Makalah Fitokimia Lipid

25
Makalah fitokimia “identifikasi dan isolasi senyawa lipid” Disusun oleh: Deri Reinaldo M A 01010006 Yogma Purnarit M A 01010010 Merry A 01010017 Margianna wijayanti A 01010027 Marizca Mudiarti A 01010029 Dewi Sri Rahayu A 01010035 Sutopo A 01010083 Indra Lesmana A 0820044

Transcript of Makalah Fitokimia Lipid

Page 1: Makalah Fitokimia Lipid

Makalah fitokimia

“identifikasi dan isolasi senyawa lipid”

Disusun oleh:

Deri Reinaldo M A 01010006

Yogma Purnarit M A 01010010

Merry A 01010017

Margianna wijayanti A 01010027

Marizca Mudiarti A 01010029

Dewi Sri Rahayu A 01010035

Sutopo A 01010083

Indra Lesmana A 0820044

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Bandung

Page 2: Makalah Fitokimia Lipid

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga

kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang tepat pada waktunya

yang berjudul “ identifikasi dan isolasi senyawa lipid”, guna memenuhi tugas

fitokimia.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penyusunan makalah ini, oleh karenanya kami penyusun megharapkan keritik

dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi siapa saja yang membaca nya.

Bandung, Desember 2012

Tim penyusun

Page 3: Makalah Fitokimia Lipid

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,

hewan, dan manusia dan sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid.

Lipid adalah senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air,

tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti hidrokarbon atau dietil eter.

Suatu lipid tersusun atas asam lemak dan gliserol (Jatilaksono,2007).

Struktur lipid

Berdasarkan strukturnya, lipid dapat dibagi menjadi 2:

1. lipid dengan rantai hidrokarbon terbuka.

Contohnya, asam lemak, TAG, spingolipid, fosfoasilgliserol, glikolipid

2. lipid dengan rantai hidrokarbon siklik

Contohnya, steroid (kolesterol)

Page 4: Makalah Fitokimia Lipid

Lipid memiliki sifat umum sebagai berikut:

tidak larut dalam air

larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan

karbontetraklorida

mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang

juga mengandung nitrogen dan fosfor.

Apabila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak

Berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan

Struktur lipid yaitu memiliki kepala yang bersifat polar dan ekor

hidrokarbon yang bersifat nonpolar. Dalam suatu larutan, kepala yang

bersifat polar dapat berasosiasi dengan air, sehingga membentuk senyawa

amfipatik (memiliki dua kutub positif dan negatif). Selain itu, lipid dapat

membentuk formasi satu lapis lipid (monolayers), dua lapis lipid (bilayers),

misel, dan vesikula (shofyan, 2010).

Page 5: Makalah Fitokimia Lipid

Klasifikasi lipid

a. Menurut sifat kimia (berdasarkan atas reaksinya dengan basa kuat)

1. Lipid tersabunkan (hidrolisis dengan basa)(latin: sapo ,

soap=sabun=garam asam lemak). Contohnya adalah TAG (triasil

gliserol) dan fosfolipid.

2. Lipid tak tersabunkan. Contohnya : sterol (kolestrol), vitamin yang

larut dalam lemak.

b. Menurut Bloor :

1.Lipid sederhana. Contohnya: minyak (TAG/trigliserida) jika dihidrolisis

menghasilkan asam lemak dan gliserol.

2.Lipid kompleks. Contohnya: fosfolipid dan glikolipid.

3.Lipid turunan adalah senyawa-senyawa yang dihasilkan bila lipid

sederhana dan lipid kompleks mengalami hidrolisis. Contohnya: asam

lemak, gliserol, alkohol padat, aldehid, keton bodies. (shofyan, 2010)

Lipid berperan penting dalam komponen struktur membran sel. Lemak

dan minyak dalam bentuk trigliserol sebagai sumber penyimpanan energi,

lapisan pelindung, dan insulator organ-organ tubuh. Ada beberapa fungsi dari

lipid, yaitu:

1. Sebagai sumber energi (memiliki kandungan 9 kkal/g)

2. Unsur pembangun membran sel dan bertanggung jawab untuk

lewatnya berbagai bahan yang masuk dan keluar sel.

