Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

30
Edisi III, 2010 A ir minum sangat berhubungan dengan hak hidup manusia. Sehingga masalah memperoleh air tentunya tidak bisa dilepaskan dalam kerangka hak dasar atau asasi manusia. Pengakuan air sebagai hak asasi manusia mengindikasikan dua hal; di satu pihak adalah pengakuan terhadap kenyataan bahwa air merupakan kebutuhan yang demikian penting bagi hidup manusia, di pihak lain perlunya perlindungan kepada setiap orang atas akses untuk mendapatkan air. Demi perlindungan tersebut perlu dipositifkan hak atas air menjadi hak yang tertinggi dalam bidang hukum yaitu hak asasi manusia. Majelis Umum PBB telah mengeluarkan sebuah resolusi tentang Hak Atas Air. Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas, Nugroho Tri Utomo memberikan kesempatan wawancara wartawan Percik, Eko B Harsono P: Sebelumnya atas nama majalah Percik kami mengucapkan selamat kepada bapak atas amanah tugas yang baru, semoga diberikan kemudahan dalam melaksanakan tugas. Seperti kita ketahui Majelis Umum PBB beberapa waktu lalu telah mengeluarkan Resolusi bahwa Air dan Sanitasi merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia. Menurut bapak apa yang bisa dimaknai dari terbitnya resolusi tersebut oleh pemerintah Indonesia? Apakah konsep ini merupakan hal yang baru bagi kita? J: Kita tentunya menyambut baik terbitnya Resolusi tersebut yang merupakan pengakuan para pemimpin dunia bahwa air dan sanitasi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam diri manusia sehingga menjadi hak asasi manusia. Kita sangat menyadari air dan sanitasi menjadi kebutuhan paling dasar manusia. Kita menyebut sebagai hak atas air tetapi lebih kepada air sebagai kebutuhan dasar air minum yaitu menjadi tanggung jawab pemerintah. Hal ini sebelumnya tertuang dalam PP No 16 sebagai turunan dari UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Jadi sesungguhnya kita sedang merecognize bahwa air sebagai kebutuhan dasar tentunya harus dipenuhi oleh Negara. Memaknainya tentunya sama, satu pihak menyebut hal itu sebagai Hak Atas Air sedangkan kami menyebut sebagai Kebutuhan Dasar Air Minum jadi tanggung jawab pemerintah. P: Dapat bapak jelaskan bagaimana UU No 7 Tahun 2004 telah menjadi payung hukum bahwa persoalan air minum yang merupakan kebutuhan paling dasar manusia menjadi tanggungjawab pemerintah atau negara? Jika sudah Wawancara Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas, Nugroho Tri Utomo Air Minum Sebagai Kebutuhan Dasar Jadi Tanggungjawab Pemerintah” FOTO-FOTO WAJAH: POKJA

description

Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan dengan tema Air sebagai Hak Asasi manusia

Transcript of Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

Page 1: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

31

Edisi III, 2010

Air minum sangat berhubungan dengan hak hidup manusia. Sehingga masalah memperoleh air tentunya tidak bisa dilepaskan dalam kerangka hak dasar atau asasi manusia. Pengakuan air sebagai

hak asasi manusia mengindikasikan dua hal; di satu pihak adalah pengakuan terhadap kenyataan bahwa air merupakan kebutuhan yang demikian penting bagi hidup manusia, di pihak lain perlunya perlindungan kepada setiap orang atas akses untuk mendapatkan air.

Demi perlindungan tersebut perlu dipositifkan hak atas air menjadi hak yang tertinggi dalam bidang hukum yaitu hak asasi manusia. Majelis Umum PBB telah mengeluarkan sebuah resolusi tentang Hak Atas Air. Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas, Nugroho Tri Utomo memberikan kesempatan wawancara wartawan Percik, Eko B Harsono

P: Sebelumnya atas nama majalah Percik kami mengucapkan selamat kepada bapak atas amanah tugas yang

baru, semoga diberikan kemudahan dalam melaksanakan tugas. Seperti kita ketahui Majelis Umum PBB beberapa waktu lalu telah mengeluarkan Resolusi bahwa Air dan Sanitasi merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia. Menurut bapak apa yang bisa dimaknai dari terbitnya resolusi tersebut oleh pemerintah Indonesia? Apakah konsep ini merupakan hal yang baru bagi kita?

J: Kita tentunya menyambut baik terbitnya Resolusi tersebut yang merupakan pengakuan para pemimpin dunia bahwa air dan sanitasi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam diri manusia sehingga menjadi hak asasi manusia. Kita sangat menyadari air dan sanitasi menjadi kebutuhan paling dasar manusia. Kita menyebut sebagai hak atas air tetapi lebih kepada air sebagai kebutuhan dasar air minum yaitu menjadi tanggung jawab pemerintah. Hal ini sebelumnya tertuang dalam PP No 16 sebagai turunan dari UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Jadi sesungguhnya kita sedang merecognize bahwa air sebagai kebutuhan dasar tentunya harus dipenuhi oleh Negara. Memaknainya tentunya sama, satu pihak menyebut hal itu sebagai Hak Atas Air sedangkan kami menyebut sebagai Kebutuhan Dasar Air Minum jadi tanggung jawab pemerintah.

P: Dapat bapak jelaskan bagaimana UU No 7 Tahun 2004 telah menjadi payung hukum bahwa

persoalan air minum yang merupakan kebutuhan paling dasar manusia menjadi tanggungjawab pemerintah atau negara? Jika sudah

Wawancara

Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas, Nugroho Tri Utomo

“Air Minum Sebagai Kebutuhan Dasar Jadi Tanggungjawab

Pemerintah”FOTO-FOTO WAJAH: POKJA

Page 2: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

32

diadopsi sebenarnya sejauh mana pemerintah Indonesia telah menerapkan konsep ini dalam konteks pembangunan AMPL?

J: Dalam UU No 7 Tahun 2004 jelas tercantum bahwa pemanfaatan air prioritas utama ditujukan untuk air minum yang merupakan kebutuhan paling dasar masyarakat Indonesia. Jika kemudian terjadi perselisihan akibat sumber daya air atau sebagainya, maka pertama-tama yang menjadi fokus atau prioritas pemerintah adalah air minum yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat yang wajib dipenuhi oleh Negara. Selain air sebagai kebutuhan dasar, ada yang sifatnya air menjadi kebutuhan sekunder atau menjadi penunjang kegiatan perekonomian, atau air yang kemudian digunakan untuk kebutuhan rekreasional, gaya hidup atau stylelistik itu tidak bisa lagi dikategorikan air sebagai hak. Pemerintah secara tegas bersikap bahwa karakteristik kebutuhan air seperti itu harus diperoleh sesuai dengan nilai ekonomis airnya.

P: Air sebagai anugerah Tuhan untuk manusia. Apakah dengan membuat karakteristik yang berbeda akan kebutuhan air tersebut tidak menjadi persoalan akan hak atas air?

J: Kita sadar dan sangat setuju bahwa air minum itu merupakan anugerah berharga yang diberikan Tuhan kepada manusia secara gratis. Namun hendaknya dimengerti bahwa untuk mengalirkan atau servicenya tersebut tidak dapat gratis. Bahkan didalam undang-undang Sumber Daya Air secara tegas disebutkan sumber daya air itu pada prinsipnya, bisa atau boleh didapat secara gratis selama pertama dia tidak merubah peruntukan dan membahayakan peruntukan bagi masyarakat dengan prioritas air minum. Dan kedua tidak digunakan untuk komersial. Jadi untuk kebutuhan

sendiri jelas Undang Undang menyebutkan semua orang Indonesia berhak mendapat sumber daya air dari manapun dengan gratis. Akan tetapi begitu sumber daya air disalurkan melalui pipa PDAM dan sebagainya itu yang dibayar adalah service atau pelayan. Dan pengejewantahan

air sebagai kebutuhan dasar ditanggung pemerintah dalam pengertian hak atas air itu diwujudkan dengan yang namanya tarif dasar. Dimana tarif dasar itu disebutkan misalnya sampai 5 meter kubik perbulan untuk setiap rumah tangga itu oleh pemerintah diterapkan tarif yang sangat murah. Jadi tetap juga tidak bisa gratis karena ada unsur pelayanan disitu. Kecuali datang sendiri kemata air tidak menjadi masalah.

P: Saat ini mengemuka upaya privatisasi sebagai salah satu pilihan pemenuhan akses air bagi penduduk. Dilain pihak banyak yang menganggap, khususnya LSM yang menilai privatisasi bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia. Bagaimana pemerintah melihat persoalan ini?

J: Dalam Undang Undang N0 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air jelas disebutkan bahwa siapa pun untuk dapat menggunakan sumber daya air dia harus memiliki Surat Izin Pemanfataan Air (SIPA) yang turunan pemerintahnya diatur lagi baik pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Surat izin ini berpayung hukum UU SDA tadi itu. Untuk kepentingan lingkup provinsi maka yang menerbitkan adalah provinsi, untuk lingkup pemerintah tingkat II Kabupeten atau Kota tentunya Walikota atau Bupati yang menerbitkan. Sedangkan untuk kepentingan nasional yang menerbitkan adalah Kementerian Pekerjaan Umum. Dalam menerbitkan SIPA ini tentunya pemerintah baik pusat dan daerah menyadari bahwa di dalamnya diatur tegas bagaimana air minum sebegai kebutuhan dasar masyarakat harus dipenuhi dan dijamin. Yang saya coba mengerti teman-teman LSM itu melihat beberapa kasus terkesan air minum dikuasai oleh swasta sehingga sebagai air minum tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Ini merupakan kasuistis. Namun kita harus melihat persoalan secara jernih juga. Kalau sebuah perusahaan memiliki sumber daya air di wilayahnya, sesungguhnya saat dia ingin memanfaatkan sendiri dia harus memiliki SIPA. Dan pada saat mengeluarkan SIPA teorinya pemerintah daerah harus melihat apakah sumber daya air yang ada

Wawancara

Page 3: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

33

Edisi III, 2010

diwilayah swasta itu dapat dimanfaat terlebih dahulu untuk air minum atau tidak. Bahkan dalam SIPA tersebut dikatakan apabila dikemudian hari air yang ada dalam wilayah perusahaan tersebut dibutuhkan untuk kebetuhan yang lebih prioritas yaitu air minum maka secara otomatis dapat diambil oleh pemerintah.

SIPA ini merupakan surat izin pemanfaatan air bagi siapa pun. Misalnya saya sudah punya izin untuk memanfaatkan air untuk air botol, namun suatu saat pemerintah daerah tempat usaha itu beroperasi melihat ada sebuah kebutuhan air minum yang harus dipenuhi dan menjadi prioritas, dan satu-satunya sumber daya air yang dapat digunakan adalah sumber air di tempat saya. Maka secara otomatis pemerintah daerah dapat meninjau kembali izin yang telah diberikan kepada saya, dan lebih memprioritaskan kebutuhan dasar masyarakat akan air minum. Dan sisanya kemudian bisa dimanfaatkan oleh perusahaan saya itu. Jadi jika dilihat peraturannya jelas terlihat kita sudah sangat merecognize apa yang diistilahkan PBB tersebut sebagai Hak Atas Air. Namun jika kemudian disana-sini masih terdapat sejumlah kekurangan, harus diakui kita masih sangat membutuhkan teman-teman LSM untuk membantu memberikan feedback atau informasi.

P: Apakah konsep hak asasi manusia ini juga telah mewarnai RPJMN 2010-2014? Dan terakhir mungkin bapak memiliki pesan khusus kepada pemerintah daerah untuk merespon soal air minum yang kemungkinan

besar akan lebih rumit, apa yang harus dicermati terkait air sebagai sebuah hak dan kebutuhan dasar warganya?

J: Dalam RPJMN 2014 jelas kita sudah mengadopsi air sebagai sebuah kebutuhan dasar manusia Indonesia yang harus dipenuhi oleh Negara. RPJM kita jelas bahwa air merupakan kebutuhan dasar dan pengertiannya seperti sudah saya jelaskan diatas tadi tentunya. Yang harus dicermati peme rintah daerah dimanapun pertama harus punya gam-

baran yang sangat jelas tentang kebutuhan air untuk masyarakatnya. Sesuai dengan bahasa MDGS, pemerintah daerah harus paham akases sumber air berkualitas untuk masya ra kat nya (improve water). Meski masyarakat pu-nya sumber air alternatif pemerintah daerah harus tahu apakah itu sudah menjadi sumber air minum yang layak. Yang menjadi masalah adalah yang tahu mengenai kuali-tas air seperti apa adalah pemerintah daerah, sedangkan masyarakat biasanya tenang-tenang saja apakah sumber airnya itu layak atau tidak untuk dikonsumsi. Masyarakat sering tidak tahu bahwa sejumlah penyakit banyak ber-sumber dari air yang mereka minum. Inilah pentingnya pemerintah daerah untuk mengedukasi warganya. De-ngan semakin sulit nya kondisi sumber daya air ada dua hal yang dapat dilakukan yaitu mempertahankan apa yang sudah kita punya dan kedua mencari sumber air alternatif. Dan yang kedua ini lebih mahal tentunya. Yang kedua ini tentunya tidak terhindarkan karena pertambahan penduduk . Dan untuk menjaga sumber daya air tentunya sanitasi harus diperhatikan dan dijaga secara baik.

