INFEKSI HIDUNG

25
INFEKSI HIDUNG FURUNKEL PADA VESTIBULUM NASI Furunkel pada vestibulum nasi secara potensian berbahaya, karena infeksi dapat menyebar ke vena fasialis, vena oftalmika, lalu kesinus kavernosus, sehingga terjadi tromflebitis sinus kavernosus. Hal ini dapat terjadi karena vena fasilalis dan vena oftalmika tidak mempunyai katup. Oleh karena itu sebaiknya jangan memencet atau melakukan insisi pada furunkel, kecuali jika sudah jelas terbentuk abses. Antibiotik dosis tinggi harus selalu diberikan. Rinitis Akut Rintis Akut adalah radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Penyakit ini sering ditemukan, dan merupakan manifestasi dari rinitis simpleks (common cold), influensa, beberapa penyakit eksantem (seperti morbilli, varisela, pertusis), dan beberapa penyakit infeksi spesifik. Juga penyakit ini dapat timbul sebagai reaksi sekunder akibat iritasi lokal atau trauma. RINITIS SIMPLEKS (PILEK, SELESMA, COMMON COLD, CORYZA) Penyakit ini merupakan penyakit virus yang paling sering ditemukan pada manusia. Etiologi Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting ialah Rhinovirus. Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxsackle dan virus ECHO.

Transcript of INFEKSI HIDUNG

Page 1: INFEKSI HIDUNG

INFEKSI HIDUNG

FURUNKEL PADA VESTIBULUM NASI

Furunkel pada vestibulum nasi secara potensian berbahaya, karena infeksi dapat

menyebar ke vena fasialis, vena oftalmika, lalu kesinus kavernosus, sehingga terjadi tromflebitis

sinus kavernosus. Hal ini dapat terjadi karena vena fasilalis dan vena oftalmika tidak mempunyai

katup. Oleh karena itu sebaiknya jangan memencet atau melakukan insisi pada furunkel, kecuali

jika sudah jelas terbentuk abses. Antibiotik dosis tinggi harus selalu diberikan. 

Rinitis Akut

Rintis Akut adalah radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan oleh infeksi virus

atau bakteri.

Penyakit ini sering ditemukan, dan merupakan manifestasi dari rinitis simpleks (common

cold), influensa, beberapa penyakit eksantem (seperti morbilli, varisela, pertusis), dan beberapa

penyakit infeksi spesifik.

Juga penyakit ini dapat timbul sebagai reaksi sekunder akibat iritasi lokal atau trauma.

RINITIS SIMPLEKS (PILEK, SELESMA, COMMON COLD, CORYZA)

Penyakit ini merupakan penyakit virus yang paling sering ditemukan pada manusia. 

Etiologi

Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting ialah Rhinovirus. Virus-

virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxsackle dan virus ECHO. 

Penyakit ini sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya

kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh (kedinginan, kelelahan, adanya penyakit menahun

dan lain-lain)

Gejala

Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas, kering

dan gatal didalam hidung. Kemudian akan timbul bersin berulang-ulang, hidung tersumbat dan

ingus encer, yang biasanya disertai dengan demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung

tampak merah dan membengkak.  

Selanjutnya akan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri, sehingga sekret menjadi kental

dansumbatan di hidung bertambah.

Bila tidak terdapat komplikasi, gejala kemudian akan berkurang dan penderita akan

sembuh sesudah 5 – 10 hari.

Page 2: INFEKSI HIDUNG

Komplikasi yang mungkin ditemukan adalah sinusitis, otitis, media, faringtis, bronkitis

dan pneumonia.

Terapi

Tidak ada terapi yang spesifik untuk rinitis simpleks. Di samping istirahat diberikan obat-

obatan simtomatis, seperti analgetik, antipretik dan obat dekongestan.

Antibiotik hanya diberikan bila terdapat komplikasi.

Rinitis Kronis 

Yang termasuk dalam rinitis kronis adalah rinitis hipertrofi,rinitis, sika (sicca) dan rintis

spesifik. Meskipun penyebabnya bukan radang, kadang-kadang rinitis alergi, rinitis vasomotor

dan rinitis medikamentosa dimasukkan juga dalam rinitis kronis.

