Makalah Pbl Blok 10

download Makalah Pbl Blok 10

of 13

description

blok 10

Transcript of Makalah Pbl Blok 10

MAKALAH PROBLEM BASED LEARNINGLisa Sari10.2012.129 (F8)Mahasiswi Fakultas Kedokteran Semester 3Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara no 6Jakarta 11510___________________________________________________________________________PendahuluanSistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan mengeluarkannya dari tubuh. System ini merupakan salah satu system utama untuk mempertahankan homeostasis (kekonstanan lingkungan internal). Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine; dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara; dan uretra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium uretra eksterna.Struktur makroGinjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal memiliki berat antara 125 sampai 175 gram pada laki-laki dan 115 sampai 155 gram pada perempuan.Ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ retroperitoneal dan terletak di antara otot-otot punggung dan peritoneum rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal di atasnya. Ginjal kiri terletak agak di bawah dibandingkan ginjal kanan karena ada hati pada sisi kanan.1

Gambar 1. Struktur makro ginjalJaringan ikat pembungkus. Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan ikat. Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ. Lemak perineal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya. Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membrane halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.1

Struktur Internal GinjalHilus (hilum) adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal. Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik. Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa (8 sampai 18) kaliks minor. Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini terbagi menjadi medulla dalam dan korteks luar.Medulla terdiri dari massa-massa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari setiap piramida, papilla, masuk dengan pas dalam kaliks minor dan ditembus mulut duktus pengumpul urine. Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit structural dan fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-piramida medulla yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulus-tubulus pengumpul yang mengalir ke dalam duktus pengumpul. Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.1

Gambar 2. Struktur mikro ginjalStruktur mikroSistem perkemihan terdiri dari sepasang ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra. Ginjal memiliki sisi medial cekung yaitu hilus yang merupakan tempat keluar masuknya saraf, pembuluh darah dan pembuluh limfe. Pada sisi lateralnya juga ginjal memiliki permukaan yang cembung. Pada ginjal dapat ditemui pelvis renalis yang merupakan ujung atas ureter yang melebar menjai dua atau tiga kaliks mayor. Dari satu kaliks mayor bisa membentuk beberapa cabang yang disebut kaliks minor. Ginjal dapat dibagi menjadi korteks di luar dan medula di dalam. Pada manusia medula ginjal terbagi atas 10-18 struktur yang berbentuk piramid dan disebut piramid medula. Dari dasar setiap piramid tersebut terjulur berkas-berkas tubulus yang paralel yaitu berkas medula yang menyusup ke dalam korteks. Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron.2

