Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

23
Gejala Klinis serta Pengobatan Herpes Zoster Kelly Stephanie Catherine Tanzil 102011118 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510 Email: [email protected] Abstrak Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya. Hal tersebut terjadi infeksi virus. Terapi herpes zoster dapat dengan beberapa cara dan prognosis dari tiap individu berbeda satu sama lain. Kata kunci : herpes, zoster, virus Abstract Herpes zoster is an acute inflammation of the skin of a unilateral special vesicles mob, according to dermatomanya. This has become a viral infection. Herpes zoster therapy can in some way and prognosis of each individual different from each other. Keywords: herpes, zoster, virus Pendahuluan Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu

Transcript of Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

Page 1: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

Gejala Klinis serta Pengobatan Herpes Zoster

Kelly Stephanie Catherine Tanzil

102011118

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510

Email: [email protected]

Abstrak

Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel

unilateral, sesuai dengan dermatomanya. Hal tersebut terjadi infeksi virus. Terapi herpes zoster

dapat dengan beberapa cara dan prognosis dari tiap individu berbeda satu sama lain.

Kata kunci : herpes, zoster, virus

Abstract

Herpes zoster is an acute inflammation of the skin of a unilateral special vesicles mob,

according to dermatomanya. This has become a viral infection. Herpes zoster therapy can in

some way and prognosis of each individual different from each other.

Keywords: herpes, zoster, virus

Pendahuluan

Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh

virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster.Herpes zoster ditandai dengan

adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang

dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.

Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan

antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan

terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan

kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.

Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus

Page 2: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik

dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada

ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi

tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius.

Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela

yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang

berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk

pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen. Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-

15% kasus, komplikasi yang terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri

yang persisten setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun,

tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang terkena

secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat

terjadi oleh karena defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi. Secara

umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu: mengatasi inveksi virus akut,

mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan mencegah timbulnya

neuralgia paska herpetik.

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis merupakan langkah awal dan penting yang harus dilakukan seorang dokter.

Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Ada beberapa tipe

anamnesis:

1. Autoanamnesis: wawancara yang dilakukan langsung kepada pasien

2. Aloanamnesis: wawancara yang dilakukan terhadap orangtua, wali, orang yang dekat

dengan pasien, atau sumber lain (keterangan dari dokter yang merujuk, catatan rekam

medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri)

Pada seorang pasien, terutama pasien anak, sebagian terbesar data yang diperlukan untuk

menegakkan diagnosis (diperkirakan tidak kurang dari 80%) diperoleh dari anamnesis.

Berdasarkan anamnesis sering dapat ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya

Page 3: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

faktor-faktor yang mungkin menjadi latar belakang penyakit, yang semuanya berguna dalam

menentukan sikap untuk penatalaksanaan selanjutnya.1

Jelaslah, bahwa anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat

menentukan dalam pemeriksaan klinis. Namun dalam kebanyakan kasus anak, aloanamnesis

akan lebih sering diterapkan dibandingkan dengan autoanamnesis; dalam hubungan ini

pemeriksa harus waspada akan kemungkinan terjadinya bias, oleh karena data tentang keadaan

pasien yang didapat mungkin berdasarkan asumsi atau persepsi orangtua atau pengantar.

Keadaan ini sering berkaitan dengan pengetahuan, adat, tradisi, kepercayaan, kebiasaan, dan

faktor budaya lainnya.

Suatu anamnesis yang terarah dapat mempermudah penegakan diagnosis sesuai dengan

keluhan yang dikemukakan oleh anak atau orangtua.

Anamnesis yang lengkap harus dilakukan pada semua pasien, termasuk:

Identitas pasien. Nama lengkap dan nama panggilan, umur, jenis kelamin, nama

orangtua, alamat, data orangtua (umur, pendidikan dan pekerjaan), agama dan suku

bangsa.1

Keluhan Utama. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga pasien tersebut

pergi ke dokter dan mencari pertolongan. Selain itu keluhan utama harus disertai dengan

indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.

