Kabin Herpes Zoster

47
BAB I PENDAHULUAN Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Virus Varisela-Zoster yang menyerang kulit dan mukosa, bermanifestasi sebagai radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu vesikel-vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persarafan sensorik kulit sesuai dermatom. 1,2 Virus Varisela Zoster adalah agen penyebab varisela, yang lebih dikenal sebagai chickenpox atau cacar air, infeksi umum yang menyerang masa kanak-kanak. Mengikuti penyembuhan dari chickenpox, VVZ berdiam di saraf ganglion posterior. Virus ini tidak hilang tuntas dari tubuh setelah infeksi primernya dalam bentuk varisela melainkan dorman pada sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris yang kemudian pada saat tertentu mengalami reaktivasi dan bermanifestasi sebagai herpes zoster. 3,4 Secara klasik herpes zoster dikenal sebagai penyakit orang tua, insidensnya meningkat tajam pada umur di atas 60 tahun tetapi dapat terjadi pula pada semua umur. Diperkirakan antara 10 dan 20% populasi akan mengalami serangan herpes zoster selama hidupnya. 3 Komplikasi umum yang terjadi pada herpes zoster adalah neuralgia pascaherpetik, yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 1 bulan mengikuti resolusi dari ruam vesikuler. Insidennya meningkat sesuai usia, dengan kata lain 3-4% pada umur 30-50 1

description

herpes zooster

Transcript of Kabin Herpes Zoster

Page 1: Kabin Herpes Zoster

BAB I

PENDAHULUAN

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Virus Varisela-Zoster yang

menyerang kulit dan mukosa, bermanifestasi sebagai radang kulit akut, mempunyai sifat khas

yaitu vesikel-vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persarafan sensorik kulit sesuai

dermatom. 1,2

Virus Varisela Zoster adalah agen penyebab varisela, yang lebih dikenal sebagai

chickenpox atau cacar air, infeksi umum yang menyerang masa kanak-kanak. Mengikuti

penyembuhan dari chickenpox, VVZ berdiam di saraf ganglion posterior. Virus ini tidak hilang

tuntas dari tubuh setelah infeksi primernya dalam bentuk varisela melainkan dorman pada sel

ganglion dorsalis sistem saraf sensoris yang kemudian pada saat tertentu mengalami reaktivasi

dan bermanifestasi sebagai herpes zoster. 3,4

Secara klasik herpes zoster dikenal sebagai penyakit orang tua, insidensnya meningkat

tajam pada umur di atas 60 tahun tetapi dapat terjadi pula pada semua umur. Diperkirakan antara

10 dan 20% populasi akan mengalami serangan herpes zoster selama hidupnya.3

Komplikasi umum yang terjadi pada herpes zoster adalah neuralgia pascaherpetik, yaitu

nyeri yang menetap selama lebih dari 1 bulan mengikuti resolusi dari ruam vesikuler. Insidennya

meningkat sesuai usia, dengan kata lain 3-4% pada umur 30-50 tahun, dan 34% pada penderita

berusia di atas 80 tahun. Nyeri yang menetap dari neuralgia postherpetik dapat berlangsung

berbulan-bulan atau bertahun-tahun. 4

Herpes Zoster biasanya bermanifestasi dalam bentuk yang ringan, namun dapat

menyebabkan komplikasi, mulai dari yang ringan sampai yang sangat berat. Penyakit ini jarang

menyebabkan kematian pada pasien yang imunokompeten, namun dapat mengancam kehidupan

pada pasien dengan imunokompromais. Tatalaksana dini dengan antiviral dan kortikosteroid

menunjukkan pengurangan durasi dari gejala dan dapat mencegah atau memperbaiki beberapa

komplikasi yang mungkin terjadi. 4

1

Page 2: Kabin Herpes Zoster

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Herpes zoster adalah penyakit neurodermal yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-

zoster yang menyerang kulit dan mukosa, ditandai dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi

vesikuler berkelompok dengan dasar eritematosa pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf

kranialis atau spinalis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi

primer.1,3

2.2 Epidemiologi

Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang diterangkan dalam

definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela. Kadang-

kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan

transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.3

Penularan zoster dapat secara kontak langsung dengan lesi aktif penderita herpes zoster.

Pada seseorang yang tidak pernah mengalami infeksi VVZ primer atau imunokompromais akan

rentan tertular virus tersebut dari seseorang dengan herpes zoster dan bermanifestasi sebagai

varisela. Pengamatan oleh Gland menghasilkan dugaan bahwa herpes zoster yang dialami oleh

seorang bayi muda kemungkinan akibat infeksi varisela maternal pada masa prenatal. 3

Sebuah survey serologis di negeri beriklim tropis menunjukkan seroprevalensi yang lebih

rendah dibandingkan dengan negeri yang memiliki iklim lebih dingin, kemungkinan karena

cuaca panas menghambat penyebaran virus. Faktor genetik diperkirakan juga berpengaruh,

terlihat pada satu uji seroprevalensi didapatkan pada kelompok pelaut Amerika berkulit putih

lebih tinggi dibandingkan dengan kulit berwarna. 3

Kebanyakan kasus berumur lebih dari 45 tahun dan insidensinya meningkat sesuai

pertambahan usia. Menurunnya imunitas seluler karena usia lanjut merupakan faktor utama

penyebab reaktivasi, dan sering kali dijumpai pada pasien dengan status imun inkompeten. 3

2.3 Etiologi

2

Page 3: Kabin Herpes Zoster

Virus Varisela Zoster (VVZ) merupakan virus DNA yang tergolong dalam famili

Herpesviridae. Pada manusia, infeksi primer dari VVZ terjadi ketika virus berkontak dengan

mukosa saluran pernafasan atau konjungtiva. Kemudian virus tersebut menyebar lewat aliran

darah dalam tubuh melalui sel mononuklear. Di jaringan tubuh, VVZ menyebar dari sel ke sel

melalui kontak langsung. 4

Setelah infeksi primer, virus ini bermigrasi sepanjang serabut saraf sensorik menuju sel

satelit dari akar ganglion dorsal yaitu tempat VVZ dorman. Dormansi ini bisa permanen, atau

virus akan teraktivasi ketika terjadi penurunan imunitas selular yang bermanifestasi dalam

bentuk herpes zoster. 4

Bagaimana tepatnya VVZ teraktivasi dari latensinya tidak sepenuhnya dimengerti.

Namun, cell-mediated, imunitas spesifik dari VVZ, terlihat sebagai faktor utama dalam

menentukan reaktivasi virus ini. Sel ini menurun sejalan dengan umur dan pada pasien dengan

keganasan. Kelompok inilah yang memilik angka tinggi menderita herpes zoster. Pasien dengan

hipogammaglobulinemia tidak termasuk yang memiliki risiko tinggi dari herpes zoster. 4

2.4 Patogenesis

Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis.

Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persarafan ganglion

tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis

sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik. 3

Secara alami virus mencapai ganglion sensoris, diduga dengan cara hematogenik,

transport neuronal retrograde, atau keduanya, dan menjadi laten pada sel ganglion. Latensi

adalah tanda utama VVZ dan tidak diragukan lagi peranannya dalam patogenesitas. Sifat latensi

ini menandakan virus dapat bertahan seumur hidup hospes dan pada suatu saat masuk dalam fase

reaktivasi yang mampu sebagai media transmisi penularan kepada seseorang yang rentan. 3

Infeksi primer VVZ memicu imunitas humoral dan seluler, namun dalam

mempeertahankan latensi, imunitas seluler lebih penting pada herpes zoster. Keadaan ini terbukti

dengan insidensi herpes zoster meningkat pada pasien HIV dengan jumlah CD4 menurun,

dibandingkan dengan orang normal. 3

3

Page 4: Kabin Herpes Zoster

Pada masa reaktivasi virus bereplikasi kemudian merusak dan terjadi peradangan

ganglion sensoris. Virus menyebar ke sumsum tulang belakang dan batang otak, dari saraf

sensoris menuju kulit dan menimbulkan erupsi kulit vesikuler yang khas. Pada daerah dengan

lesi varisela terbanyak, diperkirakan merupakan daerah virus terbanyak mengalami keadaan laten

dan merupakan daerah terbesar kemungkinannya mengalami herpes zoster. 3

Sifat laten ini dipertahankan dengan adanya gangguan transkripsi gen dari kelas kinetik

khusus yang produksinya diperlukan dalam pembentukan virus. Virus, sel, dan imunitas seluler

menentukan apakah virus dalam keadaan laten atau reaktivasi. Pada masa laten replikasi virus

tetap terjadi namun dalam jumlah sedikit dan tidak mampu memberikan gejala klinis. Keadaan

ini terbukti dengan dijumpainya IgM anti VVZ antibodi meningkat secara periodik, gen

transkripsi tetap dapat dideteksi, dan protein gen transkripsi terakumulasi pada sitoplasma neuron

yang terinfeksi virus laten tersebut pada individu yang pernah terinfeksi VVZ tanpa gambaran

zoster. Produktivitas virus rendah selama masa laten, namun tetap menghasilkan virion matang

yang dapat melewati badan sel ganglion dan keluar dari sel serta memicu imunitas hospes

berulang. Sistem imunitas yang kompeten dapat menanggulangi virus dan mencegah terjadinya

reaktivasi. Pada keadaan imunitas hospes berkurang virion tersebut tidak dapat dimusnahkan,

bahkan kemudian terjadi infeksi pada sel epithelial sekitarnya, serta virus tersebut terus

bermultiplikasi menghasilkan lesi zoster. 3

Kemungkinan lain patogenesisnya adalah VVZ tidak bereplikasi sempurna selama

latensi, walaupun gen translasi mengekspresikan produknya namun tidak ditempatkan di nucleus

tetapi di sitoplasma sehingga terjadi lokalisasi aberan yang berarti mengganggu replikasi virus

serta memproduksi virus yang infeksius. Virus tersebut kemudian keluar dari sel ganglion dan

menginfeksi sel epitel sekitarnya membentuk lesi zoster. Zoster menstimulasi respons imun,

yang mampu mencegah reaktivasi pada ganglion lainnya serta reaktivasi klinis berikutnya. Oleh

karena itu zoster umumnya hanya menyerang satu atau sejumlah kecil ganglion serta hanya

sekali muncul selama hidup. 3

4

Page 5: Kabin Herpes Zoster

2.5 Manifestasi Klinis

Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-daerah lain

tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, sedangkan mengenai umur lebih

sering pada dewasa.1

Sebelum timbul gejala kulit terdapat, gejala prodromal baik sistemik (demam, pusing,

malaise), maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot, tulang, gatal, pegal dan sebagainya).

Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan

dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi

keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta. Kadang-kadang vesikel mengandung

darah dan disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga

menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatrik. 1

Masa tunasnya 7-12 hari, masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul

berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu.

Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional.

Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat

persarafan. Pada susuan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf

pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut.

Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering

disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion gaseri) atau nervus

fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum). 1

Herpes Zoster Oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus,

sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga

menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh

gangguan nervus fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis

Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan

pendengaran, nistagmus, dan nausea, juga terdapat gangguan oengecapan. Pada herpes zozter

generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar

secara generalisata berupa vesikel yang soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi

pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita

limfoma maligna. 1

5

Page 6: Kabin Herpes Zoster

Neuralgia Pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan

lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa

bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari.

Kecendrungan ini dijumpai pada orang yang menndapat herpes zoster di atas usia 40 tahun. 1

2.6 Diagnosis

Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia beberapa

hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit. Adakalanya sebelum timbul

kelainan kulit didahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan malaise. Kelainan kulit

tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula yang

dengan cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih,

setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi,

vesikel dan bula dapat menjadi krusta. Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan

dengan penyebab rasa nyeri lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis,

kolik renal, dan sebagainya. Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah ditegakkan.

Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-vesikel berkelompok,

dengan dasar eritematosa, unilateral, dan mengenai satu dermatom.1

Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu menegakkan

diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula pemeriksaan cairan

vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes serologik. Pada pemeriksaan

histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf,

proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion.

Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen virus herpes zoster dapat

dilihat secara imunofluoresensi. Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk

menegakkan diagnosis. Akan tetapi pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan

penunjang antara lain:

1. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan mikroskop

elektron

2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen

3. Tes serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.1

2.7 Diagnosis Banding

6

Page 7: Kabin Herpes Zoster

a. Herpes simpleks

Herpes simpleks ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang bergerombol, di atas dasar

kulit yang kemerahan. Sebelum timbul vesikel, biasanya didahului oleh rasa gatal atau seperti

terbakar yang terlokalisasi, dan kemerahan pada daerah kulit. Herpes simpleks terdiri atas 2,

yaitu tipe 1 dan 2. Lesi yang disebabkan herpes simpleks tipe 1 biasanya ditemukan pada bibir,

rongga mulut, tenggorokan, dan jari tangan. Lokalisasi penyakit yang disebabkan oleh herpes

simpleks tipe 2 umumnya adalah di bawah pusat, terutama di sekitar alat genitalia eksterna.1

b. Varisela

Gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi

vesikel. Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi

pustul dan kemudian menjadi krusta. Lesi menyebar secara sentrifugal dari badan ke muka dan

ekstremitas.1

c. Impetigo vesiko-bulosa

Terdapat lesi berupa vesikel dan bula yang mudah pecah dan menjadi krusta. Tempat

predileksi di ketiak, dada, punggung dan sering bersamaan dengan miliaria. Penyakit ini lebih

sering dijumpai pada anak-anak.1

2.8 Penatalaksanaan

Tujuan terapi pada infeksi herpes zoster adalah untuk memperpendek masa penyakit,

memberikan analgetik, mencegah komplikasi, dan menurunkan insiden dari neuralgia

pascaherpetik.4

Penatalaksanaan umum untuk herpes zoster adalah pasien diedukasi mengenai perjalanan

penyakit dari herpes zoster dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Selama fase akut,

pasien sangat infektif terhadap orang lain oleh karena itu perlu mengurangi kontak dengan orang

yang berusia lanjut, rentan infeksi (imunokompromais), ibu hamil ataupun orang-orang yang

tidak memiliki riwayat terinfeksi cacar air. Pasien harus diedukasi untuk tidak menggaruk lesi

agar tidak terjadi infeksi sekunder. 4

Terapi sistemik umumnya bersifat simptomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik. Jika

disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.1

1. Obat Antivirus

7

Page 8: Kabin Herpes Zoster

Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir dan

famsiklovir. Obat-obat tersebut diberi dalam 3 hari sejak lesi pertama muncul. Obat yang lebih

baru ialah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai waktu paruh eliminasi yang lebih lama

sehingga cukup diberikan 3x250 mg sehari. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah

5×800 mg/hari selama 7 hari. Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari karena konsentrasi dalam

plasma tinggi. Valacyclovir dan Famciclovir lebih disukai karena diberikan dengan frekuensi 3

kali sehari dibandingkan acyclovir yang diberikan dengan frekuensi 5 kali sehari. Acyclovir,

dalam sediaan generic, memiliki harga yang lebih murah daripada Famciclovir atau

Valacyclovir. Acyclovir mempercepat penyembuhan terutama pada pasien dengan usia lebih dari

50 tahun. Obat-obatan ini cukup aman dan dapat ditoleransi dengan baik, dengan efek samping

minimal seperti sakit kepala dan mual. Jika lesi baru masih tetap muncul obat-obat tersebut dapat

diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari lesi baru tidak timbul lagi.1,5

Uji coba meta-analisis dan random menyatakan bahwa penggunaan obat antiviral acyclovir,

famciclovir, dan valacyclovir, dalam 72 jam dari munculnya lesi dapat mengurangi keparahan

dan durasi nyeri akut dan insiden neuralgia postherpetik.4

2. Analgetik

Menurut FDA, obat pertama yang dapat digunakan untuk nyeri neuropatik pada neuropati

perifer diabetik dan neuralgia pasca herpetik ialah Pregabalin. Obat tersebut lebih baik dari obat

gaba yang analog ialah gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit, lebih poten (2-4 kali),

kerjanya lebih cepat serta pengaturan dosisnya lebih sederhana. Dosis awalnya 2x75 mg sehari,

setelah 3-7 hari bila responnya kurang dapat dinaikkan menjadi 2x150 mg sehari. Dosis

maksimumnya 600 mg sehari.1

3. Kortikosteroid

Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus

sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan ialah prednison

dengan dosis 3×20 mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis

prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat

antivirus.1

2. Pengobatan topikal

8

Page 9: Kabin Herpes Zoster

Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan

bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi

sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salap

antibiotik.1

2.9 Komplikasi

Komplikasi yang paling umum dari Herpes Zoster adalah Neuralgia Post-herpetik yaitu

nyeri yang dirasakan pada kulit yang menetap lebih dari 30 hari setelah lesi pada kulit sembuh.

Insiden neuralgia post-herpetik ini meningkat seiring dengan usia dan jarang terjadi pada pasien

dengan usia kurang dari 60 tahun. Neuralgia pascaherpetik dapat timbul pada umur di atas 40

tahun, persentasenya 10-15%.1,5

Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya

pada pasien yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan atau berusia lanjut dapat

disertai komplikasi.1

Lesi herpes zoster dapat mengalami infeksi sekunder oleh bakteri Stafilokokus atau

Streptokokus, dan dapat juga terjadi selulitis. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan

nekrotik .1,5

Herpes zoster yang mengenai mata (herpes zoster oftalmika), yang mengenai nervus

trigeminus cabang oftalmika dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada mata berupa ptosis

paralitik, keratitis, skleritis, neuritis optik dan gangguan penglihatan, oleh karena itu pasien perlu

dirujuk ke dokter spesialis mata.1,5

Komplikasi lain yang jarang dijumpai yaitu paresis motorik dan ensefalitis. Paralisis

motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus secara perkontinuitatum

dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekataan. Paralisis biasanya timbul dalam 2

minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di muka,

diafragma, batang rubuh, ektremitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya akan sembuh

spontan.1,5

BAB III

KELUARGA BINAAN

9

Page 10: Kabin Herpes Zoster

3.1 Pengenalan Keluarga Binaan

Keluarga Ibu Yusnita merupakan keluarga yang kami pilih untuk dijadikan keluarga

binaan yang merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani Rotasi II di

Puskesmas Ulak Karang. Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan Ibu Yusnita ke

Puskesmas Ulak Karang. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kami

mendiagnosis pasien dengan diagnosa kerja Herpes Zoster servikalis sinistra setinggi C2-C3.

Penyakit ini termasuk penyakit yang sangat menular dan memerlukan perhatian khusus terutama

komplikasinya sehingga kami memilih keluarga ini untuk dijadikan keluarga binaan. Hal – hal

yang kami lakukan di antaranya adalah berupa :

Melakukan home visit / kunjungan ke rumah.

Melakukan evaluasi permasalahan pada keluarga tersebut secara holistik.

Memberi edukasi pemecahan masalah serta diskusi tentang permasalahan yang

dialami keluarga tersebut.

Berikut merupakan informasi yang kami peroleh mengenai anggota keluarga binaan kami :

Ny. Yusnita/ Pasien/ Perempuan/ 50 tahun/ Pedagang

Tn. Nursal/ Suami/ Laki-laki/ 60 tahun/ Swasta

Ny. Dian/ Anak / Perempuan/ 23 tahun/ Ibu Rumah Tangga

Tn. Agus/ Suami Ny. Dian/ 30 tahun/ Swasta

3.2 Identifikasi Permasalahan

Identifikasi permasalahan pada keluarga ini kami telusuri berdasarkan beberapa faktor,

secara garis besar sebagai berikut :

10

Page 11: Kabin Herpes Zoster

3.2.1 Kesehatan Individu

Permasalah utama yang kami temui pada keluarga ini bermula saat kunjungan Ibu

Yusnita ke balai pengobatan puskesmas Ulak Karang pada hari Kamis, 20 Desember 2012

dengan keluhan muncul gelembung berisi cairan keruh yang terasa nyeri di leher dan belakang

telinga kiri yang dialaminya sejak 1 hari yang lalu. Permasalahan kesehatan pada anggota

keluarga lainnya kami lakukan di rumah pasien saat kunjungan rumah untuk pertama kalinya.

Berikut merupakan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang kami lakukan pada Ibu Yusnita di

puskesmas :

Identitas pasien

Nama / jenis kelamin / umur : Ny. Yusnita / Perempuan / 50 tahun

Pekerjaan / pendidikan : Pedagang / SD

Alamat : Jl. Khatib Sulaiman, Padang

Keluhan Utama:

Gelembung-gelembung yang berisi cairan keruh di atas kulit yang kemerahan di

leher kiri, belakang dan bawah telinga kiri yang terasa nyeri sejak 1 hari yang lalu.

11

Page 12: Kabin Herpes Zoster

Riwayat Penyakit Sekarang

Gelembung-gelembung yang berisi cairan keruh di atas kulit yang kemerahan di leher

kiri, belakang dan bawah telinga kiri yang terasa nyeri sejak 1 hari yang lalu.

Awalnya gelembung-gelembung kecil muncul di leher kiri. Gelembung berukuran

sebesar kepala jarum pentul, kira-kira 20 buah. Gelembung bertambah banyak dan

menyebar. Saat ini gelembung sudah terdapat di leher kiri, belakang dan bawah

telinga kiri. Gelembung dirasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan nyeri bertambah

jika terkena gesekan baju pasien.

Gelembung tidak dirasakan gatal.

2 hari sebelumnya pasien demam, tidak tinggi, tidak terus menerus, tidak menggigil

dan tidak berkeringat. Demam juga disertai pusing dan pegal-pegal.

Riwayat kontak dengan penderita penyakit seperti ini tidak ada.

Riwayat kontak dengan penderita cacar air tidak ada.

Riwayat minum obat-obatan ataupun jamu dalam waktu yang lama tidak ada.

Akhir-akhir ini pasien mengaku sering kelelahan karena biasanya pasien berbelanja

ke pasar untuk memenuhi kebutuhan warung dibantu oleh anaknya, akan tetapi

karena kehamilan anaknya semakin besar sehingga aktivitas tersebut dilakukan oleh

pasien sendiri.

Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada

Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

- Tidak pernah sakit cacar sebelumnya

- Tidak ada anggota keluarga yang pernah sakit cacar

Aspek Psikologis di keluarga

12

Page 13: Kabin Herpes Zoster

Pasien mempunyai 3 orang anak yang sekarang tidak tinggal serumah dengan

pasien kecuali anak ketiga pasien, walaupun demikian pasien mendapat perhatian

yang cukup dari anak-anaknya.

Hubungan dengan anggota keluarga yang lain baik.

Faktor stress dalam keluarga tidak ada.

Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status perkawinan : Menikah

b. Jumlah anak : 3 orang, seluruhnya sudah berkeluarga

c. Status ekonomi keluarga: Cukup, penghasilan ± 2.000.000/bln berasal dari

penghasilan suami pasien yang berkerja sebagai kuli bangunan, uang sewa kamar

kos-kosan dan hasil penjualan di warung pasien. Selain itu pasien juga sering

mendapatkan tambahan uang dari anak-anak pasien dan menantunya tetapi

jumlahnya tidak tetap.

d. KB : pasien tidak memakai KB

e. Kondisi rumah :

- Rumah permanen ukuran 12 x 6 m2, terdiri dari 3 kamar tidur, dihuni oleh 4

orang anggota keluarga (pasien, istri, 1 orang anak pasien, dan menantunya),

ventilasi dan pencahayaan rumah cukup, lantai keramik, WC di dalam rumah

1 buah, sumber air dari PDAM, sampah dibuang ke tempat pembuangan

sampah umum, pekarangan ada tetapi tidak luas, di halaman depan dan

samping terdapat tumpukan barang dan sampah yang berserakan.

- Kesan hygiene dan sanitasi kurang

f. Kondisi Lingkungan Keluarga: keadaan dan lingkungan sosial keluarga baik

Pemeriksaan Fisik

13

Page 14: Kabin Herpes Zoster

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 37 0C

Frekuensi Nadi : 80x/menit Frekuensi Nafas :20x/menit

Berat Badan : 53 kg Tinggi Badan : 155 cm

BMI : 22.06 (normoweight)

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Kulit : status dermatologikus

Thorax/Dada

Paru: Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri=kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung: Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi :

Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Status dermatologikus :

14

Page 15: Kabin Herpes Zoster

Lokasi : leher kiri, belakang dan bawah telinga kiri

Distribusi : unilateral, terlokalisir sesuai dermatom

Bentuk : tidak khas

Susunan : herpetiformis

Batas : tegas

Ukuran : lentikular sampai plakat

Efloresensi : vesikel keruh berkelompok diatas kulit yang eritema

Laboratorium : tidak dilakukan

Pemeriksaan anjuran :

Tzanck test

Diagnosis Kerja

Herpes Zoster servikalis sinistra setinggi C2-C3

Diagnosis Banding : -

Manajemen

15

Page 16: Kabin Herpes Zoster

a. Preventif

- Jangan menggaruk/memecahkan vesikel atau mengoleskan obat-obatan/rempah-

rempah tradisional yang tidak terjamin kebersihannya karena dapat menyebabkan

terjadinya infeksi sekunder.

- Istirahat yang cukup

- Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan nutrisi yang cukup untuk

meningkatkan daya tahan tubuh

- Hindari kontak dengan orang-orang yang rentan terinfeksi seperti anaknya yang

sedang hamil dan cucunya yang sering berkunjung ke rumah

b. Promotif :

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien adalah penyakit

yang mudah menular melalui udara (inhalasi), sehingga perlu dihindari kontak

dengan orang-orang yang rentan terinfeksi seperti anaknya yang sedang hamil dan

cucunya yang sering berkunjung ke rumah.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa lesi kulit tersebut mudah terinfeksi apabila

gelembung terpecah oleh karena itu hindari menggaruk/ memecahkan gelembung

dan jangan mengoleskan obat-obatan/rempah-rempah tradisional.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien ini bisa

menimbulkan komplikasi berupa nyeri pasca herpetik (Neuralgia pasca herpetik)

yaitu dapat terjadi walaupun lesi kulitnya telah sembuh.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa dalam pengobatan nantinya pasien akan

diberikan obat antivirus yang diminum 5 kali sehari (setiap 5 jam), oleh karena itu

diberikan anjuran jadwal meminum obat pada pasien yaitu pada jam 05.00-10.00-

15.00-20.00-24.00 agar pasien lebih mudah mengingat jadwal minum obatnya.

c. Kuratif :

16

Page 17: Kabin Herpes Zoster

- Istirahat yang cukup

- Acyclovir 5x800 mg (minimal 7 hari)

- Ibuprofen 2x400 mg

- Vit C 3x1

d. Rehabilitatif :

- Kontrol kembali ke puskesmas bila obat-obatan sudah habis

- Jika terjadi nyeri pada wajah (neuralgia pasca herpetik)/terdapat nanah (infeksi)

pada lesi, segera kontrol ke puskesmas.

Prognosis

Quo ad sanam : dubia ad bonam

Quo ad Vitam : bonam

Quo ad functionum : bonam

Quo ad Cosmeticum : dubia ad bonam

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Ulak Karang

17

Page 18: Kabin Herpes Zoster

Dokter : Hadie

Tanggal : 20 Desember 2012

R/ Acyclovir tab 400mg No. LXX

∫ 5 dd tab II

__________________________________________£

R/ Ibuprofen tab 400mg No. X

∫ 2 dd tab I

__________________________________________£

R/ Vitamin C tab No. X

∫ 3 dd tab I

__________________________________________£

Pro : Ny. Yusnita

Umur : 52 tahun

Alamat : Jl. Khatib Sulaiman

Kesehatan individu pada anggota keluarga yang lain kami lakukan dengan anamnesis

ringkas pada saat melakukan kunjungan rumah / home visit pertama pada tanggal 26 Desember

2012. Berikut status kesehatan individu yang kami temukan pada keluarga ini :

Tn. Nursal/ Suami/ Laki-laki/ 60 tahun/ Swasta18

Page 19: Kabin Herpes Zoster

Status gizi: normoweight, aktivitas cukup, perokok

Ny. Dian/ Anak / Perempuan/ 23 tahun/ Rumah Tangga

Status gizi: normoweight, G1P0A0H0 gravid 33-34 minggu

Tn. Agus/ Suami Ny. Dian/ 30 tahun/ Swasta

Status gizi: normoweight, perokok, olahraga kurang

3.2.2 Kesehatan Rumah dan Lingkungan

Berikut adalah kondisi lingkungan rumah yang kami temukan pada keluarga ini:

ventilasi udara dan pencahayaan cukup

sumber air dengan kualitas cukup bersih

Kebersihan jamban dan kamar mandi cukup bersih

Dapur pasien cukup bersih

halaman samping rumah pasien terdapat banyak tumpukan barang-barang bekas

halaman depan rumah pasien terdapat sampah yang berserakan

Pasien memiliki warung di bagian depan rumahnya.

Kebersihan lingkungan rumah yang kurang bersih.

3.2.3 Kebiasaan Hidup Sehat

Berikut adalah beberapa permasalahan pokok yang kami temukan pada keluarga ini

berkaitan dengan kebiasaan hidup sehat :

Kebiasaan makanan dengan gizi seimbang kurang.

Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun kurang.

Kebiasaan merokok pada suami dan menantu pasien.

Kebiasaan olahraga teratur tidak ada.

3.2.4 Permasalahan Sosial dan Ekonomi

Status sosial dan ekonomi pada keluarga ini termasuk pada ekonomi sedang dengan

penghasilan ± 2.000.000/bln berasal dari penghasilan suami pasien yang berkerja sebagai pekerja

bangunan, uang sewa kamar kos-kosan dan hasil penjualan di warung pasien. Selain itu pasien

19

Page 20: Kabin Herpes Zoster

juga sering mendapatkan tambahan uang dari anak-anak pasien dan menantunya tetapi

jumlahnya tidak tetap.

3.2.5 Permasalahan Psikologi

Tidak ditemukan permasalahan psikologis ataupun kejiwaan pada keluarga pasien ini.

3.3 Pemecahan Masalah

Setelah mengetahui pasti permasalahan yang ada pada keluarga ini kami lakukan diskusi

tentang cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh keluarga ini dengan bantuan serta

pandangan oleh petugas kesehatan puskesmas Ulak Karang dan berdasarkan beberapa tinjauaan

kepustakaan. Berikut adalah solusi pemecahan masalah yang kami dapatkan dan kami sampaikan

kepada keluarga binaan pada saat home visit / kunjungan rumah berikutnya :

3.3.1 Kesehatan Individu

Pada pasien

Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien adalah penyakit

yang mudah menular melalui udara (inhalasi), sehingga perlu dihindari kontak

dengan orang-orang yang rentan terinfeksi seperti anaknya yang sedang hamil dan

cucunya yang sering berkunjung ke rumah.

Menjelaskan kepada pasien bahwa lesi kulit tersebut mudah terinfeksi apabila

gelembung terpecah oleh karena itu hindari menggaruk/ memecahkan gelembung

dan jangan mengoleskan obat-obatan/rempah-rempah tradisional.

Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien ini bisa

menimbulkan komplikasi berupa nyeri pasca herpetik (Neuralgia pasca herpetik)

yaitu dapat terjadi walaupun lesi kulitnya telah sembuh.

Menjelaskan kepada pasien bahwa dalam pengobatan nantinya pasien akan

diberikan obat antivirus yang diminum 5 kali sehari (setiap 5 jam), oleh karena itu

diberikan anjuran jadwal meminum obat pada pasien yaitu pada jam 05.00-10.00-

15.00-20.00-24.00 agar pasien lebih mudah mengingat jadwal minum obatnya.

20

Page 21: Kabin Herpes Zoster

Memberikan pengetahuan tentang gizi dan pola hidup yang baik seperti menjaga

pola makan, istirahat yang cukup dan olahraga secara teratur untuk mengurangi

resiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus, hiperkolesterol,

osteoartritis lain sebagainya.

Memberikan pengetahuan kepada pasien bagaimana cara mengatur pola gizi yang

seimbang dan baik untuk keluarga, karena dengan gizi yang baik anggota keluarga

akan memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga anggota keluarga terhindar dari

berbagai penyakit.

Pada anggota keluarga yang lain

o Tn. Nursal/ Suami/ Laki-laki/ 60 tahun/ Swasta

Status gizi: normoweight, aktivitas cukup, perokok

Untuk mengatasi masalah kesehatan pada suami pasien:

- Memberikan edukasi tentang bahaya rokok, yang mana bahaya rokok ini tidak

saja pada beliau tapi juga bahaya bagi anggota keluarga lain yang menghirup

asap rokok tersebut, terutama terhadap anaknya yang sedang hamil.

- Oleh karena itu disarankan kepada Tn. Nursal untuk mulai mengurangi hingga

menghentikan kebiasaan merokoknya.

- Memberikan pengetahuan tentang gizi dan pola hidup yang baik seperti

menjaga pola makan, istirahat yang cukup dan olahraga secara teratur untuk

mengurangi resiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus,

hiperkolesterol, osteoartritis lain sebagainya.

- Memberikan pengetahuan kepada pasien bagaimana cara mengatur pola gizi

yang seimbang dan baik untuk keluarga, karena dengan gizi yang baik

anggota keluarga akan memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga anggota

keluarga terhindar dari berbagai penyakit.

o Ny. Dian/ Anak / Perempuan/ 23 tahun/ Rumah Tangga

Status gizi: normoweight, G1P0A0H0 gravid 33-34 minggu

Mengatasi masalah pada anak pasien:

21

Page 22: Kabin Herpes Zoster

- Memberikan edukasi kepada anak pasien tentang penyakit yang diderita oleh

pasien dan bahaya penularan penyakit tersebut terhadap janin yang dikandungnya.

- Memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya untuk melakukan

pemeriksaan kehamilan secara teratur ke puskesmas/bidan/dokter, tanda-tanda

bahaya pada kehamilan, persiapan sebelum persalinan dan perencanaan

persalinan.

- Mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan untuk mencegah anemia

- Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang cukup dan seimbang

- Memberikan edukasi kepada pasien untuk menghindari paparan asap rokok, agar

tidak berakibat buruk pada janinnya.

- Menganjurkan Ny. Dian untuk mengikuti senam hamil yang diadakan di

puskesmas.

o Tn. Agus/ Suami Ny. Dian/ 30 tahun/ Swasta

Status gizi: normoweight, perokok, olahraga kurang

Untuk mengatasi masalah kesehatan pada menantu pasien:

- Memberikan edukasi menantu pasien tentang bahaya rokok, yang mana bahaya

rokok ini tidak saja pada beliau tapi juga bahaya bagi anggota keluarga lain yang

menghirup asap rokok tersebut terutama istri tn. Agus yang sedang hamil.

- Memberikan pengetahuan tentang gizi dan pola hidup yang baik seperti menjaga

pola makan, istirahat yang cukup dan olahraga secara teratur untuk mengurangi

resiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus, hiperkolesterol,

osteoartritis lain sebagainya.

- Memberikan pengetahuan kepada pasien bagaimana cara mengatur pola gizi yang

seimbang dan baik untuk keluarga, karena dengan gizi yang baik anggota

keluarga akan memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga anggota keluarga

terhindar dari berbagai penyakit.

22

Page 23: Kabin Herpes Zoster

BAB IV

ANALISIS MASALAH

A. Menetapkan masalah kesehatan dalam keluarga

- Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit Herpes zoster

- Masih belum terlaksananya pola hidup sehat secara utuh pada keluarga pasien

- Lingkungan rumah pasien yang belum bersih, yaitu terdapat tumpukan barang dan

sampah yang berserakan di halaman samping dan depan rumah

B. Rekomendasi solusi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga melalui pendekatan

komprehensif dan holistik

a. Preventif

- Jangan menggaruk/memecahkan vesikel atau mengoleskan obat-obatan/rempah-

rempah tradisional yang tidak terjamin kebersihannya karena dapat menyebabkan

terjadinya infeksi sekunder.

- Istirahat yang cukup

- Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan nutrisi yang cukup untuk

meningkatkan daya tahan tubuh

- Hindari kontak dengan orang-orang yang rentan terinfeksi seperti anaknya yang

sedang hamil dan cucunya yang sering berkunjung ke rumah

- Membersihkan halaman samping rumah dari tumpukan barang-barang yang

nantinya bisa menjadi tempat sarang nyamuk

- Membersihkan sampah-sampah yang berserakan di halaman depan rumah dan

selalu membuang sampah ke tong sampah yang telah disediakan di depan rumah

b. Promotif :

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien adalah penyakit

yang mudah menular melalui udara (inhalasi), sehingga perlu dihindari kontak

dengan orang-orang yang rentan terinfeksi seperti anaknya yang sedang hamil dan

cucunya yang sering berkunjung ke rumah.

23

Page 24: Kabin Herpes Zoster

- Menjelaskan kepada pasien bahwa lesi kulit tersebut mudah terinfeksi apabila

gelembung terpecah oleh karena itu hindari menggaruk/ memecahkan gelembung

dan jangan mengoleskan obat-obatan/rempah-rempah tradisional.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien ini bisa

menimbulkan komplikasi berupa nyeri pasca herpetik (Neuralgia pasca herpetik)

yaitu dapat terjadi walaupun lesi kulitnya telah sembuh.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa dalam pengobatan nantinya pasien akan

diberikan obat antivirus yang diminum 5 kali sehari (setiap 5 jam), oleh karena itu

diberikan anjuran jadwal meminum obat pada pasien yaitu pada jam 05.00-10.00-

15.00-20.00-24.00 agar pasien lebih mudah mengingat jadwal minum obatnya.

- Memberikan pengetahuan tentang gizi dan pola hidup yang baik seperti menjaga

pola makan, istirahat yang cukup dan olahraga secara teratur untuk mengurangi

resiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus, hiperkolesterol,

osteoartritis lain sebagainya.

- Memberikan pengetahuan kepada pasien bagaimana cara mengatur pola gizi yang

seimbang dan baik untuk keluarga, karena dengan gizi yang baik anggota

keluarga akan memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga anggota keluarga

terhindar dari berbagai penyakit.

- Memberikan edukasi kepada seluruh keluarga tentang bahaya rokok, yang mana

bahaya rokok ini tidak saja pada perokok aktif tapi juga bahaya bagi anggota

keluarga lain yang menghirup asap rokok tersebut.

- Memberikan edukasi kepada seluruh keluarga pasien tentang pentingnya menjaga

kebersihan diri dan lingkungan agar terhindar dari penyakit-penyakit yang

berbasis lingkungan

c. Kuratif :

- Istirahat yang cukup

- Acyclovir 5x800 mg (minimal 7 hari)

- Ibuprofen 3x400 mg

- Vit C 3x1

24

Page 25: Kabin Herpes Zoster

d. Rehabilitatif :

- Kontrol kembali ke puskesmas bila obat-obatan sudah habis

- Jika terjadi nyeri pada wajah (neuralgia pasca herpetik)/terdapat nanah (infeksi)

pada lesi, segera kontrol ke puskesmas.

Home Visite pertama tanggal 26 Desember 2012

Riwayat penyakit sekarang :

Lesi kulit sudah mulai mengering

Lesi makin terasa nyeri dan mulai terasa gatal

Tidak ada lagi muncul gelembung baru

Pasien mengaku mengoleskan ramuan tradisional dan bedak pada lesi

Pemeriksaan Fisik Pasien

Status Generalis

Keadaan Umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 37 0C

Frekuensi Nadi : 82x/menit Frekuensi Nafas :16x/menit

Berat Badan : 53 kg Tinggi Badan : 155 cm

Kulit : status dermatologikus

Thorax/Dada

Paru Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri=kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi :

Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

25

Page 26: Kabin Herpes Zoster

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Status dermatologikus :

Lokasi : leher kiri, belakang dan bawah telinga kiri

Distribusi : unilateral, terlokalisir sesuai dermatom

Bentuk : tidak khas

Susunan : herpetiformis

Batas : tidak tegas

Ukuran : lentikular sampai plakat

Efloresensi : krusta kehitaman, papul dan plak eritema

26

Page 27: Kabin Herpes Zoster

Diagnosis :

Herpes Zoster servikalis sinistra setinggi C2-C3

Manajemen masalah :

Tetap lanjutkan mengkonsumsi obat yang diberikan

Jaga kebersihan lesi kulit

Jangan menggaruk lesi

Jangan mengoleskan ramuan/obat-obatan tradisional apapun pada lesi

Istirahat yang cukup

Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan nutrisi yang cukup agar

mempercepat proses penyembuhan

Home Visite kedua tanggal 2 Januari 2013

Riwayat penyakit sekarang :

Lesi kulit sudah mengering

Nyeri pada lesi sudah berkurang, namun masih terasa ngilu jika pasien menggerakkan

kepala

Tidak ada lagi muncul gelembung baru

Pemeriksaan Fisik Pasien

Status Generalis

Keadaan Umum : tidak tampak sakit

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah : 130/80 mmHg Suhu : 37 0C

Frekuensi Nadi : 87x/menit Frekuensi Nafas :18x/menit

Berat Badan : 53 kg Tinggi Badan : 155 cm

Kulit : status dermatologikus

Thorax/Dada

Paru Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri=kanan

27

Page 28: Kabin Herpes Zoster

Perkusi : sonor

Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi :

Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Status dermatologikus :

Lokasi : leher kiri, belakang dan bawah telinga kiri

Distribusi : unilateral, terlokalisir sesuai dermatom

Bentuk : tidak khas

Susunan : tidak khas

Batas : tidak tegas

Ukuran : milier sampai numular

Efloresensi : papul dan krusta kehitaman

28

Page 29: Kabin Herpes Zoster

Diagnosis :

Herpes Zoster servikalis sinistra setinggi C2-C3

Manajemen masalah :

Jaga kebersihan lesi kulit

Jangan menggaruk atau mengelupaskan lesi yang sudah mongering, biarkan lepas

sendiri

Istirahat yang cukup

Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan nutrisi yang cukup agar

mempercepat proses penyembuhan

Bila nyeri pada bekas lesi masih terasa sakit atau bertambah nyeri lebih dari 2

minggu, segera periksakan diri ke puskesmas

29

Page 30: Kabin Herpes Zoster

HOME VISIT

Gambar 1. Warung depan rumah pasien Gambar 2. Rumah pasien tampak depan dan halaman samping rumah pasien

Gambar 3. Pekarangan depan rumah pasien Gambar 4. Ruang tamu pasien

30

Page 31: Kabin Herpes Zoster

Gambar 5. Kamar tidur pasien Gambar 6. Kamar mandi dan WC

Gambar 7. Dapur Gambar 8. Ruang makanan

31

Page 32: Kabin Herpes Zoster

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke 5, cetakan

ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2008. 110-112

2. Siregar. Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2, cetakan I.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2005. 84-86

3. Daili SF, B Indriani W. Infeksi Varicella-Zoster Virus. Infeksi Virus Herpes. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2002. 155-219

4. Moon JE. Herpes Zoster. http://emedicine.medscape.com/article/218683-overview.

(diakses 25 Desember 2012)

5. Mounsey, Annie et al. 2005. Herpes Zoster and Postherpetic Neuralgia : Prevention and

Management. Diunduh dari http://www.aafp.org/afp/2000/0415/p2437.html. (Diakses 1

Januari 2013)

32