Gambar 3. Nefron pada ginjalSetiap nefron terdiri atas bagian yang melebar, yaitu korpus renalis, tubukus kontortus proksimal, segmen tipis dan tebal ansa henle, tubulus kontortus distal dan tubulus serta duktus koligentes. Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal. Setiap korpus renalis memiliki diameter sekitar 200m dan terdiri atas seberkas kapiler yang disebut glomerulus. Glomerulus dikelilingi oleh kapsul epitel berdinidng gandang yang disebut kapsula bowman. Lapisan dalam kapsul ini yang berupa lapisan viseral menyelubungi kapiler glomerulus. Lapisan luar membentuk batasan luar korpus renalis dan disebut lapisan parietal kapsula bowman. Diantara kedua lapisan kapsula bowman terdapat ruangan urinarius yang manampung cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan lapisan viseral. Setiap korpus renalis memiliki kutub vaskular dan kutub urunarius. Kutub vaskular merupakan tempat masuknya arteriol afferen dan keluarnya arteriol efferent. Sedangkan kutub urinarius merupakan tempat tubulus kontortus proksimal berasal. Setelah memasuki korpus renalis, arteriol aferen biasanya terbagi menjadi dua sampai lima cabang utama dan setiap cabang tersebut terbagi lagi menjadi kapiler yang membentuk glomerulus ginjal.2Lapisan parietal kapsula bowman terdiri atas epitel selapis gepeng, lamina basalis dan selapis tipis serat retikulin. Pada kutub urinarius, epitelnya berubah menjadi epitel selapis kuboid atau silindris rendah yang menjadi ciri-ciri tubuluh proksimal. Pada lapisan viseral terdapat sel-sel podosit yang memiliki badan sel yang menjulurkan beberapa cabang yaitu prosesus primer. Setiap prosesus primer menjulurkan prosesus sekunder yang disebut pedikel yang mengeratkan diri ke kapiler glomerulus. Prosesus sekunder podosit berselang-seling membentuk celah-celah memanjang selebar lebih dari 25 nm yang dsebut celah filtrasi. Podosit memiliki berkas mikrofilamen aktin didalam sitoplasmanya yang memberikan kemampuan kontraktil podosit. Di sel-sel endotel bertingkat dan podosit yang menutupi permukaan luarnya memiliki membran basal yang merupakan sawar memisahkan darah dalam kapiler dari ruang urinarius. Selain sel endotel dan se podosit, kapiler glomerulus juga memiliki sel mesengial yang berada pada dindingna dan bersifat kontraktil.2Pada kutub urinarius di korpus ginjal, epitel gepeng dilapisan parietal kapsula bowman berhubungan langsung dengan epitel tubulus kontortus prokimal berbentuk kuboid. Sel-sel epitel kuboidnya memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan adanya mitokondria panjang dalam jumlah besar. Pada bagian apkesnya memiliki banyak mikrovili yang disebut brush border. Sitoplasma apikal sel-sel ini memiliki banyak kanalikuli di antara pangkal mikrovili. Kanalikuli ini meningkatkan kemampuan sel tubulus kontortus proksimal untuk menyerap makromolekul.Ansa henle merupakan struktur berbentuk U yang terdiri atas segmen tebal descenden, segmen tipis descenden, segmen tipis ascenden dan segmen tebal ascenden. Segmen tebal memiliki struktur yang sangat mirip dengan tubulus kontortus distal. Dibagian luar medula, segmen tebal descenden dengan garis tengah luar 60m tiba-tiba menyempit menjadi 12m dan berlanjut menjadi segmen tipis descenden. Lumen di segmen ini lebar karena terdiri atas epitel gepeng dengan inti yang menonjol ke dalam lumen. Sekitar sepertujuh dari semua nefron merupakan nefron jukstamedula. Sedangkan sisanya merupak nefron kortikal. Nefron jukstamedula memiliki lengkung henle yang sangat panjang yang masuk jauh ke dalam medula. Lengkung ini terdiri atas segmen tebal descenden yang pendek, segemen tipis descenden dan ascenden yang panjang serta segmen tebal ascenden. Sebaliknya, nefron kortikal memiliki segmen descenden yang sangat pendek dan tidak memiliki segmen tipis ascenden.3Tubulus koligentes dan duktus koligentes terdiri atas sel-sel yang tampak pucat dan sitoplasma bersifat elektron lusen dengan sedikit organel. Duktus koligentes kortikalis berhubungan secara tegak lurus dengan beberapa cabang tubulus koligentes berukuran lebih kecil yang mengalirkan cairan ke stiap berkas medula.Kantung kemih dan saluran kemih menampung urin yang dibentuk di ginjal dan menyalurkannya kelur. Kaliks, pelvis renalis, ureter dan kantung kemih memiliki struktur yang menyerupai dinding ureter yang secara berangsur menebal sewaktu mendekati kantung kemih. Mukosa organ-organ ini terdiri atas epitel transisional dan lamina propria di jaringan ikat yang padat sampai longgar. Epitel transisional kantung kemih memiliki lima sampai enam sel superfisial yang membulat dan menonjol ke dalam lumen. Sel-sel ini sering kali berbentuk poliploid. Sel superfisial dari epitel transisional mempunyai sebuah membran lempeng tebal yang dipisahkan oleh pita tipis dari membran yang tipis. Bila kantung kemih berkontraksi, mambran tersebut akan berlipat di sepanjang daerah yang tipis dan lempeng yang lebih tebal membentuk vesikel sitoplasma fusiformis.3

