Makalah PBL Blok 15
-
Upload
maria-theresia-diego -
Category
Documents
-
view
184 -
download
6
description
Transcript of Makalah PBL Blok 15
Scabies pada Sela Jari Tangan
Disusun oleh:
Maria Theresia Diegonia (102012212)
Sunny(102012325)
Bramulya Tri Subagyo (102012305)
E/E9
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510 Telp : (021) 5694-20
Pendahuluan
Latar belakang
Penyakit scabies merupakan suatu jenis penyakit yang sering ditemukan di negara
tropis, seperti Indonesia. Nama yang sering kita dengar di masyarakat untuk penyakit ini
adalah kudis. Secara umum penyakit kulit di Indonesia prevalensinya masih tinggi. Skabies
adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya gudik.
Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak
langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita.1
Scabies adalah penyakit kulit yang sangat menular disebabkan oleh kutu yang karena
sangat kecilnya hanya dapat dilihat memakai mikroskop. Jadi berbeda dengan kutu pada
rambut dan kutu busuk. Bila sebuah keluarga terjangkit penyakit gudik (skabies) maka akan
terjadi ritual menggaruk bersama terutama di malam hari. Beberapa penderita penyakit gudik
menggambarkannya seperti gitaran. Gerakan menggaruk yang mirip bermain gitar di malam
hari karena rasa gatal yang ditimbulkannya. Karenanya tak heran jika penyakit gudik
(skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama dan di pesantren.
Hipotesis
Anak berusia 9 tahun mengalami gatal-gatal pada sela jari tangan karena mengalami scabies.
1
Sasaran pembelajaran
1. Mengetahui dan memahami maksud dari dilakukannya anamnesis.
2. Mengetahui dan memahami tata cara pemerikasaan fisik pada Scabies.
3. Mengetahui pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan pada Scabies.
4. Mengetahui dan memahami diagnosis kerja Scabies.
5. Mengetahui dan memahami diagnosis banding antara Scabies dengan penyakit lain
yang mempunyai gejala yang hampir sama.
6. Mengetahui dan memahami etiologi Scabies.
7. Mengetahui dan memahami epidemiologi dari Scabies.
8. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari Scabies.
9. Mengetahui dan memahami gejala-gelaja klinik dari Scabies.
10. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan medik dan non-medik dari Scabies.
11. Mengetahui dan memahami komplikasi apa saja yang dapat terjadi karena Scabies.
12. Mengetahui dan memahami pencegahan dari Scabies.
13. Mengetahui prognosis Scabies.
2
Isi
Skenario 15
Anak berusia 9 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik karena mengeluh sangat gatal
terutama pada sela jari tangan sejak 1 minggu yang lalu. Gejala terutama terjadi pada malam
hari.
Identifikasi istilah
Tidak ada.
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien
(auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). Anamnesis
sendiri terdiri dari beberapa pertanyaan yang dapat mengarahkan kita untuk dapat
mendiagnosa penyakit apa yang diderita oleh pasien. Dalam hal ini, Pertanyaan-
pertanyaannya meliputi:
I. Identitas
Menanyakan nama, tempat dan tanggal lahir, usia, pekerjaan, alamat, ras, suku, agama
dan jenis kelamin pemberi informasi (misalnya pasien atau keluarga).
II. Keluhan utama
Anamnesis keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Anamnesis ini biasanya memberikan informasi penting untuk
mencapai diagnosis banding dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran
keluhan yang menurut pasien paling penting.2 Dalam hal ini keluhan utama pasien
pada skenario yang ada adalah gatal pada sela jari terutama pada malam hari sejak 1
minggu yang lalu.
III. Riwayat penyakit sekarang
3
Sebagai dokter, kita harus menanyakan apa yang dirasakan oleh pasien saat ini.
Misalnya pada skenario, pasien tersebut merasa sangat gatal pada sela jari tangannya.
