Makalah rbd kel.2

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posisi Indonesia hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti Jepang, dengan tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun dan China yang mencapai 250.000 per tahun. Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per 100.000 penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk. Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan dewasa muda (15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak dari laki laki. Cara yang populer untuk mencoba bunuh diri pada kalangan perempuan adalah menelan pil, biasanya obat tidur, sedangkan kaum lelaki lebih letal atau mematikan seperti menggantung diri.

Transcript of Makalah rbd kel.2

Page 1: Makalah rbd kel.2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Posisi Indonesia hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti Jepang,

dengan tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun dan China

yang mencapai 250.000 per tahun.

Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup tinggi.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya

50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan

demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya.

Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per 100.000 penduduk dan

kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah Gunung Kidul, Yogyakarta

mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk.

Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan

dewasa muda (15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan melakukan

percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak dari laki laki. Cara

yang populer untuk mencoba bunuh diri pada kalangan perempuan adalah menelan

pil, biasanya obat tidur, sedangkan kaum lelaki lebih letal atau mematikan seperti

menggantung diri.

Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri adalah

mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orang-orang yang

berpisah atau becerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang yang hidup sebatang

kara, kaum pendatang, para penghuni daerah kumu dan miskin, kelompok

professional tetentu, seperti dokter, pengacara, dan psikolog.

1.2. Tujuan

1. Mahasiswa diharapkan mampu menyebutkan pengertian resiko bunuh diri

2. Mahasiswa diharapkan mampu mengenali klien yang berpotensi resiko bunuh diri

Page 2: Makalah rbd kel.2

3. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan etiologi terjadinya perilaku resiko

bunuh diri

4. Mahasiswa diharapkan mampu membuat dan mengaplikasikan asuhan keperawatan

pada pasien dengan risiko perilaku bunuh diri

Page 3: Makalah rbd kel.2

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Jiwa

1. Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang

memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari

kualitas hidup dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.

Ciri-ciri sehat jiwa:

Bersikap posisf terhadap diri sendiri

Mampu tumbuh berkembang dalam mencapai aktualisasi diri

Mampu mengatasi stress atau perubahan dalam diri

Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang di ambil

Mempunyai perssepsi yang realistis dan menghargai perasaan orang lain

Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (Budi,2011)

2. Masalah psikososial

Masalah psikososial yaitu perubahan dalam kehidupan individu baik yang

bersifat psikologis ataupun social yang mempunyai pengaruh timbal balik dan

dianggap berpotensi cukup besar sebagai factor penyebab terjadinya masalah

kesehatan jiwa yang berdampak pada lingkungan sosial.

Ciri-ciri masalah psikososial:

Cemas, kawatir berlebihan, takut

Mudah tersinggung

Sulit konsentrasi

Ragu-ragu/rendah diri

Pemarah dan agresif

Reaksi fisik seperti jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala(Budi,2011)

Individu yang mengalami masalah psikososial adalah yang menglam pikiran

menyimpang atau distress, gangguaan persepsi ilusi, emosional menghadapi

berbagi stimulus, perilaku kadang-kadang tidak selaras dengan lingkungan dan

mernarik diri.

Page 4: Makalah rbd kel.2

2.2 Defenisi Resiko Bunuh Diri

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien

untuk mengakhiri kehidupannya.Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien

melakukan bunuh diri, kita mengenal 3 macam perilaku bunuh diri, yaitu isyarat

bunuh diri, ancaman bunuh diri dan percobaan bunuh diri (Keliat, 2011).

Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri

sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari

individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.( Jenny., dkk. (2010). Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa ).

a) Isyarat bunuh diri

Ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh

diri.Pada kondisi ini pasien mungkin sudah mungkin sudah memiliki ide untuk

mengakhiri hidupnya, namun tidak disretai dengan ancaman dan percobaan

bunuh diri.Pasien umunya mengungkapakan perasaan sepeti rasa

berslah/sedih/marah/putus asa, tidak berdaya.Pasien juga mengungkapakan hal-

hal negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

b) Ancaman bunuh diri

Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan

untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan

alat untuk melaksanakan rencana tersebut.Secara aktif pasien telah memikirkan

rencan bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.Walaupun

dalam kondisi ini pasien belum mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus

dilakukan.Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk

melaksanakan rencana bunuh dirinya.

c) Percobaan bunuh diri

Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri

untuk mengakhiri hidupnya.pada kondisi ini, pasien mencoba bunuh diri dengan

cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari

tempat yang tinggi.Berdasarkan jenis-jenis bunuh diri ini dapat dilihat data-data

yang harus dikaji pada tiap jenisnya.Setelah melakukan pengkajian, anda dpat

merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan tingkat resiko dilakukannya

bunuh diri.

2.3 Etiologi

Page 5: Makalah rbd kel.2

Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi

Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

(LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1

Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri adalah:

a.       Faktor Predisposisi

Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri

sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :

1.      Diagnosis Psikiatrik

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri

mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat

individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,

penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

2.      Sifat Kepribadian

Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri

adalah antipati, impulsif, dan depresi.

3.      Lingkungan Psikososial

Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman

kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,

penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social

sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih

dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi

masalah tersebut, dan lain-lain.

4.      Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting

yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

5.      Faktor Biokimia

Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi

peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin,

dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang

otak Electro Encephalo Graph (EEG).

b.      Faktor Presipitasi

Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang

dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang

memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca

Page 6: Makalah rbd kel.2

melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan

bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

c.       Perilaku Koping

Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan

dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih

untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan

banyak faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan

bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh

diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan

seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan

masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri.

Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan

tindakan bunuh diri.

d.      Mekanisme Koping

Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping

yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,

regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya

tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

Respon adaptif Respon maladaptif

Peni

ngka

tan

diri

Beresiko

destruktif

Destruktif

diri tidak

langsung

Pencederaan

diri

Bunuh diri

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman

bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan

agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan

koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

2.3 Manifestasi Klinis menurut Fitria, Nita (2009)

a.       Mempunyai ide untuk bunuh diri.

b.      Mengungkapkan keinginan untuk mati.

c.       Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

Page 7: Makalah rbd kel.2

d.      Impulsif.

e.       Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

f.       Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

g.      Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis

mematikan).

h.      Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan

mengasingkan diri).

i.        Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,

psikosis dan menyalahgunakan alcohol).

j.        Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).

k.     Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan

dalam karier).

l.        Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.

m.    Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

n.      Pekerjaan.

o.      Konflik interpersonal.

p.      Latar belakang keluarga.

q.      Orientasi seksual.

r.        Sumber-sumber personal.

s.       Sumber-sumber social.

t.        Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

2.5 Konsep Keperawatan Teoritis

a. Pengkajian

Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien memiliki resiko apabila

menunjukkan perilaku sebagai berikut :

Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri

Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.

Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.

Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.

Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental

Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol

Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik

Menunjukkan impulsivitas dan agressif

Page 8: Makalah rbd kel.2

Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang

bertubi-tubi dan secara bersamaan

Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol, obat,

racun.

Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan pengobatan

Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.

Banyak instrument yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien

melakukan bunuh diri diantaranya dengan SAD PERSONS

NO SAD

PERSONS

Keterangan

1 Sex (jenis

kelamin)

Laki laki lebih komit melakukan suicide

3 kali lebih tinggi dibanding wanita,

meskipun wanita lebih sering 3 kali

dibanding laki laki melakukan

percobaan bunuh diri

2 Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun

atau lebih muda, 45 tahun atau lebih tua

dan khususnya umur 65 tahun lebih.

3 Depression 35 – 79% oran yang melakukan bunuh

diri mengalami sindrome depresi.

4 Previous

attempts

(Percobaan

sebelumnya)

65- 70% orang yang melakukan bunuh

diri sudah pernah melakukan percobaan

sebelumnya

5 ETOH

( alkohol)

65 % orang yang suicide adalah orang

menyalahnugunakan alkohol

6 Rational

thinking

Loss

( Kehilangan

berpikir

rasional)

Orang skizofrenia dan dementia lebih

sering melakukan bunuh diri disbanding

general populasi

7 Sosial Orang yang melakukan bunuh diri

Page 9: Makalah rbd kel.2

support

lacking

( Kurang

dukungan

social)

biasanya kurannya dukungan dari teman

dan saudara, pekerjaan yang bermakna

serta dukungan spiritual keagaamaan

8 Organized

plan

( perencanaa

n yang

teroranisasi)

Adanya perencanaan yang spesifik

terhadap bunuh diri merupakan resiko

tinggi

9 No spouse

( Tidak

memiliki

pasangan)

Orang duda, janda, single adalah lebih

rentang disbanding menikah

10 Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal

beresiko tinggi melakukan bunuh diri.

Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu memahami

petunjuk dalam melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk

mendapatkan data yang akurat. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam

melakukan wawancara adalah :

1. Tentukan tujuan secara jelas.

Dalam melakukan wawancara, perawat tidak melakukan diskusi secara acak,

namun demikian perawat perlu melakukannya wawancara yang fokus pada

investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan dengan bunuh diri.

2. Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu diobservasi dari

komunikasi non verbal.

Hal ini perawat tetap memperhatikan indikasi terhadap kecemasan dan distress

yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien yang di hindari atau diabaikan.

3. Kenali diri sendiri.

Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena hal ini akan

mempengaruhi penilaian profesional.

Page 10: Makalah rbd kel.2

4. Jangan terlalu tergesa – gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu

membangun hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dank lien.

5. Jangan membuat asumsi

Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu mempengaruhi

emosional klien.

6. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan membuat

kabur penilaian profesional.

Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :

1. Riwayat masa lalu :

Ø Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri

Ø Riwayat keluarga terhadap bunuh diri

Ø Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia

Ø Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.

Ø Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisosial

Ø Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka

2. Symptom yang menyertainya

a. Apakah klien mengalami :

Ø Ide bunuh diri

Ø Ancaman bunh diri

Ø Percobaan bunuh diri

Ø Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja

b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia

dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.

Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri

mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya :

Ø Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan

Ø Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk

melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya.

Ø Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk merencanakan dan

mengagas akan suicide

Ø Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh klien.

Page 11: Makalah rbd kel.2

Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat

kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :

Ø Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik

Ø Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien

Ø Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong

komunikasi terbuka.

Ø Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang

dimengerti klien

Ø Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya

Ø Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi

Ø Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan

Ø Peroleh riwayat penyakit fisik klien

b. Diagnosis

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah : Resiko Bunuh Diri

c. Intervensi

Bila ada telah merumuskan masalah ini, maka anda perlu segera melakukan

tindakan keperawatan untuk melindungi pasien.

Tindakan keperawatan pasien percobaan bunuh diri

Tujuan : pasien tetap aman dan selamat

Tindakan : melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka anda

dapat melakukan tindakan berikut:

1. Menemani pasien terus-menerus samapai ia dapat dipindahkan ketempat yang

aman

2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (mis : pisau, silet, gelas, tali pinggang)

3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien

mendapatkan obat

4. Menjelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien sampai tidak ada

keinginan bunuh diri

Tindakan keperawatan keluarga pasien percobaan bunuh diri

Tujuan : keluarga diharapkan berperan serta melindungi anggota keluarga yang

mengancam atau mencoba bunuh diri

Page 12: Makalah rbd kel.2

Tindakan : melindungi pasien

Tindakan keperawatan :

1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien dan jangan pernah

meninggalkan pasien sendiri

2. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang

berbahaya disekitar pasien

3. Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak membiarkan pasien sering melamun

sendiri

4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur

Penilaian kemampuan perawat dalam merawat pasien resiko bunuh diri

No

.

Kemampuan Tanggal

A Pasien

SP I

1. Mengidentifikasikan benda-benda

yang dapat membahayakan pasien

2 Mengamankan benda-benda yang

dapat membahayakan pasien

3 Melakukan kontrak treatment

4 Mengajarkan cara mengendalikan

dorongan bunuh diri

5 Melatih cara mengendalikan

dorongan bunuh diri

SP II

1 Mengidentifikasikan aspek positif

pasien

2 Mendorong pasien untuk berpikir

positif terhadap diri

3 Mendorong pasien untuk

Page 13: Makalah rbd kel.2

menghargai diri sebagai individu

yang berharga

SP III

1 Mengidentifikasikan pola koping

yang yang biasa diterapkan pasien

2 Menilai pola koping yang biasa

dilakukan

3 Mengidentifikasikan pola koping

yang konstruktif

4 Mendorong pasien memilih pola

koping yang konstruktif

5 Menganjurkan pasien menerapkan

pola koping yang konstruktif dalam

kegiatan harian

SP IV

1 Membuat rencana masa depan yang

realistis bersama pasien

2 Mengidentifikasi cara mencapai

rencana masa depan yang realistis

3 Member dorongan pasien melakukan

kegiatan dalam rangka meraih masa

depan yang realistis

B Keluarga

SP I

1 Mendiskusikan masalah yang

dirasakan keluarga dalam merawat

pasien

2 Menjelaskan pengertian, tanda dan

gejala resiko bunuh diri, dan jenis

perilaku bunuh diri yang dialami

pasien beserta proses terjadinya

3 Menjelaskan cara-cara merawat

pasien resiko bunuh diri

Page 14: Makalah rbd kel.2

SP II

1 Melatih keluarga mempraktikkan

cara merawat pasien dengan resiko

bunuh diri

2 Melatih keluarga melakukan cara

merawat langsung kepada pasien

resiko bunuh diri

SP III

1 Membantu keluarga membuat

jadwal aktivitas dirumah termasuk

minum obat

2 Menjelaskan follow up pasien

Page 15: Makalah rbd kel.2

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

MALU TAK BISA BAYAR UANG UJIAN

Perjalanan hidupnya begitu pahit. Ketika usia 40 hari, ia sudah ditinggal ibu

kandungnya. Ia pun hidup dalam perawatan orang tua angkat. Merasa kesepian dan

diabaikan, itu yang ia rasakan.

Mengenakan kaus merah dan celana pendek warna biru tua, Aman Muhammad

Soleh (15) berjalan memasuki pekarangan keluarga Edi di Kampung Cabang, Desa

Karangasih, Cikarang, Bekasi. Aman berjalan beriringan bersama seorang

temannya, sambil menjinjing kantong plastik. Beberapa hari terakhir ini Aman

tinggal bersama keluarga Edi. Sebelumnya, ia tinggal bersama orang tua

angkatnya, Sapri (61) dan Nong (62). Saat ditanya NOVA, Minggu (6/6), Aman

mengaku baru saja pulang dari sebuah took swalayan. Sambil lalu, Aman pun

memperlihatkan isi kantong tersebut. “Saya baru beli sepatu dan kaus kaki baru.

Mau dipakai untuk ke sekolah.” Di katong plastk yang lain, Aman memperlihatkan

beberapa buah mi instan dan minuman kaleng.

KEPALA PUYENG DAN STRES

Upaya nekat Aman dilakukan Kamis (3/6). Siang itu setelah selesai mencuci

pakaian di sumur tak jauh dari rumah orang tua angkatnya, ia minta tolong pada

salah satu temannya, Geza (10), untuk membei makanan yang dapat membuat

henti jantung. “Tadinya ia enggak mau waktu saya bilang obat penghenti jantung

itu mau saya pakai untuk jalan menuju Tuhan. Tapi, saat saya bilang untuk

menghentikan aksi tikus-tikus yang mencuri makanan, ia baru mau beliin, “kisah

Aman.

Sesudah mendapatkan dua bungkus obat penghenti jantung dalam bentuk bubuk

seharga seribu rupiah itu, Aman mencampur obat penghenti jantung tersebut

Page 16: Makalah rbd kel.2

dengan sebotol air mineral. “Saya suruh Geza maintain air minum sama ibunya.

Ternyata airnya masih panas, lalu saya campur dengan air sumur,” ujar Aman.

Tanpa pikir panjang lagi, Aman segera meminum obat penghenti jantung tersebut.

Geza sendiri mengaku tak menyangka temannya akan berbuat senekat itu.

“Sesudah obat penghenti jantung saya kasih ke Aman, saya langsung pergi main

bersama teman lain” ujar Geza yang menemani Aman.

Tau-tau Geza mendapat kabar dari temannya yang melihat Aman kejang-kejang

dengan mulut berbuih. Dengan panik, Geza memberitahu kedua oragtuanya.

Mereka tinggal bersebelahan denga orang tua nagkat Aman, pasangan Sapri dan

Nong. Setelah mdiberi minum susu, Aman segera dilarikan ke Rumah Sakit

Husada. Syukurlah, berhasil diselamatkan. Setelah dua hari menginap di RS,

iasudah bisa pulang. Ketika ditanya mengapa nekat mau minum obat penghenti

jantung, semula Aman tak mau menjawab. “Kepala saya puyeng dan stress,”

tukasnya. Yang jelas, sudah beberapa hari sebelumnya Aman punya rencana untuk

menghentikan jantungnya denga jalan meminum obat penghenti jantung.

Menurut Aman, beberapa waktu yangUmi dan Pak Api (panggilan Aman pada

Nong dan Sapri), tapi enggak dikasih. Padahal uang tersebut harus segera dibayar.

Paling telat hari Sabtu lalu. Bila enggak membayar, menurut guru, saya tidak akan

mendapat nomor ujian. Berarti saya tidak bias mengikuti ujian,” ungkap Aman

sambil menundukkan kepalanya.

CARI IBU KANDUNG

Merasa diabaikan kedua orang tuan angkatnya. Aman pun menjadi frustasi dan

sedih. “Mereka enggak bias mengerti perasaan saya,” ujar Aman pelan. Aman

mengaku ingin diperlakukan seperti anak-anak lainnya. Terkadang ia ingin

mendapat uang jajan dari orang tua angkatnya. “Tapi, saya tak pernah mendapat

uang jajan yang cukup.”

Aman mengaku ingin memiliki ibu, ayah, dan saudara kandung seperti teman-

temannya. “Saya kecewa tak seperti teman-teman lain. Sekarang saya punya niat

lagi mencari ibu saya,” lanjutnya dengan nada lirih.

3.2 Jawaban Pertanyaan

1. Diagnosa

Diagnosa yang muncul dari kasus di atas yaitu: Resiko Bunuh Diri

Page 17: Makalah rbd kel.2

Alasan: karena pada kasus terdapat tindakan yang menyatakan percobaan bunuh

diri. Seperti Aman mencampur obat penghenti jantung dengan air minum lalu

segera meminumnya.

2. Faktor Presifitasi

Aman tidak diberi uang untuk membayar ujiannya sebesar Rp 100 ribu oleh orang

tua angkatnya kalau tidak ia tidak akan dapat nomor ujian

Kedua orang tua angkat Aman tidak pernah mengerti perasaan Aman

Aman tidak pernah mendapat uang jajan dari orang tua angkatnya

3. Faktor Predisposisi

Aman merasa kesepian dan diabaikan oleh orang tuanya, aman frustasi dan sedih

karena tidak dianggap

4. Pohon masalah

Resiko Bunuh Diri

Keputusasaan

Harga Diri Rendah

Koping Keluarga Tidak Efektif

5. Analisa Data

DS:

Aman mengatakan ia sudah ditinggal ibu kandungnya sejak usianya 40 hari

Aman mengatak hidupnya begitu pahit

Aman mengatakan ia merasa kesepian dan diabaikan

Aman mengatakan kepada Geza untuk membeli obat penghenti jantung

Aman mengatakan beberapa hari sebelumnya sudah berencana untuk

menghentikan jantungnya

Aman mengatakan tidak diberi orang tua angkat uang untuk membayar uang ujian

Aman mengatakan kedua orang tuanya tidak pernah mengerti perasaannya

Page 18: Makalah rbd kel.2

Aman mengatakan ingin diperlakukan seperti anak lainnya

DO:

Aman tampak menyuruh Geza membeli obat penghenti jantung

Aman tampak mencampur obat penghenti jantung dengan air minum lalu segera

meminumnya

Aman tampak sedih dan frustasi

6. Tindakan Keperawatan

Karena kasus tersebut merupakan kasus resiko bunuh diri yang termasuk golongan

percobaan bunuh diri maka tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah:

a) Tindakan keperawatan untuk pasien

Melindungi pasien dengan cara:

1) Temani pasien terus- menerus sampai pasien dapat dipindahkan ke tempat yang

aman

2) Jauhkan semua benda yang berbahaya

3) Periksa apakah pasien benar- benar telah meminum obatnya, jika pasien

mendapatkan obat

4) Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien sampai

tidak ada keinginan bunuh diri

Page 19: Makalah rbd kel.2

BAB IV

PEMBAHASAN

BAB V

PENUTUP

3.1 .Kesimpulan

Page 20: Makalah rbd kel.2

Beberapa ahli psikiatri mengemukakan pengertian tentang bunuh diri antaralain :

Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri

untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu

untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Bunuh diri mikro (microsuicide ) : kematian akibat perilaku bunuh diri misalnya

bunuh diri “ pelan pelan” atau terdapat pada orang orang yang dengan sengaja

tidak mau berobat meskipun menderita sakit, mogok makan, diet berlebih, dsb.

Bunuh diri terselubung (masked suicide) : orang yang sengaja melakukan

tindakan yang mengakibatkan kematian dengancara terselubung, misalnya :

mendatangi tempat kerusuhan sehingga terbunuh, olahraga yang berbahaya,

overdosis pada pasien ketergantungan zat dan sebagainya.

Menurut WHO membagi bunuh diri menjadi 4 kategori sosial, yaitu : Bunuh

diri egoistic, Bunuh diri altruistic, Bunuh diri anomik , Bunuh diri fatalistik

Faktor Penyebab terjadinya Bunuh diri,yaitu :

1. Etiologi bunuh diri yang digolongkan atas berbagai unsur :

2. Faktor determinan, meliputi : Kebudayaan, Jenis kelamin,Umur, Status

sosial.

Asuhan keperawatan pasien dengan resiko perilaku bunuh diri

Pengkajian,Diagnosa keperawatan, Perencanaan, Tindakan keperawatan,

Evaluasi

3.2 Saran

Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri pasien yang ingin

mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh diri

pasien

Page 21: Makalah rbd kel.2

Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan

pada pasien dengan gangguan jiwa

Daftar Pustaka

Jenny, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan

Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Page 22: Makalah rbd kel.2

Keliat Budianna, dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC

Sujono & Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Dalami Ermawati, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan

Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.

Ingram, dkk. (1995). Catatan Kuliah Psikiatri. Jakarta : EGC

Tomb, David . (2004). Psikiatri. Jakarta : EGC