Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade...

140

description

 

Transcript of Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade...

Page 1: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 2: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 3: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

� DARI REDAKSI01PercikJuni 2009

Memasuki tahun 2009 ini,banyak proyek AMPL diIndonesia yang telah dan

akan segera berakhir, diantaranyaWaspola 2. Setelah melalui satudekade, akhirnya sebagaimana katapepatah “Tiada pesta yang takberakhir”, Waspola 2 per Juni 2009telah tutup buku. Di ujung proyek,salah satu kewajiban dari pengelolaproyek adalah menyusun laporanakhir.

Harapannya, laporan tersebutakan dibaca oleh khalayak. Namunkenyataannya, sebagian besar lapor-an tersebut hanya mengisi pojokberdebu dari rak buku di kantorpemerintah. Menyadari hal tersebut,Percik kemudian bekerjasama de-ngan Waspola mencoba menuangkanlaporan akhir tersebut kedalam for-mat majalah. Tepatnya menjadi isidari edisi khusus Percik pada bulanJuni 2009.

Informasi dan data tentangWaspola 2 dikemas dalam berbagairubrik seperti laporan utama, wawan-cara, wawasan, regulasi, praktek ung-gulan, dan info seputar pelaku.Produk Waspola 2 pun mendapatporsi untuk ditampilkan baik yangberupa buku, audio visual, bahkansitus. Apakah dengan cara ini kemu-dian khalayak akan tertarik membacahasil Waspola 2. Hanya waktu yangbisa menjawab.

Edisi kali ini merupakan edisikhusus kedua, setelah edisi khususpertama dengan tema PengelolaanSampah Berbasis Masyarakat (PSBM)yang sebenarnya merupakan upayamemasyarakatkan PSBM ke tengahmasyarakat. Ini merupakan terobosankami agar pembaca tidak merasabosan dengan gaya yang sama daritahun ke tahun. Direncanakan sepan-jang tahun 2009, Percik akan terbitdalam bentuk edisi khusus sebanyak 5kali.

Hal yang membanggakan bahwakesemua edisi khusus tersebutdidanai tidak lagi dari kocek peme-

rintah tetapi merupakan hasil kerja-sama dengan berbagai pihak. Padasaat yang bersamaan, PercikYunior pun telah mendapat lampuhijau untuk didanai dari sumber nonpemerintah, melanjutkan kesepa-katan tahun-tahun sebelumnya.Kepercayaan ini menjadi bekal kamiuntuk menjadi lebih baik lagi kedepan.

Bukan hanya format Percik yangberubah. Kantor redaksi Percik puntelah pindah ke Jl. R.P. Soeroso 50Menteng, Jakarta Pusat. Kepindahanke kantor baru sepertinya menjadisalah satu faktor pendukung timbul-nya semangat dan keberanian kamiuntuk mencoba terbit dengan formatbaru.

Jika dicermati, terlihat fenomenabaru di dunia AMPL. Semakin banyakproyek dan/atau institusi yang me-nganggap kampanye publik adalahbagian tidak terpisahkan dari upayameningkatkan profil pembangunanAMPL di Indonesia. Contohnya,semakin banyak majalah, news letterbaik on-line maupun cetak, buku ter-masuk situs dengan fokus khususAMPL.

Sebagai ilustrasi, sekretariat PokjaAMPL telah memiliki beragam bentukmedia kampanye, mulai dari majalahPercik, Percik Yunior yang terbitsetiap 3 bulan; news letter mingguanon-line dan news letter bulanan cetak.Belum termasuk situs baik situsAMPL, situs Pokja AMPL daerah,situs AMPL yunior, situs WES Unicef,digital library (digilib), situs JejaringAMPL, situs Gugus Tugas PengolahanSampah. Bahkan juga telah meman-faatkan jejaring sosial seperti facebook.

Budaya mengkomunikasikan apayang kita kerjakan, apa yang kitaketahui, apa yang kita alami mulaimenjadi sebuah keniscayaan. Semogafenomena ini dapat menyumbangkepada semakin meningkatnyakesadaran semua pihak akan pen-tingnya AMPL bagi kemaslahatanumat manusia.

Akhir kata, upaya kami ini tidakakan berarti tanpa adanya dukungandari seluruh pemangku kepentinganAMPL. Terima kasih atas dukunganAnda semua. Selamat membaca. Kamitunggu kritik dan sarannya. (OM)

Tim Waspola dan Pokja AMPL berpose bersama usai acara Serah Terima Waspola 2. Foto: Bowo Leksono

Page 4: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

Percik untuk DaerahPamsimas

Yth. Redaktur PercikSenang juga baca-baca majalah

Percik, disamping dapat memperolehgambaran tentang masalah air minumdan sanitasi, juga beberapa topik dapatmemicu untuk berbuat lebih banyakdan lebih baik lagi bagi perkembanganAMPL.

Kebetulan saya bekerja di CMACPamsimas sebagai health hygiene spe-cialist. Saya mau minta bantuan nih:- Apakah kami bisa langganan Percik,

berapa biaya langganan?- Ada 15 provinsi dengan sekitar 110

kabupaten daerah Pamsimas. Apakahmungkin Percik disebarluaskan kedaerah tersebut? Bagaimana caranya?

- Mudah-mudahan suatu saat ada beri-t a t e n t a n g k e b e r h a s i l a n d e s aPamsimas yang bisa masuk Percik, tapi tunggu dulu ya.

- Saya dengar kantor pindah ya dari Jl.Cianjur ke Jl. RP Suroso, dimanaposisi tepatnya?Nuhun pisan

Supriyanto MargonoJl. Melawai Raya No. 7 Kebayoran Baru

Jakarta

Yth. Bapak Supriyanto,Untuk berlangganan Percik, ter-

masuk edisi sebelumnya, dan mem-peroleh buku-buku terkait AMPL,silahkan menghubungi Gerai AMPL(http://geraiampl.com). Dapat jugamenghubungi Perpustakaan PokjaAMPL Jl. R.P. Soeroso 50 Menteng,Jakarta Pusat telp. (021) 31904113.Karena keterbatasan dana, sejak Juli2009, kami mengenakan ongkos kirimpada pelanggan pribadi

Pada dasarnya kami senang jikaPercik dapat disebarluaskan di dae-rah Pamsimas, tapi tentunya kamiperlu bekerjasama dengan Pamsimasdalam pendanaannya.

Kami dengan senang hati meneri-

ma tulisan tentang Pamsimas, baikpembelajaran maupun praktek ung-gulannya.

Cara Mendapat Buku-bukuAMPL

Yth. Redaksi PercikSaya sudah dua kali mengikuti

pelatihan fasilitator AMPL. Pertamakali di Yogyakarta, Agustus 2008 yaknipelatihan fasilitator AMPL mitra pokja.Dan baru-baru ini pelatihan orientasiMPA/PHAST di Makassar. Dari pe-latihan tersebut saya membuat tulisantentang air bersih dan sanitasi dantelah dimuat pada koran lokal yaituFajar pada 22 November 2008.

Literatur penulisan saya banyakdiperoleh dari Percik serta brosur danbuku panduan yang dibagikan sewaktupelatihan. Bagaimana cara memper-oleh Percik secara berkala dan buku-buku yang berkaitan dengan penye-hatan lingkungan? Dapatkah sayamengirimkan tulisan mengenai kondisilingkungan di Makassar?

Suriyanti H. SalamaMakassar

Yth. Ibu Suriyanti,Kami senang dan salut mendengar

bahwa Anda menuliskan pengalamanAnda di salah satu koran, termasukjuga bahwa Percik menjadi bahanrujukan. Silahkan Anda mengirimkantulisan ke Percik, dengan senang hatikami akan memuatnya.

Cara memperoleh Percik dandokumen lainnya silahkan lihat jawab-an sebelumnya.

Konsultasi Soal Sanitasi

Yth. Redaksi PercikPerkenalkan saya Okta, mahasiswi

Politeknik Depkes RI Jakarta IIJurusan Kesehatan Lingkungan. Sayabaru pertama kali membaca majalahPercik edisi Agustus 2008 di suatuperpustakaan instansi pemerintah,saya langsung tertarik dengan segalailmu yang saya dapatkan dari majalahPercik. Hal ini karena perkuliahansaya sama dengan bidang sanitasi dansaya calon sanitarian. Dan dalam matakuliah saya ada tentang PengolahanAir Bersih dan Air Limbah.

Pertanyaan saya:1. Apakah saya bisa mendapatkan

majalah Percik? Jika bisa, mohondikirimkan ke alamat Jl. A.M.D 10No. 36 RT 10/RW 01. PetukanganUtara. Jakarta Selatan 12260.

2. Bagaimana saya bisa mendapat-k a n m a j a l a h P e r c i k e d i s isebelumnya?

3. Saya mahasiswi tingkat akhir,untuk menyelesaikan perkulihansaya wajib membuat karya tulisdan saya membuat karya tulis ten-tang "Pengolahan Air Bersih".Pertanyaan saya apakah saya dapatmelakukan konsultasi tentangkarya tulis saya kepada redaksiPercik. Jika bisa, saya dapatmenghubungi ke bagian manauntuk mendapatkan informasi ten-tang "Pengolahan Air Bersih".

OktaJakarrta

Saudari Okta yang baik,Cara memperoleh Percik terma-

suk edisi terdahulu dan dokumen lain-nya silahkan lihat jawaban sebelum-nya.

Anda juga dapat berkunjung kePerpustakaan Pokja AMPL Jl. R. P.Soeroso No. 50 Menteng, JakartaPusat, Telp. (021) 31904113

� SUARA ANDA02PercikJuni 2009

Majalah Percik PindahKantor

Redaksi Majalah Percik sejak 1 Juni2009 resmi pindah kantor dari Jl.Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta ke kan-tor baru Jl. R.P. Soeroso No. 50Menteng, Jakarta. Demikian pemberi-tahuan dari kami.

Page 5: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 6: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

dekatan suplai (supply driven). Dalampendekatan tanggap kebutuhan,masyarakat merupakan komponenyang utama dalam proses perencanaanpembangunan, karena masyarakatharus menentukan sendiri keputusan-keputusan yang diambil terkait denganpembangunan sarana air minum danpenyehatan lingkungan. Pihak luarmasyarakat, termasuk pemerintahmerupakan pihak yang member-dayakan, harus memberi peluangkepada masyarakat untuk dapatmenyampaikan kebutuhannya melaluidampingan pemberdayaan.

Menetapkan Tujuan Pembangun -an AMPL

Tujuan pembangunan AMPL dite-tapkan secara bersama-sama dalamserial lokakarya dan rapat kelompokkerja. Pada awalnya tujuan selalu ter-paku pada peningkatan cakupanpelayanan, karena persoalan tingkatpelayanan dipandang masih menjaditujuan besar yang harus dicapai.

Melalui diskusi-diskusi baik dalamlokakarya maupun rapat kelompokkerja, penetapan tujuan ini harusdilakukan melalui tinjauan terhadapisu dan persoalan pokok yang harusdiatasi. Persoalan yang selalu menge-muka adalah keberlanjutan sarana danprasarana yang dibangun berbagaiproyek pemerintah, yang berakhir de -ngan terbengkalainya sarana yangdibangun. Persoalan inilah yang harusdijawab lebih dulu, karena cakupanmerupakan fungsi linier dari keberlan-jutan itu sendiri. Dalam penjabaran-nya, tujuan pembangunan AMPL diba-gi menjadi dua, yaitu tujuan umum dantujuan khusus. Tujuan umum meru-pakan tujuan jangka panjang yangdiharapkan terjadi sebagai hasil daripembangunan AMPL, yaitu mencip-takan kesejahteraan masyarakatmelalui pelayanan air minum danpenyehatan lingkungan yang berkelan-jutan. Tujuan khusus lebih kepadatujuan langsung dari pembangunan

sarana air minum dan penyehatanlingkungan, yaitu keberlanjutan danefektivitas penggunaan sarana AMPLyang dibangun. Dengan demikian ma -ka cakupan pelayanan merupakanbagian yang padu di dalam keber -lanjut an dan efektifitas penggunaan.

Karena unsur cakupan sudahinheren di dalam keberlanjutan danefektivitas penggunaan, maka peneri-maan para pihak terhadap usulan inimenjadi solid. Tanpa keberlanjutansarana dan atau penggunaan yangefektif dari sarana, maka cakupan jugaakan terpengaruh.

Secara konseptual pembangunanAMPL yang berkelanjutan merupakansebuah sistem yang terdiri dari berba-gai aspek yang satu dengan lainnya sa -ling berkaitan dan saling mempenga -ruhi. Kelima aspek keberlanjutan ituadalah kelembagaan, teknologi, ke-uangan, sosial budaya, dan lingkung-an.

Dikotomi Perkotaan dan Perde -sa an versus Berbasis Masyarakatdan Berbasis Lembaga

WASPOLA dirancang untuk fokuspada sektor AMPL di perdesaan.Namun demikian, perbedaan perko-taan dan perdesaan dalam konteks sek-tor AMPL sangat tidak jelas. Perkotaandan perdesaan memiliki konotasi yang

kuat terhadap batasan administratif,sedangkan sektor air minum danpenyehatan lingkungan lebih bersifatsistem, yang adakalanya menafikanbatasan administratif tersebut.

Menjadi tugas para pengambilkeputusan dan para pelaku pemba -ngunan AMPL untuk melakukanredefinisi tentang peristilahan terse-but, yang perlu mempertimbangkanaspek pengambilan keputusan danpengelolaan sarana. Pada satu sisi adamasyarakat, baik individu maupunkelompok, sedangkan pada sisi yanglain ada lembaga, seperti PDAM,perusahaan swasta, dinas, koperasi,dan LSM. Tetapi diantara keduanyaada wilayah abu-abu yang merupakankombinasi atau kerjasama darimasyarakat dengan lembaga.

Pada awal perkembangannya,muncul istilah pembangunan airminum dan penyehatan lingkunganskala kecil dan menengah, sebagaiantitesa terhadap pendekatan perko-taan dan perdesaan. Alasan dibelakang istilah ini adalah adanya areapelayanan yang bisa di perkotaan danjuga perdesaan, yang memiliki skalaberbeda dengan pengelolaan saranaoleh institusi seperti PDAM, PDAL,Dinas, dan lain-lain. Peristilahan initerus-menerus ditinjau guna menda -patkan istilah yang lebih cocok, yang

� LAPORAN UTAMA04PercikJuni 2009

Para fasilitator Waspola dan masyarakat berbaur bersama melakukan pelatihan terkaitAMPL. Foto: Dok. Waspola

Page 7: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

akhirnya sampai pada peristilahanBerbasis Masyarakat dan BerbasisLembaga.

Pada dasarnya ciri yang membe-dakan antara berbasis masyarakat danberbasis lembaga adalah pada pengam-bilan keputusan. Pada berbasismasyarakat, pengambil keputusanmulai dari perencanaan, pelaksanaan,dan sistem operasi pemeliharaan bera-da pada pihak masyarakat, sedangkanpada berbasis lembaga sebagaipengambil keputusan adalah pengelolalembaga tersebut. Pembedaan pe -ngelolaan AMPL antara berbasismasyarakat dengan berbasis lembagadirasa lebih cocok, karena tidak lagiterkungkung dengan batasan adminis-tratif. Pada kenyataannya, di perko-taan masih dijumpai pengelolaan olehmasyarakat, sedangkan di perdesaanpengelolaan oleh kelompok yang telahmapan dapat dikelompokkan sebagaipengelolaan lembaga.

Membongkar MitosMitos atau cerita yang dipercaya

tetapi tidak berdasarkan pada fakta,juga terjadi pada sektor pembangunanair minum dan penyehatan lingkungan(AMPL). Mitos ini seringkali meng-ganggu dalam penerapan pendekatanpembangunan AMPL yang berorientasipada keberlanjutan. Dalam pemba -ngunan AMPL berbasis masyarakat,masyarakat memiliki posisi kuncidalam seluruh proses pembangunan,mulai tahap perencanaan, pelak-sanaan, dan operasi serta pemeli-haraannya. Tetapi mitos yang berkem-bang pada saat itu sangat bertentangandengan prinsip ini, misalnya:� Mitos 1: masyarakat miskin tidak

mau dan tidak mampu membayarpelayanan air minum. Realita:masyarakat miskin seringkalimembayar air minum lebih mahaldari masyarakat yang mampu.

� Mitos 2: masyarakat miskintidak mampu memecahkan ataumengelola masalah teknis, mere-

ka tidak mengetahui apa yang ter-baik bagi mereka. Realita: ma -syarakat miskin memiliki krea ti -vi tas, mereka mampu membentuksistem dan aturan me ngelolasum berdaya alam.

� Mitos 3: jika masyarakat sudahdilibatkan dalam membuat kepu-tusan, maka kepentingan perem-puan sebagai pengelola utamapenggunaan air minum rumahtangga sudah terpenuhi. Realita:

karena faktor sosial budaya, seba-gian besar kepentingan perem-puan tidak terpenuhi, kecualiperempuan secara khusus ditar-getkan untuk dilibatkan dan adastrategi yang disusun untuk mem-berdayakan perempuan.

� Mitos 4: lembaga teknis dan sek-toral harus menjadi pelaksanapenyediaan sarana AMPL, karenatugas utamanya adalah memba -ngun sarana dan indikator keber-

� LAPORAN UTAMA05PercikJuni 2009

W ASPOLA adalah program berjangkawaktu 5 tahun (1998-2003). Fokusutama diarahkan pada fasilitas

penyediaan air bersih dan penyehatanlingkungan permukiman skala kecil danmenengah yang dikelola oleh masyarakatpengguna. Dalam pengembangan kebijakan,WASPOLA melakukan pendekatan kemi-traan, di bawah pimpinan PermerintahIndonesia dengan bantuan dari AusAID danBank Dunia, melalui program Water andSanitation Program for East Asia and Pacific(WSP-EAP).

Tujuan WASPOLATujuan akhir proyek WASPOLA adalah

identifikasi dan kajian ulang pelajaran-pela-jaran yang didapat dari proyek-proyek airbersih dan penyehatan lingkungan yang lalu,baik di Indonesia maupun di negara-negaralain, dan ujicoba pendekatan-pendekatanbaru dan fasilitasi kerangka kebijakannasional air bersih dan penyehatan ling -kungan, yang memungkinkan masyarakatkurang mampu di Indonesia dapat memper-oleh pelayanan air bersih secaraberkesinambungan.

Sasaran Proyek� Meningkatkan kemampuan Pemerin tah

Indonesia untuk mengembangkan danmenerapkan kebijakan melalui pen-dekatan tanggap kebutuhan dan pelak-sanaan yang partisipatif.

� Menguji pilihan-pilihan kebijakan yangmendorong inisiatif pemenuhan kebu-tuhan masyarakat miskin.

� Memperkuat dan mengembangkankemampuan Indonesia untuk me ngum -pulkan dan menganalisa data sek tor airbersih dan penyehatan lingkungan danmembuat data tersebut dapat diaksessedemikian rupa sehingga dapat diman-faatkan oleh konsumen, pemasok dan

penyusun kebijakan, mulai dari tingkatyang paling tinggi sampai tingkat yangpa ling rendah.

Komponen Proyeka.Komponen Perubahan Kebijakan.

Komponen ini mencakup: (i) lokakaryatingkat lokal, nasional dan regionaluntuk mengkaji kebijakan-kebijakansektoral dan identifikasi isu yangmungkin membutuhkan perubahan kebi-jakan, (ii) studi kasus dan studi sektoraluntuk memperjelas gambaran tentangmasalah dan besaran perubahan yangsesuai, (iii) strategi sektoral dan ren-cana kegiatan yang didasarkan padakebijakan-kebijakan baru yang mungkintimbul dalam proses pengkajian.

b. Komponen Peningkatan Pelayanan. Proyek ini dirancang untuk memperbesarmanfaat yang dihasilkan oleh investasiskala besar untuk perdesaan dan kota kecilyang dirancang berdasarkan prosespenyusunan kebijakan yang dikembangkanoleh WASPOLA. Komponen ini mencakupujicoba prinsip-prinsip baru terkait kebi-jakan yang dikembangkan.

c. Komponen Proses Pembelajaran dan Komunikasi.Salah satu nilai utama untuk dapatmenerima pembiayaan hibah dariWASPOLA adalah identifikasi pen-dekatan yang paling efektif dan efisienuntuk dapat secara berkesinambunganmemenuhi kebutuhan akan air bersihdan penyehatan lingkungan masyarakatmiskin di Indonesia, sehingga dapatmempengaruhi kebijakan masa yangakan datang dan pengambilan keputus-an yang menyangkut investasi.Komponen ini mencakup studi-studiyang mendukung dan diseminasi pembe-lajaran dalam bidang yang relevan. �

WASPOLA (WASPOLA 1)

Page 8: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

hasilannya adalah sarana yangterbangun. Realita: lembaga tek-nis dapat mencapai keberhasilandengan memonitor dan mem-berikan bantuan teknis kepadapihak lain. Tugas utamanyaadalah membangun kemampuanmasyarakat dalam mengelolasarana yang terbangun untukmencapai keberlanjutan.

� Mitos 5: pengambilan keputusanoleh masyarakat merupakan halyang penting, namun kendali ataspelaksanaan program harus tetapberada pada manajer proyek.Realita: hakikat proses partisi-patif adalah memberi pilihan dankesempatan kepada masyarakatuntuk menyampaikan aspirasi.Partisipasi masyarakat tidak bisadihidup-hidupkan oleh pihakluar, proses partisipatif adalahmemberikan kendali padamasyarakat.

� Mitos 6: pendekatan partisipatifmemerlukan waktu lama. Realita:ketika proyek dilaksanakan de -ngan pendekatan tanggap kebu-tuhan, masyarakat dapat bertin-dak dan mengorganisir diri de -ngan cepat.

� Mitos 7: pendekatan partisipatifsulit dilaksanakan dalam skalabesar karena membutuhkanpemimpin yang karismatik, LSM,dan orang berbakat. Realita: par-tisipasi masyarakat dapat dire -plikasi. Pemimpin karismatikberperan dalam memulai proses.LSM sering berhasil dalam me -nerapkan strategi pemberdayaanmasyarakat dan merupakanmediator yang efektif. Kete -rampilan teknis, kemampuanmendesain dan melaksanakanprogram secara partisipatif meru-pakan proses bekerja sambil bela-jar.

� Mitos 8: partisipasi merupakanproses yang tidak pasti sehinggasulit ditentukan batasan dan ukur-

annya. Realita: konsep partisipasidapat dilaksanakan dan diukurdengan mudah. Meng ukur, mem-onitor dan me ng evaluasi partisi-pasi ma syara kat mempermudahlembaga terkait dalam memper-tanggungjawabkan upayanyadalam peningkatan sumber dayamanusia.

Dari Air Bersih ke Air MinumKetika gagasan awal diluncurkan,

terminologi menjadi salah satubahasan yang menjadi pokok diskusikelompok kerja. Ketika didiskusikandalam bahasa Inggris, istilah watersupply dapat diterima dan difahamioleh kelompok kerja, namun ketikamulai masuk ke dalam peristilahanbahasa Indonesia, perdebatan mulaimuncul. Istilah "air bersih" dan "airminum" tidak begitu saja dipahamidan diterima. Air minum lebih dipa-hami sebagai air yang memiliki kuali-tas tertentu sehingga dapat langsungdiminum, sedangkan air bersih dipa-hami sebagai air dengan kualitas ter-tentu yang memerlukan satu tahappengolahan lagi untuk dapat diminum.

Diskusi terminologi ini tidakberhenti sampai disitu saja, karenaternyata penggunaan istilah tersebut

memberikan konsekuensi kepadaaspek lain. Ketika istilah air minumdigunakan dalam kebijakan, kon-sekuensinya seluruh penyedia layananair minum terikat dengan kualitas airyang harus disediakannya. Hal ini akanmemberatkan. Pada awalnya disepa-kati bahwa istilah air bersih lebih tepatdigunakan.

Baru pada diskusi naskah kebi-jakan ketiga pada awal tahun 2003,terminologi air minum ini diangkat lagike permukaan. Pertimbangan uta-manya adalah bahwa kebijakan iniharus menjadi daya dorong dalamupaya perbaikan pelayanan air minumdan penyehatan lingkungan di In -donesia. Konsekuensi dari penerapanistilah tersebut disadari sangat berat,namun sebagai kebijakan, sebagaidokumen acuan yang memiliki jang -kauan rentang waktu yang panjang,perlu menetapkan suatu acuan yangideal yang perlu dicapai oleh seluruhpelaku pembangunan AMPL di In do -nesia.

Dinamika Perkembangan Kon-sep Kebijakan

Dalam perjalanannya, WASPOLAtelah memfasilitasi Kelompok KerjaAMPL Nasional dan telah berhasil

� LAPORAN UTAMA06PercikJuni 2009

Proses penyusunan kebijakan pembangunan AMPL berbasis masyarakat meli-batkan beragam pemangku kepentingan. Foto: Dok. Waspola

Page 9: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

menanamkan gagasan tentang perlu -nya keberadaan suatu kebijakan yangmenjadi acuan dalam pembangunanAMPL, khususnya yang berbasis pe -ngelolaan masyarakat. Ketiadaan kebi-jakan ikut andil dalam tidak efektifnyapembangunan AMPL, terbukti denganrendahnya keberlanjutan sarana yangdibangun oleh proyek pemerintah.Pengulangan-pengulangan kegagalanyang sama dalam hal tidakberfungsinya sarana menjadi dayadorong dalam penyusunan kebijakanAMPL, khususnya yang berbasis pe -ngelolaan masyarakat.

Pada awalnya, Kelompok KerjaAMPL Nasional bersepakat dengansebuah judul Kebijakan PembangunanAir Bersih dan Sanitasi Skala Kecil danMenengah di Indonesia: Dari, Oleh,dan Untuk Masyarakat. Naskah perta-ma kebijakan ini dilahirkan pada April2000, terdiri atas 5 bab: Pendahuluan,Pengalaman Masa Lalu, Pelajaran Apayang dapat Kita Petik, KebijakanDasar, dan Strategi Pelaksanaan.

Pada Agustus 2001, diterbitkannaskah kedua, dengan judul sama:Kebijakan Pembangunan Air Bersihdan Sanitasi Skala Kecil dan Menengahdi Indonesia: Dari, Oleh, dan UntukMasyarakat. Naskah kedua ini terdiridari tiga bab: Pendahuluan, KebijakanDasar Program, dan StrategiPelaksanaan.

Pada April 2002, diterbitkannaskah ketiga dengan judul berubah

menjadi: Kebijakan Nasional Pem -bangunan Prasarana dan Sarana AirBersih dan Penyehatan LingkunganBerbasis Pengelolaan Masyarakat.Naskah ketiga ini memuat tiga bab:Pendahuluan, Kebijakan Pembangun -an terdiri dari 11 kebijakan, danStrategi Pelaksanaan terdiri dari 17strategi. Naskah ini ditandatanganioleh Deputi Bidang Sarana danPrasarana Bappenas.

Pada Juni 2003, diterbitkannaskah keempat dengan judul berubahmenjadi: Kebijakan Nasional Pemba -ngunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan Berbasis Masyarakat.Naskah keempat atau final ini memuatempat bab: Pendahuluan, KebijakanPembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat yang terdiri dari 11 kebi-jakan umum, dan Strategi Pelaksanaanyang terdiri dari 16 strategi. Naskah iniditandatangani oleh enam pejabateselon 1 yaitu: Deputi MenteriNegara/Kepala Bappenas BidangSarana dan Prasarana, DirekturJenderal Pemberantasan PenyakitMenular dan Penyehatan LingkunganDepartemen Kesehatan, DirekturJenderal Tata Perkotaan dan TataPerdesaan Departemen Permukimandan Prasarana Wilayah, DirekturJenderal Bina Pembangunan DaerahDepartemen dalam Negeri, DirekturJenderal Pemberdayaan Masyarakatdan Desa Departemen Dalam Negeri,

Direktur Jenderal PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah De -partemen Keuangan.

Kebijakan yang DisepakatiDokumen kebijakan terakhir yang

disepakati berjudul: Kebijakan Na -sional Pembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat. Kebijakan ini terdiri daritujuan umum, dua butir tujuan khusus,11 butir kebijakan umum dan 16 butirstrategi pelaksanaan.

Dari Berbasis Masyarakat ke Ber -basis Lembaga

Keberhasilan Kelompok KerjaAMPL Nasional dalam menyusun Ke -bijakan Nasional AMPL BerbasisMasyarakat telah memberi semangatuntuk melangkah lebih jauh, yaitumelengkapinya dengan KebijakanNasional AMPL Berbasis Lembaga.Gagasan ini mulai dilontarkan olehKetua Pokja AMPL pada waktu itu,yaitu Ir Basah Hernowo. Pada tahun2004 awal, gagasan ini mulai bergulirterutama dengan dukungan yang kuatdari anggota Pokja AMPL Nasionaldari Departemen Pekerjaan Umum.Cita-cita ideal waktu itu adalah menyi-apkan dokumen kebijakan berbasislembaga, yang kemudian disandingkandengan kebijakan berbasis masyarakat,yang kemudian dipayungi oleh kebi-jakan menyeluruh tentang AMPL.

Berbeda dengan kebijakan berbasismasyarakat, kebijakan berbasis lemba-ga memiliki tantangan yang lebih kom-pleks, mengingat telah banyaknyadiluncurkan beberapa produk pera-turan sektoral mengenai sektor air mi -num.

Pengalaman keberhasilan dalampenyusunan kebijakan AMPL berbasismasyarakat tidak terjadi pada pengem-bangan kebijakan berbasis lembaga.Pada wilayah berbasis masyarakatmemang saat itu terjadi kekosonganatau ketiadaan kebijakan, sehinggasemua pelaku dengan aklamasi men-

� LAPORAN UTAMA07PercikJuni 2009

Dalam pelatihan AMPL perlu menyelipkan permainan-permainan untuk mengurangi kebosananpeserta. Foto: Dok. Waspola

Page 10: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

dukung proses penyusunan kebijakanini. Pada wilayah berbasis lembaga, haltersebut tidak sama, sehingga sulitmenyamakan persepsi dalam men-dudukkan kebijakan ini dalam konste-lasi produk-produk sejenis.

Sesungguhnya, pemahaman dasarkedua wilayah kebijakan sudah diper-oleh, bahwa baik pada berbasismasyarakat maupun berbasis lembagadiperlukan upaya-upaya perbaikan.Perlu dilakukan pelibatan banyakpihak dalam memperbaiki kinerjapembangunan AMPL bagi keduanya.Dan kalau belajar dari kebijakanberbasis masyarakat, sesungguhnyahal yang penting adalah bukan doku-men kebijakannya, tetapi proses inter-aksi para pelaku dalam pengembangankebijakannya. Di situ para pelakudapat saling belajar untuk memper-baiki kekurangan dalam penyeleng-garaan pembangunan AMPL diIndonesia.

