Makalah Dasar Komunikasi

31
MAKALAH DASAR KOMUNIKASI “INOVASI SEBAGAI PESAN DALAM KOMUNIKASI PENYULUHAN” Kelas F Kelompok 2 Fadhila Rahmayanthi 135040100111058 Jeliwanti Siregar 135040100111079 Irfan Fahrizza 135040100111082 Rizky Cahyo Saputra 135040100111107 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Transcript of Makalah Dasar Komunikasi

MAKALAH DASAR KOMUNIKASIINOVASI SEBAGAI PESAN DALAM KOMUNIKASI PENYULUHAN

Kelas FKelompok 2Fadhila Rahmayanthi135040100111058Jeliwanti Siregar135040100111079Irfan Fahrizza135040100111082Rizky Cahyo Saputra135040100111107

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Inovasi sebagai Pesan dalam Komunikasi Penyuluhan Pertanian. Kami mengalami banyak rintangan dan hambatan dalam proses pembuatan makalah ini, namun kami dapat menyelesaikannya dengan baik dan tepat pada waktunya.Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan, agar makalah ini menjadi lebih baik dan berguna di masa yang akan datang.

Malang, Maret 2014

Penulis

Daftar IsiKata Pengantar...............................................................................................iDaftar Isi.........................................................................................................iiBab I. Pendahuluan1.1 Latar Belakang..............................................................................iii1.2 Rumusan Masalah.........................................................................iv1.3 Maksud dan Tujuan......................................................................ivBab II. Pembahasan2.1 Pengertian Inovasi........................................................................12.2 Penyuluhan sebagai Difusi Inovasi...............................................22.3 Metode Pendekatan dalam Penyampaian Inovasi........................52.4 Aspek-aspek yang Menentukan Pemilihan Inovasi......................9Bab III. Penutup3.1 Kesimpulan...................................................................................133.2 Saran.............................................................................................14Daftar Pustaka................................................................................................15

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKomunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (Informasi) dari sumber kepenerima. Contohnya komunikasi antara penyuluh dengan petani. Namun model komunikasi yang biasa digunakan para penyuluh sekarang ini tidak lagi bersifat garis lurus (linear) tetapi asudah bersifat memusat karena proses. Karena proses komunikasi tidak hanya terhenti setelah informasi disampaikan dan diterima oleh petani. Sebab setelah petani menerima informasi yang diberikan penyuluh, petani dapat memberi tanggapan kepada penyuluh. Kemudian proses komunikasi terus berlangsung dimana penyuluh dan petani saling berganti peran yaitu petani sebagai narasumber dan penyuluh sebagai penerima. Dan proses komunikasi penyuluhan ini akan berahir jika penyuluh dan petani dapat mengerti dan menerima tanggapan satu sama lain.Penyuluh akan berbahagia jika alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan kepada pelaku utama pertanian sebagai sasaran penyuluhan direspon baik dan menjawab permasalahan yang dihadapi. Indikator keberhasilan seorang penyuluh dalam melaksanakan tugasnya bisa diperdebatkan dan bisa diuraikan panjang atau pendek tergantung dari sisi mana seseorang menilai.Dalam makalah ini kami akan sedikit membahas tentang inovasi sebagai pesan dalam komunikasi penyuluhan. Inovasi yang dimaksud ini dapat berupa ide-ide dalam bercocok tanam, praktek-praktek ataupun cara kerja dan juga pola pikir masyarakat tersebut. Penerimaan hal tersebut mengandung makna sampai benar-benar tahu dan dapat melaksanakan atau menerapkan dalam kehidupan dan usaha taninya.1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam makala ini, yaitu sebagai berikut :1. Apa pengertian inovasi ?2. Maksud penyuluhan sebagai difusi inovasi ?3. Bagaimana metode pendekatan untuk menyampaikan inovasi ?4. Apa saja aspek-aspek yang menentukan pemilihan inovasi ?

1.3 Maksud dan TujuanAda beberapa maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut :1. Untuk mengetahui pengertian inovasi.2. Untuk mengetahui maksud penyuluhan sebagai difusi inovasi.3. Untuk mengetahui metode pendekatan dalam penyampaian inovasi.4. Untuk mengetahui aspek-aspek yang menentukan pemilihan inovasi.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Pengertian inovasiInovasi merupakan istilah yang telah dipakai secara luas dalam berbagai bidang baik industri, pemasaran maupun jasa termasuk pertanian (Musyafak dan Tatang Ibranhim, 2005). Rogers dan Shoemaker (1971)mengartikan inovasi sebagai ide ide baru, praktek praktek baru atau objek objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu sasaran penyuluhan. Sedangkan LionBerger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekedar sebagai sesuatu yang baru tetapi lebih luas lagi yaitu sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau lokalitas tertentu. Dalam perspektif pemasaran , Simamora (2003) dalam Musyafak dan Tatang Ibrahim (2005) menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, praktek atau produk yang dianggap baru oleh individu atau grup yang relevan. Oleh karena itu pengertian inovasi tidak sebatas benda atau baranghasil produksi saja tetapi mencakup ideology, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku atau gerakan gerakan menuju proses perubahan dalam kehidupan masyarakat. Mardikanto (1988) mengartikan inovasi secara luas sebagai sesuatu ide, perilaku, produk, informasi atau praktek praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan oleh masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu yang dapat digunakan untuk mendorong terjadinya perubahan demi terwujudnya perbaikan mutu hidup masyarakat yang bersangkutan. Pengertian baru dalam defenisi inovasi bukan berarti harus hasil penelitian mutakhir, hasil penelitian yang telah lalupun dapat disebut inovasi apabila diintroduksikan pada masyarakat yang belum mengenal sebelumnya, sehingga inovasi harus dipandang dari sudut masyarakat tani bukan kapan inovasi tersebut dihasilkan.

2.2 Penyuluhan sebagai Difusi InovasiDifusi inovasi termasuk ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarserapan ide-ide dan hal-hal yang baru. Berlangsungnya suatu perubahan sosial, di antaranya disebabkan diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal baru tersebut dikenal sebagai inovasi.Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), studi difusi mengkaji pesan-pesan yang disampaikan itu menyangkut hal-hal yang dianggap baru maka di pihak penerima akan timbul suatu derajat resiko tertentu yang menyebabkan perilaku berbeda pada penerima pesan. Pada masyarakat, khususnya di negara berkembang penyebarluasan inovasi terjadi terus menerus dari satu tempat ke tempat lain, dari bidang tertentu ke bidang lain.Difusi inovasi sebagai gejala kemasyarakatan yang berlangsung bersamaan dengan perubahan sosial yang terjadi, bahkan menyebabkan suatu hubungan sebab-akibat. Penyebarluasan inovasi menyebabkan masyarakat menjadi berubah, dan perubahan sosial pun meransang orang untuk menemukan dan menyebarkan hal hal yang baru. Masuknya inovasi ke tengah-tengah sistem sosial disebabkan terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat, antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Dengan demikian komunikasi merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya perubahan sosial. Melalui saluran-saluran komunikasilah terjadi pengenalan, pemahaman, dan penilaian yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi.Dalam proses penyebarluasan inovasi unsur-unsur utama yang terdiri dari :1. Adanya suatu inovasi.2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu.3. Dalam suatu jangka waktu tertentu.4. Di antara para anggota suatu sistem sosial.Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa segala sesuatu, baik dalam bentuk ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, maka dapat dikatakan sebagai suatu inovasi. Pengertian baru di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakan inovasi tersebut. Dengan kata lain, jika suatu hal dipandang baru bagi seseorang maka hal itu merupakan inovasi. Havelock (1973) menyatakan bahwa, inovasi sebagai segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya Suatu inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yaitu komponen ide dan komponen objek (aspek material atau produk fisik dari ide). Penerimaan terhadap suatu inovasi yang memiliki dua komponen tersebut, memerlukan adopsi yang berupa tindakan, tetapi untuk inovasi yang hanya mempunyai komponen ide saja, penerimaannya pada hakekatnya perlu merupakan suatu putusan simbolik.Pandangan masyarakat terhadap penyebarluasan inovasi memiliki lima atribut yang menandai setiap gagasan atau cara baru, yaitu :1. Keuntungan relatif, apakah cara-cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya?2. Keserasian, apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nilai-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dulu diperkenalkan? begitu pula, apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan?3. Kerumitan, apakah inovasi tersebut rumit? pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal hal yang rumit, karena selain sukar dipahami juga cenderung dirasa sebagai beban.4. Dapat dicobakan, suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum orang terlanjur menerima secara keseluruhan.5. Dapat dilihat, bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka orang akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan gagasan atau ide yang abstrak.Kelima atribut di atas menentukan bagaimana tingkat penerimaan terhadap suatu inovasi yang didifusikan di tengah-tengah masyarakat. Penerimaan terhadap suatu inovasi oleh suatu masyarakat tidaklah terjadi secara serempak tetapi berbeda-beda sesuai dengan pengetahuannya dan kesiapan menerima hal-hal tersebut.Everett M. Rogers dan Floyd Shoemaker memperkenalkan sebuah formula baru dalam proses adopsi inovasi. Teori adopsi tersebut diformulasikan menjadi empat tahap yaitu : Pengetahuan yakni mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Persuasi yakni menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut. Keputusan yakni terlibat dalam kegiatan yang membawa seseorang pada situasi memilih apakah menerima atau menolak. Implementasi yakni melaksanakan keputusan yang telah dibuat mengenai sesuatu inovasi. Konfirmasi yakni mencari penguatan bagi keputusan yang telah diambil sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang dapat mengubah keputusan tersebut.

2.3 Metode Pendekatan dalam Penyampaian InovasiDalam melakukan komunikasi pertanian kepada masyarakat telah dikenal dua metode pendekatan, yaitu: (1) pendekatan berdasarkan kelompok sasaran dari inovasi, dan (2) pendekatan berbasarkan cara penyampaian isi pesan yang terkandung dalam inovasi tersebut. Kedua metode pendekatan ini akan dibahas secara terpisah.1) Metode Pendekatan SasaranBerdasarkan kelompok sasaran, maka metode pendekatan komunikasi ini dapat dilakukan melalui:a. Metode pendekatan massa (mass approach method)Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan awal serta kesadaran bagi petani tentang suatu inovasi yang berguna dalam meningkatkan hasil produksi usahatani mereka. Penyampaian pesan melalui cara ini biasanya disampaikan dalam pertemuan massal, melalui media massa: televisi, koran, film dan sebagainya. Pendekatan ini kurang efektif bagi petani-petani di Indonesia umumnya dan di Nusa Tenggara Timur khususnya, karena beberapa faktor berikut: (a) tidak bisa dipantau ataupun dievaluasi secara pasti keberhasilan yang telah dicapai oleh para petani; (b) wilayah jangkauan pendekatan sasaran terlalu luas; (c) rendahnya daya tangkap masyarakat petani, karena mereka rata-rata berpendidikan sangat rendah; dan (d) harga beberapa media yang digunakan seperti televisi dan koran sangat sulit dijangkau oleh tingkat ekonomi para petani.b. Metode pendekatan kelompok (group approach method)Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan melalui penyampaian informasi inovasi kepada petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok petani, baik kelompok-kelompok petani tradisional, seperti Subak di Bali dan kelompok-kelompok petani yang sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti kelompnecapir di TVRI, Kelompok Tani dan Nelayan, Kelompok Swadaya Masyarakat, dan sebagainya. Dalam kegiatan komunikasi penyuluhan pertanian di Indonesia, pendekatan kelompok sudah menjadi metode dalam pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia di desa maupun di kota dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Dipandang dari segi komunikasi informasi, maka pendekatan kelompok ini jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan pendekatan massa, karena mempunyai beberapa keuntungan, sebagai berikut: (a) penyebaran inovasi teknologi dapat dipantau atau dievaluasi secara baik karena jumlah anggota sasarannya jelas; (b) d antara anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya dapat saling memberi dan menerima informasi, terutama tentang hal-hal yang belum jelas; (c) akan terjadi akumulasi modal (fisik maupun non-fisik) sehingga dapat memperlancar jalannya komunikasi dalam kelompok yang bersangkutan; (d) antara anggota kelompok dapat dilakukanreward and punishment systemsecara efektif dan efisien; dan (e) lebih menghemat biaya, tenaga dan waktu, tetap akan diperoleh hasil yang jauh lebih baik.Sebaliknya, pendekatan kelompok juga mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut:(a) jika manajemen kelompok kurang baik, maka akan terjadi penyimpangan, baik penyimpangan penyebaran informasi maupun penyimpangan pembagian keuntungan dari suatu inovasi; (b) komunikasi akan tidak efektif jika jenis usaha anggota kelompok beragam; dan (c) kemungkinan akan muncul kaum elit tertentu dalam kelompok apabila tidak diarahkan secara baik sehingga akan menghambat kehidupan berdemokrasi kelompok; dan (d) rendahnya keterampilan para petani dalam kehidupan kelompok/berorganisasi.c. Metode pendekatan individu (personal approach method)Cara pendekatan ini dilakukan dengan cara mengunjungi para petani satu per satu, baik ke rumah petani maupun di kebun petani ataupun tempat-tempat tertentu yang memungkinkan untuk dilakukan komunikasi inovasi. Keuntungan-keuntung an dari metode pendekatan perorangan, antara lain: (a) petani yang dikunjungi seorang petugas merasa dihargai oleh petugas yang melakukan komunikasi pertanian; (b) meningkatkan kepercayaan diri petani karena komunikasi ini dapat dilakukan dari hati ke hati; (c) petani dapat menyampaikan segala macam keluhan/masukan- masukan bagi petugas/penyuluh tanpa merasa canggung dan malu dengan sesama teman petani; (d) petugas/penyuluh dapat menggali semua masalah serta kebutuhan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi petani selama berusahatani; dan (e) petugas/penyuluh dapat memberikan informasi yang cocok dengan kebutuhan serta masalah petani pada saat itu. Sebaliknya, metode pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (a) tidak bisa menjangkau petani dalam jumlah yang banyak; (b) memakan waktu yang lama; (c) membutuhkan biaya yang tinggi; dan (d) membutuhkan banyak tenaga petugas/penyuluh.2) Metode Pendekatan MateriBerdasarkan cara penyajian inovasi dalam rangka lebih menjamin efektivitas hasil komunikasi (khususnya dalam pertemuan kelompok), maka digunakan pendekatan gabungan berikut: (a) ceramah, diskusi dan tanya jawab; (b) demonstrasi cara dan demonstrasi hasil; dan (c) penggunaan alat bantuflipchartdanfolder. Penggunaan metode gabungan ini cukup efektif, baik dalam mewujudkan komunikasi dua arah (two-way traffic communication) maupun peningkatan pemahaman serta kemampuan menerapkan inovasi yang diberikan. Dengan demikian, para petani akan lebih memahami dan mengerti tentang cara-cara menerapkan inovasi dalam praktek usahatani mereka.

2.4 Aspek-aspek yang Menentukan Pemilihan InovasiBerdasarkan beberapa pendapat di atas maka agar inovasi dapat lebih cepat diadopsi oleh petani dan terdifusi ke petani lain, pemilihan inovasi perlu memperhatikan berbagai aspek yaitu :(1) Inovasi yang akan diperkenalkan merupakan inovasi yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah yang dihadapi petani. Untuk hal ini penentuan masalah dan upaya pemecahannya menjadi sangat penting dan harus dilakukan secara benar. Penentuan masalah dan upaya pemecahannya dapat dilakukan melalui pemahaman pedesaan secara partisipatif (PRA). Melalui pendekatan ini dapat dipahami masalah yang sebenarnya dihadapi menurut versi petani dan upaya antisipasi yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi petani maupun sumber daya yang ada di daerah tersebut. Namun demikian hal yang sering dijumpai adalah masalah yang dirumuskan dalam pelaksanaan PRA sering berbeda antara petani dan versi peneliti atau stake holder lainnya. Perbedaan persepsi ini dapat pula terjadi pada upaya antisipasi atau kegiatan inovasi yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah petani (Badan Litbang Pertanian, 2006). Hal inilah yang biasanya menjadi penghambat adopsi teknologi di tingkat petani.(2) Inovasi yang akan diintroduksikan akan memberikan keuntungan secara kongkrit dibanding dengan teknologi lama. Hal ini disebabkan karena salah satu faktor yang memberikan semangat dalam berusaha adalah tingkat pendapatan yang diperoleh. Indikator yang dapat dilihat adalah; keuntungan ekonomis, biaya dan permodalan, resiko yang lebih rendah, hemat tenaga dan waktu dan imbalan segera diperoleh. Apabila teknologi baru yang diintroduksikan memberikan keuntungan yang lebih besar maka teknologi tersebut mempunyai peluang untuk cepat diadopsi.(3) Inovasi yang diintroduksikan membutuhkan biaya yang terjangkau oleh kemampuan financial petani dan produksinya mempunyai prospek pasar yang baik. Salah satu kendala adopsi yang berasal dari dalam inovasi itu sendiri biasanya adalah biaya yang dibutuhkan dirasakan mahal oleh petani. Sebaik apapun suatu teknologi apabila tidak terjangkau kemampuan financial petani maka akan susah untuk diadopsi. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi kemampuan permodalan petani, sumber kredit yang bisa diakses, bantuan pinjaman permodalan serta sumber permodalan lainnya. Demikian pula halnya identifikasi prospek pasar produk yang akan dihasilkan, meliputi keberadaan pedagang/pasar, harga jual dan lain lain.(4) Memiliki kompatibilitas atau keselarasan. Dalam hal ini keselarasan meliputi kesesuaian terhadap teknologi yang sudah ada sebelumnya, pola pertanian yang berlaku, nilai sosial budaya dan kepercayaan petani, gagasan yang telah diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan sehari hari petani, serta kepemilikan alat dan sumber daya lainnya. Kalaupun alat dan sumber daya pendukung yang dibutuhkan tidak dimiliki petani tetapi harus dipastikan bahwa sumber daya tersebut mudah didapat dan harganya murah. Sebagai contoh : adopsi teknologi system tanam Legowo cenderung melambat pada beberapa daerah yang disebabkan karena umumnya didaerah tersebut petani menggunakan tenaga kerja sewaan untuk menanam dan mereka belum mempunyai keterampilan cara tanam sistem legowo sementara yang diberi penyuluhan adalah petani pemilik/ penggarap bukan tenaga sewaan tersebut. Demikian pula kasus pada beberapa daerah dimana beberapa petani yang telah mengadopsi cara tanam tabela kembali keteknologi lama (tapin) dengan alasan bahwa mereka tidak mempunyai waktu yang banyak untuk mengurus tanamannya karena penanaman padi dengan cara tabela membutuhkan perawatan yang sangat intensif terutama pada awal tanam sementara mereka mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pedagang di pasar. Ini berarti bahwa teknologi yang diintroduksikan tidak sesuai dengan kondisi sosial petani tersebut.(5) Inovasi yang diintroduksikan harus mampu mengatasi factor pembatas. Faktor pembatas yang dimaksud adalah keadaan atau prasyarat yang paling tidak memadai disuatu wilayah.(6) Inovasi tidak rumit. Untuk menentukan teknologi yang memenuhi criteria tersebut perlu dilakukan evaluasi melalui percontohan secara partisipatif kemudian disederhanakan sesuai dengan kondisi petani setempat.(7) Inovasi mudah untuk diamati. Teknologi yang mudah diamati keberhasilannya biasanya lebih mudah diadopsi petani dan penyebarannya pun biasanya lebih cepat. Sebagai contoh introduksi varietas unggul biasanya lebih cepat diadopsi karena lebih mudah diamati keberhasilannya. Sehingga varietas biasanya dianggap sebagai delivery technologi.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanBerdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah sebagai ide ide baru, praktek praktek baru atau objek objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu sasaran penyuluhan.Dalam proses adopsi dan difusi, inovasi teknologi merupakan produk yang akan disampaikan kepengguna (petani). Agar pengguna berminat menggunakan produk tersebut maka inovasi harus merupakan teknologi tepat guna. Pemilihan suatu inovasi sangat erat kaitannya dengan cepat atau lambatnya suatu inovasi diadopsi oleh petani, hal tersebut sangat ditentukan oleh sifat inovasi yang antara lain adalah : (1) sesuai kebutuhan petani; (2) memberikan keuntungan; (3) murah; (4) sesuai budaya setempat;(5)dapat mengatasi faktor pembatas; (6) tidak rumit dan (7) mudah diamati. Namun demikian inovasi tepat guna hanyalah merupakan salah satu aspek yang dapat mempercepat adopsi teknologi. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi sasaran (petani), pemilihan media komunikasi atau metode diseminasi yang efektif sesuai dengan kondisi sasaran dan pemberdayaan agen penyuluh secara optimal serta kondisi lingkungan perekonomian seperti jaminan pasar, harga input, harga produksi, biaya transportasi dan lain-lain.

3.2 SaranKami menyarankan kepada pembaca khususnya dan kepada para penyuluh umumnya untuk terus menciptakan inovasi-inovasi baru yang ramah lingkungan, karena inovasi merupakan sebuah pesan dalam komunikasi penyuluhan. Dengan inovasi, penyuluh sebagai komunikator dapat berinteraksi dengan petani sebagai komunikan.

DAFTAR PUSTAKAHalil, Wardi. 2013. Kriteria Pemilihan Inovasi Pertanian Untuk Mempercepat Proses Adopsi dan Difusinya Kepada Pengguna. Diakses 17 Maret 2014. http://sulsel.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=836:kriteria-pemilihan-inovasi-pertanian-untuk-mempercepat-proses-adopsi-dan-difusinya-kepada-pengguna&catid=164:buletin-nomor-6-tahun-2012&Itemid=342.Lionberger, H,F and P.H.Gwin, 1983. Communication Strategis. Illinois.The Interstate Orienters and Publishers.Inc,Musyafak ahmad dan Tatang M.Ibrahim, 2005. Strategi Percepatan Adopsi dan Difusi Teknologi Pertanian dalam Prima Tani. Jour.Analisis kebijakan Pertanian, Vol.1.No.1, Maret 2005.Rogers, EM and FF Shoemaker, 1971. Communication Of Innovation. New York Free.Press.Simamora Bilson, 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen.Totok Mardikanto,1988. Komunikasi pembangunan Surakarta Sebelas Maret University Press.Wijayani, Isma. 2012. Peran KomunikasiIdalam Pembangunan Pertanian. Diakses 17 Maret 2014. http://isnawijayani.wordpress.com/2012/09/19/peran-komunikasi-dalam-pembangunan-pertanian/ 2012.