Makalah Pbl Blok 16

22
Dispepsia Tipe Refluks Singgih Arto 102012005 Kelly 102012078 Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UKRIDA Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 No. Telp (021) 5694-2061 Pendahuluan Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterologist merupakan kasus dispepsiai. Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 80 an, yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium,mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindroma atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit, tentunya termasuk pula penyakit pada lambung, yang diasumsikan oleh orang awam sebagai penyakit maag/lambung. Tujuan mempelajari dispepsia ini adalah untuk pegangan dalam penanganan dalam praktek sehari - hari nantinya. 1 1

Transcript of Makalah Pbl Blok 16

Page 1: Makalah Pbl Blok 16

Dispepsia Tipe Refluks

Singgih Arto 102012005

Kelly 102012078

Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UKRIDA

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

No. Telp (021) 5694-2061

Pendahuluan

Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.

Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek

gastroenterologist merupakan kasus dispepsiai. Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan

sejak akhir tahun 80 an, yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang

terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium,mual, muntah, kembung, cepat

kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada.

Sindroma atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit, tentunya

termasuk pula penyakit pada lambung, yang diasumsikan oleh orang awam sebagai penyakit

maag/lambung. Tujuan mempelajari dispepsia ini adalah untuk pegangan dalam penanganan

dalam praktek sehari - hari nantinya.1

Anamnesis

1. Identitas pasien

Menanyakan identitas pasien (nama, alamat, tempat tanggal lahir, status sosial, pekerjaan,

agama)

2. Keluhan utama

Menanyakan keluhan utama yang dirasakan pasien, beberapa pertanyaan yang dapat

ditanyakan :

1

Page 2: Makalah Pbl Blok 16

a. Sudah berapa lama keluhan seperti ini?

b. apakah sifatnya hilang timbul?

3. Menanyakan riwayat penyakit sekarang

4. Menanyakan riwayat terdahulu.

Menanyakan kepada pasien apakah pasien pernah memiliki riwayat penyakit dengan gejala

yang sama

5. Menanyakan riwayat kesehatan keluarga.

Menanyakan kepada pasien apakah di keluarga memiliki riwayat penyakit dengan gejala

yang sama, hal ini bertujuan untuk menyingkirkan beberapa penyakit yang sifatnya

diturunkan.

6. Menanyakan riwayat minum obat termasuk minuman yang mengandung alkohol

dan jamu yang dijual bebas di masyarakat.

7. Menanyakan apakah ada tanda dan gejala “alarm”(peringatan) seperti disfagia,

berat badan turun, nyeri menetap dan hebat, nyeri yang menjalar ke punggung, muntah yang

sangat sering, hematemesis, melena atau jaudice.2

Perlu ditanyakan hal-hal yang berhubungan dengan stresor psikososial misalnya: masalah

anak (meninggal, nakal, sakit, tidak punya), hubungan antar manusia (orang tua, mertua,

tetangga, adik ipar, kakak), hubungan suami-istri (istri sibuk, istri muda, dimadu, bertengkar,

cerai), pekerjaan dan pendidikan.2

Pemeriksaan Fisik 

Dalam pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu inspeksi

palpasi, perkusi, serta auskultasi.3

Hal pertama yang dilakukan adalah inspeksi secara menyeluruh pada pasien, Setelah

melakukan inspeksi menyeluruh dan keadaan sekitarnya secara cepat, perhatikan abdomen

untuk memeriksa hal berikut ini:3

Apakah abdomen dapat bergerak tanpa hambatan ketika pasien bernapas?

Apakah pasien menderita nyeri abdominal yang nyata?

Apakah pasien menderita iritasi peritoneum, yaitu pergerakan abdomen menjadi

terbatas?

Apakah terdapat jaringan parut akibat operasi sebelumnya?

Apakah terdapat distensi abdominal yang nyata?

Apakah terdapat vena-vena yang berdilatasi?

Apakah terdapat gerakan peristaltic yang dapat terlihat?

2

Page 3: Makalah Pbl Blok 16

Apakah terdapat kelainan-kelainan lain yang dapat terlihat?

