Makalah Kel 5_ok

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap siswa dapat dipastikan memiliki perilaku dan karakteristik yang cenderung berbeda. Dalam pembelajaran, kondisi ini penting untuk diperhatikan karena dengan mengidentifikasi kondisi awal siswa saat akan mengikuti pembelajaran dapat memberikan informasi penting untuk guru dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen- komponen strategi pengajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik awal siswa dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan unutk menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Dengan demikian, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah bertujuan untuk menentukan apa yang harus diajarkan dan yang tidak perlu diajarkan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Karena itu, kegiatan ini sama sekali bukan untuk menentukan pra syarat dalam menyeleksi siswa sebelum mengikuti pebelajaran. Wina Sanjaya (2008, 17) mengemukakan karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 1

Transcript of Makalah Kel 5_ok

Page 1: Makalah Kel 5_ok

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap siswa dapat dipastikan memiliki perilaku dan karakteristik yang

cenderung berbeda. Dalam pembelajaran, kondisi ini penting untuk diperhatikan karena

dengan mengidentifikasi kondisi awal siswa saat akan mengikuti pembelajaran dapat

memberikan informasi penting untuk guru dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang

berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen

strategi pengajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa

sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

Kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik awal siswa dalam

pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya

dan unutk menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Dengan

demikian, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah bertujuan

untuk menentukan apa yang harus diajarkan dan yang tidak perlu diajarkan dalam

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Karena itu, kegiatan ini sama sekali bukan untuk

menentukan pra syarat dalam menyeleksi siswa sebelum mengikuti pebelajaran.

Wina Sanjaya (2008, 17) mengemukakan karakteristik siswa merupakan salah

satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek

atau kualitas individu siswa. Aspek-aspek berkaitan dapat berupa bakat, minat, sikap,

motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar)

yang telah dimilikinya.

Keterampilan siswa yang ada di dalam kelas sangat heterogen. Sebagian siswa

sudah banyak tahu, sebagian lagi belum tahu sama sekali tentang materi yang diajarkan

di kelas. Bila pengajar mengikuti kelompok siswa yang pertama, kelompok yang kedua

merasa ketinggalan kereta, yaitu tidak dapat menangkap pelajaran yang diberikan.

Sebaliknya, bila pengajar mengikuti kelompok yang kedua, yaitu mulai dari bawah,

kelompok pertama akan merasa tidak belajar apa-apa dan bosan. 

Keberhasilan proses belajar-mengajar sebagian dipengaruhi oleh keadaan awal

yang dimiliki siswa, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Keadaan awal

siswa yang heterogen dengan latar belakang serta kemampuan yang berbeda-beda akan

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 1

Page 2: Makalah Kel 5_ok

jadi  implikasi terhadap penyusunan bahan belajar dan sistem instruksional, dan hal ini

juga akan jadi penghambat bagi proses pencapaian tujuan instruksional bila sejak awal

pengajar tidak mengidentifikasi perilaku dan karakteristik siswa yang akan diajar

Atwi Suparman (2012, 17) mengemukan untuk mengatasi heterogen siswa di

dalam kelas, ada dua pendekatan yang dapat dipilih. Pertama, siswa menyesuaikan

dengan materi pelajaran dan kedua, sebaiknya materi pelajaran disesuaikan dengan

siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik

siswa?

2. Apa manfaat mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik siswa ?

3. Bagaimana cara melaksanakannya?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan dapat memberikan uraian mengenai kegiatan

mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, manfaatnya, dan bagaimana cara

melaksanakannya.

1.4 Manfaat Pembahasan

Penyusunan makalah ini diharapkan  dapat memberi manfaat secara :

a. Teoritis, yaitu untuk mengkaji pemahaman mengenai kegiatan mengidentifikasi

perilaku dan karakteristik awal siswa, manfaatnya, dan

bagaimana cara melakukannya.

b. Praktis, dapat bermanfaat bagi mahasiswa supaya memahami pengetahuan

mengenai kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, agar

dapat memanfaatkannya dalam menerapkan selaku seorang perencana/perancang

instruksional pengajaran.

