makalah final rps.doc

20
1. PENGERTIAN KARYA ILMIAH Istilah karya ilmiah digunakan untuk sebuah tulisan yang disusun secara sistematis menurut aturan atau kaidah tertentu bedasarkan hasil berfikir ilmiah. Berfikir ilmiah yang menghasilkan metode ilmiah tersebut dapat digambarkan dalam lima fase berfikir yaitu: (1) menyadari adanya masalah, (2) membatasi dan mengidentifikasi masalah (observasi/ pengumpulan data) untuk mendefinisikan masalah dengan lebih akurat, (3) mengajukan pemecahan masalah yang disarankan (hipotesis), (4) secara deduktif memikirkan tentang konsekuensi dari pemecahan masalah yang diajukan, yakni memikirkan tentang apakah akibat lanjut apabila yang diajukan benar adanya, (5) menguji hipotesis dengan cara mencari bukti-bukftti yang dapat diobservasi dan dianalisis untuk memperoleh kepastian apakah konsekuensi itu benar-benar terjadi. Adapun istilah tulisan (karya tulis) dimaksudkan untuk menyatakan karangan yang disusun berdasarkan ide penulisnya yang diperkuat oleh data serta pernyataan dan gagasan orang lain. Itulah sebabnya dikenal istilah penulis. Dalam hal ini perlu dibedakan dengan pengarang. Penulis, di samping mengungkapkan ide, dapat juga ide tersebut didukung oleh gagasan dan pernyataan orang lain. Bahkan penulis kadang-kadang hanya mengompilasi yang diolah dalam bentuk baru dan utuh, karena seringkali karangan aslinya 1

Transcript of makalah final rps.doc

Page 1: makalah final rps.doc

1. PENGERTIAN KARYA ILMIAH

Istilah karya ilmiah digunakan untuk sebuah tulisan yang disusun secara

sistematis menurut aturan atau kaidah tertentu bedasarkan hasil berfikir ilmiah. Berfikir

ilmiah yang menghasilkan metode ilmiah tersebut dapat digambarkan dalam lima fase

berfikir yaitu: (1) menyadari adanya masalah, (2) membatasi dan mengidentifikasi

masalah (observasi/ pengumpulan data) untuk mendefinisikan masalah dengan lebih

akurat, (3) mengajukan pemecahan masalah yang disarankan (hipotesis), (4) secara

deduktif memikirkan tentang konsekuensi dari pemecahan masalah yang diajukan,

yakni memikirkan tentang apakah akibat lanjut apabila yang diajukan benar adanya, (5)

menguji hipotesis dengan cara mencari bukti-bukftti yang dapat diobservasi dan

dianalisis untuk memperoleh kepastian apakah konsekuensi itu benar-benar terjadi.

Adapun istilah tulisan (karya tulis) dimaksudkan untuk menyatakan karangan

yang disusun berdasarkan ide penulisnya yang diperkuat oleh data serta pernyataan dan

gagasan orang lain. Itulah sebabnya dikenal istilah penulis. Dalam hal ini perlu

dibedakan dengan pengarang. Penulis, di samping mengungkapkan ide, dapat juga ide

tersebut didukung oleh gagasan dan pernyataan orang lain. Bahkan penulis kadang-

kadang hanya mengompilasi yang diolah dalam bentuk baru dan utuh, karena

seringkali karangan aslinya disusun dengan tergesa-gesa sehingga kurang tepat

hasilnya.

Ciri khas sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan metode ilmiah ialah

keobjektifan pandangan yang dikemukakan dan kedalaman makna yang disajikan

sehingga tulisan dapat dirasakan ilmiah. Sebuah tulisan dirasakan mengandung

kebenaran objektif, karena didukung oleh informasi (data) yang sudah teruji

kebenarannya dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran dan analisis yang

mampu menukik ke dasar masalah. Tulisan ilmiah akan kehilangan keilmiahannya

manakala mengemukakan ilmu (teori dan fakta) pengetahuan saja, melainkan sifat

yang diperoleh dengan metode mengkaji masalah, fakta, atau fenomena secara eksak.

