Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

78
MAKALAH SISTEM PERKEMIHAN 2 REVIEW JURNAL PEMBEDAHAN GINJAL “PERCUTANEOUS NEPHROLITHOTOMY (PCNL)” Disusun Oleh: Kelompok 2 Anggota Kelompok: 1. Agita Anggun Mawarni (121.0003) 2. Aprillia Putri Sartika (121.0013) 3. Intan Ayu R. (121.0049) 4. Mustika Larasati Pribadi (121.0067) 5. Putri Rachmandina Rizky (121.0079) 6. Rizki Adista Sukma (121.0091) 7. Sofyan Riyandi Utomo (121.0099) PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Transcript of Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

Page 1: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

MAKALAH SISTEM PERKEMIHAN 2

REVIEW JURNAL PEMBEDAHAN GINJAL “PERCUTANEOUS

NEPHROLITHOTOMY (PCNL)”

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Anggota Kelompok:

1. Agita Anggun Mawarni (121.0003)

2. Aprillia Putri Sartika (121.0013)

3. Intan Ayu R. (121.0049)

4. Mustika Larasati Pribadi (121.0067)

5. Putri Rachmandina Rizky (121.0079)

6. Rizki Adista Sukma (121.0091)

7. Sofyan Riyandi Utomo (121.0099)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA 2015

Page 2: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga kami dapat memenuhi tugas Sistem Perkemihan 2 yang berjudul

“Review Jurnal Pembedahan Ginjal “Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)””.

Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak

yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun

pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 8 September 2014

Penulis

i

Page 3: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR GAMBAR

BAB 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................3

BAB 2

2.1 Konsep Pembedahan Ginjal...............................................................................4

2.1.1 Nefrostomi...............................................................................................4

2.1.2 Nefrektomi...............................................................................................5

2.1.3 Pielolitotomi.............................................................................................6

2.1.4 Bivalve Nefrolitotomi..............................................................................7

2.2 Konsep Dasar Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)....................................7

2.2.1 Definisi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)....................................7

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan................................8

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan ESWL terhadap PCNLL .............................8

2.2.4 Indikasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL.....................................9

2.2.5 Komplikasi dari Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL).....................10

2.2.6 Persiapan dan Teknik Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL..............10

2.2.7 Persiapan Pasien Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)....................10

2.2.8 Alat dan Perlengkapan Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL............11

2.2.9 Posisi Pasien...........................................................................................11

2.2.10 Jenis Anastesi pada Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)..............11

2.2.11 Pungsi...................................................................................................13

2.2.12 Dilatasi.................................................................................................15

2.2.13 Lithotripsi.............................................................................................16

ii

Page 4: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

2.2.14 Nefrotomi.............................................................................................17

2.2.15 Pasca Operasi.......................................................................................19

2.2.16 Komplikasi dari Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL....................19

2.2.17 Kelebihan dan Kekurangan Percutaneous Nephrolithotomy

(PCNL)................................................................................................22

BAB 3

3.1 Jurnal 1 : Teknik baru Mini Ultra Nefrolithotomi Perkutan: Pengantar dan

Pengalaman Pertama pada Pengobatan Batu Ginjal pada Saluran Kemih atas

Kurang dari 2 cm ............................................................................................23

3.2 Jurnal 2: Komplikasi Dari Nefrolithotomi Perkutan Yang Di Klasifikasikan

Menurut Sistem Penilaian Clavien Modifikasi: Sebuah Pengalaman Dari

Pusat Tunggal Lebih Dari 16 Tahun...............................................................28

3.3 Jurnal 3: Exit Strategi Pcnl: Perbandingan Hasil Operasi Di Clinical Research

Office Of The Endourological Society (CROES) PCNL Penelitian Global... 34

3.4 Jurnal 4: Nefrolithothomi perkutan yang dibantu dengan laparosikopi pada

ektopik pelvis ginjal........................................................................................38

3.5 Jurnal 5 : “Satu tusukan Nefrolitotomi perkutan untuk pengelolaan batu ginjal

kompleks.........................................................................................................41

BAB 4

4.1 Simpulan..........................................................................................................44

4.2 Saran.................................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA 45

iii

Page 5: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar

klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini

dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga

adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat

klien merasa terancam takut apabila tidak bias bangun lagi dari efek

ansetesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan

benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama

jantung, paru-paru, dan pernapasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang

komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi

sampai dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun

petugas.

Transplantasi ginjal melibatkan menanamkan ginjal dari donor

hidup atau kadaver manusia resipien yang mengalami penyakit ginjal

tahap akhir. Transplantasi ginjal dapat dilakukan secara “cadaveric” (dari

seseorang yang telah meninggal) atau dari donor yang masih hidup

(biasanya anggota keluarga). Ada beberapa keuntungan untuk transplantasi

dari donor yang masih hidup termasuk kecocokan lebih bagus, donor dapat

dites secara menyeluruh sebelum transplantasi dan ginjal tersebut

cenderung memiliki jangka hidup yang lebih panjang.

Di Amerika Serikat, dari sekitar 300 juta penduduk, sebanyak 700

ribu orang mengalami gagal ginjal tahap akhir. Di Indonesia kalau

penderita gagal ginjal setengahnya saja dari penderita di Amerika Serikat,

jumlahnya mencapai angka 300 ribu. Sekarang yang tertangani baru

sekitar 25 ribu, artinya 80% tak tersentuh pengobatan sama sekali.

1

Page 6: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah

adalah sebagai berikut:

a. Apa saja konsep dasar pembedahan ginjal?

b. Apa itu konsep dasar Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)?

c. Bagaimana hasil analisa jurnal terkait Percutaneous Nephrolithotomy

(PCNL)?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui tentang konsep dasar pembedahan ginjal.

b. Mengetahui tentang konsep dasar Percutaneous Nephrolithotomy

(PCNL).

c. Memahami analisa jurnal terkait Percutaneous Nephrolithotomy

(PCNL).

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Memahami mengenai nefrostomi.

b. Memahami mengenai nefrektomi.

c. Memahami mengenai pielolitotomi.

d. Memahami mengenai bivalve nefrolitotomi.

e. Memahami mengenai definisi Percutaneous Nephrolithotomy

(PCNL)

f. Memahami mengenai faktor yang mempengaruhi pemilihan

pengobatan

g. Memahami mengenai kelebihan dan kekurangan ESWL terhadap

PCNL

h. Memahami mengenai indikasi Percutaneous Nephrolithotomy

(PCNL)

i. Memahami mengenai komplikasi dari Percutaneous

Nephrolithotomy (PCNL)

2

Page 7: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

j. Memahami mengenai persiapan dan teknik Percutaneous

Nephrolithotomy (PCNL)

k. Memahami mengenai persiapan pasien Percutaneous

Nephrolithotomy (PCNL)

l. Memahami mengenai alat dan perlengkapan Percutaneous

Nephrolithotomy (PCNL)

m. Memahami mengenai posisi pasien

n. Memahami mengenai jenis anastesi pada Percutaneous

Nephrolithotomy (PCNL)

o. Memahami mengenai dilatasi

p. Memahami mengenai lithotripsi

q. Memahami mengenai nefrotomi

r. Memahami mengenai pasca operasi

s. Memahami mengenai komplikasi dari Percutaneous

Nephrolithotomy (PCNL)

t. Memahami mengenai kelebihan dan kekurangan Percutaneous

Nephrolithotomy (PCNL)

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penelitian  ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

a. Menambah wawasan dan pengalaman tentang dunia kerja yang

akan kita hadapi di masa yang  akan datang

b. Sebagai persyaratan dalam menyelesaikan tugas makalah Sistem

Perkemihan 2.

2. Bagi Mahasiswa STIKES Hang Tuah Surabaya

a. Memberikan informasi tentang “Review Jurnal Pembedahan

Ginjal “Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)””.

b. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terkait

materi.

3

Page 8: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembedahan Ginjal

2.1.1 Nefrostomi

1. Definisi Nefrostomi

Suatu tindakan pembedahan untuk mengalirkan urin atau nanah

dari sistem pelvikaliseal melalui insisi di kulit diikuti dengan

pemasangan alat/slang Ureter kateter/NGT no 8/10) di daerah nefron

atau ureter di atas sumbatan (Bondan, Slide Pembedahan Ginjal,

2014).

2. Tujuan Nefrostomi

a. Mengeluarkan cairan/urin yang tersumbat tidak bisa turun ke

vesika urinaria.

b. Mencegah infeksi

c. Mencegah terjadinya gagal ginjal akut (Bondan, Slide

Pembedahan Ginjal, 2014).

3. Indikasi Nefrostomi

a. Hidronefrosis

b. Sumbatan ureter (Ureterolithiasis)

c. Nephrolithiasis (Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

4. Teknik Nefrostomi

Nefrostomi untuk uropati obstruktif dapat dilakukan dengan 2

cara:

a. Terbuka, ada 2 macam teknik:

1) Bila korteks masih tebal

2) Bila korteks sudah sangat tipis

b. Perkutan (Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

4

Page 9: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

5. Komplikasi Nefrostomi

Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan ekstravasasi urin

(Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

6. Perawatan Pascabedah Nefrostomi

1. Ukur umlah urin dan produksi drain sebagai pedoman terapi

cairan dan elektrolit.

2. Kateter jangan sampai tertekuk, terjepit atau tertarik sehingga

mengganggu kelancaran aliran urin.

3. Pelepasan kateter sesuai indikasi.

4. Pelepasan drain bila dalam 2 hari berturut-turut setelah pelepasan

kateter produksinya <20 cc/24 am.

5. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca operasi

(Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

2.1.2 Nefrektomi

1. Definisi Nefrektomi

Suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat bagian ginjal

dengan atau tanpa kelenjar getah bening regional (Bondan, Slide

Pembedahan Ginjal, 2014).

2. Jenis Nefrektomi

a. Total

b. Parsial (Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

3. Indikasi Nefrektomi

a. Disfungsi ginjal

b. Tumor ginjal stadium IIIA

c. Tumor ginjal sudah menginfiltrasi jaringan lain

d. Trauma ginjal berat

5

Page 10: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

e. Ruptur ginjal dimana didapatkan fragmentasi ginjal atau ruptur

pedikel dengan hemodinamik yang tidak stabil (Bondan, Slide

Pembedahan Ginjal, 2014).

4. Komplikasi Nefrektomi

a. Infeksi luka operasi

b. Internal bleeding

c. Renal failure

d. Ekstravasasi urine (Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

5. Perawatan Pascabedah Nefrektomi

a. Pelepasan kateter 24 am setelah penderita siuman.

b. Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut produksi

<220 cc/24 jam.

c. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca operasi

(Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

2.1.3 Pielolitotomi

1. Definisi Pielolitotomi

Suatu tindakan pembedahan terbuka untuk mengeluarkan batu

ginjal yang terletak di pielum ginjal (Bondan, Slide Pembedahan

Ginjal, 2014).