Rinitis Hipertrofi

Rinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus, atau sebagai

lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor.

Gejala

Gejala utama adalah sumbatan hidung. Sekret biasanya banyak, mukopurulen dan sering

ada keluhan nyeri kepala.

Pada pemeriksaan akan ditemukan konka yang hipertrofi, terutama konka inferior.

Permukaannya berbenjol-benjol ditutupi oleh mukosa yang juga hipertrofi. Akibatnya saluran

udara sangat sempit. Sekret mukopurulen yang banyak biasanya ditemukan di antara konka

inferior dan septum, dan di dasar rongga hidung.

 

Terapi

Harus dicari faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rinitis hipertrofi dan kemudian

memberikan pengobatan yang sesuai. Untuk mengurangi sumbatan hidung akibat konka

hipertrofi dapat dilakukan kauterisasi konka dengan zat kimia (nitras argenti atau asam triklor

asetat) atau elektrokauter. Bila tak menolong, dilakukan luksasi konka atau bila perlu dilakukan

konkotomi.

 

 

 

 

Page 3: INFEKSI HIDUNG

 

 

Rinitis Sika

Pada rinitis sika ditemukan mukosa yang  kering, terutama pada bagian depan septum dan

ujung depan konka inferior. Krusta biasanya sedikit atau tidak ada.

Pasien biasanya mengeluh adanya iritasi atau rasa kering di hidung yang kadang-kadang

disertai dengan epistaksis.

Penyakit ini biasanya ditemukan pada orang tua dan pada orang yang bekerja di

lingkugan yang berdebu, panas dan kering. Juga ditemukan pada pasien yang menderita anemia,

pemium alkohl dan gizi buruk. Pengobatan tergantung pada penyebabnya. Dapat diberikan

pengobatan lokal, berupa obat cuci hidung.

Rinitis Spesifik

Rinitis karena infeksi spesifik antara lain rinitis difteri, rinitis atrofi, rinitis sifilis, rinitis

tuberkulosis, rinitis karena jamur dan lain-lain.

 

ALERGI HIDUNG

Definisi (Von Pirquet, 1906)

Alergi adalah suatu reaksi abnormal yang terjadi pada seseorang yang bersifat khas, yang

timbul bila ada kontak dengan subtansi yang biasanya tidak menyebabkan rekasi pada orang

normal. 

Dengan kata lain alergi adalah suatu reaksi hipersensitivitas. Penyakit alergi merupakan

kerusakan jaringan tipe I, jadi memerlukan adanya antibodi (umunoglobin) E untuk terjadinya

reaksi. Untuk menimbulkan reaksi alergi harus dipenuhi 2 faktor,yaitu adanya sensitivbitas

terhadap suatu alergen (atopi) yang biasanya bersifat herediter dan adanya kontak ulang dengan

alergen tersebut.

MEKENISME ALERGI

Pada kontak pertama dengan alergen, tubuh penderita akan membentuk igE spesifik. IgE

ini menempel pada permukaan mastofit dan basofil yang mengandung granul. Sel – sel ini

disebut sebagai sel mediator. Proses ini disebut proses sensitisasi  dan akan ditemukan adanya sel

mediator yang tersensitisasi.

Page 4: INFEKSI HIDUNG

Bila terjadi kontak lagi dengan alergen, maka alergen tersebut akan bereaksi dengan IgE

yang ada pada permukaan sel mediator tadi dan terjadilah degranulasi sel midoator, yang

berakibat dilepaskannya zat-zat mediator, seperti histamin, serotonin, bradkinin, SRS-A (Slow

reacting sustance of anapyphyctic), ECF-A (eosinophyl chemotactic factor of anaphylatic) dan

lain-lain, yang akan menimbulkan gejala klinik.

Rinitis alergi musiman

Di Indonesia tidak dikenal, hanya ada di negara yang mempunyai 4 musim. Alergen

penyebabnya spesifik yaitu tepungsari (pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu  nama yang

tepat ialah pollinosis.

Penyakit ini timbulnya periodik sesuai dengan musim pada waktu terdapat konsentras

alergen terbanyak di udara. Dapat mengenai semua golongan umur dari biasanya mulai

timbulnya pada anak dan dewasa muda. Berat ringannya segala penyakit bervariasi dari tahun ke

tahun, tergantung pada banyaknya anergen di udara. Faktor herediter pada penyakit ini sangat

berperan.

