Fitokimia gietha

55
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah negara ini. Sebagian besar sudah dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit. Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal dengan obat tradisional (Anonim, 2011). Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan , termasuk sayuran dan buah-buahan . Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit (Anonim, 2011). Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional adalah benalu hutan. Di Indonesia sendiri tanaman ini masih sangat sulit untuk ditemukan dan juga belum dikenal oleh masyarakat luas. Berdasarkan informasi tersebut, sangat perlu untuk melakukan ekstraksi dan

Transcript of Fitokimia gietha

Page 1: Fitokimia gietha

BAB I

PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah

Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah negara ini Sebagian

besar sudah dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai

penyakit Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal

dengan obat tradisional (Anonim 2011)

Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik

yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu tentang struktur kimia

biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran secara alami dan fungsi

biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien

dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari

sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan Dalam penggunaan

umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit (Anonim 2011)

Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk

pengobatan tradisional adalah benalu hutan Di Indonesia

sendiri tanaman ini masih sangat sulit untuk ditemukan

dan juga belum dikenal oleh masyarakat luas Berdasarkan

informasi tersebut sangat perlu untuk melakukan ekstraksi dan identifikasi

kandungan kimia dari benalu hutan Dari proses ekstraksi akan didapatkan

isolat-isolat suatu senyawa atau kumpulan senyawa sehingga dapat

mempermudah untuk melakukan identifikasi senyawa-senyawa yang terdapat

dalam simplisia Sedangkan identifikasi diperlukan untuk mengetahui jenis

senyawa kimia yang berada dalam simplisia (Anonim 2011)

I2 Rumusan Masalah

Dalam uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

1 Bagaimana cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ)

2 Bagaimana cara mengidentifikasi ekstrak sampel benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ)

3 Apa saja kandungan kimia dari tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ)

I3 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami

cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi

I4 Tujuan Percobaan

1 Mengetahui cara mengekstraksi daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) dengan metode sokletasi

2 Mengetahui cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ)

3 Mengetahui kandungan kimia daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ)

I5 Prinsip Percobaan

I51 Metode Ekstraksi Sokletasi

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi dengan kertas

saring sedemikian rupa cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat

sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola-bola

menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong

menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan siphon seluruh cairan akan turun kembali ke

dalam labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan disifon tidak berwarna tidak

tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali

Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

I52 Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen

kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana

sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada

fase kedua lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua

fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap

I53 Penguapan Rotavapor

Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan

pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat cairan

penyari dapat menguap 5-10ordm C di bawah titik didih pelarutnya

disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan Dengan bantuan

pompa vakum uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor

dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut

murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung

I54 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip absorpsi dan

partisi yang ditentukan oleh fase dalam (adsorben) dan fase gerak

(eluen) Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena

daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama

sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang

berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya hal inilah yang

menyebabkan terjadinya pemisahan

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel

akan tampak berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 254

nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan

indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya

yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh

komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi

dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan

semula sambil melepaskan energi

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan

berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah

karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor

yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi

cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh

komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi

dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan

semula sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada

lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II11 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)

II111 Klasifikasi

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Santalales

Familia Santalaceae

Genus Henslowia

Species Henslowia frutescens Champ

(Anonim 2012)

II112 Morfologi

Benalu (Henslowia frutescens Champ) merupakan perdu

yang bercabang banyak Ranting dengan ruas yang membesar

Daun bertangkai pendek eliptis sampai bentuk lanset kadang-

kadang bulat telur gundul 35-17 kali 15-7 dengan ujung yang

agak meruncing serupa kulit mengkilat Benalu merupakan

tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang

Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari

ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut Berbunga

pada bulan Juni-September Waktu panen pada bulan April-

Mei Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian

tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan

II113 Nama Daerah

Sumatra Dalu-dalu Mendalu Benalu (Melayu)

Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)

II114 Kandungan Kimia

Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin

flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)

II115 Kegunaan

Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang

antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan

bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik

pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa

nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et

al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain

juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan

penyakit campak (Thomas 1999)

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II21 Tujuan Ekstraksi

Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen

kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada

perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian

berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)

II22 Jenis-Jenis Ekstraksi

II221 Ekstraksi Cara Dingin

Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi

dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara

merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan

penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan

turun menyari simplisia

Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang

lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam

cairan penyari (Ditjen POM 1986)

II222 Ekstraksi Cara Panas

Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap

karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana

umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal

Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel

yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti

batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)

