Makalah Askep Trauma Urinaria

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak ada. Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik. Trauma sistem perkemihan bisa terjadi karena trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma tumpul sistem perkemihan lebih besar tingkat kejadiannya 80 – 90% dibandingkan dengan trauma tajam yang mencapai 10 – 20%. Biasanya cedera saluran kemih disertai dengan trauma pada struktur organ lain, kecuali cedera atrogenik yang umumnya merupakan cedera tunggal. Melihat akibat yang ditimbulkan dari trauma urinaria, maka kami dari kelompok akan menjelaskan makalah laporan

description

gawat darurat

Transcript of Makalah Askep Trauma Urinaria

Page 1: Makalah Askep Trauma Urinaria

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena

perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja,

kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan

peritonitis, oleh karena itu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai

sampai dibuktikan tidak ada.

Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga

sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus

diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan,

sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik.

Trauma sistem perkemihan bisa terjadi karena trauma tumpul dan trauma tajam.

Trauma tumpul sistem perkemihan lebih besar tingkat kejadiannya 80 – 90% dibandingkan

dengan trauma tajam yang mencapai 10 – 20%. Biasanya cedera saluran kemih disertai

dengan trauma pada struktur organ lain, kecuali cedera atrogenik yang umumnya

merupakan cedera tunggal.

Melihat akibat yang ditimbulkan dari trauma urinaria, maka kami dari kelompok

akan menjelaskan makalah laporan pendahuluan dan konsep asuhan keperawatan gawat

darurat pada sistem perkemihan sebagai penunjang kegiatan perkuliahan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apa yang dimaksud dengan trauma urinaria?

b. Bagaimana tanda dan gejalanya?

c. Apa saja klasifikasi dari trauma urinaria?

d. Bagaimana komplikasinya?

e. Bagaimana asuhan keperawtan pada trauma urinaria yang salah satunya trauma VU?

1.3 TUJUAN

Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah gawat darurat

Page 2: Makalah Askep Trauma Urinaria

Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi dari trauma urinaria

b. Mengetahui tanda dan gejala dari trauma urinaria

c. Mengetahui klasifikasi trauma urinaria

d. Mengetahui komplikasi trauma urinaria

e. Mengetahui asuhan keperawatan pada trauma VU

Page 3: Makalah Askep Trauma Urinaria

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI TRAUMA URINARIA

Trauma urinaria atau trauma pada saluran perkemihan merupakan adanya benturan

pada saluran perkemihan (ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra). Pada laki-laki dapat pula

mengenai scrotum, testis dan prostat.

Trauma pada system perkemihan adalah kejadian dimana saluran kemih mengalami

gangguan bukan karena pengaruh dari dalam tubuh tetapi adanya gangguan dari luar.

Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami trauma

karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala

yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria), berkurangnya

proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tumpul,

pembengkakan, memar, dan jika cukup berat, dapat menurunkan tekanan darah (syok).

Limbah metabolik harus disaring dari darah oleh ginjal dan dibuang melalui saluran

kemih, karena itu setiap cedera yang mempengaruhi proses tersebut bisa berakibat fatal.

Mencegah kerusakan menetap pada saluran kemih dan mencegah kematian tergantung

kepada diagnosis dan pengobatan yang tepat.

2.2 KLASIFIKASI TRAUMA URINARIA

2.2.1 Trauma Ginjal

User, 04/24/15,
Wes puh mek tak tambah I titik2 gak nemu bahan qu,,, ada beberap yang tak ganti yoo cek en maneh,,, beberapa tak edit lagi yo gpp ce?
Page 4: Makalah Askep Trauma Urinaria

Definisi Trauma Ginjal

Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi.

Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal. Pada

banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Pada

trauma ginjal akan menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya.

Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan

oleh kecelakaan lalulintas.

Etiologi trauma ginjal :

a. Trauma tumpul ( tersering ).

Perkelahian, terjatuh, olah raga dengan kontak, kecelakaan lalu lintas.

b. Trauma tembus

Tembakan, ruda paksa tusukan, senjata tajam.

c. Akselerasi / Deselerasi

Kecelakaan lalu lintas yang mengenai pedical ginjal.

d. Tatrogenik

Biopsi ginjal, koliktomi.

e. Ginjal patologis

Ginjal patologis lebih mudah terjadi trauma sehubungan dengan lemahnya

pertahanan ginjal ( seperti : Ginjal polikistik, hidronefrosis, ginjal ektopik).

f. Trauma yang akibat ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy)

suatu prosedur rutin untuk menghancurkan batu ginjal) bisa menyebabkan

ditemukannya darah dalam air kemih yang sifatnya sementara, tidak terlalu jelas

dan akan membaik dengan sendirinya, tanpa pengobatan khusus.