Rinitis aleri musiman ini merupakan suatu rinokonjutivitis,karena itu gejala klinik yang

tampak ialah gejala hidung dan gejala mata, yaitu mata merah, gatal disertai lakrimasi (pada

beberapa kasus merupakan gejala yang predominan), dan hidung gatal disertai dengan bersin

yang paroksimal, adanya sumbatan hidung, rinore yang cair dan banyak, serta kadang-kadang

disertai rasa gatal di palatum.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak mukosa hidung pucat, kebiruan (livide) atau

hiperemis. Bila dilakukan pemeriksaan pada sekret hidung, akan ditemukan banyak eosinofil.

Terapi yang diberikan ialah dengan melakukan desentisasi terhadap tepungsari karena

alergennya pada penyakit ini jelas. Hasil pengobatan100 % sembuh.

Rinitis alergi sepanjang tahun (parennial) 

Gejala penyakit ini timbul interiten atau terus – menerus, tanpa variasi musim, jadi dapat

ditemukan sepanjang tahun.

Penyakit ini timbul pada hampir semua golongan umur. Frekuensi terbanyak ialah pada

anak dan dewasa muda, kemudian akan berkurang dengan bertambahnya umur. Jenis kelamin,

suku bangsa dan golongan etnik tidak berpengaruh, tetapi faktor hereiter sangat berperan.

Penyebab yang paling sering ialah alergen inhalan, terutama pada orang dewasa dan

alergen ingesten, meskipun kemungkinannya sangat sedikit. Alergen ingesten sering merupakan

Page 5: INFEKSI HIDUNG

penyebab pada anak dan biasanya disertai dengan gejala alergi yang lain seperti urtikarian,

gangguan pencernaan dan lain –lain.

Selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh faktor nonspesifikpun dapat memperberat

gejala,seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca,kelembapan yang tinggi dan

sebagainya.

Gangguan fisiologik pada golongan perenial lebih ringan dibandingkan dengan golongan

musiman, tetapi karena lebih persisten, maka komplikasinya lebih sering ditemukan.

Potogenesis dan Patofisiologik

Pada rinitis alergi terdapat kerusakan jaringan tipe I. Sel plasma pada jaringan mukosa

dan submukosa hidung dan saluran napas banyak memproduksi igE. Pada reaksi antigen-antibodi

(IgE), terjadi pelepasan zat-zat mediator dari sel mediator (mastosit) yang terdapat dalam saluran

napas. Pada rinitis alergi, zat mediator yang berperan utama ialah histamin, yang mempunyai

efek dilatasi pada pembuluh darah kecil, meningkatkan permeabilitas kapiler, sehingga cairan ke

luar dari pembuluh darah. Efek histamin pada saraf sensoris adalah meningkatkan sekresi

kelenjar dan sering bersin.

Pemeriksaan histologik

Secara mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh darah (vascular bed) dengan

pembesaran sel goblet dan selm pembentuk mukus. Terdapat juga pembesaran ruang intersuliler

dan penebalan membran basal, dan ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada jaringan mukosa

dan submukosa hidung.

Gambaran yang demikian terdapat pada saat serangan. Diluar keadaan serangan, mukosa

kembali normal. Akan tetapi serangan dapat terjadi terus – menerus (persissten) sepanjang tahun,

sehingga lama kelamaan terjadi perubahan yang ireversibel, yaitu terjadi proliferasi jaringan ikat

dan hiperplasia mukosa, sehingga tampak mukosa hidung menebal.

Frekuensi kejadian  

Penyakit ini dapat timbul pada semua golongan umur tetapi frekuensi terbanyak ialah

pada anak dan dewasa muda. Frekuensi kejadian penyakit ini akan berkurang denga

bertambahnya umur.

Jenis kelamin, golongan etnik dan suku  bangsa (ras) tidak ada berpengaruh tetapi faktor

herediter sangat berperan.

Gejala klinik

Page 6: INFEKSI HIDUNG

Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya bersin yangs sering. Sebetulnya bersin

merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan

sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan

sendiri (self cleaning-process). Bersin dianggap patologik, bila terjadianya lebih dari lima kali

setiap serangan.

Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung

dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Pada

rinitis alergi tidak ada demam.

Seringkali gejala yang timbul tidak lengkap, terutama pada anak, dan kadang-kadang

keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan

pasien.

Gejala spesifik lain pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap didaerah bawah mata

yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic

shiner. Selain dari itu sering juga tampak anak menggosok-nggosok hidung, karena gatal, dengan

punggung tangan. Keadaan ini disebut sebagai allesgic salute. Keadaan menggosok hidung ini

lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga

bawah, yang disebut allergic crease.

Diagnostik

1.                              Anamnesis

Anamnesis sangat penting, karena seringkali serangan tidak terjadi di hadapan pemeriksa.

Hampir 50% diagnosis ditegakkan dari amnesis saja.  

2.                               Pemeriksaan

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edem, basah, berwarna pucat/livid disertai

dengan adanya banyak sekret yang encer.

Pada pemeriksaan lanoratorik (in vitro) pemeriksaan sekret hidung, akan ditemukan

adanya eosinofil dalam jumlah yang banyak pada waktu seorangan.

Terapi

1.      Paling ideal ialah menghindari kontak dengan alergen penyebab (avoidance) dan eliminasi

2.      Sistomatis. Obat sistomatis dapat diberikan secara lokal atau sistematis. Pengobatan lokal,

misalnya obat tetes hidung yang mengandung vasokonstriktor atau kortikosteroid ;

sedangkan pengobatan sistematis bisanya obat yang diberikan peroral, seperti anthisthamin

Page 7: INFEKSI HIDUNG

dengan atau tanpa vasokonstritor (dekongestan). Bila inferior dengan AgNO3 atau

triklorasetat.

3.      Desentisasi. Cara ini dikerjakan bila gejaal berat, penyakit sudah berlangsung lama dan

dengan cara lain tidak memberi hasil yang memuaskan.

Komplikasi

Komplikasi rinitis alergi yang sering ialaha :

1.      Polip hidung

Beberapa peneliti mendapatkan bahwa alergi hidung merupakan salah satu faktor penyebab

terbentuknya polip di hidung

2.      Otitis medai yang sering residif, terutama pada anak

3.      Sinusitis paranasal

Kedua komplikasi yang terakhir bukanlah sebagai akibat langsung dari rinitis alergi, tetapi

karena adanya hambatan drenase.

 

RINITIS VASOMOTOR

Gangguan vasomotor hidung ialah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa

hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.

Kelainan ini mempunyai gejala yang mirip dengan rinits alergi. Etiologi yang pasti belum

diketahui, tetapi juga sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor. Oleh karena itu

kelainan ini disebut juga vasomotor catarrh, atau vasomotor rinorrhea, nasal vasomotor

instability, atau juga non specific rhinitis.

Saraf otonom mukosa hidung berasal dari n. Vidianus yang mengandung serat simpatis

dan serat parasimpatis. Rangsangan pada saraf – sarag simpatis menyebabkan dilatasi pembuluh

darah dalam konka serta meningkatkan permebilitas kapikerdan sekresi kelenjar. Sedangkan

rangsangan pada serat simpatis menyebabkan efek sebaliknya.

Bagaimana tepatnya saraf otonom ini bekerja belumlah diketahui dengan pasti, tetapi

mungkin hipotalamus bertindak sebagai pusat penerima impuls eferen, termasuk rangsang

emosional dari pusat yang lebih tinggi.

Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung

temporer, seperti emosi, posisi tubuh, kelembapan udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani

Page 8: INFEKSI HIDUNG

dan sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-faktor tadi tidak dirasakan sebagai gangguan

oleh indivdu tersebut.

Pada penderita rinitis vasomotor, mekanisme pengatur ini hiperaktif dan cenderung saraf

parasimpatis lebih aktif.

Faktor- faktor yang mempengaruhi keseimbagan vasomotor

1.      Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti ergotamin,

chlorpromazin, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.

2.      Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang tinggi dan

bau yang merangsang.

3.      Faktor endokrin seperti keadaan kehamilan, pubertas, pemakaian pil anti hamil dan

hipotiroidisme.

