Laporan fitokimia

151
FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA PADA DAGING BUAH PEPINO (Solanum muricatum Aiton) YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIOKSIDAN SKRIPSI Oleh: DEVI ARINDAH NIM. 04530003 JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM (MMI) MALANG 2010

description

fitokimia lanjutan

Transcript of Laporan fitokimia

Page 1: Laporan fitokimia

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA

PADA DAGING BUAH PEPINO (Solanum muricatum Aiton)

YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

Oleh:

DEVI ARINDAH

NIM. 04530003

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM (MMI) MALANG

2010

Page 2: Laporan fitokimia

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA

PADA DAGING BUAH PEPINO (Solanum muricatum Aiton)

YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada:

Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S. Si)

Oleh:

DEVI ARINDAH

NIM. 04530003

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM (MMI) MALANG

2010

Page 3: Laporan fitokimia

SURAT PERNYATAAN

ORISINALITAS PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Devi Arindah

NIM : 04530003

Fakultas/ Jurusan : Kimia

Judul Penelitian :“Fraksinasi dan Identifikasi Golongan Senyawa pada

Daging Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton) yang

Berpotensi Sebagai Antioksidan”

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini

tidak terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang

pernah dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip

dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustka.

Apabila ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-unsur jiplakan,

maka saya bersedia untuk mempertanggung jawabkan, serta diproses sesuai

peraturan yang berlaku.

Malang, 27 April 2010

Yang Membuat Pernyataan,

Devi Arindah

NIM. 04530003

Page 4: Laporan fitokimia

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA

PADA DAGING BUAH PEPINO (Solanum muricatum Aiton)

YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

Oleh:

DEVI ARINDAH

NIM. 04530003

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing I

Elok Kamilah Hayati, M. Si

NIP. 19790620 200604 2 002

Dosen Pembimbing II

Munirul Abidin M. Ag

NIP. 0921002 12110 070

Tanggal, 24 April 2010

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kimia

Diana Candra Dewi, M. Si

NIP. 19770720 200312 2 001

Page 5: Laporan fitokimia

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA

PADA DAGING BUAH PEPINO (Solanum muricatum Aiton)

YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

Oleh:

DEVI ARINDAH

NIM. 04530003

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan

Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S. Si)

Tanggal 27 April 2010

Susunan Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Penguji Utama : Rini Nafsiati Astuti, M.Pd

NIP. 19750531 200312 2 001

( ................................... )

2. Ketua : Eny Yulianti, M.Si

NIP. 19760611 200501 2 006

( ................................... )

3. Sekretraris : Elok Kamilah Hayati, M.Si

NIP. 19790620 200604 2 002

( ................................... )

4. Anggota : DR. Munirul Abidin, M.Ag

NIP. 0921002 12110 070

( ................................... )

Mengetahui dan Mengesahkan

Ketua Jurusan Kimia

Diana Candra Dewi, M.Si

NIP. 19770720 200312 2 001

Page 6: Laporan fitokimia

MOTTO

ÉΟó¡Î0 «!$# Ç≈uΗ÷q §�9$# ÉΟŠÏm§�9$# ∩⊇∪

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”

(SQ. Al Faatihah 1:1)

’ÎA÷σムsπ yϑò6 Åsø9 $# tΒ â !$ t±o„ 4 tΒ uρ |N÷σムsπ yϑò6 Åsø9 $# ô‰s)sù u’ ÎAρé& #Z�ö� yz #Z��ÏW Ÿ2 3 $ tΒ uρ

ã� �2¤‹tƒ HωÎ) (#θ ä9 'ρé& É=≈ t6 ø9 F{$# ∩⊄∉∪

“Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran

dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Barangsiapa yang

dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak, dan

hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran

(dari firman Allah)”

(QS. Al Baqarah: 269)

Page 7: Laporan fitokimia

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan sebuah karya Skripsi Nan Sederhana ini, sebagai:

Rasa Syukur dan Sujudku kepada ALLAH SWT yang telah meniupkan

hamba ruh dan memberikan hamba nafas Al-Islam dalam kehidupan serta

kekuatan untuk beribadah kepadaNya

Rasa Kasih Sayang, Terima Kasih dan Ta’dzim nanda kepada Ibunda

“Erna Endahyati” dan Ayahanda “Datok Iswandi” selaku kedua orang

tua yang apabila sesuatu terindah didunia ini di jual sekalipun tidak akan

bisa menandingi kasih sayang, bimbingan dan perhatian beliau. Karena

do’a-do’a beliau, nanda mampu mengukir kehidupan ini dengan

kesabaran, ketegaran, dan keikhlasan. Semoga ALLAH SWT selalu

menaumgi kedua orang tua nanda dengan Ridho, Rahmat dan InayahNya

Fiddunya wal-Akhirat. Amiin Ya Robb...

Terima kasih kepada Ibu Elok Kamilah Hayati, M.Si., Bapak DR. Munirul

Abidin, M.Ag., Ibu Himmatul Barroroh, M.Si., Ibu Rini Nafsiati Astuti,

M.Pd. dan ibu Eny Yulianti, M.Si., serta seluruh Bapak Dosen dan Ibu

Dosen Kimia yang selalu memberikan bimbingan, arahan, saran,

semangat, perhatian dan do’a, yang mampu membuka mata hati dan fikiran

ini, untuk berupaya dan bertindak lebih baik dalam menggapai ilmu

pengetahuan (sains) maupun agama yang bermanfaat bagi kehidupan.

Amiin Ya Robb…

Rasa Kasih Sayang dan Terima Kasihku kepada Kakekku Mbakku

“Winar Wijayanti”, Adikku “Muhammad Nurus Shobah”,

Kakakku“Fyan” sera keluarga “Pasuruan”, sahabat INNSAF yang

menaungi do’a untukku dan mampu memberiku ketenanagan dengan

Siraman Rohani dalam jiwa ini serta membantuku mengatasi problema

yang yang berevolusi dalam kehidupan duniawi ini.

Terima kasih Sahabat2 Chemistry‘04, Chemistry’05, Chemistry’06,

Chemistry’07 yang selalu memberikan arahan ilmu, semangat,

senyumanm, Do’a & persaudaraan. “GO A HEAD CHEMISTRY..!!”

Barokallahufiik…

Page 8: Laporan fitokimia

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur walhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat,

hidayah dan inayah-Nya yang telah memberikan pertolongan dan kemudahan bagi

setiap hamba-Nya, sehingga Allah SWT memperkenankan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan judul "Fraksinasi dan Identifikasi Golongan

Senyawa pada Daging Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton) yang Berpotensi

sebagai Antioksidan" sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Sains (S.Si).

Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada penghulu para Rasul,

Nabi Muhammad SAW, lentera hati yang tidak mudah padam, menerangi jalan

kehidupan menuju tempat kembali, diharibaan Allah SWT yang Maha suci,

beserta para sahabat, keluarga, dan seluruh kaum muslim yang mengikuti-Nya

hingga akhir zaman.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, terutama

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Maulana Malik

Ibrahim (MMI) Malang

2. Bapak Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU., D.Sc selaku Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi UIN MMI Malang.

Page 9: Laporan fitokimia

3. Ibu Diana Candra Dewi, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas Sains dan

Teknologi UIN MMI Malang.

4. Ibu Elok Kamilah Hayati, M.Si, bapak DR. Munirul Abidin, M.Ag dan ibu

Himmatul Barroroh, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Rini Nafsiati Astuti, M.Pd dan ibu Eny Yulianti, M.Si selaku penguji yang

banyak memberikan saran dan arahan demi sempurnanya isi skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Laboran Jurusan Kimia Fakultas Sains dan

Teknologi yang telah banyak memberikan ilmunya.

7. Kedua orang tuaku (Ibu dan Bapak) dan kakak serta adikku yang segenap jiwa

raga dan seluruh hidup dengan ikhlas selalu membimbing dan mendukung

secara materiil maupun spirituil dalam kehidupan

8. Semua teman kimia dan semua pihak UIN MMI Malang yang telah banyak

membantu penulis demi terselesainya skripsi ini.

Akhir kata dengan penyerahan diri kepada Allah SWT dan pengharapan

besar untuk mendapat ridhaNya berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya serta semoga

penulisan skripsi ini mendapatkan ridha, rahmat dan manfaat dari Allah SWT.

Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Malang, 24 April 2010

Penulis

Page 10: Laporan fitokimia

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv

DAFTAR PERSAMAAN........................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi

DAFTAR LAMBANG, SATUAN DAN SINGKATAN ...................................... vii

ABSTRAK .............................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 7

1.4 Batasan Masalah ........................................................................................... 8

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah pepino (Solanum muricatum Aiton) dalam Perspektif Islam ............... 9

2.2 Pepino (Solanum muricatum Aiton) ............................................................. 16

2.2.1 Morfologi Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton) ................................... 16

2.2.2 Taksonomi Pepino ......................................................................................... 18

2.2.3 Jenis-jenis Buah Pepino ................................................................................ 19

2.2.4 Kandungan Buah Pepino ............................................................................... 21

2.3 Senyawa Antioksidan ................................................................................... 22

2.4 Golongan Senyawa-senyawa Antioksidan .................................................... 25

2.4.1 Alkaloid ......................................................................................................... 25

2.4.2 Vitamin C ...................................................................................................... 26

2.5 Metode Ekstraksi Maserasi ........................................................................... 27

2.6 Uji Aktivitas Antioksidan .............................................................................. 28

2.7 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ................................................................. 30

2.7.1 Pengertian KLT ............................................................................................ 30

2.7.2 Sistem Fase Diam Silika Gel pada KLT ...................................................... 32

2.7.3 Sistem Eluen (Fase Gerak) KLT .................................................................. 34

2.7.4 Jenis-jenis Pelarut ......................................................................................... 36

2.7.5 Jenis-jenis KLT ............................................................................................ 41

2.7.6 Teknik KLT ................................................................................................... 41

2.7.7 Identifikasi .................................................................................................... 42

2.8 Spektrofotometer Infra Merah Transformasi FourierTH (TFourier

Transform Infra Red (FT-IR)) ....................................................................... 44

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 48

3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 48

3.2.1 Alat ................................................................................................................ 48

3.2.2 Bahan. ............................................................................................................ 49

Page 11: Laporan fitokimia

3.3 Rancangan Penelitian .................................................................................... 49

3.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 50

3.4.1 Preparasi sampel buah pepino ....................................................................... 50

3.4.2 Ekstraksi sampel ........................................................................................... 50

3.4.3 Pemisahan Senyawa Hasil Isolasi dengan KLT ............................................ 51

3.4.3.1 Pemisahan dengan KLT Analitik .................................................................. 51

3.4.3.2 Pemisahan dengan KLT Preparatif ............................................................... 52

3.4.4 Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan .............................................................. 53

3.4.5 Identifikasi IR Senyawa Isolat B ................................................................... 54

3.5 Analisa Data .................................................................................................. 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Preparasi Sampel Buah Pepino ..................................................................... 57

4.2 Ekstraksi Sampel .......................................................................................... 59

4.3 Fraksinasi Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ......................... 63

4.3.1 Pemisahan dengan KLT Analitik .................................................................. 63

4.3.2 Pemisahan dengan KLT Preparatif................................................................ 72

4.4 Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dengan Metode DPPH ......................... 74

4.5 Identifikasi IR Senyawa Isolat B ................................................................... 78

4.6 Pemanfaatan Buah Pepino Dalam Perspektif Islam ...................................... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 88

5.2 Saran ............................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 91

LAMPIRAN ............................................................................................................. 101

Page 12: Laporan fitokimia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Buah Pepino ........................................................................ 22

Tabel 2.2 Deret Eluotropi (efek elusi mulai dari atas ke bawah) .......................... 35

Tabel 2.3 Bagan Korelasi Spektrofotometer Infra Merah ...................................... 47

Tabel 3.1 Daftar eluen dan cara identifikasi spot ................................................... 52

Tabel 4.1 Nilai Rf dan Warna Noda Pada KLTA setElah di UV λmax 254

nm ........................................................................................................... 66

Tabel 4.2 Nilai Rf dan Warna Noda Pada KLTA Setelah di Semprot dengan

Marquis................................................................................................... 70

Tabel 4.3 Data Pengamatan Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan .......................... 74

Tabel 4.4 Persen Aktivitas Senyawa Antioksidan. ................................................ 76

Tabel 4.5 Interpretasi Spektra FTIR Dari Ioslat A Ekstrak Daging Buah

Pepino ..................................................................................................... 80

Page 13: Laporan fitokimia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk Tanaman Pepino ..................................................................... 17

Gambar 2.2 Aneka Buah Pepino ............................................................................. 17

Gambar 2.3 Buah Pepino Kuning ........................................................................... 20

Gambar 2.4 Buah Pepino Ungu .............................................................................. 21

Gambar 2.5 Reaksi Penghambatan Antioksidan Primer Terhadap Radikal

Lipida ................................................................................................... 24

Gambar 2.6 Antioksidan Bertindak Sebagai Prooksidan Pada Konsentrasi

Tinggi ................................................................................................... 24

Gambar 2.7 Struktur Senyawa Solanina ................................................................ 25

Gambar 2.8 Stuktur Umum Senyawa L-Asam Askorbat ........................................ 27

Gambar 2.9 Reaksi DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil) Dengan Antioksidan ...... 29

Gambar 2.10 Struktur Silika Gel ............................................................................... 33

Gambar 2.11 Ikatan Hidrogen Antarmolekul Pada Air ............................................ 37

Gambar 2.12 Ilustrasi Cara Menghitung Nilai Rf ..................................................... 43

Gambar 2.13 Bagan Instrumentasi Spektrofotometer FTIR ..................................... 44

Gambar 4.1 Interaksi Analit Dengan Silika Gel ..................................................... 64

Gambar 4.2 Dokumentasi dan Ilustrasi Noda KLTA Sesudah di UV λ max

254 nm ................................................................................................. 66

Gambar 4.3 Dokumentasi dan Ilustrasi Noda Pada Plat Sesudah Disemprot

Dengan Pereaksi Marquis .................................................................... 70

Gambar 4.4 Reaksi Pencoklatan Vitamin C (L-Asam Askorbat) ........................... 71

Gambar 4.5 (a) Ilustrasi Penotolonan Isolat Pada Plat KLTP, (b) Ilustrasi

Isolat yang Akan Dikerok Setelah di Elusi dan di Sinari Lampu

UV λmax 254 nm, (c) KLTP Isolat Ketika di UV λmax 254 nm

dan (d) Noda Pada KLTP Setelah Dikerok .......................................... 73

Gambar 4.6 Reaksi DPPH Dengan Vitamin C (L-Asam Askorbat) ...................... 77

Gambar 4.10 Reaksi DPPH Dengan BHT ................................................................ 77

Gambar 4.11 Spektra Vitamin C ............................................................................... 79

Gambar 4.12 Spektra Isolat A ................................................................................... 79

Gambar 4.13 Struktur L-Asam Askorbat (Vitamin C).............................................. 83

Page 14: Laporan fitokimia

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2.1 Nilai Rf ........................................................................................... 42

Persamaan 3.1 Nilai Persen Rendemen Ekstrak ..................................................... 55

Persamaan 3.2 Nilai Rf ........................................................................................... 55

Persamaan 3.1 Nilai Persen Aktivitas Antioksidan................................................. 56

Page 15: Laporan fitokimia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian ....................................................................... 101

Lampiran 2. Pembuatan Eluen KLT ...................................................................... 109

Lampiran 3. Pembuatan Pereaksi/ Reagen KLT ...................................................... 110

Lampiran 4. Pembuatan Larutan Untuk Uji Aktivitas dengan Metode DPPH ........ 111

Lampiran 5. Data dan Perhitungan Rendemen ........................................................ 112

Lampiran 6. Data dan Perhitungan nilai Rf Masing-Masing Isolat (KLTA)

serta Perhitungan Berat Isolat .............................................................. 113

Lampiran 7 Perhitungan % Aktivitas Senyawa Antioksidan .................................. 116

Lampiran 8. Spektra FT-IR Senyawa Isolat ............................................................. 117

Lampiran 9. Dokumentasi Preparasi dan Maserasi Sampel ..................................... 118

Lampiran 10. Dokumentasi Pemisahan KLTA ......................................................... 120

Lampiran 11. Dokumentasi Pemisahan KLTP.......................................................... 123

Lampiran 12. Dokumentasi Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dan

Instrumentasi FT-IR Senyawa Isolat ................................................. 124

Page 16: Laporan fitokimia

DAFTAR LAMBANG, SATUAN DAN SINGKATAN

Simbol Keterangan

°C Derajat Celsius

% Persen

ε Tetapan dielektrikum

µg Mikro gram

λmax Panjang gelombang maksimal

± Kurang lebih

AP

● Radikal antioksidan

AH Antioksidan

BHA Butil Hidroksianisol

BHT Butil Hidroksi Toluena (2,6-Ditert-butil-p-kresol)

BM Berat molekul

bj Berat jenis

b/v Berat per volume

CHCl3 Kloroform

CH3COOH Asam asetat

CH3COCH3 Aseton

CH3OH Metanol

CH3(CH2)4CH3 Heksana

C6H6 Heksana

C6H5 Toluena/ toluol

CH2Cl2 Metilena diklorida

cm Sentimeter

C2H5OH Etanol/ alkohol

C6H8O6 Vitamin C/ asam askorbat

d Densitas

DPPH 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil

DPPH-H 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin

EC50 End Concentration dalam 50 % absorbansi

EtOH Etanol

FT-IR TFourier Trasform Infra RedT

G Gypsum (CaSO4.½H2O)

Gal Β-D-Galaktosa

GF254 Lapisan terbuat dari gypsum yang berfuoresensi

dengan panjang gelombang 254 nm

Gluk Β-D-Glukosa

HOAc Asam asetat

HOO● Radikal perhidroksil

H2O Air

H2SO4 Asam sulfat

K Tetapan Gaya Ikatan

KBr Kalium Bromida

Page 17: Laporan fitokimia

Simbol Keterangan

KLT Kromatografi Lapis Tipis

KLTP Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

LASER Light Amplification by Stimulated TEmmissionT of

RadiationT

m Mili

M Molaritas

Me Metil

MeOH Metanol

Me2CO Aseton

mg Miligram

mmHg Milimeter Hergenium

mm Milimeter

n- Normal (rantai lurus)

N2 Nitrogen

nm nanometer

NH2- Ion amida

NH3 Ammoniak

NH4+ Ion ammonium

NH4OH Ammonium Hidroksida

O Oksigen

O2 Oksigen

P Persen (%)

pet. Eter Petroleum eter

ppm Part per milion

R Gugus alkil

R● Radikal lipida

Ram α-D-Rhamnosa

Rf Retordation factor

RH Lipida

ROOH Hidroperoksida

ROO● Radikal peroksil

RO● Radikal alkoksil

Si Silikon

SiO2 Silikat

t.d. Titik didih

TD Titik didih

TL Titik leleh

TNT Tri nitro toluena

UV Ultaraviolet

UV-Vis Ultaraviolet-Visible

V Volume

Page 18: Laporan fitokimia

ABSTRAK

Arindah, D,. 2010. Fraksinasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Pada

Daging Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton) yang Berpotensi

Sebagai Antioksidan. Pembimbing: Elok Kamilah Hayati, M. Si.

Kata kunci : buah pepino, fraksinasi, antioksidan, DPPH, FT-IR, vitamin C.

Indonesia sebagai negara yang dijuluki sebagai zamrud khatulistiwa

memiliki keanekaragaman flora (biodiversity) yang cukup melimpah berarti

kenekaragaman senyawa kimia (chemodiversity) juga melimpah. Sebagaimana

firman-firman Allah SWT pada QS. Al An'am: 99, QS. 'Abasa: 24-28, QS. Al

Lukman: 10, QS. An Nahl: 11, QS. Al Baqarah: 269. Hal ini memicu

dilakukannya penelitian senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuh-

tumbuhan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti teknik

pemisahan, metode analisis, dan uji farmakologi yang akan digunakan sebagai

obat seperti pada buah pepino (Solanum muricatum Aiton) yang mengandung zat

antioksidan.

Pemisahan senyawa dari hasil isolasi menggunakan metode KLT yang

meliputi KLT Analitik dan KLT Preparatif. KLT Analitik dilakukan dengan

pencarian eluen terbaik dari berbagai eluen; perbandingan komposisi pelarut yang

terdiri: metanol: NH4OH pekat (10:0,03), asam asetat:etanol (1:3), aseton:air:

amoniak 25% (9:0,7:0,3), etanol:asam asetat 10% (9:1), petroleum eter: n-

heksana: metanol: kloroform: asam asetat (1:1:3:3:2), metanol: aseton:air

(2:4:0,3), toluol: etanol:asam asetat (5:4:1). Kemudian dilakukan pemisahan

KLTP, uji % aktivitas senyawa antioksidan dan diidentifikasi gugus fungsi jenis

senyawa dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR (TFourier Trasform Infra

Red).

Eluen terbaik dengan KLTA menggunakan fase diam silika gel GF254

adalah petroleum eter: n-heksana: metanol: kloroform: asam asetat (1:1:3:3:2).

Pemisahan KLTP menghasilkan 2 fraksi yang berwarna biru gelap ketika

(Rf1=0,31 dan Rf2=0,75) disinari lampu UV λmax 254 nm sehingga

dimungkinkan senyawa yang terkandung dalam fraksi B pada ekstrak daging buah

pepino adalah vitamin C (L-asam askorbat) sedangkan fraksi A asam-asam lain..

Nilai % aktivitas senyawa antioksidan isolat B (77,73 % ) lebih tinggi

dibandingkan isolat A (76,56 %). Hasil identifikasi gusus fungsi spektrofotometer

FTIR pada isolat B adalah gugus , C=O, , yang

merupakan gugus karakteristik pada vitamin C.

Page 19: Laporan fitokimia

ABSTRACT

Arindah, D,. 2010. Fractionation and Identification of Compound In Fruit

Meat of Pepino (Solanum muricatum Aiton) that has Potential as

Antioxidants. Supervisor: Elok Kamilah Hayati, M. Si.

Key word: pepino fruit, fractination, antioxiidant, DPPH, FT-IR, vitamin C.

As a country dubbed as the equatorial emerald, Indonesia provide a

plethora of diversity of flora (biodiversity) and chemical compounds

(chemodiversity) as well. Allah Al-Mighty has also mentioned the significance of

the diversity to be learned by human as noted in the Holy Qur’an surah al An'am:

1999, 'Abasa: 24-28, al Luqman: 10, an Nahl, 11, and Al Baqarah: 269. This

initiated the study of chemical compounds contained in plants along with the

progress of science and technology, such as separation techniques, analytical

methods, and pharmacological assay that will be used as a medicine such as the

fruit of pepino (Solanum muricatum Aiton) that contain antioxidants.

The research was conducted using several steps including separation

process using TLC analytical TLC and preparative TLC (KLTP). Analytical TLC

was done by searching the best eluent; the ratio of solvent composition

comprising: methanol: concentrated NH4OH (10:0,03), acetic acid: ethanol (1:3)

acetone: water: ammonia 25% (9:0 , 7:0,3), ethanol: acetic acid 10% (9:1),

petroleum ether: n-hexane: methanol: chloroform: acetic acid (1:1:3:3:2),

methanol: acetone: water(2:4:0,3), toluol: ethanol: acetic acid (5:4:1). The

preparative TLC was done by the similar condition followed by the test of %

activity of the antioxidant compounds. Finally, functional groups of compounds

were identified using FT-IR spectrophotometer.

The research showed that the best eluent using GF254 silica gel stationary

phase was petroleum ether: n-hexane: methanol: chloroform: acetic acid in

comparison of 1:1:3:3:2. KLTP separation produced two fractions (A and B) with

dark blue (Rf1=0,31 dan Rf2=0,75) when exposed to UV λmax 254 nm light and

it was suggested that the compound contained in fraction A in extracts of pepino

fruit is vitamin C (L-ascorbic acid).

The % activity of antioxidant of fraction B (77.73%) was found to be

higher than the fraction A (76.56%). The identification results of FTIR

spectrophotometer function on fraction B showed that appearance of functional

group of OH-, C=O, and C-O-C , .Those are in concordance with the

characteristic of vitamin C (L-ascorbic acid).

Page 20: Laporan fitokimia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya alam hayati mempunyai sumber-sumber senyawa kimia

yang tidak terbatas jenis maupun jumlahnya. Sumber daya alam hayati Indonesia

yang melimpah belum dimanfaatkan dan dibudidayakan secara optimal. Lenny

(2006), keanekaragaman hayati mampu menghasilkan keanekaragaman senyawa

kimia (chemodiversity) untuk kebutuhan hidup manusia maupun organisme lain

seperti untuk obat-obatan, insektisida, kosmetik dan sebagai bahan dasar sintesa

senyawa organik yang lebih bermanfaat.

Keanekaragaman senyawa kimia pada sumber daya alam hayati

memiliki banyak nilai positif, misalnya kandungan senyawa vitamin C pada buah

jeruk bermanfaat sebagai antioksidan yang mencegah dan menghambat

pertumbuhan sel kanker (Silalahi, 2006: 27). Sebagaimana Allah SWT telah

menciptakan buah-buahan dengan rasa dan aroma khas masing-masing, agar

manusia dapat mengambil hikmah dan manfaatnya seperti yang disebutkan dalam

QS. An Nahl ayat 11:

àM Î6/Ζ ãƒ /ä3s9 ϵÎ/ tíö‘ ¨“9 $# šχθçG ÷ƒ̈“9 $#uρ Ÿ≅‹Ï‚̈Ζ9 $# uρ |=≈ uΖ ôãF{$# uρ ÏΒ uρ Èe≅à2 ÏN≡t� yϑ ¨V9$# 3 ¨βÎ) ’ Îû š�Ï9≡sŒ ZπtƒUψ 5Θöθs) Ïj9 šχρã� ¤6x" tG tƒ ∩⊇⊇∪

"Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;

zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang

memikirkan" (An Nahl: 11).

Page 21: Laporan fitokimia

Firman Allah SWT dalam QS. An Nahl ayat 11 merupakan tanda-tanda

kekuasaan Allah SWT berupa hasil-hasil ciptaanNya yang berada di langit dan

bumi, serta kejadian-kejadian yang berlangsung dalam ciptaanNya. Kemudian

Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk memikirkan tanda-tanda

kekuasaanNya melalui tanaman dan tumbuhan (Abdilbarr, 2007). Salah satu cara

memikirkan tanda-tanda kekuasaanNya adalah melakukan suatu penelitian pada

tanaman, seperti pada buah-buahan untuk mengetahui komponen zat yang

terkadung didalamnya sehingga mampu digunakan sebagai makanan dan sumber

obat yang memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia.

Berdasarkan penelitian bahwa, dengan mengatur pola makanan (diet)

nabati terdapat phytochemicals dapat mengurangi resiko berbagai penyakit.

Phytochemicals (phyto = tumbuhan, chemicals = bahan-bahan kimia) adalah

senyawa di dalam makanan pada tumbuh-tumbuhan (nabati) yang aktif secara

fisiologis bersifat antioksidan dan mempengaruhi metabolisme tubuh manusia

secara baik sehingga berpotensi meningkatkan kesehatan serta mencegah berbagai

penyakit, terutama kanker (Watzl, 1996: 203). Umumnya senyawa antioksidan

yang diisolasi dari sumber alami adalah berasal dari tumbuhan. Isolasi antioksidan

alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi tidak selalu dari

bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian

tanaman seperti: kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji, dan serbuk sari

(Firdaus, 2007).

Antioksidan dapat mencegah teroksidasinya sel tubuh oleh oksigen aktif

seperti superoksida, hidrogen peroksida dan radikal hidroksil serta radikal bebas

Page 22: Laporan fitokimia

lainnya, sehingga tubuh dapat terhindar dari penyakit-penyakit degeneratif dan

penuaan dini. Beberapa contoh antioksidan yang terdapat dalam tanaman adalah

beta-karoten, likopen, vitamin C, vitamin E, flavonoid, ginkgo, kurkuminoid serta

senyawa-senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan tinggi (Ervina, 2008).

Indonesia sebagai negara yang dijuluki sebagai zamrud khatulistiwa

memiliki keanekaragaman flora (biodiversity) yang cukup melimpah berarti

kenekaragaman senyawa kimia (chemodiversity) juga melimpah. Hal ini memicu

dilakukannya penelitian dan penelusuran senyawa kimia terutama metabolit

sekunder yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan seiring dengan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi seperti teknik pemisahan, metode analisis, dan uji

farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau senyawa semi sintetik yang diperoleh dari

tumbuhan digunakan sebagai obat atau bahan baku obat (Sukadana dkk., 2008).

Banyak tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang mampu dimanfaatkan untuk

kesejahteraan masyarakat, sebagai contoh adalah buah pepino (Solanum

muricatum Aiton).

Pepino (Solanum muricatum Aiton) adalah buah yang masih satu famili

dengan keluarga terung. Merupakan buah baru di Indonesia tahun 2000 yang

banyak dibudidayakan di Daerah Dieng Jawa Tengah yang berasal dari

Pegunungan Andes (Amerika Selatan) di Wilayah Peru dan Chili. Buah pepino

dapat tumbuh subur dan berkembang dengan baik di dataran tinggi. Buah pepino

berbentuk bulat telur, berukuran panjang 2-6 inchi, berwarna ungu, hijau dengan

lurik ungu, kuning atau hijau keungu-unguan. Buah pepino memiliki cita rasa

Page 23: Laporan fitokimia

sedikit manis dan sedikit asam seperti kombinasi rasa buah blewah dan buah

melon (Sutomo, 2007).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa buah

pepino memiliki kandungan gizi antara lain: asam, beta karoten, lemak, protein,

serat, vitamin C, gula reduksi dan pati (Mitra Agro Melodi, 2006: 23). Namun

penelitian tentang analisa senyawa-senyawa yang terkandung di dalam buah

pepino masih sedikit sekali. Hal ini dikarenakan, buah pepino masih baru

dibudidayakan di Indonesia dan jarang diteliti oleh negara lain.

Sebagaimana penelitian Husnah (2009) telah melakukan proses ekstraksi

buah pepino (Solanum muricatum Aiton) dengan variasi pelarut etanol 70%, etil

asetat p.a, aquadest, kloroform p.a, petroleum eter p.a, heksana p.a. Ekstrak etanol

70% mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi dan hasil identifikasi golongan

senyawa secara fitokimia didapatkan positif golongan senyawa alkaloid dan asam

askorbat (vitamin C), negatif untuk golongan senyawa karotenoid, steroid, dan

flavonoid. Dari penelitian tersebut, merupakan identifikasi ekstrak etanol 70%

dalam bentuk ekstrak kasar tanpa dilakukan pemurnian ekstrak. Ekstrak kasar

masih mengandung campuran jenis senyawa, oleh karena itu perlu dilakukan

pemurnian dengan fraksinasi ekstrak untuk mendapatkan jenis golongan senyawa

yang lebih baik tanpa mengandung campuran senyawa dari hasil fraksi ekstrak

kasar.

Salah satu metode pemurnian senyawa yang cukup baik dan sederhana

adalah Kromatografi Lapis Tipis. Metode KLT berdasarkan pada prinsip adsorbsi

antara fase diam dan fase gerak. Dalam metode KLT dengan fase diam tertentu,

Page 24: Laporan fitokimia

proses pemisahan sangat bergantung pada jenis eluen (pelarut) yang digunakan

karena pemisahan terjadi bergantung pada (Gandjar dan Rohman, 2007: 329):

struktur kimia atau gugus aktif zat terlarut (solut) yang berinteraksi dengan fase

diam, ukuran partikel fase diam (adsorben) dan kelarutan solut dalam fase gerak.

Seperti penelitian Sulistijowati dan Gunawan (1997), hasil ekstraksi daun

kembang bulan (Tithonia diversifolia a. Gray) terhadap pertumbuhan Candida

albicans selanjutnya dilakukan pemeriksaan golongan kimia tanaman dengan

metode kromatografi lapis tipis menggunakan fase diam silika gel GF254 dengan

berbagai variasi komposisi pelarut (etil asetat, methanol, air, asam asetat, butanol,

heksana) dan uji fitokimia dengan pereaksi untuk dianalisis kandungan warna

golongan senyawa fraksi berdasarkan profil kromatografi (noda/spot yang

terbentuk) dari hasil KLT. Hasil pemeriksaan golongan senyawa kimia tanaman

menunjukkan bahwa daun kembang bulan mengandung sedikitnya 12 senyawa

terpenoid, 14 senyawa flavonoid dan gula. Eskam dan Sukamat (2006), telah

melakukan ekstraksi secara maserasi, fraksinasi dengan berbagai cara

kromatografi dengan pelarut batang Garcinia balica Miq., hasilnya diperoleh

senyawa kumarin hasil isolasi dari fraksi polar ekstrak etil asetat pada senyawa

kumarin mempunyai aktivitas yang tinggi terhadap radikal bebas 1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil (DPPH).

Pada penelitian ini akan dilakukan fraksinasi ekstrak buah pepino

(Solanum muricatum Aiton) untuk memisahkan senyawa yang berpotensi sebagai

antioksidan alami. Penelitian difokuskan pada pencarian eluen terbaik untuk

pemisahan jenis golongan senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan

Page 25: Laporan fitokimia

yang terdapat dalam daging buah pepino dengan metode awal yaitu ekstraksi buah

pepino yang bertujuan untuk menghasilkan ekstrak kasar. Pemisahan senyawa

dari hasil isolasi akan menggunakan metode KLT yang meliputi KLT Analitik

dan KLT Preparatif. KLT Analitik dilakukan dengan pencarian eluen terbaik dari

berbagai eluen; perbandingan komposisi pelarut (tujuh macam eluen yang terdiri:

metanol: NH4OH pekat (10:0,03), asam asetat:etanol (1:3), aseton:air: amoniak

25% (9:0,7:0,3), etanol:asam asetat 10% (9:1), petroleum eter: n-heksana:

metanol: kloroform: asam asetat (1:1:3:3:2), metanol: aseton:air (2:4:0,3), toluol:

etanol:asam asetat (5:4:1)) yang merajuk pada penelitian dan reverensi. Eluen

terbaik dipilih dan akan digunakan untuk pemisahan selanjutnya yaitu KLT

Preparatif. KLT Preparatif bertujuan untuk memisahkan campuran senyawa dari

ekstrak dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya. Hasil dari KLT Preparatif akan

menghasilkan isolat yang akan digunakan untuk uji aktivitas antioksidan dengan

menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dengan menganalisa

perubahan warna ungu berlatar kuning (isolat yang mengandung senyawa

antioksidan) dan nilai kadar aktivitas antioksidan tertinggi dari masing-masing

isolat. Isolat yang mempunyai nilai kadar aktivitas antioksidan tertinggi akan

diidentifikasi gugus fungsi jenis golongan senyawa dengan menggunakan

spektrofotometer FT-IR (TFourier Trasform Infra Red).

Page 26: Laporan fitokimia

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian adalah:

1) Apakah eluen terbaik dalam pemisahan senyawa antioksidan hasil ekstrak

etanol 70% pada daging buah pepino (Solanum muricatum Aiton) dengan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Analitik menggunakan fase diam silika gel

GF254?

2) Apakah jenis golongan senyawa fraksi dari kadar aktivitas antioksidan

tertinggi pada daging buah pepino (Solanum muricatum Aiton) berdasarkan

pemisahan KLT Preparatif dan identifikasi gusus fungsi spektrofotometer

FTIR?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah:

1) Mencari eluen terbaik dalam pemisahan senyawa antioksidan menggunakan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Analitik dengan fase diam silika gel GF254

hasil ekstrak etanol 70% pada daging buah pepino (Solanum muricatum Aiton)

2) Mengidentifikasi jenis golongan senyawa fraksi dari kadar aktivitas

antioksidan tertinggi pada daging buah pepino (Solanum muricatum Aiton)

berdasarkan pemisahan KLT Preparatif dan identifikasi gusus fungsi

spektrofotometer FTIR

Page 27: Laporan fitokimia

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah menggunakan daging buah

pepino (Solanum muricatum Aiton) dengan jenis buah pepino ungu yang berasal

dari Jl. Veteran No. 02 (Hypermart Malang Town Square)-Malang. Pemisahan

campuran jenis senyawa menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

dengan fase diam silika gel GF254 dengan variasi eluen berdasarkan pada

penelitian dan literatur sederhana yang relevan.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya

adalah:

1) Mengetahui golongan senyawa aktif pada buah pepino (Solanum

muricatum Aiton) yang berpotensi sebagai antioksidan

2) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang buah pepino (Solanum

muricatum Aiton) sebagai antioksidan alami sebagai buah alternatif yang

mampu menghambat radikal bebas dalam tubuh seperti penurun resiko

penyakit kanker dan memperlambat penuaan dini.

Page 28: Laporan fitokimia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah-buahan dan Pemanfaatannya dalam Perspektif Islam

Al Qur`an menyebutkan sejumlah buah-buahan dari ilmu pengetahuan

modern memiliki khasiat untuk mencegah beberapa jenis penyakit. Buah-buahan

memberikan manfaat pada tubuh manusia dalam berbagai cara dengan berbagai

rasanya. Dalam ayat-ayat Al Qur`an, Allah SWT menyuruh manusia supaya

memperhatikan keberagaman dan keindahan disertai seruan agar merenungkan

seluruh ciptaanNya yang sangat menakjubkan.

Sesungguhnya Allah SWT menciptakan sesuatu semata-mata untuk

makhluknya. Sebagai manusia yang beriman dan mempunyai akal harus dapat

berfikir untuk menggunakan segala ciptaanNya dengan memanfaatkan dan

mengelolanya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al An'am ayat 99:

uθèδ uρ ü“Ï% ©!$# tΑ t“Ρ r& zÏΒ Ï !$yϑ ¡¡9 $# [!$tΒ $oΨ ô_t� ÷zr' sù ϵÎ/ |N$t7 tΡ Èe≅ ä. & óx« $oΨ ô_t� ÷zr' sù çµ÷Ψ ÏΒ # Z� ÅØyz ßlÌ� øƒ$Υ çµ÷Ψ ÏΒ ${6ym $Y6Å2# u� tI•Β zÏΒ uρ È≅÷‚̈Ζ9 $# ÏΒ $yγÏèù= sÛ ×β# uθ÷Ζ Ï% ×πuŠÏΡ# yŠ ;M≈ ¨Ψy_uρ ôÏiΒ 5>$oΨ ôã r& tβθçG ÷ƒ̈“9 $# uρ tβ$̈Β ”�9 $# uρ

$YγÎ6oKô±ãΒ u�ö� xî uρ >µÎ7≈t±tFãΒ 3 (#ÿρã� ÝàΡ $# 4’ n< Î) ÿÍνÌ� yϑ rO !# sŒÎ) t� yϑ øOr& ÿϵÏè÷Ζ tƒuρ 4 ¨βÎ) ’ Îû öΝ ä3Ï9≡sŒ ;M≈tƒUψ 5Θöθs) Ïj9 tβθãΖ ÏΒ ÷σム∩∪

"Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami

tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami

keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan

dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma

mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami

keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.

Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah)

kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda

(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman" (QS. Al An'am: 99).

Page 29: Laporan fitokimia

Ayat Al Qur'an dari surat Al An'am ayat 99 menyatakan bahwasanya

Allah SWT yang menurunkan air dari langit sebagai hujan untuk menghidupkan

bumi yang mati dan kering menjadi hijau karena rerumputan, menumbuhkan

tanaman yang menghasilkan biji-bijian serta buah-buahan yang dapat dinikmati

manusia dan makhluk lainnya (Tirtawinata, 2006: 223). Ayat-ayat Al Qur'an dan

hadits-hadits Nabi SAW banyak berbicara tentang makan dan makanan yang

dapat memelihara kesehatan manusia serta menjamin perkembangan

kehidupannya yang ideal. Hingga kesehatan jasmani, psikologi, rohani, juga sosial

terwujud dalam tubuhnya.

Al Qur'an surat Al An'am ayat 99 juga menyuruh manusia untuk

mempelajari bagaimana buah diciptakan, berkembang dan tumbuh pada fase yang

berbeda-beda hingga sampai pada fase kematangannya secara sempurna dengan

segala unsur, baik sukrosa, minyak, protein, bahan karbohidrat dan zat-zat tepung.

Penelitian klinis menjelaskan bahwa ketika materi klorofil menembus tubuh

manusia, dia akan menggabungkan diri pada sel-selnya sehingga memperkuatnya,

membantu mengalahkan kuman-kuman berbahaya, lalu bersiap untuk merangkai

jaringan ditubuhnya sehingga berhasil membentuk kekebalan tubuh terhadap

berbagai penyakit (Mahran dan Mubasyir, 2006: 95-96).

Syaikh Asy Syanqithi dalam Tafsir Adhwa'ul Bayan (2007: 322), QS. Al

An'am ayat 99 merupakan bentuk wajib sesuai dengan ketetapan dalam kaidah

ushul yaitu "bentuk perintah menunjukkan sesuatu yang wajib kecuali ada dalil

yang mengalihkannya dari kewajiban tersebut". Allah SWT memerintahkan

Page 30: Laporan fitokimia

manusia agar memperhatikan makanan yang menyebabkan dirinya hidup dan

memikirkan air yang menyebabkan tumbuhnya biji-bijian.

Syaikh Abdur Rahman As Sa’dy menjelaskan dalam tafsirnya:

FirmanNya: “Perhatikanlah” maksudnya lihatlah, pikirkanlah dan ambilah

pelajaran. “buahnya diwaktu pohonnya berbuah” maksudnya buah pohon/tanaman

secara umum, khususnya buah pohon kurma, “dan (perhatikan pula)

kematangannya” maksudnya perhatikanlah pada buah itu mulai dari waktu

muncul sampai matang. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat pelajaran dan

tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, dan menunjukkan rahmat Allah SWT,

banyaknya kebaikanNya dan kedermawananNya serta menunjukkan sempurnanya

kemampuanNya juga menunjukkan pertolonganNya kepada hamba-hambaNya.

Tidak semua orang mampu mengambil pelajaran dan memikirkan seluruh nikmat

dan rahmat Allah SWT dan tidak semua orang yang mampu memperhatikan dan

memikirkan untuk mengetahui makna yang terkandung. Sebagaimana Allah SWT

mengaitkan bahwa orang yang mampu mengambil manfaat (pelajaran) dari tanda-

tanda kebesaranNya hanyalah orang-orang yang beriman, sebagaimana firmannya.

”Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah

SWT) bagi orang-orang yang beriman”. Sesungguhnya orang-orang yang

berimanlah dengan keimanannya membawa mereka kepada amal sebagai realisasi

dan konsekuensi dari keimanan mereka (Abdilbarr, 2007).

Al Qur'an surat Al An'am ayat 99 didukung oleh firman Allah SWT

yang lain pada QS. 'Abasa ayat 24-28:

Page 31: Laporan fitokimia

Ì� ÝàΖu‹ ù= sù ß≈ |¡Ρ M}$# 4’ n< Î) ÿϵÏΒ$yèsÛ ∩⊄⊆∪ $̄Ρ r& $uΖ ö;t7 |¹ u !$yϑ ø9 $# ${7 |¹ ∩⊄∈∪ §Ν èO $uΖ ø) s) x© uÚö‘ F{$# $y) x© ∩⊄∉∪

$uΖ ÷Kt7 /Ρ r'sù $pκ: Ïù ${7 ym ∩⊄∠∪ $Y6uΖ Ïã uρ $Y7 ôÒs% uρ ∩⊄∇∪

"Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya (24).

Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit) (25),

kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya (26), lalu Kami tumbuhkan

biji-bijian di bumi itu (27), anggur dan sayur-sayuran (28)" (QS. 'Abasa: 24-28).

Setelah manusia memperhatikan manfaat makanan dan air untuk

kehidupan, manusia wajib berfikir saat tumbuhan menghasilkan buahnya dengan

memanfaatkan yang terkandung didalamnya untuk kelangsungan positif

kehidupan manusia. Seperti mempelajari kandungan-kandungan zat yang terdapat

didalam buah-buahan, sehingga bermanfaat sebagai makanan, obat dan

sebagainya.

Manusia wajib untuk memperhatikan sesuatu yang merupakan asal

penciptaannya, dikarenakan firman Allah SWT:

Ì� ÝàΨu‹ ù= sù ß≈ |¡Ρ M}$# §ΝÏΒ t,Î= äz ∩∈∪

"Maka hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia

diciptakan?" (QS. ath Thaariq: 5).

Ayat-ayat QS. Al An'am ayat 99, QS. 'Abasa ayat 24-28 dan QS. Ath

Thaariq ayat 5 jika dicermati secara seksama, niscaya ayat-ayat tersebut

mengandung informasi tentang aneka macam makanan. Sekaligus pencegahan

penyakit yang disebabkan oleh kecenderungan mengkonsumsi satu macam

makanan saja (As Sayid, 2006: 29-30). Secara zhahir ayat tersebut menunjukkan

bahwa memperhatikan ciptaanNya adalah wajib hukumnya. Sebagai contoh

Page 32: Laporan fitokimia

unsur-unsur mineral, besi, kalsium, fosfor dan iodium, tubuh juga terdiri dari

unsur-unsur oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, potassium, sulfat, sodium,

magnesium, klorin, fluor dan silikon. Jika salah satu dari unsur-unsur di atas

mengalami kekurangan maka akan mengakibatkan kekacauan pada tubuh.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Lukman ayat 10:

t,n= yz ÏN≡uθ≈ yϑ ¡¡9 $# Î� ö�tóÎ/ 7‰ uΗ xå $pκ tΞ÷ρt� s? ( 4’ s+ ø9r&uρ ’ Îû ÇÚö‘ F{$# zÅ›≡uρu‘ βr& y‰‹Ïϑ s? öΝä3Î/ £]t/ uρ $pκ: Ïù ÏΒ Èe≅ ä. 7π−/ !# yŠ 4 $uΖ ø9 t“Ρ r&uρ zÏΒ Ï !$yϑ ¡¡9 $# [!$tΒ $oΨ ÷G u;/Ρ r' sù $pκ: Ïù ÏΒ Èe≅ à2 8l÷ρy— AΟƒÍ� x. ∩⊇⊃∪

"Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia

meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak

menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam

jenis binatang, dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan

padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik" (QS. Al Lukman: 10).

QS. Al Lukman ayat 10 menyuruh manusia menggunakan tanaman yang

baik untuk keperluan yang baik pula. Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa Allah

SWT menciptakan aneka tumbuhan yang banyak, halal dan bermanfaat dari

penanamannya. Allah SWT sebagai pemilik tunggal dan penguasa jagat raya,

menciptakan tatanan bumi dan segala isinya ini dan memperlihatkannya kepada

manusia agar mereka mengambil hikmah dan mensyukuriNya.

Sebagaimana firman Allah SWT yang memberikan hikmah dan

manfaaat bagi manusia dengan mengisyaratkan tentang pengobatan dan keindahan

alam semesta yang dapat jadikan sebagai sumber dari pembuat obat-obatan yang

tertuang dalam QS. An Nahl ayat 11:

Page 33: Laporan fitokimia

àM Î6/Ζ ãƒ /ä3s9 ϵÎ/ tíö‘ ¨“9 $# šχθçG ÷ƒ̈“9 $#uρ Ÿ≅‹Ï‚̈Ζ9 $# uρ |=≈ uΖ ôãF{$# uρ ÏΒ uρ Èe≅à2 ÏN≡t� yϑ ¨V9$# 3 ¨βÎ) ’ Îû š�Ï9≡sŒ ZπtƒUψ 5Θöθs) Ïj9 šχρã� ¤6x" tG tƒ ∩⊇⊇∪

"Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;

zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang

memikirkan" (QS. An Nahl: 11).

Firman Allah SWT dalam QS. An Nahl ayat 11 memberikan Peringatan

bagi Orang yang Berfikir (Ulul Albab). Sebagaimana QS. Al Imron ayat 190-191:

9χ Î) ’Îû È,ù= yz ÏN≡uθ≈ yϑ ¡¡9 $# ÇÚö‘ F{$# uρ É#≈ n= ÏF÷z$#uρ È≅ øŠ©9$# Í‘$pκ ¨]9 $#uρ ;M≈tƒUψ ’ Í< 'ρT[{ É=≈ t6ø9 F{$# ∩⊇⊃∪ tÏ% ©!$#

tβρã� ä. õ‹ tƒ ©! $# $Vϑ≈ uŠÏ% #YŠθãèè% uρ 4’ n?tã uρ öΝÎγÎ/θãΖ ã_ tβρã� ¤6x" tG tƒuρ ’ Îû È,ù= yz ÏN≡uθ≈ uΚ ¡¡9 $# ÇÚö‘ F{$# uρ $uΖ −/ u‘ $tΒ

|M ø) n= yz # x‹≈ yδ WξÏÜ≈ t/ y7 oΨ≈ysö6ß™ $oΨ É) sù z># x‹tã Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊇⊇∪

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang

berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk

atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit

dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini

dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka”

(QS. Al Imron: 190-191).

Ulul Albab adalah profil muslim yang mampu memadukan cara

memahami. Berdzikir sebagai cara memahami dengan hati yang selanjutnya

menjadi sumber pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual. Dan

bertafakur sebagai cara memahami dengan otak yang biasa menjadi pusat

pemikiran dan kecerdasan intelektual. Berdzikir lebih banyak berorientasi

memahami masalah ketuhanan Allah SWT (uluhiyyan dan rububiyyah) dan

sebagai kebijakanNya yang bersifat transenden. Sedangkan bertafakur adalah

lebih berorientasi pada masalah ciptaan dan segala kebijakan Allah yang bersifat

Page 34: Laporan fitokimia

empirik. Kedua metode berfikir seperti ini diperlukan manusia, dan islam

membimbing mereka melakukannya secara seimbang (Ahmad, 2003).

Allah SWT menciptakan beragam jenis buah, setiap jenis memiliki rasa

dan harum masing-masing meskipun semuanya tumbuh di tanah yang sama dan

diairi dengan air yang sama. Sebagaimana penciptaannya, kenyataan bahwa buah-

buahan dan sayur-sayuran merupakan sumber-sumber vitamin dan nutrisi esensial

yang melimpah, juga menggugah manusia berakal untuk berpikir dengan

memadukan cara berpikir secara Ulul Albab.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 61:

øŒÎ) uρ óΟçFù= è% 4y›θßϑ≈ tƒ s9 u� É9 óÁ̄Ρ 4’ n?tã 5Θ$yèsÛ 7‰Ïn≡uρ äí÷Š$$sù $oΨ s9 š�−/ u‘ ólÌ� øƒä† $uΖ s9 $®ÿÊΕ àMÎ6.⊥ è? ÞÚö‘ F{$# .ÏΒ $yγÎ= ø) t/ $yγÍ←!$̈VÏ% uρ $yγÏΒθèùuρ $pκ ÅDy‰ tã uρ $yγÎ= |Át/ uρ ( …

"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa

sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk

Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang

ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang

adasnya, dan bawang merahnya,... " ( QS. Al Baqarah: 61).

As Sayyid (2006: 199) bahwa, dari rujukan kedokteran Arab sedikit

sekali yang berbicara tentang kandungan gizi dan unsur-unsur yang terkandung

dalam buah mentimun, padahal buah mentimun merupakan buah yang disebutkan

dalam al qur'an, tetapi kita menemukan didalamnya unsur-unsur gizi dan faedah-

faedah kedokteran. Para ahli kedokteran Arab kuno telah menjadikan mentimun

sebagai penghilang kering di tenggorokan dan rasa haus, tekanan darah,

menyembuhkan penyakit kuning, meredakan sakit kepala, membuka penutupan

hati, melancarkan buang air kecil, dan menghancurkan batu ginjal.

Page 35: Laporan fitokimia

Dalam hadits Abdulloh bin Ja'far r.a dari At Tirmidzi:

������ ���� � ��� ���� ���� �� ��� ���� ��

"Rosululloh SAW pernah makan mentimun dengan ruthab"(HR. At

Tirmidzi dan yang lain).

Mentimun bersifat dingin dan lembab, yang dapat menghilangkan panas

pada lambung yang terkena radang. Bermanfaat untuk menghilangkan rasa sakit

dikantong kemih. Bahkan aromanya dapat menyembuhkan orang pingsan.

Sedangkan bijinya dapat memperlancar buang air kecil dan daun yang dididihkan

dapat dijadikan obat pembalur dan mengobati bekas gigitan anjing. Buah ini

dikenal dingin yang bisa membahayakan tubuh, sehingga saat mengkonsumsinya

dianjurkan menghilangkan kelembabannya. Sebagaimana yang dilakukan Nabi

SAW jika beliau memakan mentimun, akan mengimbanginya dengan memakan

Ruthab (buah yang segar, nikmat, enak ketika sudah masak sehingga menjadi

lunak dan lezat) (As Sayyid, 2006: 198).

2.2 Pepino (Solanum muricatum Aiton)

2.2.1 Morfologi Buah Pepino

Pepino merupakan tanaman semak, tidak bercabang, akar berinti kayu

dan berserat. Pertumbuhannya tegak (meninggi) ± mencapai 50 cm. Tanaman

pepino menyerupai dengan tomat yang membutuhkan alat penegak atau

pendukung batangnya. Pepino mempunyai batang beruas-ruas seperti tanaman

cabai. Ruas-ruas batang pepino bisa tumbuh tunas-tunas akar yang digunakan

untuk tanaman (Sarno dan Purnama, 2005: 11-12).

Page 36: Laporan fitokimia

Gambar 2.1 Bentuk tanaman pepino A) pepino (Solanum muricatum); A1) bunga;

A2) dan A3) buah-buahan pepino; B) tanaman tomat, tamarillo

(Cyphomandra betacea); B1) bunga; B2) penampang melintang buah

tomat; C) pepaya gunung (Carica pubescens); C1) daun; C2) buah;

C3) penampang melintang buah pepaya (I. SRلRnchez Vega (National

University of Cajamarca, Peru, 1008).

Keragaman buah pepino ditunjukkan dalam hal ukuran dan bentuk. Di

daerah asalnya yaitu: Pegunungan Andes (Amerika Selatan) di Wilayah Peru dan

Chili, buah pepino ada yang bertipe bujur kecil dengan banyak biji, berbentuk

pear atau hati dengan beberapa atau banyak biji berbentuk bundar sedikit lebar

daripada bola baseball dan tidak berbiji sama sekali. Warna buah pepino juga

sangat beragam; sepenuhnya ungu, hijau, krem, hijau dengan lurik ungu atau krem

dengan lurik ungu (Sarno dan Purnama, 2005: 12).

Gambar 2.2 Aneka buah pepino (Anonymous

b, 2008).

Page 37: Laporan fitokimia

Buah pepino yang umumnya tumbuh di Indonesia berbentuk bulat

sampai bulat telur, berukuran panjang ± 2-4 inchi, beberapa dapat mencapai 6

inchi. Kulit buah biasanya berwarna kuning atau hijau keungu-unguan, sering

memiliki sejumlah lurik yang berwarna lebih gelap. Daging buah berwarna

kehijau-hijauan sampai putih dan orange kekuning-kuningan. Buah pepino yang

berkualitas baik adalah agak manis, menyegarkan, berair, rasa dan aroma mirip

blewah dan melon (Sarno dan Purnama, 2005: 14).

Buah yang berkualitas baik adalah sedikit manis, menyegarkan dan

berair dengan rasa yang berkombinasi antara blewah dan melon. Pepino

membutuhkan lebih banyak waktu untuk pematangan daripada hasil tanaman

Solanaceae yang lain seperti tomat, cabai dan terung. Kandungan gula pada buah

pepino dipengaruhi oleh suhu selama pematangan. Jika suhu maksimal selama

pematangan melebihi 30°C, pengurangan gula dalam jumlah besar akan terjadi

(Sarno dan Purnama, 2005: 15-16).

2.2.2 Taksonomi Buah Pepino

Pratt dan Hudson (1990), umumnya senyawa antioksidan yang diisolasi

dari sumber alami adalah berasal dari tumbuhan. Kingdom tumbuhan,

Angiosperm memiliki kira-kira 250.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah

ini kurang lebih 400 spesies yang telah dikenal dapat menjadi bahan pangan

manusia.

Page 38: Laporan fitokimia

Taksonomi tanaman buah pepino (Solanum muricatum Aiton) adalah

(Sarno dan Purnama, 2005: 17):

Kingdom : PlantaeH

Sub Kingdom : Spermatophyta (Tanaman Berbiji)

Divisi : MagnoliophytaH (Angiopermae/ Tanaman Bunga)

Kelas : MagnoliopsidaH (Dicotyledonae)

Ordo (Bangsa) : SolanalesH

Famili (Suku) : Solanaceae

Sub Famili : HSolanoideaeT

Genus (Marga) : Solanum

Sub Genus : Solanum

Section (Golongan) : HBasarthrumT

Spesies (Jenis) : Solanum muricatum

Nama HBinomial H : Solanum muricatum Aiton

Banyak alkaloid bersifat terpenoid dan alkaloid-steroid seperti solanina

yang terdapat pada suku tumbuhan Solanaceae, misalkan pada kentang (Solanum

tuberosum) (Harborne, 1987: 234).

2.2.3 Jenis-Jenis Buah Pepino

Ada dua jenis buah pepino yang dikenal di Indonesia, yaitu pepino

warna kuning dan pepino warna ungu (Sarno dan Purnama, 2005: 17-19).

1) Pepino Kuning

Pepino kuning memiliki bentuk beraneka ragam, umumnya

berbentuk bulat sampai oval (bulat telur) dan tanaman berwarna hijau

terang, helaian daun tertutup bulu-bulu kecil dan jarang. Bunga berwarna

Page 39: Laporan fitokimia

putih kecil, berbentuk mirip dengan bunga tanaman yang lain termasuk

famili Solanaceae. Batang tanaman berwarna hijau ketika masih muda dan

berubah menjadi kecoklat-coklatan ketika sudah tua. Buah muda berwarna

hijau dengan seiring pertumbuhan tanaman, warna buah berangsur-angsur

akan berubah menjadi hijau keputih-putihan, dan kemudian menjadi

kuning ketika masak.

TGambar 2.3 Buah pepinot kuning (Sutomo, 2007)

2) Pepino Ungu

Sesuai dengan namanya, buah pepino jenis ini berwarna ungu sejak

muda hingga buah masak. Tangkai, tulang daun, dan bunga tanaman pun

berwarna ungu. Buah berbentuk memanjang seperti terung. Daging buah

memiliki warna yang sama dengan Pepino kuning.

Page 40: Laporan fitokimia

TGambar 2. 4 Buah pepino ungu

2.2.4 Kandungan Buah Pepino

Pepino (Solanum muricatum Aiton) adalah buah yang masih satu famili

dengan keluarga terung. Buah pepino pertama kali di datangkan ke Indonesia pada

masa penjajahan Belanda. Buah pepino memiliki rasa tidak manis dan tidak asam.

Buah pepino bermanfaat untuk mengobati penderita kencing manis/diabetes,

stroke, tekanan darah tinggi, maag, atau gangguan pencernaan lainnya, kanker,

ginjal, sembelit, dan wasir (Anonymousa, 2007).

Fanani (2007), nilai kandungan buah pepino mempunyai kandungan air

sebesar 95%, vitamin C, mineral, gula sederhana, zat besi dan potasium. Setiap

100 g pepino mengandung vitamin C 25.1 mg, protein 0.6 g, betakaroten 26.6 mg,

asam 79.3 mg dan rendah lemak. Buah pepino bermanfaat untuk meningkatkan

stamina, menurunkan tekanan darah dan mencegah sariawan. Serat pepino juga

sangat tinggi, baik untuk membantu sistem pencernaan, mencegah sembelit dan

wasir. Serat juga mengikat zat karsinogen pemicu kanker kolon pada saluran

pencernaan.

Page 41: Laporan fitokimia

Buah pepino akan lebih banyak mengandung air ketika musim hujan.

Rasa buah pada musim kemarau lebih manis dibandingkan dengan saat musim

hujan. Kandungan gizi buah pepino ditunjukkan pada tabel berikut (Sarno dan

Purnama, 2005: 23):

Tabel 2.2 Kandungan buah pepino

No. Zat Gizi Hasil Analisis

Ulangan I Ulangan 2

1. Asam Sitrat (mg/100g) 79,3368 79,4948

2. Beta karoten (mg/100g) 26,6088 28,8874

3. Lemak (%) 0,0171 0,0158

4. Protein (%) 0,6473 0,6474

5. Serat (%) 0,0779 0,0799

6. Vitamin C (mg/100g) 25,1194 25,3061

7. Alkohol 0 0

8. Gula reduksi (%) 3,3075 3,3442

9. Pati (%) 0,9553 0,9041

10. Air (%) 95,0283 94,9000 Sumber: Laboratorium Uji Teknologi dan Hasil Pertanian UGM dalam Mitra Agro Melodi (Sarno

dan Purnama) 2005.

2.3 Senyawa Antioksidan

Antioksidan atau reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi

atau menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan

hidrogen dan atau elektron (Silalahi, 2006: 47).

Pratt dan Hudson (1990), antioksidan alami di dalam makanan dapat

berasal dari (a) senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen

makanan, (b) senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses

pengolahan, (c) senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan

ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan.

Page 42: Laporan fitokimia

Hasil identifikasi membuktikan bahwa ekstrak buah pepino (Solanum

muricatum Aiton) dalam etanol 70% dengan menggunakan metode DPPH

mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi pada konsentrasi ekstrak 400 ppm yang

berturut-turut: (etanol 70%, 88,95%), (aquades, 85,64%), (etil asetat, 85,55%),

(petroleum eter, 85,53), (kloroform, 79,70%), (n-heksana, 79,96%). Uji kualitatif

sederhana menunjukkan bahwa ekstrak buah pepino (Solanum muricatum Aiton)

dalam etanol 70% mengandung asam askorbat dan alkaloid (Husnah, 2009).

Antioksidan memiliki dua fungsi menurut mekanisme kerjanya (Gordon,

1990):

1. Fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen.

Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut

sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen

secara cepat ke radikal lipida (RP

●, ROO

●) atau mengubahnya ke bentuk lebih

stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A●) tersebut memiliki keadaan

lebih stabil dibanding radikal lipida.

2. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat

laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan

rantai autooksidasi melalui pengubahan radikal lipida ke bentuk yang lebih

stabil.

Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada

lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak.

Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi

maupun propagasi (Gambar 2.5). Radikal-radikal antioksidan (AP

●) yang terbentuk

Page 43: Laporan fitokimia

pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat

bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon,

1990).

Inisiasi :

Propagasi :

RP

● + AH RH + AP

Radikal lipida Lipida

ROO●

+ AH ROOH + AP

Radikal Peroksil Hidroperoksida

Gambar 2.5 Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida

(Gordon, 1990).

Hamilton (1983), radikal-radikal antioksidan dapat saling bereaksi

membentuk produk non radikal. Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan

dapat berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas

antioksidan grup fenolik sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi

prooksidan (Gambar 2.6). Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi

tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji.

AH + O2

AH + ROOH

AP

● + HOO

PRO● + H2O + A

Gambar 2.6 Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi

(Gordon, 1990).

Page 44: Laporan fitokimia

2.4 Golongan Senyawa-senyawa Antioksidan

2.4.1 Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan metabolit sekunder terbesar. Umumnya

alkaloid merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom

nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik (Harborne,

1987: 234).

Me

O

N

Me

Gal

Me

Me

Gluk

O

Ram

Solanina

Gambar 2.7 Struktur umum senyawa solanina (Harborne, 1987: 239).

Pada pemisahan solanina dengan menggunakan kromatografi lapis tipis

silika gel G, dapat digunakan pengembang metanol–NHB4OH (200:3 atau 22,2:0,3)

(RBFB 52). Detekasi adanya alkaloid pada kertas dan pelat, pertama menggunakan

fluoresensi dibawah sinar UV (tidak tampak warna bercak), kemudian

menggunakan penampak bercak dengan pereaksi Marquis (1 ml formaldehida

dalam 10 ml H2SOB4 pekat) yang memberikan warna bercak kuning sampai merah

Page 45: Laporan fitokimia

lembayung. Dapat pula menggunakan kromatografi lapis tipis silika gel G, dengan

pengembang asam asetat–etanol (1:3) (RBFB 46) (Harborne, 1987: 239-244).

Adapun untuk eluen aseton:air:amoniak 25% (9:0,7:0,3) apabila spot divisualisasi

dengan Dragendorf berwarna merah jingga maka menunjukkan adanya alkaloid

(Stahl, 1985: 63).

2.4.2 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 gr/mol

dengan rumus molekul C6H8O6 dalam bentuk kristal tidak berwarna

(bening/transparan), titik cair 190-192°C. Bersifat larut dalam air sedikit larut

dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah dan sukar larut

dalam kloroform, eter, dan benzena (Sudarmadji, 2007: 165). Vitamin C dapat

dipisahkan baik dengan KLT pada silika gel G atau GF254 dengan pengembangan

air (RBF B96) atau etanol (RBF B22). Etanol–asam asetat 10% (9:1) digunakan untuk

memisahkan askorbat (RBF 50) dari turunan dehidronya (RBF 73) dan dari asam

isoaskorbat (RBF 54). Asam askorbat dapat dideteksi pada plat silika gel GF254

sebagai bercak biru gelap pada cahaya UV 254, batas deteksi 3 µg (Harborne,

1987: 182-183).

Page 46: Laporan fitokimia

Gambar 2.8 Struktur umum senyawa L- asam askorbat (Silalahi, 2006: 17).

Penggunaan petroleum eter:n-heksana:metanol:kloroform:asam asetat

(1:1:3:3:2) dan metanol:aseton:air (2:4:0,3), apabila spot berwarna biru gelap pada

sinar UV 254 nm maka menunjukkan adanya vitamin C (asam askorbat). Martelli

and Nano (1967: 22) dan Rohman dan Gandjar (2008: 239) menggunakan

campuran eluen toluol:etanol:asam asetat (50:40:10), untuk mengidentifikasi asam

askorbat spot divisualisasi dengan pereaksi ninhidrin memberikan warna merah

muda menjadi ungu (Auterhooff and Kovar, 1987: 67-71).

2.5 Metode Ekstraksi Maserasi

Proses maserasi (macerare= mengairi, melunakkan) merupakan proses

perendaman sampel dengan pelarut yang digunakan pada temperatur ruangan.

Pada psoses maserasi, bahan kandungan sel berpindah dengan terlarut dalam

molekuler pelarut dengan berdifusi melalui rongga antar sel. Gaya yang bekerja

adalah perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan pelarut yang

mula-mula tanpa bahan aktif. Bahan kandungan sel akan mencapai ke dalam

Page 47: Laporan fitokimia

cairan di sebelah luar selama difusi melintasi membran sampai terbentuknya suatu

keseimbangan konsentrasi antara larutan disebelah dalam dan disebelah luar sel

(Voight, 1995: 566).

Metode maserasi dipilih karena metode ini murah dan mudah dilakukan,

selain itu dikhawatirkan senyawa yang terkandung dalam buah pepino merupakan

senyawa yang tidak tahan terhadap panas. Maserasi biasanya dilakukan dengan

perbandingan 1:2, seperti 100 Kg sampel diekstrak dengan 200 L pelarut. Guna

mendapatkan ekstrak dalam waktu yang relatif cepat dapat dilakukan pengadukan

dengan menggunakan shaker berkekuatan 120 rpm selama 24 jam (Husnah, 2009:

39).

2.6 Uji Aktivitas Antioksidan

Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur

antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji. Hasil uji aktivitas antioksidan

Arsianti dan Boer (2005) dengan metode penimbangan maupun dengan metode

Lea menunjukkan bahwa fraksi etil asetat G. parvifolia memiliki aktivitas

antioksidan yang lebih besar daripada BHA dan BHT dengan urutan aktivitas

antioksidan: ekstrak fraksi etil asetat G. parvifolia > BHA > BHT.

Urutan kekuatan aktivitas antioksidan dari nilai EC50 ekstrak buah pepino

dengan variasi pelarut ekstrak adalah: etanol 70% (22,11 ppm)>etil asetat p.a.

(23,81 ppm)>aquadest (28,31 ppm)>kloroform p.a. (30,06 ppm)>petroleum eter

p.a. (32,80 ppm) >heksana p.a. (38,92 ppm). Apabila dibandingkan dengan

aktivitas antioksidan BHT yang mempunyai nilai EC50 sebesar 12,23 ppm,

Page 48: Laporan fitokimia

aktivitas antioksidan ekstrak kasar buah pepino masih lebih rendah. Ekstrak etanol

70% buah pepino mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi, diketahui memiliki

senyawa aktif golongan senyawa antioksidan asam askorbat dan alkaloid. Uji

aktivitas antioksidan ini menggunakan metode DPPH (Husnah, 2009).

Hartati dan Ersam (2006) Antiradikal bebas (antioksidan) adalah bahan

yang dalam kadar rendah dapat mencegah terjadinya oksidasi dari substrat yang

mudah teroksidasi. Metode uji antioksidan dengan DPPH (1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil) dipilih karena metode ini adalah metode sederhana untuk evaluasi

aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam. Senyawa yang aktif sebagai

antioksidan mereduksi radikal bebas DPPH menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin

dan besarnya aktivitas penangkap radikal bebas dinyatakan dengan ECB50B yaitu

besarnya konsentrasi larutan uji yang mampu menurunkan 50% absorbansi DPPH

dibandingkan dengan larutan blangko.

DPPH yang bereaksi dengan antioksidan akan menghasilkan bentuk

tereduksi difenil pikril hidrazin dan radikal antioksidan (Prakash, 2001). Reaksi

antara antioksidan dengan molekul DPPH dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.9 Reaksi DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dengan antioksidan

(Prakash, 2001).

Page 49: Laporan fitokimia

Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH dilakukan setelah uji

pendahuluan di atas plat KLT, dimana senyawa (1), (2) dan senyawa quarsetin

(senyawa standard) masing–masing diambil dalam pelarut metanol, kemudian

dielusi dengan eluen CH2Cl2B:aseton (3:2), dikeringkan dan disemprot dengan

larutan DPPH 0,2% dalam methanol dengan diamati selama 30 menit, senyawa

yang aktif sebagai antioksidan akan memberikan bercak kuning berlatar ungu.

Kemudian dilakukan uji lanjut terhadap senyawa yang aktif untuk menentukan

harga EC50 (Hartati dan Ersam, 2006).

2.7 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

2.7.1 Pengertian KLT

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode

kromatografi cair yang paling sederhana yang berdasarkan proses adsorbsi (Dewi,

2005: 54). Rohman dan Gandjar (2008: 329) bahwa ”sorbsi” merupakan proses

pemindahan solut dari fase gerak ke fase diam sedangkan proses pemindahan

solut dari fase diam ke fase gerak disebut ”desorbsi”. Kedua proses tersebut

terjadi terus menerus selama pemindahan kromatografi karena berada dalam

sistem kesetimbangan dinamis. Solut akan terdistribusi diantara dua fase yang

bersesuaian dengan perbandingan distribusinya untuk menjaga keadaan

kesetimbangan.

Page 50: Laporan fitokimia

Ada empat jenis mekanisme sorbsi, yaitu (Rohman dan Gandjar 2008:

329):

1) Adsorbsi

Adsorbsi merupakan penyerapan pada permukaan yang melibatkan

interaksi-interaksi elektrostatik seperti pada gaya antarmolekuler pada fase

diam dengan fase gerak, misalnya: kromatografi kertas dan KLT.

2) Partisi

Partisi merupakan proses sorbsi seperti pada proses ekstraksi pelarut

dengan cara solut akan terdistribusi diantara fase diam sesuai dengan

kelarutan relatif keduanya, misalnya: kromatografi cair-gas.

3) Pertukaran ion

Pertukaran ion merupakan proses pertukaran solut-solut ion diantara

ion-ion yang terikat pada fase diam yang dinamakan resin berupa padatan

polimer oraganik yang bermuatan. Misalnya: kromatografi kolom.

4) Eksklusi

Eksklusi berdasarkan pada ukuran molekul dari zat padat (fase diam)

yang berupa gel sedangkan fase gerak berupa cairan. Proses tersebut dikenal

sebagai eksklusi gel.

KLT mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kromatografi kertas

karena membutuhkan waktu elusi yang lebih pendek dan diperoleh pemisahan

yang lebih baik untuk analisa kuantitatif. Hasil pemisahan yang baik dari KLT

mempunyai kapasitas lebih besar dibandingkan dengan kromatografi kertas. Serta

dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik

Page 51: Laporan fitokimia

seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar apabila dilakukan pada

kromatografi kertas (Sastrohamidjojo, 2005: 27).

Gritter, dkk (1985: 109) bahwa Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

melibatkan dua sifat fase yaitu: sifat fase diam (sifat lapisan/fase penyerap) dan

sifat fase gerak (pelarut pengembang). Fase diam dapat berupa serbuk halus yang

berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat). Dewi (2005:

54), sebagai fase diam dapat digunakan silika atau alumina yang dilapiskan pada

lempeng kaca atau alumunium. Jika fase diam berupa silika gel maka bersifat

asam, jika fase diam alumina maka bersifat basa. Fase gerak atau larutan

pengembang biasanya digunakan pelarut campuran organik atau bisa juga

campuran pelarut organik-anorganik.

2.7.2 Sistem Fase Diam Silika Gel pada KLT

Fase diam yang paling banyak digunakan adalah silika gel dan

alumunium oksida. Jenis adsorben yang umum digunakan untuk KLT adalah

silika gel, karena silika gel adalah fase diam universal yang dapat digunakan

untuk memisahkan senyawa-senyawa yang bersifat netral, asam atau basa. Silika

gel merupakan penyerap yang paling banyak dipakai dalam KLT. Senyawa netral

yang mempunyai gugusan sampai tiga pasti dapat dipisahkan pada lapisan yang

diaktifkan dengan memakai pelarut organik atau campuran pelarut yang normal.

Karena sebagian besar silika gel bersifat sedikit asam, maka asam selalu sedikit

mudah dipisahkan. Fase diam silika gel meminimumkan reaksi asam/basa antara

penyerap dan senyawa yang dipisahkan (Gritter, 1991: 110).

Page 52: Laporan fitokimia

Dalam penelitian Hartati dan Ersam (2006) melakukan uji pendahuluan

dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dengan tujuan untuk pemurnian senyawa

yang akan dianaliss selanjutnya dengan menggunakan plat Silika gel GF254B, silika

gel 60 (35-70 mesh, ASIM). Plat silika gel Merck 60 F254B;0,25 mm ukuran 20 x

20 cm dengan alumunium sebagai penyangga fasa diam, dan larutan 1,5% serium

sulfat (Ce(SO4)2).

Silika gel banyak yang digunakan sebagai fase diam, mempunyai rumus

empiris SiO2. Permukaan pada partikel silika gel terdapat suatu bayangan atom

oksigen yang mengikat proton. Adanya golongan hidroksil membuat silika

bersifat polar. Gugus fungsi yang bersifat polar akan berinteraksi kuat dengan

analit organik pada permukaan silika gel dan gugus fungsi non polar berinteraksi

secara lemah. Molekul analit yang bersifat polar dapat berikatan dengan silika gel

melalui dua cara, yaitu melalui ikatan hidrogen dan melalui interaksi dipol-dipol

(Anonymousc, 2008).

Si

OH

O

O O Si O

O

OH

Si Si

Si O

OH

O

Si

OH

O

Si SiO O OO O

O

Gambar 2.10 Struktur silika gel (Rohman dan Gandjar, 2009: 357).

Page 53: Laporan fitokimia

2.7.3 Sistem Eluen (Fase Gerak) KLT

Polaritas fase gerak perlu diperhatikan pada analisa dengan KLT,

sebaiknya digunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas

serendah mungkin. Campuran yang baik memberikan fase-fase bergerak yang

mempunyai kekuatan bergerak sedang. Secara umum dikatakan bahwa fase diam

yang polar akan mengikat senyawa polar dengan kuat sehingga bahan yang

kurang sifat kepolarannya akan bergerak lebih cepat dibandingkan bahan-bahan

polar (Gritter, 1991: 85).

Khopkar (1990: 155), pemilihan sistem pelarut dan komposisi larutan

ditentukan oleh prinsip kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan

sampel yang akan dipisahkan digunakan suatu mikro-syiringe (penyuntik

berukuran mikro). Sampel diteteskan pada salah satu bagian tepi pelat

kromatografi (sebanyak 0,01-10 µg zat).

Pelarut yang ideal harus melarutkan linarut (senyawa yang dipisahkan)

dan harus cukup baik sebagai pelarut yang bersaing dengan daya serap penyerap.

Keadaan yang ideal tersebut mungkin terjadi jika pelarut tidak berproton seperti

hidrokarbon, eter dan senyawa karbonil dipakai sebagai pelarut pengembang

(Gritter, 1991: 89).

Kromatografi dengan fase diam silika gel, sering menggunakan fase

gerak pelarut organik atau campuran pelarut organik. Fase gerak berfungsi untuk

menggerakkan permukaan pada silika gel dengan memindahkan analit dari

partikel-partikel fase diam. Molekul analit bebas untuk berpindah bersama

pelarut, jika molekul analit tidak berikatan dengan permukaan silika gel. Pertama,

Page 54: Laporan fitokimia

golongan polar pelarut dapat bersaing dengan analit untuk menempatkan ikatan

pada permukaan silika gel. Oleh karena itu, jika pelarut yang digunakan terlalu

polar akan berinteraksi kuat dengan permukaan silika gel dan akan meninggalkan

tempat fase diam dengan membebaskan ikatan dengan analit tersebut. Kemudian

analit bergerak cepat pada fase diam. Dengan cara yang sama, kelompok polar

pelarut dapat mengikat kuat dengan fungsional polar pada analit dan menghalangi

interaksi analit dengan permukaan silika gel (Anonymousc, 2008).

Eluen pada kromatografi adsorbsi dapat dikelompokkan ke dalam deret

eluotropik berdasarkan efek elusinya. Seperti ditunjukkan pada tabel 2.4 berikut

Stahl (1985: 6):

Tabel 2.4 Deret eluotropi (efek elusi mulai dari atas ke bawah)

Pelarut

Titik didih

(TD)

(°C/750 torr)

Tetapan

dielektrikum (ε)

pada 20 °C

Viskositas CBpB

pada 20 °C

n-Heksana 68,7 1,890 0,326

Toluena (toluol) 110,6 2,379 0,900

Kloroform 61,3 4,806 0,580

Eter (dietil eter) 34,6 4,34 0,233

Aseton 56.5 20,70 (T=25 °C) 0,316 (T=25 °C)

Etanol 78,5 24,30 (T=25 °C) 1,200

Metanol 64,6 33,62 0,597

Air 100,0 80,37 1.005

Asam asetat 117,9 6,15 1,049

Ammoniak 30,9 - 0,59 Sumber: Stahl E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Hal: 7.

Page 55: Laporan fitokimia

Tabel 2.4 menunjukkan bahwa kepolaran pelarut akan meningkat dengan

kenaikan nilai titik didih (TD), tetapan dielektrikum (ε) pada 20°C dan viskositas

CBpB pada 20°C. Efek elusi naik dengan kenaikan kepolaran pelarut. Misalnya, n-

heksana nonpolar mempunyai efek elusi lemah, kloroform cukup kuat dan

metanol yang bersifat polar efek elusinya kuat. Laju rambat analit tergantung

kepada viskositas pelarut dan struktur lapisan.

2.7.4 Jenis-jenis Pelarut

1) Air (aquades)

Aquades berasal dari istilah latin aquadestilata yang berarti air suling.

Air suling merupakan air yang diperoleh dari pengembunan uap air akibat

penguapan atau pendidihan air (HAM, 2006: 9).

Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan

kovalen dengan dua atom hidrogen. Air pada fase cair memiliki ikatan

hidrogen antarmolekul seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11 berikut:

Page 56: Laporan fitokimia

Gambar 2.11 Ikatan hidrogen antarmolekul pada air (Effendy, 2006: 202).

2) Asam Asetat

Asam asetat atau asam etanoat merupakan asam karboksilat berwujud

cairan kental jernih dengan rumus molekul CH3COOH dengan aroma yang

khas. Densitas: 1,049 gram/mL, titik leleh 16,7°C; titik didih 118,5°C.

Senyawa asam asetat murni dinamakan "asam asetat glasial" dengan cara

mengoksidasi etanol atau butana dengan bantuan Mangan (II) atau Kobalt (II)

etanoat terlarut pada suhu 200°C (Daintith, 1994: 177-178).

3) Aseton

Aseton mempunyai nama lain dimetil asetat, dimetil keton, metil

asetat, ketopropan, propanon, piroasetat eter dan piroasetis spirit. Rumus

molekul aseton adalah CH3COCH3. Umumnya digunakan sebagai pelarut

Page 57: Laporan fitokimia

karena mempunyai sifat higroskopis, baunya ringan, sangat volatil, tidak

berresidu dan mudah terbakar. Mempunyai berat molekul 58,1 g/mol dengan

titik leleh -94,6 °C; titik didih 56,1ºC (Daintith, 1994: 358).

4) Ammoniak

Ammoniak mempunyai bau yang menyengat, titik leleh -74ºC , titik

didih -30,9ºC. Sangat larut dalam air dan alkohol. Ammoniak dalam keadaan

cair memiliki kesamaan dengan air dalam hal dapat berikatan hidrogen dan

mempunyai tetapan dielektrikum sedang yang dapat berfungsi sebagai pelarut

pengion. Ammoniak dapat berswa-ionisasi, menghasilkan ion ammonium

NH4+ dan ion amida NH2

-. Ammoniak sangat larut dalam air menghasilkan

larutan basa yang mengandung molekul NH3 tersolvasi dan sejumlah kecil ion

NH4+ dan OH

- (Daintith, 1994: 31).

5) Etanol

Etanol atau alkohol (C2H5OH) merupakan cairan tanpa warna yang

larut dalam air, densitas 0,6 (0ºC) titik leleh -169ºC , titik didih -102ºC.

Adanya gugus hidroksil (OH) pada alkohol memberikan sifat polar, sedangkan

gugus alkil (R) merupakan gugus non polar. Proporsi dari kedua gugus

tersebut merupakan faktor yang menentukan sifat alkohol (Daintith, 1994:

178).

Husnah (2009), untuk mengekstrak sampel uji, lebih baik

menggunakan etanol daripada metanol karena antioksidan yang hendak

diekstrak diharapkan dapat diaplikasikan pada produk makanan, minuman dan

Page 58: Laporan fitokimia

obat-obatan sehingga aman untuk dikonsumsi sedangkan metanol bersifat

toksik.

6) Kloroform

Kloroform merupakan salah satu senyawa haloform dengan rumus

kimia CHClB3 Byang mudah menguap, tanpa warna, densitas 1,48; titik leleh -

63,5°C; titik didih 61°C. Senyawa ini dibuat melalui klorinasi metana (diikuti

oleh pemisahan produk campurannya) atau melalui reaksi haloform.

Kloroform digunakan sebagai pelarut dan bahan dasar untuk membuat

senyawa lainnya (Daintith, 1994: 443).

Kloroform (triklorometana) sukar terbakar (tetapi uapnya mudah

terbakar), tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter; uapnya

bersifat membius dan bila terkena udara dan cahaya dapat membentuk gas

fosgen yang beracun. Kloroform digunakan untuk pembuatan senyawa fluoro-

karbon, sebagai pelarut (cat), dan sebagai anastetik. Kelarutan dalam air pada

suhu 25o

PC 7,43 x 10P

3 Pmg/L, Tl. -63,5°C, t.d. 61,7°C, d 1,483 (HAM, 2006:

232).

7) Metanol

Metanol (Methyl Alkohol) adalah cairan tanpa warna dengan rumus

kimia CH3OH, densitas 0,79 gram/mL; titik leleh -98°C, titik didih 64°C.

Senyawa ini dibuat melalui oksidasi katalitik dari metana (gas alam)

menggunakan udara (atau dibuat dari karbon monoksida dan oksigen) dan

digunakan sebagai pelarut serta sebagai bahan baku untuk industri kimia

(Daintith, 1994: 282).

Page 59: Laporan fitokimia

8) n-Heksana

n-Heksana merupakan hidrokarbon alifatik yang mudah menguap.

Sehingga dalam jurnal Fachriyah (2007) n-heksana digunakan sebagai pelarut

sokletasi yang bertujuan untuk menghilangkan lemak. Ikatan pada heksana

yang tunggal dan sifat yang kovalen menjadikan n-heksana tidak reaktif

sehingga sering digunakan pelarut inert pada reaksi organik.

Nama lain dari Heksana (Hexane) adalah kaproil hidrida, metil n-butil

metan dengan rumus molekul CH3(CH2)B4CH3. Heksana mempunyai

karakteristik sangat tidak polar, volatil, mempunyai bau khas yang dapat

menyebabkan pingsan. Berat molekul heksana adalah 86,2 gram/mol dengan

titik leleh -94,3 sampai -95,3°C. Titik didih heksana pada tekanan 760 mmHg

adalah 66 sampai 71°C (Daintith, 1994: 219).

9) Petroleum eter

Petroleum eter merupakan campuran hidrokarbon (bukan eter

sebenarnya), yang atsiri dan mudah terbakar, tidak berwarna, densitas 0.625

sampai 0,660 g/ml terutama terdiri dari pentana dan heksana. Bahan ini

mendidih dalam rentang 30-70oC dan digunakan sebagai pelarut (Daintith,

1994: 327). HAM (2006: 331), petroleum eter merupakan campuran

hidrokarbon berupa cairan jernih, mudah menguap, mudah terbakar. Diperoleh

dari pengolahan minyak bumi, dan digunakan sebagai pelarut di laboratorium.

10) Toluena

Toluena atau metilbenzena merupakan cairan tanpa warna dengan

rumus molekul CH3C6H5 dengan densitas 0,9 gram/mL; titik leleh -94°C, titik

Page 60: Laporan fitokimia

didih 111°C. Metilbenzena diturunkan dari benzena melalui penggantian atom

hidrogen oleh gugus metil. Senyawa dapat diperoleh dari tar batubara atau

dibuat dari metilsikloheksana (diekstraksi dari minyak mentah) melalui

hidrogen katalitik. Umumnya digunakan sebagai pelarut dan bahan dasar

pembuatan TNT (Tri Nitro Toluena) (Daintith, 1994: 283).

2.7.5 Jenis-jenis KLT

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat digunakan untuk tujuan analitik

dan preparatif. KLT analitik digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa

organik dalam jumlah kecil misalnya, menentukan jumlah komponen dalam

campuran dan menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT

preparatif. Sedangkan KLT preparatif digunakan untuk memisahkan campuran

senyawa dari sampel dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya

fraksi-fraksi tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisa berikutnya

(Townshend, 1995: 9-10).

2.7.6 Teknik KLT

Penotolan dilakukan cara; cuplikan ditotolkan yang berupa pita harus

sekecil mungkin karena pemisahan bergantung pada lebar pita. Penotolan dapat

dilakukan dengan pipet atau mikro syiring. Hostettmann (1995: 10), untuk pita

yang terlalu lebar dapat dilakukan pemekatan dengan cara pengembangan

Page 61: Laporan fitokimia

memakai pelarut polar sampai kira-kira 2 cm di atas tempat penotolan. Kemudian

pelat dikeringkan dan dielusi dengan pelarut yang diinginkan.

Pengembangan yaitu proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut

mengembang merambat naik dalam lapisan. Proses pemisahan dapat dilakukan

beberapa cara, pengembangan sederhana yaitu perambatan 1x dengan arah keatas.

Lapisan KLT harus dalam keadaan kering di antara kedua pengembangan

tersebut, yang dapat dilakukan dengan membiarkan plat di udara selama 5-10

menit (Stahl, 1985: 11).

2.7.7 Identifikasi

Ada beberapa kemungkinan cara mendeteksi senyawa tidak berwarna

pada kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan

penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm)

atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi UV gelombang

pendek dan gelombang panjang (365 nm). Pada senyawa yang mempuyai dua

ikatan rangkap atau lebih dan senyawa aromatik seperti turunan benzena,

mempunyai serapan kuat ± di daerah 230-300 nm (Stahl, 1985: 13).

Untuk identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah dari lapisan tipis

menggunakan harga Rf. Harga Rf (Retordation Factor) didefinisikan sebagai

berikut (Sastrohamidjojo, 2005: 23):

Nilai Rf = gerak) (fasepelarut oleh ditempuh yangJarak

senyawaoleh ditempuh yangJarak =

X

Y (2.1)

Page 62: Laporan fitokimia

Garis depan pelarut

Jarak yang ditempuh senyawa

Jarak yang ditempuh pelarut (fase gerak)

Titik awal penotolan

Gambar 2. 12 Ilustrasi Cara Menghitung Nilai Rf

(Gritter et al, 1991 dalam Rohman dan Gandjar, 2009: 328)

Nilai Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan

harga-harga standart. Nilai-nilai Rf yang diperoleh hanya berlaku untuk campuran

tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan, meskipun demikian daftar dari

harga-harga untuk berbagai campuran dari pelarut dan penyerap dapat diperoleh

(Sastrohamidjojo, 2005: 24).

Nilai Rf merupakan tetapan fisika untuk setiap senyawa dan

didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh senyawa dari titik awal sampai ke titik

berhenti dibagi dengan jarak yang ditempuh pelarut. Nilai Rf berubah dengan

suhu, arah serat kertas, dan banyaknya senyawa yang ditotolkan. Oleh karena itu,

harga Rf tidak dapat diandalkan untuk identifikasi tanpa pertimbangan (Robinson,

1995: 7).

Identifikasi lanjutan senyawa golongan alkaloid Callyspongia sp.

menggunakan KLT silika gel GFB254B dengan larutan pengembang campuran

methanol-NHB4BOH (200:3) memperlihatkan adanya bercak dengan Rf 0,33, yang

Page 63: Laporan fitokimia

pada pengamatan sinar UV memberikan warna kuning hijau. Bercak ini

memberikan warna jingga dengan pereaksi Dragendorff yang mengidentifikasikan

adanya golongan alkaloid. Pada uji dengan pereaksi DPPH

(Diphenilpikrilhidraksil), bercak ini memberikan aktivitas peredaman radikal

bebas, berarti senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan dalam ekstrak

Callyspongia sp. adalah senyawa golongan alkaloid (Hanani dkk., 2005).

2.8 HTSpektrofotometer Infra Merah Transformasi FourierTH (TFourier

Transform Infra Red (FT-IR))

Pada dasarnya Spektrofotometer FTIR (TFourier Trasform Infra RedT)

adalah sama dengan Spektrofotometer IR dispersi, yang membedakannya adalah

pengembangan pada sistim optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati

contoh (Giwangkara, 2006).

Pada prisipnya spektrum FTIR dihasilkan dengan cara melewatkan

radiasi inframerah yang telah didespersikan oleh interferometer (kisi difraksi)

yang dikontrol secara otomatis dengan komputer menembus sampel kemudian

diterima oleh detektor dan akhirnya dicetak pada rekorder (Hayati, 2007: 39).

Gambar 2.13 Bagan instrumentasi spektrofotometer FTIR

Keterangan :

1. Sumber radiasi

2. Sampel

3. Monokromator

4. Detektor

5. Penguat

6. Rekorder

4 5 2 6 1 3

Page 64: Laporan fitokimia

Pada sistem optik FTIR digunakan radiasi LASER (TLight Amplification by

Stimulated TEmmissionT of RadiationT) yang berfungsi sebagai radiasi yang

diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang

diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik (Giwangkara, 2006).

Secara keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer FTIR

memiliki dua kelebihan utama dibandingkan metoda konvensional lainnya, yaitu

(Giwangkara, 2006):

1. Dapat digunakan pada semua frekuensi dari sumber cahaya IR secara

simultan sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada

menggunakan cara sekuensial atau scanning

2. Sensitifitas dari metode Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara

dispersi, sebab radiasi yang masuk ke sistem detektor lebih banyak karena

tanpa harus melalui celah (TslitlessT).

Bahan alam banyak mengandung molekul organik yang menunjukkan

absorpsi infra merah. Spektrofotometri infra merah sangat sesuai untuk

identifikasi gugus fungsi dalam molekul. Hal pengkonformasian struktur suatu

zat, spektrum infra merah sering digunakan yaitu dengan membersihkan spektrum

zat yang dianalisis dengan spektrum zat pembanding (Harborne, 1985: 24 ).

Spektrum infra merah senyawa tumbuhan dapat diukur dengan

spektrofotometer infra merah yang terekam secara otomatis dalam bentuk larutan,

bentuk gerusan dalam minyak nujol atau dalam bentuk padatan dicampur dengan

Kalium Bromida (Harborne, 1985:25). Banyak gugus fungsi dapat

diidentifikasikan dengan menggunakan FTIR yang mengakibatkan

Page 65: Laporan fitokimia

spektrofotometri infra merah merupakan cara paling sederhana dan diandalkan

untuk menentukan golongan senyawa.

Secara umum untuk mengetahui frekuensi tiap-tiap gugus fungsi lebih

baik menggunakan bagan korelasi (correlation chart) untuk mengidentifikasi

gugus fungsi. Sebagaimana bagan korelasi (correlation chart) IR pada tabel 2.8

berikut:

Page 66: Laporan fitokimia

Tabel 2.8 Bagan Korelasi (correlation chart) Infra Red (IR):

Gugus Fungsi Frekuensi Intensitas Keterangan

cmP

-1P µm

Alkana C=C streching vibration

Isolat C=C 1680-1620 5.95-6.17 w-m Kemungkinan adanya

senyawa simetrik

C=C konjugat

dengan aryl

1640-1610 6.10-6.21 m -

C=C konjugat

dengan C=C

atau C=O

1660-1580 6.02-6.33 s -

Konjugat

CHB2B=CH-

C ≡ C-

1620-1610 6.17-6.12 s-m Konjugat dengan C ≡ C

Golongan vinyl,

-CH=CHB2B

1645-1640 6.08-6.10 w-m Hidrokarbon

Vinyl eter, -O-

CH=CHB2B

1640-1630

1620-1610

6.49-6.54

6.17-6.21

s

s

Biasanya doublet pada

frek. 1640-1610

Vinyl ketone,

-CO-CH=CHB2B

1620-1615 6.17-6.19 s -

Vinyl ester,

CHB2B=CHOCOR

1700-1645 5.85-6.08 S -

Siklopropana ~1655 ~6.04 w-m Senyawa Polyfluorinated

~1945 cmP

-1P

Siklobutana ~1565 ~6.39 w-m Senyawa Polyfluorinated

~1800 cmP

-1P

Siklopentana ~1610 ~6.21 w-m Senyawa Polyfluorinated

~1770 cmP

-1P

Sikloheksana ~1645 ~6.08 w-m Senyawa Polyfluorinated

~1745 cmP

-1P

Alkana C=H vibration

Vinyl 3095-3075 3.23-3.25 m CH str of CHB2B

Senyawa Vinyl

hidrokarbon,

-CH= CHB2B

3030-2995

1985-1970

1850-1800

3.30-3.34

5.04-5.08

5.41-5.56

m

w

w

CH str of CH

Overtone

Overtone

Senyawa vinyl

halogen

945-925

905-865

10.58-10.83

11.05-11.56

m

s

CH out-of-plane def.

(senyawa suibstitusi

nitril, 960cmP

-1P)

Vinyl eter, -O-

CH=CHB2B

965-960

945-940

825-810

10.36-10.42

10.58-10.64

12.12-12.35

s

m

s

CH out-of-plane def.

CH out-of-plane def.

CHB2Bout-of-plane def.

Vinyl keton, -

COCH=CHB2B

995-980

965-955

10.05-10.20

10.36-10.47

s

m

CH out-of-plane def.

CH out-of-plane def.

Sumber: Socrates G., 1994, Infrared Characteristic Group Frequencies, Second Edition, Table and

Charts. Hal: 77.

Page 67: Laporan fitokimia

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun tempat penelitian yang akan dilakukan adalah di Laboratorium

Riset Kimia Analitik dan Laboratorium Kimia Organik Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Nopember 2009-Maret 2010.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, blender, pipet

tetes, pipet ukur, botol kaca gelap, beaker glass, bola hisap, erlenmeyer, corong

glass, corong buchner vacum, pengaduk, shaker, rotary evaporator vacum,

sentrifugasi Heraeus Labofuge 200-Thermo Electron corporation, Inkubator

Heraeus-Thermo Electron Corporation, Shaker BL (Barnstead Lab-Line) Max-Q,

seperangkat alat KLT (chamber, pipet ukur, pipa kapiler), lampu UV (Hand Held

UV Lamp-Compact UV Lamp 254/366 nm), seperangkat alat Spektrofotometer

FTIR-8400S Shimadzhu dan spektrofotometer Varian 50 Cons UV-Visible.

Page 68: Laporan fitokimia

3.2.2 Bahan

Bahan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buah Pepino

(Solanum muricatum Aiton) dari Jl. Veteran No. 02 (Hypermart Malang Town

Square)-Malang.

Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah aquadest, petroleum eter p.a.,

aseton p.a., etanol 70 %, etanol 95 %, n-heksana p.a., kloroform p.a., pellet KBr,

plat silika gel GF254, asam asetat p.a., DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), BHT,

kertas saring, metanol p.a., NH4OH p.a., pereaksi Marquis, amoniak p.a., reagen

Dragendorf, asam asetat 10%, toluena dan pereaksi Ninhidrin.

3.3 Rancangan Penelitian

Pada penelitian yang berjudul "Fraksinasi dan Identifikasi Golongan

Senyawa Pada Daging Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton) yang Berpotensi

Sebagai Antioksidan " ada lima tahapan yaitu:

1) Preparasi sampel

2) Ekstraksi sampel untuk menghasilkan ekstrak kasar

3) Pemisahan senyawa hasil isolasi meliputi ;

a. KLT Analitik untuk menentukan jumlah komponen dalam campuran

dan memperoleh komposisi eluen yang paling baik untuk keperluan

preparatif.

b. KLT Preparatif untuk memisahkan campuran senyawa dari sampel

dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya dan digunakan untuk analisa

berikutnya.

Page 69: Laporan fitokimia

4) Uji aktivitas antioksidan pada fraksi hasil KLTP untuk mengetahui

aktivitas masing-masing isolat.

5) Identifikasi senyawa isolat dari fraksi yang memiliki potensi persen

aktivitas tertinggi dengan FTIR untuk memperkuat asumsi bahwa gugus

fungsi jenis golongan senyawa adalah senyawa tertentu hasil uji.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Preparasi sampel Buah Pepino

500 gram buah pepino (Solanum muricatum Aiton) dibersihkan dengan

air, dikupas kulit buahnya, dibuang isinya dan daging buah dipotong kecil-kecil,

kemudian diblender (tanpa penambahan pelarut) sampai menjadi bubur buah

pepino.

3.4.2 Ekstraksi sampel

Sebanyak 250 gram bubur buah pepino dimaserasi dengan 500 ml etanol

70% menggunakan shaker berkekuatan 120 rpm selama 24 jam pada suhu ruang

(Husnah, 2009). Kemudian disaring dengan corong buchner vacum. Filtrat yang

diperoleh dilakukan pemekatan dengan rotary evaporator vacum sehingga

diperoleh ekstrak kasar. Ekstrak, selanjutnya dipisahkan dengan KLT, di uji

aktivitas antioksidannya dan diidentifikasi dengan FTIR.

Page 70: Laporan fitokimia

3.4.3 Pemisahan Senyawa Hasil Isolasi dengan KLT

3.4.3.1 Pemisahan dengan KLT Analitik

Pemisahan ekstrak menggunakan Plat Silika gel GF254 dengan ketebalan

0,1 mm yang berukuran 2x10 cm. Ekstrak pekat (1 gr ektrak : 3 mL etanol 70%)

ditotolkan pada permukaan plat dengan pipa kapiler sebanyak 1 totolan pada jarak

1 cm ditepi bawah plat KLT. Selanjutnya dielusi dalam bejana pengembang

selama beberapa menit (hingga mencapai ¾ bagian plat) yang eluennya telah

dijenuhkan sebelumnya didalam bejana. Larutan pengembang (eluen) yang

digunakan adalah: metanol: NH4OH pekat, asam asetat:etanol, aseton:air:

amoniak 25%, etanol:asam asetat 10%, petroleum eter: n-heksana: metanol:

kloroform: asam asetat, metanol: aseton:air, toluol: etanol:asam asetat.

Plat hasil elusi dikeringkan, seluruh noda pada masing-masing plat

dilakukan penyemprotan dengan menggunakan reagen: marquis, dragendorf, serta

ninhidrin yang sebelum dan sesudah penyemprotan dideteksi dengan sinar lampu

UV (λmax 254 dan 366 nm). Cara perlakuan identifikasi spot dijelaskan pada

tabel 3.1 berikut:

Page 71: Laporan fitokimia

Tabel 3.1 Daftar eluen dan cara identifikasi spot:

Eluen ( )v

v Visualisasi

(Cara

Identifikasi)

Warna Bercak

Solut

Identifikasi

Golongan

Senyawa

Referensi

Metanol: NH4OH

pekat (10:0,03),

Asam asetat:etanol

(1:3),

Aseton:air:

amoniak 25%

(9:0,7:0,3),

Etanol:asam asetat

10% (9:1),

Petroleum eter: n-

heksana: metanol:

kloroform: asam

asetat (1:1:3:3:2),

Metanol: aseton:air

(2:4:0,3),

Toluol:

etanol:asam asetat

(5:4:1)

Sinar UV

254 nm

Spot berwarna

biru kehitaman

(gelap)

Asam

askorbat

(vitamin C)

Harborne,

1987: 182,

Rohman dan

Gandjar

(2008: 239),

Martelli and

Nano (1967:

22)

Ninhidrin Warna merah

muda menjadi

ungu

Asam

askorbat

(vitamin C)

Auterhooff

and Kovar,

1987: 67

Dragendorf Warna jingga

berlatar kuning

Alkaloid Harborne,

1987: 239

Marquis

Warna kuning

sampai merah

lembayung

Alkaloid

Harborne,

1987: 239

3.4.3.2 Pemisahan dengan KLT Preparatif

Pada KLT Preparatif, disiapkan plat KLT silika gel GF254 dengan ukuran

10x20 cm, ekstrak ditotolkan 1 totolan dengan pipa kapiler secara horizontal

(±195 totol) sehingga menyerupai garis sepanjang plat pada jarak 1 cm dari garis

bawah dan 1 cm dari garis tepi serta dikeringkan diudara selama 5-10 menit

(Stahl, 1985: 11). Setelah kering dielusikan dalam bejana pengelusi dengan eluen

terbaik yang telah didapatkan dari hasil KLT analitik yaitu petroleum eter: n-

heksana: metanol: kloroform: asam asetat (1:1:3:3:2 ( )v

v ). Elusi dihentikan

setelah eluen bergerak dengan jarak 9 cm. Noda dideteksi menggunakan lampu

UV dengan λmax 254 dan 366 nm. Noda dikerok dari plat KLTP dan dilarutkan

Page 72: Laporan fitokimia

dengan 10 ml pelarut etanol 70% dan disentrifugasi dengan kecepatan 1600 rpm

selama 15 menit untuk memisahkan filtrat dengan endapan. Filtrat kemudian siap

digunakan untuk uji aktivitas dan analisa IR. Pemisahan KLTP ini dilakukan

sebanyak satu kali.

3.4.4 Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan

Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH dilakukan setelah uji KLTP

dengan cara:

1) Membuat larutan kontrol DPPH dengan cara: 3 ml larutan DPPH 0,2 mM

dimasukkan tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 30

menit. Kemudian dimasukkan kuvet untuk diukur absorbansinya pada

λmax 517 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Sukamat dan

Ersam, 2006).

2) Membuat larutan isolat A dan Isolat B dengan cara: masing-masing isolat

diambil 2,25 ml filtrat hasil KLTP dengan menambahkan 0,75 ml larutan

DPPH 0,2 mM (Husnah, 2009). Setelah itu diinkubasi pada suhu 37°C

selama 30 menit untuk senyawa yang mengandung antioksidan

menunjukkan perubahan warna ungu menjadi kuning, kemudian

dimasukkan kuvet untuk diukur absorbansinya pada λmax 517 nm

menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

3) Pembanding BHT dengan cara: 2,25 ml larutan BHT 12,23 ppm

menambahkan 0,75 ml larutan 0,2 mM DPPH dalam etanol 95% ( )v

v

Page 73: Laporan fitokimia

(Husnah, 2009) dimasukkan tabung reaksi. Setelah itu diinkubasi pada

suhu 37°C selama 30 menit untuk menunjukkan perubahan warna ungu

menjadi kuning (BHT adalah antioksidan sintetik), kemudian dimasukkan

kuvet untuk diukur absorbansinya pada λmax 517 nm menggunakan

spektrofotometer UV-Vis.

Absorbansi kontrol, isolat A, isolat B dan pembanding BHT dilakukan

pengulangan tiga kali (triplo).

3.4.5 Identifikasi FT-IR Senyawa Isolat B

Larutan isolat B dipipet dan diteteskan 1 tetes pada film tipis diantara dua

lapis NaCl yang transparan kemudian dianalisis spektrum infra merahnya dengan

alat alat Spektrofotometer FTIR-8400S Shimadzhu pada rentang kisaran

gelombang 4000-400 cm-1

, dengan kondisi resolution 4, scan 16, gain 10,

apodiazation Cs.

3.5 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan tahapan:

1) Nilai Persen Rendemen Ekstrak

Data % rendemen ekstrak didapatkan dari hasil perolehan sampel

setelah di rotary evaporator kemudian dapat dihitung nilai %rendemen

ekstrak dengan Rumus 3.1:

Page 74: Laporan fitokimia

% Rendemen Ekstrak = %100pepino)buah (bubur sampelBerat

pekatekstrak Berat × (3.1)

2) Data KLT Anallitik

Data KLT Anallitik didapatkan dari analisis profil pemisahan noda

pada plat dengan mengamati warna dan bentuk masing-masing spot yang

terbentuk pada plat setelah diamati pada lampu UV dan penyemproton.

Kemudian dihitung nilai Rf menggunakan Rumus 3.2.

Perhitungan nilai Rf:

Nilai Rf = gerak) (fasepelarut oleh ditempuh yangJarak

senyawaoleh ditempuh yangJarak (3.2)

Eluen terbaik dari hasil KLT Analitik akan digunakan untuk

pemisahan KLT Preparatif. Eluen terbaik merupakan eluen yang

mendapatkan hasil spot pada plat yang memenuhi kriteria: warna yang

jelas (sesuai Tabel 3.1), jarak yang teratur (tidak overleap/ tumpang

tindih), dan nilai Rf pada spot berada diantara 0,2-0,8 untuk

memaksimalkan pemisahan (Rohman dan Gandjar, 2008: 359).

3) Data KLT Preparatif

Data KLT Preparatif dianalisis dengan cara mengamati

noda/fraksi-fraksi pada sepanjang plat secara horisontal dengan dideteksi

Page 75: Laporan fitokimia

pada sinar lampu UV λmax 254 dan 366 nm. Kemudian noda dikerok

untuk dilarutkan dalam etanol 70% dengan menghasilkan filtrat

(supernatan) yang disebut isolat.

4) Data Uji Aktivitas Antioksidan

Data uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan melihat data

absorbansi yang diperoleh untuk mengetahui potensi senyawa tersebut

sebagai antioksidan tertinggi berdasarkan nilai % aktivitas antioksidan.

Untuk menentukan % Aktivitas antioksidan dengan rumus (Molyneux,

2003):

%Aktivitas antioksidan = kontrol Absorbansi

100% sampel) Absorbansi-kontrol i(Absorbans × (3.3)

5) Data Identifikasi FT-IR

Data identifikasi FT-IR senyawa Isolat dari spektra IR dilakukan

dengan memperhatikan pola dan puncak serapan spektrum Isolat B yang

memberikan informasi tentang karakteristik gugus fungsi dalam Isolat B

dan menggunakan standart spektra IR senyawa vitamin C berdasarkan

hasil KLT Preparatif dan uji aktivitas antioksidan tertinggi.

Page 76: Laporan fitokimia

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Al Qur’an merupakan petunjuk yang lengkap dan sempurna bagi manusia

untuk pedoman kehidupan secara baik dan benar. Al Qur’an berbicara tentang

Tuhan, manusia, alam dan berbagai aspek kehidupan yang menjadi obyek ilmu

pengetahuan. Mempelajari segala ilmu merupakan ayat Al Qur’an pertama kali

yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara malaikat Jibril kepada Nabi

Muhammad SAW untuk diperintahkan membaca, sebagaimana firmanNya dalam

Q.S. Al ’Alaq 1-5:

ù&t� ø% $# ÉΟ ó™$$Î/ y7 În/ u‘ “Ï% ©!$# t,n= y{ ∩⊇∪ t,n= y{ z≈ |¡Σ M}$# ôÏΒ @,n= tã ∩⊄∪ ù&t� ø% $# y7 š/ u‘ uρ ãΠt� ø. F{$# ∩⊂∪ “Ï% ©!$#

zΟ ¯= tæ ÉΟ n= s)ø9 $$Î/ ∩⊆∪ zΟ̄= tæ z≈ |¡Σ M} $# $tΒ óΟs9 ÷Λ s>÷ètƒ ∩∈∪

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang

Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”(QS. Al ‘Alaq: 1-5).

Iqra’ berasal dari kata qara’a yang berarti ”membaca” kemudian menjadi

kata perintah iqra’ yang berarti ”bacalah, amatilah, fahamilah, telitilah”. Allah

SWT mengajar manusia dengan ”pena” (tulisan) yang berarti suatu proses

pencapaian ilmu pengetahuan dengan ”membaca dan menulis”. Objek yang harus

dibaca adalah semua yang belum diketahui oleh manusia secara tertulis maupun

tidak tertulis.

Page 77: Laporan fitokimia

Proses penelitian adalah salah satu contoh proses dari membaca dan

memahami sesuatu (objek) yang belum diketahui. Seperti halnya penelitian ini

yang berjudul ”Fraksinasi dan Identifikasi Golongan Senyawa pada Daging Buah

Pepino (solanum muricatum aiton) yang Berpotensi sebagai Antioksidan”.

Mempelajari dan melakukan penelitian tentang objek yang belum tertulis menjadi

objek tertulis selanjutnya dapat dipelajari berupa memberikan rezeki akan manfaat

bagi manusia karena senyawa yang terkandung pada buah pepino mempunyai

manfaat sebagai antioksidan.

4.1 Preparasi Sampel Daging Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton)

Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton) yang digunakan adalah buah

pepino ungu. Sampel yang digunakan adalah daging buah pepino yang masak

dalam keadaan basah (buah dalam keadaan segar tanpa proses pengeringan)

karena pada buah pepino terdapat beberapa kandungan gizi yang cukup, dengan

kadar air yang paling tinggi yaitu: 95%.

Bagian daging dipotong kecil-kecil untuk mempercepat proses

penghalusan dan mempermudah penggilingan. Ukuran bahan terlalu besar

mengakibatkan kontak antara komponen yang akan dipisahkan dengan pelarut

menjadi kecil. Jika ukuran bahan lebih kecil, maka pelarut lebih mudah

berinteraksi dengan komponen yang akan dipisahkan.

Kadar air yang tinggi dari buah pepino memungkinkan senyawa-senyawa

aktif yang tidak tahan terhadap pengeringan akan dapat terlindungi dari

kerusakan, sehingga sampel daging buah pepino yang sudah masak berwarna

Page 78: Laporan fitokimia

kuning kehijauan dapat dihaluskan dengan blender tanpa penambahan pelarut.

Proses penghalusan bertujuan untuk mengoptimalkan jalannya proses maserasi

dengan cara memperluas permukaan sel-sel sampel yang akan mempercepat

kontak reaksi katalitik antara pelarut dan sampel. Sampel pada proses

penghalusan menghasilkan bubur buah pepino yang berwarna kuning kecoklatan

dengan tekstur yang kental (seperti juice).

4.2 Ekstraksi Sampel

Ekstraksi sampel menggunakan pelarut etanol 70%, dengan alasan

pemakaian pelarut etanol 70% adalah mengacu pada penelitian Husnah (2009: 64)

bahwa ketika ekstraksi sampel buah pepino menggunakan metode maserasi

dengan variasi pelarut: etanol 70%, etil asetat p.a, aquadest, kloroform p.a,

petroleum eter p.a dan n-heksana p.a. Dihasilkan pelarut etanol 70% (pelarut

terbaik) yang dapat mengekstrak sampel dalam jumlah besar dan dapat

mengekstrak golongan senyawa antioksidan yang mempunyai aktivitas tertinggi

terhadap antiradikal DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Demikian pula yang

dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode ekstraksi maserasi

dengan pelarut etanol 70%.

Etanol 70% merupakan pelarut yang tergolong polar, ketika proses

maserasi tidak menunjukkan adanya pemisahan lapisan. Hal ini disebabkan bahwa

senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar masih tertinggal dalam sel, karena

pelarut hanya dapat melarutkan senyawa yang mempunyai kepolaran sama (like

dissolveses like). Umumnya cairan yang digunakan sebagai pengekstraksi adalah

Page 79: Laporan fitokimia

campuran pelarut, seperti: etanol-air karena etanol 70% merupakan pelarut yang

sangat efektif untuk mengekstraksi jumlah bahan aktif yang optimal dan penyebab

pembengkakan membran sel serta memperbaiki stabilitas bahan terlarut (sampel).

Proses maserasi (macerare= mengairi, melunakkan) merupakan metode

ekstraksi yang paling sederhana dan mudah dilakukan serta baik untuk isolasi

senyawa bahan alam buah pepino yang mengandung senyawa tidak tahan

terhadap panas. Pada proses perendaman (pelunakan sampel) pelarut etanol 70%

melarutkan komponen dalam sel ekstrak daging buah pepino dengan cara

pemecahan dinding sel dan membran sel. Akibat perbedaan tekanan antara di

dalam dan di luar sel ekstrak maka metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma

akan terlarut dalam pelarut etanol 70%. Proses mengalirnya bahan pelarut etanol

70% ke dalam sel ektrak daging buah pepino dapat menyebabkan protoplasma

membengkak dan bahan kandungan (komponen senyawa) sel akan terlarut sesuai

dengan kelarutannya.

Komponen senyawa dalam sel ekstrak daging buah pepino berpindah

dengan cara terlarut dalam molekuler pelarut etanol 70% yang berdifusi melalui

rongga antar sel. Gaya yang bekerja adalah perbedaan konsentrasi antara larutan

di dalam sel ekstrak daging buah pepino dengan pelarut etanol 70%. Komponen

senyawa sel ekstrak mencapai ke dalam cairan di sebelah luar sel. Hal ini

berlangsung selama proses difusi melintasi membran sampai terbentuknya suatu

keseimbangan konsentrasi antara larutan (pelarut etanol dan bahan terlarut yaitu

komponen senyawa dala ekstrak) disebelah dalam dan disebelah luar sel.

Page 80: Laporan fitokimia

Proses maserasi dilakukan dengan perendaman dan pengadukan.

Perendaman sampel disimpan dalam wadah yang tertutup dan terlindungi dari

cahaya langsung untuk mencegah reaksi katalisis cahaya ataupun perubahan

warna. Pengadukan dilakukan dengana cara dishaker (dengan alat pengocokan

“Shaker Incubator”) dengan kecepatan 120 rpm selama 7 jam dengan

penyimpanan selama 24 jam yang bertujuan untuk mempercepat kontak kelarutan

antara sampel ekstrak daging buah pepino dengan pelarut etanol 70%.

Hasil maserasi (maserat daging buah pepino) dilakukan penyaringan

(filtrasi) yaitu pemisahan bahan secara mekanis berdasarkan ukuran partikel yang

berbeda dengan media bantuan filter sehingga partikel padat yang kasar akan

tertahan oleh media filter. Penyaringan maserat dilakukan dengan teknik

penghisapan menggunakan corong buchner (buchner vacuum filtrate) yang

bertujuan untuk mempercepat penyaringan akibat perbedaan tekanan di dalam dan

di luar penyaring dengan memperbesar tekanan di dalam penyaring dengan

memberikan tekanan dari pompa vacuum sehingga filtrat dari maserat

tertarik/tersaring lebih cepat dan residu tertahan di atas kertas saring pada corong

buchner. Filtrat dihasilkan dengan volume 350 ml atau 320,6 g yang berwarna

kuning kecoklatan (agak bening) tanpa menunjukkan adanya pemisahan lapisan

karena kepolaran pelarut etanol 70% untuk maserasi sama dengan kadar air yang

terkandung pada buah pepino 95% pada penelitian Sarno dan Purnama (1995: 23).

Filtrat yang dihasilkan dari penyaringan dipekatkan dengan rotary

evaporator vacuum dengan cara menguapkan pelarut pada tekanan rendah (Etanol

= 60 °C) akan teruapkan melalui pemutaran labu ekstrak dalam penangas. Melalui

Page 81: Laporan fitokimia

pembesaran permukaan penguapan, penguapan berlangsung dengan membentuk

uap etanol, pelarut etanol akan tertampung pada labu pelarut serta ekstrak pekat

tertampung dilabu alas bulat. Pemekatan dihentikan ketika tidak ada penetesan

pelarut pada labu pelarut. Ekstrak kasar yang dihasilkan berwarna coklat tua

dengan cairan pekat yang memiliki nilai rendemen 10,6% sedangkan nilai

rendemen ekstrak etanol 70% pada penelitian Husnah (2009: 66) adalah 11,2%.

Selisih nilai rendemen ini dimungkinkan karena buah pepino memiliki nilai kadar

rendemen yang berbeda-beda pada tiap-tiap buah pepino.

Ekstrak kasar yang diperoleh tenyata belum benar-benar pekat,

dimungkinkan karena ekstrak masih terdapat pelarut air dalam etanol 70 %

sehingga perlu dilakukan pemekatan lagi untuk menghilangkan air (kelembaban)

yaitu dengan cara sampel dimasukkan dalam desikator vakum yang mampu

mengeringkan lebih cepat pada sampel yang dianalisis. Pemekatan ini juga

berguna untuk mencegah pertumbuhan jamur akibat kelembaban yang

menyebabkan terjadinya reaski hidrolisis, setelah itu dilakukan penimbangan

untuk mengetahui hasil akhir rendemen ekstrak yang telah dipekatkan dan

didapatkan persen (%) rendemen ekstrak adalah 3,528%. Cara pencegahan

kehilangan suatu senyawa maka sampel (ekstrak pekat daging buah pepino) perlu

dilakukan penyimpanan yang aman dalam wadah gelas dilemari es. Ektrak pekat

kemudian dipisahkan dengan Kromatografi Lapis Tipis.

Page 82: Laporan fitokimia

4.3 Fraksinasi Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Isolasi senyawa pada sampel daging buah pepino dilakukan dengan cara

fraksinasi yaitu pemisahan suatu campuran menjadi beberapa golongan senyawa.

Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode kromatografi cair

yang paling sederhana yang berdasarkan proses adsorbsi yang melibatkan dua

sifat fase yaitu: sifat fase diam (sifat lapisan/fase penyerap) silika gel GF254 dan

sifat fase gerak (pelarut pengembang) dengan komposisi berbagai pelarut.

Kromatografi Lapis Tipis adalah metode yang sesuai untuk analisis dalam

penelitian ini karena memerlukan peralatan sedikit, waktu yang efisien untuk

analisis dan memerlukan jumlah cuplikan ektrak pekat daging buah pepino yang

sedikit (1 gram).

4.3.1 Pemisahan dengan KLT Analitik

Pemisahan KLT dari penelitian ini menggunakan mekanisme proses sorbsi

adsorbsi yaitu penyerapan solut ekstrak daging buah pepino pada permukaan plat

sebagi fase diam dengan melibatkan gaya antarmolekuler seperti ikatan hidrogen,

penarikan dipol-dipol, dan penarikan yang diinduksi oleh dipol. Adsorben KLT

pada penelitian ini merupakan fase diam silika gel GF 254. Silika gel merupakan

jenis adsorben yang umum digunakan. Permukaan silika gel terdiri atas gugus Si-

O-Si dan gugus silanol (Si-OH). Gugus silanol bersifat sedikit asam dan polar

sehingga gugus ini mampu membentuk ikatan hidrogen dengan solut-solut yang

sedikit polar sampai polar.

Page 83: Laporan fitokimia

Gambar 4.1 Interaksi analit dengan silika gel (Rohman dan Gandjar, 2008: 329)

Sebelum dilakukan pengembangan, pemisahan KLTA dilakukan

penotolan ekstrak. Ekstrak daging buah pepino dilarutkan sebesar 1 gram dalam 3

ml etanol 70%, kemudian dilakukan penotolan sebanyak 1 tetes dengan

menggunakan pipa kapiler yang telah diruncingkan guna menghasilkan bercak

sekecil mungkin, sehingga mencegah pelebaran dan penggabungan spot yang

terbentuk pada plat setelah dilakukan pengembangan.

Eluen (komposisi pelarut) untuk proses pengembangan sebelumnya

dilakukan penjenuhan terlebih dahulu dalam suatu wadah/bejana tertutup

(chamber) agar menyimpan uap larutan pengembang/eluen sehingga akan terjadi

keseimbangan antara larutan dengan uap yang dinamakan proses penjenuhan

eluen. Mengetahui kejenuhan suatu eluen maka dimasukkan kertas saring halus

dengan ukuran 2x10 cm ke dalam chamber. Ketika eluen bergerak melalui lapisan

kertas saring dengan pengembangan menaik (ascending) akibat gaya kapilaritas

(gaya yang disebabkan oleh resapan melalui pori-pori lapisan) yang bergerak

Page 84: Laporan fitokimia

berupa garis lurus vertikal sepanjang lapisan maka proses pengembangan

dihentikan dan dapat digunakan untuk proses pengembangan sampel.

Fase Gerak pada KLTA dilakukan untuk mencari eluen terbaik dari

berbagai eluen dengan perbandingan komposisi pelarut {tujuh macam eluen yang

terdiri: E1=metanol: NH4OH pekat (10:0,03), E2=asam asetat:etanol (1:3),

E3=aseton:air: amoniak 25% (9:0,7:0,3), E4=etanol:asam asetat 10% (9:1),

E5=petroleum eter: n-heksana: metanol: kloroform: asam asetat (1:1:3:3:2),

E6=metanol: aseton:air (2:4:0,3), E7=toluol: etanol:asam asetat (5:4:1) ( )v

v }.

Setelah dilakukan pengembangan, maka lapisan/plat KLT harus dalam keadaan

kering dengan membiarkan plat di udara selama 10 menit.

Hasil fraksinasi sampel daging buah pepino menggunakan plat silika gel

dengan berbagai macam eluen (E1-E2-E3-E4-E5-E6-E7) menunjukkan bahwa

plat silika gel dengan eluen E1 s/d E7 tidak menunjukkan adanya noda setelah di

elusi, sehingga dilakukan visualisasi noda dengan sinar lampu UV λmax 254 nm

dan 366 nm untuk memperjelas noda yang tidak dapat terlihat.

Hasil identifikasi noda pada plat dengan UV λmax 254 nm dapat

ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.1:

Page 85: Laporan fitokimia

E1-E2-E3-E4 E5-E6-E7

Gambar 4.2 Dokumentasi dan ilustrasi noda KLTA sesudah diUV λmax 254 nm

Tabel 4.1 Nilai Rf dan warna noda pada KLTA setelah di UV λmax 254 nm.

Eluen (E) Jumlah Spot Nilai Rf Warna Noda

E1 1 0,25 Biru kehitaman

E2 1 0,50 Biru kehitaman

E3 1 0 Biru kehitaman

E4 1 0,30 Biru kehitaman

E5 1

2

0,75

0,31

Biru kehitaman

Biru kehitaman

E6 1 0,60 Biru kehitaman

E7 1 0 Biru kehitaman Sumber: Hasil penelitian (2010).

Gambar 4.2 dan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa eluen yang dapat

memisahkan ekstrak pekat daging buah pepino dengan baik adalah E5 {petroleum

eter: n-heksana: metanol: kloroform: asam asetat (1:1:3:3:2)} karena

menghasilkan noda yang paling banyak (2 spot) dari pada noda pada eluen yang

lain (1 spot) dengan pemisahan yang jelas dan spot yang terbentuk tidak terjadi

tumpang tindih dengan menghasilkan dua (2) spot yang kedua-duanya berwarna

biru kehitaman dengan Rf1= 0,31 dan Rf2=0,75 serta nilai Rf pada spot berada

diantara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan (Rohman dan Gandjar, 2008:

359).

Page 86: Laporan fitokimia

Eluen E1=metanol: NH4OH pekat (10:0,03), E2=asam asetat:etanol (1:3),

E4=etanol:asam asetat 10% (9:1), E6=metanol: aseton:air (2:4:0,3) menghasilkan

noda pada plat dengan satu (1) spot yang masing-masing Rf-nya adalah RfE1 =

0,25, RfE2 = 0,50 , RfE4 = 0,30 , RfE6 = 0,60 yang masing-masing spot berwarna

biru kehitaman. Ekstrak daging buah pepino yang telah dielusi dengan eluen ke-3

{E3=aseton:air: amoniak 25% (9:0,7:0,3)} tidak menghasilkan noda. Ekstrak pada

eluen ke-7 {E7= toluol: etanol:asam asetat (5:4:1)} tidak dapat terelusi dengan

baik yang ditunjukkan dengan terbentuknya spot berekor yang berada pada titik

awal penotolan.

Golongan senyawa yang diduga untuk spot pertama pada Rf1= 0,31

dengan warna biru kehitaman pada E5 adalah senyawa-senyawa asam organik.

Sedangkan spot kedua pada Rf2=0,75 dengan warna biru kehitaman pada E5

merupakan ciri-ciri adanya senyawa L-asam askorbat (vitamin C). Hal ini sesuai

dengan referensi Martelli and Nano (1967: 22) bahwa asam askorbat dapat

dipisahkan dengan fase gerak campuran pelarut petroleum eter: n-heksana:

metanol: kloroform: asam asetat (1:1:3:3:2) pada fase diam silika gel GF 254

dengan diketahui spot yang berwarna biru kehitaman (biru gelap) dan nilai Rf=

0,71 melalui visualisasi sinar lampu UV λmax 254 nm.

Pelarut n-heksana dan petroleum eter bersifat nonpolar yang mempunyai

efek elusi lemah terhadap fase diam silika gel yang bersifat polar, kloroform yang

bersifat semi polar cukup kuat daya elusinya terhadap fase diam. Asam asetat

yang bersifat semi polar dan metanol yang bersifat polar efek elusinya kuat

terhadap fase diam. Campuran pelarut dengan kepolaran dan viskositas pelarut

Page 87: Laporan fitokimia

yang berbeda serta struktur lapisan dari silika gel mampu mempengaruhi laju

rambat analit.

Pemisahan yang menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas

fase gerak akan menentukan kecepatan/ laju rambat/ migrasi solut (analit) pada

ekstrak daging buah pepino yang berarti akan menentukan nilai Rf. Semakin kuat

gaya antarmolekuler analit ekstrak daging buah pepino dalam eluan E5 dengan

fase diam silika gel GF254 maka eluen akan sulit membawa analit mengalir akibat

viskositas tinggi yang ditunjukkan dengan waktu laju rambat eluen selama 35

menit. Karena dengan penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar ke dalam

pelarut non polar akan meningkatkan harga Rf seperti pada nilai Rf= 0,75 pada

eluen E5.

Pemisahan analit pada fase diam berpindah bersama pelarut, jika molekul

analit tidak berikatan dengan permukaan silika gel. Golongan pelarut polar pada

etanol dapat bersaing dengan analit ekstrak daging buah pepino untuk membentuk

ikatan hidrogen dari gaya antarmolekuler pada permukaan silika gel. Oleh karena

itu, jika pelarut yang digunakan terlalu polar akan berinteraksi kuat dengan

permukaan silika gel dan akan meninggalkan tempat fase diam dengan

membebaskan ikatan hidrogen dengan analit tersebut. Analit akan bersaing

dengan fase gerak untuk saling berikatan akibat gaya antarmolekuler keduaya

dengan sisi-sisi polar pada permukaan adsorben (gugus –OH). Dengan cara yang

sama, kelompok polar pelarut etanol dapat mengikat kuat dengan fungsional polar

pada analit dan menghalangi interaksi analit dengan permukaan silika gel.

Page 88: Laporan fitokimia

Penampakan noda yang berwarna biru gelap pada E5 yang terdapat pada

plat ketika di sinari lampu UV λmax 254 nm disebabkan karena adanya daya

interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada plat

silika gel GF (Gypsum Fluoresensi). Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan

emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen pada plat yang mengandung

fuoresensi ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat

energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula dengan

melepaskan energi sehingga spot tampak berwarna gelap.

Ketika divisualisasi dengan sinar lampu λmax 366 nm, ekstrak pada plat

KLTA tidak menunjukkan adanya noda sama sekali pada eluen ke-1 sampai eluen

ke-7 (E1 s/d E7), sehingga perlu dilakukan visualisasi dengan reagen (pereaksi)

semprot untuk penampak noda seperti Marquis, Dragendorf dan Ninhidrin untuk

mengetahui adanya senyawa-senyawa alkaloid maupun senyawa-senyawa organik

seperti vitamin C. Pemilihan pereaksi ini didasarkan karena pada ekstrak kasar

pepino dengan pelarut etanol 70% dimungkinkan adanya senyawa alkaloid dan

vitamin C pada uji fitokimia (Husnah, 2009).

Hasil identifikasi noda dengan pereaksi Marquis dari ekstrak daging buah

pepino dengan variasi eluen dapat ditunjukkan pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.2:

Page 89: Laporan fitokimia

E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7

Gambar 4.3 Dokumentasi dan ilustrasi noda pada plat setelah disemprot dengan

pereaksi Marquis

Tabel 4.2 Nilai Rf dan warna noda pada KLTA setelah disemprot dengan Marquis.

Eluen (E) Jumlah Spot Nilai Rf Warna Noda Keterangan

E1 1 0,25 Coklat muda -

E2 1 0,50 Coklat muda -

E3 1 0 Coklat muda Akhir elusi

nampak bercak

merah

lembayung

E4 1 0,30 Coklat muda -

E5 1

2

0,31

0,75

Coklat muda

Coklat tua

kemerahan

-

E6 1 0,60 Coklat muda Akhir elusi

nampak bercak

merah

lembayung

E7 1 0 Coklat muda Akhir elusi

nampak bercak

coklat tua Sumber: Hasil penelitian (2010).

Gambar 4.3 dan Tabel 4.2 menunjukkan adanya bercak berwarna merah

lembayung pada E3-E6-E7 yang diduga adanya golongan senyawa alkaloid,

namun pemisahannya tidak berlangsung dengan baik dan maksimal karena

kenampakan warna bercak noda terlihat pada akhir elusi. Spot yang berwarna

Page 90: Laporan fitokimia

coklat pada plat KLTA disebabkan karena adanya senyawa-senyawa organik

seperti vitamin C (L-asam askorbat) pada ekstrak bereaksi dengan asam pekat

yang terdapat pada pereaksi Marquis (1 mL formaldehida dalam 10 mL H2SO4

pekat) yang menghasilkan spot warna coklat.

Gambar 4.4 Reaksi pencoklatan vitamin C (L-asam askorbat) (Winarno, 2002: 43).

Gambar 4.4 merupakan reaksi pencoklatan yang dialami vitamin C (L-

asam askorbat) ketika dalam suasana asam. L-asam askorbat ketika disemprot

dengan asam pada pereaski Marquis membentuk asam L-Dehidroaskorbat,

kemudian cincin lakton asam L-Dehidroaskorbat terurai dengan membentuk suatu

senyawa asam L-diketoglutonat yang menghasilkan warna coklat pada ekstrak

yang terdapat di plat. Sehingga dapat dipastikan senyawa yang terdapat pada

ekstrak daging buah pepino mengandung senyawa vitamin C (L-Asam askorbat).

Page 91: Laporan fitokimia

Berdasarkan hasil KLTA maka didapatkan eluen terbaik yang dapat

memisahkan komponen senyawa dengan menggunakan komposisi pelarut yaitu:

petroleum eter: n-heksana: metanol: kloroform: asam asetat (1:1:3:3:2) dengan

menghasilkan noda sebanyak 2 spot dengan nilai Rf1= 0,31 dan Rf2=0,75. Cara

mengetahui untuk memperkuat dugaan senyawa yang berpotensi sebagai

antioksidan maka dilakukan pemisahan lebih lanjut dengan menggunakan

pemisahan KLT Preparatif.

4.3.2 Pemisahan dengan KLT Preparatif

KLTP dilakukan untuk memisahkan campuran senyawa dari sampel dalam

jumlah besar berdasarkan fraksinya yang selanjutnya fraksi-fraksi tersebut

dikumpulkan dan digunakan untuk analisa berikutnya. KLTP dilakukan dengan

cara 1 tetes ekstrak ditotolkan pada plat silika gel GF254 dengan ukuran 10x20 cm

secara horizontal (±195 totol), sehingga menyerupai garis sepanjang plat pada

jarak 1 cm dari garis bawah dan 1 cm dari garis tepi setelah itu dikeringkan di

udara selama 10 menit. Ekstrak (195 tetes pipa kapiler) yang telah ditotolkan pada

plat dielusi dengan eluen terbaik dari hasil KLTA yaitu petroleum eter: n-heksana:

metanol: kloroform: asam asetat (1:1:3:3:2) yang selanjutnya divisualisasi dengan

lampu UV λmax 254 nm dan didapatkan 2 fraksi (fraksi A dan fraksi B).

Berikut adalah gambar dari KLTP ketika dilkakukan penotolan ekstrak

hingga didapatkan fraksi yang selanjutnya dikerok untuk dijadikan isolat pada

analisa berikutnya:

Page 92: Laporan fitokimia

(a)

(b)

Fraksi B

Fraksi A

(c)

(d)

Gambar 4.5 (a) Ilustrasi penotolonan isolat pada plat KLTP, (b) Ilustrasi isolat

yang akan dikerok setelah di elusi dan di sinari lampu UV λmax 254

nm, (c) KLTP isolat ketika di UV λmax 254 nm dan (d) Noda pada

KLTP setelah dikerok.

Noda dikerok dari plat KLTP dan dilarutkan dengan 10 ml pelarut etanol

70% untuk melarutkan isolat dan disentrifugasi dengan kecepatan 1600 rpm

selama 15 menit untuk memisahkan filtrat dengan endapan. Filtrat isolat A dan

Filtrat isolat B kemudian di lakukan penimbangan untuk mengetahui berat

masing-masing isolat yang didapatkan dari plat KLTP. Berat isolat A adalah

0,0209 gram atau 20,9 mg dan berat isolat B adalah 0,0576 gram atau 57,6 mg.

Kemudian filtrat isolat daging buah pepino dilakukan uji aktivitas antioksidan

senyawa dan identifikasi FT-IR senyawa.

Page 93: Laporan fitokimia

4.4 Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dengan Metode DPPH

Antioksidan (antiradikal bebas) adalah bahan yang dalam kadar rendah

dapat mencegah terjadinya oksidasi dari substrat yang mudah teroksidasi (Ersam,

2006). Metode uji antioksidan dengan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil) dipilih

karena metode ini adalah metode sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya

memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi aktivitas antioksidan dari senyawa

bahan alam sehingga digunakan secara luas untuk menguji kemampuan senyawa

yang berperan sebagai pendonor elektron atau hidrogen.

Pengukuran absorbansi kontrol yang digunakan pada penelitian ini adalah

larutan DPPH 0,2 mM tanpa penambahan sampel dan dilakukan pengukurannya

setiap akan melakukan pengukuran absorbansi sampel agar dapat memberikan

kestabilan sistem pengukuran pada saat pengukuran.

Perubahan warna yang dihasilkan dari kontrol DPPH, isolat A, isolat B

dan pembanding BHT dapat dilihat pata Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.2 Data pengamatan uji aktivitas senyawa antioksidan

No.

Sampel

Perubahan Warna

Sebelum

diinkubasi

Setelah

diinkubasi

Setelah

pengukuran

absorbansi

1. Kontrol DPPH 0,2 mM Ungu Ungu

kemerahan

Ungu pekat

2. Isolat A Ungu Sedikit

kekuningan

Kuning

3. Isolat B Ungu Sedikit

kekuningan

Sedikit

kekuningan

4. Pembanding BHT 12,23 ppm Sedikit

kekuningan

Kuning Kuning

Sumber: Hasil penelitian (2010).

Page 94: Laporan fitokimia

Kontrol DPPH 0,2 mM pada uji aktivitas antioksidan sebelum diinkubasi

berwarna ungu, perubahan terjadi setelah diinkubasi menjadi ungu kemerahan dan

setelah pengukuran absorbansi warna kontrol DPPH semakin ungu pekat. Hal ini

disebabkan karena elektron yang tidak berpasangan pada DPPH memiliki

kemampuan penyerapan yang kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan

warna ungu.

Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dari filtrat isolat A, isolat

B dan pembanding BHT mengalami penurunan warna dari warna ungu menjadi

kuning. Perubahan warna terjadi pada isolat A dan isolat B sebelum diinkubasi

dengan warna ungu, namun setelah di inkubasi berwarna ungu kekuningan

(sedikit keunguan) dan setelah dilakukan pengukuran absorbansi isolat A

berwarna kuning sedangkan isolat B berwarna ungu kekuningan sama ketika

sesudah diinkubasi. Pembanding BHT berwarna ungu kekuningan sebelum

diinkubasi, kemudian berubah warna menjadi kuning setelah diinkubasi dan

setelah pengukuran absorbansi. Perubahan warna ungu menjadi kuning seiring

dengan menurunnya absorptivitas molar dari molekul DPPH karena elektron yang

tidak berpasangan dengan adanya pemberian atom hidrogen dari antioksidan

membentuk DPPH-H tereduksi. Aktivitas penangkapan radikal bebas/antiradikal

ditunjukkan dengan presentase berkurangnya warna ungu dari DPPH.

Pengukuran absorbansi persen (%) aktivitas senyawa antioksidan yang

dihasilkan dari masing-masing sampel sesuai pada Tabel 4.3 :

Page 95: Laporan fitokimia

Tabel 4.3 Persen aktivitas senyawa antioksidan

No. Sampel Ulangan nilai absorbansi

Total Rerata % Akttivitas

Antioksidan Ke-1 Ke-2 Ke-3

1. KontrolA 0,2758 0,2752 0,2756 0,8266 0,2756

76,56 Isolat A 0,0646 0,0647 0,0646 0,1939 0,0646

2. Kontrol B 0,2761 0,2766 0,2784 0,8311 0,2770

77,73 Isolat B 0,0619 0,0618 0,0612 0,1849 0,0617

3. Kontrol C 0,2724 0,2709 0,2712 0,8145 0,2715

97,16 BHT 12,23 ppm 0,0078 0,0078 0,0073 0,0229 0,0077

Sumber: Hasil penelitian (2010).

Nilai persen (%) aktivitas antioksidan penangkap radikal DPPH masing-

masing isolat menunjukkan bahwa isolat B mempunyai aktivitas antioksidan

penangkap radikal yang relatif lebih tinggi dibandingkan isolat A dengan nilai %

akttivitas antioksidan isolat A sebesar 76,56 % dan isolat B 77,73 %. Dari %

aktivitas antioksidan tiap-tiap isolat, isolat B merupakan isolat yang mempunyai

potensi % aktivitas antioksidan teringgi dari pada isolat A. Senyawa yang

dimungkinkan terdapat pada isolat B adalah vitamin C, sesuai hasil data KLTA

adalah termasuk senyawa antioksidan dengan menyumbangkan atom hidrogennya

pada radikal DPPH sehingga radikal DPPH menjadi DPPH-H diamagnetik, karena

adanya elektron yang berpasangan maka DPPH-H tidak bersifat radikal bebas.

Mekanisme reaksi vitamin C ketika bereaksi dengan molekul DPPH adalah

sebagai berikut:

Page 96: Laporan fitokimia

+

CH3

C(CH3)3(H3C)3C

OH

BHTDPPH

N N

O2N

O2N

NO2N

HN

O2N

O2N

NO2

DPPH-H

CH3

C(CH3)3(H3C)3C

O

+

RadikalPhenoxy

N N

O2N

O2N

NO2 +N

HN

O2N

O2N

NO2+

N N

O2N

O2N

NO2 +N

HN

O2N

O2N

NO2+

N N

O2N

O2N

NO2 +N

HN

O2N

O2N

NO2+

L-AsamAskorbat

Radikal L-Askorbil

Dehidro-L-AsamAskorbat

Radikal L-Asam AskorbatDPPH-H

DPPH-H

DPPH-H

O O

HO

HO

HO OH

O O

HO

HO

HO O

O O

HO

HO

HO O

O O

HO

HO

O O

O O

HO

HO

O O

O O

HO

HO

O O

DPPH

DPPH

DPPH

Radikal L-AsamAskorbat

Radikal L-Askorbil

Gambar 4.6 Reaksi DPPH dengan vitamin C (L-Asam Askorbat) (Nishizawa, 2005)

Pembanding BHT (antioksidan sintesis) mempunyai nilai % aktivitas

antioksidan tertinggi dibandingkan dengan isolat (antioksidan alami) yaitu sebesar

97,16 %. Mekanisme aktivitas antioksidan BHT yang bereaksi dengan DPPH

sebagai berikut:

Gambar 4.7 Reaksi DPPH dengan BHT (Brand-Williams, 1995)

Page 97: Laporan fitokimia

Berdasarkan mekanisme reaksi yang terjadi pada senyawa antioksidan

vitamin C dan BHT, maka dapat dikatakan bahwa senyawa antioksidan

mempunyai sifat yang relatif stabil dalam bentuk radikalnya pada senyawa-

senyawa polar.

4.5 Identifikasi FT-IR Senyawa pada Isolat B

Isolat yang terbaik dari ekstrak daging buah pepino adalah isolat B yang

mempunyai nilai persen aktivitas tertinggi terhadap radikal DPPH yang di

dalamnya terkandung senyawa vitamin C. Vitamin C pada ekstrak adalah suatu

senyawa yang diduga dari hasil KLTA yang dan diuji aktivitas antioksidannya

kemudian untuk memperkuat asumsi bahwa ektrak pada daging buah pepino

terdapat senyawa vitamin C (L-asam askorbat) maka dilakukan uji identifikasi

FT-IR.

Identifikasi FT-IR senyawa isolat B dari spektra IR dilakukan dengan

memperhatikan pola dan puncak serapan spektrum isolat yang memberikan

informasi tentang karakteristik gugus fungsi dalam isolat B dengan menggunakan

standart spektra IR 5 % vitamin C dalam larutan triglisin sulfat [(NH2CH2-

COOH)3.H2SO4]. Berikut spektra yang dihasilkan dari standart vitamin C dan

isolat B:

Page 98: Laporan fitokimia

5007501000125015001750200025003000350040001/cm

-20

0

20

40

60

80

100

120

%T

3382.91

2975.96

2897.85

1645.17

1451.33

1422.40

1382.87 1327.90

1273.90

1087.78

1047.27

879.48

649.00

ISOLAT PEPINO

Gambar 4.8 Spektra vitamin C (Linet, et al., 2008)

Gambar 4.9 Spektra isolat B (Hasil penelitian, 2010)

Page 99: Laporan fitokimia

Hasil interpretasi spektra FT-IR isolat B dari ekstrak daging buah pepino

dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Interpretasi spektra FTIR dari isolat B ekstrak daging buah pepino

No. Bilangan Gelombang (cm-1

)

Intensitas Keterangan Isolat B Vitamin C Range

Korelasi

1. 3382,91 3434 3600-3300’ Melebar Vibrasi uluran

2. 2975,96 - 2985-2965* Kuat Vibrasi uluran dari

3. 2897,85 - 2820-2900” Kuat Vibrasi uluran

dari alifatik

4. 1645,17 1715 1640-1820” Sedang Vibrasi uluran dari

konjugat C=O

5. 1451,33 - 1480-1440* Sedang Vibrasi tekukan

6. 1422,40 - 1452-1375’ Sedang Vibrasi tekukan

7. 1382,87 1413 1410-1350* Lemah Vibrasi tekukan dari

8. 1327,90 - 1410-1350* Lemah Vibrasi tekukan dari

9. 1273,90 - 1290-1030* Lemah Vibrasi uluran

10. 1087,78 1110 1150-1060* Sedang Vibrasi uluran

asimetri dari

11. 1047,27 - 1085-1030* Sedang Vibrasi uluran dari

12. 879,48 - 1000-850’ Kuat Vibrasi keluar

bidang dari

13. 649 - 700-600* Melebar Vibrasi tekukan

keluar bidang * Socrates , ‘ Sastrohamidjojo, “Fessenden.

Page 100: Laporan fitokimia

Adanya ikatan hidrogen menyebabkan puncak melebar dan terjadi

pergeseran kearah bilangan gelombang yang pendek. Resapan OH terlihat sebagai

pita runcing melebar pada 3382,91 cm-1

(3600-3300 cm-1

). Sedangkan dua pita

utama 2897,85 cm-1

dan 2975,96 cm-1

menunjukkan bahwa adanya vibrasi uluran

dari alifatik dan vibrasi uluran dari .

Gugus C=O umumnya telihat didaerah serapan 1715 cm-1

, bila

trekonjugasi dengan ikatan rangkap dua maka C=O terlihat pada frekuensi yang

lebih rendah disekitar daerah 1640-1820 cm-1

yang terlihat pada spektra isolat

yaitu didaerah 1645,17 cm-1

. Hal ini disebabkan adanya resonansi yang dapat

memperpanjang ikatan C=O sehingga mengurangi tetapan gaya K dan serapan

bergeser ke frekuensi yang lebih kecil. Sehingga, vibrasi uluran karbonil (C=O)

dari terlihat didaerah 1645,17 cm-1

dengan menunjukkan serapan pita yang kuat.

Tetapan gaya (K = tetapan gaya untuk ikatan) untuk ikatan tunggal adalah = 2-8

× 105 dyne/cm, sedangkan untuk ikatan ganda = 8-12 × 10

5 dyne/cm dan untuk

ikatan rangkap tiga = 12-18 × 105 dyne/cm. Semakin besar tetapan gaya (K) pada

suatu ikatan menyebabkan frekuensi vibrasi semakin besar.

Daerah 1451,33 cm-1

memberikan puncak yang sedang dengan kisaran

1480-1440 cm-1

terdapat vibrasi tekukan dari gugus . Daerah 1422,40 cm-1

merupakan vibrasi tekukan yang dimungkinkan berasal dari pelarut isolat

yang ikut terserap (etanol 70%). Puncak yang lemah pada daerah 1382,87 cm-1

dan 1327,90 cm-1

adalah vibrasi tekukan dari gugus atau alkohol

Page 101: Laporan fitokimia

sekunder, sedangkan 1273,90 cm-1

dengan puncak yang lemah diperkirakan

terdapat vibrasi uluran .

Daerah serapan 1087,78 cm-1

merupakan vibrasi uluran asimetri dari

dan gugus C-O pada terlihat didaerah serapan 1047,27 cm-1

yang terletak dalam daerah sidik jari (1085-1030 cm-1

dan 1050-1260 cm-1

).

Oksigen bersifat elektronegatif sehingga uluran akan menyebabkan perubahan

besar dalam momen ikatan yang menyebabkan resapan C-O kuat.

Pita yang kuat pada 879,48 cm-1

disebabkan oleh deformasi keluar bidang

dari gugus tak jenuh (alkena) dengan overtone yang lemah pada 1800 cm-1

akibat

dari gerakan keluar bidang atom-atom hidrogen pada ikatan rangkap. Pita-pita

yang paling kuat dalam spektrum terletak diantara 1200-1000 cm-1

yang

disebabkan oleh eter C-O-C. Pada daerah 879,48 cm-1

dengan kisaran daerah

1000-850 cm-1

terdapat vibrasi keluar bidang dari ikatan rangkap . Ikatan

C=C merupakan ikatan rangkap dan tidak polar, uluran ini hanya mengakibatkan

perubahan kecil dalam momen ikatan sehingga absorbsi yang terjadi sangat

lemah.

Berdasarkan hasil pengamatan spektra FT-IR dapat diketahui bahwa

karakteristik gugus fungsi yang terdapat pada isolat B identik dengan gugus

fungsi yang terdapat pada vitamin C (standart). Dengan ditunjukkan adanya

gugus , C=O, , dan daerah sidik jari (fingerprint region)

terlihat pada daerah sebelah kanan 1400 cm-1

(900-1400 cm-1

) antara spektra isolat

B dengan vitamin C (standart).

Page 102: Laporan fitokimia

Berikut gambar struktur senyawa vitamin C (L-asam askorbat)

diasumsikan yang terdapat pada isolat B:

Gambar 4.10 Struktur senyawa L-asam askorbat (vitamin C) (Silalahi, 2006: 17).

Page 103: Laporan fitokimia

4.6 Pemanfaatan Buah Pepino dalam Perspektif Islam

Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala sesuatu semata-mata

untuk makhlukNya. Salah satu ciptaan Allah SWT yang memberikan manfaat

kepada manusia adalah buah-buahan. Buah pepino sangat beragam dalam hal

ukuran dan bentuk buahnya, keberagaman ini merupakan salah satu kebesaran

Allah SWT yang sesuai pada QS. Al Hijr ayat 19:

uÚö‘ F{$# uρ $yγ≈ tΡ ÷Šy‰ tΒ $uΖ øŠs) ø9 r&uρ $yγŠ Ïù zÅ›≡uρu‘ $uΖ ÷Fu;/Ρ r&uρ $pκ: Ïù ÏΒ Èe≅ ä. & óx« 5βρã— öθ̈Β ∩⊇∪

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya

gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”

(QS. Al Hijr: 19).

Keberagaman buah pepino merupakan salah satu bukti tanda kebesaran

Allah SWT yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sangat sempurna dari

segi bentuk, ukuran, warna, daun, buah, batang dan bunga tanaman. Seperti

halnya pada penelitian ini, bahwa dalam 250 gram buah pepino yang telah

diekstrak dengan pelarut etanol 70% menghasilkan ekstrak daging buah pepino

sebesar 8,8201 gram ekstrak. Dari ekstrak tersebut, menghasilkan senyawa yang

berpotensi sebagai antioksidan, dengan persen aktivitas antioksidan tertinggi

77,73 % kemudian di lakukan identifikasi senyawa ekstrak daging buah pepino

mengandung senyawa vitamin C (L-asam askorbat) yang baik dikonsumsi

buahnya untuk kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa Allah SWT menciptakan

segala sesuatu menurut ukuran yang tepat di alam ini dengan manfaatnya sesuai

hikmah, kebutuhan dan kemaslahatan makhluk.

Page 104: Laporan fitokimia

Dalam hadits riwayat At Tirmidzi:

������ ���� � ��� ���� ���� �� ��� ���� ��

"Rosululloh SAW pernah makan mentimun dengan ruthab"(HR. At

Tirmidzi dan yang lain).

Suatu temuan ilmiah yang diperoleh dari pengamatan laboratorium dari

suatu tanaman masing-masing memiliki kesamaan dilihat dari sisi luar sisi dalam.

Seperti halnya buah pepino (Solanum muricatum Aiton) dari luar seperti terung

yakni termasuk famili Solanaceae (terung-terungan) dan pohonnya seperti buah

tomat, kandungan dalam buah juga menyerupai buah tomat, yaitu: memiliki kadar

air yang cukup tinggi 95% dan setelah dilakukan penelitian mengandung vitamin

C. Kadar air yang tinggi pada daging buah pepino seperti halnya pada buah tomat,

buah semangka, mentimun dan buah-buahan yang mengandung banyak air

lainnya, maka dapat dikonsumsi sebagai makanan dan minuman yang mampu

mengurangi rasa dahaga.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh para ahli kedokteran Arab kuno

telah menjadikan mentimun sebagai penghilang kering di tenggorokan dan rasa

haus, tekanan darah, menyembuhkan penyakit kuning, meredakan sakit kepala,

membuka penutupan hati, melancarkan buang air kecil, dan menghancurkan batu

ginjal. Sebagaimana yang dilakukan Nabi SAW jika beliau memakan mentimun,

akan mengimbanginya dengan memakan Ruthab (buah yang segar, nikmat, enak

ketika sudah masak sehingga menjadi lunak dan lezat).

Page 105: Laporan fitokimia

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Imron ayat 190-191 dan

QS. Al Baqarah ayat 269 memberikan hidayahNya bagi manusia yang berusaha

untuk berfikir dan memahami akan keindahan alam semesta sebagai manfaat bagi

kehidupan:

9χ Î) ’ Îû È,ù= yz ÏN≡uθ≈ yϑ ¡¡9 $# ÇÚö‘ F{$# uρ É#≈n= ÏF÷z$# uρ È≅øŠ©9 $# Í‘$pκ ¨]9 $#uρ ;M≈ tƒUψ ’ Í< 'ρT[{ É=≈t6ø9 F{$# ∩⊇⊃∪ tÏ% ©!$#

tβρã� ä. õ‹ tƒ ©! $# $Vϑ≈ uŠÏ% #YŠθãèè% uρ 4’ n?tã uρ öΝÎγÎ/θãΖ ã_ tβρã� ¤6x" tG tƒuρ ’ Îû È,ù= yz ÏN≡uθ≈ uΚ ¡¡9 $# ÇÚö‘ F{$# uρ $uΖ −/ u‘ $tΒ

|M ø) n= yz # x‹≈yδ WξÏÜ≈ t/ y7 oΨ≈ ysö6ß™ $oΨ É) sù z>#x‹ tã Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊇⊇∪

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang

berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk

atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit

dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini

dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka”

(QS. Al Imron: 190-191).

’ ÎA÷σムsπyϑ ò6Åsø9 $# tΒ â !$t±o„ 4 tΒ uρ |N ÷σ ムsπyϑ ò6Åsø9 $# ô‰ s) sù u’ ÎAρé& # Z�ö� yz # Z��ÏW Ÿ2 3 $tΒ uρ ã� �2¤‹ tƒ HωÎ) (#θä9 'ρé&

É=≈ t6ø9 F{$# ∩⊄∉∪

“Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al

Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa

yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang

banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil

pelajaran (dari firman Allah)” (QS. Al Baqarah: 269).

Segala sesuatu yang dimanfaatkan di dunia ini adalah suatu pemikiran

akal dalam mengolah sumber daya alam yang merupakan anugerah dari Allah

SWT bagi seluruh umat manusia. Al Qur’an merupakan pedoman bagi manusia

sebagai dalil Aqliyah (penalaran akal/ Naqliyah: Al Qur’an dan Al Hadis).

Page 106: Laporan fitokimia

Ilmu yang dipelajari dengan manusia dengan benar dan manfaat

merupakan suatu “Hikmah” yaitu kemampuan memahami dan mendalami

kebenaran ajaran dan petunjuk dari Allah SWT yang telah dianugerahkan kepada

manusia dengan menggunakan akalnya (Wardhana, 2006:49).

Mengamati ciptaan Allah SWT dilangit dan dibumi serta segala sesuatu

yang ada didalamnya merupakan kegiatan ilmiah yang merupakan ibadah

kepadaNya dan sejalan dengan Al Qur’an. Hasil-hasil pengamatan alam yang

rasional seperti pada penelitian ini bahwa buah pepino mengandung senyawa

antioksidan yaitu asam askorbat (vitamin C) yang dapat dikonsumsi sebagai

makanan maupun digunakan sebagai obat.

Vitamin C merupakan suatu zat pada buah pepino yang mampu

memberikan manfaat sebagai senyawa antioksidan (zat yang mampu mencegah

terjadinya proses oksidasi). Antioksidan pada makanan akan mampu menghambat

senyawa-senyawa reaktif pada tubuh manusia (seperti; radikal bebas dari

lingkungan yang meliputi; rokok, ozon, sinar ultraviolet) yang mengakibatkan

penyakit kronis atau akut. Dengan adanya zat-zat yang bermanfaat pada buah

pepino maka dapat dijadikan makanan yang baik untuk dikonsumsi oleh manusia

karena mampu mencegah berbagai penyakit dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Sebagaimana Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahihnya dari

hadits Abu Zubair yang meriwayatkan dari Jabir Bin Abdulloh (Al Jauziyah,

2009: 34) bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

�� � �� �� � �� ��� ��!�� ���" ���� � �# ���" ��" �$�

“Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat yang tepat diberikan, dengan

izin Allah, penyakit itu akan sembuh” (HR. Ahmad dan Hakim).

Page 107: Laporan fitokimia

Vitamin C dapat berbentuk L-asam askorbat dan asam L-

dehidroaskorbat yang keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam

askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversibel menjadi asam L-

dehidroaskorbat. Secara kimia, asam L-dehidroaskorbat sangat labil dan dapat

mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketoglutonat yang tidak

mempunyai keaktifan vitamin C lagi (zat antioksidan). Reaksi tersebut

menunjukkan bahwa vitamin C akan mempunyai kemampuan sebagai obat

apabila di perlakukan secara baik dan benar dalam hal perlakuan sampel untuk

memisahkan senyawa vitamin C.

Begitu juga penggunaan vitamin C yang akan dikonsumsi sebagai obat

ketika dimanfaatkan untuk mengobati penyakit. Vitamin C harus dipergunakan

dengan sesuai menurut menurur dosisnya. Karena, obat yang diberikan melebihi

dosis atau tidak sesuai dengan penyakitnya dapat menimbulkan jenis penyakit

lain. Jika dosis yang diberikan kurang dari yang dibutuhkan, maka tidak akan

cukup untuk menyembuhkan penyakit. Namun, jika dilakukan dengan

penanganan yang tepat dan sesuai dosis maka Insyaallah ”biidznillah” akan

sembuh.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al A'raf ayat 31:

ûÍ_t6≈ tƒ tΠyŠ# u (#ρä‹è{ ö/ ä3tG t⊥ƒÎ— y‰ΖÏã Èe≅ ä. 7‰ Éfó¡tΒ (#θè= à2uρ (#θç/u� õ° $# uρ Ÿωuρ (# þθèùÎ� ô£è@ 4 … çµ̄Ρ Î) Ÿω E= Ïtä† tÏùÎ� ô£ßϑ ø9$# ∩⊂⊇∪

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)

mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al A'raf: 31).

Page 108: Laporan fitokimia

Senyawa vitamin C dalam buah pepino dapat berfungsi sebagai obat yaitu

sebagai zat antioksidan apabila masih dalam batas konsentrasi tertentu yaitu

minimal 60 mg/hari. Apabila melebihi batas konsentrasi tersebut maka aktivitas

sebagai antioksidan dapat berubah menjadi prooksidan sehingga dapat

mendatangkan efek negatif, seperti munculnya penyakit kanker, terutama untuk

penggunaan di atas ambang batas. Oleh karena itu Allah SWT melarang

hambanya untuk berlebih-lebihan.

Allah SWT berfirman dalam QS. Ibrahim ayat 7:

øŒÎ) uρ šχ ©Œr' s? öΝä3š/ u‘ È⌡s9 óΟè? ö� x6x© öΝ ä3̄Ρy‰ƒÎ— V{ ( È⌡s9 uρ ÷Λänö� x" Ÿ2 ¨βÎ) ’ Î1#x‹ tã Ó‰ƒÏ‰t±s9 ∩∠∪

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika

kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"( QS.

Ibrahim: 7).

Manfaat buah pepino dalam segi kesehatan mempunyai nilai positif bagi

kehidupan dari penelitian yang telah dilakukan. Dengan memanfaatkan buah

pepino sebagai makanan dan obat bagi kehidupan, maka kesehatan akan terjaga

dan mencegah adanya penyakit. Agama islam memerintahkan umat muslim untuk

menggunakan obat dan upaya-upaya penyembuhan yang tidak bertentangan

dengan kodrat ketergantungan manusia (tawakal) kepada Allah SWT. Dari usaha-

usaha manusia memperhatikan dengan seksama segala ciptaan Allah SWT bahwa

menganalisis buah pepino dan memanfaatkannya dengan bijaksana maka akan

menambah rasa kagum akan kesempurnaan kekuasaanNya dan rasa syukur

kepadaNya sehingga Allah SWT akan menambah nikmatNya.

Page 109: Laporan fitokimia

Sebagaimana firman Allah SWT pada QS. An Nahl ayat 114:

(#θè= ä3sù $£ϑ ÏΒ ãΝ à6s% y— u‘ ª!$# Wξ≈ n= ym $Y7Íh‹ sÛ (#ρã� à6ô©$# uρ |M yϑ ÷èÏΡ «! $# βÎ) óΟ çFΖ ä. çν$−ƒÎ) tβρ߉ ç7 ÷ès? ∩⊇⊇⊆∪

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan

Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja

menyembah” (QS. an Nahl: 114).

Berdasarkan QS. An Nahl ayat 114 maka buah pepino merupakan buah

halal dan baik untuk dikonsumsi secara “aman” yang artinya tidak menyebabkan

penyakit dan aman untuk digunakan sebagai sumber makanan secara duniawi dan

ukhrawi. Karena buah pepino memberikan manfaat sebagai sumber makanan yang

mengandung zat antioksidan selama konsumen tidak melebihi batas (tabdzir).

Allah SWT memerintahkan untuk makan makanan halal lagi baik yang

ada di alam untuk manusia. Sepertti buah pepino yang mempunyai manfaat

sebagai antioksidan yang dapat mencegah penyakit degenerativ merupakan suatu

makanan yang dapat dikonsumsi dan digunakan sebagai sumber obat bagi

manusia. Manusia memanfaatkan buah pepino dan seluruh alam dengan baik

maka kewajiban manusia kepada Allah SWT adalah bersyukur atas segala nikmat

dan karuniaNya, sebagai tanda manusia yang bertaqwa dengan salah satu bentuk

ibadah kepada TuhanNya. Karena bersyukur merupakan cara untuk

memanfaatkan segala karunia Allah SWT sebagaimana mestinya.

Page 110: Laporan fitokimia

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Eluen terbaik dalam pemisahan senyawa antioksidan hasil ekstrak etanol

70% pada daging buah pepino (Solanum muricatum Aiton) dengan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Analitik menggunakan fase diam silika

gel GF254 adalah petroleum eter: n-heksana: metanol: kloroform: asam

asetat (1:1:3:3:2).

2. Jenis golongan senyawa fraksi dari kadar aktivitas antioksidan tertinggi

pada ekstrak daging buah pepino (Solanum muricatum Aiton) adalah isolat

B (77,73 %) dari pada isolat A (76,56 %), sehingga isolat B dilakukan uji

identifikasi karakteristik gugus fungsi senyawa. Golongan senyawa yang

terdapat di dalam isolat B adalah vitamin C (L-asam askorbat). Hal ini

berdasarkan hasil pemisahan KLTA dan KLTP pada eluen terbaik

didapatkan spot berwarna biru kehitaman pada Rf=0,75 ketika

divisualisasi dengan sinar UV 254 nm dan hasil identifikasi gusus fungsi

spektrofotometer FTIR pada isolat A adalah gugus , C=O, ,

yang merupakan gugus karakteristik pada vitamin C.

Page 111: Laporan fitokimia

5.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Perlu adanya penelitian tentang identifikasi golongan senyawa yang

terdapat pada isolat A dari ekstrak daging buah pepino (Solanum

muricatum Aiton)

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk uji aktivitas antioksidan pada

beberapa jenis buah pepino selain buah pepino ungu.

Page 112: Laporan fitokimia

DAFTAR PUSTAKA

Abdilbarr, A. 2007. Tanda-Tanda Kekuasaan Allah Dalam Pertanian dalam

Tafsir Karimir Rohman Fi Tafsir Kalamil Manan. 200M / 1420 H.

Abdur Rohman as-Sa’dy. Maktabah an-Nubala’.

http://abuabdilbarr.wordpress. com/2007/06/20/tanda-tanda-kekuasan-

alloh-subhanahu-wa-ta%E2% 80%99ala-dalam-pertanian. Tanggal

Akses 9 Januari 2009.

Ahmad, I. 2003. Peringatan Bagi (Reminders for People of Understanding),

www.imtiazahmad.com. Tanggal Akses 21 Agustus 2008.

Al jauziyah, I.Q. 2009. Praktek Kedokteran Nabi (Penyembuhan Dibawah

Bombingan Wahyu). Yogyakarta: Hikam Pustaka.

Anonymousa. 2007. Pepino (Solanum muricatum Aiton) Sang Buah Ajaib,

http://www.pepino. uni.cc/ Katalog Produk : Bibit Buah-Pepino-

(Melodi)-Buah Berkhasiat Obat. Tanggal akses 22 Januari 2008.

Anonymousb. 2007. El Pepino Dulce y su Cultivo Por Contenidos de Infoagro,

http//:www.infoagro .com, Multimedios Ambiente Ecolgَico - MAE.

ISSN 16683358www.mae. org.ar/ [email protected], Tanggal akses 19

Februari 2008.

Anonymousc. 2008. Thin Layer Chromatography. http//:www.siggy.chem.

ucla.edu /VOH/136/TLC.pdf. Tanggal akses 12 juni 2008.

Arsyad, N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

As Sayyid, A.B.M. 2006. Pola Makanan Rosulullah; Makanan Sehat Berkualitas

Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Almahira.

Asy Syanqithi, S. 2007. Tafsir Adhwa'ul Bayan. Jakarta: Pustaka Azzam.

Page 113: Laporan fitokimia

Auterhooff, H. and Kovar, KA. 1987. Identifikasi Obat - 215 Gambar

(Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrum IR) dan 17 Tablet. Bandung:

Penerbit ITB.

B.P p.i.c. 2003. Ethyl Acetate CAS No. 141-78-6 IUPAC Name: Ethyl Ethanoate.

USA: Technical Service and Development.

Brand-williams, W.etc.1995. Use of S Free Radical Method To Evaluate

Antioxidant Activity. Lebensmittel-Wissenschaft Und Technologie.

Dalam Ratmo. 2007. Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper

Crocotum) Sebagai Antioksidan. www.kimiabrawijaya.ac.id.

Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dewi, CD. 2005. Kimia Analitik Teori Dasar dan Penerapannya. Malang:

Universitas Islam Negeri.

Effendi. 2006. Teori VSEPR, Kepolaran dan Gaya Antarmolekul Edisi 2.

Malang: Bayu Media.

Ervina, M. dkk. 2008. Isolasi Senyawa Antioksidan dari Rimpang Temu Ireng

(Curcuma aeruginosa Roxb.). http://www.lppm.wima.ac.idmarta_1.

pdf. Tanggal akses 11 Maret 2008.

Fachriyah, E., Kerniawan A., Gnardi dan Meiny. 2006. Senyawa Kimia Fraksi

Metanol Rimpang Bingle (Zibgiber Cassumunar Roxb.),

http://mediamedika.net/modulus/php?name=jurnal&file. Tanggal Akses

11 Maret 2008.

Fanani, Z. 2007. Kandungan Gizi Buah Pepino. http://www.pepinomalang.

multiply.com/journal. Tanggal akses 22 Januari 2008.

Fessenden, R.J., Fessenden, J.S., 1982, Kimia Organik Jilid 1, Jakarta: Erlangga

Page 114: Laporan fitokimia

Firdaus, R. 2007. Makalah Seminar Literatur JHD, Aktivitas Antioksidan Teh

Cair yang Berasal dari Oregano, Thyme, dan Wild Thyme,

http://www.damandiri.or.id/file/muhamadsamsiipbbab1.pdf. FMIPA

UNAND. Tanggal akses 11 Maret 2008.

Giwangkara, S, EG. 2006. Aplikasi Logika Syaraf Fuzzy Pada Analisis Sidik Jari

Minyak Bumi Menggunakan Spetrofotometer Infra Merah -Transformasi

Fourier (FT-IR). Sekolah Tinggi Energi dan Mineral, Cepu - Jawa

Tengah, http://www.wikipedia.com. Tanggal Akses 25 Oktober 2007.

Gordon, M.H. 1990. The Mechanism of Antioxidants Action In Vitro. Di dalam:

B.J.F. Hudson, editor. Food Antioxidants. Elsivier Applied Science,

London.Gritter R.J., 1991, Dalam Term Paper Trilaksani W., 2003,

Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran Terhadap

Kesehatan. http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id =jbptitbfa-gdl-s2-1992-

marlina-63, Institut Pertanian Bogor, Tanggal akses 20 Februari 2008

Gritter, R.J. 1991. Pengantar Kromatografi. Penterjemah : Kosasih Padmawinata.

Edisi Kedua. Bandung: ITB.

Green, R.J. 2004. Antioxidant Activity of Peanut Plant Tissues. Thesis,

Department of Food Science,North Caroline State University, Raleigh.

dalam Ratmo. 2007. Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper

Crocotum) Sebagai Antioksidan. www.kimiabrawijaya.ac.id. Tanggal

akses 27 Desember 2009.

Gurav, S. N. Deshkar, V. Gulkari, N. Duragkar, Dan A. Patil. 2007. Free Radical

Scavengeng Activityof. Polygala chinensis Linn, Pharmacologyonline, 2

: 245-253. dalam Ratmo. 2007. Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah

(Piper Crocotum) Sebagai Antioksidan. www.kimiabrawijaya.ac.id.

Tanggal akses 27 Desember 2009.

Hamilton. 1983. The Mechanism of Antioxidants Dalam Term Paper Trilaksani

W. 2003. Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran

Terhadap Kesehatan. http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id =jbptitbfa-gdl-s2-

1992-marlina-63. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tanggal akses 20

Februari 2008.

HAM, M. 2006. Kamus Kimia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Page 115: Laporan fitokimia

HAM, M. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanani, E., dkk. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons

Callyspongia sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian,

Vol. II, No.3. Desember 2005, 127 – 133. FMIPA-UI. Depok: UI.

Tanggal akses 20 Februari 2008.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.

Hartati, S. dan Ersam, T. 2006. Dua Senyawa 4-fenilkumarin pada Fraksi Non

Polar dari Ekstrak Etil Asetat Batang Garcinia balica miq. (Mundu

Alas). Kelompok Penelitian Kimiawi Tumbuhan – ITS, Jurusan Kimia,

Surabaya: FMIPA ITS. http://www. [email protected]. Tanggal

akses 19 Februari 2008.

Hayati, E. 2007. Dasar-Dasar Analisis Spektroskopi. Malang: Universitas Islam

Negeri Malang.

Hostettmenn. 1995. Cara Kromatografi Preparatif: Penggunaan pada Isolasi

Senyawa Alam. Penerjemah Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB,

Husnah, M. 2009. Uji Aktifitas dan Identifikasi Golongan Senyawa Antioksidan

Ekstrak Kasar Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton) Berdasarkan

Variasi Pelarut. Malang: Univesrsitas Islam Negeri Malang.

International Plant Genetic Resources Institute. 2004. Descriptors for (Solanum

muricatum). IPGRI is a Future Harvest Centre supported by the

Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR)

IPGRI COMAV. Italy Spain. www.futureharvest.org. Tanggal akses 19

Februari 2008

I. Sلnchez Vega. 1998. Andean Fruits. Peru: National University of Cajamarca.

www. andeanfruits.org. Tanggal akses 19 Februari 2008.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Analitik. Jakarta: UI Press.

Page 116: Laporan fitokimia

Lenny, S.. 2006. Senyawa Terpenoide dan Steroida. Sumut: USU Repository.

http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003488.pdf-senyawa. Tanggal

akses 06 Desember 2007.

Linet, J. M. 2008. Dielectric And Microhardness Studies On L-Citrulline And

Lascorbic Acid Admixture Tgs Crystals. Department of Physics. Loyola

College. India. Published online 30 May 2008. www.crystalresearch.

com crt ab43 806 a. Tanggal akses 27 Desember 2009.

Mahran, J., dan Mubasyir, A.A.H. 2006. Al-Qur'an Bertutur Tentang Makanan

Dan Obat-Obatan. Penerjemah: Irwan Raihan. Yogyakarta: Mitra

Pustaka.

Martelli, A., and Nano, GM. 1967. Farmaco dalam Text Book Chapter III

Aplication of Analytical Techniques to the Identification and Assay of

Ascorbic Acid Related Compounds. http://prr.hec.gov.pk/Chapters/665-

3.pdf. Tanggal Akses 01 Desember 2008.

Nishizawa, etc.. 2005. Non Reductive Scavenging Of 1,1-Diphenyl-2-

Picrylhidrazyl (Dpph) By Peroxyradical: a useful method for

quantitative analysis of peroxyradical, japan, published online.

www.53_714-DPPH&ASCORBAT=print.pdf. Tanggal akses 21 Mei

2009.

Sarno dan Purnama D.A. 2005. Pepino Buah Mewah Berkhasiat Obat.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Prakash A. 2001, Medhalin Laboratories Analytical Progress,

http://medlab.com/file.aspx?field=56. Tanggal akses 25 Januari 2006.

Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories Analytical

Progress,Takes you into the Heart of a Giant Resource Volume 19

Number 2. http//:www.medlabs.com/file.aspx?FileID=56. Tanggal

akses 12 juni 2008.

Page 117: Laporan fitokimia

Pratt, D.E. dan B.J.F. Hudson. 1990. Natural Antioxidants not Exploited

Comercially. Di dalam: B.J.F. Hudson, editor, Food Antioxidants.

Elsevier Applied Science. London. Dalam Term Paper Trilaksani W.,

2003. Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran

Terhadap Kesehatan. http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id =jbptitbfa-gdl-s2-

1992-marlina-63, Institut Pertanian Bogor, Tanggal akses 20 Februari

2008

Pratt, D.E. 1992. Natural Antioxidants From Plant Material. Di dalam: M.T.

Huang, C.T. Ho, dan C.Y. Lee, editor. Phenolic Compounds in Food and

Their Effects on Health H. American Society, Washington DC. Dalam

Term Paper Trilaksani W. 2003. Antioksidan: Jenis, Sumber,

Mekanisme Kerja dan Peran Terhadap Kesehatan.

http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id =jbptitbfa-gdl-s2-1992-marlina-63,

Institut Pertanian Bogor. Tanggal akses 20 Februari 2008.

Ratmo. 2007. Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) Sebagai

Antioksidan. Skripsi Jurusan Kimia. Fakultas MIPA. Universitas

Brawijaya. Malang. www..brawijaya.ac.id /bss-ub /proceeding

/PDF%20FILES /BSS_ 205_ 1 p. Tanggal akses 27 Desember 2009.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah: Kosasih

Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.

Rohman, A., dan Gandjar, IG. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta::

Pustaka Belajar.

Sastrohamidjojo, H. 2005. Kromatografi. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty.

Shihab, M.Q. 2002. Tafsir Al-Mishbah (Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an)

Volume 7. Jakarta: Lentera Hati..

Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius.

Page 118: Laporan fitokimia

Socrates, G. 1994. Infrared Characteristic Group Frequencies, Second Edition,

Table and Charts. Brunel, The University of West London, Middlesex,

United Kingdom.

Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerjemah :

Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.

Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan

Pertanian,. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Sukadana, IM., Santi, SR. dan Juliarti, NK. 2008. Aktivitas Antibakteri Senyawa

Golongan Triterpenoid dari Biji Papaya (Carica papaya L.). Jurnal

Kimia 2 (1) Januari 2008: 15-18. Bukit Jimbaran: Jurusan Kimia FMIPA

Universitas Udayana.

Sukamat dan Ersam. 2006. Dua Senyawa Santon Dari Kayu Batang Mundu

Garcinia Dulcis (Roxb.) Kurz. Sebagai Antioksidan. Kelompok

Penelitian Kimiawi Tumbuhan ITS. Kimia FMIPA Jurusan Kimia,

Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Http://chem.its.ac.id.

Tanggal akses 13 February 2008.

Sulistijowati, A. dan Gunawan, D. 1997. Efek Ekstrak Daun Kembang Bulan

(tithonia diversifolia a. Gray) Terhadap Candida albicans Serta Profil

Kromatografinya. Cermin Dunia Kedokteran No. 130, 2001. Jakarta:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan-Departemen Kesehatan RI.. http://

www.kalbe.co.id/cdk-International Standard Serial Number: 0125 –

913X. Tanggal Akses 11 Maret 2008.

Sutomo, B. 2007. Buah Pepino Pendatang Baru yang Kaya Manfaat. Jakarta.

www.asiablogging.com. Tanggal Akses 22 Januari 2008.

Tirtawinata. 2006. Makanan dalam Perspektif Islam Al-Qur’an dan Ilmu Gizi.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Townshend, A. 1995. Encyclopedia of Analytical Science, Vol. 2. London:

Academic Press Inc.

Page 119: Laporan fitokimia

Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Penerjemah Soendari, N.S.,

Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Wardhana, W.A. 2006. Melacak Teori Einstein Dalam Al-Qur’an (Penjelasan

Ilmiah Tentang Teori Einstein Dalam Al-Qur’an). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Watzl, B. 1996. Healthing-Promoting Effects of Phytochemicals, Proceedings of

IUFoST 1996. Seoul-Korea: Regional Symposium on Nutritive Health

Factors For Future Foods.

Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 120: Laporan fitokimia

DAFTAR PUSTAKA

Abdilbarr, A. 2007. Tanda-Tanda Kekuasaan Allah Dalam Pertanian dalam

Tafsir Karimir Rohman Fi Tafsir Kalamil Manan. 200M / 1420 H.

Abdur Rohman as-Sa’dy. Maktabah an-Nubala’.

http://abuabdilbarr.wordpress. com/2007/06/20/tanda-tanda-kekuasan-

alloh-subhanahu-wa-ta%E2% 80%99ala-dalam-pertanian. Tanggal

Akses 9 Januari 2009.

Ahmad, I. 2003. Peringatan Bagi (Reminders for People of Understanding),

www.imtiazahmad.com. Tanggal Akses 21 Agustus 2008.

Al jauziyah, I.Q. 2009. Praktek Kedokteran Nabi (Penyembuhan Dibawah

Bombingan Wahyu). Yogyakarta: Hikam Pustaka.

Anonymousa. 2007. Pepino (Solanum muricatum Aiton) Sang Buah Ajaib,

http://www.pepino. uni.cc/ Katalog Produk : Bibit Buah-Pepino-

(Melodi)-Buah Berkhasiat Obat. Tanggal akses 22 Januari 2008.

Anonymousb. 2007. El Pepino Dulce y su Cultivo Por Contenidos de Infoagro,

http//:www.infoagro .com, Multimedios Ambiente Ecolgَico - MAE.

ISSN 16683358www.mae. org.ar/ [email protected], Tanggal akses 19

Februari 2008.

Anonymousc. 2008. Thin Layer Chromatography. http//:www.siggy.chem.

ucla.edu /VOH/136/TLC.pdf. Tanggal akses 12 juni 2008.

Arsyad, N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

As Sayyid, A.B.M. 2006. Pola Makanan Rosulullah; Makanan Sehat Berkualitas

Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Almahira.

Asy Syanqithi, S. 2007. Tafsir Adhwa'ul Bayan. Jakarta: Pustaka Azzam.

Page 121: Laporan fitokimia

Auterhooff, H. and Kovar, KA. 1987. Identifikasi Obat - 215 Gambar

(Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrum IR) dan 17 Tablet. Bandung:

Penerbit ITB.

B.P p.i.c. 2003. Ethyl Acetate CAS No. 141-78-6 IUPAC Name: Ethyl Ethanoate.

USA: Technical Service and Development.

Brand-williams, W.etc.1995. Use of S Free Radical Method To Evaluate

Antioxidant Activity. Lebensmittel-Wissenschaft Und Technologie.

Dalam Ratmo. 2007. Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper

Crocotum) Sebagai Antioksidan. www.kimiabrawijaya.ac.id.

Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dewi, CD. 2005. Kimia Analitik Teori Dasar dan Penerapannya. Malang:

Universitas Islam Negeri.

Effendi. 2006. Teori VSEPR, Kepolaran dan Gaya Antarmolekul Edisi 2.

Malang: Bayu Media.

Ervina, M. dkk. 2008. Isolasi Senyawa Antioksidan dari Rimpang Temu Ireng

(Curcuma aeruginosa Roxb.). http://www.lppm.wima.ac.idmarta_1.

pdf. Tanggal akses 11 Maret 2008.

Fachriyah, E., Kerniawan A., Gnardi dan Meiny. 2006. Senyawa Kimia Fraksi

Metanol Rimpang Bingle (Zibgiber Cassumunar Roxb.),

http://mediamedika.net/modulus/php?name=jurnal&file. Tanggal Akses

11 Maret 2008.

Fanani, Z. 2007. Kandungan Gizi Buah Pepino. http://www.pepinomalang.

multiply.com/journal. Tanggal akses 22 Januari 2008.

Fessenden, R.J., Fessenden, J.S., 1982, Kimia Organik Jilid 1, Jakarta: Erlangga

Page 122: Laporan fitokimia

Firdaus, R. 2007. Makalah Seminar Literatur JHD, Aktivitas Antioksidan Teh

Cair yang Berasal dari Oregano, Thyme, dan Wild Thyme,

http://www.damandiri.or.id/file/muhamadsamsiipbbab1.pdf. FMIPA

UNAND. Tanggal akses 11 Maret 2008.

Giwangkara, S, EG. 2006. Aplikasi Logika Syaraf Fuzzy Pada Analisis Sidik Jari

Minyak Bumi Menggunakan Spetrofotometer Infra Merah -Transformasi

Fourier (FT-IR). Sekolah Tinggi Energi dan Mineral, Cepu - Jawa

Tengah, http://www.wikipedia.com. Tanggal Akses 25 Oktober 2007.

Gordon, M.H. 1990. The Mechanism of Antioxidants Action In Vitro. Di dalam:

B.J.F. Hudson, editor. Food Antioxidants. Elsivier Applied Science,

London.Gritter R.J., 1991, Dalam Term Paper Trilaksani W., 2003,

Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran Terhadap

Kesehatan. http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id =jbptitbfa-gdl-s2-1992-

marlina-63, Institut Pertanian Bogor, Tanggal akses 20 Februari 2008

Gritter, R.J. 1991. Pengantar Kromatografi. Penterjemah : Kosasih Padmawinata.

Edisi Kedua. Bandung: ITB.

Green, R.J. 2004. Antioxidant Activity of Peanut Plant Tissues. Thesis,

Department of Food Science,North Caroline State University, Raleigh.

dalam Ratmo. 2007. Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper

Crocotum) Sebagai Antioksidan. www.kimiabrawijaya.ac.id. Tanggal

akses 27 Desember 2009.

Gurav, S. N. Deshkar, V. Gulkari, N. Duragkar, Dan A. Patil. 2007. Free Radical

Scavengeng Activityof. Polygala chinensis Linn, Pharmacologyonline, 2

: 245-253. dalam Ratmo. 2007. Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah

(Piper Crocotum) Sebagai Antioksidan. www.kimiabrawijaya.ac.id.

Tanggal akses 27 Desember 2009.

Hamilton. 1983. The Mechanism of Antioxidants Dalam Term Paper Trilaksani

W. 2003. Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran

Terhadap Kesehatan. http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id =jbptitbfa-gdl-s2-

1992-marlina-63. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tanggal akses 20

Februari 2008.

HAM, M. 2006. Kamus Kimia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Page 123: Laporan fitokimia

HAM, M. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanani, E., dkk. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons

Callyspongia sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian,

Vol. II, No.3. Desember 2005, 127 – 133. FMIPA-UI. Depok: UI.

Tanggal akses 20 Februari 2008.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.

Hartati, S. dan Ersam, T. 2006. Dua Senyawa 4-fenilkumarin pada Fraksi Non

Polar dari Ekstrak Etil Asetat Batang Garcinia balica miq. (Mundu

Alas). Kelompok Penelitian Kimiawi Tumbuhan – ITS, Jurusan Kimia,

Surabaya: FMIPA ITS. http://www. [email protected]. Tanggal

akses 19 Februari 2008.

Hayati, E. 2007. Dasar-Dasar Analisis Spektroskopi. Malang: Universitas Islam

Negeri Malang.

Hostettmenn. 1995. Cara Kromatografi Preparatif: Penggunaan pada Isolasi

Senyawa Alam. Penerjemah Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB,

Husnah, M. 2009. Uji Aktifitas dan Identifikasi Golongan Senyawa Antioksidan

Ekstrak Kasar Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton) Berdasarkan

Variasi Pelarut. Malang: Univesrsitas Islam Negeri Malang.

International Plant Genetic Resources Institute. 2004. Descriptors for (Solanum

muricatum). IPGRI is a Future Harvest Centre supported by the

Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR)

IPGRI COMAV. Italy Spain. www.futureharvest.org. Tanggal akses 19

Februari 2008

I. Sلnchez Vega. 1998. Andean Fruits. Peru: National University of Cajamarca.

www. andeanfruits.org. Tanggal akses 19 Februari 2008.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Analitik. Jakarta: UI Press.

Page 124: Laporan fitokimia

Lenny, S.. 2006. Senyawa Terpenoide dan Steroida. Sumut: USU Repository.

http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003488.pdf-senyawa. Tanggal

akses 06 Desember 2007.

Linet, J. M. 2008. Dielectric And Microhardness Studies On L-Citrulline And

Lascorbic Acid Admixture Tgs Crystals. Department of Physics. Loyola

College. India. Published online 30 May 2008. www.crystalresearch.

com crt ab43 806 a. Tanggal akses 27 Desember 2009.

Mahran, J., dan Mubasyir, A.A.H. 2006. Al-Qur'an Bertutur Tentang Makanan

Dan Obat-Obatan. Penerjemah: Irwan Raihan. Yogyakarta: Mitra

Pustaka.

Martelli, A., and Nano, GM. 1967. Farmaco dalam Text Book Chapter III

Aplication of Analytical Techniques to the Identification and Assay of

Ascorbic Acid Related Compounds. http://prr.hec.gov.pk/Chapters/665-

3.pdf. Tanggal Akses 01 Desember 2008.

Nishizawa, etc.. 2005. Non Reductive Scavenging Of 1,1-Diphenyl-2-

Picrylhidrazyl (Dpph) By Peroxyradical: a useful method for

quantitative analysis of peroxyradical, japan, published online.

www.53_714-DPPH&ASCORBAT=print.pdf. Tanggal akses 21 Mei

2009.

Sarno dan Purnama D.A. 2005. Pepino Buah Mewah Berkhasiat Obat.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Prakash A. 2001, Medhalin Laboratories Analytical Progress,

http://medlab.com/file.aspx?field=56. Tanggal akses 25 Januari 2006.

Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories Analytical

Progress,Takes you into the Heart of a Giant Resource Volume 19

Number 2. http//:www.medlabs.com/file.aspx?FileID=56. Tanggal

akses 12 juni 2008.

Page 125: Laporan fitokimia

Pratt, D.E. dan B.J.F. Hudson. 1990. Natural Antioxidants not Exploited

Comercially. Di dalam: B.J.F. Hudson, editor, Food Antioxidants.

Elsevier Applied Science. London. Dalam Term Paper Trilaksani W.,

2003. Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran

Terhadap Kesehatan. http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id =jbptitbfa-gdl-s2-

1992-marlina-63, Institut Pertanian Bogor, Tanggal akses 20 Februari

2008

Pratt, D.E. 1992. Natural Antioxidants From Plant Material. Di dalam: M.T.

Huang, C.T. Ho, dan C.Y. Lee, editor. Phenolic Compounds in Food and

Their Effects on Health H. American Society, Washington DC. Dalam

Term Paper Trilaksani W. 2003. Antioksidan: Jenis, Sumber,

Mekanisme Kerja dan Peran Terhadap Kesehatan.

http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id =jbptitbfa-gdl-s2-1992-marlina-63,

Institut Pertanian Bogor. Tanggal akses 20 Februari 2008.

Ratmo. 2007. Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) Sebagai

Antioksidan. Skripsi Jurusan Kimia. Fakultas MIPA. Universitas

Brawijaya. Malang. www..brawijaya.ac.id /bss-ub /proceeding

/PDF%20FILES /BSS_ 205_ 1 p. Tanggal akses 27 Desember 2009.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah: Kosasih

Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.

Rohman, A., dan Gandjar, IG. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta::

Pustaka Belajar.

Sastrohamidjojo, H. 2005. Kromatografi. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty.

Shihab, M.Q. 2002. Tafsir Al-Mishbah (Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an)

Volume 7. Jakarta: Lentera Hati..

Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius.

Page 126: Laporan fitokimia

Socrates, G. 1994. Infrared Characteristic Group Frequencies, Second Edition,

Table and Charts. Brunel, The University of West London, Middlesex,

United Kingdom.

Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerjemah :

Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.

Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan

Pertanian,. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Sukadana, IM., Santi, SR. dan Juliarti, NK. 2008. Aktivitas Antibakteri Senyawa

Golongan Triterpenoid dari Biji Papaya (Carica papaya L.). Jurnal

Kimia 2 (1) Januari 2008: 15-18. Bukit Jimbaran: Jurusan Kimia FMIPA

Universitas Udayana.

Sukamat dan Ersam. 2006. Dua Senyawa Santon Dari Kayu Batang Mundu

Garcinia Dulcis (Roxb.) Kurz. Sebagai Antioksidan. Kelompok

Penelitian Kimiawi Tumbuhan ITS. Kimia FMIPA Jurusan Kimia,

Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Http://chem.its.ac.id.

Tanggal akses 13 February 2008.

Sulistijowati, A. dan Gunawan, D. 1997. Efek Ekstrak Daun Kembang Bulan

(tithonia diversifolia a. Gray) Terhadap Candida albicans Serta Profil

Kromatografinya. Cermin Dunia Kedokteran No. 130, 2001. Jakarta:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan-Departemen Kesehatan RI.. http://

www.kalbe.co.id/cdk-International Standard Serial Number: 0125 –

913X. Tanggal Akses 11 Maret 2008.

Sutomo, B. 2007. Buah Pepino Pendatang Baru yang Kaya Manfaat. Jakarta.

www.asiablogging.com. Tanggal Akses 22 Januari 2008.

Tirtawinata. 2006. Makanan dalam Perspektif Islam Al-Qur’an dan Ilmu Gizi.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Townshend, A. 1995. Encyclopedia of Analytical Science, Vol. 2. London:

Academic Press Inc.

Page 127: Laporan fitokimia

Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Penerjemah Soendari, N.S.,

Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Wardhana, W.A. 2006. Melacak Teori Einstein Dalam Al-Qur’an (Penjelasan

Ilmiah Tentang Teori Einstein Dalam Al-Qur’an). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Watzl, B. 1996. Healthing-Promoting Effects of Phytochemicals, Proceedings of

IUFoST 1996. Seoul-Korea: Regional Symposium on Nutritive Health

Factors For Future Foods.

Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 128: Laporan fitokimia

Lampiran

Lampiran 1: Skema Kerja Penelitian

1. Preparasi Sampel Buah Pepino

- dibersihkan dengan air

- dikupas

- dibuang isi buahnya

- dipotong kecil-kecil

- ditimbang 500 gram gram kemudian diblender (tanpa

penambahan pelarut)

2. Ekstraksi (maserasi) sampel Buah Pepino

- dimasukkan dalam Erlenmeyer 1000 mL

- dimaserasi dengan 500 mL pelarut etanol 70 %

- di shaker (kecepatan 120 rpm selama 24 jam pada suhu ruang)

- disaring dengan corong buchner vacum

- dipekatkan dengan rotary evaporator vacum

- ditimbang

- dihitung % rendemen ekstrak kasar

Residu

Buah pepino

Bubur buah pepino

Filtrat

Ekstrak kasar

250 gr bubur buah pepino

Maserat

% Rendemen ekstrak kasar

Page 129: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 1.

Cara menghitung nilai % rendemen ekstrak kasar:

Nilai % rendemen ekstrak kasar = %100sampelBerat

kasar ekstrak Berat ×

3. Pemisahan Senyawa Hasil Isolasi dengan KLT

a) Pemisahan dengan KLT Analitik

- dipotong dengan ukuran 2x10 cm

- ditotolkan 10-15 totol ekstrak pada plat dengan jarak 1 cm pada tepi

bawah dengan pipa kapiler

- dikeringkan diudara

- dimasukkan dalam bejana pengembang

- dielusi dengan metanol:NH4OH pekat (20:0,3)

- diangkat plat dalam chamber saat mencapai 3/4 bagian (±8cm)

- dikeringkan

- diamati dengan sinar lampu UV λmax 254 dan 366 nm

- dianalisa spot yang terbentuk, warna dan harga Rf spot

- disemprot dengan pereaksi marquis, dragendorf, ninhidrin

- dikeringkan

- diamati dengan sinar lampu UV λmax 254 dan 366 nm

- dianalisa spot yang terbentuk, warna dan harga Rf spot

Plat silika gel GF254

Plat KLT dengan noda

Spot

Page 130: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 1

Keterangan:

Prosedur di atas dilakukan kembali dengan mengganti eluennya yairu: asam

asetat p.a.,:etanol p.a., (1:3), aseton p.a.,:air: amoniak 25% (9:0,7:0,3), etanol

p.a.,:asam asetat 10% (9:1), petroleum eter p.a.,: n-heksana p.a.,: metanol p.a.,:

kloroform p.a.,: asam asetat p.a., (1:1:3:3:2), metanol p.a.,: aseton p.a.,:air

(2:4:0,3), toluol p.a.,: etanol p.a.,:asam asetat p.a., (5:4:1). Masing-masing eluen

menggunakan 5 plat KLT dengan spot yang sesuai dengan reagen penyemprotan

(1 plat=1reagen semprot).

Cara menghitung nilai Rf:

Nilai Rf = gerak) (fasepelarut oleh ditempuh yangJarak

senyawaoleh ditempuh yangJarak

� Cara Identifikasi Noda dengan KLT Analitik

1) Vitamin C (asam askorbat)

- divisualisasi dengan sinar UV λmax254 nm

- diamati warna spot yang terbentuk

Jikalau identifikais noda dengan visualisasi sinar lampu UV λmax 254

tidak terdapat noda pada plat maka dilkukan penyemprotan dengan reagen

semprot.

Noda

Spot berwarna biru gelap

Vitamin C (asam askorbat)

Page 131: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 1.

- divisualisasi dengan pereaksi ninhidrin

- diamati warna spot yang terbentuk

2) Alkaloid

- divisualisasi dengan pereaksi dragendorf

- diamati warna spot yang terbentuk

Noda

Spot berwarna merah muda

� ungu biru gelap

Vitamin C (asam askorbat)

Noda

Spot berwarna jingga

berlatar kuning

Alkaloid

Page 132: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 1.

- divisualisasi dengan pereaksi marquis

- diamati warna spot yang terbentuk

b) Pemisahan dengan KLT Preparatif

- ditimbang 1 gram

- dilarutkan dengan 3 mL etanol 70%

- diambil dengn pipa kapiler

- diteteskan 1 tetes pada plat KLTP yang berukuran 10×20 cm

dengan jarak 1 cm pada tepi bawah dengan pipa kapiler

- dielusi dengan eluen petroleum eter p.a.,: n-heksana p.a.,:

metanol p.a.,: kloroform p.a.,: asam asetat p.a., (1:1:3:3:2)

- diangkat plat dalam chamber saat mencapai 3/4 bagian (±8 cm)

- dikeringkan diudara selama 15 menit

- diamati spot-spot (noda) yang terbentuk pada sinar lampu UV

λmax 254 dan 366 nm

- diberi tanda sepanjang noda

- dikerok

Ekstrak pekat

Noda pada plat

Noda

Spot berwarna kuning

berlatar merah lembayung

Alkaloid

Serbuk silika

dan Isolat A

Serbuk silika

dan Isolat B

Page 133: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 1.

- ditimbang

- dilarutkan dengan 10 mL pelarut etanol 70 %

- dituang dalam tabung reaksi

- disentrifugasi dengn kecepatan 1600 rpm selama ±15 menit

- disiapkan kertas saring dan ditimbang

- ditempatkan endapan silika pada kertas saring

- dikeringkan dengan meletakkan endapan pada desikator

- ditimbang

- dihitung berat isolat

Keterangan: isolat B dilakukan cara perlakuan yang sama seperti isloat A

Cara menghitung berat isolat:

Berat Serbuk Silika = berat (kertas saring+serbuk silika) – berat kertas saring

Isolat = berat (serbuk silika+Isolat) – berat serbuk silika

4. Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan

� Perlakuan Kontrol

- dimasukkan tabung reaksi

- diinkubasi pada 37 oC selama 30 menit

- diukur absorbansinya pada λ 517 nm

Filtrat isolat A Endapan silika basah

Serbuk silika

dan Isolat A

Endapan silika kering

(serbuk silika)+kertas saring

Berat isolat A

DPPH 0,2 mM

Hasil

Page 134: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 1.

� Perlakuan Isolat

-

- diambil 2,25 mL

- ditambahkan 0,75 ml larutan 0,2 mM DPPH dalam tabung reaksi

- dinkubasi ± 30 menit pada suhu 37°C

- diamati perubahan warna ungu menjadi kuning

- dimasukkan kuvet

- diukur absorbansinya pada λmaks 517 nm dengan spektrofotometer

UV-Vis

- ditentukan % Aktivitas antioksidan

-

- diambil 2,25 mL

- ditambahkan 0,75 ml larutan 0,2 mM DPPH dalam tabung reaksi

- dinkubasi ± 30 menit pada suhu 37°C

- diamati perubahan warna ungu menjadi kuning

- dimasukkan kuvet

- diukur absorbansinya pada λmaks 517 nm dengan

spektrofotometer UV-Vis

- ditentukan % Aktivitas antioksidan

� Perlakuan Pembanding BHT

- diambil 2,25 mL

- ditambahkan 0,75 ml larutan 0,2 mM DPPH dalam tabung reaksi

- dinkubasi ± 30 menit pada suhu 37°C

- diamati perubahan warna ungu menjadi kuning

- dimasukkan kuvet

- diukur absorbansinya pada λmaks 517 nm dengan

spektrofotometer UV-Vis

- ditentukan % Aktivitas antioksidan

Larutan Isolat A

% Aktivitas Isolat A

BHT 12,23 ppm

% Aktivitas BHT

Larutan Isolat B

% Aktivitas Isolat A

Page 135: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 1.

Keterangan :

• Untuk menghitung % Aktivitas antioksidan menggunakan rumus :

% Aktivitas antioksidan = kontrol Absorbansi

100% x sampel) Absorbansi-kontrol i(Absorbans

• Pengukuran absorbansi kontrol diukur absorbansinya dengan pengulangan

absorbansi sebanyak tiga kali. Untuk cara perlakuannya adalah absorbansi

kontrol diukur pada tiap-tiap sampel, sehingga masing-masing sampel

mempunyai nilai absorbansi kontrolnya masing-masing (isolat A, isolat B dan

pembanding BHT) yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517

nm.

5. Identifikasi IR Senyawa Isolat

- diambil 1 tetes

- diteteskan pada film tipis diantara dua lapis NaCl yang

transparan

- dianalisis spektrum IR-nya dengan alat spektrofotometer

FTIR-8400S Shimadzhu pada rentang kisaran gelombang

4000-400 cm-1

. dengan kondisi resolution 4, scan 16, gain

10, apodiazation Cs.

Gugus fungsi senyawa

Fraksi aktif dengan % Aktivitas

antioksidan tertinggi (isolat A)

Page 136: Laporan fitokimia

Lampiran 2: Pembuatan Eluen KLT

� Larutan Asam Asetat 10 %

Untuk membuat 100 ml larutan asam asetat 10% dari asam asetat glasial 100%

digunakan rumus pengenceran:

P1 × V1 = P2 × V2

100 % × V1 = 10 % × 100 ml

V1 = % 100

ml % 1000

V1 = 10 ml

Jadi, volume asam asetat 10% yang diperlukan untuk membuat larutan asam

asetat 1% dengan volume 100 ml pelarut aquades adalah: 10 ml.

Page 137: Laporan fitokimia

Lampiran 3: Pembuatan Pereaksi/ Reagen KLT

� Pereaksi Marquis = 10 ml formaldehida dalam 100 ml HB2BSOB4B pekat

(Harborne, 1987: 240).

� Larutan Ninhidrin = 0,1 gram ninhidrin dalam 100 ml aquadest

(Auterhoff, 1987: 200).

� Pereaksi Dragendorf = membuat larutan persediaan (1) 0,6 gram

bismutsubnitrat dalam 2 ml HCl pekat dan 10 ml air; (2)

6 gram kalium idodida dalam 10 ml air. Larutan

persediaan dicampur dengan 7 ml HCl pekat dan 15 ml

air (Harborne, 1987: 240).

Page 138: Laporan fitokimia

Lampiran 4: Pembuatan larutan untuk uji aktivitas dengan metode DPPH

� Pembuatan larutan DPPH 0,2 mM dalam 10 ml pelarut etanol 99,9%

Mr DPPH (C15H12N5O6) = 394,33 gram/mol

Mol DPPH = 10 mL × 1000

0,2mM

= 0,002 mmol

Gram DPPH = mol × Mr DPPH

= 0,002 mmol × 394,33 gram/mol

= 0,78866 mg

Jadi, jumlah massa DPPH yang diperlukan untuk membuat larutan DPPH 0,2

mM dalam 10 ml pelarut etanol 99,9% adalah: 0,78866 mg.

� Pembuatan larutan BHT 12,23 ppm dalam 10 ml pelarut n-heksana

ppm L

mg=

12,23 ppm = L 0,050

BHT mg

mg BHT = 12,23 ppm × 0,010 L

mg BHT = 0,1223 mg

Jadi, jumlah massa BHT yang diperlukan untuk membuat larutan BHT 12,23

ppm dalam 10 ml = 0,010 L adalah: 0,1223 mg.

Page 139: Laporan fitokimia

Lampiran 5: Data dan Perhitungan Rendemen

� Hasil pengamatan perolehan ekstrak

No.

Perlakuan Ektrak

setelah di Rotary

Evaporator

Tekstur Warna Berat

(gram)

1. sebelum didesikator

vakum

Encer Coklat muda 26,5047

2. sesudah didesikator

vakum

Pekat Coklat tua 8,8201

Nilai rendemen ekstrak dihitung dengan menggunakan rumus:

% Rendemen Ekstrak = %100pepino)buah (bubur sampelBerat

pekatekstrak Berat ×

Maka %rendemen ekstrak encer:

% Rendemen Ekstrak encer = %100 gram 250

gram 26,5047×

= %1001061088,0 ×

= 10,611 %

Maka %rendemen ekstrak pekat:

% Rendemen Ekstrak pekat = %100 gram 250

gram 8,8201×

= %10003528,0 ×

= 3,528 %

Page 140: Laporan fitokimia

Lampiran 6: Data dan Perhitungan nilai Rf masing-masing isolat (KLTA)

serta perhitungan berat isolat

� Hasil pengamatan noda pada plat setelah di elusi dengan variasi eluen

pada KLTA

Variasi

eluen

Warna noda dan nilai Rf

Sebelum diUV λmax 254

dan 366nm

Sesudah diUV λmax

254 nm

Sesudah diUV

λmax

366 nm

Krg N

M D Krg N M D Krg N M D

E1 - - Coklat

- Biru

gelap

- - - - - - -

- - Rf: 0,25 - Rf: 0,25 - - - - -

E2 - - Coklat

- Biru

gelap

- - - - - - -

Rf: 0,50 - Rf: 0,50

E3 - - Coklat - - - - - - - - -

0

E4 - - Coklat

- Biru

gelap

- - - - - - -

Rf: 0,34 Rf: 0,30

E5 - - Coklat dan

coklat

kemerahan

- Biru

gelap

- - - - - - -

Rf: 0,31 dan

0,75

Rf: 0,31

dan 0,75

E6 - - Coklat

- Biru

gelap

- - - - - - -

Rf: 0,60 Rf: 0,60

E7 - - Coklat - - - - - - - - -

Page 141: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 6.

Keterangan: E 1 = metanol p.a : amoniak p.a (10:0,03) ( )v

v

E2 = asam asetat p.a. :e tanol p.a (1:3) ( )v

v

E3 = aseton p.a : air : amoniak p.a (9:0,7:0,3) ( )v

v

E4 = etanol p.a : asam asetat 10% (9:1) ( )v

v

E5 = petroleum eter p.a : n-heksana p.a : metanol p.a :

kloroform p.a : asam asetat p.a (1:1:3:3:2) ( )v

v

E6 = metanol p.a : aseton p.a : air (2:4:0,3) ( )v

v

E7 = toluena p.a : etanol p.a :asam asetat p.a (5:4:1) ( )v

v

Krg = kering (tanpa reagen semprot)

N = ninhidrin

M = marquis

D = dragendorf

Cara menghitung nilai Rf:

Nilai Rf = gerak) (fasepelarut oleh ditempuh yangJarak

senyawaoleh ditempuh yangJarak

Rf E1

=

cm 8

cm 2 = 0,25

Rf E2 =

cm 8

cm 4 = 0,50

Rf E3 = 0

Rf E4 =

cm 8

cm 2,7 = 0,34

Rf1 E5 =

cm 8

cm 2,5 = 0,31 dan Rf2 E5 =

cm 8

cm 6= 0,75

Rf E6 =

cm 8

cm 4,8 = 0,60

Rf E7 = 0

Page 142: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 6.

� Perhitungan berat isolat setelah di KLTP

Cara menghitung berat isolat:

1) Isolat A

Isolat A+serbuk silika = 0,2060 gram

Kertas saring A = 0,6780 gram

Kertas saring A+serbuk silika = 0,8264 gram

Maka,

Berat Serbuk Silika A = berat (kertas saring+serbuk silika) – berat kertas saring

= 0,8264 gram - 0,6780 gram

= 0,1484 gram

Isolat A = berat (serbuk silika+Isolat) – berat serbuk silika

= 0,2060 gram - 0,1484 gram

= 0,0576 gram

Jadi, berat isolat A adalah 0,0576 gram atau 57,6 mg.

2) Isolat B

Isolat B+serbuk silika = 0,0772 gram

Kertas saring B = 0,6895 gram

Kertas saring B+serbuk silika = 0,7458 gram

Maka,

Berat Serbuk Silika B = berat (kertas saring+serbuk silika) – berat kertas saring

= 0,7458 gram - 0,6895 gram

= 0,0563 gram

Isolat B = berat (serbuk silika+Isolat) – berat serbuk silika

= 0,0772 gram - 0,0563 gram

= 0,0209 gram

Jadi, berat isolat B adalah 0,0209 gram atau 20,9 mg.

Berat Serbuk Silika = berat (kertas saring+serbuk silika) – berat kertas saring

Isolat = berat (serbuk silika+Isolat) – berat serbuk silika

Page 143: Laporan fitokimia

Lampiran 7: Perhitungan % Aktivitas Senyawa Antioksidan

� Data Pengamatan Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan

No. Sampel

Perubahan Warna

Sebelum

diinkubasi

Setelah

diinkubasi

Setelah

pengukuran

absorbansi

1. Kontrol DPPH 0,2

mM Ungu

Ungu

kemerahan Ungu pekat

2. Isolat A Ungu

Sedikit

kekuningan Kuning

3. Isolat B Ungu

Sedikit

kekuningan

Sedikit

kekuningan

4. Pembanding BHT

12,23 ppm

Sedikit

kekuningan Kuning Kuning

� Data Hasil Perhitungan % Aktivitas Senyawa Antioksidan

No. Sampel Ulangan nilai absorbansi

Total Rerata % Akttivitas

Antioksidan Ke-1 Ke-2 Ke-3

1. Kontrol A 0,2758 0,2752 0,2756 0,8266 0,2756

76,56 Isolat A 0,0646 0,0647 0,0646 0,1939 0,0646

2. Kontrol B 0,2761 0,2766 0,2784 0,8311 0,2770

77,73 Isolat B 0,0619 0,0618 0,0612 0,1849 0,0617

3. Kontrol 0,2724 0,2709 0,2712 0,8145 0,2715

97,16 BHT 12,23 ppm 0,0078 0,0078 0,0073 0,0229 0,0077

Cara menghitung % Aktivitas antioksidan dengan rumus (Molyneux, 2003):

% Aktivitas antioksidan = kontrol Absorbansi

100% sampel) Absorbansi-kontrol i(Absorbans ×

1) % Aktivitas antioksidan isolat A= 0,2756

100% 0,0646)-(0,2756 ×

= 76,56 %

2) % Aktivitas antioksidan isolat B = 0,2770

100% 0,0617)-(0,2770 ×

= 77,73 %

3) % Aktivitas antioksidan BHT = 0,2715

100% 0,0077)-(0,2715 ×

= 97,16 %

Page 144: Laporan fitokimia

Lampiran 8: Spektra FT-IR Senyawa Isolat B

5007501000125015001750200025003000350040001/cm

-20

0

20

40

60

80

100

120

%T

3382.91

2975.96

2897.85

1645.17

1451.33

1422.40

1382.87 1327.90

1273.90

1087.78

1047.27

879.48

649.00

ISOLAT PEPINO

Page 145: Laporan fitokimia

Lampiran 9: Dokumentasi Preparasi dan Maserasi Sampel

� Preparasi sampel

Buah pepino

Potongan daging

buah pepino

Bubur daging

buah pepino

� Maserasi Sampel

Pengadukan dengan shaker incubator

Perendaman sampel

� Filtrasi Maserat

Penyaringan maserat dengan

corong buchner vacuum

Filtrat maserat

Residu maserat

Page 146: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 9.

� Pemekatan Filtrat Maserat

Pemekatan filtrat maserat dengan rotary evaporator vacuum

Ekstrak pekat/ ekstrak kasar

dalam labu alas bulat

Ekstrak pekat/ ekstrak kasar

Page 147: Laporan fitokimia

Lampiran 10: Dokumentasi Pemisahan KLTA

� Proses Elusi KLT Analitik

Eluen 1

Metanol:

Ammoniak

(10:0,3)

Eluen 2

Asam

Asetat:

EtanoL

(1:3)

Eluen 3

Aseton:

Aquadest:

Ammoniak

(10:0,3)

Eluen 4

Etanol:

Asam

Asetat 10%

(9:1)

Eluen 5

Petroleum

Eter: n-

Heksana:

Methanol:

Kloroform:

Asam Asetat

(1:1:3:3:2)

Eluen 6

Metanol:

Aseton:

Aquadest

(2:4:0,3)

Eluen 7 Toluene:

Etanol:

Asam Asetat

(5:4:1)

Noda plat pada E1-E2-E3-E4-E5-E6-

E7 ( UV λmax 254 nm)

Noda plat pada E1-E2-E3-E4- E5-

E6-E7 (UV λmax 366 nm)

� Visualisasi Noda Plat dengan Reagen Semprot Sebelum dan Sesudah

Di Deteksi Dengan Lampu UV λmax 254 nm dan λmax 366 nm

Noda E1 (Marquis-

Ninhidrin-Dragendorf)

Noda E1 M-N-D

UV λmax 254 nm

Noda E1 M-N-D

UV λmax 366 nm

Page 148: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 10.

Noda E2 (Marquis-

Ninhidrin-Dragendorf)

Noda E2 M-N-D

UV λmax 254 nm

Noda E2 M-N-D

UV λmax 366 nm

Noda E3 (Marquis-

Ninhidrin-Dragendorf)

Noda E3 M-N-D

UV λmax 254 nm

Noda E3 M-N-D

UV λmax 366 nm

Noda E 4 (Marquis-

Ninhidrin-Dragendorf)

Noda E4 M-N-D

UV λmax 254 nm

Noda E4 M-N-D

UV λmax 366 nm

Page 149: Laporan fitokimia

Lanjutan lampiran 10.

Noda E 5 (Marquis-

Ninhidrin-Dragendorf)

Noda E5 M-N-D

UV λmax 254 nm

Noda E5 M-N-D

UV λmax 366 nm

Noda E 6 (Marquis-

Ninhidrin-Dragendorf)

Noda E6 M-N-D

UV λmax 254 nm

Noda E6 M-N-D

UV λmax 366 nm

Noda E 7 (Marquis-

Ninhidrin-Dragendorf)

Noda E7 M-N-D

UV λmax 254 nm

Noda E7 M-N-D

UV λmax 366 nm

Page 150: Laporan fitokimia

Lampiran 11: Dokumentasi Pemisahan KLTP

� Pemisahan dengan KLT Preparatif

KLTP Isolat kering

setelah di elusi

KLTP Isolat ketika

di UV λmax 366 nm

KLTP Isolat ketika

di UV λmax 254 nm

Noda pada KLTP yang dikerok

Chamber KLTP

Lemari asam

untuk ruang elusi

Hand Held UV Lamp-Compact UV Lamp 254/366 nm

Page 151: Laporan fitokimia

Lampiran 12: Dokumentasi Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dan

Instrumentasi FT-IR Senyawa Isolat

Isolat A dan Isolat B

dalam serbuk silika

Pembanding BHT dan kontrol DPPH

Sampel sebelum diinkubasi

Sentrifugasi Heraeus Labofuge 200-

Thermo Electron corporation

Incubator Heraeus -Thermo Electron

corporation

Spektrofotometer Varian 50 Cons

UV-Visible.

Spektrofotometer FTIR-8400S

Shimadzhu

Filtrat

Endapan