Disebut eksak atau tepat (dan tidak disebut pasti atau mutlak), karena dalam pengkajian

itu selalu ada sejumlah kecil kemungkinan (1-5%) timbul kesalahan (pengukuran),

kelainan (mutu), atau penyimpangan (hasil) (Soeseno, 1986:2).

1

Page 2: makalah final rps.doc

Penulisan karya ilmiah menuntuk adanya sikap, pengetahuan dan keterampilan

khusus dari penulisnya. Sikap, pengetahuan, dan keterampilan khusus yang dituntut

dari seorang penulis karya ilmiah adalah: (1) sikap ingin tahu, selalu bertanya-tanya

mengenai beberapa hal yang dihadapinya; (2) sikap kritis, sikap selalu tidak puas

dengan jawaban tunggal dan selalu berusaha mencari hal-hal apa yang ada dibelakang

gejala dan fakta yang dihadapi; (3) sikap terbuka, selalu bersedia mendengarkan

keterangan dan argumentasi orang lain, meskipun berbeda dengan pendiriannya; (4)

sikap menghargai karya orang lain, memiliki jiwa yang cukup besar untuk menghargai

karya orang lain tanpa merasa dirinya kecil; (5) sikap objekitf, dapat menyisihkan

prasangka pribadi atau kecenderungan yang tidak beralasan; (6) sikap berani

mempertahankan kebenaran, kebenaran yang berupa fakta atas hasil penelitiannya

sendiri atau hasil penelitian (karya) orang lain; (7) sikap menjangkau ke depan; (8)

menguasai car-cara (metode) ilmiah dan mengikutinya dengan jujur; dan (9) menguasai

bahasa secara baik dan benar, baik dalam tata bahasa, kosa kata dan istilah-istilah

ilmiah di bidangnya dan bidang lainnya (Brotowidjojo, 1985; Sastrohutomo, 1983).

2. JENIS KARANGAN ILMIAH

Secara umum, karangan ilmiah berbeda dengan karangan populer. Karangan

populer berangkatnya dari imajinasi, sedangkan karangan ilmiah, seperti yang

dijelaskan oleh Day (Djuroto dan Bambang (2003: 12-13), merupakan karya tulis

ilmiah yang memaparkan hasil penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang

didapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboartorium ataupun kajian

pustaka yang disusun menurut metode dan sistematika tertentu dengan isi serta

kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Kajian atau penelitian itu bisa berbebtuk

penelitian lapangan, pennelusuran literatur (kepustakaan) atau pengamatan (observasi).

Apapun bentuknya, penelitian tersebut tentu saja harus memenuhi kaidah dan etika

keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarkat keilmuan.

Karangan ilmiah sebagai karya yang berbeda dengan karangan populer

memiliki beberapa perbedaan, yakni:

2

Page 3: makalah final rps.doc

1. Akurat (accurate),dalam pengertian bahwa pengembangan dan keterangan yang

diberikan didasarkan pada data faktual,apa adanya,dan dapat diuji kebenarannya,

bukan berdasarakan imajinasi seperti pada karangan popular.

2. Ringkas (brief) atau tidak bertele – tele. Bahasa dalam karangan ilmiah

menggunakan bahasa formal, lugas atau denotative serta mengikuti kaidah–kaidah

bahasa yang berlaku, dan menghindari pemakaian kata ambigu atau ungkapan

bermakana ganda atau multi tafsir.

3. Jelas dan tuntas (clear), artinya penjelasan berkaitan dengan masalah dan

dipaparkan secara proporsional.

4. Etis (ethical), dalam arti mengikuti secara ajeg notasi ilmiah seperti pencantuman

sumber pendapatan apabila dikutip dari sumber lain dengan cara menyebutkan

nama sumber data atau informasi secara jujur, hal ini juga untuk menghindari

penulisan dari plagiasi.

5. Obyektif, artinya tidak memihak, penulis mengungkapan apa adanya sesuai dengan

fakta.

6. Sistematis, penjelasan harus meruntut tidak melompat-lompat, dimulai dari

pendahuluan, pembahasan, dan penutup.

