MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama pada kelompok umur produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Tidak hanya berakibat pada tingginya angka kematian pada korban kecelakaan. Justru, yang harus menjadi perhatian adalah banyaknya kasus kecacatan dari korban kecelakaan. Khususnya, korban kecelakaan yang menderita cedera kepala. Cedera kepala adalah proses patologis pada jaringan otak yang bersifat non- degenerative, non- congenital, dilihat dari keselamatan mekanis dari luar, yang mungkin menyebabkan gangguan fungsi kognitif, fisik, dan psikososial yang sifatnya menetap maupun sementara dan disertai hilangnya atau berubahnya tingkat kesadaran. Dari definisi itu saja, kita sudah tahu bahwa cedera kepala sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan segera demi keselamatan penderita. Sayangnya, kendati kasus terus meningkat, namun masih banyak pihak yang belum sadar pentingnya kecepatan menolong penderita. Keperawatan Gawat Darurat | 1

Transcript of MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

Page 1: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama pada

kelompok umur produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu

lintas. Tidak hanya berakibat pada tingginya angka kematian pada korban

kecelakaan. Justru, yang harus menjadi perhatian adalah banyaknya kasus

kecacatan dari korban kecelakaan. Khususnya, korban kecelakaan yang

menderita cedera kepala.

Cedera kepala adalah proses patologis pada jaringan otak yang

bersifat non- degenerative, non-congenital, dilihat dari keselamatan mekanis

dari luar, yang mungkin menyebabkan gangguan fungsi kognitif, fisik, dan

psikososial yang sifatnya menetap maupun sementara dan disertai hilangnya

atau berubahnya tingkat kesadaran.

Dari definisi itu saja, kita sudah tahu bahwa cedera kepala sangat

berbahaya dan membutuhkan penanganan segera demi keselamatan

penderita. Sayangnya, kendati kasus terus meningkat, namun masih banyak

pihak yang belum sadar pentingnya kecepatan menolong penderita.

Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi

korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat

sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya ( Mansjoer,

2000 ).

Berdasarkan hal-hal dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk

membahas Asuhan Keperawatan Cedera Kepala agar kita bisa menambah

wawasan.

B. Rumusan Masalah

Ada beberapa hal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai

berikut :

Keperawatan Gawat Darurat | 1

Page 2: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

1. Bagaimana konsep medis trauma kapitis (cedera kepala) ?

2. Bagaimana asuahan kegawatdaruratan dari trauma kapitis ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengetahui konsep medis trauma kapitis

2. Mengetahui asuhan kegawatdaruratan dari trauma kapitis

Keperawatan Gawat Darurat | 2

Page 3: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS

A. Definisi Trauma Kapitis

Trauma kepala atau Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik

dari fungsi otak yang disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak,

tanpa terputusnya kontinuitas otak.

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit

kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara

langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani,

2001).

Trauma kapitis adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung

atau tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan fungsi

neurologis.

B. Klasifikasi

Cedera kepala dapat dilasifikasikan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Mekanisme

a. Trauma Tumpul : adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan

kendaraan bermotor, kecelakaan saat olahraga,

kecelakaan saat bekerja, jatuh, maupun

cedera akibat kekerasaan (pukulan).

b. Trauma Tembus : adalah trauma yang terjadi karena tembakan

maupun tusukan benda-benda tajam/runcing.

2. Berdasarkan Beratnya Cidera

The Traumatic Coma Data Bank mengklasifisikan berdasarkan

Glasgow Coma Scale ( Mansjoer, dkk, 2000) :

Keperawatan Gawat Darurat | 3

Page 4: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

a. Cedera Kepala Ringan/Minor (Kelompok Risiko Rendah) yaitu,

GCS 14-15, pasien sadar dan berorientasi, kehilangan kesadaran

atau amnesia < dari 30 menit, tidak ada intoksikasi alkohol atau

obat terlarang, klien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing, tidak

terdapat fraktur tengkorak, kontusio, hematom , tidak ada kriteria

cedera sedang sampai berat.

b. Cedera Kepala Sedang (Kelompok Risiko Sedang) yaitu GCS 9-13

(konfusi,letargi dan stupor), pasien tampak kebingungan,

mengantuk, namun masih bisa mengikuti perintah sederhana,

hilang kesadaran atau amnesia > 30 menit tetapi < 24 jam, konkusi,

amnesia paska trauma, muntah, tanda kemungkinan fraktur kranium

(tanda battle, mata rabun, hemotimpanum, otorhea atau

rinorhea cairan serebrospinal).

c. Cedera Kepala Berat (Kelompok Risiko Berat) yaitu GCS 3-8

(koma), penurunan derajat kesadaran secara progresif, kehilangan

kesadaran atau amnesia > 24 jam, tanda neurologis fokal, cedera

kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium.

C. Etiologi

1. Trauma oleh benda tajam

Menyebabkan cedera  setempat dan menimbulkan cedera lokal.

Kerusakan lokal meliputi Contusio serebral, hematom serebral,

kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi,

pergeseran otak atau hernia.

2. Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh

(difusi) Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk :

cedera akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar,

hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar

pada hemisfer cerebral, batang otak atau kedua-duanya.

3. Etiologi lainnya

a. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan

Keperawatan Gawat Darurat | 4

Page 5: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

mobil.

b. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.

c. Cedera akibat kekerasan.

D. Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan

glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf

hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan

oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan

menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen

sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %,

karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari

seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun

sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.

Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi

kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat

menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau

kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme

anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.

Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60

ml / menit / 100 gr. Jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.

Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas

atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udema paru.

Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan

P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.

Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur,

misalnya kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah,

perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak seperti  penurunan adenosis

tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler.

Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera

kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan

Keperawatan Gawat Darurat | 5

Page 6: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur

dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otat. Pada cedera kepala

sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari

hipoksemia, iskemia dan perdarahan.

E. Manifestasi Klinik

1. Hilangnya kesadaran

2. Kebingungan

3. Iritabel

4. Pucat

5. Mual dan muntah

Keperawatan Gawat Darurat | 6

Page 7: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

6. Pusing kepala

7. Terdapat hematoma

8. Kecemasan

9. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari

hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. CT-Scan

Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan

perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark /

iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.

2. MRI

Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.

3. Cerebral Angiography

Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak

sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.

4. Serial EEG

Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis

5. X-Ray

Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis

(perdarahan/edema), fragmen tulang.

6. BAER

Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil

7. Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai

akibat peningkatan tekanan intrkranial.

G. Komplikasi

1. Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat

sinus frontal atau dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang

temporal.

2. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama

Keperawatan Gawat Darurat | 7

Page 8: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

dini minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah

terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh

faktor sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi

jaringan otak. Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada

pendertia cedera kepala. Adapun penatalaksanaan umum , yakni:

1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi

2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma

3. Berikan oksigenasi

4. Awasi tekanan darah

5. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik

6. Atasi shock

7. Awasi kemungkinan munculnya kejang

KONSEP KEPERAWATAN

Kasus : “ Seorang pasien laki-laki bernama Tn.B berusia 23 tahun datang ke

RSUD. M dengan kecelakaan motor, pasien mengalami

penurunan kesadaran. Terdapat hematome di kepala dan krepitasi

pada paha bagian kanan 1/3 medial dextra.”

Pertolongan :

1. Pastikan aman lingkungan di sekitar tempat kecelakaan

2. Cari pertolongan (hubungi 118)

3. Meraba arteri karotis

4. Kontrol jalan nafas

5. Kontrol pendarahan dan syok

6. Imobilisasi penderita

7. Lakukan RJP

8. Berikan bantuan nafas

9. Apabila tim pertolongan telah datang ,pasien segera ditangani

Keperawatan Gawat Darurat | 8

Page 9: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

untuk di bawa ke Rumah Sakit.

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Nama : Tn. B

Umur : 23 tahun

Jenis Kelamin

Alamat : Doplang RT 05/03 Purworejo

Penanggung Jawab

Nama : Tn. A

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : swasta

Alamat: Doplang RT 05/03 Purworejo

Hubungan dengan klien: Ayah

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama : pasien datang ke RSUD. M dengan kecelakaan

bermotor, pasien mengalami penurunan kesadaran. Terdapat hematome

di kepala dan krepitasi pada paha bagian kanan 1/3 medial dextra.

b. Riwayat kesehatan sekarang : pasien datang ke IGD dibawa oleh

kelurganya pada tgl 10 ok 2015. Pasien tabrakan dengan kendaraan

bermotor dengan penurunan kesadaran, terdapat hematome pada

kepela dan krepitasi pada paha bagian kanan 1/3 medial dektra dan

wajah hematome, keluar darah dari mulut pasien sesak.

1. Primary survey

a. Airway : terdapat sumbatan jalan napas berupa darah dan lendir

b. Brething

Look : adanya pengembangan dinding dada, frekuensi 32/menit.

Listen : terdengar suara napas stidor

Fell: terasa hembusan nafas, terlihat otot bantu pernapasan.

Keperawatan Gawat Darurat | 9

Page 10: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

c. Circulation : akral dingin, kulit pucat, terdapat perdarahan di mulut,

CRT > 3 detik.

d. Disability :E2,M3,V2

2. Secondary survey

Kesadaran : sopor

Keadaan umum : jelek

GCS s: 7

TTV :

TD : 100/60 mmHg

N : 102x/menit

P : 32x/menit

S : 37,8 c

Pemeriksaan Fisik :

a. Kepala

Inspeksi : bentuk simetris, rambut tampak kusam, terdapat hematome di

bagian wajah dan kepala.

Palpasi : tidak ada ketombe, benjolan terdapat nyeri tekan pada bagian

oksipital.

b. Mata

Inspeksi : bentuk simetris, klien selalu memejamkan matanya karena mata

terdapat hematome, blue eyes di kedua mata.

Palpasi : ada nyeri tekan di kedua mata.

c. Hidung

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, keluar darah dari hidung

Palpasi : adanya nyeri tekan

d. Telinga

Inspeksi : bentuk simetris, terdapat darah.

Palpasi : adanya yeri tekan

e. Mulut

Keperawatan Gawat Darurat | 10

Page 11: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, getah bening dan vena

jagularis, di curigai adanya fraktur servikal

f. Thoraks

Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, terdapat otot bantu

pernapasan, bentuk dada simetris.

Palpasi : adanya nyeri tekan

Perkusi : resonan

Frekuensi : 32x/menit tidak ada whezing dan ronchi

g. Jantung

Perkusi : mur-mur (-), gallop (-)

h. Abdomen

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada terdapat jejas.

Auskultasi : bissing usus normal

Palpasi : turgor kulit elastis, warna kulit sama dengan warna kulit lainnya.

Perkusi: timpani (redup pada organ )

i. Ekstremitas

Atas : refleks bisep dan trisep normal, tidak ada kelainan, ada bekas luka

di tangan, terpasang infus di tangan kanan, fleksi dan ekstensi (+)

Bawah : tidak ada kelainan, jari-jari lengkap.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d kerusakan aliran darah otak

sekunder edema serebri, hematom.

2. Pola nafas tidak efektif b/d kerusakan neuromuscular control mekanisme

ventilasi, komlikasi pada paru.

C. Intervensi Keperawatan

NOTujuan dan

kriteria hasilIntervensi Rasional

Keperawatan Gawat Darurat | 11

Page 12: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

1.

2.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1x24 jam

pola nafas dapat

efektif dengan

kriteria hasil :

1.      Tidak ada

penggunaan otot

bantu

pernafasan.

2.      Tidak sianosis

3.      CRT < 3 detik

4.      RR < 24x/menit

5.      Tidak terpasang

oksigen

6.      Secret dan

lender

berkurang

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1x24 jam

gangguan

- Pertahankan kepala dan

leher tetap posisi datar atau

tengah (posisi supinasi).

- Observasi fungsi

pernafasan, catat frekuensi

pernafasan, dispnea atau

perubahan tanda-tanda vital.

- Evaluasi pergerakan dinding

dada dan auskultasi

bunyinya.

- Berikan terapi O2 sebanyak

3 liter

- Pemasangan gudele dan

lakukan penghisapan lender

- Evaluasi  nilai GCS klien

- Pantau TTV klien

- Pertahankan kepala dan

leher tetap posisi datar 

(posisi supinasi)

- Evaluasi keadaan pupil,

ukuran, ketajaman,

- Kepala  yang

tidak posisi

netral dapat

menekan JVP 

aliran darah ke

otak.

- Distres

pernafasan dan

perubahan

pada tanda

vital dapat

terjadi sebagai

akibat stress

fisiologis dan

nyeri atau

dapat

menunjukkan

terjadinya syok

sehubungan

dengan

hipoksia.

- Sebagai

pedoman

kelancaran

pola

pernafasan

- Memberikan

adekuat O2

dalam darah

dan aliran ke

Keperawatan Gawat Darurat | 12

Page 13: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

perfusi jaringan

dapat teratasi

dengan criteria

hasil :

1.      Nilai GCS

meningkat  yaitu

12

2.      Kesadaran

membaik yaitu

compos mentis

3.      Tanda-tanda

vital normal

TD :120/80

Mmhg,

N: 90 x/menit

RR : 24 x/menit

S : 37 C

kesamaan antara kiri dan

kanan  dan reaksi terhadap

rangsangan cahaya

- Kolaborasi dalam pemberian

obat sesuai indikasi

- Anjurkan pada keluarga

untuk  batasi pengunjung

- Pemberian terapi O2 dan

penghisapan lender

- Lakukan pemasang NGT

- Lakukan pemasangan

kateter

otak

- Sebagai alat

bantu supaya

jalan napas

tidak tertutup

- menentukan

status

neurologis

- perubahan

TTV

mendadak

dapat

menentukan

peningkatan

TIK dan

trauma batang

otak

- kepala yang

tidak posisi

netral dapat

menekan JVP

aliran darah

keotak

- untuk

menentukan

apakah

Keperawatan Gawat Darurat | 13

Page 14: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

batangotak

masih baik dan

masih ada

respons

terhadap

cahaya atau

tidak.

- Untuk

membantu

proses

penyembuhan

- memberikan

lingkungan

nyaman untuk

menghindari

ketegangan

dapat

mempertahank

an kita

terjadinya

peningkatan

TIK

- Memberikan

adekuat O2

dalam darah

dan aliran ke

otak

Keperawatan Gawat Darurat | 14

Page 15: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

- Untuk

mengurangi

adanya

tekanan TIK

- Untuk

memenuhi

ADL dan

mengetahui

keseimbangan

cairan.

BAB III

PENUTUP

Keperawatan Gawat Darurat | 15

Page 16: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

A. Kesimpulan

Trauma kepala atau Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik

dari fungsi otak yang disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak,

tanpa terputusnya kontinuitas otak,

Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera

kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan

suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur

dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otat. Pada cedera kepala

sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari

hipoksemia, iskemia dan perdarahan.

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan

glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf

hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan

oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan

menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen

sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %,

karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari

seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun

sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.

B. Saran  Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Penulis

adalah :

1. Sebagai tenaga kesehatan yang lebih tahu tentang kesehatan, kita dapat

menerapakan perilaku yang lebih berhati-hati agar tidak memicu

terjadinya cedera pada kepala.

2. Perawat harus melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan baik

pada pasien penderita Cedera Kepala sehingga kesembuhan pasien dapat

tercapai dengan baik

Keperawatan Gawat Darurat | 16

Page 17: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

3. Perawat maupun calon perawat harus memahami konsep dasar dari

Cedera Kepala dan ruang lingkupnya sehingga dalam proses

memberikan asuhan keperawatan pada pasien penderita Cedera Kepala

dapat terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan Gawat Darurat | 17

Page 18: MAKALAH TRAUMA KAPITIS.docx

Arif Mansjoer, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media

Aesculapius., Jakarta.

Brunner and Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Guyton dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC.

Judith M Wilkinson, 2007, Buku Saku Daignosis Keperawatan: dengan intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC, EGC., Jakarta.

Marlyn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Suriadi & Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak , Edisi I. Jakarta :

CV Sagung Seto

Keperawatan Gawat Darurat | 18