Makalah Trauma Muskulo

37
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligamen, tendon, fascia, bursae, dan persendian. Cedera atau trauma pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang spesifik seperti ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun injury pada satu jaringan tunggal jarang terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa jaringan mengalami injury dalam suatu insiden traumatik seperti fraktura yang berhubungan dengan trauma kulit, saraf dan pembuluh darah. Adnya beban yang berlebih ataupun tekanan yang berulang mengakibatkan lebam atau kontusio pada kulit kram (regangan) atau strain pada serabut tendon atau ligament, keseleoatau sprain. Keadaan di atas yaitu sprain, strain dan dislokasi mempunyai tanda inisial yang mirip namun mempunyai beberapa perbedaan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan strain, sprain, dan dislokasi sendi? 1.2.2 Apakah perbedaan antara strain, sprain, dan dislokasi sendi? 1.2.3 Apakah penyebab cidera muskuloskeletal? 1

description

Makalah KK 4B

Transcript of Makalah Trauma Muskulo

Page 1: Makalah Trauma Muskulo

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari tulang, otot,

kartilago, ligamen, tendon, fascia, bursae, dan persendian. Cedera atau trauma

pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang spesifik

seperti ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun injury pada satu

jaringan tunggal jarang terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa

jaringan mengalami injury dalam suatu insiden traumatik seperti fraktura yang

berhubungan dengan trauma kulit, saraf dan pembuluh darah.

Adnya beban yang berlebih ataupun tekanan yang berulang mengakibatkan

lebam atau kontusio pada kulit kram (regangan) atau strain pada serabut tendon

atau ligament, keseleoatau sprain. Keadaan di atas yaitu sprain, strain dan

dislokasi mempunyai tanda inisial yang mirip namun mempunyai beberapa

perbedaan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan strain, sprain, dan dislokasi sendi?

1.2.2 Apakah perbedaan antara strain, sprain, dan dislokasi sendi?

1.2.3 Apakah penyebab cidera muskuloskeletal?

1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis dari strain, sprain dan dislokasi sendi?

1.2.5 Bagaiman asuhan keperawatan untuk klien dengan cidera

muskuloskeletal?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari strain, sprain, dan dislokasi sendi.

1.3.2 Untuk mengetahui perbedaan antara strain, sprain, dan dislokasi sendi.

1.3.3 Untuk mengetahui penyebab cidera muskuloskeletal.

1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari strain, sprain dan dislokasi

sendi.

1.3.5 Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk klien dengan cidera

muskuloskeletal.

1

Page 2: Makalah Trauma Muskulo

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Cedera Muskuloskeletal

2.1.1 Strain

Kerusakan pada jaringan otot disebabkan trauma langsung (impact) atau

tidak langsung (overloading). Terjadi akibat otot tertarik ke arah yang salah,

kontraksi otot yang berlebihan atau keadaan otot belum siap ketika

kontraksi. Mencakup robekan, ruptur jaringan, inflamasi terjadi pada cedera

otot atau tendon yang menyebabkan nyeri dan pembengkakan jaringan.

Fleksibilitas otot yang baik, menghindarkan daerah sekitar cedera memar

dan membengkak (Elizabeth, 2009).

2.1.2 Sprain

Trauma pada sendi berhubungan dengan cedera pada ligamen. Sprain berat

mengakibatkan ligamen terputus. Ligamen mengalami kerusakan serabut

ringan maupun total, mengalami robek menyebabkan kehilangan

kemampuan stabilitasnya. Sprain yang terjadi pada skala berat dapat

menyebabkan ligamen putus dan terjadi edema, sendi mengalami nyeri dan

gerakan sendi terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus

meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akibat membengkaan dan

pendarahan yang terjadi (Elizabeth, 2009).

2

Page 3: Makalah Trauma Muskulo

2.1.3 Dislokasi sendi

Diakibatkan pergeseran tulang dari posisi semula. Dislokasi sendi dapat

diakibatkan oleh trauma berat yang mengganggu kemampuan ligamen

dalam menahan tulang di posisi normalnya, selain itu akibat kelainan

kongenital. Dislokasi akibat trauma mengakibatkan nyeri hebat,

pembengkakan, dan kehilangan kemampuan rentang gerak sendi (Elizabeth,

2009).

