Makalah Fitokimia Lipid
-
Upload
dewii-bembemm-uchuld -
Category
Documents
-
view
234 -
download
20
Transcript of Makalah Fitokimia Lipid
Makalah fitokimia
“identifikasi dan isolasi senyawa lipid”
Disusun oleh:
Deri Reinaldo M A 01010006
Yogma Purnarit M A 01010010
Merry A 01010017
Margianna wijayanti A 01010027
Marizca Mudiarti A 01010029
Dewi Sri Rahayu A 01010035
Sutopo A 01010083
Indra Lesmana A 0820044
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
Bandung
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang tepat pada waktunya
yang berjudul “ identifikasi dan isolasi senyawa lipid”, guna memenuhi tugas
fitokimia.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunan makalah ini, oleh karenanya kami penyusun megharapkan keritik
dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membaca nya.
Bandung, Desember 2012
Tim penyusun
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan, dan manusia dan sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid.
Lipid adalah senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti hidrokarbon atau dietil eter.
Suatu lipid tersusun atas asam lemak dan gliserol (Jatilaksono,2007).
Struktur lipid
Berdasarkan strukturnya, lipid dapat dibagi menjadi 2:
1. lipid dengan rantai hidrokarbon terbuka.
Contohnya, asam lemak, TAG, spingolipid, fosfoasilgliserol, glikolipid
2. lipid dengan rantai hidrokarbon siklik
Contohnya, steroid (kolesterol)
Lipid memiliki sifat umum sebagai berikut:
tidak larut dalam air
larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan
karbontetraklorida
mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang
juga mengandung nitrogen dan fosfor.
Apabila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak
Berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan
Struktur lipid yaitu memiliki kepala yang bersifat polar dan ekor
hidrokarbon yang bersifat nonpolar. Dalam suatu larutan, kepala yang
bersifat polar dapat berasosiasi dengan air, sehingga membentuk senyawa
amfipatik (memiliki dua kutub positif dan negatif). Selain itu, lipid dapat
membentuk formasi satu lapis lipid (monolayers), dua lapis lipid (bilayers),
misel, dan vesikula (shofyan, 2010).
Klasifikasi lipid
a. Menurut sifat kimia (berdasarkan atas reaksinya dengan basa kuat)
1. Lipid tersabunkan (hidrolisis dengan basa)(latin: sapo ,
soap=sabun=garam asam lemak). Contohnya adalah TAG (triasil
gliserol) dan fosfolipid.
2. Lipid tak tersabunkan. Contohnya : sterol (kolestrol), vitamin yang
larut dalam lemak.
b. Menurut Bloor :
1.Lipid sederhana. Contohnya: minyak (TAG/trigliserida) jika dihidrolisis
menghasilkan asam lemak dan gliserol.
2.Lipid kompleks. Contohnya: fosfolipid dan glikolipid.
3.Lipid turunan adalah senyawa-senyawa yang dihasilkan bila lipid
sederhana dan lipid kompleks mengalami hidrolisis. Contohnya: asam
lemak, gliserol, alkohol padat, aldehid, keton bodies. (shofyan, 2010)
Lipid berperan penting dalam komponen struktur membran sel. Lemak
dan minyak dalam bentuk trigliserol sebagai sumber penyimpanan energi,
lapisan pelindung, dan insulator organ-organ tubuh. Ada beberapa fungsi dari
lipid, yaitu:
1. Sebagai sumber energi (memiliki kandungan 9 kkal/g)
2. Unsur pembangun membran sel dan bertanggung jawab untuk
lewatnya berbagai bahan yang masuk dan keluar sel.
3. Sebagai pelindung organ-organ penting, penyekat jaringan tubuh.
4. Menjaga tubuh terhadap pengaruh luar. Misalnya: suhu, luka (infeksi).
5. Insulator listrik (agar impuls-impuls syaraf merambat dengan cepat).
6. Membantu melarutkan dan mentransport senyawa-senyawa tertentu
(misal vitamin) dalam aliran darah untuk keperluan metabolisme.
Terdapat beberapa jenis-jenis lipid, yaitu:
Asam lemak, terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh
Gliserida, terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida (fosfolipid)
Lipid kompleks, terdiri atas lipoprotein dan glikolipid
Non gliserida, terdiri atas sfingolipid, steroid, dan malam
Reaksi kimia dan sifat khas lipid
1. Hidrolisis
Hidrolisis lipid seperti triasilgliserol dapat dilakukan secara enzimatik dengan
bantuan lipase, menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol.
