PBL Blok 14 - OA

19
Osteoartritis pada Sendi Lutut Avena Athalia Alim 102011031 [email protected] FAKULTAS KEDOKTERAN KRISTEN KRIDA WACANA Kampus II Ukrida Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Pendahuluan Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi selain perubahan pada tulang yang mendasarinya. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus-menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. 1,2 Anamnesis Pada anamnesis, selain data-data pribadi seperti jenis kelamin serta umur (dalam skenario seorang perempuan berusia 60 tahun) dan keluhan utama, perlu ditanyakan riwayat penyakit dulu dan sekarang. Riwayat penyakit dulu meliputi pertanyaan yang menanyakan apakah pasien dulu pernah mengalami penyakit-penyakit 1

description

Osteoarthritis

Transcript of PBL Blok 14 - OA

Page 1: PBL Blok 14 - OA

Osteoartritis pada Sendi Lutut

Avena Athalia Alim

102011031

[email protected]

FAKULTAS KEDOKTERAN KRISTEN KRIDA WACANA

Kampus II Ukrida Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

Pendahuluan

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan

kerusakan kartilago sendi selain perubahan pada tulang yang mendasarinya.

Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Pasien

OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada

pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat

dirasakan terus-menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien.1,2

Anamnesis

Pada anamnesis, selain data-data pribadi seperti jenis kelamin serta umur

(dalam skenario seorang perempuan berusia 60 tahun) dan keluhan utama, perlu

ditanyakan riwayat penyakit dulu dan sekarang. Riwayat penyakit dulu meliputi

pertanyaan yang menanyakan apakah pasien dulu pernah mengalami penyakit-

penyakit tertentu yang memungkinkan adanya hubungan dengan penyakit yang

dialami sekarang. Sedangkan riwayat penyakit sekarang biasanya merupakan

cerita yang kronologis, terinci, dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak

sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat.3

Keluhan utama dan riwayat penyakit pasien antara lain :

1. Nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu.

2. Nyeri pada lutut bertambah saat berjalan, menekuk kaki, bangun dari

duduk yang lama, dan saat sholat.

3. Saat bangun tidur, lututnya sering terasa kaku sekitar 30 menit.

1

Page 2: PBL Blok 14 - OA

4. Pada lutut sering berbunyi “kretek-kretek”.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi berat badan, tinggi badan, tanda-tanda vital,

dan khusus. Pemeriksaan tanda-tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi

pemeriksaan suhu, nadi, tekanan darah, dan respiratory rate. Sedangkan

berdasarkan pemeriksaan khusus, dapat dilakukan inspeksi, palpasi, dan

pergerakan pada lutut.

Pemeriksaan dimulai saat pasien memasuki ruangan dengan melihat cara

berjalan, posisi lutut saat berjalan. Inspeksi meliputi posisi lutut saat berdiri, jalan,

dan berbaring, warna kulit, gambaran vaskularisasi, pembengkakan atau massa

pada bagian anterior/posterior, lateral/medial, dan ada atau tidaknya

luka/fistel/ulkus. Palpasi dilakukan untuk meraba ada atau tidaknya

pembengkakan massa, meraba vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah di lutut,

meraba posisi patella di lutut, dan adanya nyeri tekan atau tidak di persendian.

Pergerakan lutut dilakukan dengan posisi pasien berbaring terlentang, kemudian

dilakukan penilaian range of motion (ROM) lutut dengan gerakan fleksi – ekstensi

dan menyatakannya dalam derajat. Normal ROM adalah 0 – 1200.4 (Lihat Gambar

1)

Gambar 1. Pemeriksaan ROM

Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci Range of Motion pada lutut

2

Page 3: PBL Blok 14 - OA

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium

darah, analisa cairan sendi, dan rontgen. Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA

biasanya tak banyak berguna. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah)

dalam batas-batas normal. Pemeriksaan cairan sendi umumnya untuk melihat ada

atau tidaknya kristal urat. Pemeriksaan darah dan pemeriksaan cairan sendi pada

kasus osteoartritis biasanya dilakukan untuk menyingkirkan beberapa differential

diagnosis seperti penyakit gout/pirai.5

Pemeriksaan rontgen atau radiografi cukup memberikan gambaran

diagnostik yang pasti pada kasus osteoartritis. Gambaran radiografi sendi yang

menyokong diagnosis OA ialah1 :

1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada

bagian yang menanggung beban).

2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.

3. Kista tulang

4. Osteofit pada pinggir sendi

5. Perubahan struktur anatomi sendi.

Namun harus diingat bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi

seringkali masih normal, tidak menujukkan sesuatu yang berarti. Pemeriksaan

radiografi sendi lain mungkin diperlukan pada beberapa keadaan tertentu. Seperti

pada pasien-pasien yang mempunyai keluhan nyeri pada banyak sendi.1 (Lihat

gambar 2)

3

Page 4: PBL Blok 14 - OA

Gambar 2. Hasil radiografi

Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci osteoartritis knee xray

Working Diagnosis

Dari hasil anamsesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta

menyesuaikan dengan gejala-gejala osteoartritis, maka pasien diduga menderita

osteoartritis.

Differential Diagnosis

Different diagnosis untuk kasus osteoartritis adalah rheumatoid artritis.

Rheumatoid artritis mempunyai beberapa gejala yang sama dengan osteoartritis

seperti terjadi kekakuan di pagi hari dan terjadi artritis simetris. Namun, pada

4

Page 5: PBL Blok 14 - OA

rheumatoid artritis terdapat nodul rheumatoid dan tidak terdapat bunyi “kretek-

kretek” sedangkan pada osteo artritis tidak terdapat nodul dan terjadi bunyi

“kretek-kretek” (suara yang timbul akibat krepitasi tulang).1,5

Epidemiologi

OA adalah penyakit sendi tersering di dunia. Mengenai sekitar 7%

populasi Amerika Serikat; mengenai 60%-70% orang berusia lebih dari 65 tahun.

Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5%

pada pria, dan 12.7% pada wanita. Terdapat peningkatan risiko seiring dengan

pertambahan usia, prevalensi meningkat dengan cepat pada populasi lansia.

Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-prograsif, OA

mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar, baik di Negara maju maupun di

Negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia

menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap dampak

OA akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua.1,6

Manifestasi Klinik

Gejala utamanya ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama

waktu bergerak atau menanggung beban. Umumnya timbul rasa nyeri saat sendi

digerakan, dan rasa nyeri berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada

pergerakan sendi, kaku pada pagi hari selama beberapa menit, mulai terjadi

pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat

pembesaran sendi yang semakin nyata dan krepitasi tulang. Selain itu, terjadi

perubahan yang khas pada tangan yang disebut Nodus Heberden atau pembesaran

tulang sendi interfalang distal yang sering dijumpai. Salah satu tempat predileksi

osteroartrtitis adalah sendi interfalang distal, sendi interfalang proksimal, sendi

lutut, dan sendi paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol

dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis. Terdiri dari

nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan.5,7

(Lihat Gambar 3)

5

Page 6: PBL Blok 14 - OA

Gambar 3. Nodul Heberden

Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci Nodus Heberden

Etiologi dan Patofisiologi

Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer

dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan local pada sendi. OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan,

herediter,jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Osteoartritis

primer lebih sering ditemukan dibanding OA sekunder.1

Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses ketuaan yang

tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat

bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostatis dari metabolisme

kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya

belum jelas diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi

multifaktorial antara lain karena faktor umur, stres mekanis atau penggunaan

sendi yang berlebihan, defek anatomik, obesitas, genetik, humoral, dan faktor

kebudayaan. Jejas mekanis dan kimiawi ini diduga merupakan faktor penting

6

Page 7: PBL Blok 14 - OA

yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago

didalam cairan synovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,

kerusakan kondrosit dan nyeri.1

Osteoartritis ditandai dengan dengan fase hipertrofi kartilago yang

berhubungan dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks

makromolekul oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan. Osteoartritis terjadi

sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang dan

inflamasi cairan sendi.1

Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi ternyata dapat

melakukan perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan

memproduksi matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh faktor

pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu

komunikasi antar sel. Salah satu faktor pertumbuhan yang berperan adalah

insulin-like growth faktor (IGF-1). Faktor pertumbuhan IGF-1 memegang peranan

penting dalam proses perbaikan rawan sendi. Pada keadaan inflamasi, sel menjadi

kurang sensitive terhadap efek IGF-1.1

Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan

metabolisme rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi

ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta

mengawali suatu respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi.1,7

Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas

fibrinogenik dan penurunan fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya

penumpukan thrombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang

menyebabkan terjadinya iskemi dan nekrosis jaringan subkhondral tersebut. Ini

mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan

interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkhondral yang

diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit.

Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator kimiawi

seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan

tendo atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstra artikuler akibat kerja yang

berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan

7

Page 8: PBL Blok 14 - OA

periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis. Osteofit terbentuk

sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian sehingga

dipandang sebagai suatu kegagalan sendi yang progresif.1,5

Faktor-faktor Risiko Osteoartritis

Berikut merupakan beberapa faktor-faktor risiko osteoartritis1;

1. Umur : Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan

adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat

dengan bertambahnya umur.

2. Jenis kelamin : Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak

sendi, dan lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan

leher.Secara keseluruhan, di atas 50 tahun (setelah menopause), fekuensi

OA pada wanita lebih banyak daripada pria.

3. Suku bangsa : Misalnya OA paha lebih jarang di antara oorang-orang kulit

hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-

orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini

mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada

frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

4. Genetik : Mutasi dalam gen prokolagen II atau gen structural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi, protein, pengikat, atau proteoglikan

berperan dalam kecenderungan familial pada OA tertentu.

5. Kegemukan dan penyakit metabolik : Berat abdan yang berlebih nyata

berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbulnya OA baik pada

wanita maupun pria. Selain faktor mekanis (karena meningkatnya beban

mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan.

6. Cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga : Pekerjaan berat maupun dengan

pemakaian satu sendi yang terus-menerus berkaitan dengan peningkatan

rsiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olah raga yang sering

menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan risiko OA yang lebih tinggi.

7. Kelainan pertumbuhan : kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah

dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda. Mekanisme ini juga

8

Page 9: PBL Blok 14 - OA

diduga berperan pada lebih banyaknya OA pada pada laki-laki dan ras

tertentu.

8. Faktor-faktor lain : Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat

meningkatkan risiko timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang

yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi benturan beban yang

diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi

mudah robek.

Penatalaksanaan – Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat

simptomatis, hanya untuk mengurangi rasa nyeri. Obat lini pertama osteoartritis

adalah obat golongan analgesik-antipireti yaitu asetaminofen (parasetamol). Jika

dengan pemberian asetaminofen tidak mengurangi rasa nyeri, dapat digunakan

obat golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) salah satunya adalah ibuprofen.

Golongan analgetik opioid seperti tramadol juga dapat digunakan. Tramadol dapat

menimbulkan efek analgesik dengan atau tanpa asetaminofen. Selain itu, sejak

beberapa tahun yang lalu mulai digunakan kombinasi suplemen glukosamin dan

kondroitin.5

Asetaminofen direkomendasikan oleh Sekolah Tinggi Reumatologi

Amerika sebagai obat lini pertama dalam pengobatan osteoartritis. Asetaminofen

bekerja pada susunan saraf pusat dengan cara menghambat sintesis prostaglandin,

zat yang berperan dalam timbulnya rasa nyeri. Dosisnya adalah 325-650 mg tiap

4-6 jam sehari dan dosis maksimumnya adalah 4 gram/hari. Obat ini memiliki

efek samping sedikit sehingga relatif aman. Ibuprofen memiliki efek analgesik

setara dengan aspirin. Efek anti-inflamasinya terlihat dengan dosis 1200-2400 mg

sehari. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan

aspirin. Tramadol adalah analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor

µ yang lemah. Sebagian dari efek analgetiknya ditimbulkan oleh inhibisi ambilan

norepinefrin dan serotonin. Dosis maksimum per hari yang dianjurkan 400 mg.

Efek samping yang umum mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi , dan sakit

kepala, dan depresi pernapasan.8,9

9

Page 10: PBL Blok 14 - OA

Meskipun aman, glukosamin dan kondroitin tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan dalam mengurangi rasa nyeri. Secara umum, glukosamin dan

kondroitin sulfat merupakan substansi natural yang ditemukan pada sel kartilago.