IV. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat obat
Sangat penting untuk mengetahui apakah sebelumnya pasien pernah mengalami hal
yang sama, dalam hal ini gatal-gatal pada sela jari tangan maupun di bagian tubuh
lain. Jika sudah pernah, tentu saja pasien pasti telah memperoleh pengobatan terhadap
gatal-gatal tersebut sehingga memudahkan dokter untuk memberikan
penatalaksanaan.2
V. Riwayat penyakit keluarga
Penting untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh kerabat pasien karena
terdapat kontribusi genetik yang kuat pada berbagai penyakit.2
VI. Riwayat penyakit sosial
Penting untuk memahami latar belakang pasien, pengaruh penyakit yang mereka
derita terhadap hidup dan keluarga mereka. Pekerjaan tertentu beresiko menimbulkan
penyakit tertentu, jadi penting untuk mendapatkan riwayat pekerjaan yang lengkap.2
Dalam hal ini bukan hanya pekerjaan, namun juga kebersihan diri pasien dan
lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
(a) (b)
Gambar 1. (a) Scabies pada Sela Jari; (b) Scabies pada Lateral Pedis3
4
Gambar 2. Tempat Predileksi Scabies3
Pada pemeriksaan fisik yang kita perlu lihat adalah tempat predileksi skabies.
Umumnya pada sela jari dan kaki hingga telapaknya. Pada inspeksi, tanda awal infestasi
seringkali terdiri dari papula merah 1-2 mm, beberapa mengalami ekskoriasi, berkrusta atau
berskuama. Terowongan seperti benang merupakan lesi klasik skabies tetapi tidak dapat
terlihat pada bayi. Pada bayi, bula dan pustul relatif sering; erupsi juga dapat berupa urtikaria,
papula, vesikel dan dermatitis eksematosa. Daerah yang sering terkena adalah telapak tangan,
telapak kaki, wajah dan kulit kepala.4
Pada anak yang lebih besar dan remaja, pola klinis sama dengan pada orang dewasa,
daerah yang lebih disukai adalah sela-sela jari, bagian fleksor pergelangan tangan, lipat
aksilla anterior, lutut, pantat, umbilikus dan garis ikat pinggang, lipat paha, genitalia pada
laki-laki dan areola pada wanita. Kepala, leher, telapak tangan dan telapak kaki biasanya
tidak terkena.4
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis positif adanya kutu, telur atau skibala
(butiran feses). Hasil pemeriksaan secara mikroskopis menemukan adanya infeksi
ektoparasit sarcoptes scabiei dan telur dari ektoparasit tersebut.
5
Gambar 3. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Scabies3
Selain tes mikroskopis dapat juga dilakukan tes tinta yaitu dengan menggosok tinta
pada papula yang timbul pada kulit kemudian didiamkan setelah 30 menit. Setelah itu tinta
yang ada pada permukaan kulit dihapus dengan kapas alkohol. Apabila terlihat gambaran zig-
zag pada permukaan kulit, berarti tinta masuk ke daerah yang kosong pada lapisan kulit
dibawahnya. Hal ini menunjukan kemungkinan adanya terowongan yang dibuat oleh tungau
penyebab skabies.
Manifestasi klinik
Penyakit skabies memiliki gejala klinis utama antara lain:
1. Pruritus nokturna
Merupakan rasa gatal di malam hari, yang disebabkan aktivitas kutu yang lebih tinggi
dalam suhu lembab. Rasa gatal dan kemerahan diperkirakan timbul akibat sensitisasi
oleh tungau.1
2. Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada scabies, yaitu terowongan dan ruam scabies.
Terowongan terutama ditemukan pada tangan dan kaki bagian samping jari tangan
dan jari kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan dan punggung kaki. Pada bayi,
terowongan sering terdapat pada telapak tangan, telapak kaki dan bias juga terdapat
pada badan, kepala dan leher. Terowongan pada badan biasanya ditemukan pada usia
lanjut.1
3. Ruam skabies berupa erupsi papula kecil yang meradang, yang terutama terdapat di
sekitar aksilla, umbilikus dan paha. Ruam ini merupakan suatu reaksi alergi tubuh
terhadap tungau.1
6
4. Kelainan sekunder yaitu, eksokoriasim, eksematisasi dan infeksi bakteri sekunder.1
Working diagnosis
Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan ditemukannya tungau atau telurnya pada
pemeriksaan mikroskopis. Untuk melakukan hal tersebut, terowongan harus ditemukan.
