Makalah Bdp Kel 3

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Belajar bukan hanya menghafal dan mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapan, kemampuan, daya reaksi dan daya penerimaan. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan mambantu dalam mawujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara umum teori belajar di kelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi Teori Belajar Behavioristik, Teori Belajar Kognitif, Teori Belajar Humanistik, dan Teori Belajar Sibernik. Untuk memahami lebih lanjut maka dalam makalah ini akan membahas mengenai humanisme. Dalam dunia pendidikan terdapat banyak teori tentang pembelajaran. Salah satu teori pendidikan yang diterapkan adalah humanisme. Namun tentu saja masih 1

description

BDP Kelompok 3

Transcript of Makalah Bdp Kel 3

Page 1: Makalah Bdp Kel 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut teori humanistik,  tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Belajar

bukan hanya menghafal dan mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan

dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku ketrampilan,

kecakapan, kemampuan, daya reaksi dan daya penerimaan. Tujuan utama para pendidik adalah

membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu  masing-masing individu

untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan mambantu dalam

mawujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam suatu pembelajaran juga perlu

didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara umum teori belajar di kelompokan dalam

empat kelompok atau aliran meliputi Teori Belajar Behavioristik, Teori Belajar Kognitif, Teori

Belajar Humanistik, dan Teori Belajar Sibernik.

Untuk memahami lebih lanjut maka dalam makalah ini akan membahas mengenai

humanisme. Dalam dunia pendidikan terdapat banyak teori tentang pembelajaran. Salah satu

teori pendidikan yang diterapkan adalah humanisme. Namun tentu saja masih menimbulkan

pertanyaan tentang “Apakah yang dimaksud dengan teori  humanisme(sosial)? “ dan berbagai

pertanyaan lainpun akan bermunculan mengenai teori ini.

 Humanisme tidak memandang bangsa, agama, daerah, suku, warna kulit dan sejenisnya.

Ia memperlakukan dan berusaha membantu siapa pun itu manusianya. Tidak memandang ia baik

atau jahat, kawan atau musuh. Humanisme dipandang merupakan pendidikan dan pembelajaran

di sekolah selama ini dinilai kurang demokratis. Kurangnya ruang bagi peserta didik untuk

berimajinasi dan berkreasi menunjukkan eksistensinya dengan perspektif mereka sendiri

menunjukkan hal itu. Padahal, kreativitas dan kemampuan berpikir kritis merupakan kecakapan

yang menjadi modal anak agar mampu menghadapi tantangan dan lebih kompetitif .

1

Page 2: Makalah Bdp Kel 3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar humanisme?

2. Bagaimanakah pemahaman belajar menurut teori belajar humanisme?

3. Bagaimana implikasi teori belajar humanisme dalam proses belajar mengajar?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar humanisme.

2. Untuk mengetahui pandangan teori belajar humanisme terhadap belajar.

3. Untuk mengetahui implikasi teori belajar humanisme dalam proses belajar mengajar.

2

Page 3: Makalah Bdp Kel 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Belajar Humanisme

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada manusia

itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam

kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam

bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam

bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati

dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan

manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Menurut kami, Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang

mengedepankan bagaimana manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.

Manusia bertanggung jawab terhadap pilihan hidup mereka sendiri, sehingga mampu berbuat

segala hal positif untuk membangun dirinya, hal ini karena pada dasarnya manusia mempunyai

potensi untuk menjadi lebih baik asalkan mau mengaktulisasikan diri.

Dalam  teori humanistime, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses

belajar berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.Teori ini

berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang

pengamatnya. Tujuan utama para pendidikan ialah membantu siswa untuk mengembangkan

dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai

manusia Humanisme dilihat dari adanya dua bagian pada proses belajar, yaitu :

1. Proses pemerolehan informasi

2. Personalisasi informasi ini pada individu

2.2 Tokoh- tokoh dalam teori humanisme

Tokoh penting dalam teori belajar humanistime secara teoritik antara lain adalah: Arthur

W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers. Salah satu tokoh penting dari Teori Humanistik

ini ialah “ Arthur W. Combs “ ( 1912-1999 ).