Dengan upaya yang keras dariPokja AMPL Nasional, draf pertamaKebijakan AMPL Berbasis Lembagadapat tersusun pada Maret 2003. PadaMei 2003 dilakukan revisi pada konseppertama, pada Juni 2003 konsep per-tama direvisi untuk kedua kali. Konsepkedua tersusun pada November 2004.Konsep ketiga pada Desember 2004.Konsep ketiga revisi pertama padaDesember 2004 dan revisi kedua padaApril 2005. Konsep terakhir dariKebijakan Pembangunan AMPLBerbasis Lembaga, telah dikonsul-tasikan kepada pejabat eselon 1 diKementerian Lingkungan Hidup,Ditjen PMD Depdagri, dan Ditjen BinaBangda Depdagri.

Dengan makin intensifnya kegiatanimplementasi Kebijakan NasionalAMPL Berbasis Masyarakat di daerah,perhatian Pokja AMPL Nasional ter-hadap kebijakan berbasis lembagamenjadi kurang. Dan sampai saat inibelum ada rencana untuk melanjutkankegiatan perbaikan atau upaya-upayalanjutannya.

Adopsi dan Implementasi Kebi -jak an AMPL

Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999yang disempurnakan dengan UU No.32 tahun 2004, pembangunanpelayanan dasar termasuk di dalamnyasektor air minum dan penyehatanlingkungan merupakan kewajibandaerah, baik provinsi maupun kabu-paten. Sedangkan kewajiban pemerin-tah pusat dibatasi hanya pada aspekpembinaan, pengawasan, dan bantuanteknis saja.

Hal tersebut sudah diantisipasioleh pemerintah pusat (kelompokkerja lintas departemen) denganberusaha meningkatkan kapasitasdaerah dalam pengelolaan air minumdan penyehatan lingkungan, khusus-nya yang dikelola berbasis masyarakat.Upaya ini dijabarkan dalam bentukfasilitasi kebijakan kepada daerahsecara bertahap. Asumsinya adalahapabila daerah telah memahami kebi-jakan, kemudian mengadopsinya,diharapkan dapat memiliki kemam-puan dalam pengelolaan sektor AMPLsesuai dengan tujuan kebijakan itusendiri, yaitu yang menekankan padaaspek keberlanjutan baik teknis, pem-biayaan, sosial, institusi, dan ling -kungan.

Dalam perkembangannya, prosesadopsi dan implementasi kebijakanberjalan secara evolutif, sejalan denganteori Gunn yang menyatakan bahwa;implementation as an evolutionaryprocess. Juga sejalan dengan Bardach(1977) yang menyatakan bahwa; imple-mentation as a political game: imple-mentation is a game of "bargaining,persuasion, and maneuvering underconditions of uncertainty.

Ketika mulai diujicobakan, padasaat itu sedang bersamaan denganproses pelaksanaan UU No. 22 tahun1999, di mana peranan kabu pa -ten/kota sangat dominan, sedangkanperanan provinsi tidak begitu jelasdidefinisikan. Uji coba kebijakan, olehkarena itu langsung ke kabupaten;

yaitu Kabupaten Solok, KabupatenMusi Banyuasin, Kabupaten Subangdan Kabupaten Sumba Timur.

Pada putaran berikutnya di tahun2004, ketika UU No. 32 tahun 2004sebagai revisi UU No. 22 tahun 1999diberlakukan, implementasi kebijakanmulai melibatkan provinsi, tetapi fokusmasih di tingkat kabupaten. Ka bu -paten yang difasilitasi meliputi Kabu -paten Sawahlunto Sijunjung, BangkaSelatan, Lebak, Kebumen, LombokBarat, Pangkep, dan Gorontalo.

Pada tahun 2005, ketika perananprovinsi sudah lebih jelas, perananprovinsi ditingkatkan untuk men-dampingi kabupaten. Provinsi yangdidampingi adalah wilayah kerjasebelumnya, yaitu provinsi-provinsiSumatera Barat, Bangka Belitung,Banten, Jawa Tengah, NTB, SulawesiSelatan, dan Gorontalo yang masing-masing provinsi mendampingi 3 kabu-paten di wilayahnya.

Sampai dengan tahun 2009, telahdilakukan fasilitasi adopsi dan imple-mentasi Kebijakan AMPL BerbasisMasyarakat di 9 provinsi dan 70 kabu-paten/kota, yang langsung dilakukanPokja AMPL Nasional melalui WAS -POLA. Sedangkan melalui proyek lain,telah mencakup 4 provinsi melaluiCWSHP-ADB, 3 provinsi baru mela luiWES-UNICEF.

Leadership dalam PerubahanKebijakan

Perubahan kebijakan atau refor-masi kebijakan memerlukan pe -ngawalan, yaitu individu yang memili-ki komitmen penuh untuk melakukanperubahan. Persyaratan tersebutdiperlukan karena reformasi kebijakanadalah proses yang penuh tantangan,terutama dalam merubah cara pan-dang dan cara pikir yang telah diyakinisebagai kebenaran. Dalam perkem -bangannya, upaya reformasi kebijakanpembangunan AMPL di Indonesiamengalami banyak tantangan, teruta-ma dari pelaku kuncinya sendiri.

� LAPORAN UTAMA08PercikJuni 2009

Page 11: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

Hanya dengan upaya yang keras dansungguh-sungguh saja, kalau sekarangtelah tersusun Kebijakan NasionalAMPL Berbasis Masyarakat.

Pada awalnya, kelompok kerjaWASPOLA - yang kemudian lebih tepatdisebut Pokja AMPL - merupakansekelompok individu yang berasal dariberbagai departemen yang dipimpinoleh Bappenas. Mereka terikat secarahistoris karena terlibat dalam pemba -ngunan air bersih -istilah ini kemudianmenjadi air minum- khususnya ProyekInpres. Pada tahap awal, figur yangmenonjol dan aktif dalam kelompokkerja adalah Medrilzam, seorang stafBappenas yang ditugaskan menjadikoordinator kegiatan-kegiatan WAS -POLA.

Kegiatan yang dilakukan adalahrapat-rapat, lokakarya, dan pelatihanbagi anggota kelompok kerja, baikdilakukan di dalam negeri maupunluar negeri. Medrilzam -saat itu stafBiro Perkotaan dan Perdesaan- telahberhasil menanamkan fondasi refor-masi kebijakan sektor air minum (saatitu air bersih) dan penyehatan ling -kungan. Sampai dengan tahun 2002,WASPOLA dan kelompok kerja yangdidukung WSP-EAP berhasil me laku -kan berbagai ujicoba dan melakukanstu di-studi lapangan untuk mem-perkaya khasanah kebijakan yang se -dang dikembangkan. Sejalan denganitu, secara pelan terus membangun

pola pikir dan cara pandang baru ter-hadap pembangunan air minum danpenyehatan lingkungan yang berbasismasyarakat.

Ketika Medrilzam mengakhiritugasnya di Biro Permukiman Perko -taan Bappenas, Basah Hernowo seba-gai atasannya yang selama itu men-dukung Medrilzam, turun tangan lang-sung menangani kegiatan terkait de-ngan kegiatan pengembangan kebi-jakan. Di tangan Basah Hernowo -saatitu sebagai Kabag Permukiman padaBiro Permukiman dan Perkotaan, sam-pai akhirnya menjabat Direktur Per -mukiman dan Perumahan Bappenas-kegiatan dilanjutkan. Pada periodeBasah Hernowo-lah kebijakan disele-saikan, dengan langsung me lakukanpengeditan akhir secara internal diBappenas.

Pada awal tahun 2004, pena -nganan kegiatan WASPOLA dankelompok kerjanya diserahkan kepadaOswar Mungkasa yang telah aktif sejaktahun 2003. Oswar Mungkasa adalahstaf Direktorat Permukiman danPerumahan Bappenas dengan posisiterakhir sebagai Kasubdit Drainasedan Persampahan. Pada periode ini,dilakukan perubahan besar. Kelompokkerja yang tadinya dikenal sebagaikelompok kerja WASPOLA lebihdidudukkan sebagaimana mestinya,sebagai Kelompok Kerja AMPL.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan

selanjutnya sepenuhnya berada dalamkendali Pokja AMPL. KegiatanWASPOLA lebih intensif melakukanpendampingan daerah dalam rangkameningkatkan kapasitas pemerintahdaerah dalam pengelolaan pemba -ngunan AMPL berbasis masyarakat.Diseminasi kebijakan giat dilakukan,pelatihan-pelatihan dilakukan baiksecara nasional maupun regional. Padakurun ini, lahir majalah Percik yangterbit tiga bulanan dengan fokusmewartakan informasi bagi parapelaku AMPL di Indonesia.

Periode ini merupakan periodeekstensifikasi Pokja AMPL, melaluimedia yang dimilikinya berusaha men-jangkau semua stakeholder pemba -ngunan AMPL. Patut dicatat sebagaicapaian penting, selain hasil tersebutdi atas adalah newsletter AMPL,Percik Yunior, publikasi elektronikberupa CD/DVD, dan terbentuknyaJejaring AMPL. Jejaring ini meru-pakan sebuah wadah bagi para pelakuyang peduli AMPL di Indonesia, terdiridari lembaga dan individu, yang sepa-kat untuk bahu-membahu bersinergidalam mengusung keberlanjutan pem-bangunan AMPL di Indonesia.

Ketiga orang di atas merupakanfigur kunci dalam proses reformasipembangunan AMPL khususnya yangberbasis masyarakat. Tetapi hasil yangdicapai bukan semata-mata jerihpayah mereka, karena anggota kelom-pok kerja lain yang berasal daridepartemen terkait juga sangat berpe -ran. Beberapa nama perlu dicatat disi-ni, dari Departemen Pekerjaan Umum,antara lain Handi B. Legowo, BambangPurwanto, Joko Mursito, AndreasSuhono, Purnama, Endang Setia -ningrum, Essy Assiah, Savitri Rus -dyan ti, Rina Agustin, Nina Indrasari,Muria Istamtiah, Tamin MZ Amin, danSusmono. Dari Departemen Kesehatanantara lain Abdullah Munthalib,Hening Darpito, Hartoyo, Suprapto,Sutjipto, Djoko Wartono, Ismail Malik,Zainal Nampira, Upi Pimanih, Atje

� LAPORAN UTAMA09PercikJuni 2009

Waspola memancing kepekaan berpikir para peserta pelatihan AMPL. Foto: Dok. Waspola

Page 12: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

Hayati, dan Wan Alkadri. DariDepartemen Dalam Negeri antara lainDjohan Susmono, Ivan Rangkuti, PipipRip'ah, Rewang Budiyana, VeronicaDwi Utari, Frida Ariyanti, TogapSiagian, Rheidha Pambudhi, HeldaNusi, dan Indar Parawansa. Dari KLHdiantaranya Wiryono, Chairudin,Ratna Kartikasari. Dari Bappenasdicatat antara lain Sujana Rohyat,Arum Atmawikarta, Utin Kiswanti,Pungkas AB, Virgiyanti, SalusraWidya, Maraita Listyasari, danNugroho Tri Utomo.

Orang-orang tersebut di atas meru-pakan pengawal kegiatan reformasikebijakan. Mereka adalah orang-orangyang ditugaskan untuk meluangkanwaktu, tenaga, dan sumber dayanyauntuk mengawal kegiatan-kegiatanyang berkaitan dengan proses refor-masi kebijakan pembangunan AMPLdi Indonesia.

Dukungan orang-orang kunci padatahap awal merupakan kunci keber-hasilan adopsi kebijakan pada tingkatnasional. Melalui proses konsultasi,para anggota kelompok kerja mem-berikan masukan kepada KomitePengarah Pusat (CPC=Central ProjectCommitte) terdiri dari DirekturJenderal Cipta Karya DepartemenPekerjaan Umum, Departemen DalamNegeri terdiri dari Direktorat JenderalPembangunan Daerah dan DirektoratJenderal Pengembangan Masyarakatdan Desa, Direktorat JenderalPemberantasan Penyakit Menular danPenyehatan Lingkungan DepartemenKesehatan, Departemen Keuangan,dan Kementrian Lingkungan Hidup,yang dipimpin oleh Deputi Sarana danPrasarana Bappenas.

Komite pengarah tersebut memberiarahan dalam rapat yang diseleng-garakan tiap semester kepada kelom-pok kerja antar departemen yang ter-diri dari pejabat eselon 2 ke bawah.Kelompok kerja yang dipimpin olehDirektur Permukiman dan PerumahanBappenas inilah yang sehari-hari terli-

bat secara aktif dalam berbagaikegiatan yang dilakukan dengandifasilitasi oleh satu sekretariat proyekyang dinamai WASPOLA.

Ekstensifikasi Pokja dalamImplementasi Kebijakan AMPL

Ketika proyek WASPOLA mulaidigulirkan, kegiatan yang dilakukanterbatas pada hal-hal yang sifatnyaintroduksi pada pentingnya reformasikebijakan. Beberapa aktifitasdilakukan dengan frekuensi yang tidaktinggi. Rapat kelompok kerja, seminar,lokakarya dilakukan dengan jadwalyang relatif jarang.

Inisiatif kegiatan lebih cenderungdilakukan oleh WSP-EAP melaluisekretariat WASPOLA. Baru padatahun 2003 menjelang peralihan keWASPOLA 2, kegiatan lebih intensifdilakukan, khususnya dalam kegiatan

peningkatan kapasitas Pokja AMPLDaerah. Seiring dengan itu, eksistensiPokja AMPL Nasional semakin ber -kibar, dan sekretariat WASPOLA lebihmemposisikan diri sebagai pendukungdari kegiatan Pokja.

Setelah sukses dengan ujicoba diempat kabupaten di 4 provinsi padatahun 2002/2003, implementasi kebi-jakan dikembangkan ke 7 provinsi di 7kabupaten/kota pada tahun 2004,kemudian dikembangkan lagi menjadi9 provinsi di 49 kabupaten/kota padatahun 2006. Tahun 2005 tidak adapenambahan provinsi, namun kabu-paten/kota bertambah menjadi 24.Tidak berhenti disini, daerah lain pundisasar melalui kemitraan denganproyek AMPL yang sedang maupunakan berjalan, misalnya WSLIC-2,ProAir, CWSHP, WES UNICEF, danPAMSIMAS.

� LAPORAN UTAMA10PercikJuni 2009

W ASPOLA 2 merupakan kelanjutan dariProyek WASPOLA--yang kemudiandisebut WASPOLA 1-yang telah

berhasil dilaksanakan pada kurun waktu 1998-2003. WASPOLA 1 fokus pada dukungan teknisdalam penyusunan kebijakan untuk mengantisi-pasi masalah rendahnya akses dan tingkatpelayanan, yang menyebabkan buruknya kondisikesehatan lingkungan, terutama untukmasyarakat miskin di Indonesia. WASPOLA 1fokus pada pengelolaan air minum dan penye-hatan lingkungan (AMPL) berbasis masyarakatinovasi pendekatan dan metodologi penerapanpendekatan tanggap kebutuhan dan partisipatif.Durasi proyek WASPOLA 2 mulai 2004 sampai2009.

Tujuan UmumUntuk meningkatkan akses masyarakat

Indonesia, terutama masyarakat miskin ter-hadap pelayanan air minum dan penyehatanlingkungan yang layak.

Tujuan KhususUntuk meningkatkan kapasitas pemerintah

Indonesia dalam melaksanakan kebijakan danmeneruskan proses reformasi kebijakan sektorAMPL, dan mendorong penerapan pendekatantanggap kebutuhan dan partisipasi.

Komponen KegiatanPenerapan Kebijakan

Penerapan kebijakan meliputi kegiatandalam operasionalisasi kebijakan yang telahdikembangkan pada WASPOLA 1. KebijakanNasional AMPL Berbasis Masyarakat perludiadopsi dan diimplementasikan oleh para pe-ngelola pembangunan AMPL. Reformasi Kebijakan

Komponen ini merupakan jawaban ter-hadap kebutuhan yang lebih luas dan proses per-baikan yang menerus, sebagai tanggapan ter-hadap pengalaman periode sebelumnya danperubahan dalam berbagai aspek. Fokus kompo-nen ini adalah perbaikan aspek penyehatanlingkungan, baik pada kebijakan berbasismasyarakat maupun berbasis lembaga, sertakebijakan air minum berbasis lembaga.Manajemen Pengetahuan

Komponen ini menjawab kebutuhan dalamhal mendapatkan dan menyebarkan informasiuntuk memfasilitasi perencanaan dan peman-tauan sektor AMPL, serta untuk mendukungpengembangan kapasitas yang berkelanjutan.Kegiatan yang tercakup dalam komponen iniantara lain keterkaitan dengan stakeholder laintermasuk proyek lain, donor, LSM, swasta, danperguruan tinggi yang berpotensi dalam per-tukaran pembelajaran. Studi, penerapan pen-dekatan yang inovatif, dan pelatihan-pelatihanterkait juga tercakup dalam komponen ini.

WASPOLA 2

Page 13: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

� LAPORAN UTAMA11PercikJuni 2009

Ada kesepakatan pada tingkatpengambil keputusan nasional, bahwadaerah harus memiliki kemampuandalam pengelolaan AMPL, khususnyayang berbasis masyarakat, karenadiyakini akan meningkatkan kinerjapembangunan, khususnya keberlan -jutan sarana yang dibangun. Sampaisaat ini, daerah-daerah baik mitralangsung maupun melalui proyek lain,telah diperkenalkan kepada substansiKebijakan Nasional AMPL BerbasisMasyarakat.

Sebagian besar telah mengikutipelatihan-pelatihan dalam materi-materi yang dibutuhkan untuk menjadipengelola AMPL berbasis masyarakat.Pelatihan-pelatihan yang telahdiberikan, diantaranya pembentukankelompok kerja, metodologi partisi-patif, dasar fasilitasi, teknikpenyusunan rencana strategis, komu-nikasi dan CLTS. Hasil dari pelatihantersebut adalah terbentuknya PokjaAMPL Daerah, tersusunnya rencanastrategis AMPL daerah dan berlang-sungnya fasilitasi kebijakan padatingkat daerah.

Sejalan dengan upaya perluasanwilayah dampingan, di tingkat pusatpun kegiatan Pokja AMPL Nasionalsemakin luas. Kegiatan pengembanganJejaring AMPL adalah salah satukegiatan yang mendapat sambutanluas dari stakeholder AMPL nasional.Dalam konteks ini, WASPOLA menem-patkan diri sebagai bagian dari jejaringini, sekaligus menjadi back up bagiPokja AMPL nasional dalam melaku -kan kegiatannya.

Jalan Masih PanjangLuas wilayah menjadi tantangan

Mengingat jumlah kabupaten danprovinsi di Indonesia yang demikianbesar, sekitar 500 kabupaten/kota dan33 provinsi, maka yang dilakukan olehkelompok kerja dan sekretariatWASPOLA baru mencapai 11 persenkabupaten dan 20% provinsi.

Diperlukan upaya-upaya terobosan

yang dapat meningkatkan akselerasiadopsi dan implementasi kebijakan,supaya pencapaian daerah dapatmenyeluruh di Indonesia. Walaupunsecara nasional seluruh stakeholdertelah mengadopsi dan mengimplemen-tasikan kebijakan, ini karena merekaterlibat langsung dalam proses pe -nyusunan, tetapi pada tingkat daerahhal tersebut memerlukan pengujian.

Secara teori, apabila logika kebi-jakan dapat diterima oleh sebagianbesar daerah, baik daerah yang sudahmengenal kebijakan cukup lamamaupun daerah yang baru, maka pe-luang penerapan kebijakan secara luascukup tinggi.

Permasalahan kritis berikutnyaadalah masalah efisiensi fasilitasi kebi-jakan dalam rangka meningkatkankeberhasilan adopsi dan implementasikebijakan. Apakah model fasilitasiyang selama ini berlangsung dapatditeruskan setelah proyek WASPOLAberakhir? Apakah sumber daya yangada dapat mendukung kegiatan seru-pa? Atau perlu dicari model lain yanglebih efisien dari segi biaya tanpa me -ngurangi kualitas hasil yang diperoleh?Persoalan klasik: dana tidak pernahmencukupi.

Pemerintah juga memiliki komit-men untuk mencapai target milenium(MDGs) yang harus dipenuhi padatahun 2015, yaitu melayani separuhpenduduk yang belum memiliki aksesterhadap air minum dan sanitasi.Berdasarkan national action planbidang air minum dan sanitasiDepartemen Pekerjaan Umum 2004,untuk sub sektor air minum diperlukanpeningkatan pelayanan sampai dengan88% dari 74% pada tahun 2015.

Sedangkan untuk sub sektor sani-tasi (air limbah) harus mencapai 75%dari 54% pada tahun 2015. Adapunperkiraan dana yang diperlukan untukmemenuhi target tersebut adalah Rp42 triliun untuk air minum dan sekitarRp 43 triliun untuk sanitasi. Artinyadiperlukan dana investasi sekitar Rp

8,5 triliun pertahunnya sampai dengantahun 2015.

Kesenjangan pendanaan ini dapatdipenuhi melalui berbagai skema pen-danaan, seperti pinjaman luar negeri,investasi swasta, dan penggalianpotensi masyarakat. Banyak programtelah dirancang oleh pemerintah, baikmelalui dana sektoral maupun pin -jaman. Namun demikian, investasibaru ini perlu optimalisasi denganlebih memperhatikan aspek keberlan-jutan sarana yang dibangun. Tanpa itu,investasi baru tidak akan memberikankontribusi terhadap peningkatan aksesyang berkelanjutan karena investasiyang lama sudah rusak atau tidakdipergunakan.Perhatian terhadap sektor masihperlu dipacu

Besaran belanja pemerintah untuksektor AMPL merupakan bagian darikomponen perumahan dan fasilitasumum sebesar Rp 2,3 triliun. Ini meru-pakan proporsi yang sangat kecil daribelanja pemerintah pusat, yaitu 0,3%dari Rp 266 triliun. Bila dibandingkandengan sektor jalan sebesar Rp 10,8triliun, maka sektor air minum dan airlimbah sangat kecil dalam jumlah yangmenunjukkan juga kecilnya prioritassektor ini.

Rendahnya prioritas pembangunanAMPL ini bukan saja pada tingkatpemerintah pusat, tetapi juga padatingkat pemerintah daerah.Berdasarkan studi yang dilakukan olehproyek WASPOLA tahun 2005, tentangPembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan PascaDesentralisasi yang dilakukan di 10kabupaten (Musi Banyuasin, Solok,Subang, Sumba Timur, Lamongan,Bandung, Takalar, Kuningan,Lumajang, dan Sikka), alokasi danasektor air minum dan sanitasi di sepu-luh daerah studi sepanjang tahun2003-2005 berkisar antara 0.01% sam-pai 1.37% dari total belanja APBD.

Data tersebut diperkuat dengantemuan studi review pembiayaan sek-

Page 14: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

� LAPORAN UTAMA12PercikJuni 2009

tor AMPL di daerah WASPOLA yangdilakukan oleh WSP-EAP World Bank,yang menyimpulkan bahwa anggaranpemerintah untuk sektor AMPL ren-

dah sekali, seperti ditampilkan padatabel di bawah ini. Michel Camdesusdalam catatannya pada World Panel onFinancing Water Infrastructure (2003)

melihat bahwa penempatan prioritasyang rendah oleh pemerintah terhadappendanaan sektor air minum dan sani-tasi merupakan isu yang utama. Disamping itu, sektor AMPL masihmenghadapi isu internal yang masihbelum terselesaikan, seperti kebi -ngungan masalah sosial, lingkungan,komersial, masalah politis, kelemahanmanajemen dan ketidakjelasan tujuanpengelolaan, ketidakcukupan kerangkakebijakan, kurangnya transparansi,ketiadaan badan regulasi, dan resisten-si terhadap prinsip cost recovery. �

*National Project Coordinator

Lokakarya Sinergi Rencana PelaksanaanProgram Waspola Facility (Waspofa) dan Serah

Terima Waspola 2

Program Water Supply andSanitation Formulation andAction Planning (Waspola) 2

berakhir Juni 2009. Program yangdiinisiasi Pemerintah Indonesia,didanai AusAID dan difasilitasi WSPBank Dunia telah berlangsung sejak1998 dengan fokus penyusunanKebijakan Nasional Air Minum danPenyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat.

Kegiatan ini berakhir pada tahun2003 dan disebut sebagai Waspola 1.Kemudian dilanjutkan dengan Waspola2 hingga tahun 2009 dengan fokus padaimplementasi kebijakan dan pe-ningkatan kapasitas.

Waspola merupakan kerja terpaduyang melibatkan DepartemenPekerjaan Umum, DepartemenKesehatan, Departemen dalam Negeri,Kemeterian Lingkungan Hidup,Departemen Keuangan dibawah koor-dinasi Bappenas. Keterpaduan

diwadahi melalui Kelompok Kerja AirMinum dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL) yang kemudian denganfasilitasi Waspola diaplikasi di kabu-paten/kota dan provinsi.

Sampai saat ini telah terbentuk 63Pokja AMPL kabupaten/kota dan 13Pokja AMPL provinsi. Untuk itulah,

berbagai pihak mempunyai harapanbesar program Waspola setelahberakhirnya Waspola 2 terus berlanjutuntuk melanjutkan daerah-daerahyang belum mendapatkan akses airminum dan sanitasi secara baik.

Menandai keberlanjutan programWaspola, pada Kamis, 25 Juni 2009

Perwakilan Waspola menyerahkan tanda mata kepada pejabat dari Departemen terkait.Foto: Stela Vendredi

Page 15: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

� LAPORAN UTAMA13PercikJuni 2009

diselenggarakan Lokakarya SinergiRencana Pelaksanaan ProgramWaspola Facility (Waspofa) dan SerahTerima Waspola 2, di Jakarta.

Lokakarya diselenggarakan sebagaiupaya mendapatkan masukan bagipenyusunan desain Waspofa atauWaspola 3 yang merupakan kelanjutanWaspola 2. Lokakarya kemudian dilan-jutkan dengan penyerahan simbolishasil Waspola 2 kepada pemerintahIndonesia yang diwakili Deputi Saranadan Prasarana Bappenas Dedy SupriadiPriatna.

Lokakarya sehari tersebut dihadiriwakil dari Bappenas, DepartemenKeuangan, Departemen PekerjaanUmum, Departemen Kesehatan,Departemen Dalam Negeri dan difasili-tasi sekretariat Waspola.

Lokakarya menyepakati beberapahal tetapi yang terpenting adalah pe-ngelolaan Waspofa dilaksanakanmelalui mekanisme on budget, tetapidengan dua tipe pelaksanaan yaituBank Dunia sebagai pelaksana danpemerintah sebagai pelaksana.

Seperti halnya pada pelaksanaanprogram Waspola sebelumnya, pelak-sanaan Waspofa diperlukan komite

pengarah (steering committee) yangterdiri dari tiga pihak yaitu Pemerintah,AusAID, dan Bank Dunia. Sementarakegiatan persiapan yang akandilakukan adalah penyelesaian persetu-juan antara Pemerintah denganAusAID, penyelesaian persetujuanhibah antara Bank Dunia denganPemerintah Indonesia, dan kesepa-katan mekanisme penganggaran.

Deputi Sarana dan PrasaranaBappenas Dedy Supriadi Priatna dalamsambutannya mengatakan Waspolaadalah suatu program yang bagus danpenting untuk dilanjutkan padaWaspola 4 dan seterusnya. ”Ke depanharus lebih ditingkatkan koordinasidan sinkronisasi antardepartemen,”tuturnya.

Waspola FacilityHasil lokakarya adalah berupa

kelanjutan Waspola 2 dengan namaWaspola 3 atau Waspofa. Besaran danadari AusAID sebesar 10 juta dolarAustralia dan pengelolaan Waspofadilakukan melalui dua mekanismeBank Dunia dan Bappenas.

Pada kesempatan serah terimaWaspola 2, Direktur Perumahan dan

Permukiman Bappenas Budi Hidayatmemaparkan bagaimana programWaspola Facility sebagai kelanjutanWaspola 2. Waspofa, paparnya, mem-punyai tujuan umum adalahmeningkatkan akses masyarakatIndonesia khususnya masyarakatmiskin terhadap layanan AMPL yangcukup berkelanjutan.

”Sementara tujuan khususnya,memperkuat kapasitas pemerintahdalam pengelolaan AMPL melalui fasi-litas yang fleksibel yang dapat men-dukung kebutuhan terkait denganpengembangan kebijakan, pelaksanaankebijakan dan pengelolaan sektorAMPL,” ungkap Budi.

Budi Hidayat melanjutkan,lokakarya ini mengamanatkan, perlu-nya memelihara momentum kegiatanagar tidak terjadi stagnasi yang terlalulama. Perlu disiapkan rencana kerja 6bulan pertama, diantaranya terpentingadalah persiapan administrasi, penilai-an kebutuhan, dan penyiapan RencanaKerja tahun pertama. ”Amanat lainadalah secepatnya disediakan kantoruntuk kegiatan Waspofa dan segeramerekrut tim inti untuk menyelesaikanproses persiapan proyek,” tuturnya.

Pada lokakarya itu, peserta ber-kesempatan mendengarkan tanggapandan masukan dari lembaga donor dandepartemen terkait. Pelaksana tugasregional Team Leader WSP-EAP IsabelBlackett memberikan apresiasi yangbaik kepada Waspola. ”Waspola benar-benar memprakarsai perubahan yangberkelanjutan. Ada proyek-proyek WESterkait yang berkembang dari pe-ngaruhnya,” terangnya.

Sementara Direktur FasilitasPenataan Ruang dan LingkunganHidup Departemen Dalam NegeriSofyan Bakar melihat persoalan AMPLsangat kurang mendapat tanggapandari pemerintah daerah. ”Denganadanya Musrenbang diharapkan sektorAMPL masuk Renstra dinas-dinasterkait,” tuturnya. �Bowo Leksono

Sebelum acara serah terima Waspola 2, diawali santap malam. Foto: Bowo Leksono

Page 16: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

� LAPORAN UTAMA14PercikJuni 2009

S ektor air minum dan sanitasidasar, secara pelan tetapi pastitelah bergulir menjadi sektor

yang mendapat perhatian dalam pem-bangunan di negeri ini. Senyatanyalahsektor ini "seksi", sehingga dilakukanoleh banyak departemen, antara lainDepartemen Pekerjaan Umum sebagaipemegang mandat utama dalam penye-diaan infrastruktur, DepartemenKesehatan sebagai pe megang mandatutama dalam pening katan status kese-hatan masyarakat melalui penyediaanlayanan air minum dan sanitasi dasar.D e p a r t e m e n D a l a m N e g e r i ,Departemen Sosial, Badan Geologi,Departemen Transmigrasi semuanyajuga bersinggungan dengan programpembangunan fasilitas air minum dansanitasi. Berbeda departemen, berbedapula kebijakannya dan berbeda pulapendekatan yang diterapkan dalampelaksanaan pembangunan air minumdan sanitasi.