Riwayat penyakit. Riwayat perjalanan penyakit (lamanya keluhan berlangsung;

bagaimana sifat terjadinya gejala: apakah mendadak, perlahan-lahan, terus menerus,

berupa bangkitan-bangkitan atau serangan, hilang-timbul, apakah berhubungan dengan

waktu (pagi, sore, atau malam); untuk keluhan lokal harus dirinci lokasinya dan sifatnya:

menetap, menjalar, menyebar, sifat penyebarannya, berpindah-pindah; berat-ringannya

keluhan dan perkembangannya: apakah menetap, cenderung bertambah berat, cenderung

berkurang; terdapatnya hal yang mendahului keluhan; apakah keluhan tersebut baru

pertama kali dirasakan atau sudah pernah sebelumnya (bila sudah pernah, dirinci apakah

intesitas dan karakteristiknya sama atau berbeda, dan interval antara keluhan-keluhan

tersebut); apakah terdapat saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling pasien yang

menderita keluhan yang sama; upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya.

Page 4: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

Riwayat penyakit dahulu. Menanyakan kepada pasien atau penanggung jawabnya,

apakah dulu pernah mempunyai penyakit yang berhubungan dengan penyakit yang di

deritanya sekarang atau yang dapat memberatkan penyakitnya sekarang.

Riwayat penyakit keluarga. Menanyakan kepada pasien atau penanggung jawabnya,

apakah di dalam keluarga pasien ada yang pernah atau sedang menderita penyakit

menurun atau infeksi.

Riwayat pribadi. Menanyakan bagaimana kondisi sosia, ekonomi dan kebiasaan –

kebiasaan pasien. Asupan gizi pada pasien juga perlu ditanyakan, meliputi jenis

makanannya, kuantitas dan kualitasnya. Selain itu, harus ditanyakan juga bagaimana

lingkungan tempat tinggal pasien.1

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Lesi2

Melihat ada atau tidak nyeri (atau malah mati rasa di lesinya), dilanjutkan dengan melihat

perjalanan lesi dari pertama muncul bagaimana keadaan lesi yang lama apakah semakin parah

atau malah menyembuh, lihat juga jenis lesi apakah monomorf atau polimorf, pastikan jenis dari

herpes, liat seluruh tubuh untuk menduga apakah herpes zosternya generalisata lebih dari satu

flexus saraf supaya bisa segera mengatasi kemungkinan komplikasi

Periksa daerah yang rawan komplikasi

Misalnya dengan adanya lesi di wajah, periksa juga mata sama palpebra mungkin ada

komplikasi ulkus kornea dan sebagainya. pastikan belum ada neuralgia pasca herpetic kalau

pasiennya orang lanjut usia (<60th). 2

Pemeriksaan kelenjar getah bening untuk melihat apakah ada pembesaran KGB

Pemeriksaan tanda-tanda vital

Pemeriksaan Penunjang

1. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan mikroskop

elektron.

2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen

3. Test serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.

4. Tzanck test (+) : kerokan dasar vesikel + giemsa akan didapatkan hasil sel datia berinti

banyak.3

Page 5: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

Diagnosis

Working Diagnosis

Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel

unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).3

Herpes zoster adalah suatu infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan

terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam

bentuk cacar air). 4

Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia

beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit.Adakalanya sebelum

timbul kelainan kulit didahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan malaise. Kelainan

kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula

yang dengan cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih,

setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi,

vesikel dan bula dapat menjadi krusta.3

Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan dengan penyebab rasa nyeri

lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis, kolik renal, dan sebagainya.

Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah ditegakkan. Karakteristik dari erupsi kulit

pada herpes zoster terdiri atas vesikel-vesikel berkelompok, dengan dasar eritematosa, unilateral,

dan mengenai satu dermatom.

Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu menegakkan

diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula pemeriksaan cairan

vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes serologik. Pada pemeriksaan

histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf,

proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion.

Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen virus herpes zoster dapat

dilihat secara imunofluoresensi.3,4

Page 6: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

Different Diagnosis

1. Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak ialah bentuk dermatitis eksogen yang disebabkan oleh bahan atau

substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis kontak ada 2 yaitu dermatitis iritan dan alergik.

