Mata Merah Visus Normal

7
A. Mata merah visus normal terdiri atas: 1. Pinguekula dan pinguekula iritans ada merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas. Letaknya di celah kelopak mata bagian nasal. Pada pinguekula tidak perlu diberikan pengobatan, akan tetapi bila terlihat adanya tanda peradangan dapat diberikan obat-obat antiradang. 2. Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea dan biasa tumbuh pada celah kelopak mata bagian nasal ataupun bagian temporal. Pterigium dicurigai disebabkan oleh iritan kronis seperti debu, cahaya sinar matahari dan udara panas. Pterigium dapat tidak memberikan keluhgan atau akan memeberikan keluhan mata iritatif, merah dan mungkin astigmat yg akan memberikan keluhan gangguan penglihatan. Diagnosa banding pterigium adalah pseudopterigium, pannus, dan kista dermoid.. untuk pengobatan pterigium diberikan steroid atau tetes mata dekongestan jika pterigium meradang. Pembedahan dilakukan jika terjadi gangguan penglihatan akaibat terjadinya astigmatisma ireguler atau pterigium yang telah menutupi media penglihatan. Bila terdapat delen (lekukan kornea) berikan air mata buatan dalam bentuk salep jika diperlukan. Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering pseudopterigium ini terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea. Letak pseudopterigium ini pada konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya. Beda dengan pterigium adalah selain letaknya, pseudopterigium tidak harus pada celah kelopak mata atau fisura palpebra juga p[ada pseudopterigium ini dapat diselipkan sonde dibawahnya 3. Hematoma subkonjungtiva daspat terjadi dimana keadaan pembuliuh darah rapuh akibat umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtiva hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk rejan. Perdarah subconjungtiva juga dapat disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung. Pada fraktur basis kranii akan terlihat hematom kacamata karena berbentuk kacamata yang berwarna biru pada kedua mata. Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.

description

Mata Merah Visus Normal

Transcript of Mata Merah Visus Normal

Page 1: Mata Merah Visus Normal

A. Mata merah visus normal terdiri atas:

1. Pinguekula dan pinguekula iritans ada merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi

yang ditemukan pada orang tua terutama yang matanya sering mendapat rangsangan

sinar matahari, debu, dan angin panas. Letaknya di celah kelopak mata bagian nasal.

Pada pinguekula tidak perlu diberikan pengobatan, akan tetapi bila terlihat adanya tanda

peradangan dapat diberikan obat-obat antiradang.

2. Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat

degeneratif dan invasif. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral

atau di daerah kornea dan biasa tumbuh pada celah kelopak mata bagian nasal ataupun

bagian temporal.

Pterigium dicurigai disebabkan oleh iritan kronis seperti debu, cahaya sinar matahari

dan udara panas. Pterigium dapat tidak memberikan keluhgan atau akan memeberikan

keluhan mata iritatif, merah dan mungkin astigmat yg akan memberikan keluhan

gangguan penglihatan.

Diagnosa banding pterigium adalah pseudopterigium, pannus, dan kista dermoid..

untuk pengobatan pterigium diberikan steroid atau tetes mata dekongestan jika

pterigium meradang.

Pembedahan dilakukan jika terjadi gangguan penglihatan akaibat terjadinya

astigmatisma ireguler atau pterigium yang telah menutupi media penglihatan. Bila

terdapat delen (lekukan kornea) berikan air mata buatan dalam bentuk salep jika

diperlukan.

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering

pseudopterigium ini terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea. Letak

pseudopterigium ini pada konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya.

Beda dengan pterigium adalah selain letaknya, pseudopterigium tidak harus pada celah

kelopak mata atau fisura palpebra juga p[ada pseudopterigium ini dapat diselipkan

sonde dibawahnya

3. Hematoma subkonjungtiva daspat terjadi dimana keadaan pembuliuh darah rapuh

akibat umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtiva hemoragik, anemia, pemakaian

antikoagulan dan batuk rejan. Perdarah subconjungtiva juga dapat disebabkan oleh

trauma langsung atau tidak langsung. Pada fraktur basis kranii akan terlihat hematom

kacamata karena berbentuk kacamata yang berwarna biru pada kedua mata.

Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3

minggu.

Page 2: Mata Merah Visus Normal

4. Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara

konjungtiva dan permukaan sklera.radang episklera mungkin disebabkan reaksi

hipersensitif terhadap penyakit sistemik seperti tuberkulosis, reumatid artritis, SLE,

reaksi toksik, alergi, bagian dari infeksi. Dapat terjadi spontan maupun idiopatik. Pasien

episkleritis datang dengan keluhan mata tersa kering, rasa sakit yang ringan,

mengganjal, dan konjungtiva yang kemotik. Gambaran khas pada episkleritis berupa

penonjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah konjungtiva.

Jika benjolan tersebut maka rasa sakit akan menjalar ke sekitar mata.

Pengobatan yang diberikan pada episkleritis adalah vasokonstriktor. Pada keadaan berat

dapat diberikan kortiko tetes mata, sistemik atau salisilat.

5. Skleritis biasanya oleh kelainan atau penyakit sistemik. Sering disebabkan oleh

penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, gout, TB, bakteri pseudomonas,

sarkoidosis. Hipertensi, benda asing, dan poasca bedah. Skleritis dibagi menjadi

skleritis anterior difus dan nodular dan skleritis posterior. Sering terjadi bilateral, dan

pada perempuan. Keluhan pada pasien skleritis berupa perasaan sakit yang berat yang

menyebar ke dahi, alis, dan dagu yang kadang-kadang membangunkan sewaktu tidur

akibat sakitnya yang sering kambuh. Mata merah, berair, fotofobia dengan penglihatan

menurun. Skleritis sering berjalan bersana-sama dengan iritis atau siklitis dan koroiditis

anterior. Jika terjadi penyembuhan maka akan terjadi penipisan sklera yang tidak tahan

terhadap penekanan bola mata.

Pengobatan yang diberikan dengan antiinflamasi steroid ataupun nonsteroid atau obat

imunosupresif lainnya.

6. Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang pada selaput lendir yang

menutupi belakang kelpoak dan bola mata. Konjungtivitis dibagi menjadi akut dan

kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri seperti gonokok, virus, klamidia,

alergi toksik dan molluscum contagiosum.gambaran klinis pada konjungtivitis adlah

hiperemi konjungtiva bulbi. Lakrimasi, eksudat yang lebih nyata pada pagi hari,

pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran,

pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing, dan

adenopatri preaurikuler.

a. Konjungtivitis bakteri merupakan suatu konjungtivitis yang disebakan oleh

bakteri, dapat saja oleh gonokok, meningokok, staphylococcus aureus,

Streptococcus pneumonia, haemophilus influenza dan escherichia coli. Gejalanya

Page 3: Mata Merah Visus Normal

yaitu sekret yang mukopurulen dan purulen, kemosis kinjungtiva, edema kelopak,

kadang-kadang disertai keratitis dan blefaritis.

Konjungtivitis bakteri akut disebabkan oleh streptokokus, corynebakterium

diphterica, pseudomonas, neisseria dan hemophilus. Gambaran klinis berupa

konjungtivitis yang mukopurulen dan konjungtivitis purulen.b pengobatan

diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologi seperti antibiotik tunggal

neosporin, basitrasin, gentamisin, koloramfenikol,eritromisisn, tobramisin. Bila

setelah pengobatan antibiotik selama 3-5 hari tidak memberiukan hasil maka

ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologi.

Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang

disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupaka kuman yang sangat invasif

dan patogen sehingga memberikan reaksi radang yanag sangat berat. Pada

neonatus infeksi konjungtiva ditularkan oleh ibu pada satt berada pada jalan

lahir. Sedangkan pada orang dewasa akibat penyakit kelamin itu sendiri. Gejala

klinis bberupa sekret purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hinga

5 hari, disertai perdarahn subkonjungtiva dan konjungtivitis kemotik. Terdapat

3 stadium pada orang dewasa antara lain stadium infiltratif, supuratif dan

penyembuhan. Diagnosa pasti penyakit ini adalah dengan melakukan

pemeriksan sekret dengan pewarnaan metilen biru dimana akan terlihat

diplokok di dalam sel leukosit. Pengobatan harus segera dimulai bila terlihat

pada pewarnaan gram positif diplokok. Pasien dirawat dan diberikan penisilin

alep dan suntikan pada bayi diberikan 50.000 U.kgbb dalam 7 hari. Sekret

dibersaihkan kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam. Penisilin tetes mata

diberikan dalam larutan penisilin G 10.000-20.000 unit/ml setiap 1 menit

sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit sampai 30 menit.

Oftalmia neonatorum merupakan konjungtivitis yang terjadi pada bayi yang

berumur <1 bulan, dan dapat disebabkan oleh konjungtivitis kimia,

konjungtivitis stafilokok, konjungtivitis inklusi (klamidia), konjungtivitis

neiseria. Pengobatan diberikan penisilin topikal dan parenteral.

Konjungtivitis angular terutama didapatkan pada daerah kantus interpalpebra,

disertai eskoriasi kulit disekitar daerah meradang. Konjungtivitis angular

disebabkan basil Maroxalle axenfeld. Gejala klinis berupa sekret yang

mukopurulen dan pasien sering mengedip. Pengobatan yang dibeerikan adalah

tetrasiklin atau basitrasin. Sulfas zincii.

Page 4: Mata Merah Visus Normal

Konjungtivitis mukopurulen merupakan konjungtivitis dengan gejala umum

konjungtivitis kataral mukoid. Penyebabnya adalah staphylococcus atau basil

Koch weeks.. gejala klinis berupa hiperemis konjungtiva dengan sekret

berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata melekat terutama waktu

bangun pagi, sering ada keluhan terlihat gambaran halo yang harus dibedakna

dengan halo padagalukoma.

b. Konjungtivitis viral akut

Demam faringokonjungtiva disebabkan oleh infeksi virus. Gejala berupa

demam, faringitis, sekret berair dan sedikit yang mengenai satu kedua bola

mata.ditularkan melalui droplet atau dari kolam renang.. pengobatan hanya

supuratif karena dapat sembuh sendiri. Diberikan kompres air hangat, astringen,

lubrikasi, pada kasus berat diberikan antibiotik dan steroid topikal.

Keratokonjuungtivitis epidemi disebabkan oleh adenovirus 8 dan 19. Sangat

mudah menular, gejalanya berupa mata berair dan berat, seperti kelilipan,

perdarahan subkonjungtiva, folikel teriutama konjungtiva bawah, kadang2

terdapat pseudomembran.. pemebrian intivirus tidak umum dilakukan.astringen

diberikan untuk mengurangi gejala dan hiperemi.

Konjungtivitis herpetik ini akan terdapat limfadenopati preaurikel dan vesikel

pada kornea yang dapat melus membentuk gambaran dendrit.konjungtivitis

herpetik dibagi menjadi konjungtivitis herpes simpleks, konujungtivitis

varisela-zooster.

Konjungtivitis inklusi merupakan penyakit okulogenital disebabkan oleh infeksi

klamidia, yang merupakan penyakit kelamin. Gejala klinis berupa konjungtiva

hiperemis, hipertrofi papilo dan pemebesaran kelenjar preaurikuker.