Paradigma tempo dulu bahwa"pemerintah memenuhi layanan airminum dan sanitasi" diterjemahkandengan "pemerintah berkewajibanmembangun sarana". Sarana yang telahdibangun selanjutnya diserahkan kepa-da masyarakat dengan harapanmasyarakat mengoperasikan, memeli-hara dan memanfaatkannya.

Kegiatan pembangunan sarana airminum dan sanitasi oleh pemerintahpusat pada saat itu selalu diberi judul"proyek". Istilah proyek olehmasyarakat diidentikkan dengan

kegiatan pemerintah karena yang"punya gawe" pemerintah sementaramasyarakat diposisikan sebagai peneri-ma manfaat proyek, terlebih pelaksanadan tenaga yang bekerja untuk proyektersebut adalah orang dari luarmasyarakat desa itu sendiri, karena ter-gantung pada siapa pemenang tender.

Istilah partisipasi masyarakatdalam pembangunan telah bergulirsejak jaman orde baru dan dijadikanplatform pembangunan, namundemikian rentang pengertian partisi-pasi dalam aplikasinya sangat berva-riasi. Masyarakat dikumpulkanbersama perangkat desa, diberi penyu-luhan tentang rencana proyek airminum dan sanitasi sudah disebut par-tisipasi. Masyarakat dilibatkan sebagaitenaga kerja yang dibayar untuk jenispekerjaan tertentu juga disebut partisi-pasi, masyarakat diwajibkan menyiap-kan kontribusi inkind juga disebut par-tisipasi, masyarakat dilibatkan dalampengambilan keputusan juga partisi-pasi, masyarakat terlibat dalampengambilan keputusan dan merekabertanggung jawab dalam pengorgan-isasian dan pengelolaan paska proyekjuga disebut partisipasi.

Perbedaan pandang mengenai par-tisipasi dengan berbagai alasan dancara pandang terhadap masyarakatberimplikasi terhadap penerapan kon-sep partisipasi. Setidaknya ada duapandangan yang berseberangan ter-

hadap masyarakat waktu itu, pandang -an pertama pembangunan air minumdan sanitasi sarat dengan teknis,masyarakat tidak mampu dan kalaudipaksakan taruhannya adalah kualitastidak sesuai yang diharapkan danmemakan waktu lama, di sisi lainproyek dibatasi oleh waktu tahunanggaran oleh karenanya proyek harusdipihak ketigakan karena merekaadalah ahlinya.

Pandangan kedua, masyarakat itupunya potensi, mereka akan mampukalau diberi kesempatan dan dimam-pukan melalui penguatan kapasitas,mereka memiliki kepentingan dengankebutuhannya, kunci keberlanjutanadalah ditangan masyarakat sendirikarena pemerintah tidak memilikisumber daya yang cukup untuk me-ngawal paska proyek, oleh karenanyaproyek harus didesain berbasismasyarakat.

Pandangan di atas tidak hanya ter-jadi di kalangan pemerintah saja, dilingkungan LSM pun juga demikian.Bahkan LSM dengan platform charitywaktu itu memiliki pandangan bahwamasyarakat yang dibantu adalahmasyarakat miskin, mereka tidak ber-daya, mereka harus ditolong, untukikut pertemuan dan bekerja berartimereka kehilangan pendapatan olehkarenanya mereka harus dibayar.

LSM dengan platform communitydevelopment berpandangan lain ter-hadap masyarakat yang dibantu, bahwamereka adalah masyarakat yang memi-

WASPOLA10 Tahun Membangun Paradigma

Pembangunan Berkelanjutandi Bidang AMPL

Oleh: Subari*

Page 17: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

liki potensi, potensi itu akan berkem-bang apabila mereka diberdayakan,biarkan mereka mengambil keputus-annya sesuai dengan latar belakangdan kemampuannya, jangan biarkanmereka berketergantungan, oleh kare-nanya meskipun mereka mengelu-arkan waktu untuk pembangunantidak harus dibayar, kalau toh harusdibayar hanya untuk jenis pekerjaantertentu dan diputuskan oleh merekasendiri karena pada dasarnya segalabentuk bantuan adalah untuk mem-bantu mereka dalam menyelesaikanpermasalahannya sendiri, walaupunprosesnya cukup panjang yang pentingkeberlanjutan terjadi.

Kedua madzhab pembangunan airminum dan sanitasi di atas terlaksanadi Indonesia dengan dua macam hasil,yaitu sarana tidak berkelanjutan danjadi monumen dari hasil madzhab per-tama, sedang hasil madzhab yangkedua sarana berkelanjutan dan tetapdinikmati masyarakat walaupunproyek tersebut telah berakhir puluhantahun.

Kesadaran KritisTernyata kita telah banyak berbuat

dan berinvestasi untuk pembangunanair minum dan sanitasi. Ternyatabanyak sarana yang tidak berfungsidan hanya menjadi monumen.Ternyata peningkatan jumlah hutanguntuk pembangunan air minum dansanitasi dengan pendekatan proyekberbanding lurus dengan meningkat-nya jumlah monumen hasil pemba-ngunan yang tidak berkelanjutan,karena jumlah tersebut terakumulasidengan proyek sebelumnya. Demikianpula di kalangan LSM dengan platformcharity semakin besar jumlah bantuanjuga berbanding lurus dengan monu-men plus ketergantungannya.

Water and Sanitation PolicyFormulation and Action Planning(WASPOLA), sebuah kerjasamaPemerintah Indonesia dengan

Pemerintah Australia yang difasilitasioleh WSP-World Bank merupakanproyek dalam rangka reformasi kebi-jakan sektor air minum dan sanitasidalam rangka menanggapi berbagaipersoalan ketidakberlanjutan pemba -ngunan air minum dan sanitasi.

Serangkaian kajian, studi dan pem-belajaran proyek-proyek air minumdan sanitasi dari berbagai sumberpembiayaan di Indonesia dan penga-laman dari negara lain dilakukanuntuk menemukenali persoalan men-dasar dan merunut ulang tahapandemi tahapan yang dilaksanakan sela-ma ini untuk mengambil pembelajarandan yang terpenting apa yang haruskita lakukan serta kebijakan manayang harus direformasi.

WASPOLA merupakan komitmenPemerintah Indonesia untuk meng-hasilkan pembangunan sektor airminum dan sanitasi yang efisien danberkelanjutan. WASPOLA merupakankerja terpadu yang melibatkanDepartemen Pekerjaan Umum,Departemen Kesehatan, DepartemenD a l a m N e g e r i , K e m e n t e r i a n

Lingkungan Hidup, DepartemenKeuangan di bawah koordinasiBappenas.

Rute Panjang Menuju KesamaanPandang

Serangkaian lokakarya, puluhanpertemuan koordinasi dan bahkanratusan kali, dengan melibatkan berba-gai pemangku kepentingan telah dilak-sanakan untuk mencari bentuk,menyamakan persepsi, membedahpengalaman gagal dan pengalamansukses dalam pembangunan air minumdan sanitasi serta memetakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberlan-jutan proyek.

Serangkaian kegiatan tersebut padaakhirnya mengerucut pada kesepa-katan perlunya melakukan reformasikebijakan pembangunan bidang airminum dan sanitasi. Berdasarkanintensitas permasalahannya disepakatipentingnya melakukan reformasi kebi-jakan untuk pembangunan air minumdan sanitasi berbasis masyarakat ter-lebih dahulu dan segera ditindaklan-juti reformasi kebijakan pembangunan

� LAPORAN UTAMA15PercikJuni 2009

Masyarakat dilibatkan dalam perencanaan pembangunan AMPL. Berbeda dengan dulu karena bersifatproyek yang datangnya dari pusat. Foto: Dok. Waspola

Page 18: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

air minum dan sanitasi berbasis lem-baga.

Perjalanan panjang selama limatahun dari tahun 1998-2002 padaakhirnya telah menghasilkan draf kebi-jakan dengan nama KebijakanNasional Pembangunan Air Bersih danPenyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat, sementara kebijakanberbasis lembaga masih dalam peng-godogan lebih lanjut. Lamanya waktuyang dilalui menunjukkan betapa pen-tingnya sektor ini sekaligus betapabanyaknya persoalan yang harusdirunut dan ditata, serta disepakati kedalam satu paradigma sampai meng-hasilkan rumusan kebijakan.

Langkah strategis untukmeningkatkan leverage kinerja timpemerintah dalam penangananWASPOLA akhirnya sepakat untukmembentuk kelembagaan KelompokKerja Air Minum dan PenyehatanLingkungan (Pokja AMPL) yang selan-jutnya menjadi garda depan dalamupaya operasionalisasi kebijakandalam skala luas. Kelembagaan terdiridari tim pengarah dengan anggotapejabat eselon 2 dari semua departe-men tekait dan tim teknis dari pejabateselon 3 masing-masing.

Perdebatan penggunaan istilah "airbersih" atau "air minum" merupakansalah satu rute yang harus dilewati olehpemangku kepentingan yang ter-gabung dalam Pokja AMPL. Salah satukesamaan pandang yang disepakatiadalah "air minum" yang menjadimandat dalam rangka pemenuhanlayanan dasar air minum. Fakta bahwakualitas air yang dihasilkan masih dalamtaraf air bersih memang dipahami,namun tidak mengurangi keinginan ter-hadap upaya meningkatkannya menjadiberkualitas air minum.

Pada tahun 2003 draf kebijakandengan tajuk Kebijakan NasionalPembangunan Air Bersih danPenyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat telah diubah secara finalm e n j a d i K e b i j a k a n N a s i o n a l

Pembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat dan sampai sekarang telahpopuler dengan sebutan KebijakanNasional AMPL-BM.

Untuk memastikan kebijakan inidapat dipahami dan dapat diopera-sionalkan di daerah, maka padaNovember 2002-April 2003 dilakukanuji coba fasilitasi di empat kabupaten,yaitu Kabupaten Solok, KabupatenMusi Banyuasin, Kabupaten Subangdan Kabupaten Sumba Timur. Uji cobaini telah menghasilkan beberapamasukan penting sebelum kebijakandifinalkan, salah satunya adalah di-tambahnya satu butir kebijakan yangsebelumnya tidak ada yaitu pemba-ngunan AMPL yang "berorientasi padapemulihan biaya".

Pekerjaan Besar Baru DimulaiPerjalanan panjang selama lima

tahun dengan hasil tersusunnyaKebijakan Nasional AMPL-BM, ketikakebijakan ini telah disepakati untukdioperasionalkan di daerah justrupekerjaan yang sebenarnya baru dimu-lai dan memerlukan upaya besar untukmemastikan kebijakan ini diterimaoleh daerah, diadopsi dan dioperasio-nalkan ke dalam mekanisme danpelaksanaan pembangunan di daerah.

Sikap sinis, pesimis dan keraguandari pejabat daerah ketika kebijakan

ini diperkenalkan oleh fasilitator men-jadi tantangan pertama yang harusdilalui. Apa yang dilakukan olehpemerintah pusat dalam fasilitasipelaksanaan kebijakan merupakanadvokasi untuk membongkar pahambahwa pembangunan denganmengedepankan peran masyarakatdan berorientasi pada proses jauh lebihterjamin keberlanjutannya dibandingdengan pembangunan yang berorien-tasi target. Bermacam ragam peneri-maan daerah pada awal perkenalankebijakan dari negatif sampai positifdan ragu-ragu.

Salah Persepsi� Berapa besar dana yang

dialokasikan pusat?� Siapa yang akan melaksanakan

proyek nanti, pusat atau daerah?� Kalau hanya kebijakan saja kami

tidak membutuhkan, yang kamibutuhkan proyek.

� Biasanya pemerintah pusat kalausosialisasi kebijakan selalu diikutiproyek.

� Ini kan kebijakan pusat, kamiyang harus melakukan tentu adadananya kan, mana dananya?

Pertanyaan-pertanyaan di atasmerupakan pertanyaan klasik yangharus dijawab dengan arif oleh fasilita-tor sambil meyakinkan kembali bahwaprogram ini bukan proyek fisik,

� LAPORAN UTAMA16PercikJuni 2009

Masyarakat sendiri yang mengelola dan merawat sarana AMPL, bukan pemerintah. Foto: Dok. Waspola

Page 19: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

kegiatan ini terbatas pada bantuan tek-nis. Bahkan ada beberapa pemerintahdaerah setelah mengikuti diseminasikebijakan, walaupun telah dijelaskanprogram ini merupakan bantuan tek-nis, dalam melayangkan surat per-mintaan untuk difasilitasi mengajukansyarat dimana pemerintah daerah maumenyiapkan alokasi dana operasionaldengan catatan pemerintah pusatmenyiapkan alokasi dana miliaranrupiah untuk proyek. Kendala inimemberikan pembelajaran bahwauntuk pelaksanaan kebijakan nasionalAMPL-BM di daerah, yang pertamaharus dilakukan adalah menata mind-set pejabat dan staf teknis mengenaikonsep kebijakan dan pembangunanAMPL yang berkelanjutan.

"Bagaimana mungkin masyarakatharus kontribusi tunai untuk pemba-ngunan, untuk kebutuhan sehari-harisaja tidak cukup. Nanti dulu, ini bukanJawa, disini kondisi orang miskin bedadengan miskin di Jawa".

Sikap penolakan seperti ini jugadihadapi oleh fasilitator dan tidaktanggung-tanggung ini disampaikanoleh pimpinan daerah. Bahkan adasalah seorang anggota DPRD yangmendapat undangan dari Bappedauntuk acara lokakarya mengenai kebi-jakan AMPL-BM menanyakan kepadafasilitator, "Besok ada uang honornya(uang duduk) tidak?". Setelah dije-laskan oleh fasilitator bahwa kegiatanini tidak menyiapkan uang honor,mereka mengatakan besok tidakdatang kalau tidak ada uang duduknyawalaupun acara tersebut dilakukan diruang rapat DPRD.

Pelan tapi PastiKeinginan pada setiap pelaksanaan

kegiatan lokakarya di daerah adalahuntuk meyakinkan dan melalui prosespartisipatif, bahwa "ini milik Anda,bukan milik saya atau milik pemerin-tah pusat" artinya manfaat atau keluar-an yang dihasilkan setiap lokakaryayang akan memiliki kepentinganadalah daerah sendiri. Senantiasa

d i t e k a n k a n b a h w a p e m b a -ngunan/layanan air minum dan sani-tasi dasar adalah merupakan urusanwajib yang harus dilakukan oleh dae-rah sebagaimana amanat undang-undang otonomi daerah.

Lambat laun akhirnya mulai dipa-hami oleh sebagian pemangku ke -pentingan daerah dan mereka mulaimerasakan manfaat dari acara loka -karya yang mengurai kondisi layananair minum dan sanitasi dasar dengansegala permasalahannya. Merekamulai melihat dari sisi manfaatnya,bahwa dengan peta masalah yang dite-mukan menjadi dasar alat justifikasiuntuk usulan kegiatan dan programdari dinasnya.

"Lalu, apa nanti peran pusat untukmengatasi permasalahan sarana tidakberfungsi? Mestinya pemerintah harusbertanggung jawab karena proyek-proyek yang tidak berfungsi itu seba-gian besar proyek yang datangnya daripusat".

Masih harus tetap diyakinkan,bahwa di era otonomi peran pusat ter-batas, pemerintah pusat hanya ter-batas memberikan bantuan teknis,arahan dan pedoman untuk dijadikandasar pijak pembangunan di daerah,kalau toh masih ada dukungan pro-gram air minum dan sanitasi hal terse-but bersifat terbatas, porsi besar harusmenjadi tanggung jawab daerah.

Fasilitasi pelaksanaan kebijakanpada langkah awal dimaksudkan agar:

� Pemerintah daerah menemu-kenali isu dan permasalahan pem-bangunan dan layanan AMPL didaerahnya.

� Memiliki kepedulian untukmelakukan upaya pemecahanmasalahnya.

� Memahami dan menerima kebi-jakan nasional AMPL berbasismasyarakat sebagai konsep pen-dekatan.

� Menyusun rencana kerja konkritdalam rangka mengatasi per-masalahan keberlanjutan AMPL.

Melangkah ke Pemikiran Stra te -gik

Hasil pelaksanaan kebijakan padatahap awal agak sulit untuk diukur dandipastikan apakah setelah fasilitasiberakhir daerah masih tetap konsistenmenindak lanjuti? Inilah pertanyaankeraguan WASPOLA, terlebih lajumutasi pejabat ke dinas lain yang tidakterkait dengan AMPL sangat tinggi.Ada tiga hal penting yang menjadi per-timbangan dalam hal ini, yaitu outputyang mengindikasikan keberlanjutanpasca pendampingan, pendekatan pen-dampingan yang mengindikasikan alihperan dan pilihan kegiatan penguatankapasitas yang menjawab isu konteks-tual.

Renstra AMPLMulai tahun 2005 fasilitasi pelak-

sanaan kebijakan menetapkan ter-susunnya rencana strategis pemba-ngunan AMPL (Renstra AMPL) daerahmenjadi salah satu keluaran utamadari serangkaian penguatan kapasitas.Renstra AMPL dimaksudkan sebagaiinstrumen untuk mengarahkan peren-canaan AMPL dapat tertuang dalamRPJMD. Pokok-pokok kebijakan danprogram selanjutnya dijadikan acuanm a s i n g - m a s i n g S K P D d a l a mpenyusunan rencana kerja.

Bagi daerah yang telah menyusunRenstra SKPD terkait AMPL, RenstraAMPL dijadikan acuan dalammelakukan review terhadap RenstraSKPD. WASPOLA mengenalkan pen-dekatan penyusunan renstra denganproses partisipatif yang melibatkanseluruh elemen sejak lokakarya identi-fikasi isu dan permasalahan AMPL,kajian keberhasilan dan kegagalanproyek AMPL, proses penyiapan/drafrenstra, lokakarya finalisasi renstra,dialog publik sampai dengan kerangkaregulasinya.

Pendekatan FasilitasiDari tahun 2004 sampai dengan

berakhirnya WASPOLA-2 tahun 2009,pendekatan fasilitasi mengalami

� LAPORAN UTAMA17PercikJuni 2009

Page 20: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

pergeseran strategi dari penangananlangsung di tingkat kabupaten berubahberbasis provinsi dan pada akhirnyapendekatan fasilitasi provinsi berbasisdemand. Cara ini ditempuh denganpertimbangan strategik bahwa jumlahkabupaten di Indonesia banyak dantidak sebanding dengan tenaga fasilita-tor dari pusat.

Tesis yang digunakan adalahbahwa provinsi pada dasarnya meru-pakan kepanjangan pusat, denganmemperkuat provinsi maka provinsiakan dapat menggantikan peran pusat.

B e r d a s a r k e m a n d i r i a n d a nprakarsanya mereka melakukanpengembangan daerah dalam pelak-sanaan kebijakan di daerahnya.

Tesis ini terbukti berjalan, setidak-t idaknya menjelang WASPOLAberakhir justru provinsi mulaimengembangkan sayapnya denganmenambah daerah layanan fasilitasikebijakan di kabupaten lain di wilayah-nya, demikian pula demand untukpenguatan kapasitas tematik jugameningkat.

Penguatan KapasitasTema penguatan kapasitas untuk

peningkatan pemahaman kebijakandan pengetahuan metodologi pelak-sanaan pembangunan AMPL BerbasisMasyarakat, dan pendampinganpenyusunan rencana kerja mulaidiarusutamakan untuk memastikanAMPL berada dalam salah satu priori-tas. Kerangka strategis penguatan ka-pasitas ini digambarkan pada bagan disamping.

Bagaikan Bongkar Pasang Puzzle Tidak segampang teori dan ucapan,

tantangan dan kendala yang menjadiPekerjaan Rumah WASPOLA danharus disikapi secara arif antara lain:

Pergantian pimpinan daerah danpejabat teknis di lingkungan dinasteknis di daerah

Iklim politik sangat dinamis didaerah, suksesi pimpinan daerah jugamempengaruhi tingkat intensitas per-hatian terhadap kegiatan pelaksanaankebijakan. Tidak jarang ditemui sela-ma proses fasilitasi para KepalaBappeda mengalami pergantian lebihtiga kali, bahkan di provinsi SulawesiTenggara mengalami pergantiansebanyak 4 kali, artinya upaya untukmemperkenalkan kembali kebijakannasional dan pelaksanaan kebijakanharus dilakukan sebanyak 4 kali olehPokja AMPL dan WASPOLA. Dampaknyata dari pergantian ini adalah fluk-tuasi ketersediaan alokasi dana opera-sional Pokja AMPL daerah.

Pergantian anggota kelompokkerja AMPL akibat pindah tugas kare-na mutasi jabatan

Mutasi jabatan merupakan isunasional dan fenomena nyata, hal inidiluar jangkauan WASPOLA. Namundemikian kondisi ini sangat mempe-ngaruhi kinerja Pokja AMPL. Sebagianbesar anggota pokja AMPL yang telahmendapatkan pelatihan mengenaipelaksanaan kebijakan telah pindahtugas. Pengganti yang mengisi posisi

� LAPORAN UTAMA18PercikJuni 2009

Page 21: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

keanggotaan pokja terpaksa harusdiberi sentuhan pengetahuan danpemahaman dari awal, yang berartiupaya dobel bahkan tripel karenabanyak pokja daerah yang pada saat inimerupakan generasi ketiga.

Salah satu upaya strategik yangdilakukan oleh Kelompok Kerja AMPLNasional melalui kegiatan WASPOLAadalah menjadikan forum nasionaluntuk review kemajuan pelaksanaankebijakan menjadi kegiatan utamayang dilakukan setiap tahun.

Beragam Tanggapan dan InisiatifDaerah

Tanggapan dan inisiatif daerahakan banyak bergantung pada dukung-an politis dan jiwa championshipKelompok Kerja AMPL Daerah. Darihasil pemantauan dan rekaman hasillokakarya nasional review kemajuantahunan, dapat dipetakan sebagaiberikut:

Pelaksanaan kebijakan merupakantugas karena SK pokja (bussiness asusual) dilakukan atas dorongan dariWASPOLA. Rasa bahwa AMPL meru-pakan gerakan yang harus merekagulirkan masih terbatas pada wacana.

Pelaksanaan kebijakan telah diteri-ma sebagai mandat yang harusdigulirkan oleh Pokja AMPL dan mere-ka melakukan serangkaian upaya,tetapi masih dihadapkan pada tantang-an klasik antara lain kurangnya du-kungan dari pengambil kebijakananggaran.

Pelaksanaan kebijakan telahdijadikan arus utama oleh Pokja AMPLmaupun pengambil kebijakan daerah.Contoh konkrit klasifikasi ini terjadi diProvinsi Jawa Tengah, SumateraBarat, Banten, Bangka Belitung, keti-ka:

- Renstra AMPL telah dijadikanacuan pembangunan sektorAMPL dan dilengkapi kerangkaregulasi daerah.

- Pokja AMPL menjadi bagian darirantai pengambilan keputusan

pembangunan AMPL.- Tercipta inisiatif daerah untuk

mengembangkan kemitraan de-ngan berbagai pihak.

- Tercipta dukungan konkritprovinsi kepada kabupaten/kotadengan memberikan dana stimu-lan kepada yang telah menyusunRenstra AMPL untuk menerap-kan pembangunan AMPL Ber -basis Masyarakat.

- Pelaksanaan kegiatan penilaiankondisi sanitasi sehat di lingkung-an perkantoran yang notabeneharus dapat menjadi contoh peri-laku bersih dan sehat bagimasyarakat.

Contoh spesifik lainnya di tingkatkabupaten, antara lain Pokja AMPLmemfasilitasi penyiapan RPJM Desasebagai cara operasionalisasi RenstraAMPL Daerah di Kabupaten Rote Ndao,NTT; kemitraan Pokja dengan lembagainternational, universitas dan perguruantinggi dalam rangka operasionalisasiRenstra di Kabupaten Serang, Banten;pengembangan strategi komunikasi danmedia promosi AMPL di kabupatenKebumen, Jawa Tengah; pengembangandesa binaan untuk penerapan pendekatanAMPL-BM di Kabupaten Gorontalo;pengembangan sistem pengelolaan dataAMPL di Kabupaten Bangka; modifikasipendekatan DAK air minum agar benar-benar berbasis masyarakat di KabupatenPekalongan; dan masih banyak contohlain di daerah.

Bola Telah BergulirApa yang dilakukan oleh WASPOLA

dalam upaya membangun paradigmapembangunan AMPL yang berkelanjutan,melalui tangan Pokja AMPL Nasional danjiwa championship koordinatornya, telahditangkap oleh lembaga lain yang pedulidengan program AMPL baik dari dalamnegeri maupun internasional.

Lembaga-lembaga international yangtelah menjalin kemitraan untuk programAMPL yang berkelanjutan antara lainUnicef melalui program WES, Plan

International melalui program WATSAN,Kfw dan GTZ melalui program ProAir,USAID melalui program ESP dan masihbanyak antrian panjang yang memintadukungan Pokja Nasional untuk difasili-tasi.

Perjuangan Belum SelesaiTidak ada kata selesai dalam upaya

pengguliran paradigma pembangunanAMPL yang berkelanjutan. Yang jelasharus ada sentuhan dan pengawalan disemua tingkatan dari tingkat desa sampaitingkat nasional dan ini merupakan tan-tangan ke depan Pokja Nasional AMPL.

� Tingkat desa: Bagaimana masyarakat meman-dang dan me-nempatkan AMPLsebagai program prioritas pada saatMusrenbangdes.

� Tingkat kecamatan: Bagaimana sektor AMPL yang telahdiusulkan oleh desa/kelurahan tetapterjaga dan tetap sebagai programprioritas ketika Musrenbangkec.

� Tingkat kabupaten/kota: Bagai mana AMPL tetap diposisikansebagai program prioritas dalamRenja SKPD, konsultasi dengan timanggaran, sampai pelaksanaanRakorbang.

� Tingkat provinsi: Bagaimana sektor AMPL menjadiprogram priori tas, pokja AMPLdiberdayakan, verifikasi RAPBDuntuk memastikan AMPL menjadiprogram prioritas.

� Tingkat Nasional: Bagaimana pengarusutamaan pem-bangunan AMPL BM dapat ditetap-kan sebagai kebijakan pada setiappelaksanaan program AMPLbersumber dana pusat.

� Pokja AMPL: Bagaimana Pokja AMPL diKabupaten dan Provinsi serta Pusatsendiri berdaya dan diberdayakandalam arus utama pembangunanAMPL. �

� LAPORAN UTAMA19PercikJuni 2009

* Koordinator PelaksanaKebijakan WASPOLA

Page 22: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

S ejak tahun 2004 ketika Kebi -jakan Nasional AMPL-BM(Kebijakan AMPL) dilak-

sanakan oleh daerah, sejak saat itupula kegiatan advokasi "Pusat keDaerah" dilaksanakan sadar atau tidakoleh Pokja Nasional AMPL danWASPOLA. Betapa tidak saat dimanahampir sebagian besar proyek/pro-gram yang datang ke daerah selaludiiringi dengan berbagai stimulus,Pokja Nasional dan WASPOLA datangtanpa iming-iming kecuali sebataspenguatan kapasitas (technical assis-tance).

Setiap kali Pokja Nasional danWASPOLA ke daerah selalu saja per-tanyaan pertama yang ditanyakanadalah "berapa besar kemungkinandaerah akan mendapatkan dana" jikaterlibat dalam pelaksanaan kegiatanKebijakan AMPL. Dengan sabar dandisertai langkah-langkah sistematis,perlahan tapi pasti Pokja Nasional danWASPOLA mampu memberikan pen-jelasan rasional kepada daerah.

Berulang kali disampaikan dandijelaskan dalam berbagai lokakaryabahwa sektor AMPL bukan lagi kewe-nangan (kewajiban) pemerintah pusattapi sudah kewajiban daerah sepenuh-nya, pemerintah pusat berperan hanyasebagai perumus dan penyampainorma, panduan, standar dan modul(NPSM) bagi daerah. Segala hal yangmenyangkut pencerahan dan per -ubahan paradigma baru pembangunandisampaikan oleh Pokja Nasional danWASPOLA kepada daerah denganberbagai cara dan kesempatan.

Sampai dengan tahun 2009sebanyak 9 (sembilan) provinsi danlebih dari 60 (enam puluh) kabupa -ten/kota telah mengoperasionalkan

Kebijakan AMPL dengan hanyamelalui skema technical assistancetanpa disertai stimulus apapun. Faktacapaian seperti ini memang masih sa -ngat jarang terjadi dalam pelaksanaanpembangunan di Indonesia. Salah saturahasia pencapaian ini adalah kemam-puan personal dan lembaga PokjaNasional AMPL dan WASPOLA dalammelakukan advokasi kepada daerahsecara baik, walaupun sekali lagi padaawalnya perilaku dan kegiatanadvokasi ini sama sekali tidak disadari.

Jika kita melihat kerangka advokasikebijakan secara tradisional maka apayang dilakukan oleh Pokja Nasionaldan WASPOLA sebenarnya sudahmempunyai kesesuaian dengankerangka yang ada. Ada 3 (tiga) proseskerangka advokasi kebijakan yakni a)

proses legislasi dan juridiksi, b) prosespolitik dan birokrasi, dan c) prosessosialisasi dan mobilisasi.

Kebijakan AMPL walaupun barusebatas ditandatangani 5 (lima) eselonsatu (dirjen/deputi), berarti sudahmemenuhi aspek proses legislasi,sudah juga memenuhi aspek prosespolitik dan birokrasi karena telahmelakukan upaya-upaya lobi, negosiasidan mediasi dengan berbagai pihak ditingkat Pemerintah Pusat, paling tidakpada 5 (lima) ditjen/deputi (DeputiSarana dan Prasarana Bappenas, DitjenPMD, Ditjen Bangda, Ditjen CiptaKarya dan Ditjen P2PL).

Terakhir, Kebijakan AMPL sudahmemenuhi proses sosialisasi danmobilisasi yang ditunjukkan dengancapaian berbagai daerah yang telah

Mengembangkan Strategi AdvokasiOperasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM

� LAPORAN UTAMA20PercikJuni 2009

Lokakarya adalah kesempatan bagi Tim Waspola untuk menjelaskan bahwa sektorAMPL adalah bukan kewenangan Pusat tapi kewajiban bagi daerah.

Foto: Dok. Waspola

Page 23: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

mengoperasionalkan Kebijakan AMPLberupa keberadaan Pokja AMPL danDokumen Renstra PembangunanAMPL Daerah.

Kiranya ke depan, Pokja Nasionaldan WASPOLA atau dengan mitra lainperlu mengembangkan strategiadvokasi yang lebih terencana danefektif, baik yang diarahkan kepadaDaerah, Donor maupun kalanganinternal Pemerintah Pusat. Hanya de -ngan memiliki strategi ini keberlanjut -an dan keberhasilan operasionalisasiKebijakan AMPL-BM dapat terjamin.

