makalah polip hidung
-
Upload
dendy-morganwinata-putraprasetyo -
Category
Documents
-
view
436 -
download
37
description
Transcript of makalah polip hidung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia normalnya memiliki organ sensori, yaitu organ pembau, pendengaran, pengecapan, dan penglihatan. Organ- organ tersebut tidak jarang atau bahkan rawan sekali mengalami gangguan, sehingga terjadi gangguan sensori persepsi pada penderitanya.
Hidung adalah salah satu organ sensori yang fungsinya sebagai organ penghidu. Jika hidung mengalami gangguan, maka akan berpengaruh pada beberapa sistem tubuh, seperti pernapasan dan penciuman
.Salah satu gangguan pada hidung adalah polip nasi. Polip nasi ialah massa lunak yang
bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.
Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel. Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang tidak mendukung teori ini dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti. Polip nasi lebih banyak ditemukan pada penderita asma nonalergi (13%) dibanding penderita asma alergi (5%). Polip nasi terutama ditemukan pada usia dewasa dan lebih sering pada laki – laki, dimana rasio antara laki – laki dan perempuan 2:1 atau 3:1. Penyakit ini ditemukan pada seluruh kelompok ras. Prevalensi polip hidung dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa (Hosemann, 1994) dan 4,3% di Finlandia (Hedman, 1999). Jarang ditemukan pada anak- anak. biasanya polip hidung ditemukan pada umur 20 tahun.
Oleh karena itu, penting bagi perawat dan mahasiswa perawat untuk mendalami segala hal tentang polip. Sehingga nantinya bisa ditegakkan diagnosa yang tepat, beserta asuhan keperawatan yang akan diberikan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas,maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana anatomi fisiologi dari polip?
2. Apa pengertian dari polip ?
3. Bagaimana etiologi dari polip ?
4. Bagaimana klasifikasi dari polip ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari polip ?
6. Bagaimana patofisiologi dari polip?
1
7. Bagaimana pohon masalah dari polip?
8. Bagaimana insiden di dunia dari polip?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari poilp?
10. Bagaimana komplikasi dari polip?
11. Bagaimana penatalaksanaan dari polip ?
12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari polip?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas,maka dapat ditentukan tujuan sebagai berikut
1. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui anatomi fisiologi dari polip hidung.
2. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui pengertian dari polip hidung.
3. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui etiologi dari polip hidung.
4. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui klasifikasi dari polip.
5. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui manifestasi klinis dari polip.
6. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui patofisiologi dari polip.
7. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui pohon masalah dari polip
8. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui insiden polip hidung di dunia.
9. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui pemeriksaan penunjang dari polip hidung.
10. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui komplikasi dari polip.
11. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui penatalaksanaan dari polip.
12. Agar mahasiswa mengetahui konsep asuhan keperawatan dari polip hidung.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi fisiologi
Menurut Drs.H.Syaifuddin hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang
pertama,mempunyai dua lubang (kavum nasi),dipisahkan oleh sekat hidung(septum nasi).Di
dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara ,debu dan kotoran yang
masuk ke dalam lubang hidung.Bagian-bagian dari hidung adalah sebagai berikut:
1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat lipat yang dinamakan karang
hidung (konka nasalis),yang berjumlah 3 buah:
a. Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
b. Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
c. Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas.
3
Di antara konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu:
a. Meatus superior (lekukan bagian atas)
b. Meatus medialis (lekukan bagian tengah)
c. Meatus inferior (lekukan bagian bawah)
Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernafasan ,sebelah dalam terdapat lubang
yang berhubungan tekak,lubang ini di sebut kaona. Selaput lendir berfungsi untuk menangkap
benda asing yang masuk saluran pernapasan.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung
berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut dengan sinus paranalis, yaitu: sinus
maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi,sinus sfenoidalis
pada rongga tulang baji dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.