2.2 Klasifikasi

2.2.1 Strain

a. Derajat I (Strain ringan). Cidera akibat penggunaan berlebih pada unit

muskulotendinous ringan yang berupa robekan ringan pada otot atau

3

Page 4: Makalah Trauma Muskulo

ligament. Gejala yang timbul berupa nyeri lokal, meningkat bila bergerak

atau ada beban pada otot. Ditandai dengan adanya spasme otot ringan,

bengkak, dan gangguan kekuatan otot. Komplikasi yang dapat terjadi jika

strain berulang adalah tendonitis dan perioritis, perubahan patologi

adanya infeksi ringan yang mengganggu jaringan otot dan tendon.

Biasanya akan sembuh dengan istirahat yang cukup, terapi latihan ROM

untuk mengembalikan kekuatan otot.

b. Derajat II (Strain sedang). Cedera pada unit muskulotendinous akibat

kontraksi berlebihan dengan gejala nyeri lokal, menigkat apabila

bergerak atau beban. Ditandai dengan spasme otot sedang, bengkak,

tenderness, gangguan kekuatan otot, dan kelamahan fungsi otot sedang.

Terapi RICE dengan istirahta 3-6 minggu, kompres dingin 15-30 menit,

dan balut tekan dengan bahan lunak, serta tinggikan daerah cedera

dibantu imobilisasi.

c. Derjat III (Strain berat). Adanya tekanan berat sehingga mengakibatkan

robekan penuh pada otot dan ligament yang mengakibatkan

ketidakstabilan sendi. Gejala yang timbul berupa nyeri berat, dan

stabilisasi. Ditandai dengan spasme otot kuat, bengkak, tenderness, dan

gangguan kekuatan otot dan fungsi berat. Terapi berupa istirahat 3-6

minggu, kompres dingin 15-30 menit, balut tekan dengan bahan lunak,

tinggikan daerah cedera, dan imobilisasi. Rujuk ke rumah sakit untuk

pembedahan untuk mengembalikan fungsi (Sadoso, 1995).

2.2.2 Sprain

a. Tingkat I. Ditandai dengan sedikit hematoma dalam ligamentum dan

hanya beberapa serabut yang putus. Menimbulkan rasa nyeri tekan,

pembengkakan, dan sakit di daerah cedera. Terapi berupa istirahat yang

cukup, latihan penggerakan otot.

b. Tingkat II. Ditandai dengan banyaknya serabut ligamentum yang putus,

sehingga menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi atau

adanya cairan yang keluar, dan biasanya tidak dapat menggerakkan

persendian tersebut.

4

Page 5: Makalah Trauma Muskulo

c. Tingkat III. Ditandai dengan terputusnya semua ligamentum akibatnya

kedua ujung terpisah. Persendian tersebut akan terasa sakit, darah di

persendian, pembengkakan, tidak dapat bergerak, dan terdapat gerakan

abnormal.

2.2.3 Dislokasi sendi

a. Dislokasi kongenital terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan

b. Dislokasi patologik diakibatkan penyakit pada sendi atau jaringan sekitar

sendi seperti: tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang, diakibatkan

kekuatan tulang berkurang.

c. Dislokasi traumatik merupakan kedaruratan ortopedi misalkan pasokan

darah, susunan saraf rusak atau stres berat, dan kematian jaringan akibat

anoksia. Akibat edema akibat pengerasan. Terjadi karena trauma kuat

yang dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekitarnya dan

kemungkinan dapat merusak struktur sendi, ligamen, saraf, dan sistem

vaskuler.

