Makalah Gusi Gatal Blok Perio
description
Transcript of Makalah Gusi Gatal Blok Perio
Makassar, 15 JUNI 2015
MODUL IIGUSI GATAL
DISUSUN OLEH :KELOMPOK I
NUR HILDA RIZKY 111 213 0004FADHIA RISKY AULIA 111 213 0012SITTI NURUL KHADIJAH 111 213 0017RIKA SASMITA 111 213 0019KHAIRIAH BIN TAHIR 111 213 0031DAHLIATI 111 213 0033EKA POERNAMA SARI 111 213 0041 ASRIANI JANUATI 111 213 0054MITRA WIDYAGRAHA 111 213 0061
PEMBIMBING KELOMPOK : drg. SRY EKA WAHYUNI
BLOK PERIODONTAL DISEASE AND DISORDERS
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kata demi kata kepada Allah SWT atas kehadirat-
Nya, hidayah-Nya serta nikmat kesehatan jasmani dan rohani sehingga kamidapat
menyelesaikan makalah tentang “GUSI GATAL” ini. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan
sampai terciptanya makalah ini.
Sebelumnya kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penyusunan makalah terdapat banyak kekurangan. Seperti pada kenyatannya bahwa
penyusun makalah ini hanya manusia biasa yang tidak luput dari khilaf dan salah
( No Body Perfect).Kami juga meminta maaf kepada dosen pembimbing, apabila
selama proses pembimbingan banyak kata-kata yang tersurat maupun tersirat yang
terucap yang menyinggung atau menyakiti, baik yang disengaja maupun tidak
sengaja.
Demikian yang dapat di berikan oleh penulis, sebagaimana kata pepatah
“Tak ada gading yang tak retak”, apabila ada kesalahan dari penulisan ini mohon
saran dan kritik yang sifatnya membangun agar bisa lebih baik.
Makassar, 13 JUNI 2015
Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.............................................................................................................LATAR BELAKANG
.............................................................................................................................1
1.2.....................................................................................................................SKENARIO
.............................................................................................................................1
1.3.......................................................................................................TUJUAN PEMBELAJARAN
.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui rencana perawatan peridontal.........................................3
2. Untuk mengetahui instrumen perawatan periodontal....................................5
3. Untuk mengetahui posisi operator dan pasien..............................................9
4. Untuk mengetahui Dental Healt Education (DHE) yang sesuai skenario.......11
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15
LAMPIRAN............................................................................................................iii
BAB I
PENDHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Penyakit periodontal merupakan suatu kelaianan dari jaringan periodontal
serta membutuhkan kerjasama yang baik anatar dokter gigi yang merawat dengan
pasien untuk proses penyembuhannya dan mencegah bertambah parahnya
kelainan tersebut. dibutuhkan informasi dari penderita, pemeriksaan klinis dan
penunjang untuk menentukan diagnosis, mengidentifikasi strategi perawatan serta
kebutuhan perawatan.
Dalam bidah kedokteran gigi, dikenal istilah perawatan bedah periodontal
sederhana, dimana merupakan perawatan bedah yang hanya melewatkan gingival
tanpa jaringan tulang. Bedah periodontal ini bertujuan untuk memperbaiki segala
kelainan maupun kerusakan jaringan sebagai akibat dari jaringan periodontal
sehingga normal kembali. Dalam skenario ini, akan dibahas mengenai macam-
macam perawatan yang termasuk perawatan bedah periodotal yang meliputi
kuretase , gingivektomi maupun non bedah dan instrument periodontal
Dari penjelasan tersebut, kita diharapkan bisa mengetahui diagnosis
berdasarkan scenario dan rencana perawatannya, alat dan bahan , prosedur da
perawatan kuretase, gingivektomi serta operkulektomi dll.
1.2. SKENARIO
GUSI GATAL
Ibnu (35 tahun) datang ke RSGM UMI dengan keluhan gusi sering berdarah,
gigi terasa tebal bila disentuh dan bau mulut. Gigi geraham sering terasa gatal
sehingga pasien sering menusuk daeah tersebut dengan menggunakan tusuk gigi.
