Makalah Blok 6

Click here to load reader

description

jgytdyuij

Transcript of Makalah Blok 6

Emosi mempengaruhi Denyut JantungFitriani102012018 / Kelompok A10Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida Semester 2 Angkatan 2013Jalan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta [email protected]

PendahuluanEmosi adalah suatu aspek psikis yang berkaitan dengan perasaan dan merasakan, misalnya merasa sedih, kesal, jengkel, marah, senang, tegang, dsb. Motivasi adalah kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak hingga mencapai tujuan tertentu. Emosi dan motivasi diatur dan dipengaruhi oleh tiga bagian otak, yaitu korteks serebri, sistem limbik dan hipotalamus. Selain itu, memori juga memiliki peranan dalam pembentukan emosi dan motivasi. Depresi adalah salah satu gangguan emosi yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaanbersalah, kesulitan berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berubah dan energi rendah disebabkan karena defek neurotransmiter di sistem limbik yang merupakan tempat pembentukan pertama emosi.Rumusan masalah Perempuan umur 55 tahun mengalami keluhan berdebar sejak 1 minggu yang lalu setelah ditinggal meninggal suaminya.

Mind map

Hipotesis Emosi mempengaruhi denyut jantung.NeurotransmitterSebagian besar komunikasi antarsaraf menggunakan perantara yang disebut Neurotransmiter. Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Dimana kebanyakan neurotransmiter disintesis di badan sel dan di salurkan melalui akson terminal. Karena neuron di lepaskan dari neuron prasinaps ke pascasinaps. Neurotransmiter bekerja dengan cepat untuk mempengaruhi neuron pascasinaps. Agar berespon dengan neurotransmiter tertentu, sel pascasinpas harus memiliki reseptor spesifikasi untuk neurotransmiter tersebut si membran selnya. Substansia sinyal yang sebagai neurotransmiter harus memenuhi kriteria berikut ini, yaitu merupakan produk neuron, disimpan dalam sinaps, disekresikan ke dalam celah sinaptik bila ada rangsangan, terikat pada suatu neuron lain atau sel otot dan mempengaruhi aktivitasnya melalui pengaturan aliran ion-ion.1Saraf akan mengeluarkan suatu transmiter kimia pada pengantar impuls anatara dua sel saraf atau antara suatu sel saraf dengan sel otot. Senyawa ini akan berdifusi melintasi sambungan bercelah antarsel dan terikat pada reseptor yang ada pada sel berikut. Hasilnya, sel yang terakhir ini akan menjadi permeabel seperti ion Na. Hal ini menyebabkan hantaran impuls tadi sepanjang sel. Bila sel menerima impuls tadi juga sel saraf, maka ia akan mengeluarkan suatu neurotransmiter. Jika yang menerima sel otot, maka akan terjadi kontraksi. Ketika sudah terikat ke reseptor, transmiter tadi pecah sehingga permeabilitas membran kembali seperti semula, dan siap menerima impuls berikut. Neurotransmiter tidak hanya terdapat di otak, namun terdapat juga di saraf tulang belakang, saraf perifer, dan di beberapa kelenjar. Melalui efek yang ditimbulkan pada jaringan saraf tertentu, zat ini dapat mempengaruhi suasana hati, memori (ingatan), dan kesejahteraan.2Berikut ini terdapat beberapa neurotransmiter yang sudah dikenal dan beberapa efeknya yang sudah diketahui.2a. Asetilkolin (ACh) dilepas oleh neuron motorik yang berakhir di otot rangka (sambungan neuromuskular). Ach juga dilepas oleh neuron parasimpatis dalam SSO dan oleh neuron tertentu di otak. Senyawa ini disintesis dari asetil KoA dan kolin.3Mekanisme aksi : secara langsung mengikat regulasi kimia.1Distribusi : menyebar di dalam sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP: sinaps akan menjalar di otak dan batang otak. SST: pertautan neuromuskular, sinaps preganglion dari sistem saraf otonom (SSO); pertautan neuroefektor dari parasimpatis divisi dari simpatis.1Asetilkolin memengaruhi neuron yang berkaitan dengan aksi otot, fungsi kognitif, memori (ingatan), dan emosi.1b. Katekolamin meliputi norepinefrin (NE), epinefrin (E), dan dopamin (DA). Ketiganya merupakan neurotransmiter dalam SSP; NE dan E juga berfungsi sebagai hormon yang disekresi kelenjar adrenal. Katekolamin mengandung nukleus katekol dan merupakan derivat dari asam amino tirosin.3 Norepinefrin, mekanisme aksi : tidak langsung, menggunakan second messengers. Distribusi: SSP: korteks serebri, hipotalamus, batang otak, serebelum, medula spinalis. SST: beberapa neuroefektor dari saraf simpatis. Norepinefrin memengaruhi neuron yang dapat mempercepat detak jantung dan menurunkan aktivitas usus ketika berada dalam kondisi stres, serta neuron-neuron yang terlibat dalam aktivitas belajar, memori (ingatan), mimpi, terjaga, dan emosi.1,2,3Epinefrin, mekanisme aksi : tidak langsung, menggunakan second messengers. Distribusi, SSP: talamus, hipotalamus, otak tengah, medula spinalis.2Dopamin, mekanisme aksi : langsung dan tidak langsung sesuai dengan tipe reseptor. Distribusi, hipotalamus dan sistem limbik.2c. Serotonin termasuk monoamina, tetapi tidak mengandung nukleus katekol. Serotonin merupakan derivat dari asam amino triptofan yang ada dalam SSP dan pada sel-sel tertentu dalam darah dan sistem pencernaan.3 Mekanisme aksi : langsung dan tidak langsung sesuai dengan tipe reseptor. SSP: sistem limbik, hipotalamus, serebellum, medula spinalis.2d. Histamin, mekanisme aksi : tidak langsung, menggunakan second messengers. Distribusi, SSP: hipotalamus.2e. Glutamat, mekanisme aksi : langsung dan tidak langsung sesuai dengan tipe reseptor. Distribusi, SSP: korteks serebri dan batang otak. Berfungsi sebagai penggerak utama neurotransmiter di otak. Glutamat dikeluarkan oleh sekitar 90% neuron otak.1,2f. GABA (Gamma Aminobutyric Acid), mekanisme aksi : langsung dan tidak langsung sesuai dengan tipe reseptor. Distribusi, SSP: serebellum, korteks serebri, penghambat interneuron pada otak dan medulla spinalis. Berfungsi sebagai inhibitor (penghambat) utama.3Cara Kerja NeurotransmitterProses Neurotransmitter berawal dari neuron menyintesis zat kimia yang akan berfungsi sebagai neurotransmitter. Kemudian neuron menyintesis neurotransmitter yang berukuran lebih besar (peptida) pada badan sel. Selanjutnya neuron mentransportasikan neurotransmitter peptida ke arah ujung-ujung akson ( neuron tidak mentransportasikan neurotransmitter yang berukuran kecil ke ujung-ujung akson adalah tempat pembuatannya). Potensial aksi berkonduksi disepanjang akson. Potensial aksi pada terminal postsinaptik menyebabkan ion kalsium dapat memasuki neuron. Ion kalsium melepaskan neurotransmitter dari terminal postsinaptik ke celah sinaptik. Molekul neurotransmitter yang telah dilepaskan, berdifusi lalu melekat dengan reseptor sehingga mengubah aktivitas neuron postsinaps. Selanjutnya neurotransmitter melepaskan diri dari reseptor. Neurotransmitter dapat diubah menjadi zat kimia yang tidak aktif tergantung pada zat kimia penyusunnya. Molekul neurotransmitter dapat dibawa kembali ke neuron prasimatik untuk didaur ulang atau dapat berdifusi dan hilang. 3

Gambar 1 tahapan yang dialami neurotransmitter 3

EmosiEmosi adalah suatu aspek psikis yang berkaitan dengan perasaan dan merasakan, misalnya merasa sedih, kesal, jengkel, marah, senang, tegang, dsb.4 Menurut Hillman dan Drever, emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari karakter yang luas (dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb) dan dari sudut mental. Emosi ditandai dengan adanya perasaan yang kuat dan biasanya menimbulkan dorongan (motivasi) menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara emosi dan motivasi, dimana emosi merupakan sarana untuk mengkomunikasikan motivasi.5Struktur yang mempengaruhi emosiDalam pembentukan emosi dan motivasi, ada tiga struktur yang mempengaruhinya. Ketiga struktur itu adalah korteks serebri, sitem limbik dan hipotalamus. Bukti menunjukkan bahwa sistem limbik berperan sentral dalam semua aspek emosi. Stimulasi daerah-daerah tertentu di dalam sistem limbik manusia menimbulkan berbagai sensasi yang diutarakan sebagai rasa senang, kepuasan, atau kenikmatan di suatu daerah serta keputusasaan, keketakutan, atau kecemasan di bagian lain. Hipotalamus sendiri bertanggung jawab terhadap berbagai respons yang sesuai untuk menyertai keadaan emosional tertentu. 5Korteks serebriKorteks serebri adalah bagian otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk memahami lingkungan dan memulai pikiran dan perilaku yang berorientasi tujuan. Seperti yang telah disebutka sebelumnya, korteks serebri terdiri atas substansia grisea karena lebih banyaknya badan sel saraf dibandingkan dengan akson neuron. Korteks serebri ini tersusun dalam banyak gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur, dan dengan demikian akan menambah daerah permukaan korteks serebi sampai tiga kali lipat. Korteks serebri dibagi menjadi beberapa daerah, sebagian memiliki fungsi motorik dan sebagiannya lagi mempunyai fungsi sensorik. Daerah motorik terletak persisi di depan sulkus sentralis dan memanjang terus hingga sulkus lateralis. Daerah motorik merupakan awal jalur motorik yang mengendalikan gerakan pada sisi lain tubuh. Sementara itu, korteks sentralis terletak persis dibelakang sulkus senralis.6Sistem LimbikIstilah limbik (limbus) berarti batas atau tepi. Lokasi dari sistem limbik adalah di bagian medial hemisperium serebri dan dalam diencephalon. Struktur sistem limbik terdiri dari subkorteks dan juga korteks. Struktur kortikal utama adalah girus singuli (kingulata) dan girus parahipokampus dan hipokampus. Sementara itu bagian subkortikal mencakup amigdala, traktus olfaktorius, dan septum. Dalam beberapa buku, hipotalamus dan bagian-bagian talamus disertakan dalam sistem limbik karena memiliki hubungan fungsional yang erat.1Hipokampus merupakan area penting yang secara tradisional diklasifikasikan sebagai limbik. Struktur ini membandingkan informasi sensorik dengan apa yang telah otk ekspetasikan mengenai lingkungannya. Hipokampus juga disebut sebagai pintu gerbang menuju ingatan. Hipokampus memungkinkan kita membentuk ingatan-ingatan baru mengenai fakta-fakta dan kejadian-kejadian jenis informasi yang kita perlukan untuk mengenali sekuntum bunga, menyampaikan sebuah cerita, dsb.1Secara fungsional sistem limbik berkaitan dengan: suatu pendirian atau respons emsional yang mengarahkan pada tingkah laku individu suatu respon sadar terhadap lingkungan memberdayakan fungsi intelektual dari korteks serebri secara tidak sadar dan memfungsikan batang otak secara otomatis untuk merespon keadaan memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan menggali kembali simpanan memori yang diperlukan, merespon suatu pengalaman dan ekspresi suasana hati, terutama reaksi takut, marah, dan emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual.1Sistem limbik memiliki hubungan timbal balik dengan banyak struktur saraf sentral pada beberapa tingkat integrasi termasuk neokorteks, hipotalamus, dan RAS (reticular activating system) dari batang otak. Gangguan presepsi, terutama dalam mengingat kembali, krisis emosional dan gangguan hubungan dengan orang lain dan dengan objek, diperkirakan berhubungan dengan struktur limbik.1HipotalamusStruktur diensefalon terletak dalam di antara hemisfer serebri. Diensefalon mencangkup talamus, hipotalamus, dan ganglia basalis.5 Pada pembahasan kali ini, kita akan lebih membahas hal yang terkait dengan hipotalamus. Hipotalamus adalah kumpulan nukleus spesifik dan serat-serat terkait yang terletak di bawah thalamus. Daerah ini merupakan pusat integrasi untuk banyak fungsi homeostatik (kestabilan lingkungan internal) dan berfungsi sebagai penghubung antara sistem saraf otonom dan sistem endokrin.5Struktur hipotalamus pada bagian anterior adalah subtansi abu-abu (substansi grisea) yang menyelubungi kiasma optik, yang merupakan persilangan pada saraf optik. Bagian tengah hipotalamus terdiri dari infundibulum (batang) kelenjar hipofisis posterior tempat melekatnya kelenjar hipofisis. Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas sistem saraf ototnom yang melakukan fungsi vegetatif, seperti pengaruh frekuensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, rasa haus, saluran pencernaan, dan aktivitas seksual. Selain itu, hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan, dan kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofisis, sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin.5