Apa yang telah ditempuh bersamaantara Pokja AMPL Nasional danWASPOLA dalam melakukan advokasiselama ini merupakan modal kuatuntuk mengembangkan strategiadvokasi ini. Proses pemilihan sebuahstrategi atau kombinasi beberapastrategi yang tepat, dapat dikem-bangkan Pokja Nasional bersama

WASPOLA atau mitra lain melaluiserangkaian ekplorasi mengenaiberbagai jenis strategi yang telahdilakukan selama ini seperti advokasieksekutif dan legislatif (Provinsi danKabupaten/Kota), advokasi media,membangun jejaring dan lain seba-gainya.

Batasan dan Pengertian AdvokasiOperasional Kebijakan NasionalAMPL-BM

Pengertian advokasi selama ini seringdiartikan sebuah kegiatan beracara dipengadilan (legitasi), mungkin terpe -nga ruh dari kata "advocaat" (bahasaBelanda) yang berarti pengacara ataupembela hukum, akan tetapi jikameng adopsi kata advokasi dari bahasaInggris (to advocate) pengertianadvokasi tidak hanya sekedar penger -tian membela akan tetapi juga berartimemajukan, mengemukakan, mencip-

takan serta melakukan perubahansecara sistematis (Oxford Dictionary).

Dari rekam jejak advokasi opera-sionalisasi Kebijakan AMPL-BM sejaktahun 2004 yang dilaksanakanbersama antara Pokja Nasional danWASPOLA, kiranya pengertianadvokasi operasionalisasi KebijakanNasional AMPL-BM dapat dibatasimenjadi "serangkaian aksi strategisdan terpadu yang ditempuh untukmemasukkan agenda pembangunanAMPL-BM ke dalam agenda politik(kebijakan daerah) serta membangunbasis dukungan bagi keberlanjutanpembangunan AMPL-BM di daerah".

Secara tradisional kita mengenal 3kerangka kerja advokasi yakni KerjaBasis, Kerja Pendukung dan KerjaGaris Depan. Lingkup Kerja Basis ter-diri dari membangun basis, koalisi,penguatan kapasitas tim, pemben-tukan lingkar inti, mobilisasi kegiatandan sebagainya. Lingkup KerjaPendukung terdiri dari dukungandana, logistik, informasi, data danakses. Lingkup Kerja Garis Depanmengerjakan fungsi juru bicara,perunding, fasilitator, pelobi, meng-galang jaringan atau sekutu, le gislasidan juridiksi.

Idealnya ketiga kerangka kerjadilakukan oleh tim atau individu yangberbeda, namun jarang sekali hal initerjadi. Pokja AMPL Nasional bersamaWASPOLA sewaktu-waktu mampumemisahkan ketiga kerangka ininamun lebih sering berbaur ketiganya.Penyebab utamanya adalah keter-batasan tenaga pelaksana.

Strategi Advokasi EksekutifPokja AMPL Nasional bersama

WASPOLA menyadari betul bahwaGubernur/Bupati/Walikota (eksekutif)adalah penentu utama kebijakan dae -rah bersama DPRD, sehingga jikaeksekutif dapat memahami secarabenar Kebijakan AMPL maka akanlahir sebuah kebijakan daerah yangmendukung pembangunan AMPL.

� LAPORAN UTAMA21PercikJuni 2009

Beberapa pejabat eselon I berbagai departemen terkait sektor AMPL duduk bersamapengambil kebijakan tingkat daerah dalam sebuah acara.

Foto: Bowo Leksono

Page 24: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

Salah satu cara dan media yang perta-ma-tama ditempuh Pokja AMPLNasional dan WASPOLA dalammelakukan advokasi ekskutif adalahdengan melaksanakan kegiatan roadshow.

Kegiatan roadshow terbukti efektifuntuk mengadvokasi Gubernur/Bupa -ti/Wa likota, Kepala Dinas/Ba -dan/Lem baga agar daerah menyeleng -ga rakan pembangunan AMPL denganprinsip-prinsip Kebijakan AMPL. Alatutama atau pemancing "emosi" ekse -kutif yang sering dilakukan adalahdengan pemaparan data cakupanAMPL baik secara nasional maupundaerah.

Biasanya para Kepala Daerah akantercengang dan bereaksi bahwa ternya-ta manajemen pembangunan AMPLselama ini sangat buruk. Berikutnyabiasanya mereka senang sekali ketikadijelaskan betapa pendekatan BerbasisMasyarakat dalam pembangunanAMPL sudah terbukti berkelanjutandan daerah memiliki posisi yang sangatstrategis untuk melaksanakannya.

Berikut sebagian dari cara danmedia advokasi eksekutif yang telahditempuh bersama Pokja AMPLNasional dan WASPOLA kepada dae-rah:� Advokasi Provinsi dan Ka -

bupaten/Kota yang mengopera-sionalkan Kebijakan AMPL agarmemiliki Kelompok Kerja (Pokja)AMPL.

� Advokasi penguatan kapasitasanggota Pokja AMPL.

� Advokasi penyusunan RencanaStrategis (Renstra) pembangunanAMPL Daerah.

� Advokasi penyempurnaan dataAMPL Daerah.

� Advokasi pengembangan strategikomunikasi pembangunan AMPL.

Advokasi LegislatifIdealnya advokasi legislatif adalah

proses pelibatan anggota legislatifuntuk menindaklanjuti operasional-

isasi Kebijakan AMPL sampai ke tahappenyusunan Peraturan Daerah (Per -da), menentukan alokasi sumber dayayang diperlukan dan pengawasanimplementasinya secara reguler. PokjaAMPL (Pusat dan Daerah) dapat me -rancang dan kemudian menyerahkanrancangan Perda AMPL untuk danmeminta dukungan para anggota legis-latif yang mempunyai perhatian ter-hadap pembangunan AMPL.

Advokasi legislatif adalah langkahyang tepat jika suatu daerah telahmemiliki Renstra Pembangunan AMPLyang disusun secara partisipatif de -ngan melibatkan anggota legislatif.

Advokasi MediaAdvokasi media merupakan imple-

mentasi substansial dari sebuah maknahakiki komunikasi. Media massamerupakan wahana yang paling efektifuntuk mengkomunikasikan pesan danmempengaruhi sejumlah besar orangdalam waktu yang cukup singkat.Advokasi hanya akan optimal jikapelaksana advokasi senantiasa men-jalin hubungan yang baik dan berke-lanjutan dengan media. Pokja AMPL

jangan membiasakan diri melakukantransaksi singkat dengan media (pu -blikasi semata), sebaiknya dikem-bangkan suatu hubungan mutual ataukontrak tematik/regular dengan ber -bagai media massa.

Pilihan Strategi Advokasi bagiPokja AMPL Daerah

Berbagai pilihan strategi advokasibisa ditempuh oleh Pokja AMPLDaerah yang disesuaikan dengankarakteristik daerah masing-masing.Pokja AMPL sebagai pelaksana ad -vokasi harus mempertimbangkan de -ngan seksama semua hal yangmenyangkut kegiatan advokasi yangumum terjadi atau yang dilakukan olehpihak-pihak lain. Berikut beberapa fak-tor yang harus dipertimbangkan secaramatang oleh Pokja AMPL sebelummemulai kegiatan advokasi.

1. Ketepatan� Akankah strategi pilihan tersebut

mampu mempercepat capaian visidan misi pembangunan AMPL?

� Dapatkah strategi pilihan tersebutmemanfaatkan potensi anggota

� LAPORAN UTAMA22PercikJuni 2009

Pemaparan data cakupan AMPL merupakan alat pemancing yang efektifbagi eksekutif. Foto: Dok. Waspola

Page 25: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

Pokja AMPL dengan optimal?� Dapatkah strategi pilihan tersebut

meningkatkan peran serta ma -syarakat?

� Apakah strategi pilihan tersebutcocok dengan kondisi daerah danmasyarakat dimana Pokja AMPLberada?

2. Kecukupan� Apakah strategi itu mencukupi

untuk mengatasi masalah yangdemikian besar?

� Apakah masalah yang dihadapicukup layak untuk ditangani de -ngan upaya dan sumber dayayang dikerahkan?

3. Efektif� Akankah strategi itu bisa menca-

pai tujuan/sasaran yang telahditetapkan?

� Akankah strategi itu membantumencapai program dan mengatasimasalah dalam tenggang waktuyang masuk akal?

4. Efisien� Apakah strategi itu dapat meng -

optimalkan penggunaan materidan SDM Pokja?

� Biaya-biaya strategis apa yangharus ditanggung (waktu, energi,material yang dikeluarkan) da -lam kaitannya dengan keuntung -an yang diperoleh?

5. Dampak Sampingan� Apakah strategi itu akan

meningkatkan tuntutan masya - rakat akan layanan Pokja?

� Akankah strategi itu menim-bulkan penolakan yang dise-babkan oleh tradisi, agama, dansebagainya?

� Akankah dampak sampinganyang negatif itu bisa diimbangioleh manfaat-manfaat positifnya?

Pilihan Topik Advokasi AMPLCamay dan Gordon dalam bukunya

Advocacy in Southern Africa 1998mengemukakan bahwa sebuah topikadvokasi dikatakan tepat dan baik jikameliputi atau mampu menjawabbeberapa pertanyaaan berikut:

- Dirasakan secara luas oleh banyakorang?

- Dirasakan secara mendalam?Apakah membuat orang marah,frustasi atau bagaimana?

- Dapat meningkatkan tarafkehidupan masyarakat?

- Memberikan kesempatan bagiorang-orang untuk belajar danterlibat?

- Membuat orang-orang mengenalikekuatannya masing-masing?

- Menantang kekuatan yang ada?- Mudah dimenangkan?- Membantu membangun aliansi

dengan kelompok lain?- Memiliki kerangka waktu jelas

yang menguntungkan?- Mengkaitkan keprihatinan lokal

dengan topik permasalahan yanglebih luas?

- Mengembangkan kepemimpinanmasyarakat kelas bawah?

- Memperkuat hubungan pelakuadvokasi dengan akar rumput?

- Konsisten dengan visi-misi dannilai yang akan diraih ? �

A.Huseiyn PasaribuLocal Gov. Capacity Building Specialist-Waspola

� LAPORAN UTAMA23PercikJuni 2009

RESIKOKetika strategi pilihan advokasi gagal, PokjaAMPL bisa kehilangan etos kerja

Pokja AMPL menjadi target dan sasaran(cemoohan) akan kegagalan/kelambatan pem-bangunan AMPL

Pokja AMPL membutuhkan sumberdaya yanglebih banyak

Pokja AMPL dicemburui SKPD terkait yang"merasa" kegiatannya diambil alih

Pokja AMPL menjadi tempat sasaran pengaduanmasyarakat

MANFAATPopularitas dan derajat pengakuan terhadapPokja AMPL meningkat

Rencana/disain/ide Pokja AMPL masuk dalamagenda kebijakan daerah

Pokja AMPL berada dalam kelompok, koalisiatau jaringan kerja yang lebih luas.

Berpengaruh positif dihadapan PemerintahPusat dan Lembaga-Lembaga Internasional

Munculnya "kampiun-kampiun" daerah di bidangpem bangunan AMPL yang potensial menjadi Fo -cal Point

RESIKO DAN MANFAAT ADVOKASI BAGI POKJA AMPL DAERAH

Media massa seperti radio sebagai alat penyampai pesan dan mempengaruhisejumlah besar orang. Foto: Dok. Waspola

Page 26: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

P embangunan Air Minum danP e n y e h a t a n , L i n g k u n g a n(AMPL), sejak diundangkannya

otonomi daerah adalah merupakanurusan wajib bagi daerah, ,dalam halini kabupaten/kota, untuk memenuhitersedianya layanan AMPL yang amandan berkelanjutan. Kewajiban pihakpusat hanya semata mempersiapkanNSPM (norma, standar, prosedur, danmanual), sedangkan provinsi berperandalam mengkoordinasikan danmemantau kegiatan antar daerah.Provinsi diharapkan mampu meng-ambil peran pemerintah pusat dalamhal memberikan bimbingan teknis,memantau dan bahkan mere-plikasikan pemba ngunan AMPL yangdinilai berhasil di satu kabupaten/kotake kabu pa ten/ko ta yang lain.

Dari pembelajaran atas berbagaipelaksanaan pembangunan AMPLperiode sebelumnya, terlihat bahwasebenarnya telah banyak investasi yangdilakukan, masalahnya adalah banyaksekali bangunan yang rusak dan tidakdapat dimanfaatkan lagi, tidak adabiaya operasi dan pemeliharaan, tidakdimanfaatkan, dan berbagai fakta lain-nya yang dapat dengan mudah dite-mukan di lapangan di seantero negeriini.

Atas dasar itulah kemudian peme -rintah melahirkan Kebijakan NasionalPembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat. Kalau kita simak TujuanUmum Kebijakan Nasional Pem -bangunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan --- selanjutnya disebutKebijakan --- adalah terwujudnya kese-jahteraan masyarakat melalui pengelo-laan pelayanan air minum dan penye-hatan lingkungan yang berkelanjutan.

Menurut teori organisasi, suatutujuan akan tercapai dengan efektif

dan efisien apabila dalam upaya penca-paiannya dilakukan secara terorganisirdan terencana, juga disertai kebijakanyang jelas dan terarah sebagai lan-dasan pijak yang disepakati bersama.Sebagaimana dalam pembangunanAMPL dalam kerangka pikir WASPO-LA adalah (1) kebijakan yang jelas danterarah adalah mutlak diperlukansebagai acuan berfikir dan bertindakdalam melaksanakan pembangunanAMPL, (2) keberlanjutan suatu pem-bangunan AMPL adalah penting danmutlak menjadi pegangan denganmempertimbangkan kegagalan polapembangunan AMPL di masa lalu, (3)pelaku-pelaku pembangunan AMPLperlu disinergikan dalam suatu wadahatau organisasi, (4) adanya rencanadan agenda yang jelas dan konkritmengatasi persoalan pembangunanAMPL.

Dalam pembangunan air minumdan penyehatan lingkungan (AMPL),keberlanjutan dapat diartikan sebagaiupaya dan kegiatan penyediaan airminum dan penyehatan lingkunganyang dilakukan untuk dapat mem-

berikan manfaat dan pelayanan kepadamasyarakat pengguna secara terusmenerus. Keberlanjutan pelayanan airminum dan penyehatan lingkunganharus dilihat sebagai suatu sistem yangterdiri dari pembangunan prasaranadan sarana, operasi, pemeliharaan,pengelolaan, dan pengembanganpelayanan air minum dan penyehatanlingkungan kepada masyarakat. Olehkarena itu, aspek keberlanjutan pem-bangunan AMPL haruslah meliputi (1)pembiayaan, (2) teknik, (3) lingkunganhidup, (4) kelembagaan dan (5) sosial.

Agar apa yang diemban Kebijakantersebut dapat terlaksana dengan baikdi lapangan, Pokja AMPL Pusat ber sa -ma-sama Sekretariat WASPOLA men -diseminasikan dan mengoperasio -nalkan Kebijakan di daerah. Untukmewadahi operasionalisasi kebijakandi daerah, Pokja AMPL Pusat danWAS POLA kemudian mendorong ke -pada provinsi dan kabupaten/kota un -tuk membentuk sebuah kelembagaanmul tistakeholder dengan nama jenerikKe lompok Kerja Air Minum dan Pe -nye hatan Lingkungan (Pokja AMPL).

Sampai dengan akhir proyekWASPOLA 2 tidak kurang sejumlah 9

Memampukan Kapasitas Daerah

� LAPORAN UTAMA24PercikJuni 2009

Oleh: Nur Apriatman dan Nugroho Tomo*

Sarana AMPL harus dikelola masyarakat sendiri. Foto: Dok. Waspola

Page 27: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

provinsi dan 62 kabupaten/kota telahmengadopsinya. Dari pengalamanpelaksanaan Kebijakan tersebut, ter -nyata dibutuhkan aparatur pemerin -tah an dan pelaku pembangunan AMPLyang memiliki kompetensi menguasaiaspek keberlanjutan layanan AMPL.

Namun kenyataannya tidak hanyakompetensi yang dibutuhkan, namunjuga kesadaran, memahami danberpikir untuk berbuat, dan mengam-bil tindakan. Bertindak sesuai yangdiamanatkan oleh perundangan dan

peraturan yang berlaku yang dalam halini adalah implementasi kebijakannasional AMPL-BM. Agar kebijakanbisa dipahami (socialized), difikirkanuntuk dilaksanakan (planned), dandiambil tindakan (implementedaction), maka serangkaian upaya telahdilakukan WASPOLA bersama-samadengan Pokja AMPL Pusat yang se -mua nya adalah dalam kerangka pe -ningkatan kapasitas daerah denganharapan daerah mau dan mampu me -nerapkan kebijakan sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan daerahmasing-masing.

Dimulai pada pertengahan tahun2004, Pokja AMPL Nasional beker-jasama dengan WASPOLA mulaimelaksanakan berbagai kegiatanlokakarya, pelatihan, kajian lapangandan berbagai kegiatan peningkatankapasitas lainnya, sehingga secarakeseluruhan sampai dengan bulanMaret 2009, telah terjadi berbagaikegiatan sebagaimana tabel dibawahini:

� LAPORAN UTAMA25PercikJuni 2009

No Pelatihan / Lokakarya Durasi Peserta Lokasi JadwalLOKAKARYA PUSAT1. Lokakarya seputar kebijakan

a. Lokakarya Pengembangan Strategi Implementasi Kebijakan Pokja AMPL 1 hari 27 orang Jakarta 20042 hari 22 orang Jakarta 20043 hari 62 orang Jakarta 20043 hari 55 orang Yogyakarta 20043 hari 82 orang Surabaya 20044 hari 25 orang Purwakarta 20043 hari 25 orang Puncak 20041 hari 20 orang Jakarta 2004

b. Lokakarya Konsolidasi Pelaksanaan Kebijakan AMPL Tahun 2005-2009 3 hari 41 orang Surabaya 20053 hari 97 orang Bali 20064 hari 87 orang Semarang 20075 hari 106 orang Bali 20083 hari 92 orang Bali 20093 hari 61 orang Bandung 2009

c. Rapat Koordinasi Nasional Pelaksanaan Kebijakan AMPL 3 hari 35 orang Makassar 2007 3 hari 39 orang Bali 20073 hari 80 orang Bandung 20083 hari 52 orang Bali 2008

d. Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan dan Penyusunan Renstra AMPL 5 hari 32 orang Makasar 20055 hari 35 orang Cianjur 2005

e. Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan AMPL bagi Daerah Baru 3 hari 42 orang Anyer 20063 hari 39 orang Surabaya 2006

2. Lokakarya Penyusunan Rencana Strategis Pembangunan AMPL:a. Lokakarya Penyusunan Renstra AMPL bagi Pokja AMPL Daerah 3 hari 18 orang Jakarta 2004

4 hari 40 orang Cianjur 20054 hari 47 orang Bandung 20065 hari 42 orang Bukittinggi 20065 hari 37 orang Makassar 20065 hari 22 orang Sabang 2008

RESUME KEGIATAN PENINGKATAN KAPASITAS TAHUN 2004-2009

Page 28: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

� LAPORAN UTAMA26PercikJuni 2009

No Pelatihan / Lokakarya Durasi Peserta Lokasi Jadwal

3. Lokakarya Keterampilan Dasar FasilitasiLokakarya Keterampilan Dasar Fasilitasi dalam Rangka 4 hari 37 orang Yogyakarta 2006 Operasionalisasi Kebijakan AMPL 5 hari 30 orang Bali 2006

5 hari 32 orang Yogyakarta 2007 5 hari 32 orang Mataram 2007 4 hari 71 orang Yogyakarta 20075 hari 52 orang Makassar 2008 5 hari 46 orang Bandung 2008 5 hari 36 orang Yogyakarta 20085 hari 20 orang Surabaya 2008

4. Lokakarya Orientasi MPA-PHASTOrientasi MPA-PHAST untuk Pelaku Pembangunan AMPL 4 hari 32 orang Bogor 2004

5 hari 62 orang Puncak, Bogor 20046 hari 33 orang Mataram 20066 hari 37 orang Semarang 2007 5 hari 40 person Semarang 2007 5 hari 33 orang Makassar 2007 5 hari 51 orang Makassar 2008

5. Lokakarya dan Pelatihan CLTS a. Visit Study CLTS di Bangladesh dan India 10 hari 19 orang Bangladesh 2004

dan Indiab. Pelatihan CLTS 3 hari 42 orang Lumajang 2005

3 hari 46 orang Sumbawa 20054 hari 40 orang Sambas 20054 hari 42 orang Bogor 20054 hari 42 orang Muara Enim 20054 hari 40 orang Muaro Jambi 20055 hari 43 orang Semarang 20065 hari 40 orang Gorontalo 20063 hari 22 orang LPPM UGM 20084 hari 75 orang Cilegon 2008 4 hari 86 orang Cilegon 2008

c. Lokakarya Konsolidasi Pembelajaran Pelaksanaan CLTS di Indonesia 3 hari 48 orang Bogor 2009

6. Lokakarya dan pelatihan Manajemen Pengetahuana. Lokakarya Komunikasi dan Membangun Jejaring AMPL 1 hari 62 orang Jakarta 2004b. Lokakarya Menyusun Strategi Komunikasi Jejaring AMPL 1 hari 30 orang Surabaya 2005c. Pengembangan media dan Strategi Komunikasi 4 hari 30 orang Yogyakarta 2007d. Lokakarya Outcome Monitoring Study SANIMAS 2 hari 30 orang Jakarta 2006e. Lokakarya Kajian Hukum Terkait AMPL 1 hari 35 orang Jakarta 2006

3 hari 30 orang Bali 2007f. Lokakarya Kebijakan AMPL untuk Strategi Keberlanjutan CWSH 1 hari 15 orang Jakarta 2007

2 hari 25 orang Jakarta 2008 g. Lokakarya Nasional Exit Strategy Pembangunan AMPL 2 hari 20 orang Bogor 2008

2 hari 16 orang Jakarta 2008 h. Lokakarya Nasional Persiapan WES UNICEF 1 hari 24 orang Jakarta 2007

Page 29: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

� LAPORAN UTAMA27PercikJuni 2009

i. Pertemuan Pemangku Kepentingan dan Lintas Departemen Program AMPL-BM 3 hari 20 orang Bogor, 2008

j. Lokakarya Nasional Manajemen Data AMPL 2 hari 20 orang Jakarta 2008k. Lokakarya Kebijakan AMPL Berbasis Lembaga 2 hari 65 orang Bogor 2004

3 hari 35 orang Jakarta 2004l. Talkshow Cuci Tangan Pakai Sabun 1 hari 40 orang Jakarta 2007m. Lokakarya Penyusunan Modul Pelatihan TSSM 4 hari 20 orang Bandung 2007n. Lokakarya Petunjuk Pelaksanaan Kebijakan AMPL 3 hari 40 orang Yogyakarta 2007o. Pembelajaran dan Rencana Aksi Kebijakan Sanitasi :

Kunjungan Kerja TImor Leste 1 hari 50 orang Jakarta 2008

L O K A K A R Y A D A E R A H1. Lokakarya seputar kebijakan:

a. Lokakarya Diseminasi Kebijakan AMPL di Daerah 1 hari per 40-60 orang Ruangan 2004provinsi per lokasi pertemuandan 1 hari di 7 provinsi Bappeda per kabupaten dan 7 kab. daerah

b. Diseminasi Kebijakan AMPL bagi Kabupaten Baru oleh 1-3 hari 70 orang di Ruangan Pokja AMPL Provinsi per provinsi Sumbar, Bappeda

Jateng, dan provinsiSulsel

c. Lokakarya Review Kebijakan AMPL dan Penyusunan Rencana Kerja 2 hari per 40-60 orang Ruangan 2004Implementasi Kebijakan AMPL provinsi dan per lokasi pertemuan

2 hari per di 7 provinsi Bappedakabupaten dan 7 kab. daerah

d. Lokakarya Identifikasi Isu Pembangunan AMPL di Daerah 2 hari per 40-60 orang Ruangan 2004

kabupaten per lokasi Bappeda di 7 kab. daerah

e. Dialog Publik Isu Pembangunan AMPL Daerah 1 hari per 30-50 orang Ruangan 2004 kegiatan per lokasi Bappedadi 6 provinsi daerahdan 7 kab.

f. Kajian Lapangan Pembangunan AMPL Daerah 1 hari 5 anggota 10 desa 2004per provinsi Pokja AMPL di 7 prov.

daerah

g. Lokakarya Konsolidasi Pelaksanaan Kebijakan AMPL tahun 2006 di Daerah 2 hari 30-40 orang Ruangan 2006 per provinsi Bappeda

daerah2. Lokakarya Keterampilan Dasar Fasilitasi:

Lokakarya Keterampilan Dasar Fasilitasi dalam Rangka 4 hari 23 orang Pandeglang 2006 Operasionalisasi Kebijakan AMPL 2 hari 30 orang Semarang 2007

4 hari 22 orang Pangkalpinang 20073 hari 30-40 orang Padang 2007

No Pelatihan / Lokakarya Durasi Peserta Lokasi Jadwal

Page 30: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

� LAPORAN UTAMA28PercikJuni 2009

3. Lokakarya dan Pelatihan CLTSa. Pelatihan CLTS 2-4 hari 55 orang Kebumen 2007

100 orang Serang 2007 50 orang Tanah Datar 2007

b. Lokakarya Strategi Pelaksanaan CLTS 1 hari 15 orang Padang 2008 4. Lokakarya dan pelatihan Manajemen Pengetahuan:

a. Lokakarya Asesmen Strategi Komunikasi AMPL Daerah 2 hari 30 orang Serang 200630 orang Kendari 2006

b. Lokakarya Pengelolaan Sumberdaya Air Hulu-Hilir untuk Pengelolaan 3 hari 49 orang Padang 2006Sumber air Baku Daerah 72 orang Semarang 2006

46 orang Mataram 2006c. Lokakarya Manajemen Data AMPL 2 hari 30-40 orang Kendari 2007d. Lokakarya Strategi Komunikasi Kabupaten 1 hari 30-40 orang Kebumen 2007e. Lokakarya Kemitraan ACCESS 1 hari 20 orang Mataram 2007

No Pelatihan / Lokakarya Durasi Peserta Lokasi Jadwal

Kegiatan peningkatan kapasitasdilakukan pada level pusat dan daerah.Di tingkat pusat terdiri dari 6 kelompokkegiatan: (1) Lokakarya seputarKebijakan, 22 kali penyelenggaraandengan partisipan sebanyak 1.156orang, (2) Lokakarya dan PelatihanPenyusunan Rencana Strategis AMPL,6 kali penyelenggaraan dengan partisi-pan sebanyak 206 orang, (3) Lokakaryadan Pelatihan Keterampilan DasarFasilitasi, 9 kali penyelenggaraan de -ngan partisipan sebanyak 356 orang,(4) Lokakarya Orientasi MPA-PHAST,7 kali penyelenggaraan dengan partisi-pan sebanyak 288 orang, (5) StudiBanding, Lokakarya dan PelatihanCLTS, 13 kali penyelenggaraan denganpartisipan sebanyak 585 orang, serta(6) berbagai lokakarya yang dikelom-pokkan kedalam Manajemen Pengeta -huan AMPL, 19 kali penyelenggaraandengan partisipan sebanyak 605 orang.

Secara keseluruhan telah terlaksana76 kegiatan dengan partisipan se ba -nyak 3.196 orang. Lokakarya kete -rampilan dasar fasilitasi dan orientasiMPA-PHAST adalah yang palingbanyak diadopsi oleh Pokja AMPL,masing-masing 6 dan 5 kali kegiatan,sehingga dengan satu atau dua kali

kegiatan yang didorong oleh WASPO-LA, selanjutnya telah menjadi kegiatanPokja AMPL. Karena berkaitan dengankemampuan memfasilitasi dan upayauntuk mencapai keberlanjutan layananAMPL, mudah-mudahan upaya pe -ningkatan kapasitas tersebut, benar-benar membantu semua fihak yangberkepentingan untuk mencapai keber-

lanjutan layanan AMPL.Di tingkat daerah terdiri dari 4

kelompok kegiatan: (1) LokakaryaSeputar Kebijakan, 7 jenis penyeleng-garaan, beberapa berulang sesuai de-ngan jumlah daerah, dengan partisipansebanyak 2.130 orang, (2) Lokakaryadan Pelatihan Keterampilan DasarFasi litasi, 4 kali penyelenggaraan de-

Waspola bersama WES-Unicef menyelenggarakan Lokakarya Pengelolaan Data AMPL di Jakarta.Foto: Bowo Leksono

Page 31: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

ngan partisipan sebanyak 105 orang,(3) Lokakarya dan Pelatihan CLTS, 4kali penyelenggaraan dengan partisi-pan sebanyak 220 orang, serta (4)berbagai lo kakarya yang dikelom-pokkan ke da lam ManajemenPengetahuan AMPL, 8 kali penyeleng-garaan dengan partisipan sebanyak307 orang.

Terlihat bahwa lokakarya danpelatihan keterampilan dasar fasilitasimenjadi jenis kegiatan yang palingbanyak diadopsi daerah, masing-ma -sing 4 kali kegiatan. Ini membuktikan

bahwa keterampilan memfasilitasiberbagai kegiatan pembangunanAMPL menjadi kebutuhan daerah,sementara CLTS dipandang sebagaikegiatan terobosan ditengah terbatas-nya dana pemerintah dan upayamemaksimalkan swadaya masyarakat.

Sehingga memang, CLTS menjadicepat sekali gaungnya sebagai upayauntuk meningkatkan akses masyarakatterhadap layanan sanitasi dasar, kemu-dian terselenggaralah lokakarya kon-solidasi pembelajaran CLTS di penghu-jung kegiatan WASPOLA 2 ini, dimana

saat ini hasilnya sedang disusun men-jadi sebuah buku pembelajaranbersama pelaksanaan CLTS diIndonesia.

Berdasarkan pengalaman tersebutdi atas, maka tersusunlah RoadmapImplementasi Kebijakan NasionalPem bangunan AMPL Berbasis Ma -syarakat beserta program PeningkatanKapasitasnya, sebagaimana bagan disamping.

Agar daerah atau pemangkukepen tingan AMPL lainnya dapatmeng operasionalkan KebijakanNasional Pembangunan AMPLBerbasis Ma syarakat sesuai dengankewenang annya, telah tersusunPanduan Operasionalisasi KebijakanNasional Pembangunan AMPLBerbasis Ma syarakat di Daerah, yangterdiri dari 5 buku, 4 buku dalam ben-tuk hardcopy dan buku terakhir seba-gai suplemen yang menyangkut bahan,tersedia dalam bentuk file elektonikyang terlampir dalam buku panduantersebut.