2. Indikasi Pielolitotomi

Batu ginjal yang berada di pielum dengan batu sekunder yang

dapat diambil dari pielum (Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

3. Komplikasi Pielolitotomi

a. Internal bleeding

b. Infeksi pascabedah (Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

6

Page 11: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

4. Perawatan Pascabedah Pielolitotomi

a. Pelepasan kateter 24 jam setelah penderita siumn.

b. Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut produksi

<20 cc/24 jam.

c. Pelepasan benang jahitan selang-seling 4 hari pascabedah bila

luka operasi kering dan pelepasan benang keseluruhan 7 hari

pasca operasi (Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

2.1.4 Bivalve Nefrolitotomi

1. Definisi Bivalve Nefrolitotomi

Suatu tindakan bedah untuk mengeluarkan batu baik dari pielum

dan kalik ginjal dengan membelah ginjal dengan menjadi 2 sisi

anterior dan posterior (Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

2. Indikasi Bivalve Nefrolitotomi

Batu ginjal yang bercabang dan memenuhi seluruh sistem

pelviokaliseal atau dengan batu sekunder yang banyak (Bondan, Slide

Pembedahan Ginjal, 2014).

3. Perawatan Pascabedah Bivalve Nefrolitotomi

a. Pelepasan kateter 24 jam setelah penderita siumn.

b. Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut produksi

<20 cc/24 jam.

c. Pelepasan benang jahitan selang-seling 4 hari pascabedah bila

luka operasi kering dan pelepasan benang keseluruhan 7 hari

pasca operasi (Bondan, Slide Pembedahan Ginjal, 2014).

2.2 Konsep Dasar Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

2.2.1 Definisi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) merupakan salah satu

tindakan minimal invasif di bidang urologi yang bertujuan mengangkat

batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai

7

Page 12: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

sistem pelviokalises (Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as

Therapy for Kidney Stone, 2011).

Sejak ditemukannya prosedur perkutan menggunakan jarum

untuk dekompresi hidronefrosis pada tahun 1955 oleh Willard

Goodwin, endourologi berkembang sangat pesat terutama untuk

menangani kelainan pada ginjal dan saluran kemih bagian atas. Pada

awal dekade 1980-an prosedur PCNL sangat populer sebagai terapi

batu ginjal, namun sejak ditemukannya Extracorporeal Shock Wave

Lithotripsy (ESWL) pada pertengahan dekade 1980-an penggunaannya

menurun. Dalam perkembangan selanjutnya ditemukan beberapa

kelemahan tindakan ESWL, sehingga PCNL kembali populer

digunakan sebagai penanganan batu ginjal dengan kemajuan pesat

teknik dan peralatannya (Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy

as Therapy for Kidney Stone, 2011)

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan

Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ahli urologi dalam

mengambil keputusan terapi terhadap batu ginjal; dua hal yang paling

diperhitungkan adalah angka bebas batu dan morbiditas dari tindakan yang

akan dilakukan. Faktor lain yang ikut berperan antara lain ukuran, lokasi,

komposisi batu, kondisi anatomi, preferensi pasien, dan ketersediaan alat

(Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for Kidney

Stone, 2011).

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan ESWL terhadap PCNL

ESWL memiliki beberapa kelebihan, yaitu: prosedurnya yang aman

dan nyaman karena tanpa luka operasi, morbiditas rendah, mudah

digunakan, dan pasien dapat berobat jalan. Sedangkan kekurangan ESWL

adalah angka bebas batunya yang lebih rendah dibandingkan dengan

PCNL dan operasi terbuka terutama untuk batu ginjal dengan ukuran besar

(<20 mm). Angka bebas batu ESWL juga dipengaruhi oleh ukuran batu,

lokasi, komposisi batu, kondisi ginjal dan anatomis dari sistem

8

Page 13: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

pelviokalises (Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy

for Kidney Stone, 2011).

Kelebihan prosedur PCNL adalah angka bebas batu yang lebih besar

daripada ESWL, dapat digunakan untuk terapi batu ginjal berukuran besar

(>20 mm), dapat digunakan pada batu kaliks inferior yang sulit diterapi

dengan ESWL, dan morbiditasnya yang lebih rendah dibandingkan dengan

operasi terbuka baik dalam respon sistemik tubuh maupun preservasi

terhadap fungsi ginjal pasca-operasi. Kekurangan PCNL adalah

dibutuhkan keahlian khusus dan pengalaman untuk melakukan

prosedurnya. Saat ini operasi terbuka batu ginjal sudah banyak digantikan

oleh prosedur PCNL dan ESWL baik dalam bentuk monoterapi maupun

kombinasi, hal ini disebabkan morbiditas operasi terbuka lebih besar

dibandingkan kedua modalitas lainnya (Nugroho dkk, Percutaneous

Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

2.2.4 Indikasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

PCNL dianjurkan untuk: (1) batu pielum simpel dengan ukuran >2

cm, dengan angka bebas batu sebesar 89%, lebih tinggi dari angka bebas

batu bila dilakukan ESWL yaitu 43%. (2) Batu kaliks ginjal, terutama batu

kaliks inferior dengan ukuran 2 cm, dengan angka bebas batu 90%

dibandingkan dengan ESWL 28,8%. Batu kaliks superior biasanya dapat

diambil dari akses kaliks inferior sedangkan untuk batu kaliks media

seringkali sulit bila akses berasal dari kaliks inferior sehingga

membutuhkan akses yang lebih tinggi. (3) Batu multipel, pernah

dilaporkan kasus batu multipel pada ginjal tapal kuda dan berhasil

diekstraksi batu sebanyak 36 buah dengan hanya menyisakan 1 fragmen

kecil pada kalis media posterior. (4) Batu pada ureteropelvic junction dan

ureter proksimal. Batu pada tempat ini seringkali impacted dan

menimbulkan kesulitan saat pengambilannya. Untuk batu ureter proksimal

yang letaknya sampai 6 cm proksimal masih dapat dijangkau dengan

nefroskop, namun harus diperhatikan bahaya terjadinya perforasi dan

kerusakan ureter, sehingga teknik ini direkomendasikan hanya untuk yang

9

Page 14: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

berpengalaman. (5) Batu ginjal besar. PCNL bada batu besar terutama

staghorn membutuhkan waktu operasi yang lebih lama, mungkin juga

membutuhkan beberapa sesi operasi, dan harus diantisipasi kemungkinan

adanya batu sisa. Keberhasilan sangat berkaitan dengan pengalaman

operator. (6) Batu pada solitary kidney. Batu pada solitary kidney lebih

aman diterapi dengan PCNL dibandingkan dengan bedah terbuka

(Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for Kidney

Stone, 2011).

2.2.5 Komplikasi dari Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

Hanya ada satu kontraindikasi absolut PCNL yaitu pada pasien yang

memiliki kelainan perdarahan atau pembekuan darah (Nugroho dkk,

Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

2.2.6 Persiapan dan Teknik Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

Secara umum teknik PCNL mencakup empat tahap prosedur, yaitu:

akses ginjal perkutan, dilatasi, fragmentasi dan ekstraksi batu, serta

drainase (Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for

Kidney Stone, 2011).

2.2.7 Persiapan Pasien Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

Persiapan meliputi anamnesis lengkap riwayat penyakit, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang. Kontraindikasi absolut terhadap

tindakan PCNL perlu diidentifikasi sebelum tindakan, yaitu: koagulopati

dan infeksi saluran kemih yang aktif serta belum diterapi. Penggunaan

obatobatan antikoagulan harus dihentikan minimal 7 hari sebelum

tindakan. Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah darah tepi,

fungsi ginjal, elektrolit, dan kultur urin (Nugroho dkk, Percutaneous

Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

10

Page 15: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

2.2.8 Alat dan Perlengkapan Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

Kelengkapan yang dibutuhkan dalam tindakan PCNL adalah:

Ultrasound, flouroskopi, jarum pungsi 18G translumbar angiography,

guide wire, Metallic dilator cannula 9 F dengan metal sheath 11 F (Karl

Storz Endoscopes,® Germany), Metal telescope dilators dengan hollow

guide rod (9-24 F, Karl Storz), rigid nephroscopes 18 F and 26 F

(6°telescope, Karl Storz®), lithotriptor, stone forceps, folley catheter 16F,

bila diperlukan selang nefrostomi, ureter kateter no 5Fr, dan DJ stent.

Sedangkan bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah: cairan irigasi NaCl

0,9%, kontras, metillen blue, dan benang jahit (Nugroho dkk,

Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

2.2.9 Posisi Pasien

Sebelum dimulai tindakan PCNL dilakukan pemasangan kateter ureter

dalam posisi litotomi, kemudian posisi pasien dirubah menjadi tengkurap.

PCNL dikerjakan dalam posisi pasien tengkurap dengan sisi ginjal yang

akan dikerjakan diposisikan lebih tinggi 30 derajat. Posisi tersebut

menjamin ventilasi pasien tetap baik dan membuat kaliks posterior berada

pada posisi vertikal sehingga membantu pada saat melakukan pungsi

(Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for Kidney

Stone, 2011).

2.2.10 Jenis Anastesi pada Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

PCNL dapat dilakukan dalam anestesi lokal, regional maupun

umum. Penggunaan anestesi lokal dilaporkan oleh Trivedi et al. yang

menggunakan blok interpleura pada interkosta VIII dengan hasil yang

memuaskan terutama pada kasus-kasus risiko tinggi pembiusan, dan waktu

bius bebas nyeri rata-rata 10 jam dengan kontrol hemodinamik yang stabil.

Komplikasi yang dapat timbul dari tindakan ini antara lain pneumotoraks,

hematotoraks, empiema, toksisitas, sindrom Horner. Anestesi regional

dapat digunakan pada operasi PCNL namun terdapat beberapa masalah

dalam teknik ini yaitu: membutuhkan blok anestesi letak tinggi, dan

11

Page 16: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

distensi renal pelvis saat PCNL dapat menyebabkan refleks vasovagal

yang sulit dicegah dengan anestesi regional. Teknik ini dapat

dipertimbangkan pada kasus batu ginjal dengan tindakan PCNL tidak lebih

dari 3 jam (Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for

Kidney Stone, 2011).

Terdapat 2 teknik anestesi regional yang dapat digunakan yaitu spinal

dan epidural. Anestesi spinal memiliki keunggulan onset yang cepat,

pelaksanaannya mudah namun memiliki kerugian yaitu dapat mengganggu

hemodinamik intraoperatif. Anestesi epidural memiliki kelebihan menjaga

hemodinamik lebih stabil selama operasi, dan dosis obat dapat diberikan

ulang melalui kateter yang sekaligus dapat digunakan sebagai tatalaksana

nyeri pasca-operasi. Kerugiannya adalah teknik yang lebih sulit serta

waktu pemasangan dan onset lebih lama dengan risiko blok parsial. Untuk

mengurangi kerugian ini dapat dilakukan kombinasi antara spinal dan

epidural sehingga memiliki onset yang cepat namun tetap menjaga

hemodinamik stabil selama operasi. Komplikasi dari tindakan anestesi

regional antara lain infeksi (meningitis, abses vertebrae), hematom spinal,

bradikardia, hipotensi, intoksikasi, nyeri pinggang, cedera medulla

spinalis, post dura puncture headache (Nugroho dkk, Percutaneous

Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

Anestesi umum biasanya menjadi pilihan apabila terdapat

kontraindikasi anestesi regional, yaitu: pasien menolak anestesi regional,

peningkatan tekanan intrakranial, infeksi pada tempat jarum disuntikkan,

gangguan koagulasi, syok hipovolemik berat, dan kelainan katup jantung

berat. Adapun kontraindikasi relatif tindakan anestesi regional yaitu pasien

tidak kooperatif, sepsis, deformitas tulang belakang, pasca operasi tulang

belakang, dan defisit neurologis ekstremitas bawah. Bila operasi

berlangsung lama dan membutuhkan patensi jalan nafas yang terjamin

baik. maka kombinasi epidural dan anestesia umum dapat

dipertimbangkan. Pada kasus ketika puncture dilakukan pada pole atas

ginjal maka kombinasi dengan anestesi umum juga menjadi pilihan

mengingat anestesi umum dapat mengontrol penuh pernapasan yang

12

Page 17: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

penting untuk meminimalisasi risiko komplikasi paru. Komplikasi dari

tindakan anestesi umum meliputi bradikardi, hipoksia, hiperkarbia,

hipotensi, henti jantung, mual muntah. Menurut penelitian yang dilakukan

Kuzgunbay et al. tidak ada perbedaan bermakna antara lama rawat PCNL

meng-gunakan anestesi regional dan umum, namun keamanan anestesi

epidural ebih tinggi dibandingkan anestesi umum dengan tingkat

efektivitas yang sama (Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as

Therapy for Kidney Stone, 2011).