4.     Faktor psikis, sepereti rasa cemas, tegang dan sebagainya.

 

 

 

Gejala klinik

Untuk memahami gejala yang timbul pada rinitis vasomotor perlu diketahui terlebih

dahulu apa yang dimaksud dengan siklus nasi,yaitu kemampuan untuk dapat bernafas dengan

tetap normal melalui rongga hidung yang berubah – ubah luasnya.

Gejala yang didapat pada  rinitias vasomotor ialah hidung tersumbat, bergantian kiri dan

kanan, tergantung pada posisi pasien. Selain itu terdapat rinore yang mukus atau serus, kadang-

kadang agak banyak. Keluhan ini jarang disertai dengan bersin, dan tidak terdapat rasa gatal di

mata. 

Gejala dapat memperburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya

perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga oleh karena asap rokok dan sebagainya.

Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini dibedakan dalam 2 golongan yaitu

golongan obstruksi (blockers) dan golongan rinore (sneezers)

Prognosis pengobatan golongan obstruksi lebih baik aripada golongan rinore. Oleh

karena golongan rinore sangat mirip dengan rinitis alergi, perlu amnesis dan pemeriksaan yang

teliti untuk memastikan diagnosisnya.

Page 9: INFEKSI HIDUNG

Diagnostik

Dalam anamnesis dicari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan

disingkirkan kemungkinan rinitis alergi.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran klasik berupa edem mukosa,

konka berwarna merah gelap atau merah tua (karakteristik), tetapi dapat pula pucat. Hal ini perlu

dibedakan dengan rinitis alergi. Permukaan konka dapat licin atau berbenjol (tidak rata).pada

rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi pada rongga hidung terdapat

sekret mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi pada golongan rinore sekret yang ditemukan ialah

serus dan banyak jumlahnya.

Pemeriksaan laboratorik dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi.

Kadang-kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret hidung,akan tetapi dalam jumlah sedikit.

Tes kulit biasanya negatif. Bila pada tes ini hasilnya positif, biasanya hanya kebetulan.

Terapi

Pengobatan pada rinitis vasotomor bervariasi, tergantung pada faktor penyebab dan

gejala yang menonjol.

Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam :

1.                     Menghindari penyebab.

2.                     pengobatan simtomatis, dengan obat-obatan dekongestan oral, diatermi, kauterisasi

konka yang hipertrofi dengan memakai larutan AgNO3 25 % atau triklorasetat pekat. Dapat

juga diberikan kontikosterid topikal, misalnya budesonid, dua kali sehari dengan dosis 100-

200 mikrogram sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mikrogram sehari. Hasilnya akan

terlihat setelah pemakaian paling sedikit selama 2 minggu.

3.                     Operasi, dengan cara bedah-beku, elektrokauter, atau konkotomi konka inferior.

4.                     Neurektomi n.vidaianus, yaitu dengan melakukan pemotongan pada n.vidianus, bila

dengan cara di atas tidak memberikan hasil. Operasi ini tidaklah mudah, dapat menimbulkan

komplikasi, seperti sinusitis, diplopia, buta, gangguan lakrimasi, neuralgia atau anestesis

infraorbita dan anestesis palatum.

 

RINITIS MEDIKAMENTOSA

Rinitis medikamentosa adalah suatu kelainan pada hidung, berupa gangguan respon normal

vasomotor, sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topikal (obat ttes hidung atau obat semprot

Page 10: INFEKSI HIDUNG

hidung) dalam waktu lama dan berlebihan sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang

menetap. Dapat dikatakan bahwa hal ini disebabkan oleh pemakaian obat yang berlebihan (drug

abuse).