Distensi yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh lemak, cairan, janin, atau udara,

sedangkan penyebab dari bengkakan yang terlokalisasim antara lain hernia atau pembesaran

organ tertentu. Pada distensi abdomen yang menyeluruh, terutama jika disebabkan oleh

asites, umbilicus dapat menonjol keluar.3

Kelainan-kelainan lainnya pada inspeksi dapat meliputi bercak-bercak kecil

makulopapular berwarna merah yang tidak bermakna (bercak Campbell de Morgan), dan

tanda-tanda pancreatitis, seperti memar periumbilikus (tanda Cullen) atau memar pada bagian

belakang abdomen (tanda Gray Turner).3

Peristaltic yang terlihat (gelombang kontraksi usus) dapat dijumpai pada individu

normal yang kurus, tetapi sebaliknya, pada orang yang gemuk, gerakan peristaltic hanya

terlihat sebagai proksimal dari letak lesi obstruktif usus.3

Vena-vena yang mengalami dilatasi dapat dijumpai jika darah yang kembali dari

saluran cerna menuju hati tidak dapat melalui hati karena terjadi peningkatan tekanan atau

thrombosis pada vena porta (ketika darah mengalir dari saluran cerna ke dalam hati). Aliran

darah pada vena yang berdilantasi akan menjauhi umbikulus, dan menaik searah dengan

system vena kava superior atau menurun searah dengan system vena kava inferior.3

Jika terdapat obstruksi vena kava inferior, darah secara keseluruhan akan mengalir

kearah atas melewati tepi kostal. Identifikasi aliran darah keatas dengan melakukan

penekanan pada bagian bawah vena dengan menggunakan jari , kosongkan vena tersebut

dengan melakukan pemijatan kearah atas dengan jari yang lain, kemudian perhatikan adanya

kegagalan pengisian vena oleh darah dari atas. Untuk memastikan bahwa darah mengalir dari

bawah ke atas, lakukan tindakan sebaliknya (tekan bagian atas vena dengan jari, lalu pijat

darah ke bawah dengan jari yang lain), dan angkat jari yang menekan bagian bawah vena

kemudian perhatikan bahwa vena yang sebelumnya kosong mulai terisi oleh darah.3

Palpasi

Abdomen harus diperiksa secara sistematis, terutama jika pasien menderita nyeri

abdomen. Selalu tanyakan kepada pasien letak nyeri yang dirasa maksimal dan periksa

bagian tersebut paling akhir. Isi abdomen dapat bergerak, semi-solid, tersembunyi dibalik

organ lain, pada dinding posterior abdomen, dapat diraba melalui otot-otot abdomen, atau

3

Page 4: Makalah Pbl Blok 16

kelima-limanya. Namun, hasil pemeriksaan palpasi yang baik sulit untuk dicapai (bahkan

pada dokter yang berpengalaman sekalipun seirngkali menyembunyikan ketidakpastian

mereka dengan menggunakan istilah seperti organomegali “samar”).3

Relaksasi pada tangan yang sedang melakukan palpasi adalah yang penting: hal ini

dapat dilakukan dengan meletakkan salah satu tangan diabdomen dan tangan yang lain

melakukan salah satu tangan di abdomen dan tangan yang lain melakukan palpasi dengan

menekan tangan yang ada dibawahnya.3

Lakukan palpasi pada setiap kuadran secara berurutan, yang awalnya dilakukan tanpa

penekanan yang berlebihan dan dilanjutkan dengan palpasi secara dalam (jika tidak terdapat

area nyeri yang diderita atau diketahui). Kemudian, lakukan palpasi secara khusus terhadap

beberapa organ.3

Ketika meraba organ intra-abdomen yang membesar, bagian tepi organ lebih sering

teraba daripada “badan” organ-konsistensi antara organ tersebut dengan organ disekitarnya

seringkali mudah dibedakan hanya dengan meraba bagian tepinya. Tepi organ dapat diketahui

dengan lebih mudah jika pemeriksa meminta pasien untuk mengambil napas agak dalam

sehingga organ tersebut bergerak. Ketika meraba organ-organ intra-abdomen yang sedang