(Arif Mansyur, 2000)

2.3 Etiologi

2.3.1 Penyebab terjadinya strain

a. Strain akut terjadi akibat otot yang keluar dan berkontraksi secara

mendadak.

b. Trauma diakibatkan adanya benturan keras pada sendi dan

mengakibatkan dislokasi.

c. Terjatuh

d. Patologis mengakibatkan tear ligament dan kapsul articuler yang

merupakan penghubung tulang (Smeltzer Suzame, 2001).

2.3.2 Penyebab terjadinya sprain

Penggunaan daya yang berlebihan atau tekanan berulang-ulang sehingga

terjadi tendonitis atau peradangan pada tendon.

2.3.3 Penyebab terjadinya dislokasi

a. Cedera olahraga

5

Page 6: Makalah Trauma Muskulo

Contohnya olahraga sepak bola, senam, basket, voli ataupun olah raga

yang beresiko jatuh.

b. Trauma

Adanya benturan yang keras pada sendi contohnya kecelakaan

c. Terjatuh

d. Patologis

2.4 Manifestasi Klinis

2.4.1 Tanda dan gejala strain:

a. Memar, bengkak di sekitar persendian tulang yang terkena cedera,

termasuk perubahan warna kulit.

b. Terjadi haemarthrosis atau perdarahan sendi.

c. Nyeri pada persendian tulang , nyeri bila anggota badan digerakkan atau

diberi beban

d. Fungsi persendian terganggu

e. Terjadi kekakuan sendi

2.4.2 Tanda dan gejala sprain:

a. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)

b. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi

c. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam

setelah cedera)

d. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan

sekitarnya

2.4.3 Tanda dan gejala dislokasi sendi

a. Nyeri

b. Perubahan kontur sendi

c. Perubahan panjang ekstremitas

d. Kehilangan mobilitas normal

e. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

f. Deformitas

g. Kekakuan

6

Page 7: Makalah Trauma Muskulo

2.5 Patofisiologi

Cedera ditandai dengan memar dan luka, atau dislokasi dari otot, sendi atau

tulang akibat kecelakaan, benturan (body contact) atau gerakan yang berlebihan

sehingga otot, tulang, atau sendi tidak dapat menahan beban atau menjalankan

tugasnya. Cedera yaitu rusaknya jaringan (lunak atau keras) menimbulkan rasa

sakit atau nyeri dan atau akibat dari kelebihan latihan dalam memberikan

pembebanan yang terlalu berat (overload) sehingga otot, tulang, atau persendian

tidak lagi dalam keadaan atau posisi anatomis (dislokasi).

Trauma akut dan Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih).

Trauma akut adalah suatu cedera berat yang terjadi secara mendadak, seperti

robekan ligament, otot, tendo, atau terkilir, atau bahkan patah tulang. Cedera

akut biasanya memerlukan pertolongan profesional. Cedera olahraga seringkali

direspon oleh tubuh dengan tanda radang yang terdiri atas rubor (merah), tumor

(bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri), dan functiolaesi (penurunan fungsi).

Pembuluh darah di lokasi cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud

untuk mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam rangka mendukung

penyembuhan. Pelebaran pembuluh darah dapat mengakibatkan lokasi cedera

terlihat lebih merah (rubor). Cairan darah yang banyak dikirim di lokasi cedera

akan merembes keluar dari kapiler menuju ruang antar sel, dan menyebabkan

bengkak (tumor). Dengan dukungan banyak nutrisi dan oksigen, metabolisme di

lokasi cedera akan meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas. Tumpukan

sisa metabolisme dan zat kimia lain akan merangsang ujung saraf di daerah

cedera sehingga menimbulkan nyeri (dolor). Rasa nyeri juga dipicu oleh

tertekannya ujung saraf karena pembengkakan yang terjadi di lokasi cedera.

Baik rubor, tumor, kalor, maupun dolor akan menurunkan fungsi organ atau

sendi di lokasi cedera yang dikenal dengan istilah fungsiolaesa.

2.5.1 Strain

Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak

langsung (overloading). Cedera terjadi akibat otot yang tertarik ke arah yang

salah, sehingga kontraksi otot berlebih, sedangkat oto belum siap. Strain terjadi

pada bagian muscles seperti otot pada paha, hamstring pada otot bagian bawah,

7

Page 8: Makalah Trauma Muskulo

dan otot guadrisep. Jika fleksibilitas otot baik, maka cedera, memar dan bengkak

daerah sekitar dapat dicegah.

