Makalah Pbl Blok 2

download Makalah Pbl Blok 2

of 6

description

blok 2

Transcript of Makalah Pbl Blok 2

LANGKAH TEPATDALAM MEMBERIKAN OPINITERHADAP SUATU KASUS

Ester Marcelia Anastasia102013236

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) [email protected]

Pendahuluan

Latar belakangManusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal budi untuk berpikir dan mengetahui baik buruk, benar atau salahnya suatu tindakan. Dalam menentukan sesuatu manusia selalu berpikir apa yang akan terjadi jika dia melakukan hal tersebut, memberikan pendapat tentang sesuatu yang terjadi disekitarnya disebut berpikir kritis kehidupan manusia pasti tidak terlepas dari masalah, baik masalah kecil maupun besar. Dalam mengatasi masalah tersebut manusia sering kali melakukan kominukasi dengan orang lain untuk meminta bantuan untuk mengatasi masalahnya,entah itu meminta mereka melakukan sesuatu atau sekedar menanyakan pendapat (opini) tentang hal apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam memberikan opini ada dua aspek yang perlu diperhatikan agar tidak timbul masalah yang lainnya, kedua aspek tersebut adalah aspek azas pemikiran yang merupakan dasar yang terdalam dari setiap pemikiran dan aspek tiga dimensi dasar ontologi,epistemologi, dan aksiologi .

Rumusan MasalahSeorang dokter di tuduh melakukan tindakan malpraktik

Tujuan1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami arti tentang tiga dimensi dasar.2. Agar mahasiswa dapat mengetahu dan memahami tentang azas-azas pemikiran.

Identifikasi masalah1. MalpraktikKegagalan seorang profesional (perawat dan dokter) untuk melakukan praktik sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena memiliki keterampilan dan pendidikan.[1]2. Diagnos medisFormulasi yang dibuat oleh dokter tentang penyakit apa yang ada pada pasien berdasarkan data klinik yang didapat.[2]3. CardiologDokter ahli penyakit jantung. [3]

Isi

SekenarioYayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBHI) menuntut seorang dokter di sebuah rumah sakit ternama atas tuduhan malpraktik. Dokter tertuduh diduga menelantarkan seorang pasien gagal jantung yang meninggal dunia karena komplikasi. Pasien itu kebetulan adalah pasien tidak mampu yang hidup tanpa jaminan asuransi kesehatan. Pasien tersebut adalah juga kepala keluarga dengan dua orang anak yang masih kecil. Kebetulan pasien itu hidup di lingkungan yang tidak sehat (padat penduduk) dan punya kebiasaan yang juga tidak sehat (merokok). Berdasarkan diagnosa medis, si pasien memang memiliki kelainan jantung sejak muda. Berdasarkan rekam jejak rumah sakit itu, dokter yang bersangkutan juga memiliki kebiasaan sering pergi praktik ke rumah sakit lain yang lebih menguntungkan. Meskipun demikian, catatan rumah sakit menunjukan bahwa di awal penanganan kasus ini dokter tertuduh telah bertindak sesuai dengan prosedur tetap emergency.Sebagai seorang cardiolog yang juga menjabat di Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Anda diminta memberikan pini sebagai ahli dalam kasus ini. Kebetulan dokter yang bersangkutan adalah sahabat karib Anda ketika mahasiswa.

Berpikir KritisJika kita menggunakan istilah berpikir kritis pada semua jenis berpikir, kita tidak memerlukan istilah kritis, dan kita juga akan kehilangan arti spesifik dari istilah kritis. Kata kritis muncul dari bahasa Yunani yang berarti hakim dan diserap oleh bahasa Latin. Kamus (Oxford) menerjemahkan sebagai sensor atau pencarian kesalahan. Agar suatu masalah dapat diselesaikan dengan baik, masyarakat membutuhkan suatu pemikiran yang membantu mereka menyelesaikan masalah itu. Caranya adalah dengan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah suatu sensor atau pencarian kesalahan. Seringkali kritis dimaksudkan sebagai penilaian, entah baik atau buruk. Namun, hal ini memperlemah nilai utama berpikir kritis .[5]Tujuan awal berpikir kritis adalah menyingkap kebenaran dengan menyerang dan menyingkirkan semua yang salah supaya kebenaran akan terlihat. Hal ini penting untuk mencegah penggunaan bahasa, konsep, dan argumentasi salah yang sembarangan. Akan tetapi, berpikir kritis semata-mata tidak memiliki kekuatan yang generatif maupun konstruktif.[5]Pengertian berpikir kritis menurut para ahli

Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.SiPengertian berpikir kritis ialah berpikir dengan konsep yang matang dan mempertanyakan segala sesuatu yang dianggap tidak tepat dengan cara yang baik. Angello (1995)Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenai permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan seran mengevaluasi. Swartz dan PerkinsMenurut mereka berpikir kritis adalah bertujuan untuk mencapai penilaian kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alas an logis, memakai standard penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alas an untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut.

