Kel 7-Makalah Pemicu 4

download Kel 7-Makalah Pemicu 4

of 26

Transcript of Kel 7-Makalah Pemicu 4

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    1/26

    1 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    I.  Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Dalam industri kimia sering kali ditemukan proses pemisahan yang sulit

     bila dilakukan dengan metode distilasi biasa, contohnya untuk pemisahan sistem

     biner yang mengandung azeotrop. Kesetimbangan uap-cair untuk sistem yang

    mengandung azeotrop bisa dirubah dengan menambahkan komponen baru yang

    disebut entrainer.

    Metode khusus yang sering digunakan untuk melakukan pemisahan

    tersebut adalah distilasi secara azeotrop dan ekstraktif. Pada distilasi azeotrop

     penambahan entrainer membentuk minimum-boiling azeotrop dengan salah satu

    atau beberapa komponen feed dan akan terdistilasi ke atas. Pada distilasi

    ekstraktif, solven yang ditambahkan adalah suatu komponen yang memiliki titik

    didih tinggi yang akan mempengaruhi komponen feed yang lebih berat dan

    keluar dari bagian bawah kolom distilasi.

    Untuk melakukan proses distilasi secara ekstraktif diperlukan data

    kesetimbangan uap cair yang akurat secara termodinamika dan lengkap. Data

    kesetimbangan uap-cair tersebut digunakan untuk merancang alat pemisah

    distilasi. Diagram kesetimbangan uap-cair digunakan sebagai pegangan untuk

    memudahkan perancangan alat terhadap kemungkinan masalah yang muncul

    saat pemisahaan dengan distilasi untuk sistem yang diamati. ( Douglas, 1977 )

    Triethylene glycol (TEG) adalah entrainer yang baik untuk digunakan

    dalam distilasi ekstraktif karena merupakan solven klas I yaitu liquid yang

    membentuk jaringan tiga dimensi antara ikatan hidrogen. Solven distilasi

    ekstraktif cenderung akan bercampur dengan komponen dengan titik didih yang

    lebih tinggi dan menaikkan volatilitas relatif dari komponen yang lebih ringan.

    TEG memiliki sifat-sifat utama yang diperlukan yakni memiliki panas

    laten rendah, tidak bereaksi dengan komponen lain dalam sistem, tidak korosif

    dan beracun, serta tidak membentuk campuran dua fase. TEG juga memiliki titik

    didih yang relatif tinggi sehingga mampu menggeser titik azeotrop campuran

    ethanol-air dengan sangat baik. TEG juga memiliki harga yang relatif murah

    dibandingkan beberapa solvent lain yang dapat digunakan dalam distilasi

    ekstraktif seperti Sulfolane, Nmetil Pyrolidone, serta N-dimetil Formamida.

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    2/26

    2 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Sifat lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan solvent adalah mudah

    untuk mengalami recovery dan recycle, dan TEG merupakan solvent yang

    mudah di-recovery dan di-recycle. ( Robert, 1972)

    Perkiraan kesetimbangan sistem multikomponen dapat dilakukan hanya

     berdasarkan data percobaan sistem biner dengan korelasi thermodinamika

    modern dalam mempresentasikan kelakuan campuran tidak ideal seperti

    Persamaan NRTL dan UNIQUAC. Beberapa penelitian untuk sistem biner

    seperti penelitian Gomis, et al, (2007) tentang data kesetimbangan uapcair dan

    uap-cair-cair untuk sistem air-ethanol-heksana sukses dimodelkan dengan NRTL

    dan UNIQUAC dengan menggunakan simulator proses CHEMCAD. Penelitian

    Kuswandi, et al, (2009) tentang pengukuran kesetimbangan uap cair sistem air-

    triethylene glycol pada kondisi vacum juga dapat dikorelasikan dengan baik oleh

    model NRTL dan UNIQUAC. Serta penelitian Faundez, et al, (2006) tentang

    Vapor-Liquid Equilibrium pada campuran terner yang mengandung air-ethanol-

    cogener dapat dimodelkan dengan baik. Permodelan yang digunakan adalah

    PSRK, UNIFAC, NRTL, UNIQUAC.

    Perkiraan kesetimbangan untuk sistem terner juga dapat diprediksikan

    dengan baik menggunakan parameter interaksi dari sistem biner. Beberapa

     penelitian yang terdahulu seperti Dominguez, et al, (2003) meneliti tentang

     penetapan data VLE isobaric biner dan campuran terner [1-4]. Percobaan yang

    dilakukan merupakan percobaan isobaric dalam kesetimbangan uap-cair untuk

    campuran terner yang mengandung 2-butanol, n-heksanadan 1-chlorobutane

     pada tekanan 101,3 kPa. Hasil percobaan dibandingkan dengan hasil korelasi

    dan diprediksi dengan persamaan Wilson, NRTL, dan UNIQUAC serta

    modifikasi UNIFAC. Penelitian lain seperti Gupta, et al, (1989) meneliti tentangsistem biner benzene-triethylene glycol, toluenetriethylene glycol, dan benzene-

    n-methylpyrrolidone dengan menggunakan Smith and Bonner Still pada tekanan

    isobaric 101,325 kPa. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa Persamaan