2.5.2 Sprain

Avulsion seluruh atau sebagian dari daerah sekitar sendi yang diakibatkan

oleh tekanan yang besar.

2.5.3 Dislokasi sendi

Disebabkan karena humerus yang terdorong ke depan, sehingga merobek

kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi, terkadang bagian

posterolateral kaput hancur. Jarang terjadi jika prosesus akromium dapat

mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio rekta.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

2.6.1 Strain

a. CT Scan

b. MRI. Digunakan untuk menentukan derajat dari cedera

c. Antroskopi. Digunakan untuk melihat bagian dalam sendi dengan

menggunakan lensa fiber melalui sayatan kulit yang sangat kecil

d. Elektromiografi. Berfungsi untuk mendeteksi adanya potensial listrik

yang dihasilkan otot ketika kontraksi dan relaksasi

e. Foto rontgen untuk membedakan strain, sprain dengan patah tulang

2.6.2 Sprain

a. Foto rontgen atau radiologi. Pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk

membantu menegakkan diagnosa. Hasil pemeriksaan di temukan

kerusakan pada ligamen dan sendi.

b. MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan menggunakan

gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio, tanpa menggunakan

sinar x atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh

yang lebih detail. Hasil yang diperoleh gambaran ligamen yang luka.

2.6.3 Dislokasi

a. Pemeriksaan dengan sinar-x (x-rays) pada bagian anteroposterior terlihat

bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa glenoid.

Kaput biasanya terletak di bawah medial terhadap mangkuk sendi.

8

Page 9: Makalah Trauma Muskulo

b. Foto rontgen menentukan luasnya degenerasi dan menyampingkan

malignasi

c. Pemeriksaan radiologi dengan gambaran tulang yang lepas dari sendi

d. Pemeriksaan laboratorium untuk menilai apakah ada infeksi yang

diakibatkan meningkatnya leukosit

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Strain

a. Penatalaksanaan medis

1. Kemoterapi dengan Analgetik seperti Aspirin (300-600 mg/hari) atau

Acetaminoten (300-600 mg/hari).

2. Elektromekanis dengan penerapan kompres dingin menggunakan es

3. Pembalutan atau warpping eksternal

4. Pembalutan di daerah yang sakit

5. Posisi atau daerah cidera yang sakit ditinggikan atau diangkat (daerah

ekstremitas)

6. Latihan ROM, yaitu latihan secra pelan dan penggunaan kekuatan otot

semampunya sesudah 2 x 24 jam

7. Penyangga beban, dilakukan sampai pasien dapat menggerakkan daerah

yang sakit

2.7.2 Sprain

a. Penatalaksanaan medis

1. Pembedahan, bertujuan agar sendi dapat berfungsi secara sepenuhnya.

2. Kemoterapi, dengan analgetik aspirin (100-300 mg setiap 4 jam sekali)

untuk meredakan nyeri dan peradangan. Terkadang diperlukan Narkotik

seperti codeine 30-60 mg per oral setiap 4 jam sekali untuk nyeri hebat.

3. Elektromekanis, dengan penerapan kompres dingin menggunakan es

4. Pembalutan atau warpping eksternal

5. Posisi lebih tinggi untuk daerah cidera yang sakit

6. Latihan ROM, dilakukan saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan, latihan

secra pelan dan bertahap setelah 7-10 hari sesuai jaringan yang sakit

9

Page 10: Makalah Trauma Muskulo

7. Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7 hari

atau lebih sesuai jaringan yang sakit

2.7.3 Dislokasi sendi

a. Penatalaksanaan medis

1. Reposisi pasien segera. Memanipulasi permukaan sendi untuk diluruskan

kembali secara perlahan. Tindakan dilakukan biasanya disertai dengan

anastesi umum bertujuan untuk melemaskan otot-ototnya.