Glukosamin diproduksi dan didistribusikan di kartilago, sedangkan kondroitin

sulfat merupakan kompleks karbohidrat yang membantu kartilago sebagai

bantalan dari tekanan/kompresi. Dosis glukosamin sulfat paling tidak harus 1500

mg/hari dan kondroitin sulfat 1200 mg/hari dalam dosis terbagi. Efek sampingnya

kembung, tidak boleh diberikan pada pasien yang alergi makanan laut.10

Penatalaksanaan – Non Medikamentosa

Penatalaksanaan non medikamentosa dapat dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu :

1. Penerangan : Menjelaskan tentang seluk-beluk penyakit kepada pasien,

bagaimana cara menjaga agar penyakitnya tidak bertambah parah serta

persendiannya tetap dapat dipakai.1

2. Fisioterapi dan rehabilitasi : Terapi ini untuk melatih pasien agar

persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi

sendi dari trauma baik sendi yang sakit maupun yang tidak sakit.

Fisioterapi penting untuk menghilangkan nyeri dan mempertahankan

kekuatan otot dan ROM. Pemakaian es atau panas pada sendi yang sakit

dapat menghilangkan nyeri untuk sementara. Latihan ROM juga dapat

membantu mempertahankan ROM pada sendi yang terlibat.7

3. Penurunan berat badan : Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan

faktor yang akan memperberat penyakit OA. Oleh karena itu, berat badan

harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat badan berlebih,

maka harus diusahakan penurunan berat badan, jika bisa, mendekati berat

badan ideal.1

4. Alat bantu : Tongkat atau alat bantu berjalan dapat mengurangi berat

badan yang harus ditanggung oleh sendi lutut dan panggul secara cukup

berarti.7

10

Page 11: PBL Blok 14 - OA

5. Terapi bedah : Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak

berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi

apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas.1

Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi apabila osteoartritis tidak ditangani dengan

serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu komplikasi kronis dan komplikasi

akut. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah

ialah terjadinya kelumpuhan. Komplikasi akut antara lain micrystaline arthrophy,

osteonecrosis, ruptur Baker cyst, bursitis, dan Symtomatic Meniscal Tear.1

Prognosis

Osteoartritis biasanya berjalan lambat. Masalah utama yang sering

dijumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya

ketidakstabilan bila harus menanggung beban, terutama pada lutut. Masalah ini

berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri dengan cara hidup yang

baru. Cara hidup yang baru ini sering kali meliputi perubahan pola makan dan

olahraga, manipulasi obat-obat yang diberikan, dan pemakaian alat-alat pembantu.

Jika sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan baik, maka prognosis osteoartritis

umumnya baik.5,7

Penutup

Osteoartrtitis merupakan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan

kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini biasanya menyerang pria dan wanita yang

berumur lebih dari 60 tahun. Beberapa gejalanya antara lain seperti nyeri sendi

ketika melakukan aktivitas, kaku sendi pada pagi hari, serta adanya krepitasi

tulang.

Penatalaksanaan bertujuan untuk mengurangi rsasa sakit, tapi tidak dapat

menyembuhkan secara total. Jika osteoartritis sudah sangat parah sampai-sampai

terjadi deformitas dan sangat mengganggu aktivitas, maka perlu dilakukan

pembedahan.

11

Page 12: PBL Blok 14 - OA

Jadi, hipotesis diterima, perempuan berusia 60 tahun tersebut diduga

mengalami osteoartritis.

Daftar Pustaka

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku

ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing;

2009.h.2538-48.

2. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan dan manajemen.

Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.315.

3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Surabaya:

Erlangga; 2007.h.7-10.

4. Gleadle J. History and examination at a glance. Jakarta: Erlangga;

2011.h.40-1.

5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, editor.

Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius;

2008.h.535-6.

6. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan dan manajemen.

Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.315.

7. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.

Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.1380-3.

8. Gunawan SG, editor. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen

farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2007.h.228-40.

9. Yatim F. Penyakit tulang dan persendian arthritis atau arthralgia. Edisi 1.

Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2006.h.17.

10. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat penting. Edisi 6. Jakarta: Penerbit PT

Elex Media Komputindo; 2007.h.321-1.

12