Lesi Endo Perio

31
HUBUNGAN LESI ENDODONTIK-PERIODONTIK MAKALAH OLEH : MILLY ARMILIA, drg.Sp.KG NIP : 130779423 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2005

description

lesi

Transcript of Lesi Endo Perio

Page 1: Lesi Endo Perio

HUBUNGAN LESI

ENDODONTIK-PERIODONTIK

MAKALAH

OLEH :

MILLY ARMILIA, drg.Sp.KG

NIP : 130779423

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2005

Page 2: Lesi Endo Perio

Mengetahui :

Ketua Jurusan Konservasi Gigi FKG

Dr. H. Moch. Richata Fadil, drg.

NIP : 130321244

Page 3: Lesi Endo Perio

ABSTRAK

Jaringan pulpa dan periodontal mempunyai hubungan yang erat, baik secara

anatomis maupun fungsional. Hubungan ini dapat dibagi dua kelompok : vaskular dan

tubular. Kemungkinan adnya hubungan penyakit periodontal dan penyakit pulpa

adalah adanya saluran lateral. Pembuluh darah yang berjalan pada saluran lateral

membentuk hubungan antara pulpa dan ligamen periodontal atau sebaliknya. Tubuli

dentin yang terbuka dapat berfungsi sebagai saluran antara pulpa dan ligamen

periodontal.

Klasifikasi lesi endodontik-periodontik menurut sebab primernya adalah 1)

lesi endodontik primer, 2) lesi endodontik primer dengan lesi periodontal sekunder, 3)

lesi periodontal primer, 4) lesi periodontal primer dengan lesi endodontik sekunder,

dan 5) lesi kombinasi.

Diagnosis banding lesi endodontik-periodontik, faktor utama yang

menentukan adalah asal kelainan, penyakit endodontik atau periodontal. Untuk

menghindari kesalahan diagnosis, untuk memastikan prognosis yang tepat dan untuk

menentukan perawatan yang tepat, diperlukan evaluasi hasil serangkaian tes, misalnya

tanda-tanda dan gejala subjektif, temuan radiologik dan tes klinis.

Kata kunci : hubungan endodontik-periodontik, klasifikasi, diagnosis banding.

Page 4: Lesi Endo Perio

ABSTRACT

Pulpal and periodontal tissues have a close relationship, both anatomically

and functionally. Their communications can be divided into two groups : vascular

and tubular. The possitbility that periodontal disease might be related to our cause

pulpal disease, that are termed lateral canals. The vessels running in lateral canals,

they do provide a major comminication between the pulp and the periodontal

ligament and vice versa, Exposed dentinal tubules may serve as a pathway the pulp

and the periodontal ligament.

Classification of endodontic-periodontal lesioans to their primary source of

origin are 1) Primary endodontic lesion, 2) Primary endodontic lesion with secondary

periodontal involvement, 3) Primary periodontal lesion, 4) Primary periodontal

lesion with secondary endodontic involvement, and 5) Combined lesions.

Differential diagnosis of endodontic-periodontal lesions, the essential

determinant is, which is primary, is it the endodontic or is it the periodontal pathosis.

To prevent misdiagnosis, to ensure accurate prognosis, and to administer proper

treatment, evaluation of results from a series of test is equired, for example subjective

signs and radiographic findings and clinical test.

Key word : endodontic-periodontal relations, classification, differential diagnosis.

Page 5: Lesi Endo Perio

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala

rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan

harapan setelah membacanya akan menambah sedikit gambaran dan pengetahuan

tentang Hubungan Lesi Enddodontik-Periodontik.

Selama menyusun makalah ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan,

pengarahan dan bantuan, baik berupa ilmu pengetahuan maupun dukungan moril.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Roosye Rosita Oewen, drg, Sp.Ped. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.

2. Prof. Dr. H. Moch. Richata Fadil, drg, Sp.KG sebagai Ketua Jurusan Konservasi

Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran Bandung yang telah

memberi kesempatan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.

3. Prof. Dr. H. Setiawan Natasasmita, drg, Sp.KG yang telah memberikan dorongan

dan bantuan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya,

namun mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya.

Bandung, Juli 2005

Penulis

Page 6: Lesi Endo Perio

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ……………………………..………………………………..… i

ABSTRACT ……………………………….…………………………….. ii

PRAKATA …………………………………….………………………… iii

DAFTAR ISI …………………………………….……………………….. iv

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. vii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… viii

BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………… 1

BAB II : KLASIFIKASI LESI ENDODONTIK-PERIO-

DONTIK …………….…………………………………… 3

2.1 Klasifikasi menurut Walton & Torabinejab ………………. 3

2.1.1 Defek yang Berasal dari Endodontik …………… 3

2.1.2 Defek yang Berasal dari Periodontik …………… 4

2.1.3 Kombinasi Murni Lesi Endodontik-

Periodontik ……………………………………… 5

2.2 Klasifikasi menurut Oliet dan Pollock ……………………. 5

2.2.1 Lesi yang Hanya Memerlukan Prosedur

Perawatan Endodontik ………………………….. 6

2.2.2 Lesi yang Hanya Memerlukan Perawatan

Periodontik ……………………………………… 7

2.2.3 Lesi yang Memerlukan Prosedur Perawatan

Gabungan Endodontik-Periodontik …………….. 8

2.3 Klasifikasi menurut Cohen & Burn dan Simon ………………..8

Page 7: Lesi Endo Perio

2.3.1 Lesi Endodontik Primer ………………………… 8

2.3.2 Lesi Endodontik Primer dan Lesi Periodontik

Sekunder ……………………………………….. 9

2.3.3 Lesi Periodontik Primer ……………………….. 9

2.3.4 Lesi Periodontik Primer dan Lesi

Endodontik Sekunder …………………………. 9

2.3.5 Lesi Kombinasi ……………………………….. 10

BAB III : ETIOLOGI KELAINAN ENDODONTIK-

PERIODONTIK …………….………………………… 11

1.1 Efek Penyakit dan Prosedur Endodontik

Terhadap Jaringan Periodontium ……………… 11

1.2 Efek Penyakit Periodontium dan Prosedur

Perawatannya terhadap Jaringan Pulpa ……….. 12

1.3 Faktor-faktor Etiologi Lain yang Berpengaruh

Terhadap Lesi Kombinasi …………………….. 13

BAB IV : DIAGNOSIS BANDING LESI ENDODONTIK-

PERIODONTIK …………………………….. 16

4.1 Tanda-tanda dan gejala Subjektif …………….. 16

4.2 Pemeriksaan Radiografik …………………….. 17

4.3 Tes Klinis …………………………………….. 17

BAB V : PEMBAHASAN …………………………… 21

Page 8: Lesi Endo Perio

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ………………….…… 24

6.1 Kesimpulan ………………………………….. 24

6.2 Saran ………………………………………… 24

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..…… 25

Page 9: Lesi Endo Perio

DAFTAR TABEL

HALAMAN

4.1 Temuan Klinis dan Radiografik Lesi Endodontik-Periodontik ………….. 20

Page 10: Lesi Endo Perio

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

2.1 Penjalaran Lesi Endodontik-Periodontik ……………………………….. 10

Page 11: Lesi Endo Perio

BAB I

PENDAHULUAN

Gigi, jaringan pulpa dan strukutr pendukungnya merupakan suatu kesatuan

biologik. Hubungan antara struktur-struktur ini saling mempengaruhi selama keadaan

sehat, berfungsi maupun dalam keadaan sakit. Jaringan pulpa dan ligamen periodontal

mempunyai hubungan yang erat, baik secara anatomis maupun fungsional. Masuknya

iritan dari pulpa yang mengalami kelainan ke dalam jaringan periradikuler,

mengakibatkan berbagai derajat perubahan di dalam jaringan periodontium.

Perubahan periradikuler mungkin hanya sebatas periodontium apikal atau dapat

menjalar ke arah koronal dan hubungan dengan rongga mulut, biasanya melalui

ligamen periodontal meluas ke sulkus gingiva (Grossman, 1998).

Perubahan patologis pada membran periodontium daerah korona menunjukkan

bahwa mekanisme yang terlibat dalam penyakit periodontium sama dengan yang

terlibat pada lesi periradikuler. Perbedaan yang penting antara keduanya adalah

asalnya penyakit dan arah penjalarannya. Penyakit periodontium cenderung meluas ke

arah apikal, sedangkan lesi periapikal dapat meluas baik ke apikal maupun koronal.

Dalam menentukan diagnosis, prognosis dan rencana perawatan untuk gigi

dengan penyakit endodontik-periodontik, sangat penting memastikan bahwa lesi awal

berasal dari jaringan pulpa atau jaringan periodontium. Kegagalan perawatan

periodontik atau terapi endodontik dapat disebabkan oleh diagnosis yang kurang tepat

dari masalah yang mengenai jaringan periodontium atau jaringan pulpa (Walton &

Torabinejab, 1996).

Page 12: Lesi Endo Perio

Makalah tentang hubungan kelainan endodontik-periodontik (endo-perio) ini

akan membahas mengenai klasifikasi lesi endodontik-periodontik, etiologi dan

diagnosis banding.

Page 13: Lesi Endo Perio

BAB II

KLASIFIKASI ENDODONTIK-PERIODONTIK

Klasifikasi lesi endodontik-periodontik ada bermacam-macam, yaitu menurut

Walton & Torabinejab (1996), menurut Oliet & Pollock (Grossman, 1988) dan

menurut Cohen & Burn (1994) dan Simon dkk (Harty, 1990)

2.1 Klasifikasi menurut Walton & Torabinejab

Klasifikasi ini berdasarkan defek (kerusakan) periodontium hasil prosedur

diagnosis klinis, terbagi menjadi tiga defek, yaitu defek yang berasal dari endodontik,

defek yang berasal dari periodontik dan defek yang berasal dari endodontik-

periodontik atau lesi kombinasi murni (Walton & Torabinejab, 1996).