II23 Cara-Cara Ekstraksi

II231 Maserasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga

hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan

penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel

akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya

tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari

dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut

berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi

dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap

hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana

yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar

dan terlindung dari cahaya

Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan

di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar

terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan

konsentrasi antara di dalam dan di luar sel

II232 Perkolasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia

dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya

diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke

bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan

melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui

sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh

karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi

gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang

diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi

dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang

telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian

bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas

melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah

dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan

oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya

dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya

II233 Sokletasi (Tobo F 2001)

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga

menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-

molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu

alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung

hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan

beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika

diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak

memberikan noda lagi

Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan

termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara

dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara

dingin

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah

dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-

molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari

zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali

ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak

berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah

mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan

Keuntungan metode ini adalah

o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak

dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung

o Digunakan pelarut yang lebih sedikit

o Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini

o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada

wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan

sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga

dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume

pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya

o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok

untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu

tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang

berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur

ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif

II234 Refluks (Ditjen POM 1986)

Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan

di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas

bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian

dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap

uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun

kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian

seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama

3-4 jam

Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji

dan herba

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju

dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang

tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang

lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat

hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke

dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan

pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan

secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau

kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan

air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air

Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase

air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti

heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses

sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga

mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah

mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu

fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan

efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase

Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan

ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali

analit danatau menghilangkan pengganggu

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 2: Fitokimia gietha

I2 Rumusan Masalah

Dalam uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

1 Bagaimana cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ)

2 Bagaimana cara mengidentifikasi ekstrak sampel benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ)

3 Apa saja kandungan kimia dari tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ)

I3 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami

cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi

I4 Tujuan Percobaan

1 Mengetahui cara mengekstraksi daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) dengan metode sokletasi

2 Mengetahui cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ)

3 Mengetahui kandungan kimia daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ)

I5 Prinsip Percobaan

I51 Metode Ekstraksi Sokletasi

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi dengan kertas

saring sedemikian rupa cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat

sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola-bola

menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong

menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan siphon seluruh cairan akan turun kembali ke

dalam labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan disifon tidak berwarna tidak

tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali

Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

I52 Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen

kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana

sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada

fase kedua lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua

fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap

I53 Penguapan Rotavapor

Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan

pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat cairan

penyari dapat menguap 5-10ordm C di bawah titik didih pelarutnya

disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan Dengan bantuan

pompa vakum uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor

dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut

murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung

I54 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip absorpsi dan

partisi yang ditentukan oleh fase dalam (adsorben) dan fase gerak

(eluen) Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena

daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama

sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang

berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya hal inilah yang

menyebabkan terjadinya pemisahan

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel

akan tampak berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 254

nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan

indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya

yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh

komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi

dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan

semula sambil melepaskan energi

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan

berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah

karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor

yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi

cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh

komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi

dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan

semula sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada

lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II11 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)

II111 Klasifikasi

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Santalales

Familia Santalaceae

Genus Henslowia

Species Henslowia frutescens Champ

(Anonim 2012)

II112 Morfologi

Benalu (Henslowia frutescens Champ) merupakan perdu

yang bercabang banyak Ranting dengan ruas yang membesar

Daun bertangkai pendek eliptis sampai bentuk lanset kadang-

kadang bulat telur gundul 35-17 kali 15-7 dengan ujung yang

agak meruncing serupa kulit mengkilat Benalu merupakan

tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang

Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari

ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut Berbunga

pada bulan Juni-September Waktu panen pada bulan April-

Mei Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian

tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan

II113 Nama Daerah

Sumatra Dalu-dalu Mendalu Benalu (Melayu)

Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)

II114 Kandungan Kimia

Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin

flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)

II115 Kegunaan

Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang

antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan

bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik

pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa

nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et

al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain

juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan

penyakit campak (Thomas 1999)

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II21 Tujuan Ekstraksi

Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen

kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada

perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian

berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)

II22 Jenis-Jenis Ekstraksi

II221 Ekstraksi Cara Dingin

Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi

dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara

merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan

penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan

turun menyari simplisia

Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang

lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam

cairan penyari (Ditjen POM 1986)

II222 Ekstraksi Cara Panas

Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap

karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana

umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal

Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel

yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti

batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)

II23 Cara-Cara Ekstraksi

II231 Maserasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga

hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan

penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel

akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya

tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari

dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut

berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi

dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap

hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana

yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar

dan terlindung dari cahaya

Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan

di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar

terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan

konsentrasi antara di dalam dan di luar sel

II232 Perkolasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia

dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya

diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke

bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan

melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui

sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh

karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi

gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang

diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi

dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang

telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian

bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas

melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah

dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan

oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya

dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya

II233 Sokletasi (Tobo F 2001)

