Makalah Hidung buntu

72
HIDUNG BUNTU| 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk hidup yang tubuhnya tersusun oleh beberapa sistem organ yaitu; sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, sistem gerak, sistem koordinasi, sistem reproduksi dan sistem ekskresi. Setiap sistem organ saling mendukung fungsi satu sama lain dan bekrja secara harmonis. Jika terjadi ganggguan di salah satu sistem organ maka akan mempengaruhi sistem organ yang lain. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menjaga kesehatan dari setiap sistem organ yang kita miliki. Gaya hidup sehat dengan memakan makanan rendah lemak dan menghindari makanan cepat saji serta rutin berolah raga akan membuat kita terhindar dari berbagai ancaman penyakit. Dewasa ini kebanyakan dari kita lebih gemar mengonsumsi makanan cepat saji dan berlemak.Selain itu tingginya tingkat polusi udara lingkungan belakangan ini semakin memperburuk kesehatan kita. Berhenti merokok, salah satu cara untuk mengurangi resiko kerusakan pada salah satu sistem organ tubuh kita yaitu sistem pernapasan. Nikotin dan tar dalam rokok dapat merusak alveoli paru sehingga pertukaran gas di paru-paru menjadi terganggu dan tubuh kita ahirnya kekurangan oksigen. Oksigen merupakan gas pernapasan yang sangat diperlukan tubuh kita untuk mengoksidasi karbohidrat menjadi energi guna kelangsungan hiup kita sehari-hari. Lakukan hal baik mulai dari diri kita sendiri, sekecil apapun lalu tularkan hal baik tersebut ke orang lain. Pada makalah ini akan dibahas mengenai sistem respirasi namun dikhususkan pada saluran pernapasan atas yang terdiri atas hidung, faring dan laring. Ruang lingkup pembahasnanya mencakup jaringan penyusun masing-masing organ saluran pernapasan tersebut, dan dan struktur anatomisnya.

Transcript of Makalah Hidung buntu

Page 1: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk hidup yang tubuhnya tersusun oleh beberapa sistem

organ yaitu; sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, sistem gerak,

sistem koordinasi, sistem reproduksi dan sistem ekskresi.

Setiap sistem organ saling mendukung fungsi satu sama lain dan bekrja secara

harmonis. Jika terjadi ganggguan di salah satu sistem organ maka akan mempengaruhi sistem

organ yang lain. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menjaga kesehatan dari setiap sistem

organ yang kita miliki. Gaya hidup sehat dengan memakan makanan rendah lemak dan

menghindari makanan cepat saji serta rutin berolah raga akan membuat kita terhindar dari

berbagai ancaman penyakit.

Dewasa ini kebanyakan dari kita lebih gemar mengonsumsi makanan cepat saji dan

berlemak.Selain itu tingginya tingkat polusi udara lingkungan belakangan ini semakin

memperburuk kesehatan kita.

Berhenti merokok, salah satu cara untuk mengurangi resiko kerusakan pada salah

satu sistem organ tubuh kita yaitu sistem pernapasan. Nikotin dan tar dalam rokok dapat

merusak alveoli paru sehingga pertukaran gas di paru-paru menjadi terganggu dan tubuh kita

ahirnya kekurangan oksigen. Oksigen merupakan gas pernapasan yang sangat diperlukan

tubuh kita untuk mengoksidasi karbohidrat menjadi energi guna kelangsungan hiup kita

sehari-hari. Lakukan hal baik mulai dari diri kita sendiri, sekecil apapun lalu tularkan hal baik

tersebut ke orang lain.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai sistem respirasi namun dikhususkan pada

saluran pernapasan atas yang terdiri atas hidung, faring dan laring. Ruang lingkup

pembahasnanya mencakup jaringan penyusun masing-masing organ saluran pernapasan

tersebut, dan dan struktur anatomisnya.

Page 2: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 2

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAFASAN BAGIAN ATAS

Page 3: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 3

Sistem pernapasanmerupakan saluran penghantar udara yang terdiri dari beberapa

organ dasar seperti hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru. Organ-organ ini

bekerja sama dalam menerima udara bersih, pergantian udara dari darah, dan mengeluarkan

udara yang telah dimodifikasi.

Sistem pernapasan dapat dibagi menjadi 2 bagian tergantung fungsinya, yaitu

konduksi, sebagai bagian yang berfungsi dalam proses penghantaran dan bagian respiratorik

yang terdiri atas alveoli dan regio distal lainnya yang berfungsi dalam pertukaran gas. Organ-

organ respirasi dapat dibagi lagi menurut letaknya, yaitu upper respiratory tract yang terdiri

dari daerah dari hidung hingga laring dan lower respiratory tract yang terdiri dari trakea,

bronkus, bronkiolus, dan paru-paru

Page 4: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 4

2.1.1 ORGAN-ORGAN SALURAN PERNAPASAN

HIDUNG

Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar

menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung

luar dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: paling atas kubah tulang yang tak

dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat

digerakkan dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah

digerakkan. Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks.Agak keatas dan

belakang dari apeks disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut

sampai kepangkal hidung dan menyatu dengan dahi.Yang disebut kolumela

membranosa mulai dari apeks, yaitu diposterior bagian tengah pinggir dan

terletak sebelah distal dari kartilago septum.Titik pertemuan kolumela dengan

bibir atas dikenal sebagai dasar hidung.Disini bagian bibir atas membentuk

cekungan dangkal memanjang dari atas kebawah yang disebut filtrum.Sebelah

menyebelah kolumela adalah nares anterior atau nostril (Lubang hidung) kanan

dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh

dasar hidunng.

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang

dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk

melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.Bagian hidung dalam terdiri

atas struktur yang membentang dari os internum disebelah anterior hingga

koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Rongga

hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan kebelakang,

Page 5: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 5

dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan

dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares

anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang

menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring. Bagian dari kavum nasi yang

letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior, disebut dengan

vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang banyak kelenjar sebasea dan

rambut-rambut panjang yang disebut dengan vibrise.

Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial,

lateral, inferior dan superior.

Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini dibentuk

oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral terdapat konkha superior, konkha

media dan konkha inferior. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah

konkha inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih

kecil lagi konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema dan

konka suprema biasanya rudimenter.

Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os

maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema

merupakan bagian dari labirin etmoid.Celah antara konka inferior dengan dasar

hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konkha media dan

inferior disebut meatus media dan sebelah atas konkha media disebut meatus

superior.Meatus medius merupakan salah satu celah yang penting dan

merupakan celah yang lebih luas dibandingkan dengan meatus superior.Disini

terdapat muara dari sinus maksilla, sinus frontal dan bahagian anterior sinus

etmoid. Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung,

pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal

sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit

menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus

semilunaris.Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan

yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus.

Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri

atas sinus maksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. Dan sinus maksilla

merupakan sinus paranasal terbesar diantara lainnya, yang berbentuk pyramid

Page 6: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 6

iregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya kearah

apex prosesus zigomatikus os maksilla.

Rongga hidung terbagi menjadi dua belahan yang dibatasi oleh

sekat(septum nasal). Dinding ini tersusun atas tulang keras dan tulang rawan;

bagian bawah tersusun atas tulang rawan, sedangkan bagian atas tersusun atas

tulang etmoidal dibagian paling atas dan tulang vomer dibawahnya.Setiap

belahan juga terbagi menjadi empat tonjolan-tonjolan konka.

Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung.Saluran-

saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum.

Rongga hidung juga berhubungan dengan mata melalui saluran naso-

kranial.Saluran ini merupakan jalur yang dilalui air mata ke hidung.

Saluran eustacius merupakan saluran yang menghubungkan rongga

hidung dengan rongga telinga.

Lubang hidung belakang menghubungkan rongga hidung dengan

bagian atas faring yang terletak dibelakangnya.

FARING

Faring merupakan suatu saluran yang bermula dari dasar tenggorokan

dan berakhir dibelakang laring di ruas vertebra servikal keenam.Saluran ini

merupakan milik bersama dari saluran pernapasan dan saluran

pencernaan.Faring berbentuk seperti corong, bagian atas lebih besar daripada

bagian bawah.Panjang faring sekitar 13cm pada orang dewasa.Dinding faring

tersusun oleh otot lurik yang bertindak secara otomatis. Otot yang penting

dibagian faring adalah otot sfingter yang bertanggung jawab dalam proses

menelan. Sfingter akan menutup kerongkongan ketika kita inspirasi dan akan

menutup tenggorokan ketika kita menelan makanan

Page 7: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 7

Faring dapat terbagi menjadi tiga bagian :

1. Nasofaring

Nasofaring merupakan faring yang terletak dibelakang hidung mulai

dari dasar tenggorokan hingga dasar anak tekak atau uvula.Bagian depan

menyambung terus dengan dengan lubang hidung belakang. Dibagian belakang

terdapat suat kumpulan jaringan limfa yang dikenal dengan jaringan

adenoid.Pada dinding samping faring terdapat dua lubang untuk saluran

eustachius yang menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah.

2. Orofaring

Orofaring merupakan faring yang terletak dibelakang rongga mulut,

yaitu dari uvula hingga epiglotis.Meskipun orofaring memungkinkan udara

beredar di dalamnya, struktur ini sebenarnya merupakan bagian dari sistem

pencernaan. Pada dinding sampingnya terdapat tonsil; setiap tonsil terletak

diantara selaput mulut depan dan belakang.

3. Laringo faring

Laringo faring terletak dibagian belakang orofaring diruas vertebra

servikal keenam.Laringo faring merupakan saluran terakhir dari saluran

pernapasan atas.

Page 8: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 8

LARING

Laring ini terdapat di antara faring dan trakea.Dindingnya terdiri dari 9

buah tulang rawan. Di dalamnya terdapat epiglotis dan pita suara .

2.1.2. JARINGAN PENYUSUN SALURAN PERNAPASAN ATAS.

Secara stuktur anatomis, saluran pernapasan merupakan gabungan dari

jaringan-jaringan yang memiliki bentuk berbeda namun berfungsi saling

menyokong satu-sama lain. Ada beberapa jenis jaringan yang menjadi struktur

pembentuk saluran pernapasan yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan

tulang, jaringan saraf dan otot. Berikut adalah pembahasan mengenai jaringan-

jaringan tersebut

1. Jaringan Tulang Rawan

Tulang rawan dan tulang merupakan jaringan ikat khusus, dan seperti

halnya semua jaringan ikat, terdiri atas unsur sel, serabur, dan subtansi

dasar.Serabut dan subtansi dasar bersama-sama membentuk subtansi intersel

atau matriks. Seperti jaringan ikat lain, rawan berkembang dari jaringan

mesenkim yang diturunkan dari mesoderem embrional.

Tulang rawan memiliki beberapa sifat yaitu (i) matriks ekstra selnya

padat, (ii) sel-selnya disebut kondrosit, terdapat di dalam rongga-rongga yang

disebut lakuna, (iii) bersifat avaskuler, tidak mempunyai serabut saraf, dan

pembuluh limfe. Pada kehidupan pasca natal, jaringan rawan hanya ditemukan

pada dua jenis tempat dan tidak bertumbuh lagi yaitu tulang rawan ekstrakletal

misalnya pada tulang rawan periode prenatal umumnya bersifat sementara saja

dan akan diganti oleh tulang, namun pembentukannya merupakan tahapan

menentukan dalam perkembangan tulang panjang.

FUNGSI

1. Menyokong jaringan lunak

2. Mempermudah gerakan tulang. Hal ini dapat berlangsung sebab

permukaan rawan halus sehingga memberikan suatu daerah pergeseran

yang baik bagi persendian.

Page 9: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 9

3. Untuk pertumbuhan tulang panjang sebelum dan setelah lahir. Sebagai

kerangka pada embrio dan pada individu dewasa

KOMPOSISI

Tulang rawan terdiri atas dua komponen utama yaitu komponen

seluler dan komponen non-seluler atau bahan intrasel (matriks

rawan).Komponen-komponen seluler berupa kondrosit yang terdapat di

dalam suatu rongga yang disebut lacuna.Kondrosit mensintesa dan

mempertahankan matriks rawan.Matriks mengandung serabut yang terdiri

atas serabut kolagen dan serabut elastin serta air dengan perbandingan

yang cukup tinggi (sampai 70%) membentuk dasar sifat penyokong dari

tulang rawan. Variasi dalam kadar dan jenis serabut kolagen dan elastik

menentukan jenis tulang rawan.

NUTRISI

Tulang rawan tidak mengandung pembuluh darah, pembuluh

limfa dan pembuluh saraf.Karena tidak mengandung pembuluh darah,

maka makanannya harus mencapai sel-sel melalui diffusi dari kapiler

dalam jaringan penyambung di dekatnya atau melalui cairan sinovial dari

cavum sendi.

HISTOGENESIS

Tulang rawan berasal dari sel-sel mesenkim Perubahan pertama

yang dapat diamati adalah sel-sel mesenkim menjadi bulat dengan cara

manarik juluran sitoplasmanya dan dengan cepat berfloriferasi

membentuk kumpulan sel-sel yang rapat. Sel-sel yang didapat dari hasil

differensiasi langsung sel-sel mesenkim ini disebut kondroblas,

mempunyai sitoplasma basofilik yang banyak mengandung

ribosom.Sintesis dan pengumpulan matriks menyebabkan kondroblas

terpisah satu sama lain. Differensiasi tulang rawan terjadi dari bagian

tengah ke luar.Oleh sebab itu sel-sel yang terdapat di tengah memiliki ciri-

ciri kondrosit, sedangkan bagian tepi merupakan kondroblas yang khas.

Page 10: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 10

JENIS-JENIS TULANG RAWAN

Berdasarkan perbedaan jenis dan jumlah serabut yang terdapat

di dalam matriknya, dikenal tiga macam rawan, yaitu :

a. Rawan hialin: (matriksnya mengandung serabut kolagen dalam

jumlah moderat).