7. Logis (logical), artinya ada hubungan antara bagian dengan menggunakan cara

berfikir analitik, deduktif, atau induktif.

Berdasarkan pengembangannnya karangan ilmiah dapat dibedakan menjadi :

1. Deduktif, yakni pengembangan karangan tulis yang berangkat dari kajian teori,

dibuktikan pada data di lapangan.

2. Induktif, pengembangan karangan tulis yang berangkat dari data di lapangan,

disimpulkan menjadi teori.

3. Campuran, yakni pengembangan karangan tulis dari kajian teori dan data di

lapangan yang diintegrasikan.

Berdasarkan bentuknya karangan ilmiah dapat dibedakan menjadi 10, yakni:

1. Artikel, dapat dibedakan menjadi dua yakni artikel popular dan artikel ilmiah. Pada

artikel popular pengembangan tulisannya menggunakan bahasa-bahasa popular,

sedangkan artikel ilmiah pengembanagan tulisannya menggunakan bahasa formal.

3

Page 4: makalah final rps.doc

2. Esai, merupakan karangan bebas yang tidak terikat satu peraturan penulisan

karangan tulis tertentu.

3. Laporan, merupakan tulisan yang berisi rekaman kegiatan tentang suatu yang

sedang dikerjakan, digarap, diteliti, atau diamati, dan mengandung saran untuk

dilaksanakan, seperti laporan Praktik Pengalaman Lapangan dan Laporan

Praktikum. Laporan ini disampaikan dengan cara soebjektif mungkin.

4. Makalah, merupakan Karangan ilmiah yang berisi hasil pembahasan yang ditulis

secara sistematis dan runtut disertai analisis yang logis dan objektif.

5. Skripsi, yakni karangan ilmiah yang diajukan sebagai tugas akhir dan salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana.

6. Tesis, yakni karangan ilmiah dengan tingkat pembahasan lebih dalam daripada

skripsi.

7. Disertasi, yakni karangan ilmiah yang diajukan untuk mencapai gelar doctor, yaitu

gelar tertinggi yang diberikan oleh suatu unversitas.

8. Resensi, yakni karangan ilmiah yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau

penilaian sebuah buku.

9. Kritik (berasal dari kata Yunani kritikos yang berarti ‘hakim’), yaitu karangan

ilmiah yang berisi penilaian baik-buruknya suatu karangan secara objektif.

10. Proposal, yaitu karangan ilmiah yang berisi rancangan kegiatan, penelitian, atau

perjalanan.

3. KARAKTERISTIK KARANGAN ILMIAH

Dalam menulis karya ilmiah ada yang harus dipenuhi sebagai syarat-syarat atau

ciri-ciri sebuah karya ilmiah. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Objektif

Pengumpulan data dalam karya ilmiah harus dilakukan dengan tekun, teliti, dan

objektif tanpa harus purbasangka. Sehingga semua kenyataan ilmiah yang dihadapi

taka da yang diabaikan atau ditinggalkan.

2. Sopan dan Rendah Hati

Ciri kesopanan suatu karya ilmiah terlihat dari kata-kata atau kalimat dari bahasa

yang dipakai. Selain itu juga mencerminkan kerendahan hati penulisnya karena

tidak ada kata atau kalimat yang sifatnya menggurui.

4

Page 5: makalah final rps.doc

3. Jujur

Sebuah kejujuran dari karya ilmiah bisa dilihat dari mana kenyataan (data) didapat,

sumber data dikemukakan dengan jelas, bila mengambil pendapat atau data dari

karya ilmiah lain harus diterangkan daftar pustakanya.

4. Jelas, Tegas, Singkat, dan Teliti

Kata-kata yang digunakan dalampenulisan naskah ilmiah harus jelas dan tegas.

Kata-kata atau istilah yang baru atau asing harus dijelaskan dengan keterangan

yang jelas dan tepat. Sebisa mungkin untuk satu kalimat ada satu pengertian atau

satu istilah saja.

