HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi...

download HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2006.

of 56

Transcript of HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi...

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    1/56

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    2/56

    Dari Redaksi 1

    Suara Anda 2

    Laporan Utama

    Habis Kering, Datanglah Banjir 3

    'Panen Hujan' ala Gunung Kidul 9

    Wawancara

    Dirjen Bangda: Anggarkan Air Bersih untuk Desa! 10

    Teropong

    Simalakama Bantar Gebang 13

    Review Master Plan Pengelolaan Sampah DKI Jakarta 15

    Wawasan

    Pembangunan Air Minum dan Kemiskinan 18

    Strategi Menciptakan Sistem Laporan PDAM 21

    Dari Plato ke Kebijakan AMPL-BM 23

    Kegagalan HIPAM di Desa Bleberan 29

    Kisah

    Pemulung Anak dari Bantar Gebang 31

    Reportase

    Pengomposan Komunal, Alternatif Penanganan Sampah Perumahan 33

    InovasiTempat Kencing Tanpa Air Penyiram 35

    Abstrak

    Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi

    dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta 36

    Peraturan

    Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) 37

    Pojok ISSDP

    Choice Model 38

    Seputar PLAN INDONESIA

    Plan Indonesia dalam Program Air dan Sanitasi Lingkungan 41

    Info Buku 42

    Info Situs 43

    Info CD 44

    Seputar WASPOLA 45

    Seputar AMPL 48

    Pustaka AMPL 50

    Agenda 51

    Klinik IATPI 52

    MajalahPercik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id

    Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

    Diterbitkan oleh:

    Kelompok Kerja Air Minum

    dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL)

    Penasihat/Pelindung:

    Direktur Jenderal Cipta Karya

    DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

    Penanggung Jawab:

    Direktur Permukiman dan Perumahan,BAPPENAS

    Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi,DEPKES

    Direktur Pengembangan Air Minum,

    Dep. Pekerjaan UmumDirektur Pengembangan Penyehatan

    Lingkungan Permukiman,

    Dep. Pekerjaan UmumDirektur Bina Sumber Daya Alam dan

    Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

    Direktur Penataan Ruang danLingkungan Hidup, DEPDAGRI

    Pemimpin Redaksi:

    Oswar Mungkasa

    Dewan Redaksi:Supriyanto, Johan Susmono,

    Indar Parawansa, Bambang Purwanto

    Redaktur Pelaksana:

    Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,

    Essy Asiah, Mujiyanto

    Desain/Ilustrasi:

    Rudi Kosasih

    Produksi:

    Machrudin

    Sirkulasi/Distribusi:

    Agus Syuhada

    Alamat Redaksi:

    . Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.Telp./Faks.: (021) 31904113

    http://www.ampl.or.ide-mail: [email protected]

    [email protected]

    [email protected]

    Redaksi menerima kiriman

    tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

    engan air minum dan penyehatan lingkungan

    dan belum pernah dipublikasikan.

    Panjang naskah tak dibatasi.

    Sertakan identitas diri.Redaksi berhak mengeditnya.

    Silahkan kirim ke alamat di atas.

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    3/56

    Waktu terus berlalu. Alham-

    dulillah kita masih bertemu

    dengan hari bahagia, Idul

    Fitri. Di hari kemenangan ini, awak

    Percik dan seluruh staf sekretariat

    Kelompok Kerja Air Minum dan Pe-

    nyehatan Lingkungan (AMPL) me-

    nyampaikan Selamat Idul Fitri 1427

    H, Mohon Maaf Lahir dan Batin,

    Minal Aidin wal Faizin. Semoga kita

    semua kembali menjadi orang yang

    bersih dari dosa dan menjaga kesu-

    cian itu pada hari-hari berikutnya.

    Pembaca, keprihatinan terus me-

    nerpa negeri ini. Kekeringan cukup

    lama kita rasakan terutama di Jawa

    dan Nusa Tenggara. Akses masyarakat

    terhadap air minum yang memang

    masih rendah makin menurun. Me-

    reka mengonsumsi air untuk minum

    apa adanya. Ketersediaan menjadi

    persoalan. Mereka tak bisa mencari

    alternatif lain. Sementara pemerintah

    daerah sendiri tampak tak mampumemenuhi kebutuhan warganya. Per-

    usahaan Daerah Air Minum (PDAM)

    yang menjadi tulang punggung penye-

    diaan air minum di daerah, mengha-

    dapi persoalan sendiri: kurang pa-

    sokan untuk pelanggannya. Makanya,

    boro-boro untuk membantu warga

    gratis lagi, PDAM sibuk memperta-

    hankan diri.

    Dalam waktu yang tak lama kita akan

    menghadapi musim hujan. Tentu ini

    berkah. Tapi bagi sebagian wilayah, mi-

    salnya, kota besar seperti Jakarta, hujan

    bisa menjadi petaka. Air hujan yang

    diharapkan kedatangannya, akan meng-

    genangi kota. Lagi-lagi masyarakat tak

    bisa menghindar. Ungkapan yang sering

    muncul: 'Ini sudah biasa'.

    Akankah kita terus menganggap

    semuanya biasa? Sejatinya kekeringan,

    kebanjiran bisa dihindari kalau kita mau.

    Keduanya bukan merupakan fenomena

    alam yang datang tiba-tiba. Semuanya

    bisa diprediksikan. Pertanyaan kenapa

    itu terus terulang terjadi? Perhatian ke

    arah sana masih kurang. Mungkin pro-

    gram yang memihak ke penanggulangan

    keduanya kurang populer. Itulah

    Indonesia.

    Pembaca, selain membahas topik

    utama mengenai kekeringan dankebanjiran, Percik mengadakan wa-

    wancara dengan Dirjen Bina Pemba-

    ngunan Daerah, Departemen Dalam

    Negeri, untuk mengetahui bagaimana

    kondisi pembangunan di daerah dan

    kaitannya dengan penyediaan air mi-

    num dan penyehatan lingkungan. Di

    rubrik Teropong, kami mengetengah-

    kan TPA Bantar Gebang yang pada

    awal September lalu gunungan sam-

    pahnya longsor sehingga menimbul-

    kan korban jiwa. Dan masih terkait

    dengan kondisi di sana, di rubrik Ki-

    sah, kami muat tentang pemulung

    anak yang menggantungkan hidupnya

    di TPA terbesar di Indonesia tersebut.

    Tak ketinggalan, di rubrik Repor-

    tase, kami mengangkat kerja sama

    antara Lembaga Swadaya Masyarakat

    (LSM) dan masyarakat pinggiran kota

    dalam mengelola sampah secara man-

    diri sehingga tidak membebani TPA.

    Model-model seperti ini bisa dila-

    kukan di mana saja, tentu dengan ada

    keluwesan pemikiran di dalamnya.

    Pembaca, berbagai masalah AMPL

    tampaknya terus bergulir silih berganti.

    Setiap saat muncul isu baru. Dan kami

    merasakan permasalahan ini masih

    belum mendapatkan perhatian serius.

    Padahal dampak buruk AMPL ber-pengaruh langsung terhadap kondisi

    manusia-manusia Indonesia. Kita ber-

    harap, ada hal baru muncul di masa-

    masa mendatang yang bisa meng-

    hasilkan perbaikan. Bersama kita bisa,

    menjadikan AMPL lebih diperhatikan.

    Wassalam.

    DARI REDAKSI

    Percik Oktober 2006 1

    Selamat

    Hari RayaIdul Fitri1427 H

    Mohon MaafLahir

    dan Bathin

    M E N G U C A P K A N

    KARIKATUR:RUDI KOZ

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    4/56

    Pompa Air Tanpa MotorSaya berkeinginan untuk menda-

    patkan informasi mengenai pompa air

    tanpa motor (PATM) seperti di Goron-talo, yang saya lihat di situs AMPL. Mo-

    hon kiranya redaksi dapat membantu

    saya mengenai:

    1. Apa saja langkah-langkah yang ha-

    rus saya tempuh untuk mendapat-

    kan pemasangan alat tersebut?

    2. Apakah mungkin daerah saya bisa

    mendapatkan bantuan dana dari

    pemerintah dalam pemasangan alat

    PATM tersebut seperti di Goron-

    talo?

    Saya ingin jika mungkin alat terse-

    but dapat dipasang di daerah saya di

    Propinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini

    karena saya melihat fungsi dan kegu-

    naan alat ini mungkin dapat membantu

    daerah saya yang kesulitan air bersih.

    Leonardo FoEnale

    Surabaya

    Untuk mengetahui lebih jauh me-

    ngenai informasi tentang pompa air

    tanpa mesin, silakan Anda meng-

    hubungi PT. Tirta Anugerah Nusanta-

    ra yang beralamat di Hotel Mahadria

    Lt. 4 Jl. Ki Mas Jong No. 12 Serang

    Banten. Telp. 0254-220270/220268

    up. Ade Purnama (Dirut). Sedangkan

    soal bantuan dana, Anda bisa ber-

    hubungan dengan instansi terkait di

    pemerintah daerah setempat. (Redak-

    si)

    Masukan dan SaranMenindaklanjuti surat dari Direk-

    tur Permukiman dan Perumahan No.5411/Dt.6.3/09/2006 tanggal 04 Sep-

    tember 2006 perihal Media Informasi

    Air Minum dan Penyehatan Lingkung-

    an, maka kami memberikan masukan

    dan saran sebagai berikut.

    a) Penampilan maupun penataan su-

    dah lumayan bagus

    b) Artikel masalah penyehatan ling-

    kungan sudah cukup banyak

    c) Artikel tentang air minum dira-

    sakan masih kurang padahal na-

    manya Media Informasi Air

    Minum

    d) Buang ruang/rubrik suara ling-

    kungan, limbah, dan air minum;

    berisi surat pembaca dan tanggap-

    an redaksi/pakar

    e) Rubrik lingkungan, limbah, dan

    air minum di negara tetangga

    yang patut dicontoh.

    Demikian masukan dan saran kami,

    terima kasih atas perhatiannya.

    Ir. Agus Sutyoso, MSi

    Direktur Utama PDAM Kota Semarang

    Jl. Kelud Raya Semarang

    Kami sangat berterima kasih atas

    saran dan masukan Anda. Semua

    masukan dan saran akan kami per-

    timbangkan. SemogaPercik ke depan

    bertambah baik dan sesuai dengankeinginan para pembacanya. Selain

    itu kami juga mengundang Anda

    untuk mengisi/ mengirimkan tulisan

    yang sesuai dengan kapasitas Anda.

    Kami berharap sumbangan pemikiran

    Anda dapat menjadi pelajaran bagi

    pembaca lainnya. (Redaksi)

    Indonesia TerbelakangBeberapa waktu lalu, Bank Pem-

    bangunan Asia (ADB) bekerja sama

    dengan Perserikatan Bangsa Bangsa(PBB) mengeluarkan laporan menge-

    nai program pengurangan jumlah

    kemiskinan di beberapa negara Asia

    Pasifik yang diumumkan di Manila.

    Laporan itu mengetengahkan kinerja

    beberapa negara dalam program terse-

    but.

    Negara yang tergolong paling maju

    memberantas kemiskinan, yakni Chi-

    na, Malaysia, Thailand, Palau, Viet-

    nam, Armenia, Azerbaijan, dan Kir-

    gistan. Selain itu, negara yang ter-

    golong mengalami penurunan niat

    pada pengurangan kemiskinan adalah

    Fiji, Kazakstan, Samoa, dan

    Uzbekistan. Kelompok berikut tergo-

    long harus berjuang lebih keras, yakni

    India, Afganistan, dan Nepal. Ke-

    lompok terakhir yaitu negara yang ter-

    golong terbelakang dalam pengurang-

    an kemiskinan. Negara itu adalah

    Banglades, Indonesia, Laos, Mongolia,

    Myanmar, Pakistan, Papua Nugini, dan

    Filipina.

    Penilaian ADB itu tampaknya cocok

    dengan kondisi yang ada. Jumlah

    orang miskin terlihat tak berkurang

    justru bertambah. Pengemis dan gelan-

    dangan makin banyak. Busung lapar

    dan penyakit akibat kesulitan ekonomi

    tak berkurang. Pertanyaannya seka-

    rang, mana janji-janji pemerintah un-

    tuk mengentaskan kemiskinan itu?

    Pertanyaan yang sama patut pula di-

    sampaikan kepada partai-partai

    politik dan wakil rakyat. Mana janji-

    janjimu dulu mau menyejahterakanrakyat? Jangan hanya pejabat,

    birokrat, dan wakil rakyat saja yang

    sejahtera, sementara rakyat tambah

    melarat.