Sistem Saraf OtonomSistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.7Neuron saraf simpatik berasal dari regio torakal dan lumbal disebut juga divisi torako lumbal. Dan neuron parasimpatik berasal dari daerah batang otak atau daerah sakral disebut juga divisi kranio sakral. Serabut saraf dari pusat ke ganglion disebut praganglion, dari ganglion ke organ disebut pascaganglion. Serabut saraf preganglion simpatik pendek, dan berakhir di ganglion yang terletak dekat ke medula spinalis. Sedangkan serabut saraf pascaganglion simpatik panjang berakhir di organ. Sebaliknya serabut saraf preganglion parasimpatik panjang dan berakhir di ganglion yang letaknya dekat atau di dalam organ target dan serabut pascaganglionnya pendek. 7Impuls dalam parasimpatis (kranio-sakral) berasal dari batang otak melalui III, VII, XI, V, dan nervi erigantes ke sel intermediolateral segmen II dan IV bagian sakral medula spinalis. Impuls saraf simpatis (torakolumbal) berasal dari sel intermediolateral medula spinalis semua segmen torakal dan segmen lumbal I, II, dan III.Serabut saraf preganglion langsung mempersarafi medula adrenal tanpa sinaps di ganglion. Hal ini menyebabkan pelepasan NE dan E langsung ke sirkulasi darah. 7Impuls sarafSel-sel didalam tubuh dapat memilih potensial membran akibat adanya distribusi tidak merata dan perbedaan permeabilitas dari NA+ K+, dan anion besar intrasel. Potensial istirahat merupakan potensial membran konstan ketika sel yang dapat tereksitasi tidak memperlihatkan potensial cepat. Sel saraf dan otot merupakan jaringan yang dapat tereksitasi karena dapat mengubah permeabilitas membran sehingga mengalami perubahan potensial membran sementara jika tereksitasi. Ada dua macam perubahan potensial membran. Potensial berjenjang yakni sinyal jarak dekat yang cepat menghilang. Potensial berjenjang bersifat lokal yang terjadi dalam berbagai derajat. Potensial ini dipengaruhi oleh semakin kuatnya kejadian pencetus dan semakin besarnya potensial berjenjang yg terjadi. Kejadian pencetus dapat berupa : Stimulus Interaksi ligan-reseptor permukaan sel saraf dan otot Perubahan potensial yang spontan (akibat ketidakseimbangan siklus penegluaran pemasukan / kebocoran pemompaan)Apabila berjenjang secara lokal terjadi pada membran sel saraf atau otot, terdapat potensial berbeda didaerah tersebut. Arus (secara pasif) mengalir antara daerah yang terlibat dan daerah disekitarnya (di dalam maupun di luar membran). Potensial berjenjang dapat menimbulkan potensial aksi jika potensial didaerah trigger zone di atas ambang. Sedangkan jika potensial dibawah ambang tidak akan memicu potensial aksi.Daerah-daerah di jaringan tempat terjadinya potensial berjenjang tidak mempunyai bahan isnsulator sehingga terjadi kebocoran arus dari daerah aktif membran ke cairan ekstrasel (CES) sehingga potensial semakin jauh semakin berkurang. Contoh potensial berjenjang. Potensial aksi merupakan pembalikan cepat potensial membran akibat perubahan permeabilitas membran. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak jauh.Istilah-istilah : Polarisasi (potensial istirahat) ialah membran memiliki potensial dan terdapat pemisahan muatan. Depolarisasi ialah potensial lebih kecil dari pada potensial istirahat Hiperpolarisasi ialah potensial lebih besar dari pada potensial istirahat (potensial lebih negatif dan lebih banyak muatan yang dipisah dibandingkan dengan potensial istirahat)Selama potensial aksi, depolarisasi membran ke potensial ambang menyebabkan serangkaian perubahan permeabilitas akibat perubahan konformasi saluran gerbang voltase. Perubahan permeabilitas ini menyebabkan pembalikan potensial membran secara singkat, dengan influks NA+ dan efluks K+. Sebelum kembali istirahat, potensial aksi menimbulkan potensial aksi yang identik di dekatnya melalui aliran arus sehingga daerah tersebut mencapai ambang. Potensial aksi ini menyebar ke seluruh membran sel tanpa penyusutan. Cara perambatan potensial aksi. Hantaran oleh aliran arus lokal pada serat tidak bermielin potensial aksi menyebar di sepanjang membran. Hantaran seltatorik yang lebih cepat diserat bermielin impuls melompati bagian saraf yang diselubungi mielin.Pompa Na+-K+ memulihkan ion-ion yang berpindah selama perambatan potensial aksi ke lokal semula secara bertahap untuk mempertahankan gradien konsentrasi. Bagian membran yang baru saja dilewati oleh potensial aksi tidak mungkin dirangsang kembali sampai bagian tersebut pulih dari periode refrakternya. Periode refrakternya memastikan perambatan satu arah potensial aksi menjauhi tempat pengaktifan semula. Potensial aksi timbul secara maksimal sebagai respon terhadap rangsangan atau tidak sama sekali (all or none). Variasi kekuatan rangsang dilihat dari variasi frekuensi, bukan dari variasi kekuatan (besarnya) potensial aksi.KesimpulanMekanisme neurotransmitter, sistem saraf otonom, hantaran impuls saraf, serta emosi adalah hal yang menyebabkan perempuan tersebut mengalami keluhan berdebar sejak 1 minggu yang lalu. Maka hipotesis diterima

Daftar pustaka1. Muttaqin, A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan. Dalam: Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika, 2008; 11-2.2. Sukmono, RJ. Bikomia meditasi. Dalam: Mendongkrak Kecerdasan Otak dengan Meditasi. Jakarta: Visi Media, 2011;127-8.3. Slonane E. Sistem saraf. Dalam: Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC, 2004;163.4. Gunarsa SD. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia; 2008;7-8.5. Hude MD. Emosi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008;166. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2005.7. Staf pengajar departemen farmakologi fakultas kedokteran universitas sriwijaya: Kumpulan kuliah farmakologi. Ed 2. Jakarta: EGC: 2008; 328.8. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012; 69-100Universitas Kristen Krida Wacana11