ISTIMEWA

Page 4: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

Beberapa waktu lalu, Majelis Umum PBB menerbitkan sebuah resolusi yang menyatakan akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan hak asasi manusia. Dengan suara 122 mendukung dan tidak

satu pun negera menentang. Pada kesempatan itu para tokoh dunia menegaskan hak atas air minum yang aman dan sanitasi yang layak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dipenuhi negara.

Dengan mendukung resolusi PBB, penandatangan berkomitmen untuk memainkan peran lebih besar dalam memenuhi kebutuhan untuk akses yang memadai, aman dan terjangkau untuk air. Indonesia memilih mendukung dengan beberapa catatan. Salah satu dasar terbitnya resolusi tersebut, PBB menyatakan “keprihatinan mendalam” bahwa sekitar 884.000.000 orang tanpa akses ke air minum yang aman dan lebih dari 2,6 miliar orang tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar.

Ketika menerbitkan resolusi tersebut Majelis Umum PBB mengungkapkan sejumlah fakta bahwa 1,5 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal setiap tahun akibat penyakit air dan sanitasi yang buruk. “Saya melihat resolusi yang ditanda-tangani pemerintah Indonesia itu dapat berubah menjadi buah simalakama. Tidak dilaksanakan melanggar komitmen, namun disisi lain sejumlah persoalan menyangkut air mengemuka dengan kuat ditengah masyarakat,” ujar Koordinator Hak Atas Air, Hamong Santono kepada Percik di Jakarta.

Menurut Hamong, meskipun secara luas diakui bahwa air akan menjadi sumber utama konflik di masa mendatang, Indonesia belum memasukkan isu-isu sumber daya air di antara prioritas utama pembangunan. Hal ini dapat digambarkan oleh banyak sungai yang telah mengalami kerusakan yang luas dari polusi di negara kita. Pada 1970-an, ada 22 sungai rusak parah. Menjelang akhir 1990-an, angka itu meningkat menjadi 62. Tahun lalu, angka itu berdiri di 64. Tragisnya, selama tiga dekade terakhir, belum ada usaha serius untuk mengembalikan sungai tersebut. Masalah ini diperburuk oleh fakta bahwa laju deforestasi (penggundulan hutan, red.) tahunan masih terus berkembang.

Dari tahun 2000 hingga 2005, deforestasi di seluruh negeri mencapai rata-rata 1.089.560 hektar per tahun. Walaupun Indonesia masih memiliki surplus air, deforestasi pasti akan mempengaruhi ketersediaan air di beberapa provinsi, terutama di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan dan Sulawesi.

Ditegaskan oleh Hamong, ancaman ini diperburuk oleh kondisi infrastruktur sumber daya air di negeri ini, yang tidak lagi mampu menyediakan air bersih untuk masyarakat baik melalui operator swasta atau air pasokan Perusahaan Daerah Air Minum. Pada 2009, PDAM hanya mencakup 24 persen dari rumah tangga nasional dan banyak kantor cabang yang kekurangan uang tunai.

Hamong Santono:

Wawancara

34

Page 5: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

35

Edisi III, 2010

Alokasi anggaran negara untuk air bersih dan sanitasi, senilai sekitar Rp. 3 triliun menjadi Rp. 4 triliun ($ 340 juta menjadi $ 450 juta) per tahun, yang lebih rendah dibandingkan dengan alokasi pemerintah untuk subsidi listrik, yang bernilai sekitar Rp. 40 triliun per tahun

Mengamankan hak rakyat untuk memperoleh air minum membutuhkan peran negara untuk memainkan peran yang lebih besar. Kesediaan Indonesia untuk mematuhi resolusi PBB yang baru, tentu saja berdampak positif pada pengembangan sumber daya air di seluruh negeri.

Sejumlah LangkahHamong menegaskan, sebagai langkah pertama,

pemerintah harus memiliki kemauan politik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih dan sanitasi. Ini harus mengadakan diskusi publik dan debat mengenai aspek teknis dari masalah sumber daya air dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.

Perdebatan tentang masa depan sumber daya

air kita harus melibatkan semua sektor masyarakat karena merupakan masalah keadilan, terutama bagi masyarakat miskin dan di daerah terpencil yang sangat membutuhkan akses terhadap air bersih yang terjangkau.

Debat sehat ditambah dengan komitmen pemerintah

bisa membuka jalan bagi inisiatif kebijakan utama pada sumber daya air bersih. Hal ini tidak hanya merupakan cara untuk mengembangkan infrastruktur sumber daya air, tetapi juga menjawab pertanyaan tentang masyarakat yang paling membutuhkan bantuan.

Beberapa negara telah mengambil langkah-langkah untuk memenuhi kebutuhan air rakyatnya. Afrika Selatan, misalnya, melakukan survei mengenai harapan rakyatnya untuk pemerintah baru segera setelah berakhirnya apartheid. Hasil survei menunjukkan bahwa orang-orang ingin negara yang menyediakan lapangan kerja, membangun perumahan yang layak dan segera menyediakan air

bersih dan sanitasi.Berdasarkan survei, pemerintah Afrika Selatan

menyiapkan rencana induk untuk mencapai target tersebut. Akibatnya, akses publik terhadap air bersih mencapai 100 persen di daerah perkotaan dan 80 persen di daerah pedesaan, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia 2008.

Di Uruguay, pemerintah bahkan mengubah Konstitusi pada tahun 2004, memberikan prioritas kepada pertimbangan sosial dalam mengeluarkan kebijakan terhadap air dan sanitasi. Dalam contoh lain, kota Porto Alegre Brasil memperkenalkan sistem anggaran partisipatif yang termasuk dalam pengembangan pasokan air bersih. Negara-negara ini telah menunjukkan bahwa air, sebagai komoditas publik, harus dikelola dengan baik dan dilindungi, dan masalah sumber daya air yang selalu harus ditangani secara demokratis.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki peran penting dalam mengatasi masalah air di Indonesia. Kita semua menonton dan menunggu. Selama sisa masa jabatan yang kedua dan terakhir di

kantor, Yudhoyono tidak memiliki pilihan selain untuk memasukkan air dan masalah sanitasi di antara prioritas pembangunan bangsa. Masa depan kita tergantung padanya.

Negara-negara ini telah menunjukkan bahwa air, sebagai komoditas publik,

harus dikelola dengan baik dan dilindungi, dan

masalah sumber daya air yang selalu harus

ditangani secara demokratis.

FOTO-FOTO: DOK PRI.

Page 6: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

36

Ditegakkannya Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi amanat reformasi yang digulirkan pada 1998. Tetapi sepanjang rentang 1998 sampai sekarang ada banyak catatan yang menilai perjuangan

menegakkan HAM, hukum dan pemberantasan korupsi masih berjalan di tempat. Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) A. Patra M. Zen, nama yang cukup dikenal praktisi hukum mencoba menjawab sejumlah persoalan menyangkut Hak Azasi Manusia (HAM) terkait dengan terbitnya resolusi PBB tentang Hak Atas Air beberapa waktu lalu.

Patra M Zen secara tegas menyebutkan penegakan hukum di Indonesia masih terbatas manis di bibir, sehingga yang terjadi surplus janji, defisit bukti. Artinya, lebih banyak janji-janji penegakan hukum daripada bukti. Karena itu banyak menteri yang mendapat nilai

merah dalam penegakan hukum dan HAM. “Karena itu, saya sangat berharap pemerintah Indonesia yang telah ikut menandatangani resolusi tersebut secara konsistem melaksanakannya. Jangan menjadikan hak asasi atas air sebuah jargon yang manis di bibir pejabat,” ujar Patra.

Menurut Patra, Komite Hak Ekonomi Sosial dan Budaya (ekosob) PBB dalam komentar umum Nomor 15 memberikan penafsiran yang lebih tegas terhadap pasal 11 dan 12 Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dimana hak atas air tidak bisa dipisahkan dari hak-hak asasi manusia lainnya. Hak atas air juga termasuk kebebasan untuk mengelola akses atas air.

Elemen hak atas air harus mencukupi untuk martabat manusia, kehidupan dan kesehatan. Kecukupan hak atas air tidak bisa diterjemahkan dengan sempit, hanya sebatas pada kuantitas volume dan teknologi. Air harus diperlakukan sebagai barang sosial dan budaya, tidak

A Patra M Zen, Direktur YLBHI:

Hak Asasi Atas Air Jangan Sekedar Jargon Manis di bibir

Wawancara

ISTIMEWA

Page 7: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

37

Edisi III, 2010

semata-mata sebagai barang ekonomi. Kecukupan air sebagai prasyarat pemenuhan hak atas air, dalam setiap keadaan apa pun harus sesuai dengan faktor-faktor berikut :

1. Ketersediaan. Artinya, pasokan air untuk setiap orang harus mencukupi dan berkelanjutan untuk kebutuhan individu dan rumah tangganya. Kuantitas ketersediaan air untuk setiap orang harus mengacu pada pedoman yang ada di WHO.

2. Kualitas. Maksudnya, air minum untuk setiap orang atau rumah tangga harus aman, bebas dari organisme mikro, unsur kimia dan radiologi yang berbahaya yang mengancam kesehatan manusia.

3. Mudah diakses. Yaitu air minum dan fasilitas air dan pelayanannya harus dapat diakses oleh setiap orang tanpa diskriminasi.

Dikatakan Patra, untuk memantau hak tersebut, saat ini diperlukan pemaksimalan sumberdaya advokat, PBH dan sukarelawan YLBHI – LBH untuk memperjuangkan pemenuhan hak-hak ekosob di negeri ini. Setidaknya, ada tiga hal yang perlu terus dikembangkan. Pertama, promosi tentang prinsip-prinsip, features dan batas lingkup, termasuk definisi hak-hak ekosob. Hal ini diperlukan, dalam praktik, untuk memberikan kerangka kebijakan dan praktik pemenuhan hak-hak ekosob rakyat;

Kedua, di lingkup kompetensi utama YLBHI – LBH, perlu dikembangkan terus peluang-peluang menggunakan sistem peradilan – disamping mekanisme administrasi dan politik – dalam rangka pemenuhan hak-hak ekosob. Dengan kata lain, sebaiknya terus mendorong hak-hak ekosob sebagai hak konstitusional menjadi hak hukum masyarakat, terutama berkaitan justisiabilitas hak-hak ini.

Ketiga, secara terus menerus sebaiknya kita menghidupi sebuah tradisi yang positif: memproduksi gagasan dan ide-ide maju tentang sistem negara demokrasi, penegakan hukum, hak asasi manusia dan secara umum gagasan tentang masyarakat dan kemanusiaan. Aktivitas ini bertujuan untuk menopang keseluruhan aktivitas advokasi dimana YLBHI – LBH selain menjadi lembaga advokasi, juga menjadi prominent critical and criticism centre.

Sasaran advokasi ini, tentu saja tidak hanya dapat didorong oleh advokat, PBH atau sukarelawan LBH, melainkan juga para alumni LBH yang saat ini

memegang dan duduk dalam posisi kunci dan strategis dalam lembaga-lembaga negara, dalam menjalankan obligasi untuk mempromosikan, melindungi, memajukan dan memenuhi hak-hak ekosob di Indonesia.

Menurut Patra pula, YLBHI sejak awal telah merekomendasikan sejumlah program aksi yang secara substantif dan signifikan akan membawa perubahan besar dalam kehidupan hukum dan HAM, utamanya bagi masyarakat miskin, marjinal dan para keluarga korban pelanggaran HAM. “Program 100 hari seperti apa yang diharapkan masyarakat dengan ukuran tersebut di atas, dapatlah kami contohkan. Pertama, di bidang perluasan dan peningkatan akses keadilan bagi masyarakat miskin dan marjinal. Program pemberian bantuan hukum dan pembangunan sistem bantuan hukum nasional semestinya menjadi program prioritas kementerian ini,” paparnya.

Kedua, di bidang hak asasi manusia, (antara lain) seperti mengalokasikan anggaran bantuan hukum untuk masyarakat miskin, menerbitkan regulasi penyelesaian

problem yang dialami korban lumpur pa-nas Lapindo, penyelesaian kekerasan buruh migran, termasuk meratifikasi konvensi perlindungan buruh migran dan pemberian bantuan hukum bagi buruh migran di luar negeri, kemudian meratifikasi Statuta Roma tentang Pengadilan Pidana Internasional, serta menyu sun dan menerbitkan Keppres Pengadilan HAM ad hoc kasus Orang Hi-lang.

Beberapa rekomendasi lainnya yang disebutkan Patra, termasuk juga

menerbitkan Perpres Komite Nasional Pembaruan Agraria (KNPA), merekomendasikan pencabutan izin HPH dan HTI, pertambangan dan migas, serta perkebunan besar yang telah menyebabkan konflik sosial dan pelanggaran HAM dan kerusakan lingkungan hidup, hingga penerbitan regulasi pelembagaan permanen Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender di bidang pendidikan hingga tingkat kabupaten/kota. Pemerintah menurut Patra pula, juga bisa memperkuat regulasi dan kebijakan pemberantasan korupsi, (membuat) moratorium penggusuran paksa perumahan kaum miskin perkotaan, mengupayakan pengembalian lahan-lahan yang dikuasai BUMN kepada masyarakat yang diperoleh dengan cara melawan hukum di masa lalu, serta penerbitan regulasi yang menjamin pemenuhan hak dan hajat hidup orang banyak (air, pendidikan dan kesehatan).