2. Penyabunan
Hidrolisis lemak oleh alkali disebut penyabunan, yang dihasilkan adalah
gliserol dan garam alkali asam lemak yang disebut sabun.
3. Cara analisis untuk mengenali sifat lipid
Ini termasuk penetapan titik lebur, suhu, beku dan angka bias, serta
penetapan kimia tertentu seperti berikut:
a. Bilangan penyabunan
b. Bilangan asam
c. Bilangan polenske
d. Bilangan reichert meissl
e. Bilangan yodium
4. Kromatografi gas-cairan
Kromatografi gas-cairan menyangkut pemisahan fisik dari fasa gas yang
bergerak oleh adsorpsi pada fasa stasioner yang terdiri atas zat padat yang
lamban terdiri atas batu tahan api.
5. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis dilakukan pada lempengan gelas yang sebelumnya
dilapisi dengan bubur adsorben yang tipis.
6. Zat yang tidak dapat disabunkan
Zat yang tidak dapat disabunkan adalah zat dalam lemak alam yang tidak
dapat disabunkan dengan alkali tetapi larut dalam eter atau petroleum eter.
7. Hidrogenasi
Hidrogenasi lemak tidak jenuh dengan adanya katalisator (nikel) dekenal
sebagai “pengerasan” (hardening).
8. Ketengikan
Ketengikan adalah perubahan kimia yang menimbulkan bau dan rasa tidak
enak pada lemak.
9. Oksidasi spontan
Minyak yang mengandung asam lemak sangat tidak jenuh (misalnya, minyak
biji rami) dioksidasi spontan oleh oksigen atmosfir pada temperatur biasa dan
membentuk zat yang keras dan tahan air.
10. Membran, misel, liposom, dan emulsi
Pada umumnya lipid tidak larut dalam air, karena mereka banyak
mengandung gugus nonpolar (hidrikarbon).
1.2. Metode Isolasi
1.2.1 Ekstraksi
Jaringan daun segar diekstraksi secara maserasi dalam 20 volume
isopropanol dingin (alkohol ini menginaktifkan enzim hidrolitik) dan dilanjutkan
dengan ekstraksi ulang memakai campuran kloroform-metanol ( 2:1 ). Jaringan
biji dapat diekstraksi langsung dengan campuran pelarut terakhir ini atau dengan
eter minyak bumi. Untuk jaringan yang lipidnya terikat sangat kuat, seperti padi-
padian dianjurkan ekstraksi menggunakan campuran kloroform-metanol-air
(200:95:5). Ekstrak langsung hendaknya disimpan pada suhu -50 C dengan
menambahkan sesepora antioksidan 0,005 % hidroksi-toluena terbutilasi ( BHT ).
1.2.2 Fraksinasi
Sebelum dianalisis lebih lanjut, pada tahap ini sering kali kita harus
memisahkan lipid ke dalam fraksi netral dan fraksi polar, serta menghilangkan
steroid dan pencemar lain. Hal ini dapat dilakukan dengan kromatografi kolom
pada asam silikat dalam larutan eter. Lipid netral akan lewat, meninggalkan fosfo
dan glikolipid lipid yang terjerap, dan kemudian dapat diperoleh kembali dengan
mengelusi kolom menggunakan campuran kloroform-metanol. Hasil yang sama
dapat diperoleh dengan KLT preparatif pada silika gel dengan kloroform sebagai
pengembang ; trigliserida bergerak sampai setengah jalan ke bagian atas plat,
meninggalkan lipid lain pada garis awal.
1.3. Cara Identifikasi Lipid
Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi
analisis kualitatif maupun kuantitatif.
1.3.1. Uji Kualitatif Lipid
a. Uji kelarutan Lipid
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terhadap
berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat
kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya
lipid tersebut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar
sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar.
b. Uji akrolein
Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam
lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech
Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin
atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan reagen pendehidrasi
(KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terhidrasi ke dalam
bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO)yang
memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih.
c. Uji ketidakjenuhan lipid
Digunakan untuk mengetahui asam lemak yang di uji apakah termasuk
asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod
Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang diuji ditambah
klorofor sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut. Setelah itu, tetes
demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan kedalam tabung sambil dikocok dan
perubahan warna yang terjadi terhadap campuran yang diamati. Asam lemak
jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat
strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus
hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan
timbulnya warna merah ketika Iod Hubl diteteskan ke asam lemak, lalu warna
kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar
menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon
asam lemak.
d. Uji ketengikan
Dalam uji ini, diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang
belum tengik yang disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji
dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan kelarutan
floroglusinol. Floroglusinol ini berfungsi sebaai penampak bercak. Setelah itu,
kertas digantungkan di dalam erlemeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk
CaCO3 dimasukkan kedalam erlemeyer dan segera ditutup. HCl yang
ditambahnkan akan menyeimbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah
unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas.
Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi
akan di hasilkan peroksida.
e. Uji salkowski untuk kolestrol
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan kolestrol. Kolestrol
dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama
ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester
lipid. Apabila dalam sampel tersebur terdapat kolestrol, maka lapisan kolestrol
dibagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi
kuning dengan warna flouresens hijau.
f. Uji lieberman buchard
Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolestrol dengan
penambahan asam sulfat kedalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat
dilarutkan ke dalam larutan kolestrol dan kloroform(dari percobaan salkowski).
Setelah itu asam sulfat pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan
dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika
asam sulfat ditambahkan kedalam campuran yang berisi kolestrol, maka molekul
air berpindah dari gugus C3 kolestrol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-
kolestadiena. Produk ini di konversi menjadi polimer yang mengandung
kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil
yang positif. Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari
terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi
hijau tua.
1.3.2. Uji Kuantitatif Lipid
Untuk menganalisa kandungan lemak dalam makanan yang dapat
dilakukan dengan cara volumetri, gravimetris, dan kromatografi. Kromatogarafi
yang dapat dipakai seperti kromatografi gas (GC), kromatografi lapis tipis.
1.3.2.1 Kromatografi Lapis Tipis
Lipid total jaringan tumbuhan dapat dianalisis secara KLT 2 arah, suatu
contoh pemisahan dilukiskan pada gambar 4.4. Hasil ini didapat dari umbi
kentang, tetapi kebanyakan jaringan tumbuhan lain menunjukkan sederetan
komponen yang sama. Pengembang pada arah pertama adalah kloroform-
metanol-asam asetat-air ( 170:25:25:4 ), dan pada arah kedua kloroform-
metanol-amonia ( 65:30:4 ). Untuk menghindarkan penguraian lipid selama KLT
dianjurkan penambahan BHT ( 5 mg % ) ke dalam pengembang pertama dan
mengeringkan plat pada 500 C dalam suasana nitrogen setelah pengembangan
pertama.
Pada umumnya KLT satu arah sudah cukup untuk memisahkan lipid sebelum
dianalisis. Lipid netral dapat dipisah pada plat silika gel, menggunakan isopropil
eter- asam asetat ( 24:1 ) dan eter minyak bumi- eter- asam asetat (90:10:1)
sebagai pengembang berurutan pada 1 arah. Dengan cara ini trigliserida ( R f kira-
kira 70 ) memisah dari digliserida ( Rf 50 ) dan monogliserida ( Rf 15 ).
Hidrokarbon bergerak sampai ke dekat garis depan dan fosfolipid tetap pada
garis awal. Trigliserida masing-masing, pada pita dengan Rf 70, kemudian dapat
dipisah secara KLT-AgNO3 berdasarkan derajat ketakjenuhannya. Plat silika
direndam dengan AgNO3 5% dan dikembangkan dengan isopropanol-kloroform
(3:197). Trigliserida terpisah menjadi beberapa fraksi, Rf menurun dengan
naiknya jumlah ikatan rangkap dari 1 – 6. Untuk campuran gliserida rumit,
mungkin diperlukan pemisahan lebih lanjut. Kromatografi partisi fase balik dapat
digunakan, untuk itu plat silika gel direndam dalam minyak silikon dan
pengembangnya ialah aseton nitril- asam asetat- air ( 14:2:5 ).
Fosfo dan glikolipid dapat dipisah secara satu arah pada plat silika gel
dengan menggunakan pengembang seperti kloroform-metanol-asam asetat-air
(170:30:20:7) dan aseton-benzen-air ( 90:30:8 ). Fosfatidilgliserol terpisah lebih
baik dari fosfatidil etanol amina dengan mengembangkan pelarut kedua pada
plat pada sebelumnya direndam dengan amonium sulfat 0,15 M. Angka Rf kira-
kira dari berbagai lipid dengan menggunakan 2 sistem utama ini ditunjukkan
pada tabel 4.3.