3. Sebagai pelindung organ-organ penting, penyekat jaringan tubuh.

4. Menjaga tubuh terhadap pengaruh luar. Misalnya: suhu, luka (infeksi).

5. Insulator listrik (agar impuls-impuls syaraf merambat dengan cepat).

6. Membantu melarutkan dan mentransport senyawa-senyawa tertentu

(misal vitamin) dalam aliran darah untuk keperluan metabolisme.

Page 6: Makalah Fitokimia Lipid

Terdapat beberapa jenis-jenis lipid, yaitu:

Asam lemak, terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh

Gliserida, terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida (fosfolipid)

Lipid kompleks, terdiri atas lipoprotein dan glikolipid

Non gliserida, terdiri atas sfingolipid, steroid, dan malam

Reaksi kimia dan sifat khas lipid

1. Hidrolisis

Hidrolisis lipid seperti triasilgliserol dapat dilakukan secara enzimatik dengan

bantuan lipase, menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol.

2. Penyabunan

Hidrolisis lemak oleh alkali disebut penyabunan, yang dihasilkan adalah

gliserol dan garam alkali asam lemak yang disebut sabun.

3. Cara analisis untuk mengenali sifat lipid

Ini termasuk penetapan titik lebur, suhu, beku dan angka bias, serta

penetapan kimia tertentu seperti berikut:

a. Bilangan penyabunan

b. Bilangan asam

c. Bilangan polenske

d. Bilangan reichert meissl

e. Bilangan yodium

4. Kromatografi gas-cairan

Kromatografi gas-cairan menyangkut pemisahan fisik dari fasa gas yang

bergerak oleh adsorpsi pada fasa stasioner yang terdiri atas zat padat yang

lamban terdiri atas batu tahan api.

5. Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis dilakukan pada lempengan gelas yang sebelumnya

dilapisi dengan bubur adsorben yang tipis.

Page 7: Makalah Fitokimia Lipid

6. Zat yang tidak dapat disabunkan

Zat yang tidak dapat disabunkan adalah zat dalam lemak alam yang tidak

dapat disabunkan dengan alkali tetapi larut dalam eter atau petroleum eter.

7. Hidrogenasi

Hidrogenasi lemak tidak jenuh dengan adanya katalisator (nikel) dekenal

sebagai “pengerasan” (hardening).

8. Ketengikan

Ketengikan adalah perubahan kimia yang menimbulkan bau dan rasa tidak

enak pada lemak.

9. Oksidasi spontan

Minyak yang mengandung asam lemak sangat tidak jenuh (misalnya, minyak

biji rami) dioksidasi spontan oleh oksigen atmosfir pada temperatur biasa dan

membentuk zat yang keras dan tahan air.

10. Membran, misel, liposom, dan emulsi

Pada umumnya lipid tidak larut dalam air, karena mereka banyak

mengandung gugus nonpolar (hidrikarbon).

1.2. Metode Isolasi

1.2.1 Ekstraksi

Jaringan daun segar diekstraksi secara maserasi dalam 20 volume

isopropanol dingin (alkohol ini menginaktifkan enzim hidrolitik) dan dilanjutkan

dengan ekstraksi ulang memakai campuran kloroform-metanol ( 2:1 ). Jaringan

biji dapat diekstraksi langsung dengan campuran pelarut terakhir ini atau dengan

eter minyak bumi. Untuk jaringan yang lipidnya terikat sangat kuat, seperti padi-

padian dianjurkan ekstraksi menggunakan campuran kloroform-metanol-air

(200:95:5). Ekstrak langsung hendaknya disimpan pada suhu -50 C dengan

menambahkan sesepora antioksidan 0,005 % hidroksi-toluena terbutilasi ( BHT ).

