Makalah Kel 10

21

Click here to load reader

Transcript of Makalah Kel 10

Page 1: Makalah Kel 10

MAKALAH

PENYIMPULAN LANGSUNG (KONVERSI)

DALAM KETUHANAN, KEMANUSIAAN, PERSATUAN,

KERAKYATAN DAN KEADILAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Logika

Dosen Pengampu :

Noorochmat Isdaryanto, M.Si

Prof. Dr. Suyahmo, M.Si

Oleh :

Penny Trianawati 3301409041

Siti Khomisatun 3301409050

Rizal Akhmad P 3301409100

HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 2: Makalah Kel 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis dan sekaligus sebagai dasar

filsafat, oleh karena itu untuk berfilsafat yang baik harus dilandasi logika, agar

penalarannya logis dan kritis. Di samping itu logika juga sebagai sarana ilmu, sama halnya

matematika dan statistika, karena semua ilmu harus didukung oleh penalaran logis dan

sistematis yang merupakan salah satu syarat sifat ilmiah.

Istilah logika,dari segi etimologis, berasal dari kata Yunani logos yang digunakan

dengan beberapa arti, seperti ‘ucapan, bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal budi, ilmu’

(Poespoprodjo, 1981: 2). Dari kata logos kemudian diturunkan kata sifat logis yang sudah

sangat sering terdengar dalam percakapan kita sehari-hari. Orang berbicara tentang

perilaku yang logis sebagai lawan terhadap perilaku yang tidak logis,tentang tata cara yang

logis, tentang penjelasan yang logis, tentang jalan pikiran yanglogis, dan sejenisnya.

Dalam semua kasus itu, kata logis

digunakan dalam arti yang kurang lebih sama dengan ‘masuk akal’; singkatnya,

segala sesuatu yang sesuai dengan,dan dapat diterima oleh akal sehat. Dengan hanya

berdasar kepada arti etimologis itu, apa sebetulnya logika masih belum dapat diketahui.

Agar dapat memahami dengan sungguh-sungguh hakekat logika, sudah barang tentu orang

harus mempelajarinya. Untuk maksud itu, kiranya tepat kalau,sebagai suatu perkenalan

awal, terlebih dahulu dikemukakan di sini sebuah definisimengenai istilah logika

itu.Dalam bukunya Introduction to Logic, Irving M. Copi mendefinisikan logikasebagai

suatu studi tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan

dalammembedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak tepat (Copi, 1976: 3).

Dengan menekankan pengetahuan tentang metode-metode dan prinsip-prinsip,

definisi ini hendak menggarisbawahi pengertian logika semata-mata sebagai ilmu. Definisi

ini tidak bermaksud mengatakan bahwa seseorang dengan sendirinya mampu bernalar

atau berpikir secara tepat jika ia mempelajari logika. Namun, di lain pihak, harus

diakui bahwa orang yang telah mempelajari logika–jadi sudah memiliki pengetahuan

mengenai metode metode dan prinsip-prinsip berpikir–mempunyai kemungkinan lebih

besar untuk berpikir secara tepat ketimbang orang yang sama sekali tidak pernah

berkenalandengan prinsip-prinsip dasar yang melandasi setiap kegiatan penalaran. Dengan

Page 3: Makalah Kel 10

ini hendak dikatakan bahwa suatu studi yang tepat tentang logika tidak hanya

memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan mengenai metode-metode

dan prinsip-prinsip berpikir tepat, melainkan juga membuat orang yang

bersangkutanmampu berpikir sendiri secara tepat dan kemudian mampu membedakan

penalaran yangtepat dari penalaran yang tidak tepat. Ini semua menunjukkan bahwa logika

tidak hanyamerupakan suatu ilmu (science), tetapi juga suatu seni (art).

Dengan kata lain, logika tidak hanya menyangkut soal pengetahuan, melainkan

juga soal kemampuan atau ketrampilan. Kedua aspek ini berkaitan erat satu sama lain.

Pengetahuan mengenai metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir harus dimiliki bila

seseorang ingin melatih kemampuannya dalam berpikir; sebaliknya, seseorang hanya bisa

mengembangkan keterampilannya dalam berpikir bila ia sudah menguasai metode-metode

dan prinsip- prinsip berpikir. Namun, sebagaimana sudah dikatakan, pengetahuan tentang

metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir tidak dengan sendirinya memberikan jaminan

bagi seseorangdapat terampil dalam berpikir. Keterampilan berpikir itu harus terus-

menerus dilatih dandikembangkan. Untuk itu, mempelajari logika, khususnya logika

formal secaraakademis sambil tetap menekuni latihan-latihan secara serius, merupakan

jalan palingtepat untuk mengasah dan mempertajam akal budi. Dengan cara ini, seseorang

lambat-laun diharapkan mampu berpikir sendiri secara tepat dan, bersamaan dengan itu,

mampu pula mengenali setiap bentuk kesesatan berpikir, termasuk kesesatan berpikir yang

dilakukannya sendiri.

Manusia dapat dikatakan telah mengadakan penilaian apabila ia dapat

menghubung-hubungkan dan membandingkan pengertian-pengertian sehingga merupakan

suatu putusan (judgement). Dari putusan atau proposisi ini sebagai pangkal dari

pengetahuan yang bergerak menjadi pengetahuan yang baru yang berupa suatu

penyimpulan (inference). Penyimpulan dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan manusia

dengan akal budinya, di mana dari pengetahuan yang dimiliki dan berdasarkan

pengetahuan itu bergerak maju untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

Namun demikian kadang-kadang manusia dapat memperoleh pengetahuan baru

tanpa mendasarkan pada pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan yang semacam ini

dinamakan pengetahuan intuitif atau disebut pengetahuan sebagai hasil pemikiran

langsung. Penyimpulan sebagai hasil pemikiran tidak langsung selalu mendasarkan diri

pada pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Pemikiran tidak langsung merupakan

suatu proses. Proses berarti adanya gerak atau perpindahan, perkembangan dari satu

pengetahuan ke pengetahuan yang lain.

Page 4: Makalah Kel 10

Berdasarkan latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas mengenai

memperoleh pengetahuan baru melalui penyimpulan langsung yang secara lebih khusus

tentang penalaran konversi dengan menggunakan contoh ke-Tuhanan, Kemanusiaan,

Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari penyimpulan langsung?

2. Apa yang dimaksud dengan penalaran konversi?

3. Bagaimana contoh penalaran konversi dengan menggunakan contoh ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan?

Page 5: Makalah Kel 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyimpulan Langsung

Penyimpulan (konklusi) dalam bahasa artinya mencari dalil, mencari keterangan,

mencari indikator atau mencari petunjuk, sebab dengan indikator ini dapat diperoleh

pengertian sebagai kesimpulan /natijah/konklusi. Penyimpulan dapat diartikan sebagai

proses mental yang bertolak dari satu atau lebih proposisi menuju beberapa proposisi yang

yang lain secara konsekuen yang berkaitan dengan proposisi sebelumnya. Penyimpulan

juga merupakan proses pengkombinasian proposisi-proposisi sehingga menghasilkan suatu

proposisi baru yang disebut kesimpulan. 

Penyimpulan langsung adalah penyimpulan yang didalamnya secara langsung

bergerak dari suatu premis tunggal menuju pada suatu kesimpulan. Dalam penyimpulan

langsung kita bertolak dari satu proposisi ke proposisi lain yang berbeda, tetapi yang

berkaitan logis dengannya. Kita dapat menyimpulkan secara langsung suatu proposisi

dengan memakai subjek dan predikat yang sama. 

Penyimpulan langsung berakhir hanya dalam suatu proposisi baru dan bukan dalam

kebenaran baru. Dari kebenaran atau kesalahan yang ada, kita menarik kebenaran atau

kesalahan proposisi yang lain yang perlu mengikutinya, misalnya: tidak ada orang

indonesia adalah malaikat, kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada malaikat adalah

orang indonesia. Contoh lain, jika semua orang indonesia adalah orang Asia (benar), maka

mengatakan tidak ada orang indonesia adalah orang Asia (salah). 

Penyimpulan langsung disebut juga dengan penalaran edukasi. Penyimpulan

langsung berarti juga menarik kesimpulan hanya dari satu pangkal pikir atau premis.

Pengolahan term dalam edukasi dapat juga berbentuk penukaran kedudukan term atau

berbentuk menegasikan term atau juga kedua-duanya. Penalaran edukasi ini secara

sederahana ada tiga macam, yaitu konversi, inversi dan kontraposisi. Adapun proposisi

yang berperan sebagai pangkal pikirnya . Terdapat 7 macam proposisi yang merupakan

penjabaran dari 4 macam proposisi katagoris, diantaranya yaitu:

(S = P) : Semua S adalah P

(S⊂P) : Semua S adalah P

(S ≠ P) : Semua S bukan P

(S ∩P) : Sebagian S adalah P

Page 6: Makalah Kel 10

(P⊃S) : Sebagian S adalah P

(S − P) : Sebagian S bukan P

(S ∂ P) : Sebagian S bukan P

B. Penalaran Konversi

Konversi merupakan penyimpulan langsung dengan cara menukar kedudukan subjek

dan predikat dari suatu proposisi tanpa mengubah makna yang dikandungnya. Menukar

kedudukan yang dimaksud di sini ialah, term sebagai subjek dalam premis menjadi

predikat dalam kesimpulan, dan sebaliknya term sebagai predikat dalam premis menjadi

subjek dalam kesimpulan. Penyimpulan bentuk konversi kuantitas proposisi ada yang

sama dan ada yang berubah atau dengan kata lain konversi sama kuantitas dan konversi

beda kuantitas.Proposisi yang dikonversikan yang tetap sama kuantitasnya ada 3 macam,

yaitu:

1) (S = P) = (P = S)

“Semua makhluk hidup membutuhkan makan”. Pernyataan ini identik dengan “yang

membutuhkan makan adalah semua mahluk hidup”. Dua pernyataan ini kuantitasnya,

ruang lingkupnya adalah sama, identik.

2) (S ≠ P) = (P ≠ S)

“Semua mahluk hidup yang bernama manusia adalah bukan golongan binatang”.

Pernyataan ini identik dengan “semua makhluk hidup golongan binatang tidak sama

dengan makhluk hidup yang bernama manusia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya,

ruang lingkupnya adalah sama, identik.

3) (S ∩ P) = (P ∩ S)

“Sebagian warga negara indonesia adalah beragama nasrani”. Pernyataan ini identik

dengan “sebagian yang beragama nasrani adalah warga negara indonesia”. Dua

pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.

Sedangkan proposisi yang dikonversikan berubah bentuk dari universal ke partikular

dan sebaliknya, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama adalah sebagai

berikut:

1. (S⊂P) = (P⊃S) :

“Semua manusia membutuhkan makan”. Proposisi atau pernyataan universal

affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berubah menjadi proposisi atau

Page 7: Makalah Kel 10

pernyataan partikular affirmatif implikasi, yakni “sebagian yang membutuhkan makan

adalah makhluk manusia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu universal dan yang

lain bersifat partikular, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama,

yaitu terletak pada term “manusia” dan term “makan”.

2. (S⊃P) = (P⊂S) :

“Sebagian makhluk hidup adalah manusia”. Proposisi atau pernyataan partikular

affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berrubah menjadi proposisi atau

pernyataan universal affirmatif implikasi, yakni “semua manusia adalah golongan

makhluk hidup”. Meskipun dua proposisi itu yang satu partikular dan yang lain

bersifat universal, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama, yaitu

terletak pada term “makhluk hidup” dan term “manusia”.

C. Konversi (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan Dan Keadilan)

1. KeTuhanan

(S = P) = (P = S) :

“Semua rakyat Indonesia menjunjung tinggi nilai ketuhanan” Pernyataan ini identik

dengan “yang menjunjung tinggi nilai ketuhanan adalah semua rakyat Indonesia”.

Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.

(S ≠ P) = (P ≠ S) :

“Semua bangsa Indonesia adalah bukan penganut komunis” Pernyataan ini identik

dengan “semua bangsa yang menganut komunis tidak sama dengan bangsa

Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.

(S ∩ P) = (P ∩ S) :

“Sebagian warga negara indonesia adalah beragama Islam”. Pernyataan ini identik

dengan “sebagian yang beragama islam adalah warga negara indonesia”. Dua

pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.

(S⊂P) = (P⊃S) :

“Semua rakyat Indonesia ber-KeTuhanan Yang Maha Esa” Proposisi atau pernyataan

universal affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berubah menjadi proposisi

atau pernyataan partikular affirmatif implikasi, yakni “sebagian yang ber-KeTuhanan

Yang Maha Esa adalah rakyat Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu

universal dan yang lain bersifat partikular, tetapi ruang lingkupnya atau luas

cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “Rakyat Indonesia” dan term

“KeTuhanan Yang Maha Esa”.

Page 8: Makalah Kel 10

(S⊃P) = (P⊂S) :

“Sebagian rakyat Indonesia beragama”. Proposisi atau pernyataan partikular

affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berrubah menjadi proposisi atau

pernyataan universal affirmatif implikasi, yakni “semua yang beragama adalah rakyat

Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu partikular dan yang lain bersifat

universal, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak

pada term “ Rakyat Indonesia” dan term “beragama”.

2. Kemanusiaan

(S = P) = (P = S) :

“Semua rakyat Indonesia menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban asasi”

Pernyataan ini identik dengan “yang menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban

asasi adalah semua rakyat Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang

lingkupnya adalah sama, identik.

(S ≠ P) = (P ≠ S) :

“Semua bangsa Indonesia tidak boleh melakukan perbuatan yang melanggar SARA”

Pernyataan ini identik dengan “semua perbuatan yang melanggar SARA tidak boleh

dilakukan oleh semua bangsa Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang

lingkupnya adalah sama, identik.

(S ∩ P) = (P ∩ S) :

“Sebagian rakyat indonesia berani membela kebenaran dan keadilan”. Pernyataan ini

identik dengan “sebagian yang berani membela kebenaran dan keadilan adalah rakyat

indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.

(S⊂P) = (P⊃S) :

“Semua bangsa Indonesia menjunjung tinggi HAM” Proposisi atau pernyataan

universal affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berubah menjadi proposisi

atau pernyataan partikular affirmatif implikasi, yakni “sebagian yang menjunjung

tinggi HAM adalah bangsa Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu

universal dan yang lain bersifat partikular, tetapi ruang lingkupnya atau luas

cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “Bangsa Indonesia” dan term

“HAM”.

(S⊃P) = (P⊂S) :

“Sebagian rakyat Indonesia melakukan kegiatan kemanusiaan”. Proposisi atau

pernyataan partikular affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berrubah menjadi

Page 9: Makalah Kel 10

proposisi atau pernyataan universal affirmatif implikasi, yakni “semua yang

melakukan kegiatan kemanusiaan adalah rakyat Indonesia”. Meskipun dua proposisi

itu yang satu partikular dan yang lain bersifat universal, tetapi ruang lingkupnya atau

luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “ Rakyat Indonesia” dan term

“kemanusiaan”.

3. Persatuan

(S = P) = (P = S) :

“Semua rakyat Indonesia harus rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara”

Pernyataan ini identik dengan “yang harus rela berkorban demi kepentingan bangsa

dan negara adalah semua rakyat Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang

lingkupnya adalah sama, identik.

(S ≠ P) = (P ≠ S) :

“Semua bangsa Indonesia tidak boleh melanggar ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” Pernyataan ini identik dengan

“semua perbuatan yang melanggar ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial tidak boleh dilakukan oleh semua bangsa

Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.

(S ∩ P) = (P ∩ S) :

“Sebagian rakyat indonesia mempunyai rasa nasionalisme”. Pernyataan ini identik

dengan “sebagian yang mempunyai rasa nasionalisme adalah rakyat indonesia”. Dua

pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.

(S⊂P) = (P⊃S) :

“Semua bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan”

Proposisi atau pernyataan universal affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan

berubah menjadi proposisi atau pernyataan partikular affirmatif implikasi, yakni

“sebagian yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan adalah bangsa

Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu universal dan yang lain bersifat

partikular, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak

pada term “Bangsa Indonesia” dan term “nilai-nilai persatuan dan kesatuan”.

(S⊃P) = (P⊂S) :

“Sebagian rakyat Indonesia cinta tanah air Indonesia”. Proposisi atau pernyataan

partikular affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berrubah menjadi proposisi

atau pernyataan universal affirmatif implikasi, yakni “semua yang cinta tanah air

Page 10: Makalah Kel 10

Indonesia adalah rakyat Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu partikular

dan yang lain bersifat universal, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap

sama, yaitu terletak pada term “ Rakyat Indonesia” dan term “cinta tanah air

Indonesia”.

4. Kerakyatan

(S = P) = (P = S) :

“Semua rakyat Indonesia melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat”

Pernyataan ini identik dengan “yang melakukan musyawarah untuk mencapai

mufakat adalah semua rakyat Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang

lingkupnya adalah sama, identik.

(S ≠ P) = (P ≠ S) :

“Semua bangsa Indonesia tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain”

Pernyataan ini identik dengan “semua perbuatan memaksakan kehendak kepada orang

lain tidak boleh dilakukan oleh semua bangsa Indonesia”. Dua pernyataan ini

kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.

(S ∩ P) = (P ∩ S) :

“Sebagian rakyat indonesia mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan

pribadi dan golongan”. Pernyataan ini identik dengan “sebagian yang mengutamakan

kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan adalah rakyat

indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.

(S⊂P) = (P⊃S) :

“Semua bangsa Indonesia menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam

musyawarah” Proposisi atau pernyataan universal affirmatif implikasi itu setelah

dikonversikan berubah menjadi proposisi atau pernyataan partikular affirmatif

implikasi, yakni “sebagian yang menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai

dalam musyawarah adalah bangsa Indonesia”. Meskipun dua proposisi itu yang satu

universal dan yang lain bersifat partikular, tetapi ruang lingkupnya atau luas

cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “Bangsa Indonesia” dan term

“Keputusan yang dicapai dalam musyawarah”.

(S⊃P) = (P⊂S) :

“Sebagian rakyat Indonesia memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil untuk

melaksanakan permusyawaratan”. Proposisi atau pernyataan partikular affirmatif

implikasi itu setelah dikonversikan berrubah menjadi proposisi atau pernyataan

Page 11: Makalah Kel 10

universal affirmatif implikasi, yakni “semua yang memberikan kepercayaan kepada

wakil-wakil untuk melaksanakan permusyawaratan adalah rakyat Indonesia”.

Meskipun dua proposisi itu yang satu partikular dan yang lain bersifat universal, tetapi

ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “ Rakyat

Indonesia” dan term “kepercayaan kepada wakil-wakil”.

5. Keadilan

(S = P) = (P = S) :

“Semua bangsa Indonesia adalah bangsa yang sadar hukum” Pernyataan ini identik

dengan “yang sadar hukum adalah semua bangsa Indonesia”. Dua pernyataan ini

kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.

(S ≠ P) = (P ≠ S) :

“Semua rakyat Indonesia tidak boleh merugikan kepentingan umum” Pernyataan ini

identik dengan “semua perbuatan yang merugikan kepentingan umum tidak boleh

dilakukan oleh semua rakyat Indonesia”. Dua pernyataan ini kuantitasnya, ruang

lingkupnya adalah sama, identik.

(S ∩ P) = (P ∩ S) :

“Sebagian pejabat indonesia melakukan korupsi”. Pernyataan ini identik dengan

“sebagian yang melakukan korupsi adalah pejabat indonesia”. Dua pernyataan ini

kuantitasnya, ruang lingkupnya adalah sama, identik.

(S⊂P) = (P⊃S) :

“Semua bangsa Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama” Proposisi atau

pernyataan universal affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berubah menjadi

proposisi atau pernyataan partikular affirmatif implikasi, yakni “sebagian yang

mempunyai hak dan kewajiban yang sama adalah bangsa Indonesia”. Meskipun dua

proposisi itu yang satu universal dan yang lain bersifat partikular, tetapi ruang

lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “Bangsa

Indonesia” dan term “hak dan kewajiban yang sama”.

(S⊃P) = (P⊂S) :

“Sebagian rakyat Indonesia menghormati hak-hak orang lain”. Proposisi atau

pernyataan partikular affirmatif implikasi itu setelah dikonversikan berubah menjadi

proposisi atau pernyataan universal affirmatif implikasi, yakni “semua yang

menghormati hak-hak orang lain adalah rakyat Indonesia”. Meskipun dua proposisi

itu yang satu partikular dan yang lain bersifat universal, tetapi ruang lingkupnya atau

Page 12: Makalah Kel 10

luas cakupannya tetap sama, yaitu terletak pada term “ Rakyat Indonesia” dan term

“hak-hak orang lain”.

Page 13: Makalah Kel 10

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penyimpulan langsung adalah penyimpulan yang didalamnya secara langsung

bergerak dari suatu premis tunggal menuju pada suatu kesimpulan. Dalam penyimpulan

langsung kita bertolak dari satu proposisi ke proposisi lain yang berbeda, tetapi yang

berkaitan logis dengannya. Kita dapat menyimpulkan secara langsung suatu proposisi

dengan memakai subjek dan predikat yang sama. 

Penyimpulan langsung berakhir hanya dalam suatu proposisi baru dan bukan dalam

kebenaran baru. Dari kebenaran atau kesalahan yang ada, kita menarik kebenaran atau

kesalahan proposisi yang lain yang perlu mengikutinya.

Konversi merupakan penyimpulan langsung dengan cara menukar kedudukan subjek

dan predikat dari suatu proposisi tanpa mengubah makna yang dikandungnya. Menukar

kedudukan yang dimaksud di sini ialah, term sebagai subjek dalam premis menjadi

predikat dalam kesimpulan, dan sebaliknya term sebagai predikat dalam premis menjadi

subjek dalam kesimpulan. Penyimpulan bentuk konversi kuantitas proposisi ada yang

sama dan ada yang berubah atau dengan kata lain konversi sama kuantitas dan konversi

beda kuantitas.Proposisi yang dikonversikan yang tetap sama kuantitasnya ada 3 macam,

yaitu:

1. (S=P)=(P=S)

2. (S≠P)=(P≠S)

3. (S∩P)=(P∩S)

Sedangkan proposisi yang dikonversikan berubah bentuk dari universal ke partikular

dan sebaliknya, tetapi ruang lingkupnya atau luas cakupannya tetap sama adalah sebagai

berikut:

1. (S⊂P) = (P⊃S)

2. (S⊃P) = (P⊂S):

Page 14: Makalah Kel 10

DAFTAR PUSTAKA

Suyahmo. 2008. Logika. Semarang : Hukum dan Kewarganegaraan FIS UNNES

Mufid, Muhammad. 2008. Dasar-Dasar Logika. Jakarta : Pusat Pengembangan Bahan Ajar

UMB

Anonim. 2008. Penyimpulan Langsung (notexabasoka.blogspot.com) di akses 04/06/2012.