5. Kompak, Kontinyu, dan Lancar

Penulisan karya ilmiah yang kompak, kontinyu, dan lancer dimaksudkan agar yang

dituturkan itu mudah dimengerti dan diterima pembaca sehingga ada kelangsungan

pemikiran secara ilmiah. Kesimpulan yang diambil didasarkan atas alasan-alasan

yang masuk akal dan dapat dipertangungjawabkan. Pembagian dari satu bab ke bab

yang lain berikutnya harus mencerminkan adanya kesinambungan masalah dan

lancar penuturannya.

6. Analisis dan Konstruksi

Karya ilmiah tidak hanya dideskripsikan saja, akan tetapi juga harus dianalisis serta

dikonstruksikan. Di dalam tulisan harus ada suatu analisis mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi kepatuhan terhadaphukum tersebut. Setelah faktor-faktor tadi

dianalisis, kemudian diperlukan konstruksi atau komposisi terhadap unsur-unsur

yang telah diuraikan.

3.1. Karakteristik Kalimat dan Paragraf Karya Ilmiah

Ragam memiliki karakteristik yang khas menandai eksistensinya

sekaligus membedakan dengan ragam bahasa yang lain, sebagai berikut:

1. Cendekia, BIK mampu dipakai untuk mengungkapkan hasil berpikir logis

secara tepat

2. Lugas dan jelas, BIK digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara

jelas dan tepat

5

Page 6: makalah final rps.doc

3. Gagasan sebagai pangkal tolak, BIK digunakan dengan orientasi gagasan.

4. Formal dan objektif, unsur yang digunakan dalam BIK merupakan unsur yang

berlaku dalam situasi formal atau resmi

5. Baku (standard), sesuai dengan kedudukan bahasa Negara.

3.1.1. Karakteristik Kalimat Efektif

Konsep kalimat efektif dikenal dalam hubungannya dengan fungsi kalimat

sebagai alat komunikasi. Kalimat dikatakan efektif jika mampu membuat proses

penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna, dan juga mampu

membuat isi dan maksud yang disampaikan oleh penulis itu tergambar lengkap

dalam pikiran pembaca, persisi seperti apa yang disampaikan.

Sebagai sebuah kalimat efektif perlu diperhatikan beberapa hal sebagai ciri-

ciri kalimat efektif, yaitu: (1) gramatikal, (2) logis, (3) diksi (pilihan kata), (4)

menunjukkan kesatuan gagasan, (5) memiliki koherensi yang baik, (6) tidak

ambigu (bermakna ganda), (7) memiliki kesejajaran bentuk.

3.1.2. Karakteristik Paragraf ilmiah

Paragraf meruuakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah tulisan. Dalam

paragraf terkandung satu kesatuan pikiran yang didukung oleh semua kalimat

dalam paragraf tersebut.

a. Unsur-Unsur Paragraf

Yang dimaksud unsur-unsur parahraf adalah beberapa komponen yang

membangun paragraf sehingga paragraf tersebut tersusun secara logis dan sistematis.

Ada empat unsur yang membangun paragraf, yaitu: (1) unsur transisi, (2) kalimat

topik, (3) kalimat pengembang, (4) kalimat penegas.

1) Transisi

Transisi adalah penanda hubungan antara paragraf yang satu dengan paragraf

lain yang berdekatan. Transisi ini merupakan petunjuk bagi pembaca kea rah mana

isi sedang bergerak atau mengingatkan pembaca apakah suatu paragraf baru

6

Page 7: makalah final rps.doc

bergerak searah dengan gagasan paragraf sebelumnya. Oleh karena itu, sering

dikatakan bahwa unsur transisi ini berfungsi sebagai penunjang keutuhan dan

kepaduan paragraf.

Kehadiran transisi suatu paragraf bukan merupakan suatu keharusan. Hal ini

bergantung pada pertimbangan penulis

Ada dua macam transisi paragraf, yaitu transisi berupa kalimat dan teansisi

berupa kata. Transisi kalimat berfungsi ganda, yakni sebagai transisi yang

menghubungkan paragraf satu dengan yang lainnya dan sebagai pengantar topik

utama yang akan kita bicarakan. Letak transisi kalimat selalu mendahului kalimat

topik.