2.1.1 Defek yang Berasal dari Endodontik

Defek periodontium yang berasal dari pulpa dihubungkan dengan gigi yang

pulpanya nekrosis atau gigi yang telah mendapat perawatan endodontik yang kurang

baik. Biasanya probing menunjukkan sulkus yang normal di sekeliling gigi kecuali

pada satu daerah dengan defek kecil. Bila terdapat fistula, pasien dapat sensitif atau

tidak, kadang-kadang terjadi abses lokal. Lesi primer endodontik, lesi sekunder

periodontik merupakan lesi periapikal yang menjalar ke koronal.

Keadaan lesi ini dimulai dan diperparah oleh iritan di dalam sistem saluran

akar melalui periapikal, sehingga pembersihan dan pembentukan saluran akar yang

cukup serta obturasi yang baik biasanya menghasilkan penyembuhan. Lesi ini tidak

Page 14: Lesi Endo Perio

memerlukan perawatan periodontik tambahan. Prognosisnya baik dan bergantung

pada keberhasilan perawatan saluran akar.

2.1.2 Defek yang Berasal dari Periodontik

Penyakit periodontium biasanya menyeluruh, adanya periodontitis merupakan

akibat pertama dari pembentukkan plak dan kalkulus, gigi biasanya masih vital. Defek

yang berasal dari penyakitperiodontium cenderung melebar dan berbentuk V.

Gambaran radiologik pada gigi yang mengalami kelainan periodontium

biasanya memperlihatkan kehilangan tulang yang menyeluruh baik vertikal maupun

horisontal sepanjang permukaan pada ketinggian yang berbeda-beda.

Prognosis lesi-lesi ini bergantung pada perawatan periodontik, perawatan

saluran akar tidak merupakan indikasi, terutama bila jaringan pulpanya masih vital.

Kadang-kadang perawatan saluran akar diperlukan sebagai pendukung perawatan

periodontik, misalnya perawatan yang diberikan bersama-sama dengan amputasi akar

atau hemiseksi untuk mengangkat akar yang periodontiumnya telah terkena dan tidak

dapat dipertahankan lagi.

2.1.3 Kombinasi Murni Lesi Endodontik-Periodontik

Lesi-lesi kombinasi murni endodontik-periodontik terdiri atas dua lesi yang

terjadi bersamaan, satu merupakan lesi periradikuler yang berasal dari pulpa nekrosis,

yang lain lesi periodontik yang berdiri sendiri yang meluas ke apikal menuju

periradikuler.

Gigi dengan lesi kombinasi endodontik-periodontik tidak bereaksi terhadap

dingin, panas, listrik atau tes kavitas. Pada gambaran radiologi, terlihat adanya

beberapa kerusakan krista tulang dan lesi periradikuler yang berasal dari pulpa.

Page 15: Lesi Endo Perio

Pemeriksaan periodontium dan probing menunjukan adanya plak, kalkulus,

periodontitis dan poket yang lebar dan konus, khas kerusakan periodontium.

Perawatan lesi kombinasi terdiri atas terapi endodontik dan periodontik.

Prognosis keseluruhannya bergantung pada masing-masing faktor. Pada kasus lesi

periradikuler karena jaringan pulpa nekrosis yang berhubungan dengan lesi

periodontium, pembersihan dan obturasi yang baik akan menghambat masuknya iritan

dari lesi periradikuler ke dalam defek periodontium. Perawatan saluran akar yang

baik, harusnya menghasilkan penyembuhan lesi periradikuler, jadi prognosis gigi

yang terkena, bergantung pada hasil perawatan periodontiumnya.

2.2 Klasifikasi menurut Oliet dan Pollock

Menurut Oliet dan Pollock (dalam Grossman, 1988) lesi endodontik-

periodontik diklasifikasikan berdasarkan pada prosedur perawatan, terdapat dalam

tiga kategori perawatan yang berbeda, yaitu lesi yang hanya memerlukan prosedur

perawatan endodontik, lesi yang hanya memerlukan prosedur perawatan periodontik

dan lesi yang memerlukan perawatan gabungan endodontik-periodontik.

2.2.1 Lesi yang Hanya Memerlukan Prosedur Perawatan Endodontik

Golongan ini merupakan lesi-lesi yang hanya memerlukan perawatan

endodontik saja, tanpa memerlukan perawatan tambahan mengenai periodontiumnya,

yaitu pada keadaan :

1. Tiap gigi dengan jaringan pulpa nekrosis dan jaringan granulomatus apikal yang

menggantikan membran periodontium dan tulang, dengan atau tanpa fistula (abses

periapikal kronis).

Page 16: Lesi Endo Perio

2. Abses periapikal kronis dengan fistula melalui krevis gingival, lewat melalui

struktur pendukung pada seluruh panjangnya disisi akar.

3. Fraktur akar, longitudinal dan hirisontal.

4. Perforasi akar, patologik dan iatrogenik.

5. Gigi-gigi denganperkembangan akar apikal yang tidak sempurna dan pulpa

nekrotik atau terinflamasi, dengan dan tanpa patosis periapikal.

6. Implan endodontik.

7. Replantasi, intensional atau traumatik.

8. transplantasi, autotranplantasi atau alotransplantasi.