3

Page 4: Makalah Bdp Kel 3

Arthur bersama dengan Donald Snygg ( 1904-1967 ) mencurahkan perhatian pada dunia

pendidikan. Meaning (makna atau arti ) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar

terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai

oleh muridnya. Misal, anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan berarti anak itu bodoh

tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan mungkin mereka tidak ada alasan penting

mereka agar harus mempelajari. Perilaku ini tidak lain karena dari ketidakmauan seseorang

untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Dari uraian tersebut menurut kami, seorang guru harus bisa memahami perilaku siswa

dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah

perilakunya, guru harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.

Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Banyak guru membuat kesalahan

dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan

sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu, dengan kata lain

individulah yang memberikan arti kepada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah

bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran

tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya. Combs memberikan lukisan persepsi

diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran ( besar dan kecil) yang bertitik pusat satu. Hal-hal

yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran huanisme adalah pentingnya

guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu;

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus

belajar tentang hal-hal yang tidak penting artinya.

2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan

pelajaran berarti mengorganisasian bahan dan ide baru sebagai bahan yang bermakna

bagi siswa. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan bahan

dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

3. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar

humanistik yang penting diantaranya ialah;

4

Page 5: Makalah Bdp Kel 3

1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid

mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

3. Belajar yang menyangkut perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri

dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolakanya.

4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan

diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar semain kecil.

5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan

berbagai cara yang berbeda-beda maka terjadilah proses belajar. Belajar bermakna

diperoleh siswa dengan melakukannya.

6. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan

bertanggungjawab dalam proses belajar itu.

7. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan

maupun intelek merupaan cara yang dapat memberi hasil yang mendalam dan

lestari.

8. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreatifitas, lebih mudah dicapai

terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri

dan penilaian dari orang lain merupaan cara kedua yang penting.

9. Belajar yang paling berguna secara sosial dalam dunia modern ini adalah belajar

mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap

pengalaman dan penyatuan kedalam diri sendiri setelah mengenai proses

perubahan itu.

Abraham Maslow, Mazhab ketiga dalam perkembangan psikologi ini, lahir sebagai

reaksi atas teori-teori Behaviorisme (kental dengan sifat behavioristik, asosianistik dan

eksperimental) dan Psikoanalisis (depth psychology dengan sifat klinis-pesimistik). Suatu telah

terhadap sisi-sisi yang lebih bermanfaat, bermakna dan dapat diterapkan bagi kemanusiaan, yang

kemudian menjadi titik tolak bagi pengembangannya. Menurut Teori Maslow, pentingnya

kesadaran akan perbedaan individu, dengan memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan. Menggali

dan menemukan sisi-sisi kemanusiaan, pada taraf tertentu akan sampai pada penemuan diri.

Proses belajar yang ada pada diri manusia adalah proses untuk sampai pada aktualisasi diri

5

Page 6: Makalah Bdp Kel 3

(learning how to be). Belajar adalah mengerti dan memahami siapa diri kita, bagaimana menjadi

diri sendiri, apa potensi yang kita miliki, gaya apa yang anda miliki, apa langkah-langkah yang

anda ambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa yang kita miliki dan yakini, kearah mana

perkembangan kita akan menuju. Belajar di satu sisi adalah memahami bagaimana anda berbeda

dengan yang lain (individual differences), dan di sisi lain adalah memahami bagaimana anda

menjadi manusia sama seperti manusia yang lain (persamaan dalam specieshood or humanness).

Berikut adalah kebutuhan manusia menurut teori Maslow (Piramida Maslow)

Menurut Habermas, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan

sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Menurutnya ada 3 tipe belajar :

1. Belajar Teknis (technical learning) à bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan

alamnya secara benar. Pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan dan perlu dipelajari

agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan sekitarnya dengan baik.

2.   Belajar Praktis (practical learning) à bagaimana seseorang dapat berinterkasi dengan lingkungan

sosialnya, yaitu dengan orang-orang disekelilingnya dengan baik.  Kegiatan belajar lebih

mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antara sesama manusia. Pemahaman dan

keterampilan seseorang dalam mengelola lingkungan alamnya tidak dapat dipisahkan dengan

kepentingan manusia pada umumnya. Interaksi yang benar antara individu dengan lingkungan

alamnya  hanya akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan manusia.

3.   Belajar Emansipatoris (emancipatory learning) à menekankan upaya agar seseorang mencapai

suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi

budaya dalam lingkungan sosialnya. Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang

benar untuk mendukung terjadinya transformasi kultural tersebut. Pemahaman dan kesadaran

terhadap transformasi kultural inilah yang oleh Habermas dianggap sebagai tahap belajar yang

paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan pendidikan yang paling tinggi.

2.3 Ciri-ciri Teori Humanisme

Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif.

Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan

6

Page 7: Makalah Bdp Kel 3

yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan

interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya

diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan

membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena

keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat

laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha

memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang

pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan

dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai

manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri

mereka.

Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu

untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa mengetahui

apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat memahaminya. Dan juga

siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian

maka siswa diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri.

Aliran humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang

meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan,

komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode

pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa.

Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai

kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan

dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan

sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.

7

Page 8: Makalah Bdp Kel 3

2.4 Belajar Menurut Teori Humanisme

Teori belajar humanisme ini memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh dirinya

sendiri, oleh factor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun pengetahuan.

Menurut teori belajar humanisme, aktualisasi diri merupakan puncak perkembangan individu. Ia

mampu mengembangkan potensinya dan merasa dirinya utuh, bermakna dan berfungsi,

kebermaknaan perwujudan dirinya itu bahkan bukan saja dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi

juga oleh lingkungan sekitarnya. Teori belajar humanisme ini yakin bahwa motivasi belajar

harus datang dari dalam individu. Bahkan aliran ini mengabaikan factor intelektual dan

emosional. Menurutnya, kedua factor tersebut tidak terlibat di dalam proses belajar.

Menurut teori ini, proses belajar yang bermakna adalah belajar yang melibatkan

pengalaman langsung, berpikir dan merasakan, atas kehendak sendiri dan melibatkan seluruh

pribadi peserta didik. Belajar yang bermakna tidak lain adalah belajar yang dapat memenuhi

kebutuhan nyata individu. menurut teori humanisme, salah satu karasteristik yang harus ada pada

guru / pendidik adalah memiliki kemampuan memotivasi belajar peserta didiknya. Selain itu

guru memiliki sikap empati, terbuka, keaslian, kekonkritan,dan kehangatan. Sikap empati

merujuk kepada sikap guru yang mampu memposisiskan dirinya pada kerangka berpikir peserta

didik sehingga guru dapat merasakan apa yang peserta didik rasakan dan alami. Keterbukaan

merujuk pada kemampuan guru untuk membuka diri, sikap dikritik, diberi masukan, siap dinilai,

dan diberi ujian. Keaslian merujuk kepada pemampilan apa adanya dan tidak dibuat-buat.

Kekonkretan merujuk pada kejelasan dalam menyatakan sesuatu.memberi tanggung jawab sesuai

dengan kemampuan peserta didik dan realistis. Kehangatan merujuk pada jalanan komunikasi

yang secara psikologis terasa nyaman dan aman bagi peserta didik disertai ketulusan dalam

memberikan pelayanan pendidikan.

Prof. Dr. Armai Arief, MA.(Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta)

menyatakan bahwa hampir tidak kita sadari bersama saat ini, trend pendidikan yang berkembang

pada beberapa dekade terakhir ini adalah belajar untuk belajar. Bukan lagi belajar untuk dapat

bertahan hidup dalam kondisi yang jauh makin komplek ke depan. Tak heran proses

pembelajaran yang ada di sekolah dapat dinilai kurang demokratis-humanistik. Kurang adanya

ruang bagi peserta didik untuk berimajinasi dan berkreasi guna menunjukkan eksistensinya

sendiri masing-masing. Padahal, kreativitas dan kemampuan berpikir kritis merupakan

8

Page 9: Makalah Bdp Kel 3

kecakapan yang menjadi modal awal anak agar mampu menghadapi tantangan masa depan yang

jauh lebih kompetitif.

Suatu model pendidikan terbuka mencakup konsep pengajar guru yang fasilitas dan

kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan

dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah;

1.           Merespon perasaan siswa.

2.           Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang.

3.           Berdialog dan berdisusi dengan siswa.

4.           Menghargai siswa.

5.           Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan.

6.           Menyesuaian isi kerangka berfiir siswa (penjelasan untuk memantapkan kebutuhan segera

dari siswa).

2.5 Implikasi Teori Belajar Humanisme

Guru sebagai fasilitator Psikologi, paham humanistik memberi perhatian atas guru sebagai

fasilitator, berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai

kualitas si fasilitator. Ini merupakan ikthisar yang sangat singkat dari beberapa petunjuk.

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi

kelompok, atau pengalaman kelas.

2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan

didalam kelas, dan juga tujuan-tujuan kelompok ang bersifat umum.

3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan

tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong yang tersembunyi

didalam belajar ang bermakna tadi.

4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar ang paling luas

dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.

5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat

dimanfaatkan oleh kelompok.

9

Page 10: Makalah Bdp Kel 3

6. Didalam menaggapi ungkapan-ungkapan dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi

yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menaggapi dengan

cara ang sesuai, baik bagi individu maupun kelompok.

7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperan

sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut

menyatakan pandangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.

8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaan dan juga pikirannya

dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara

pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.

9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya

perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.

10. Didalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk mengenali

dan menerima keterbatasanna sendiri

Pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilitator. Fasilitator baik dalam aspek

kognitif, afektif, psikomotorik, maupun konatif. Seorang pendidik hendaknya mampu

membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar-mandiri (self-directed learning). Ia juga

hendaknya mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri. Galileo

menegaskan bahwa “sebenarnya kita tidak dapat mengajarkan apapun, kita hanya dapat

membantu peserta didik untuk menemukan dirinya dan mengaktualisasikan dirinya”. Setiap

pribadi manusia memiliki ldquo, (mutiara talenta yang tersembunyi di dalam diri), tugas

pendidikan yang sejati adalah membantu peserta didik untuk menemukan dan

mengembangkannya seoptimal mungkin.

Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampun seseorang yang

menghadirkan diri sedemikian sehingga pendidik memiliki relasi bermakna pendidikan dengan

para peserta didik sehingga mereka mampu menumbuhkembangkan dirinya menjadi pribadi

dewasa dan matang. Pendidikan yang efektif adalah yang berpusat pada siswa atau pendidikan

bagi siswa. Dasar pendidikannya adalah apa yang menjadi & ldquo; dunia & idquo;, minat, dan

kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk menemukan,

mengembangkan dan mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki

(the learners-centered teaching). Ciri utama pendidikan yang berpusat pada siswa adalah bahwa

pendidik menghormati, menghargai dan menerima siswa sebagaimana adanya. Komunikasi dan

10

Page 11: Makalah Bdp Kel 3

relasi yang efektif sangat diperlukan dalam model pendidikan yang berpusat pada siswa, sebab

hanya dalam suasana relasi dan komunikasi yang efektif, peserta didik akan dapat

mengeksplorasi dirinya, mengembangkan dirinya dan kemudian mem - ldquo; fungsi & idquo; -

kan dirinya di dalam masyarakat secara optimal.

Tujuan sejati dari pendidikan adalah pertumbuhan dan perkembangan diri peserta didik

secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan, mampu

menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Agar tujuan ini dapat

tercapai maka diperlukan sistem pembelajaran dan pendidikan yang humanis serta

mengembangkan cara berpikir aktif-positif dan keterampilan yang memadai (income generating

skills). Pendidikan dan pembelajaran yang bersifat aktif-positif dan berdasarkan pada minat dan

kebutuhan siswa sangat penting untuk memperoleh kemajuan baik dalam bidang intelektual,

emosi/perasaan (EQ), afeksi maupun keterampilan yang berguna untuk hidup praktis.

Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia muda (N.

Driyarkara). Pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang

menjadi pribadi-pribadi yang lebih bermanusiawi (semakin & ldquo; penuh & idquo; sebagai

manusia), berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang bertanggungjawab dan

bersifat proaktif dan kooperatif. Masyarakat membutuhkan pribadi-pribadi yang handal dalam

bidang akademis, keterampilan atau keahlian dan sekaligus memiliki watak atau keutamaan yang

luhur. Singkatnya pribadi yang cerdas, berkeahlian, namun tetap humanis.

Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan

psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya.

Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang.

Pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada

satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau

mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan

menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini

hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan

olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau

manusiawi. Dari titik pandang sosio-anthropologis, kekhasan manusia yang membedakannya

dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak

berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah

11

Page 12: Makalah Bdp Kel 3

dengan mengembangkan kebudayaannya. Persoalannya budaya dalam masyarakat itu berbeda-

beda.

Saat ini model pendidikan yang dibutuhkan adalah model pendidikan yang demokratis,

partisipatif, dan humanis: adanya suasana saling menghargai, adanya kebebasan

berpendapat/berbicara, kebebasan mengungkapkan gagasan, adanya keterlibatan peserta didik

dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan kemampuan hidup bersama dengan teman yang

mempunyai pandangan berbeda. Oleh karena itu, paradigma pembelajaran dan pendidikan

seyogianya merupakan sebuah paradigma pembelajaran yang sedari tingkat filosofis, strategi,

pendekatan proses dan teknologi pembelajarannya menuju ke arah pembebasan anak didik

dengan segala eksistensinya. Dengan demikian, baru anak didik bisa bebas mewujudkan

keseluruhan potensi dirinya.

Sistem pendidikan hendaknya berpusat pada peserta didik, artinya kurikulum, administrasi,

kegiatan ekstrakurikuler maupun kokurikulernya, sistem pengelolaannya harus dirumuskan dan

dilaksanakan demi kepentingan peserta didik, bukan demi kepentingan guru, sekolah atau

lembaga lain. Pendidikan yang hanya memusatkan pada kepentingan kebutuhan kerja secara

sempit harus dikembalikan kepada kepentingan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian

peserta didik secara utuh. Seperti misalnya kemampuan bernalar, berpikir aktif-positif, kreatif,

menemukan alternatif dan prosesnya menjadi pribadi yang utuh (process of becoming). Peserta

didik hendaknya benar-benar dikembalikan sebagai subyek (dan juga obyek) pendidikan dan

bukannya obyek semata-mata.

Pembudayaan nilai kreativitas, otonomi/kemandirian, dan relevansi pendidikan

merupakan kunci rekulturasi. UNESCO merekomendasikan pembaharuan pendidikan dan

pembelajaran yang amat menunjang proses ini, pada lima konsep pokok paradigma pembelajaran

dan pendidikan, yaitu:

1. Learning to know: guru hendaknya mampu menjadi fasilitator bagi peserta didiknya.

Information supplier (ceramah, putar pita kaset) sudah tidak jamannya lagi. Peserta didik

dimotivasi sehingga timbul kebutuhan dari dirinya sendiri untuk memperoleh informasi,

keterampilan hidup (income generating skills), dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya.

2. Learning to do: peserta didik dilatih untuk secara sadar mampu melakukan suatu

perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah pengetahuan, perasaan dan penghendakan.

12

Page 13: Makalah Bdp Kel 3

Peserta didik dilatih untuk aktif-positif daripada aktif-negatif. Pengajaran yang hanya

menekankan aspek intelektual saja sudah usang.

3. Learning to live together: ini adalah tanggapan nyata terhadap arus deras spesialisme dan

individualisme. Nilai baru seperti kompetisi, efisiensi, keefektifan, kecepatan, telah

diterapkan secara keliru dalam dunia pendidikan. Sebagai misal, sebenarnya kompetisi

hanya akan bersifat adil kalau berada dalam paying kooperatif dan didasarkan pada

kesamaan kemampuan, kesempatan, lingkup, sarana, tanpa itu semua hanyalah

merupakan kompetisi yang akan mengakibatkan yang “kalah” akan selalu “kalah”.

Sekolah sebagai suatu masyarakat mini seharusnya mengajarkan “cooperatif learning”,

kerjasama dan bersama-sama, dan bukannya pertandingan intelektualistik semata-mata,

yang hanya akan menjadikan manusia pandai tetapi termakan oleh kepandaiannya sendiri

dan juga membodohi orang lain. Sekolah menjadi suatu paguyuban penuh kekeluargaan

dan mengembangkan daya cipta, rasa dan karsa, atau aspek-aspek kemanusiaan manusia.

4. Learning to be: dihayati dan dikembangkan untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

Setiap peserta didik memiliki harga diri berdasarkan diri yang senyatanya. Peserta didik

dikondisikan dalam suasana yang dipercaya, dihargai, dan dihormati sebagai pribadi yang

unik, merdeka, berkemampuan, adanya kebebasan untuk mengekspresikan diri, sehingga

terus menerus dapat menemukan jati dirinya. Subyek didik diberikan suasana dan sistem

yang kondusif untuk menjadi dirinya sendiri.

5. Learning throughout life yaitu bahwa pembelajaran tidak dapat dibatasi oleh ruang dan

waktu. Pembelajaran dan pendidikan berlangsung seumur hidup. Pelaku pendidikan

formal hendaknya berorientasi pada proses dan bukan pada hasil atau produk semata

2.6 Kelebihan dan kekurangan teori belajar humanisme

a.  Kelebihan teori belajar humanisme

Pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang

bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena

sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif

dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa

13

Page 14: Makalah Bdp Kel 3

diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan

mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain

atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku (Herpratiwi, 2009: 56).

b.  Kelemahan teori belajar humanisme

Karena dalam teori ini guru ialah sebagai fasilitator maka kurang cocok menerapkan yang pola

pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang kurnag aktif, dia akan takut atau malu

untuk bertanya pada gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh teman-temannya yang aktif dalam

kegiatan pembelajaran, padahal dlaam teori ini guru akan memberikan respons bila murid yang

diajar juga aktif dalam menanggapi respons yang diberikan oleh guru. Karena siswa berperan

sebagai pelaku utama (student center) maka keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan

oleh siswa itu sendiri, peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian

siswa menjadi berkurang (Hepratiwi, 2009: 56).

14

Page 15: Makalah Bdp Kel 3

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

Teori belajar humanisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa tujuan belajar

adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar berhasil jika si pelajar telah memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Tujuan utama para pendidikan ialah membantu siswa untuk

mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka

sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi yang ada pada dirinya.

Belajar menurut paham Humanisme adalah proses belajar yang bermakna adalah belajar yang

melibatkan pengalaman langsung, berpikir dan merasakan, atas kehendak sendiri dan melibatkan

seluruh pribadi peserta didik. Belajar yang bermakna tidak lain adalah belajar yang dapat

memenuhi kebutuhan nyata individu.

Implikasi pembelajaran humnisme adala adanya sistem pendidikan yang hendaknya berpusat

pada peserta didik, artinya kurikulum, administrasi, kegiatan ekstrakurikuler maupun

kokurikulernya, sistem pengelolaannya harus dirumuskan dan dilaksanakan demi kepentingan

peserta didik, bukan demi kepentingan guru, sekolah atau lembaga lain.

3.2 Saran

Kami menyarankan dan berharap pemerintah mengusahakan pembaharuan dalam institusi

pendidikan di negara Indonesia, harus dicarikan sebuah konsep pendidikan yang beroerientasi

pada potensi dasar manusia secara lebih sistematik dan realistik. Pendidikan dan pembelajaran

hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek

sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan

pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu

ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.

15

Page 16: Makalah Bdp Kel 3

DAFTAR PUSTAKA

Annonimus. 2008. Teori Humanistik. (online)http://apadefinisinya.blogspot.com /2008/05/teori-

humanistik.html diakses Rabu, 12 Oktober 2011.

Baharuddin, dan Makin, Moh. 2007. Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Dunia

Pendidikan). Ar-Ruzz Media :Yogyakarta.

Haqiqi. 2007. Teori Humanisme. (online) http://haqiqie.wordpress.com/humanisme-dalam-pikiranku-

apakah-itu/ diakses Rabu, 12 Oktober 2011.

Karwono, dan Mularsih, Heni. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.

Jakarta: Cerdas Jaya.

Riyanto. 2007. Pendidikan yang Humanis. (online) http://www.sfeduresearch.org. diakses Rabu, 12 Oktober

2011.

16