2.2.11 Pungsi

Pungsi perkutan untuk mendapatkan akses ke ginjal dapat dilakukan

dengan bantuan kontrol ultrasonografi, fluoroskopi, atau CT-scan. Setelah

pasien diposisikan tengkurap, kontras dimasukkan melalui ureter kateter

sampai mengisi sistem pelviokalises. Fluoroskopi diposisikan dalam sudut

25-30o dari vertikal pada posisi aksial. Dilakukan insisi kecil pada tempat

pungsi. Pungsi dapat dilakukan melalui kaliks superior, media, maupun

inferior menggunakan jarum 18G yang diposisikan sehingga target pungsi,

ujung jarum dan pangkal jarum berada dalam posisi segaris. Kedalaman

pungsi dikontrol menggunakan fluoroskopi dalam posisi AP

(anteroposterior), ketika jarum mencapai kaliks target dan obturator

dilepas maka urin akan keluar dari jarum. Bila urin tidak keluar maka

dapat dimasukkan kontras untuk menilai posisi pungsi apakah tepat masuk

ke dalam sistem pelviokalises (Nugroho dkk, Percutaneous

Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

Lokasi batu dan stone burden menjadi pertimbangan dalam

menentukan letak pungsi ginjal. Adapun beberapa pertimbangan anatomis

secara umum menjadi pedoman dalam melakukan pungsi ginjal, yaitu:

kaliks posterior lebih dipilih karena biasanya berada pada Brödel’s line,

pungsi harus searah dengan infundibulum untuk mencegah perlukaan

terhadap pembuluh darah serta memudahkan akses dan maneuver

nefroskop saat memecahkan batu. Pungsi sebaiknya dilakukan dengan

pendekatan di bawah iga 12 untuk mengurangi risiko komplikasi terhadap

13

Page 18: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

pleura, bila pungsi supra kosta diperlukan maka hendaknya dilakukan

pungsi saat paru ekspirasi penuh. Tujuan dari keseluruhan akses adalah

dapat mengangkat batu terbesar dengan nefroskop yang rigid. Untuk batu

kaliks biasanya pungsi diarahkan langsung pada kaliks yang bersangkutan

kecuali pada anterior kaliks, mengingat sudut yang tajam antara kaliks

anterior terhadap pelvis sehingga batu kaliks anterior biasanya diraih

melalui kaliks posterior dengan fleksibel nefroskop (Nugroho dkk,

Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

Pungsi suprakostal biasanya diperlukan pada beberapa kasus tertentu,

seperti bila terdapat batu lebih banyak di kaliks superior, striktur

ureteropelvic junction yang membutuhkan endopielotomi, batu multipel di

kaliks dan infundibulum pole bawah/ureter, batu staghorn yang mayoritas

pada kutub pole atas, dan batu pada ginjal tapal kuda. Segura et al, sedang

melakukan PCNL yang dikerjakan lewat akses pole bawah didapatkan

hasil secara keseluruhan angka bebas batu mencapai 81%, lama rawat 7-11

hari dengan angka tranfusi kurang dari 30%. Sedangkan menurut Wong et

al. penggunaan akses tunggal pole atas ginjal dengan bantuan fleksibel

nefroskop dan laser lithotripsi menghasilkan angka bebas batu 95%, angka

tranfusi 2,2%, dan lama rawat 1-10 hari (rata-rata 2 hari); namun

didapatkan angka komplikasi hidrotoraks sebesar 5% yang diatasi dengan

thorakostomi (Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy

for Kidney Stone, 2011).

Sedangkan akses multipel dipertimbangkan pada kasus yang pada tiap

kaliks terdapat batu ukuran >2 cm yang tidak dapat dijangkau dengan

akses primer menggunakan nefroskop rigid, atau batu dengan ukuran <2

cm namun tidak dapat dijangkau dengan akses primer menggunakan

nefroskop fleksibel. Akses multipel memiliki potensi lebih besar terjadinya

perdarahan, nyeri pasca operasi, lama rawat, biaya dan morbiditas yang

lebih besar dibandingkan dengan akses tunggal. Pada penelitian yang

dilakukan Williams et al. didapatkan angka tranfusi pada akses multipel

mencapai 23% sedangkan pada akses tunggal hanya 14%. Didapatkan pula

perbedaan lama rawat yang signifikan yaitu 3,25 hari untuk akses tunggal

14

Page 19: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

dan 4,25 hari untuk akses multipel (Nugroho dkk, Percutaneous

Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

2.2.12 Dilatasi

Setelah jarum pungsi telah dipastikan berada di dalam dilator metal,

dilator fasial (Teflon®), dilator malleable (Amplatz®) atau dilator balon.

Dilatasi dilakukan dengan pergerakan berputar (twist) 80%, mendorong

20% sampai ukuran 30F, dan meninggalkan sheath 34F. Dilator metal

terbuat dari bahan stainless steel dan berbentuk seperti antena radio.

Dilator jenis rigid bagus digunakan untuk pasien-pasien dengan riwayat

operasi ginjal karena biasanya terdapat jaringan fibrotik perirenal.

Kerugiannya adalah sulit untuk mengontrol tekanan saat melakukan

dilatasi yang dapat menyebabkan perforasi renal pelvis renalis. Dilator

fasial terbuat dari bahan Teflon.® Selain dapat digunakan pada jaringan

yang mengalami fibrosis, keuntungan dari dilator ini adalah lebih stabil

dan aman. Kerugian dari sistem ini adalah ketergantungan integritasnya

dengan guide wire dan ujung tip dilator, sehingga berisiko menyebabkan

perforasi pelvis renalis. Dilator malleable (Amplatz) ditemukan oleh Kurt

Amplatz pada tahun 1982. Dilator ini memperbaiki kelemahan dilator

fasial. Keuntungan dari dilator ini adalah tingkat stabilitas yang tinggi saat

melakukan dilatasi. Komplikasi yang dapat terjadi pada dilator malleable

antara lain perforasi sistem pelviokalises, perdarahan, ekstravasasi urin,

dan trauma kapsul renalis. Penggunaan dilator balon mengurangi risiko

komplikasi yang disebabkan oleh dilator-dilator lainnya. Dilatasi dengan

balon kateter dapat dicapai dengan satu langkah dilatasi tanpa

menimbulkan trauma yang bermakna sehingga mengurangi terjadinya

risiko perforasi pelvis renalis, ekstravasasi urin, dan perdarahan.

Kerugiannya adalah, dilatasi balon tidak dapat mendilatasi jaringan

fibrotik dan harganya yang mahal (Nugroho dkk, Percutaneous

Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

15

Page 20: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

2.2.13 Lithotripsi

Untuk batu ginjal yang berukuran kurang dari 1 cm dapat dikeluarkan

langsung dengan menggunakan forcep Randall melewati sheath 30F.

Untuk batu berukuran lebih dari 1 cm membutuhkan fragmentasi dengan

menggunakan litotriptor berupa laser, ultrasound, ballistic maupun EHL

(Electro Hydrolic Lithotripsy).

1. Ultrasound

Ultrasound adalah energi suara berfrekuensi tinggi 23 000-25

000Hz. Getaran dari probe yang berongga ditransmisikan ke batu

menghasilkan fragmentasi. Kekurangan dari ultrasound adalah

membutuhkan scope yang semirigid dan probe-nya berukuran cukup

besar. Litotriptor ultrasound memiliki angka keberhasilan fragmentasi

batu antara 69-100%.

2. Ballistic

Lithotriptor ballistic memiliki energi yang berasal dari

pergerakan metal proyektil. Energi tersebut diteruskan probe yang

menempel pada batu sehingga menimbulkan efek seperti martil. Alat

ini memiliki angka keberhasilan fragmentasi batu antara 73-100%

dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

EHL, di mana insiden terjadinya perforasi mencapai 17,6% pada EHL

dibandingkan dengan ballistic yang hanya 2.6%.

3. Electrohydraulic lithotripsy (EHL)

EHL menggunakan tenaga listrik yang menyebabkan timbulnya

percikan api dan menyebabkan kavitasi gelembung udara yang

menghasilkan gelombang kejut sekunder atau mikrojet berkecepatan

tinggi sehingga dapat menfragmentasi batu. Keuntungan penggunaan

EHL antara lain biaya yang lebih murah dibandingkan dengan laser.

Probe EHL adalah komponen sekali pakai yang bergantung pada

kekerasan batu sehingga mungkin diperlukan lebih dari satu probe

untuk memecahkan batu. Probe EHL lebih fleksibel daripada fiber

laser. Kerugian dari penggunaan EHL antara lain beberapa jenis batu

16

Page 21: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

sulit dipecahkan, tekanan tinggi dari ujung probe dengan jarak yang

cukup jauh membuat batas keamanan alat ini sempit, dan dapat

menyebabkan perforasi saluran kemih (17,6%). Namun demikian

angka keberhasilan fragmentasi batu EHL lebih tinggi dibandingkan

dengan ballistic lithotripsy yaitu mencapai 90%.

4. Laser

Holmium YAG Laser saat ini dijadikan baku emas pada lithotripsi

intrakorporeal. Medium aktif dari alat ini yaitu holmium dikombinasi

dengan Kristal YAG. Pertama kali digunakan di bidang urologi pada

tahun 1993 oleh Webb. Panjang gelombang 2100 nm ditransmisikan

lewat fiber silica yang fleksibel dan dapat digunakan pada endoskopi

rigid maupun fleksibel.6 Energi dari Holmium YAG laser

menghasilkan efek fotothermal yang kemudian menyebabkan

vaporisasi dari batu. Energi laser holmium YAG diabsorbsi kuat oleh

air dan jangkauannya tidak lebih dari 0,5-1 mm pada medium cair,

oleh karenanya alat ini memiliki batas keamanan yang cukup baik

dalam mencegah kerusakan saluran kemih dan memiliki angka bebas

batu yang cukup tinggi mencapai 90% (Nugroho dkk, Percutaneous

Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

2.2.14 Nefrotomi

Setelah selesai dilakukan PCNL maka penggunaan drainase

nefrostomi biasanya dianjurkan. Pemasangan selang nefrostomi pasca

PCNL memiliki beberapa tujuan antara lain sebagai tamponade perdarahan

yang timbul dari jalur luka nefrostomi, memberikan kesempatan bekas

pungsi ginjal sembuh, drainase urin, serta memberikan akses ke sistem

pelviokalises bila dibutuhkan tindakan lanjutan PCNL (Nugroho dkk,

Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

Terdapat beberapa selang nefrostomi yang sering digunakan dan

dibagi dalam beberapa kategori antara lain tipe kateter karet, tipe pigtail,

tipe kateter balon, loop kateter, dan kombinasi nefrostomi-stent. Pemilihan

tergantung dari seberapa besar manipulasi batu selama PCNL, trauma

17

Page 22: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

terhadap uretelial selama tindakan, banyaknya perdarahan selama dan

setelah tindakan, habitus pasien, dan preferensi dokter urologi (Nugroho

dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

Sebelum tahun 1997 ketika Bellman melaporkan tubeless PCNL,

setelah tindakan PCNL rutin dilakukan pemasangan selang nefrostomi.

Konsep tubeless PCNL sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Wickham

pada tahun 1984. Adapun tujuan dipasang selang nefrostomi pasca

tindakan PCNL antara lain mencegah ekstravasasi urin, mendapatkan efek

tamponade untuk hemostasis, dan sebagai akses terhadap batu sisa

(Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for Kidney

Stone, 2011).

Ada 2 macam penggunaan selang nefrostomi yaitu penggunaan selang

nefrostomi ukuran besar 18-24 Fr dan penggunaan selang nefrostomi

ukuran kecil 8-10 Fr. Selang nefrostomi ukuran besar diindikasikan

pemasangannya pada pasien dengan batu besar kompleks dengan

kemungkinan masih terdapat batu sisa dan dibutuhkan akses renal untuk

tindakan PCNL berikutnya, waktu operasi yang lama, akses multipel,

perdarahan, perforasi atau infeksi saluran kemih pre operasi. Sedangkan

selang nefrostomi ukuran kecil diindikasikan pada pasien dengan prosedur

PCNL tanpa komplikasi dengan batu sisa yang membutuh renal akses

untuk tindakan selanjutnya, atau pada pasien yang tidak nyaman dengan

pemasangan DJ stent (Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as

Therapy for Kidney Stone, 2011).

Tubeless PCNL diindikasikan pada kasus dengan stone burden rendah

dan pada prosedur yang sederhana, cepat serta tanpa komplikasi. Tindakan

yang terakhir ini dapat dikombinasikan dengan penggunaan DJ stent atau

ureter kateter untuk membuat drainase urin adekuat dan mempercepat

penyembuhan perlukaan sistem pelviokalises. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Desai et al. yang membandingkan antara nefrostomi besar,

kecil dan tubeless hasil nyeri pasca operasi yang minimal pada kelompok

tubeless dengan penggunaan analgetik pethidine 87,5 mg (tubeless), 140

mg (nefrostomi kecil), dan 217 mg (nefrostomi besar). Didapatkan lama

18

Page 23: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

rawat yang lebih singkat pada kelompok tubeless yaitu 3,4 hari

dibandingkan kelompok nefrostomi kecil 4,3 hari dan kelompok

nefrostomi besar 4,4 hari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gupta

et al, tubeless PCNL memiliki beberapa keunggulan pada beberapa kasus

yang terseleksi, antara lain nyeri pasca operasi yang lebih rendah sehingga

penggunaan analgetik lebih sedikit pada kelompok tubeless (78,4mg

pethidine vs 230,2 mg pethidine), lama rawat yang lebih singkat (1,8 hari

vs 2,9 hari). Penelitian ini didukung juga oleh Woodside (1985) dan Salem

(2006) dengan hasil yang sama dalam hal nyeri pasca operasi yang

minimal dan lama rawat yang lebih singkat pada kelompok tubeless PCNL

(Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy for Kidney

Stone, 2011).

2.2.15 Pasca Operasi

Setelah nefrostomi terpasang, biasanya dilakukan anterograde

pielography 24-48 jam pasca operasi. Jika semua fragmen batu telah habis

dan pasase kontras lancar mengisi sampai ke buli tanpa ekstravasasi, maka

nefrostomi dapat dilepas (Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as

Therapy for Kidney Stone, 2011).

2.2.16 Komplikasi dari Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

1. Perdarahan

Perdarahan sering terjadi pada tindakan PCNL. Peningkatan

risiko perdarahan terutama dihubungkan dengan pungsi kaliks media,

pungsi multipel, pungsi pada ginjal yang memiliki struktur anatomi

abnormal, dan pada pasien dalam medikasi antikoagulan atau

antiplatelet. Pada kebanyakan kasus perdarahan, transfusi tidak

diperlukan dan cukup dengan tatalaksana konservatif. Perdarahan akut

pada tindakan PCNL disebabkan trauma pada pembuluh darah

parenkim ginjal atau pada cabang-cabang dari arteri dan vena di sistem

pelviokaliks. Perdarahan akut biasanya dapat dihentikan oleh sheath

PCNL yang menimbulkan efek tamponade. Setelah tindakan PCNL

19

Page 24: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

selesai, selang nefrostomi ukuran besar dapat menghentikan

perdarahan. Bila perdarahan masih berlangsung, perlu dilakukan

pemasangan selang nefrostomi balon kateter ukuran besar yang dapat

dikembangkan, atau bila gagal dengan teknik embolisasi. Adapun

tindakan yang dapat mengurangi perdarahan antara lain penggunaan

dilator balon dan miniperc.

2. Trauma pada Pelvis Renalis

Perforasi pada pelvis renalis biasanya terdiagnosis intraoperatif.

Penyebab perforasi yang paling sering adalah dilatasi yang terlalu

agresif serta tindakan percutaneus lithotripsy. Lithotripsy dengan

menggunakan alat mekanik seperti ultrasound rigid atau probe

pneumatic dapat juga menimbulkan perforasi pelvis. Adanya infeksi

dan inflamasi dapat membuat pelvis renalis menjadi lebih rapuh dan

mudah mengalami perforasi, adanya kinking dan angulasi pada pole

bawah ginjal juga meningkatkan risiko perforasi. Bila terjadi perforasi

maka irigasi diperlambat, cairan irigasi diubah menjadi normal saline,

serta dilakukan evaluasi apakah prosedur dapat diteruskan atau tidak.

Bila prosedur dihentikan perlu dipasang stent ureter dan selang

nefrostomi. Antegrade nefrostogram hendaknya dikerjakan sebelum

PCNL sekunder dilakukan atau sebelum pencabutan nefrostomi atau

stent ureter.

3. Absorpsi Cairan

Pasien dengan trauma vaskuler atau perforasi sistem

pelviokalises harus dimonitor untuk mencegah terjadinya overload

cairan. Irigasi tekanan tinggi yang terjadi pada dua keadaan di atas

dapat menyebabkan absorpsi intravaskuler cairan irigasi. Cairan irigasi

sebaiknya selalu menggunakan normal saline untuk mengurangi risiko

terjadinya hiponatremia delusional.

4. Trauma Rongga Pleura

Risiko terjadinya trauma paru atau rongga pleura meningkat

dengan dilakukannya pungsi superior. Pungsi yang dilakukan saat akhir

inspirasi meningkatkan risiko komplikasi intratoraks. Komplikasi yang

20

Page 25: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

dapat terjadi antara lain: pneumotoraks (0-4%) dan efusi pleura (0-8%).

Postoperatif sebaiknya dilakukan rontgen toraks di ruang pemulihan

untuk menyingkirkan hidrotoraks atau pneumotoraks pada pasien-

pasien yang menjalani pungsi interkostal. Bila terjadi komplikasi pleura

maka dapat diatasi dengan pemasangn chest tube.

5. Perforasi usus

Perforasi kolon adalah komplikasi PCNL yang jarang terjadi.

Retrorenal kolon sering terdapat pada pasien wanita yang kurus. Pasien

dengan kelainan anatomi ginjal dan pasien yang pernah menjalani

operasi usus memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya perforasi

kolon jika dilakukan PCNL. Penggunaan CT guided nefrostomi atau

pemeriksaan CT preoperatif dapat digunakan sebagai guide pada kasus-

kasus di atas. Diagnosis perforasi kolon dipertimbangkan apabila

terdapat hematoschezia intraoperatif, peritonitis, sepsis, atau drainase

berupa gas atau feses dari selang nefrostomi. Perforasi kolon seringkali

asimtomatik dan baru bergejala pascaoperasi yang dapat ditegakkan

dengan nefrostografi pascaoperasi. Perforasi esktraperitoneal dapat

ditatalaksana secara konservatif dengan pemasangan DJ stent dan

pencabutan nefrostomi, pemberian antibiotik spektrum luas, serta

kolonografi 7-10 hari kemudian. Eksplorasi bedah dilakukan pada kasus

perforasi intraperitoneal atau jika terdapat tanda-tanda peritonitis dan

sepsis. Perforasi duodenum dapat juga terjadi pada tindakan PCNL

kanan dan biasanya diterapi secara konservatif dengan pemasangan

selang nefrostomi dan NGT.

6. Trauma Hepar dan Limpa

Trauma hepar dan limpa biasanya terjadi pada kasus

splenomegali atau hepatomegali. Penggunaan CT-guided dapat

mengurangi risiko trauma pada kasus di atas. Pada kasus trauma limpa

seringkali membutuhkan tatalaksana eksplorasi, sedangkan pada kasus

trauma hepar tatalaksana adalah secara konservatif dan jarang

diperlukan eksplorasi bedah.

21

Page 26: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

7. Sepsis

Disarankan semua pasien sebelum menjalani prosedur PCNL

memiliki hasil kultur urine dan diberikan antibiotik sesuai kultur agar

urine steril (Nugroho dkk, Percutaneous Nephrolithotomy as Therapy

for Kidney Stone, 2011).

2.2.17 Kelebihan dan Kekurangan Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

1. Keuntungan : Angka bebas batu yang besar (90%), dapat digunakan

untuk terapi batu ginjal berukuran besar, dapat

digunakan pada batu kaliks inferior, dan morbiditasnya

yang lebih rendah.

2. Kelemahan : Dibutuhkan keahlian khusus serta pengalaman untuk

melakukan prosedurnya (Nugroho dkk, Percutaneous

Nephrolithotomy as Therapy for Kidney Stone, 2011).

22

Page 27: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

BAB 3

ANALISIS JURNAL TERKAIT

3.1 Jurnal 1

ABSTRAK

Untuk menjelaskan teknik baru yang telah kami modifikasi yaitu ultra-

mini-nefrothotomi perkutan atau ultra-mini-percutaneous nephrolithotomy

(UMP) yang menggunakan mininefroskop berkuran 6 Fr baru melalui 11-13

Fr selubung logam yang akan menampilkan holmium: laser lithotripsi YAG.

Methods. Riwayat medis dari 36 pasien dengan batu ginjal berukuran sedang

(<20mm) yang diobati dengan teknik UMP dari April sampai Juli 2012 telah

diulas secara retrospektif. Pasien telah dinilai pada hari pertama dan bulan

pertama pasca operasi oleh KUB dan US hingga menilai bersihnya batu ginjal.

