Makalah-eklampsia enca

download Makalah-eklampsia enca

of 31

Transcript of Makalah-eklampsia enca

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    1/31

    1

    Eklampsia Pada Ibu Hamil

    Krissi Stiffensa

    102010125

    [email protected]

    Fakultas Kedokteran Krida Wacana

    Pendahuluan

    Hipertensi dalam kehamilan adalah hal yang sering ditemukan dan merupakan penyebab

    kematian ketiga setelah perdarahan dan infeksi. Pada tahun 2001, menurut the National Center

    for Health Statistics, hipertensi gestasional ditemukan pada 150,000 wanita, atau 3.7% dari

    kehamilan (Martin and colleagues,2002). Berg and colleagues (2003) melaporkan bahwa 16%

    dari 3201 kematian pada kehamilan di Amerika Serikat dari tahun 1991 sampai 1997 merupakan

    komplikasi dari hipertensi selama masa kehamilan. Peneliti juga menemukan bahwa wanita kulit

    hitam 3.1 kali berisiko meninggal karena preeclampsia dibanding dengan wanita kulit putih.

    Klasifikasi dari hypertensive disorders complicating pregnancyoleh Working Group of the

    NHBPEP (2000), terdapat lima jenis penyakit hipertensi antara lain:

    1. Gestational hypertension (transcient hypertension): desakan Darah 140/90 mmHg

    untuk pertama kalinya pada kehamilan, proteniuria (-) dan desakan darah kembali normal

    < 12 minggu pasca persalinanPreeclampsia

    2. Preeclampsia ringan: Desakan Darah 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu,

    proteniuria 300mg/24jam atau dipstick 1+.

    Preeclampsia berat: Desakan Darah 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu,

    proteniuria 300mg/24jam atau dipstick 1+, dengan salah satu tanda preeclampsia

    berat.

    3. Eclampsia : Murni dari pre eclampsia, dan tidak murni dari hipertensi esensial dan

    nefritis kronis.

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    2/31

    2

    4. Preeclampsia superimposed on chronic hypertension: timbulnya proteinuria

    300mg/24jam setelah kehamilan 20 minggu pada wanita hamil yang sudah mengalami

    hypertensi sebelumnya.

    5.

    Chronic hypertension: desakan Darah 140/90 mmHg, proteniuria-, sebelum kehamilan

    atau sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca

    persalinan

    Pertimbangan penting dalam klasifikasi ini adalah membedakan gangguan hipertensi yang

    mendahului kehamilan dari preeclampsia yang secara potensial lebih merugikan. Bagaimana

    kehamilan memicu atau memperparah hipertensi masih belum terpecahkan walaupun sudah

    dilakukan riset intensif selama beberapa dekade. Hipertensi yang dipicu oleh kehamilan juga

    dimaksudkan untuk hipertensi yang timbul tanpa proteinuria, termasuk pada wanita nulipara.

    Pada wanita nulipara, hipertensi yang dipicu oleh kehamilan juga merupakan prekursor,

    potensial untuk preeclampsia atau eklampsia, yang salah satu kriteria diagnosisnya adalah

    proteinuria.

    Hipertensi didiagnosis ketika terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih.

    Dahulu penentuan diagnosis hipertensi pada wanita hamil adalah peningkatan tekanan sistolik 30

    mmHg or 15 mmHg tekanan diastolic, walaupun ketika nilai absolut masih dibawah 140/90 mm

    Hg. Kriteria ini sudah lama tidak digunakan lagi karena bukti memperlihatkan bahwa wanita

    dalam kelompok ini kecil kemungkinannya mengalami peningkatan gangguan hasil kehamilan

    (Levine and co-workers, 2000; North and colleagues, 1999). Namun wanita dalam kondisi

    seperti ini tetap harus mendapat pengawasan ketat. Edema sudah tidak digunakan lagi sebagai

    kriteria diagnosis karena bisa terjadi pada setiap kehamilan normal.

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    3/31

    3

    PEMERIKSAAN

    Eklampsia adalah bentuk kelanjutan dari preeclampsia yang disertai dengan keadaan

    kejang tonik-klonik (grand mal) yang disusul dengan koma. Kejang di sini bukan akibat kelainan

    neurologis (saraf) dan dapat muncul sebelum, selama, dan setelah kehamilan. Namun kejang

    yang timbul lebih dari 48 jam postpartum, terutama pada nulipara, dapat dijumpai sampai 10 hari

    postpartum. Sedangkan yang dimaksud dengan preeclampsia adalah hipertensi disertai proteinuri

    dan edema (penimbunan cairan dalam cairan tubuh sehingga ada pembengkakan pada tungkai

    dan kaki) akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.

    Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (kelainan plasenta).

    Fatal coma tanpa kejang juga bisa diartikan sebagai eclampsia. Tetapi perlu ada batasan untuk

    mendiagnosis wanita dengan kejang dan memperhatikan kematian tanpa kejang yang disebabkan

    oleh preeklampsia berat (PEB).1,2

    Eklampsia adalah suatu keadaan yang dapat dicegah, dan angka kejadiannya menurun di

    Amerika Serikat karena sebagian besar wanita hamil sudah mendapat asuhan prenatal yang

    memadai. Eclampsia umumnya terjadi kehamilan trisemester terakhir dan angka kejadiannya

    meningkat pada tahap ini.

    Oleh sebab itu pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan untuk memastikan bahwa

    apakah sebelumnya pasien memang dalam keadaan preeklamsia dan untuk menyingkirkan

    penyebab lain kejang yang dialaminya. Berikut ini adalah pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat

    dilakukan:

    I. Anamnesis

    Dari anamnesis diharapkan kita dapat mengumpulkan data sebanyak-banyak tentang

    riwayat kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan serta keadaan janin selama

    kehamilan, disamping menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang menjurus pada

    diagnosis.Anamnesis obstetrik umum:

    2,3

    Riwayat kehamilan sekarang:

    Kapan hari terakhir menstruasi terakhir?

    Berapa lama siklus haidnya?

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    4/31

    4

    Sudah berapa bulan kehamilannya?

    Apakah ada penyulit atau penyakit sebelum dan selama kehamilan, seperti

    apakah pernah perdarahan, adakah anemia, diabetes, hipertensi, infeksi

    saluran kemih, penyakit jantung, dan penyulit lainnya?

    Gejala apa yang menyertai kehamilan pasien, misalnya mual, muntah,

    nyeri tekan payudara, frekuensi berkemih?

    Riwayat obstetric dahulu:

    Apakah pernah hamil sebelumnya? Berapa kali? Apakah ada penyulit

    dalam kehamilan sebelumnya?

    Apakah pernah melahirkan sebelumnya? Berapa kali? Bagaimana cara

    melahirkan, apakah ada penyulit selama persalinan sebelumnya? Apakah

    ada komplikasi saat persalinan sebelumnya?

    Apakah pernah mengalami abortus sebelumnya? Berapa kali? Mengapa?

    Bagaimana terjadinya abortus? Adakah komplikasi akibat abortus?

    Tanyakan juga kondisi anak yang pernah dilahirkan, berat badan bayi saat

    lahir, umur bayi saat dilahirkan, keadaan bayi saat dilahirkan, keadaan

    anak sekarang.

    Riwayat ginekologis dahulu

    Hal-hal yang harus ditanyakan menjurus kepada keadaan preeklamsia berat:1,4

    o Apakah ada gejala-gejala disfungsi sistem saraf pusat, seperti sakit kepala

    berat yang menetap, penglihatan kabur.

    o Apakah ada gejala peregangan kapsul hati, misal nyeri epigastrium

    menetap

    Pertanyaan untuk menyingkirkan penyebab lain:1

    o Apakah sebelum hamil pasien memiliki riwayat hipertensi

    o Apakah pasien memiliki riwayat epilepsi

    o Apakah pasein pernah mengalami trauma kepala

    o Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit serebrovaskular

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    5/31

    5

    o Apakah pasien memiliki riwayat tumor serebri atau meningitis maupun

    ensefalitis

    II. Pemeriksaan fisik

    i. Inspeksi

    a. Wajah

    Adakah edema pada muka, pucat atau merah

    b. Leher

    Apakah terdapat pembesaran tyroid atau kelenjar limfe

    c. Dada

    Bentuk payudara, adakah colostrum

    d.

    Perut

    Perlu diperhatikan bentuk, pembesaran, pergerakan pernapasan, kondisi

    kulit (tebal, kriput dan striae), jaringan parut operasi.

    e. Vulva

    Keadaan perineum, varises atau condyloma3

    ii. Palpasi

    Maksud pemeriksaannya ialah untuk menentukan ;

    a. Besarnnya rahim dan dengan ini bisa menentukan umur kehamilan.

    b. Menentukan letak anak dalam rahim.

    Sebelum dilakukan, kandung kemih dikosongkan terlebih dahulu,karena

    kandung kemih yang penuh akan teraba seperti kista. Jikalau perlu pasien

    disuruh buang air kecil terlebih dahulu.

    Beritahu pasien bahwa perutnya akan diperiksa sehingga perut pasien tidak

    menegang dan bernapas biasa, kedua tungkai ditekuk sedikit dan pasien disuruhbernapas dalam.

    3

    Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri dari 4 bagian ;

    a. Leopold I

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    6/31

    6

    o Pasien tidur telentang dengan lutut

    ditekuk

    o Pemeriksa berdiri disebelah kanan

    pasien menghadap kearah kepala pasien

    o Uterus dibawa ketengah (kalau

    posisinya miring)

    o Dengan kedua tangan tentukan tinggi

    fundus

    o Dengan satu tangan tentukan bagian apa

    dari anak yang terletak dalam fundus

    o ( Kepala berbentuk bulat, keras dan ada

    ballottement. Bokong konsistensinya lunak, tidak begitu bulat dan

    tidak ada ballottement. Pada letak lintang, fundus kosong)5

    b. Leopold II

    o Posisi pasien dan pemeriksa tetap.

    o Kedua tangan pindah kesamping uterus.

    o

    Dengan kedua belah jari-jari uterus

    ditekan ketengah untuk menentukan

    dimana letak punggung anak : kanan

    atau kiri.(Punggung anak memberikan

    tahanan terbesar)

    o Pada letak lintang dipinggir kanan kiri

    uterus terdapat kepala atau bokong.5

    c. Leopold III

    o Posisi pasien dan pemeriksa tetap.

    o Pemeriksa memakai satu tangan menentukan apa yang menjadi bagian

    bawah (kepala atau bokong).

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    7/31

    7

    o Bagian bawah coba digoyangkan, apabila masih bisa, berarti bagian

    tersebut belum terpegang oleh panggul. (bagian terbesar kepala belum

    melewati pintu atas panggul).5

    d. Leopold IV

    o Posisi pasien tetap, pemeriksa menghadap kearah kaki pasien.

    o Dengan kedua belah tangan ditentukan seberapa jauh kepala masuk

    kedalam panggul.

    o Bila posisi tangan konvergen, berarti baru sebagian kecil kepala masuk

    panggul.

    o Bila posisi tangan sejajat, berarti separuh dari kepala masuk kedalam

    rongga panggul.

    o Bila posisi tangan divergen, berarti sebagian besar kepala sudah masuk

    panggul.5

    Leopold 4 tidak dilakukan kalau kepala masih tinggi.

    Sebelum bulan ke tiga fundus uteri dapat diraba dari luar ;

    Akhir bulan ke-3 (12 mg) F.U 1-2 Jari diatas symphisis

    Pertengahan antara sympisis dengan

    pusat = 16 mg

    3 jari dibawah pusat = 20 minggu

    pusat procesus xympoideus = 32

    Minggu

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    8/31

    8

    Sampai arcus costa atau 3 jari dibawah proc. Xympoideus = 36

    minggu

    pusatprocesus xympoideus = 40 Minggu5

    iii. Auskultasi

    Dilakukan dengan menggunakan stetoskopfetal heart detector (Doppler). Pada

    auskultasi bisa didengar bermacam bunyi :

    a) Dari anak : bunyi jantung, bising tali pusat, gerakan anak.

    b) Dari ibu : bising a. uterina, bising aorta, bising usus.

    Bunyi jantung anak dengan Doppler dapat didengar sejak umur kehamilan 12

    minggu sedang dengan stetoskop baru didengar pada umur kehamilan 26

    minggu. Frekuensi bunyi jantung anak antara 120 - 140 per menit. Frekuensi

    jantung orang dewasa antara 60-80 per menit.5

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    9/31

    9

    III. Pemeriksaan penunjang

    a. Pemeriksaan Laboratorium6

    No Test Diagnostik Penjelasan

    1. Hemoglobin dan

    hematokrit

    Peningkatan Hb dan Ht berarti :

    1. Adanya hemokonsentrasi yang mendukung

    diagnosis PE

    2. Menggambarkan beratnya hipovolemia

    3. Nilai ini akan menurun bila terjadi hemolisis

    2. Morfologi sel darah

    merah pada apusan

    darah tepi

    Untuk menentukan :

    adanya mikroangiopatik hemolitik anemia -

    Morfologi abnormal eritrosit :

    schizocytosis dan spherocytosis

    3. Trombosit Trombositopenia menggambarkan Preeklampsia berat

    4. Kreatinin serum Asam

    Urat serum Nitrogen

    Urea Darah (BUN)

    Peningkatan menggambarkan :

    Beratnya hipovolemia

    Tanda menurunnya aliran darah ke ginjal

    Tanda Pre eklampsia berat

    5. Transaminase serum Peningkatan Transaminase serum menggambarkan

    gangguan fungsi hepar

    6. Lactic Acid

    Dehidrogenase (LDH)

    Menggambarkan adanya hemolisis

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    10/31

    10

    7.Albumin serum dan

    faktor koagulasiMenggambarkan kebocoran endotel dan

    kemungkinan koagulopati

    b. Pemeriksaan radiologi

    Pemeriksaan transabdominal USG ;

    Untuk memperkirakan umur kehamilan

    Melihat keadaan umum janin

    Melihat pertumbuhan janin, normal atau adakah kelainan, terutama plasenta

    abruption yang dapat mempersulit eklampsia, oligohidramnion, atau

    pertumbuhan janin terhambat (PJT).

    Pemeriksaan CT scan kepala dapat juga dilakukan untuk menyingkirkan

    penyebab lain dari kejang pada pasien, misal menilai pendarahan intrakranial,perdarahan subarachnoid, atau kecelakaan serebrovaskular.

    8

    DIAGNOSIS KERJA

    Berdasarkan data-data yang ada pada kasus, yaitu:

    - Ibu hamil umur 18 tahun, primigravida

    - Terdapat kejang, kemudian tidak sadarkan diri (koma)

    - TD tinggi = 180/120 mmHg, frekuensi nadi normal = 72/menit

    - Terdapat udeme anasarka

    - Protein urine +3

    - Anak letak kepala dengan denyut jantung normal = 132/menit teratur

    maka diagnosis kerja yang paling mendekati adalah eklampsia, dimana sebelum eklampsia

    terjadi pasien berada dalam keadaan preeklamsia berat.

    DIAGNOSIS BANDING

    1. Preeklampsia Berat9,10

    Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

    timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau

    edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Tanda dan gejala preeklampsia berat :

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    11/31

    11

    1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg

    2. Tekanan darah diastolik 110 mmHg

    3. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)

    4. Trombosit < 100.000/mm3

    5. Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam)

    6. Proteinuria (protein dalam air seni > 3 g / L)

    7. Nyeri ulu hati

    8. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat

    9. Perdarahan di retina (bagian mata)

    10.Edema (penimbunan cairan) pada paru

    11.Koma

    Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat

    selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi :

    1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri dan ditambah pemberian

    obat-obatan.

    2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah

    pemberian obat-obatan.

    Perawatan aktif dilakukan apabila usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanyaancaman terjadinya impending eklampsia, kegagalan terapi dengan obat-obatan,

    adanya tanda kegagalan pertumbuhan janin di dalam rahim, adanya "HELLP

    syndrome" (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, and Low Platelet).

    Perawatan konservatif dilakukan apabila kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa

    disertai tanda-tanda impending eklampsia serta keadaan janin baik. Perawatan

    konservatif pada pasien pre eklampsia berat yaitu :

    1.

    Segera masuk rumah sakit

    2. Tirah baring

    3. Infus

    4. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam

    5. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    12/31

    12

    6. Anti hipertensi, diuretikum diberikan sesuai dengan gejala yang dialami

    7. Penderita dipulangkan apabila penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda

    pre-eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu)

    Penatalaksanaan pada hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia

    adalah sama dengan pengelolaan preeclampsia berat.

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    13/31

    13

    ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO

    Sampai dengan saat ini etiologi pasti dari preeklampsia/eklampsia masih belum diketahui.

    Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etio-logi dari kelainan tersebut di atas,

    sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.3

    Adapun teori-teori tersebut antara lain:

    1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan.

    Pada PE-E didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan

    produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi

    penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.

    Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi

    trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi

    vasospasme dan kerusakan endotel.

    2. Peran Faktor Imunologis.

    Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada

    kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama

    pembentukan blocking antibodies terhadap antigen placenta tidak sempurna, yang

    semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

    Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun

    pada penderita PE-E:

    a) Beberapa wanita dengan PE-E mempunyai komplek imun dalam serum.

    b) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada PE-E

    diikuti dengan proteinuri.

    Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan bahwa

    sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada PE-E, tetapi tidak ada bukti

    bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan PE-E.

    3. Peran Faktor Genetik/Familial3

    Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E antara lain:

    a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    14/31

    14

    b.Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak-anak dari

    ibu yang menderita PE-E.

    c. Kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil

    dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka.

    4. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)

    Faktor yang meningkatkan risiko preeclampsia-eclampsia :

    a) Primigravida

    b) Primipaternernity

    c) Umur yang ekstrim

    d)

    Partner laki yang pernah menikah wanita yang kemudian hamil dan mengalami

    preeclampsia

    e) Pemaparan terbatas terhadap sperma

    f) Inseminasi donor dan donor oocyte

    g) Mola Hidatidosa

    h) Kehamilan multiple

    i) Infeksi saluran kencing pada kehamilan

    j) Hydrops fetalis

    k) Riwayat pernah preeclampsia

    l) Obesitas

    m)Antiphospholipid antibodies dan huperhomocysteinemia

    EPIDEMIOLOGI

    Amerika Serikat

    Kejadian eklamsia dilaporkan berkisar dari 1 dalam 2.000 sampai 1 dalam 3.448 kehamilan didunia Barat. Nilai ini meningkat pada populasi sosial ekonomi rendah, pada wanita lebih muda

    dari 20 tahun, kehamilan multifetal, dan pada mereka tanpa antenatal care.

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    15/31

    15

    Internasional

    Diperkirakan, eklamsia terjadi 10% dari kehamilan yang dipengaruhi oleh hipertensi di seluruh

    dunia. Kira-kira setengah dari semua gangguan kehamilan hipertensi disebabkan preeklamsi.1

    Mortalitas / Morbiditas2,6

    Preeklampsia-eklampsia tingkat fatalitas kasus adalah sekitar 6,4 kasus per 10.000 kasus

    saat melahirkan.

    75 % terjadi pada primigravida.

    Kejadian 5 kali lebih sering pada kehamilan kembar.

    Komplikasi ibu yang paling signifikan pada eklampsia berhubungan dengan SSP

    permanen adalah pendarahan intracranial. Tingkat kematian ibu adalah 8-36% pada kasus

    ini.

    Angka kematian janin bervariasi 13-30% karena kelahiran prematur dan komplikasinya.

    Plasenta infarcts, abrupsio plasenta , dan pertumbuhan janin terhambat intrauterin juga

    berkontribusi terhadap kegagalan janin.

    Eklampsia biasanya terjadi pada pasien pada kedua usia ekstrem reproduksi, namun

    resiko eklampsia yang terbesar ada pada perempuan < 20 tahun. Risiko kematian

    meningkat untuk wanita berusia >35 tahun, yang tanpa perawatan kehamilan, dan

    perempuan berkulit hitam, kemungkinan besar karena akses yang tidak memadai untuk

    perawatan prenatal dan peningkatan insiden penyakit genetik yang berhubungan dengan

    sirkulasi antiphospholipids.

    Wanita yang telah eklampsia sebelum 28 minggu umur kehamilan juga memiliki resiko

    kematian yang lebih tinggi.

    PATOFISIOLOGI

    Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan

    dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan

    konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk

    mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia

    permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://emedicine.medscape.com/article/795514-overview&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhg3AQquBS7et3-hzswDgGVTFlxS3Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://emedicine.medscape.com/article/404098-overview&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhv9AmyTjvFPmCC0PoD-P1XI-Iu-Ahttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://emedicine.medscape.com/article/404098-overview&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhv9AmyTjvFPmCC0PoD-P1XI-Iu-Ahttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://emedicine.medscape.com/article/795514-overview&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhg3AQquBS7et3-hzswDgGVTFlxS3Q
  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    16/31

    16

    Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan

    gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat-

    janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan

    kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus

    prematurus.

    Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga

    menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam

    hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi

    garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan

    tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat

    sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus

    arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan

    retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga

    menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.

    Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa

    arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema

    intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan . Setelah persalinan berakhir,

    retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan

    gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan

    aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.

    Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi

    disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh

    darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran

    darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.

    Metabolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya

    terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh

    kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan

    volume darah berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama.

    Karena itu, aliran darah ke jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia.

    Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat

    dipakai sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    17/31

    17

    Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara.

    Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus, sehingga menyebabkan

    cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk

    dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan

    alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu

    pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.

    MANIFESTASI KLINIK

    Eklampsia dapat terjadi saat antepartum, intrapartum atau postpartum (48 jam

    postpartum). Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering

    mendekati aterm.1

    Ada 4 fase eklamsia:1,2

    Premonitory stage, gejala seperti preeklampsia berat

    Tonic stage

    Serangan kejang biasanya dimulai disekitar mulut dalam bentuk kedutan-kedutan

    (twitching) wajah. Setelah beberapa detik, seluruh tubuh menjadi kaku dalam suatu kontraksi

    otot generalisata. Fase ini dapat menetap selama 15 sampai 20 detik.

    Clonic stage

    Mendadak rahang mulai membuka dan menutup secara kuat, dan segera diikuti oleh

    kelopak mata. Otot-otot wajah yang lain dan kemudian semua otot melakukan kontraksi dan

    relaksasi bergantian secara cepat. Gerakan otot sedemikian kuatnya sehingga wanita yang

    bersangkutan dapat terlempar dari tempat tidur dan apabila tidak dilindungi, lidahnya tergigit

    oleh gerakan rahang yang hebat. Fase ini dapat berlangsung selama satu menit.

    Secara bertahap gerakan otot menjadi lebih lemah dan jarang sampai akhirnya tidak bergerak.

    Sepanjang serangan, diafragma terfiksasi dan pernapasan tertahan. Selama beberapa detik,

    akan menjadi seolah-olah sekarat akibat henti napas, tetapi kemudian ia menarik napas dalam,

    panjang dan berbunyi lalu kembali bernapas.

    Stage of coma

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    18/31

    18

    Ia kemudian mengalami koma dan tidak akan mengingat serangan kejang tersebut

    maupun kejadiaan sesaat sebelum atau sesudah bangkitan kejang. Namun, seiring waktu

    ingatan itu akan pulih kembali.

    Kejang pertama biasanya menjadi pendahulu kejang-kejang berikutnya yang jumlahnya

    dapat bervariasi. Pada kasus yang jarang, kejang terjadi berurutan secara cepat sehingga

    tampak seperti mengalami kejang yang berkepanjangan dan hampir kontinu. Durasi koma

    setelah kejang pun bervariasi. Namun durasi koma yang panjang tidak menyebabkan

    kematian. Kematian lebih sering disebabkan oleh bengkitan kejang yang berulang-ulang

    Laju pernapasan setelah kejang eklamsia biasanya meningkat dan dapat mencapai

    50/menit, mungki sebagai respon terhadap hiperkarbia akibat asidemia laktat serta akibat

    hipoksia. Sianosis dapat terjadi pada kasus yang parah. Demam 39oC atau lebih adalah tanda

    yang buruk karena dapat merupakan akibat perdarahan SSP. Bradikardia setelah serangan

    kejang dapat terjadi karena hipoksemia dan asidemia laktat akibat kejang. Bradikardia ini

    pulih dalam 3-5 menit; apabila menetap > 10 menit, kausa lain perlu dipertimbangkan, missal

    solusio plasenta atau bayi akan segera lahir.

    Proteinuria hampir selalu ada dan sering parah. Pengeluaran urin kemungkinan besar

    berkurang bahkan kadang terjadi anuria. Hemoglobinuria sering dijumpai, tetapi

    hemoglobinemia jarang. Edema sering mencolok, kadang-kadang masif, walaupun mungkin

    juga tidak ada. Proteinuria dan edema ini biasanya akan menghilang seminggu setelah

    melahirkan. Sebagian besar kasus, hipertensi kembali normal dalam beberapa hari sampai 2

    minggu setelah melahirkan. Semakin lama hipertensi menetap postpartum, semakin besar

    kemungkinan bahwa hipertensi tersebut disebabkan oleh penyakit ginjal atau vaskuler kronik.

    Pada eklampsia antepartum, tanda persalinan dapat muncul segera setelah kejang dan

    berkembang cepat, bahkan sebelum petugas medis menyadari bahwa ibu tersebut mengalami

    His. Apabila kejang terjadi saat persalinan, frekuensi dan intesitas His dapat meningkat, dan

    durasi persalinan dapat memendek.

    Edema paru juga dapat terjadi setelah eklamsia. Hal itu disebabkan oleh pneumonitis

    aspirasi (akibat inhalasi isi lambung bila kejang disertai muntah) atau gagal jantung (akibat

    kombinasi hipertensi berat dan pemberian cairan IV berlebihan).

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    19/31

    19

    Pada 10% wanita, sedikit banyak terjadi kebutaan setelah serangan kejang, atau dapat

    juga timbul spontan pada preeklamsia. Hal tersebut disebabkan oleh ablasio retina maupun

    iskemia, infark atau edema lobus oksipitalis. Gangguan penglihatan ini biasanya tuntas dalam

    seminggu.

    Sekitar 5% akan mengalami gangguan kesadaran bermakna, termasuk koma menetap

    karena edema otak. Sedangkan herniasi unkus transtentorium dapat menyebabkan kematian.

    Kematian mendadak terjadi bersamaan dengan kejang atau segera sesudahnya diakibatkan

    karena perdarahan otak masif.

    Fitur eklampsia meliputi:3,4

    o

    Seizure atau bangkitan kejang (100%)o Sakit kepala hebat (80%), pada bagian depan atau

    belakang kepala yang diikuti dengan peningkatan

    tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut

    terus menerus dan tidak berkurang dengan pemberian

    aspirin atau obat sakit kepala lain

    o Udema anasarka (50%)

    o Gangguan visus (40%), seperti penglihatan kabur

    dan photopobia, pasien akan melihat kilatan-kilatan

    cahaya.

    o Nyeri abdomen kuadran kanan atas atau epigastrium

    dengan mual (20%)

    o Iritabel dan ibu merasa gelisah dan tidak bisa

    bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan

    lainnya

    o

    Nyeri perut atau nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah.

    TREATMENT

    Tujuan pengobatan :

    1. Untuk menghentikan dan mencegah kejang

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    20/31

    20

    2. Pengelolaan airway, breathing, circulation

    3. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi

    4. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin

    5. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin

    6. Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat

    7. Koreksi hipoksemia dan academia

    a. Perawatan Prehospital

    Dilakukan oleh petugas kedaruratan medis saat diperjalanan:

    membebaskan jalan nafas dan pemberian oksigen bila

    diperlukan, melakukan pemantauan jantung dan transportasi

    pasien pada posisi lateral dekubitus kiri untuk mencegah

    muntah dan aspirasi paru.

    b. Perawatan di Rumah Sakit

    Perawatan dasar eklamsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital,

    yang harus selalu diingatAirway, Breathing, Circulation(ABC), mengatasi dan mencegah

    kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia, mencegah trauma pada pasien pada waktu

    kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan

    janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.5

    c. Pengobatan

    I. Medikamentosa

    Rawat inap

    Tirah baring kiri secara intermiten

    Infus ringer laktat atau dektrose 5%

    Anti konvulsi

    i. Magnesium sulfat

    Beberapa studi telah mengungkapkan bahwa magnesium sulfat

    merupakan obat pilihan untuk mengobati kejang eklampsia. Magnesium

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    21/31

    21

    sulfat berhasil dalam mengendalikan kejang di > 95% kasus. Obat ini

    memiliki keuntungan fisiologis untuk janin dengan meningkatkan aliran

    darah uterus.

    Mekanisme biokimia tindakan terapi magnesium sulfat adalah bahwa hal

    itu menghambat pelepasan asetilkolin. Selain itu, magnesium memiliki

    efek langsung pada otot rangka berdasarkan efek kompetitif antagonis

    dengan kalsium. Mekanisme magnesium dalam mencegah kejang

    berulang adalah kontroversial, tetapi dapat mencakup tindakan sebagai

    vasodilator lokal atau antikonvulsi, atau melalui stabilisasi penghalang

    darah otak atau pencegahan pembentukan edema serebral.

    Magnesium sulfat diekskresikan oleh ginjal. Ini merupakan antikonvulsi

    efektif dan membantu mencegah kejang berulang dan mempertahankan

    aliran darah rahim dan janin. Hal ini dapat diberikan baik IV dan IM.

    Rute intravena lebih disukai daripada rute IM karena administrasi lebih

    mudah dikontrol dan waktu untuk tingkat terapeutik yang lebih pendek.

    Intramuskular magnesium sulfat cenderung lebih menyakitkan dan

    kurang nyaman.

    Tujuan terapi magnesium adalah mengakhiri kejang yang sedang

    berlangsung dan mencegah kejang lebih lanjut. Pasien harus dievaluasi

    setiap sekitar 1 jam untuk memastikan bahwa refleks tendon dan output

    urin minimal 100 mL selama 4 jam sebelumnya. Magnesium terapi

    biasanya berlangsung selama 12-24 jam setelah melahirkan dan dapat

    berhenti tergantung pada situasi klinis (misalnya, hipertensi resolusi,

    output urin yang memadai).

    ii.

    Fenitoin

    Fenitoin adalah salah satu senyawa masuk kedalam golongan hidantoin.

    Merupakan obat pilihan utama untuk hampir semua jenis epilepsi.

    Meskipun fenitoin tidak seefektif magnesium untuk profilaksis atau

    pengobatan eklampsia, dapat digunakan dengan aman untuk kasus-kasus

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    22/31

    22

    yang didak diperbolehkan menggunakan Magnesium sulfat. Kadar

    fenitoin akan meninggi jika dikombinasi dengan kloramfenikol, simetidin

    dan sulfonamide. Dosis yang diberikan 300 mg/hari.

    iii. Diazepam

    Golongan benzodiazepine ini selain sebagai antiansietas juga sebagai

    antikonvulsi. Diazepam juga bebas melintasi plasenta dan berakumulasi

    dalam sirkulasi janin. Obat ini digunakan mungkin untuk mengobati

    aktivitas kejang berulang pada pasien yang sudah cukup diobati dengan

    magnesium.

    Dosis yang diberikan pada dewasa adalah sebesar 0,2/KgBB/hari,

    sedangkan untuk dosis anak 0,15-0,3 mg/KgBB/hari.

    Anti hipertensi

    Hipertensi terkait dengan eklampsia sering cukup dikontrol dengan

    menghentikan kejang. Obat antihipertensi yang digunakan untuk menjaga

    tekanan darah diastolik < 110 mm Hg.

    Terapi anti hipertensi memiliki 2 tujuan utama: (1) mengurangi

    morbiditas ibu dan kematian yang terkait dengan serangan, stroke, dan

    emboli paru, dan (2) berpotensi mengurangi morbiditas dan kematian

    janin sekunder untuk keterbatasan pertumbuhan intrauterine dan

    abruption plasenta.

    Antihipertensi yang paling sering digunakan adalah hidralazin dan

    nifedipin. Obat-obat penting yang diuraikan di bawah ini;12

    I. Hidralazin

    Obat adalah termasuk kedalam golongan vasodilator arteriolar.

    Hidralazin membantu untuk mempertahankan aliran darah rahim

    dengan merelaksasikan otot polos arteriol dengan mekanisme yang

    belum jelas dipastikan, sedangkan otot vena hampir tidak dipengaruhi.

    Vasodilatasi yang terjadi menimbulkan reflex kompensasi yang kuat

    berupa peningkatan kekuatan dan frekuansi denyut jantung. Obat ini

    menurunkan tekanan darah berdiri dan baring. Hidralazin

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    23/31

    23

    dimetabolisme di hati. Hidralazin dapat menimbulkan sakit kepala,

    mual, hipotensi, angina pectoris.

    Dosis yang diberikan 50-10 mg IV 15-20 menit yang diperlukan untuk

    menjaga tekanan darah diastolik < 110 mm Hg. Mulai aksi 15 menit,

    efek puncak 30-60 menit, durasi kerja 4-6 jam.

    Interaksi beta bloker dapat meingkatkan toksisitas hidralazin dan efek

    farmakologis hidralazin dapat dikurangi dengan pemberian

    indometasin.

    II. Metildopa

    Mekanisme metildopa menurunkan resistensi vascular tanpa banyak

    mempenaruhi frekuensi dan curah jantung. Tapi pada pasein lanjut,

    dilatasi vena dan penurunan tekanan darah menyebabkan curah

    jantung menurun. Efek maksimal tecapai 6-8 jam setelah pemberian

    oral atau IV. Hipotensi ortostatik lebih jarang terjadi. Aliran darah dan

    fungsi ginjal tidak doipengaruhi oleh metaldopa.

    Obat ini masih merupakan pilihan utama pada hipertensi dalam

    kehamilan karena terbukti aman untuk janin. Dosis maksimal yaitu 3 g

    per hari. Efek samping yang paling sering adalah sedasi,hipotensi,

    pusing, mulut kering dan sakit kepala, jarang terjadi anemia hemolitik,

    trombositopenia. Penghentian mendadak dapat menyebabkan

    fenomena rebound berupa peningkatan tekanan darah mendadak. Bila

    terjadi hal ini maka metildopa harus diberikan kembali atau berikan

    obat lain.

    Pemberian besi bisa mengurangi absorbsi metildopa sampai 70%. Hal

    ini harus diperhatilan dimana kedua obat ini harus diberikan.

    III.Niferidin (Adalat )

    Termasuk kedalam golongan antagonis kalsium. Antagonis kalsium

    menghambat influks kalsium kedalam miokard dan sel otot polos.

    Golongan dihidropiridin (Nifedipin, Nikardipin, Iskardipin, felodipin,

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    24/31

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    25/31

    25

    Gambar. 1a. dan 1b: head tilt-neck lift atau head tilt-chain lift 2:jaw-thrust

    Hal penting kedua ialah penderita koma akan kehilangan refleks muntah sehinggamungkin sekali terjadi aspirasi bahan lambung. Lambung ibu hamil harus selalu

    dianggap sebagai lambung penuh. Oleh sebab itu semua bahan yang ada dalam

    rongga mulut dan tenggorokan, baik merupakan lendir maupun sisa makanan,

    harus segera dihisap secara intermitten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil

    untuk drainase lendir.

    Monitoring kesadaran dan dalamnya koma dengan Glasgow Coma Scale.

    Pada perawatan koma yang panjang perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan

    makanan panderita. Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin diberi secara

    oral, dapat diberikan melaluiNaso Gastric Tube (NGT)

    1a. 1b.

    2.

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    26/31

    26

    III. Pengobatan obstetrik

    Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklamsia harus

    diakhiri, tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.

    Persalinan diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika

    dan metabolisme ibu atau 12 jam sejak gejala eklamsia timbul.

    Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam maka

    dilakukan seksio sesarea. Pelaksanaan seksio sesarea harus memperhatikan:

    tidak terdapat koagulopati, anestesi yang aman/ terpilih adalah anestesi umum.

    Jika anestesi umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan

    persalinan pervaginam. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin

    2-5 IU dalam 500 ml dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.

    Perawatan postpartum: antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum;

    antihipertensi diteruskan jika tekanan diastolik masih > 110 mmHg; dan pantau

    volume urine.4

    Secara umum dapat disimpulkan penangan kasus eklamsia adalah sebagai berikut:

    1. Hindari dari trauma saat kejang

    2.

    Monitor kebutuhan oksigen ibu dan janin

    - beri oksigen 8-10 L/menit

    - monitor oksigenasi dan status metabolik dengan transcutaneous pulse

    oximetry atau dengan pemeriksaan gas darah arteri.

    3. Minimalisasi aspirasi

    - Posisi lateral decubitus

    - Hisap bahan lambung dan sekret oral

    -Lakukan pemeriksaan x-ray dada setelah kejang untuk melihat apakah

    terjadi aspirasi atau tidak.

    4. Pemberian MgSO4 untuk mencegah kejang berulang

    5. Kontrol hipertensi dengan obat antihipertensi

    6.

    Segera lakukan persalinan.

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    27/31

    27

    KOMPLIKASI

    Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup

    dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi

    pada pre-eklampsia berat dan eklampsia.

    1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut

    dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia.

    2. Hipofibrinogenemia. Pada pre-eklampsia berat Zuspan (1978) menemukan 23%

    hipofibrinogenemia, maka dari itu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan fibrinogen

    secara berkala.

    3. Hemolisis. Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala

    klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini

    merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati

    yang sering ditemukan pada penderita autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan

    ikterus tersebut.

    4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal

    penderita eklampsia.

    5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara bisa terjadi selama seminggu.

    Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina; hal ini merupakan tanda gawat akan

    terjadinya apopleksia serebri.

    6. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus

    eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.

    7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan akibat

    vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata

    juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan dengan

    pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

    8.

    Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.

    9. Prematuritas, dismaturitas, dankematian janin intra-uterin.

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    28/31

    28

    PENCEGAHAN

    Upaya prevensi eklampsia, terutama dianjurkan untuk wanita hamil dengan resiko terhadap

    preeklampsia-eklampsia :

    1.

    Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini

    mungkin (Preeklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit

    tidak menjadi lebih berat.

    2. Perubahan gaya hidup

    a. Tirah baring : untuk wanita resiko tinggi yang normotensif, dua penelitian yang tidak

    begitu kuat menunjukkan bahwa tirah baring, sampai dengan 4 jam sehari di rumah,

    dapat menurunkan resiko preeklampsia. Untuk hipertensi gestasional tirah baring di

    rumah sakit terbukti dapat menurunkan hipertensi berat dibandingkan aktivitas biasa

    di rumah. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan pada wanita resiko tinggi,

    walaupun belum terbukti dalam mencegah terjadinya eklampsia.

    b. Olah raga : Penelitian observasional mengasosiasikan olahraga dengan penurunan

    resiko dari eklampsia. Mekanisme potensialnya meliputi penurunan tekanan darah,

    kadar lipid darah, dan sitokin proinflamasi. Walaupun tidak ditemukan penelitian

    yang menunjukkan pengaruh olahraga untuk pencegahan eklampsia untuk wanita

    resiko rendah, olahraga dengan intensitas ringan sampai sedang menguntungkan

    untuk alasan kesahatan tubuh secara keseluruhan (11 penelitian yang melibatkan 472

    wanita). Dengan ini, olahraga tidak secara khusus menurunkan risiko eklampsia.

    3. Diet dan nutrisi

    Kalsium 1000-2000 mg/ hari, dapat dipakai sebagai suplemen pada wanita dengan resiko

    tinggi terjadinya eklampsia. Efeknya paling terlihat untuk wanita resiko tinggi dan wanita

    yang asupan kalsium dalam dietnya rendah. Data terakhir dari WHO trial menyatakan

    bahwa pada wanita-wanita dengan diet yang rendah kalsium, asupan kalsium mendukung

    penurunan resiko eklampsia yang cukup besar dibanding plasebo. Terdapat pula penurunanresiko untuk eklampsia, hipertensi gestasional berat, dan terjadinya partus sebelum minggu

    ke 32.14

    Antioksidan ( carotene, CoQ10, N-Acetylcystein, asam lipoik dan terutama vitamin C

    dan E ). Eklampsia sering dihubungkan dengan stress oksidative. Namun, pada penelitian

    randomized control trial yang dilakukan pada wanita-wanita nullipara dengan resiko

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    29/31

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    30/31

    30

    KESIMPULAN

    Dalam rangka menurunkan angka kematian maternal dan perinatal akibat preeklampsia-

    eklampsia deteksi dini dan penanganan yang adekuat terhadap kasus preeklampsia ringan harus

    senantiasa diupayakan.

    Penelitian-penilitian sebagai usaha untuk melakukan pencegahan terjadinya eklampsia pada

    penderita preeklamsia telah banyak dilakukan, namun sampai saat ini masih belum didapat hasil

    yang diharapkan. Baik proteinuria, maupun tekanan darah hingga saat ini tidak jelas peranannya

    dalam memperkirakan timbulnya kejang eklampsia ini. Oleh sebab itu, sampai saat ini belum ada

    cara mencegah timbulnya preeklampsia yang bila tidak dikontrol dengan baik dapat menjadi

    eklampsia.

    Tindakan yang dapat dilakukan saat ini adalah mengontrol keadaan pasien agar walaupun sudah

    terdeteksi preeklampsia tidak berlanjut dan bertambah parah hingga menimbulkan eklampsia

    pada puncaknya. Untuk itulah sangat dibutuhkan kesadaran yang baik dari masyarakat terutama

    wanita hamil yang memiliki faktor risiko tinggi terkena preeklampsia agar menjalani

    pemeriksaan antenatal secara rutin.

  • 8/11/2019 Makalah-eklampsia enca

    31/31

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sofian, A. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jilid 1. Jakarta: EGC; 2002.h.67-179.

    2. Angsar, D. Hipertensi dalam Kehamilan. Edisi II. Surabaya: Lab/SMF Obstetri Ginekologi,

    Fakultas Kedokteran UNAIR/RSUD Dr Soetomo.

    3. Auer, J. Camoin, L. Guillonneau, F. Rigourd, V. Chelbi, S.T. Leduc, M. Laparre, J. dkk.

    2010. Serum profile in preeclampsia and intra-uterine growth restriction revealed by iTRAQ

    technology. Journal of Proteomics 73.2010.h.1004-1017.

    4. Chappel, S. Morgan, L. 2006. Searching for genetic clues to the causes of pre-eclampsia.

    Clinical Sience.h. 443-458.

    5. Cunningham, F. Leveno, J.K. Bloom, S.L. Hauth, J. Gilstrap, L. Wenstrom, K.D.

    Hypertensive disorders in pregnancy. In : Rouse, D. Rainey, B. Spong, C. Wendel, G. Editors.

    William Obstetrics. 22nd

    . Ed. New York: McGraw Hill.h.761-809.

    6. Davison, M. New Aspects in the Pathophysiology of preeclampsia. Journal American

    Nephrology. 2004.h. 2440-2448.