Makalah Trauma Thorax

31
MAKALAH “TRAUMA DADA” Dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Trauma Disusun oleh : Kelas 3A

Transcript of Makalah Trauma Thorax

Page 1: Makalah Trauma Thorax

MAKALAH “TRAUMA DADA”

Dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Keperawatan Trauma

Disusun oleh :

Kelas 3A

Program Studi Ilmu keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN

2013

Page 2: Makalah Trauma Thorax

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirannya Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat

menyusun makalah ini dengan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW beserta para

sahabatnya.

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan

Trauma dimana makalah ini berisi tentang Trauma Dada.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak

akan dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis

November 2013

i

Page 3: Makalah Trauma Thorax

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

PENDAHULUAN..................................................................................................iii

1.1 Latar Belakang..............................................................................................iii

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................iii

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................iii

1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................iii

TINJAUAN TEORI.................................................................................................1

2.1 Pengertian Trauma Dada / Thorax.................................................................1

2.2 Etiologi...........................................................................................................1

2.3 Klasifikasi......................................................................................................2

2.4 Patofisiologi...................................................................................................2

2.5 Manifestasi Klinis..........................................................................................3

2.6 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................4

2.7 Penatalaksanaan.............................................................................................7

2.8 Pemeriksaan penunjang..................................................................................9

KONSEP KEPERAWATAN.................................................................................11

3.1 Pengkajian....................................................................................................11

3.2 Pemeriksaan Fisik........................................................................................11

3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................................12

3.4 Intevensi Keperawatan.................................................................................13

PENUTUP..............................................................................................................15

4.1 Kesimpulan..................................................................................................15

DAFTAR  PUSTAKA...........................................................................................17

ii

Page 4: Makalah Trauma Thorax

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma thorax sering ditemukan sekitar 25% dari penderita multi-trauma ada

component trauma toraks. 90% dari penderita dengan trauma thorax ini dapat

diatasi dengan tindakan yang sederhana oleh dokter di Rumah Sakit (atau

paramedic di lapangan), sehingga hanya 10% yang memerlukan operasi.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah

ini adalah:

1. Apa definisi trauma thorax ?

2. Apa etiologi trauma thorax ?

3. Apa manifestasi trauma thorax ?

4. Apa patofisiologi trauma thorax ?

5. Bagaimana penatalaksanaan trauma thorax ?

1.3 Tujuan Penulisan

Diharapkan penulis atau pembaca dapat mengetahui serta dapat

mendemontrasikan penatalaksanaan penderita trauma thorax.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Mengetahui definisi trauma thorax

2. Mengetahui etiologi trauma thorax

3. Mengetahui manifestasi trauma thorax

4. Mengetahui patofisiologi trauma thorax

5. Mengetahui cara penatalaksanaan trauma thorax

iii

Page 5: Makalah Trauma Thorax

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Trauma Dada / Thorax

Trauma dada adalah trauma tajam atau tumpul thorax yang dapat

menyebabkan tamponade jantung, pneumothorax, hematothorax, dan sebagainya

(FKUI, 1995). Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding

thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh

benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,

diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang

dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne & Smetzler, 2001).

Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Trauma

Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul

maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas

(bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat

menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam rongga

thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi

patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax,  Tamponade Jantung,

dan sebagainya.

 

2.2 Etiologi

1. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada

2. Penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan

3. Penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.

4. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga,

ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.

5. Tusukan paru dengan prosedur invasif.

1

Page 6: Makalah Trauma Thorax

6. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau

tertimpa benda berat.

7. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)

8. Pukulan daerah thorax dan Fraktur tulang iga

9. Tindakan medis (operasi)

 

2.3 Klasifikasi

Trauma dada diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Trauma Tajam

a. Pneumothoraks terbuka

b. Hemothoraks

c. Trauma tracheobronkial

d. Contusio Paru

e. Ruptur diafragma

f.   Trauma Mediastinal

2. Trauma Tumpul

a) Tension pneumothoraks

b) Trauma tracheobronkhial

c) Flail Chest

d) Ruptur diafragma

e) Trauma mediastinal

f)   Fraktur kosta

 

2.4 Patofisiologi

Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk

kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan

memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum,

trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio

paru. Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada

jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.

2

Page 7: Makalah Trauma Thorax

Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax

juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun

terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan Flail Chest, yaitu

suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan

keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel

pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya

semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada

pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi

sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang

serius.

Sedangkan trauma dada / thorax dengan benda tajam seringkali berdampak

lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Benda

tajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan merobek

pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisi

tusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada

(Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan

tekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura jika

tertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara progresif

dalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax,penurunan ekspansi

paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung. Adapun

gambaran proses perjalanan patofisiologi lebih lanjut dapat dilihat pada skema

2.5 Manifestasi Klinis

1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.

2. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.

3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.

4. Dyspnea, takipnea

5. Takikardi

6. Tekanan darah menurun.

7. Gelisah dan agitasi

8. Kemungkinan cyanosis.

3

Page 8: Makalah Trauma Thorax

9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.

10. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

11. Ada jejas pada thorak

12. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena

leher

13. Bunyi muffle pada jantung

14. Perfusi jaringan tidak adekuat

15. Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan

pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola

dari trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan

dari kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air bag dan lain

lain.

2. Radiologi : Foto Thorax (AP)

Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada

pasien dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan

dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius

trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.

 

3. Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph

gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan

pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas

darah dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar

oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida dalam darah.

Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama

pemeriksaan ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan

4

Page 9: Makalah Trauma Thorax

melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A.

brachialis, A. Femoralis.

Didalam tabel berikut ini dapat dilihat nilai normal dari GDA dan pH,

serta kemungkinan diagnosis terhadap perubahan nilai dari hasil

pemeriksaannya :

Nilai Normal Asidosis Alkaliosis

pH ( 7,35 s/d 7,45 ) Turun Naik

HCO3 (22 s/d 26) Turun Naik

PaCO2 (35 s/d 45) Naik Turun

BE (–2 s/d +2) Turun Naik

PaO2 ( 80 s/d 100 ) Turun Naik

Tabel 1.1 : Nilai Normal dan Kesimpulan Perubahan Hasil AGD dan pH (Hanif, 2007)

Pemeriksaan AGD dan pH tidak hanya dilakukan untuk penegakan

diagnosis penyakit tertentu, namun pemeriksaan ini juga dapat dilakukan

dalam rangka pemantauan hasil / respon terhadap pemberian terapi /

intervensi tertentu kepada klien dengan keadaan nilai AGD dan pH yang

tidak normal baik Asidosis maupun Alkaliosis, baik Respiratori maupun

Metabolik. Dari pemantauan yang dilakukan dengan pemeriksaan AGD

dan pH, dapat diketahui ketidakseimbangan sudah terkompensasi atau

belum / tidak terkompensasi.

Pada tabel berikut ini dapat dilihat acuan perubahan nilai yang

menunjukkan kondisi sudah / tidak terkompensasi.

Jenis Gangguan Asam Basa PH Total CO2 PCO2

Asidosis respiratorik tidak terkonpensasi Rendah Tinggi Tinggi

Alkalosis respiratorik tidak terkonfensasi Tinggi Rendah Rendah

5

Page 10: Makalah Trauma Thorax

Asidosis metabolic tidak terkonfensasi Rendah Rendah Normal

Alkalosis metabolic tidak terkonfensasi Tinggi Tinggi Rendah

Asidosis respiratorik kompensasi alkalosis

metabolicNormal Tinggi Normal

Alkalosis respiratorik kompensasi asidosis

metabolicNormal Rendah Normal

Asidosis metabolic kompensasi alkalosis

respiratorikNormal Rendah Rendah

Alkalosis metabolic kompensasi asidosis

respiratorikNormal Tinggi Tinggi

Tabel 2.2 : Acuan Nilai Hasil Pemantauan AGD dan pH ( FKUI, 2008)

 

4. CT-Scan

Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul

toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi.

Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat

diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada

pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum

dilakukan Aortografi.

5. Ekhokardiografi

Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam

menegakkan diagnosa adanya kelainan pada jantung dan esophagus.

Hemoperikardium, cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera

pada dinding jantung ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui

segera. Pemeriksaan ini bila dilakukan oleh seseorang yang ahli,

kepekaannya meliputi 90% dan spesifitasnya hampir 96%.

6. EKG (Elektrokardiografi)

6

Page 11: Makalah Trauma Thorax

Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang

terjadi akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma.

Adanya abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan

konduksi, tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan

adanya kontusi jantung. Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia,

gangguan elektrolit, hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti

kontusi jantung.

7. Angiografi

Gold Standard’ untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan

adanya cedera aorta pada trauma tumpul toraks.

8. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.

9. Hb (Hemoglobin) : Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan

oksigen jaringan tubuh.

 

2.7 Penatalaksanaan

1. Bullow  Drainage / WSD

Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

a. Diagnostik :Menentukan perdarahan dari pembuluh darah

besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi

torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shock.

b. Terapi :

Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga

pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga

"mechanis of breathing" dapat kembali seperti yang

seharusnya.

c. Preventive :

Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura

sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.

2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :

a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.

Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti

verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa

7

Page 12: Makalah Trauma Thorax

yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh

dikotori waktu menyeka tubuh pasien.

b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa

sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.

c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :

a) Penetapan slang.

Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang

dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya

pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang

dapat dikurangi.

b) Pergantian posisi badan.

Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan

memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi

tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut,

merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau

menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.

d. Mendorong berkembangnya paru-paru.

a) Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru

mengembang.

b) Latihan napas dalam.

c) Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk,

jangan batuk waktu slang diklem.

d) Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 -

800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam,

harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan

bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan

keadaan pernapasan.

f. Suction harus berjalan efektif :

8

Page 13: Makalah Trauma Thorax

Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah

operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.

g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.

a. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa

cairan yang keluar kalau ada dicatat.

b. Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan

dan adanya gelembung udara yang keluar dari bullow

drainage.

c. Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara

masuk yaitu meng"klem" slang pada dua tempat dengan

kocher.

d. Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan

sterilitas botol dan slang harus tetap steril.

e. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja

diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.

f. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam

rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena

kesalahan dll.

3. Dinyatakan berhasil, bila :

a. Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan

radiologi.

b. Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.

c.  Tidak ada pus dari selang WSD.

2.8 Pemeriksaan penunjang

a.  X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)

b. Diagnosis fisik :

a). Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap

simtomatik, observasi.

b). Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc)

drainase cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan

drainase dengan continues suction unit.

9

Page 14: Makalah Trauma Thorax

c). Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus

dipertimbangkan thorakotomi

d). Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain

lebih dari 800 cc segera thorakotomi.

2.2 Terapi :

a. Antibiotika

b. Analgetika

c. Expectorant.

2.3 Komplikasi

a. tension penumototrax

b. penumotoraks bilateral

c. emfiema

10

Page 15: Makalah Trauma Thorax

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Point yang penting dalam riwayat keperawatan :

1.      Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.

2.      Alergi terhadap obat, makanan tertentu.

3.      Pengobatan terakhir.

4.      Pengalaman pembedahan.

5.      Riwayat penyakit dahulu.

6.      Riwayat penyakit sekarang.

7.      Dan Keluhan.

3.2 Pemeriksaan Fisik

1. Sistem Pernapasan

a. Sesak napas

b. Nyeri, batuk-batuk

c. Terdapat retraksi klavikula/dada

d. Pengambangan paru tidak simetris

e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain

f. Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,

hematotraks (redup)

g. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang

berkurang/menghilang

h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas

i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.

11

Page 16: Makalah Trauma Thorax

3. Sistem Kardiovaskuler :

a. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk

b. Takhikardia, lemah

c. Pucat, Hb turun /normal

d. Hipotensi.

4. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.

5. Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.

6. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.

7. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.

a. Kemampuan sendi terbatas

b. Ada luka bekas tusukan benda tajam

c.  Terdapat kelemahan

d.  Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.

8. Sistem Endokrine :

a. Terjadi peningkatan metabolisme

b. Kelemahan.

9. Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.

10. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

3.3 Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang

tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.

b. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi

sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

c. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan

dan reflek spasme otot sekunder.

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan

dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

e. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang

bullow drainage.

12

Page 17: Makalah Trauma Thorax

g. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme

sekunder terhadap trauma.

3.4 Intevensi Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang

tidak maksimal karena trauma.

Tujuan : Pola pernapasan efektive.

Kriteria hasil :

-Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.

-Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

-Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab

Intervensi :

-Berikan posisi yang  nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat

tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

-Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau

perubahan tanda-tanda vital.

-Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin

keamanan.

-Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps

paru-paru.

b. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret

dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

Tujuan :  Jalan napas lancar/normal

Kriteria hasil :

-Menunjukkan batuk yang efektif.

-Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.

-Klien nyaman.

Intervensi :

-Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat

penumpukan sekret di sal. pernapasan.

-Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

-Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

13

Page 18: Makalah Trauma Thorax

-Lakukan pernapasan diafragma.

-Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi  dan

fisioterapi.

c. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma

jaringan  dan reflek spasme otot sekunder.

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

-Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.

-Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri.

-Pasien tidak gelisah

-Intervensi :

-Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan

non invasif.

-Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang

nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.

-Tingkatkan pengetahuan  tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan

berapa lama nyeri akan berlangsung.

-Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik.

-Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien,  30 menit setelah

pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam

setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.

14

Page 19: Makalah Trauma Thorax

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

bahwa Trauma Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya

benturan baik tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang

menyebabkan abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada

thorax akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ

bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi

beberapa kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax, 

Tamponade Jantung, dan sebagainya.

Trauma dada diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

11. Trauma Tajam

a. Pneumothoraks terbuka

b. Hemothoraks

c. Trauma tracheobronkial

d. Contusio Paru

e. Ruptur diafragma

f.   Trauma Mediastinal

12. Trauma Tumpul

a) Tension pneumothoraks

b) Trauma tracheobronkhial

c) Flail Chest

d) Ruptur diafragma

e) Trauma mediastinal

f)   Fraktur kosta

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul karena trauma dada adalah :

1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang

tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.

2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi

sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

15

Page 20: Makalah Trauma Thorax

3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan

dan reflek spasme otot sekunder.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan

dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

5. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang

bullow drainage.

7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme

sekunder terhadap trauma.

16

Page 21: Makalah Trauma Thorax

DAFTAR  PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Depkes. RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus

Bedah.Jakarta : Pusdiknakes.

Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian

keperawatan. Jakarta : EGC.

Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Pusponegoro, A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

17