Gambar 4. Vesika urinariaLapisan otot dalam kaliks, pelvis renalis dan ureter memiliki susunan berpilin. Sewaktu sel otot ureter mencapai kantung kemih, sel otot tersebut berubah menjadi panjang. Serabut otot kantung kemih berjalan ke segala arah hingga mencapai leher kantung kemih dengan tiga lapisan yang berbeda, yaitu lapisan longitudinal ekterna, lapisan media dan lapisan longitudinal luar. Ureter menembus dinding kantung kemih secara miring dan membentuk katup yang mencegah aliran-balik urin. Saluran keluar kantung kemih dibungkus oleh membran adventisia dibagian luarnya kecuali dibagian atas kantung kemih yang dibungkus oleh peritoneum serosa.Uretra merupakan suatu tabung yang membawa urin dari kantung kemih ke luar. Uretra pada pria terbagi atas 4 bagian, yaitu pars prostatika, pars membranosa, pars bulosa dan pars pendulosa. Dibagian distal dan dorsal uretra pars prostatika terdapat bagian yang meninggi yaitu verumontanum yang menonjol ke bagian dalam uretra tersebut. Uretra pars prostatika memiliki epitel transisional. Ureter pars membranosa hanya memiliki panjang 1 cm dan dilapisi epitel berlapis atau bertingkat silindris. Disekitar bagian ini terdapat sphingter uretra eksterna. Uretra pars bulbosa dan pendulosa berlokasi di korpus spongiosum penis. Lumen uretra melebar ke arah distal membentuk fossa navikulare. Epitel pada bagian ini kebanyakan berupa epitel bertingkat dan silindris dengan daerah epitel berlapis gepeng. Sedangkan pada uretra wanita berbentuk tabung dengan panjang 4-5 cm yang dilapisi dengan epitelgepeng berlapis dan memiliki area dengan epitel silindris bertingkat.2

Gambar 5. UretraFungsi GinjalGinjal memiliki fungsi, yaitu :1. Mempertahankan keseimbangan air2. Mempertahankan osmolaritas dan cairan tubuh3. Mengatur jumlah dan konsentrasi elektrolit cairan4. Mempertahankan volume plasma dan keseimbangan asam basa5. Mengekskresi sisa-sisa metabolisme6. Mengeluarkan zat-zat asing7. Memproduksi eritropoietin dan renin8. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif.4Filtrasi GlomerulusFiltrat glomerulus terbentuk sewaktu sebagian plasma yang mengalir melalui tiap-tiap glomerulus terdorong secara pasif oleh tekanan menembus membrane glomerulus untuk masuk ke dalam lumen kapsul Bowman di bawahnya. Tekanan filtrasi yang memicu filtrasi ditimbulkan oleh ketidakseimbangan dalam gaya-gaya fisik yang bekerja pada membrane glomerulus. Tekanan darah kapiler glomerulus yang tinggi dan mendorong filtrasi mengalahkan kombinasi dan tekanan osmotic koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman yang bekerja berlawanan.Biasanya, 20% sampai 25% curah jantung disalurkan ke ginjal untuk mengalami proses regulatorik dan ekskretorik ginjal. Dari plasma yang mengalir melalui ginjal, dalam keadaan normal 20% difiltrasi melalui glomerulus, menghasilkan laju filtrasi glomerulus (GFR) 125 ml/menit. Komposisi filtrate tersebut identik dengan plasma, kecuali protein plasma yang tertahan oleh membrane glomerulus.GFR dapat secara sengaja diubah dengan mengubah tekanan darah kapiler glomerulus sebagai hasil dari pengaruh simpatis pada arteriol aferen. Vasokonstriksi arteriol aferen meningkatkan aliran darah ke glomerulus, sehingga tekanan darah glomerulus menurun dan GFR juga meningkat. Sebaliknya, vasodilatasi aretriol aferen menurunkan aliran darah glomerulus dan GFR. Control simpatis atas GFR merupakan bagian dari respons reflex baroreseptor untuk mengkompensasi perubahan tekanan darah arteri. Jika GFR berubah, jumlah cairan yang keluar melalui urin juga berubah, sehingga volume plasma dapat diatur sesuai kebutuhan untuk membantu memulihkan tekanan darah ke normal dalam jangka-panjang.4