9. Gigi yang memerlukan hemiseksi atau radiseksi.

10. Akar terpendam sebagian (submergence).

2.2.2 Lesi yang Hanya Memerlukan Prosedur Perawatan Periodontik

Pada golongan ini lesi-lesi hanya memerlukan perawatan periodontik, tanpa

memerlukan perawatan endodontik, hal ini terdapat pada keadaan :

1. Trauma oklusal yang menyebabkan pulpitis reversibel.

2. Trauma oklusal dengan inflamasi gingival yang menyebabkan pembentukan poket

dengan :

1) Sensitivitas pulpa yang reversibel tetapi meningkat disebabkan oleh

trauma atau oleh tubuli dentin terbuka.

2) Sensitivitas pulpa yang reversibel tetapi meningkat disebabkan oleh

terbukanya saluran lateral atau aksesoris yang menuju ke dalam

periodontium.

Page 17: Lesi Endo Perio

3. Pembentukan poket supraboni atau infraboni yang dirawat dengan pengikisan akar

(root planing) dan kuretase yang berlebihan, sehingga menyebabkan sensitivitas

pulpa.

4. Pembentukan poket infraboni yang ekstensif, meluas melebihi apeks akar dan

kadang-kadang disertai dengan resorpsiapikal atau lateral, tetapi pulpa bereaksi

dalam batas-batas normal terhadap tas klinis.

2.2.3 Lesi yang memerlukan Prosedur Perawatan Gabungan

Endodontik-Periodontik

Lesi yang memerlukan perawatan gabungan endodontik-periodontik terdapat

pada keadaan :

1. Tiap lesi pada kelompok satu yang menghasilkan reaksi ireversibel pada membran

periodontium dan memerlukan perawatan periodontik.

2. Tiap lesi kelompok dua yang menghasilkan reaksi ireversibel pada jaringan pulpa

dan memerlukan perawatan endodontik.

2.3 Klasifikasi menurut Cohen & Burn dan Simon

Menurut Cohen & Burn (1994) dan Simon dkk (Harty, 1990) lesi endodontik-

periodontik diklasifikasi berdasarkan sumber utamanya, terbagi atas lima kelas, yaitu

lesi endodontik primer, lesi endodontik primer dan lesi periodontik sekunder; lesi

periodontik primer; lesi periodontik primer dan lesi endodontik sekunder; lesi

kombinasi.

Page 18: Lesi Endo Perio

2.3.1 Lesi Endodontik Primer

Eksaserbasi akut dari lesi apikal kronis pada gigi dengan pulpa nekrosis dapat

menyebar ke koronal melalui membran periodontium ke sulkus gingiva. Pada keadaan

ini terdapat gejala sakit, bengkak dan mobilitas gigi yang mirip dengan abses

periodontal. Lesi endodontik primer biasanya sembuh setelah terapi saluran akar,

gejala-gejala klinis menghilang bila pulpa dirawat.

2.3.2 Lesi Endodontik Primer dan Lesi Periodontik Sekunder

Lesi endodontik primer meluas ke sulkus gingiva atau daerah furkasi, biasanya

pada tahap kronis tanpa gejala. Prognosisnya bergantung pada keberhasilan perawatan

endodontik dan perawatan periodontik. Lesi endodontik primer dengan lesi

periodontik sekunder dapat terjadi sebagai akibat perfokasi akar selama terapi saluran

akar atau adanya fraktur akar pada gigi yang dirawat endodontik atau yang direstorasi

dengan mahkota pasak. Gejalanya dapat akut, dengan terjadinya abses periodontal

yang menyebabkan rasa sakit, bengkak, eksudat nanah, pembentukan poket dan

goyangnya gigi. Respon yang kronis kadang-kadang terjadi tanpa menimbulkan rasa

sakit.

2.3.3 Lesi Periodontik Primer

Lesi periodontik primer disebabkan oleh penyakit periodontium, proses

periodontitis kronis berkembang perlahan di sepanjang permukaan akar sampai

mencapai apikal. Gigi biasanya masih vital. Perawatan saluran akar tidak akan

menghasilkan perubahan, karena lesi ini bukan berasal dari pulpa. Prognosis lesi ini

seluruhnya bergantung pada perawatan periodontik.

Page 19: Lesi Endo Perio

2.3.4 Lesi Periodontik Primer dan Lesi Endodontik Sekunder

Masih diperdebatkan apakah periodontitis progresif mempunyai efek terhadap

vitalitas pulpa. Jaringan pulpa mempunyai pertahanan yang baik, selama suplai darah

melalui apikal masih utuh. Dari segi klinis, penyakit periodontium yang berhubungan

dengan plak jarang menimbulkan perubahan patologis pada jaringan pulpa. Kerusakan

jaringan pulpa dapat terjadi bila poket periodontal sudah mencapai foramen apikal.

2.3.5 Lesi Kombinasi

Lesi kombinasi terjadi bila lesi endodontik berkembang ke koronal, serta

berhubungan dengan poket yang terinfeksi, yang meluas ke apikal. Diagnosis,

perawatan dan prognosisnya bergantung pada karakteristik ke dua lesi. Bila derajat

kerusakan pelekatan pada tipe lesi ini sangat besar, maka prognosisnya buruk, ini

berlaku untuk gigi berakar tunggal.

Gambar 2.1 Penjalaran Lesi Endodontik-Periodontik (Harty, 1990).

(a) Lesi Endodontik primer

(b) Lesi Endodontik Primer dengan Kerusakan Periodontik

Sekunder

(c) Lesi Periodontik Primer yang Meluas ke Apikal

(d) Lesi Periodontik Primer dengan kerusakan Endodontik

Primer melalui Saluran Lateral

N : Pulpa Nonvital

V : Pulpa vital

Page 20: Lesi Endo Perio

BAB III

ETIOLOGI KELAINAN ENDODONTIK-PERIODONTIK

Pemerikasaan faktor-faktor etiologi yang menyebabkan lesi kombinasi yang

memerlukan perawatan gabungan, menunjukan bahwa faktor-faktor ini berasal dari

lesi pulpa atau periodontium atau faktor lain yang berpengaruh terhadap lesi

kombinasi yang memerlukan perawatan gabungan (Weine, 1976; Grossman, 1988;

Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).

3.2 Efek Penyakit Pulpa dan Prosedur Endodontik terhadap Jaringan

Periodontium

Faktor-faktor etiologi karena penyakit pulpa dan prosedur perawatan saluran

akar yang dapat menyebabkan timbulnya kelainan pada jaringan periodontium, yaitu

(Weine, 1976; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996) :

1. Iritan dari Jaringan pulpa nekrosis

Iritan dari jaringan pulpa nekrosis dapat mengakibatkan kelainan di dalam

jaringan periodontium. Lesi periradikuler pada molar cenderung menyebar

terutama ke arah furkasi dan tidak selalu hanya melalui membran periodontium.

Akibat terbentuknya lesi endodontik, jaringan periodontium diganti oleh jaringan

ikat inflamasi tanpa kerusakan permanen dari pelekatan jaringan ikat pada

permukaan akar.

2. Prosedur perawatan endodontik

Prosedur perawatan endodontik dapat mengakibatkan lesi periodontik. Setelah

ekstirpasi pulpa, pembersihan dan pembentukan saluran akar dapat mendorong

debris ke dalam membran periodontium sehingga menyebabkan terjadinya reaksi

Page 21: Lesi Endo Perio

inflamasi akut di dalam periodontium berupa resorpsi sementum dan tulang

alveolar.

Kesalahan selama prosedur perawatan endodontik, misalnya terjadi perforasi

dasar kamar pulpa atau perfokasi akar atau terjadi fraktur vertikat saat obturasi

atau pemasangan pasak, akan merusak jaringan periodontium.

3. Bahan-bahan saluran akar.

Bahan yang dipakai di dalam saluran akar selama perawatan, dapat meresap

melalui tulubus dentin dan menyebabkan nekrosis pada sementum. Hal ini akan

menghambat penyembuhan jaringan periodontium yang terinflamasi.

3.2 Efek Penyakit Periodontium dan Prosedur Perawatannya terhadap Jaringan

Pulpa

Apakah penyakit periodontium mempengaruhi pulpa melalui saluran lateral atau

foramen apikal, masih diperdebatkan. Penyakit periodontium dan prosedur

perawatannya yang dapat mempengaruhi kelainan jaringan pulpa, diantaranya

(Weine, 1976; Cohen & Burn, 1994;Walton & Torabinejab, 1996) :

1. Penyakit periodontium yang progresif.

Penyakit periodontium yang progresif dapat mengakibatkan migrasi pelekatan

ke arah apikal dan terbukanya permukaan akar pada rongga mulut dan masuknya

iritan (bakteri plak). Saluran akar yang terbuka dapat meneruskan produk toksik

ke dalam pulpa yang dapat menyebabkan kelainan atropik, degeneratif, inflamatif

dan resorptif. Akumulasi plak pada akar dekat apeks, dapat menyebabkan

inflamasi dan nekrosis pulpa.

2. Perawatan periodontium yang invasif.

Page 22: Lesi Endo Perio

Perawatan periodontium yang invasif, misalnya kuretasi yang dalam, akan

merusak pembuluh darah di apikal dan menyebabkan nekrosis pilpa. Skeling dan

root planing permukaan akar akan membuang sementum dan mengakibatkan

terbukanya tubulus dentin dan saluran akar lateral. Hal ini masih diperdebatkan,

apakah dapat menyebabkan perubahan patologis yang bermakna terhadap jaringan

pulpa.

3.3 Faktor-faktor Etiologi Lain yang Berpengaruh terhadap Lesi

Kombinasi

Faktor-faktor etiologi lainnya yang dapat mempengaruhi lesi kombinasi yang

memerlukan perawatan gabungan, adalah (Grossman, 1988) :

1. Faktor-faktor anatomis tidak khas.

1) Susunan gigi yang jelek merupakan faktor pemicu trauma, misalnya impaksi

makanan dan trauma oklusi.

2) Adanya gigi berakar banyak pada posisi yang biasanya ditempati oleh gigi

berakar tunggal, atau pada gigi berakar banyak ada akar-akar tambahan,

terpisah atau bersatu.

3) Adanya saluran-saluran tambahan yang mengakibatkan perubahan dalam

morfologi gigi berakar tunggal atau banyak.

4) Projeksi email servikal ke dalam furkasi gigi berakar banyak.

5) Saluran-saluran lateral yang besar pada bagian koronal atau bagian tengah

akar.

2. Trauma

1) Trauma dapat menimbulkan poket periodontal yang dalam atau terbukanya

furkasi pada gigi berakar banyak. Bila terdapat saluran lateral yang besar pada

Page 23: Lesi Endo Perio

daerah poket, pulpa biasanya akan terbukan terhadap lingkungan mulut

sehingga menyebabkan timbulnya masalah periodontal dan juga dapat

mengakibatkan terjadinya pulpitis ireversibel.

2) Kemungkinan trauma menyebabkan fraktur mahkota, fraktur akar atau migrasi

akar yang dapat mengakibatkan terjadinya pulpitis ireversibel, nekrosis atau

penyakit periapikal.

3) Kemungkinan trauma melibatkan pulpa dan gangguan membran periodontium,

dengan fistula yang mengalir melalui jaringan periradikuler dan keluar melalui

krevis gingival.

4) Kemungkinan trauma mengakibatkan adanya perubahan seluler atau

periodontium yang dapat menimbulkan terjadinya resorpsi internal atau

eksternal yang berhubungan dengan perfokasi akar. Trauma gigi dapat berasal

dari pukulan tidak sengaja, prepasi kavitas, perawatan ortodontik, maloklusi

dan kebiasaan yang merusak.

3. Faktor-faktor lainnya.

1) Kesalahan iatrogenik, misalnya perforasi ke dalam furkasi gigi berakar banyak

pada waktu terapi saluran akar, perfokasi akar pada waktu preparasi pasak,

atau perforasi apad bagian apikal akar bengkok pada waktu instrumentasi.

2) Kemungkinan faktor-faktor sistemik, misalnya penyakit sistemik (diabetes)

yang dapat menyebabkan terjadinya lesi gabungan.

Page 24: Lesi Endo Perio

BAB IV

DIAGNOSIS BANDING LESI ENDODONTIK-PERIODONTIK

Untuk menghindari kesalahan diagnosis, memastikan prognosis dan

menentukan perawatan yang tepat, diperlukan evaluasi hasil dari serangkai

pemeriksaan, misalnya tanda-tanda dan gejala subjektif, pemeriksaan radiografik dan

beberapa tes klinis (Grossman, 1988; Harty, 1990; Cohen & Burn, 1994; Walton &

Torabinejab, 1996).

4.1 Tanda-tanda dan Gejala Subjektif

Secara subjektif, riwayat lengkap dengan rincian tempat, lama, intensitas dan

seringnya rasa nyeri, juga obat yang di pakai untuk menghilangkan rasa nyeri dapat

memberikan informasi yang berguna untuk membantu menemukan sumber kelainan.

Gejala subjektif biasanya disertai adanya (Harty, 1990; Walton & Torabinejab, 1996):

1. Rasa sakit

Lesi pulpa dan periradikuler merupakan fenomena lokal dan cenderung

menimbulkan rasa sakit yang hebat yang memerlukan analgetik. Pada penyakit

periodontium yang bersifat kronis, prosesnya merata serta sedikit atau tidak ada

rasa sakit yang berarti. Pada tahap akut, dapat diikuti dengan derajat sakit

moderat, misalnya pada pembentukan periodontal atau ulseratif gingivitis.

2. Pembengkakan

Pada gigi dengan lesi pulpa, pembengkakan terlihat di apikal daerah

pertemuan mukogingival di mukosa alveolar. Pembengkakan pada wajah terjadi

pada gigi dengan lesi endodontik, jarang terlihat pada gigi dengan pembentukan

Page 25: Lesi Endo Perio

abses periodontal yang pembengkakannya cenderung terlihat di daerah attached

ginginva.

4.2 Pemeriksaan Radiografik

Pemeriksaan radiografik merupakan hal yang penting dalam diagnosis banding

lesi endodontik dan periodontik. Lesi periapikal merusak periodontium apeks yang

kadang-kadang meluas ke arah serviks. Lesi periodontik biasanya dihubungkan

dengan kehilangan tulang anguler yang meluas dari serviks ke arah apikal, biasanya

tidak terisolasi pada satu gigi, sedangkan lesi endodontik sering terjadi hanya pada

satu gigi saja.

Gambaran radiografik lesi endodontik-periodontik tidak tetap. Oleh jarena itu

dalam menentukan diagnosis secara radiografik saja,tidak dapat dipercaya, harus

dilakukan pemeriksaan tambahan (Harty, 1990; Walton & Torabonejab, 1996).

4.3 Tes Klinis

Tes klinis harus dilakukan untuk menentukan asal kelainan, sehingga dapat

memastikan prognosis dan perawatan yang tepat. Tes klinis yang dilakukan adalah

(Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996) :

1. Tes vitalitas

Hasil tes vitalitas biasanya dapat diandalkan, walaupun tidak sepenuhnya. Lesi

endodontik primer selalu dihubungkan dengan pulpa nekrosis, sedangkan lesi

periodontik primer biasanya pulpa memberikan reaksi dalam batas normal

terhadap tes termal, tes listrik, menunjukan pulpa masih vital.

Page 26: Lesi Endo Perio

Kadang-kadang ada yang benar-benar lesi kombinasi, yaitu lesi endodontik

primer dan lesi periodontik primer. Pada kasus ini, pulpa nekrosis disebabkan oleh

karies yang dalam, restorasi atau trauma.

Tes kavitas mungkin dapat memastikan vitalitas pulpa pada kasus-kasus yang

dengan pemeriksaan radiografik atau tes vitalitas yang lain hasilnya tidak dapat

disimpulkan. Defek yang berasal dari penyakit periodontium biasanya

memberikan tes kavitas positif (pulpa vital), sedangkan defek yang berasal dari

pulpa biasanya hasil tesnya negatif (Walton & Torabinejab, 1996).

2. Periodontal probing

Karena terbatasnya prosedur pemeriksaan pulpa dan rancunya gambaran

radiografik pada lesi endodontik atau penyakit periodontium, maka periodontal

probing merupakan tes diagnostik banding yang sangat membantu. Probing defect

yang diakibatkan oleh lesi endodontik biasanya sempit dan meluas ke foramen

apikal atau ke saluran akar, sedangkan pada lesi periodontium biasanya lebar dan

tidak meluas ke arah apikal. Kadang-kadang lesi periodontium murni dapat

menyerupai defek sempit yang berasal dari endodontik, dalam hal ini lesi

endodontik mirip dengan lesi periodontik.

3. Palpasi dan perkusi

Palpasi jaringan lunak di atas gigi yang mengalami lesi periodontium atau lesi

periradikuler stadium lanjut sangat sedikit hasilnya. Palpasi pada gingiva bagian

koronal pada periodontitis atau palpasi pada lesi yang baru di atas apeks gigi

berguna untuk diagnosis banding lesi periradikuler atau lesi periodontium.

Perkusi positif, menunjukan adanya reaksi inflamasi pada membran periodontium.

Karena lesi periodontium maupun lesi endodontik menyebabkan inflamasi pada

Page 27: Lesi Endo Perio

membran periodontium, maka tes perkusi tidak dapat dipercaya untuk

membedakan penyakit-penyakit ini.

4. Pemeriksaan visual

Selain tes klinis dan temuan yang diperoleh, pemeriksaan visual pada gigi dan

gingiva memberikan informasi tambahan untuk memperkuat hasil tes sebelumnya.

Pada lesi endodontik primer, pasti ada penyebab kematian pulpa, misalnya karies,

restorasi yang luas, gigi fraktur, riwayat trauma, mahkota yang sudah berubah

warna. Lesi periodontik primer ditunjukan oleh tidak adanya kerusakan korona

yang jelas dalam hubungannya dengan poket periodontal, ada plak, kalkulus serta

gingivitis atau periodontitis menyeluruh.

Tabel 4.1 Temuan Klinis dan Radiografik Lesi Endodontik-Periodontik

(Walton & Torabinejad, 1996)

Tipe Lesi

Terbatas pada gigi

Karies Luas atau Restorasi

Tes Vitalitas

Defek Probing Sempit

Kehilangan Tulang vertika/Anguler

Palpasi dan Perkusi

Sifat Perawatan

Sumber Utama Endodontik

+

+

_

+

_

±

Perawatan Saluran Akar

Sumber Utama Periodontil

_

_

+

_

+

±

Perawatan Periodontik

Kombinasi

±

±

_

_

+

±

Perawatan Sal,Akar dan Perio

Page 28: Lesi Endo Perio

BAB V

PEMBAHASAN

Tidak diragukan lagi bahwa iritan dari sistem saluran akar dapat melewati

saluran lateral atau foramen apikal dan menyebabkan perubahan patologik di dalam

jaringan periodontium. Akan tetapi, apakah penyakit periodontium mempengaruhi

jaringan pulpa melalui saluran yang sama merupakan hal yang masih diperdebatkn.

Perbedaan konsentrasi dan potensi iritan di dalam jaringan pulpa nekrosis

dibandingkan dengan yang dari jaringan periodontium dapat menjelaskan mengapa

beratnya inflamasi berbeda pada setiap jaringan (Walton & Torabinejab, 1996).

Chaker (1974) menyatakan bahwa penyakit periodontium biasanya tidak akan

menyebabkan penyakit pulpa, karena inflamasi mengikuti drainase venan dan darah

vena mengalir keluar dari pulpa ke dalam periodontium melalui foramen apikal.

Mazur dan Massler (1964) melaporkan hasil penelitiannya pada pulpa dan

periodontium yang menyatakan bahwa tidak ada bukti penyakit periodontium sebagai

penyakit jaringan pulpa. Czarnecki dan Schilder (1979) juga melaporkan tidak adanya

hubungan sebab musabab antara penyakit periodontium dengan penyakit pulpa. Peran

menyeluruh saluran lateral atau aksesori pada rangkaian kesatuan endodontik-

periodontik masih belum jelas. Apakah tiap saluran lateral atau aksesori yang terbuka

dapat menyebabkan pulpitis ireversibel? (Grossman, 1988).

Seltzer dan Bender (1954) menyatakan bahwa penyakit periodontium dapat

menyebabkan perubahan pulpa patologik, terutama melalui saluran lateral atau

aksesori. Mereka secara menyakinkan menunjukan adanya reaksi patologik yang

terlokalisasi pada jaringan pulpa di dekat saluran lateral yang terbuka. Akan tetapi

tidak setiap saluran lateral yang terbuka menyebabkan pulpitis ireversibel, karena

Page 29: Lesi Endo Perio

pulpa sebagai jaringan yang tahan, mempunyai kemampuan mempertahankan dan

memperbaiki saluran lateral yang terbuka.

Beberapa klinisi menganjurkan perawatan awal lesi kombinasi bergantung

pada sumber dimulainya penyakit. Klinisi lain menganjurkan bahwa perawatan

endodontik sebagian dilakukan melalui prepasi dan medikasi saluran akar, diikuti oleh

terapi periodontium sampai diperoleh hasil yang baik, kemudian prosedur endodontik

diselesaikan. Grossman (1988) menganjurkan agar perawatan endodontik dilakukan

mendahului terapi periodontal, tanpa melihat penyebab penyakitnya.

Penentuan prosedur perawatan bergantung pada banyak faktor. Bila tes pulpa

normal terhadap semua tes vitalitas yaitu tes listrik, tes tesmis atau tes kavitas dan

pulpa tidak bereaksi secara abnormal dan berfungsi baik tanpa menyebabkan rasa

sakit, maka perawatannya dapat dibatasi pada masalah periodontal saja. Hasil

perawatan diamati sampai pada waktu yang layak dengan menunjukan penyembuhan,

maka bila perlu perawatan endodontik dapat dimulai (Grossman, 1988).

Ada perkiraan bahwa lesi endodontik primer dan lesi periodontik sekunder

yang lama didiamkan, akhirnya akan menjadi lesi periodontik murni disertai dengan

hilangnya perlekatan, kemudian akan menjadi lesi kombinasi, oleh karena itu

memerlukan perawatan periodontik tambahan. Peneliti lain berpendapat bahwa belum

ada bukti hal ini terjadi. Lesi periodontik yang lama berhasil dirawat dengan

perawatan saluran akar saja tanpa perawatan periodontik tambahan. Mereka

menganjurkan coba dulu dilakukan perawatan saluran konvensional saja (Walton &

Torabinejab, 1996).

Page 30: Lesi Endo Perio

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari tulisan-tulisan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Lesi endodontik-periodontik dapat diklasifikasi berdasarkan asal defek

periodontium, perawatan dan sumber utamanya.

2. Penyakit pulpa tanpa diragukan dapat menimbulkan penyakit periodontium, tetapi

penyakit periodontal mempengaruhi jaringan pulpa, masih diperdebatkan.

3. Diagnosis yang benar, prognosis dan rencana perawatan yang tepat, dapat

ditentukan dengan mengetahui lesi awal bewrasal dari endodontik atau

periodontik.

6.2 Saran

Dokter gigi hendaknya mempelajari evaluasi hasil pemeriksaan subjektif,

radiografik dan tes klinik dengan teliti, untuk menghindari kesalahan diagnostik,

untuk menghasilkan prognosis yang tepat dan untuk menentukan rencana perawatan

yang benar.

Page 31: Lesi Endo Perio

DAFTAR PUSTAKA

Chaker, F.M. : Dent. Clin. North Am., 18:393, 1974 dalam Grossman, L.I., Oliet, S.

& Del Rio, C.E. 1988. Endodontic practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea & Febiger.

Cohen, S. & Burn, R.C.1 1994. Pathways of the pulp. 6 th ed., St. Louis : C.V. Mosby

Co. Czarnecki, R.T.& Schilder, H. : J.Endo., 5 : 242, 1979 dalam Grossman, L.I., Oliet, S.

& Del Rio, C.E. 1988. Endodontic Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea & Febiger.

Grossman, L.I., Oliet, S. & Del Rio, C.E. 1988. Endodontic Practice. 11 th ed.

Philadelphia : Lea & Febiger. Harty, F.J 1990. Endodontics in Clinical Practice. 3 nd ed. London : Butterworth &

Co. Mazur, B., & Massler, M. : Oral Surg., 17 : 592. 1964 dalam Grossman, L.I., Oliet, S.

& Del Rio, C.E. 1988. Endodontic Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea & Febiger.

Oliet, S. & Pollock,S. : Bull. Phila. Dent. Soc., 34:12, 1968 dalam Grossman, L.I.,

Oliet, S. & Del Rio, C.E. 1988. Endodontic Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea & Febiger.

Seltzer,S. dan Bender, I.B. : The Dental Pulp. 3 nd ed. Philadelphia : j.B. Lippincot,

1954, h.303,306 dalam Grossman, L.I., Oliet, S. & Del Rio, C.E. 1988. Endodontic Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea & Febiger.

Walton, R. & Torabinejab, M. 1996: Principles and Practice of Endodontics. 2 nd ed.

Philadelphia : W.B. Saunders Co. Weine, F.S. 1976. Endodontic Therapy. 2 nd ed. St. Louis : C.V. Mosby Co.