2. Dislokasi sendi kecil yang direposisi ditempat kejadian tanpa bantuan

anstesi.

3. Dislokasi sendi besar

4. Fisioterapi segera untuk mempertahankan fungsi otot dan latihan aktif

yang diawali secara dini untuk mendorong gerakan sendi penuh.

5. Tindakan pembedahan yang dilakukan jika muncul tanda-tanda gangguan

neumuskular yang berat. Jika gangguan vaskular tidak teratasi setelah

reposisi tertutup dilakukan, pembedahan terbuka diperlukan.

6. Pemasangan gips yang bertujuan untuk menyanggah, dan memberikan

kesembuhan pada ligamen yang teregang.

10

Page 11: Makalah Trauma Muskulo

11

Page 12: Makalah Trauma Muskulo

2.8 Pathway

12

Benturan, gerakan berlebih, tekanan berulang

Hiperkontraksi otot

Dislokasi sendi Luka, robekan pada jaringan lunak (otot/sendi)

Otot tertarik ke arah yang salah

Vasodilatasi pembuluh darah

Rubor (kemerahan) Cairan -> lokasi cedera banyak

Kapiler -> ruang antar sel

Tumor (bengkak)

Hiperkontraksi otot jantung

Jumlah oksigen meningkat

Proses Metabolisme meningkat

Sisa Metabolisme meningkat

Suhu meningkat (kolor)

Menekan ujung saraf

Nyeri

Luka/jahitan di lapisan kulit

Kerusakan Integritas jaringan kulit

Gangguan Mobilitas Fisik

Page 13: Makalah Trauma Muskulo

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Tgl. Pengkajian No. Register

Jam Pengkajian Tgl. MRS

Ruang/Kelas

3.3.1 Identitas

1. Identitas Pasien

Nama :

Umur : cedera banyak terjadi pada orang dewasa khususnya olahragawan

yang aktivitasnya lebih berisiko dari orang dewasa lainnya dan

pada anak-anak yang biasanya hanya bermain. Pada laki-laki usia

sekitar 15-29 tahun, namun wanita akan mengalami peningkatan

yang lebih banyak dari laki-laki pada usia > 60 tahun (Anonim,

2014).

Pada orang dewasa ini cenderung mengalami dislokasi traumatic

dan sering terjadi dibagian bahu, paha, lutut, siku dll. Dislokasi ini

sendiri sering terjadi Sprain (keseleo) dan strain (kram) juga paling

sering terjadi pada orang dewasa (olah ragawan). Sprain banyak

terjadi pada area engkel, sedangkan strain sering terjadi pada area

groin muscle, hamstring dan quadrisep (Anonim, 2014).

Gender : jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot.

Secara fisiologis, kemampuan otot perempuan sekitar 2/3 dari

kekuatan otot laki-laki. Mengakibatkan daya otot laki-laki lebih

tinggi (Astrand & Rodahl, 1996). Perbandingan keluhan nyeri otot

antara laki-laki dan perempuan adalah 1:3 (Johanson, 1994).

Agama : -

Pendidikan : -

13

Page 14: Makalah Trauma Muskulo

Pekerjaan : banyak terjadi pada olahragawan yang melakukan aktivitas

dengan ketegangan otot yang lebih tinggi, kuli panggul, kuli

bangunan ataupun orang-orang yang bekerja di daerah industri.

Gol. Darah : -

Alamat : -

2. Keluhan Utama

a. Keluhan Utama Saat MRS

Badan bengkak, muka sembab, dan anfsu makan menurun.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Badan bengkak, muka sembab, muntah, nafsu makan menurun, konstipasi,

diare, dan urine menurun.

b. Riwayat Kesehatan yang Lalu

Edema, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kelainan gen autosom resesif. Kelainan yang tidak dapat ditangani dengan

terapi biasa. Biasanya, bayi tidak dapat tertolong pada tahun pertama atau

dua tahun setelah kelahiran.