Page 5: Makalah Askep Trauma Urinaria

Klasifikasi Trauma Ginjal

Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang dimodifikasi oleh Federle

a. Grade I Lesi meliputi :

Kontusi ginjal

Minor laserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistem pelviocalices

Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang kadang)

75 – 80 % darià keseluruhan trauma ginjal

b. Grade II Lesi meliputi:

Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus sehingga terjadi

extravasasi urine

Sering terjadi hematom perinefron

Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla 10 – 15 % dari

keseluruhan trauma ginjal

c. Grade III Lesi meliputi:

Ginjal yang hancur

Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal 5 % dari keseluruhan trauma ginjal

d. Grade IV Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu:

Avulsi pada ureteropelvic junction

Laserasi dari pelvis renal

Page 6: Makalah Askep Trauma Urinaria

Patofisiologi Trauma Ginjal

Ginjal merupakan organ yang banyak mengandung urine dan darah yang

terlindung oleh lapisan lemak, tulang rusuk dan otot abdomen. Karena benturan yang

keras, maka benturan ini akan diteruskan kesemua tekanan hidrostatik dan capsula fibrosa

parenkhim ginjal yang selanjutnya menyebabkan kerusakan.

Manifestasi klinis dari trauma ginjal meliputi

Rasa sakit / nyeri daerah trauma ginjal bahkan sampai syok.

Hematuri.

Hematom pada pinggang.

Teraba masa pada pinggang.

Nyeri tekan pada daerah trauma.

Pemeriksaan laboratorium / diagnostic untuk trauma ginjal

Hematokrit menurun ( karena perdarahan ).

HB menurun.

Pemeriksaan IVP : Memperlihatkan suatu daerah berwarna abu-abu didaerah trauma

karena hematom dan ekstravasi urine.

Urogram ekskresi : Memperlihatkan gangguan fungsi / ekstravasi urine pada sisi yang

terkena.

CT Scan                   : Untuk mendeteksi hematom retroperineal dan konfigurasi

ginjal.

Diagnosa banding:

Fraktur vertebra / iga dan hematom retroperineal.

Trauma traktus urogenitalis lain.

Penatalaksanaan:

Konservatif

1. Istirahat total.

2. Transfusi.

3. Obat-obat konservatif.

Page 7: Makalah Askep Trauma Urinaria

Operatif

1. Operasi untuk penjahitan suatu laserasi bila fungsi ginjal masih baik.

2. Nefrotomi.

Komplikasi

Awal    : Infeksi, perdarahan.

Lanjut  : Stenosis 7upture7 dari arteri ginjal, hipertensi, hidronefrosis.

2.2.2 Trauma Ureter

Definisi

Sebagian besar trauma ureter (saluran dari ginjal yang menuju ke kandung kemih)

terjadi selama pembedahan organ panggul atau perut, seperti histerektomi, reseksi kolon

atau uteroskopi. Seringkali terjadi kebocoran air kemih dari luka yang terbentuk atau

berkurangnya produksi air kemih. Trauma ureter jarang sekali terjadi karena struktunya

fleksibel dan terlindung oleh tulang dan otot.

Etiologi

Operasi daerah punggung dan abdomen, dimana ureter terpotong.

Tindakan kateterisasi : ujung kateter menembus dinding ureter.

Pemasukan zat alkali terlalu kuat.

Page 8: Makalah Askep Trauma Urinaria

Manifestasi Klinis  

Anuria / oliguria berat setelah pembedahan didaerah pelvis dan abdomen.

Nyeri daerah panggul.

Ekstravasase urine.

Drainase urine melalui luka operasi.

Ileus terus menerus.

Pemeriksaan laboratorium / 8upture888

Tes fungsi ginjal : abnormal bila traumanya bilateral.

Urografi ekskresi : ekstravasase urine.

Urografi retrogad : menentukan sifat dan tempat trauma.

Diagnosa banding

Vesikovagina dan uretrovaginal.

Kausa 8upture8 dan anuria pre renal.

Patofisiologi

Karena fungsi ureter sebagai saluran pengaliran urine dari ginjal ke vesika

urinaria. Apabila terjadi trauma pada ureter, maka akan terjadi gangguan aliran atau

terjadinya ekstravasase urine dan manifestasi klinis yang dihubungkan gangguan tersebut.

Komplikasi

Fistula ureter.

Infeksi retroperitoneal.