Tulang rawan hialin merupakan jenis yang paling umum

dijumpai. Di dalam keadan segar berwarna putih kebiru-biruan dan

tembus cahaya. Pada embrio berfungsi sebagai rangka sementara

sampai ia digantikan secara berangsur-angsur oleh tulang. Diantara

diafisis yang sedang tumbuh “discus efiseal” rawan hialin

bertanggungjawab untuk pertumbuhan longituginal dari

tulang.Serabut-serabut kolagen tersebar diseluruh jaringan dalam

bentuk anyaman halus dan rapat.Sel-sel rawan disebut kondrosit dan

yang mudah disebut kondroblas dalam sitoplasma kondrosit, terdapat

butir-butir lemak dan glikogen. Tulang rawan hialin terdapat dalam

lempengan tertentu membentuk kelompok sel isogen atau cell nest

.Pada bagian perifer terdapat perikondrium longgar dan pada bagian

dalam terdapat perikondrium padat.Kondrosit terdapat dalam lacuna.

Dinding lacuna disebut kapsul yang tidak lain adalah matriks rawan

yang sangat muda. Matriks di sekitar kapsula disebut matriks rawan

teritorium yang banyak mengandung kondromukoid. Kondromukoid

tidak lain sebagai kompleks protein karbohidrat. Matriks rawan

sisanya disebut daerah interteritorium.Pada rawan hialin, endapan

kalsium terjadi pada kehidupan yang sangat dini.

Empat puluh persen berat kering tulang rawan terdiri

atas kolagen yang terdapat di dalam zat amorf

intersel.Glikosaminoglikan merupakan komponen utama matriks

rawan.Terdiri atas dua golongan utama yaitu asam hialuronat.Suatu

polisakarida tidak bercabang yang panjang dan proteoglikan yang

terdiri atas suatu inti protein dari inti ini tersebar banyak

mukopolisakarida fosfat (Kondrotin 4- sulfat), kondrotin 6 – sulfat

Page 11: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 11

dan keratin sulfat) pendek dan tidak bercabang.Tulang rawan hialin

dapat dijumpai pada dinding saluran pernapasan, ujung-ujung ventral

dari rusuk dan persendian ada tulang.

b. Rawan elastic: ( matriksnya mengandung serabut kolagen dan

sejumlah besar serabut elastic)

Pada dasarnya tulang rawan elastik identik dengan

tulang rawan hialin kecuali bahwa disamping serabut kologen, ia

mengandung banyak jala-jala serabut elastik halus. Dalam keadaan

segar berwarna kekuning-kuningan disebabkan oleh adanya elastin di

dalam serabut elastik tersebut. Seperti pada tulang rawan hialin,

tulang rawan elastik memiliki perikondrium dan pertumbuhannya

terutama berlangsung secara oposisi dan jarang terjadi proses

kalsifikasi (pengendapan garam-garam kapur) seperti sering terjadi

pada rawan hialin. Rawan elastik dapat dijumpai pada daun teliga,

dinding kanalis auditorius eksternal, tuba auditorius (saluran

eustachius), epiglottis dan beberapa tulang rawan larinks.

c. Rawan serabut atau fibrosa (Fibrokartilago) : (mengandung

matriks yang umumnya dibentuk oleh suatu jalinan jala-jala serabut

kolagen kasar)

Tulang rawan serabut adalah suatu jaringan dengan sifat-sifat

pertengahan diantara sifat jaringan penyambung padat dan tulang

rawan hialin.Ia ditemukan di dalam discus intervertebralis, pada

perlekatan ligamen tertentu ke tulang dan di dalam simfisis pubis.

Fibrokartilago selalu berhubungan dengan jaring penyambung padat

dan daerah perbatasan diantara kedua jaringan ini tidak jelas, tetapi

memperlihatkan suatu peralihan secara berangsur-

angsur.Fibrokartilago tidak memiliki perikondrium, serabut kolagen

banyak sekali sehingga matriks rawan menjadi sangat sedikit,

mengandung kondrosit yang mirip dengan kondrosit tulang rawan

hialin baik tunggal maupun dalam kelompok isogen kecil.Jumlah sel

rawan sedikit dan jauh lebih kecil dibandingkan dengan sel rawan

biasa.Umumnya terdapat di tempat-tempat yang sering mengalami

tarikan, dan susunan serabutnya sejajar dengan arah tarikan tersebut.

Page 12: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 12

2. JARINGAN EPITEL

Jaringan epitel adalah salah satu empat jaringan dasar (lainnya: jaringan

penyambung, jaringan otot, jaringan saraf). Dahulu istilah epitel digunakan

untuk menyebut selaput jernih yang berada di atas permukaan tonjolan

anyaman penyambung di merah bibir (Epitel: Epi di atas; Thele bibir). Istilah

ini kini digunakan untuk semua jaringan yang melapisi sesuatu struktur dan

saluran.

SIFAT UMUM

Jaringan epitel terdiri dari sel dengan batas yang jelas dan terletak rapat

satu sama lain. oleh karena itu, jaringan epitel dapat dikatakan sebagai

jaringan yang seluler.

Tidak ada pembuluh darah dalam jaringan kapiler.Zat makanan

diberikan ke jaringan secara difusi dari pembuluh darah kapiler yang

terletak di jaringan di bawahnya.

EMBRIOLOGI

Jaringan epitel dapat berasal dari:

Ektoderm. Misalnya epitel pada kulit

Entoderm. Misalnya epitel pada saluran pencernaan

Mesoderm. Misalnya epitel pada saluran kemih

FUNGSI

Epitel memiliki berbagai fungsi tergantung dari posisi jaringan.

Fungsinya antara lain:

1. Sebagai pelindung

2. Sebagai alat sekresi

3. Sebagai alat penerima impuls

4. Sebagai alat penyaring atau filtrasi

5. Sebagai alat absorpsi

6. Sebagai alat respirasi

Page 13: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 13

Dalam rangka fungsinya sebagai pelindung, biasanya epitel

sendiri pun diberi pelindung yaitu lapisan tanduk (korneum), silia, dan

lapisan lendir.

3. JARINGAN EPITELIUM PENUTUP

Jaringan epitelium penutup berperan melapisi permukaan tubuh dan

jaringan lainnya.Jaringan ini terdapat pada permukaan tubuh, permukaan

organ, melapisi rongga, atau merupakan lapisan sebelah dalam dari saluran

yang ada dalam tubuh, misalnya dalam saluran pencernaan dan pembuluh

darah.

4. JARINGAN EPITELIUM KELENJAR

Jaringa epitelium kelenjar disusun oleh sel-sel khusus yang mampu

menghasilkan sekret atau getah cair.getah cair ini berbeda dengan darah atau

cairan antarsel. Berdasarkan cara kelenjar mensekresikan cairannya, kelenjar

dibedakan menjadi dua, yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin.

KLASIFIKASI

1. EPITEL SELAPIS PIPIH

Epitel selapis pipih terdiri dari satu lapis saja dan sel berbentuk

pipih.Dilihat dari permukaan, sel-sel ini terlihat seperti lantai ubin namu

dengan batas yang tidak teratur.Epitelium ini umumnya berfungsi sebagai

jalan pertukaran zat dari luar ke dalam tubuh dan sebaliknya. Contoh:

epitel pada pembuluh darah kapiler dan dinding alveolus.

2. EPITEL SELAPIS KUBUS

Epitel selapis kubus terdiri dari satu lapis sel dan sel berbentuk

seperti kubus.Dari permukaan sel-sel itu terlihat seperti sarang lebah atau

berbentuk poligonal. Contoh: epitel pada permukaan ovarium, kelenjar dan

kelenjar tiroid.

Page 14: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 14

3. EPITEL SELAPIS SILINDRIS

Epitel selapis silindris terdiri dari satu lapis sel dan selnya

berbentuk silindirs (torak).Terlihat seperti epitelium kubus, namun

potongan tegak lurus terlihat lebih tinggi.Sel epitel silindris ini ada yang

memiliki silia pada permukaannya, seperti yang terdapat pada oviduk.

Contoh: epitel pada lambung dan usus.

4. EPITEL BATANG BERSILIA

Epitel ini berbentuk seperti epitel silindris berlapis.memiliki

bulu-bulu getar/silia.terletak di dinding rongga hidung. berfungsi sebagai

penghasil mucus (lendir) untuk menangkap benda asing yang masuk,

dengan getaran silia menghalau benda asing yang masuk.melekat pada

mucus.

5. EPITEL BERLAPIS SEMU

Epitelium ini sebenarnya terdiri atas atas selapis sel epitelium,

tetapi tinggi dari sel epitelium tersebut memiliki tinggi yyang tidak sama,

sehinggga terlihat seperti beberapa lapis sel. Sel epitelium berlapis semu

terdapat pada trakea.

6. EPITEL BERLAPIS

Sesuai dengan namanya, epitelium berlapis disusun tersusun

atas dua atau lebih lapisan sel. Sel pada lapisan paling dasar disebut

sebagai sel basal dan terletak di atas membran basal.Di atas sel basal

terdapat beberapa lapis sel yang berbentuk gepeng, kubus ataupun batang.

Ataupun berbentuk lain yang disebuut epitelium transisional.

7. EPITEL BERLAPIS GEPENG

Epitel berlapis gepeng sebenarnya tidak semuanya berbentuk

gepeng.Yang berbentuk gepeng hanya pada sel sebelah atas.Sel pada

lapisan terbawah dapat berbentuk silindris. Contoh: epitel pada vagina.

Page 15: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 15

8. EPITEL BERLAPIS KUBIS

Epitel berlapis kubis jarang ditemukan pada tubuh. Contoh:

epitel pada saluran keluar kelenjar. berfungsi dalam sekresi dan arbsorbsi.

9. EPITEL BERLAPIS SILINDRIS

Epitel berlapis silindris jarang ditemukan.Paling banyak terdiri

dari dua lapisan saja. Berfungsi sebagai tempat sekresi, arbsorbsi, sebagai

pelindung gerakan zat melewati permukaan dan sebagai saluran ekskresi

kelenjar ludah dan kelenjar susu. Contoh: epitel pada konjungtiva palpebra.

10. EPITEL TRANSISIONAL

Pada epitel ini, strukturnya mirip epitel berlapis gepeng.Pada

lapisan atas terdapat lapisan sel yang berbentuk payung (sel payung). Sel

payung dalam keadaan regang akan memipih, misalnya dalam keadaan

saluran terisi penuh. Contoh: epitel pada ureter.

5. MUKOSA

Mukosa adalah lapisan kulit dalam, yang tertutup pada epitelium, dan

terlibat dalam proses absorpsi dan proses sekresi. Membran ini melapisi

berbagai rongga tubuh yang memiliki kontak dengan lingkungan luar, dan

organ internal.Pada beberapa bagian tubuh, membran mukosa menyatu dengan

kulit, misalnya pada lubang hidung, bibir, telinga, daerah kemaluan, dan pada

anus.Cairan lengket dan tebal yang disekresikan oleh membran dan kelenjar

mukosa disebut mukus.Istilah membran mukus merujuk pada daerah-daerah

ditemukannya mukus dalam tubuh, dan tidak semua membran mukosa

menyekresikan mukus.

6. JARINGAN DARAH

Komponen: eritrosit, leukosit, trombosit, plasma darah. Fungsi:

mengangkut sari makanan, hasil metabolisme, imunitas & pembekuan darah.

Page 16: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 16

1. Sel darah

Dibagi menjadi sel darah merah (eritrosit) berfungsi untuk

mengangkut oksigen dan sel darah putih (lekosit) berfungsi untuk melawan

benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

2. Keping-keping darah (trombosit)

Berfungsi dalam proses pembekuan darah.

3. Plasma darah

Komponen terbesar adalah air, berperan mengangkut sari

makanan, hormon, zat sisa hasil metabolisms, antibodi dan lain-lain.

7. JARINGAN LIMFE

Asal jaringan limfe adalah bagian dari darah yang keluar dari pembuluh

darah, komponen terbesarnya adalah air dimana terlarut zat-zat antara lain

glukosa, garam-garam, asam lemak.Komponen selulernya adalah limfosit.

Jaringan limfe menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh

limfe.Fungsi jaringan limfe selain untuk kekebalan tubuh (adanya limfosit)

juga untuk mengangkut cairan jaringan, protein, lemak, garam mineral dan zat-

zat lain dari jaringan ke sistem pembuluh darah.

Komponen: limfosit, granulosit; berada dlm cairan limfe (t’diri air,

glukosa, lemak & garam). Beredar dlm pembuluh limfe,& dpt keluar dr

pembuluh limfe membasahi rongga2 jaringan antar sel. Fungsi: mengangkut

lemak, protein & cairan jaringan.

2.1.3.STRUKTUR SALURAN PERNAFASAN ATAS

1. HIDUNG

a) VASKULARISASI HIDUNG

Secara garis besar perdarahan hidung berasal dari tiga sumber utama, yaitu:

Page 17: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 17

1. Arteri Etmoidalis anterior

2. Arteri Etmoidalis posterior cabang dari arteri oftalmika

3. Arteri Sfenopalatina, cabang terminal arteri maksilaris interna yang berasal

dari arteri karotis eksterna.

Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang arteri

maksilaris interna, diantaranya ialah ujung arteri palatina mayor dan arteri

sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama nervus

sfenopalatina dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung posterior konka

media.Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri

fasialis.

Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang

arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri

palatina mayor, yang disebut pleksus kieesselbach (little’s area). Pleksus

Kiesselbach letaknya superfisialis dan mudah cedera oleh truma, sehingga

sering menjadi sumber epistaksis (epistaksis anterior).

Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan

berdampingan dengan arterinya. Vena divestibulum dan struktur luar hidung

bermuara ke vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernesus.

b) INNERVASI RONGGA HIDUNG

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris

dari nervus etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari nervus

nasosiliaris, yang berasal dari nervus oftalmikus. Saraf sensoris untuk hidung

terutama berasal dari cabang oftalmikus dan cabang maksilaris nervus

trigeminus.Cabang pertama nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus

memberikan cabang nervus nasosiliaris yang kemudian bercabang lagi menjadi

nervus etmoidalis anterior dan etmoidalis posterior dan nervus

infratroklearis.Nervus etmoidalis anterior berjalan melewati lamina kribrosa

bagian anterior dan memasuki hidung bersama arteri etmoidalis anterior

melalui foramen etmoidalis anterior, dan disini terbagi lagi menjadi cabang

nasalis internus medial dan lateral.Rongga hidung lainnya, sebagian besar

Page 18: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 18

mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion

sfenopalatinum.Ganglion sfenopalatina, selain memberi persarafan sensoris,

juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa

hidung.Ganglion ini menerima serabut serabut sensorid dari nervus

maksila.Serabut parasimpatis dari nervus petrosus profundus.Ganglion

sfenopalatinum terletak dibelakang dan sedikit diatas ujung posterior konkha

media.

Nervus Olfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan

bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor

penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

c) STRUKTUR HISTOLOGI RONGGA HIDUNG

Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan

fungsional dibagi atas mukosa pernafasan (respiratori) dan mukosa penghidu

(olfaktori).Mukosa pernafasan biasanya berwarna merah muda, sedangkan

pada daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.

Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan

permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia

dan diantaranya terdapat sel – sel goblet.Pada bagian yang lebih terkena aliran

udara mukosanya lebih tebal dan kadang – kadang terjadi metaplasia menjadi

sel epital skuamosa.Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan

selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada

permukaannya.Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.

Lamina propria dan kelenjar mukosa tipis pada daerah dimana aliran

udara lambat atau lemah.Jumlah kelenjar penghasil secret dan sel goblet, yaitu

sumber dari mucus, sebanding dengan ketebalan lamina propria.

Silia memiliki struktur mirip rambut, panjangnya sekitar mikron,

terletak pada permukaan epitel dan bergerak serempak secara cepat ke arah

aliran lapisan, kemudian membengkok dan kembali tegak secara lambat.Silia

yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting. Dengan

gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke

arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk

membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang

Page 19: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 19

masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan

menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung

tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara

yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat – obatan.

Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior

dan sepertiga bagian atas septum.Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis

semu dan tidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated

epithelium).Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel

basal dan sel reseptor penghidu.Epitel organ pernafasan yang biasa berupa

toraks bersilia, bertingkat palsu, berbeda-beda pada berbagai bagian hidung,

bergantung pada tekanan dan kecepatan aliran udara, demikian pula suhu, dan

derajat kelembaban udara.Mukoa pada ujung anterior konka dan septum

sedikit melampaui internum masih dilapisi oleh epitel berlapis torak tanpa silia,

lanjutan dari epitel kulit vestibulum.Sepanjang jalur utama arus inspirasi epitel

menjadi toraks bersilia pendek dan agak ireguler.Sel-sel meatus media dan

inferior yang terutama menangani arus ekspirasi memiliki silia yang panjang

dan tersusun rapi.

2. LARING

Terdapat Epiglotis dan pita suara.Larynx merupakan tabung ireguler

yang menghubungkan pharynx ke trakea. Dalam lamina propria terdapat

sejumlah rawan larynx,struktur yang paling rumit pada jalan pemapasan.

Rawan-rawan yang lebih besar (tiroid,krikoid, dan sebagian besar aritenoid)

adalah rawan hialin,dan pada orang tua sebagian dapat mengalami kalsifikasi.

Rawan yang lebih kecil (epiglotis,cuneiformis,cornikulatum,dan ujung

aritenoid) adalah rawan elastin.Ligamentum menguhungkan rawan-rawan

tersebut satu sama lain,dan sebagian besar bersambung dengan otot-otot

instriksik larynx,dimana mereka sendiri tidak bersambungan karena mereka

adalah otot lurik.Selain berperanan sebagai penyongkong (mempertahankan

agar jalan udara tetap terbuka) rawan-rawan ini berperanan sebagai katup

untuk mencegah makan atau cairan yang ditelan masuk trakea.Mereka juga

berperanan dalam pembentukkan irama fonasi. Epiglotis,yang menonjol dari

pinggir larynx,meluas ke pharynx dan karena itu mempunyai permukaan yang

Page 20: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 20

mengahadap ke lidah dan larynx. Seluruh permukaan yang menghadap ke lidah

dan bagian apikal permukaan yang menghadap ke larynx diliputi oleh epitel

berlapis gepeng. Ke arah basis epiglotis pada permukaan yang berhadap

larynx,epitel mengalami perubahan menjadi epitel bertingkat toraks

bersilia,kelenjar campur mukosa dan serosa terutama terdapat dibawah epitel

toraks,bebas menyebar ke dalam,yang menimbulkan bercak pada rawan elastin

yang berdekatan.

Dibawah epiglotis,mukosa membentuk 2 pasang lipatan yang meluas kedalam

lumen larynx. Pasangan yang diatas.

Laring disusun oleh beberapa tulang rawan, yaitu :

1. Tulang rawan hiroid – tulang rawan ini berpasangan dan merupakan tulang

rawan terbesar di laring

2. Tulang rawan krikoid – tulang rawan ini menyerupai cincin mohor .

3. Epiglotis – tulang rawan ini berbentuk daun , dengan pangkal tertanam di

dalam lekukan tulang rawan tiroid, sedangkan bagian tepinya bebas .

4. Tulang rawan aritenoid – tulang rawan ini berukuran kecil , berpasangan ,

berbentuk pyramid , dan terdapat di permukaan laring .

5. Tulang rawan hioid – tulang rawan ini berbentuk tapal kuda dan terletak di

bagian atas laring , di bawah mandibula .

Di dalam laring juga terdapat pita suara yang terdiri atas dua jenis yaitu ,

1. Pita suara sejati – pita suara ini merupakan pita suara yang tersusun atas

jaringa tersebut yang elastis

2. Pita suara palsu – pita suara ini meriupakan lipatan dari membrane mukosa

yang melapisi permukaan dalam laring dan pita ini tidak berperan dalam

pengeluaran suara .

Ketegangan pita suara sejati did al;am laring menentukan sifat suara

yang di hasilkan . Jika pita suara tegang dan pendek , nada suara yang di

Page 21: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 21

hasilkan tinggi . Jika pita suara panjang dan kendur , nada suara yang di

hasilkan rendah .

Berbagai struktur lain membantu pembentukan suara oleh laring ini .

Struktur tersebut termasuk bentuk hidung , mulut , faring dan sinus udara .

1. BERBICARA

Berbicara dapat di lakukan karena suara yang di keluarkan oleh laring

di pecah , di ubah , dan di atur sehingga menjadi suatu perkataan . Tindakan ini

di jalankan oleh bibir , lidah ,dan rahang .

2. BERBISISK

Berbisik di jalankan oleh mulut dan lidah yang mengguanakan udara

yang di dapat di dalam mulut . Laring tidak berperan

Epiglotis, merupakan kartilago yang berbentuk daun dan menonjol

keatas dibelakang dasar lidah.Epiglottis ini melekat pada bagian belakang

Vertebra cartilago thyroideum.

Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis

menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring

Page 22: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 22

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 SKENARIO

HIDUNG BUNTU

Seorang laki-laki usia 33 tahun datang ke dokter keluarga dengan keluhan sakit

saat menelan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan lain yang dirasakan adalah batuk

berdahak dan diikuti oleh perubahan suara. Sebelumnya pasien mengeluh pilek yang

tidak sembuh dan terasa ada lendir yang mengalir ke belakang tenggorok sudah sejak 4

bulan yang lalu.Lubang hidung sebelah kanan juga terasa tersumbat sejak 3 bulan yang

lalu yang makin lama makin tersumbat.Dan diketahui penderita dengan riwayat seorang

perokok berat.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior cavum nasi kanan tampak massa

berwarna putih mengkilat bertangkai pada sepertiga posterior tapi tidak memenuhi kavum

nasi dan sekret mukopurulen. Cavum nasi kiri sempit dan tampak sekret mukopurulen di

meatus medius.Pada septum tampak tonjolan yang tajam pada sepertiga tengah yang

kontak dengan konka media sinistra. Pada dinding posterior faring terdapat PND (Post

Nasal Drip) yang mengalir di depan muara tuba Eustachius bilateral. Pada pemeriksaan

orofaring ditemukan tonsil membesar bilateral, hiperemis, kripti melebar dan terdapat

detritus.Dinding posterior faring hiperemis dengan permukaan yang granuler.

Kemudian oleh dokter diberikan terapi dengan antibiotika secara empiris,

dekongestan, mukolitik dan analgetik dan menganjurkan pasien untuk kontrol segera

setelah obat habis. Dokter menerangkan juga apabila tidak ada perbaikan maka pasien

akan dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan selanjutnya.

Bagaimana saudara menerangkan apa yang dialami oleh pasien tersebut, dan bagaimana

nasehat untuk pasien tersebut agar jangan menderita penyakit yang sama ?

Page 23: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 23

3.2 TERMINOLOGI

1. RINOSKOPI ANTERIOR Adalah pemeriksaan yang dilakukan

menggunakan speculum hidung yang dimasukkan kedalam cavum nasi,

struktur cavum nasi dilihat dengan menundukkan dan menegakan posisi

pasien.

2. PND (Post Nasal Drip) adalah akumulasi lender dibelakang hidung

3. SEKRETadalah mukosa yang mengandung mucus dan purulen

4. DENTRITUSadalah kumpulan epitel, leukosit, bakteri yang terlepas seperti

bercak-bercak kemerahan pada faring.

5. MUKOLITIKadalah obat yang mengurangi kekentalan darah.

6. DEKONGESTANadalah obat yang menyusutkan selaput hidung agar lebih

mudah bernafas

7. EMPIRISadalah pengobatan awal yang dilakukan secepat mungkin yang akan

memperkecil resiko dan infeksi.

8. MEATUS MEDIUSterletak diantara konka media dan dinding lateral rongga

hidung.

9. GRANULERadalah permukaan yang kasar (pasir)

10. ANALGETIKadalah obat pengurang rasa nyeri.

11. KRIPTEadalah yang terisi dentritus

3.3 PERMASALAHAN& JAWABAN

1. APA YANG MENYEBABKAN DIA SAKIT SAAT MENELAN?

JAWAB:Sakit tenggorokan yang dialami pasien disebabkan adanya peradangan pada

saluran pernapasan bagian atas terutama faring dan laring serta peradangan dan

pembengkakkan pada tonsil yang dapat menimbulkan rasa sakit pada tenggorokan

terutama ketika menelan, dimana peradangan ini dapat disebabkan oleh bakteri seperti

staphylococcus , streptococcus grup A dan lain-lain, selain itu peradangan ini juga

dapat disebabkan oleh infeksi virus dan fungi.

Page 24: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 24

2. APA HUBUNGAN MENELAN DENGAN BATUK BERDAHAK DAN SUARA

BERUBAH?

JAWAB:Invasi virus atau bakteri yang masuk melalui hidung akan menyebabkan

terjadinya reaksi inflamasi serta peningkatan sekresi mukus oleh sel goblet. Hal ini

menyebabkan menumpuknya mukus sehingga udara yang masuk akan terjadi

turbulensi pada saat melewati mukus sehingga terjadi perubahan suara (disfoni).

3. APA YANG MENYEBABKAN PILEK YANG TIDAK SEMBUH-SEMBUH?

JAWAB: Karena nikotin yang menyebabkan silianya menjadi kaku sehingga mucus

tdk bisa dikeluarkan atau digerakkan oleh silia sehingga mucus tersbut tertumpuk

disitu yang mengakibatkan pileknya tidak sembuh-sembuh.

4. APA HUBUNGAN PASIEN MEROKOK DENGAN GEJALA?

JAWAB: Dengan menghisap hawa panas dari rokok nanti bisa mngakibatkan organ

disekitar pernafasaan atas yang mengakibatkan iritasi dan lama kelamaan

mengakibatkan gejala-gejala seperti di scenario.

5. BAGAIMANA PATOFISIOLOGI GEJALA DAN TANDA SKENARIO

DIATAS?

1. PATOFISIOLOGI GANGGUAN MENELAN

Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase

menelan yang dipengaruhinya.

Fase Oral

Gagguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase

pendorongan oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah.Pasien

mungkin memiliki kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan permulaan

menelan.Ketika meminum cairan, psien mungki kesulitan dalam menampung cairan

dalam rongga mulut sebelum menelan.Sebagai akibatnya, cairan tumpah terlalu cepat

kadalam faring yang belum siap, seringkali menyebabkan aspirasi.

Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan

tanda dan gejala gangguan menelan fase oral sebagai berikut:

Tidak mampu menampung makanna di bagian depan mulut karena tidak

rapatnya pengatupan bibir

Page 25: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 25

Tidak dapat mengumpulkan bolus atau residu di bagian dasar mulut karena

berkurangnya pergerakan atau koordinasi lidah

Tidak dapat menampung bolus karena berkurangnya pembentukan oleh lidah

dan koordinasinya

Tidak mampu mengatupkan gigi untukmengurangi pergerakan madibula

Bahan makanan jatuh ke sulcus anterior atau terkumpul pada sulcus anterior

karena berkurangnya tonus otot bibir.

Posisi penampungan abnormal atau material jatuh ke dasar mulut karena

dorongan lidah atau pengurangan pengendalian lidah

Penundaan onset oral untuk menelan oleh karena apraxia menelan atau

berkurangnya sensibilitas mulut

Pencarian gerakan atau ketidakmampuan unutkmengatur gerakan lidah karena

apraxia untuk menelan

Lidah bergerak kedepan untuk mulai menelan karena lidah kaku.

Sisa-sisa makanan pada lidah karena berkurangnya gerakan dan kekuatan

lidah

Gangguan kontraksi (peristalsis) lidah karena diskoordinasi lidah

Kontak lidah-palatum yang tidaksempurna karena berkurangnya

pengangkatan lidah

Tidak mampu meremas material karena berkurangnya pergerakan lidah keatas

Melekatnya makanan pada palatum durum karena berkurangnya elevasi dan

kekuatan lidah

Bergulirnya lidah berulang pada Parkinson disease

Bolus tak terkendali atau mengalirnya cairan secara prematur atau melekat

pada faring karena berkurangnya kontrol lidah atau penutupan linguavelar

Piecemeal deglutition

Waktu transit oral tertunda

Fase Faringeal

Jika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, pasienmungkin tidak akan

mampu menelan makanan dan minuman yang cukup untuk mempertahankan hidup.

Pada orang tanpa dysphasia, sejumlah kecil makanan biasanya tertahan pada

valleculae atau sinus pyriform setelah menelan.Dalam kasus kelemahan atau

Page 26: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 26

kurangnya koordinasi dari otot-otot faringeal, atau pembukaan yang buruk dari

sphincter esofageal atas, pasien mungkin menahan sejumlah besar makanan pada

faring dan mengalami aspirasi aliran berlebih setelah menelan.

Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan

tanda dan gejala gangguan menelan fase faringeal sebagai berikut:

Penundaan menelan faringeal

Penetrasi Nasal pada saat menelan karena berkurangnya penutupan

velofaringeal

Pseudoepiglottis (setelah total laryngectomy) – lipata mukosa pada dasar lidah

Osteofit Cervical

Perlengketan pada dinding faringeal setelah menelan karena pengurangan

kontraksi bilateral faringeal

Sisa makanan pada Vallecular karena berkurangnya pergerakan posterior dari

dasar lidah

Perlengketan pada depresi di dinding faring karena jaringan parut atau lipatan

faringeal

Sisa makanan pada puncak jalan napas Karena berkurangnya elevasi laring

penetrasi dan aspirasi laringeal karena berkurangnya penutupan jalan napas

Aspirasi pada saat menelan karena berkurangnya penutupan laring

Stasis atau residu pada sinus pyriformis karena berkurangnya tekanan

laringeal anterior

Fase Esophageal

Gangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan

minuman didalam esofagus setelah menelan.Retensi ini dapat disebabka oleh

obstruksi mekanis, gangguan motilitas, atau gangguan pembukaan Sphincter

esophageal bawah.

Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan

tanda dan gejala gangguan menelan pada fase esophageal sebgai berikut:

Aliran balik Esophageal-ke-faringeal karena kelainan esophageal

Tracheoesophageal fistula

Zenker diverticulum

Reflux

Page 27: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 27

2. PATOFISIOLOGI BATUK BERDAHAK

Mekanisme batuk berdahak Infeksi atau iritasi pada saluran napas akan

menyebabkan hipersekresi mucus pada salurannapas besar, terjadi hipertropi kelenjar

submukosa pada trachea dan bronchi. Hal ini jugaditandai dengan adanya

peningkatan sekresi sel goblet di saluran napas kecil, bronchi, bronchiole

menyebabkan produksi mucus berlebihan sehingga akan memproduksi sputumyang

berlebihan. Kondisi ini kemudian mengaktifkan rangsang batuk dengan tujuan untuk

mengeluarka benda asing yang telah mengiritasi saluran napas.DemamSubstansi

penyebab demam disebut pirogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh, baik dari

produk proses infeksi maupun non-infeksi. Lipopolisakarida pada dinding

bakterigram negative atau peptidoglikan dan techoid acid pada bakteri gram positif,

merupakan pirogen eksogen.Substansi ini merangsang makrofag, monosit, limfosit

dan endotel untuk melepaskan TNFα dan INFα yang bertindak sebagai

pirogenendogen. Sitokin-sitokin8,12,14 proinflamasi ini akan berikatan dengan

reseptornya di hipotalamus dan fosfolipaseA-2. hal ini menyebabkan pelepasan asam

arakidonat dari membrane fosfolipid atas pengaruh enzim siklooksigenase-2 (COX

2). Asam arakidonat elanjutnyadiubah menjadiProstaglandin E2. Prostaglandin E2,

baik secara langsung atau tidak langsung melaluiAMP siklik akan mengubah setting

thermostat (pengatur suhu tubuh) di hipotalamus padanilai yang lebih tinggi.

3. PATOFISIOLOGI HIDUNG TERSUMBAT

Hidung tersumbat terjadi salah satunya akibat adanya pembengkakan pada

konka atau bagian dari saluran udara hidung yang letaknya dibagian dalam batang

hidung mengalami pembengkakan sehingga menyumbat aliran udara yang masuk

melalui rongga yang kecil tersebut.

6. APA MAKSUD DIBERI OBAT ANTIBIOTIK, DEKONGESTAN,

MUKOLITIK DAN ANALGETIK?

PEMBAGIAN JENIS-JENIS ANTIBIOTIKA

Klasifikasi antibiotika dan kemoterapetika yang sering dianjurkan dan

digunakan adalah berdasarkan bagaimana kerja antibiotika tersebut terhadap kuman,

yakni antibiotika yang bersifat primer bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat

primer bakterisid.Yang termasuk bakteriostatik di sini misalnya sulfonamida,

tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam

Page 28: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 28

paraaminosalisilat, dan lain-lain.Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah

pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat

tergantung pada daya tahan tubuh.Sedangkan antibiotika yang bakterisid, yang secara

aktif membasmi kuman meliputi misalnya penisilin, sefalosporin, aminoglikosida

(dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lain.

Pembagian lain juga sering dikemukakan berdasarkan makanisme atau

tempat kerja antibiotika tersebut padakuman, yakni :

1. Antibiotika yang bekerja menghambat sintesis dinding sel kuman,

termasuk di sini adalah basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin,

ristosetin dan lain-lain.

2. Antibiotika yang merubah permeabilitas membran sel atau mekanisme

transport aktif sel. Yang termasuk di sini adalah amfoterisin, kolistin,

imidazol, nistatin dan polimiksin.

3. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis protein, yakni

kloramfenikol, eritromisin (makrolida), linkomisin, tetrasiklin dan

aminogliosida.

4. Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat,

yakni asam nalidiksat, novobiosin, pirimetamin, rifampisin, sulfanomida

dan trimetoprim.

Secara garis besar, jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika yang ada paling

tidak akan mencakup jenis-jenis berikut ini :

GOLONGAN PENISILIN.

Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu

sintesis dinding sel. Antibiotika pinisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi

adanya nukleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan

cincin betalaktam.Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram

positif.Beberapa golongan penisilin ini juga aktif terhadap kuman Gram

negatif. Golongan penisilin masih dapat terbagi menjadi beberapa kelompok,

yakni:

Penisilin yang rusak oleh enzim penisilinase, tetapi spektrum anti kuman

terhadap Gram positif paling kuat. Termasuk di sini adalah Penisilin G

Page 29: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 29

(benzil penisilin) dan derivatnya yakni penisilin prokain dan penisilin

benzatin, dan penisilin V (fenoksimetil penisilin). Penisilin G dan penisilin

prokain rusak oleh asam lambung sehingga tidak bisa diberikan secara

oral, sedangkan penisilin V dapat diberikan secara oral. Spektrum

antimikroba di mana penisilin golongan ini masih merupakan pilihan

utama meliputi infeksi-infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A,

pneumokokus, meningokokus, gonokokus, Streptococcus viridans,

Staphyloccocus, pyoneges (yang tidak memproduksi penisilinase),

Bacillus anthracis, Clostridia, Corynebacterium diphteriae, Treponema

pallidum, Leptospirae dan Actinomycetes sp.

Penisilin yang tidak rusak oleh enzime penisilinase, termasuk di sini

adalah kloksasilin, flukloksasilin, dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan

metisilin, sehingga hanya digunakan untuk kuman-kuman yang

memproduksi enzim penisilinase.

Penisilin dengan spektrum luas terhadap kuman Gram positif dan Gram

negatif, tetapi rusak oleh enzim penisilinase. Termasuk di sini adalah

ampisilin dan amoksisilin. Kombinasi obat ini dengan bahan-bahan

penghambat enzim penisiline, seperti asam klavulanat atau sulbaktam,

dapat memperluas spektrum terhadap kuman-kuman penghasil enzim

penisilinase.

Penisilin antipseudomonas (antipseudomonal penisilin). Penisilin ini

termasuk karbenisilin, tikarsilin, meklosilin dan piperasilin diindikasikan

khusus untuk kuman-kuman Pseudomonas aeruginosa.

GOLONGAN SEFALOSPORIN.

Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai

cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram

negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotika sangat

beragam, terbagi menjadi 3 kelompok, yakni:

1. Generasi pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in

vitro. Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin,

sefradin.Generasi pertama kurang aktif terhadap kuman Gram negatif.

Page 30: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 30

2. Generasi kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi

lebih aktif terhadap kuman Gram negatif, termasuk di sini misalnya

sefamandol dan sefaklor.

3. Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk

Enterobacteriaceae dan kadang-kadang peudomonas. Termasuk di sini

adalah sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan

moksalatam.

GOLONGAN AMFENIKOL

Golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivat-

derivatnya yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan

tiamfenikol.Antibiotika ini aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram

negatif maupun ricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma.Karena

toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemia aplastika, maka

kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenzae.

GOLONGAN TETRASIKLIN

Merupakan antibiotika spektrum luas bersifat bakteriostatik untuk

kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi indikasi pemakaiannya sudah

sangat terbatas oleh karena masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini

masih merupakan pilihan utama untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh

klamidia, riketsia, dan mikoplasma. Mungkin juga efektif terhadap N.

meningitidis, N. gonorhoeae dan H. influenzae., termasuk di sini adalah

tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, metasiklin

dan demeklosiklin.

GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA

Merupakan golongan antibiotika yang bersifat bakterisid dan terutama

aktif untuk kuman Gram negatif.Beberapa mungkin aktif terhadap Gram

positif.Streptomisin dan kanamisin juga aktif terhadap kuman TBC.Termasuk

di sini adalah amikasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin,

metilmisin dan tobramisin, antibiotika ini punya sifat khas toksisitas berupa

nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik.

Page 31: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 31

GOLONGAN MAKROLIDA

Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum

antikuman, sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien yang alergi

penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman.Aktif secara

invitro terhadap kuman-kuman Gram positif, Gram negatif, mikoplasma,

klamidia, riketsia dan aktinomisetes. Selain sebagai alternatif penisilin,

eritromisin juga merupakan pilihan utama untuk infeksi pneumonia atipik

(disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit Legionnaires

(disebabkan Legionella pneumophilla) termasuk dalam golongan makrolida

selain eritromisin juga roksitromisin, spiramisin, josamisin, rosaramisin,

oleandomisin dan trioleandomisin.

GOLONGAN LINKOSAMID.

Termasuk di sini adalah linkomisin dan klindamisin, aktif terhadap

kuman Gram positif termasuk stafilokokus yang resisten terhadap

penisilin.Juga aktif terhadap kuman anaerob, misalnya bakteroides.Sering

dipakai sebagai alternatif penisilin antistafilokokus pada infeksi tulang dan

sendi serta infeksi-infeksi abdominal.Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti

dengan superinfeksi C. difficile, dalam bentuk kolitis pseudomembranosa yang

fatal.

GOLONGAN POLIPEPTIDA.

Antibiotika golongan ini meliputi polimiksin A, B, C, D dan E.

Merupakan kelompok antibiotika yang terdiri dari rangkaian polipeptida dan

secara selektif aktif terhadap kuman Gram negatif, misalnya psedudomonas

maupun kuman-kuman koliform yang lain. Toksisitas polimiksin membatasi

pemakaiannya, terutama dalam bentuk neurotoksisitas dan nefrotoksisitas.

Mungkin dapat berperan lebih penting kembali dengan meningkatnya infeksi

pseudomonas dan enterobakteri yang resisten terhadap obat-obat lain.

Page 32: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 32

GOLONGAN ANTIMIKOBAKTERIUM

Golongan antibiotika dan kemoterapetika ini aktif terhadap kuman

mikobakterium.Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra,

misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain.

GOLONGAN SULFONAMIDA dan TRIMETROPIM

Kepentingan sulfonamida dalam kemoterapi infeksi banyak menurun

karena masalah resistensi.Tetapi beberapa mungkin masih aktif terhadap

bentuk-bentuk infeksi tertentu misalnya sulfisoksazol untuk infeksi dan infeksi

saluran kencing.Kombinasi sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi

saluran kencing, salmonelosis, kuman bronkitis, prostatitis.Spektrum kuman

mencakup kuman-kuman Gram positif dan Gram negatif.

GOLONGAN KUINOLON

Merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer

dengan spektrum antikuman yang luas terutama untuk kuman-kuman Gram

negatif dan Gram positif, enterobakteriaceae dan pseudomonas.Terutama

dipakai untuk infeksi-infeksi nosokomial.Termasuk di sini adalah asam

nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin, pefloksasin dan lain-lain.

GOLONGAN LAIN-LAIN

Masih banyak jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika lain yang tidak

tercakup dalam kelompok yang disebutkan di atas. Misalnya saja vankomisin,

spektinomisin, basitrasin, metronidazol, dan lain-lain. Informasi mengenai

pemakaian dan sifat masing-masing dapat dicari dari sumber pustaka baku.

Vankomisin terutama aktif untuk Gram positif, terutama untuk S. areus, S.

epidermidis, S. pneumoniae.Juga merupakan pilihan untuk infeksi stafilokokus

yang resisten terhadap metisilin. Tetapi karena toksisitasnya, maka vankomisin

hanya dianjurkan kalau antibiotika lain tidak lagi efektif.

Page 33: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 33

Dekongestan

Dekongestan merupakan agen simpatomimetik yang bertindak pada

reseptor dalam mukosa nasal yang menyebabkan pembuluh darah

mengecil.Selain itu juga dapat mengurangi pembengkakan mukosa hidung dan

melegakan pernafasan.Dekongestan apabila dikombinasikan dengan

antihistamin sangat efektif melegakan tanda-tanda rinitis terutama bila hidung

sumbat.

1. Dekongestan sistemik

Dekongestan sistemik adalah seperti efedrin, fenilpropanolamin dan

pseudoefedrin.Dekongestan sistemik diberikan secara oral (melalui

mulut).Meskipun efeknya tidak secepat topikal tapi kelebihannya tidak

mengiritasi hidung.Jenis dekongestan sistemik dapat menyebabkan

tekanan darah tinggi terutamanya efedrin dan fenilpropanolamin

apabila melebihi dosis terapeutik sebanyak 2-3 kali. Jika anda ada

tekanan darah tinggi, hindarkan dari penggunaan dekongestan tersebut (

Dipiro, J. T., 1999).

2. Dekongestan topikal

Digunakan untuk rinitis akut yang merupakan radang selaput lendir

hidung.Bentuk sediaan dekongestan topikal berupa balsam, inhaler,

tetes hidung atau semprot hidung.Dekongestan topikal (semprot

hidung) yang biasa digunakan yaitu oxymetazolin, xylometazolin yang

merupakan derivat imidazolin.Karena efeknya dapat menyebabkan

depresi.Susunan saraf pusat bila banyak terabsorbsi terutama pada bayi

dan anak-anak, maka sediaan ini tidak boleh untuk bayi dan anak-

anak.Agen ini tidak boleh digunakan lebih dari 3-5 hari berturut-

turut.Kerana dapat menyebabkan rinitis medicamentosa. Oleh itu,

pengguna dinasihatkan supaya menggunakan dosis yang sesuai dan bila

diperlukan saja contohnya semasa akan tidur ( Dipiro, J. T., 1999).

Page 34: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 34

Mukolitik

Sesuai dengan namanya, mukolitik adalah obat batuk berdahak yang

bekerja dengan cara membuat hancur formasi dahak sehingga dahak tidak lagi

memiliki sifat-sifat alaminya. Mukolitik bekerja dengan cara menghancurkan

benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari dahak. Sebagai hasil

akhir, dahak tidak lagi bersifat kental dan dengan begitu tidak dapat bertahan

atau “nyangkut” di tenggorokan lagi seperti sebelumnya.Membuat saluran

nafas bebas dari dahak.Yang termasuk ke dalam golongan obat ini adalah

bromheksin, ambroxol, asetilsistein.

Analgetik

Obat analgetik atau bahasa simpelnya adalah obat penghilang atau

setidaknya mengurangi rasa nyeri pada tubuh.Dalam perkembangan ilmu

Farmakologi (enaknya ditambahin kata ilmu walaupun sebenarnya istilah

farmakologi sudah mencakup ilmu) obat analgetik ini terbagi pada dua

kategori besar yakni Obat Analgetik Narkotik dan Obat Analgetik Non-

Narkotik.

1. Obat Analgetik Narkotik

Obat Analgetik Narkotik merupakan kelompok obat yang

memiliki sifat opium atau morfin. Meskipun memperlihatkan

berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat ini

terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa

nyeri yang hebat. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini

umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada

pemakai.Obat Analgetik Narkotik ini biasanya khusus

digunakan untuk mengahalau rasa nyeri hebat, seperti pada

kasus patah tulang dan penyakit kanker kronis.

2. Obat Analgetik Non-Narkotik

Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga

sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik

Perifer.Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat

Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau

Page 35: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 35

meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan

saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat

kesadaran.Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik

Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada

pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat

Analgetika jenis Analgetik Narkotik).

7. KAPAN PASIEN DIRUJUK MENURUT KITA?

Pasien dirujuk ketika pasien tidak menunjukan keadaan yang membaik setelah berobat

atau bahkan menimbulkan komplikasi, maka pasien harus dirujuk.

3.4 DIAGNOSIS BANDING

3.4.1. POLIP HIDUNG

Polip hidung ialah masa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam

rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi

mukosa. Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan dari usia

anak-anak sampai usia lanjut. bila ada poip pada anak di bawah usia 2 tahun ,

harus di disingkirkan kemungkinanan meningngokel atau meningoensefalokel .

dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rhinitis alergi atau

penyakit atopi, tetapi banyak penelitian yang mengemukakan berbagai teori dan

para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum

diketahui dengan pasti.

Page 36: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 36

- PATOFISIOLOGI

Pembentukanpolip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik,

disfungsi saraf otonom serta predisposisi genetic.Menurut teori bemstein,

terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang

berturbulensi, terutama didaerah sempit di komplek ostiomeatal. Terjadi

prolapse submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan pembentukan

kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan

sel epitel yang erakibat retensi air sehingga terbentuk polip.

Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor

terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular

yang mengakibatkan dilepasnya sitokin-sitokind ari sel mast yang akan

menyebabkan edema dan lama kelamaan menjadi polip.

Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar

menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan

membentuk tangkai.

Secara makroskopis polip merupakan massa bertangkaid engan

permukaan licin berbentuk bulat atua lonjong, berwarn aputih keabu-abuan,

agak bening, lobular, dapat tunggal atau multiple dan tidak sensitive atau

tidak terasa sakit. Warna polip yang pucat tersebut disebabkan karena

mengandung banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi

iritasi kronis atau proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi

kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun warnanya dapat menjadi

kekuning-kuningan terlalu banyak megnandung jaringan ikat.

Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari kompleks ostiomeatal di

meatus medius dan sinus ethmoid.Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan

endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat.

Ada polip yang tumbuh kea rah belakang dan membesar di

nasofaring disebut polip koana.Polip ini kebanyakan berasal dari sinus

maksila dan disebut juga polip antrokoana.Ada juga sebagian kecil pollip

koana yang berasal dari sinus ethmoid.

Page 37: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 37

Mikroskopis

Secara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan

mukosa hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan

submukosa yan gsembab. Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma,

eusinofil, neutrophil,d an makroag. Mukosa mengandung sel-sel

goblet, pembuluh darah,s araf, dan kelenjar yang sedikit. Polip yang

sudah lama dapat mengalami metaplasia epitel karena sering terkena

aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik atau gepeng berlapis

tanpa kreatinisasi.Berdasarkan jenis sel dan peradagngannya polip

dikelompokknan menjadi 2 tipe yaitu, eosinophil dan neutrofilik.

- DIAGNOSIS

Anamnesis

Keluhan utama penderita polip nasi adalah hidung terasa

tersumbat dari ringan sampai berat, rinore mulai yang jernih sampai

purulent, hiposmia atau anosmia.Mungkin disertai bersin-bersin, rasa

nyeri pada hidung disertai sakit kepala di daerah frontal.Bila disertai

infeksi sekunder mungkin didapati dan rinore purulent.Gejala

sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara

sengau, halitosis, gangguan tidur, dan penurunan kualitas hidup.

Dapat menyebabkan gejala pada saluran nafas bawah berupa

batuk kronik dan mengi, terutama pad apenderita polip nasi dengan

asma.Selain itu, harus ditanyakan riwayat rhinitis alergi, asma,

intoleransi terhadap aspirind an alergi obat lainnya serta alergi

makanan.

Pemeriksaan fisik

Polip nasi yang masif dapatmenyebabkan deformitas hidung

luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang

hidung.Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai masa

yagn berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah

digerakkan.Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund

stadium pertama polip masih terbatas di meatus medius.Stadium 2,

Page 38: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 38

polip sudah keluar dari meatus medius.Tampak di rongga hidung tapi

belum memenuhi rongga hidung.Stadium 3, polip yang massif.

Naso endoskopi

Adanya fasilitas endoskop (teleskop) akan sangat membantu

kasus polip yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak

terlihat dalam pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak denga

pemeriksaan naso endoskopi.

Pada kasus polip koana jug asering dapat dilihat tangkai polip

yang berasal dari ostium accesorius sinus maksila.

Pemeriksaan radiologi

Foto polos sinus paranasal (posisi waters AP dan lateral) dapat

memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan di

dalam sinus, tetapi kurang bermakna pad akasus polip. Pemeriksaan

tomografi computer (CT scan) sangat bermanfaat untuk melihat

dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses

radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks

ostiomatal.TK terutama diindikasikan dalam kasus polip yang gagal

diobati dengan terapi medikamentosa, jika ada komplikasi dari

sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah

endoskopi.

3.4.2. SINUSITIS

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinusyang

terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid,sinusitisfrontal,

dan sinusitis sphenoid. Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung,

dapat berupasinusitis maksilaris atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut

maupunkronik.Dapat mengenai anak yang sudah besar.Pada sinusitis

paranasalsudah berkembang pada anak umur 6-11 tahun.

- ETIOLOGI

Berbagai faktor infeksius dan nonifeksius dapat memberikan

kontribusi dalamterjadinya obstruksi akut ostia sinus atau gangguan

pengeluaran cairan oleh siliayang akhirnya menyebabkan sinusitis.

Page 39: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 39

Penyebab nonifeksius antara lain adalahrinitis alergika, barotrauma, atau

iritan kimia. Penyakit seperti tumor nasal atautumor sinus (squamous cell

carcinoma), dan juga penyakit granulomatus(Wegener’s granulomatosis

ataurhinoskleroma) juga dapat menyebabkanobstruksi ostia sinus,

sedangkan konsisi yang menyebabkan perubahankandungan sekret mukus

(fibrosis kistik) dapat menyebabkan sinusitis denganmengganggu

pengeluaran mukus.

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat

virus, bermacamrhinitis terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada

wanita hamil, polip hidung,kelainan anatomi seperti deviasi septum atau

hipertrofi konka, sumbatan komplekOstio-maetal (KOM), infeksi tonsil,

infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesiasilia seperti pada sindroma

Kartagener, dan diluar negri adalah penyakit fibrostikkistik.Pada anak-anak,

hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitissehingga

perlu diadakan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan

danmenyembuhkan rinosinusitisnya.Hipertrofi adenoid dapat didiagnosa

dengan fotopolos leher posisi lateral.Faktor lain yang berpengaruh adalah

lingkungan berpolusi, udara dingin dankering serta kebiasaan merokok.

Sinusitis Dentogen terjadi karena penjalaraninfeksi dari gigi geraham

atas.Kuman penyebab:

- Streptococcus pneumonia

- Hamophilus influenza

- Steptococcus viridians

- Staphylococcus aureus

- Branchamella catarhatis

SINUSITIS AKUT

Penyebabnya dapat virus, bakteri, atau jamur. Menurut

Gluckman, kumanpenyebab sinusitis akut tersering adalah

Streptococcus pneumoniae danHaemophilus influenzae yang

ditemukan pada 70% kasus.Dapat disebabkan rinitis akut; infeksi

faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitisakut; infeksi gigi molar

Page 40: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 40

M1, M2, M3 atas, serta premolar P1, P2; berenang danmenyelam;

trauma; dan barotrauma.Faktor predisposisi obstruksi mekanik,

seperti deviasi septum, benda asing dihidung, tumor, atau polip. Juga

rinitis alergi, rinitis kronik, polusi lingkungan, udaradingin dan

kering

SINUSITIS KRONIK

Polusi bahan kimia, alergi, dan defisiensi imunologik

menyebabkan silia rusak,sehingga terjadi perubahan mukosa hidung.

Perubahan ini mempermudahterjadinya infeksi.Terdapat edema

konka yang mengganggu drainase sekret, sehingga silia rusak, dan

seterusnya. Jika pengobatan pada sinusitis akut tidakadekuat, maka

akan terjadi infeksi kronik.

- PATOFISIOLOGI

Timbulnya Pembengkakan di kompleks osteomeatal, selaput

permukaan yangberhadapan akan segera menyempit hingga bertemu,

sehingga silia tidak dapatbergerak untuk mengeluarkan sekret. Gangguan

penyerapan dan aliran udara didalam sinus, menyebabkan juga silia menjadi

kurang aktif dan lendir yangdiproduksi oleh selaput permukaan sinus akan

menjadi lebih kental dan menjadimudah untuk bakteri timbul dan

berkembang biak.Bila sumbatan terus-menerus berlangsung akan terjadi

kurangnya oksigen danhambatan lendir, hal ini menyebabkan tumbuhnya

bakteri anaerob, selanjutnyaterjadi perubahan jaringan.Pembengkakan

menjadi lebih hipertrofi hinggapembentukan polip atau kista .

- GEJALA KLINIS

SINUSITIS MAKSILA AKUT

Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung

tersumbat, nyeri pada pipiterutama sore hari, ingus mengalir ke

nasofaring, kental kadang-kadang berbaudan bercampur darah.

SINUSITIS ETMOID AKUT

Page 41: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 41

Gejala : ingus kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara

dua mata, danpusing.

SINUSITIS FRONTAL AKUT

Gejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi

berkurang setelahsore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.

SINUSITIS SPHENOID AKUT

Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring

SINUSITIS KRONIS

Gejala: pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-

kadang berbau,selaluterdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di

organ lain misalnya rematik,nefritis, bronchitis , bronkiektasis ,

batuk kering, dan sering demam.Keluhan sinusitis kronis tidak khas

sehingga sulit didiagnosa. Gejalanya sakitkepala kronik, post nasal

drip, batuk kronik, gangguan tenggorokan, gangguantelinga akibat

sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gangguan ke paru

sepertibronchitis (sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting

adalah serangan asmayang meningkat dan sulit diobati. Pada anak,

mukopus yang tertelan dapatmenyebabkan gastroenteritis.

SINUSITIS AKUT

Penderita mula-mula mengeluh hidung tersumbat (pilek-

pilek), sumbatanbertambah berat dan disertai nyeri atau rasa tekanan

pada muka dan inguspurulent , yang sering kali turun ke tenggorokan

(post nasal drip). Dapat disertaigejala sistemik seperti demam dan

lesu.Keluhan nyeri atau rasa tekanan didaerah sinus yang terkena

merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga

terasa di tempat lain (referred pain).Nyeri pipi menandakansinusitis

maksila, nyeri diantara atau di belakang ke dua bola mata

menandakansinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala

menandakan sinusitis frontal.Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan

Page 42: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 42

di vertex, oksipital, belakang bola matadan daerah mastoid.Pada

sinusitis maksila kadang-kadang dan nyeri alih ke gigidan telinga.

Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia atau anosmia,

halitosis , post-nasaldrip yang menyebabkan batuk dan sesak pada

anak. Pada pemeriksaan,penderita tampak mengeluarkan air mata,

lidah kotor, dan sukar menutup mulut.Suhu badan tinggi. Vestibulum

hidung tampak merah dan terdapat ekskoriasis.Selaput lender hidung

tampak bengkak dan sering terlihat nanah cair dari meatusmedius

mengalir kebelakang diatas konka inferior dan terus ke dalam

ruangbelakang hidung.Gambaran tadi merupakan petunjuk bagi

dokter untuk membuatdiagnosa sinusitis akut. Diagnosa dipastikan

dengan beberapa pemeriksaan:

- Biakan hapusan hidung

- Radiologi sinus paranasalis

- Jumlah leukosit dan laju endap darah.

- PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rinoskopi anterior

Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan

edema.Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid

anterior tampak mukopus ataunanah di meatus medius, sedangkan

pada sinusitis ethmoid posterior dansinusitis sfenoid nanah tampak

keluar dari meatus superior.

2. Rinoskopi posterior

3. Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

4. Dentogen

Caries gigi (PM1,PM2,M1)

5. Transiluminasi (diaphanoscopia)

Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan

transiluminasibermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga

tampak lebih suramdibanding sisi yang normal.

6. Foto sinus paranasalis

Page 43: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 43

Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s,

Posteroanterior danLateral.Akan tampak perselubungan atau

penebalan mukosa atau batas cairanudara (air fluid level) pada sinus

yang sakit. Posisi Water’s adalah untukmemproyeksikan tulang

petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yaknidengan cara

menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga

dagumenyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat

adanya kelainan disinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi

Posteroanterior untuk menilai sinusfrontal dan posisi lateral untuk

menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid.

7. Pemeriksaan CT–Scan

Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan

sifatdan sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan

padasinusitis akan tampak : penebalan mukosa, air fluid level,

perselubunganhomogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus

paranasal,penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus

kronik). Hal-halyang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan:

Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin,

homogen,pada pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans.

Kadang sukar membedakannya dengan polip yang terinfeksi,

bila kista ini makin lamamakin besar dapat menyebabkan

gambaran air-fluid level.

Polip yang mengisi ruang sinus.

Polip antrokoanal.

Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus,Mukokel,

penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh

massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran

padaCT Scan sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan

kadang-kadangpengapuran perifer.

8. Pemeriksaan di setiap sinus

Sinusitis maksila akut

Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang

kadang-kadang dapat terlihat berasal dari meatus medius

Page 44: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 44

mukosa hidung. Mukosahidung tampak membengkak (edema)

dan merah (hiperemis).Padapemeriksaan tenggorok, terdapat

ingus kental di nasofaring.Pada pemeriksaan di kamar gelap,

dengan memasukkan lampu kedalammulut dan ditekankan ke

langit-langit, akan tampak pada sinus maksilayang normal

gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinusmaksila

gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak

tampak.Untukdiagnosis diperlukan foto rontgen.Akan terlihat

perselubungan di sinusmaksila, dapat sebelah (unilateral), dapat

juga kedua belah (bilateral).

Sinusitis etmoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa

hidung edema dan hiperemis. Foto rontgen, akan terdapat

perselubungan di sinusetmoid.

Sinusitis frontal akut

Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada

pemeriksaandi kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut

mata bagian dalam,akan tampak bentuk sinus frontal di dahi

yang terang pada orang normal,dan kurang terang atau gelap

pada sinusitis akut atau kronis.Pemeriksaan radiologik, tampak

pada foto roentgen daerah sinus frontalberselubung.

Sinusitis sfenoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto

rontgen

Page 45: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 45

3.4.3. LARINGITIS

Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan

bakteriyang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan

oleh infeksi virus influenza(tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3),

rhinovirusdan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,

Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus

danStreptococcus pneumoniae.Biasanya laringitis akut merupakan suatu fase

infeksi virus pada saluran nafas atas yangdapat sembuh sendiri, factor prediposisi

dapat berupa rhinitis kronik, penyalahgunaanalcohol, tembakau serta pemakaian

suara yang berlebihan.

- ETIOLOGI

Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak

menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan

polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.

Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya

mengenai pita suara.

Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus

atau regangan vokal dan tidak serius.Tapi suara serak kadang-kadang

merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi medis yang

mendasari.Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa

minggu dan disebabkan cuaca dingin.

Page 46: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 46

Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran

pernafasan bagian atas (misalnya common cold).Laringitis juga bisa

menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan difteri.

1. Laringitis Akut

Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi

virus.Infeksi bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya,

tapi hal ini jarang terjadi.Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda

menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu

penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).

a. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran

nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus

influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus

dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,

Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,

Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.

b. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca

c. Pemakaian suara yang berlebihan

d. Trauma

e. Bahan kimia

f. Merokok dan minum-minum alkohol

g. Alergi

2. Laringitis Kronik

Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga

iritasi yang terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang

berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir

kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang

disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).

Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa

laring yang berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3

Page 47: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 47

minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3

minggu.

Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan

laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau

menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular.

Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring.

Laringitis Kronis Spesifik

Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis

tuberkulosis dan laringitis luetika.

a. Laringitis tuberkulosis

Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis

paru.Biasanya pasca pengobatan, tuberkulosis paru sembun

tetapi laringitis tuberkulosis menetap.Hal ini terjadi karena

struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta

vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi

sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat

berlangsung lama.

Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari

4 stadium yaitu :

1) Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak

dan hiperemis, dapat mengenai pita suara. Terbentuk

tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik

berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa

tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya

meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk

ulkus

2) Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium

infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi

perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.

Page 48: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 48

3) Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga

mengenai kartuilago laring terutama kartilago aritenoid

dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.

4) Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis

pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.

b. Laringitis luetika

Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium

lues yang paling berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues

stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang

kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan

timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan

dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini

tidak nyeri tetapi menjalar cepat

Tabel. Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik

Laringitisakut Laringitis kronis

- Rhinovirus

- Parainfluenza virus

- Adenovirus

- Virus mumps

- Varisella zooster virus

- Penggunaan asma inhaler

- Penggunaan suara berlebih

dalam pekerjaan : Menyanyi,

Berbicara dimuka umum

Mengajar Alergi

- Streptococcus grup A

- Moraxella catarrhalis

- Gastroesophageal refluks

- Infeksi bakteri

- Infeksi tuberkulosis

- Sifilis

- Leprae

- Virus

- Jamur

- Actinomycosis

- Penggunaan suara berlebih

- Alergi

- Faktor lingkungan seperti

asap, debu

- Penyakit sistemik : wegener

granulomatosis, amiloidosis

- Alkohol

- Gatroesophageal refluks

Page 49: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 49

- PATOFISIOLOGI

Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus.Invasi bakteri

mungkin sekunder.Laringitis biasanya disertai rinitis atau

nasofaringitis.Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan

terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak

ada immunitas.Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah

ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host

serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh

faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan

mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar

mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat

saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat

yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya

inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat

pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang

peningkatan suhu tubuh.

- MANIFESTASI KLINIS

1) Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai

suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada

lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan

getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan

Page 50: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 50

kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak

bersuara sama sekali (afoni).

2) Sesak nafas dan stridor

3) Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.

4) Gejala radang umum seperti demam, malaise

5) Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental

6) Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga

sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk

dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari

38 derajat celsius.

7) Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit

menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk,

peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius,

dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh

tubuh .

8) Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,

membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga

didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru

9) Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis

yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak

berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah

berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan

epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang

dapat mengancam jiwa anak.

a. Laringitis Akut

Demam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai

afoni, nyeri ketika menelan atau berbicara, rasa kering ditenggorokan,

batuk kering yang kelamaan disertau dahak kental, gejala sumbatan

laring sampai sianosis.

Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis,

membengkak, terutama di atas dan bahwa pita suara.Biasanya tidak

terbatas di laring, juga ada tanda radang akut dihitung sinus peranasak,

atau paru.

Page 51: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 51

b. Laringitis Kronik

Suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok

sehingga sering mendehem tanpa sekret.Pada pemeriksaan tampak

mukosa laring hiperemis.Tidak rata, dan menebal.Bila tumor dapat

dilakukan biopsi.

c. Laringitis tuberkulosis

Terdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat

badan, rasa kering, panas, dan tertekan di daerah laring, suara parau

beriminggu-minggu dan pada stadium lanjut dapat afoni, bentuk

produktif, gemoptisis, nyeri menelan yang lebih hebat bila gejala-

gejala proses aktif pada paru. Dapat timbul sumbatan jalan napas

karena edema: tumberkuloma, atau paralysis pita suara.

Sesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:

1. Stadium infiltrasi

Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan

pucar.Terbentuk tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-

bintik kebiruan.Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa di

atasnya meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.

2. Stadium ulserasi

Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.

3. Stadium perikondritis

Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan

epiglottis/ terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk

sekuester.Keadaan umum pasien sangat buruk, dapat fibrotuberkulosis

pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik.

- G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan

subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.

2) Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika

disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.

Page 52: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 52

3) Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa

laring yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta

tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan

ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.

4) Laringitis Akut

5) Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi

pada kasus yang lama atau sering residif.

Laringitis tuberkulosis

Pemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan

lambung, foto toraks menunjukkan tanda proses spesifik baru,

laringoskopi langsung/tak langsung, dan pemeriksaan PA.

3.4.4 FARINGITIS

Faringitis (bahasa Latin: pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan

yang menyerang tenggorokan atau hulu kerongkongan (pharynx). Penyakit ini

sering juga disebut dengan radang tenggorok.

PENYEBAB

Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan

oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis

atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A,

Page 53: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 53

korinebakterium, arkanobakterium,Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia

pneumoniae.

GEJALA

Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri

tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami

peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau

mengeluarkan nanah.

Gejala lainnya adalah:

- Demam

- Pembesaran kelenjar getah bening di leher

- Peningkatan jumlah sel darah putih.

Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih

merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.

JENIS FARINGITIS

Faringitis Virus Faringitis Bakteri

Biasanya tidak ditemukan nanah di

tenggorokan Sering ditemukan nanah di tenggorokan

Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang

Jumlah sel darah putih normal atau agak

meningkat

Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai

sedang

Kelenjar getah bening normal atau

sedikit membesar

Pembengkakan ringan sampai sedang pada

kelenjar getah bening

Tes apus tenggorokan memberikan hasil

negatif

Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif

untuk strep throat

Pada biakan di laboratorium tidak

tumbuh bakteri Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

Page 54: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 54

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika

diduga suatu strep throat, bisa dilakukan pemeriksaan terhadap apus tenggorokan.

PENGOBATAN

Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik),

obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat. Aspirin tidak boleh diberikan

kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa

menyebabkan sindroma Reye.

Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Untuk mengatasi infeksi

dan mencegah komplikasi (misalnya demam rematik), jika penyebabnya streptokokus,

diberikan tablet penicillin. Jika penderita memiliki alergi terhadap penicillin bisa

diganti dengan erythromycin atau antibiotik lainnya.

3.4.5. TONSILITIS

Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau

kuman streptococcus beta hemolitikus grup A, streptococcus viridans dan pyogenes

dan dapat disebabkan oleh virus. Faktor predisposisi adanya rangsangan kronik

(misalnya karena merokok atau makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut

yang tidak adekuat tidak higienis, mulut yang tidak bersih.

Patofisiologinya pada tonsilitis akut : penularannya terjadi melalui droplet

dimana kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel ini terkikis, maka

jaringan limfoid superkistal bereaksi, di mana terjadi pembendungan radang dengan

infiltasi leikosit PMN.

Patofisiloginya pada tonsilitis kronik : terjadi karena proses radang berulang,

maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan

jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga

ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini

meluas hingga meluas menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan

jaringan sekitar fossa tonsilaris. Jadi, tonsil meradang dan membengkak, terdapat

bercak abu-abu/kekuningan pada permukaan dan berkumpul membentuk membran.

Page 55: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 55

ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan : · T0 : bila sudah dioperasi

· T1 : ukuran yang normal ada

· T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah

· T3 : pembesaran mencapai garis tengah

· T4 : pembesaran melewati garis tengah

Klasifikasi tonsilitis (etiologi, gejala, diagnosis, penatalaksanaan)

1. TONSIL AKUT

ETIOLOGI

yaitu streptococcus beta hemolitikus grup A, srteptococcus viridans dan piogenes

dan pneumococcus. Tonsilitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-anak dengan

peningkatan suhu 1 sampai 4 derajat celcius.

PATOFISIOLOGI

Berupa penularan terjadi melalui droplet. Manifestasi kliniknya yaitu : suhu tubuh

naik hingga 40 derajat celcius, nyeri tenggorok, nyeri sewaktu menelan, napas yang

berbau, suara menjadi serak, demam dengan suhu tubuh yang meningkat, lesu/lemas,

nyeri dipersendian, tidak nafsu makan, nyeri ditelinga, tonsil membengkak, kripti

tidak melebar, hiperemis dan detritus, serta kelenjar submandibula bengkak dan nyeri

tekan.

Page 56: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 56

DIAGNOSA

Tes laboratorium (untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh

pasien merupakan streptococcus hemolitikus grup A, karena bakteri ini juga disertai

dengan demam reumatik. Pemeriksaan penunjang (kultur dan uji resistensi), terapi

(dengan menggunakan antibiotik spektrum luas dan sulfonamide, antipiretik dan obat

kumur yang mengandung desinfektan.

PENATALAKSANAAN

untuk perwatan sendiri, jika penyebabnya virus sebaiknya biarkan virus itu

hilang dengan sendirinya. Selama 1 atau 2 minggu sebaiknya penderita banyak

istirahat, minum yang hangat dan mengkonsumsi cairan menyejukkan. Antibiotik

digunakan jika penyebabnya bakteri, misalnya dengan mengkonsumsi antibiotik oral

yang dikonsumsi setidaknya selama 10 hari. Tindakan operasi biasanya pada anak-

anak. Tonsilectomy biasanya pada orang yang mengalami tonsilitis 5 kali atau lebih

dalam 2 tahun, pada orang dewasa jika mengalami tonsilitis selama 7 kali atau lebih

dalam setahun, amandel yang membengkak dan menyebabkan sulit bernapas, adanya

abses juga merupakan indikasi operasi.

Page 57: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 57

2. TONSILITIS MEMBRANOSA

Tonsilitis difteri

Etiologinya adalah Corynebacterium diptheriae.

Patofisiologinya bakteri masuk melalui mukosa, lalu melekat serta berkembang biak

pada permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang

merembes ke limfe. Lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh

darah dan limfe.

Manifestasi klinik/ gejala klinik biasanya pada anak-anak usia 2-5 tahun, suhu tubuh

yang naik, nyeri tenggorok, nyeri kepala, nadi lambat, tidak nafsu makan, badan lemah

dan lesu, tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor melekat meluas menyatu

membentuk membran semu, membran melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan

timbul perdarahan. Jika menutupi laring akan menimbulkan sesak dan stridor infasil.

Bila menghebat akan terjadi sesak napas. Bila infeksi terbendung kelenjar limfe leher

akan membengkak menyerupai leher sapi. Gejala eksotoksin akan menimbulkan

kerusakan pada jantung berupa miokarditis sampai decompensasi cordis.

Diagnosisnya harus berdasarkan pemeriksaan klinis karena penundaan pengobaan

akan membahayakan jiwa pasien. Pemeriksaan preparat langsung diidentifikasi secara

fluorescent antibody, teknik yang memerlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan

isolasi C. diptheriae dengan pembiakan pada media Loffler, dilanjutkan tes

toksinogenesitas secara invitro dan invivo. PCR juga bisa dilakukan.

Pemeriksaan dengan tes laboratorium (preparat kuman), tes Schick (tes kerentanan

terhadap difteri).

Penatalaksanaan : Anti difteri serum dosisnya 20.000-100.000 unit, antitoksin

(serum antidiptheria/ADS), antimikrobial (penisilin prokain 50.000-100.000

KI/BB/hari selama 7-10 hari, bila alergi beri eritromisin 40 mg/kg BB/ hari,

kortikosteroid khusus pada pasien tonsilitis dengan obstruksi saluran napas.

Page 58: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 58

Tonsilitis Septik : penyebabnya adalah S. hemolitikus yang terdapat dala susu

sapi.

Angina Plaut Vincent : etiologinya adalah berkurangnya higienis mulut, def.

vit C serta kuman Spirilium dan basil fusiform.

Gejalanya yaitu ; suhu 39 derajat celcius, nyeri kepala, badan lemah, gangguan

pencernaan, hipersalivasi, nyeri di mulut, gigi dan gusi berdarah.

Diagnosis : pemeriksaan mulut, terdapat mukosa dan faring yang hiperemis, membran

putih keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan procc. alveolaris, mulut

berbau dan kelenjar submandibula membesar.

Penatalaksanaannya : memperbaiki higienis gigi dan mulut, antibiotik spektrum luas

selama 1 minggu, pemberian vit. C dan B kompleks.

3. TONSILITIS KRONIK

Etiologinyasama dengan tonsilitis akut (streptococcus beta hemolitikus grup A,

srteptococcus viridans dan piogenes dan pneumococcus), namun terkadang bakteri

berubah menjadi bakteri golongan gram negatif. Faktor predisposisinya adalah mulut

yang tidak higienis, pengobatan radang akut yang tidak adekuat.

Manifestasi klinik/gejala klinikadanya keluhan di tenggorokan seperti ada

penghalang, tenggorokan terasa kering, pernapasan berbau. Saat pemeriksaan

ditemukan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus melebar dan terisi

detritus.

Diagnosis : dilakukan terapi mulut (terapi lokal) ditujukan pada higienis mulut dengan

berkumur/obat hirup. Dilakukan juga kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan

hapus tonsil. Pada pemeriksaan fisik menggunakan instrumen lampu untuk melihat

kondisi tenggorokan termasuk kondisi tonsil, meraba leher untuk memeriksan kelenjar

getah bening apakah ada pembengkakakn atau tidak, usap tenggorokan, pemeriksaan

jumlah sel darah lengkap.

Page 59: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 59

Penatalaksanaan : menjaga higienis mulut, menggunakan obat kumur, obat hisap dan

dilakukan tonsilektomi.

Indikasi tonsilektomi : adanya sumbatan (hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan

napas, gangguan menelan dan berbicara, sleep apnea, cor pulmonale), infeksi (infeksi

telinga tengan berulang, rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsiler abses dan abses

kelenjar limfe berulang, tonsilits kronis dengan gejala nyeri tenggorok yang menetap

dan napas berbau), indikasi lainnya yaitu tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih,

tonsilits terjadi sebanyak 5 kali atau lebih dalam kurun waktu 2 tahun, tonsilitis terjadi

sebanyak 3 kali atau lebih dalam kurun waktu 3 tahun, tonsilitis tidak memberikan

respon terhadap pemberian antibiotik.

Menurut The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery

Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan indikasi tonsilektomi :

Page 60: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 60

1. Serangan tonsilitis lebih dari 3 kali pertahun walaupun telah mendapatkan

terapi yang adekuat.

2. Tonsil hipertropi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan

gangguan pertumbuhan orofasial.

3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertropi tonsil dengan sumbatan jalan

napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor pulmonale.

4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilar/peritonsilitis, abses peritonsil

yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan.

5. Napau berbau yang tidak berhasil dengan pengobatan.

6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri S. Beta Hemolitikus grup A.

7. Hipertropi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.

8. Otitis media efusi/ otitis media supuratif.

Komplikasi dan pencegahan tonsilitis

Komplikasi tonsilitis : abses peritonsil,OMA (Otitis Media Akut), Mastoiditis akut,

Laringitis, Sinusitis, Rhinitis, Miokarditis, Artritis.

PENCEGAHAN

Diusahakan untuk banyak minum air terutama seperti sari buah misalnya pada

waktu demam, jangan minum es/es krim dan makanan serta minuman yang dingin,

jangan banyak makan gorengan dan makanan awetan/ yang berpengawet misalnya

yang diasinkan atau manisan, berkumur dengan air garam hangat setiap hari, menaruh

kompres hangat pada leher setiap hari, diberikan terapi antibiotik apabila ada infeksi

bakteri dan untuk mencegah komplikasi. Cuci tangan sesering mungkin untuk

mencegah penyebaran mikro-organisme yang dapat menimbulkan tonsilitis,

menghindari kontak dengan penderita infeksi radang tenggorokan, setidaknya hingga

24 jam setelah penderita infeksi tenggorokan, hindari banyak bicara dan istirahat yang

cukup.

Page 61: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 61

3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Cara Pemeriksaan Hidung dan Sinus Paranasal

Pemeriksaan dari luar : inspeksi, palpasi, & perkusi.

Rinoskopia anterior.

Rinoskopia posterior.

Transiluminasi (diaphanoscopia).

X-photo rontgen.

Pungsi percobaan.

Biopsi.

1. Pemeriksaan Hidung & Sinus Paranasalis dari Luar

Ada 3 keadaan yang penting kita perhatikan saat melakukan inspeksi hidung &

sinus paranasalis, yaitu :

Kerangka dorsum nasi (batang hidung).

Adanya luka, warna, udem & ulkus nasolabial.

Bibir atas.

Ada 4 bentuk kerangka dorsum nasi (batang hidung) yang dapat kita temukan pada

inspeksi hidung & sinus paranasalis, yaitu :

Lorgnet pada abses septum nasi.

Saddle nose pada lues.

Miring pada fraktur.

Lebar pada polip nasi.

Kulit pada ujung hidung yang terlihat mengkilap, menandakan adanya udem di

tempat tersebut.

Adanya maserasi pada bibir atas dapat kita temukan saat melakukan inspeksi

hidung & sinus paranalis.Maserasi disebabkan oleh sekresi yang berasal dari

sinusitis dan adenoiditis.

Ada 4 struktur yang penting kita perhatikan saat melakukan palpasi hidung &

sinus paranasalis, yaitu :

Page 62: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 62

Dorsum nasi (batang hidung).

Ala nasi.

Regio frontalis sinus frontalis.

Fossa kanina.

Krepitasi dan deformitas dorsum nasi (batang hidung) dapat kita temukan pada

palpasi hidung. Deformitas dorsum nasi merupakan tanda terjadinya fraktur os

nasalis.

Ala nasi penderita terasa sangat sakit pada saat kita melakukan palpasi.Tanda

ini dapat kita temukan pada furunkel vestibulum nasi.

Ada 2 cara kita melakukan palpasi pada regio frontalis sinus frontalis, yaitu :

Kita menekan lantai sinus frontalis ke arah mediosuperior dengan

tenaga optimal dan simetris (besar tekanan sama antara sinus frontalis kiri dan

kanan). Palpasi kita bernilai bila kedua sinus frontalis tersebut memiliki reaksi

yang berbeda.Sinus frontalis yang lebih sakit berarti sinus tersebut patologis.

Kita menekan dinding anterior sinus frontalis ke arah medial dengan tenaga

optimal dan simetris.Hindari menekan foramen supraorbitalis.Foramen

supraorbitalis mengandung nervus supraorbitalis sehingga juga menimbulkan

reaksi sakit pada penekanan. Penilaiannya sama dengan cara pertama diatas.

Palpasi fossa kanina kita peruntukkan buat interpretasi keadaan sinus

maksilaris. Syarat dan penilaiannya sama seperti palpasi regio frontalis sinus

frontalis. Hindari menekan foramen infraorbitalis karena terdapat nervus

infraorbitalis.

Perkusi pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita

lakukan apabila palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat. Syarat-

syarat perkusi sama dengan syarat-syarat palpasi.

2. Rinoskopia Anterior

Ada 5 alat yang biasa kita gunakan pada rinoskopia anterior, yaitu :

Cermin rinoskopi posterior.

Pipa penghisap.

Page 63: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 63

Aplikator.

Pinset (angulair) dan bayonet (lucae).

Spekulum hidung Hartmann.

Spekulum hidung Hartmann bentuknya unik. Cara kita memakainya juga unik

meliputi cara memegang, memasukkan dan mengeluarkan.

Cara kita memegang spekulum hidung Hartmann sebaiknya

menggunakan tangan kiri dalam posisi horisontal. Tangkainya yang kita

pegang berada di lateral sedangkan mulutnya di medial. Mulut spekulum inilah

yang kita masukkan ke dalam kavum nasi (lubang hidung) pasien.

Cara kita memasukkan spekulum hidung Hartmann yaitu mulutnya

yang tertutup kita masukkan ke dalam kavum nasi (lubang hidung)

pasien.Setelah itu kita membukanya pelan-pelan di dalam kavum nasi (lubang

hidung) pasien.

Cara kita mengeluarkan spekulum hidung Hartmann yaitu masih dalam

kavum nasi (lubang hidung), kita menutup mulut spekulum kira-kira

90%.Jangan menutup mulut spekulum 100% karena bulu hidung pasien dapat

terjepit dan tercabut keluar.

Ada 5 tahapan pemeriksaan hidung pada rinoskopia anterior yang akan

kita lakukan, yaitu :

Pemeriksaan vestibulum nasi.

Pemeriksaan kavum nasi bagian bawah.

Fenomena palatum mole.

Pemeriksaan kavum nasi bagian atas.

Pemeriksaan septum nasi.

Pemeriksaan Vestibulum Nasi pada Rinoskopia Anterior

Sebelum menggunakan spekulum hidung pada pemeriksaan vestibulum

nasi, kita melakukan pemeriksaan pendahuluan lebih dahulu. Ada 3 hal yang

penting kita perhatikan pada pemeriksaan pendahuluan ini, yaitu :

Posisi septum nasi.

Page 64: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 64

Pinggir lubang hidung. Ada-tidaknya krusta dan adanya warna merah.

Bibir atas. Adanya maserasi terutama pada anak-anak.

Cara kita memeriksa posisi septum nasi adalah mendorong ujung hidung

pasien dengan menggunakan ibu jari.

Spekulum hidung kita gunakan pada pemeriksaan vestibulum nasi

berguna untuk melihat keadaan sisi medial, lateral, superior dan inferior

vestibulum nasi. Sisi medial vestibulum nasi dapat kita periksa dengan cara

mendorong spekulum ke arah medial. Untuk melihat sisi lateral vestibulum

nasi, kita mendorong spekulum ke arah lateral. Sisi superior vestibulum nasi

dapat terlihat lebih baik setelah kita mendorong spekulum ke arah

superior.Kita mendorong spekulum ke arah inferior untuk melihat lebih jelas

sisi inferior vestibulum nasi.

Saat melakukan pemeriksaan vestibulum nasi menggunakan spekulum

hidung, kita perhatikan ada tidaknya sekret, krusta, bisul-bisul, atau raghaden.

Pemeriksaan Kavum Nasi Bagian Bawah pada Rinoskopia Anterior

Cara kita memeriksa kavum nasi (lubang hidung) bagian bawah yaitu

dengan mengarahkan cahaya lampu kepala ke dalam kavum nasi (lubang

hidung) yang searah dengan konka nasi media.

Ada 4 hal yang perlu kita perhatikan pada pemeriksaan kavum nasi

(lubang hidung) bagian bawah, yaitu :

Warna mukosa dan konka nasi inferior.

Besar lumen lubang hidung.

Lantai lubang hidung.

Deviasi septi yang berbentuk krista dan spina.

Fenomena Palatum Mole Pada Rinoskopia Anterior

Cara kita memeriksa ada tidaknya fenomena palatum mole yaitu

dengan mengarahkan cahaya lampu kepala ke dalam dinding belakang

nasofaring secara tegak lurus. Normalnya kita akan melihat cahaya lampu yang

terang benderang. Kemudian pasien kita minta untuk mengucapkan “iii”.

Page 65: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 65

Selain perubahan dinding belakang nasofaring menjadi lebih gelap

akibat gerakan palatum mole, bayangan gelap dapat juga disebabkan cahaya

lampu kepala tidak tegak lurus masuk ke dalam dinding belakang nasofaring.

Setelah pasien mengucapkan “iii”, palatum mole akan kembali

bergerak ke bawah sehingga benda gelap akan menghilang dan dinding

belakang nasofaring akan terang kembali.

Fenomena palatum mole positif bilamana palatum mole bergerak saat

pasien mengucapkan “iii” dimana akan tampak adanya benda gelap yang

bergerak ke atas dan dinding belakang nasofaring berubah menjadi lebih gelap.

Sebaliknya, fenomena palatum mole negatif apabila palatum mole tidak

bergerak sehingga tidak tampak adanya benda gelap yang bergerak ke atas dan

dinding belakang nasofaring tetap terang benderang.

Fenomena palatum mole negatif dapat kita temukan pada 4 kelainan, yaitu :

Paralisis palatum mole pada post difteri.

Spasme palatum mole pada abses peritonsil.

hipertrofi adenoid

Tumor nasofaring : karsinoma nasofaring, abses retrofaring, dan adenoid.

Pemeriksaan Kavum Nasi Bagian Atas pada Rinoskopia Anterior

Cara kita memeriksa kavum nasi (lubang hidung) bagian atas yaitu

dengan mengarahkan cahaya lampu kepala ke dalam kavum nasi (lubang

hidung) bagian atas pasien.

Ada 4 hal yang penting kita perhatikan pada pemeriksaan kavum nasi

(lubang hidung) bagian atas, yaitu :

Kaput konka nasi media.

Meatus nasi medius : pus dan polip.

Septum nasi bagian atas : mukosa dan deviasi septi.

Fissura olfaktorius.

Deviasi septi pada septum nasi bagian atas bisa kita temukan sampai

menekan konka nasi media pasien.

Page 66: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 66

Pemeriksaan Septum Nasi pada Rinoskopia Anterior

Kita dapat menemukan septum nadi berbentuk krista, spina dan huruf S.

3. Rinoskopia Posterior

Prinsip kita dalam melakukan rinoskopia posterior adalah menyinari koane dan

dinding nasofaring dengan cahaya yang dipantulkan oleh cermin yang kita tempatkan

dalam nasofaring.

Syarat-syarat melakukan rinoskopia posterior, yaitu :

Penempatan cermin.Harus ada ruangan yang cukup luas dalam

nasofaring untuk menempatkan cermin yang kita masukkan melalui mulut

pasien.Lidah pasien tetap berada dalam mulutnya.Kita juga menekan lidah

pasien ke bawah dengan bantuan spatula (spatel).Penempatan cahaya.Harus

ada jarak yang cukup lebar antara uvula dan faring milik pasien sehingga

cahaya lampu yang terpantul melalui cermin dapat masuk dan menerangi

nasofaring.

Cara bernapas.

Hendaknya pasien tetap bernapas melalui hidung.Ada 4 alat dan bahan

yang kita gunakan pada rinoskopia posterior, yaitu :

Cermin kecil.Spatula.Lampu spritus.Solusio tetrakain (- efedrin 1%).

Teknik-teknik yang kita gunakan pada rinoskopia posterior, yaitu :

Cermin kecil kita pegang dengan tangan kanan.Sebelum memasukkan

dan menempatkannya ke dalam nasofaring pasien, kita terlebih dahulu

memanaskan punggung cermin pada lampu spritus yang telah kita nyalakan.

Minta pasien membuka mulutnya lebar-lebar.Lidahnya ditarik ke dalam mulut,

jangan digerakkan dan dikeraskan.Bernapas melalui hidung.Spatula kita

pegang dengan tangan kiri. Ujung spatula kita tempatkan pada punggung lidah

pasien di depan uvula. Punggung lidah kita tekan ke bawah di paramedian

kanan lidah sehingga terbuka ruangan yang cukup luas untuk

menempatkancermin kecil dalam nasofaring pasien.

Page 67: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 67

Masukkan cermin kedalam faring dan kita tempatkan antara faring dan

palatum mole kanan pasien.Cermin lalu kita sinari dengan menggunakan

cahaya lampu kepala.Khusus pasien yang sensitif, sebelum kita masukkan

spatula, kita berikan lebih dahulu tetrakain 1% 3-4 kali dan tunggu ± 5 menit.

Ada 4 tahap pemeriksaan yang akan kita lalui saat melakukan rinoskopia

posterior, yaitu :

Tahap 1 : Pemeriksaan Tuba Kanan

Posisi awal cermin berada di paramedian yang akan memperlihatkan

kepada kita keadaan kauda konka nasi media kanan pasien. Tangkai cermin

kita putar kemudian ke medial dan akan tampak margo posterior septum nasi.

Selanjutnya tangkai cermin kita putar ke kanan, berturut-turut akan tampak

konka nasi terutama kauda konka nasi inferior (terbesar), kauda konka nasi

superior, meatus nasi medius, ostium dan dinding tuba.

Tahap 2 : Pemeriksaan Tuba Kiri

Tangkai cermin kita putar ke medial, akan tampak kembali margo

posterior septum nasi pasien. Tangkai cermin terus kita putar ke kiri, akan

tampak kauda konka nasi media kanan dan tuba kanan.

Tahap 3 : Pemeriksaan Atap Nasofaring

Kembali kita putar tangkai cermin ke medial. Tampak kembali margo

posterior septum nasi pasien. Setelah itu kita memeriksa atap nasofaring

dengan cara memasukkan tangkai cermin sedikit lebih dalam atau cermin agak

lebih kita rendahkan.

Tahap 4 : Pemeriksaan Kauda Konka Nasi Inferior

Kita memeriksa kauda konka nasi inferior dengan cara cermin sedikit

ditinggikan atau tangkai cermin sedikit direndahkan. Kauda konka nasi inferior

biasanya tidak kelihatan kecuali mengalami hipertrofi yang akan tampak

seperti murbei (berdungkul-dungkul).

Page 68: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 68

Ada 2 kelainan yang penting kita perhatikan pada rinoskopia posterior, yaitu :

Peradangan.Misalnya pus pada meatus nasi medius & meatus nasi superior,

adenoiditis, dan ulkus pada dinding nasofaring (tanda TBC).Tumor.Misalnya poliposis

dan karsinoma.Ada 3 sumber masalah pada rinoskopia posterior, yaitu :

Pihak pemeriksa: tekanan, posisi, dan fiksasi spatula. Pihak pasien : cara

bernapas dan refleks muntah. Alat-alat : bahan spatula dan suhu & posisi cermin.

Tekanan spatula yang kita berikan terhadap punggung lidah pasien haruslah seoptimal

mungkin. Tekanan yang terlalu kuat akan menimbulkan sensasi nyeri pada diri pasien.

Sebaliknya tekanan yang terlalu lemah menyebabkan faring tidak terlihat jelas oleh

pemeriksa.

Posisi spatula hendaknya kita pertahankan pada tempat semula.Gerakan kepala

pasien berpotensi menggeser posisi spatula.Posisi spatula yang terlalu jauh ke pangkal

lidah apalagi sampai menyentuh dinding faring dapat menimbulkan refleks muntah.

Cara fiksasi spatula memiliki keunikan tersendiri.Ibu jari pemeriksa berada

dibawah spatula.Jari II dan III berada diatas spatula.Jari IV kita tempatkan diatas dagu

sedangkan jari V dibawah dagu pasien.

Kesulitan yang menjadi tantangan buat kita dari pemeriksaan rinoskopia

posterior ini terletak pada koordinasi yang kita jaga antara tangan kanan yang

memegang cermin kecil, tangan kiri yang memegang spatula, kepala dan posisi cahaya

dari lampu kepala yang akan menyinari cermin dalam faring, dan kejelian mata kita

melihat bayangan pada cermin kecil dalam faring.

Cara bernapas yang tidak seperti biasa menjadi kendala tersendiri bagi

pasien.Mereka harus bernapas melalui hidung dengan posisi mulut yang terbuka.Ada

beberapa pasien yang memiliki refleks yang kuat terhadap perlakuan yang kita

buat.Kita bisa memberikannya tetrakain dan efedrin untuk mencegahnya.

Bahan spatula yang terbuat dari logam dapat menimbulkan refleks pada

beberapa pasien karena rasa logam yang agak mengganggu di lidah.

Page 69: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 69

Suhu cermin jangan terlalu panas dan terlalu dingin.Cermin yang terlalu panas

menimbulkan rasa nyeri sedangkan cermin yang terlalu dingin menimbulkan

kekaburan pada cermin yang mengganggu penglihatan kita.

Posisi cermin jangan terlalu jauh masuk ke dalam apalagi sampai menyentuh

faring pasien.Refleks muntah dapat timbul akibat kecerobohan kita ini.

4. Transiluminasi (Diaphanoscopia)

Entah mengapa cara pemeriksaan sinus paranasalis – terutama sinus frontalis

dan sinus maksilaris – ini belum pernah saya saksikan sendiri. Penuturan dari teman-

teman dan para pembimbing juga belum pernah saya dengar.

Syarat melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) adalah adanya

ruangan yang gelap.Alat yang kita gunakan berupa lampu listrik bertegangan 6 volt

dan bertangkai panjang (Heyman).

Pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) kita gunakan untuk mengamati

sinus frontalis dan sinus maksilaris.Cara pemeriksaan kedua sinus tersebut tentu saja

berbeda.

Cara melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) pada sinus

frontalis yaitu kita menyinari dan menekan lantai sinus frontalis ke mediosuperior.

Cahaya yang memancar ke depan kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya sinus

frontalis normal bilamana dinding depan sinus frontalis tampak terang.

Ada 2 cara melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) pada sinus

maksilaris, yaitu :

Cara I. Mulut pasien kita minta dibuka lebar-lebar. Lampu kita tekan pada margo

inferior orbita ke arah inferior. Cahaya yang memancar ke depan kita tutup

dengan tangan kiri. Hasilnya sinus maksilaris normal bilamana palatum durum

homolateral berwarna terang.

Cara II. Mulut pasien kita minta dibuka.Kita masukkan lampu yang telah diselubungi

dengan tabung gelas ke dalam mulut pasien.Mulut pasien kemudian kita

Page 70: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 70

tutup.Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas pasien, kita tutup

dengan tangan kiri. Hasilnya dinding depan dibawah orbita tampak bayangan

terang berbentuk bulan sabit.Penilaian pemeriksaan transiluminasi

(diaphanoscopia) berdasarkan adanya perbedaan sinus kiri dan sinus

kanan.Jika kedua sinus tampak terang, menandakan keduanya normal.Namun

khusus pasien wanita, hal itu bisa menandakan adanya cairan karena tipisnya

tulang mereka.Jika kedua sinus tampak gelap, menandakan keduanya

normal.Khusus pasien pria, kedua sinus yang gelap bisa akibat pengaruh

tebalnya tulang mereka.

5. X-Photo Rontgen

Untuk melihat sinus maksilaris, kita usulkan memakai posisi Water pada X-

photo rontgen.Hasil foto X dengan sinus gelap menunjukkan patologis.Perhatikan

batas sinus atau tulang, apakah masih utuh ataukah tidak.

6. Pungsi Percobaan

Pungsi percobaan hanya untuk pemeriksaan sinus maksilaris dengan

menggunakan troicart.Kita melakukannya melalui meatus nasi inferior.Hasilnya jika

keluar nanah atau sekret mukoid maka kita melanjutkannya dengan tindakan irigasi

sinus maksilaris.

7. Biopsi

Jaringan biopsi kita ambil dari sinus maksilaris melalui lubang pungsi

dimeatus nasi inferior atau menggunakan Caldwell-Luc.

3.6 DIAGNOSIS PASTI

Dilihat dari gejalamaka pada skenario ini kami mengambil keputusan bahwa

diagnosis pasti dari skenario ini adalah POLIP HIDUNG.

3.7 PENATALAKSANAAN

Tujuan utama pengobatan dalam kasus polip nasi adalah menghilangkan

keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.

Page 71: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 71

Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga

polipektomi medikamentosa.Dapat diberikan topical atau sistemik.Polip tipe eosinofilik

memberikan respon yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal

dibandingkan polip tipe neutrofilik.

Kasus polip yang tidak membaikd engan terapi medikamentosa atau polip yang

sangat massif dipertimbangakan untuk terapi bedah.Dapat dilakukan ekstraksi polip

(polipektomi) menggunkana senar polip atau cunam dengan analgesi local.Etmoidektomi

intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip ethmoid, operasi Caldwell-Luc

untuk sinus maksila.Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat

dilakukan tindakan BSEF (Bedah Sinus Endoskopi Fungsional)

Page 72: Makalah Hidung buntu

HIDUNG BUNTU| 72

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Polip hidung ialah masa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga

hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa.Keluhan utama

penderita polip nasi adalah hidung terasa tersumbat dari ringan sampai berat, rinore mulai

yang jernih sampai purulent, hiposmia atau anosmia.Mungkin disertai bersin-bersin, rasa

nyeri pada hidung disertai sakit kepala di daerah frontal. Polip nasi yang masif

dapatmenyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran

batang hidung.Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai masa yagn berwarna pucat

yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan. Untuk pemeriksaan penunjang dapat

dilakukan Naso Endoskopi dan pemeriksaan radiologi. Tujuan utama pengobatan dalam kasus

polip nasi adalah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah

rekurensi polip.