Patofisiologik

Mukosa hidung merupakan organ yang sangat peka terhadap rangsangan (iritant), sehingga harus

berhati-hati memakai vasokonstriktor topikal. Obat vasokonstriktor topikal dari golongan

simpatomimetik akan menyebabkan siklus nasal terganggu, dan akan berfungsi kembali apabila

pemakaian obat itu dihentikan. Pemakaian vasokonstriktor topikal yang berulang dan dalam

waktu lama akan menyebabkan terjadinya fase dilatasi berulang (rebound dilatation) setelah

vasokonstriktor, sehingga timbul obstruksi. Dengan adanya gejala obstruksi hidung ini

menyebabkan pasien lebih sering dan lebih banyak lagi memakai obat tersebut, sehingga efek

vasokonstriksi berkurang. pH hidung berubah dan aktifitas silia terganggu, sedangkan efek balik

akan menyebabkan obstruksi hidung lebih hebat dari keluhan sebelumnya. Bila pemakaian obat

diteruskan, maka akan terjadi dilatasi dan kongesti jaringan. Kemudian terjadi pertambahan

mukosa jaringan dan rangsangan sel-sel mukoid, sehingga sumbatan akan menetap dengan

produksi seket yang berlebihan.

Oleh karena itu obat vasokonstriktor topikal sebaiknya yang isotonik dengan sekret hidung

yang normal, dengan pH antara 6,3 dan 6,5 serta pemakaiannya tidak lebih dari satu minggu.

 

 

 

Kerusakan yang terjadi pada mukosa hidung pada pemakaian obat tetes hidung dalam

waktu lama ialah :

1.      silia rusak

2.      sel goblet berubah ukurannya

3.      membran nasal menebal

4.      pembuluh darah melebar

5.      stroma tampak edem

6.      hipersekresi kelenjar mukus

7.      lapisan submukosa menebal

8.      lapisan periostium menebal

Page 11: INFEKSI HIDUNG

Gejala dan tanda

Pasien mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus. Pada pemeriksaan tampak edem

konka dengan sekret hidung yang berlebihan. Apabila diuji dengan adrenalin, edem konka tidak

berkurang.

Terapi

1.      Hentikan pemakaian obat tetes atau obat semprot hidung

2.      untuk mengatasi sumbatan berulang (rebound congestion) beri kortikosteroid secara

penurunan bertahap (tapering off) dengan menurunkan dosis sebanyak 5 mg setiap hari.

(misalnya hari 1 : 40 mg, hari 2 : 35 mg dan seterusnya)

3.      Obat dekongestan oral (biasanya mengandung pseudoefedrin).

Apabila dengan cara ini tidak ada perbaikan setelah 4 minggu, pasien dirujuk ke dokter THT.

 

SINUSITIS

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal.

Menurut anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis

atmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid.

Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua

sinus paranasal, disebut pansinusitis.

Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila, kemudian sinusitis etmoid, sinusitis

frontal dan sinusitis sfenoid. Pada anak, hanya sinus maksila dan sinus etmoid yang berkembang,

sedangkan sinus frontal dan sinus sfenoid belum.

Sinus maksila disebut juga antrum Highmore, merupakan sinus yang sering terinfeksi

oleh karena :

 

1.      Merupakan sinus paranasal yang terbesar.

2.      Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drenase) dari sinus maksila

hanya tergantung oleh gerakan silia.

3.      Dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat

menyebabkan sinusitis maksila.

4.      ostium sinus maksila terletak di meatus medius, di sekitar hiatus semilunaris yang sempit,

sehingga mudah tersumbat.

Page 12: INFEKSI HIDUNG

 

Sinusitis Akut

Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan ostium, oleh infeksi, obstruksi mekanis atau

alergi. Selain itu merupakan penyebaran dari infeksi gigi.

Etiologi

1.      Rinitis akut

2.      Infeksi faring : faringitis, ademoiditis, tonsilitis akut

3.      Infeksi gigi molar 1, 2, 3 atas, serta premolar 1 dan 2 (dentogen)

4.      Berenang dan menyelam

5.      Trauma, dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal

6.      Barotrauma

Faktor Predisposisi

Obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, benda asing di hidung, polip serta tumor di

dalam rongga hidung merupakan faktor predisposisi terjadinya sinusitis. Selain itu rinitis kronis

serta rinitis alergi juga menyebabkan obstruksi ostium sinus.

Sebagai faktor predisposisi lain ialah lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering

yang dapat menyebabkan perubahan pada mukosa dan kerusakan silia.

Gejala Subjektif

Gejala sumjektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik ialah

demam dan rasa lesu. Lokal terdapat ingus kental yang kadang-kadang berbau di hidung dan

dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa nyeri di daerah sinus yang

terkena, serta kadang-kadang dirasakan juga di tempat lain, karena nyeri alih (referredpain).