Pyelonefritis.

Obstruksi ureter karena stenosis.

Penatalaksanaan

Terapi terbaik adalah pencegahan dimana perlunya pemasangan kateter sebelum

dilakukan operasi pada daerah ginjal dan abdomen untuk identifikasi.

Diusahakan untuk mempertahankan aliran urine dengan cara :

Page 9: Makalah Askep Trauma Urinaria

1. Uretro Neosistomi bila ureter masih cukup panjang, Ureter dapat ditanamkan ke

buli-buli.

2. Uretro cutanostomi yaitu muara ureter dipindahkan ke kulit.

3. Uretro ileo sistostomi bila ureter pendek diganti dengan Ileal Lopp.

Terapi konservatif berupa analgetik dan 9upture999.

2.2.3 Trauma Vesika Urinaria

Definisi

Trauma bledder atau trauma vesica urinaria merupakan keadaan darurat bedah

yang memerlukan pelaksanaan segera. Bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat

menimbulkan komplikasi  seperti peritoritis dan sepsis.

Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.

Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih sehingga bila

kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka daripada saat kosong (arif

muttaqin : 211)

Etiologi

Trauma tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli.

Trauma tembus.

Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan operasi Trans uretral Resection

(TUR)

Patofiisiologi

Bila buli-buli yang penuh dengan urine mengalami trauma, maka akan terjadi

peningkatan  tekanan intravesikel dapat menyebabkan contosio buli-buli / buli-buli

pecah. Keadaan ini dapat menyebabkan 9upture intraperitoneal.

Manifestasi Klinis

Nyeri supra pubik baik verbal maupun saat palpasi.

Hematuria.

Ketidakmampuan untuk buang air kecil.

Regiditas otot.

Page 10: Makalah Askep Trauma Urinaria

Ekstravasase urine.

Suhu tubuh meningkat.

Syok.

Tanda-tanda peritonitis.

Pemeriksaan Laboratorium / Diagnostik

Hematokrit menurun.

Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat pinddah atau

tertekan, menunjukkan ekstravasase urine vesika urinaria dapat pindah atau tertekan

yaitu suatu prosedur di mana pewarna radioaktif (senyawa kontras) yang dapat dilihat

dengan X-ray, disuntikkan ke dalam kandung kemih.

Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan CT scan atau X-ray untuk melihat

kebocoran. Sementara untuk luka kandung kemih yang terjadi selama prosedur

operasi biasanya diketahui tepat pada waktunya sehingga rangkaian tes tersebut tidak

perlu dilakukan.

Diagnosa banding

Ruptur uretra atau ginjal.

Komplikasi

Urosepsis.

Klien lemah akibat anemia.

Penatalaksanaan

Atasi syok dan perdarahan.

Istirahat baring sampai 10upture1010 hilang.

Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra peritoneal

dilakukan operasi 10upture alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.

2.2.4 Trauma Uretra

Definisi

Page 11: Makalah Askep Trauma Urinaria

Ruptur uretra bisa sebagian atau total, biasanya 11upture terjadi pada pars

membranesea. Dapat juga uretra pars pandibulum, trauma lebih sering dialami pria.

Etiologi

Umumnya disebabkan trauma langsung didaerah 11upture111111 dan pelvis.

Manifestasi Klinis

Perdarahan dari uretra.

Hematom perineal, mungkin disebabkan trauma bulbus cavernosus.

Retensio urine akibat spasme M. Spinkter uretra eksternum.

Bila buli-buli penuh terjadi ekstravasase sehingga terjadi nyeri berat dan keadaan

umum memburuk.

Klasifikasi

Trauma Grade I ( ringan )

Yang mengalami kerusakan adalah dinding uretra, adanya perdarahan per uretra

( darah langsung keluar dari uretra.

Trauma Grade II ( sedang )

Yang mengalami kerusakan adalah dinding uretra, bulbus cavernosus dan

kemungkinan ada hematom tetapi tidak progresif.

Trauma Grade III ( berat ).

Pada tingkat ini uretra mengalami 11upture, bulbus cavernosus hancur dan vesika

buck robek darah mengalir keluar, menjalar kebawah kulit, perdarahan mula-mula

pada daerah peritoneum terus ke scrotum selanjutnya ke daerah unguinal suprapubik.

Pemeriksaan Diagnostic

Rectal Toucher

Bila 11upture terjadi di pars membranosa, maka prostat tidak akan teraba, sebaliknya

akan teraba 11upture11 berupa masa lunak dan kenyal.

Uretrogram

Untuk mengetahui lokasi 11upture.

Komplikasi

Page 12: Makalah Askep Trauma Urinaria

Penyembuhan luka dapat menyebabkan 12upture1212 ureter.

Penatalaksanaan

Konservatif berupa pemasangan DC beberapa hari disertai pemberian antibiotika.

Jika kateter gagal dipasang, lakukan pembedahan ( operasi perineostomi ) untuk

mengeluarkan bekuan darah, kemudian dipasang DC.

Kontrol uretra dengan menggunakan Bougie untuk mengetahui ada tidaknya striktura.

2.2.5 Trauma Penis

Trauma pada penis yang sedang ereksi disebabkan oleh pembalut karet atau

penyempit lain yang merobek jaringan kavernosa dan dapat menyebabkan necrosis.

Kadang-kadang terjadi kerusakan jaringan penis pada kecelakaan 12upture12 dalam hal

ini mungkin diperlukan skin graf.

2.2.6 Trauma Scrotum

Trauma pada testis jarang terjadi. Nyeri hebat, muntah dan bahkan syok bila testis

mengalami kontosio, laserasi / 12upture total, mungkin diperlukan eksplorasi scrotum.

Penyembuhan setelah trauma hebat biasanya disertai atropi testis.

2.2.7 Trauma Testis

Pada luka tembak, cedera ekstensif, luka compang-camping dan terdapat jaringan

nekrosis serta cedera ikutan pada daerah sekitarnya. Pada rudapaksa tumpul, besarnya

pembengkakan skrotum dan ekimosis bisa berbeda. Cedera akibat rudapaksa tajam segera

setelah trauma biasanya penderita mengeluh sakit, mual, muntah, kadang sinkop.

Terdapat tanda cairan atau darah di dalam skrotum. Ditemukan testis yang membesar dan

nyeri.

Page 13: Makalah Askep Trauma Urinaria

BAB III

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA VESIKA URINARIA

3.1 DEFINISI TRAUMA VESIKA URINARIA

Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedah

yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat

menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomic

buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang

mengalami cedera.

Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.

Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih sehingga bila

kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka daripada saat kosong .

Trauma kandung kemih adalah suatu keadaan dimana terjadinya ruda paksa pada

area vesika urianaria baik saat vesika urinaria dalam keadaan penuh ataupun tidak.

Trauma bledder adalah rusaknya kandung kencing ( organ yang menampung uruin

dari ginjal) atau uretra (saluran yang menghubungkan kandung kencing dengan dunia luar). 

Trauma bledder atau vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedah yang

memerlukan pelaksanaan segera. Bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat

menimbulkan komplikasi  seperti peritoritis dan sepsis.

3.2 KLASIFIKASI

a. Rupture ekstaperitoneal kandung kemih.

Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul (89%-100%).

Sebelumnya , mekanisme cidera diyakini dari perforasi langsung oleh fragmen tulang

panggul. Tingkat cidera kandung kemih secara langsung berkaitan dengan tingkat

keparahan fraktur.

b. Rupture kandung kemih intraperitoneal.

Rupture kandung kemih intraperitoneal digambarka sebagai masuknya urine secara

horizontal kedalam kompartemen kadung kemih.mekanisme cidera adalah peningkatan

tingkat tekanan intravesikel secara tiba-tiba kekandung kemih yang penuh. Kekuatan

Page 14: Makalah Askep Trauma Urinaria

daya trauma tidak mampu ditahan oleh kemampuan dinding kandung kemih sehingga

terjadi perforasi dan urine masuk kedalam peritoneum.

c. Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal.

Meknaisme cidera penetrasi memungkinkan cidera menembus kandung kemih seperti

peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka tusuk abdominal bawah. Hal

itu akan menyebabkan intraperitoneal, ekstraperitoneal, cidera, atau gabungan kandung

kemih.

3.3 ETIOLOGI

a. Kecelakaan lalu lintas/ kerja yang memnyebabkan patah tulang pelvis

Fraktur tulang panggul

Ruptur kandung kemih

Ruda paksa tumpul

Ruda paksa tajam akibat luka tusuk dan tembak

Trauma pada tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli

Trauma tembus

Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan oprasi trans uretral resection

(TUR)

b. Fraktur tulang panggul yang menyebabkan konstio dan ruptur buli-buli dibedakan 2 

macam, yaitu :

Intra peritonial : peritenium yang menutupi bagian atas / latar belakasng dinding buli-

buli robek sehingga urune langsung masuk kedalam rongga peritoneum.

Ekstra peritenium : peritoneum utuh,yang dikeluarkan dari rapuutra tetap berada

diluar. Akibat luka tusuk misal ujung pisau, peluru.

c. Didapati perforasi buli-buli uruine keluar melalui dinding buli-buli terus kekulit. Akibat

manipulasi salah sewaktu melakukan traans uretetol resection, misalnya sewaktu tumor

buli, operasi prostat, dan lain-lain.

3.4 Patofisiologi

Bila buli-buli yang penuh dengan urune mengalami trauma,,maka akan terjadi

peningkatan tekanan intra vesikel dapat menyebabkan contosio buli-buli pecah keadaan ini

dapat menyebabkan rutura intraperitonial.

Page 15: Makalah Askep Trauma Urinaria

Secara anatomik buli-buli atau bledder terletak didatlam rongga pelvis sehingga

jarang mengalami cidera.Ruda paksa kandung kemih karena kecelakaan kerja dapat

menyebabkan fragmen patah tulang pelvis sehingga mencederai buli-buli. Jika faktur

tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih,tetapi hanya

terjadi memar pada diding buli-buli dengan hematura tanpa ekstravasasi urin.Ruda paksa

tumpul juga dapat menyebabkan ruptur buli-buli terutama bia kandung kemih penuh atau

dapat kelainan patogenik seperti tuber colosis,tumor atau obtruksi sehingga rudapaksa kecil

menyebabkan ruptur.

Page 16: Makalah Askep Trauma Urinaria

WOC

Kandung Kemih

Kecelakaan Fraktur tulang Trauma Tumpul Trauma Tajam

Patah Tulang pelvis

Kontusio / buli-buli memar

Ruptur Luka tusuk

Trauma Bledder

Obstruksi

Inkontinensia

Gangguan eliminasi

Katerisasi

Resiko infeksi

Jejas hematom abdomen

Tekanan kandung kemih

Nyeri tekan supra pubis

Gangguan rasa nyaman nyeri

Robekan dinding bladder

Gangguan perfusi jaringan

Anemia

Syok hipovolemik

Gangguan mobilitas fisik

Cemas

Page 17: Makalah Askep Trauma Urinaria

3.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala utama adalah adanya darah dalam air kemih atau kesulitan untuk berkemih.

Rasa sakit di area panggul dan perut bagian bawah. Sering buang air kecil atau sukar

menahan keinginan berkemih (ini terjadi jika bagian terbawah kandung kemih

mengalami cedera).

Umumnya fraktyur tulang dan pelvis disertai pendarahan hebat sehingga jarang

penderita datang dalam keadaan anemik bahkan sampai shok

Pada abdomen ,bagian bawah tampak jelas atau hematom dan terdapat nyeri tekan pada

daerah supra publik ditempat hematom

Pada ruptur buli-buli intraperitonial urine yang seriong masuk kerongga peritonial

sehingga memberi tanda cairan intra abdomen dan rangsangan peritonial.

Lesi ekstra peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat urine dirongga peritonial

yang sering menyebabkan septisema.

Nyeri supra publik baaik publik maupun saat palpasi

Hematura

Ketidakmapuan buang air dkesil

Ekstravasase urine

Suhu tubuh meningkat

Syok

Tanda-tanda peritonitis

3.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Hematokrit menurun

2. Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine vesika urinaria dapat pindah atau tertekan

yaitu suatu prosedur di mana pewarna radioaktif (senyawa kontras) yang dapat dilihat

dengan X-ray, disuntikkan ke dalam kandung kemih.

3. Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan CT scan atau X-ray untuk melihat

kebocoran. Sementara untuk luka kandung kemih yang terjadi selama prosedur operasi

Page 18: Makalah Askep Trauma Urinaria

biasanya diketahui tepat pada waktunya sehingga rangkaian tes tersebut tidak perlu

dilakukan.

3.7 KOMPLIKASI

1. Urosepsis

2. Klien lemah akibat anemia

3.8 PENATALAKSANAAN

a. Atasi syok dan perdarahan.

b. Istirahat baring sampai hematuri hilang.

c. Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra peritoneal

dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.

d. Robekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukkan kateter ke dalam uretra untuk

mengeluarkan air kemih selama 7-10 hari dan kandung kemih akan membaik dengan

sendirinya.

e. Untuk luka yang lebih berat, biasanya dilakukan pembedahan untuk menentukan luasnya

cedera dan untuk memperbaiki setiap robekan. Selanjutnya air kemih dibuang dari

kandung kemih dengan menggunakan 2 kateter, 1 terpasang melalui uretra (kateter trans-

uretra) dan yang lainnya terpasang langsung ke dalam kandung kemih melalui perut

bagian bawah (kateter suprapubik).Kateter tersebut dipasang selama 7-10 hari atau

diangkat setelah kandung kemih mengalami penyembuhan yang sempurna.