Pada rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan mukus. Rambut-rambut halus
pada rongga hidung berfungsi untuk mendapat menangkap dan menyaring partikel di udara
yang masuk ketika bernapas. Mukus merupakan semacam lendir yang disekresikan oleh sel-sel
goblet. Mukus berfungsi untuk menangkap partikel yang lolos melewati rongga
hidung,menbasahi( melembabkan) udara yang masuk dan menghangatkan udara sehingga
sesuai dengan panas tubuh kita. Selain itu,didalam rongga hidung juga terdapat indra pembau
yang memungkinkan kita dapat mendeteksi dan mengenal bau yang dihantarkan darah.
2.2 Fisiologi Hidung
1. Sebagai jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka
media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini
berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan
kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian
depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran
dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.
2. Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang
akan masuk ke dalam alveolus.
Fungsi ini dilakukan dengan cara :
4
a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada
musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini
sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.
b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah
di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga
radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah
melalui hidung kurang lebih 37o C.
3. Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan
dilakukan oleh :
a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b. Silia
c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut
lendir dan partikel – partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks
bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.
d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.
4. Indra penghirup
Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa olfaktorius pada
atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau
dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik
nafas dengan kuat.
5. Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan
menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.
6. Proses bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga
mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.
7. Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna,
kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks
5
bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur,
lambung dan pankreas.
8. Membunuh kuman yang masuk ,bersama udara pernafasan oleh leukosit yang
terdapat dalam selapu lendir (mukosa) atau hidung. (Drs.H.Syaifuddin,2006)
2.3 Definisi
Polip hidung merupakan salah satu jenis penyakit telinga, hidung dan tenggorok (THT)
yang sudah umum didengar di masyarakat. Polip adalah masa lunak,berwarna putih atau
keabu-abuan (Subhan, S.Kep.,2003).
Polip adalah masa lunak,berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat dalam rongga
hidung. (Buku’kapita selekta kedokteran’.,2001).Sebagian orang sering menyebutnya
sebagai tumbuh daging dalam hidung. Sebagian orang juga menamainya tumor hidung.
Polip Hidung sebenarnya adalah suatu pertumbuhan dari selaput lendir hidung yang
bersifat jinak.
Polip adalah tumor jinak yang harus diwaspadai karena bisa berkembang menjadi ganas
(kanker). Polip yang nampak seperti daging tumbuh seperti tumor non kanker pada rongga
hidung ini jika sudah lama dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah –
merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa). Polip nasi bukan merupakan penyakit
tersendiri tetapi merupakan manifestasi klinik dari berbagai macam penyakit dan sering
dihubungkan dengan sinusitis, rhinitis alergi, fibrosis kistik dan asma.
Polip nasi atau polip hidung adalah kelainan selaput permukaan / selaput lendir hidung
dan sinus paranasal berupa tumbuhnya massa lunak yang bertangkai, yang bersifat jinak,
berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan licin dan agak
bening karena mengandung banyak cairan yang terjadi akibat inflamasi mukosa yang
berkepanjangan dalam lapisan hidung atau sinus. Jaringan ini bisa diamati langsung dengan
mata telanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat spekulum hidung.
6
2.4 Etiologi
a. Faktor Herediter
Rhinitis alergika
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitifitas atau
reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung
belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam
hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip.
Sinusitis kronis( menaun )
Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari
sinus ke hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam
sinus. Lendir yang terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan
akhirnya terjadi sinusitis.Biasanya gejala polip disertai dengan adanya rasa pusing,
batuk, dan pilek serta hidung tersumbat yang biasanya hal ini akan dikeluhkan pada
pasien yang mengalami sinusitis alergi.
b. Faktor Non Herediter
Peradangan mukosa hidung , edema, iritasi,reaksi hipersensitifitas.
2.5 Klasifikasi Polip
Polip Hidung terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
Polip Hidung Tunggal. Jumlah polip hanya sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan
dinding sinus tulang pipi (maxilla).
7
Polip Hidung Multiple. Jumlah polip lebih dari satu. Dapat timbul di kedua sisi rongga
hidung. Pada umumnya berasal dari permukaan dinding rongga tulang hidung bagian
atas (etmoid).