Selain transisi kata/kelompok kata penanda hubungan kelanjutan, penenda

transisi kata yang lain adalah sebagai berikut:

1) Penanda hubungan perbandingan, yaitu penanda hubungan yang digunakan

untuk mengaitkan paragraf sebanding atau seimbang gagasannya.

2) Penanda hubungan pertentangan, yaitu penanda hubungan yang digunakan

untuk mengaitkan dua paragraf yang memiliki gagasan yang

kontras/bertentangan.

3) Penanda hubungan akibatan/ hasilan, yaitu penanda hubungan yang digunakan

untuk mengaitkan dua paragraf yang berisi sebab-akibat.

4) Penanda hubungan sebaban, yaitu penanda hubungan yang digunakan untuk

mengaitkan dua paragraf yang berisi akibat-sebab.

5) Penanda hubungan tujuan/maksud, yaitu penanda hubungan yang digunakan

untuk mengaitkan dua paragraf, paragraf pertama berisi tindakan dan paragraf

kedua (berpenanda) berisi tujuan dari paragraf pertama.

6) Penanda hubungan (pengantar) simpulan/ringkasan, yaitu penanda hubungan

yang digunakan untuk mengantarkan paragraf yang berisi ringkasan atau

kesimpulan.

7) Penenda hubungan tempat, yaitu penanda hubungan yang digunakan untuk

mengaitkan dua paragraf yang berisi/menunjukan tempat.

b. Prinsip-Prinsip Penyusunan Paragraf

7

Page 8: makalah final rps.doc

Dalam pengembangan paragraf penulis harus menyajikan dan

mengorganisasikan menjadi paragraf yang memenuhi prinsip-prinsip penyusunan

paragraf .prinsip-prinsip itu ialah kesatuan,kepaduan, dan kelengkapan.

1) Kesatuan

Paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat yang membina

paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik itu .

2) Kepaduan (khorensi)

Kepaduan paragraf akan terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-

kalimat yang membina paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Pembaca

mudah mengikuti jalan pikiran penulis tanpa merasa ada sesuatu yang

menghambat, tidak terasa adanya loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.

Untuk menyusun paragraf yang memenuhi prinsip kepaduan, kita dapat

menggunakan beberapa penanda hubungan yang berupa unsur kebahasaan sebagai

berikut.

1. Pengulangan kata kunci dalam beberapa kalimat

Kepaduan di capai dengan pengulangan kata kunci, yaitu kata yang di

anggap penting dalam sebuah paragraf yang berfungsi sebagai pemelihara

kepaduan kalimat. Kata kunci yang mula mula timbul dari awal paragraf,

kemudian di ulang-ulang dalam kalimat berikutnya.

Pengulangan lainnnya yang sering digunakan:

a. Pengulangan dengan sinonim

b. Pengulangan dengan antonim

c. Pengulangan dengan hiponim (kata yang menjadi subordinat kata lain)

d. Pengulangan kata-kata yang kolokasi (yang lazim muncul dalam satu

konteks)

2. Pemakaian kata ganti

Dalam bahasa Indonesia, kata ganti kata ganti terdiri atas : (1) kata ganti

diri: saya, kami, kita, engkau, dia, mereka, anda; (2) Kata ganti milik: -ku, -

8

Page 9: makalah final rps.doc

mu. -nya, apa, siapa, mana; (3) kata ganti tunjuk : ini, itu, sini, situ, sana; (4)

kata ganti Tanya: apa, siapa, mana; (5) kata ganti hubung ; yang (6) kata

ganti tak tentu : siapa-siapa, musing-musing , sesuatu, seseorang, para.

3. Pemakaian kata hubung dan kata yang berfungsi sebagai kata hubung

(1) hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: sejalan dengan,

sama halnya, senada dengan.