1.3.2.2 Deteksi
Lipid dapat dideteksi tanpa perubahan dengan menyemprot plat dengan
zat warna berflouresensi. Larutan 2 ‘,7’-dikloroflouresensi 0,2% dalam etanol
memberikan bercak berflouresensi hijau muda pada latar belakang ungu
dibawah sinar UV. Penyemprotan dengan 0,5% Rhodamin B atau 6 G dalam
etanol menghasilkan bercak kuning atau ungu kebiruan pada latar belakang
merah jambu. Penyemprot tidak khas yang dapat merusak, tetapi sangat peka
untuk lipid, ialah H2SO4 25%, diikuti dengan pemanasan plat pada 2300 C. Lipid
yang mengandung basa atau gula dapat dideteksi dengan peraksi yang khas
dengan sisa ini. Ninhidrin dapat digunakan untuk mendeteksi fosfolipid yang
mengandung etanolamin dan serina.
1.3.2.3 Menentukan Komponen Lipid
Penyabunan asam atau basa dari lipid menghasilkan asam lemak dan
gliserol dan lipid polar dihasilkan gula atau amina dan fosfat. Hidrolisis asam
dilakukan dengan H2SO4 2M dalam lingkungan nitrogen pada 1000 C selama 6 jam.
Setelah campuran diencerkan dengan air, asam lemak dan basa ( bila ada )
diekstraksi dengan kloroform. Larutan air dinetralkan dengan Ba2CO3, disaring,
dan kemudian dikromatografi kertas dengan n-butanol-piridina-air ( 7:3:1 )
selama 40 jam dengan menyertakan larutan pembanding gula dan gliserol.
Adanya gliserol dan galaktosa terdeteksi dengan pereaksi AgNO3 basa. Amina
dalam lapisan kloroform dapat dideteksi secara KLT. Fosfat dalam lapisan air
dapat dideteksi sebagai garam natrium. Deteksi dilakukan secara KLT pada silika
gel S-HR dengan metanol-NH4OH 1M-asam triklorasetat-air ( 10:3:1:6 ). Fosfat
nampak sebagai bercak biru setelah disemprot dengan larutan amonium
molibdat 1% dalam air, lalu dengan SnCl2 1% dalam HCl 10%.
1.3.2.4 Kromatografi gas cair
Asam lemak yang diperoleh setelah hidrolisis asam diubah menjadi ester
metilnya dengan diazometana dalam eter, kemudian dianalisis sacara KCG. Cara
lain, ester metil asam lemak dapat diperoleh langsung dengan transmetilasi lipid
induk secara refluks dengan metanol-benzen-H2SO4 ( 20:10:1 ) selama 90 menit.
KGC umumnya dilakukan pada kolam polietilena gliko adipat ( 10% pada celite
100 – 120 mesh ) pada 2000 C atau SE 30 3%. Puncak yang didapat dibandingkan
waktu retensinya dengan ester metil asam lemak baku. Contoh pemisahan kedua
kolom itu ditunjukkan pada gambar 4.5.
Beberapa asam tak jenuh tak dapat diidentifikasi hanya dengan KGC. Dalam
hal ini perlu diperlukan KLT-AgNO3 untuk menentukan derajat ketakjenuhannya.
Hidrogenasi menjadi asam jenuh yang sesuai ada gunanya, yaitu untuk
menentukan panjang rantai. Akhirnya, ikatan rangkap dapat ditentukan dengan
pemecahan memakai permanganat atau dengan ozonolisis; pecahan yang
dihasilkan diidentifikasi.
1.3.2.5 Pemastian Identitas
Masing – masing lipid kemudian dicirikan dengan membandingkannya
dengan cuplikan autentik ( asli ) dan dengan cara spektoskopik. Spektoskopik UV
hanya bermanfaat untuk lipid yang mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi
dalam strukturnya. Serapan tampak antara 240 dan 300 nm, sedangkan semua
lipid lainnya tidak menunjukkan serapan diatas 220 nm. Spektroskopik
inframerah kurang berarti. Gugus metilena dari asam lemak memberikan
beberapa pita khas, sedangkan lipid tak jenuh menunjukkan pita tambhan karena
adanya serapan cis-dan trans- etilena.
1.3.2.6 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT )
Dalam hal asam lemak, kesulitan dapat ditanggulangi dengan membuat
turunannya dan memisahkannya sebagai ester fenasil atau p-bromofenol. Dalam
hal lipid terikat, kita dapat mengukur serapan akhirnya pada sekitar 195 nm atau
menggunakan detektor indeks bias, tetapi pada umunya KCKT belum menjadi
cara rutin dalam telaah lipid tumbuhan.