4. Pengkajian fungsional

a. Persepsi kesehatan

Mengkaji pendapat dan pandangan klien ataupun keluarga mengenai sakit

yang terjadi pada klien. Apa yang dilakukan, dan bagaimana perawatan tau

pengobatan yang diberikan.

b. Pola nutrisi

Tanyakan mengenai pola makan klien sebelum, dan selama sakit. Kaji status

nutrisi klien dengan mengkaji input cairan selama 24 jam, dan turgor kulit

serta observasi adanya edema.

c. Pola eliminasi

Kaji pola BAB dan BAK klien sebelum dan selama sakit. Apakah klien

mengalami perubahan pola BAB dan BAK baik meningkat ataupun

mengalami penurunan frekuensi.

d. Pola aktivitas

14

Page 15: Makalah Trauma Muskulo

Kaji kemampuan klien yang berkurang secara fisiologi selama terjadi

cedera. Kaji tanda-tanda vital, adanya nyeri di daerah cedera dan

kelemahan. Respon pasien untuk menahan sakit saat melakukan aktivitas.

e. Kebutuhan istirahat dan tidur

Pola tidur klien yang berkurang akibat rasa nyeri di daerah cedera selama

sakit, dan lingkungan yang tidak mendunkung klien dalam memenuhi tidur

dan istirahat yang adekuat.

f. Pola persepsi kognitif

Kaji kemampuan pancaindra klien, pengetahuan klien mengenai cedera

yang dialami, dari penyebab, dan cara mengatasi nyeri.

g. Pola persepsi diri

Kaji persepsi klien mengenai gambaran diri sendiri. Perasaan klien

mengenai kemampuan yang berkurang akibat cedera (body image, harga

diri, peran, konsep diri dan ideal diri).

h. Pola hubungan sosial

Pola komunikasi klien terhadap keluarga, dan dengan perawat. Kepada

perawat dalam menyampaikan respon dari tindakan keperwatan yang

diberikan.

i. Pola seksualitas

Kaji kebutuhan seksualitas klien

j. Pola mekanisme koping

Kaji bagaimana respon klien terhadap penyakitnya, cara klien untuk

memndapatkan sumber kekuatan.

k. Pola spiritual

Kaji persepsi klien dari segi agama, apakah klien dapat menerima

penyakitnya dan menggap bahwa itu ujian dari Allah SWT.

5. Pemeriksaan fisik

a. Strain dan sprain

Kelemahan, ketidakmampuan menggunakan sendi, edema pada sprain,

perubahan warna kulit, perdarahan, dan mati rasa.

b. Dislokasi

15

Page 16: Makalah Trauma Muskulo

Digunakan untuk menentukan lokasi dari terjadinya dislokasi tersebut. Pengkajian

meliputi rasa nyeri, deformitas, dan fungsiolesa (tanda-tanda inflamasi).

Contohnya pada daerah bahu yang tidak dapat endorotasi, perubahan kontur sendi

ekstremitas, perubahan panjang ekstremitas, lebam pada daerah dislokasi sendi.

Pengkajian IPPA melihat gangguan neurologis, ada tidaknya sararf yang

terganggu dengan menilai rentang gerak ektremitas atas dan bawah.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,

edema, cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat/traksi.

2. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan fraktur

terbuka: bedah permukaan; pemasangan kawat, perubahan sensasi, sirkulasi,

akumulasi eksresi atau sekret atau immobilisasi fisik.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar

fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.

4. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan

aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan

pembentukan trombus.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer,

kerusakan kulit dan trauma jaringan.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak

mengenal sumber infor

16

Page 17: Makalah Trauma Muskulo

3.3 Intervensi

NO. Diagnosa Keperawatan Perencanaan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, pemasangan alat atau traksi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil:

1. Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab, mampu menggunakan teknik non farmakologi dalam mengurangi nyeri dan bisa mencari bantuan).

2. Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan teknik manajemen nyeri.

3. Klien mampu mengenali nyeri (skala, lokasi, intensitas, frekuensi, kualitas, durasi dan faktor presipitasi).

Pain Manajemen1. Kaji nyeri secara komprehensif dari lokasi,

durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.

