Makalah Trauma Kehamilan
-
Upload
ayuda-nia-agustina -
Category
Documents
-
view
845 -
download
22
description
Transcript of Makalah Trauma Kehamilan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma fisik terjadi pada 1 dalam 12 kehamilan dan akibatnya dapat berakibat
serius pada wanita, janin atau keduanya. Kecelakaan kendaraan bermotor
merupakan penyebab utama terjadinya trauma selama kehamilan, yang diikuti
dengan jatuh atau penyerangan langsung pada abdomen akibat pemukulan pada
situasi penganiayaan fisik. Rata-rata kunjungan ke unit gawat darurat akibat
trauma selama kehamilan berkisar antara 24 dari 1.000 persalinan, trauma
abdominal mayor terjadi pada 0,62 dari 1.000 kehamilan.
Tingkat keparahan, frekuensi, dan waktu awitan semua komplikasi ini berkaitan
dengan tipe dan lokasi terjadinya cedera, usia gestasional dan keparahan cedera
tersebut. Trauma selama kehamilan dihubungkan dengan peningkatan resiko
terjadinya abortus spontan, persalinan preterm, solusio plasenta, bayi lahir mati
dan transfusi fetomaternal. Ruptur uterus dan cedera janin secara langsung
merupakan keadaan yang jarang terjadi,tetapi merupakan komplikasi trauma
yang mengancam jiwa.
Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama dapat
mempengaruhi janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal tanpa adanya
cedera terbuka pada maternal, akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau
penyerangan, mungkin tidak berdampak besar bagi wanita tapi memiliki
signifikasi yang sangat besar terhadap kesejahteraan dan kemampuan janin
untuk bertahan hidup.
Ketika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, janin terletak jauh didalam
panggul,dan resiko terjadinya solusio akibat trauma berkurang. Pada usia
kehamilan yang lebih lanjut, janin dan plasenta terletak lebih tinggi mendekati
abdomen dan lebih rentan terhadap efek trauma. Bahkan kekuatan yang sangat
kecil sekalipun pada abdomen cukup mampu merobek pelekatan plasenta
1
menjauhi lapisan desidua basalis. Efek yang merugikan selalu mungkin terjadi
akibat trauma abdomen, tanpa melihat usia kehamilan. Hal inilah yang
melatarbelakangi kami untuk membuat makalah mengenai trauma selama
kehamilan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mahasiswa
diharapkan mampu memahami konsep dengan trauma selama kehamilan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus makalah ini adalah mahasiswa diharapkan mampu:
a. Memahami konsep dasar dari trauma selama kehamilan
b. Memahami definisi trauma selama kehamilan
c. Memahami klasifikasi dari trauma selama kehamilan
d. Merumuskan diagnosa pada klien dengan trauma selama kehamilan
e. Menentukan rencana tindakan untuk klien dengan trauma selama
kehamilan
C. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode studi kepustakaan
dari berbagai literatur-literatur dan internet yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan dengan trauma selama kehamilan.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini tersusun secara sistematis yang urutannya sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teori
Terdiri dari pengertian trauma kehamilan, klasifikasi trauma
kehamilan, etiologi trauma kehamilan, pathogenesis trauma
2
kehamilan, komplikasi trauma kehamilan, manajemen trauma
kehamilan, pemeriksaan diagnostik trauma kehmilan.
Bab III Asuhan Keperawatan
Terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperwatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan
evaluasi keperawatan.
Bab IV Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Manusia
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar
a. Mons veneris / Mons pubis
Mons veneris atau mons pubis disebut juga gunung venus merupakan
bagian yang menonjol dibagian depan simfisis terdiri dari jaringan
lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut
yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Bibir besar (Labia mayora) merupakan kelanjutan dari mons veneris
berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan
agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah
bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
4
c. Bibir kecil (Labia minora)
Bibir kecil (Labia minora) merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa
rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan
fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Klitoris merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama
klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk
seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris
dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia,
panas, dan friksi.
f. Perinium
Perineum merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan
perinium.
g. Himen (Selaput dara)
Hymen (Selaput dara) merupakan jaringan yang menutupi lubang
vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga
menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat
menstruasi.
5
2. Alat genitalia wanita bagian dalam
6
a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm,
sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan
rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter
ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada
dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan
terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol
serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam
vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi
empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik
sinistra.
b. Uterus
Uterus merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal,
muskular, pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer
terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan
rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan,
licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus
uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal
tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi
kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk
silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup
peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih.
7
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum
berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada
dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua
lembar ligamentum latum. Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
B. Konsep Dasar Trauma Selama Kehamilan
1. Pengertian Trauma Kehamilan
Trauma adalah tekanan yang ditimbulkan baik oleh benda tajam
maupun benda tumpul yang dapat mencederai janin maupun ibu itu sendiri.
Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama
dapat mempengaruhi janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal
tanpa adanya cedera terbuka pada maternal, akibat kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh atau penyerangan, mungkin tidak berdampak besar bagi
wanita tapi memiliki signifikasi yang sangat besar terhadap kesejahteraan
dan kemampuan janin untuk bertahan hidup.
2. Klasifikasi Trauma Kehamilan
a. Berdasarkan derajat keparahan
1) Trauma minor
8
Sebagian besar trauma (rata-rata 75% sampai 85%) yang dialami oleh
wanita hamil merupakan trauma minor. Trauma minor meliputi
memar yang terbatas, laserasi dan kontusio, biasanya akibat jatuh atau
pukulan pada abdomen dan kadang akibat kecelakaan kendaraan
bermotor. Bahkan ketika cedera yang terjadi pada ibu minor, cedera
pada plasenta dan janin dapat menyebabkan kematian janin.
Insidensi terjadinya trauma minor meningkat seiring dengan usia
kehamilan, dengan insidensi jatuh sekitar 80% yang terjadi setelah
usia kehamilan32 minggu. Wanita hamil sering jatuh selama trimester
kedua akibat pembesaran abdomen yang mempengaruhi
keseimbangan, keletihan, hipotensi, hiperventilasi, dan kekenduran
pada sendi pelvic. Trauma akibat penyerangan (pukulan pada
abdomen) sangat jarang terjadi pada usia kehamilan 36 minggu,
kemungkinan terjadi akibat stigma sosial yang berhubungan dengan
pemukulan pada wanita yang benar-benar terlihat hamil.
2) Trauma mayor
Trauma sedang sampai mayor bisa berupa patah tulang panjang, patah
tulang iga, dan memar, serta laserasi dan benturan yang luas. Sekitar
9% sampai 10% cedera yang terjadi pada wanita hamil merupakan
trauma sedang, sedangkan 2% sampai 3% merupakan trauma mayor
dan kondisi kritis. Wanita yang mengalami trauma mayor serring kali
berada dalam kondisi sakit yang kritis saat mereka dibawa ke unit
gawat darurat di rumah sakit. Kematian maternal biasanya diakibatkan
oleh cedera didaerah kepala dan dada ketimbang trauma abdominal.
Penyebab utama terjadinya kematian janin akibat trauma adalah
kematian maternal. Sebagian besar kematian janin pada wanita yang
dapat bertahan hidup adalah akibat solusio plasenta yang disebabkan
oleh syok maternal atau adanya kerusakan plasenta atau uterus.
Persalinan preterm merupakan masalah umum, yang terjadi pada
sekitar 20% wanita hamil yang mengalami trauma sedang sampai
mayor. Kontraksi setelah adanya trauma pada abdomen lazim terjadi,
9
yang disebabkan oleh kontusio uterus dengan ekstravasasi darah dari
kapiler miometrium dan kemudian iritabilitas. Ketika eksrtavasasi
darah diserap kembali maka iritabilitas uterus akan berkurang. Pada
sekitar 90% wanita, kontraksi akan berhenti tanpa pemberian
tokolisis, obat-obatan yang digunakan untuk mencegah terjadinya
persalinan preterm. Walaupun demikian, tokolisis dapat menutupi
aktifitas uterus pada keadaan solusio plasenta, yang menimbulkan
peningkatan ancaman terhadap kemampuan janin untuk bertahan
hidup.
Transfusi fetomaternal terjadi pada sekitar 30% cedera abdomen
mayor selama kehamilan, terutama ketika plasenta terletak dibagian
depan. Pecah ketuban dan abnormalitas denyut jantung janin juga
dapat terjadi, sering kali bersamaan dengan persalinan preterm atau
solusio plasenta.
b. Berdasarkan penyebab
1) Luka akibat benda tumpul
2) Trauma toraks
Trauma dada dilaporkan menghasilkan 25% dari seluruh kematian
trauma. Hasil memar paru dari hampir 75% dari trauma toraks tumpul
dan merupakan kondisi yang berpotensi mengancam nyawa. memar
paru bisa sulit untuk mengenali, terutama jika flail chest juga hadir
atau jika tidak ada bukti cedera dada. itu harus dicurigai pada kasus
cedera dada, terutama setelah percepatan tumpul atau trauma
deselerasi seperti itu occuring ketika kendaraan bergerak cepat
menabrak sebuah obyek bergerak. luka menembus ke dada dapat
menyebabkan pneumotoraks atau hemotoraks. jenis cedera biasanya
disebabkan oleh kecelakaan kendaraan yang mengakibatkan
penyulaan oleh kolom kemudi atau artikel lepas di kendaraan yang
menjadi projactile dengan kekuatan dampak. luka tusukan di dada
juga dapat terjadi sebagai akibat kekerasan
3) Luka tembak
10
\Wanita hamil sering masuk di unit gawat darurat setelah mereka
mengalami luka tembak pada abdomen. Ketika terjadi pembesaran
uterus selama kehamilan maka saat itu pula terjadi peningkatan
kerentanan terhadap cedera akibat luka tembak. Sistem otot pada
uterus yang semakin membesar relatif lebih padat sehingga sebagian
besar kekuatan dari peluru akan terserap oleh otot. Cedera pada organ
tubuh yang lain relatif jarang terjadi. Kesakitan dan kematian
maternal akibat luka tembak rendah.
Selain cedera langsung pada janin, peluru juga dapat melukai tali
pusat, membrane, maupun plasenta. Kematian perinatal yang
disebabkan oleh luka tembak selama kehamilan berkisar antara 47%
sampai 70%. Kematian perinatal kemudian sangat bervariasi dari 41%
sampai 71%, jika dibandingkan dengan kematian maternal, yang
berjumlah kurang dari 5% dari semua kasus trauma tembus.
Setelah cedera luka tembak pada uterus yang membesar, nyeri tekan
pada abdomen sering kali terjadi kemudian dibandingkan dengan
yang mungkin dialami pada keadaan tidak hamil. Spasme otot dan
kekuatan otot sering kali berkurang atau bahkan tidak ada. Perubahan
tanda-tanda vital mungkin tidak akan terlihat sampai pengurangan
volume darah maternal sebanyak 35% yang berkaitan dengan adanya
hipervolemia normal pada kehamilan. Resiko trauma pada janin dapat
sangat berat karena tubuh ibu akan mempertahankan homeostatis
yang merugikan janin dengan cara mengurangi aliran darah
uteroplasenta.
3. Etiologi Trauma Kehamilan
Ada banyak faktor yang menyebabkan trauma pada wanita hamil, terlebih
karena faktor eksternal. Antara lain :
a. KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga )
Saat terjadi pertengkaran atau perselisihan dalam rumah tangga,
sering kali ibu hamil menjadi korban pukulan atau kekerasan yang
11
mempunyai dampak pada kandungannya. Contoh yang sering terjadi
adalah pukulan langsung ke perut maupun tidak sengaja terjatuh.
b. Kecelakaan kendaraan bermotor
Kecelakaan ini sering member dampak trauma pada kandungan ibu
hamil secara idak sengaja dan hal ini dapat mengakibatkan dampak
yang ringan maupun berat. Dampak ringan dapat berupa memar,
laserasi, dan kontusio. Sedangkan dampak yang lebih berat berupa
patah tulang panggul dan patah tulang rusuk.
c. Jatuh
d. Luka tembak
e. Faktor Resiko Trauma Kehamilan
Kehamilan itu sendiri, usia yang lebih muda, penggunaan narkoba,
dan sejarah penyimpangan perilaku kekerasan oleh pasangan intim.
1) Usia kehamilan
2) Budaya
3) Lingkungan yang membahayakan
4) Fasilitas yang kurang memadahi
4. Patogenesis Trauma Kehamilan
a. Trauma minor
Walaupun trauma ini termasuk pada trauma minor (ringan) tetapi
dapat berpengaruh pada janin. Misalkan pada saat terjatuh atau
terpeleset, lalu si ibu mengalami syok atau setidaknya kaget. Perasaan
inlah yang yang dapat berdampak pula pada janin. Karena kondisi
syok dapat mempengaruhi sirkulasi makanan dan oksigen ke janin
yang selnjutnya akan mempengaruhi tumbuh kembang janin.
b. Trauma mayor
Berupa cedera yang ditimbulkan seperti perdarahan, pecahnya
ketuban, atau terjadinya kontraksi sebelum waktunya. Umumnya
trauma langsung membutuhkan penanganan yang lebih cepat karena
dapat membahayakan janin dan ibunya.
12
5. Komplikasi Trauma Kehamilan
a. Abruptio plasenta : Lepasnya plasenta sebelum waktunya
b. Luka abdomen ( blunt abdominal pain / trauma )
c. Kelahiran prematur ( preterm labor )
d. Trauma atau luka langsung janin ( direct fetal injury )
e. Ruptur rahim ( uterine rupture ) yang lbh diperbanyak, tanda dan
gejala
f. Perdarahan janin dan ibu (fetal maternal hemorrage – FMH)
g. Memar dan kontusio pada ibu hamil
h. Ketuban pecah dini
6. Manajemen Penanganan Trauma Kehamilan
a. Survei ABC:
1) Airway ( jalan napas)
2) Breathing (pernapasan) karena letak atau posisi diafragma berada
lebih atas daripada wanita yang tidak hamil.
3) Circulation (sirkulasi atau aliran darah ibu) jangan sampai
menghambat vena cava, posisikan untuk miring atau fowler. Hal
yang perlu diwaspadai adalah kontrol adanya problem perdarahan
b. Tanda ruptur organ yang umum:
1) Guarding
2) Nyeri tekan yang kuat
3) kekakuan ( rigiditas ), mungkin hanya merupakan respon terhadap
peregangan dinding abdomen.
4) Apabila wanita diperiksa dalam posisi supine, ia akan mengalami
hipotensi dan nilai sistoliknya 80 mm Hg. Mengubah posisi wanita
ke posisi lateral atau mengubah posisi janin meningkatkan nilai
sistolik sampai lebih dari 100 mg Hg.
c. Lakukan resusistasi atau menstabilkan kondisi si ibu seoptimal
mungkin. Hal tersebut sudah akan menambah jaminan keselamatan
janin dalam kandungan.
d. Evaluasi pengaruh trauma terhadap keadaaan janin salah satunya bisa
diketahui dengan memonitor denyut nadi janin. Begitu juga
perlu perhatian khusus terhadap kondisi janin jika si ibu mengalami
13
kasus seperti perdarahan per vaginam, solusio plasenta , nyeri yang
tiba-tiba di bagian bawah perut, nyeri yang hebat diseluruh perut
bagian tanda terjadinya robekan lapisan rahim serta kejang-kejang yang
disertai dengan hipertensi sebagai tanda-tanda terjadi eklamsia.
e. Jauhkan uterus dari vena cava, supaya tidak terjadi kasus trauma akibat
dari luka tusukan, maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi.
7. Pemeriksaan Diagnostik Trauma Kehamilan
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk deteksi dini akibat
traumakehamilan, yaitu antara lain:
a. USG (Ultrasonography)
Ultrasonography selama ini dikenal masyarakat sebagai alat
kedokteran untuk memeriksa kehamilan. Dengan menggunakan
gelombang suara, USG mampu memperlihatkan kondisi janin selama
dalam kandungan, apakah memiliki pertumbuhan normal ataukah
abnormal, termasuk juga untuk mengetahui jenis kelaminnya. Melalui
USG dokter menjadi lebih mudah untuk mempelajari bentuk serta
ukuran anatomis, gerak serta hubungan jaringan dengan sekitarnya.
Karena setelah dibandingkan dengan alat penunjang pemeriksaan
lainnya, USG memiliki beberapa keunggulan untuk membantu dokter
dalam mendiagnosa pasiennya secara cepat, aman, invasif dengan
nilai diagnostik yang tinggi.
USG sebenarnya dapat dipergunakan sebagai alat penunjang diagnosis
untuk mengetahui gangguan fungsi hati, ikterus ( kuning ), hipertensi
portal, dugaan malignitas hepar primer maupun sekunder/metastase,
gangguan fungsilemak, sakit atau nyeri perut kanan atas baik akut
maupun yang menahun.Selain itu juga dapat untuk mengetahui
sindrom dyspepsia atau gejala – gejala adanya kelainan dari saluran
pencernaan, intoleransi terhadap makanan, dugaan terhadap batu
empedu, adanya gejala – gejala pakreatitis akut ataukronik, dugaan
tumor pankreas, kecurigaan metastase keganasan terutama limfoma,
gagal ginjal, hematuria, kemungkinan tumor ginjal, infeksi saluran
14
kemih, nyeri daerah ginjal dan buli – buli, trauma ginjal, kecurigaan
anomaly congenital.
b. DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
DPL ini dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan pada
rongga usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat sangat membantu
tetapi DPL ini hanyalah alat diagnostik. Apabila ada suatu keraguan,
lakukan laparotomi. Adapun indikasi yang digunakan untuk
melakukan DPL adalah sebagai berikut:
1) Nyeri abdomen yang tidak diketahui sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dada
3) Hipotesis, jika hematokrit turun tanpa sebab yang jelas
4) Pasien dengan cedera abdominal dengan gangguan kesadaran
(obat, alkohol, cidera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan medulla spinalis (sumsusm tulang
belakang)
6) Patah tulang pelvis
c. CT Scan (Computed Tomography)
CT scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
mendapatkangambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak
dan otak Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya
dugaan yangkuat antara suatu kelainan, yaitu :
1) Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses
2) Perubahan vaskuler: malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan
infark.
3) Brain constusion
4) Hydrocephalus
5) Inflamasi
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI dilakukan untuk mengevaluasi:
1) Organ dada dan perut termasuk jantung, hati, saluran empedu,
ginjal, limpha dan pankreas serta kelenjar adrenalin.
15
2) Organ panggul termasuk pada organ reproduksi pada pria
(prostat dan testikel) dan perempuan (rahim, leher rahim, dan
ovarium).
3) Pembuluh darah ( MR angiografi )
4) Payudara.
Dokter mengguanakan pemeriksaan untuk membantu diagnosis atau
perawatan untuk memantau kondisi seperti:
1) Tumor dari dada, perut dan panggul.
2) Masalah jantung
3) Sumbatan atau pembesaran pembuluh darah, termasuk
aorta,arteri ginjal, dan arteri di kaki.
4) Penyakit hati seperti sirosis, dan organ – organ perut lainnya,
termasuk saluran empedu, kandung kemih, dan saluran pancreas.
5) Kista dan tumor padat pada ginjal dan bagian – bagian lain pada
saluran kemih.
6) Tumor dan kelaianan lain pada organ reproduksi (misalnya pada
rahim, ovarium, testis, prostat)
7) Penyebab nyeri panggul pada wanita, seperti fibroid,
endometriosisi, dan adenomyosis.
8) Uterus kongenital, yang dicurigai abnormallitynomalies.
Padawanita yang menjalani evaluasi untuk infertilitas.
9) Kanker payudara dan implan.
e. Ultrasonogram dan monitoring detak jantung janin
Pasien muda yang sehat lebih mudah terkena shock yang
berpengaruhke sistem kardiovaskular. Ultrasonogram obstetri dapat
menunjukkan usia kehamilan dan posisi janin serta plasentanya.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa USG dan Fetal Heart Rate
Monitoring adalah suatu kombinasi paling efektif untuk mendeteksi
komplikasi akibat trauma padaibu hamil.
f. Kheihauer - betke test dan Tes Laboratoriumi
Tes ini digunakan untuk mendeteksi adanya sel darah janin di serum
ibunya. Jika Rh negatif maka tetap mungkin terjadi perdarahan.
Solusinya tetap ada pemberian Rh Immunoglobulin. Namun di sisi
16
lain terdapat pula studi yang menyatakan tes ini hanya mempunyai
keefektifan yang rendah dalam kejadian trauma yang akut.
8. Pencegahan Trauma Kehamilan
a. Banyak kasus trauma dapat dicegah. Pasien dinasehati
mempergunakan penahan pangkuan – bahu (lap – shoulder –
restraints) karena lebih dapat melindungi janin daripada penahan
pangkuan (lap restraints) saja. Fleksi tubuh yang ekstrim yang terjadi
dengan pemakaian sabuk pengaman pangkuan (lap seat belt) pada
penurunan kecepatan dengan tiba-tiba menaikkan kejadian solusio
plasenta. Identifiksi pasien yang beresiko mengalami penganiayaan
oleh suami bisa mencegah kasus traum pada ibu dengan menawarkan
konsultasi, perlindungan, atau intervensi hukum. Penganiayaan oleh
suami harus diduga bila ada tanda – tanda kerusakan tersembunyi di
bawah pakaian atau kerusakan pada wajah dan kepala disertai oleh
bekas – bekas kerusakan “mempertahankan dir” yang baru atau yang
lama pada lengan bawah atau tangan.
b. Intervensi di mulai dengan upaya pencegahan. Wanita hamil di beri
konseling untuk menghentikan aktivitas yang membutuhkan
keseimbangan dan koordinasi, untuk menggunakan restrein tempat
duduk di mobil dengan benar, untuk, untuk mengenali gejala dini
yang yang merugikan, dan ubtuk mencari terapi segera. Apabila
wanita di hospitaliisasi hanya untuk diobservasi, ia akan dilibatkan
dalam pengkajian tanda dan gejala komplikasi.
c. Pada kasus trauma minor, wanita di rawat dirumah sakit dan
dievaluasi untuk melihat hal – hal berikut: Perdarahan pervaginam,
iritabilitas uterus, nyeri tekan abdomen, nyeri atau kram abdomen,
bukti hipovalemia, perubahan frekuensi denyut jantung janin, aktivitas
janin, kebocoran cairan amnion, dan keberadaan sel – sel janin dalam
sirkulasi matenal.
d. Perawatan trauma segera dilakukan dengan memberi perhatian utama
pada ABC. Sementara hipoksia dan hipovalemia dikoreksi, waniat
harus ditransfer ke pusat trauma disertai tindakan antisipasi untuk
neonatus dan obstetri jika memungkinkan. Selama transfer, instruktur
17
persalinan harus mewaspadai terjadinya sindron autokaval (hipotensi
supine). Wanita harus ditempatkan pada possisi miring atau uterus
harus digeser kesamping dengan alat penggeser uterus atau dengan
menggunakan sebuah bantal yang ditempatkan dibawah pinggul
kanan wanita. Hipotensi harus dihindari untuk mencegah gangguan
curah jantung, yang kemudian diikuti penurunan aliran darah ke
uterus.
9. Prognosis Trauma Kehamilan
Trauma selama kehamilan berkaitan erat dengan peningkatan resiko
terjadinya aborsi spontan, persalinan preterm, solusio plasenta, transfusi
fetomaternal, dan bayi lahir mati. Hasil akhir yang merugikan segera
terjadi pada 20% kelompok dan termasuk solusio plasenta , pecah ketuban,
awitan persalinan, atau kematian janin.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
18
1. Riwayat kehamilan
a. Riwayat kehamilan gravida, jumlah abortus, jumlah anak hidup, prenatal
education secsio secaria, lama persalinan, lahir mati, premature, usia
kehamilan dan BBL.
b. Riwayat genekologi infeksi,operasi, usia menarche dan siklus mens,
seksualitas, KB.
c. Riwayat kesehatan, berat badan, golongan darah dan Rh, dalam
pengobatan (atas resep dokter/ tidak), kebiasaan merokok,
alkohol,caffeine,obat alergi, resiko teratogenik selama kehamilan, infeksi
medikasi radiografi, toxin dirumah/tempat kerja, status medik (DM,
ginjal, congenital), imunisasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga : cancer, DM, kehamilan kembar, cacat
bawaan/keturunan.
e. Riwayat pekerjaan : tipe pekerjaan, paparan tehadap zat berbahaya.
f. Riwayat ayah bayi : usia, masalah kesehatan, tipe golongan darah,
kelainan kongenital, pekerjaan, perilaku selama kehamilan.
g. Personal information : ras, budaya, agama, penghasilan, support sistem,
penggunaan pelayanan kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadekuatan jalanan nafas
b. Frekuensi pernafasan
c. Status jantung pembuluh darah
d. Keluasan cedera yang terjadi
e. Adanya solusio plasenta
f. Perdarahan per vaginam
g. Nyeri abdomen
B. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan kenyamanan : nyeri akut b.d efek trauma
2. Ansietas b.d bahaya terhadap diri dan janin
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan abnormal akibat perdarahan
19
4. Kurang pengetahuan b.d perluasan cedera dan prosedur yang dilakukan
5. Kerusakan integritas jaringan b.d kerusakan mekanik, tekanan atau robekan
C. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 : Perubahan kenyamanan : nyeri akut berhubungan dengan efek
trauma
Kriteria hasil :
Klien mendapatkan pengontrolan nyeri yang adekuat, tidak ada tanda-tanda
solusio plasenta, kenyamanan klien dapat dipertahankan
Intervensi :
a. Tentukan metode pemberian analgesik yang paling efektif, pemberian
infuse secara continue versus bolus intermitten
R/ Pemberian narkotika harus lewat metode yang paling aman dan paling
efektif menurut kondisi klien
b. Pantau apakah ada gejala solusio plasenta ( misalnya, nyeri, nyeri tekan
pada uterus, iritabilitas dan kekakuan otot, kontraksi uterus,
meningkatnya tinggi fundus uteri )
R/ Walaupun nyeri abdomen merupakan gejala solusio plasenta, namun
gejala tersebut tidak akan terlihat setelah terjadinya trauma
c. Berikan posisi untuk memaksimalkan rasa nyaman
R/ Untuk meningkatkan rasa nyaman
d. Sokong area trauma (misalnya abdomen) dengan bantal jika
memungkinkan
R/ Meningkatkan rasa nyaman
2. Dx 2 : Ansietas berhubungan dengan bahaya terhadap diri dan janin
Kriteria hasil :
Klien mendapat dukungan yang tepat, keluarga menyatakan perasaan dan
kekhawatiran mereka serta dapat mengatasi rasa takut mengenai efek trauma
terhadap ibu dan janin
Intervensi :
a. Identifikasi individu pendukung dan libatkan mereka sebanyak mungkin
R/ menurunkan stress klien
20
b. Berikan suatu lingkungan tempat ekspresi kekhawatiran mengenai cedera
terhadap diri dan janin
R/ memperbaiki kemampuan koping dan menurunkan kecemasan
c. Jawab pertanyaan secara sederhana dan langsung
R/ karena pemahaman klien mungkin menurun akibat adanya trauma dan
cemas
d. Tetap tenang, gunakan sikap yang menenangkan, yakinkan klien bahwa
semuanya telah dilakukan untuk melindungi ibu dan janin
R/ menurunkan rasa cemas klien dan meningkatkan rasa percaya diri
dalam pemberian perawatan
e. Dukung proses berduka awal jika terjadi keguguran
R/ berduka merupakan proses adaptasi yang normal dan harus terjadi
sebelum klien dapat menerima keguguran yang telah terjadi.
3. Dx: Gangguan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
Kriteria Hasil:
Klien mempertahankan jalan napas dan sirkulasi yang paten, perdarahan,
syok dan hemoragik terkontrol. Tanda-tanda vital stabil.
Intervensi:
a. Berikan tindakan bantuan hidup darurat
R/ untuk mempertahankan kepatenan jalan napas, memperbaiki
pernapasan, meningkatkan sirkulasi.
b. Kontrol perdarahan
R/ perdarahan dapat tertutupi oleh keadaan hipovolemik selama
kehamilan
c. Immobilisasi ekstremitas, vertebra dan pelvis yang mengalami fraktur.
R/ untuk mencegah kerusakan yang lebih luas.
d. Berikan cairan IV dan penggantian darah
R/ untuk memperbaiki volume darah yang bersikulasi.
e. Pantau tanda-tanda vital setiap 5-10 menit
R/ mendeteksi gejala syok hipovolemik.
21