Page 19: Makalah Askep Trauma Urinaria

BAB IV

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

TRAUMA VESIKA URINARIA

4.1 CONTOH KASUS

Tn.S datang ke RSUD Jombang mengeluh sakit di daerah bawah perut setelah terjatuh

dari motor. Klien memegangi perutnya, terdapat jejas di bagian perut bawah. Dari hasil

pemeriksaan urine terdapat hematuria, TD: 100/80 mmHg , RR 25 x/menit, S: 36,5 C, N:

62 x/menit, HB : 6,5 gram/dl

4.2 PENGKAJIAN

Biodata

Nama : Tn.S

Umur : 45 th

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SD

Bahasa : Indonesia

Alamat : Jombang

Tgl masuk RS : Senin, 24 April 2014

Tgl pengkajian: Senin, 24 april 2014

No. Register :1234

Diagnosa medis : Trauma Vesika Urinaria

Keluhan Utama

Px mengeluh nyeri pada perut bagian bawah

Riwayat Penyakit Sekarang

Pada hari senin tanggal 24 apri 2014 Px hendak ke pasar dengan mengendarai sepeda

motor , namun karena menghindari kucing yang menyebrang jalan Tn S mengerem

mendadak sehingga terjatuh dari sepeda motor (kecelakaan tunggal) perut bagian bawah

klien terbentur pembatas jalan. Sehingga klien dibawa ke RSUD Ploso.

Riwayat Penyakit Dahulu

User, 04/24/15,
Kasus ku benerno lek salah iki hand made haha
Page 20: Makalah Askep Trauma Urinaria

Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga

Klien tidak memiliki keluarga yang memiliki penyakit menurun

Data Subyektife

a. Klien mengeluh pada nyeri pada perutbagian bawah (bledeer) yang terkena

b. Klien mengatakan kencingnya bercampur darah

c. Klien mengatakan ada memar pada abdomen bawah setelah dia terjatuh

Data obyektif

a. Nyeri pada daerah trauma

b. Hematuri

c. HT menurun

d. HB menurun

e. Pada pemeriksaan BNO :Memperlihatkan suatu daerah yang berwarna abu-abu di

daerah trauma dan memperlihatkan ekstravasase urine

f. Urogram ekskresi : Memperlihatkan gangguan fungsi / ekstravasasi urine pada sisi

yang terkena.

g. CT Scan : Memperlihatkan adanya hematom retropenial dan konfigurasi ginjal.

4.3 PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan ABC

A (Air Way)

Tidak ada gangguan jalan nafas

Tidak ada suara tambahan

Tidak ada jejas di daerah dada

B (Beathing)

Peningkatan frekuensi nafas

Nafas dangkal

Distress pernafasan

Menggunakan otot-otot pernafasan

C (Cirkulasi)

TD menurun

User, 04/24/15,
Pie bener ora iki cz lek kerusakan vesika kan terjadi peningkatan cairan di VU jdinya kan urine gak lancer, mengakibatkan urine berbalik ke ginjal, mengakibatkan gngguan ginjal, terjadi asidosis, kompensasi tubuh bernafas cepet dan dangkal? Pie bener ora? Kiro2 masuk akal kah?
Page 21: Makalah Askep Trauma Urinaria

Nadi perifer teraba lemah

Terjadi hematuri

Head to Too

a. Kepala

Bentuk kepala simetris, kulit kepala cukup bersih, posisi kepala tegak dapat

digelengkan ke kiri / kekanan, tidak terdapat luka jahitan.

b. Rambut

Bentuk rambut lurus, berwarna hitam, kebersihan cukup baik.

c. Mata (Penglihatan)

Terlihat bersih (tidak ada kotoran), struktur mata simetris, fungsi penglihatan

baik, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, klien tidak memakai alat

bantu penglihatan / kacamata.

d. Hidung (Penciuman)

Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada perdarahan, polip dan tidak ada

peradangan, terlihat bersih (tidak ada benda asing atau secret serta kotoran yang

menempel

e. Telinga (Pendengaran)

Bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat luka danj

klien tidak mengguanakan alat bantu pendengaran

f. Mulut dan Gigi

Mukosa bibir agak kering, lidah tampak bersih, jumlah gigi lengkap, kebersihan

gigi cukup baik, tidak tercium bau mulut, fungsi pengecapan baik (dapat

membedakan rasa) tidak ada masalah dalam menelan tapi klien cuma kurang

nafsu makan.

g. Leher

Terlihat bersih(tidak terdapat kotoran dilipatan kulit), tidak terdapat pembesaran

getah bening maupun kelenjar tiroid, dan tidak ada keterbatasan gerak pada leher.

h. Thorax (Fungsi Pernafasan)

Bentuk simetris, frekuensi nafas 24 x/menit, tidak terlihat sesak nafas / tidak

menggunakan alat bantu pernafasan, dada teraba datar dan tidak ada nyeri tekan

dan tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi dan wheezing.