Pada gigi geraham atas kiri terasa ngilu dan sering terselip makanan. Ibnu
memiliki riwayat diabetes militus dan menghabiskan 6 batang rokok per hari.
Dari hasil pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh coas yang sedang state
dibagian periodontoogi menemukan gigi 16 mengalami poket dengan nilai
probing sebesar 5 mm. Terdapat deposit kalkulus hampir pada semua gigi,
daerah marginall gingiva mengalami hiperemi. Hasil pemeriksaan kebersihan
mulutnya diperoleh nilai OHIs 3,2. Pada gigi 26 tidak terdapat karies, namun
terlihat Food Impaksi. Setelah melaporkan keadaan Pasien Ibnu ke dokter
supervisor, coass tersebut diminta untuk menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan sebelum memberikan perawatan kepada Ibnu dan dilanjutkan Dental
Healt Education (DHE) kepada pasien tersebut. Namun setelah memberikan
perawatan Ibnu merasa kaku pada eher dan coazz tersebut mengalami low back
pain.
1.3. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui rencana perawatan periodontal
2. Untuk mengetahui instrumen perawatan periodontal
3. Untuk mengetahui posisi dan pasien
4. Untuk mengetahui Dental Healt Education (DHE) yang sesuai dengan skeario
BAB II
PEMBAHASAN
Diagnosis : Periodontitits Marginalis Kronis
1. RENCANA PERAWATAN:
1.1 Adanya risiko factor sistemik dapat mempengaruhi hasil perawatan dari
terapi untuk penyakit periodontitis kronis, termasuk diabetes, merokok,
bakteri peruiodontal tertentu, penuaan, jenis kelamin, kecendrungan
genetic, penyakit sistemik dan kondisi imunosupression, stress, nutrisi,
kehamilan, infeksi HIV dan medikasi. Eliminasi atau control dari factor
resiko tersebut yang dapat membantu/mempengaruhi periodontitis kronis
harus di upayakan. Diindikasikan untuk melakukan konsultasi dengan
dokter pasien berhubungan keaddan sistemiknya.
2.1 Instruksi, dan evaluasi control plak dan pasien harus dilakukan
3.1 Supragingival dan subgingival skeling dan root planning harus dilakukan
untuk menghilangkan mikroorganisme plak dan kalkulus.1
a. Skeling
Skeling adalah prosedur pembuangan plak, kalkulus dan stain dari
mahkota gigi dan permukaan akar.
b. Root planning
Teknik untukmenghilankan sementum atau dentin permukaan yang
berubah karena adanya penyakit.2
Skaling dan root planning merupakan tahap awal dari semua
perawatan pada periodontitis dewasa. Pada area dengan poket
minimal, dimana inflamasi dapat di control dengan progress penyakit
berhenti, maka tidak diindikasikan untuk melakukan perawatan lebih
lanjut.
Pada poket yang lebih dari 3 mm kemampuan untuk
menghilangkan kalkulus secara signifikan menurun dan kecil
kemungkinan untuk mendeteksi sisa kalkulus dengan instrument.
Walapun kurang efektif untuk poket yang dalam , skaling dan
root planning tetap merupakan konstribusi yang tepat untuk
mengurangi inflamasi dan control bakteri subgingival.3
4.1 Kuretase
Kuretase merupakan prosedur bedah dibawah anastesi local dan bertujuan
untuk mengurangi poket, mengeliminasi, melekatkan kembali atau pelekatan
baru. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan kuret dalam yang upaya
untuk menghilangkan
a. Ephitelium sulcular
b. Inflamasi jaringan pada dinding poket3
5.1 Pemberian obat-obatan anti mikroba dapat diberikan sebagai medikasi
tambahan.1
6.1 Evaluasi perawatan dan terapi; harus dilakukan setelah selang waktu untuk
penyembuhan inflamasi dan perbaikan jaringan telah sesuai. Permeriksaan
periodontal dan evaluasi ulang dapat dilihar dari record pasien berkaitan
dengan oral hygine. Hal ini dapat dilihat sebagai pertimbangan operator
untuk melakukan perawatan lanjutan atau dihentikan.
7.1 Jika hasilnya dari perawatan awal tidak dapat mengatasi kondisi
periodontal, maka bedah periodontal harus dilakukan untuk mengatasi
penyakit ini
8.1 Bedah periodontal bermacam-macam perawatan bedah dapat disesuaikan
dalam mengatasi penyakit pasien
a. Terapi gingival argumentarium
b. Terapi regeratif : Bone graft, Guided tissue generation (GTR)
c. Resektif terapi : flap dengan atau tanpa bedah tulang dan
gingivektomi. 1
2. INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN PADA PERAWATAN
PERIODONTAL BERDASARKAN SKENARIO
Alat-alat periodontal didesain untuk tujuan tertentu, seperti untuk
mengambil kalkulus, menghaluskan permukaan akar gigi, mengkuret area
gingiva, dan untuk membuang jaringan yang nekrotik. Alat-alat ini terbuat
dari bahan baja (stainless stell) yang tahan karat.
Alat-alat kecil (mikro skeler) direkomendasikan untuk digunakan ke
dalam saku gusi tanpa mlukai dinding saku atau jaringan lunaknya.
Tanpa alat periodontal yang dipakai secara manual biasanya terdiri
atas 3 bagian yaitu:
a. Handle (pegangan)
b. Shank (leher)
c. Working end (sisi aktif alat)4
A. Probe periodontal
Probe periodontal digunakan untuk mengukur kedalaman saku gusi
dan untuk menentukan konfigurasinya. Gambaran umum probe adalah
suatu alat yang ujungnya mengerucut atau membulat yang mempunyai
batas-batas berukuran milimeter dan ujungnya dapat tumpul atau terdapat
bulatan.
Idealnya suatu prbe bentuknya tipis dadn lehernya bersudut agar
mudah dimasukkan ke dalam poket gingiva.
Jenis-jenisnya terdiri dari
a. Probe marquis, kalibrasi kedalaman bagian-bagian 3 milimeter
b. Probe UNC-15, mengukur kedalaman poket tiap milimeter dan
pertanda warna pada 5 melimeter, 10 milimeter, dan 15 milimeter
c. Pobe university of mechigan “0” punya pertanda pada milimeter
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
d. Probe WHO dengan bola 0,5 milimeter di ujungnya dan pertanda
pada kedalaman 3-5 milimeter dan pertanda pada 3,5-5,5 milimeter.
B. Eksplorer
Eksplorer atau sonde yaitu alat yang digunakan untuk mengetahui luas
atau batas kalkulus subgingival dan karies serta mengecek keadaan akar
gigi setelah dilakukan root planning. Eksplorer didesain dengan
bermacam-macam bentuk dan lekukan.
C. Skeler
Skeler adalah alat yang digunakan untuk melakukan pembersihan
kalkulus dan untuk melakukan root planning.
Skeler mempunyai 2 ukuran :
a. Makro skeler : untuk mengambil kalkulus supragingiva. Yaitu
kalkulus yang terletak diatas permukaan gingival atau gigi.
b. Mikro skeler : untuk mengambil kalkulus yang terletak di bawah
permukaan gingival dan jaringan-jaringan mati di sekitar kalkulus,
yaitu sementum atau gingival yang sudah nekrose.
Berdasarkan penggunaannya, skeler dibedakan menjadi skeler manual
dan elektrik. Skeler manual digunakan menggunakan tangan biasa, dan
skeler elektrik membutuhkan tenaga listrik.4
1. Skeler manual
a. Sickle skeler mempunyai bentuk seperti bulan sabit. Working
endnya mempunyai permukaan yang datar dan 2 sisi potong yang
mengerucut dan membentuk sudut lancip pada ujungnya. Ini
berguna agar alat ini tidak patah pada saat digunakan untuk
mrngambil kalkulus, supra atau subgingiva pada permukaan
proksimal gigi anterior daan posterior. Sickle skeler yang
berleher lurus didesain untuk gigi-gigi anterior dan premolar,
sedangkan leher yang berbentuk sudut digunakan untuk gigi-gigi
posterior.4
b. Kuret
Kuret adalah alat yang mempunyai bentuk seperti sendok
dan digunakan untuk mengambil kalkulus subgingival,
menghaluskan permukaan akar dari jaringan semen yang
nekrotik, dan mengkuret jaringan lunak nekrotik pada dinding
poket.
Disbanding dengan sickle skeler, kuret lebih tipis dan
ujungnya tidak tajam (bulat).
Ada 2 jenis kuret, yaitu kuret universal dan kuret area spesifik.4
Gracey Universal
Area penggunaan Alat kuret yang
didesain untuk area
yang spesifik pada
daerah permukaan
Alat kuret yang
didesain untuk
seluruh area dan
permukaan
Sisi pemotong Hanya 1 sisi
pemotong yang
digunakan, yaitu sisi
bagian luar saja
Digunakan 2 sisi
pemotong yaitu sisi
bagian luar dan dalam
Lekukan Lekukan di 2 sisi Lekukan pada 1 sisi
pisau dan lekukan ke
samping
dan lekukannya tidak
ke samping
Sudut pisau Seimbang, bevel
pisau membentuk
sudut 60˚ terhadap
shank.
Tidak seimbang,
bevel pisau
membentuk sudut 90˚
terhadap shank5
c. Hoe skeler
Skeler mempunyai bentuk seperti cangkul . Digunakan
untuk meratakan dan menghaluskan permukaan akar sehingga
bebas dari sisa sisa kalkulus dan semen. Bagian potongnya
membengkok 90 derajat dan sisi potongnya di bevel 45 derajat.
Tangkai pisau dibuat tipis sehingga memungkinkan masuk
lebih dalam mencapai akar gigi tanpa merusak jaringan lunakdi
dekatnya. 4
d. File
File adalah skeler yang mempunyai bentuk seperti kikir.
Fungsinya untuk menghancurkan kalkulus yang besar. File
dapat menyebabkan permukaan akar menjadi kasar jika
penggunaannya tidak tepat. Dengan demikian alat ini tidak
tepat untuk melakukan skeling yang halus atau untuk
menghaluskan permukaan akar. Kadang-kadang file juga
digunakan untuk menghilanhkan tepi tambalan yang
overhanging.
e. Chisel skeler
Skeler ini didesain untuk bagian proksimal gigi
anterior. Bentuknya seperti pahat. Terdapat lekukan dibagian
tangkainya sehingga alat ini stabil jika dimasukkan ke bagian
proksimal gigi.4
2. Skeler elektrik
a. Ultrasonik
Vibrasi ultrasonik dapat digunakan untuk membersihkan
deposit gigi dan mengkuret jaringan lunak, serta membersihka
stain dan semen gigi. Macam-macam skeler ultrasonik:
1. Hoe insert : untuk kalkulus supragingiva dan stain
2. Universal skeler : untuk kalkulus di proksimal
3. Fine skeler : untuk kalkulus subgingival
4. Fushing device : untuk menyemprot sulkus gingiva.4
3. POSISI PASIEN DAN OPERATOR
Dalam sebuah tindakan penanganansuatu penyakit yang berlangsung
pada pasien, pasien dan operator sangatlah penting untuk keberhasilan
tindakan.
a. Posisi pasien dan operator
Posisi yang nyaman dan rileks bagi pasien adalah posisi yang tidak
membuat otot tegang dan posisi yang memudahkan operator untuk
bekerja serta mengurangi ketegangan fisik, kelelahan, dan kemungkinan
terjadinya muskuloskeletal.
Posisi yang baik pada pasien akan menghindarkan pasien dari
gangguan di sepanjang vertebra dan bahu serta memberikan lapangan
pandang yang baik bagi pasien.
Posisi yang baik bagi operator adalah duduk di kursi operator
dengan punggung bersandar pada sandarn kursi, kaki merapat ke lantai
dan rileks kemudian paha paralel terhadap lantai dan perhatikan
keseimbangan badan dengan bertumpu pada kedua kaki saat posisi
operator berdiri.6
b. Posisi pasien dan dental chair
Posisi yang paling sering digunakan adalah posisi supinasi atau
terlentang dan redcline atau berbaring dengan kedua posisi itu sangat
baik bagi posisi operator yang duduk dan penggunaannya tergantung
pula pada lengkung gigi yang dikerja.
Dalam posisi supine, pergelangan kaki dan dagu pasien harus
sejajar (jika pergelangan kaki lebih tinggi dari kepala pada waktu yang
lama dapat terjadi hipotensi postural). Posisi supine memungkinkan
lengan operator sejajar dengan lantai saat bekerja pada pasien. Sandaran
kepala diposisikan sampai pasien merasa nyaman dan menopang kepala.,
yang akan mengurangi ketegangan pada otot leher.
Posisi redcline 45oataukurang adalah posisi dimana kaki pasien
sejajar dengan lantai, kemudian punggung pasien membentuk sudut 45o
Dengan dasar lantai, kursi dental dengan foot switch sangat dianjurkan.
c. Posisi operator
Posisi operator dengan pengguna tangan kanan, ada 3 posisi utama
yaitu kanan depan, dan kanan belakang atau sesuai dengan arah jarum
jam, yaitu arah 7,8,9,10dan 11 .
Pada operator dengan tangan kiri juga ada 3 posisi utama yaitu, kiri
depan dan kiri belakang atau sesuai dengan arah jarum ja 6 dan posisi
belakang atau arah jarum jam 12 dapat digunakan oleh seluruh operator.
Semua posisi tadi dapat digunakan untuk posisi duduk atau berdiri dari
operator.6
A. Posisi depan
Posisi depan sering digunakan untuk memeriksa rongga mulut dan
bekerja pada gigi anterior mandibula, gigi posterior mandibula dan
gigi anterior maksila
B. Posisi kanan atau kiri
Posisi ini memudahkan bekerja pada bagian fasial dari gigi
mandibula, gigi posterior mandibula kanan dan kiri dan permukaan
oklusal gigi posterior mandibula kanan atau kiri. Posisi kanan atau
kiri adalah posisi yang kebanyakan digunakan oleh operator pada
prosedur operasi. Posisi operator kiri atau kanan diposisikan si
sekitar kepala pasien. Namun tangan juga disesuaikan dengan alat
yang digunakan .
C. Posisi direct belakang
Posisi ini digunakan untuk perkerjaan pada permukaan lingual dari
gigi anterior mandibula. Operator duduk di belakang pasien dan
melihat ke bawah di atas kepala pasien. Posisi ini digunakan
terbatas.6
4. DHE (dental public health) untuk pasien paska perawatan
a. Periodontal Health Education
Pendidikan kesehatan gigi dan mulut bertujuan untuk menghasilkan
perubahan perilaku yang akan menghasilkan berkurangnya akumulasi
plak untuk mencegah karies gigi dan penyakit periodontal.
Keberhasilan tersebut tidak hanya upaya pengendalian plak tetapi
juga pada perubahan perilaku dan kesadaran pasien untuk melakukan
kontrol plak sendiri. Oleh karena itu dokter harus melakukan pendekatan
edukatif yang bertujuan untuk mengubah sikap pasien terhadap penyakit
periodontal dan perawatan gigi.7
Selanjutnya keterampilan kontrol plak harus diajarkan
menggunakan prinsip pendidikan yang tepat seperti self-packing
repectod foodback. Dan bantuan serta partisipasi aktif oleh pasien
tersebut.7
Terlepas dari cara yang digunakan perlu juga diketahui keberhasilan
bedah mulut biasanya tidak memiliki efek jangka panjang kecuali
dilakukan kontrol secara berkala, karena perubahan perilaku muncul
setelah sasaran telah dicapai. Mungkin masalah yang paling penting dan
sulit yang harus diselesaikan dalam pencegahan penyakit periodontal
adalah bagaimana memotivasi pasien mengikuti program perawatan
kesehatan mulut yang efektif seumur hidup. Peningkatan kesehatan
mulut yang efektif sendiri memiliki efek pada kondisi gingva.kedalaman
poket atau flora subgingiva pada lesi periodontal yang dalam pada pasien
yang terkena penyakit periodontal.7
b. Diet
Peran potorsid supleman mikro nutrision layak dipertimbangkan
lebih lanjut, seperti vitamin A, C dan E diakui sebagai antioksidan yang
memiliki kapasitas yang segar kuat untuk merusak radikal bebas dimana
diproduksi oleh neutrofil yang dapat menyerap atau masuk kedalam
jaringan terkena penyakit periodontal.7
c. Penghentian Rokok
Sebagai seorang dokter gigi harus menjelaskan atau
menginformasikan kepada pasiennya tentang hubungan merokok dan
penyakit periodontal yang kebanyakan pasien sama sekali tidak
menyadari. Dalam proses penghentian roko pasien dilakukan pendekatan
antara dokter gigi dan pasien dan dilakukan pemantauan kemampuan
perubahan kebiasaan merokok7
d. Pengendalian Plak
Pengendalian plak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari penatalaksanaan penyakit periodontal. Prosedur engendalian plak :
1. Zat pewarna plak (larutan disklosing)
Zat pewarna plak dapat digunakan untuk menunjukkan adanya plak
kepada pasien dan bermanfaat sebagai lat penyuluhan dan pemberian
motivasi yang sangat baik. 2
2. Penyikatan Gigi
Metode bass dianggap sebagai metode yang sangat efektif, karena
secara khusus dirancang untuk menghilangkan plak disekitar dan
didalam sulkus.
a. Sikat gigi manual
b. Sikat gigi elektrik (mekanik).2
3. Pembersihan Daerah Proksimal
Pembersihan daerah proksimal dapat dilakukan dengan
menggunakan benang dan pita gigi (berlapis lilin dan tidak berlapis
lilin).
Kain kasa efektif terutama menghilangkan plak dipermukaan
proksimal gigi disebelah daerah gigi yang hilang atau dipermukaan
distal gigi molar terakhir.2
4. Pembersihan Interdental (dari karet, plastik dan kayu).
Alat pembersih interproksimal berguna karet atau plastik dapat
dipakai sebagai alat bantu untuk membersihkan permukaan proksimal.
Tusuk gigi dan pembersih interdental dari kayu lainnya dapat
digunakan dengan baik oleh pasien yang telah diberi petunjuk tentang
cara yang baik. Bila tekniknya salah, alat ini dapat menimbulkan
kerusakan papila2
5. Obat kumur
Obat kumur mengandung anti mikroba dan beberapa diantaranya dapat
membantu mengendalikan pertumbuhan plak supragingiva dan
gingivitis. 2
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dalam bidah kedokteran gigi, dikenal istilah perawatan bedah periodontal
sederhana, dimana merupakan perawatan bedah yang hanya melewatkan gingival
tanpa jaringan tulang. Bedah periodontal ini bertujuan untuk memperbaiki segala
kelainan maupun kerusakan jaringan sebagai akibat dari jaringan periodontal
sehingga normal kembali.
Perawatan yang terdapat di dalam skenario terdiri dari skeling dan root
planning, kuratase, pemberian obat-obatan anti mikroba dapat diberikan sebagai
medikasi tambahan. Instrumen yang digunakan dalam skenario tersebut meliputi:
probe periodontal, skeler, kurret, eksplorer.
Dalam sebuah tindakan penanganansuatu penyakit yang berlangsung pada
pasien, pasien dan operator sangatlah penting untuk keberhasilan tindakan.
Tindakan pencegahan timbulnya penyakit yang terdapat di skenario tersebut
yaitu : Periodontal Health Education bertujuan untuk menghasilkan perubahan
perilaku yang akan menghasilkan berkurangnya akumulasi plak untuk mencegah
karies gigi dan penyakit periodontal, diet, penghentian merokok pada pasien,
pengendalian plak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
penatalaksanaan penyakit periodontal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Shalu Bathla.Periodontitis Revised.New Delhi. Jaypee.2011. Page: 190
2. Peter F. Fedi,dkk. Silabus Periodontal edisi 4. Jakarta. EGC. Hal 73-
74,77,78,81,84, 114-115
3. Edward S. Cohen. Atlas Of Cosmetic and Reconstructive Periodontal Surgery
edisi 3. Chiba. PMPH-USA.2007. page: 29
4. Meganda, dkk. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta.
EGC.2012. page : 128-137, dan 2-5
5. Shantripriya Rendi.Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics
edisi 2. New Delhi. 2008. Page : 226
6. Satish C,dkk. Textbook of Operative Dentisry. New Delhi. Jaypee. 2007. Page
: 59-60
7. Muray J, dkk. Preventive of Oral Disease edisi 4.USA. Author House. 2011