     NRTL, Wilson, dan UNIQUAC yang digunakan untuk mengkorelasi data

    eksperimen yang diperoleh dapat diterapkan dengan baik pada perhitungan

     parameter interaksi antara ketiga sistem biner tersebut, yang mana dapat

    digunakan lagi untuk memprediksi kesetimbangan sistem ternernya. Serta

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    3/26

    3 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Mostafazadeh, et al, (2009) meneliti tentang kesetimbangan uapcair sistem air-

    triethylene glycol (TEG), dan air-TEG-toluen pada tekanan 85 kPa. Kesimpulan

    yang diperoleh adalah bahwa Persamaan NRTL, UNIQUAC, dan van laar yang

    digunakan untuk mengkorelasikan data eksperimen yang diperoleh dapat

    diterapkan dengan baik pada perhitungan parameter interaksi sistem biner

    tersebut. Namun untuk sistem terner hanya dapat menggunakan Persamaan

     NRTL dan UNIQUAC untuk mengkorelasikan data eksperimen.

    Data kesetimbangan uap-cair sistem terner ethanol-air-TEG pada

    temperatur, dan komposisi tertentu serta tekanan 1 atm yang diperoleh dari

    eksperimen belum ditemui, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk

    menentukan data-data kesetimbangan uap-cair sistem terner tersebut. Untuk

    mengetahui keakuratan data kesetimbangan uap-cair yang diperoleh, maka

    dilakukan tes konsistensi thermodinamika seperti yang diusulkan oleh

    Herringtom (1951).

    Pemakaian alat percobaan merujuk pada penelitian Raal tentang desain

    ebulliometer yang mampu mengukur vapour pressure untuk beberapa solven

    dengan nilai yang mendekati literatur. Manfaat dari perbedaan ebulliometer ini

    untuk mengukur batas koefisien aktifitas yang dimiliki solven.

    Untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang kompleks tersebut

    diperlukan pemahaman konsep tentang kesetimbangan uap-cair yang kuat. Oleh

    sebab itu, makalah ini disusun oleh tim penulis.

    B. Tujuan

    Adapun beberapa tujuan yang kiranya ingin dicapai oleh penulis setelah

    dibacanya makalah ini, beberapa tujuan tersebut yaitu:

    1.)  Mengetahui definisi koefisien aktivitas beserta mengetahui kekurangan dan

    kelebihan dari metode pendekatan tersebut,

    2.)  Mengerti tentang algoritma dari solusi pemecahan masalah tentang

    kesetimbangan uap-cair,

    3.) 

    Mengetahui apa saja parameter-parameter pada model margules dan model-

    model lainnya,

    4.) 

    Mengerti tentang hukum Raoult,

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    4/26

    4 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    C. Rumusan Masalah

    Bagaimanakah solusi dari masalah kesetimbangan uap-cair nomor 1, 3,

    4, dan 5 pada pemicu 4? 

    D. Metodologi

    Dalam proses pengerjaan dan pembuatan makalah ini, tim penulis

    menggunakan beberapa metode, yang antara lain adalah :

    1.)  Metode Pustaka

    Metode pustaka adalah metode penulisan makalah yang dilakukan dengan

    mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan

    alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.

    2.)  Diskusi

    Metode diskusi adalah metode yang dimana data didapatkan dengan cara

     bertanya secara langsung kepada antar tim penulis dan teman –  teman kelas yang

    mengetahui tentang informasi yang di perlukan dalam membuat makalah.

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    5/26

    5 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    II.  Pembahasan

    SOAL 1

    Aliran dari sumur gas adalah campuran yang mengandung 50% molmetana, 10% mol etana, 20% mol propana, dan 20% mol butana. Aliran

    ini diumpankan ke kondensor parsial dipertahankan pada tekanan 17,24

    bar dimana suhunya dibawa sampai 27oC. Siapkan p-T algoritma flash

    yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan gunakan

    algoritma itu untuk menentukan fraksi molar gas yang terkondensasi dan

    komposisi dari fasa cair dan fasa uap yang meninggalkan kondenser.

    Asumsikan bahwa campuran merupakan campuran ideal.

    Solusi:

    Diketahui :

    Ditanya :

      Algoritma flash?

      Fraksi mol gas yang terkondensasi?

      Komposisi vapor dan komposisi liquid?

    Langkah Penyelesaian :

    Sistem tersebut diketahui berada pada P = 17.24 bar dan T = 27 oC. Oleh

    karena itu, kita bisa mencari nilai Dew Point dan Bubble Point baik pressure

    ataupun temperature. Pada penyelesaian kali ini menggunakan Dew Point dan

    Bubble point pressure agar kita dapat mengetahui apakah sistem berada dalam

    kesetimbangan campuran uap-cair atau tidak. Dengan grafik dibawah ini, kita

     bisa mendapatkan nilai K untuk masing-masing senyawa pada berbagai tekanan

     pada suhu yang konstan.

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    6/26

    6 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

      Mencari nilai DEW P

    Diketahui suhu sistem sebesar 27oC. Pada perhitungan DEW P, syarat yang

    harus dipenuhi adalah  Dimana pada DEW P, nilai dari xi = 1, sehingga :  

    Dalam kasus ini kita tidak menggunakan persamaan Antoine dalam

    menghitung DEW P karena 27oC berada diluar range temperatur untuk

    Gambar 1. Grafik nilai K i pada beberapa senyawa terhadap P dan T

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    7/26

    7 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

     persamaan antoine. Oleh karena itu, kita harus melakukan trial and error pada

    setiap tekanan karena nilai K bergatung pada tekanan. Selain itu, fraksi yi sama

    dengan zi karena pada dew point fraksi uap meggambarkan fraksi keseluruhan

    sistem. Dengan cara tersebut didapatkan tabel :

    komponen yi  P=150 psia P=200 psia P=167,17 psia

    K i  yi/K i  K i  yi/K i  K i  yi/K i 

    metana 0,5 16,2 0,030864 12,6 0,039683 15,8 0,031646

    etana 0,1 2,5 0,04 3,2 0,03125 3,05 0,032787

    propana 0,2 0,8 0,25 1 0,2 0,96 0,208333

    n-butana 0,2 0,25 0,8 0,3 0,666667 0,29 0,689655

    Σyi/K i  1,120864 Σyi/K i  0,937599 Σyi/K i  ≈1 

    Pertama bila kita menebak tekanannya 150 psia, maka jumlah yi/Ki akan

    1,121 lalu jika menebak pada 200 psia maka kita mendapat jumlah y i/K i 0,937.

    Kemudian kita interpolasi maka jumlah yi/K i  akan mendekati 1 pada tekanan

    167,17 psia atau 11,372 bar. Sehingga didapatkan DEW P = 11,372 bar.

      Mencari nilai BULB P

    Hampir sama seperti pada perhitungan dew point, tetapi syarat yang harus

    dipenuhi dalam menghitung BULB P adalah :  Dimana pada BULB P, nilai dari yi = 1, sehingga :  Kita melakukan trial dan error untuk menebak nilai BULP P. Fraksi cair yang

    digunakan sama dengan fraksi total, karena pada bubble point sistem masih

     berbentuk cairan seluruhnya dan tepat akan mulai menguap. Dengan cara

    tersebut kita mendapatkan :

    komponen xi P=250 psia P=300 psia

    Ki xiKi Ki xiKi

    metana 0,5 11,1 5,55 8,5 4,25

    etana 0,1 2,1 0,21 1,8 0,18

    propana 0,2 0,68 0,136 0,6 0,12

    n-butana 0,2 0,21 0,042 0,19 0,038

    ΣxiKi  5,938 ΣxiKi  4,588

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    8/26

    8 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Dari tabel tersebut kita mengetahui bahwa semakin meningkatnya tekanan,

    maka nilai dari ΣxiK i semakin mendekati 1. Namun seperti terlihat pada grafik,

     bahwa sampai pada tekanan 700 psia (47,62 bar) nilai ΣxiK i masih berada di atas

    1. Sehingga nilai dari BULP P sangatlah tinggi diatas 700 psia (47,62 bar).

    Hal ini menunjukan bahwa pada tekanan sistem P = 17,24 bar, sistem

     berada pada kondisi kesetimbangan uap-cair karena Pdew  < P < P bubble. Oleh

    karena itu, kita bisa menghitung fraksi uap dan cair untuk masing-masing

    komponen serta komposisi dari fasa uap dan cair dengan perhitungan flash. Jika

    L adalah komposisi mol fasa cair dan V adalah komposisi mol fasa uap, maka :

      (1) 

      (2) Menggabungkan persamaan (1) dan (2) untuk mengeliminasi V, sehingga :

     Substitusi yi = xiK i, sehingga kita mendapatkan :

       

     )

     

      (3) Pada perhitungan flash, syarat yang harus dipenuhi adalah

      (4)Dengan melakukan trial dan error pada nilai L, maka kita mendapatkan tabel :

    Komponen zi  K i  xi untuk setiap L yi  = xiK i

    L =0,145L = 0,1 L = 0,16 L =0,145

    Metana 0,5 10 0,054945 0,058411 0,057504 0,575043

    Etana 0,1 2,075 0,050826 0,052549 0,052107 0,108122

    Propana 0,2 0,68 0,280899 0,273523 0,27533 0,187225

    n-Butana 0,2 0,21 0,692042 0,59453 0,616238 0,12941

    Total 1,078711 0,979013 1 1

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    9/26

    9 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Pertama kita mencoba pada L sebesar 0,1; maka pada perhitungan

     persamaan (4) didapatkan hasil 1,079. Lalu kita masukan L sebesar 0,16; maka

    didapatkan hasil perhitungan persamaan (4) sebesar 0,979.

    Dengan interpolasi kita bisa mendapatkan bahwa komposisi mol cair (L)

    sebesar 0,145 mol, sedangkan komposisi mol uap adalah V = 1 –  L = 0,855 mol.

    Dengan kata lain, kita dapat menyatakan bahwa yi yang diperoleh saat V =

    0,855 adalah fraksi mol gas yang tidak terkondensasi (tetap dalam fase gas),

    sedangkan xi adalah fraksi mol gas yang terkondensasi (berubah menjadi liquid)

    Sehingga pertanyaan 2 dapat dijawab dengan :

    Fraksi mol gas yang terkondensasi :

     

    Metana : 0,058

      Etana : 0,052

      Propana : 0,275

      n-Butana : 0,616

    Sedangkan untuk pertanyaan yang ke 3 dapat ditentukan dengan :

    Komposisi Vapor (V = 0,855 mol)

     

    Metana = 0,575 x 0,855 = 0,492 = 49,2 %

      Etana = 0,108 x 0,855 = 0,092 = 9,2 %

      Propana = 0,187 x 0,855 = 0,16 = 16 %

      n-Butana = 0,129 x 0,855 = 0,113 = 11,3 %

    Komposisi liquid (L = 0,145 mol)

      Metana = 0,058 x 0,145 = 0,00841 = 0,84 %

      Etana = 0,052 x 0,145 = 0,00754 = 0,75 %

     Propana = 0,275 x 0,145 = 0,0398 = 3,98 %

      n-Butana = 0,616 x 0,145 = 0,0893 = 8,93 %

    SOAL 3

    Activity coefficient is capable of modeling and correlating VLE of highly

    non-ideal mixtures at low pressures.

    a.  Give a definition for activity coefficient of component I (ϒ) using your

    own words

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    10/26

    10 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    b.  Comments on the shape of the phase envelope of the following binary

    mixture; tetrahydrofuran/carbon tetrachloride, ethanol/toluene,

    chloroform/tetrahydrofuran, and furan/ carbon tetrachloride. Based

    your explanation on the molecular structure and molecular interaction

    between the moleculesc.  List the advantages and disadvantages of using the activity coefficient

    approach

    Solusi:

    a. 

    Definisi koefisien aktivitas (ϒ)

      Koefisien aktifitas adalah suatu perbandingan antara fugasitas pada

    keadaan tertentu terhadap fugasitas   0i  f     dalam keadaan standar,

    pada temperatur yang sama,  dengan nilai yang diberikan dari

    Lewis/Randall rule pada T,P dan komposisi yang sama. Sehingga

    kemudian dapat dirumuskan sebagai

       

      

      Untuk menghitung data VLE eksperimen pada tekanan rendah 

    dipakai persamaan

     sat 

    ii

    i

    ii

    ii

     p x

     P  y

     f   x

     P  y     (i = 1,2,...N)

      Untuk mencari persamaan larutan 1 dan 2 pada sistem biner,

     persamaan diatas dapat diubah menjadi

    dan sat 

    i   P  x P  y 222    Kemudian diturunkan menjadi:

     sat  sat   P  x P  x P 222111

                  sat  sat 

     sat 

     P  x P  x

     P  x y

    222111

    211

    1

        

      

     

     b.  Shape of the phase envelope of the tetrahydrofuran/carbon tetrachloride,

    ethanol/toluene, chloroform/tetrahydrofuran, and furan/ carbon

    tetrachloride in binary mixture.

      Tetrahydrofuran / carbon tetrachloride 

    Tetrahydrofuran dan karbon tetraklorida merupakan senyawa non polar.

    Kedua campuran senyawa ini dapat mencampur karena sesame senyawa

    non polar akan membentuk ikatan dipole-dipol (lebih lemah dari polar-

     polar). Ikatan antar molekulnya lebih lemah dari ikatan yang akan

    dibentuk dari senyawa berbeda. Kurva yang tergambarkan menunjukan

     penurunan. Berikut adalah diagram yang menunjukkan kaidah Hukum

    Raoult yang ideal.

     sat 

     P  x P  y 1111     

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    11/26

    11 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Gambar 2. Diagram Raoult untuk Tetrahydrofuran dan karbon tetraklorida

      Ethanol / toluene 

    Etanol merupakan senyawa polar sedangkan toluene merupakan

    senyawa nonpolar. Senyawa nonpolar dan polar sulit sekali mencampur.

    Ikatan antarmolekulnya bereaksi sangat kuat sehingga mereka tidak

    menciptakan dipole-dipole untuk saling menyatu antar senyawa lainnya.

    Berikut adalah diagram Hukum Raoult untuk senyawa etanol dan

    toluene.

    Gambar 3. Diagram Hukum Raoult untuk Etana dan toluena 

      Chloroform / tetrahydrofuran 

    Kloroform dan tetrahydrofuran merupakan senyawa non polar.

    Gambar diagram dibawah memperlihatkan bahwa kedua campuran ini

    membentuk deviasi negative yang sangat ekstrim. Hal ini karena ikatan

    hydrogen  sehingga penyampuran antara kedua nya menjadi sangat

    reaktif, dan karena ikatan antar diri mereka lebih lemah daripada ikatan

    yang akan terbentuk dengan senyawa lainnya.

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    12/26

    12 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Kedua senyawa ini membentuk azeotrope  yaitu saat dimana

    kedua senyawa ini tercamput dan mendidih dimana fraksi antara kedua

    senyawanya terdiri dari komponen yant tepat sama jumlanya. Pada saat

    ini, tidak dapat dilakukan distilasi untuk memisahkan keduanya.

    Gambar 4. Diagram Hukum Raoult antara Kloroform dan tetrahydrofuran

      Furan/carbon tetrachloride merupakan senyawa polar sebagian, dan

    karbon tetraklorida merupakan senyawa non polar. Sifat polar

    sebagian pada furan ini mengakibatkan dia bisa menyatu dengankarbon tetraklorida meskipun tidak dapat sereaktif yang senyawanya

    sejenis. Ikatan antar atom dalam furan agak lebih kuat dibandingkan

    ikatan yang akan terbentuk dari kedua senyawa. Itulah mengapa

    kurva masih ada yang berada diatas garis ideal, ini juga berarti

    larutan yang terbentuk hampir menyamai larutan ideal. 

    Gambar 5. Diagram Hukum Raoult untuk furan dan karbon tetraklorida

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    13/26

    13 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    c.  Keuntungan dan Kerugian dengan Metode Pendekatan Koefisien

    Aktivitas

    Keuntungan Kerugian

      Data-data telah

    tersedian diliterature dan

    tersedia dalam

     berbagai pasangan

    komponen.

      Dapat digunakandalam perhitungan

    highly non-ideal

    campuran liquid di

    tekanan rendah 

      Diperlukan estimasi dan menemukan

     parameter-parameter campuran daridata eksperimen seperti pada saat

    fase kesetimbangan

      Parameter biner yang diperlukanterbatas pada eksperimen yang telah

    dilakukan. Sehingga diperlukan

    eksperimen yang baru lagi untuk

    menentukan parameternya.

    SOAL 4

    In addition, your group also given another task, similar but not really

    the same. (a) Explain why Raoult’s law is not suitable for analysis of P-

    x-y diagram of the chloroform-1,4 dioxane mixture, based your

    explanation on the molecular structure and molecular interaction

    between the molecules. (b) A binary mixture of chloroform (1) and 1,4-

    dioksan (2) with an equimolar composition (z1=z2=0.5) in a compressed

    liquid state di fed to a storage vessel to be maintained at temperature of

    50

      and pressure of 25 kPa. Your group should determine if the

    mixture in the vessel will be a mixture of saturated liquid and saturated

    vapor, vapor or liquid. If it exist as a mixture of the two phases please

    determine the mole-fraction of each phase.

    Solusi:

    (a) Untuk mengetahui apakah larutan suatu larutan ideal atau tidak, kita

    dapat dengan mudah mengidentifikasinya dengan menggambar grafik

    hubungan antara fugasitas f  dengan harga komposisi fraksi uap-cair.

    Gambar 6. Ketergantungan Komposisi Fugasitas untuk Spesies i dalam Solusi Biner

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    14/26

    14 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Hukum Henry menyatakan bahwa pada suhu konstan kelarutan dari gas

    ke liquid sebanding dengan tekanan pada tekanan gas diatas cairan.

    Sedangkan hukum Lewis/Randall meyatakan karakteristik perilaku gas ideal

    yang menunjukkan ketergantungan komposisi terhadap  f i, dan dijadikan

    standar terhadap perilaku sebenarnya.

    Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa kurva properti campuran tidak

    mengikuti salah satu dari hukum Henry maupun hukum Lewis/Randall.

    Dapat dilihat bahwa slope dari  xi  yang mendekati nol mengikuti kaidah

    hukum Henry. Namun sejalan dengan perubahan menuju  xi = 1 sistem akan

    mengikuti hukum Lewis/Randall.

    Untuk mengetahui karakteristik dari sistem diatas, kita harus

    menggunakan Persamaan Margules. Persamaan ini digunakan untuk mencari

    model empiris dari perilaku larutan yang didasark an pada konsep ”local

    composition”. Persamaannya adalah:

      21212121

      x x x A x A RT 

    G E 

     

    1122112

    2

    21  2ln   x A A A x       

    dan

    2211221

    2

    12  2ln   x A A A x       

    Untuk tiap slope  xi  yang berbeda, dapat digunakan aturan yang

    dicetuskan G.M Wilson. Persamaan Wilson merupakan teori modern yang

    dibangun berdasarkan termodinamika molekuler dari sifat liquid-solution

    yang berdasarkan pada konsep komposisi lokal dan berorientasi pada

     perbedaan ukuran molekul dan gaya intermolekuler. Terdapat dua parameter

    untuk sistem biner, (Λ12 dan Λ21), Persamaannya adalah:

    2112212211

      lnln   A x x x A x x x RT 

    G E 

     

     

     

      

     

     

      

     

    2112

    21

    1221

    12

    212211  lnln

     x x x x x x x    

     

     

      

     

     

      

     

    2112

    21

    1221

    12

    121122  lnln

     x x x x x x x    

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    15/26

    15 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Dua asumsi utama yang diperlukan untuk mereduksi perhitungan VLE

    terhadap hokum Raoult adalah:

      Fasa uap adalah gas ideal

     

    Fasa cair adalah larutan ideal

    Asumsi pertama berarti bahwa hokum Raoult dapat diterapkan untuk

    tekanan rendah sampai menengah. Penerapan kedua bahwa ini memiliki

     perkiraan validitas hanya ketika komponen yang menyusun system sama

    secara kimia. Hanya saja sebagai gas ideal yang menjalani prilaku seperti

     prilaku gas nyata pada keadaan standar yang dapat diperbandingkan, larutan

    ideal merepresentasikan prilaku menuju prilaku larutan nyata yang dapat

    diperbandingkan. Prilaku larutan ideal sering diperkirakan dengan fasa cair

    dimana spesies/komponen molecular tidak terlalu berbeda dalam ukuran dan

    sifat kimianya sama. Oleh Karena itu, campuran isomer, seperti orto-, meta-,

    dan  para-xylena, sangat memenuhi terhadap prilaku larutan ideal. Begitu

     juga campuran anggota deret homolog seperti, n-heksan/n-heptan,

    etanol/propanol, dan benzene/toluen. Contoh lain adalah aseton/asetonitril

    dan asetonitril/nitrometan.

    Ekspresi matematis yang merefleksikan dua daftar asumsi dan member

    ekspresi kuantitatif terhadap hokum Raoult adalah:

     P  y P  x i sat 

    ii   ..     ,Dimana xi adalah mol fraksi fasa cair, yi adalah mol fraksi fasa uap dan

     sat 

    i P 

    adalah tekanan uap murni spesies i  pada temper atur sistem. Produk yi  P

     pada sisi kiri (1) dikenal sebagai tekanan parsial spesies i.

    Penampakan penting dan berguna hokum Rault adalah bahwa hal inivalid untuk beberapa spesies yang ada pada kesatuan pendekatan mol fraksi,

    menyediakan hanya bahwa fasa gas adalah gas ideal.

    Gambar 7. Struktur Chloroform Gambar 8. Struktur 1,4 dioxane

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    16/26

    16 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Pada Campuran tersebut, sistem tak ideal terbukti dengan Berat Molekul

    maupun gugus fungsi yang jauh berbeda. Dari Struktur diatas, kita

    mengetahui bentuk molekul dari chloroform dan 1,4 dioxane jauh berbeda.

    Meskipun Kepolarannya berdekatan (Sama-sama non-polar), namun

    campuran tersebut tetap tidak ideal dengan penyimpangan negatif, Hukum

    Raoult harus mengasumsikan campuran ideal, sedangkan campuran tersebut

    tidak ideal, sehingga Hukum Raoult tidak cocok untuk campuran tersebut.

    (b) Ekuimolar campuran klorform-1,4-dioxane diaduk dan dipanaskan

    sampai 50oC. Energi Gibs berlebih diwakili oleh persamaan :

     Berapa komposisi uap dari solusi pemanasan diatas?

    Diketahi : , T = 50oC

    Ditanya : komposisi vapor?

    Langkah Penyelesaian :

      Menentukn nilai dari ln dan ln  

     

    n  

    dengan substitusi nilai  ;

     serta n = n1 + n2, maka

    akan didapatkan :

    n

     

      ln   =( )

     

    =

    =

     

     Dengan mereduksi ni = xi dan x2 = 1 –  x1, maka didapatkan :

    ln

      = -x1

    2 + 2x1  –  1

    x n

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    17/26

    17 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

      ln   =( )

     

    =

    =

     

     

    Dengan mereduksi ni = xi dan x1 = 1 –  x2, maka didapatkan :

    ln  = -x22 + 2x2  –  1

      Menentukan persamaan untuk mencari nilai P

    y1P = x1 P1sat  dan y2P = x2 P2sat

    sehingga didapatkan :

    P = x1 P1sat + x2 P2satDimana :

     

          

    Sehingga, dengan memvariasikan nilai xi, didapatkan data sebagai berikut :

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    18/26

    18 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Jika dilihat dalam plot diagram, didapatkan :

    Soal 5

    From SVA book (6th

     edition, problem 12.6). VLE data for methyl tert-butyl

    ether(l)/dichloromethane(2) at 308.15 °K (35°C) (extracted from F. A. Mato,

    C. Berro, and A. Ptneloux, J. Chem. Eng. Data, vol. 36, pp. 259-262, 1991)

    are as follows:

    The data are well correlated by the three-parameter Margules equation [anextension of Eq. (12.9)]

    Implied by this equation are the expressions:

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

       T   e    k   a   n   a   n

        (    k   P   a    )

    x1, y1 

    Grafik P-x1 dan P-y1 

    P-x1

    P-y1

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    19/26

    19 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    a) Basing calculations on Eq. (12.1), find the values of the three-parameter

    Margules equation parameters A12, A21, and C that provide the best fit of

    GE/RT to the data

    b) Prepare a plot of In yl, In fi,and G E / x I x 2 R T VS. X I showing both thecorrelation and experimental values

    c) Prepare a P-x-y diagram that compares the experimental data with the

    correlation determined in(a)

    Answer:

    a) Mencari nilai 3 parameter dari persamaan Margules yaitu A12, A21, and C

    Untuk memperoleh nilai dari parameter A12, A21, dan C, nilai-nilai yang perlu

    diketahui adalah  x2,  y2, γ1, γ2, GE/RT, dan GE/( x1.x2RT). Dari soal, kita

    mempunyai tabel yang terdiri dari tekanan (P), x1, dan y1. Berarti, data tersebut

    merupakan data untuk methyl tert-butyl ether. Karena terdiri dari dua komponen,

    maka untuk dichloromethane mencari x2 dan y2 dengan cara :

    Setelah itu, kita mencari nilai koefisien aktivitas ( Ɣ ) dari masing -masing

    komponen dengan sejumlah data yang terdapat di tabel. Rumus untuk mencari Ɣ

    yang digunakan adalah persamaan 12.1 dari buku Chemical Engineering

    Thermodynamics Sixth Edition, J.M. Smith, Van Ness dan Abbott.

    Persamaannya adalah :

    dimana   merupakan tekanan saturated dari kedua komponen (  dan. Untuk menentukan , nilai x dan y pada komponen 2 harus bernilainol, ini berarti komponen kedua yaitu dichloromethane tidak memberikan

    kontribusi atau pengaruh bagi tekanan yang diberikan. Sebaliknya, untuk

    menentukan , nilai x dan y pada komponen 1 yaitu methyl tert-butyl ether bernilai nol. Kemudian kita mencari nilai GE/RT. Persamaannya terdapat pada

     persamaan 12.6 dari buku Chemical Engineering Thermodynamics Sixth Edition,

    J.M. Smith, Van Ness dan Abbott. Persamaannya adalah :

      y y 

    Ɣ yPf  yP

    Psat 

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    20/26

    20 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Semua persamaan yang telah dijelaskan diatas, dihitung dengan menggunakan

    Microsoft Excel, didapatkan tabel dan nilai-nilai sebagai berikut : Untuk

    mendapatkan nilai-nilai parameter dari persamaan Margules, kita gunakan

     persamaan yang diberikan soal, yaitu :

     

     

    dengan . Persamaan menjadi :

    P x1  y1  x2  y2  γ1  γ2  GE/RT G

    E/RTx1x2 

    85.265 0 0 1 1 undefined 1 undefined undefined

    83.402 0.033 0.0141 0.967 0.9859 0.718108 0.997268 -0.0136 -0.4253

    82.202 0.0579 0.0253 0.9421 0.9747 0.723823 0.997437 -0.0211313 -0.387391591

    80.481 0.0924 0.0416 0.9076 0.9584 0.730168 0.996724 -0.0320362 -0.38201005

    76.719 0.1665 0.0804 0.8335 0.9196 0.74654 0.992717 -0.0547615 -0.394598754

    72.422 0.2482 0.1314 0.7518 0.8686 0.772631 0.981335 -0.0781891 -0.419026919

    68.005 0.3322 0.1975 0.6678 0.8025 0.814735 0.958448 -0.0964063 -0.43456981

    65.096 0.388 0.2457 0.612 0.7543 0.830684 0.940971 -0.1092121 -0.45992566

    59.651 0.5036 0.3686 0.4964 0.6314 0.879824 0.889856 -0.1224056 -0.489647755

    56.833 0.5749 0.4564 0.4251 0.5436 0.909206 0.85235 -0.1226342 -0.50179727

    53.689 0.6736 0.5882 0.3264 0.4118 0.944749 0.794421 -0.1134029 -0.515788909

    51.620 0.7676 0.7176 0.2324 0.2824 0.972464 0.735658 -0.0927774 -0.520080996

    50.455 0.8476 0.8238 0.1524 0.1762 0.988196 0.684155 -0.0679109 -0.52573066

    49.926 0.9093 0.9002 0.0907 0.0998 0.996017 0.644287 -0.0435016 -0.527461148

    49.720 0.9529 0.9502 0.0471 0.0498 0.999096 0.616551 -0.0236404 -0.526729108

    49.624 1 1 0 0 1 undefined undefined undefined

    lƔ lƔ 

    lƔ lƔ  

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    21/26

    21 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

     

     

      Nilai parameter , , dan C dapat dicari dengan membuat grafik x1 terhadapGE/RTx1x2.

    x1  GE/RTx1x2 

    0 0

    0.033 -0.42532

    0.0579 -0.38739

    0.0924 -0.38201

    0.1665 -0.3946

    0.2482 -0.41903

    0.3322 -0.43457

    0.388 -0.45993

    0.5036 -0.48965

    0.5749 -0.5018

    0.6736 -0.51579

    0.7676 -0.52008

    0.8476 -0.52573

    0.9093 -0.52746

    0.9529 -0.52673

    Grafik yang didapatkan adalah :

    y = 0.0768x2 - 0.2399x - 0.3772

    R² = 0.9223

    -0.6

    -0.5

    -0.4

    -0.3

    -0.2

    -0.1

    0

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

       G   E    /   R   T   x   1   x   2

    X1

    Grafik X1 terhadap GE/RTx1x2

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    22/26

    22 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Melalui grafik diatas, kita memperoleh persamaan polynomial, yaitu :

    y = 0.076 x2 - 0.239 x - 0.377

     

      0,239  

     

     

    Maka, nilai untuk masing-masing parameter adalah :

    A21 = - 0,54

    A12 = - 0,377

    C = 0,076

     b)  Membuat grafik ln(Ɣ1), ln(Ɣ2), and G

    E/(x1.x2.RT) vs x1 dengan korelasi dan

    data eksperimen.

     Nilai eksperimen adalah nilai yang diperoleh berdasarkan nilai γ1  dan γ2  yang

    diperoleh pada tabel sebelumnya, yang kemudian dimasukkan dalam fungsi ln.

    Sedangkan nilai korelasi baru diperoleh dengan menggunakan persamaan yang

    terdapat dalam soal, yaitu :

    l Ɣ [ ] l Ɣ [ ] 

    Dengan memasukkan semua nilai-nilai ke dalam persamaan diatas, maka ln(Ɣ1)

    dan ln(Ɣ2) dapat diketahui nilainya. Setelah itu, nilai ln(γ1) dan ln(γ2) yang

    didapatkan akan dimasukkan ke persamaan:

    l l   

    Untuk memperoleh nilai dari

     yang akan digunakan untuk plot grafik.

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    23/26

    23 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Sehingga nilai yang kita peroleh untuk fungsi ln menjadi:

    Huruf “e” pada tabel merupakan nilai untuk eksperimen, dan “k” adalah nilai

    untuk korelasi. Sehingga, grafik hubungan ln(γ1), ln(γ2), dan GE/( x1.x2RT)

    terhadap x1 berdasarkan nilai eksperimen dan korelasi adalah:

    c)  Membuat grafik P-x-y yang dibandingkan dengan data eksperimen dengan

    korelasi.

    Data eksperimen merupakan data yang didapatkan dari suatu percobaan,

    sedangkan kolerasi merupakan hubungan dari keduanya. Untuk data eksperimen,

    P, x1, dan y1 sudah diketahui dari soal. Yang perlu dicari adalah P dan y untuk

    -0.6000

    -0.5000

    -0.4000

    -0.3000

    -0.2000

    -0.1000

    0.0000

    0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000

    Grafik hubungan ln(γ1), ln(γ2), dan

    GE/(x1.x2RT) terhadap x1 berdasarkannilai eksperimen dan korelasi

    ln(γ1)e

    ln(γ2)e

    (GE/RTx1x2)e

    ln(γ1)k

    ln(γ2)k

    (GE/RTx1x2)k

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    24/26

    24 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    korelasinya. Mencari nilai tekanan (P) dari setiap x1  menggunakan persamaan

    12.11 dari buku Chemical Engineering Thermodynamics Sixth Edition, J.M.

    Smith, Van Ness dan Abbott. Persamaannya adalah :

    Ɣ Ɣ Sedangkan untuk mencari nilai y untuk setiap x1 menggunakan persamaan 12.12

    dari buku Chemical Engineering Thermodynamics Sixth Edition, J.M. Smith,

    Van Ness dan Abbott. Persamaannya adalah :

    Ɣ

    Ɣ Ɣ Ɣ

     

    Dengan menggunakan excel, didapatkan nilai-nilai untuk P dan y1 korelasi

    adalah sebagai berikut :

    DATA EKSPERIMEN KORELASI

    P x1 y1 P x1 y1

    85.265 0 0 0

    83.402 0.033 0.0141 83.57129 0.033 0.013572

    82.202 0.0579 0.0253 82.28861 0.0579 0.02439180.481 0.0924 0.0416 80.50393 0.0924 0.040313

    76.719 0.1665 0.0804 76.64546 0.1665 0.078818

    72.422 0.2482 0.1314 72.38388 0.2482 0.129568

    68.005 0.3322 0.1975 68.07517 0.3322 0.192787

    65.096 0.388 0.2457 65.31117 0.388 0.24183

    59.651 0.5036 0.3686 60.03003 0.5036 0.362581

    56.833 0.5749 0.4564 57.19646 0.5749 0.449375

    53.689 0.6736 0.5882 53.96271 0.6736 0.581307

    51.62 0.7676 0.7176 51.7213 0.7676 0.712588

    50.455 0.8476 0.8238 50.47637 0.8476 0.821389

    49.926 0.9093 0.9002 49.91054 0.9093 0.899451

    49.72 0.9529 0.9502 49.6985 0.9529 0.95015

    49.624 1 1 1

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    25/26

    25 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    Grafik yang terbentuk adalah :

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    0 20 40 60 80 100

    P-x-y diagram that compares the

    experimental data with thecorrelation

    P-X1

    P-Y1

    Korelasi P-X1

    Korelasi P-Y1

  • 8/17/2019 Kel 7-Makalah Pemicu 4

    26/26

    26 | V L E E Q U I L I B R I U M

     

    DAFTAR PUSTAKA:

    Karlekar, B.V. 1983. Thermodynamics For Engineers. United States of America :

    Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J. 07632

    Moran, M.J. Shapiro, H.N. 2004.  Fundamentals of Engineering Thermodynamics. New

    York : John Wiley & Sons, Inc

    Smith, J.M. Van Ness, H.C. Abbott, M.M.. (2001). Introduction to Chemical

     Engineering Thermodynamics.. McGraw-Hill: New York