Reabsorpsi TubulusSetelah plasma bebas-protein difiltrasi melalui glomerulus, setiap zat ditangani secara tersendiri oleh tubulus, sehingga walaupun konsentrasi semua konstituen dalam filtrate glomerulus awal identik dengan konsentrasinya dalam plasma (dengan kekecualian protein plasma), konsentrasi berbagai konstituen mengalami perubahan-perubahan saat cairan filtrasi mengalir melalui sistem tubulus. Kapasitas reabsorptif sistem tubulus sangat besar. Lebih dari 99% plasma yang difiltrasi dikembalikan ke darah melalui reabsorpsi. Zat-zat utama yang secara aktif direabsorpsi adalah Na+ (kation utama CES), sebagian besar elektrolit lain, dan nutrient organic, misalnya glukosa dan asam amino. Zat terpenting yang direabsorpsi secara pasif adalah Cl-, H2O, dan urea.Hal utama yang berkaitan dengan sebagian besar proses reabsorpsi adalah reabsorpsi aktif Na+. Suatu pembawa Na+-K+ ATPase bergantung-energi yang terletak di membrane basolateral setiap sel tubulus proksimal mengangkut Na+ ke luar dari sel ke dalam ruang lateral dia antara sel-sel yang berdekatan. Perpindahan Na+ ini memicu reabsorpsi netto Na+ dari lumen tubulus ke plasma kapiler peritubulus, yang sebagian besar terjadi di tubulus proksimal. Energy yang digunakan untuk memasok pembawa Na+-K+ ATPase akhirnya bertanggung jawab untuk mereabsorpsi Na+, glukosa, asam amino, Cl-, H2O, dan urea dari tubulus proksimal. Pembawa kotransportasi spesifik yang terletak di batas luminal sel tubulus proksimal terdorong oleh gradient konsentrasi Na+ untuk secara selektif mengangkut glukosa atau asam amino dari cairan luminal ke dalam sel tubulus. Dari sel tubulus, zat-zat tersebut akhirnya masuk ke plasma. Klorida direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradient listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na+. Air secara pasif direabsorpsi akibat gradient osmotic yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na+. enam puluh lima persen H2O yang difiltrasi akan direabsorpsi dari tubulus proksimal melalui cara ini. Reabsorpsi ekstenif H2O meningkatkan konsentrasi zat-zat lain yang tertinggal di dalam cairan tubulus, yang sebagian besar adalah zat-zat sisa. Molekul urea yang kecil merupakan satu-satunya zat sisa yang dapat secara pasif menembus membrane tubulus. Dengan demikian, urea adalah satu-satunya zat sisa yang direabsorpsi secara parsial akibat efek pemekatan ini; sekitar 50% urea yang difiltrasi akan direabsorpsi. Zat-zat sisa lain, yang tidak dapat direabsorbsi, akan tetap berada di urin dalam konsentrasi yang tinggi.4Di awal nefron, reabsorpsi Na+ terjadi secara konstan dan tidak dikontrol, tetapi di tubulus distal dan pengumpul, reabsorpsi sebagian kecil Na+ yang difiltrasi berubah-ubah dan dapat di control. Tingkat reabsorpsi Na+ yang dapat dikontrol ini terutama bergantung pada system rennin-angiotensin-aldosteron yang kompleks. Karena Na+ dan anion penyertanya Cl-, merupakan ion-ion yang paling aktif secara osmotis di CES, volume CES ditentukan oleh beban Na+ dalam tubuh. Pada gilirannya, volume plasma, yang mencerminkan volume CES total, penting untuk penentuan jangka-panjang tekanan darah. Apabila beban Na+/volume CES/volume plasma/tekanan darah arteri di bawah normal, ginjal mensekresikan rennin, suatu hormone enzimatik yang memicu serangkaian proses yang berakhir pada peningkatan sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ dari bagian distal tubulus, sehingga memperbaiki beban Na+/volume CES/tekanan darah yang semula menurun.Elektrolit-elektrolit lain yang secara aktif direabsorpsi oleh tubulus, misalnya PO4- dan Ca++, memiliki system pembawa masing-masing yang independen. Karena pembawa-pembawa tersebut, seperti pembawa kotransportasi nutrient organic, dapat mengalami kejenuhan, mereka memperlihatkan kapasitas transportasi maksimum, atau Tm. Apabila filtrasi suatu zat yang direabsorpsi secara aktif melebihi Tm, reabsorpsi akan berlangsung pada kecepatan maksimum yang konstan, dengan jumlah zat tambahan yang difiltrasi dieksresikan dalam urin.Sekresi TubulusSekresi tubulus melibatkan transpotasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hydrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organic, yang banyak diantaranya adalah senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh.5Sekresi ion hydrogen. Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ion hydrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di tubulus proksimal, distal, dan pengumpul. Tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang apabila konsentrasi H+ di dalam cairan tubuh terlalu rendah.Sekresi ion kalium. Sekresi ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul. Reabsorpsi ion kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K+ di bagian akhir tubulus bervariasi dan berada di bawah control. Dalam keadaan normal, jumlah K+ yang diekskresikan dalam urin adalah 10% sampai 15% dari jumlahnya yang difiltrasi. Namun, K+ yang difiltrasi hamper seluruhnya dereabsorpsi, sehingga sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol dan bukan dari filtrasi.5Sekresi anion dan kation organic. Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah, satu untuk sekresi anion organic dan suatu system terpisah untuk sekresi kation organic. System-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting. Pertama, dengan menambahkan lebih banyak ion organic tertentu ke cairan tubulus yang sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi, jalur sekretorik organic ini mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut. Kedua, pada beberapa keadaan yang penting, ion organic secara ekstensif tetapi tidak ireversibel terikat ke protein plasma. Ketiga, paling penting adalah kemampuan system sekresi ion organic mengeliminasi banyak senyawa asing dari tubuh.5Kecepatan ekskresi senyawa organic asing tidak berada di bawah control. Walaupun system sekretorik ion organicyang secara relative nonselektif ini meningkatkan pengeluaran bahan-bahan tersebut dari tubuh, mekanisme ini tidak berada di bawah control fisiologis. Banyak obat, misalnya penisilin, dieliminasi dari tubuh melalui system sekretorik ion-organik di tubulus proksimal. Agar konsentrasi obat ini dalam plasma tetap berada pada tingkat yang efektif, dosis obat harus diulang secara teratur dan sering untuk mengimbangi kecepatan pengeluaran obat ini dalam urin.3

Reabsorsi glukosaKonsentrasi glukosa plasma normal adalah 100mg glukosa/100ml plasma. Karena glukosa terfiltrasi bebas di glomerulus maka bahan ini melewati kapsula bowman dengan konsentrasi yang sama dengan konsentrasi plasma. Karena itu terdapat 100mg glukosa dala 100ml plasma yang difiltrasi. Dengan 125m plasma yang difiltrasi secara norma setiap menit, 125 mg glukosa akan melewati kapsula bowman setiap menit. Pada LFG yang tetap, jumlah filtrasi glukosa berbsnding lurus dengan konsentrasi glukosa plasma. Maksimal tubulus untuk glukosa adalah 375 mg/menit, yaitu mekanisme pengangkut glukosa mampu secara aktif mereabsorsi glukosa 375 mg glukosa per menit sebelum mencapai kemampuan transpor maksimalnya. Glukosa akan muncul pada urin jika jumlah glukosa setelah filtrasi melebihi 375 mg/menit. Ketika lebih banyak glukosa terfiltrasi daripada tereabsorsi maka jumlah yang direabsorsi maksimal dan kelebihan glukosa akan tetap berada dalam filtrat untuk diekresikan.4 Konsentrasi plasma dimana Tm suatu ambang tercapai dan bahan mulai muncul diurin disebut ambang ginjal. Pada Tm rerata 375mg/menit dan LGF 125ml/menit, ambang ginjal untuk glukosa adalah 300mg/ml. Diatas Tm, reabsorsi akan tetap pada laju maksimalnya dan setiap peningkatan lebih lanjut jumlah yang difiltrasi akan menyebabkan peningkatan yang sebanding jumlah bahan yang diekskresikan.4

Keseimbangan asam-basaAsam secara terus-menerus ditambahkan ke dalam cairan tubuh akibat aktivitas metabolik, namun H+ yang dibentuk ini tidak boleh dibiarkan menumpuk. Meskipun sistem dapar tubuh dapat menahan perubahan PH dengan mengeluarkan H+ dari larutan namun produksi menetap produk-produk metabolik yang bersifat asam akhirnya akan melampauin kemampuan sistem dapar. Karena itu H+ yang terus menerus dibentuk akhirnya dikeluarkan dari tubuh. Hampir semua H+ diekskresikan di urin melalui sekresi. Laju filtrasi H+ sama dengan [H+] plasma dikali LFG. Karena [H+] plasma darah sangat rendah, maka laju filtrasinya juga rendah.jumlah H+ terfiltrasi yang sangat kecil diekskresikan di urin. Namun, sebagian besar H+ yang diekskresikan masuk ke cairan tubulus melalui sekresi aktif. Tubulus proksimal, distal dan kolingentes smua akan menyekresi H+.6Proses sekresi H+ dimulai di sel tubulus dengan CO2 dari CO2 yang berdifusi ke dalam sel tubulus dari plasma atau CO2 dari cairan tubulus atau CO2 yanng diproduksi secara metabolik dalam sel tubulus. CO2 dan H2O dipengaruhi oleh karbonat anhidrase, membentuk H2CO3, yang terurai menjadi H+ dan HCO3-. Suatu pengangkutan dependen energi di membran luminal kemudian membawa H+ keluar sel menuju lumen tubulus. Di suatu bagian nefron, sel tubulus memindahkan Na+ yang berasal dari filtrat glomerulus dari arah berlawanan sehingga sekresi H+ dan reabsorsi Na+ berkaitan secara parsial.Laju sekresi H+ dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : Jika [H+] plasma yang mengalir melalui kapiler peritubulus meningkat diatas normal maka sel tubulus berespon dengan mensekresikan lebih banyak H+ dari plasma ke dalam cairan tubulus untuk diekskresikan di urin. Jika [H+] lebih rendah dari normal, ginjal menahan H+ dengan mengurangi sekresi dan ekskresi di urin. Ginjal tidak dapat meningkatkan [H+] dengan menyerap lebih banyak H+ yang terfiltrasi karena tidak terdapat mekanisme reabsorsi untuk H+. Satu-satunya cara ginjal untuk mengurangi ekskresi H+ adalah dengan mengurangi sekresinya. Karena reaksi kimia untuk sekresi H+ dimulai dengan CO2, maka laju reaksi tersebut dipengaruhi oleh [CO2]. Jika [CO2] plasma meningkat, reaksi-reaksi ini berlangsung dengan cepat dan laju sekresi H+ meningkat Jika [CO2] plasma menurun, reaksi-reaksi ini berlangsung dengan lama dan laju sekresi H+ menurun.Sebelum dieliminasi oleh ginjal, sebagian besar H+ yang berasal dari asam nonkarbonat didapar oleh HCO3- plasma. Karena itu, penanganan keseimbangan asam-basa oleh ginjal juga melibatkan penyesuaian ekskresi HCO3-, bergantung dengan jumlah H+ dalam plasma. Ginjal mengatur [HCO3-] plasma melalui dua mekanisme yang saling berkaitan, yaitu reabsorsi HCO3- yang terfiltrasi kembali ke plasma dalam jumlah bervariasi dan penambahan HCO3- baru ke plasma dalam jumlah bervariasi. Kedua mekanisme ini berkaitan erat dengan sekresi H+ oleh tubulus ginjal. Setiap satu H+ disekresikan ke dalam cairan tubulus, satu HCO3- secara bersamaan dipindahkan ke dalam plasma kapiler peritubulus.6Bikarbonat difiltrasi secara bebas tetapi karena membran luminal sel tubulus impermeabel terhadap HCO3- yang difiltrasi tersebut maka bahan ini tidak dapat berdifusi balik ke sel. Karena itu reabsorsi HCO3- secara tidak langsung. Ion hidrogen yang disekresikan dalam cairan tubulus berikatan HCO3- untuk membentuk H2CO3-. Dibawah pengaruh karbonat anhidrase, yang terdapat dipermukaan membran luminal, H2CO3 terurai menjadi H2O dan CO2 dapat dengan mudah menembuh membran sel tubulus. Di dalam sel, CO2 dan H2Odi bawah pengaruh karbonat anhidrase intrasel membentuk H2CO3- terurai menjadi H+ dan HCO3-. Karena dapat menembus membran basolateral sel tubulus maka HCO3- berdifusi secara pasif keluar sel menuju plasma kapiler peritubulus. Sementara itu, H+ yang tebentuk disekresikan secara aktif. Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang di sekresikan ke dalam cairan tubulus sedikit lebih banyak dari ion bikarbonat yang difiltrasi. Karena itu semua HCO3- yang difiltrasi biasanya direabsorsi karena cairan di tubulus mengandung H+ yang disekresikan untuk berikat dengannya dan membentuk CO2 yang mudah diserap. Sebagian besar dari H+ yang disekresikan berikatan dengan HCO3- dan tidak di ekskresikan karena digunakan dalam reabsorsi HCO3-.6 Namun kelebihan sedikit H+ yang tidak berikatan dengan HCO3- yang di filtrasi akan disekresikan ke dalam urin. Sekresi H+ yang diekskresikan bergabung dengan penambahan HCO3- baru ke plasma, berbeda dari sekresi H+ yang digabungkan dengan reabsorsi HCO3- dan tidak diekskresikan melainkan menyatu ke molekul H2CO3- yamg kemudian di reabsorsi. Jika semua HCO3- yang difiltrasi telah direabsorsi dan terdapat tambahan sekresi H+ yang dihasilkan dari H2CO3-, maka HCO3- yang diproduksi melalui reaksi ini akan berdifusi ke dalam plasma.

Zat-zat yang terkait dalam mekanisme kerja ginjal.Mekanisme kerja ginjal terdiri atas proses filtrasi, reabsorsi dan sekresi. Pada proses tersebut terlibat pada beberapa zat. Tubulus proksimal terjadi reabsorsi terhadap : Glukosa dan asam amino sebanyak 100% dengan kotransport ion Na+. Na+ dengan reabsorsi aktif sebanyak 67%. PO4- dan elektrolit lain dengan reabsorsi bervariasi dan dapat dikendalikan. H2O dengan reabsorsi osmotik sebanyak 65% Urea dengan reabsorsi pasif sebanyak 50% Kalium dengan reabsorsi 100% dan obligatPada tubulus proksimal juga terjadi sekresi ion H+ yang bervariasi dan bergantung pada keasaman cairan tubuh. Sedangkan pada ansa henle pars descendens terjadi reabsorsi H2O sebanyak 15% secara osmotik. Pada pars ascendens NaCl direabsorsi secara aktif sebanyak 25%. Pada tubulus distal terjadi reabsorsi Na+ yang dikendalikan oleh aldosteron dan H2O yang dikendalikan oleh ADH. Pada tubulus distal juga terjadi sekresi K+ yang dikendalikan oleh aldosteron dan H+ yang dikendalikan oleh pH cairan. Di duktus koligentes terjadi reabsorsi H2O yang dikendalikan oleh ADH dan sekresi H+ yang dikendalikan oleh pH cairan tubuh.6

KesimpulanGinjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam-basa dengan cara filtrasi, reabsorpsi, serta sekresi. Ginjal juga mengeluarkan produk sisa metabolisme dan zat kimia asing serta memproduksi hormon untuk membantu mekanisme kerjanya.

Daftar Pustaka1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.h.318-21.2. Junqueira L C. Histologi dasar. Jakarta: EGC;2007.h.369-873. Bloom, Fawcett DW. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC;2002.h.650-77. 4. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC; 2001.h.463-5035. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta:EGC;2007.h.307.6. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta:EGC;2011.h.574-628.

13