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga

menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-

molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu

alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung

hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan

beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika

diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak

memberikan noda lagi

Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan

termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara

dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara

dingin

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah

dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-

molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari

zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali

ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak

berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah

mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan

Keuntungan metode ini adalah

o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak

dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung

o Digunakan pelarut yang lebih sedikit

o Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini

o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada

wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan

sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga

dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume

pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya

o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok

untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu

tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang

berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur

ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif

II234 Refluks (Ditjen POM 1986)

Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan

di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas

bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian

dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap

uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun

kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian

seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama

3-4 jam

Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji

dan herba

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju

dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang

tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang

lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat

hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke

dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan

pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan

secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau

kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan

air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air

Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase

air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti

heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses

sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga

mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah

mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu

fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan

efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase

Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan

ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali

analit danatau menghilangkan pengganggu

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 3: Fitokimia gietha

dalam labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan disifon tidak berwarna tidak

tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali

Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

I52 Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen

kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana

sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada

fase kedua lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua

fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap

I53 Penguapan Rotavapor

Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan

pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat cairan

penyari dapat menguap 5-10ordm C di bawah titik didih pelarutnya

disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan Dengan bantuan

pompa vakum uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor

dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut

murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung

I54 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip absorpsi dan

partisi yang ditentukan oleh fase dalam (adsorben) dan fase gerak

(eluen) Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena

daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama

sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang

berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya hal inilah yang

menyebabkan terjadinya pemisahan

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel

akan tampak berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 254

nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan

indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya

yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh

komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi

dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan

semula sambil melepaskan energi

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan

berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah

karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor

yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi

cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh

komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi

dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan

semula sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada

lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II11 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)

II111 Klasifikasi

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Santalales

Familia Santalaceae

Genus Henslowia

Species Henslowia frutescens Champ

(Anonim 2012)

II112 Morfologi

Benalu (Henslowia frutescens Champ) merupakan perdu

yang bercabang banyak Ranting dengan ruas yang membesar

Daun bertangkai pendek eliptis sampai bentuk lanset kadang-

kadang bulat telur gundul 35-17 kali 15-7 dengan ujung yang

agak meruncing serupa kulit mengkilat Benalu merupakan

tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang

Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari

ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut Berbunga

pada bulan Juni-September Waktu panen pada bulan April-

Mei Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian

tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan

II113 Nama Daerah

Sumatra Dalu-dalu Mendalu Benalu (Melayu)

Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)

II114 Kandungan Kimia

Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin

flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)

II115 Kegunaan

Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang

antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan

bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik

pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa

nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et

al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain

juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan

penyakit campak (Thomas 1999)

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II21 Tujuan Ekstraksi

Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen

kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada

perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian

berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)

II22 Jenis-Jenis Ekstraksi

II221 Ekstraksi Cara Dingin

Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi

dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara

merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan

penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan

turun menyari simplisia

Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang

lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam

cairan penyari (Ditjen POM 1986)

II222 Ekstraksi Cara Panas

Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap

karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana

umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal

Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel

yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti

batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)

II23 Cara-Cara Ekstraksi

II231 Maserasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga

hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan

penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel

akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya

tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari

dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut

berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi

dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap

hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana

yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar

dan terlindung dari cahaya

Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan

di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar

terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan

konsentrasi antara di dalam dan di luar sel

II232 Perkolasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia

dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya

diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke

bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan

melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui

sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh

karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi

gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang

diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi

dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang

telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian

bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas

melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah

dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan

oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya

dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya

II233 Sokletasi (Tobo F 2001)

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga

menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-

molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu

alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung

hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan

beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika

diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak

memberikan noda lagi

Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan

termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara

dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara

dingin

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah

dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-

molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari

zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali

ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak

berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah

mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan

Keuntungan metode ini adalah

o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak

dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung

o Digunakan pelarut yang lebih sedikit

o Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini

o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada

wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan

sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga

dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume

pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya

o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok

untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu

tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang

berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur

ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif

II234 Refluks (Ditjen POM 1986)

Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan

di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas

bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian

dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap

uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun

kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian

seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama

3-4 jam

Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji

dan herba

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju

dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang

tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang

lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat

hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke

dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan

pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan

secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau

kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan

air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air

Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase

air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti

heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses

sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga

mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah

mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu

fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan

efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase

Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan

ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali

analit danatau menghilangkan pengganggu

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 4: Fitokimia gietha

berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya hal inilah yang

menyebabkan terjadinya pemisahan

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel

akan tampak berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 254

nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan

indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya

yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh

komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi

dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan

semula sambil melepaskan energi

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan

berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah

karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor

yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi

cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh

komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi

dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan

semula sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada

lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II11 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)

II111 Klasifikasi

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Santalales

Familia Santalaceae

Genus Henslowia

Species Henslowia frutescens Champ

(Anonim 2012)

II112 Morfologi

Benalu (Henslowia frutescens Champ) merupakan perdu

yang bercabang banyak Ranting dengan ruas yang membesar

Daun bertangkai pendek eliptis sampai bentuk lanset kadang-

kadang bulat telur gundul 35-17 kali 15-7 dengan ujung yang

agak meruncing serupa kulit mengkilat Benalu merupakan

tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang

Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari

ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut Berbunga

pada bulan Juni-September Waktu panen pada bulan April-

Mei Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian

tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan

II113 Nama Daerah

Sumatra Dalu-dalu Mendalu Benalu (Melayu)

Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)

II114 Kandungan Kimia

Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin

flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)

II115 Kegunaan

Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang

antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan

bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik

pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa

nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et

al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain

juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan

penyakit campak (Thomas 1999)

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II21 Tujuan Ekstraksi

Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen

kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada

perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian

berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)

II22 Jenis-Jenis Ekstraksi

II221 Ekstraksi Cara Dingin

Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi

dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara

merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan

penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan

turun menyari simplisia

Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang

lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam

cairan penyari (Ditjen POM 1986)

II222 Ekstraksi Cara Panas

Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap

karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana

umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal

Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel

yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti

batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)

II23 Cara-Cara Ekstraksi

II231 Maserasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga

hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan

penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel

akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya

tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari

dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut

berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi

dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap

hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana

yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar

dan terlindung dari cahaya

Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan

di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar

terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan

konsentrasi antara di dalam dan di luar sel

II232 Perkolasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia

dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya

diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke

bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan

melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui

sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh

karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi

gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang

diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi

dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang

telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian

bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas

melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah

dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan

oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya

dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya

II233 Sokletasi (Tobo F 2001)

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga

menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-

molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu

alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung

hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan

beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika

diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak

memberikan noda lagi

Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan

termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara

dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara

dingin

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah

dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-

molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari

zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali

ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak

berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah

mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan

Keuntungan metode ini adalah

o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak

dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung

o Digunakan pelarut yang lebih sedikit

o Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini

o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada

wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan

sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga

dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume

pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya

o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok

untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu

tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang

berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur

ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif

II234 Refluks (Ditjen POM 1986)

Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan

di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas

bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian

dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap

uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun

kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian

seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama

3-4 jam

Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji

dan herba

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju

dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang

tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang

lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat

hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke

dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan

pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan

secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau

kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan

air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air

Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase

air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti

heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses

sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga

mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah

mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu

fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan

efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase

Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan

ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali

analit danatau menghilangkan pengganggu

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 5: Fitokimia gietha

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II11 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)

II111 Klasifikasi

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Santalales

Familia Santalaceae

Genus Henslowia

Species Henslowia frutescens Champ

(Anonim 2012)

II112 Morfologi

Benalu (Henslowia frutescens Champ) merupakan perdu

yang bercabang banyak Ranting dengan ruas yang membesar

Daun bertangkai pendek eliptis sampai bentuk lanset kadang-

kadang bulat telur gundul 35-17 kali 15-7 dengan ujung yang

agak meruncing serupa kulit mengkilat Benalu merupakan

tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang

Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari

ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut Berbunga

pada bulan Juni-September Waktu panen pada bulan April-

Mei Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian

tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan

II113 Nama Daerah

Sumatra Dalu-dalu Mendalu Benalu (Melayu)

Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)

II114 Kandungan Kimia

Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin

flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)

II115 Kegunaan

Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang

antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan

bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik

pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa

nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et

al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain

juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan

penyakit campak (Thomas 1999)

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II21 Tujuan Ekstraksi

Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen

kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada

perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian

berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)

