujicobakan pada34 Posyandu yang tersebar pada 21 keca-matan. Tahun berikutnya, bila hasilnyamenjanjikan, akan kita cobakan di 500Posyandu. Tahap sekarang sampai padapendataan. Selanjutnya akan menginjakpada tahap analisa dan rembug masya-rakat. Tim kita akan turun untuk menga-wasi agar sasarannya tidak keliru. Ger-bang Mas ini motor kegiatannya ada diPKK sedang koordinator program ada diBapekab. Sasarannya adalah LumajangSehat 2007 dengan beberapa indikatoryang mencakup enam indikator tadi.Untuk kegiatan ini setiap Posyandudibantu 10 juta rupiah. Dengan pemba-gian 4 juta untuk biaya operasional beru-pa 1,5 juta untuk insentif kader dan 2,5juta untuk operasional seperti pendataandan rembug masyarakat. Sedangkan yang6 juta untuk intervensi. Ini kegiatan yangspesifik program untuk Lumajang. Secaraumum ini kegiatan yang terpadu.Dampak Gerbang Mas ini adalah muncul-nya kegiatan-kegiatan penunjang. De-ngan pendataan akan diketahui masalah-masalah di lingkungan Posyandu. Masa-lahnya misalnya kepemilikan jamban. Inidiatasi misalnya dengan adanya uji cobauntuk CLTS di empat desa di dua keca-matan. Dengan CLTS, yang semula sayaagak meragukan, karena menyangkutsosial budaya masyarakat, ternyata ber-hasil. Ada satu dusun yang selesai memi-liki jamban dalam waktu 2 minggu. Bah-kan sekarang menjalar ke desa lain. Inimenggembirakan dan akan kita kaitkandengan Gerbang Mas. Dengan adanya

A W A N C A R A

dr. Koeswandono, MKes, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur

Pemberdayaan Masyarakat Lewat Posyandu

W

34 PercikJuli 2005

T ahun ini Kabupaten Lumajang meraih Juara I lomba Posyan-

du tingkat nasional. Berbagai keberhasilan bidang kesehat-

an dan PKK hampir selalu diraih daerah yang berada di bagian ti-

mur Jawa Timur ini baik di tingkat pusat dan tingkat daerah.

Inovasi dan terobosan di bidang tersebut terus dikembangkan,

yang membuatnya berbeda dengan daerah lain. Proyek WSSLIC

dan CLTS pun tak heran diujicobakan di daerah ini. Hasilnya pun

cukup menggembirakan. Untuk mengetahui daerah tersebut

berkiprah, berikut wawancara Percik dengan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang,

dr Koeswondo di Lumajang beberapa waktu lalu:

Page 37: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

proyek WSSLIC kita juga berterima kasihkarena Lumajang termasuk daerah yangkesulitan air. Saat ini ada 18 desa yangmendapat kemudahan air minum. Danitu dampaknya sangat besar tidak sajauntuk kepentingan kebersihan personal,tapi juga meningkatkan income per kapi-ta mereka. Jadi mereka yang sehariansibuk mencari air, sekarang bisa menggu-nakan waktunya untuk meningkatkanincome. Misalnya dengan home industriseperti keripik dan sebagainya.

Kendala-kendala apa yang diha-dapi untuk mengatasi masalah ke-sehatan di Lumajang?

Ada kendala primer yaitu tingkat pen-didikan masyarakat dan sosial budaya.Perlu diketahui bahwa masyarakat Lu-majang ini 50 persen Jawa dan 50 persenMadura. Percampuran itu kadang me-nimbulkan kendala di bidang kesehatan.Misalnya CLTS yang berupaya mem-permalukan orang. Tapi pada suku ter-tentu ini menyangkut harga diri. Ini yangharus hati-hati. Juga menyangkut ke-mampuan income keluarga miskin. Kitamemiliki keluarga miskin sekitar 200ribu jiwa dari 1,1 juta penduduk. Ini jugakendala. Pada prinsipnya kita harusmengadakan sosialisasi, promosi kese-hatan ini yang kita utamakan. Ujungtombak kesehatan itu sebenarnya ter-letak pada promosi kesehatan, baik itumelalui baliho, pengajian, pertemuaninformal, itu kita galakkan.

Posyandu yang dikembangkanagak unik. Ini prakarsa sendiri ataumeniru?

Insyallah tidak ada yang ditiru. Inimulai dari kita. Memang ceritanya agakpanjang. Dimulai dari tahun 2001 sejakotonomi daerah kita membuat terobosandengan membuat gedung Posyandu yangkita namakan Balai Posyandu. Setiap ke-camatan satu desa. Kita subsisdi dana da-ri APBD melalui Dinas Kesehatan sebesar9 juta per Balai Posyandu. Yang itu kita

gambar sebagai prototype senilai 15 jutasehingga masyarakat harus swadayasebesar 6 juta. Ini sifatnya stimulan. Da-na sebesar 9 juta itu meskipun ada di di-nas tapi langsung ditransfer ke kepala de-sa. Di sanalah dibangun Balai Posyandu.Pada tahun 2004 telah ada 83 BalaiPosyandu. Tahun 2003 kita coba PADUsupaya Posyandu itu tidak hanya ber-fungsi sebulan sekali. Waktunya seming-gu tiga atau kali. Jadi sebelum pemerin-tah menganjurkan PADU di Posyandu

kita sudah melaksanakan. BerdasarkanPADU di Posyandu itulah kita berpikiruntuk meningkatkannya lagi maka mun-cullah Gerbang Mas ini. Tetapi dalamprosesnya mulai pelatihan, pendataan,rembug desa, jujur saja saya menggu-nakan proses PKMD (Pendidikan Ke-sehatan Masyarakat Desa) yang dulu per-nah dilakukan pada tahun 80-an. Hanyakita tidak umumkan karena ini sifatnyaterpadu dan lintas sektor.

Kaitan Posyandu dengan Pus-kesmas sendiri bagaimana?

Jadi Puskesmas sendiri sangat diun-tungkan dengan adanya Posyandu yangdemikian. Karena itu Puskesmas sebagaipembina dan pendamping. Misalnya da-lam pendataan dan analisa masalah. Ter-masuk dalam rembug masyarakat untukmenentukan intervensi. Lucu sekali kalauPuskesmas tak mendampingi, bisa jadi

Lumajang Sehat 2007 akan berbelok mi-salnya ekonomi produktif yang menonjol.

Anda menjelaskan ada interven-si dana. Bagaimana anggaran Pem-da Lumajang?

Dana itu bisa kita bayangkan dari 34Posyandu, masing-masing 10 juta makadananya 340 juta. Untuk kegiatan pela-tihan 210. Jadi total 550 juta. Ya memangdana itu yang mengelola Bapekab danPKK. Tapi pada dasarnya itu untuk kese-hatan. Jadi menurut kita itu sudah sangatmembantu. Sedang anggaran untuk kese-hatan sendiri cukup memadai. Misalnyaobat, saya mendapat anggaran 1,2 M. Inisudah mencukupi. Kemudian pada tahunini pun kami akan membuat balai kese-hatan olah raga dan pusat pencegahanmetabolic syndrome, yang belum ada dikabupaten lain. Idenya sederhana saja,diabetes dan hipertensi itu bukan lagipenyakitnya orang kota, orang desa punterkena sehingga kita harus promosikanitu. Karena metabolic syndrome itu bisagizi berlebih, bisa juga gizi berkurang. Disinilah pusatnya nanti. Insyallah padahari Kesehatan November akan kitaresmikan.

Apakah daerah cukup mampumengatasi masalah kesehatan sen-diri tanpa intervensi pusat?

Kalau secara kebijakan masih memer-lukan pusat, tapi untuk problem lokalsebetulnya masih bisa diatasi oleh dae-rah. Pengalaman 2001 sampai sekarangjustru kita mengembangkan program-program yang spesifik daerah. Sebagaicontoh saya bisa mengembangkan Pus-kesmas dengan spesifikasi, artinya adaPuskesmas yang saya belikan USG untukponed. Jadi itu untuk spesifikasi kan-dungan. Ada yang saya belikan alatoperasi untuk katarak. Jadi di Puskesmassudah ada operasi untuk lensa tanam. Ke-mudian ada Puskesmas yang kita belikanECG untuk radiology. Bahkan denganotonomi daerah, kami berhasil memba-

A W A N C A R AW

Ujung tombakkesehatan

itu sebenarnya terletakpada promosi kesehatan,

baik itu melaluibaliho, pengajian,

pertemuan informal,itu kita galakkan.

35PercikJuli 2005

Page 38: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

ngun laboratorium kesehatan lingkung-an, yang kemudian dikembangkan men-jadi laboratorium kesehatan daerah.

Adanya proyek-proyek pusat kedaerah, pengaruhnya seperti apa?

Menurut saya itu sangat perlu. Sebabada hal-hal yang kita tidak mampu me-ngeluarkan dana yang sangat besar. Yangbisa adalah pendampingan. SepertiWSSLIC masih kita perlukan karena ma-sih ada desa-desa yang perlu air bersih,karena mata airnya terletak cukup jauh.Dengan cara pendampingan, kita masihmampu. Adanya pendampingan membu-at tumbuhnya rasa memiliki dari daerah.Tidak hanya sekadar menerima saja.WSSLIC cocok buat kita di Lumajangkarena betul-betul memberdayakanmasyarakat. Semua langsung dilakukanoleh masyarakat sendiri dan itu sangatbagus. Itu pola yang seharusnya dikem-bangkan di daerah dalam era otonomi ini.

Terhadap pemberdayaan masya-rakat, ambil contoh CLTS, WSLIC,apakah mereka mudah diberdaya-kan?

Secara umum mereka sangat meneri-ma. Walaupun kendala pada tingkat pen-didikan. Tapi menurut saya, pada dasar-nya kalau orang itu dipercaya merekamampu. Dia mempunyai motivasi untukmembuktikan bahwa dia mampu. Dan ituterjadi. Sebetulnya pada era otonomi itu-lah terjadi karena selama ini seolah-olahsemuanya diarahkan. Jadi pusat membe-rikan guidance, kita melaksanakan. Iturasanya ada kepercayaan yang lebih padamasyarakat di daerah.

Apa kunci sukses pemberdaya-an, selain pemberian kepercayaan?

Pertama dukungan stakeholder. Da-lam hal ini Bapak Bupati, DPRD. Perankepala dinas adalah bagaimana meng-gerakkan stakeholder pada bidangnyamasing-masing. Yang kedua adalah ke-bersamaan, baik lintas program maupun

lintas sektoral. Yang ketiga, bagaimanamemberikan kepercayaan kepada ma-syarakat.

Apakah target Lumajang Sehat2007 dan Indonesia Sehat 2010 bisatercapai di Lumajang dengan mem-pertimbangkan kondisi saat ini?

Saya berharap itu tercapai. Mengapasaya optimis, karena selama ini di daerahitu jarang melaksanakan suatu kegiatandengan indikator yang jelas. GerbangMas ini ada indikator. Sampai saat ini adaindikator berapa yang sudah kita capaidan berapa yang akan kita capai. Justruitulah kita melakukan advokasi kepadaBapak Bupati bahwa mengapa tidak desabinaan tapi mengapa Posyandu. Karenasasarannya kecil dan sudah terinstitusi.Kalau desa terlalu luas. Dengan Posyandu-posyandu ini akhirnya akan mencapai desa.Oleh karena pada tahun 2006 mestinyatidak hanya di 34 desa, tapi lebih banyak.Tahun 2006, 500 Posyandu. Dan tahun2007 sisanya, dan itu sama dengan desa.Kita total ada 1257 Posyandu.

Selain mengfungsikan PKK, apa-kah ada institusi lain yang dilibat-kan?

Kita melakukan kemitraan denganorganisasi wanita dan LSM.

Modelnya seperti apa?Jadi Posyandu itu punya masalah, mere-

ka punya material seperti uang dan seba-gainya. Mereka bisa masuk dan bersinergi.

Posyandu seolah-olah sebagai anak asuhnyatapi dalam batasan dia membantu bukanmenjadi milik dan tidak dibebani keinginan-keinginan tertentu, apakah politik dan seba-gainya. Tetap dalam koridor dari, oleh, danuntuk masyarakat.

Ada kiat untuk menggaet parastakeholder?

Saya harus jadi tukang jamu. Sayaharus menunjukkan bukti bahwa iniberhasil, ini dibutuhkan. Dan itu semuaharus didukung data. Kita tidak bisamengadvokasi stakeholder tanpa data.Kita punya data sejak 2001, termasukPosyandu tadi.

Khusus WSLIC dan CLTS, apa-kah sudah ada replikasi tanpa in-tervensi pusat?

Secara langsung belum, tetapi secaratidak langsung Bapak Bupati menyatakanbahwa proyek inilah yang diharapkan.WSLIC tidak memiliki kendala yangberarti yang jadi beban Bupati. Memangbelum ada dana yang cukup besarmengembangkan program seperti WSLICkarena dana kita belum sampai 15 persenuntuk kesehatan.

Untuk CLTS?Kita akan kembangkan tapi harus

hati-hati karena sosial budaya yangberbeda. Saya sudah pesan ke teman-teman, carilah yang homogen. Yang kira-kira CLTS bisa berjalan.

Ada kritik buat WSSLIC?Kritik sih tidak, tapi tampaknya saat ini

turunnya dana kok agak susah. Saya tidaktahu di mana kendalanya. Kok tidak selancartahun pertama, kedua, dan ketiga. Kalau ter-lambat akan menghambat proses yang ada didesa. Karena sebelum dana turun, sosialisasisudah dilakukan. Orang sudah menggebu-gebu, dana tidak turun-turun, sehinggasemangat menjadi turun. Kalau dana turunmaka perlu kegiatan ekstra lagi untuk men-dorong kegiatan mereka. (Mujiyanto)

A W A N C A R AW

36 PercikJuli 2005

Saya harus menunjukkanbukti bahwa ini berhasil,ini dibutuhkan. Dan itusemua harus didukungdata. Kita tidak bisa

mengadvokasi stakeholdertanpa data. Kita punya

data sejak 2001,termasuk Posyandu.

Page 39: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

N F O S I T U SI

Kredit Mikro bagi SanitasiHttp://www.eldis.org/static/DOC6371

K redit mikro dan keuangan mikrotelah berkembang sekitar 20 tahun

yang lalu dalam rangka mengurangikemiskinan dan meningkatkan penda-patan masyarakat miskin. Situs ini me-muat laporan berbagai pihak yang telahberhasil mengembangkan keuanganmikro.

Kunci keberhasilan pengembangansistem ini terletak pada adanya dukunganinformal kewirausahaan mikro yangberkembang di daerah tempat keuanganmikro itu dikucurkan. Sistem keuanganmikro ini bisa diterapkan pada air minumdan layanan sanitasi untuk mening-katkan cakupan pelayanan kepada ma-syarakat baik yang berada di perkotaan,pinggiran kota, dan perdesaan.

Situs ini menampilkan pelaksanaanbagaimana mengembangkan mekanismekredit mikro dalam rangka mendukungsanitasi serta mengidentifikasi faktorkunci kesuksesan dari penerapan sistemtersebut di berbagai belahan dunia. Salahsatunya ada laporan tentang Indonesiayang dilaksanakan oleh Yayasan DianDesa di Yogyakarta pada tahun 1993.

ACCION Internationalhttp://www.accion.org/default.asp

L embaga ini berdiri pada tahun 1961guna mengentaskan kemiskinan

yang melanda kota-kota di Amerika La-tin. Programnya dimulai dengan mengi-rimkan sukarelawan ke kota Caracas,ACCION kini menjadi salah satu orga-nisasi yang bergerak di bidang keuanganmikro di dunia dengan jaringan kerjameliputi Amerika Latin, Amerika Serikat,dan Afrika. Selama hampir empat deka-de, LSM ini telah berhasil mengembang-kan inovasi dalam upaya memecahkanpersoalan kemiskinan.

Misi LSM ini adalah memberikan alat(tools) bagi kaum miskin agar merekabisa keluar dari kemiskinan, denganmenyediakan pinjaman mikro (relatifkecil) dan pelatihan bisnis sehinggamereka bisa memulai bisnis yang telahdimiliki sebelumnya. Dengan cara itudiharapkan mereka bisa berubah secarabermartabat dan penuh percaya diri.Akhirnya mereka bisa memperoleh pen-dapatan yang dapat digunakan untukmemenuhi kebutuhan dasar seperti airminum, makanan yang lebih baik, danbisa menyekolahkan anak-anaknya.

LSM ini mencatat ada tiga milyarmanusia hidup dengan uang kurang dari2 dolar per hari (sekitar Rp. 18.000).Oleh karena itu, donasi yang mereka mili-ki tak akan mencukupi semuanya.Makanya, ACCION mengembangkansebuah strategi anti kemiskinan yangbersifat tetap dan bisa dilaksanakansecara mandiri dan berkelanjutan.

Keuangan Mikrodi Bangladesh

http://www.bees-bd.org/micro_credit.htm

S istem keuangan mikro konon dilak-sanakan pertama di Banglades. Salah

satu pelaksananya adalah BEES bekerjasama dengan Bangladesh Krishi Bankpada tahun 1975. Program ini bertujuanuntuk mengentaskan kemiskinan melaluiupaya fasilitasi kaum miskin memperolehakses ke sumber daya dan member-dayakan mereka.

Caranya, BESS bertindak sebagaipemberi garansi kepada bank agar kaummiskin bisa menikmati kredit tanpa ja-minan. Kredit ini dikhususkan untukkalangan tertentu yaitu kaum miskinyang tidak mempunyai lahan, punyatanah kurang dari setengah are, buruh,dan penduduk yang berada di bawahgaris kemiskinan. BEES menawarkanempat tipe layanan bagi anggota gruptersebut berupa kredit, tabungan, asu-ransi, dan kredit ditambah layanan.

Mereka diberi kredit antara 3.000-10.000 TK dengan bunga tetap 15 persen.Mekanisme pembayaran seminggu se-kali. Sedangkan bentuk pinjaman adayang pinjaman murni, program pinjamansektoral, dan program pengembangankewirausahaan mikro. (MJ)

37PercikJuli 2005

Page 40: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

P ernahkah Anda membayangkan apayang akan terjadi dengan penduduk

dunia pada 25 tahun yang akan datang?Populasi penduduk diperkirakan akanmencapai 8 milyar jiwa. Sebanyak 5 mil-yar di antaranya akan tinggal di perko-taan. Bagaimana air dan sanitasi merekanantinya, padahal saat ini saja kondisinyasudah parah?

Inilah yang mendasari para peren-cana, arsitek, ahli teknik, ahli lingkungan,ahli biologi, ahli budidaya, dan ahli sosialmemutar otak untuk mengembangkanpendekatan terhadap sanitasi yang hematair, tidak mencemari, dan mengemba-likan hasil buangan manusia (tinja danair kencing) ke tanah/lahan. Pendekatanini kemudian disebut sebagai 'ecologicalsanitation'/ecosan (sanitasi ekologi).

Buku ini menjelaskan secara panjanglebar mengenai hal ini. Ada empat tema

utama yang dibahas yakni sanitasi seba-gai bagian dari sistem ekologi global, pe-ngalaman penerapan ecosan di berbagaibelahan dunia, bagaimana dan kapanpendekatan ecosan ini dilaksanakan, danvisi konsep ecosan pada masyarakat per-kotaan.

Sanitasi ekologi didasarkan pada tiga

prinsip yakni (i) mencegah polusi lebih baikdaripada mengendalikan yang sudah terjadi;(ii) membersihkan--dari penyakit--air ken-cing dan tinja; (ii) menggunakan produkhasil daur ulang bagi tujuan pertanian.Kalau diringkas: sanitize and recycle (mem-bersihkan dan mendaur ulang).

Bagian penting dari ecosan yaknibagaimana membersihkan tinja manusiasebelum digunakan, karena tinja bisamenjadi sumber penyebaran penyakit.Ada dua metode untuk membersihkannyayaitu dehidrasi dan dekomposisi. Denganmetode ini virus, bakteri, dan jamur bisamati. Barulah tinja tersebut digunakan.Sedangkan air kencing cukup aman untukdigunakan di bidang pertanian tanpa adaproses atau dibiarkan untuk beberapawaktu. Berbagai contoh ecosan dariberbagai penjuru dunia dipaparkandalam buku ini. (MJ)

Gaung privatisasi menggema cu-kup keras di Indonesia, terutamasetelah kran reformasi dibuka.

Perusahaan-perusahaan milik negarayang menguasai hajat hidup orang ba-nyak satu per satu diprivatisasi sehinggajatuh ke tangan swasta. Kejadian ini me-rembet pula ke sektor air minum. Bebe-rapa PDAM telah dikuasai oleh swasta.Sebagian besar swasta asing.

Sebagian orang menganggap ini seba-gai hal lumrah dalam kondisi ekonomiIndonesia yang tak karuan sekarang ini.Tapi apakah kita pernah berpikir bahwalangkah privatisasi sektor air minum inisangat berbahaya tidak hanya bagi sum-ber daya air itu sendiri maupun kehi-dupan manusia pada umumnya?

Buku yang ditulis oleh Maude Barlowdan Tony Clarke ini seakan melawan main-stream yang sedang berkembang dewasa inidalam pengelolaan air. Fakta-fakta empirismenunjukkan privatisasi akan mengaki-batkan eksploitasi besar-besaran terhadapair, mengabaikan hak-hak publik, danmenimbulkan konflik sosial.

Langkah-langkah privatisasi itu sendiriterjadi secara sistemik. Perusahaan-perusa-haan transnasional (lintas negara) secaraagresif mengambil alih pelayanan airminum publik dengan dukungan secarapenuh dari Bank Dunia dan InternationalMonetary Fund (IMF). Tak heran bilauntuk masuk ke suatu negara, dua lembagainilah yang mendahuluinya dengan meng-adakan perubahan sistem perundangan di

suatu negara agar sesuai dengan apa yangdiinginkan oleh perusahaan-perusahaanlintas negara ini. Sebelumnya, pemerintahdan institusi internasional menyokong''Washington Consensus'' yang menyatakanbahwa solusi krisis air bersih adalah privati-sasi dan komodifikasi.

Buku ini menyatakan privatisasi dankomodifikasi air harus ditentang. Airadalah milik publik dan bagian dari hakasasi manusia. Sumber daya yang vital initidak dapat diubah menjadi sebuahkomoditas yang dijual kepada penawartertinggi. Kedua penulis menawarkansolusi bagi gerakan menuju ketahanan airyakni (i) mempromosikan UU Hak DasarAir; (ii) membentuk dewan tata air lokal;(iii) memperjuangkan UU PerlindunganAir nasional; (iv) menolak perdaganganair secara komersial; (v) mendukung ge-rakan anti-bendungan; (vi) melawan IMFdan Bank Dunia; (vii) melawan raja-rajaair; (viii) menuju kesetaraan air; (ix)mempromosikan Treaty Initiative airsebagai milik bersama; (x) dan men-dukung Konvensi Air Global. (MJ)

N F O B U K UI

Judul:Blue Gold.

Perampasan dan

Komersialisasi Sumber Daya

Air

Penulis:Maude Barlow dan Tony Clarke

Penerbit :PT. Gramedia Pustaka Utama

Tebal :327 halaman + xviii

Bahaya Privatisasi Air

Sanitasi Model Baru

Editor :Uno Winblad and

MaylingSimpson-Hebert

Penerbit:Stockholm Environment Institute, 2004

Tebal : 141 Halaman

Judul:Ecological Sanitation

38 PercikJuli 2005

Page 41: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Untuk ketiga kalinya badan kesehatandunia (WHO) mengeluarkan per-

pustakaan elektronik mengenai air, sani-tasi, dan kesehatan dalam sebuah CD.Perpustakaan elektronik ini berisi berba-gai informasi dari berbagai organisasiterkait. Di dalam CD yang dikeluarkanpada Oktober 2004 itu terkandung pub-likasi dan dokumen dalam bentuk HTMLdan beberapa sumber lainnya dalam ben-tuk PDF. CD ini diperbaharui setiap 12-18bulan. Edisi berikutnya direncanakanpada Desember 2005.

Pengumpulan data ke dalam CD inibertujuan untuk memudahkan pencarianinformasi baik oleh para ilmuwan,pengambil kebijakan, praktisi, maha-siswa, LSM, konsultan, dan sebagainya.Diharapkan dengan adanya CD ini, aksesinformasi terhadap air, sanitasi, dankesehatan menjangkau negara-negara

berkembang di seluruh dunia.Topik-topik yang ada antara lain

kualitas air minum, pengawasan globalterhadap penyediaan air minum dansanitasi, penataan kesehatan, air limbahyang aman dan penggunaan kotoranmanusia, hubungan air dan sanitasi ter-hadap kesehatan, kualitas sumber air,dan penyehatan lingkungan dalam kon-

disi darurat. Masing-masing topik itu ter-diri atas puluhan buku atau makalah.

CD ini juga memuat publikasi ter-baru. Di antaranya mengenai panduantentang kualitas air minum edisi 3(2004), pertemuan MDG mengenai tar-get air minum dan sanitasi (2004),lokakarya nasional kesehatan di Bangkok(2003), dan lokakarya internasionalmengenai kesehatan terkait denganmakanan dan lingkungan di Amman,Yordania (2003).

Perpustakaan ini memuat pulaposter-poster dan foto-foto dari berbagaipenjuru dunia. Ada juga katalog airminum, sanitasi, dan kesehatan.Beberapa buku bisa dipesan langsungmelalui internet. Semua data dalam CDini dapat dicari dengan mudah.Pencarian bisa didasarkan atas kata, sub-jek, judul, organisasi, dan tema. (MJ)

K onsep Community-Led Total Sani-tation (CLTS) telah masuk ke Indo-

nesia. Kini serangkaian uji coba mulaidilaksanakan di beberapa daerah. Kononkonsep tersebut telah sukses mengubahperilaku masyarakat khususnya diBangladesh dan India yang biasa mem-buang air besar (BAB) di tempat terbukapindah ke jamban.

Benarkah? Video CD (VCD) CLTS inisetidaknya memberikan gambaranbagaimana konsep tersebut berhasil dikawasan Maharashtra, India. Di sanadigambarkan, awalnya masyarakat BABdi semak-semak. Tidak hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa. Akibatnyabisa diduga, di sekitar desa tersebut, bautak sedap selalu tercium.

Mendengar pengalaman Bangladesh,pemerintah daerah setempat didukungLSM melaksanakan serangkaian kampa-nye anti dolbun (modol di kebun). Pesan

d i s a m p a i k a nmelalui acarakesenian tradi-sional, pela-jaran di seko-lah, ceramahagama, danp e m u t a r a n

film. Bersama acara ini fasilitator mela-kukan pemicuan kepada masyarakat.Salah satu cara memicu masyarakat'benci' terhadap BAB di tempat terbukayaitu mengajak masyarakat berjalan-jalan keliling desa. Warga ternyata taksuka bau tak sedap. Fasilitator juga men-jelaskan dampak dari dolbun itu. Akhir-nya masyarakat pun sadar bahwa merekaharus membangun jamban untuk meme-nuhi kebutuhan sanitasi mereka.

Aksi gotong royong pun terjadi.Warga bekerja pada malam hari, karenasiang mereka sibuk dengan pekerjaan-

nya. Anak-anak sekolah pun dilibatkanuntuk mengumpulkan batu untuk kon-struksi jamban. Semuanya dibangunsecara swadaya. Akhirnya jamban punjadi. Sejak 2 tahun program itu berjalan,desa-desa di Maharashtra bebas dari dol-bun. Penduduk mempunyai toilet.

Digambarkan pula ada sebuah pema-haman kepada masyarakat bahwa mere-ka tak akan bisa menikahkan anaknyakalau tidak memiliki jamban. Selain itu,pada tahap awal sempat pula ada patroliuntuk menangkap siapa saja yang dol-bun. Mereka yang tertangkap akan diden-da 50 Rupee.

VCD ini bisa sebagai pembandingbagi daerah-daerah yang menjadi wilayahuji coba CLTS. Tentu isinya tak bisadiambil semuanya mentah-mentah. Adaproses-proses yang menarik untuk disi-mak, yang disesuaikan dengan budayaIndonesia. (MJ)

N F O C D

Perpustakaan Elektronik Air, Sanitasi,dan Kesehatan

I

Pengalaman Penerapan CLTS di India

39PercikJuli 2005

Page 42: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Dalam rangka peringatan Hari AirDunia XIII tahun 2005, panitianasional Hari Air Dunia menye-

lenggarakan Pameran Teknologi TepatGuna pada 27-29 April 2005 di halamanparkir Departemen Pekerjaan Umum.Pameran itu diikuti oleh 100 peserta dariinstansi pemerintah, swasta, dan lemba-ga swadaya masyarakat.

Pameran ini dibuka oleh MenteriPekerjaan Umum Djoko Kirmanto. Da-lam sambutan pembukaannya, ia menga-takan air merupakan kebutuhan hidupyang sangat vital bagi manusia danmakhluk hidup lainnya. Bahkan dapat di-tafsirkan bahwa tanpa air tidak akan adakehidupan karena itu sebagai sumber da-ya alam anugerah dari Tuhan Yang MahaEsa. Selain itu ia menegaskan bahwa airjuga mempunyai fungsi dan nilai sosial,ekonomi, dan lingkungan, sehingga harusdapat dimanfaatkan secara efektif danefisien serta dilindungi fungsinya karenasebagai sumber bagi kehidupan.

Pokja AMPL bersama WASPOLA ikutberpartisipasi dalam pameran tersebut.Pokja AMPL menampilkan produk-pro-duk pokja seperti poster, CD, kliping,

majalah Percik, newsletter, situs danlain-lain. Sedangkan WASPOLA menya-jikan hasil-hasil kegiatan WASPOLA sela-ma ini berupa beberapa kebijakan danjuga poster serta leaflet.

Pameran selama tiga hari ini cukupmenyedot pengunjung terutama dari

kalangan pemerintah. Setiap hariarena pameran dipenuhi pengunjung.Hanya saja produk pameran tam-paknya kurang sesuai dengan temayakni pameran teknologi tepat gunakarena teknologi yang dipamerkansangat sedikit. (AK/MJ)

E P U T A R A M P L

Pameran Teknologi Tepat GunaS

40 PercikJuli 2005

YANG DATANG YANG PENSIUN &

YA N G BA R U

Ir. Agoes Widjanarko, MIPDirektur Jenderal Cipta Karya,Dep. PU

Ir. Ismanto, M.ScSesditjen Cipta Karya, Dep. PU

Ir. Djoko Muryanto, M.ScDirektur Bina Program, Dep. PU

Ir. Poedjastanto S,CES,DEADirektur PengembanganAir Minum, Dep. PU

Ir. SusmonoDirektur Pengembangan PLP,Dep. PU

Dr. I Nyoman Kandun, MPHDirektur Jenderal PP & PL,Depkes

Ir. Ace Yati Hayati, MSi.Plt. Direktur Penyehatan Air danSanitasi, Depkes

Drs. H. Syamsul Arief Rivai,MS

Direktur JenderalBangda, Depdagri

YA N G PE N S I U N

Dr. Hening Darpito, SKM. DiplSEDirektur Penyehatan Air danSanitasi, Depkes

Ir. Budiman ArifSekjen Dep. PU

HartoyoAnggota Pokja AMPL dari Depkes

SutjiptoAnggota Pokja AMPL dari Depkes

Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto sedangmengunjungi stand pameran Pokja AMPL - WASPOLA.

FOTO:ISTIMEWA

Page 43: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Proyek-proyek Sanitasi untukMasyarakat (SANIMAS) di bebe-rapa kota selesai dibangun pada

tahun 2005. Proyek ini bertujuan (i)memperbaiki sarana sanitasi masyarakatyang mengelola limbah cair domestikberupa hasil kegiatan cuci, mandi danjamban di perkampungan kumuh/miskinperkotaan dengan pendekatan sanitasiberbasis masyarakat (SBM); (ii) saranasanitasi berbasis masyarakat menjadisalah satu pilihan pemerintah daerah.

Seiring penyelesaian proyek tersebutserangkaian upacara peresmian pundilakukan. Berikut ini laporan pelak-sanaan peresmian berikut penjelasanringkas tentang SANIMAS di masing-masing daerah.

Kota Denpasar, Bali

P royek SANIMAS II Kota DenpasarBali diresmikan oleh Pejabat Sekda

Kota Denpasar pada tanggal 24 Maret2005. Proyek berada di LingkunganKusuma Bangsa, Banjar Mekar Manis,Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Den-pasar Barat, sekitar 1,5 km dari pusatkota Denpasar. Lokasi peresmian tepat diatas instalasi pengolahan air limbah(IPAL) yang dibangun di bawah badanjalan. Hadir dalam peresmian itu wakilpemerintah pusat, pemerintah daerahberbatasan seperti Kabupaten Badung,Kabupaten Jembarana, BORDA, BaliFokus, dan wakil pemanfaat SANIMAS I.

SANIMAS II merupakan hasil kerjasama antara pemerintah pusat, pemerin-tah daerah, LSM dan masyarakat. Alokasidananya sebesar 275,9 juta dengan kom-posisi (i) pemerintah kota Denpasar(Dinas Lingkungan Hidup) sebesar Rp.150 juta (54,4 persen) berbentuk bantuanlangsung masyarakat (BLM); (ii) peme-rintah pusat (Departemen PekerjaanUmum) sebesar Rp. 67,3 juta (24,4persen) berbentuk material; (iii) BORDA(LSM) sebesar Rp. 50 juta (18,1 persen)berbentuk fasilitasi; (iv) kontribusi

masyarakat calon pengguna dalam ben-tuk tunai sebesar Rp. 5 juta dan swadayasenilai Rp. 3,6 juta (3,1 persen).

Pembangunan proyek ini dilak-sanakan oleh Kelompok Swadaya Ma-syarakat (KSM) Kusuma Bangsa menjadipelaksana SANIMAS II dengan fasilitasiBali Fokus yang merupakan mitraBORDA Indonesia. Masyarakat medapatfasilitasi pendampingan dan pember-dayaan mulai dari tahap perencanaan,pembangunan hingga pengoperasian sis-tem sanitasi komunal melalui pelatihan,kampanye kesehatan maupun disku-si/rapat.

Sebelum ada proyek ini, masyarakatmenggunakan air bersih dari sumbersumur dangkal dan sumur bor. Se-mentara jamban yang dipergunakan pen-duduk tidak dilengkapi dengan tangkiseptik yang memadai sehingga kotoranlangsung disalurkan ke kali terdekat.Sungai menjadi tercemar.

SANIMAS II ini melayani 211 KK atau800 jiwa. Mata pencaharian merekaadalah pedagang sate, pedagang kakilima, buruh dan pekerja bangun-an/tukang dengan rata-rata pendapatanRp. 500.000 per bulan.

Sistem yang dibangun berupa sistemperpipaan dari rumah ke Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang di-bangun di bawah badan jalan. Teknologiyang dipergunakan adalah tangki septikbersusun (Anaerobic Baffled Reactor-ABR). Kegiatan konstruksi dilaksanakandari Nopember 2004 - Februari 2005.

Pengelola sarana dan prasarana SANI-MAS II yaitu KSM Kusuma Bangsa berang-gotakan pengguna sarana. Mereka ini telahmendapat pelatihan manajemen dan pem-berdayaan oleh BORDA pada Oktober 2004di Yogyakarta. Masyarakat penggunabersepakat untuk membayar iuran sebesarRp. 5.000/KK/bulan yang digunakanuntuk pengoperasian, pemeliharaan saranadan kebersihan lingkungan.

Selain memperbaiki sarana sanitasi,proyek ini mampu menghasilkan energialternatif berupa gas yang dapat diper-gunakan untuk memasak. Berdasarpengalaman empiris, setidaknya gasyang dihasilkan dapat dipergunakanoleh 3 KK. (OM)

Kota Pasuruan, Jawa Timur

S ANIMAS II Kota Pasuruan dires-mikan Walikota Pasuruan pada 6

April 2005. Hadir pada acara itu KetuaDPRD Kota Pasuruan, Kepala Bappeda,tokoh masyarakat, perwakilan pemerin-

E P U T A R A M P L

Peresmian Proyek-Proyek SANIMASS

41PercikJuli 2005

FOTO:OSWAR MUNGKASA

Page 44: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

tah pusat, perwakilan BORDA,dan fasilitator setempat.

Peresmian dilaksanakan diKampung Karang Kletak RWIII/Rt.06 Kelurahan Mandaran-rejo, Kecamatan Kidul, Kota Pa-suruan. Proyek SANIMAS ituberupa pembangunan MCK beru-pa komponen toilet (jamban,kamar mandi, dan tempat mencu-ci), komponen perpipaan, danpengolah air limbah yang di-lengkapi penangkap biogas.

Pemilihan opsi MCK didasar-kan atas keterbatasan lahan yangdimiliki warga sehingga tidakmemungkinkan untuk dibuat jam-ban keluarga. Pemilihan lahan (seluas 100m2) untuk MCK dilakukan oleh masyarakatdan difasilitasi oleh TFL (Tim FasilitatorLapangan) dan LSM Best Surabaya. Pem-bangunan MCK tersebut menghabiskandana sebesar Rp 314 juta yang berasal dariPemerintah Pusat, Pemerintah Kota Pasu-ruan, BORDA dan masyarakat.

Pembangunan MCK baru selesai padaminggu terakhir Maret 2005 sehinggaMCK tersebut belum digunakan olehmasyarakat. Walaupun demikian, di seki-tar rumah warga terdapat MCK umumyang baru beroperasi kembali setelahtumbuhnya kesadaran masyarakat akanpentingnya hidup bersih dan sehat akibatadanya SANIMAS.

Direncanakan biogas yang dihasilkandapat digunakan sebagai bahan bakaruntuk memasak bagi 3-4 rumah. Tapimasyarakat masih sanksi mengenaikeberadaan gas tersebut sehingga gastersebut baru digunakan pada rumahjaga MCK.

Air MCK itu menggunakan air PDAMyang ditampung pada dua unit reservoir.Sumber air tanah tidak dapat digunakankarena kualitas yang tidak memu-ngkinkan. Oleh karena itu MCK itu bisamencari penghasilan tambahan darimenjual air mengingat sebagian masya-rakat membeli air dari water vendor.

Pengelolaan MCK itu dilaksanakanoleh masyarakat. Selama tujuh hari per-tama, masyarakat bisa menggunakansecara cuma-cuma. Selanjutnya masyara-kat akan diminta kontribusi yang besar-nya akan ditetapkan kemudian. (Ita)

Kota Blitar, Jawa Timur

W alikota Blitar Djarot Saiful me-resmikan SANIMAS II di Desa Kau-

man, Kota Blitar, pada 13 April 2005. Hadirpada acara itu wakil dari pusat, Ketua DPRDKota Blitar, LSM BORDA dan asosiasinya,dan tokoh masyarakat setempat.

Proyek SANIMAS II ini berupa SistemSanitasi Komunal. Sistem ini berkapa-sitas 100 KK, tetapi untuk sementarapenduduk yang terlayani baru mencapai67 KK atau 269 jiwa. Sistem ini dibangundengan menggunakan dana dari peme-rintah pusat, pemerintah kota, LSMBORDA, dan masyarakat setempat.Pengelolaan fasilitas akan ditangani olehKelompok Swadaya Masyarakat (KSM)Ngudhi Raharjo yang dibentuk sendirioleh masyarakat.

Pada kesempatan tersebut juga dila-kukan peninjauan terhadap lokasi SistemSanitasi Komunal SANIMAS I. Berdasarwawancara dengan penduduk setempat,

diketahui bahwa jumlah pelang-gan meningkat dari 72 KK menja-di 94 KK. Kapasitas sistem yangada mencapai 150 KK. Iuran yangdikenakan pada setiap KK adalahRp. 2.000 per bulan. Uniknya la-han di atas IPAL dijadikan lokasipertemuan warga termasuk jugamenjadi lokasi olahraga. Sumberdana Sanimas I berasal dari hibahAustralia, pemerintah kota, danmasyarakat setempat. (OM)

Pamekasan, JawaTimur

S ANIMAS Pamekasan diresmikan pa-da 28 Juni lalu. Acara berlangsung di

Pondok Pesantren Miftahul Qulub, DesaPolagan, Kec. Galis, Pamekasan, Jawa Ti-mur. Peresmian dilakukan oleh BupatiPamekasan Drs. Achmad Syafi'i. Hadirdalam acara itu Ketua DPRD setempat,Oswar Mungkasa dari Bappenas, dan wa-kil dari Pondok Pesantren Sumber Bu-ngur, Pamekasan.

SANIMAS Pamekasan berada di duaPondok Pesantren yakni Miftahul Qulubdan Sumber Bungur. Keberadaan proyekini sangat bermanfaat bagi para santrimengingat kondisi MCK di lembaga ter-sebut kurang layak. Rasio ketersediaanjamban dan pemakainya tidak imbang.Catatan pemkab setempat menemukan diempat pesantren yang diteliti, satu jam-ban digunakan oleh 200-400 orang perhari.

Sebelumnya proyek SANIMAS sem-pat akan dibangun di kota Pamekasannamun gagal karena ada warga yangmenolak. Proyek itu kemudian di-alihkan ke pondok pesantren. Saat inibanyak pesantren lain yang berminatuntuk mendapatkan bantuan. Dibu-tuhkan uluran tangan dari lembagadonor maupun LSM untuk membantupesantren tersebut

(MJ/AK)

E P U T A R A M P LS

42 PercikJuli 2005

FOTO:ISTIMEWA

Page 45: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Forum Diskusi Forkami(FDF) Kamis, 2 Juni2005, mengadakan dis-

kusi dengan topik 'Mengatasi Kri-sis Air Bersih dengan Menggu-nakan Tanah'.

Diskusi ini menampilkan na-rasumber Achmad Rachman, pe-neliti Konservasi Tanah dan Air diBalai Penelitian Tanah, Pusat Pe-nelitian dan Pengembangan Ta-nah dan Agroklimat, Bogor.

Dalam presentasinya, Achmadmengungkapkan eksploitasi air ta-nah secara besar-besaran mengakibatkanpenurunan muka air tanah, penurunanpermukaan tanah, serta intrusi air laut.Untuk mengatasi dampak tersebut, menu-rutnya, perlu dilakukan upaya-upayameningkatkan suplai air tanah.

Berbagai teknik bisa dikembangkanseperti sumur resapan, pembangunanembung, kolam dan danau buatan. Ia ju-ga menawarkan sebuah teknologi penam-

pungan air di bawah permukaan tanahdengan pemasangan jaringan pipa ber-pori. Prinsip kerja teknologi ini adalahdengan menampung sementara air hujandi dalam rangkaian pipa berpori yang di-tanam di bawah permukaan tanah. Ke-mudian air tersebut meresap ke tanah disekitar pipa dan seterusnya air bergerakke bagian tanah yang masih kering.

Teknologi ini memungkinkan peng-

gunaan lahan yang efisien, biayaperawatan yang murah dan tidakmengganggu keindahan. Namunada kekurangannya yaitu biaya pe-masangan yang besar serta perlukeahlian khusus untuk merencana-kan dan membuatnya.

Peserta diskusi menyambut po-sitif gagasan teknologi ini. Namunpenerapannya masih memerlukanstrategi-strategi khusus. Teknologiini dinilai lebih sesuai diterapkanpada bangunan-bangunan yang me-manfaatkan lahan cukup luas seper-

ti perkantoran, pusat perbelanjaan danlain-lain. Selain itu juga perlu diperhi-tungkan pengaruh pemasangan jaringanpipa berpori terhadap kemampuan tanahuntuk menanggung beban fisik bangunandi atasnya. Agar penerapan teknologi inidapat dilakukan secara luas, perlu dibuataturan-aturan yang mengikat secarahukum berikut mekanisme insentif dandisinsentifnya. (AK)

Sebagai upaya untuk meningkatkankemampuan dan ketrampilan pe-ngelola proyek, pemerintah me-

nyelenggarakan 'Pelatihan ManajemenPengelola Kegiatan dan Pelatihan Mobi-lisasi Metode MPA/PHAST CWSHP', diPasuruan Jawa Timur pada 19 hingga 26Juni 2005 lalu.

Pelatihan ini dibuka oleh Ir. Ace YatiHayati, MS., Plt. Direktur Penyehatan Airdan Sanitasi, Ditjen PPMPL Depkes. Pesertaberjumlah 64 orang, berasal dari pengelolaProyek CWSH di tingkat kabupaten, propin-si dan pusat. Materi yang disampaikandalam pelatihan meliputi rencana KerjaPemerintah (RKP) 2006 Bidang Kesehatan,Kebijakan Pembangunan Nasional AirMinum dan Penyehatan Lingkungan,Pengelolaan proyek CWSH, dan pember-dayaan masyarakat dengan menggunakanmetoda MPA/PHAST.

Proyek Community Water Services andHealth (CWSH) bertujuan untuk me-ningkatkan akses masyarakat terhadap airminum dan sanitasi. Metode MPA/PHAST(Methodology for Participatory Assess-ment/ Participatory Hygiene and Sanita-tion Transformation) merupakan metodeuntuk meningkatkan peran masyarakat da-lam identifikasi, analisis dan pemecahanmasalah. (OM)

E P U T A R A M P L

Pelatihan MPA/PHAST CWSHP

S

Diskusi Mengatasi Krisis Air Bersih

No Propinsi Kabupaten 1. Kapuas 2. Kotawaringin Timur 3. Katingan 4. Barito Selatan 5. Pulang Pisau

1 Kalimantan Timur

6. Barito Timur 1. Landak 2. Sanggai 3. Kapuas Hulu 4. Ketapang 5. Sintang

2 Kalimantan Barat

6. Sambas 1. Tanjung Jabung Barat 2. Bungo 3. Batang Hari 4. Sarolangun

3 Jambi

5. Muaro Jambi 1. Bengkulu Utara 2. Bengkulu selatan 4 Bengkulu 3. Rejang Lebong

Kabupaten Lokasi CWSH

43PercikJuli 2005

FOTO:ISTIMEWA

FOTO:ANDRE K

Page 46: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Guna ikut mencari solusi persam-pahan nasional, 4 Juni 2005 laludiselenggarakan "Dialog Nasio-

nal Mencari Solusi Pengelolaan Sampahdi Indonesia" di Jakarta Hilton Conven-tion Center. Acara ini merupakan hasilkerja sama antara Kantor Menteri NegaraLingkungan Hidup, Ikatan Ahli TeknikPenyehatan dan Lingkungan Indonesia(IATPI) dan Indonesia Solid Waste Asso-ciation (InSWA). Dialog ini bertujuanuntuk membangun sinergi dan komitmendari para pelaku sebagai pijakan bagi pa-ra pengambil keputusan dalam menyu-sun komitmen nyata dan strategi kebi-jakan sektor persampahan yang berke-lanjutan.

Dialog nasional ini dibuka oleh Men-teri Negara Lingkungan Hidup, RachmatWitoelar. Dialog ini terbagi dalam duasesi. Pembicara pada sesi pertama yakniSarwono Kusumaatmaja (Anggota DPDRI), Basah Hernowo (Direktur Permu-kiman dan Perumahan Bappenas), AgusWidjanarko (Dirjen Cipta Karya Depar-temen Pekerjaan Umum) dan Sri Bebas-sari (Ahli Persampahan Bank Dunia -IWF/InSWA) dengan moderator ParniHadi. Sesi ini membahas prioritas pem-bangunan yang berorientasi clean firstdan konsep dasar kerangka hukum, insti-tusi, dan pembiayaan. Tampil sebagaipembicara Tjatur Sapto Edi (AnggotaDPR-RI/IATPI), Bagong Suyoto (LSMTapak Biru), Sayogo H. (Anggota DPRDDKI Jakarta), dan Imdaad Hamid (Wali-kota Balikpapan).

Beberapa isu penting persampahanyang muncul antara lain belum ada kebi-jakan publik dan undang-undang yangdapat menjadi payung hukum, koordi-nasi antar lembaga publik dalam penge-lolaan persampahan lemah, posisi ma-syarakat dalam konflik yang berkaitandengan persampahan lemah, serta inves-tasi publik dan swasta dalam pengelolaan

sampah yang masih rendah. Dari dialogini muncul kesepakatan bahwa penyele-saian masalah sampah memerlukan ke-terlibatan banyak sektor. Oleh karena ituperlu segera disusun kerangka hukumdan kebijakan yang mengatur peran sertatanggung jawab pihak-pihak yang terlibatdalam pengelolaan sampah. Kerangkahukum dan kebijakan tersebut diharap-kan dapat memberikan iklim yang kon-dusif bagi keterlibatan sektor swasta.

Pada sesi kedua, tampil pembicara

wakil Gubernur Jawa Barat, Rama Boedi(Dinas Kebersihan DKI Jakarta), SlametDaroyni (WALHI), Djoko Heru Martono(Ahli Persampahan BPPT - IWF/InSWA).Sesi ini membahas sistem pengelolaansampah yang terintegrasi, pengelolaansampah dalam konteks desentralisasi, re-gionalisasi, dan privatisasi, social engi-neering dan social empowerment, sertastrategi pengelolaan bertahap denganteknologi yang ramah lingkungan. Se-bagai pembahas yakni Enri Damanhuri(Ahli Persampahan ITB), Widhi Handoko(IATPI), dan Katie Andriani dari Sekre-tariat Bersama JWMC.

Dialog ini menyepakati pembentukanbadan pengelola persampahan yang meli-batkan pemerintah-pemerintah daerah,masyarakat dan swasta. Badan pengelolaini sebaiknya berupa badan usaha sehing-ga dapat menjadi alternatif investasi yangmenarik bagi sektor swasta. Hanya sajaperlu diperhatikan agar adanya badanpengelola tidak merugikan masyarakatyang selama ini menggantungkan hidup-nya pada sampah. (AK)

E P U T A R A M P L

Dialog Nasional PengelolaanPersampahan

S

44 PercikJuli 2005

Suasana Dialog Nasional Persampahandi Jakarta.

FOTO-FOTO:ANDRE K

Page 47: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

E P U T A R A M P L

Peran serta swasta merupakan sa-lah satu komponen penyelengga-raan AMPL berbasis lembaga, na-

mun sampai sekarang masih tetap menja-di perdebatan hangat. Beberapa lembagainternasional yang bergerak maupunpeduli dengan peran serta swasta dalamsektor air minum dan sanitasi, terutamadalam hal manfaat atau dampak yangtelah dihasilkan, sepakat untuk meng-adakan review global peran serta swastadalam sektor air minum dan sanitasi.

Indonesia merupakan salah satu ne-gara yang diharapkan dapat ikut berpar-tisipasi dalam kegiatan review global ini.Oleh karena itu pada tanggal 29 Juni2005, program global PSP review bekerjasama dengan FORKAMI (Forum Komu-nikasi Air Minum) menyelenggarakan

pertemuan awal multistakeholder PSPsektor air minum dan sanitasi di Indo-nesia. Pertemuan ini dihadiri oleh per-wakilan dari pemerintah, swasta, penye-dia jasa (PAM Jaya), LSM, akademisi,WASPOLA, Apeksi, dan Perpamsi.

Pertemuan ini bertujuan untuk men-dapatkan kesepakatan dari multistake-holder sektor air minum dan sanitasi ten-tang perlu tidaknya dilakukan review PSPdi Indonesia. Project coordinator globalPSP review atas nama kelompok kerjainternasional memberikan beberapa poinsebagai bahan diskusi, yaitu: penjelasanmengenai global PSP review, manfaatglobal PSP review bagi Indonesia, apakahstudi ini akan mendukung proses kebi-jakan nasional? Jika ya, bagaimana men-jadikan ini terlaksana di lapangan.

Pada akhir pertemuan, multistakehol-der sektor air minum dan sanitasi sepakatbahwa Indonesia akan menjadi bagian darikegiatan global PSP review, untuk itu dise-pakati pembentukan sebuah interim work-ing group yang terdiri atas berbagai kom-ponen, salah satunya adalah WASPOLA.Anggota interim working group yaituRiant (Badan Regulator Pelayanan Air Mi-num Jakarta), Budi (Unika Soegiyo Pra-noto Semarang), Bernard (PAM LyonnaiseJaya), Hamong (Koalisi Rakyat untuk Hakatas Air/Kruha), Sugiono (Forum Ko-munikasi Air Minum/FORKAMI), Da-meria (Serikat Pekerja PAM Jaya), Bam-bang Purwanto (Dep. Pekerjaan Umum),Oswar Mungkasa (Bappenas & WASPO-LA), Lis Novani (PAM Jaya), dan Rhamses(Thames PAM Jaya). (Lina)

Kampanye Remaja Tolak Plastik

S

Pertemuan Awal Multistakeholder GlobalPSP Review dalam Sektor Air Minum

dan Sanitasi di Indonesia

A da yang menarik saat pameranlingkungan di Jakarta 2-5 Junilalu. Sekelompok remaja me-

mamerkan poster anti bungkus plastik''Say No to Plastic'' begitu judul besarposter tersebut.

Poster tersebut merupakan bagiandari kampanye remaja yang tergabungdalam Tunas Hijau, sebuah kelompokremaja peduli lingkungan yang berpu-sat di Kota Surabaya. Presiden TunasHijau, M Zamroni menjelaskan kampa-nye ini merupakan langkah untuk me-ngurangi penggunaan jumlah kantongplastik khususnya untuk berbelanja.''Kita tahu plastik tidak bisa diuraikankalau sudah jadi sampah,'' katanya.

Dalam kampanyenya itu Tunas Hi-jau mengajak masyarakat berpikir duakali untuk meminta kantong plastik -

jika barang belanjaan sedikit dan mu-dah untuk dibawa. Sebagai alternatif,masyarakat diajak untuk menyediakankantong kain di rumah, kantor, sepedamotor, dan mobil agar tak perlu me-minta kantong plastik jika berbelanja.Selain itu, masyarakat diajak untukselalu meminta toko langganan ber-henti menyediakan kantong plastikgratis. Lebih dari itu, mereka menya-rankan kepada wakil rakyat agar me-ngenalkan peraturan pajak bagi peng-gunaan kantong plastik atau laranganpenggunaan kantong plastik.