Page 8: Makalah Fitokimia Lipid

1.2.2 Fraksinasi

Sebelum dianalisis lebih lanjut, pada tahap ini sering kali kita harus

memisahkan lipid ke dalam fraksi netral dan fraksi polar, serta menghilangkan

steroid dan pencemar lain. Hal ini dapat dilakukan dengan kromatografi kolom

pada asam silikat dalam larutan eter. Lipid netral akan lewat, meninggalkan fosfo

dan glikolipid lipid yang terjerap, dan kemudian dapat diperoleh kembali dengan

mengelusi kolom menggunakan campuran kloroform-metanol. Hasil yang sama

dapat diperoleh dengan KLT preparatif pada silika gel dengan kloroform sebagai

pengembang ; trigliserida bergerak sampai setengah jalan ke bagian atas plat,

meninggalkan lipid lain pada garis awal.

1.3. Cara Identifikasi Lipid

Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi

analisis kualitatif maupun kuantitatif.

1.3.1. Uji Kualitatif Lipid

a. Uji kelarutan Lipid

Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terhadap

berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat

kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya

lipid tersebut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar

sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar.

b. Uji akrolein

Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam

lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech

Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin

atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan reagen pendehidrasi

(KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terhidrasi ke dalam

Page 9: Makalah Fitokimia Lipid

bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO)yang

memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih.

c. Uji ketidakjenuhan lipid

Digunakan untuk mengetahui asam lemak yang di uji apakah termasuk

asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod

Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang diuji ditambah

klorofor sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut. Setelah itu, tetes

demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan kedalam tabung sambil dikocok dan

perubahan warna yang terjadi terhadap campuran yang diamati. Asam lemak

jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat

strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus

hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan

timbulnya warna merah ketika Iod Hubl diteteskan ke asam lemak, lalu warna

kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar

menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon

asam lemak.

d. Uji ketengikan

Dalam uji ini, diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang

belum tengik yang disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji

dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan kelarutan

floroglusinol. Floroglusinol ini berfungsi sebaai penampak bercak. Setelah itu,

kertas digantungkan di dalam erlemeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk

CaCO3 dimasukkan kedalam erlemeyer dan segera ditutup. HCl yang

ditambahnkan akan menyeimbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah

unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas.

Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi

akan di hasilkan peroksida.

Page 10: Makalah Fitokimia Lipid

e. Uji salkowski untuk kolestrol

Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan kolestrol. Kolestrol

dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama

ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester

lipid. Apabila dalam sampel tersebur terdapat kolestrol, maka lapisan kolestrol

dibagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi

kuning dengan warna flouresens hijau.

f. Uji lieberman buchard

Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolestrol dengan

penambahan asam sulfat kedalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat

dilarutkan ke dalam larutan kolestrol dan kloroform(dari percobaan salkowski).

Setelah itu asam sulfat pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan

dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika

asam sulfat ditambahkan kedalam campuran yang berisi kolestrol, maka molekul

air berpindah dari gugus C3 kolestrol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-

kolestadiena. Produk ini di konversi menjadi polimer yang mengandung

kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil

yang positif. Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari

terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi

hijau tua.

1.3.2. Uji Kuantitatif Lipid

Untuk menganalisa kandungan lemak dalam makanan yang dapat

dilakukan dengan cara volumetri, gravimetris, dan kromatografi. Kromatogarafi

yang dapat dipakai seperti kromatografi gas (GC), kromatografi lapis tipis.