Dermatitis iritan ada yang bersifat akut dan kronis, yang akut biasanya karena adanya iritan kuat.

Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, bula, dapat terjadi erosi, bahkan sampai nekrosis.

Lain halnya dengan dermatitis iritan kronik biasanya disebabkan oleh iritan lemah yang berulang

misalnya karena detergen,tanah bahkan air, gejala klasik biasanya berupa kulit kering, eritema,

skuama, lambat laun kulit menjadi tebal(hyperkeratosis) dan likenifikasi.4

2. Herpes Simplex

Saat ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster dan herpes simpleks. Kedua herpes

ini berasal dari virus yang berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster. Zoster

tumbuh dalam bentuk ruam memanjang pada bagian tubuh kanan atau kiri saja. Jenis yang kedua

adalah herpes simpleks, yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). HSV sendiri

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu HSV-1 yang umumnya menyerang bagian badan dari

pinggang ke atas sampai di sekitar mulut (herpes simpleks labialis), dan HSV-2 yang menyerang

bagian pinggang ke bawah. Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, walaupun

ada juga yang disebabkan oleh HSV-1 yang terjadi akibat adanya hubungan kelamin secara

orogenital, atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut dengan oral seks, serta penularan melalui

tangan.4

Herpes simplex genitalis

Herpes genitalis primer memiliki masa inkubasi antara 3 - 7 hari. Gejala yang timbul dapat

bersifat berat tetapi bisa juga tidak tampak, terutama apabila lukanya berada di daerah mulut

rahim pada perempuan. Pada awalnya, gejala ini didahului oleh rasa terbakar beberpa jam

sebelumnya pada daerah dimana akan terjadi luka. Setelah luka timbul, penderita akan

merasakan gejala seperti tidak enak badan, demam, sakit kepala, kelelahan, serta nyeri otot. Luka

yang terjadi berbentuk vesikel atau gelembung-gelembung. Kemudian kulit tampak kemerahan

dan muncullah vesikel yang bergerombol dengan ukuran sama besar. Vesikel yang berisi cairan

ini mudah pecah sehingga menimbulkan luka yang melebar. Bahkan ada kalanya kelenjar getah

bening di sekitarnya membesar dan terasa nyeri bila diraba.4

Page 7: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

Pada pria gejala akan tampak lebih jelas karena tumbuh pada kulit bagian luar kelenjar penis,

batang penis, buah zakar, atau daerah anus. Sebaliknya, pada wanita gejala itu sulit terdeteksi

karena letaknya tersembunyi. Herpes genitalis pada wanita biasanya menyerang bagian labia

majora, labia minora, klitoris, malah acap kali leher rahim (serviks) tanpa gejala klinis. Gejala itu

sering disertai rasa nyeri pada saluran kencing.4

Herpes simplex labialis

Orang dengan antibody HVS (-) sakit kurang lebih 3 minggu, pada herpex labialis

disertai gejala sistemik demam, malaise, dan anorexia. Eflouresensi yang terlihat berupa vesikula

berkelompok diatas kulit yang erimateus dan sembab, keruh – seropurulen- krusta/ulserasi –

sembuh tanpa sikatriks.4

Epidemiologi

Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan

tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan

perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti

Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di

Indonesia lebih kurang 1% setahun.5

Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena

varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah

sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif

dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang

dari 10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi

usia 11 bulan.4,5

Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus

berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.

Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat

hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam

subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang

Page 8: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa

biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada

saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa

mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta

mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan

virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.5

Patogenesis

Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus

mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya

terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial

System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan

simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui

serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam

neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang

laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik

kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.3,4

Gambaran Klinis

Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang

terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi. Gejala konstitusi, seperti

sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak) dan

timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.

Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan unilateral.

Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit

yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.3

Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam

kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga. Seminggu

sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi

Page 9: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

2-3 minggu.Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya

timbul keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut

usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.

Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal (55%),

kranial (20%), lumbal (15%), dan sakral (5%).3,4

Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:3

1. Herpes zoster oftalmikus

Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian

ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf

trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala

konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari

sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata

bengkak dan sukar dibuka.3

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra.