(2) hubungan yang menyatakan kelanjutan , misalnya:dan, serta, selanjutnya,

lagi pula, tambahan lagi, lagi

(3) hubungan yang menyatakan pertentangan, misalnya:sebaliknya, namun,

tetapi, berbeda dengan.

(4) hubungan yang menyatakan akibatan hasilan ,misalnya: maka,sehingga,

akibatnya.

(5) hubungan yang menyatakan sebaban misalnya: sebab, karena, oleh

karena, oleh sebab, sebabnya .

(6) hubungan yang menyatakan tujuan maksud, misalnya: agar, supaya,

dimaksudkan, tujuanya, dengan harapan.

(7) hubungan yang menyatakan simpulan ,misalnya: jadi, dengan, demikian,

akhirnya.

(8) hubungan yang menyatakan urutan, misalnya: pertama,kedua,ketiga,

sebaab itu , kemudian, akhirnya.

(9) hubungan yang menyatakan andaian syaratan , misalnya: jika,

seandainya , apabila .

Yang di maksud pemerincian dan urutan isi paragraf ialah bagaimana cara

pengembangan sebuah gagasan utama menjadi sebuah paragraf dan bagaimana

hubungan antara gagasan utama dengan gagasan-gagasan pengembang .

3) Kelengkapan

9

Page 10: makalah final rps.doc

Ini berarti paragraf yang kita tulis berisi kalimat kalimat pengembang

yang cukup menunjang kejelasan kalimat topic. Sebuah paragraf menjadi tidak

lengkap manakala paragraf itu tidak dikembangkan atau hanya di perluas

dengan pengulangan pengulangan.

c. Pengembangan paragraf

Pengembangan paragraf yang memperhatikan prinsip prinsip tersebut,

haruslah memperhatikan hal hal berikut : (1) penyusunan kalimat topic yang

baik , (2) penonjolan kalimat topic dalam paragraf, (3) penggunaan kata kataa

hubung (transisi), frase, dan alat lain di dalam dan di antara paragraf.

Dalam pengembangan paragraf , ada beberapa teknik yang bisa di pakai,

di antaranya: (1) cara alamiah, (2) cara klimaks dan antiklimaks , dan (cara

umum-khusus/ khusus-umum )

(1) Cara alamiah

Pengembangan paragraf secara alamiah di dasarkan pada keadaan yang

nyata di alam. susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu urutan ruang

dan urutan waktu. Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca

dari satu titik ke titik berikutnya dalam satu ruang. Adapun urutan waktu

(kronologis) adalah urutan yang menggambarkan rangkaian peristiwa, perbuatan

atau tindakkan.

(2) Klimaks dan antiklimaks

Pengembangan paragraf dengan urutan klimaks, yaitu suatu gagasan

pokok mula mula terperinci dengan gagasan pengembang yang di anggap paling

rendah kedudukannya, variasi dari pengembangan klimaks adalah antiklimaks,

yaitu kita mulai dari suatu gagasan yang di anggap paling tinggi kedudukannya,

kemudian perlahan lahan menurun melalui gagasan gagasan yang lebih rendah

hingga yang paling rendah .

(3) Umum-Khusus/ Khusus-Umum

10

Page 11: makalah final rps.doc

Pengembangan paragraf yang menggunakan teknik umum-khusus di lakukan

dengan cara kalimat topic di kembangkan dengan pemaparan dan deskripsi

sampai bagian bagian yang paling kecil,sehingga pengertian kalimat topic yang

bersifat umum menjadi jelas, bentuk paragraf yang di kembangkan dengan cara

demikian itu di sebut paragraf deduktif. Sebaliknya jika paragraf di mulai dengan

penjelasan bagian bagian konkret atau khusus yang di tuangkan dalam beberapa

kalimat pengembang kemudian di akhiri dengan kalimat topik, maka

pengembangan paragraf tersebut mengikuti alur khusus-umum atau di sebut

paragraf induktif.

Suatu paragraf atau antar paragraf satu dengan yang lainnya dapat

digunakan kata-kata hubung(transisi), frase, atau alat-alat lain, seperti yang

dijelaskan sebelumnya. Jika tidak ada kata-kata yang menghubung-hubungkan isi

paragraf sebelumnya dengan paragaraf berikutnya, tentu pembaca akan kesulitan

memahami isi tulisan kita secar keseluruan.