Scriven (2001)\Berpikir kritis adalah proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi.Azas-Azas PemikiranYang dimaksudkan dengan azas ialah sesuatu yang mendahului, juga dapat dikatakan sebagai titik pangkal dari mana sesuatu muncul dan dimengerti. Sedangkan azas pemikiran adalah pengetahuan yang lain tergantung dan dimengerti. Juga disebut pengetahuan yang menunjukan mengapa pada umumnya kita dapat menarik suatu kesimpulan. [6] Azas-azas pemikiran terbagi menjadi dua yaitu azas primer dan azas sekunder. Azas PrimerAzas ini mendahului azas-azas yang lainnya, tidak bergantung pada azas lainnya, dan berlaku untuk segala sesuatu yang ada termasuk logika. Azas ini dibedakan menjadi : 1. Azas IdentitasAzas ini merupakan dasar dari semua pemikiran. Azas ini namapak dalam pengakuan bahwa benda ini adalah benda ini dan bukan benda lainnya. Dalam logika, pernyataan ini berarti : apabila sesuatu diakui, semua kesimpulan yang lai yang ditarik dari pengakuan itu juga harus diakui. Apabila sesuatu diakui, lalu kesimpulan yang ditarik dari padanya dimungkiri, hal itu menyatakan bahwa pengakuan yang tadi dibatalkan lagi. Tidak dapat sesuatu diakui dan serentak pula dimungkiri.[6]2. Azas KontradiksiAzas ini merupakan perumusan negatif dari azas identitas. Dalam logika, hal ini berarti : menaati azas identitas dengan menjauhkan diri dari kontradiksi. Atau, tidak boleh membatalkan atau memungkiri begitu saja sesuatu yang sudah diakui.[6]3. Azas Kecukupan Penalaran/ Azas alasan yang mencukupiAzas ini menyatakan bahwasesuatu yang ada mempunyai alasan yang cukup untuk adanya. Bukan hanya sesuatu tetapi segala sesuatumempunyai alasan yang cukup untuk adanya. Segala sesuatu itu dapat dimengerti.[6]4. Azas Non-Kontradiksi/ azas penyisihan kemungkinan ketigaAzas ini menyatakan bahwa kemungkinan yang ketiga tidak ada. Artinya, jikalau ada 2 keputusan yang kontrakditoris, pastilah salah satunya dari antaranya salah. Sebab, keputusan yang satu merobohkan keputusan yang lainnya. Tidak mungkin kedua-duanya sama-sama benar atau sama-sama salah.[6]

LogikaLogika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Sedangkan ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan tentang pokok yang tertentu. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan. Logika juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. [6] Logika juga memiliki pembagian sebagai berikut : PengertianPengertian adalah suatu gambar akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu.[6] PembagianPembagian adalah suatu kegiatan akal budi tertentu. Dalam kegiatan ini akal budi menguraikan, membagi , menggolongkan, dan menyusun pengertian pengertian. Penguarian dan penyusunan itu diadakan menurut kesamaan dan perbedaannya.[6] KeputusanKeputusan adalah suatu perbuatan tertentu dari manusia. Dalam dan dengan perbuatan itu dia mengakui atau memungkiri kesatuan atau hubungan antara dua hal.[6] PerlawananKeputusan yang berlawanan adalah keputusan yang tidak dapat sama-sama benar atau tidak dapat sama-sama salah, atau tidak dapat sama-sama benar dan sama-sama salah.[6] PenyimpulanPenyimpuan adalah sebuah kegiatan manusia tertentu. Dalam dan dengan kegiatan ituia bergerak menuju pengetahuan yang baru, dari pengerahuan yang telah dimilikinya dan berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya itu.[6] SillogismeSillogisme adalah setiap penyimpulan, dimana dari dua keputusan disimpulkan suatu keputusan yang baru(kesimpulan). Keputusan yang baru itu berhubungan erat dengan premis-premisnya. Keeratannya terletak dalam hal ini : Jika premis-premisnya benar, dengan sendirinya atau tidak dapat tidak kesimpulannya juga benar.[6]

Tiga dimensi dasar dalam setiap aktivitas berbahasa dan mengetahui1. OntologiPengetahuan tentang kenyataan/realitas pada dirinya atau realitas sebagaimana adanya yang sesungguhnya.[7] 2. EpistemologiPengetahuan tentang kenyataan/realitas atau cara bagaimana manusia dapat mengetahu kenyataan atau realitas.[7]3. Aksiologi Prinsip-prinsip dasar mengenai tindakan/perbuatan yang sebaiknya dilakukan manusia.Pembahasan Kasus