2. Observasi reaksi nonverbal dari klien3. Kaji penyebab nyeri pada klien4. Evaluasi mengenai ketidakmampuan klien

dalam memanajemen nyeri5. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari

dan menemukan dukungan 6. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi

nyeri seperti suhu, pencahyaan dan kebisingan.

7. Ajarkan pasien tentang teknik pengendalian nyeri secara non farmakologi.

8. Tingkatkan istirahat pasien 9. Evaluasi keefektifan dalam mengontrol

nyeri.10.Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

jika keluhan dan manajemen tidak berhasil (dengan farmakologi)

11.Monitoring respon pasien dalam memanajmen nyeri

17

Page 18: Makalah Trauma Muskulo

Analgesic Administration1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan

derajat nyeri sebelum pemberian obat. 2. Cek kembali instruksi dokter untuk prinsip

6 Benar3. Cek riwayat alergi pada pasien

2. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka: bedah permukaan; perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret atau immobilisasi fisik.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kerusakan integritas kulit pada pasien dapat teratasi.

Kriteria Hasil:

1. Integritas kulit yang baik dan bisa dipertahankan (elastisitas, sensasi, hidrasi dan pigmen).

2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit3. Perfusi jaringan baik4. Menunjukkan pemahaman dalam

proses perbaikan kulit

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering3. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali4. Monitor kulit pasien dari adanya kemerahan5. Bersihkan area sekitar jahitan 6. Ganti balutan dengan interval waktu yang

sesuai

18

Page 19: Makalah Trauma Muskulo

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan mobilitas pasien dapat kembali pulih (normal).

Kriteria hasil:

1. Klien mampu mempertahankan mobilitas pada tingkat kenyamanan yang lebih tinggi

2. Klien dapat mempertahankan posisi secara fungsional

3. Klien dapat meningktkan kekutan atau fungsi dan kompoensasi terhadap bagian tubuh yang sakit.

4. Klien mampu menunjukkan teknik yang tepat dalam melakukan aktifitas.

5. Klien dapat mendemonstrasikan pemakaian alat bantu gerak

1. Kaji derajat mobilitas pasien yang akibat cedera dan perhatikan respon pasien.

2. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik dan pertahankan lingkungan sekitar pasien.

3. Latih pasien untuk proses pemenuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan

4. Ajarkan pasien untuk teknik ambulasi5. Bantu pasien dalam menggunakan alat

bantu gerak6. Monitoring vital sign pasien sebelum dan

sesudah latihan.7. Konsultasi dengan ahli terapi fisik tentang

rencana ambulasi yang sesuai dengan kondisi pasien.

4. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan pembentukan trombus.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan disfungsi neurovaskuler perifer tidak terjadi.

Kriteria hasil:

1. Mempertahankan perfusi jaringan yang ditandai dengan terabanya pulsasi

2. Kulit hangat3. Vital sign stabil tanpa tanda sianosis.

1. Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari daerah cedera.

2. Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik atau fungsi sensorik.

3. Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki atau tangan.

4. Monitor posisi atau lokasi ring penyangga bidai

5. Monitor vital sign, kaji adanya tanda-tanda sianosis (kulit dingin, perubahan kesadaran)

19

Page 20: Makalah Trauma Muskulo

6. Pertahankan elevasi dari ekstremitas yang mengalami cedera.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit dan trauma jaringan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi tidak terjadi secara aktual.

Kriteria hasil:

1. Mencapai penyembuhan luka tepat waktu

2. Pasien bebas dari tanda dan gejal infeksi

3. Jumlah leukosit normal 4. Menunjukkan perilaku bersih dan sehat

1. Inspeksi kulit untuk mengetahui danya iritasi atau robekan kontinuitas.

2. Monitor danya tanda dan gejala terjadinya infeksi pada pasien.

3. Pertahankan kebersihan lingkunga pasien4. Ajarkan teknik perawatan luka pada pasien

dan keluarga5. Tingkatkan intake nutrisi pasien.6. Kaji tonus otot, dan refleks tendon7. Monitor adnya rasa nyeri secara tiba-tiba/

adanya keterbatasan gerak dengan edema8. Berikan antibiotik sesui indikasi dan resep

dokter jika tanda infeksi muncul.6. Kurang pengetahuan

tentang kondisi dan kebutuhan pengobatanberhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidakmengenal sumber informasi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pemahamn dan pengetahuan klien dan keluarga bertambah

Kriteria hasil:

1. Menyatakan pemahan kondisi, prognosis, dan pengobatan

2. Melakukan tindakan dengan benar terutama dalam melatih kemandirian pasien.

1. Kaji kembali patologis, progmosis dan harapan mendatang

2. Beri penguatan mentode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi terapis fisik

3. Buat daftar aktivitas pasien untuk melakukan secar mandiri

4. Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi

20

Page 21: Makalah Trauma Muskulo

3.4 Implementasi

No Hari/Tanggal

Waktu Implementasi Ttd

1. Minggu, 06/03/16

08.00-09.00 WIB

1. Membersihkan daerah sekitar jahitan/balutan pasien

2. Mengkaji nyeri secara komprehensif dari lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.

3. Memonitor posisi atau lokasi ring penyangga bidai

4. Memonitor vital sign, kaji adanya tanda-tanda sianosis (kulit dingin, perubahan kesadaran)

5. Mengkaji penyebab nyeri pada klien

6. Mengevaluasi mengenai ketidakmampuan klien dalam memanajemen nyeri

2. Minggu06/03/16

15.30-16.30 WIB

1. Menginspeksi kulit untuk mengetahui danya iritasi atau robekan kontinuitas.

2. Memonitor danya tanda dan gejala terjadinya infeksi pada pasien.

3. Mengajarkan teknik perawatan luka pada pasien dan keluarga

3. Senin 07/03/16

09.30-10.15 WIB

1. Melatih pasien untuk proses pemenuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan

2. Mengajarkan pasien untuk teknik ambulasi

3. Memonitor adnya rasa nyeri secara tiba-tiba/ adanya keterbatasan gerak dengan edema

4. Membuat daftar aktivitas pasien untuk melakukan secar mandiri

21

Page 22: Makalah Trauma Muskulo

3.5 Evaluasi

Dalam melakukan evaluasi pada pasien menggunakan metode SOAP yang

terdiri dari:

S : data subjektif, keterangan secara langsung dari pasien

O : data objektif, pengamatan terhadap kondisi pasien

A : analisis dari kriteria hasil yang terpenuhi

P : planning, rencana perawatan selanjutnya

22

Page 23: Makalah Trauma Muskulo

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan3.2 Saran

23

Page 24: Makalah Trauma Muskulo

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3 Revisi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Smeler, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikat Bedah Brunner Dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doenges,Marlyn.E.1999.rencana asuhan keperawatan.Ed 3.Jakarta: EGC

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC

Nurachman, Elly. 1989. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ed 8. Jakarta: EGC

Arif Mansyur, dkk. 2000 . Sprain, Strain dan Dislokasi (online) diakses pada tanggal 1 mei 2012. http://www.scribd.com/ardinataaa/d/49528746-FRAKTUR-DAN-DISLOKASI. On line: http://dokumen.tips/documents/makalah-dislokasi-sprain-strain.html

Johanson. 1994. Gangguan Muskuloskeletal. Amalia Mumtaza. On line:http://mumtazamalia.blogspot.co.id/2014/04/gangguan-muskuloskeletal.html

Astrand & Rodahl. 1996. Gangguan Muskuloskeletal. Amalia Mumtaza. On line:http://mumtazamalia.blogspot.co.id/2014/04/gangguan-muskuloskeletal.html

Anonim. 2014. On line: http://eprints.unsri.ac.id/5722/1/LK_2015_Dislokasi_Sendi.pdf

http://www.alodokter.com/dislokasi

http://www.fisioterapiku.com/2014_02_01_archive.html

24

Page 25: Makalah Trauma Muskulo

25