Makalah Kel 7

43
MAKALAH ORAL SURGERY “ ARTROSIS DAN ARTRITIS PADA SENDI TEMPOROMANDIBULA Disusun Oleh : KELOMPOK 7 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

description

artrosis artritis tmj

Transcript of Makalah Kel 7

Page 1: Makalah Kel 7

MAKALAH ORAL SURGERY

“ ARTROSIS DAN ARTRITIS PADA SENDI TEMPOROMANDIBULA “

Disusun Oleh :

KELOMPOK 7

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG2013

Page 2: Makalah Kel 7

KELOMPOK 7

KETUA : FIONA WARIZKY (10-052)

SEKRETARIS : MELISYA (10-060)

ANGGOTA : MUTIA FEBRIAN (10-054)

DIAH SULISTIA (10-058)

Page 3: Makalah Kel 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Illahi Rabbi, atas kehendak dan

ketetapan- Nya telah melimpahkan rahmat dan karunia sehingga penulisan

makalah yang berjudul ” ARTROSIS DAN ARTRITIS PADA SENDI

TEMPOROMANDIBULA “ dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun guna melengkapi tugas kuliah periodontologi pada

semester VII di Universitas Baiturrahmah.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari, bahwa semua proses

yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan Drg. Efa Ismardianita, M.Kes.

selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai

pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini belum sempurna sebagaimana

mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik

dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhirnya kepada Allah SWT jualah semuanya penulis serahkan dan

mudah- mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, November 2013

Penulis

i

Page 4: Makalah Kel 7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Occlusal Adjustment................................................... 3

2.2 Klasifikasi Occlusal Adjustment............................................... 3

2.2.1 Teknik Fungsional............................................................ 3

2.2.2 Koronoplasti..................................................................... 3

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi....................................................... 4

2.3.1 Indikasi Occlusal Adjustment.......................................... 4

2.3.2 Indikasi Koronoplasti ( Pengasahan Gigi )...................... 5

2.3.3 Kontraindikasi Occlusal Adjustment............................ 5

2.4 Prosedur Kerja Occlusal Adjustment........................................ 5

2.4.1 Teknik Fungsional............................................................ 5

2.4.2 Koronoplasti..................................................................... 6

2.5 Sekuens Koronoplasti dalam Terapi Periodontal....................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 5: Makalah Kel 7

iii

Page 6: Makalah Kel 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Temporo mandibular joint (TMJ) atau sendi temporo mandibular adalah

suatu sendi sinovial yang menghubungkan rahang bawah (mandibula) dengan

tulang temporal yang terletak di depan telinga dan merupakan salah satu sendi

yang paling aktif pada tubuh manusia. Hubungan sendi ini bersifat fleksibel.

Sendi temporomandibula merupakan suatu sendi atau perlekatan yang bilateral

dan dapat bergerak. TMJ terdiri dari komponen yaitu, kondilus mandibula, fossa

kondilaris atau fossa glenoid, eminensia artikularis ossis temporalis, diskus

artikularis, dan ligamen sendi.

Sindrom sendi temporomandibula merupakan masalah yang sering

dibicarakan dalam terbitan kesehatan maupun acara diaog di televisi. Kadang

kurang ditekankan bahwa penyakit/ ketidakberfungsian dari sendi

temporomandibula bukan merupakan suatu sindrom yang tunggal tetapi lebih

terdiri dari sejumlah keadaan dengan tanda-tanda dan gejala yang berbeda.

Artikulasio temporo-mandibula pada ±20 tahun belakangan ini telah

mendapat perhatian yang sangat besar, karena memang merupakan struktur yang

paling kompleks pada kepala dan banyak memberi gejala-gejala patologis yang

belum dapat didiagnosa dengan tepat untuk mendapat perawatan yang

memuaskan.

Diagnosis dari penyakit/ gangguan fungsi sendi temporomandibula

tergantung pada pemeriksaan klinis dan riwayat peyakit yang menyeluruh, serta

evaluasi gambaran radiografis. Regio sendi temporomandibula seringkali

1

Page 7: Makalah Kel 7

menanggung akibat trauma pada mandibula yang menimbulkan hemartrosis,

dislokasi, fraktur processus condylaris dan processus subcondylaris, serta

dislokasi akibat fraktur processus condylaris.