Pada sinusitis maksila nyeri di bawah kelopak mata dan kadang-kadang menyebar  ke

alveolus, sehingga nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan di depan telinga.

Rasa nyeri pada sinusitis etmoid di pangkal hidung dan kantus medius. Kadang-kadang

dirasakan nyeri di bola mata atau di belakangnya dan nyeri akan bertambah bila mata

digerakkan. Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal).

Pada sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri di seluruh

kepala.

Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di verteks, oksipital, di belakang bola mata dan di

daerah mastoid.

Page 13: INFEKSI HIDUNG

Gejala Objektif

Pada pemeriksaan sinusitis akut akan tampak :

1.      Pembengkakan di daerah muka yaitu pada :

Sinusitis maksila      : di pipi dan kelopak mata bawah

Sinusitis frontal        : di dahi dan kelopak mata atas

Sinusitis etmoid, jarang timbul pembengkakan, kecuali bila timbul komplikasi.

2.      Pada rinoskopi anterior tampak mukosa hipermis dan edem. Pada sinusitis maksila, sinusitis

frontal dan sinusitis etmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius,

sedangkan pada sinusitis etmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak ke luar dari

meatus superior.

3.      Pada ronoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasaldrip)

4.      Transiluminasi

Dilakukan di kamar gelap, memakai sumber cahaya pen light. Untuk memeriksa sinus

maksila dimasukkan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. Pada sinus normal tampak

gambaran bulan sabit yang terang di bawah mata, bila ada sinusitis menjadi kurang terang.

Untuk sinus frontal, diletakkan pada sudut medial atas orbita dan terlihat gambaran cahaya di

dahi. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus terkena, sehingga

tampak lebih suram dibandingkan dengan yang normal.

5.      Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah posisi Water, PA dan lateral. Akan tampak

perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level) pada sinus

yang sakit.

Pemeriksaan Mikrobiologik

Pada pemeriksaan mikrobiologik dari sekret di rongga hidung ditemukan macam-macam bakteri

yang berupa flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti penumococcus, streptococcus

dan haemophilius influenze, sedangkan kuman anaerob jarang. Selain itu mungkin ditemukan

juga virus atau jamur.

Terapi

Terapi medikamentosa :

-         Antibiotik selama 10-14 hari, meskipun gejala klinik telah hilang, antibiotik yang diberikan

ialah Penisilin.

-         Obat dekongestan lokal berupa obat tetes hidung, untuk membantu drenase sinus.

Page 14: INFEKSI HIDUNG

-         Analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri.

Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang dilakukan, kecuali bila telah terjadi

komplikasi.

Sinusitis Kronis

Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar

disembuhkan secara pengobatan dengan medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan

faktor predisposisinya, yang merupakan lingkaran setan.

Polusi bahan kimia menyebabkan silia hilang, sehingga terjadi perubahan mukosa

hidung. Perubahan mukosa hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik.

Perubahan mukosa hidung akan mempermudah terjadi infeksi, dan infeksi kronis terjadi apabila

pengobatan pada sinusitis akut tidak sempurna. Dengan adanya infeksi, terdapat edem konka,

sehingga drenase sekret terganggu. Dengan terganggunya drenase sekret dapat menyebabkan

silia hilang dan seterusnya.

Gejala Subjektif

Gejala subjektif sangat bervariasi, dari ringan smapai berat, terdiri dari :

-         Gejala hidung dan nasofaring berupa sekret di hidung dan nasofaring.

-         Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman di tenggorok

-         Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu, oleh karena tersumbatnya tuba Eustachius.

-         Nyeri kepala.

-         Gejala mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui duktus nasolakrimalis.

-         Gejala saluran napas berupa batuk, dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru, berupa

bronkitis atau bronkiektasis atau aoma bronkial, sehingga terjadi penyakit sinobronkitis.

-         Gejala di saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan

Kadang-kadang gejala sangat ringan, hanya terdapat sekret di nasofaring yang mengganggu

pasien. Sekret di nasofaring (post nasal drip) yang berulang akan mengakibatkan batuk kronik.

Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya pada pagi hari, dan akan berkurang atau hilang

setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi mungkin disebabkan pada

malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus dan stasis vena.

Gejala Objektif

Pada sinusitis kronis, pada pemeriksaan tidak seberat pada sinusitis akut dan tidak terdapat

pembengkakan di muka. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental (nanah) dari

Page 15: INFEKSI HIDUNG

meatus medius atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior sekret kental (nanah) itu tampak di

nasofaring.

Pemeriksaan Mikrobiologik

Biasanya merupakan infeksi campuran, oleh macam-macam mikroba seperti kuman aerob

S.aureus, S.viridans, H.influenzae dan Kuman anaerob Peptostreptokokus, Fusabakterium.

Diagnosis sinusitis kronis

1.      Anamnesis harus cermat

2.      Pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior, sekret kental.

3.      Pemeriksaan penunjang :

Transiluminasi, untuk sinus maksila dan sinus frontal

Pemeriksaan radiologik

Pungsi sinus maksila

Sinoskopi

Pemeriksaan histopatologik dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinuskopi.

Terapi

1.      Terapi konservatif

Obat dekongestan (obat tetes hidung) untuk memperlancar drenase sekret dari sinus dan

hidung.

Antibiotik, diberikan spektrum luas selama 10 atau 14 hari.

Obat antialergi.

Obat mukolitik, untuk mengencerkan sekret.

Analgetik, untuk mengurangi rasa nyeri.

Diatermi dengan sinar gelombang pendek (ultra short wave diathermy) selama 10 haru di

daerah sinus yang sakit, untuk memperbaiki vaskularisasi sinus.

Pungsi dan irigasi sinus maksila dilakukan untuk mengeluarkan sekret yang terkumpul

dalam rongga sinus maksila. Caranya ialah dengan memakai trokar yang ditusukkan di

meatus inferior dengan diarahkan ke tepi atas daun telinga. Setelah dipungsi, dilanjutkan

dengan irigasi sinus dengan mempergunakan larutan garam fisiologik. Dengan demikian

sekret akan keluar melalui meatus medius dan dikeluarkan melalui hidung atau mulut. Pungsi

dan irigasi dapat juga dilakukan melalui fosa kanina. Pada kasus yang meragukan, pungsi

dan irigasi dapat dipakai untuk diagnostik dalam menentukan ada tidaknya sinusitis maksila.

Page 16: INFEKSI HIDUNG

Antrostomi intranasal, yaitu tindakan membuat lubang pada meatus inferior yang

menghubungkan rongga hidung dan sinus maksila untuk drenase sekret dan ventilasi sinus

maksila.

Pencucian sinus paranasal dengan cara Proetz atau dengan pungsi dan irigasi dilakukan 2

kai seminggu. Bila setelah 6 kali pencucian sekret masih banyak, berarti mukosa tidak dapat

kembali normal (irreversible).

2.      Pembedahan radikal

Bila pengobatan konservatif gagal, dilakukan terapi radikal, yaitu mengangkat mukosa

yang patologik dan membuat drenase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan

operasi Caldwell-Luc. Untuk sinus etmoid dilakukan etmoidektomi yang bisa dilakukan dari

dalam hidung (intra-nasal) atau dari luar (ekstranasal).

Drenase sekret pada sinus frontal dapat dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau

dengan operasi dari luar (ekstranasal), seperti operasi Killian. Drenase sinus sfenoid

dilakukan dari dalam hidung  (intranasal).

3.      Pembedahan tidak radikal

Akhir-akhir ini dikembangkan operasi sinus paranasal menggunakan endoskop yang disebut

Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF).

Komplikasi

Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannnya antibiotik.

Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan eksaserbasi

akut.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah :

1.        Osteomielitis dan abses subperiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan

biasanya ditemukan pada anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fisula

oroantral.

2.        Kelainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita).

Yang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila.

Penyebaran infeksi yerjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang

dapat ditimbulkan ialah edem palpebra, selulitis orbita, abses subperiortal, abses orbita, dan

selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus kavernosus.

Page 17: INFEKSI HIDUNG

3.        Kelainan intraknial, seperti meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan

trombosis sinus kavernosus.

Kelainan paru, seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini isebut sinobronkitis. Disamping itu dapat timbul asma bronkial.