Dengan buku panduan itulah kamiberharap semua pihak yang berke-pentingan dapat terus mendi-semi-nasikan kebijakan ini, dengan harapantercapainya keberlanjutan layananAMPL. Semoga! �

� LAPORAN UTAMA29PercikJuni 2009

Lokakarya merupakan salah satu kegiatan Waspola bekerjsama dengan Pokja AMPL dalam rangka peningkatan kapasitas daerah. Foto: Dok. Waspola

* Training Specialist WASPOLA

ALUR OPERASIONAL KEBIJAKAN AMPL BM

Page 32: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 33: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 34: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

pihak. Langkah awal dibuka suatu pu -blic sphere untuk AMPL sekaligus pe -nguatan kapasitas komunikasi yangmelibatkan semua unsur pemangkukepentingan baik masyarakat, LSM,perguruan tinggi, ormas, swastamaupun pemerintah itu sendiri. Ke -mudian dilanjutkan dengan pe ngem -bangan strategi media komunikasi danpengembangan kemitraan communitylearning centre atau suatu jejaring.

Awal tahun 2007 strategi komu-nikasi tersebut mulai diimplemen-tasikan di 2 (dua) daerah yang dipilihmenjadi lokasi uji coba yaituKabupaten Kebumen dan ProvinsiBangka Belitung. Diharapkan pembe-lajaran yang didapat dari dua daerahuji coba ini akan menjadi inspirasibagi daerah lain untuk menerapkan-nya. Pemilihan daerah uji coba inididasarkan pada map ping isu, identi-fikasi potensi dae rah dan ketersediaansumber daya. Pada tahun 2008Provinsi Sumatra Barat berinisiatifsendiri untuk menyelenggarakanWorkshop Strategi Pemasaran danAdvokasi AMPL untuk kabupa ten/kotadengan menggunakan pem biayaandari APBD. Untuk menunjang kegiatantersebut, media komunikasi AMPLterus dikembangkan sesuai kebutuhandaerah dengan cara diintegrasikanmelalui pelatihan dan melibatkankelompok strategis di dae rah, antaralain media massa setempat baik TV,radio serta media cetak.

Selama periode satu tahun pen-dampingan di lapangan, walau masihdalam skala kecil dari survei danpemantauan dan evluasi yang telahdilakukan pada akhir tahun 2008,menunjukkan hasil yang signifikan.Sebagai contoh di Kabupaten Kebu -men, penggunaan strategi komunikasimelalui Media Rakyat mampu meru -bah pola pikir masyarakat mengenaiAMPL dan pada akhirnya mendorongpartisipasi sejak perencanaan pemba -ngunan di 29 desa penerima programAMPL. Di provinsi Bangka Belitung

kegiatan advokasi AMPL melaluimedia massa menumbuhkan wacanadan komitmen politis dari pengambilkeputusan dalam rangka penyelamat -an lingkungan. Ke mudian di SumateraBarat kegiatan pelatihan pemasaransosial AMPL mendorong kabupa -ten/kota untuk memasukkan strategikomunikasi dalam program pemba -ngunan AMPL mendatang dan meng -optimalkan media komunikasi hasilpelatihan untuk kegiatan sosialisasiAMPL. Sedangkan di tingkat pusatWASPOLA bersama Pokja AMPL danJAS (Jaringan Air dan Sanitasi) mem-pelopori pembentukan Jejaring AMPLdi tingkat pusat pada Februari 2007dan terus berjalan sampai sekarang ini.

Menggerakkan Partisipasi Ma -syarakat melalui Media Rakyat diKebumen

Media Rakyat dipilih sebagaistrategi yang dikembangkan diKebumen dari hasil kesepakatan peser-ta workshop strategi komunikasi ditingkat kabupaten yang dihadiri berba-gai unsur termasuk anggota DPRD danmedia massa lokal. Media Rakyatadalah media komunikasi yang tum-buh dan berkembang sesuai dengankultur masyarakat setempat. DiKebumen, strategi ini digunakan seba-gai strategi membangun partisipasimasyarakat sebelum 29 desa mendapatprogram AMPL ditahun 2008/2009.

Dari pemantauan dan evaluasi dienam kecamatan dan uji efektifitasmedia di salah satu desa sampel yangdilakukan Pokja AMPL, mereka telahmenggunakan media rakyat sebagaisarana untuk berkomunikasi dalamrangka perubahan perilaku sebelumpembangunan AMPL dilaksanakan.Mereka juga menggunakan mediarakyat untuk membangun kesepakatanbentuk kontribusi dan partisipasimasyarakat. Lalu pada peringatan HariAir Sedunia dan Launching TahunSanitasi 2008 yang biasanya diseleng-garakan di ibu kota kabupaten, kini

dilaksanakan di Kecamatan Ponco -warno yang sebelumnya menjadi salahsatu peserta pelatihan media rakyat.

Ratih TV dan radio-radio lokalmenayangkan hasil produksi mediarakyat yang telah dibuat bersama seti-ap harinya. Dan pada kegiatan HUT RIke 63 yang lalu, sebanyak 6 kecamatanmengangkat tema AMPL dalam berba-gai aktifitas kesenian. Media rakyattelah menginspirasi Pemerintah Ka -bupaten Kebumen dengan upayapenyiapan tim tutor lokal yang nanti-nya akan meneruskan pengembanganmedia rakyat kepada wilayah lainnya,serta menggunakannya sebagai saranapendorong keterlibatan peran perem-puan di sektor AMPL.

Advokasi Melalui Media Massa,Pembelajaran MenggerakkanWa cana dan Komitmen Politik diBangka Belitung

Isu kerusakan sumber air karenapencemaran tambang timah dan peri-laku sanitasi yang buruk menjadipolemik di Bangka Belitung, menjaditema yang disepakati dalam lokakaryamerancang strategi komunikasi padatahun 2008. Permasalahan yangmenyangkut elit setempat tersebutdirasa memerlukan strategi advokasimedia massa, yaitu menggunakankekuatan publik melalui stimulasi beri-ta media massa. Kekuatan mediamassa digunakan sebagai strategiuntuk membangun komitmen politisdan membangun gerakan publik untukmenyelamatkan lingkungan BangkaBelitung. Provinsi kemudian menindaklanjuti dengan pelatihan advokasiAMPL dan memproduksi mediaadvokasi bersama-sama.

Hasilnya Bangka Pos dan RRISungai Liat yang menjadi pesertalokakarya pada waktu itu menjadibagian penting dari gerakan advokasi.Bangka Pos sangat peduli denganliputan-liputan khusus dan kon-sekuensi yang harus dihadapi terma-suk gerakan tandingan dengan koran

� LAPORAN UTAMA32PercikJuni 2009

Page 35: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

dan LSM kuning (baca: koran dan LSMyang dibuat untuk mendukungkepentingan pihak tertentu). Talkshowyang mengupas kerusakan lingkungandalam kaitannya dengan AMPLdisiarkan dengan menghadirkan narasumber DPRD, Pemda, Media Massadan perguruan tinggi dan menggu-nakan dialog interaktif. Saat ini BangkaPos dan Pokja AMPL, tengah berupayamengaktifkan forum advokasi AMPLyang pernah dibentuk bersamaWASPOLA tahun 2008 sebagai wadahaliansi yang pro-lingkungan untuk ge -rakan penyelamatan sumber air mi -num di masa mendatang.

Pengalaman di dua daerah tersebutrupanya menarik perhatian ProvinsiSumatera Barat, sehingga padaakhirnya mempelopori suatu lokakaryalintas pemangku kepentingan untukpemasaran sosial AMPL. Tujuannyaadalah menemukan bersama strategipemasaran yang tepat agar sektorAMPL menjadi prioritas pembangunandaerah dan mendorong perubahanperilaku publik yang lebih cepat.Perwakilan unsur yang terlibat adalahpemda kabupa ten/kota provinsi, uni-

versitas, LSM, me dia massa dan organ-isasi ma syarakat.

Hasil-hasil produksi mediapemasaran AMPL yang diproduksibersama dalam lokakarya tersebuttelah disiarkan oleh stasiun TVPadang, radio swasta dan koransetempat. Kemudian kabupaten/kotapeserta lokakarya telah memasukkanagenda strategi komunikasi terinte-grasi dalam perencanaan pembangu-nan AMPL (RPJM) di wilayahnya. Duakabupaten/kota telah merencanakanpendanaan untuk melakukan strategikomunikasi dengan langkah menjajagikebutuhan komunikasi kepada ma -syarakat dan pemangku kepentingan

terlebih dahulu. Sebagai tindak lanjut mengkaji

pembelajaran di tiga daerah tersebut,pada 13 Agustus 2008 telah dilakukanLokakarya Nasional untuk menda -patkan masukan dan mengevaluasibersama untuk penyempurnaan kedepan. Lokakarya dihadiri oleh pelakukegiatan dari ke tiga daerah dan berba-gai pihak tingkat pusat terkait. Pesertaberpendapat bahwa pada dasarnyastrategi komunikasi yang variatif daritiga daerah telah membuktikan bahwastrategi komunikasi sangat dibutuhkanjuga untuk daerah-daerah lain agartepat sasaran dan mampu membangunkonsensus bersama. Masukan yangdiperoleh antara lain adalah pen -tingnya memperkuat kelembagaandalam keberlanjutan strategi komu-nikasi di daerah, serta memperluaskemitraan sehingga mampu menghim-pun aliansi yang lebih besar untuk ge -rakan yang lebih berkelanjutan.

Walaupun langkah ini masih dalamtahap permulaan, tetapi titik cerahmulai dirasakan beberapa pelaku dilapangan. Bahwa manisnya partisipasimasyarakat yang dahulu sekedar mim -pi, melalui strategi komunikasi yangterpadu, tepat sasaran dan berkelan -jutan terbukti mampu terwujud dalamsuatu aksi yang kongkrit. Tetapi sekalilagi, perubahan harus dimulai daripelaku itu sendiri yaitu merubah pen-dekatan dari komunikasi yang sifatnyaelitis menjadi dialogis, dari yangbehavioristik menjadi humanistik.

Tidak ada penyuluh dan masya -rakat yang disuluhi, tetapi semua men-jadi partisipan untuk menyelesaikanmasalah AMPL bersama-sama melaluikerjasama yang baik dari berbagaipihak, termasuk dalam hal inimasyarakat. �

*penulis berpengalaman lebihdari 15 tahun di bidang komunikasi

pengembangan masyarakat (developmentsupport communication). Bergabung

dengan WASPOLA sejak 2006

� LAPORAN UTAMA33PercikJuni 2009

Kegiatan komunikasiyang dilaksanakan,

kebanyakan bersifatparsial dan hanya alatpenyampai informasi,

bukansebagai suatu strategi

yang terencana.

Audiovisual, sebuah media komunikasi yang sangat berpengaruh dimasa kini.Foto: Dok. Waspola

Page 36: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 37: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 38: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 39: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 40: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 41: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 42: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

Deputi Bidang Sarana dan PrasaranaBAPPENASDEDY SUPRIADI PRIATNA

Waspola mengusung pen-dekatan pemberdayaan masya -rakat. Apakah pendekatan iniakan menjadi arus utama dalamRPJMN?

Sebenarnya pemberdayaan masya -rakat telah menjadi arus utama dalampembangunan air minum dan penye-hatan lingkungan (AMPL). DalamRPJMN 2004-2009 pun telah tercan-tum dengan jelas. Hal ini yang kemudi-an mendorong semakin banyaknyakegiatan pembangunan AMPL berbasismasyarakat baik yang didanai olehAPBN maupun yang didanai dari hibahdan pinjaman. Contohnya adalahSanimas yang didanai oleh APBN dantelah dilaksanakan di sekitar 500lokasi di seluruh Indonesia. Contohlainnya adalah Pamsimas yang didanaidari pinjaman Bank Dunia dan dilak-sanakan di sekitar 110 kabupaten.

Dalam draft RPJMN 2010-2014 punpemberdayaan masyarakat tercantumsecara eksplisit.

Penekanan apa yang perludilanjutkan dan dikembangkandari pengalaman implementasikebijakan melalui Waspola?

Semua sepakat bahwa Waspolatelah berhasil membantu pemerintahdaerah dalam mengadopsi kebijakann a s i o n a l p e m b a n g u n a n A M P LBerbasis Masyarakat. Setidaknya disekitar 60-an kabupaten/kota. Namundemikian jika melihat jumlah kabupa-ten/kota di Indonesia yang mencapaihampir 500, maka menjadi pertanyaanberapa lama waktu yang dibutuhkanagar semua kabupaten/kota meng-adopsi kebijakan ini. Dibutuhkanupaya yang luar biasa kerasnya jikahanya mengandalkan kemampuanWaspola. Sebaiknya dirintis kemitraandengan proyek AMPL lainnya sehinggakecepatan pertambahan kabupaten/kotayang mengadopsi kebijakan dapatmeningkat. Tapi perlu dicatat bahwa inisemua dilakukan tanpa mengorbankanprinsip yang dianut selama ini seperti'demand responsive approach' ,mengutamakan proses dan bukannyaoutput, bekerja bersama pemerintahdaerah dan bukannya bekerja untukpemerintah daerah. Sehingga kualitastetap terjaga.

Menurut pengamatan Bapak,apakah Waspola sudah cukupbaik? Apakah ada hal-hal yangmasih perlu diperbaiki?

Walaupun saya tidak langsung ter-libat dalam keseharian pelaksanaanWaspola, tetapi dari laporan yang rutinsaya terima, dapat dikatakan Waspolaberhasil dalam pencapaian target-tar-getnya. Kedepannya tugas Waspolamenjadi lebih berat karena harusmempertahankan pencapaian saat inidisamping juga harus dapat mening -katkan kemitraan dengan lebih banyakkabupaten/kota. Dibutuhkan terobos -an baru sehingga pencapaian Waspolaselama ini dapat dipertahankan.

Menurut pandangan Bapak,berdasar pada pengalaman kebe -radaan Pokja AMPL Nasional danimplementasi kebijakan selamaini, apakah yang penting danperlu dikembangkan?

Pokja AMPL Nasional bersamadengan Waspola telah memberi warnabaru dalam pelaksanaan pembangun-an AMPL di Indonesia, khususnya de-ngan pemberdayaan masyarakatnya.Tentunya masa awal memperkenalkanpembangunan AMPL berbasis masya -rakat telah lewat. Yang dibutuhkan kedepan adalah bagaimana mening -katkan kualitas dari pendekatan berba-sis masyarakat ini. Banyak hal yangdapat dilakukan, misalnya mulai mem-perkenalkan monitoring dan evaluasipartisipatif yang melibatkan masya -rakat.

Saat ini, kebijakan belum bisaberfungsi sebagai payung hukumkarena masih berbentuk kesepa-katan di tingkat eselon I. Apakah

Sebagaimana diketahui bahwa Waspola 2 akan berakhir pada Juni 2009. Sampai saat ini, Waspola telah berkiprahselama 10 tahun dalam pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL), khususnya dalam pengembangan

dan implementasi kebijakan pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat. Saat ini mitra kerja Waspola telahmencapai 13 provinsi, dan sekitar 100 kabupaten/kota. Bagaimana tanggapan berbagai pemangku kepentingan

soal kiprah Waspola selama ini. Berikut petikan wawancaranya:

� WAWANCARA40PercikJuni 2009

Warna Baru Pembangunan AMPL di Indonesia

foto : Bowo Leksono

Page 43: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

dibutuhkan legalitas berupa ke pu -tusan menteri atau yang lebih ting-gi?

Hal ini selalu menjadi pertanyaan.Apakah sebuah kebijakan selalu mem-butuhkan dukungan regulasi yang kuatseperti peraturan presiden atau per-aturan pemerintah. Pertanyaan iniakan sulit dijawab pada awal pelak-sanaan Waspola, ketika kebijakannasional AMPL Berbasis Masyarakatbelum menjadi arus utama. Namunpada saat ini situasi telah berbeda.Kebijakan ini telah diadopsi di seti-daknya 100 kabupaten/kota, yangartinya telah menjadi arus utama pem-bangunan AMPL. Yang dibutuhkansepertinya bukan regulasi di tingkatpusat tetapi lebih pada regulasi ditingkat pemerintah daerah. Itu punregulasi yang mendukung implemen-tasi kebijakan, seperti misalnya regu-lasi tentang konservasi air.

Direktur Pengembangan Penye hatanLingkungan Permukiman, DitjenCipta Karya, De par temen PekerjaanUmumIr. SUSMONO

Apa sumbangan Waspola ter-hadap Direktorat PLP?

Waspola menyumbang sebagiankecil dari sisi kebijakan berbasismasyarakat. Bisa dikatakan Waspolamembantu, tetapi masih sebagiankecil dari tugas teknis Departemen PUsebagai pusat kebijakan teknis.Sayangnya kebijakan yang berbasis

kelembagaan belum ada. Di PLP sendiri,pendekatan berbasis masyarakat denganmenyatakan bahwa peran masyarakatsangat penting sudah tertuang dalamJakstra Sampah dan Jakstra Air Limbah.

Jika nantinya Waspola dite -rus kan, kegiatan apa yang perludikembangkan atau sisi pene -kanan yang mana yang perludiper kuat?

Kelebihan Waspola sebenarnyalebih pada sisi penguatan kapasitasdan mensinergikan lintas sektor,melalui Pokja AMPL di pusat maupundi daerah. Tetapi sayangnya pen-dekatan yang dilakukan Waspola tidakbertumpu pada struktur institusi yangada, tetapi lebih kuat pada pelibatanpersonal. Padahal personal ini belumtentu sebagai pengambil keputusan.Level pengambil keputusan ada didirektur. Kalau personal Pokja tidakpunya kemampuan atau mengadvokasidirektur, belum tentu keputusan yangdiambil sejalan dengan AMPL. Belumlagi kalau personal dimutasi, pastiproses akan dimulai dari awal lagi danitu kurang efektif.

Idealnya penetrasi implementasikebijakan ini sasarannya lebih kepadapengambil keputusan di tingkat yanglebih tinggi lagi, baik di daerah dan di-tingkat pusat. Disisi lain sejak di depanharusnya sudah dipikirkan apa exitstrategy-nya, departemen mana yangnantinya akan menjadi meng-handelkalau proyeknya berakhir. Dan ideal-nya Bank Dunia sebagai penyeleng-gara, paling tidak bertanya atau menja-jaki keinginan departemen terkait,"apa yang harus diperbuat?" kalauWaspola berakhir.

Sisi lain, idealnya Waspola bisalebih membantu pusat mendorong re-gulasi di sektor sanitasi sampai ketingkat Peraturan Pemerintah, misal disanitasi saja undang-undangnya belumada hanya masuk sebagai bagian kecildari Bab III PP No. 16 yaitu dikaitkandengan perlindungan air baku.

Waspola telah memfasilitasi 9provinsi dan 63 kabupaten/kota.Apa pandangan Bapak terhadaphal ini?

Di daerah, saya dengar responnyapositif, tetapi kuncinya adalah setelahWaspola 2 berakhir bagaimana kelan-jutan di daerah itu yang akan memper-lihatkan hasil nyata dari proyek ini.Kalau dinilai dalam tingkatan penca-paian, Waspola baru bisa mencapaikeberhasilan dalam "mengubah mind-set" dan masih dalam proses tahap"memotivasi" tetapi belum sampaipada tahap "membudayakan". Nahtahap membudayakan ini yang harusdikejar, melalui proses advokasi yangterus-menerus, dan mendorong daerahmenciptakan regulasi yang kuat untukmengangkat sektor ini.

Pendampingan di daerah jangansampai berhenti harusnya dikem-bangkan lagi kemampuan daerah sam-pai mereka benar-benar optimal dalammengimplementasikan AMPL secaramandiri.

Menu penguatan kapasitas tetappenting, tetapi advokasi ke pengambilkeputusan yang lebih tinggi jauh lebihpenting. Kalau bisa, menu ke depandikembangkan sesuai kebutuhan pusatdan daerah. Lembaga donor dibelakangproyek ini seharusnya berkomunikasiintensif agar terjadi persamaan persepsidengan pihak pemerintah.

Dalam bidang AMPL berbasislembaga, WASPOLA juga telahmemfasilitasi Kebijakan AMPLberbasis lembaga. Apa pandang -an Bapak terhadap upaya ini?

Saya pikir justru ini yang dibu-tuhkan, tetapi intinya harus diperjelasdimana letak Kebijakan NasionalBerbasis Lembaga ini. Departemen PUsudah mengeluarkan PP, Permen danJakstra di sektor AMPL ini. Kuncinyaadalah bagaimana "kesepakatan ditingkat atas mengenai KebijakanBerbasis Lembaga" ini. Sangat perludilakukan pendekatan yang intensif

� WAWANCARA41 PercikJuni 2009

foto : Bowo Leksono

Page 44: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

kepada pengambil keputusan di pusat,baik seminar, lobi maupun pendekataninformal sampai terjadi harmonisasipandangan dan kata sepakat mengenaipenempatan kebijakan lembaga ini.

Direktur Permukiman dan Perumah -an BAPPENASIr. BUDI HIDAYAT

Dalam konteks pelaksanaanpembangunan AMPL di Indone -sia, apa peran yang diemban olehWaspola? Seberapa jauh sum-bangsih Waspola?

Waspola telah berkiprah sejaktahun 1998, dan sampai sekarang telahmemasuki tahun ke-11. Pada 5 tahunpertama (1998-2003), merupakan erapenyusunan kebijakan nasional pem-bangunan air minum dan penyehatanlingkungan berbasis masyarakat.Kemudian dilanjutkan dengan Was -pola 2 (2004-2009) yang banyakdiwarnai dengan upaya implementasikebijakan tersebut di daerah. Ke -bijakan Nasional tersebut pada tahun2003 telah mendapat persetujuan darienam eselon I lintas departemen/lem-baga terkait, yang menunjukkan keber-hasilan Waspola dalam upaya interna l-i sasi kebijakan tersebut dalam pelak-sanaan pembangunan AMPL di In do-nesia. Ini merupakan tonggak keber-hasilan pertama. Kemudian pada saatini telah tercatat 63 kabupaten/kota di9 provinsi yang telah mengadopsi kebi-jakan nasional tersebut. Belum terma-suk sekitar 30 kabupaten/kota yang

melaksanakan proyek seperti ProAIR,WSLIC-2, dan CWSH. Sebagaimanadiketahui bahwa proyek-proyek terse-but mengadopsi kebijakan nasionalAMPL berbasis masyarakat. Hal inimerupakan tonggak keberhasilankedua. Pada saat ini, pembangunanAMPL berbasis masyarakat telah men-jadi arus utama pembangunan AMPLdi Indonesia. Ini merupakan sum-bangsih utama Waspola. Tentunya kitajuga tetap harus melihat keberhasilanini sebagai buah kemitraan antaraPokja AMPL Nasional dan Waspolaselama ini.

Banyak yang menyatakanWas pola berhasil. Apa yang sa -ngat menonjol dari Waspola?

Pada saat ini, cap yang melekatpada Waspola adalah kemampuannyamemfasilitasi peningkatan kapasitaspemerintah daerah diantaranya me -lalui pembentukan Pokja AMPL daerahdan berbagai kegiatan pendampingan-nya. Kegiatan pendampingan yangmenonjol berupa penyusunan rencanastrategis AMPL daerah, penyusunanstrategi komunikasi, dan pembenahandata AMPL daerah.

Walaupun dianggap berhasilna mun apa yang masih perludiperbaiki?

Terlepas dari banyaknya keberha-silan yang diraih, terdapat satu halyang masih perlu dibenahi yaitu mana-jemen pengetahuan (knowledge ma-nagement). Keberhasilan Waspolabanyak ditunjang oleh keberadaantenaga fasilitator handal. Namun kom-posisi tenaga yang ada seluruhnyamempunyai kualifikasi fasilitator.Akibatnya kegiatan terkait manajemenpengetahuan seperti dokumentasikegiatan, pelaporan, dokumentasipembelajaran cenderung terabaikan.Walaupun sebenarnya salah satu kom-ponennya adalah manajemen penge-tahuan.

Selain melakukan fasilitasi ditingkat daerah, Waspola jugabanyak bergerak di tingkat pusat.Sebenarnya apa kekuatan Was -po la di tingkat pusat?

Kekuatan Waspola di tingkat pusatadalah kemampuannya dalam ber-peran sebagai mitra kerja Pokja AMPLNasional. Kemitraan ini terbuktiberhasil dalam mengarusutamakanpemberdayaan masyarakat dalampembangunan AMPL. Yang menarikbahwa kemitraan ini ternyata dapatmenutup kekurangan dari masing-masing mitra. Sebagai ilustrasi,kemampuan fasilitator Waspola sangatmembantu Pokja AMPL Nasionaldalam mendorong upaya mening -katkan kapasitas Pokja AMPL daerah,di lain pihak keberadaan Pokja AMPLNasional membantu proses advokasikepada pengambil keputusan di dae-rah. Selain itu, Waspola sangat mem-bantu meningkatkan peran PokjaAMPL dalam mengkoordinasikan ke -giatan AMPL yang dilakukan olehpemangku kepentingan. Sebagaimanaterlihat dengan dukungan Waspoladan beberapa mitra lain dalam pem-bentukan Jejaring AMPL yang meru-pakan wadah koordinasi seluruhpemangku kepentingan AMPL diIndonesia. Sementara, kelemahan ma -najemen pengetahuan dapat ditutupoleh Pokja AMPL yang demikian kentaldengan produk-produk publikasi dandokumentasi kegiatannya. MajalahPercik salah satunya.

Ke depan, apa yang sebaiknyaperlu diperkuat/dikembangkan?

Ke depan, peran Waspola perlutetap dipertahankan bahkan diperkuatsebagai ujung tombak peningkatankapasitas pemerintah daerah. Saat inisedang dirintis upaya menjadikanWaspola bersama dengan Pokja AMPLNasional sebagai sumber daya kompo-nen peningkatan kapasitas bagi selu-ruh proyek AMPL berbasis masyarakat.

� WAWANCARA42PercikJuni 2009

foto : Bowo Leksono

Page 45: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

Tentunya semuanya dila kukan melaluipendekatan kemitraan.

Menurut pengamatan Bapak,bagai mana tanggapan pemerin-tah daerah terhadap implemen-tasi kebijakan AMPL?

Secara umum, kebijaksanaan pem-bangunan AMPL berbasis masyarakatdisambut baik di daerah. Walaupunkemudian karena pelaksanaan kebi-jakan dilakukan berdasar pendekatandemand responsive approach yangmengedepankan adanya kebutuhandari pemerintah daerah dan bukannyapendekatan top down yang cenderungme maksakan dan bersifat massal,men jadikan jumlah daerah yang telahmengadopsi pendekatan ini masihseperlima dari total kabupaten/kota.

Terhadap pokja AMPL daerah,apakah hal positif yang terjadi,dan apa yang perlu ditingkatkankedepan?

Keberadaan Pokja AMPL daerahternyata banyak membantu pemerin-tah pusat dalam menjadikan AMPLsebagai salah satu prioritas pemba-ngunan di daerah. Beberapa bukti yangdapat dikemukakan misalnya me -ningkatnya alokasi dana AMPL, mem-baiknya kesiapan pemerintah daerahdalam menerima bantuan pusat seper-ti yang dilakukan oleh Pokja AMPLJawa Tengah yang banyak membantupersiapan proyek Pamsimas termasukjuga replikasi proyek Sanimas, bebera-pa inisiatif Pokja AMPL daerah yangpatut diacungi jempol seperti surveidata AMPL sampai ke tingkat desa olehPokja AMPL Kabupaten Bangka,penyusunan strategi komunikasi olehPokja AMPL Kabupaten Kebumen.Walaupun demikian komunikasi yangterjadi antara Pokja AMPL daerah danPokja AMPL nasional masih perlu di-tingkatkan. Selama ini komunikasimasih melalui fasilitasi Waspola.

Direktur Penyehatan Air dan SanitasiDitjen PPPL, Departemen KesehatanWAN ALKADRI

Apakah kegiatan peningkatankapasitas yang dilakukan WAS -POLA, selama ini sudah sejalande ngan kebijakan pemerintahpu sat dalam rangka pencapaiantar get Nasional AMPL dalam halini MDGs 2015?

Kegiatan peningkatan kapasitasyang dilakukan WASPOLA selama inisudah sejalan dengan kebijakanpemerintah pusat dalam rangka pem-bangunan nasional dibidang AMPL,karena dukungan pusat dalam pem-bangunan AMPL mencakup aspekpengembangan norma/standar/pedo-man/kriteria, advokasi/sosialisasi dancapacity building.

Apa sumbangan WASPOLAyang khususnya dirasakan atauditerima oleh lembaga Bapak, da -lam hal ini PP dan LP, De par -temen Kesehatan?

Sumbangsih WASPOLA kepadaDepartemen Kesehatan dalam kaitanPembangunan AMPL sangat besardalam pengembangan kebijakan danstrategi Depkes serta pembelajarandalam implementasi kebijakan AMPLdi Indonesia, antara lain:

� Adanya Kebijakan Nasional AMPL-BM yang difasilitasi WASPOLA dandisepakati oleh 6 Eselon I lintassektor termasuk Depkes, digu-nakan oleh Depkes dalammengembangkan kegiatan AMPL-

BM seperti WSLIC-2, CWSHP,ProAir, PAMSIMAS dan ICWRMIPkomponen kesehatan.

� Dukungan WASPOLA dalam fasili-tasi pembentukan Pokja AMPL didaerah proyek AMPL-BM, fasilitasidalam penyusunan Renstra AMPLdi daerah CWSHP.

� Dukungan WASPOLA dalampengembangan Strategi NasionalSTBM di Indonesia, yang dimulaidari uji coba implementasi di 6 kabu-paten (Bogor, Lumajang, Sambas,Sumbawa, Muara Enim dan MuaraJambi) serta pe nyu sunan StrategiNasional STBM.

� Dukungan terhadap implementasiSTBM di Indonesia, seperti capacitybuilding, pengembangan buku pem-belajaran STBM dari berbagai stake-holder.

� Dukungan dalam pengembangandata AMPL.

Di daerah, WASPOLA telahmemfasilitasi implementasi kebi-jakan Nasional AMPL di 9 provin-si dan 63 kabupaten/kota. Apapandangan Bapak terhadap ke -giat an tersebut?

Kegiatan tersebut sangat pentingdan bermanfaat karena telahmeningkatkan kapasitas pemerintahprovinsi dan kabupaten dalam imple-mentasi kebijakan AMPL di daerah, halini ditandai dengan adanya PokjaAMPL di daerah sebagai forum koordi-nasi dalam kegiatan AMPL, mening -katnya koordinasi antarsektor/pelakuAMPL di daerah melalui Pokja AMPL,serta kemampuan daerah dalammenyusun Rentra AMPL.