Hasil. Rata-rata besar batu ginjal adalah + 14,9 mm (range: 6-20). Rata-rata

waktu untuk operasi adalah + 15,9 menit. Tingkat keberhasilan bersih dari

batu ginjal pada hari pertama dan bulan awal paska operasi adalah 88,9% dan

97,2%. Rata-rata pasien rawat inap adalah 3 hari. Komplikasi yang sudah

dicatata pada 6 kasus (sekitar 16,7%) berdasarkan pada klasifikasi Clavien,

termasuk sepsis pada 2 kasus (5,6%), ekstravasasi urin pada 1 kasus (2,8%)

grade IIA, dan demam pada 3 kasus (8,3%) grade II. Tidak ada pasien yang

membutuhkan transfusi darah. Kesimpulan. UMP secara teknis sangat layak,

aman dan mancur untuk batu ginjal berukuran sedang dengan keuntungan bisa

terbebas dari ancaman tinggi akan batu ginjal dan tingkat komplikasi yang

rendah. Namun, karena keterbatasan indikasi yang belum teruji, karena itu

UMP adalah penunjang untuk, bukan pengganti, dari standara teknologi mini-

PCNL.

3.1.1 Judul : “Teknik baru Mini Ultra Nefrolithotomi Perkutan: Pengantar

dan Pengalaman Pertama pada Pengobatan Batu Ginjal pada Saluran

Kemih atas Kurang dari 2 cm ”

23

Page 28: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

3.1.2 Penulis : Janak Desai, Guohua Zeng, Zhijian Zhao, Wen Zhong,

Wenzhong Chen, and Wenqi Wu.

3.1.3 Tahun Terbit : 02 April 2013

3.1.4 Tujuan Penelitian:

Bahwa PCNL dapat dilakukan dengan aman dan efektif untuk

mencapai yang lebih tinggi batu bebas tingkat dan memungkinkan

masa pengobatan singkat di sebagian besar pasien. Sebagian besar

komplikasi ini terkait pembentukan saluran dan ukuran. Upaya untuk

mengurangi komplikasi PCNL telah berfokus pada ukuran akses.

Setelah cukup bukti dalam literatur menyarankan bahwa penurunan

saluran yang ukuran untuk PCNL dapat menurunkan perdarahan dan

morbiditas, Desai et al. mengembangkan jarum semua-melihat dan

menggunakannya dalam sebuah 4.85Fr ukuran saluran tanpa selubung

bekerja untuk melakukan PCNL, yang disebut "microperc"

Di sini, kita mengadopsi 6Fr Mininephroscope baru dengan

beberapa fitur khusus yang memungkinkan kinerja PCNL dalam

selubung logam 11-13Fr. Kami disebut prosedur sebagai 2 BioMed

Penelitian Internasional ultra-mini-perkutan nephrolithotomy (UMP)

karena saluran yang lebih kecil dibandingkan dengan mini-PCNL.

3.1.5 Metode Penelitian :

Pasien dan Pengukuran. Kami mendapatkan persetujuan di

klinik studi ini dari Komite Etik dari Gabungan Rumah Sakit di

Universitas Medis Guangzhou. Tertulis di lembar informed consent

bahwa percobaan ini adalah teknologi barus sudah didapatkan dari

semua partisipan sebelum operasi. Dari April 1012 sampai Juli 2012,

UMP sudah dilakukan pada 36 pasien oleh salah satu dari dua Dokter

Bedah yang berpengalaman (G. Zeng dan J. Desai). Termasuk salah

satu kriteria mencakup semua pasin dengan ukuran batu ginjal kurang

dari 20 mm yang lebih memilih untuk dilakukan UMP. Tujuan utama

24

Page 29: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

dari penelitian ini adalah untuk mengenalkan teknik UMP (termasuk

alat-alat yang digunaka, metode memasuki renal, jumlah tusukan

untuk digunakan, teknik dilasi sistem perkemihan, penghancuran batu,

dan teknik pengeluaran) dan untuk melaporkan hasil dari UMP di grup

pasien ini (termasuk komplikasi pre dan pra operasi, waktu yang

digunakan selama operasi, penurunan hemoglobin, perkiraan rawat

inap, tingkat bebas dari batu ginjal dan kebutuhan untuk prosedur

tambahan).

Riwayat kesehatan yang detail, pemeriksaan fisik, analisis

urine, kultur urin, penghitungan darah lengkap, serum biokimia, tes

koagulasi, X-ray ginjal kandung kemih (KUB), ultrasonografi renal

(US), dan/atau urography intravenus (IVU) sudah dilakukan pada

semua pasien. CT (computed tomography) hanya dilakukan pada

situasi tertentu karena kekhawatiran karena paparan radiasi. Pasin

yang punya kultur urin positif diobati terlebih dahulu secara langsung

dengan pemberian antibiatok. Ukuran batu di hitung dengan

mengukur dari axis terpenjang pada pencitraan sebelum operasi.

Komposisi batu dari semua pasien sudah ditelati dengan spectroscop

infra-red. Status bebas dari batu sudah di periksa pada hari pertama

dan minggu pertama setelah operasi dan dijabarkan sebagai tidak ada

sisa batu pada KUB dan ultrasound. Komplikasi sebelum operasi pada

semua pasien sudah dicatat berdasar dari klasifikasi Clavien. Rawat

inap di rumah sakit telah dibulatkan pada hari tercepat dan dihitung

dari tanggal dimana pasin masuk untuk rawat inap sampai waktu

pulang ke rumah. Data dilaporkan sebagai angka atau persen atau rata-

rata + yang bisa dilihat di Tabel 2.

Armamenterium. Sebuah minipheroskop dan selubung bekerja

di desain pada universitas kami dan diterima masyarakat. Ini adalah

salh satu contoh alat-alat instrumen satu set, UMP menyiapkan; 11Fr

atau 13Fr metal selubung dengan jalan masuk terintegrasi port ke

samping. Ini melingkupi 1 mm diameter dari selang dalam (LUT-

GmbH, Jerman) (Gambar 1(b)). Ada sebuah sluran dari selang dalam

25

Page 30: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

sampai ke port samping, port samping bisa mencapai jarum suntik

untuk membuat jet air (Gambar 1(b)). Selubung metal bisa cocok

dengan sumbatan di dalam. Sumbatan dipasang miring dengan sisi

alur ujung distal, jadi kabel penuntung bisa masuk ke sumabtan

(Figure 1(b)). Intrumen dasar spesial lainnya adalah teleskop 3,5 Fr

dengan selubung teleskop yang dapat dibongkar berukuran 6 Fr (LUT-

GmbH, Jerman) (Gambar 1(c)), dan selubung teleskop yang

mempunyai dua port. Teleskop 6 Fr yang dirakit digunakan untuk

visualisasi. Satu sisi port dari selubung teleskop berhubungan dengan

pompa irigasi untuk mengirigasi dan sisi lain port digunakan untuk

memasukkan laser fiber. Optik disambungkan lewat pembesar okular

dan adapter listrik sebagai sistem standar endoskopik kamera.

3.1.6 Hasil Penelitian :

Hasil penelitian menunjukan bahwa BMI adalah 24,63 (18,1-

33,2) kg / m2. Pra operasi rata-rata Ukuran batu itu 14.9 mm (kisaran 6

sampai 20). Indikasi UMP pada pasien dari studi ini termasuk

transplantasi ginjal di 1 ginjal soliter, 1 infundibulum sempit , 1

divertikular batu ginjal , pada 3 anak-anak prasekolah , di 2 tahan api

ESWL, di 6 gagal RIR di 5 (3 bate tiang lebih rendah dengan akut

sudut dan 2 divertikulum batu infundibular-panggul mana leher kaliks

tidak bisa dibuka selama RIR), dan sisanya dari pasien dengan ukuran

batu kurang dari 20mm lebih suka teknik baru.

Semua 36 pasien diobati dengan saluran tunggal. Di 15 pasien,

akses diperoleh melalui tusukan supracostal, sementara di 21, setiap

akses dicapai melalui punc- yg terletak di bawah tulang rusuk ture,

masing-masing. Selain itu, meskipun sebagian besar tusukan adalah

melalui kelopak posterior pada 30 pasien, anterior kelopak tusukan

tentative aplikasi untuk langsung mencapai tampuk batu target dalam

6 pasien. Tidak ada pasien harus dikonversi ke metode konvensional

atau ditinggalkan. Berarti Waktu operasi adalah 59,8 menit (kisaran

26

Page 31: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

30 sampai 90). Rata-rata Penurunan hemoglobin adalah 5.4g / L

(kisaran 0-21), dan tidak ada yang membutuhkan transfusi darah.

Menurut sistem klasifikasi Clavien dimodifikasi, komplikasi yang

noteding (16,7%) kasus .Urosepsis (kelas II) dengan sedikit waktu

lebih lama operasi (87min) terjadi di 2 (5,6%) kasus dan demam

(kelas II) terjadi di 3 (8,3%) kasus, yang semuanya disembuhkan

dengan antibiotik intravena dan / atau Double-J berdiam stent.

Extravasations kemih (kelas IIIa) terjadi pada 1 (2,8%) kasus karena

fragmen berlebihan bergerak turun ke ureter yang mengakibatkan

obstruksi, yang disembuhkan dengan memasukkan dua J stent. Tidak

ada pasien menjalani perdarahan yang signifikan bahkan pada 6

pasien dengan anterior Pendekatan kelopak. Tidak ada pasien

membutuhkan transfusi darah. Tidak pneumotoraks terjadi pada 15

pasien yang menjalani pendekatan supracostal. Berarti pasca operasi

di rumah sakit tinggal 3 hari (kisaran 2 sampai 5). Dalam 29 pasien

tanpa batu residu dan komplikasi, berarti setiap rumah sakit adalah 2,3

hari. Demam pasca operasi terjadi pada 3 pasien, dan tinggal di rumah

sakit setiap pasien adalah 3 hari. Dalam 3 pasien dengan urosepsis (2

kasus) dan extravasations kemih (1 kasus), masing-masing, yang

membutuhkan Double-J stent indwelled, setiap rumah sakit tinggal 4

hari, masing-masing.

3.1.7 Kesimpulan :

UMP secara teknis sangat layak, aman dan mancur untuk batu

ginjal berukuran sedang dengan keuntungan bisa terbebas dari

ancaman tinggi akan batu ginjal dan tingkat komplikasi yang rendah.

Namun, karena keterbatasan indikasi yang belum teruji, karena itu

UMP adalah penunjang untuk, bukan pengganti, dari standara

teknologi mini-PCNL

27

Page 32: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

3.2 Jurnal 2

ABSTRAK

Tujuan: untuk membagi tiap komplikasi sesuai dengan tingkat bahaya

dari nefrolithotomi perkutan (PCNL) pada rumah sakit pusat dan tingkat tiga

dengan menggunakan sistem Clavien modifikasi.

Bahan dan Metode: dari Mei 1987 hingga Desember 2010, 1.236 kasus

yang menggunakan PCNL telah dilakukan di instutasi kami. Rekam medis

tersedia bagi 826 kasus PCNL dari 698 pasien, dari Februari 1995 sampai

Desember 2010. Menggunakan beberapa faktor, kami secara retrospektif

mengulas dan menganalisa 698 pasien dengan komplikasi yang sudah

bobotnya di kelompokkan dengan menggunakan sistem penilaian Cavien,

bersamaan dengan rata-rata keberhasilan.

Hasil: pada 698 pasien, pasien dengan batu ginjal diperhitungkan

sebanyak 33.8% (236 pasien). Pada awal dan secara keseluruhan, pasien

dengan batu ginjal yang berhasil di angkat serta bersih rata-rata 69,9% dan

88,8%. Totalnya ada 297 komplikasi yang ditulis pada dokumen 282 pasien.

