Makalah Amami Kel 2

34
Bahan Tambahan Makanan (Antikempal, Penguat Rasa, dan Pengatur Keasaman) Tugas Mata Kuliah Analisa Makanan dan Minuman Dosen Pengampu : Dra. Prihardini, M.Kes., Apt Disusun Oleh 1. Titis Ayu P. (30213007) 2. Alfarischa Tenty W. (30213012) 3. Julian Hidayat (30213014) 4. Imaniyah (30213015) PRODI D-III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

description

amani

Transcript of Makalah Amami Kel 2

Page 1: Makalah Amami Kel 2

Bahan Tambahan Makanan

(Antikempal, Penguat Rasa, dan Pengatur Keasaman)

Tugas Mata Kuliah

Analisa Makanan dan Minuman

Dosen Pengampu : Dra. Prihardini, M.Kes., Apt

Disusun Oleh

1. Titis Ayu P. (30213007)

2. Alfarischa Tenty W. (30213012)

3. Julian Hidayat (30213014)

4. Imaniyah (30213015)

PRODI D-III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN

BHAKTI WIYATA KEDIRI

2015

Page 2: Makalah Amami Kel 2

DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI................................................................................................ 2

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang .....................................................................................3

B.Rumusan Masalah ................................................................................4

C.Tujuan ................................................................................................. 4

D.Manfaat ............................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar Teori Bahan Tambahan Makanan............................................ 5

B. Definisi Antikempal, Penguat Rasa, dan Pengatur Keasaman.......... 6

C. Fungsi Antikempal, Penguat Rasa, dan Pengatur Keasaman ..........10

D. Efek Samping Antikempal, Penguat Rasa, dan Pengatur

Keasaman..........................................................................................11

E. Metode Analisa Antikempal, Penguat Rasa, dan Pengatur

Keasaman..........................................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................18

B. Saran ................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................19

LAMPIRAN ...............................................................................................20

Page | 2

Page 3: Makalah Amami Kel 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Selain

menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk sumber tenaga dan pertumbuhan,

makanan juga menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk mendukung

kehidupan tubuh yang sehat. Karena itu untuk meningkatkan kehidupan

manusia diperlukan adanya persediaan makanan yang memadai baik dari segi

kualitas maupun kuantitas. Segi kualitas, selain mengandung semua zat yang

diperlukan oleh tubuh makanan juga harus memenuhi syarat

keamanan.Makanan yang aman merupakan faktor yang penting untuk

meningkatkan derajat kesehatan. Dalam Undang-undang RI No. 7 Tahun

1996 tentang pangan, keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan

upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran

biologis, kimia, benda-benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan

membahayakan kesehatan manusia. Penyakit yang ditimbulkan karena

pangan yang tercemar telah menjadi masalah

di Dunia.

Kasus keracunan makanan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke

tahun. Dalam pembuatan makanan, selain bahan baku untuk tujuan-tujuan

tertentu sering digunakan bahan-bahan lain sebagai bahan tambahan, yaitu

yang secara umum disebut bahan tambahan makanan (BTM). Bahan

tambahan makanan adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami

bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kepada

pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk makanan. Termasuk bahan

tambahan makanan antara lain bahan antikempal, penyedap rasa, dan

pengatur keasaman.

Page | 3

Page 4: Makalah Amami Kel 2

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari antikempal, penguat rasa, dan pengatur keasaman ?

2. Bagaimana fungsi dari antikempal, penguat rasa, dan pengatur keasaman?

3. Bagaimana efek samping dari antikempal, penguat rasa, dan pengatur

keasaman?

4. Bagaimana cara analisa dari antikempal, penguat rasa, dan pengatur

keasaman?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari antikempal, penguat rasa, dan pengatur

keasaman.

2. Bagaimana Fungsi dari antikempal, penguat rasa, dan pengatur keasaman.

3. Bagaimana efek samping dari antikempal, penguat rasa, dan pengatur

keasaman.

4. Bagaimana cara analisa dari antikempal, penguat rasa, dan pengatur

keasaman.

D. Manfaat

1. Mahasiswa dapat lebih memahami tentang pengertian dari antikempal,

penguat rasa, dan pengatur keasaman

2. Mahasiswa dapat lebih memahami tentang Fungsi antikempal, penguat

rasa, dan pengatur keasaman

3. Mahasiswa dapat lebih memahami efek samping dari antikempal, penguat

rasa, dan pengatur keasaman

4. Mahasiswa dapat lebih memahami cara analisa dari antikempal, penguat

rasa, dan pengatur keasaman

Page | 4

Page 5: Makalah Amami Kel 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Teori Bahan Tambahan Makanan

Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan

yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan

pangan. BTP ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar

kualitasnya meningkat. Pemakaian BTP merupakan salah satu langkah

teknologi yang diterapkan oleh industri pangan berbagai skala. Sebagaimana

langkah teknologi lain, maka risiko-risiko kesalahan dan penyalahgunaan

tidak dapat dikesampingkan. BTP pada umumnya merupakan bahan kimia

yang telah diteliti dan diuji lama sesuai dengan kaidah – kaidah ilmiah yang

ada (Cahyadi, 2009)

Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh

masyarakat. Kenyataannya masih banyak produsen makanan yang

menggunakan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan. Efek dari

bahan tambahan beracun tidak dapat langsung dirasakan, tetapi secara

perlahan dan pasti dapat menyebabkan sakit. Penyimpangan atau pelanggaran

mengenai penggunaan BTP yang sering dilakukan oleh produsen pangan,

yaitu : 1) Menggunakan bahan tambahan yang dilarang penggunaannya untuk

makanan; 2) Menggunakan BTP melebihi dosis yang diizinkan. Penggunaan

bahan tambahan yang beracun atau BTP yang melebihi batas akan

membehayakan kesehatan masyarakat, dan berbahaya bagi pertumbuhan

generasi yang akan datang. Karena itu produsen pangan perlu mengetahui

peraturan-peratun yang telah dikeluarkan oleh pemerintah mengenai

penggunaan BTP.

Page | 5

Page 6: Makalah Amami Kel 2

Secara khusus tujuan penggunaan BTP di dalam pangan adalah

untuk : 1) Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba

perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat

menurunkan mutu pangan; 2) Membentuk makanan menjadi lebih baik,

renyah dan lebih enak di mulut, 3) Memberikan warna dan aroma yang lebih

menarik sehingga menambah selera, 4) Meningkatkan kualitas pangan dan 5)

menghemat biaya. Produsen produk pangan menambahkan BTP dengan

berbagai tujuan, misalnya membantu proses pengolahan, memperpanjang

masa simpan, memperbaiki penampilan dan cita rasa, serta pengaturan

keseimbangan gizi. Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat

dibenarkan apabila:

1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam

pengolahan;

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah

atau yang tidak memenuhi persyaratan;

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan

dengan cara produksi yang baik untuk pangan;

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

B. Definisi Antikempal, Penguat Rasa, dan Pengatur Keasaman

1. Antikempal

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan antikempal

adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah mengempalnya

makanan yang berupa serbuk, tepung, atau bubuk. Bahan tambahan

makanan ini biasanya ditambahkan pada makanan yang berbentuk serbuk,

misal-nya garam meja/merica bubuk dan bumbu lainnya, agar makanan

tersebut tidak mengempal dan mudah dituang dari wadahnya. Contoh:

Page | 6

Page 7: Makalah Amami Kel 2

aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam

meja)

Nama BTP Jenis Bahan Pangan Batas Maksimum Penggunaan

Aluminium

Silikat

Susu Bubuk g/kg, tunggal atau campuran

dengan antikempal lain

Krim Bubuk g/kg, tunggal atau campuran

dengan antikempal lain

Kalsium

Aluminium

Silikat

Garam Meja 10 g/kg

Serbuk garam dengan bubuk

rempah atau bumbu merica

20 g/kg

Dektrosa bubuk (tanpa pati)

gula bubuk (tanpa pati)

15g/kg, tunggal atau campuran

dengan antikempal lain

Kalsium

Silikat

Lihat kalsium aluminium

silikat

Lihat kalsium aluminium silikat

Susu Bubuk 10 g/kg, tunggal atau campuran

dengan antikempal lain

Krim Bubuk 1 g/kg, tunggal atau campuran

dengan antikempal lain

Magnesium

Karbonat

Lihat kalsium silikat Lihat kalsium silikat

Tabel 1. Sumber Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988, tentang

Bahan Tambahan Pangan (BTP) persyaratan antikempal.

Page | 7

Page 8: Makalah Amami Kel 2

2. Penguat Rasa

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan, penyedap rasa

dan aroma, penguat rasa adalah bahan tambahan makanan yang dapat

memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma.

3. Pengatur Keasaman

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan, pengatur

keasaman adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan,

menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Zat aditif

ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat

keasaman makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat,

amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat,

dan natrium bikarbonat.

Pengatur keasaman (asidulan) merupakan senyawa kimia yang

bersifat asam dan salah satu dari bahan tambahan pangan yang sengaja

ditambahkan kedalam pangan dalam berbagai tujuan . Dapat bertindak

sebagai bahan pengawet, penegas rasa dan warna atau menyelubungi after

taste yang tidak disukai. Kemudain pH rendah buffer yang dihasilkan

mempermudah proses pengolahan bahan tersebut bersifat sinergis terhadap

antioksidan dalam mencegah ketengikan dan browning. Penggunaan

pengatur keasaman dalam pangan yaitu dalam memperoleh rasa yang

tajam, sebagai pengontrol pH atau pengawet. Nilai pH suatu bahan

berhubungan dengan derajat keasaman ataupun kebasaan bahan pangan

tersebut. Keadaaan yang bersifat asam mudah dicapai dengan penambahan

asam, sedangkan keadaan basa dapat dicapai dengan penambahan basa.

Page | 8

Page 9: Makalah Amami Kel 2

Nama BTP Jenis Bahan Pangan Batas Maksimum Penggunaan

Asam Malat Jeli dan selai Secukupnya hingga pH antara

2,8 dan 3,5

Sari buah anggur Secukupnya hingga pH tidak

lebih dari 4,3

Asam Sitrat Cokelat, cokelat bubuk

dengan campuran cokelat

dan gula

5 g/kg, tunggal atau campuran

dengan asam tartat

Sediaan keju olahan 40 g/kg

Amonium

Bikarbonat

Cokelat, cokelat bubuk

dengan campuran cokelat

dan gula

50 g/kg

Sediaan keju olahan 2 g/kg

Natrium

Bikarbonat

Cokelat, cokelat bubuk

dengan campuran cokelat

dan gula

Untuk kenaikan pH kurang dari

sama dengan 4,3

Tabel 2. Sumber SNI 01-0222-1995 tentang Bahan Tambahan Pangan

persyaratan pengatur keasaman

Page | 9

Page 10: Makalah Amami Kel 2

C. Fungsi Antikempal, Penguat Rasa, dan Pengatur Keasaman

1. Antikempal

Antikempal berfungsi sebagai senyawa anhidrat yang dapat

mengikat air tanpa menjadi basah dan biasanya ditambahkan ke dalam

bahan pangan yang bersifat bubuk atau partikulat seperti garam meja,

campuran kering  (dry mixes), dan lain-lain. Tujuan penambahan senyawa

anti kempal adalah untuk mencegah terjadinya penggumpalan dan

menjaga agar bahan tersebut tetap dapat dituang (free flowing). Secara

garis besar tujuan utama untuk penambahan antikempal adalah untuk

mencegah mengempalnya pangan yang berupa serbuk atau tepung dan

memudahkan bahan pangan dicurahkan dari wadahnya.

Secara garis besar karakteristik antikempal adalah:

a. Berupa senyawa anhydrous yang dapat menyerap tanpa menjadi basah.

b. Antikempal harus mudah dicurahkan.

c. Berupa bahan anorganik alami yang tidak dalam keadaan bentuk kristal

penuh.

d. Dapat dibuat dalam keadaan yang diperlukan dengan perlakuan fisik.

2. Penguat Rasa

Fungsinya yang paling sederhana adalah membangkitkan potensi

rasa dan aroma makanan. Molekul glutamat pada MSG berfungsi untuk

mengikat molekul rasa apapun untuk menempel lebih lama di lidah.

Peranan asam glutamat sangat penting diantaranya untuk merangsang dan

menghantar sinyal-sinyal antar sel otak dan dapat memberikan cita rasa

pada makanan.

Page | 10

Page 11: Makalah Amami Kel 2

3. Pengatur Keasaman

Fungsinya yang paling penting adalah sebagai senyawa pendapar.

Asam dan garamnya sering pula ditambahkan sebagai campuran

pembentuk adonan (leavening system), sebagai antimikroba dan senyawa

pengkelat. Asam berperan sangat penting dalam pembentukan gel pektin,

dapat bertindak sebagai penghilang busa (defoaming agent) dan membantu

proses denaturasi protein dalam pembuatan yogurt, keju, dan produk-

produk fermentasi susu lainnya. Dalam proses pengolahan buah dan

sayuran, asam sering ditambahkan untuk menurunkan pH dan mengurangi

kebutuhan panas selama proses sterilisasi. Fungsi lain dari asam yang tak

kalah pentingnya, tentu saja adalah kontribusinya terhadap rasa dan aroma

bahan pangan. Asam juga mempunyai kemampuan untuk mengubah dan

meningkatkan intensitas rasa dari komponen citarasa lainnya. Asam lemak

rantai pendek berkontribusi terhadap aroma berbagai makanan.

D. Efek Samping Antikempal, Penguat Rasa, dan Pengatur Keasaman

1. Antikempal

Beberapa efek anti kempal terhadap kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Aluminium natrium silikat

Beberapa laporan telah menyarankan bahwa aluminium yang tinggi

akan berbahaya bagi beberapa pasien sakit tulang atau perusakan ginjal.

b. Kalium ferrosianida

Ferrosianida mampu menkonversi haemoglobin dalam sel darah merah

dari ferro menjadi ferri. Dalm keadaan feri, haemoglobin tidak mampu

mentranspor oksigen.

Page | 11

Page 12: Makalah Amami Kel 2

2. Penguat Rasa

a. Chinese Restaurant Syndrome

Tahun 1968 dr. Ho Man Kwok menemukan penyakit pada pasiennya

yang gejalanya cukup unik. Leher dan dada panas, sesak napas, disertai

pusing-pusing. Pasien itu mengalami kondisi ini sehabis menyantap

masakan cina di restoran. Masakan cina memang dituding paling

banyak menggunakan MSG. Karena itulah gejala serupa yang dialami

seseorang sehabis menyantap banyak MSG disebut Chinese Restaurant

Syndrome.

b. Kerusakan Jaringan Sel Otak

Hasil penelitan Olney di St. Louis. Tahun 1969 ia mengadakan

penelitian pada tikus putih muda. Tikus-tikus ini diberikan MSG

sebanyak 0,5 – 4 mg per gram berat tubuhnya. Hasilnya tikus-tikus

malang ini menderita kerusakan jaringan otak. Namun penelitian

selanjutnya menunjukkan pemberian MSG yang dicampur dalam

makanan tidak menunjukkan gejala kerusakan otak.

Asam glutamat meningkatkan transmisi signal dalam otak, gamma-

asam aminobutrat menurunkannya. Oleh karenanya, mengkonsumsi

MSG berlebihan pada beberapa individu dapat merusak kesetimbangan

antara peningkatan dan penurunan transmisi signal dalam otak

c. Kanker

MSG menimbulkan kanker betul adanya kalau kita melihatnya dari

sudut pandang berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat

pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu lama. pirolisis ini

sangat karsinogenik. Padahal masakan protein lain yang tidak ditambah

MSG pun, bisa juga membentuk senyawa karsinogenik bila dipanaskan

dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang lama. Karena asam amino

penyusun protein, seperti triptopan, penilalanin, lisin, dan metionin juga

dapat mengalami pirolisis dari penelitian tadi jelas cara memasak amat

berpengaruh.

Page | 12

Page 13: Makalah Amami Kel 2

d. Alergi

MSG tidak mempunyai potensi untuk mengancam kesehatan

masyarakat umum, tetapi juga bahwa reaksi hypersensitif atau alergi

akibat mengkonsumsi MSG memang dapat terjadi pada sebagian kecil

sekali dari konsumen. Beberapa peneliti bahkan cenderung berpendapat

nampaknya glutamat bukan merupakan senyawa penyebab yang efektif,

tetapi besar kemungkinannya gejala tersebut ditimbulkan oleh senyawa

hasil metabolisme seperti misalnya GABA (Gama Amino Butyric

Acid), serotinin atau bahkan oleh histamin (Winarno 2004).

3. Pengatur Keasaman

Pada umumnya, semua bahan kimia jika dipakai dalam jumlah

berlebihan akan bersifat racun, baik pada hewan maupun pada manusia.

Beberapa bahan asam sifatnya sangat korosif, sehingga pada saat masuk ke

mulut akan terasa panas yang membakar disertai dengan rasa sakit yang

tidak terhingga.

Gejala racun dari asam adalah

a. Korosif pada selaput lender mulut, kerongkongan, disertai dengan sakit,

dan sukar menelan. Dapat menyebabkan jaringan mati dan perubahan

warna dari putih menjadi kelabu kemudian menghitam.

b. Sakit di daerah lambung.

c. Luka yang bergelembung. Gelembung yang terjadi pada kulit dapat

pecah dan terjadi peradangan.

Basa juga dapat memberi sifat korosif pada jaringan. Bahan

tersebut dapat mempunyai sifat melarutkan protein dan mempunyai

kemampuan menarik air dari jaringan sel-sel tubuh sehingga jaringan

menjadi lunak, bergelembung, dan warnanya menjadi kecokelatan

(Cahyadi, 2009).

Page | 13

Page 14: Makalah Amami Kel 2

E. Metode Analisa Antikempal, Penguat Rasa, dan Pengatur Keasaman

1. Antikempal (Andarwulan, 2010)

Bahan antikempal umumnya mengandung logam alkali (kalium

dan natrium). Alkali tanah (magnesium dan kalsium), aluminium dengan

anion-anion silikat, dan fosfat. Sehingga untuk analisisnya dilakukan

analisis terhadapa kation-kation dan anionnya. Metode analisis yang

digunakan adalah gravimetric dan titrimetri. Ada beberapa metode analisis

pada bahan antikempal, sebagai berikut :

a. Silica dengan Metode gravimetric

Dimulai dengan preparasi sampel yakni sampel padat dikeringkan,

digiling dalam mortar dan ditimbang. Sampel dimasukkan dalam krus

platina yang tidak tertutup dan dipanaskan dengan api sampai kertas

gosong. Krus ditutup dan dibakar dengan hati-hati, kemudian ditutup

semua dan dimasukkan dalam oven dengan suhu 1150 – 1200 0 C.

Didinginkan dalam desikator dan ditimbang (W) diulangi sampai berat

konstan. Ditambahkan 1 mL air, 2 tetes asam sulfat, dan 10 ml HCl,

kemudian diuapkan sampai kering dan dipanaskan selama 2 menit pada

suhu 1050 – 1100 0C, didinginkan dalam desikator dan ditimbang (B).

Dihitung gram SiO2 dalam sampel = W-B

Gram Si = gram SiO2 x 0,4674

b. Aluminium secara Kolometri

Penentuan aluminium secara kolometri ini menggunakan beberapa

pereaksi sebagai berikut :

1) Dimasukkan larutan standar aluminium (100 µg Al/ml), 0.100

g/logam Al murni dalam beaker 30 ml, kemudian ditambahakan

HCl dengan perbandingan 1 : 1. Larutan campuran ditutup dengan

kaca arloji dan dipanaskan sampai logam Al larut secara sempurna,

kemudian diencerkan dengan 1 liter air.

Page | 14

Page 15: Makalah Amami Kel 2

2) Larutan kerja 40 µg/ml, diambil larutan stok sebayak 20 ml

kemudian diencerkan sampai tepat 500 ml.

3) Larutan aluminium, dibuat dengan melarutkan masing-masing

larutan 0,5 g ammonium aurintrikarboksilat dalam 100 ml, 10 g

acacia (gum arab) dalam 200 mldan 100 g NH4CH3COO dalam

400 ml. Larutan acacia disaring dan ditambahkan 56 ml HCl ke

dalam NH4CH3COO dan pH diatur sampai dengan 4,5 dengan

HCl/NH4OH. Ketiga larutan kemudian dicampurkan dan

diencerkan sampai 1 liter dengan akuades.

4) Larutan anti foaming dibuat dengan mendispersikan 0,03 g silicon

defoamer dalam 100 ml air.

5) Larutan asam thioglycolik, dibuat dari pengeceran 1 ml

HSCH2COOH dengan air sampai 100 ml.

Larutan pereaksi telah selesai dibuat, kemudian dilakukan

pembuatan kurva standar dengan membuat larutan standar dengan

berbagai kadar yakni, 0,4; 20; 40; 60 dan 80 µg Al dalam labu ukur

100 ml. Pada tahap penentuan Aluminium dimulai dengan

memindahkan aliquot (20 ml mengandung kurang dari 80 µg Al)

sampel kedalam labu ukur 100 ml, kemudian diencerkan sampai 20

ml dengan air dan ditambah 2 ml larutan d; 0,5 larutan c; dan 10 ml

larutan b. Labu ukur yang berisi larutan diletakkan dalam air

mendidih selama 20 menit. Didinginkan selama 30 menit dan

diencerkan dengan air sampai volume 100 ml. pada tahap akhir

larutan standar dengan berbagai kadar yakni, 0,4; 20; 40; 60 dan 80

µg Al dibaca absorbansinya dan ditentukan dengan kurva standar

kemudian diketahui konsentrasi dari aluminium.

Page | 15

Page 16: Makalah Amami Kel 2

2. Penguat Rasa (Riswiyanto, 2009)

a. Penentuan Kadar NaCl secara Argentometri Mohr (AOAC Method

960.29)

Pengendapan ion klorida dalam suasana netral dengan larutan baku

perak nitrat (AgNO3) dan menggunakan K2CrO4 5% sebagai indikator.

Permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida (AgCl) dan setelah

titik ekuivalen, penambahan sedikit perak nitrit (AgNO3) akan bereaksi

dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat (Ag2CrO4)

yang berwarna merah bata.

3. Pengatur Keasaman (Riswiyanto, 2009)

a. pH meter

Elektroda dari pH meter dicelupkan ke dalam larutan bufer terlebih

dahulu untuk kalibrasi alat. Kemudian dicelupkan ke dalam larutan

sample yang akan dianalisis keasamannya (pH) berapa nilai pH-nya

akan tertera langsung pada layar digital pH meter tersebut.

b. Metode titrasi asam basa

Menentukan asam laktat dalam susu 20ml sample dimasukan

kedalam beaker glass dengan diberi latar belakang berwarna putih.

Ditambahkan indikator pp kedalamnya dan titrasi larutan susu tersebut

dengan larutan standart 0,1 N NaOH hingga mencapai titik akhir titrasi,

yaitu ditandai dengan perubahan warna menjadi merah muda yang

konstan selama 1 menit. Harga keasaman yang diperoleh merupakan

presentase dari berat asam laktat (1ml dari 0,1 N NaOH adalah

ekuivalen dengan 0,090 gr asam laktat).

c. Metode spektrofotometri

1) Metode ini dapat digunakan untuk menghitung asam α dan asam β.

Ditimbang 5 ± 0,001 gr sample, masukan kedalam labu 200ml.

Dipipet 100ml benzen, dicampurkan sampel dalam labu. Dikocok

selama 30menit menggunakan vortex, lalu ditimbang kembali. Jika

Page | 16

Page 17: Makalah Amami Kel 2

kehilangan berat lebih dari 0,2 – 0,3 gr diulangi lagi perlakuan

tersebut mulai dari awal.

2) Ditambahkan metanol kedalam benzen, kemudian dipipet 5ml

benzen ke dalam labu 50ml dan ditambahkan metanol sampai tanda

batas (I) kemudian diambil 4ml larutan tersebut, dimasukan

kedalam tabung 50ml ditambah metanol sampai tanda batas (II).

Dipipet 4ml larutan (I) ke dalam larutan (II) pada tabung 100ml.

Dilakukan pengukuran absorban dari larutan tersebut menggunakan

spektrofotometer pada λ 275, 325, dan 355 nm, sebelumnya

dilakukan pengesetan alat untuk nol absorban menggunakan larutan

blanko ditambahakan 5ml benzen dan metanol yang akan sama

atau sebanding dengan sampel.

Page | 17

Page 18: Makalah Amami Kel 2

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan antikempal

adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah mengempalnya

makanan yang berupa serbuk, tepung, atau bubuk. Penyedap rasa dan

aroma, penguat rasa adalah bahan tambahan makanan yang dapat

memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Pengatur

keasaman adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan,

menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Zat aditif

ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat

keasaman makanan.

B. Saran

Penulis berharap agar penulisan makalah ini, memberikan

pengetahuan kepada masyarakat atau pembaca secara luas supaya

mengetahui informasi tentang analisis kadar air. Penulis mengharapkan

saran dari pembaca supaya bisa menulis dan membuat makalah yang lebih

sempurna lagi.

Page | 18

Page 19: Makalah Amami Kel 2

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, Nuri, Feri Kusnandar, dan Dian Herawati. 2010. Analisis Pangan.

Jakarta: Dian Rakyat

Cahyadi, Wisnu. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan

(BTP). Jakarta : Bumi Aksara

DeMan, M. John. 1997. Kimia Makanan. Bandung : ITB Press.

Dewi, Kusuma Amalia. 2012. Pengatur Keasaman, (Online),

[http://tepegeee.blogspot.com/2012/08/pengatur-keasaman.html] diakses

pada tanggal 1 Juni 2015.

Estiasih, Teliti dan Ahmadi. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta : Bumi

Aksara.

Keenan, W. Charles. Dkk. 1986. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta :

Erlangga.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1998. Bahan

Tamabahan Pangan.

Puspaningtyas, Tania. 2012. Bahan Tambahan Pangan, (Online),

[http://taniapuspaningtyas.blogspot.com/2013/02/bahan-tambahan-

makanan-pengawet-1.html] diakses pada tanggal 2 Juni 2015.

Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Siahaan, Derman. 2013. Bahan Tambahan Pangan Pengatur Keasaman, (Online),

[http://fungsiumum.blogspot.com/2013/06/bahan-tambahan-pangan-

pengaturan.html] diakses pada tanggal 1 Juni 2015.

Susilawati, Noviana. 2014. Pengatur Keasaman, (Online),

[http://novianasusilawati.blogspot.com/2014/07/bab-1-pendahuluan-

latar-belakang-bahan-7687.html] diakses pada tanggal 1 Juni 2015.

SNI 01-0222-1995 tentang Bahan Tambahan Makanan. Jakarta : Dewan

Standarisasi Nasional.

Page | 19

Page 20: Makalah Amami Kel 2

LAMPIRAN

Page | 20