II22 Jenis-Jenis Ekstraksi

II221 Ekstraksi Cara Dingin

Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi

dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara

merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan

penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan

turun menyari simplisia

Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang

lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam

cairan penyari (Ditjen POM 1986)

II222 Ekstraksi Cara Panas

Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap

karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana

umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal

Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel

yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti

batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)

II23 Cara-Cara Ekstraksi

II231 Maserasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga

hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan

penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel

akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya

tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari

dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut

berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi

dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap

hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana

yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar

dan terlindung dari cahaya

Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan

di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar

terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan

konsentrasi antara di dalam dan di luar sel

II232 Perkolasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia

dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya

diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke

bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan

melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui

sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh

karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi

gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang

diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi

dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang

telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian

bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas

melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah

dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan

oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya

dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya

II233 Sokletasi (Tobo F 2001)

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga

menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-

molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu

alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung

hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan

beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika

diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak

memberikan noda lagi

Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan

termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara

dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara

dingin

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah

dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-

molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari

zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali

ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak

berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah

mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan

Keuntungan metode ini adalah

o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak

dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung

o Digunakan pelarut yang lebih sedikit

o Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini

o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada

wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan

sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga

dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume

pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya

o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok

untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu

tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang

berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur

ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif

II234 Refluks (Ditjen POM 1986)

Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan

di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas

bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian

dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap

uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun

kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian

seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama

3-4 jam

Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji

dan herba

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju

dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang

tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang

lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat

hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke

dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan

pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan

secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau

kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan

air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air

Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase

air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti

heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses

sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga

mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah

mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu

fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan

efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase

Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan

ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali

analit danatau menghilangkan pengganggu

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 6: Fitokimia gietha

Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)

II114 Kandungan Kimia

Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin

flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)

II115 Kegunaan

Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang

antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan

bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik

pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa

nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et

al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain

juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan

penyakit campak (Thomas 1999)

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II21 Tujuan Ekstraksi

Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen

kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada

perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian

berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)

II22 Jenis-Jenis Ekstraksi

II221 Ekstraksi Cara Dingin

Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi

dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara

merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan

penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan

turun menyari simplisia

Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang

lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam

cairan penyari (Ditjen POM 1986)

II222 Ekstraksi Cara Panas

Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap

karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana

umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal

Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel

yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti

batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)

II23 Cara-Cara Ekstraksi

II231 Maserasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga

hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan

penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel

akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya

tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari

dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut

berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi

dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap

hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana

yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar

dan terlindung dari cahaya

Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan

di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar

terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan

konsentrasi antara di dalam dan di luar sel

II232 Perkolasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia

dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya

diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke

bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan

melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui

sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh

karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi

gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang

diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi

dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang

telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian

bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas

melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah

dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan

oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya

dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya

II233 Sokletasi (Tobo F 2001)

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga

menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-

molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu

alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung

hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan

beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika

diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak

memberikan noda lagi

Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan

termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara

dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara

dingin

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah

dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-

molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari

zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali

ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak

berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah

mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan

Keuntungan metode ini adalah

o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak

dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung

o Digunakan pelarut yang lebih sedikit

o Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini

o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada

wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan

sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga

dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume

pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya

o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok

untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu

tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang

berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur

ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif

II234 Refluks (Ditjen POM 1986)

Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan

di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas

bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian

dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap

uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun

kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian

seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama

3-4 jam

Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji

dan herba

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju

dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang

tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang

lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat

hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke

dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan

pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan

secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau

kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan

air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air

Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase

air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti

heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses

sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga

mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah

mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu

fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan

efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase

Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan

ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali

analit danatau menghilangkan pengganggu

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 7: Fitokimia gietha

Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang

lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam

cairan penyari (Ditjen POM 1986)

II222 Ekstraksi Cara Panas

Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap

karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana

umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal

Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel

yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti

batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)

II23 Cara-Cara Ekstraksi

II231 Maserasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga

hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan

penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel

akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya

tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari

dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut

berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi

dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap

hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana

yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar

dan terlindung dari cahaya

Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan

di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar

terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan

konsentrasi antara di dalam dan di luar sel

II232 Perkolasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia

dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya

diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke

bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan

melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui

sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh

karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi

gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang

diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi

dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang

telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian

bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas

melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah

dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan

oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya

dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya

II233 Sokletasi (Tobo F 2001)

