Makalah Kel 3 Ekso 3kjh
-
Upload
sisca-yudistira -
Category
Documents
-
view
271 -
download
37
description
Transcript of Makalah Kel 3 Ekso 3kjh
BAB 1
PENDAHULUAN
Tumor adalah jaringan baru yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai faktor penyebab tumor. Tumor dapat dibagi menjadi tumor odontogenik
dan non odontogenik. Tumor odontogenik, dibagi lagi menjadi tumor yang berasal
dari ektodermal, mesiodermal, dan campuran mesio-ektodermal. Sedangkan tumor
non-odontogenik dibagi menjadi tumor osteogenik, non-osteogenik, tumor jaringan
vaskuler, dan tumor jaringan syaraf.
Tumor non-osteogenik dibagi menjadi tumor epitel, hiperplasi inflamasi
dan tumor mesiodermal. Pada penggolongan ini, epulis termasuk kepada tumor
epitel. Kelainan pada rongga mulut berbeda dengan penyakit rongga mulut.
Kelainan ini bisa merupakan kelainan pertumbuhan dan perkembangan sel. Salah
satu jenis kelainan rongga mulut yaitu epulis. Istilah epulis sering digunakan dalam
hubungannya dengan lesi-lesi yang terjadi.
Epulis adalah istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti
tumor pada gingiva (gusi). Faktor predisposes dari epulis adalah iritasi kronis lokal
misalnya kalkulus, karies servikal, sisa akar gigi. Epulis dapat dibedakan
berdasarkan etiologi terjadinya antara lain : epulis congenitalis, epulis fibromatosa,
epulis granulomatosa, epulis fissuratum, epulis gravidarum, dan epulis
angiomatosa.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Epulis
Epulis merupakan istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti tumor pada
gingiva (gusi). Definisi epulis adalah tumor jinak yang tumbuh dari gingiva, berasal
dari jaringan periodonsium atau jaringan periosteum.
2.2 Faktor Predisposisi Epulis
Faktor predisposisi epulis antara lain iritasi kronis lokal (misalnya kalkulus, karies
servikal, sisa akar gigi) dan perubahan hormonal.
Gambar 1. Gambaran predileksi epulis pada gusi dan bukalis
2.3 Klasifikasi Epulis
1. Epulis Granulomatosa
Epulis ini terjadi dari suatu reaksi jaringan yang granulomatik karena iritasi kronik
akibat sisa akar, tepi karies, tumpatan yang overhanging, atau klamer yang
tajam.Frekwensi secara statistik epulis ini jarang sekali ditemukan. Gambaran
2
klinisnya merupakan suatu dungkul bertangkai dengan warna kemerahan atau
sama dengan sekitar dengan permukaan yang granuler, konsistensi lunak bisa
disertai nyeri tekan dan kadang-kadang dapat diseratai suatu ulserasi. Lokasi
terbanyak digingiva tetapi dapat juga terjadi diseluruh rongga mulut, misalnya
bibir bawah, lidah dan palatum Pada pemeriksaan histologi menunjukkan dungkul
dilapisi epitel bertatah yang dibawahnya terdiri dari jaringan granulasi dengan
proliferasi kapiler dan jaringan ikat muda serta sebukan sel radang kronik.
Eliminasi faktor penyebab dan eksisi dapat memberikan prognosa yang baik untuk
perwatan epulis jenis ini.
2. Epulis Fissuratum
Defenisi
Lesi yang tersusun dari jaringan yang berlebihan ini umumnya berupa lipatan
hiperplastik berwarna merah muda, keras dan fibrous.Bagian dalam dan luar dari
lesi terpisah oleh cekungan (groove) dalam yang menandakan tempat di mana tepi
gigi tiruan menekan mukosa.Epulis fissuratum jarang terjadi di daerah lingual
(bagian yang menghadap lidah), dan lebih sering dijumpai di bagian depan rahang
(anterior). Ukuran lesi ini bervariasi. Kondisi ini paling sering terjadi pada orang
usia lanjut karena pasien dalam kelompok umur tersebut banyak yang
menggunakan gigi tiruan.
Pertumbuhan jaringan ikat fibrosa yang berlebihan di daerah mukosa yang
berkontak dengan tepi gigi tiruan yang biasanya terlalu cekat dan menekan
mukosa. Epulis fissuratum juga sering disebut inflammatory fibrous hyperplasia,
atau denture epulis.
Pertumbuhan jaringan ikat tersebut disebabkan oleh iritasi kronik karena
pemakaian gigi tiruan, di mana tepi gigi tiruan menekan daerah gusi yang
berbatasan dengan pipi bagian dalam (alveolar vestibular mucosa). Penekanan
tersebut menyebabkan tulang daerah tersebut terus menerus berubah karena
kehilangan tulang, akibatnya dukungan tulang untuk basis gigi tiruan menjadi 3
tidak stabil. Hal ini lama kelamaan mengarah kepada terjadinya penonjolan yaitu
epulis fissuratum.
Gbr. Epulis fissuratum yang tampak sebagai penonjolan vestibulum yang berkontak
dengan tepi gigi tiruan
Kondisi ini paling sering terjadi pada orang usia lanjut karena pasien dalam
kelompok umur tersebut banyak yang menggunakan gigi tiruan. Namun masalah
ini cenderung berkurang dengan makin berkembangnya teknologi kedokteran gigi
dan meningkatnya kesadaran pasien untuk menjaga keutuhan dan kesehatan gigi
dan mulut sehingga kebutuhan akan gigi tiruan bisa jadi berkurang. Tampaknya
kondisi ini lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria
Gejala
Lesi yang tersusun dari jaringan yang berlebihan ini umumnya berupa lipatan
hiperplastik berwarna merah muda, keras dan fibrous. Bagian dalam dan luar dari
lesi terpisah oleh cekungan (groove) dalam yang menandakan tempat di mana tepi
gigi tiruan menekan mukosa.
Epulis fissuratum jarang terjadi di daerah lingual (bagian yang menghadap lidah),
dan lebih sering dijumpai di bagian depan rahang (anterior).
4
Ukuran lesi ini bervariasi. Ada lesi yang berukuran kecil namun ada juga yang
luas dan melibatkan seluruh daerah mukosa (mukosa vestibulum) yang berkontak
dengan tepi gigi tiruan.
Terkadang iritasi dapat cukup parah sehingga menyebabkan mukosa tampak
kemerahan dan ulserasi, terutama di dasar cekungan di mana tepi gigi tiruan
berkontak dengan mukosa.
Perawatan
Lesi ini dapat dihilangkan dengan eksisi. Selain itu, gigi tiruan yang menjadi
timbulnya lesi ini harus diperbaiki hingga dapat memiliki kecekatan yang baik
namun tidak memberi tekanan berat terhadap mukosa supaya mencegah iritasi
yang lebih berat lagi.
Meski lesi ini sangat jarang dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa, namun
sebagai tindakan preventif sebaiknya dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada
lesi yang telah dibuang tersebut.
3. Giant Cell Epulis
Definisi
Epulis jenis ini juga sering disebut sebagai peripheral giant cell granuloma, giant
cell reparative granuloma, osteoclastoma and myeloid epulis. Penyebab pastinya
tidak diketahui, namun diperkirakan giant cell epulis terjadi sebagai respon
terhadap suatu cedera. Selain itu, banyak kasus yang pasiennya mengekspresikan
reseptor permukaan untuk hormon estrogen, sehingga timbul spekulasi bahwa
pengaruh hormonal dapat memainkan peranan terhadap perkembangan lesi ini.
Giant cell epulis dapat terjadi pada semua umur namun kasus ini paling banyak
didiagnosa pada pasien dalam golongan umur 40-60 tahun, dan terutama terjadi
pada wanita.
5
Etiologi
Penyebab pastinya tidak diketahui, namun diperkirakan giant cell epulis terjadi
sebagai respon terhadap suatu cedera. Selain itu, banyak kasus yang pasiennya
mengekspresikan reseptor permukaan untuk hormon esterogen, sehingga timbul
spekulasi bahwa pengaruh hormonal dapat memainkan peran terhadap
perkembangan lesi.
Gambar. Giant Cell Epulis pada daerah palatal gigi insisif atas
Gejala
Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi, kaya
vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan umumnya berwarna
merah keunguan.
Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya berukuran kurang dari 2 cm
namun ada kasus yang ukurannya diameter melebihi 4 cm. Lesi ini dapat tumbuh
menjadi massa yang bentuknya tidak beraturan yang dapat menjadi ulserasi dan
mudah berdarah. Pada beberapa kasus giant cell epulis dapat menginvasi tulang di
bawahnya sehingga pada gambaran radiografis akan terlihat erosi tulang.
6
Perawatan
Perawatan giant cell epulis melibatkan bedah eksisi dan kuretase tulang yang
terlibat. Gigi yang berdekatan dengan epulis juga perlu dicabut bila sudah tidak
dapat dipertahankan, atau dilakukan pembersihan karang gigi (scaling) dan
penghalusan akar (root planing). Dilaporkan angka rekurensi sebesar 10 %
sehingga diperlukan tindakan eksisi kembali.
