Makalah PBL 14 fix.docx
-
Upload
albatros-wahyubramanto -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of Makalah PBL 14 fix.docx
Fraktur Tertutup Femur Dextra 1/3 Proximal
Sharon Lorisa Simamora (102011115)*
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebab Fraktur adalah Trauma. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,
kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat
menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang
terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang
disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui mengenai Penyakit pada muskuloskeletal
1.3 Hipotesis
Fraktur Pada perempuan 65 tahun ini disebabkan oleh karena osteoporosis.
1.4 Butir Penting
1. Muskuloskeletal
2. Femur
3. Fraktur
4. Osteoporosis
1.5 Manfaat
Memahami mengenai Fraktur pada Tulang.
*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,
1
PEMBAHASAN
SKENARIO VIII
Seorang wanita berusia 60 tahun, dbawa ke UGD RS dengan keluhan sangat nyeri
pada panggul kanan setelah jatuh si kamar mandi 2 jam yang lalu. Pasien tersebut terpeleset
sehingga terjatuh menyamping ke kiri dan pangkal paha kanan nya membentur lantai. Setelah
terjatuh, pasien tidak dapat bangun untuk berdiri atau berjalan. Pada pemeriksaan fisik, tanda
– tanda vital dalam batas normal, tampak edema pada panggul kanan, ekstremitas bawah
sebelah kanan tampak lebih memendek dan berada pada posisi eksternal rotasi, sangat nyeri
saat di palpasi, tidak dapat digerakkan baik aktif maupun pasif.
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Patah tulang tertutup
adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih
(karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi. Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,
keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.1-3
Anamnesis
Untuk mengenal pasien dalam kasus seperti ini harus dilakukan pendekatan, misalnya
dengan anamnesa.
Dalam melakukan anamnesa, yang paling pertama harus kita lakukan adalah membina
hubungan yang baik dengan pasien. Seorang dokter harus memperlihatkan sikap
penerimaan terhadap pasien, seperti mengucapkan selamat pagi/siang/malam kepada
pasien, mempersilahkan pasien duduk dengan sopan, serta menampilkan keramahan sikap
dan wajah.
Anamnesis khusus, terdiri dari :
Keluhan utama
Merupakan keluhan atau gejala yang mendorong atau membawa penderita mencari
pertolongan.
Keluhan tambahan
Riwayat penyakit sekarang
Menggambarkan riwayat penyakit secara lengkap dan jelas. Yang biasa ditanyakan adalah
kapan terjadi fraktur, mekanisme terjadinya fraktur, penanganan pertama setelah trauma,
2
dimana letak keluhan, faktor yang memperberat dan memperingan keluhan. Trauma harus
diperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma,
dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk
meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan
perut (Anamnesis sistem).
Riwayat pengobatan
Menggambarkan segala pengobatan yang pernah didapat sebelumnya, riwayat penanganan
fraktur yaitu sudah pernah berobat atau ditangani dimana sebelumnya, bagaimana cara
penanganannya dan bagaimana hasilnya.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit baik fisik maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Dapat
diketahui apakah pasien dulu pernah mondok, pernah mempunyai penyakit yang serius,
trauma, pembedahan.
Riwayat keluarga
Penyakit-penyakit dengan kecenderungan herediter atau penyakit menular, misalnya apakah
di dalam keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit Diabetes Melitus, apakah
mempunyai penyakit pada tulang.4
a. Pemeriksaan Fisik
Mula-mula menjelaskan secara singkat Pemeriksaan Fisik yang akan dilakukan, lalu
meminta inform consent secara lisan.
Keadaan umum:
Kesadaran
Tanda vital : Tensi, nadi, respirasi, suhu.
Status generalis
Pemeriksaan Ekstremitas5,6
Status lokalis
Regio Femur Dextra
Inspeksi (look)
Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnomal, angulasi, rotasi, dan pemendekan
Functio laesa (hilangnya fungsi)
Ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan
Palpasi (feel)
3
Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di
bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal
cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test.
Gerakan (move)
Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Tetapi pada tulang spongiosa atau tulang
rawan epifisis tidak terasa krepitasi. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan karena
menambah trauma.
Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif.
Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu
dilakukan, range of motion (derajat dari ruang lingkup gerakan sendi), dan kekuatan.5,6
b. Pemeriksaan Penunjang
Setelah melakukan pemeriksaan fisik, seorang dokter perlu melakukan pemeriksaan
penunjang untuk memperkuat diagnosis
Laboratorium
Haemoglobin
Haematocrit
Leukosit
Trombosit
Radiologi
Pemeriksaan radiologi (rontgen) untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :
Dua gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral
Memuat dua sandi di proksimal dan distal fraktur
Memuat gambaran foto dua ekstermitas baik yang cedera maupun yang tidak terkena
cedera untuk membandingkan dengan yang normal (terutama pada anak-anak)
Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan2,5,6
c. Working Diagnosis
4
Working Diagnosis ditentukan setelah pemeriksaan fisik dan penunjang dilaksanakan.
Dari seluruh hasil pemeriksaan dapat di tentukan working diagnosis ibu ini adalah Fraktur
tertutup femur dextra
Klasifikasi fraktur femur ada 2 tipe, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan
kapsula.
• Melalui kepala femur (capital fraktur)
• Hanya di bawah kepala femur
• Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
• Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar atau
yang lebih kecil atau pada daerah intertrokhanter.
• Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah
trokhanter kecil.5
Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi atas : complete, dimana
tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih, serta incomplete (parsial).
Fraktur parsial terbagi lagi menjadi:
1. Fissure/Crack/Hairline – tulang terputus seluruhnya tetapi masih tetap di tempat,
biasa terjadi pada tulang pipih
2. Greenstick Fracture – biasa terjadi pada anak-anak dan pada os radius, ulna,
clavicula, dan costae
3. Buckle Fracture – fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam
Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:
a. Undisplace – fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya
b. Displace – fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas:
* Shifted Sideways – menggeser ke samping tapi dekat
* Angulated – membentuk sudut tertentu
* Rotated – memutar
*Distracted – saling menjauh karena ada interposisi
* Overriding – garis fraktur tumpang tindih
* Impacted – satu fragmen masuk ke fragmen yang lain
5
Secara umum, berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur
dengan dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu fraktur tertutup dan
fraktur terbuka. Disebut fraktur tertutup apabila kulit di atas tulang yang fraktur masih
utuh. Sedangkan apabila kulit di atasnya tertembus dan terdapat luka yang
menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka,
yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang
yang patah sehingga cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi.
Penyebab Fraktur adalah Trauma. Akibat trauma pada tulang tergantung pada
jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul
yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang
yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi
dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.1
Trauma dibagi menjadi dua, yaitu:
- Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan
posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda
keras (jalanan).
- Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya
jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
Selain itu, fraktur juga dapat bersifat patologis, yaitu fraktur yang diakibatkan
oleh trauma minimal atau tanpa trauma yang dipicu oleh proses, misalnya akibat:
• Osteoporosis Imperfekta
• Osteoporosis
• Penyakit metabolik8
Manifestasi klinis fraktur adalah didapatkan adanya riwayat trauma, hilangnya
fungsi, tanda-tanda inflamasi yang berupa nyeri akut dan berat, pembengkakan lokal,
merah/perubahan warna, dan panas pada daerah tulang yang patah. Selain itu ditandai
juga dengan deformitas, dapat berupa angulasi, rotasi, atau pemendekan, serta
krepitasi. Apabila fraktur terjadi pada ekstremitas atau persendian, maka akan ditemui
keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi), pseudoartrosis dan gerakan abnormal.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur, sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis adalah pemeriksaan X-foto, yang harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu
anterior-posterior dan lateral. Dengan pemeriksaan X-foto ini dapat dilihat ada
6
tidaknya patah tulang, luas, dan keadaan fragmen tulang. Pemeriksaan ini juga
berguna untuk mengikuti proses penyembuhan tulang.
Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x
pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut. Bila
berdasarkan pengamatan klinis diduga ada fraktur, maka perlakukanlah sebagai fraktur
sampai terbukti lain. Tulang yang patah merupakan bagian dari pasien penting untuk
mencari bukti ada tidaknya:
1. Syok atau perdarahan
2. Kerusakan yang berhubungan dengan otak, medula spinalis atau visera
3. Penyebab predisposisi (misalnya penyakit paget)10
Dapat disimpulkan beberapa tanda pasti fraktur yaitu8-11
1. Shortening
2. Rotasi ekstremitas yang tidak normal
3. Angulasi
4. False movement yaitu ada gerak pada 2 fragmen tulang yang tidak memiliki
sendi
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan
daya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
• Peristiwa trauma tunggal
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan
atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang
terkena; jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara)
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya;
penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai
kerusakan jaringan lunak yang luas.
Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada
tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan
lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
7
Kekuatan dapat berupa :
1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral
2. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur
melintang
3. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang
tetapi disertai fragmen kupu – kupu berbentuk segitiga yang terpisah
4. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan
fraktur obliq pendek
5. Penarikan dimana tendon atau ligamen benar – benar menarik tulang sampai
terpisah
• Tekanan yang berulang – ulang
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda
lain, akibat tekanan berulang – ulang.
• Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada
penyakit Paget)9
d. Different Diagnosis
a. FRAKTUR COLLUM FEMUR:
Fraktur leher femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering
pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses
penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur dapat berupa fraktur
subkapital, transervikal, dan basal, yang kesemuanya terletak di dalam simpai sendi
panggul atau interkapsuler, fraktur intertrokanter dan subtrokanter terletak
ekstrakapsuler. Fraktur intrakapsuler umumnya sulit untuk mengalami pertautan
dan cenderung terjadi nekrosis avaskuler kaput femur. Pendarahan kolum yang
terletak intraartikular dan pendarahan kaput femur berasal dari proksimal a.
sirkumfleksa femoris lateralis melalui simpai sendi. Sumber perdarahan ini putus
pada fraktur intraartikular. Pendarahan oleh arteri di dalam ligamentum teres sangat
terbatas dan sering tidak berarti. Pada luksasi arteri ini robek. Epifisis dan daerah
8
trokanter cukup kaya vaskularisasinya, karena mendapat darah dari simpai sendi,
periosteum, dan a. nutrisia diafisis femur. 9
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung
terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak
langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah
Sering dapat dilihat pemendekan bila dibandingkan tungkai kiri dengan
kanan. Jarak antara trokanter mayor dan spina iliaka anterior superior lebih pendek
karena trokanter terletak lebih tinggi akibat pergeseran tungkai ke kranial. Penderita
umumnya datang dengan keluhan tidak bisa jalan setelah jatuh dan terasa nyeri.
Umumnya penderita tidur dengan tungkai bawah dalam keadaan sedikit fleksi dan
eksorotasi serta memendek. Gambaran radiologis menunjukkan fraktur leher femur
dengan dislokasi pergeseran ke kranial atau impaksi ke dalam kaput.
Kontraksi dan tonus otot besar dan kuat antara tungkai dan tubuh yang
menjembatani fraktur, yaitu m. iliopsoas, kelompok otot gluteus, quadriceps femur,
flexor femur, dan adductor femur menyebabkan terganggunya keseimbangan pada
garis fraktur. Adanya osteoporosis tulang mengakibatkan tidak tercapainya fiksasi
kokoh oleh pin pada fiksasi interna. Ditambah lagi, periosteum fragmen
intrakapsuler leher femur tipis sehingga kemampuannya terbatas dalam
penyembuhan tulang. Oleh karena itu, pertautan fragmen fraktur hanya bergantung
pada pembentukan kalus endosteal. Yang penting sekali ialah aliran darah ke kolum
dan kaput femur yang robek pada saat terjadinya fraktur.
b. FRAKTUR SUBTROCHANTER FEMUR
Adalah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter
minor, dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah
dipahami adalah klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :
tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor
Fraktur ini terjadi antara trokanter mayor dan minor. Sering terjadi pada
orang tua dan umumnya dapat bertaut dengan terapi konservatif maupun operatif
9
karena perdarahan di daerah ini sangat baik. Terapi operatif memperpendek masa
imobilisasi di tempat tidur.
Penderita biasanya datang dengan keluhan tidak dapat berjalan setelah jatuh
disertai nyeri yang hebat. Penderita terlentang di tempat tidur dengan tungkai
bawah eksorotasi dan terdapat pemendekan sampai 3 cm disertai nyeri pada setiap
pergerakan. Pada bagian luar pangkal paha terlihat kebiruan akibat hematom
subkutan. Pada foto Rontgen terlihat fraktur daerah trokanter dengan leher femur
dalam posisi varus yang bisa mencapai 90O.
e. Komplikasi
Komplikasi dapat muncul dalam tahapan tertentu.
a. Komplikasi segera
1. Komplikasi lokal – dapat berupa kerusakan kulit, pembuluh darah (hematom,
spasme arteri, dan kontusio), kerusakan saraf, kerusakan otot, dan kerusakan
organ dalam.
2. Komplikasi sistemik – syok hemoragik. Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps
kardiovaskuler. Hal ini dapat dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai.
b. Komplikasi awal
1. Komplikasi lokal – sekuele dari komplikasi segera, berupa nekrosis kulit,
gangren, trombosis vena, komplikasi pada persendian (artritis), dan pada
tulang (infeksi/osteomielitis). Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan
debridemen tidak memadai.
2. Komplikasi sistemik – emboli lemak, emboli paru, pneumonia, tetanus, delerium
tremens, crush syndrom.
Crush syndrom terjadi ketika otot yang hancur saat fraktur menghasilkan acid
myohaematin dan masuk ke pembuluh darah. Saat acid myohaematin masuk
ke tubulus ginjal, timbul sumbatan (acute tubular necrosis) sehingga terjadi
renal dialysis.
c. Komplikasi lanjut
1. Komplikasi pada persendian – dapat terjadi kontraktur dan kekakuan sendi
persisten, penyakit sendi degeneratif pasca trauma.
10
2. Komplikasi tulang – yakni penyembuhan tulang abnormal (malunion, delayed
union dan non union).
* Non union adalah keadaan dimana suatu proses penyembuhan patah tulang
berhenti sama sekali dan penyembuhan patah tulang tidak akan terjadi
tanpa koreksi pembedahan. Non-union, lazim terjadi pada fraktur
pertengahan batang femur, trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan
interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu
memerlukan bone grafting dan fiksasi interna
* Mal union adalah keadaan dimana tulang menyambung dalam posisi tidak
anatomis, bisa sembuh dengan pemendekan, sembuh dengan angulasi, atau
sembuh dengan rotasi. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor
yang bekerja tanpa aksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan
fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh
kombinasi gaya ini.
* Delayed union adalah proses penyembuhan patah tulang yang melebihi
waktu yang diharapkan, hal ini berarti bahwa proses terjadi lebih lama dari
batas waktu yaitu umumnya 3-5 bulan.
3. Komplikasi pada otot – miositis pasca trauma, ruptur tendo lanjut
4. Komplikasi saraf – Tardy nerve palsy8-10
f. Penatalaksanaan
Secara ringkas tahap penyembuhan fraktur dibagi menjadi 5 tahap sebagai berikut:
1. Stadium Pembentukan Hematom :
- Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah yang robek
- Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot)
- Terjadi sekitar 1-2 x 24 jam
2. Stadium Proliferasi Sel / Inflamasi :
- Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur
- Sel-sel ini menjadi precursor osteoblast
- Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang
- Proliferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang
- Terjadi setelah hari ke-2 kecelakaan terjadi
11
3. Stadium Pembentukan Kallus :
- Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus)
- Kallus memberikan rigiditas pada fraktur
- Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu
- Terjadi setelah 6-10 hari setelah kecelakaan terjadi
4. Stadium Konsolidasi :
- Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu
- Secara bertahap menjadi tulang mature
- Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan
5. Stadium Remodeling :
- Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur
- Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast
- Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, pada dewasa masih ada tanda penebalan
tulang.
Proses penyembuhan tulang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mencakup: usia, lokasi
dan jenis fraktur, kerusakan jaringan sekitar fraktur, banyaknya gerakan pada fragmen fraktur,
pengobatan, adanya infeksi atau penyakit lain yang menyertai (seperti diabetes mellitus),
derajat trauma, gap antara ujung fragmen dan pendarahan pada lokasi fraktur. 8
Penatalaksanaan secara Umum
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation),
apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting
ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam.
Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai
dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat
pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.
Penatalaksanaan Kedaruratan
Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya fraktur
dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur, penting
untuk meng-imobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien dipindahkan.
12
Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat
dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk
mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat
menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.
Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari
gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting
untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen ,tulang. Daerah yang cedera
diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang
kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga
dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak
sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat
dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal
cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.
Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah
kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan
bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di
atas.
Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan dengan
lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien
mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai
digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.1
Pertolongan pertama perdarahan dari fraktur femur, terbuka atau tertutup, adalah antara 2
sampai 4 unit (1-2 liter). Jalur intravena perlu dipasang dari darah dikirim ke laboratorium
untuk pemeriksaan hemoglobin dan reaksi silang. Jika tidak terjadi fraktur lainnya,
kemungkinan transfusi dapat dihindari, tetapi bila timbul trauma lainnya, 2 unit darah perlu
diberikan segera setelah tersedia.
Fraktur terbuka biasanya terbuka dan dalam/luar dengan luka di sisi lateral atau depan paha.
Debridemen luka perlu dilakukan dengan cermat dalam ruang operasi dan semua benda asing
diangkat. Jika luka telah dibersihkan secara menyeluruh setelah debridemen luka dapat
ditutup; tetapi bila terkontaminasi, luka lebih baik dibalut dan dirawat dengan jahitan primer
yang ditunda (delayed primary suture). Antibiotika dan antitetanus sebaiknya diberikan,
seperti pada setiap fraktur terbuka.12
13
Prognosis
Prognosis dari fraktur femur tertutup 1/3 proximal dextra adalah baik jika fraktur ditangani
dengan tepat dari recognition, reposisi, retaining, hingga rehabilitasi. Seringkali prognosis
memburuk jika fraktur disertai gangguan vaskularisasi, atau dalam tahapannya tidak sesuai
prosedur yang benar.
Kesimpulan
Hipotesa diterima
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma, baik trauma langsung ataupun
trauma yang tidak langsung. Fraktur dapat juga diakibatkan oleh patogenesis dari
proses osteoporosis.
Fraktur dapat dibedakan menjadi fraktur terbuka ataupun fraktur tertutup berdasarkan
ada atau tidaknya luka di permukaan kulit akibat fraktur.
Fraktur pada femur dibedakan pada 3 bagian, yaitu bagian 1/3 proksimal, 1/3 tengah,
dan 1/3 distal.
Fraktur femur distal dapat berifat intra artikular bila fraktur terjadi di bagian kondilar.
Pengenalan akan tanda-tanda pasti fraktur dapat membantu proses diagnosa fraktur
dan dipastikan dengan pemeriksaan radiologi 2 posisi dan 2 sendi. Recognation dini
akan membantu penatalaksanaan sesegera mungkin dan dapat teratasi sebisa mungkin
dalam periode emas (0-6 jam setelah trauma).
Fraktur memiliki prognosis yang baik dengan penanganan yang tepat dan segera.
Fraktur pada anak-anak memiliki prognosis yang lebih baik daripada anak-anak
karena pada masa anak-anak, pertumbuhan tulang sedang terjadi dan mempercepat
proses penyembuhan pada fraktur.
14
Daftar Pustaka
1. Bucholz RW, Heckman JD, Court-brown CM. Rockwood and green’s fractures in
adults volume 1. 6th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2006; pg 910-987.
2. Dudley HAF. Hamilton bailey’s emergency surgery. 11th ed. Great Britain: John
Wright & Sons, 1986; pg 782-806.
3. Sylvia AP, Lorrain MW. Pathophysiology: clinical concepts of disease processes
volume 2. 6th ed. Canada: Elsevier Science, 2002; pg 1357-73
4. Anamnesis fraktur. Info fisioterapi. Diunduh dari:
http://www.infofisioterapi.com/info/anamnesis-fraktur.html pada 22 Maret 2013.
5. Blundell A, Harrison R. OSCEs at a Glance. 1st ed. UK: Wiley-Blackwell, 2009 pg
130-41.
6. Widiharso, Wahyu Eko. Patah tulang collum femur. 2011. Diunduh dari:
http://www.dokterbedahtulang.com/?mn=101&id=13
7. Rasjad, C. Buku pengantar ilmu bedah ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar:
2007. pp. 352-489
8. Djuwantoro, Dwi. Fraktur batang femur. Alumnus Universitas Sebelas Maret,
Surakarta,Indonesia.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16FrakturBatangFemur120.pdf/
16FrakturBatangFemur120.html
9. Reksoprodjo, Soelarto. Penanganan patah tulang. 2010. Kumpulan Kuliah
Prof.Soelarto Reksoprodjo. http://www.dokterbedahtulang.com/?mn=101&id=11
10. Sya’banawati, Johana. Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi pasca operasi fraktur
femur 1/3 distal dextra dengan pemasangan plate and screw. Surakarta: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008
1.
15