Page 22: Makalah Askep Trauma Urinaria

i. Abdomen

Inspeksi      : bentuk simetris, tampak kebiruan pada perut bagian bawah.

Auskultasi  : bising usus normal 8x/m

Palpasi        : terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah.

j. Reproduksi

Klien berjenis kelamin laki-laki, terpasang kateter dan keluar darah saat BAK

melalui kateter.

k. Ekstremitas

Atas     : Ekstremitas atas sebelah kanan terpasang infus RL 20 tetes/menit dan

ekstremitas atas sebelah kiri dan kanan terdapat luka lecet.

Bawah : Ekstremitas bawah terdapat luka lecet pada kedua lutut dan

nyeri  apabila digerakkan.

l. Integument

Turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, warna kulit sawo matang, suhu 36,5

ºC, dan terdapat hematume serta lesi.

   

4.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko infeksi berhubungan dengan kateterisasi

2. Cemas berhubungan dengan syok hipovolemik

3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bleder.

4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penekanan kandung kemih

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan robekan dinding bleder.

User, 04/24/15,
Lek bener brati tambah ono diagnose gangguan pola nafas
Page 23: Makalah Askep Trauma Urinaria

4.5 INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil

(NOC)

Intervensi

(NIC)

1. Resiko infeksi berhubungan

dengan kateterisasi

Definisi :

mengalami peningkatan

resiko terserang organism

patogenik.

Factor-faktor resiko:

Penyakit kronis

a.Diabetes b.melitus

Pengetahuan yang tidak

cukup untuk menghindari

pemanjanan pathogen

Pertahankan tubuh primer

yang adekuat

a. Gangguan peristalsis

b. Kerusakan integritas kulit

c. Perubahan seksresi pH

d. Penurunan kerja siliaris

e. Pecah ketuban dini

f. Pecah letuban lama

g. Merokok

h. Status cairan tubuh

i. Trauma jaringan

Ketidakadekuatan

pertahanan sekunder

Vaksinasi tidak adekuat

NOC:

Immune status

Knowledge : infection

control

Risk control

Kriteria hasil :

Klien bebas dari tanda dan

gejala infeksi

Mendeskripsikan proses

penularan penyakit,factor

yang memprngaruhi

penularan serta

penatalaksanaannya

Menunjukan kemampuan

untuk mencegah timbulnya

infeksi

Jumlah leukosit dalam batas

normal

Menunjukan perilaku hidup

sehat

NIC:

Bersihkan

lingkungan

setelah dipakai

pasien lain

Pertahankan

teknik isolasi

Batasi pengunjung

bila perlu

Instrusikan pada

pengunjung untuk

cuci tangan dan

setelah

berkunjung

meninggalkan

pasien

Monitor tanda dan

gejala infeksi

sistemik dan local

Monitor hitung

granulosit,WBC

Monitor

kerentanan

terhadap infeksi

Ajarkan pasien

dan keluarga

Page 24: Makalah Askep Trauma Urinaria

Pemajanan terhadap

pathogen lingkungan

meningkat

Prosedur invasive

Malnutrisi

tanda dan gejala

infeksi

Ajarkan cara

menghindari

infeksi

Laporkan

kecurigaan infeksi

Laporkan kultur

positif.

2. Cemas berhubungan

dengan syok hipovolemik

Faktor keturunan, Krisis

situasional, Stress,

perubahan

status kesehatan, ancaman

kematian, perubahan konsep

diri, kurang pengetahuan

dan

hospitalisasi

DO/DS:

- Insomnia

- Kontak mata kurang

- Kurang istirahat

- Berfokus pada diri sendiri

- Iritabilitas

NOC:

- Kontrol kecemasan

- Koping

Setelah dilakukan asuhan

selama klien

kecemasan teratasi dgn

kriteria hasil:

Klien mampu

mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala

cemas

Mengidentifikasi,

mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik

untuk mengontol

cemas

Vital sign dalam batas

NIC :