Pengalaman Depkes untukdaerah (provinsi dan kabupaten)yang telah difasilitasi implemen-tasi kebijakan AMPL, sangatmembantu dalam memperlancarimplementasi kegiatan AMPL-BM seperti WSLIC-2, CWSHP dan

� WAWANCARA43PercikJuni 2009

foto : Bowo Leksono

Page 46: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

ProAir serta kegiatan STBM.Apakah kegiatan seperti diatasperlu dikembangkan dimasadepan? Dan aspek mana yangperlu diberi penekanan agarlebih optimal baik ditingkat pusatdan daerah?

Menurut saya, kegiatan-kegiatantersebut di atas perlu dikembangkandimasa datang, dengan penekananpada beberapa aspek:� Akselerasi Fasilitasi Implemen -

tasi Kebijakan AMPL di daerahdengan fokus pada peningkatankapasitas di 24 provinsi yangbelum difasilitasi dan beberapakabupaten/kota di provinsi terse-but. Untuk kabupaten/kota yanglain menjadi tugas dari Provinsi;

� Peningkatan kapasitas PokjaNasional dan instansi lintas sek-tor terkait dalam melakukan fasi-litasi implementasi kebijakan didaerah dengan memperbanyakfasilitator tingkat nasional;

� Memberikan dukungan terhadapimplementasi kegiatan STBMdalam rangka pencapaian sasaranIndonesia Stop BABS 2014.

Direktur Sumber Daya Alam danTeknologi Tepat Guna, Ditjen Bangda,Departemen Dalam NegeriDrs. H. JOHAN SUSMONO

Bagaimana Bapak meman-dang upaya yang dilakukan olehWaspola dalam mengarusuta-makan pendekatan berbasismasyarakat melalui kebijakan

nasional pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat?

Upaya yang telah dilakukan olehWaspola dalam mengarusutamakanpendekatan berbasis masyarakatmelalui kebijakan nasional pemba-ngunan AMPL berbasis masyarakatsangat baik. Hal ini karena upaya-upaya Waspola dalam mensosialisa-sikan kebijakan nasional pembangun-an AMPL Berbasis Masyarakat inter-vensinya sangat luas dan cukup baik keseluruh daerah mulai dari pemerintahprovinsi sampai pada pemerintahkabupaten/kota.

Selain itu pendekatan yangdilakukan oleh Waspola sudah cukupbaik karena berdasarkan pembelajarandan evaluasi atas pelaksanaan pem-bangunan AMPL selama ini.Keberhasilan pembangunan AMPL didaerah dapat dilihat dari pelaksanaanPembangunan AMPL di daerah.Banyak daerah yang selama ini kurangmemperhatikan masalah AMPL didaerahnya menjadi lebih perhatian lagidan mulai menganggap pembangunanAMPL di daerahnya perlu mendapatporsi yang lebih besar tanpa menge-sampingkan perlunya pembangunanpada sektor lainnya.

Selain itu dapat dilihat dari antu-siasnya pemerintah daerah baikpemerintah provinsi maupun pemerin-tah kabupaten/kota dalam mengikutidan melaksanakan setiap kegiatanyang dilaksanakan oleh Waspola danpokja AMPL, baik yang dilaksanakandi dae-rah maupun dilaksanakan dipusat. Waspola dalam mengarusuta-makan pendekatan berbasismasyarakat dalam kebijakan nasionalpembangunan AMPL BerbasisMasyarakat mengimplementasikanpembangunan sesuai dengan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat,termasuk pada pemberdayaan perem-puan, yang menjadi model dan contohbagi pelaksanaan pembangunan AMPLlainnya baik yang pendanaannya

bersumber dari Loan, Grant, APBN,maupun APBD provinsi, kabupaten dankota. Hal ini dianggap penting meng-ingat kegagalan pembangunan yangtelah dilaksanakan selama ini tidakmelakukan mekanisme pemberdayaanmasyarakat secara optimal.

Selain itu terdapat keselarasanmengingat pelaksanaan kegiatan yangberhubungan langsung denganmasyarakat yang dilakukan olehDepartemen Dalam Negeri khususnyaDirektorat Pemberdayaan Masyarakatdan Desa pola pelaksanaannya berupapemberdayaan masyarakat secara lang-sung, mulai dari proses perencanaan,pelaksanaan, evaluasi, dan monitoring.

Salah satu ciri khas dari Was -pola adalah kemitraan denganPemerintah Pusat melalui PokjaAMPL Nasional. Bagai ma na pen-dapat Bapak tentang efektivitasdari keberadaan Pokja AMPLNasional?

Keberadaan Pokja AMPL danWaspola sangat penting pada ke-mitraan antardepartemen yang ber-kaitan dengan pembangunan AMPL,hal ini mengingat koordinasi yang sela-ma ini susah untuk dilaksanakanantardepartemen, melalui Pokja AMPLNasional dan Waspola dapat dijemba-tani. Hal ini penting untuk optimalisasipembangunan AMPL melalui sinkro-nisasi dan integrasi kegiatan antarde-partemen. Melalui media yang ada baikmelalui majalah, rapat, maupunkegiatan lainnya transfer informasidapat berjalan dengan baik. Selain itumasing-masing departemen dapatmelakukan sosialisasi kegiatan dankebijakan departemennya melaluifasilitasi yang dilakukan oleh PokjaAMPL dan Waspola.

Dengan pencapaian Waspolasaat ini, apakah menurut BapakWaspola bisa dianggap berhasil?Jika ya, dalam hal apa?

� WAWANCARA44PercikJuni 2009

Foto: Dok. Dit. SDA & TTG, Depdagri

Page 47: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

Melihat apa yang telah dicapai,Waspola dapat dianggap berhasil. Halini dilihat dari pembangunan AMPLbaik pada level pemerintah pusatmaupun di daerah dalam hal inipemerintah provinsi, kabupaten dankota sudah mendapat perhatian yanglebih besar dibandingkan sebelumnya.Hal ini dapat dilihat juga dari pe-ningkatan porsi pembangunan AMPLdi daerah semakin meningkat setiaptahunnya. Selain itu koordinasi yangsulit antarlembaga, dinas, dan badan,termasuk antarpemerintah daerahdapat ditingkatkan lebih baik lagimelalui keberadaan Pokja AMPL, baikPokja AMPL Pusat maupun PokjaAMPL Daerah.

Jika Waspola tetap dilan-jutkan, hal apa yang menurutBapak perlu diperbaiki dan apayang perlu dipertahankan?

Kami berharap Waspola tetapdilanjutkan, mengingat peranannyayang sangat besar selama ini dalampelaksanaan pembangunan AMPLkhususnya yang berbasis masyarakat.Hal ini mengingat cakupan daerahWaspola dalam pembangunan AMPLsudah banyak, namun harapan kamiuntuk ke depan dapat diperbanyakbaik untuk pemerintah provinsi,maupun bagi pemerintah kabupatendan kota melalui pembentukan PokjaAMPL. Harapan kami pada masa men-datang seluruh pemerintah provinsimaupun kabupaten dan kota di seluruhIndonesia memiliki Pokja AMPL ma-sing-masing. Demikian juga departe-men yang terkait dapat lebih di-tingkatkan lagi baik dari aspek kuali-tas, maupun aspek kuantitasnya. Halini disebabkan yang giat dalam men-dorong pembentukan Pokja AMPL didaerah adalah Waspola, yang men-dukung peningkatan kinerja PokjaAMPL Nasional.

Direktur Fasilitasi Penataan Ruangdan Lingkungan Hidup DitjenBangda, Departemen Dalam NegeriSofyan Bakar

Apakah kegiatan peningkatankapasitas yang dilakukan WASPO-LA selama ini sudah sejalan de-ngan kebijakan pemerintah pusatdalam rangka pencapaian targetNasional AMPL dalam hal iniMDGs 2015?

Apa yang telah dilakukan Waspolasudah sangat membantu pemerintahpusat dalam pencapaian target MDG’s,tapi perlu diingat bahwa dengan ber-jalannya desentralisasi, sehingga peranpemerintah daerah dalam menyedia-kan pelayanan publik yang secara lang-sung mempengaruhi pencapaianMDGs menjadi semakin besar, sehing-ga perlu dukungan sumber dayaanggaran daerah dalam pencapaianMDG’s itu sendiri. Peran Waspoladalam percepatan pelaksanaan AMPLdi daerah adalah membantu fasilitasidaerah dalam penyusunan renstrasehingga daerah dapat membantu pe-ningkatkan program AMPL denganalokasi sumber daya pendanaan dalamprogram AMPL dengan melakukanpeningkatan pada program-programnasional seperti Pamsimas, CWSH,Unicef, sehingga dapat mempercepatpeningkatan target MDG’s pada AMPLini.

Apa sumbangan WASPOLAyang khususnya dirasakan atau

diterima oleh lembaga Bapak,dalam hal ini Ditjen BinaBangda?

Sumbangan Waspola dalam mem-bantu memfasilitasi Kebijakan AMPLini ke daerah. Waspola juga mem-perkuat institusi kelembagaan di dae-rah dengan pembentukan Pokja AMPLdi daerah. Pokja yang ada di daerahdapat membantu dalam hal pengem-bangan AMPL secara terpadu. Pokjadapat juga menangkap aspirasi daribudaya lokal sehingga mempercepatpengetahuan masyarakat, pemda sertainstansi terkait. Pokja juga menjemba-tani kepentingan semua pihak yangterkait akan pembangunan AMPL didaerah sehingga dapat membantudalam kerjasama dengan stakeholderlainnya di daerah dalam memajukanAMPL. Sehingga dengan adanya Pokjatersebut koordinasi lintas sektor dapatterjalin, sehingga antarinstansi dapatmenyusun perencanaan dan pelak-sanaan kegiatan secara bersama.

Saat ini WASPOLA telah mem-fasilitasi implementasi KebijakanNasional AMPL di 9 provinsi dan63 kabupaten/kota. Apa pandang-an Bapak terhadap kegiatan terse-but?

Apa yang telah dilakukan Waspoladalam hal memfasilitasi daerah sangatmembantu sekali dalam hal percepatanimplementasi Kebijakan AMPL di dae-rah, tetapi yang sangat diharapkandalam hal ini capacity building dimanamasih perlunya penguatan kelembagaandi daerah apabila ada daerah yangbelum, membentuk Pokjanya dapatdibuat semacam panduan Pokja, setelahitu tahapan penguatan Pokja di provinsisehingga peran provinsi akan terlihatjelas sesuai dengan PP Nomor 44 Tahun2008 mengenai PenyelenggaraanPemerintah Daerah serta PP Nomor 38Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

� WAWANCARA45PercikJuni 2009

foto : Bowo Leksono

Page 48: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

Pemerintah antara Pemerintah DaerahProvinsi dan Pemerintah DaerahKabupaten/Kota.

Apakah kegiatan seperti diatas perlu dikembangkan dimasadepan? Dan aspek mana yangperlu diberi penekanan agarlebih optimal baik di tingkatpusat dan daerah?

Untuk tingkat pusat:1. Perlunya penguatan capacity build-

ing sehingga penguatan kelemba-gaan dan implementasi pelak-sanaaan di pemerintah daerahdapat berjalan.

2. Penyusunan pedoman NSPK yangterintegrasi dengan departementerkait sehingga pelaksanaan ber-jalan sesuai dengan tupoksi ma-sing-masing. Menghindari peng-gandaan tugas sehingga semakinjelas tanggung jawab masing-ma-sing sektor.

3. Memfasilitasi pertukaran penge-tahuan antarprovinsi, kabupatendan kota.

4. Pengembangan pendekatan komu-nikasi yang efektif dengan mediadan stakeholder terkait (memper-luas wadah jejaring).Sedangkan penekanan kepada

daerah adalah dari beberapa hasilpertemuan serta evaluasi kegiatanAMPL yang sedang atau sudah ber-jalan adalah:1. Masih lemahnya koordinasi di dae-

rah, masih perlu dukungan dalammelakukan advokasi.

2. Seringnya mutasi (pejabat atau stafpelaksana) sehingga pelaksanaankegiatan perlu penyesuaian waktuyang cukup untuk mengetahuipelaksanaan AMPL ini. Perludukungan terus-menerus untukmotivasi keaktifan Pokja yang ada.

3. Peningkatan pelaksanaan monitor-ing dan evaluasi yang berjenjangsehingga dapat dimonitor secarabertahap.

4. Perkembangan pelaksanaan AMPLdi daerah perlu pendokumentasianyang baik (dalam pelaporan)

Mantan Direktur Permukiman danPerumahan Bappenas, mantan KetuaPokja AMPL, penggagas awal Waspola

Ir. BASAH HERNOWO

Bagaimana Bapak meman-dang upaya yang dilakukan olehWaspola selama ini? Apakah pen-capaian saat ini telah seperti yangBapak bayangkan di awal-awalpe laksanaan Waspola? Dan apa -kah terdapat hal yang menarikdalam pandangan Bapak?

Bayangan saya setelah adanyaKonferensi Sanitasi Nasional (KSN)2007 lalu, isu sanitasi makin berkem-bang bukan hanya isunya saja tapi jugapenanganannya. Karena waktu ituBank Dunia sudah siap denganPamsimas, beberapa donor juga ter-tarik. Apakah itu masih berlanjut atautidak, tapi kita harapkan terus berkem-bang. Karena justru ini menjadipayung kebijakan dalam implemen-tasinya. Setelah tahun 1998 kita krisis,Waspola dimulai dan sebetulnya saatitu sudah bagus tinggal running saja.Di Cipta Karya De partemen PU perha-tian masalah sanitasi berkembang, didaerah-daerah dengan adanya ISSDPjuga berkembang. Tinggal masalahinvestasinya, ini memang butuh biayayang cukup besar yang tidak mungkinCipta Karya saja yang membiayai atauDepkes, atau Depdagri, atau bahkan

Pemda saja, tapi harus sama-sama. Iniperlu komitmen alokasi berapa persendari APBD dan APBN atau disusunprogram lima tahunan. Hal yangmenarik adalah komitmen semuapihak untuk meningkatkan kualitassanitasi dan kesadaran bahwa sanitasiadalah bukan kerja satu sektor saja,karena itu menyangkut masalahbudaya masya rakat. Departemen PUmengurusi soal budaya, itu bukanwewenangnya dan saya kira tidak bisakarena itu lebih tepat menjadi urusanDepkes atau Depdagri demikian pulasebaliknya untuk urusan teknisnya.Untuk men do rong masyarakat berbu-daya bersih perlu kombinasi dandiharapkan makin kuat.

Salah satu kegiatan yang sam-pai saat ini masih belum tersele-saikan adalah kebijakan nasionalpembangunan AMPL BerbasisLem baga? Menurut Bapak faktorapa yang menjadi penyebabnya?Apakah masih perlu untuk disele-saikan pada Waspola menda -tang?

Nah ini yang berbasis lembagabukan sulit sebetulnya kalau semuapihak mau. Kenapa? karena isudasarnya sudah jelas yaitu masalahaset manajemen. Mau tidak merekamemperbaiki aset manajemen denganbaik. Contoh beberapa sarana danprasarana sudah dibangun sekiantahun lalu, transfer asetnya daripemerintah pusat ke daerah kemudiandaerah ke PDAM apakah sudah sele-sai? Karena ini menyangkut statusaset. Kalau misal aset sudah dibangun20 tahun lalu, statusnya sekarang inirusak atau tidak. Karena aset manaje-men itu menilai apakah aset itu masihbisa digunakan atau tidak sehinggamembutuhkan perbaikan atau inves-tasi baru. Memang kebijakan yangberbasis lembaga tidak mudah. Tapisaya yakin kalau semua orang mauberangkat dari aset manajemen dan

� WAWANCARA46PercikJuni 2009

foto : Bowo Leksono

Page 49: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

sepakat untuk tidak lari dari kesalahan,akan bisa berhasil. Tapi kalau orang-orang itu tidak mau karena takutkesalahannya terbuka, ya tidak akanselesai. Contoh, pipa yang semestinyapipa baja ternyata yang dipasang pipaparalon. Padahal ada standar keta-hanannya, nah semua itu harus dibukasemua, baru yang berbasis lembaga inibisa diselesaikan. Sebetulnya niatankita bukan untuk mencari kesalahanorang tapi ingin memperbaiki per-formance. Baik terkait kebersihan, airminum, sanitasi perkotaan, karena kitaingin baik kalau rusak ya bilang rusakjangan bilang tidak rusak karena tidakakan memperbaiki kondisi. Ini jugamenjadi tugas Waspola dimasa men-datang, bila Waspola terus lanjut, salahsatu tantangannya ya ini. Dulu, waktus a y a m a s i h d i s a n a ( D i r e k t o r a tPermukiman dan Perumahan Bappenas-red), kita introdusir menge nai aset mana-jemen. Sekarang aset manajemen harusdiimplementasikan pada semua institusisarana dan prasarana AMPL. Baik itulevel kota, dua kota maupun metropoli-tan.

Bagaimana Bapak meman-dang upaya yang dilakukan olehWaspola dalam mengarusuta-makan pendekatan berbasis ma -syarakat melalui kebijakan nasio -nal pembangunan AMPL Berba -sis Masyarakat?

Ini sangat menarik karena yangberbasis masyarakat mempunyai tu -runan seperti Sanimas dan itu berkem-bang. Sekarang masyarakat di kota-kota besar dan di desa-desa tahu soalsanitasi dan itu jangan sampai berhen-ti agar kita tidak kehilangan kesem-patan lagi karena itu masalah budayaatau kebiasaan susah untuk memulailagi. Kebiasaan itu harus terus-menerus dan harus dilakukan secarabersama-sama. Misal anggaran ada diDepartemen PU untuk membangunfisik tapi soal mendorong keterlibatanmasyarakat menjadi tugas Depkes atau

PMD Depdagri. Tidak mungkin PUmampu menyelesaikan sendiri, yangakan terjadi membangun prasaranatapi tidak ada keberlanjutan, jadi harusbersama-sama dengan modal yangsudah ada.

Bagaimana Bapak meman-dang upaya yang dilakukan olehWaspola dalam meningkatkankapasitas pemerintah daerah?

Dulu kita selalu mengeluh padasaat kualitas sudah bagus kemudiandipakai sektor lain. Ini sebetulnya per-soalan klasik. Kapasitas pemda jugamerupakan satu proses yang tidakboleh dihentikan, melalui seminar,MPA/PHAST, forum-forum diskusidan sebagainya harus terus berjalan.Di tingkat pusat yang menjadi pembinaya Waspola, jadi Waspola harus tetapada karena Waspola ini sebenarnyaterdiri dari sekian sektor dan Bappenassebagai chairman-nya yang tidakmempunyai kepentingan pada ma-sing-masing sektor itu harus terus me-ngawal. Karena begitu kapasitas dae-rah itu meningkat, persepsi mengenaikesehatan meningkat, maka kebersih-an juga akan meningkat karena sifat-nya preventif, itu akan makin baik.

Salah satu ciri khas dari Was -pola adalah kemitraan denganPemerintah Pusat melalui PokjaAMPL Nasional. Bagai ma na pen-dapat Bapak tentang efektifitasdari keberadaan Pokja AMPLNasional?

Efektivitas keberadaan PokjaAMPL harus tetap ada. Kalau hilang,nanti susah pendekatan sektoralnyalagi. Untuk pembiayaan ya menjaditanggung jawab Bappenas, bukan PUsementara PU, Depkes dan Depdagrisebagai pelaksana.

Apakah di tempat Bapak se ka -rang terdapat juga sejenis PokjaAMPL?

Di tempat kami sekarang belum

ada Pokja. Di kehutanan ini sangatkhas karena sangat sektoral dan tatahukum di kehutanan berbeda jauhdengan di Permukiman dan Peru -mahan. Kalau Perkim kan berhubung-an langsung dengan manusia, kita bisaajak mereka untuk berbicara dan jelassasarannya, sementara di Kehutanandengan lingkungan yang dirusakmanusia dan yang merusak adalahorang yang hit and run tidak tahu siapamereka. Kedua, nilai kayu itu sangattinggi. Manakala ekonomi surut, orangpaling gampang menebang kayu kare-na tidak merasa menanam dan tidakinvestasi, itulah sebabnya hutan kitarusak. Sekarang kita sedang mencobamengembangkan hal yang sama, mem-buat pokja, bagaimana bisa bersama-sama tapi tidak mudah, ya itu tadikarena satu sektor jadi sangat domi-nan. Kami melalui forum perubahaniklim sedang berusaha mengem-bangkan ini, ya setahap demi setahap.Apalagi tekanan dan dunia internasionaltinggi sekali, sama seperti MDGs, target-nya tinggi. Kalau kami menanganisendiri tidak akan mampu. Isunya sama,soal aset manajemen. Ini memang mem-butuhkan pokja semacam AMPL tapikami belum berhasil sampai sekarang.

Departemen Kehutanan padadasarnya mempunyai keterkaitandengan AMPL, walaupun sampaisaat ini belum terjalin kemitraandengan Waspola mau pun PokjaAMPL. Untuk itu, dalam hal apaWaspola dan Pokja AMPL dapatbermitra dengan DepartemenKehutanan?

Harusnya ada keterkaitan antaraPokja AMPL dengan Kehutanan kare-na sekarang ini kalau kita bicara AMPLtidak mungkin lepas dari masalah air.Untuk bisa sediakan air secara kualiasdan kuantitas yang mencukupi itutidak mudah. Kita sekarang sedangmengembangkan Payment of Environ -mental Services (PES). Jadi kalauhutan memberikan pelayanan dalam

� WAWANCARA47PercikJuni 2009

Page 50: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

bentuk air, mestinya penggunanyaseperti PDAM turut berperan, tapiternyata tidak. Satu persen saja daripendapatan PDAM Jakarta untuk per-baikan kualitas lingkungan di puncak,proses akan baik. Bagaimana orang dihulu dan hilir ini kerjasama salingmenguntungkan, yang hulu dapat uangdan bisa memperbaiki lingkungansementara yang hilir dapat manfaatsupaya orang tanpa menebang kayutetap ada penghasilan. Masyarakatsebagai pelaku, bukan lagi obyek samadengan di AMPL.

Dengan pencapaian Waspolasaat ini, apakah menurut BapakWaspola bisa dianggap berhasil?Jika ya, dalam hal apa? Apa katakunci dari keberhasilan ini?

Saya kira kalau masalah berhasilatau tidak, tergantung pencapaiannya.Sebetulnya secara kuantitatif bisa dili-hat dari pencapaian berapa prosentaseorang yang mendapat pelayananAMPL dari dulu hingga sekarang.Kalau misalkan dari prosentase masihkelihatan belum tinggi, maka lihatnominalnya. Kenapa karena keter-batasan anggaran, menyebabkan seo-lah tidak ada kemajuan sementaranominalnya naik. Artinya tetap adainvestasi yang tumbuh secara nominal,meski dibanding laju pertambahanpenduduk masih kalah. Jadi kuncinyamasalah konsensus dan komitmen darisemua sektor yang ada di pemerintahpusat. Jangan pernah merasa satulebih unggul dari yang lain. Intinyakalau kita dalam satu kelompok tidakbisa memimpin semua, ya kita sama-sama tetap memberikan manfaat.Karena memang tidak semua orangakan jadi kapten tapi membutuhkananak buah juga. Kenapa kaptennyatetap di Bappenas karena Bappenastidak mempunyai kepentingan sektordan harus kuat karena akan menjadikapten dari AMPL. Kalau kunci ituruntuh ya kembali lagi seperti dulu,berjalan sendiri-sendiri.

Jika Waspola tetap dilan-jutkan, hal apa yang menurutBapak perlu diperbaiki, dan apayang perlu dipertahankan?

Menurut saya yang perlu diperbaikiya melibatkan lagi sektor lain, sepertiDirektorat Sumber Daya Alam (SDA)Departemen PU karena selama iniyang sering terlibat Direktorat CiptaKarya. Padahal Direktorat SDA sangatvital karena jangan sampai memba-ngun kanal tidak berpikir keberlanjut-annya, sementara kualitas dan kuanti-tas air tidak bertambah. Libatkan jugaDepartemen Pertanian, walaupunsifatnya mendukung saja, contoh padawaktu petani menggunakan air danpupuk, gunakan yang aman buatmanusia karena di hilir buangan ituakan dipakai oleh manusia.

Mantan Pokja AMPL HENING DARPITO

Bapak merupakan narasum-ber yang unik. Pada saat masihak tif menjadi PNS, Bapak meru-pakan salah satu anggota PokjaAMPL dari komponen Depkes.Po sisi Bapak sebagai Direktur Pe -nyehatan Lingkungan saat itumemberi peluang untuk seringber sentuhan dengan Waspola.Se mentara setelah pensiun Ba -pak aktif di proyek WES-UNICEF.Menjadi menarik untuk mende-ngar pendapat Bapak tentangupa ya yang dilakukan olehWaspola selama ini, baik padasaat masih menjadi bagian dari

Pokja AMPL maupun setelahberkiprah di WES-UNICEF?

Sasaran yang ingin dicapai olehWASPOLA yaitu meningkatkankemampuan pemerintah Indonesiamelaksanakan kebijakan dan merefor-masi kebijakan sektor air minum dansanitasi, dengan menitikberatkan padapendekatan kebutuhan dan peranserta.Saya rasa sudah cukup berarti yang di-kerjakan WASPOLA dalam melahirkankebijakan nasional. Dalam perjalanan-nya WASPOLA telah memotori lahirnya"Kebijakan Nasional Pembangunan AirMinum dan Penyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat". Dokumen inimenjadi sangat penting dalam memberilandasan pelaksanaan proyek-proyekyang dikembangkan oleh pusat, daerahatau LSM. Namun kebijakan yangberkaitan dengan pembangunan airminum dan penyehatan lingkunganberbasis lembaga belum bisa selesaisampai sekarang, menurut saya karenayang menyusun terbelenggu oleh para-digma community based. KebijakanAMPL berbasis masyarakat kemudiandisosialisasikan oleh Pokja AMPL untukdiperkenalkan kepada provinsi dankabupaten lain yang bukan merupakandaerah proyek WASPOLA.

Bagaimana Bapak meman-dang upaya yang dilakukan olehWaspola dalam mengarusutama -kan pendekatan berbasis masya -rakat melalui kebijakan nasionalpembangunan AMPL berbasismasyarakat?

Memang yang dikembangkan pe -merintah dengan dukungan WAS POLAadalah kebijakan yang berdasar pen-dekatan kebutuhan dan peranserta.Pendekatan pembangunan AMPLberbasis masyarakat telah berhasildikembangkan, disosialisasikan dandilaksanakan dengan baik. Saya rasasemua proyek AMPL baik dengan danaAPBN, APBD dan yang memperolehbantuan asing baik hibah maupun pin-jaman telah dilaksanakan dengan pen-

� WAWANCARA48PercikJuni 2009

foto : Bowo Leksono

Page 51: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 52: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

tor perlu diperjelas. Di tingkat pusat,Pokja Air Minum perlu dipisah denganPokja Sanitasi. Kalau mau digabung,anggotanya berbeda dan masing-ma-sing pokja harus otonom serta mandiri,jangan saling mengkontaminasi.Pemisahan ini perlu supaya lebih pro-fesional dalam pengembangannya dantidak diganggu perbedaan paradigma.Paradigma pengembangan pemba-ngunan air minum sekali lagi sayasampaikan berbeda dengan paradigmadalam pembangunan sanitasi. Dari sisifisik saja sudah berbeda, air diperlukanmanusia sedangkan sanitasi yangmenghasilkan limbah ingin dibuang.Sifat ini yang mewarnai paradigmamasing-masing program. Akan menja-di bias dan menjadi tidak menarik bagiswasta ketika rumusan peran swastabidang sanitasi terbelenggu paradigmayang dipergunakan untuk pengem-bangan air minum. Dengan diteri-manya tesis Kamal Kar bahwamasyarakat tidak membutuhkan ban-tuan/subsidi dari luar untuk memba-ngun jambannya sendiri akan mewar-nai kebijakan nasional tentang pemba-ngunan sanitasi. Di dalam tesis terse-but terkandung unsur rasa malu, jijik,berdosa dan merugikan orang lainyang setiap orang ingin menghindari.Pemba ngunan jamban sendiri me-ngandung unsur keamanan bagi ibudan remaja putri yang merupakankebutuhan tingkat dua berdasar hirar-ki kebutuhan menurut Maslow. Sedangbagi keluarga atau bapak-bapak meru-pakan pemenuhan kebutuhan tingkattiga dan empat yaitu pengakuan sosialdan harga diri. Departemen Kesehatantelah mengadopsi strategi tanpa subsi-di ini, bilamana bisa diterima dandilaksanakan secara nasional olehsemua sektor pemerintahan pusat dandaerah serta politisi akan menghematbanyak pembiayaan pemerintah, yangtentunya bisa dipakai untuk kontribusikesejahteraan PNS. Sedangkan PokjaAMPL di provinsi dan kabupatenantara air minum dan sanitasi di-satukan jangan dipisah. Saat ini mere-

ka umumnya adalah pelaksana dantinggal melaksanakan kebijakan danstrategi pusat. Pokja AMPL provinsidan kabupaten merupakan pelaksanadari kebijakan nasional, karena peri-laku organisasi pemerintahan kitamelahirkan kelompok pemikir beradadi Pusat.

Mantan Pokja AMPLSUTJIPTO

Bapak merupakan narasumberyang telibat di awal pelaksanaanWaspola. Bagaimana menurutBapak pencapaian Waspola saatini? Apakah sesuai dengan hara-pan pada saat awal?

Pencapaian Waspola saat ini cukupbagus.

Belum sepenuhnya sesuai. Padaawalnya kami (saya dan beberapakawan dari lintas sektor) mengharap-kan dengan adanya Waspola akandapat dihasilkan komitmen kebijakanAMPL minimal di tingkat Menteri(Bappenas, Pekerjaan Umum, DalamNegeri, Kesehatan, Keuangan, Ling -kungan Hidup, Perumahan, sektor lainterkait), dan apabila memungkinkandalam bentuk Keputusan Presiden,atau Peraturan Pemerintah. Pada saatini komitmen baru pada tingkat EselonI dari 6 Departemen/Meneg untukKebijakan Pembangunan Air Minumdan Penyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat.

Sedangkan harapan saya pribadi,disamping produk peraturan-perun-dangan tersebut di atas perlu pula

adanya satu departemen atau badansetingkat departemen ditingkat pusatyang khusus menangani ProgramAMPL. Dengan penanganan sepertisekarang ini, meskipun telah dibentukbadan semi-formal berupa PokjaAMPL di Pusat dan Daerah, perkem-bangan pembangunan AMPL masihjauh dari yang diharapkan (prioritasrendah dan anggaran biaya yang terse-dia jauh dari yang diperlukan); sehing-ga penyediaan air minum (yang benar-benar dapat langsung diminum) dansanitasi 'off-site' serta drainase yangmemadahi tidak akan tercapai dalamwaktu 20-30 tahun kedepan. Namunsaya menyadari hal ini akan sulit diwu-judkan kecuali ada "political will" daripolitisi yang memenangkan pemilu.