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 2

Page 3: Makalah Kel 5_ok

BAB II

MENGIDENTIFKASI PERILAKU DAN KARAKTERISTIL AWAL SISWA

2.1 Mengidentifikasi Perilaku Awal Siswa

Kegiatan mengidentifikasi perilaku awal peserta didik dalam pengembangan

pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan menyusun

sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Karena itu, kegiatan

menganalisis perilaku awal siswa merupakan proses untuk mengetahui perilaku yang

dikuasai siswa sebelum mengikuti pembelajaran bukan menentukan perilaku prasyarat

dalam rangka menyeleksi siswa sebelum mengikuti pembelajaran atau pelatihan.

Konsekuensi dari digunakannya cara ini adalah titik mulai suatu kegiatan

pembelajaran tergantung kepada perilaku awal siswa. Jadi mengidentifikasi perilaku

awal siswa/peserta didik adalah bertujuan untuk menentukan garis batas antara perilaku

yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada peserta didik.

Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan

instruksional khusus atau TIK.

Perilaku awal  merupakan salah satu variabel dari pengajaran. Variabel ini

didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta didik. Aspek ini

bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir

yang telah dimiliki peserta didik.

Atwi Suparman (2012) menyatakan dua hal tentang perilaku peserta didik:

Pertama, populasi sasaran atau peserta didik kegiatan instruksional dan kedua adalah

berhubungan dengan kompetensi, kemampuan atau pengetahuan, ketrampilan, dan sikap

yang telah dikuasai peserta didik sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran.

Untuk melakukan kegiatan identifikasi perilaku awal peserta didik, maka kita

harus mengetahui sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendesain

instruksional yang antara lain adalah:

1. Siswa, mahasiswa dan yang lainnya

2. Orang yang mengetahui kondisi seperti guru dan atasannya.

3. Pengelola program pendidikan yang biasa mengajarkan mata pelajaran.

Berawal dari informasi-informasi tersebut, maka tingkat kemampuan populasi

sasaran dalam perilaku-perilaku khusus yang diperoleh dari analisis instruksional itu

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 3

Page 4: Makalah Kel 5_ok

perlu diidentifikasi agar pengembangan instruksional dapat menentukan mana perilaku

khusus yang sudah dikuasai peserta didik untuk diajarkan. Dengan demikian

pengembangan instruksional dapat pula menentukan titik berangkat yang sesuai bagi

peserta didik.

Populasi sasaran dirumuskan secara spesifik seperti contoh di bawah ini:

1. Mata pelajaran ini disediakan bagi siswa yang memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Pendaftaran pada sekolah ini pada tahun ajaran atau semester ini;

b. Setelah lulus mata pelajaran A.

2. Pelajaran ini disusun bagi siswa kelas dua SMA yang mempunyai minat dalam

kelompok bidang studi A1 (IPA kalau sekarang).

3. Kursus ini disediakan bagi karyawan pemerintah atau perusahaan swasta yang

memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Mempunyai ijazah minimal sarjana muda dalam bidang X atau setaraf;

b. Telah pernah mengikuti dan lulus dalam kursus Y;

c. Menguasai bahasa Inggris minimal secara pasif untuk membaca dan

mendengarkan kuliah dalam bahasa Inggris.

Perumusan populasi sasaran seperti contoh tersebut di atas memang dapat

membantu kelancaran penyelenggaraan kegiatan instruksional. Perumusan populasi ini

biasanya diterapkan oleh lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program

pendidikan. Tetapi seorang pengembang instruksional masih perlu mencari informasi

lebih jauh tentang kemampuan populasi sasaran yang dimaksud dalam menguasai setiap

perilaku khusus yang telah dirumuskan dalam analisis instruksional. Anda masih ingat

bukan? Perilaku-perilaku khusus itu tersusun secara hierarkikal, prosedural,

pengelompokan, atau kombinasi kegiatannya atau dua di antaranya tingkat kemampuan

populasi sasaran dalam perilaku-perilaku khusus itu perlu diidentifikasi agar

pengembang instruksional dapat menentukan mana perilaku khusus yang sudah dikuasai

siswa sehingga tidak perlu diajarkan kembali, dan mana yang belum dikuasai siswa

untuk diajarkan. Dengan demikian, pengembang instruksional dapat pula menentukan

titik berangkat yang sesuai bagi siswa. (Suparman, 2004: 148)

Teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan instruksional yaitu

kuisioner, interview dan observasi, serta tes. Teknik tersebut dapat pula digunakan

untuk mengidentifikasi perilaku awal siswa. Subjek yang memberikan informasi

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 4

Page 5: Makalah Kel 5_ok

diminta untuk mengidentifikasi seberapa jauh tingkat penguasaan siswa atau calon

siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala penilaian (rating scales).