1.3.2.1 Kromatografi Lapis Tipis

Lipid total jaringan tumbuhan dapat dianalisis secara KLT 2 arah, suatu

contoh pemisahan dilukiskan pada gambar 4.4. Hasil ini didapat dari umbi

Page 11: Makalah Fitokimia Lipid

kentang, tetapi kebanyakan jaringan tumbuhan lain menunjukkan sederetan

komponen yang sama. Pengembang pada arah pertama adalah kloroform-

metanol-asam asetat-air ( 170:25:25:4 ), dan pada arah kedua kloroform-

metanol-amonia ( 65:30:4 ). Untuk menghindarkan penguraian lipid selama KLT

dianjurkan penambahan BHT ( 5 mg % ) ke dalam pengembang pertama dan

mengeringkan plat pada 500 C dalam suasana nitrogen setelah pengembangan

pertama.

Pada umumnya KLT satu arah sudah cukup untuk memisahkan lipid sebelum

dianalisis. Lipid netral dapat dipisah pada plat silika gel, menggunakan isopropil

eter- asam asetat ( 24:1 ) dan eter minyak bumi- eter- asam asetat (90:10:1)

sebagai pengembang berurutan pada 1 arah. Dengan cara ini trigliserida ( R f kira-

kira 70 ) memisah dari digliserida ( Rf 50 ) dan monogliserida ( Rf 15 ).

Hidrokarbon bergerak sampai ke dekat garis depan dan fosfolipid tetap pada

garis awal. Trigliserida masing-masing, pada pita dengan Rf 70, kemudian dapat

dipisah secara KLT-AgNO3 berdasarkan derajat ketakjenuhannya. Plat silika

direndam dengan AgNO3 5% dan dikembangkan dengan isopropanol-kloroform

(3:197). Trigliserida terpisah menjadi beberapa fraksi, Rf menurun dengan

Page 12: Makalah Fitokimia Lipid

naiknya jumlah ikatan rangkap dari 1 – 6. Untuk campuran gliserida rumit,

mungkin diperlukan pemisahan lebih lanjut. Kromatografi partisi fase balik dapat

digunakan, untuk itu plat silika gel direndam dalam minyak silikon dan

pengembangnya ialah aseton nitril- asam asetat- air ( 14:2:5 ).

Fosfo dan glikolipid dapat dipisah secara satu arah pada plat silika gel

dengan menggunakan pengembang seperti kloroform-metanol-asam asetat-air

(170:30:20:7) dan aseton-benzen-air ( 90:30:8 ). Fosfatidilgliserol terpisah lebih

baik dari fosfatidil etanol amina dengan mengembangkan pelarut kedua pada

plat pada sebelumnya direndam dengan amonium sulfat 0,15 M. Angka Rf kira-

kira dari berbagai lipid dengan menggunakan 2 sistem utama ini ditunjukkan

pada tabel 4.3.

1.3.2.2 Deteksi

Lipid dapat dideteksi tanpa perubahan dengan menyemprot plat dengan

zat warna berflouresensi. Larutan 2 ‘,7’-dikloroflouresensi 0,2% dalam etanol

memberikan bercak berflouresensi hijau muda pada latar belakang ungu

dibawah sinar UV. Penyemprotan dengan 0,5% Rhodamin B atau 6 G dalam

etanol menghasilkan bercak kuning atau ungu kebiruan pada latar belakang

Page 13: Makalah Fitokimia Lipid

merah jambu. Penyemprot tidak khas yang dapat merusak, tetapi sangat peka

untuk lipid, ialah H2SO4 25%, diikuti dengan pemanasan plat pada 2300 C. Lipid

yang mengandung basa atau gula dapat dideteksi dengan peraksi yang khas

dengan sisa ini. Ninhidrin dapat digunakan untuk mendeteksi fosfolipid yang

mengandung etanolamin dan serina.

1.3.2.3 Menentukan Komponen Lipid

Penyabunan asam atau basa dari lipid menghasilkan asam lemak dan

gliserol dan lipid polar dihasilkan gula atau amina dan fosfat. Hidrolisis asam

dilakukan dengan H2SO4 2M dalam lingkungan nitrogen pada 1000 C selama 6 jam.

Setelah campuran diencerkan dengan air, asam lemak dan basa ( bila ada )

diekstraksi dengan kloroform. Larutan air dinetralkan dengan Ba2CO3, disaring,

dan kemudian dikromatografi kertas dengan n-butanol-piridina-air ( 7:3:1 )

selama 40 jam dengan menyertakan larutan pembanding gula dan gliserol.

Adanya gliserol dan galaktosa terdeteksi dengan pereaksi AgNO3 basa. Amina

dalam lapisan kloroform dapat dideteksi secara KLT. Fosfat dalam lapisan air

dapat dideteksi sebagai garam natrium. Deteksi dilakukan secara KLT pada silika

gel S-HR dengan metanol-NH4OH 1M-asam triklorasetat-air ( 10:3:1:6 ). Fosfat

nampak sebagai bercak biru setelah disemprot dengan larutan amonium

molibdat 1% dalam air, lalu dengan SnCl2 1% dalam HCl 10%.

1.3.2.4 Kromatografi gas cair

Asam lemak yang diperoleh setelah hidrolisis asam diubah menjadi ester

metilnya dengan diazometana dalam eter, kemudian dianalisis sacara KCG. Cara

lain, ester metil asam lemak dapat diperoleh langsung dengan transmetilasi lipid

induk secara refluks dengan metanol-benzen-H2SO4 ( 20:10:1 ) selama 90 menit.

KGC umumnya dilakukan pada kolam polietilena gliko adipat ( 10% pada celite

100 – 120 mesh ) pada 2000 C atau SE 30 3%. Puncak yang didapat dibandingkan

waktu retensinya dengan ester metil asam lemak baku. Contoh pemisahan kedua

kolom itu ditunjukkan pada gambar 4.5.

Page 14: Makalah Fitokimia Lipid

Beberapa asam tak jenuh tak dapat diidentifikasi hanya dengan KGC. Dalam

hal ini perlu diperlukan KLT-AgNO3 untuk menentukan derajat ketakjenuhannya.

Hidrogenasi menjadi asam jenuh yang sesuai ada gunanya, yaitu untuk

menentukan panjang rantai. Akhirnya, ikatan rangkap dapat ditentukan dengan

pemecahan memakai permanganat atau dengan ozonolisis; pecahan yang

dihasilkan diidentifikasi.

1.3.2.5 Pemastian Identitas

Masing – masing lipid kemudian dicirikan dengan membandingkannya

dengan cuplikan autentik ( asli ) dan dengan cara spektoskopik. Spektoskopik UV

hanya bermanfaat untuk lipid yang mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi

dalam strukturnya. Serapan tampak antara 240 dan 300 nm, sedangkan semua

lipid lainnya tidak menunjukkan serapan diatas 220 nm. Spektroskopik

inframerah kurang berarti. Gugus metilena dari asam lemak memberikan

beberapa pita khas, sedangkan lipid tak jenuh menunjukkan pita tambhan karena

adanya serapan cis-dan trans- etilena.

Page 15: Makalah Fitokimia Lipid

1.3.2.6 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT )

Dalam hal asam lemak, kesulitan dapat ditanggulangi dengan membuat

turunannya dan memisahkannya sebagai ester fenasil atau p-bromofenol. Dalam

hal lipid terikat, kita dapat mengukur serapan akhirnya pada sekitar 195 nm atau

menggunakan detektor indeks bias, tetapi pada umunya KCKT belum menjadi

cara rutin dalam telaah lipid tumbuhan.

Bab II

ISOLASI DAN KARAKTERISASI TRIGLISERIDA KACANG TANAH

Cara Kerja

a. Isolasi Trigliserida pada Kacang Tanah

1. Sejumlah kacang tanah yang ditimbang kira-kira 4 biji dimaserasi dalam

lumpang dengan pasir dan 8 ml eter minyak bumi (td 40-60 0 C ) sesudah

disentrifugasi, sisa diekstraksi sekali lagi dengan 8 ml eter minyak bumi.