    Meddy Chandra

    Ciputat, Tangerang

    SUARA ANDA

    Percik Oktober 2006 2

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    5/56

    B

    erita kekeringan hampir setiap

    hari menghiasi media massa ce-

    tak dan elektronik akhir-akhir

    ini. Begitu sulitnya masyarakat me-menuhi kebutuhan air untuk kehidupan

    mereka sehari-hari, bahkan untuk mi-

    num sekalipun. Mereka rela berjalan

    berkilo-kilo meter hanya untuk mencari

    seteguk air buat minum dan memasak.

    Itupun belum tentu kualitasnya meme-

    nuhi syarat. Jumlahnya pun sangat ter-

    batas karena harus berbagi dengan war-

    ga lainnya. Jangan ditanya soal air un-

    tuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus,

    mungkin tak ada.

    Kondisi ini hampir terjadi di seluruhwilayah Pulau Jawa. Sejauh mata me-

    mandang, wilayah di pinggiran jalur

    utama Pulau Jawa terlihat kering keron-

    tang. Daun-daun dahan berguguran.

    Hutan jati bak tiang-tiang pancang.

    Rumput-rumput meranggas. Sebagian

    terlihat bekas terbakar. Tanah-tanah

    pertanian retak-retak. Lahan-lahan per-

    Percik Oktober 2006 3

    Habis Kering,Datanglah Banjir

    Habis Kering,Datanglah Banjir

    Kondisi lingkungandi Indonesia terdegradasi

    cukup parah.Suatu saat kekeringandatang, di saat lain banjir

    melanda.Padahal kejadian itu seha-rusnya bisa diprediksikan.

    Akankah ini terusterulang?

    LAPORAN UTAMA

    FOTO:MUJIYANTO

    S u m b e r D a y a A i r d i J a w a

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    6/56

    tanian tak bisa dimanfaatkan. Panen

    pun tak datang.

    Kekeringan tidak hanya melanda wi-

    layah di luar kota. Di beberapa kota pun

    air sulit didapatkan. Bahkan di Jakarta,beberapa saat warga sempat mengeluh.

    Air bersih tak mengalir. Pasokan air ke

    dua perusahaan swasta di Jakarta ku-

    rang. Akibatnya, distribusi air ke pe-

    langgan terganggu. Warga tak bisa ber-

    buat banyak. Untungnya mereka masih

    bisa membeli air isi ulang/kemasan/air

    keliling untuk kebutuhan vitalnya ken-

    dati dengan harga yang lebih mahal. Ta-

    pi bagaimana nasib mereka yang miskin

    dan jauh dari jangkauan air bersih?

    Ibarat peribahasa 'sudah jatuh ter-

    timpa tangga', kondisi kekeringan itu

    sebentar lagi akan disambut dengan da-

    tangnya musim hujan. Bagi sebagian

    orang, kedatangan berkah dari langit ini

    patut disambut gembira karena tanah-

    tanah akan kembali terairi. Namun bagi

    sebagian yang lain, hujan adalah ben-

    cana. Banjir akan segera tiba. Derita ke-

    kurangan air akan berganti menjadi de-

    rita karena banjir.

    Ironisme ini pun hampir tiap tahun

    terjadi. Sayangnya, tindakan untuk

    mengantisipasinya tak terlihat. Belum

    ada upaya bersama yang signifikan dan

    melibatkan semua stakeholder. Wal-

    hasil, kekeringan dan kebanjiran seolah

    menjadi sebuah rutinitas yang harus

    diterima oleh rakyat jelata.

    Kekeringan Tahunan

    Kekeringan yang melanda wilayah

    Jawa sebenarnya bukan sesuatu yang

    datang dengan tiba-tiba. Artinya, jauh-

    jauh hari keadaan itu bisa diprediksi.

    Perhitungan analisa neraca air atau ke-seimbangan air yang membandingkan

    antara kebutuhan dan ketersediaan air

    yang dilakukan oleh Direktorat

    Pengairan dan Irigasi Bappenas pada

    2005, menunjukkan bahwa berdasar-

    kan data tahun 2003, sekitar 77 persen

    wilayah di luar Jabodetabek mengalami

    defisit air antara satu sampai delapan

    Percik Oktober 2006 4

    LAPORAN UTAMA

    No.

    I.1

    2

    3

    4

    5

    6

    II.

    1

    2

    3

    45

    6

    7

    8

    9

    10

    III.

    1

    2

    3

    4

    IV.

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    V.

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Kabupaten / Kota

    J A W A B A R A TKuningan

    Cirebon

    Majalengka

    Indramayu

    Kota Bandung

    Kota Cirebon

    J A W A T E N G A H

    Magelang

    Klaten

    Sukoharjo

    KaranganyarSragen

    Blora

    Pekalongan

    Kota Semarang

    Kota Pekalongan

    Temanggung

    D I Y O G YA K A RTA

    Bantul

    Gunung Kidul

    Sleman

    Kota Yogyakarta

    J A W A T I M U R

    Ponorogo

    Sidoarjo

    Madiun & Kota Madiun

    Magetan

    Ngawi

    Bojonegoro

    Tuban

    Lamongan

    Bangkalan

    Pamekasan

    Sumenep

    Sampang

    J A B O D E T A B E K

    DKI Jakarta

    Bogor & Depok & Kota Bogor

    Tangerang & Kota Tangerang

    Bekasi & Kota Bekasi

    Serang & Kota Cilegon

    Karawang & Purwakarta

    Wilayah Sungai

    Cimanuk

    Cintanduy

    Cimanuk

    Cimanuk

    Cintanduy

    Citarum

    Cimanuk

    Citarum

    Cimanuk

    Progo-Opak-Oyo

    Jratun Seluna

    Serayu

    Progo-Opak-Oyo

    Bengawan Solo

    Bengawan Solo

    Bengawan SoloJratun Seluna

    Bengawan Solo

    Jratun Seluna

    Bengawan Solo

    Pemali-Comal

    Serayu

    Jratun Seluna

    Pemali-Comal

    Jratun Seluna

    Progo-Opak-Oyo

    Progo-Opak-Oyo

    Bengawan Solo

    Progo-Opak-Oyo

    Bengawan Solo

    Progo-Opak-Oyo

    K. Brantas

    Bengawan Solo

    K. Brantas

    K. Brantas

    Bengawan Solo

    Bengawan Solo

    Jratun Seluna

    Bengawan Solo

    K. Brantas

    Bengawan Solo

    Bengawan Solo

    K. Brantas

    Bengawan Solo

    Madura

    Madura

    Madura

    Madura

    Ciliwung-Cisadane

    Ciujung-Climan

    Cisadea-Cikuningan

    Citarum

    Ciliwung-Cisadane

    Ciliwung-Cisadane

    Ciliwung-Cisadane

    Citarum

    Ciujung-Ciliman

    Ciliwung-Cisadane

    Citarum

    Jumlah Bulan Defisit

    2 00 3 2 00 5 2 01 0 20 15 2 02 0 2 02 5

    6 6 6 6 6 7

    6 6 7 7 7 7

    7 7 7 7 6 6

    7 7 7 7 7 7

    6 6 7 10 11 12

    5 5 5 5 5 6

    7 7 7 7 7 7

    8 8 8 8 8 8

    6 6 6 6 6 6

    7 7 7 7 7 77 7 7 7 7 7

    6 6 6 7 7 7

    6 6 6 6 6 6

    6 6 6 6 6 6

    6 6 6 6 6 7

    5 5 5 5 5 6

    7 7 7 7 7 7

    6 6 6 6 6 6

    7 7 7 7 7 7

    6 6 6 5 5 5

    6 6 6 6 6 6

    6 6 6 6 6 6

    8 8 8 8 8 8

    7 7 7 7 7 7

    7 7 7 7 7 7

    6 6 6 6 6 6

    6 6 6 6 6 6

    7 7 7 7 7 7

    8 8 8 8 8 8

    6 6 6 6 6 6

    7 7 7 7 7 7

    5 6 7 7 7 7

    N/A N/A N/A N/A N/A N/A

    N/A N/A N/A N/A N/A N/A

    N/A N/A N/A N/A N/A N/A

    N/A N/A N/A N/A N/A N/A

    N/A N/A N/A N/A N/A N/A

    N/A N/A N/A N/A N/A N/A

    87.3 %

    12.7 %

    100.0 %

    93.6 %

    6.4 %

    37.9 %

    62.1 %

    100.0 %

    100.0 %

    96.9 %

    0.4 %

    2.6 %

    2.0 %

    98.0 %

    100.0 %

    100.0 %25.9 %

    74.1 %

    44.7 %

    55.3 %

    99.8 %

    0.2 %

    100.0 %

    100.0 %

    41.0 %

    100.0 %

    86.9 %

    13.1 %

    98.3 %

    1.7 %

    100.0 %

    2.7 %

    97.3 %

    100.0 %

    12.6 %

    87.4 %

    100.0 %

    0.1 %

    99.9 %

    0.9 %

    99.1 %

    100.0 %

    2.4 %

    97.6 %

    100.0 %

    100.0 %

    100.0 %

    100.0 %

    100.0 %

    2.9 %

    0.2 %

    9.4 %

    87.4 %

    100.0 %

    64.5 %

    35.5 %

    90.2 %

    9.8 %

    100.0 %

    Defisit Maksimum (m/det)

    2 00 3 2 00 5 2 01 0 20 15 2 02 0 2 02 5

    -9.71 -9.81 -10.13 -10.52 -10.96 -11.46

    -26.75 -27.27 -28.68 -30.23 -31.94 -33.85

    -14.47 -14.15 -13.42 -12.77 -12.18 -11.64

    -48.99 -48.13 -46.11 -44.33 -42.80 -41.59

    -1.94 -2.16 -2.76 -3.40 -4.09 -4.86

    -0.61 -0.63 -0.69 -0.74 -0.81 -0.88

    -25.72 -25.85 -26.20 -26.59 -27.05 -27.57

    -32.57 -32.58 -32.63 -32.71 -32.83 -32.99

    -16.68 -16.66 -16.64 -16.67 -16.75 -16.91

    -18.52 -18.44 -18.27 -18.14 -18.04 -17.97-20.64 -20.77 -21.17 -21.66 -22.27 -23.03

    -12.92 -12.94 -13.00 -13.07 -13.14 -13.22

    -11.45 -11.48 -11.56 -11.67 -11.80 -11.94

    -2.40 -2.58 -3.20 -4.05 -5.20 -6.76

    -1.07 -1.10 -1.18 -1.27 -1.38 -1.51

    -19.09 -19.13 -19.25 -19.37 -19.51 -19.66

    -16.33 -16.37 -14.67 -16.63 -16.82 -17.07

    -5.49 -5.48 -5.47 -5.45 -5.44 -5.42

    -21.89 -21.95 -22.13 -22.34 -22.57 -22.84

    -0.85 -0.83 -0.79 -0.75 -0.70 -0.66

    -28.93 -28.77 -28.41 -28.07 -27.76 -27.50

    -15.53 -15.82 -16.78 -18.19 -20.16 -22.89

    -28.34 -28.25 -28.02 -27.79 -27.57 -27.35

    -32.62 -32.87 -33.52 -34.19 -34.87 -35.56

    -42.28 -43.77 -47.73 -52.03 -56.69 -61.77

    -25.46 -25.51 -25.68 -25.89 -26.16 -26.51

    -26.87 -26.46 -25.47 -24.54 -23.65 -22.82

    -56.23 -55.62 -54.20 -52.95 -51.90 -51.09

    -12.08 -12.11 -12.23 -12.38 -12.58 -12.81

    -13.07 -13.04 -12.98 -12.94 -12.90 -12.88

    -16.52 -16.35 -15.95 -15.57 -15.21 -14.88

    -10.42 -10.77 -11.81 -13.13 -14.80 -16.90

    -0.2 -1.5 -4.9 -8.7 -13.1 -18.0

    -2.0 -2.6 -4.5 -7.1 -10.5 -15.0

    -3.9 -4.5 -6.6 -9.2 -12.7 -17.3

    - - - - - -3.2

    - - - -0.9 -4.0 -8.3

    - - - - - -2.2

    N/A: data tidak tersedia

    Tabel 1.

    Kabupaten/Kota di Pulau Jawa yang mengalami Defisit Tinggi

    Sumber: Hasil Analisis Dit. Pengairan & Irigasi, Bappenas

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    7/56

    bulan. Sedangkan di wilayah Jabodeta-

    bek hanya 50 persen yang defisit.

    Angka itu didapatkan dengan mem-

    perhitungkan faktor ketersediaan air

    dari daerah aliran sungai (yang merupa-kan ketersediaan air permukaan) dan

    kebutuhan air dari tiap daerah (meliputi

    kebutuhan air untuk domestik, perkota-

    an, industri, perikanan, peternakan dan

    irigasi).

    Data neraca air tahun 2003 menun-

    jukkan total kebutuhan air di Pulau Ja-

    wa dan Bali sebesar 38,4 miliar meter

    kubik pada musim kemarau. Kebutuhan

    itu dapat dipenuhi sekitar 25,3 miliar

    kubik atau sekitar 66 persen. Defisit ini

    diperkirakan akan semakin tinggi pada

    tahun 2020 mengingat jumlah pendu-

    duk bertambah dan aktivitas perekono-

    mian meningkat.

    Secara umum kondisi kekeringan ini

    disebabkan tiga faktor yakni perubahan

    iklim global seperti hujan dan keke-

    ringan terjadi di luar bulan-bulan bia-

    sanya disertai perubahan iklim lainnya,

    faktor lingkungan, dan manajemen dan

    infrastruktur sumber daya air. Secara

    khusus, penyebab kekeringan di luar

    faktor iklim global antara lain:

    Kerusakan catchment area sehingga

    mengancam keberlanjutan daya du-

    kung sumber daya air;

    Penurunan kinerja infrastruktur

    sumber daya air;

    Eksploitasi air tanah yang berlebi-

    han mengakibatkan penurunan mu-

    ka air tanah, land subsidence, dan

    intrusi air laut;

    Rendahnya kualitas pengelolaan

    hidrologi;

    Kondisi neraca air diklasifikasikan

    menjadi empat yaitu normal, defisitrendah, defisit sedang, dan defisit ting-

    gi. Kondisi normal menunjukkan tidak

    terjadi defisit sepanjang tahun. Jika

    jumlah bulan defisit mencapai tiga

    bulan maka ini diklasifikasikan sebagai

    defisit rendah. Empat hingga enam

    bulan defisit diklasifikasikan menjadi

    defisit sedang. Dan lebih dari enam

    Percik Oktober 2006 5

    Gambar 1

    Proyeksi Neraca Air Kabupaten/Kotadi Jawa dan Madura

    Sumber : Hasil Analisis

    = Normal

    = Tidak Defisit

    = Defisit Rendah

    = Defisit Sedang

    LAPORAN UTAMA

    1.

    2.

    3.

    4.

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    8/56

    bulan defisit diklasifikasikan sebagai defisit

    tinggi. Tabel 1 menunjukkan daerah de-

    ngan defisit tinggi.

    Jika kondisi ini dibiarkan, artinya

    tanpa ada intervensi infrastruktur, di-

    perkirakan kondisi neraca air defisit ini

    akan meningkat. Beberapa kabupa-

    ten/kota pada tahun 2010 diperkirakan

    akan mengalami defisit yang semakin

    membesar, antara lain Kabupaten Ngawi

    di wilayah sungai (WS) Bengawan Solo dan

    Kota Surabaya di WS Brantas. Proyeksi

    kondisi neraca air di Jawa dan Madura

    ditunjukkan pada gambar 1.

    Kondisi neraca air yang defisit akan

    berpengaruh terhadap ketersediaan air.

    Yang paling terkena dampak kekeringan

    ini yaitu pertanian, industri, perkotaan, air

    minum, dan lainnya. Namun dari sektor-sektor itu air minum mendapat prioritas

    penanganan karena menyangkut kebu-

    tuhan vital manusia. Tabel 2 menunjukkan

    daerah yang mengalami defisit air minum

    dan prediksi hingga tahun 2025.

    Kondisi Air Tanah

    Kendati mengalami kekeringan, Pulau

    Jawa sebenarnya masih menyimpan

    potensi air tanah. Ini karena Pulau Jawa

    memiliki cekungan air tanah. Paling tidak

    ada 80 cekungan yang tersebar sepanjang

    Jawa dan Madura. Air tanah yang ada

    belum semuanya termanfaatkan. Kalau

    pun ada yang sudah dimanfaatkan seperti

    di kota-kota besar, cara pemanfaatannya

    pun tak terkendali. Akibatnya muncul

    masalah baru seperti penurunan muka air

    tanah (Bandung, Jakarta, dan Semarang),

    penurunan kualitas air tanah (Bandung

    dan Semarang), penyebaran air payau/

    asin (Jakarta dan Semarang), dan pe-

    nurunan muka tanah (Bandung, Jakarta,

    dan Semarang).

    Potensi air tanah yang ada cukup be-

    sar. Tabel 3 s/d 8 menunjukkan potensi air

    tanah berdasarkan wilayah administrasi.

    Banjir Mengancam

    Bulan-bulan ini hujan diperkirakan

    akan turun. Guyuran hujan akan

    menghidupkan kembali tanah-tanah

    yang kering. Roda ekonomi akan

    berputar kembali setelah berhenti be-

    berapa saat, khususnya di sektor per-

    tanian. Namun bagi beberapa daerah,

    hujan dikhawatirkan akan menyebab-

    kan banjir. Kekhawatiran ini muncul

    terutama di daerah yang biasa menga-

    lami banjir secara periodik alias lang-ganan.

    Faktor penyebab terjadinya banjir

    berbeda-beda di setiap wilayah. Be-

    berapa penyebab utama terjadinya ban-

    jir antara lain pendangkalan/agradasi

    dasar sungai (sedimentasi), luapan air

    sungai melalui tanggul, saluran draina-

    se kurang baik, efek backwater, dan

    pintu pengendali banjir tak berfungsi.

    Hampir semua aliran sungai di Jawa

    membawa sedimen dalam jumlah besar

    dari hulu dan mengikis lahan di sepan-

    jang daerah aliran sampai ke muara.

    Akibatnya muncul endapat di daerah

    muara. Sedimentasi tersebut menye-

    babkan kapasitas tampungan sungai men-

    jadi berkurang. Di samping itu, penam-

    bangan pasir terjadi di sungai-sangat besar

    sehingga pada beberapa tempat menga-

    lami degradasi dasar sungai.

    Debit air yang besar akibatnya tak

    bisa ditampung oleh badan-badan air di

    daerah pantai/muara. Air kemudian

    mengalir ke samping melewati tanggul

    sehingga menggenangi lahan pertanian

    dan daerah-daerah yang relatif datar.

    Tanggul-tanggul sungai di hulu dapat

    mengurangi banjir yang terjadi di dae-

    rah hulu, tetapi justru menyebabkan

    bertambah luasnya area yang terkena

    banjir di daerah hilir. Kondisi itu

    bertambah buruk ketika saluran drai-

    nase tidak berfungsi dengan baik. Be-

    lum lagi ada efekbackwateryang terja-

    di di bagian hulu karena perubahan

    arus air di bagian hilir. Arus air yang

    berbalik ini -- karena pertemuan antaraanak sungai dan sungai utama, pemben-

    dungan, dan penyempitan -- akan me-

    nyebabkan banjir tak dapat dihindari.

    Banjir juga terjadi karena area tang-

    kapan air (catchment area) lenyap.

    Penggundulan hutan dan pola tanam

    yang salah ikut andil di dalamnya.

    Akibat tidak ada catchment area, air

    Percik Oktober 2006 6

    LAPORAN UTAMA

    Tabel 2Kabupaten/Kota di Pulau Jawa yang mengalami Defisit Air Minum

    No.

    I.1

    23

    4

    56II.1

    2

    3

    4III.12

    3IV.1

    234V.1

    2

    Kabupaten / Kota

    JAWA BARATKuningan

    CirebonMajalengka

    Indramayu

    Kota BandungKota CirebonJAWA TENGAHMagelang

    Klaten

    Sragen

    Kota SemarangDI YOGYAKARTABantulSleman

    Kota YogyakartaJAWA TIMURBangkalan

    PamekasanSumenepSampangJABODETABEKBogor & Depok & Kota Bogor

    Tangerang & Kota Tangerang

    Wilayah Sungai

    CimanukCintanduy

    CimanukCimanukCintanduyCitarumCimanukCitarumCimanuk

    Progo-Opak-OyoJratun SelunaSerayuProgo-Opak-OyoBengawan SoloJratun SelunaBengawan SoloJratun Seluna

    Progo-Opak-OyoProgo-Opak-OyoBengawan SoloProgo-Opak-Oyo

    Madura

    MaduraMaduraMadura

    Ciujung-ClimanCisadea-CikuninganCitarumCiliwung-CisadaneCiliwung-Cisadane

    87.3 %12.7 %

    100.0 %93.6 %6.4 %

    37.9 %62.1 %

    100.0 %100.0 %

    96.9 %0.4 %2.6 %2.0 %

    98.0 %25.9 %74.1 %

    100.0 %

    100.0 %98.3 %1.7 %

    100.0 %

    100.0 %

    100.0 %100.0 %100.0 %

    2.9 %0.2 %9.4 %

    87.4 %100.0 %

    Defisit Maksimum (m/det)2003 2005 2010 2015 2020 2025

    -0.51 -0.54 -0.64 -0.74 -0.85 -0.96

    -1.67 -1.75 -1.98 -2.22 -2.49 -2.78-0.47 -0.50 -0.55 -0.61 -0.67 -0.73

    -0.17 -0.23 -0.39 -0.57 -0.75 -0.95

    - - - - -0.27 -0.78-0.38 -0.40 -0.44 -0.48 -0.53 -0.58

    - - -0.09 -0.35 -0.63 -0.94

    -1.43 -1.42 -1.39 -1.36 -1.33 -1.30

    - - - - -0.30 -0.83

    - - -0.11 -0.55 -1.06 -1.63

    -0.08 -0.11 -0.18 -0.26 -0.34 -0.43- - -0.05 -0.19 -0.35 -0.52

    -0.52 -0.51 -0.47 -0.44 -0.41 -0.38

    -0.54 -0.56 -0.64 -0.72 -0.81 -0.90

    -0.47 -0.50 -0.56 -0.62 -0.69 -0.77-0.69 -0.70 -0.75 -0.81 -0.86 -0.92-0.24 -0.28 -0.38 -0.49 -0.61 -0.75

    - - - - - -2.6

    - - - - -0.2 -3.5

    Sumber: Hasil Analisis Dit. Pengairan & Irigasi, Bappenas

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    9/56Percik Oktober 2006 7

    Tabel 3.Potensi Air Tanah di Propinsi Banten

    Tabel 4.

    Potensi Air Tanah di Propinsi DKI Jakarta

    LAPORAN UTAMA

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Pandeglang

    Lebak

    Tangerang

    Serang

    Kota Tangerang

    Kota Cilegon

    Potensi Air Tanah

    35,27

    10,95

    14,31

    20,02

    3,21

    1,73

    1.112,34

    345,40

    451,23

    631,35

    101,09

    54,65

    (m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

    1

    2

    3

    4

    5

    Jakarta Selatan

    Jakarta Timur

    Jakarta Pusat

    Jakarta Barat

    Jakarta Utara

    Potensi Air Tanah

    2,85

    3,53

    0,97

    2,31

    2,51

    89,95

    111,36

    30,75

    72,77

    79,28

    (m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

    1

    23

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    1415

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    2627

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    34

    35

    Cilacap

    BanyumasPurbalingga

    Banjarnegara

    Kebumen

    Purworejo

    Wonosobo

    Magelang

    Boyolali

    Klaten

    Sukoharjo

    Wonogiri

    Karanganyar

    SragenGrobogan

    Blora

    Rembang

    Pati

    Kudus

    Jepara

    Demak

    Semarang

    Temanggung

    Kendal

    Batang

    PekalonganPemalang

    Tegal

    Brebes

    Kota Magelang

    Kota Surakarta

    Kota Salatiga

    Kota Semarang

    Kota Pekalongan

    Kota Tegal

    Potensi Air Tanah

    4,18

    7,70

    5,09

    9,60

    3,94

    1,85

    7,00

    17,78

    7,77

    7,21

    5,19

    11,06

    8,96

    7,1210,87

    1,23

    3,35

    10,45

    4,59

    10,36

    12,07

    7,70

    12,91

    9,14

    10,71

    11,179,56

    6,25

    7,94

    0,16

    0,93

    0,40

    4,64

    1,04

    0,21

    131,75

    242,94

    160,41

    302,72

    124,18

    58,21

    220,69

    560,79

    245,06

    227,35

    163,76

    348,72

    282,55

    224,62342,69

    38,67

    105,64

    329,50

    144,86

    326,67

    380,72

    242,80

    407,06

    288,19

    337,67

    352,16301,48

    197,20

    250,40

    5,14

    29,44

    12,64

    146,23

    32,95

    6,68

    (m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    Bogor

    Sukabumi

    Cianjur

    Bandung

    Garut

    Tasikmalaya

    Ciamis

    Kuningan

    Cirebon

    Majalengka

    Sumedang

    Indramayu

    Subang

    Purwakarta

    Karawang

    Bekasi

    Kota Bogor

    Kota Sukabumi

    Kota Bandung

    Kota Cirebon

    Kota Bekasi

    Kota Depok

    Potensi Air Tanah

    35,59

    32,80

    26,95

    48,04

    48,48

    24,46

    28,78

    12,42

    10,87

    24,79

    28,00

    23,20

    22,43

    8,05

    20,25

    15,31

    2,78

    1,04

    2,56

    0,33

    3,79

    3,95

    1.122,29

    1.034,35

    849,96

    1.514,95

    1.528,81

    771,38

    907,64

    391,62

    342,94

    781,67

    883,07

    731,53

    707,25

    253,83

    638,68

    482,66

    87,72

    32,82

    80,76

    10,48

    119,63

    124,70

    (m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

    Tabel 5.

    Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Barat

    Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

    Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

    Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

    Tabel 6.Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Tengah

    Tabel 7.

    Potensi Air Tanah di Propinsi DIY

    1

    2

    3

    4

    5

    Kulonprogo

    Bantul

    Gunungkidul

    Sleman

    Kota Yogyakarta

    Potensi Air Tanah

    1,89

    5,30

    9,44

    9,89

    0,62

    59,75

    167,08

    297,79

    311,88

    19,41

    (m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

    Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

    Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    10/56

    dengan mudah mengalir ke sungai.

    Kondisi ini makin diperparah dengan

    penebingan sungai dan karakter sungaiyang curam sehingga air mengalir begi-

    tu deras menuju hilir. Padahal daya

    tampung hilir, seperti Jakarta, Sema-

    rang, dan kota-kota besar tak memadai.

    Banjir tak dapat ditolak.

    Berdasarkan data Departemen Pe-

    kerjaan Umum, banjir di Pulau Jawa se-

    bagian besar terjadi di wilayah pantai

    utara dan pantai sela-

    tan, wilayah cekungan,

    serta kota-kota besar.

    Pada tahun 2002, ter-

    jadi 72 kejadian banjir

    yang menggenangi se-

    kitar 81,9 ribu hektar

    wilayah permukiman

    dan pertanian. Jumlah

    ini meningkat menjadi

    104 kejadian pada

    tahun 2003 yang me-

    nggenangi sekitar 91,1

    ribu hektar. Sebaran

    wilayah rawan banjir di

    Pulau Jawa dapat dili-

    hat pada Gambar 2.

    Sistem pengenda-

    lian bahaya banjir me-

    lalui pendekatan infra-

    struktur telah berlang-

    sung lama. Lihat saja

    ada North Java Flood

    Control Project dan

    South Java Flood Con-

    trol Project di Jawa

    Tengah, CitarumFlood

    Control Project di Bandung Selatan,

    Ciliwung Cisadane River Flood Control

    Projectdan pembangunan Banjir KanalTimur (BKT) di Jakarta, juga ada pro-

    yek pengembangan perkotaan seperti

    Bandung Urban Development Project

    (BUDP) dan Surabaya Urban Deve-

    lopment Project (SUDP). Namun, laju

    pembangunan infrastruktur pengendali

    banjir yang membutuhkan biaya besar

    tersebut tidak mampu mengantisipasi

    magnitude (besaran) dan frekuensi

    banjir yang terjadi. 'Musim banjir' pun

    selalu datang.

    Tantangan ke Depan

    Kebutuhan air untuk rumah tangga,

    perkotaan, industri, dan pertanian se-

    makin hari semakin meningkat seiring

    pertambahan penduduk dan peningkat-

    an aktifitas perekonomian. Di sisi lain

    telah terjadi perubahan tata guna lahan

    yang menyebabkan perubahan perilaku

    hidrologis sehingga mempengaruhi pola

    ketersediaan air. Kondisi ini semakin

    diperparah oleh menurunnya daya du-

    kung lingkungan akibat kerusakan

    catchment area. Bisa diduga, kekering-

    an dan kebanjiran akan silih berganti

    datang. Tidak itu saja, beberapa kabu-

    paten/kota bahkan telah menyalakan

    lampu merah untuk memenuhi kebu-

    tuhan warganya.

    Mau tidak mau, penanganan kabu-

    paten/kota yang telah mengalami krisis

    penyediaan air minum melalui inter-

    vensi infrastruktur dan kegiatan terkait,

    harus mendapat prioritas. Selain itu,

    perlu penyesuaian kembali alokasi air

    antarjenis kebutuhan, khususnya untuk

    irigasi di Pulau Jawa. Tentu ini bukanhal yang mudah. Perlu ada kajian men-

    dalam. Lebih dari itu, penanganan sum-

    ber daya air di Jawa memerlukan siner-

    gi dan integrasi.

    Direktorat Pengairan dan Irigasi

    Bappenas, mengusulkan program pe-

    ngelolaan sumber daya air di Pulau Ja-

    wa berdasarkan prioritas penanganan

    Percik Oktober 2006 8

    Tabel 8Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Timur

    Gambar2. Lokasi Rawan Banjir di Pulau Jawa

    LAPORAN UTAMA

    1

    23

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    34

    35

    36

    37

    Pacitan

    PonorogoTrenggalek

    Tulungagung

    Blitar

    Kediri

    Malang

    Lumajang

    Jember

    Banyuwangi

    Bondowoso

    Situbondo

    Probolinggo

    Pasuruan

    Sidoarjo

    Mojokerto

    Jombang

    Nganjuk

    Madiun

    Magetan

    Ngawi

    Bojonegoro

    Tuban

    Lamongan

    Gresik

    Bangkalan

    Sampang

    Pamekasan

    Sumenep

    Kota Kediri

    Kota Blitar

    Kota Malang

    Kota Probolinggo

    Kota Pasuruan

    Kota Mojokerto

    Kota Madiun

    Kota Surabaya

    Potensi Air Tanah

    2,08

    13,370,34

    10,00

    14,60

    18,87

    37,35

    34,53

    53,78

    52,09

    32,81

    37,11

    26,42

    19,53

    8,37

    11,43

    12,06

    14,42

    14,01

    9,14

    13,99

    8,09

    10,17

    10,12

    7,41

    6,06

    4,90

    3,66

    6,14

    0,84

    0,45

    0,90

    0,76

    0,52

    0,22

    0,39

    3,63

    65,71

    421,7310,70

    315,34

    460,27

    595,20

    1.178,00

    1.088,80

    1.695,89

    1.642,60

    1.034,75

    1.170,37

    833,08

    615,85

    264,09

    360,32

    380,47

    454,63

    441,68

    288,28

    441,29

    254,97

    320,71

    319,06

    233,58

    191,21

    154,55

    115,55

    193,59

    26,44

    14,20

    28,52

    23,87

    16,43

    6,80

    12,23

    114,39

    (m3/detik)(juta m3/tahun)KabupatenNo

    Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    11/56

    segera (jangka pendek), jangka mene-

    ngah, dan jangka panjang.

    Penanganan jangka pendek yang

    perlu segera dilakukan yaitu:

    1. Rehabilitasi lahan dan konservasi

    sumber daya air, antara lain melalui: (a)reboisasi lahan kritis yang melibatkan

    masyarakat melalui penanaman tana-

    man produktif; (b) penurunan laju sedi-

    mentasi melalui rehabilitasi dan stabili-

    sasi tebing sungai; (c) mengurangi peri-

    ode genangan untuk meningkatkan

    efisiensi penggunaan air irigasi; dan (d)

    pengelolaan banjir (flood management)

    yang terintegrasi dengan rehabilitasi

    lahan.

    2. Upaya penyadaran masyarakat

    tentang penanggulangan banjir dan

    kekeringan, antara lain melalui: (a)

    penyadaran masyarakat tentang pe-

    nanggulangan banjir dan kekeringan;

    (b) peningkatan kesiagaan masyarakat

    menghadapi banjir dan kekeringan; (c)

    kampanye hemat air; (d) pengembang-

    an sistem peringatan dini banjir; (e)

    Pengembangan institusi pengelola sum-

    ber daya air; (f) peningkatan sumber

    daya manusia dalam pengelolaan sum-

    ber daya air; (g) penanganan konflik pe-

    manfaatan air melalui peningkatan ma-

    najemen sumber daya air; (h) pence-

    gahan alih fungsi lahan melalui pembe-

    rian insentif dan sertifikasi; serta (i)

    peningkatan peran lembaga rehabilitasi

    lahan dan konservasi air.

    3. Intervensi infrastruktur pada lo-

    kasi-lokasi mendesak dan prioritas, me-

    lalui: (a) Pembangunan waduk, em-

    bung, dan lumbung air pada daerah de-

    fisit air dan rawan banjir; dan (b) Pe-

    netapan daerah rawan banjir dan penyi-

    apan fasilitasnya.

    Prioritas menengah diperlukanuntuk menjaga kesinambungan pro-

    gram-program pada prioritas segera,

    antara lain:

    Peningkatan efisiensi penggunaan

    air pada daerah yang berpotensi

    defisit air tinggi antara lain melalui

    rehabilitasi jaringan irigasi dan

    alokasi air yang efisien;

    Pengendalian dan penataan penam-

    bangan Galian C di badan sungai;

    Pengembangan industri hasil hutan

    dan pertanian di tingkat lokal;

    Pengembangan rencana rehabilitasi

    lahan berbasis teknologi informasi;Peningkatan fasilitasi desain infra-

    struktur sederhana tingkat lokal;

    dan

    Penyusunan basis data dan infor-

    masi banjir dan kekeringan di Pulau

    Jawa termasuk konsep pengelolaan

    data yang berkelanjutan.

    Prioritas jangka panjang mencakup

    perencanaan penanganan banjir dan

    kekeringan secara berkelanjutan, antara

    lain:

    Perumusan kebijakan dan strategi

    implementasi strategi makro secara

    terintegrasi yang bersifat lintas sek-

    tor dan lintas wilayah;

    Penyusunan skenario pembiayaan

    dari berbagai sumber yang dalamjangka panjang menitikberatkan

    pada sumber-sumber dana langsung

    dari masyarakat; dan

    Pengembangan operasi dan pemeli-

    haraan infrastruktur berbasis ma-

    syarakat.

    Program itu akan berjalan dengan

    baik bila didukung komitmen yang kuat

    dari semua stakeholder. Kalau tidak,

    kondisi Indonesia akan bertambah

    buruk. Sekarang terserah kita. MJ

    Percik Oktober 2006 9

    Desa Bunder, Kecamatan Patok,

    Kabupaten Gunung Kidul, DIY

    tergolong daerah kering. Lahan di

    daerah ini hampir sepanjang tahun

    hanya ditanami singkong. Namun se-

    jak desa itu menjadi lokasi proyek

    percontohan pengembangan teknolo-gi panen hujan dan aliran permuka-

    an, lahan singkong itu telah menjadi

    lahan padi.

    Teknologi yang diterapkan cu-

    kup sederhana yakni menampung

    air hujan dan aliran permukaan (air

    yang mengalir di permukaan tanah)

    pada jaringan hidrologi di sebuah

    penampungan dengan ukuran pan-

    jang 20 meter, lebar 5 meter, dan

    kedalaman sekitar 3 meter. Waduk

    kecil ini mampu menampung aliranpermukaan kurang lebih 300 meter

    kubik.

    Air ini dipergunakan untuk ber-

    bagai keperluan. Di desa ini, air itu

    terutama untuk mengairi sawah. Air

    ini tidak hanya tersedia pada musim

    hujan, tapi juga di musim kering

    sehingga persoalan bercocok tanam

    berbagai jenis tanaman tersele-

    saikan.

    Teknik penampungan air ini selain

    mengumpulkan air juga berfungsi

    menurunkan kecepatan aliran per-

    mukaan, mengurangi volume air yangmengalir, dan menyimpannya untuk

    keperluan musim kemarau.

    Teknologi penampung air hujan

    dan aliran permukaan seperti ini ide-

    al diterapkan di kawasan Puncak mi-

    salnya, guna menahan laju aliran dan

    mengurangi volume air yang meng-

    alir. Usaha lahan kering di berbagai

    daerah yang memiliki defisit air pun

    bisa dibantu dengan model ini. Lagi

    pula dananya tak sebesar memba-

    ngun waduk/bendungan.Waduk kecil ini bisa dibuat ribuan

    di sepanjang Kali Ciliwung dan kali-

    kali lainnya mulai dari hulu hingga

    hilir. Bila ini dilakukan, dampaknya

    akan luar biasa. Produksi pertanian

    akan naik. Kekeringan dan kebanjir-

    an sekaligus teratasi. MJ

    'Panen Hujan'ala Gunung Kidul

    LAPORAN UTAMA

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    1.

    2.

    3.

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    12/56

    B agaimana kondisi pembangun-an daerah secara umum?Visi pembangunan daerah sekarang

    itu merupakan bagian dari paradigma

    nasional. Paradigma pembangunan na-

    sional ini adalah dengan lahirnya UU

    Pemerintahan Daerah No. 32, maka se-

    bagian besar kewenangan pemerintah

    pusat sudah diberikan ke daerah. Maka

    daerah mendapatkan kesempatan ber-

    peran lebih besar terutama untuk mela-

    kukan pembangunan yang tujuannya

    menyejahterakan rakyat dan membe-

    rikan pelayanan yang terbaik. Karena

    itu inisiatif, kreasi memang harus tum-

    buh di daerah. Makanya istilah pemba-

    ngunan daerah kita ubah paradigmanya

    menjadi daerah membangun. Daerah

    membangun lebih bersifat mereka sen-dirilah yang memikirkan apa yang akan

    direncanakan, dibutuhkan, dan dilaksa-

    nakan sampai dibangun oleh daerah

    sendiri dengan caranya sendiri dalam

    upaya menyejahterakan rakyatnya. Itu

    inti dari paradigma sekarang ini.

    Apakah daerah sudah meng-

    ikuti paradigma ini?

    Seyogyanya ya. Sebagian besar dae-

    rah itu sudah bermain sesuai itu. Me-

    reka sudah mengurus dirinya dengan

    sangat optimal. Semuanya sudah tahu.

    UU No. 32 ini kan baru tahun 2004.

    Tapi sebenarnya lebih awal UU No 22

    tahun 1999 telah memberikan kewe-

    nangan itu. Sejak terjadi perubahan re-

    formasi pemerintahan dari UU 574 ke

    UU 22 itu sebenarnya penyambungan

    saja. Jadi UU 22 itu sudah berlangsung

    tujuh tahun bahwa kewenangan selu-

    ruhnya diberikan kepada daerah kecuali

    kewenangan yang bersifat mutlak dari

    pemerintah pusat. Daerah sudah ber-

    main itu sekarang. Masalahnya adalah

    pencapaian dari daerah ini perlu digi-

    ring satu visi dan misi yang membangunvisi dan misi kabinet Indonesia Bersatu.

    Dia sebenarnya merupakan subsistem

    pembangunan nasional. Ini yang menu-

    rut hemat saya masih perlu didorong.

    Apa persoalannya sehingga

    daerah belum berjalan searah de-

    ngan pusat?

    Itu ada hubungannya dengan ke-

    mampuan daerah membaca visi nasio-

    nal dan visi propinsi. Mestinya visi

    nasional turun menjadi visi propinsi.

    Visi propinsi kemudian turun menjadi

    visi kabupaten/kota. Sehingga kalau se-

    luruh visi ini mencapai sasarannya, ma-

    ka kita berharap akan terbangun visi

    propinsi dan nasional. Nah, sebagian

    besar daerah belum bisa mengait-kait-

    kan antara propinsi dan nasional. Aki-

    batnya, kadang-kadang sudah banyak

    yang dilakukan oleh daerah itu, tapi

    secara tidak langsung belum mendu-

    kung visi propinsi dan nasional. Karena

    alasan misalnya saya kan otonom. Ya.

    Kamu otonom dalam bingkai Negara

    kesatuan. Pencapaian tujuan daerah itu

    dalam rangka mencapai tujuan nasio-

    nal. Sistem seperti itu yang harus di-

    tumbuhkembangkan.

    Artinya daerah masih memiliki

    egositas tersendiri?

    Ya. Dengan alasan otonom dan sum-

    ber daya, perkembangan sosial politik

    kemasyarakatan, dan dengan alasan visi

    dan misi daerah sekarang ini amat di-

    tentukan oleh visi dan misi bupati se-

    suai dengan hasil pilkada. Karena visi

    dan misi bupati itulah yang menjadi

    RPJMD. Tidak semua bupati yang ter-

    pilih bisa memahami secara utuh apa

    yang menjadi sumber daya kabupaten.

    Pendekatannya lebih banyak pada

    bagaimana you memilih saya. Tetapipemahaman terhadap kabupaten/kota

    secara detil lemah karena mereka lebih

    banyak outsider, orang dari luar. Na-

    mun, itu pada saat awal, seperti ini bisa

    dipahami. Pada masa-masa yang akan

    datang, calon bupati itu harus tahu per-

    sis daerahnya sehingga bisa menum-

    buhkembangkan daerah. Bayangkan

    WAWANCARA

    Percik Oktober 2006 10

    Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Depdagri, H Syamsul Arief Rivai:

    Anggarkan Air Bersih untuk Desa!

    Sejak era otonomi daerah, geliat pembangunan seolah berpin-

    dah ke daerah. Dengan sumber daya yang dimilikinya, daerah

    berlomba membangun daerahnya. Terkadang, begitu asyiknya

    mereka dengan daerahnya, pemerintah daerah lupa menyesuaikan

    visi dan misi pembangunannya dengan visi dan misi pembangunan

    nasional. Akibatnya, seolah-olah pembangunan di daerah berjalan

    maunya pemda sendiri.

    Dampak dari perilaku tersebut yakni pembangunan yang tidak

    terarah secara nasional. Sektor-sektor yang seharusnya menjadi pri-

    oritas bersama diabaikan hanya gara-gara itu tidak berdampak

    langsung bagi pendapatan daerah. Kondisi ini tidak menguntungkan masyarakat, sebaliknya hanya menjadi

    ambisi para kepala daerah. Sektor air minum dan penyehatan lingkungan pun jadi korban. Apresiasi pemerin-

    tah daerah terhadap bidang ini masih kurang. Bagaimana sebenarnya ini bisa terjadi? Untuk menjawabnya,

    Percik mewawancarai Dirjen Bina Pembangunan Daerah. Berikut petikannya.

    FOTO:MUJIYANTO

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    13/56

    sekarang orang Jakarta jadi bupati Tu-

    lungagung, apa yang dia tahu di sana

    kecuali dari dokumen, angka dan seba-

    gainya. Itu tidak cukup kalau dia tidak

    tahu kondisi sosial kemasyarakatan. La-hirlah visinya. Rakyat memilih dan dia

    memenangkannya. Itulah yang kemudi-

    an menjadi RPJMD. Apakah itu cocok,

    belum tahu kita. Apakah dia juga me-

    neliti visi propinsi sebelumnya? Belum

    tentu, sehingga tidaknyambung.

    Seharusnya visi dan misi dae-

    rah itu seperti apa agar memiliki

    kesinambungan?

    Pertama haruslah merupakan ba-

    gian dari visi dan misi nasional. Walau-

    pun ada spesifikasi sesuai kondisi dae-

    rah masing-masing. Katakanlah kalau

    daerah itu pantai, maka visinya daerah

    pantai. Tapi kalau visi ini ditarik pasti

    mendukung visi nasional mengurangi

    kemiskinan. Kalau dulu ada yang nama-

    nya sistem perencanaan pembangunan

    nasional. Sebenarnya ini bisa dijadikan

    mekanisme. Kita kan ada rakorbang.

    Dimulai dari tingkat desa dulu, bottom

    up, kemudian ke kecamatan, terus ke

    kabupaten, propinsi. Mestinya memba-

    ngun visi harus belajar dari mekanisme

    ini. Baru bisa nyambung.

    Bagaimana upaya Bangda

    membina daerah menuju ke arah

    yang diharapkan?

    Kita sekarang lagi mempersiapkan

    rancangan peraturan pemerintah ten-

    tang perencanaan pembangunan dae-

    rah. Kita harapkan secara bottom up

    semua harus terkait. Mulai dari rencana

    pembangunan tingkat perdesaan, keca-

    matan, kabupaten/kota, propinsi, sam-pai ke tingkat nasional. Bolehlah tiap

    desa punya visi. Tapi ada kegiatan di

    desa yang merupakan bagian dari

    tujuan kecamatan dan seterusnya. Nah

    itu kita susun. Mendahului itu sudah

    kita membuat surat edaran menteri

    dalam negeri. Kebutuhan daerah akan

    perencanaan itu harus lahir, kalau

    menunggu PP lama, maka kita menge-

    luarkan surat edaran Mendagri tentang

    penyusunan RPJMP daerah. Jadi visi

    dan misi bupati itu harus diikat dengan

    peraturan daerah supaya jangan dia

    janji-janji pada kampanye satu atau

    dua, tapi setelah jadi lupa janjinya. Ini

    agar rakyat bisa memiliki mekanisme

    kalau bupati melanggar janjinya. Rakyat

    bisa bilang 'bupati melanggar Perda'.

    Jadi selama ini belum ada

    ikatan yang bersifat hierarki?

    Belum. Di dalam peraturan pe-

    merintah itulah kita harapkan. Dan itu

    maunya undang-undang No. 32.

    Apakah itu tidak membatasi

    ruang gerak dari daerah?

    Tidak. Karena begini, yang dipilih

    daerah berupa visi dan misi itu adalah

    dasar penyusunan kebijakan. Dia

    menyusun visi dan misi berdasarkan

    data, tidak berdasarkan khayalan. Ha-rus hasil penelitian. Jadi tidak akan

    mungkin membatasi kalau memiliki da-

    ta dan pengetahuan yang cukup menge-

    nai daerahnya.

    Kita beralih ke sektor AMPL.

    Bagaimana pandangan Anda ter-

    hadap kepedulian daerah terha-

    dap hal ini?

    Kesadaran rakyat di daerah terha-

    dap air bersih itu yang perlu diting-

    katkan. Kita punya program AMPL yang

    memberikan perhatian khusus terhadap

    kebutuhan air bersih. Bahkan tahun

    2015, 80 persen penduduk di dunia

    harus mengonsumsi air bersih. Perso-

    alannya sekarang, di daerah rakyat asal

    minum. Pokoknya air itu karena keli-

    hatan jernih dianggap bersih. Padahal

    belum tentu sehat. Nah makanya perlu

    ditumbuhkan kesadaran akan penting-

    nya air yang bersih dan sehat. Yang ke-

    dua, yang di kota agak lumayan karena

    ada PDAM. Masalahnya, PDAM itu

    dikelola secara tidak profesional se-

    hingga 80 persen PDAM itu merugi. Itu

    bagaimana? Tetapi air bersih itu meru-

    pakan suatu yang sangat vital karena di

    situlah sumber energi sekaligus bisa

    menjadi sumber penyakit kalau kita

    tidak jaga. Apalagi musim kering se-

    karang ini di mana-mana orang mene-riakkan kebutuhan air. Bagaimana pe-

    merintah daerah menyiapkan itu. Saya

    melihat di RAPBD, daerah terlalu per-

    caya PDAM. Padahal PDAM kan hanya

    di ibukota kabupaten. Yang namanya

    kecamatan itu tidak terurus. Makanya

    kita di Bangda ini bekerja sama dengan

    Care dan WASPOLA untuk memenuhi

    WAWANCARA

    Percik Oktober 2006 11

    FOTO:DPR.GO.ID

    DPR harus menyesuaikan visi daerah dengan visi nasional.

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    14/56

    kebutuhan air bersih itu. Penduduk

    yang tinggal di luar ibukota kabupaten

    itu jauh lebih banyak. Mereka memper-

    oleh air dari sungai atau sumur, yang

    mereka semua tidak memiliki pengeta-huan. Misalnya asin-asin sedikit minum

    aja. Dia tidak tahu dalam jangka pan-

    jang berbahaya bagi kesehatan.

    Kalau kesadaran pemerintah

    daerahnya sendiri?

    Umumnya daerah itu sadar kalau air

    bersih itu perlu. Karena itu mereka gan-

    tungkan harapannya pada PDAM.

    Cuma jangkauan PDAM itu hanya di

    kota. Mestinya di APBD itu ada anggar-

    an untuk air bersih di kecamatan, air

    bersih di desa, dan pusat-pusat konsen-

    trasi penduduk. Inilah yang merupakan

    bagian dari bantuan asing yang masuk

    ke kita yang membantu masyarakat

    perdesaan.

    Tapi kebanyakan daerah hanya

    menganggarkan sangat kecil di

    bidang ini, berarti belum priori-

    tas?

    Ya, bukan prioritas. Prioritas itu jus-

    tru fisik, infrastruktur. Seolah-olah air

    dapat sendiri lah. Memang mereka

    minum, buktinya tidak ada yang mati

    kehausan, tapi apakah air yang

    diminum itu layak. Itu yang tidak dike-

    tahui.

    Adakah upaya pemerintah pu-

    sat agar daerah memberi prioritas

    untuk sektor ini?

    Usaha kita adalah menjaring kerja

    sama dengan negara-negara donor

    karena bicara soal air minum ini ong-

    kosnya mahal, tetapi menyentuh ba-nyak orang. Kita dengan Bappenas, PU,

    Kesehatan, ada program WASPOLA dan

    WSLIC bersama-sama mendorong me-

    nyediakan air bersih. Tapi ini terbatas

    sifat dan lokasinya. Kita berharap dae-

    rah lain yang melihat itu kemudian

    mengikuti pemikiran itu. Menurut saya,

    kesadaran akan kepentingan air bersih

    itu oleh banyak pemda kurang diper-

    hatikan. Usaha kita memberi contoh.

    WSLIC itu adalah proyek contoh bagai-

    mana mengelola air bersih dan penye-

    hatan lingkungan.

    Berarti daerah masih memiliki

    kendala keterbatasan dana?

    Iya.

    Bisakah daerah didorong un-

    tuk mandiri?

    Begini. Ini masalah persepsi. Bahwa

    air minum seolah-olah mudah dipero-

    leh oleh rakyat. Tahu nggak. Daerah itu

    sudah pinter juga lho minum air ke-

    masan. Bahkan ada bupati membuat air

    kemasan itu karena dia tahu air itu tidak

    cukup. Ada istri bupati yang ngurus ini,

    bikin pabrik. Tapi bukan itu solusinya.

    Karena rakyat itu daya belinya rendah,

    air minum dan air untuk keperluan

    rumah tangga itu jumlah yang dibu-

    tuhkan terus menerus dan banyak,

    sehingga solusinya bukan dengan air

    kemasan. Penyelesaiannya harus de-

    ngan menemukan sumber air dan se-

    kaligus menjadikan air itu menjadi air

    yang layak pakai. Itu bisa masuk melalui

    program dan harus didukung oleh

    APBD.

    Apakah kita perlu regulasi

    untuk menjaga lingkungan kita?

    Itu pasti. Karena air ada hubungan-

    nya lingkungan terutama hutan, maka se-

    karang ini kencang sekali rambu-rambu-nya. Bukan lagi perlu, sekarang sudah main.

    Terutama untuk pembabatan hutan, itu

    sudah kencang kita larang. Di lain pihak,

    kebutuhan akan kayu tinggi sekali. Dan

    kita tidak menyiapkan semacam alternatif,

    kalau bukan kayu apa? Sekarang saya di

    Bangda sedang memikirkan menyusun

    kebijakan bahwa jangan lagi pakai kayu.

    Solusinya adalah kalau untuk kepentingan

    pembangunan fisik maka dengan baja

    ringan. Saya gubernur di Sulawesi Barat,

    dan itu sudah mulai berlaku di sana. Tidak

    ada lagi bangunan yang menggunakan

    kayu. Harus pakai baja ringan. Padahal di

    sana banyak kayu. Kalau mau ambil ting-

    gal potong, tapi itu mengganggu ringan.

    Harus ada kebijakan. Kalau tidak orang

    akan tetap butuh kayu meskipun dilarang,

    maka lahirlah illegal logging. Sementara

    kalau baja ringan belum banyak rakyat

    yang familiar dengan itu. Padahal itu

    sekaligus antigempa dan antirayap. Maka

    dalam rangka penyelamatan air, salah satu

    upayanya adalah perlindungan hutan.

    Hutan memiliki pengaruh yang sangat

    besar dalam siklus hidrologi. MJ

    WAWANCARA

    Percik Oktober 2006 12

    FOTO:DPR.GO.ID

    Penebangan hutan tak terkendali mengganggu kelestarian sumber air.

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    15/56

    Tragedi sampah terus menggela-

    yuti dunia persampahan Indo-

    nesia. Tahun lalu, puluhan

    orang meninggal akibat tertimbun sam-

    pah di Tempat Pembuangan Akhir

    (TPA) Leuawigajah yang longsor. Tepat

    8 September dinihari lalu, giliran trage-

    di itu menimpa para pemulung yang se-

    dang mengais rezeki di TPA Bantar Ge-

    bang, Bekasi. Lima orang meninggal du-

    nia dan beberapa orang terluka.

    Kedua tragedi itu berbeda modus-

    nya. Di Leuwigajah, hamparan sampah

    longsor dan menimpa permukiman

    penduduk yang lokasinya lebih rendah

    dari TPA itu (TPA berada di bukit). Se-

    dangkan di Bantar Gebang, sampah

    mengubur para pemulung yang berada

    di gundukan sampah yang tingginya

    mencapai hampir 20 meter.

    Beberapa kalangan menuding pe-

    ngelola TPA Bantar Gebang, PT Patriot

    Bangkit Bekasi (PBB). Perusahaan yang

    dikontrak oleh Pemda DKI itu dianggap

    tidak profesional dalam menangani

    sampah di areal seluas 108 hektar terse-

    but. Perusahaan itu dianggap menga-

    baikan Prosedur Standar Operasi (SOP)

    yang telah ditetapkan. Seharusnya sam-

    pah dikelola dengan sistem sanitary

    landfill, tapi fakta di lapangan menun-

    jukkan perusahaan itu menggunakan

    sistem open dumping. Sedangkan Gu-

    bernur DKI Jakarta, Sutiyoso, justrumenyalahkan para pemulung yang di-

    anggap telah memasuki daerah ber-

    bahaya di zone pembuangan sampah

    itu. Kecam-mengencam pun terus ber-

    langsung. Hingga saat ini belum ada so-

    lusi yang tepat untuk menanganinya.

    Lepas dari itu, TPA Bantar Gebang

    yang terbagi dalam lima zone ini me-

    mang telah syarat beban. Berdasarkan

    perjanjian sebelumnya, TPA yang mulai

    beroperasi tahun 1992 itu seharusnya

    ditutup pada Desember 2003. Namun

    rencana itu tak terjadi. Penggunaan

    TPA itu diperpanjang atas kesimpulan

    dan rekomendasi konsultan indepen-

    den. Evaluasi Pemantauan oleh konsul-

    tan independen-kerja sama Dinas Ke-

    bersihan DKI Jakarta, Pusat Penelitian

    Sumberdaya Manusia dan Lingkungan

    Hidup Universitas Indonesia dan Pusat

    Studi Pembangunan dan Lingkungan

    Universitas Islam "45" Bekasi-menyata-

    kan, ''Dengan asumsi volume yang ma-

    suk di TPA Bantar Gebang sesuai de-

    ngan kondisi tahun 2003 (20.000

    m3/hari) serta berkurang karena diba-

    ngunnya TPA di tempat lain serta

    mengacu pada data Dinas Kebersihan

    tahun 2003 (14.000 m3/hari); di mana

    pengurangan volume sampah di TPA ju-

    ga terjadi karena proses penguraian

    sampah dan juga karena pemadatan (50

    persen) serta direduksi oleh pemulung

    (10 persen). Berdasarkan ketinggian

    sampah pada tahun 2003 untuk variasi

    ketinggian perencanaan sebesar 12 dan

    15 meter, maka TPA Bantar Gebang ma-

    sih memiliki kapasitas penampungan

    untuk 417-1.015 hari."

    Di sisi lain, Dinas Kebersihan DKI

    Jakarta pun tak bisa melepas begitu saja

    TPA tersebut. Pasalnya DKI belum me-

    miliki TPA alternatif. Rencana DKI

    membangun Tempat Pembuangan

    Sampah Terpadu (TPST) Bojong, Keca-

    matan Kalapanunggal, Kabupaten Bo-

    gor yang menerapkan teknologi tinggi

    pun kandas karena penolakan oleh ma-

    syarakat. Mau tidak mau, TPA Bantar

    Gebang masih jadi tumpuan. DKI tentu

    tak ingin terjadi tragedi sampah seperti

    di Kota Bandung karena ketiadaan TPA.

    TEROPONG

    Percik Oktober 2006 13

    Simalakama

    BANTAR GEBANG

    FOTO:BAGONG S

    Pemulung berebut sampah di sekitar alat berat.

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    16/56

    Sempat tersiar kabar, TPA itu akan

    diperluas. Ada tanah seluas 2,3 hektar

    di TPA tersebut yang bisa digunakan.

    Namun rencana itu terganjal. Banyak

    makelar yang bergentayangan sehinggaharga tanah menjadi sangat mahal dan

    jauh dari harga NJOP (nilai jual objek

    pajak). Kalaupun TPA ini dimekarkan,

    kapasitasnya tetap tidak mencukupi un-

    tuk menampung sampah yang datang

    setiap hari 6.000 ton ke areal itu.

    Pusat Pengkajian dan Pengembang-

    an Teknologi Lingkungan BPPT pernah

    melakukan penelitian mengenai ke-

    mungkinan rehabilitasi TPA Bantar Ge-

    bang tahun 2004. Berdasarkan kajian,

    TPA tersebut masih dapat direhabilitasi

    sehingga dapat digunakan menjadi TPA

    yang ramah lingkungan dan dapat digu-

    nakan secara berulang atau terus

    menerus. Sedangkan kandungan bahan

    organik yang ada di bawah tumpukan

    sampah di TPA dapat ditambang dan

    digunakan untuk reklamasi lahan kritis

    atau bekas pertambangan.

    Hingga saat ini belum ada tindakan

    yang konkret untuk menangani TPA

    Bantar Gebang. Semua berjalan seperti

    biasa saja, kendati korban jiwa telah ja-

    tuh. ''Ini semua terjadi karena TPA Ban-

    tar Gebang menjadi ajang untuk men-

    cari uang. Semua saling berebut untuk

    mencari uang di sini,'' kata Bagong Su-

    yoto, Ketua Koalisi LSM untuk Per-

    sampahan Nasional. Ia menceritakan,

    ada bau politik di TPA terbesar ini. Par-

    tai-partai besar yang ikut menentukan

    keberlangsungannya. Belum lagi, pre-

    manisme pun tak kalah ganasnya.

    Bagong yang pernah menjadi Koor-

    dinator Pokja Penanganan TPA Bantar

    Gebang ini mengungkapkan praktek po-litik uang ini pulalah yang menjadikan

    pengelolaan TPA tidak beres. ''Manaje-

    men fee yang kini besarnya 120 ribu

    rupiah per ton, diperas sana peras sini.

    Pokoknya semua minta jatah. Akibat-

    nya, uang yang seharusnya digunakan

    untuk mengelola persampahan ini habis

    untuk kegiatan non teknis. Operasi TPA

    ini sangat sarat dengan premanisme

    dan KKN,'' jelasnya.

    Menurutnya, penunjukan PT PBB

    pun tak lepas dari unsur itu. Perusa-

    haan ini seharusnya habis masa kon-

    traknya Juli 2006. Eh ternyata diper-

    panjang lagi dua kali enam bulan.

    Padahal sejauh ini PT PBB kualifikasi-

    nya belum diketahui. Modalnya pun tak

    jelas, punya atau tidak. PBB juga tidak

    menggunakan teknologi tinggi apapun.

    Dan kalau bicara SDM-nya, tak ada

    yang tahu, apakah perusahaan itu me-

    miliki para ahli di bidang persampahan.

    Bagong heran mengapa perusahaan se-

    perti ini ditunjuk untuk mengelola TPA

    Bantar Gebang. ''Apakah DKI tidak me-

    miliki partner yang lebih baik?'' katanya

    seraya menambahkan telah terjadi KKN

    dalam penunjukan tersebut.

    Selain itu, lanjutnya, sampai seka-

    rang tidak ada perjanjian tripartit yang

    melibatkan Pemda DKI, Pemkot Bekasi,

    dan pihak swasta. Yang ada hanya per-

    janjian antara DKI dan Kota Bekasi saja.

    Mata rantai yang tidak jelas ini pulalah

    yang menyebabkan pengelolaan sam-pah di Bantar Gebang menjadi seperti

    sekarang.

    Bagong mengusulkan, sudah saat-

    nya DKI meminta dukungan pemerin-

    tah pusat seperti BPPT, Departemen Pe-

    kerjaan Umum, Kementerian Lingkung-

    an Hidup, dan Bappenas untuk ikut

    membantu TPA Bantar Gebang. Menu-

    rutnya, perlu ada minning (pengerukan)

    di TPA ini yang hasilnya bisa digunakan

    untuk pupuk tanaman keras misalnya.

    Untuk jangka panjang, ia menya-

    rankan DKI harus menerapkan prinsip3 R (reduce, reuse, dan recycle) sejak di

    sumber sampah. Selain itu pengom-

    posan pun bisa dilakukan di sumber-

    sumber sampah. Ini penting mengingat

    44,63 persen sampah DKI merupakan

    sampah organik. ''Kalau ini berjalan,

    maka TPA hanya tinggal menerima

    sisanya. Dan itu tinggal sedikit,'' kata

    Bagong.

    Pada kesempatan lain Kepala Dinas

    Kebersihan DKI Jakarta, Rama Budi

    menyatakan persoalan penanganan

    sampah tidak hanya masalah teknis be-

    laka. Justru masalah non teknis yang le-

    bih besar. Pihaknya sendiri telah mem-

    pertimbangkan umur teknis TPA Bantar

    Gebang yang hampir habis. Maka DKI

    telah mengkaji ulangMaster Plan Penge-

    lolaan Sampah Padat yang disusun oleh

    JICA tahun 1987. Dari hasil kajian yang

    selesai tahun 2005 itu diperoleh ren-

    cana aksi Pengelolaan Sampah DKI

    Jakarta 10 tahun ke depan (2005-2015).

    Action plan itu telah disesuaikan

    dengan berbagai aspek sesuai perkem-

    bangan permasalahan sampah yang

    berkembang baik aspek institusi, hu-

    kum, dan financial. Pendekatan dan

    strategi itu antara lain mengurangi dan

    memanfaatkan sampah sebanyak

    mungkin di sumber sebelum dibuang ke

    TPA; pemilahan; pembangunan fasilitas

    pengolah sampah di berbagai lokasi dan

    zonasi penanganan sampah; aplikasi

    teknologi tinggi; penanganan sampah

    B3 secara khusus; membuka peluang

    kerja sama regional dan swasta; danperubahan paradigma masyarakat bah-

    wa sampah bisa menjadi sumber daya

    yang ekonomis. Strategi ini memasuk-

    kan konsep desentralisasi dan penggu-

    naan teknologi tinggi serta kerja sama

    regional. Kalau ini berjalan, beban TPA

    Bantar Gebang bisa berkurang. Perta-

    nyaannya, kapan? MJ

    TEROPONG

    Percik Oktober 2006 14

    Pusat Pengkajian dan

    Pengembangan Teknologi

    Lingkungan BPPT pernah

    melakukan penelitian mengenaikemungkinan rehabilitasi

    TPA Bantar Gebang tahun 2004.

    Berdasarkan kajian, TPA tersebut

    masih dapat direhabilitasi

    sehingga dapat digunakan

    menjadi TPA yang ramah

    lingkungan.

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    17/56

    Tragedi sampah longsor tempat

    pembuangan akhir (TPA) Ban-

    tar Gebang milik DKI Jakarta

    pada Jumat, 8 September 2006 mene-

    lan 5 jiwa dan 3 luka-luka merupakan

    indikasi buruknya pengelolaan sampah.

    Selama dua bulan terakhir terjadi empat

    kali sampah longsor di TPA itu. Namun

    pengelola tidak belajar dari sejarah hi-

    tam tersebut. Kebiasaan masa lalu terus

    berlangsung.

    Tidak mudah mengubah suatu sis-

    tem dan kultur yang telah berjalan pu-

    luhan tahun dalam pengelolaan sampah

    di DKI Jakarta dan Indonesia pada umum-

    nya. Pendekatan yang ditempuh DKI

    menekankan pada top-down policy, ha-

    nya pemerintah yang mengurusi sam-

    pah dengan manajemen tertutup. Pen-

    dekatan masa lalu tersebut menimbul-

    kan berbagai masalah.

    Basis pengelolaan sampah di Jakar-

    ta adalah master plan 1987-2005 yang

    disusun JICA, yang meliputi (1) pe-

    ngumpulan (colletion) seperti: pelayan-

    an door to door, sistem LPS (gerobak

    sampah), penyapuan (street sweeper);

    (2) pengangkutan (SPA besar 2 buah,

    SPA kecil 13 buah); (3) Pengangkutan

    dengan kontainer dan kompaktor; (4)

    Pembuangan akhir (disposal site) di

    belahan timur di TPA Bantar Gebang

    dan belahan Barat di Ciangir, Tange-

    rang. Sayangnya sampai sekarang calon

    TPA Ciangir tidak bisa dioperasikan ka-

    rena penolakan warga.Sistem kumpul - angkut - buang me-

    rupakan sistem konvensional, yang ha-

    nya memindahkan masalah. Sampah

    Jakarta dibuang ke TPA Bantar Gebang

    dan terus menggunung. Dari 5 zona

    TPA Bantar Gebang, pada Juli 2006 se-

    muanya sudah penuh, yang semestinya

    TPA ditutup pada akhir Desember 2003

    lalu. Lebih dari 27.966 m atau 6.000

    ton/hari sampah dibuang ke TPA Ban-

    tar Gebang, terdiri dari 55,37% sampah

    organik dan 44,63% non-organik. Sam-

    pah itu dihasilkan oleh lebih 10 juta

    penduduk Jakarta.

    Setelah Ciangir gagal, untuk meng-

    atasi kejenuhan TPA Bantar Gebang,

    Pemda DKI Jakarta membangun TPST

    Bojong Kalapanunggal-Bogor, dirintis

    awal 2001. Namun, TPST Bojong dito-

    lak warga sekitar. Berbagai alasan peno-

    lakan muncul mulai dari mulai keboho-

    ngan publik hingga penempatannya ti-

    dak sesuai dengan tata ruang (RTRW).

    Sementara itu pihak pengelola, menya-

    takan TPST tersebut menggunakan tek-

    nologi pengolah sampah (balla press)

    paling modern di Indonesia, yang dapat

    menyerap 1.500 ton/hari sampah dari

    Jakarta.

    Sekarang ini TPA Bantar Gebang

    menjadi satu-satunya tumpuan DKI Ja-

    karta, paling tidak untuk 2-3 tahun ke

    depan. Masalahnya, TPA Bantar Ge-

    bang dikelola tanpa memperhatikan

    standar baku (teknis), akibatnya me-

    nimbulkan pencemaran lingkungan

    (udara, tanah dan air). Seperti leachet

    yang tak tertampung oleh IPAS meng-

    alir hingga 15 km melewati Kali Asem,

    Kali Pedurenan, Perumahan Regency,

    Dukuh Zamrud/Kota Legenda, Duta

    Harapan, dan seterusnya. Leachet itu

    telah mencemari sawah-sawah petani

    akibatnya produktivitas padi turun

    drastis setiap tahun. Pencemaran itu

    bertambah ketika TPA Sumur Batu mu-

    lai dioperasikan pada Juni 2003, di-

    mana pengelolaannya lebih buruk lagi.

    Pencemaran air tersebut berpenga-

    TEROPONG

    Percik Oktober 2006

    Review Master Plan

    Pengelolaan Sampah DKI Jakarta

    GRAFIK TIMBULAN SAMPAH DI DKI JAKARTA TAHUN 2005(6.000 ton/Hari)

    Pemukiman

    Pasar

    Sekolah

    Perkantoran

    Industri

    Lain-lain

    Pemukiman3.178 (52.97%)

    Pasar240 (4%)

    Sekolah319 (5.32%)

    Perkantoran1.641 (27.35%)

    Industri538 (8.97%)

    Lain-lain84 (1.4%)

    Jakarta Pusat : 5.280 m3

    Jakarta Utara : 4.408 m3

    Jakarta Barat : 6.000 m3

    Jakarta Selatan : 6.218 m3

    Jakarta Timur : 6.060 m3

    Jumlah : 27.966 m3

    1. Organik : 55,37 %

    2. An Organik. : 44,63 %

    2.1. Kertas : 20,57 %

    2.2. Plastik : 13,25 %

    2.3. Kayu : 0,07 %

    2.4. Kain/Trkstil : 0,61 %

    2.5. Karet/Kul it T iruan : 0,19 %

    2.6. Logam/Metal : 1,06 %

    2.7. Gelas/Kaca : 1,91 %

    2.8. Sampah Bongkaran : 0,81 %

    2.9. Sampah B3 : 1,52 %

    2.10 Lain-lain (batu,pasir,dll) : 4,65 %

    KOMPOSISI SAMPAH

    VOLUME SAMPAH :

    Sumber : WJEMP 2005

    Oleh: Bagong Suyoto*

    15

    Timbunan Sampah di DKI Jakarta tahun 2005(6.000 ton/hari)

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    18/56

    ruh langsung pada kualitas air sumur

    penduduk, yang kini tidak layak minum.

    Penduduk hanya mengandalkan air

    mineral dan sumur artesis. Sayangnya

    operasi sumur artesis tidak menjangkau

    seluruh penduduk sekitar TPA, yaituCikiwul, Ciketing Udik, dan Sumur Ba-

    tu, Kec. Bantar Gebang, dan Desa Ta-

    man Rahaya, Kec. Setu. Air sumur war-

    ga sudah tercemar tinja (e-coli) dan lo-

    gam berat. Pada umumnya sampah

    yang dibuang ke TPA bercampur-baur

    antara organik, non-organik dan sampah

    yang mengandung bahan berbahaya

    dan beracun (B3) skala rumah tangga.

    Yang lebih sengsara adalah pemulung,

    mereka menggunakan air minum dan

    keperluan sehari-hari dengan air se-

    adanya dan tercemar.

    Persoalan lain tentu berdampak pa-

    da kesehatan masyarakat. Berbagai pe-

    nyakit menyerang seperti ISPA, alergi

    kulit, radang paru-paru, asma, anemia,

    dan lain-lain. Gangguan kesehatan itu

    disebabkan oleh asap dari pembakaran

    sampah, tebaran debu sampah, bau bu-

    suk yang terbawa angin dan sebagainya.

    Masalah lainnya akibat pengelolaan

    TPA yang buruk adalah semakin be-

    sarnya konflik sosial (vertikal dan hori-

    zontal), praktek KKN, premanisme dan

    vandalisme. Berbagai kepentingan

    muncul di sini mulai dari Pemda DKI,

    Pemkot Bakasi, DPRD, Parpol, Ormas,

    LSM, pelapak, pemulung, hingga warga

    yang tinggal di sekitar TPA. Hal ini

    semakin tampak dan panas ketika MoU

    pemanfaatan TPA Bantar Gebang akanberakhir tiap tahun. Sampah pada

    akhirnya terjerembab dalam aras poli-

    tik, inilah yang dipahami sampah seba-

    gai komoditas politik. Pengelolaan sam-

    pah yang buruk akan menjadi gudang

    pemerasan, apalagi TPA itu di tempat

    orang lain.

    Review Master Plan

    Untuk mengatasi berbagai perma-

    salahan yang menyelimuti pengelolaan

    sampah Jakarta maka dilakukan review

    master plan 1987. Review 10 tahun ke

    depan (2005-2015) yang dimaksud

    adalah Solid Waste Management for

    Jakarta: Master Plan Review and Pro-

    gram Development, bagian dari

    Western Java Enviromental Mana-

    gement Project (WJEMP - IBRD Loan

    4612-IND/IDA Credit 3519-IND). Ba-

    gian yang sangat penting dari WJEMP

    adalah Jabodetabek Waste Manage-

    ment Corporation (JWMC), yaitu pem-

    bentukan TPA Regional, direncanakan

    di Nambo, Bogor. Belajar dari penga-

    laman pengelolaan sampah selama ini

    maka DKI perlu mengubah paradig-

    manya, menuju era baru pengelolaan

    sampah.

    Sebagai ibukota negara, metropoli-

    tan Jakarta dibebani oleh berbagai

    masalah seperti pertambahan pen-duduk dan urbanisasi, perkembangan

    aktivitas ekonomi dan pembangunan

    modern. Sementara perilaku masyara-

    kat yang semakin konsumtif sulit di-

    tekan, termasuk pemakaian kantong/-

    pembukus dari plastik yang tidak ra-

    mah lingkungan. Semua berimplikasi

    pada timbulan dan komposisi sampah

    yang terus bertambah besar. Berpijak

    dari pengalaman masa lalu dan per-

    soalan yang mengikutinya, maka penge-

    lolaan sampah di Jakarta sudah wak-

    tunya mengandalkan teknologi canggih

    yang ramah lingkungan.

    Pendekatan dan strategi berdasar-

    kan review master plan, yaitu tidak ter-

    pusat, ramah lingkungan, multi tekno-

    logi, tata regulator/operator, peran

    swasta dan masyarakat, pilah sampah/3

    R (reduce, reuse, dan recycle), kerja sa-

    ma regional,pay as you throw. Sasaran

    program untuk jangka pendek, menen-

    gah dan panjang adalah (1) pengelolaan

    sampah yang efektif, efesien, ramah

    lingkungan dengan menggunakan tek-

    nologi modern; (2) tercapainya sinergi

    Pemda, swasta dan masyarakat; (3) ter-

    wujudnya sampah sebagai sumber daya.

    Sumber dana APBD, kemitraan, APL-2

    (World Bank), grantdan peluang CDM.

    Pemprop DKI akan membangun 4

    TPST di wilayah indoor, yaitu Duri Ko-

    sambi-Jakbar, Marunda-Jakut, Puloge-

    bang-Jaktim, dan Ragunan-Jaksel. Pa-

    da intinya sampah akan dikelola mulai

    dari sumber (pemilahan), diangkut ke

    SPA, dan disalurkan ke TPST. Sampahakan diolah menjadi kompos dan mate-

    rial yang berguna, daur ulang, dan juga

    akan diubah menjadi listrik (waste to

    energi). Pemprop DKI sudah melaku-

    kan penjajakan dan MoU dengan se-

    jumlah perusahaan baik domestik mau-

    pun luar negeri. Dari luar negeri dapat

    disebut Kepple-Seghers, Singapura, dan

    TEROPONG

    Percik Oktober 2006

    FOTO: BAGONG S

    16

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    19/56

    perusahan Kanada.

    Dalam laporan Potential Project

    Porfolio for Clean Development Mecha-

    nism in India and Indonesia (Maret

    2006) ada dua tempat yang mendapatdukungan dari Kanada, yaitu waste to

    energy melalui insinerasi (Dinas Keber-

    sihan DKI) di Duri Kosambi, Jakarta

    Barat dan mechanical composting and

    manual sorting oleh Wira Gulfindo Sa-

    rana di Jakarta Utara--dua proyek pen-

    gelolaan sampah yang (akan) mendapat

    fasilitas CDM. Sedang di TPA Bantar

    Gebang, sebuah perusahaan dari Je-

    pang (Kajima) akan mengolah sampah

    juga menjadi listrik. Belakangan kalang-

    an GTZ German dan Bali Fokus sedang

    menyusun studi kemungkiman berapa

    besar proyek tersebut dapat difasilitasi

    CDM. Mereka telah melakukan kunjung-

    an ke Bantar Gebang pada bulan April

    2006 didampingi Kementerian Ling-

    kungan Hidup, Bappenas, dan Koalisi

    LSM untuk Persampahan Nasional.

    Kunci Utama

    Berdasarkan pengalaman, secanggih

    apa pun teknologi yang diterapkan un-

    tuk mengolah sampah, tidak akan ber-

    hasil tanpa adanya dukungan/partisipa-

    si masyarakat. Masyarakat, termasuk

    mereka yang tinggal di pinggiran

    TPA/TPST, kaum perempuan, pemu-

    lung dan sekor informal selayak diajak

    menyusun desain pengelolaan sampah,

    implementasi, monitoring dan review

    (berkala).

    Master plan akan dapat dilaksa-

    nakan dengan sukses bila mengadopsi

    dan mengeloborasi Rekomendasi Se-

    miloka Pembahasan Rencana Aksi Pe-

    ngelolaan Sampah Jakarta 2005-2015di Hotel Millenium Jakarta, 23 No-

    pember 2005. Semiloka tersebut meru-

    pakan kerja sama Koalisi LSM untuk

    Persampahan Nasional dan Dinas

    Kebersihan DKI. Tiga butir rekomen-

    dasi adalah: (1) Melakukan Review To-

    tal terhadap pelibatan berbagai stake-

    holder dalam pengelolaan sampah di

    Jakarta, juga pemberdayaan masyara-

    kat dalam pengelolaan sampah, (2) Me-

    lakukan kaji ulang terhadap pemilihan

    lokasi tempat pembuangan akhir/ tem-

    pat pengolahan sampah terpadu (TPA-/TPST) yang berdekatan dengan permu-

    kiman penduduk, dan (3) Menyediakan

    berbagai alternatif dan kaji ulang peng-

    gunaan teknologi pengolahan sampah

    di Jakarta. Hendaknya menekankan

    teknologi yang ramah lingkungan, tidak

    menimbulkan pemborosan sumber

    alam dan sumber dana, melindungi ke-

    sehatan, dan dapat mendorong pening-

    katan kesejahteraan masyarakat.

    Upaya ini dibarengi adanya pemi-

    sahan antara regulator, operator, dan

    pengawas. Tentu semuanya itu harus

    tertuang dalam klausul-klausul UU Per-

    sampahan, selanjutnya diturunkan da-

    lam PP dan Perda.

    Sejauh ini kita belum memiliki UU

    Persampahan, informasi yang diterima

    penulis, bahwa RUU Pengelolaan Sam-

    pah masih diharmonisasi di Departe-

    men Hukum dan HAM. Saat ini RUU itu

    belum masuk program legislasi nasional

    (Prolegnas). Demi kepentingan bersa-

    ma selayaknya pembahasan itu diperce-

    pat dan segera dikeluarkan amanat pre-

    siden (Ampres) guna dimasukkan da-

    lam Prolegnas dan segera diagenda di

    DPR RI. Banyak kalangan menunggulahirnya RUU tersebut.

    Berbagai persoalan sampah seperti

    kasus TPA Bantar Gebang, TPST Bo-

    jong, TPA Leuwigajah, kasus Bandung

    lautan sampah telah menciptakan stig-

    ma buruk dan merupakan bagian seja-

    rah hitam pengelolaan sampah di Indo-

    nesia. Kementerian Lingkungan Hidup

    menduga, apa yang dialami Bandung

    akan terulang di kota-kota lain. Jika su-

    atu hari TPA Bantar Gebang ditutup

    total, sementara Jakarta belum siap

    dengan implementasi master plan maka

    bahayanya akan lebih dahsyat beberapa

    kali lipat dibanding kasus sampah Ban-

    dung. Karena timbulan sampah Jakarta

    jauh lebih banyak dibanding Bandung.

    DKI harus mengambil langkah-langkah

    cepat, konkrit, terencana dan kompre-

    hensif untuk mengantisipasinya.

    *) Ketua Koalisi LSM

    Untuk Persampahan Nasional,

    Ketua Dewan Daerah WALHI Jakarta

    TEROPONG

    Percik Oktober 2006 17

    FOTO: BAGONG S

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    20/56

    Abad ke-21 dimulai dengan se-

    buah kondisi pembangunan

    manusia yang mendasar yang

    belum tertanggulangi, yaitu akses kepa-

    da layanan air minum, khususnya bagi

    penduduk miskin di daerah kumuh per-

    kotaan. Sementara akses ke air minum

    merupakan sumber daya atau modal da-

    sar bagi keberlangsungan hidup. Akses

    ke air minum merupakan salah satu

    komponen dalam klasifikasi kemiskinan

    (Howard, 2004). Kegagalan dalam pe-

    nyediaan air membawa dampak ke se-

    mua kelompok. Akan tetapi, yang paling

    besar dampaknya adalah terhadap pen-

    duduk miskin kota sehingga mereka se-

    makin tidak mampu keluar dari siklus

    kemiskinan.

    Beberapa faktor ditengarai menjadi

    penyebab minimnya akses air minum,

    khususnya bagi penduduk miskin, yaitu

    sebagai berikut.

    Lahan yang ditempati bukan meru-

    pakan miliknya yang sah.

    Pada daerah perkotaan, penyedia la-

    yanan air minum tidak melayani dae-

    rah permukiman liar, dengan pertim-

    bangan akan memberi legitimasi dan

    alasan bagi penduduk untuk terus

    menempati lokasi tersebut. Walau-

    pun kebijakan nasional menyatakan

    bahwa air minum diperuntukkan bagi

    semua orang, dalam prakteknya hal

    ini tidak akan terjadi pada penduduk

    di permukiman liar.

    Kemampuan penduduk miskin sa-ngat terbatas untuk membayar bia-

    ya sambungan sekaligus di depan.

    Keterbatasan kemampuan untuk

    membayar biaya sambungan itu akan

    berakibat bahwa penduduk miskin ti-

    dak akan pernah memperoleh layan-

    an air perpipaan. Harga satuan air

    perpipaan jauh lebih rendah dari air

    yang dijajakan keliling, tetapi biaya

    sambungan air perpipaan mahal

    (McIntosh, A. C, 2003).

    Ketika tanggung jawab penyediaan

    air minum dialihkan ke swasta, ke-

    pentingan penduduk miskin bukan

    menjadi perhatian.

    Perusahaan penyedia layanan air mi-

    num swasta tidak tertarik melayani

    penduduk miskin sebab penduduk

    miskin berkonsumsi rendah, mereka

    tidak mampu membayar biaya pema-

    sangan sekaligus di depan. Di sam-

    ping itu, mereka sering berlokasi di

    kawasan permukiman liar.

    Bagi sebagian besar pengambil ke-

    putusan, penduduk miskin dianggap

    tidak mampu dan/atau tidak mau

    membayar.

    Penduduk miskin dianggap tidak

    mampu untuk membayar. Walaupun

    demikian, pada saat tertentu seperti

    menjelang pemilihan umum, pendu-

    duk miskin perkotaan memperoleh

    perhatian berupa janji perbaikan ling-

    kungan dan penyediaan air gratis.

    Lokasi tempat tinggal jauh dari ja-

    ringan perpipaan.

    Ketika penduduk berlokasi di ka-

    wasan kumuh, atau berjarak jauh dari

    jaringan perpipaan, akses air minum

    menjadi berkurang.

    Kekurangan air dan sanitasi ber-

    dampak pada kemiskinan melalui em-

    pat dimensi, yaitu (i) kesehatan, (ii)

    pendidikan, (iii) jender, dan (iv) penda-

    patan dan konsumsi (Bosch, Hom-

    mann, Sadoff dan Travers, 2000). Hal

    itu selengkapnya dapat dilihat pada

    Gambar 1.

    Ketika penduduk miskin tidak mem-

    peroleh akses air minum, penduduk

    miskin khususnya di perkotaan me-

    nanggung konsekuensinya, di antaranya

    WAWASAN

    Percik Oktober 2006

    Pembangunan Air Minum

    dan KemiskinanOleh: Oswar Mungkasa*

    Kesehatan

    Pendidikan

    Pendapatan/

    Konsumsi

    - Penyakit terkait air dan sanitasi

    -Malnutrisi karena diare-Berkurangnya usia harapan hidup

    - Tingkat kehadiran berkurangkarena sakit, atau antri air

    - Tingginya proporsi pengeluaranuntuk air

    -Berkurangnya potensi penda-patan karena sakit, berkurangnyakesempatan kerja yang

    memerlukan ketersediaan air.

    Dimensi

    Kemiskinan

    Dampak Utama

    Kekura-

    nganAirMinum

    dan

    Sanitasi

    Gambar 1.PENGARUH KETERSEDIAAN AIR MINUM

    TERHADAP BERAGAM DIMENSI KEMISKINAN

    Sumber: Bosch dkk (2000)

    a.

    b.

    c.

    d.

    e.

    18

  • 7/31/2019 HABIS KERING DATANGLAH BANJIR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Oktober 2

    21/56

    berupa (Johnstone dan Wood, 1999) (i)

    meningkatnya biaya bagi yang tidak

    memperoleh akses, (ii) berkurangnya

    konsumsi air, dan (iii) bertambahnya

    beban kesehatan dan timbulnya biayaekonomi karena hilangnya produktivi-

    tas. Satu persatu akan dijelaskan beri-

    kut ini.

    Meningkatnya biaya bagi yang tidak

    memperoleh akses.

    Ketika penduduk tidak memperoleh

    akses, mereka mencari alternatif lain

    yang lebih mahal. Masyarakat miskin

    membel