Merujuk pada klasifikasi modifikasi Clavien, tingkat komplikasi I, II, IIIa,

IIIb, Iva, Ivb dan V sudah di observasi di 88 pasien (12,6%), 145 pasien

(20,8%), 31 pasien (4,4%), 5 pasien (0,7%) 6 pasien (0,9%), 4 pasien (0,6%)

dan 3 pasien (0,4%) secara berurutan. Kebocoran kateter urin peri-nefrostomi

sementara juga salah satu komplikasi yang paling sering, diikuti dengan

demam > 38oC (11%) dan tranfusi (6,9%). Komplikasi individual lainnya

terjadi kurang dari 1,% kasus. Pasien dengan batu staghorn, tingkat

komplikasi I, II, IIIb, dan Iva secara signifikan lebih banyak terjadi dan semua

tingkat komplikasi IVb dan V terjadi pada pasien dengan batu staghorn.

Kesimpulan: klasifikasi modifikasi Clavien memberikan sebuah standar

baku untuk tingkat komplikasi PCNL, meskipun konsesus pada komplikasi

yang lebih mendetail akan lebih baik jika dibandingkan antara pusat ke pusat.

Waktu operasi yang lebih pendek sangat penting untuk mencapai tujuan lebih

sedikit adanya perdarahan. Demam yang disebabkan oleh batu sebelumnya

28

Page 33: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

dan batu staghorn merukapan faktor penyebab yang paling banyak jika terjadi

demam pasca-operasi.

3.2.1 Judul : “Komplikasi Dari Nefrolithotomi Perkutan Yang Di

Klasifikasikan Menurut Sistem Penilaian Clavien Modifikasi: Sebuah

Pengalaman Dari Pusat Tunggal Lebih Dari 16 Tahun.”

3.2.2 Penulis : Tae Seung Shin, Hyuk Jin Cho, Sung-Hoo Hong, Ji Youl Lee,

Sae Woong Kim, Tae-Kon Hwang.

3.2.3 Tahun Terbit : 10 Agustus 2011

3.2.4 Tujuan Penelitian :

Untuk membagi tiap komplikasi sesuai dengan tingkat bahaya dari

nefrolithotomi perkutan (PCNL) pada rumah sakit pusat dan tingkat

tiga dengan menggunakan sistem Clavien modifikasi.

3.2.5 Metode Penelitian :

Dari Mei 1987 sampai Desember 2010, 1,236 kasus PCNL dari

1.066 pasien telah dilakukan di pusat kami. Diantara pasien-pasien ini,

rekam medis ada dari Februari 1995 sampai Desember 2010. Dalam

penelitian ini, kami secara retrospektif mengulas dan menganalisa 410

kasus PCNL yang sudah dilakukan. Batu ginjal diklasifikasikan

sebagai batu staghorn jika pelvis renal mempunyali kaliks bercabang

ke kalik major. Karena rumah sakit tersier dibuat oleh pusat kami,

banyak pasien yang dirujuk ke rumah sakit lainnya, dan 35% pasien

menjalani terapi shock wave lithotripsy extracorporeal dan 34%

pasien di diagnosa mempunyai batu staghorn. Karakteristik pasien

lebih lanjut dijelaskan di Tabel 1.

Semua pasien menjalani pemeriksaan laborat sebelum operasi,

termasuk tes darah dan analisis urin. Semua pasien juga menjalani

simpel X-ray ginjal-ureter-kandung kemih, bersama dengan CT atau

29

Page 34: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

urography intravena. Saat hari operasi sudah ditentukan, generasi-

ketiga cephalosporin atau quinolon sudah diberikan lebih dari 5 hari

untuk mencegah adanya sepsis setelah operasi, jika pyuria ada dalam

analisis urin.

Dengan pasien yang sudah diberi endotrakeal anasthesia umum,

balon kateter berukuran 5 sampai 6 Fr yang bisa menutup dimasukkan

ke ureter ipsilateral, yang mana diikuti dengan injeksi material kontras

untuk mengeruhkan dan distensi dari sistem untuk menghindari

terjadinya tusukan di tempat yang salah. Setelah kateterisasi ureter,

posisi pasien dirubah dari tengkurap ke meja kompatibel C-arm.

Setelah akses diperoleh dengan jarum berselubung, stylet dilepas dan

kabel penuntun dimasukkan, melalui dilatasi sistem yang dilakukan

dengan salah satu dilator Amplatz atau dilatasi balon kateter (Cook

Urogical Inc. Indianapolis, IN, USA). Menggunakan nefroskop yang

kaku, pemecahan batu menggunakan balistik atau alat ultra suara dan

batu bisa dikeluarkan menggunakan forseps. Meskipun beberapa

pertanyaan perlukan kateter nefrostomi, itu sudah menjadi kebiasaan

untuk diberikan sebagai tampon pendarahan dan drainase urin di pusat

kami.

Tingkat kesuksesan di buktikan dengan tidak adanya residu

pecahan batu di X-Ray konvensional atau CT atau ketika pemeriksaan

CIRF. CIRF menampilkan residu pecahan batu lebih kecil dari 4 mm,

asimtompmatik, tidak ada obstruktif dan tidak infeksi. Kesuksesan

juga diklafisikasikan sebagai tingkat awal kebersihan batu, yang mana

sudah di evaluasi secara langsung setelah prosedur PCNL, dan semua

tingkat kebersihan batu, yang mana dievaluasi 3 bulan setelah PCNL

dan prosedur tambahan lebih lanjut telah dilakukan.

Komplikasi sebelum operasi di klasifikasikan menggunakan sistem

modifikasi Clavien, yang digolongkan menjadi lima (Tabel 2).

Riwayat operasi sebelumnya seperti hipertensi (n=221),

diabetes )n=105), TBC (n=30), cerebrovascular accident (n=21), dan

skeletal abnormalities (n-12) yang termasuk dalam variabel. Faktor

30

Page 35: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

anatomi urologi seperti batu divertikular (n=42), obstruksi lengkungan

ureterpelvis (n=25), satu ginjal (n=13), megaureter (n=9), duplikasi

uerter (n=5), ginjal tapal kuda (n=4), dan striktur infundibular (n=3)

juga termasuk variabel. Nilai-p < 0,05 logistik multivariat analsisi

regresi juga dianggap siginifikan. Rasio odds (Ors) dan confidence

interval (CI) juga diperlihatkan. Semua analisis di tunjukkan

menggunakan SAS sistem untuk Windows veri 9.1 (SAS Institute Inc,

Cary, NC, USA).

3.2.6 Hasil Penelitian :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Data perioperatif tercantum

dalam Tabel 3. awal Tingkat batu bebas adalah 69,9% (488 pasien),

dan secara keseluruhan Tingkat batu bebas adalah 88,8% (620 pasien).

Rata-rata inap tinggal adalah 4,5 ± 2,6 hari setelah operasi. Paling

rendah Tingkat keberhasilan awal diamati pada batu staghorn

kelompok (46%, p <0,0089). Selanjutnya, berarti operasi waktu

(157,91 ± 76,85 hari, p <0,0037) dan tinggal di rumah sakit

(5.18 ± 3.12 hari, p <0,0095) secara signifikan lebih lama di kelompok

batu staghorn. Tabel 4 daftar komplikasi pasca operasi

diklasifikasikan oleh sistem penilaian Clavien dimodifikasi. Sebanyak

297 komplikasi- kation didokumentasikan. Grade I komplikasi yang

dijalin dgn tali di 88 (12,6%), kelas II di 145 (20,8%), kelas IIIa di

31 (4,4%), kelas IIIb di 5 (0,7%), kelas IVa di 6 (0,9%), kelas IVb di 4

(0,6%), dan kelas V di 3 (0,4%) pasien. Sementara peri nefrostomi

kebocoran kateter urine untuk kurang dari 24 jam, hanya

membutuhkan berpakaian sederhana, disajikan di 106 (15,2%) pasien.

Demam, yang didefinisikan sebagai setidaknya satu episode

spiking lebih dari 38 ° C, adalah komplikasi (77 pasien, 11,0%).

Transfusi diperlukan pada 48 pasien (6,9%). Komplikasi individu lain

tions menyumbang kurang dari 1,5%. Perbandingan komplikasi kation

antara pasien batu staghorn dan lain-lain diuraikan dalam Tabel 5.

Kelas I, II, IIIb, dan komplikasi Iva secara signifikan lebih sering

31

Page 36: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

terjadi pada batu staghorn kelompok. Semua kelas IVb dan V

komplikasi terjadi di stag Penderita batu tanduk. Keempat pasien yang

mengembangkan sepsis pasca operasi yang staghorn pasien batu.

Keempat pasien memiliki kedua piuria dan hematuria dalam urine pra

operasi, dan dengan demikian Korea J Urol 2011; 52: 769-775

Komplikasi Percutaneous Nephrolithotomy 773 antibiotik oral pra

operasi diberikan untuk lebih dari 5 hari. Tak satu pun dari pasien ini

demam sebelum operasi. Tiga pasien dengan batu staghorn meninggal

setelah PCNL. Dari dua pasien yang meninggal karena syok septik,

satu akhirnya edema otak maju setelah replace- ginjal terus menerus

Terapi ment. Pasien lain yang meninggal karena syok septik memiliki

riwayat penyakit Parkinson dan akhirnya devel

oped stress cardiomyopathy. Satu pasien meninggal dari hipoksemia

dan asidosis pernafasan yang disebabkan oleh paru nary emboli

meskipun ventilasi mekanis. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor

penentu setiap komplikasi, multi analisis variate dilakukan. Demam-

batu yang terkait sebelum dan batu staghorn yang ditemukan menjadi

signifikan faktor untuk demam pasca operasi tributing> 38 o C.

Berarti op waktu timbangkan ditemukan signifikan untuk perdarahan

requiring transfusi (Tabel 6). Komplikasi Tujuan lainnya (embolisasi,

tabung dada penyisipan, sistem pengumpulan per foration, cedera

usus, nefrektomi, sepsis, kematian), mencegah minants tidak dapat

diidentifikasi karena kasus kecil. Untuk mengidentifikasi faktor risiko

untuk mengembangkan komplikasi kation diklasifikasikan sebagai

kelas IIIa atau lebih besar menurut Sistem Clavien, analisis regresi

logistik multivariat dilakukan dengan menggunakan variabel yang

sama. Hanya operasi waktu itu dianggap sebagai faktor yang

signifikan dalam analisis univariat (OR, 0,994; 95% CI, 0,989-0,999;

p = 0,0255), tetapi gagal untuk tetap menjadi faktor yang signifikan

dalam analisis multivariat (OR, 0,993; 95% CI, 0,984-1,000; p =

0,1071).

32

Page 37: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

3.2.7 Kesimpulan :

klasifikasi modifikasi Clavien memberikan sebuah standar baku

untuk tingkat komplikasi PCNL, meskipun konsesus pada komplikasi

yang lebih mendetail akan lebih baik jika dibandingkan antara pusat

ke pusat. Waktu operasi yang lebih pendek sangat penting untuk

mencapai tujuan lebih sedikit adanya perdarahan. Demam yang

disebabkan oleh batu sebelumnya dan batu staghorn merukapan faktor

penyebab yang paling banyak jika terjadi demam pasca-operasi.