Ekstrak dicampur dan diuapkan sampai kering dalam labu yang telah

ditimbang, penguapan dilakukan dalam aliran nitrogen. Ekstrak lipid

ditimbang dan persentase lipid dalam kacang tanah asal dapat dihitung.

2. Selanjutnya ekstrak lipid dilarutkan dalam 5 ml sikloheksana dan

ditotolkan 3 mikroliter pada plat silika gel. AgNO3 5%, bersama-sama

dengan larutan pembanding triolein dan tristearin. Plat dikembangkan

dalam isopropanol-kloroform ( 3:187).

3. Sesudah dikeringkan, plat disemprot dengan dibromo-R-flouresein 0,2%

dan diperiksa dengan sinar UV. Trigliserida yang telah terpisah tampak

sebagai bercak kuning. Jumlah nisbi berbagai lipid tak jenuh kemudian

Page 16: Makalah Fitokimia Lipid

dapat diperkirakan dari ukuran bercak yang terpisah. Bercak yang

bergerak lebih cepat mempunyai sisa asam lemak yang mengandung 1

ikatan rangkap dan bercak yang paling lambat mempunyai 2 atau 3 ikatan

rangkap.

4. Untuk mengidentifikasi asam yang ada, ekstrak lipid yang tertinggal

dididihkan selama 10 menit dengan 5 ml KOH 2M dalam air-etanol ( 1:1 ).

Larutan ini didinginkan dengan menambahkan 5 ml air dan diekstraksi

dengan eter minyak bumi ( 2 x 20 ml ) untuk menghilangkan lipid yang

terhidrolisis.

5. Kemudian hidrolisit diasamkan dengan H2SO4 10M dan asam lemah

diekstraksi dengan eter minyak bumi 3 x 15 ml. Ekstrak ini selanjutnya

dicuci, dikeringkan dan diuapkan sampai kering dalam lingkungan

nitrogen. Ditambahkan kompleks boron triflorida, metanol ( 5ml ) dan

larutan dididihkan selama 2 menit. Sesudah didinginkan dengan

menambahkan 15 ml air etil metil diekstraksi dengan eter minyak bumi

( 2x 15 ml ). Ekstraknya dicuci, dikeringkan, diuapkan sampai kering.

6. Ester metil dilarutkan dalam sejumlah minimum eter minyak bumi,

sebagian disuntikkan kedalam gerbang suntik KGC yang mempunyai

kolom enaglikoladipat 10 % pada ‘ celite ‘ 100-120 mesh. KGC dijalankan

pada suhu antara 180 dan 2000 C. Waktu retensi nisbi ( RRt ) puncak yang

terjadi diukur dengan menganggap RRt palmitat 1,0.

7. Suatu campuran baku ester metil dari asam palmitat, stearat, oleat, dan

linoleat harus dikromatografi bersama-sama; semua asam ini keluar dari

kolom KGC dengan urutan seperti tersebut di atas. Akhirnya, konsentrasi

berbagai asam dalam minyak kacang tanah dapat ditentukan dengan

mengukur luas daerah puncak.

Page 17: Makalah Fitokimia Lipid

Daftar Pustaka

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim., 1985. Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan

RI, Jakarta.

A n w a r , C h a i r i l , d k k . 1 9 9 6 . P e n g a n t a r P r a k t i k u m K i m i a

O r g a n i k . J a k a r t a : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, DIKTI.

jatilaksono,Marsandre.2007. Lipid .http://jlcome.blogspot.com/2007/10/

lipid. html . diakses 28 Oktober 2011.

Poedjiadi,Anna,1994, Dasar-Dasar Biokimia,Jakarta:Penerbit Universitas

Indonesia.

Shofyan.2010.Lipid .http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=15636.0.

diakses28 Oktober 2011.

Sudarmadji,slamet. 1996.analisa bahan makanan dan pertanian. liberty.

yogyakarta.

Page 18: Makalah Fitokimia Lipid

Lampiran

1 set alat soxhlet

Rotavapor

Biji kemiri