2. Herpes zoster fasialis

Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian

ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik

Page 10: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

unilateral pada kulit.3

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.

3. Herpes zoster brakialis

Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.3

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.

1. Herpes zoster torakalis

Page 11: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Herpes

torakalis adalah herpes tersering.4

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.

5. Herpes zoster lumbalis

Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.3,4

6. Herpes zoster sakralis

Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.4

Page 12: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra.

Komplikasi

1. Neuralgia paska herpetik

Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan.

Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Keadaan

ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi

nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur penderita maka semakin tinggi persentasenya.5

2. Infeksi sekunder

Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya

pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat

disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.5

3. Kelainan pada mata

Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik,

keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.5

4. Sindrom Ramsay Hunt

Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus, sehingga

memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan

tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan

gangguan pengecapan.3,4

5. Paralisis motorik

Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus

secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis ini

biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi

seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.

Page 13: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

Umumnya akan sembuh spontan.4

Penatalaksanaan

Pengobatan Umum

Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada

orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun.

Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar. Untuk

mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.6

Pengobatan Sistemik

1. Obat Antivirus

Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya

valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase

pada virus. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena. Asiklovir

Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang

dianjurkan adalah 5×800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena

biasanya hanya digunakan pada pasien yang imunokompromise atau penderita

yang tidak bisa minum obat. Obat lain yang dapat digunakan sebagai terapi herpes

zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari selama 7 hari,

karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain itu famsiklovir juga dapat dipakai.

Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase. Famsiklovir

diberikan 3×200 mg/hari selama 7 hari.6

2. Analgetik

Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus

herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam

mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga

dipakai seperlunya ketika nyeri muncul.5,6

3. Kortikosteroid

Page 14: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian

harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan

ialah prednison dengan dosis 3×20 mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan

secara bertahap. Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan

sehingga lebih baik digabung dengan obat antivirus.5

Pengobatan topikal

Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan

bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi

sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salap

antibiotik. Untuk desinfektan bisa diberikan campuran alkohol + betadine.6

Pencegahan

Untuk mencegah infeksi laksanakan kompres basah sesuai program untuk mengurangi

intensitas inflamasi. Rasional: vasokonstriksi pembuluh darah kulit dapat mengurangi

eritema dan membantu debridemen vesikel dan krusta serta mengendalikan inflamasi.

Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk mencegah

penularan dan mempercepat penyembuhan.

Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang

maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi. 5,6

Prognosis

Prognosis baik sesuai penanganan yang cepat dan tepat. Namun pada orang tua yang kondisinya

lemah dapat menyebabkan kematian.6

Kesimpulan

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang

menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi

primer.

Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster oftalmikus, fasialis,

Page 15: Gejala Klinis Serta Pengobatan Herpes Zoster PBL BLOK 15

brakialis, torakalis, lumbalis, dan sakralis. Manifestasi klinis herpes zoster dapat berupa

kelompok-kelompok vesikel sampai bula di atas daerah yang eritematosa. Lesi yang khas

bersifat unilateral pada dermatom yang sesuai dengan letak syaraf yang terinfeksi virus.

Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, yaitu

tes Tzanck dengan menemukan sel datia berinti banyak.

Pada umumnya penyakit herpes zoster dapat sembuh sendiri (self limiting disease), tetapi pada

beberapa kasus dapat timbul komplikasi. Semakin lanjut usia, semakin tinggi frekuensi

timbulnya komplikasi.

Daftar Pustaka

1. Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2011. h. 92-

4.

2. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2010.h. 1-3.

3. Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.h. 110-2.

4. Martodihardjo S. Penanganan Herpes Zoster dan Herpes Progenitalis. Ilmu Penyakit kulit

dan Kelamin. Surabaya: EGC; 2010. h.89-93.

5. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Penyakit Virus. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi Ke-3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius; 2010.h. 128-9.

6. Price, Sylvia., Wilson, Lorraine. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

Volume 2. Jakarta: EGC; 2010. h. 91-8.