Salah satu hal menarik dariWASPOLA adalah keterlibatanaktif berbagai institusi pemerin-tah. Menarik untuk diketahui,apa yang menjadi daya tarikWaspola?

Yang menjadi daya tarik Waspolaterhadap beberapa institusi pemerin-tah, adalah:- Adanya koordinasi yang terarah dari

Bappenas (Direktorat Perumahandan Permukiman), dimana peren-canaan disusun bersama, sebagianbesar kegiatan mempunyai keterka-itan dengan institusi pemerintahlain;

- Tersedianya dana untuk melak-sanakan kegiatan di masing-masinginstitusi;

- Adanya komitmen antarinstitusiuntuk melaksanakan kegiatan.

Salah satu ciri khas Waspolaadalah kemitraan dengan peme-rintah pusat melalui Pokja AMPLNasional. Bagaimana pendapatBapak tentang efektifitas darikeberadaan Pokja AMPL Nasio -nal?

Cukup efektif, hal ini dapat dilihatdari peran dan fungsi Pokja AMPLNasional, antara lain:

� WAWANCARA50PercikJuni 2009

foto : Dok Waspola

Page 53: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

- Telah berhasil menyusun Ke bi jakanNasional Pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat yang telahmendapat komitmen dari 6 Eselon IDe partemen/ Menneg;

- Telah berhasil menyusun drafKebijakan Nasional PembangunanAMPL Berbasis Lembaga;

- Telah berhasil melakukan ad vokasikepada sejumlah Pemerintah danDPRD Provinsi, Kabupaten/Kota,adanya komitmen Pemda Pro vin -si/Kabupaten/Kota yang semakinbe sar terhadap pembangunanAMPL sehingga dapat terbentukPokja AMPL di daerah, tersusunnyaRenstra AMPL, mendapatkan pen-danaan dari daerah untuk ProgramPembangunan AMPL.

Setelah tidak lagi menjadi PNS,tetapi masih berkiprah di duniaAMPL, bagaimana Bapak me -mandang keberadaan Waspola danPokja AMPL?

Keberadaan Waspola dan PokjaAMPL masih diperlukan, sebelum ter-bentuk Departemen/Badan setingkatDeparteman yang menangani Pem -bangunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan. Apabila Waspola dihen-tikan dan Pokja AMPL dibubarkan,saya khawatir perkembangan programpembangunan AMPL yang telah kitacapai pada saat ini (terutama komit-men dari Pemda dan para pemangkukepentingan di daerah) akan berang-sur-angsur menurun dan akhirnyamenghilang; seperti pada era InpresSamijaga (Sarana Air Minum danJamban Keluarga) tahun 1970-an sam-pai dengan tahun 2000-an.

Dengan pencapaian Waspolasaat ini, apakah menurut BapakWas pola dianggap berhasil? Jikaya, dalam hal apa?

Cukup berhasil, terutama dalamhal: - Mendorong keterlibatan lintas sektor

lebih intensif dan terarah baik diPusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota;

- Semakin dipahaminya kebijakan dan

prinsip-prinsip dasar pengelolaanprogram AMPL;

- Semakin meningkatnya komitmenPemda dan para pemangkukepentingan di Pusat, provinsi, danKabupaten/Kota;

- Meningkatnya prioritas dan pelak-sanaan pembangunan AMPL didaerah;

- Lebih terintegrasi perencanaan danpelaksanaan program AMPL diKabupaten/Kota.

Jika Waspola tetap dilan-jutkan, hal apa yang menurutBapak perlu diperbaiki, dan apayang perlu dipertahankan?

Yang perlu dipertahankan:- Koordinasi yang baik sejak dari

perencanaan, pelaksanaan danmonev pada program AMPL;

- Situs AMPL;- Forum komunikasi antarpe-

mangku kepentingan baik melaluimilis, majalah, newsletter, perte-muan, dan sebagainya.Yang perlu diperbaiki:Misi Waspola yang akan datang

hendaknya merupakan kelanjutan dariWaspola 2, yakni antara lain: - Membentuk badan setingkat

departemen ditingkat pusat yangkhusus menangani program AMPL(pada saat ini penanganan programAMPL tersebar dibeberapa departe-men);

- Kebijakan Program Pem ba ngun anAMPL berbasis masyarakat danberbasis Lembaga ditingkatkanmenjadi Peraturan Pemerintah.

Mantan Pokja AMPLBAMBANG PURWANTO

Apa sumbangan Waspola ter-hadap pengembangan air minum?

Jujur saja masih dirasakan kurangatau setengah-setengah karena du-kungan Waspola terhadap kebijakanyang dikeluarkan ditingkat pusatbelum optimal. Contohnya kalau dili-hat dari UU No. 7 tentang SDA dan PPNo. 16 yang merupakan payung tert-inggi di sektor air minum, sertaJakstra Pe ngembangan SPAM 06.Dalam kaitannya dengan hal tersebutPP No. 16 menegaskan PemerintahPusat me-ngeluarkan Jakstra AirMinum bahwa daerah dalam hal iniprovinsi diwajib-kan mengemban PPNo. 16 dengan membuat Jakstra dilevel kabu pa ten/kota. Tetapi sampaisekarang be lum ada kabupaten/kotayang mem-buat jakstra tersebut.Idealnya Waspola memfasilitasi ataumendorong daerah untuk membuatJakstra Air Minum sehingga cakupanbisa lebih baik, dan yang penting men-dorong agar AMPL menjadi prioritas didaerah.

Jika nantinya Waspola dite -ruskan, kegiatan apa yang perludikembangkan atau sisi penekan -an yang mana yang perlu diper -kuat?

Hal yang penting menurut sayaadalah bagaimana air minum ini menja-di komitmen pemerintah kota dankabupaten, tidak hanya dari sisi berba-sis masyarakat tetapi berbasis kelemba-gaan juga menjadi perhatian. Alokasianggaran untuk air minum masih sa-ngat kecil dan ini bisa lebih didorongdari sisi kelembagaan. Artinya komit-men di atas harus berkelanjutan karenaada time frame dan penganggaran yangdisetujui. Pen dampingan pembuatanRenstra yang dilakukan Waspolasebaiknya sejalan dengan Jakstra yangsudah dikeluarkan. Justru disinilahnanti tantangan Waspola ke depan.

Waspola telah memfasilitasi 9provinsi dan 63 kabupaten/kota.Apa pandangan Bapak terhadaphal ini?

� WAWANCARA51PercikJuni 2009

foto : Dok. Waspola

Page 54: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

Hal lain yang sudah bagus adalahmembentuk Pokja AMPL, tetapi ja-ngan berhenti sampai disitu. Idealnyadilanjutkan dengan membangun net-working atau forum Pokja AMPL yangsudah dibentuk baik di kabupa -ten/kota maupun provinsi. Net-work-ing Pokja AMPL ini idealnya menjadikekuatan yang lebih memiliki bargain-ing power. Bisa juga semacam menjadiAPEKSI atau ADEKSI sehingga lebihkuat. Bagaimana keanggotaan Pokjadidorong ke arah sistem ex-officio, sia-papun yang duduk di PU atau Bappedamisalnya, dia otomastis akan menjadianggota atau ketua Pokja AMPLsehingga persoalan mutasi yangsekarang ini dihadapi tidak berlarut-larut. Pertemuan rutin saya kira terlalusedikit dan kurang intensif. Perludiikuti dengan membekali merekauntuk bisa saling sharing misal melaluimilis, teleconference atau yangsekarang sedang in yaitu face book.Tetapi dibantu dikelola sampaiakhirnya forum Pokja AMPL inibergulir dengan sendirinya.

Peluang ke depan Waspo -la/Was pofa?

Selain implementasi berbasismasyarakat, penguatan kelembagaanair minum yang sudah ada masihbanyak. Ada banyak PDAM, sekarang351 PDAM, kalau nantinya disesuaikandengan pemekaran akan mencapai 540PDAM. Sangat sedikit proyek yangmendukung ini sehingga banyak keter-batasan. Menu Waspola ke depanharus lebih membuka kesempatanuntuk memperkuat kelembagaan disektor ini baik dari sisi teknis maupunnon-teknis. Hal yang tidak kalah pen-ting adalah realita bahwa cakupan airminum rendah, padahal stakeholder disektor ini banyak. Dari berbagai dinasada program di air minum, ini seringmenjadi blunder dan kurang bisaterkoordinir sehingga cakupan layananberkembang lambat. Ini tantanganPokja AMPL baik pusat maupun di

daerah, bagaimana urusan air minumini yang banyak dilakukan berbagaidinas bisa lebih sinkron dan terpadu.

Program Manager for InfrastructureAustralian Agency for InternationalDevelopment (AusAID)CHRISTIANA DEWI

Apa pendapat Anda mengenaiupaya dan komitmen pemerintahIndonesia terhadap masalah airminum dan sanitasi serta penca-paian target MDGs, khususnyamengenai kebijakan di sektorAMPL?

Saya berpendapat bahwa saat inikesadaran dikalangan pemerintahtelah semakin meningkat, telah me-nempatkan prioritas yang lebih tinggiuntuk sektor AMPL dan ada komitmenyang kuat dari pemerintah Indonesiauntuk memperbaiki layanan AMPL.Contohnya dalam penyediaan airminum, Wakil Presiden H.M. JusufKalla meminta untuk dibangun sam-bungan baru rumah tangga bagi 10 jutapenduduk beberapa waktu lalu. Pe -merintah juga telah menempatkanbidang sanitasi pada prioritas yangtinggi pada tahun-tahun belakanganini. Dalam berbagai kesempatan, sayadengar dari para ahli dan orang-orangyang sudah bertahun-tahun berkecim-pung dibidang AMPL, bahwa hal seper-ti itu tidak pernah terjadi pada periodesebelum lima tahun yang lalu dansekarang kemajuannya memang sangatmengesankan. Pemerintah In donesiakini sudah dalam jalur yang benardalam rangka mencapai MDGs. Sudahbarang tentu masih ada tantangan,

diantaranya bagaimana memeliharakoordinasi dan konsensus yang kuat diantara berbagai departemen, lembaga(donor dan LSM) dan stakeholder,menerjemahkan Kebijakan NasionalAMPL-BM ke tingkat sub-Nasional(lokal), dan mengintegra sikan kebi-jakan AMPL Berbasis Ma syarakat de-ngan yang Berbasis Lembaga menjadikebijakan yang tunggal.

WASPOLA 2 akan segeraberakhir dan WASPOLA Facilitysebentar lagi akan mulai. Bagai -mana penilaian Anda terhadapcapaian WASPOLA 2, pembela-jaran apa yang bisa diperolehdari WASPOLA 2 bagi Pemerin -tah Indonesia dan lembaga donorinternasional, dan apa gambarandan harapan Anda untuk trustfund Waspola Facility men-datang?

Saya yakin bahwa WASPOLA 2 telahmemberikan sumbangan yang sangatbesar dalam mempromosikan agendaAMPL pada tataran nasional dan lokal.WASPOLA 2 telah dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kualifikasi danberdedikasi tinggi yang mampu bekerja-sama dengan aparat pemerintah dariberbagai departemen yang memilikikomitmen tinggi. Saya merasakan adarasa kepemilikan yang kuat dariPemerintah terhadap WASPOLA, yangini saya ketahui dari sedikit keterlibatansaya dalam berbagai lokakarya WASPO-LA 2. Situasi itu yang harus dapat diper-tahankan dan terus diperkuat dalampelaksanaan WASPOLA Facility men-datang. Eva luasi yang dilakukan AusAIDpada Januari 2009 melaporkan bahwaWASPOLA 2 telah "membuat banyakperubahan di lingkungan Pemerintah",yaitu bergesernya cara pandang peme-rintah yang sekarang sepenuhnya me-nerapkan pendekatan pertisipatifberdasar permintaan. Peranan WASPO-LA dalam meningkatkan koordinasi diantara departemen/lembaga sektoralpemerintah yang terkait bidang AMPL

� WAWANCARA52PercikJuni 2009

foto :Dok. Waspola

Page 55: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

telah dikenal secara luas sebagaisebuah capaian yang luar biasa.

Team Leader GHD Pty Ltd AustraliaProject Consultants Samoa Sanita -tion and Drainage Project (SSDP).Mantan Team Leader Waspola 2RUSSELL ABRAMS

Sebagaimana proyek lainnya, adakebutuhan untuk melakukan penye-garan, dan seringkali perubahanpegawai yang membawa gagasan baruuntuk proyek yang telah berlangsunglama seperti Waspola. Dari sisi pan-dang saya yang telah bekerja dengantim Waspola yang penuh semangat,sangatlah menguntungkan baik darisisi kepentingan pemerintah maupunsisi kepentingan proyek. Walaupunsaya tidak paham benar mengenaistruktur Waspola baru (WaspolaFacility) dan apa yang menjadisasaran dan tujuannya, harapan sayabahwa Waspola baru akan dilak-sanakan dalam suatu alur yang samadengan proyek pendahulunya. Sayamengamati dengan mata kepalasendiri selama bersama Waspola,bahwa ternyata proyek dengan danaterbatas dapat menghasilkan dampakyang signifikan. Saya selalu pada sisiyang berpendapat bahwa sumbanganyang diberikan donor telah menim-bulkan dampak pada sektor AMPL diIndonesia dan di tingkat global(meskipun hanya sedikit).

Bagaimana pendapat Andamengenai semua upaya dankomitmen pemerintah Indonesia

terhadap masalah AMPL dancapaian MDGs, dan khususnyaKebijakan pemerintah mengenaiAMPL?

Waspola 1 memberi tatanan dasaryang baik untuk kegiatan lanjutan yaituWaspola 2. Komitmen PemerintahIndonesia pada Waspola 1 sudah cukupkuat, dan saya harus mengakui bahwasaya selalu kagum dengan komitmenanggota Pokja AMPL terhadap kegiatanWaspola. Dukungan dari pemerintahpusat kepada pemerintah daerah ten-tang sarana dan pengelolaan air dan sa-nitasi merupakan komitmen yang beratdan sulit. Pada awal pelaksanaanWaspola 2, ada kecenderungan memilihkegiatan yang gampang lebih dulu. Padaawal Waspola 2, ada kegiatan yangberhasil maupun kegiatan yang gagal,karena tidak semua pemerintah daerahmemandang Air Minum dan PenyehatanLingkungan sebagai prioritas. Iklim poli-tik di Indonesia pada waktu itu jugamenimbulkan beberapa masalah terkaitdengan penguatan kapasitas pemerintahdaerah, yakni dengan seringnya terjadimutasi, sehingga kegiatan pelatihanWaspola harus sering di ulang, agarproyek dapat berkesinambungan.Walaupun demikian, Pokja AMPL Pusattidak putus asa, dan mendukung terusupaya Waspola 2.

Saya masih dan selalu akan meng-ingat kegiatan Pokja AMPL dan Waspolasebagai kegiatan yang efektif, walaupunsewaktu-waktu semangat nampakmenurun, seluruh dampak jangka pan-jangnya cukup mengagumkan. Sayamemakai Pokja AMPL Indonesia sebagaimodel untuk kelompok kerja proyekyang saya kerjakan sekarang.

Walaupun saya tidak terlalu inginmenyebut nama. Ada banyak orangyang perlu diberi perhatian dan ucapanterima kasih atas dukungan dan komit-men terhadap Waspola 2 dan AMPL diIndonesia, namun demikian ada duaorang yang perlu diberi perhatiankhusus, yaitu Pak Basah Hernowo danPak Oswar Mungkasa, yang secara

terus-menerus mendukung dan meng-upayakan keberhasilan Waspola 2 danAMPL di Indonesia.

Struktur apapun yang digunakanuntuk Waspola Facility nanti, tujuandan maksudnya masih sama, dan ditingkat apa pun, saya yakin WaspolaFacility akan memberi manfaat untuksektor air minum dan sanitasi diIndonesia, dan dengan sendirinya keseluruh dunia juga. Secara spesifik,pencapaian MDG’s, Waspola sudahberdampak positif di Indonesia yangbisa diukur melalui tambahan kapa-sitas pemerintah daerah untuk me-ngelola dan merancang sektor air dansanitasi. Sudah ada beberapa “lesson-learned” yang sudah dianalisa dandidokumentasikan berkat upaya WSP-EAP dalam upaya diseminasi informasitentang AMPL.

Dengan semakin mendekatnyamasa akhir Waspola 2 dan akansegera dimulainya WaspolaFacility, bagaimana penilaianAnda mengenai capaian Waspola2, pembelajaran apa yang dipetikdari Waspola 2 untuk PemerintahIndonesia dan badan donor inter-nasional, dan apa harapan Andamengenai Waspola Facility men-datang?

Barangkali dengan melihat kembalikeberhasilan yang dicapai Waspola 1,penyusunan seluruh struktur Waspolayang dilaksanakan pada masa awal,dan tim yang terlibat pada tahap itudiikutsertakan dalam upaya mencaripemecahan secara bersama, dan mem-bujuk lembaga donor untuk melan-jutkannya. Dengan sangat jelas datastatistik mengungkapkan bahwa hanyaada sedikit proyek yang seperti itu,yang berlanjut ke fase kedua dan hanyaberjalan sendirian pada fase ke tiga.Karenanya komentar saya disini adalah”segala sesuatunya harus dikerjakandengan benar”. Sesungguhnyalahbahwa Waspola 1 telah memberikansuatu dasar yang sangat bagus bagi

� WAWANCARA53PercikJuni 2009

foto :Dok. Waspola

Page 56: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

Waspola 2 untuk melanjutkan, dan difase awal lembaga donor memilikikeengganan mengembangkan kembaliprogramnya namun setelah melakukanpenelaahan secara lebih cermat kemu-dian menjadi sadar bahwa programtersebut merepresentasikan nilai man-faat dari uang. Siapapun yangmengembangkan Waspola Facility saatini sejauh menggunakan struktur yangtelah disusun pemerintah pusat untukmelaksanakan pengembangan kapa-sitas di provinsi, dampaknya akan sa-ngat berarti.

Pelajaran penting yang telah dipetikdari fase awal Waspola menurut penda-pat saya adalah pengembangan kapa-sitas (capacity building) yang telahberlangsung dengan kerjasama peme-rintah pusat dengan Waspola. Wajahbaru dan rangsangan baru selalu diper-lukan namun ingatan/rekaman menge-nai apa yang telah terjadi dimasa laludalam program ini, bagi saya adalah sa-ngat penting untuk menjamin keber-hasilan Waspola Facility di masa men-datang. Harapan saya bahwa WaspolaFacility akan dapat memfokuskan padakesulitan pemerintah daerah danWaspola Facility memberikan dukung-an kepada mereka. Pelajaran yang bisadipetik, khususnya dari Waspola 2adalah, tak diragukan lagi, Waspola 2telah memberikan dasar/landasan bagiWaspola Facility, untuk bekerja dengantantangan yang lebih berat di negara ini.

B a g a i m a n a p e n g a l a m a nIndonesia di bidang AMPLdibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara danPacifik?

Sangat menarik memikirkan me-ngenai apa yang terjadi di negara laindi bidang AMPL dan singkatan yangpertama kali terpikir adalah WATSAN(Water and Sanitation) yang secaraluas dipakai di negara lain sebagai isti-lah di bidang air dan sanitasi. Istilahlain yang banyak juga dipergunakanadalah apa yang saat ini di sebut “pen-

dekatan multisektor/sektor wideapproach“ untuk urusan air dan sani-tasi. Walaupun masih terdapat pro dankontra terhadap struktur kelompokkerja AMPL tetapi saya pikir strukturini telah mengadopsi pendekatan mul-tisektor.

Ada negara yang mempekerjakankonsultan dan ada badan donor yangmengirimkan konsultan untuk menyiap-kan kebijakan. Pendapat saya, yang sa-ngat dipengaruhi oleh pengalamansewaktu saya bersama WASPOLA,adalah walaupun penyiapan kebijakanmemerlukan waktu lama, tetapimenumbuhkan rasa kepemilikan ter-hadap kebijakan diantara pemangkukepentingan dari lingkungan pemerin-tah adalah merupakan tujuan akhir dariproses penyiapan kebijakan tersebut.

Perubahan dari pemerintah pusatke pemerintah daerah berkenaan de-ngan pengelolaan air dan sanitasiadalah merupakan sesuatu yang besar,dan meskipun kritik ditujukan kepadaPemerintah Indonesia yang menerap-kan strategi tersebut, mereka men-dukung pengembangan strukturkelompok kerja AMPL untuk mem-berikan dukungan pengembangan ka-pasitas dan manajemen. Strategi initelah di adopsi oleh berbagai negarauntuk memindahkan manajemen pe-ngelolaan dari pemerintah pusat kepemerintah daerah dalam rangkameningkatkan pelayanan, dan ini se-ringkali menimbulkan masalah dipemerintah daerah yang kekurangansumber daya, dan kapasitas pengelo-laan. Sementara hal itu terjadi di tem-pat lain, di Indonesia pemerintahnyamengenali keterbatasan kewenangandari pemerintah daerah dan mem-berikan dukungan tambahan padaperiode awalnya.

WASPOLA itu unik dan meskipunsaya menjelaskan di bagian awalbahwa untuk mengembangkan kebi-jakan memerlukan waktu lama, akantetapi saya yakin bahwa saat ini keber-adaan kelompok kerja AMPL sudah

sangat mapan, berkelanjutan dan telahmelaksanakan fungsi koordinasi de-ngan baik dan dihargai di lingkunganpemerintah. Saya ingat dengan sangatjelas bahwa Waspola selalu merupakanproyek yang direkomendasikan, mana-kala ada suatu misi ke Indonesia untukmencari data dan informasi mengenaiair dan sanitasi, dan ini dengansendirinya merupakan suatu penghar-gaan yang sangat besar kepada timpengelola.

Chief Executive Officer Inter na tio -nal Centre of Excellence in WaterResources Management (ICE WaRM)Adelaide, Australia. Mantan TeamLeader Waspola 1RICHARD M.HOPKINS

Apa pendapat Anda mengenaiupaya dan komitmen pemerintahIndonesia terhadap masalah airminum dan sanitasi serta penca-paian target MDGs, khususnyamengenai kebijakan di sektorAMPL?

Tantangan di sektor air minum dansanitasi di Indonesia sangat besar.Pemerintah Indonesia, baik di tingkatnasional maupun provinsi dan kabu-paten, telah berkomitmen sepenuhnyauntuk menghadapi tantangan ini, sertaberupaya sungguh-sungguh untukmencapai komitmen MDGs. Memang,kemajuannya tidak seragam danterkadang berbagai sukses di satubidang diiringi hambatan baru ataukemajuan yang lambat di bidang lain-nya. Langkah-langkah awal dalammelaksanakan reformasi kebijakannasional selalu susah dan lambat,

� WAWANCARA54PercikJuni 2009

foto : Dok. Waspola

Page 57: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

� WAWANCARA55PercikJuni 2009

namun prosesnya memang begitu, danselaras dengan makin cepatnya tingkatperubahan nantinya, maka akan makinmeningkat pula kebutuhan akan adanyadukungan dan komitmen yang kuat daristakeholders kunci. Kerjasama yangtelah terjadi antara lembaga sektoral ditingkat nasional dengan lembaga donorinternasional baik multilateral maupunbilateral, benar-benar sangat menge-sankan.

Semua ini terjadi bersamaan de-ngan terjadinya reformasi besar-besarandi Indonesia, khususnya desentralisasi,sehingga semakin menambah tantanganyang ada. Sebagai contoh, ketika tang-gungjawab di bidang air minum dan sa-nitasi diserahkan kepada pemerintahdaerah, jumlah kabupaten telah berubahmenjadi dua kali lipat, sehingga mencip-takan kendala baru bagi upaya pe-ningkatkan kapasitas dan meningkatnyajumlah sumberdaya yang di butuhkanuntuk melaksanakan reformasi di sektorair minum dan sanitasi guna mencapaikomitmen MDGs. Pemerintah Indonesiatelah secara terus-menerus melakukanupaya reformasi tersebut selama ini, dannampaknya akan tetap terus berjalandemikian.

WASPOLA 2 akan segeraberakhir dan WASPOLA Facilitysebentar lagi akan mulai.Bagaimana penilaian Anda ter-hadap capaian WASPOLA 2, pem-belajaran apa yang bisa diperolehdari WASPOLA 2 bagi Peme rin -tah Indo nesia dan lembaga donorinternasional dan apa gambaranser ta harapan anda untuk trustfund Waspola Facility menda -tang?

Kinerja akhir WASPOLA 2 besertaseluruh anggota timnya sepantasnyamemperoleh penghargaan. Diantaraberbagai keberhasilan yang dicapai,salah satu yang luar biasa adalahberhasil mematahkan tipologi "siklusproyek pembangunan" khas pemerintahIndonesia dan melakukan transisi peru-bahan menuju model programatic activi-

ty dengan melakukan kerjasama pen-danaan dari bebagai departemen/lembagasektoral.

Pembelajaran yang dapat dipetiksampai saat ini adalah:� Aspek proses sangatlah penting,

dengan pelibatan seluruh stake-holder dalam setiap tahapan akandapat memberikan dampakkeberlanjutan yang maksimal.

� Pentingnya komitmen nasional dandukungan kepemimpinan yangtangguh dalam mengelola proses.

� Kebijakan nasional yang men-dasar ini, termasuk pendekatanyang dilaksanakan telah mampumendorong pemerintah daerah,masyarakat, dan keluarga meng -im plementasi kebijakan tersebut.

� Munculnya kebutuhan pening -katan kapasitas di semua ting -katan, mulai di tingkat rumahtangga, komunitas hingga ke paraprofesional dan para pengambilkeputusan saat ini dan menda -tang mengenai seluruh aspek ke -berlanjutan pembangunan AMPLyang hingga saat ini masih ber-jalan.

Dari pembelajaran WASPOLA,kendala utama yang ditemui oleh lem-baga-lembaga donor internasionaladalah upaya yang dilaukan men-dukung model programatic activityyang dilaksanakan pemerintahIndonesia tersebut bisa efektif danfleksibel, dan menjadikannya sebagaisebuah langkah dan tindakan normaltanpa menganggap sebagai suatuproyek. Harapan saya untuk masadepan dan harapan khusus untukWASPOLA Facility adalah dapat meng-atasi tantangan seperti yang disebutkanini agar dukungan yang masih ada keku-rangannya tidak terjadi lagi dan menja-di semangat yang terus dapat terjadi.

Dapatkah Anda memberikanperbandingan pengalaman Indo -nesia dalam sektor AMPL dengannegara-negara lain di wilayahAsia Tenggara dan Pasifik?

Memperbandingkan berbagaimacam peristiwa dalam waktu yangtidak sama bukanlah suatu hal mudah.Sepuluh tahun yang lalu perubahanbesar terjadi di Indonesia denganmengesankan, dan banyak tindakan luarbiasa yang dilakukan sejak saat itu.Reformasi di bidang AMPL merupakansalah satunya, yang tidak hanyamenyangkut isi atau substansinya,namun juga dalam pendekatan pengem-bangan kebijakan dan pelaksanaannya.Banyak negara-negara di wilayah AsiaT e n g g a r a d a n P a s i f i k b e r h a s i lmeloloskan kebijakan di bidang AMPLdan lingkungan hidup menjadi undang-undang, namun menghadapi tantanganpada tataran implementasi di lapangan.Sebaliknya di Indonesia, kebijakannasional AMPL yang baru masih belumberhasil ditetapkan menjadi undang-undang, namun melalui konsensusbersama, kebijakan tersebut dapat diim-plementasikan secara luas di daerah-daerah.

Kerjasama yang efektif di antaralembaga-lembaga/departemen sek-toral kunci di tingkat nasional adalahpengalaman luar biasa lain diIndonesia. Yang saya ketahui, belumada negara lain yang menteri-menteridan departemen-departemennya sepa-kat melakukan sharing budget untukmendanai kegiatan bersama seperti diIndonesia. Semoga kerjasama yangproduktif ini dapat diteruskan sela-manya.

Di negara mana pun selalu sulituntuk mempertahan keberlanjutansuatu aktivitas yang berprioritas tinggilebih dari beberapa tahun, yangbiasanya ini disebabkan oleh siklus poli-tik atau siklus pendanaan. In donesiatelah berhasil mempertahan kan bidangAMPL pada tataran yang cukup tinggiselama 10 tahun terakhir dengan capai-an yang mengesankan. Ini adalah saatyang baik untuk bersama-sama me-renungkan hasil yang telah dicapai,namun sejenak saja, karena komitmendan upaya-upaya yang dibutuhkan akanberlipat-lipat kedepannya. � WH/BW/GA

Page 58: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 59: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 60: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 61: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 62: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 63: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 64: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 65: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 66: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 67: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 68: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 69: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 70: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 71: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 72: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 73: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 74: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 75: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 76: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 77: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 78: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 79: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 80: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 81: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 82: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 83: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 84: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 85: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 86: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 87: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

I ndonesia sedang mengalami tran-sisi pemerintahan dari peren-canaan yang diatur oleh pusat

menuju ke desentralisasi dimana tang-gung jawab administrasi pemerintahanterletak di tingkat Kabupaten danKota. Kunci kesuksesan dari programdesentralisasi ini terletak pada terse -dia nya data sosial dan ekonomi yangakurat dan tepat waktu bagi 500 kabu-paten dan kota. Hal ini penting tidakhanya untuk keperluan pembangunanekonomi, tetapi juga untuk keperluanpolitik dan kerukunan sosial danterutama sekali untuk kepentinganpengentasan kemiskinan dan pening -katan layanan pembangunan di sek-tor Air Minum dan PenyehatanLingkungan (AMPL). Dalam meren-canakan program-program yangterkait dengan masalah di atas, peme -rintah di tingkat lokal harus mempu -nyai akses terhadap data empiris yangdiperlukan.

Pembangunan AMPL mempunyaipermasalahan pada keberlanjutanfungsi sarana. Banyak sarana yangrusak atau tidak difungsikan karenaalasan budaya/perilaku, sehinggamenyebabkan tingkat cakupanpelayanan lambat pertumbuhan pen-capaiannya. Sarana yang dibangunpada suatu masa sudah rusak atautidak berfungsi sebelum umur teknis-nya karena tidak adanya pemeliharaan.Sayangnya, catatan tentang datacakup an ini tidak dikelola dengan baik,sehingga tidak pernah benar-benardiketahui posisi cakupan pelayanansarana AMPL pada kurun waktu ter-tentu secara tepat.

Upaya pendataan sektor AMPLtelah dilakukan baik di tingkat pusatmaupun daerah. Pada tingkat pusatdikenal adanya SUSENAS (SurveiSosial Ekonomi Nasional) yang

dilakukan setiap tahun oleh BPS(Badan Pusat Statistik), juga dilakukankegiatan pendataan yang dilakukanoleh instansi teknis sektoral, sepertiDepartemen Pekerjaan Umum danDepartemen Kesehatan. Pada tingkatkabupaten/kota dan provinsi, pen-dataan juga dilakukan melalui instansiteknis seperti Dinas Pekerjaan Umum,Dinas Kesehatan, dan PerusahaanDaerah Air Minum (PDAM).

Data yang ditampilkan BPS cukupmemberikan gambaran kondisinasional, dan karena itu dapat digu-nakan sebagai perencaaan pada tingkatnasional. Dengan mengetahui secararata-rata cakupan pelayanan AMPLuntuk tiap kabupaten/kota dan provin-si yang dinaikkan menjadi cakupannasional, pemerintah pusat dapatmenggunakannya sebagai bahanperencanaan sektor AMPL secaranasio nal, ataupun menyusun prioritasprovinsi dan kabupaten.

Dengan data tersebut, apakahkabupaten/kota yang memiliki tang-gung jawab pembangunan sektorAMPL di daerahnya dapat menggu-nakan data tersebut sebagai dasarperencanaan? Mengingat data yangditampilkan hanya besaran angkacakupan tingkat kabupaten/kota, tentusaja data tersebut tidak bermanfaatbagi perencanaan di tingkat kabupa -ten/kota, karena diperlukan data padatingkat yang lebih rendah, seperti keca-matan dan desa.

Pertanyaannya adalah, selama inidata yang mana yang diacu oleh daerahdalam perencanaannya? Beberapakajian yang dilakukan melalui berbagaikegiatan di daerah dampinganWASPOLA misalnya, menurut hasilLokakarya Review Renstra AMPL

Provinsi Sumatera Barat, data hasilSusenas 1993-2006 cakupan AirMinum Sumatera Barat pada tahun2006 adalah 58,63% sedangkan menu-rut RPJMD Sumatera Barat tahun2006-2010 target yang ingin dicapaiadalah 49%. Terlihat bahwa apa yangdirencanakan dengan apa yang terjadiberbeda. Oleh karena itu, harus adaupaya bersama stakeholder AMPLuntuk membenahi pengelolaan DataAMPL agar dapat dimanfaatkan seba-gaimana mestinya dalam proses peren-canaan pembangunan.

Isu yang biasanya muncul dalampendataan AMPL di daerah adalah ren-dahnya kesadaran daerah akan pen -tingnya pengelolaan data yang akurat,adanya sistem pengelolalan data didaerah yang kurang terintegrasi,belum adanya basis data yang disepa-kati dan rendahnya kapasitas daerahdalam pengelolaan data. Berbagai aki-bat dari isu pengelolaan data AMPL diatas menyebabkan sulitnya menen-tukan prioritas sasaran pembangunandan target pencapaian layanan, ren-dahnya pengalokasian investasi pem-bangunan di sektor AMPL, terjadinyainefisiensi pembangunan sarana danprasarana serta sulitnya mengukurkinerja pembangunan secara keselu-ruhan.

Melihat besaran permasalahandata AMPL ini, proyek WASPOLAbersama Kelompok Kerja AMPLNasional menawarkan suatu konseppraktis yang dapat digunakan sebagaiacuan oleh daerah dalam mengeloladata AMPL. Konsep yang ditawar -kan pa da dasarnya mencakup (1) Pe -nyamaan persepsi tentang pen tingnyadata AMPL dalam pemba ngun anAMPL daerah, baik perenca na anmaupun pemantauan, (2) Mulai de-ngan variabel data yang prioritas sesuai

Data Bukan Sekedar Angka

� WAWASAN85PercikJuni 2009

Oleh: Ardi Adjie*

Page 88: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

kebutuhan (dapat mengacu kepadavariabel pemantauan MDGs), (3)Mendata mulai dari tingkat terkecilyang dibutuhkan bagi perencanaan danpemantauan, tingkat dusun, desa, ke ca -matan, kabupaten, (4) Menawarkanmetode registrasi rumah tangga bagiwilayah dengan ukuran jumlah pen-duduk kecil, dan sampling bagi wilayahdengan jumlah penduduk relatif besar,(5) Melibatkan kader masyarakat danpara pelaku data lokal.

Berdasarkan kondisi isu dan per-masalahan pengelolaan data di atas,data yang diperlukan bukan hanyasekedar angka cakupan pelayanan AirMinum dan Penyehatan Lingkungansuatu daerah (Kabupaten/kota), akantetapi yang dibutuhkan adalah datayang valid dengan proses yang benaragar dapat digunakan dalam peren-canaan pembangunan tingkat lokalyang lebih detil seperti desa dan berke-lanjutan dari segi proses pengumpulanserta updating secara terus-menerusuntuk pemantauan dan evaluasi ke -giat an pembangunan di daerah.

Salah satu yang menjadi per-masalahan dalam penentuan indikatorAMPL adalah perbedaan konsep dandefinisi yang digunakan masing-ma -sing stakeholder AMPL, baik pemerin-tah (antardepartemen) maupun antar-lembaga non-pemerintah. Contohnya,konsep air minum sesuai kriteriaMDGs adalah air yang berasal darisumber yang terlindungi, yaitu air de -ngan kualitas sumber air yang mem-pertimbangkan konstruksi bangunansumber airnya serta jarak dari tempatpembuangan tinja terdekat.

Jarak yang layak antara sumber airdan tempat pembuangan tinja terdekatadalah lebih dari 10 meter. Sumber-sumber air demikian meliputi air per-pipaan, air pompa, air dari sumur ataumata air yang terlindungi, dan airhujan. Selain dari sumber-sumber airtersebut, seperti dari sungai, irigasi,danau atau sumur dan mata air yangtidak terlindungi, sumber lainnya ter-

masuk dalam kategori belum memilikiakses atau belum terlayani air minumsecara layak. Indikator MDGs tidakmemasukkan air kemasan sebagaiyang terlayani/memiliki akses, karenaair kemasan dianggap sama denganminuman bersoda lainnya, yang mem-butuhkan biaya yang besar dalammemperolehnya.

Berdasarkan hasil penghitunganWASPOLA yang bersumber dari dataSUSENAS beberapa tahun, denganmenggunakan kriteria MDGs, makatingkat cakupan layanan untuk AirMinum dan Sanitasi Indonesia berfluk-tuasi dari sejak tahun 2001 hingga2007. Fluktuasi terutama di sektor AirMinum, yang disebabkan oleh definisiyang digunakan dalam penghitungancakupan Air Minum pada data/grafiktersebut di atas tidak memasukkan airkemasan.

Masih dari data SUSENAS 2007juga, ternyata penggunaan air kemasansebagai sumber air minum rumahtangga di Indonesia beberapa tahunbelakangan ini mengalami pening -katan yang signifikan, yakni menca-pai 7,33 persen pada tahun 2007 daritotal sumber air minum Indonesia.Namun sayangnya, bahwa data SUSE-NAS tersebut tidak diberikan per-

tanyaan tambahan mengenai "sumberair minum lainnya yang dapat untukdiminum" untuk rumah tangga yangmenggunakan air kemasan, sehinggauntuk mendeteksi apakah masyarakatyang menggunakan air kemasan mem-punyai sumber air minum yang terlin-dungi atau tidak tetap tidak diketahui.Sebagaimana diketahui, bahwa pemi -

lihan penggunaan air kemasan sebagaisumber air minum di Indonesia se -ringkali bukan dikarenakan alasanrasional, namun lebih banyak karenaalasan gaya hidup dan promosi gencardari produsen.

Data yang dihasilkan dengan pro -ses yang valid dan angka yang benarserta indikator yang tepat merupakantujuan awal dari proses pengumpulandata, semua itu tidak akan berkelanjut -an ketika kesadaran akan manfaat daridata yang dikumpulkan belum dike-tahui oleh pengambil kebijakan ataupemanfaat data. Oleh karena itu, databukan hanya sekedar angka, akantetapi merupakan dasar pengambilkeputusan yang dapat memicu pe -ningkatan investasi dan peningkatanakses pelayanan air minum dan penye-hatan lingkungan. �

* Data manajemen specialistWASPOLA

� WAWASAN86PercikJuni 2009

Page 89: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 90: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 91: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 92: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 93: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 94: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 95: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 96: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 97: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 98: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 99: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 100: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 101: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 102: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 103: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 104: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 105: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 106: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 107: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 108: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 109: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 110: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 111: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 112: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 113: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 114: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 115: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 116: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 117: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 118: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 119: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 120: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 121: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 122: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 123: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 124: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 125: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 126: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 127: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

M enjelang selesainya Water Supply and SanitationPolicy Formulation and Action Planning Project(WASPOLA 2) pada tahun 2009 ini, terbit sebuah

buku bertajuk "Membangun Komitmen ReformasiPembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan"Satu Visi Membumikan Kebijakan, Sebuah Pembelajaran.

Buku yang diproduksi kerjasama WASPOLA (ProyekPenyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minumdan Penyehatan Lingkungan) dengan Kelompok KerjaAMPL Nasional ini tersaji secara ringan dan sederhana,melalui berbagai sumber informasi, data dan fakta yangdiperoleh selama kunjungan lapangan yang telah berjalanselama empat tahun ini.

Buku ini terdiri dari 5 (lima) bab yang mengupasbagaimana perjalanan "membumikan" kebijakan, pola pen-dekatan fasilitasi, membangun harmonisasi pusat dan dae -rah, pengalaman empat daerah dan pembelajaran yang dida-pat, serta catatan kritis untuk perbaikan ke depan. Selain itu,juga dilengkapi contoh sukses (best practices) daerah mitrakerja WASPOLA. Diharapkan dari dokumentasi pembela-jaran ini, pembaca bisa mencermati sejauh mana potretkeberhasilan dan kelemahan pendekatan fasilitasi yangdilakukan.

Buku setebal 120 halaman ini menggambarkan menge-nai proses perubahan (reformasi), tantangan dan hambatanyang melingkupinya selama proses "pembumian" KebijakanNasional Pembangunan AMPL-BM, bagaimana pola pikirdan persepsi yang berkembang dari masing-masing pelakudi daerah, siapa saja yang terlibat, bagaimana komitmennya,kelembagaan yang mengimplementasikan kebijakan,dukungan dan kontribusi semua pihak terkait, regulasi yangdisediakan, inovasi dan penguatan kapasitas yang dikem-bangkan, dukungan penganggaran dan keberlanjutan imple-mentasinya, baik di tingkat pemerintah pusat, pemerintahprovinsi dan pemerintah kabupaten/kota, sekaligus peme -rintah desa/kelurahan, dan pemangku kepentingan lain.

Pada Bab I diuraikan secara singkat bagaimana

Kebijakan Nasional AMPL-BM disusun sampai dengan pro -ses adopsi dan implementasi di daerah. Kunci keberhasilan-nya diuraikan pada bab II yang mengupas pendekatanfasililitasi yang dipergunakan tim WASPOLA, termasuk te -robosan lokal yang secara spesifik ditawarkan tim WASPO-LA sehingga daerah bersedia mengoperasionalisasikan kebi-jakan dalam pembangunan daerah.

Disisi lain harus diakui bahwa harmonisasi pusat dandaerah menjadi pilar penting untuk menyangga keberlang-sungan reformasi tersebut dan ini dikupas dalam bab III.Sejak awal pemerintah melalui Pokja AMPL Nasionalmenunjukkan konsistensinya dalam mengawal implemen-tasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM di daerah,melalui upaya terobosan strategis dalam mengkomu-nikasikan kebijakan, membangun sinergi semua pelaku dansemua unsur pemangku kepentingan melalui Jejaring AMPL,serta mengkoordinasikan kegiatan donor di tingkat pusat agarterjadi pemerataan pembangunan AMPL di dae rah.

Penghormatan dan memperhatikan potensi dasar ke -ragaman antardaerah, adalah salah satu prinsip dalampelaksanaan pembangunan otonomi daerah berdasarkanUndang-Undang Otonomi Daerah. Kebijakan ini diimple-mentasikan dengan menghargai prinsip pembangunantersebut. Untuk itu dalam bab IV diuraikan berbagai pembe-lajaran penting yang telah berkembang di beberapa daerahmitra kerja WASPOLA seperti Provinsi Gorontalo, SumateraBarat, Banten, dan Provinsi Jawa Tengah, yakni 4 (empat)dari 9 (sembilan) provinsi dampingan WASPOLA, represen-tasi keterwakilan dari berbagai keragaman kondisi, potensi,budaya, geografis di Indonesia.

Dalam bab V yang merupakan bab terakhir buku ini,dirangkum semua pembelajaran tersebut. Diharapkan daripembelajaran yang didapat WASPOLA akan menjadi inspi-rasi bersama dalam pembangunan AMPL-BMke depan, walaupun masih banyak kendaladan kekurangan yang musti dikritisi ber -sama.

Buku yang edisi pertama terbitpada April 2009 ini, pada dasarnyamenyajikan sebuah pembelajaranbagaimana upaya membumikanKebijakan Nasional Pem ba -ngunan Air Minum dan Pe -nyehatan Ling kungan Ber ba -sis Ma syarakat (AMPL-BM)menjadi suatu visi bersama.�� BW

Bersama Berkomitmen Membangun AMPLJudul

Membangun Komitmen Reformasi PembangunanAir Minum dan Penyehatan Lingkungan (Satu VisiMembumikan Kebijakan, Sebuah Pembelajaran).

Penerbit:Jakarta, WASPOLA, 2009

Tebal:120 halaman

� INFO BUKU125PercikJuni 2009

Page 128: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

D okumen Kebijakan Nasional Pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat di Indonesia telah disusunmelalui program Penyusunan Kebijakan dan

Penyusunan Rencana Kerja bidang AMPL (WASPOLA),yang berlangsung dari tahun 1998 sampai dengan 2003.Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama PemerintahIndonesia dengan Pemerintah Australia melalui AusAIDyang difasilitasi oleh Water and Sanitation Program forEast Asia and the Pacific - World Bank.

Serangkaian kegiatan partisipatif penyusunan kebijakandilaksanakan oleh Tim Kerja AMPL dibawah koordinasiBappenas dengan anggota seluruh departemen terkait yangterdiri dari Departemen Pekerjaan Umum, DepartemenKesehatan, Departemen Dalam Negeri dan DepartemenKeuangan. Sampai saat ini dokumen kebijakan telah disepa-kati dan ditandatangani oleh Tim Pengarah Pusat (ProjectCoordination Committee) yang terdiri dari para pejabatEselon 1 dari masing-masing instansi tersebut.

Uji coba pelaksanaan kebijakan di empat provinsi terpi-lih telah dilaksanakan pada tahun 2002/2003, dan dilan-jutkan sampai sekarang, sehingga jumlah lokasi sampai saatini adalah 70 kabupaten/kota di 9 provinsi. Dari prosestersebut telah diperoleh masukan yang berguna, baik dalampenyempurnaan substansi kebijakan, maupun dalammetodologi pelaksanaannya di daerah.

Berdasarkan pengalaman implementasi pelaksanaankebijakan tersebut diatas, akhirnya terkumpul berbagai pan-duan kegiatan fasilitasi operasionalisasi kebijakan di daerah,untuk kemudian ditulis ulang, sehingga akhirnya menjadikumpulan panduan operasionalisasi kebijakan AMPL didaerah, sebagaimana naskah panduan ini.

Untuk itu, agar memudahkan pada tingkat operasional,

disusunlah Panduan Fasilitasi Lokakarya OperasionalisasiKebijakan Nasional Pembangunan AMPL BerbasisMasyarakat. Buku panduan setebal 730 halaman ini terdiridari 5 modul yang setiap modulnya dikemas secara lengkap.

Buku panduan, yang disusun atas 5 seri (Buku 1 hinggaBuku 5) menjelaskan tahapan pelaksanaan implementasikebijakan secara lugas dan terstruktur, sehingga mudahdipahami dan diikuti. Masing-masing buku memiliki tujuandan lingkup pembahasan yang berbeda, walaupun secarakeseluruhan masih saling berangkai.

Bahasan modul-modul tersebut adalah Modul 01:Panduan Fasilitasi Lokakarya Operasionalisasi KebijakanNasional Pembangunan AMPL BM di Daerah. Modul 2:Panduan Lokalatih Keterampilan Dasar Fasilitasi dalamRangka Pelaksanaan Kebijakan Nasional PembangunanAMPL BM di Daerah. Modul 3: Panduan Fasilitasi OrientasiMPA-PHAST. Modul 4: Panduan Fasilitasi LokalatihPenyusunan Renstra Pembangunan AMPL BM di Daerah.Dan Modul 5: Panduan Fasilitasi Lokalatih PengelolaanCLTS Waspola Bekerjasama dengan Kelompok Kerja AirMinum dan Penyehatan Lingkungan.

Diharapkan melalui penerbitan buku panduan ini, pro-ses reformasi dan implementasi Kebijakan NasionalPembangunan Air Minum dan Penyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat, dapat terus berjalan dan tersebarlu-askan dengan membuka ruang partisipasi publik dan keter-libatan berbagai pihak.

Terbuka juga kesempatan kepada berbagai pihak yangingin mengadopsi pendekatan dalam reformasi dan imple-mentasi kebijakan, dengan menggunakan buku ini sebagaiacuan dan referensi.

Dengan panduan ini, semua pihak yang akan meman-faatkan panduan ini semoga menjadi lebih mudah dalampenerapan di lapangan. Sehingga menjadikan panduan inisebagai alat bagi pembelajaran kita semua.

Sedangkan untuk mendapatkan infomasi lebih terperin-ci tentang bahan-bahan atau materi panduan ini, terutamapeningkatan kapasitas tersebut diatas dapat dipelajari padaBuku Panduan Kegiatan Penunjang OperasionalisasiKebijakan AMPL Berbasis Masyarakat beserta turunannya.

Informasi dan layanan lebih lanjut tentang lokakarya danpelatihan dari modul-modul di atas dapat menghubungiPerpustakaan Pokja AMPL Pusat, Jl. RP. Soeroso No. 50Menteng, Jakarta Pusat. Telpon/Fax 021-31904113. �� BW

Panduan Pelaksanaan KebijakanNasional AMPL-BM di Daerah

� INFO BUKU126PercikJuni 2009

JudulBuku 5: Panduan Pelaksanaan

Kebijakan Nasional AMPL-BM di DaerahPenerbit:

Jakarta, Waspolabekerjasama Pokja AMPL, 2008

Tebal: 730 halaman

Page 129: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

D ata Air Minum dan Penyehatan Lingkungan meru-pakan kebutuhan dalam rangka meningkatkanpelayanan sumberdaya di sektor tersebut. Untuk

itu, pendataan mempunyai fungsi vital bagi daerah-daerahdalam perencanaan dan pembangunan sektor AMPL gunakelancaran pembangunan itu sendiri.

Persoalannya adalah Kabupaten Bangka, ProvinsiBangka-Belitung yang memiliki tanggungjawab pembangun-an sektor AMPL dan bahkan menjadi daerah model dataAMPL nasional belum memiliki data cakupan tingkat keca-matan dan desa.

Untuk itu, melalui Pokja AMPL Kabupaten Bangka be-kerjasama dengan Water Supply and Sanitation PolicyFormulation and Action Planning (WASPOLA) menginisiasipendataan tingkat kecamatan dan desa dengan Merawangmenjadi modelnya. Tantangannya adalah disamping menja-di model tingkat kabupaten, Kecamatan Merawang jugamenjadi model data tingkat nasional.

Proses pendataan di Merawang yang dilaksanakan de-ngan konsep pemberdayaan, merupakan proses pendataanAMPL yang pertama kali dilakukan di Indonesia. Kedepanperencanaan pembangunan AMPL, harus berdasarkan datayang handal seperti yang sudah dicontohkan KecamatanMerawang. Dengan demikian diharapkan benchmarkingdan dampak pembangunannnya dapat tepat sasaran, efektif,mampu meningkatkan akses masyarakat terhadap airminum dan sanitasi serta sekaligus mampu memenuhi tar-get capaian MDG's.

Pendataan yang sudah lengkap dari KecamatanMerawang tersebut kemudian dibukukan. Buku berjudul"Pendataan AMPL: Lesson Learn dari Merawang" ini meru-pakan langkah penting untuk terus memberikan kontribusipada peningkatan kualitas perencanaan dan pelayanan pu-blik.

Buku setebal 60 halaman ini berisi empat poin penting;yaitu tentang Konsep Pengelolaan, Alur Pelaksanaan, Hasil,

dan Kesimpulan. Disamping itu, buku sederhana ini jugadilengkapi dengan daftar tabel, daftar gambar, daftar grafik,dan daftar peta.

Pada Pasal 152 ayat 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwadata dan informasi yang akurat merupakan dasar kebijakanpenyusunan perencanaan daerah dan pelaksanaan pemba-ngunan daerah. Data dan informasi yang akurat didapatkandengan metode yang tepat. Undang-undang tersebut jugamenjadi dasar dari penyusunan buku data ini.

Pendataan air minum dan penyehatan lingkungan berba-sis masyarakat (AMPL-BM) Kabupaten Bangka yang dilak-sanakan di Kecamatan Merawang merupakan momentumpenting sebagai langkah awal untuk menuju perumusankebijakan yang benar, implementasi kebijakan yang benardan pada akhirnya berdampak pada kinerja kebijakan yangbenar pula.

Untuk mengidentifikasi suatu permasalahan prosespengumpulan dan analisa data merupakan satu kesatuanproses yang harus dilakukan dan proses tersebut telahdilalui pada kegiatan registrasi cakupan MDGs air minumdan penyehatan lingkungan di Kecamatan Merawangsehingga menghasilkan beberapa informasi.

Buku ini diharapkan tidak hanya sekedar memberi ener-gi baru bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaanpembangunan AMPL, namun juga mampu menginspirasidan berkontribusi terhadap proses kebijakan publik teruta-ma yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatanpembangunan AMPL yang akan dilakukan, tidak hanya diKabupaten Bangka tetapi juga di seluruh Indonesia.

Bupati Bangka Yusroni Yasid menanggapi buku ini mem-punyai harapan dalam periode pemerintahan 2008-2012 ini,persoalan data menjadi perhatian ultra serius bagiPemerintah Kabupaten Bangka. "Tidak boleh ada lagi peren-canaan pembangunan yang by feeling, seluruhnya haruslahby design, tentu saja berdasarkan data yang akurat,"katanya.

Buku ini, lanjut Yusroni, diharapkan juga banyak mem-berikan pelajaran tentang bagaimana pendataan yang sebe-narnya harus dilakukan dan dapat menjadi model data pem-bangunan di seluruh sektor.

Kedepan perencanaan pembangunan di KabupatenBangka, harus berdasarkan data yang handal seperti yangsudah di contohkan Kecamatan Merawang. Sehingga diha-rapkan benchmarking dan dampak pembangunannnyadapat tepat sasaran, efektif, dan pada akhirnya mampumewujudkan visi dan misi yang telah disepakati. �� BW

Memulai Pendataan AMPL dari Merawang

� INFO BUKU127PercikJuni 2009

JudulPendataan AMPL: Lesson Learn dari Merawang

Penerbit:Bangka, Pokja AMPL, 2009

Tebal:60 halaman

Page 130: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 131: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 132: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 133: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 134: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

� INFO PUSTAKA132PercikJuni 2009

dilibatkan dalam mengambil keputusan tapi hanya dice-ramahi. Mereka pada "iya-iya" dalam sosialisasi tetapitidak memahami dengan baik. Apakah seperti itu partisi-pasi yang diharapkan?

SIAPA, BAB SEMBARANGAN

Produksi cergam dari Sanggar Lukis Gombong yang laintentang anak-anak di desa yang mempunyai kebiasaan

BAB sembarangan yaitu di kebun samping rumah. Banyaklalat hinggap di makanan yang ada diruang makan. Suatuhari si anak sakit perut sampai dibawa ke rumah sakit.Orang tua bingung mengapa bisa terjadi dan salah siapa?

AIR TERCEMAR, SALAH SIAPA?

Di Bangka Belitung, Lokakarya media advokasimenghasilkan cergam tentang salah satu sungai

yang menjadi lokasi tambang timah. Akhirnya air terce-mar, tetapi tidak ada yang peduli. Padahal lokasi tersebutadalah tempat MCK bagi masyarakat desa. Beberapa mulaiterjangkit penyakit kulit. Akhirnya masyarakat yangg selalujadi korban.

AIR GRATIS, SARANA MAHAL

Sementara hasil Lokakarya di Kabupaten TTS, NTT,berupa cergam yang bercerita tentang suatu desa

yang mendapat bantuan air minum. Di jalan-jalanbanyak pipa untuk mengalirkan air. Suatu hari pipabocor karena dirusak oleh warga demi mendapatkan air.Tidak seorang pun yang peduli. Akhirnya mereka salingmenyalahkan. Pesannya adalah perawatan memang butuhiuran dan terutama rasa memiliki dari warga. Siapa yangbertanggung jawab?

P O S T E R

HEMAT AIR

Poster ini merupakan salah satu media kampanye AMPLhasil Lokakarya Media Rakyat di Kabupaten Kebumen.

Poster berjudul Hemat Air berupa gambar air dari kran yangtumpah di ember, menyampaikan pesan penting perlunyaberhemat air.

SAMPAH PENYEBAB PENYAKIT

Di Padang, Sumatera Barat, peserta Lokakarya Pe ma -saran Sosial AMPL menghasilkan poster berjudul

Sampah Penyebab Penyakit. Digambarkan ibu yang sedangmembuang sampah sembarangan kemudian lalat beterban-gan dan anak sakit perut.

BUANG SAMPAH SEMBARANGAN

Poster lain berjudul Buang Sampah Sembarangan yangbergambar seorang ibu yang membuang sampah kemu-

dian mendapat teguran dari seorang ulama bahwa hal terse-but tidak sesuai kaidah agama.

Page 135: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA

� INFO PUSTAKA133PercikJuni 2009

K E B I J A K A N N A S I O N A LP E M B A N G U N A N A M P L

P oster ini berisi butir-butirK e b i j a k a n N a s i o n a l

Pembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan yangberjumlah 11 butir. Butir-butirtersebut adalah:

Air Merupakan BendaS o s i a l d a n B e n d aEkonomi

Hingga saat ini sebagaianggota masyarakat masih

berpandangan bahwa air sebagaisumber kehidupan semata-mata merupakan benda sosial(public goods) yang dapat diperoleh secara cuma-cumaserta tidak mempunyai nilai ekonomi. Dampaknya adalahmasyarakat tidak mempunyai keinginan untuk melestarikanlingkungan dan sumber daya air. Untuk mengubah pan-dangan tersebut diperlukan upaya kampanye publik kepadaseluruh lapisan masyarakat bahwa air merupakan bendalangka yang mempunyai nilai ekonomi dan memerlukanpengorbanan untuk mendapatkannya, baik berupa uangmaupun waktu.

Pilihan yang Diinformasikan sebagai Dasar dalamPendekatan Tanggap Kebutuhan

Pendekatan tanggap kebutuhan menempatkanmasyarakat pada posisi teratas dalam pengambilan kepu-tusan, dalam hal pemilihan sistem yang akan dibangun,pola pendanaan, maupun tata cara pengelolaannya.

Pembangunan Berwawasan LingkunganPembangunan air minum, mulai dari pengambilan

sumber air, pengaliran air baku, pengolahan air minum,jaringan distribusi air minum sampai dengan sambunganrumah dilaksanakan dengan mempertimbangkan kaidahdan norma kelestarian lingkungan. Demikian juga denganpembangunan prasarana dan sarana penyehatan lingkung-an.

Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan SehatAgar pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan

dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan, makapembangunan air minum dan penyehatan lingkunganharus mampu mengubah perilaku masyarakat dalam men-jaga dan meningkatkan derajat kesehatan sebagai dasarmenuju kualitas hidup lebih baik.

Keberpihakan pada Masyarakat MiskinPada prinsipnya seluruh masyarakat Indonesia berhak

untuk mendapatkan pelayanan air minum dan penyehatanlingkungan yang layak dan terjangkau. Oleh sebab itu, de-ngan melihat keterbatasan yang dimiliki maka pembangun-an air minum dan penyehatan lingkungan harus memper-

hatikan dan melibatkan secara aktif kelompok masyarakatmiskin dan kelompok masyarakat tidak beruntung lainnyadalam proses pengambilan keputusan sehingga kebutuhanmereka dapat terpenuhi secara layak, adil dan terjangkau.

Peran Perempuan dalam Pengambilan KeputusanPeranan perempuan untuk memenuhi kebutuhan air

minum dan penyehatan lingkungan untuk kepentingansehari-hari sangat dominan, sehingga sudah sewajarnyaperempuan diikutsertakan secara aktif dalam pembangun-an air minum dan penyehatan lingkungan.

Akuntabilitas Proses PerencanaanDalam era desentralisasi dan keterbukaan maka pem-

bangunan air minum dan penyehatan lingkungan harusmenempatkan masyarakat sasaran tidak lagi sebagai obyekpembangunan namun sebagi subyek pembangunan.

Peran Pemerintah sebagai FasilitatorFasilitasi tidak diartikan sebagai pemberian prasarana

dan sarana fisik maupun subsidi langsung, namun pemer-intah harus memberikan bimbingan teknis dan non-teknissecara terus-menerus kepada masyarakat yang sifatnyamendorong dan memberdayakan masyarakat.

Peran Aktif MasyarakatSeluruh masyarakat harus terlibat secara aktif dalam

setiap tahapan pembangunan air minum dan penyehatanlingkungan. Namun demikian, mengingat keterbatasanruang dan waktu maka keterlibatan tersebut melaluimekanisme perwakilan yang demokratis serta mencer-minkan dan merepresentasikan keinginan dan kebutuhanmayoritas masyarakat.

Pelayanan Optimal dan Tepat SasaranYang dimaksud dengan optimal adalah kualitas

pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuanmasyarakat, pemerataan akses untuk semua lapisanmasyarakat, dan kenyamanan dalam mendapatkanpelayanan. Sedangkan tepat sasaran diartikan sebagaicakupan pelayanan prasarana dan sarana air minum danpenyehatan lingkungan yang dibangun sesuai dengan per-masalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

Penerapan Prinsip Pemulihan BiayaKapasitas dan kemampuan anggaran pemerintah

(pusat dan daerah) yang ada tidak mencukupi untuk terusmembangun dan mengelola prasarana dan sarana airminum dan penyehatan lingkungan bagi masyarakat.Untuk menunjang keberlanjutan pelayanan maka pemba-ngunan dan pengelolaan pelayanan air minum dan penye-hatan lingkungan perlu memperhatikan prinsip pemulihanbiaya. WH/BW

Informasi selengkapnya melalui Digilib (http://digilib-ampl.net) dan Gerai AMPL (http://geraiampl.com)

Semua materi dalam info pustaka tersedia di perpustakaanAMPL Jl. RP Soeroso No. 50 - Gondangdia - Jakarta Pusat

Page 136: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 137: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 138: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 139: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA
Page 140: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Juni 2009. Edisi Khusus Satu Dekade WASPOLA