Walaupun demikian dengan majunya ilmu pengetahuan telah banyak

diperoleh kemajuan tentang penyakit-penyakit atau kelainan TMJ ini. Sehingga

pada umumnya kelainan dan penyakit tersebut telah dapat disembuhkan dengan

baik.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui artrosis dan artritis pada sendi temporomandibula.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Memahami definisi artrosis dan artritis pada sendi temporomandibula.

2. Memahami etiologi dari artrosis dan artritis pada sendi

temporomandibula.

3. Memahami gejala klinis dan mendiagnosa artrosis dan artritis pada sendi

temporomandibula.

4. Memahami prosedur perawatan artrosis dan artritis pada sendi

temporomandibula.

.

2

Page 8: Makalah Kel 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Artrosis pada TMJ

2.1.1 Definisi

Artrosis merupakan gangguan pada TMJ yang disebabkan oleh disfungsi

dari artikulasi mandibula yang normal dan menimbulkan gejala-gejala klinis yang

kompleks seperti artrlagia, mialgia, dan clicking.

Artrosis ini merupakan bagian dari gangguan fungsional TMJ yaitu masalah-

masalah sindrom temporomandibula yang timbul akibat fungsi yang menyimpang kerena

adanya kelainan pada posisi dan fungsi gigi-geligi, atau otot-otot kunyah.

Sebetulnya artrosis ini adalah gejala dari rematoid artritis, tetapi bila pada

rongent foto tidak dijumpai kelainan maka hal ini merupakan stadium dini dari

penyakit tersebut.

2.1.2 Etiologi

Etiologi dari sindrom ini sampai sekarang belum diketahui dan masih tetap

menjadi bahan diskusi para ahli di kedokteran gigi. Biasanya pasien ini datang ke

dokter gigi dengan keluhan gangguan pengunyahan dan sebagainya.

Faktor-faktor yang diperkirakan erat hubungannya dengan artrosis adalah :

1. Trauma yang dapat berupa pukulan pada tulang rahang, perawatan gigi yang

lama, menguap terlalu lebar, dan kadang-kadang membuka mulut terlalu

lama pada pencabutan gigi yang sukar.

3

Page 9: Makalah Kel 7

2. Malunion dari fraktur kondilus. Fraktur kondilus yang dirawat secara

konservatif kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan membuka dan

menutup mulut.

3. Traumatik oklusi, seperti gigi crowded, gigi karies, dan tambalan yang tidak

baik.

4. Overclosure. Dimensi vertikal yang terlalu kecil disebabkan kehilangan gigi

posterior atau pada pembuatan protesa yang terlalu rendah sehingga dimensi

vertikal teralu kecil dan menyebabkan terjadinya pergeseran kondilus ke

posterior.

5. Faktor psikogenik dan kebiasaan neuromuskular, seperti bruxism. Beberapa

penderita suka mengatupkan atau menggigit kuat-kuat bila merasa geram,

tanpa sadar berbuat begitu bila sedang asyik mengerjakan sesuatu.

2.1.3 Gejala Klinis

1. Tinitus

Tinitus adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan suara

berdengung, atau jenis suara lainnya yang kedengarannya berasal dari

telinga atau kepala. Belum diketahui secara pasti hubungan tinitus

dengan gangguan TMJ.

2. Rasa sakit di telinga

Kira-kira 50% pasien dengan gangguan sendi rahang merasakan sakit telinga namun

tidak ada tanda-tanda infeksi. Sakit telinganya umumnya digambarkan sepertinya

berada di muka atau bawah telinga. Seringkali, pasien-pasien dirawat berulang kali

untuk penyakit yang dikirakan infeksi telinga, yang seringkali dapat dibedakan

4

Page 10: Makalah Kel 7

dengani TMJ oleh suatu yang berhubungan dengan kehilangan pendengaran (hearing

loss) atau drainase telinga (yang dapat diharapkan jika memang ada infeksi telinga).

3. Artralgia

Merupakan rasa sakit pada regio artikulasi yang dapat timbul atau

bertambah pada penekanan di daerah artikularis sambil membuka dan

menutup mulut. Artralgia merupakan rasa nyeri pada suatu sendi atau

lebih tanpa disertai peradangan atau keterbatasan gerak sendi.

4. Gejala disfungsi mandibula

a. Tidak dapat membuka mulut lebar (2-3 cm saja).

b. Mialgia, kekakuan otot-otot pengunyahan. Hal ini mungkin

disebabkan tegangnya oto-otot pengunyahan.

c. Kekakuan membuka mulut karena refleks neuromuskular.

d. Trismus (spasme otot). Gangguan pada TMJ akan dapat

menyebabkan terjadinya gangguan dalam membuka mulut atau

rahang. Oleh karena itu dapat didiagnosa dengan tidak mampunya

pasien membuka mulut.

e. Clicking. Merupakan suatu gemeretak pada TMJ pada waktu

membuka dan menutup mulut.

2.1.4 Diagnosis

Pemeriksaan TMJ untuk penegakan diagnosis :

1. Palpasi pada TMJ

a. Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan cara palpasi

sisi kanan dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot pada wajah dan

daerah kepala.

5

Page 11: Makalah Kel 7

b. Temporalis muscle, yang terbagi atas 3 segmen yaitu anterior,

media, dan posterior.

c. Zygomatic arch (arkus zigomatikus).

d. Masseter muscle

e. Digastric muscle

f. Sternocleidomastoid muscle

g. Cervical spine

h. Trapezeus muscle, merupakan Muscular trigger point serta

menjalarkan nyeri ke dasar tengkorang dan bagian temporal

i. Lateral pterygoid muscle

j. Medial pterygoid muscle

k. Coronoid process

l. Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu

mencari lokasi nyeri.

2. Auskultasi

Bunyi sendi TMJ terdiri dari “clicking” dan ‘krepitus’. “Clicking”

adalah bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup

mulut, bahkan keduanya. “Krepitus” adalah bersifat difus, yang biasanya

berupa suara yang dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau

6

Page 12: Makalah Kel 7

menutup mulut bahkan keduanya. “Krepitus” menandakan perubahan

dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis. “Clicking” dapat terjadi

pada awal, pertengahan, dan akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi

“click” yang terjadi pada akhir membuka mulut menandakan adanya

suatu pergeseran yang berat. TMJ ‘clicking’ sulit didengar karena

bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan stetoskop.

3. Pemeriksaan subjektif : ada atau tidaknya rasa sakit , dulu pernah sakit atau tidak, bisa

bukatutup mulut atau tidak .

4. Pemeriksaan klinis : ada fraktur atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada

perubahan posisi mandibula atau tidak.

5. Pemeriksaan penunjang : dengan rontgen foto, tomografi, ct scan.

Pemeriksaan klinis untuk pasien dengan kemungkinan gangguan

fungsi/penyakit TMJ sebagian besar didasarkan atas pengamatan/ pemanfaatan,

palpasi dan auskultasi.

1. Oklusi

Gangguan oklusi secara umum bisa langsung diperiksa, yaitu misalnya

gigitan silang (crossbite), gigitan dalam (deep overbite), gigi supra erupsi

dan daerah tak bergigi yang tidak direstorasi, adanya bruxism.

2. Pembukaan antar insisal

Pembukaan antar insisal bervariasi lebarnnya, tetapi biasanya pada orang

dewasa sekitar 40 hingga 50 mm.

3. Pergerakan lain

Pergeseran lateral juga diukur, biasanya pada titik atau garis tengah, dan

dibandingkan kesimetrisannya (angka yang didapat biasanya 8 hingga 10

7

Page 13: Makalah Kel 7

mm). Gangguan internal misalnya dislokasi discus, akan membatasi

pergeseran ke sisi yang berlawanan.

4. Palpasi

Palpasi otot pengunyahan secara bimanual, terutama otot maseter dan

temporalis serta otot leher dan bahu.

Dalam mendiagnosis pasien diperlukan riwayat yang menyeluruh.

Keluhan utama yang paling sering dirasakan pada penyakit/gangguan fungsi sendi

temporomandibula adalah rasa nyeri dan rasa tidak enak, yang disertai dengan

kliking atau keluhan sendi lainnya.

1. Rasa sakit/nyeri. Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, maka yang

paling penting untuk diketahui adalah lokasi, sifat, dan lama terjadinya

rasa nyeri/sakit tersebut.

2.  Bunyi sendi. Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara

berkeretak), maka saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut

merupakan informasi yang perlu diketahui.

3. Perubahan luas pergerakan. Penyembuhan kliking seringkali diikuti oleh

keluhan baru, yaitu nyeri akut dan berkurangnya luas pergerakan yang

nyata, khususnya pada jarak antar insisal, dimana penemuan inimerupakan

petunjuk utama terjadinya closed lock.

4. Perubahan oklusi. Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan.

Keluhan ini dapat merupakan tanda terjadinya perubahan degenerative

tingkat lanjut atau spasme otot akut.

5. Informasi keadaan kolateral. Setelah riwayat utama diperiksa secara

menyeluruh, selanjutnya dapat dikumpulkan informasi keadaan kolateral.

8

Page 14: Makalah Kel 7

Kondisi-kondisi lain yang mengenai kepala dan leher, seperti sinusitis akut

atau kronis, sakit pada telinga, dll.

6. Perawatan sebelumnya. Kronologi perawatan sebelumnya baik pemberian

obat, mekanis, maupun secara bedah juga dicatat.

7. Stress. Untuk menentukan dengan tepat keadaan emosional pasien

biasanya dibutuhkan beberapa kunjungan dengan kemungkinan

pengiriman/ rujukan untuk evaluasi psikologis, dan terapi control stress

selanjutnya.

Jika diperkirakan terdapat suatu kelainan sendi intraartikular berdasar

pemeriksaan klinis dan riwayat penyakit, maka diindikasikan untuk melakukan

pemeriksaan sinar-X. Pemeriksaan ini meliputi :

a. Foto panoramik

Gambaran panoramik memperlihatkan regio processus condylaris dan

subcondylaris dua sisi (bilateral), sehingga bisa langsung dilakukan perbandingan

antara keduanya. Ini sangat bermanfaat dalam diagnosis fraktur, tetapi

perbandingan sendi penting dalam hubungannya dengan pertumbuhan abnormal,

seperti yang diperlihatkan pada agenesis condylaris, hiperplasia atau hiplasia dan

ankilosis oscus.

b. Radiografi Towne

Sangat bermanfaat karena dapat memfoto kedua processus condylaris dari

koronal, sehingga memungkinkan pemeriksaan dari posisi mediolateralnya dalam

fossa artikularis dan membandingkan ukuran dan bentuk keduanya. Proyeksi ini

juga sangat bermanfaat untuk diagnosis perluasan neoplasia jaringan keras ke arah

medial dan diagnosis dislokasi akibat fraktur pada kasus trauma akut.

9

Page 15: Makalah Kel 7

c. Teknik transkranial

Merupakan indikasi jika diduga ada asimetris processus condilaris.

2.1.5 Penatalaksanaan

Dapat dibagi atas 3 tingkatan terapi, yaitu :

1. Terapi Korektif, Konservatif, dan Suportif

a. Fisioterapi

Termasuk disini pengobatan dengan aplikasi panas atau infra red.

b. Khemoterapi

Penderita diberi obat-obatan seperti :

Analgetik, untuk mengurangi rasa sakit, dapat diberi sebelum

makan.

Obat-obat penenang.

Obat-obat “muscle relaxantia”, untuk mengurangi ketegangan otot-

otot pengunyahan.

Obat-obat anti inflamasi.

Obat-obat neurotropika.

c. Latihan membuka dan menutup mulut

Pada keadaan akut perlu artikulasi diistirahatkan dulu, tetapi setelah

reda dilatih dengan menggigit karet yang lembut. Latihan ini dapat

dilakukan bersama aplikasi panas. Pada keadaan trismus kronis dapat

dilakukan latihan membuka mulut dengan jari tangan, yaitu jari

telunjuk diletakkan pada gigi insisivus rahang bawah dan ibu jari

pada caninus rahang atas dengan gerakan sedikit memaksa membuka

10

Page 16: Makalah Kel 7

mulut. Latihan ini dapat dilakukan bersama-sama aplikasi panas dan

dilakukan 40-50 kali sehari.

d. Rehabilitasi oklusi

Ini termasuk memperbaiki tambalan-tambalan dan protesa yang

kurang baik. Juga harus diperhatikan dimensi vertikal dan oklusi

traumatic. Harus diperhatikan keseimbangan oklusi.

e. Bite-splint

Berguna untuk distraksi permukaan artikulasi dan menyebabkan

mandibula dan kondilus meluncur ke depan. Fungsi bite splint ini

ialah untuk mengalihkan tekanan mekanik dari artikulasi ke gigi.

Dengan demikian TMJ akan istirahat tanpa immobilisasi. Dengan

cara ini gejala sakit akan hilang dalam waktu 1-2 minggu, tetapi

dianjurkan pemakaian bite-splint selama 6 minggu lebih. Bila pasien

ompong (tanpa gigi sama sekali), dapat dibuatkan protesa penuh

dengan dimensi vertikal yang telah diteliti dan diukur dengan

seksama. Penggunaan night guard dapat juga untuk mengatasi

kebiasaan bruxism di malam hari.

f. Olahraga

Olahraga untuk mendapatkan ketenangan, misalnya jalan kaki, naik

sepeda, berkebun, dan sebagainya. Ini dianjurkan juga oleh para ahli

untuk mengurangi stress.

2. Terapi dengan Injeksi

Cara menyuntikkan dilihat dari kebutuhan, yaitu :

a. Menyuntik di artikulasio

11

Page 17: Makalah Kel 7

Menyuntik di rongga sendi superior.

Menyuntik di rongga sendi inferior.

b. Menyuntik intramuskuler

Bermacam-macam obat telah diajukan untuk disuntik ke dalam

artikulasio. Menyuntik ke dalam artikulasio bukanlah hal yang mudah dan harus

dikerjakan dengan hati-hati sekali. Obat yang dapat dipakai :

a. Hyaluronidase

Yang berkomponen dari cairan artikulasi dan cairan sinovial.

Menurut Ragan dan Lamater tahun 1942 hyaluronidase ini

menambah viskositas dari cairan sinovial. Ia membantu mendispersi

traumatic transudat karena gangguan TMJ sering dibarengi dengan

edema dan kerusakan jaringan maka hyaluronidase cocok untuk

perawatan ini.

b. Hydrokortisone injeksi

Dipakai oleh Henny tahun 1954, Garner dan Paris 1956. Mereka

menggunakan hydrokortisone asetat karena bahan ini memberi hasil

memuaskan pada pengobatan penyakit sendi di tempat lain dari

tubuh. Bahan ini harus disuntikkan ke dalam kantong sinovial untuk

memberi hasil yang baik.

12

Page 18: Makalah Kel 7

Henny menemukan hasil yang memuaskan 3 hari setelah

penyuntikkan. Hasil pengobatan ini adalah sementara saja dan harus

diikuti dengan perawatan perbaikan oklusi. Bila trauma oklusi tidak

dirawat, maka gejala artrosis akan kambuh.

Dinyatakan oleh Henny bahwa pengobatan ini bukan pengobatan

spesifik, melainkan sebagai sarana untuk dapat mengadakan

rehabilitasi oklusal atau perawatan lainnya.

Muller (1958) mengatakan bahwa prednisolon injeksi lebih baik

daripada hydrocortisone-asetat. Perawatan dengan prednisolone ini

akan membawa hasil yang lebih memuaskan bila dlakukan pada

stadium dini dari penyakit ini.

c. Skelerosing solution

Digunakan untuk mengadakan fibrosis pada kapsul artikularis yang

telah longgar dan demikian menghindarkan terjadinya subluksasi dari

TMJ. Teknik penyuntikan adalah sama, hanya ditujukan kepada

kapsul artikularis.

d. Anestetikum

Suntikan dengan anestetikum seperti procain 2%, dianjurkan untuk

pengobatan myalgia, terutama bila rasa sakit disebabkan oleh spasme

dari salah satu otot-otot elevator dari rahang. Penyuntikan dilakukan

intramuskuler, disuntikkan ke dalam otot-otot masseter, pterygoideus,

dan sterno kleidomastoideus. Pada beberapa kasus obat disuntikkan

ke dalam jaringan periartikularis dari pada sendi.

13

Page 19: Makalah Kel 7

3. Terapi dengan Operasi

Terapi dengan operasi bila perawatan sebelumnya tidak/ belum berhasil

perlu dipikirkan untuk tindakan operasi. Terapi ini dilakukan apabila terlihat

adanya kelainan pada condilus, misalnya permukaan tidak sesuai dengan fossa

atau ada kelainan pada bagian artikularis seperti discus pecah dan lain-lain.

Terapi operasi ini dibagi atas 2, yaitu :

a. Menisektomi

Yaitu tindakan bedah pada meniskus yang mengalami luka (sobek) dan

memberi gangguan pada TMJ yang hebat disini perlu dilakukan

pengambilan meniskus. Kadang-kadang diujumpai meniskus yang

lepas diantara discus dalam rongga artikularis. Ini mengganggu dan

menimbulkan rasa sakit pada setiap gerakan TMJ. Steinhardt (1951)

mengatakan bahwa menisektomi harus disertai pemeriksaan yang

telitit dari kondilus. Apabila disitu dijumpai pertumbuhan tulang atau

kelainan pertumbuhan maka perlu diambil untuk menghaluskan

permukaan kondilus.

14

Page 20: Makalah Kel 7

Pada kasus-kasus dengan menisektomi pada satu sisi dapat

menimbulkan gangguan pada sisi lain dan lama kelamaan perlu

diambil tindakan yang sama.

Teknik menisektomi :

1. Insisi kutan : vertikal bersudut.

2. Insisi subkutan , kemudian insisi kapsul horizontal.

3. Menicus dipotong dan diambil dengan pisau khusus.

4. Jahitan pada capsul.

5. Jahitan sub kutan.

6. Jahitan kutan dengan jahitan subtikuler.

b. Kondilektomi

Ada juga kasus-kasus yang telah mengalami menisektomi setelah 2

bulan perlu dioperasi kondilektomi. Mayer (1964) mengatakan bahwa

menisektomi hanya akan berhasil baik bila lesi berada discus, bila lesi

berada di tulang processus artikularis atau di tulang kartilago, maka ini

adalah indikasi untuk kondilektomi.

2.2. Arthritis pada TMJ

2.2.1 Definisi

Arthritis adalah peradangan pada satu atau lebih persendian, yang disertai

dengan rasa sakit, kebengkakan, kekakuan, dan keterbatasan bergerak.

Keradangan sendi temporomandibula ini dapat disebabkan oleh trauma dan

infeksi.

15

Page 21: Makalah Kel 7

2.2.2 Etiologi

Kausa dari penyakit ini tidak jelas dan tidak diketahui secara mendalam.

Radang merupakan faktor yang penting, tetapi penyakit ini tidak disebabkan oleh

mikroorganisme semata. Faktor predisposisi yang dapat mempercepat timbulnya

penyakit ini, yaitu :

1. Kecapaian-trauma.

2. Tubuh yang lelah : emosi.

3. Penyakit umum yang dapat menurunkan daya tahan tubuh seperti

pneumoni, campak, demam rematik, penyakit infeksi akut, dan

sebagainya.

Artrhitis dapat terjadi akibat infeksi maupun tanpa infeksi. Pelepasan

mediator inflamasi dari leukosit, kondrosit, sinoviosit menyebabkan kehilangan

proteoglikan dan matriks ektraselular kartilago, sehingga terjadi kerusakan tulang.

Kerusakan dan hilangnya kolagen dan kondrosit dapat menyebabkan perubahan

yang tidak dapat kembali.

2.2.3 Gejala Klinis

1. Stadium akut

Terdapat rasa sakit yang amat sangat dan sering dijumpai

pembengkakan pada regio periaurikular. Pada gerakan artikulasi, rasa

sakit bertambah hebat yang menyebabkan penderita takut membuka dan

menutup mulut.

2. Stadium kronis

Kita jumpai keterbatasan membuka mulut. Pada palpasi di regio

artikular dapat dijumpai rasa sakit dan krepitasi. Rasa sakit dapat hilang

16

Page 22: Makalah Kel 7

dan timbul padang eksaserbasi akut. Sering juga dijumpai kekakuan

pada artikulasi di pagi hari, yang semakin berkurang di sore hari dan

malam. Ini merupakan gejala yang karakteristik.

2.2.4 Klasifikasi

1. Infectious arthritis

Infeksi pada TMJ dapat disebabkan dari ekstensi langsung dari infeksi yang berdekatan

atau melalui sistem hematogen. Area ini akan inflamasi dan gerakan dari rahang akan terbatas.

X-ray dapat negatif pada stage awal tetapi lama-kelamaan dapat menggambarkan gambaran

destruksi tulang. Jika dicurigai arthritis supuratif, maka dapat dilakukan aspirasi pada sendi

untuk konfirmasi diagnosis dan untuk mengidentifikasi organisme penyebab. Diagnosis harus

cepatuntuk mencegah kerusakan sendi permanent. Terapi berupa antibiotik, perbaiki status

hidrasi, anti nyeri, dan batasi pergerakan sendi.

2. Traumatic arthritis

Jarang. acute injury (contoh: intubasi endotrakeal) dapat menyebabkan arthritis pada

TMJ. Dapat terjadi nyeri, tenderness ,dan keterbatasan gerak. Diagnosis berdasarkan

anamnesis. Hasil x-ray negatif, kecuali ketika terjadi intra-articular edema atau hemoragik

yang meluas pada ruangsendi. Terapi berupa NSAIDs, diet makan lunak dan restriksi dari

pergerakan sendi.

2.2.4 Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

Inspeksi dimulai dengan operator yang bediri langsung di depan

pasien.

17

Page 23: Makalah Kel 7

2. Palpasi

Palpasi otot dan sendi paling baik jika operator berada di belakang pasien.

Palpasi bilateral adalah metode yang paling utama, karena pergerakan sendi

tersebut membutuhkan aksi kontralateral dari sendi-sendi dan ototnya. Pemeriksa

meraba untuk mencari rasa nyeri di sekitar sendi.

3. Auskultasi

Auskultasi sendi bisa dilakukan hanya dengan mendengarkan suara

abnormal seperti mengatup, bergesek, ataupun suara klik yang muncul selama

pergerakan. Stetoskop bisa berguna bagi praktisi yang terlatih untuk

menggunakan instrumen ini dalam mengevaluasi suara-suara sendi

temporomandibular.

4. Perkusi

Perkusi rahang dapat memberikan manfaat jika ingin mengevaluasi

kavitas, fraktur, atau pergerakan refleks mandibula. Perkusi sebaiknya secara

tidak langsung ketika akan mengecek kavitas dan fraktur tulang, dan secara

langsung ketika ingin mengetes refleks mandibula.

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan beberapa hal :

1. Gerakan rahang bawah. Perlu diperhatikan apakah terdapat deviasi

gerakan ke anterior, posterior, medial, ataupun lateral.

2. Maloklusi rahang bawah, dan susunan gigi yang abnormal.

3. Apakah ada spasme otot leher ipsilateral atau gerakan mengatupkan gigi

dengan berlebihan.

4. Range of motion (batas pergerakan sendi). Batas pergerakan normal saat

membuka mulut adalah 5 cm pada dewasa, sedangkan gerakan ke lateral 1

18

Page 24: Makalah Kel 7

cm. Beberapa ahli mengatakan bahwa kurang dari 4 cm merupakan

gangguan sendi pada dewasa, sedangkan lainnya mengatakan bahwa

kurang dari 3,5 cm baik pada dewasa maupun anak-anak.

5. Palpasi pada sendi untuk menentukan ada tidaknya spasme otot, gerakan

sendi dan otot kaku, krepitasi serta bunyi sendi.

2.2.5 Gambaran Radiografi

Pemeriksaan radiografi yang sering dilakukan yaitu radiografi

konvensional untuk melihat struktur tulang. Pada stadium pemula tidak dijumpai

kelainan pada rongent foto. Pada stadium lanjut dapat dijumpai gambaran

radiolusen pada tulang yang dapat meluas sampai ke peripher. Pada kasus-kasus

yang kronis, dapat dijumpai pembesaran pada kondilus. Kondilus dapat menjadi

demikian besarnya sehingga rongga artikulasi hilang atau berkurang. Kadang-

kadang kondilus dapat mengalami resorbsi.

2.2.6 Perawatan

Oleh karena gejala-gejala dan akibat penyakit ini bermacam-macam, maka

perawatannya tergantung daripada gejala klinisnya :

1. Perawatan secara konservatif (tanpa pembedahan)

a. Terapi fisis, aplikasi panas ditambah analgetik.

b. Obat-obatan seperti antiinflamasi.

c. Perbaikan oklusi.

d. Bisa juga diberikan antibiotik untuk arthritis infectious.

2. Dengan pembedahan seperti : kondilektomi.

Kondilektomi yaitu pengambilan sebagian kondilus atau membentuk

kondilus kembali sesuai dengan fossa articularis.

19

Page 25: Makalah Kel 7

Teknik pembedahan :

a. Dilakukan di bawah anestesi umum.

b. Sebuah tampon dimasukkan ke dalam rongga telinga luar.

c. Untuk mencegah darah masuk ke dalam liang telinga, dibuat insisi

di depan telinga, vertikal bersudut, flep kutan dilepaskan dari

jaringan submukous.

d. Pendarahan diatasi dengan :

Pemakaian vasokonstriksi secara lokal.

Deppend, suctions, klemp.

Sedangkan pembuluh yang dengan arteri klemp atau pengikatan.

e. Dicari arcus zygomaticus dan tepat di bawah pangkalnya terletak

TMJ.

f. Untuk tepat dapat melokalisir kondilus, maka mandibula

digeserkan ke depan, maka kondilus akan menonjol. Setelah ini

kapsul artikularis di insisi hrizontal, maka kondilus akan kelihatan

jelas.

g. Kemudian dilakukan pemotongan kondilus atau shaving

(dilicinkan) atau disesuaikan dengan kebutuhan.

h. Setelah itu daerah operasi dibersihkan.

i. Lakukan jahitan pada capsul beri drainase karet, jahitan subkutan

serta jahitan kutan.

j. Akhirnya dressing.

20

Page 26: Makalah Kel 7

Perawatan pasca bedah

Beri perban tekanan dengan burton bandage untuk menghalangi

pendarahan di bawah kulit dan sekaligus merupakan penghalang untuk membuka

mulut lebih dari beberapa milimeter (mm) saja. Drainase karet diambil setelah

24jam : pada hari 1-2. Setelah 3-4 hari boleh makan-makanan lunak, setelah 8-10

21

Page 27: Makalah Kel 7

hari jahitan dapat dibuka, setelah 10-12 hari dianjurkan melakukan latihan dengan

gerakan aktif pada TMJ.

22

Page 28: Makalah Kel 7

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Meski penyakit dan gangguan fungsi TMJ tampak sebagai suatu kompleks

gejala yang rumit, sindrom TMJ sebagai suatu gejala sebenarnya tidak ada. Yang

tepat adalah pengenalan akan penyakit intra dan ekstra artikular. Kenyataan

bahwa penyakit sendi digolongkan berdasar kelompok di atas (intra dan ekstra

artikular) menghapuskan konsep sindrom TMJ tunggal. Istilah tersebut

mengandung konotasi penyederhanaan kasar dari permasalahan klinis yang dalam

kenyataannya jauh lebih kompleks.

Tidak ada keputusan akhir dalam penanganan berbagai kondisi disfungsi/

penyakit TMJ. Tidak saja karena adanya berbagai variasi dalam memandang

indikasi yang dimungkinkan, jenis terapi, dan evaluasi hasil, tetapi juga karena

dasar penyebab dari berbagai keadaan tidak terlalu dipahami atau kurang jelas.

Apa yang tampaknya merupakan permasalahan yang relatif sederhana.

Peranan dokter gigi umum adalah sebagai penentu diagnosis yang cermat.

Jika terdapat keluhan yang mengarah pada gangguan fungsi/ penyakit pada TMJ,

dibutuhkan pemeriksaan radiografi/ klinis yang menyeluruh dan pemeriksaan

riwayat. Kebanyakan penanganan secara mekanis dan obat-obatan yang telah

dijelaskan masih dalam bidang keahlian dokter gigi umum. Akan tetapi, jika

dibutuhkan pembedahan atau teknik diagnostik, maka sebaiknya lakukan rujukan

yang tepat dan segera.

23

Page 29: Makalah Kel 7

24

Page 30: Makalah Kel 7

DAFTAR PUSTAKA

Andasa, Khadijah. 2012. Gangguan Temporomandibular Joint. [On Line]. Dari: http://dentistrylearn.blogspot.com/2012/05/gangguan-temporomandibular-joint.html [27 November 2013].

Aprilia, Putri Ferina. 2012. Temporomandibular Joint. [On Line]. Dari: http://nitnotpinky.blogspot.com/2012/01/temporomandibular-joint.html [27 November 2013].

Gangguan pada TMJ. [On Line]. Dari: http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2012/01/gangguan-pada-tmj.html#ixzz2llTNXkeg [27 November 2013].

Ifan. 2010. Diagnosis Demam Rheumatik. [On Line]. Dari: http://ifan050285.wordpress.com/2010/02/21/diagnosis-demam-rheumatik/ [27 November 2013]

Kelainan TMJ. [On Line]. Dari: http://www.iosc.com.sg/id/id_tmj_disorders [27 November 2013].

Nyeri Rahang dan Sakit Telinga. [On Line]. Dari: http://blogtabib.blogspot.com/2013/03/nyeri-rahang-dan-sakit-telinga.html [27 November 2013]

Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pradana, Amalia. 2010. Degenerasi. [On Line]. Dari: http://amaliapradana.blogspot.com/2010/09/degenerasi.html [27 November 2013].

Riva, Yori Rachmia. 2013. Rahangku. [On Line]. Dari: http://id.scribd.com/doc/164874326/SKENARIO-3 [27 November 2013].

Tinitus. [On Line]. Dari: http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/tinitus-_-9510001031011 [27 November 2013].

Tjiptono, T.R., Harahap, S., Arnus, S. dan Osman, S. Ilmu Bedah Mulut Ed. II. Jakarta: Cahaya Sukma.

Wildan, Sondy. 2012. Gangguan TMJ. [On Line]. Dari: http://sondydentistry.blogspot.com/2012/05/gangguan-tmj.html [27 November 2013].

Page 31: Makalah Kel 7