Bab II
ISOLASI DAN KARAKTERISASI TRIGLISERIDA KACANG TANAH
Cara Kerja
a. Isolasi Trigliserida pada Kacang Tanah
1. Sejumlah kacang tanah yang ditimbang kira-kira 4 biji dimaserasi dalam
lumpang dengan pasir dan 8 ml eter minyak bumi (td 40-60 0 C ) sesudah
disentrifugasi, sisa diekstraksi sekali lagi dengan 8 ml eter minyak bumi.
Ekstrak dicampur dan diuapkan sampai kering dalam labu yang telah
ditimbang, penguapan dilakukan dalam aliran nitrogen. Ekstrak lipid
ditimbang dan persentase lipid dalam kacang tanah asal dapat dihitung.
2. Selanjutnya ekstrak lipid dilarutkan dalam 5 ml sikloheksana dan
ditotolkan 3 mikroliter pada plat silika gel. AgNO3 5%, bersama-sama
dengan larutan pembanding triolein dan tristearin. Plat dikembangkan
dalam isopropanol-kloroform ( 3:187).
3. Sesudah dikeringkan, plat disemprot dengan dibromo-R-flouresein 0,2%
dan diperiksa dengan sinar UV. Trigliserida yang telah terpisah tampak
sebagai bercak kuning. Jumlah nisbi berbagai lipid tak jenuh kemudian
dapat diperkirakan dari ukuran bercak yang terpisah. Bercak yang
bergerak lebih cepat mempunyai sisa asam lemak yang mengandung 1
ikatan rangkap dan bercak yang paling lambat mempunyai 2 atau 3 ikatan
rangkap.
4. Untuk mengidentifikasi asam yang ada, ekstrak lipid yang tertinggal
dididihkan selama 10 menit dengan 5 ml KOH 2M dalam air-etanol ( 1:1 ).
Larutan ini didinginkan dengan menambahkan 5 ml air dan diekstraksi
dengan eter minyak bumi ( 2 x 20 ml ) untuk menghilangkan lipid yang
terhidrolisis.
5. Kemudian hidrolisit diasamkan dengan H2SO4 10M dan asam lemah
diekstraksi dengan eter minyak bumi 3 x 15 ml. Ekstrak ini selanjutnya
dicuci, dikeringkan dan diuapkan sampai kering dalam lingkungan
nitrogen. Ditambahkan kompleks boron triflorida, metanol ( 5ml ) dan
larutan dididihkan selama 2 menit. Sesudah didinginkan dengan
menambahkan 15 ml air etil metil diekstraksi dengan eter minyak bumi
( 2x 15 ml ). Ekstraknya dicuci, dikeringkan, diuapkan sampai kering.
6. Ester metil dilarutkan dalam sejumlah minimum eter minyak bumi,
sebagian disuntikkan kedalam gerbang suntik KGC yang mempunyai
kolom enaglikoladipat 10 % pada ‘ celite ‘ 100-120 mesh. KGC dijalankan
pada suhu antara 180 dan 2000 C. Waktu retensi nisbi ( RRt ) puncak yang
terjadi diukur dengan menganggap RRt palmitat 1,0.
7. Suatu campuran baku ester metil dari asam palmitat, stearat, oleat, dan
linoleat harus dikromatografi bersama-sama; semua asam ini keluar dari
kolom KGC dengan urutan seperti tersebut di atas. Akhirnya, konsentrasi
berbagai asam dalam minyak kacang tanah dapat ditentukan dengan
mengukur luas daerah puncak.
Daftar Pustaka
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim., 1985. Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.
A n w a r , C h a i r i l , d k k . 1 9 9 6 . P e n g a n t a r P r a k t i k u m K i m i a
O r g a n i k . J a k a r t a : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, DIKTI.
jatilaksono,Marsandre.2007. Lipid .http://jlcome.blogspot.com/2007/10/
lipid. html . diakses 28 Oktober 2011.
Poedjiadi,Anna,1994, Dasar-Dasar Biokimia,Jakarta:Penerbit Universitas
Indonesia.
Shofyan.2010.Lipid .http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=15636.0.
diakses28 Oktober 2011.
Sudarmadji,slamet. 1996.analisa bahan makanan dan pertanian. liberty.
yogyakarta.
Lampiran
1 set alat soxhlet
Rotavapor
Biji kemiri