Makalah Seminar Perio

18
Jaringan periodontal membentuk suatu struktur pendukung gigi. Komponen-komponen utama jaringan periodontal diperlihatkan pada gambar 1.1 : a. Gingiva (terdiri dari epitel dan jaringan ikat) b. Ligamen periodontal c. Sementum d. Tulang alveolar Gambar 1.1 Potongan Longitudinal bagian gigi yang menunjukkan jaringan periodontal sehat. 1. Gingiva

description

perio

Transcript of Makalah Seminar Perio

Page 1: Makalah Seminar Perio

Jaringan periodontal membentuk suatu struktur pendukung gigi. Komponen-

komponen utama jaringan periodontal diperlihatkan pada gambar 1.1 :

a. Gingiva (terdiri dari epitel dan jaringan ikat)

b. Ligamen periodontal

c. Sementum

d. Tulang alveolar

Gambar 1.1 Potongan Longitudinal bagian gigi yang menunjukkan

jaringan periodontal sehat.

1. Gingiva

Gingiva yang sehat berwarna merah muda dan terlihat seperti mata pisau

yang tegas mengelilingi gigi. Pada kelompok etnis tertentu, gingiva terkadang

berpigmen. Pada keadaan sehat, margin gingiva berada beberapa milmeter ke arah

koronal dari cemento-enamel junction. Sulkus gingiva merupakan suatu celah

dangkal kedalaman 0,5 mm sampai 3 mm pada gigi yang sudah erupsi sempurna.

Jaringan giginva merupakan jaringan berkeratin dan terlihat lebih pucat

dibantingkan jaringan epitel oral yang tidak berkeratin. Berdasarkan anatominya,

Page 2: Makalah Seminar Perio

gingiva dibagi menjadi marginal gingiva, attached gingiva, dan gngiva

interdental.

Gambar 1.2. Anatomi Gingiva

1.1. Marginal Gingiva

Marginal gingiva atau gingiva bebas adalah pinggiran gingiva yang

mengelilingi gigi menyerupai kerah. Pada 50% kasus, marginal gingiva dan

attached gingiva dibatasi oleh suatu alur yang disebut dengan free gingival

groove. Marginal gingiva memiliki lebar sekitar 1 mm, membentuk dinding dari

sulkus gingiva dan dapat dipisahkan dari permukaan gigi dengan probe

periodontal.

1.2. Sulkus Gingiva

Sulkus gingiva adalah suatu celah sempit yang dibatasi oleh permukaan

gigi di satu sisi, dan dibatasi oleh epitel marginal gingiva pada sisi lainnya. Celah

ini berbentuk “V” dan merupakan tempat masuknya probe periodontal. Penentuan

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting. Pada

keadaan normal yang absolut, kedalaman sulkus gingiva bisa mencapai 0 mm.

Keadaan ini bisa didapat pada eksperimen hewan coba yang bebas dari bakteri

serta dilakukan kontrol plak secara intesif.

Page 3: Makalah Seminar Perio

Pada gingiva manusia yang sehat, biasanya kedalaman sulkus gingiva

secara histologis sekitar 1,8 mm dengan variasi dari 0 – 6 mm. Penlitian lain

melaporkan kedalaman sulkus gusi 1,5 mm dan 0,69 mm. Cara untuk mengukur

kedalaman sulkus gingiva adalah dengan menggunakan instrumen metal yang

disebut probe periodontal. Probe periodontal dimasukkan ke dalam sulkus gingiva

dan diperkirakan kedalaman penetrasi probe tersebut. kedalaman sulkus gingiva

secara hidtologis tidak selalu sama dengan kedalaman sulkus secara klinis yang

dihitung dengan menggunakan probe. Kedalaman sulkus gusi yang normal secara

klinis pada manusia adalah 2 – 3 mm.

1.3. Attached Gingiva

Attached gingiva atau gingiva cekat merupakan kelanjutan dari marginal

gingiva, memilki konsistesi yang kenyal dan tegas, melekat erat pada periosteum

tulang alveolar dibawahnya. Bagian facialnya meluas dan menyatu dengan

mukosa alveolar yang lebih longgar, keduanya dibatasi oleh muccogingival

junction.

Lebar dari attached gingiva merupakan parameter klinis yang penting.

Lebar attcahed gingiva diukur dari muccogingival junction sampai permukaan

eksternal dari bagian paling bawah sulkus gingiva atau poket periodontal. Lebar

dari attached gingiva tidak sama pada semua bagian di rongga mulut. bagian yang

paling lebar biasanya pada regio incisivus (3,5 – 4 mm pada maksila dan 3,3 – 3,9

mm pada mandibula), dan yang paling sempit biasanya pada regio molar pertama

(1,9 mm pada maksila dan 1,8 mm pada mandibula).