Kecukupan air sebagai prasyarat

pemenuhan hak atas air, dalam

setiap keadaan apa pun . . .

Page 8: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

38

Inovasi

BELAKANGAN ini ramai orang membicarakan akan krisis air bersih, namun pembicaraan orang selalu terkisar antara hukum, kebijakan dan manajemennya saja. Bagaimana dengan teknologi untuk

mengatasi krisis ini?Seorang pakar dan peneliti Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia, Dr Anto Tri Sugiato memperkenalkan teknologi oksidasi beserta penggunaannya sebagai solusi alternatif mengatasi krisis air minum. Teknologi ini bukanlah teknologi baru, namun perkembangannya akhir-akhir ini sangat pesat. Belakangan ini teknologi oksidasi mulai dikenal dengan nama teknologi Advanced Oxidation Processes. Teknologi ini sendiri mulai banyak dikembangkan serta diterapkan di berbagai negara maju.

Krisis air bersihDi Indonesia dewasa ini, salah satu masalah

lingkungan yang cukup meresahkan adalah krisis air bersih. Krisis air boleh dikatakan masalah paling utama selain masalah lingkungan lain seperti polusi udara, kerusakan dan juga kebakaran hutan.

Permasalahan air bersih sebenarnya ada pada pembuangan limbah cair yang dilakukan secara sembarangan dari hasil kegiatan industri serta limbah domestik perkotaan. Ditambah lagi dengan kurangnya usaha untuk mengolah limbah cair secara benar.

Selain akibat masalah limbah cair, krisis air bersih di Indonesia juga diakibatkan karena eksploitasi langsung air tanah sebagai sumber air untuk berbagai bidang industri termasuk di antaranya industri air minum dalam kemasan tadi.

Limbah cairDalam proses produksi sebuah industri pada

umumnya dipergunakan berbagai bahan material dari berbagai jenis dan bentuk. Namun, dalam pelaksanaan sistem pengolahan limbah cair pada umumnya dilakukan secara bersamaan tanpa adanya pembagian atau pemisahan jenis dan bentuk bahan material berdasarkan proses yang dilalui. Akibat dari penerapan sistem pengolahan limbah seperti ini, kita akan membutuhkan suatu teknologi tinggi, sehingga akan membutuhkan dana serta energi yang sangat besar.

Selain itu, sistem pengolahan limbah cair yang ada sekarang umumnya mempergunakan cara kombinasi

Teknologi Oksidasi untuk Air Bersih

ISTIMEWA

Page 9: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

39

Edisi III, 2010

antara pemakaian chlorine serta sistem kondensasi, sedimentasi, dan filtrasi. Sedangkan pengolahan limbah organiknya banyak mempergunakan mikrobiologi, karbon aktif serta membrane filtration. Sedangkan akhir-akhir ini limbah organik yang dibuang semakin banyak mengandung senyawa organik yang sulit untuk diuraikan hanya dengan mikrobiologi serta membrane filtration, serta sangat membahayakan keselamatan makhluk hidup.

Dari keterangan singkat di atas, dapat kita simpulkan bahwa sistem pengolahan limbah cair yang ada sekarang sangatlah tidak efektif. Untuk itu kita perlu memilih serta memilah teknologi pengolahan limbah cair yang ada agar kita dapat menerapkan suatu teknologi secara tepat dan benar sesuai dengan kadar kebutuhannya.

Untuk itu kita perlu mengetahui hal-hal sebagai berikut, (1) unsur-unsur yang terkandung dari limbah cair tersebut, (2) akibat dari unsur-unsur tersebut ketika air limbah tersebar ke lingkungan, (3) perubahan serta kekuatan/ketahanan dari unsur tersebut dalam proses pengolahan (treatment), (4) metode/teknologi yang dapat membersihkan atau memodifikasi unsur yang terdapat pada limbah cair tersebut, (5) metode/teknologi yang tepat guna serta dapat membersihkan/memodifikasi zat padat hasil dari proses pengolahan, (6) demikian pula halnya karakteristik dari teknologi pengolahan limbah cair yang ada seperti, jenis material apa yang dapat diuraikan, kualitas air bagaimana yang diharapkan, bagaimana biaya pemeliharaannya, bagaimana biaya pembangunan dan lain-lain.

Teknologi OksidasiSaat ini penggunaan teknologi oksidasi atau yang

sekarang kita kenal dengan Advanced Oxidation Processes (AOPs) mendapat perhatian cukup besar. Karena, teknologi ini dapat menguraikan serta membersihkan senyawa-senyawa organik yang selama ini sulit atau tidak dapat diuraikan dengan metode mikrobiologi atau membrane filtration. Selain itu, teknologi ini dapat diaplikasikan tidak hanya untuk mengolah limbah cair hasil industri, namun dapat juga dipergunakan untuk mengolah air minum atau air bersih.

Teknologi AOPs adalah satu atau kombinasi dari

beberapa proses seperti ozone, hydrogen peroxide, ultraviolet light, titanium oxide, photo catalyst, sonolysis, electron beam, electrical discharges (plasma) serta beberapa proses lainnya untuk menghasilkan hydroxyl radical (OH). OH adalah spesies aktif yang dikenal memiliki oksidasi potensial tinggi 2.8 V melebihi ozone yang memiliki oksidasi potensial hanya 2.07 V. Hal ini membuat OH sangat mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa lain yang ada di sekitarnya.

Saat ini, metode kombinasi dari ozone, hydrogen peroxide, dan ultraviolet light merupakan metode yang paling banyak diteliti serta dicoba untuk mengolah berbagai jenis limbah cair. Diikuti selanjutnya dengan metode titanium oxide dan fenton reaction. Sedangkan metode lain seperti sonolysis, electron beam juga electrical discharges, kebanyakan masih dalam tahap proses penelitian.

Karakteristik dari OH, OH sesuai dengan namanya adalah spesies aktif yang memiliki sifat radikal, di mana mudah bereaksi dengan senyawa apa saja tanpa terkecuali. Di dalam air OH bereaksi dengan senyawa yang ada di sekitarnya.

Reaksi OH dengan OH, seperti penjelasan di atas, OH sangat mudah bereaksi dengan apa saja, termasuk dengan OH itu sendiri, dari reaksi ini didapatkan hydrogen peroxide. Jangka waktu dari OH tergantung kepada konsentrasinya. Sebagai contoh, untuk OH berkonsentrasi 1µM, jangka waktunya adalah sekitar 200 µs.

Aplikasi dari AOPsBerikut beberapa contoh pemakaian teknologi

AOPs. Di mana selain penjelasan di atas masih banyak lagi penelitian

Page 10: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

40

yang membahas tentang metode AOPs ini.Di Jepang, sejak diterapkannya perundangan

tentang dioxin dan sejenisnya (Januari 2001), pengolahan limbah cair terpusat pada limbah cair dari tempat pembakaran sampah (domestik dan industri). Di mana dioxin banyak dihasilkan dari akibat pembakaran sampah (terutama sampah jenis plastik) yang tidak sempurna. Perlu kita ketahui bahwa hampir dari 70 persen sampah di Jepang diproses dengan cara dibakar (Kementerian Lingkungan Hidup, 1996). Untuk menguraikan dioxin ini metode AOPs banyak dipergunakan, di antaranya O3/UV dan O3/H2O2. Dengan mempergunakan O3/UV, kandungan dioxin dapat diuraikan hingga 90 persen di mana sebagai sumber ultraviolet light-nya dipergunakan lampu dari merkuri rendah voltase yang didapati lebih efektif dibandingkan dengan lampu merkuri voltase tinggi (Daito, 2000). Dari hasil penelitian diketahui bahwa perbandingan penggunaan dari O3/UV dan O3/H2O2 adalah, O3/UV lebih efektif untuk menguraikan jenis senyawa dioxin yang mengandung unsur Cl lebih banyak. Sedangkan O3/H2O2 efektif untuk jenis senyawa dioxin yang mengandung unsur Cl lebih sedikit.

Contoh lain adalah limbah cair dari berbagai industri tekstil yang banyak mengandung dye (zat pewarna), di sini banyak dipergunakan UV/H2O2,

Metoda Fenton, O3/UV, serta TiO2/UV (Sugimoto, 2000). UV/

H2O2 didapatkan paling efektif untuk menguraikan/menghilangkan zat pewarna ini. Sedangkan untuk limbah cair industri lainnya selain zat pewarna dipergunakan metode UV/H2O2, Metode Fenton dan O3/H2O2. Untuk menguraikan p-hydroxyphenilacetic acid yang banyak didapatkan dari limbah industri agrokultur, kombinasi dari Metode Fenton dan ultraviolet adalah paling efektif (Sarria, 2001).

Untuk limbah cair dari penggunaan obat-obatan di bidang pertanian, metode AOPs didapati sangat efektif, di antaranya untuk penguraian senyawa atrazine dipergunakan O3/H2O2, O3/UV dan UV/H2O2. Di sini O3/H2O2 didapati lebih efektif dibandingkan dengan yang metode lainnya (Acero, 2001). Untuk penguraian senyawa 2-4 dichlorophenoxyacetic acid dipergunakan UV/H2O2 (Alfano, 2001) Simazine (Kruithof, 2000), dan Tricholoethylene (Shiotani, 2001) dapat diuraikan mendekati 100 persen dengan mempergunakan O3/H2O2 atau UV/H2O2. Sedangkan untuk menguraikan mono dan trichloroacetic acid dalam air minum dipergunakan kombinasi dari serat TiO2 dan sinar matahari (Sun, 2000).

Untuk limbah cair ini baru metode kombinasi dari ozone dan hydrogen peroxide saja yang dipergunakan (Fuchigami, 2000). Metode ini didapati efektif dipergunakan untuk menguraikan humic acid, endocrine-disrupting chemicals serta senyawa organik lainnya, yang didapati tidak dapat diuraikan dengan proses activated sludge.( Eko/LIPI.org)

Inovasi

ISTIMEWA

Page 11: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

41

Edisi III, 2010

Yuliansa Effendy, Peneliti Program Pascasarjana Teknik Universitas Gajah Mada

Dalam aktivitas sehari-hari manusia sangat membutuhkan air baik untuk konsumsi maupun aktivitas lainnya yang memerlukan air seperti

mandi, cuci, pertanian, industri dan lain sebagainya. Dalam buku Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) tahun 2008, berdasarkan data dari Statistik Indonesia tahun 2007 secara nasional kebutuhan air di Indonesia mencapai 9,03 milyar M³, adapun sumber-sumber air yang dimanfaatkan masyarakat antara lain air ledeng (PAM) sebesar 16,19%, air tanah (dengan pompa) sebesar 57,97 %, air kemasan 7,18%, mata air 12,64%, air sungai 3,04%, air hujan 2,58% dan lainnya 0,40%.

Usaha-usaha pemerintah melalui Perusahaan Air Minum (PDAM) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih di Indonesia ternyata belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang terletak jauh dari instalasi pelayanan pengelolaan air bersih. Sehingga masyarakat memenuhi kebutuhan air dengan memanfaatkan sumber-sumber air yang ada di lingkungan sekitarnya seperti memanfaatkan air sungai, air sumur, air danau, air hujan serta mata air.

Namun mutu air yang digunakan belum tentu memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan sebagai air bersih (Permenkes RI No. 416/Menkes/SK/IX/1990), mutu air dapat dipengaruhi oleh pencemaran, baik pencemar alami maupun pencemar akibat aktivitas manusia atau makhluk hidup lainnya. Salah satu sumber air yang memiliki mutu yang kurang baik sebagai air bersih adalah air gambut, padahal bila ditinjau dari segi kuantitas air gambut merupakan potensial yang berlimpah khususnya terdapat pada wilayah yang mempunyai karakteristik sebagai lahan gambut.

Kecamatan Gambut merupakan salah satu kecamatan yang berada di kabupaten Banjar dengan luas 129,30 hektar mempunyai luas potensial lahan gambut, dimana penduduk yang berada dipelosok hanya memanfaatkan air hujan dan air permukaan.

Hasil uji di kecamatan Gambut, kabupaten Banjar propinsi Kalimantan Selatan menunjukkan karakteristik air gambut mempunyai kadar yang melebihi ambang

Tanah Liat Media Efektif Menjernihkan Keruhnya Air Gambut

DOK. PRI.

Page 12: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

42

batas air bersih yang diperbolehkan, yaitu dengan pH 3,9, warna 570 PtCo, kekeruhan 13 NTU mg/lt, SO₄ 60 mg/lt, Fe 2,37 mg/lt, Mn 0,07 mg/lt, Zn 0,31 mg/lt, zat organik 280 mg/lt KMnO₄, kesadahan 21 mg/lt CaCO₃ dan Cl 11 mg/lt. Dan bila dibandingkan dengan standar baku mutu air bersih (Permenkes RI No. 416/Menkes/SK/IX/1990) dengan parameter yang sama air bersih harus mempunyai pH 6.5 – 9.0, warna 50 TCU, kekeruhan 25 NTU, SO₄ 400 mg/lt, Na 10 mg/lt, Fe 1.0 mg/lt, Mn 0.5 mg/lt, Zn 15 mg/lt, zat organik 10 mg/lt KMnO₄, kesadahan 500 mg/lt CaCO₃, Cl 600 mg/lt. Dengan perbandingan tersebut, tentu air gambut belum dapat dipakai sebagai air bersih.