Teknik yang dapat menghasilkan data yang lebih keras adalah tes penampilan

siswa dan observasi terhadap pelaksanaan pekerjaan siswa serta tes tertulis untuk

mengetahui tingkat pengetahuan siswa. Tetapi, bila tes seperti itu tidak tepat dilakukan

karena dirasakan kurang etis, kesulitan teknik pelaksanaan, atau tidak mungkin

dilakukan karena sebab yang lain, penggunaan skala penilaian cukup memadai. Skala

penilaian tersebut diisi oleh orang-orang yang tahu secara dekat terhadap kemampuan

siswa dan diisi oleh siswa sebagai self-report. 

Berdasarkan masukan ini, dapat ditetapkan. Titik berangkat atau permulaaan

perjalanan yang harus diberikan pada siswa. Titik itu adalah perilaku khusus di atas

garis batas yang telah dikuasi siswa atau calon siswa.

Apa beda kegiatan ini dengan proses mengidentifikasi kebutuhan instruksional?

Pertama, kebutuhan instruksional untuk mengidentifikasi benar tidaknya masalah yang

dihadapi harus diselesaikan dengan menyelenggarakan kegiatan instruksional.

Sedangkan mengidentifikasi perilaku awal tidak berhubungan dengan masalah tersebut.

Kedua, kebutuhan intruksional untuk mengidentifikasi perilaku umum yang akan

dijadikan tujuan instruksional umum. Sedangkan kegiatan mengidentifikasi  perilaku

awal untuk mengidentifikasi perilaku khusus yang telah dikuasai siswa. Hasil akhir dari

kegiatan mengidentifikasi perilaku awal ini akan dijadikan pedoman untuk menetapkan

perilaku-perilaku khusus yang tidak perlu diajarkan lagi dan perilaku-perilaku khusus

yang masih harus diajarkan. Dengan demikian hasil kegiatan tersebut dapat pula

digunakan  untuk menetapkan titik berangkat dalam mengajar. (Suparman, 2004)

Informasi yang diperoleh dari siswa, masyarakat, dan pendidik tidak selalu

sejalan. Pengetahuan dan keterampilan yang dirasakan telah cukup dikuasai oleh siswa,

adakalanya dinilai sebaliknya oleh sumber informasi yang lain. Demikian pula

pengetahuan atau keterampilan yang dianggap tidak penting dan tidak relevan oleh

siswa, mungkin dianggap sebaliknya oleh pendidik. Dalam hal seperti itu pengembang

instruksional yang melakukan kegiatan identifikasi perilaku awal siswa menafsirkan

data dengan lebih hati-hati. Walaupun pada dasarnya pengembang instruksional harus

lebih memusatkan perhatian pada informasi yang diperoleh dari siswa, data dari sumber

lain tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk data yang sulit ditafsirkan karena

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 5

Page 6: Makalah Kel 5_ok

perbedaan pendapat berbagai pihak seperti yang digambarkan tadi, perlu diadakan

pendekatan seminar atau pertemuan kecil yang diikuti berbagai pihak yang

bersangkutan dan pengembang program agar dapat ditarik kesimpulan yang lebih tepat.

2.2 Mengidentifikasi Karakteristik Awal Siswa

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati,

jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”.

Menurut Al-Barry (2000)  karakter bermakna hampir sama dengan sifat-sifat bawaan,

watak, kepribadian, kebiasaan. Sementara yang dimaksud karakteristik adalah ciri-ciri

khusus, corak tingkah laku. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter

mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi

(motivations), dan keterampilan (skills).

Ron Kurtus dalam irfarazak.ngeblogs.com berpendapat bahwa karakter adalah

satu set tingkah laku atau perilaku (behavior) dari seseorang sehingga dari perilakunya

tersebut, orang akan mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya, karakter akan

menentukan kemampuan seseorang untuk mencapai cita-citanya dengan efektif,

kemampuan untuk berlaku jujur dan berterus terang kepada orang lain serta kemampuan

untuk taat terhadap tata tertib dan aturan yang ada). Kata "karakter" berasal dari kata

Yunani: charaktêr. Semula digunakan tanda terkesan atas koin. Ada pula yang

memaknai berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana

mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga

orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang

berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral

disebut dengan berkarakter mulia.

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya,

yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis,

analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu,

sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji,

adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras,

tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif,

visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu,

pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis),

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 6

Page 7: Makalah Kel 5_ok

sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang

terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan

kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai

individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).

Karakter seseorang baik disengaja atau tidak, didapatkan dari orang lain yang

sering berada didekatnya atau yang sering mempengaruhinya, kemudian ia mulai

meniru untuk melakukannya. Oleh karena itu, seorang anak yang masih polos seringkali

akan mengikuti tingkah laku orang tuanya atau teman mainnya, bahkan pengasuhnya.

Erat kaitan dengan masalah ini, seorang psikolog berpendapat bahwa karakter berbeda

dengan kepribadian, karena kepribadian merupakan sifat yang dibawa sejak lahir

dengan kata lain kepribadian bersifat genetis.

Di samping mengidentifikasi perilaku awal siswa, pengembang instruksional

harus pula mengidentifikasi karakteristik siswa yang berhubungan dengan keperluan pe-

ngembangan instruksional. Minat siswa pada umumnya, misalnya pada olahraga, karena

sebagian besar siswa adalah penggemar olahraga, dapat dijadikan bahan dalam

memberi-kan contoh dalam rangka penjelasan materi pelajaran. Kemampuan siswa yang

kurang dalam membaca bahasa Inggris merupakan masukan pula bagi pengembang

instruksional untuk memilih bahan-bahan pelajaran yang tidak berbahasa Inggris atau

menerjemahkan-nya terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia.

Demikian pula bila siswa senang dengan lelucon, pendesain instruksional

sebaiknya mempertimbangkan penggunaan lelucon dalam strategi instruksionalnya.

Bila siswa sebagian besar tidak mempunyai video di rumah, pedesain instruksional

tidak dapat membuat program video untuk dipelajari siswa di rumah. Informasi di atas

perlu dicari oleh pengembang instruksional sehingga ia dapat mengembangkan sistem

instruksional yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut.

Informasi yang dikumpulkan terbatas kepada karakteristik siswa yang ada

manfaat-nya dalam proses pengembangan instruksional. Dalam hal ini ada empat

indentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, yaitu :

1. Kemampuan Dasar.

2. Latar belakang pengalaman.

3. Latar belakang sosial.

4. Perbedaan individual.

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 7

Page 8: Makalah Kel 5_ok

Peserta didik mempunyai karakteristik dan perilaku awal (entering behavior)

yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal pada saat melalui proses

pembelajaran. Atwi Suparman (2012, 38) mengemukakan perilaku dan karakteristik

awal peserta didik yang relevan dengan proses pembelajaran yang akan dilakukan yaitu:

a. Latar belakang pendidikan dan pengalaman sebelumnya mengandung kompetensi

yang telah dikuasainya.

b. Motivasi belajar yang mengandung pengertian dorongan dan semngat serta ingin

tahu yang dimiliki untuk mempelajari bahan pembelajaran tersebut, akan

memudahkannya dalam proses pembelajaran.

c. Aksesnya terhadap sumber belajar yang relevan dengan materi yang sedang

dipelajari.

d. Kebiasaan belajar melalui pembelajaran tatap muka atau mandiri. Bila terbiasa

belajar mandiri, maka dapat diharapkan peserta didik akan menggunakan waktu

belajar yang lebih panjang.

e. Domisili tempat tinggal yang diukur dengan jarak tempuh ke pusat kegiatan belajar

atau lembaga penyelenggara pendidikan.

f. Aksesnya terhadap saluran komunikasi dan media pembelajaran untuk digunakan

dalam pembelajaran seperti telepon, computer, buku, atau media tercetak.

g. Kebiasaan dan disiplin dalam mengatur waktu belajar secara teratur akan lebih

mudah mempercepat penyelesaian tugas-tugas.

h. Kebiasaan belajar secara sistematik akan sangat kondusif untuk menguasai bahan

pembelajaran lebih cepat dan lebih baik.

i. Kebiasaan belajar sambil berfikir untuk menerapkan hasilnya dalam kehidupan atau

pekerjaannya merupakan hal yang sangat baik untuk memelihara motivasi belajar

sepanjang proses pembelajaran.