2.6 Pembagian/Grade
Grade 0 : Tidak ada polip
Grade 1 : Polip terbatas pada meatus media
Grade 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga hidung tapi
belum menyebabkan obstruksi total
Grade 3 : Polip sudah menyebabkan obstruksi total
2.7 Tanda dan Gejala
Gejala yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan dihidung. Sumbatan ini
menetap, tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat keluhannya. Sumbatan yang
berat dapat menyebabkan hilangnya indra penciuman. Gangguan drainase sinus dapat
menyebabkan nyeri kepala dan keluarnya secret hidung. Bila penyebabnya alergi, penderita
mengeluh adanya iritasi hidung yang disertai bersin-bersin. Pada rinoskopi anterior polip
hidung sering kali harus dibedakan dari konka hidung yang menyerupai polip.
Perbedaan antara Polip dan Konka :
Polip bertangkai sehingga mudah digerakkan, konsistensinya lunak, tidak nyeri bila
ditekan, tidak mudah berdarah dan pada pemakaian vasokontriktor (kapas adrenalin)
tidak mengecil.
Konka Polipid tidak bertangkai sehingga sukar digerakkan, konsistensinya keras,
nyeri bila ditekan dengan pinset, mudah berdarah dan dapat mengecil pada
pemakaian vasokonstriktor.
2.8 Patofisiologi
Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas cairan interseluler dan
kemudian terdorong ke dalam rongga hidung dan gaya berat. Polip dapat timbul dari bagian
mukosa hidung atau sinus paranasal dan seringkali bilateral. Polip hidung paling sering
berasal dari sinus maksila (antrum) dapat keluar melalui ostium sinus maksilla dan masuk ke
ronga hidung dan membesar di koana dan nasopharing. Polip ini disebut polip koana.
Secara makroskopik polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau keabu-
abuan. Sedangkan secara mikroskopik tampak submukosa hipertropi dan sembab. Sel tidak
8
bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel eosinofil, limfosit dan sel plasma sedangkan
letaknya berjauhan dipisahkan oleh cairan interseluler. Pembuluh darah, syaraf dan kelenjar
sangat sedikit dalam polip dan dilapisi oleh epitel throrak berlapis semu.
2.9 Pohon Masalah
2.10 Pemeriksaan
Karena polip menyebabkan sumbatan hidung, maka harus dikeluarkan, tetapi sumbatan
karena polip tidak hanya kedalam rongga hidung yang menghalangi aliran udara, tetapi juga
aliran sinus paranasal sehingga infeksi didalam sinus mudah terjadi. Apabila sewaktu polip
dikeluarkan terjadi infeksi yang tidak diketahui, maka dapat terjadi perdarahan sekunder.
9
Reaksi alergi/radang
Edema mukosa
Polip hidung
Penyumbatan hidung Masalah tidak teratasi
Input O2 menurun
Pola nafas tidak efektif
Metabolisme menurun
Pre operasi Post opersai
anoreksia
Berat badan menurun
Gangguan pemenuhan nutrisi
Kurangnya pengetahuan
Ansietas/kecemasan Resiko infeksi
Tindakan infasif/pembedahan
Atas alasan ini maka sebelum setiap operasi dilaksanakan, perlu diadakan pemeriksaan
rontgen sinus dan pembuatan biakan hapus dari hidung. Sehingga setelah polip dikeluarkan
dan dilakukan pemeriksaan histology, sebaiknya klien dikirim ke ahli alergi untuk mencari
penyebabnya serta pengobatan.
2.11 Data Penunjang
Naso-endoskopi
Naso-endoskopi memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip
berukuran kecil di meatus media. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat
pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksan naso-
endoskopi. Pada kasus polip koanal juga dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari
ostium asesorius sinus maksila. Dengan naso-endoskopi dapat juga dilakukan biopsi
pada layanan rawat jalan tanpa harus ke meja operasi.
Pemeriksaan radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi water, AP, caldwell, dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam sinus,
tetapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat pada pada kasus polip. Pemeriksaan CT
scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus
paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip, atau sumbatan pada komplek
osteomeatal. CT scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi
dengan medikamentosa.
Biopsi
Kita anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut, menyerupai
keganasan pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi tulang pada foto
polos rontgen.
2.12 Komplikasi
10
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi,tapi jika dalam ukuran besar atau
dalam jumlah banyak dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis
kronis,mengorok dan bahkan sesak nafas saat tidur.
Pada penderita polip yang berukuran besar dan menganggu pernafasan dapat
dilakukan tindakan pengangkatan polip dengan operasi Polipektomi dan
Etmoidektomi.
2.13 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Polip yang masih kecil mungkin dapat diobati secara konservatif dengan
pemberian Kortikosteroid. Kortikosteroid, merupakan obat semprot hidung yang
dapat memperkecil ukuran polip atau bahkan menghilangkan polip.
Antibiotik, pemberian antibiotik jika ada tanda infeksi.
Anti alergi, pemberian anti alergi jika pemicunya dianggap alergi.
2. Operasi
Polipektomi
Merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan
bantuan anestesi lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar
namun belum memadati rongga hidung.
Etmoidektomi.
Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional merupakan tindakan
pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah
polip yang sangat besar, berulang, dan jelas terdapat kelainan di kompleks
osteomeatal.
3. Kombinasi
Medikamentosa dan operasi.
Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum
dan sesudah operasi. Berikan antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah
profilaksis pasca operasi.
4. Tindakan Keperwatan
Vocational Rehabilitation
11
Rehabilitasi yang dilakukan untuk memberikan pendidikan pasca operasi karena akan
ada bekas luka dalam hidung sehingga harus diajari cara membuang ingus yang tidak
membuat pasien kesakitan.
Social Rehabilitation
Rehabilitasi yang bertujuan untuk adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai
bukti dengan partisipasi dalam aktivitas perawatan diri dan interaksi positif dengan
orang lain bertujuan untuk tidak menarik diri dari kontak social.
BAB III
12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian Keperawatan
A. Identitas Klien:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
Diagnosa Medis :
No Reg :
Tanggal MRS : Jam:
Tanggal Pengkajian : Jam:
Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Hubungan :
Alamat :
2.Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama
Hidung terasa tersumbat,sering mengeluarkan lendir(pilek sulit berhenti). Klien dengan
Polip hidung biasanya mengeluh adanya iritasi hidung yang disertai bersin-bersin karena
adanya sumbatan di hidung (polip).
Riwayat penyakit sekarang
Apa keluhan utama, bagaimana sifat keluhan (terus menerus, kadang-kadang), apakah
keluhan bertambah berat pada waktu-waktu tertentu atau kondisi tertentu. Usaha apa
yang dilakukan dirumah untuk mengatasi keluhan tersebut.
Riwayat kesehatan dahulu
13
Apakah pasien pernah menderita penyakit hidung sebelumnya seperti rhinitis, alergi pada
hidung.
Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit ini seperti klien saat ini dan apakah
pernah/ mengalami alergi/ bersin
Riwayat Sosial
Jenis pekerjaan yang mungkin mempengaruhi mudah masuknya benda asing dalam
hidung.
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala:Kelelahan dan kelemahan
Tanda:Penurunan kekuatan,menunjukan kelelahan
b. Sirkulasi
Gejala:Lelah,pucat dan tidak ada tanda sama sekali
Tanda:Takikardi,disritmia,pucat,diaphoresis dan keringat malam
c. Integritas Ego
Gejala Masalah finansial:biaya rumah sakit, pengobatan
Tanda Berbagai perilaku ,misalnya marah ,menarik diri , pasif
d. Makanan/Cairan
Gejala:Anoreksi/kehilangan nafsu makan
Adanya penurunan berat badan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya
tanpa dengan usaha diet.
e. Nyeri/Kenyamanaan
Gejala:Nyeri tekan/nyeri pada daerah hidung
Tanda:Fokus pada diri sendiri , perilaku berhati hati
f. Pernafasan
Gejala:Dipsnea
Tanda:Dipsnea,Takikardi,pernafasan mulut,sianosis,terdapat pembesaran polip.
g. Istirahat
Selama indikasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
h. Sensorik
14
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus(baik
purulen,serous,mukopurulen).
4.Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Inspeksi lubang hidung, perhatikan adanya cairan atau bau, pembekakan atau ada
obstruksi kavum nasi. Apakah terdapat peradangan, tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat
Rinoskopi.
Palpasi :
Lakukan penekanan ringan pada cuping hidung, bila konsistensinya lunak, tidak nyeri
bila ditekan, tak mudah berdarah; maka dapat dipastikan klien menderita polip pada hidung.
5.Data Subjektif dan Data Objektif
a. Data Subyektif :
Klien mengeluh adanya massa yang menyumbat hidung.
Klien mengeluh adanya iritasi hidung disertai bersin-bersin.
Klien mengeluh tidak bisa atau mengalami gangguan penciuman.
b. Data Objektif :
Adanya pembekakan mukosa, iritasi mukosa, kemerahan.
Adanya massa berupa berwarna putih seperi agar-agar.
Klien tampak sulit untuk inspirasi-ekspirasi.
6.Diagnosa
No Diagnosa NOC NIC
1. Pola nafas tidak
efektif berhubungan
dengan adanya masa
dalam hidung
Tujuan : Pola nafas menjadi
efektif
Kriteria Hasil :
-Frekuensi nafas normal, tidak
ada suara nafas tambahan
-Tidak menggunakan otot
pernafasan tambahan
1.Kaji bunyi atau kedalaman
pernapasan dan gerakan dada.
2.Catat kemampuan
mengeluarkan mukosa/batuk
efektif
3.Berikan posisi fowler atau
15
-Tidak terjadi dispnoe dan
sianosissemi fowler tinggi
4.Bersihkan sekret dari mulut
dan trakea
5.Pertahankan masuknya
cairan sedikitnya sebanyak 250
ml/hari kecuali kontraindikasi
6.Kolaborasi dengan tim medis
Berikan obat sesuai dengan
indikasi mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator
2. Gangguan kebutuhan
nutrisi berhubungan
dengan menurunnya
nafsunya makan /
anoreksia
Tujuan : Menunjukkan
peningkatan nafsu makan setelah
dilakukan tindakan dalam 3 x 24
jam.
Kriteria hasil :
-Klien tidak merasa lemas.
-Nafsu makan klien meningkat
-Klien mengalami peningkatan
BB
1.Pastikan pola diet biasa
pasien, yang disukai atau tidak
disukai.
2.Pantau masukan dan
pengeluaran dan berat badan
secara pariodik.
3.Kaji turgor kulit pasien
4.Pantau nilai laboratorium,
seperti Hb, albumin, dan kadar
glukosa darah
5.Pertahankan berat badan
dengan memotivasi pasien
untuk makan
6.Menyediakan makanan yang
16
dapat meningkatkan selera
makan pasien
7.Berikan makanan kesukaan
pasien
8.Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan untuk makan
(misalkan, pindahkan barang-
barang yang tidak enak
dipandang)
9.Auskultasi bising usus,
palpasi/observasi abdomen
R/ : Mengetahui adanya bising
atau peristaltik usus yang
mengindikasikan berfungsinya
saluran cerna
10.Kolaborasi dengan tim
analis medis untuk mengukur
kandungan albumin, Hb, dan
kadar glukosa darah.
R/ : Mengetahui kandungan
biokimiawi darah pasien
11.Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk memberikan diet
seimbang TKTP pada pasien
R/ : Memberikan asupan
17
nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
12.Diskusikan dengan dokter
mengeni kebutuhan stimulasi
nafsu makan atau makanan
pelengkap
13.Berikan informasi yang
tepat tentang kebutuhan nutrisi
dan bagaimana memenuhinya
14.Ajarkan pada pasien dan
keluarga tentang makanan
yang bergizi dan tidak mahal
15.Dukung keluarga untuk
membawakan makanan favorit
pasien di rumah
3. Ansietas berhubungan
dengan kegelisahan
adanya sumbatan pada
hidung
Tujuan : Ansietas tidak ada
Kriteria hasil :
-Pasien tidak menunjukkan
kegelisahan
-Pasien dapat
mengkomunikasikan kebutuhan
dan perasaan negative
-Tidak terjadi insomnia
1.Kaji tingkat kecemasan
pasien
2.Tanyakan kepada pasien
tentang kecemasannya
3.Ajak pasien untuk berdiskusi
masalah penyakitnya dan
memberikan kesempatan
kepada pasien untuk
menentukan pilihan
4.Berikan posisi yang nyaman
18
pada pasien
5.Berikan hiburan kepada
pasien
6.Berikan obat- obatan
penenang jika pasien
mengalami insomnia
7.Sediakan informasi faktual
menyangkut diagnosis,
perawatan, dan prognosis
8.Ajarkan pasien tentang
penggunaan teknik relaksasi
9.Jelaskan semua prosedur,
termasuk sensasi yang
biasanya dirasakan selama
prosedur
4. Resiko infeksi
berhubungan dengan
tindakan infasif atau
pembedahan
Tujuan : infeksi tidak ada
Kriteria Hasil :
-Mengidentifikasi perilaku untuk
mencegah / menurunkan risiko
infeksi.
-Meningkatkan penyembuhan
luka, bebas eritema, dan demam.
1.Tingkatkan cuci tangan yang
baik oleh pemberi perawatan
dan pasien.
2.Pertahankan teknik aseptik
ketat pada prosedur /
perawatan luka.
3.Berikan perawatan kulit,
perianal, dan oral dengan
cermat.
4.Dorong perubahan posisi /
19
ambulasi yang sering.
5.Pantau suhu, catat adanya
menggigil dan takikardi
dengan / tanpa demam.
6.Pantau / batasi pegunjung.
7.Kolaborasi
Berikan antiseptik topikal ;
antibiotik sistemik.
7. Intervensi
Rencana tindakan sebagai upaya untuk mengurangi masalah yang terjadi.
8.Implementasi
Implementasi yang dimaksud adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan
meliputi tindakan perawatan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan edvis dokter dan
ketentuan Rumah Sakit. (Depkes RI, 1990:23)
9.Evaluasi
Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan
Tidak menggunakan otot pernafasan tambahan
Tidak terjadi dispnoe dan sianosis
Pasien tidak menunjukkan kegelisahan
Pasien dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negative
Tidak terjadi insomnia
Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan risiko infeksi.
Meningkatkan penyembuhan luka, bebas eritema, dan demam.
20
BAB IV
PENUTUP
1.Kesimpulan
Polip hidung merupakan daging tumbuh seperti tumor yang timbul di dalam salah satu
rongga hidung atau keduanya. Penyakit polip hidung terjadi karena munculnya massa lunak yang
mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung, bewarna putih keabu-abuan yang terjadi
akibat inflamasi mukosa seperti daging yang tumbuh dalam hidung. Karena bentuknya yang
seperti daging yang tumbuh dalam hidung maka tak jarang polip hidung ini biasa juga disebut
tumor hidung.
21
2.Saran
Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai perawat diharapkan
mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang polip seperti etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, dan lainnya, serta asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien yang menderita
polip, agar gangguan pada daerah hidung ini dapat teratasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, Petrus. 1986 .Penyakit Telinga,Hidung Dan Tenggorokan. Jakarta: EGC.
Pracy R dkk. 1989. Pelajaran Singkat Telinga,Hidung Dan Tenggorok. Jakarta: Gramedia.
Mansjoer.Arif.dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius
Subhan. 2006. ASKEP: Pasien dengan Polip Hidung. Surabaya: UNAIR Press.
Adam.George,boies.Lawrence.dkk.2002.Boies Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta:EGC
Burnside,glynn.1995.Diagnosa Fisik.Jakarta:EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.
22
Wilkinson.Judith.2011.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC
Herdman,Heather.2012.Diagnosa Keperawatan 2012-2014.Jakarta:EGC
www.eMedicine .com- Nasal Polyps Article by John E McClay GOOD.htm/,
(Online) (diakses 26 Maret 2012).
http://bams-sujatmiko.blogspot.com/2012/04/makalah-polip-hidung.html
23