Anxiety Reduction

(penurunan

kecemasan)

Gunakan

pendekatan yang

menenangkan

Nyatakan dengan

jelas harapan

terhadap pelaku

pasien

Jelaskan semua

prosedur dan apa

yang dirasakan

selama prosedur

Temani pasien

untuk

memberikan

keamanan dan

mengurangi takut

Berikan

Page 25: Makalah Askep Trauma Urinaria

- Takut

- Nyeri perut

- Penurunan TD dan denyut

nadi

- Diare, mual, kelelahan

- Gangguan tidur

- Gemetar

- Anoreksia, mulut kering

- Peningkatan TD, denyut

nadi, RR

- Kesulitan bernafas

- Bingung

- Bloking dalam

pembicaraan

- Sulit berkonsentrasi

Normal

Postur tubuh, ekspresi

wajah, bahasa tubuh

dan tingkat aktivitas

menunjukkan

berkurangnya

kecemasan

informasi faktual

mengenai

diagnosis,

tindakan

prognosis

Libatkan

keluarga untuk

mendampingi

klien

Instruksikan pada

pasien untuk

menggunakan

tehnik relaksasi

Dengarkan

dengan penuh

perhatian

Identifikasi

tingkat

kecemasan

Bantu pasien

mengenal situasi

yang

menimbulkan

kecemasan

Dorong pasien

untuk

mengungkapkan

perasaan,

ketakutan,

Page 26: Makalah Askep Trauma Urinaria

persepsi

Kelola pemberian

obat anti cemas

3. Gangguan eliminasi urine

berhubungan dengan trauma

bleder.

NOC:

Pengawasan urin

Kriteria hasil

Mengatakan keinginan

untuk BAK

Menentukan pola BAK

Mengatakan dapat BAK

dengan teratur

Waktu yang adekuat antara

keinginan BAK dan

mengeluarkan BAK ke

toilet

Bebas dri kebocoran urin

sebelum BAK

NIC:

Perawatan retensi

urin

Mengatakan

keinginan

untuk BAK

Menentukan

pola BAK

Mengatakan

dapat BAK

dengan teratur

Waktu yang

adekuat antara

keingian BAK

dan

mengeluarkan

BAK ke toilet

Bebas dari

kebocoran urin

sebelum

dengan BAK

Mampu

memulai dan

mengakhir

aliran BAK

Mengesakan

kandung

kemih secara

Page 27: Makalah Askep Trauma Urinaria

komplet

4.6 IMPLEMENTASI

Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mempermudah proses

keperawatan

Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien tentang penyakitnya

Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya

Mengobservasi TTV

Mengkaji pasien

4.7 Evaluasi

S : Px mengatakan masih terasa nyeri pada perut bagian bawah

O: TD: 110/90 mmHg, N: 65 x/meit, S: 36.5, RR: 20 x/menit

A: Masalah teratasi sebagian

P: Planing selanjutnya.

Page 28: Makalah Askep Trauma Urinaria

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Trauma pada system perkemihan adalah kejadian dimana saluran kemih mengalami

gangguan bukan karena pengaruh dari dalam tubuh tetapi adanya gangguan dari luar.

Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami

trauma karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun

pembedahan. Gejala yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin

(hematuria), berkurangnya proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat

menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup berat, dapat

menurunkan tekanan darah (syok).

Jika kita membicarakan mengenai system perkemihan, di dalamnya terdapat

beberapa organ yang kemungkinan dapat terkena trauma. Diantaranya adlah ginjal, ureter.

Kandung kemih, dan uretra.

5.2 SARAN

Saran kepada pendidikan:  Diharapkan kepada pendidik supaya memperlengkapi

perpustakaan terutama buku buku yang membahas tentang penyakit system perkemihan

agar mempermudah proses belajar dan mengajar.

Saran kepada mahasiswa: Diharapkan kepada mahasiswa untuk bisa memahami isi

makalah ini.

Page 29: Makalah Askep Trauma Urinaria

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif.  2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:

Salemba Medika.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI

Soeparman.1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.

http://id.scribd.com/doc/81798526/Askep-Trauma-Ginjal

http://www.slideshare.net/nufrz/dradam-trauma-urologi-dan-pelvis-as

http://caramengecilkanpaha.com/tips-menurunkan-kolesterol/

http://www.susukolostrum.com/data-penyakit/penyakit-ginjal-dan-saluran-kemih/trauma-

saluran-kemih.html

http://www.scribd.com/doc/40369056/Asuhan-Kekperawatan-Klien-Dengban-Trauma-

Sistem-Perkemihan