Untuk dapat memanfaatkan air gambut, maka diperlukan adanya upaya pengolahan air gambut untuk memperbaiki kualitas sifat-sifat fisik dan kimia air sehingga memenuhi syarat air bersih. Teknologi yang murah, aplikatif dan pemanfaatan bahan lokal sangat diharapkan dalam pengolahan air bersih ini. Dengan metode koagulasi-flokulasi-filtrasi dengan bahan koagulan lokal seperti tanah liat podsolik dan diharapkan merupakan teknologi sederhana yang efektif dapat diadopsi oleh masyarakat setempat. Secara

keseluruhan pemberian tanah liat podsolik dapat memperbaiki kualitas

air gambut. Walaupun pemberian tanah liat podsolik sebagai koagulan memperlihatkan korelasi atau hubungan yang tidak linier. Pada proses koagulasi pemberian tanah liat podsolik dengan dosis 7,5 g/l memperlihatkan hasil yang paling baik.

Tahapan ProsesPenelitian dilakukan di kota

Banjarmasin antara bulan Desember 2009 sampai bulan Januari 2010. Analisis air di Laboratorium Balai

Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Kalimantan Selatan di Banjarbaru dan di Laboratorium Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan di Banjarmasin. Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap pelaksanaan yaitu:

Analisis laboratorium pendahuluan terhadap air gambut sebelum diolah dengan alat pengolah air bersih, sebagai data dasar air gambut sebelum diolah dianalisis meliputi parameter Warna, Kekeruhan, Zat Organik, Fe, Mn dan pH.

Perancangan dan pembuatan alat pengolah air gambut skala individu.

Tanah liat podsolik diambil pada kedalaman 1- 2 meter atau pada solum B-C di kelurahan Sei Ulin Kota Banjarbaru Propinsi Kalimantan Selatan. Tanah liat dianginkan agar kering udara dan disaring dengan ukuran 0.002 – 0,2 mm.

Inovasi

Page 13: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

43

Edisi III, 2010

Pengolahan Air Gambut dengan Menggunakan Alat Pengolah Air Bersih.Lantas seperti apa proses pengolahan air gambut

dengan pemberian tanah liat podsolik terjadi proses koagulasi-flokulasi yang membuat destabilisasi dan adsorpsi pada koloid organik sehingga terjadi perubahan pada penurunan nilai warna, kenaikan kekeruhan, penurunan kandungan zat organik, penurunan kandungan Fe dan Mn serta meningkatkan pH. Posisi Ca2+ dan Al3+ sebagai pengikat. Hal ini dapat dilihat melalui proses yang terjadi sebagai berikut.

Warna air gambut sebelum perlakuan mempunyai nilai sebesar 1460 TCU, setelah diberi tanah liat pada berbagai dosis, parameter warna ini terjadi penurunan menjadi 410 TCU, 212 TCU, 108 TCU, 133 TCU dan 216 TCU. Penurunan warna air gambut ini disebabkan adanya muatan positif Al3+ yang lepas dari jerapan permukaan liat dan bebas, bereaksi dengan mengikat koloid asam humat sebagai penyebab warna pada air gambut, kemudian gabungan partikel ini akan mengendap karena masanya bertambah berat bersama-sama partikel liat, sehingga pada tahap pengolahan ini warna air sudah tereduksi.

Pada tahapan lanjutan berupa filtrasi penurunan warna cukup baik, ini terlihat pada perbandingan nilai kekeruhan sebelum filtrasi dan setelah filtrasi. Setelah filtrasi kekeruhan masing-masing ditunjukkan dengan nilai 247 TCU, 169 TCU, 21 TCU, 22TCU dan 137 TCU. Media saring dengan kerikil dan pasir serta arang aktif dapat mengendapkan dan menjerap (adsorpsi) partikel-partikel yang masih melayang.

Dari seluruh tahap proses pengolahan air gambut dengan koagulan tanah liat podsolik, yang dapat memenuhi standar warna air bersih pada pemberian 2,5 g/l tanah liat podsolik pada tahap filtrasi yaitu 43 TCU sedangkan standar warna air bersih 50 TCU.

Kekeruhan awal air gambut sebesar 8,02 NTU, masih termasuk dalam syarat air bersih, perlakuan pemberian tanah liat podsolik dengan dosis 0 g/l, 2,5 g/l, 5 g/l, 7,5 g/l dan 10 g/l ke dalam air gambut justru menambah pengotor, ini terlihatnya peningkatan kekeruhan menjadi 9,42 NTU, 11,65 NTU, 16,07 NTU, 24,37 NTU dan 46,57 NTU. Semakin banyak tanah liat diberikan maka semakin banyak pula partikel-partikel liat yang masih melayang dalam air dan belum terendapkan. Pada proses filtrasi partikel-partikel yang masih melayang dalam air ini akan memasuki pori-pori yang kecil, sehingga partikel yang lebih besar dari pori akan tertahan sedangkan bila partikel lebih kecil akan terus sampai pada air keluar

penyaringan. Ini terlihat pada nilai kekeruhan air gambut yang sudah pada tahap filtrasi pada masing-masing dosis 0 g/l, 2,5 g/l, 5 g/l, 7,5 g/l dan 10 g/l yaitu 2,36 NTU, 0,9 NTU, 1,28 NTU, 1,79 NTU dan 2,96 NTU.

Untuk kekeruhan pada proses pengolahan air gambut dengan koagulan tanah liat podsolik, yang dapat memenuhi standar kekeruhan air bersih pada pemberian 2,5 g/l tanah liat podsolik pada tahap filtrasi yaitu 0,9 NTU sedangkan standar kekeruhan air bersih 25 TCU. Zat Organik yang terdapat dalam air gambut sebelum perlakuan sebesar 338,1 mg/l KMnO4 dan setelah pemberian tanah liat terjadi penurunan kandungan zat organik masing-masing sebesar 145,4 mg/l untuk dosis 0 gr/l tanah liat podsolik , 26,5 mg/l

untuk dosis 2,5 gr/l tanah liat podsolik, 13,3 mg/l untuk dosis 5 gr/l tanah liat podsolik, 9,2 mg/l untuk dosis 7,5 gr/l tanah liat podsolik dan 4,1 mg/l untuk dosis 10 gr/l tanah liat podsolik. Zat organik yang ada dalam air gambut tersebut melayang dalam air berupa koloid organik, dengan adanya pemberian kapur dan tanah liat maka terjadi pengikatan oleh Al3+ dan Ca2+ dengan butiran-butiran liat yang juga bersifat koloid, penggabungan tersebut akan menghasilkan massa yang lebih besar dan berat, kemudian akan terendapkan akibat pengaruh gravitasi bumi. Melewati media saring zat

Page 14: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

44

organik ini lebih tertahan untuk memasuki pori-pori yang lebih kecil serta akan terjerap pada arang aktif sehingga pada proses ini terlihat kandungan zat organik sebesar 27,2 mg/l untuk dosis 0 gr/l tanah liat podsolik, 76,0 mg/l untuk dosis 2,5 gr/l tanah liat podsolik, 15,5 mg/l untuk dosis 5 gr/l tanah liat podsolik, 24,3 mg/l untuk dosis 7,5 gr/l tanah liat podsolik dan 23,7mg/l untuk dosis 10 gr/l tanah liat podsolik.

Dari seluruh tahap proses pengolahan air gambut dengan koagulan tanah liat podsolik, yang dapat memenuhi standar kandungan zat organik air bersih pada pemberian 2,5 g/l tanah liat podsolik pada tahap filtrasi yaitu 7,6 mg/l KMnO4 sedangkan standar zat organik air bersih 10 mg/l KMnO4.

Parameter pH merupakan faktor penentu dalam

menentukan terhadap parameter-parameter lain, pH air gambut sangat rendah pada penelitian ini pH awal air gambut sebagai air gambut adalah 3,62. Pemberian kapur sebagai variabel tetap sebesar 250 mg/l dan ditambahkan pula pemberian tanah liat podsolik 0 g/l, 2,5 g/l, 5 g/l, 7,5 g/l dan 10 g/l dapat meningkatkan pH air gambut menjadi 8,93, 7,68, 7,1, 6,99 dan 7,2. Selain kapur (CaO) yang diberikan bersifat basa juga adanya kandungan Al3+ pada tanah liat podsolik akan membantu menetralkan air gambut dari pengaruh asam humat dan fulvat. Pada proses filtrasi sesuai dengan dosis pemberian tanah liat podsolik 0 g/l, 2,5 g/l, 5 g/l, 7,5 g/l dan 10 g/l menjadi 8,62, 7,26, 7,85, 8,67 dan 7,29. Nilai pH hasil akhir pengolahan air gambut semua, masuk dalam standar pH air bersih yang mempunyai rentang 6,5 – 9.

Deskripsi alat pengolah air gambut skala rumah tangga sebagai berikut : A. Nama alat: Alat Pengolah Air Gambut Skala Rumah tanggaB. Fungsi alat: Menjernihkan air gambut dengan metode koagulasi - filtrasi skala kecil (rumah tangga).C.Bahan:1. Bak air plastik kapasitas 50 liter dengan keran penguras endapan.2. Motor listrik (sewing machine) kapasitas 50/60 Hz, 100 watt sebagai pengaduk.3. Pompa air kecil (skala aquarium) daya tarik 3 meter.4. Botol galon air isi ulang kapasitas 19 liter.5. Pipa ukuran Ø 4 inci panjang 100 cm untuk saringan (dari dasar pipa kerikil 30 cm, spons 2,5 cm, pasir 60 cm dan spons filter 2,5 cm). Dilengkapi dengan clean out Ø 2 inci terletak di bagian atas dan bawah serta plug pembuangan kotoran Ø ½ inci.6. Pipa ukuran Ø 3 inci panjang 80 cm yang berisi arang aktif setinggi 70 cm dan spons filter di bagian atas. Dilengkapi dengan clean out Ø 2 inci terletak di bagian atas dan bawah.7. Asesoris lainnya keran 1 buah, dop Ø 4 inci dan Ø 3 inci, stop keran 1 buah, drat luar dan drat dalam, pipa ½ inci sebagai penghubung aliran air.8. Rangka baja siku penopang alat setinggi 173 cm.

D. Cara Kerja :Pengolahan air gambut dengan menggunakan alat pengolah air bersih. Tutup semua keran (keran 1 dan 2) dan plug pembuangan clean out (CO) (1, 2, 3, 4, dan 5). Masukkan air gambut sebanyak 50 liter ke dalam bak koagulasi kemudian dicampurkan kapur dengan dosis 250 mg/liter kemu-dian ditambahkan liat

masing-masing perlakuan dengan dosis 0 g/l, 2,5 g/l, 5 g/l, 7,5 g/l dan 10 g/l. Dilanjutkan dengan pengadukan dengan baling-baling yang digerakkan oleh motor listrik pada bak koagulasi selama 10 menit setelah itu larutan dibiarkan selama 45 menit untuk mengendapkan flok-flok yang terbentuk. Buka plug pembuangan 1 (CO1) untuk membuang endapan dan tutup kembali, pompakan air ke botol galon setelah penuh buka stop keran yang men-ghubungkan antara gallon dengan pipa penyaring (filter-ing), tunggu dalam 10 menit keran 2 dapat dibuka dan air bersih dihasilkan. Ulangi kerja tersebut untuk menambah volume. Untuk tiap kali pergantian perlakuan air gambut maka keran 1 dapat dibuka untuk mengeluarkan endapan pada pipa filtrasi (pipa 1).

Inovasi

DESKRIPSI ALAT

Page 15: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

45

Edisi III, 2010

Tidak dapat dipungkiri saat ini, krisis air bersih tengah mengancam peradaban manusia. Perubahan iklim akibat pemanasan global telah membuat ketersediaan air di seantero dunia kian

menyusut. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memperkirakan, sekitar 1,9 miliar warga Asia dan Afrika dalam beberapa dekade mendatang bakal mengalami krisis air. Itu berarti kehidupan umat manusia berada dalam ancaman.

Krisis air merupakan puncak dari semua krisis sosial dan alam. Betapa tidak, air adalah hal yang paling utama bagi kehidupan manusia di planet bumi. “Ketersediaan air telah menurun secara drastis pada tingkat tidak berkesinambungan,” ujar Dirjen UNESCO, Koichiro Matsuura, dalam sebuah kesempatan, akhir April lalu.

Dua dekade mendatang, ketersediaan air akan menurun hingga sepertiga dari saat ini. Kerusakan lingkungan yang kian meluas membuat semua negara di dunia berada dalam ancaman. Tak akan ada bagian dari bumi ini yang terbebas dari krisis air. Ketahanan pangan dunia pun terancam.

