Makalah IPA Kel 1
-
Upload
isnani-rahma-ramdhani -
Category
Documents
-
view
32 -
download
4
description
Transcript of Makalah IPA Kel 1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu hakekat pendidikan adalah proses mengarahkan anak pada pertumbuhan
yang makin sempurna. Melalui pendidikan anak diharapkan dapat diarahkan secara
terprogram untuk mencapai penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu demi
tugas-tugas profesional dan hidup. Dalam hal ini, pendidikan mengarahkan anak pada hal
yang bersifat occupation-oriented atau training for life.
Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak memasuki dunia
kehidupannya. Sains pada hakekatnya merupakan sebuah produk dan proses. Produk sains
meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Sedangkan proses sains meliputi cara-cara
memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara
berfikir, cara memecahkan masalah, dan cara bersikap.
Oleh karena itu, sains dirumuskan secara sistematis, terutama didasarkan atas
pengamatan eksperimen dan induksi.Sains melandasi perkembangan teknologi, sedangkan
teknologi menunjang perkembangan sains. Sains terutama digunakan untuk aktivitas
discovery dalam upaya memperoleh penjelasan tentang objek dan fenomena alam serta untuk
aktivitas invention (penemuan) berupa rumus-rumus. Sedangkan teknologi merupakan
aplikasi sains yang terutama dalam kegiatan invention, berupa alat-alat atau barang-barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pengembangan sains tidak selalu
dikaitkan dengan aspek kebutuhan masyarakat, sedangkan pengembangan teknologi selalu
dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian sains, teknologi dan masyarakat
merupakan bagian yang tak terpisahkan
Pembelajaran sains semestinya dapat dikaitkan dengan pengalaman keseharian anak.
Sebagai bagian dari anggota masyarakat, anak dapat dibiasakan untuk menemukan masalah
dalam lingkungan lokal maupun secara global, dan merumuskan solusi ilmiah yang
mengaitkan dengan konsep sains yang sedang dipelajarinya. Pembelajaran sains dapat
berekspansi keluar dari sekedar mempelajari pengetahuan menuju ke penggunaan
pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah-masalah praktis yang dapat
ditemukan dalam kehidupan sehari-sehari. Ketika keberadaan sains menjadi lebih dekat
dengan diri dan kehidupan anak, pembelajaran sainspun akan menjadi menarik dan lebih
diminati oleh anak untuk dipelajari.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
Pendekatan Sains, Teknologi dan masyarakat (STM) adalah pengindonesiaan dari
Science-Technology-Society (STS) yang pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat
pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang di Inggris dan Australia. National Science
Teacher Association atau NSTA, mendefinisikan pendekatan ini sebagai belajar/mengajar
sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Dengan volume informasi dalam
masyarakat yang terus meningkat dan kebutuhan bagi penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih mendalam,
maka pendekatan STM dapat sangat membantu bagi anak.
Oleh karena, pendekatan ini mencakup interdisipliner konten dan benar-benar
melibatkan anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak. Pendekatan ini
dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya
informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam pandangan ilmu-ilmu sosial
dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi
dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan
sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi (Poedjiadi, 2005). Menurut Raja (2009),
keputusan yang dibuat oleh masyarakat biasanya memerlukan penggunaan teknologi untuk
melaksanakannya. Bahkan, masyarakat dan ilmu pengetahuan menggunakan teknologi
sebagai sarana untuk menyimpan informasi. Peranan penting yang dimiliki oleh teknologi
dapat berfungsi sebagai sarana tindakan dan penyidikan dalam pendekatan STM. Data juga
menyiratkan sifat ilmu pengetahuan sebagai sebuah bidang di semua masyarakat.
Sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses penemuan
pengetahuan. Teknologi merupakan suatu perangkat keras ataupun perangkat lunak yang
digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan
masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-
norma sosial tertentu. Sains, teknologi dan masyarakat satu sama lain saling berinteraksi
(Widyatiningtyas, 2009). Menurut Widyatiningtyas (2009), pendekatan STM dapat
menghubungkan kehidupan dunia nyata anak sebagai anggota masyarakat dengan kelas
sebagai ruang belajar sains.
2
Proses pendekatan ini dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak dalam
mengidentifikasi potensi masalah, mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah,
mempertimbangkan solusi alternatif, dan mempertimbangkan konsekuensi berdasarkan
keputusan tertentu.Pendidikan sains pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman,
penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang hakekat sains melalui pembelajaran.
Sains pada hakekatnya merupakan ilmu dan pengetahuan tentang fenomena alam yang
meliputi produk dan proses. Pendidikan sains merupakan salah satu aspek pendidikan yang
menggunakan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum dan
tujuan pendidikan sains secara khusus, yaitu untuk meningkatkan pengertian terhadap dunia
alamiah (Amien, 1992 dalam Widyatiningtyas, 2009).
Untuk penyusunan materi pendidikan sains, hendaknya merupakan akumulasi dari
konten, proses, dan konteks. Konten, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fakta,
definisi, konsep, prinsip, teori, model, dan terminologi. Proses, berkaitan dengan metodologi
atau keterampilan untuk memperoleh dan menemukan konten. Konteks, berkaitan dengan
kepentingan sosial baik individu maupun masyarakat atau kepentingan-kepentingan lainnya
yang berhubungan dengan perlunya pengembangan dan penyesuaian pendidikan sains untuk
menghadapi tantangan kemajuan zaman. Benneth et. al. (2005) melaporkan, bahwa
pendekatan STM merupakan pendekatan berbasis konteks yang memiliki peranan yang
sangat penting dalam memotivasi anak dan mengembangkan keaksaraan ilmiah mereka
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap anak laki-laki dan perempuan yang
berkemampuan rendah. Dengan demikian, tujuan pendekatan STM adalah untuk membentuk
individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap
masalah masyarakat dan lingkungannya (Pudjiadi, 2005).
Menurut Rusmansyah (2003) dalam Aisyah (2007), pendekatan STM dilandasi oleh
tiga hal penting yaitu:
1. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat.
2. Proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya
menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya melalui
interaksinya dengan lingkungan.
3. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan,
ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi.
3
Program pembelajaran dengan pendekatan STM pada umumnya mempunyai
karakteristik, sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah-masalah setempat.
2. Penggunaan sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi untuk memecahkan
masalah.
4. Perpanjangan pembelajaran di luar kelas dan sekolah.
5. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
6. Isi dari pembelajaran bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam
kelas.
7. Penekanan pada keterampilan proses di mana siswa dapat menggunakan dalam
memecahkan masalah.
8. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara identifikasi bagaimana
sains dan teknologi berdampak di masa depan.
10. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
B. Karakteristik Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Yager (1992), mendefinisikan STM yaitu mencakup tujuan kurikulum, assesmen dan
khususnya mengenai pengajaran. Yager dan kawan-kawan mengembangkan pendekatan
STM, model yang dikembangkan Yager dan kawan-kawan itu dikenal dengan “Model
Chautauqua Iowa” yang dilaksanakan sejak tahun 1983 yang dikoordinasi oleh NSTA. Pada
tahun 1983-1986 Yager dan kawan-kawannya bekerja sama dengan 30-50 guru setiap
tahunnya. Kerjasama itu betujuan untuk membantu guru-guru dalam mengajar untuk
mencapai lima tujuan utama. Tujuan-tujuan dikarakteristikkan sebagai domain, yaitu meliputi
domain konsep, proses, aplikasi, kreativitas, dan sikap. ( Sutarno,2008:9.14)
a. Domain konsep
Domain konsep ini memfokuskan pada muatan sains, tujuan-tujuan sains untuk
mengelompokkan alam yang teramati ke dalam unit-unit yang teratur untuk studi dan
penjelasan hubungan-hubungan fisika dan biologi dari pengajaran sains yang melibatkan
siswa belajar konsep-konsep utama dari sains. Domain konsep meliputi fakta-fakta,
informasi, hukum-hukum, prinsip-prinsip, penjelasan-penjelasan keberadaan sesuatu dan teori
yang digunakan oleh sains.
4
b. Domain Proses
Proses-proses sains berhubungan dengan bagaimana saintis berpikir dan bekerja, yaitu
menggambarkan dimensi sains. Proses-proses sains telah diidentifikasikan oleh “The
American Association for the Advancement of Science” (AAAS) dalam pengembangan
“Science a Process Approach (1963)”, yaitu ada 15 keterampilan proses yang meliputi :
1. Mengobservasi,
2. menggunakan ruang/waktu,
3. Mengklasifikasi,
4. Mengelompokkan dan mengorganisasi,
5. Menggunakan bilangan,
6. mengkuantifikasi,
7. Mengukur,
8. Mengkomunikasikan,
9. Menginferensi,
10. Memprediksikan,
11. Mengendalikan dan mengidentifikasi variabel
12. menginterpretasikan data,
13. Merumuskan hipotesis,
14. Memberikan definisi secara operasional,
15. Melaksanakan eksperimen.
c. Domain Aplikasi
Domain ini meliputi mengaplikasian konsep-konsep dan keterampilan dalam
memecahkan masalah sehari-hari, memahami prinsip-prinsip ilmiah dan prinsip-prinsip
teknologi yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
d. Domain Kreativitas
Kemampuan manusia yang terpenting dalam domain ini diantaranya meliputi
visualisasi, menghasilkan gambaran mental, menggabungkan objek-objek dan ide-ide dalam
cara-cara baru, memecahkan masalah dan teka-teki, memprediksi konsekuensi-konsekuensi
yang mungkin, menyarankan alasan-alasan yang mungkin, mendesain alat atau mesin, dan
menghasilkan ide-ide yang tidak biasa.
5
e. Domain Sikap
Dalam domain sikap meliputi sikap-sikap terhadap sains pada umumnya, seperti kelas
sains, kegunaan belajar sains, dan untuk guru terbentuknya pengembangan sikap-sikap positif
terhadap diri sendiri yaitu sikap yang dapat mengerjakan sesuatu, ekplorasi emosi manusia,
dan lain sebagainya yang berhubungan dengan sikap.
C. Tujuan dan Komponen-Komponen Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM)
1. Tujuan Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Menurut Yager tujuan pembelajaran STM adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan
mengkontraskansains dan teknologi serta menghargai bagaimana sains dan
teknologi memberikan kontribusi pada pengetahuan dan pengaruh baru.
b. Memberikan contoh-contoh dari masa lalu dan sekarang mengenai perubahan-
perubahan yang sangat besar dalam bidang sains dan teknologi yang dibawa
masyarakat, pertambahan ekonomi, dan proses-proses politik.
c. Memberikan/menawarkan pandangan global pada hubungan sains dan teknologi
pada masyarakat, menunjukkan dampaknya pada pengembangan bangsa dan
ekologi bumi.
2. Komponen-Komponen Pendekatan Sains Teknologi Dan Masyarakat (STM)
Adapun komponen-komponen yang terdapat pada pendekatan STM sebagai berikut:
a. Strategi-strategi yang berada untuk memberikan pemahaman yang nyata
mengenai pola-pola penalaran dan berfikir dari teman sebayanya, orang dewasa,
dan para ahli.
b. Keterampilan-keterampilan dalam menguji validitas argumen dan contoh-contoh
yang tampaknya terdengar seperti penalaran ilmiah yang membawa pada
kesimpulan yang keliru.
c. Memotivasi siswa untuk mengeksplorasi emosi dan nilai-nilai dalam hubungan
data dengan bukti-bukti khusus.
d. Penggunaan studi lapangan, pembicaraan tamu, media imformasi, filem dan
kegiatan-kegiatan siswa, debat, berbain peran dan simulasi.
6
D. Manfaat Pendekatan STM (Sain, Teknologi, dan Masyarakat)
Adapun manfaat dari suatu pendekatan STM ( Sains, Teknologi, Masyarakat) yaitu:
- Pendekatan STM efektif untuk penguasaan konsep dalam diri murid.
- Dalam ranah penerapan/aplikasi murid-murid yang diberikan pendekatan STM
menunjukan kemampuan menerapkan konsep-konsep sains (IPA) dalam kehidupan
sehari-hari.
- Dalam ranah sikap, hasil penelitian menunjukan bahwa murid-murid yang diberikan
pendekatan STM mempunyai sikap yang lebih positif terhadap pelajaran sains.
- Dan siswa dapat menjadi pelajar yang bisa bersikap dan tau teknologi.
- Serta untuk meningkatkan kemampuan menggunakan pengetahuan didalam membuat
keputusan. Dengan demikian individu tersebut dapat menghargai sains dan teknologi
dalam masyarakat, dan mengerti keterbatasan-keterbatasannya.
- Siswa menjadi lebih kreatif, hal ini akan terlihat dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan
yang mereka ajukan karena besarnya rasa ingin tahu mereka. Mereka juga menjadi
lebih mudah dan terampil mengidentifikasi penyebab atau dampak penggunaan suatu
teknologi
E. Langkah- langkah STM Dan Penerapan IPA Dengan Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM)
Langkah- langkah pendekatan STM adalah sebagai berikut:
1. Tahap invitasi, yaitu siswa merumuskan masalah yang ada didalam masyarakat
2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkontruksi
pengetahuan sendiri melalyi menyimak dan diskusi.
3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis masalah
berdasarkan konsep yang telah dipahami siswa.
4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman dan konsep agar
tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa
5. Tahap evaluasi, dimana guru melakukan evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Penerapan IPA Dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
7
Petunjuk:
Guru memberikan Inisiasi/Invitasi/Apersepsi/Eksplorasi terhadap
siswa dengan tujuan supaya siswa dapat ikut serta dalam memaknai
pembelajaran. Media pembelajaran dapat berupa cerita, ilustrasi
melalui gambar, dan bacaan bergambar.
Inisiasi:
Setiap hari kita membuang sampah. Kita telah belajar bagaimana perjalanan sampah-
sampah itu hingga ke tempat pembuangan akhir. Sampah-sampah itu hanya ditumpuk dan
dibakar. Padahal, sampah yang dibakar tidak baik bagi lingkungan.
Mengurus sampah dengan baik juga merupakan tanggung jawab kita sebagai anggota
masyarakat. Kita tidak dapat hanya membuang sampah di tempat sampah kemudian
menyerahkan tugas kepada tukang sampah. Karena sampah semakin lama semakin
menggunung, kita dapat membantu menjaga lingkungan dengan cara mengurangi jumlah
sampah.
Pengembangan Konsep:
Kegiatan Belajar:
Langkah I
Guru menjelaskan materi tentang sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik)
dengan pengembangan materi sebagai berikut:
Secara umum sampah dibagi menjadi dua yaitu sampah organik (sampah basah) dan sampah
anorganik (sampah kering). Sampah basah berasal dari mahluk hidup seperti daun-daunan,
sampah dapur dll. Sampah jenis ini dapat membusuk/hancur (terdegradasi) secara alami
sebaliknya sampah kering seperti plastik, kaleng tidak dapat membusuk/hancur secara alami.
Ada beberapa alternatif pengelolaan sampah, yaitu:
a. Sampah basah dapat diolah menjadi kompos
b. Mendaur ulang semua limbah yang dibuang kembali kepada ekonomi masyarakat atau
ke alam.
c. Sampah yang dibuang harus dipilah sehingga dapat didaur ulang secara optimal
8
Adanya sampah merupakan suatu konsekuensi dari aktifitas manusia, setiap aktifitas
manusia pasti akan menyebabkan buangan atau sampah. Jumlah volume sampah
akan berimbang dengan tingkat konsumsi kita terhadap material yang digunakan
sehari hari. Demikian pula dengan jenis sampah sangat tergantung dengan material
yang kita konsumsi. Oleh karena itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari
pengelolaan gaya hidup masyarakat.
Langkah II
Guru menampilkan ilustrasi gambar mengenai pengolahan sampah di seputar lingkungan
halaman rumah sebagai penguat pemahaman.
Langkah III
Siswa menyimak penjelasan guru dan melakukan tanya jawab serta diskusi.
Pemantapan konsep (1):
Aplikasi Konsep Dalam Kehidupan
- Penugasan:
a. Siswa ditugaskan mengamati dan mengumpulkan sampah di sekitar halaman sekolah
atau lingkungan sekitar.
b. Sampah yang telah terkumpul di pisahkan berdasarkan jenis dan asalnya
c. Membuat perencanaan sederhana untuk mengelola sampah menjadi kompos.
d. Mempraktekkan pembuatan kompos dengan bahan sampah basah yang berasal dari
makhluk hidup.
Cara pembuatan kompos dengan memanfaatkan teknologi sederhana:
1. Tiriskan sampah basah dengan cara menyimpannya dalam dua lapisan kantong hitam.
Lapisan pertama dilubangi dan biarkan air sampah menetes ke lapisan kedua. Potong-
potong sampah besar agar proses pengomposan lebih mudah.
2. Buat komposter dari drum plastik atau wadah besar lainnya. Tidak selalu harus wadah
yang baru, bisa dengan memanfaatkan ember bekas atau lainnya, dengan syarat ada
penutup di bagian atasnya.
3. Lubangi empat sisi drum dan tempeli dengan pipa PVC yang sudah diberi lubang-
lubang kecil. Lubang-lubang ini diperlukan agar terjadi kontak sampah dengan
mikroorganisme dalam tanah yang berfungsi membantu proses pengomposan. Dasar
drum juga dilubangi. Masukkan kerikil ukuran 1-2 cm setebal 10 cm ke dasar drum.
9
Sampah dapat dipilah-pilah sesuai dengan jenis dan asalnya. Sampah basah (organik)
berasal dari makhluk hidup sedangkan sampah kering (anorganik) berasal dari limbah
industri. Dalam mengatur sampah, misalnya sampah basah dapat ditempatkan pada
lubang tanah atau tempat drum sedangkan sampah kering dapat di letakkan dalam
karung plastik yang nantinya akan di bawa oleh petugas kebersihan dan di buang ke
tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Semua jenis sampah dapat diolah. Sampah
basah diolah menjadi kompos, dan sampah kering dapat didaur ulang
Pemantapan Konsep (2):
Model Penilaian Portofolio S-T-M dengan tema Pembuatan Kompos
Model Penerapan Portofolio STM Dengan Tema Pembuatan Kompos
:
10
Sampah basah dapat dibuat kompos untuk penyuburan tanah. Pembuatan kompos
sederhana dapat dilakukan di rumah dengan memilah-milah terlebih dahulu sampah
berdasarkan jenis dan asalnya. Mengatur sampah sangat diperlukan untuk kelestarian
lingkungan, yaitu dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat dan menjaga
lingkungan tetap asri dan bersih secara bersama-sama.
Poster hasil laporan
(Portofolio)
Pemecahan/Menentukan Isu/masalah
Pembuatan laporan
(portofolio)
Membedakan sampah organik dan anorganik
Menentukan Konsep
Nama siswa/Kelompok
..............
......................................
Menakar hasil hasil pembuatan kompos
Memilah-milah sampah organoik dan anorganikPembuatan kompos dengan
teknologi sederhana
Presentasi dalam kelas
4. Gali tanah dengan melebihkan sekeliling dan bawahnya untuk memberi ruang pada
kerikil sebelum komposter disimpan di dasar tanah. “Tangan-tangan” komposter berupa
pipa ditimbun dulu dengan kerikil sebelum ditimbun dengan tanah asal.
5. Kubur komposter, sisakan 5 cm dari permukaan tanah.
Penilaian: (Uji Kemampuan)
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik)?
2. Berikan contoh sampah basah dan sampah kering yang ada di sekitar tempat tinggalmu?
3. Mengapa kita dilarang membuang sampah dan limbah industri ke sungai?
4. Uraikan dengan singkat, bagimana membuat kompos dari sampah basah?
Bagaimana cara kita mengurangi sampah? Ada banyak yang dapat kita lakukan.
Cobalah untuk tidak memakai kantong plastik bila tidak diperlukan. Gunakan keranjang saat
pergi ke pasar. Bila kita membeli minuman, lebih baik belilah minuman botol kaca daripada
plastik. Penggunaan plastik dapat mencemari lingkungan.
Memisahkan sampah juga merupakan cara yang baik untuk menjaga lingkungan.
Sampah-sampah yang basah dapat dibuat sebagai pupuk kompos sementara sampah yang
kering dapat didaur ulang kembali.
Masalah: Bagaimana mengatur sampah basah (organik) di halaman sekitar
tempat tinggal untuk dijadikan kompos.
F. Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan STM (Sain, Teknologi, dan Masyarakat)
1. Kelebihan Pendekatan STM (Sain, Teknologi, dan Masyarakat)
Menurut Hairida (1996:29) kelebihan penggunaan model STM dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut:
o Meningkatkan literasi sains para siswa, meningkatkan perhatian siswa terhadap sains
dan teknologi serta perhatian terhadap interaksi antara sains, teknologi dan
masyarakat.
o pemahaman yang lebih baik dalam sains.
o Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, bernalar logis, memecahkan masalah
secara kretif.
o Peningkatan kemampuan membuat keputusan terhadap permasalahan yang
menyangkut sains, teknologi, dan masyarakat.
2. Kekurangan Pendekatan STM (Sain, Teknologi, dan Masyarakat)
Kekurangan penggunaan model STM dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
o Kurangnya bahan pengajaran yang dimiliki guru, sehingga proses pembelajaran tidak
berjalan dengan lancar, disarankan kepada para guru yang ingin merancang suatu
11
KBM dengan model STM untuk memperluas wawasannya dengan banyak membaca
buku atau bertanya kepada nara sumber.
o Pembelajaran dengan model STM memerlukan sedikit tambahan waktu jika
dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa. Oleh kaena itu guru harus merinci
secara cermat pembagian waktu pembelajaran agar tidak menyita waktu untuk pokok
pembahasan yang lain.
o Dibutuhkan tambahan dana untuk menerapkan model STM dalam pembelajaran,
sementara anggaran yang tersedia sangat terbatas, maka harus dicari jalan keluarnya.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat adalah pendekatan yang menggunakan
belajar/mengajar dalam konteks pengalaman manusia
Tujuan STM adalah Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan
mengkontraskan sains dan teknologi serta menghargai bagaimana sains dan teknologi
memberikan kontribusi pada pengetahuan dan pengaruh baru kemudian Memberikan
contoh-contoh dari masa lalu dan sekarang mengenai perubahan-perubahan yang sangat
besar dalam bidang sains dan teknologi yang dibawa masyarakat, pertambahan
ekonomi, dan proses-proses politik dan Memberikan/menawarkan pandangan global
pada hubungan sains dan teknologi pada masyarakat, menunjukkan dampaknya pada
pengembangan bangsa dan ekologi bumi.
Kelebihan penggunaan model STM dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
o Meningkatkan literasi sains para siswa, meningkatkan perhatian siswa terhadap sains
dan teknologi serta perhatian terhadap interaksi antara sains, teknologi dan
masyarakat.
o pemahaman yang lebih baik dalam sains.
o Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, bernalar logis, memecahkan masalah
secara kretif.
o Peningkatan kemampuan membuat keputusan terhadap permasalahan yang
menyangkut sains, teknologi, dan masyarakat.
Kekurangan penggunaan model STM dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
o Kurangnya bahan pengajaran yang dimiliki guru, sehingga proses pembelajaran tidak
berjalan dengan lancar, disarankan kepada para guru yang ingin merancang suatu
KBM dengan model STM untuk memperluas wawasannya dengan banyak membaca
buku atau bertanya kepada nara sumber.
o Pembelajaran dengan model STM memerlukan sedikit tambahan waktu jika
dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa. Oleh kaena itu guru harus merinci
secara cermat pembagian waktu pembelajaran agar tidak menyita waktu untuk pokok
pembahasan yang lain.
13
o Dibutuhkan tambahan dana untuk menerapkan model STM dalam pembelajaran,
sementara anggaran yang tersedia sangat terbatas, maka harus dicari jalan keluarnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/05/sains-teknologi-masyarakat.html
http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/843/T1_%20292008087_BAB
%20II.pdf?sequence=12
Poedjiadi, Anna.200. Sains Teknologi Masyarakat. Model Pembelajaran Kontekstual
Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Sapriya. 2006. Konsep Sains, Teknologi, dan Masyarakat. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Sumaji .2003. Dimensi Pendidikan IPA dan Pengembangannya sebagai Disiplin Ilmu (dalam
buku Pendidikan Sains yang Humanistis). Yogyakarta: Kanisius.
14