bergerak saat pasien bernapas, jangan menekan tangan yang meraba terlalu dalam pada saat

pasien bernapas agar memungkinkan organ yang bergerak tersebut menyentuh jari-jemari

anda.3

Sebaliknya, ketika meraba organ yang bergerak saat pascabernapas, minta pasien

untuk mengeluarkan napas bila anda menginginkan mereka untuk menarik napas. Pasien,

khususnya pasien pria, sering kali menegangkan otot-otot abdomennya selama mengambil

napas dalam setelah melakukan ekspirasi dalam.3

Jika suatu organ atau pembengkakan yang abnormal tidak bergerak saat respirasi,

gerakan berputar yang lembut dari tangan pemeriksa mungkin diperlukan untuk meciptakan

gerakan relative.3

Bila terdapat pembengkakan yang abnormal, dan pada waktu palpasi tidak

menimbulkan rasa nyeri, tentukan keadaan dan karakteristiknya. Jika pembengkakan

berdenyut (kemungkinan aneurisma), jangan melakukan pemeriksaan dentabilitas.3

4

Page 5: Makalah Pbl Blok 16

Tahanan abdomen merupakan suatu refleks penegangan otot-otot abdominal yang

terlokalisasi yang tidak dapat dihindari oleh pasien dengan sengaja. Adanya tahanan tersebut

merupakan tanda iritasi peritoneum perifer atau tanda nyeri tekan yang tajam dari organ di

bawahnya. Pastikan adanya tahanan abdomen dengan melakukan perkusi ringan diatas area

yang terkena.3

Perkusi

Perkusi berguna (khususnya pada pasien yang gemuk) untuk memastikan adanya

pembesaran beberapa organ, khususnya hati, limpa, atau kandung kemih. Lakukan selalu

perkusi dari daerah resonan ke daerah pekak, dengan jari pemeriksa yang sejajar dengan

bagian tepi organ.3

Shifting dullness (pekak beralih) adalah suatu daerah pekak yang terdapat dibawah

permukaan horizontal cairan intra-peritoneal (asites). Shifting dullness paling baik dihasilkan

pada sisi yang berlawanan dari hati atau limpa yang mengalami pembesaran dengan tujuan

agar tidak menganggu temuan yang didapatkan dari perkusi akibat pembesaran organ

tersebut: untuk alasan yang sama, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu sebelum

melakukan pemeriksaan asites. Mulailah melakukan perkusi dari garis tengah dengan posisi

jari yang diperkusi sejajar dengan batas cairan yang diperkirakan dan dilakukan perkusi kea

rah lateral sampai muncul nada pekak yang jelas, kemudia jari yang diperkusi diletakkan

kembali ke daerah yang kurang pekak. Dengan mempertahankan jari tersebut pada posisinya,

minta pasien untuk berguling secara perlahan kearah jari tersebut. Tunggu sekitar 20-30

detik untuk memberikan kesempatan kepada cairan asites untuk bergerak kebawah dan

kemudian perkusi jari tersebut kembali. Jika terdapat asites, nada perkusi yang dihasilkan

lebih pekak ketimbang perkusi sebelumnya.3

Untuk membangkitkan getaran pada cairan asites, pemeriksa meletakan salah satu

tangannya pada sisi abdomen dan kemudian mengetuk sisi yang lain sehingga geolmbang

cairan dihantarkan. Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman yang diakibatkan

hantaran melalui dinding abdomen, tapi tangan asisten (atau pasien) menekan dengan lemah

lembut di sepanjang garis tengah abdomen. Kadang-kadang pada asites yang besar, hati

terkesan “mengambang” dalam abdomen dan keadaan ini memungkinkan jari yang sedang

mempalpasi untuk “mengetuk” hati.3

Auskultasi

5

Page 6: Makalah Pbl Blok 16

Hanya pengalaman klinis yang dapat mengajarkan anda bising usus yang normal.

Seorang pemeriksa mungkin membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum dapat

mengatakan dengan yakin bahwa bising usus tidak terdengar.3

Bising usus yang meningkat dapat ditemukan pada:3

Setiap keadaan yang menyebabkan peningkatan peristaltic

Obstruksi usus

Diare

Jika terdapat darah dalam pencernaan yang berasal dari saluran cerna atas

(menyebabkan peningkatan gerakan peristaltik)

Bising usus menurun atau menghilang ditemukan pada:

Paralisis usus (ileus)

Perforasi

Peritonitis generalisata

Pasien dengan nyeri abdomen yang hebat akibat gastroenteritis dapat menyerupai

peritonitis, tetapi adanya bising usus yang berlebihan menunjukkan perbedaan dari peritonitis

generalisata (dengan bising usus yang seharusnya tidak terdengar).2

Bising sistolik aorta atau arteri femoralis dapat terdengar di atas arteri yang

mengalami aneurisma atau stenosis. Pastikan selalu bahwa murmur seperti itu tidak

dihantarkan dari jantung. Bising arteri renalis dapat terdengar dibagian lateral abdomen atau

dipunggung. Bising sistolik yang terdengar diatas hati hampir tidak pernah terdengar, tetapi

keadaan tersebut menunjukkan adanya neoplasma vascular, angioma, kanker hati primer, atau

hepatitis alkoholik.2

Dengungan vena yang kontinu dapat menunjukkan adanya obstruksi vena kafa

inferior atau obstruksi vena porta.2

Bunyi gesekan hati atau limpa jarang ditemukan, tetapi penting karena menunjukkan

adanya jaringan abnormal.2

Tanda pemasti yang bermanfaat dari asites adalah meminta pasien untuk tetap dalam

posisi miring, dan menempatkan stetoskop pada garis tengah abdomen. Kemudian, perkusi

abdomen secara langsung dengan ujung jari pada titik-titik simetris dengan jarak yang sama

6

Page 7: Makalah Pbl Blok 16

dari garis tengah. Perbedaan nyata pada bunyi yang dihasilkan mengarahkan pada dugaan

adanya perbedaan yang nyata pada kemampuan penghantar bunyi dari organ intra-abdomen

sehingga keadaan ini secara tidak langsung memnunjukan adanya asites.2

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:3,4

1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan

pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan

lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir

atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang

diduga menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung. Pada karsinoma

saluran pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu

diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9

2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat

dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat

badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan.

3. Endoskopi  bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil

dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung. Contoh tersebut

kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi

oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai

diagnostik sekaligus terapeutik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

a.    CLO (rapid urea test)

b.   Patologi anatomi (PA)

c.   Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan

d.   PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian

4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD (oesophagus

maag duodenum) dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test .

Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan

kontras ganda. Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagusnyang

menurun terutama di bagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang meninggi serta

sering menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke intestin. Pada tukak baik

di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche, yaitu suatu

kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya

7

Page 8: Makalah Pbl Blok 16

reguler, semisirkuler, dengan dasar licin. Kanker di lambung secara radiologis, akan tampak

massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung berubah.

Pankreatitis akuta perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda seperti

terpotongnya usus besar (colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari intestin terutama di

jejunum yang disebut  sentinal loops. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti

pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.

Diagnosis Banding

GERD ( Gastro esophageal reflux disease )

GERD adalah kondisi patologis dimana sejumlah isi lambung berbalik (refluks) ke esofagus

melebihi jumlah normal, dan menimbulkan berbagai keluhan, Kelainan pada GERD terjadi

padab Lower Esophageal Sphincter (LES), yakni cincin otot antara esofagus saluran makanan

dari mulut ke lambung) dan lambung. Banyak orang, termasuk wanita hamil, menderita

heartburn atau asam yang disebabkan oleh GERDsalah satu penyebabnya adalah hernia

hiatus. Dalam kebanyakan kasus, nyeri ulu hati dapat dikurangi melalui perubahan diet dan

gaya hidup, namun beberapa orang mungkin memerlukan pengobatan atau operasi.2

Gejala-gejala GERD dapat berupa :2

Suara serak. Jika asam refluks melewati saluran esofagus atas, maka ia dapat masuk

tenggorokan (faring) dan bahkan kotak suara (laring)sehingga menyebabkan suara serak

atau sakit tenggorokan.

Laringitis

Mual

Sakit tenggorokan

Batuk kering kronis, terutama pada malam hari. GERD adalah penyebab umum batuk

yang tak dapat dijelaskan.

Asma. Beberapa saraf yang distimulasi oleh asam direfluks merangsang saraf ke paru-

paru, yang kemudian dapat menyebabkan tabung pernapasan kecil untuk mempersempit,

yang mengakibatkan serangan asma.

Merasa seolah-olah ada benjolan di tenggorokan Anda

Nafas bau

Nyeri dada

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya GERD adalah:2

8

Page 9: Makalah Pbl Blok 16

Obesitas

Diabetes

Kehamilan

Merokok

Non Erosive Reflux Disease (NERD)

Non Erosive Reflux Disease (NERD) adalah gangguan yang berbeda dari penyakit

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Hal ini didefinisikan sebagai subkategori dari

GERD yang ditandai dengan gejala refluks terkait tanpa adanya erosi mukosa esophagus,

peradangan mikroskopis, hipersensitivitas viseral (stres dan tidur), dan kontraksi esofagus

berkelanjutan. Gejala pada pasien NERD adalah heartburn dan regurgitasi. Heartburn

umumnya digunakan untuk menunjukkan rasa terbakar di substernal. Heartburn diperburuk

oleh produk makanan tertentu, posisi membungkuk, posisi terlentang saat tidur, dan lain

sebagainya. Regurgitasi juga dapat mempengaruhi pasien dengan NERD dan dapat

menyebabkan rasa pahit atau asam di mulut. Hal ini diperburuk ketika membungkuk atau

posisi terlentang.2

Pilihan pengobatan untuk pasien NERD dapat menggunakan antasida, antagonis

reseptor H2, atau proton pump inhibitors(PPI). Edukasi yang dapat dianjurkan pada pasien

NERD yaitu dengan mengubah gaya hidup seperti berhenti merokok, menghindari

makananpedas, menghindarimakandi malam hari, mengangkatkepalatempat tidur,

menurunkan berat badan, makan dalam porsi kecil dan menghentikanpenggunaan alkohol.2

Dispepsia Fungsional

Dispepsi fungsional merupakan bagaian dari gangguan pencernaan fungsional yang

memiliki gejala umum gastrointestinal tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ

berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi.Berdasarkan

keluhannya, dispepsia fungsional dapat diklasifikasikan menjadi beberapa subgrup yang

didasarkan pada keluhan yang paling dominan antara lain:

1. Bila nyeri ulu hati yang dominan dan disertai nyeri pada malam hari maka

dikategorikan sebagai dispepsia tipe ulkus.

9

Page 10: Makalah Pbl Blok 16

2. Bila kembung, mual, muntah, rasa penuh dan cepat kenyang lebih dominan maka

dikategorikan sebagai dispepsia tipe dismotilitas.

3. Bila tidak ada keluhan yang dominan, maka dikategorikan sebagai dispepsia non

spesifik.2

Klasifikasi lain dari dispepsia fungsional adalah pembagian menurut Rome III, yaitu

diklasifikasikan dalam 2 subgrup yaitu dispepsia yang berhubungan dengan makan, disebut

Postprandial Distress Syndrome (PDS), dimana simptom utama adalah rasa penuh dan cepat

kenyang dan dispepsia yang tidak berhubungan dengan makan, disebut Epigastric Pain

Syndrome (EPS), dimana simptom utama adalah nyeri epigastrium dan rasa terbakar di

epigastrium.2

Patofisiologi pada dispepsia fungsional dapat dibedakan menjadi sekresi asam

lambung, dismotilitas gastrointestinal, disfungsi autonom, dan psikologis.

1. Sekresi Asam Lambung

Kasus dengan dispepsia fungsional, umumnya mempunyai tingkat sekresi asam

lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin, yang rata-rata normal.

Diduga adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan

rasa tidak enak di perut.2

2. Dismotilitas Gastrointestinal

Pada dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung, adanya

hipomotilitas antrum, gangguan akomodasi lambung saat makan, disritmia gaster dan

hipersensitivitas viseral. Salah satu dari keadaan ini dapat ditemukan pada setengah sampai

duapertiga kasus dispepsia fungsional. Pada kasus dispepsia fungsional yang mengalami

perlambatan pengosongan lambung berkolerasi dengan keluhan mual, muntah dan rasa penuh

di ulu hati.2

3. Disfungsi Autonom

Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas gastrointestinal

pada kasus dispepsia fungsional. Adanya neuropati vagal juga diduga berperan dalam

kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung saat menerima makanan, sehingga

menimbulkan gangguan akomodasi lambung dan rasa cepat kenyang.2

4. Psikologis

Adanya stres akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan menimbulkan

keluhan pada orang yang sehat. Dilaporkan adanya penurunan kontraktilitas lambung yanhg

mendahului keluhan mual setelah stimulus stres sentral. Dalam studi terbatas dilaporkan

10

Page 11: Makalah Pbl Blok 16

adanya kecenderungan pada kasus dispepsia fungsional terdapat masa kecil yang tidak

bahagia, adanya sexual abuse, atau adanya gangguan psikiatrik.2

Diagnosis Kerja

Dispepsia tipe refluks

Dispepsia tipe refluks yaitu adanya rasa terbakar pada epigastrium, dada atau regurgitasi

dengan gejala perasaan asam di mulut. Selain gejala utama tersebut, ada beberapa gejala yang

mungkin indikasi dari dispepsia tipe refluk seperti rasa cepat kenyang, begah dan nyeri uluh

hati, dan terkadang ada rasa kembung. Dispepsia tipe refluks biasanya terbukti secara

endoskopi atau monitor PH ambulatoar sehingga sebaiknya tipe ini langsung kita obati

sebagai penyakit refluks gastroesophageal.2

Etiologi

Dispepsia tipe refluks dapat disebabkan oleh berbagai hal sebagai berikut:

a. Obat-Obatan

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), antibiotik (makrolides,

metronidazole), KCl, estrogen, etanol (alkohol), kortikosteroid, niacin, narkotik,

quinidine, dan theophiline.5

b. Makanan 

- Alergi pada makanan tertentu seperti buah-buahan yang mengandung

asam, susu sapi, putih telur, kacang, ikan laut, dan lain-lain.  

- Non alergi seperti produk dari alam (laktosa, sukrosa, galaktosa, gluten,

kafein) dan bahan kimia (monosodium glutamat, asam benzoat, nitrit,

nitrat).5

c. Kelainan Struktural

Disebabkan adanya kelainan atau adanya penyakit sepertipenyakit esofagus,

penyakit gaster dan duodenum, penyakit saluran empedu, penyakit pankreas,

dan penyakit usus. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh penyakit metabolik

atau sistemik seperti tuberkulosis, gagal ginjal, hepatitis, sirosis hepatis, tumor

hepar, diabetes melitius, penyakit tiroid, dan infark jantung.5

Epidemiologi

11

Page 12: Makalah Pbl Blok 16

Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam

praktek praktis sehari-hari. Di Indonesia diperkirakan 30% kasus pada praktek umum

dan 60% pada praktek spesialis merupakan kasus dispepsia. Di Amerika, prevalensi

dispepsia sekitar 25%, tidak termasuk pasien dengan keluhan refluks. Insiden pastinya

tidaklah terdokumentasi dengan baik, tetapi penelitian di Skandinavia menunjukkan

dalam 3 bulan, dispepsia berkembang pada 0,8% pada subyek tanpa keluhan dispepsia

sebelumnya.6

Prevalensi keluhan saluran cerna menurut suatu pengkajian sistematik atas

berbagai penelitian berbasis populasi menyimpulkan angka bervariasi dari 11-41%. Jika

terdapat keluhan rasa terbakardi ulu hati maka angkanya berkisar 4-14%. Dispepsia

masih menimbulkan masalah kesehatan karena merupakan masalah kesehatan yang

kronik dan memerlukan pengobatan jangka panjang sehingga meningkatkan biaya

pengobatannya. Dispepsia terjadi pada hampir 25% (dengan rentang 13%-40%)

populasi tiap tahun tetapi tidak semua pasien yang terkena dispepsia akan mencari

pengobatan medis.6

Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan, zat-zat seperti nikotin

dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres menyebabkan pemasukan makanan

menjadi kurang sehingga lambung akan kosong. Kekosongan lambung dapat

mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung.

Kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCl yang akan

merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla

oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan

maupun cairan.6

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk pasien dispepsia tipe refluks dibagi menjadi 2 yaitu

secara farmakologis dan non farmakologis.

a. Farmakologis

1) Obat penetralisir asam lambung

- Antasida

Antasida adalah obat yang bekerja local pada lambung untuk

menetralkan asam lambung. Pemakaian obat ini sebaiknya jangan

12

Page 13: Makalah Pbl Blok 16

diberikan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk

mengurangi rasa nyeri.Dosis yang dapat diberikan yaitu 3 x 30 mg.7

2) Obat penghambat asam

- Antagonis Reseptor H2 (H2RA)

Mekanisme kerja anatagonis reseptor H2 yaitu memblokir efek

histamine pada sel parietal sehingga sel parietal dapat dirangsang

untuk mengeluarkan asam lambung. Contohnya yaitu ranitidine 2 x

150 mg dan simetidin 2 x 400 mg.7

- Proton pump inhibitor (PPI)

Proton pump inhibitor adalah penghambat pompa proton yang

berperan untuk mengurangi produksi asam dengan menghalangi

enzim dalam dinding lambung yang menghasilkan asam.7

3) Golongan Sitoprotektif

Selain bersifat sito protektif, golongan ini juga menekan sekresi asam

lambung oleh sel parietal.

- Sukralfat 2 x 2 gram

- Rebamipide 3 x 100 mg

- Teprenone 3 x 50 mg.5

4) Prokinetik

Golongan prokinetik cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional

dan refluks esophagitis dengan mencegah refluks dan membersihkan

asamlambung.7

- Metoklopramid 4 x 10 mg

- Domperidon 4 x 10 mg

- Cisapride 3 x 5 mg.

5) Antikolinergik

Obat golongan anti kolinergik menghambat inervasi saraf kolinergik post

ganglionic pada otot polos dan memblokiraksi asetil kolin pada sel

perietal. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin sebagai anti reseptor

muskarinik yang dapat menekan sekresi asamlambung sekitar28- 43%.7

b. Non Farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis untuk kasus dispepsia tipe refluks

dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti menghindari makanan yang dapat

13

Page 14: Makalah Pbl Blok 16

meningkatkan asam lambung, mengatur pola makan yang normal dan teratur,

menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, penggunaan

obat-obatan yang berlebihan, rokok, dan stres.7

Prognosis

Untuk menegakkan diagnosis dispepsia diperlukan anamnesis yang baik,

pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang yang akurat. Diagnosa dini perlu

dilakukan agar dapat mengenali penyakit dan penyebabnya dengan segera serta

mencegah terjadinya komplikasi. Dispepsia yang diagnosanya ditegakkan dengan baik

dan ditemukan setelah pemeriksaan penunjang yang akurat akan mempunyai prognosis

yang baik.7

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka hipotesis diterima yaitu pasien

menderita dispepsia tipe refluks. Gejalanya yaitu adanya rasa terbakar pada

epigastrium, dada atau regurgitasi dengan perasaan asam di mulut. Dispepsia tipe

refluks dapat disebabkan oleh obat-obatan, makanan dan kelainan struktural.

Daftar Pustaka

1. Hadi S. Gastroenterologi. Bandung :Alumni ;2004. h.156-7.

2. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi. Jakarta: Biro Publikasi FK UKRIDA;

2012.h.25-35.

3. Jonathan G. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Edisi ke-1. Jakarta:

Erlangga Medical Series; 2007.h.58.

4. Isselbacher, Braunwald et al. Harrison: prinsip – prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Volume 4.

Jakarta: EGC; 2005.h.1532-4.

5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5.

Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.529-32.

6. Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2007.h.432-4.

7. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.h.205.

14