Di tengah ancaman krisis air dunia itu, berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat dunia. Syariat Islam ternyata mampu menjadi salah satu solusi penting bagi penyediaan air bersih. Adalah sebuah perusahaan konsorsium berbendera Inggris dan Swiss yang mencoba menjadikan syariat Islam

sebagai jawaban atas krisis air tersebut. Untuk pertama kalinya, konsorsium itu meluncurkan dana investasi penyediaan air bersih yang menerapkan prinsip syariat Islam.

Proyek itu diluncurkan di tengah tingginya kebutuhan air bersih di dunia. ‘’Bergabung dengan Gatehouse Bank--bank Islam yang berbasis di Inggris--kami menjadi mitra yang kompeten dan telah dikenal untuk meluncurkan Islamic Finance Water Strategy,” tutur Sander van Eijkern, CEO Sustainable Assets Management (SAM)).

Dana investasi itu menawarkan pinjaman jangka panjang bagi investor yang bergerak di bidang industri air. Yang menarik, dana pinjaman tak menggunakan sistem bunga, namun lewat bagi hasil. Islam memang mengharamkan riba. Karena itu, tak memberlakukan sistem bunga dalam pemberian pinjaman. Selain itu, sistem keuangan dan perbankan syariah juga tak akan memberikan pinjaman untuk investasi di industri yang diharamkan agama Islam, seperti alkohol, perjudian, pornografi, serta hal yang berkaitan dengan babi.

“Dana investasi syariah merupakan strategi untuk menarik minat investor di bidang indutri air bersih yang berorientasi jangka panjang dengan menerapkan prinsip ekonomi syariah,’’ papar Eijkern seperti dikutip Islamonline.net. Lembaga ini akan membidik investor dari lembaga-lembaga Islam. Menurut dia, SAM yang telah mengelola 1,5 miliar dana investasi air akan menjadi pengelola aset.

Sedangkan, Gatehouse akan menjadi perusahaan pelapis yang menjamin kesepakatan investasi

dikelola dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Kolaborasi Islamic Finance Water Strategy itu mendorong perusahaan-perusahaan untuk bergerak dalam bidang penyediaan air bersih melalui teknologi, produk, dan pelayanan bagi penyediaan air bersih yang sesuai dengan syariat.

Dana investasi ini bertujuan untuk membantu menyelesaikan krisis air yang dialami negara-negara di dunia. Berdasarkan data badan kesehatan dunia, saat ini sekitar 1,1 miliar penduduk dunia hidup tanpa dukungan air bersih. Dana investasi air yang sesuai syariat merupakan gabungan dari manajemen keuangan dengan ekonomi syariat. (eko)

Sisi Lain

Syariat Islam sebagai Solusi

Page 16: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

46

Reportase

Sebuah dialog publik bertajuk Waspadai Konflik Air Minum digelar di Fakultas Tehnik Lingkungan Institut Teknologi Bandung, akhir September lalu.

Sejumlah pakar yang hadir pada dialog digelar di Ruang Serba Guna Masjid Salman ITB tersebut menilai peme-rintah daerah perlu mengantisipasi terjadinya konflik yang disebabkan oleh air minum karena krisis air akan terjadi semakin luas dalam beberapa tahun kedepan di Indonesia.

Pembicara dalam acara itu, Indrayanto Susilo dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menegaskan persoalan air minum dimasa depan perlu mendapat perhatian serius karena dapat menimbulkan konflik vertikal dan horisontal. Pembangunan berbasis hak merupakan kerangka kerja konseptual untuk pem-bangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) di daerah yang berdasar pada standar interna-sional hak asasi manusia dan dalam pelaksanaannya mem-promosikan dan melindungi hak asasi manusia.

Menurut Indrayanto, pemerintah daerah perlu lebih

melihat pendekatan berbasis hak atas air minum sebagai sebuah hak asasi manusia yang terintegrasi dengan nor-ma, standar dan prinsip yang ada dalam sistem hukum nasional dan internasional hak asasi manusia kedalam pe-rencanaan, kebijakan dan proses pembangunan di daerah. Pembangunan berbasis hak juga meliputi persamaan dan keadilan, akuntabilitas, pemberdayaan dan partisipasi.

Kondisi Indonesia Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2005 telah meratifikasi kovenan internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya sehingga Indonesia sudah mempunyai kewajiban secara formal untuk me-nerapkan kovenan tersebut berserta seluruh dokumen pen-dukungnya. Berkaitan dengan hak atas air, sesuai de ngan komentar umum PBB Nomor 15, Indonesia berkewajiban untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak atas air. Sedangkan kebijakan yang khusus mengatur tentang sumberdaya air adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun

2004 tentang Sumberdaya Air. Pasal 5 UU Nomor 7 tentang Sumberdaya Air menyatakan bahwa negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok mini-mal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif.

Ketentuan ini dimaksudkan bahwa negara wajib menyelenggarakan berbagai upaya untuk menjamin ketersediaan air bagi setiap orang yang tinggal di wilayah Negara Kesatuan Re-publik Indonesia. Jaminan tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di dalamnya menjamin akses setiap orang ke sumber air untuk mendapatkan air. Kewajiban negara untuk menjamin hak atas air ternyata dibatasi

Dialog Publik Waspadai Konflik Air

Konflik Air Minum Perlu Diantisipasi Pemerintah Daerah

ISTIMEWA

Page 17: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

47

Edisi III, 2010

hanya terbatas pada kebutuhan pokok minimal sehari-hari akan air. Pembatasan jaminan peme nuhan hak tersebut ber-tentangan dengan komentar umum PBB Nomor 15 yang menyatakan bahwa kecukupan hak atas air tidak bisa diterje-mahkan dengan sempit, hanya sebatas pada kuantitas volume dan teknologi.

Selanjutnya pada pasal 6 dinyatakan sumberdaya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Penjabaran lebih lanjut sehu-bungan dengan hak atas air dalam UU Nomor 7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa masyarakat berhak memper-oleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan sum-ber daya air.

Selain itu, masyarakat juga berhak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air, memperoleh manfaat atas pengelolaan sumber daya air; dan berani menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan sumber daya air yang sudah diumumkan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi setempat.

“Disamping itu, masyarakat dapat mengajukan laporan dan pengaduan ke-pada pihak yang berwenang atas kerugian yang menimpa dirinya yang berkaitan dengan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air. Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah sumber daya air yang merugikan kehidupannya ,”tukas Indrayanto.

Sedangkan pembicara lain dalam dialog tersebut, Imran Hasibuan mengatakan air berhubungan dengan hak hidup sesesorang sehingga air tidak bisa dilepaskan dalam kerangka hak asasi manusia. Pengakuan air sebagai hak asasi manusia mengindikasikan dua hal; di satu pihak adalah pengakuan terhadap kenyataan bahwa air meru-pakan kebutuhan yang demikian penting bagi hidup ma-nusia, di pihak lain perlunya perlindungan kepada setiap orang atas akses untuk mendapatkan air.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 dan Un-

dang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air beserta seluruh peraturan pelak-sananya merupakan penjabaran lebih lanjut atas konsepsi hak atas air di tingkat nasional. Walaupun pada tataran normatif sudah cu-kup lengkap tetapi konflik-konflik atas sumberdaya air di masyarakat masih merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri.

Air dalam sejarah kehidupan manusia memiliki posisi sentral dan merupakan jaminan keber-langsungan kehidupan manusia di muka bumi. Air yang ke-beradaannya merupakan amanat

dan karunia sang Pencipta untuk dimanfaatkan juga se-harusnya dijaga kelestariannya demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Maka pengelolaan dan penguasaan dan pemilikan atas sumber-sumber air seharusnya juga diusahakan bersama. Melihat pentingnya fungsi air bagi kehidupan dan keberlangsungan manusia dan kesadaran bahwa selamanya air akan menjadi barang publik karena harus dikuasai bersama.

Air berhubungan dengan hak hidup sesesorang se-hingga air tidak bisa dilepaskan dalam kerang-ka hak asasi manusia. Pengakuan air sebagai hak asasi manusia mengindikasikan dua hal; di satu pihak adalah pengakuan terhadap kenyataan bahwa air merupakan kebutuhan yang demikian penting bagi hidup manusia, di pihak lain perlunya perlindungan kepada setiap orang atas akses untuk mendapatkan air.

Demi perlindungan tersebut perlu di-positifkan hak atas air menjadi hak yang tertinggi dalam bidang hukum yaitu hak asasi manusia. Permasalahan yang timbul kemudian adalah bagaimana posisi negara dalam hubungannya dengan air sebagai benda

publik atau benda sosial yang bahkan telah diakui sebagai bagian dari hak asasi manusia.

“Sebagaimana hak-hak asasi manusia lainnya posisi negara dalam hubungannya dengan kewajibannya yang ditimbulkan oleh hak asasi manusia, negara harus meng-hormati (to respect ), melindungi (to protect ), dan memenuhinya (to fulfill),” ujar Imran Hasudungan dari Green Peace Indonesia. (eko)

Air berhubungan dengan hak hidup

sesesorang sehingga air tidak

bisa dilepaskan dalam kerangka

hak asasi manusia.

ISTIMEWA

Page 18: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

48

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah secara tersirat mengamanatkan bahwa sektor pembangunan

Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) merupakan salah satu urusan wajib daerah (Pasal 14 ayat (1)). Selanjutnya Pemerintah Indonesia menetapkan sasaran Pembangunan Nasional Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan sebagaimana tertuang dalam RPJMN tahun 2004-2009 yang dalam kenyataannya belum bisa tercapai dan tetap ditargetkan dalam RPJMN tahun 2010-2014, diantaranya yaitu tersedianya akses air minum bagi 70 persen penduduk pada akhir tahun 2014 (perpipaan 32% dan non-perpipaan 38%), terciptanya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) tahun 2014, tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 persen rumah tangga, menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

Dalam rangka mendukung upaya pencapaian target tersebut, berikut ini beberapa program AMPL yang telah dan sedang dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah diantaranya PAMSIMAS, Sanimas, DAK Air Minum dan DAK Sanitasi, Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP), STBM (Plan Indonesia) serta program-program yang dibiayai APBD Provinsi dan Kabupaten.

Oleh karena itu, diperlukan upaya konsolidasi dan sinergi untuk memastikan seluruh program tersebut berada dalam satu arah dan berkontribusi terhadap kinerja pembangunan AMPL dalam rangka pencapaian target nasional. Pokja AMPL Provinsi Jawa Tengah sebagai lembaga koordinasi pembangunan AMPL diharapkan dapat mengambil peran dalam upaya sinergi

antar program AMPL.

Pada tanggal 19 – 21 Oktober 2010 bertempat di Gumaya Tower Hotel Semarang telah diselenggarakan Lokakarya Konsolidasi dan Sinergi Pembangunan AMPL Provinsi Jawa Tengah. Acara ini diikuti oleh 85 peserta yang terdiri dari unsur Pokja AMPL Provinsi, Pokja AMPL Kab/Kota, proyek terkait AMPL (PAMSIMAS, PPSP, PNPM), LSM (Plan Indonesia) dan unsur legislatif provinsi yang relevan.

Dalam sambutannya, Maraita Listyasari mewakili Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas menjelaskan bahwa lokakarya seperti ini sangat penting

juga bagi Pemerintah Pusat seiring dengan pencapaian dari tujuan MDG’s. Sudah banyak hal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah maupun Pusat terkait dengan AMPL. Beberapa upaya yang dilakukan, baik fisik maupun non-fisik diharapkan dapat bersinergi sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL).

Berbicara mengenai AMPL masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan akses air minum dan sanitasi dasar guna memenuhi kebutuhan dasar. Kondisi ini mencerminkan adanya ketimpangan sehingga hal tersebut jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial. Fakta lain menunjukkan masih ada masyarakat yang menderita penyakit yang disebabkan oleh buruknya akses sanitasi, seperti diare, malaria. Kondisi ini sangat mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Penyakit diare sebenarnya dapat ditekan sedemikian rupa, salah satu caranya dengan pelayanan air minum dan sanitasi dasar. Data yang ada sekarang menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang membuang hajat di sungai, atau sumber-sumber drainase yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat. Masih dijumpai pula sarana air minum dan sanitasi yang belum difungsikan seoptimal mungkin. Kurangnya akses air minum dan sanitasi akan mempengaruhi aspek lainnya. Begitu pula terkait dengan peran gender akan semakin memperberat tugas dari perempuan.

Demikian besar dampak negatif yang ditimbulkan oleh air minum dan sanitasi dasar yang terkait juga dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Jawa Tengah bersama-sama berupaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Lokakarya Konsolidasi dan Sinergi Pembangunan AMPL Provinsi Jawa Tengah

Reportase

ISTIMEWA

Page 19: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

49

Edisi III, 2010

Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir merupakan salah satu butir dari pe-rilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang

dicanangkan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Upaya mudah dan murah ini akan menghindarkan ma-nusia dari sejumlah penyakit menular yang dapat secara langsung terpapar pada tubuh manusia seperti kolera, tifus, hingga flu burung.

“Sayangnya baru tiga persen penduduk Indonesia menyadari hal ini dan membiasakan diri mencuci tangan meggunakan sabun,” ujar Direktur Pemberantasan Penya-kit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Dr HM Subuh, MPPM ketika membuka seminar dan workshop dalam rangka memperingati Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia ke 3.

Berbicara dalam seminar tersebut Kepala Pusat Pro-mosi Kesehatan, dr Lily S Sulistyowati, Direktur Penye-hatan Lingkungan, drh Wilfried Hasiholan Purba dan Ketua Komnas Perlindungan Anak dan psikolog, Dr Seto Mulyadi. Acara dipandu dr Lula Kamal yang juga se-orang artis. Seminar diikuti oleh 100 guru Sekolah Dasar

dan Madrasah di DKI Jakarta. Dalam paparannya, dr Lily S Sulistyowati menyebut-

kan berdasarkan hasil penelitian global menunjukkan, cuci tangan pakai sabun dapat menurunkan angka ke-jadian diare hingga 47 persen. Ini penting karena setiap tahun masih ada kejadian luar biasa diare atau muntaber yang menelan korban jiwa. Unicef melaporkan, setiap detik satu anak meninggal karena diare.

Survei Health Service Program (2006) menunjuk-kan, sabun telah ada di hampir setiap rumah tangga Indonesia. Namun, baru tiga persen yang mengguna-kan sabun untuk mencuci tangan.

Dari semua responden, hanya 12 persen yang mencuci tangan setelah buang air besar, 9 persen se-telah membersihkan kotoran bayi, 14 persen sebelum makan, 7 persen sebelum memberi makan bayi, dan 6 persen sebelum memasak.

Upaya untuk mengampanyekan pentingnya cuci tangan dengan sabun terus digalakkan. Tahun ini, di-pastikan pada 15 Oktober 2010, lebih dari 70 negara mengadakan peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia. Peringatan ini berawal dari seruan yang di-sampaikan PBB untuk meningkatkan praktik higienitas dan sanitasi kepada semua penduduk di seantero dunia.

Sedangkan psikolog Anak, Seto Mulyadi pada ke-sempatan tersebut menegaskan bahwa membiasakan diri untuk mencuci tangan memakai sabun berarti

mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini. Pola hidup bersih dan sehat akan tertanam kuat dalam diri pribadi anak-anak dan anggota keluarga lainnya.

Mengingat kegiatan ini merupakan upaya pember-dayaan masyarakat untuk hidup sehat, sudah sepatutnya mendapat perhatian dan dukungan. Karena itu, di-harapkan partisipasi aktif masyarakat untuk menerapkan langkah kecil mempraktikkan PHBS agar anak Indonesia dapat hidup lebih sehat.

Sementara itu, Penelitian Cochrane Library Jour-nal 2007 menyebutkan, cuci tangan dengan sabun merupakan cara seder-

Workshop HCTPS Bagi Guru SD DKI Jakarta

Baru Tiga Persen Masyarakat Cuci Tangan Pakai Sabun

POKJA

Page 20: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

50

Reportase

hana dan murah untuk menahan virus ISPA dan pan-demi flu. Kajian terhadap 51 riset di Inggris yang dipub-likasikan dalam British Medical Journal 2007 menguatkan hal tersebut. Disebutkan bahwa cuci tangan lebih efektif dibanding obat dan vaksin untuk menghentikan flu.

Meski mencuci tangan dengan sabun telah dilaku-kan banyak orang, namun baru sedikit yang melakukan aktivitas tersebut pada saat-saat penting, seperti setelah menggunakan toilet, setelah membersihkan kotoran anak, dan sebelum menangani makanan.

“Mencuci tangan dengan air dan sabun terutama pada saat-saat penting, yaitu setelah buang air dan sebelum memegang makanan membantu mengurangi risiko terke-na diare lebih dari 40 persen dan infeksi saluran perna-pasan hampir 25 persen,” ujar Kepala Perwakilan Unicef di Indonesia, Angela Kearney.

Menurut laporan Situasi Anak-anak Dunia tahun

2009 yang dikeluarkan Unicef, hanya separuh penduduk Indonesia memiliki akses kepada sanitasi yang memadai di pedesaan. Bahkan hanya sekitar sepertiganya – se-hingga mereka rentan terhadap diare dan penyakit yang ditularkan melalui air. Berbagai survei juga menemukan bahwa kebiasaan cuci tangan pakai sabun masyarakat In-donesia masih rendah.

Indonesia merupakan salah satu dari 85 negara di dunia yang melakukan cuci tangan pakai sabun secara serentak hari ini. Dengan tema “Tangan Bersih Selamat-kan Kehidupan”. Menurut rencana akan digelar berbagai acara kampanye peringatan HCTPS dengan memobilisasi ribuan anak di seluruh Indonesia. Anak-anak dinilai seba-gai agen perubahan yang sangat penting di Indonesia.

Selain lebih terbuka pada ide-ide baru, anak-anak juga dapat menjadi pembawa pesan yang efektif kepada kelu-arga serta lingkungan di sekitarnya. EK0

Krisis air minum, kini sedang terjadi. Di sebagian daerah, masyarakat mengalami kesulitan untuk mendapatkan air minum. Sebagai gantinya,

menggunakan air yang tak layak konsumsi menjadi pilihan terakhir. Diperkirakan masalah seperti ini akan terus terjadi jika tidak ada upaya serius untuk mengatasinya. Pertanyaannya, akankah masalah ini semakin parah seiring dengan perjalanan waktu?

Peringatan akan bahaya krisis air minum bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Sebelumnya, para ahli sudah memperkirakan bahwa dunia saat ini sudah masuk pada tahap genting dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum. Dunia mengalami krisis air minum. Bahkan diperkirakan satu dari empat orang di dunia kekurangan air minum dan satu dari tiga orang tidak mendapat sarana

sanitasi yang layak. Sepanjang tahun 2010 ini

diprediksi sekitar 2,7 miliar orang atau sekitar sepertiga populasi dunia akan menghadapi kekurangan air dalam tingkat yang parah.

Air minum merupakan salah satu kebutuhan terpenting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Karena itu, masalah ini sudah sewajarnya mendapatkan suatu proteksi yang harus memadai bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan mendasar masyarakat. Dunia harus serius dalam mengatasinya.

“Indonesia tidak terlepas dari masalah yang sama. Bahkan diperkirakan sebagian provinsi akan mengalami krisis air minum yang sangat hebat pada tahun 2015. Penyebabnya adalah sumber air minum semakin berkurang. Kemudian kualitas yang semakin menurun. Masalah tersebut akan semakin berat jika tidak ditangani sedini mungkin,” ujar Hamong Santono dari Koalisi Masyarakat Hak Atas Air yang diselenggarakan oleh Harian Sinar Harapan di Jakarta, awal Oktober lalu.Sekali lagi masalah yang berhubungan

“Politik Air” Harus Jadi Perhatian Pemerintah Daerah

. . . manajemen pengelolaan

air minum oleh pemerintah daerah

harus matang membangun

“politik air” yang sehat di Indonesia.

Page 21: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

51

Edisi III, 2010

dengan hajat hidup orang banyak hendaknya menjadi perhatian serius pemerintah dalam setiap kebijakannya. Air merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan, termasuk kehidupan manusia. Artinya, air menjadi komponen utama untuk memenuhi hajat hidup manusia. Oleh karena itu, pemenuhan akan kebutuhan air merupakan bagian dari pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM). Selanjutnya, kecukupan dan keterjangkauan air minum mencakup pemerataan distribusi dan mutu yang terjamin.

Dalam konteks itulah, lanjut Hamong masyarakat menaruh harapan pada pemerintah dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di daerah ini agar dengan jeli mengurusi penyediaan air minum bagi masyarakat. Namun, tentunya tugas ini tidak hanya menjadi beban dan tanggung jawab pemerintah berikut instansi terkaitnya. Kita semua turut berperan didalamnya.

Pemerintah perlu menata regulasi yang membuat manajemen pengelolaan air minum bisa tertata dengan rapi. Disaat yang sama juga harus ada proteksi terhadap sumber-sumber air minum. Jalur distribusi harus dijaga dan ditata dengan baik.

Untuk itulah manajemen pengelolaan air minum oleh pemerintah daerah harus matang membangun “politik air” yang sehat di Indonesia. Selanjutnya, bagaimana politik air tersebut bisa diimplementasikan dalam berbagai peraturan daerah di Indonesia. Misalnya soal penebangan hutan yang berakibat pada berkurangnya volume sumber mata air. Demikian juga dengan kampanye penghematan pemakaian air minum yang

mesti digalakkan lagi.Berkaitan dengan itu, kebijakan makro dan kebijakan

operasional pengelolaan kebutuhan air minum dipadukan dengan pengembangan sistem produksi dan distribusi air minum, menjadi hal yang mutlak dikerjakan. Kemampuan untuk memproduksi air minum terutama melalui peningkatan kualitas produk yang didukung oleh teknologi canggih dan kelembagaan yang bermutu, yang kesemuanya harus diperhatikan dengan seksama.

Peningkatan dalam jumlah dan jenis air minum yang dibutuhkan, baik karena pengaruh pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, peningkatan kesadaran kesehatan, dan pengaruh globalisasi akan menjadi mata rantai yang tak pernah putus dalam kehidupan manusia. Pada saat yang sama kompetisi penggunaan lahan sumber air dan prinsip keunggulan komparatif semakin terbatas dan terpusat. “Hal ini menjadikan penyelesaian masalah ketersediaan air minum tidak dapat lagi ditunda. Kita harus bangkit. Gerakan cepat harus dilakukan guna menyelamatkan hantaman krisis air minum tersebut,” kata Hamong.

MDGs dan Akses Air minumSementara itu, dosen senior lingkungan ITB, Dr TP

Damanhuri menegaskan sesuai agenda utama MDGs, penandatanganan Deklarasi Milenium merupakan bentuk penegasan dan komitmen pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi kemiskinan masalah air minum termasuk persoalan yang perlu mendapat perhatian. Dari

ISTIMEWA

Page 22: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

52

delapan tujuan Deklarasi Milenium, yang terkait erat dengan tema HAD tahun ini adalah tujuan ketujuh, yaitu menjamin adanya daya dukung lingkungan hidup.

Terdapat tiga target utama dari tujuan ketujuh. Pertama, mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan. Kedua, mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat pada 2015. Ketiga, mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh pada 2020. Masalah pengurangan emisi juga menjadi agenda yang harus diatasi dalam tujuan ketujuh ini.

“Masalahnya, apakah target yang menyangkut penyediaan akses terhadap air minum yang sehat dapat dicapai? Tentu bukan hal yang mudah untuk menjawabnya. Walaupun telah berkomitmen terhadap tujuan MDGs, pencapaian untuk mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak mempunyai akses terhadap air minum yang layak dan sanitasi pada 2015 tampaknya masih sulit untuk diwujudkan” tukasnya. Meskipun ada kemajuan dalam pencapaian target, sebagian besar dari populasi manusia yang ada masih belum terjangkau dengan air minum. Sebanyak 1,1 miliar orang di seluruh dunia masih tidak memiliki akses terhadap persediaan air yang terlindungi dan lebih dari 2,6 miliar tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang layak.

Untuk Indonesia, kondisinya juga setali tiga uang. Pasalnya, yang terjadi selama ini, perusakan lingkungan jauh lebih cepat dan lebih sering terjadi dibandingkan upaya rehabilitasinya. Kita membutuhkan waktu 10-15 tahun untuk penanaman kembali hutan-hutan yang gundul, sementara hampir setiap jam terjadi pembalakan dan penebangan hutan.

Pencemaran air sungai akibat limbah rumah tangga dan limbah industri juga lebih sering terjadi. Setiap harinya, dua juta ton sampah dan limbah lainnya mengalir ke perairan dunia. Belum lagi, intensitas urbanisasi yang lebih tinggi daripada kemampuan kota-kota menampung para pendatang. Akibatnya, muncul daerah-daerah kumuh yang tidak bisa segera diatasi.

Akses terhadap air minum sering juga terhambat oleh kondisi infrastruktur jalan yang kurang

baik. Kita sering lupa, upaya

pengentasan kemiskinan yang menjadi agenda utama MDGs sering kali tidak dikaitkan dengan keberadaan infrastruktur. Padahal, keduanya sangat terkait erat. Jika pembangunan infrastruktur lambat, pencapaian agenda MDGs, juga menjadi lambat. Banyak orang tentu tidak bisa ke puskesmas jika jalannya rusak. Upaya mengurangi tingkat kematian ibu dan anak juga akan sulit tercapai bila tidak didukung oleh sanitasi yang baik dan akses terhadap air minum.

Harmonisasi kewenanganAir merupakan sumber kehidupan di dunia ini. Kuali-

tas kehidupan manusia sangat tergantung dari kualitas air. Kualitas air yang baik dapat mendukung ekosistem yang sehat dan akhirnya mengarah pada peningkatan kese hatan manusia. Sebaliknya, kualitas air yang buruk juga akan sangat memengaruhi lingkungan hidup dan ke-sehatan manusia. Karena itulah, seiring dengan semakin terancamnya kualitas air, sejak tahun 1992 PBB mene-

tapkan peringatan Hari Air Dunia (HAD) setiap tanggal 22 Maret. Penetapan HAD tentu bertujuan untuk mendorong dan me-ningkatkan kesadaran serta kepedulian akan perlunya upaya bersama dari seluruh kom-ponen bangsa, bahkan dunia untuk bersama-sama memanfaatkan dan melestarikan sumber daya air (SDA) secara berkelanjutan.

Bagi Kementerian Pekerjaan Umum, peringatan HAD tentu harus dijadikan mo-mentum yang tepat untuk meningkatkan penyediaan akses air minum bagi masyarakat. Untuk hal tersebut, belakangan ini apa yang

dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum telah menunjuk-kan arah perbaikan. Contohnya, soal pengelolaan sungai yang tidak lagi dilakukan sepotong-sepotong, tapi sudah lebih integral dan komprehensif. Kini, Kementerian Peker-jaan Umum tidak hanya mengurus badan sungai, tapi juga sudah fokus pada bantaran aliran sungai yang didiami masyarakat. Bahkan, Ditjen Cipta Karya juga telah intensif memfasilitasi usaha-usaha masyarakat yang ingin berparti-sipasi dalam penyediaan akses terhadap air minum.

Namun, hal itu saja tentu belum cukup. Kementerian Pekerjaan Umum harus menjadi kementerian terde-pan dalam hal mengembangkan kebijakan manajemen air yang berkelanjutan. Untuk hal tersebut, salah satu langkah mendesak yang harus dilakukan adalah upaya harmonisasi kewenangan beberapa instansi pemerintah, seper ti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Da-lam Negeri, Kementerian Kesehatan, dan Bappenas.(Eko)

1,1 miliar orang di seluruh

dunia masih tidak memiliki

akses terhadap persediaan air.

Reportase

Page 23: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

53

Edisi III, 2010

Pada hari Senin 4 Oktober 2010 dilaksanakan Pertemuan Dialog antara Green Building Council Indonesia (GBCI) dengan Jejaring AMPL di Ruang

SS-1 Bappenas dengan tema Diskusi Sinergi Program Je-jaring AMPL dengan GBCI. Pada kesempatan ini diskusi dibuka oleh Syarif Puradimadja , perwakilan dari Jejaring AMPL dan Ibu Nani perwakilan dari GBCI. Kegiatan ini dilakukan melalui presentasi dari beberapa narasumber sebagai stakeholder di bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.

Kesempatan pertama untuk presentasi diberikan kepada Ir.Ignesjz Kemalawarta MBA selaku Direktur PT Bumi Serpong Damai/Ketua Badan Pendidikan – Pelati-han DPP REI dengan topik “Green Property Develop-ment Mengacu Pada Greenship Rating GBCI dan Kaitan dengan Air Bersih dan Sanitasi”. Beliau menjelaskan bahwa penerapan konsep “green building” dalam pengembangan properti melalui tahapan merancang, membangun dan mengoperasikan bangunan/lingkungan akan ikut berperan dalam mengurangi pemanasan global/mengurangi kerusakan bumi. Beberapa perhatian yang perlu dicatat dari sektor properti antara lain:

* Kontribusi emisi CO2 di sektor bangunan terbesar dibanding industri dan transportasi.

* Konsumsi energi dalam bangunan 30-40%.* Harus ada effort di sektor bangunan/ properti untuk

mengurangi pemanasan global dan menghindari kerusa-kan bumi dimasa datang.

Oleh karena itu diperlukan perubahan paradigma di dalam pengembangan properti dari yang lama yaitu Qual-ity – Time – Cost (Pola Tiga) menjadi pola baru yaitu Quality – Time – Cost - Healthy And Save - Environment/Sustainable (Pola Lima). Salah satu cara untuk menca-pai hal tersebut adalah dengan menerapkan 8 (delapan) “greenship rating” sebagai acuan pengembangan dengan konsep green building yaitu: pemilihan dan design site; desain bangunan; spesifikasi bangunan; design mekanikal-elektrikal; spesifikasi mekanikal elektrikal; rencana kerja dan syarat kontraktor; property/estate management; serta additional effort (new building-existing building-gedung terhuni-kawasan perumahan).

Topik berikutnya yang menarik untuk dibahas yaitu

mengenai Prinsip Dasar dan Teknis Rapergub (Rancang-an Peraturan Gubernur) Bangunan Ramah Lingkungan yang dibawakan oleh perwakilan dari Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan - DKI Jakarta. Pada dasarnya tidak ada aturan baku yang mengatur mengenai “Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan”. Namun demikian, terdapat beberapa kriteria yang diadopsi dalam Rapergud ini baik itu untuk bangunan eksisting ataupun bangunan baru (rencana). Kriteria tersebut antara lain: pengelolaan bangunan masa konstruksi, penggunaan lahan, pemanfaatan energi listrik, pemanfaatan dan konservasi air, serta kualitas udara dan kenyamanan ru-angan bagi bangunan baru. Sementara untuk bangunan eksisting, kriteria yang dipilih antara lain: pengelolaan

bangunan masa operasional, pemanfaatan energi listrik, pemanfaatan dan konservasi air, serta kualitas udara dan kenyamanan ruangan.

Beliau menjelaskan bahwa hubungan antara perizinan di pemerintah dengan sertifikat green building yaitu pera-turan gubernur ini kelak menjadi mandatory yang harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang diaturnya, sementara sertifikat green building bersifat voluntary.

Sasaran untuk pemberlakuan Pergub tersebut akan disesuaikan dengan kriteria berupa luas lantai dan jumlah bangunan yang akan menjadi objek pemberlakuan Per-gub. Hingga saat ini, masih dilakukan pembahasan untuk mematangkan Rapergub tersebut.

Pembahasan selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah dari perwakilan PT.Surya Toto Indonesia seba-gai wakil dari dunia usaha. Inovasi terus dilakukan dari tahun ketahun oleh dunia usaha agar konsumsi air untuk toilet flush menggunakan sedikit air. Hal ini juga dilakukan untuk produk-produk lain seperti faucets (kran), shower (pancuran), dan shower spray.

(Adhit)

Sinergi Program Jejaring AMPL dengan GBCI

POKJA

Page 24: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

54

Air merupakan sumber bagi kehidupan. Sering kita mendengar bumi disebut sebagai planet biru, karena air menutupi 3/4 permukaan bumi. Tetapi tidak jarang pula kita mengalami kesu-litan mendapatkan air bersih, terutama saat

musim kemarau disaat air umur mulai berubah warna atau berbau. Ironis memang, tapi itulah kenyataannya. Yang pasti kita harus selalu optimis. Sekalipun air sumur atau sumber air lainnya yang kita miliki mulai menjadi keruh, kotor atau-pun berbau, selama kuantitasnya masih banyak kita masih dapat berupaya merubah/menjernihkan air keruh/kotor tersebut menjadi air bersih yang layak pakai.

Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah dan paling umum digunakan adalah dengan mem-buat saringan air, dan bagi kita mungkin yang paling tepat adalah membuat penjernih air atau saringan air sederhana. Perlu diperhatikan, bahwa air bersih yang dihasilkan dari proses penyaringan air secara sederhana tersebut tidak dapat menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di dalam air. Gunakan destilasi sederhana untuk menghasilkan air yang tidak mengandung garam. Saran saya, sebelum anda membeli alat/mesin penjernih air yang harganya ratusan ribu sampai jutaan rupiah, anda mencoba terlebih dahulu beberapa alternatif cara sederhana dan mudah guna menda-patkan air bersih dengan cara mem-pergunakan filter air/penyaringan air:

1. Saringan Kain Katun.Pembuatan saringan air dengan

menggunakan kain katun merupa-kan teknik penyaringan yang paling sederhana/mudah. Air keruh disa-ring dengan menggunakan kain ka-tun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain

yang digunakan.

2. Saringan KapasTeknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih

baik dari teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun, penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada

dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan dan kera-patan kapas yang digunakan.

3. AerasiAerasi merupakan proses pen-

jernihan dengan cara mengisikan oksigen ke dalam air. Dengan diisikan-

nya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon diok-sida serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi.

4. Saringan Pasir Lambat (SPL)Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang

dibuat dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir ter-lebih dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil. Untuk keterang an lebih lanjut dapat temukan pada artikel Saringan Pasir Lambat (SPL).

5. Saringan Pasir Cepat (SPC)Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lam-

bat, terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menya-ring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru ke-mudian melewati lapisan pasir. Untuk keterangan lebih lanjut dapat temukan pada artikel Saringan Pasir Cepat (SPC).

6. Gravity-Fed Filtering SystemGravity-Fed Filtering System merupakan gabung-

an dari Saringan Pasir Cepat (SPC) dan Saringan Pasir Lambat (SPL). Air bersih dihasilkan melalui dua tahap. Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat (SPC). Air hasil penyaringan tersebut kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas air bersih yang dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil penyaringan yang keluar dari Saring-

an Pasir Cepat, dapat digu-nakan beberapa/multi Saringan Pasir Lambat.

Panduan

Sejumlah Teknologi Mendapatkan Air Bersih

Page 25: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

55

Edisi III, 2010Info CD

Kebutuhan Air Bersih: Solusi Pendanaan Melalui Mikro KreditVCD ini dibuat oleh Imaji Bumi Productio, tahun 2010 yang diterbitkan oleh ESP UsAid. DVD film dokumenter kredit mikro ini terdiri dari 3 versi. Pertama, versi toolkit KMSA, berdurasi 20 menit, ditujukan untuk promosi KMSA dan sekaligus menginspirasi mereka termasuk pada kelompok stakeholder pembuat kebijakan seperti PDAM, Perusahaan Swasta Pengelola Air Minum, Bank, Lembaga Pembiayaan, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan jajaran Pemerintah Daerah seperti Walikota, Bupati, DPRD. Kedua, bersi masyarakat KMSA, berdurasi 20 menit, ditujukan untuk promosi dan menginspirasi para masyarakat pengguna air terutama golongan masyarakat

berpenghasilan rendah yang mendapat pelayanan air PDAM. Dan ketiga versi triller, durasi 5 menit adalah kumpulan cuplikan dari kedua versi tersebut diatas. DVD film dokumenter mikro kredit ini juga dapat didownload melalui website ESP: www.esp.or.id.

Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di Berbagai Wilayah Indonesia.Dalam rangka pelaksanaan Regional Initiative on Environment and Health di Indonesia adalah mengidentifikasi beberapa kegiatan best practices. Kegiatan best practices yang dimaksud khususnya yang berkaitan dengan program pengelolaan sampah berbasis

masyarakat untuk skala rumah tangga, lingkungan

maupun kota. Beberapa kegiatan yang berhasil

tersebut antara lain: pengolahan sampah di desa Sukunan, kabupaten Sleman, pemilahan sampah di

kabupaten Sragen, pengomposan sampah

di kelurahan Cibangkong, Bandung dan pengelolaan sampah terpadu di SMAN 13 Jakarta serta beberapa lainnya. VCD ini merupakan bentuk softcopy dari buku Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan Di Berbagai Wilayah Indonesia: Best Practices of Solid Waste Management in Indonesia. Dibuat oleh Ditjen Cipta Karya tahun 2010.

Video Promosi Strategi Sanitasi Kota. DVD ini berisi mengenai Strategi Sanitasi Kota di kota Denpasar, Yogyakarta, Blitar, Payakumbuh, Medan, dan Bali. Dibuat tahun 2010 oleh TTPS (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi), berdurasi 37 menit. Dalam dvd ini diceritakan kota yang bersih dan sehat adalah dambaan setiap orang, namun belum semua kota mampu mewujudkannya. Sebagian memilih membuang sampah sembarangan, buang air besar ditempat terbuka atau di jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sehingga pencemaran tersebar kemana-mana.

VCD, kelestarian alam, lagu, penyuluhan lingkungan, album tembang lingkungan berisi 12 lagu bertema air. Air sumber penghidupan, hijaukan hutan dan jangan dicemari adalah sejumlah lagu yang dikemas dengan aransemen popular dan sangat enak didengar. Pesan dari penyuluhan adalah hargai air yang telah diberikan Tuhan yang merupakan salah satu bait dalam lagu di

Album Tembang Lingkungan Vol.2 terbitan Perum Jasa Tirta I Malang. VCD ini sekaligus sebagai program penyuluhan lingkungan dan diedarkan untuk kalangan sendiri.

Page 26: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

56

Info Buku

Buku Saku Monitoring dan Evaluasi PAMRT (Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga)Penerbit USAID, Jakarta, Tahun 2010. Tebal 25 halaman

Monitoring dan evaluasi merupakan bagian krusial dalam sebuah program untuk mem-beri masukan mengenai perubahan yang terjadi, seperti ketidaksesuaian rencana program dengan keadaan lapangan atau bila terjadi beberapa perubahan di lapang-an. Memang rencana program adalah pedo-man pelaksanaan di lapangan, tetapi bukan berarti tidak bisa disesuaikan di kemudian hari bila diperlukan. Monitoring dan evalu-asi adalah cara untuk mendeteksi apakah rencana program perlu dimodifikasi. Moni-toring dan evaluasi (monev) bukan solusi masalah program, melainkan alat yang bisa dimanfaatkan untuk mencari solusi. Monitoring adalah pengumpulan dan anali-sis data secara berkala selama program berjalan, untuk meningkatkan efisiensi dan keefektifan sebuah program, berdasarkan target dan aktifitas yang direncanakan, sedangkan evaluasi merupakan pemban-dingan antara pencapaian program dengan rencana. Kegiatan monev diawali dengan penjabaran tujuan program – untuk apa program dirancang dan apa yang akan di-capai – menjadi pencapaian program. Buku saku ini berisi hal-hal penting terkait moni-toring dan evaluasi PAM RT, meliputi latar belakang, pengertian, konsep, prosedur, alat, matriks hingga contoh lembar moni-toring dan evaluasi untuk perilaku pengelo-

laan air minum dalam rumah tangga.

Best Practices NUSSP Mendorong Keber-dayaan Mengatasi Kumuh Perkotaan: Menuju Kota Tanpa Kekumuhan. Penulis Hendarko Rudi Susanto, Penerbit NMC (National Management Consultant) - NUSSP, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Tahun 2009 Tebal 81 halaman

Mengemban amanah yang besar dari para pemangku kepen-tingan, NUSSP telah menerapkan sejum-lah program sebagai upaya nyata men-jawab berbagai per-masalahan yang ada. Sedikitnya ada tiga komponen kegiat-

an yang menjadi landasan utama gerak langkah NUSSP. Kesemuanya berujung pada pemberdayaan dan perubahan paradigma masyarakat guna mencapai kondisi kehidup-an masyarakat yang lebih sejahtera.

Buku ini adalah sepenggal “kisah sukses” program NUSSP di pelbagai daerah. Beberapa diantaranya berkisah tentang kesuksesan pemberdayaan wanita dalam “kantung” kesetaraan gender yang masih tebal. Sementara kisah lainnya menceri-takan perbaikan-perbaikan infrastruktur yang berdampak nyata terhadap pening-katan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat sekitar serta kampanye publik untuk perubahan perilaku masyarakat ter-hadap lingkungan perumahan layak huni.

Etika Lingkungan HidupPenulis : A Sonny Keraf, Penerbit: Kompas Gramedia, Jakarta, Tahun 2010. Tebal 425 halaman

LINGKUNGAN HIDUP meru-pakan tang-gung jawab semua pen-duduk di bumi ini. Tetapi

mengapa masih banyak pihak-pihak ter-tentu yang mengabaikan bahkan merusak alam ini? Berbagai kasus pencemaran dan kerusakan laut, hutan, atmosfer, air, tanah, terus bertambah. Ini merupakan perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab. Manusia adalah penyebab utama kerusak-an dan pencemaran lingkungan.

Pada dasarnya lingkungan hidup bukan semata soal teknis, tetapi praktiknya perlu didasari etika dan moralitas untuk mengatasinya. Untuk itulah perlunya etika ling kungan hidup yang membentengi moral manusia. Buku ini membeberkan persoalan etika lingkungan hidup, termasuk membahas konsep antroposentrisme, bio-sentrisme, ekosentrisme, hak asasi alam, termasuk kaitannya dengan kearifan tradisi-onal dalam mengelola lingkungan hidup.

Hidup Sehat dan Sejahtera dengan Air Mi-num dan Sanitasi Berkualitas – PamsimasPengarang : S. Bellafolijani Adimihardja Tahun Terbit : Th. 2009 Penerbit : Jakarta, Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2009, 60 ha

Pamsimas adalah kegiatan di bi-dang air minum dan sanitasi yang ditujukan bagi masyarakat ber-penghasilan ren-dah di perdesaan dan pinggiran

perkotaan (peri-urban) dan dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat.

Implementasi Program Pamsimas telah dimulai pada pertengahan tahun 2008. Saat ini pelaksanaan program Pamsimas telah memasuki tahun kedua. Hasil kegiatan Pam-simas berupa tambahan akses terhadap air minum telah dapat dinikmati oleh sebagian anggota masyarakat di desa/ kelurahan yang menjadi sasaran program. Seiring dengan hasil yang telah dicapai melalui program Pamsimas, maka dirasa perlu untuk melakukan pendokumentasian hasil-hasil kegiatan Pamsimas. Penerbitan buku ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk mendokumentasikan dan merekam hasil-hasil kegiatan Pamsimas.

Buku ini menyajikan informasi umum berupa latar belakang dan gambaran umum Program Pamsimas. Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi berupa gambar atau foto-foto yang merupakan hasil kegiatan yang telah dilakukan selama ini, sehingga tampil lebih menarik. Buku ini bisa dijadikan seba-gai media kits, diharapkan dapat menjadi panduan informasi umum bagi para pihak yang ingin mengetahui kegiatan Pamsimas.

Page 27: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

57

Edisi III, 2010

Woman Human Right Net (WHRNet) www.whrnet.org/docs/issue-water.html

Di dalam situs ini pengunjung dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan Perempuan dan Privatisasi air. Secara jelas tertulis latar belakang dari dibuatnya tulisan mengenai hal

tersebut, hubungannya dengan hak azasi manusia dan tambahan berbagai alamat-alamat website lain yang dapat mendukung informasi berkaitan dengan tulisan tersebut. Situs ini milik WHRnet yaitu suatu proyek yang dikelola oleh Association for Women’s Rights in Development (AWID).

The Water Quality Information Center (WQIC) www.nal.usda.gov/wqic

Di dalam situs ini terda-pat electronic publications database yang berisikan 1.800 online dokumen seputar masalah air dan pertanian. Disini tersedia CEAP Bibliographies, yaitu bibliografi yang

terdiri atas empat edisi berisikan sekitar 2.400 kutipan. CEAP Bibliografi merupakan program untuk mendu-kung Conservation Effects Assesment Project satu proyek yang mempelajari efek dari konservasi lingkungan da-lam berbagai program konservasi yang dilakukan oleh The United State Department of Agriculture’s (USDA). Resource guide mengenai wetland juga dapat ditemukan dalam situs ini. The Water Quality Information Center (WQIC yang didirikan pada tahun 1990 dibuat untuk mendukung rencana-rencana The United State Depart-ment of Agriculture’s (USDA) dalam memperhatikan masalah kualitas air. WQIC yang memiliki fungsi pen-ting bagi pihak USDA bertugas untuk mengumpulkan, mengorganisasikan dan mengkomunikasikan penemuan ilmiah, metodologi pendidikan dan kebijakan publik seputar sumber daya air dan pertanian.

N- Secretary General’s Advisory Board on Water and Sanitation www.unsgab.org

Di dalam situs ini pengunjung dapat memperoleh berbagai macam publikasi dalam jumlah yang cukup banyak yang berkaitan dengan air dan sanitasi

dalam bentuk PDF, Words. Situs ini merupakan milik UNSG Advisory Board yaitu merupakan suatu badan independen yang berfungsi untuk: •Memberikan saran pada sekretaris jenderal PBB •Memberikan masukan dalam proses dialog global •Meningkatkan kesadaran global melaui media massa •Mempengaruhi dan bekerja di tingkat global, regional, institusi nasional di tingkat tertinggi •Membuat langkah-langkah dalam rangka MDGs.

UN-Water www.un.org/waterforlifedecade

Situs ini dibuat untuk menjadi penanda telah berlangsungnya program pengadaan air bagi masyarakat dunia oleh PBB selama

satu dekade. Di sini pengunjung dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan air dan sanitasi. Selain itu terdapat pula situs bagi para pelajar mengenai water management dalam link Education and Youth. UN-Water merupakan suatu lintas organisasi yang mempromosikan koherensi, dan koordinasi dari PBB yang bertujuan dalam mengimplementasikan agenda dari Millenium Declaration dan The World Summit on Sustainable Development yang memiliki hubungan dengan lingkup kerja UN-Water.

Info Situs

Page 28: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

58

Laporan Laporan Evaluasi Tiga Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009: Bersama Menata Perubahan. Diterbitkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010 tebal 607 halaman.

Studi Studi Kasus: Sanitasi Berbasis Masyarakat di Kota Batu, Jawa Timur, Tahun 2010.

Cerita Tentang Sabun dan Kisah Toilet (Soap Stories and Toilet Tales) Tahun 2010

PanduanBuku Panduan Pelatihan Tenaga Fasilitator Lapangan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Dana Alokasi Khusus Tahun 2010 Tingkat Regional Kalimantan

Buku Pegangan 2010 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah (Penguatan Ekonomi Daerah: Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

Petunjuk Rencana Strategis AMPL-BM Tahun 2010 - 2015 Kabupaten Bangka

Majalah Majalah Air Minum Agustus 2010 Diperlukan Cara Pandang Cerdas Hadapi Defisit Air

Percik Edisi I, 2010 Membidani PIN AMPL

Buletin Dewan Sumber Daya Air Edisi Maret - Mei 2010

News Letter Newsletter AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) Edisi JuLi 2010

Gaung RW Siaga Plus+ Edisi 1/ Juni 2010 ”Selamat Datang Di RW Siaga Plus+!“/ Welcome to RW Siaga Plus+!

Leaflet Bina Ekonomi Sosial Terpadu (BEST/ Institute for Integrated Economic and Social Development) Tahun 2010

6 Cara Mudah untuk Mendapatkan Air Minum Sehat untuk Keluarga. Dibuat tahun 2010 oleh UsAid dan Kementrian Kesehatan.

Poster Hemat Air + Hemat Energi = Hidup Lebih Baik

PustakaAMPL

Page 29: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

59

Edisi III, 2010Fakta

Untuk mencegah, atau setidaknya me-ngurangi, kemungkinan terjadinya ben-cana air dunia, diperkirakan diperlukan investasi yang luar biasa besar untuk perbaikan pengelolaan air, pengelolaan

sanitasi dan untuk irigasi. Setiap tahun dibutuhkan kurang lebih 100 – 150 milliar US dollar investasi untuk mencegah krisis air yang parah di 2050. Jumlah ini bisa semakin besar bila upaya nyata untuk mengatasi krisis terlambat dilakukan.

Sebuah laporan PBB setebal 348 halaman, mem-berikan gambaran yang suram tentang kondisi ling-kungan khususnya ketersediaan air pada tahun 2050. Laporan itu disiapkan oleh sebuah tim berdasarkan kompilasi dari 24 lembaga/badan organisasi PBB. Negara-negara miskin digambarkan akan menghadapi masalah yang sangat mengkhawatirkan. Berbagai krisis yang saat ini melanda, menambah beban negara-nega-ra berkembang menjadi semakin sengsara.

Krisis air sangat erat kaitannya dengan krisis per-ubahan iklim, krisis enerji, krisis pangan, pertumbuhan penduduk, dan krisis finansial global, demikian laporan PBB itu. Bila masyarakat dunia tidak melakukan tindak-an signifikan, maka krisis itu semakin multi dimensi sampai kepada krisis politik. Bukan tidak mungkin pula, bahwa krisis itu bisa menjadi krisis teritorial antarnega-ra. Sengketa perebutan air, adalah suatu ancaman yang bisa timbul, terutama bagi negara-negara yang memi-liki badan air yang digunakan secara bersama, seperti di Afrika, Asia, Eropa, atau Amerika Latin.

Pertumbuhan penduduk, adalah salah satu faktor yang sangat mengkhawatirkan. Pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia mencapai 6 miliyar jiwa. Jumlah itu sudah menjadi 6,5 milyar jiwa pada saat ini. Pada tahun 2050, jumlah penduduk dunia diperkirakan men jadi 9 milyar jiwa. Populasi penduduk dan pertum buhan paling besar justru berada di negara-negara miskin.

Berdasarkan laporan PBB itu, pertumbuhan pen-

duduk yang tinggi memberikan tekanan yang sangat besar pada sumber-sumber air, khususnya di negara-negara berkembang. Penduduk dunia bertambah hampir 80 juta orang setiap tahun, dan 90 persen diataranya (sekitar 72 juta) berada di negara-negara berkembang. Kebutuhan air dunia bertumbuh seba-

nyak 64 milyar juta meter kubik pertahun. Jumlah ini setara dengan kebutuhan seluruh ne-gara Mesir selama setahun.

Selama 50 tahun terakhir, pemanfaatan air dari sungai, danau dan air tanah sudah naik 3 kali lipat, untuk memenuhi kebutuhan pertambahan penduduk. Secara rata-rata, 70 persen air tersebut dimanfaatkan untuk pertanian. Di negara-negara berkembang kebutuhan air untuk pertanian bahkan bisa mencapai 90 persen.

Kerusakan lingkungan yang timbul akibat pertum-buhan penduduk yang sangat besar mencapai milyaran dolar Amerika. Kerusakan lingkungan di Afrika Utara dan Timur Tengah, sebagai kawasan yang paling parah

dalam kerusakan lingkungan, nilainya sudah mencapai 9 milliar dolar per tahun. Jumlah ini hampir mencapai 2,1 - 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) ka-wasan itu. Angka ini adalah suatu angka yang luar biasa besar.

Krisis air semakin diperparah oleh perubahan iklim. Kecenderungan kerusakan yang demikian besar, maka kemungkinan terjadinya konflik air bisa terjadi secara luas. Ancaman konflik regional dan internasional kare-na krisis air bukanlah sekedar wacana, tapi hal itu benar-benar ancaman yang semakin nyata. Akibat pe-rubahan iklim, akan terjadi suatu “gegar hidrolo-gis” (hydrogical shock) yang akan bisa terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama (eko/kruga.org)

Perlu Investasi 150 Milliar US$ Cegah Krisis Air Dunia

ISTIMEWA

Page 30: Percik Edisi III Tahun 2010 Bagian Kedua

... biasakan anak cuci tangan pakai sabun sejak dini karena aktivitas itu merupakan cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit.