Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

38
BAB 1 PENDAHULUAN Tumor adalah jaringan baru yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor. Tumor dapat dibagi menjadi tumor odontogenik dan non odontogenik. Tumor odontogenik, dibagi lagi menjadi tumor yang berasal dari ektodermal, mesiodermal, dan campuran mesio-ektodermal. Sedangkan tumor non- odontogenik dibagi menjadi tumor osteogenik, non- osteogenik, tumor jaringan vaskuler, dan tumor jaringan syaraf. Tumor non-osteogenik dibagi menjadi tumor epitel, hiperplasi inflamasi dan tumor mesiodermal. Pada penggolongan ini, epulis termasuk kepada tumor epitel. Kelainan pada rongga mulut berbeda dengan penyakit rongga mulut. Kelainan ini bisa merupakan kelainan pertumbuhan dan perkembangan sel. Salah satu jenis kelainan rongga mulut yaitu epulis. Istilah epulis sering digunakan dalam hubungannya dengan lesi-lesi yang terjadi. Epulis adalah istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti tumor pada gingiva (gusi). Faktor predisposes dari epulis adalah iritasi kronis lokal misalnya kalkulus, karies servikal, sisa akar gigi. 1

description

hk

Transcript of Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Page 1: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

BAB 1

PENDAHULUAN

Tumor adalah jaringan baru yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh

berbagai faktor penyebab tumor. Tumor dapat dibagi menjadi tumor odontogenik

dan non odontogenik. Tumor odontogenik, dibagi lagi menjadi tumor yang berasal

dari ektodermal, mesiodermal, dan campuran mesio-ektodermal. Sedangkan tumor

non-odontogenik dibagi menjadi tumor osteogenik, non-osteogenik, tumor jaringan

vaskuler, dan tumor jaringan syaraf.

Tumor non-osteogenik dibagi menjadi tumor epitel, hiperplasi inflamasi

dan tumor mesiodermal. Pada penggolongan ini, epulis termasuk kepada tumor

epitel. Kelainan pada rongga mulut berbeda dengan penyakit rongga mulut.

Kelainan ini bisa merupakan kelainan pertumbuhan dan perkembangan sel. Salah

satu jenis kelainan rongga mulut yaitu epulis. Istilah epulis sering digunakan dalam

hubungannya dengan lesi-lesi yang terjadi.

Epulis adalah istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti

tumor pada gingiva (gusi). Faktor predisposes dari epulis adalah iritasi kronis lokal

misalnya kalkulus, karies servikal, sisa akar gigi. Epulis dapat dibedakan

berdasarkan etiologi terjadinya antara lain : epulis congenitalis, epulis fibromatosa,

epulis granulomatosa, epulis fissuratum, epulis gravidarum, dan epulis

angiomatosa.

1

Page 2: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1      Definisi Epulis

Epulis merupakan istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti tumor pada

gingiva (gusi). Definisi epulis adalah tumor jinak yang tumbuh dari gingiva, berasal

dari jaringan periodonsium atau jaringan periosteum.

2.2      Faktor Predisposisi Epulis

Faktor predisposisi epulis antara lain iritasi kronis lokal (misalnya kalkulus, karies

servikal, sisa akar gigi) dan perubahan hormonal.

Gambar 1. Gambaran predileksi epulis pada gusi dan bukalis

2.3      Klasifikasi Epulis

1. Epulis Granulomatosa

Epulis ini terjadi dari suatu reaksi jaringan yang granulomatik karena iritasi kronik

akibat sisa akar, tepi karies, tumpatan yang overhanging, atau klamer yang

tajam.Frekwensi secara statistik epulis ini jarang sekali ditemukan. Gambaran

2

Page 3: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

klinisnya merupakan suatu dungkul bertangkai dengan warna kemerahan atau

sama dengan sekitar dengan permukaan yang granuler, konsistensi lunak bisa

disertai nyeri tekan dan kadang-kadang dapat diseratai suatu ulserasi. Lokasi

terbanyak digingiva tetapi dapat juga terjadi diseluruh rongga mulut, misalnya

bibir bawah, lidah dan palatum Pada pemeriksaan histologi menunjukkan dungkul

dilapisi epitel bertatah yang dibawahnya terdiri dari jaringan granulasi dengan

proliferasi kapiler dan jaringan ikat muda serta sebukan sel radang kronik.

Eliminasi faktor penyebab dan eksisi dapat memberikan prognosa yang baik untuk

perwatan epulis jenis ini.

2. Epulis Fissuratum

Defenisi

Lesi yang tersusun dari jaringan yang berlebihan ini umumnya berupa lipatan

hiperplastik berwarna merah muda, keras dan fibrous.Bagian dalam dan luar dari

lesi terpisah oleh cekungan (groove) dalam yang menandakan tempat di mana tepi

gigi tiruan menekan mukosa.Epulis fissuratum jarang terjadi di daerah lingual

(bagian yang menghadap lidah), dan lebih sering dijumpai di bagian depan rahang

(anterior). Ukuran lesi ini bervariasi. Kondisi ini paling sering terjadi pada orang

usia lanjut karena pasien dalam kelompok umur tersebut banyak yang

menggunakan gigi tiruan.

Pertumbuhan jaringan ikat fibrosa yang berlebihan di daerah mukosa yang

berkontak dengan tepi gigi tiruan yang biasanya terlalu cekat dan menekan

mukosa. Epulis fissuratum juga sering disebut inflammatory fibrous hyperplasia,

atau denture epulis.

Pertumbuhan jaringan ikat tersebut disebabkan oleh iritasi kronik karena

pemakaian gigi tiruan, di mana tepi gigi tiruan menekan daerah gusi yang

berbatasan dengan pipi bagian dalam (alveolar vestibular mucosa). Penekanan

tersebut menyebabkan tulang daerah tersebut terus menerus berubah karena

kehilangan tulang, akibatnya dukungan tulang untuk basis gigi tiruan menjadi 3

Page 4: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

tidak stabil. Hal ini lama kelamaan mengarah kepada terjadinya penonjolan yaitu

epulis fissuratum.

Gbr. Epulis fissuratum yang tampak sebagai penonjolan vestibulum yang berkontak

dengan tepi gigi tiruan

Kondisi ini paling sering terjadi pada orang usia lanjut karena pasien dalam

kelompok umur tersebut banyak yang menggunakan gigi tiruan. Namun masalah

ini cenderung berkurang dengan makin berkembangnya teknologi kedokteran gigi

dan meningkatnya kesadaran pasien untuk menjaga keutuhan dan kesehatan gigi

dan mulut sehingga kebutuhan akan gigi tiruan bisa jadi berkurang. Tampaknya

kondisi ini lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria

Gejala

Lesi yang tersusun dari jaringan yang berlebihan ini umumnya berupa lipatan

hiperplastik berwarna merah muda, keras dan fibrous. Bagian dalam dan luar dari

lesi terpisah oleh cekungan (groove) dalam yang menandakan tempat di mana tepi

gigi tiruan menekan mukosa.

Epulis fissuratum jarang terjadi di daerah lingual (bagian yang menghadap lidah),

dan lebih sering dijumpai di bagian depan rahang (anterior).

4

Page 5: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Ukuran lesi ini bervariasi. Ada lesi yang berukuran kecil namun ada juga yang

luas dan melibatkan seluruh daerah mukosa (mukosa vestibulum) yang berkontak

dengan tepi gigi tiruan.

Terkadang iritasi dapat cukup parah sehingga menyebabkan mukosa tampak

kemerahan dan ulserasi, terutama di dasar cekungan di mana tepi gigi tiruan

berkontak dengan mukosa.

Perawatan

Lesi ini dapat dihilangkan dengan eksisi. Selain itu, gigi tiruan yang menjadi

timbulnya lesi ini harus diperbaiki hingga dapat memiliki kecekatan yang baik

namun tidak memberi tekanan berat terhadap mukosa supaya mencegah iritasi

yang lebih berat lagi.

Meski lesi ini sangat jarang dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa, namun

sebagai tindakan preventif sebaiknya dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada

lesi yang telah dibuang tersebut.

3. Giant Cell Epulis

Definisi

Epulis jenis ini juga sering disebut sebagai peripheral giant cell granuloma, giant

cell reparative granuloma, osteoclastoma and myeloid epulis. Penyebab pastinya

tidak diketahui, namun diperkirakan giant cell epulis terjadi sebagai respon

terhadap suatu cedera. Selain itu, banyak kasus yang pasiennya mengekspresikan

reseptor permukaan untuk hormon estrogen, sehingga timbul spekulasi bahwa

pengaruh hormonal dapat memainkan peranan terhadap perkembangan lesi ini.

Giant cell epulis dapat terjadi pada semua umur namun kasus ini paling banyak

didiagnosa pada pasien dalam golongan umur 40-60 tahun, dan terutama terjadi

pada wanita.

5

Page 6: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Etiologi

Penyebab pastinya tidak diketahui, namun diperkirakan giant cell epulis terjadi

sebagai respon terhadap suatu cedera. Selain itu, banyak kasus yang pasiennya

mengekspresikan reseptor permukaan untuk hormon esterogen, sehingga timbul

spekulasi bahwa pengaruh hormonal dapat memainkan peran terhadap

perkembangan lesi.

Gambar. Giant Cell Epulis pada daerah palatal gigi insisif atas

Gejala

Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi, kaya

vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan umumnya berwarna

merah keunguan.

Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya berukuran kurang dari 2 cm

namun ada kasus yang ukurannya diameter melebihi 4 cm. Lesi ini dapat tumbuh

menjadi massa yang bentuknya tidak beraturan yang dapat menjadi ulserasi dan

mudah berdarah. Pada beberapa kasus giant cell epulis dapat menginvasi tulang di

bawahnya sehingga pada gambaran radiografis akan terlihat erosi tulang.

6

Page 7: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Perawatan

Perawatan giant cell epulis melibatkan bedah eksisi dan kuretase tulang yang

terlibat. Gigi yang berdekatan dengan epulis juga perlu dicabut bila sudah tidak

dapat dipertahankan, atau dilakukan pembersihan karang gigi (scaling) dan

penghalusan akar (root planing). Dilaporkan angka rekurensi sebesar 10 %

sehingga diperlukan tindakan eksisi kembali.

Gambaran Klinis : benjolan berwarna kebiru biruan berbatas tidak tegasbila diraba

terasa panas (karena banyak pembuluh darah (vaskuler))dan ada rasa sakit .

punya inti banyak dan mengumpul ditengah, namual pembuluh kapiler dan disertai

perdarahaan.  ini adalah jenis tumor jinak namu bila trejadi terus menerus bisa

menjadi ganas.

Gambaran mikroskopis giant cell epulis

Pemeriksaan laboratorium dalam ba-tas normal, brain CT Scan tampak soft tissue

mass dengan gambaran gigi erupted dan destruksi regio os maxilla anterior.

4. Epulis Kongenital

7

Page 8: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Definisi

Penyebab dari terjadinya epulis kongenital belum pasti namun para ilmuwan

meyakini bahwa epulis ini berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang asalnya dari

neural crest.

Epulis tipe ini adalah kondisi kongenital yang sangat jarang ditemui, dan terjadi

pada bayi saat kelahiran. Dari penelitian didapati bahwa epulis kongenital lebih

banyak dijumpai pada bayi perempuan daripada laki-laki dengan rasio 8:1, dan

paling banyak terjadi pada maksila (rahang atas) dibandingkan mandibula (rahang

bawah).

Gambar. Seorang bayi perempuan dengan congenital epulis, kasus yang pertama

kali dilaporkan pada tahun 1871 dan hingga kini hanya sekitar 200 kejadian yang

pernah dilaporkan.

Gambar histopatologis dari epulis kongenital

8

Page 9: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Gambaran histopatologis dari epulis kongenital mirip dengan gambaran

histopatologis anatomi dari glanular sel myoblastoma. Pada permukaan epitelnya

terlihat normal atau menebal. Mitosis sel tidak dijumpai pada epulis ini, tetapi

pada epulis ini banyak dijumpai kapiler.

Gejala

Pada bayi yang baru lahir dijumpai massa tonjolan pada mulutnya, biasanya pada

tulang rahang atas bagian anterior (depan). Dari 10% kasus yang dilaporkan, lesi

yang terjadi adalah lesi multipel namun dapat juga berupa lesi tunggal. Ukuran lesi

bervariasi, dari 0.5 cm hingga 2 cm namun ada kasus di mana ukuran epulis

mencapai 9 cm. lesi ini lunak, bertangkai dan terkadang berupa lobus-lobus dari

mukosa alveolar. Bila epulis terlalu besar, dapat mengganggu saluran pernafasan

dan menyulitkan bayi saat menyusu.

Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular cell tumor yang terjadi

pada orang dewasa. Perbedaannya adalah pada epulis kongenital tidak rekuren dan

tampaknya tidak berpotensi ke arah keganasan.

Kelainan ini dapat ditemui secara dini saat sang ibu memeriksakan kandungan

melalui alat sonography namun diagnosa yang pasti belum dapat ditegakkan.

Perawatan

Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan sendirinya dan

menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi yang

berukuran kecil tidak membutuhkan perawatan.

Lesi yang lebih besar dapat mengganggu pernafasan dan/atau menyusui sehingga

perlu dilakukan pembedahan dengan anestesi total. Dilaporkan keberhasilan

penggunaan laser karbondioksida untuk mengoperasi lesi epulis yang besar. Dari

kasus-kasus yang ada, kejadian ini tampaknya tidak mengganggu proses

pertumbuhan gigi.

9

Page 10: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

5. Epulis Gravidarum (Tumor Kehamilan)

Defenisi

Epulis gravidarum adalah reaksi jaringan granulomatik yang berkembang pada

gusi selama kehamilan.Epulis tipe ini berkembang dengan cepat, dan ada

kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya.Epulis gravidarum tampak

sebagai tonjolan pada gingiva dengan warna yang bervariasi mulai dari merah

muda, merah tua hingga papula yang berwarna keunguan, paling sering dijumpai

pada gingiva anterior rahang atas.Umumnya pasien tidak mengeluhkan rasa sakit

namun lesi ini mudah berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi. Pada

umumnya lesi ini berukuran diameter tidak lebih dari 2 cm namun pada beberapa

kasus dilaporkan ukuran lesi yang jauh lebih besar sehingga membuat bibir pasien

sulit dikatupkan

Epulis gravidarum adalah granuloma pyogenik yang berkembang pada gusi selama

kehamilan. Tumor ini adalah lesi proliferatif jinak pada jaringan lunak mulut

dengan angka kejadian berkisar dari 0.2 hingga 5 % dari ibu hamil. Epulis tipe ini

berkembang dengan cepat, dan ada kemungkinan berulang pada kehamilan

berikutnya.

Tumor kehamilan ini biasanya muncul pada trimester pertama kehamilan namun

ada pasien yang melaporkan kejadian ini pada trimester kedua kehamilannya.

Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan hormon estrogen dan

progestin pada saat kehamilan. Penyebab dari tumor kehamilan hingga saat ini

masih belum dipastikan, namun diduga kuat berhubungan erat dengan perubahan

hormonal yang terjadi pada saat wanita hamil. Faktor lain yang memberatkan

keadaan ini adalah kebersihan mulut ibu hamil yang buruk.

 

10

Page 11: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Gambar. Epulis gravidarum pada wanita hamil

Gejala

Tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna yang

bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang berwarna

keunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas. Umumnya pasien tidak

mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah saat pengunyahan

atau penyikatan gigi. Pada umumnya lesi ini berukuran diameter tidak lebih dari 2

cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan ukuran lesi yang jauh lebih besar

sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.

Perawatan

Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya segera

setelah ibu melahirkan bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan lesi ini

sebaiknya ditunda hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan

perdarahan terus terjadi sehingga mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan

rutinitas sehari-hari.

11

Page 12: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Namun pada kasus-kasus dimana epulis tetap bertahan setelah bayi lahir,

diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lesi secara histologis. Rekurensi yang terjadi

secara spontan dilaporkan pada 75 % kasus, setelah 1 hingga 4 bulan setelah

melahirkan.

Bila massa tonjolan berukuran besar dan mengganggu pengunyahan dan bicara,

tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif. Namun

terkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat dengan Nd:YAG laser karena

memberi keuntungan yaitu sedikit perdarahan.

6. Epulis Fibromatosa

Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingiva dan juga sering

terjadi pada pipi dan lidah.Etiologinya berasal dari iritasi kronis yang

menyebabkan reaksi hyperplasia dari jaringan fibrous. Tanda klinis yang terlihat

antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna merah muda agak pucat, konsistensi

kenyal dan padat, batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini tidak mudah berdarah

dan tidak menimbulkan rasa sakit.

2.3.1 Pemeriksaan Klinis Epulis

Gejala klinis yang ditemukan pada pemeriksaan fisik epulis adalah sebagai berikut :

2.3.2 Pemeriksaan Radiografi Epulis

Pada penderita epulis dilakukan pemeriksaan radiografis untuk mengetahui sejauh

mana kerusakan jaringan dan struktur tulang pendukungnya.Pada beberapa

pemeriksaan ditemukan erosi pada tepi atau puncak tulang alveolar yang bersifat

superfisial di daerah interdental.

2.3.3 Pemeriksaan Laboratorium Epulis

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan ialah biopsy yaitu pengambilan sebagian

jaringan yang meliputi jaringan patologis dan jaringan sehat.Kemudian jaringan ini

12

Page 13: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

difiksasi dengan formal saline dan dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk

didiagnosa.

2.3.4 Pemeriksaan Histopatologis Epulis

Pada pemeriksaan histopatologis epulis ditemukan jaringan ikat yang dilapisi epitel

gepeng berlapis disertai infiltrasi sel-sel berbentuk bulat dan spindle serta sel-sel

radang PMN, leukosit dan sel plasma. Selain itu juga ditemukan sel-sel raksasa

multinuklear yang merupakan cirri khas dari giant cell epulis.Beberapa epulis banyak

mengandung pembuluh darah dan proliferasi fibroblast serta sejumlah serat kolagen.

2.3.5 Pemeriksaan Imunositokimia Epulis

Saat ini dapat juga dilakukan pemeriksaan imunositokimia, yaitu pemeriksaan yang

memanfaatkan reaksi antigen antibody untuk mengetahui reaksi imunitas sel terhadap

antigen.

2.3.6 Prognosis Epulis

Prognosis epulis umumnya baik apabila pasien selalu menjaga kebersihan mulutnya

setelah dilakukan eksisi sempurna.Bedah eksisi yang dilakukan harus mengambil

seluruh bagian sampai dasar epulis tersebut dari sekitar jaringan gusi walupun berasal

dari periosteum tulang alveolar untuk mencegah kekambuhan.

2.4 Epulis fibromatosa

Epulis jenis ini lebih sering dujumpai dibandingkan jenis lainnya dan sering

mengalami rekuren (kambuh) bila operasi pengangkatannya tidak sempurna. Umumnya

dijumpai pada orang dewasa. Terutama pada bagian gingiva, bibir  dan mukosa bagian

bukal

etiologi : iritasi kronis

klinis : letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi kenyal

pengobatan : eksisi

terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan lidah

13

Page 14: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival dan juga sering

terjadi pada pipi dan lidah. Etiologinya berasal dari iritasi kronis. Tampak klinis yang

terlihat antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak pucat, konsistensi kenyal,

batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini pula tidak mudah berdarah dan tidak

menimbulkan rasa sakit.

Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa mengganggu pengunyahan dan

menjadi trauma serta ulserasi. Histologis ditandai oleh proliferasi jaringan ikat collagenic

dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi ditutupi oleh epitel

skuamosa berlapis. Pengobatan ini dengan eksisi biopsi bedah dan memiliki tujuan untuk

menyingkirkan lesi/neoplasma lainnya.

Gambar 3. Epulis fibromatosa

Secara mikroskopis terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang

mengalami proliferasi dengan ditandai oleh adanya rate peg tidak beraturan. Stroma

terdiri dari jaringan ikat fibrosa padat dan kolagen yang tersusun dalam berkas yang tidak

beraturan. Juga ada sel radang kronis dalam stroma.

Gambar 4. Mikroskopis epulis fibromatosa

14

Page 15: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

2.5 Papiloma

Definisi : Papiloma adalah suatu jenis tumor yang menyerang jaringan epitel dan

memiliki sifat jinak. Tumor jenis ini paling umum ditemui dalam rongga mulut.

Karakteristik :Papiloma bila dilihat secara makroskopi, maka akan tampak

seperti massa eksofitik yang berukuran kecil, berwarna merah muda hingga putih,

dan memiliki diameter kurang dari 1 cm. Permukaan papiloma bersifat licin dan

berbintil-bintil atau mempunyai tonjolan seperti jari-jari kecil. Kelainan ini

memiliki dasar yang bertangkai dan memiliki batas yang jelas antar papiloma. Bila

papiloma terjadi di dalam rongga mulut (intraoral) maka biasanya akan bersifat

lunak, tetapi bila terjadi di daerah bibir yang terbuka, biasanya bersifat kasar dan

bersisik.Biasanya juga akan ditemukan lesi yang bersifat soliter. Biasanya

papiloma terjadi pada orang dengan umur sekitar 35 tahun, dan lebih banyak

terjadi pada pria dibandingkan wanita.Lokasi yang paling umum untuk terjadinya

papiloma adalah di daerah uvulopalatal, lidah, frenulum, bibir, mukosa pipi,

dan gusi.

Gambar Papiloma

15

Page 16: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

16

Page 17: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

BAB III

PEMBAHASAN

Seorang wanita 24 tahun datang dengan keluhan benjolan pada gigi depan bawah

yang tumbuh sejak 6 bulan lalu dan makin lama makin besar . Dari anamnesa pasien

menyangkal memiliki penyakit sistemik dan alergi obat. Dari pemeriksaan intraoral

ditemukan benjolan berukuran diameter 1 cm pada ginggiva interdental gigi 42,43.

Benjolan terlihat bertangkai, warna sama dengan jaringan sekitar, tidak mudah berdarah,

palpasi lunak, tekstur licin. Pada gambaran radiografis tidak ditemukan kelaianan tulang

pada regio 43,42.

3.1 IDENTITAS PENDERITA

Nama : seorang perempuan

Umur : 24 tahun

Jenis kelamin : perempuan

17

Page 18: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

3.2 PEMERIKSAAN

A. SUBYEKTIF

Autoanamnesa dengan penderita (23 Maret 2013 pukul 11.00 WIB)

Keluhan utama: Benjolan pada gigi depan bawah yang tumbuh sejak 6 bulan lalu

dan makin lama makin besar

Riwayat Penyakit Sekarang

± 6 bulan yang lalu pasien mulai merasakan benjolan pada gigi depan bawah

dan makin lama makin besarr. .

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki kelainan sistemik

Tidak memiliki kelainan alergi obat

B. OBYEKTIF

Pemeriksaan Gigi dan Mulut

Ekstra oral

Tekanan darah :

Denyut nadi :

Limph node :

Postur tubuh :

Simetris wajah :

Intra oral

Benjolan pada depan rahang bawah

Inspeksi : tampak 1 buah benjolan pada gingiva rahang bawah kanan

bagian depan, terletak pada regio interdental gigi 42 dan 43

berukuran 1 cm, berwarna sama dengan gingiva di

sekitarnya, benjolan terlihat bertangkai.

18

Page 19: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Palpasi : teraba 1 buah benjolan, konsistensi lunak, tekstur licin,

permukaan berbenjol,tidak mudah berdarah.

C. Pemeriksaan Penunjang :

Radiologi :

- Tidak ditemukan kelaianan tulang pada regio 42 dan 43

- tidak ditemukan kelainan tulang

Histopatologi :

- Biopsi eksisi

- Gambaran histopatologi : ditandai oleh proliferasi jaringan ikat collagenic

dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi ditutupi

oleh epitel skuamosa berlapis.

3.3 DIAGNOSIS

19

Page 20: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Diagnosis : Epulis fibromatosa regio 42 dan 43 karena

ditemukan benjolan berukuran diameter 1 cm pada

ginggiva interdental gigi 42,43. Benjolan terlihat

bertangkai, warna sama dengan jaringan sekitar,

tidak mudah berdarah, palpasi lunak, tekstur licin

DD : Papiloma karena gambaran klinis papiloma juga

terlihat bertangkai namun pada gambran

mikroskopis epulis berasal dari jaringan ikat

sedangkan papiloma berasal dari jaringan epitel

3.4 RENCANA PERAWATAN DAN PERAWATAN

Rencana Perawatan : Pembedahan

Perawatan : Pembedahan Minor pada jaringan lunak

Prognosa : Prognosis epulis umumnya baik apabila pasien selalu

menjaga kebersihan mulutnya setelah dilakukan eksisi

sempurna.Bedah eksisi yang dilakukan harus mengambil

seluruh bagian sampai dasar epulis tersebut dari sekitar

jaringan gusi walupun berasal dari periosteum tulang

alveolar untuk mencegah kekambuhan.

Tingkat rekuren :

3.5 PROSEDUR PERAWATAN

Sebelum eksisi

Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi

yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan

persetujuan dan permohonan dari penderita untuk dilakukan operasi.

(Informed consent).

Yang dimaksud dengan informed Consent adalah suatu kesepakatan / persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukanuntuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi

Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi.

20

Page 21: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

  Sebagaimana telah diketahui seorang ahli bedah mulut mempunyai pengetahuan dasar, terutama mengenai Anatomi, Fisiologi, Farmakologi dan sebagainya.

             Prinsip untuk dapat melakukan pekerjaan dengan sebaik – baiknya yang penting adalah membuat :

I. Diagnosa Yang Tepat

Tanpa mengetahui diagnosa yang tepat, kita tidak dapat mengadakan terapi yang baik. Dalam Ilmu Bedah Mulut kita harus dapat memandang orang sakit dalam keseluruhannya, walaupun harus memusatkan perhatian kedaerah yang menjadi keluhan. Kita harus membedakan struktur yang normal dengan yang sakit (abnormal) dan melatih diri untuk dapat meraba dan mengenal bagian-bagian yang abnormal, kemudian menginterprestasikannya keperubahan-perubahan patologis. Untuk dapat membantu mendapatkan diagnosa yang tepat diperlukan suatu riwayat kasus.

          Riwayat Kasus

Untuk melengkapi riwayat kasus dibutuhkan pemeriksaan yang seksama yaitu terhadap :

a) Keluhan utama (Chief complain)

b) Penyakit sekarang (Present illness)

c) Penyakit sebelumnya (Past history)

d) Riwayat penyakit keluarga (Family history)

e) Kebiasaan-kebiasaan

f) Dan lain-lain

Ad. A Yaitu keluhan menurut orang sakit sendiri.

Ad. B Yaitu penyakit-penyakit atau rasa sakit yang diderita orang sakit sekarang, penyebaran rasa sakit, lamanya rasa sakit berlangsung, juga penyakit lain yang dirasakannya.

Ad. C Yaitu penyakit-penyakit yang diderita sebelum ini, perawatan-perawatan yang pernah didapatkan, tempat- tempat perawatan dan lain-lain.

Penyakit – penyakit spesifik yang pernah diderita misalnya :

             - Rematik

             - TBC

             - Penyakit – penyakit kelamin

             - Bleeding tendencies

Ad. D  Yaitu perbedaan sosial dan pekerjaan orang sakit.

Ini penting untuk mengetahui lingkungan orang sakit sehubungan dengan penyakitnya, seperti emosi, keadaan sosial ekonomi dan lain sebagainya. Juga pekerjaan penting yaitu exposure terhadap bahan-bahan toxis, radiasi dan lain-lain. Yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit keturunan.

21

Page 22: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Ad. E   Kebiasaan, harus dicatat kebiasaan penderita seperti tidur, diet, dan cara makan dan sebagainya.

Ad. F   Misalnya alergi terhadap obat-obatan dan lain-lain.

Disamping riwayat kasus ini, tentu dibutuhkan pula pemeriksaan penanggulangannya seperti pemeriksaan laboratorium dan rontgen untuk membantu menentukan diagnosa.

II.  Rencana Perawatan

Setiap rencana perawatan disusun sedemikian rupa sehingga meliputi keadaan lokal, kesehatan umum dan sosial ekonomi daripada pasien.

Seorang dokter gigi dan ahli bedah mulut tidak boleh melupakan bahwa dia merawat seorang manusia dan bukan hanya sesuatu gigi atau gusi atau mulut saja. Untuk dapat melakkukan ini tentunya dibutuhkan pengetahuan yang luas, tidak saja mengenai keadaaan dalam mulut pasien yang dihadapi, tetapi juga mengenai keadaan umum daripada penderita tersebut.

Rencana perawatan tidak lepas daripada perawatan sebelum pembedahan dan tidak kurang penting dari perawatan pasca bedah.

Dari rencana perawatan ini akan keluar 4 (empat) macam hasil yang akan dapat dilakukan yaitu :

a.   Observasi (diamati selanjutnya).

b.   Perawatan konservatif (dirawat secara konservatif dengan pengobatan saja).

c.   Pembedahaan (diambil tindakan operasi).

d.   Konsultasi (dikirim kesejawat yang lebih ahli untuk dimintakan advis).

III. Perawatan Secara Pembedahan (Tidakan Operasi)

      Pada tindakan operasi harus diikuti syarat-syarat sebagai berikut :

- Asepsis

Prinsip asepsis telah diakui dalam ilmu bedah mulut. Dengan bantuan antibiotika, Anestetikum yang tepat, dan keseimbangan cairan yang baik, maka prosedur – prosedur bedah mulut telah banyak mengalami kemajuan, kasus yang fatal sekarang telah dapat dikerjakan dengan baik. Tetapi ini saja belum cukup, harus disertai dengan tindakan asepsis dalam hal ini dibutuhkan kebersihan. Walaupun rongga mulut tidak dapat disebut suci hama menurut pekerjaan pembedahan tetpi sebelum tindakan-tindakan operasi daerah rongga mulut sebaiknya dibersihkan dahulu dengan sesuatu larutan desinfektan, misalnya tingtura yodii 3 % begitu juga dengan alat-alat yang dipergunakan dan operator. Untuk menciptakan keadaan asepsis ini, diperlukan sterilisasi yaitu suci hama.

- Atraumatic – Surgery

Syarat-syarat yang tidak kurang pentingnya yaitu membuat trauma sekecil mungkin. Bekerja hati-hati tidak boleh kasar dan ceroboh dan dengan gerakan yang pasti. Tindakan yang kasar menyebabkan terjadinya laserasi mukosa atau jaringan atau memudahkan terjadinya infeksi dan memperlambat penyembuhan. Alat-alat seperti

22

Page 23: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

skalpel, jarum suntik, jarum jahit haruslah tajam, karena jarum tumpul skalpel yang tidak tajam akan memperbesar trauma.

Setiap gigi yang akan diambil melalui eksodosia tidak terlalu sama keadaannya. Kenyataannya ada gigi yang mudah diambil, ada yang perlu membutuhkan pembukaan lapisan jaringan lunak (flap) dan atau jaringan keras baik secara odontektomi dan atau seksioning. Pada bedah yng membutuhkan pembukaan lapisan jaringan lunak ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan yaitu :

1) Lapisan jaringan lunak harus direncana sedemikian sehingga persediaan darah akan tetap dipertahankan.

2) Pola lapisan jaringan lunak harus memberikan kemudahan dalam refleksinya agar jauh dari tempat daerah operasi pembukaan tulang, lapisan jaringan lunak itu harus dapat menutup daerah operasi secara sempurna saat dikembalikan pada posisi semula dan dapat ditahan jahitan tanpa adanya ketegangan jaringan.

- Memenuhi Tatakerja Yang Teratur

Bekerja menurut tatacara kerja yang berurutan dan teratur yaitu cara kerja yang sistematis, agar dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin dengan mengeluarkan tenaga sekecil mungkin. Cara kerja ini berbeda untuk setiap operasi atau tindakan bedah mulut dan akan dibicarakan nanti lebih lanjut.

Penulis lain ada yang menyatakan bahwa prinsip yang berlaku dalam eksodonsia sama seperti yang berlaku dalam ilmu bedah yaitu bahwa eksodonsia harus dilakukan secara : Asepsis, Atraumatik dan dibawah anastesi yang baik serta mempertimbangkan kesimbangan cairan tubuh.

Mempersiapkan keadaan pasien: tenang

Prosedure operasi

Asepsis:

Operator: mencuci tangan, masker, handscoon

Berikut adalah standar cuci tangan :

1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir

23

Page 26: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Alat: sterilkan

Pasien: intraoral: larutan antiseptif dengan gerakan searah

ekstraoral:alkohol 70% dengan gerakan sirkuler dr

bibir bagian dalam ke luar

Anastesi : lokal: submukus infiltrasi anastesi

Anestesi infiltrasi adalah anestesi yang bertujuan untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa dikulit dan jaringan yang terletak lebih dalam misalnya daerah kecil dikulit atau gusi (pencabutan gigi).Alat dan bahan :

Syringe Cartridge Jarum Bahan anastesi lidocain

Masase (pijitan otot)

Pati rasa, periksa dengan sondase

Insisi dengan skalpel model Gillete (pen grasp): tegak lurus mendatar

hanya sampai submukus agr tdk trkena jar vital, tanpa tekanan besar

Pengambilan lesi

Pembersihan daerah luka

Kembalikan flap

Jahit dengan benang absorble

Metode menjahit: interrupted suture (jahitan terputus)

Teknik ini menjahit tepi luka dengan satu jahitan, disimpulkan kemudian dipotong. Teknik ini memerlukan lebih banyak benang karena setiap jahitan harus dibuat simpul dan dipotong. Relatif lebih aman karena bila satu jahitan putus jahitan lainnya tidak terganggu. Baik digunakan untuk luka yang terinfeksi, karena mudah membuka jahitan jika ada satu tempat yang mengalami infeksi sehingga tidak mengganggu jahitan lainnya.Interrupted suture bisa berbentuk jahitan simple, atau subkutikuler, matras vertikal ataupun matras horizontalPenjahitan dianjurkan dimulai di tengah dan dilanjutkan setiap pertengahan dari insisi yang tersisa.Arah jarum yang tegak lurus dengan permukaan kulit dan juga tegak lurus sayatan kulitJarak masuk dan keluarnya jarum dari tepi sayatan sama dengan dalamnya jaringan yang diambil (x) dan jarak antar jahitan sama dengan dua kali jarak tersebut (2)

Keuntungan:

Mudah

26

Page 27: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Kekuatan jahitan besar

Kecil kemungkinan menjerat sistem sirkulasi sehingga mengurangi edema

Mudah untuk mengatur tepi-tepi luka

Kerugian:

Lama

Bekas jahitan lebih terlihat

Perhatikan pola umum jahitan simple interrupted

Terlalu longgar Terlalu kuat hingga kulit robek

Terlalu dangkal, Terlalu dalam

27

Page 28: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

Eversi (benar) Inversi (salah)

Bersihkan daerah luka dengan tampon

Pengambilan benang sesudah 2-5 hari

Ctt: setelah lesi diambil, masukkan ke dalam botol berisi formalin untuk

dikirim ke bagian patologi anatomi

Fiksasi jaringan adalah metode mengawetkan sel-sel dan jaringan-jaringan pada keadaan hidup Selma mungkin. Jaringan apapun yang diambil dari tubuh manusia terdekomposisi dengan cepat karena hilangnya aliran darah dan oksigen, akumulasi produk metabolism, reaksi enzim-enzim autolysis , dan pembusukan oleh bakteri. Proses dekomposisi ini dihambat denga proses fikasasi jaringan. Fikasasi jaringan adalah metode mengawetkan sel-sel jaringan segar yang dieksisi saat operasi. Bahan fiksatif yang sering digunakan:

1. Formalin

Formalin merupakan bahan fiksatif yang paling sering digunaan pada praktek rutin. Untuk keperluan fiksasi jaringan, digunakan larutan formalin 10 %. Larutan tersebut didapatkan dengan melarutkan 10 ml larutan formalin 100% ke dalam 90 ml aquades. Jumlah bahan fiksatif yang dibutuhkan adalah 15-20 kali volume spesimen.

Perawatan pasca bedah

Beri antibiotik, anti inflamasi, vitamin, analgetik

Resep

R/ Amoxilin tab 500mg No. IX

Stdd tab I a.c

R/ Asam mefenamat tab 500mg No. X

Sprn tdd tab I p.c

R/ Vitamin C tab 500mg

S1dd tab I p.c

28

Page 29: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

pro : ani 24th

Instruksikan pasien (untuk mencegah terjadinya pendarahan pasca operasi

dan mencegah terjadinya inflamasi)

agr tdk brkumur: mencegah perdarahan

Tidak boleh Makan/minum yang panas/ merangsang

Makan bergizi

Istirahat cukup

Tidak boleh menggigit bibirnya: tarikan pada luka

BAB IV

PENUTUP

Dari kasus di atas setelah dilakukan pemeriksaan lengkap, maka didapatkan

diagnosa epulis fibromatosa, dengan rencana perawatan pembedahan dan perawatan

pembedahan minor pada jaringan lunak. Prosedur pembedahan ada sebelum eksisi, saat

pembedahan, dan pasca pembedahan. Spesimen dikirim ke bagian Patologi Anatomi.

29

Page 30: Makalah Kel 3 Ekso 3kjh

30