Konjungtivitis New Castle disebabkan oleh virus New Castle dengan gambaran

klinis sama dengan faringo-konjungtiva. Biasanya pada pekerja peternakan

unggas yang ditulari virus New Castle. Gk berupa demam ringan, sakit kepala,

influenza dan nyeri sendi, rasa sakit dan gatal pada mata, berair dan penglihatan

kabur. Pengobatan biasanya diberikan antibiotik untuk mencegah onfekjsi

sekunder.

Konjungtivitis hemoragik epidemik akut merupakan konjungtivitis disertai

timbulnya perdarahan konjungtiva. Disebabkan infeksi virus pikorna atau

enterovirus 70. Gejala klinis berupa konjungtiva folikuler ringan, sakit

periorbita, keratitis, adenipati preaurikuler dan yang terpenting adanya

Page 5: Mata Merah Visus Normal

perdarahan subkonjungtiva. Penyakit ini dapat sembuh sendiri sehingga

penobatan yang diberikan hanya simptomatik

c. Konjungtivitis Menahun

Konjungtivitis alergi terjadi akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi dapat

berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi lambat sesudah beberap hari

kontak dengan alergen seperti reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. Gejl;a

utama berupa merahg, sakit, bengkak dan panas, gatal, silau, yang berulang dan

menahun.. pada pemeriksaan lab ditemukan eosinofil, sel plasma, limfosit dan

basofil.pengobatan yaitu menghindar dari alergen pencetus dan memberikan

astringen, steroid topikal dosis rebndah.

Dikenal beberapa macam jenis konjungtivitis alergi yaitu konjungtivitis vermal,

konjungtivitis flikten, konjungtivitis iatrogenik, sindrom steven johnson,

konjungtivitis atopik.

d. Konjungtivitis folikularis kronis merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan

anak-anak. Terdapat tanda khas pada konjungtivitis tipe ini berupa benjolan kecil

berwarna kemerah-merahan pada lipatan retrotarsal. Folikel tersebut merupakan

reaksi konjungtiva terhadap alergen toksik daqn virus.

e. Trakoma adalh sutu bentuk konjungtivitis folikuler kronis yang disebabkan oleh

Clamidya trachonmatis. Penyakit ini bisa menmgenai segala umur tapi lebih sering

ditemukan pada orang muda dan anak-anak.. cara penularan penyakit ini yaitu

kontak langsung dengan penderita trakoma atau melalui alat-alat keseharian pasien.

Keluhan pasien beruypa fotofobia, mata gatal, dan mata berair. Menurut klasifikasi

Mac callan , penyakit ini berjalan melalui 4 stadium, yaitu:

i. Stadium insipien

ii. Stadium established

iii. Stadium parut

iv. Stadium sembuh

f. Konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan

konjungtiva yang diakibatkan berkurangnya fungsi airmata.

Kelainan-kelainan ini terjadi pada penyakityang mengakibatkan:

Defisiensi komponen lemak air mata

Defisiensi kelenjar air mata

Defisiensi komponen musism

Akibat penguapan yang berlebihan pada keratitis neuroparalitik

Page 6: Mata Merah Visus Normal

Karena parut pada kornea atau hingnya mikrovili kornea

Pasien akan mengeluhkan gatal, mata seperti berpasir ,silau dan penglihatan kabur.

Mata akan memberikan gejala sekresi mukus yang berlebihan, sukar

menggerakkan bola mata, mata tampak kering dan terdapat erosi kornea. Sebaiknya

dilakukan beberapa pemeriksaan seperti uji Scheimer dimana bila resapan air mata

pada kertas Scheimer kurang dari 5 menit dikatakan abnormal.. pengobatan

tergantung penyebabnya dan air mata buatan yang diberikan selamanya.,

g. Defisiensi Vitamin A biasanya terjadi pada ank berusia 6 bulan-4 tahun. Biasanya

terjadi pada pasien dengan penyakit sirosis hepati atau penyakit gastrointestinal.

Gejala klinis berupa mata kering, seperti kelilipan, sakit, buta senja dan

penglihatan akan turun perlahan. Dikenal beberapa klasifikasi defisiensi Vit. A di

Indonesia, seperti Klasifikasi Ten Doeschate, yaitu:

i. Hemeralopia

ii. Hemeralopia dengan xerosis konjungtiva dan Bitot

iii. Xerosis kornea

iv. Keratomalasia

v. Stafiloma, ftisis bulbi

Pemberian vitamin A akan memeberikan perbaikan nyata dalam 1-2 mingg.

Dianjurkan bila diagnosis def Vitamin A dibuat maka diberikan Vitamin A 200.000

IU per oral pada hari pertama dan kedua, jika belum ada perbaikan dilanjutkan

pemberian pada hari ketiga.

h. Toksik konjungtivitis folikular dapat terjadi akut dan kronik dimana gejala utama

adalah terbentuknya folikel pada konjungtiuva tarsal superior atau inferior.

Hipersensitifitas terhadap obat, gejala dapat terjadi akut setelah beberapa kali

sensitisasi, yang akan memperlihatkan kelainan kulit dan kelopak. Penyebabnya

dapat atropin, fenilefrin dan antibiotik. Penobtan yang diberikan dengan

menghentikan penyebab, steroid topikal, dan salep. Pada keadaan berat diberikan

steroid sistemik atau oral.

Konjungtivitis kontak disebabkan miotika dan aminoglikosida dengan gejala

hiperemia, folikel, erosi epitel kornea, pannus, pengobatan sama dengan

konjungtivitis terhadap obat.

i. Penyakit konjungtiva etiologi tidak jelas

Page 7: Mata Merah Visus Normal

Eritema multiform atau lupus eritematosis, pada SLE ditemukan kelainan pada

mata berupa kelainan palpebra inferior dapat merupakan bagian daripada erupsi

kulit yang tak jarang mengenai pipi dan hidung. Awalnya gejala berupa

konjungtiva menunjukkan sedikit sekret kemudian disusul dengan hiperemis

yang intensif dan edema membran mukosa. Kornea menunjukkan erosi kornea

pungtata. Pada sklera ditemukan skleritis anterior yang difus atau nodular yang

semakin lama makin sering kambuh dan tiap kali kambuh keadaan bertambah

berat.

j. Keratokonjungtivitis limbus superior merupakan peradangan konjungtiva bulbi

dan konjungtiva tarsus superior yang tidak diketahui sebabnya, disertai kelainan-

kelainan pada limbus bagian atas. Biasanya bilateral, simetris dan terletak pada

limbus sekitar pukul 12, tetapi bisa juga unilateral. Prognosis umumnya baik dan

pada kasus yang telah sewmbuh tidak ditemukan gangguah penglihatan dan gejala

sisa. Pada keadaan yang ringan terdapat rasa tidak enak pada mata, sedangkan pada

keadaan berat dapat sampai terjadi blefarospasme dan rasa seperti ada benda asing.

Pada keadaan berat juga terlihat seolah-olah ada pembentukan lengkung limbus

yang baru. Pengobatan yang tepat belum ada hingga sekarang, karena penyebabnya

belum jelas. Bias adiberikan tetes mata dekongestan, zinc sulfat, meril selulosa,

kortikosteroid ayau antibiotik.

k. Konjungtivitis membranosa merupakan konjungtivitis dengan pembentukan

Membran yang menempel erat pada jaringan di bawah konjungtiva. Pengangkatan

membran ini akan mengakibatkan perdarahan. Penyebab penyakit ini adalah

difteri, pnemokok, stafilokok, dan infeksi adenovirus, dan pada anak yang tidak

mendapat suntikan imunisasi. Pada kasus ringan didapatkan sekret yang

mukopurulen dan kelopak bengkak, sedangkan pada kasus berat dapat terjadi

nekrosis ataupun konjungtivitis yang biasanya terjadi pada hari ke-6.