Makalah Trauma Kehamilan

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma fisik terjadi pada 1 dalam 12 kehamilan dan akibatnya dapat berakibat serius pada wanita, janin atau keduanya. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama terjadinya trauma selama kehamilan, yang diikuti dengan jatuh atau penyerangan langsung pada abdomen akibat pemukulan pada situasi penganiayaan fisik. Rata-rata kunjungan ke unit gawat darurat akibat trauma selama kehamilan berkisar antara 24 dari 1.000 persalinan, trauma abdominal mayor terjadi pada 0,62 dari 1.000 kehamilan. Tingkat keparahan, frekuensi, dan waktu awitan semua komplikasi ini berkaitan dengan tipe dan lokasi terjadinya cedera, usia gestasional dan keparahan cedera tersebut. Trauma selama kehamilan dihubungkan dengan peningkatan resiko terjadinya abortus spontan, persalinan preterm, solusio plasenta, bayi lahir mati dan transfusi fetomaternal. Ruptur uterus dan cedera janin secara langsung merupakan keadaan yang jarang terjadi,tetapi merupakan komplikasi trauma yang mengancam jiwa. Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama dapat mempengaruhi janin. Pukulan 1

description

trauma yang terjadi selama kehamilan

Transcript of Makalah Trauma Kehamilan

Page 1: Makalah Trauma Kehamilan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trauma fisik terjadi pada 1 dalam 12 kehamilan dan akibatnya dapat berakibat

serius pada wanita, janin atau keduanya. Kecelakaan kendaraan bermotor

merupakan penyebab utama terjadinya trauma selama kehamilan, yang diikuti

dengan jatuh atau penyerangan langsung pada abdomen akibat pemukulan pada

situasi penganiayaan fisik. Rata-rata kunjungan ke unit gawat darurat akibat

trauma selama kehamilan berkisar antara 24 dari 1.000 persalinan, trauma

abdominal mayor terjadi pada 0,62 dari 1.000 kehamilan.

Tingkat keparahan, frekuensi, dan waktu awitan semua komplikasi ini berkaitan

dengan tipe dan lokasi terjadinya cedera, usia gestasional dan keparahan cedera

tersebut. Trauma selama kehamilan dihubungkan dengan peningkatan resiko

terjadinya abortus spontan, persalinan preterm, solusio plasenta, bayi lahir mati

dan transfusi fetomaternal. Ruptur uterus dan cedera janin secara langsung

merupakan keadaan yang jarang terjadi,tetapi merupakan komplikasi trauma

yang mengancam jiwa.

Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama dapat

mempengaruhi janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal tanpa adanya

cedera terbuka pada maternal, akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau

penyerangan, mungkin tidak berdampak besar bagi wanita tapi memiliki

signifikasi yang sangat besar terhadap kesejahteraan dan kemampuan janin

untuk bertahan hidup.

Ketika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, janin terletak jauh didalam

panggul,dan resiko terjadinya solusio akibat trauma berkurang. Pada usia

kehamilan yang lebih lanjut, janin dan plasenta terletak lebih tinggi mendekati

abdomen dan lebih rentan terhadap efek trauma. Bahkan kekuatan yang sangat

kecil sekalipun pada abdomen cukup mampu merobek pelekatan plasenta

1

Page 2: Makalah Trauma Kehamilan

menjauhi lapisan desidua basalis. Efek yang merugikan selalu mungkin terjadi

akibat trauma abdomen, tanpa melihat usia kehamilan. Hal inilah yang

melatarbelakangi kami untuk membuat makalah mengenai trauma selama

kehamilan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mahasiswa

diharapkan mampu memahami konsep dengan trauma selama kehamilan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus makalah ini adalah mahasiswa diharapkan mampu:

a. Memahami konsep dasar dari trauma selama kehamilan

b. Memahami definisi trauma selama kehamilan

c. Memahami klasifikasi dari trauma selama kehamilan

d. Merumuskan diagnosa pada klien dengan trauma selama kehamilan

e. Menentukan rencana tindakan untuk klien dengan trauma selama

kehamilan

C. Metode Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode studi kepustakaan

dari berbagai literatur-literatur dan internet yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan dengan trauma selama kehamilan.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini tersusun secara sistematis yang urutannya sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan

dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teori

Terdiri dari pengertian trauma kehamilan, klasifikasi trauma

kehamilan, etiologi trauma kehamilan, pathogenesis trauma

2

Page 3: Makalah Trauma Kehamilan

kehamilan, komplikasi trauma kehamilan, manajemen trauma

kehamilan, pemeriksaan diagnostik trauma kehmilan.

Bab III Asuhan Keperawatan

Terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperwatan,

perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan

evaluasi keperawatan.

Bab IV Penutup

Terdiri dari kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

3

Page 4: Makalah Trauma Kehamilan

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Manusia

Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat

reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat

reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.

1. Alat genitalia wanita bagian luar

a. Mons veneris / Mons pubis

Mons veneris atau mons pubis disebut juga gunung venus merupakan

bagian yang menonjol dibagian depan simfisis terdiri dari jaringan

lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut

yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar

sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan

hubungan seks.

b. Bibir besar (Labia mayora)

Bibir besar (Labia mayora) merupakan kelanjutan dari mons veneris

berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan

agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah

bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:

4

Page 5: Makalah Trauma Kehamilan

c. Bibir kecil (Labia minora)

Bibir kecil (Labia minora) merupakan lipatan kulit yang panjang,

sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa

rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan

fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya

mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan

mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.

d. Klitoris

Klitoris merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat

erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini

mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris

sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama

klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.

e. Vestibulum

Vestibulum merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk

seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris

dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar

parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum

yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia,

panas, dan friksi.

f. Perinium

Perineum merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara

introitus vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan

perinium.

g. Himen (Selaput dara)

Hymen (Selaput dara) merupakan jaringan yang menutupi lubang

vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga

menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat

menstruasi.

5

Page 6: Makalah Trauma Kehamilan

2. Alat genitalia wanita bagian dalam

6

Page 7: Makalah Trauma Kehamilan

a. Vagina

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan

mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas

vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm,

sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan

rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran

muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.

Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter

ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada

dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan

terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol

serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam

vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi

empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik

sinistra.

b. Uterus

Uterus merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal,

muskular, pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer

terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan

rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan,

licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus

uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal

tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi

kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk

silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup

peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan

kandung kemih.

7

Page 8: Makalah Trauma Kehamilan

c. Tuba Fallopi

Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu

uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum

mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum

berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada

dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm.

d. Ovarium

Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel

menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.

Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum

infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui

mesovarium.

e. Parametrium

Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua

lembar ligamentum latum. Batasan parametrium

1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping

2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri

3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.

4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii

B. Konsep Dasar Trauma Selama Kehamilan

1. Pengertian Trauma Kehamilan

Trauma adalah tekanan yang ditimbulkan baik oleh benda tajam

maupun benda tumpul yang dapat mencederai janin maupun ibu itu sendiri.

Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama

dapat mempengaruhi janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal

tanpa adanya cedera terbuka pada maternal, akibat kecelakaan kendaraan

bermotor, jatuh atau penyerangan, mungkin tidak berdampak besar bagi

wanita tapi memiliki signifikasi yang sangat besar terhadap kesejahteraan

dan kemampuan janin untuk bertahan hidup.

2. Klasifikasi Trauma Kehamilan

a. Berdasarkan derajat keparahan

1) Trauma minor

8

Page 9: Makalah Trauma Kehamilan

Sebagian besar trauma (rata-rata 75% sampai 85%) yang dialami oleh

wanita hamil merupakan trauma minor. Trauma minor meliputi

memar yang terbatas, laserasi dan kontusio, biasanya akibat jatuh atau

pukulan pada abdomen dan kadang akibat kecelakaan kendaraan

bermotor. Bahkan ketika cedera yang terjadi pada ibu minor, cedera

pada plasenta dan janin dapat menyebabkan kematian janin.

Insidensi terjadinya trauma minor meningkat seiring dengan usia

kehamilan, dengan insidensi jatuh sekitar 80% yang terjadi setelah

usia kehamilan32 minggu. Wanita hamil sering jatuh selama trimester

kedua akibat pembesaran abdomen yang mempengaruhi

keseimbangan, keletihan, hipotensi, hiperventilasi, dan kekenduran

pada sendi pelvic. Trauma akibat penyerangan (pukulan pada

abdomen) sangat jarang terjadi pada usia kehamilan 36 minggu,

kemungkinan terjadi akibat stigma sosial yang berhubungan dengan

pemukulan pada wanita yang benar-benar terlihat hamil.

2) Trauma mayor

Trauma sedang sampai mayor bisa berupa patah tulang panjang, patah

tulang iga, dan memar, serta laserasi dan benturan yang luas. Sekitar

9% sampai 10% cedera yang terjadi pada wanita hamil merupakan

trauma sedang, sedangkan 2% sampai 3% merupakan trauma mayor

dan kondisi kritis. Wanita yang mengalami trauma mayor serring kali

berada dalam kondisi sakit yang kritis saat mereka dibawa ke unit

gawat darurat di rumah sakit. Kematian maternal biasanya diakibatkan

oleh cedera didaerah kepala dan dada ketimbang trauma abdominal.

Penyebab utama terjadinya kematian janin akibat trauma adalah

kematian maternal. Sebagian besar kematian janin pada wanita yang

dapat bertahan hidup adalah akibat solusio plasenta yang disebabkan

oleh syok maternal atau adanya kerusakan plasenta atau uterus.

Persalinan preterm merupakan masalah umum, yang terjadi pada

sekitar 20% wanita hamil yang mengalami trauma sedang sampai

mayor. Kontraksi setelah adanya trauma pada abdomen lazim terjadi,

9

Page 10: Makalah Trauma Kehamilan

yang disebabkan oleh kontusio uterus dengan ekstravasasi darah dari

kapiler miometrium dan kemudian iritabilitas. Ketika eksrtavasasi

darah diserap kembali maka iritabilitas uterus akan berkurang. Pada

sekitar 90% wanita, kontraksi akan berhenti tanpa pemberian

tokolisis, obat-obatan yang digunakan untuk mencegah terjadinya

persalinan preterm. Walaupun demikian, tokolisis dapat menutupi

aktifitas uterus pada keadaan solusio plasenta, yang menimbulkan

peningkatan ancaman terhadap kemampuan janin untuk bertahan

hidup.

Transfusi fetomaternal terjadi pada sekitar 30% cedera abdomen

mayor selama kehamilan, terutama ketika plasenta terletak dibagian

depan. Pecah ketuban dan abnormalitas denyut jantung janin juga

dapat terjadi, sering kali bersamaan dengan persalinan preterm atau

solusio plasenta.

b. Berdasarkan penyebab

1) Luka akibat benda tumpul

2) Trauma toraks

Trauma dada dilaporkan menghasilkan 25% dari seluruh kematian

trauma. Hasil memar paru dari hampir 75% dari trauma toraks tumpul

dan merupakan kondisi yang berpotensi mengancam nyawa. memar

paru bisa sulit untuk mengenali, terutama jika flail chest juga hadir

atau jika tidak ada bukti cedera dada. itu harus dicurigai pada kasus

cedera dada, terutama setelah percepatan tumpul atau trauma

deselerasi seperti itu occuring ketika kendaraan bergerak cepat

menabrak sebuah obyek bergerak. luka menembus ke dada dapat

menyebabkan pneumotoraks atau hemotoraks. jenis cedera biasanya

disebabkan oleh kecelakaan kendaraan yang mengakibatkan

penyulaan oleh kolom kemudi atau artikel lepas di kendaraan yang

menjadi projactile dengan kekuatan dampak. luka tusukan di dada

juga dapat terjadi sebagai akibat kekerasan

3) Luka tembak

10

Page 11: Makalah Trauma Kehamilan

\Wanita hamil sering masuk di unit gawat darurat setelah mereka

mengalami luka tembak pada abdomen. Ketika terjadi pembesaran

uterus selama kehamilan maka saat itu pula terjadi peningkatan

kerentanan terhadap cedera akibat luka tembak. Sistem otot pada

uterus yang semakin membesar relatif lebih padat sehingga sebagian

besar kekuatan dari peluru akan terserap oleh otot. Cedera pada organ

tubuh yang lain relatif jarang terjadi. Kesakitan dan kematian

maternal akibat luka tembak rendah.

Selain cedera langsung pada janin, peluru juga dapat melukai tali

pusat, membrane, maupun plasenta. Kematian perinatal yang

disebabkan oleh luka tembak selama kehamilan berkisar antara 47%

sampai 70%. Kematian perinatal kemudian sangat bervariasi dari 41%

sampai 71%, jika dibandingkan dengan kematian maternal, yang

berjumlah kurang dari 5% dari semua kasus trauma tembus.

Setelah cedera luka tembak pada uterus yang membesar, nyeri tekan

pada abdomen sering kali terjadi kemudian dibandingkan dengan

yang mungkin dialami pada keadaan tidak hamil. Spasme otot dan

kekuatan otot sering kali berkurang atau bahkan tidak ada. Perubahan

tanda-tanda vital mungkin tidak akan terlihat sampai pengurangan

volume darah maternal sebanyak 35% yang berkaitan dengan adanya

hipervolemia normal pada kehamilan. Resiko trauma pada janin dapat

sangat berat karena tubuh ibu akan mempertahankan homeostatis

yang merugikan janin dengan cara mengurangi aliran darah

uteroplasenta.

3. Etiologi Trauma Kehamilan

Ada banyak faktor yang menyebabkan trauma pada wanita hamil, terlebih

karena faktor eksternal. Antara lain :

a. KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga )

Saat terjadi pertengkaran atau perselisihan dalam rumah tangga,

sering kali ibu hamil menjadi korban pukulan atau kekerasan yang

11

Page 12: Makalah Trauma Kehamilan

mempunyai dampak pada kandungannya. Contoh yang sering terjadi

adalah pukulan langsung ke perut maupun tidak sengaja terjatuh.

b. Kecelakaan kendaraan bermotor

Kecelakaan ini sering member dampak trauma pada kandungan ibu

hamil secara idak sengaja dan hal ini dapat mengakibatkan dampak

yang ringan maupun berat. Dampak ringan dapat berupa memar,

laserasi, dan kontusio. Sedangkan dampak yang lebih berat berupa

patah tulang panggul dan patah tulang rusuk.

c. Jatuh

d. Luka tembak

e. Faktor Resiko Trauma Kehamilan

Kehamilan itu sendiri, usia yang lebih muda, penggunaan narkoba,

dan sejarah penyimpangan perilaku kekerasan oleh pasangan intim.

1) Usia kehamilan

2) Budaya

3) Lingkungan yang membahayakan

4) Fasilitas yang kurang memadahi

4. Patogenesis Trauma Kehamilan

a. Trauma minor 

Walaupun trauma ini termasuk pada trauma minor (ringan) tetapi

dapat berpengaruh pada janin. Misalkan pada saat terjatuh atau

terpeleset, lalu si ibu mengalami syok atau setidaknya kaget. Perasaan

inlah yang yang dapat berdampak pula pada janin. Karena kondisi

syok dapat mempengaruhi sirkulasi makanan dan oksigen ke janin

yang selnjutnya akan mempengaruhi tumbuh kembang janin.

b. Trauma mayor

Berupa cedera yang ditimbulkan seperti perdarahan, pecahnya

ketuban, atau terjadinya kontraksi sebelum waktunya. Umumnya

trauma langsung membutuhkan penanganan yang lebih cepat karena

dapat membahayakan janin dan ibunya.

12

Page 13: Makalah Trauma Kehamilan

5. Komplikasi Trauma Kehamilan

a. Abruptio plasenta : Lepasnya plasenta sebelum waktunya

b. Luka abdomen ( blunt abdominal pain / trauma )

c. Kelahiran prematur ( preterm labor )

d. Trauma atau luka langsung janin ( direct fetal injury )

e. Ruptur rahim ( uterine rupture ) yang lbh diperbanyak, tanda dan

gejala

f. Perdarahan janin dan ibu (fetal maternal hemorrage – FMH)

g. Memar dan kontusio pada ibu hamil

h. Ketuban pecah dini

6. Manajemen Penanganan Trauma Kehamilan

a. Survei ABC:

1) Airway ( jalan napas)

2) Breathing (pernapasan) karena letak atau posisi diafragma berada

lebih atas daripada wanita yang tidak hamil.

3) Circulation (sirkulasi atau aliran darah ibu) jangan sampai

menghambat vena cava, posisikan untuk miring atau fowler. Hal

yang perlu diwaspadai adalah kontrol adanya problem perdarahan

b. Tanda ruptur organ yang umum:

1) Guarding

2) Nyeri tekan yang kuat

3) kekakuan ( rigiditas ), mungkin hanya merupakan respon terhadap

peregangan dinding abdomen.

4) Apabila wanita diperiksa dalam posisi supine, ia akan mengalami

hipotensi dan nilai sistoliknya 80 mm Hg. Mengubah posisi wanita

ke posisi lateral atau mengubah posisi janin meningkatkan nilai

sistolik sampai lebih dari 100 mg Hg.

c. Lakukan resusistasi atau menstabilkan kondisi si ibu seoptimal

mungkin. Hal tersebut sudah akan menambah jaminan keselamatan

janin dalam kandungan.

d. Evaluasi pengaruh trauma terhadap keadaaan janin salah satunya bisa

diketahui dengan memonitor denyut nadi janin. Begitu juga

perlu perhatian khusus terhadap kondisi janin jika si ibu mengalami

13

Page 14: Makalah Trauma Kehamilan

kasus seperti perdarahan per vaginam, solusio plasenta , nyeri yang

tiba-tiba di bagian bawah perut, nyeri yang hebat diseluruh perut

bagian tanda terjadinya robekan lapisan rahim serta kejang-kejang yang

disertai dengan hipertensi sebagai tanda-tanda terjadi eklamsia.

e. Jauhkan uterus dari vena cava, supaya tidak terjadi kasus trauma akibat

dari luka tusukan, maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi.

7. Pemeriksaan Diagnostik Trauma Kehamilan

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk deteksi dini akibat

traumakehamilan, yaitu antara lain:

a. USG (Ultrasonography)

Ultrasonography selama ini dikenal masyarakat sebagai alat

kedokteran untuk memeriksa kehamilan. Dengan menggunakan

gelombang suara, USG mampu memperlihatkan kondisi janin selama

dalam kandungan, apakah memiliki pertumbuhan normal ataukah

abnormal, termasuk juga untuk mengetahui jenis kelaminnya. Melalui

USG dokter menjadi lebih mudah untuk mempelajari bentuk serta

ukuran anatomis, gerak serta hubungan jaringan dengan sekitarnya.

Karena setelah dibandingkan dengan alat penunjang pemeriksaan

lainnya, USG memiliki beberapa keunggulan untuk membantu dokter

dalam mendiagnosa pasiennya secara cepat, aman, invasif dengan

nilai diagnostik yang tinggi.

USG sebenarnya dapat dipergunakan sebagai alat penunjang diagnosis

untuk mengetahui gangguan fungsi hati, ikterus ( kuning ), hipertensi

portal, dugaan malignitas hepar primer maupun sekunder/metastase,

gangguan fungsilemak, sakit atau nyeri perut kanan atas baik akut

maupun yang menahun.Selain itu juga dapat untuk mengetahui

sindrom dyspepsia atau gejala – gejala adanya kelainan dari saluran

pencernaan, intoleransi terhadap makanan, dugaan terhadap batu

empedu, adanya gejala – gejala pakreatitis akut ataukronik, dugaan

tumor pankreas, kecurigaan metastase keganasan terutama limfoma,

gagal ginjal, hematuria, kemungkinan tumor ginjal, infeksi saluran

14

Page 15: Makalah Trauma Kehamilan

kemih, nyeri daerah ginjal dan buli – buli, trauma ginjal, kecurigaan

anomaly congenital.

b. DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)

DPL ini dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan pada

rongga usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat sangat membantu

tetapi DPL ini hanyalah alat diagnostik. Apabila ada suatu keraguan,

lakukan laparotomi. Adapun indikasi yang digunakan untuk

melakukan DPL adalah sebagai berikut:

1) Nyeri abdomen yang tidak diketahui sebabnya

2) Trauma pada bagian bawah dada

3) Hipotesis, jika hematokrit turun tanpa sebab yang jelas

4) Pasien dengan cedera abdominal dengan gangguan kesadaran

(obat, alkohol, cidera otak)

5) Pasien cedera abdominal dan medulla spinalis (sumsusm tulang

belakang)

6) Patah tulang pelvis

c. CT Scan (Computed Tomography)

CT scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk

mendapatkangambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak

dan otak Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya

dugaan yangkuat antara suatu kelainan, yaitu :

1) Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses

2) Perubahan vaskuler: malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan

infark.

3) Brain constusion

4) Hydrocephalus

5) Inflamasi

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI dilakukan untuk mengevaluasi:

1) Organ dada dan perut termasuk jantung, hati, saluran empedu,

ginjal, limpha dan pankreas serta kelenjar adrenalin.

15

Page 16: Makalah Trauma Kehamilan

2) Organ panggul termasuk pada organ reproduksi pada pria

(prostat dan testikel) dan perempuan (rahim, leher rahim, dan

ovarium).

3) Pembuluh darah ( MR angiografi )

4) Payudara.

Dokter mengguanakan pemeriksaan untuk membantu diagnosis atau

perawatan untuk memantau kondisi seperti:

1) Tumor dari dada, perut dan panggul.

2) Masalah jantung

3) Sumbatan atau pembesaran pembuluh darah, termasuk

aorta,arteri ginjal, dan arteri di kaki.

4) Penyakit hati seperti sirosis, dan organ – organ perut lainnya,

termasuk saluran empedu, kandung kemih, dan saluran pancreas.

5) Kista dan tumor padat pada ginjal dan bagian – bagian lain pada

saluran kemih.

6) Tumor dan kelaianan lain pada organ reproduksi (misalnya pada

rahim, ovarium, testis, prostat)

7) Penyebab nyeri panggul pada wanita, seperti fibroid,

endometriosisi, dan adenomyosis.

8) Uterus kongenital, yang dicurigai abnormallitynomalies.

Padawanita yang menjalani evaluasi untuk infertilitas.

9) Kanker payudara dan implan.

e. Ultrasonogram dan monitoring detak jantung janin

Pasien muda yang sehat lebih mudah terkena shock yang

berpengaruhke sistem kardiovaskular. Ultrasonogram obstetri dapat

menunjukkan usia kehamilan dan posisi janin serta plasentanya.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa USG dan Fetal Heart Rate

Monitoring adalah suatu kombinasi paling efektif untuk mendeteksi

komplikasi akibat trauma padaibu hamil.

f. Kheihauer - betke test dan Tes Laboratoriumi

Tes ini digunakan untuk mendeteksi adanya sel darah janin di serum

ibunya. Jika Rh negatif maka tetap mungkin terjadi perdarahan.

Solusinya tetap ada pemberian Rh Immunoglobulin. Namun di sisi

16

Page 17: Makalah Trauma Kehamilan

lain terdapat pula studi yang menyatakan tes ini hanya mempunyai

keefektifan yang rendah dalam kejadian trauma yang akut.

8. Pencegahan Trauma Kehamilan

a. Banyak kasus trauma dapat dicegah. Pasien dinasehati

mempergunakan penahan pangkuan – bahu (lap – shoulder –

restraints) karena lebih dapat melindungi janin daripada penahan 

pangkuan (lap restraints) saja. Fleksi tubuh yang ekstrim yang terjadi

dengan pemakaian sabuk pengaman pangkuan (lap seat belt) pada

penurunan kecepatan dengan tiba-tiba menaikkan kejadian solusio

plasenta. Identifiksi pasien yang beresiko mengalami penganiayaan

oleh suami bisa mencegah kasus traum pada ibu dengan menawarkan

konsultasi, perlindungan, atau intervensi hukum. Penganiayaan oleh

suami harus diduga bila ada tanda – tanda kerusakan tersembunyi di

bawah pakaian atau kerusakan pada wajah dan kepala disertai oleh

bekas – bekas kerusakan “mempertahankan dir” yang baru atau yang

lama pada lengan bawah atau tangan.

b. Intervensi di mulai dengan upaya pencegahan. Wanita hamil di beri

konseling untuk menghentikan aktivitas yang membutuhkan

keseimbangan dan koordinasi, untuk menggunakan restrein tempat

duduk di mobil dengan benar, untuk, untuk mengenali gejala dini

yang yang merugikan, dan ubtuk mencari terapi segera. Apabila

wanita di hospitaliisasi hanya untuk diobservasi, ia akan dilibatkan

dalam pengkajian tanda dan gejala komplikasi.

c. Pada kasus trauma minor, wanita di rawat dirumah sakit dan

dievaluasi untuk melihat hal – hal berikut: Perdarahan pervaginam,

iritabilitas uterus, nyeri tekan abdomen, nyeri atau kram abdomen,

bukti hipovalemia, perubahan frekuensi denyut jantung janin, aktivitas

janin, kebocoran cairan amnion, dan keberadaan sel – sel janin dalam

sirkulasi matenal.

d. Perawatan trauma segera dilakukan dengan memberi perhatian utama

pada ABC. Sementara hipoksia dan hipovalemia dikoreksi, waniat

harus ditransfer ke pusat trauma disertai tindakan antisipasi untuk

neonatus dan obstetri jika memungkinkan. Selama transfer, instruktur

17

Page 18: Makalah Trauma Kehamilan

persalinan harus mewaspadai terjadinya sindron autokaval (hipotensi

supine). Wanita harus ditempatkan pada possisi miring atau uterus

harus digeser kesamping dengan alat penggeser uterus atau dengan

menggunakan sebuah bantal yang ditempatkan dibawah pinggul

kanan wanita. Hipotensi harus dihindari untuk mencegah gangguan

curah jantung, yang kemudian diikuti penurunan aliran darah ke

uterus.

9. Prognosis Trauma Kehamilan

Trauma selama kehamilan berkaitan erat dengan peningkatan resiko

terjadinya aborsi spontan, persalinan preterm, solusio plasenta, transfusi

fetomaternal, dan bayi lahir mati. Hasil akhir yang merugikan segera

terjadi pada 20% kelompok dan termasuk solusio plasenta , pecah ketuban,

awitan persalinan, atau kematian janin.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

18

Page 19: Makalah Trauma Kehamilan

1. Riwayat kehamilan

a. Riwayat kehamilan gravida, jumlah abortus, jumlah anak hidup, prenatal

education secsio secaria, lama persalinan, lahir mati, premature, usia

kehamilan dan BBL.

b. Riwayat genekologi infeksi,operasi, usia menarche dan siklus mens,

seksualitas, KB.

c. Riwayat kesehatan, berat badan, golongan darah dan Rh, dalam

pengobatan (atas resep dokter/ tidak), kebiasaan merokok,

alkohol,caffeine,obat alergi, resiko teratogenik selama kehamilan, infeksi

medikasi radiografi, toxin dirumah/tempat kerja, status medik (DM,

ginjal, congenital), imunisasi.

d. Riwayat kesehatan keluarga : cancer, DM, kehamilan kembar, cacat

bawaan/keturunan.

e. Riwayat pekerjaan : tipe pekerjaan, paparan tehadap zat berbahaya.

f. Riwayat ayah bayi : usia, masalah kesehatan, tipe golongan darah,

kelainan kongenital, pekerjaan, perilaku selama kehamilan.

g. Personal information : ras, budaya, agama, penghasilan, support sistem,

penggunaan pelayanan kesehatan.

2. Pemeriksaan fisik

a. Keadekuatan jalanan nafas

b. Frekuensi pernafasan

c. Status jantung pembuluh darah

d. Keluasan cedera yang terjadi

e. Adanya solusio plasenta

f. Perdarahan per vaginam

g. Nyeri abdomen

B. Diagnosa keperawatan

1. Perubahan kenyamanan : nyeri akut b.d efek trauma

2. Ansietas b.d bahaya terhadap diri dan janin

3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan abnormal akibat perdarahan

19

Page 20: Makalah Trauma Kehamilan

4. Kurang pengetahuan b.d perluasan cedera dan prosedur yang dilakukan

5. Kerusakan integritas jaringan b.d kerusakan mekanik, tekanan atau robekan

C. Intervensi Keperawatan

1. Dx 1 : Perubahan kenyamanan : nyeri akut berhubungan dengan efek

trauma

Kriteria hasil :

Klien mendapatkan pengontrolan nyeri yang adekuat, tidak ada tanda-tanda

solusio plasenta, kenyamanan klien dapat dipertahankan

Intervensi :

a. Tentukan metode pemberian analgesik yang paling efektif, pemberian

infuse secara continue versus bolus intermitten

R/ Pemberian narkotika harus lewat metode yang paling aman dan paling

efektif menurut kondisi klien

b. Pantau apakah ada gejala solusio plasenta ( misalnya, nyeri, nyeri tekan

pada uterus, iritabilitas dan kekakuan otot, kontraksi uterus,

meningkatnya tinggi fundus uteri )

R/ Walaupun nyeri abdomen merupakan gejala solusio plasenta, namun

gejala tersebut tidak akan terlihat setelah terjadinya trauma

c. Berikan posisi untuk memaksimalkan rasa nyaman

R/ Untuk meningkatkan rasa nyaman

d. Sokong area trauma (misalnya abdomen) dengan bantal jika

memungkinkan

R/ Meningkatkan rasa nyaman

2. Dx 2 : Ansietas berhubungan dengan bahaya terhadap diri dan janin

Kriteria hasil :

Klien mendapat dukungan yang tepat, keluarga menyatakan perasaan dan

kekhawatiran mereka serta dapat mengatasi rasa takut mengenai efek trauma

terhadap ibu dan janin

Intervensi :

a. Identifikasi individu pendukung dan libatkan mereka sebanyak mungkin

R/ menurunkan stress klien

20

Page 21: Makalah Trauma Kehamilan

b. Berikan suatu lingkungan tempat ekspresi kekhawatiran mengenai cedera

terhadap diri dan janin

R/ memperbaiki kemampuan koping dan menurunkan kecemasan

c. Jawab pertanyaan secara sederhana dan langsung

R/ karena pemahaman klien mungkin menurun akibat adanya trauma dan

cemas

d. Tetap tenang, gunakan sikap yang menenangkan, yakinkan klien bahwa

semuanya telah dilakukan untuk melindungi ibu dan janin

R/ menurunkan rasa cemas klien dan meningkatkan rasa percaya diri

dalam pemberian perawatan

e. Dukung proses berduka awal jika terjadi keguguran

R/ berduka merupakan proses adaptasi yang normal dan harus terjadi

sebelum klien dapat menerima keguguran yang telah terjadi.

3. Dx: Gangguan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah

Kriteria Hasil:

Klien mempertahankan jalan napas dan sirkulasi yang paten, perdarahan,

syok dan hemoragik terkontrol. Tanda-tanda vital stabil.

Intervensi:

a. Berikan tindakan bantuan hidup darurat

R/ untuk mempertahankan kepatenan jalan napas, memperbaiki

pernapasan, meningkatkan sirkulasi.

b. Kontrol perdarahan

R/ perdarahan dapat tertutupi oleh keadaan hipovolemik selama

kehamilan

c. Immobilisasi ekstremitas, vertebra dan pelvis yang mengalami fraktur.

R/ untuk mencegah kerusakan yang lebih luas.

d. Berikan cairan IV dan penggantian darah

R/ untuk memperbaiki volume darah yang bersikulasi.

e. Pantau tanda-tanda vital setiap 5-10 menit

R/ mendeteksi gejala syok hipovolemik.

21