Gambaran Klinis : benjolan berwarna kebiru biruan berbatas tidak tegasbila diraba
terasa panas (karena banyak pembuluh darah (vaskuler))dan ada rasa sakit .
punya inti banyak dan mengumpul ditengah, namual pembuluh kapiler dan disertai
perdarahaan. ini adalah jenis tumor jinak namu bila trejadi terus menerus bisa
menjadi ganas.
Gambaran mikroskopis giant cell epulis
Pemeriksaan laboratorium dalam ba-tas normal, brain CT Scan tampak soft tissue
mass dengan gambaran gigi erupted dan destruksi regio os maxilla anterior.
4. Epulis Kongenital
7
Definisi
Penyebab dari terjadinya epulis kongenital belum pasti namun para ilmuwan
meyakini bahwa epulis ini berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang asalnya dari
neural crest.
Epulis tipe ini adalah kondisi kongenital yang sangat jarang ditemui, dan terjadi
pada bayi saat kelahiran. Dari penelitian didapati bahwa epulis kongenital lebih
banyak dijumpai pada bayi perempuan daripada laki-laki dengan rasio 8:1, dan
paling banyak terjadi pada maksila (rahang atas) dibandingkan mandibula (rahang
bawah).
Gambar. Seorang bayi perempuan dengan congenital epulis, kasus yang pertama
kali dilaporkan pada tahun 1871 dan hingga kini hanya sekitar 200 kejadian yang
pernah dilaporkan.
Gambar histopatologis dari epulis kongenital
8
Gambaran histopatologis dari epulis kongenital mirip dengan gambaran
histopatologis anatomi dari glanular sel myoblastoma. Pada permukaan epitelnya
terlihat normal atau menebal. Mitosis sel tidak dijumpai pada epulis ini, tetapi
pada epulis ini banyak dijumpai kapiler.
Gejala
Pada bayi yang baru lahir dijumpai massa tonjolan pada mulutnya, biasanya pada
tulang rahang atas bagian anterior (depan). Dari 10% kasus yang dilaporkan, lesi
yang terjadi adalah lesi multipel namun dapat juga berupa lesi tunggal. Ukuran lesi
bervariasi, dari 0.5 cm hingga 2 cm namun ada kasus di mana ukuran epulis
mencapai 9 cm. lesi ini lunak, bertangkai dan terkadang berupa lobus-lobus dari
mukosa alveolar. Bila epulis terlalu besar, dapat mengganggu saluran pernafasan
dan menyulitkan bayi saat menyusu.
Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular cell tumor yang terjadi
pada orang dewasa. Perbedaannya adalah pada epulis kongenital tidak rekuren dan
tampaknya tidak berpotensi ke arah keganasan.
Kelainan ini dapat ditemui secara dini saat sang ibu memeriksakan kandungan
melalui alat sonography namun diagnosa yang pasti belum dapat ditegakkan.
Perawatan
Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan sendirinya dan
menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi yang
berukuran kecil tidak membutuhkan perawatan.
Lesi yang lebih besar dapat mengganggu pernafasan dan/atau menyusui sehingga
perlu dilakukan pembedahan dengan anestesi total. Dilaporkan keberhasilan
penggunaan laser karbondioksida untuk mengoperasi lesi epulis yang besar. Dari
kasus-kasus yang ada, kejadian ini tampaknya tidak mengganggu proses
pertumbuhan gigi.
9
5. Epulis Gravidarum (Tumor Kehamilan)
Defenisi
Epulis gravidarum adalah reaksi jaringan granulomatik yang berkembang pada
gusi selama kehamilan.Epulis tipe ini berkembang dengan cepat, dan ada
kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya.Epulis gravidarum tampak
sebagai tonjolan pada gingiva dengan warna yang bervariasi mulai dari merah
muda, merah tua hingga papula yang berwarna keunguan, paling sering dijumpai
pada gingiva anterior rahang atas.Umumnya pasien tidak mengeluhkan rasa sakit
namun lesi ini mudah berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi. Pada
umumnya lesi ini berukuran diameter tidak lebih dari 2 cm namun pada beberapa
kasus dilaporkan ukuran lesi yang jauh lebih besar sehingga membuat bibir pasien
sulit dikatupkan
Epulis gravidarum adalah granuloma pyogenik yang berkembang pada gusi selama
kehamilan. Tumor ini adalah lesi proliferatif jinak pada jaringan lunak mulut
dengan angka kejadian berkisar dari 0.2 hingga 5 % dari ibu hamil. Epulis tipe ini
berkembang dengan cepat, dan ada kemungkinan berulang pada kehamilan
berikutnya.
Tumor kehamilan ini biasanya muncul pada trimester pertama kehamilan namun
ada pasien yang melaporkan kejadian ini pada trimester kedua kehamilannya.
Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan hormon estrogen dan
progestin pada saat kehamilan. Penyebab dari tumor kehamilan hingga saat ini
masih belum dipastikan, namun diduga kuat berhubungan erat dengan perubahan
hormonal yang terjadi pada saat wanita hamil. Faktor lain yang memberatkan
keadaan ini adalah kebersihan mulut ibu hamil yang buruk.
10
Gambar. Epulis gravidarum pada wanita hamil
Gejala
Tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna yang
bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang berwarna
keunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas. Umumnya pasien tidak
mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah saat pengunyahan
atau penyikatan gigi. Pada umumnya lesi ini berukuran diameter tidak lebih dari 2
cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan ukuran lesi yang jauh lebih besar
sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.
Perawatan
Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya segera
setelah ibu melahirkan bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan lesi ini
sebaiknya ditunda hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan
perdarahan terus terjadi sehingga mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan
rutinitas sehari-hari.
11
Namun pada kasus-kasus dimana epulis tetap bertahan setelah bayi lahir,
diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lesi secara histologis. Rekurensi yang terjadi
secara spontan dilaporkan pada 75 % kasus, setelah 1 hingga 4 bulan setelah
melahirkan.
Bila massa tonjolan berukuran besar dan mengganggu pengunyahan dan bicara,
tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif. Namun
terkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat dengan Nd:YAG laser karena
memberi keuntungan yaitu sedikit perdarahan.
6. Epulis Fibromatosa
Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingiva dan juga sering
terjadi pada pipi dan lidah.Etiologinya berasal dari iritasi kronis yang
menyebabkan reaksi hyperplasia dari jaringan fibrous. Tanda klinis yang terlihat
antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna merah muda agak pucat, konsistensi
kenyal dan padat, batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini tidak mudah berdarah
dan tidak menimbulkan rasa sakit.
2.3.1 Pemeriksaan Klinis Epulis
Gejala klinis yang ditemukan pada pemeriksaan fisik epulis adalah sebagai berikut :
2.3.2 Pemeriksaan Radiografi Epulis
Pada penderita epulis dilakukan pemeriksaan radiografis untuk mengetahui sejauh
mana kerusakan jaringan dan struktur tulang pendukungnya.Pada beberapa
pemeriksaan ditemukan erosi pada tepi atau puncak tulang alveolar yang bersifat
superfisial di daerah interdental.
2.3.3 Pemeriksaan Laboratorium Epulis
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan ialah biopsy yaitu pengambilan sebagian
jaringan yang meliputi jaringan patologis dan jaringan sehat.Kemudian jaringan ini
12
difiksasi dengan formal saline dan dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk
didiagnosa.
2.3.4 Pemeriksaan Histopatologis Epulis
Pada pemeriksaan histopatologis epulis ditemukan jaringan ikat yang dilapisi epitel
gepeng berlapis disertai infiltrasi sel-sel berbentuk bulat dan spindle serta sel-sel
radang PMN, leukosit dan sel plasma. Selain itu juga ditemukan sel-sel raksasa
multinuklear yang merupakan cirri khas dari giant cell epulis.Beberapa epulis banyak
mengandung pembuluh darah dan proliferasi fibroblast serta sejumlah serat kolagen.
2.3.5 Pemeriksaan Imunositokimia Epulis
Saat ini dapat juga dilakukan pemeriksaan imunositokimia, yaitu pemeriksaan yang
memanfaatkan reaksi antigen antibody untuk mengetahui reaksi imunitas sel terhadap
antigen.
2.3.6 Prognosis Epulis
Prognosis epulis umumnya baik apabila pasien selalu menjaga kebersihan mulutnya
setelah dilakukan eksisi sempurna.Bedah eksisi yang dilakukan harus mengambil
seluruh bagian sampai dasar epulis tersebut dari sekitar jaringan gusi walupun berasal
dari periosteum tulang alveolar untuk mencegah kekambuhan.
2.4 Epulis fibromatosa
Epulis jenis ini lebih sering dujumpai dibandingkan jenis lainnya dan sering
mengalami rekuren (kambuh) bila operasi pengangkatannya tidak sempurna. Umumnya
dijumpai pada orang dewasa. Terutama pada bagian gingiva, bibir dan mukosa bagian
bukal
etiologi : iritasi kronis
klinis : letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi kenyal
pengobatan : eksisi
terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan lidah
13
Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival dan juga sering
terjadi pada pipi dan lidah. Etiologinya berasal dari iritasi kronis. Tampak klinis yang
terlihat antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak pucat, konsistensi kenyal,
batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini pula tidak mudah berdarah dan tidak
menimbulkan rasa sakit.
Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa mengganggu pengunyahan dan
menjadi trauma serta ulserasi. Histologis ditandai oleh proliferasi jaringan ikat collagenic
dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi ditutupi oleh epitel
skuamosa berlapis. Pengobatan ini dengan eksisi biopsi bedah dan memiliki tujuan untuk
menyingkirkan lesi/neoplasma lainnya.
Gambar 3. Epulis fibromatosa
Secara mikroskopis terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang
mengalami proliferasi dengan ditandai oleh adanya rate peg tidak beraturan. Stroma
terdiri dari jaringan ikat fibrosa padat dan kolagen yang tersusun dalam berkas yang tidak
beraturan. Juga ada sel radang kronis dalam stroma.
Gambar 4. Mikroskopis epulis fibromatosa
14
2.5 Papiloma
Definisi : Papiloma adalah suatu jenis tumor yang menyerang jaringan epitel dan
memiliki sifat jinak. Tumor jenis ini paling umum ditemui dalam rongga mulut.
Karakteristik :Papiloma bila dilihat secara makroskopi, maka akan tampak
seperti massa eksofitik yang berukuran kecil, berwarna merah muda hingga putih,
dan memiliki diameter kurang dari 1 cm. Permukaan papiloma bersifat licin dan
berbintil-bintil atau mempunyai tonjolan seperti jari-jari kecil. Kelainan ini
memiliki dasar yang bertangkai dan memiliki batas yang jelas antar papiloma. Bila
papiloma terjadi di dalam rongga mulut (intraoral) maka biasanya akan bersifat
lunak, tetapi bila terjadi di daerah bibir yang terbuka, biasanya bersifat kasar dan
bersisik.Biasanya juga akan ditemukan lesi yang bersifat soliter. Biasanya
papiloma terjadi pada orang dengan umur sekitar 35 tahun, dan lebih banyak
terjadi pada pria dibandingkan wanita.Lokasi yang paling umum untuk terjadinya
papiloma adalah di daerah uvulopalatal, lidah, frenulum, bibir, mukosa pipi,
dan gusi.
Gambar Papiloma
15
16
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang wanita 24 tahun datang dengan keluhan benjolan pada gigi depan bawah
yang tumbuh sejak 6 bulan lalu dan makin lama makin besar . Dari anamnesa pasien
menyangkal memiliki penyakit sistemik dan alergi obat. Dari pemeriksaan intraoral
ditemukan benjolan berukuran diameter 1 cm pada ginggiva interdental gigi 42,43.
Benjolan terlihat bertangkai, warna sama dengan jaringan sekitar, tidak mudah berdarah,
palpasi lunak, tekstur licin. Pada gambaran radiografis tidak ditemukan kelaianan tulang
pada regio 43,42.
3.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama : seorang perempuan
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : perempuan
17
3.2 PEMERIKSAAN
A. SUBYEKTIF
Autoanamnesa dengan penderita (23 Maret 2013 pukul 11.00 WIB)
Keluhan utama: Benjolan pada gigi depan bawah yang tumbuh sejak 6 bulan lalu
dan makin lama makin besar
Riwayat Penyakit Sekarang
± 6 bulan yang lalu pasien mulai merasakan benjolan pada gigi depan bawah
dan makin lama makin besarr. .
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki kelainan sistemik
Tidak memiliki kelainan alergi obat
B. OBYEKTIF
Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Ekstra oral
Tekanan darah :
Denyut nadi :
Limph node :
Postur tubuh :
Simetris wajah :
Intra oral
Benjolan pada depan rahang bawah
Inspeksi : tampak 1 buah benjolan pada gingiva rahang bawah kanan
bagian depan, terletak pada regio interdental gigi 42 dan 43
berukuran 1 cm, berwarna sama dengan gingiva di
sekitarnya, benjolan terlihat bertangkai.
18
Palpasi : teraba 1 buah benjolan, konsistensi lunak, tekstur licin,
permukaan berbenjol,tidak mudah berdarah.
C. Pemeriksaan Penunjang :
Radiologi :
- Tidak ditemukan kelaianan tulang pada regio 42 dan 43
- tidak ditemukan kelainan tulang
Histopatologi :
- Biopsi eksisi
- Gambaran histopatologi : ditandai oleh proliferasi jaringan ikat collagenic
dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi ditutupi
oleh epitel skuamosa berlapis.
3.3 DIAGNOSIS
19
Diagnosis : Epulis fibromatosa regio 42 dan 43 karena
ditemukan benjolan berukuran diameter 1 cm pada
ginggiva interdental gigi 42,43. Benjolan terlihat
bertangkai, warna sama dengan jaringan sekitar,
tidak mudah berdarah, palpasi lunak, tekstur licin
DD : Papiloma karena gambaran klinis papiloma juga
terlihat bertangkai namun pada gambran
mikroskopis epulis berasal dari jaringan ikat
sedangkan papiloma berasal dari jaringan epitel
3.4 RENCANA PERAWATAN DAN PERAWATAN
Rencana Perawatan : Pembedahan
Perawatan : Pembedahan Minor pada jaringan lunak
Prognosa : Prognosis epulis umumnya baik apabila pasien selalu
menjaga kebersihan mulutnya setelah dilakukan eksisi
sempurna.Bedah eksisi yang dilakukan harus mengambil
seluruh bagian sampai dasar epulis tersebut dari sekitar
jaringan gusi walupun berasal dari periosteum tulang
alveolar untuk mencegah kekambuhan.
Tingkat rekuren :
3.5 PROSEDUR PERAWATAN
Sebelum eksisi
Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi
yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan
persetujuan dan permohonan dari penderita untuk dilakukan operasi.
(Informed consent).
Yang dimaksud dengan informed Consent adalah suatu kesepakatan / persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukanuntuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi
Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi.
20
Sebagaimana telah diketahui seorang ahli bedah mulut mempunyai pengetahuan dasar, terutama mengenai Anatomi, Fisiologi, Farmakologi dan sebagainya.
Prinsip untuk dapat melakukan pekerjaan dengan sebaik – baiknya yang penting adalah membuat :
I. Diagnosa Yang Tepat
Tanpa mengetahui diagnosa yang tepat, kita tidak dapat mengadakan terapi yang baik. Dalam Ilmu Bedah Mulut kita harus dapat memandang orang sakit dalam keseluruhannya, walaupun harus memusatkan perhatian kedaerah yang menjadi keluhan. Kita harus membedakan struktur yang normal dengan yang sakit (abnormal) dan melatih diri untuk dapat meraba dan mengenal bagian-bagian yang abnormal, kemudian menginterprestasikannya keperubahan-perubahan patologis. Untuk dapat membantu mendapatkan diagnosa yang tepat diperlukan suatu riwayat kasus.
Riwayat Kasus
Untuk melengkapi riwayat kasus dibutuhkan pemeriksaan yang seksama yaitu terhadap :
a) Keluhan utama (Chief complain)
b) Penyakit sekarang (Present illness)
c) Penyakit sebelumnya (Past history)
d) Riwayat penyakit keluarga (Family history)
e) Kebiasaan-kebiasaan
f) Dan lain-lain
Ad. A Yaitu keluhan menurut orang sakit sendiri.
Ad. B Yaitu penyakit-penyakit atau rasa sakit yang diderita orang sakit sekarang, penyebaran rasa sakit, lamanya rasa sakit berlangsung, juga penyakit lain yang dirasakannya.
Ad. C Yaitu penyakit-penyakit yang diderita sebelum ini, perawatan-perawatan yang pernah didapatkan, tempat- tempat perawatan dan lain-lain.
Penyakit – penyakit spesifik yang pernah diderita misalnya :
- Rematik
- TBC
- Penyakit – penyakit kelamin
- Bleeding tendencies
Ad. D Yaitu perbedaan sosial dan pekerjaan orang sakit.
Ini penting untuk mengetahui lingkungan orang sakit sehubungan dengan penyakitnya, seperti emosi, keadaan sosial ekonomi dan lain sebagainya. Juga pekerjaan penting yaitu exposure terhadap bahan-bahan toxis, radiasi dan lain-lain. Yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit keturunan.
21
Ad. E Kebiasaan, harus dicatat kebiasaan penderita seperti tidur, diet, dan cara makan dan sebagainya.
Ad. F Misalnya alergi terhadap obat-obatan dan lain-lain.
Disamping riwayat kasus ini, tentu dibutuhkan pula pemeriksaan penanggulangannya seperti pemeriksaan laboratorium dan rontgen untuk membantu menentukan diagnosa.
II. Rencana Perawatan
Setiap rencana perawatan disusun sedemikian rupa sehingga meliputi keadaan lokal, kesehatan umum dan sosial ekonomi daripada pasien.
Seorang dokter gigi dan ahli bedah mulut tidak boleh melupakan bahwa dia merawat seorang manusia dan bukan hanya sesuatu gigi atau gusi atau mulut saja. Untuk dapat melakkukan ini tentunya dibutuhkan pengetahuan yang luas, tidak saja mengenai keadaaan dalam mulut pasien yang dihadapi, tetapi juga mengenai keadaan umum daripada penderita tersebut.
Rencana perawatan tidak lepas daripada perawatan sebelum pembedahan dan tidak kurang penting dari perawatan pasca bedah.
Dari rencana perawatan ini akan keluar 4 (empat) macam hasil yang akan dapat dilakukan yaitu :
a. Observasi (diamati selanjutnya).
b. Perawatan konservatif (dirawat secara konservatif dengan pengobatan saja).
c. Pembedahaan (diambil tindakan operasi).
d. Konsultasi (dikirim kesejawat yang lebih ahli untuk dimintakan advis).
III. Perawatan Secara Pembedahan (Tidakan Operasi)
Pada tindakan operasi harus diikuti syarat-syarat sebagai berikut :
- Asepsis
Prinsip asepsis telah diakui dalam ilmu bedah mulut. Dengan bantuan antibiotika, Anestetikum yang tepat, dan keseimbangan cairan yang baik, maka prosedur – prosedur bedah mulut telah banyak mengalami kemajuan, kasus yang fatal sekarang telah dapat dikerjakan dengan baik. Tetapi ini saja belum cukup, harus disertai dengan tindakan asepsis dalam hal ini dibutuhkan kebersihan. Walaupun rongga mulut tidak dapat disebut suci hama menurut pekerjaan pembedahan tetpi sebelum tindakan-tindakan operasi daerah rongga mulut sebaiknya dibersihkan dahulu dengan sesuatu larutan desinfektan, misalnya tingtura yodii 3 % begitu juga dengan alat-alat yang dipergunakan dan operator. Untuk menciptakan keadaan asepsis ini, diperlukan sterilisasi yaitu suci hama.
- Atraumatic – Surgery
Syarat-syarat yang tidak kurang pentingnya yaitu membuat trauma sekecil mungkin. Bekerja hati-hati tidak boleh kasar dan ceroboh dan dengan gerakan yang pasti. Tindakan yang kasar menyebabkan terjadinya laserasi mukosa atau jaringan atau memudahkan terjadinya infeksi dan memperlambat penyembuhan. Alat-alat seperti
22
skalpel, jarum suntik, jarum jahit haruslah tajam, karena jarum tumpul skalpel yang tidak tajam akan memperbesar trauma.
Setiap gigi yang akan diambil melalui eksodosia tidak terlalu sama keadaannya. Kenyataannya ada gigi yang mudah diambil, ada yang perlu membutuhkan pembukaan lapisan jaringan lunak (flap) dan atau jaringan keras baik secara odontektomi dan atau seksioning. Pada bedah yng membutuhkan pembukaan lapisan jaringan lunak ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan yaitu :
1) Lapisan jaringan lunak harus direncana sedemikian sehingga persediaan darah akan tetap dipertahankan.
2) Pola lapisan jaringan lunak harus memberikan kemudahan dalam refleksinya agar jauh dari tempat daerah operasi pembukaan tulang, lapisan jaringan lunak itu harus dapat menutup daerah operasi secara sempurna saat dikembalikan pada posisi semula dan dapat ditahan jahitan tanpa adanya ketegangan jaringan.
- Memenuhi Tatakerja Yang Teratur
Bekerja menurut tatacara kerja yang berurutan dan teratur yaitu cara kerja yang sistematis, agar dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin dengan mengeluarkan tenaga sekecil mungkin. Cara kerja ini berbeda untuk setiap operasi atau tindakan bedah mulut dan akan dibicarakan nanti lebih lanjut.
Penulis lain ada yang menyatakan bahwa prinsip yang berlaku dalam eksodonsia sama seperti yang berlaku dalam ilmu bedah yaitu bahwa eksodonsia harus dilakukan secara : Asepsis, Atraumatik dan dibawah anastesi yang baik serta mempertimbangkan kesimbangan cairan tubuh.
Mempersiapkan keadaan pasien: tenang
Prosedure operasi
Asepsis:
Operator: mencuci tangan, masker, handscoon
Berikut adalah standar cuci tangan :
1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
23
2. Gunakan sabun di bagian telapak tangan yang telah basah
3. Digosok telapak tangan ke telapak tangan, sehingga menghasikan busa secukupnya selama 15-20 detik
24
4. Bilas kembali dengan air bersih
5. Tutup kran dengan siku atau tissu
6. Keringkan tangan dengan tissu / handuk kertas
7. Hindarkan menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan
25
Alat: sterilkan
Pasien: intraoral: larutan antiseptif dengan gerakan searah
ekstraoral:alkohol 70% dengan gerakan sirkuler dr
bibir bagian dalam ke luar
Anastesi : lokal: submukus infiltrasi anastesi
Anestesi infiltrasi adalah anestesi yang bertujuan untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa dikulit dan jaringan yang terletak lebih dalam misalnya daerah kecil dikulit atau gusi (pencabutan gigi).Alat dan bahan :
Syringe Cartridge Jarum Bahan anastesi lidocain
Masase (pijitan otot)
Pati rasa, periksa dengan sondase
Insisi dengan skalpel model Gillete (pen grasp): tegak lurus mendatar
hanya sampai submukus agr tdk trkena jar vital, tanpa tekanan besar
Pengambilan lesi
Pembersihan daerah luka
Kembalikan flap
Jahit dengan benang absorble
Metode menjahit: interrupted suture (jahitan terputus)
Teknik ini menjahit tepi luka dengan satu jahitan, disimpulkan kemudian dipotong. Teknik ini memerlukan lebih banyak benang karena setiap jahitan harus dibuat simpul dan dipotong. Relatif lebih aman karena bila satu jahitan putus jahitan lainnya tidak terganggu. Baik digunakan untuk luka yang terinfeksi, karena mudah membuka jahitan jika ada satu tempat yang mengalami infeksi sehingga tidak mengganggu jahitan lainnya.Interrupted suture bisa berbentuk jahitan simple, atau subkutikuler, matras vertikal ataupun matras horizontalPenjahitan dianjurkan dimulai di tengah dan dilanjutkan setiap pertengahan dari insisi yang tersisa.Arah jarum yang tegak lurus dengan permukaan kulit dan juga tegak lurus sayatan kulitJarak masuk dan keluarnya jarum dari tepi sayatan sama dengan dalamnya jaringan yang diambil (x) dan jarak antar jahitan sama dengan dua kali jarak tersebut (2)
Keuntungan:
Mudah
26
Kekuatan jahitan besar
Kecil kemungkinan menjerat sistem sirkulasi sehingga mengurangi edema
Mudah untuk mengatur tepi-tepi luka
Kerugian:
Lama
Bekas jahitan lebih terlihat
Perhatikan pola umum jahitan simple interrupted
Terlalu longgar Terlalu kuat hingga kulit robek
Terlalu dangkal, Terlalu dalam
27
Eversi (benar) Inversi (salah)
Bersihkan daerah luka dengan tampon
Pengambilan benang sesudah 2-5 hari
Ctt: setelah lesi diambil, masukkan ke dalam botol berisi formalin untuk
dikirim ke bagian patologi anatomi
Fiksasi jaringan adalah metode mengawetkan sel-sel dan jaringan-jaringan pada keadaan hidup Selma mungkin. Jaringan apapun yang diambil dari tubuh manusia terdekomposisi dengan cepat karena hilangnya aliran darah dan oksigen, akumulasi produk metabolism, reaksi enzim-enzim autolysis , dan pembusukan oleh bakteri. Proses dekomposisi ini dihambat denga proses fikasasi jaringan. Fikasasi jaringan adalah metode mengawetkan sel-sel jaringan segar yang dieksisi saat operasi. Bahan fiksatif yang sering digunakan:
1. Formalin
Formalin merupakan bahan fiksatif yang paling sering digunaan pada praktek rutin. Untuk keperluan fiksasi jaringan, digunakan larutan formalin 10 %. Larutan tersebut didapatkan dengan melarutkan 10 ml larutan formalin 100% ke dalam 90 ml aquades. Jumlah bahan fiksatif yang dibutuhkan adalah 15-20 kali volume spesimen.
Perawatan pasca bedah
Beri antibiotik, anti inflamasi, vitamin, analgetik
Resep
R/ Amoxilin tab 500mg No. IX
Stdd tab I a.c
R/ Asam mefenamat tab 500mg No. X
Sprn tdd tab I p.c
R/ Vitamin C tab 500mg
S1dd tab I p.c
28
pro : ani 24th
Instruksikan pasien (untuk mencegah terjadinya pendarahan pasca operasi
dan mencegah terjadinya inflamasi)
agr tdk brkumur: mencegah perdarahan
Tidak boleh Makan/minum yang panas/ merangsang
Makan bergizi
Istirahat cukup
Tidak boleh menggigit bibirnya: tarikan pada luka
BAB IV
PENUTUP
Dari kasus di atas setelah dilakukan pemeriksaan lengkap, maka didapatkan
diagnosa epulis fibromatosa, dengan rencana perawatan pembedahan dan perawatan
pembedahan minor pada jaringan lunak. Prosedur pembedahan ada sebelum eksisi, saat
pembedahan, dan pasca pembedahan. Spesimen dikirim ke bagian Patologi Anatomi.
29
30