Muccogingival junction biasanya tidak akan berubah seumur hidup,

perubahan lebar attached gingiva biasanya disebabkan karena perubahan posisi di

bagian koronal. Lebar dari attached gingiva biasanya meningkat seiring dengan

bertambahnya usia dan pada gigi yang supraerupsi. Pada bagian lingual

mandibula, attached gingiva menyatu dengan mukosa alveolar lingual yang

berlanjut dengan mukosa dasar mulut. Bagian palatal atcahed gingiva menyatu

dengan mukosa palatal yang keras dan kenyal.

Page 4: Makalah Seminar Perio

1.4. Gingiva Interdental

Gingiva interdental terletak pada embrasur gingiva, yaitu celah

interproksimal pada area kontak gigi. Gingiva interdental biasanya berbentuk

seperti piramid. Pada bagian depan, ujung papilla terletak tepat dibawah titik

kontak gigi, berlanjut ke belakang membentuk suatu kawah yang menggabungkan

papilla bagian depan dan belakang.

Bentuk dari gingiva interdental tergantung pada titik kontak antara kedua

gigi dan ada tidaknya resesi. Permukaan facial dan lingual mengerucut ke arah

interproksimal, sedangkan permukaan mesial dan distal sedikit konkaf. Batas

lateral dari gingiva interdental merupakan kelanjutan dari marginal gingiva gigi

sekitar. Jika terdapat diastema, gingiva akan melekat dengan kuat ke tulang

interdental dan mebentuk permukaan yang halus dan membulat tanpa gingiva

interdental.

Gambar 1.3. Potongan faciolingual gingiva inerdental

1.5. Bagian-bagian Gingiva

1.5.1 Epitel Gingiva

Meskipun terbentuk dari selapis epitel gepeng berlapis yang kontinyu,

epitel gingiva terdiri dari (Gambar 1.1):

1) Epitel oral / Oral epithelium (OE).

2) Epitel sulkus oral / Oral sulcular epithelium (SE).

3) Junctional Epithelium (JE)

Page 5: Makalah Seminar Perio

Tipe sel utama pada epitel gingiva, seperti epitel gepeng berlapis lainnya

adalah keratinosit. Sel-sel lain yang ditemukan pada epitel gingiva aalah sel non-

keratinosit, antara lain sel-sel Langerhan, sel-sel Merkel, dan melanosit. Fungsi

utama dari epitel gingiva adalah untuk melindungi struktur yang lebih dalam,

namun masih tetap menjalankan fungsi pertukaran zat dengan lingkungan luar.

Hal ini dapat dicapai dengan proliferasi dan diferensiasi keratinosit.

Proliferasi keratinosit terjadi karena mitosis yang terjadi di lapisan basal.

Pada lapisan suprabasal, sebagian kecil sel tetap menjadi kompartemen proliferatif

sedangkan sebagian besar sel-sel nya bermigrasi ke permukaan.

Diferensiasi terdiri dari proses keratinisasi yang terdiri dari serangkaian

proses biokimia dan morfologis yang terjadi pada sel ketika bermigrasi dari

lapisan basal. Perubahan morfologis yang paling utama adalah sel-sel yang

menjadi pipih dengan cepat dan meningkatnya prevalensi tonofilamen,

intercellular junctions yang berpasangan, dan hilangnya nukleus.

Proses keratinisasi yang sempurna menghasilkan lapisan tanduk superfisial

yang terortokeratinisasi, sama seperti stratum korneum dan stratum granlosum

pada kulit. Hanya sebagian area epitel gingiva yang mengalami orthokeratinisasi,

permukaan lainnya mengalami parakeratinisasi atau non-keratin.

a. Oral Epithelium (OE)

1) Epitel oral merupakan epitel gepeng berlapis dan berortokeratin

2) Permukaan sel tidak memiliki nukleus dan diselimuti dengan

protein keratin.

3) OE menghasilkan pertahanan fisik yang tidak dapat ditembus

oleh bakteri rongga mulut.

Lapisan basal sel epitelium dilepaskan ke dalam lipatan yang

menutupi jaringan ikat. Lipatan ini meningkatkan luas permukaan

kontak antara epitel dan jaringan ikat dan dikenal sebagai rete

ridges atau rete pegs.

b. Oral Sulcular Epithelium (SE)

1) Tidak ada rete ridges

Page 6: Makalah Seminar Perio

2) Terdapat sel keratin tetapi memiliki inti nukleus

(parakeratinisasi).

c. Junctional Epithelium

Junctional epithelium (JE) membentuk suatu perlekaan khusus ke gigi

melalui lapisan hemidesmosal di dalam sel-sel junctional epithelium dan melaui

lamina basalis yang diproduksi oleh sel-sel epitel. JE merupakan jaringan yang

tidak berkeratin dan beregenerasi dengan sangat cepat (2 – 6 hari, dibandingkan

dengan epitel oral yang beregenerasi dalam waktu satu bulan. Pada keadaan sehat,

bagian paling apikal dari JE terletak pada cemento-enamel junction. Memiliki titik

terlebar yang terdiri dari 20-30 sel pada bagian koronal, mengecil ke apikal hingga

bagian paling kecil terdri dari satu sel.

Junctional epithelium bersifat permeable dengan rongga interseluler yang

lebar, sehingga dapat dilalui oleh subtansi yang dapat bermigrasi (seperti racun,

bakteri, atau sel pertahanan tubuh). Migrasi JE dari posisinya di apikal ke

sementum akar menunjukkan hilangnya perlekatan periodontal dan dapat

berkembang menjadi penyakit periodontitis.

1.5.2. Jaringan Ikat Gingiva

Jaringan ikat gingiva (lamina propria) terdiri dari sekumpulan serat

kolagen yang disebut sebagai serabut gingiva. mengelilingi substansi yaitu

fibroblast, pembuluh darah dan getah bening serta jaringan saraf. Terdiri dari dua

layer yaitu papillary layer dan reticular layer. Lamina propria memiliki

kompartemen selular dan ekstraselular yang tersusun dari serat-serat dan substansi

dasar. Terdapat 3 tipe serat jaringan ikat gingiva yaitu kolagen, retikular dan

elastik. Jaringan ikat pada margin gingiva adalah kolagen yang sangat rapat, berisi

sistem berkas serat kolagen yang disebut serat gingiva. Empat kelompok serat

gingiva ditunjukan pada gambar 1.2 dan 1.3.

Page 7: Makalah Seminar Perio

Gambar 1.4. Serat dentogingival, serat alveolar crest dan serat sirkular

pada jaringan ikat gingiva.

Gambar 1.5. Area interdental yang menampilkan kelompok serat transeptal

dan sirkular pada jaringan ikat.

Page 8: Makalah Seminar Perio

2. Ligamen Periodontal

Ligamen periodontal membentuk perlekatan antara sementum dan tulang

alveolar. Ligamen periodontal adalah jaringan ikat yang kaya akan pembuluh

darah dimana terdapat juga serat kolagen, terbagi menjadi empat kelompok

berdasarkan posisinya (gambar 1.6). Bertindak sebagai selubung yang melindungi

pembuluh darah dan saraf dari gaya mekanis, sebagai transmisi gaya oklusal ke

tulang serta menahan gaya oklusal yang kuat (shock absorption). Ligamen

periodontal memiliki serabut saraf sensoris yang berlimpah berfungsi sebagai

transmisi taktil, tekanan dan sensasi nyeri oleh jalur trigeminal. Di dalam ligamen

terdapat mekanoreseptor yang menyediakan input sensor untuk refleks rahang. Sel

dari ligamen periodontal juga terlibat dalam pembentukan dan remodeling tulang

alveolar serta sementum. Ligamen periodontal bertindak dalam menghilangkan

gaya pengunyahan untuk mendukung tulang alveolar dalam lebar, tinggi, serta

kualitasnya menentukan mobilitas gigi tersebut.

Ligamen periodontal terbentuk oleh kompleks vaskular dan jaringan ikat

yang mengelilingi akar gigi dan menghubungkan akar gigi dengan dinding

tulang alveolar. Ketebalan ligamen bervariasi antara 0,1-0,3 mm. Ligamen

periodontal terdiri dari bundel-budel serabut kolagen. Serabut kolagen, satu sisi

berhubungan dengan sementum dan satu sisi pada dinding soket disebut

Sharpey’s fiber, terbagi dalam beberapa bagian:

Transseptal grup adalah serabut yang terbentang di atas alveolar crest

dan menempel pada sementum gigi terdekat. Serabut ini akan tetap ada

meskipun terjadi kerusakan pada tulang alveolar yang disebabkan oleh suatu

penyakit. Serabut ini mungkin merupakan bagian dari gingiva karena tidak

memiliki ikatan dengan tulang.

Alveolar crest grup adalah serabut yang terbentang oblique dari

sementum, tepat di bawah epitel ke alveolar crest. Terkadang serabut ini

menjulur dari sementum ke bagian atas tulang alveolar dan ke lapisan fibrosa

dari periosteum yang mengelilingi tulang alveolar

Page 9: Makalah Seminar Perio

Horizontal grup adalah serabut yang terbentang dari sementum ke

alveolar crest

Oblique grup adalah serabut yang terbanyak pada ligamen periodontal,

membentang secara koronal dari sementum ke tulang alveolar

Apical grup adalah serabut yang menyebar dari sementum di daerah

apikal menuju dasar soket.

Interradicular grup adalah serabut yang hanya terdapat pada gigi dengan

akar lebih dari satu. Serabut ini menghubungkan antar akar ke tulang alveolar.

Gambar 1.6 Ligamen Periodontal

3.Sementum

Sementum adalah jaringan mineralisasi yang melapisi dentin pada akar

(root dentine). Sementum tidak mengalami remodeling fisiologis tetapi tetap ada

selama hidup. Diklasifikasikan mejadi dua jenis:

1) Sementum Aselular

Sementum Aselular terbentuk pada akar dentin selama pembentukan akar

dan erupsi gigi. Serat masuk dari ligamen periodontal dan teremineralisasi

Page 10: Makalah Seminar Perio

dalam sementum dikenal sebagai serat sharpey. Serat ini banyak

ditemukan pada sementum aselular.

2) Sementum Selular

Sementum selular terletak di atas sementum aselular. Berisi sel yang

disebut cementocytes yang berada pada lacunae. Lapisan sementum seluler

lebih tebal di daerah apikal akar (0,2 – 1mm).

Schroeder telah mengklasifikasi sementum menjadi:

1) Sementum Afibrilar Aseluler (acellular afibrillar cementum/AAC)

adalah bagian sementum yang tidak mengandung sel apaun juga tidak

mengandung serabut kolagen. Sementum ini adalah produk dari

sementoblas dan terdapat pada bagian koronal sementum.

2) Sementum Ekstrinsik Fiber Aselular (acellular extrinsic fiber

cementum /AEFC) hampir seluruhnya mengandung bundel-bundel

serabut Sharpey’s dan tidak mengandung sel. AEFC merupakan

produk dari fibroblas dan sementoblas dan terdapat pada sepertiga

cervikal akar gigi.

3) Cellular Mixed Stratified Cementum/CMSC mengandung serabut

ekstrinsik (Sharpey’s) dan intrinsik dan mungkin mengandung sel.

CMSC adalah produk sampingan dari fibroblas dan sementoblas dan

paling banyak terdapat pada sepertiga apikal akar gigi dan daerah

furkasi.

4) Intermediate cementum adalah daerah kecil yang terdapat di dekat

sementodentinal junction dan mengandung sisia-sisa sel Hertwig’s

sheath.

Sementum pada CEJ atau tepat di bawah CEJ secara klinis penting untuk

prosedur scaling. Terdapat tiga tipe hubungan pada CEJ : sementum overlap

terhadap email, sementum dan email bertemu secara edge-to-edge, dan

sementum dan email gagal bertemu.

Page 11: Makalah Seminar Perio

Gambar 1.7. Tipe Perlekatan Sementum pada CEJ

Daerah terminal apikal pada sementum yang berhubungan dengan dentin

pada bagian saluran akar gigi disebut cementodentinal junction/CDJ. Ketebalan

CDJ relatif stabil.

4.Tulang Alveolar

Prosesus alveolaris adalah bagian pada maksila dan mandibula yang

membentuk dan menyokong soket gigi. Prosesus alveolaris terbentuk kelika gigi

erupsi agar terjadi hubungan dengan ligamen periodontal, dan menghilang setelah

gigi hilang. Bentuk morfologis prosesul alveolaris ditentukan oleh ukuran, bentuk,

lokasi, dan posisi gigi.

Prosesus alveolaris terdiri dari:

1) Dinding soket dibatasi dengan lapisan tulang padat yang disebut

compact bone, yang juga membentuk bagian bukal dan lingual atau

palatal dari tulang rahang.

2) Di antara soket dan dinding tulang rahang yang padat terdapat

tulang cancellous yang terbentuk dari trabekula tulang.

3) Pelat compact bone pada rahang lebih tebal di bagian bukal gigi

molar rahang bawah dan paling tipis pada permukaan labial gigi

insisif rahang bawah.

Dinding soket terdiri dari tulang berlamela yang padat dan beberapa

mengandung sistem havers dan bundle bone. Bundle bone adalah istilah untuk

bagian tulang yang berdekatan dengan ligamen periodontal yang mengandung

Page 12: Makalah Seminar Perio

banyak serabut Sharpey’s. Septum interdental terdiri dari cancellous bone dan

dibatasi oleh dinding soket.

Gambar 1.8. Bony Fenestration and Dehiscence

Ketebalan dari lapisan compact bone relevan dengan pemilihan teknik

analgesia lokal sebagai solusi anastesi yang melewati tulang untuk mencapai

jaringan saraf. Tulang yang tipis, terutama pada regio insisif rahang bawah, dapat

menunjukan cakupan tulang yang tidak sempurna dalam bentuk fenestrations dan

dehiscences (Gambar 1.8). Soket gigi dilapisi dengan compact bone dimana

didalamnya terdapat serat terpenting dari ligamen periodontal. Daerah tulang ini

dapat muncul sebagai garis putih padat yang disebut lamina dura pada gambaran

radiografi.

Page 13: Makalah Seminar Perio