Selain dari hasil pemeriksaan mikroskopis, diagnosis dapat lebih dikuatkan dengan atas dasar
keluhan dan data klinis pasien antara lain, gatal hebat pada malam hari, selain pasien,
keluarga pasien juga mengalami hal yang serupa dan adanya efloresensi polimorf pada
tempat predileksi.1
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka kita dapat
menentukan diagnosis yaitu Scabies pada sela-sela jari anak tersebut.
Etiologi
Penyebab skabies adalah Sarcoptes scabiei varietas homonis. Kutu ini bukanlah
serangga dari golongan insekta melainkan tungau dari Familia Sarcoptidae yang memiliki
empat pasang kaki (bukan tiga pasang seperti pada golongan insekta) sehingga lebih dekat
dengan keluarga sengkenit. Kutu ini ditularkan dengan hubungan kontak langsung pada kulit
termasuk ketika berhubungan seks.5
Gambar 4. Sarcoptes scabei3
Kutu yang transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung, perutnya rata dan
tidak bermata.
Diameternya sekitar 0.3 mm
7
Memiliki 4 pasang kaki
Tidak dapat terbang ataupun meloncat
Gambar 5. Sarcoptes scabei life’s cycle3
Yang menimbulkan skabies pada manusia adalah jenis yang betina. Hal ini dikarenakan
yang jantan mati setelah kopulasi. Bentuk parasit skabies bulat 0,3-0,4 mm dengan 4 pasang
kaki, 2 pasang terletak di depan dan 2 pasang kaki lainnya di belakang.6
Segera setelah kopulasi, betina akan menggali lubang ke stratum korneum membentuk
terowongan yang berkelok-kelok dan terlihat keabu-abuan. Terowongan ini digunakan
sebagai tempat tinggal dan bertelur oleh spesies yang betina. 2-3 butir telur dihasilkan dalam
satu hari. Untuk nutrisinya, betina akan memakan cairan sel yang ada disekitarnya sambil
8
terus membangun terowongan untuk meletakkan telur. Telur menetas 3-4 hari kemudian
menjadi larva yang berkaki tiga. Larva kemudian akan membutuhkan waktu 3 hari untuk
menjadi nimfa dan 3 hari kemudian menjadi bentuk dewasa. Total siklus ini memakan waktu
2 minggu.6
Pada hewan juga bisa terdapat infestasi tungau skabies. Skabies hewan menyerang
berbagai jenis hewan mamalia, seperti kambing, sapi, domba, kerbau, babi dan kelinci. Kutu
ini bersifat host spesific artinya ia hanya memilih hewan tertentu saja. Infeksi silang antara
hewan dan manusia pernah dilaporkan kasusnya. Namun, jika sampai terjadi infeksi,
umumnya kutu hewan ini tidak akan berkembang lebih lanjut dan akan mati dengan
sendirinya.6
Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta atau eksreta tungau yang memerlukan waktu kir-kira sebulan setelah infestasi. Pada
saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel dan urtika.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.6
Diferential diagnosis
1. Pitiriasis Rosea
Gambar 6. Ptiriasis rosea3
Ptiriasis rosea merupakan suatu penyakit kulit akut dan bersifat swasirna. Lesi
inisial : sebuah plak tipis oval erimatosa dengan skuama halus koleret pada batang tubuh
(herald patch) dan diikuti oleh sejumlah lesi serupa yang lebih kecil. Penyakit ini
kemungkinan besar sebagai viral exanthem yang berkaitan dengan reaktivasi human
9
herpesvirus 7 (HHV-7) dan HHV-6. Gejala klinik nya mulai dengan satu lesi di tubuh,
bebrapa hari sampe beberapa minggu muncul banyak lesi serupa yang lebih kecil, bisa di
sertai gatal ataupun tidak, bisa flu-like symptoms, skuama koleret di tepi plak. Erupsi
primer herald patch 2-4cm, oval, erimatosa gelap. Erupsi sekunder timbul dalam waktu 2
minggu, lesi sekunder banyak terdapat di tubuh dan ekstremitas proximal.7
2. Prurigo/gigitan serangga
Gambar 7. Prurigo3
Merupakan suatu bentuk erupsi papular yang kronik dan rekurens. Selain papul juga
kerap timbul vesikel yang dapat menjadi lesi sekunder seperti krusta, erosi dan ekskoriasi.
Lesi yang ditemukan hampir menyerupai lesi yang ditemukan pada skabies. Prurigo sering
ditemukan pada bayi akibat reaksi hipersensitivitas terhadap gigitan kutu loncat, nyamuk,
agas dan kepiting. Prurigo juga cenderung muncul dalam bentuk kelompok papula pada
malam hari dan menetap selama kurang lebih 2 minggu.6
Perbedaan prurigo dan skabies bisa dilihat dari tempat predileksi. Prurigo cenderung
ada di daerah badan dan ekstensor ekstremitas, dapat pula mengenai muka dan kulit kepala
yang berambut. Selain itu jika skabies sering ditemukan pada segala jenis usia, maka
prurigo paling sering ditemukan pada anak bayi.
3. Pediculosis Corporis
10
Gambar 8. Pedukulosis Corporis3
Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pediculus (tuma), sejenis
kutu yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau baju, memberi
keluhan gatal akibat gigitannya. Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama
pada orang dengan higiene yang buruk, misalnya penggembala, disebabkan mereka jarang
mandi atau jarang mengganti dan mencuci pakaian. Maka itu penyakit ini sering disebut
penyakit vagabound. Hal ini disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat
kapas di sela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah.
Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin
karena orang memakai baju yang tebal serta jarang dicuci. Cara penularan dapat melalui
pakaian maupun kontak langsung. Umumnya ditemukan kelainan berupa bekas-bekas
garukan pada badan karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih intensif.
Kadang-kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional.7
Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal ialah :7
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harga murah.
Cara pengobatannya harus seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang
hiposensitisasi).
11
Jenis obat topikal :7
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau
krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaanya
tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori
pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gemeksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim
atau lasio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan dan jarang memberikan iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di
bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat.
Pemberiannya cukup sekali, kecuali masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamin 10% dalam krima atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunya dua
efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.
5. Permetrin degna kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gemeksan,
efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Beila belum
sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibwah umur 2 bulan.
Apabila terjadi infeksi sekunder ataupun dermatitis dapat diberikan antibiotika.
Penatalaksanaan non-medicamentosa juga diperlukan seperti meningkatkan kebersihan
perorangan dan lingkungan, menghindari orang-orang yang terkena serta mencuci/menjemur
alat-alat tidur dan jangan memakai pakaian/handuk bersama-sama.
Komplikasi
Komplikasi dermatitis merupakan penyulit diagnosis bagi seorang dokter. Komplikasi
yang dapat terjadi antara lain:
1. Infeksi sekunder
Misalnya pada dermatitis kontak.
2. Pustulae
12
3. Folikulitis
4. Furunkulosis
Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara penggunaan obat, serta syarat pengobatan
dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka penyakit dapat diberantas
dan memberi prognosis yang baik.7
Penutup
Kesimpulan
Penyakit skabies ditandai disebabkan oleh Sarcoptes scabei var. hominis dan
produknya dengan manifestasi klinis berupa gatal yang tidak tertahankan pada malam hari.
Gambaran klinis pada kulit pasien dengan penyakit ini; ditemukan adanya terowongan dan
ruam scabies berupa erupsi papul kecil yang meradang. Predileksi scabies pada anak dan
dewasa yang tersering adalah pada sela-sela jari tangan dan kaki. Sekarang ini, obat yang
sering dipakai adalah krim Permetrin 5% dengan sekali dosis dan dihapuskan setelah 10 jam
pemakaian. Tidak dianjurkan untuk pemakaian pada bayi yang berumur di bawah 2 bulan.
Hipotesis diterima.
Daftar Pustaka
1. Graham R, Burns BT. Lecture notes: dermatologi. Jakarta: Erlangga, 2005. Hal. 42-3.
2. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga, 2007. Hal.
12-7.
3. Google.com/image
4. Nelson. Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Volume 3. Jakarta: EGC, 2000. Hal. 2315.
5. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K. Dermatology in general medicine. 4th edition. New
York: McGraw – Hill Medical Publisher; 2003.p.2182-3.
6. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Parasitologi
kedokteran edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.h.265-8
13
7. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2010.h.119-26.
14