Dalam mengembangkan paragraf, ada beberapa teknik yang bisa dipakai, di

antarnya: (1) cara ilmiah, (2) cara klimaks dan antiklimaks, dan (3) cara umum-

khusus khusus-umum.

(1) Cara Ilmiah

Pengembangan paragraf secara ilmiah didasarkan pada keadaan yang nyata

di alam.Susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu urutan ruang dan

waktu. Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu

titik ke titik berikutnya dalam satu ruang. Misalnya, gambaran dari depan ke

belakang, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari kiri ke kanan, dan

sebagainya. Adapun urutan waktu (kronologis) adalah urutan yang

menggambarkan rangkaian peristiwa, perbuatan, dan tindakan.

(2) Klimaks dan Antiklimaks

Pengembangan paragraf dengan urutan klimaks, yaitu suatu gagasan pokok

mula-mula diperinci dengan gagasanpengembang yang dianggap paling rendah

11

Page 12: makalah final rps.doc

kedudukannya, berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga gagasan yang

paling tinggi kedudukannya/kepentinganya.

Variasi dari pengembangan klimaks adalah antiklimaks, yaitu kita mulai

dari sutu gagasan yang dianggap paling tinggi kedudukannya, kemudain

perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan yang lebih rendah yang paling

rendah.

(3) Umum-Khusus/Khusus-Umum

Pengembangan paragraf yang menggunakan teknik Umum-Khusus

dilakukan dengan cara kalimat topik dikembangkan dengan pemaparan atau

deskripsi sampai bagian-bagian yang paling kecil sehingga pengertian kalimat

topik yang bersifat umum menjadi jela. Bentuk paragarf yang dikembangkan

dengan cara demikian itu disebut paragraf deduktif. Sebalikya, jika paragraf

dimulai dengan penjelasan bagian-bagian konkret atau khusus yang dituangkan

dalam beberapa kalimat pengembang kemudian diakhiri dengan kalimat topik,

maka pengembangan paragraf tersebut mengikuti alur khusus-umum atau disebut

paragraf induktif.

Variasi dari paragraf deduktif dan induktif adalah semacam penggabungan

(campuran), yaitu pada awal paragraf terhadap kalimat-kalimat topik disusul

kalimat-kalimat pengembang dan diakhiri lagi denga kalimat topik yang

berfungsi sebagai penegas.

Dari pola pengembang paragraf umum-khusus(deduktif), khusu-

umum(induktif), dan campuran tersebut disusun beberapa jenis paragraf lain.

Kelainannya terletak pada cara pengembangan kalimat topiknya, seperti:

1. Paragraf Perbandingan

Kalimat topik berisi perbandingn dua hal, misalnya yang bersifat abstrak

dan yang bersifat konkretmerinci . Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan

memerinci perbandingan tersebut dalam bentuk yang konkret atau bagian-bagian

kecil. Paragraf yang kita bentuk dengan cara ini disebut paragraf perbandingan.

12

Page 13: makalah final rps.doc

2. Paragraf Contoh

Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat memberikan

penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh yang

konkret. Paragraf yang kita bentuk dengan cara ini disebut paragraf contoh.

3. Paragraf Sebab-Akibat

Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab-akibat.

Dalam hal ini dapat berfungsi sebagai pikiran utama (kalimat topik), dan akibat

sebagai pikiran penjelas(kalimat pengembang). Dapat juga sebaliknya, akibat

sebagai kalimat topik dan sebab sebagai pengembang.

4. Paragraf Definisi

Untuk memberikan batasan tentang sesuatu kadang-kadang kita terpaksa

menguraikan dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf. Paragraf yang

demikian ini disebut paragraf definisi yang berfungsi sebagai definisi.

5. Paragraf Klasifikasi

Dalam pengembangan paragraf, kadang-kadang kita mengelompokkan hal-

hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini kadang-kadang kita perinci

lagi ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.

13