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga

menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-

molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu

alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung

hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan

beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika

diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak

memberikan noda lagi

Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan

termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara

dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara

dingin

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah

dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-

molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari

zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali

ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak

berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah

mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan

Keuntungan metode ini adalah

o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak

dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung

o Digunakan pelarut yang lebih sedikit

o Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini

o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada

wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan

sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga

dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume

pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya

o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok

untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu

tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang

berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur

ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif

II234 Refluks (Ditjen POM 1986)

Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan

di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas

bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian

dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap

uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun

kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian

seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama

3-4 jam

Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji

dan herba

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju

dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang

tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang

lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat

hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke

dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan

pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan

secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau

kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan

air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air

Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase

air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti

heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses

sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga

mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah

mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu

fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan

efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase

Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan

ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali

analit danatau menghilangkan pengganggu

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 8: Fitokimia gietha

Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan

di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar

terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan

konsentrasi antara di dalam dan di luar sel

II232 Perkolasi (Anonim 2011)

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk

simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia

dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya

diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke

bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan

melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui

sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh

karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi

gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang

diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi

dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang

telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian

bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas

melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah

dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan

oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya

dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya

II233 Sokletasi (Tobo F 2001)

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga

menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-

molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu

alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung

hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan

beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika

diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak

memberikan noda lagi

Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan

termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara

dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara

dingin

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah

dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-

molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari

zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali

ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak

berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah

mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan

Keuntungan metode ini adalah

o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak

dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung

o Digunakan pelarut yang lebih sedikit

o Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini

o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada

wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan

sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga

dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume

pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya

o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok

untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu

tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang

berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur

ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif

II234 Refluks (Ditjen POM 1986)

Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan

di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas

bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian

dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap

uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun

kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian

seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama

3-4 jam

Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji

dan herba

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju

dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang

tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang

lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat

hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke

dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan

pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan

secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau

kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan

air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air

Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase

air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti

heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses

sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga

mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah

mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu

fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan

efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase

Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan

ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali

analit danatau menghilangkan pengganggu

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 9: Fitokimia gietha

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga

menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-

molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu

alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung

hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan

beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika

diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak

memberikan noda lagi

Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan

termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara

dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara

dingin

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah

dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-

molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari

zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali

ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak

berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah

mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan

Keuntungan metode ini adalah

o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak

dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung

o Digunakan pelarut yang lebih sedikit

o Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini

o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada

wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan

sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga

dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume

pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya

o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok

untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu

tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang

berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur

ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif

II234 Refluks (Ditjen POM 1986)

Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan

di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas

bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian

dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap

uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun

kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian

seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama

3-4 jam

Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji

dan herba

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju

dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang

tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang

lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat

hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke

dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan

pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan

secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau

kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan

air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air

Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase

air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti

heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses

sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga

mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah

mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu

fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan

efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase

Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan

ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali

analit danatau menghilangkan pengganggu

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 10: Fitokimia gietha

o Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini

o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada

wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan

sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga

dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume

pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya

o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok

untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu

tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang

berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur

ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif

II234 Refluks (Ditjen POM 1986)

Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan

di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas

bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian

dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap

uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun

kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian

seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama

3-4 jam

Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang

mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji

dan herba

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju

dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang

tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang

lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat

hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke

dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan

pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan

secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau

kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan

air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air

Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase

air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti

heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses

sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga

mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah

mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu

fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan

efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase

Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan

ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali

analit danatau menghilangkan pengganggu

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 11: Fitokimia gietha

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju

dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang

tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang

lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat

hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke

dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan

pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan

secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau

kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan

air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air

Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase

air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti

heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses

sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga

mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah

mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu

fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan

efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase

Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan

ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali

analit danatau menghilangkan pengganggu

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 12: Fitokimia gietha

Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan

populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda

dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan

prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang

menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan

terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling

tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2

fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi

II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang

ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia

bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap

komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan

Noda adalah sebagai berikut

a Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan

tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak

merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut

ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi

b Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 13: Fitokimia gietha

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna

gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm

c Pereaksi Semprot H2SO4 10

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam

merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang

gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi

VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 14: Fitokimia gietha

BAB III

METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III11 Alat yang dipakai

1 Gunting

2 Parang

3 Gegep Bambu

4 Gunting Bunga

5 Cutter

6 Ember

7 Toples Kaca

8 Koran

9 Karung

10 Seperangkat alat Sokletasi

11 Statif dan Klem

12 Penangas Air

13 Neraca Analitik

14 Rotavapor

15 Gelas Ukur

16 Gelas Kimia

17 Cawan Porselin

18 Corong Pisah

19 Aluminium Foil

20 Pipet Tetes

21 Pipet Volume

22 Pipa Kapiler

23 Mistar

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 15: Fitokimia gietha

24 Lampu UV

25 Kipas Angin

26 Lempeng KLT

27 Tabung Reaksi

28 Rak Tabung

29 Mangkok

30 Batang Pengaduk

31 Sendok Tanduk

32 Botol Semprot

III12 Bahan yang dipakai

1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)

2 Metanol

3 Etil asetat

4 n-hexana

5 n-butanol

6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)

7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)

8 Eluen Heksan Etil asetat (91)

9 Eluen Heksan Etil asetat (101)

10 H2SO4 20

11 AlCl3

12 Pereaksi Dragendrof

13 Aquadest

14 Aluminium foil

15 Isolasi

16 Koran

17 Kertas saring

18 Dus

III2 Pengerjaan Sampel

III21 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 16: Fitokimia gietha

Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan

dengan cara daunnya dipetik

III22 Pengolahan Sampel

1 Penyiapan alat dan bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

mengambil sampel yang diinginkan

2 Pencucian

Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air

mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian

tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan

sebagainya

3 Sortasi basah

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian

tumbuhan yang tidak diinginkan

4 Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada

tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain

itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat

ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan

mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi

5 Pemotongan

Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil

dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar

luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif

6 Sortasi kering

Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari

kotoran-kotoran yang tidak diinginkan

III23 Ekstraksi Sampel

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 17: Fitokimia gietha

III231 Ekstraksi Sokletasi

a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia

frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan

b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara

Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan

diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi

pipa sifon)

Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung

kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi

tinggi pipa sifon

Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi

sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol

Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah

(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu

Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah

dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi

air dan di beri pemanas air

Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan

penyari naik keatas pipa samping kemudian di

embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun

ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk

simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan

mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian

turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus

hingga cairan penyari menjadi bening

Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk

menempatkan ekstrak kental metanol

Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan

kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan

III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 18: Fitokimia gietha

1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam

gelas kimia tambah 20 ml n-heksan

2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga

terpisah

3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan

porselin

5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di

kocok

6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan

sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang

sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan

yang diuapkan lapisan atas n-heksan)

7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap

III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol

a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)

dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-

butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah

b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas

kimia

c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan

porselin

d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam

corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan

didiamkan hingga terpisah

e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3

kali

f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 19: Fitokimia gietha

III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia

III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20

3 Ditambahkan 10 ml aquadest

4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff

5 Dikocok dan diamati perubahan warna

6 Positif jika warna merah kekuningan

III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid

1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi

sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi

2 Ditambahkan 1 ml AlCl3

3 Dikocok dan diamati perubahan warna

4 Positif jika warna kuning

III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis

III251 Pembuatan Lempeng KLT

Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel

dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas

dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan

panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm

III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)

1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya

2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan

3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang

panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian

ditutup dan dibiarkan terelusi

III253 Pembuatan Eluen

Dibuat 20 ml dengan perbandingan

1 Etil asetat Heksana Air

9 1 1

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 20: Fitokimia gietha

Etil Asetat 911

x 20 ml=1636 ml

Heksan 111

x 20 ml=18 ml

Air 111

x 20 ml=18 ml

2 Etil asetat Heksana Air

9 2 1

Etil Asetat 9

12x20 ml=15 ml

Heksan 2

12x20 ml=33 ml

Air 1

12x20 ml=16 ml

3 Heksana Etil asetat

9 1

Heksan 9

10x20 ml=18 ml

Etil Asetat 1

10x20 ml=2 ml

4 Heksana Etil asetat

10 1

Heksan 1011

x20 ml=181 ml

Etil Asetat 111

x 20 ml=18 ml

III254 Penotolan Sampel pada Lempeng

1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dimasukkan ke dalam cawan porselin yang

berbeda

3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol

dilarutkan dalam beberapa ml metanol

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 21: Fitokimia gietha

4 Masing-masing ekstrak diambil dengan

menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)

kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah

disiapkan

5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan

sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu

dimasukkan pada gelas kimia yang telah

dijenuhkan

6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng

silika gel maka lempeng segera dikeluarkan

III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm

Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng

silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm

kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri

tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak

di permukaan lempeng

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 22: Fitokimia gietha

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan

IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi

Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak

Metanol

n-Heksana

n-butanol

1 g

076 g

049 g

-

24

51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak

Metanol

Identifikasi PerlakuanHasil

PengamatanKeterangan

Uji Alkaloid

a 1 ml HCl 2N

b 5 tetes Pereaksi

Dragendroff

Warna Hijau

(-) tidak mengandung

Alkaloid

Uji Flavonoida 1 ml AlCl3

Warna Kuning

(+) mengandung

Flavonoid

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 23: Fitokimia gietha

IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak

Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan

menggunakan berbagai Eluen

1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 078

c Rf3 = 095

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 065

b Rf2 = 095

2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 064

b Rf2 = 072

c Rf3 = 093

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 060

b Rf2 = 092

3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)

Nilai Rf

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 035

b Rf2 = 089

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 031

b Rf2 = 089

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 24: Fitokimia gietha

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 014

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 0035

4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)

Nilai Rf

Ekstrak Metanol

a Rf1 = 0136

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 009

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

Ekstrak n-butanol

a Rf1 = 008

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 25: Fitokimia gietha

IV2 Pembahasan

Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari

berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu

tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang

disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan

Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan

yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa

metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi

ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi

identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang

diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada

dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip

kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar

melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non

polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak

sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut

tersari disebut ampas

Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel

adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 26: Fitokimia gietha

ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau

identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum

proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi

terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses

pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta

pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan

sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan

(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi

Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam

keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda

dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu

pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan

Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam

pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan

digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu

panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian

daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah

itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk

menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun

Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-

daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain

serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau

rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan

menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-

bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses

pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar

air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik

yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan

yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 27: Fitokimia gietha

langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi

kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan

sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses

sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel

simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan

sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g

sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441

Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah

diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi

Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam

klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu

alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam

simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh

cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat

banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang

digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih

yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat

melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga

cairan penyari jernih

Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak

dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat

Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari

yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan

Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu

penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor

yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat

oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC

dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 28: Fitokimia gietha

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan

pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses

penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada

labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi

disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang

lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan

disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1

gram

Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses

partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali

ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan

pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak

kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-

cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk

menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu

kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi

cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia

di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian

komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase

kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok

lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua

lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase

tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan

konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental

yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase

ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049

gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51

Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang

meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan

identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 29: Fitokimia gietha

kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen

kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang

telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-

kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-

sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas

farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses

biosintesisnya

Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan

alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi

Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada

sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi

perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang

kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu

AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid

dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning

Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan

menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan

chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada

chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga

melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip

dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip

adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng

KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau

pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan

terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng

sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis

dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda

pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda

tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 30: Fitokimia gietha

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari

tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke

keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan

perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan

hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda

pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada

yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja

lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan

berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap

Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam

eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi

perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan

adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen

dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan

semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan

kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat

mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula

Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada

proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan

bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi

pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang

dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor

sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena

kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada

proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga

menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas

atas

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 31: Fitokimia gietha

BAB V

PENUTUP

V1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa

1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi

dengan cara sokletasi

2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens

Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak

dengan metode KLT

3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu

hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia

yaitu flavonoid

V2 Saran

Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil

yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 32: Fitokimia gietha

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses

pada hari sabtu 19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19

November 2012)

Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu

19 November 2012)

Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml

(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)

Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium

Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 33: Fitokimia gietha

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU

HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH

NAMA HERLANDO MT

STAMBUK G 701 10 026

KELOMPOK VI A

ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 34: Fitokimia gietha

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah

memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah

ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai

dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya

Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud

dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat

bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23

september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab

Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain

Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami

atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap

segala macam aspek kesulitan

Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta

penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik

Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu

berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini

Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari

Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat

bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin

Palu Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 35: Fitokimia gietha

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

I2 Rumusan Masalah

I3 Maksud Percobaan

I4 Tujuan Percobaan

I5 Prinsip Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II1 Uraian Bahan Alam

II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II3 Ekstraksi Cair-cair

II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI KERJA

III1 Alat dan Bahan

III2 Pengerjaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV1 Hasil Praktikum

IV2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

V1 Kesimpulan

V2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 36: Fitokimia gietha

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun

20122013

Palu 13 Desember

2011

Dosen Pembimbing Praktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)

Mengetahui

Koordinator Umum Koordinator

Golongan

(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
Page 37: Fitokimia gietha

BIOGRAFI

Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • KATA PENGANTAR
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
  • II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam