Makalah Pbl Blok 13 Sken 6

41
Prosedur Imunisasi serta Manfaat Imunisasi bagi Balita dan Remaja Disusun Oleh : Melyana Sari 102013300/A9 Email : [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 Abstrak Pada perkembangan manusia, pertama kali manusia akan berada dalam rahim ibunya dan akan lahir pada waktunya. Perkembangan manusia sejak dalam kandungan dan lahir sebagai bayi, pada masa bayi inilah akan terjadi perkembangan dan pertumbuhan yang terus- menerus terjadi, pertumbuhan dan perkembangan inilah dimulai sejak dalam kandungan sampai kelahiran lanjut sampai anak-anak dan dewasa. Tentunya pertumbuhan ini akan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor nutrisi bayi, makanan bayi dan imunisasi dasar yang dilakukan pada masa bayi sampai dewasa. Perkembangaan dari saat bayi dimulai dari saat ia menangis, memanggil kata mama papa, ia bisa merangkak dan akhirnya akan bisa berjalan, hal ini dikaitkan juga dengan imunisasi dasar yang dilakukan anak itu dari bayi hingga dewasa. Pertumbuhan juga akan berjalan sejalan dengan perkembangan, pertumbuhan akan dimulai pada saat dia bertambah tinggi yaitu pada saat anak-anak, karena pada saat itu tulang-tulang epifisis sangat pesat perpanjangannya sehingga anak akan cepat bertambah tinggi, bertambah besar atau gemuk dan mengalami berbagai pertumbuhan seks sekundernya. Pertumbuhan dan perkembangan di pengaruhi juga dengan imunisasi lengkap yang dilakukan oleh orang tuanya sejak dini. Imunisasi dasar berfungsi penting sekali untuk menghindari anak dari penyakit-penyakit yang berbahaya dan mengancam nyawa bila 1

description

blok 13

Transcript of Makalah Pbl Blok 13 Sken 6

Prosedur Imunisasi serta Manfaat Imunisasi bagi Balita dan Remaja Disusun Oleh : Melyana Sari102013300/A9Email : [email protected] Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

AbstrakPada perkembangan manusia, pertama kali manusia akan berada dalam rahim ibunya dan akan lahir pada waktunya. Perkembangan manusia sejak dalam kandungan dan lahir sebagai bayi, pada masa bayi inilah akan terjadi perkembangan dan pertumbuhan yang terus-menerus terjadi, pertumbuhan dan perkembangan inilah dimulai sejak dalam kandungan sampai kelahiran lanjut sampai anak-anak dan dewasa. Tentunya pertumbuhan ini akan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor nutrisi bayi, makanan bayi dan imunisasi dasar yang dilakukan pada masa bayi sampai dewasa. Perkembangaan dari saat bayi dimulai dari saat ia menangis, memanggil kata mama papa, ia bisa merangkak dan akhirnya akan bisa berjalan, hal ini dikaitkan juga dengan imunisasi dasar yang dilakukan anak itu dari bayi hingga dewasa. Pertumbuhan juga akan berjalan sejalan dengan perkembangan, pertumbuhan akan dimulai pada saat dia bertambah tinggi yaitu pada saat anak-anak, karena pada saat itu tulang-tulang epifisis sangat pesat perpanjangannya sehingga anak akan cepat bertambah tinggi, bertambah besar atau gemuk dan mengalami berbagai pertumbuhan seks sekundernya. Pertumbuhan dan perkembangan di pengaruhi juga dengan imunisasi lengkap yang dilakukan oleh orang tuanya sejak dini. Imunisasi dasar berfungsi penting sekali untuk menghindari anak dari penyakit-penyakit yang berbahaya dan mengancam nyawa bila dibiarkan. Oleh karena itu, semua yang kita makan, minum atau imunisasi yang dilakukan semuanya sangat penting untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan manusia Kata kunci : nutrisi bayi, imunisasi dasar

Abstract In human development, human beings will be the first time in his mother's womb and be born in time. Human development in the womb and be born as a baby, in infancy, this will occur development and continuous growth, growth and development that begins from conception until birth up until the children and adults. Surely this growth will be influenced by many factors, including the factor of infant nutrition, baby food and basic immunization performed in infancy to adulthood. In human development of when the baby starts from the moment he cried, calling papa mama said, she could crawl and eventually be able to walk, it is associated also with the basic immunization carried the child from infancy to adulthood. Growth will also be run in line with the development, growth will begin to grow taller when he is at the time of the children, because at that time the bones of the epiphyseal very rapid extension so that the child will quickly grow taller, grow large or obese and experiencing a variety of sexual growth secondary. Growth and development is influenced also by the complete immunization conducted by her parents early on. Immunization basic functions crucial to avoid children from diseases that are dangerous and life threatening if left. Therefore, everything we eat, drink or immunization are all very important for the survival of human growth and development

A. Pendahuluan a. Latar Belakang MasalahTubuh kita memiliki beragam macam sistem yang berjalan dan terus-menerus bekerja untuk memenuhi kebutuhan serta menjaga daya tahan tubuh dan proses tumbuh kembang kita agar selalu dalam keadaan baik. Pertumbuhan dan perkembangan seseorang ditentukan dari nutrisi yang diasup setiap harinya, daya tahan tubuh, perilaku seseorang dan lingkungan yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang yang baik juga. Dalam menjaga tumbuh kembang agar selalu baik, maka diperlukan sikap kooperatif dan perhatian terhadap kondisi tubuh agar proses tumbuh kembang tetap terjagaPada tahap perkembangannya akan ada fase dimana manusia harus tahan terhadap bakteri atau virus-virus tertentu, agar daya tahan tubuh mereka kuat dan tidak mudah sakit. Hal ini dinamakan imunisasi, imunisasi dimulai pada saat masih bayi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Artinya, imunisasi ini untuk memberi daya tahan terhadap serangan-serangan virus dan bakteri yang mudah masuk dan menyebabkan penyakit tertentu pada tubuh manusia

b. Rumusan MasalahSeorang perempuan berusia tiga tahun dibawa oleh ibunya untuk check up rutin ke dokter

c. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memberitau kepada mahasiswa dan masyarakat tentang pentingnya imunisasi pada saat bayi, balita hingga dewasa. Hal ini dilakukan untuk memberi daya tahan tubuh dari penyakit-penyakit tertentu d. Hipotesis Imunisasi mempengaruhi tumbuh kembang anak

B. Pembahasana. Dasar-dasar Imunisasi1Seseorang dapat menderita penyakit infeksi sebagai akibat dari interaksi antara pejamu, mikroorganisme penyebab penyakit dapat bersifat ganas atau tidak dan lingkungan yang menyokong penyakit. Apabila salah satu komponen dominan atau lemah maka infeksi tersebut akan terjadi. Dalam upaya pencegahan, kita dapat mengendalikan faktor pejamu. Melalui imunisasi dapat diupayakan mempertinggi kekebalan pejamu terhadap penyakit tertentu sehingga dapat melawan mikroorganisme penyebab penyakit, tanpa harus mengalami sakit dahulu. Dengan mencegah seorang anak dari penyakit infeksi yang berbahaya, berarti akan meningkatkan daya produktivitas di kemudian hari. Vaksinasi merupakan upaya paling ampuh dalam mencegah penyebaran atau penularan penyakit infeksi yang ganas dan menular dari orang ke orang lainMaka sebagai upaya nyata, pemerintah bersama orang tua mempunyai kewajiban memberikan upaya kesehatan terbaik demi tumbuh kembang anak dan imunisasi merupakan upaya pencegahan yang efektif terhadap penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan. Dengan makin banyaknya bayi atau anak yang mendapat imunisasi, penyakit yang dicegah tersebut makin jarang terlihat lagi. Dapat dikatakan bahwa imunisasi merupakan investasi untuk mendapatkan kesejahteraan di masa depan dan akan memperpanjang usia harapan hidup. Berikut beberapa fungsi dan manfaat dari imunisasi tersebut :2

Mencegah perkembangan bakteri yang resisten terhadap antibiotikTampak penurunan angka kejadian resistensi antibiotik terhadap bakteri penyebab. Tampak penurunan angka kejadian resistensi antibiotik terhadap streptococcus pneumonia mengikuti program vaksinasi pneumokokus di Amerika Serikat

Keamanan melakukan perjalanan ke negeri endemikImunisasi sangat penting untuk keamanan perjalanan ke negara endemik suatu penyakit, misalnya calon haji harus mendapatkan vaksinasi meningitis meningokok. Oleh karena meningokokus tidak ada di Indonesia, maka orang Indonesia tidak mempunyai antibodi terhadap meningokok dan rentan terhadap penularan. Penyakit lain yang diperlukan untuk berkunjung ke luar negeri adalah yellow fever dan Japanese encephalitis Peningkatan pertumbuhan ekonomiPeningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara tentunya akan lebih baik apabila masyarakatnya lebih sehat sehingga anggaran untuk pengobatan dapat dialihkan kepada keperluan yang lebih membutuhkan. Perhatian orang tuapun dapat terpusat pada peningkatan ekonomi dan tidak diganggu oleh kesakitan anak-anaknya

Peningkatan perdamaian World health organization membuat ilustrasi yang telah terjadi di Bangladesh saat akan dilakukan imunisasi masal (PIN polio), maka untuk sementara kedua organisasi yang sedang bertengkar damai untuk sementara. Jadi, walaupun dalam keadaan perang, imunisasi dapat menjadi upaya perdamaian demi kesehatan masyarakatnya

Pencegahan terhadap bioterrorismDengan pemberian vaksinasi lengkap, maka kita tidak perlu khawat[ir terhadap isu-isu tersebut yang mungkin belum tentu benarb. Prosedur Imunisasi3 Jenis Vaksin Pada dasarnya, vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

Vaksin Hidup Attenuated4Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit. Virus atau bakteri liar ini dilemahkan (attenuated) di laboratorium, biasanya dengan cara pembiakan berulang-ulang. Misalnya vaksin campak yang dipakai sampai sekarang, diisolasi unt[uk mengubah virus campak liar menjadi virus vaksin dibutuhkan 10 tahun dengan cara melakukan penanaman pada jaringan media pembiakan secara serial dari seorang anak yang mederita penyakit campak. Berikut adalah keterangan lebih lanjut dari vaksin hidup yang dilemahkan ini :

Supaya dapat menimbulkan respon imun, vaksin hidup attenuated harus berkembang biak (mengadakan replikasi) di dalam tubuh resipien Apapun yang merusak organisme hidup dalam botol (misalnya panas atau cahaya) atau pengaruh luar terhadap replikasi organisme dalam tubuh (antibodi yang beredar) dapat menyebabkan vaksin tersebut tidak efektif Vaksin hidup attenuated dapat menyebabkan penyakit, umumnya bersifat ringan dibanding dengan penyakit alamiah dan itu dianggap sebagai kejadian ikutan (adverse event). Respons imun terhadap vaksin hidup attenuated pada umumnya sama dengan yang diakibatkan oleh infeksi alamiah vaksin hidup attenuated secara teoritis dapat berubah menjadi bentuk patogenik seperti semula. Hal ini hanya dapat terjadi pada vaksin polio hidup vaksin hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila terkena panas atau sinar, maka harus dil[akukan pengelolaan dan penyimpanan yang baik dan hati-hati

1. vaksin hidup attenuated yang berasal dari virus hidup :vaksin campak, gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus dan demam kuning (yellow fever)2. vaksin hidup attenuated yang berasal dari bakteri hidup : vaksin BCG dan demam tifoid oral

Vaksin Inactivated 5Vaksin Inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakkan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Vaksin ini tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini tidak menyebabkan penyakit (walaupun pada orang dengan defisiensi imun) dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik. Vaksin ini selalu membutuhkan dosis multiple. Pada umumnya, pada dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun. Pada beberapa keadaan suatu antigen untuk melindungi terhadap penyakit masih memerl[ukan vaksin seluruh sel (whole cell), namun vaksin bakterial seluruh sel bersifat[ paling reaktogenik dan menyebabkan paling banyak reaksi ikutan atau efek samping. Ini disebabkan respons terhadap komponen-komponen sel yang sebenarnya tidak diperlukan untuk perlindungan (contoh antigen pertusis dalam vaksin DPT)

Vaksin inactivated yang tersedia saat ini berasal dari :1. Seluruh sel virus yang inactivated, contoh influenza, polio injeksi (disuntikkan), rabies dan hepatitis A2. Seluruh sel bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera dan lepra3. Toksoid, contoh difteria, tetanus dan botolinum4. Vaksin fraksional yang masuk sub-unit, contoh hepatitis B, influenza, pertusis a-seluler, tifoid Vi dan lyme disease

Vaksin Polisakarida6Vaksin Polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul-molekul gula yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin polisakarida murni tersedia untuk tiga macam penyakit yaitu pneumokokus, meningokokus dan Haemophillus Influenzae tipe b. Respon imun terhadap vaksin polisakarida murni adalah sel T independent khusus yang berarti bahwa vaksin ini mampu memberi stimulasi sel B tanpa bantuan sel T helper. Dosis vaksin yang diulang tidak menyebabkan respons peningkatan (boosters response). Antibodi yang dibangkitkan oleh vaksin polisakarida mempunyai afinitas fungsiolnal kurang dibandingkan dengan apabila dibangkitkan oleh antigen protein. Hal ini karena, antibodi yang dihasilkan dalam respons terhadap vaksin polisakarida hanya didominasi igM dan hanya sedikit igG yang diproduksi. Contoh dari vaksin polisakarida murni adalah pneumokokus, meningokokus dan Haemophillus influenza tipe b

Vaksin polisakarida konjugasi4Vaksin polisakarida konjugasi mengubah respon imun dari sel T independen menjadi sel T dependen yang menyebabkan peningkatan sifat imunitas pada bayi dan respon peningkatan antibodi terhadap dosis vaksin ganda vaksin polisakarida. Vaksin konjugasi memerlukan protein lain sebagai karier untuk digabungkan. Contoh dari vaksin polisakarida konjugasi adalah vaksin haemophillus influenza tipe b memakai karier protein tetanus dan vaksin pneumokokus memakai karier protein difteri Vaksin Rekombinan5Vaksin rekombinan adalah antigen vaksin dapat pula dihasilkan dengan cara teknik rekayasa genetik. Terdapat tiga jenis vaksin yang dihasilkan dengan rekayasa genetik yang saat ini telah tersedia :

a. Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi. Sel ragi yang telah berubah ini menghasilkan antigen permukaan hepatitis B murnib. Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bakteri salmonella typhi yang secara genetik diubah sehingga tidak menyebabkan sakitc. Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan antigen rotavirus manusa apabila mereka mengalami replikasi

Tata Cara Pemberian Imunisasi7Dalam situasi vaksinasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pelaksanaannya dapat bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti di atas yang berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid dan pemeriksaan atau penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan :6

1. Penyimpanan Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus di dinginkan pada temperatur 2-8C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT, Hib, hepatitis B dan hepatitis A) menjadi tidak aktif bila beku. Pengguna dinasehatkan untuk melakukan konsultasi guna mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin individual, karena beberapa vaksin (OPV dan yellow fever) dapat disimpan dalam keadaan beku. Misalnya vaksin polio akan lebih lama bila disimpan pada suhu freezer jika dibandingkan bila disimpan pada suhu lemari es. Apabila terjadi penyimpangan terhadap suhu penyimpanan yang direkomendasikan, maka akan berpengaruh terhadap umur vaksin2. Pengenceran Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus diperiksa terhadap tanda-tanda kerusakan (warna dan kejernihan). Perlu diperhatikan bahwa vaksin campak yang telah diencerkan cepat mengalami perubahan pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan untuk mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm digunakan untuk menyuntikkan vaksin

3. Pembersihan kulit Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan, namun apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan

4. Pemberian suntikanSebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau subkutan dalam. Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu OPV diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan intradermal (dalam kulit). Walaupun vaksin sebagian besar diberikan secara suntikan intramuskular atau subkutan dalam, namun bagi petugas kesehatan yang kurang berpengalaman memberikan suntikan subkutan dalam, dianjurkan memberikan dengan cara intramuskular

5. Tempat suntikan yang dianjurkanPaha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi-bayi dan anak-anak umur di bawah 12 tahun. Regio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak-anak yang lebih besar (mereka yang telah dapat berjalan) dan orang dewasa. Tidak pada pantat (daerah gluteus) untuk menghindari risiko kerusakan saraf ishiadika (nervus ischiadicus). Sehubungan dengan hal tersebut, dianjurkan untuk selalu mengulang kembali dengan memberi peringatan bahwa bila vaksin-vaksin tersebut disuntikkan di daerah gluteal harus hati-hati, yaitu dengan memilih lokasi suntikan yang tepat untuk menghindari saraf ishiadika. Sedangkan, untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit di atas insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan di atas pundak memberi risiko terjadinya keloid. Dalam buku pedoman inggris menganjurkan paha anterolateral atau lengan atas pada bayi sebagai tempat suntikan

Penjelasan Kepada Orang Tua Mengenai Imunisasi4Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kedokteran termasuk imunisasi, maka kita perlu memahami dan menyadari kedudukan pasien sebagai konsumen dan dokter sebagai pemberi jasa. Oleh karena itu, berikut adalah hal-hal yang harus dijelaskan atau ditanyakan kepada orang tua atau keluarga sebelum dilakukan imunisasi Keadaan bayi atau anak3Orang tua atau pengantar bayi dianjurkan mengingat dan memberitahukan secara lisan atau melalui daftar isian tentang hal-hal yang berkaitan dengan indikasi kontra atau risiko kejadian ikutan paska imunisasi tersebut di bawah ini. Diantaranya : Alergi terhadap bahan yang juga terdapat di dalam vaksin (misalnya neomisin) Sedang mendapat pengobatan steroid jangka panjang, radioterapi atau kemoterapi Menderita sakit yang menurunkan imunitas (leukemia, kanker atau HIV/AIDS) Bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup (vaksin campak, poliomielitis, rubella) Tiga bulan lalu mendapat immunoglobulin atau transfusi darah

Pemberian antipiretik sebelum dan sesudah imunisasi6Kepada orang tua diberitahukan bahwa 30 menit sebelum imunisasi DTP/DT, MMR, Hib, hepatitis B dianjurkan memberikan antipiretik parasetamol 15 mg/kgbb kepada bayi atau anak untuk mengurangi ketidaknyamanan paska vaksinasi. Kemudian dilanjutkan setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan, maksimal 6 kali dalam 24 jam. Jika keluhan masih berlanjut, diminta segera kembali pada doker Manfaat vaksinasi7Kepada orang tua sebaiknya dijelaskan secara profesional dan proporsional manfaat vaksinasi yang akan dilakukan. Perlu dijelaskan bahwa vaksin tidak melindungi 100% dari penyakitnya, tetapi dapat memperkecil risiko tertular dan meringankan dampak bila terjadi infeksi

Reaksi KIPI8Orang tua perlu diberitahu bahwa setelah imunisasi dapat timbul reaksi lokal di tempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan dan gejala tertentu, misalnya demam, ruam kulit, mual, diare ringan, tergantung pada jenis vaksinnya. Reaksi tersebut umumnya ringan, mudah diatasi dan akan hilang dalam 1-2 hari. Di tempat suntikan kadang-kadang timbul kemerahan, pembengkakan, gatal dan nyeri selama 1 sampai 2 hari. Kompres hangat dapat mengurangi keadaan tersebut

BCG9Orang tua perlu diberitahu bahwa 2-6 minggu setelah imunisasi BCG dapat timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut tanpa pengobatan khusus

Hepatitis B8Kejadian ikutan paska imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi. Segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi. Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah). Bekas suntikan yang nyeri dapat di kompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat

DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)7Reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan hilang dalam beberapa hari. Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika dema berikan parasetamol 5 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, makskimal 6 kali dalam 24 jam atau kompres dengan air dingin pada daerah suntikan

DT (Difteri, Tetanus)6Reaksi yang dapat terjadi paska vaksinasi DT antara lain kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin. Biasanya tidak perlu tindakan khusus

Polio oral5Sangat jarang terjad reaksi sesudah imunisasi polio, oleh karena itu orang tua tidak perlu melakukan tindakan apapun. Setelah mendapat vaksin polio bayi boleh makan minum seperti biasa. Bila dalam 30 menit bayi muntah, segera diberi lagi vaksin polio

Campak dan MMR (Measels, Mumps, Rubella)6Reaksi yang dapat terjadi paska vaksinasi campak dan MMR berupa rasa tidak nyaman di bekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang timbul 5-12 hari setelah penyuntikan selama kurang dari 48 jam yaitu demam tidak tinggi, erupsi kulit kemerahan halus atau tipis yang tidak menular, pilek. Pembengkakan kelenjar getah bening kepala dapat terjadi sekitar 3 minggu paska imunisasi MMR. Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI dan air buah). Jika demam, diberikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap bawalah bayi atau anak ke dokter

Pencatatan Imunisasi8Setiap dokter atau tenaga paramedis yang memberikan imunisasi harus mencatat semua data yang relevan pada kartu imunisasi tersebut. Orang tua atau pengasuh yang membawa anak ke tenaga medis atau paramedis untuk imunisasi diharapkan senantiasa membawa kartu imunisasi tersebut. Berikut adalah data-data yang harus dicatat pada kartu imunisasi :51. Jenis vaksin yang diberikan, termasuk nomor batch dan nama dagang2. Tanggal melakukan vaksinasi3. Efek samping bila ada,4. Tanggal vaksinasi berikutnya5. Nama tenaga medis atau paramedis yang memberikan vaksinKartu vaksinasi ini sebaiknya selalu dipegang oleh orang tuanya. Diharapkan para dokter yang memberikan vaksinasi mempunyai sistem untuk mengingatkan orang tua untuk melakukan vaksinasi berikutnya sesuai dengan jadwal vaksinasi yang sudah ditetapkan. Pentingnya kartu vaksinasi ini juga untuk menilai jenis dan jumlah vaksin yang diberikan dan bagaimana pemberian vaksinasi selanjutnya untuk pasien dengan imunisasi tidak lengkap dan cara mengejar (catch up) imunisasi yang tertinggal. Berikut adalah penjelasan singkat tentang lampiran kartu imunisasi :9 Apa : imunisasi merupakan upaya yang praktis dan efektif untuk melindungi anak bapak atau ibu terhadap penyakit yang berbahaya. Vaksin-vaksin tersebut diantaranya untuk mencegah penyakit tuberkulosis, polio, hepat[it is B, difteri, batuk rejan, tetanus, campak, rotavirus, influenza, kanker leher rahim, gondongan, rubella, demam tifoid dan cacar air Bagaimana : tubuh tidak dapat membuat kekebalan terhadap penyakit infeksi tersebut. Namun, dengan imunisasi (suntikan atau diminum) tubuh dapat membentuk kekebalan (antibodi) terhadap penyakit infeksi tersebut Mengapa : oleh karena pada saat ini kejadian penyakit infeksi tersebut di Indonesia telah sangat menurun. Hal ini bukan kemudian imunisasi tidak penting lagi, bakteri dan virus penyebab sampai saat ini masih berada di masyarakat, maka apabila hanya sedikit yang diimunisasi akan mudah terjadi kejadian luar biasa (wabah) Dimana : imunisasi yang diwajibkan oleh Kementrian Kesehatan (PPI) dapat diperoleh di semua fasilitas kesehatan sedangkan untuk vaksinasi lain dapat diperoleh pada dokter pribadi anda Kapan : pemberian vaksinasi telah diatur dalam jadwal imunisasi

c. Jadwal Imunisasi9Jadwal imunisasi IDAI secara berkala dievaluasi untuk penyempurnaan, berdasarkan perubahan epidemiologi penyakit, kebijakan kementrian kesehatan atau WHO, kebijakan global dan pengadaan vaksin di Indonesia. Imunisasi program nasional meliputi BCG, polio, hepatitis B, DPT dan campak

a. BCGImunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan, namun kementrian kesehatan menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan. Dosisnya 0,005 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak lebih dari 1 tahun, imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan, apabila BCG diberikan setelah umur 3 bulan, perlu dil[akukan uji tuberkulin terlebih dahulu, vaksin ini diberikan apabila uji tuberkulin negatifb. Hepatitis A Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under exposure). Vaksin Hep-A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun, vaksinasi kombinasi HepB/HepA tidak diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan, terutama untuk catch-up immunization yaitu mengejar

c. Hepatitis BVaksin ini harus segera diberikan setelah lahir, di mulai dari : Imunisasi HepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil mengidap hepatitis B aktif dengan risiko penularan kepada bayinya sebesar 45% Imunisasi HepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi HepB-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal, interval imunisasi HepB-2 dengan HepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi HepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan

d. DPT Saat ini telah ada vaksin DTaP (DTP dengan komponen acelluler pertussis) disamping vaksin DTwP (DTP dengan komponen whole cell pertussis) yang telah dipakai selama ini. Kedua vaksin DTP tersebut dapat dipergunakan secara bersamaan dalam jadwal imunisasi. Jadwal imunisasi dasar DTP (imunisasi primer) diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DTP tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi DTP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTP-2 pada umur 4 bulan dan DTP-3 pada umur 6 bulan ulangan booster DTP selanjutnya (DTP-4) diberikan satu tahun setelah DTP-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DTP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun

e. TetanusPada pemberian vaksin tetanus beberapa hal perlu mendapat perhatian yaitu jadwal imunisasi tetanus, sesuai dengan imunisasi DTP dan perkiraan lama waktu perlindungan antibodi tetanus. Perlindungan tersebut dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut : Imunisasi DTP primer pada bayi 3 kali akan memberikan imunitas selama 1-3 tahun. Tiga dosis toksoid tetanus pada bayi tersebut, setara dengan 2 dosis toksoid pada dewasa Ulangan DTP pada umur 18-24 bulan (DTP 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun, pada umur dewasa dihitung setara 3 dosis toksoid Dosis toksoid tetanus kelima (DTP/Td 5) bila diberikan pada usia masuk sekolah, akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi yaitu pada sampai umur 17-18 tahun pada umur dewasa dihitung setara 4 dosis toksoid

f. PolioPolio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI atau pada kunjungan pertama sebagai tambahan untuk mendapat cakupan imunisasi yang tinggi. Untuk imunisasi dasar (polio-2,3,4) diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari empat minggu. OPV yang berisi virus polio hidup diteteskan 2 kali peroral saat bayi akan dipulangkan dari rumah sakit sedangkan IPV dalam kemasan 0,5 ml intramuskular. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun)

g. CampakVaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam, pada umur 9 bulan. Disamping imunisasi umur 9 bulan, diberikan juga imunisasi campak kesempatan kedua (second opportunity pada crash program campak) pada umur 6-59 bulan dan SD kelas 1-6. Selanjutnya, imunisasi campak dosis kedua diberikan pada program school based catch-up campaign, yaitu secara rutin pada anak sekolah SD sekolah kelas 1

h. MMR (Measels, Mums dan Rubella)Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan, minimal interval 6 bulan antara imunisasi campak (umur 9 bulan) dan MMR, dosis satu kali 0,5 ml secara subkutan, MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lain, apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18 bulan dan 6 tahun, imunisasi campak (monovalen) tambahan pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Ulangan imunisasi MMR diberikan pada umur 6 tahun

i. VaricellaPemberian vaksin varicella mengalami perubahan setelah kesepakatan pada rapat satgas imunisasi IDAI Juni 2010, yaitu dari umur lima tahun menjadi satu tahun. Karena, dampak varicella pada dewasa lebih berat daripada anak, apalagi apabila terjadi pada masa kehamilan dapat mengakibatkan sindrom varicela congenital dengan angka kematian tinggi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka imunisasi varicella diberikan sebelum masuk sekolah bermain. Jadwal imunisasi varicella diberikan pada anak umur lebih dari 1 tahun, untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varicella, imunisasi dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun 72 jam setelah kontak d. Kontraindikasi Imunisasi10A. Imunisasi pada bayi dan anak berisiko Pasien imunokompromaisPenekanan respon imun (imunokompromais) dapat terjadi pada penyakit defisiensi imun congenital (primer) dan sekunder yaitu pemakaian kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan lama, penyakit keganasan seperti leukemia, limfoma, antimetabolik, radioterapi dan tranplantasi sumsum tulang

Defisiensi imun primerDefisiensi imun primer selular dan kombinasi defisiensi keduanya seperti pada penyakit X-linked agammaglobulinemia, bruton, wiskott-aldrich dan syndrome di George, kontraindikasi untuk vansinasi dengan vaksin hidup. Dapat diberikan imunisasi pasif dengan gammaglobulin spesifik atau dengan igIV

Defisiensi imun sekunderTerjadi pada anak yang mendapat pengobatan kortikosteroid dosis tinggi sama atau lebih dari 20 mg sehari atau 2 mg/kgBB/hari dengan lama pengobatan lebih dari tujuh hari atau dosis 1 mg/kgBB/hari lama pengobatan lebih dari satu bulan dan pengobatan alkylating agents, antimetabolik dan radioterapi. Untuk penyakit keganasan seperti leukemia dan limfoma. Pada pasien dengan sistim imun tertekan tidak boleh diberikan imunisasi vaksin hidup karena dapat berakibat fatal disebabkan kuman atau virus akan bereplikasi hebat karena tubuh tidak dapat mengontrolnya, vaksin hidup contohnya vaksin polio, oral, MMR dan BCG

Infeksi human immunodefisiensi virus (HIV)Pasien HIV mempunyai risiko lebih besar untuk mendapatkan infeksi sehingga diperlukan imunisasi, walaupun responsnya terhadap imunisasi kurang optimal. Apabila pasien HIV telat diberikan imunisasi, maka mungkin tidak akan berguna karena penyakit sudah lanjut dan efek imungsasi sudah berkurang ataupun tidak ada. Namun, apabila diberikan lebih dini, vaksin hidup akan mengaktifkan sistim imun yang dapat meningkatkan replikasi virus HIV sehingga memperberat penyakit HIV. Jadi, organisasi WHO menganjurkan pemberian imunisasi rutin untuk anak HIV yang belum ada gejala (asimptomatik HIV), kecuali BCG tidak diberikan. Pasien HIV dapat di imunisasi dengan mikroorganisme yang dilemahkan atau yang mati. Pada umur kurang dari 23 bulan mendapatkan imunisasi PCV7 tiga kali dengan interval dua bulan, sedangkan anak 24-59 bulan karena mempunyai risiko tinggi maka diberikan imunisasi dengan PCV7 dua kali dengan interval dua bulan dan dilanjutkan dengan imunisasi ketiga memakai vaksin pneumumokok polisakarida PCV23

B. Imunisasi bayi dari ibu yang berisiko Ibu menderita hepatitis BIbu yang menderita penyakit ini atau uji serologis HbsAg positif, dapat menularkan hepatitis B pada bayinya.

Ibu menderita tuberkulosis (TB)Vaksin BCG tidak mampu melindungi bayi apabila ibu menderita TB paru aktif sesaat sebelum, sesudah lahir dan mendapat pengobatan kurang dua bulan sebelum persalinan. Berikut tindakan yang harus dilakukan untuk hal ini : Jangan diberi BCG setelah lahir Beri pencegahan dengan isoniazid (INH) 5 mg/kgBB sekali sehari peroral Pada umur 8 minggu evaluasi bayi kembali, berat badan dan lakukan pemeriksaan uji tuberculin dan foto dada bila memungkinkan Apabila ditemukan kemungkinan TB aktif, mulai diberi pengobatan anti TB sesuaikan program pengobatan TB pada bayi Tunda pemberian BCG sampai dua minggu setelah pengobatan selesai. Bila BCG sudah terlanjur diberikan, ulangi pemeriksaan dua minggu setelah pengobatan INH selesai Yakinkan ibu bahwa ASI (Air Susu Ibu) tetap boleh diberikan dan catat berat badan bayi tiap dua minggu

Ibu menderita HIVRisiko HIV pada janin dari ibu HIV positif secara vertikal tanpa upaya pencegahan sekitar 15%-25% dan risiko infeksi meningkat menjadi 20%-45% paska lahir bilamana bayi mendapat ASI. Tidak ada tanda spesifik HIV yang dapat ditemukan pada bayi saat lahir, tanda klinis dapat ditemukan pada umur enam minggu setelah lahir. Bayi yang dilahirkan dari ibu HIV positif, lakukan konseling pada keluarga, rawat bayi seperti bayi yang lain dan perhatian khusus pada pencegahan infeksi

e. Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI)7KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek fakmakologis atau kesalahan program, konsidensi, reaksi suntikan atau hubungan seksual yang tidak dapat ditentukan. Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan. Namun, persepsi awam dan juga kalangan petugas kesehatan, menganggap semua kelainan dan kejadia yang dihubungkan dengan imunisasi sebagai reaksi alergi terhadap vaksin. Akan tetapi telaah laporan KIPI dilaporkan oleh Vaccine Safety Comitte, Institute of Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi secara kebetulan saja (koinsidensi). Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan (programmatic errors). Berdasarkan kriteria WHO klasifikasi KIPI dapat digambarkan sebagai berikut :5

Certain Kejadian secara klinis terjadi dan hubungan waktu pemberian vaksin adalah sesuai berhubungan dan yang tidak dapat dijelaskan oleh pemberian obat lain atau penyakit lain yang bersamaan

Probable Kejadian yang secara klinis terjadi dengan hubungan waktu pemberian vaksin adalah sesuai berhubungan dan sepertinya masih bisa behubungan dengan pemberian obat atau penyakit lain yang bersamaan

Possible Kejadian yang secara klinis yang terjadi dengan hubungan waktu pemberian vaksin adalah sesuai berhubungan tetapi juga berhubungan dengan pemberian obat atau kebetulann sama dengan penyakit yang sedang diderita atau pemberian obat

UnlikelyKejadian yang secara klinis yang terjadi dengan hubungan waktu pemberian vaksin adalah tidak sesuai berhubungan dan kejadian tersebut juga sepertinya tidak disebabkan oleh hubungan pemberian obat atau penyakit lain

UnrelatedSebuah peristiwa klinis dengan hubungan waktu yang tidak kompatibel dan yang dapat dijelaskan oleh penyakit yang mendasari atau obat lain atau bahan kimia Unclassifiable Kejadian yang secara klinis yang terjadi tidak cukup informasi yang menjelaskan kejadian tersebut dan tidak juga berhubungan dengan obat atau penyakit dengan pemberian obat atau penyakit lain

Gejala klinis KIPI11Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat gejala KIPI makin berat gejalanya. Mengingat tidak ada satu pun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka apabila seorang anak telah mendapat imunisasi perlu diobservasi beberapa saat, sehingga dipastikan bahwa tidak terjadi KIPI (reaksi cepat). Berapa lama observasi sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan oibservasi selama 15 menit. Untuk menghindarkan keracunan maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu timbulnya gejala klinis f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh-Kembang Antropometri10Penggunaan data antropometri untuk menilai keadaan gizi dari kelompok masyarakat telah digunakan secara internasional sebagai standar. Hal ini didasarkan pada konsep bahwa tubuh yang memiliki gizi kurang baik memiliki berat badan yang lebih rendah daripada tubuh yang mendapatkan gizi cukup. Indeks antropometri dapat digunakan untuk seluruh anggota masyarakat, yaitu anak-anak dan juga orang dewasa. Untuk menilai status gizi, perlu diketahui data berat badan, tinggi badan, jenis kelamin dan umur untuk anak-anak Asih, Asah dan Asuh12

Asih Asih pada masa bayi adalah suatu bentuk perhatian ibu kepada anaknya dengan cara menyentuh, melihat atau saling memandang satu sama lain, bernyanyi saat memberikan ASI dan melalui aroma tubuh si ibu. Agar ibu lebih dekat dan membuat bayi lebih nyaman dan tidak merasa takut atau khawatir. Waktu anak sudah beranjak anak-anak sampai remaja atau sampai dewasa perhatian keluarga dan kasih sayang keluarga sangat penting untuk perkembangan otak dan dalam pergaulannya dengan teman-teman sebaya

AsahAsah pada masa bayi adalah suatu bentuk perhatian ibu ke pada anaknya dengan cara memberi bayinya pengajaran-pengajaran dasar seperti saat bayi menghisap puting susu ibu untuk mengambil ASI, menelan air susu atau saat bayi sudah bisa makan biskuit dan pada saat baru lahir bayi akan berusaha mencari putting susu ibu saat ibu menaruh ia di dadanya hal ini berguna untuk melatih indera perasanya. Pada masa anak-anak sampai remaja atau dewasa asah yang digunakan adalah dengan memberi pelajaran secara formal seperti sekolah, kursus-kursus dan belajar untuk meningkatkan dan mengasah otaknya dalam dunia akademik secara intelektual atau secara non akademik. Hal ini juga tidak terlepas dari motivasi dan himbauan dari orang tua, agar anak-anak ini semangat belajar dalam meraih cita-citanya

Asuh Asuh pada masa bayi adalah suatu bentuk perhatian ibu ke anaknya dengan cara memberi bayinya perhatian khusus dalam hal nutrisi bayi, kebersihan dan kekebalan tubuh bayi. Nutrisi yang diberikan pada masa bayi tidak sama dengan masa anak-anak atau masa remaja atau dewasa. Pada masa bayi diberikan ASI yaitu makanan komplit dan paling sempurna nutrisinya untuk bayi dan memiliki enzim-enzim yang penting untuk perkembangan otak dan pertumbuhannya. Sedangkan, pada masa anak-anak sampai remaja asuh yang diberikan adalah makanan empat sehat lima sempurna serta makan makanan yang berenergi tinggi untuk menunjang kegiatannya

Nutrisi13Asupan gizi dapat dipelajari dengan menggunakan metode-metode yang berbeda. Dua metode yang biasa digunakan adalah metode penimbangan dan metode recall 24 jam. Pada metode penimbangan, asupan makan ditentukan dengan menghitung jumlah bersih makanan dan minuman yang dikonsumsi untuk tiap orang setelah periode 24 jam (perbedaan antar berat makanan yang disajikan dengan berat makanan yang tersisa). Pada metode recall 24 jam, pewawancara yang terlatih menanyakan jenis makanan dan minuman serta berat yang telah dikonsumsi selama 24 jam terakhir. Dari asupan makanan tersebut kemudian dapat dihitung gizi yang dikonsumsi dengan menggunakan tabel nilai gizi atau yang lebih sering digunakan sekarang yaitu dengan menggunakan perangkat lunak computer. Jika konsumsi gizi dibandingkan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Asupan nutrisi sangatlah dibutuhkan sejak dini yaitu nutrisi prenatal dan postnatal :9

Prenatal Pada masa ini adalah masa pemberian nutrisi pada bayi dalam kandungan. Dimana, ibu harus makan banyak makanan yang berenergi dan bervitamin tinggi untuk janinnya. Ibu hamil ini harus banyak makan makanan seafood, banyak istirahat, makan buah-buahan dan sayur-sayuran yang segar dan yang paling penting adalah harus rutin check up ke dokter untuk melihat perkembangan janin untuk menghindari kelahiran prematur (kelahiran berat badan kurang dari 2,5 kg) Postnatal Pada masa ini adalah masa pemberian nutrisi setelah bayi lahir ke dunia. Sesudah bayi lahir bayi akan diberikan kepada ibunya untuk diberi makanan pertama bayi yaitu ASI (Air Susu Ibu) dari ibunya, dengan cara menaruh bayi pada dada ibu dan bayi akan berusaha mencari-cari puting susu ibu. ASI yang dikeluarkan pertama kali oleh ibu mengandung kolostrum yang penting bagi kekebalan tubuh pertama bayi. Pemberian ASI masih merupakan perilaku yang berlaku umum di banyak komunitas. Tidak ada sumber gizi yang lebih baik bagi bayi sampai berumur enam bulan daripada pemberian ASI ekslusif tersebut. Pemberian makanan tambahan terlalu dini bagi para bayi secara drastis akan meningkatkan risiko terjangkitnya penyakit-penyakit infeksi

g. Tujuan Imunisasi10Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola. Kedaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit difteria dan poliomyelitis

C. Kesimpulan Kesimpulan dari pembahasan kasus diatas bahwa anak berumur tiga tahun sudah check up rutin imunisasi ke puskesmas, anak itu telah di imunisasi polio 5 kali, campak 2 kali dan BCG juga. Imunisasi dasar lainnya adalah hepatitis B, MMR dan hepatitis A. Imunisasi dasar sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, hal ini untuk mencegah penyakit-penyakit yang mengganggu laju pertumbuhan dan perkembangan anak seperti campak, polio, tetanus, dan penyakit lainnya

DAFTAR PUSTAKA

1. Plotkins S.A, Orenstein WA. Vaccines. Jakarta:Penerbit EGC 2006;7(9):8-102. Forfar J.O, Arneil CGC. Departemen kesehatan dan kesejahteraan sosial. Jakarta:Penerbit EGC 2007;4(8):69-733. Rainer G, Rolfe K. Survei dasar gizi di masyarakat. Jakarta:Penerbit GZT 2007;8(3):270-54. Suyitno H, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta:Penerbit IDAI 2011;5(4):38-1735. Atkinson W, Walfe C, Hamiston S. general recommendations on immunization. Jakarta:Penerbit IT 2008;3(2):189-956. Keller M.A, Stiehm ER. Passive Immunity In Prevention and Treatment of Infectious Dsease. New York:Penerbit Clin Microbiol 2007;5(9):70-97. Kleine M.W, Stiehm ER. Immunologic disorder in infant children. Philadelphia:Penerbit Clinton 2007;3(7):190-88. Lewis D.B, Wilson CB. Developmental Immunology and role of host defenses in neonatal suscepbility to infection. Philadelphia:Penerbit WB Sauders 2006;2(9):209-189. Jellife D.B. The assessment of nutritional status of the community. Switzerland:Penerbit Geneva 2007;6(3):65-7310. Schultink W, Schoeneberger H. Pemeriksaan fisik dan umum perkembangan manusia. Jakarta:Penerbit EGC 2006;8(3):127-3211. Soenarto Y, Aman AT, Bakri A, Waluya H. Buku panduan masalah anak baru lahir untuk dokter, perawat, bidan di rumah sakit rujukan dasar. Jakarta:Penerbit EGC 2009;4(7):145-5212. Baley J.E, Leonard EG. The immunologic Basis for Neonatal Immunizations. New York:Penerbit NeoReviews 2008;8(3):109-1513. Kartasasmita C.B. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Imunisasi bayi dan ibu berisiko dan imunisasi bayi dan anak berisiko. Jakarta:Penerbit EGC 2011;6(4):98-1112