2.3 Manfaat Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa

Mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik siswa dalam pengembangan

program pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualitas

perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi

pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 8

Page 9: Makalah Kel 5_ok

bakat, motivasi belajar, gaya belajar. Kemampuan berfikir, minat, atau kemampuan

awal.

Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal

siswa merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang

sesuai untuk siswa. Dengan melaksanakan kegiatan tersebut, masalah heterogen siswa

dalam kelas dapat diatasi, setidak-tidaknya banyak dikurangi.

Perilaku dan karakteristik awal dibawa oleh peserta didik pada saat memulai

proses pembelajaran. Pengajar atau pendesain pembelajaran yang sesuai dengan

perilaku awal siswa dan karakteristik peserta didik tersebut. Bila pembelajaran diikuti

oleh sekelompok peserta didik sehingga pendekatan pembelajaran bersifat klasikal,

maka selain perlakuan terhadap kelompok dalam pembelajaran, perlu diterapkan

perlakuan secara individual. Pengajar yang mengabaikan perilaku awal dan karakteristik

awal akan menghasilkan pembelajaran yang tidak menyenangkan, baik bagi pengajar

sendiri maupun bagi peserta didik. Akibatnya, hasil belajar peserta didik kurang

maksimal.

Dengan mengenal karakteristik siswa, maka dapat diketahui kualitas

perseorangan dan menjadi petunjuk dalam mengelola strategi pembelajaran manfaat

yang lain juga dapat dilihat di antaranya:

a. Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai landasan dalam

memberikan materi baru dan lanjutan.

b. Guru mengetahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar siswa, hal ini

berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan

disampaikan.

c. Guru dapat mengetahui latar belakang siswa dan keluarga siswa. Meliputi

tingkatpendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental

sehingga guru dapat menyanjikan bahan serta metode lebih serasi dan efisien.

d. Guru dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan aspirasi dan

kebutuhan siswa.

e. Guru dapat mengetahui tingkat penguasaan yang telah diperoleh siswa sebelumnya.

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 9

Page 10: Makalah Kel 5_ok

2.4 Cara Melaksanakan Identifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa

Teknik untuk mengidentikasi perilaku awal siswa adalah dengan menggunakan

kuesioner, interview, observasi dan tes. Subjek yang memberikan informasi diminta

untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan siswa dalam setiap perilaku khusus melalui

skala penelitian (rating scales).

Identifikasi perilaku peserta didik dilakukan dengan memberikan pree-

testing yakni tes awal yang dilakukan sebelum dimulai pembelajaran, yang

dimaksudkan untuk menguji entry-behavior (kemampuan awal) peserta didik berkenaan

dengan tujuan pembelajaran tertentu yang harus dikuasai peserta didik. Identifikasi

perilaku dan karakteristik awal siswa juga dilakukan berkenaan dengan program

pembelajaran sebuah mata pelajaran atau sebuah lembaga pendidikan tertentu.

(Syahidah, 2012)

Untuk mengungkap kemampuan awal, dapat dilakukan dengan pemberian tes

dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan dengan materi ajar sesuai dengan panduan

kurikulum. Sedangkan minat, motivasi, kemampuan berfikir, gaya belajar dan lain-

lainnya dapat dilakukan dengan bantuan tes baku yang telah dirancang oleh para ahli.

(Abdurrohim, 2011).

Teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik awal siswa

sama dengan teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi perilaku awal, yaitu

kuisioner, interview, observasi, dan tes. Tujuan untuk mengetahui karakteristik awal

siswa adalah untuk mengukur apakah siswa akan mampu mencapai tujuan belajarnya

atau tidak ; sampai dimana minat siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Bila si

belajar mampu , hal-hal apa yang memperkuat, dan bila tidak mampu, hal-hal apa yang

menjadi penghambat. Hal-hal yang perlu diketahui dari si pelajar bukan hanya dilihat

faktor-faktor akademisnya, akan tetapi juga dilihat faktor-faktor sosialnya, sebab kedua

hal tersebut sangat mempengaruhi proses belajar si pelajar.

Berikut ini contoh latihan untuk mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal

siswa. Latihan ini akan memakan waktu yang cukup panjang, karena harus

mengumpulkan data dari lapangan. Ikutilah latihan ini dengan tekun.

1. Kumpulkanlah data perilaku awal siswa dari orang-orang yang dekat dan dapat

menilai kemampuan populasi sasaran dengan cara:

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 10

Page 11: Makalah Kel 5_ok

a. Tulislah kembali daftar perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam

kegiatan analisis intruksional;

b. Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian sebagai berikut:

No. Perilaku Khusus Baik Buruk

Keterangan:

Kolom 1 : Nomor urut

Kolom 2 : Perilaku khusus yang telah dihasilkan dalam analisis instruksional

Kolom 3 dan 4   : Skala penilaian.

c. Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak

secukupnya;

d. Berikan skala penilaian tersebut kepada orang-orang yang dekat dan dapat

menilai kemampuan populasi sasaran seperti atasan dan guru mereka. Jumlah

penilai tergantung kepada besarnya populasi sasaran. Untuk siswa dalam jumlah

kecil, sekitar 10–20 responden sudah cukup memadai. Untuk siswa dalam

jumlah besar dan ruang lingkup nasional misalnya, diperlukan sekitar 30 sampai

50 responden;

e. Kumpulkan hasil isian tersebut.

2.  Kumpulkanlah data perilaku awal siswa dari sampel siswa. Di samping data dari

orang-orang yang dekat dengan sasaran, diperlukan pula data dari sampel sasaran itu

sendiri dengan bentuk self-report. Ikutilah langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tulislah kembali perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam analisis

intruksional;

b.  Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian dalam bentuk skala

Likert (sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju);

c. Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak

secukupnya;

d. Berikan skala penilaian tersebut kepada sejumlah orang yang dapat mewakili

populasi sasaran. Jumlahnya juga tergantung dari besarnya populasi sasaran.

Yang paling penting diperhatikan adalah orang-orang tersebut memang memiliki

ciri-ciri seperti populasi sasaran, sehingga dapat dipandang sebagai sampel yang

representatif;

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 11

Page 12: Makalah Kel 5_ok

e. Kumpulkan hasil isian tersebut.

3. Kumpulkan data perilaku awal siswa dengan menggunakan observasi dan tes.

Dibandingkan dengan dua cara mengumpulkan data perilaku awal siswa yang telah

dikemukakan sebelumnya, observasi dan tes adalah cara yang lebih mantap, karena

dapat mengumpulkan data yang lebih tegas. Observasi dilakukan untuk menilai

kemampuan yang bersifat pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan atau keterampilan.

Skala penilaian seperti butir 1 di atas dapat digunakan dalam observasi tersebut.

Bedanya adalah: skala penilaian yang digunakan dalam observasi diisi oleh orang

yang mengobservasi (mengamati) kegiatan yang sedang dilakukan siswa.

Sedangkan dalam butir 1 di atas diisi oleh atasan atau guru atas dasar pendapat

mereka tanpa mengamati langsung kegiatan siswa yang sedang dinilai. Tes

digunakan untuk menilai kemampuan yang bersifat kognitif. Bila Anda dapat

menggunakan observasi dan tes, cara dalam butir 1 dan 2 di atas tidak diperlukan

lagi.

4. Kumpulkanlah data karakteristik awal siswa dengan mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Buatlah daftar pertanyaan atau kuisioner tentang karakteristik siswa seperti:

1) Tempat kelahiran dan tempat dibesarkan;

2) Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahliannya atau dicita-

citakan untuk menjadi bidang keahliannya;

3) Kesenangan (hobi);

4) Bahasa sehari-hari dan bahasa asing yang dikuasai;

5) Alat-alat audio-visual yang dimiliki di rumah atau biasa digunakan sehari-

hari;

6) dan lain-lain yang dianggap penting bagi pengembangan desain instruksional.

b. Berikanlah kuisioner tersebut kepada sejumlah sampel yang dapat mewakili

populasi sasaran;

c. Kumpulkan hasilnya.

5.   Analisislah hasil pengumpulan data butir 1 dan 2 atau butir 3 saja untuk menentukan

perilaku awal yang telah dikuasai populasi sasaran. Kelompokkan perilaku yang

mendapat nilai cukup dan di atasnya. Pisahkan dari perilaku yang masih sedang,

kurang atau buruk.

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 12

Page 13: Makalah Kel 5_ok

6. Buatlah garis batas antara kedua kelompok perilaku tersebut pada bagan hasil

analisis instruksional untuk menunjukkan dua hal sebagai berikut:

a.  Perilaku-perilaku yang ada di bawah garis batas adalah perilaku yang telah

dikuasai oleh populasi sasaran sampai tingkat cukup dan baik. Perilaku-perilaku

ini tidak akan diajarkan kembali kepada siswa;

b.  Perilaku-perilaku yang ada di atas garis batas adalah perilaku yang belum

dikuasai oleh populasi sasaran atau baru dikuasai sampai tingkat sedang, kurang,

dan buruk. Perilaku-perilaku tersebut akan diajarkan kepada siswa. 

7. Susunlah urutan perilaku yang ada di atas garis batas untuk dijadikan pedoman

dalam menentukan urutan materi pelajaran.

8. Tafsirkanlah data tentang karakteristik siswa untuk menggambarkan hal sebagai

berikut:

a. Lingkungan budaya;

b. Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahlian;

c. Kesenangan (hobi);

d. Bahasa yang dikuasai;

e. Alat audio visual yang dimiliki atau yang biasa digunakan sehari-hari;

f. dan lain-lain.      

Data tentang karakteristik siswa disimpan dahulu untuk digunakan dalam

menyusun strategi instruksional pada tahap selanjutnya.

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 13

Page 14: Makalah Kel 5_ok

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

1. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah pendekatan yang

menerima siswa apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan

siswa tersebut yang bertujuan untuk menentukan garis batas antara perilaku yang

tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada siswa/peserta didik.

Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan

instruksional khusus atau TIK.

2. Kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa memberi manfaat:

a. Untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam

mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran;

b. Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa akan

merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang

sesuai untuk siswa.

3. Cara melaksanakan identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah sebagai

berikut:

a. Dilakukan di waktu awal sebelum menyusun instruksional pengajaran;

b. Teknik yang digunakan dapat dengan tes, interview, observasi, dan kuisioner;

c. Dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran atau orang-orang yang dianggap paham

dengan kemampuan siswa.

3.2 Saran

Guru kiranya dapat memahami dan memguasai pengetahuan kegiatan

mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, serta dapat memanfaatkannya

dalam penerapan pembelajaran atau selaku seorang perencana/perancang instruksional

pengajaran.

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 14

Page 15: Makalah Kel 5_ok

DAFTAR PUSTAKA

Al-Barry, M.D.J, dkk. 2000. Kamus Ilmah Kontemporer. Bandung : Pustaka Setia.

Ibrrohim, D. 2011. Melakukan Analisis Pembelajaran. http://dudungabdu.

wordpress.com/2011/12/09/2-melakukan-analisis-pembelajaran/ Diunduh 1

Pebruari 2014.

Ronkutus, Irfarazak. 2009. Karakteristik Siswa. http://irfarazak.ngeblogs.com/

2009/09/03/karakteristik-siswa, download : 01/02/2014.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group,.

Suparman, Atwi. 2004. Desain Instruksional. Jakarta : Universitas Terbuka.

Suparman, Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern. Jakarta : PT. Gelora Aksara

Pratama.

Syahidah, I. 2012. Analisis Pembelajaran dan Identifikasi Perilaku dan Karakteristik

Siswa. http://syahidahidah81.blogspot.com/2012/01/analisis-pembelajaran-dan-

identifikasi.html. Diunduh 1 Pebruari 2012.

Tadkiroatun Musfiroh. 2008. Identifikasi Perilaku dan Karakteristik Siswa.

http://moeviccloes.blogspot.com/2010/10/identifikasi-prilaku-dan-

karakteristik.html, download : 01/02/2014.

Makalah Kelompok 5 : Candra dan Yanti _________________________________________________________ 15