33

Page 38: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

3.3 Jurnal 3

ABSTRAK

Tujuan untuk membandingkan karakteristik dan hasil dari rencana yang akan

dilakukan pada PCNL menggunakan database Pusat Penelitian Klinis tentang

Perhimpunan Eundorogikal PCNL Penelitian Global .

Bahan dan Metode. Dua data yang cocok sudah disiapkan untuk

membandingkan hanya menggunakan sten dengan hanya menggunakan NT

dan TTl menggunakan hanya NT. Pasien yang cocok dengan rencana

mengguanakan variabel: banyaknya kasus di pusat dimana mereka melakukan

PCNL, berat batu, adanya batu staghorn, ukuran selubung yang digunakan

saat akses perkutan, adanya perdarahan saat operasi dan status sukses

pengobatan. Untuk kategori variabel, persentase sudah dijumlahkan dan

perbedaan diantara empat grup yang di tes dengan tes chi-squre.

Hasil. Satu satunya perbedaan signifikan dilaporkan diantara pasangan yang

cocok diantara grup NT dan hanya stent, hanya NT PCNL sudah dikatikan

dengan lamanya waktu operasi secara signifikan (p - 0,029) dan lamanya

rawat inap (p < 0,001) daripada PCNL yang menggunakan sten saja.

Kesimpulan. Pasien yang menjalani PCNL dengan rencana invasif termasuk

hanya menggunakan stent mempunyai waktu rawat inap yang lebih singkat

daripada pasien post operasi NT. Tujuan intraoperative tentu saja adalah

pendorong utama dari komplikasi di PCNL dan tidak membutuhkan rencana.

3.3.1 Judul : “Exit Strategi Pcnl: Perbandingan Hasil Operasi Di Clinical

Research Office Of The Endourological Society (Croes) Pcnl Penelitian

Global”

3.3.2 Penulis : Luigi Cormio • Gaspar Ibarlucea Gonzalez • David Tolley

3.3.3 Tahun Terbit : 23 Maret 2013

34

Page 39: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

3.3.4 Tujuan Peneliti :

untuk membandingkan karakteristik dan hasil dari rencana yang akan

dilakukan pada PCNL menggunakan database Pusat Penelitian Klinis

tentang Perhimpunan Eundorogikal PCNL Penelitian Global .

3.3.5 Metode Penelitian :

Organisasi dan metode Croes PCNL global Penelitian telah

dijelaskan sebelumnya. Pasien diobati dengan PCNL selama periode 1

tahun antara November 2007 dan Desember 2009. PCNL dilakukan

keluar baik di terlentang atau dalam posisi rawan. Akses ke saluran

atas dipandu oleh USG dan / atau X-ray di kombinasi dengan injeksi

kontras intrarenal retrograde. Setelah akses diperoleh, kawat pemandu

yang dimasukkan dan sebaiknya bermanuver ke ureter. Dilatasi adalah

dilakukan dengan balon, teleskopik atau dilator serial dan sebuah

Amplatz sarung kemudian diposisikan. Sistem pengumpulan

kemudian diperiksa oleh nephroscope dan batu yang baik hancur oleh

laser, ultrasound atau perangkat balistik atau dihapus di toto dengan

graspers.

Prosedur itu dianggap telah selesai ketika semua batu removable

telah dibawa keluar. Internal dan / atau eksternal dan tiriskan (s)

diposisikan menurut penilaian dari Dokter bedah. Kebutuhan transfusi

didasarkan pada klinism penghakiman dari dokter yang merawat dan

lokal klinis pedoman praktek. Penilaian batu langsung izin dilakukan

dengan USG, X-ray atau computer tomography (CT) scanning,

berdasarkan ketersediaan atau praktek klinis lokal. Komplikasi

perioperatif yang dinilai dan dinilai sesuai dengan Clavien

dimodifikasi Sistem yang diterapkan pada PCNL.

Karakteristiknya pasien ' teristics, prosedur dan hasil data yang

bedah yang dianalisis sesuai dengan strategi keluar, yaitu penempatan

NT tanpa ureter stenting (NT saja); ureter stenting tanpa NT (stent

saja), dan benar-benar PCNL tubeless (TTL). Analisis statistik Dua set

35

Page 40: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

data cocok disiapkan untuk membandingkan stent saja dan TTL

dibandingkan NT hanya saja dibandingkan NT. The set data cocok

dibuat menggunakan skor kecenderungan pencocokan, teknik

pencocokan multidimensi berdasarkan regresi logistik multivariat.

Pasien yang cocok pada strategi keluar menggunakan variabel-

variabel berikut: Kasus Volume pusat di mana mereka menjalani

PCNL, batu beban, kehadiran batu staghorn, ukuran selubung

digunakan di akses perkutan, kehadiran perdarahan selama operasi,

dan status keberhasilan pengobatan. Pencocokan ini faktor dipilih dari

kolam pra operasi acteristics yang akan menentukan pilihan dokter

bedah untuk strategi keluar. Untuk variabel kategori, persentase yang

dihitung dan perbedaan antara empat kelompok yang diuji dengan uji

chisquare dengan tingkat signifikansi p \ 0,05. Kontribusi dari peneliti

individu untuk naskah dan pentingnya masukan dalam pengumpulan

data yang dipertimbangkan dalam alokasi kepenulisan sesuai dengan

pedoman publikasi Croes.

3.3.6 Hasil Penelitian :

Dalam semua kelompok, ada lebih laki-laki daripada

perempuan, pasien rata-rata berlebihan berat badan, dan mayoritas

pasien memiliki seorang Amerika Masyarakat Anesthesiologists

(ASA) skor 1 atau 2. Satu-satunya perbedaan yang signifikan antara

kelompok adalah bahwa pasien yang menerima NT hanya lebih

mungkin untuk memiliki menjalani operasi ginjal terbuka sebelumnya

dari pasien menerima stent saja.

Distribusi pasien menurut ukuran NT ditunjukkan pada

Gambar. 1. Data yang tersedia untuk 5046 pasien. Yang paling umum

berukuran NT digunakan adalah 20 Ch (21,6%) diikuti oleh 14 Ch NT

(16,4%). Dalam hal prosedur operasi, satu-satunya perbedaan yang

signifikan antara kelompok-kelompok yang dilaporkan adalah antara

NT dan stent hanya kelompok dalam hal jalur akses perkutan.

36

Page 41: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

Tidak perbedaan yang diamati antara kelompok-kelompok di

batu-bebas tarif dan kejadian perdarahan (Tabel 2). Berarti durasi tion

dari PCNL di kelompok perlakuan berkisar antara 67 sampai 82 min

(Tabel 3). Waktu operasi rata-rata adalah signifikan lagi untuk pasien

yang telah NT hanya dibandingkan dengan pasien yang memiliki ST

saja (p = 0,029). Sakit seperti pasca operasi pital tinggal itu juga

secara signifikan lebih lama untuk NT hanya dikupas dengan ST

hanya pasien (p \ 0,001). Tidak ada yang lain perbedaan yang

signifikan antara kedua kelompok cocok dilaporkan.

3.3.7 Kesimpulan :

Pasien yang menjalani PCNL dengan rencana invasif termasuk

hanya menggunakan stent mempunyai waktu rawat inap yang lebih

singkat daripada pasien post operasi NT. Tujuan intraoperative tentu

saja adalah pendorong utama dari komplikasi di PCNL dan tidak

membutuhkan rencana.

37

Page 42: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

3.4 Jurnal 4

ABSTRAK

Tiga pasien menjalani laparoskopik yang dibantu oleh PNL. Semua pasien

adalah orang-orang yang berotot berumur 40 sampai 50-an dan mempunyai

berat masing-masing 94, 89, dan 78 kg. ginjal, ureter dan kandung kemih

serta pyelogram intravena pada pasien pertama menunjukkan adanya 3 cm

ektopik pada pelvis ginjal berada pada atas sakrum dengan ginjal normal pada

sisi lainnya. Dia mempunyai riwayat adanya dua batu ginjal yang secara

spontan keluar. Pasien kedua mempunyai ektopik ginjal bilateral. Ginjal

kanan berlokasi di pelvis yang tepat tanpa kalkuli dan ginjal kiri terletak pada

lubang iliac dengan 2,5 cm kalkulus di pelvis renal. Pasien ketiga mempunyai

batu ginjal berukuran 4 cm di infundibulum pada kaliks atas pada ektopik

pelvis ginjal kiri. Pasien terakhir mempunyai riwayat PNL pada batu ginjal

kanan tiga tahun yang lalu. Semua pasien ini mempunyai riwayat kegagalan

Shock Wave Lithoripsy (SWL) setelah dua sesi. Tidak ada satu pun dari

mereka pernah menjalani operasi besar sebelumnya.

Lalu pasien pasin ini akan melakukan laparoskopi yang disertai dengan

pengangkatan batu ginjal. Dengan menggunakan fluorsokopik untuk akses

atau rute terbaik sudah di berikan, ginjal juga ditusuk. Nefroskop berukuran

24F sudah dimasukkan dan semua batu ginjal dihancurkan dan dibuang.

Waktu berjalannya operasi adalah 150, 120 dan 110 menit pada kasus 1, 2, 3

secara berurutan. Pembersihan batu secara menyeluruh di dokumentasikan

dengan film X-Ray KUB dan ultrasonografy.

Akhirnya pasien menjalani IVP tiga bulan setelah operasi. Mereka semua

sehat dan tidak mengalami komplikasi.

3.4.1 Judul : Nefrolithothomi perkutan yang dibantu dengan laparosikopi

pada ektopik pelvis ginjal (Laparoscopic assisted percutaneous

nephrolithotomy in ectopic pelvic kidneys)

38

Page 43: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

3.4.2 Penulis : Seyed Habibollah Mousavi-Bahar, Mohammad Ali Amir-

Zargar and Hamid Reza Gholamrezaie

3.4.3 Tahun Terbit : 2008

3.4.4 Tujuan Peneliti :

Menjelaskan tentang teknik laparosikopik yang digunakan untuk PNL

trans-peritonial pada ektopik ginjal.

3.4.5 Metode Penelitian :

Tiga pasien menjalani laparoskopik yang dibantu oleh PNL.

Semua pasien adalah orang-orang yang berotot berumur 40 sampai

50-an dan mempunyai berat masing-masing 94, 89, dan 78 kg. ginjal,

ureter dan kandung kemih serta pyelogram intravena pada pasien

pertama menunjukkan adanya 3 cm ektopik pada pelvis ginjal berada

pada atas sakrum dengan ginjal normal pada sisi lainnya. Dia

mempunyai riwayat adanya dua batu ginjal yang secara spontan

keluar. Pasien kedua mempunyai ektopik ginjal bilateral. Ginjal kanan

berlokasi di pelvis yang tepat tanpa kalkuli dan ginjal kiri terletak

pada lubang iliac dengan 2,5 cm kalkulus di pelvis renal. Pasien ketiga

mempunyai batu ginjal berukuran 4 cm di infundibulum pada kaliks

atas pada ektopik pelvis ginjal kiri. Pasien terakhir mempunyai

riwayat PNL pada batu ginjal kanan tiga tahun yang lalu. Semua

pasien ini mempunyai riwayat kegagalan Shock Wave Lithoripsy

(SWL) setelah dua sesi. Tidak ada satu pun dari mereka pernah

menjalani operasi besar sebelumnya.

