Makalah Herpes Zoster

32
MAKALAH HERPES ZOSTER Disusun Oleh : Isna Hernawati Semester : 1/DIII Keperawatan Dosen Pembimbing : dr. Cecep Djuhana Mata Kuliah : Patologi AKADEMI PERAWATAN PEMDA KAB. CIANJUR (JALUR KHUSUS RUMAH SAKIT)

description

Makalah Herpes ZosterMakalah Herpes Zoster

Transcript of Makalah Herpes Zoster

Page 1: Makalah Herpes Zoster

MAKALAH

HERPES ZOSTER

Disusun Oleh : Isna Hernawati

Semester : 1/DIII Keperawatan

Dosen Pembimbing : dr. Cecep Djuhana

Mata Kuliah : Patologi

AKADEMI PERAWATAN PEMDA KAB. CIANJUR

(JALUR KHUSUS RUMAH SAKIT)

2008

Page 2: Makalah Herpes Zoster

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan

rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menye-

lesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pem-

bimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam

menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...

Penulis

2

Page 3: Makalah Herpes Zoster

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ---------------------------------------------- 2

DAFTAR ISI ---------------------------------------------- 3

BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------- 4

Latar belakang Tujuan

BAB II PEMBAHASAN ---------------------------------------------- 6

BAB III PENUTUP ---------------------------------------------- 23

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------- 24

3

Page 4: Makalah Herpes Zoster

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh

virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster.1,2 Herpes zoster ditandai

dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada

dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik

dan nervus kranialis.3,4

Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka

kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia.

Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus

berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.

Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus

varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf

sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke

ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular

dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi

infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi

ruam varisela yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan

tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor

penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.

Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang terbanyak

adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah krusta

terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus

terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang terkena secara

langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini

dapat terjadi oleh karena defek imunologi karena keganasan atau pengobatan

imunosupresi.

Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu: mengatasi

4

Page 5: Makalah Herpes Zoster

inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan

mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.

B. Tujuan

1. Untuk memahami definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gambaran klinis,

diagnosis, penatalaksanaan dan Asuhan keperawatan pada Herpes Zoster

2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawan

3. Memenuhi salah satu tugas perkuliahan Patologi di Akademi Perawatan Pemda

Cianjur

-

5

Page 6: Makalah Herpes Zoster

BAB IIPEMBAHASAN

-

A. Definisi

Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel

unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).

Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai

kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh

varicella dalam bentuk cacar air).

B. Epidemiolgi

Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan

tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan

perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti

Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan

di Indonesia lebih kurang 1% setahun.

Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena

varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster.

Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam

keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di

atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia Djaya pernah

melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.

C. Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus

berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.

Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel

tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ

6

Page 7: Makalah Herpes Zoster

dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel

yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus

herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang

laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus

herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang

pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA

polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel

yang terinfeksi.

D. Patogenesis

Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus

mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang

sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo

Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremia

nya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian

virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan

berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih

tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana

antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga

terjadi herpes zoster.

E. Gambaran Klinis

Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom

yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi. Gejala

konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama

pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.

Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan unilateral.

Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah

kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.

Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam

kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga.

Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat

7

Page 8: Makalah Herpes Zoster

menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua.

Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit

segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah

menghilang.

Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal (55%),

kranial (20%), lumbal (15%), dan sakral (5%).

Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:

1. Herpes zoster oftalmikus

Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf

trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala

konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari

sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata

bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra.

2. Herpes zoster fasialis

Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian

ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi

herpetik unilateral pada kulit.

8

Page 9: Makalah Herpes Zoster

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.

3. Herpes zoster brakialis

Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.

4. Herpes zoster torakalis

Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

9

Page 10: Makalah Herpes Zoster

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.

5. Herpes zoster lumbalis

Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

6. Herpes zoster sakralis

Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra.

F. Diagnosis

Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia

beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit.3 Adakalanya

sebelum timbul kelainan kulit didahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan

malaise.9 Kelainan kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang

10

Page 11: Makalah Herpes Zoster

menjadi papula dan vesikula yang dengan cepat membesar dan menyatu sehingga

terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh dan

dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi, vesikel dan bula dapat menjadi krusta.

Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan dengan penyebab rasa

nyeri lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis, kolik renal, dan

sebagainya.4 Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah ditegakkan.

Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-vesikel berkelompok,

dengan dasar eritematosa, unilateral, dan mengenai satu dermatom.

Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu menegakkan

diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula pemeriksaan cairan

vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes serologik.4,9 Pada

pemeriksaan histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel

dan serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi

bungkus ganglion. Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen

virus herpes zoster dapat dilihat secara imunofluoresensi.

Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk menegakkan diagnosis. Akan tetapi

pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain:

1. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan mikroskop

elektron.

2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen

3. Test serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.

-

G. Komplikasi

1. Neuralgia paska herpetik

Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas

penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai beberapa

tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10 - 15

% dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur penderita maka semakin

tinggi persentasenya.

2. Infeksi sekunder

Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya

11

Page 12: Makalah Herpes Zoster

pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut

dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.

3. Kelainan pada mata

Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik,

keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.

4. Sindrom Ramsay Hunt

Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,

sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang

sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus,

nausea, dan gangguan pengecapan.

5. Paralisis motorik

Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus

secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis

ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat

terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.

Umumnya akan sembuh spontan.

-

H. Penatalaksanaan

Penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk:

1. Mengatasi infeksi virus akut

2. Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster

3. Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik.

12

Page 13: Makalah Herpes Zoster

I. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :

1. Aktifitas / istirahat : perubahan aktifitas

2. Nyeri : ketidaknyamanan, nyeri, Gatal.

3. Keamanan : takut, ansietas

Diagnosis Keperawatan

1. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier

kulit.

2. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

5. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat

informasi.

Tujuan Intervensi/Implementasi

Tujuan askep Herpes Zoster adalah terpeliharanya integritas kulit, meredakan

gangguan rasa nyaman: nyeri, tercapainya tidur yang nyenyak, berkembangnya

sikap penerimaan terhadap diri, diperolehnya pengetahuan tentang perawatan kulit

dan tidak adanya komplikasi.

1. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.

1.1. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum

yg berlebihan) ketika memasang balutan basah.

Rasional: Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan

perluasan kelainan primer.

1.2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.

Rasional: Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses

terjadinya sebagian penyakit kulit.

13

Page 14: Makalah Herpes Zoster

1.3. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan

suhu terlalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas,

radiator).

Rasional: Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap

panas.

1.4. Nasihati klien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.

Rasional: Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas

kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.

Kriteria keberhasilan implementasi.

1. Mempertahakan integritas kulit.

2. Tidak ada maserasi.

3. Tidak ada tanda-tanda cidera termal.

4. Tidak ada infeksi.

5. Memberikan obat topikal yang diprogramkan.

6. Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadwal.

2. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.

2.1. Temukan penyebab nyeri/gatal

Rasional: Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan

kenyamanan.

2.2. Catat hasil observasi secara rinci.

Rasional: Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosis dan

pengobatan.

2.3. Antisipasi reaksi alergi (dapatkan riwayat obat).

Rasional: Ruam menyeluruh terutama dengan awaitan yang mendadak

dapatmenunjukkan reaksi alergi obat.

14

Page 15: Makalah Herpes Zoster

2.4. Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab.

Rasional: Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.

2.5. Pertahankan lingkungan dingin.

Rasional: Kesejukan mengurangi gatal.

2.6. Gunakan sabun ringan (dove)/sabun yang dibuat untuk kulit yang sensitive

Rasional: Upaya ini mencakup tidak adanya detergen, zat pewarna.

2.7. Lepaskan kelebihan pakaian/peralatan di tempat tidur

Rasional: Meningkatkan lingkungan yang sejuk.

2.8. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun.

Rasional: Sabun yang "keras" dapat menimbulkan iritasi.

2.9. Hentikan pemajanan berulang terhadap detergen, pembersih dan pelarut.

Rasional: Setiap subtansi yang menghilangkan air, lipid, protein dari epidermis akan

mengubah fungsi barier kulit

2.10. Kompres hangat/dingin.

Rasional: Pengisatan air yang bertahap dari kasa akan menyejukkan kulit dan

meredakan pruritus.

2.11. Mengatasi kekeringan (serosis).

Rasional: Kulit yang kering meimbulkan dermatitis: redish, gatal.lepuh, eksudat.

2.12. Mengoleskan lotion dan krim kulit segera setelah mandi.

Rasional: Hidrasi yang cukup pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan

barier kulit.

2.13. Menjaga agar kuku selalu terpangkas (pendek).

Rasional: Mengurangi kerusakan kulit akibat garukan

15

Page 16: Makalah Herpes Zoster

2.14. Menggunakan terapi topikal.

Rasional: Membantu meredakan gejala.

2.15. Membantu klien menerima terapi yang lama.

Rasional: Koping biasanya meningkatkan kenyamanan.

2.16. Nasihati klien untuk menghindari pemakaian salep /lotion yang dibeli tanpa resep

Dokter.

Rasional: Masalah klien dapat disebabkan oleh iritasi/sensitif karena pengobatan

sendiri

Kriteria keberhasilan implementasi.

1. Mencapai peredaan gangguan rasa nyaman: nyeri/gatal.

2. Mengutarakan dengan kata-kata bahwa gatal telah reda.

3. Memperllihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.

4. Mematuhi terapi yang diprogramkan.

5. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.

6. Menunjukkan kulit utuh dan penampilan kulit yang sehat .

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

3.1. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan

kelembaban yang baik.

Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman

meningkatkan relaksasi.

3.2. Menjaga agar kulit selalu lembab.

Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya

tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.

3.3. Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun lembut, oleskan krim setelah mandi.

Rasional: memelihara kelembaban kulit

16

Page 17: Makalah Herpes Zoster

3.4. Menjaga jadual tidur yg teratur.

3.5. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.

Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.

3.6. Melaksanakan gerak badan secara teratur.

Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.

3.7. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.

Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.

Kriteria Keberhasilan Implementasi

1. Mencapai tidur yang nyenyak.

2. Melaporkan gatal mereda.

3. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.

4. Menghindari konsumsi kafein.

5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

6. Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

4.1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan

diri sendiri.

Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak

nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.

4.2. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.

Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi

serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.

4.3. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.

Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.

4.4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas

17

Page 18: Makalah Herpes Zoster

mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.

Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan

yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusakadaptasi

klien .

4.5. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.

Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

4.6. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.

Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

Kriteria Keberhasilan Implementasi

1. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.

2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.

3. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.

4. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.

5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.

6. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.

7. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk

meningkatkan penampilan

5. Kurang pengetahuan tentang program terapi

5.1. Kaji apakah klien memahami dan salah mengerti tentang penyakitnya.

Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan

5.2. Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan

konsepsi/informasi.

Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat,

kebanyakan klien merasakan manfaat.

5.3. Peragakan penerapan terapi seperti, kompres basah, obat topikal.

Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan

terapi.

18

Page 19: Makalah Herpes Zoster

5.4. Nasihati klien agar kulit teap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan

pengolesan krim serta losion kulit.

Rasional: stratum korneum memerlukan air agar tetap fleksibel. Pengolesan

krim/lotion akan melembabkan kulit dan mencegah kulit tidak kering, kasar, retak

dan bersisik.

5.5. Dorong klien untuk mendapatkan nutrisi yang sehat.

Rasional: penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang,

perubahan pada kulit menandakan status nutrisi yang abnormal.

Kriteria Keberhasilan Implementasi

1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

2. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.

3 Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.

4. Menggunakan obat topikal dengan tepat.

5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

6. Mencegah Infeksi

6.1. Miliki indeks kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada klien yang sistem

kekebalannya terganggu.

Rasional: setiap keadaan yg mengganggu imun akan memperbesar risiko infeksi

kulit.

6.2. Berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada klien mengenai program terapi.

Rasional: Pendidikan klien yang efektif bergantung pada keterampilan interpesonal

profesional kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas.

6.3. Laksanakan kompres basah sesuai program untuk mengurangi intensitas inflamasi.

Rasional: vasokonstriksi pembuluh darah kulit dapat mengurangi eritema dan

membantu debridemen vesikel dan krusta serta mengendalikan inflamasi.

19

Page 20: Makalah Herpes Zoster

6.4. Sediakan terapi rendaman sesuai program.

Rasional: melepas eksudat dan krusta.

6.5. Berikan antibiotik sesuai order.

Rasional: membunuh dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.

6.6. Gunakan obat topikal yang mengandung kortikosteroid sesuai order.

Rasional: memiliki kerja antiinflamasi, sehingga mampu menimbulkan

vasokonstriksi pd pembuluh darah kecil dalam dermis lapisan atas.

6.7. Nasihati klien untuk menghentikan pemakaian setiap obat kulit yang memperburuk

masalah.

Rasional: dermatitis kontan atau reaksi alergi dapat terjadi akibat setiap unsur yang

ada dalam obat tersebut.

Kriteria Keberhasilan Implementasi

1. Tetap bebas dari infeksi.

2. Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan dan

mencegah kerusakan kulit.

3. Mengidentifkasi tanda dan gejala infeksi.

4. Mengidentifikasi efek kerugian obat

5. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulti: ganti balutan, mandi.

20

Page 21: Makalah Herpes Zoster

J. PENGOBATAN

1. Pengobatan Umum

Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada

orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun.

Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar.

Untuk mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.

2. Pengobatan Khusus

A. Sistemik

A.1. Obat Antivirus

Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya

valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA

polimerase pada virus. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena.

Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir

peroral yang dianjurkan adalah 5×800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui

intravena biasanya hanya digunakan pada pasien yang imunokompromise atau

penderita yang tidak bisa minum obat. Obat lain yang dapat digunakan sebagai

terapi herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari

selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain itu famsiklovir

juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase.

Famsiklovir diberikan 3×200 mg/hari selama 7 hari.

A.2. Analgetik

Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus

herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam

mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga

dipakai seperlunya ketika nyeri muncul.

A.3. Kortikosteroid

Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt.

Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang

biasa diberikan ialah prednison dengan dosis 3×20 mg/hari, setelah seminggu

dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas

akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat antivirus.

21

Page 22: Makalah Herpes Zoster

B. Pengobatan topikal

Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel

diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak

terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi

dapat diberikan salap antibiotik.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang

menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi

setelah infeksi primer.

Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster oftalmikus, fasialis,

22

Page 23: Makalah Herpes Zoster

brakialis, torakalis, lumbalis, dan sakralis. Manifestasi klinis herpes zoster dapat

berupa kelompok-kelompok vesikel sampai bula di atas daerah yang eritematosa. Lesi

yang khas bersifat unilateral pada dermatom yang sesuai dengan letak syaraf yang

terinfeksi virus.

Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium

sederhana, yaitu tes Tzanck dengan menemukan sel datia berinti banyak.

Pada umumnya penyakit herpes zoster dapat sembuh sendiri (self limiting disease),

tetapi pada beberapa kasus dapat timbul komplikasi. Semakin lanjut usia, semakin

tinggi frekuensi timbulnya komplikasi.

-

Saran

1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk mencegah

penularan dan mempercepat penyembuhan.

2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang

maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.

-

-

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA-

1. Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000; 92-4.

2. Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005; 110-2.

3. Martodihardjo S. Penanganan Herpes Zoster dan Herpes Progenitalis. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.

4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Penyakit Virus. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. 2000, 128-9.

23

Page 24: Makalah Herpes Zoster

5. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.

6. Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.

24