Zamroni menjelaskan aksi kampa-nye ini mendapat sambutan cukupbaik dari masyarakat. ''Tidak ada yangmenentang, umumnya masyarakat bi-sa menerima,'' katanya. Ini terbuktipula dari dukungan perusahaan yang

ada di Surabaya yang mau berpartisi-pasi dalam kampanye tersebut.

Tunas Hijau dirintis sejak tahun1999. Pendirinya adalah lima remajaalumni pertukaran pemuda Indonesia-Australia bidang lingkungan. Sepulangdari Australia mereka memulai untukmengajak masyarakat peduli lingkungankhususnya soal sampah. ''Masyarakat kitamasih acuh. Padahal di Australia hampir95 persen warganya membuang sampahpada tempatnya. Makanya kita bergerakdi situ,'' jelas Zamroni yang kini masihkuliah di Unair. Kini anggota Tunas Hijaumencapai 700 orang. Mereka ada yangmasih anak-anak (7 tahun) hingga de-wasa (29 tahun). Anggota Tunas Hijautersebar di Jawa Timur. Tunas Hijau jugaberencana memperluas jangkauan ke-anggotaannya. (MJ)

45PercikJuli 2005

Page 48: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Proyek WSLIC 2 di 37 lokasi diKab. Sawahlunto Sijunjung, Su-matera Barat, 30 Mei lalu di-

resmikan. Acara serah terima dipusatkandi Nagari Mundam Sakti, Jorong IVNagari. Peresmian ini dihadiri olehBupati Sawahlunto Sijunjung, DariusApan, Dirjen PPMPL Depkes Umar Fah-mi Ahmadi, Direktur PAS Depkes HeningDarpito, Direktur Permukiman dan Pe-rumahan Bappenas Basah Hernowo,Direktur Kesehatan dan Gizi MasyarakatBappenas Arum Atmawikarta, serta per-wakilan dari instansi terkait.

Kepala Dinas Kesehatan Kab Sawah-lunto Sijunjung menjelaskan WSLIC 2 telahdilaksanakan pada 50 lokasi. Sebanyak 37siap diserahterimakan dan telah memilikiunit pengelola sarana. Sisanya masih dalamproses kontrak.

Tokoh adat yang hadir dalam peres-mian itu menyatakan bahwa proyek

WSLIC 2 tidak hanya bertujuan untukmeningkatkan akses air minum dan sani-tasi serta meningkatkan kesehatan na-mun berfungsi untuk menggerakkan eko-nomi masyarakat serta mendukung akti-vitas keagamaan, karena sejak air bersihtersedia di rumah maka masyarakat se-makin giat melaksanakan shalat tahajud.

Dirjen PPMPL mengatakan penyedia-an air bersih dan sanitasi, penerapan pe-rilaku hidup bersih dan sehat dapat me-ngurangi angka kesakitan diare sebesar40 persen. Selain itu, kegiatan tersebutdapat membantu mengurangi penye-baran penyakit polio, yang akhir-akhir inimewabah di Indonesia.

Usai acara diadakan kunjungan keNagari Gantung Ciri, Jorong KampungBaru. Prasarana dan sarana air minum yangdibangun barupa 35 unit sambungan rumahserta 19 kran umum. Adapun jumlah jam-ban sebanyak 28 buah. Pembangunan jam-

ban pada nagari tersebut tidak menggu-nakan pola dana bergulir melainkan meng-gunakan dana pribadi masyarakat karenapembangunan jamban keluarga merupakanprasyarat bagi masyarakat yang ingin mem-punyai sambungan rumah.

Masyarakat juga telah membanguntempat wudlu, kran umum, sambunganrumah, bak pelepas tekan maupunbronkaptering (bangunan penangkapmata air). Kualitas air yang dialirkan se-cara fisik cukup baik (tidak berbau, tidakberasa dan tidak berwarna). Namun de-mikian, karat pada pipa besi di bron-kaptering mengindikasikan bahwa kadarFe (besi) yang cukup tinggi. Oleh karenaitu, Dir. Permukiman dan PerumahanBappenas menyarankan agar masyarakatmembuat sedikit trap (undakan) padabronkaptering untuk membantu prosesaerasi sehingga dapat menurunkan kadarFe tersebut. (Ita)

WASPOLA menyelenggarakan Loka-karya dan Pelatihan Operasio-nalisasi Kebijakan dan Penyu-

sunan Rencana Strategis AMPL Daerah.Kegiatan ini berlangsung di dua kota,Makassar pada 30 Mei-3 Juni 2005 untukwilayah timur (Gorontalo, Sulawesi Selatan,NTB dan Sulaewesi Tenggara) dan diPuncak, Bogor, pada 6-10 Juni 2005 untukwilayah barat (Sumatera Barat, BangkaBelitung, Banten and Jawa Tengah). Totalpeserta berjumlah 89 orang.

Lokakarya dan pelatihan ini merupakanlangkah persiapan bagi daerah dalam pelak-sanaan kebijakan tahun 2005 yang akan di-selenggarakan di 8 Propinsi dan 21 kabupa-ten. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mem-berikan bekal pemahaman menganai kebi-jakan nasional AMPL berbasis masyarakatdan operasionalisasinya. Secara khusus ke-giatan ini membahas teknis penyusunan

rencana strategis pembangunan AMPLdaerah dikaitkan dengan upaya pencapaiantarget layanan sebagaimana diamanatkandalam MDGs.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkanpemahaman mengenai kebijakan dan ope-rasionalisasinya serta penyusunan rencanastrategis pembangunan AMPL daerah. Tu-juan khusus dalam lokakarya ini mencakup;

Melakukan kajian dan kesamaan persepsimengenai kebijakan dalam konteks dae-rah, ratingdan signifikasi pokok-pokok ke-bijakan sesuai dengan kebutuhan daerah.Melakukan analisis kebijakan tekini dimasing-masing daerah terkait denganpembangunan AMPL berkelanjutanMemahami road mapping operasionali-sasi kebijakan dalam kerangka menca-pai target MDGsBelajar dan praktek menyusun rencanastrategis pembangunan AMPL daerah

Secara umum lokakarya dan pela-tihan ini dibagi menjadi dua bagianmencakup pemahaman kebijakan danpenyusunan rencana strategis pemba-ngunan AMPL. Seluruh proses dilak-sanakan secara partisipatif denganmemposisikan semua peserta sebagainarasumber mengenai kondisi daerahmasing-masing.

Lokakarya dan pelatihan ini telahmenghasilkan kesamaan persepsi me-ngenai setiap pokok kebijakan dalamkonteks daerah dan prioritas serta sig-nifikansinya sesuai dengan kondisidaerah.

Selain itu muncul kesadaran pesertamengenai isu dan permasalahan keber-lanjutan pembangunan AMPL daerah.Peserta juga mampu menyusun rencanastrategis pembangunan AMPL di dae-rah secara partisipatif. (Subari/MJ)

E P U T A R W A S P O L A

Proyek WSLIC 2 di Kab. Sawahlunto Sijunjung Diresmikan

Belajar Menyusun Road MappingMenuju Pencapaian Target MDG-AMPL

S

46 PercikJuli 2005

Page 49: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Dalam kunjungannya ke Indone-sia Director of Water and Ener-gy, the World Bank, Jamal Sa-

ghir berkesempatan untuk bertemu de-ngan Kelompok Kerja AMPL. Pertemuanini dilaksanakan pada tanggal 28 Juni2005 di Sekretariat WASPOLA dandipimpin oleh Direktur Perumahandan Permukiman, Bappenas, BasahHernowo.

Dalam pembukaannya BasahHernowo memaparkan pencapaiandan beberapa kegiatan WASPOLAsampai saat ini. Selain Kebijakan Na-sional AMPL Berbasis Masyarakatyang telah diselesaikan pada WAS-POLA tahap 1, saat ini Kelompok Ker-ja telah menyelesaikan konsep Kebi-jakan Nasional AMPL Berbasis Lem-baga. Konsep ini diharapkan dapatdisahkan dengan persetujuan Dir-jen/Deputi di departemen terkait. Padatahap 2, kegiatan WASPOLA lebih ter-fokus pada pelaksanaan kebijakan ditingkat daerah melalui fasilitasi pemerin-tah pusat. Kegiatan lain lebih pada upaya

mencari pendekatan yang efektif dalammeningkatkan cakupan AMPL, sepertimisalnya uji coba CLTS (Community-ledTotal Sanitation). Basah Hernowo jugamengatakan bahwa Kebijakan yang telahdisusun melalui fasilitasi WASPOLA di-

harapkan dapat menjadi payung atauacuan bagi program sejenis seperti misal-nya ISSDP (Indonesia Sanitation SectorDevelopment Program).

Jamal Saghir menyatakan pengharga-

annya atas pencapaian Kelompok KerjaWASPOLA, menurutnya Kebijakan yangtelah disusun adalah output yang sangatpenting bagi penyelenggaraan sektorAMPL di Indonesia. Pada tahap ini Ke-lompok Kerja harus sudah mulai meru-

bah fokus pada hal-hal yang akanmendukung proses "translatingpolicy into practice". Salah satukegiatan utama yang disarankanJamal Saghir adalah analisa fiscalflow (alur pembiayaan) dalam sek-tor AMPL. Menurutnya selain kebi-jakan dan strateginya, pembiayaanadalah komponen penting dalamsektor AMPL, tanpa kejelasankerangka pembiayaan prinsip kebi-jakan akan sulit untuk diterapkan.

Selain tentang alur pembiayaan,Jamal Saghir juga menyarankanagar kegiataan pada tahap 2 ini

lebih memfokuskan pada sektor sanitasi.Sanitasi selama ini jauh tertinggaldibanding air minum, perlu ada upayauntuk memperkecil ketertinggalan terse-but. (Lina)

E P U T A R W A S P O L ASPertemuan Kelompok Kerja AMPL dengan

Director of Water and Energy, the World Bank

Sebagai upaya mendorong pemerin-tah daerah untuk melaksanakanKebijakan Nasional Pembangunan

Air Minum dan Penyehatan Lingkungan(AMPL) berbasis masyarakat, WASPOLAmenyelenggarakan Lokakarya DiseminasiKebijakan Nasional Pembangunan AMPLdi Serang, Banten pada 3 Mei 2005. Lo-kakarya ini diikuti oleh 30 peserta yang ber-asal dari Kota Cilegon, Kota Tangerang,Kab. Serang, Kab. Tangerang, Kab. Pandeg-lang, dan Kab. Lebak.

Lokakarya tersebut dibuka oleh Kepa-la Bappeda Propinsi Banten. Ada empattopik yang disampaikan dalam lokakarya

yakni kebijakan nasional pembangunanAMPL, kondisi air tanah dan permukaandi Banten, kebijakan dan strategi kese-hatan Prop. Banten, dan adopsi kebijakannasional AMPL di Kab. Lebak.

Materi kebijakan nasional pemba-ngunan AMPL berbasis masyarakat di-sampaikan oleh Oswar Mungkasa dariBappenas. Ia menjelaskan kondisi layan-an air minum dan penyehatan lingkung-an di Indonesia yang masih rendah. Disisi lain, lanjutnya, tahun 2015 Indo-nesia-sesuai target MDG-dituntut bisamengurangi 50 persen dari mereka yangbelum memiliki akses air minum dan

sanitasi dasar. Padahal kemampuanpemerintah semakin terbatas, pertum-buhan penduduk semakin cepat, cadang-an air baku semakin berkurang, dan per-masalahan penyehatan lingkungan sema-kin kompleks. Oleh karena itu, pemerin-tah menyusun kebijakan nasional pem-bangunan AMPL.

Diharapkan kebijakan ini menjadi acuanbagi semua pihak dalam pembangunanAMPL yang berkelanjutan, selanjutnyadioperasionalisasikan ke dalam langkah danstrategi oleh pemerintah daerah, danakhirnya ditindaklanjuti ke dalam rencanadan pelaksanaan di daerah. (MJ)

Lokakarya Diseminasi Kebijakan Nasional PembangunanAMPL Di Propinsi Banten

FOTO: LINA

47PercikJuli 2005

Page 50: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

"Sanitasi si anak yang terlu-pakan", pernyataan yang dike-mukakan oleh salah satu pre-

senter dalam lokakarya ini terasa sangatrelevan dengan kondisi sanitasi kita.Sektor sanitasi di Indonesia terutama diperkotaan masih jauh tertinggal diban-dingkan dengan sektor air minum dansektor-sektor lain. Saat ini, cakupan pe-layanan sistem pembuangan air limbahterpusat di daerah perkotaan hanyamelayani sekitar 2 persen dari jumlahpenduduk. Sementara itu, biaya sosialdan ekonomi dari masalah kesehatanyang terkait dengan persoalan sanitasi di-perkirakan mencapai 2,4 persen dariPDB (sekitar 4,7 milyar dolar atau Rp.100.000/rumah tangga/bulan). Olehkarena itu, sanitasi perkotaan dipilihmenjadi topik utama dalam lokakarya ini.

Lokakarya ini diselenggarakan olehBank Dunia bekerja sama dengan ForumKomunikasi Air Limbah (FORKALIM) diMakassar, 28-29 April 2005. Pesertayang hadir berasal dari berbagai institusiyaitu PDAM, perguruan tinggi, departe-men terkait, pemerintah daerah, DPRD,LSM, serta beberapa lembaga interna-sional seperti Bank Dunia, WSP, danUSAID. Pembicara tamu antara lainberasal dari Water and SanitationAnchor Bank Dunia dan Indah WaterKonsortium (IWK) dari Malaysia. Loka-karya dilakukan dengan memadukanmetode presentasi dan diskusi partisi-patif. Topik diskusi meliputi pilihan sani-tasi, mulai dari sanitasi dengan pen-dekatan berbasis masyarakat, sampai sis-tem skala kota; kemungkinan peranPDAM dalam pengelolaan sanitasi; danmasalah pemulihan biaya. Topik inidipersempit menuju pendekatan terpi-lah/modular (un-bundling) sebagai pen-dekatan yang dinilai mampu memecah-kan tantangan sanitasi perkotaan.

Lokakarya terbagi dalam dua sesi. Se-si pertama mengangkat berbagai topik

yang terkait dengan sanitasi perkotaandalam bentuk presentasi. Topik pertamaadalah 'Pembelajaran dan pengalamanglobal dari sanitasi skala kota termasukmasyarakat miskin perkotaan'. Poinutama yang dikemukan tentang empathal penting untuk konsep strategis sani-tasi perkotaan yaitu (i) skema investasiyang terkait dengan prinsip penerimamanfaat adalah penanggung biaya (indi-vidu v.s. publik); (ii) keuntungan daripendekatan modular/terpilah (un-bund-ling) yang memadukan berbagai pilihansanitasi dari mulai sanitasi berbasis ma-syarakat sampai sanitasi perpipaan; (iii)pentingnya promosi sanitasi dan higienisuntuk menumbuhkan kesadaran dankebutuhan akan sanitasi, serta mengubahperilaku masyarakat; (iv) rencana strate-gis sanitasi skala kota perlu dikem-bangkan dengan kepemimpinan daritingkat pemerintah namun juga harusmelibatkan pihak-pihak lain termasukmasyarakat.

Topik kedua mengenai 'Pendekatandalam pemulihan biaya sanitasi skalakota', yang dibawakan oleh PDAM yang

mengelola sistem sanitasi perpipaanyakni PDAM Banjarmasin dan Surakarta.PDAM tersebut saat ini mengoperasikanIPLT dengan kapasitas 500 m3/hari dansistem sanitasi perpipaan yang melayaniarea seluas 16,5 Ha (0,002 persen dariluas wilayah kota), dengan 528 sambung-an. Sistem saluran air limbah terutamabagi daerah komersial, dan teknologiyang dipakai memiliki biaya O&M yangrelatif rendah. Kedua faktor ini dinilai sa-ngat berpengaruh terhadap pendapatandan pengeluaran. Dengan efisiensi

E P U T A R W A S P O L A

Hasil Lokakarya Sanitasi KerangkaPengelolaan Sanitasi Perkotaan

S

48 PercikJuli 2005

Sanitasi si anak yang terlupakan*

Dari WSP Afrika Timur*Ambillah, dia tanggung jawab anda (Dep PU),Bukan, dia tanggung jawab anda (Dep Kes)Bukan, anda ambil dia (Depdagri)

A rtinya memisahkan pelayanan men-jadi bagian-bagian yang lebih kecil -

seperti pendekatan 'modular'.Keuntungannya adalah:

Bisa menggunakan teknologi dantingkat pelayanan yang berbedaLebih banyak pihak yang terlibatMasyarakat yang mengambil inisiatifuntuk menyelesaikan masalahnyaPendanaan bisa bertahap dalam jum-lah yang lebih kecil dan sumber danayang lebih bervariasiMeningkatkan pilihan peranserta dankepemilikan oleh pengguna.

Un-bundling

(Dep. C)

(Dep. A)(Dep. B),

Page 51: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

penagihan sebesar 87 persendan pendapatan sekitar Rp. 35juta/bulan, PDAM Banjarmasinmampu menutupi sebagian be-sar biaya operasi dan pemeliha-raan. Berbeda dengan PDAMSurakarta, yang mengopera-sikan jaringan perpipaan airlimbah yang melayani sekitar10 persen dari jumlah pendu-duk melalui 5.700 sambungan.Komposisinya 99,4 persen ru-mah tangga (domestik) dan 0,6persen komersial dan niaga.Efisiensi penagihan di kuarterpertama 2005 hanya sekitar 14,5 persen,hal ini menjadikan pengelolaan air lim-bah di Surakarta masih jauh dari costrecovery.

Topik ketiga tentang 'SBM (SanitasiBerbasis Masyarakat) dan pemetaansebagai tahapan menuju sanitasi perpipa-an yang efisien'. Ciri utama sanitasi ber-basis masyarakat adalah menempatkanmasyarakat sebagai pemegang keputusanutama dalam pemilihan, pembiayaan,dan manajemen sistem sanitasi, denganmenggunakan pendekatan yang tanggapterhadap kebutuhan. SBM dinilai mampumenjadi solusi alternatif dalam penyedi-aan layanan sanitasi terutama bagi ma-syarakat miskin perkotaan. Namun SBMtidak dapat meningkatkan cakupan la-yanan perkotaan secara nyata karena pe-layanan terbatas pada lingkungan yangkecil. Sanitasi terpusat perkotaan, dinilaimampu menjangkau area yang relatiflebih luas namun masih menghadapikendala seperti tarif dan efisiensi pena-gihan yang rendah, dan minimnya kapa-sitas pendanaan. Tantangan pengelolaansanitasi skala kota adalah bagaimanamengintegrasikan SBM dengan bentuk-bentuk lain dari pelayanan sanitasi seper-ti air limbah perpipaan dan untuk men-ciptakan dukungan publik dan politikuntuk investasi sektor sanitasi.

Topik keempat mengenai 'Member-

dayakan PDAM untuk memberikan pe-layanan air dan sanitasi bagi masyarakatmiskin'. Sebelum PP 16/2005 tentangPengembangan Sistem Penyediaan AirMinum efektif, belum ada peraturan yangsecara eksplisit mengamanatkan PDAMuntuk melayani masyarakat miskin. Me-nurut penelitian yang dilakukan olehMercy Corps di tahun 2004, masyarakatmiskin di Jakarta menghabiskan 12-15persen anggaran keluarganya untuk airbersih. Jika mendapatkan sambunganlangsung, keluarga miskin dapatmeningkatkan konsumsi air dari 2 ke 10m3 per bulan, namun tetap dapat meng-hemat pengeluaran mereka untuk air ber-sih sekitar 11 persen. Kenapa PDAM?Karena sementara ini sebagian besarpelayanan air bersih perpipaan masihdimonopoli oleh PDAM. Beberapa upayauntuk memberdayakan PDAM untukmelayani masyarakat miskin misalnya:dukungan pemerintah, penyempurnaanperaturan, penyehatan PDAM, pelibatanmasyarakat, pemberian insentif.

Sesi kedua berupa diskusi partisipatifyang dibagi dalam empat kelompok.Masing-masing membahas topik: (i)mengenal lebih jauh tentang SBM danmengintegrasikannya pada sanitasi seka-la kota; (ii) persiapan dan kajian kela-yakan untuk sistem sanitasi perpipaan;(iii) peran dan posisi PDAM dalam me-

ngelola sanitasi perkotaan; (iv)pemulihan biaya dalam sektorsanitasi. Di kelompok pertama,peserta berpendapat bahwaprakarsa SBM dapat dipicubaik oleh masyarakat maupunintervensi dari pihak luar,namun keputusan utama tetapharus di tangan masyarakat.Stakeholder yang dapat berper-an dalam prakarsa SBM tidakterbatas pada pemerintah danLSM saja, sektor swasta pundinilai berpotensi, denganmenjadikan SBM sebagai salah

satu pilihan sistem sanitasi. Untuk itu di-perlukan upaya untuk mempromosikanSBM ke berbagai pihak. Di kelompok duapromosi juga dinilai sebagai salah satukomponen yang penting sebelum me-langkah dari SBM ke sanitasi skala kota.Peserta berpendapat bahwa sanitasi skalakota memerlukan kombinasi dari sistemSBM dan sanitasi terpusat, denganmemadukan kelebihan dan kekurangandari masing-masing pendekatan. Kelom-pok tiga berpendapat bahwa PDAM me-mungkinkan untuk mengelola air limbahskala kota dan juga berperan serta dalamprakarsa SBM. Namun peran ini tidakakan mengambil alih peran pihak-pihaklain yang sudah ada, tetapi lebih sebagaialternatif institusi penanggung jawabpihak pemerintah daerah selain dinas.Walaupun begitu kekhawatiran bahwaPDAM belum mampu mengelola duajenis pelayanan tetap muncul dalamdiskusi. Kelompok empat berpendapatbahwa kegiatan sanitasi dapat memu-lihkan biaya jika diperoleh subsidi yangcukup untuk break even dengan penda-patan yang diterima. Kebijakan yang di-nilai perlu untuk mendukung sektor sani-tasi adalah mengenai capital works danpembiayaan operasi dan pemeliharaan.Peningkatan kesadaran publik termasukjuga dalam hal kesadaran untuk memba-yar sangat diperlukan. (Lina)

E P U T A R W A S P O L AS

49PercikJuli 2005

FOTO: LINA

Page 52: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Dalam rangka uji coba penerapanpendekatan CLTS (Community-Led Total Sanitation), Kelom-

pok Kerja AMPL menyelenggarakan pe-latihan bagi tim inti pendekatan CLTS diLumajang, Jawa Timur, 2-5 Mei 2005.Acara ini dihadiri oleh 38 orang pesertadari tim inti pusat (Bappenas, Dep. PU,Depdagri, Depkes, WSLIC, CWSH,WASPOLA/WSP-EAP), dan daerah(Pemda Kab. Lumajang, Kab. Sumbawa,Kab. Muara Enim, Kab. Sambas, danKab. Muaro Jambi).

Pelatihan ini bertujuan untuk (i)Memberikan pembekalan kepada tim intiuntuk memahami prinsip dasar, tahap-tahap metodologi, dan tips melaksanakanuji coba pendekatan CLTS; (ii) Me-nyiapkan tim inti yang kelak akan bertu-gas untuk melaksanakan pelatihan danmengawal proses uji coba di masing-ma-sing kabupaten; (iii) Melatih keterampil-an memicu dan memfasilitasi pendekatanCLTS dengan cara mempraktikkan secaralangsung di masyarakat; dan (iv) Mema-hami dan menyepakati bentuk dukunganyang dibutuhkan di masing-masing kabu-paten untuk pelaksanaan uji coba.

Pelatihan ini dibuka oleh OswarMungkasa, mewakili Direktur Permu-kiman dan Perumahan, Bappenas. Ia me-ngatakan akses sanitasi di Indonesiamasih belum memadai. Banyak pra-sarana dan sarana yang terbangun tidakberfungsi dengan baik (unsustained)atau tidak memenuhi persyaratan. Salahsatu kendalanya adalah rendahnyakesadaran masyarakat mengenai pen-tingnya hidup bersih dan sehat (higieni-tas pribadi) sehingga menyebabkan min-imnya permintaan terhadap pelayanansanitasi serta rendahnya willingness topay terhadap pelayanan sanitasi. Selainitu, lanjutnya, ada ketergantungan padapendanaan dari pemerintah pusat. Olehkarena itu, penerapan CLTS diharapkandapat memperbaiki sendiri kondisi sani-

tasi lingkungan dan membantu upayapeningkatan akses sanitasi.

Pelatihan ini diisi oleh Kamal Kar,pakar CLTS. Ia menjelaskan CLTS meru-pakan suatu pendekatan untuk mengini-sasi/memicu (ignite/trigger) rasa jijikdan malu masyarakat atas kondisi sani-tasi dimana mereka buang air besarditempat terbuka (open defecation) se-hingga pada akhirnya mereka mencarisolusi secara bersama untuk mengubahkondisi mereka. Asumsi dasaryang digunakan adalah bahwatidak ada seorangpun yangtidak tergerak apabila merekamengetahui bahwa merekatelah saling memakan kotoranmereka satu dengan yang lain-nya (eating each other shit).Selain itu, CLTS memicu ma-syarakat untuk menyadaribahwa masalah sanitasi meru-pakan tanggung jawab merekasehingga hanya akan selesai

dengan kesadaran dan usaha merekasendiri, tidak ada hubungan dengan sub-sidi. Target dari penerapan pendekatanCLTS pun tidak didasarkan pada indika-tor jumlah jamban yang berhasil diba-ngun (number of toilet) melainkan beru-bahnya kebiasaan masyarakat untuktidak buang air besar di tempat terbuka(open defecation).

Melalui CLTS akan diperkenalkansuatu perubahan pendekatan :

E P U T A R W A S P O L A

Pelatihan Tim Inti Pendekatan CLTS (Community-Led Total Sanitation)

S

50 PercikJuli 2005

MENJADI:

Hygiene change behaviorsolidaritas sosialtidak ada BAB di tempatterbuka

Jamban dibangun denganmodel lokalPendekatan kepentingantotal desaPendekatan bottom-up

Pendekatan yang lebihfleksibel

DARI

Pendekatan hardwareSubsidiPendekatan yang meng-utamakan pembangunanjamban (counting latri-ne)Model jamban ditentukanoleh pihak luarPendekatan kepentingan individuPelaksanaan proyek yang top-downPendekatan menguta-makan blueprint proyek

FOTO:RHEIDDA P

Page 53: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Menurut Kamal Kar, ada tiga pilaryang mendasari pendekatan CLTS yakni(i) Changing attitude dan behaviour;perubahan perilaku dan sikap parapengambil keputusan; (ii) Sharing (ber-bagi) antara pemerintah (fasilitator) danmasyarakat; (iii) Penggunaan tools (beru-pa diagram, peta dan lain-lain).

Sedangkan kunci keberhasilan pene-rapan CLTS adalah sikap dan pendekatanfasilitator. Ia menegaskan tidak ada pan-duan yang baku untuk penerapan konsepini. Yang ada hanyalah kerangka acuanyang disesuaikan dengan kondisi setem-pat. Urutan langkah itu (i) Perkenalandan menjalin kebersamaan, (ii) Analisapartisipatif, (iii) Saat pemicuan (trigger-ing), (iv) Penyusunan rencana tindakoleh masyarakat, (v) Penyusunan ren-cana tindak lanjut.

Sebagai perbandingan, Kamal Kar jugamengungkapkan kesuksesan program ini dibeberapa negara seperti India, Bangladesh,Kamboja dan Nepal. Pendekatan ini mampumengurangi buang air terbuka sampai 100persen, membentuk karakter lahirnyapemimpin informal, timbul inovasi lokaldesain jamban, menekan pengeluaranmasyarakat untuk biaya kesehatan, danmemberikan dampak terhadap inovasi sum-ber pendapatan keluarga

PraktekSelain acara di ruangan, peserta

mempraktekkan pengetahuannya di la-pangan. Sebagai tempat praktek dipilihRT 03/RW 01 Desa Gucialit, KecamatanGucialit, Lumajang. Pertemuan berlang-sung di dua tempat yakni di Posyandu,dihadiri 19 warga dan di RT 03 dihadiri58 warga. Pemicuan ditujukan agar agarmasyarakat mau memperbaiki kondisisanitasi mereka dengan menutup jam-ban-jamban yang ada dan pembangunanjamban bagi masyarakat yang belummemiliki jamban.

Selama proses fasilitasi, masyarakatantusias mengikuti semua urutan ke-giatan. Masyarakat bersama-sama mem-buat peta desa mereka di lapangan,menunjukkan lokasi tempat buang airbesar pada peta dan melakukan transectwalk (yaitu kegiatan jalan kaki bersamaanggota masyarakat ke lokasi buang airbesar untuk mengamati pemandanganyang kurang menyenangkan danmenghirup bau yang kurang sedap untukmemicu rasa jijik dan malu darimasyarakat). Dari diskusi yang dilakukandi lokasi buang air besar tersebut, makatimbullah inisiatif dari anggota masya-rakat untuk bersama-sama menutuplubang jamban sehingga lalat tidak dapat

menyebarkan tinja lagi ke seluruh desa.Dari situ juga terpilih pemimpin informalyang menjadi motivator untuk perbaikanjamban.

CatatanBeberapa catatan penting selama

pelatihan penerapan CLTS:CLTS terbukti mampu mendoronglahirnya kepentingan bersama ter-hadap kebutuhan kualitas hidupyang lebih baik, dengan cara mengu-rangi/menghilangkan BAB di tempatterbuka (open defecation) yangmemicu adanya pembuatan atau per-baikan jamban oleh masyarakatsendiri tanpa bantuan pihak luar.Sebagai suatu pendekatan, CLTSmemiliki fleksibilitas metode yangtidak terpaku pada prosedur yangkaku. Dalam penerapannya, prosespemicuan disesuaikan sikap danbudaya lokal. Kemampuan grup fasilitator untukmemfasilitasi setiap kegiatan yangdilakukan. Mulai dari kemampuanberbahasa lokal, teknik fasilitasihingga 'bersabar' terhadap jalannyaproses fasilitasi. (MJ)

E P U T A R W A S P O L AS

Attitude &

Behavior

Sharing

Method

3 pilar PRA di CLTS

Personal

Institusi Profesional

Perorangan

Perubahanperilaku

dan sikap

Metoda Berbagi

51PercikJuli 2005

FOTO:RHEIDDA P

Page 54: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

Water and Sanitation Program-East Asia and the Pacific (WSP-EAP) mengadakan konferensi

di Guilin, Cina, 4-6 April 2005 lalu. Kon-ferensi ini penting, selain menjadi agendatahunan, WSP-EAP menangkap bahwapersoalan pembangunan AMPL perlumendapat perhatian lebih terutamadalam pencapaian target Millennium De-velopment Goals (MDGs). Sektor air mi-num dan penyehatan lingkungan (AMPL)juga memerlukan pemecahan selainketersediaan dana. Maka tema yangdiangkat pada konferensi ini sangat me-ngena, "Money matters.what else does?Mobilizing resources for sustainable inEast Asia to achieve the MDGs". Ada 71peserta yang hadir mewakili sembilannegara di EAP, ditambah peserta dariKenya dan Bangladesh.

AMPL memang sudah menjadi isuglobal. Latar belakang peserta memangberbeda, datang dari berbagai negara,tetapi sepertinya memiliki informasi yangsama tentang persoalan AMPL.

Pada sesi awal, diskusi mengangkattema, "pengembangan strategi kerangkapembiayaan sektor sanitasi". Topik inidianggap merupakan salah satu langkahyang yang paling masuk akal untuk per-baikan kondisi sanitasi, untuk menjawabwhat alternative gives you the most re-alistic leverage or impact to improve thesanitation situation in your country?Langkah lainnya adalah

pengembangan kebijakan sanitasiyang jelas, mendorong perhatian di tingkatnasional agar sanitasi menjadi priori-tas, promosi pemecahan teknis yang lebihbaik dan perubahan tingkah laku, keterpaduan sanitasi dengan sektorlain, dan menempatkan sanitasi sebagai instru-men dalam pengentasan kemiskinan

Dari visi ke aksi Visi regional sektor AMPL yang di-

hasilkan memiliki arah yang sama. Setiapindividu memikirkan pentingnya (i) pe-ningkatan prioritas pemerintah terhadappembangunan sanitasi, (ii) arah kebijak-an yang jelas untuk meningkatkan peranswasta dan masyarakat, (iii) peningkatankapasitas dan informasi, (iv) perubahanpendekatan dari subsidi menjadi pen-dekatan pasar dan lain sebagianya.

Visi regional kemudian dikembang-kan di masing-masing negara. Vietnam,pada tahun 2008 akan medorong pe-ngembangan program sanitasi melaluikebijakan dan perangkat kelembagaanyang jelas dan peningkatan peran sektorswasta hingga 70 persen serta mengem-bangkan mekanisme subsidi ke sistempasar pada tahun 2015.

Visi Indonesia pada tahun 2012-2025adalah meningkatkan akses dan cakupansanitasi hingga 65 persen, tetapi lebihrealistis untuk melihat tantangan kedepan antara lain masalah urbanisasi,degradasi lingkungan, ketimpangan pen-danaan antara pusat dan daerah, pene-gakan hukum, peningkatan kebutuhanair dan kelangkaan air.

Sedangkan Kamboja, melihat bahwahal yang diperlukan adalah peningkatankepedulian untuk sektor AMPL dan kebi-jakan, sehingga visi pada tahun 2008adalah mendorong peningkatan pela-yanan kepada kelompok miskin, regulasidan kebijakan. Laos, lebih menekankanpengembangan kerangka kebijakan inte-gral di sektor sanitasi di perdesaan danperkotaan, melalui kampanye sanitasiyang menerus. Philipina lebih maju lagidan menargetkan 100 persen tahun 2010,pelayanan sistem air limbah perpipaan diperkotaan dan cakupan sanitasi di perde-saan dan pada tahun 2015 berada padatahap pembangunan limbah antar kotayang terintegrasi.

Prioritas dalam pengembanagnsektor AMPL

Ada tiga hal yang menjadi prioritasdalam pengembangan sanitasi di masing-masing negara adalah (i) reformasi sek-tor, (ii) upaya menarik minat investordan (iii) pelayanan terhadap orangmiskin. Dari ranking ini, terlihat masing-masing negara memandang bahwapelayanan kepada masyarakat miskindan pengembangan kebijakan sektoradalah dua hal yang menjadi prioritaspenting, sedangkan menarik minatinvestor masih lebih rendah dibandingdua lainnya.

Ecosan di CinaBerbagai negara memiliki pengala-

man pembangunan sektor sanitasi, tetapiCina memang patut diacungi jempol.Sanitasinya bukan lagi sekedar urusanyang kotor-kotor, tetapi sudah menjadisumber pendapatan dan objek wisata.Bagaimana caranya ? Melalui Ecosan me-reka memadukannya konsep sanitasidengan bisnis pertanian dan wisata, yangbisa bernilai jual.

Ecosan (ecological sanitation), se-

E P U T A R W A S P O L A

Dari Pertemuan WSP-EAP di Cina

Belajar dari Desa Global

S

52 PercikJuli 2005

(i)

(ii)

(iii)

(iv)

(v)

FOTO:DORMARINGAN

Page 55: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

sungguhnya bukan tercipta diCina, jauh sebelumnya telahdikembangkan di beberapa ne-gara di Asia, Afrika, Eropa danAmeraka Latin. Ide ecosan inimulai dikembangkan sekitartahun 1950 oleh lembaga pene-litian (Kanagawa Public He-alth) di Yokohama Jepang, danmenghasilkan model yang dise-but "Benjo". Dan kemudianmengalami penyempurnaan,yang dimulai di Vietnam tahun 1956 hing-ga berbagai model seperti sekarang ini.

Di Cina sendiri, toilet yang ramahlingkungan, sebagai dasar pengembang-an ecosan, dikembangkan sejak tahun1997, tetapi di Cina-lah pendekatan iniyang paling memberikan hasil yang sa-ngat signifikan dibandingkan negara lain."Pemerintah kami memberikan perha-tian yang luar biasa terhadap pengem-bangan biogas di tingkat komunitas,"kata Wu Libin, direktur pada lembagapengembangan biogas di KementerianPertanian Cina.

Tercatat tiga pejabat negara Cinamelakukan kunjungan ke desa lokasi bio-gas, yang merupakan hasil dari pengem-bangan ecosan. Tahun 1958, Mao Ze-dong, mengunjungi desa Wuhan City,Propinsi Hubei. Tahun 1980, Deng Xio-ping mendatangi lokasi biogas di Cheng-du, Propinsi Sichuan dan tahun 1991Jiang Zemin mengunjungi Xiangton diPropinsi Hunan. "Kunjungan seperti inibermakna banyak di negara kami," kataWu Libin lebih lanjut.

Pada konferensi WSP ini, peserta dia-jak melihat langsung "apa dan bagai-mana" ecosan dikembangkan. Ada duadesa yang dikunjungi. Desa pertama me-ngembangkan model sanitasi kering (drypit latrine), dan desa kedua mengem-bangkan sanitasi basah (wet latrine)yang menghasilkan biogas. Model drypit, memisahkan bagian pengumpulantinja (feces) dan air seni (urine) di duakompartemen yang berbeda. Setelah di-

diamkan, biasanya urine minimal 1 bulandan tinja 1 tahun, masyarakat menggu-nakannya sebagai pupuk tanaman. Padamodel wet latrine, tinja dan urine di-satukan dalam kompartemen, dan di-diamkan. Melalui proses reaksi kimia,dihasilkan gas yang dapat dijadikan sum-ber energi. Cairan yang terkumpul padabak penampung, secara periodik akandiambil, menggunakan ember atau lain-nya dan disiramkan ke tanaman sebagaipupuk.

"Apa yang diberikan, bagi kami sudahcukup," kata seorang penduduk desa keti-ka menjawab pertanyaan "apa yang ma-sih anda perlukan dari pemerintah".Walaupun masih ada ketergantungankepada tenaga ahli dari pemerintahuntuk perbaikan bila ada kerusakan,tetapi masyarakat merasa puas ataspelayanan. "Kami hanya menunggu 6 jamtenaga sudah datang,'' kata penduduklainnya melalui penerjemah.

Pupuk alami dari ecosan ini menyu-burkan tanaman penduduk dan me-ningkatkan frekuensi panen. Desa yanghijau menjadi pemandangan yang indahsaat menulusuri wisata sungai. Suasanadesa yang indah ini dijual sebagai paketwisata oleh berbagai biro perjalanan,sambil menikmati hasil panen penduduk.

"Di Cina, biogas telah berkontribusidalam peningkatan pendapatan petani,pembangunan ekonomi pedesaan, per-baikan lingkungan, peningkatan kualitashidup," kata Wu Libin.

Menurutnya, sejak tahun 1999, laju

peningkatan pemanfaatan biogasdi perdesaan mencapai 88 per-sen. "Penduduk tidak saja men-dapat gas rumah tangga, pupukuntuk tanaman, tetapi juga me-ngurangi beban wanita dari pe-kerjaan berat dan menciptakanlingkungan yang indah," kataWu.

PembelajaranHasil konferensi ini telah

memberikan informasi yang penting ter-hadap pengembangan sanitasi di berba-gai negara. Selain itu konsep ecosan yangtelah berjalan di Cina memberikan inspi-rasi memadukan konsep sanitasi eko-logis, pertanian, wisata untuk mening-katkan pendapatan dan perbaikan ekono-mi.

Desa-desa di Cina, sekarang sudahmenjadi topik pembicaraan di tingkatdunia oleh para ahli lingkungan danpeneliti ekonomi kerakyatan. Keberha-silan ini, menurut pelaku ecosan di Cina,tidak terlepas dari:

dukungan politis dan administratifpemerintahkolaborasi yang baik antara pemerin-tah daerah dan instansi sektoraldukungan teknis dan kemudahanpenggunaan model yang ditawar-kanefektifas dan kemudahaan pendanaandari pemerintah pusat, pemerintahdaerah dan masyarakatkondisi sosial masyarakat untukpenyelesaian problempendekatan komprehensif antara sa-nitasi, kesehatan, pertanian, pening-katan ekonomi domestik Selama ini, Indonesia juga telah me-

ngembangkan pendekatan sanitasi yangjuga dihubungkan dengan berbagai isu,misalnya peningkatan ekonomi, pe-ngentasan kemiskinan, pendidikan dansebagainya. Namun pengalaman dariCina dapat dijadikan pelajaran untukkita. (DHS)

E P U T A R W A S P O L AS

0

2

4

6

8

10

Philipina Kamboja Vietnam Indonesia Lao

sektor reform investor pelayanan miskin

53PercikJuli 2005

Page 56: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

54 PercikJuli 2005

U S T A K A A M P LP

B U K U U M U MB U K U U M U M

Condominial Water and Sewerage SystemsWater and Sanitation Program

Good Dams and Bad Dams:Environmental Criteria for Site Selectionof Hydroelectric Projects. George Ledecand Juan David Quintero. World Bank. 2003.

Indonesia. Averting an Infrastructure Crisis:A Framework for Policy and Action.

Sulitkah Memperoleh Air Bersih?ProAir-Program Air Bersih dan SanitasiPedesaan di Nusa Tenggara Timur. KfW-GTZ.

Water for the Poor: Partnerships for Action.How to Bring Water to the Rural Poor. Asian DevelopmentBank.

Water and Poverty. Fighting Poverty through WaterManagement. John Soussan. Asian Development Bank.

P A N D U A N

Karakteristik dan CaraPengolahan Air Limbah SertaDampaknya terhadapLingkungan. KementerianLingkungan Hidup. 2003

Daftar StandarBidangKonstruksi danBangunanSipil.Balitbang,DepartemenPekerjaanUmum

M A J A L A H

Air, Edisi Desember 2004Diterbitkan oleh DitjenSDA Departemen PU.

Environment Matters.Annual Review. WorldBank. 2003

Habitat Debate, Vol. 9No. 1 April 2003

Air MinumEdisi 113, Februari 2005Balitbang, DepartemenPekerjaan Umum

K A T A L O G

Katalog Pustaka Air Minumdan Penyehatan Lingkungan.Sekretariat Pokja AMPL. 2005

Seminar Teknologi Tepat GunaPengolahan Limbah Cair:

Saatnya untuk Melangkah.Pusteklim, Yogyakarta. 2004.

Lokakarya Nasional KonservasiSumber Daya Air. DirektoratPenataan Ruang danLingkungan Hidup. DitjenBangda, Depdagri. 2004.

P R O S I D I N GP R O S I D I N G

Page 57: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

L I N I K K

SUMUR RESAPAN DI RUMAH

Tanya:Saya ingin membuat sumur resapan di rumah saya. Apakah ada

gambar-gambar/petunjuk praktis yang bisa saya peroleh? Berapadiameternya? Berapa dalam? Bahan apa yang harus saya gunakan?Halaman rumah saya sekitar 60 m2, berapa banyak sumur resapanyang harus saya buat

BBaammbbaanngg, Patukangan, Jakarta

Jawab:Pak Bambang, hal pertama yang perlu diperhatikan

adalah apakah kondisi tanah Anda memang cocok untukdibuatkan sumur resapan. Faktor-faktor yang pentingadalah:

Tinggi muka air tanah sebaiknya lebih dari 3 m (diukurdari permukaan tanah). Cara paling sederhana untukmemeriksa kondisi ini adalah dengan melihat muka airtanah pada sumur terdekat. Apabila tidak ada sumurpada lokasi tersebut, terpaksa Anda harus mengga-li/mengebor (cukup dengan diameter kecil) untuk me-ngetahui kondisi muka air tanah.Permeabilitas tanah (kecepatan peresapan tanah) sebaik-nya di atas 2 cm per jam. Pengujian secara sederhana dapatdilakukan dengan menggali lubang 30 cm x 30 cm dengankedalaman 40 cm. Isi lubang tersebut dengan air dankemudian Anda lihat berapa waktu yang diperlukan per-mukaan air untuk turun sedalam 2 cm. Apabila kurang dari1 jam, tunggu sampai habis dan penuhi kembali lubangtersebut dengan air dan dilakukan pengukuran yang sama.Apabila sampai pengisian ke-3 kecepatan penurunan mukaair tetap lebih dari 2 cm/jam, maka kondisi permeabilitastanah tersebut layak untuk sumur resapan.Jarak dari rembesan septik tank sebaiknya paling tidak 5m agar tidak malah mengurangi kemampuan rembesanseptik tank tersebut.

Apabila ketiga kondisi di atas tidak dapat dipenuhi, makatampaknya lokasi tanah Anda tidak sesuai untuk dibangunsumur resapan, sehingga upaya pematusan air hujan terpak-sa dilakukan dengan mengalirkannya ke saluran drainase didepan rumah Anda.

Selain hal tersebut, ada beberapa hal lagi yang perludiperhatikan, antara lain:

Air hujan yang melalui atap rumah dapat langsung disa-lurkan melalui talang ke sumur resapanHindarkan membuat sumur resapan di lokasi bekas tem-pat penimbunan sampah Sumur agar diberi tutup tralis untuk alasan keamanandan agar terhindar dari sampah

Tidak ditempatkan di lokasi berlereng curam/daerahlabil/mudah longsor Sumur resapan dapat saja ditempatkan di bawah ba-ngunan, dengan catatan penutup harus kuat dan diberipengaman Bahan-bahan yang bisa dimasukkan dalam sumur antaralain : Batu-batuan, ijuk, arang, pasir Untuk bangunan yang berbentuk kopel agar dibuatkansumur resapan terpadu Jangan lupa membuat saluran limpasan apabila curahhujan sangat besar dan tidak dapat tertampung di sumurtersebut.Mengenai jumlah sumur yang dapat Anda buat pada

lahan 60 m2, apabila syarat-syarat di atas dapat dipenuhi,maka Anda dapat membuat sampai dengan 2 sumur resap-an.

AIR BERWARNA COKLAT

Tanya:Air sumur (pompa listrik) saya setelah air di tampung di bak

lama-kelamaan akan menjadi coklat sehingga menimbulkan rasatidak nyaman waktu dipakai. Pertanyaan saya adalah kenapa air dibak bisa menjadi coklat dan bagaimana cara mengatasinya

NNeellllyy, Bandung

Jawab:Air yang coklat biasanya karena kandungan besinyacukup tinggi. Pada saat air dipompakan dari dalam tanahair masih bersih karena kandungan besi yang ada belumbersentuhan dengan udara yang mengandung oksigen.Pada saat dialirkan ke dalam bak, kandungan besi dalamair mulai bersentuhan dengan oksigen dalam udara,sehingga zat besi tersebut menjadi teroksidasi dan akanmenimbulkan warna coklat. Proses ini sama seperti karatpada logam yang menimbulkan warna coklat.Cara yang paling umum untuk mengatasinya adalah de-ngan menggunakan filter karbon aktif. Filter yang siappakai banyak dijual di pasaran, namun sebetulnya relatifmudah untuk dibuat sendiri dengan budget yang lebihhemat tentunya. Bahan yang diperlukan dan cara mem-buatnya adalah sebagai berikut:Alat yang dibutuhkan:Pipa PVC diameter 8" (25 cm) sepanjang 1 - 1,2 m, de-ngan dilengkapi keran air pada ujung-ujungnya (2 buah)Media filter berupa kerikil, pasir silika, dan karbon aktifgranular atau lokalCara membuat:Pipa PVC diisi dengan pasir setebal 10 - 15 cm, kemudian pasir

silika setebal 20 cm, terakhir karbon aktif setebal 45 - 60 cm.

1.

2.

3.

1.

2.

3.

Pertanyaan dapat disampaikan melalui redaksi Majalah Percik.Kontributor: Ir. Winarko Hadi, Ir. Iwan Wangsaatmaja,

Ir. Nugroho T Utomo

Majalah Percik bekerja sama dengan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia, membuka rubrik Klinik.Rubrik ini berisi tanya jawab tentang air minum dan penyehatan lingkungan.

55PercikJuli 2005

4.

5.

6.

7.

8.

1.

2.

Page 58: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

G E N D AA

56 PercikJuli 2005

Tanggal Bulan Kegiatan

2-5 Mei Lokakarya CLTS di Lumajang

3 Mei Sosialisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Banten

Evaluasi Pelaksanaan SANIMAS 2003 dan 2004 serta Rencana Kegiatan SANIMAS 2005

Persiapan Seminar Regional Waste Management Corporation

8-11 Mei Lokakarya CLTS di Sumbawa

26-27 Mei Konsolidasi CLTS

30 Mei-3 Juni Lokakarya dan Pelatihan untuk Operasionalisasi Kebijakan dan Penyusunan Renstra AMPL

Berbasis Masyarakat-Indonesia Bagian Timur

2 Juni Forum Diskusi Forkami "Mengatasi Krisis Air Bersih dengan Menggunakan Tanah"

4 Juni Dialog Nasional Mencari Solusi Pengelolaan Sampah di Indonesia

6 Juni Hari Lingkungan Hidup: "Pekan Lingkungan Indonesia"

6-10 Juni Lokakarya dan Pelatihan untuk Operasionalisasi Kebijakan dan Penyusunan Renstra AMPL

Berbasis Masyarakat-Indonesia Bagian Barat

9-10 Juni Pertemuan dalam rangka Perencanaan Lintas Sektor Bidang Water and Environment Sanitation

(WES) Kerja sama RI - UNICEF

13 Juni Wrap up meeting Misi Supervisi WSLIC-2

15-17 Juni Pelaksanaan uji coba program CLTS dan Pelaksanaan kegiatan kesehatan dan Sanitasi dlm

program WSLIC-2, kunjungan ke Kabupaten Lumajang.

19-26 Juni Pelatihan CWSH di Surabaya

Pelatihan Manajemen Pengelola Kegiatan dan Pelatihan Mobilisasi Metode MPA/PHAST CWSHP

di Pasuruan, Jawa Timur

21-23 Juni Seminar ESP Multi-Kota untuk Konsep Sanitasi Skala Perkotaan

24 Juni Pembahasan Draft Tata Cara Pembentukan Badan Pengelola Air Bersih dan Sanitasi

28-30 Juni Pelatihan CLTS di Sambas, Kalimantan Barat

28 Juni Dialog Nasional Pembiayaan Pengelolaan Air

Pertemuan dengan Director Of Water & Energy, Bank Dunia

Peresmian Sanimas di Pamekasan

29 Juni Pertemuan Review PSP

World Habitat Day, 3 Oktober 2005Tema: Millennium Development Goals and the CityKota yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan: Jakarta, Indonesia(Informasi lengkap kunjungi http://www.unhabitat.org/whd/2005/default.asp)

Dubai International Award for Best Practices (DIABP)Dead line : 31 Maret 2006 (Informasi lengkap kunjungi http://dubai-award.dm.gov.ae/

Pengumuman pemenang: November 2006Pihak-pihak yang dapat mencalonkan diri:· Lembaga pemerintah dan lembaga bantuan bilateral.· Komite-komite Habitat nasional atau Focal Points.· Pemerintah daerah, Pemerintah Kota/

Kabupaten atau organisasi asosiasinya.· LSM

· Lembaga berbasis komunitas.· Sektor swasta· Lembaga akademis dan riset· Media· Yayasan milik swasta atau pemerintah· Perorangan yang telah melakukan inisiatif kegiatan atau

proyek yang memenuhi kriteria best practices.

Page 59: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005

L O S S A R YG

Dikutip dari Kamus Istilah & Singkatan Asing Teknik Penyehatan dan Lingkungan. Penerbit: Universitas Trisakti.

ImpuritiesKandungan kotoran/pencemar di dalam air, baik yang tersuspensi, terlarut atau berbentuk koloid yang menyebabkan air tersebutdigolongkan dalam suatu tingkatan kualitas.

Improved Sanitary LandfillPengembangan dari system Sanitary Landfill di mana semua leacheate ditampung dan diolah sehingga setelah itu dapat dibuangdengan aman ke badan air.

InceneratorPerangkat peralatan/instalasi pembakar limbah padat (sampah) pada metode pengolahan akhir pembakaran (incineration).

Incremental Sanitation ConceptKonsep peningkatan sanitasi (lingkungan) secara bertahap. Konsep/metode pembangunan fasilitas sanitasi dengan pendekatanuntuk selalu meningkatkan/menyempurnakan fasilitas yang telah dibangun sebelumnya.

Infiltration headBesaran tekanan air di bawah tanah yang membuat air bisa meresap melalui suatu lapisan media (tanah).

Inflow (Aliran Masuk)Aliran yang memasuki suatu sistem

InletBagian masukan dari suatu sistem bangunan (pengolahan).

Inspection Chamber (Bak Kontrol)Merupakan perlengkapan jaringan air limbah (sewerage) yang berfungsi sebagai lubang pemeriksaan mini (manhole). Dibangunpada setiap belokan, perubahan ukuran saluran dan perubahan gradien serta tiap jarak 30 meter dari bentangan saluran yanglurus.

IntakeBangunan pada lokasi sumber air yang berfungsi menyadap/menangkap dan mengumpulkan air baku.

Interceptor (Penyadap)Sistem penyadap air limbah dari suatu aliran drainase, di mana aliran yang berlebihan dari air hujan tidak ikut tersadap. Sistemini bekerja untuk melindungi badan air penerima tercemar langsung oleh air limbah, terutama pada musim hujan.

Interference among wellsKondisi saling mempengaruhi dari kurva-kurva penurunan air tanah dari dua atau lebih sumur-sumur yang saling berdekatan.Dalam prakteknya kondisi ini akan menyebabkan berkurangnya debit yang bisa diambil dari tiap-tiap sumur.

Intestinal infectious diseases (Penyakit perut)Salah satu penyakit (misalnya diare) yang banyak diderita dan menyebabkan kematian di Indonesia akibat buruknya kondisi sani-tasi lingkungan.

InvertBagian internal yang terendah dari suatu penampang saluran air kotor atau drainase.

JettingSalah satu cara pembuatan sumur pada lokasi tanah yang belum terkonsolidasi (padat). Dilakukan dengan bantuan semprotan airyang disalurkan melalui pipa selongsong sumuran tersebut hingga material galian yang lepas bisa dikeluarkan dari sumur.

Page 60: Majalah Air minum dan Penyehatan Lingkungan 'PERCIK' Vol 9 Juli 2005