3.4.6 Hasil Penelitian :

Waktu operasi adalah 150, 120 dan 110 menit pada kasus 1, 2,

3 secara berurutan. Pembersihan batu ginjal secara sempurna sudah di

rekam oleh film X-Ray KUB dan ultrasonografi. Kateter ureter dilepas

pada hari pertama dan selang nefrostomi di hari kedua setelah operasi.

39

Page 44: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

Drain abdomen dilepas di hari ketiga pada kasus kedua dan ketiga dan

di hari kelima pada kasus pertama, karena adanya kebocoran urin.

Pasien diberi IVP selama tiga bulan setelah operasi. Semua pasein

sehat dan tidak ada komplikasi jangka pendek atau panjang.

Komposisi dari batu adalah calcium oxalate monohydrate pada pasien

pertama dan kedua, dan calcium oxalate dehydrate pada yang ketiga.

3.4.7 Kesimpulan :

Laparoskopi yang digunakan untuk PNL pada ektopik

pelvis ginjal adalah alternatif yang bagus untuk operasi besar dan

mempunyai akses poin yang paling baik yang bisa dilakukan di semua

bagian abdomen. Laparoskopik ini sangat layak dicoba, aman dan

hasilnya sangat memuaskan pada kelompok pasien ini.

40

Page 45: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

3.5 Jurnal 5

ABSTRAK

Latar Belakang: Tujuan dari laporan ini adalah untuk menilai keamanan dan

kemanjuran akses tiang lebih rendah tunggal untuk beberapa dan bercabang

batu ginjal. Sebuah studi klinis acak non calon termasuk 26 pasien dengan

batu ginjal kompleks (9 pasien telah bercabang batu ginjal dan lainnya 17

memiliki beberapa batu ginjal) pada periode dari Mei 2003 sampai Mei 2004.

usia pasien Berarti adalah 42 tahun ± 13,2 (kisaran 18 untuk 67 tahun). Semua

pasien menjalani Nefrolitotomi perkutan (PCNL) melalui tusukan kaliks

tunggal yang lebih rendah. Batu-batu kecil yang utuh diekstraksi dengan

berbagai graspers batu sementara batu-batu besar (diameter terkecil lebih dari

1 cm) yang hancur baik menggunakan pneumatik EMS Swiss lithoclast atau

Holmium YAG laser. Nephroscope fleksibel digunakan untuk batu tidak dapat

diakses oleh instrumen kaku.

Temuan: Keseluruhan tingkat batu-bebas adalah 74,8%. Pasien dengan batu

residual yang dikelola oleh salah satu sesi dari shock wave lithotripsy (SWL).

Berarti waktu operasi adalah (80 menit ± 27,4) untuk batu bercabang dan

(49,1 ± 15,9 menit) untuk beberapa batu. Tidak ada kehilangan darah yang

signifikan dilaporkan. Perforasi sistem pelviokalises terjadi pada 2 pasien

(11,5%) tanpa gejala sisa yang serius. Hanya 1 pasien mengembangkan

perdarahan sekunder yang mengharuskan transfusi darah dan selektif angio-

embolisasi.

Kesimpulan: Di tangan kami, efikasi dan keamanan dari satu kaliks rendah

tusukan PCNL dalam pengelolaan batu ginjal kompleks sebanding dengan

prosedur umum dinyatakan dalam literatur.

3.5.1 Judul : “Satu tusukan Nefrolitotomi perkutan untuk pengelolaan

batu ginjal kompleks (Single puncture percutaneous nephrolithotomy for

management of complex renal stones)”

41

Page 46: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

3.5.1 Penulis : Mahmoud M Shalaby, Medhat A Abdalla, Hassan A Aboul-

Ella1 Abdel- Monem A El-haggagy and Alaa A Abd-Elsayed

3.5.2 Tahun Terbit : 2009

3.5.3 Tujuan Peneliti :

Menilai keamanan dan kemanjuran akses tiang lebih rendah tunggal

untuk beberapa dan bercabang batu ginjal.

3.5.4 Metode Penelitian :

Setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas

Kesehatan, Universitas Assiut, penelitian ini dilakukan dari cara

perspektif tidak acak. Total 26 pasien (21 laki-laki dan 5 wanita)

dengan komplek (bercabang atau ganda) kalkuli renal termasuk

diantara mereka yang masuk ke Departemen Urologi, Rumah Sakit

Universitas Assiut pada periode Mei 2003 dan Mei 2004. Rata-rata

umur pasien adalah 42 tahun (antara 18 – 67 tahun). Delapan pasien

sebelumnya pernah menjalani operasi besar untuk batu ginjal.

Sembilan pasien mempunyai batu ginjal yang bercabang (di

kategorikan batu ginjal menutupi pelvis ginjal dan satu kaliks mayor)

dan 17 lainnya mempunyai beberapa batu ginjal. Semua pasien

menjalani single lower calyceal puncture PCNL.

3.5.5 Hasil Penelitian :

Keseluruhan tingkat bebas batu adalah 74,8%, 55,5% untuk

batu bercabang dan 94,1% untuk beberapa batu. Beban batu sisa

berkisar 0,7-1,5 cm untuk batu bercabang dan 0,6-0,8 cm untuk

beberapa batu dan ada korelasi positif yang signifikan secara statistik

antara beban batu dan adanya batu residual sebagai dengan

peningkatan beban batu ada peningkatan dalam batu residual (P <0,01

dan r = 0,402). Tabel 2 dan 3 saat ini hubungan antara batu residual,

lokasi batu dan batu beban.

42

Page 47: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

Waktu operasi berkisar 45-120 menit untuk batu bercabang

(berarti 80 menit ± 27,4.) Dan 25 sampai 75 menit (rata-rata 49,1

menit ± 15,9) untuk beberapa batu. Ada korelasi positif yang

signifikan secara statistik antara beban batu dan waktu operasi pada

kedua kelompok dengan peningkatan beban batu ada peningkatan

dalam waktu operasi (P <0,01 dan r = 0,862). Selisih kadar

hemoglobin dalam darah pasca operasi pra jumlah dan langsung

dianggap sebagai indikator kehilangan darah intra-operatif.

Diperkirakan drop intra-operatif dalam hemoglobin (Hb) tingkat

berkisar 0,3-2 g / dl (berarti 0,52 g / dl) untuk batu bercabang dan 0,2-

2,8 g / dl (berarti 0,44 g / dl) untuk beberapa batu. Ada korelasi positif

yang signifikan secara statistik antara beban batu dan penurunan

hemoglobin dan antara waktu operasi dan penurunan hemoglobin

sebagai dengan peningkatan amplitudo penurunan hemoglobin ada

dan peningkatan di kedua batu beban dan waktu operasi (P <0,01, r =

0,458 dan P <0,01, r = 0,46 masing-masing).

Minor komplikasi intra-operatif terjadi pada 3 pasien: perforasi

sistem pelviokalises terjadi pada 2 pasien (antara kelompok dengan

beberapa batu). Hipotensi terjadi pada 1 pasien dengan batu bercabang

dan dikelola secara konservatif tanpa transfusi darah. Ada korelasi

positif yang signifikan secara statistik antara distribusi batu dan

komplikasi intra-operatif seperti dengan meningkatkan distribusi batu

ada peningkatan komplikasi intra-operatif (P = 0,05, r = 392), juga

antara waktu operasi dan intraoperatif komplikasi karena ada

peningkatan komplikasi intraoperatif dengan peningkatan waktu

operasi (P <0,01, r = 0,425).

3.3.7 Kesimpulan :

Single tusukan kaliks lebih rendah lebih aman daripada akses

kaliks atas dan kurang traumatis dibandingkan dengan beberapa

saluran dalam pengelolaan batu ginjal kompleks dan kami sarankan

terutama untuk pusat ESWL dilengkapi.

43

Page 48: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan

Pembedahan ginjal banyak sekali macamnya, Nefrostomi, Nefrektomi,

Pielolitotomi, Bivalve Nefrolitotomi dan PCNL. PCNL sendiri banyak digunakan

untuk pembedahan batu ginjal.

Dalam jurnal banyak di ulas tentang bagaimana penggunaan PCNL sebagai

operasi terbaik untuk penghancuran batu ginjal. Meskipun begitu, namun PCNL

tetap mempunyai efek samping yang cukup tinggi. Maka dari itu, perlu orang-

orang yang ahli untuk mengaplikasikan PCNL pada pasien batu ginjal.

4.2 Saran

Memperbanyak literatur tentang konsep pembedahan ginjal secara umum.

44

Page 49: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

DAFTAR PUSTAKA

Cormio, Luigi. 2013. Exit strategies following percutaneous nephrolithotomy

(PCNL): a comparison of surgical outcomes in the Clinical Research

Office of the Endourological Society (CROES) PCNL Global Study World

J Urol (2013) 31:1239–1244. http://link.springe

r.com/article/10.1007/s00345-012-0898-x. Diakses 7 September 2015.

Desai, Janak dkk. 2013. A Novel Technique of Ultra-Mini-Percutaneous

Nephrolithotomy: Introduction and an Initial Experience for Treatment of

Upper Urinary Calculi Less Than 2 cm BioMed Research International

Volume 2013, Article ID 490793, 6 pages. http://www.hinda

wi.com/journals/bmri/2013/490793/abs/ Diakses 7 September 2015.

National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. 2015. Etopic

Kidney. http://www.kidneyurology.org/Library/Kidney_Health/Ectopic_K

idney .php. Diakses 7 September 2015.

Nugroho, Dimas dkk. 2011. Percutaneous Nephrolithotomy sebagai Terapi Batu

Ginjal Maj Kedokt Indon, Volum: 61, Nomor: 3, Maret 2011. https://ww

w.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&

uact=8&ved=0CFwQFjAIahUKEwihqOnIvOTHAhVFoJQKHaSBDAI&u

rl=http%3A%2F%2Findonesia.digitaljournals.org%2Findex.php%2Fidnm

ed%2Farticle%2FviewFile

%2F344%2F342&usg=AFQjCNEoLkZaVW9t3CBWzX-

I2eGuGzmDRg&sig2=YoiGGzxNTPYhaZ80IK0vfA&bvm=b

v .102022582,d.dGo. Diakses 6 September 2015.

Mousavi-Bahar dkk. 2008. Laparoscopic Assisted Percutaneous Nephrolithotomy

in Ectopic Pelvic Kidney International Journal of Urology 2008) 5, 276-

278. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.14422042.2007.0198

5.x/pdf. Diakses 6 September 2015.

Shalaby, Mahmoud M dkk. 2009. Single Puncture Percutaneous Nephrolithomy

for Management of Complex Renal Stones BMC Research Notes 2009,

Page 50: Makalah Sistem Perkemihan PCNL.doc

2:62. http://www.biomedcentral.com/1756-0500/2/62/. Diakses 7

September 2015.

Shin, Tae Seung dkk. 2011. Complications of Percutaneous Nephrolithotomy

Classified by the Modified Clavien Grading System: A Single Center’s

Experience over 16 Years Korean J Urol 2011;52:769-775.

http://synapse.koreamed.org/DOIx.php?id=10.4111/kju.2011.52.11.769.

Diakses 7 September 2015.